PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
merupakan
dokumen
perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah; b. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014
tentang
Pemerintahan
Daerah
perlu
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten
Bintan
Tahun
2016-2021
yang
merupakan perwujudan visi, misi dan Program Bupati Bintan
yang
memuat
kebijakan
penyelenggaraan
Pembangunan; c. Bahwa sesuai dengan amanat peraturan perundangundangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ditetapkan dengan peraturan daerah; d. Bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu membentuk Pembangunan
Peraturan
Daerah
Jangka
Menengah
Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021;
tentang
Rencana
Daerah
(RPJMD)
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor
12
Pembentukan Daerah Otonom
Tahun
1956
Kabupaten
tentang dalam
lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3896); 2. Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2002
tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
2004
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
68,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Pengelolaan
Nomor
Wilayah
27
Pesisir
Tahun dan
2007
tentang
Pulau-Pulau
Kecil
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4739); 10. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintah Daerah; 11.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 12.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13.Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 14.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 15.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 16.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 17.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 18.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada
Pemerintah,
Pertanggungjawaban Perwakilan
Rakyat
Laporan
Kepala
Daerah
Daerah,
dan
Keterangan Kepada
Informasi
Dewan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 19.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 20.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 21.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 22.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008
tentang
Pengendalian Pembangunan
Tahapan, dan
Tata
Evaluasi
Daerah
Cara
Penyusunan,
Pelaksanaan
(Lembaran
Negara
Rencana Republik
Indonesia tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 23.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 24.Peraturan
Presiden
Pengesahan,
Nomor
1
Pengundangan
Tahun dan
2007
tentang
Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan; 25.Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20152019; 26.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 27.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah; 28.Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 Nomor 2). 29.Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031; 30.Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No. 5 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bintan Tahun 2005-2025; 31.Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Bintan Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2015 Nomor 6); 32.Peraturan Bupati Bintan Nomor 31 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2015 Nomor 31);
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BINTAN dan BUPATI BINTAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN
DAERAH
TENTANG
RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016-2021. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bintan. 2. Bupati adalah Bupati Bintan 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bintan. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kabupaten Bintan. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten Bintan.
7. Pembangunan
Daerah
adalah
pemanfaatan
sumber
daya
yang
dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,
maupun
peningkatan indeks pembangunan manusia. 8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bintan untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2021. 9. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 10. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Pasal 2 (1) RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan Tahun 2021 (2) Rincian RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
dan
merupakan bagian
yang
tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini. (3) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya. Pasal 3 RPJMD menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra SKPD dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu Tahun 20162021. Pasal 4
RPJMD
dilaksanakan
oleh
Bupati
dalam
rangka
penyelenggaraan
pembangunan di Daerah. BAB III SISTEMATIKA Pasal 5 RPJMD sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 disusun dengan sistematika sebagai berikut : a. BAB I
: Pendahuluan
b. BAB II
: Gambaran Umum Wilayah
c.
BAV III : Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan
d. BAB IV : Analisis Isu-Isu Strategis e.
BAB V
: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
f.
BAB VI : Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
g.
BAB VII : Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
h. BAB VIII : Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan i.
BAB IX : Penetapan Indikator Kinerja Daerah
j.
BAB X
: Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan
k. BAB XI : Penutup BAB IV PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 6 (1) Bupati melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD. (2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Kebijakan perencanaan RPJMD; b. Pelaksanaan RPJMD. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi. a. Kebijakan perencanaan RPJMD;
b. Pelaksanaan RPJMD; dan c. Hasil RPJMD. (4) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV PERUBAHAN RPJMD Pasal 7 (1) Perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila : a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah; b. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan tidak sesuai dengan Peraturan perundangundangan; c. Terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau d. Merugikan kepentingan daerah dan nasional. (2) Perubahan yang mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi, konflik
sosial,
gangguan
keamanan,
pemekaran
daerah,
atau
perubahan kebijakan nasional. Pasal 8 RPJMD Perubahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 9 Dalam hal pelaksanaan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir pembangunan jangka menengah, perubahan RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10 Pada saat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2022-2027
belum
tersusun,
maka
penyusunan
RKPD
Tahun
2022
berpedoman pada RPJMD dan RPJPD Kabupaten, serta mengacu pada RPJMD Provinsi.
BAB VI PENUTUP Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bintan. Ditetapkan di Bandar Seri Bentan pada tanggal 16 Agustus 2016 BUPATI BINTAN,
APRI SUJADI, S.Sos
Diundangkan di Bandar Seri Bentan pada tanggal 16 Agustus 2016 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BINTAN,
Ir. LAMIDI,MM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN …… NOMOR …...
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR … TAHUN ….. TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016-2021 I. UMUM Pada hakikatnya perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian
integral
yang
tidak
terpisahkan
dari
sistem
perencanaan
pembangunan nasional dengan arah, tujuan, kebijakan, sasaran dan prioritasnya sebagaimana ditetapkan dalam RPJMN dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai wujud masa depan yang diinginkan dalam kurun waktu lima tahun. RPJMN sebagai rencana jangka menengah selanjutnya diterjemahkan secara konkrit, spesifik, dan operasional menjadi rencana tahunan. Selain
untuk
mencapai
sasaran
pembangunan
nasional,
pembangunan daerah juga bertujuan untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata agar masyarakat lebih sejahtera. Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi-misi Bupati berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah, serta mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri
Nomor
21
Tahun
2011,
perlu
disusun
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati untuk waktu 5 (lima) tahun yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD, RTRW Kabupaten dan RPJMD Provinsi dan RTRW pemerintah
kabupaten/kota lainnya, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program pembangunan daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan RPJMD dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan, serta mengacu pada ketentuan peraturan. RPJMD digunakan sebagai pedoman penyusunan Renstra-SKPD dan pedoman penyusunan RKPD pada setiap tahun anggaran. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang RPJMD.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas
Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR …..
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016-2021
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN ……
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1 Latar Belakang ................................................................. 1.2 Proses Penyusunan ............................................................ 1.3 Landasan Hukum Penyusunan .......................................... 1.4 Hubungan Antar Dokumen ............................................... 1.5 Maksud dan Tujuan .......................................................... 1.5.1 Maksud ................................................................. 1.5.2 Tujuan ................................................................... 1.6 Sistematika Penulisan .......................................................
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH ............................................. 2.1 Aspek Geografi dan Demografi ....................................... 2.1.1 Karakteristik Lokal Wilayah ................................. 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah .......................... 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana ...................................... 2.1.4 Demografi ............................................................. 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat .................................... 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi .... 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial .................................. 2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga.......................... 2.3 Aspek Pelayanan Umum .................................................. 2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib ............................... 2.3.1.1 Pendidikan ............................................. 2.3.1.2 Kesehatan ............................................. 2.3.1.3 Pekerjaan Umum .................................. 2.3.1.4 Perumahan ............................................ 2.3.1.5 Penataan Ruang .................................... 2.3.1.6 Perencanaan Pembangunan .................. 2.3.1.7 Perhubungan ......................................... 2.3.1.8 Lingkungan Hidup ................................ 2.3.1.9 Pertanahan ............................................. 2.3.1.10 Kependudukan dan Catatan Sipil .......... 2.3.1.11 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ............................... 2.3.1.12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ............................................... 2.3.1.13 Sosial ..................................................... 2.3.1.14 Ketenagakerjaan ................................... 2.3.1.15 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah ... 2.3.1.16 Penanaman Modal ................................. 2.3.1.17 Kebudayaan .......................................... i
I-1 I-1 I-3 I-4 I-9 I-15 I-15 I-16 I-17 II-1 II-1 II-7 II-9 II-12 II-15 II-15 II-25 II-35 II-36 II-36 II-38 II-39 II-54 II-56 II-59 II-60 II-61 II-63 II-65 II-66 II-69 II-71 II-72 II-75 II-77 II-79 II-81
2.4
2.5
2.3.1.18 Kepemudaan dan Olahraga .................. 2.3.1.19 Kesatuan Bangsa .................................. 2.3.1.20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian ............................................ 2.3.1.21 Ketahanan Pangan ................................ 2.3.1.22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ... 2.3.1.23 Statistik.................................................. 2.3.1.24 Kearsipan ............................................. 2.3.1.25 Komunikasi dan Informatika ................ 2.3.1.26 Perpustakaan ........................................ 2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan .............................. 2.3.2.1 Pertanian ............................................... 2.3.2.2 Pariwisata ............................................. 2.3.2.3 Energi dan Sumber Daya Mineral ......... 2.3.2.4 Kelautan dan Perikanan ........................ 2.3.2.5 Perdagangan .......................................... 2.3.2.6 Perindustrian ........................................ Aspek Daya Saing Daerah ................................................ 2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ................... 2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur .................. 2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi ...................................... 2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia ............................... Perkembangan IPM Kabupaten Bintan ............................ 2.5.1 Perkembangan Komponen IPM di Kab. Bintan ....
II-82 II-84
II-85 II-86 II-87 II-88 II-88 II-89 II-90 II-91 II-91 II-94 II-95 II-96 II-97 II-98 II-98 II-98 II-99 II-103 II-105 II-105 II-109
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Masa Lalu ............................................................ III-2 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD .................................. III-2 3.1.2 Neraca Daerah ...................................................... III-7 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu .................. III-11 3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran ........................... III-11 3.2.2 Analisis Pembiayan .............................................. III-12 3.3 Kerangka Pendanaan ....................................................... III-14 3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Meningkat Serta Prioritas Utama .......................... III-14 3.4 Proyeksi Data Masa Lalu ................................................. III-16 3.4.1 Proyeksi Penerimaan Daerah ................................ III-16 3.4.2 Proyeksi Belanja Daerah ...................................... III-19 3.4.3 Proyeksi Pembiayaan Daerah ............................... III-21 3.5 Perhitungan Kerangka Pendanaan .................................... III-21
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS .............................................. 4.1 Permasalahan Pembangunan Daerah ................................ 4.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ......................... 4.1.2 Aspek Pelayanan Umum ...................................... 4.1.3 Aspek Daya Saing Daerah .................................... ii
IV-1 IV-1 IV-2 IV-4 IV-10
4.2
BAB V
Isu Strategis ...................................................................... 4.2.1 Isu Strategis Internasional .................................... 4.2.2 Isu Strategis Nasional ........................................... 4.2.2.1 Kebijakan RPJPN 2005-2025 .............. 4.2.2.2 Kebijakan RPJMN 2015-2019 ............. 4.2.3 Isu Strategis Regional ........................................... 4.2.4 Isu Strategis Lokal ................................................ 4.2.5 Isu Pengembangan Wilayah Berdasarkan Rencana Tata Ruang ............................................. 4.2.5.1 Pusat Kegiatan ...................................... 4.2.5.2 Arahan Kawasan Strategis Kabupaten ..
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ...................................... 5.1 VISI ............................................................................... 5.2 MISI ............................................................................... 5.3 Tujuan dan Sasaran ..........................................................
IV-13 IV-14 IV-15 IV-15 IV-18 IV-19 IV-24 IVIVIVV-1 V-3 V-4
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1 Strategi .............................................................................. VI-1 6.2 Arah Kebijakan ............................................................... VI-9
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN ............................................... .... VIII-47
BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH .....................
IX-15
BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN .......
X-2
BAB XI
PENUTUP
...............................................................
iii
XI - 1
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 2.21 Tabel 2.22 Tabel 2.24
Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011 ............................................................................... Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Kab. Bintan 2010-2014 di Kabupaten Bintan Tahun 2015 ................................................. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2015 ................................................. Jumlah Penduduk yang Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di Kab. Bintan Tahun 2014-2015 ................... Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kab. Bintan 2010-2014 ............. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Bintan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014-2015 .......................................................................... Distribusi Produk Domestik Regionl Bruto Kab. Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014-2015 ......................................................................... Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2014 ......................................................................... Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kab. Bintan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 ......................................................................... Proporsi Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kab. Bintan 2010-2014 ............................................... Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2010-2014 ........................... Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Nasional Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014.......... Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2010-2014 .................................. Perbandingan Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) .. Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Angka Partisipasi Kasar (APK), SD, SLTP dan SLTA Tahun 2010-2014 ......................................................................... Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP, SLTA Tahun 2010-2014 ......................................................................... Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2010-2014 ........................ Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau dan Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ..... Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kab. Bintan Tahun 2014 .................... Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2010-2014 ....................................................... Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pendidikan, 2010-2014 ... Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................ Rasio Tempat Ibadah Per 1000 Penduduk Kabupaten Bintan
iv
II-8 II-10 II-13 II-13 II-15 II-16 II-17 II-19 II-22 II-24 II-25 II-26 II-27 II-27 II-28 II-28 II-31 II-31 II-34 II-34 II-37 II-50
Tabel 2.25 Tabel 2.26 Tabel 2.27 Tabel 2.28 Tabel 2.29 Tabel 2.30 Tabel 2.31 Tabel 2.32 Tabel 2.33 Tabel 2.34 Tabel 2.35 Tabel 2.36 Tabel 2.37 Tabel 2.38 Tabel 2.39 Tabel 2.40 Tabel 2.41 Tabel 2.42 Tabel 2.43 Tabel 2.44 Tabel 2.45 Tabel 2.46 Tabel 2.47 Tabel 2.48 Tabel 2.49 Tabel 2.50 Tabel 2.51 Tabel 2.52
Tahun 2010-2014........................................................................... 85 Rasio Tempat Pemakaman Umum per 1000 Penduduk Tahun 2012-2014 ......................................................................... Rasio Tempat Pembuangan Sampah Per Satuan Penduduk Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................ Panjang Jalan dilalui Roda 4 di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ............................................................................... Rumah Tangga Pengguna Listrik di Kab. Bintan ......................... Rumah Tangga Bersanitasi di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ..... Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ............................... Jumlah Penumpang Angkutan Darat dan Laut di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ..................................................... Jumlah Pengujian Kendaraan Bermotor di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Persentase Kepemilikan KTP di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 .. Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Tahun 2010-2014 .......................................................................... Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (Eksekutif) Tahun 2010-2014 ...................................................... Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2010-2014 ......................................................................... Proporsi Kursi DPRD yang diduduki Perempuan di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ..................................................... Rasio Perempuan dalam Angkatan Kerja di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Rasio KDRT di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ........................... Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak Dari Tindakan Kekerasan di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ........ Rasio Akseptor KB di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................ Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Cakupan Peserta KB Aktif di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ...... Jumlah Total Sarana Sosial di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ..... Jumlah PMKS yang mendapat Bantuan Sosial Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................. Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ...................................... Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin Di Kab. Bintan Tahun 2014 ................................................................................... Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2010-2014 ......................................................... Jumlah Koperasi di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ..................... Jumlah Unit MKM Berdasarkan Sektor Usaha di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal v
IIII-54 II-55 II-55 II-58 II-59 II-60 II-61 II-62 II-65 II-67 II-68 II-69 II-69 II-70 II-70 II-71 II-71 II-72 II-72 II-72 II-73 II-74 II-75 II-75 II-78 II-78 II-79
Tahun 2010-2014 ......................................................................... Indikator Kinerja Kebudayaan Tahun 2010-2014 ........................ Jumlah Situs, Benda dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilindungi dan Dipelihara di Kab. Bintan 2010-2014 ................. Tabel 2.55 Jumlah Organisasi Pemuda di Kab. Bintan tahun 2010-2014 ...... Tabel 2.56 Jumlah Organisasi Olahraga di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ... Tabel 2.57 Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 Tabel 2.58 Jumlah Kegiatan Olahraga di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ...... Tabel 2.59 Jumlah Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas dan OKP Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................ Tabel 2.60 Jumlah Kegiatan Pembinaan Politik Daerah di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Tabel 2.61 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2014 ......................................................................... Tabel 2.62 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2014 ... Tabel 2.63 Perkembangan Indikator Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................. Tabel 2.64 Perkembangan Indikator Kinerja Kearsipan Tahun 2010-2014.... Tabel 2.65 Perkembangan Indikator Kinerja Komunikasi dan Informasi Tahun 2010-2014 .......................................................................... Tabel 2.66 Perkembangan Jumlah Perpustakaan dan Koleksi Buku Tahun 2010-2014 ......................................................................... Tabel 2.67 Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan Terhadap PDRB Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................ Tabel 2.68 Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 .......................................................................... Tabel 2.69 Perkembangan Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................... Tabel 2.70 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Tabel 2.71 Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ......................................................................... Tabel 2.72 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kab. Bintan Tahun 2012-2014 ......................................................................... Tabel 2.73 Rasio Tempat Pembuangan Sampah Persatuan Penduduk .......... Tabel 2.74 Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Listrik ............... Tabel 2.75 Perkembangan IPM Kab. Bintan Tahun 2010-2014 .................... Tabel 2.76 Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan Di Kab. Bintan Tahun 2010-2014 ................................................ Tabel 2.77 Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Di Kab. Bintan 2010-2014 ............................................................ Tabel 2.78 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf Dan Buta Huruf di Kab. Bintan pada Tahun 2010-2014 ............. Tabel 2.79 Pendapatan Riil Perkapita dan Indeks Daya Beli Masyarakat Kab. Bintan Tahun 2010-2014 .................................................... Tabel T-III C.1 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 Kab. Bintan ...................................................... Tabel T-1 Pertumbuhan Neraca Daerah dari Tahun 2013-2015 Kab. Bintan Tabel T-III C.2 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kab. Bintan ................... Tabel 2.53 Tabel 2.54
vi
II-79 II-81 II-82 II-82 II-83 II-83 II-83 II-84 II-84 II-86 II-86 II-88 II-89 II-90 II-91 II-92 II-93 II-94 II-94 II-96 II-96 II-101 II-102 II-107 II-111 II-113 II-114 II-116 III-5 III-7 III-9
Tabel T-III C.3 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kab. Bintan ............................................................................... Tabel T-III C.4 Penutup Defisit Riil Anggaran Kab. Bintan .................................. Tabel T-III C.5 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kab. Bintan ............... Tabel T-III C.6 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kab. Bintan ............ Tabel T-III C.7 Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama Kab. Bintan ........................................................................ Tabel T-5 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kab. Bintan .............................................. Tabel T-6 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kab. Bintan ...................................................................... Tabel 3.1 Identifikasi Isu-isu Kunci/ Strategis Aspek Ekonomi Prioritas .... Tabel 3.2 Isu-Isu Kunci/Strategis Aspek Sosial –Masyarakat Prioritas Isu .. Tabel 3.3 Isu-Isu Kunci/Strategis Aspek Lingkungan Prioritas Isu .............. Tabel 3.4 Daftar 11 Isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan di Kab. Bintan Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas .............................................. Tabel 5-1 Tabel 5-2 Tabel 5-3 Tabel 5-4 Tabel 5-5 Tabel 5-6 Tabel 5-7 Tabel 5-8
Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 1 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 2 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 3 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 4 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 5 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 6 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 7 ............ Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 8 ............
vii
III-12 III-13 III-13 III-14 III-15 III-21 III-22 IV-24 IV-29 IV-31 IV-33 [1] V-5 V-7 V-9 V-14 V-20 V-21 V-23 V-24
RPJMD 2016-2021
BAB.
1.1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dengan telah terpilih dan dilantiknya Bupati Bintan dan Wakil Bupati Bintan masa bakti periode 2016-2021, pada tanggal Februari 2016
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Dalam
17
Negeri
Republik Indonesia Nomor 131.21-230 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Pengangkatan Bupati Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 132.21-231 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Pengangkatan Wakil Bupati Bintan Provinsi Kepulauan Riau, maka melekat kewajiban untuk
menyusun
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 sebagai pedoman pembangunan selama 5 (lima) tahun serta perwujudan amanat regulasi sebagaimana diatur dalam Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa kepala daerah mempunyai tugas menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Selanjutnya berdasarkan pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah, Peraturan
Daerah
tentang
dinyatakan
bahwa
RPJMD ditetapkan paling lama 6
(enam) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐1
RPJMD
Kabupaten
Bintan
Tahun
2016-2021
merupakan
penjabaran visi, misi dan program Bupati Bintan
yang akan
dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. Penyusunan
RPJMD
Kabupaten
Bintan
Tahun
2016-2021
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bintan Tahun 2005-2025 dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan RPJM Provinsi Kepulauan Riau, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka yang bersifat indikatif yang dibiayai oleh APBD dan sumber dana lainnya yang dapat diperoleh dari APBD Provinsi, APBN maupun sektor swasta. RPJMD tetap memperhatikan sumber daya dan potensi yang dimiliki, faktor-faktor keberhasilan, evaluasi pembangunan serta isu-isu strategis yang berkembang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) akan digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
SKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD, Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), RAPBD, penyusunan LKPJ (Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban) Kepala Daerah, sebagai tolok ukur kinerja Kepala Daerah. Perencanaan
pembangunan
daerah
adalah
suatu
proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan
didalamnya,
dan
daya
pengalokasian sumber
meningkatkan
yang
guna ada
pemanfaatan dalam
rangka
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan
wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu yang meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐2
Sebagai pelaksanaan amanat tersebut, Pemerintah Kabupaten Bintan telah menetapkan RPJPD Kabupaten Bintan 2005-2025 di dalam Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2015. Salah satu substansi strategis dalam RPJPD tersebut adalah menetapkan Visi Daerah: Terwujudnya Kabupaten Bintan yang madani dan sejahtera melalui pencapaian Bintan Gemilang 2025 (Gerakan melangkah maju
di
bidang
kelautan,
pariwisata
dan
kebudayaan).
Sebagaimana diketahui pula pada setiap tahap 5 (lima) tahunan RPJPD
tersebut
kemudian
diuraikan
menjadi
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yaitu: Tahap I (2005-2010), Tahap II (2010-2015), Tahap III (2016-2021), Tahap IV (2021-2025). 1.2
Proses Penyusunan Dokumen RPJMD pada dasarnya disusun berdasarkan beberapa pendekatan berikut : - Pendekatan
Politik,
pendekatan
ini
memandang
bahwa
pemilihan Kepala Daerah sebagai proses penyusunan rencana program,
karena
rakyat
pemilih
menentukan
pilihannya
berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan oleh
para
calon
Kepala
Daerah.
Untuk
itu,
rencana
pembangunan adalah penjabaran agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. - Pendekatan Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk hal tersebut. - Pendekatan Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan aspirasi dan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐3
menciptakan rasa memiliki. - Pendekatan Atas-Bawah (top-down) dan Bawah-Atas (bottomup),
pendekatan
ini
dilaksanakan
menurut
jenjang
pemerintahan. Hasil proses tersebut kemudian diselaraskan melalui musyawarah pembangunan. Penyusunan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 melalui berbagai tahapan analisis sektoral, penjaringan aspirasi masyarakat serta dialog yang melibatkan stakeholders kunci. Adapun proses penyusunan secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1.1 : Proses Penyusunan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 RPJPD Kabupaten Bintan 2005-2025
Analisa Kondisi Eksisting
Rancangan Awal RPJMD (oleh Bappeda)
RPJM Nasional dan Provinsi
Visi, Misi, Program (Kepala Daerah Terpilih)
Musrenbang RPJMD
Perumusan Rancangan Akhir RPJMD
RPJMD ditetapkan Dengan Perda Setelah Berkonsultasi dengan Provinsi
1.3
Landasan Hukum Penyusunan Landasan hukum penyusunan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 adalah : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐4
Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Perencanaan Republik
Nomor
25
Pembangunan
Indonesia
Tahun
Tahun
2004
Nasional 2004
tentang
(Lembaran
Nomor
104,
Sistem Negara
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2007
Nomor
33,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4739);
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐5
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 11. Peraturan
Pemerintah
Nomor
Pengelolaan Keuangan Daerah
58
Tahun
2005
tentang
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan
Penerapan
Standar
Pelayanan
Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2006
Nomor
25,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Nasional
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
(Lembaran
I‐6
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan
Penyelenggaraan
Pemerintah
Daerah
Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah,
dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 18. Peraturan
Pemerintah
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Nomor
38
Tahun
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
antara
dan
2007
tentang
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor
82,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4737); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor
89,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4741); 20. Peraturan
Pemerintah
Dekonsentrasi
dan
Nomor
Tugas
7
Tahun
Pembantuan
2008
(Lembaran
tentang Negara
Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐7
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 23. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan
dan
Penyebarluasan
Peraturan
Perundang-
undangan; 24. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 27. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 Nomor 2). 28. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 20112031; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No. 5 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Daerah
(RPJPD)
Kabupaten Bintan Tahun 2005-2025; 30. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bintan Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2015 Nomor 6); 31. Peraturan Bupati Bintan Nomor 31 Tahun 2015 tentang Penjabaran
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Daerah
Tahun I‐8
Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2015 Nomor 31); 1.4
Hubungan Antar Dokumen Pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan mengeluarkan
6
(enam)
jenis
dokumen
perencanaan
dan
penganggaran yaitu RPJP Daerah, RPJM Daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD). Dari segi waktu dokumen tersebut dapat dibagi menjadi empat, yaitu dokumen perencanaan jangka panjang (20 tahun) yaitu RPJPD, perencananaan tata ruang wilayah (20 tahun) yaitu RTRW, perencanaan jangka menengah (5 tahun) yaitu RPJMD dan RenstraSKPD, serta jangka pendek (1 tahun) yaitu RKPD dan Renja-SKPD. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional. RPJM Daerah dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan menjadi pedoman Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Dari RKPD dan RKA–SKPD inilah selanjutnya disusun RAPBD. Dokumen-dokumen
perencanaan
dan
penganggaran
bersifat
hierarkis, artinya dokumen yang jangka waktunya lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen yang jangka waktunya lebih pendek dan dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih tinggi menjadi rujukan bagi dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah di
bawahnya.
Skema
kedudukan
RPJMD
dengan
dokumen
perencanaan lainnya disajikan dalam gambar berikut ini.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐9
Gambar 1.2 : Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya PEDOMAN
RPJP NASIONAL
DIJABARKAN
RPJM NASIONAL
RKP
DIPERHATIKAN
PEDOMAN
RPJP DAERAH
DIJABARKAN
RPJM DAERAH
RKP DAERAH
5 TAHUN
20 TAHUN
1 TAHUN
PEDOMAN
DIACU
RENSTRA SKPD
PEDOMAN
RENJA SKPD 1 TAHUN
5 TAHUN
Secara
lebih
terperinci
PEDOMAN PENYUSUNAN RAPBD
hubungan
antara
RPJMD
dengan
dokumen perencanaan lainnya adalah sebagai berikut : 1. RPJMD Kabupaten Bintan dengan RPJPD Kabupaten Bintan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 adalah rencana pembangunan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPD 2005-2025. Oleh sebab itu, penyusunan RPJMD selain memuat visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Bintan periode 20162021, juga berpedoman kepada RPJPD Kabupaten Bintan 20052025. Dengan kata lain menyelaraskan pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah dengan visi, misi, arah, kebijakan pembangunan jangka panjang daerah. Sasaran
pokok
sebagaimana
diamanatkan
dalam
RPJPD
dijabarkan dalam program pembangunan daerah sesuai dengan arah kebijakan pembangunan daerah periode 5 (lima) tahun berkenaan.
Suatu
program
pembangunan
daerah
harus
menjabarkan dengan baik sasaran-sasaran pokok sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD dan tujuan maupun sasaran dari visi dan misi rencana pembangunan 5 (lima) tahun. Untuk itu, diperlukan identifikasi berbagai permasalahan pembangunan daerah
untuk
menjabarkan
pencapaian
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
sasaran
pokok I‐10
sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD dan mencapai tujuan dan sasaran RPJMD. Gambar 1.3 : Tahapan RPJPD Kabupaten Bintan
2. RPJMD Kabupaten Bintan dengan Renstra SKPD Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 85 Ayat (2), Renstra SKPD disusun sesuai tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD dalam waktu 5 (lima)
tahun.
Renstra SKPD merupakan penjabaran teknis
RPJMD yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, yang disusun
oleh
Perencanaan
setiap
SKPD
Pembangunan
di
bawah
Daerah
koordinasi
(Bappeda)
Badan
Kabupaten
Bintan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐11
Visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan dalam Renstra SKPD dirumuskan dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program yang ditetapkan dalam RPJMD. Visi SKPD merupakan keadaan yang ingin diwujudkan SKPD pada akhir periode Renstra SKPD, sesuai dengan tugas dan fungsi yang sejalan dengan pernyataan visi kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam RPJMD. Perumusan rancangan Renstra SKPD merupakan proses yang tidak terpisahkan dan dilakukan bersamaan dengan tahap perumusan rancangan awal RPJMD. Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD merupakan penyempurnaan rancangan Renstra SKPD, yang berpedoman pada RPJMD yang telah ditetapkan
dengan
peraturan
rancangan
Renstra
SKPD
daerah.
tersebut
Penyempurnaan bertujuan
untuk
mempertajam visi dan misi serta menyelaraskan tujuan, strategi, kebijakan,
program
dan
kegiatan
pembangunan
daerah
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang ditetapkan dalam RPJMD. Gambar 1.4 : Hubungan Kinerja Pembangunan Daerah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐12
3. RPJMD Kabupaten Bintan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pelaksanaan
RPJMD
Kabupaten Bintan
Tahun
2016-2021
setiap tahunnya akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah
(RKPD),
sebagai
perencanaan
tahunan
Pemerintah
suatu
Kabupaten
dokumen
Bintan
yang
memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. Rancangan RKPD merupakan bahan utama pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah Kabupaten Bintan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, dan tingkat kabupaten. Prioritas
dan
sasaran
pembangunan
pada
RKPD
harus
berpedoman pada RPJMD Kabupaten Bintan, RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, serta RPJM Nasional. RPJMD
mengandung
Berpedoman
pada
makna bahwa prioritas dan sasaran
pembangunan tahunan daerah harus selaras dengan program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD. Selain itu, rencana program serta kegiatan prioritas tahunan daerah juga harus selaras dengan indikasi rencana program prioritas yang ditetapkan dalam RPJMD. Prioritas
Pembangunan
Daerah
yaitu
tema
atau
agenda
pembangunan pemerintah daerah tahunan yang menjadi benang merah/tonggak capaian antara (milestones) menuju sasaran 5 (lima)
tahunan
dalam
RPJMD
melalui
rencana
program
pembangunan daerah tahunan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐13
Gambar 1.5 : Bagan Alir Hubungan antara Penyusunan Prioritas Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah
4. RPJMD Kabupaten Bintan dengan Perencanaan Lainnya Sebagai subsistem, maka berbagai dokumen perencanaan yang berkaitan dengan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 juga perlu ditelaah baik dokumen pada level nasional, Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten/Kota di sekitar Kabupaten Bintan, yaitu: a)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau;
c)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan;
d)
Rencana Induk Pariwisata Daerah Kabupaten Bintan;
Penyusunan RPJMD Kabupaten Bintan berpedoman pada RTRW Kabupaten Bintan yaitu dengan menyelaraskan pencapaian visi, misi,
tujuan,
sasaran,
kebijakan,
strategi
dan
program
pembangunan jangka menengah daerah dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang. Penyusunan RPJMD memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai pola dan struktur tata ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐14
Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031, sebagai acuan untuk mengarahkan
lokasi
kegiatan
dan
menyusun
program
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. Penelaahan
rencana
tata
ruang
bertujuan
untuk
melihat
kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang yang asumsi-asumsinya, ruang
dalam
jaringan
meliputi:
1)
Struktur
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
prasarana
dan
sarana
yang
berfungsi
sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional; 2) Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya; dan 3) Pemanfaatan ruang melalui program yang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di daerah secara terpadu. Dalam menyusun RPJMD ini juga selain berpedoman pada RTRW daerah sendiri, juga perlu memperhatikan RTRW daerah lain
seperti
RTRW
Kota
Tanjungpinang,
guna
tercipta
sinkronisasi dan sinergi pembangunan jangka menengah daerah antar kabupaten/kota serta keterpaduan struktur dan pola ruang, terutama yang berdekatan atau yang ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah pembangunan kabupaten/kota, dan atau yang memiliki hubungan keterkaitan atau pengaruh dalam pelaksanaan pembangunan daerah. 1.5
Maksud dan Tujuan
1.5.1 Maksud RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh komponen daerah (pemerintah, masyarakat, dunia
usaha,
dan
pemangku
kepentingan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
lainnya)
dalam I‐15
mewujudkan
cita-cita
masyarakat
Kabupaten
Bintan
sesuai
dengan dengan visi, misi, dan program pembangunan Bupati terpilih masa bakti 2016-2021, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. 1.5.2 Tujuan 1. Merumuskan gambaran umum kondisi daerah sebagai dasar perumusan permasalahan dan isu strategis daerah, sebagai dasar prioritas penanganan pembangunan daerah 5 (lima tahun) kedepan. Sebagai pedoman bagi seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan dalam menyusun Renstra SKPD periode 2016-2021; 2. Merumuskan gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan sebagai dasar penentuan kemampuan kapasitas pendanaan 5 (lima) tahun ke depan; 3. Menerjemahkan Visi dan Misi Bupati Bintan dan Wakil Bupati Bintan kedalam tujuan dan sasaran pembangunan daerah tahun 2016-2021, yang disertai dengan program prioritas untuk
masing-masing
SKPD
tahun
2016-2021,
dengan
berpedoman pada RPJPD Kabupaten Bintan Tahun 20052025; 4. Menetapkan berbagai program prioritas yang disertai dengan indikasi pagu anggaran dan target indikator kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2016-2021. 5. Menetapkan indikator kinerja SKPD dan Indikator kinerja Bupati Bintan dan Wakil Bupati Bintan sebagai dasar penilaian keberhasilan Pemerintah Kabupaten Bintan periode 2016-2021
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐16
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008
tentang
Tahapan,
Tata
Cara,
Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, terdiri dari 11 (sebelas) bab, sebagai berikut : BAB 1
PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan,
serta
maksud
dan
tujuan
penyusunan
RPJMD Kabupaten Bintan. BAB 2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi Kabupaten Bintan secara komprehensif sebagai basis atau pijakan dalam penyusunan perencanaan. Aspek yang dibahas diantaranya adalah: (i) geografi dan demografi, (ii) kesejahteraan masyarakat, (iii) pelayanan umum, serta (iv) daya saing daerah.
BAB 3
GAMBARAN
PENGELOLAAN
KEUANGAN
DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN Bab ini menguraikan analisis pengelolaan keuangan daerah
yang
menghasilkan kemampuan
pada
dasarnya
gambaran keuangan
dimaksudkan
tentang daerah
kapasitas dalam
untuk atau
mendanai
penyelenggaraan pembangunan daerah. BAB 4
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini memuat berbagai permasalahan pembangunan dan
isu
strategis
yang
akan
menentukan
kinerja
pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐17
BAB 5
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Bab ini menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, yang disertai dengan tujuan dan sasarannya.
BAB 6
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Bab ini memuat dan menjelaskan strategi dan arah kebijakan
pembangunan
Kabupaten
Bintan
untuk
kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Selain itu juga diuraikan
mengenai
kebijakan
keuangan
daerah
Kabupaten Bintan dalam jangka menengah. BAB 7
KEBIJAKAN
UMUM
DAN
PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan umum yang akan diambil dalam pembangunan jangka menengah dan disertai dengan program pembangunan daerah yang akan direncanakan. BAB 8
INDIKASI
RENCANA
PROGRAM
PRIORITAS
YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Dalam Bab ini diuraikan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. BAB 9
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Dalam
bab
ini
ditetapkan
dan
dijelaskan
mengenai indikator kinerja daerah Kabupaten Bintan dalam 5 (lima) tahun ke depan. BAB 10
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Bab
terakhir
implementasi
ini
memuat
RPJMD
dari
pedoman periode
transisi
sebelum
dan
sesudahnya, serta dan kaidah pelaksanaannya. BAB 11
PENUTUP
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐18
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
I‐19
RPJMD 2016-2021
BAB.
2
2.1
Aspek Geografi Dan Demografi
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 100’ Lintang Utara 120’ Lintang Selatan 10400’ Bujur Timur 10830 Bujur Timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.411,92 Km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 Km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas 86.092,41 Km2 (98,50%). Pada Tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Bintan telah memekarkan beberapa wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong. Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah
maka
jumlah
Kecamatan
yang
terdapat
di
wilayah
Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-1
A. Wilayah dan Batas Administrasi Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian paparan kontinental yang dikenal dengan nama Paparan Sunda, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia;
Sebelah Selatan
: Kabupaten Lingga;
Sebelah Barat
: Kota Batam dan Kota Tanjungpinang;
Sebelah Timur
: Provinsi Kalimantan Barat.
Gambar 2.1 : Peta Administratif Kabupaten Bintan
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BINTAN
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan, tahun 2011-2031
Secara morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak ekstrim, yaitu antara 0-350 meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi berada di Gunung Bintan 348 meter, dan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-2
selanjutnya Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar. B. Topografi Kabupaten
Bintan
pada
umumnya
memiliki
topografi
yang
bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-3% hingga di atas 40% pada wilayah pegunungan. Ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Bintan berkisar antara 0–50 meter diatas permukaan laut hingga mencapai ketinggian
400-an
meter
diatas
permukaan
laut.
Secara
keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0%-15% dengan luas mencapai 55,98% (untuk wilayah dengan kemiringan 0–3% mencapai 37,83% dan wilayah dengan kemiringan 3%–15% mencapai 18,15%). Sedangkan luas wilayah dengan kemiringan 15%–40% mencapai 36,09% dan wilayah dengan kemiringan >40% mencapai 7,92%. C. Geologi Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian Utara sampai dengan Pulau Bangka dan Belitung di bagian Selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di wilayah ini berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-3
pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil. D. Jenis Tanah Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan didominasi oleh komposisi jenis tanah Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4% dari luas daratan Pulau Bintan) yang tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan. Dominasi kedua adalah jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults (27,6% luas daratan) dan tersebar di daerah Berakit dan Sungai Kawal. Sedangkan komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-Hydraquents-Tropaquepts (9,9% dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir pulau dan terluas di pesisir
daerah
Teluk
Bintan,
Hapludox-Dystropets-Tropaquods
(9,7%) tersebar di daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di sekitar Sungai Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi tanah Kandiudults-DystropetsTropaquets seluas 2,4% yang tersebar di daerah pegunungan, yaitu Gunung
Kijang,
Lengkuas
dan
Gunung
Bintan.
Sedangkan
komposisi jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan adalah Dystropets-Tropudults-Paleudults, Tropudults-DystropetsTropothods dan Kandiudult Kandiudox. E. Hidrologi dan Hidrogeologi Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 Km² dan DAS Kawal seluas 93,0 Km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-4
(wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air tingginya. Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah 101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm. Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari : 1) Air Bawah Tanah Dangkal Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2m-3m. tanah
dangkal
ini
tersusun
(unconfined aquifer) yang
atas
lapisan
Air bawah
akuifer
di beberapa tempat
bebas bagian
bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-5
2) Air Bawah Tanah Dalam Air bawah tanah dalam di wilayah Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam kisaran sekitar 26 m. 3) Mata air Keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum pedesaan. F. Iklim Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun 2010-2015 temperatur rata-rata terendah 23,9oC dan tertinggi rata-rata 31,8oC dengan kelembaban udara sekitar 85%. Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu: Bulan Desember-Pebruari
: Angin Utara
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-6
Bulan Maret-Mei
: Angin Timur
Bulan Juni-Agustus
: Angin Selatan
Bulan September-November
: Angin Barat
Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei. 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Pola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasan lindung, Kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Pemanfaatan kawasan lindung sebagai kawasan hutan lindung sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah secara umum, terutama pada area sekitar gunung yang ada Kabupaten pemanfaatan
Bintan yang
dengan cukup
luas
4.490,60
dominan
adalah
di setiap pulau Ha,
Sedangkan
kawasan
lindung
setempat berupa sempadan sungai, sempadan pantai, mata air dan waduk sebesar 37.223,63 Ha. Untuk
pemanfaatan
perkebunan,
dimana
kawasan pada
budidaya
kawasan
ini
meliputi tersebar
kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan.
di
kawasan seluruh
Pemanfaatan lain
adalah kawasan pariwisata dengan kondisi yang ada di Wilayah Kecamatan Teluk Sebong dengan objek wisata Lagoi mencapai luas sebesar 23.000 Ha, dan Pantai Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, dan Pantai Mapur di Bintan Timur seluas 5.243,74 Ha. Pada kawasan industri pemanfaatannya sebesar 7.285,69 Ha terdapat di Kecamatan Bintan Timur, Gunung Kijang dan Kecamatan Seri Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-7
Kuala Lobam. Sedangkan kawasan pertambangan tersebar merata di Kabupaten Bintan di antaranya di Kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Teluk Bintan, dan Kecamatan Gunung Kijang. Luasan pemanfaatan ruang berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 NO. A. 1 2 3 4 5 6 7 8 B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
: Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011
JENIS PENGGUNAAN LAHAN Kawasan Lindung Hutan Lindung Kawasan Perlindungan Setempat Daerah Perlindungan Laut Danau Waduk/Kolong Lamun Terumbu Karang Mangrove Kawasan Budidaya Hutan Produksi Pertanian Perkebunan Pertambangan Industri Pariwisata Permukiman Zona Bandar Udara Kawasan Bandar Seri Bentan Zona Pelabuhan TPA
LUAS (Ha) Darat Perairan 34.935,06 15.519,42 4.781,97 21.026,12 333,62 1.083,38 607,59 2.364,85 12.820,95 7.435,99 97.910,14 9.236,41 22.237,63 9.284,78 7.029,12 8.831,67 22.307,22 12.524,04 107,06 4.843,21
2.951,55
2.951,55 4,70 18.470,97 131.340,92 Total 149.811,88 Sumber : RTRW Kabupaten Bintan Tahun, 2011-2031
% 33,68 3,19 14,04 0,22 0,72 0,41 1,58 8,56 4,96 67,33 6,17 14,84 6,20 4,69 5,90 14,89 8,36 0,07 3,23 1,97 0,004 100,00
Untuk pemanfaatan budidaya laut berupa budidaya perikanan laut, yang pada umumnya disepanjang perairan di wilayah Kabupaten Bintan.
Kegiatan budidaya laut di beberapa pulau di Kabupaten
Bintan ini mempunyai potensi yang cukup besar dengan dilakukan penangkapan ikan dari alam dengan menggunakan alat yang tidak merusak lingkungan. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-8
Pada umumnya ikan yang mempunyai komoditas ekspor seperti ikan kerapu, ikan kakap berdasarkan permintaan terus meningkat baik lokal maupun international, hal ini untuk mendorong harus dilakukannya budidaya ikan terutama jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dari berbagai jenis ikan biota laut yang telah dibudidayakan antara lain seperti ikan kerapu (Ephinephelus spp), kakap
(Lutjanus
spp),
rumput
laut
dan
kerang-kerangan.
Sedangkan daerah tangkapan ikan terbagi atas kegiatan perikanan pantai (coastal fisheries) dan perikanan lepas pantai (offshore fisheries) mencapai luasan sebesar 96.268,00 Km2. Penangkapan ikan di areal penangkapan (fishing ground) di kawasan pulau-pulau dengan perairan yang luas di Kabupaten Bintan. 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana Secara geografis Kabupaten Bintan tidak termasuk kedalam wilayah potensi rawan bencana besar / masif seperti Gempa Bumi, Tsunami, Kekeringan, atau Air Bah sebagaimana yang dialami pada daerah Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia. Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan tetap memiliki kewaspadaan tinggi terhadap potensi bencana yang timbul. Berdasarkan kejadian maupun sejarah di Kabupaten Bintan, beberapa potensi bencana yang ada seperti Angin Puting Beliung, Kebakaran Hutan/Belukar/Lahan Perkebunan dan Kekeringan akibat kemarau, masih dalam batas status regional artinya tidak berdampak luas dan masih bisa diatasi ataupun ditanggulangi oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya Pemerintah Daerah dalam menanggulangi serta mengantisipasi segala potensi bencana yang ada. Status bencana yang terjadi selama priode tahun 2011 – 2015 adalah kebakaran semak belukar dengan frekwensi yang cukup tinggi terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Hal ini terjadi karena musim panas yang membuat kebun ataupun semak belukar
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-9
kering sehingga mudah terbakar apabila orang melakukukan pembukaan lahan untuk kebun. Tabel 2.2 :
Cakupam pelayanan bencana kebakaran Kabupaten Tahun 2010-2014 KONDISI CAPAIAN TAHUN KINERJA INDIKATOR KINERJA AWAL 2011 2012 2013 2014 TAHUN 2010 Cakupan pelayanan bencana 100 100 100 100 100% kebakaran kabupaten Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2010-2014
A. Frekuensi Kejadian Bencana di Kabupaten Bintan priode 2011 – 2015 Secara umum bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Bintan pada Tahun 2011 sebanyak 65 kejadian yang terdiri dari bencana
kebakaran
hutan/semak
belukar
sebanyak
63
kali
kejadian, dan bencana kebakaran pada rumah penduduk sebanyak 2 kali kejadian (2 unit rumah) rumah. Sedangkan untuk bencana alam lainnya adalah banjir yang merendam lahan seluas 16 Ha. Pada tahun 2012 Sebanyak 41 kasus Kebakaran Hutan/semak belukar, Kebakaran Rumah penduduk sebanyak 2 kali kasus (2 unit rumah), Kebakaran Mobil sebanyak 3 kasus, Angin Puting Beliung di Kec. Bintan Timur 1 kasus (rusak 1 rumah), Kec. Teluk Bintan 1 Kasus (rusak 1 rumah), Kec. Mantang 1 kasus (rusak 12 rumah), dan Sambaran Petir di Kec. Bintan Timur 2 kasus (rusak 2 rumah), Bintan Pesisir 1 kasus (meninggal 1 orang, luka-luka 10 rang). Pada tahun 2013 dapat dilaporkan bahwa jumlah bencana yang terjadi sebanyak 49 kasus (Rata-rata hampir 4 peristiwa perbulan atau hampir setiap minggu terjadi 1 peristiwa bencana yang terdiri bencana kebakaran, angina kencang dan banjir). Adapun Jumlah korban yang tercatat, sebagai berikut: korban meninggal dunia 2 jiwa, korban Luka-luka 1 jiwa, dan sedikitnya 161 jiwa yang perlu perawatan sedang dan ringan. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-10
Dari kerusakan yang dialami, Nilai kerugian yang ditimbulkan tercatat sedikitnya ditaksir Rp 386.125.500 (Tiga ratus delapan puluh enam seratus dua puluh lima ribu lima ratus rupih). Pada tahun 2014 dilaporkan bahwa jumlah bencana yang terjadi tercatat sebanyak 188 kejadian bencana, kejadian yang menyolok adalah kebakaran semak belukar dengan frekwensi yang cukup tinggi terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Hal ini terjadi karena musim panas yang membuat kebun ataupun semak belukar
kering
sehingga
mudah
terbakar
apabila
orang
melakukukan pembukaan lahan untuk kebun. B. Antisipasi daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana Paradigma penanggulangan bencana sudah dikembangkan dari yang
dulu
berpola
responsif-tanggap
darurat
menjadi
lebih
ditekankan pada upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
Agar
tercapai
tujuan
yaitu
menghindari
terjadinya
bencana, Pemerintah Kabupaten Bintan mengembangkan kebijakan penanggulangan bencana yang difokuskan pada: a. Mengurangi risiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan dan infrastruktur diseluruh lini secara terencana dan terpadu (pra bencana) 1. Penguatan
Peraturan
Perundangan
dan
Kapasitas
Kelembagaan 2. Prencanaan Partisipatif dan Pengaturan Penanggulangan bencana 3. Penelitian, Pendidikan, dan Pelatihan 4. Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat dan Para Pemangku
Kepentingan
lainnya
dalam
Penanggulangan
Bencana 5. Pencegahan dan Mitigasi Bencana 6. Peringatan Dini 7. Kesiapsiagaan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-11
b. Membangun ketahanan dan ketangguhan masyarakat dan kelembagaan dalam menanggulangi bencana (tanggap darurat) c. Secepatnya memulihkan dan membangun kembali kehidupan masyarakat pasca bencana menjadi lebih baik (pasca bencana) Apabila teridentifikasi terdapat potensi bencana yang akan terjadi maka dilakukan tindakan berupa langkah kesiapsiagaan seluruh jajaran
aparat
pemerintah.
Tindakan
ini
dilakukan
untuk
meminimalisir jatuhnya korban jiwa maupun kerugian harta benda milik masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana. Selain itu tindakan ini juga akan memudahkan upaya tanggap darurat apabila bencana itu terjadi sehingga peran semua pihak dapat berjalan efektif berdasarkan sistem yang telah dirancang dan disepakati bersama. 2.1.4 Demografi A. Jumlah dan Komposisi Penduduk Berdasarkan Badan Pusat Statistik Penduduk (BPS) penduduk Kabupaten Bintan tahun 2015 berjumlah 153.020 jiwa yang terdiri dari 39.079 rumah tangga dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,26%. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 78.824 jiwa (51,51%) dan penduduk perempuan sebesar 74.196 jiwa (48,49%). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan
(sex
ratio)
sebesar
106,24.
Artinya
setiap
100
perempuan berbanding dengan 106 penduduk laki-laki, jumlah penduduk laki-laki 3,02% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Persentase ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Kecamatan yang terpadat penduduknya masih tercatat kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk tertinggi 41.607 jiwa (27,19%), sedangkan yang terendah adalah di kecamatan Mantang yakni sebanyak 4,168 jiwa (2,75%).
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-12
Tabel 2.3
: Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2015
No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Teluk Bintan Bintan Utara Teluk Sebong Seri Kuala Lobam Bintan Timur Gunung Kijang Mantang Bintan Pesisir Toapaya Tambelan Jumlah
Laki-laki 4.871 11.363 9.506 8.601 21.564 7.285 2.297 4.590 6.127 2.620 78.824
Penduduk Perempuan 4.327 11.381 8.435 10.398 20.043 6.084 1.929 3.821 5.295 2.483 74.196
Jumlah 9.198 22.744 17.941 18.999 41.607 13.369 4.226 8.411 11.422 5.103 153.020
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2016
Angka
beban
ketergantungan
(Dependency
Ratio)
atau
perbandingan antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Dependency Ratio Kabupaten Bintan pada tahun 2014
mencapai 52.44 dan
terus menunjukkan
peningkatan pada tahun 2015 sebesar 52,49. Artinya bahwa pada tahun 2015, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten
Bintan
menanggung
sekitar
52
penduduk
usia
belum/tidak produktif. Tabel 2.4
:
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di Kabupaten Bintan, Tahun 2014-2015
No
Kelompok Umur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39
Tahun 2014 2015 16.350 16.518 16.566 16.769 14.085 14.291 10.159 10.301 10.595 10.684 15.235 15.373 16.022 16.178 13.914 14.068
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-13
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
11.282 40-44 11.141 45-49 8.437 8.570 50-54 5.944 6.050 55-59 4.419 4.503 60-64 3.270 3.336 65-69 2.288 2.339 70-74 1.442 1.473 75+ 1.256 1.285 Jumlah 151.123 153.020 Dependency Rasio 52,44 52,49 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2016
B. Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Menurut BPS, berdasarkan persentase penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Kabupaten Bintan sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang pada tahun 2010 menempati peringkat kedua mata pencaharian penduduk dengan jumlah 16,71% mengalami pergeseran pada tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013 menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk, dan pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi peringkat kedua dengan jumlah 21,07%. Sedangkan sektor industri dan pertambangan yang pada tahun
2010
menempati
peringkat
ketiga
mata
pencaharian
penduduk dengan jumlah 15,60%, pada tahun 2011 mengalami pergeseran tahun 2014 dan menempati peringkat keempat pada angka 12,28%. Sedangkan sektor perdagangan, rumah makan dan hotel menunjukkan perkembangan yang positif, pada tahun 2010 hanya menempati peringkat keempat mata pencaharian penduduk dengan angka 15,54% terus meningkat pada tahun 2011 sampai dengan Tahun 2014 kembali menempati peringkat ketiga mata pencaharian
penduduk
dengan
persentase
19,01%.
Hal
ini
disebabkan berkembangnya sektor kepariwisataan di Kabupaten Bintan sehingga terjadi pergeseran mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan khususnya sektor pariwisata.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-14
Tabel 2.5
:
Persentase Penuduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Bintan Tahun 20102014
No 1. 2. 3. 4. 5.
Mata Pencaharian 2010 2011 2012 2013 2014 Pertanian 31,75 25,62 27,62 32,27 25,32 Pertambangan dan 4,48 7,07 3,02 3,27 1,02 Industri dan perdagangan 15,60 12,13 11,46 13,42 12,28 Listrik, Gas dan Air 0,51 0,91 1,45 1,32 1,47 Bangunan 8,93 8,88 9,71 10,38 8,09 Perdagangan, Rumah 6. Makan dan Hotel 15,54 19,47 21,36 17,92 19,01 Angkutan, Pegudangan 7. dan Komunikasi 4,51 4,38 4,66 5,60 6,59 Keuangan, Asuransi dan 8. Usaha Persewaan 1,98 2,94 3,21 1,68 5,15 Jasa Kemasyarakatan, 9. Sosial dan Perorangan 16,71 18,61 17,50 14,14 21,07 10. Lainnya Jumlah 100,00 100,00 100,0 100,0 100,0 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
2.2
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggi merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap daerah. Namun manfaat tersebut harus juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain, aspek pemerataan juga menjadi pertimbangan penting dalam keberhasilan pembangunan. A. Pertumbuhan PDRB Salah
satu
indikator
penting
untuk
mengetahui
kondisi
perekonomian secara makro adalah data produk domestik regional bruto (PDRB). Terdapat 2 (dua) jenis penilaian PDRB yaitu atas dasar harga berlaku dan menjadi
bahan
atas
dasar
harga
telah
dilaksanakan.
hasil
pembangunan
Adapun beberapa kegunaan angka
PDRB ini antara lain: (1) Untuk mengetahui tingkat ekonomi
dan
mengetahui
Selain
dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB
juga bermanfaat untuk bahan evaluasi yang
konstan.
pertumbuhan
struktur
setiap
perekonomian;
pertumbuhan
sektor ekonomi; (2) Untuk (3)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Untuk
mengetahui II-15
besarnya PDRB per kapita penduduk sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran/kesejahteraan; (4) Untuk mengetahui tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan pertumbuhan harga produsen. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bintan, PDRB Kabupaten Bintan pada tahun 2015 atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 sebesar Rp12,40 trilyun,- meningkat dari tahun 2014 yaitu Rp11,65 trilyun,- yang diukur dari tujuh belas sektor lapangan usaha yaitu : Tabel 2.6
:
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014-2015
Lapangan Usaha Sektor Primer Pertanian, Kehutanan, dan 1 Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder 3 Industri Pengolahan 4 Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan 5 Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi Sektor Tersier Perdagangan Besar dan Eceran; 7 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan 9 Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 12 Real Estate 13 Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 14 Wajib 15 Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan 16 Sosial 17 Jasa lainnya PDRB BERLAKU
2014 2,661,828.80 712,504.96 1,949,323.84 6,081,361.34 4,362,139.71 15,155.91 7,029.38 1,697,036.34 2,907,221.52 1,028,784.86 241,850.83 563,777.25 164,481.27 179,674.48 127,019.76 112.28
2015* 2,788,208.46 766,191.01 2,022,017.46 6,483,546.31 4,597,373.08 15,586.05 7,306.09 1,863,281.09 3,133,259.63 1,129,985.97 262,818.42 613,644.81 171,139.20 184,485.47 133,127.99 113.10 274,469.16
257,405.99 212,798.10 107,636.63 23,680.06 11,650,411.6 6
225,275.81 113,266.07 24,933.63 12,405,014.4 1
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2016
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-16
Sektor-sektor yang memiliki nilai kontribusi besar terhadap PDRB adalah
sektor
Industri
Pengolahan
sebesar
37,18%,
sektor
konstruksi 15,68%, sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 15,18%, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 9,01% serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 6,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014-2015 Lapangan Usaha 2014 2015* Sektor Primer 21.49 20.89 5.73 5.71 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15.76 15.18 2 Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder 52.60 53.01 37.15 37.18 3 Industri Pengolahan 0.11 0.10 4 Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0.06 0.05 5 Limbah dan Daur Ulang 15.30 15.68 6 Konstruksi Sektor Tersier 25.91 26.10 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 8.80 9.01 7 Mobil dan Sepeda Motor 2.09 2.16 8 Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan 6.24 6.29 9 Minum 1.17 1.10 10 Informasi dan Komunikasi 1.42 1.36 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.04 1.03 12 Real Estate 0.00 0.00 13 Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2.30 2.31 14 dan Jaminan Sosial Wajib 1.78 1.78 15 Jasa Pendidikan 0.87 0.86 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17
:
Jasa lainnya PDRB BERLAKU
0.20
0.20
100.00
100.00
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2016
1) Pertumbuhan Ekonomi Untuk
memperlihatkan
pertumbuhan
PDRB
secara
riil
digunakan PDRB Harga Konstan. PDRB Harga Konstan ini merepresentasikan pertumbuhan ekonomi tanpa dipengaruhi oleh masalah perubahan harga atau inflasi yang terjadi atas barang dan jasa yang diproduksi karena menggunakan harga Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-17
dasar yang konstan yakni harga dasar tahun tertentu yang dipilih yaitu tahun 2010. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang diukur dari kenaikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berdasarkan harga konstan pada tahun 2015 mengalami perlambatan dari tahun 2014. Pada tahun 2014 LPE Kabupaten Bintan adalah 8,46% mengalami perlambatan pada tahun 2015 menjadi 6,48%. Penurunan LPE di Kabupten Bintan pada tahun 2015 disinyalir imbas dari kondisi makro perekonomian di tingkat regional, nasional serta dunia masih labil dan fluktuatif, pelarangan ekspor bahan mentah pertambangan menurunkan aktifitas pertambangan yang turut berimbas pada pertumbuhan sektor Pertambangan dan Penggalian. Fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak yang ditetapkan pemerintah berdasarkan harga pasar memberikan dampak pada ketidakpastian harga pasar, kenaikan Tarif Dasar Listrik, isu stabilitas ekonomi nasional melalui paket-paket kebijakan yang diambil ditingkat pusat yaitu menurunnya dana bagi hasil yang ditransfer pemerintah pusat yang menyebabkan turunnya belanja publik. Selain itu bencana nasional kabut asap turut memberikan dampak pada jumlah wisatawan serta lama tinggal wisatawan yang pada gilirannya akumulasi dari keseluruhan isu tersebut turut mempengaruhi Laju Pertumbuhan Ekonomi sepanjang Tahun 2015. Grafik 2.1
:
Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Lapangan Usaha Tahun 2014-2015
Bintan Menurut
Sumber : BPS Kabupaten Bintan (data Diolah), Tahun 2016 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-18
2) Struktur Ekonomi Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Bintan 2014,
sektor-sektor
yang
memiliki
nilai
Trahun 2010-
kontribusi
besar
terhadap PDRB adalah sektor Industri Pengolahan sebesar 50,53%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 20,76%, sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 9,94% dan sektor Pertanian sebesar 5,78%, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 3,80%, sektor Bangunan 4,58%, sedangkan sektor lain seperti Listrik, Gas dan Air Bersih Keuangan, Persewaan dan Jasa, masing-masing memberikan kontribusi kurang dari 3,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.8
:
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2014
LAPANGAN USAHA SEKTOR PRIMER 1. Pertanian, Petenakan, kehutanan, perikanan 2. Pertambangan & penggalian SEKTOR SEKUNDER 3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas dan air bersih 5. B a n g u n a n SEKTOR TERSIER 6. Perdagangan, hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan jasa 9. J a s a - j a s a PDRB
TAHUN 2010 16,71
2011 16,66
2012 16,49
2013 16,36
2014 15,72
5,74
5,75
5,76
5,74
10,96
10,91
10,73
10,62
9,94
55,29 50,69
55,05 50,44
55,63 50,79
55,98 51,13
55,43 50,53
0,32
0,32
0,31
0,30
0,32
4,28 28,01
4,30 28,28
4,53 27,89
4,55 27,67
4,58 38,85
20,07
20,38
20,19
19,96
20,76
3,73
3,72
3,65
3,72
3,80
1,45
1,47
1,44
1,40
1,48
2,74 100,00
2,72 100,00
2,62 100,00
5,78
2,59 2,81 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bintan (data Diolah), Tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-19
Grafik 2.2
:
Struktur Ekonomi Kabupaten Bintan Tahun 2014 ADH Berlaku
Sumber : BPS Kabupaten Bintan (data Diolah), Tahun 2015
B. Laju Inflasi Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli
masyarakat.
