PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI - JUNI 2013
A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juni 2013, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia defisit sebesar US$ 15,77 miliar atau meningkat 37,25% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang tercatat defisit sebesar US$ 11,49 miliar. Total perdagangan Thailand periode ini tercatat US$ 242,38 miliar, meningkat sebesar 2,72% dibanding periode yang sama tahun 2012. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$ 113,30 miliar, naik 0,95% dibanding periode yang sama tahun 2012 , dan impor sebesar US$ 129,08 miliar, meningkat 4,32% dibanding periode yang sama tahun 2012. Peningkatan impor didukung impor emas dan perhiasan serta impor sukucadang & aksesori kendaraan dan juga produk elektronik yang cukup signifikan pada periode ini. 2. Sepuluh negara tujuan ekspor utama Thailand yang merupakan 62,68% dari total ekspor Thailand periode Januari-Juni 2013 ke Dunia adalah : RR China, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, Malaysia, Indonesia, Singapura, Australia, Vietnam, dan India . Ekspor ke kawasan Uni Eropa (27 Negara) mencapai US$ 11,04 miliar, atau 9,75% dari total ekspor Thailand pada periode Januari-Juni 2013, dan mencatat pertumbuhan sebesar 0,89% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Sementara, ekspor ke kawasan ASEAN (9 Negara) pada periode Januari-Juni 2013 sebesar US$ 29,78 miliar, atau 26,28% dari total ekspor Thailand, dan meningkat sebesar 4,11% dibanding periode yang sama tahun 2012. Indonesia, merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-6 bagi Thailand, dan pangsa pasarnya 5,40% pada periode ini. 3. Adapun produk ekspor Utama Thailand pada periode Januari-Juni 2013 antara lain adalah : Otomotif & suku-cadangnya sebesar US$ 12,06 miliar atau 10,65% ; Kimia & Produk2nya sebesar US$ 9,28 miliar atau 8,19%; Elektronik & produk2nya sebesar US$ 8,7 miliar atau 7,68% dari total ekspor Thailand; Karet & Produk2nya sebesar US$ 8,43 miliar atau 7,44%; Besi dan Baja serta produk2nya sebesar US$ 7,13 miliar atau 6,29%; Produk Olahan Minyak sebesar US$ 5,67 miliar atau 5,00% dan juga Batu Berharga dan Perhiasan sebesar US$ 4,25 miliar atau 3,76% dari total ekspor Thailand ke Dunia pada periode Januari-Juni 2013 ini.
4. Sepuluh negara asal impor Thailand pada periode Januari-Juni 2013 antara lain
Jepang, RR China, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Malaysia, Swiss, Korea Selatan, Indonesia, Singapura, dan Taiwan. Impor dari sepuluh negara asal terbesar mencatat 67,43% dari total impor Thailand pada periode Januari-Juni 2013. 5. Produk impor utama Thailand dengan nilai terbesar periode Januari-Juni 2013 antara lain adalah : •
Gold (incl Gold Plated With Platinum) Unwr (HS 7108) sebesar US$ 9.449,19 juta, meningkat 45,66% dibanding periode yang sama tahun 2012;
•
Electronic Integrated Circuits & Microassemblies (HS 8542) sebesar US$ 4.586,47 juta (-0,50%);
•
Parts & Accesories Of The Motor Vehicles Of Headings No. 87.01 to 87.05 (HS 8708) sebesar US$ 4.394,35 juta (26,22%);
•
Electrical Apparatus For Line Telephony Or Line Telegraphy (HS 8517) sebesar US$ 2.231,56 juta (16,34%); dan
•
Automatic Data Processing Machines & Units Thereof (HS 8471) sebesar US$ 2.054,02 juta (7,98%).
B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Thailand 1. Total perdagangan Indonesia dengan Thailand periode Januari-Juni 2013 tercatat US$ 10.502,13 juta , meningkat 9,35% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang nilainya mencapai US$ 9.603,87 juta. Total perdagangan periode Januari-Juni 2013 tersebut, terdiri dari ekspor Indonesia ke Thailand sebesar US$ 4.381,90 juta, meningkat 11,96 % dibanding periode yang sama tahun 2012 yang mencapai US$ 3.913,74 juta, dan impor Indonesia dari Thailand sebesar US$ 6.120,23 juta, naik 7,56% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar US$ 5.690,13 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand defisit bagi Indonesia sebesar US$ 1.738,33 juta, turun sebesar 2,14% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar US$ 1.776,38 juta. 2. Selama periode Januari-Juni 2013, Indonesia menjadi negara ke-8 terbesar asal impor Thailand dengan pangsa sebesar 3,39%, menunjukkan peningkatan dari pangsa impor : 3,16% (Jan-Jun 2012).
