PERANCANGAN LANSKAP PANYU AGILE RESIDENCE DI GUANGZHOU, REPUBLIK RAKYAT CINA (KEGIATAN MAGANG DI PT. BELT COLLINS INTERNASIONAL BALI)
RAY AGUNG SUCIKA PRATAMA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perancangan Lanskap Panyu Agile Residence di Guangzhou, Republik Rakyat Cina (Kegiatan Magang di PT. Belt Collins Internasional Bali) adalah karya saya dan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Maret 2011 Ray Agung Sucika P. A44060666
RINGKASAN RAY AGUNG SUCIKA PRATAMA. A44060666. Perancangan Lanskap Panyu Agile Residence di Guangzhou, Republik Rakyat Cina (Kegiatan Magang di PT. Belt Collins Internasional Bali). (Dibawah bimbingan SITI NURISJAH). Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Belt Collins Internasional Bali yang merupakan salah satu cabang perusahaan Belt Collins International Pte. Ltd. (BCI). BCI merupakan perusahaan jasa (konsultan) yang bergerak dalam bidang perencanaan dan desain lanskap atau lingkungan bertaraf internasional. PT. Belt Collins Internasional Bali beralamat di Jalan Badak Sari 14X, Renon Denpasar, Bali. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan keprofesian dibidang arsitektur lanskap. Dengan proyek perancangan lanskap yang diikuti adalah proyek Panyu Agile Residence yang berlokasi di Provinsi Guangzhou, RRC. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan perancangan yang berlangsung di studio, dengan proyek utama Panyu Agile Residence, wawancara dengan arsitek lanskap atau staff dan pemilik/pimpinan perusahaan, dan studi pustaka. Batasan Kegiatan Magang berada pada ruang lingkup struktural internal manajemen dan sistem kerja dalam PT. Belt Collins International (Bali), beserta tahapan proses perancangan lanskap khususnya pada tahap Design Development (DD) yang berfokus pada proyek Panyu Agile Residence di Guangzhou, RRC. Tema perancangan lanskap Panyu Agile Residence didasari oleh kondisi tapak dan rencana pengembangan yang telah ditetapkan. Perancangan lanskap Panyu Agile Residence ditujukan sebagai kawasan residensial modern sebagaimana rencana kawasan, arsitektur, dan elemen yang sudah ditentukan pada rencana awal. Perancangan lanskap Panyu diarahkan kepada modern kontemporer. Waktu kegiatan magang di PT. Belt Collins Internasional Bali bertepatan dengan proses perancangan Panyu Agile Residence pada tahap design development. Area-area yang dkembangkan dalam tahap design development antara lain adalah Guardhouse, Courtyard area 1, Boundary Wall & Water Edge, taman unit-unit Townhouse, South Area Courtyard. Dalam proses perancangan ini mahasiswa dilibatkan dalam pembuatan desain alternatif beberapa area seperti courtyard area 1 dan pocket park di sekitarnya, serta unit townhouse type A1. Namun, dalam pengembangan area tersebut mahasiswa diminta membuat alternatif dengan konsep berbeda, yaitu konsep Cina kuno. Hal ini yang mengharuskan mahasiswa untuk melakukan studi lebih lanjut mengenai konsep desain Cina Kuno. Studi dilakukan dengan mencari gambar-gambar referensi dari internet, library milik BCI dan studi pustaka. Kegiatan ini dibimbing oleh beberapa staf BCI Bali. Dilibatkannya mahasiswa dalam pengembangan desain bukan untuk mempermudah pekerjaan desain yang dilakukan BCI, namun sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam mengembangkan ide desain, karena pengembangan ini juga dilakukan oleh staf ahli BCI lainnya.
Dari seluruh proses perancangan yang ada pada oleh BCI yang dimulai dari penerimaan proyek, mobilization, desain (PLMP, CD, dan DD), HWD dan SWD, tender review sampai dengan construction review, sesuai dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth (1983) yang dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, desain, gambar-gambar konstruksi, pelaksanaan, evaluasi setelah konstruksi dan pemeliharaan. Dalam setiap proyek yang dikerjakan oleh BCI terkadang dilalui dengan proses perancangan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam kasus perancangan Panyu, tahap desain dimulai langsung ke tahap Landscape Conceptual Design tanpa melalui tahap Preliminary Landscape Master Plan seperti yang ada pada proses perancangan proyek pada umumnya. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki BCI dalam menangani proyek, dimana terdapat tahapan yang dapat dilewati dengan alasan sebagai langkah dalam penghematan waktu dan biaya. Proses perancangan yang dimulai dari penerimaan proyek sampai dengan tahap concept design umumnya dikerjakan oleh BCI Singapura, sedangkan tahap design development sampai dengan working drawing dikerjakan oleh BCI Bali, Indonesia. Permasalahan yang ditemui dalam perancangan lanskap Panyu pada umumnya berasal dari klien, dimana tuntutan, permintaan, serta kritikan klien akan desain membuat proses perancangan menjadi lebih kompleks sehingga diperlukan beberapa kali revisi hingga tercapainya kepuasan klien. Beberapa masalah yang dihadapi oleh BCI dalam melakukan proses perancangan, pada proyek Panyu Agile Residence, antara lain: (1) Fase/tahapan proyek yang berbeda antara arsitek dan arsitek lanskap, (2) Permintaan dan tuntutan dari klien terhadap ide dan pilihan desain, (3) Deadline pelaksanaan (deadline dari paket desain), (4) Keadaan tapak yang sangat sensitif. Dengan mengamati proses desain Panyu sebagai area residensial di Cina, penulis mendapat tambahan pengetahuan akan ketentuan yang berlaku dan khas perancangan di Cina. Salah satu pengetahuan yang diperoleh yaitu tentang regulasi/peraturan pemerintah Cina yang mengatur dalam setiap perancangan area residensial harus tersedia Fire Engine Access (F.E.A) dan upaya perancangan dengan pemanfaatan ruang vertikal secara optimal seperti penyediaan basement parkir mobil yang cukup luas yang mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak nantinya.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PERANCANGAN LANSKAP PANYU AGILE RESIDENCE DI GUANGZHOU, REPUBLIK RAKYAT CINA (KEGIATAN MAGANG DI PT. BELT COLLINS INTERNASIONAL BALI)
RAY AGUNG SUCIKA PRATAMA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Perancangan Lanskap Panyu Agile Residence di Guangzhou, Republik Rakyat Cina (Kegiatan Magang di PT. Belt Collins Intenasional Bali)
Nama Mahasiswa : Ray Agung Sucika Pratama NRP
: A44060666
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal disetujui :
RIWAYAT HIDUP Ray Agung Sucika Pratama dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1988, anak pertama dari dua bersaudara dalam keluarga Haerudin dan Imas Dewi Indiawati. Pendidikan penulis mulai ditempuh di SDN Manggarai 12, Jakarta, pada tahun 1994 dan lulus tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Negeri 3 Manggarai, Jakarta, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di SMA Negeri 12 Klender, Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan penulis pernah tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture Xpression (MAX!!). Selain itu penulis juga pernah tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode 2008/2009 sebagai Ketua Divisi Keprofesian. Penulis pernah ikut dalam berbagai kompetisi dan sayembara desain lanskap. Pencapaian terbaik penulis adalah meraih juara 3 kategori taman kecil dan harapan 3 kategori taman besar Sayembara Taman Bunga Nusantara pada tahun 2009; juara 3 Sayembara Kebun Raya Kendari pada tahun 2010; dan juara 3 Sayembara Taman Topi Bogor tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis juga pernah meraih juara 1 Sayembara Taman Pisang, Penjaringan, Jakarta.
i
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kegiatan magang ini berhasil diselesaikan. Judul yang diambil dalam kegiatan magang ini yang dilaksanakan pada periode bulan Juli sampai dengan bulan September 2010 adalah “Perancangan Lanskap Panyu Agile Residence Design Development di Guangzhou, Republik Rakyat Cina (Kegiatan Magang di PT. Belt Collins Intenasional Bali)”. Metode yang digunakan adalah partisipasi aktif dalam kegiatan perancangan yang berlangsung di studio, dengan proyek utama Panyu Agile Residence di Cina, wawancara dengan arsitek lanskap atau staff dan pemilik/pimpinan perusahaan, serta studi pustaka. Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga dengan izin-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Alhamdulillah.
2.
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing yang telah bersedia mendukung, membimbing dan membantu baik dalam hal waktu dan pikiran yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Mama, Bapak, Ade tercinta, terimakasih atas kesabaran dan dukungan yang telah diberikan baik materiil maupun non-materiil.
4.
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS, selaku pembimbing akademik selama Penulis menjadi mahasiswa.
5.
Pihak Belt Collins Internasional, khususnya teman-teman di PT. BCI Bali, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama kegiatan magang.
6.
Teman-teman seperjuangan, Hanni, Wemby, Wiek, Irvan, Dedi, yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi.
7.
Teman-teman ARL 43 (Tengtong 43), yang telah banyak memberi senyum, tangis, dan kenangan yang indah selama masa perkuliahan.
8.
Seluruh Dosen dan Staf Departemen Arsitektur Lanskap yang telah banyak membantu selama Penulis menjadi mahasiswa.
ii
9.
Keluarga Kost Hikari, teman-teman yang telah menjadi wadah untuk berbagi.
10. Eka Dannyanti, yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta motivasi. 11. Semua pihak yang terlibat yang namanya tidak dapat disebutkan, terima kasih atas segala bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran dapat dijadikan sebagai masukan dalam perbaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2011 Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii PENDAHULUAN .................................................................................. 1 Latar belakang ................................................................................ 1 Tujuan Magang ............................................................................... 2 Kegunaan Magang .......................................................................... 3 Kerangka Pikir Kegiatan Magang ................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5 Lanskap .......................................................................................... 5 Perumahan dan Permukiman ........................................................... 5 Perancangan Lanskap...................................................................... 6 Teknik Presentasi Grafis Arsitektur Lanskap ................................... 13 Manajemen Proyek ......................................................................... 17 Konsultan Lanskap ......................................................................... 19 METODOLOGI ..................................................................................... 20 Lokasi Magang ............................................................................... 20 Waktu Magang ............................................................................... 20 Metode Magang .............................................................................. 20 Jenis dan Bentuk Data .................................................................... 22 Tahapan Kegiatan Magang ............................................................. 23 Batasan Kegiatan Magang............................................................... 24 Jadwal Pekerjaan Proyek Panyu Agile Residence, Cina ................... 24 KONDISI UMUM PERUSAHAAN MAGANG ................................... 25 Belt Collins International Pte. Ltd .................................................. 25 Lingkup Kegiatan Konsultan .......................................................... 26 Struktur Organisasi Perusahaan ....................................................... 26 Spesialisasi Pekerjaan ..................................................................... 28 Prosedur Pekerjaan Proyek ............................................................. 31 PT. Belt Collins Internasional Bali .................................................. 38 Teknik Studio PT. Belt Collins Internasional Bali ........................... 39 KONDISI UMUM WILAYAH PROYEK PERANCANGAN ............. 41 Republik Rakyat Cina ..................................................................... 42 Sub Provinsi Guangzhou ................................................................. 43 Kota Panyu ..................................................................................... 49
iv
HASIL KEGIATAN MAGANG ........................................................... Panyu Agile Residence.................................................................... Panduan Master Planning ............................................................... Filosofi Perencanaan dan Perancangan ................................... Tujuan Perencanaan dan Perancangan .................................... Prinsip Panduan Perencanaan dan Perancangan ..................... Studi Chinese Architecture dan Modern Architecture............. Inventarisasi dan Analisis Tapak ..................................................... Deskripsi Proyek ................................................................... Karakteristik Tapak ............................................................... Proses Perancangan ........................................................................ Analisis Lanskap ................................................................... Landscape Conceptual Design ............................................... Preliminary Design Development (PDD) ............................... Final Design Development (FDD) ......................................... PEMBAHASAN HASIL MAGANG ..................................................... Proses Perancangan Lanskap ................................................. Sistem Manajemen Perusahaan .............................................. Studi Pendekatan Desain ........................................................ Pencapaian Kegiatan Magang ................................................ KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... Kesimpulan..................................................................................... Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. LAMPIRAN ...........................................................................................
50 50 50 50 51 53 54 56 56 56 59 59 61 94 106 110 110 118 121 127 133 133 135 137 139
v
DAFTAR GAMBAR Teks Nomor Halaman 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang ...................................................... 4 2. Proses Perancangan Lanskap Menurut Simond (1983) ...................... 7 3. Contoh Gambar Denah Tata Letak .................................................... 14 4. Contoh Gambar Rencana Irigasi ........................................................ 15 5. Contoh Gambar Rencana Penanaman ................................................ 15 6. Contoh Gambar Detil Konstruksi ...................................................... 16 7. Contoh Gambar Potongan-Tampak ................................................... 17 8. Struktur Organisasi Umum Belt Collins International Pte.Ltd ........... 27 9. Struktur Organisasi Khusus Proyek Panyu Agile Residence .............. 28 10. Prosedur Pekerjaan Proyek di Belt Collins International Pte. Ltd. .... 32 11. Lokasi Sub Provinsi Guangzhou........................................................ 43 12. Pembagian wilayah Guangzhou ........................................................ 44 13. Master plan yang dihasilkan oleh AGC Design dan Rencana Fase Perancangan Lanskap ...................................................................... 52 14. Gate Chinese Architecture (a) dan Gate Townhouse Panyu (b) ......... 55 15. Lokasi proyek Panyu Agile Residence .............................................. 57 16. Sirkulasi Kendaraan Menuju Tapak................................................... 58 17. Landscape Analysis Diagram ............................................................ 60 18. Landscape Conceptual Plan .............................................................. 63 19. Gambar Section 1 .............................................................................. 64 20. Gambar Section 2 .............................................................................. 65 21. Gambar Section 3 .............................................................................. 66 22. Gambar Section 4 .............................................................................. 67 23. Gambar Section 5 .............................................................................. 68 24. Gambar Section 6 and Section 7 ........................................................ 69 25. Roads and Landscape Elements Imagery Boards............................... 70 26. Artwork and Townhouse Imagery Boards .......................................... 71 27. Courtyard with Feature Element Plan and Section ............................ 84 28. Children Play Area and Sitting Area Plan and Section ...................... 85 29. Reflective Pond and Feature Trees with Deck Plan and Section ........ 86 30. Entry to Basement Car Park Plan .................................................... 87 31. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Plan .................. 88 32. Courtyard with Artworks Plan .......................................................... 89 33. Courtyard with Seating and Trellis Plan and Section ........................ 89 34. Security Gate/ Guardhouse Plan ....................................................... 90 35. Fire Engine Access ........................................................................... 91 36. Native Plant Imageries ...................................................................... 92 37. Coordination Plan Design Development ........................................... 96
vi
Teks Nomor Halaman 38. Security Gate and Guardhouse Design Development......................... 97 39. Boundary Wall and Water Edge Preliminary Design Development ... 98 40. Fence Detail Design Development .................................................... 99 41. Townhouse Unite Type A1................................................................. 100 42. Townhouse Unite Type A2................................................................. 101 43. Townhouse Unite Type A3................................................................. 102 44. Townhouse Unite Type A5................................................................. 103 45. Townhouse Unite Type B1................................................................. 104 46. Overall Lighting Concept Plan .......................................................... 105 47. Guardhouse and Security Gate Lighting Concept Plan ...................... 105 48. Courtyard Area 1 Design Development ............................................. 107 49. South Area Courtyard Preliminary Design Development .................. 108 50. South Area Courtyard Final Design Development ............................ 109 51. Proses Perancangan Menurut Booth (1983) dan Proses Perancangan pada BCI ........................................................................................... 110 52. Children Play Area and Sitting Area Final Design Development ....... 113 53. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Final Design Development ..................................................................................... 114 54. Guardhouse Final Design Development ............................................ 115 55. Alur Koordinasi pada BCI Asia ......................................................... 118 56. Arsitektur dan Lanskap Modern ........................................................ 122 57. Lima Elemen Feng Shui .................................................................... 123 58. Chinese Element and Feature............................................................ 124 59. Elemen Batu sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence .............. 125 60. Elemen Kayu sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence ............. 125 61. Elemen Air sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence ................ 125 62. Elemen Logam sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence .......... 126 63. Elemen Api sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence................ 126 64. Site Plan, Section dan Ilustrasi Courtyard 1 Alternative Design oleh Mahasiswa Magang........................................................................... 128 65. Ilustrasi Courtyard 1 Alternative Design oleh Mahasiswa Magang .... 129 66. Site Plan dan Ilustrasi Pocket Park Alternative Design oleh Mahasiswa ........................................................................................ 130 67. Townhouse Unit Type A1 Design Alternatif oleh Mahasiswa ............ 131 68. Ilustrasi Frontyard Townhouse Unit Type A1 oleh Mahasiswa .......... 132 59. Ilustrasi Backyard Townhouse Unit Type A1 oleh Mahasiswa ........... 132
vii
DAFTAR TABEL Teks Nomor Halaman 1. Jadwal Kegiatan Magang .................................................................. 21 2. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data ........................................................ 22 3. Jadwal Pengerjaan Landscape Design ............................................... 24 4. BCI’s Completed Project................................................................... 38 5. Proposed Plant for Guangzhou ......................................................... 73
viii
DAFTAR LAMPIRAN Teks Nomor Halaman 1. Phase I- Coordination Plan............................................................... 140 2. Phase I- Material Plan ...................................................................... 141 3. Phase I- Lighting Image .................................................................... 142 4. Phase 1-Entrance Area Plan ............................................................. 143 5. Phase I- Entrance Area Section 1-2................................................... 144 6. Phase 1-Entrance Area Section 3 and Elevation ................................ 145 7. Phase 1-Courtyard Area Plan ........................................................... 146 8. Phase 1- Courtyard Area Section ...................................................... 147 9. Phase I- Roundabout Plan................................................................. 148 10. Phase 1-Roundabout Section ............................................................. 149 11. Phase 1-Paving Detail Plan (1) ......................................................... 150 12. Phase 1-Paving Detail Plan (2) ......................................................... 151 13. Phase 1-Typical Detail (1) ................................................................ 152 14. Phase 1-Typical Detail (2) ................................................................ 153
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan kota di dunia semakin meningkat. Hal tersebut juga memicu peningkatan kebutuhan penduduknya. Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan kepentingan ekonomi, yang bilamana dilakukan tanpa perencanaan dan perancangan yang baik dapat menimbulkan pembangunan fisik yang mengganggu seperti kawasan perniagaan yang padat dan tidak teratur yang akhirnya tata ruang kota menjadi tidak jelas dan tidak bersahabat. Seiring dengan perkembangannya, banyak hal yang memicu kerusakan lingkungan, seperti penutupan lahan dengan intensitas yang tinggi, meningkatnya tingkat pencemaran di kota dan penurunan kualitas lingkungan. Hal tersebut berimplikasi terhadap ketersediaan alam bagi manusia dalam pemenuhan kenyamanan dan aktivitas sosial. Pentingnya keberadaan taman dan lanskap alami yang selain sebagai ruang hijau yang mampu menyediakan ketersediaan O2 dan peningkat kualitas lingkungan, juga berfungsi sebagai area rekreasi dan ruang dimana manusia dapat berkumpul melakukan aktivitas sosial. Kehadiran taman juga berfungsi untuk mengurangi kesan kekakuan dari struktur fisik disekitar. Selain itu taman juga mampu membentuk karakter dan identitas suatu wilayah dan memberikan keindahan visual bagi lingkungan sehingga tercipta kesatuan antar ruang di dalamnya. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang saat ini sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang kian bertambah sehingga mendorong terbentuknya kota-kota baru. Demikian halnya dengan usaha pemerintah Indonesia maupun pihak swasta yang senantiasa melakukan proses pengembangan area permukiman dan evaluasi terhadap perancangan taman dan lanskap perumahan yang ada. Untuk mendapatkan referensi suatu perencanaan dan perancangan lanskap permukiman yang baik, perlu dilakukan suatu studi di suatu negara yang telah sukses dalam menerapkan sistem perancangan dan penataan kota. Salah satu negara yang baik dijadikan contoh dalam pengembangan kota adalah Republik Rakyat Cina.