Perkembangan
harga barang dan jasa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya beli. Berkaitan
dengan
inflasi,
adanya
pengaruh
sejumlah
faktor
ekonomi dan adanya kebijakan Pemerintah Pusat menaikkan harga BBM pada bulan Agustus 2014 yang lalu dan penyesuaian Tarif Dasar Listrik (TDL), angka inflasi mengalami tekanan mencapai 7,49%. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 6,17%. Secara tahunan (year on year) tekanan inflasi pada semester II2014 meningkat cukup tajam dibanding semester sebelumnya. Jika diamati yang memberi andil/sumbangan tekanan inflasi, bergerak cukup variatif, namun secara umum kelompok yang memberikan andil cukup besar dalam pembentukan inflasi selama periode itu yakni pada kelompok pengeluaran transportasi sebesar 12,40%, kelompok pengeluaran perumahan sebesar 7,77%. Peningkatan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-20
tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM)
bersubsidi
yang
memicu
penyesuaian
tarif
transportasi dan juga mempengaruhi volatile food. Disisi lain, kuatnya tekanan eksternal terutama akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar (US). Grafik 2.3
:
Laju Inflasi Kabupatren Bintan 2010-2014
12 10.09
10 8 6
7.49 6.17
4
3.32
3.92
2 0 2010
2011
2012 2013 laju Inflasi
2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
C. PDRB per Kapita Selama ini Produk Domestik Regional Bruto pendapatan per kapita masih tetap dipakai sebagai tolak ukur kemajuan pembangunan suatu daerah. PDRB per kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun terakhir ini PDRB per kapita Kabupaten Bintan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan yang cukup berarti. PDRB per Kapita di Kabupaten Bintan berada di angka yang cukup baik. Hasil pembangunan eknomi yang dapat digunakan untuk menunjang kesejahteraan di Kabupaten Bintan terus bertambah setiap tahun. Pada tahun 2010, PDRB per kapita Kabupaten Bintan berada pada angka 31,11 juta rupiah. Angka ini terus meningkat pada tahun 2012 menjadi 36,28 juta rupiah kemudian pada tahun 2013 menjadi 39,04 juta rupiah dan puncaknya pada tahun 2014 berada pada angka 41,51 juta rupiah.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-21
Grafik 2.4
:
Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Bintan Periode 2010-2014
40
37.31 34.98
35
32.48 30.27
30
27.88
25 19.59
20
21.46
20.51
23.58
22.50
Pendapatan Per Kapita ADHB Pendapatan Per Kapita ADHK
15 10 5 0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 Tabel 2.9
:
No
Rincian
1.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah) Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah) Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah) Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah) Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (Milyar Rupiah) Per Kapita Produk Domestik
2. 3.
4. 5.
5.
Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2014 Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
3.127,87
3.321,17
3.525,75
3.745,75
3.965.37
140,79
149,49
158,70
168,60
178,48
2.987,08
3.171,68
3.367,06
3.577,15
3.786,89
184,87
196,29
203,39
221,39
223,82
2.802,21
2.975,39
3.158,67
3.355,76
3.563,07
21.870.144
22.895,62
23.950,18
25.119,012
26.239,38
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-22
Regional Bruto (milyar Rupiah) 6. Per Kapita Pendapatan 19.593,15 20.511,86 Regional (milyar Rupiah) Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
21.456,63
22.503,76
23.577,23
D. Ketimpangan Pendapatan/Indeks Gini Ratio Berdasarkan diperoleh
pengalaman
pembangunan
pembelajaran
bahwa
pembangunan manusia dapat dua
hal,
yaitu
di
berbagai
untuk
dilakukan
negara
mempercepat
antara
lain
melalui
distribusi pendapatan yang merata dan alokasi
belanja publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Korea Selatan sebagai contoh sukses, tetap konsisten melakukan dua hal tersebut. Sebaliknya Brazil mengalami kegagalan karena memiliki distribusi pendapatan yang timpang dan alokasi belanja publik yang kurang memadai untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP, BPS, Bappenas, 2004). Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva membandingkan
distribusi
pengeluaran
pada
variabel
kumulatif
tertentu
yang
(misalnya
pendapatan) dengan distribusi Uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Ukuran kesenjangan Indeks Gini berada pada besaran 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai 0 (nol) pada indeks gini
menunjukkan
tingkat
pemerataan
yang
sempurna,
dan
semakin besar nilai Gini maka semakin tidak sempurna tingkat pemerataan
pendapatan
atau
semakin
tinggi
pula
tingkat
ketimpangan pengeluaran antar kelompok penduduk berdasarkan golongan pengeluaran. Jadi, Indeks Gini bernilai 0 (nol) artinya terjadi kemerataan sempurna, sementara Indeks Gini bernilai 1 (satu) berarti ketimpangan sempurna.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-23
Standar penilaian ketimpangan Gini Rasio ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut (Hera Susanti dkk, IndikatorIndikator Makro Ekonomi, LPEM-FEUI, 1995) : GR < 0.4
: dikategorikan sebagai ketimpangan rendah
0.4 < GR < 0.5
: dikategorikan sebagai ketimpangan sedang (Moderat)
GR > 0.5
: dikategorikan sebagai ketimpangan tinggi
Perkembangan Gini Ratio Kabupaten Bintan detunjukan dengan kenaikan koofisien Gini dari 0,28 poin tahun 2010 menjadi 0,34 poin pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran pembangunan yang telah kita tetapkan dapat berinteraksi secara simultan sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. E. Tingkat Kemiskinan Tingkat
kemiskinan
mencapai 10.545
di
jiwa
Kabupaten Bintan
pada
tahun
(7,34%). Namun tahun 2014
2010 tingkat
kemiskinan mengalami penurunan menjadi sebanyak 9.600 jiwa (6,32%) (LKPJ AMJ Kabupaten Bintan). Jumlah penduduk miskin dan berdasarkan BPS dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.10
Tahun 2010
:
Proporsi Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten 2010-2014 Laju Jumlah Jumlah Pertumbuhan Penduduk Persentase Penduduk Penduduk Miskin Penduduk Miskin (Jiwa) (%) (Jiwa) 143.020 2,59 10.545 7,34
2011
145.057
1,42
9.307
6,04
2012
147.212
14,9
10.000
6,29
2013
149.120
1,3
9.325
6,23
2014
151.123
1,34
9.600
6,32
Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-24
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial A. Aspek Pendidikan Berikut ini diuraikan gambaran umum indikator kinerja dalam aspek pendidikan selama lima tahun terakhir dari 2010 sampai dengan 2014. 1) Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Selama periode 2010-2014, capaian angka melek huruf cukup mengalami peningkatan. AMH pada tahun 2014 sebesar 97,68%, meningkat
bila
dibandingkan
dengan
tahun 2010 yang berada di tingkat 95,09%. Grafik 2.5
:
Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Periode 2010-2014 Angka Melek Huruf
98
96.92
97
97.32
97.68
96.14
96 95.09
Angka Melek Huruf (Persen)
95 94 93 2010
Tabel 2.11
:
2011
2012
2013
2014
Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber:
Angka Melek Huruf (Persen) 95,09 96,14 96,92 97,32 97,68 BPS Kabupaten Bintan, 2015
Secara umum peningkatan kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun ke atas selama periode 2010-2014 di Kabupaten Bintan cukup baik. Dari tabel terlihat bahwa pada tahun 2014 persentase penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupetan Bintan yang dapat membaca dan menulis huruf latin mencapai Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-25
97,68 persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 97,32 persen. Ini dapat diartikan bahwa dari 100 orang. Tabel 2.12
:
Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Nasional Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Wilayah 2010 2011 Kabupaten Bintan 95,09 96,14 Propinsi Kepulauan 96,00 96,00 Riau Nasional 91,90 92,20 Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015
2012 96,92 96,08
2013 97,32 97,19
2014 97,68 97,67
93,25
92,91
92,99
penduduk Kabupaten Bintan yang berusia 15 tahun ke atas, sekitar 97 orang diantaranya bebas buta huruf dan sisanya (3 orang) masih tergolong kategori buta aksara. Jika dibandingkan dengan
Angka
Melek
Huruf
penduduk
Indonesia
secara
keseluruhan (AMH Nasional) maka AMH Kabupaten Bintan lebih baik dari AMH Nasional. 2) Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM adalah Rata-rataLama Sekolah. Selama periode 2010 - 2014, Rata-rata Lama Sekolah penduduk Kabupaten Bintan terus mengalami peningkatan. Rata-rata Lama Sekolah 8,63 tahun pada tahun 2010 menjadi 9,06 tahun pada tahun 2014. Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014, rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Bintan sudah mencapai 9,06 tahun, berarti rata-rata sudah sampai taraf pendidikan sembilan tahun atau setara dengan kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, kenaikan Rata-rata Lama Sekolah penduduk di Kabupaten Bintan hanya sebesar kurang dari 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin mencapai tingkat pendidikan setara SMA masih membutuhkan waktu yang cukup lama.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-26
Pada tahun 2011, bila dibandingkan dengan Rata-rata Lama Sekolah
Nasional
dan
Rata-rata
Lama
Sekolah
Provinsi
Kepulauan Riau maka Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bintan lebih baik dari Rata-rata Lama Sekolah Nasional tetapi masih lebih rendah dari Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Propinsi Kepulauan Riau pada tahun 2014 telah mencapai 9,73 tahun atau setara dengan kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Grafik 2.6
:
Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2010-2014
9.1
9.06
9.01
9
8.95
8.91
8.9 8.8 8.7 8.63
8.6 8.5 8.4
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015 Tabel 2.13
:
Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber:
Tabel 2.14
:
Rata-rata Lama Sekolah(RLS) 8,63 8,91 8,95 9,01 9,06 BPS Kabupaten Bintan, 2015
Perbandingan Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2010 -2014
Wilayah 2010 2011 Kabupaten Bintan 8,63 8,91 Propinsi Kepulauan 7,95 7,95 Riau Nasional 8,94 8,94 Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015
2012 8,95
2013 9,01
2014 9,06
8,96
9,16
9,73
7,9
7,92
7,94
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-27
3) Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kondisi Kabupaten Bintan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dalam hal angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) adalah sebagai berikut: Tabel 2.15
:
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA Tahun 2010-2014 Angka Partisipasi Kasar ( APK ) (%) Tingkat Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014
1. SD 2. SLTP
80,05 70,82 72,89
3. SLTA
107,70 88,79 71,44
121,94 68,72 72,66
105,48 90,81 82,23
105,63 96,91 94,73
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2015 Tabel 2.16
:
Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA Tahun 2010-2014 Angka Partisipasi Murni ( APM ) (persen) Tingkat Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 97,52 95,64 96,01 97,91 94,11 1. SD 63,42 65,39 65,54 85,59 71,18 2. SLTP 52,94 65,24 67,42 62,20 50,35 3. SLTA Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Angka Partisipasi Murni SD diperoleh dengan membagi jumlah murid SD usia 7-12 tahun pada suatu waktu dengan penduduk usia 7-12 tahun pada waktu yang sama. Indikator ini digunakan untuk
mengetahui
besarnya
tingkat
partisipasi
(murni)
penduduk pada jenjang pendidikan SD. Dari hasil evaluasi kinerja Wajib Belajar Dikdas 9 tahun tergambarkan bahwa tahun 2014 Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan SD tercatat sebesar 97,52 persen. Artinya sebanyak 97,52 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun telah tertampung di SD dan terdapat sebesar 2,48 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun yang belum menikmati program wajib belajar. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan SD pada tahun 2014 sebesar 105,63 persen. Hal ini membuktikan bahwa jumlah murid SD yang dapat ditampung pada sekolah-sekolah SD yang ada sudah melebihi jumlah penduduk usia sekolah, Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-28
namun demikian masih banyak murid SD yang berumur kurang atau melebihi usia 7-12 tahun yang mengikuti pendidikan SD. B. Aspek Kesehatan 1) Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 7,2 per 1.000 Kelahiran Hidup (23 kasus), bila dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya
terjadi
penurunan AKB yaitu : 8,49 per 1.000 KH (2012) dan 7,50 per 1.000 KH (2013). Angka kematian bayi nasional berada di 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. AKB Kabupaten Bintan sudah berada pada tingkat yang cukup baik. Grafik 2.7
:
Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup, 2010 - 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2015
2) Angka Kematian Balita Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 1,25 per 1.000 Kelahiran Hidup (4 kasus), bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan AKABA yaitu : 1,31 per 1.000 KH (2012) dan 2,63 per 1000 KH (2013). Angka kematian balita nasional menurut Rancangan Awal RPJMN 2015 - 2019 berada di angka 40 kematian per seribu Balita. Hal ini berarti AKABA di Kabupaten Bintan sudah cukup rendah.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-29
Grafik 2.8
:
Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup, 2010 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2015
3) Angka Kematian Ibu Melahirkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 126 per 100.000 Kelahiran Hidup (4 kasus), bila dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya
terjadi
penurunan AKI yaitu : 327 per 100.000 KH (2012) dan 164 per 100.000 KH (2013). Angka ini masih lebih baik dari angka kematian ibu melahirkan nasional yang berada di 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Grafik 2.9
:
Angka Kematian Ibu Per 1.000 Kelahiran Hidup, 2010 - 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2015
4) Angka Usia Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indikator ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam
meningkatkan
kualitas
hidup
dan
kesejahteraan penduduk secara umum. Karena salah satu Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-30
komponen kesejahteraan adalah kualitas kesehatan yang dapat diturunkan melalui umur harapan hidup. Grafik 2.10
:
Angka Harapan Hidup
70.1 69.9 69.8 69.7
70
69.98 69.91
70 69.76 69.71
69.8
Angka Harapan Hidup
69.6 69.5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2015 Tabel 2.17
:
Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2010-2014 Tahun
Angka Harapan Hidup 2010 69,71 2011 69,76 2012 69,80 2013 69,91 2014 69,98 Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015
Dari hasil penghitungan menunjukkan bahwa Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2014 Angka Harapan Hidup Kabupaten Bintan sebesar 69,98 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2014 diperkirakan akan dapat hidup selama 69,98 tahun dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Tabel 2.18
:
Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Domain 2010 2011 Kabupaten Bintan 69,71 69,76 Provinsi Kepulauan Riau 69,60 69,70 Nasional 68,70 69,00 Rata-rata daerah tertinggal Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015
2012 69,80 69,75 69,87 67,05
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
2013 69,91 69,80 69,43
2014 69,98 69,85 69,65
II-31
Untuk memenuhi syarat tersebut diperlukan upaya peningkatan kesehatan yang lebih komperhensif lagi oleh pemerintah dengan mensosialisasikan
kepada
masyarakat
tentang
pentingnya
memiliki hidup yang sehat. Angka Harapan Penduduk ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia secara keseluruhan, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau. 5) Persentase Balita Gizi Buruk Balita gizi buruk adalah status gizi balita sangat kurus berdasar standar antropometri Berat badan dibanding tinggi badan atau panjang badan (BB/TB) nilai ambang batas z score <-3 SD. Prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 0,21 persen (26 kasus dari 11.860 Balita yang ditimbang). Angka ini lebih rendah dibanding angka gizi buruk Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional tahun 2013 (Riskesdas 2013) dimana angka gizi buruk Provinsi Kepulauan Riau 6 persen dan angka gizi buruk Nasional 5,3 persen.sedangkan target Nasional adalah < 10 (kurang dari sepuluh) persen. Kalau dilihat trend prevalensi gizi buruk Kabupaten Bintan lima tahun terakhir terlihat peningkatan di tahun 2013 (57 kasus) dan terjadi penurunan sebesar 0,21 persen pada tahun 2014. Garik 2.11
:
Balita Gizi Buruk Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
0.5 0.45
0.4
0.44
0.4 0.35 0.3 0.25 0.2
0.21
0.2
0.15 0.1 0.05 0 2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2015 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-32
C. Kesempatan Kerja Tenaga
kerja
adalah
modal
dasar
bagi
geraknya
roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan
seiring
dengan
berlangsungnya
proses
demografi.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi
dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Namun jumlah penduduk yang bekerja tidak sepenuhnya dapat dipandang sebagai jumlah kesempatan kerja yang ada, hal ini dikarenakan sering terjadi mismatch dalam pasar kerja.
Berdasarkan data BPS Kabupaten
Bintan tahun 2014 terdapat 67.749 jiwa penduduk angkatan kerja dan sekitar 91,88 persen diantaranya telah bekerja. Dari penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 25,32 persen bekerja di sektor pertanian. Sektor-sektor berikutnya yang cukup besar peranannya
dalam
ketenagakerjaan
di
Kabupaten
Bintan
diantaranya sektor perdagangan (19,01 persen), jasa (21,07) dan industri pengolahan (12,28 ). Gambar 2.2 : Persentase Penduduk 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, 2015 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-33
Tabel 2.19 : Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Bintan Tahun 2014
No. Lapangan Usaha Utama 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan & Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik dan Air 5 Bangunan 6 Perdagangan, Rumah Makan & Hotel 7 Angkutan, Pegudangan & Komunikasi 8 Keuangan, Asuransi & Usaha Persewaan Bangunan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan
Kontribusi 25,32 1,02 12,28 1,47 8,09 19,01 6,59 5,15 21,07
Sumber : Data BPS Kabupaten Bintan, 2015
D. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Koperasi dan UKM sudah terbukti bertahan terhadap gejolak eksternal. Kontribusinya bagi perekonomian
daerah memegang
peran strategis dan memberikan peluang yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja. Perkembangan jumlah Koperasi dan UKM di Kabupaten Bintan, dari tahun 2010–2014 mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2010, jumlah koperasi aktif sebanyak 133 koperasi, mengalami kenaikan sebanyak 62 unit koperasi atau 68,20% dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 195 unit koperasi. Demikian halnya untuk UKM pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan sebesar 19.743 UMKM atau sebesar 10,83% debanding dengan tahun 2010. Tabel 2.20
NO 1. 2. 3. 4. 5.
:
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2010‐2014 KONDISI CAPAIAN TAHUN KINERJA INDIKATOR KINERJA AWAL TAHUN 2011 2012 2013 2014 2010 Jumlah 206 /150 Unit 244/140 171/104 287/193 227/195 koperasi/koperasi aktif Persentase koperasi 72,82% 118,45 83,01 139,32 85,90% aktif Jumlah UMKM Aktif 1327 Unit 1.450 1.485 1.593 1.675 Jumlah BPR/LKM aktif 2 Unit 3 3 3 3 Jumlah UKM non 12 Unit 13 13 15 15 BPR/LKM UKM Sumber : Data Diolah Tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-34
E. Penanaman Modal Perkembangan investasi di Kabupaten Bintan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan. Jumlah investasi pada tahun 2010 sebesar Rp67.06 Milyar dan pada tahun 2014 mencapai Rp 1,764 Triliun. Sedangkan rasio daya serap tenaga kerja sebesar 91,3%. Grafik 2.11
:
Realisasi Investasi Kabupaten Bintan Tahun 2010‐2014
Sumber : BPMPD Tahun 2015
2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga A. Kebudayaan 1) Jumlah Grup Kesenian Jumlah grup kesenian digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat kondisi kebudayaan suatu daerah. Berdasarkan data dalam dokumen Evaluasi RPJMD 2016, jumlah grup kesenian
yang
dibina
di
Kabupaten
Bintan
mengalami
peningkatan jumlah grup kesenian dari yang bermula sebanyak lima grup di tahun 2011 menjadi 32 grup di tahun 2014. Analisis pada data menunjukkan adanya indikasi peningkatan minat masyarakat terhadap kesenian secara umum. Hal ini menjadi modal untuk mewujudkan pembangunan di aspek kebudayaan. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-35
2) Jumlah Gedung Kesenian Jumlah Gedung Kesenian juga merupakan salah satu indikator adanya alokasi ruang untuk kegiatan kesenian. Jumlah gedung kesenian di Kabupaten Bintan meningkat dari hanya 1 gedung saja pada tahun 2011 menjadi 5 gedung pada tahun 2014. Bertambahnya jumlah gedung ini dapat diartikan sebagai adanya usaha menyediakan sarana untuk mengekspresikan kesenian yang dikembangkan di Kabupaten Bintan. B. Pemuda dan Olahraga 1) Jumlah Klub Olahraga Perkembangan jumlah klub olahraga menunjukkan minat masyarakat dalam kegiatan olahraga.
Klub olahraga adalah
wujud antusiasme masyarakat terhadap kegiatan olahraga yang dapat ditampung dalam sebuah klub. Jumlah klub olahraga di Kabupaten Bintan meningkat dari 369 klub olahraga menjadi 378 klub olahraga yang tersebar di seluruh Kabupaten Bintan. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan minat warga terhadap kegiatan olahraga. 2) Jumlah Gedung Olahraga Kebutuhan
sarana
mengaktualisasikan satu kebutuhan Pemerintah
bagi diri
yang
generasi
muda
secara
positif
perlu
disediakan
untuk
merupakan oleh
dapat salah pihak
Kabupaten Bintan. Sampai dengan tahun 2014
terdapat 11 gedung olahraga di Kabupaten Bintan. 2.3
Aspek Pelayanan Umum
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Aspek pelayanan urusan wajib Pemerintah Kabupaten Bintan dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2014 digambarkan pada tabel berikut :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-36
Tabel 2.21
NO 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13. 14. 15.
16. 17.
:
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pendidikan, 2010‐2014 KONDISI CAPAIAN TAHUN KINERJA INDIKATOR KINERJA AWAL 2011 2012 2013 2014 TAHUN 2010 Indeks Pendidikan 82,97 83,9 84,19 84,5 85,3 Angka Rata-rata Lama 8,63 8,91 8,95 9,01 9,06 Sekolah (RLS) Tahun Angka partisipasi sekolah 99,20% 95.61 99,3 99,4 99,98 (Pendidikan Dasar) Rasio anak perempuan 93,50% 99.00 94.00 94,5 97 terhadap terhadap anak laki-laki ditingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi yang diukur dari angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak laki-laki Angka Partisipasi Kasar 80,05% 107,70 121,94 105,48 105,63 (APK) SD/MI/Paket A Angka Partisipasi Kasar 70,82% 88,79 68,72 90,81 96,91 (APK) SMP/MTs/Paket B Angka pendidikan yang 20,82% 21.00 16,12 23 24 ditamatkan SD/MI/Paket A Angka pendidikan yang 17,79% 21.00 31,17 31,17 21 ditamatkan SMP/MTs/Paket B Angka Partisipasi Murni 97,52% 95,64 96,01 97,91 94,11 (APM) SD/MI/Paket A Angka Partisipasi Murni 63,42% 65,39 65,54 85,59 71,18 (APM) SMP/MTs/Paket B 57,96 Rasio ketersediaan sekolah 57.89 59 60 65,79 per penduduk usia sekolah dasar per 10.000 penduduk (Pendidikan Dasar) Persentase SD-SMP yang 73% 74 75 76 76 memiliki komputer yang bisa digunakan siswa untuk akses internet melalui komputer Rasio guru per murid 1:13 1:13 1:13 1:13 1:13 SD/MI (Pendidikan Dasar) Rasio guru per murid SLTP 1:12 1:11 1:12 1:12 1:12 (Pendidikan Dasar) Rasio ketersediaan sekolah 23,26 33.23 24.05 26 34,5 per penduduk usia sekolah menengah per 10.000 penduduk (Pendidikan Menengah) Rasio guru per murid SLTA 1:11 1:11 1:11 1:11 1:11 (Pendidikan Menengah) Rasio guru terhadap murid 0,81 0.86 0,4 0,44 0,44 per kelas rata-rata
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-37
18. 19. 20. 21. 22.
23. 24. 25. 26.
(Pendidikan Menengah) Angka partisipasi sekolah 42,93% 63.87 47,81 44,5 (Pendidikan Menengah) Angka Partisipasi Kasar 72,89% 71,44 72,66 82,23 (APK) SMA/SMK/MA/Paket C Angka pendidikan yang 28,58% 29.00 29.37 29,37 ditamatkan SMA/SMK/MA/Paket C Angka Partisipasi Murni 50,35% 52,94 65,24 67,42 (APM) SMA/SMK/MA/Paket C Rasio melek huruf 102,63% 103 106 103 perempuan terhadap lakilaki usia 15-24 tahun yang diukur melalui angka melek huruf Angka kelulusan SD 97,90% 96.70 100 100 Angka kelulusan SLTP 93,29% 82.20 100 98 Angka kelulusan SLTA 99,51% 95.07 97,92 99,65 Guru yang memenuhi 42,57% 50.06 44,98 80 kualifikasi S1/D-IV Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Tahun 2015
59,03 94,73 32 62,20 105,42
100 99,95 99,47 85
2.3.1.1 Pendidikan Fokus utama pembangunan pendidikan adalah menghasilkan lulusan yang lebih baik. Untuk itu, indeks pendidikan sebagai instrumen pengukuran dan acuan dalam merencanakan program pendidikan ke depan mendesak untuk diterapkan, upaya yang ditempuh adalah dengan mengembangkan lembaga pendidikan yang
berstandar
nasional
ataupun
bertaraf
internasional,
mengembangkan pusat keunggulan ilmiah; penyediaan sumber daya
pendidikan
kondusif
terhadap
yang
handal;
pendidikan;
penciptaan menarik
lingkungan
minat
peserta
yang didik
sebanyak mungkin; mencetak lulusan yang berkualitas, berdaya saing tinggi, dan berakhlak mulia; meningkatkan masyarakat terdidik dan berbudaya; dan meningkatkan proporsi masyarakat yang berpendidikan menengah dan tinggi. Sampai dengan tahun 2014 capaian indeks pendidikan Kabupaten Bintan berkisar pada 85,3 poin angka tersebut cukup tinggi jka dibandingkan pada capaian tahun 2010 sebesar 82,97 poin.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-38
Grafik 2.12
:
Indeks Pendidikan Kabupaten Bintgan Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan Tahun 2015
2.3.1.2 Kesehatan 1) Posyandu Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai. Idealnya satu posyandu melayani 100
balita.
Untuk
itu
perlu
dihitung
rasio
ketersediaan
posyandu per balita seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Posyandu aktif di Kabupaten Bintan tahun 2014 adalah 158 buah. Jika dibandingkan dengan jumlah balita yang ada di Kabupaten
Bintan
13.949
dengan rata-rata
rasio jumlah
Posyandu per 1.000 balita sudah diatas standar Nasional yaitu 11,3. Belum tercapainya rasio Posyandu per 1.000 balita karena belum
dimanfaatkan
Pembangunan
secara
(Pokbang)
dan
maksimal
fungsi
perencanan
Kelompok
pembangunan
Posyandu di tahun berikutnya. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan fungsi Pokbang menjadi Posyandu dan pembangunan Posyandu yang direncanakan pada tahun 2015 dan 2016. Untuk rasio Posyandu per Puskesmas bervariasi. Rasio Posyandu yang tertingi adalah di UPTD Puskesmas Sri Bintan sebesar 30 per 1.000 balita dan terendah di UPTD Puskesmas
Teluk
Sasah
sebesar
5,7
per
1.000
balita.
Perkembangan jumlah Posyandu di kabupaten Bintan empat tahun terakhir cukup tinggi yaitu 140 Posyandu pada tahun Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-39
2010, 146 Posyandu tahun 2011, 150 Posyandu tahun 2012, dan 153 Posyandu pada tahun 2013. Berikut ini perkembangan capaian rasio posyandu per 1.000 Balita di Kabupaten Bintan tahun 2010-2014. Grafik 2.13
:
Rasio Posyandu Per 1.000 Balita Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
Posyandu merupakan lembaga kemasyarakatan sebagai wadah yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dan sosial dasar masyarakat. Meningkatnya jumlah posyandu didukung juga dengan adanya bantuan pembangunan posyandu baru melalui dana APBD dan DAK anggaran pengentasan kemiskinan Provinsi
Kepulauan
Riau.
Hampir
seluruh
Posyandu
di
Kabupaten Bintan telah memiliki bangunan permanen. Grafik 2.14
:
Jumlah Posyandu di Kabupaten Bintan Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-40
2) Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per 100.000 penduduk pada tahun 2014 sebesar 78,08. Nilai rasio tersebut telah melampaui target tahun yaitu 65,7. Jika dibandingkan dengan angka rasio tahun 2013, terjadi peningkatan angka rasio. Meningkatnya angka rasio tersebut disebabkan penambahan 2 (dua) UPTD Puskesmas di tahun 2014 yaitu UPTD Puskesmas Kuala Sempang dan UPTD Puskesmas Sei Lekop. Jumlah keseluruhan fasilitas pelayanan primer (Puskesmas, Poliklinik, Pustu dan Polindes/Poskesdes)
sebanyak
118
unit
dengan
jumlah
penduduk yang mengalami penurunan dari 160.331 jiwa tahun 2013 menjadi 140.267 jiwa di tahun 2014. Grafik 2.15
:
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 - 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2010
3) Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Rasio Rumah Sakit per 100.000 penduduk tahun 2014 di Kabupaten Bintan sebesar 1,32. Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Bintan tahun 2014 tetap sama dengan jumlah di tahun 2013 yaitu 2 (dua) Rumah Sakit dengan jumlah penduduk 151.123 jiwa (BPS, 2014). Angka rasio tersebut merupakan perbandingan dari jumlah Rumah Sakit yang ada di wilayah Kabupaten Bintan dengan jumlah penduduk di kali 100.000. berikut ini perkembangan rasio rumah sakit per
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-41
100.000 penduduk di Kabupaten Bintan selama tahun 2010 sampai 2014. Grafik 2.16
:
Rasio Rumah Sakit Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
4) Rasio Dokter per Satuan Penduduk Rasio
Dokter Per 100.000 penduduk di tahun 2014 di
Kabupaten Bintan sebesar 48.31 per 100.000 penduduk, angka tersebut dibawah target yang di tetapkan pada tahun 2014 yang menargetkan angka rasio dokter umum sebesar 68 per 100.000 penduduk. Penurunan angka rasio dokter umum di tahun 2014 dibandingkan disebabkan
dengan
adanya
angka
dokter
rasio PTT
di
tahun
tahun
2013
yaitu
2013
yang
tidak
memperpanjang kontrak kerja di tahun 2014 dan juga ada dokter umum yang telah menjadi dokter spesialis. Upaya yang harus di lakukan yaitu merekrut dokter umum baik secara jalur Honor, PTT maupun Tes CPNS dan mendistribusikan tenaga dokter
umum
secara
merata
dengan
mempertimbangkan
kondisi geografis, jumlah penduduk dan angka kesakitan dalam suatu wilayah kerja Puskesmas.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-42
Grafik 2.17
:
Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
5) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Angka penemuan ibu hamil dengan resiko tinggi tahun 2014 sebanyak 74,88 persen (521 Bumil resti). Dari semua ibu hamil yang mengalami komplikasi pada kehamilan maupun persalinan sudah ditangani tidak hanya di Puskesmas, namun telah dilakukakan
rujukan
ke
Fasilitas
Kesehatan
yang
lebih
memadai seperti Rumah Sakit. Upaya-upaya
yang
telah
dilakukan
yaitu
melakukan
penjaringan atau mendeteksi ibu hamil yang mempunyai resiko sedini mungkin, dengan memberdayakan kader posyandu, melaksanakan P4K, dan setiap ibu hamil diwajibkan untuk di pemeriksa
Hb,
Golongan
Darah,
test
HIV
dan
malaria,
memfasilitasi terbentuknya Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) terutama didaerah perbatasan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-43
Grafik 2.18
:
Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Yang Ditangani Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
6) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Komplikasi Kebidanan Persentase
Pertolongan
Persalinan
oleh
tenaga
Kesehatan
(Linakes) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 99,8 persen dari 3.181 persalinan. Angka ini lebih rendah jika dibanding tahun 2013 yaitu 99,87 persen namun telah mencapai target MDG's 2015 yaitu > 95 persen, hal ini menunjukkan bahwa Linakes di Kabupaten Bintan sangat berhasil. Namun masih terdapat 7 atau 0,2% persalinan ditolong oleh Dukun terlatih dan kemudian dilakukan kunjungan atau perawatan nifas oleh tenaga kesehatan. Grafik 2.19
:
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Komplikasi Kebidanan Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-44
Upaya untuk meningkatkan cakupan Pertolongan Persalinan terus
dilakukan
dengan
memberikan
hasil
evaluasi
dan
feedback melalui pertemuan review program serta bimbingan tekhnis dan monitoring ke Puskesmas, khususnya pada daerah yang
memiliki
capaian
rendah
agar
dapat
meningkatkan
cakupan. Dalam upaya peningkatan cakupan Pertolongan Persalinan tersebut seksi KIA dan Yayasan Medis KB melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu : (1) Peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan kunjungan ibu dan anak melalui Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran, (2) Penguatan Manajemen dan Jejaring Rujukan di tingkat
Kabupaten
melalui
Manual
Rujukan
yang
ditandatangani oleh Bupati Bintan, (3) Pembentukan Tim AMP tingkat Kabupaten Bintan, (4) Peningkatan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor kesehatan untuk peningkatan cakupan
pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
medis
dan
kunjungan ibu dan anak di Fasilitas Kesehatan, (5) Peningkatan kerjasama dengan organisasi profesi, (6) Bimbingan tekhnis, monitoring dan evaluasi bagi bidan koordinator di Kecamatan dan Desa. 7) Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Kegiatan imunisasi dasar lengkap merupakan pemberian vaksin kepada bayi umur < 1 tahun yang meliputi BCG, Polio, DPT+HB dan Campak. Pemberian vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit - penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu Difteria, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis
B.
sebagai indikator keberhasilan
program
imunisasi di tingkat desa/kelurahan adalah jika imunisasi dasar lengkap telah mencapai 90% dari jumlah bayi yang ada atau disebut juga dengan Universal ChildImunization (UCI). Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-45
Di Kabupaten Bintan untuk tahun 2011, 2013 dan 2014 semua desa/kelurahan telah UCI, sedangkan di tahun 2012 ada 1 desa yaitu dasa Mantang Besar yang belum UCI. Desa Mantang Besar pada tahun 2012 belum mencapai 85% cakupan imunisasi dasar
lengkap
sehingga
desa
ini
belum
UCI,
dengan
permasalahan adanya kesenjangan data estimasi dengan dara riil sasaran dan ada juga balita yang telah diimunisasi akan tetapi belum tercatat oleh petugas kesehatan. Berdasarkan permasalahan ini pada tahun 2014 dinas kesehatan Kabupaten Bintan beserta puskesmas yang ada di kabupaten bintan bekerja sama dengan kader-kader posyandu serta bidan desa untuk mencatat semua bayi by name dan by addres yang diimunisasi menggunakan
di
wilayah data
kerjanya
sasaran
riil
masing-masing, yang
didapatkan
serta dan
disejalankan dengan data dari Bidang Kesehatan Keluarga khususnya Seksi Kesehatan Ibu dan Anak. Grafik 2.20
:
Persentase Desa Yang Mencapai UCI Tahun 2010-2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
Usaha-usaha
yang
akan
dilakukan
ke
depannya
untuk
mempertahankan semua desa/kelurahan tetap UCI antara lain sweeping, pendataan bayi, sosialisasi pentingnya imunisasi dan PD3I, sosialisasi vaksin baru, menjaga logistik vaksin tetap Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-46
lancar dan penggunaan vaksin yang efektif dan efisien serta tetap menjalin hubungan kerja sama yang baik antara kader, bidan desa, petugas kesehatan yang melaksanakan imunisasi dan bidang-bidang yang ada di dinas kesehatan Kabupaten Bintan. 8) Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Seluruh
kasus
balita
gizi
buruk
yang
ditemukan
setiap
tahunnya telah dilaksanakan perawatan sesuai dengan kasus yang
ditemukan
baik
rawat
inap
maupun
rawat
jalan.
Pemantauan dan perawatan kasus gizi buruk yang ditemukan tahun 2014 sebanyak 26 kasus telah sesuai dengan tatalaksana anak gizi buruk oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas khususnya Puskesmas perawatan yang telah dilatih pada tahun 2013. Balita gizi buruk juga diberikan makanan tambahan pemulihan serta multi vitamin serta pembinaan gizi anak kepada keluarga balita. Grafik 2.21
:
Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
9) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Jumlah penemuan kasus TB Paru BTA Positif di Kabupaten Bintan
Tahun
2014
sebesar
126
kasus
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
(160/100.000 II-47
penduduk). Jumlah penemuan ini menurun jika dibandingkan dengan
tahun
2013
yaitu
sebesar
138
kasus.
Secara
keseluruhan, kasus TB Paru BTA Positif yang ditemukan 100% sudah dilakukan pengobatan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan setiap penderita diawasi/dipantau oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Grafik 2.22
:
Kasus TB Paru (BTA Positif) yang Ditangani Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
Terjadinya penurunan penemuan kasus TB Paru BTA Positif di Kabupaten Bintan disebabkan oleh penemuan yang telah dilakukan dengan maksimal melalui penjaringan suspek TB di dalam maupun diliuar gedung, kontak serumah, serta tingginya tingkat kepatuhan penderita TB dalam menjalani pengobatan secara tuntas, sehingga dengan menelan obat secara teratur dan tuntas maka otomatis menurunkan penularan TB kepada masyarakat lainnya. Adapun sebaran penemuan Kasus dari 126 kasus TB Paru BTA Positif yang ditemukan di Kabupaten Bintan yaitu sebagai berikut UPTD Puskesmas Kijang 30 orang, UPTD Puskesmas Kelong 1 orang, UPTD Puskesmas Toapaya 9 orang, UPTD Puskesmas Kawal 15 orang , UPTD Puskesmas Teluk Bintan 5 orang, UPTD Teluk Sebung 2 orang, UPTD Tanjung Uban 9 orang, UPTD Teluk Sasah 12 orang, UPTD Tambelan 9 orang , UPTD Sri Bintan 4 orang , UPTD Berakit 2 orang, UPTD Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-48
Kuala Sempang 1 orang, UPTD Sei Lekop 11 orang, RSUD Tg. Uban Provinsi Kepri 5 orang, dan RSUD Bintan 15 orang. 10) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 27
hari
tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda
(sekurang-kurangnya
uji
Torniquet
positif),
perdarahan
disertai/tanpa
pembesaran hati (hepatomegali), trombositopenia (trombosit ≤100.000/µl), peningkatan hematocrit ≥20%. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD adalah presentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di suatu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar SOP adalah penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai standar, ditindaklanjuti dengan penanggulangan fokus (PF). Grafik 2.23
:
Persentase Kasus DBD yang Ditangani Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
Penanganan
penyakit
DBD
di
Kabupaten
Bintan
terlaksana 100% sejak tahun 2010 hingga 2014.
telah
Target SPM
adalah 100% di tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan terhadap penyakit DBD di Kabupaten Bintan telah berjalan dengan baik dan dapat dipertahankan hingga sekarang.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-49
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit DBD telah dilakukan beberapa upaya pengendalian penyakit DBD, dimulai dengan Penyelidikan Epidemiologi (PE) setelah adanya laporan kasus dari Rumah Sakit/Puskesmas. Kemudian dilakukan pengasapan (Fogging Focus) dan abatesasi massal dengan radius ±100 meter dari tempat tinggal kasus. Selain itu lebih mengoptimalkan kegiatan PSN dengan 3M Plus secara serentak serta menjaga kebersihan lingkungan kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali. 11) Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal untuk kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, target yang harus dicapai oleh masing-masing kabupaten untuk indikator cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien miskin adalah 100% di tahun 2015. Berdasarkan data perkembangan cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat di Kabupaten Bintan, terjadi peningkatan dari tahun 2010 hingga 2014. Selama tahun 2011 sampai dengan 2014 cakupan pelayanan dasar untuk masyarakat miskin mencapai 100%, sehingga memenuhi target SPM Indonesia. Tabel 2.22
:
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
2010 90,30%
2011 100%
Tahun 2012 100%
2013 100%
2014 100%
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-50
Pada tahun 2014 jumlah pelayanan Kesehatan Dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin Kabupaten Bintan sebesar 4.653 kunjungan dengan rincian pelayanan menggunakan Surat
Keterangan
Tidak
Mampu
(SKTM)
sebesar
2.445
kunjungan dan yang menggunakan Kartu Bintan Sejahtera (KBS) sebesar 2.208 kunjungan, bila dibandingkan tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebanyak 3486 kunjungan dari 1.167 kunjungan (2013). Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang SKTM, sebagian masyarakat menganggap SKTM adalah hak bagi semua masyarakat sebagai jaminan kesehatan padahal sesuai namanya SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) hanya berlaku bagi masyarakat tidak mampu. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan jumlah
pelayanan
masyarakat
miskin
kesehatan tahun
dasar 2015
dan adalah
rujukan
bagi
mengarahkan
masyarakat yang menggunakan SKTM untuk mendaftar ke BPJS Kesehatan, karena premi asuransi BPJS Kesehatan tidak terlalu besar untuk pelayanan kelas III, 25.500 per bulan per Jiwa. 12) Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah bayi yang mendapat pelayanan kesehatan minimal 4 kali sesuai dengan standar pelayanan kesehatan bayi yaitu 1 kali pada usia 29 hari sampai dengan 2 bulan, 1 kali pada usia 3 bulan, 1 kali pada usia 6-8 bulan, dan 1 kali pada usia 9-11 bulan. Presentase cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Bintan pada tahun 2014 sebesar 80,2 persen, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan yaitu : 95,2 persen (2012) dan 96 persen (2013), hal ini disebabkan karena perubahan standar dalam pelayanan kesehatan bayi, awalnya menggunakan cakupan imunisasi campak berubah menjadi pencatatan kohort bayi. Berdasarkan target cakupan kunjungan bayi di RPJMD Kabupaten Bintan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-51
2011-2015 yaitu 112% dan target Nasional sebesar 60% maka terjadi kesenjangan yang cukup besar yaitu sebesar 52%, maka target RPJMD cakupan bayi di revisi menjadi 90%. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan bayi tersebut antara
lain
melalui
peningkatan
cakupan
pelayanan
di
Posyandu dan kelas ibu balita. Grafik 2.24
:
Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
13) Cakupan Puskesmas Cakupan Puskesmas di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 140 persen, angka tersebut telah melampau target tahun 2015 yaitu sebesar 100 persen. Cakupan Puskesmas merupakan perbandingan jumlah Puskesmas dengan jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan. Tahun 2014, UPTD Puskesmas berjumlah 14 unit dalam 10 Kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Kecamatan di Kabupaten Bintan sudah memiliki Puskesmas, bahkan ada Kecamatan yang memiliki lebih dari 1 Puskesmas seperti; (1) Kecamatan Teluk Sebong memiliki 3 Puskesmas
yaitu:
UPTD
Puskemas
Teluk
Sebong,
UPTD
Puskesmas Sri Bintan dan UPTD Puskesmas Berakit, (2) Kecamatan Bintan Timur yaitu; UPTD Puskesmas Kijang dan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-52
UPTD Puskesmas Sei Lekop serta ada UPTD Puskesmas yang memiliki
wilayah
kerjanya
di
2
Kecamatan
yakni
UPTD
Puskesmas Kuala Sempang yakni Kecamatan Seri Kuala Lobam dan
Kecamatan
Teluk
Bintan.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa akses pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan sudah cukup baik. Grafik 2.25
:
Cakupan Puskesmas Tahun 2010 – 2014
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2015
14) Cakupan Pembantu Puskesmas Cakupan Pembantu Puskesmas meliputi Puskesmas Pembantu dan
Polindes/Poskesdes
Puskesmas.
Tahun
yang
2014,
merupakan
cakupan
jejaring
pembantu
dari
Puskesmas
sebesar 168.63 persen, angka tersebut jauh melampaui target tahun 2015 yaitu sebesar 95 persen. Cakupan Pembantu Puskesmas
adalah
perbandingan
jumlah
Pustu
dan
Polindes/Poskesdes yaitu sebanyak 86 unit berbanding dengan jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Bintan yakni 51 Desa/Kelurahan.
Jumlah
Puskesmas
Pembantu
tidak
mengalami penambahan (28 unit) begitu juga dengan jumlah Polindes/Poskesdes yakni 58 unit. Dapat disimpulkan bahwa di setiap Desa/Kelurahan di Kabupaten Bintan telah memiliki Pustu,
Polindes/Poskesdes,
bahkan
ada
di
beberapa
Desa/Kelurahan memiliki 2 unit fasilitas pelayanan kesehatan sekaligus yakni Pustu dan Polindes/Poskesdes. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-53
2.3.1.3 Pekerjaan Umum Ketersediaan infratruktur yang layak dan memadai merupakan aspek dasar yang diperlukan dalam proses pembangunan. Berikut ini diuraikan hasil kinerja Urusan Pekerjaan Umum selama periode 2010-2014. 1) Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan Penduduk Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk adalah indikator ketersediaan tempat pemakaman umum yang ada di Kabupaten Bintan. Berdasarkan data tahun 2014, rasio tempat pemakaman umum per 1000 penduduk mencapai nilai 115. Sementara ini pemakaman umum yang ada di Kabupaten Bintan ada beberapa pemakaman yang berada di 7 (tujuh) Kecamatan, namun sampai saat ini belum dikelola oleh pemerintah daerah dengan total luas makam 952.957,3 m2. Telah terjadi penurunan daya dukung lahan pemakaman TPU karena
adanya
pertumbuhan
jumlah
penduduk
dan
meningkatnya jumlah penggunaaan lahan pemakaman di setiap tahunnya, sedangkan lahan pemakaman tetap. Melihat hal tersebut, maka masih dibutuhkan adanya penambahan lahan pemakaman di Kabupaten Bintan. Tabel 2.25
:
Rasio Tempat Pemakaman Umum per 1000 Penduduk Tahun 2012-2014
No.
Tahun
1 2 3
2014 2013 2012
Rasio Tempat Pemakaman Umum per 1000 penduduk 115 120 70,32
Sumber: DKPP Kab. Bintan tahun 2015
2) Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk Rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk adalah indikator ketersediaan volume tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Indikator tersebut didapatkan dari rumus volume tempat pembuangan sampah dibagi jumlah penduduk dikali 1.000, sehingga indikator tersebut dapat Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-54
menunjukkan ketersediaan tempat pembuangan sampah per 1.000 penduduk. Berdasarkan data perkembangan rasio tempat pembuangan sampah terjadi peningkatan selama kurun waktu 2010 sampai 2014. Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah daerah akan kebersihan lingkungan warganya. Berikut ini perkembangan rasio tempat sampah di Kabupaten Bintan. Tabel 2.26
:
Rasio Tempat Pembuangan Sampah Per Satuan Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
2011
50
Tahun 2012
2013
57
112
53
2014 117
Sumber: DKPP Kab. Bintan tahun 2015
3) Panjang Jalan dilalui Roda 4 Panjang jalan dilalui roda 4 adalah indikator yang menunjukkan rasio panjang jalan yang dapat dilalui roda 4 yang disediakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melayani per 1.000 penduduk dengan rumus panjang jalan (Km) dibagi dengan jumlah penduduk dikali 1.000. Indikator ini dapat menunjukkan tingkat pelayanan jalan per 1.000 penduduk. Tabel 2.27
:
Panjang Jalan Dilalui Roda 4 di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
2011
Tahun 2012
Panjang Jalan Dilalui 415,75 465,341 486,101 Roda 4 (km/1000 Km Km Km penduduk) Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bintan, tahun 2015
2013
2014
561,702 Km
650,65 Km
Panjang jalan dilalui roda 4 pada tahun 2010 yaitu sepanjang 415,75 Km, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 465,341 Km. Pada tahun 2012 capaian kinerja panjang jalan mencapai sepanjang 486,101 Km dan terus meningkat sampai
tahun
2014
menjadi
438,75Km.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Hal
ini
II-55
mengindikasikan bahwa masyarakat semakin membutuhkan transportasi darat untuk mendukung berbagai kegiatan. 4) Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam) Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik adalah indikator yang menunjukan tingkat layanan jalan kabupaten yang tersedia. Panjang jalan Kabupaten Bintan dalam kondisi baik (>40Km/Jam) pada tahun 2010 yaitu sepanjang 215,5 Km dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sepanjang 230 Km. Pada tahun 2012 panjang jalan mencapai 232,071 Km, demikian pula pada tahun 2013 meningkat menjadi 230 Km. Pada tahun 2014 panjang jalan mencapai sepanjang 265,071 Km. 2.3.1.4 Perumahan Penyelenggaraan
urusan
perumahan
dilaksanakan
agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam kondisi yang sehat, aman, harmonis,
dan
berkelanjutan.
Perkembangan
rumah
tangga
pengguna air bersih di Kabupaten Bintan relatif meningkat, walau kenaikan
jumlah
Kepala
keluarga
(KK)
yang
membutuhkan
bertambah, maka bertambah pula rumah tangga pengguna air besih yang harus dilayani. Pada tahun demikian pula dengan Rumah Tangga Pengguna Listrik, pelayanan diberikan dengan optimal
sehingga
diupayakan
semua
warga
mendapatkan
pelayanan dalam pemanfaatan listrik. 1) Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Menurut BPS, selama periode 2005-2007 penyediaan air bersih di Kabupaten Bintan dilakukan oleh Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM) yaitu PDAM Kijang, PDAM Tanjung Uban,dan PDAM Teluk Sekuni Tambelan. Dari ketiga PDAM tersebut maka PDAM
Tanjunguban
memiliki
jumlah
pelanggan,
volume
produksi, dan tingkat distribusi yang paling besar. Hal ini dikarenakan Kecamatan Bintan Utara banyak memiliki industri besar/sedang
serta
jumlah
penduduk
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
yang
relatif
besar. II-56
Sementara itu, menurut data PODES 2007, sumber air bersih di kecamatan lainnya seperti Kecamatan Teluk Bintan, Teluk Sebong, Mantang, Seri Kuala Lobam, Bintan Pesisir, Gunung Kijang dan Kecamatan Toa Paya umumnya berasal dari sumur gali. Jumlah
penduduk
yang
menggunakan
akses
air
bersih
sebanyak 131.477 jiwa (87%) dari 151.123 jiwa. Dari 2010-2013 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih.
