PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI – SEPTEMBER 2013
A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2013, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia defisit sebesar US$ 17,67 miliar atau meningkat 29,45% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang tercatat defisit sebesar US$ 13,65 miliar. Total perdagangan Thailand periode ini tercatat US$ 361,95 miliar, meningkat sebesar 1,17% dibanding periode yang sama tahun 2012. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$ 172,14 miliar, naik 0,05% dibanding periode yang sama tahun 2012 , dan impor sebesar US$ 189,81 miliar, meningkat 2,21% dibanding periode yang sama tahun 2012. Peningkatan impor didukung impor emas dan perhiasan dan juga produk elektronik serta impor suku-cadang & aksesori kendaraan yang cukup signifikan pada periode ini. 2. Sepuluh negara tujuan ekspor utama Thailand yang merupakan 62,79% dari total ekspor Thailand periode Januari-September 2013 ke Dunia adalah : RR China, Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Malaysia, Indonesia, Singapura, Australia, Vietnam, dan India . Ekspor ke kawasan Uni Eropa (27 Negara) mencapai US$ 16,78 miliar, atau 9,75% dari total ekspor Thailand pada periode Januari-September 2013, dan mencatat pertumbuhan sebesar 2,11% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Sementara, ekspor ke kawasan ASEAN (9 Negara) pada periode JanuariSeptember 2013 sebesar US$ 44,89 miliar, atau 26,08% dari total ekspor Thailand, dan meningkat sebesar 6,28% dibanding periode yang sama tahun 2012. Indonesia, merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-6 bagi Thailand, dan pangsa pasarnya 5,10% pada periode ini. 3. Adapun produk ekspor Utama Thailand pada periode Januari-September 2013 antara lain adalah : Elektronik & produk2nya sebesar US$ 18,61 miliar atau 10,81% dari total ekspor Thailand; Otomotif & suku-cadangnya sebesar US$ 18,51 miliar atau 10,75% ; Kimia & Produk2nya sebesar US$ 13,77 miliar atau 8,01%; Karet & Produk2nya sebesar US$ 12,26 miliar atau 7,13%; Produk Olahan Minyak sebesar US$ 9,18 miliar atau 5,33% ; Batu Berharga dan Perhiasan sebesar US$ 7,91 miliar atau 4,6% dan juga Mesin dan komponen2nya sebesar US$ 5,14 miliar atau 2,99% dari total ekspor Thailand ke Dunia pada periode Januari-September 2013 ini.
4. Sepuluh negara asal impor Thailand pada periode Januari-September 2013 antara lain
Jepang, RR China, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Malaysia, Swiss, Korea Selatan, Indonesia, Singapura, dan Taiwan. Impor dari sepuluh negara asal terbesar mencatat 67,04% dari total impor Thailand pada periode Januari-September 2013. 5. Produk impor utama Thailand dengan nilai terbesar periode Januari-September 2013 antara lain adalah :
Gold (incl Gold Plated With Platinum) Unwr (HS 7108) sebesar US$ 12.285,78 juta, meningkat 58,24% dibanding periode yang sama tahun 2012;
Electronic
Integrated
Circuits
&
Microassemblies
(HS
8542)
sebesar
US$ 6.975,19 juta (0,29%);
Parts & Accesories Of The Motor Vehicles Of Headings No. 87.01 to 87.05 (HS 8708) sebesar US$ 6.282,05 juta (8,34%);
Electrical Apparatus For Line Telephony Or Line Telegraphy (HS 8517) sebesar US$ 3.318,28 juta (20,13%); dan
Automatic Data Processing Machines & Units Thereof (HS 8471) sebesar US$ 2.964,60 juta (-11,39%).
B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Thailand 1. Total perdagangan Indonesia dengan Thailand periode Januari-September 2013 tercatat US$ 15.074,45 juta, meningkat 5,44% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang nilainya mencapai US$ 14.296,84 juta. Total perdagangan periode JanuariSeptember 2013 tersebut, terdiri dari ekspor Indonesia ke Thailand sebesar US$ 6.290,55 juta, meningkat 6,70 % dibanding periode yang sama tahun 2012 yang mencapai US$ 5.895,52 juta, dan impor Indonesia dari Thailand sebesar US$ 8.783,90 juta, naik 4,55% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar US$ 8.401,32
juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand defisit bagi
Indonesia sebesar US$ 2.493,36 juta, turun sebesar 0,50% dibanding periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar US$ 2.505,80 juta. 2. Selama periode Januari-September 2013, Indonesia menjadi negara ke-8 terbesar asal impor Thailand dengan pangsa sebesar 3,31%, menunjukkan peningkatan dari pangsa impor : 3,17% (Jan-Sep 2012). 3. Komposisi impor utama Thailand dari Indonesia pada periode Januari-September 2013 antara lain:
Fuel Lubricans, dengan total nilai impor US$ 2,14 miliar, naik 7,55% dibanding periode yang sama tahun 2012, pangsanya terhadap total impor Thailand dari Indonesia adalah sebesar 34,03%;
Barang mentah dan setengah jadi, dengan total nilai impor US$ 1,72 miliar, dengan pangsa sebesar 27,42%, dan turun 0,94%;
Barang modal, sebesar US$ 1,02 miliar, dengan pangsa 16,16%, dan meningkat 11,34%;
Kendaran dan Alat Transportasi, sebesar US$ 836,5 juta, dengan pangsa 13,3%, dan meningkat sebesar 13,97% dibanding periode yang sama tahun 2012;
Barang konsumsi, sebesar US$ 572,25 juta, dengan pangsa 9,1%, dan naik 10,67%.