2
Cina dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Namun negara ini mampu memiliki solusi yang cukup baik dalam menghadapi kenyataan tersebut dengan memanfaatkan ruang secara vertikal dalam pembangunannya termasuk perencanaan dan perancangan lanskap permukiman. Menurut Booth dan Hiss (2004), perencanaan dan perancangan suatu lanskap permukiman merupakan suatu upaya yang menantang dalam desain profesional. Disebut menyenangkan karena desainer bekerja dekat dengan klien secara personal, kesepakatan dengan desain yang detail dan gaya yang artistik, dan secara khusus berkesempatan menjadi wujud tiga dimensi dalam jangka waktu yang pendek. Perancangan lanskap permukiman disebut menantang karena secara langsung mempengaruhi kualitas hidup publik yang hidup dengan desain setiap harinya. Dalam proses perancangan lanskap permukiman, dibutuhkan berbagai studi dan analisis terhadap berbagai masalah dan karakter tiap lokasi. Dengan mempelajari proses perancangan yang dilakukan oleh PT. Belt Collins Internasional, sebagai salah satu konsultan profesional yang telah banyak berpengalaman dalam perancangan lanskap, diharapkan mahasiswa dapat belajar dan mendapatkan pengalaman mengenai proses perancangan dalam ilmu arsitektur lanskap di dunia kerja. Hingga akhirnya mahasiswa mampu mengaplikasikannya dalam dunia kerja sebagai bahan perbandingan dan perbaikan dalam perancangan permukiman di kota Indonesia khususnya. Tujuan Magang Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada kegiatan design development (DD) pada proyek Panyu Agile Residence di Cina. Secara spesifik, tujuan dari kegiatan magang ini adalah : 1. Mempelajari sistem dan proses kerja Belt Collins International Pte. Ltd. 2. Mempelajari teknik perancangan dalam proyek lanskap permukiman di Cina.
3
3. Mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, baik yang umum maupun yang khusus, serta berbagai alternatif untuk mengatasinya. 4. Mempelajari proses desain lanskap dalam dunia kerja Kegunaan Magang Kegiatan magang di PT. Belt Collins International (Bali), bermanfaat untuk mengembangkan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi kondisi lapangan kerja dan sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi di bidang Arsitektur Lanskap antara mahasiswa dengan pihak PT. Belt Collins Internasional. Kerangka Pikir Kegiatan Magang Keadaan perkotaan di Cina dengan jumlah penduduk yang tinggi, lahan kota yang terbatas,
mengharuskan dilakukannya suatu pengembangan lahan
secara vertikal. Upaya dalam pengembangan dan perancangan kota secara vertikal khususnya dalam proses perancangan lanskap permukiman di Cina dapat dipelajari
sebagai bahan pembelajaran untuk penerapan di Indonesia dalam
menghadapi lahan yang semakin terbatas.
4
Peningkatan Jumlah Penduduk Membutuhkan Fasilitas Permukiman
Indonesia
Cina
Pemanfaatan Ruang Vertikal Masih Belum Optimal dalam Perancangan Lanskap Residensial
Pemanfaatan Ruang Vertikal yang Sesuai dan Baik dalam Perancangan Lanskap Residensial
Kegiatan Magang Mahasiswa
PT. Belt Collins Internasional Output
Pengetahuan dan Keterampilan sebagai Arsitek Lanskap Perencanaan dan Perancangan Lanskap Residensial di Indonesia yang lebih baik
Penerapan ilmu
Gambar 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang
5
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Lanskap adalah bentang alam, total keseluruhan tapak ataupun pemandangan baik yang alami maupun buatan. Menurut Simonds (1983), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap alami adalah lanskap yang dibentuk oleh elemen-elemen atau komponen secara alami sesuai dengan kaitannya dengan alam. Sedangkan lanskap buatan adalah lanskap yang dibentuk oleh elemen-elemen dengan bantuan manusia untuk keinginan dan kepuasannya. Taman adalah setiap wilayah publik atau tanah pribadi yang disisihkan untuk estetika, pendidikan, rekreasi, atau penggunaan kegiatan budaya (Gold, 1980). Perumahan dan Permukiman Permukiman dalam skala kecil disebut perumahan, sedangkan dalam skala besar disebut sebagai permukiman. Dalam Undang- undang No.4 tahun 1992 pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kembali dijelaskan dalam pasal 1 ayat 5 dan 6, yang dimaksud dengan prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi sosial dan budaya. Eckbo (1964) mengungkapkan bahwa lingkungan perumahan adalah suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengungkapkan bahwa perumahan merupakan suatu tempat dan lingkungan hunian yang dapat memberikan pada setiap warganya suatu lingkungan kehidupan yang baik dalam arti memuaskan,
6
menyamankan, dan menyenangkan. Lingkungan seperti ini akan menunjang tiap individu yang bemukim di dalamnya untuk mengkreasikan seluruh aktivitas kehidupannya secara maksimum, baik aktivitas jasmani maupun rohani. Perancangan Lanskap Perancangan merupakan sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna, dan ruang hasil dari pemikiran yang saling berhubungan (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986), desain atau perancangan merupakan perluasan dari perencanaan tapak. Desain menyangkut dengan seleksi komponen-komponen rancangan,
bahan-bahan,
tumbuh-tumbuhan,
dan
kombinasinya
sebagai
pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu di dalam rencana tapak. Selain itu, aspek visualitas tapak menjadi perhatian utama dalam perancangan lanskap. Simonds (1983) melanjutkan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ditekankan pada penggunaan volume atau ruang. Dimana setiap volume memiliki bentuk, tekstur, warna, ukuran, bahan, dan kualitas lainnya yang secara keseluruhan dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa manusia ke dalam dunia perancangan. Menurut Simonds (1983), proses perancangan dalam arsitektur lanskap terdiri dari Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction dan Operation.
Commision
merupakan
tahap
dimana
klien
mengemukakan
keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Analysis adalah suatu kegiatan analisis terhadap tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan kendala serta membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep serta
menentukan
metode
pelaksanaan.
Construction
merupakan
tahap
pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan
7
pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian, dan perbaikan serta observasi penampakan. Proses perancangan lanskap menurut Simond (1983) dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Perancangan Lanskap Menurut Simond (1983)
8
Adapun proses perancangan lanskap menurut Booth (1983), yaitu: 1. Penerimaan proyek 2. Riset dan analisis (termasuk mengunjungi tapak) a.
Persiapan rencana dasar
b.
Inventarisasi tapak (pengumpulan data) dan analisis (evaluasi)
c.
Wawancara dengan pemilik (client)
d.
Pembentukan program
3. Desain a.
Diagram fungsi ideal
b.
Diagram fungsi keterhubungan tapak
c.
Rencana konsep (concept plan)
d.
Studi tentang komposisi bentuk
e.
Desain awal
f.
Desain skematik
g.
Rencana Induk (master plan)
h.
Pembuatan desain
4. Gambar-gambar konstruksi a.
Rencana pelaksanaan (layout plan)
b.
Rencana bertahap (grading plan)
c.
Rencana penanaman (planting plan)
d.
Detil konstruksi
5. Pelaksanaan 6. Evaluasi setelah konstruksi
Penerimaan proyek Tahap pertama dalam proses desain adalah disetujuinya usulan proyek
antara klien dan arsitek lanskap. Dalam pertemuan pertama antara kedua belah pihak, klien mengemukakan kebutuhan dan keinginannya dan arsitek lanskap memberikan tawaran tipe pelayanannya.
9
Riset dan analisis Dari suatu kesepakatan yang telah dibuat antara klien dan arsitek lanskap,
selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan peta dasar tapak termasuk inventarisasi dan analisisnya.
Desain Diagram fungsi ideal merupakan tahap pertama dalam desain, dimulai
dengan mempelajari desain yang memungkinkan di atas kertas dalam bentuk grafis. Beberapa desainer memulai tahap ini dengan diagram ideal yang bentuknya lebih abstrak dan umum dari diagram fungsi ideal. Tujuan dari diagram fungsi ideal adalah untuk mengidentifikasi pendekatan terbaik yang harus ada antara fungsi mayor yang diusulkan dengan ruang yang ada dalam desain.
Gambar-gambar konstruksi Gambar-gambar ini diperlukan untuk pekerjaan yang lebih mendetil.
Gambar tersebut biasanya dibutuhkan dalam tahap pelaksanaan.
Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan tahap dimana diterapkannya suatu desain di tapak.
Dilakukan suatu tahap perancangan melalui kegiatan konstruksi.
Evaluasi setelah konstruksi Hal ini diperlukan untuk mengetahui berbagai masalah yang timbul dari
suatu perancangan yang telah dibuat dan mencari solusi penyelesaiannya dan memperbaikinya selama dalam masa kontrak.
Pemeliharaan Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah pemeliharaan untuk menjaga
keberlangsungan desain tapak yang telah dibuat, agar desain tapak tetap seperti yang diinginkan. Sedangkan menurut Hill (1995), proses perancangan terdiri dari sepuluh tahap, yaitu: 1.
Masa Perjanjian (Term of Engagement)
2.
Batas Kewenangan (Limit of Authority)
3.
Laporan Singkat (The Brief)
4.
Survei
5.
Usulan (Proposal)
10
6.
Rencana Sketsa (Sketch Scheme)
7.
Rencana Akhir (Final Scheme)
8.
Rincian (Details)
9.
Kontrak (Contract)
10. Pelelangan Terbuka (Tenders)
Term of Engagement Dalam menerima surat yang berisikan konfirmasi keinginan agar suatu
proyek disepakati, perancang dapat mengajukan syarat agar kontraknya segera dibuat dan ditandatangani. Ketika pelayanan penuh memerlukan seorang desainer, yang diperkerjakan secara spesifik untuk memberikan nasihat, menyiapkan rencana dan mengawasi pelaksanaan, dokumen yang kuat mungkin diperlukan. Selain perjanjian antara konsultan dengan klien, kontraktor lanskap juga dilibatkan dalam perjanjian tersebut.
Batas Kewenangan (Limit of Authority) Pada permulaan sangat penting untuk menetapkan hierarki kewenangan.
Klien biasanya tidak dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan kerja, namun terkadang klien memiliki keinginan untuk memerintah kontraktor atau bahkan memerintah pekerja di tapak, mengubah proses pekerjaan. Hal ini dapat menciptakan masalah yang tak berujung, sehingga desainer dari awal harus membuat rantai perintah yang jelas.
Laporan Singkat (The Brief) Dalam beberapa keadaan klien memiliki gagasan penting, tapi belum
menentukan tapaknya. Contohnya, otoritas lokal mungkin memiliki keinginan untuk menambahkan fasilitas rekreasi di dalam dan di sekitar kota, tapi tidak dapat memutuskan dimana lokasi yang tepat. Hal ini bisa menjadi masalah bagi perencana kota. Jika laporan singkat bertujuan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat, maka lokasi amat penting artinya. Gagasan baik bila ditempatkan di lokasi yang tidak dapat diterima secara fisik dan sosial, dapat dengan mudah diabaikan dan cepat terdegradasi. Kajian ekstensif mengenai beberapa faktor seperti lalu lintas, transportasi, struktur sosial, budaya dan perdagangan mungkin diperlukan sebelum sampai pada suatu kesimpulan. Laporan singkat harus
11
mencakup pernyataan yang jelas tentang limitasi anggaran, yang mencakup faktor pemeliharaan.
Hal
ini penting,
dalam pendekatannya perancang
harus
menyesuaikan dengan kapasitas klien untuk melanjutkan setiap rencana.
Survei Hal berikutnya yang harus diperiksa adalah tapak. Jika tapak berjarak jauh
dari kantor perancang, survei secara seksama sangat diperlukan pada tahap ini. Laporan singkat klien dilihat ulang untuk menilai apakah berdasarkan informasi yang diperoleh dari tapak, proposalnya realistis. Pada tahap ini mungkin perancang memerlukan nasihat dari pelayanan dari konsultasi lain, dan atau bahkan memperkerjakan spesialis kontraktor dan pemasok spesialis. Perancang tampak sering mengecek ulang pada klien. Pengecekan demikian dianjurkan dalam banyak kasus untuk menghindari waktu dan uang yang terbuang jika klien memutuskan mengubah pandangannya atau menarik diri dari usaha mengingat informasi yang datang dari survei dan analisis.
Usulan (Proposal) Pada rencana yang sangat kecil, rencana sketsa mungkin disiapkan tanpa
melalui tahapan konseptual, karena konsep akan menjadi bukti gambaran rencana itu sendiri. Namun, karena banyak pekerjaan dicurahkan untuk persiapan presentasi rencana, adalah bijaksana untuk sepakat tentang konsep terdahulu untuk rencana yang lebih besar. Solusi ideal dapat muncul dengan sendirinya, tetapi dalam banyak hal situasi dimana pihak yang setuju dan tidak setuju dari dua atau tiga konsep tampak berimbang dan seleksi akhir menjadi masalah preferensi personal. Jika mempresentasikan pekerjaan dihadapan suatu komisi, banyak alternatif dapat menambah kesulitan perancang.
Rencana Sketsa (Sketch Scheme) Setelah konsep disetujui, maka rencana sketsa disiapkan, hal tersebut
mencirikan secara tepat kerja fisik di tapak, bangunan, jalan, jalan kaki, dinding, bentuk tanah, tanaman, dan sebagainya. Disarankan untuk memperoleh jasa dari seorang QS (Quantities Surveyor) atau insinyur pada titik ini, tergantung pada sifat dari laporan singkat dan skala operasi yang diharapkan.
12
Rencana Akhir (Final Scheme) Jika klien, perancang, masyarakat puas dengan rencana dan dengan
persetujuan awal dari otoritas lokal jika diperlukan, perancang dapat melanjutkan dengan gambar rancangan akhir. Hal tersebut harus menunjukkan bentuk lahan, struktur dan material, jadwal penanaman yang komprehensif, dan dimana diaplikasikan pertahapan, harus disiapkan analisis biaya terinci. Pekerjaan ini merupakan persetujuan akhir dari semua yang telah disebutkan di atas, tetapi juga membawa pekerjaan ke tahapan vertikal. Dalam persiapan suatu rencana, seringkali klien menjadi terinspirasi untuk membuat perubahan, penambahan atau pengurangan saat rencana muncul, perancang harus mampu mengakomodasi keinginan tersebut, tetapi setiap perubahan yang terjadi harus sesuai dengan penyusunan anggaran biaya. Secara ideal ketika gambar perancangan akhir telah disetujui, dan dimana persetujuan tersebut telah dicatat secara formal, maka rencana final tersebut harus “dibekukan”.
Rincian (Details) Dari rencana yang telah dibekukan, perancang mempersiapkan pengerjaan
gambar secara rinci dan tepat bagaimana tiap pekerjaan konstruksi akan dirakit, dan material apa yang digunakan serta penyiapan spesifikasi dan rekening jumlah jika diperlukan.
Kontrak (Contract) Kontraktor dapat ditunjuk langsung atau dipilih sebagai hasil submisi
tender. Penunjukkan kontraktor merupakan langkah kritis dalam proses keseluruhan. Klien berharap untuk memperoleh pekerjaan yang sebaik mungkin untuk harga yang serendah mungkin, dan keduanya seringkali kontradiktif.
Pelelangan Terbuka (Tenders) Jika tender akan dibuka, perancang kemungkinan membutuhkan bantuan
dari QS atau insinyur dan klien yang akan menyiapkan daftar kontraktor prospektif. Bilamana pilihan jatuh pada perusahaan yang mungkin tidak terkenal, cukup beralasan untuk menanyakan perspektif tender untuk menyebutkan contoh pekerjaan terdahulu, yang kemudian dapat diperiksa perusahaan yang prospektif dan dikontrak dengan surat atau bahkan ditetapkan untuk mengetahui apakah
13
berminat atau tidak untuk melakukan tender. Hal ini untuk menghindari pengeluaran dan kesulitan dalam mengirim berbagai copy gambar dan dokumen lain kepada kontraktor yang tidak berminat untuk melakukan tender. Ketika mengundang tender, surat yang menyertai gambar dan dokumen harus jelas menyatakan tanggal bila tender harus sudah diterima. Kontraktor dapat diundang untuk menyatakan tanggal penyelesaiannya maupun harga tendernya, kontraktor juga mungkin meminta agar kondisi terakhir dipenuhi sebelum memulai, misalnya bahwa pengaturan terlebih dahulu dibuat untuk memudahkan penghubung untuk mendapatkan akses ke lokasi. Menurut Booth (1983), kegunaan-kegunaan dari proses desain antara lain seperti: 1. Memberikan logika, mengorganisasi bagan kerja untuk menciptakan solusi desain, 2. Menolong untuk memastikan bahwa solusi yang muncul cocok untuk masalah desainnya (tapak, kebutuhan klien, anggaran, dan sebagainya), 3. Pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan 4. Menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankan solusi desain bagi klien. Setiap
proyek
memiliki
masalahnya
masing-masing
sehingga
membutuhkan metode yang berbeda-beda untuk melalui proses desain. Dalam banyak kasus, keterbatasan biaya menentukan lama waktu yang dipergunakan untuk setiap tahap dari proses desain. Teknik Presentasi Grafis Arsitektur Lanskap Untuk menyampaikan ide-ide atau
konsep suatu perancangan kepada
klien atau kelompok penggunanya dibutuhkan suatu teknik presentasi grafis atau gambar penyajian akhir. Walaupun gambar-gambar awal biasanya sangat kasar dan sangat sederhana, gambar-gambar tersebut perlu menunjukkan bentuk-bentuk, material dan ruang-ruang spesifik untuk dievaluasi oleh perancangnya. Gambar-gambar penyajian akhir harus cukup realistis dan meyakinkan, sebab biasanya gambar-gambar tersebut akan dipelajari oleh klien. Dalam hal ini,
14
yang paling efektif adalah kombinasi gambar denah, potongan, dan perspektif berwarna. Gambar-gambar tersebut harus dapat menjelaskan dirinya sendiri, dengan tulisan yang hanya berbentuk label-label pendek. Berikut beberapa istilah dari bentuk penyajian gambar yang biasa digunakan dalam perancangan dan penyampian idea atau konsep menurut Reid (1996): Denah Tata Letak Merupakan gambar yang menunjukkan lokasi, ukuran, bentuk, dimensi dan metrial elemen-elemen struktur. Contoh gambar denah tata letak dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Contoh Gambar Denah Tata Letak Rencana Irigasi Menunjukkan jenis, ukuran, dan lokasi dari pipa, beda ketinggian, katup, pelindung pipa, dan unsur-unsur lain dari sistem irigasi. Contoh gambar rencana irigasi ditunjukkan pada Gambar 4.