3. Komposisi impor utama Thailand dari Indonesia pada periode Januari-Juni 2013 antara lain: •
Fuel Lubricans, dengan total nilai impor US$ 1,4 miliar, naik 4,4% dibanding periode yang sama tahun 2012, pangsanya terhadap total impor Thailand dari Indonesia adalah sebesar 32,09%;
•
Barang mentah dan setengah jadi, dengan total nilai impor US$ 1,25 miliar, dengan pangsa sebesar 28,63%, dan naik 4,37%;
•
Barang modal, sebesar US$ 765,7 juta, dengan pangsa 17,47%, dan meningkat 22,62%;
•
Kendaran dan Alat Transportasi, sebesar US$ 576,1 juta, dengan pangsa 13,15%, dan meningkat sebesar 28,4% dibanding periode yang sama tahun 2012;
•
Barang konsumsi, sebesar US$ 379,7 juta, dengan pangsa 8,66%, dan naik 8,0%.
Sedangkan, ekspor Thailand ke Indonesia berdasarkan kelompok dapat dibagi sebagai berikut : •
Produk manufaktur, dengan total nilai ekspor US$ 5,15 miliar, meningkat 16,21% dibanding periode yang sama tahun 2012, pangsanya terhadap total ekspor Thailand ke Indonesia sebesar 84,13%;
•
Produk agro-industri, sebesar US$ 667,95 juta, dengan pangsa sebesar 10,91%, namun mengalami penurunan sebesar 5,4%;
•
Produk pertanian dan industri pertanian, sebesar US$ 171,7 juta, dengan pangsa sebesar 2,81%, dan turun 59,7%;
•
Produk pertambangan dan bahan bakar, sebesar US$ 131,33 juta, dengan pangsa sebesar 2,15%, dan naik sebesar 3,34%.
C. Informasi lainnya 1. Thailand Siap Pasok 1 Juta Ton Beras ke RI Menteri Luar Negeri Thailand, Surapong Tovichakchaikul memastikan pihaknya segera mengekspor beras sebanyak 1 juta ton ke Indonesia. Keputusan tersebut merupakan hasil dari pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa di tengah kunjungan resminya ke Thailand. Berdasarkan Pattaya Mail, ekspor beras tersebut merupakan kesepakatan yang telah ditandatangani kedua negara pada 2011 silam. Thailand sedang melakukan proses
negosiasi, dan pengkajian ulang syarat-syarat dan ketentuan kontrak kerja kedua negara. Surapong
mengharapkan
kedua
negara
mencapai
kesepakatan
baru
yang
penandatanganannya akan dilakukan di sela-sela pertemuan APEC di Bali, Oktober 2013. Dalam nota kesepakatan yang telah disahkan pada Maret 2011, disepakati Thailand akan memasok sebanyak 1 juta ton beras ke Indonesia. Thailand bahkan berharap bisa menjual hingga 3 juta ton beras ke Indonesia, Bangladesh, dan Filipina pada tahun 2013. Thailand merupakan salah satu eksportir beras terbesar dunia, yang diperkirakan memiliki 17 juta ton cadangan beras di gudangnya. Tahun 2013, ditargetkan ekspor berasnya mencapai 8,5 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor beras dalam negeri hingga April 2013 mencapai US$ 90,07 juta. Sementara volume impor dalam periode yang sama tercatat sebesar 167,51 juta kilogram. Indonesia banyak mengimpor beras dari Vietnam, Thailand, Pakistan, India, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya. 2. Nilai Ekspor Karet Thailand tahun 2013 dapat turun 20% Volume ekspor karet Thailand diharapkan setara dengan tahun lalu, akan tetapi bisa turun 20% (dalam baht) karena kekuatan permintaan dunia dan baht. Presiden Thai Rubber Association, menyampaikan harga karet akan naik pada pertengahan kedua tahun ini. Rata-rata harga karet asap lembaran No.3 (RSS3) sebesar 80 baht per kilogram pada kuartal pertama 2013. Permintaan masih dibawah tekanan dari lesunya ekonomi dunia dan saham yang lumayan dikelola oleh pembeli asing. Diharapkan saham dunia lebih rendah di masa mendatang, karena pembeli semakin khawatir AS akan meredakan langkah-langkah pelonggaran kuantitatif. Perekonomian China mempengaruhi industri karet Thailand, setelah Bejing enggan menerapkan langkah-langkah stimulus baru dan tidak ada proyek-proyek konstruksi besar diumumkan. Saat ini China merupakan pengguna karet terbesar, mengimpor lebih dari 3 juta ton tahun 2012, setengahnya dari Thailand. Tahun 2013, China bisa impor lebih dari 1,6 juta ton karet dari Thailand. Secara keseluruhan Thailand akan mengekspor 3,2 juta ton, peningkatan marginal dari 3,1 juta ton tahun 2012. Pasar ekspor karet Thailand lainnya dalah Malaysia, Jepang,
