PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BASIS DATA PADA DIVISI REFINERY PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk
Oleh
ENDAH MERDEKASARI F34103087
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BASIS DATA PADA DIVISI REFINERY PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
ENDAH MERDEKASARI F34103087
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BASIS DATA PADA DIVISI REFINERY PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
ENDAH MERDEKASARI F34103087 Dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1985 Di Jakarta Tanggal Lulus: 10 Maret 2008 Disetujui Bogor, Maret 2008
Dr. Ir. Sukardi, MM Pembimbing Akademik
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama :
Endah Merdekasari
NRP
F34103087
:
Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul ”Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk” merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas disebutkan rujukannya.
Penulis
Endah Merdekasari
Endah Merdekasari F34103087. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery di PT Astra Agro Lestari Tbk. Di bawah bimbingan Sukardi. 2008. RINGKASAN PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) melalui produk minyak goreng Cap Sendoknya mulai merubah kebijakan manajemen untuk memperluas wilayah pemasaran dengan perluasan distribusi pada tahun 2000. Di PT AAL produksi minyak goreng Cap Sendok termasuk aktivitas pengolahan data, ditangani oleh bagian Refinery. Dengan semakin berkembangnya PT AAL, divisi Refinery perlu meningkatkan kapasitas pengolahan datanya agar lebih akurat, baik data produksi, data logistik, data penjualan maupun data distributor. Sejauh ini PT AAL mengalami kesulitan, karena masing-masing data masih berdiri sendiri dan diolah secara manual, sehingga data yang didapat kurang akurat atau tidak aktual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan rancang bangun sistem informasi manajemen basis data pada divisi Refinery PT AAL untuk menghasilkan suatu sistem aplikasi basis data yang dapat diakses secara cepat dan akurat. Basis data tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh PT AAL dalam rangka mendukung kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Rancang bangun sistem informasi manajemen basis data ini berfungsi menyediakan mekanisme pengolahan dan pemanfaatan informasi yang lebih efektif dan efisien, dan pengamanan informasi terhadap usaha-usaha pengaksesan oleh orang-orang yang tidak berwenang dan tidak bertanggung jawab. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada proses pengembangan rancang bangun sistem informasi manajemen basis data Refinery pada divisi Refinery yang meliputi identifikasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi dan verifikasi sistem. Sistem ini digunakan untuk mengolah data dan informasi pada divisi Refinery dengan menggunakan web-base. Melalui web-base komunikasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya akan dapat dilakukan secara on-line, sehingga sistem informasi manajemen basis data akan lebih efektif. Metode perancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perancangan Database Life Cycle. Tahapan Database Life Cycle meliputi perencanaan basis data, definisi sistem, mengoleksi dan menganalisis, desain basis data, desain aplikasi, prototyping, implementasi, konversi dan loading data, pengujian, dan pemeliharaan operasional. Sistem informasi basis data yang dihasilkan diberi nama Sistem Informasi Manajemen Basis Data Refinery (SimRefinery) sesuai dengan ruang lingkup penggunaannya, yaitu di divisi Refinery. Sistem informasi manajemen basis data ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL. Pengguna sistem informasi ini adalah Division Head Refinery, Manajer Marketing, Manajer Produksi dan Manajer Administrasi yang berlokasi kerja di Jakarta, sedangkan yang melakukan input data adalah Regional Sales, Kepala Pabrik dan Bagian Logistik yang berlokasi kerja di berbagai wilayah di Jawa dan Sumatera.
Endah Merdekasari F34103087. The Design of Database Management Information System at the Refinery Division of PT Astra Agro Lestari Tbk. Supervised by Sukardi. 2008. SUMMARY Through its Cap Sendok edible oil product asa of the as 2000 PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) has changed its management policy to expand the marketing areas by spreading the distribution of Cap Sendok edible oil so as to cover Java and Sumatera. The production of this edible oil is processed at the Refinery Division. Therefore, to support company’s policy, the Refinery Division has to improve its database processing which include production data, logistic data, marketing data, and distributor data so as to be more accurate. Up until recently, PT AAL has encountered some difficulties associated with data access because each data is scattered and has to be processed manually. The main objective of this research is to develop a design of database management information system at the Refinery Division of PT AAL to improve the speed and accuracy of database application system. Database of those data is designed to fulfill the need of information required by the PT AAL. Database management information system design is used to set the processing mechanism and information utilization to be more effective and efficient, and to protect the information against an access by irresponsible and unauthorized individuals. The scope of this research is to develop a refinery database management information system design at the Refinery Division. It includes the system identification, system analysis, system design, system implementation, and system verification. The system implements a web base database processing at the Refinery Division. With web base, the communication between marketing areas will be done through online system. Therefore, the database management information system is expected be more effective. Method used in this research is a Database Life Cycle design method, which includes data base planning, system definition, collecting and analyzing database design, DBMS preferences, application design, prototyping, implementation, conversion and data loading, testing, and operational maintenance. The developed database information system is called Refinery Database Management Information System (SimRefinery) to indicate the use of the program which is the Refinery Division. The database information system is developed using PHP programming language and MySQL database. Users of this information system are Refinery Head Division, Marketing Manager, Production Manager, and Administration Manager located in Jakarta. The data input are provided by Regional Sales, Head of The Factory, and Logistic Staff located at several places in Java and Sumatera.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1985. Penulis adalah anak kedua dari Bapak Sumarko dan Ibu Ermin Firnaini. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 03 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1991-1997, pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMPN 199 Jakarta Timur pada tahun 1997-2000, dan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMUN 103 Jakarta Timur pada tahun 2000-2003. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama di perkuliahan penulis aktif di berbagai kepanitian, seperti kepanitiaan Seminar SIX SIGMA (2005), kepanitian Seminar Step On Fire (2005) dan panitia pelepasan sarjana Fateta IPB (2005).
Pada tahun 2005 penulis menjadi
pengurus buletin MIND, buletin bulanan yang diterbitkan oleh Himalogin. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan non akademis seperti panitia Emotional Spiritual Quotient (ESQ) pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2006 penulis melakukan praktek kerja lapang di PT. Astra Agro Lestari,Tbk dengan tema ”Mempelajari Aspek Manajemen Pemasaran Minyak Goreng Cap Sendok PT Astra Agro Lestari Tbk. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan tema ”Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk”.
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (STP) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis juga hendak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada: 1. Dr. Ir. Sukardi, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, motivasi, dan saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 2. Ir. Muslich, MSi dan Ir. Faqih Udin, MSc sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Pudjianto, Bapak Dicky, Bapak Danny, Bapak Hendrik, Ibu Ina, dan Ibu Nita yang berada pada divisi Refinery yang telah menjadi guru, orang tua, pembimbing, teman, dan sahabat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Semua staf dan karyawan PT Astra Agro Lestari Tbk atas semua perhatian, waktu, bantuan serta motivasi kepada penulis. 5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada lembar ini. Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak, Ibu serta rekan-rekan semua. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Maret 2008 Penulis
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) adalah salah satu perseroan terbatas terbuka (go-public) terbesar di Indonesia yang bisnis intinya bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit. PT AAL merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra International Tbk (Astra Group) yang termasuk dalam unit usaha agribisnis. Perusahaan ini terutama bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, industri CPO dan industri minyak goreng. PT AAL juga memperluas usahanya dengan melakukan investasi pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri karet serta kakao.
PT AAL memiliki 7 direktorat, yaitu Corporate
Secretary (FCS), Finance (FIN), R & D and Plantation Development (RPD), Engineering Mill Operation and Quality Control (EMQ), Human Resources, General Affairs and Community Development (HGC), Marketing (MRK) dan Plantation Operation & Control (POC). Di bawah direktorat terdapat beberapa divisi yang salah satu diantaranya divisi Refinery. Divisi Refinery mempunyai fungsi produksi, distribusi, dan pemasaran minyak goreng dengan merek Cap Sendok. Divisi ini termasuk dalam kelompok business operation dan berada di bawah Direktorat Plantation Operation & Control (POC). Divisi Refinery membawahi 3 Departemen yaitu, Marketing, Administrasi dan Produksi yang masing-masing dikepalai oleh manajer. Pada awalnya divisi Refinery hanya mendistribusikan minyak goreng Cap Sendok di daerah Medan, Sumatera Utara. Hal ini dilakukan karena daerah Medan berdekatan dengan lokasi pabrik pengolahan minyak goreng Cap Sendok. Mulai tahun 2000 Perusahaan melakukan pengembangan wilayah distribusi ke daerah Jambi, Aceh, Palembang, Bengkulu, Makasar, dan Lampung. Selanjutnya pada pertengahan tahun 2001, wilayah pemasaran minyak goreng Cap Sendok secara bertahap diperluas lagi dengan sasaran beberapa daerah di Pulau Jawa, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, Kediri, Malang, dan Jember. Wilayah pemasaran yang makin luas membutuhkan pengolahan data yang lebih banyak dan analisa yang lebih kompleks. Data yang diolah meliputi data produksi, data logistik, data penjualan dan data distributor. Saat ini divisi Refinery mengalami
kesulitan dalam mengelola data. Hal ini dikarenakan wilayah operasi yang berjauhan yang mana masing-masing data masih berdiri sendiri dan diolah secara manual. Pengiriman data ke pusat dari masing-masing daerah dilakukan dengan menggunakan e-mail dan diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Cara ini mengakibatkan data yang diperoleh kurang up to date karena terjadi jeda waktu yang cukup lama dari daerah ke pusat. Misalnya untuk menginput data survei harga penjualan diperlukan beberapa form yang perlu diisi pada Microsoft Excel setelah form-form ini diisi lalu dikirimkan ke pusat melalui e-mail dan dalam pengiriman diperlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, data disimpan secara terpisah-pisah dalam beberapa file dan tidak terorganisir secara baik. Contohnya file-file untuk data-data yang diperlukan oleh divisi Refinery ini digabungkan dengan file-file e-mail lainnya yang tidak berhubungan dengan data pada divisi Refinery. Cara pengelolaan data yang dilakukan saat ini dianggap kurang baik sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan
dengan cara
membangun sistem informasi manajemen basis data. Konsep yang diusulkan adalah menggunakan basis data dengan web-base sehingga komunikasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dapat dilakukan secara on-line. Pembuatan sistem informasi manajemen basis data ini diharapkan dapat membantu divisi Refinery dalam mengolah data agar lebih efektif dan efisien sehingga mendapatkan hasil pengolahan data yang aktual dan akurat.
B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan pada PT Astra Agro Lestari Tbk ini bertujuan untuk : 1. Merancang bangun sistem informasi manajemen basis data dalam suatu sistem aplikasi komputer dengan basis web yang dapat mengelola basis data dengan mudah, cepat, dan akurat. 2. Mengimplementasikan sistem informasi manajemen basis data yang dirancang pada divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk.
C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian dibatasi pada proses pengembangan rancang bangun sistem informasi manajemen basis data pada divisi Refinery, yaitu meliputi identifikasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi dan verifikasi sistem. Sistem ini digunakan untuk mengolah data dan informasi pada divisi Refinery dengan menggunakan web-base.
Melalui sistem informasi tersebut, PT AAL dapat
menyelaraskan aktivitas yang ada di divisi Refinery dari setiap departemen yang ada dibawah koordinasinya sehingga terjadilah sistem kerja yang optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Menurut Eaglestone (2001), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut O’Brien (2003), sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai elemen yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan. Informasi adalah data yang sudah diproses dan dipresentasikan dalam bentuk yang sesuai dengan interprestasi manusia (Valaich, 2001). Menurut Laundon (2002) informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang paling penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang akan datang. Informasi adalah sebuah kumpulan fakta-fakta (data) yang disusun di dalam beberapa cara, jadi kumpulan fakta tersebut bisa berarti bagi penerimanya (Turban, 2001). Menurut Hutchinson dan Sawyer (1988) karateristik informasi yang diperlukan pada umumnya adalah benar (akurat), lengkap (termasuk seluruh data yang relevan), tepat (dari segi waktu), ringkas (memuat hanya data yang relevan), mudah dimengerti, efektif dan efisien (dari segi biaya) dan peka waktu (berdasarkan sejarah, masih realistis dengan informasi masa depan yang diperlukan). Sistem informasi (SI) dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen atau modul yang dapat mengumpulkan, mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, 2001).
Menurut
O’Brien (2003) sistem informasi merupakan suatu kombinasi yang terorganisasi antara perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi. Sistem informasi juga terdiri dari input (data, perintah) dan output (laporan, kalkulasi). Sistem akan memproses (process) input tersebut dan menghasilkan output yang kemudian dikirimkan ke pengguna atau didistribusikan ke sistem lain. Sistem informasi berbasis komputer atau Computer Based Information System (CBIS) adalah sebuah sistem informasi yang menggunakan teknologi komputer untuk menangani data (Turban, 2001). Manajemen adalah suatu proses atau kegiatan yang menjelaskan apa yang akan dilakukan (fungsi) manajer pada operasi organisasi mereka. Fungsi-fungsi tersebut
yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengendalian (Davis, 1991). Menurut Schulties dan Summer (1992), tujuan utama sistem informasi adalah untuk mentransformasi data menjadi informasi yang bernilai. Suatu sistem informasi pada perusahaan dapat didesain untuk menyediakan informasi bagi setiap aktifitas bisnis, baik yang bersifat operasional, dan strategis. McLeod (2001), mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Melalui informasi tersebut, pengguna dapat mengetahui tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, sekarang dan dugaan kejadian di masa yang akan datang. Informasi yang disajikan dapat berbentuk laporan periodik, laporan khusus atau hasil simulasi matematik. Sistem informasi manajemen adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan atau komponen-komponen yang dikumpulkan sebagai masukan, kemudian dilakukan pengolahan, transformasi dan penyimpanan sebagai proses, dan menghasilkan informasi yang bernilai sebagai keluaran, serta terdapat suatu mekanisme aliran umpan balik untuk perbaikan pada masukan dan proses sehingga tercapai tujuan sesuai dengan yang ditetapkan.
Masukan merupakan kegiatan pengambilan dan
pengumpulan data mentah. Proses merupakan transformasi data menjadi informasi (keluaran).
Keluaran merupakan informasi yang berguna, biasanya dalam bentuk
dokumen, laporan dan transaksi. Umpan balik adalah keluaran yang digunakan untuk membuat perubahan terhadap masukan dan proses (Stair dan Reynolds, 1998).
B. SISTEM BASIS DATA Menurut Eaglestone (2001) data merupakan fakta-fakta yang telah diketahui untuk dapat disimpan dan yang mempunyai arti yang mutlak atau selengkapnya. Menurut Turban (2001) data adalah fakta-fakta yang belum diolah atau gambarangambaran lebih lanjut dari benda-benda, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, dan transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, dan diklasifikasikan, tetapi tidak disusun untuk menyampaikan arti khusus lainnya. Data dalam sebuah basis data hirarki diorganisasikan dalam struktur pohon dengan hubungan satu ke satu atau satu ke banyak, atau banyak ke banyak. Basis data
relasional mengorganisasi data dalam bentuk sebuah tabel yang mempunyai baris dan kolom. Setiap kolom dari sebuah basis data relasional dinamakan field data dan setiap baris dinamakan record data (Maspiyono, 1989). Elemen data yang terkecil pada pangkalan data yang mengandung suatu pengertian disebut dengan field. Kumpulan dari field yang berhubungan membentuk kesatuan yang disebut record. Basis data adalah gabungan dari beberapa file yang merupakan kumpulan dari record yang membentuk file (Rozik, 1989). Menurut Connolly dan Begg (2005), sistem basis data adalah sekumpulan data yang dapat digunakan bersama-sama dan saling berhubungan secara logika, deskripsi, serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh sebuah organisasi. Menurut Stallings (2002), sistem basis data adalah suatu penyusunan data terstruktur yang disimpan dalam media pengingat (harddisk) yang tujuannya adalah agar data tersebut dapat diakses dengan mudah dan cepat. Suatu sistem basis data terdiri dari empat komponen yaitu Data, yang secara fisik menyimpan informasiinformasi; Database Management System (DBMS); Data Description Languages (DDL) dan Data Manipulation Languages (DML). Szymanski dan Pulschen (1995) menyatakan bahwa sistem basis data merupakan perangkat lunak yang mengatur pembuatan, penyimpanan, pengaksesan, perubahan, penghapusan, dan penggunaan basis data.
Sistem basis data dapat
mengakses dan mengatur beberapa file, tabel atau objek dalam waktu yang sama dan menghubungkan satu sama lain apabila diperlukan. Kegiatan dalam sistem basis data meliputi pendefinisian struktur penyimpanan informasi, penyediaan mekanisme pengolahan dan pemanfaatan informasi, dan pengamanan bagi informasi terhadap usaha-usaha pengaksesan oleh orang-orang yang tidak berwenang dan tidak bertanggung jawab.
Secara lengkap, pemanfaatan basis data dilakukan untuk
memenuhi sejumlah tujuan (objektif) seperti (1) kecepatan dan kemudahan; (2) efisiensi ruang penyimpanan; (3) keakuratan; (4) ketersediaan; (5) kelengkapan; (6) keamanan; dan (7) kebersamaan pemakaian (Fathansyah, 1999). Menurut Connolly dan Begg (2005), metodologi desain basis data adalah sebuah struktur yang membutuhkan prosedur, teknik, peralatan, dan dokumentasi untuk mendukung dan memfasilitasi proses sebuah desain. Ada tiga metodologi yang bisa digunakan dalam desain basis data, yaitu:
a) Desain Konseptual (Conceptual Design Database) Menurut Connolly dan Begg (2005), desain konseptual basis data adalah proses pembangunan model informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan, bebas dari semua pertimbangan fisik. b) Desain Logikal (Logical Design Database) Menurut Connolly dan Begg (2005), desain logikal basis data adalah proses pembangunan model informasi yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan model data yang spesifik, tetapi bebas dari DBMS. c) Desain Fisikal (Physical Design Database) Menurut Connolly dan Begg (2005), desain fisikal basis data adalah proses pembuatan model informasi dari sebuah basis data dalam secondary storage yang menjelaskan hubungan dasar, file organisasi, dan indeks yang digunakan untuk mengakses data secara efektif, dan semua integrity constraint beserta keamanannya.