15
Gambar 4. Contoh Gambar Rencana Irigasi Rencana Penanaman (Planting Plan) Merupakan gambar yang digunakan untuk penanaman tumbuhan. Gambar tersebut menunjukkan kokasi yang tepat dan jenis tanaman secara jelas. Biasanya menggunakan simbol-simbol huruf yang mempuyai arti sebagai nama tanamannya. Contoh gambar rencana penanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Contoh Gambar Rencana Penanaman
16
Gambar Detil Konstruksi Merupakan pembesaran dari gambar denah dan tampak, gambar kerja semacam ini menunjukkan komponen-komponen stuktur secara mendetil, termasuk elemen-elemen internal, dan bagaimana hal-hal tersebut bekerja bersama-sama. Contoh gambar detil konstruksi dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Contoh Gambar Detil Konstruksi Potongan-Tampak Gambar yang mampu menunjukkan detail elemen vertikal dan bagaimana elemen tersebut berkaitan dengan bentuk horisontalnya. Menunjukkan permukaan atau garis profil potongan ditambah elemen yang benar berdasarkan skala pada suatu jarak pilihan di belakang garis profil. Rangkaian elemen pada garis profil ini yang disebut dengan potongan, sedangkan elemen di belakangnya disebut tampak (Gambar 7). Beberapa tujuan dan nilai utama dalam penggambaran potongan-tampak lanskap: 1. Untuk menekankan pentingnya elemen vertikal dalam kaitannya dengan kegiatan dan penggunaannya. 2. Untuk mengkomunikasikan elemen tersembunyi dalam pandangan denah. 3. Untuk menganalisa penghalang dan pandangan dari titik-tik pandang tertentu. 4. Untuk mengkaji bentuk tanah. 5. Untuk menggambarkan proses lanskap. 6. Untuk memperagakan pentingnya iklim dan iklim mikro.
17
Gambar 7. Contoh Gambar Potongan-Tampak 7. Untuk digunakan dalam pengkajian pencahayaan. 8. Untuk menunjukkan hubungan ekologis. 9. Untuk menunjukkan struktur dalam elemen yang di bangun. Manajemen Proyek Tata laksana kerja sangat berhubungan erat dengan sistem manajemen perusahaan. Kraus dan Curtis (1982) mengemukakan manajemen merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan dimana seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan melaksanakan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerjasama. Selain itu mereka juga mendeskripsikan manajemen sebagai ilmu dan seni. Manajemen sebagai ilmu adalah manajemen berdasarkan teori dan ilmu pengetahuan dimana dalam pembuatan keputusan dan kebijakan harus berdasarkan data empiris dan prinsip-prinsip yang tepat, sedangkan manajemen sebagai seni harus dapat mempercayakan kemampuan, sensitifitas, intuisi, dan aspirasi seseorang, dalam berhubungan satu sama lain haruslah bersifat fleksibel dan responsif terhadap sifat dan kemampuan seseorang. Penerapan dari suatu ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan merupakan seni. Menurut Stoner dan Freeman (1994), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
18
organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi yang bermacammacam untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen pada hakikatnya merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia, bahan-bahan, uang, metode, sistem, dan pasar, guna mencapai tujuan yang telah diterapkan dengan penerapan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara efektif dan efisien. Kraus dan Curtis (1982) menjelaskan kembali, proses manajemen mencakup empat fungsi utama, yaitu; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling). a. Perencanaan (planning) Planning merupakan konsep dari suatu manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan. Kebijakan dan tata cara pelaksanaan dibuat, perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka panjang dirumuskan. b. Pengorganisasian (organizing) Organizing merupakan tahapan manajemen dimana struktur organisasi dan tangggung jawab masing-masing bagian dibentuk. Garis komunikasi, koordinasi, dan wewenang ditetapkan. Pada tahap ini, sumberdaya dialokasikan sehingga dapat dicapai tujuan organisasi. c. Pengarahan (directing) Directing merupakan proses koordinasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan berkaitan erat dengan upaya untuk memotivasi para pekerja. d. Pengawasan (controlling) Controlling mencakup pengukuran terhadap kinerja yang sedang berjalan dibandingkan dengan standar kerja, pengawasan pekerjaan apakah sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan, serta pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan dan pengambilan tindakan perbaikan atau antisipasi program jika diperlukan. Cleland dan Ireland (2002) mengungkapkan bahwa proyek merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu yang harus diakhiri dengan suatu accomplishment. Manajemen proyek terdiri atas tahap-tahap seperti konsep, perencanaan, desain, pengadaan (procurement), persiapan eksekusi dan diakhiri dengan accomplishment yang
19
biasanya ditandai dengan antara lain deliverable (capaian yang dijanjikan). Manajemen proyek merupakan seni dan ilmu mengatur sumberdaya manusia, peralatan, bahan, uang, dan waktu untuk menyelesaikan suatu pelaksanaan dengan waktu dan biaya yang optimal. Manajemen proyek mencakup multidisiplin yang terfokus mengkoordinasi semua kebutuhan dalam pelaksanaan. Prinsip utama manajemen proyek adalah mengorganisir pelaksanaan pekerjaan agar selesai dengan sempurna (Oberlender 1993). Konsultan Lanskap Konsultan dalam bahasa Latin ‘consultare’ yang berarti „untuk membahas‟ atau yang sering dikenal dengan nama „konsul‟ atau „konsel‟ (nasihat), adalah seorang profesional yang memberikan nasihat profesional atau ahli dibidang tertentu seperti keahlian manajemen, akuntansi, lingkungan, hiburan, teknologi, hukum (hukum pajak khususnya), sumber daya manusia, pemasaran, manajemen darurat, produksi makanan, obat, keuangan, manajemen hidup, ekonomi, urusan publik, komunikasi, teknik, desain sound system, desain grafis, atau manajemen sampah. Seorang konsultan biasanya adalah seorang ahli atau profesional di bidang tertentu dan memiliki pengetahuan yang luas tentang materi dibidangnya. Konsultan biasanya bekerja untuk sebuah perusahaan konsultan atau bekerja sendiri, dan terlibat dengan banyak klien yang berbeda-beda. Dengan demikian klien memiliki akses ke level yang lebih dalam mendapatkan konsultasi yang layak bagi mereka dan memungkinkan untuk tetap berada di rumah dan melakukan pembayaran atas pelayanan yang diterima dari konsultan. Beberapa konsultan adalah individu yang disewa oleh perusahaan untuk melakukan pekerjaan mereka atas dasar kontrak. Mereka bukan karyawan perusahaan yang dipekerjakan untuk melakukan pekerjaan tertentu, namun mereka diharapkan dapat melakukan pekerjaan secara etis dan bertanggung jawab dengan pengawasan minimum (Wikipedia 2010).
20
METODOLOGI Lokasi Magang Kegiatan magang dilakukan di PT. Belt Collins Internasional Bali yang merupakan salah satu perusahaan jasa (konsultan) yang bergerak dalam bidang perencanaan dan desain lanskap atau lingkungan. PT. Belt Collins Internasional Bali beralamat di Jalan Badak Sari 14X, Renon Denpasar, Bali. Waktu Magang Kegiatan magang ini berlangsung selama dua bulan, yaitu dimulai pada minggu kedua bulan Juli sampai dengan minggu kedua bulan September 2010. Jadwal kegiatan magang secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Metode Magang Metode yang digunakan dalam kegiatan perancangan Panyu Agile Residence, yaitu : 1. Partisipasi aktif dalam kegiatan perancangan yang berlangsung di studio, dengan proyek utama Panyu Agile Residence di Cina dan ikut membantu dalam proyek lain seperti : Jiangmen Residence, Cina Sanya Hotel, Cina dan Regent Sanur, Bali 2. Wawancara dengan arsitek lanskap dan pemilik/pimpinan perusahaan 3. Studi pustaka
21
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang Juli
JENIS KEGIATAN I
II
KEGIATAN INTI 1. Kegiatan Studio a. Final Concept Design (FCD) b. Preliminary Design Development c. Final Design Development d. Hardscape Working Drawing (HWD) e. Softscape Working Drawing (SWD) 2. Kegiatan Lapang (Site Review ) KEGIATAN PENUNJANG a. Pengenalan Lembaga dan Manajemen b. Studi Pustaka dan Referensi Desain c. Persiapan Magang
III
Agustus IV
I
II
III
September IV
I
II
22
Jenis dan Bentuk Data Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang yaitu data mengenai kondisi umum lokasi proyek, kelembagaan, dan data perancangan lanskap. Jenis, bentuk, dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Jenis Data Kondisi Umum Lokasi Proyek Kondisi Biofisik Letak dan Luas Iklim Aksesibilitas Tata Guna Lahan Kondisi Sosial Sejarah Kawasan Sosial Budaya Kelembagaan Sejarah Perusahaan
Bentuk Data
Sumber
Deskripsi Deskripsi Deskripsi Deskripsi
Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka
Deskripsi Deskripsi
Studi Pustaka Studi Pustaka
Deskripsi
PT. Belt Collins Internasional PT. Belt Collins Internasional PT. Belt Collins Internasional PT. Belt Collins Internasional
Struktur Organisasi
Diagram atau Bagan
Sistem Kerja
Deskripsi
Proses Perwujudan Proyek
Deskripsi
Data Perancangan Lanskap Landscape Master Plan
Gambar dan Deskripsi
Concept Design
Deskripsi
Design Development
Gambar dan Deskripsi
PT. Belt Collins Internasional PT. Belt Collins Internasional PT. Belt Collins Internasional
23
Tahapan Kegiatan Magang Tahap yang dilakukan dalam kegiatan magang di perusahaan : 1. Pengenalan Lembaga dan Manajemen Kegiatan dimana mahasiswa mempelajari staf dari semua divisi dan manajerial yang terdapat dalam perusahaan, pengamatan sejarah, latar belakang, struktur organisasi, prosedur dan manajemen kerja, serta peraturan yang berlaku di PT. Belt Collins International (Bali). 2. Observasi Lapang Mahasiswa melakukan kegiatan kunjungan ke tapak yang sudah lengkap dirancang atau proyek yang pernah dikerjakan oleh BCI sebelumnya yang ada di Bali. Kegiatan ini disebut Review, yang ditujukan untuk mempelajari dan mengamati desain, konstruksi, serta material yang digunakan dalam suatu proyek khususnya yang ada di Bali dengan adopsi budaya yang ada. Lokasi yang dikunjungi: Legian Nirwana Suites dan Conrad Hotel. Selain hasil proyek yang dikerjakan oleh BCI, mahasiswa juga melakukan observasi ke berbagai tempat wisata dan site hasil rancangan arsitektur lanskap, terutama daerah resort, hotel, villa dan spa, serta daerah komersial di sekitar Bali, seperti kawasan resort daerah Jimbaran, Nusa Dua, Kuta, café dan resto daerah Sanur. 3.
Pengumpulan Data dan Studi Pustaka Kegiatan berupa proses pengumpulan data yang diperoleh dari klien maupun arsitek bangunan mengenai informasi dan sejarah tapak yang akan dirancang. Selain itu didukung dengan melakukan studi pustaka mengenai teori dan referensi desain yang menunjang proses perancangan lanskap.
4.
Perancangan Merupakan kegiatan utama pada saat pelaksanaan magang, yaitu dengan mengikuti sistem kerja perusahaan dalam melakukan pekerjaan studio perancangan suatu proyek lanskap, terutama proses perancangan pada tahapan Design Development dan Hardscape Working Drawing.
24
Batasan Kegiatan Magang Kegiatan magang dibatasi pada ruang lingkup struktural internal manajemen dan sistem kerja dalam PT. Belt Collins International (Bali), beserta tahapan proses perancangan lanskap khususnya pada tahap Design Development (DD) yang berfokus pada proyek Panyu Agile Residence di Guangzhou, RRC. Jadwal Pekerjaan Proyek Panyu Agile Residence, Republik Rakyat Cina Jadwal pekerjaan proyek Panyu Agile Residence pada saat berlangsungnya magang berfokus pada pekerjaan desain arsitektur lanskap pada tahap Design Development. Pekerjaan perancangan lanskap Panyu Agile Residence memiliki limit waktu pengerjaan yang sudah disepakati bersama klien. Rencana jadwal Proyek Panyu Agile Residence secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jadwal Pengerjaan Landscape Design Proyek Panyu Agile Residence Tahap Pengerjaan Landscape Concept Design Design Development (DD) Hardscape Working Drawing Softscape Working Drawing
Waktu Pengerjaan 8 minggu 8 minggu 8 minggu 6 minggu
Waktu Pemasukan Januari 2010 September 2010 November 2010 November 2010
Untuk tahap masterplanning dan preliminary concept design dilakukan oleh pihak arsitek dan BCI Singapura, kemudian untuk tahap selanjutnya yang dimulai dari Design Development sampai dengan Hardscape Working Drawing dilakukan oleh BCI Bali. Peran mahasiswa magang dalam pekerjaan proyek Panyu ini yaitu membuat beberapa pengembangan desain alternatif pada beberapa area pengembangan. Selain itu mahasiswa juga ikut membantu dalam proyek lain seperti Jiangmen Residence Cina, Sanya Hotel Cina dan Regent Sanur Bali.
25
KONDISI UMUM PERUSAHAAN MAGANG Belt Collins International Pte. Ltd Belt Collins International (BCI) tumbuh dari kombinasi seorang perencana, Walter K. Collins, dan seorang insinyur sipil, Robert M. Belt, ketika mereka mulai perusahaan di Honolulu lebih dari 55 tahun yang lalu. BCI adalah perusahaan
jasa
profesional
pertama
di
kawasan
Asia
Pasifik
yang
menggabungkan konsultasi perencanaan perkotaan dan tanah, teknik sipil, arsitektur lanskap, dan lingkungan dalam satu organisasi profesional. Beberapa faktor yang telah menyebabkan terbentuknya prestasi tersebut adalah : 1. Tercerahkan oleh kepemimpinan yang menghabiskan sejumlah besar waktu untuk mengembangkan bakat dan mentoring mendatang. 2. Sensitivitas BCI pada budaya lokal, adat istiadat, dan lingkungan alam. 3. Banyaknya studi yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk menemukan cara-cara baru dalam memandang bidang tanah yang luas dan bagaimana menggunakannya. BCI adalah sebuah perusahaan konsultan perencanaan dan desain internasional yang berfokus pada penyediaan nilai aset klien berbasis lahan. BCI mempekerjakan lebih dari 500 profesional multidisiplin dan staf pendukung terlatih dari sepuluh kantor di delapan negara dan teritori. BCI secara konsisten menempati urutan sebagai salah satu dari 200 perusahaan desain internasional teratas dalam 500 perusahaan desain yang berbasis di Engineering News-Record. Sejak pendiriannya pada tahun 1953, BCI telah menyelesaikan lebih dari 16.000 proyek di 70 negara di seluruh dunia dan telah menerima lebih dari 350 penghargaan dan penghormatan untuk proyek-proyeknya. Dengan lebih dari 20 LEED Accredited Profesional di kantor Amerika Serikat, BCI terintegrasi atas staf insinyur, perencana, arsitek lanskap, dan ilmuwan lingkungan bekerja sama dengan klien untuk menciptakan ruang yang inovatif, khas, dan inspiratif, sementara pada saat yang sama meningkatkan, melindungi, dan melestarikan lahan yang ada dan sekitarnya.
26
Lingkup Kegiatan Konsultan BCI menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien yang berkembang sepanjang tahun, BCI telah menambahkan layanan untuk melengkapi teknik dan praktek perencanaan. Dimulai dengan penambahan arsitektur lanskap tahun 1960, BCI terus memperluas layanannya dengan penambahan konsultasi lingkungan pada tahun 1993, untuk GIS dan desain komunikasi dalam beberapa tahun terakhir. Dengan disiplin dan pengalaman perusahaan yang luas, memungkinkan perusahaan ini menawarkan keahlian pada banyak proyek kehidupan. Bentuk pasar yang di kuasai adalah: komunitas, fasilitas pendidikan, komersial, residensial, hotel dan resort, infrastruktur, desain perkotaan, taman dan rekreasi, pemerintahan, layanan dan perencanaan, teknik sipil, arsitektur pertamanan, dan konsultasi lingkungan. Struktur Organisai Perusahaan Untuk memperjelas kedudukan jabatan para staf yang bekerja dalam sebuah perusahaan profesional diperlukan struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi perusahaan menunjukkan alokasi dari tanggung jawab dengan fungsi yang berbeda-beda dan bagian yang berbeda dari suatu perusahaan, dimana setiap bagian tersebut memiliki hubungan kerja yang efektif untuk meningkatkan produktifitas kerja. Belt
Collins
International
Pte.
Ltd.
dikepalai
oleh
seorang
Chairman/President/Managing Director. Kemudian yang membawahinya adalah Vice President/Director. Vice President bertugas memimpin proyek serta mengamati kinerja Associate Director yang mengepalai para Associate, sedangkan di bawah Associate terdapat Project Manager yang bertanggung jawab dalam manajemen
proyek
dan
koordinasi
desain
maupun
konstruksi,
Senior
Horticulturist, dan Senior Landscape Architects/Planner/Designer yang masingmasing mengepalai Landscape Architect, Architect, Art/Decorative Designer, Horticulturist, CADD Designer, Graphic Designer, Administration Staff,
IT
Officer (Gambar 8). Selain pembagian berdasarkan jabatan, tugas, dan tanggung jawab, di BCI juga terdapat struktur organisasi tipikal bagi setiap area proyek dan bagi setiap
27
proyek. Karena itu setiap proyek memiliki struktur organisasi sendiri yang sedikit berbeda dari struktur organisasi perusahaan pada umumnya dan berbeda pula dari proyek lainnya. Pada proyek Panyu Agile Residence di Guangzhou, Cina, struktur organisasinya dimulai dengan president, kemudian vice president, setelah itu associate kemudian project manager yang berkoordinasi dengan Bali office manager dan technical and support staff yang ada di Singapura. Bali office manager mengkoordinasikannya kepada technical and support staff yang ada di Bali yang masing-masing bekerja sesuai dengan divisinya (Gambar 9).
Chairman/President/Managing Director
Vice President/Director
Vice President/Director
Vice President/Director
Associate
Associate
Associate
Project Manager/Architect (Key Contact Person) Landscape Architect/Designer/Horticulturist
Technical and Support Staff
Gambar 8. Struktur Organisasi Umum Belt Collins International Pte.Ltd
28
President Allen Kerton Vice President K C Lam Associate Pang Hui On
Project Manager Liem Pieng
Technical and Support Staff Singapore Office
Bali Office Manager Koesari Ratmono BCI Bali Technical and Support Staff Bali Office
Gambar 9. Struktur Organisasi Khusus Proyek Panyu Agile Residence Spesialisasi Pekerjaan Dalam setiap perusahaan terdapat garis besar pembagian pekerjaan atau gambaran pekerjaan dalam hal tugas, tanggung disesuaikan
jawab dan wewenang yang
dengan jabatan yang ada dalam struktur organisasi perusahaan.