Hal
ini
disebabkan
kesadaran
masyarakat
untuk
menggunakan air bersih/ minum tinggi dan sejalan dengan pelaksanaan program pembangunan sarana air bersih/minum terutama untuk daerah yang rawan air dan penyakit yang ditimbulkan oleh penggunaan air minum tinggi, melalui sumber pendanaan pembangunan air bersih/ minum yang berasal dari dana APBN dan APBD Kabupaten/Provinsi. Pada tahun 2014 penduduk yang menggunakan akses air bersih berjumlah 131.477 jiwa yang terdiri dari 20.792 unit sarana sumur gali terlindung dengan jumlah pengguna 95.664 jiwa, 18 unit jaringan perpipaan (PDAM dan BP-SPAM) dengan pengguna 35.754 jiwa. Pencapaian ini masih dibawah target RPJMD Kabupaten Bintan tahun 2014 yaitu 92,5 persen. Hal ini dikarenakan masih banyaknya RT yang menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur gali (SGL) yang tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 461 Tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih, antara lain: fisik meliputi warna, kekeruhan, bau, mikrobiologi meliputi coliforem dan total coliforem dan kimia meliputi kadar magnesium, besi, aluminium dan lain-lain 2) Rumah Tangga Pengguna Listrik Rumah tangga pengguna listrik menunjukkan indikator jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten Bintan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-57
Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga pengguna listrik dibagi dengan jumlah rumah Tabel 2.28
:
Rumah Tangga Pengguna Listrik di Kabupaten Bintan
Indikator Kinerja Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik Rasio Elektrifikasi (%)
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
15.718 RT
19.341 RT
27.269 RT
28.662 RT
28.320 RT
47,84%
59,35%
63,57%
75,49% 75,53%
Sumber: Distamben Kab. Bintan, tahun 2015
tangga. Rumah Tangga pengguna listrik (termasuk sosial, bisnis, publik) sampai dengan tahun 2014 semakin bertambah hal ini dilihat dari tabel berikut: Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi di Indonesia saat ini mencapai 80,54% dan ditargetkan pemerintah akan mencapai 100% pada tahun 2020. Di Kabupaten Bintan sendiri rasio elektrifikasi pada tahun 2014 baru mencapai 75,54%, yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,05% dari 75,49%
pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Bintan yang pada tahun 2014 hanya mencapai 75,53%, sehingga masih perlu peningkatan elektrifikasi atau perluasan jaringan listrik sehingga dapat menjangkau ke daerah-daerah pelosok. 3) Rumah Tangga Bersanitasi Rumah tangga bersanitasi adalah salah satu indikator untuk mengukur tingkat penyediaan sarana sanitasi di Kabupaten Bintan. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga bersanitasi dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga yang ada di Kabupaten Bintan. Persentase rumah tinggal bersanitasi pada tahun 2010 sebesar
72,66%,
kemudian
meningkat menjadi 78,30% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 sampai 2013 terjadi peningkatan menjadi 76,03%. Sementara itu tahun 2014 sedikit menurun menjadi 76%. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-58
Tabel 2.29
:
Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Tahun Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase Rumah 78,3% 74,56% 76,03% 76% 72,66% Tangga Bersanitasi Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bintan, tahun 2015
2.3.1.5 Penataan Ruang Dari berbagai telaah tentang penataan ruang, ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen terpenting yaang sebaiknya dianalisis, dengan salah satu penilaiannya adalah rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian penting dari ekosistem perkotaan. RTH adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas dalam bentuk kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur di mana penggunaannya lebih bersifat terbuka. RTH meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi,
taman
perkantoran
dan
lingkungan gedung
pemukiman,
komersial,
taman
lapangan
olah
gedung raga,
pemakaman umum, sempadan sungai, pantai dan kawasan jalur hijau. Saat ini, RTH di Kabupaten Bintan yang dikelola oleh pemerintah daerah terdiri dari 1 taman umum besar yang berada di Kijang Kota, 12 taman kecil yang tersebar di kecamatan-kecamatan, dengan total luas ±6.600 m2, ruang terbuka hijau juga berada difasilitas sosial dan fasilitas umum diantaranya taman dan parkir gedung olah raga, taman mesjid raya dan lapangan olah raga. Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas kawasan perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-59
Tabel 2.30
:
Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah BerHPL/HGB di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB
Indikator Kinerja Luas Ruang Terbuka Hijau yang dikelola
2010
2011
141.000 M2
-
2012
2013
2014
129,865 186,126 191,351
Rasio ruang terbuka hijau per 30% : 14:86 10 : 90 satuan luas wilayah ber 70% HPL/HGB di perkotaan Rasio ruang terbuka hijau per 60% : satuan luas wilayah ber 3:97 8 : 92 40% HPL/HGB di pedesaan Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun 2010-2015
10 : 90 8 : 92
Pada tahun 2014 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dikelola oleh Kabupaten Bintan sebesar 191.351
m2, dengan
rincian
sebagai berikut: 1. Taman Kota Sakera (Kp. Bugis) Kec. Bintan Utara : 20.000 m2 2. Taman Kota Sekilo Kecamatan Seri Kuala Lobam : 30.000 m2 3. Taman Kota Kijang Kota Kec. Bintan Timur : 74.000 m2 4. Pulau-pulau jalan di Kabupaten Bintan : 21.440 m2 5. Taman Lain-lain : 45.911 m2 Sehingga total Luas RTH yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan adalah sebesar 191.351 m2. 2.3.1.6 Perencanaan Pembangunan Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Daerah
(RPJPD)
Kabupaten Bintan telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten
Bintan
Pembangunan
No.
Jangka
5
Tahun
Panjang
2015
Menengah
tentang
Rencana
Daerah
(RPJPD)
Kabupaten Bintan Tahun 2005-2025, sehingga menjadikan periode 2010-2015 telah tersusun dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang yang dapat diacu dan terlegitimasi. RPJMD Kabupaten Bintan juga sudah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-60
Selama periode 2010-2015 dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD Kabupaten Bintan
dalam
dua
tahun
terakhir
(2005-2015)
juga
sudah
terakomodasi secara optimal. Dengan kata lain, seluruh program yang ada di RPJMD sudah diimplemetasikan lebih lanjut di dalam RKPD. 2.3.1.7 Perhubungan 1) Jumlah Arus Penumpang Pelabuhan dan Terminal Jumlah penumpang yang masuk terminal angkutan darat di Kabupaten Bintan mencapai 479 orang dan jumlah penumpang yang keluar terminal angkutan darat telah mencapai target yaitu sebanyak 2052 orang. Sementar itu, jumlah penumpang angkutan laut yang masuk pelabuhan sebanyak 729.342 orang dan jumlah penumpang yang keluar pelabuhan sebanyak 802.874 orang. Jumlah penumpang yang masuk maupun keluar
dari
Pelabuhan
mengalami
penurunan
atau pada
Terminal tahun
Angkutan
2014.
Darat
Berikut
ini
perkembangan jumlah penumpang selama tahun 2010 sampai 2014. Tabel 2.31
Indikator Kinerja Jumlah penumpang yang masuk Pelabuhan Jumlah penumpang yang keluar Pelabuhan Jumlah penumpang yang masuk Terminal Angkutan Darat
:
Jumlah Penumpang Angkutan Darat dan Laut di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 2010
2011
Tahun 2012
2013
2014
602.028 Orang
660.510
719.960
732.557
729.342
612.216 Orang
667.988
722.649
825.972
802.874
300 Orang
1020
2010
683
479
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-61
Jumlah penumpang 1600 yang keluar 2680 4120 1975 Orang Terminal Angkutan Darat Sumber: Dinas Perhubungan Kab.Bintan, Tahun 2015
2052
2) Rasio Ijin Trayek Selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan 2014, rasio ijin trayek di Kabupaten Bintan hanya ada 3 trayek. Hal tersebut disebabkan karena: a. Kemajuan Prekonomian dibeberapa Kecamatan belum dapat menciptakan peluangan bagi industri-industri, usaha-usaha kecil/menengah, pengembangan perumahan dan lain-lain sehingga tidak tersedianya peluang bagi tenaga kerja. b. Adanya kemudahan untuk memiliki kendaraan pribadi, sehingga masyarakat lebih memiliki menggunakan kendaran pribadi dari pada angkutan umum. Dengan kondisi tersebut diatas pengusaha angkutan umum belum bisa mengembangkan usahanya (membuka trayek-trayek baru) karena minimnya penumpang. 3) Jumlah Uji KIR angkutan Umum Jumlah pengujian kendaraan bermotor (uji kir angkutan umum) sudah mencapai target yaitu 2.067 kali dengan Kepemilikan KIR angkutan umum mencapai 100% sejak tahun 2013. Berikut ini jumlah pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Bintan. Tabel 2.32
:
Jumlah Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Tahun Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah pengujian kendaraan 1415 3554 5577 bermotor (uji KIR angkutan Kali Kali Kali umum) Sumber: Dinas Perhuubungan Kab.Bintan, Tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
1276 Kali
2067 Kali
II-62
4) Jumlah Pelabuhan Laut danTerminal Bis Jumlah pelabuhan pada tahun 2010 berjumlah 10 unit, kemudian berkembangan menjadi 9 unit pada tahun 2011 sampai 2013. Sementara itu perkembangan jumlah pelabuhan pada tahun 2014 menjadi 10 unit dengan terminal bis 1 unit, sedangkan bandar udara dalam pelaksanaan yaitu Bandara Busung, dan Bandara Tambelan dalam proses pembangunan. 5) Kepemlikian KIR Angkutan Umum Kepemilikan KIR Angkutan Umum di Kabupaten Bintan sampai dengan tahun 2014 mencapai 100%. Pada tahun sebelumnya kepemilikan KIR Angkutan Umum hanya mencapai 74,85% (pada tahun 2013), dan 80% pada tahun 2011-2012. 6) Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) pada tahun 2010 mencapai 2 jam (sangat lama). Dalam perkembangannya, pada tahun berikutnya (tahun 2014) pengujian kelayakan angkutan umum hanya membutuhkan waktu 25 menit. 7) Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Biaya pengujian kelayakan angkutan umum pada tahun 2014 yaitu
Rp
45-57
ribu
rupiah.
Biaya
relatif
lebih
murah
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010-2011 biaya pengujian kelayakan angkutan lebih sedikit Rp 38-45 ribu rupiah. Sementara itu pada tahun 2012-2013 biaya tersebut meningkat menjadi Rp 45-77 ribu rupiah. 2.3.1.8 Lingkungan Hidup 1) Penanganan Sampah Rencana pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Bintan diarahkan dikelola secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Partisipasi masyarakat terutama diarahkan untuk
membuat
secara
individual
bak-bak
sampah
maupun
baik
secara
yang
dilakukan
kelompok,
dan
pengangkutan sampah dari bak-bak sampah melalui gerobak Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-63
sampah
yang
disediakan
ke
lokasi tempat
pembuangan
sementara (TPS). Dalam hal ini pengadaan bak amrol dan penempatannya juga dapat diperhitungkan sebagai Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Rencana pelayanan pengelolaan sampah tersebut melayani
sampah-sampah
dari
rumah
tangga,
untuk kawasan
komersil seperti pasar dan pertokoan, perkantoran, serta pusat
pemerintahan.
Sedangkan
sistem
pengolahan
persampahan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
sistem
pelayanan
ini, diarahkan
penanganannya
dilakukan melalui pengolahan secara individu atau secara komunal
setempat,
melalui
cara
pengomposan
maupun
melakukan 3R (reduce, reuse, recycle) dengan menggunakan sistem Bank persampahan terjadinya
Sampah. seperti
Dengan
sistem
ini diharapkan
masalah-masalah
dapat
dihindari
lingkungan seperti pencemaran
lingkungan,
timbulnya
genangan,
gangguan
penyebaran
penyakit.
Beberapa
program
dikembangkan dalam
pengelolaan
pengembangan
sistem
estetika yang
dan akan
pengelolaan
persampahan di Kabupaten Bintan, yaitu: a. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di masingmasing Kecamatan di Kabupaten Bintan. Pendataan
Bank
Sampah yang telah dikembangkan oleh instansi terkait. b. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingksungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, dan telah dioperasikan seluas 5 hektar di Kecamatan Bintan Timur sedangkan 5 Hektar untuk wilayah Kecamatan Bagian Utara. 2) Persentase Penduduk Berakses Air Minum Strategi penanganan penyediaan Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) di Kabupaten Bintan telah Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-64
dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan keberlanjutan kegiatan perekonomian di kecamatan dan perdesaan sehingga telah meningkatkan Persentase penduduk berakses air minum dari tahun 2010 tercatat 93,81% meningkat menjadi 98,67% pada tahun 2014. Tabel 2.33
:
Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Persentase Penduduk Berakses Air Minum
2010
2011
Tahun 2012
2013
2014
93,81
41,86
37,91
61,69
98,67
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Bintan, tahun 2015
3) Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL sejak tahun 2013 telah mencapai 100%. Pengawasan yang dilakukan atas
62
perusahaan
dengan
kategori
pengawasan
pada
perusahaan yang melakukan pengelolaan limbah B3 yang telah menerapkan AMDAL Tercatat
sampai
dengan
tahun
pencemaran lingkungan yang dilaporkan/pengaduan
2014
ada
masyarakat
dari
baik
34
kasus
kasus
yang
maupun
laporan
pengaduan oleh beberapa perusahaan akibat adanya dugaan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup sudah dapat diselesaikan atau ditindaklanjuti seluruhnya mencapai Sedangkan
tahun
sebelumnya
mencapai 100%. Sehingga
jumlah pengaduan masyarakat akibat pecemaran
dan/atau
perusakan
90%.
adanya
lingkungan
dugaan
hidup yang
ditindaklanjuti telah mencapai target yang ditetapkan. 2.3.1.9 Pertanahan Luas Lahan milik Pemerintah daerah hingga Tahun 2014 adalah lebih kurang 418 ha. Dengan presentase sertifikat mencapai 70%. Sertifikasi
aset
lahan
pemda
dilaksanakan
melalui
Program
Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-65
Tanah.
Namun
sertifikasi
aset
lahan
Pemda
tersebut
tidak
sepenuhnya dapat dilaksanakan karena rencana sertifikasi lahan yang
diajukan
sehingga
BPN
sebelumnya
termasuk
dan
Kehutanan
sertifikat (persil)
Kanwil
dalam
kawasan
menundanya.
hutan Jumlah
lahan pemda pada tahun 2014 sebanyak 65
persil. Keseluruhan lahan tersebut dimanfaatkan secara optimal. Untuk perasalahan resetlement Busung dan Pengudang masih dalam proses tahap pendataan lahan dan permintaan perubahan lokasi lahan kepada perusahaan. Penyelesaian sengketa tanah untuk RSUD dan LAM milik PT. ANTAM telah diselesaikan dengan ditandatanganinya perjanjian pinjam pakai lahan. Sehingga pada tahun 2014 mencapai 100%. Sementara itu untuk kegiatan pengadaan lahan untuk lanjutan pembangunan Bandar Udara Keamatan. Tambelan hanya dapat dilaksanakan hanya sampai pembuatan dokumen perencanaan dikarenakan efisiensi keuangan daerah 2.3.1.10
Kependudukan dan Catatan Sipil
1) Rasio penduduk ber KTP per 1000 penduduk telah menikah Data
pencatatan
yang
dilakukan
oleh
Kantor
Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang telah menikah sebanyak 64.572 Jiwa, sementara data yang penduduk ber
KTP
sebanyak
65.014
Jiwa,
sehingga
didapat
rasio
penduduk ber KTP per 1000 penduduk telah menikah sebesar 1.007 jiwa dari target sebesar 700 jiwa. Hal ini mengalami kenaikan dikarenakan rasio penduduk menikah cenderung memiliki KTP. 2) Kepemilikan KTP Dari 95.186 orang wajib KTP, telah mencapai 80,1%, yang sudah melakukan perekaman KTP baik menggunakan SIAK dan eKTP adalah 79.418 orang, yang sudah memiliki KTP (selesai dicetak) sebanyak 65.014 orang sedangkan sisanya belum Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-66
memiliki KTP disebabkan oleh: (1) proses pencetakan KTP pada tahun 2014 masih di pusatkan di Pemerintahan Pusat dalam hal
ini
Kementerian
Dalam
Negeri,
sehingga
belum
didistribusikan seluruhnya ke daerah; (2) blanko pengisian KTP untuk saat ini hanya disediakan oleh pusat; (3) sisanya setelah didata sebanyak 15.000.000 orang lebih penduduk Kabupaten Bintan belum merekam KTP. Tabel 2.34
:
Persentase Kepemilikan KTP di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
2011
2012
Kepemilikan KTP
92,36%
90,34%
92,42%
2013 81%
2014 80,1%
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bintan, 2015
3) Penetapan KTP Nasional Berbasis NIK Penetapan KTP Nasional Berbasis NIK sudah dilaksanakan dengan baik sejak tahun 2011 hingga saat ini. Tahun 2014 penduduk yang melakukan perekaman mencapai 79.418 jiwa dari yang wajib KTP sebanyak 95.186 jiwa yaitu 83%. Hal ini menunjukkan perkembangan perekaman berdasarkan dengan pertumbuhan
penduduk
yang
berkembang sesuai dengan
demografis di Kabupaten Bintan. 4) Rasio Bayi Berakte Kelahiran per 100 Bayi Lahir Perolehan akte kelahiran adalah bayi yang lahir pada tahun 2014, dan lahir pada bulan November sampai Desember 2013 yang dilaporkan pada bulan Januari dan Februari 2014 (masuk dalam <60 hari), namun tidak termasuk bayi yang lahir pada bulan November dan Desember 2014 namun belum melaporkan dalam (<60 hari). Usaha yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bintan adalah memberikan insentif bagi ibu yang melaporkan kelahiran bayinya dalam <60 hari serta himbauan melalui media elektronik. Pada periode tahun 2013 jumlah bayi yang telah memiliki akte kelahiran seluruhnya tercatat sebanyak 3.933 jiwa sedangkan tahun 2014 jumlah bayi yang telah memiliki akte kelahiran tercatat sebanyak 3.602 jiwa, ini dapat dilihat bahwa tahun Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-67
2014 jumlah bayi yang telah memiliki akte kelahiran ada penurunan dibandingkan pada tahun 2013. Namun untuk target capaian per tahun adalah 2.000 jiwa, dimana dalam pelaksanaan di tahun 2014 tercapai 3.602 jiwa, jadi ada peningkatan dalam target capaian yang telah ditetapkan. 5) Rasio Pasangan Berakte Nikah per 1000 Pasangan Penduduk Menikah Berdasarkan hasil pencatatan yang dilakukan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan bahwa pada periode tahun 2013 jumlah pasangan nikah non muslim yang berakte nikah tercatat sebanyak 75 pasangan dari jumlah sudah menikah sebanyak 70.953 pasang, sedangkan pada tahun 2014 jumlah pasangan nikah non muslim yang berakte nikah tercatat sebanyak 141 pasangan dari jumlah sudah
menikah
sebanyak
56.245
pasangan.
Ini
adanya
kenaikan pengurusan akta nikah di tahun 2014. 6) Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Pada periode tahun 2014 jumlah penduduk yang telah memiliki akte kelahiran seluruhnya tercatat sebanyak 78.204 jiwa dari jumlah penduduk sebanyak 140.267 Jiwa (56%), Hal ini perlu adanya kerja keras dinas kependudukan khususnya bidang pencatatan sipil dalam peran untuk membuat terobosan dalam kebijakan-kebijakan
bagi
masyarakat
yang
tidak
memiliki
dokumen, sehingga untuk masyarakat mendapat haknya dalam kepemilikan dokumen kelahirannya. Tabel 2.35
:
Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Kepemilikan akta kelahiran penduduk
2010
2011
2012
2013
2014
59,81%
60,60
56,17
54,42
56
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bintan, 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-68
2.3.1.11
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1) Persentase
partisipasi
perempuan
di
lembaga
pemerintah
(eksekutif) Capaian kinerja indikator persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah (eksekutif) setiap tahunnya menunjukan peningkatan.
Sampai
dengan
tahun
2014,
indikator
ini
meningkat sebesar 52,1% jika dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 24,46%. Tabel 2.36
:
Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (Eksekutif) Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase partisipasi perempuan di lembaga 24.46% 24,5% 24,7% 51% 52,1% pemerintah (eksekutif) Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
2) Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta Keberhasilan program kesetaraan gender dapat juga dilihat dari indikator ini dimana partisipasi perempuan dilembaga swasta di Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2010 tercatat 13% meningkat menjadi 29,4% di tahun 2014. Tabel 2.37
:
Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase partisipasi perempuan di lembaga 13% 14% 14,1% 15,25% 29,4% swasta Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
3) Proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan Untuk proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan sedikit mengalami penurunan dari 24% tahun 2010 menjadi 10% pada tahun 2014. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pencalonan dan besaran
perolehan
suara
akhir
untuk
menduduki
kursi
legislatif. Perolehan suara perempuan yang duduk di lembaga legislatif tahun 2014 sebesar 23% kursi legeslatif. Perolehan suara perempuan yang duduk di lembaga legislatif tahun 2014 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-69
sebesar 23% atau sebanyak 4 (empat) orang perempuan dari 25 orang anggota legislatif. Dibandingkan dengan Pemilu tahun 2009 jumlah yang duduk dilembaga legislatif 6 (enam) orang dari 25 anggota.ini menurun sekitar 2%. Tidak terpenuhinya kuota pusat dimana 30% untuk perempuan, hal ini disebabkan masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan partai politik, dan masih kurangnya partisipasi perempuan dalam berpolitik. Tabel 2.38
:
Proporsi Kursi DPRD yang Diduduki Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan
2010
2011
2012
2013
2014
24%
24%
24%
24%
16%
Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
4) Persentase Perempuan dalam Angkatan Kerja Persentase perempuan angkatan kerja di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2010 tercatat 35,18% perempuan dalam angkatan kerja sedangkan pada tahun 2014 menjadi 42,91% ditahun 2014. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Bintan. Tabel 2.39
:
Rasio Perempuan dalam Angkatan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Persentase Perempuan dalam Angkatan Kerja
Kerja
di
2010
2011
2012
2013
2014
35.18%
35,5%
37%
41,5%
42,91%
Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
5) Rasio Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Jumlah rumah tangga pada Tahun 2014 adalah 37.276 rumah tangga, sedangkan kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi adalah sebanyak 3 (tiga) kasus. Dengan demikian KDRT yang terjadi dibandingkan dengan jumlah rumah tangga 0,01%, hal ini menunjukkan KDRT masih dapat ditekan. Keberhasilan ini adalah sebagai upaya pemerintah dalam menerapkan Peraturan Daerah tentang perlindungan anak. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-70
Tabel 2.40
: Rasio KDRT di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Rasio KDRT 0,02% 0,03% 0,02% 0,1% 0,01% Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
6) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di Kabupaten Bintan sudah mencapai 100% pada tahun 2014. Artinya kejadian tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan telah dapat diselesaikan seluruhnya. Tabel 2.41
:
Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
2010
2011
2012
100%
100%
100%
2013 2014 100%
100%
Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
2.3.1.12
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1) Rasio akseptor KB Akseptor KB adalah pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program. Jumlah peserta KB di Kabupaten Bintan terus mengalami perkembangan yang berarti kesadaran masyarkat semakin
meningkat
untuk
menekan
laju
pertumbuhan
penduduk. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan pencapaian kinerja Rasio Aseptor KB dari tahun 2010 sebesar 69,66 meningkat menjadi 77,89 pada tahun 2014. Tabel 2.42
:
Rasio Akseptor KB di Kabupaten Bintan Tahun 20102014
Indikator Kinerja Rasio Akseptor KB
2010
2011
2012
2013
2014
1,9%
2%
2,2%
0,03%
2,6%
Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-71
2) Rata-rata jumlah anak per keluarga Jumlah rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Bintan masih berkisar pada angka 2,45. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat
mensukseskan
Kabupaten
program
Bintan
pemerintah
dalam
ikut
dalam
menekan
laju
pertumbuhan penduduk. Tabel 2.43
:
Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga
2010 1,45 orang
2011 1,45 orang
2012 1,45 orang
2013 2 orang
2014 2,45 orang
Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
3) Cakupan peserta KB aktif Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya
masih
menggunakan
alat
kontrasepsi
dan
terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para PUS. Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN No 55/HK-010/B5/2010 target SPM untuk indikator cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif adalah 65% pada tahun 2014. Untuk cakupan peserta KB Aktif sampai dengan tahun 2014 meningkat cukup signifikan sebesar 82,45% jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 58,91%. Jika dibandingkan dengan SPM, maka cakupan peserta KB Aktif di Kabupaten Bintan telah memenuhi target. Tabel 2.44
:
Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Cakupan peserta KB aktif
2010 58,91%
2011
2012
2013
2014
59%
60%
75,3%
82,45%
Sumber : BPMPKB Kab. Bintan tahun 2015
2.3.1.13 1) Sarana
Sosial Sosial
(Panti
Asuhan,
Panti
Jompo
dan
Panti
Rehabilitasi) Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-72
Indikator sarana sosial merupakan salah satu indikator yang digunakan
dalam
mengindentifikasi
adanya
pusat
perkembangan kegiatan sosial. Sarana sosial yang dimaksud adalah panti asuhan, panti jompo, panti rehabilitasi, rumah singgah. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi sangat diperlukan untuk penanganan
kepada
masyarakat
kesejahteraan sosial. Pemerintah
pemberdayaan dan penyandang
Kabupaten
masalah
Bintan
dari
tahun ke tahun tidak hanya menambah sarana sosial tetapi juga memperbaki kualitas pelayanan pada sarana sosial yang ada, seperti melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi sarana
sosial,
semenisasi jalan menuju sarana sosial serta
perbaikan sarana pendukung. Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Bintan jumlah sarana sosial pada tahun 2014 sebanyak 11 sarana sosial, meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebanyak 5 sarana sosial. Tabel 2.45
:
Jumlah Total Sarana Sosial di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Jmlh total sarana sosial (unit)
2010 5
2011
Tahun 2012
5
5
2013 10
2014 11
Sumber : Dinas Sosial, Kab. Bintan tahun 2015
2) Jumlah PMKS yang Mendapat Bantuan Sosial Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari Pemerintah. Akibatnya masih ada masyarakat yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Pemerintah Kabupaten Bintan dalam memberikan bantuan bagi PMKS mengalami peningkatan yang Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-73
cukup signifikan dimana pada tahun 2010 jumlah PMKS yang mendapat bantuan sebanyak 2.478 jiwa menjadi 6.839 jiwa pada tahun 2014. Pemerintah Kabupaten Bintan sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 telah melaksanakan serangkaian program dan kegiatan guna mengatasi persoalan munculnya PMKS
di
daerah
Kabupaten
Bintan
maupun
untuk
meningkatkan kapasitas PSKS di Kabupaten Bintan. Tabel 2.46
:
Jumlah PMKS yang Mendapat Bantuan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Jumlah total sarana sosial
2010 2.478 Jiwa
Tahun 2011 2012 2,019 1,751 Jiwa Jiwa
Sosial
2013 5,763 Jiwa
di
2014 6,839 Jiwa
Sumber : Dinas Sosial, Kab. Bintan tahun 2015
3) Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dalam penanganan kesejahteraan sosial, diperlukan peran serta masyarakat yang seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi
keagamaan,
organisasi
sosial
kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat, badan usaha maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu dan berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Bintan melalui Dinas Sosial telah melakukan berbagai
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam
hal
penanganan
kemiskinan,
Dinas
Sosial
telah
melakukan pemberdayaan terhadap keluarga miskin melalui kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni, Pembinaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan usaha ekonomi produktif (USEP) serta memberikan peningkatan kemampuan warga miskin
untuk
dapat
mengakses
permodalan
atau
pengembangan kegiatan usahanya melalui lembaga keuangan mikro (LKM) KUBE. Hal ini membuktikan besarnya perhatian Pemerintah Kabupaten Bintan dalam meningkatkan taraf hidup Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-74
bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Perhatian Pemerintah
Kabupaten
Bintan
terhadap
masyarakat
penyandang masalah kesejahteraan sosial dari tahun ke tahun terus
mengalami
penyandang
peningkatan.
masalah
Pada
kesejahteraan
tahun sosial
2014 yang
jumlah
ditangani
sebesar 93%, meningkat sebesar 68,07% dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 24,93%, capaian ini melebihi dari target
RPJMD
Kabupaten
Bintan
dengan
target
yang
direncanakan sebesar 36 persen. Tabel 2.47
Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bintan Tahun 20102014 Tahun Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase Penanganan 24,93% 23,08% 26,62% 74,19% 93% Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Sumber : Dinas Sosial, Kab. Bintan tahun 2015
2.3.1.14
:
Ketenagakerjaan
Urusan ketenagakerjaan memiliki aspek multidimensi dan lintas sektoral sehingga peranannya menjadi salah satu aspek yang strategis dalam pembangunan daerah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Bintan selama periode 2010-2014 mengalami fluktuatif namun menunjukkan tren meningkat. Hal ini menunjukkan semakin besar bagian dari penduduk usia kerja Kabupaten Bintan yang terlibat dalam kegiatan produktif. Jika pada tahun 2010 tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 62,79%, maka pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 64,95%. Tabel 2.48 : Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bintan, 2014
Uraian 1. Penduduk Usia Kerja (orang) 2. Angkatan Kerja 3. Bekerja 4. Pengangguran Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Jumlah 104.312 67.749 62.247 5.502 II-75
5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 6 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7. Rata-Rata Jam Kerja (jam/minggu)
64,95 8,12 44,82
Sumber : diolah dari Sakernas 2014, BPS Kabupaten Bintan
Walaupun capaian kesempatan kerja telah cukup baik, namun tidak dapat disangkal bahwa pengangguran yang ada masih cukup banyak. Tahun 2014 tingkat pengangguran di Kabupaten Bintan mencapai 8,12%. Masih cukup tingginya angka pengangguran ini diantaranya karena meningkatnya warga luar yang datang ke Kabupaten
Bintan
tanpa
Terhentinya
eksplorasi
memiliki
tambang
keterampilan
boksit sebagai
khusus.
konsekwensi
ditutupnya perusahaan-perusahaan tambang sehingga terjadinya rasionalisasi
pekerja
sektor
tambang.
Dampak
perlambatan
pertumbuhan ekonomi nasional dan dunia juga berimbas kepada tutupnya beberapa pabrik di Lobam, selain itu tingkat persaingan yang tinggi dan terbatasnya ketersediaan lapangan kerja baru juga memberikan kontribusi akan tingkat pengangguran yang ada.Pada aspek perlindungan ketenagakerjaan, telah dilakukan penyuluhan perlindungan waktu kerja dan waktu istirahat, pemeriksaan terpadu norma kerja umum keselamatan dan kesehatan kerja, penyuluhan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang harmonis juga telah dilaksanakan penyuluhan lembaga kerjasama (LKS Bipartit). Selama periode tahun 2010-2014 jumlah kasus Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) sebanyak 116 kasus yang diselesaikan ditingkat perantara sebanyak 68 kasus dan jumlah kasus yang diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial sebanyak 41 kasus. Mengenai kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebanyak 67 kasus, diselesaikan ditingkat perantara sebanyak 42 kasus dan yang diteruskan ke Pengadilan sebanyak 28 kasus.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-76
2.3.1.15
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Pemberdayaan Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan menguatkan dasar kehidupan perekonomian dari sebagian besar rakyat Indonesia khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan serta tingkat kemiskinan. Dalam hal ini pemberdayaan Koperasi dan UMKM berkaitan langsung dengan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan bagi sebagian besar rakyat (pro poor). Selain itu, potensi dan peran strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan pertumbuhan ekonomi (pro growth). Keberadaan Koperasi dan UMKM yang dominan sebagai pelaku ekonomi nasional juga merupakan subjek vital dalam pembangunan khususnya dalam rangka perluasan kesempatan bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran (pro job). Keberadaan Koperasi terbukti merupakan pelaku usaha yang mandiri, kukuh, dan fleksibel dalam kondisi normal maupun krisis sekalipun. Bahkan tidak dapat disangkal oleh siapapun bahwa Koperasi dan UMKM merupakan leader perekonomian Indonesia, menjadi jantung ekonomi rakyat dan pelopor tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil. Dengan demikian pengembangan Koperasi dan UMKM merupakan prioritas dan menjadi sangat urgen dan vital, upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik tatanan makro maupun mikro. Perkembangan jumlah Koperasi dan UKM di Kabupaten Bintan, dari tahun 2010–2014 mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2010, jumlah koperasi aktif sebanyak 133 koperasi, mengalami kenaikan sebanyak 62 unit koperasi atau 68,20% dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 195 unit koperasi. Demikian halnya untuk UKM pada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-77
tahun 2011 juga mengalami kenaikan sebesar 19.743 UMKM atau sebesar 10,83% debanding dengan tahun 2010.
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 2.49 : Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2010‐2014 Kondisi Capaian Tahun Kinerja Indikator Awal Kinerja 2011 2012 2013 2014 Tahun 2010 206 /150 244/140 Jumlah 171/104 287/193 227/195 koperasi/koperasi Unit aktif Persentase 72,82% 118,45 83,01 139,32 85,90 koperasi aktif Jumlah UMKM 1327 Unit 1.450 1.485 1.593 1.675 Aktif Jumlah 2 Unit 3 3 3 3 BPR/LKM aktif Jumlah UKM non 12 Unit 13 13 15 15 BPR/LKM UKM Tabel 2.50 : Jumlah Koperasi Di Kabupaten Bintan Tahun 2010 - 2014
NO 1 2 3 4 5 6
MODAL SENDIRI RP.JUTA
MODAL LUAR RP.JUTA
VOLUME USAHA
3,105 1,660 5,171 65 48
19,980 851 1,075 110 0
3,224 343 220 0 5,449
16,213 195 442 56 450
3,389 143 145 4 0
0
14,833
17,539
4,848
7,286
2,431
32 94 104 75 98
24,882 24,747 24,362 24,036 22,952
39,555 25,503 21,831 16,196 11,526
14,084 9,875 8,875 9,801 7,049
24,642 31,465 30,381 29,918 3,365
6,112 6,885 5,767 4,876 3,853
JENIS KOP
AKTIF
TIDAK AKTIF
KPRI KUD KSU KOPANTREN SEKUNDER KOP. LAINNYA 2014 2013 2012 2011 2010
30 3 40 1 1
5 5 21 1 0
120 195 193 171 191 133
ANGGOTA/ ORANG
SHU RP.JU TA
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Grafik 2.26 : Jumlah Koprasi Di Kabupaten Bintan Tahun 2010 – 2014 350 300 250 200
Aktif Tidak Aktif
150
Jumlah Koperasi
100 50 0 2014
2013
2012
2011
2010
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-78
Tabel. 2.51 : Jumlah Unit MKM Berdasarkan Sektor Usaha di Kabupaten Bintan Tahun 2010 - 2014 Kecamatan Jumlah No Sektor Usaha Tamb Gn.Ki Teluk Teuk UMKM Bintim Binut elan jang Sebong Bintan 1 Perdagangan 36 321 175 74 59 66 731 2 Industri 16 55 10 18 11 9 119 3 Pertanian/ 9 57 27 59 20 18 190 Perkebunan 4 Perikanan 32 79 56 71 48 57 343 5 Peternakan 8 26 33 46 9 12 134 6 Aneka Jasa 9 33 30 57 18 11 158 2014 110 571 331 325 165 173 1675 2013 98 554 319 313 150 159 1593 2012 97 548 317 310 149 158 1579 2011 96 541 317 303 146 158 1561 2010 72 395 237 246 127 146 1223 Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Grafik 2.27 : Jumlah Unit Umkm Berdasarkan Sektor Usaha Di Kabupaten Bintan Tahun 2010 - 2014 2000 1500 1000 500 0
2014 2013 2012 2011 2010
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan
2.3.1.16
Penanaman Modal
Dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Daerah dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang salah satunya dilaksanakan melalui peningkatan investasi di Kabupaten Bintan. Untuk menumbuhkan minat investasi perlu didukung dengan memantapkan sistem administrasi pemerintah dan
pembangunan
yang
efektif
dan
efisien
dengan
tujuan
terciptanya lingkungan yang kondusif Tabel 2.52 : Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal, 2010‐2014
NO
INDIKATOR KINERJA
1. Lama Proses Perizinan
KONDISI KINERJA AWAL TAHUN 2010 3-14 hari
CAPAIAN TAHUN 2011
2012
2013
2014
3-14
3-14
3-14
3-14
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-79
2. Penyelesaian izin lokasi 3. Jumlah investor berskala nasional (PMA/PMDN) 4. Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) dalam Juta USD 5. Rasio daya serap tenaga kerja 6. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (Milyar Rp)
100% 121/8 Investor USD 752,40
hari 100 121/10
hari 100 127/11
hari 100 130/14
hari 100 174/17
875,89
945,46
950,28
1.038
180
185
195
107
235,53
428,52
475,25
1.457
176,93 Rp67.06 Milyar
Perkembangan investasi di Kabupaten Bintan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan. Jumlah investasi pada tahun 2010 sebesar Rp67.06 Milyar dan pada tahun 2014 mencapai Rp 1,764 Triliun. Sedangkan rasio daya serap tenaga kerja mencapai 91,3% 1) Jumlah investor berskala nasional (PMA/PMDN), sampai dengan
tahun
perusahaan
2014
jumlah
sedangkan
PMDN
invetor
PMA
berjumlah
mencapai 17
174
perusahaan.
Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat sebanyak 121 PMA dan 8 PMDN. 2) Sementara itu besaran Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) US$1,038
ribu,
angka
ini
pada tahun 2014 mencapai meningkat
signifikan
bila
dibandingkan dengan besaran investasi di Kabupaten Bintan tahun 2010 yang tercatat sebesar US$752,40. Meningkatnya nilai investasi ini disebabkan bertambahnya 53 perusahaan selama periode 2010-2014. (Pada kolom Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) Juta USD. Untuk capaiannya adalah gabungan dari total investasi PMA dan PMDN) 3) Rasio daya serap tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja indonesia (TKI) yang terserap pada Perusahaan PMA dan PMDN yang telah beroperasi. dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-80
karena besaran rasio penyerapannya tergantung dengan jumlah perusahaan untuk tahun 2014 mencapai 107, artinya 1:107. 4) Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (dalam Milyar Rp) memperlihatkan trend positif meningkat dimana pada tahun 2010 nilainya Rp.67,6 Milyar terus meningkat sehingga tahun 2014 mencapai Rp.1.457 Milyar. 2.3.1.17
Kebudayaan
Sejak tahun 2010 sampai 2014 setiap tahun diselenggarakan festival seni dan budaya. Penyelenggaraan seni dan budaya meliputi Festival Tari, Bintan Culture Festival, Pentas Kesenian Rakyat, Pentas Seni di Event Tour De Bintan, Panggung Seni dan Budaya Bintan di Kite Tour De Asia serta festival lainnya dalam rangka
melestarikan
budaya
lokal
sekaligus
mempromosikan
daerah tujuan wisata di Kabupaten Bintan. Tabel 2.53
:
Indikator Kinerja Kebudayan Tahun 2010-2014
No
Indikator Kinerja
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Penyelenggaraan festival seni dan budaya
5 kali
3 kali
3 kali
8 kali
12 kali
2.
Sarana penyelenggaraan seni dan budaya
19 unit 8 unit
8 unit 21 unit
21 unit
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kab. Bintan tahun 2015
Sementara itu, jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya di Kabupaten Bintan pada tahun 2010 sebanyak 19 unit berkembang menjadi 21 unit pada tahun 2014. Keberadaan benda cagar budaya menjadi salah satu potensi pariwisata di Kabupaten Bintan. Jumlah situs, benda dan kawasan cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara, hingga tahun 2014 cagar budaya yang dilindungi serta dipelihara di Kabupaten Bintan berjumlah 12 situs.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-81
Tabel 2.54
:
Jumlah Situs, Benda dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilindungi dan Dipelihara di Kabupaten Bintan Tahun 20102014
Indikator Kinerja Jumlah situs, benda dan kawasan cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara
2010
2011
2012
1
1
6
2013 2014 6
12
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kab. Bintan tahun 2015
2.3.1.18
Kepemudaan dan Olahraga
1) Jumlah Organisasi Pemuda Jumlah organisasi pemuda yang didata oleh Dinas Pendidiakan, Pemuda dan Olahraga pada tahun 2014 telah mencapai 110 buah bertambah sebanyak 6 unit sejak tahun 2010 yang tercatat sebesar 104 buah. Secara berturut-turut, Jumlah organisasi pemuda pada tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah 106, 108, dan 110 organisasi. Tabel 2.55
:
Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah pemuda
organisasi
104 Orgs.
106 Orgs.
108 Orgs.
110 Orgs.
110 Orgs.
Sumber : Dinas Pendidikan, Kab. Bintan tahun 2015
2) Jumlah Organisasi Olahraga Jumlah orgainasi/klub olahraga juga terus bertambah sesuai dengan pertumbuhan minat masyarakat di bidang olahraga hingga tahun 2014 jumlah klub olahraga yang terdaftar telah mencapai 378 klub. Untuk mendorong pemuda/pelajar berpartisipasi aktif dibidang olahraga Pemerintah Kabupaten Bintan terus membangun sarana dan prasarana olahraga yang memadai dan cukup lengkap. Hingga tahun 2014 terdapat 220 organisasi olahraga di Kabupaten Bintan. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-82
Tabel 2.56
:
Jumlah Organisasi Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah olahraga
organisasi
216
217
218
219
220
Sumber : Dinas Pendidikan, Kab. Bintan tahun 2015
3) Jumlah Kegiatan Kepemudaan Untuk meningkatkan peran serta pemuda disegala bidang Dinas Pendidiakan, Pemuda dan Olahraga secara rutin melaksanakan kegiatan-kegiatan diselenggarakan
yang
melibatkan
ditingkat
pemuda/pelajar
desa/kelurahan
hingga
yang
berskala
nasional. Hingga tahun 2014 tercatat kegiatan kepemudaan telah mencapai 20 kegiatan. Tabel 2.57
:
Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah kegiatan 10 13 16 19 20 kepemudaan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Sumber : Dinas Pendidikan, Kab. Bintan tahun 2015
4) Jumlah Kegiatan Olahraga Jumlah kegiatan olahraga di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan jumlah kegiatan olahraga dari 11 kegiatan pada tahun 2010 menjadi 14 kegiatan pada tahun 2014. Tabel 2.58
:
Jumlah Kegiatan Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah kegiatan 10 11 12 13 14 olahraga Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Sumber : Dinas Pendidikan, Kab. Bintan tahun 2015
5) Gelanggang/Balai Remaja (selain milik Swasta) dan Lapangan Olahraga Jumlah gelanggang / balai remaja di Kabupaten Bintan sebanyak 10 unit dan bertambah menjadi 11 unit pada tahun 2014. Sementara
itu
jumlah
lapangan
olahraga
juga
mengalami
peningkatan dari 21 unit pada tahun 2013 menjadi 22 unit pada tahun 2014. Hal ini tentu akan lebih memacu para pemuda/pelajar untuk berprestasi dibidang olahraga yang diminati. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-83
2.3.1.19 1)
Kesatuan Bangsa
Kegiatan pembinaan terhadap LSM Pada tahun 2014 kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP telah dilaksanan sebanyak 2 kali, pembinaan ini terhadap OKP dan LSM merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan sejak tahun 2010 Ormas dan OKP, Koordinasi dan Pemantauan Kegiatan Orang Asing, NGO dan Lembaga Masyarakat Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Kegiatan Orang Asing, NGO dan Lembaga Asing. Tabel 2.59
:
Jumlah Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas dan OKP di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan 5 Keg. 5 Keg. 3 Keg. 3 Keg. 2 Keg. OKP Sumber : Badan Kesbang Linmas, Kab. Bintan tahun 2015
2) Kegiatan Pembinaan Politik Daerah Pada
tahun
2014
kegiatan
pembinaan
politik
daerah
dilaksanakan sebanyak 4 kegiatan seperti Verifikasi dan seleksi administrasi partai politik, Fasilitasi Koordinasi Pemantauan Penyelenggaraan Pemilu yang Berkualitas Jujur dan Adil, Partisipasi
Pemilihan
Kepala
daerah
Kabupaten
Bintan.
Pembentukan Tim Pemantuan Perkembangan Politik Tabel 2.60
:
Jumlah Kegiatan Pembinaan Politik Daerah di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Kegiatan pembinaan politik daerah
2010
2011
2012
2013
2014
2 Keg. 2 Keg.
1 Keg.
5 Keg.
4 Keg.
Sumber : Badan Kesbang Linmas, Kab. Bintan tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-84
2.3.1.20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 1) Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Rasio
tempat
indikator
ibadah
ketersediaan
per
satuan
tempat
penduduk
ibadah
menunjukan
bagi
penduduk
di
Kabupaten Bintan. Rasio tempat ibadah dihitung dari jumlah tempat ibadah dibagi dengan jumlah penduduk dikali 1.000, sehigga dapat menjelaskan rasio ketersediaan tempat ibadah per 1.000 penduduk. Jumlah tempat ibadah yang dimaksud adalah jumlah total tempat ibadah yang tersedia, termasuk masjid, langgar, gereja, pura, dan vihara. Sampai dengan tahun 2014 menunjukkan rasio tempat ibadah di Kabupaten Bintan sebesar 29,04%. Berikut ini perkembangan rasio tempat ibadah per 1000 penduduk di Kabupaten Bintan selama tahun 20102014. : Rasio Tempat Ibadah Per 1000 Penduduk Kabupaten
Tabel 2.24
Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
2011
Tahun 2012
Rasio Tempat Ibadah 24,48 24,14 Per Satuan Penduduk 30,87 (unit /1000 penduduk) Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun 2010-2015
2013 30,40
2014 29,04
2) Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Satpol
PP selaku
SKPD
yang
bertugas
menegakkan
Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati (Kepala Daerah), menyelenggarakan masyarakat
dan
koordinasi
dengan
lainnya
dalam
masyarakat.
ketertiban perlindungan pihak
umum, masyarakat,
kepolisian
upayaantisipasi
ketentraman
dan
melakukan
pihak
gangguan
terkait terhadap
Pada indikator ini digunakan untuk melihat
perkembangan rasio jumlah polisi pamong praja dibandingkan 10.000 penduduk. Berdasarkan data tahun 2010 sampai 2014, rasio jumlah polisi pamong praja sebesar 12,76. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-85
Tabel 2.61
:
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
2010
2011
2012
2013
2014
12.51
11,94
13,29
11,77
12,76
Sumber : SATPOL PP, Kabupaten Bintan Tahun 2015
3)
Rasio Linmas per 10.000 Penduduk Indikator jumlah linmas untuk melihat potensi perbandingan penjamin keamanan sosial di lingkungan masyarakat. Rasio linmas per 10.000 penduduk di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 227 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tabel 2.62
:
Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 20102014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Rasio Linmas per 10.000 penduduk
63,89
51,54
48,08
61,44
227
Sumber : SATPOL PP, Kabupaten Bintan Tahun 2015
4) Rasio Poskamling per Desa/Kelurahan Keberadaan
pos
kamling
keamanan
dan
antisipasi
dalam tindak
fungsinya kriminal
Desa/Kelurahan memiliki sebaran yang beragam pada
kondisi
masing-masing
lokasi.
menjaga di
setiap
bergantung
Jumlah poskamling
menunjukkan trend yang meningkat hingga pada tahun 2014. Rasio poskamling per desa/kelurahan di Kabupaten Bintan berturut-turut adalah 1,08; 0,55; 0,55; 3,4; dan 4. 2.3.1.21 Ketahanan Pangan 1) Regulasi ketahanan pangan Regulasi ketahanan pangan telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Beberapa regulasi yang menjadi dasar kinerja dalam memperkuat ketahanan pangan di Kabupaten Bintan antara lain: Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-86
- Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan - SK Bupati Bintan Nomor.185 /IV/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan - Perbup Bintan Nomor 17 Tahun 2010 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal 2)
Persentase Ketersediaan Pangan Masyarakat Persentase ketersediaan pangan masyarakat (terutama sembilan pokok kebutuhan) yang ditargetkan dalam tahun 2014 adalah 100% pada realitasnya sudah tercukupi atau tercapai. Ini disebabkan tingkat kebutuhan dan suplai 9 (Sembilan) bahan makanan pokok (sembako) di semua desa sudah tercapai, yaitu: beras, gula,minyak goreng, garam, cabai,tepung,bawang merah, daging dan telur.
2.3.1.22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jumlah kelompok binaan LPM di Kabupaten Bintan masih mengalami stabilisasi pada kisaran 1 LPM. Sementara itu upaya pemerintah Kabupatan Bintan dalam memberdayan LSM juga ditunjukan dengan meningkatnya 34 lembaga tahun 2010 menjadi 53 lembaga tahun 2014. Indikator pemberdayaan masyarakat dan desa lainnya ditunjukkan dengan jumlah PKK aktif. Kelompok/organisasi pemberdayaan perempuaan yang biasanya terdapat di kelompok rumah tangga, mengalami perkembangan yang cukup tinggi sampai tahun 2013 yaitu mencapai 740 kelompok PKK aktif di Kabupaten Bintan. Sementara itu pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah PKK aktif menjadi 665 kelompok. Posyandu aktif di Kabupaten
Bintan
buah. Perkembangan jumlah Posyandu
tahun 2014 adalah 158 di
Kabupaten Bintan
empat tahun terakhir cukup tinggi yaitu 140 Posyandu pada tahun 2010, 146 Posyandu tahun 2011, 150 Posyandu tahun 2012, Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-87
153 tahun 2013. Meningkatnya jumlah posyandu didukung juga dengan
adanya bantuan
pembangunan posyandu baru melalui
dana APBD dan DAK anggaran pengentasan kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau. Hampir seluruh Posyandu di Kabupaten Bintan telah memiliki
bangunan permanen. Dari perkembangan jumlah
posyandu tersebut, sudah seluruhnya merupakan posyandu aktif. Tabel 2.63
No 1. 2. 3. 4. 5.
:
Perkembangan Indikator Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah kelompok 1 1 1 1 1 binaan LPM Rata-rata jumlah 1,71 1,71 1,75 11,9 1,8 kelompok binaan 484 Jumlah PKK aktif 485 486 740 665 kelompok 35 53 Jumlah LSM Aktif Posyandu aktif 70,70% 100% 100% 153% 100% Sumber : BPMPKB, Kab. Bintan tahun 2015
2.3.1.23 Statistik Indikator kinerja untuk sub fokus statistik adalah keberadaan buku kabupaten dalam angka dan PDRB Kabupaten. Buku Kabupaten Dalam Angka, Buku Bintan Dalam angka sudah diterbitkan sejak tahun 2011 hingga tahun 2014, untuk tahun 2014 masih dalam proses penyusunan. Sementara itu, Buku PDRB Kabupaten, diterbitkan sejak tahun 2011 hingga tahun 2014, untuk tahun 2014 masih dalam proses penyusunan 2.3.1.24 Kearsipan Indikator ini digunakan untuk melihat sejumlah perkembangan aktivitas kegiatan pengelolaan arsip secara baku di Kabupaten Bintan. Pengelolaan arsip secara baku menjadi penting artinya mengingat pasal 3 UU No. 7 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan menyebutkan bahwa tujuan kearsipan adalah untuk menjamin
keselamatan
bahan
pertanggungjawaban
nasional
tentang perencanaan, pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-88
tersebut bagi kegiatan pemerintah. Pengelolaan arsip di Kabupaten Bintan masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dapat dilihat dari pencapaian persentase pengelolaan arsip hingga tahun 2014 baru mencapai 50%. Hal ini masih perlu peningkatan SDM kearsipan di SKPD
melalui
pelatihan
dan
apresiasi
kepada
pimpinan.
Peningkatan SDM pengelola kearsipan di Kabupaten Bintan masih belum memenuhi kompetensi, sehingga perlu ditingkatkan memalui bimbingan teknis maupun pelatihan serta pengadaan tenaga ahli arsip yaitu arsiparis hal ini terlihat dari prosentase kegiatan pelatihan/Bimtek. Tabel 2.64
:
Perkembangan Indikator Kinerja Kearsipan Tahun 20102014
No Indikator Kinerja
2010
2011
2012
2013
2014
1. Pengelolaan arsip secara baku 2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan
60%
-
70%
40%
50%
2 Keg
1
0
3
3
Sumber : Kantor Perpustakaan dan Arsip, Kab. Bintan tahun 2015
2.3.1.25 Komunikasi dan Informatika Jumlah jaringan komunikasi sudah mencapai target yaitu 6 provider
(XL,
3,
Telkomsel,
Indosat,
Axis,
Smart
Fren).
Sementara itu, rasio jumlah jaringan komunikasi telah mencapai target yaitu 1,35. Jumlah Jaringan yang dimaksud adalah Jaringan Telkom. Dengan tersedianya layanan tersebut masyarakat semakin mudah menggunakan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) baik untuk
berkomunikasi
menggunakan
telepon
maupun seluler
mengakses serta
wifi
internet (internet),
dengan dampak
kemajuan serta kemudahan akses TIK ini juga mempengaruhi keberadaan usaha warnet / wartel yang terus berkurang. Walaupun kemajuan TIK sangat cepat namun media surat kabar maupun majalah masih dipilih oleh masyarakat dalam mencari Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-89
informasi. Jenis surat kabar nasional/lokal yang beredar di Kabupaten Bintan antara lain Haluan Kepri, Batam Pos, Tanjung Pinang Pos, Kompas, dan sebagainya mengalami peningkatan jumlahnya. Pada tahun 2014, jumlah surat kabar nasional yang beredar mencapai 15 jenis dan surat kabar lokal sebanyak 45 jenis. Sarana komunikasi yang tak kalah pentingnya adalah Radio/TV. Jumlah
penyiaran
radio/TV
lokal/nasional
yang
melakukan
penyiaran di Bintan terus bertambah seiring kemajuan teknologi dan informasi saat ini perusahaan penyiaran lokal yang beroperasi di Kabupaten Bintan adalah : Bintan TV/Bintan Radio, Batam TV, Kepri TV, TVRI, AN TV. Web site milik pemerintah daerah juga mengalami perkembangan, dari 16 situs menjadi 20 situs pada tahun 2014. Tabel 2.65 No 1 2 4 5 6
:
Perkembangan Indikator Kinerja Komunikasi dan Informasi Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah jaringan 6 Provider 6 6 6 6 komunikasi Rasio Jumlah 1,14 0,05 0,046 0,046 1,35 jaringan komunikasi Jumlah surat kabar 6 /13 Jenis 10/30 10/30 8/44 15/45 nasional/lokal Jumlah penyiaran 0 /2/9 0 /1/0 0 /1/0 7/10/1 6/2/10 radio/TV Jenis Web site milik 16 Situs 16 16 20 20 pemerintah Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun 2010-2015
2.3.1.26 Perpustakaan Kabupaten Bintan belum mempunyai Perpustakaan Daerah yang representatif. Jumlah pengunjung perpustakaan se-Kabupaten Bintan baik Perpustakaan daerah, Perpustakaan Desa/Kelurahan, Perpustakaan Mobil Keliling, Perpustakaan Kapal Apung dan Perpustakaan sekolah hingga tahun 2014 berjumlah 16.987 pengunjung. Sementara itu, koleksi buku perpustakaan daerah Kabupaten Bintan hingga tahun 2014 berjumlah 16.386 buku. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-90
Tabel 2.66
:
Perkembangan Jumlah Perpustakaan dan Koleksi Buku Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
Perkembangan Jumlah Taman Bacaan/ Perpustakaan Kelurahan dan Desa Perkembangan Koleksi Buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah
2011
2012
2013
2014
25
31
36
35
35
8.405
11.608
15.511
15.511
16.386
Sumber : Kantor Perpustakaan dan Arsip, Kab. Bintan tahun 2015
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 2.3.2.1 1)
Pertanian
Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB Pada tahun 2010 Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah sebesar 7,21%, dan pencapaian tahun 2014 adalah sebesar 5,78 %.
Berdasarkan
sebesar
5,69%,
hasil
maka
capaian
tahun
capaian tahun
2013
yakni
2014 mengalami
peningkatan sebesar 0,1%. Secara umum, capaian Kontribusi Pertanian/ Perkebunan terhadap PDRB tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena konstribusi sektor meningkat
dan
lain
(pariwisata)
mampu
ternyata
lebih
secara dominan mempengaruhi
PDRB Kabupaten Bintan meskipun dilihat dari hasil capaian produksi, sektor pertanian mengalami peningkatan. Indikator kinerja
lainnya
dalam
meningkatnya
kontribusi
sektor
pertanian/ perkebunan terhadap PDRB dan Nilai Tukar Petani (NTP) adalah Persentase Peningkatan Produksi Perkebunan. Pada
tahun 2010, capaian
produksi komoditi unggulan
perkebunan sebesar 24.513,98 ton, dan pada tahun 2014 sebesar
112.157,50
ton.
Angka
ini
merupakan
angka
akumulasi dari tahun sebelumnya, dimana Tahun 2013 tercatat
realisasinya
adalah
107.195,50 ton
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
ditambahkan II-91
dengan
capaian
Tahun
2014
sebesar 4.962 ton
menjadi
112.157,50 ton. Capaian prestasi yang melampaui target ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah investasi dan pembangunan sektor perkebunan berjalan sangat baik dan kondusif. Bahkan beberapa kelompok tani masyarakat dan
perusahaan melakukan pembukaan lahan perkebunan
baru.
Selain
itu,
pertambahan
Menghasilkan (TM) dari komoditi
luas
kelapa
Tanaman sawit,
baik
perkebunan rakyat maupun perkebunan besar Swasta (PT. Tirta
Madu)
dan
perkebunan
yang melaksanakan
karet
kegiatan
pada
PT.
perkebunannya
Numbing di
pulau
tersendiri, yakni Pulau Mapur, Kecamatan Bintan Pesisir dan PT. Pulau Bintan Djaya juga meningkat. Pada
tahun 2010, produksi komoditi hortikultura adalah
sebesar 12.811 ton dan pada tahun 2014 adalah 44.509 ton. Dibandingkan dengan capaian tahun 2013, capaian tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 179.14%, hal ini
disebabkan oleh faktor cuaca berupa kemarau cukup panjang yang melanda Kabupaten Bintan mulai dari hingga
pertengahan
tahun
2014,
yang
Bulan Februari menyebabkan
produksi hortikultura, khususnya tanaman sayuran dataran rendah mengalami
penurunan produksi. Bahkan dibeberapa
tempat terjadi kebakaran lahan dan hutan yang menyebabkan turunnya produksi komoditi hortikultura di Bintan. Tabel 2.67
:
Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja Kontribusi sektor pertanian/ perkebunan terhadap PDRB
2010
2011
5,74%
5,75%
Tahun 2012
2013 2014
5,76% 5,74% 5,78%
Sumber : Distanhut, Kab. Bintan tahun 2015
2)
Nilai Tukar Petani Salah satu alat ukur kesejahteraan petani yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang dihitung dari rasio harga
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-92
yang diterima petani (HT) terhadap harga yang dibayar petani (HB). Berdasarkan data NTP di Kabupaten Bintan, selama tahun 2010 sampai dengan 2014, NTP mencapai lebih dari 100, artinya petani mengalami surplus. Harga produksinya naik
lebih
besar
dari
kenaikan
harga
konsumsinya.
Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibandingkan
tingkat
kesejahteraan
petani
sebelumnya.
Sampai dengan tahun 2014, NTP Kabupaten Bintan mencapai 109%. Tabel 2.68
:
Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja
2010
Nilai Tukar Petani
2011
Tahun 2012
2013
2014
105% 103,95% 104,76% 105,01% 109%
Sumber : Distanhut, Kab. Bintan tahun 2015
3)
Meningkatnya Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Pada tahun 2010 produksi padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per tahun adalah
24,17 Ton/tahun dan
ditargetkan pada tahun 2014 adalah sebesar 25 Ton/tahun dan realisasi 2014 adalah 53 ton. Tercapainya target tersebut disebabkan oleh karena adanya demplot dari Lokal Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP)
yang menggunakan
inpara
Inpara
2
inpara
3
dan
varietas
5 serta ciherang yang
umurnya lebih pendek dan sangat cocok untuk daerah rawa sehingga meningkatkan
produksi
padi.
Produksi padi di
Kabupaten Bintan terkonsentrasi di daerah Kampung Parit Bugis Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk
Bintan dan
Kampung Poyotomo Desa Sri Bintan Kecamatan Teluk Sebong.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-93
Tabel 2.69
Perkembangan Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
:
Indikator Kinerja
2010
2011
Tahun 2012
Produksi padi atau bahan 24,17 8,99 angan utama lokal lainnya (t /H ) Sumber : Distanhut, Kab. Bintan tahun 2015
2.3.2.2 1)
8,95
2013 10,37
2014 53
Pariwisata
Kunjungan Wisata Pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang mampu mendorong
pertumbuhan
ekonomi
yang
relatif
cepat,
menyediakan tenaga kerja, meningkatkan penghasilan dan taraf hidup serta menstimulasikan sektor- sektor industri lainnya. Pengalaman di Kabupaten Bintan menunjukkan bahwa industri pariwisata mampu menstimulan industri lainnya seperti hotel atau penginapan, jasa travel, restoran, transportasi,
industri
kerajinan,
industri
makanan
atau
catering, pertanian, peternakan, perikanan serta jasa tour guide. Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bintan pada tahun 2014 mencapai 502.270 orang, terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 331.209 orang, wisatawan nusantara sebanyak 49.161 orang dan Publik Area sebanyak 121.900 orang. Sedangkan pada tahun 2013 total jumlah wisatawan yang berkunjung sebesar 451.580. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian regional dan situasi keamanan daerah yang semakin kondusif Tabel 2.70
:
Wisatawan Mancanegara
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bintan Tahun 2010- 2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 277.929 283.601 315.111 324.689 331.209
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-94
Nusantara Publik Area Total
23.714 85.714 387.357
29.190 99.395 412.186
37.745 81.606 434.462
48.428 78.463 451.580
49.161 121.900 502.270
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kab. Bintan tahun 2015
2)
Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Dari sisi makro ekonomi sektor pariwisata memainkan peranan cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan. Nilai PDRB sektor pariwisata (Pajak Hotel Restoran dan Hiburan) terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 tercatat 63,2 Miliar Rupiah dan terus meningkat sampai pada tahun 2014 mencapai 93,6 Miliar Rupiah dengan rata-rata kontribusi sebesar 54,64% dari total PAD Kabupaten Bintan pada tahun 2010-2014.
2.3.2.3 1)
Energi dan Sumber Daya Mineral
Pertambangan Tanpa Ijin Kegiatan pertambangan di Kabupaten Bintan secara umum terdiri dari pertambangan mineral logam berupa bijih bauksit, mineral
non
logam
berupa
pertambangan
pasir
dan
pertambangan batuan berupa pertambangan granit. Kegiatan pertambangan tanpa ijin di Kabupaten Bintan pada tahun 2013 adalah yang paling banyak, yaitu sebanyak 11 kegiatan pertambangan
tanpa
ijin.
Namun,
pada
tahun
2014,
pertambangan tanpa ijin sudah tidak ada lagi. Sementara itu, pada tahun 2011 sampai 2013 masih terdapat kegiatan pertambangan tanpa ijin. 2)
Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDRB Kabupaten
Bintan
merupakan
salah
satu
sektor
yang
kontribusinya cukup besar. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2013
kontribusi
pertambangan
tidak
mengalami
perubahan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena telah Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-95
diberlakukannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Permurnian Mineral di Dalam Negeri. Tabel 2.71
:
Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Tahun Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Kontribusi sector pertambangan terhadap 11,96% 10,91% 10,73% 10,62% 9,94% PDRB Sumber : Distamben, Kab. Bintan tahun 2015
Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten yang belum memiliki pengolahan mineral (khususnya bauksit), oleh sebab
itu
kegiatan
pertambangan
di
Kabupaten
Bintan
dihentikan sementara. Dilihat dari besaran kontribusi tiap tahunnya, besaran sektor pertambangan di tahun 2014 sebesar 9,94%. 2.3.2.4
Kelautan dan Perikanan
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bintan yang besar adalah dari kelompok pelagis besar, kemudian krustase dan pelagis kecil.
Secara
keseluruhan
pemanfaatan
ikan
tangkapan
di
Kabupaten Bintan baru mencapai 29,73%, dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 2.72 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
:
Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun 2012-2014 Hasil Produksi Tangkap (Ton) Kecamatan Volume Nilai (Rp) Bintan Utara 1.574 23.616.000.000 Teluk Sebong 32.058.000.000 2.137 Teluk Bintan 100.416.000.000 6.694 Gunung Kijang 4.031 60.462.000.000 Bintan Timur 193.248.000.000 12.883 Tambelan 68.346.000.000 4.556 Toapaya 0 0 Bintan Pesisir 171.738.000.000 11.449 Mantang 84.588.000.000 5.639 Seri Kuala Lobam 1.324 19.866.000.000 2014 754.338.000.000 50.289 2013 740.088.000.000 49.339
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-96
Hasil Produksi Tangkap (Ton) Volume Nilai (Rp) 2012 41.228 618.420.000.000 Pertumbuhan (%) 16,44 % 16,44 % Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, Kab. Bintan tahun 2015 No
Kecamatan
Dari tabel terlihat bahwa peluang pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Bintan masih bisa dikembangkan. Artinya peningkatan upaya dan armada masih memungkinkan untuk terus dilakukan agar pemanfaatan potensi bisa
lebih
optimal.
Kelompok
ikan
yang
masih
berpotensi
dikembangkan adalah dari kelompok ikan demersal (ikan-ikan karang) dan pelagis kecil. Lokasi pengembangan perikanan pelagis kecil
dan
demersal
diantaranya
adalah
di
sekitar
perairan
Tambelan, Pulau Mapur (Bintan Pesisir) dan Mantang. Pada lokasi ini sumberdaya masih cukup baik terutama dari kelompok ikan demersal. Walaupun disinyalir stok demersal menurun karena aktivitas penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang merusak seperti bom dan racun, trawl dan pencurian ikan oleh kapal asing Dengan meningkatnya produksi perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Bintan maka pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan di Kabupaten Bintan akan bertambah. Produksi perikanan Kabupaten Bintan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010. Jumlah produksi perikanan Kabupaten Bintan selama periode 2010-2014 rata-rata sebesar 32.986,64 ton per tahun. Produksi paling tinggi selama periode tersebut adalah pada tahun 2014 yaitu mencapai 50.289 ton. 2.3.2.5
Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor strategis bagi Kabupatan Bintan yaitu merupakan penyumbang terbesar pada pembentukan PDRB setelah sektor industri pengolahan. Sebagai sektor strategis, sektor perdagangan memegang peranan yang penting dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-97
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bintan karena sangat terkait dengan sektor-sektor lain seperti sektor pariwisata
dan
lainnya.
Sektor
pertanian, industri,
perdagangan
terbagi
dalam
perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB meningkat dari 20,19% tahun 2010 meningkat menjadi 20,76 pada tahun 2014. Secara urut, perkembangan kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB selama tahun 2011 sampai 2013 adalah 20,49%; 20,32%; dan 20,36%. 2.3.2.6
Perindustrian
Secara umum sektor industri di Kabupaten Bintan memberikan kontribusi yang relatif melambat terhadap pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bintan, yakni sebesar 50,53%. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yang sebesar 50,69%. Dengan daya serap tenaga kerja 12,28% pada tahun 2014. Sampai dengan tahun 2014 kinerja bidang perindustrian masih menunjukan stagnasi hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya melemahnya kinerja perekonomian nasional serta tingkat pengendalain infalsi yang belum menunjukan kearah trend positif. Sementara itu perubahan positif yang ditunjukan oleh meningkatnya jumlah unit usaha industri kecil dan menengah dari 100 unit tahun 2010 meningkat menjadi 319 unit tahun 2014. Untuk jumlah unit usaha yang terkait dengan agroindustri dan industri hasil hutan 26 unit tahun 2010 meningkat menjadi 319 tahun 2014 serta jumlah unit usaha yang terkait dengan industri kerajinan rumah tangga dari 6 unit tahun 2010 meningkat menjadi 52 unit ditahun 2014. 2.4
Aspek Daya Saing Daerah
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-98
Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita per bulan pada tahun 2010 tercatat berada di angka Rp.733.903,-. Pengeluaran rumah tangga ini mengalami fluktuasi dengan puncak tertinggi pengeluaran rata-rata pada tahun 2013 sebanyak Rp.1.063.227,lalu kemudian turun menjadi Rp.864.984,- pada tahun 2014. B. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dimaksudkan untuk mengetahui daya beli masyarakat di luar bahan pangan sehingga dapat diketahui alokasi konsumsi di luar kebutuhan pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita Kabupaten Bintan tahun 2010 sebesar 51,04% angka tersebut relatif stabil sampai dengan tahun 2014 sebesar 50,75% 2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur A. Sarana Transportasi Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada tahun 2013, mobil penumpang berjumlah 220 unit, mobil angkutan barang berjumlah 664 unit, mobil barang berjumlah 374 unit, dan sepeda motor berjumlah 10.330 unit. B. Sarana Perdagangan Jasa Sarana perdagangan dan jasa yang ada saat ini tercatat sebanyak 63 unit, yang terdiri dari 25 unit bank umum pemerintah, 32 unit bank umum swasta, 4 unit bank pembangunan daerah dan 6 unit bank perkreditan rakyat (BPR). Jumlah koperasi yang aktif sampai tahun 2015 sebanyak 175 unit, dan restoran/rumah makan berjumlah 154 unit.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-99
C. Sarana Telekomunikasi Berdasarkan data potensi dari PT. Telkom,saat ini Kabupaten Bintan memiliki 11.583 unit kapasitas sambungan telepon, namun baru sekitar 69,14 persen atau 8.009 unit yang terpasang. Sarana telekomunikasi yang ada saat ini berjumlah 285 unit, terdiri dari 51 unit wartel, dan 234 unit SST (Satuan Sambungan Telepon). D. Prasarana Air Bersih Jika dilihat dari tahun 2010-2014 terjadi peningkatan jumlah penduduk
yang
dikarenakan
menggunakan
kesadaran
air
masyarakat
bersih, untuk
peningkatan
ini
menggunakan
air
bersih/ minum tinggi dan sejalan dengan pelaksanaan program pembangunan sarana air bersih/minum terutama untuk daerah yang rawan air dan penyakit yang ditimbulkan oleh penggunaan air minum tinggi, melalui sumber pendanaan pembangunan air bersih/ minum
yang
berasal
dari
dana
APBN
dan
APBD
Kabupaten/Provinsi. Pada tahun 2015 penduduk yang menggunakan akses air bersih berjumlah 134.802 jiwa yang terdiri dari 20.485 unit sarana sumur gali terlindung dengan jumlah pengguna 98.837 jiwa, 20 unit jaringan perpipaan (PDAM dan BP-SPAM) dengan pengguna 35.965 jiwa E. Prasarana Persampahan Kabupaten Bintan memiliki luas areal daratan 1.319,51 km2 dengan sepuluh kecamatan. Persampahan manjadi salah satu masalah
utama
pengelolaan
yang
dikarenakan terpadu.
belum
Adapun
adanya sarana
suatu dan
sistem
prasarana
persampahan yang telah disediakan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Bintan, antara lain : TPS (Tempat Pembuangan Sementara) sejumlah 62 unit (35 unit berada di Kijang Kec. Bintan Timur, 5 unit berada di Kawal Kec. Gunung Kijang, 10 unit berada di Tanjung Uban Kec. Bintan Utara, 2 unit berada di Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-100
Kec. Teluk Bintan, 2 unit berada di Kec. Teluk Sebong, dan 3 unit berada di Kec. Seri Kuala Lobam, 3 unit di Kel. Sei. Lekop dan 2 unit di Kelurahan Kijang Kota di Kecamatan Bintan Timur). Truk pengangkut sampah (terdiri atas Dump truck sampah sejumlah 15 unit, Motor kaisar sampah sejumlah 12 unit, sampan sampah sejumlah 1 unit), Gerobak sampah, dan sarana pendukung lain untuk pengelolaan sampah. Menurut hasil perhitungan terhadap jumlah timbulan sampah maka diperoleh jumlah TPS yang dibutuhkan di Kabupaten Bintan adalah sebanyak 115 unit, namun sampai dengan tahun 2015 hanya terdapat 62 unit TPS (termasuk amrol) di Kabupaten Bintan. Bila dibandingkan dengan jumlah TPS pada tahun 2014 terjadi peningkatan beberapa unit dikarenakan adanya penambahan pengadaan TPS permanen dan bak amrol di Kabupaten Bintan. Tabel 2.73
:
No. 1 2 3 4 5 Sumber
Rasio Tempat Pembuangan Sampah Persatuan Penduduk
Tahun 2015 2014 2013 2012 2011 :
Indeks 117 62 57 57 53
Dinas Kebersihan, Pertamanan Pemakaman Kab. Bintan tahun 2015
dan
F. Prasarana Drainase Sistem jaringan drainase di Kabupaten Bintan sebagian besar terdapat di pusat-pusat kegiatan dan di sepanjang jaringan jalan utama. Sedangkan di luar pusat kota dan di pulau-pulau sekitar wilayah yang tidak dilalui jalan utama umumnya menggunakan sistem jaringan drainase alami yang sebagian besar masih berupa tanah serta dalam keadaan dangkal (tertutup tanah). Sistem drainase di wilayah ini kondisinya masih belum memadai, yang umumnya kondisi salurannya terputus dan belum menunjukkan suatu jaringan yang terpadu dan terpola. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-101
G. Prasarana Jalan Panjang jalan di Kabupaten Bintan pada tahun 2015 mencapai 684,24 km, yang terdiri dari jalan yang beraspal 649,305 km, jalan kerikil 19,350 dan jalan tanah 15,590. Apabila dilihat dari kondisi jalannya, sebanyak 440,879 km jalan berada dalam kondisi baik, 26.559 km berada dalam kondisi sedang, 53.118 km berada dalam kondisi rusak,dan sepanjang 10,6236 km berada dalam kondisi rusak berat. Dari tingkat kemantapan jalan, terjadi peningkatan yang lebih baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tingkat kemantapan jalan sudah mencapai 80,00 %. Detail datanya dapat dilihat pada tabel berikut H. Prasarana Listrik Di Kabupaten Bintan sendiri rasio elektrifikasi pada tahun 2013 baru mencapai 75,49%, yang artinya hanya mengalami kenaikan sebesar 1,16% dari 74,33% pada tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.74 : Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik PELANGGAN RE (%) NO SUMBER DAYA 1. Listrik Pedesaan 1.505 3,70% 2. PLN 31.447 77,33% 3. PLTS / SHS 179 0,44% 4. Rumah Tangga Belum Berlistrik 6.263 15,40% JUMLAH RUMAH TANGGA 40.668 Sumber
:
Grafik 2.28
Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Bintan tahun 2015 :
Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik Tahun 2015
0,44%
3,70% 15,40%
Listrik Pedesaan
77,33%
Sumber
:
PLN
Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Bintan Tahun 2015 (data diolah)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-102
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi A. Angka Kriminalitas Kabupaten Bintan memiliki kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi, namun salah satu masalah sosial yang dihadapi adalah gangguan kamtibmas yang terjadi di masyarakat. Dari data dibawah ini dapat dilihat bahwa gangguan kamtibmas yang terjadi lima tahun terakhir menunjukkan tren menurun. Demikian pula dengan penanganan maupun penyelesaian tindak kriminalitas yang terjadi. Tindak kriminalitas yang dominan adalah Pencurian dengan rata-rata
28
kasus
setiap
tahunnya.
Secara
umum
tingkat
penyelesaian kasus mencapai 45%. Upaya pengendalian kamtibmas oleh aparat berwajib terus dilakukan dalam rangka menciptakan keamanan yang kondusif. Upaya ini juga melibatkan masyarakat dalam menjaga kamtibmas khusunya dilingkungan masing-masing. Grafik 2.29
:
Jumlah Gangguan Kamtibmas di Kabupaten Bintan dari tahun 2011-2014
300 274
250
228
200
196 Dilaporkan
150 100 50
123
127 99
Diselesaikan 74
57
0 2011 Sumber
:
2012
2013
2014
BPS/Polres Kabupaten Bintan tahun 2015
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-103
:
Grafik 2.30
Sumber
:
Jumlah Gangguan Kamtibmas di Kabupaten Bintan dari tahun 20112014
BPS/Polres Kabupaten Bintan tahun 2015
B. Lama Proses Perijinan Kabupaten Bintan terus meningkatkan pelayanan perizinan melalui optimalisasi waktu proses perizinan. Hingga tahun 2014 rata-rata waktu proses pengurusan izin mencapai 3-14 hari kerja. C. Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah Jenis
Pajak
Daerah
yang
direncanakan
menjadi
bagian
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bintan meliputi : (1)Pajak Hotel, (2)Pajak Restoran (3)Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5)Pajak Penerangan Jalan, (6)Pajak Mineral Bukan Logam & Batuan, (7)Pajak Parkir, (8)Pajak Air Tanah, (9)Pajak Sarang Burung Walet (10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Tahun 2011-2015 dapat direalisasikan sebesar Rp.603.790.551.640,31. Sedangkan untuk tahun 2015 realisasi Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-104
Pajak daerah mencapai Rp.137.520.270.491,77, dan Retribusi Daerah Rp.9.081.792.543,00,2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia A. Rasio lulusan DIV/S1/S2/S3 per 10.000 penduduk. Capaian indikator rasio lulusan DIV/S1/S2/S3 per 10.000 penduduk
pada
tahun
2014
sebesar
246,
mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 168,65. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas tenaga kerja (rasio lulusan DIV/S1/S2/S3) meningkat menjadi lebih baik. Dalam 10.000 penduduk terdapat 246 lulusan DIV/S1/S2/S3. Indikator ini merupakan
bagian
dari
indikator
kualitas
sumber
daya
manusia yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. B. Rasio Ketergantungan Angka
beban
ketergantungan
(Dependency
Ratio)
atau
perbandingan antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) Kabupaten Bintan menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Kabupaten Bintan pada tahun 2010 Dependency Ratio nya mencapai 52.19 dan terus menunjukkan peningkatan sampai tahun 2014 yaitu 52,44. Artinya bahwa pada tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 52 penduduk usia belum/tidak produktif. 2.5
Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, serta aspek daya saing daerah seluruhnya dirahkan untuk mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan melakukan pengelolaan yang lebih sistematis dan terarah agar dapat sesuai dengan kapasitas dan daya dukung yang ada,
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-105
serta
dikelola
dalam
kerangka
keharmonisan
lingkungan
(environmental friendly). Seluruh aspek tersebut bersinergi dalam mewujudkan peningkatan IPM sebagai tujuan penyelenggaraan pembangunan daerah. Gambar 2.3. Tujuan Pembangunan Daerah
Aspek Geografis dan Demografis
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
IPM Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan Urusan Wajib Pelayanan Urusan Pilihan
Aspek Daya Saing daerah
Perkembangan indikator makro selama kurun waktu tahap Ketiga RPJPD (2005-2025), merupakan cermin kinerja pembangunan Kabupaten Bintan, yang juga mengindikasikan sejauh mana dampak pembangunan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia warga Kabupaten Bintan. Indikator yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial maupun ekonomi. Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Bintan selama kurun waktu 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan bahwa pencapaian IPM cenderung mengalami peningkatan. Menurut data BPS pada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-106
tahun
2010
sedangkan
capaian
target
IPM
RPJMD
Kabupaten sebesar
Bintan
75,03.
sebesar
Pada
74,44
tahun
2011
mengalami peningkatan sebesar 75,17, namun masih belum mencapai target RPJMD sebesar 75,19. Sedangkan tahun 2012 peningkatan capaian IPM sebesar 75,68 telah mampu melampaui target RPJMD yang ditagetkan sebesar 75,42. Demikian pula capaian tahun 2013 mencapai 75,99 dan tahun 2014 yaitu 76,51 yang telah melampaui target akhir RPJMD yang ditargetkan yaitu hanya sebesar 76,06. Tabel 2.75 : Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahu No. n Target Realisasi 1. 2010 75,03 74,44 2. 2011 75,19 75,17 3. 2012 75,42 75,68 4. 2013 75,63 75,99 5. 2014 75,82 76,51 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 Grafik 2.31 : Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Pembangunan manusia merupakan sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar masyarakat mampu memiliki lebih banyak pilihan khususnya dalam pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Ketiga
unsur
pembentuk
IPM
tersebut
tidak
berdiri
sendiri
melainkan saling berpengaruh satu sama lainnya. Selain itu Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-107
dipengaruhi
pula
kesempatan
kerja,
oleh
faktor
yang
pada
lainnya
seperti
gilirannya
ketersediaan
ditentukan
oleh
pertumbuhan ekonomi, infrastruktur serta kebijakan pemerintah. IPM akan terus dapat meningkat apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan. Nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Dari capaian IPM Kabupaten Bintan dapat dilihat adanya komitmen dari pemerintah daerah Kabupaten Bintan untuk meningkatkan berbagai sektor pembangunan yang bermuara pada pembangunan manusia Kabupaten Bintan. Selain itu posisi dengan adanya berbagai kebijakan percepatan pembangunan baik dari level pusat sampai daerah dengan dukungan penuh dari masyarakat turut berkontribusi
secara
signifikan
dalam
upaya
peningkatan
pembangunan manusia Kabupaten Bintan tersebut. Namun kondisi Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau terutama dengan Tambelan sebagai Kecamatan terjauh menjadi tantangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan dalam upaya menghindari disparitas tinggi pembangunan di berbagai sektor pembangunan sehingga pada akhirnya pemerataan pembangunan pembangunan manusia dapat terwujud. Kedepannya upaya peningkatan IPM di Kabupaten Bintan perlu dilakukan secara simultan, baik melalui pendekatan sektoral pendidikan, kesehatan dan ekonomi, maupun secara
terintegrasi
melalui
anggaran
pemerintah,
swadaya
masyarakat dan partisipasi dunia usaha, atau kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Dengan nilai IPM sebesar 76,51 maka Kabupaten Bintan termasuk dalam klasifikasi menengah ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil meningkatkan kualitas hidup yang diukur dari indikator kesejahteraan rakyat yang meliputi (i) indikator kesehatan, (ii) indikator pendidikan, serta (iii) daya beli masyarakat yang meningkat.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-108
2.5.1 Perkembangan Komponen IPM di Kabupaten Bintan A. Angka Harapan Hidup (AHH) Pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bintan dari tahun 2010 sampai
tahun 2014
menunjukkan peningkatan.
Perkembangan positif ini sangat mempengaruhi angka Indeks Kesehatan (IK) Kabupaten Bintan. Menurut data BPS Kabupaten Bintan capaian AHH Kabupaten Bintan tahun 2010 sebesar 69,71, dengan IK sebesar 74,5. Pada tahun 2011 AHH meningkat hingga 69,76 dengan IK sebesar 74,6. Tahun 2012, AHH telah mencapai 69,8 dengan IK sebesar 74,7. Tren peningkatan terus berlanjut di tahun 2013 dengan AHH mencapai 69,91 dengan IK sebesar 74,9. Tahun 2014 AHH mencapai 69,98 dengan IK mencapai 75,0. Pemerintah Kabupaten Bintan terus berupaya secara komprehensif dan berkoordinasi lintas sektoral secara intensif dalam rangka mewujudkan perbaikan bidang kesehatan dengan capaian utama Angka Harapan Hidup (AHH) dan Indeks Kesehatan (IK). Angka Harapan Hidup (AHH) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bintan berusaha keras untuk menekan Angka Kematian Bayi maupun Angka Kematian Ibu saat melahirkan setiap tahunnya dalam rangka membantu mendorong Angka Harapan Hidup. Angka Harapan Hidup diyakini memiliki korelasi negatif terhadap kemiskinan. Peningkatan Angka Harapan Hidup sangat
penting
karena
dipercaya
mampu
menekan
bahkan
mengurangi angka kemiskinan. Intervensi pemerintah melalui berbagai
kebijakan
untuk
memperbaiki
kondisi
kesehatan
diharapkan mampu berdampak pada meningkatnya produktivitas golongan miskin, kesehatan yang lebih baik dan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan menaikkan output energi. Terkait dengan usaha peningkatan pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, Pemerintah Kabupaten Bintan sangat proaktif dalam mendukung implementasi Sistem Jaminan Sosial Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-109
Nasional. Sejak tahun 2012 telah terdaftar sebanyak 29.210 jiwa peserta Jamkesmas dan pada tahun 2014 program Jaminan Kesehatan Nasional mulai dilaksanakan dengan peserta awal yang berasal dari Jamkesmas, Askes dan TNI-Polri. Sebagai tahap awal pada tahun 2015 ini program Jamkesda Bintan secara bertahap akan terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional yang menggunakan data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
KBS
Kesehatan.
Proses
pengintegrasian tersebut akan terus dilakukan khususnya bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS Kesehatan dan bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS namun
memiliki Kartu
Bintan Sejahtera masih
tetap dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Selanjutnya, bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS maupun yang tidak memiliki KBS Kesehatan diberikan kesempatan untuk menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
yang
diterbitkan
oleh
Desa/Kelurahan
untuk
dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berlaku selama 3 bulan. Selain mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan, Pemerintah Kabupaten
Bintan
juga
memberikan
bantuan
transportasi,
akomodasi dan konsumsi bagi masyarakat miskin yang menjadi peserta BPJS PBI maupun yang menggunakan KBS dan SKTM yang dirujuk ke luar daerah Kabupaten Bintan. Berkaitan dengan itu pula, Pemerintah Kabupaten Bintan telah menyiapkan 2 unit rumah singgah untuk memfasilitasi pasien yang dirujuk ke Jakarta dan Kalimantan Barat untuk pasien dari Kecamatan Tambelan. Selain itu, telah dilakukan kerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Kanker Darmais, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita dan Rumah Sakit Islam Cempaka Putih di Jakarta. Sedangkan di Kalimantan Barat dilakukan kerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Aziz Singkawang. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-110
Tabel 2.76 : Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 No 1. 2. 3. 4. 5. Sumber: Grafik 2.32
Indeks Kesehatan Tahun Angka Harapan Hidup 2010 69,71 74,5 2011 69,76 74,6 2012 69,80 74,7 2013 69,91 74,9 2014 69,98 75,0 BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015 : Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
75.2 75
74.9
74.8 74.6
74.7
74.6
74.5
74.4
75
74.2 2010
2011
2012 Realisasi
2013
2014
Sumber: BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Pencapaian Indeks Kesehatan (IK) Kabupaten Bintan yang disajikan tabel diatas yaitu dari tahun 2010-2014, menunjukkan peningkatan capaian IK yang cendrung meningkat. Dimana pada tahun 2010, capaian IK di Kabupaten Bintan baru sekitar 74,52 poin, terus meningkat menjadi 74,6 poin di tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, capaian IK Kabupaten Bintan terus meningkat menjadi sebesar 74,7 poin. Pada tahun capaian IK sebesar 74,75, sedangkan pada tahun 2014 IK Kabupaten Bintan mencapai 75 dimana hanya terpaut 0,3 dari target RPJMD tahun 2014. Walaupun pencapaian IK sampai dengan tahun 2014 belum memenuhi target sesuai yang ditargetkan
dalam
RPJMD
tetapi
Kontribusi
IK
terhadap
pembentukan IPM cukup signifikan sehingga IPM Kabupaten Bintan terus meningkat. B. Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Tolok ukur bidang pendidikan adalah indikator mutu pendidikan yang
dapat
dilihat
dari
tingginya
angka
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
partisipasi.
Angka II-111
partisipasi tersebut terdiri atas angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM). Dari hasil evaluasi kinerja Wajib Belajar Dikdas 9 tahun diketahui bahwa tahun 2010 sampai pada tahun
2014
Angka
Partisipasi
Murni
(APM)
pendidikan
SD
berfluktuatif. Pada tahun 2010 APM pendidikan SD tercatat 97,52%, pada tahun 2011 menurun menjadi 95,64% pada tahun 2012 meningkat menjadi 96,01% kemudian terus meningkat menjadi 97,91% pada tahun 2013 dan 94,11% pada tahun 2014. Artinya pada tahun 2014 ada sebanyak 94,11% penduduk yang berusia 712 tahun telah tertampung di SD. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan SD juga berfluktuasi, pada tahun 2010 APK pendidikan SD sebesar 80,05%, meningkat pada tahun 2011 menjadi 107,70% meningkat pada tahun 2012 menjadi 121,94% menurun pada tahun 2013 menjadi 105,48% meningkat pada tahun 2014 menjadi sebesar 105,63%. Hal ini membuktikan bahwa jumlah murid SD yang dapat ditampung pada sekolahsekolah SD yang ada sudah melebihi jumlah penduduk usia sekolah, namun demikian masih banyak murid SD yang berumur kurang atau melebihi usia 7-12 tahun yang masih mengikuti pendidikan SD. Untuk APK jenjang SMP/MTs tahun 2010 sampai tahun 2014 juga berfluktuasi. Pada tahun 2010 APK SMP/MTs sebesar 70,82%, tertinggi terus menunjukkan trend peningkatan sampai pada tahun 2014
menunjukkan
angka
96,91%.
Pada
tahun
2010
APM
SMP/MTs sebesar 63,42%, tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 85,59% sedangkan pada tahun 2014 menunjukkan angka 71,18%. Untuk APK jenjang SMA tahun 2010 mencapai 72,89% sedangkan pada
tahun 2014
trend meningkat hingga 94.73%, hal
ini
menunjukan bahwa pada tahun 2014 terdapat peningkatan sebesar 21,84%.
Sedangkan
APM
jenjang
SMA
pada
tahun
2010
menunjukkan angka 50,53% sedangkan pada tahun 2014 mencapai 62,20%. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-112
Jika dilihat berdasarkan komponennya peningkatan capaian angka IPM Kabupaten Bintan dewasa ini merupakan kontribusi terbesar dari Indeks Pendidikan yang semakin baik. Menurut data BPS tahun 2010 capaian Indeks Pendidikan sebesar 82,6 poin dengan rata-rata lama sekolah 8,63 tahun meningkat menjadi 83,9 poin dengan rata-rata lama sekolah 8,91 di tahun 2011. Sementara itu ditahun 2012 angka rata-rata lama sekolah mencapai 8,95 tahun dan Indeks Pendidikan sebesar 84,5. Pada tahun 2013 Indeks Pendidikan Kabupaten Bintan mencapai 84,9 dengan rata-rata lama sekolah 9,01 tahun. Sedangkan pada tahun 2014 Indeks Pendidikan mencapai 85,3 dengan rata-rata lama sekolah 9,06. Dengan telah dicapainya angka 9 tahun untuk rata-rata lama sekolah maka Kabupaten Bintan telah berhasil melaksanakan Program Wajib Belajar 9 Tahun. Di sisi lain juga menunjukkan bahwa penurunan angka drop out yang cukup signifikan dari tahun ke tahun sehingga mampu
menunjang pencapaian rata-rata lama sekolah
yang
membanggakan. Tabel 2.77 : Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2012 Rata-Rata Indeks Pendidikan Lama Sekolah 1. 2010 8,63 82,6 2. 2011 8,91 83,9 3. 2012 8,95 84,5 4. 2013 9,01 84,9 5. 2014 9,06 85,3 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 No.
Tahun
Grafik 2.33: Indek Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014 86 85 84.5 84 83
84.9
85.3
83.9 83 82.6
83.05
83.13
83.21
83.35
82 81 2010
2011
2012 Target RPJMD
2013
2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-113
Upaya pembangunan di bidang pendidikan telah menunjukkan dampak yang baik di masa sekarang dan diprediksi dapat berdampak lebih besar di masa mendatang. Penuntasan buta huruf dan penurunan angka rawan drop out murid sekolah terus digalakkan dan menjadi prioritas utama.
Berdasarkan data BPS
Kabupaten Bintan diperoleh gambaran capaian persentase Melek Huruf (AMH) penduduk 15 tahun ke atas mencapai 95,09% tahun 2010 dan meningkat menjadi 96,14% di tahun 2011. Tahun 2012 meningkat cukup signifikan menjadi 96,92%. Tahun 2013 Angka Melek Huruf mencapai 97,32% dan kembali meningkat pada tahun 2014 pada angka 97,68%. Sehingga persentase Buta Huruf juga dapat ditekan dari 4,91% di tahun 2010 menjadi 2,32% ditahun 2014. Tabel 2.78 : No.
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan pada Tahun 2010-2014 Tahun Melek Huruf(%) Buta Huruf(%)
1. 2. 3. 4. 5. Sumber
2010 2011 2012 2013 2014 : BPS Kabupaten
95,09 96,14 96,92 97,32 97,68 Bintan, 2015
4,91 3,86 3,08 2,68 2,32
Grafik 2.34 : Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Sumber :BPS Kabupaten Bintan, 2015 Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-114
Berbagai pencapaian di bidang pendidikan tersebut dilakukan melalui
implementasi
kebijakan
penyelenggaraan
Bantuan
Operasonal Sekolah (BOS) maupun Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), pengalokasian Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), pemerataan pendidikan melalui bantuan kepada siswa SMA/SMK kurang mampu, serta melakukan pembangunan dan
revitalisasi
gedung-gedung
sekolah
sebagai
upaya
meningkatkan partisipasi murid secara berkelanjutan. Selain itu pemerintah daerah Kabupaten Bintan juga menaruh perhatian penting
terhadap
guru
melalui
peningkatan
kualitas
serta
kesejahteraan guru. C. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity/PPP) Berdasarkan data BPS pencapaian daya beli (Purchasing Power Parity)
masyarakat
Kabupaten
Bintan
yang
diukur
dengan
pendapatan riil perkapita/tahun menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 pendapatan riil perkapita mencapai
sebesar
Rp646.570,-
meningkat
menjadi
sebesar
Rp650.000,- pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan sebesar Rp653.630. Untuk tahun 2013 Pendapatan riil perkapita meningkat sehingga mencapai Rp656.590 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp659,870. Demikian pula dengan Indeks Daya Beli penduduk Kabupaten Bintan, dalam kurun waktu tahun 2010-2014. Terus mengalami peningkatan, dari 66,2 pada tahun 2010 meningkat menjadi 67,0 pada tahun 2011 dan terus meningkat tahun 2012, dimana kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Bintan mencapai 67,9. Selanjutnya pada tahun 2013 Indeks Daya Beli penduduk Kabupaten Bintan meningkat menjadi 68,6 hingga pada tahun 2014 yang mencapai 69,3. Peningkatan Indeks Daya Beli tidak terlepas dari pengaruh kinerja makro dan mikro ekonomi. Hal ini tercermin dari besaran pencapaian pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang cukup terkendali. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-115
Tabel 2.79
: Pendapatan Riil Perkapita dan Indeks Daya Beli Masyarakat Kabupaten Bintan,Tahun 2010-2014
No
Tahun
1. 2. 3. 4. 5
2010 2011 2012 2013 2014
Pendapatan Riil Perkapita (Rp.000) 646,57 650,00 653,63 656,68 659,87
Indeks Daya Beli 66,2 67,0 67,9 68,6 69,3
Sumber : BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015 Grafik 2.35 : Indeks Daya Beli Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Pada umumnya indikator-indikator IPM berkembang secara steady, kecuali indeks daya beli. Indeks Daya Beli berkaitan langsung dengan pendapatan penduduk, yang dipengaruhi oleh kinerja perekonomian. Perekonomian yang kondusif akan memungkinkan terciptanya iklim ekonomi yang prospektif. Iklim perekonomian yang kondusif diharapkan akan membuka kesempatan kerja sehingga mampu meningkatkan pendapatannya yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian
daya
beli
sangat
masyarakat. sensitif
Tingkat
terhadap
kondusiftias perkembangan
perkembangan harga (inflasi). Inflasi tinggi akan dapat memberi dampak secara langsung menurunkan daya beli masyarakat. Pengendalian laju inflasi dipercaya akan sangat berdampak dalam menjaga dan menumbuhkan daya beli masyarakat. Mengantisipasi kebijakan makro ekonomi nasional yang mungkin mengalami perubahan-perubahan
yang
dapat
mempengaruhi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
daya
beli II-116
masyarakat maka pemerintah daerah Kabupaten Bintan telah melaksanakan program Peningkatan Ketahanan Masyarakat, serta program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, dan program lainnya sehingga kebutuhan dasar masyarakat terutama masyarakat miskin dan tertinggal dapat terpenuhi dalam rangka mendukung peningkatan daya beli masyarakat Kabupaten Bintan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
II-117
RPJMD 2016-2021
BAB.
3
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN SERTA KERANGKA PENDANAAN
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 20014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang menetapkan dan mengatur pembagian kewenangan dan pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sesuai dengan azas kepatutan dan rasa keadilan. Pemerintah Kabupaten Bintan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006
jo. Pemendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bintan dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi diwujudkan dalam APBD
yang setiap tahun
ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Struktur APBD Kabupaten Bintan terdiri dari yang
didalamnya
terdapat
pendapatan
(1) Penerimaan Daerah
daerah
dan
penerimaan
pembiayaan daerah;(2) Pengeluaran Daerah yang didalamnya terdapat Belanja Daerah dan (3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-1
Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah, sehingga analisis
pengelolaan
keuangan
daerah
menjelaskan tentang
aspek
kebijakan keuangandaerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah guna mewujudkan visi dan misi. 3.1
Kinerja Masa Lalu
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Gambaran
kinerja
Pelaksanaan
APBD
menguraikan
perkembangan Pendapatan dan belanja tidak langsung, Proporsi sumber
pendapatan,
gambaran
realisasi
pencapaian belanja
kinerja
daerah.
pendapatan,
Pendapatan
dan
daerah
merupakan penerimaan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan di daerah yang diperoleh dari sumbersumber penerimaan daerah antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang sah. Kapasitas
keuangan
pemerintah
daerah
daerah
akan
menentukan
dalam
menjalankan
fungsi
kemampuan pelayanan
masyarakat. Kebijakan pendapatan daerah memiliki beberapa dasar hukum sebagai landasan utama yaitu : 1.
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2.
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara;
3.
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
4.
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
5.
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-2
Keuangan Daerah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 6.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
25
Tahun
2000
tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah otonom. Adapun landasan hukum spesifik di bidang pendapatan daerah adalah: 1.
Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Menyikapi diberlakukannya Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Kabupaten
Bintan
telah
melakukan
restrukturisasi
dasar
pemungutan pendapatan daerah melalui perubahan atas beberapa Peraturan
Daerah
dan
penerbitan
Peraturan
Daerah
baru.
Beberapa jenis pajak dan retribusi daerah yang akan dikelola di Kabupaten Bintan adalah: 1. Pajak Daerah terdiri dari: a.
Pajak Hotel;
b.
Pajak Restoran;
c.
Pajak Hiburan;
d.
Pajak Reklame;
e.
Pajak Penerangan Jalan;
f.
Pajak Mineral bukan logam dan batuan;
g.
Pajak Parkir;
h.
Pajak Air Tanah;
i.
Pajak Sarang Burung Walet;
j.
PBB Perdesaan dan Perkotaan;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-3
k.
BPHTB.
2. Retribusi Retribusi
yang
diberlakukan
di
Kabupaten
Bintan
adalah
sebanyak 29 jenis yang dipungut setiap tahun untuk mendukung Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bintan dan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1. Retribusi Jasa Umum a.
Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b.
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c.
Retribusi
Penggantian
Biaya
Cetak
Kartu
Tanda
Penduduk dan Akta Capil; d.
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e.
Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum;
f.
Retribusi Pelayanan Pasar;
g.
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
h.
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
i.
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
j.
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
k.
Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
l.
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
m.
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
2. Retribusi Jasa Usaha a.
Retribusi Pemakaian Daerah;
b.
Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c.
Retribusi Tempat Pelelangan;
d.
Retribusi Terminal;
e.
Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f.
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
g.
Retribusi Rumah Potong Hewan;
h.
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
i.
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-4
j.
Retribusi Penyeberangan di Air; dan
k.
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3. Retribusi Perizinan Tertentu a.
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b.
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
c.
Retribusi Izin Gangguan;
d.
Retribusi Izin Trayek;
e.
Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Tabel . T‐III.C.1 Rata‐rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2011 s/d Tahun 2015 Kabupaten Bintan
NO
Uraian
2011 (Rp)
2012 (Rp)
2013 (Rp)
2014 (Rp)
2015 (Rp)**
Rata‐rata Pertumbuhan (%)
1
PENDAPATAN
722.572.379.228,45
863.183.192.668,87
916.419.942.252,10
883.789.695.260,37
781.766.171.173,87
6,72
1.1
Pendapatan Asli Daerah
136.232.925.611,22
136.751.503.919,87
136.547.923.743,53
190.843.040.464,25
186.630.120.661,87
7,93
Pajak Daerah
1.1
107.697.659.311,96
108.758.174.413,11
103.498.450.682,70
146.315.996.740,77
137.520.270.491,77
5,22
Retribusi Daerah
4.093.814.034,26
6.815.075.635,00
7.529.058.472,91
12.979.651.973,09
9.081.792.543,00
33,31
Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang dipisahkan
5.252.730.714,00
4.666.718.216,00
7.551.057.329,00
7.978.087.657,00
13.411.204.438,00
‐0,55
19.188.721.551,00
16.511.535.655,76
17.969.357.258,92
23.569.304.093,39
26.616.853.189,10
32,19
1. 1.1 2. 1.1 3. 1.1
Lain‐Lain PAD Yang Sah
4. 1.2 1.2
Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
493.753.852.008,00
630.295.541.906
671.229.402.784,00
596.250.029.822,00
497.680.184.131,00
8,95
293.112.660.008,00
381.628.653.906,00
360.912.608.784,00
273.981.788.822,00
142.922.557.131,00
17,56
Dana Alokasi Umum
184.730.492.000,00
232.884.448.000,00
288.685.934.000,00
304.974.241.000,00
290.035.577.000,00
‐1,12
Dana Alokasi khusus
15.910.700.000,00
15.782.440.000,00
21.630.860.000,00
17.294.000.000,00
64.722.050.000,00
0,00
1. 1.2 2. 1.2 3. 1.3
lain‐lain Pendapatan Daerah yang sah
1.3
Hibah
92.585.601.609
96.136.146.843
108.642.615.724,57
96.696.624.974,12
97.455.866.381
‐3,01
11.825.321.914,00
10.554.608.165,00
689.494.300,00
0
0
‐0,56
1. 1.3
Dana Darurat
0
0
0
0
0
0,00
Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya **)
31.084.021.721,23
28.126.641.581,00
40.574.153.987,57
20.407.566.803,12
45.281.828.656,00
‐6,34
Dana penyesuaian dan otonomi khusus ***)
17.405.196.000,00
22.055.574.000,00
28.406.592.000,00
51.033.390.000,00
48.536.973.000,00
2,65
Bantuan Keuangan dari provinsi atau pemerintah Daerah lainnya
32.271.061.974,00
35.399.323.097,00
38.972.375.437,00
25.255.668.171,00
3.637.064.725,00
2. 1.3 3. 1.3 4. 1.3
‐12,37
5.
Pendapatan daerah Kabupaten Bintan selama lima tahun terakhir memperlihatkan
perkembangan
cukup
berarti.
Keberhasilan-
keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai faktor berikut, antara lain: (a) kebijakan pemerintah, (b) pendapatan masyarakat, (c) fluktuasi harga komoditas andalan, dan (d) kondisi daerah yang relatif aman. Dari sisi Pendapatan Asli Daerah maka terdapat dua komponen
pendapatan
yang
memberikan
kontribusi
dalam
peningkatan PAD yaitu Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-5
Asli Daerah. Sedangkan dua komponen lain yaitu Retribusi Daerah dan Bagian Laba Usaha Daerah menunjukkan kontraksi negatif selama kurun lima tahun terakhir. Rendahnya pencapaian dua komponen PAD ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah agar lebih intensif meningkatkan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan asli daerah serta mengambil langkahlangkah yang inovatif dalam menggali potensi PAD selama lima tahun ke depan. Selanjutnya, dari sisi Dana Perimbangan maka dua komponen utama Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak serta Dana BagiHasil Pajak dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi masih memberikan kontribusi paling besar dalam kurun waktu 2011-2015. Berdasarkan data sebagaimana telah diuraikan di atas maka dapat
disimpulkan
Kabupaten
Bintan
bahwa masih
pembiayaan
sangat
pembangunan
bergantung
pada
di
sumber
pendanaan dari pemerintah pusat yaitu dari Dana Perimbangan khususnya Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dan Dana Alokasi Umum. Hal ini dapat dilihat dari masih besarnya komposisi Dana Perimbangan dalam distribusi pendapatan daerah yang mencapai lebih dari 80%. Besarnya tingkat ketergantungan fiskal daerah kepada pemerintah pusat tentunya menjadi faktor pembatas bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan karena Dana Perimbangan bersifat uncontrollable dan sulit diprediksi sebagaimana terlihat dalam perkembangannya selama ini. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kapasitas kemampuan fiskal ke depan
maka
Pemerintah
Daerah
perlu
melakukan
upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah, meningkatkan peran serta sektor
swasta
serta
menggalakkan
sektor
investasi
dalam
melaksanakan pembangunan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-6
3.1.2 Neraca Daerah Neraca daerah disusun bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Tabel . T-1 Pertumbuhan Neraca Daerah dari tahun 2013 Kabupaten Bintan No 1. 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.3 1.3.1
1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5
Uraian ASET ASET LANCAR Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Persediaan ASET TETAP Tanah Peralatan dan mesin Gedung dan bangunan Jalan, irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstrusi dalam pengerjaan dst ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kemitraan dengan pihak kedua Aset tak berwujud dst
2013
2014
2015
81.597.277.231,13
10.167.686.860,50
10.873.219.663,52
125.000.000.000,00 19.615.133.865,29 6.174.579.178,78
109.000.000.000,00 73.727.881.682,49 6.915.382.657,00
0,00 131.463.627.098,97 18.155.052.023,00
417.806.902.094,00
377.271.965.538,00
377.195.985.163,00
240.907.805.596,00
259.781.874.086,97
291.207.959.221,00
823.507.556.242,00
908.831.234.247,00
971.493.374.225,00
929.665.281.734,00
1.000.742.079.668,00
1.069.345.949.670,00
8.602.010.003,00
9.917.720.503,00
10.269.098.297,00
16.699.927.356,00
10.002.784.951,00
10.002.784.951,00
0
0
487.997.626,07
0
0
0
0
0
0
3.788.346.600,00
3.906.844.100,00
4.554.901.600,00
114.613.595,50
186.406.856,50
186.406.856,50
JUMLAH ASET DAERAH 2 2.1 2.1.1
KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-7
2.1.2 2.1.3 2.1.4 3 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3
Uang Muka dari Kas Daerah Pendapatan diterima dimuka dst EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR SILPA Cadangan Piutang Cadangan Persediaan dst EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan dalam aset tetap Diinvestasikan dalam aset lainnya dst JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
0
0
0
0
0
0
208.451.004.284,63
121.765.858.004,04
0
19.615.133.865,29
73.727.881.682,49
0
6.174.579.178,78
6.915.382.657,00
0
2.437.189.483.025,00
2.566.547.658.993,97
0
18.432.801.406,24
77.785.945.257,24
0
2.758.308.048.124,44
2.922.970.366.972,24
2.080.314.908.101,88
Dari tabel Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Bintan tiga tahun
terakhir,
dapat
dilihat
rata-rata
pertumbuhan
Aset,
Kewajiban maupun Ekuitas. Pada Tahun 2013 Aset bertumbuh sebesar 21,99 persen, Kewajiban dan Ekuitas bertumbuh sebesar 10,32 persen, Tahun 2014 Aset bertumbuh sebesar 3,62 persen, Kewajiban dan Ekuitas bertumbuh sebesar 5,97 persen, Tahun 2015 Aset bertumbuh sebesar 4,50 persen,
Kewajiban dan
Ekuitas turun sebesar (28,83) persen. Sedangkan rata-rata Pertumbuhan Neraca Aset sebagaimana pada tabel dibawah ini :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-8
Tabel . T‐III.C.2 Rata‐rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Bintan No
Uraian
1. 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4
ASET ASET LANCAR Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Persediaan
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7
ASET TETAP Tanah Peralatan dan mesin Gedung dan bangunan Jalan, irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstrusi dalam pengerjaan dst
1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5
ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kemitraan dengan pihak kedua Aset tak berwujud dst
Rata‐rata Pertumbuhan (%)
‐20,38% ‐38,88% 107,14% 103,08%
‐3,18% 14,70% 10,57% 8,53% 6,57% ‐0,83%
0,00% ‐ ‐ 12,41%
JUMLAH ASET DAERAH 2 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4
KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga Uang Muka dari Kas Daerah Pendapatan diterima dimuka dst
3 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4
EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR SILPA Cadangan Piutang Cadangan Persediaan dst
3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3
EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan dalam aset tetap Diinvestasikan dalam aset lainnya dst JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
‐33,33% ‐ ‐
‐48,82% 47,70% 15,57%
‐27,77% 217,58% ‐4,18%
Analisis neraca daerah dilakukan dengan mengukur beberapa rasio sebagai berikut: a. Rasio Lancar (Current ratio) Current Ratio atau dikenal juga dengan sebutan Rasio Lancar adalah perbandingan nilai Aktiva Lancar dengan suatu nilai Kewajiban Lancar yang ada pada suatu laporan keuangan daerah. Current Ratio digunakan dalam rangka memberikan gambaran tentang kemampuan daerah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya (hutang & pinjaman) dengan menggunakan aktiva lancar (kas, piutang, persediaan) yang dimilikinya. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-9
b. Rasio Quick (Quick ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan daerah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Maksudnya tidak seluruh aktiva lancar turut diperhitungkan, yakni dengan menyisihkan elemen
persediaan
barang
lebih
dahulu
kemudian
diperbandingkan dengan total hutang lancar. c. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset Debt to Total Assets Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. d. Rasio Hutang Terhadap Modal Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya e. Rata-rata Umur Piutang Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. f.
Rata-rata Umur Persediaan
Rata-rata umur persediaan adalah rasio untuk melihat berapa lama
dana
tertanam
dalam
bentuk
persediaan
(merubah
persediaan menjadi penjualan).