AS. Ekspor akan mencapai 280 miliar baht (estimasi), turun 20% dari tahun 2012. Thailand, Indonesia dan Malaysia, sepakat memotong ekspor sebanyak 300,000 ton karet dari Oktober 2013. Wakil Menteri Pertanian Thailand, mengatakan bahwa Ministry of Agriculture and Cooperatives dan 7 perusahaan swasta (Rubber Estate Organization, International Rubber Conference Organization, Thai Hua Rubber, Sri Trang Agro-Industry, Thai Rubber Latex Corporation (Thailand), Southland Rubber Co., dan Von Bundit Rubber Co.,) mengatur dana Agriculture Futures Exchange of Thailand (AFET) sebesar Bt120 juta, untuk menstabilkan harga karet. Tujuan dari dana tersebut untuk membeli karet melalui AFET, karena harga karet untuk pengiriman bulan Januari ke depan adalah Bt 78 per kilo, yaitu sangat rendah dari biasanya yaitu Bt 85 per kilo. Anggota dari ketujuh perusahaan swasta akan berkontribusi Bt 30 juta untuk total kontribusi Bt 210 juta, dalam pengaturan stabilitas harga karet. Hal ini mendukung rata-rata 300-400 kontrak penjualan karet per hari. Tujuannya, untuk mempromosikan Thailand sebagai hub perdagangan karet dan menetapkan referensi harga karet di masa depan serta mendorong pendapatan petani karet Thailand. Dana ini dapat membeli 50.000 ton karet, agar harga tidak jatuh dari kondisi saat ini. 3. Thailand Menghapus 20% Bea Masuk Permata dan Produk Perhiasan yang Diimpor untuk Pameran Dagang Pemerintah Thailand mengumumkan akan menghapus 20% bea masuk impor permata & perhiasan yang dijual dalam Pameran Bangkok Gems & Jewellry ke-52, yang diadakan bulan September 2013. Karena pembebasan pajak, peserta pameran dari luar negeri akan diizinkan membawa dan menjual permata dan perhiasan dari negara lain (bebas bea), sementara peserta pameran lokal dapat mengurangi harga jualnya, setelah mengurangi biaya komponen impor dan produk. Menurut Presiden Asosiasi Pedagang Permata dan Perhiasan Thailand (TGJTA) dan Ketua Konfederasi Permata, Perhiasan dan Logam Mulia Thailand, Pemerintah mendukung
setiap
langkah
TGJTA
untuk
mempromosikan
ekspor
serta
pengembangan pasar luar negeri melalui pameran dagang, road show dan pameran. Pembebasan pajak dengan tenggang waktu 5 hari sebelum dan 15 hari setelah pameran.
Produk yang dicakup peraturan ini adalah mutiara, batu permata dan logam mulia, perhiasan imitasi dan koin. Insentif bebas bea impor, hanya diperoleh peserta pameran yang didukung TGJTA. Penjual yang tidak didukung, harus membayar standar 20% bea masuk, dan 7% VAT atau pajak pertambahan nilai (PPN) dan berlaku untuk semua peserta pameran, lokal dan asing. Namun, di pameran akan ada "Zero VAT Pavillion”, dimana pembeli dibebaskan dari membayar VAT yang dikenakan pada permata kasar dan bahan baku, yang diimpor ke Thailand untuk manufaktur. Langkah itu secara signifikan mendorong Thailand menjadi gerbang industri permata dan perhiasan ASEAN. Pada Pebruari 2013, Pameran Permata di Bangkok ke-51 berhasil menarik lebih dari 30.000 pengunjung lebih dari 130 negara, termasuk pembeli dari Dubai, Rusia, China, Bahrain, Brasil dan Kanada. Pameran Permata dan Perhiasan Bangkok diadakan dua kali setahun, sebagai pameran dagang permata dan perhiasan terbesar kelima dunia, dan kedua di pasar Asia.
Sumber : Laporan Atdag Bangkok, Thailand, Juni 2013