PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/2016) The Differences of Result Learning Students’ used Problem Based Learning (PBL) and Probing Prompting Learning (PPL) in the Environment Pollution Concept (Study Experiment at 10th Grade Public Senior High School 5 Tasikmalaya 2015/2016). Ida Sinta Dewi, Purwati Kuswarini dan Diana Hernawati. Pendidkan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Penidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya-Jawa Barat. E-mail:
[email protected] ABSTRACT This research was conducted to find out the differences of result learning students’ between problem based learning (PBL) and probing prompting learning (PPL) in the environment pollution concept at 10th grade Public Senior High School 5 Tasikmalaya. This research was conducted from November 2015 to March 2016 at Public Senior High School 5 Tasikmalaya. The method used in this research was preexperimental. The population in this research were all students of class 10th grade Public Senior High School 5 Tasikmalaya that as many as six from mathematic and natural science classes, with the number of students are 238 students. Samples are two classes were taken by custer random sampling, which lists all members of the population and then choose random sampling is PPL class are 40 students and PBL class are 39 students. Research instrument is a achievement test about concept environment pollution, This test consist of 39 items of multiple choice question with five options in each question. The researcher use t-test to analyze the data result with a significance level (α) = 5 %. According to the research, it showed that there is differences of students learning result that the learning process using problem based learning and probing prompting learning in the environment pollution concept at 10th grade Public Senior High School 5 Tasikmalaya. The students learning result of using problem based learning is better than using probing prompting learning. Keywords: Problem Based Learning, Probing Prompting Learning, Result Learning
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dan model probing prompting learning pada materi Pencemaran Lingkungan di kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre eksperimental . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya sebanyak enam kelas dari kelas MIPA, dengan jumlah peserta didik sebanyak 238 orang. Sampel yang digunakan sebanyak dua kelas yang diambil secara cluster random sampling yaitu mendaftar semua anggota populasi dan kemudian memilih sampel secara acak, sehingga didapatkan dua kelas dari keseluruhan populasi yaitu kelas PPL sebanyak 40 siswa dan kelas PBL sebanyak 39 siswa. Instrumen penelitian adalah tes hasil belajar pada materi pencemaran lingkungan. Tes ini berupa pilihan majemuk sebanyak 39 butir soal dengan lima option. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dengan taraf signifikan (α) = 5 %. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis data, menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dan model probing prompting learning pada materi Pencemaran Lingkungan di kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning lebih baik dari yang menggunakan model pembelajaran probing prompting learning. Kata kunci: Model Problem Based Learning, Model Probing Prompting Learning, Hasil Belajar Pendahuluan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan untuk menciptakan generasi muda yang cerdas. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau pelatihan keterampilan, tetapi pendidikan berfungsi mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Pendidik memiliki peranan penting dalam pendidikan yaitu untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik secara lebih mendalam serta mendorong peserta didik agar minat dan hasil belajar peserta didik menjadi meningkat. Untuk itu dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran biologi yang sesuai dengan perkembangan model pembelajaran yang berlaku saat ini.
Biologi memiliki peranan penting dalam pendidikan, karena pada dasarnya pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan pola pikir peserta didik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajarannya, sehingga
pemerintah
harus
terus
berupaya
untuk
meningkatkan
mutu
pembelajaran biologi agar permasalahan-permasalahan biologi dalam pendidikan dapat teratasi. Salah satu permasalahan dalam pelajaran biologi di sekolah adalah kurangnya minat peserta didik dalam pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar peserta didik cenderung rendah. Keberhasilan
suatu
pembelajaran
tergantung
pada
proses
pembelajarannya. Sebagaimana fakta yang telah dikemukakan oleh Sundari (2013), Astika, Urip (2012), dan Asna, Nur (2013) diperoleh informasi bahwa “proses kegiatan pembelajaran di sekolah pada umumnya masih terpusat pada guru (teacher center) serta guru belum bisa mengarahkan peserta didik untuk bersikap ilmiah dan kebiasaan berani mengkomunikasikan pendapat”. Oleh karena itu peserta didik kurang mampu berpartisipasi, berkomunikasi, mengemukakan pendapat serta berkreasi di dalam kelas. Menurut Sundari (2013) dan Widyastuti, Dyah Ayu (2014) mengemukakan bahwa “dengan adanya permasalahan dalam pendidikan diharapkan guru dapat termotivasi untuk melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), sehingga peserta didik menjadi lebih kreatif dan dapat berpartisipasi serta berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan fakta yang penulis temukan di lapangan dari hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Biologi kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya pada tanggal 25 November 2015, menunjukan bahwa kurangnya keaktifan dan perhatian peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik cenderung sibuk dengan aktivitas masing-masing yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, serta pada kegiatan kerja kelompok tidak semua anggota dalam kelompoknya ikut berpartisipasi. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang sulit dipahami terutama pada mata pelajaran pencemaran lingkungan, karena model pembelajaran yang digunakan guru sangat