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-10
Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Bintan NO 1 2 3 4 5 6
Uraian Rasio Lancar (Current ratio) Rasio quick (quick ratio) Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset Rasio Hutang Terhadap Modal Rata‐rata Umur Piutang Rata‐rata Umur Persediaan
2013 (Rp) 46,72 148,42 0,0006 0,0007 2,79 2,49
2014 (Rp) 11,99 127,80 0,0003 0,0003 1,39 2,86
2015 (Rp) 6,63 43,06 0,0002 0,0002 0,91 8,48
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kemampuan daerah dalam menjalankan Finansial jangka pendeknya dalam tiga tahun terakhir menunjukkan persentase yang menurun ini memberikan gambaran keadaan keuangan daerah dalam kondisi tidak sehat. Sedangkan kemampuan daerah dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya menunjukan persentase yang positif. 3.2
Kebijakan Pengelolaam Keuangan Masa Lalu
3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran Pengelolaan belanja daerah dilaksanakan berlandaskan pada prinsip anggaran kinerja (performance base budgetting) yaitu belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut
mencerminkan efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik, untuk memperoleh gambaran realisasi dari pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dimasa mendatang diperlukan analisis. Yang bertujuan untuk menentukan kebijakan efisiensi anggaran aparatur selama periode yang direncanakan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-11
Tabel . T‐III.C.3 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bintan
NO
Ura i a n
Tota l Bel a nja Tota l Pengel ua ra n Untuk Pemenuha n (Bel a nja + Kebutuha n Pembi a ya a n Apa ra tur Pengel ua ra a n) (Rp) a
1
Tahun 2013
2
Tahun 2014
597.477.778.614,00 665.587.155.120,96
3
Tahun 2015
600.722.348.302,22
Pros enta s e
(Rp) b
(a )/(b)x 100%
680.771.434.394,24
87,76
755.372.278.290,96
88,11
724.357.897.118,92
82,93
3.2.2 Analisis Pembiayaan Pembiayaan Daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus anggaran sedangkan selisih kurang pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut defisit anggaran. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembiayaan dimasa datang.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-12
Tabel . T‐III.C.4 Penutup Defisit Rill Anggaran Kabupaten Bintan NO 1
Ura i a n Realisasi Pendapatan Daerah
2013
2014
(Rp)
(Rp)
2015 (Rp)
916.419.942.252,10
883.789.695.260,37
781.766.171.173,87
920.839.553.776,24
966.962.829.655,96
886.752.609.316,92
6.904.500.000,00
7.256.000.000,00
0,00
‐11.324.111.524,14
‐90.429.134.395,59
‐104.986.438.143,05
219.113.195.808,77
208.451.004.284,63
121.765.858.004,04
Dikurangi Realisasi : 2 3
Belanja Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah
A
Defisit Rill
4
Ditutup oleh realisasi Penerimaan Pembiayaan: Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)Tahun Anggaran sebelumnya
5
Pencairan Dana Cadangan
0,00
0,00
0,00
6
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang di Pisahkan
0,00
3.262.108.115,00
0,00
7
Penerimaan Pinjaman Daerah
0,00
0,00
0,00
8
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman daerah
0,00
0,00
0,00
9
Penerimaan Piutang Daerah
10
Pengembalian Pokok Dana Bergulir
B
Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah
A‐B Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun berkenaan
0,00
0,00
0,00
661.920.000
481.880.000,00
50.562.500,00
219.775.115.808,77
212.194.992.399,63
121.816.420.504,04
208.451.004.284,63
121.765.858.004,04
16.829.982.360,99
Tabel . T‐III.C.5 Komposisi Penutup Defisit Rill Anggaran Kabupaten Bintan Proporsi dari total defisit rill NO
Ura i a n
2013
2014
2015
(%)
(%)
(%)
1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggran Sebelumnya
2
Pecairan Dana Cadangan
219.113.195.808,77 208.451.004.284,63 121.765.858.004,04 ‐ ‐ ‐
3
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang di pisahkan
‐
4
Penerimaan Pinjaman Daerah
‐
‐
‐
5
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
‐
‐
‐
6
Penerimaan Piutang Daerah
‐
‐
‐
7
Pengembalian Pokok Dana Bergulir
8
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun berkenaan
3.262.108.115,00 ‐
661.920.000,00
481.880.000,00
50.562.500,00
212.870.615.808,77
204.938.992.399,63
121.816.420.504,04
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-13
Tabel T‐III.C.6 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran kabupaten Bintan
2013 No
Uraian
2014 %
Rp
2015 %
Rp
dari SILPA
3.3
1
Jumlah SILPA
2
Pelampauan penerimaan PAD
3 4
203.451.004.808,77
%
Rp
dari SILPA
dari SILPA
121.765.858.004,04
16.829.982.360,99
2.459.269.486,53
1,21%
24.717.988.978,25
20,30%
Pelampauan penerimaan dana Perimbangan
80.156.644.584,00
39,40%
5.866.953.541,00
4,82%
‐30.973.621.488,00 ‐184,04%
9.731.640.806,87
Pelampauan penerimaan Lain‐lain pendapatan daerah yang sah
11.357.046.726,00
5,58%
12.089.361.822,37
9,93%
‐32.151.225.280,00 ‐191,04%
5
Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya
0,00
6
Kewajiban pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan
0,00
0,00
0,00
7
Kegaiatan lanjutan
0,00
0,00
0,00
0,00
57,82%
0,00
Kerangka Pendanaan Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi penerimaan daerah dan belanja serta pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama serta belanja tidak mengikat, maka dapat diproyeksikan
kapasitas
riil
keuangan
daerah
yang
akan
digunakan untuk membiayai program/kegiatan selama 5 tahun kedepan (2016-2020) dalam Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bintan 3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Meningkat Serta Prioritas Utama Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam satu tahun anggaran. Belanja periodik yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahunnya. Sedangkan belanja periodik prioritas Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-14
utama adalah pengeluaran yang harus dibayar setiap periodik oleh pemerintah daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan dasar prioritas pemerintah daerah yaitu pelayanan pendidikan dan kesehatan serta sejenisnya. Total Pengeluaran Wajib dan mengikat serta prioritas utama menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan kapasitas riil keuangan. Tabel T‐III.C.7 Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama kabupaten Bintan
No
2015
Rata-rata
Rp
P ertumbuhan
Uraian
%
A
Belanja Tidak Langsung
420.816.234.786,00
1,01%
1 2
Belanja gaji dan Tunjangan
237.406.872.126,00
8,09%
1.755.800.000,00
‐5,17%
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH
3
Belanja Bunga
‐
‐
4
Belanja Bagi Hasil
‐
‐
B 1
Belanja Langsung
465.936.374.530,92
‐15,34%
Belanja Honorarium PNS Khusus untuk guru dan Tenaga medis
‐
‐
2
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS
418.000.000,00
‐1,36%
3
Belanja Jasa Kantor ( Khusus tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya)
8.764.910.769,00
30,42%
1.479.294.600,00
‐81,42%
1.315.881.150,00
‐51,33%
4
Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya)
5
Belanja Sewa perlengkapan dan peralatan kantor (Yang telah ada Kontrak jangka panjangnya)
C
Pembiayaan Pengeluaran
‐
‐
1
Pembentukan Dana Cadangan
‐
‐
2
Pembayaran Pokok Utang
‐
‐
TOTAL (A+B+C)
886.752.609.316,92
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-15
3.4
Proyeksi Data Masa Lalu
3.4.1 Proyeksi Penerimaan Daerah Kinerja
pendapatan
daerah
secara
keseluruhan
mengalami
peningkatan setiap tahunnya, meskipun masih ada beberapa kendala pada jenis-jenis penerimaan tertentu. Untuk sumber penerimaan PAD, penyesuaian dan pendekatan spesifik dalam penanganannya masih dibutuhkan guna mengoptimalkan sumber penerimaan tersebut, sementara untuk dana perimbangan, secara khusus Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, kendala seperti ketidaktersediaan data akurat adalah masalah utama pada sumber penerimaan tersebut. Arah kebijakan yang perlu diambil dalam melaksanakan upayaupaya peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat perlu disertai dengan tertib administrasi pungutan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian pula peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan
kompentensi
aparatur
daerah,
kualitas
kinerja
layanan lembaga serta penyederhanaan prosedur pengelolaan pendapatan daerah dalam rangka memenuhi kepuasan pelayanan masyarakat. Dalam lima tahun ke depan (2016-2020), Pemerintah Kabupaten Bintan perlu menempuh langkah-langkah yang dapat menjamin peningkatan kinerja Pendapatan Daerah tanpa memberikan beban yang lebih berat kepada masyarakat. Hal ini harus menjadi komitmen
karena
merupakan
implementasi
dari
upaya
mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bintan. Pengelolaan Pendapatan Daerah harus diarahkan pada upaya penggalian potensi yang dimiliki daerah. Selain berbagai sumber pendapatan yang telah dikelola selama ini, upaya-upaya yang lebih intensif Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-16
perlu ditujukan pada berbagai sumber pendapatan potensial, tentu saja dengan memperhitungkan secara cermat kemampuan ekonomi masyarakat. Arah kebijakan umum yang akan ditempuh oleh Kabupaten Bintan pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM, 2016-2021) adalah menggali potensi perekonomian daerah dan mengelola pendapatan daerah guna memperkuat perekonomian daerah dan penyelenggaraan otonomi daerah. Upaya penggalian sumber potensi ini sudah tentu harus dibarengi
dengan
peningkatan
kualitas
pelayanan
kepada
masyarakat. Untuk mewujudkan arah kebijakan pengelolaan pendapatan daerah, Kabupaten Bintan perlu secara bertahap menata infrastruktur dan suprastuktur daerah sehingga dapat berinteraksi satu dengan yang lain dalam menjalankan fungsifungsi lembaga dan bukannya saling tumpang tindih. Dengan memperhatikan kewenangan, permasalahan, kebijakan, potensi, strategi, prioritas dan pertumbuhan ekonomi serta penataan daerah Kabupaten Bintan dalam lima tahun ke depan, maka Pendapatan Asli Daerah secara khusus diproyeksikan meningkat rata-rata sebesar 7,93% per tahun dan pendapatan daerah diproyeksikan meningkat rata-rata sebesar 6,72% per tahun. Proyeksi penerimaan di atas berdasarkan asumsi: a. Perkembangan ekonomi daerah relatif stabil; b. Adanya perluasan basis pajak hotel, restoran, dan hiburan yang selama ini dikenakan objek PPN akan menjadi objek pajak daerah; c. Pengalihan Perdesaan
kewenangan dan
pemungutan
Perkotaan
dari
BPHTB
pemerintah
dan pusat
PBB ke
pemerintah daerah;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-17
d. Adanya peningkatan daya beli masyarakat; e. Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah diprediksikan meningkat; f.
Adanya situasi dan kondisi yang kondusif.
Dalam upaya peningkatan pengelolaan pendapatan daerah yang berorientasi pada kepuasan pelayanan masyarakat, maka strategi kebijakan pendapatan daerah untuk periode tahun 2016-2020 diarahkan pada upaya-upaya sebagai berikut : a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah guna meningkatkan kepatuhan dan memperkuat basis pajak dan retribusi yang sudah ada. Upaya ini meliputi: b. Penyempurnaan landasan hukum bagi pengenaan pajak dan retribusi daerah; c. Sosialisasi dan pemberian penyuluhan yang memadai kepada masyarakat mengenai ketentuan pajak dan retribusi daerah; d. Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah; e. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar unit satuan kerja terkait; f.
Peningkatan kualitas aparat pajak dan retribusi daerah;
g. Penyederhanaan dan modernisasi sistem perpajakan dan retribusi daerah serta mengurangi kontak langsung wajib pajak/retribusi dengan aparat; h. Penjaringan data subjek dan objek pajak sarang burung walet dan air tanah; i.
Updating
data
basis
pajak
daerah
serta
optimalisasi
pemanfaatan data perpajakan yang bersangkutan; j.
Pengkajian penerapan jenis pajak dan retribusi baru;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-18
k. Pengkajian tarif pajak dan retribusi daerah; l.
Optimalisasi penyerapan penerimaan basis data PBB yang akan diserahkan ke daerah;
m. Melaksanakan pemeriksaan dan penagihan pajak dan daerah. n. Mendesain ulang sistem tarif maupun administratif dari beberapa pungutan sehingga lebih efisien dan efektif secara ekonomi. o. Meningkatkan kontribusi penerimaan dari BUMD melalui upaya perbaikan manajemen, peningkatan profesionalisme, serta memperkuat permodalan BUMD. p. Optimalisasi penerimaan yang berasal dari bagi hasil pajak dan bagi hasil SDA melalui kerjasama pusat dan daerah. q. Menunjang kegiatan penjaringan subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN). r. Berupaya untuk memperoleh bantuan dana penyeimbang dan hibah dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. s. Penyelenggaraan akuntabilitas kinerja pendapatan daerah sampai pada semua arah, dan ; t. Pemanfaatan teknologi informasi dan telematika yang aplikatif terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah. Melalui strategi di atas diharapkan target-target pendapatan daerah yang telah ditetapkan untuk lima tahun ke depan dapat direalisasikan serta pelayanan yang diberikan dapat memuaskan masyarakat. 3.4.2 Proyeksi Belanja Daerah Belanja daerah 2016-2020 diarahkan pada upaya peningkatan proporsi belanja yang memihak kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-19
penggunaannya, belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi, efektivitas, dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah. Dengan demikian, maka belanja daerah akan lebih diprioritaskan kepada hal-hal yang menyangkut kebutuhan dasar masyarakat yaitu: a.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan;
b.
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan;
c.
Pengembangan potensi pariwisata dan agribisnis;
d.
Perluasan kesempatan kerja;
e.
Pemberdayaan ekonomi rakyat;
f.
Pengembangan
iklim
investasi
dan
pembangunan
interkoneksitas; g.
Pembangunan infrastruktur daerah, terutama daerah-daerah terpencil;
h. Penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sosial; i.
Peningkatan sumberdaya aparatur dan supremasi hukum;
j.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Pada tahun-tahun belakangan sudah terjadi peningkatan alokasi anggaran
untuk
pertanian
dan
sektor
agribisnis,
pendidikan, serta
kesehatan,
peningkatan
perikanan,
kuantitas
dan
kualitas infrastruktur di perdesaan dan daerah terpencil. Dalam perspektif ini, Pemerintah Kabupaten Bintan harus mampu menjawab tuntutan tersebut di atas melalui berbagai program dan kegiatan yang tercemin dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Kebijakan tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai landasan penyusunan anggaran yang lebih bersifat teknis dan operasional. Pada dasarnya alokasi belanja tahunan daerah, seperti tercermin pada APBD yang merupakan kerangka kebijakan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-20
publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat. Dengan demikian, sudah semestinya penganggaran tetap
mengacu
pada
norma
dan
prinsip
anggaran
yaitu;
transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, serta efisiensi dan efektifitas anggaran. 3.4.3 Proyeksi Pembiayaan Daerah Pembiayaan anggaran timbul karena jumlah pengeluaran daerah lebih besar dari penerimaan sehingga menimbulkan defisit. Sumber penerimaan untuk pembiayaan anggaran daerah ini dapat berasal dari sumber – sumber berikut :
3.5
a.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun lalu (SILPA)
b.
Transfer dari dana cadangan;
c.
Penerimaan pinjaman dan obligasi ; serta
d.
Hasil Penjualan aset daerah yang dipisahkan.
Perhitungan Kerangka Pendanaan
Tabel T‐5 Kapasitas Rill Kemampuan Keuangan Daerah Untuk mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Bintan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-21
Tabel T-6 Rencana Penggunaan Kapasitas Rill Kemampuan Keuangan Daerah kabupaten Bintan
Dari total dana alokasi pagu indikatif yang tersedia, kemudian dialokasikan
ke
berbagai
program/kegiatan
sesuai
urutan
prioritas. Prioritas program/kegiatan dipisahkan menjadi prioritas I, Prioritas II dan Prioritas III, dimana prioritas I mendapat prioritas pertama sebelum prioritas II. Prioritas III mendapat alokasi anggaran setelah prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya. Prioritas I Sesuai
dengan
yang
diamantkan
dalam
Pembangunan Jangka Menengah Nasional)
RPJMN kepala
(Rencana daerah
harus mempunyai program pembanguan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated), termasuk untuk prioritas bidang Pendidikan 20% (Dua puluh persen)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-22
Program ini harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik yang memiliki manfaat yang tinggi Prioritas II Program Prioritas II merupakan program prioritas ditingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per usulan yang berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas. Prioritas III Merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanjabelanja tidak langsung seperti, tambahan penghasilan PNS, Belanja Hibah, Bantuan sosial dan organisasi masyarakat.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
III-23
RPJMD 2016-2021
BAB.
4
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Pembangunan perubahan
daerah
tingkat
secara
sederhana
kesejahteraan
diartikan
secara
sengaja
sebagai
sebuah
dan
terukur.
Perencanaan daerah juga diharapkan mampu menepis ketidakpastian dalam proses merubah tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Hakikat
perencanaan
itu
adalah
memperkecil
peluang
munculnya
ketidakpastian. Dalam arti luas, perencanaan merupakan upaya manusia meminimalkan ketidakpastian. Dan, perencanaan yang ideal adalah langkah-langkah yang dilakukan manusia agar ketidakpastian semakin dekat dalam kehidupan manusia. Salah satu langkah atau tahapan untuk mendekati perencanaan ideal, sebagai dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah perlu diketahui isu-isu strategis dan permasalahan-permasalahan pembangunan yang secara eksisting terjadi. Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting, sehingga, penyajian analisis ini akan menjelaskan butir-butir penting isuisu strategis yang akan dihadapi dalam pembangunan daerah untuk waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. 4.1 Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan yang disajikan adalah permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan atau pada akhirnya
dijadikan
pembangunan
dasar
jangka
dalam
panjang
perumusan daerah.
visi
Dengan
dan
misi
demikian
permasalahan pembangunan daerah disajikan dengan merujuk pada identifikasi permasalahan pembangunan daerah. Identifikasi yang Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-1
dilakukan tidak berdasarkan pada urutan urusan pembangunan, tetapi lebih diutamakan pada permasalahan yang menonjol dan urgen. Permasalahan pembangunan daerah yang akan dikelola dan ditangani adalah yang permasalahan yang memiliki aspek medium term
problem
formulation,
karena
dokumen
yang
disusun
merupakan dokumen perencanaan jangka menengah. Formulasi beberapa pokok permasalahan pembangunan jangka menengah Kabupaten Bintan antara lain sebagai berikut : 4.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Masih rendahnya upaya pembinaan kebudayaan Melayu. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut: a.
Sebagai upaya pembentukan karakter masyarakat atas dasar nilai keagungan Budaya Melayu, belum terlihat nyata dalam mengoperasionalkan pepatah “dimana bumi dipijak, disama langit dijunjung” hingga nuansa kebudayaan Melayu sangat dirasakan tipis pada kehidupan masyarakat pada umumnya.
b.
Lembaga
Adat
menyelenggarakan
Melayu upaya
tidak
memiliki
pembinaan
nyata
kebudayaan
kegiatan Melayu,
menjadikan tidak terlihatnya sebagai lembaga yang berkewajiban membina kembangkan budaya Melayu. 2. Masih belum meratanya capaian pendidikan dan jangkauan pelayanan pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut : a.
Masih terdapat masyarakat yang buta huruf,
kondisi angka
melek huruf (AMH) meningkat dari tahun 2010 sejumlah 95,09% menjadi 97,68% pada tahun 2014, untuk tahun 2011 kondisi ini masih di atas AMH Nasional yakni 92,99%, tetapi masih di bawah AMH Provinsi Kepulauan Riau 98,07%, sehingga masih perlu ditingkatkan; b.
Rata-rata lama sekolah (RLS) meningkat selama lima tahun terakhir, yakni 8,63 tahun di tahun 2010 menjadi 9,06 tahun
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-2
pada tahun 2011, kondisi ini masih di bawah RLS Provinsi Kepulauan Riau yakni 9,73 tahun, meskipun sudah di atas RLS Nasional 7,94 tahun. c.
Masih rendahnya tingkat pendidikan level Sarjana (baik S1-S3) serta tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2014 adalah 3,5% dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas, sedangkan penduduk usiao 10 tahun ke atas yang tidak/belum sekolah atau tidak menamatkan SD/MI adalah 22,67%. Adapun tingkat pendidikan yang ditamatkan terbesar menurut jenjang pendidikan, adalah tamatan SMA/MA sederajat dan SMK yaitu mencapai 30,74% dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas.
3. Masih dijumpai permasalahan-permasalahan di bidang kesehatan, baik
jangkauan
layanan,
aksesibilitas
maupun
kualitas
dan
kuantitas pelayanan. Beberapa indikator dapat dilihat sebagai berikut : a.
Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai general indicator kualitas kesehatan menunjukkan peningkatan, pada tahun 2010 adalah 69,71 tahun, meningkat pada tahun 2014 menjadi 69,98 tahun, kondisi ini sudah berada di atas rata-rata Nasional 69,65 tahun, dan di atas rata-rata Provinsi Kepulauan Riau 69,85 tahun. AHH secara umum dipengaruhi oleh kualitas hidup masyarakat, dimulai dari asupan nutrisi yang cukup, pola hidup sehat, penanganan
penyakit
dan
kualitas
lingkungan
yang
baik,
sehingga masih bisa diupayakan untuk meningkat pada masa yang akan datang; b.
Masih ditemukannya angka kematian bayi yang merupakan indikator perhitungan kelangsungan hidup bayi sejumlah 7,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013 dan menurun menjadi 7,2 pada tahun 2014, meskipun demikian angka kematian bayi masih di bawah standar nasional, sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah mendatang;
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-3
c.
Masih ditemukan balita yang gizi buruk, pada tahun 2014 sejumlah 0,21%, sehingga tetap memerlukan penanganan lebih lanjut
dan
dilakukan
deteksi
dini
pertumbuhan
dan
perkembangan anak dengan unit-unit pelayanan kesehatan yang telah ada. d.
Terdapat penderita HIV/AIDS, pada tahun 2014 sejumlah 58 orang, sehingga perlu penanganan sangat serius mengingat penyakit ini tergolong menular dan mematikan, dalam jangka panjang perlu ditargetkan untuk tidak ada lagi penderita HIV/AIDS;
e.
Masih diketemukan penyandang cacat sejumlah 478 jiwa pada tahun 2014, khususnya cacat bawaan hal ini disebabkan banyak faktor, yakni dimulai sejak anak didalam kandungan, pengaruh penyakit
menular,
nutrisi,
maupun
genetis,
sehingga
penanggulangannya perlu dilaksanakan secara komprehensif dan berkelanjutan. 4.1.2 Aspek Pelayanan Umum 1. Kurangnya pemerataan (kualitas dan kuantitas) tenaga pendidik sesuai karakteristik dan potensi daerah. Rasio Guru dan Murid, sudah tercukupi untuk pendidikan dasar dan menengah (rata-rata 1 guru : 11-13 siswa), tetapi sebaran guru dan kualifikasi pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk wilayah kepulauan yang berpotensi di bidang kelautan dan pariwisata, sehingga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah. 2. Kurangnya pemerataan tenaga Dokter dan Paramedis sesuai Karakteristik dan potensi daerah Mengingat
jangkauan
dan
sebaran
wilayah
Kabupaten
Bintan
mayoritas adalah kepulauan, sehingga sesuai standar yang berlaku tenaga Dokter dan Paramedis sangat kurang serta penyebarannya belum seimbang, meskipun sarana dan prasarana kesehatan berupa Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-4
rumash Sakit Umum dan Puskesmas telah memenuhi kebutuhan tetapi masih perlu ditingkatkan untuk untuk pemenuhan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas. 3. Masih dijumpainya angka kemiskinan yang signifikan Pada tahun 2008 angka kemiskinan berkisar 7,6% (sebagian data menunjukkan angka 11%), walaupun mengalami fluktuasi, menurun pada tahun 2012 berkisar 7% dan 6,2% pada tahun 2013, dalam jangka panjang kondisi ini masih bisa ditekan sampai di bawah 5% mengingat potensi daerah dan sumber daya manusia yang dimiliki memungkinkan untuk mengurangi angka kemiskinan di bawah 5%; 4. Masih terdapat Penyandang Masalah Sosial (PMKS) Data
pada
tahun
permasalahan
yang
2010
menunjukkan
disebutkan
di
PMKS,
atas
selain
seperti
beberapa
kemiskinan,
penyandang cacat dan HIV/AIDS, masih dijumpai warga Lanjut Usia Terlantar 25 orang, orang, Wanita Narapidana
Tuna Susila 275 orang,
Bekas
8 orang, Jumlah KK Rumah Tidak Layak Huni 558 KK,
Korban Bencana Alam 152 orang, Korban Penyalahgunaan Napza 7 orang, kondisi ini merupakan permasalahan serius yang harus ditangani melalui proses pembangunan yang berkelanjutan untuk menjamin berkurangnya PMKS; 5. Kurangnya sarana dan prasarana air bersih Keberadaan sumber air bersih hanya ada di beberapa kecamatan saja seperti Kecamatan Teluk Bintan, Teluk Sebong, Mantang, Seri Kuala Lobam, Bintan Pesisir, Gunung Kijang dan Kecamatan Toa Paya yang umumnya berasal dari sumur gali sehingga dalam jangka panjang pada musim kemarau di kuatirkan akan kekurangan air bersih. Ketersediaan sumber air bersih dan sarana prasarana pendukungnya merupakan salah permasalahan utama yang ada di masyarakat di masa yang akan datang. 6. Masih rendahnya nilai tambah yang dapat diperoleh masyarakat dari bidang kelautan, perikanan dan pariwisata
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-5
Peluang pengembangan sumberdaya ikan tangkapan di perairan Kabupaten Bintan masih bisa dikembangkan. Artinya peningkatan upaya dan armada masih memungkinkan untuk terus dilakukan agar pemanfaatan potensi bisa lebih optimal, terlebih dengan optimalisasi pelaksanaan Minapolitan. Km2
Dengan luas wilayah lautan 86.398,33
yang merupakan 98,50 persen dari total luas wilayah, pada
tahun 2011 kontribusi sektor perikanan terhadap ekonomi wilayah hanya mencapai 2,14%, demikian juga halnya dengan pariwisata, kontribusi sektor pariwisata dalam PDRB adalah 19,76% sentra pengembangan pariwisata alam di kawasan Lagoi dan didukung sarana pariwisata dan rekreasi yang tersedia di Kabupaten Bintan berjumlah 39 buah. Jumlah sarana pariwisata paling banyak terdapat di Kecamatan Teluk Sebong yaitu 23 buah, dan yang paling sedikit terdapat di Bintan Pesisir yaitu 1 buah, kondisi ini belum mampu menjadi daya ungkit untuk peningkatan perekonomian masyarakat secara optimal. 7. Belum
terpenuhinya
optimalnya
fasilitas
pemerataaan
perekonomian
distribusi
dan
yang
menjamin
kemampuan
dalam
konsumsi bahan pangan serta barang dan jasa ke masyarakat Kesejahteraan tidak hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga belanja
yang
dikeluarkan.
Secara
umum
terjadi
peningkatan
kemampuan daya beli masyarakat selama periode 2009 -2011 di Kabupaten Bintan. Daya beli Kabupaten Bintan Tahun 2009 tercatat sebesar 644,59 ribu per orang per bulan dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 646,57 ribu. Pada tahun 2011 daya beli masyarakat Kabupaten Bintan telah mencapai 650,00 ribu. Bila dibandingkan dengan daya beli secara Nasional dan daya beli Provinsi Kepulauan Riau maka daya beli masyarakat Kabupaten Bintan telah lebih baik dari daya beli secara Nasional dan daya beli Provinsi Kepulauan Riau, tetapi dari data Susenas 2011 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Bintan menghabiskan sekitar 51,53 persen dari pengeluarannya untuk belanja makanan atau lebih dari separuhnya, Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-6
sehingga perlu dukungan pemerintah untuk mendekatkan produkproduk
tersebut
ke
masyarakat
dan
mengantisipasi
terjadinya
kenaikan inflasi. 8. Masih terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terjadi di daratan dan lingkungan perairan. Untuk perairan, seperti kawasan laut dan pesisir sedangkan di daratan terjadinya polusi, pencemaran akibat sampah dan pertambangan tanpa izin (pasir darat dan bauksit) serta kerusakan kawasan konservasi/hutan. Pencemaran perairan (laut) masih sering terjadi, dalam hal ini penangannya harus melibatkan instansi
vertikal
dan
beberapa
pihak
terkait,
termasuk
peningkatan penanganan kerusakan mangrove. Sedangkan
perlu untuk
pertambangan potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan berupa
pasir,
bauksit
dan
batu
granit.
Luas
lahan
kawasan
pertambangan adalah sebesar 4.111 Ha yang lokasinya berada di Kecamatan Teluk Bintan, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur dan Kecamatan Gunung Kijang.kawasan pertambangan tersebar merata di Kabupaten Bintan di antaranya di Kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Teluk Bintan, dan Kecamatan Gunung Kijang. Pertambangan tanpa ijin masih terus berjalan, sehingga perlu diperkuat pengawasan dan pengendaliannya untuk memperbaiki kondisi lingkungan serta perlu peningkatan kinerja rehabilitasi kawasan eks tambang dan kehatihatian dalam proses eksploitasi yang sekarang masih berjalan dengan memperhatikan Precautionary Principle (prinsip kehati-hatian) agar tidak merusak lingkungan serta penanganan penambangan ilegal walaupun sudah ada peraturan perundang-undangan yang melarang ekspor bauksit dalam bentuk Raw Material. 9. Masih kurangnya keahlian/keterampilan masyarakat berdasarkan potensi daerah Survey
tenaga
kerja
(SAKERNAS)
2011
terdapat
71.517
jiwa
penduduk angkatan kerja dan sekitar 92,38 persen diantaranya telah Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-7
bekerja. Dari penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 24,90 persen bekerja di sektor pertanian. Sektor sektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan (20,53 persen), jasa (19,01 persen) dan industri pengolahan (12,79 persen), mengingat industri pengolahan masih didominasi oleh pengoalahan logam dan elektronik yang investasinya mencapai 64.628,70 US $ yang menyerap tenaga kerja sejumlah 4.375 orang, kondisi ini diharapkan bisa bergeser dan dikembangkan ke arah industri pengolahan khususnya subsektor marine industries dan hasil kelautan, serta jasa, khususnya pariwisata. 10. Belum optimalnya penggalian potensi dan pelestarian budaya, khususnya budaya Melayu dan budaya Daerah Tidak ditemukannya upaya penjabaran filosofi : Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah” dalam kehidupan saat ini sebagai tanda berkarakternya kegiatan-kegiatan pada Budaya Melayu. Kegiatan kesenian di Kabupaten Bintan belum menunjukkan perkembangan yang pesat, hal ini terlihat dari masih kecilnya jumlah sanggar seni yang ada. Meskipun demikian, untuk meningkatkan peranan seni dan budaya di masyarakat pada tahun 2014 pemerintah daerah telah melakukan kegiatan pembinaan seni pada 10 sanggar seni, dan belum adanya karya seni dan budaya yang memperoleh penghargaan dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. 11. Masih belum terbentuknya sistem pemerintahan yang terintegrasi dengan tujuan pembangunan dengan berbasis Good Governance. Saat ini Kabupaten Bintan belum memiliki SKPD dengan pelayanan sesuai Standar Operasional Prosedur, dan hanya 10 SKPD yang menerapkan ISO.
IKM terkait pelayanan aparatur adalah 72,46,
sedangkan terkait pelayanan umum di kecamatan adalah 72,34, Hasil evaluasi Kemenpan/BPKP atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kab. Bintan adalah 30% dan SKPD yang mencapai nilai LAKIP baik, 16.67%, untuk kondisi pertanahan Kabupaten Bintan memiliki ±365 Ha Lahan Milik Pemerintah Daerah, 70% Lahan Pemda Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-8
yang
tidak bersertifikat dengan
bersertifikat 20 sertifikat (persil),
mengingat kawasan yang dikelola Pemerintah Kabupaten Bintan, termasuk Ibu Kota Kabupaten (Seri Bentan) merupakan kawasan lindung yang masih dikelola oleh Kementerian Kehutanan, secara garis besar, kondisi ini perlu diperbaiki dan diselesaikan secara komprehensif dan tuntas. Dukungan sistem yang baik dan efisien dengan berorientasi e-gov yang dimulai dari sistem perencanaan pembangunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta audit dan pertanggungjawaban harus terintegrasi dalam satu sistem dan aparatur yang kuat dan efisien. 12. Kurang optimalnya penataan dan pemanfaatan ruang sesuai dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Saat ini terdapat 1 Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), 31.926,15 Ha luas wilayah produktif, 3362,63 HA luas wilayah industri, 104 Ha luas wilayah yang terkena banjir, dan 3.115 Ha luas wilayah perkotaan, dan 4 dokumen RDTR; Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan strategis dan Kecamatan sebesar 40%, 40% rekomendasi perizinan yang memanfaatkan kesesuaian lahan, dan tingkat Kesesuaian Pemanfaatan Ruang sebesar 50%, kondisi ini seiring perencanaan pembangunan jangka menengah, harus dipacu kesesuaian dan ketaatan dalam implementasinya sesuai Sub Wilayah Pengembangan mencapai 90%-100%.. 13. Masih rendahnya pembangunan. Peningkatan
pemuda
peran dan
pemuda perempuan
dan
perempuan
(gender
issues)
dalam dalam
pembangunan merupakan prasyarat wajib yang harus terlibat. Optimalisasi peran selama ini melalui pemberdayaan dan pembinaan. Untuk pemuda, selain prestasi dan kompetensi, diarahkan juga pada peningkatan prestasi oleh raga, even internasional seperti Tour de Bintan yang rutin diselenggarakan harus mampu melahirkan atlitatlit lokal yang berprestasi internasional. Pembinaan telah dilakukan kepada
104 organisasi pemuda, 10 kegiatan kepemudaan, 10 unit
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-9
gedung olahraga, 366 klub olahraga, 13 organisasi keluarga, dan 10 kegiatan olahraga. Komposisi peran perempuan dengan meningkatkan Indeks kesetaraan gender, angka kesetaraan pada tahun 2014 berkisar dari 24,45 dalam jangka 5 tahun ke depan peran pemuda dan perempuan secara simultan harus ditingkatkan. 4.1.3 Aspek Daya Saing Daerah 1. Tingginya inflasi dan indeks harga konsumen Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan inflasi tahun 2014 Laju inflasi tahun kalender (Januari – Desember) Tahun 2014 sebesar 3,32 persen, jauh lebih rendah dibanding laju inflasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,17 persen. Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 129,83 pada Bulan November 2014 menjadi 129,86 pada Bulan Desember 2014 telah menyebabkan pada Bulan Desember 2014 terjadi inflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi pada bulan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada bulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,26 persen. Intervensi menekan inflasi dan indeks harga konsumen harus dilakukan dengan berbagai cara dan treatmen yang tepat, mengingat kondisi wilayah yang tersebar di kepulauan, sehingga harus memunculkan kebijakan daerah yang mampu menjaga keseimbangan dan menjaga stabilitas harga yang berlaku. 2. Belum optimalnya iklim investasi daerah, industri kecil menengah dan masih rendahnya fokus pengembangan ekonomi berbasis kelautan dan pariwisata Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah kurangnya percepatan penanganan perijinan, masih tingginya angka kriminalitas dan rendahnya daya saing investasi dengan daerah lain. Selama ini belum ada MOU/perjanjian kerjasama bidang perekonominan yang dihasilkan,meskipun pengawasan yang terkait dengan kebijakan perekonomian daerah sebanyak 200 perusahaan. Di Kabupaten Bintan terdapat 100 unit usaha industri kecil dan menengah, 26 unit Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-10
usaha terkait agroindustri dan hasil hutan, 1 unit usaha yang terkait dengan pengolahan limbah industri, 6 unit usaha terkait dengan industri kerajinan rumah tangga. Terdapat 1700 Izin investasi. Rasio PMA/PMDN sebesar 1/3 dan investasi perusahaan berskala nasional sebesar 4.400.000 USD. Rasio daya serap tenaga kerja 138,05. Peluang pengembangan investasi pada bidang ini dalam jangka panjang sangat memungkinkan, bahkan bisa naik menjadi 7-10 kali lipat sampai pada tahun 2020. 3. Masih dan
rendahnya infrastruktur
infrastruktur penunjang
dasar
sebagai
(basic
infrastructure)
complementary
pusat
pertumbuhan kawasan ASEAN Berdasar kondisi jalan, tingkat kemantapan jalan sebesar 80%, dalam kurun waktu dua tahun terakhir tidak ada panjang jalan tanah yang dibangun (Lintas Timur dan Jalan Strategis Lainnya), panjang jalan aspal dibangun dan ditingkatkan sebesar 5.25 Km. Dukungan infrstruktur yang mampu dimanfaatkan dalam skala nasional dan internasional adalah pelabuhan internasional dan bandara udara. Integrasi sistem transportasi antar moda baik di darat maupun perairan harus terwujud pada tahun 2025. Ketersediaan pelabuhan laut yang ada saat ini berjumlah 53 buah, terdiri dari 32 buah pelabuhan rakyat, 4 buah pelabuhan yang berada dalam kawasan KPBPB, 13 buah pelabuhan DUKS (Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri), dan 4 buah pelabuhan khusus negara. Pembangunan Bandara udara berstandar internasional harus diwujudkan untuk menguatkan daya saing daerah, sebagai complementary Batam dan Singapura, Zona Bandar Udara yang disediakan seluas 107,06 Ha harus ditambah menyesuaikan kebutuhan standar internasional, sedangkan pelabuhan laut skala internasional sebagai complement batam
dan
Singapura
dapat
segera
diwujudkan
karena
telah
ditetapkan Zona Pelabuhan seluas 2.951,55 Ha (perairan)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-11
4. Masih dijumpai kriminalitas di masyarakat Kabupaten Bintan memiliki kepadatan penduduk dan permasalahan sosial yang tidak terlalu tinggi, tetapi masih menghadapi gangguan stabilitas sosial dengan adanya tindak pidana (kriminalitas) yang terjadi di masyarakat. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi daya saing daerah, khususnya iklim investasi dan jaminan rasa aman dan nyaman dalam masyarakat. Upaya penurunan tindak pidana harus dilaksanakan secara integratif dengan bersinergi bersama aparatur penanggung jawab keamanan (POLRI) dan stake holder-nya. 5. Masih kurangnya inovasi daerah dan lemahnya daya saing daerah dalam era global Inovasi dan daya saing sangat berkaitan, inovasi untuk memajukan aerah sangat dibutuhkan untuk penguatan daya saing daerah, khususnya Bintan yang memiliki posisi strategis di kawasan ASEAN dan Asia, selama ini belum ada data yang bisa menunjukkan hasil inovasi daerah dan keunggulan kompetitif sebagai kekuatan daya saing berskala nasional dan internasional. Penguatan yang diperlukan dalam pembangunan jangka panjang adalah: peningkatan kualitas aparatur yang berstandar internasional baik dari sisi pelayanan maupun
kemampuan
perseorangan,
minimal
pengetahuan
dan
pemahaman bahasa internasional beserta attitude nya. Pelayanan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan seharusnya di arahkan untk berstandar (kualifikasi) internasional, mengingat berlakunya FTZ, MEA pada tahun 2016. Standar pelayanan dan standar operasional
pemerintahan
Kabupaten
Bintan
harus
dirintis
menggunakan standar dan skill internasional, dengan didukung sarana dan prasarana, infrastruktur dan potensi daerah yang tergali secara optimal. Kabupaten Bintan bisa diandalkan menjadi pusat pertumbuhan industri kelautan dan pariwisata alam. Gejala dan bibit pertumbuhannya
sudah
nampak,
tinggal
policy/kebijakan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
dan
IV-12
dukungan semua pihak untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhannya. 4.2 Isu Strategis Isu strategis dapat berasal dari dalam berupa permasalahan pembangunan maupun yang berasal luar dalam skala regional, nasional maupun international. Sesuai isu-isu strategis yang telah dihasilkan dalam tahap perumusan yang dilaksanakan dengan focus group discussion, dituangkan dalam bab ini. Dalam penyajian isu strategis ini difokuskan pada isu dengan kategori medium term issues yang diharapkan akan dapat memberikan pengaruh dimasa datang terhadap pembangunan jangka panjang daerah. Identifikasi
isu
mempermudah
yang
bersifat
menyatukan
strategis
diharapkan
pandangan
tentang
akan
prioritas
pembangunan dan secara teknokratis dapat menjelaskan secara objektif serta memadai kepada semua pemangku kepentingan. Analisis terhadap isu-isu yang bernilai strategis merupakan bagian penting dan perannya sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana
pembangunan
daerah
disamping
bersifat
melengkapi
tahapan proses yang telah dilakukan sebelumnya. Merupakan
satu
keharusan
bahwa
suatu
perencanaan
pembangunan bukan hanya dibuat untuk dan agar dapat diterima oleh komunitas internal organisasi pembuatnya – dalam hal ini pemerintah daerah -- melainkan harus dapat diterima semua pihak di luar organisasi. Oleh karena itu pencermatan dan penelahan lingkungan eksternal haruslah mendapat bagian yang memadai dalam proses perencanaan yang bersifat strategis. Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya selama 5 tahun yang akan datang diidentifikasi dengan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-13
baik maka pemerintah daerah dapat mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas pemerintahan daerah dan masyarakat dimasa datang. Gambar 3.1 Bagan Alir Isu Strategis Isu strategis Internasional ASEAN FTA, FTZ, MEA, ACFTA MDGs
Isu Strategis Nasional Kebijakan RPJMN
Isu Strategis Regional RPJP Prov Keppri
Isu Strategis Internal Kab Bintan
Berdasar studi dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok yang menjadi isu strategis Wilayah Kabupaten Bintan
yang
dikelompokkan
ke
dalam
tiga
tingkatan
yaitu:
internasional, nasional dan regional dan lokal 4.2.1 Isu Strategis Internasional Selain Millenium
Development
Goals
(MDGs), isu strategis
internasional dapat digunakan sebagai daya ungkit untuk memiliki daya
saing
yang
handal.
Untuk
mewujudkan
hal
tersebut,
diperlukan strategi yang tepat melalui penyediaan infrastruktur yang
memadai,
sumber
daya
yang
berkualitas,
manajemen
pengelolaan wilayah yang efektif mampu mengekspos potensi daerah. Untuk menghadapi hal ini diperlukan sinergitas antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang dilandasi dengan visi yang jauh ke depan, terukur, dan memperhatikan potensi yang ada. Dalam kerangka regionalisasi ekonomi yang meliputi MEA, AFTA+3 (Jepang, China, Korea Selatan), ASEAN-China Free Trade
Agreement
(ACFTA)
dan
Asian
Pacific
Economic
Cooperation (APEC), serta dimulainya FTZ (Free Trade Zone) yang
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-14
akan
langsung
berdampak
pada
pembangunan
di
wilayah
kabupaten Bintan. 4.2.2 Isu Strategis Nasional 4.2.2.1 Kebijakan RPJPN 2005-2025 Isu strategis nasional bertumpu pada arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-20025) dengan rincian arahan sebagai berikut : a.
Mewujudkan
Masyarakat
Yang
Berakhlak
Mulia,
Bermoral,
Beretika, Berbudaya, dan Beradab Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, danberetika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yangpenuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di samping
itu,
kesadaranakan
budaya
memberikan
arah
bagi
perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga
nilai-nilai
kearifan
lokal
akan
mampu
merespon
modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. b.
Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya-Saing Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagitercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangantantangan globalisasi danmampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam
jangka
panjang
diarahkan
untuk
(a)mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-15
pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara. c.
Mewujudkan Indonesia yang Demokratis Berlandaskan Hukum Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan
pembangunan,
dan
memaksimalkan
potensi
masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasa rmasyarakat secara maksimal. Untuk mewujudkan Indonesia yang
demokratis
dan
adil
dilakukan
dengan
memantapkan
pelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil sehingga proses pembangunan partisipatoris yang bersifat bottom up bisa berjalan; menumbuhkan masyarakat tanggap (responsive community) yang akan mendorong semangat sukarela (spirit of voluntarism) yang sejalan dengan makna gotong royong; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin perkembangan dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil. d.
Mewujudkan Indonesia Yang Aman, Damai dan Bersatu Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi,dan budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan kemampuan pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan dalam berbagai bentuk
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-16
kejahatan dan potensi konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai bidang. e.
Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam pembangunan, mengurangi
gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju,mandiri dan adil. f.
Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan.
Sumber
daya
alam
yang
lestari
akan
menjamin
tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju,mandiri, dan adil, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan. g.
Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasiskan Kepentingan Nasional Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber
daya
manusia
dan
kelembagaan,
politik,
ekonomi,
lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi. h.
Mewujudkan Indonesia yang Berperan Aktif DalamPergaulan Internasional
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-17
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara konsisten. Sebagai negara yang besar
secara
geografis
dan
jumlah
penduduk,
Indonesia
sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan membentuk opini internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur, Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahanperubahan yang sangat cepat. 4.2.2.2 Kebijakan RPJMN 2015-2019 Dengan
mempertimbangkan
masalah
pokok
bangsa,
tantangan
pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG” Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu : 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-18
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian
dalam
kebudayaan,
dirumuskan
sembilan
agenda
prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6. Meningkatkan
produktivitas
rakyat
dan
daya
saing
di
pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh
kebhinekaan
dan
memperkuat
restorasi
sosial
Indonesia. 4.2.3
Isu Strategis Regional
Isu strategis regional yang bisa diformulasikan dari Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-19
1. Kemiskinan perlu terus diturunkan Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau cenderung menurun dalam enam tahun terakhir, yaitu sebesar 8,13% (137.072 jiwa) pada tahun 2010 menjadi 6,24% (122.398 Jiwa) pada tahun 2015, namun lebih tinggi jika dibandingkan Bangka Belitung (4,97%). 2. Pengangguran cukup tinggi Tingkat pengangguran terbuka cukup tinggi, yaitu sebesar 6,20% pada tahun 2015. Apabila tidak memperoleh perhatian serius angka pengangguran dapat terus meningkat. 3. Kualitas Pembangunan Manusia belum optimal IPM
Provinsi
Kepulauan
Riau
menunjukkan
kecenderungan
meningkat. Angka IPM pada tahun 2014 sebesar 73,40 perlu terus ditingkatkan agar kualitas SDM semakin baik, sehingga Angka Usia Harapan Hidup, Angka Rata-rata Lama Sekolah, Angka Harapan Sekolah, dan Tingkat pengeluaran perkapita (daya beli) semakin tinggi. 4. Kesetaraan dan Keadilan Gender masih rendah IPG Provinsi Kepri pada tahun 2014 baru mencapai 93,20, dan IDG tahun 2013 sebesar 60,79. Dibandingkan IPM, IPG Provinsi Kepri masih
lebih
rendah.
Dilihat
capaian
masing-masing
indikator
pembentuk IPG dan IDG, secara umum masih terdapat kesenjangan hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik. 5. Pemerataan dan Mutu Pendidikan masih rendah Pemerataan dan kualitas pendidikan masih belum optimal, terkendala pada
kondisi
geografis
masing-masing
kabupaten/kota
yang
dipisahkan oleh laut. APK SMA/SMK/MA relatif rendah, baru mencapai 89,37% pada tahun 2015. Pemerataan guru pada wilayah terpencil belum merata. 6. Derajat Kesehatan Masyarakat belum optimal Derajad kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau belum optimal. Angka Usia Harapan Hidup tahun 2014 sebesar 69,97 tahun, AKI sebesar Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-20
137 per 100.000 KH, AKB sebesar 16 per 1.000 KH, AKBa sebesar 25 per 1000 KH dan Gizi Buruk sebesar 0,53%. Prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular juga tinggi. 7. Kuantitas dan Kualitas Infrastruktur Belum Memadai Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik tahun 2015 sebesar 71,97%, Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan 10,20%, Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
layak
73,57%,
Proporsi
rumah
tangga
dengan
akses
berkelanjutan terhadap sanitasi dasar 71,35%. 8. Kesenjangan Antar Daerah Cukup Tinggi Kesenjangan pembangunan antar daerah masih tergolong tinggi, terutama antara Kota Batam dengan kabupaten/kota yang lain. Ketimpangan pedapatan antar kelompok penduduk menunjukkan angka yang cukup tinggi sebesar 0,36 pada tahun 2013. 9. Pengembangan Wilayah Perbatasan Belum Optimal Kepulauan Riau memiliki 19 Pulau Terluar (Karimun 2, Batam 4, Bintan 1, Natuna 7, Anambas 5) yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Baru 1.795 pulau dari 2.408 pulau yang diakui dan 613 masih dalam proses penetapan di PBB. Tingkat pengembangan wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga belum optimal. 10. Kapasitas Fiskal Daerah Yang Terbatas Kapasitas keuangan daerah untuk membiayai belanja daerah relatif kecil, pada tahun 2015 total penerimaan (pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah) hanya sebesar 2.637 milyar rupiah. 11. Pengembangan Kemaritiman dan pariwisata Kepulauan Riau memiliki luas wilayah laut seluas 96% dengan potensi maritim dan wisata yang besar, namun saat ini belum dikembangkan. 12. Konektivitas Antar Pulau dan Antar Kabupaten Kota Transportasi udara (penerbangan komersial) belum menjangkau seluruh Kabupaten; Transportasi antar pulau belum memadai dari aspek sarpras (pelabuhan dan dermaga dan kapal angkutan umum). Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-21
Hal ini ditandai dengan jumlah pelabuhan internasional 11 unit, Jumlah pelabuhan barang internasional 6 unit, Pelabuhan Perintis 5 unit, Pelabuhan Samudera 3 unit. 13. Kerentanan terhadap Kerawanan Pangan yang Tinggi Situasi kerentanan terhadap kerawanan pangan di kabupaten/kota di Provinsi
Kepulauan
Riau
tergolong
tinggi.
Berdasarkan
peta
ketahanan pangan dan kerentanan pangan kabupaten/kota tahun 2015, dari sebanyak 43 kecamatan, tidak ada kecamatan yang termasuk Prioritas 1 dan 2, ada 3 kecamatan pada Prioritas 3 (6,98 persen), 10 kecamatan pada Prioritas 4 (23,26 persen), 9 kecamatan pada Prioritas 5 (20,93 persen), dan 21 kecamatan pada Prioritas 6 (48,84 persen). Kecamatan-kecamatan di Prioritas 3 dan 4 merupakan kecamatan-kecamatan yang memiliki kerentanan terhadap kerawanan pangan dan gizi tingkat sedang, sedangkan prioritas 5 dan 6 termasuk kategori tahan pangan. Sedangkan kebijakan level Provinsi dalam jangka panjang adalah sebagai berikut : 1.
Mewujudkan
Masyarakat
Kepulauan
Riau
yang
Memiliki
Kepribadian dan Berakhlak Mulia Menciptakan kondisi dimana masyarakat Kepulauan Riau yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sangat penting sebagai landasan bagi pelaksanaan pembangunan yang lain. Sikap mental dan moral mencerminkan budaya suatu masyarakat akan menjadi ukuran bagi pihak luar dalam memandang Kepulauan Riau. Pencitraan dan penilaian pihak luar terhadap Kepulauan Riau merupakan
kondisi
masyarakatnya
untuk
riil
yang
bersikap
menjadi dan
sebuah
bertindak
nilai
sesuai
bagi
dengan
penilaian tersebut. 2.
Mewujudkan
Sumberdaya
Manusia
Kepulauan
Riau
yang
Berkualitas Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas Yang Tinggi Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-22
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal dalam meningkatkan daya saing daerah baik skala nasional dan global. Pendidikan
akan
mepengaruhi
etos
kerja
dan
akhirnya
meningkatkan daya saing. Daya saing akan memberikan kelenturan berpikir dan bertindak dalam mengelola peluang dan meningkatkan tantangan menjadi peluang. Untuk mewujudkan sumber daya manusia Kepulauan Riau yang berkualitas pendidikan, memiliki etos kerja dan produktivitas yang tinggi perlu didukung dengan kebijakan pembangunan. 3.
Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan
Dalam
Perekonomian
Nasional
dan
Global
Khususnya Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata. Kemajuan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh kuatnya pemerintahan namun juga oleh kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia antar satu daerah dengan daerah lain memiliki relativitas kemampuan. Untuk mengukur kemampuan daerah dalam pergaulan secara nasional dan global agar tetap eksis dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing. Daya saing daerah meliputi seluruh potensi baik sumberdaya alam (SDA), sumberdaya buatan (SDB), sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya sosial (SDS) secara bersama-sama dan terintegrasi mencerminkan kondisi daerah. Untuk mewujudkan peningkatan daya saing daerah agar mampu melaksanakan pembangunan dalam perekonomian nasional dan global. 4.
Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak Masyarakat
yang
sejahtera
adalah
masyarakat
yang
seluruh
kebutuhannya terpenuhi dengan ketersediaan bahan kebutuhan pokok
dan
pelayanan
dasar
yang
terjangkau.
Pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan ekonomi daerah dan kesejahteraan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-23
seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan masyarakat Kepulauan Riau yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar hidupnya secara layak arah kebijakan yang dilakukan mencakup aspek sosial, ekonomi, infrastruktur dan lainya. 5.
Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat Pertumbuhan
Ekonomi
Nasional
Dalam
Bidang
Industri
Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata Secara kodrati Kepulauan Riau berdekatan dengan negara yang sudah maju seperti Singapura dan Malaysia serta didukung oleh kebijakan pemerintah yang menetapkan Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan strategis nasional. Potensi dan peluang tersebut hanya akan memberi manfaat jika dilakukan perencanaan yang komprehensif dalam menatap masa depan Kepulauan Riau yang lebih maju. Dengan potensi yang ada, keinginan untuk menjadikan Kepulauan Riau sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa ditunda lagi. 4.2.4
Isu Strategis Lokal
Isu strategis yang bisa dimunculkan dari skala lokal, khusus kabupaten Bintan antara lain berupa : 1.
Isu Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, ada 4 isu strategis di anggap paling penting seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 Identifikasi Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Ekonomi Prioritas
No 1. 2. 3. 4. 5.
Isu Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Pengembangan Kawasan Minapolitan Pegembangan Pariwisata Peningkatan Aksesibilitas Ke Pulau- Pulau Kecil Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara berskala internasional
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-24
a. Pengembangan
Kawasan
Perdagangan
Bebas
Dan
Pelabuhan
Internasional Pemerintah Kabupaten Bintan mendukung program pemerintah pusat yaitu pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas di Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup wilayah yang lebih luas
meliputi
wilayah
Batam,
Bintan,
dan
Karimun.
Upaya
pengembangan kawasan khusus tersebut juga mendapat dukungan dari
Pemerintah
Singapura
dengan
ditandatanganinya
Nota
Kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Singapura
pada
tanggal
25
Juni
2006
tentang
Kerjasama
Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus di Provinsi Kepulauan Riau. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, Bintan, Karimun (BBK) merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan kandidat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam bentuk KPBPB. Terkait dengan pengembangan kawasan ini, telah terdapat suatu proses penandatanganan kesepakatan kerjasama ekonomi antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura. Kesepakatan kerjasama tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan adanya penetapan lokasi pengembangan KPBPB melalui Peraturan Pemerintah No.46/2007 untuk KPBPB Batam, PP No.47/2007 untuk KPBPB Bintan dan PP No.48/2007 untuk KPBPB Karimun. Dalam rangka upaya operasionalisasi KPBPB Batam, Bintan, Karimun telah ditetapkan pula Peraturan Presiden No. 9, 10, dan 11 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan KPBPB Batam, Bintan, Karimun sebagai bentuk kelembagaannya. Selain
kebijakan-kebijakan
tersebut
diatas
yang
telah
menjadi
komitmen Pemerintah Indonesia, maka bila ditinjau dari aspek sistem perkotaan nasional dan posisi geografisnya, kawasan BBK ini juga memiliki potensi besar, antara lain :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-25
Fungsi Kawasan BBK secara nasional adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang strategis;
Secara geografis, kawasan BBK terletak pada jalur perdagangan internasional
yang
menjadikannya
sebagai
pintu
gerbang
masuknya arus investasi asing ke Indonesia, terutama karena kedekatannya dengan Singapura dan Malaysia. Apabila didukung dengan keberadaan infrastruktur yang sesuai dan kompetitif, maka kawasan ini dapat menjadi kawasan yang kompetitif dan berdaya saing tinggi;
Kawasan BBK terletak di tengah pasar internasional (Singapura, China, India, Australia, dan pasar dunia yang lebih luas lainnya).
Dalam PP tersebut lokasi FTZ Bintan terdiri dari kawasan Bintan Utara dengan liputan wilayah hampir setengah pulau Bintan. Disamping itu, terdapat 5 lokasi lain yang berupa enclave yaitu kawasan Anak Lobam, kawasan maritim Bintan Timur, kawasan Galang Batang, kawasan Senggarang dan kawasan Dompak. Pulau Bintan merupakan wilayah yang cukup siap untuk menarik investasi. Keberadaan bonded zones di Bintan menyebabkan kawasan ini tidak asing lagi bagi investor yang ingin menanamkan investasinya di sektor industri manufaktur. Selain itu, Bintan selama ini juga telah menjadi lokasi kunjungan wisatawan mancanegara, walaupun yang terbesar masih berasal dari Singapura. Ditinjau dari sisi infrastruktur, sekalipun belum sebaik Batam, namun Bintan telah memiliki fasilitas pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Dengan adanya pemekaran wilayah,
maka
Kota
Tanjung
Pinang
menjadi
suatu
wilayah
administratif yang berdiri sendiri. Namun demikian, dalam konteks KEK BBK, penyebutan Bintan akan secara implisit diartikan sebagai keseluruhan pulau Bintan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-26
b. Pengembangan Kawasan Minapolitan Pemerintah melalui kebijakannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil dan pada Pasal 63 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Ini berarti bahwa model-model pemberdayaan
akan
terus
bergulir
sehingga
penentuan
model
pemberdayaan yang berbasis sosio-ekologi dan karakteristik daerah nelayan adalah hal yang sangat perlu untuk dilakukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MEN/2010
tentang
Penetapan
Kawasan
Minapolitan,
maka
wilayah perairan Kabupaten Bintan termasuk salah satu kawasan minapolitan yang ada di Indonesia. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 88.038,54 Km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.946,13 Km2 dan wilayah laut seluas 86.398,33 km2 (97,74%).
Pada tahun 2009, volume produksi perikanan mencapai
20.083,35 Ton dan mengalami peningkatan produksi sebesar 4,18 persen dari tahun sebelumnya, dengan nilai produksi mencapai 157,76 Milyar Rupiah atau meningkat sebesar 3,56%. Hal ini menunjukan bahwa potensi perikanan di Kabupaten Bintan cukup besar, mengingat luas perairan yang jauh lebih besar dibandingkan luas daratannya. Berdasarkan potensi yang ada maka Pemerintah Kabupaten Bintan melalui SK Bupati Bintan No : 377/VIII/2010, telah menetapkan Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Bintan Timur sebagai kawasan Minapolitan di Kabupaten Bintan dengan fokus pengembangan perikanan tangkap di Kecamatan Bintan Timur
dengan
komoditas
ikan
pelagis
dan
demersal,
serta
pengembangan perikanan budidaya di Kecamatan Mantang dan Kecamatan Bintan Pesisir dengan komoditas rumput laut, kerapu dan teripang. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-27
Dengan di tetapkannya Kabupaten Bintan sebagai salah satu daerah kawasan minapolitan dimana Kecamatan Mantang Sebagai Tempat Budidaya,
Kecamatan
Bintan
Timur,
dan
Kecamatan
Bintan
Pesisirsebagai sentra pemasaran dan Kecamatan Bintan Pesisir sebagai penagkapan ikan dan budidaya rumput laut. Potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan sangat besar karena hampir 98% wilayah Kabupaten Bintan adalah lautan. Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Bintan terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pengolahan
produk
perikanan,
industri
bioteknologi
kelautan, industri sumberdaya laut-dalam dan pemanfaatan muatan barang kapal tenggelam, wisata bahari dan potensi mangrove dan terumbu karang. Komoditas hasil kelautan dan perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Bintan merupakan komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed), padang lamun (seagrass), ikan dan biota laut ekonomis tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan. c. Pegembangan Pariwisata Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau yang diimplementasikan ke dalam 6 (enam) Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata, maka Kabupaten Bintan ini termasuk dalam Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata B yang pengembangannya diarahkan pada pengembangan wisata terpadu (Kawasan Lagoi dan Kuala Sempang), ekowisata (Kawasan Air Terjun Gunung Bintan), wisata religi/sejarah (Kawasan Kota Kara dan Bukit Batu), wisata bahari (Kawasan Lagoi, Sakera Tanjung Uban di Kecamatan Bintan Utara, Kawasan Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, kawasan Berakit dan beberapa pulau di Kecamatan Tambelan, Bintan Pesisir dan Mantang), Desa Wisata (Kawal dan Teluk Bakau di Kecamatan Gunung Kijang, Sebong Pereh, Sei Kecil, Sebong Lagoi dan Berakit di Kecamatan Teluk Sebong, Malang Rapat, serta Bintan Bekapur di Kecamatan Teluk Bintan).