1. Database Management System (DBMS) Database Management System (DBMS) adalah sebuah sistem perangkat lunak yang memudahkan pengguna untuk menjelaskan, membuat, merawat, dan mengontrol akses kedalam basis data (Connolly dan Begg, 2005).
DBMS
menyediakan fasilitas-fasilitas kepada pengguna seperti (1) DBMS mengijinkan pengguna untuk menjelaskan basis data, melalui Data Definition Language (DDL); (2) DBMS mengijinkan pengguna untuk memasukkan, meng-update, menghapus, dan mendapatkan kembali data dari basis data melalui Data Manipulation Language (DML); (3) DBMS menyediakan kontrol akses dalam basis data. Komponen dari lingkungan DBMS terdiri dari lima, yaitu perangkat keeras, perangkat lunak, data, prosedur, dan manusia (Connolly dan Begg, 2005). Komponen-komponen ini dapat dilihat dari Gambar 1 berikut :
Perangkat Keras
Perangkat Lunak
Mesin
Data
Prosedur
Jembatan
Manusia
Manusia
Gambar 1. Komponen DBMS (Connolly dan Begg, 2005) a) Perangkat Keras DBMS dalam aplikasinya membutuhkan perangkat keras untuk berjalan, karena perangkat keras dapat bertindak sebagai media input dan output yang dibutuhkan oleh aplikasi untuk melakukan proses komputasi. Dalam hal ini kebutuhan akan perangkat keras tergantung dari kebutuhan perusahaan dan jenis dari DBMS yang digunakan. b) Perangkat Lunak Komponen dari perangkat lunak adalah perangkat lunak DBMS itu sendiri, program aplikasi, dan selain itu termasuk didalamnya sistem operasi. Program aplikasi dapat ditulis dengan bahasa pemrograman tertentu seperti Java, Visual Basic, Pascal, SQL dan sebagainya. c) Data Data merupakan komponen yang paling penting, bila dilihat dari sudut pandang user. Dari Gambar 1, terlihat bahwa data berperan sebagai jembatan antara mesin dan manusia. Basis data berisi data operasional dan meta-data. Meta-data merupakan gambaran tentang apa yang ada di dalam basis data dan memudahkan objek-objek yang ada dalam basis data untuk diakses dan dimanipulasi. d) Prosedur Prosedur merupakan instruksi dan aturan yang mengatur desain dan penggunaan dari basis data. Pengguna dari sistem dan administrator yang mengatur basis data membutuhkan prosedur yang terdokumentasi untuk dijadikan pedoman dalam penggunaan dan dalam menjalankan sistem. Prosedur berisi (1) Log On pada DBMS; (2) penggunaan fasilitas dalam DBMS
atau program aplikasi; (3) cara membuat backup salinan basis data; serta (4) cara mengubah struktur tabel pada basis data, meningkatkan performansi dan mengarsip data untuk secondary storage e) Manusia Komponen terakhir yang terlibat dalam sistem adalah manusia yang berperan dalam mengolah sumber data, merencanakan basis data, dan desain konseptual atau logikal basis data. Manusia juga berperan pada realisasi fisik dari basis data, termasuk desain fisikal basis data dan implementasi, mekanisme keamanan, pemeliharaan dari sistem operasi, dan memastikan performansi dari aplikasi sesuai dengan kebutuhan user (Connolly dan Begg, 2005). Di dalam DBMS terdapat banyak keuntungan dan kerugian. Keuntungankeuntungan di dalam DBMS adalah (1) mengontrol penduplikasian data; (2) data yang konsisten; (3) informasi yang sama; (4) membagi data; (5) meningkatkan kesatuan data; (6) meningkatkan keamanan; (7) meningkatkan standar; (8) penghematan; (9) menyeimbangkan beberapa kebutuhan yang bertentangan; (10) meningkatkan
pengaksesan
data;
(11)
meningkatkan
produktivitas;
(12)
meningkatkan pemeliharaan data independen; (13) meningkatkan kebersamaan; dan (14) meningkatkan backup dan perbaikan. Dibalik keuntungan kelemahankelemahan di dalam DBMS adalah (1) kompleks; (2) ukuran; (3) harga perangkat keras; (4) biaya perubahan; (5) tampilan; serta (6) dampak dari kegagalan tinggi.
2. Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) merupakan diagram yang menggambarkan aliran informasi dari aksi yang dilakukan terhadap informasi tersebut secara logis. Penyimpanan informasi dan lokasi di mana informasi tersebut masuk dan keluar dari sistem dapat tergambar dengan jelas tanpa memperhatikan di bagian organisasi mana informasi tersebut diolah. Keuntungan pemakaian diagram ini adalah sangat fleksibel dan mudah untuk didekomposisikan dan dikembangkan karena sifatnya yang tidak tergantung pada kondisi fisik sistem. Tingkat pertama dari DFD akan menggambarkan proses secara umum dan disebut Diagram Konteks.
Tingkat
selanjutnya adalah DFD Level 1, DFD Level 2 dan seterusnya. Dalam Pembuatan DFD digunakan beberapa simbol-simbol khusus, yaitu: (1) Proses (Data Process),
digunakan untuk penerimaan data, merubah dan menghasilkan sesuatu; (2) Penyimpanan Data (Data Store), digunakan untuk penempatan data secara sementara atau selamanya yang disimpan di dalam sistem; (3) Entiti Eksternal (External Entity), merupakan sumber data yang digunakan di dalam model; dan (4) Aliran Data (Data Flow), digunakan untuk perpindahan data antar berbagai komponen dalam sistem (Heru, 2002). 3. Normalisasi Normalisasi merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk menjelaskan relasi-relasi yang akan menjelaskan data, dan relationship. (Connolly dan Begg, 2005).
Normalisasi dalam mendesain basis data menggunakan
pendekatan bottom-up yang dimulai dengan melakukan pengecekan relationship diantara atribut-atributnya. Normalisasi adalah teknik untuk menghasilkan sebuah set dari relasi dengan properti-properti yang ada sehingga dapat memberikan data yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Proses dari Normalisasi pertama kali
dikembangkan oleh E.F Codd pada tahun 1972. Menurut Connolly dan Begg (2005) normalisasi adalah sebuah teknik formal untuk menganalisa relasi berdasarkan dari primary key.
Salah satu tujuan
normalisasi adalah untuk mempercepat akses terhadap data serta meningkatkan integritas dan konsistensi data.
Teknik tersebut berisi peraturan yang dapat
digunakan untuk memeriksa masing-masing relasi sehingga basis data dapat dinormalisasikan ke berbagai tahap.
Normalisasi biasanya dijalankan secara
bertahap, dimana relasi menjadi semakin kuat bila tahapannya semakin tinggi. Suatu relasi dikatakan unnormalized (UNF), jika terdapat satu atau lebih repeating group didalam relasi tersebut. First Normal Form (1NF) adalah sebuah relasi dimana pertemuan dari setiap baris dan kolomnya berisi satu dan hanya satu nilai. Untuk mengubah unnormalized table menjadi relasi 1NF, maka repeating group dalam tabel harus diidentifikasi dan dihilangkan. Repeating group adalah sebuah atribut atau sekumpulan atribut didalam sebuah tabel yang mempunyai nilai yang berulang untuk sebuah kejadian (Connolly dan Begg, 2005). Terdapat dua pendekatan untuk menghilangkan repeating group dari unnormalized tabel yaitu (1) pendekatan pertama, hilangkan repeating group dengan memasukkan data yang
tepat didalam kolom kosong pada baris yang mengandung perulangan data yang akan menghasilkan satu data didalam pertemuan setiap baris dan kolomnya; dan (2) pendekatan kedua, hilangkan repeating group dengan menempatkan data yang berulang bersamaan dengan sebuah salinan dari kunci atribut aslinya, didalam sebuah relasi yang berbeda. Sebuah primary key diidentifikasikan pada relasi yang baru. Didalam First Normal Form (1NF) dimungkinkan dibangun Second Normal Form (2NF), Third Normal Form (3NF), dan seterusnya (Connolly dan Begg, 2005). First Normal Form (1 NF) tahapan normalisasi tingkat pertama ini dilakukan dengan cara menghilangkan grup data yang berulang. Pada bentuk 1 NF, setiap data yang akan disimpan harus memiliki data elemen dasar yang tiap elemennya memiliki tepat satu nilai. Normalisasi tingkat pertama dilakukan dengan cara (1) mengganti semua grup elemen data dengan data elemen dasar; (2) menghilangkan semua grup data yang berulang; dan (3) membuat primary key yang mengandung indentifier yang unik dari setiap grup yang berulang (Danang, 2003). Second Normal Form (2NF), normalisasi tingkat kedua dilakukan bila sudah terbentuk 1NF dan semua atribut non-key (yaitu elemen data yang bukan primary key dan bukan hanya sebagian dari key saja. Normalisasi tingkat kedua dilakukan dengan cara (1) jika primary key bukan composite key (yaitu key yang berisi lebih dari satu elemen data), maka secara otomatis akan menjadi bentuk 2 NF bila syarat 1 NF sudah terpenuhi; dan (2) jika primary key merupakan composite key, maka kita harus memahami lebih lanjut untuk memastikan bahwa setiap non-key menggambarkan keseluruhan key dan bukan hanya sebagian key saja. (Danang, 2003).
4. Entity Relationship Diagram (ER-Diagram) Model data ER-Diagram merupakan sebuah high level model data konseptual yang tidak hanya mendeskripsikan cara data disimpan dalam komputer, melainkan lebih mendekati analisa pengguna terhadap data riil. Model data ER-Diagram ini biasanya digunakan pada tahap awal proses perancangan basis data. Menurut Connolly dan Begg (2005) Entity Relationship Diagram adalah sebuah pendekatan top-down untuk mendesain basis data yang dimulai dari
mengidentifikasikan data-data yang penting yang disebut entity dan hubungan (relationship) diantara data-data yang ditampilkan di dalam model. Definisi untuk masing-masing komponen tersebut adalah: a) Entity Entity merupakan objek (manusia, tempat, benda, konsep ataupun kejadian) didalam organisasi yang akan diwakilkan dalam basis data (Connolly dan Begg, 2005). Entity adalah sekumpulan objek yang memiliki properti-properti sama, yang mengidentifikasikan suatu objek di dalam situasi nyata (Connolly dan Begg, 2005). b) Atribut Menurut Connolly dan Begg (2005) Atribut merupakan sebuah properti dari sebuah entity. Atribut memiliki nilai yang menjelaskan fungsi tiap-tiap entity, dan menjelaskan bagian terpenting dari data yang disimpan dalam basis data. Atribut dari entity Staff adalah IDStaf, NamaDepan, NamaBelakang. Sedangkan atribut dari entity KantorCabang adalah NomorKantorCabang, NamaKantorCabang, Kota.
Contoh atribut dapat dilihat pada Gambar 2
berikut:
Staff
KantorCabang
IDStaf NamaDepan NamaBelakang
NomorKantorCabang NamaKantorCabang Kota
Gambar 2. Entity dengan Atribut (Connolly dan Begg, 2005) c) Relationship Tipe relationship adalah sebuah hubungan yang mempunyai arti diantara tipetipe entitas. Setiap tipe relationship diberi nama sesuai dengan fungsinya. Hubungan yang terjadi antar entitas dibentuk melalui atribut, untuk suatu entitas tertentu relationship dengan entitas lainnya dapat merujuk pada satu entitas yang mempunyai atribut sama. Kumpulan hubungan antar entitas-entitas tertentu disebut sebagai relationship type.
C. MySQL MySQL merupakan salah satu perangkat lunak untuk membuat sebuah basis data yang bersifat open source. Keunggulan dari basis data MySQL adalah mudah digunakan, cepat, dan dapat diandalkan. MySQL mencakup dua hal, yaitu: 1.
MySQL sebagai sistem manajemen basis data. Basis data merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur. MySQL diperlukan untuk memudahkan dalam pengaksesan, penambahan, dan pemrosesan data diperlukan suatu sistem manajemen basis data.
2.
MySQL sebagai perangkat lunak open source. Open source berarti memungkinkan siapapun untuk menggunakan dan memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan (Suwarsih, 2004). Salah satu bahasa yang bisa digunakan dalam pengembangan model relasional
adalah Structured Query Language, atau sering disebut SQL. SQL adalah sebuah contoh dari transform-oriented language, atau sebuah bahasa yang didesain dengan menggunakan relasi-relasi untuk mengubah input menjadi output yang diinginkan (Connolly dan Begg, 2005).
Selama ini SQL telah menjadi standar dari bahasa
relasional basis data. Sebuah bahasa basis data harus dapat menyajikan tugas-tugas dengan usaha yang minimal dari user, command serta syntax yang digunakan juga harus mudah untuk dipelajari.
Bahasa yang digunakan harus portable, sehingga kita dapat
menggunakan command dan syntax yang sama ketika kita berpindah dari satu DBMS ke DBMS yang lainnya. Sebuah bahasa basis data harus dapat mengijinkan user untuk (1) membuat basis data dan struktur relasi; (2) menampilkan tugas manajemen basis data, seperti penginputan, modifikasi, dan penghapusan data yang ada dalam relasi; dan (3) menampilkan query-query yang sederhana dan kompleks. Kriteria ini dimiliki oleh SQL. SQL terdiri dari dua komponen yaitu Data Definition Language (DDL) untuk menjelaskan struktur basis data dan mengontrol akses ke data, dan Data manipulation Language (DML) untuk me-retrieve dan meng-update data. Kedua komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Data Definition Language (DDL)
Data Definition Language (DDL) merupakan bahasa yang memperbolehkan administrator basis data atau user untuk menjelaskan dan menamakan entiti, atribut, dan relationship yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan batasan kemanan (Connolly dan Begg, 2005). Menurut Connolly dan Begg (2005) DDL pada SQL memungkinkan objek basis data seperti schema, domain, table, view, dan index untuk dibuat atau dihilangkan dengan cara sebagai berikut: a) Create Table Pernyataan create table digunakan untuk membuat table yang terdiri dari satu atau beberapa kolom. b) Alter Table Pernyataan alter table digunakan untuk merubah struktur sebuah tabel, menambah kolom baru, menghapus kolom, menambah dan menghapus. c) Drop Table Drop table digunakan untuk menghapus sebuah tabel beserta isinya dari basis data. d) Create Index Indeks adalah sebuah struktur yang mempercepat akses baris pada sebuah tabel berdasarkan nilai dari satu kolom atau lebih. Create index digunakan untuk membuat indeks pada suatu basis data. e) Drop Index Drop index digunakan untuk menghapus indeks. 2) Data Manipulation Language (DML) Data Manipulation Language (DML) adalah bahasa yang menyediakan sekumpulan operasi untuk mendukung proses manipulasi data yang ada di dalam basis data (Connolly dan Begg, 2005).
Statement yang ada pada SQL Data
Manipulation Language (DML) yaitu: a) SELECT, digunakan untuk mengambil data dari tabel dalam basis data. b) INSERT, digunakan untuk memasukkan data ke dalam tabel. c) UPDATE, digunakan untuk mengubah satu atau beberapa data/atribut yang disimpan dalam tabel. d) DELETE, digunakan untuk menghapus sebagian atau seluruh isi suatu tabel.
D. HYPERTEXT PREPROCESSOR (PHP) Menurut Kadir (2003) PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnya dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser. PHP memang secara khusus dirancang untuk membentuk web dinamis, artinya PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan teknisi. PHP adalah sebuah bahasa scripting yang bersifat open source. Dalam penggunaannya, PHP ini biasanya dijalankan di server. PHP dapat disatukan dengan HTML dan lebih dikhususkan ke arah pengembangan web. Dengan demikian bila sebuah script PHP dijalankan di sebuah server, maka komputer client tidak dapat melihat script yang sedang dijalankan dan hanya akan menerima hasil dari script yang dijalankan di server tadi (Meisye, 2006). Salah satu kelebihan dari PHP adalah mampu berkomunikasi dengan berbagai basis data meskipun dengan kelengkapan yang berbeda.
Dalam PHP, terdapat 4
terminologi yang mendefinisikan PHP adalah (1) Cross Platform, berarti bisa berjalan dalam sistem operasi yang berbeda, tanpa adanya perubahan; (2) HTML Embedded, artinya kode PHP dapat ditulis dalam file yang berisi campuran instruksi PHP dan HTML; (3) Server-side, berarti instruksi PHP dieksekusi di web server; dan (4) Web scripting language, artinya script PHP dijalankan via web browser, mengakses server yang menjalankan program, dan mengirim output program tersebut ke browser.
E. PENELITIAN TERDAHULU Hamdi (1993), mengembangkan sistem informasi industri kelapa sawit dengan menggunakan object oriented.
Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan
perangkat lunak Foxbase profesional yang masih tergolong relasional database, konsep object oriented tidak dapat diterapkan sepenuhnya dengan Foxpro. Selain itu juga sistem informasi yang ada belum dapat diaplikasikan pada Local Area Network. Ruslan (1997), merancang aplikasi internet dalam sistem informasi agribisnis kelapa sawit.