Spesialisasi pekerjaan yang dimiliki oleh Belt Collins International Pte. Ltd. : a. Chairman/President/Managing
Director
bertugas
dalam
mengelola
perusahaan dengan melakukan pengarahan, pengawasan, perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian untuk mencapai visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam perusahaan ini, Managing Director bukan hanya memimpin perusahaan, tetapi juga ikut turun tangan dalam menangani dan mengawasi proyek yang berjalan dan memiliki tim kerja. Managing Director bertanggung jawab dalam mengembangkan
29
perusahaan dan mengawasi produktivitas perusahaan, serta keuntungan finansial bagi perusahaan. Untuk kinerja yang lebih baik, Managing Director senantiasa memotivasi karyawan dan memberikan solusi dalam proses suatu proyek. b. Vice President/Director merupakan pendukung struktur perusahaan yang bertanggung jawab dalam mengelola, mengkoordinasikan, dan memimpin suatu proyek. Beberapa tugas yang harus dijalankan seorang Vice President/Director antara lain: Bertanggung jawab terhadap office management secara umum dan sistem manajemen proyek. Mengawasi design development secara keseluruhan, mulai dari konseptualisasi hingga dokumentasi dan implementasi dari proyekproyek yang sedang dikerjakan. Melakukan business development, project management dan design /construction co-ordination. c. Associate Director, merupakan jabatan yang mengepalai associate, dan bertugas mengawasi kinerja para Associate dalam pelaksanaan suatu proyek dan bertanggung jawab terhadap project management, hardscape, softscape, dan design implementation. d. Associate bertanggung jawab untuk pengembangan desain, dokumentasi konstruksi,
dan
membantu
dalam
manajemen proyek.
Associate
memegang peranan penting dalam desain, memimpin tim desain, dan terlibat dalam setiap tahap proses desain mulai dari konsep sampai dengan konstruksi. Seorang Associate berperan dalam mengatur jalannya proses desain dan bertanggung jawab terhadap tim desain yang dipimpinnya. e. Project Manager (Key Contact Person) merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap manajemen proyek dan koordinasi desain maupun konstruksi. Seorang Project Manager banyak berhubungan langsung dengan klien karena itu diperlukan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan dan keinginan klien serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada saat desain dan konstruksi
30
proyek berlangsung. Jika diperlukan, seorang Project Manager juga melakukan construction review pada proyek yang telah selesai dikerjakan. f. Senior Horticulturist merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap tahap akhir dari desain lanskap, yaitu desain softscape, pemilihan jenis tanaman, gambar AutoCAD, pelaksanaan softscape, dokumentasi tender, inspeksi pemeliharaan, dan dokumentasi final account untuk proyek. Seorang Horticulturist membawahi Technical dan Support Staff Softscape. g. Senior Landscape Architect/Planner/Designer bertanggung jawab dalam perencanaan konsep desain, design development, dokumentasi konstruksi, implementasi proyek dan manajemen proyek terutama dalam desain konseptual, presentasi grafis, serta construction detailing (hardscape). Seorang Senior Landscape Architect banyak mengerjakan pekerjaan studio berupa gambar freehand, dibantu dengan tim lanskapnya. h. Technical and Support Staff, merupakan staf yang mendukung dalam proses perancangan proyek, termasuk di dalamnya:
Landscape Architect yang bertanggung jawab untuk desain lanskap dan konstruksi dalam bentuk presentasi grafis dari concept design, design development, design detail dan construction detailing.
Co-Ordinator/Architect bertanggung jawab untuk konseptual desain arsitektur dan lanskap dari sebuah proyek, pengembangan desain, dan presentasi grafis, construction review serta gambar CAD arsitek untuk master planning.
Art/Decorative Designer dalam menciptakan desain-desain yang kreatif, unik, dan inovatif bagi suatu proyek, terutama pada tampilan dan untuk presentasi grafisnya. Melakukan pekerjaan gambar, colouring dan touch up gambar serta membuat library elemen desain bagi keperluan grafis.
Horticulturist terhadap perkerjaan yang berhubungan dengan softscape, seperti desain softscape yang disertai dengan presentasi grafis pemilihan tanaman, gambar AutoCAD, pelaksanaan softscape, program pemeliharaan softscape, serta inspeksi pemeliharaan.
31
CADD Designer/Drafter memegang peranan penting dalam proses design development dan construction detailing (hardscape) sebuah proyek dengan menggunakan software AutoCAD. CADD Designer dikepalai oleh seorang Chief Landscape AutoCAD Designer, yang melatih para staf AutoCAD dan menetapkan standar AutoCAD milik BCI dalam menghasilkan drawing packages dan hardscape detailing.
Graphic Designer bertangung jawab dalam desain, rendering, dan komputer grafis untuk presentasi produk desain dari sebuah proyek.
Administration Staff mengatur jalannya administrasi dalam perusahaan, seperti penerimaan karyawan baru, mengurus keuangan perusahaan, menghitung nilai proyek dan tender, dan keperluan accounting lainnya. Administration Staff dikepalai oleh seorang Administration Head.
IT Officer bertanggung jawab dalam mengelola sistem komputer yang terdapat di kantor, menyediakan sistem penyimpanan data, membantu mengatasi masalah yang dihadapi staf saat menggunakan komputer dan secara berkala melakukan pemeriksaan kinerja komputer-komputer yang ada di kantor. Prosedur Pekerjaan Proyek
Dalam BCI, terdapat prosedur pekerjaan proyek yang secara umum dijalankan pada setiap proyek yang sedang berlangsung (Gambar 10). Pekerjaan proyek dalam perusahaan secara umum dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Mobilization/Initial Site Visit Tahap ini merupakan proses awal dari proyek, dalam tahap ini dilakukan kunjungan ke tapak untuk melihat kondisi tapak sebagai inventarisasi, analisis dan sintesis serta pencarian informasi yang diperlukan bagi proses perancangan. Selain itu dalam tahap ini juga dilakukan pertemuan antara pihak yang terlibat dalam proyek untuk
pembicarakan hal yang terkait
dengan proyek dan penandatanganan kontrak.
32
Mobilization Concept Design
Design Process
Design Development
Preliminary Concept Design Final Concept Design
Preliminary Design Development
Hardscape
Final Design Development
Softscape
Preliminary Design Development Final Design Development Preliminary Design Development
Working Drawing
Hardscape Softscape
Final Design Development Preliminary Design Development Final Design Development
Calling tender Tender interview Tender Process
Tender Review and evaluation Tender Report and recomendation for award
Implementation
Plant Procurement Visit to Nursery Site Supervision
Hardscape
Project nursery visit
Softscape Site Meeting /technical meeting
Maintenace
Site Maintenance Site defect meeting
Gambar 10. Prosedur Pekerjaan Proyek di Belt Collins International Pte. Ltd.
33
2. Design Process a. Concept Design Dalam tahap ini dilakukan pembuatan desain lanskap konseptual, karakter, dan tema dari proyek. Dimana BCI akan melakukan tugas sebagai berikut:
Konsultasi dengan klien dan konsultan yang terkait untuk menetapkan tanggung jawab desain, tanggal submit, fase proyek, biaya untuk konstruksi, dan keperluan lain yang dibutuhkan.
Koordinasi dengan konsultan lain yang terkait (Architect, Structural, Mechanical and Electrical Engineer, Interior Designer) pada perencanaan detil tapak dari area eksterior dan sirkulasi, grading, serta drainase.
Melihat kembali dan mengevaluasi pilihan alternatif dari desain lanskap, dan menyiapkan Landscape Concept Design dari area yang penting untuk menunjukkan konsep-konsep elemen hardscape dan softscape, namun dalam tahap ini pekerjaan belum terlalu detil.
Hasil dari Concept Design merupakan gambar freehand yang berskala dan dirender serta diwarnai, yaitu berupa:
Ilustrasi site plan dengan skala yang tepat
Ilustrasi gambar potongan dan elevasi tapak
Imagery boards untuk mendeskripsikan karakter lanskap
Sketsa perspektif dari area yang ingin ditonjolkan
Tahap Concept Design dibagi menjadi dua, yaitu:
Preliminary Concept Design (PCD) Dalam tahap ini dilakukan konsep perancangan lanskap berdasarkan landscape master plan, kemudian hasilnya diajukan kepada klien.
Final Concept Design (FCD) Dalam tahap ini BCI merubah atau menambahkan hasil PCD berdasarkan feedback dari klien sehingga dihasilkan final concept plan dan kemudian revisinya diajukan kembali kepada klien.
b. Design Development (DD) Pada tahap ini BCI membuat informasi yang diperlukan untuk menggambarkan desain elemen hardscape dan softscape. Dengan
34
menyiapkan coordination package utnuk diberikan kepada konsultan lain yang terkait dengan masukan akhir dan koordinasi. Design Development Coordination Package terdiri dari plan, gambar potongan, sketsa, gambar detil,
dan
pemilihan
perlakuan
finishing
atau
material
untuk
menyampaikan karakter dan hubungan antar fitur lanskap, dimana akan ditunjukkan:
Layout of landscape elements dengan dimensi yang tepat
Conceptual grading dan informasi kedalaman tanah
Material dan finishing
Enlargements of key areas
Elevations/section dari elemen desain utama
Detil untuk memperjelas karakter
Preliminary softscape layout untuk pohon, semak, dan area penanaman.
Sedangkan konsultan lain yang terkait (Architect, Civil, Structural, Mechanical,
and
Electrical
Engineers)
akan
berkoordinasi
dan
menyelesaikan informasi ini untuk tender dan konstruksi kemudian menyatukannya ke dalam respective tender packages. Jika diperlukan, kontraktor water feature atau spesialis bangunan akan dilibatkan untuk penyempurnaan drawing. Pekerjaan utama pada tahap ini adalah:
Evaluasi dari komentar klien pada tahap concept design
Koordinasi dengan arsitek tentang peraturan spesifik pemerintah, area tanggung jawab desain, memperbaharui informasi desain rencana arsitektur dan elevasi. Hubungan yang tepat pada karakter dan image dari fitur arsitektural lanskap (contohnya guard house, boundary wall, dan sebagainya) dan memastikan elemen-elemen di dalamnya menyatu dalam lanskap secara harmonis.
Menyiapkan detil design development untuk elemen hardscape termasuk area plaza, area perkerasan khusus, walkways, tangga, trellis/arbours, planter walls, dan sebagainya.
Koordinasi dengan Structural Engineer, Civil Engineer, Mechanial and Electrical Engineer, Interior Designer, Lighting Designer dan
35
Quantity Surveyor dalam membentuk desain lanskap yang sesuai dengan standar pada masing-masing bidangnya. Tahap ini merupakan pengembangan dari desain yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Hasil dari design development terdiri dari:
Drawing hitam putih, gabungan dari hand-drawn dan CAD
Site plan dengan skala yang tepat untuk menggambarkan layout, grading, dan drainase, material, water features dan penanaman.
Site sections, elevations dan detil untuk menentukan ukuran yang tepat dan komponen material.
Spesifikasi dan detil dari elemen lanskap.
Secara umum tahap design development dibagi menjadi dua, yaitu:
Hardscape,
merupakan
pekerjaan
design
development
yang
berhubungan dengan elemen hardscape yang ada dalam desain. Dibagi menjadi dua, yaitu: - Preliminary Design Development (PDD) Pada tahap ini BCI masih mengajukan DD hardscape dalam bentuk gambar CAD kepada klien. - Final Design Development Dalam tahap ini dilakukan revisi berupa perubahan atau penambahan terhadap hasil dari PDD hardscape atas feedback dari klien. Kemudian hasilnya diajukan kembali kepada klien.
Softscape,
merupakan
pekerjaan
design
developmnet
yang
berhubungan dengan elemen tanaman (softscape) yang digunakan dalam desain. Dibagi menjadi dua, yaitu: - Preliminary Design Development (PDD) Pada tahap ini BCI masih mengajukan DD softscape dalam bentuk gambar CAD kepada klien - Final Design Development (FDD) Dalam tahap ini dilakukan revisi berupa perubahan atau penambahan terhadap hasil dari PDD softscape atas feedback dari klien. Kemudian hasinya diajukan kembali kepada klien.
36
c. Working Drawing (WD)
Hardscape Working Drawing (HWD) Pada tahap ini disusun informasi teknis yang diperlukan untuk keseluruhan elemen hardscape dari proyek. HWD ini diperlukan sebagi construction drawings. Pekerjaan pada tahap ini meliputi persiapan rencana layout lanskap untuk menggambarkan level, drainase, pemilihan dan lokasi dari keseluruhan hardscape features dan persiapan typical details, sections, dan elevations untuk menggambarkan desain dari hardscape features.
Softscape Working Drawing (SWD) Pada tahap ini BCI membuat informasi yang diperlukan untuk tender pekerjaan softscape. Persiapan pada tahap ini meliputi: 1) persiapan detil softscape plan dan menentukan spesifikasi tanaman yang mengindikasikan lokasi, ukuran, jumlah, kondisi, dan ciri khusus, serta untuk instalasi softscape yang meliputi: spesifikasi perawatan pengairan, penanganan, transplanting, peralatan, fertilizing, dan kontrol terhadap hama dan penyakit; 2) persiapan jumlah material softscape
yang
diambil
disesuaikan
dengan
planting
plans,
mengantisipasi softscape specifications dan bill of quantities yang akan diberikan kepada Quantity Surveyor untuk persiapan tender, calling of tender, dan contract document. 3. Implementation Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari suatu proyek. Tahap ini terdiri dari dua jenis kegiatan, yaitu: a. Tender Process Proses tender pada perusahaan ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
Calling Tender
Tender Interview
Tender Review and Evaluation
Tender Report and Recommendation for Award
37
b. Site Supervision Process
Site supervision pada softscape, merupakan kegiatan yang meliputi kunjungan ke nursery untuk meninjau plant procurement dan tanaman bagi proyek. Dari kunjungan ini dapat dilakukan perubahan desain dan konstruksi pada softscape yang disesuaikan dengan kondisi tapak, namun tetap memegang prinsip awal desain.
Site supervision pada hardscape, merupakan kegiatan pertemuan di tapak atau secara teknis dengan klien utnuk melakukan peninjauan konstruksi yang telah rampung. Dari kunjungan ini dapat dilakukan perubahan desain dan konstruksi pada hardscape yang disesuaikan dengan kondisi tapak, namun tetap memegang prinsip awal desain.
38
PT. Belt Collins Internasional Bali Kantor BCI di Bali didirikan pada awal 2009 dengan jumlah total staf profesional sembilan orang,. Kantor menyediakan koordinasi lokal dan dukungan desain untuk proyek-proyek BCI Singapura di Bali dan seluruh Indonesia. Kantor BCI Bali, Singapura dan Bangkok beroperasi sebagai kelompok, desain tunggal yang terintegrasi penuh, dengan total lebih dari 100 staf profesional yang berkualitas. Tiga kantor gabungan tersebut bersama-sama telah menyelesaikan atau mengerjakan berbagai proyek penting di negara di seluruh dunia di antaranya: Australia, Bahama, Bahrain, Kamboja, Bangladesh, Cina, Mesir, Fiji, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Lebanon, Maladewa, Malaysia, Mauritius, Maroko, Myanmar, Nepal, Filipina, Rusia, Arab Saudi, Seychelles, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Uni Emirat Arab, Vietnam dan lain-lain. Tabel 4 memperlihatkan beberapa proyek yang pernah ditangani oleh BCI, khususnya yang ditangani BCI Asia (Bali, Singapore, dan Thailand) secara langsung : Tabel 4. BCI’s Completed Project. No Proyek 1 Jiang Men Residences
Lokasi Jiang Men, Guangzhou, China
2
Conghua Hotspring Health Valley Bussines Hotel and Conference Center
China
3
Sanya Long Island
China
4
Renaissance Haitang Bay Resort and Spa
China
Klien Jiang Men Yue Xiu City Construction and Development Co. Ltd Guangzhou Liuxi Xiangxue International Corp. Ltd Sanya Long Island Tourism Co. Ltd Sanya Zhonggang Fishery Co.Ltd
Tahun 2010
2009-2010
2009-2010
2009-2010
39
5
Yalong Bay, Jun Yu Residences Sanya
China
6
Wanfu Residential Villas
Hainan, China
7
The Regent Hotel and Residence
Sanur, Bali
8
Egret Lake Huizhou
China
9
Agile Shunde Residences
Foshan, Guangzhou, China
10
Precinct A03, Kaiyin Newton
China
11
Conrad Hotel, Club Suites and Spa Villa
Tanjung Benoa, Bali
12
Legian Nirwana Suites and Kuta, Bali Residence 13 Doumen Residential China Development Phase 4 (Sumber : PT. Belt Collins Internasional Bali)
Beijing Prosperos Real Estate Development Co. Ltd Hainan Wanfu Real Estate Developers Pte.Ltd PT. Pancaran Kreasi Adiprima Huizhou Bailuhu Tour Enterprise Development Co. Ltd Agile Property Holding Pte. Ltd Zhong San Kaiyin Property Development Co.Ltd PT. Oriental Indah Bali Hotel PT. Bakrie Development Shi Rong Property
2009-2010
2009-2010
2009-2010 2008-2010
2008-2009
2008-2009
2007-2009 2009 2008
Teknik Studio PT. Belt Collins International Bali PT. Belt Collins International Bali merupakan bagian dari BCI Asia yang menangani proses desain pada tahap design development (DD) sampai hardscape dan softscape working drawing (HWD dan SWD). Pada kantor ini lebih dikhususkan kepada pengembangan desain dan menjadi kantor pembuatan gambar kerja setelah preliminary concept yang telah dibuat oleh BCI Singapura
40
sebelumnya. Adapun beberapa peralatan dan sistem pendukung yang digunakan oleh PT. Belt Collins International Bali seperti berikut:
Peralatan dan Perlengkapan Manual Peralatan dan perlengkapan manual yang digunakan: penggaris, marker,
pensil, penghapus, drawing pen, pensil warna, jangka, rapido, buku-buku referensi manual dan perlengkapan menggambar dan alat tulis lainnya.
Peralatan dan Perlengkapan Komputerisasi Software yang digunakan : AutoCAD 2008, Microsoft Outlook Express,
Microsoft Excel, Microsoft Word, Microsoft Powerpoint, SketchUp, Adobe Photoshop, Corell Draw. Sedangkan Hardware yang digunakan selain set PC Komputer antara lain: Internet Modem, LAN, Wacom, Printer Canon ix5000, Scanner. Hardware yang tersedia di BCI Bali tidak selengkap dengan yang ada di BCI Singapura. Hal ini dikarenakan lingkup pekerjaan pada BCI Bali lebih sempit yang lebih difokuskan untuk pengerjaan gambar CAD dibandingkan dengan BCI Singapura.
Metode Komunikasi Komunikasi verbal dan non verbal, seperti surat gambar, hubungan dengan
BCI Singapura dan Thailand melalui koneksi jaringan internet, dan seluruh komputer kerja terhubung secara paralel dengan LAN.