Sedangkan, ekspor Thailand ke Indonesia berdasarkan kelompok dapat dibagi sebagai berikut :
Produk manufaktur, dengan total nilai ekspor US$ 7,42 miliar, meningkat 10,06% dibanding periode yang sama tahun 2012, pangsanya terhadap total ekspor Thailand ke Indonesia sebesar 84,46%;
Produk agro-industri, sebesar US$ 791,95 juta, dengan pangsa sebesar 9,02%, namun mengalami penurunan sebesar 13,87%;
Produk pertambangan dan bahan bakar, sebesar US$ 305,8 juta, dengan pangsa sebesar 3,48%, dan naik sebesar 3,34%;
Produk pertanian dan industri pertanian, sebesar US$ 267,5 juta, dengan pangsa sebesar 3,05%, dan turun 53,22% ..
C. Informasi lainnya 1. Thailand jajaki investasi di Batam Investor Thailand tertarik membangun industri otomotif dan industri keramik di Batam seiring tingginya upah buruh di Thailand. Rencana investasi pengusaha Thailand di Batam dilakukan karena Batam memiliki banyak fasilitas investasi. Duta Besar Thailand untuk Indonesia, H.E Paskorn Siriyaphan saat melakukan kunjungan ke BP Batam untuk menjajaki investasi di Batam, mengatakan bahwa alasan Thailand membidik investasi di Batam karena biaya produksi di Thailand saat ini cukup tinggi, ditambah lagi dengan Upah Minimun di Thailand lebih tinggi dibanding di Batam. Untuk menekan biaya produksi tersebut, investor Thailand
mengalihkan pabriknya ke sejumlah negara yang memiliki biaya lebih rendah seperti Indonesia khususnya Batam. Untuk itu, sejumlah rombongan pengusaha Thailand berkunjung ke Batam, untuk mendapat penjelasan langsung terkait dengan fasilitas dan prospek investasi di Batam. 2. Thailand dapat menjadi Pusat Penghubung Karet Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand percaya bahwa Thailand bisa menjadi pusat para-rubber ASEAN mengingat keuntungan logistik, namun pemerintah tidak boleh campur tangan di pasar karet. Dalam seminar tentang masa depan industri karet Thailand, Menteri Pertanian Yukol Limlamthong mengatakan dia yakin akan kemampuan Thailand untuk menjadi pusat karet regional, didukung keuntungan geografis yang mudah untuk menghubungkan negara dengan anggota ASEAN lainnya. Menurut menteri Pertanian, untuk menjadi pusat karet ASEAN, Thailand harus meningkatkan produksi dan kualitas karet dan lebih fokus pada barang dari karet olahan yang pada gilirannya akan menciptakan nilai tambah pada produk. Selain itu, kebijakan relaksasi pajak sebagai salah satu faktor yang akan memicu industri karet dan menarik lebih banyak investor. Sementara, mengenai konflik harga saat ini, menteri Pertanian mengatakan pemerintah tidak boleh campur tangan di pasar karet, melainkan harus menjaga dan mengelola situasi harga sesuai dengan realitas agar tidak mendistorsi mekanisme pasar. 3. Investor Thailand tertarik berinvestasi di Jakarta Thai Trade Center di bawah Departemen Promosi Perdagangan Internasional (DITP) Thailand di Jakarta, mengatakan bahwa investor Thailand melihat peluang bisnis di Indonesia sebagai negara dengan pasar terbesar di ASEAN. Menurut Direktur Thai Trade Center di Jakarta, Indonesia merupakan pasar yang sangat menarik bagi investor karena memiliki lebih dari 240 juta penduduk, sehingga menjadikannya sebagai pasar terbesar di kawasan ASEAN. Sehubungan Indonesia bertujuan untuk menjadi salah satu sepuluh ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2025, hal ini tidak boleh dilepaskan oleh para investor. Thai Trade Center mendesak pengusaha yang ingin berinvestasi di Indonesia untuk mengerti dengan baik mengenai informasi hukum dan peraturan sebelum melakukan investasi. Sekarang ini, hanya perusahaan besar yang berinvestasi di Indonesia, termasuk PTT, Charoen Pokphand (CP) , dan Siam Cement Grup.
Thailand Trade Center baru-baru ini mengadakan “Thailand Creative Week 2013” di Jakarta dalam rangka mendorong lebih banyak investasi dan pemicu penjualan produk Thailand serta untuk membuat produk Thailand lebih dikenal di kalangan pembeli dari Indonesia.
Sumber : Laporan Atdag Bangkok, Thailand, September 2013