Rancang bangun sistem ini menggunakan perangkat lunak, yaitu
Microsoft Access 7.0 dalam pembuatan database, Microsoft Excel untuk penanganan grafik, Microsoft Visual Basic 4.0 E.E dalam pengembangan sistem dan antramuka
pengguna, dan Software Web Wizard untuk pembuatan HTML agar dapat diaplikasikan ke media internet. Gunawan (1997), melakukan komputerisasi dengan sistem basis data secara multiuser dari sistem informasi pengendalian produksi sirup glukosa di PT. Raya Sugarindo Inti.
Program aplikasi yang dihasilkan dibangun dengan menggunakan
bahasa pemograman Visual Foxpro 3.0 For Windows. Paket program ini berfungsi untuk menunjang dalam pengendalian produksi di PT. Raya Sugarindo Inti terutama untuk pengendalian stok (bahan baku, bahan pembantu, produk antara, produk jadi, dan kemasan produk), pengendalian mutu, dan pengendalian proses produksi. Praja (1999), mengembangkan perangkat lunak prototipe sistem informasi agroindustri kopi Indonesia yang diberi nama INKOPINDO 98. Tampilan antar muka pengguna (user interface) sistem informasi agroindustri kopi Indonesia dirancang dengan prinsip dasar Graphical User Interface (GUI) Windows 95. Tampilan antar muka INKOPINDO 98 mengikuti Microsoft Office 97, untuk tampilan laporan menggunakan format HTML. Mukti (1999), membuat sistem informasi bunga potong menggunakan jaringan komputer dengan PC (Personal Computer). Sistem informasi bunga potong ini diberi nama FLORIST (Floriculture Information Sistem).
Paket program FLORIST
merupakan paket informasi bunga potong yang diimplementasikan dalam sebuah jaringan komputer berbasis Windows NT 4.0 sebagai induk server dan Windows 95 sebagai sistem operasi cabang (workstation/ client). Program ini dirancang untuk pengelolaan informasi yang dibutuhkan oleh anggota Asbindo.
Asbindo adalah
organisasi yang membawahi para pengusaha di bidang florikultura. Program ini dibuat dengan menggunakan dengan bahasa HTML (HomeSite, WWW-plugins), yang merupakan bahasa yang digunakan dalam jaringan komputer berbasis TCP/IP. Suherman (2002), mengembangkan sistem informasi manajemen untuk pengendalian persediaan bahan di Hotel Salak The Haritage.
Sistem informasi
manajemen pengendalian produksi persediaan Hotel Salak diberi nama SimVent Salak. SimVent Salak merupakan sistem informasi berbasis data yang mendukung bagi pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian persediaan bahan bagi pengguna sistem terutama untuk manajer purchasing dan manajer store room dalam hal menjaga dan mengawasi ketersediaan bahan di gudang. Bahasa pemgrogram yang digunakan
untuk implementasi SimVent Salak adalah bahasa pemrograman Visual Basic dengan menggunakan Microsoft Access 97 sebagai basis data serta dibantu dengan Crystal Report 4.6 untuk mengakomodasi sistem pelaporannya. Yasir (2003), merancang sistem informasi perencanaan produksi terpadu yang diberi nama SISIDU. SISIDU mengacu pada konsep computer integrated bussines system, suatu sistem yang mengintegrasikan keseluruhan fungsi manajerial departemen perusahaan ke dalam satu sistem informasi yang berbasis komputer.
SISIDU
merupakan paket program aplikasi komputer yang dibuat dengan perangkat lunak Microsoft Visual Basic 6 dan pangkalan data dirancang dengan format Microsoft Access. Reinandang (2003), merancang sistem informasi pengolahan sampah berbasis teknologi SMS/GSM untuk penjadwalan, penentuan jalur, dan pengelolaan sampah padat perkotaan pada kota Bogor (SIPASA). SIPASA merupakan integrasi dari Sistem Informasi Manajemen (SIM), informasi geospatial dan koneksi GSM.
Integrasi
dilakukan dengan menggunakan bantuan Wise Install Master 8.0 yang merupakan piranti lunak untuk membuat sistem instalasi pada sistem operasi Windows.
III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Pengembangan aplikasi sistem informasi manajemen basis data untuk PT Astra Agro Lestari Tbk, khususnya untuk divisi Refinery ini, didahului dengan mengidentifikasi faktor-faktor dan parameter-parameter yang berpengaruh dalam perencanaan sistem.
Setelah dilakukan identifikasi, kemudian dilanjutkan dengan
analisa untuk dijadikan dasar dalam perancangan sistem agar dapat memenuhi kebutuhan user.
Hasil rancangan sistem perlu dilakukan uji coba sebelum
implementasi dilaksanakan. Sistem yang sudah diuji coba dan hasilnya memenuhi kebutuhan user akan dibakukan dan dijadikan sebagai suatu sistem untuk mendukung operasional kerja.
Dengan adanya sistem manajemen informasi basis data ini
diharapkan mampu mengatasi pengolahan dan pengumpulan data yang saat ini masih konvensial, karena sistem ini mampu memberikan informasi yang cepat dan akurat. B. METODE PERANCANGAN DATABASE LIFECYCLE Database application lifecycle merupakan komponen yang penting dalam perancangan sistem basis data karena aplikasi dari database application lifecycle berkaitan erat dengan pengembangan suatu sistem informasi. Menurut Connolly dan Begg (2005), langkah-langkah dari database application lifecycle terdiri-dari: a. Perencanaan Basis Data Perencanaan basis data merupakan aktifitas yang memungkinkan tahapan dari aplikasi basis data direalisasikan seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan basis data harus terintegrasi dengan keseluruhan strategi sistem informasi dari organisasi. Perencanaan basis data menyertakan pengembangan standar-standar yang menentukan bagaimana data dikumpulkan, spesifikasi format, dokumentasi yang dibutuhkan dan bagaimana desain dan implementasi harus dilakukan.
b. Definisi Sistem Definisi sistem menjelaskan batasan dan ruang lingkup aplikasi basis data dan user view. User view, mendefinisikan apa saja yang dibutuhkan sebuah aplikasi basis data. Sebuah aplikasi basis data memiliki satu atau lebih user view. Identifikasi user view membantu memastikan bahwa tidak ada user utama dari suatu basis data yang terlupakan. c. Mengumpulkan dan menganalisis data Proses
mengumpulkan
dan
menganalisis
data diperlukan dalam rangka
merumuskan masalah-masalah yang akan didukung oleh aplikasi basis data. Disamping itu, proses analisis diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna pada sistem yang baru. Informasi yang dikumpulkan untuk masingmasing user-view utama meliputi deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan, detail mengenai bagaimana data digunakan atau dihasilkan, dan beberapa kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data yang baru. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan informasi adalah fact-finding tehniques. d. Desain Basis data Pendekatan yang digunakan untuk mendesain basis data ini adalah pendekatan topdown. Pendekatan ini digambarkan dengan menggunakan konsep dari model Entity Relationship (ER), dimulai dengan mengidentifikasi entiti dan merumuskan hubungan antar entiti. Hal ini biasanya digunakan pada desain basis data yang kompleks. Selain ER, diperlukan juga perancangan sebagai berikut : 1) Perancangan konseptual basis data (Conceptual Database Design) Perancangan konseptual basis data adalah membangun representasi konseptual dari basis data yang mencakup pengidentifikasian entity, relationship, dan atribut yang penting. 2) Perancangan logikal basis data (Logical Database Design) Perancangan logikal basis data adalah menerjemahkan representasi konseptual ke dalam struktur logikal dari basis data yang mencakup perancangan relasi-relasi.
3) Perancangan fisikal basis data (Physical Database Design) Perancangan fisikal basis yaitu menentukan pengimplementasian secara fisik dari struktur logikal basis data pada Database Management System (DBMS) yang akan dipakai. e. Pemilihan DBMS Pemilihan DBMS adalah memilih DBMS yang cocok untuk mendukung aplikasi basis data. f. Desain Aplikasi Desain aplikasi adalah merancangan user interface dan program aplikasi dalam proses basis data. g. Prototyping Prototyping adalah membangun model kerja dari sebuah aplikasi basis data. Dalam prototyping
ini,
designer dan pengguna dimungkinkan untuk
memvisualisasikan dan mengevaluasi bagaimana fungsi dan tampilan sistem yang akan dibuat. h. Implementasi Implementasi merupakan realisasi fisikal dari desain aplikasi dan basis data. i.
Konversi dan loading data Konversi dan loading data yaitu pemindahan data yang ada ke dalam basis data baru dan mengkonversi aplikasi yang sudah ada agar dapat berjalan di basis data baru.
j.
Pengujian (Testing) Pengujian merupakan proses mengeksekusi program aplikasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi adanya kesalahan sebelum suatu aplikasi dioperasikan.
k. Pemeliharaan operasional (Operational maintenance) Pemeliharan operasional merupakan proses memonitor dan memelihara sistem setelah di-install. Tahapan Database Life Cycle dapat dilihat pada Gambar 3.
Perencanaan basis data
Definisi sistem
Mengumpulkan dan menganalisis data
Desain basis data Perancangan Konseptual basis data Desain Aplikasi
Pemilihan DBMS Perancangan Logikal basis data
Perancangan Fisikal basis data
Prototyping
Implementasi
Konversi dan loading data
Pengujian
Pemeliharaan operasional
Gambar 3. Database Life Cycle (Connolly dan Begg, 2005)
C. TATA LAKSANA Dalam memulai penulisan skripsi ini, terlebih dahulu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang ada pada divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Dilakukan dengan cara membaca buku-buku referensi untuk memperoleh pengertian dan pengetahuan mengenai analisa dan perancangan sistem basis data. Untuk pengembangan program, studi pustaka dilakukan dengan membaca buku referensi mengenai bahasa pemrograman PHP dan buku referensi mengenai MySQL. 2. Identifikasi Sistem Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi apa yang dibutuhkan aplikasi basis data dan transaksi apa yang dapat dilakukan oleh data pada divisi Refinery. Mengidentifikasi masalah dilakukan dengan teknik Fact Finding pada divisi Refinery dengan cara sebagai berikut: a. Memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan untuk dijadikan acuan dalam pengembangan sistem informasi yang diperlukan. b. Wawancara secara langsung dengan karyawan perusahaan, untuk memperoleh informasi langsung dari user. c. Observasi atau peninjauan ke perusahaan untuk melihat operasional sistem yang sedang berjalan. d. Penelitian terhadap sistem yang ada saat ini serta masalah-masalah yang dihadapi perusahaan untuk perumusan masalah dan identifikasi persoalan yang ada. 3. Pengumpulan Data dan Informasi Data dan informasi dikumpulkan baik melalui wawancara dengan pihak pada divisi Refinery dan bahan dokumen yang dimiliki perusahaan, pencatatan data historis, dan observasi lapangan.
4. Perancangan Sistem Perancangan sistem adalah merancang bangun sistem dengan melakukan spefikasi terhadap sistem yang akan dibuat. Hal ini dilakukan setelah semua identifikasi kebutuhan telah terpenuhi serta data dan informasi yang diperoleh cukup untuk melakukan perancangan sistem yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna. 5. Implementasi Sistem Implementasi sistem meliputi kegiatan transformasi CASE (Computer Aided Software Engineering) tools dan pembuatan program aplikasi komputer. CASE tools digunakan untuk membantu dalam membuat permodelan sistem dan rancangan pangkalan data sistem yang akan dibuat (Yasir, 2003). CASE tools yang digunakan adalah Power Designer Trial 9 Process Analyst untuk perancangan model. Perancangan pangkalan data dibantu oleh perangkat lunak CASE tools Power Designer 6.32 Data Architect.
Alat bantu yang digunakan untuk
pengembangan sistem informasi manajemen basis data Refinery adalah Macromedia Dreamweaver MX 2004 untuk pengembangan sistem secara keseluruhan dan MySQL untuk pangkalan data. 6. Verifikasi Sistem Verifikasi sistem dilakukan dengan menguji kesesuaian sistem untuk kebutuhan pengguna, khususnya pengguna pada divisi Refinery.
Verifikasi dilakukan
terhadap keluaran sistem, jika data masukan sesuai maka dihasilkan keluaran yang sesuai. Tahapan pembuatan sistem informasi manajemen basis data Refinery dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tahapan pembuatan sistem informasi manajemen basis data Refinery
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. KONDISI UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Perkembangan Perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) adalah salah satu perusahaan agribisnis terbesar di Indonesia yang inti bisnisnya bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. PT AAL merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra International Tbk (Astra International Group) yang termasuk dalam divisi agribusiness untuk industri yang berbasis agribisnis (Lampiran 1). Hal ini ditandai dengan PT Astra International (PT AI) memegang kepemilikan saham tertinggi PT AAL. Awal tahun 2000, berdasarkan daftar pemegang saham perseroan yang dikeluarkan PT Risjad Saim Registra selaku Biro Administrasi Efek Perseroan, tercatat PT AI mengusai saham PT AAL sebesar 64.67 persen. Astra International itu sendiri merupakan salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia yang pada awal kegiatan operasinya, bergerak dalam bidang usaha perdagangan umum terutama hasil bumi. Kemudian Astra Internasional melakukan perluasan usaha ke bidang distribusi kendaraan dan alat-alat berat serta komponen kendaraan bermotor. PT Astra Agro Lestari Tbk semula didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala sesuai dengan Akta Pendirian No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, kemudian pada tahun 1989 berubah nama menjadi PT Astra Agro Niaga berdasarkan akta perubahan No. 9 tanggal 4 Agustus 1989.
Akta pendirian perusahaan dan
perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam SK No. C2-10099.HT.01.01.TH.89 tanggal 31 Oktober 1989 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 101 Tambahan No. 3626 tanggal 19 Desember 1989. Pada tanggal 30 Juni 1997, perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera.
Sehubungan dengan
penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari. PT AAL melaksanakan kegiatan usaha mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman.
Semua
kegiatan ini dilaksanakan oleh Perseroan sendiri maupun dioperasikan melalui 35
anak perusahaan, yang terdiri dari 31 perusahaan yang bergerak dalam bidang kelapa sawit, 2 perusahaan dalam bidang karet, 1 perusahaan dalam bidang kakao, serta 1 perusahaan dalam bidang minyak goreng (Lampiran 2).
Berdasarkan
perkembangannya, secara keseluruhan Grup Astra Agro menguasai 35 perusahaan perkebunan dengan lahan yang sudah ditanam seluas 199.501 hektar.
Dari
sejumlah lahan tersebut, sekitar 184.552 hektar ditanami kelapa sawit dan 8.854 ditanami karet, dan 2.882 hektar ditanami kakao. Dari seluruh perkebunan yang dioperasikan oleh Grup Astra Agro, 95.558 hektar terletak di pulau Sumatera, 59.487 hektar di pulau Kalimantan, 38.736 hektar di pulau Sulawesi, dan sekitar 5.720 hektar di pulau Jawa. Grup Astra Agro juga mengoperasikan 14 fasilitas pengolahan kelapa sawit yang memproduksi CPO, 6 fasilitas pengolahan kakao, 5 fasilitas pengolahan karet, dan 1 pengolahan minyak goreng.
2. Misi, Visi, dan Strategi PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) Mulai bulan Januari 2003, PT AAL secara efektif mengimplementasikan Balanced Score Card System (BSC), suatu sistem manajemen yang berfungsi untuk menerjemahkan misi dan visi perusahaan ke dalam aktifitas pekerjaan sehari-hari (activity plan). Melalui BSC tersebut seluruh aktivitas setiap orang dijabarkan dengan jelas, saling berkaitan, serta mengarah kepada satu tujuan. Dimana setiap orang dipaksa untuk berpikir secara menyeluruh (holistik) dalam memenuhi target yang harus dipenuhinya sehingga pada akhirnya akselerasi pertumbuhan (growth) perusahaan akan berjalan lebih cepat. Berdasarkan hasil workshop BSC disepakati bahwa visi PT AAL 2003-2012 adalah “To be a Green-Integrated-InnovativeSizable-Agribassed Company”. Misi yang menyertainya adalah “To be a Role Model in Agribusiness”.
Strategi baru yang ingin dicapai AAL “To be a Role Model Agribusiness Company” (2012)
Mission
Vision
Strategy
Value
-
To be a Role Model in Agribusiness
-
To be a Green – Integrated – Innovative – Sizable – Agribassed Company Premium Products Environmental Friendly Logistics Infrastructure Collaborated Research Human Capital Grow & Consolidate Plantation Ares Top 5 Asian Branded and ”OEM” Supplier P-D-P
-
- 3 Plantation Company Culture
Gambar 5. Misi, Visi, dan Strategi PT AAL berdasarkan BSC (Puri, 2003) Visi yang merupakan sasaran jangka panjang PT AAL tahun 2003-2012 adalah ”To be a Green-Integrated-Innovative-Sizable Agribased Company” (Menjadi Perusahaan Berbasis Perkebunan yang Ramah Lingkungan-TerintegrasiInovatif-Luas). To be a green, artinya PT AAL ingin menjadi perusahaan yang bersahabat dengan lingkungan, baik dalam arti lingkungan alam dengan lebih tertuju ke ISO 14000 bagi semua pabrik dan kebun, maupun green dalam kaitannya dengan lingkungan sosial masyarakat di sekitar perusahaan. Integrated maksudnya adalah bidang usaha yang dilakukan PT AAL memiliki satu-kesatuan proses dari awal hingga akhir, mulai dari kebun, pabrik hingga downstream, misalnya melalui pengembangan minyak goreng atau produk oleochemical lainnya seperti margarin dan stearin. Innovative, PT AAL ingin menjadi perusahaan yang tidak hanya mampu mengerjakan rutinitas saja tetapi juga mampu melakukan terobosanterobosan baru yang inovatif, terutama untuk perbaikan kebun. Sizable, dengan luas kebun sebesar 200 ribu hektar, sebenarnya PT AAL secara total luas lahan sudah termasuk skala bisnis dengan jumlah besar, namun lokasi kebun-kebun tersebut masih tersebar. Oleh karena itu, sizable di sini lebih diarahkan untuk
mengkonsolidasikan kebun-kebun PT AAL tersebut sehingga lebih fokus dan terarah. Misi PT AAL tahun 2003-2012, yakni ”To be a Role Model Agribusiness Company (Menjadi Acuan di Industri Agribisnis)”, dimaksudkan bahwa PT AAL ingin menjadi perusahaan agribisnis panutan dengan menjadi yang terbaik dalam segala aspek yaitu terutama dalam kualitas (quality), biaya (cost), distribusi (delivery), kepuasan pelanggan (customer satisfaction), maupun keuntungan (benefit to stakeholders).