41
KONDISI UMUM WILAYAH PROYEK PERANCANGAN Republik Rakyat Cina Geografis dan Iklim Secara geografis, Cina berada pada koordinat 39°55'BU - 116 °23'BT. Geografi Cina yang membentang sepanjang 5.026 kilometer Asia Timur berbatasan dengan Laut Cina Timur, Teluk Korea, Laut Kuning, dan Laut Cina Selatan. Di sebelah Utara, Cina berbatasan dengan Mongolia dan Uni Soviet. Di sebelah barat, berbatasan dengan Pakistan dan India, sebelah timur berbatasan dengan Korea dan Jepang. Dataran Cina terdiri dari konfigurasi dataran yang luas, gurun pasir yang luas, dataran pegunungan yang tinggi dan lembah sungai. Setengah bagian Timur Cina, area pantai dengan kurang lebih 5.000 pulau-pulau lepas pantai, terdiri dari dataran rendah yang subur, pegunungan, gurun pasir, stepa,dan daerah subtropis. Sedangkan setengah bagian barat Cina merupakan wilayah lembah sungai, basin, perbukitan, dataran tinggi yang massif yang termasuk dataran pegnungan tertinggi di bumi. Cina bagian selatan didominasi oleh bukit-bukit rendah dan pegunungan. Luas keseluruhan wilayah Republik Rakyat Cina kurang lebih 9.6 juta 2
km , namun jika dihitung bersama Taiwan dan Mongolia luasnya bias mencapai 11 juta km2. Luas lahan Cina diperkirakan 9.596.960 km2 dengan luas tanah terhitung 9.326.410 km2 dan badan air terhitung 270.550 km2 (sekitar 3 persennya). Cina memiliki Plato Tibet yang merupakan plato yang sangat besar dan tinggi yang mengarah ke arah selatan Cina. Di sebelah utara Plato Tibet terdapat Gurun Gobi dan Taklamakan, yang membentang dari barat laut ke arah timur melalui Mongolia. Cina juga memiliki dua basin terbesar, yaitu Basin Tarim dengan ukuran 1.500 km dari timur ke barat dan 600 km dari utara ke selatan dan Basin Dzungarian ke utara. Keadaan geografi dari Cina menyebabkan iklim Cina sangat beragam, yaitu subtropis atau muson di selatan dan subartik atau kontinental di utara. Angin
42
muson yang mendominasi iklim disebabkan oleh perbedaan dalam kapasitas penyerapan panas dari benua dan lautan. Pada musim dingin, Asia dipengaruhi oleh udara dingin dari kutub sehingga angin umumnya bertiup dari arah laut. Sebaliknya pada musim panas, daratannya mengalami tekanan rendah dan laut mengalami tekanan udara tinggi. Masa gerakan udara musiman menyebabkan angin yang basah di musim panas dan kering di musim dingin. Besarnya perbedaan garis lintang, bujur, dan ketinggian menimbulkan variasi curah hujan dan suhu yang ekstrim di Cina. Iklim Cina sangat bervariasi. Zona utara (termasuk Beijing) memiliki musim panas suhu siang hari lebih dari 30 derajat Celcius dan musim dingin dari keparahan Arktik. Zona pusat (termasuk Shanghai) memiliki iklim kontinental sedang dengan musim panas yang sangat panas dan musim dingin. Zona selatan (termasuk Guangzhou) memiliki iklim subtropis dengan musim panas yang sangat panas dan musim salju yang ringan. Karena musim kering yang berkepanjangan dan praktek pertanian yang buruk, badai debu telah menjadi biasa dalam musim semi di Cina. Debu telah tertiup ke Cina Daratan dan Taiwan selatan, dan telah mencapai Pantai Barat Amerika Serikat. air, erosi, dan pengendalian pencemaran telah menjadi isu penting dalam hubungan Cina dengan negara-negara lain. Demografi RRC merupakan negara multi-etnis dengan 56 etnis yang diakui. Etnis mayoritas adalah etnis Han yang jumlahnya hampir mencapai 93% dari populasi. Penduduk bangsa Han sendiri heterogen, dan bisa dianggap sebagai kumpulan pelbagai etnik yang mengamalkan budaya dengan bahasa yang sama. Sub-bahasa terbesar bahasa Cina yang ialah bahasa Mandarin. Versi standar Mandarin yang didasarkan pada dialek Beijing, dikenal sebagai Putonghua, diajarkan di sekolah dan digunakan sebagai bahasa resmi di seluruh negara. Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, RRC memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.242.612.226 jiwa, dengan kepadatan 140/km2. Revolusi Komunis di negara ini sejak tahun 1949 meninggalkan pengaruh yang besar, yaitu hampir 59% penduduknya (lebih kurang 767 juta orang) menjadi Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang 33% dari mereka percaya
43
kepada kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan Buddha dan Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah Buddha Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Di samping itu, Buddha Therawada dan Buddha Tibet juga diamalkan oleh golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Selain itu diperkirakan terdapat 18 juta penduduk Islam (kebanyakan Sunni) dan 14 juta Kristen (4 juta Katolik dan 10 juta Protestan) di negara ini.
Sub Provinsi Guangzhou
RRC
Guangzhou
Gambar 11. Lokasi Sub Provinsi Guangzhou Geografis dan Administratif Guangzhou dalam bahasa Eropa Inggris dan lainnya juga dikenal sebagai Kanton
(yang pertama kali diromanisasi dari lafal Kanton Guangdong oleh
Portugis) dan juga dikenal sebagai Kwangchow, adalah salah satu dari lima Tengah Kota Nasional dan sub-provinsi yang terletak di Cina selatan di tengah-
44
tengah Propinsi Guangdong utara Sungai Mutiara, sekitar 120 km (75 mil) barat laut Hong Kong. Secara geografis Guangzhou terletak pada 112 ° 57'BT - 114 ° 3'BT dan 22 ° 26'LU - 23 ° 56'LU. Kota ini merupakan bagian dari Delta Sungai Pearl yang terletak di sebelah Gunung Baiyun, yang secara lokal disebut sebagai 'paru-paru kota'. Guangzhou adalah sub-provinsi yang memiliki yuridiksi langsung atas sepuluh kabupaten (qu) dan dua daerah tingkat kota (shi). Pada April 28 Desember 2005, distrik Dongshan dan Fangcun telah dihapuskan dan digabungkan ke Liwan Yuexiu, pada saat yang sama distrik Nansha didirikan dari bagian Panyu, dan Kabupaten Luogang didirikan dari bagian dari Baiyun, Tianhe, dan Zengcheng, ditambah bagian dari Huangpu, membuat eksklave berikutnya untuk Huangpu.
Gambar 12. Pembagian wilayah Guangzhou (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Guangzhou, 2007)
45
Iklim Guangzhou memiliki iklim lembab subtropis dipengaruhi oleh angin musim Asia. Musim panas yang basah dengan suhu tinggi, kelembaban tinggi dan indeks panas tinggi, sedangkan musim dinginnya sejuk dan relatif kering. Guangzhou memiliki musim hujan yang panjang, mulai dari April sampai September. Suhu rata-rata tahunan di Guangzhou adalah 22,6 ° C (72,7 ° F), kelembaban relatif sekitar 68%, sedangkan curah hujan tahunan di daerah metropolitan lebih dari 1.700 mm (67 in). Ekonomi Guangzhou merupakan pusat manufaktur utama dari Delta Sungai Pearl, yang merupakan salah satu daratan Cina yang terkemuka sebagai daerah komersial dan manufaktur. Pada 2008, pendapatan domestik bruto (PDB) mencapai ¥ 821.580.000.000 (US $ 118 miliar), dengan perkapita sebesar ¥ 81,233 (US $ 11.696). Impor dan Ekspor Fair Cina, juga disebut "Canton Fair", diselenggarakan setiap tahun pada bulan April dan Oktober oleh Departemen Perdagangan. Sudah diresmikan sejak musim semi tahun 1957, sewajarnya menjadi peristiwa besar bagi kota ini. Dari sesi 104, Kompleks Liuhua tidak digunakan untuk menahan Canton Fair. Semua bilik telah dialihkan kepada Pazhou Kompleks. Dari sesi 104, Canton Fair telah diatur dalam 3 fase bukan 2 tahap. Demografi Guangzhou adalah kota ketiga terbesar di Cina dan ibukota Provinsi Guangdong, kota Cina selatan terbesar dan kunci pusat transportasi dan pelabuhan perdagangan, terletak di Sungai Pearl yang dinavigasi ke Laut Cina Selatan . Pada sensus 2000, kota ini memiliki populasi 6 juta, dengan penduduk daerah perkotaan sekitar 11.850.000 jiwa,
menjadikannya kota ketiga terpadat di
propinsi dan daerah metropolitan di Cina.
46
Transportasi
Metro Guangzhou
Dengan baris pertama dibuka di Metro Guangzhou 1997, Guangzhou adalah kota keempat di daratan Cina untuk memiliki sistem kereta api bawah tanah, selain Beijing, Tianjin dan Shanghai. Saat ini jaringan bawah tanah terdiri dari lima baris (line), mencakup total panjang 157 km (98 mil), sedangkan empat jalur lainnya selesai pembangunan pada tahun 2010 sebelum Asian Games. Rencana jangka panjang adalah untuk membuat sistem bawah tanah kota berkembang lebih dari 500 km (310 mil) pada tahun 2020 dengan 15 baris dalam operasi. Lima baris yang ada jaringan Metro Guangzhou: * Line 1 (Line Fangcun): Dari Stasiun Kereta Api Guangzhou untuk Xilang Stasiun Timur * Line 2 (Jiahe Line): Dari Stasiun Sanyuanli ke Stasiun Wanshengwei * Line 3 (Line Shiqiao): Dari dan Stasiun Tianhe Coach Terminal untuk Stasiun Panyu Square * Line 3 (Bandar Udara Line): Dari Stasiun Kereta Api Guangzhou Timur Tiyu Xilu * Line 4 (Line Nansha): Dari Stasiun Wanshengwei ke Jinzhou Station * Line 5 (Line Huangpu): Dari Stasiun Jiaokou untuk Wenchong Station
Taksi dan Motorcyles Mulai tanggal 1 Januari 2007, pemerintah kota telah melarang sepeda
motor di wilayah perkotaan. Sepeda motor yang ditemukan melanggar larangan tersebut akan disita. Biro lalu lintas Guangzhou mengaku telah melaporkan masalah lalu lintas dan mengurangi kecelakaan di pusat kota sejak larangan itu. Menurut sebuah laporan China Daily 6 Juli 2007, seluruh bus dan taksi di Guangzhou akan berbahan bakar LPG pada tahun 2010 untuk mempromosikan energi bersih untuk transportasi dan memperbaiki lingkungan. Saat ini, Guangzhou adalah kota yang menggunakan LPG sebagai bahan bakar kendaraan terbesar di dunia. Sampai dengan akhir tahun 2006, 6.500 bus dan 16.000 taksi yang menggunakan LPG, mengambil 85% dari seluruh bus dan taksi.
47
Transportasi Udara Bandara utama Guangzhou adalah Bandar Udara Internasional Baiyun di
Kabupaten Huadu dibuka pada tanggal 5 Agustus 2004. bandara ini juga merupakan bandara tersibuk 2 dalam hal pergerakan lalu lintas di Cina. Ia menggantikan Bandar Udara Internasional Baiyun tua, yang sangat dekat dengan pusat kota dan gagal untuk memenuhi permintaan lalu lintas udara yang cepat tumbuh. Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou sekarang memiliki tiga landasan pacu, dan dua landasan lagi direncanakan akan dibangun.
Transportasi Kereta Api Guangzhou sekarang memiliki kereta api JingGuang (Beijing-Guangzhou),
kereta
api
GuangShen
(Guangzhou-Shenzhen),
kereta
api
GuangMao
(Guangzhou-Maoming) dan kereta api GuangMeiShan (Guangzhou-MeizhouShantou). Pada tahun 2009-an, Wuhan-Guangzhou High-Speed memulai layanannya, yang memungkinkan beberapa unit untuk mencapai 610 mil dengan kecepatan rata-rata 194 mph.
Transportasi Intercity menuju Hong Kong Guangzhou adalah juga terhubung ke Hong Kong dengan kereta api, bis
dan feri. The Guangdong melalui kereta berangkat dari stasiun kereta api Guangzhou Timur dan tiba di stasiun Hung Hom KCR di Kowloon, Hong Kong. Rute itu adalah sekitar 182 km (113 mil) dan panjang naik membutuhkan waktu kurang dari dua jam. jasa pelatih Sering juga disediakan dengan pelatih berangkat setiap hari dari lokasi yang berbeda (terutama hotel besar) di sekitar kota.
Transportasi Sungai Ada layanan harian feri termasuk layanan feri semalam, yang memakan
waktu delapan jam, serta layanan berkecepatan tinggi catamaran dalam waktu tiga jam, ke China Ferry Terminal atau Macau Ferry Pier di Hong Kong. Pier Nansha terletak di Distrik Nansha jauh di luar pusat kota, juga beroperasi enam layanan harian catamaran 75 menit ke Hong Kong.
48
Objek Pariwisata Guangzhou memiliki tempat-tempat wisata di sekitar kota diantaranya.: 1. Chen Clan Academy / Chan Leluhur Clan Hall 2. Guangdong Folk Arts Museum 3. Shamian Pulau / Shameen Pulau 4. Museum Provinsi Guangdong 5. Barat Han Raja Nanyue Museum 6. Candi Pohon Banyan Enam 7. Sacred Heart Cathedral / Batu Rumah 8. Huaisheng Masjid 9. Kuil Bright Filial Kesalehan 10. Menyela-Long Paradise 11. Menyela-Long Waterpark 12. Guangzhou Gerakan Petani Institute 13. Dr Sun Yat-sen's Memorial Hall di Guangzhou Park Kebudayaan dan Arsitektur Arsitektur Guangzhou banyak dipengaruhi oleh gaya unik budaya khas Cina Selatan yang disebut dengan kebudayaan Lingnan dan arsitekturnya disebut dengan arsitektur Lingnan. Salah satu bentuknya adalah terrace architecture yang merupakan salah satu karakter yang banyak digunakan pada bangunan komersial, dimana bangunan tersebut membuat orang yang berada di dalamnya merasa nyaman karena adanya perlindungan dari bangunan yang mengelilinginya. Rumah bambu juga salah satu fitur dari arsitektur Lingnan yang merupakan rumah tradisional dan hingga sekarang dipreservasikan menjadi desain tradisional Lingnan. Selain itu juga terdapat bangunan Qilou yang menjadi fitur pada kota Guangzhou yang menandakan keunikan arsitektur bersejarah, yang merupakan gabungan kultur timur dan barat. Bangunan Qilou merupakan simbol kebudayaan tradisional di Guangzhou. Namun, karena seluruh persaingan dan bisnis di kota Guangzhou didasarkan pada kebudayaan, karena itu Guangzhou memutuskan pembangunan merupakan kunci dari proyek pada 20 tahun terakhir ini. Pada era baru ini,
49
Guangzhou mulai mengkonsentrasikan aktivitas kulturalnya pada tujuan umum dalam mewujudkan modernisasi dan membangun kota metropolitan modern dengan maksud untuk mengembangkan kota menjadi kota yang kuat dan terkenal akan kebudayaannya yang disesuaikan melalui modernisasi. Guangzhou merupakan tempat lahirnya Chinese Ancient Maritime Silk Road dan pusat dari kebudayaan Lingnan, yang merupakan sumber dari sejarah revolusi modern dan pelopor reformasi kontemporer. Kota Panyu Geografi Kota Panyu terletak di jantung daerah, Delta Sungai Pearl batasnya dari lintang 22,26' LU - 23,05' LS, dan dari bujur 113,14' BB - 113,42'BT. Di sebelah timur berhadapan dengan Sea Lion dan di sebelah selatan berbatasan dengan muara Sungai Mutiara, perbatasan timur dipisahkan dari kota Dongguan oleh strip dari air, dan di sebelah barat kota Panyu berbatasan dengan kota Nanhai, Shunde dan Zhongshan, sementara itu di sebelah utara berbatasan dengan pusat kota Guangzhou Kota. Situs pemerintah Rakyat kota Panyu adalah Shiqiao Kota yang berjarak 17 kilometer dari kota Guangzhou dan 38 mil laut dari kota Hongkong dan 42 mil laut dari kota Makau. Luas Daerah domain kota Panyu mencapai 1.313,8 km2, diantaranya 55% merupakan daratan, 10% dataran rendah dan 35% area sungai dan air. Demografi Populasi Panyu dengan penduduk tetap yang terdaftar 944.400 jiwa menurut sensus tahun 2001 dengan penambahan sebesar 300 ribu Cina di luar negeri dan sebangsa di Taiwan, Hong Kong dan Makau. Produk mineral terutama bahan-bahan baku untuk industri konstruksi, seperti granit, perunggu batu pasir, dan pasir kaca, dan deposito kaya sahamsaham ini dapat ditemukan di wilayah itu.
50
HASIL KEGIATAN MAGANG Panyu Agile Residence Proyek terletak di sebidang tanah di Shitachong Nancun Town, Panyu District, Guangzhou, dan berbatasan dengan Shitouchong. Sebelah utara terdapat sebuah sungai dari Guangzhou University City yang mencakup area seluas 34,4 km2. Daerah ini merupakan bagian depan dari Sanzhixiang Waterway, sebagai terusan yang berhubungan dengan laut Sungai Pearl. Dengan garis pantai 1 km sepanjang Binhe Road, akses bagian selatan dekat dengan Exit of Nansha Port Expressway dan dekat dengan pintu keluar Shitou Station dari Guangzhou Metro Line 7. Proyek yang direncanakan meliputi area sekitar 620.000 m2 dan daerah untuk tinggal mencapai 1.000.000 m2. Arah pengembangan yaitu menjadikannya sebagai daerah perumahan besar yang menampung lebih dari 10.000 rumah tangga perumahan dengan perumahan penduduk lebih dari 30.000 orang. Rasio plot tempat tinggal di masyarakat akan kurang dari 2, sedangkan tingkat penghijauan akan lebih dari 36%. Direncanakan untuk menjadi komunitas sungai besar high-end, itu akan memiliki serangkaian produk residensial high-end seperti rumah-rumah kota kecil yang bertingkat tinggi gedung apartemen dekat sungai dan bangunan apartemen bertingkat tinggi dengan pandangan sungai. Selain itu, seluruh masyarakat juga akan dilengkapi dengan satu set lengkap fasilitas umum untuk tujuan pendidikan komersial, medis dan dasar serta klub besar-besaran untuk hiburan dan olahraga. Proyek ini akan menjadi produk lain dari Agile Property setelah pengembangan Agile Garden di Guangzhou. Panduan Master Planning Filosofi Perencanaan dan Perancangan Dalam kasus Panyu Agile Residence ini tahap perencanaan dan master planning sudah dilakukan dan master plan sudah dihasilkan oleh arsitek sebelumnya. Tahap pengerjaan proyek Panyu berdasarkan hasil master planning
51
yang dilakukan oleh arsitek yang kemudian akan dikembangkan lanskapnya oleh BCI secara umum dibagi menjadi 4 fase (phase) perancangan lanskap. Dimana fase ke-1 adalah Townhouse, fase ke-2 adalah Multi-Storey Residential Area, fase ke-3 adalah Community Centre and Shopping Mall, fase ke-4 adalah High-Res Residential Area (Gambar 13). Fokus dalam perancangan lanskap yang dilakukan saat mahasiswa magang adalah perancangan pada area fase ke-1 yaitu area Townhouse. Panyu Agile Residence adalah salah satu bagian dari kawasan yang memiliki berbagai macam formasi dengan tujuannya sebagai kota modern. Dalam gambaran umum lokasi ini memang dirancang (lanskapnya) ke arah modern. Hal ini dapat dilihat dari arsitektur bangunan yang dihasilkan oleh arsitek sebelumnya. Namun untuk area unit townhouse, BCI mencoba untuk menawarkan pendekatan lain yaitu perancangan lanskap yang lebih mengarah kepada Chinese kontemporer dengan sentuhan gaya modern yang tetap selaras dengan arsitektur bangunannya. Tujuan Perencanaan dan Perancangan Tujuan perencanaan dan perancangan Panyu Agile Residence adalah untuk mengakomodasi sebagai wilayah hunian dari kota Panyu. Dengan keterbatasan lahan dan pertumbuhan penduduk yang kian meningkat, Agile Property mencoba memberikan solusi dalam bentuk kawasan hunian yang bukan saja memanfaatkan ruang secara horizontal, namun juga secara vertikal sebagai kawasan hunian modern bertaraf internasional.