monoton, sehingga minat belajar mereka pada proses kegiatan pembelajaran biologi sangat kurang. Permasalahan yang terjadi berdampak pada hasil belajar peserta didik, hasil yang diperoleh peserta didik kebanyakan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai, sementara KKM yang harus dicapai adalah 75.00, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik hanya mencapai 73.00. Guru sebagai pendidik perlu mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan sebuah model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat peserta didik agar aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik dapat berfikir secara luas dan kreatif, sehingga peserta didik dapat menentukan solusi terhadap permasalahan yang terjadi terutama pada mata mata pelajaran pencemaran lingkungan, karena kebanyakan dari peserta didik belum begitu memahami akan pentingnya menjaga lingkungan sehingga masih banyak peserta didik yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan membiarkannya menumpuk, padahal kegiatan tersebut dapat berdampak buruk terutama pada kesehatan manusia dan mahluk hidup lain yang berada di lingkungan tersebut. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan model probing prompting learning (PPL) yang akan diteliti di kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya pada materi pencemaran lingkungan. Model problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menemukan solusi dari suatu masalah, melatih daya ingat serta menambah pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan eksperimen, sedangkan model probing prompting learning (PPL) merupakan pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang dapat menuntun dan menggali gagasan peserta didik sehingga terciptanya proses berfikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode pre eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 6 kelas dengan jumlah peserta didik 238 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik sebanyak dua kelas dari populasi dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pada penelitian ini kelas MIPA 1 diberi perlakuan dengan menggunakan model probing prompting learning dan kelas MIPA 3 diberi perlakuan dengan menggunakan model learning problem based learning. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one shot case study, artinya penulis mengadakan perlakuan satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian dilakukan tes. Tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan majemuk dengan lima option. Soal yang diberikan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Teknik pengolahan data dan analisis terdiri dari uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji chi kuadrat, karena data yang diteliti lebih dari 30 orang, sedangkan uji homogenitas menggunakan uji Fmaksimum karena data yang diteliti berdistribusi normal. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena data yang dihasilkan berdistribusi normal dan homogen. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dan model probing prompting learning sebagai berikut: Tabel 1. Data Statistik Hasil Belajar Peserta Didik yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran problem based learning Statistik Maksimum Minimum Rentang Rata-rata
Nilai 38 20 18 31,54
Varians Standar deviasi KKM
28,41 5,33 75
Tabel 2. Data statistik Hasil Belajar Peserta Didik yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran probing prompting learning Statistik Maksimum Minimum Rentang Rata-rata Varians Standar deviasi KKM
Nilai 35 18 17 29,28 18,40 4,29 75
Untuk menguji kenormalan data digunakan uji chi-kuadrat, Ringkasan perhitungan uji normalitas sebagai berikut: Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas No
Data
χ2hitun
χ2tabel.
Hasil Analisis
kesimpulan
1
A
5,28
9,49
χ2hitung < χ2tabel.
Terima Ho
2
B
7,43
7,81
χ2hitung < χ2tabel.
Terima Ho
g
Kesimpulan Analisis Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Untuk mengetahui apakah kedua data hasil tes belajar tersebut variansnya homogen atau tidak, dilakukan uji homogenitas dua varians dengan menggunakan uji Fmaksimum, Ringkasan perhitungan uji homogenitas sebagai berikut: Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Fmaksimum
Fhitung
Ftabel
Hasil Analisis
1,54
1,71
Fhitung< Ftabel
Kesimpulan Kesipulan analisis Terima Ho Kedua varians homogen
Setelah data memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t komparatif. Ringkasan perhitungan uji Hipotesis sebagai berikut: Tabel 5.Ringkasan uji hipotesis t hitung 2,09
t tabel 1,995
Hasil Analisis thitung ≥ +ttabel
Kesimpulan Kesimpulan Penelitian Analisis Terdapat perbedaan antara hasil Tolak Ho belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan model probing prompting learning pada materi pencemaran lingkungan (studi eksperimen di kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016).