Role Model in Quality, berarti PT AAL harus bisa
menjadi produsen CPO yang handal dengan memberikan kualitas terbaik. Dilihat dari sisi up-stream, kalau perusahaan lain menghasilkan CPO standar, maka PT AAL harus menghasilkan premium CPO yaitu super CPO, golden CPO, atau bahkan platinum CPO (FFA di bawah satu persen). Dilihat dari sisi downstream, PT AAL harus mampu menghasilkan minyak goreng atau produk oleochemical lainnya yang berkualitas ekspor sehingga mampu menjangkau pasar internasional. Role Model in Cost, berarti PT AAL harus bisa mengeluarkan biaya serendah mungkin (lowest cost) dibanding para pesaingnya. Role Model in Delivery and Customer Satisfaction, berarti PT AAL harus bisa memberikan pelayanan delivery yang terbaik (best delivery) dan dapat memberikan kepuasan pelanggan yang maksimal, karena kedua hal ini merupakan tuntutan perusahaan yang berorientasi kepada customer. Dalam usahanya merealisasikan misi perusahaan tersebut, PT AAL telah menjabarkan beberapa strategi dan langkah-langkah konkrit yang akan ditempuh dalam waktu dekat (2003-2007), yaitu: a) Divestasi kebun-kebun non sawit sebagai bentuk business policy jangka panjang PT AAL yakni fokus pada usaha pengembangan bisnis sawit. b) Menghasilkan produk CPO berkualitas (premium products) yaitu super CPO dan golden CPO (kadar FFA < 2.5 persen) dengan disertai perbaikan rendemen (rendemen CPO 1.5 persen). c) Pencapaian biaya produksi yang kompetitif dengan program pengurangan biaya. d) Menetapkan pada tahun 2003 produksi atau panen harus tumbuh lebih besar dibanding potensi (pertumbuhan 5-10 persen), dengan meminimalkan buahbuah yang tertinggal pada saat panen.
e) Menetapkan aktivitas ekspor sebagai salah satu sasaran tahun 2003 yang akan dipacu. f) Mempelajari bisnis downstream secara lebih mendalam, karena PT AAL punya bahan baku yang cukup besar sehingga sangat potensial apabila PT AAL memasuki bisnis ini. g) Mensosialisasikan lebih mendalam Sapta Budaya Perusahaan (7 Plantation Company Culture) yang telah disempurnakan dari Sapta Budaya Kebun, yaitu budaya jujur dan bertanggung jawab, budaya fanatik, budaya peduli, budaya kontrol, dan budaya pembinaan.
3. Sejarah Berdirinya Pabrik Minyak Goreng Cap Sendok Menurut sejarah PT AAL, pabrik minyak goreng Cap Sendok sebenarnya merupakan pabrik dari PT Eka Dura Indonesia. PT Eka Dura Indonesia tersebut berlokasi di Jalan Medan Tanjung Morawa Km 18,5 Dusun III Desa Tanjung Morawa B, Kec. Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. PT Eka Dura Indonesia berdiri pada tanggal 3 Juli 1980 dengan surat No. 90/I/PDMN/1980 proyek 3115/1120.
Pada tahun 1990, perusahaan tersebut
diambil alih oleh perusahaan PT Astra Agro Niaga, yang kemudian berubah namanya menjadi PT Astra Agro Lestari seperti pada saat ini. Secara keseluruhan pabrik ini terdiri dari bangunan pabrik, kantor, pembangkit tenaga, bengkel, fasilitas perumahan staf dan karyawan, serta beberapa fasilitas lainnya.
Sejak semula, pabrik ini memang berfungsi sebagai pabrik
pengolah minyak sawit mentah (CPO) menjadi RBD Olein, dengan produk sampingan RBD Stearin dan Free Fatty Acid (FFA).
4. Misi, Visi, dan Strategi Divisi Refinery Minyak Goreng Cap sendok Divisi Refinery sebagai divisi dalam PT AAL yang memproduksi minyak goreng Cap Sendok juga mempunyai misi, visi, dan strategi sendiri yang mendukung misi, visi, dan strategi PT AAL sebagai level korporat. Misi dan visi tersebut diturunkan dari pemusatan kerangka kerja bisnis. Divisi Refinery pada saat ini sebagai divisi yang memproduksi dan memasarkan minyak goreng bermerek.
Strategi yang dilaksanakan divisi Refinery dirumuskan dari misi dan visi yang ingin dicapai Divisi Refinery itu sendiri. Adapun visi dari divisi Refinery adalah “Menjadi Salah Satu Pemain Utama dalam Pemasaran Minyak Goreng dan Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit Lainnya”. Visi tersebut merupakan sasaran jangka panjang yang ingin dicapai divisi Refinery, dimana divisi Refinery berusaha untuk menjadi pemain utama dalam industri downstream kelapa sawit baik dalam bisnis produk minyak goreng yang sedang dilaksanakan. Misi dari divisi Refinery tersebut adalah “Menghasilkan Produk Turunan dari Minyak Kelapa Sawit yang Memiliki Nilai Lebih Dibanding Kompetitor dan Disukai oleh Masyarakat”. Menghasilkan produk turunan dari minyak kelapa sawit, berarti divisi Refinery disiapkan menjadi divisi yang akan memproduksi berbagai produk turunan dari minyak kelapa sawit, seperti minyak goreng, shampo, margarin, sabun, dan lain-lain. Pilot-project awal yang dilaksanakan divisi ini adalah bisnis minyak goreng dengan brand minyak goreng Cap Sendok. Hal ini sejalan dengan strategi PT AAL sebagai level korporat yang ingin memasuki downstream industry kelapa sawit dengan diversifikasi produk yang beragam, karena PT AAL memiliki bahan baku minyak kelapa sawit yang cukup besar dan potensial. Memiliki nilai lebih dibanding kompetitor, berarti divisi Refinery mempunyai misi untuk menghasilkan berbagai produk turunan minyak kelapa sawit dengan keunggulan tersendiri yang merupakan strategi kompetisi dalam menghadapi para kompetitor. Hal ini sesuai dengan visi korporat yakni inovatif dan misi korporat untuk menjadi role model. Visi korporat inovatif menuntut divisi Refinery untuk inovatif dalam menghadirkan produk agar memiliki nilai lebih dibanding kompetitor. Misi korporat role model menuntut divisi Refinery agar dapat menjadi panutan bagi para kompetitor. Disukai oleh masyarakat, berarti divisi Refinery selain memberikan nilai lebih dalam produknya juga harus memproduksi produk yang disukai masyarakat. Sudah tentu produk yang disukai adalah produk yang memiliki zero complain dan mendapat respon positif di mata konsumen, dilihat dengan nilai penjualan produk yang meningkat tanpa keluhan.
5. Struktur Organisasi Dalam perusahaan ini kekuasaan tertinggi berada di tangan para pemegang saham yang kepemilikannya sebagian besar (kurang lebih 70 persen) dimiliki oleh Astra Internasional. Para pemegang saham diwakili oleh Dewan Komisaris (Board of Commisioners) yang bertugas sebagai pengawas tertinggi atas jalannya perusahaan yang meminta pertanggungjawaban kepada Dewan Direksi (Board of Directors).
Dewan direksi dipilih oleh Dewan Komisaris dan PT Astra
International sebagai pemegang saham terbesar. Presiden Direktur dan Wakilnya membawahi 7 direktorat, yaitu Corporate Secretary (FCS), Finance (FIN), R & D and Plantation Development (RPD), Engineering Mill Operation and Quality Control (EMQ), Human Resources, General Affairs and Community Development (HGC), Marketing (MRK) dan Plantation Operation & Control (POC), yang mana masing-masing direktorat dipimpin langsung oleh para direksi.
Di bawah
direktorat, terdapat divisi yang mana masing-masing divisi ditangani oleh Division Head. Salah satu divisi yang terdapat dalam perusahaan adalah divisi Refinery. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Divisi Refinery sebagai divisi yang memegang operasional minyak goreng Cap Sendok, termasuk dalam kelompok besar business operation. Divisi Refinery ini berada di bawah Direktorat Plantation Operation & Control (POC). Divisi Refinery itu sendiri membawahi 3 Departemen yaitu, Marketing, Administrasi dan Produksi untuk minyak goreng Cap Sendok, yang masing-masing dikepalai oleh manajer, dan dalam struktur organisasinya terbagi-bagi lagi ke dalam beberapa bagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
6. Sarana dan Prasarana PT AAL sangat menyadari pentingnya sumber daya manusia untuk tercapainya keberhasilan Grup Astra Agro dalam melakukan aktivitas usahanya, maka PT AAL memberikan sarana dan prasarana yang memadai. Dilihat dari segi kesejahteraan, Grup Astra Agro telah membayar upah minimum melampaui Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan juga memberikan insentif serta bonus kepada karyawannya. Kesejahteraan karyawan juga diperhatikan melalui beberapa tunjangan dan fasilitas yang
diberikan, meliputi: tunjangan makan dan transportasi; tunjangan hari raya; tunjangan kesehatan; perumahan karyawan. Jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK), serikat pekerja, asuransi jiwa, program dana pensiun grup Astra, sarana rekreasi dan olahraga, fasilitas ibadah, fasilitas sekolah untuk karyawan dan penduduk pada perkebunan terpencil, dan keanggotaan koperasi Grup Astra. Hal tersebut juga didukung Divisi Sumber Daya Manusia Grup Astra Agro dengan menjalankan suatu misi yang jelas, yaitu menopang tujuan keseluruhan Grup Astra Agro dengan menciptakan organisasi yang solid, karyawan yang kompeten, serta suasana dan kondisi kerja yang sehat. Grup Astra Agro juga memberikan program pelatihan bagi semua karyawan yang baru direkrut menurut jenjang jabatannya, yaitu Program Orientasi untuk penataran disiplin dan peraturan Grup Astra Agro, Program Dasar untuk menerapkan pengetahuan dasar, Program Teknis untuk meningkatkan keahlian di bidang masing-masing, dan Program Manajemen untuk meningkatkan keahlian manajemen.
7. Ketenagakerjaan Dilihat dari komposisi karyawan menurut jenjang jabatan pada Tabel 1, Grup Astra Agro mempekerjakan 13.450 orang dengan perincian sebesar 0.04 persen menjabat sebagai Direktur, 1.54 persen menjabat Manajer, 4.65 persen menjabat penyelia, dan 93.77 persen merupakan karyawan. Tabel 1. Komposisi Karyawan menurut Jenjang Jabatan Keterangan Direktur Kantor Pusat: Manajer & Manajer Senior Penyelia Karyawan Perkebunan : Manajer Manajer Lapangan Penyelia Karyawan Administrasi Karyawan Lapang/Pabrik Jumlah Sumber : PT ALL (2006)
Jumlah Persentase 6 0.04% 47 22 305
0.35% 0.16% 2.27%
34 126 604 688 11.618 13.450
0.25% 0.94% 4.49% 5.12% 86.38% 100.00%
Alternatif lain melihat komposisi karyawan Grup Astra Agro yaitu dari jenjang usia. Dari 13.450 karyawan yang ada, sebanyak 9.23 persen telah berusia di atas 41 tahun. Di rentang usia tersebut biasanya tingkat produktivitas karyawan mulai menurun sehingga perusahaan perlu melakukan program rektrukturisasi organisasi dan sumber daya manusia yang bertujuan mencapai jumlah karyawan yang ideal, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Rektrukturisasi
tersebut dapat dilakukan melalui program dana pensiun. Karyawan dengan tingkat produktivitas tinggi yang berusia 26 tahun sampai 40 tahun sejumlah 68.08 persen. Selebihnya sebesar 22.60 persen merupakan karyawan berusia di bawah 26 tahun. Komposisi karyawan berdasarkan jenjang usia selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Karyawan menurut Jenjang Usia Keterangan Dibawah 26 tahun 26 s/d 30 tahun 31 s/d 35 tahun 36 s/d 40 tahun 41 tahun keatas Jumlah Sumber : PT AAL (2006)
Jumlah 3.040 3.810 3.225 2.122 1.253 13.450
Persentase 22.60% 28.33% 23.98% 15.78% 9.32% 100.00%
Bila dilihat dari jam kerja, untuk karyawan yang bekerja di kantor, mereka bekerja dalam 5 hari kerja, mereka bekerja mulai pukul 07.30 hingga 16.30. Pada pabrik pengolahan minyak goreng, kegiatan produksi berjalan setiap hari (7 hari kerja), hanya berhenti pada saat-saat tertentu saja seperti pada saat mesin-mesin dilakukan perawatan. Karyawan yang bertugas pada pabrik pengolahan minyak ini dibagi dalam 3 shift, yaitu shift pagi yang bekerja mulai pukul 07.00 hingga 15.00, shift sore mulai pukul 15.00 hingga pukul 23.00, dan shift malam mulai pukul 23.00 hingga pukul 07.00. Pada bagian pengemasan (packaging) bekerja dalam 6 hari kerja dari Senin hingga Sabtu. Pembagian shift kerja dilakukan tergantung kebutuhan kegiatan pengemasan, maksimal 2 shift kerja, yaitu shift pagi dan shift sore.
B. LOKASI DAN TATA LETAK PT Astra Agro Lestari Tbk terletak di Kawasan Industri Pulogadung, Jalan Puloayang Raya Blok OR l, Jakarta Timur 13930.
Lokasi ini cukup strategis
mengingat daerah tersebut merupakan satu-satunya kawasan khusus industri yang terletak di dalam kota Jakarta, dengan akses yang juga mudah dijangkau. Di samping itu, PT AAL mempunyai perkebunan karet dan pabrik pengolahannya yang berlokasi di Kalimantan Selatan. PT AAL juga memiliki pabrik minyak goreng yang berlokasi di Sumatera Utara. Lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan anak perusahaan PT AAL tersebar di beberapa wilayah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
C. ASPEK PRODUKSI DIVISI REFINERY Tanggung jawab operasional produksi untuk minyak goreng Cap Sendok PT Astra Agro Lestari Tbk dipegang oleh Manajer Produksi dengan pengawasan dari Division Head Refinery.
Manajer Produksi membawahi dua Kepala Bagian yaitu
Kepala Pabrik dan Kepala Tata Usaha. Proses yang terjadi dalam operasional produksi minyak goreng Cap Sendok, yaitu: 1) Pengadaan Bahan Baku Bahan baku utama dalam proses pembuatan minyak goreng kelapa sawit adalah minyak sawit mentah (CPO) atau Crude Palm Oil yang merupakan hasil olahan buah kelapa sawit (exocarp) dengan cara pemerasan atau ekstraksi. Buah sawit itu sendiri berukuran kecil antara 12-18 gram/butir dan dipanen dalam bentuk Tandan Buah Sawit (TBS) yang terdiri dari beberapa bulir yang mana setiap bulir terdiri dari 10-18 butir buah sawit tergantung kesempurnaan penyerbukan. CPO yang digunakan PT Astra Agro Lestari Tbk sebagai bahan baku minyak goreng Cap Sendok diperoleh dari kebun-kebun intern yang merupakan anak perusahaan PT AAL, di antaranya PT Karya Tanah Subur (RIAU), PT Eka Dura Indonesia (Medan), dan PT Perkebunan Lembah Bakti (Aceh). Dari sumber tersebut, PT AAL lebih mengutamakan penggunaan CPO dari kebun-kebun di sekitar Medan, karena lokasinya yang berdekatan dengan pabrik pengolahan minyak goreng Cap Sendok dengan pertimbangan utama yakni biaya angkut yang dikeluarkan relatif kecil. CPO yang diperoleh dari kebun-kebun tersebut harus
memenuhi ketentuan utama spesifikasi yakni Free Fatty Acid (FFA) maksimum 2.5 persen. 2) Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Cap Sendok Pada saat ini PT Astra Agro Lestari Tbk baru memiliki satu unit pabrik pemprosesan CPO menjadi minyak goreng (Refinery), yang berlokasi di Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara. Kapasitas terpasang pabrik tersebut adalah sebesar 350 ton CPO per hari dengan output 255 ton minyak goreng curah (olein bulk) yaitu minyak goreng dengan kualitas biasa, dan/atau 122 ton olein kualitas tinggi yang dijadikan minyak goreng Cap Sendok. Sementara itu dari 18 pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO yang dimiliki PT AAL, dihasilkan ± 750.000 ton CPO per tahun, dengan kata lain, kapasitas Refinery yang sudah dimiliki PT AAL pada saat ini baru mampu mengolah ± 15 persen dari total CPO yang dihasilkan. 3) Proses Produksi Proses pengolahan minyak sawit mentah menjadi minyak goreng kelapa sawit pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu proses permunian (refining process) dan proses pemisahan (fractionation process).