52
Gambar 13. Master Plan yang dihasilkan oleh AGC Design Ltd. dan Rencana Fase Perancangan Lanskap
53
Prinsip Panduan Perencanaan dan Perancangan Panyu Agile Residence Karena pada era baru ini Guangzhou mulai mengkonsentrasikan aktivitas kulturalnya dengan tujuan umum untuk
mewujudkan modernisasi dan
membangun kota metropolitan modern, maka perancangan Panyu Agile Residence diarahkan kepada desain modern dan untuk tetap menjaga budaya yang ada maka perancangan dikemas dengan gaya Chinese kontemporer.
Prinsip-prinsip Perancangan Elemen-elemen yang perlu diperhatikan dan digunakan untuk menciptakan
rancangan yang unik dan berkelanjutan adalah material bangunan lokal, material bangunan yang berkelanjutan, teknologi dalam penerapan.
Peraturan dan Perundang-undangan Perancangan Ada beberapa ketentuan yang berlaku di Cina yang harus diperhatikan,
sesuai dengan peraturan pemerintah, diantaranya: 1. Fire Engine Access (F.E.A) Regulasi bahwa dalam setiap pembangunan di Cina harus mengakomodasi FEA (Fire Engineering Acces), yaitu suatu jalur atau akses untuk mesin pengamanan dan pemadam kebakaran. Ketentuan umum yang harus ditaati antara lain: 1) Lebar F.E.A minimal 4 meter 2) Untuk bangunan tinggi, F.E.A minimal berjarak 5 meter dari fasad bangunan dan tidak lebih dari 20 meter. Kedua fasad membutuhkan F.E.A. 3) Pada area cul-de-sac, di sekitarnya harus tersedia lahan 15x15 meter untuk F.E.A. Typical detail mengenai F.E.A dapat dilihat pada Lampiran 25. 2. Setback Sempadan batas lahan pada area pembangunan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan pemerintah. Jarak fasad bangunan dengan jalan yaitu
minimal 5 meter.
54
Studi Chinese Architecture dan Modern Architecture Secara arsitektural bentuk fasad dan masa bangunan Townhouse Panyu hasil rancangan arsitek memiliki gaya Arsitektur Modern. Bruno Zevi, dalam bukunya yang berjudul “The Modern Language of Architecture” (Bruno Z 1981, diacu dalam Nurinayat 2003) menyampaikan pembelaan atas nama Arsitektur Modern. Dalam buku tersebut, Bruno Zevi menyatakan bahwa „bahasa‟ Arsitektur Modern berasal dari kondisi “zero degree”, yaitu bahwa Arsitektur Modern mengawali pembentukan dirinya dengan melakukan pengkondisian elemenelemen tektonis yang telah ada sepanjang sejarah perkembangan arsitektur. Ada tujuh teknik dasar perancangan Arsitektur Modern yang muncul dari proses pembentukannya, yaitu : 1. Interpretasi yang bebas terhadap isi dan fungsi Teknik ini berkaitan dengan tampak bangunan dimana komponenkomponen arsitektur seperti jendela, pintu, kolom dan lainnya di komposisikan satu dengan yang lainnya atas dasar „negation‟ terhadap order-klasik. 2. Perhatian dan empati terhadap perbedaan Teknik berarti membuat komponen menjadi cenderung asimetris, dengan tujuan menghapus aturan perspektif aksial hasil temuan jaman Renaisance. 3. Pandangan dan visi yang dinamis serta multidimensional Hal ini berkaitan dengan komposisi massa bangunan yang diatur sedemikian rupa sehingga titik hilang dalam gambar perspektif klasik menjadi tidak terlalu berperan lagi 4. Elemen-elemen yang independen Hal ini ditujukan untuk menghindarkan diri dari konsep massa yang masif, seperti yang diwariskan oleh Vitruvius. 5. Hubungan dinamis dan organik antara arsitektur dan engineering Teknik ini berusaha memanfaatkan penemuan-penemuan baru di bidang struktur dan konstruksi untuk menghasilkan bentukan-bentukan baru yang terkadang tidak terbayangkan sebelumnya.
55
6. Konsep “living space” Hal ini ada hubungannya dengan teknik kelima di atas, dimana dengan munculnya penemuan-penemuan baru di bidang keteknikan (engineering), diciptakan dan dihasilkan ruang-ruang yang lebih dinamis sehingga menggugurkan konsep ruang statis yang terbentuk atas dasar perspektif klasik. 7. Integrasi antar bangunan merupakan penggabungan dari keenam teknik sebelumnya. Teknik ini diterapkan pada perencanaan kota. Dalam kasus Panyu terdapat perpaduan dan gubahan dari Chinese Architecture ditujukan agar kesan budaya Cina tetap ada. Hal ini salah satunya dapat terlihat pada bentuk pagar dan pintu halaman Townhouse (Gambar 14).
(a) Unit Type A2 Front
(b) Gambar 14. Gate Chinese Architecture (a) dan Gate Townhouse Panyu (b)
56
Inventarisasi dan Analisis Tapak Deskripsi Proyek Tujuan dari proyek pengembangan Panyu Agile Residence yaitu untuk mewujudkan Guangzhou yang lebih besar dan daerah triangular Sungai Zhu (Pearl) yang memiliki keindahan alam. Panyu Agile Residence yang terkenal dengan gaya modern dan campuran Chinese kontemporer sebagai wilayah hunian yang asri dan menjadi pilihan masyarakat sebagai wilayah hunian yang bertaraf internasional. Tema perancangan keseluruhan didasari pada pertukaran dinamis antara budaya lokal dalam penyesuaiannya sebagai kota modern dengan standar internasional. Masyarakat juga akan dilengkapi dengan satu set lengkap fasilitas umum untuk tujuan pendidikan komersial, medis dan dasar serta klub besarbesaran untuk hiburan dan olahraga. Perhatian desain dititikberatkan dalam menghargai alam dan kebudayaan, lahan hijau, dan area vital ekonomi. Selain itu perancangan juga sangat memperhatikan akses untuk pemadam kebakaran, Fire Engine Access (FEA). Dengan menggunakan desain modern kontemporer untuk menarik masyarakat agar memilih Panyu Agile Residence sebagai kawasan hunian yang tepat berstandar internasional. Karakteristik Tapak Panyu dikenal sebagai kota besar modern dengan kegiatan ekonomi yang berkembang dengan topografi daerah pengembangan yang relatif datar. Letak dan Luas Proyek terletak di Shitachong Nancun Town, Panyu District, Guangzhou, dan berbatasan dengan Shitouchong (Gambar 15). Sebelah utara terdapat sebuah sungai dari Guangzhou University City yang mencakup area seluas 34,4 km2. Ini merupakan wajah Sanzhixiang Waterway, sebagai terusan yg berhubung dengan laut belakang Sungai Pearl. Dengan garis pantai 1 km sepanjang Binhe Road dengan akses di selatan hampir Nancun Keluar dari Nansha Port Expressway dan
57
dekat pintu keluar Shitou Station dari Guangzhou Metro Line 7. Proyek yang direncanakan meliputi area sekitar 620.000 m2.
Guangzhou
Panyu District
Gambar 15. Lokasi Proyek Panyu Agile Residence Iklim Lokasi proyek memiliki iklim subtropis yang lembab yang merupakan ciri dari daerah Cina bagian selatan, dengan cuaca yang sejuk dan curah hujan yang cukup tinggi pada musim hujan atau musim dingin. Tata Guna Lahan Sebelum tahap perencanaan yang dilakukan oleh arsitek, kondisi eksisting tapak merupakan lahan kosong hijau. Untuk saat proses perancangan yang akan dilakukan BCI, tapak sudah mulai dalam tahap persiapan pembangunan hardscape hasil master planning arsitek.
58
Aksesibilitas (sirkulasi kendaraan) Adapun sirkulasi kendaraan menuju tapak perancangan ditunjukkan pada Gambar 16.
Lokasi Tapak
Keterangan gambar : Main Road Internal Road
not to scale
Gambar 16. Sirkulasi Kendaraan Menuju Tapak
Topografi Keadaaan topografi berdasarkan hasil master planning oleh arsitek merupakan area yang relatif datar.
59
Proses Perancangan Sesuai data yang diperoleh dari arsitek, area lanskap pada fase ke-1 yang akan dikembangkan antara lain Courtyard, Children Play and Sitting Area, Reflective Pond, Entry to Basement Car Park, Roundabout, Electric Room, dan F.E.A. Route. Perancangan lanskap yang akan dilakukan di sesuaikan dengan bagian dan area yang telah dikembangkan oleh arsitek. Hal penting yang menjadi titik berat perhatian desain lanskap antara lain adalah F.E.A route dan peruntukan lahan parkir basement yang sudah ditentukan pada master plan awal. Analisis Lanskap Analisis ini dilakukan oleh BCI terhadap master plan yang dihasilkan oleh arsitek. Hal yang dianalisis antara lain sirkulasi jalan Internal Road, Pedestrian Route, Service Access, Access to Basement Car Park, Security Gate/ Guard House, Feature/ Focal Point Landscape,dan Landscape View. Analisis awal ini akan menghasilkan Landscape Conceptual Plan dan beberapa gambaran serta referensi desain dari area yang akan dirancang lanskapnya. Analisis lanskap ini dapat dilihat pada Gambar 17. a.
Internal Road Jalan utama yang melintasi tapak dikembangkan sebagai akses utama bagi kendaraan yang menuju area-area penting yang terdapat dalam tapak. Pada tapak ini area kendaraan difokuskan sebagai akses menuju Feature Area dan Community Sport Hall dan pada sepanjang jalan ini ditanami pohon berbunga sebagai pengarah.
b.
Pedestrian Route Pedestrian Route merupakan area untuk pejalan kaki, rute ini dikembangkan untuk menjangkau sebagian besar area Townhouse dan area Feature Landscape yang ada di dalamnya.
60
Gambar 17. Landscape Analysis Diagram (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
61
c.
Service Access Jalan ini dikembangkan untuk mendukung pelayanan bagi kebutuhan penghuni tapak. Jalan ini dikembangkan di area fasilitas pelayanan, pada bagian barat tapak
d.
Access to Basement Car Park Akses menuju parkir mobil di lantai bawah tanah pada tapak ini terdapat 4 titik. Titik-titik tersebut menyebar dan berhubungan langsung dengan Internal Road.
e.
Security Gate/ Guard House Security Gate (pos jaga) merupakan gerbang yang bukan hanya dikembangkan sebagai fitur lanskap namun juga berfungsi sebagai pos keamanan yang tersebar disekitar Internal Road. Pada tapak ini terdapat 11 titik pos jaga.
f.
Feature/ Focal Point Landscape Merupakan area fitur lanskap yang banyak dikembangkan pada tapak terutama yang memiliki view yang baik. Pada titik-titik ini dikembangkan elemen-elemen fitur seperti Reflective Pond, Feature Tree, Lawn, Artwork, Jajaran pohon dengan seting alami dan Deck sebagai focal point. Area tersebut berfungsi sebagai area publik/ taman lingkungan yang digunakan sebagai area Courtyard, berkumpul, duduk dan area bermain anak.
g.
Landscape View Pemandangan utama dari pengembangan desain lanskap secara keseluruhan mengarah kepada feature area/ focal point landscape.
Landscape Conceptual Design Mengingat master plan sudah dhasilkan oleh arsitek, dalam kasus ini tahap pengembangan
langsung
ditujukan
sebagai
landscape
conceptual
plan.
Landscape Conceptual Plan merupakan hasil pengembangan dari analisis tapak, dimana elemen-elemen dalam analisis diwujudkan dalam fitur-fitur lanskap yang akan dikembangkan pada tapak. Fitur-fitur tersebut diletakkan pada area-area penting yang potensial dan akan ditonjolkan. Area-area tersebut antara lain:
62
1. Courtyard with Feature Element, Lawn Mounding and Dense Trees in Natural Setting 2. Children Play Area and Sitting Area 3. Reflective Pond and Feature Trees with Deck 4. Entry to Basement Car Park 5. Roundabout with Mounded Lawn an Feature Tree 6. Electric Room 7. Courtyard with Artworks 8. Courtyard with Seating and Trellis 9. Pedestrian Entry to Residence with Security Gate 10. Internal Road with Flowering Trees Along 11. F.E.A. Route Hasil dari Landscape Conceptual Plan ini berupa gambar sketsa tangan (hand drawn) yang diberi warna (Gambar 18) diikuti dengan gambar-gambar potongan pada area-area penting tapak. Gambar 19 menunjukkan section 1 yang terletak pada area Courtyard with Sitting and Trellis , Gambar 20 menunjukkan section 2 yang terdapat pada area Children Play and Sitting Area , Gambar 21 menunjukkan section 3 yang terdapat pada area Courtyard with Feature Element , Gambar 22 menunjukkan section 4 yang terdapat pada area Internal Road and FEA, Gambar 23 menunjukkan section 5 yang terdapat pada area Reflective Pond and Feature Trees , dan Gambar 24 menunjukkan section 6 dan section 7 yang terdapat pada area Townhouse Garden.
Pengajuan imagery boards Merupakan gambar-gambar referensi desain yang disusun oleh BCI dan
diajukan kepada klien sebagai gambaran untuk desain lanskap yang akan dikembangkan pada tapak. Imagery boards juga menjadi ide desain bagi arsitek lanskap dalam melakukan pengembangan rancangan lanskap (Gambar 25 dan Gambar 26).
63
Gambar 18. Landscape Conceptual Plan (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
64
Gambar 19. Gambar Section 1 (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
(Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
65
Gambar 20. Gambar Section 2
(Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
66
Gambar 21. Gambar Section 3
(Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
67
Gambar 22. Gambar Section 4
(Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
68
Gambar 23. Gambar Section 5
(Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
69
Gambar 24. Gambar Section 6 and Section 7
70
Gambar 25. Roads and Landscape Elements Imagery Boards (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
71
Gambar 26. Artwork and Townhouse Imagery Boards (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
72
Softscape Concept Pada proyek Panyu Agile Residence, tanaman yang digunakan adalah
tanaman yang cocok dengan kondisi iklim Guangzhou, hal ini yang menjadi acuan dalam memberikan usulan sebagai softscape concept, namun dalam tahap ini usulan dan spesifikasi tanaman masih belum detil. Adapun tanaman yang dianjurkan dan ketesediaannya memungkinkan di Guangzhou diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Proposed Plant for Guangzhou No
Name
Specification
Alstonia scholaris (Devil
good shape, good condition
Trees 1
Tree)
2
Artocarpus altilis
good shape, good condition
(Breadfruit Tree)
3
Bauhinia blakeana (Hong
good shape, good condition
Kong Orchid Tree)
4
Bischofia javanica (Bishop Wodd)
good shape, good condition
Photos
73
5
Bixa orelana (Achiote)
good shape, good condition
6
Bombax malabarica (Silk
good shape, good condition
Cotton Tree)
7
Brassia actinophylla
good shape, good condition
(Umbrella tree)
8
Callistemon viminalis
good shape, good condition
(Weeping Bottlebrush Tree) 9
Callistemon rigidus
good shape, good condition
10
Cassia fistula (Golden
good shape, good condition
Shower Tree)
11
Cassia surattensis (Sunshine Tree)
good shape, good condition
74
12
Ceiba pentandra
good shape, good condition
13
Chorisia speciosa (Floss
good shape, good condition
Silk Tree) 14
Cinnamomum camphora
good shape, good condition
(Champor Tree)
17
Erythina glauca (Coral
good shape, good condition
Tree)
18
Eugenia oleana
good shape, good condition
19
Ficus lyrata (Fiddle leaf
good shape, good condition
Fig)
20
Ficus religiosa (Bodhi Tree)
good shape, good condition
75
21
Grevillea robusta
good shape, good condition
(Shouthern Silky Oak)
22
Heteropanax fragrans
good shape, good condition
23
Hibiscustiliaceus (beach
good shape, good condition
Hibiscus)
24
Jacaranda mimosifolia
good shape, good condition
25
Kigelia Africana (Sausage
good shape, good condition
Tree)
26
Lagerstroemia speciosa
good shape, good condition
27
Lagerstroemia indica
good shape, good condition
28
Magnolia grandiflora
good shape, good condition
(Shouthern Magnolia)
76
29
Magnolia soulangeana
good shape, good condition
30
Manilkara zapota (Chiku)
good shape, good condition
31
Musa basjoo
good shape, good condition
32
Osmanthus fragrans
good shape, good condition
(Sweet olive)
33
Pachira aquatica (Money
good shape, good condition
Tree)
34
Peltophorum pterocarpum
good shape, good condition
(Yellow Flame Tree)
35
Plumeria acuminate ‘Pink’ (Pink Frangipani)
good shape, good condition
77
36
Plumeria obtuse (Common good shape, good condition Frangipani)
37
Plumeria rubra (Red
good shape, good condition
Frangipani)
38
Podocarpus macrophylla
good shape, good condition
(Buddhist Pine)
39
Pterocarpus indica
good shape, good condition
(Angsana) 40
Punica granatum
good shape, good condition
42
Salix babylonica (Weeping good shape, good condition Willow)
43
Spathodea campanulata
good shape, good condition
78
44
Sterculia lanceolata
good shape, good condition
45
Swietenia mahogany
good shape, good condition
(West Indian Mahogany)
56
Syzygium jambos (Rose
good shape, good condition
Apple)
47
Tabebuia chrysantha
good shape, good condition
(Golden Bell Tree) 48
Tabebuia rosea (Rosy
good shape, good condition
Trumpet Tree)
49
Terminalia mantaly
good shape, good condition
Alpinia zerumbet (Yellow
300mm height @ 250mm o.c.
variegated Ginger)
Min 3 shoots per plant,
Shrubs 1
Bushy,flowering
79
2
Buxus sp.