Pembahasan Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh nilai thitung 2,09 dan ttabel 1,995, dari hasil pengujian hipotesis dengan uji t didapat hasil analisis thitung ≥ +ttabel karena harga thitung lebih besar daripada harga ttabel maka kesimpulan analisis dari penelitian ini adalah tolak Ho yaitu terdapat perbedaan antara hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan model probing prompting learning pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Sedangkan untuk nilai rata-rata post test peserta didik yang proses kegiatan pembelajarannya menggunakan model problem based learning yaitu
=
31,54, dan peserta didik yang proses kegiatan pembelajarannya menggunakan model probing prompting learning memiliki nilai rata-rata post test dengan nilai = 29,28 dan hasil keduanya telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 29,25. Perbedaan hasil belajar tersebut karena model pembelajaran problem based learning mampu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengemukakan solusi dari suatu permasalahan yang terjadi di lingkungan. Dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas MIPA 3 dengan menggunakan model
pembelajaran
problem
based
learning,
pada
pelaksanaannya
diadakan
eksperimen, setiap anggota dalam kelompok memiliki tugas masing-masing sehingga pada kegiatan kerja kelompok setiap anggota dalam kelompoknya ikut berpartisipasi dengan baik. Dengan adanya hal tersebut maka peserta didik menjadi lebih antusias, aktif kreatif serta inovatif yang menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta setiap peserta didik mampu memahami materi yang telah dipelajari. Sedangkan menggunakan
dalam
model
proses
pembelajaran
pembelajaran
probing
dikelas prompting
MIPA
1
yang
learning
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik, tetapi dalam proses pembelajarannya hanya sebagian peserta didik yang aktif karena dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak semua peserta didik diberi pertanyaan, peserta didik cenderung merasa takut karena dalam proses pembelajaran guru memberikan serangkaian pertanyaan kepada peserta didik yang dipilih guru, sehingga skor rata-rata yang diperoleh peserta didik tidak begitu tinggi. Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan model probing prompting learning di kelas yang berbeda, dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari kedua model tersebut. Kelebihan dari model pembelajaran problem based learning yaitu dapat menjadikan peserta didik lebih aktif, karena setiap anggota dalam kelompok memiliki tugas masing-masing sehingga semua anggota dalam kelompoknya ikut berpartisipasi aktif, melatih daya ingat serta menambah pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan eksperimen. Model problem based learning juga memiliki kekurangan yaitu model problem based learning menuntut semua anggota dalam kelompok untuk berpartisipasi aktif sehingga semua anggota dalam kelompok memiliki
tugas
masing-masing,
tetapi
dalam pelaksanaannya
dikarenakan tingkat pengetahuan peserta didik cukup beranekaragam maka dalam kegiatan pembagian tugas tersebut menjadi sangat sulit. Sedangkan kelebihan model probing prompting learning yaitu dengan memberikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun kepada peserta didik, menjadikan peserta didik lebih fokus dan aktif berfikir
dalam kegiatan pembelajaran, mampu menghubungkan pengetahuan yang telah dimikinya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, sehingga peserta didik menjadi lebih berani dan terampil dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Namun dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan waktu yang tersedia terbatas sehingga tidak semua peserta didik diberikan pertanyaan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan model probing prompting learning pada materi pencemaran lingkungan, dan hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran probing prompting learning di kelas X SMA Negeri 5 Tasikmalaya pada materi pencemaran lingkungan. Daftar Pustaka Amir, Taufiq. M. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Arikunto, Suharsimi (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Renika Cipta Asna, Nur. (2013). Pengaruh Penerapan Teknik Probing Prompting Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Universitas Jambi Astika, Urip. dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis: Universitas Pendidikan Ganesha Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hernawan, Edi. (2014). Pengantar Statistika Parametrik. Tasikmalaya: LPPM Univsitas Siliwagi Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia
Huda, Miftahul.(2013). Model-model pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kristanto, Philip. (2004). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Mulia, Ricky M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu Nurhayati, Nunung. (2013). Pencemaran Lingkungan. Bandung: CV Yrama Widya Sastrawijaya, Tresna. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta Sohimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruz Media Sudjoko, dkk. (2009). Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: universitas Terbuka Sundari. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning) untuk Meningkatkan Aktivitas Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa SMPN 1 Kota Ternate. Universitas Khairun Ternate Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media Swarjawa, Eka. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Negeri 1 Sebatu. Universitas Pendidikan Ganesha Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Widaningsih, Dedeh. (2013). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi. (tidak diterbitkan) Widiastuti, Dyah Ayu. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Probing Prompting untuk meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Antosari Kecamatan Selemadeg Barat. Universitas Pendidikan Ganesha