Tujuan dari proses
pemisahan itu sendiri adalah memisahkan fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin). Proses pemurnian pada dasarnya ada dua cara, yaitu pemurnian dengan perlakuan kimia (chemical refining/alkali refining) dan pemurnian dengan perlakuan fisika (physical refining).
Di antara kedua cara proses pemurnian
tersebut, PT AAL menggunakan proses physical refining, karena proses pemurniannya relatif lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah dibanding proses chemical refining, walaupun kualitas hasilnya lebih baik dengan chemical refining. Proses produksi minyak goreng yang terdapat di PT AAL sebagai berikut : a) Proses Pemurnian (Refining Process) dengan cara physical refining Tujuan utama dari dilakukannya proses pemurnian adalah mengubah minyak
sawit
mentah
menjadi
minyak
goreng
berkualitas
dengan
menghilangkan impuritis-impuritis (bau, rasa, rupa, kotoran, air, asam lemak bebas dan warna yang tidak menguntungkan) sampai tingkat yang dikehendaki secara efisien serta memperpanjang masa simpan minyak.
Pada proses
pemurnian ini hasil akhir yang akan didapat adalah minyak Refined Bleaching Deodorized Palm Oil (RBDPO). Proses pemurnian tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu: 1. Pre-treatment Section, adalah proses pengolahan awal atau pendahuluan berkali-kali hingga suhunya mencapai 80-90oC melalui beberapa media pemanas dan beberapa tangki, yang pada akhirnya dikeringkan di tangki dryer vessel yang bekerja pada tekanan vakum, dengan fungsi menguapkan kandungan air pada CPO dengan cara sprayer pada ruangan hampa. 2. Degumming Section, adalah proses pemanasan CPO hingga bertemperatur < 110 oC, yang kemudian ditambahkan H3PO4 dan CaCO3 untuk mengikat atau memisahkan gum dan kotoran yang ada di dalam CPO. Hasil dari proses ini disebut Degummed Palm Oil (DPO). 3. Bleaching Section, adalah proses pemucatan warna minyak dan pengikatan logam-logam berat yang ada di minyak dengan menambahkan bleaching earth 0.6-1 persen yang berfungsi mengikat karoten pada CPO, yang kemudian disaring di niagara filter untuk memisahkan spent earth, dan selanjutnya dilakukan penyaringan kembali di polishing filter yang menggunakan filter bag. Hasil dari proses ini disebut Degummed Bleached Palm Oil (DBPO). 4. Deodorizing Section, adalah proses penghilangan bau di dalam minyak dengan proses penyulingan/destilasi, dimana DBPO dari hasil bleaching dipanaskan hingga bertemperatur 265-270oC di spiral heat exchanger, kemudian dialirkan ke pre-stripper untuk dilakukan pemisahan yakni Free Fatty Acid (FFA) sebanyak mungkin dengan cara diuapkan, dan selanjutnya FFA yang tersisa dipisahkan kembali di deodorize sekaligus dilakukan penguapan bau, yang pada akhirnya dialirkan ke dalam cooler spiral untuk diturunkan suhunya hingga 70-80oC dan didapatkan hasil akhir Refined Bleaching Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang selanjutnya akan melalui proses fractionation. b) Proses Pemisahan (Fractionation Procees) Tujuan utama dari dilakukannya proses pemisahan ini adalah memisahkan fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin) dari RBDPO dengan
proses kristalisasi yang dilakukan dengan cara pendinginan dan diaduk secara perlahan-lahan di dalam tangki crystalizer. “Proses dua kali penyaringan” yang terdapat pada produksi minyak goreng mengacu pada adanya proses pemisahan kembali dari olein yang didapat dari proses pemisahan pertama.
Proses
pemisahan itu sendiri secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan dan Pengkondisian Minyak RBDPO yang berasal dari Refinery plant dipompakan ke dalam tangki preparation yang dikondisikan bertemperatur ± 70oC (cooling) dan diaduk merata oleh sebuah agitator. Tangki ini merupakan tempat persiapan dan pengkondisian minyak sebelum masuk ke tangki crystallizer, yang dilengkapi dengan indikator untuk menunjukkan berapa banyak RBDPO yang ada di dalamnya. 2. Tahap Pembentukan Kristal RBDPO yang akan difraksinasi dipompakan ke tangki crystallizer, dimana RBDPO tersebut akan didinginkan perlahan-lahan sampai fraksi stearin mengkristal sedangkan fraksi olein masih dalam fasa cair, sehingga keduanya akan mudah dipisahkan 3. Tahap Filtrasi Pada tahap ini RBDPO yang sudah mengalami proses kristalisasi akan difiltrasi melalui filter press, dimana fraksi stearin yang telah mengkristal akan dipadatkan dan kemudian dipisahkan dengan fraksi olein yang masih dalam fasa cair. Hasil akhir dari proses ini adalah fraksi olein (minyak goreng) sebesar 75 persen, sebagai produk utama dan produk sampingan fraksi stearin sebesar 25 persen (Marsudi, 2003).
Ilustrasi dari proses
produksi minyak goreng di atas secara garis besar terdapat pada Lampiran 5 dengan rinciannya terdapat pada Lampiran 6.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI SISTEM Proses identifikasi sistem dilakukan untuk menggali permasalahan yang terjadi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada divisi Refinery diperoleh bahwa teknologi yang ada kurang memadai, karena pengolahan data yang ada masih konvensional dan tidak terstruktur. Data yang disajikan sering tidak lengkap ataupun tidak kontinyu dan tidak berurutan. Data yang tersebar pada daerah Jawa dan Sumatera tidak dikelola secara terpusat. Data yang tersedia kadang-kadang bukan data terkini (tidak aktual). Untuk membantu dalam proses pengolahan data pada divisi Refinery, maka dibuatlah sistem informasi manajemen basis data yang dapat diakses melalui jaringan internet. Hal ini dapat membantu divisi Refinery, khususnya pihak Division Head dalam melihat hasil pengolahan data sehingga dapat melihat informasi data tanpa harus datang ke bagian pengolahan data. Dalam penelusuran informasinya dibuatlah menu-menu pilihan. Division Head dalam pengambilan keputusan membutuhkan dukungan data dari manajer marketing berupa data distributor dan data penjualan, dari manajer produksi berupa data produksi, serta dari manajer administrasi berupa data logistik. Manajer marketing mendapatkan data dari masing-masing regional sales yaitu dari daerah Jawa dan daerah Sumatera. Manajer produksi mendapatkan data produksi dari kepala pabrik yang berada di Medan, Sumatera Utara.
Manajer administrasi mendapatkan data
logistik dari bagian logistik yang berada di Jakarta (Jawa) dan Medan (Sumatera). Secara struktural fungsi masing-masing bagian ini dapat dilihat pada struktur organisasi divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk (Lampiran 4). Pimpinan tertinggi divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk adalah Division Head. Fungsi Division Head yaitu untuk mengkoordinasikan seluruh manajer agar mencapai tujuan perusahaan, menetapkan sasaran yang cukup luas, memahami kendala yang terjadi dan merumuskan kembali kebijakan yang ditetapkan. Selain itu, Division Head berfungsi untuk memastikan bahwa strategi perusahaan berjalan dengan baik sehingga visi dan misi terwujud sesuai rencana. Divisi Refinery yang dipimpin oleh seorang Division Head, mempunyai 3 departemen adalah produksi (pabrik), administrasi (logistik), dan marketing. Masing-
masing departemen dikepalai oleh seorang manajer yang mana dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa asisten.
Departemen produksi, marketing, serta
administrasi memiliki keterkaitan satu sama lain, seperti misalnya departemen marketing memberikan informasi mengenai prakiraan permintaan pasar kepada departemen produksi untuk dijadikan dasar dalam menentukan rencana produksi. Departemen administrasi bekerja sama dengan departemen produksi dalam hal penentuan besaran stok minimum agar pasar tidak kekurangan dan stok maksimum sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Besaran stok minimum dan maksimum ini juga akan dijadikan acuan oleh departemen produksi dalam menyusun perencanaan produksi. Departemen produksi dipimpin oleh seorang manajer produksi yang mempunyai tugas utama memimpin dan mengurus semua aspek kegiatan produksi sesuai dengan tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efisiensi pabrik. Manajer produksi membawahi kepala pabrik dan kepala tata usaha. Kepala pabrik bertanggung jawab atas persediaan bahan baku, mutu produk yang dihasilkan, serta kelancaran proses produksi. Departemen administrasi dipimpin oleh seorang manajer administrasi yang membawahi bagian logistik dan bagian transportasi.
Bagian logistik mengatur
persediaan atau stok barang jadi atau bahan baku, dan bagian transportasi memonitor kelancaran pengiriman barang ke area yang ditentukan. Departemen marketing dikepalai oleh seorang manajer marketing memiliki tiga sub-departemen, yaitu dua regional sales, dan sub-departemen marketing and sales. Manajer marketing bertanggung jawab terhadap kelancaran penjualan, membuat target dan perencanaan penjualan, serta menetapkan strategi pemasaran seperti melakukan promosi, mengembangkan area pemasaran, dan lain-lain. Saat ini pemasaran minyak goreng Cap Sendok baru mencakup wilayah Sumatera dan Jawa, sehingga regional sales tersebut masing-masing bertanggung jawab atas pemasaran dan penjualan untuk daerah Sumatera dan daerah Jawa. Selanjutnya, masing-masing regional sales membawahi beberapa area penjualan. Regional sales untuk Sumatera membawahi supervisor area Sumatera bagian utara dan Sumatera bagian tengah, sedangkan regional sales untuk Jawa membawahi supervisor area Jakarta dan Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sub-departemen marketing and sales suport membawahi bagian sales promotion, market research, dan administration computer and data center. Bagian sales promotion membuat perencanaan dan menjalankan kegiatan promosi penjualan minyak goreng Cap Sendok. Bagian market research melakukan survei atau riset berdasarkan tujuan pemasaran yang ingin dicapai. Bagian administration computer and data center bertugas mengumpulkan data guna keperluan pemasaran dan penjualan produk dengan didukung oleh sistem informasi. Divisi Refinery adalah salah satu bagian dari PT Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak dalam pengolahan serta penjualan dan pemasaran minyak goreng yang merupakan salah satu turunan dari minyak kelapa sawit (CPO).
Divisi Refinery
mempunyai visi, misi, serta tujuan sendiri yang mendukung perusahaan. Visi divisi Refinery adalah “Menjadi Salah Satu Pemain Utama dalam Pemasaran Minyak Goreng”. Misi dari divisi Refinery adalah “Menghasilkan Produk Turunan dari Minyak Kelapa Sawit yang Memiliki Nilai Lebih dibandingkan Kompetitor dan Disukai oleh Masyarakat”.
Misi ini memiliki tujuan yang dapat
dijabarkan sebagai berikut: 1) Menghasilkan Produk Turunan dari Minyak Kelapa Sawit, Divisi Refinery disiapkan menjadi divisi yang akan memproduksi berbagai produk turunan minyak kelapa sawit yang salah satunya adalah minyak goreng. Hal ini sejalan dengan strategi PT AAL sebagai level korporat yang ingin memasuki downstream industry kelapa sawit dengan diversifikasi produk yang beragam, karena PT AAL memiliki bahan baku minyak kelapa sawit yang cukup besar. 2) Memiliki Nilai Lebih Dibanding Kompetitor Misi ini diturunkan dari misi inovatif korporat yang mana divisi Refinery dituntut untuk inovatif dalam menghadirkan produk-produknya bagi konsumen agar memiliki nilai lebih dibanding kompetitor dan sesuai dengan misi korporat untuk menjadi role model. 3) Disukai Masyarakat Untuk mendapatkan pelanggan, divisi Refinery selain memberikan nilai lebih dalam produknya, juga harus disukai masyarakat, baik dari sisi produk akhirnya, proses produksinya yang ramah lingkungan maupun pelayanannya kepada pelanggan.
B. ANALISIS SISTEM Analisa sistem merupakan studi mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan informasi end-user yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan fungsional yang akan digunakan sebagai basis desain dari sistem yang akan digunakan sistem informasi manajemen basis data Refinery ini dirancang agar dapat mempermudah dalam pengolahan data pada divisi Refinery.
Sistem informasi manajemen basis data
Refinery ini membantu Division Head dalam melihat hasil pengolahan data, karena Division Head dapat langsung melihat laporan tanpa harus datang ke bagian pengolahan data sehingga lebih efisien dan efektif. Pengawasan data dapat dilakukan secara langsung dan kontinyu tanpa melewati beberapa media yang terpisah. sistem informasi manajemen basis data Refinery dibuat melalui jaringan internet yang hanya dapat diakses oleh PT Astra Agro Lestari Tbk khususnya untuk divisi Refinery. 1. Struktur Proses Diagram hirarki yang digunakan pada struktur sistem mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi yang menunjukkan hubungan antar elemen data. Struktur ini disusun dengan memperhatikan sistem yang sudah berjalan saat ini sehingga sistem yang akan dikembangkan nanti tidak merubah sistem yang sudah berjalan dan membuatnya menjadi lebih baik. Bagan struktur proses dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Hirarki Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery Struktur proses sistem informasi manajemen basis data Refinery terdiri dari input-proses-output. Input berupa data distributor dan harga dari regional sales area Jawa dan regional sales area Sumatera, data produksi dari kepala pabrik dan
data stok dari bagian logistik. Data ini akan diproses oleh administration computer and data center. Untuk diverifikasi oleh manajer administrasi, manajer marketing, dan manajer produksi. Data yang sudah diverifikasi akan dikirimkan ke Division Head untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Bagan struktur proses dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Struktur Proses pada Divisi Refinery
2. Identifikasi Aktor Indentifikasi aktor adalah untuk mengidentifikasikan peranan perorangan (aktor-aktor) dalam suatu sistem yang dibuat. Dalam hal ini aktor-aktor yang berperan adalah kepala pabrik, bagian logistik, administrator computer and data center, regional sales area Jawa, dan regional sales area Sumatera. Web yang disajikan terdiri-dari data-data informasi berupa data penjualan, data distributor, data logistik, dan data produksi. Semua data ini digunakan oleh Division Head untuk mengambil keputusan dalam menjaga kesinergisan kinerja semua departemen. Fungsi aktor regional sales area Jawa dan Sumatera adalah menginput data penjualan dan distributor sedangkan bagian logistik untuk menginput data stok dan kepala pabrik menginput data produksi. Manajer produksi, manajer marketing, dan manajer produksi menganalisa data yang diterima untuk diberikan kepada Division Head. Untuk aktor administrator computer and data center berperan dalam mengontrol kinerja dalam web ini. Tabel identifikasi aktor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Identifikasi aktor Informasi Item Data A 9 9 -
Aktor B C D 9 - 9 - - 9 - 9
User E F G H 9 9 - 9 9 - 9 - 9 9 - - 9
I 9 9 9 9
Frekuensi Penggunaan bulanan bulanan bulanan bulanan
Data Penjualan Data Distributor Data Logistik Data Produksi Keterangan : A = Regional Sales area Jawa F = Manajer Marketing B = Regional Sales area Sumatera G = Manajer Administrasi C = Bagian Logistik H = Manajer Produksi D = Kepala Pabrik I = Division Head E = Administrator Computer and Data center
3. MATRIKS CROSS TAB Matriks cross tab adalah tabel yang menggambarkan hubungan antara jenis informasi dengan tipe data. Pada jenis informasi data penjualan, diperlukan data numerik berupa harga pasar dan data teks yang menggambarkan pasar yang disurvei. Untuk informasi data distributor diperlukan data numerik berupa data fasilitas, sales force dan support administration yang dimiliki distributor, serta data teks berupa nama daerah distributor. Pada informasi data logistik diperlukan data numerik berupa stok barang dan data teks berupa jenis barang sedangkan untuk informasi produksi hanya diperlukan data numerik berupa jumlah produksi. Data-data tersebut diinput oleh pihak kepala pabrik, bagian logistik, regional sales area Jawa dan regional sales area Sumatera. Pihak kepala pabrik, bagian gudang, regional sales area Jawa dan regional sales area Sumatera hanya berperan untuk menginput data, sedangkan yang berperan dalam mengedit dan mengontrol sistem web ini adalah pihak administrator computer and data center. Pihak Division Head, manajer produksi, manajer marketing, dan manajer produksi hanya dapat melihat laporan berupa data yang telah diberikan.
Untuk semua
pengguna sistem ini diperlukan login terlebih dahulu. Secara lengkap matriks cross tab dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks cross tab Jenis Informasi
Data Numerik
Teks
•
Informasi data penjualan
√
√
•
Informasi data distributor
√
-
•
Informasi data logistik
√
√
•
Informasi data produksi
√
-
•
Login - Nama - Satus - Password
√
√ √ √
C. DESAIN SISTEM 1. Data Flow diagram (DFD) Metode yang digunakan dalam mendesain sistem ini adalah diagram alir data atau Data Flow Diagram (DFD).
Diagram tersebut digunakan untuk
menampilkan desain sistem dalam bentuk gambar suatu transfer data dari sumbernya melalui proses operasi ke tujuannya.
Menurut Ambler (2003), DFD
menunjukkan alir data dari kesatuan entiti-entiti eksternal ke dalam sistem dan menunjukkan bagaimana data bergerak dari proses yang satu ke proses lain, seperti halnya penyimpanan logikal.
Pada awalnya DFD menggambarkan sistem secara
garis besar pada DFD level 0 dan kemudian menjadi lebih terinci pada DFD level 1 dan seterusnya (Suherman, 2002). Gambar 8.
