No.68/12/75/Th.X. 1 Desember 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NOVEMBER 2016
Pada bulan November 2016, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 105,77 yang mengalami penurunan sebesar 0,65 persen bila dibandingkan keadaan bulan Oktober 2016 yang tercatat sebesar 106,46. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 109,63 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 113,07 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 99,12 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 102,98 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 101,47 untuk Subsektor Perikanan (NTN).
Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 108,61 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 105,77, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 103,91, Provinsi Maluku Utara sebesar 103,15, Provinsi Maluku sebesar 100,83, dan Propinsi Papua Barat sebesar 100,81. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 94,44, Provinsi Papua sebesar 95,05, Propinsi Sulawesi Tengah sebesar 98,20, dan Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 98,95. NTP nasional sebesar 101,31 mengalami penurunan sebesar 0,40 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,71.
Pada November 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 1,97 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga yaitu bahan makanan 3,63 persen, makanan jadi 0,55 persen, perumahan 0,16 persen, sandang 0,09 persen, kesehatan 0,55 persen dan transportasi dan komunikasi sebesar 0,26 persen, sedangkan deflasi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar -0,01 persen.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada November 2016 sebesar 119,87 atau naik sebesar 0,80 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
1.
Nilai Tukar Petani (NTP) NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th. X. 1 Desember 2016
1
menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo Oktober – November 2016 Per Subsektor serta Perubahannya (2012=100) Subsektor
Oktober 2016
November 2016
(1)
(2)
(3)
Persentase Perubahan (4)
106.46 131.01 123.06 128.90 110.17
105.77 132.15 124.94 131.45 110.24
-0.65 0.87 1.52 1.97 0.07
106.69 131.44 123.20 129.02 110.25
106.02 132.58 125.05 131.52 110.31
-0.63 0.87 1.51 1.94 0.06
109.23 138.96 127.16 149.58 127.23 129.89 114.68
109.63 141.95 129.08 153.53 129.48 132.62 114.69
0.37 2.15 1.50 2.64 1.77 2.10 0.00
112.73 140.83 144.86 121.38 122.63 124.93 128.54 107.95
113.07 143.53 147.86 122.70 121.37 126.94 130.98 108.01
0.30 1.92 2.07 1.08 -1.03 1.61 1.89 0.06
Gabungan a. Nilai tukar petani (NTP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Gabungan tanpa Perikanan a. Nilai tukar petani (NTP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 1. Tanaman Pangan a. Nilai tukar petani (NTPP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Padi - Palawija c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Nilai tukar petani (NTPH) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2
Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th.X. 1 Desember 2016
Subsektor (1) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai tukar petani (NTPR) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Nilai tukar petani (NTPT) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan (NTNP) b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 5.1. Perikanan Tangkap a. Nilai tukar nelayan (NTN) b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) - Penangkapan c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 5.2. Perikanan Budidaya a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) - Budidaya c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
Oktober 2016
November 2016
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
101.10 128.76 128.76 127.35 130.67 112.19
99.12 128.47 128.47 129.62 133.44 112.14
-1.97 -0.22 -0.22 1.78 2.12 -0.04
104.49 120.13 120.08 120.05 120.07 120.31 114.97 127.17 105.42
102.98 119.47 118.78 120.68 119.29 121.60 116.01 129.27 105.64
-1.45 -0.55 -1.08 0.52 -0.65 1.07 0.91 1.65 0.21
102.45
101.47
-0.96
123.58
124.66
0.87
120.62 126.88 108.75
122.86 130.15 109.04
1.85 2.57 0.26
107.16 129.66 129.66 120.99 126.90 110.20
106.32 131.03 131.03 123.23 130.16 110.58
-0.78 1.06 1.06 1.85 2.57 0.35
88.82 106.20 106.20 119.57 126.84 104.61
87.40 106.43 106.43 121.77 130.10 104.64
-1.60 0.22 0.22 1.84 2.58 0.02
BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th. X. 1 Desember 2016
3
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada November 2016, NTP turun 0,65 persen dibandingkan NTP September 2016, yaitu dari 106,46 menjadi 105,77. Gambar 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2015 – November 2016
Pada periode Januari 2015 – November 2016, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 sebesar 106,46 dan terendah terjadi pada bulan April 2015 sebesar 100,26. Penurunan NTP November 2016, disebabkan oleh naiknya 3 (tiga) subsektor yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1,97 persen, subsektor peternakan sebesar -1,45 persen, dan subsektor perikanan sebesar -0,96 persen. Sedangkan 2 (dua) subsektor lainnya mengalami kenaikan indeks yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,37 persen, dan tanaman hortikultura sebesar 0,30 persen. 2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Pada November 2016 It naik sebesar 0,87 persen dibanding It Oktober 2016, yaitu dari 131,01 menjadi 132,15. Kenaikan It pada November 2016 disebabkan naiknya It pada 3 (tiga) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,15 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 1,92 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,87 persen, sedangkan 2 (dua) subsektor lainnya turun yakni tanaman perkebunan rakyat sebesar -0,22 persen, dan subsektor peternakan sebesar -0,55 persen. 3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Novembber 2016, Ib naik sebesar 1,52 persen bila dibanding Ib Oktober 2016, yaitu dari 123,06 menjadi 124,94. Kenaikan Ib disebabkan naiknya Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,77 persen, subsektor tanaman horikultura sebesar 1,61 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,78 persen, subsektor peternakan sebesar 0,95 persen dan subsektor perikanan sebesar 1,85 persen. 4. NTP Subsektor a.