500mm height @ 300mm o.c., Bushy, multi-branching
3
Caesalpinia pulcherima
800mm height @ 300mm o.c,
(Peacock Flower)
Bushy, multi-branching, flowering
4
5
6
Canna generalis 'Red'
500mm height @ 300mm o.c,
(Red Canna)
Bushy, flowering
Cassia alata
800mm height @ 300mm o.c,
(Ringworm Bush)
Bushy, flowering,
Calliandra surinamensis
500mm height @ 300mm o.c., Bushy, multi-branching, flowering
7
8
9
Duranta repens
300mm height @ 250mm o.c.,
(Golden Dewdrop)
Bushy, multi-branching
Excoecaria bicolor
400mm height @ 300mm o.c.,
(Picara)
Bushy, multi-branching
Fatsia japonica
300mm height @ 300mm o.c.,
(Japanese Fatsia)
Bushy, multi-branching
80
10
Galphimia glauca
500mm height @ 300mm o.c.,
(Golden Shower
Bushy, flowering
Thryallis) 11
12
13
Hedychium coronarium
500mm height @ 300mm o.c.,
(Butterfly Lily)
Bushy, flowering
Heliconia psittacorum
500mm height @ 300mm o.c.,
(Parrot Flower)
Bushy, flowering
Hibiscus rosa sinensis
600mm height @ 300mm o.c.,
(Red Hibiscus)
Bushy,multibranching,flowering
14
Jatropha pandurifolia
800mm height @ 300mm o.c.,
'Red'
Bushy, multi-branching, flowering
15
16
Lagerstroemia indica
800mm height @ 300mm o.c,
'Purple'
Bushy, multi-branching,
(Crepe Myrtle)
flowering
Loropetalum chinensis
500mm height @ 300mm o.c., Bushy, multi-branching
17
Murraya paniculata
300mm height @ 300mm o.c,
(Mock Orange)
Bushy, multi-branching
81
18
19
20
21
Michelia Figo
600mm height @ 400mm o.c,
(Port-Wine Magnolia)
Multi-branching, flowering
Orthosiphon aristatus
300mm height @ 300mm o.c,
'Purple'
Bushy, multi-branching,
(Purple Cat Whisker)
flowering
Pachystachys lutea
500mm height @ 300mm o.c,
(Lollipop Plant)
Bushy, flowering
Pittosporum tobira
500mm height @ 300mm o.c,
(Japanese Mock Orange)
Bushy, multi-branching, flowering
22
23
Rhapis excelsa
800mm height @ 400mm o.c,
(Lady Palm)
Bushy
Rhododendron simsii
400mm height @ 300mm o.c, Bushy, flowering
24
25
Schefflera arboricola
400mm height @ 300mm o.c,
(Hawaiian Schefflera)
Bushy
Spathiphyllum 'Sensation'
300mm height @ 250mm o.c., Bushy, flowering
82
26
27
Tabernaemontana
500mm height @ 300mm o.c,
coronaria
Bushy, multi-branching,
(Pinwheel Flower)
flowering
Viburnum odoratissimum
600mm height @300mm o.c.,
(Sweet Viburnum)
Bushy, multi-branching, flowering
Groundcover 28
29
30
31
Arachis pintoi
200mm height @ 100mm o.c.,
(Peanut Flower)
Bushy, flowering
Aspidistra elatior
300mm height @ 250mm o.c.,
(Cast-Iron Plant)
Bushy
Belamcanda chinensis
250mm height @ 200mm o.c.,
(Leopard Lily)
Bushy, flowering
Cuphea hyssopifolia
200mm height @ 150mm o.c, Bushy, flowering
32
Hippeastrum vittatum
300mm height @ 200mm o.c.,
'Red'
Bushy, flowering
(Amaryllis) 33
34
35
Hymenocallis speciosa
300mm height @ 250mm o.c.,
(Spider Lily)
Bushy, flowering
Lantana camara 'Yellow'
200mm height @ 250mm o.c.,
(Yellow Shrub Verbena)
Bushy, flowering
Neomarica gracilis
300mm height @ 250mm o.c., Bushy, flowering
83
36
38
Ophiopogon jaburan
200mm height @ 150mm o.c.,
(Mondo Grass)
Bushy
Philodendron xanadu
300mm height @ 250mm o.c., Bushy
39
Phyllanthus
300mm height @ 200mm o.c.,
myrtifolius(Foliage
Bushy
Flower) 41
42
Reineckea carnea
250mm height @ 200mm o.c.,
(Kichijo-so )
Bushy, flowering
Wedelia trilobata
200mm height @ 150mm o.c.,
(Creeping daisy)
Bushy
(Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali) Konsep Area-area Pengembangan Courtyard with Feature Element, Lawn Mounding and Dense Trees in Natural Setting Area ini memiliki luas 2065 m2, letaknya yang di antara deretan townhouse berfungsi sebagai area courtyard dimana orang-orang dapat berkumpul di dalamnya untuk melakukan aktivitas rekreasi. Secara keseluruhan tapak dibentuk dari pola organik yang disusun atas jajaran pohon yang terbentuk secara alami dan pola sirkulasi yang organik. Hal ini menambah nilai estetis dan berfungsi sebagai penyedia oksigen. Di dalamnya terdapat sitting area dengan feature tree, hamparan rumput yang membentuk gundukan, dan ditempatkan beberapa benda artwork. Gambaran tapak secara konseptual dapat dilihat pada Gambar 27.
84
Mounding Lawn Sitting
Area
Gambar 27. Courtyard with Feature Element Plan & Section Children Play Area and Sitting Area Area yang memiliki luas 1041,67 m2 ini memang ditujukan sebagai area bermain dan rekreasi. Di dalamnya dikembangkan area bermain dengan beberapa tempat duduk, feature tree, dan pepohonan sebagai screen. Tapak ini disusun dengan pola organik, dibuat suasana yang teduh dengan menggunakan pepohonan yang cukup dan penggunaan material alami seperti kayu. Area permainan anak direncanakan berupa lorong di bawah tanah gundukan (mounded lawn), tanah berpasir, dan beberapa alat permainan seperti ayunan. Jenis tanaman yang digunakan antara lain palem-paleman, bambu sebagai screen dan pohon berbunga sebagai feature tree. Tanaman screen ditempatkan pada bagian timur tapak,
85
karena merupakan area yang berbatasan langsung dengan townhouse ditujukan agar privasi tetap terjaga. Gambaran tapak dapat dilihat pada Gambar 28.
Play Area with Sitting
Screening Trees Feature Trees
Gambar 28. Children Play Area and Sitting Area Plan and Section Reflective Pond and Feature Trees with Deck Area ini memiliki hubungan dengan pedestrian trail berupa koridor hijau. Area reflective pond menggunakan elemen dan material alami seperti batu, kayu sebagai dek, dan air. Upaya untuk mengikutsertakan semua elemen alam, reflective pond mampu mengikutsertakan elemen langit berupa bayangan dalam
86
pantulan air yang dihasilkannya. Pedestrian trail diikuti oleh jajaran pohon dan semak sebagai taman privat dimana pada beberapa area dibentuk suatu screen dengan menggunakan bambu, terutama pada area yang berbatasan langsung dengan rumah tinggal/townhouse (Gambar 29).
Townhouse Private Garden
Bamboo screen
Reflective Pond Feature Tree
Gambar 29. Reflective Pond and Feature Trees with Deck Plan & Section
87
Entry to Basement Car Park Merupakan titik-titik gerbang keluar masuk kendaraan (khususnya mobil) ke area basement parkir. Letaknya tersebar pada jalan internal. Dimana sebelum masuk gerbang tersebut terdapat paving mark sebagai penanda adanya suatu gate (Gambar 30).
Internal Road
Entry to Basement
Gambar 30. Entry to Basement Car Park Plan Roundabout with Mounded Lawn an Feature Tree Fungsi area ini adalah sebagai focal point yang letaknya berada di persimpangan (junction). Dengan menampilkan feature tree dan mounded lawn diharapkan bisa menjadi fitur lanskap yang menambah nilai estetis mengingat letaknya yang berada pada axis internal road utama yang menghubungkan Community Sport Hall dan area gerbang. Di sekeliling jalan sekitarnya ditanami semak dan bambu sebagai screen agar privasi penghuni townhouse tetap terjaga. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Plan dapat dilihat pada Gambar 31.
88
Feature Tree Mounded Lawn
Gambar 31. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Plan Courtyard with Artworks Area Courtyard with Artworks berada pada persimpangan jalur pedestrian yang terhubung dengan Courtyard with Sitting and Trellis. Area ini merupakan area pojok dari deretan townhouse dalam tujuannya memanfaatkan ruang kosong/pojok. Dalam area ini menggunakan banyak semak sebagai flower bed dan feature tree jenis palem-paleman. Sebagai focal point dan menambah nilai estetik area ini dilengkapi dengan beberapa artwork dan elemen lanskap yang terbuat dari bahan alami seperti batu atau kayu (Gambar 32). Courtyard with Seating and Trellis Courtyard with Seating and Trellis dikembangkan sebagai area rekreasi. Pengunjung dapat duduk-duduk dan menikmati pemandangan jajaran trellis dengan artwork berbahan material batu alami yang menambah keindahan area tersebut. Area ini dihubungkan oleh jalan (pedestrian path) yang kanan-kirinya dihiasi oleh hamparan semak sebagai flower bed dan feature trees (Gambar 33).
89
Flower Bed
Artwork
Gambar 32. Courtyard with Artworks Plan
Trellis with Artwork Pedestrian Path
Gambar 33. Courtyard with Seating and Trellis Plan & Section
90
Guardhouse Guardhouse terletak pada gerbang masuk utama menuju tapak dalam internal road. Didalamnya terdapat pos penjagaan dan kanan-kirinya di hiasi dengan artwork sebagai simbol penyambutan. Sebagai area penyambutan, di sepanjang jalan ini bagian kanan-kirinya ditanami dengan flower tree sebagai pembentuk koridor dan hamparan semak sebagai flower bed dengan tujuan memberikan kesan awal yang menyenangkan bagi pengunjung maupun penghuni. Guardhouse plan dapat dilihat pada Gambar 34.
Flower Trees Internal Road
Security Gate
Flower Bed
Gambar 34. Security Gate/ Guardhouse Plan
F.E.A. Route Fire Engine Access dalam perencanaan tapak sangat diperlukan untuk menanggulangi kebakaran atau kejadian lain yang terjadi pada tapak secara cepat karena akses yang mudah. Fire Engine Access yang dikembangkan pada tapak meliputi seluruh area pada tapak agar dapat menjangkau semua area. Jalur Fire Engine Access ini dapat dilihat pada Gambar 35.
91
Gambar 35. Fire Engine Access (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
92
Native Plant Species Tanaman yang digunakan dalam Landscape Conceptual Plan ini sebagian besar berasal dari tanaman asli lokal khas Guangzhou dan vegetasi eksisting yang terdapat pada tapak. Tanaman yang paling banyak digunakan dalam rancangan lanskap yaitu feature trees berupa pohon berbunga dan semak berbunga untuk membentuk flower bed, hal ini menyimbolkan Guangzhou sebagai kota yang terkenal dengan bunga. Tanaman feature trees dan flower bed digunakan pada rancangan lankap jalan utama pada tapak untuk membentuk koridor dan sebagai pengarah. Tanaman lain yang digunakan adalah bambu yang merupakan tanaman eksisting yang banyak dijumpai di sekitar tapak. Sifat bambu yang rapat dan merumpun dapat digunakan sebagai peredam bising dan juga sebagai screen. Beberapa contoh tanaman yang digunakan dalam desain lanskap dapat dilihat pada softscape image boards native plant species (Gambar 36). Karena gambaran tersebut masih dalam rencana awal, gambar jenis tanaman belum terlalu detil dan akan dikembangkan pada tahap perancangan selanjutnya.
T r e e s
B a m b o o s S h r u b s
Gambar 36. Native Plant Imageries
93
Spesies tanaman asli memberikan karakter yang kuat pada tapak dan juga berusaha semaksimal mungkin utuk mempertahankan pohon-pohon yang ada. Namun, tanaman asli yang dipertahankan perlu dilengkapi dengan tanaman penghias lainnya (feature planting) yang ditujukan untuk menambah warna dan kesan megah pada pengembangan lanskap. Feature trees dan flower bed akan ditanami sepanjang jalan utama (internal road) dan feature planting lainnya akan digunakan pada taman-taman dan courtyard dalam tapak. Perencanaan softscape pada tapak dibagi menjadi beberapa area yang disesuaikan dengan jenis tanamannya, yaitu: a. Flowering Trees Merupakan feature trees yang berada di sepanjang internal road pada bagian kiri dan kanan jalan yang membentuk koridor pengarah jalan menuju area yang penting pada tapak. Pada kasus ini ditujukan sebagai akses menuju Community Sport Hall. Pohon berbunga ini dibedakan berdasarkan musimnya. Kelompok musim panas (Delonix regia, Erythrina glauca, Lagerstroemia speciosa), musim semi (Bombax ceiba, Bauhinia purpurea, Jacaranda mimisifolia, Lagerstroemia speciosa), musim gugur (Cassia fistula, Cassia spectabilis, Tabebuia rosea), dan musim dingin (Chorisia speciosa dan Bauhinia purpurea). b. Bamboo Trees Tanaman bambu yang digunakan dalam rancangan lanskap berfungsi sebagai screen dan peredam bising. Tanaman ini banyak digunakan pada area halaman Townhouse karena fungsinya yang baik sebagai penutup pandangan dalam menjaga suasana privat. c. Evergreen Trees Evergreen yang digunakan merupakan tanaman asli lokal yang dipertahankan keberadaannya dan dipelihara. Beberapa diantaranya dijadikan sebagai elemen fitur yang menarik dalam jajaran pohon yang tampak alami pada area-area courtyard.
94
Preliminary Design Development (PDD) Dalam tahap preliminary design development (DD) dapat ditemui beberapa komponen dalam gambar hand-drawn dan beberapa dalam gambar CAD. Dalam paket gambar CAD terdapat beberapa komponen simbolis dalam penyajian gambar hasil perancangan. Masing-masing komponen memiliki kode dalam file CAD, dimana kode LH menunjukkan landscape hardscape yang biasanya berupa gambar dalam tampak plan, sedangkan LD adalah landscape detail yang menunjukkan detail dan section. Komponen-komponen tersebut antara lain: a. Coordination Plan (LH-01) Coordination plan merupakan layout dari sebuah landscape node dengan garis-garis koordinasi yang menunjukkan area yang dikembangkan secara detil pada gambar selanjutnya. Gambar pengembangan tersebut bisa dalam bentuk gambar potongan atau detail blow up. Coordination plan berfungsi untuk memudahkan dalam melihat keseluruhan gambar dan mengetahui letak area yang di-blow up. b. Grading Plan (LH-02) Grading plan merupakan gambar yang menunjukkan level dari suatu area yang dirancang. Level-level tersebut memiliki kode (singkatan) seperti FL yang menunjukkan floor level paving, FG menunjukkan finish grade planting, TW menunjukkan top of wall, TK menunjukkan top of kerb, TR menunjukkan top of ramp, BR menunjukkan bottom of ramp, WL menunjukkan water level, PB menunjukkan pool bottom, HP menunjukkan high point. c. Material Plan (LH-03) Material plan merupakan gambar yang menunjukkan jenis-jenis material yang akan digunakan pada suatu area. Material plan berfungsi dalam menunjukkan spesifikasi material seperti jenis bahan, warna, ukuran, finishing, dan pola atau pattern dari suatu material yang digunakan. d. Lighting Plan (LH-04) Lighting plan merupakan gambar yang menunjukkan rencana peletakan lighting pada suatu area yang dirancang dilengkapi dengan jenis dan jumlah lighting yang digunakan (dinyatakan dalam nos/titik).
95
e. Dimension Plan (LH-05) Dimension plan merupakan gambar yang menunjukkan ukuran dari setiap bagian area yang dirancang. Ukuran ini dinyatakan dalam satuan milimeter (mm). f. Enlarge plan Enlarged plan adalah gambar yang di-blow up yaitu gambar yang menunjukkan perbesaran bagian area yang dirancang secara detil. Bagianbagian area tersebut
telah dijelaskan koordinatnya
pada gambar
coordination plan. g. Section and Elevation (LD 1, 2, 3, dan seterusnya) Section and elevation merupakan gambar yang menunjukkan potongan atau gambar tampak dari bagian suatu area yang penting dan ingin ditonjolkan rancangan lanskapnya. Dalam gambar ini juga memperlihatkan level, ukuran vertikal, serta jenis elemen lanskap yang akan ditonjolkan, sehingga pesan dari suatu rancangan dapat lebih mudah dimengerti. Preliminary Design development merupakan kelanjutan dari concept design, karena itu dalam tahap ini beberapa masih berupa hand-drawn sebelum adanya persetujuan dari klien terhadap suatu rancangan dan sebelum gambar diwujudkan dalam file CAD. Gambar hand drawn juga mengalami beberapa revisi sebelum akhirnya disempurnakan dalam DD-package. Area-area yang dikembangkan dalam tahap ini ditunjukan lokasinya pada coordination plan design development (Gambar 37).
96
Gambar 37. Coordination Plan Design Development (Sumber: PT. Belt Collins Internasional Bali)
97
Guardhouse Pada pengembangan area guardhouse, pengembangan yang dilakukan yaitu pelebaran pada bagian kiri dan kanan jalan area masuk. Sepanjang jalan ini dihiasi dengan flower trees dan dilengkapi dengan flower bed. Terdapat guard room berupa pos jaga yang dikelilingi dengan water feature yang terletak di bagian median jalan dan gate dengan tinggi 4,5 m. Tepat di depan pintu masuk terdapat signage yang menunjukkan area masuk kawasan townhouse (Gambar 38).
Gambar 38. Security Gate and Guardhouse Design Development Courtyard Area 1 Sampai dengan tahap ini, courtyard area telah mengalami beberapa revisi berdasarkan feedback yang diterima dari klien. Jika sebelumnya dalam tahap concept design area courtyard masih berupa gambar handrawn, dalam tahap design development area courtyard dikembangkan menjadi lebih spesifik dan detil
98
yang dilengkapi dengan gambar tampak potongan. Dalam pengembangannya, area courtyard 1 memiki beberapa desain alternatif dimana salah satunya merupakan hasil gambar mahasiswa yang diminta untuk mengembangkan area courtyard 1 dengan konsep yang berbeda dari konsep umum sebelumnya. Konsep yang diminta adalah gambaran lanskap yang lebih menonjolkan karakter Cina klasik. Boundary Wall & Water Edge Boundary wall ini lokasi pengembangan dapat dilihat pada Gambar 39. Boundary wall ini dikembangkan untuk menjaga keamanan pada batas tapak dan menghilangkan kekakuan dalam desainnya. Boundary wall type B dikembangkan dengan kombinasi steel setinggi 1,5 m dan plaster painted setinggi 2 m.
Gambar 39. Boundary Wall and Water Edge Preliminary Design Development Townhouse -
Fence detail Pengembangan fence detail atau detil pagar/batas terjadi pada bagian selatan tapak pengembangan, yaitu area townhouse tipe A3 dan A5. Dimana kedua tipe memiliki lebar pintu pagar 2.4 m. Di jalan koridor area ini, tepat di depan halaman townhouse dibuat lawn berukuran 4m x 2m yang dikomposisikan secara zig-zag sepanjang koridor pejalan kaki yang
99
memiliki lebar 4 meter (Gambar 40). Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesan monoton dan fungsi lawn juga menambah area resapan.
Gambar 40. Fence Detail Design Development -
Unit Type A1 Pada halaman depan townhouse unit type 1, area masuk dilengkapi dengan front gate yang bergaya kontemporer Cina. Pada halaman ini didesain simple dengan lawn dan water feature. Vegetasi yang digunakan berupa palem-paleman untuk memberikan kesan ruang yang lebih luas. Lighting yang digunakan berupa light box dan underwater lighting yang mampu menambah kesan dramatis pada halaman depan rumah. Untuk halaman belakang, terdapat dining area dengan lantai menggunakan deck kayu, area ini dihadapkan dengan water feature yang mampu memberikan kesan tenang dan therapic. Sentuhan art juga diikutkan dengan menambahkan sculpture pada bagian sisi dining area. Lighting yang digunakan berupa underwater lighting pada water feature, dan hanging lantern pada feature tree. Pada roof terrace yang terdapat pada lantai 4 bangunan townhouse didesain dengan memberikan penataan tanaman dalam pot. Lighting yang digunakan berupa light box (Gambar 41).
100
Gambar 41. Townhouse Unit Type A1, Alternatif Desain 1
-
Unit Type A2 Desain pada halaman townhouse unit type A2 kurang lebih sama dengan unit type A1. Yaitu adanya front gate yang bergaya kontemporer Cina dan didesain simple dengan lawn dan water feature. Vegetasi yang digunakan berupa palem-paleman untuk memberikan kesan ruang yang lebih luas. Lighting yang digunakan berupa light box dan underwater lighting yang mampu menambah kesan dramatis pada halaman depan rumah. Untuk halaman belakang, terdapat dining area ditambahkan outdoor sofa dengan lantai menggunakan deck kayu, namun pada area ini tidak ada water feature. Sentuhan art juga diikutkan dengan menambahkan sculpture. Lighting yang digunakan berupa hanging lantern pada feature tree. Pada roof terrace yang terdapat pada lantai 4 bangunan townhouse juga didesain dengan memberikan penataan tanaman dalam pot. Lighting yang digunakan berupa light box (Gambar 42).