DFD level 0 sistem ini dapat dilihat pada
Pada level 0 terdapat delapan entitas (Division Head, manajer
marketing, manajer produksi, manajer administrasi, administration computer and data center, regional sales area Jawa dan Sumatra, kepala pabrik, dan bagian logistik) dan empat proses (pengumpulan data, data awal, pengelolaan data, dan pelaporan). Aliran data dimulai dari aktivitas yang dilakukan oleh administrator yaitu melakukan proses pegumpulan data dari regional sales area Jawa dan Sumatera, kepala pabrik, dan bagian logistik.
Data yang telah dikumpulkan
kemudian diproses menjadi data awal yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing bagian dan diverifikasi datanya oleh masing-masing manajer setelah itu akan diproses dalam proses pengelolaan data.
Proses
pengelolaan data dilakukan oleh administrator yang akan menghasilkan hasil laporan akhir untuk Division Head melalui proses pelaporan yang mana hasil laporan akhir ini dapat membantu Division Head dalam mengambil keputusan.
Regional Sales area Jawa dan Sumatera
Kepala Pabrik
Data produksi
Bagian Logistik
Data survei harga produk dan distributor
Data stok
1 Pengumpulan data + Mengelola data
4 Administrator dan Basis Datadata Melaporkan Pelaporan Menganalisa Center Refinery 2
Dilaporkan
Division Head
+
3
Data Awal
+
Pengelolaan Data +
Verifikasi Verifikasi data data produksi marketing
Kebutuhan produksi
Manajer Produksi
Kebutuhan marketing
Manajer Marketing
Verifikasi data logistik
Kebutuhan logistik
Manajer Administrasi
Gambar 8. DFD Level 0 Proses pada Basis Data Refinery
Diagram alir data level 1.1 merupakan subproses dari proses pengumpulan data yang didalamnya melibatkan empat entiti (administrator, kepala pabrik, regional sales area Jawa dan Sumatera, dan bagian logistik), empat proses (input data produksi, input data marketing, input data logistik, dan kumpulan basis data), dan empat penyimpanan data (data produksi, data penjualan, data distributor, dan data logistik). Pada diagram alir data level 1.1 proses yang terjadi meliputi aliran input data produksi dari kepala pabrik, input data penjualan dan distributor dari regional sales area Jawa dan Sumatera ke basis data Refinery berupa data penjualan dan distributor, dan input data logistik dari bagian logistik. Hasil dari proses input data menghasilkan informasi data. Data produksi menghasilkan informasi data produksi.
Data penjualan dan distributor
menghasilkan informasi data penjualan dan distributor. Data logistik menghasilkan informasi data logistik. Informasi data akan masuk ke data store. Data produksi masuk ke data store produksi, data penjualan dan distributor masuk ke data store penjualan dan distributor, data logistik masuk ke data store logistik. Data store akan menghasilkan arsip data yang akan dikumpulkan melalui proses kumpulan basis data yang akan dikelola oleh administration computer and data center. Data store produksi akan menghasilkan arsip data produksi. Data store penjualan dan distributor akan menghasilkan arsip data penjualan dan distributor. Data store logistik akan menghasilkan arsip data logistik. Secara lengkap DFD Level 1.1 dapat dilihat pada Gambar 9.
Kepala Pabrik
Data survei harga produk dan distrbutor
Data produksi
Data stok
1
2
3
Input data produksi
Input data marketing
Input data logistik
Informasi data produksi
1
Bagian Logistik
Regional Sales area Jawa dan Sumatera
produksi
2
Arsip data produksi
Informasi data penjualan
3
penjualan
Arsip data penjualan
Informasi data logistik
Informasi data distributor
distributor
Arsip data distributor
4
logistik
Arsip data logistik
4 Kumpulan basis data Mengelola data
Administrator dan Data Center
Gambar 9. DFD Level 1.1 Subproses dari Proses Pengumpulan Data
Diagram alir data level 1.2 merupakan subproses dari proses pengelolaan data yang didalamnya melibatkan empat entiti (administrator, kepala pabrik, manajer produksi, manajer marketing, dan manajer administrasi) dan satu proses (penggunaan data awal). Pada DFD level 1.2 aliran data dimulai dari administrator yang memproses basis data Refinery untuk proses penggunaan data awal oleh manajer pada masing-masing bagian. Secara lengkap DFD Level 1.2 dapat dilihat pada Gambar 10.
Administrator dan Data Center Basis data Refinery
1 Penggunaan data awal
Kebutuhan produksi
Manajer Produksi
Kebutuhan marketing
Manajer Marketing
Kebutuhan logistik
Manajer Administrasi
Gambar 10. DFD Level 1.2 Subproses dari Proses Pengelolaan Data Diagram alir data level 1.3 merupakan subproses dari proses data awal yang didalamnya melibatkan empat entiti (administrator, manajer produksi, manajer marketing, dan manajer administrasi) dan satu proses (pengecekkan data). Aliran data dimulai dari manajer pada masing-masing bagian yang melakukan proses pengecekkan data dan telah memverifikasikan hasilnya untuk dianalisa lebih lanjut oleh administrator. DFD Level 1.3 dapat dilihat pada Gambar 11.
Manajer Produksi
Manajer Marketing Verifikasi data produksi
Verifikasi data marketing
Manajer Administrasi Verifikasi data logistik
1 Pengecekan data Menganalisa
Administrator dan Data Center Gambar 11. DFD Level 1.3 Subproses dari Proses Data Awal Diagram alir data level 1.4 merupakan subproses dari proses pelaporan yang didalamnya melibatkan dua entiti (administrator dan division head) dan satu proses ( hasil pengecekkan). Aliran data dimulai dari administrator yang melaporkan hasil akhir laporan melalui proses hasil pengecekkan data. Laporan akhir ini digunakan oleh Division Head untuk acuan dalam pengambilan keputusan. DFD Level 1.4 dapat dilihat pada Gambar 12. Division Head Melaporkan
1 Hasil Pengecekan Dilaporkan Division Head Gambar 12. DFD level 1.4 Subproses dari Proses Pelaporan
2. Normalisasi Ketika merancang suatu basis data untuk suatu sistem relasional, prioritas utama dalam mengembangkan model data logikal adalah dengan merancang suatu representasi data yang tepat bagi relationship dan constrainnya (batasannya). Teknik yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi relasi-relasi tersebut dinamakan normalisasi.
Definisi lainnya untuk normalisasi adalah proses
pengelompokkan data ke dalam bentuk tabel atau relasi atau file untuk menyatakan entitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu bentuk basis data yang mudah untuk dimodifikasi.
Data yang terdapat pada SIMRefinery ini terdiri dari empat
tabel data yang merupakan hasil dari pejabaran desain DFD. Semua penyimpanan data (data store) pada DFD akan berubah menjadi empat tabel data yang mana data store pada SIMRefinery adalah produksi, distributor, penjualan, dan logistik. Setiap bagian ini memiliki informasi yang dijabarkan, hal ini dapat dilihat melalui Tabel 5, 6, 7, dan 8. Untuk mendapatkan hasil rancangan basis data yang baik maka diperlukan normalisasi pada data divisi Refinery.
Normalisasi ini dibuat bertujuan untuk
menghilangkan redudansi data yakni penggandaan data yang akan menyebabkan ketidak konsistenan data dimana hal tersebut merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan basis data. Dengan menghilangkan beberapa grup menjadi suatu grup baru tunggal yang tersusun dalam elemen maka konsistensi data dapat terjaga.
Normalisasi juga merupakan salah satu tahap untuk menuju
implementasi dimana bentuk grup dari normalisasi ini akan menjadi rancangan kerja pembuatan bentuk basis data dalam SIMRefinery ini secara utuh dan menyeluruh.
Tabel 5. Data Produksi Informasi data Keterangan Tanggal Tanggal input data untuk data produksi SS10 Hasil produksi untuk kemasan minyak goreng standing pouch 1 liter SS20 Hasil produksi untuk kemasan minyak goreng standing pouch 2 liter SB10 Hasil produksi untuk kemasan botol minyak goreng 1 liter SB20 Hasil produksi untuk kemasan botol minyak goreng 2 liter SJ05 Hasil produksi untuk kemasan jerigen minyak goreng 5 liter SJ20 Hasil produksi untuk kemasan jerigen minyak goreng 20 liter Tabel 6. Data Logistik Informasi data Tanggal SS10 SS20 SB10 SB20 SJ05 SJ20
Keterangan Tanggal input data untuk data logistik Stok minyak goreng untuk kemasan standing pouch 1 liter Stok minyak goreng untuk kemasan standing pouch 2 liter Stok minyak goreng untuk kemasan botol 1 liter Stok minyak goreng untuk kemasan botol 2 liter Stok minyak goreng untuk kemasan jerigen 5 liter Stok minyak goreng untuk kemasan jerigen 20 liter Tabel 7. Data Penjualan
Informasi data Tanggal SS10 SS20 SB10 SB20 SJ05 SJ20 Merek Daerah Pasar
Keterangan Tanggal input data untuk data logistik Harga minyak goreng untuk kemasan standing pouch 1 liter Harga minyak goreng untuk kemasan standing pouch 2 liter Harga minyak goreng untuk kemasan botol 1 liter Harga minyak goreng untuk kemasan botol 2 liter Harga minyak goreng untuk kemasan jerigen 5 liter Harga minyak goreng untuk kemasan jerigen 20 liter Merek minyak goreng yang disurvei Daerah atau Kota tempat survei Pasar tempat survei
Tabel 8. Data Distributor Informasi data Kota Sub area distributor Gudang Mobil truk Mobil box Sepeda Motor Office Manajer Chief sales executive Sales Sales Center Accounting Logistik
Keterangan Kota distributor yang dimiliki Sub area distributor yang dimiliki Fasilitas gudang yang dimiliki Fasilitas mobil truk yang dimiliki Fasilitas mobil box yang dimiliki Fasilitas sepeda motor yang dimiliki Fasilitas office yang dimiliki Armada sales manajer yang dimiliki Armada sales chief sales executive yang dimiliki Armada sales yang dimiliki Armada sales center yang dimiliki Support administration accounting yang dimiliki Support administration logistik yang dimiliki
a. Normal Form 1 (NF 1) Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa group elemen yang berulang pada data diatas agar menjadi satu harga tunggal yang berinteraksi diantara setiap baris pada suatu tabel, dan setiap atribut harus mempunyai nilai data atomik (bersifat atomic value). Pada data produksi yang terdiri dari tanggal, ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20 dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kdDataProduksi merupakan ciri dari tabel data produksi, jenisProduk (ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20), dan tanggal. Pada data logistik yang terdiri dari tanggal, ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, sj20, tujuan kirim, keterangan, jumlah masuk, dan jumlah keluar dapat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu kdDataLogistik merupakan ciri dari tabel data logistik, jenisProduk (ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20), jumlahMasuk, jumlahKeluar, tujuanKirim, keterangan dan tanggal. Pada data distributor yang terdiri dari sub area distributor, gudang, mobil truk, mobil box, sepeda motor, office, manajer, chief sales, acount sales executive, sales, sales center, accounting, dan logistik dapat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu kdDataDistributor merupakan ciri dari tabel data distributor, daerah, fasilitas (sub area distributor, gudang, mobil truk, mobil box, sepeda motor, office), sales force (manajer, account sales executive, sales, dan sales center), support administration (accounting dan logistik), jumlah, dan tanggal.
Pada data penjualan yang terdiri dari tanggal,
daerah, pasar, merek, ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20 dapat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu kdDataPenjualan merupakan ciri dari tabel data penjualan,
daerah, pasar, merek, jenisProduk (ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20), harga, dan tanggal. Normal Form 1 dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20. Tabel 9. Normal Form 1 Data Produksi dan Data Logistik Data produksi • • •
kdDataProduksi jenisProduk tanggal
Data logistik • • • • • • •
kdDataLogistik jenisProduk jumlahMasuk jumlahKeluar tujuanKirim keterangan tanggal
Tabel 10. Normal Form 1 Data Distributor dan Data Penjualan Data distributor • • • • • • •
kdDataDistributor daerah fasilitas salesForce supportAdministration jumlah tanggal
Data penjualan • • • • • • •
kdDataPenjualan daerah pasar merek jenisProduk harga tanggal
b. Normal Form 2 (NF 2) Bentuk normal kedua didasari atas konsep full functional dependency (ketergantungan fungsional sepenuhnya). Bentuk normal kedua memungkinkan suatu relasi memiliki composite key, yaitu relasi dengan primary key yang terdiri dari dua atau lebih atribut. Suatu relasi yang memiliki single atribut untuk primary key-nya secara otomatis pada akhirnya menjadi NF 2. Sama halnya seperti normalisasi, tujuan NF 2 juga agar tidak terjadi ketimpangan antar data, karena walaupun pada NF 1 sudah tergabung dalam grup yang berisi elemen-elemen tetapi elemen itu sendiri terkadang menyimpan atribut-atribut yang dapat mengalami redudansi. Tabel Normal Form 2 merupakan tabel dari hasil pemecahan data. Untuk data produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu tabel data produksi dan tabel jenis produk. Untuk data logistik dapat dibagi
menjadi dua yaitu tabel data logistik dan tabel jenis produk.
Untuk data
penjualan dapat dibagi menjadi lima yaitu tabel data penjualan, tabel jenis produk, tabel daerah, tabel pasar, dan tabel merek. Untuk data distributor dapat dibagi menjadi lima yaitu tabel data distributor, tabel daerah, tabel fasilitas, tabel sales force, dan tabel support administration. Bentuk NF 2 pada sistem informasi ini dapat dilihat pada Tabel 11, 12, 13, dan 14. Tabel 11. Normal Form 2 Data Produksi, Jenis Produk, dan Data Logistik Data produksi • • • •
Jenis produk
kdDataProduksi jenisProduk jumlah tanggal
• •
Data logistik
kdProduk namaProduk
• • • • • • •
kdDataLogistik jenisProduk jumlahMasuk jumlahKeluar tujuanKirim keterangan tanggal
Tabel 12. Normal Form 2 Data Distributor, Fasilitas, dan Sales Force Data distributor • kdDataDistributor • kdDaerah • kdFasilitas • kdSalesForce • kdSupportAdministration • jumlah • tanggal
Fasilitas • kdFasilitas • NamaFasilitas
Sales Force • kdSalesForce • namaSalesForce
Tabel 13. Normal Form 2 Support Administration dan Daerah • •
Support Administration kdSupportAdministration namaSupportAdministration
• •
Daerah kdDaerah namaDaerah
Tabel 14. Normal Form 2 Data Penjualan, Pasar, dan Merek Data Pejualan • • • • • • •
kdDataPenjualan kdDaerah kdPasar kdMerek kdJenisProduk harga tanggal
Pasar • •
Merek
kdPasar namaPasar
• •
kdMerek namaMerek
3. Tipe Data Dalam proses implementasi basis data, entitas-entitas yang terdapat dalam struktur basis data relasional akan menjadi tabel. Untuk atribut masing-masing entitas akan menjadi field data dalam tabel. Field data dalam tabel digunakan untuk menyimpan informasi yang telah dikelompok-kelompokkan.
Dari hasil
normal form 2 dapat dibuat suatu basis data dengan tipe field data yang sesuai. Tipe field data dalam tabel yang terdapat pada masing-masing struktur basis data relasional dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 15. Tipe Data dalam Tabel Data Distributor Nama field Kd_distributor Kd_kota Kd_fasilitas Kd_Salesforce Kd_Supportadministration Jumlah tanggal
Arti
Tipe
Kode data distributor Varchar(10) Kode data kota Varchar(10) Kode data fasilitas Varchar(10) Kode data sales force Varchar(10) Kode data support Varchar(10) administration Jumlah distributor yang Integer dimiliki Tanggal input data Date
Tabel 16. Tipe Data dalam Tabel Fasilitas Nama field Kd_fasilitas Nama
Arti Kode data fasilitas Nama fasilitas distributor
Tipe Varchar(10) Varchar (30)
Tabel 17. Tipe Data dalam Tabel Salesforce Nama field Kd_Salesforce Nama
Arti Kode data sales force Nama sales force distributor
Tipe Varchar(10) Varchar (30)
Tabel 18. Tipe Data dalam Tabel Support Administration Nama field Arti Tipe Kd_ support Kode data support administration Varchar(10) administration Nama Nama support administration Varchar (30) distributor Tabel 19. Tipe Data Penjualan dalam Tabel Data Penjualan Nama field Kd_penjualan Kd_daerah Kd_merk Kd_produk Kd_pasar Harga Tanggal
Arti Kode data penjualan Kode data daerah Kode data merk Kode data produk Kode data produk Harga produk penjualan Tanggal input data
Tipe Varchar(10) Varchar(10) Varchar(10) Varchar(10) Varchar(10) Integer Date
Tabel 20.Tipe Data dalam Tabel Merek Nama field Kd_merek Nama
Arti Kode data merek Nama merk produk
Tipe Varchar(10) Var char (30)
Tabel 21. Tipe Data dalam Tabel Daerah Penjualan Nama field Kd_ daerah Nama
Arti Kode data daerah penjualan Nama daerah penjualan
Tipe Varchar(10) Var char (30)
Tabel 22. Tipe Data dalam Tabel Pasar Penjualan Nama field Kd_ pasar Nama
Arti Kode data pasar penjualan Nama daerah penjualan
Tipe Varchar(10) Var char (30)
Tabel 23. Tipe Data dalam Tabel Jenis Produk Nama field Kd_produk Nama
Arti Kode data produk Nama tipe produk
Tipe Varchar(10) Var char (30)
Tabel 24. Tipe Data Produksi dalam Tabel Data Produksi Nama field Kd_produksi Kd_produk Jumlah Tanggal
Arti Kode data produksi Kode data produk Jumlah produksinya Tanggal input data
Tipe Varchar(10) Varchar(10) Integer Date
Tabel 25. Tipe Data Logistik dalam Tabel Data Logistik Nama field Kd_logistik Kd_produk Jumlah masuk Jumlah keluar Tujuan kirim keterangan tanggal
Arti Kode data logistik Kode data produk Jumlah barang yang masuk Jumlah barang yang keluar Tujuan kirim barang Keterangan yang terjadi logistik Tanggal input data
Tipe Varchar(10) Varchar(10) Integer Integer Text pada text Date
4. Entity Relationship Diagram (ER-Diagram) Entity Relationship Diagram (ER-Diagram) adalah suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara abstrak. ERDiagram merupakan suatu model jaringan yang menekankan pada struktur-struktur dan relationship data. ER-Diagram memperlihatkan hubungan antar data store. Perancangan (desain) basis data perlu dilakukan demi efektivitas serta efisiensi program aplikasi yang akan dihasilkan. Basis data sangat berkaitan dengan data yang akan diberikan kepada pengguna.