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-28
d. Peningkatan Aksesibilitas Ke Pulau-Pulau Kecil Wilayah Kabupaten Bintan berupa wilayah yang terdiri atas beberapa gugusan pulau besar dan kecil, sehingga membutuhkan penyediaan prasarana dan sarana wilayah dengan biaya tinggi (high cost), sehingga aksesibilitas menuju ke beberapa gugus pulau kecil di Kabupaten Bintan, terutama ke Pulau Tambelan terbatas. Selain itu belum meratanya penyediaan prasarana dan sarana sosial ekonomi wilayah, khususnya di beberapa pulau kecil, merupakan salah satu isu utama di Kabupaten Bintan. e. Pengembangan infrastruktur lapangan udara Selain
jaringan
jalan,
jalan,
rencana
terminal,
pengembangan
pelabuhan sistem
dan
jaringan
trasportasi darat juga diarahkan pada pembentukan simpul-simpul transportasi yaitu berupa terminal transportasi darat, pelabuhan dan lapangan udara. 2.
Isu Sosial – Masyarakat
Dalam bidang Sosial-Masyarakat, ada 2 isu strategis di anggap paling penting seperti terlihat dalam tabel berikut : Tabel 3.2 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Sosial – Masyarakat Prioritas No Isu 1. Pemerataan Penduduk dan Peningkatan Pelayanan Dasar 2. Sinkronisasi Kebijakan/Aturan a. Pemerataan Penduduk dan Pelayanan Dasar Pada tahun 2008 penduduk Kabupaten Bintan tercatat 125.028 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 61.138 jiwa dan jenis kelamin perempuan 63.920 jiwa dengan jumlah penduduk terbesar tedapat di Kecamatan Bitan Timur (35.676 jiwa), sedangkan jumlah penduduk terkecil
terdapat
di
Kecamatan
Mantang
(3.673
jiwa).
Apabila
dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2004 yang berjumlah 115.675 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2004Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-29
2008 sebesar 1,62% per tahun. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bintan Utara dengan tingkat kepadatan sebesar 64 jiwa/Km2, dan wilayah di Kabupaten Bintan yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah di Kecamatan Tambelan dan Teluk Sebong dengan tingkat kepadatan sebesar 28 jiwa/Km2. Karakteristik geografis yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil menyebabkan jarak menjadi kendala sehingga pembangunan menjadi kurang merata. Selain itu keberpihakan yang terlalu besar pada FTZ belum
dirasakan
dampak
multiplier-nya
terhadap
kemerataan
kesejahteraan masyarakatBelum optimalnya pelayanan dasar ke beberapa pulau-pulau kecil di Kabupaten Bintan menjadi salah satu isu utama, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya aksesibilitas menuju remote area. b. Sinkronisasi Kebijakan dan Aturan Banyak kebijakan antar sektor dan antar daerah yang belum padu dan sinkron sehingga tumpang tindih bahkan bertabrakan satu sama lain. Sinkronisasi kebijakan di sini adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud antara lain berupa izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang. Dengan demikian, perizinan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Bintan, dikeluarkan oleh sesuai dengan kewenangan masing-masing yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.
Isu Lingkungan
Dalam bidang Lingkungan, ada 4 isu strategis di anggap paling penting seperti terlihat dalam table berikut :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-30
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 3.3 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Lingkungan Prioritas Isu Kecenderungan Kawasan Lindung untuk Budidaya Peningkatan Kualitas Lingkungan Pengolahan Sampah Peningkatan Kualitas Air Baku
a. Kecenderungan Kawasan Lindung Untuk Budidaya Isu kawasan lindung untuk budidaya muncul karena banyak kegiatan pembangunan baik berupa pembangunan permukiman perkotaan maupun tambang yang merusak kelestarian hutan. Tentunya ini akan dapat mengancam kelangsungan kehidupan di wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau kecil yang umumnya memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan air tawar. Keberadaan hutan memiliki fungsi penting untuk dapat menjaga fungsi tata air dan menjamin ketersediaan air bersih di wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau kecil. Selain itu kehilangan hutan akibat pemangkasan lahan yang umumnya berbukit untuk permukiman perkotaan juga mengakibatkan meluasnya kawasan rawan kejadian bencana tanah longsor. b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Pencegahan pencemaran darat, perairan dan laut juga menjadi isu lingkungan
yang
menjadi
prioritas.
Hal
ini
terkait
dengan
berkembangnya aktivitas industri, pertambangan dan permukiman yang seringkali tidak dilengkapi dengan perencanaan dan instalasi pengolahan sampah dan limbah yang memadai. Sebagai akibatnya kondisi lingkungan menjadi semakin buruk karena perkembangan berbagai aktivitas tersebut. Dengan daya dukung lingkungan pulau kecil yang terbatas, maka pencemaran darat, perairan dan laut ini akan mengganggu keberlangsungan ekosistem termasuk juga aktivitas ekonomi
masyarakat
yang
ada
di
wilayah
Kabupaten
Bintan.
Banyaknya aktifitas pembangunan yang tidak dilengkapi dengan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-31
AMDAL
juga
menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
kualitas
lingkungan. Selain itu, kurang optimalnya pengawasan terhadap kegiatan pembangunan juga akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. c. Pengolahan Sampah Sistem
pengelolaan
terjadinya
sampah
masalah-masalah
dititik
beratkan
lingkungan,
untuk
seperti
mencegah
pencemaran
lingkungan, timbulnya genangan, gangguan estetika dan penyebaran penyakit. Dalam implementasinya pengembangan sistem pengelolaan persampahan diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, yang penanganannya diprioritaskan untuk daerah-daerah pusat kota yang belum mendapat pelayanan dan daerah permukiman baru. pengolahan sampah yang dilakukan di TPA dengan cara sistem open dumping, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi sistem lahan urug (sanitary land fill) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate (cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu sampah-sampah yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan dari sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi. d. Pencegahan Dan Pencemaran Air Baku Pencemaran perairan dapat mengganggu ketersediaan air baku dan aktivitas perikanan budidaya air tawar, sedangkan pencemaran laut akan mengganggu keberlangsungan aktivitas perikanan tangkap maupun budidaya laut.Kabupaten Bintan sangat mengandalkan sumber air permukaan sebagai sumber air baku yang dapat dimanfaatkan
untuk
air
minum.
Alternatif
lain
pemenuhan
kebutuhan air minum dapat dilakukan dengan membuat bak-bak Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-32
penampung air hujan yang dikelola secara individu, berupa sumur penampungan air hujan yang dibuat di halaman rumah dengan menggunakan material yang lulus air dan tahan longsor, serta harus bebas dari kontaminasi atau pencemaran limbah. 4.
Isu-isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Bintan
Hasil kompilasi isu-isu kunci maka diperoleh 11 (sebelas) isu kunci pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bintan. Tabel 3.4 Daftar 11 Isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan Di Kabupaten Bintan
No
ISU
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 5.
ASPEK EKONOMI Pengembangan Kawasan Pelabuhan Bebas Dan Pelayaran Bebas Pengembangan Kawasan Minapolitan Pengembangan Pariwisata Peningkatan Aksebilitas Ke Pulau- Pulau Kecil Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara ASPEK SOSIAL Pemerataan Penduduk Dan Peningkatan Pelayanan Dasar Sinkronisasi Kebijakan/Aturan ASPEK LINGKUNGAN Kecendrungan Kawasan Lindung untuk Budidaya Peningkatan Kualitas Lingkungan Pengolahan Sampah Peningkatan Kualitas Air Baku
Isu Pengembangan Wilayah Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Dalam menentukan isu strategis dan visi, misi serta arah kebijakan pembangunan perlu dipertimbangkan perwilayahan pembangunan secara keruangan dan pusat kegiatan yang direncanakan sesuai dengan RTRW Kabupaten Bintan tahun 2011-2031. Tabel 3.4 Sistem Perkotaan Kabupaten Bintan No. 1.
Hierarki PKL
Pusat Bandar Seri Bentan (Orde I)
Skala Pelayanan Regional dan Kabupaten
Fungsi Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Perdagangan Jasa dan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Arahan Pengembangan Infrastruktur Fasilitas pelayanan publik untuk tingkat kabupaten, pelabuhan regional,
IV-33
No.
Hierarki
Pusat
Skala Pelayanan
Fungsi
Arahan Pengembangan Infrastruktur
Pemasaran, Pusat Produksi Pengolahan, Pusat Pelayanan Sosial, Pusat Kegiatan Pariwisata
jaringan jalan yang terintegrasi (arteri, kolektor, dan lokal), terminal regional
2.
PKL
Kijang (Orde II)
Kabupaten dan Kecamatan
Pusat permukiman, pendidikan, pertambanga, pertanian, perikanan, perdagangan dan jasa, wisata, dan industri
Fasilitas pelayanan publik untuk tingkat kabupaten, pelabuhan regional, jaringan jalan (arteri, kolektor dan lokal), terminal regional
3.
PKL
Tanjunguban (Orde II)
Kabupaten dan Kecamatan
Pusat permukiman, pertanian, Pendidikan, perdagangan dan jasa, wisata, dan industri
Fasilitas pelayanan publik untuk tingkat kabupaten, pelabuhan regional, jaringan jalan (arteri, kolektor dan lokal), terminal regional
3.
PKLp
Teluk Sekuni (Tambelan) (Orde II)
Kecamatan
Pusat Permukiman, konservasi, pertanian, perikanan, dan wisata
Fasilitas pelayanan publik untuk tingkat kecamatan kepulauan, pelabuhan lokal, jaringan jalan (lokal), terminal lokal
4.
PPK
Orde III Teluk Lobam Kota Baru Tembeling Tanjung Kelong Mantang Kawal
Kecamatan
Pusat permukiman skala kecamatan
Fasilitas pelayanan publik untuk tingkat kecamatan, jaringan jalan (lokal), terminal lokal
5.
PPL
Sebong Pereh Malang Rapat Kuala Sempang Sri Bintan Air Gubi Mantang Baru Berakit Numbing Penaga Toapaya Selatan Toapaya Asri
Antar Desa
Pusat permukiman skala lingkungan
Fasilitas pelayanan publik untuk tingkat desa dan lingkungan, jaringan jalan (lokal)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-34
Arahan Kawasan Strategis Kabupaten Berdasarkan pertimbangan dan kriteria yang telah ditetapkan, maka secara keseluruhan usulan Kawasan Strategis Kabupaten sesuai dengan RTRW Kabupaten Bintan tahun 20112031 adalah sebagai berikut: (1) Kawasan strategis Kabupaten Bintan, meliputi : a. kawasan Industri Lobam; b. kawasan Industri Galang Batang; c.
kawasan Industri Maritim di Kecamatan Bintan Timur;
d. kawasan Pariwisata Lagoi; e.
kawasan Pariwisata Sebong Pereh dan Sebong Lagoi;
f.
kawasan Pariwisata sepanjang pantai Trikora dan sepanjang pantai di Kecamatan Gunung Kijang;
g.
kawasan Taman Wisata Laut Pulau Tambelan di Kecamatan Tambelan;
h. kawasan Ibukota Kabupaten Bintan Bandar Seri Bentan; i.
kawasan Wisata Terpadu Kuala Sempang;
j.
kawasan Wisata Bahari di Mapur;
k. kawasan Perkotaan Kijang dan Tanjung Uban; l.
kawasan Minapolitan Mantang, Bintan Timur dan Bintan Pesisir;
m. kawasan strategis Pusat Kegiatan Lokal Promosi Tambelan.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IV-35
RPJMD 2016-2021
BAB.
5.1
V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan
daerah yang ingin dicapai
dalam 5 (lima) tahun mendatang. Visi juga
harus menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah. Kabupaten Bintan yang lebih sejahtera adalah cita-cita dan harapan
bersama
dengan
tekad
melakukan
sejumlah
perubahan-
perubahan mendasar untuk mempersiapkan pondasi yang kuat pembangunan
Kabupaten
Bintan
pada
periode
2016-2021,
bagi guna
menyongsong terwujudnya Kabupaten Bintan Gemilang pada 2025. Dengan pembangunan,
mempertimbangkan tantangan
yang
kondisi dihadapi
daerah, serta
permasalahan
isu-isu
strategis,
dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah maka Visi Kabupaten Bintan tahun 2016-2021 adalah : Terwujudnya Kabupaten Bintan yang Madani dan Sejahtera Melalui Pencapaian Bintan Gemilang 2025 (Gerakan Melangkah Maju di Bidang Kelautan, Pariwisata, dan Kebudayaan)” Adapun penjelasan visi tersebut berdasarkan kata kunci adalah sebagai berikut : Madani : 1. Masyarakat yang beradab dan agamis 2. menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan; 3. masyarakat yang demokratis Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 1
4. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi 5. Program-program pembangunan berbasis masyarakat Madani
merupakan
perwujudan
dari
masyarakat
yang
beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas
warga
negara
untuk
mewujudkan
program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Sejahtera : 1. Kesehatan 2. Pendidikan 3. Daya beli Kesejahteraan yang ingin diwujudkan merupakan kesejahteraan yang berbasis pada ketahanan keluarga dan Iingkungan sebagai dasar pengokohan sosial. Masyarakat sejahtera tidak hanya dalam konteks lahiriah dan materi saja, melainkan juga sejahtera jiwa dan batiniah. Kesejahteraan dalam artinya yang sejati adalah keseimbangan hidup yang merupakan buah dari kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan dasar seluruh dimensi dirinya, meliputi ruhani, akal, dan jasad. Kesatuan elemen ini diharapkan mampu saling berinteraksi dalam melahirkan masa depan yang cerah, adil dan makmur. Keterpaduan antara sejahtera lahiriah dan batiniah adalah manifestasi dari sejahtera yang paripurna. Kesejahteraan yang seperti inilah yang akan membentuk kepecayaan diri yang tinggi pada masyarakat Kabupaten Bintan untuk mencapai kualitas
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 2
kehidupan yang semakin baik, hingga menjadi teladan bagi daerah lainnya. Bintan Gemilang 2025 Gerakan Melangkah Maju di Bidang: 1. Kelautan 2. Pariwisata 3. Kebudayaan Memiliki arti “Gerakan Melangkah Maju”, gerakan yang dimaksud merupakan gerakan pembangunan yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk lebih maju yang melibatkan secara aktif seluruh pihak di kabupaten Bintan dengan jangka waktu target capaian sampai tahun 2025. Pembangunan dikembangkan sesuai potensi dan keunggulan kabupaten Bintan, yaitu sektor kelautan dan pariwisata sebagai core dan sekaligus sebagai driver activity. Serta dengan melestarikan dan memajukan seluruh hasil kegiatan dan penciptaan akal budi masyarakat seperti kesenian, dan adat istiadat dengan bersandar pada Budaya Melayu.
5.2
Misi Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan tersebut maka
ditentukan 8 (delapan) Misi pembangunan 2016-2021 yang akan dicapai yaitu: 1. Mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai daerah tujuan investasi yang berdaya
saing
dengan
mengoptimalkan
potensi
ekonomi
lokal
terutama di bidang pariwisata dan kelautan. 2. Mewujudkan
pelayanan
infrastruktur
daerah
yang
berkualitas,
terintegrasi dan merata. 3. Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance)
dan
demokratis
sebagai
langkah
melayani
masyarakat dengan sepenuh hati.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 3
4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta kualitas SDM agar bisa bersaing dalam kompetisi global. 5. Mewujudkan pembangunan karakter masyarakat yang religius dan berbudaya Melayu sebagai landasan pembangunan masyarakat. 6. Mengoptimalkan
pemberdayaan
masayarakat,
Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dan pengarusutamaan gender dalam berbagai aspek pembangunan. 7. Memberdayakan pemuda sebagai pelopor pembangunan di Kabupaten Bintan 8. Mewujudkan
ketahanan
pangan
dan
meningkatkan
kualitas
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
5.3
Tujuan dan Sasaran Penetapan tujuan dan sasaran di dasarkan pada faktor-faktor
kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk yang lebih tepat dan terarah dalam rangka mencapai visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bintan. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Sedangkan sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh organisasi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulanan, atau bulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur. Sasaran ditetapkan dengan maksud agar perjalanan atau proses kegiatan dalam mencapai tujuan dapat berlangsung secara fokus, efektif, dan efisien.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 4
Tabel 5-1 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 1 Misi 1:
Mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai daerah tujuan investasi yang berdaya saing dengan mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama di bidang pariwisata dan kelautan Target Kinerja Sasaran Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Terciptanya iklim yang kondusif bagi penanaman modal untuk kegiatan pembangunan di wilayah Kabupaten Bintan yang sesuai dengan tata ruang 1
Meningkatnya realisasi investasi dan pelayanan perijinan
Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) juta USD Lama proses perijinan
2
Meningkatnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap perda penataan Ruang
Jumlah perijinan non investasi yang dapat diproses dalam satu tahun Jumlah dokumen tata ruang dan turunannya yang diperdakan / diperbupkan Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang
juta USD
1,251
1,251
1,351
1,451
1,551
1,661
1,771
hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
Ijin
350
375
400
425
450
475
500
perda
1
1
2
2
2
2
2
%
75
75
95
95
95
95
95
Tujuan 2 : Mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama di bidang pariwisata dan Kelautan 1
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara
Meningkatnya jumlah desa wisata Meningkatnya kunjungan wisatawan
Desa
0
5
5
5
5
5
5
Wisatawa n
493.595
550.00 0
600.000
650.000
700.000
750.000
750.000
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 5
Target Kinerja Sasaran
2
3
4
Sasaran
Indikator Kinerja
Meningkatnya pengembangan usaha dan industri pariwisata melalui kemitraan dan pembinaan BUMD
Jumlah jasa pariwisata yang telah memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) Persentase Pelaku Usaha yang terlatih Jumlah BUMD yang beroperasi Produksi perikanan budidaya Jumlah sarana dan prasarana budidaya perikanan Persentase kelompok nelayan yang aktif Persentase Kelompok Pembudidayaan Ikan (POKDAKAN) aktif Persentase UMKM perikanan yang aktif
Meningkatnya jumlah produksi perikanan
Berkembangnya industri pengolahan dan terjaganya stabilitas harga kebutuhan pokok
Persentase koperasi aktif Persentase IKM bersertifikasi mutu produk Persentase tertib ukur terhadap UTTP Persentase ketersediaan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Persentase Fasilitas Pasar yang Memadai
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Usaha pariwisat a
20
23
25
30
32
39
39
%
20
25
30
35
40
45
50
BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
Ton
1.696,63
1.906,33
2.020,71
2.141,96
2.270,47
2.406,70
unit, kantong, ha
2, 403, 129
2, 450, 130
2, 475, 130
2, 500, 130
2, 550, 130
2, 575, 130
2, 600, 130
%
45
50
55
60
65
70
75
%
45
50
55
60
65
70
75
%
45
50
55
60
65
70
75
koperasi
50
55
60
65
70
75
80
%
40
45
50
55
60
65
70
%
n/a
n/a
40
45
50
55
60
%
100
100
100
100
100
100
100
n/a
15
20
25
30
35
40
Satuan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
2 BUMD 1.798,4 3
V ‐ 6
Tabel 5-2 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 2 Misi 2:
Mewujudkan pelayanan infrastruktur daerah yang berkualitas, terintegrasi dan merata Target Kinerja Sasaran
No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterhubungan antar wilayah dan antar pulau untuk mendukung pertumbuhan wilayah secara merata 1
Terhubungnya pusatpusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) antar pulau
Jumlah Pulau yang tercakupi jaringan Transportasi
8
8
8
9
10
11
11
1952
2200
2.200
2.200
2.200
2.200
2.200
%
95%
95%
96%
97%
98%
100%
100%
Persentase tingkat kemantapan jalan (Mantap Sempurna)
%
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
Panjang jalan yang dibangun dan ditingkatkan
km
531,76
29,095
20
15
17
20
543,76
Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
%
63,75
73,02
78,05
83,63
90,88
98,14
98,14
Jumlah Sambungan Rumah (SR) perdesaan yang terpasang
SR
3302
654
250
250
270
290
5016
Jumlah pengujian kendaraan bermotor wajib uji (KIR) Persentase wilayah yang tercakupi jaringan operator selular 2
3
Pengembangan dan pemantapan jaringan dan prasarana transportasi
Meningkatnya kapasitas dan fungsi sanitasi, air bersih/minum
pulau
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 7
Target Kinerja Sasaran No
4
Sasaran
Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman dan perumahan dikawasan perkotaan dan perdesaan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
SR
2410
177
200
250
380
360
3777
%
3,3
8
10
10
10
12
50
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
2 unit
2 unit
3 unit
3 unit
4 unit
4 unit
Indikator Kinerja
Satuan
Jumlah Sambungan Rumah (SR) Perkotaan yang terpasang Persentase kawasan pemukiman yang tertata (6.176,36 Ha)
Tujuan 2 : Meningkatkan sarana prasarana pengairan untuk mengurangi resiko bencana 1
Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan jaringan pengairan
Persentase drainase jalan yang terbangun
%
8,662
Tujuan 3 : Meningkatkan pemerataan sarana dan prasarana wilayah perbatasan 1
Meratanya pembangunan sarana dan prasarana di wilayah perbatasan
Jumlah sarana dan prasarana di wilayah perbatasan
Unit
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
1 Unit
V ‐ 8
Tabel 5-3 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 3 Misi 3:
Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis sebagai langkah melayani masyarakat dengan sepenuh hati Target Kinerja Sasaran
No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis 1
2
Meningkatnya kemampuan, profesionalitas dan etos kerja aparatur pemerintah
Meningkatnya Akuntabilitas dan Kinerja Pemerintah Daerah
Persentase jumlah aparatur yang sudah mengikuti pendidikan kedinasan
%
N/A
0,76
0,8
0,82
0,84
0,86
0,86
Persentase penempatan Aparatur sesuai kompetensi
%
60%
62%
67%
75%
81%
85%
85%
Opini Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah (LPPD)
Peringkat
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
0 Desa
0 Desa
7 Desa
7 Desa
7 Desa
7 Desa
8 Desa
%
84,45
90
90
90
90
90
90
SKPD
14
10
7
7
7
6
6
Penataan Kelembagaan Pemerintah Desa yang sesuai dengan Permendagri 84 Tahun 2015 Persentase rekomendasi temuan ekternal (BPK) yang ditindak lanjuti Jumlah SKPD yang mendapat nilai akuntabilitas kinerja minimal kategori CC
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 9
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Persentase SKPD yang berhasil mencapai target kinerja yang ditetapkan Persentase Organisasi Perangkat Daerah yang telah menyusun SOP Persentase OPD yang memiliki capaian kinerja baik Persentase Indikator yang telah mencapai SPM Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bintan Persentase Sengketa lahan yang terselesaikan Presentasse Nilai turun harga yang menyebabkan inflasi Kontribusi BUMD terhadap PAD Tingkat Kesesuaian Implementasi Terhadap Perencanaan Sumber Pendanaan DAK dan APBN Web site milik pemerintah daerah Persentase sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
%
80%
80
82
85
87
90
90
SKPD
20%
20%
40%
60%
80%
100%
100%
%
60%
60%
80%
100%
100%
100%
100%
%
0%
0%
60%
80%
100%
100%
100%
60,10 (Nilai B)
60,50 (Nilai B)
70,00 (Nilai BB)
70,10 (Nilai BB)
80,00 (Nilai A)
80,00 (Nilai A)
80,00 (Nilai A)
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
%
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
%
2.84 M
2.84 M
2.85 M
2.86 M
2.87 M
2.88 M
2.89 M
%
76,15%
77,63%
79,10%
80,58%
82,05%
83,53%
85%
Situs
21 Website
22 Website
23 Website
24 Website
25 Website
26 Website
26 Website
%
%
60%
70%
80%
90%
100%
100%
Satuan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 10
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Persentase unit pelayanan pemerintahan (Kecamatan/Desa) yang memiliki komputer dan bisa mengakses internet melalui komputer Opini Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah (LPPD) 3
Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Daerah
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
70%
70%
75%
80%
85%
95%
100%
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
%
70%
70%
75%
80%
85%
90%
90%
Milyar
881 / 176
875 /171
907 /177
940 /184
975 /191
1.012 /198
1.012 /198
%
84%
84%
88%
92%
96%
100%
100%
100
100
100
100
100
100
100
Satuan
%
Laporan Keuangan yang mendapat opini wajar Persentase keakuratan data neraca aset Target Pendapatan dan Pendapatan Asli Daerah Persentase Desa yang menyampai kan Laporan Keuangan Desa tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku
Tujuan 2 : Meningkatkan kinerja perencanaan Pembangunan 1
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
Persentase usulan melalui mekanisme perencanaan yang diakomodir dalam RKPD
%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 11
Target Kinerja Sasaran Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
%
40
50
60
70
80
90
90
%
100
100
100
100
100
100
100
%
N/A
100
100
100
100
100
100
%
n/a
65
75
75
85
90
90
%
93%
93%
95%
100%
100%
100%
100%
%
77%
77%
79%
81%
83%
85%
85%
%
10
20
40
60
80
100
%
10
20
40
60
80
100
No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
2
Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah dan kapasitas pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah
Persentase tingkat keterisian data SIPD
Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD Persentase desa yang menyusun RPJMDes sesuai peraturan Tujuan 3 : Meningkatkan kualitas pelayanan publik 1
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan Persentase penduduk ber KTP-el dari jumlah penduduk wajib KTP-el Persentase bayi berakte kelahiran per Bayi Lahir Pengelolaan arsip secara baku Persentase taman bacaan/ perpustakaan Kelurahan, Desa dan Sekolah yang aktif
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 12
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 4 : Meningkatkan kesadaran masyarakat dan aparatur terhadap hukum dan wawasan kebangsaan 1
2
Meningkatnya kesadaran dan ketaatan masyarakat dalam penerapan produk hukum Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan politik dan wawasan kebangsaan
Cakupan Penegakan Perda dan Perkada
%
14,29
19,64
25.00
32.14
39.29
48.21
57.14
Rasio Petugas Linmas
%
94,91%
95.73
96.55
97.37
98.19
99.01
100
75%
0
0
0
0
75
75
2
3
3
3
3
3
3
Partisipasi pemilih dalam pemilihan Bupati Kegiatan pembinaan politik daerah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 13
Tabel 5-4 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 4 Misi 4 : Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta kualitas SDM agar bisa bersaing dalam kompetisi global
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Meningkatkan Kualitas sumberdaya manusia agar berpendidikan, berprestasi dan berdaya saing 1
2
Meningkatnya keluasan dan kemerataan akses PAUD bermutu Meningkatnya Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar (SD/MI/SLB/Paket A dan SMP/MTS/Paket B)
APK PAUD 0-6 Tahun
57,73
58,73
59,73
61.00
62,5
62,5
Rasio guru murid PAUD
Guru
1:09
1:08
1:08
1:08
1:08
1:08
1:08
APM SD/MI/SLB/Paket A
%
94,69
95,21
95,75
96,31
96,89
97
97,5
APK SD/MI/SLB/Paket A APM SMP/MTs/Paket B APK SMP/MTs/Paket B Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
% % %
102,75 76,95 100,5
104,79 77,3 122,7
104,25 77,8 122,2
103,69 78 122
103,11 78,3 121,7
103 78,95 121,1
102,5 80 120
Tahun
8,28
9
9
9
9
9
9
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
56,74
V ‐ 14
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
3
Meningkatnya angka melek huruf didorong dengan meningkatnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian pendidikan Meningkatnya kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang berdampak pada kualitas hasil belajar siswa
4
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Angka Melek Huruf (AMH)
%
99,63
99,63
99,72
99,81
99,91
100
100
Persentase guru yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG)
%
16,92
52,52
57,77
66,44
76,4
87,86
100
Tujuan 2 : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dengan pelayanan yang terjangkau dan berkualitas. 1
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu, anak dan lansia serta pengendalian penyakit menular dan tidak menular
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar Presentase balita gizi buruk Kasus Kematian Bayi Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB). Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Jumlah kasus kematian ibu
0
0
20
40
60
80
80
0,35
0,35
0,35
0,34
0,33
0,33
0,33
32
39
37
35
34
32
32
990
990
990
990
990
990
990
%
96,4
96,4
96,5
96,5
97,1
97,2
97,2
%
98
98
98
98
98
98
98
7
7
7
7
7
7
7
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 15
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon Persentase penurunan kasus Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu Jumlah Kecamatan dengan API < 1 per 1.000 penduduk Jumlah Kecamatan endemis Filariasis berhasil menurunkan angka mikrofiliria menjadi < 1% Persentase Kecamatan dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk Persentase Kecamatan dengan angka keberhaslan pengobatan TB Paru BTA Positif (sucsess rate) minimal 85% Persentase angka kasus HIV yang diobati. Persentase Kecamatan yang 50% Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana Pneumonia melalui program MTBS
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
%
70
72
74
76
78
80
80
%
91
92
93
94
95
95
95
%
34,5
35
37
38
40
40
40
10
10
10
10
10
10
10
kecamatan
0
2
2
2
2
2
2
%
20
33
33
33
33
33
33
%
80
81
82
83
84
85
85
%
90
90
90
90
90
90
90
%
53
53
60
67
73
80
80
Satuan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 16
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM Persentase Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan Persentase penduduk yang melaksanakan STOP BABS Jumlah Desa/Kelurahan yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat 2
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan serta ketersediaan obat dan alat kesehatan
Jumlah Kecamatan yang memiiliki 1Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi Jumlah Puskesmas yang Minimal Memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Puskesmas yang memiliki Jaringan SIK Online Persentase kesediaan obat dan vaksin di Puskesmas Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
%
7,2
6,9
6,4
5,9
5,6
5,4
5,4
desa/kelurahan
18
19
20
21
22
23
23
%
80
82
84
86
88
90
90
%
76
78
80
82
84
86
86
desa/kelurahan
8
9
11
13
15
17
17
kecamatan
0
1
2
4
7
10
10
Puskesmas
5
5
7
9
12
15
15
Puskesmas
5
5
6
7
8
9
9
%
67,5
70
73
75
78
80
80
%
13
13
20
33
46
60
60
Satuan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 17
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
3
Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin serta pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada Masyarakat
Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui JKN Persentase Desa Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM Persentase Desa Siaga Aktif Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSRnya untuk Program Kesehatan Persentase Desa yang melaksanakan PHBS
4
Terkendalinya pertumbuhan penduduk serta meningkatnya keluarga yang berkualitas dan sejahtera
Cakupan peserta KB aktif
Angka pertumbuhan penduduk Jumlah keluarga yang terlayani oleh kader Catur Bina
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
1.140
5.000
6.000
8.000
10.000
12.000
12.000
%
0
6
10
14
16
18
18
%
100
100
100
100
100
100
100
2
2
2
2
2
2
2
%
43
47
50
58
62
70
70
%
77,1
77,8
78.02
78.51
78.63
79,35
80
KK
2.3
2.01
2
2
2
2
2
keluarga
578
589
594
600
635
651
664
Satuan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 18
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 3 : Meningkatkan calon tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing serta terpenuhi hak dan perlindungannya. 1
2
Meningkatnya kualitas, daya saing dan penempatan tenaga kerja, serta perlindungan terhadap tenaga kerja.
Meningkatnya perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
Tingkat pengangguran terbuka
6,74
6,7
6,5
6,6
6,7
6,8
6,4
Presentase tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi
%
66,67
68
72
75
77
80
82
Persentase kasus perselisihan pengusaha pekerja yang terselesaikan
%
92,6
70
72
75
78
82
84
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 19
Tabel 5-5 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 5 Misi 5 : Mewujudkan pembangunan karakter masyarakat yang religius dan berbudaya Melayu sebagai landasan pembangunan masyarakat
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Melestarikan Nilai-Nilai dan Seni Budaya Melayu 1
Meningkatnya kelestarian nilai-nilai dan seni budaya melayu sebagai kekayaan budaya daerah
Jumlah grup kesenian (yang dibina)
Grup
35
35
35
35
35
35
35
Jumlah cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara
cagar
14
14
14
14
14
14
14
0
0
0
0
Tujuan 2 : Peningkatan kualitas kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat Bintan 1
Terwujudnya toleransi antar umat beragama
2
Terwujudnya pemahaman dan pengamalan agama sesuai dengan agama dan keyakinan masingmasing
Jumlah kasus perselisihan antar umat beragama
Kasus
0
0
Jumlah masyarakat yang mengikuti pelatihan dan pendidikan pengetahuan keagamaan
Orang
4.300
3.500
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 20
0
6.200
8.700
10.900
15.000
15.000
Tabel 5-6 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 6 Misi 6 : Mengoptimalkan pemberdayaan masayarakat, Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan pengarusutamaan gender dalam berbagai aspek pembangunan
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan 1
1
Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan serta perlindungan terhadap perempuan dan anak. Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Menurunnya persentase penduduk miskin
Indeks Pembangunan Gender
%
60,9
60.9
60.9
60.9
60.9
60.9
60.9
Persentase penduduk miskin
%
6
6
5.9
5.8
5.7
5.6
5,5
%
51.12
51.12
55
60
62
64
66
Unit
2100
814
172
140
140
140
140
Persentase rumah tangga miskin yang ditangani Jumlah rumah tidak layak huni yang direhab
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 21
Target Kinerja Sasaran No
2
Sasaran
Meningkatnya penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial
Indikator Kinerja
Persentase pekerja social dan tenaga kerja kesejahteraan social yang komperen/terlatih (terkait tenaga kerja) Persentase penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
%
23,62
23,62
35
37
39
41
43
%
40,28
40.28
45.28
50,28
55.28
60,28
65.28
50%
55%
60%
65%
70&
75%
80%
75.68
75.68
75.68
75.68
75.68
75.68
75.68
74
80
85
90
95
100
100
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
5
10
20
30
40
50
60
84%
84%
88%
92%
96%
100%
100%
Satuan
Tujuan 2 : Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa 1
2
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Meningkatnya pengelolaan pembangunan oleh pemerintah desa
Persentase Partisipasi Masyarakat dalam program pembangunan Indeks Pemberdayaan Masyarakat Persentase tingkat keterisian profil desa dan kelurahan
%
%
Persentase akses masyarakat desa terhadap media publik Persentase Kenaikan PADes Persentase Desa yang menyampai kan Laporan Keuangan Desa tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 22
Tabel 5-7 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 7 Misi 7 : Memberdayakan pemuda sebagai pelopor pembangunan di Kabupaten Bintan Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Meningkatkan peran generasi muda dan prestasi olah raga 1
Meningkatnya pemberdayaan generasi muda dan olah raga
Persentase organisasi kepemudaan yang aktif Jumlah pemuda yang mandiri dan berdaya saing Jumlah prestasi olah raga yang diraih
%
50
60
65
70
75
80
85
Orang
43
48
51
54
57
60
63
Prestasi
43
33
40
45
48
50
53
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 23
Tabel 5-8 Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Bintan di Misi 8 Misi 8 : Mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 1 : Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Pertanian, perkebunan dan peternakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat 1
2
Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan
Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas Peternakan
Capaian produksi tanaman sayuran (Ton)
Ton
19.248
20400
20600
20800
21000
21200
21.400
Capaian produksi tanaman buah-buahan (Ton)
Ton
18.506
12000
12100
12200
12300
12400
12.500
Pembangunan/Perbaikan Jalan Pertanian (Jalan usaha tani dan jalan produksi) (Km)
Km
n/a
-
5
5
5
1
1
Pembangunan/Perbaikan Sumber-sumber air (Unit)
Unit
n/a
-
3
3
3
1
1
Jumlah Produksi Daging dan Telur (Ton)
Ton
4.360
4.360
4.360
4.360
4.361
4.362
4.363
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 24
Target Kinerja Sasaran No
Sasaran
Indikator Kinerja
Satuan
Kondisi Kinerja Awal (2015)
2016
2017
2018
2019
2020
Kondisi Akhir RPJMD (2021)
Tujuan 2 : Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat secara merata di seluruh desa dan kelurahan 1
Meningkatnya ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman serta terjangkau bagi masyarakat di seluruh wilayah
Stabilitas harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Persentase Ketersediaan Pangan Masyarakat Jumlah Lokasi Rawan Pangan Ketersediaan pangan utama
%
90
95
95
95
95
95
95
%
90
95
95
95
95
95
95
%
100
100
100
100
100
100
100
Lokasi
9
9
8
4
3
2
1
kg/pdd/th
1,805
1,805
1895,25
1990
2089,5
2193,98
2303,68
Tujuan 3 : Meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan 1
2
Meningkatnya kebersihan lingkungan serta upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan
Meningkatnya luas ruang terbuka hijau yang dikelola
Persentase penanganan sampah
%
50
50
55
60
65
70
75
Persentase sampah yang dikelola
%
30
30
35
40
50
60
70
Luas Ruang Terbuka Hijau yang dikelola
M2
218.000
218.000
218,4
218,8
219,2
219,6
220
1.17
1.17
1.20
1.20
1.20
1.22
1.25
Rasio tempat pemakaman umum per 1000 penduduk
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 25
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
V ‐ 26
RPJMD 2016-2021
BAB.
6.1.
VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
STRATEGI Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-
program indikatif utuk mewujudkan visi dan misi. Satu strategi dapat terhubung dengan pencapaian satu sasaran. Dalam hal beberapa sasaran bersifat inheren dengan satu tema, satu strategi dapat dirumuskan untuk mencapai gabungan beberapa sasaran tersebut. MISI 1
Mewujudkan investasi
Kabupaten
yang
berdaya
Bintan saing
sebagai dengan
daerah
tujuan
mengoptimalkan
potensi ekonomi lokal terutama di bidang pariwisata dan kelautan
Tujuan
1
Terciptanya iklim yang kondusif bagi penanaman modal untuk kegiatan pembangunan di wilayah Kabupaten Bintan yang sesuai dengan tata ruang;
Sasaran
Meningkatnya realisasi investasi dan pelayanan perijinan
Strategi
Meningkatkan kerjasama investasi di Kabupaten Bintan
Optimalisasi pelayanan perijinan Meningkatnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap perda penataan Ruang
2
Mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama di bidang pariwisata dan Kelautan
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara
Peningkatan mekanisme dan peran pemangku kepentingan dalam perencanaan penataan ruang Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan konsisten Memberdayakan potensi masyarakat lokal serta Optimalisasi potensi ekonomi lokal dibidang pariwisata Meningkatkan promosi dan pemasaran pariwisata
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 1
Tujuan
Sasaran
Strategi
Meningkatnya pengembangan usaha dan industri pariwisata melalui kemitraan dan pembinaan BUMD Mengembangkan usaha ekonomi produktif melalui peningkatan cluster yang aktif
Meningkatnya jumlah produksi perikanan Berkembangnya industri pengolahan dan terjaganya stabilitas harga kebutuhan pokok
Mengembangkan pengelolaan aset dan peluang di bidang kelautan dan pariwisata Meningkatkan produksi hasil perikanan budidaya dan tangkap Mendorong tumbuhnya industri pengolahan
Menjaga stabilitas harga dan distribusi barang kebutuhan pokok
MISI 2. Mewujudkan
pelayanan
infrastruktur
daerah
yang
berkualitas, terintegrasi dan merata No
Tujuan
Sasaran
Strategi
1
Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterhubungan antar wilayah dan antar pulau untuk mendukung pertumbuhan wilayah secara merata
Terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) antar pulau
Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara, dan pengembangan sistem manajemen transportasi.
Pengembangan dan pemantapan jaringan dan prasarana transportasi
Meningkatkan keandalan sistem jaringan jalan melalui pengembangan jaringan infrastruktur transportasi jalan bagi peningkatkan kelancaran mobilitas barang dan manusia serta aksesibilitas wilayah
Meningkatnya kapasitas dan fungsi sanitasi, air bersih/minum
Meningkatkan jangkauan pelayanan air bersih di lingkungan permukiman serta meningkatkan rumah tinggal bersanitasi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 2
No
Tujuan
Sasaran
Strategi
Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman dan perumahan dikawasan perkotaan dan perdesaan
Rehabilitasi kawasan kumuh melalui penataan lingkungan
Meningkatkan kualitas pengelolaan jaringan pengairan melalui pembangunan, rehabilitasi, dan pengelolaan sarana prasarana pengairan Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana perbatasan
2
Meningkatkan sarana prasarana pengairan untuk mengurangi resiko bencana
Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan jaringan pengairan
3
Meningkatkan pemerataan sarana dan prasarana wilayah perbatasan
Meratanya pembangunan sarana dan prasarana di wilayah perbatasan
MISI 3. Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis sebagai langkah melayani masyarakat dengan sepenuh hati. No 1
Tujuan Mewujudkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis
Sasaran
Strategi
Meningkatnya kemampuan, profesionalitas dan etos kerja aparatur pemerintah
Menata sistem seleksi pejabat dari sistem tertutup menjadi sistem seleksi terbuka secara bertahap
Meningkatnya Akuntabilitas dan Kinerja Pemerintah Daerah
Meningkatkan kualitas aparatur pengawasan dan pembinaan akuntabilitas dan kinerja pemerintah daerah Meningkatkan penataan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah daerah Meningkatkan penataan kebijakan bidang perekonomian, kualitas pelayanan informasi publik, administrasi pembangunan dan pembinaan pemerintahan daerah bawahan Mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan peran serta masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan produk legislasi daerah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 3
No
2
Tujuan
Meningkatkan kinerja perencanaan Pembangunan
Sasaran
Strategi
Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Daerah
Memperbaiki sistem perpajakan, meningkatkan pengendalian pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, serta pembinaan pengelolaan keuangan Daerah
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
Mewujudkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel
Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah dan kapasitas pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah
Mewujudkan integrasi/ konektivitas data melalui pengelolaan satu data pembangunan
Meningkatan konsistensi perencanaan pembangunan daerah Meningkatkan kapasitas pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah 3
4.
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan aparatur terhadap hukum dan wawasan kebangsaan
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Meningkatnya kesadaran dan ketaatan masyarakat dalam penerapan produk hukum Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan politik dan wawasan kebangsaan
Meningkatkan kualitas aparatur serta sarana prasarana pendukung Meningkatkan jumlah jaringan sistem kependudukan di seluruh kecamatan Meningkatkan pelayanan di bidang kearsipan dan perpustakaan Meningkatkan cakupan penegakan peraturan daerah dan perkada Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban politik serta wawasan kebangsaan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 4
MISI 4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta kualitas SDM agar bisa bersaing dalam kompetisi global No
Tujuan
1
Meningkatkan Kualitas sumberdaya manusia agar berpendidikan, berprestasi dan berdaya saing
Sasaran Meningkatnya keluasan dan kemerataan akses PAUD bermutu
Meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini untuk pembangunan berkelanjutan
Meningkatnya Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar (SD/MI/SLB/Paket A dan SMP/MTS/Paket B)
Peningkatan pelayanan pendidikan dasar bagi seluruh anak Kabupaten Bintan dengan memberikan peluang yang lebih besar bagi anak dari keluarga kurang mampu Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan, kualitas dan kepastian Pendidikan Dasar 9 Tahun
Meningkatnya angka melek huruf didorong dengan meningkatnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian pendidikan
2
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dengan pelayanan yang terjangkau dan berkualitas.
Strategi
Meningkatnya kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang berdampak pada kualitas hasil belajar siswa
Peningkatan profesionalisme, kualitas serta akuntabilitas guru dan tenaga kependidikan melalui pengutan sistem uji kompetensi guru dan tenaga kependidikan sebagai bagian dari proses penilaian hasil belajar siswa
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu, anak dan lansia serta pengendalian penyakit menular dan tidak menular
Peningkatan Upaya Kesehatan masyarakat melalui Puskesmas serta melaksanakan bina gizi dan kesehatan bagi ibu dan anak
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan serta ketersediaan obat dan alat kesehatan
Peningkatan akses pelayanan kesehatan dasar, kefarmasian dan pengawasan obat dan makanan melalui jaringan SIK online
Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin serta pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada Masyarakat
Peningkatan pelayanan kesehatan penduduk miskin
Peningkatan pemberdayaan desa / kelurahan dan CSR dari perusahaan untuk program kesehatan serta promosi kesehatan kepada masyarakat
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 5
No
Tujuan
Sasaran
Strategi
Terkendalinya pertumbuhan penduduk serta meningkatnya keluarga yang berkualitas dan sejahtera
Meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta KB
Peningkatan Ketahanan dan pemberdayaan keluarga 3
Meningkatkan calon tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing serta terpenuhi hak dan perlindungannya.
MISI 5. Mewujudkan religius
Meningkatnya kualitas, daya saing dan penempatan tenaga kerja, serta perlindungan terhadap tenaga kerja.
Mengembangkan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha, dan penataan lembaga pelatihan berbasis kompetensi.
Meningkatnya perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
Mengupayakan hubungan industrial harmonis, dinamis dan berkeadilan, kelangsungan usaha serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan perlindungan tenaga kerja
pembangunan
dan
berbudaya
karakter Melayu
masyarakat sebagai
yang
landasan
pembangunan masyarakat No
Tujuan
Sasaran
Strategi
1
Melestarikan Nilai-Nilai dan Seni Budaya Melayu
Meningkatnya kelestarian nilai-nilai dan seni budaya melayu sebagai kekayaan budaya daerah
Memberdayakan lembagalembaga adat terutama adat melayu untuk melestarikan nilainilai budaya melayu dalam kehidupan masyarakat.
2
Peningkatan kualitas kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat Bintan.
Terwujudnya toleransi antar umat beragama
Meningkatkan kerukunan umat bergama.
Terwujudnya pemahaman dan pengamalan agama sesuai dengan agama dan keyakinan masing- masing
Pengembangan pendidikan agama di masyarakat dan sekolah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 6
MISI 6. Mengoptimalkan pemberdayaan masayarakat, Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan pengarusutamaan gender dalam berbagai aspek pembangunan No
Tujuan
Sasaran
Strategi
1
Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan
Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan serta perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Menerapkan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG), dan Memperkuat sistem perlindungan anak dan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dengan melakukan berbagai upaya pencegahan dan penindakan.
2
Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat
Menurunnya persentase penduduk miskin
Memperbaiki program perlindungan sosial, meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar, Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin serta menciptakan pembangunan yang inklusif.
Meningkatnya penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial
Meningkatkan pembudayaan kesetiakawanan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Memperkuat Kelembagaan, Pengembangan Partisipasi masyarakat dan Peningkatan pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Mengembangkan kelembagaan ekonomi pedesaan dan aparatur desa
3
Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
Meningkatnya pengelolaan pembangunan oleh pemerintah desa
MISI 7. Memberdayakan pemuda sebagai pelopor pembangunan di Kabupaten Bintan No 1
Tujuan Meningkatkan peran generasi muda dan prestasi olah raga
Sasaran Meningkatnya pemberdayaan generasi muda dan olah raga
Strategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas generasi muda melalui pembinaan dan peningkatan prestasi olah raga
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 7
No
Tujuan
Sasaran
Strategi Meningkatkan pemberdayaan pemuda dalam pembangunan diperbatasan
MISI 8. Mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan No
Tujuan
Sasaran
1
Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Pertanian, perkebunan dan peternakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan
Strategi Peningkatan produktivitas perkebunan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan Peningkatan produktivitas Pertanian Tanaman Pangan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan Peningkatan produktivitas Pertanian Tanaman Hortikultura ramah lingkungan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan Peningkatan penyediaan dan pengembangan Prasarana dan sarana Pertanian melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan
Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas Peternakan
2
Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat secara merata di seluruh desa dan kelurahan
Meningkatnya ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman serta terjangkau bagi masyarakat di seluruh wilayah
Peningkatan produktivitas perternakan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok peternak secara berkelanjutan Meningkatkan kerjasama dengan lembaga yang bergerak dalam bidang distribusi pangan untuk memastikan ketersediaan pasokan pangan dan stabilitas harga pangan pokok.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 8
No 3
Tujuan
Sasaran
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan
6.2
Strategi
Meningkatnya kebersihan lingkungan serta upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan
Meningkatkan kualitas lingkungan yang menyeluruh melalui Penguatan sistem pemantauan kualitas lingkungan hidup, penegakan hukum lingkungan, dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Meningkatnya luas ruang terbuka hijau yang dikelola
Meningkatkan/ Mempertahankan luas ruang terbuka hijau dan pengelolaan tempat pemakaman umum
ARAH KEBIJAKAN Strategi harus dirumuskan secara spesifik terhadap horizon waktu.
Dengan arah kebijakan, strategi dapat diterangkan secara logis kapan suatu strategi dijalankan mendahului atau menjadi prasyarat bagi strategi lainnya. Urut-urutan strategi dari tahun ke tahun selama 5 (lima) tahun dipandu dan dijelaskan dengan arah kebijakan. MISI 1
Mewujudkan investasi
Kabupaten
yang
berdaya
Bintan saing
sebagai dengan
daerah
tujuan
mengoptimalkan
potensi ekonomi lokal terutama di bidang pariwisata dan kelautan
No 1
Sasaran Meningkatnya realisasi investasi dan pelayanan perijinan
Strategi
Arah Kebijakan
Program
Meningkatkan kerjasama investasi di Kabupaten Bintan
Peningkatan kerjasama investasi di tingkat lokal, regional maupun nasional dengan menjaga investasi yang sudah ada serta melalui promosi
Program Pengawasan dan Pengendalian Investasi
Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 9
No
Sasaran
Strategi Optimalisasi pelayanan perijinan
2
3
Meningkatnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap perda penataan Ruang
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara
Meningkatnya pengembangan usaha dan industri pariwisata melalui kemitraan dan pembinaan BUMD
Perbaikan kualitas pelayanan perijinan dengan menyederhanakan proses birokrasi
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Program Pelayanan Perizinan Non Investasi Program Perencanaan Tata Ruang
Penyelenggaraan forum konsultasi publik dalam penyusunan dokumen perencanaan penatataan ruang
Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan konsisten
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian yang mengacu pada instrumen tata ruang
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Memberdayakan potensi masyarakat lokal serta Optimalisasi potensi ekonomi lokal dibidang pariwisata
Pembangunan Destinasi wisata dengan memberdayakan potensi ekonomi maupun kebudayaan lokal Promosi dan Pemasaran wisata melalui penyelenggaraan even berskala nasional maupun internasional Fasilitasi terbentuknya forum kerjasama antar usaha pariwisata
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Memfasililtasi pembentukan organisasi usaha industri pariwisata serta pengembangan kemitraan
Mengembangkan usaha ekonomi produktif melalui peningkatan cluster yang aktif
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Program Pengembangan Usaha dan Industri Pariwisata
Mengembangkan pola-pola kemitraan industri pariwisata lintas sektor
Program Pengembangan Kemitraan
Pengembangan usaha ekonomi produktif serta peningkatan jumlah wirausaha baru
Program Peningkatan Kemampuan Kewirausahaan bagi Koperasi dan UMKM
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Program
Peningkatan mekanisme dan peran pemangku kepentingan dalam perencanaan penataan ruang
Meningkatkan promosi dan pemasaran pariwisata
4
Arah Kebijakan
VI ‐ 10
No
Sasaran
Strategi Mengembangkan pengelolaan aset dan peluang di bidang kelautan dan pariwisata
5
Meningkatnya jumlah produksi perikanan
Meningkatkan produksi hasil perikanan budidaya dan tangkap
Arah Kebijakan
Melakukan revitalisasi terhadap BUMD dengan difokuskan pada bidang kelautan dan pariwisata Peningkatan produksi perikanan budidaya
Program Program Pembinaan BUMD
Program pengembangan budidaya perikanan Program pencegahan dan penanggulangan hama penyakit ikan Program Pengembangan Perikanan Tangkap
6
Berkembangnya industri pengolahan dan terjaganya stabilitas harga kebutuhan pokok
Mendorong tumbuhnya industri pengolahan
Mengoptimalkan pengembangan potensi ekonomi masyarakat pesisir melalui pemberdayaan mayarakat
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Memberdayakan koperasi dan UMKM serta pemberian insentif untuk mendorong tumbuhnya Industri pengolahan
Program Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan UMKM
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menjaga stabilitas harga dan distribusi barang kebutuhan pokok
Meningkatkan volume operasi pasar serta pengawasan barang beredar
Program Perlindungan Konsumen dan pengamanan perdagangan Program Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdagangan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 11
MISI 2. Mewujudkan
pelayanan
infrastruktur
daerah
yang
berkualitas, terintegrasi dan merata No 1
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Program
Terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi (konektivitas) antar pulau
Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara, dan pengembangan sistem manajemen transportasi.
Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
2
Pengembangan dan pemantapan jaringan dan prasarana transportasi
Meningkatkan keandalan sistem jaringan jalan melalui pengembangan jaringan infrastruktur transportasi jalan bagi peningkatkan kelancaran mobilitas barang dan manusia serta aksesibilitas wilayah
Peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan infrastruktur transportasi dengan fokus jalan dan jembatan.