4
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)
Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th.X. 1 Desember 2016
Pada November 2016 terjadi kenaikan NTPP sebesar 0,37 persen. Hal ini karena kenaikan It sebesar 2,15 persen, sedangkan Ib naik 1,77 persen. Kenaikan It pada November 2016 karena kenaikan indeks pada kelompok palawija sebesar 2,64 persen dan kelompok padi sebesar 1,50 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah gabah, jagung, dan kacang tanah. Kenaikan Ib sebesar 1,77 persen disebabkan naiknya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 2,10 persen, dan indeks kelompok BPPBM tidak mengalami perubahan. b.
Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada November 2016, NTPH naik sebesar 0,30 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 1,92 persen, sedangkan Ib juga naik sebesar 1,61 persen. Kenaikan It November 2016 disebabkan naiknya harga pada kelompok komoditas sayursayuran sebesar 2,07 persen, kelompok buah-buahan sebesar 1,08 persen, sedangkan kelompok tanaman obat mengalami penurunan indeks sebesar -1,03 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan yaitu cabai merah, cabai rawit, kangkung, tomat, durian, jeruk, mangga, dan pisang. Untuk nilai Ib terjadi kenaikan sebesar 1,61 persen, yaitu dari 124,93 menjadi 126,94 disebabkan pada kelompok KRT naik sebesar 1,89 persen dan indeks BPPBM juga naik sebesar 0,06 persen. c.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada November 2016, NTPR mengalami penurunan sebesar -1,97 persen. Hal ini terjadi karena terjadi penurunan It sebesar -0,22 persen, dibandingkan Ib yang naik sebesar 1,78 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks pada sebagian besar komoditi tanaman perkebunan rakyat yakni kakao, cengkeh, dan buah aren/enau. Kenaikan pada Ib dikarenakan naniknya indeks kelompok KRT sebesar 2,12 persen, dan indeks BPPBM turun sebesar -0,04 persen. d.
Subsektor Peternakan (NTPT) Pada November 2016, NTPT turun sebesar -1,45 persen. It mengalami penurunan sebesar 0,55 persen dibandingkan Ib yang naik sebesar 0,91 persen. Penurunan It November 2016 disebabkan turunnya It pada kelompok ternak besar sebesar 1,08 persen, dan ungags sebesar 0,65 persen, sedangkan kelompok ternak kecil dan hasil ternak mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,52 persen, dan 1,07 persen. Komoditi pada subsektor peternakan yang mengalami penurunan harga adalah komoditi sapi potong, ayam buras, ayam ras petelur dan telur ayam ras. Sedangkan Ib yang naik sebesar 0,91 persen disebabkan naiknya indeks kelompok KRT sebesar 1,65 persen, dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,21 persen. e.