Oleh karena itu, pembuatan rancangan basis data harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya.
Hal ini dimaksudkan agar keseluruhan data yang
dihasilkan berdasarkan analisis kebutuhan dapat disajikan dan memberikan penjelasan kepada pengguna serta sesuai dengan keinginan pengguna. Pembuatan rancangan basis data dimulai setelah pembuatan Entity Relationship (ER), yaitu
suatu model fungsional data yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan yang sederhana yang terjadi antar entitas yang terdapat di dalam Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data Refinery. Sebelum membuat ER, atribut dalam beberapa entiti menggunakan property indentifier dan mandatory. Identifier digunakan untuk mengidentifikasikan ada tidaknya atribut tersebut dalam entiti, sedangkan madatory digunakan untuk mengidentifikasikan bahwa atribut harus diisi suatu nilai (tidak boleh kosong). a. ER Data Distributor Data distributor terdiri dari empat entitas (support administration, sales force, fasilitas, dan daerah). Entiti distributor dalam data distributor merupakan entiti utama sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti distributor dengan entiti support administration, sales force, fasilitas, dan daerah memiliki hubungan dengan tipe One-To-Many yang artinya dalam satu distributor memiliki beberapa support administration, sales force, fasilitas, dan daerah. Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti support administration, sales force, fasilitas, dan daerah merupakan bagian dari data pada entiti distributor sehingga setiap data support administration, sales force, fasilitas, dan daerah memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari entiti distributor. ER data distributor dapat dilihat pada Gambar 13.
Suppot administration kdSupportAdministration
VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
distributor = support administration
Distributor VA10 <M> kdDataDistributor Daerah VA30 Fasilitas VA30 Sales Force VA30 Support Admiistration VA30 jumlah I tanggal D Identifier_1 distributor = fasilitas
Daerah distributor = daerah
kdDaerah VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
distributor = sales force
Fasilitas
Sales Force
kdFasilitas VA10 <M> nama VA30
kdSalesForce VA10 <M> nama VA30
Identifier_1
Identifier_1
Gambar 13. ER Data Distributor b. ER Data Penjualan Data penjualan terdiri dari empat entitas (jenis produk, daerah, merek, dan pasar). Entiti penjualan dalam data penjualan merupakan entiti utama sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti penjualan dengan entiti jenis produk, daerah, merek, dan pasar memiliki hubungan dengan tipe One-To-Many yang artinya dalam satu penjualan memiliki beberapa produk, daerah, merek, dan pasar. Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti jenis produk, daerah, merek, dan pasar merupakan bagian dari data pada entiti penjualan sehingga setiap data jenis produk, daerah, merek, dan pasar memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari entiti penjualan. ER data penjualan dapat dilihat pada Gambar 14.
Jenis produk kdProduk VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
penjualan = jenis produk
Penjualan
Daerah kdDaerah VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
penjualan = daerah
kdDataPenjualan VA10 <M> Daerah VA30 Pasar VA30 jenisProduk VA10 Merek VA30 Harga I tanggal D Identifier_1
penjualan = merek
penjualan = pasar
Merek
Pasar
kdMerek VA10 <M> nama VA30
kdPasar VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
Identifier_1
Gambar 14. ER Data Penjualan c. ER Data Logistik Data logistik terdiri dari satu entitas (jenis produk). Entiti logistik dalam data logistik merupakan entiti utama sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti logistik dengan entiti jenis produk memiliki hubungan dengan tipe One-ToMany yang artinya dalam satu logistik memiliki beberapa jenis produk. Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti jenis produk merupakan bagian dari data pada entiti logistik sehingga setiap data jenis produk memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari entiti logistik. ER data logistik dapat dilihat pada Gambar 15.
Logistik
Jenis produk kdProduk VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
logistik = jenis produk
kdDataLogistik VA10 <M> jenisProduk VA10 JumlahMasuk I JumlahKeluar I TujuanKirim VA30 Keterangan VA30 tanggal D Identifier_1
Gambar 15. ER Data Logistik d. ER Data Produksi Data produksi terdiri dari satu entitas (jenis produk). Entiti produksi dalam data produksi merupakan entiti utama sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti produksi dengan entiti jenis produk memiliki hubungan dengan tipe One-To-Many yang artinya dalam satu produksi memiliki beberapa jenis produk. Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti jenis produk merupakan bagian dari data pada entiti produksi sehingga setiap data jenis produk memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari entiti produksi. ER data produksi dapat dilihat pada Gambar 16. Produksi kdDataProduksi jenisProduk jumlah tanggal Identifier_1
VA10 <M> VA10 I D
produksi = jenis produk Jenis produk kdProduk VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
Gambar 16. ER Data Produksi
5. Rancang Bangun Terinci Rancang bangun terinci merupakan salah satu unsur penting melangkah ke dalam proses implementasi sistem sehingga perlu dilakukan sebaik-baiknya agar keseluruhan informasi yang dihasilkan pada tahapan analisis sistem dapat disajikan dan memberikan penjelasan yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Rancang
bangun terinci ini dapat dilakukan setelah analisis sistem dan struktur data (DFD) dilakukan sehingga dapat diketahui aliran arus informasi dari sistem yang akan dibuat.
Proses rancang bangun terinci ini dilakukan dalam dua tahap yaitu
penyusunan model data konseptual (Conceptual Data Model/ CDM) dan model fisik (Physical Data Model/ PDM) (Suherman, 2002). CDM merupakan suatu model yang merupakan struktur dari basis storage yang mana objek data didalamnya belum dapat diimplementasikan secara fisik. PDM merupakan suatu model fisik data lanjutan dari CDM dalam desain web basis data ini.
PDM memberikan model yang lebih spesifik dalam melakukan
implementasi sistem yaitu berupa physical data yang lebih aktual.
PDM
merupakan tahapan terakhir dari rancang bangun suatu sistem untuk melangkah ke dalam tahapan implementasi sistem. Pembuatan CDM ini dilakukan untuk menggambarkan hubungan objekobjek data (entiti) yang terlibat di dalam sistem tanpa melihat detail dari implementasinya dan menggambarkan keseluruhan logika basis data yang bebas dari program aplikasi. CDM yang dibuat dalam pengembangan sistem informasi manajemen basis data untuk divisi Refinery meggambarkan hubungan dari objekobjek data yang telah diuraikan dalam matriks kebutuhan informasi pengguna. Dengan menggunakan CDM dapat disusun suatu struktur data yang bersifat logik yang dibutuhkan dalam pengembangan desain basis data yang kemudian akan menghasilkan suatu model data fisik informasi manajemen basis data Refinery. CDM pada sistem informasi manajemen basis data ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Produksi kdDataProduksi jenisProduk jumlah tanggal Identifier_1
VA10 <M> VA10 I D
produksi = jenis produk Suppot administration
Jenis produk
kdSupportAdministration VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
kdProduk VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
distributor = support administration
Logistik
logistik = jenis produk
penjualan = jenis produk
Distributor
Penjualan
kdDataDistributor VA10 <M> Daerah VA30 Fasilitas VA30 Sales Force VA30 Support Admiistration VA30 jumlah I tanggal D Identifier_1
kdDataPenjualan VA10 <M> Daerah VA30 Pasar VA30 jenisProduk VA10 Merek VA30 Harga I tanggal D
distributor = fasilitas
Daerah distributor = daerah
distributor = sales force
Fasilitas
Sales Force
kdFasilitas VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
kdSalesForce VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
kdDaerah VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
penjualan = daerah
Identifier_1
penjualan = merek
penjualan = pasar
Merek
Pasar
kdMerek VA10 <M> nama VA30 Identifier_1
kdPasar VA10 <M> nama VA30
Gambar 17. Conceptual Data Model (CDM)
Identifier_1
kdDataLogistik jenisProduk JumlahMasuk JumlahKeluar TujuanKirim Keterangan tanggal Identifier_1
VA10 <M> VA10 I I VA30 VA30 D
Setelah CDM dibuat dilakukan perancangan model data fisik yag dirancang berdasarkan model data konseptual yang telah diuji dan tidak terdapat kesalahan model. Model data fisik atau Physical Data Model (PDM) menggambarkan diagram hubungan antar kesatuan entiti atau tabel dalam sistem dengan memperhatikan tipe dan bentuk laporan, maka dapat disusun hubungan antar dokumen (file) data dalam bentuk tabel-tabel data. Implementasi
model
data
konseptual
dilakukan
melalui
tarnsformasi kesatuan entiti yag terdapat pada model menjadi dokumendokumen basis data dalam bentuk tabel data yang akan digunakan untuk mentransformasikan model data koseptual dengan basis data MySQL. Pada PDM Sistem informasi manajemen basis data di divisi Refinery ini terdapat 4 entitas (produksi, logistik, distributor, dan penjualan) yang saling berkaitan satu sama lain. Hubungan antara entitas tersebut dihubungkan dengan sebuah garis panah yang menunjukkan arah hubungan dengan keterangan di dekat garis yang berarti proses tujuan. Primary key pada setiap entitas akan berbeda ditentukan dengan tanda tulisan PK. Primary key ini menunjukkan keunikan suatu atribut pada entitas tertentu. PDM pada sistem informasi manajemen basis data ini dapat dilihat pada Gambar 18.
Produksi kdDataProduksi jenisProduk jumlah tanggal
varchar(10) varchar(10) integer date
FK_JENIS_PR_PRODUKSI__PRODUKSI Jenis produk Logistik kdDataLogistik varchar(10) FK_JENIS_PR_LOGISTIK__LOGISTIK jenisProduk varchar(10) JumlahMasuk integer JumlahKeluar integer TujuanKirim varchar(30) Keterangan varchar(30) FK_JENIS_PR_PENJUALAN_PENJUALAN tanggal date kdProduk kdDataProduksi kdDataLogistik kdDataPenjualan nama
Suppot administration kdSupportAdministration varchar(10) kdDataDistributor varchar(10) nama varchar(30) FK_SUPPORT_A_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI
Penjualan
Distributor kdDataDistributor Daerah Fasilitas Sales Force Support Admiistration jumlah tanggal
varchar(10) varchar(10) varchar(10) varchar(10) varchar(30)
kdDataPenjualan varchar(10) Daerah varchar(30) Daerah Pasar varchar(30) varchar(30) kdDaerah varchar(10) FK_DAERAH_PENJUALAN_PENJUALAN jenisProduk Merek varchar(30) FK_DAERAH_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI kdDataPenjualan varchar(10) Harga integer kdDataDistributor varchar(10) tanggal date nama varchar(30)
FK_FASILITAS_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI FK_SALES_FO_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI
varchar(10) varchar(30) varchar(30) varchar(10) varchar(30) integer date
FK_PASAR_PENJUALAN_PENJUALAN FK_MEREK_PENJUALAN_PENJUALAN
Fasilitas
Pasar
kdFasilitas varchar(10) kdDataDistributor varchar(10) nama varchar(30)
varchar(10) kdPasar kdDataPenjualan varchar(10) nama varchar(30)
Sales Force kdSalesForce varchar(10) kdDataDistributor varchar(10) nama varchar(30)
Merek varchar(10) kdMerek kdDataPenjualan varchar(10) nama varchar(30)
Gambar 18. Physical Data Model (PDM)
D. IMPLEMENTASI DAN VERIFIKASI SISTEM 1. Aplikasi Sistem Aplikasi yang terdapat di dalam sistem informasi manajemen basis data Refinery ini dirancang berdasarkan kebutuhan pengguna, yaitu dengan pengembangan aplikasi berbasis web. Aplikasi sistem informasi manajemen basis data ini diberi nama SIMRefinery. Aplikasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan alat bantu program aplikasi Macromedia Dreamwever. PHP merupakan bahasa penulisan pada server yang didesain secara khusus untuk membuat web. Melalui bahasa program PHP diharapkan sistem manajemen basis data Refinery ini membentuk web dinamis. Misalnya, bisa menampilkan isi basis data ke dalam halaman web. Model kerja PHP diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dgn sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Web server akan mencarikan berkas yang diminta dan isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server selanjutnya web server menyampaikan ke klien. Pengguna paket program aplikasi SIMRefinery dibedakan menjadi tiga pengguna, yaitu administrator, penginput data, dan pengguna yang melihat laporan. Aktor-aktor yang berperan dalam penginput data adalah regional sales, kepala pabrik, dan bagian logistik. Untuk aktor yang berperan dalam melihat laporan adalah manajer marketing, manajer produksi, manajer administrasi, dan division head. Peranan pada aktor manajer dengan division head berbeda. Untuk manajer hanya dapat melihat laporan pada masingmasing bagian sedangkan division head dapat melihat seluruh laporan. Seluruh fasilitas ini diawasi atau dikontrol oleh administrator.
Bentuk
struktur desain proses digambarkan dalam sebuah bagan seperti pada Gambar 19.
Gambar 19. Struktur desain proses sistem
Pada halaman pembuka terdapat ajakan kepada pengguna untuk login. Form login dibuat dengan maksud untuk melindungi data yang terdapat di dalamnya. Hal ini perlu dilakukan karena data dan informasi yang terdapat di dalam program merupakan data penting perusahaan. Langkah pengamanan ini bisa mencegah kesalahan dan penyalahgunaan data. Fungsi pengamanan data ini dilakukan oleh form login karena pada form login terdapat username, password, dan level (jabatan dari pengguna). Melalui level ini dapat dibagi menu-menu dengan fungsi yang terdapat pada masing-masing pengguna. Pengguna yang memiliki kontrol penuh adalah administration computer and Data Center. Tampilan login SIMRefinery dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Tampilan Login SIMRefinery Pada level regional sales memiliki tugas untuk menginput data, mengenai data harga penjualan minyak goreng dan data distributor yang dimiliki. Untuk menu pada level regional sales tampilannya dibagi menjadi dua bagian yaitu penjualan dan distributor. Menu penjualan ini dibagi dua form yaitu untuk data pasar dan merek beserta harga setiap produknya. Menu distributor digunakan untuk memberikan data mengenai distributor yang dimiliki. Tampilan input data untuk regional sales dapat dilihat pada Gambar 21, 22, dan 23.
Gambar 21. Tampilan Input Data Penjualan untuk Regional Sales
Gambar 22. Tampilan Input Data Penjualan untuk Regional Sales
Gambar 23. Tampilan Input Data Distributor untuk Regional Sales Pada bagian logistik memiliki tugas untuk menginput data logistik. Data-data yang dibutuhkan meliputi jenis atau variasi produk dan jumlah masuk atau jumlah keluar dari produk beserta keterangannya. Tampilan input data untuk bagian logistik dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Tampilan Input Data Logistik untuk Bagian Logistik
Pada bagian kepala pabrik memiliki tugas untuk menginput data produksi. Data-data yang diminta pada form input untuk produksi adalah data dari jumlah minyak yang di produksi dari setiap jenis produk dalam satuan liter. Tampilan input data untuk kepala pabrik dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25. Tampilan Input Data Produksi untuk Kepala Pabrik Sistem
informasi
manajemen
Refinery
memberikan
fasilitas
penyediaan informasi antara lain: (1) informasi data penjualan dan distributor yang dapat digunakan oleh manajer marketing, Division Head, dan administrator, (2) informasi data logistik yang dapat digunakan oleh manajer administrasi, Division Head, dan administrator, dan (3) informasi data produksi yang dapat digunakan oleh manajer produksi, Division Head, dan administrator. Tampilan informasi data dapat dilihat pada Gambar 26, 27, 28, dan 29.
Gambar 26. Tampilan Informasi Data Harga Penjualan Data yang ditampilkan pada data harga penjualan adalah data dari hasil survei pasar mengenai daftar harga, baik merek Cap Sendok sendiri maupun merek-merek minyak goreng lain yang berada di pasaran. Hasil survei ini berguna untuk manajer marketing dalam memberikan laporan kepada Division Head bahwa merek Cap Sendok berada pada posisi mana di pasaran. Bentuk tampilan laporan manajer marketing dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 27. Tampilan Informasi Data Distributor yang Dimiliki Data yang ditampilkan pada data distributor adalah data fasilitas, sales force, dan support administration.
Data fasilitas berisi data sub area
distributor, gudang, mobil truk, mobil box, sepeda motor, dan office yang dimiliki oleh distributor pada area tersebut. Data sales force berisi struktur armada sales yang dimiliki oleh distributor yang mana armada salesnya terdiri dari manajer, chief sales, account sales executive, account sales outlet, sales, dan sales center.