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pos dan Telekomunikasi Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
Program Rehabilitasi / Pemeliharan Jalan dan Jembatan Program Peningkatan Perencanaan Teknis
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 12
No
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Program
3
Meningkatnya kapasitas dan fungsi sanitasi, air bersih/minum
Meningkatkan jangkauan pelayanan air bersih di lingkungan permukiman serta meningkatkan rumah tinggal bersanitasi
Peningkatan jangkauan pelayanan air bersih serta peningkatan rumah tinggal bersanitasi melalui pembangunan jaringan air bersih serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan yang bersanitasi
Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air Limbah
4
Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman dan perumahan dikawasan perkotaan dan perdesaan
Rehabilitasi kawasan kumuh melalui penataan lingkungan
Peningkatan kualitas kawasan permukiman melalui pembangunan infrastruktur dasar dan pembangunan terhadap rumah tidak layak huni
Program Penyehatan Lingkungan Permukiman
Program Pengembangan Sarana prasarana Perumahan Dan Permukiman 5
Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan jaringan pengairan
Meningkatkan kualitas pengelolaan jaringan pengairan melalui pembangunan, rehabilitasi, dan pengelolaan sarana prasarana pengairan
Peningkatan kualitas jaringan pengairan dengan melakukan normalisasi saluran / sungai serta pembangunan drainase jalan
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya
Program Pengendalian Banjir Program Pembangunan Drainase dan GorongGorong Jalan 6
Meratanya pembangunan sarana dan prasarana di wilayah perbatasan
Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana perbatasan
Pemerataan pembangunan sarana dan prasarana di daerah perbatasan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 13
MISI 3. Mewujudkan
penyelenggaraan
tata
kelola
pemerintahan
yang baik (good governance) dan demokratis sebagai langkah melayani masyarakat dengan sepenuh hati No
Sasaran
1
Meningkatnya kemampuan, profesionalitas dan etos kerja aparatur pemerintah
2
Meningkatnya Akuntabilitas dan Kinerja Pemerintah Daerah
Strategi Menata sistem seleksi pejabat dari sistem tertutup menjadi sistem seleksi terbuka secara bertahap
Meningkatkan kualitas aparatur pengawasan dan pembinaan akuntabilitas dan kinerja pemerintah daerah
Arah Kebijakan Peningkatan kapasitas, kompetensi dan profesionalitas pegawai dan pejabat pemerintah Daerah
Peningkatan akuntabilitas dan kinerja Pemerintah Daerah melaui pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan pembangunan
Penataan, Ketatalaksanaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah
Mewajibkan kepada semua SKPD untuk menyusun SOP sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
Meningkatkan penataan peraturan perundangundangan oleh pemerintah daerah
Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam pembinaan tentang hukum maupun bantuan hukum
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Program Program Pendidikan Kedinasan
Program Peningkatan Administrasi dan Mutasi Kepegawaian Daerah Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan
Program Pengawasan dan Pengendalian Internal dan Eksternal Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Program Pembinaan dan Pengawasan serta Peningkatan Akuntabilitas Pembangunan Daerah Program Pengelolaan Administrasi Wilayah Perbatasan Program Penataan, Ketatalaksanaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Program Penataan Peraturan Perundangundangan
VI ‐ 14
No
Sasaran
Strategi
Meningkatkan penataan kebijakan bidang perekonomian, kualitas pelayanan informasi publik, administrasi pembangunan dan pembinaan pemerintahan daerah bawahan
Arah Kebijakan
Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait tentang kebijakan bidang perekonomian, kualitas pelayanan informasi publik, administrasi pembangunan dan pembinaan pemerintahan daerah bawahan
Program Program Penataan Peraturan Perundangundangan Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Program Pembinaan Pertanahan Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian
Program Pembinaan BUMD
Mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan peran serta masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Peningkatan pemantauan kualitas dan daya dukung lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan pasca bencana
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Program Peningkatan Administrasi Pembangunan Daerah Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik dan Keprotokolan Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Program Penanggulangan Bencana
VI ‐ 15
No
Sasaran
Strategi
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan produk legislasi daerah
Arah Kebijakan
Membangun harmonisasi antara legislatif dan eksekutif melalui peningkatan kualitas produk legislasi daerah
Program Program Mitigasi Bencana Program Pengendalain Banjir Program Rekonstruksi dan Rehabilitasi Pasca Bencana Daerah Program Penataan Peraturan Perundangundangan
Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 3
Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Daerah
Memperbaiki sistem perpajakan, meningkatkan pengendalian pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, serta pembinaan pengelolaan keuangan Daerah
Peningkatan intensifikasi pajak, retribusi daerah dan pemanfaaatan asset daerah dalam peningkatan pendapatan daerah, serta peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
Program Manajemen Aset Daerah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Daerah
4
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
Mewujudkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel
Meningkatkan pembinaan dan fasilitasi terhadap pengelolaan keuangan pemerintah desa Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas, aplikatif dan responsif
Program Pembinaan dan Fasilitas Pengelolaan Keuangan Desa Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 16
No 5
Sasaran Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah dan kapasitas pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah
Strategi Mewujudkan integrasi/ konektivitas data melalui pengelolaan satu data pembangunan
Meningkatan konsistensi perencanaan pembangunan daerah
Meningkatkan kapasitas pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah
6
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Meningkatkan kualitas aparatur serta sarana prasarana pendukung
Arah Kebijakan Mewujudkan pengelolaan data yang akurat, relevan dan terkini dengan membangun koneksi data SKPD untuk mendukung proses perencanaan pembangunan
Menjabarkan perencanaan pembangunan yang ada di tingkat yang lebih tinggi ke dalam perencanaan pembangunan di bawahnya
Melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan daerah dengan melibatkan semua instansi terkait sesuai dengan SOP Melakukan pengembangan kapasitas terhadap aparatur yang melakukan pelayanan publik serta mengoptimalkan fungsi sarana prasarana pendukung
Program Program Pengembangan Data dan Informasi
Program Penelitian Perencanaan Pembangunan Program Pengembangan Perencanaan Pembangunan Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Program perencanaan pembangunan ekonomi Program perencanaan pembangunan infrastruktur dan SDA Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan Program Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan
Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 17
No
Sasaran
Strategi
Meningkatkan jumlah jaringan sistem kependudukan di seluruh kecamatan
Meningkatkan pelayanan di bidang kearsipan dan perpustakaan
Arah Kebijakan
Peningkatan akurasi data informasi kependudukan, Catatan Sipil melalui pembangunan sistem informasi kependudukan yang berkualitas Meningkatkan kepemilikan akte kelahiran dan KTP-el dengan menyederhanakan birokrasi Meningkatkan pengelolaan arsip secara baku serta peningkatan SDM pengelola kearsipan dan pustaka
Program Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Program Penataan Administrasi Kependudukan
Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah Program perbaikan sistem administrasi kearsipan Program Penyelenggaraan Kearsipan Daerah Program Pengembangan Perpustakaan Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
7
Meningkatnya kesadaran dan ketaatan masyarakat dalam penerapan produk hukum
Meningkatkan cakupan penegakan peraturan daerah dan perkada
Meningkatkan pemeliharaan kamtrantibmas dan pembinaan potensi ketahanan dan perlindungan masyarakat Program Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Program Penegakan Peraturan Daerah dan Pengembangan Kapasitas Pol PP Program Pembinaan Potensi Ketahanan dan Perlindungan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 18
No
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Program Masyarakat
8
Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan politik dan wawasan kebangsaan
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban politik serta wawasan kebangsaan
Membekali masyarakat tentang wawasan kebangsaan, serta meningkatkan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik
MISI 4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta kualitas SDM agar bisa bersaing dalam kompetisi global No
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Program
1
Meningkatnya keluasan dan kemerataan akses PAUD bermutu
Meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini untuk pembangunan berkelanjutan
Peningkatan ketersediaan dan kualitas tenaga pendidik PAUD yang merata di Kecamatan
Program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak
2
Meningkatnya Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar (SD/MI/SLB/Paket A dan SMP/MTS/Paket B)
Peningkatan pelayanan pendidikan dasar bagi seluruh anak Kabupaten Bintan dengan memberikan peluang yang lebih besar bagi anak dari keluarga kurang mampu
Program Pendidikan Dasar (Wajib Belajar 9 Tahun)
3
Meningkatnya angka melek huruf didorong dengan meningkatnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian pendidikan
Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan, kualitas dan kepastian Pendidikan Dasar 9 Tahun
Melaksanakan wajib belajar 9 Tahun dengan cara melanjutkan upaya gratis biaya sekolah dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat menengah Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun untuk menuntaskan buta aksara dengan memperluas akses pendidikan yang berkualitas melalui penyediaan layanan serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
Program Penyediaan sarana dan Prasarana Pendidikan
Program Non Formal Program Perencanaan Sosial Budaya
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 19
No
Sasaran
Strategi
4
Meningkatnya kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang berdampak pada kualitas hasil belajar siswa
Peningkatan profesionalisme, kualitas serta akuntabilitas guru dan tenaga kependidikan melalui pengutan sistem uji kompetensi guru dan tenaga kependidikan sebagai bagian dari proses penilaian hasil belajar siswa
Meningkatkan kualifikasi akademik, sertifikasi guru dan tenaga kependidikan dengan perbaikan desain program keselarasan disiplin ilmu
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu, anak dan lansia serta pengendalian penyakit menular dan tidak menular
Peningkatan Upaya Kesehatan masyarakat melalui Puskesmas serta melaksanakan bina gizi dan kesehatan bagi ibu dan anak
Meningkatkan Pembinaan Upaya Kesehatan masyarakat dan bina gizi ibu dan anak
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
6
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan serta ketersediaan obat dan alat kesehatan
Peningkatan akses pelayanan kesehatan dasar, kefarmasian dan pengawasan obat dan makanan melalui jaringan SIK online
Arah Kebijakan
Peningkatan usaha pelayanan kesehatan lansia Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta usaha penyehatan lingkungan Meningkatkan standarisasi pelayanan kesehatan melalui peningkatan SDM kesehatan dan melengkapi ketersediaan data dan informasi kesehatan
Program
Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah sakit Meningkatkan Akses dan Mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Program Pengawasan Obat dan Makanan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 20
No
Sasaran
7
Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin serta pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada Masyarakat
8
9
Terkendalinya pertumbuhan penduduk serta meningkatnya keluarga yang berkualitas dan sejahtera
Meningkatnya kualitas, daya saing dan penempatan tenaga kerja, serta perlindungan terhadap tenaga kerja.
Strategi Peningkatan pelayanan kesehatan penduduk miskin
Arah Kebijakan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan bagi Peserta JKN dengan mempermudah pengurusan administrasi
Program
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
Peningkatan pemberdayaan desa / kelurahan dan CSR dari perusahaan untuk program kesehatan serta promosi kesehatan kepada masyarakat
Meningkatkan Pelaksanaan Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan kepada Masyarakat
Meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta KB
Meningkatkan Kelestarian dan kemandirian peserta KB
Program Keluarga Berencana
Peningkatan Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
Pembentukan, Pembinaan dan Pengembangan Bina Keluarga
Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
Mengembangkan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha, dan penataan lembaga pelatihan berbasis kompetensi.
Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja diutamakan untuk para pemuda Bintan yang belum bekerja dan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program Peningkatan Kompetensi dan Produktifitas Tenaga Kerja Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 21
No 10
Sasaran Meningkatnya perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
Strategi
Arah Kebijakan
Mengupayakan hubungan industrial harmonis, dinamis dan berkeadilan, kelangsungan usaha serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan perlindungan tenaga kerja
Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial yang harmonis.
Program Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
MISI 5. Mewujudkan religius
dan
pembangunan berbudaya
karakter Melayu
masyarakat sebagai
yang
landasan
pembangunan masyarakat No 1
Sasaran Meningkatnya kelestarian nilainilai dan seni budaya melayu sebagai kekayaan budaya daerah
2
Terwujudnya toleransi antar umat beragama
3
Terwujudnya pemahaman dan pengamalan agama sesuai dengan agama dan keyakinan masingmasing
Strategi Memberdayakan lembaga-lembaga adat terutama adat melayu untuk melestarikan nilainilai budaya melayu dalam kehidupan masyarakat.
Meningkatkan kerukunan umat bergama.
Pengembangan pendidikan agama di masyarakat dan sekolah
Arah Kebijakan
Program
Peningkatan kegiatan budaya, penyelenggaraan festival seni budaya, serta Cagar Budaya
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Peningkatan kualitas pemahaman, pengamalan dan kerukunan umat beragama melalui komunikasi lintas Agama
Pelaksanaan kegiatan keagamaan di masyarakat dan sekolah-sekolah dan pembangunan rumah tahfiz di setiap kecamatan
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Program Peningkatan Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama
Program Pemenuhan Kebutuhan Sarana Peribadatan Program Pembinaan Keagamaan
Program Pembinaan Kesejahteraan Rakyat
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 22
MISI 6. Mengoptimalkan pemberdayaan masayarakat, Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan pengarusutamaan gender dalam berbagai aspek pembangunan No 1
2
3
4
Sasaran
Strategi
Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan serta perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Menerapkan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG), dan Memperkuat sistem perlindungan anak dan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dengan melakukan berbagai upaya pencegahan dan penindakan.
Menurunnya persentase penduduk miskin
Meningkatnya penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Memperbaiki program perlindungan sosial, meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar, Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin serta menciptakan pembangun an yang inklusif.
Meningkatkan pembudayaan kesetiakawanan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
Memperkuat Kelembagaan, Pengembangan Partisipasi masyarakat dan Peningkatan pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat
Arah Kebijakan Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender, peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan, serta Peningkatan upaya pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi terhadap anak, perempuan, dan kelompok marjinal.
Peningkatan implementasi program-program penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan.
Peningkatan pemberdayaan dan pelayanan rehabilitasi kesejahteraan sosial
Penguatan Kelembagaan Masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta peningkatan keswadayaan masyarakat
Program Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Program Perlindungan Anak Program Penanggulangan Kemiskinan
Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Program Pemberdayaan Sosial
Program Rehabilitasi Sosial Program Peningkatan Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 23
No
Sasaran
5
Meningkatnya pengelolaan pembangunan oleh pemerintah desa
Strategi Mengembangkan kelembagaan ekonomi pedesaan dan aparatur desa
Arah Kebijakan Pengembangan data dan informasi pedesaan, pengembangan lembaga ekonomi desa serta peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
Program Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan
Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa
MISI 7. Memberdayakan pemuda sebagai pelopor pembangunan di Kabupaten Bintan No 1
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Program
Meningkatnya pemberdayaan generasi muda dan olah raga
Meningkatkan kualitas dan kuantitas generasi muda melalui pembinaan dan peningkatan prestasi olah raga
Meningkatkan kualitas generasi muda dan olah raga
Program Peningkatan peran serta Kepemudaan
Meningkatkan pemberdayaan pemuda dalam pembangunan diperbatasan
Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana olah raga
Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
Program peningkatan sarana dan prasarana Olahraga
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 24
MISI 8. Mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan No 1
Sasaran Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan
Strategi
Arah Kebijakan
Program
Peningkatan produktivitas perkebunan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan
Meningkatkan produksi, produtifitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, Kelembagaan dan Kemitraan usaha, Investasi usaha perkebunan sesuai dengan kaedah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Meningkatkan produksi, produtifitas dan mutu tanaman pangan melalui pengembangan komoditas, SDM, Kelembagaan dan Kemitraan usaha, Investasi usaha perkebunan sesuai dengan kaedah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Meningkatkan produksi, produtifitas dan mutu tanaman hortikultura ramah lingkungan melalui pengembangan komoditas, SDM, Kelembagaan dan Kemitraan usaha, Investasi usaha perkebunan sesuai dengan kaedah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Peningkatan produktivitas Pertanian Tanaman Pangan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan
Peningkatan produktivitas Pertanian Tanaman Hortikultura ramah lingkungan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Pangan
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu hasil Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan
VI ‐ 25
No
Sasaran
Strategi
Arah Kebijakan
Program
Peningkatan penyediaan dan pengembangan Prasarana dan sarana Pertanian melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani secara berkelanjutan
Meningkatkan penyediaan dan pengembangan Prasarana dan Sarana pertanian melalui pengembangan komoditas, SDM, Kelembagaan dan Kemitraan usaha, Investasi usaha perkebunan sesuai dengan kaedah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
Meningkatkan produksi, produtifitas dan mutu ternak berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, Kelembagaan dan Kemitraan usaha, Investasi usaha peternakan sesuai dengan kaedah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Peningkatan cadangan pangan, pemantauan harga, distribusi dan keamanan pangan, serta penganekaragaman konsumsi pangan secara merata di seluruh wilayah.
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat
2
Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas Peternakan
Peningkatan produktivitas perternakan melalui revitalisasi penyuluhan dan pemberdayaan kelompok peternak secara berkelanjutan
3
Meningkatnya ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman serta terjangkau bagi masyarakat di seluruh wilayah
Meningkatkan kerjasama dengan lembaga yang bergerak dalam bidang distribusi pangan untuk memastikan ketersediaan pasokan pangan dan stabilitas harga pangan pokok.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 26
No 4
Sasaran Meningkatnya kebersihan lingkungan serta upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan
Strategi Meningkatkan kualitas lingkungan yang menyeluruh melalui Penguatan sistem pemantauan kualitas lingkungan hidup, penegakan hukum lingkungan, dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Arah Kebijakan Peningkatan pengawasan dan pengendalian pencemaran/ perusakan lingkungan hidup.
Program Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan lingkungan hidup untuk lembaga kemasyarakatan tingkat Daerah
5
Meningkatnya luas ruang terbuka hijau yang dikelola
Meningkatkan/ Mempertahankan luas ruang terbuka hijau dan pengelolaan tempat pemakaman umum
Pengelolaan ruang terbuka hijau dan tempat pemakaman umum dengan memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Persampahan Program Peningkatan Prasarana Penerangan Jalan Umum
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Program Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VI ‐ 27
RPJMD 2016-2021
BAB.
VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah dalam bab tujuh bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang kinerja
urusan
pemerintahan
sasaran
yang
daerah
menjadi
dengan
acuan
rumusan
indikator
penyusunan
program
pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan. Melalui rumusan kebijakan umum, diperoleh sarana untuk
menghasilkan
berbagai
program
yang
paling
efektif
dalam mencapai sasaran. Sedangkan menghasilkan
dari
rencana
perumusan
program
pembangunan
yang
pembangunan konkrit
dalam
daerah bentuk
program prioritas yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran
pembangunan
daerah.
Dalam
mewujudkan
capaian
keberhasilan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Bintan menetapkan rangkaian program sesuai dengan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang dilaksanakan oleh SKPD di lingkungan Pemerintah
Kabupaten
Bintan. Penetapan program pembangunan dan penanganan urusan pembangunan yang disesuaikan dengan misi pembangunan daerah adalah sebagai berikut. MISI 1
Mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai daerah tujuan investasi yang berdaya saing dengan mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama di bidang pariwisata dan kelautan
Program untuk mendukung misi ini adalah : 1) Urusan Penanaman Modal a.
Program Pengawasan dan Pengendalian Investasi
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐1
b.
Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
a. c. Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal b. P Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi d. r Investasi o e. g Program Pelayanan Perizinan Non Investasi 2)
3)
Urusan Penataan Ruang a.
Program Perencanaan Tata Ruang
b.
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Urusan Pariwisata a.
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
b.
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
C.
Program Pengembangan Usaha dan Industri Pariwisata
d.
Program Pengembangan Kemitraan
4)
Urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah a. Program Peningkatan Kemampuan Kewirausahaan bagi Koperasi dan UMKM b. Program Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan UMKM
5)
Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian a.
6)
Program Pembinaan BUMD
Urusan Kelautan dan Perikanan a.
Program pengembangan budidaya perikanan
b.
Program Pengembangan Perikanan Tangkap
c.
Program pencegahan dan penanggulangan hama penyakit ikan
d.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐2
7)
Urusan Perindustrian a.
8)
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Urusan Perdagangan Program Perlindungan Konsumen dan pengamanan a. perdagangan Program Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan b. Prasarana Perdagangan
MISI 2. Mewujudkan
pelayanan
infrastruktur
daerah
yang
berkualitas, terintegrasi dan merata 1) Urusan Perhubungan Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas a. Perhubungan b.
Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
c.
Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas
d. e.
Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pos dan Telekomunikasi Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
f.
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
g.
Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor
2) Urusan Pekerjaan Umum a.
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
b.
Program Rehabilitasi / Pemeliharan Jalan dan Jembatan
c.
Program Peningkatan Perencanaan Teknis
d. e.
Program Pengembangan Sarana prasarana Perumahan Dan Permukiman Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya
f.
Program Pengendalian Banjir
g.
Program Pembangunan Drainase dan Gorong-Gorong Jalan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐3
3) Urusan Perumahan a.
Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air Limbah
b.
Program Penyehatan Lingkungan Permukiman
4) Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian a.
MISI 3.
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
Mewujudkan
penyelenggaraan
pemerintahan demokratis
yang
sebagai
baik
(good
langkah
tata
kelola
governance)
melayani
dan
masyarakat
dengan sepenuh hati 1) Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian
dan
Persandian a.
Program Pendidikan Kedinasan
b.
Program Peningkatan Administrasi dan Mutasi Kepegawaian Daerah
c.
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
d. e. f. g. h. i. j. k.
Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Program Pengawasan dan Pengendalian Internal dan Eksternal Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Program Pembinaan dan Pengawasan serta Peningkatan Akuntabilitas Pembangunan Daerah Program Pengelolaan Administrasi Wilayah Perbatasan Program Penataan, Ketatalaksanaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐4
l.
Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
m.
Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
n.
Program Pembinaan Pertanahan
o.
Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian
p.
Program Pembinaan BUMD
q.
Program Peningkatan Administrasi Pembangunan Daerah
r. s. t. u.
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik dan Keprotokolan Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
v.
Program Penanggulangan Bencana
w.
Program Mitigasi Bencana
x.
Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
y. z. aa. bb. cc.
Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Program Manajemen Aset Daerah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Daerah Program Pembinaan dan Fasilitas Pengelolaan Keuangan Desa
dd.
Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan
ee.
Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan
ff. gg. hh.
Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Program Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Program Penegakan Peraturan Daerah dan Pengembangan Kapasitas Pol PP
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐5
Program Pembinaan Potensi Ketahanan dan Perlindungan Masyarakat 2) Urusan Pekerjaan Umum ii.
a.
Program Rekonstruksi dan Rehabilitasi Pasca Bencana Daerah
b.
Program Pengendalain Banjir
3) Urusan Perencanaan Pembangunan a.
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
b.
Program Pengembangan Data dan Informasi
c.
Program Penelitian Perencanaan Pembangunan
d.
Program Pengembangan Perencanaan Pembangunan
e.
Program perencanaan pembangunan ekonomi
f.
Program perencanaan pembangunan infrastruktur dan SDA
g.
Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan
h.
Program Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah
4) Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil a.
Program Penataan Administrasi Kependudukan
5) Urusan Kearsipan a.
Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
b.
Program perbaikan sistem administrasi kearsipan
c.
Program Penyelenggaraan Kearsipan Daerah
6) Pendidikan a. b.
Program Pengembangan Perpustakaan Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐6
7) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri a. b.
MISI 4.
Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik
Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta kualitas SDM agar bisa bersaing dalam kompetisi global
1) Urusan Pendidikan Program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan a. Taman Kanak-Kanak b.
Program Pendidikan Dasar (Wajib Belajar 9 Tahun)
c.
Program Penyediaan sarana dan Prasarana Pendidikan
d.
Program Non Formal
e.
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
2) Urusan Perencanaan Pembangunan a.
Program Perencanaan Sosial Budaya
3) Urusan Kesehatan a.
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
b.
Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
c.
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
d.
Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
e.
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
f.
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
g.
Program Pengawasan Obat dan Makanan
h.
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
i.
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐7
4) Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a.
Program Keluarga Berencana
b.
Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
5) Urusan Ketenagakerjaan a. b. c. d.
MISI 5.
Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Program Peningkatan Kompetensi dan Produktifitas Tenaga Kerja Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Mewujudkan pembangunan karakter masyarakat yang religius
dan
berbudaya
Melayu
sebagai
landasan
pembangunan masyarakat 1) Urusan Kebudayaan a.
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
b.
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
2) Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Program Peningkatan Toleransi dan Kerukunan Umat a. Beragama 3) Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian a.
Program Pemenuhan Kebutuhan Sarana Peribadatan
b.
Program Pembinaan Keagamaan Program Pembinaan Kesejahteraan Rakyat
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐8
MISI 6.
Mengoptimalkan Mewujudkan
pemberdayaan Kesejahteraan
pengarusutamaan
gender
dalam
masayarakat, Sosial berbagai
dan aspek
pembangunan 1) Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan a. b.
Program Perlindungan Anak
2) Urusan Sosial Program Pemberdayaan Sosial a. b. c. d.
Program Penanggulangan Kemiskinan Program Rehabilitasi Sosial Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
3) Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Program Peningkatan Pemberdayaan dan Partisipasi a. Masyarakat dalam Pembangunan b.
Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan
c.
Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa 4) Urusan Perencanaan Pembangunan d. a.
MISI 7.
Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan
Memberdayakan pemuda sebagai pelopor pembangunan di Kabupaten Bintan
1) Kepemudaan dan Olahraga a.
Program Peningkatan peran serta Kepemudaan
b.
Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
c.
Program peningkatan sarana dan prasarana Olahraga
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐9
MISI 8.
Mewujudkan kualitas
ketahanan
pengelolaan
pangan
dan
lingkungan
meningkatkan hidup
yang
berkelanjutan 1) Urusan Pertanian Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu a. Produk Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu b. Produk Tanaman Pangan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu c. hasil Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan d. Sarana Pertanian Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis e. Peternakan Rakyat 2) Urusan Ketahanan Pangan a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan 3) Urusan Lingkungan Hidup Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan a. Lingkungan Hidup Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber b. Daya dan Lingkungan Hidup Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan c. Hidup d.
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
e.
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Persampahan
4) Pekerjaan Umum a.
Program Peningkatan Prasarana Penerangan Jalan Umum
b.
Program Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum
5) Penataan Ruang a.
Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VII‐10
RPJMD 2016-2021
BAB. VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
Dalam bagian ini berdasarkan penjelasan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 Tahun 2010, diuraikan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Selain itu juga disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada
akhir
periode
perencanaan
yang
dibandingkan
dengan
pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. Setelah program prioritas diketahui, dibuatlah alokasi pagu untuk setiap program. Pagu indikatif program merupakan jumlah dana yang tersedia untuk mendanai program prioritas tahunan yang penghitungannya berdasarkan standar satuan harga yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. lndikasi rencana program prioritas Pemerintah Kabupaten Bintan berisi program- program baik untuk mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah maupun untuk pemenuhan layanan SKPD dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah. Adapun pagu indikatif sebagai wujud kebutuhan pendanaan adalah jumlah dana yang tersedia untuk penyusunan program dan kegiatan tahunan. Program-program prioritas yang telah disertai kebutuhan pendanaan atau pagu indikatif selanjutnya dijadikan sebagai acuan bagi SKPD dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, termasuk dalam menjabarkannya ke dalam kegiatan prioritas beserta kebutuhan pendanaannya. Pencapaian target kinerja program (outcome) di masing-masing urusan sesungguhnya
tidak
hanya
didukung
oleh
pendanaan
yang
bersumber
dari APBD Kabupaten Bintan, tetapi juga dari sumber
pendanaan
lainnya
(APBN,
APBD
Propinsi,
dan
Sumber-sumber
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VIII - 1
pendanaan lainnya). Namun demikian, pencantuman pendanaan di dalam Tabel 8.1 hanya yang bersumber dari APBD Kabupaten Bintan
Perumusan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan dilakukan berdasarkan kompilasi hasil verifikasi terhadap rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif dari setiap rancangan Renstra SKPD. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
VIII - 2
Tabel 8-1 Indikasi Rencana Program Prioritas Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas 2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp)
Rutin (Urusan Wajib dan Pilihan) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
95.033.1 64.263
99.784. 822.476
104.774. 063.600
110.012.7 66.780
115.513. 405.119
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
44.779.3 72.359
47.018. 340.977
49.369.2 58.026
51.837.72 0.927
54.429.6 06.973
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
3.846.15 9.194
4.038.4 67.154
4.240.39 0.511
4.452.410. 037
4.675.03 0.539
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
5.566.25 9.000
5.844.5 71.950
6.136.80 0.548
6.443.640. 575
6.765.82 2.604
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
3.290.24 2.900
3.454.7 55.045
3.627.49 2.797
3.808.867. 437
3.999.31 0.809
121.28 9.075. 375 57.151 .087.3 22 4.908. 782.06 6 7.104. 113.73 4 4.199. 276.34 9
Dinas Pendidikan Pendidikan Program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman KanakKanak APK PAUD 0-6 Tahun
56,74
57,73
58,73
59,73
61.00
62,5
Rasio guru murid PAUD
01:09
01:08
01:08
01:08
1:8
01:08
17
20
23
26
29
29
Jumlah lembaga PAUD yang terakreditasi Program Pendidikan Dasar (Wajib Belajar 9 Tahun)
21.660
21.660
21.660
21.660
01:08
21.660
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 3
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
2019
Dana (Rp)
Target
APM SD/MI/SLB/Paket A
94,69
95,21
95,75
96,31
96,89
APK SD/MI/SLB/Paket A
2020
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
97
97,5
102,75
104,79
104,25
103,69
103,11
103
102,5
APM SMP/MTs/Paket B
76,95
77,3
77,8
78
78,3
78,95
80
APK SMP/MTs/Paket B
100,5
122,7
122,2
122
121,7
121,1
120
Angka putus sekolah SD/SMP Rasio APM perempuan laki-laki di SD Rasio APM perempuan laki-laki di SMP Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
0,22
0,20
0,18
0,16
0,14
0,12
0,10
99,67
99,7
99,78
99,83
100
100
100
101,09
100,78
100,52
100,88
100
100
100
8,28
9,00
9,00
9,00
9,00
9,00
9,00
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Persentase guru TK bersertifikat profesi
13,2
17,6
19,02
20,54
22,6
24,86
27,34
Persentase guru SD bersertifikat profesi
44,2
49,2
53,12
57,37
63
69,41
76,35
Persentase guru SLTP bersertifikat profesi
43,7
63,5
68,63
74,12
81,53
89,68
98,65
Persentase pengawas bersertifikat profesi
400
450
600
600
600
35,7
100
100
100
100
100
100
Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV
79,73
83,1
87,3
92,3
95
98
100
Persentase guru yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG)
16,92
52,52
57,77
66,44
76,4
87,86
100
Program Non Formal Angka Melek Huruf (AMH)
50 99,63
99,63
3.473 99,72
3.717 99,81
3.947 99,91
4.149 100
100
Pemuda dan Olahraga Program Peningkatan peran serta Kepemudaan
4.660
5.970
7.335
5.285
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 4
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Persentase organisasi kepemudaan yang aktif Jumlah pemuda yang mandiri dan berdaya saing Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga Jumlah prestasi olah raga yang diraih Program peningkatan sarana dan prasarana Olahraga Persentase sarana dan prasarana olahraga yang standar
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
2019
Dana (Rp)
Target
2020
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
50
60
65
70
75
80
85
43
48
51
54
57
60
63
2.820 43
33
40
2.490 45
2,980 0
40
50
3.220 48
3.593 58
2.770 50
4.232 69
53 4.949
75
80
Dinas Kesehatan Kesehatan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar Jumlah Pos UKK yang terbentuk Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional dan komplementer Jumlah Puskesmas Yang Menerapkan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
9.558.2 32.000 0
0
20
8.445.653. 795 40
0
1
2
0
13
26
-
3
0
2
45
4
3.204.2 36.029 95
95
96
92,67
93
94
60
-
80 -
4
-
60 -
7
7.462. 579.69 3
7.938.91 4.567
-
-
Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Persentase ibu hamil Kurang Energi Protein (KEK) yang mendapat makanan tambahan Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
8.984.73 8.080
80 -
5
-
75 -
11
75 -
15
15
-
-
-
-
3.011.98 1.867
2.831.262. 955
2.661.38 7.178
2.501. 703.94 7
97 -
95
98 -
96
98 -
5
98
98 -
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 5
98
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eklusif
0
26
27
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
0
50
55
95
95
96
Persentase balita (baduta=bayi dua tahun) kurus yang mendapat makanan tambahan Persentase Anemia Ibu Hamil Persentase Bayi BBLR Persentase balita gizi kurang Persentase balita Wasting ( Kurus )
0,37
0,4
0,4
0,4
2,14
2,14
0,8
0,8
0,79
32
31
0,35
0,35
0,35
Persentase balita Gizi buruk yang dirawat Persentase balita ditimbang berat badannya Persentase pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin Persentase Balita dapat Vit. A dosis tinggi (200.000 IU) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
100
100
100
83,6
83,7
83,8
100
100
100
Persentase kunjungan bayi
-
Target 28 60
95,85
95,87
80
80
85
98
98
98
39
0,4
-
2,14
-
0,78
-
-
6
6
85
86
29 65
30 0,34 100 84
90
-
-
0,4
-
2,14
-
0,77
-
-
98
29 0,33 100 84,5
96 95
-
6
-
87
70 98
-
-
0,4
-
0,4
-
2,14
-
2,14
-
0,75
-
0,75
-
28 0,33 100 85
-
100
-
98
-
-
30
-
-
35
70
-
0,25
100
-
30
Dana (Rp)
98
-
-
Target
-
95,89
Dana (Rp)
0,3
100
-
Target
2020
98
-
-
6
-
-
37
85
-
0,32
32
Dana (Rp)
-
95,84
2019
97
-
Presentase balita gizi buruk
Jumlah kasus kematian anak balita
Dana (Rp)
0,35
2,14
Persentase Baduta Stunting
Persentase pelayanan kesehatan Neonatus 0 sampai 28 hari (KN Lengkap) Kasus Kematian Bayi
2018
0,38
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
-
6
-
88
0,33 100 85 100
96 95
-
98
-
28
-
34
0,25
96 95 98
32
-
-
6
-
6
-
90
-
90
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 6
32
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Persentase kunjungan balita Puskesmas yg melaksanakan pelayanan Neonatal Esensial sesuai standar. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB). Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 7 dan 10 Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil Persentase Puskesmas Puskesmas yang melakukan orientasi program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Persentase ibu hamil yang mendapatkan Pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4) dengan pelayanan 10 T Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Persentase kunjungan ibu nifas lengkap Jumlah kasus kematian ibu Persentase Bumil Komplikasi yang Ditangani Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
2017 Dana (Rp)
Target
71
71
72
0
81
81
2018 Dana (Rp) -
Target 73
990
990
990
33
40
40
10
15
80
80
87
80
80
87
-
990
-
96,5
98
98
98
96,4
96,4
96,5
7
7
7
100
100
100 160.122 .700
10
20
20 93
-
990
98 96,5 7 100
-
-
25 93
-
-
990
97,1 7 100
30 100
60
-
-
30 100 100
85
-
990
85 97,2 98 97,2 7 100
132.995. 353 50
-
-
98
93
100
-
75
-
-
97,1
-
60
78
-
75
Dana (Rp)
93
93
-
Target
-
141.484.4 18 40
-
60
96,5
Dana (Rp)
-
-
150.515. 338 30
-
76
-
74
-
96,4
Target
2020
93
87
76
96,4
-
47
74
Dana (Rp)
-
0
2019
86 -
95,4
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
-
97,2 98 97,2 7 100
125.01 5.631 53
53
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 7
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Persentase anak usia o sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap Persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon Persentase hasil pemeriksaan haji (3 bulan sebelum operasional)
70
2017 Dana (Rp)
72
Target 74
292.129 .286
2018 Dana (Rp) -
Target 76
274.601. 529
97
97
97
91
92
93
100
100
100
Persentase penurunan kasus Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu Jumlah Kecamatan dengan API < 1 per 1.000 penduduk
34,5
35
37
10
10
10
Jumlah Kecamatan endemis Filariasis berhasil menurunkan angka mikrofiliria menjadi < 1% Persentase Kecamatan dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
0
2
2
20
33
33
Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
80
81
82
Persentase Kecamatan dengan angka keberhaslan pengobatan TB Paru BTA Positif (sucsess rate) minimal 85% Persentase angka kasus HIV yang diobati.
80
81
82
90
90
90
Persentase Kecamatan yang 50% Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana Pneumonia melalui program MTBS Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
53
53
60
-
94 100
-
-
-
10 2 33 83
95 100
-
10 2 33 84
-
-
95 100
-
100 40
10 2 33 85
-
10 2 33 85 85
90
-
80
-
95
-
50
-
85
-
80
97
40
73
-
228.07 9.636
90
Dana (Rp)
97
84
-
80
-
40
-
Target
242.637. 911
90
Dana (Rp)
40
67
-
78
-
83
-
Target
2020
97
38
30
Dana (Rp)
97
-
20
2019
258.125.4 37
-
0
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
90 80
50
-
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 8
50
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun
29,4
2017 Dana (Rp)
31
Target
6,4
Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
18
19
20
Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
60
63
66
Persentase Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan
80
82
84
0
50
50
Target
82
84
76
78
80
Jumlah Desa/Kelurahan yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
8
9
11
Jumlah Kecamatan yang memiiliki 1Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi Jumlah Puskesmas yang Minimal Memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Puskesmas yang memiliki Jaringan SIK Online
0
1
2
5
5
7
5
5
6
30
55
80
1.408.8 14.770
8.705.0 47.300
2019
Dana (Rp)
41
-
5,9 21 69 86
-
82 13
1.324.28 5.884
-
-
8.182.74 4.462
5,6 22 72 88
88 84 15
7 105
-
7.691.779. 794
5,4 23 75 90
8 130
-
-
7.230.27 3.007
23 75 90 100
90 86 17
-
90 86 17
1.099. 930.66 7 10
-
5,4
-
1.170.13 9.007
12
51
100
7
-
Dana (Rp) -
-
1.244.828. 731
9
Target 51
100
4
-
Dana (Rp) -
86
2020
45
100
-
Target
-
80
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Dana (Rp) -
6,9
Jumlah SDM Kesehatan yang dilatih
2018
35
7,2
Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan Persentase penduduk yang melaksanakan STOP BABS
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
15 9 155
10
6.796. 456.62
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 9
15 9 180
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Persentase kesediaan obat dan vaksin di Puskesmas Jumlah Puskesmas yang Memiliki 70% Alat Kesehatan Sesuai Permenkes 75 Tahun 2014 Program Pengawasan Obat dan Makanan Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar Persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas
67,5
Jumlah rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rencana Tindak Lanjut luar daerah Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Kebijakan Publik yang Berwawasan Kesehatan Persentase Desa Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM Persentase Desa Siaga Aktif Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSRnya untuk
2017 Dana (Rp)
Target
70
73
6
7
5 147.291 .362 13
13
20
55,2
55,5
55,8
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui JKN Persentase kunjungan peserta JKN di FKTP
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
4.914.2 98.074
2018 Dana (Rp)
Target
5.000
6.000
120
130
150
76
60
50
879.580 .078 1
1
2
0
6
10
100 2
100 2
100 2
Dana (Rp)
75
Target
2020
Dana (Rp)
78
8
Target
Dana (Rp) 6
80
9
80
10
10
-
-
-
-
138.453. 880
130.146.6 47
122.337. 849
114.99 7.578
33 -
56,1
4.619.44 0.190
1.140
2019
46 4.342.273. 778
8.000 -
56,4
170
60 4.081.73 7.351
40
180
-
-
30
180
12.000 -
20
-
-
-
826.805. 273
777.196.9 57
730.565. 140
686.73 1.231
-
14 100 2
4 -
16 100 2
5 -
18 100 2
180 20
-
3
56,7
3.836. 833.11 0 12.00 0
10.000 -
56,7
60
5 -
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 10
18 100 2
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
2019
Dana (Rp)
Target
2020
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
Program Kesehatan Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
0
Persentase Desa yang melaksanakan PHBS
43
47
50
100
100
100
52,9%
40%
45%
50%
55%
60%
60%
75
75
75
78
78
80
80
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
3
5
5 -
5 -
58 100
-
5 -
62 100
-
5 -
70 100
-
70 100
RSUD Kesehatan Upaya Kesehatan Masyarakat BOR (Bed Occupancy Ratio) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
12.680
Standarisasi Pelayanan Kesehatan Terselenggaranya Standarisasi dan Akreditasi Rumah sakit oleh komisi Akreditasi rumah sakit (KARS)
300
-
15.200
850
Perdan a
-
Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah sakit Peningkatan Kelas/Type Rumah sakit
13.935
600
16.555
900
Tk. dasar 45.400
18.120
900
Tk. dasar 49.700
950
Tk. Madya 13.600
Tk. Madya 13.400
D
D
D
C
C
C
C
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
89,896
89,896
89,896
89,896
89,896
89,89 6
89,896
Dinas Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Persentase tingkat kemantapan jalan (Mantap Sempurna) Persentase tingkat kemantapan jalan (Mantap Marginal)
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 11
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Persentase tingkat kemantapan jalan (Tidak Mantap)
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Dana (Rp)
Dana (Rp)
3
-
-
-
-
1
10.000.00 0.000
1
11.000.0 00.000
1
Panjang jalan yang dibangun dan ditingkatkan
531,76
29,095
98.580. 960.000
20
81.750.0 00.000
15
86.655.00 0.000
17
91.854.3 00.000
20
Jumlah Jembatan yang dipelihara
222,93
10
6
0
Program Pembangunan Drainase dan Gorong-Gorong Jalan Persentase drainase jalan yang terbangun Panjang Drainase jalan yang terbangun
6.700.00 0.000
17
17
20
1
1
2
2
8.875.00 0.000
9.075.000. 000
8,662 12.000 .000.0 00 97.365 .558.0 00 7.700. 000.00 0
3 543,76
372,93 6 9.537. 000.00 0
9.29500 0.000
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
12980
4919
2600
2600
2600
2600
25699
1.335.0 00.000 2521
1.588.65 5.000 3000
1.683.974. 300 3000
1.785.01 2.758 3000
758
1.892. 113.52 3 3000
14521
2550 -
-
-
-
-
-
-
-
2.960.0 00.000
Program Peningkatan Perencanaan Teknis Persentase Dokumen Perencanaan teknis yang dihasilkan (Total 81
6.150.000. 000
Dana (Rp)
8,662
15
10.183. 500.000
Program Pengendalian Banjir Jumlah panjang normalisasi saluran/ sungai Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya Panjang jaringan irigasi yang dipelihara(9300 M)
0
5.100.00 0.000
8,662
Target
Jumlah jembatan yang dibangun
2.826.8 00.000
8,662
Target
2020
8,662
Program Rehabilitasi / Pemeliharan Jalan dan Jembatan
8,662
Target
2019
8,662
Panjang jaringan jalan yang dipelihara
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
49
59,26
500.000.0 00 3000
5.920.00 0.000 69,14
550.000. 000 3000
8.880.000. 000 79,01
625.00 0.000 3300
11.840.0 00.000 88,88
10000 14.800 .000.0 00
98,77
100
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 12
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp)
Dokumen) Perumahan Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air Limbah
20.912. 134.000
12.450.0 00.000
7.715.000. 000
17.493 .740.0 00
16.227.4 00.000
Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
63,75
73,02
78,05
83,63
90,88
98,14
98,14
Jumlah Sambungan Rumah (SR) perdesaan yang terpasang
3302
654
250
250
270
290
5016
Jumlah Sambungan Rumah (SR) Perkotaan yang terpasang
2410
177
200
250
380
360
3777
2.611.2 50.000
Program Penyehatan Lingkungan Permukiman Jumlah Luas Kawasan Kumuh Perkotaan (98,01 Ha) Program Pengembangan Sarana prasarana Perumahan Dan Permukiman Persentase kawasan pemukiman yang tertata (6.176,36 Ha) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
18,01
2.767.92 5.000 19
3.088.421. 579 20
3.437.41 3.217 21
3.470. 150.48 6 20
98,01
n/a 21.539. 846.000 8
30.000.0 00.000 10
32.000.00 0.000 10
35.200.0 00.000 10
40.000 .000.0 00 12
50
3,30
Penataan Ruang 700.000 .000
Program Perencanaan Tata ruang Jumlah Dokumen Tata ruang dan turunannya yang dihasilkan Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang
5
1
770.000. 000 1
555.000 .000 75
847.000.0 00 2
610.500. 000 95
2 671.550.0 00
95
1.024. 870.00 0
931.700. 000 2 738.705. 000 95
5
2 812.57 5.500
95
95
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 13
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp)
Perencanaan Pembangunan 1.766.0 00.000
Program Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase usulan melalui mekanisme perencanaan yang diakomodir dalam RKPD Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD Persentase RENJA SKPD yang selaras dengan dokumen perencanaan. Program Pengembangan data dan Informasi Persentase tingkat keterisian data SIPD Tingkat kepuasan pengguna informasi atas data/informasi pembangunan daerah bintan yang disajikan dalam website Pemkab/Bappeda Bintan Program Penelitian dan pengembangan Daerah Jumlah penelitian yang dihasilkan Program Pengembangan Perencanaan Pembangunan Jumlah pengembangan inovasi yang dihasilkan
1.942.60 0.000
2.136.860. 000
2.350.54 6.000
2.585. 600.60 0
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100 324.000 .000
100 356.400. 000
100 392.040.0 00
100 431.244. 000
100 474.36 8.400
40
50
60
70
80
90
90
100
100
100
100
100
100
100
N/A
N/A
N/A
1
350.000. 000
1
385.000.0 00
1
423.500. 000
1
465.85 0.000
1
N/A
N/A
N/A
1
250.000. 000
0
275.000.0 00
1
302.500. 000
0
332.75 0.000
1
3
1.664.2 15.500
3
2.436. 577.91 4
3
Program Perencanaan Ekonomi Jumlah dokumen perencanaan pembangunan ekonomi yang dihasilkan Program perencanaan pembangunan infrastruktur dan SDA
3
3
1.830.63 7.050
3
2.013.700. 755
3
2.215.07 0.831
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 14
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Jumlah dokumen perencanaan pembangunan infrastruktur dan SDA yang dihasilkan Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan Persentase desa yang menyusun RPJMDes sesuai peraturan
5
2
Persentase dokumen pelaporan yang disusun tepat waktu.