Subsektor Perikanan (NTNP) Pada November 2016, NTNP turun sebesar 0,96 persen. It naik sebesar 0,87 persen, dan Ib naik sebesar 1,85 persen. Kenaikan It disebabkan naiknya indeks kelompok penangkapan ikan sebesar 1,06 persen, dan indeks kelompok budidaya ikan sebesar 0,22 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT naik sebesar 2,57 persen, dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,26 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada November 2016, NTN turun sebesar 0,78 persen. It naik sebesar 1,06 persen, lebih rendah dari Ib yang juga naik sebesar 1,85 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap (khususnya komoditi baronang, biji nangka, cakalang, kembung, kerapu, kurisi, lencam, peperek, selar, sunglir, terbang, rajungan, dan cumicumi). Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT naik sebesar 2,57 persen, dan indeks BPPBM sebesar 0,35 persen. Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th. X. 1 Desember 2016
5
2)
Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada November 2016, NTPi turun sebesar 1,60 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan It yang sebesar 0,22 persen dibandingkan Ib yang naik sebesar 1,84 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya harga komoditi pada kelompok budidaya (khususnya komoditi mas, nila, dan bandeng). Kenaikan Ib sebesar 1,84 persen disebabkan karena naiknya kelompok KRT sebesar 2,58 persen, dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,02 persen. 5. Perbandingan Antarprovinsi Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 108,61 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 105,77, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 103,91, Provinsi Maluku Utara sebesar 103,15, Provinsi Maluku sebesar 100,83, dan Propinsi Papua Barat sebesar 100,81. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 94,44, Provinsi Papua sebesar 95,05, Propinsi Sulawesi Tengah sebesar 98,20, dan Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 98,95. NTP nasional sebesar 101,31 mengalami penurunan sebesar 0,40 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,71. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya November 2016 (2012=100) It Provinsi (1) Sulawei Utara Papua Sulawesi Tengah Sulawei Tenggara Papua barat Maluku Maluku Utara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Nasional
Ib
(2)
% Perubahan (3)
117.37 117.44 121.85 121.98 125.37 126.52 126.50 129.57 132.15 130.22 127.13
0.20 -0.26 0.01 -0.32 0.47 0.32 -0.25 0.08 0.87 -0.25 0.27
Indeks
NTP
(4)
% Perubahan (5)
124.28 123.55 124.09 123.28 124.36 125.48 122.64 124.70 124.94 119.90 125.49
0.31 0.64 0.50 0.13 0.33 0.42 0.76 0.38 1.52 0.83 0.67
Indeks
Rasio (6) 94.44 95.05 98.20 98.95 100.81 100.83 103.15 103.91 105.77 108.61 101.31
% Perubahan (7) -0.11
-0.90 -0.49 -0.45 0.13 -0.10 -1.01 -0.30 -0.65 -1.08 -0.40
6. Inflasi Perdesaan Pada November 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 1,97 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga yaitu bahan makanan 3,63 persen, makanan jadi 0,55 persen, perumahan 0,16 persen, sandang 0,09 persen, kesehatan 0,55 persen dan transportasi dan komunikasi sebesar 0,26 persen, sedangkan deflasi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar -0,01 persen. Dari kawasan timur Indonesia terjadi inflasi perdesaan pada seluruh provinsi, inflasi tertinggi yakni Provinsi Gorontalo sebesar 1,97 persen, Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,97 persen, Provinsi Maluku Utara sebesar 0,93 persen, Provinsi Papua sebesar 0,81 persen, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,59 persen, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,51 persen, Provinsi Maluku sebesar 0,50 persen, Provinsi Papua Barat sebesar 0,48 persen, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 0,36 persen dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,14 persen. 6
Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th.X. 1 Desember 2016
Tabel 3 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan November 2016 (2012=100) Pendidik an, Transpor Bahan Makanan Perumah Kesehat Rekreasi tasi dan Umum/ Sandang Makanan Jadi an an dan KomuniKRT Olah kasi raga (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Provinsi
(1) Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Utara Papua Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Maluku Papua Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara
3.63 1.79 1.20
0.55 0.63 0.99
0.16 0.08 0.64
0.09 0.29 0.19
0.55 0.12 0.39
-0.01 0.07 -0.10
0.84
1.14
0.65
0.19
0.56
0.20
0.63
1.20 1.00 0.73 0.72 0.56 0.17
0.14 0.32 0.27 0.48 0.32 0.11
0.00 -0.23 0.22 0.20 0.26 0.28
0.66 0.16 0.11 0.10 0.13 0.01
0.52 0.24 0.55 0.60 0.09 0.76
0.02 0.02 -0.27 0.17 0.03 0.08
-0.10 0.16 0.66 -0.13 0.05 -0.18
1.97 0.97 0.93 0.81 0.59 0.51 0.50 0.48 0.36 0.14
1.65
0.35
0.27
0.21
0.29
0.07
0.19
0.87
Nasional
7.
0.26 0.23 0.61
NTUP Subsektor
Pada Oktober 2016 terjadi kenaikan NTUP di Provinsi Gorontalo sebesar 0,80 persen. Hal ini disebabkan naiknya It sebesar 0,87 persen, bila dibandingkan Indeks BPBBM yang naik sebesar 0,07 persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada 3 (tiga) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,15 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 1,86 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,61 persen. Sedasngkan subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor peternakan masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,18 persen dan 0,76 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Oktober – November 2016 per Subsektor dan Persentase Perubahannya (2012=100) Subsektor
Oktober 2016
November 2016
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan 2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan 5. Perikanan a. Tangkap b. Budidaya
121.17 130.46 114.77 113.96 113.64 117.65 101.52
123.77 132.89 114.56 113.09 114.32 118.49 101.72
2.15 1.86 -0.18 -0.76 0.61 0.71 0.20
Gorontalo
118.92
119.87
0.80
Berita Resmi Statistik No.68/12/75/Th. X. 1 Desember 2016
7