Data support administration berisi data administrasi
pendukung seperti accounting dan logistik Bentuk tampilan data distributor dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 28. Tampilan Informasi Data Logistik Data yang ditampilkan pada data logistik adalah data masuk dan keluarnya barang dilengkapi dengan data tujuan kirim dan keterangan. Data logistik berguna untuk melihat stok yang dimiliki setiap bulannya. Bentuk tampilan data logistik dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 29. Tampilan Informasi Data Produksi
Data yang ditampilkan pada data produksi adalah data produksi pada setiap jenis barang setiap bulannya. Data produksi berguna untuk melihat produksi yang dilakukan dalam setiap bulannya.
Bentuk tampilan data
produksi dapat dilihat pada Gambar 29. Untuk bagian Division Head, tampilan informasi datanya sama seperti untuk tampilan informasi para manajer, hanya saja Division Head mempunyai kelebihan dapat melihat tampilan informasi untuk semua departemen pada divisi Refinery. Selain itu, Division Head juga memiliki keistimewaan seperti dapat melihat laporan melalui grafik. Tampilan informasi data melalui grafik untuk Division Head dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Tampilan Informasi Data Melalui Grafik untuk Division Head Pada bagian administrator fasilitas yang dimiliki menyerupai bagian Division Head dan para manajer, hanya saja administrator memiliki keistimewaan seperti dapat menghapus dan mengedit data. Hal ini dikarenakan fungsi administrator sebagai pengontrol sistem. Tampilan untuk administrator dapat dilihat pada Gambar 31, 32, 33, dan 34.
Gambar 31. Tampilan Informasi Data Penjualan untuk Administrator
Gambar 32. Tampilan Informasi Data Distributor untuk Administrator
Gambar 33. Tampilan Informasi Data Logistik untuk Administrator
Gambar 34. Tampilan Informasi Data Produksi untuk Administrator
2. Implementasi dan Verifikasi Pada tahap implementasi sistem dilakukan pengujian terhadap program aplikasi SIMRefinery sebagai tahap persiapan sebelum program dioperasikan. Pengujian diperlukan untuk melihat kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam program tersebut.
Pengujian dilakukan dengan
mengetes semua command dan fungsi yang terdapat pada program aplikasi.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa program aplikasi
SIMRefinery berjalan dengan baik. SIMRefinery melakukan pengelolaan informasi melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. Langkahlangkah yang dilakukan dalam pengujian SIMRefinery adalah (1) pemasukan data, sebelum SIMRefinery dapat digunakan secara penuh, maka perlu dimasukkan data yang berisi informasi yang berupa data yang terdapat dalam divisi Refinery; (2) strukturisasi data, strukturisasi dilakukan untuk melakukan penyesuaian, perbaharuan, dan perbaikan dalam sistem; dan (3) laporan data, laporan tersebut dilihat kesesuaiannya dengan data yang telah dimasukkan. Proses verifikasi dilakukan setelah tahap implementasi sistem dilaksanakan yang mana elemen-elemen masukan, proses, dan keluaran sistem dikembangkan sesuai dengan rancangan sistem yang dibuat. Verifikasi merupakan pengujian untuk mengetahui tingkat kesesuaian sistem yang dikembangkan memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna. Verifikasi yang dilakukan adalah berupa pemasukan data yang berhubungan dengan pembuatan basis data Refinery. Untuk dapat melakukan verifikasi diperlukan data masukan sesuai dengan kebutuhan pemakai. Verifikasi dapat secara langsung menjadi pengujian terhadap keluaran sistem. Verifikasi dilakukan terhadap data penjualan, data distributor, data logistik dan data produksi. Fungsi utama dari program aplikasi SIMRefinery adalah untuk mengelola informasi dalam divisi Refinery agar informasi yang diterima lebih aktual dan akurat khususnya untuk division head. Hasil rancangan ini diharapkan dapat menutupi kelemahan sistem pengelolaan informasi sebelumnya. Kelebihan yang dimiliki sistem baru ini antara lain
(1) waktu yang dibutuhkan dalam mengolah data pada divisi Refinery akan lebih efisien, karena pengolahan data ini dilakukan secara on-line sehingga semua laporan dari berbagai departemen dan daerah dapat dilakukan secara bersamaan; dan (2) hemat dalam hal biaya operasional, karena perusahaan tidak perlu lagi mencetak laporan. Kelemahan yang terdapat pada aplikasi ini adalah sistem keamanan perlu diperketat kembali agar tidak terjadi kebocoran data. Walaupun demikian secara umum program ini sudah mampu memenuhi kebutuhan informasi pihak manajemen divisi Refinery.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Sistem informasi manajemen basis data Refinery yang dihasilkan merupakan sistem yang berbasis on-line.
Sistem ini berfungsi untuk
membantu divisi Refinery dalam pengumpulan dan pengolahan data agar diperoleh informasi yang aktual.
Sistem basis data ini membantu dalam
pencatatan data agar lebih terstruktur dan sistematis. Input data menjadi lebih mudah karena menggunakan format yang standar dan pengolahan data dapat dilakukan oleh sistem sehingga lebih cepat. Melalui aplikasi sistem informasi manajemen basis data ini para manajer akan sangat terbantu karena dapat melihat laporan secara aktual sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat. Sistem informasi manajemen basis data Refinery ini diberi nama SIMRefinery. SIMRefinery memiliki fasilitas input data dan fasilitas informasi hasil pengolahan data.
Data-data yang diolah dalam sistem informasi
manajemen basis data Refinery adalah data produksi, logistik, penjualan, dan distributor pada divisi Refinery. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP dengan database MySQL. Sistem informasi manajemen basis data Refinery ini dibangun diatas sistem web sehingga sistem ini akan dapat digunakan secara bersama oleh seluruh bagian dalam divisi Refinery di berbagai daerah. Pengembangan sistem ini menggunakan tahapan Database Life Cycle, suatu tahapan yang umum digunakan dalam perancangan sistem basis data. Tahapan dalam pengembangan sistem informasi manajemen basis data Refinery adalah perencanaan basis data, definisi sistem, mengumpulkan dan menganalisis
data,
desain
basis
data
desain
aplikasi,
prototyping,
implementasi, konversi dan loading data, pengujian, dan pemeliharaan operasional, dengan melalui pendekatan tahapan Database Life Cycle perancangan sistem akan lebih komprehensif sehingga dapat dihasilkan sistem basis data yang handal.
B. SARAN 1. Untuk mengimplementasikan sistem manajemen basis data Refinery ini diperlukan adanya pelatihan bagi pengguna agar para pengguna dapat mengoperasikannya dengan baik. 2. Secara berkala bagian administration and data center harus melakukan kontrol terhadap sistem baik hardware maupun software-nya, agar tidak terjadi kerusakan sistem dan informasi yang dihasilkan selalu akurat. 3. Perlu pengembangan sistem informasi ke arah sistem pengambilan keputusan dengan pembuatan model aplikasi perhitungan. Model aplikasi perhitungan dapat digunakan untuk membantu dalam mengetahui potensipotensi daerah pemasaran yang terbaik. 4. Perlu dipadukan dengan sistem-sistem lainnya yang ada di perusahaan sehingga kinerja perusahaan secara menyeluruh dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Astra. 2006. Laporan Tahunan 2006. PT Astra Agro Lestari Tbk, Jakarta. Astra. 2007. Agrovaria September 2007. PT Astra Agro Lestari Tbk, Jakarta. Connoly, T. dan C. Begg. 2005. Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation and Management. Fourth Edition. Addision Wesley, USA. Danang, W. 2003. Sistem Informasi Manajemen Program Pendukung Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Tahap Monitoring, Evaluasi, Operasi, dan Pemeliharaan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Davis, G. B. 1991. Management Information Systems; Conceptual Foundations, Structure and Development. McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo. Di dalam Gunawan, D. 1997. Komputerisasi Sistem Informasi Manajemen Pengendalian Produksi Sirup Glukosa di PT. Raya Sugarindo. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Dyche, J. 2000. E- Data: Turning Data Into Information with Data Warehousing. Addision Welsey Longman. Eaglestone, B. 2001. Web Database Systems. McGraw-Hill, England. Fathansyah. 1999. Buku Teks Komputer Basis Data. Informatika, Bandung. Di dalam Ani Silvia. 2006. Perancangan Sistem Manajemen Basis Data Untuk Kemasan Transportasi Komoditas. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Gunawan, D. 1997. Komputerisasi Sistem Informasi Manajemen Pengendalian Produksi Sirup Glukosa di PT. Raya Sugarindo. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Hamdi, M. 1993. Pengembangan Sistem Informasi Kelapa Sawit Nasional dengan Pendekatan Object-Oriented. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Heru. 2002. Perancangan Sistem Basis Data Sumber Daya Air. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, Jakarta. Hutchinson, S.E dan S.C. Sawyer. 1988. Computers, The UserPerspective. Richard D. Irwin Inc, Boston. Di dalam Surinah. 2000. Sistem Informasi Agroindustri Tanaman Obat Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.
Kadir, A. 2003. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP. Penerbit Andi, Yogyakarta. Laundon, K. 2002. Management Information Systems. 7th edition. PrenticeHall International, Inc, New Jersey. Maspiyono. 1989. Pengembangan Sistem Informasi Akutansi Biaya di Perkebunan Papadayan Garut. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Marsudi, E. 2003. Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Bauran Pemasaran Minyak Goreng Sawit Merek Cap Sendok pada PT Astra Agro Lestari Tbk Jakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. McLeod, R. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Edisi ketujuh. Bahasa Indonesia. PT Prenhallindo, Jakarta. Meisye. 2006. Sistem Zakat Berbasis Web. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Mukti, G. P. 1999. Aplikasi Intranet dalam Jaringan Sistem Informasi Bunga Potong di Asosiasi Bunga Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. O’Brien, J. 2003. Introduction Companies Inc, Boston.
to
information
Systems.
McGraw-Hill
Praja, J. P. 1999. Pengembangan Prototipe Sistem Informasi Agroindustri Kopi Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Puri, E. 2003. Analisis Startegi Promosi Minyak Goreng Cap Sendok pada PT Astra Agro Lestari Tbk. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Reinandang, A. 2003. Sistem Informasi Berbasis SMS/GSM untuk Penjadwalan, Penentuan Jalur dan Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Rozik, H. 1989. Perancangan Sistem Informasi Manajemen untuk Perencanaan dan Pengendalian Produksi di PT Astra Agribisnis Cabang Citalahab Sukabumi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Ruslan, W. D. 1997. Aplikasi Internet dalam Sistem Informasi Agribisnis Kelapa Sawit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.
Schulties, R.A. dan M. Summer. 1992. Management Information Systems; The Manager Views. Richard D. Irwin Inc, Boston. Di dalam Yasir, M. 2003 Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Produksi Terpadu (Computer Integrated Bussiness System) pada Perusahaan Agroindustri Studi Kasus di PT. Indonesia Maltose Industry. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Stair, R.M. dan G.W. Reynolds. 1998. Principle of Information Systems; A Managerial Approach. International Thomson Publishing, New York. Di dalam Yasir, M. 2003 Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Produksi Terpadu (Computer Integrated Bussiness System) pada Perusahaan Agroindustri Studi Kasus di PT. Indonesia Maltose Industry. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Stallings, W. 2002. Data and Computer Communiction. Sixth Edition. Prentice-Hall, Inc, New Jersey. Suherman. 2002. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen untuk Pengendalian Persedian Bahan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Suwarsih. 2004. Sistem Informasi Manajemen Akademik Magister Manajemen Agribisnis-IPB Berbasis Web. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor. Szymanski, R. and D. Pulschen. 1995. Computer and Information System with Hands-On Software Tutorials. Prentice Hall. New Jersey. Turban, E. 2001. Decision Support and Expert System. Edisi keenam. Mcmillan Publishing Company, New York. Valaich, J. 2001. Essential of System Analysis International, New Jersey.
and
Design.
Prentice-Hall
Yasir, M. 2003 Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Produksi Terpadu (Computer Integrated Bussiness System) pada Perusahaan Agroindustri Studi Kasus di PT. Indonesia Maltose Industry. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.
Lampiran 1. Struktur Grup Astra
Corporate Overview Astra Internation
Sales Operations
Investment
Automotive
- Business & Corporate
• Auto distribution : - Cars - Motorcycles
• Car Manufacturing : - Toyota, Daihatsu, Isuzu - Nissan Diesel, BMW, Peugeot
• Motorcycles Manufacturing :
Automotive & Its related
- Honda
• Component Industry - Astra Otoparts
Financial Services
Heavy Equipment
Agribusiness
• Consumer Finance : - Astra Credit Company Group – Car Financing - Federal Int’l Finance – Motorcycle Financing • Insurance - Asuransi Astra Buana, Astra CMG Life
• Heavy Equipment - United Tractors (Komatsu)
• Agribusiness - Astra Agro Lestari
Inf. Technology & Infrastructure
• Information & Technology - Astra Graphia
• Infrastructure - Astratel - Telecomunication
Lampiran 2. Anak-anak Perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk Anak Perusahaan
Lokasi
Perkebunan Kelapa Sawit I PT Sari Lembah Subur PT Eka Dura Indonesia PT Tunggal Perkasa Plantations PT Sawit Asahan Indah PT Kimia Tirta Utama PT Surya Panen Subur PT Sari Aditya Loka PT Karya Tanah Subur PT Perkebunan Lembah Bhakti PT Letawa PT Pasangkayu PT Suryaraya Lestari PT Mamuang PT Lestari Tani Teladan PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi PT Gunung Sejahtera Puti Pesona PT Gunung Sejahtera Dua Indah PT Suryaindah Nusantara Pagi PT Agro Menararachmat PT Gunung Sejahtera Yoli Makmur PT Gunung Sejahtera Raman Permai PT Persadabina Nusantaraabadi PT Nirmala Agro Lestari PT Bhadra Cemerlang PT Cipnarada Lestari PT Waru Kaltim Plantation PT Sukses Tani Nusasubur PT Karyanusa Eka Daya PT Sumber Kharisma Persada PT Simpati Tani Sentosa PT Cakradenta Agung Pertiwi
Riau Riau Riau Riau Riau Riau Jambi Aceh Aceh Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Selatan
85.00 99.99 99.99 99.99 75.00 99.98 90.00 88.83 99.30 99.99 99.99 99.99 99.99 95.00 99.99 95.00 95.00 95.00 99.99 95.00 99.99 95.00 80.00 97.73 80.00 99.99 99.99 99.99 99.99 99.66 99.99
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET I Kalimantan Selatan PT Cakung Permata Nusa Sulawesi Selatan PT Bhadra Sukses
99.99 99.80
PERKEBUNAN KAKAO PT Pandji Waringin
Banten
99.96
MANUFAKTUR DAN JASA PT Eka Dura Perdana
Riau
99.96
Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk (2006)
Kepemilikan (%)
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT Astra Agro Lestari Tbk
SHARE HOLDER Board of Commissioners Board of Directors
PRESIDENT OFFICE
President Director & Vice President Director
Internal Audit (IA) Government Relations (GR)
DIRECTOR IN CHARGE
CORPORATE FUNCTION
Corporate Secretary (CS)
Procurement (PRO)
Finance (FIN)
Banking & Treasury (BT) Accounting & Budget (AB) Corporate Legal (CL) TAX Public Relations Business Analyst (BA) Palm Breeding (PB) Agronomic Research (AR) Quality & Environmet (QE)
R & D and Plantation Development (RPD)
Information Technology (IT) Development Andalas 1 (A1) Development Borneo 3 (B3) Development Celebes 2 (C2) Development Rubber (RB) Infrastructure (INF) Mill Operation & Quality Control (MQC)
EngineeringMill Operation & Quality Control (EMQ)
Project Development (POD) Manufacturing (MFQ) Human Resources (HR)
Human Resources, General Affair & Community Development (HGC)
General Affairs Community Development (CD) Management Improvement (MI)
Marketing (MRK)
Commodity (CM) BUSINESS OPERATIONS Andalas Area Borneo Area
Plantation Operations & Control (POC)
Celebes Area Plantation Control (PC) Refinery Safety, Health & Environmet (SHE)
Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk (2007)
Lampiran 4. Struktur Organisasi Divisi Refinery
Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk (2006)
Lampiran 5. Garis Besar Proses Produksi Minyak Goreng Cap Sendok PT Astra Agro Lestari Tbk
P R O C E S S I N G COOKING OIL 1X Penyaringan
RAW MATERIAL
CPO (Crude Palm Oil)
REFINING
RBD PO (REFINE
PACKAGING
FRACTINATION
FRACTINATION
OLEIN I
OLEIN II
CAP SENDOK
BLEACHING OIL)
STEARIN
2X Penyaringan
Lampiran 6. Rincian Proses Produksi Minyak Goreng Cap Sendok di PT Astra Agro Lestari Tbk
Fractionation Process Refining Process
Pre-treatment Section
CPO
Heating 80-90oC
Dryer Vessel Tank
Degumming Section
Degumming Process
Bleaching Section
Deodorizing Section
Bleaching Bleaching earth 0.6-1%
Heating Exchanger 265-270oC
Niagara Filter
Pre-stripper 265-270oC
Polishing Filter
Deodorizer 265-270oC
Holding Tank
Cooler Spiral 70-80oC
RBD PO
FFA dipisahkan sebanyak mungkin
Preparation Tank
Crystalizer Tank
Filtrasi
Cooling 70oC
Crystalizar
Press Filter
- Pendingin RBDPO -Memisahkan Fraksi Olein dan Stearin - Mengkristalkan Fraksi Stearin
Pemisahan Kristalisasi Fraksi Stearin dan larutan RBDPO
Penguapan bau dan pemisahan kembali FFA yang tersisa
- RBD Olein/ Minyak Goreng (75%) - RBD Stearin (25%)
Lampiran 7. Kemasan Botol dan Jerigen Minyak Goreng Cap Sendok
Lampiran 8. Kemasan Isi Ulang Minyak Goreng Cap Sendok