Dana (Rp)
Target
N/A
6
100
Program Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah Tingkat kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan dilapangan
2017 Dana (Rp)
Target
2019 Target
Dana (Rp)
2 627.350.6 36
100 811.117. 197
737.379 .270
Dana (Rp)
2
100
2020 Target
2 690.085. 700
100 892.228.9 17
Dana (Rp) 2 759.09 4.270
100
100 1.079. 596.98 9
981.451. 808
96
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
450.000. 000
Program Perencanaan Sosial Budaya Jumlah dokumen perencanaan pembangunan sosial yang dihasilkan
2018
570.318. 760
518.471 .600 N/A
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
4
4
N/A
4
-
180.000 .000
-
495.000.0 00 4
544.500. 000 4
598.95 0.000 4
4
Dinas Perhubungan Perhubungan Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Jumlah penyusunan perencanaan pembangunan sarana, prasarana dan fasilitas perhubungan Jumlah Penyusunan norma, kebijakan, standar dan prosedur bidang perhubungan Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Jumlah rehabilitasi/ pemeliharaan dermaga/ pelabuhan
475.000. 000
-
3.590.000. 000
-
3.590.00 0.000
-
1.890. 000.00 0
8
1
2
5
3
1
20
1
-
-
-
1
-
2
-
1.301.0 00.000
1
1
1.313.00 0.000
3
2.532.500. 000
3
3.414.00 0.000
-
3.580. 500.00 0
3
11
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 15
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Jumlah rehabilitasi/ pemeliharaan APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Jumlah Pulau yang tercakupi jaringan Transportasi Jumlah pelayanan pas kecil
38
Dana (Rp)
34
Target
2018 Dana (Rp)
42
Target
2019
Dana (Rp)
45
Target
2020
Dana (Rp)
46
48
-
8
8
-
8
-
9
10
11
11
1000
1000
1050
1100
1100
1100
1
-
1
1
-
-
3.500.0 00.000
-
0
-
-
2.000.000. 000
-
1.226.4 20000
-
-
-
14.500.0 00.000
1 -
1.740.00 0
-
710.000. 000
1
-
-
1
1
-
Jumlah warning Light
29
4
2
1
1
1
Jumlah Penurunan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
60
58
-
56
-
54
-
52
51
-
177.000 .000
-
221.000. 000
1
4.240.000. 000
-
2200 -
2.200 75.000. 000
-
2.200 80.000.0 00
-
250.000. 000
2.200 85.000.00 0
-
11 -
2
-
11 38 38 250.00 0.000
2.200 90.000.0 00
4
1.300. 000.00 0
1.680.00 0.000
-
1952
10.000 .000.0 00
-
1
Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor
900.00 0.000
1
2 1.255.000. 000
-
-
Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pos dan Telekomunikasi
49
605.000. 000
9
Jumlah pengujian kendaraan bermotor wajib uji (KIR)
Dana (Rp)
-
1000
740.000.0 00
Target
500.000 .000
Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas Jumlah Traffic Light
2017
-
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan Jumlah Pembangunan Gedung Terminal Jumlah Pembangunan terminal/Pelabuhan Sungai,danau,dan Penyebrangan Jumlah pengadaan sarana transportasi
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
-
2.200 95.000 .000
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 16
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Persentase wilayah yang tercakupi jaringan operator selular
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
95%
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016
2017
2018
2019
2020
Target
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
95%
-
96%
-
97%
-
98%
-
100%
-
100%
Badan Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Jumlah usaha/kegiatan yang mendapat pengawasan kinerja penaatan, pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pecemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti Mendapat penghargaan Adipura Jumlah titik sampel lokasi pemantauan kualitas air Jumlah titik sampel lokasi pemantauan kualitas udara (yang bergerak dan tidak bergerak) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Jumlah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD ) yang disusun Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Jumlah kelompok masyarakat bersama Pemda yang terlibat dalam melaksanakan 3R (Reduce, Reuse,Recycle)
348.695 .951
200.000. 000
525.000.0 00
590.000. 000
700.00 0.000
10/50
50
50
55
60
65
65
90
90
90
90
90
90
90
0
22
22
22
23
24
24
0
8
8
9
9
9
9
75.000. 000 7
7
50.000.0 00 7
182.266 .000
6
8
80.000. 000
150.000.0 00 7
380.000. 000
10
150.000. 000
150.000. 000 7
470.000.0 00
12
160.000.0 00
150.00 0.000 7
560.000. 000
14
180.000. 000
7 650.00 0.000
16
200.00 0.000
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 17
16
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Jumlah sekolah/Kampus yang peduli dan berbudaya lingkungan (adiwiyata)
Persentase volume pengurangan sampah melalui 3R Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2017 Dana (Rp)
Target
24 sekolah tingkat kabupate n, 12 provinsi, 6 Nasional
5
102.266 .000
10
7
2
-
2
2018 Dana (Rp)
80.000.0 00 150.000. 000
Target
15 2
Dana (Rp)
150.000.0 00 160.000.0 00
2019 Target
20 2
Dana (Rp)
200.000. 000 180.000. 000
2020 Target
25 2
Dana (Rp)
250.00 0.000 200.00 0.000
25 2
Lingkungan Hidup Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Persentase penanganan sampah Persentase sampah yang dikelola Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Persampahan Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
8.783.20 0.000
10.230.00 0.000
10.680 .000.0 00
10.380.0 00.000
50
50
55
60
65
70
75
30
30
35
40
50
60
70
0.37
0.37
0.40
0.42
0.45
0.48
0.51
Pekerjaan Umum Program Peningkatan Prasarana Penerangan Jalan Umum Jumlah lampu jalan yang telah terpasang Program Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum Rasio tempat pemakaman umum per 1000 penduduk
1.766.32 0.000
2.500.000. .000
2.500. 000.00 0
2.500.00 0.000
1.716
1.716
1.900
2.200
2.500
2.800
3.000
1.17
1.17
1.20
1.20
1.20
1.22
1.25
Penataan Ruang Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
1.154.77 0.000
2.800.000. 000
3.000.00 0.000
3.300. 000.00
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 18
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Luas Ruang Terbuka Hijau yang dikelola Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB Jumlah Tempat Pengelolaan sampah terpadu (TPST) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp) 0
218.000 30%:70 %
218.000 30%:70 %
218,40 0 30%:70 %
218,80 0 30%:70 %
219,20 0 30%:7 0%
219,6 00 30%:7 0%
220,000 30%:70 %
0
0
0
1
2
3
3
Kependudukan dan catatan sipil Program Penataan Administrasi Kependudukan Persentase penduduk ber KTP-el dari jumlah penduduk wajib KTP-el Persentase bayi berakte kelahiran per Bayi Lahir Persentase kepemilikan akte kelahiran penduduk Persentase Penduduk Berakta Kematian dari jumlah meninggal Persentase penduduk yang belum memiliki dokumen perkawinan (non Muslim)
2.284.0 84.466
2.686.09 6.515
2.954.706. 167
3.562. 094.46 1
3.249.17 6.783
93%
93%
95%
100%
100%
100%
100%
77%
77%
79%
81%
83%
85%
85%
61%
61%
62%
63%
64%
65%
65%
45%
45%
55%
65%
75%
85%
85%
18%
18%
17%
16%
15%
14%
14%
Dinas Sosial Sosial Program Pemberdayaan Sosial
752.600 .000
958.600. 000
1.047.000. 000
1.047. 000.00 0
1.047.00 0.000
Jumlah kelembagaan kesejahteraan sosial yang di bina
62
62
84
84
84
84
96
Persentase pekerja social dan tenaga kerja kesejahteraan social yang komperen/terlatih (terkait tenaga kerja)
23,62
23,62
35
37
39
41
43
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 19
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Program Penanggulangan Kemiskinan Persentase penduduk miskin Persentase rumah tangga miskin
2017 Dana (Rp)
Target
36.159. 000
2018 Dana (Rp)
Target
34.229.0 00
Dana (Rp)
2019 Target
31.529.00 0
Dana (Rp)
2020 Target
35.309.0 00
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp) 33.329 .000
6
6
5.9
5.8
5.7
5.6
5,5
22,49
22.49
22.27
22.05
21.83
21.61
21.39
Persentase rumah tangga miskin yang ditangani
51.12
51.12
55
60
62
64
66
Jumlah rumah tidak layak huni yang direhab
2100
814
172
140
140
140
Program Rehabilitasi Sosial
2.542.0 00.000
2.600.00 0.000
2.658.000. 000
140 2.773. 000.00 0
2.715.00 0.000
Jumlah PMKS (tidak termasuk keluarga miskin)
3.242
3.242
3.080
2.926
2.779
2.640
2.508
Persentase penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
40,28
40.28
45.28
50,28
55.28
60,28
65.28
11
11
11
11
11
11
Sarana pelayanan rehabilitasi social seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Persentase masyarakat yang mendapatkan bantuan jaminan sosial
2.130.0 00.000 6,88
6.88
2.504.00 0.000 7.43
2.504.000. 000 7.43
2.504.00 0.000 7.43
11 2.504. 000.00 0
7.43
7.43
Dinas Tenaga Kerja Ketenagakerjaan Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Tingkat partisipasi angkatan kerja Persentase pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan Tingkat pengangguran terbuka
1.391.0 26.950 65,01
62
753.656. 200
1.447.448. 150
62,50
63
1.447.44 8.150
1447.4 48.150
63,50
64
64,5
61,17
50
51
51,50
52
52,50
53
6,74
6,70
6,50
6,60
6,70
6,80
6,4
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 20
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Rasio Penduduk yang bekerja Program Peningkatan kompetensi dan Produktifitas Tenaga Kerja Presentase tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi Persentase tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Persentase kasus yang terselesaikan dengan perjanjian bersama (PB) Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Persentase kasus PHK yang terselesaikan Persentase kasus perselisihan pengusaha pekerja yang terselesaikan
0.93
2017 Dana (Rp)
0,90
Target
66,67
68
100
65
2018 Dana (Rp)
0,91 450.000 .000
Target
Target
0,95 240.00 0.000
80
72
82
75 820.000. 000
61 340.000.0 00
Dana (Rp)
0,94
77
60,5
2020
240.000. 000
810.000.0 00
322.440. 000
Dana (Rp)
0,93
70 700.717. 800
60,2
2019
240.000.0 00 75
68
142.440 .000
Dana (Rp)
0,92
72
60
Target
240.000. 000
795.715 .000 74
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
77 825.00 0.000
61,5 165.500. 000
62 170.00 0.000
90,9
65
68
70
72
75
77
92,6
70
72
75
78
82
84
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Program Peningkatan Kemampuan Kewirausahaan bagi Koperasi dan UMKM Persentase Pelaku Usaha yang terlatih
350.000 .000 20
25
Program Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan UMKM Persentase koperasi aktif
350.000. 000 30
650.000 .000 50
55
350.000.0 00 35
650.000. 000 60
350.000. 000 40
650.000.0 00 65
350.00 0.000 45
650.000. 000 70
50 650.00 0.000
75
80
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 21
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Jumlah Pengurus Koperasi yang terlatih
200
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor UMKM Industri
Persentase IKM bersertifikasi mutu produk
Target
2018 Dana (Rp)
340 600.000 .000
Target
Dana (Rp)
410 600.000. 000
2019 Target
Dana (Rp)
480 600.000.0 00
2020 Target
Dana (Rp)
550 600.000. 000
620 600.00 0.000
2.538
2645
2794
2985
3218
3493
3621
10806
10915
11076
11289
11554
12051
12304
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Jumlah IKM
Dana (Rp)
270
Program Peningkatan Daya Saing Usaha bagi Koperasi dan UMKM Jumlah UMKM
2017
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
1.000.0 00.000
1.000.00 0.000
1.000.000. 000
1.000. 000.00 0
1.000.00 0.000
319
349
379
409
439
469
499
40
45
50
55
60
65
70
Perdagangan Program Perlindungan Konsumen dan pengamanan perdagangan Persentase tertib ukur terhadap UTTP Persentase ketersediaan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Program Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdagangan Persentase Fasilitas Pasar yang Memadai
350.000 .000
1.050.00 0.000
1.050.000. 000
1.050. 000.00 0
1.050.00 0.000
n/a
n/a
40
45
50
55
60
100
100
100
100
100
100
100
700.000 .000 n/a
15
700.000. 000 20
700.000.0 00 25
700.000. 000 30
700.00 0.000 35
40
Badan Penanaman Modal dan Promisi Daerah Penanaman Modal/Pertanahan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 22
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Jumlah perizinan investasi yang dapat diproses dalam satu tahun
Penyelesaian ijin lokasi Program Pelayanan Perizinan Non Investasi Jumlah perijinan non investasi yang dapat diproses dalam satu tahun Program Pengawasan dan Pengendalian Investasi Jumlah Investor berskala nasional (PMA/PMDN) Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) juta USD Rasio daya serap tenaga kerja Kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN (Milyar Rp) Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal Jumlah investor berskala nasional (PMA/PMDN) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Pameran/expo
2017 Dana (Rp)
Target
735
2018 Dana (Rp)
Target
771
2019
Dana (Rp)
Target
735
2020
Dana (Rp)
Target
807
Dana (Rp) 843
1.312
1.312
1.320
1.330
1.340
1.350
1.360
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
Lama proses perijinan Sistem informasi pelayanan perijinan dan admistrasi pemerintah
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
55 350
375
60 400
350
65 425
355
70 450
360
75 475
365
500 370
200/35
201/36
202/37
1,251 juta USD
199/34 1,251 juta USD
203/3 8
1,351
1,451
1,551
1,661
1,771
200
200
205
210
215
220
225
364,69
374.7 9
384.89
199/34
334.39
334.39
344,49 240
1 Kali
1 Kali
240 1 Kali
300 2 kali
354,59
2 kali
240 1 Kali
300 2 kali
240 1 Kali
300 2 kali
240 1 Kali
300 2 kali
204/39
1 Kali 300
2 kali
2 kali
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 23
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Meningkatnya jumlah obyek wisata
150.000 .000 20
20
0
5
499.000. 000 21
2.000.000. 000 22
1.020.00 0.000 23
520.00 0.000 24
24
Distribusi pariwisata terhadap PDRB Meningkatnya jumlah desa wisata Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
5 3.904.0 00.000
5 7.050.00 0.000
5 8.585.000. 000
5
5 8.930. 000.00 0
8.795.00 0.000
Meningkatnya Jumlah PAD dari sektor pariwisata Meningkatnya kunjungan wisatawan Rata-rata lama tinggal wisatawan
493.595
550.000
600.00 0
650.00 0
700.00 0
750.0 00
750.000
2,6
2,6
2,6
2,6
2,6
2,6
2,6
Program pengembangan usaha dan industry pariwisata Jumlah jasa pariwisata yang telah memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) Jumlah SDM yang memiliki sertifikasi pariwisata
268.400 .000
420.000. 000
420.00 0.000
23
25
30
32
39
39
500
600
800
1.000
1.100
1.200
1.200
150.000 .000 0
0
150.000. 000 100
1.893.0 00.000
Program Pengelolaan Keragaman Budaya Jumlah grup kesenian (yang dibina)
420.000.0 00
20
Program Pengembangan Persentase SDM pariwisata yang terlatih Kebudayaan
270.000. 000
35
35
300.000.0 00 100
1.957.00 0.000 35
350.000. 000 100
2.437.000. 000 35
350.00 0.000 100
2.437.00 0.000 35
100 2.487. 000.00 0
35
35
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 24
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Jumlah cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara
14
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2017
Dana (Rp) 250.000 .000
14
Target
2018
Dana (Rp) 400.000. 000
14
Target
2019
Dana (Rp)
Target
1.100.000. 000 14
2020
Dana (Rp) 600.000. 000
14
Target
Dana (Rp) 1.100. 000.00 0
14
14
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Program Peningkatan Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama Jumlah kasus perselisihan antar umat beragama Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Jumlah Masyarakat yang dibekali wawasan kebangsaan
380 0
0
500 0
595 600
150
600 0
610 150
780 0
700 150
950 0
850 150
0 1.500
150
150
Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Partisipasi pemilih dalam pemilihan anggota DPD
56,84%
0
0
0
65
0
65
Partisipasi pemilih dalam pemilihan anggota DPR RI
56,84%
0
0
0
65
0
65
Partisipasi pemilih dalam pemilihan anggota DPRD
56,84%
0
0
0
65
0
65
Partisipasi pemilih dalam pemilihan Presiden
66,95%
0
0
0
70
0
70
Partisipasi pemilih dalam pemilihan Bupati
75%
0
0
0
0
75
75
Partisipasi pemilih dalam pemilihan Gubernur
59,92%
0
0
0
0
75
75
930
1.200
1.500
1.800
2,500
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 25
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP Kegiatan pembinaan politik daerah
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
5
2
2
2
2
2
4
2
3
3
3
3
3
3
Satuan Polisi Pamong Praja Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Penegakan Peraturan Daerah dan Pengembangan Kapasitas Pol PP Cakupan Penegakan Perda dan Perkada Program Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Cakupan Patroli Siaga, Penertiban Umum dan Ketentraman masyarakat
700.000 .000 14,29
19,64
25.00 650.000 .000
0,30
0,30
Program Pembinaan Potensi Ketahanan dan Perlindungan masyarakat Rasio Petugas Linmas Persentase Pos Kamling aktif
840.000. 000
1.008.000. 000 32.14
780.000. 000 0.60
410,000 .000
39.29 936.000.0 00
0.60 492,000. 000
1.451. 520.00 0
1.209.60 0.000 48.21 1.123.20 0.000 0.90
590.400.0 00
57.14 1.347. 840.00 0
1.20 708,480. 000
1.50 850,17 0.000
94,91%
95.73
96.55
97.37
98.19
99.01
100
90.83
91.70
91.70
92.58
92.58
92.58
93.45
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Penanggulangan Bencana
280.000 .000
700.000. 000
700.000.0 00
700.000. 000
700.00 0.000
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 26
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Tingkat partisipasi satgas/relawan Terelenggaranya sosialisasi tentang penanggulangan Bencana
Pemetaan Kawasan Rawan Bencana
Pekerjaan Umum Program Rekonstruksi dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Pasca Bencana Daerah Persentase Rekonstruksi dan rehabilitasi Sarana Prasarana Bidang Sosial dan Ekonomi Sekretariat Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Pengembangan Wilayah Perbatasan Jumlah sarana dan prasarana di wilayah perbatasan
Target
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp)
20%
20%
20%
20%
20%
20%
100%
20%
20%
20%
20%
20%
20%
2 Keg
1 Keg
1 Keg 378.000 .000
1 Keg 450.000. 000
1 Keg 450.000.0 00
1 Keg 450.000. 000
20%
20%
20%
20%
20%
100%
0
25%
25%
25%
25%
700.000 .000 100%
20%
2.800.00 0.000 20%
2.800.000. 000 20%
2.000.00 0.000
n/a
2.000.000. 000
20% 100% 2.800. 000.00 0
2.800.00 0.000 20%
1 Keg 450.00 0.000
100%
Program Pengendalain Banjir Peresentase Prasarana Pantai yang Terbangaun
Dana (Rp)
2018
0%
Program Mitigasi Bencana Persentase kejadian bencana yang ditangani
2017
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
20%
20% 2.000. 000.00 0
2.000.00 0.000
0%
20%
20%
20%
20%
20%
20%
1 Unit
2 unit
2 unit
3 unit
3 unit
4 unit
4 unit
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 27
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Program Pengelolaan Administrasi Wilayah Perbatasan Jumlah Lokasi Prioritas Kecamatan Perbatasan yang mendapatkan alokasi pembangunan Program Penataan, Ketatalaksanaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah Persentase Organisasi Perangkat Daerah yang telah menyusun SOP
5 Lokpri
Dana (Rp) 525.000 .000
2017 Target
Dana (Rp) 577.000. 000
5 Lokpri
5 Lokpri 1.030.0 00.000
2018 Target
Dana (Rp)
2019 Target
600.000.0 00 5 Lokpri
1.133.00 0.000
Dana (Rp) 625.000. 000
Target
Dana (Rp) 650.00 0.000
5 Lokpr i
5 Lokpri 1.246.300. 000
2020
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
5 Lokpri 1.508. 023.00 0
1.370.93 0.000
20%
20%
40%
60%
80%
100%
100%
Persentase jabatan yang sudah tersusun standar kompetensinya
20%
20%
40%
60%
80%
100%
100%
Persentase OPD yang memiliki capaian kinerja baik
60%
60%
80%
100%
100%
100%
100%
0%
0%
60%
80%
100%
100%
100%
Persentase Indikator yang telah mencapai SPM Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Persentase capaian sasaran strategis yang telah dilaporkan akuntabilitas kinerjanya Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bintan Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Opini Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah (LPPD) Penataan Kelembagaan Pemerintah Desa yang sesuai dengan Permendagri 84 Tahun 2015 Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
50.000. 000
55.000.0 00
60.500.00 0
66.550.0 00
73.205 .000
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
60,10 (Nilai B)
60,50 (Nilai B)
70,00 (Nilai BB)
70,10 (Nilai BB)
80,00 (Nilai A)
80,00 (Nilai A)
80,00 (Nilai A)
875.000 .000
962.500. 000
1.058.750. 000
1.281. 087.50 0
1.164.62 5.000
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
0 Desa
0 Desa
7 Desa
7 Desa
7 Desa
7 Desa
8 Desa
755.000 .000
830.500. 000
913.550.0 00
1.004.90 5.000
1.105. 395.50 0
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 28
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Persentase/jumlah kasus hukum antar pemerintah yang diselesaikan Persentase/jumlah kasus hukum antar pemerintah dengan pihak ketiga yang diselesaikan Persentase/ jumlah kasus hukum antar pemerintah dengan masyarakat yang diselesaikan Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Luas Lahan Milik Pemerintah Daerah Persentase Lahan Pemda yang tidak bersertipikat dengan bersertipikat
Target
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp)
1
1
1
1
1
1
2 kasus
2
2
2
2
2
2
2 kasus
1
2
2
2
2
2
1.000.0 00.000
1.100.00 0.000
1.210.000. 000
1.464. 100.00 0
1.331.00 0.000
431 ha
431 ha
441 ha
451 ha
461 ha
471 ha
471 ha
20%
40%
60%
80%
100%
100%
100%
250.000 .000 100%
100%
Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Presentasse Nilai turun harga yang menyebabkan inflasi
Dana (Rp)
2018
1 kasus
Program Pembinaan Pertanahan Persentase Sengketa lahan yang terselesaikan
2017
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
275.000. 000 100%
233.000 .000
285.000.0 00 100%
256.300. 000
300.000. 000 100%
281.930.0 00
350.00 0.000 100%
310.123. 000
100% 341.13 5.300
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2.84 M
2.84 M
2.85 M
2.86 M
2.87 M
2.88 M
2.89 M
Program Pembinaan BUMD Jumlah BUMD yang beroperasi
Kontribusi BUMD terhadap PAD Program Peningkatan Administrasi Pembangunan Daerah Tingkat Akurasi Penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP)
645.000 .000 38 SKPD
38 SKPD
1.050.00 0.000 38 SKPD
1.260.000. 000 38 SKPD
1.814. 400.00 0
1.512.00 0.000 38 SKPD
38 SKPD
38 SKPD
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 29
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Tingkat Kesesuaian Implementasi Terhadap Perencanaan Sumber Pendanaan DAK dan APBN Persentase pengadaan barang dan jasa yang difasilitasi melalui ULP Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik dan Keprotokolan Persentase peliputan kegiatan strategis pemerintah daerah Web site milik pemerintah daerah Program Penataan dan Pembinaan Pemerintahan Umum dan Daerah Bawahan Persentase sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik Persentase unit pelayanan pemerintahan (Kecamatan/Desa) yang memiliki komputer dan bisa mengakses internet melalui komputer Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Persentase Pelayanan Kerumahtanggaaan yang telah distandarisasi Program Pemenuhan Kebutuhan Sarana Peribadatan Rasio tempat ibadah per 10.000 penduduk Program Pembinaan Keagamaan
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
76,15%
77,63%
79,10%
80,58%
82,05 %
83,53 %
85%
80%
80%
85%
85%
90%
100%
100%
3.416.6 24.827
3.758.28 7.310
4.134.116. 041
5.002. 280.40 9
4.547.52 7.645
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
21 Website
22 Website
23 Websit e
24 Website
25 Websit e
26 Websi te
26 Website
875.000 .000
962.500. 000
1.058.750. 000
1.281. 087.50 0
1.164.62 5.000
%
60%
70%
80%
90%
100%
100%
70%
70%
75%
80%
85%
95%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
28,19%
28,19%
29,00%
29,20%
29,50 %
29,75 %
4.046.4 19.700
4.451.06 1.670
4.896.167. 837
5.385.78 4.621
30,00% 5.924. 363.08 3
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 30
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Jumlah masyarakat yang mengikuti pelatihan dan pendidikan pengetahuan keagamaan Program Pembinaan Kesejahteraan Rakyat Presentase Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp)
4300 org
3500 org
6200 org
8700 org
10900 org
15000 Org
15000 Org
0%
0%
0%
100%
100%
100%
100%
Sekretariat DPRD Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Peningkatan Kapasitas Dewan Perwakilan Rakyat Disahkannya Ranperda menjadi Perda sebagai Payung hukum pemerintah Daerah Program Penataan Peraturan Perundang-undangan Terinventarisir Visi Misi Kepala daerah terpilih sebagai dokumen awal perencanaan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Laporan Keuangan yang mendapat opini wajar Regulasi Tata Kelola Pengelolaan Keuang an Pemerin tah Daerah yang
6
15
1
0
11.000. 000.000
15
11.000.0 00.000
0
3.984.3 95.000, 00
15
11.000.00 0.000
0
4.150.00 0.000,00
15
11.000.0 00.000
0
4.325.500. 000,00
15
11.000 .000.0 00
15
1
800.00 0.000
1
4.532. 000.00 0,00
4.500.70 0.000,00
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
76%
76%
82%
88%
94%
100%
100%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 31
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
tepat waktu Terwujudnya akselerasi informasi keuangan Pemerintah Kabupaten Bintan Persentase Penyampaian Laporan Pelaksanaan Keuangan SKPD dan BLUD Sesuai Ketentuan Yang Berlaku dan Yang Tepat Waktu Besaran defisit anggaran belanja Tingkat keberhasilan layanan dan tingkat kepuasan layanan Pertumbuhan rata-rata investasi/Penyertaan Modal Pendanaan belanja melalui penerbitan utang Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Daerah Target Pendapatan dan Pendapatan Asli Daerah Akurasi Piutang Pajak tahun sebelumnya dan tahun berjalan serta penyelesaian piutang pajak daerah Program Pembinaan dan Fasilitas Pengelolaan Keuangan Desa Persentase Desa yang menyampai kan Laporan Keuangan Desa tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku Program Manajemen Aset Daerah
76%
76%
82%
88%
94%
100%
100%
76%
76%
82%
88%
94%
100%
100%
13,8%
5,255≤ n ≤7,25%
5,255≤ n ≤7,25%
5,255≤ n ≤7,25%
5,255≤ n ≤7,25%
5,255 ≤n ≤7,25 %
5,255≤ n ≤7,25%
60%
60%
65%
70%
75%
80%
80%
0%
5%
5%
5%
5%
5%
5%
0%
5%
5%
5%
5%
5%
5%
2.593.9 00.000, 00
2.997.50 0.000,00
3.150.450. 000,00
4.500. 000.00 0,00
4.350.00 0.000,00
881 M/176 M
875 M/171 M
907 M/177 M
940 M/184 M
975 M/191 M
1.012 M/19 8M
1.012 M/198 M
58,797 M
3,650 M
14,657 M
10,318 M
10,373 M
19,79 9M
0
77.600. 000,00 84%
84%
80.000.0 00,00 88%
1.888.1 50.000,
80.000.00 0,00 92%
1.924.70 0.000,00
96% 2.155.450. 000,00
80.000 .000,0 0
80.000.0 00,00 100% 2.335.75 0.000,00
100% 2.550. 650.00
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 32
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Persentase keakuratan data neraca aset Persentase penghapusan barang milik daerah yang tidak digunakan lagi oleh SKPD Persentase barang milik daerah yg dilengkapi dgn dokumen kepemilikan serta scr fisik memiliki prasarana pengamanan aset yang jelas Badan Kepegawaian Daerah
2017 Dana (Rp) 00
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Dana (Rp) 0,00
70%
70%
75%
80%
85%
90%
90%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
80%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
80%
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Pendidikan 2,247.4 20.000 Persentase jumlah aparatur yang sudah mengikuti diklat PIM dan Pra jabatan Persentase jumlah aparatur yang dinyatakan lulus dalam diklat fungsional Persentase jumlah aparatur yang dinyatakan lulus dalam diklat teknis
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
63% n/a
68% 80%
n/a
80%
Program Peningkatan Administrasi dan Mutasi Kepegawaian Daerah
4.650.00 0.000
4.200.000. 000
3.300. 000.00 0
5.850.00 0.000
79%
86%
91%
98%
98%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
1.368.4 00.000
1.850.00 0.000
2.500.000. 000
80% 2.550. 000.00 0
2.500.00 0.000
Persentase penempatan Aparatur sesuai kompetensi
60%
62%
67%
75%
81%
85%
85%
Persentase kelengkapan administrasi kepegawaian
65%
70%
75%
77%
80%
83%
83%
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
778.755 .000
1.345.00 0.000
1.345.000. 000
1.345.00 0.000
1.345. 000.00 0
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 33
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
Persentase penanganan kasus-kasus disiplin Aparatur
70%
70%
75%
75%
80%
80%
80%
Indeks kepuasan aparatur
n/a
65
65
70
75
80
80
Inspektorat Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Pembinaan dan Pengawasan serta Peningkatan Akuntabilitas Pembangunan Daerah Persentase SKPD yang berhasil mencapai target kinerja yang ditetapkan Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Jumlah SKPD yang mendapat nilai akuntabilitas kinerja minimal kategori CC Jumlah Pegawai Golongan (III/a) keatas yang membuat LP2P
705.000 .000 80%
80
810.750. 000 82
255.000 .000
932.362.5 00 85
293.250. 000
1.233. 049.40 6
1.072.21 6.875 87
337.237.5 00
90
387.823. 125
90
445.99 6.594
14
10
7
7
7
6
6
2.013
2.040
2.050
2.060
2.070
2.080
2.080
Program Pengawasan dan Pengendalian Internal dan Eksternal
680.000 .000
782.000. 000
899.300.0 00
1.189. 324.25 0
1.034.19 5.000
Persentase rekomendasi temuan ekternal (BPK) yang ditindak lanjuti
84,45
90
90
90
90
90
90
Persentase rekomendasi temuan internal yang ditindak lanjuti
88,14
90
90
90
90
90
90
Kecamatan Bintan Timur Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 34
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahan dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
2017 Dana (Rp)
Target
52.364. 300 100
100
100
10
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
100
10
Target
Dana (Rp) 52.364 .300
100 512.128. 700
10 774.295.8 00
75
2020
52.364.3 00
512.128.7 00
774.295. 800 75
2019
52.364.30 0 100
10
65
Target
512.128. 700
674.295 .800 n/a
Dana (Rp) 52.364.3 00
418.748 .300 10
2018
100 512.12 8.700
10 851.725. 000
85
10 894.31 1.000
90
90
Kecamatan Gunung Kijang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase Masyarakat yang mengikuti musrembang desa dan kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
30.000. 000 n/a
100
35.000.0 00 100
598.239 .000 n/a
65
100 714.761. 400
70 150.000 .000
n/a
-
35.000.00 0 100
80 160.000. 000
70
35.000.0 00
800.000.0 00
75
35.000 .000 100
800.000. 000 80
310.000.0 00
800.00 0.000 90
310.000. 000 80
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
310.00 0.000 95
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 35
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
Kecamatan Teluk Bintan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyrakat yang mengikuti musrenbang desa dan kecamatan
30.000. 000 n/a
100
Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah Kegiatan Pembinaan yang Dilaksanakan Program Pekayanan Admnistrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
30.000.0 00 100
439.500 .000 n/a
4
100 439.500. 000
4 20.000. 000
n/a
65
30.000.00 0 100 439.500.0 00 4
20.000.0 00 70
30.000.0 00 100 439.500. 000 4
20.000.00 0 75
30.000 .000
440.00 0.000 4
20.000.0 00 80
20.000 .000 95
Kecamatan Bintan Utara Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahan dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan
30.000. 000 100
100
30.000.0 00 100
439.500 .000 n/a
4
30.000.00 0 100
439.500. 000 4
30.000.0 00 100
439.500.0 00 4
30.000 .000 100
439.500. 000 4
100 440.00 0.000
4
4
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 36
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
2017 Dana (Rp)
Target
40.750. 000 n/a
65
2018 Dana (Rp)
Target
40.750.0 00 70
Dana (Rp)
2019 Target
41.750.00 0 75
Dana (Rp)
2020 Target
42.250.0 00 85
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp) 42.500 .000
90
Kecamatan Teluk Sebong Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahahn dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
32.550. 000 100%
100%
50.000.0 00 100%
399.986 .200 5
15
100% 600.000. 000
5 178.000 .000
n/a
65
50.000.00 0 100% 600.000.0 00 5
240.000. 000 70
50.000.0 00 100% 600.000. 000 5
240.000.0 00 75
50.000 .000 100% 600.00 0.000 5
240.000. 000 80
18 240.00 0.000
90
90
Kecamatan Tambelan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa,
45.000. 000 100%
100%
50.000.0 00 100%
50.000.00 0 100%
50.000.0 00 100%
50.000 .000 100%
100%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 37
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
Kelurahahn dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
314.815 .000 15
15
499.000. 000 17
178.000 .000 n/a
65
504.000.0 00 18
182.000. 000 70
509.000. 000 17
201.000.0 00 75
514.00 0.000 18
201.000. 000 80
18 201.00 0.000
90
90
Kecamatan Sri Kuala Lobam Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahahn dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
30,000. 000 100
100
30,000.0 00 100
732.500 .000 65
65
100 732.500. 000
70 340.000 .000
n/a
60
30,000.00 0 100 732.500.0 00 75
370.000. 000 65
30,000.0 00 100 732.500. 000 80
410.000.0 00 70
35,000 .000
90 430.000. 000
75
100 740.00 0.000 90 460.00 0.000
80
80
Kecamatan Toapaya
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 38
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahahn dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
2017 Dana (Rp)
Target
28.000. 000 100
100
100
15
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
100
16
Target
Dana (Rp)
45.000 .000 100
396.730. 000 17
218.800.0 00 75
2020
40.000.0 00
396.730.0 00
218.800. 000 70
2019
35.000.00 0 100
16
65
Target
396.730. 000
187.000 .000 n/a
Dana (Rp)
30.000.0 00
271.204 .000 15
2018
396.73 0.000 18
218.800. 000 80
218.80 0.000 85
Kecamatan Bintan Pesisir Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahahn dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan
35.000. 000 n/a
100
45.000.0 00 100
473.836 .400 n/a
14
100 480.000. 000
15 25.500. 000
45.000.00 0 100 485.000.0 00 15
30.000.0 00
50.000.0 00 100 490.000. 000 16
30.000.00 0
50.000 .000
495.00 0.000 16
35.000.0 00
35.000 .000
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 39
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
n/a
2017 Dana (Rp)
80
Target
2018 Dana (Rp)
85
Target
Dana (Rp)
85
2019 Target
Dana (Rp)
90
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
90
Kecamatan Mantang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Program Perencanaan Pembangunan Kecamatan Persentase masyarakat yang mengikuti Musrenbang Desa, Kelurahahn dan Kecamatan Program Pembinaan Masyarakat Kecamatan Jumlah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Kelurahan Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
35.000. 000 100
100
35.000.0 00 100
512.677 .000 15
15
100 538.310. 950
17 21.000. 000
n/a
65
38.500.00 0 100 565.226.3 93 18
35.000.0 00 70
38.500.0 00 100 593.487. 712 17
40.000.00 0 75
38.500 .000
623.16 2.098 18
45.000.0 00 80
100 50.000 .000
90
Pertanian Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan Ketersediaan energi perkapita Ketersediaan protein perkapita Stabilitas harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen
1.732.0 00.000
1.818.60 0.000
1.909.530. 000
2.105. 256.82 5
2.005.00 6.500
2247
2359
2477
2600
2730
2867
3010
66,80
70,14
73,65
77,33
81,19
85,25
89,51
90
95
95
95
95
95
95
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 40
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
2019
Dana (Rp)
Target
2020
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
90
95
95
95
95
95
95
Persentase Ketersediaan Pangan Masyarakat
100
100
100
100
100
100
100
Persentase Keamananan Pangan Masyarakat
50
50
55
60
65
70
75
3
3
4
6
8
10
15
9
9
8
4
3
2
1
9
10
11
12
13
15
17
Ada
Ada
Ada
Ada
ada
ada
ada
1,805
1895,2 5
2089,5
2193, 98
2303,68
Jumlah Diversifikasi Pangan Lokal Jumlah Lokasi Rawan Pangan Jumlah Penerapan Teknologi Regulasi ketahanan pangan Ketersediaan pangan utama
1,805
1990
Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Program Keluarga Berencana Rasio akseptor KB Cakupan peserta KB aktif Angka pertumbuhan penduduk
401.150
415
435
455
475
82,03
82,75
83.01
83,55
83.88
84
84,21
77,1
77,8
78.02
78.51
78.63
79,35
80
2.3
2.01
2
2
2
2
2
578
589
594
600
635
651
664
60,9
60.9
60.9
60.9
Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga Jumlah keluarga yang terlayani oleh kader Catur Bina Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Indeks Pembangunan Gender
507.000
531.000 60.9
550.000 60.9
571.000 60.9
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 41
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Rasio KDRT Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Jumlah PKK aktif
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
100
100
100
100
100
100
100
1,9
2
3,3
2,6
3
3,3
3,5
665
668
6670
673
680
685
688
Program Perlindungan Anak
112.700
118.000
122.000
133.00 0
128.000
Jumlah Kasus Kekerasan pada Anak
26
24
20
18
15
13
8
Jumlah Kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak
26
24
20
18
15
13
8
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Program Peningkatan Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Persentase Partisipasi Masyarakat dalam program pembangunan
50%
55%
Persentase pertumbuhan Pendapatan Desa terhadap DAU Desa
10%
20%
100.000 .000
Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan Persentase Kenaikan PADes
106.000. 000 60%
5
65%
30% 50.000. 000
10
110.000.0 00 70&
40% 53.000.0 00
20
116.000. 000 75%
50% 55.000.00 0
30
120.00 0.000
80%
60% 58.000.0 00
40
126.000. 000
70% 60.000 .000
50
60
Perencanaan Pembangunan Program Perencanaan Pembangunan Daerah Bawahan Tingkat kesesuaian perencanaan ADD dengan pelaksanaan di lapangan
145.000 .000 60%
70%
156.000. 000 80%
165.000.0 00 90%
176.000. 000 100%
185.00 0.000 100%
100%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 42
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Prioritas
2016 Target
Indeks Pemberdayaan Masyarakat Persentase akses masyarakat desa terhadap media publik
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
2020
Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
75.68
75.68
75.68
75.68
75.68
75.68
75.68
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kearsipan Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah Jumlah gedung arsip daerah yang representatif
0 42.475. 500 10
20
Program Penyelenggaraan Kearsipan Daerah Peningkatan SDM pengelola kearsipan
0
1
0
0
0
Program perbaikan sistem administrasi kearsipan Pengelolaan arsip secara baku
3.000.000. 000
-
80.000.0 00 40
37.938. 500 1
90.000.00 0 60
80.000.0 00 2
100.000. 000 80
100.000.0 00 3
110.00 0.000 100
100.000. 000 4
100.00 0.000 5
4
Perpustakaan Program Pengembangan Perpustakaan Jumlah perpustakaan daerah Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Persentase taman bacaan/ perpustakaan Kelurahan, Desa dan Sekolah yang aktif Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
1
0
0 256.227 .000
10 6.064
20 11.064
1.000.000. 000
1 270.000. 000 40 11.064
0
280.000.0 00 60 21.064
0
290.000. 000
300.00 0.000
80
100
26.064
31.06 4
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 43
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Dinas Pertanian dan Kehutanan Pertanian Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Jumlah luas pengembangan areal produktif tanaman perkebunan dan Produksi Perkebunan ( Ha / ton) Jumlah Tanaman Perkebunan Yang dihasilkan di Kebun Bibit Perkebunan Kabupaten (Batang) Pembinaan Usaha Perkebunan (Ha) Jumlah Tanaman Perkebunan yang dilaksanakan Pengendalian, Pengawasan dan Perlindungan (Batang) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Tanaman Pangan Capaian Produksi Tanaman Pangan (Ton)
1.855.0 00.000
2.980.00 0.000
3.430.000. 000
4.000. 000.00 0
3.875.00 0.000
9.864 /121.64 7,84
1
52 / 4.250
55 / 4.462
58 / 4.908
64 / 5.398
70 / 5.937
77 / 6.530
38.000
2
20000
20000
20000
20000
20.000
n/a
3
-
8.885
9.773
10.261
20000 10.77 4
11.312
2.568
4
500
1.500
1.600
1.750
2.000
2.150
300.000 .000 6.253
1
6.300
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan
325.000. 000 6.400
1.150.0 00.000
350.000.0 00 6.500
1.650.00 0.000
400.000. 000 6.600
1.875.000. 000
425.00 0.000 6.700
6.800 2.525. 000.00 0
2.150.00 0.000
Capaian produksi tanaman sayuran (Ton) Capaian produksi buahan (Ton)
tanaman
19.248
1
20400
20600
20800
21000
21200
21.400
18.506
2
12000
12100
12200
12300
12400
12.500
buah-
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 44
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Jumlah kelompok tani yang melaksanakan pengendalian hama dan penyakit tanaman hortikultura ramah lingkungan (Kelompok Tani) Capaian jumlah bibit Salak Sari Intan dan Bibit Hortikultura di Balai Benih Kabupaten/BBK (Batang) Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Jumlah Sarana Produksi, Sarana Pasca Panen/Pengolahan Hasil, Alat dan mesin pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan (Unit) Capaian realisasi penebusan pupuk bersubsidi (%) Pembangunan/Perbaikan Jalan Pertanian (Jalan usaha tani dan jalan produksi) (Km) Pembangunan/Perbaikan Sumbersumber air (Unit) Program Pemenuhan keamanan pangan Asal ternak dan Agribisnis peternakan rakyat Jumlah Produksi Daging dan Telur (Ton) Jumlah pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular strategis dan zoonosis /PHMSZ dan Terlaksananya penanganan kasus Penyakit Hewan/Ternak melalui Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) Kabupaten Bintan (Ekor / Kasus) Terlaksananya penerapan penjaminan produk hewan yang ASUH (Unit
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
n/a
3
-
2
2
2
2
1000
4
1600
1900
2200
2500
2800
1.650.0 00.000
3.600.00 0.000
2.850.000. 000
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
2 3.100 3.350. 000.00 0
4.950.00 0.000
326
1
25
40
50
70
75
75
75
2
77
79
80
82
84
85
n/a
3
-
5
5
5
1
1
n/a
4
-
3
3
3
1
1.850.0 00.000
2.775.00 0.000
2.725.000. 000
1 3.825. 000.00 0
3.475.00 0.000
4.360
1
4.360
4.360
4.360
4.361
4.362
4.363
n/a
2
1750 / 240
1750 / 240
1775 / 250
1775 / 250
1775 / 250
1800 / 255
n/a
3
5/45
10/55
10/75
10/75
10/75
10/75
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 45
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
Usaha/Sampel) Terlaksananya pemotongan hewan unggas melalui Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) Kabupaten Bintan (Ekor) Terlaksananya Pembangunan/Perbaikan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Unggas dan Sarana Pendukung (Unit) Pengembangan Hijauan makanan ternak (HMT) Ruminansia dan Pengawasan, Pengujian dan peningkatan Mutu Pakan ternak (Ha/ Sampel)
n/a
4
1500
18000
27000
30000
36500
40.000
1
5
-
1
-
1
1
1
1/0
6
-
1/2
1/2
1/3
1/4
1/4
Dinas Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan Program pengembangan budidaya perikanan
4.066.4 10.000
1.789.53 0.000
9.000.000. 000
8.000. 000.00 0
10.000.0 00.000
Produksi perikanan budidaya
1.696,63
1.798,4 3
1.906, 33
2.020,7 1
2.141, 96
2.270, 47
2.406,70
Jumlah sarana dan prasarana budidaya perikanan
2.403, 129
2.450, 130
2.475, 130
2.500, 130
2.550, 130
2.575, 130
2.600, 130
Program pencegahan dan penanggulangan hama penyakit ikan Presentase pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit ikan yang ditangani Jumlah Jenis penyakit ikan yang terdeteksi Program Pengembangan Perikanan Tangkap
150.000 .000
300.000. 000
350.000.0 00
400.000. 000
500.00 0.000
65
70
75
80
85
90
2
2
2
1
1
1
60 2 13.267. 300.000
14.431.3 83.600
10.000.00 0.000
10.000.0 00.000
12.000 .000.0 00
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 46
Bidang Urusan Pemerintahan/Program Prioritas Pembangunan/Indikator Kinerja
Kondisi Kinerja Awal Tahun 2015
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Prioritas
2016 Target
Produksi perikanan tangkap Jumlah sarana perikanan tangkap Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir Persentase kelompok nelayan yang aktif
2017 Dana (Rp)
Target
2018 Dana (Rp)
Target
Dana (Rp)
2019 Target
Dana (Rp)
2020 Target
Target Kinerja Akhir Tahun 2021
Dana (Rp)
50.605,0 0
51.870, 00
53.167 ,00
54.680, 00
55.536 ,00
56.31 5,00
56.801,0 0
5.361
5.450
5.530
5.585
5.665
5.720
5.805
200.000 .000
300.000. 000
300.000.0 00
400.000. 000
400.00 0.000
45
50
55
60
65
70
75
Persentase Kelompok Pembudidayaan Ikan (POKDAKAN) aktif
45
50
55
60
65
70
75
Persentase UMKM perikanan yang aktif
45
50
55
60
65
70
75
15
10
20
25
30
35
40
Jumlah IUP yang diterbitkan
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan VIII - 47
RPJMD 2016-2021
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB. IX
Penetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk mengukur tingkat
pencapaian
visi,
misi,
tujuan,
dan
sasaran
pembangunan
Kabupaten Bintan selama lima tahun ke depan. Dengan penetapan indikator kinerja daerah, dapat diketahui apakah harapan dan kenyataan yang ingin dicapai selama lima tahun ke depan telah berjalan sesuai dengan garis yang ditetapkan atau justru mengalami deviasi sehingga perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan. Dalam perencanaan daerah, penetapan indikator kinerja mutlak diperlukan
karena
indikator
kinerja
daerah
memiliki
fungsi
yang
komprehensif antara lain sebagai alat deteksi dini untuk mengetahui permasalahan yang muncul yang mungkin menghambat kinerja selama implementasi
dokumen
perencanaan
dilakukan.
Selain
itu,
adanya
indikator kinerja daerah juga dapat membantu pemerintah daerah untuk fokus pada tujuan dan target yang telah ditetapkan. Indikator kinerja daerah juga dapat memberikan masukan bagi daerah untuk memperbaiki kapasitas organisasionalnya berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan serta memberikan ruang lebih luas bagi peningkatan akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik. lndikator kinerja daerah secara teknis pada dasarnya dirumuskan dengan mengambil indikator dari program prioritas yang telah ditetapkan (outcome) maupun indikator sasaran (impact). Suatu indikator kinerja daerah dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan setelah program prioritas ditetapkan.
Penetapan
indikator
kinerja
daerah
bertujuan
untuk
memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi misi Bupati dan wakil Bupati dari sisi penyelenggaraan pemerintahan daerah
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 1
pada akhir periode perencanaan. Indikator kinerja daerah akan menjadi bahan evaluasi kinerja RPJMD. Indikator kinerja daerah Kabupaten Bintan terdiri dari tiga aspek utama yaitu Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum, dan Aspek Daya Saing Daerah. Untuk lebih jelasnya, rincian penetapan indikator kinerja daerah diuraikan pada tabel berikut :
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 2
Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Bintan tahun 2016-2021 Target Kinerja Program No
A
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1)
Pertumbuhan Ekonomi
%
6,48
7,4
7,4
7,5
7,5
7,5
7,5
2)
Laju Inflasi
%
2,46
2–3
2–3
2–3
2–3
2–3
2–3
3)
Indeks Gini
%
0,34
0,30
0,30
0,28
0,28
0,27
0,27
4)
Persentase penduduk miskin
%
6,00
5,6
5,3
4,8
4
3,4
3,4
5)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks
72,01
73
74
75
75
76
76
B
Aspek Pelayanan Umum
1.
Pendidikan
6)
Persentase taman bacaan/ perpustakaan Kelurahan, Desa dan Sekolah yang aktif
7)
APK PAUD 0-6 Tahun
8)
Rasio guru murid PAUD
9)
%
Guru
10
20
40
60
80
100
100
56,74
57,73
58,73
59,73
61.00
62,5
62,5
1:09
1:08
1:08
1:08
1:08
1:08
1:08
APM SD/MI/SLB/Paket A
%
94,69
95,21
95,75
96,31
96,89
97
97,5
10) APK SD/MI/SLB/Paket A
%
102,75
104,79
104,25
103,69
103,11
103
102,5
11) APM SMP/MTs/Paket B
%
76,95
77,3
77,8
78
78,3
78,95
80
12) APK SMP/MTs/Paket B
%
100,5
122,7
122,2
122
121,7
121,1
120
13) Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 14) Angka Melek Huruf (AMH)
Tahun
8,28
9
9
9
9
9
9
%
99,63
99,63
99,72
99,81
99,91
100
100
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 3
Target Kinerja Program Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
%
16) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar 17) Presentase balita gizi buruk
No
IndikatorKinerja Program (outcome)
15) Persentase guru yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG) 2.
Satuan
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
16,92
52,52
57,77
66,44
76,4
87,86
100
%
0
0
20
40
60
80
80
%
0,35
0,35
0,35
0,34
0,33
0,33
0,33
32
39
37
35
34
32
32
Kesehatan
18) Kasus Kematian Bayi 19) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB).
990
990
990
990
990
990
990
20) Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)
%
96,4
96,4
96,5
96,5
97,1
97,2
97,2
21) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)
%
98
98
98
98
98
98
98
7
7
7
7
7
7
7
22) Jumlah kasus kematian ibu 23) Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
%
70
72
74
76
78
80
80
24) Persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon
%
91
92
93
94
95
95
95
25) Persentase penurunan kasus Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
%
34,5
35
37
38
40
40
40
26) Jumlah Kecamatan dengan API < 1 per 1.000 penduduk kecamata n
10
10
10
10
10
10
10
27) Jumlah Kecamatan endemis Filariasis berhasil menurunkan angka mikrofiliria menjadi < 1%
kecamata n
0
2
2
2
2
2
2
%
20
33
33
33
33
33
33
28) Persentase Kecamatan dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 4
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
29) Persentase Kecamatan dengan angka keberhaslan pengobatan TB Paru BTA Positif (sucsess rate) minimal 85%
%
80
81
82
83
84
85
85
30) Persentase angka kasus HIV yang diobati.
%
90
90
90
90
90
90
90
31) Persentase Kecamatan yang 50% Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana Pneumonia melalui program MTBS
%
53
53
60
67
73
80
80
32) Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun
%
7,2
6,9
6,4
5,9
5,6
5,4
5,4
18
19
20
21
22
23
23
33) Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM 34) Persentase Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan
%
80
82
84
86
88
90
90
35) Persentase penduduk yang melaksanakan STOP BABS
%
76
78
80
82
84
86
86
36) Jumlah Desa/Kelurahan yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Desa/kelur ahan
8
9
11
13
15
17
17
37) Jumlah Kecamatan yang memiiliki 1Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
kecamata n
0
1
2
4
7
10
10
38) Jumlah Puskesmas yang Minimal Memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
Puskesma s
5
5
7
9
12
15
15
39)
Puskesma s
5
5
6
7
8
9
9
%
67,5
70
73
75
78
80
80
Jumlah Puskesmas yang memiliki Jaringan SIK Online 40) Persentase kesediaan obat dan vaksin di Puskesmas
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 5
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
41) Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar 42) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui JKN
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
13
13
20
33
46
60
60
1.140
5.000
6.000
8.000
10.000
12.000
12.000
%
Jiwa
43) Persentase Desa Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM
%
0
6
10
14
16
18
18
44) Persentase Desa Siaga Aktif
%
100
100
100
100
100
100
100
Usaha
2
2
2
2
2
2
2
%
43
47
50
58
62
70
70
1
1
2
2
2
2
2
45) Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSRnya untuk Program Kesehatan 46) Persentase Desa yang melaksanakan PHBS 3.
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
47) Jumlah dokumen tata ruang dan turunannya yang diperdakan / diperbupkan
perda
48) Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang
%
75
75
95
95
95
95
95
49) Persentase tingkat kemantapan jalan (Mantap Sempurna)
%
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
50) Panjang jalan yang dibangun dan ditingkatkan
km
531,76
29,095
20
15
17
20
543,76
51) Persentase kawasan pemukiman yang tertata (6.176,36 Ha)
%
8
10
10
10
12
50
52) Persentase drainase jalan yang terbangun
%
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
8,662
53) Luas Ruang Terbuka Hijau yang dikelola
M2
218.000
218.000
218,4
218,8
219,2
219,6
220
3,3
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 6
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
54) Rasio tempat pemakaman umum per 1000 penduduk 4.
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
1.17
1.17
1.20
1.20
1.20
1.22
1.25
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
55) Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
%
63,75
73,02
78,05
83,63
90,88
98,14
98,14
56) Jumlah Sambungan Rumah (SR) perdesaan yang terpasang
SR
3302
654
250
250
270
290
5016
57) Jumlah Sambungan Rumah (SR) Perkotaan yang terpasang
SR
2410
177
200
250
380
360
3777
58) Jumlah Luas Kawasan Kumuh Perkotaan (98,01 Ha)
Ha
n/a
18,01
19
20
21
20
98,01
BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
2 BUMD
5.
Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
59) Jumlah BUMD yang beroperasi 60) Jumlah sarana dan prasarana di wilayah perbatasan
Unit
1 Unit
2 unit
2 unit
3 unit
3 unit
4 unit
4 unit
61) Persentase jumlah aparatur yang sudah mengikuti pendidikan kedinasan
%
N/A
0,76
0,8
0,82
0,84
0,86
0,86
62) Persentase penempatan Aparatur sesuai kompetensi
%
60%
62%
67%
75%
81%
85%
85%
Peringkat
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
0 Desa
0 Desa
7 Desa
7 Desa
7 Desa
7 Desa
8 Desa
84,45
90
90
90
90
90
90
63) Opini Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah (LPPD) 64) Penataan Kelembagaan Pemerintah Desa yang sesuai dengan Permendagri 84 Tahun 2015 65) Persentase rekomendasi temuan ekternal (BPK) yang
%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 7
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
14
10
7
7
7
6
6
80%
80
82
85
87
90
90
20%
20%
40%
60%
80%
100%
100%
60%
60%
80%
100%
100%
100%
100%
60%
80%
ditindak lanjuti 66) Jumlah SKPD yang mendapat nilai akuntabilitas kinerja minimal kategori CC
SKPD
67) Persentase SKPD yang berhasil mencapai target kinerja yang ditetapkan
%
68) Persentase Organisasi Perangkat Daerah yang telah menyusun SOP
SKPD
69) Persentase OPD yang memiliki capaian kinerja baik
%
70) Persentase Indikator yang telah mencapai SPM
%
71) Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bintan
0%
0%
60,10 (Nilai B)
60,50 (Nilai B)
70,00 (Nilai 70,10 (Nilai BB) BB)
100%
100%
100%
80,00 (Nilai A)
80,00 (Nilai A)
80,00 (Nilai A)
72) Persentase Sengketa lahan yang terselesaikan
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
73) Presentasse Nilai turun harga yang menyebabkan inflasi
%
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
(4±1) %
74) Kontribusi BUMD terhadap PAD
%
2.84 M
2.84 M
2.85 M
2.86 M
2.87 M
2.88 M
2.89 M
75) Tingkat Kesesuaian Implementasi Terhadap Perencanaan Sumber Pendanaan DAK dan APBN
% 76,15%
77,63%
79,10%
80,58%
82,05%
83,53%
85%
21 Website
22 Website
23 Website
24 Website
25 Website
26 Website
26 Website
%
60%
70%
80%
90%
100%
100%
70%
70%
75%
80%
85%
95%
100%
76) Web site milik pemerintah daerah 77) Persentase sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik 78) Persentase unit pelayanan pemerintahan (Kecamatan/Desa) yang memiliki komputer dan bisa mengakses internet melalui komputer
Situs %
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 8
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
79) Opini Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah (LPPD)
Satuan
82) Target Pendapatan dan Pendapatan Asli Daerah 83) Persentase Desa yang menyampai kan Laporan Keuangan Desa tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
10 besar
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
%
80) Laporan Keuangan yang mendapat opini wajar 81) Persentase keakuratan data neraca aset
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
%
70%
70%
75%
80%
85%
90%
90%
Milyar
881/176
875/171
907 /177
940 /184
975 /191
1.012 /198
1.012 /198
%
84%
84%
88%
92%
96%
100%
100%
84) Tingkat kepuasan Masyarakat representatif Kecamatan dan Kelurahan
% n/a
65
75
75
85
90
90
85) Cakupan Penegakan Perda dan Perkada
%
14,29
19,64
25.00
32.14
39.29
48.21
57.14
86) Rasio Petugas Linmas
%
94,91%
95.73
96.55
97.37
98.19
99.01
100
4300 org
3500 org
6200 org
8700 org
10900 org
15000 Org
15000 Org
87) Jumlah masyarakat yang mengikuti pelatihan dan pendidikan pengetahuan keagamaan 6.
Orang
Sosial
88) Persentase penduduk miskin
%
6
6
5.9
5.8
5.7
5.6
5,5
89) Persentase rumah tangga miskin yang ditangani
%
51.12
51.12
55
60
62
64
66
Unit
2100
814
172
140
140
140
140
23,62
23,62
35
37
39
41
43
40,28
40.28
45.28
50,28
55.28
60,28
65.28
90) Jumlah rumah tidak layak huni yang direhab 91) Persentase pekerja social dan tenaga kerja kesejahteraan social yang komperen/terlatih (terkait tenaga kerja)
%
92) Persentase penanganan penyandang masalah
%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 9
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
6,74
6,7
6,5
6,6
6,7
6,8
6,4
68
72
75
77
80
82
kesejahteraan sosial B
Urusan Pemerintahan Wajib Non Pelayanan Dasar
7.
Tenaga kerja
93) Tingkat pengangguran terbuka 94) Presentase tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi
%
66,67
95) Persentase kasus perselisihan pengusaha pekerja yang terselesaikan
%
92,6
70
72
75
78
82
84
6,74
6,7
6,5
6,6
6,7
6,8
6,4
96) Tingkat pengangguran terbuka 97) Presentase tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi
%
66,67
68
72
75
77
80
82
98) Persentase kasus perselisihan pengusaha pekerja yang terselesaikan
%
92,6
70
72
75
78
82
84
%
60,9
60.9
60.9
60.9
60.9
60.9
60.9
90
95
95
95
95
95
95
8.
Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak
99) Indeks Pembangunan Gender 9.
Pangan
100) Stabilitas harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen
%
101) Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
%
90
95
95
95
95
95
95
102) Persentase Ketersediaan Pangan Masyarakat
%
100
100
100
100
100
100
100
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 10
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
103) Jumlah Lokasi Rawan Pangan 104) Ketersediaan pangan utama 10.
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Lokasi kg/pdd/th
Satuan
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
9
9
8
4
3
2
1
1,805
1,805
1895,25
1990
2089,5
2193,98
2303,68
7
7
7
7
7
7
7
Lingkungan hidup
105) Jumlah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD ) yang disusun
SLHD
106) Jumlah kelompok masyarakat bersama Pemda yang terlibat dalam melaksanakan 3R (Reduce, Reuse,Recycle)
Kelompok 6
8
10
12
14
16
16
107) Persentase volume pengurangan sampah melalui 3R
%
7
2
2
2
2
2
2
108) Persentase penanganan sampah
%
50
50
55
60
65
70
75
109) Persentase sampah yang dikelola
%
30
30
35
40
50
60
70
11.
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
110) Persentase penduduk ber KTP-el dari jumlah penduduk wajib KTP-el
% 93%
93%
95%
100%
100%
100%
100%
111) Persentase bayi berakte kelahiran per Bayi Lahir
%
77%
77%
79%
81%
83%
85%
85%
%
50%
55%
60%
65%
70&
75%
80%
5
10
20
30
40
50
60
84%
84%
88%
92%
96%
100%
100%
12.
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
112) Persentase Partisipasi Masyarakat dalam program pembangunan 113) Persentase Kenaikan PADes 114) Persentase Desa yang menyampai kan Laporan Keuangan Desa tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 11
Target Kinerja Program No
13.
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
115) Cakupan peserta KB aktif
%
77,1
77,8
78.02
78.51
78.63
79,35
80
116) Angka pertumbuhan penduduk
KK
2.3
2.01
2
2
2
2
2
578
589
594
600
635
651
664
8
8
8
9
10
11
11
1952
2200
2.200
2.200
2.200
2.200
2.200
95%
95%
96%
97%
98%
100%
100%
117) Jumlah keluarga yang terlayani oleh kader Catur Bina 14.
Perhubungan
118) Jumlah Pulau yang tercakupi jaringan Transportasi
pulau
119) Jumlah pengujian kendaraan bermotor wajib uji (KIR) 120) Persentase wilayah yang tercakupi jaringan operator selular 15.
%
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
121) Persentase Pelaku Usaha yang terlatih
%
20
25
30
35
40
45
50
koperasi
50
55
60
65
70
75
80
123) Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) juta USD
1,251 juta USD
1,251 juta USD
1,351
1,451
1,551
1,661
1,771
124) Lama proses perijinan
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
122) Persentase koperasi aktif 16.
Penanaman Modal
125) Jumlah perijinan non investasi yang dapat diproses dalam satu tahun
Ijin
126) Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) juta USD 17.
350
375
400
425
450
475
500
1,251 juta USD
1,251 juta USD
1,351
1,451
1,551
1,661
1,771
50
60
65
70
75
80
85
Kepemudaan dan olah raga
127) Persentase organisasi kepemudaan yang aktif
%
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 12
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Orang
Satuan
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
43
48
51
54
57
60
63
Prestasi
43
33
40
45
48
50
53
130) Jumlah grup kesenian (yang dibina)
Grup
35
35
35
35
35
35
35
131) Jumlah cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara
cagar
14
14
14
14
14
14
14
%
10
20
40
60
80
100
100
Ton
1.696,63
1.798,43
1.906,33
2.020,71
2.141,96
2.270,47
2.406,70
unit, kantong, ha
2, 403,129
2, 450, 130
2, 550,130
2, 575,130
2, 600,130
128) Jumlah pemuda yang mandiri dan berdaya saing 129) Jumlah prestasi olah raga yang diraih 18.
19.
Kebudayaan
Kearsipan
132) Pengelolaan arsip secara baku C
Urusan Pemerintahan Pilihan
20.
Kelautan dan Perikanan
133) Produksi perikanan budidaya 134) Jumlah sarana dan prasarana budidaya perikanan
135) Persentase kelompok nelayan yang aktif
%
45
50
55
60
65
70
75
45
50
55
60
65
70
75
%
45
50
55
60
65
70
75
Desa
0
5
5
5
5
5
5
Wisatawa n
493.595
550.000
600.000
650.000
700.000
750.000
750.000
Usaha
20
23
25
30
32
39
39
136) Persentase Kelompok Pembudidayaan Ikan (POKDAKAN) aktif
%
137) Persentase UMKM perikanan yang aktif 21.
Pariwisata
138) Meningkatnya jumlah desa wisata 139) Meningkatnya kunjungan wisatawan 140) Jumlah jasa pariwisata yang telah memiliki Tanda Daftar
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
2, 475, 130 2, 500, 130
IX ‐ 13
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Usaha Pariwisata (TDUP) 22.
Satuan
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
pariwisata
Pertanian
141) Capaian produksi tanaman sayuran (Ton)
Ton
19.248
20400
20600
20800
21000
21200
21.400
142) Capaian produksi tanaman buah-buahan (Ton)
Ton
18.506
12000
12100
12200
12300
12400
12.500
143) Pembangunan/Perbaikan Jalan Pertanian (Jalan usaha tani dan jalan produksi) (Km)
Km n/a
-
5
5
5
1
1
144) Pembangunan/Perbaikan Sumber-sumber air (Unit)
Unit
n/a
-
3
3
3
1
1
145) Jumlah Produksi Daging dan Telur (Ton)
Ton
4.360
4.360
4.360
4.360
4.361
4.362
4.363
146) Persentase tertib ukur terhadap UTTP
%
n/a
n/a
40
45
50
55
60
147) Persentase ketersediaan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat
%
100
100
100
100
100
100
100
n/a
15
20
25
30
35
40
%
40
45
50
55
60
65
70
150) Nilai tukar petani
%
100,48
101,1
101,23
101,3
101,2
101,3
101,3
151) Persentase tingkat kemantapan jalan (Mantap Sempurna)
%
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
1,442
23.
Perdagangan
148) Persentase Fasilitas Pasar yang Memadai 24.
Perindustrian
149) Persentase IKM bersertifikasi mutu produk C
Aspek Daya Saing
152) Jumlah Pulau yang tercakupi jaringan Transportasi 153) Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang 154) Lama proses perijinan
pulau
8
8
8
9
10
11
11
%
75
75
95
95
95
95
95
hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
3-14 hari
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
IX ‐ 14
Target Kinerja Program No
IndikatorKinerja Program (outcome)
Satuan
155) Jumlah jasa pariwisata yang telah memiliki Tanda Daftar Usaha Usaha Pariwisata (TDUP) pariwisata
Kondisi Kinerja Awal RPJMD Tahun 2015 20
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
23
25
30
IX ‐ 15
Kondisi Kinerja akhir Tahun 2019 Tahun 2020 RPJMD Tahun 2021
32
39
39
BAB. X
RPJMD 2016-2021
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi
kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir, maka RPJMD 2016-2021 menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama di bawah kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode berikutnya (2022-2027). Selanjutnya RKPD masa transisi merupakan tahun pertama dan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJMD kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilukada pada periode berikutnya. Melalui
pedoman
transisi
ini,
maka
diharapkan
masalah-masalah
pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa pemerintahan baru dapat terselesaikan Perubahan terhadap dokumen RPJMD dimungkinkan apabila hasil pengendalian dan evaluasi yang dilakukan oleh Bappeda menunjukkan bahwa proses dan substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang – undangan dan atau telah terjadi perubahan yang mendasar yang dapat mengakibatkan kerugian bagi kepentingan nasional dan daerah yang mana perubahan dokumen RPJMD tersebut dituangkan atau ditetapkan dengan peraturan daerah. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021 ini juga merupakan pedoman bagi SKPD Kabupaten dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD 20162021 sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD masing-masing sehingga terwujud kesamaan arah dan upaya pembangunan di masing-masing SKPD untuk mewujudkan visi dan misi daerah. Selanjutnya RPJMD ini akan menjadi dasar atau acuan dalam penyusunan RKPD pada setiap tahun anggaran yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). SKPD serta para pemangku kepentingan wajib melaksanakan programprogram yang telah ditetapkan dengan sebaik–baiknya dan Bappeda wajib melakukan pemantauan terhadap penjabaran RPJMD dalam Renstra SKPD. Sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD ini dapat dicapai selama ada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
X ‐ 1
sinergitas usaha antara SKPD dan seluruh komponen masyarakat termasuk dunia usaha. Oleh karena itulah SKPD, serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam RPJMD dengan sebaikbaiknya.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
X ‐ 2
RPJMD 2016-2021
PENUTUP
BAB. XI
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bintan Tahun 2016-2021, sebagai penjabaran Visi, Misi, dengan
dan
Program
pendekatan
penyusunan
yang
Bupati/Wakil Bupati, disusun
teknokratik dilaksanakan
yaitu oleh
proses aparatur
selain
persiapan Pemerintah
Kabupaten Bintan, top-down bottom-up yaitu metode penyusunan yang
saling
rancangan dilaksanakan
berkaitan
Rencana dengan
antara
Strategis
rancangan SKPD,
melibatkan
RPJMD
pendekatan
seluruh
dengan
partisipatif
stakeholders
yaitu
melalui proses Konsultasi Publik, Focus Group Discussion (FGD), Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang),
pendekatan politis, yaitu proses penetapan di dalam
serta
kerangka
penetapan RPJMD sebagai Peraturan Daerah. Untuk menjamin pencapaian visi, misi, program yang telah di susun, pelaksanaan RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2016 - 2021 menjadi tanggung jawab bersama di antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat dengan menekankan kepada INOVASI pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bintan. Keberhasilan pencapaian RPJMD ini akan dilakukan secara bertahap melalui target capaian pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan melalui upaya yang sungguh-sungguh dengan prinsip kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas mewujudkan masyarakat Kabupaten Bintan yang Gemilang.
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bintan
XI ‐ 1