101
Gambar 42. Townhouse Unit Type A2
-
Unit Type A3 Pada halaman depan dilengkapi dengan front gate dengan lebar 2.4 meter. Karakter kontemporer Cina diciptakan dengan penambahan paving dengan Chinese pattern. Pada halaman depan ini juga didesain dengan manambahkan water feature dengan lighting. Vegetasi yang digunakan berupa tanaman palem. Sedangkan halaman belakang didesain dengan dining area yang dihadapkan dengan hamparan batuan bulat (pebles). Pada area ini juga dilengkapi dengan feature tree dengan hanging lantern dan kolam jacuzzi. Sentuhan art juga diikutkan dengan menambahkan sculpture pada area ini. Pada roof terrace yang terdapat pada lantai 4 bangunan townhouse juga didesain dengan memberikan penataan tanaman dalam pot dengan beberapa sculpture. Lighting yang digunakan berupa light box (Gambar 43).
102
Gambar 43. Townhouse Unit Type A3 -
Unit Type A5 Pada desain unit type A5 di bagian halaman depan memiliki proporsi water feature yang lebih banyak, dengan penambahan sculpture. Desain secara umum masih sama dengan unit townhouse lainnya, hal ini merupakan desain dalam satu kesatuan konsep yang sama. Vegetasi yang digunakan pun sama yaitu berupa palem-paleman dan bambu. Pada halaman belakang masih menempatkan dining area dengan water feature dengan lantai timber deck (Gambar 44).
103
Gambar 44. Townhouse Unit Type A5 -
Unit Type B1 Unit Type B1 pada halaman depan didesain dengan menambahkan lawn dengan tempat duduk dan water feature serta tidak ketinggalan untuk menggunakan front gate yang bergaya Cina kontemporer pada akses masuk halaman. Pada bagian halaman belakang masih menempatkan dining area, pebles, water feature dengan lantai timber deck. Sentuhan art pun masih diikutsertakan dengan menempatkan sculpture sebagai salah satu point di area ini (Gambar 45).
104
Gambar 45. Townhouse Unite Type B1 Lighting Concept Dalam tahap design development ini sudah dimasukkan pengajuan lighting concept. Secara umum area yang dikembangkan konsep lightingnya antara lain; internal road, lighting yang akan digunakan berupa post top 6-8 m (lampu dengan ketinggian tiang 6-8 m) ditempatkan di kedua sisi sepanjang jalan;
jalur
pedestrian, lighting yang akan digunakan berupa post top 3-4 m; service access way, lighting yang akan digunakan berupa wall uplight; service access way lagoon view, lighting yang akan digunakan berupa bollard; reflective pond area, lighting yang akan digunakan berupa uplight feature tree dan bollard; courtyard 1, lighting yang akan digunakan berupa uplight pada feature wall, sculptures, dan feature trees; courtyard 2, lighting yang akan digunakan berupa underwater uplight pada reflective pond dan lighting berupa uplight pada feature wall, sculptures, dan feature trees (Gambar 46); area security gate dan guardhouse (Gambar 47).
105
Gambar 46. Overall Lighting Concept Plan
Gambar 47. Guardhouee & Security Gate Lighting Concept Plan
106
Final Design Development (FDD) Sebagai bagian dari proses perancangan setelah preliminary design development akan dihasilkan sebuah final design development. Dalam hal ini hasil dari pengembangan-pengembangan yang telah disetujui diterjemahkan dalam gambar CAD. Pada tahap ini sudah dimulai persiapan untuk pembuatan paket HWD dan SWD. Courtyard area 1 Sampai dengan tahap ini, courtyard 1 masih mengalami beberapa revisi berdasarkan feedback yang diterima dari klien. Dalam tahap ini area courtyard 1 dikembangkan menjadi lebih spesifik dan detil yang dilengkapi dengan gambar tampak potongan. fitur-fitur yang dikembangkan antara lain reflective pond, feature trees, feature wall, mounded lawn, dan pola perkerasan dengan gaya desain minimalis kontemporer. Pengembangan feature tree dilakukan dengan menambah elemen planter box yang didesain hingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk. Terdapat juga feature tree yang dilengkapi dengan feature bench dan loose pebles sebagai penutup muka tanah (Gambar 48). Gambar pengembangan area courtyard ini masih dalam bentuk handdrawn. Setelah mendapatkan feedback dan disetujui oleh klien maka gambar tersebut diterjemahkan ke dalam gambar CAD. South Area Courtyard Pada pengembangan area courtyard bagian selatan, setelah mendapat feedback dari klien ada beberapa perubahan maupun penambahan pada desain. Diantaranya pada area sitting akan dilakukan penambahan kanopi dari trellis, perubahan jenis artwork pada lawn tengah. Lawn bagian tengah ini di taburi hamparan loose pebles (batu bulat) dengan elemen fitur berupa artwork yang terbuat dari batu alam. Sitting area di lengkapi dengan feature trees dan reflecting pond. Lighting yang banyak digunakan yaitu berupa spot light dan underwater uplight pada reflective pond (Gambar 49).
107
Gambar 48. Courtyard Area 1 Final Design Development
108
Gambar 49. South Area Courtyard Preliminary Design Development
109
Gambar 50. South Area Courtyard Final Design Development Gambar-gambar hasil pengembangan yang masih berupa hand-drawn di atas setelah disetujui oleh klien diterjemahkan ke dalam gambar CAD dan menjadi gambar Final Design Development pada area tersebut, walaupun pada kenyataannya, di tahap berikutnya (tahap working drawing) masih memungkinkan adanya perubahan dan revisi.
110
PEMBAHASAN HASIL MAGANG Proses Perancangan Lanskap Dari seluruh proses perancangan yang ada pada oleh BCI yang dimulai dari penerimaan proyek, mobilization, desain (PLMP, CD, dan DD), HWD dan SWD, tender review sampai dengan construction review, sesuai dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth (1983) yang dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, desain, gambar-gambar konstruksi, pelaksanaan, evaluasi setelah konstruksi dan pemeliharaan. Gambar 51 menunjukkan perbandingan antara proses perancangan menurut Booth (1983) dan proses perancangan pada BCI. Menurut Booth (1983)
Proses Perancangan pada BCI
Penerimaan Proyek Mobilization Riset dan Analisis
Concept Design
Desain Design Process Gambar-gambar Konstruksi
Pelaksanaan
Working Drawing Tender Process Implementation
Evaluasi Maintenace Pemeliharaan
Design Development
Site Supervision Site Maintenance Site defect meeting
Gambar 51. Proses Perancangan Menurut Booth (1983) dan Proses Perancangan pada BCI
111
Dalam setiap proyek yang dikerjakan oleh BCI terkadang dilalui dengan proses perancangan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam kasus perancangan Panyu, tahap desain dimulai langsung ke tahap Landscape Conceptual Design tanpa melalui tahap Preliminary Landscape Master Plan seperti yang ada pada proses perancangan proyek pada umumnya. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki BCI dalam menangani proyek, dimana terdapat tahapan yang dapat dilewati dengan alasan sebagai langkah dalam penghematan waktu dan biaya. Proses perancangan yang dimulai dari penerimaan proyek sampai dengan tahap concept design umumnya dikerjakan oleh BCI Singapura, sedangkan tahap design development sampai dengan working drawing dikerjakan oleh BCI Bali, Indonesia. Hal ini terjadi mengingat lokasi proyek yang dikerjakan oleh BCI umumnya berada di luar Indonesia. Namun pada beberapa proyek yang berlokasi di Indonesia, BCI Bali dapat melakukan proses penerimaan proyek dan mobilization secara langsung. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan oleh Manager BCI Bali didampingi Project Manager. Teknik perancangan lanskap yang dilakukan pada tahap Concept Design dan Design Development antara lain :
Concept Design
Children Play Area and Sitting Area Area ini dikembangkan dengan dengan menempatkan lawn area atau tanah lapang beserta mounding lawn sebagai area bermain anak. Hal ini sesuai dengan children play design guidelines yang dikemukakan oleh Bloomberg (2010), yaitu memelihara atau menciptakan tanah lapang alami pada area bermain anak. Karena anak yang bermain pada area tanah lapang memiliki hasil yang lebih baik pada test kemampuan fisik dibandingkan dengan anak-anak yang bermain pada area konvensional. Reflective Pond and Feature Trees with Deck Dalam area ini dikembangkan reflective pond untuk mengikutsertakan elemen langit. Dimana menurut Booth (1983), water pond mungkin digunakan untuk menciptakan refleksi langit dan/atau elemen terdekatnya seperti bangunan, pohon, sculpture, dan manusia. Dengan demikian seseorang dapat melihat
112
bayangan pantulan dengan cara yang baru dan mempesona yang mungkin hanya dapat dilakukan dengan melihat badan air. Entry to Basement Car Park Bagian area ini merupakan area yang berbahaya sebagai area persilangan kendaraan yang keluar/masuk basement car park. Teknik perancangan yang dilakukan adalah dengan melakukan pembedaan material paving. Sesuai yang dikemukakan oleh Booth (1983), area berbahaya seperti persilangan kendaraan dapat ditandai dengan material perkerasan yang berbeda. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Area ini dikembangkan sebagai sebuah focal point dengan mounding dan dan feature tree. Feature tree inilah yang menjadi sebuah bagian ornamen yang menarik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983), bahwa suatu spesimen tanaman mungkin menjadi elemen yang berdiri sendiri sebagai ornamen yang indah. Guardhouse Pada pengembangan area guardhouse, dan sebagian besar sirkulasi pada tapak dikembangkan dengan sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki dengan pembedaan material paving antara keduanya. Hal ini dijelaskan oleh Booth (1983), bahwa perkerasan dan pergantiannya dari satu ruang ke ruang lainnya dapat digunakan di ruang luar untuk menandakan penggunaan dan fungsi yang beragam pada suatu halaman. Selain itu Booth menambahkan, metode umum untuk membedakan antara sirkulasi pejalan kaki dengan kendaraan yaitu dengan menggunakan material perkerasan yang relatif halus untuk jalan pejalan kaki dan material perkerasan yang relatif kasar untuk jalan kendaraan.
Design Development
Children Play Area and Sitting Area Sampai dengan tahap ini, courtyard 1 masih mengalami beberapa revisi berdasarkan feedback yang diterima dari klien. Dalam tahap ini area courtyard 1 dikembangkan menjadi lebih spesifik dan detil yang dilengkapi dengan gambar tampak potongan. Fitur-fitur yang dikembangkan antara lain reflective pond, feature trees, feature wall, mounded lawn, dan pola perkerasan dengan gaya
113
desain minimalis kontemporer. Pengembangan feature tree dilakukan dengan menambah elemen planter box yang didesain hingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk. Terdapat juga feature tree yang dilengkapi dengan feature bench dan loose pebles sebagai penutup muka tanah (Gambar 52). Material yang digunakan sebagai perkerasan yaitu berupa granite dark grey dengan pola rectangular yang berukuran besar, hal ini ditujukan untuk memberikan kesan yang luas terhadap tapak. Selain sebagai sitting area, pada tapak ditempatkan lawn dan mounding sebagai zona aktif.
Gambar 52. Children Play Area and Sitting Area Final Design Development Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Area ini dikembangkan sebagai sebuah focal point dengan mounding dan dan feature tree (Gambar 53). Feature tree inilah yang menjadi sebuah bagian ornamen yang menarik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983), bahwa suatu spesimen tanaman mungkin menjadi elemen yang berdiri sendiri sebagai ornamen yang indah.
114
Gambar 53. Roundabout with Mounded Lawn and Feature Tree Final Design Development Guardhouse Pada pengembangan area guardhouse, pengembangan yang dilakukan yaitu pelebaran pada bagian kiri dan kanan jalan area masuk. Sepanjang jalan ini dihiasi dengan flower trees dan dilengkapi dengan flower bed. Terdapat guard room berupa pos jaga yang dikelilingi dengan water feature yang terletak di bagian median jalan dan gate dengan tinggi 4,5 m. Tepat di depan pintu masuk terdapat signage yang menunjukkan area masuk kawasan townhouse (Gambar 54). Pembedaan material dilakukan pada area gate dan driveway. Untuk perkerasan driveway menggunakan material berupa concrete light brown, sedangkan perkerasan gate berupa granite dark grey. Selain itu terdapat material transisi antara keduanya yaitu berupa concrete.
115
Gambar 54. Guardhouse Final Design Development Setelah tahap design development sebenarnya masih ada tahap selanjutnya yaitu pembuatan gambar konstruksi berupa hardscape working drawing (HWD) dan softscape working drawing (SWD) sebagai gambar kerja dan acuan penerapan desain di lapang nantinya. Sesuai dengan yang kemukakan oleh Booth (1983), setelah menyelesaikan fase proses perancangan, desainer mempersiapkan gambar konstruksi. Gambar-gambar tersebut dinyatakan dalam gambar CAD yang berisi komponen-komponen dalam drawing package. Namun, karena keterbatasan waktu dalam kegiatan magang mahasiswa tidak dapat mengikuti proses perancangan selanjutnya. Untuk tahap konstruksi, tidak ditangani secara langsung oleh BCI. BCI biasanya bekerjasama dengan kontraktor dan berperan sebagai pengawas (supervisi) dalam pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan desain yang telah dibuat. Tahap selanjutnya setelah pelaksanaan konstruksi adalah site review. Dalam tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil pembangunan jika ada hal kurang sesuai dengan hasil perancangan. Dalam masa ini masih ada kemungkinan adanya perbaikan terhadap masalah yang timbul selama dalam masa kontrak.
116
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Booth (1983), bahwa evaluasi setelah konstruksi diperlukan untuk mengetahui berbagai masalah yang timbul dari suatu perancangan yang telah dibuat dan mencari solusi penyelesaiannya selama dalam masa kontrak. BCI selalu mengambil pelajaran dari apa yang telah dikerjakan dan pengalaman yang baik dapat diterapkan pada perancangan di masa yang akan datang dan aspek yang buruk dapat diperbaiki. Menurut Booth (1983), untuk menghasilkan desain yang sukses, sebuah desain tidak hanya diwujudkan dalam kertas dan dibangun dengan perhatian penuh dan kualitas, namun juga perlu dipelihara dengan baik untuk mempertahankan keberadaanya. Antisipasi ini dilakukan oleh BCI dengan membuat rencana pemeliharaan dalam tahap perancangan softscape. Proses perancangan tidak lepas dari adanya masalah dan hambatan. Beberapa masalah yang dihadapi oleh BCI dalam melakukan proses perancangan, khususnya pada proyek Panyu Agile Residence, antara lain: 1. Fase/tahapan proyek yang berbeda antara arsitek dan arsitek lanskap 2. Permintaan dan tuntutan dari klien terhadap ide dan pilihan desain Klien umumnya banyak melakukan perubahan terhadap desain yang telah diajukan. Klien banyak mengajukan permintaan dan kritik terhadap hasil rancangan. Demi kepuasan klien, BCI harus bekerja keras untuk memenuhi keinginan klien tersebut, namun kadang permintaan klien yang kurang bisa diterima biasanya didiskusikan kembali untuk mencari jalan yang terbaik sebagai solusinya. 3. Deadline pelaksanaan (deadline dari paket desain) Klien menginginkan jadwal konstruksi proyek berjalan sesuai rencana, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang yang terjadwal, karena itu selesainya paket desain sangat mempengaruhi proses dan waktu pekerjaan. 4. Keadaan tapak yang sangat sensitif Kondisi eksisting sangat mempengaruhi proses dan hasil desain, karena dalam penerapan desain harus memperhatikan keadaan tapak yang ada, termasuk kondisi yang
berada di bawah tanah/lahan. Pada lahan proyek
Panyu ini banyak terdapat area basement berupa lahan parkir, karena itu tidak semua jenis tanaman yang dapat ditanam di lahan bagian atasnya, dan
117
akhirnya hal ini yang membuat lebih hati-hati dalam perancangan dan berpengaruh terhadap desain. Dalam upaya mengatasi setiap permasalahan dalam proses perancangan suatu proyek, BCI memiliki beberapa strategi yang diterapkan, yaitu: a. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Strategi SWOT ini mungkin dikenal dan biasa digunakan hanya pada desain lanskap dimana setiap hambatan pada tapak dijadikan sebagai kesempatan dan kelemahannya dijadikan sebagai kekuatan dalam bentuk desain, kemudian lanskap dibuat tampak estetis dan fungsional oleh arsitek lanskap. Selain dalam proses perancangan, BCI juga menggunakan strategi ini dalam manajemennya. SWOT berperan dalam koordinasi dengan klien, pihak-pihak lain yang berkaitan dalam proyek (ahli-ahli lain, seperti arsitek, structural engineer, dan contractor). Segala kritik dan permintaan dari klien terhadap desain BCI dijadikan pelajaran yang berharga dan semua informasi dari ahli-ahi terkait dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan desain yang lebih baik dan sesuai dengan standar untuk mencapai hasil yang optimal pada tahap lebih lanjut. b. Melakukan studi dan penelitian lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan klien. Setiap konsep desain pada proyek, BCI senantiasa berusaha memahami dan mengetahui tentang konsep apa yang mereka gunakan sampai akhirnya hasil desain benar-benar menggambarkan konsepnya. Studi biasa dilakukan untuk memahami konsep secara filosofis, minimal konsep tergambar dari elemen bentuk, warna, ukuran dan jenis material dalam desain yang dibuat. Dalam perancangan Panyu ini, staf BCI melakukan pengembangan desain dengan melakukan pencarian image referensi terlebih dahulu. Dari referensi yang terkait dengan konsep modern yang telah ditentukan, barulah desainer melakukan pengembangan desain. Timbulnya beberapa masalah dalam proses perancangan yaitu karena adanya miss communication antara BCI dengan klien dan ahli terkait lainnya. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam desain dan proses dalam proyek, diperlukan adanya komunikasi yang baik dengan klien dan ahli
118
terkait lainnya. Komunikasi yang baik ini penting dilakukan pada awal penerimaan proyek dan pada setiap proses perancangan dengan sistem koordinasi yang tetap terjaga. Pertemuan (meeting) dengan klien dan ahli terkait lainnya juga menjadi bagian penting dalam merumuskan solusi dalam setiap hambatan yang dihadapi. Sistem Manajemen Perusahaan Belt Collins International (BCI) Asia berpusat di Singapura, dengan cabang di Bangkok (Thailand) dan Bali (Indonesia). BCI Thailand sebagai cabang yang juga memiliki beberapa arsitek lanskap, namun manajemen pusat tetap berada pada BCI Singapura. Posisi BCI Bali ialah bertanggung jawab dalam pengerjaan design development dan penyempurnaan gambar kerja dalam hardscape working drawing, dan softscape working drawing serta menyiapkannya dalam drawing package. Dalam setiap proyek BCI, ketiga area tersebut berkoordinasi secara langsung. Secara umum alur koordinasi pada BCI Asia dapat dilihat pada Gambar 55. BCI SINGAPURA Pusat Administrasi dan Pembuatan Konsep Desain
BCI BALI, INDONESIA
BCI THAILAND
Gambar 55. Alur Koordinasi pada BCI Asia Manajemen operasi yang dilakukan BCI dalam menghasilkan produk desain lanskap antara lain: 1. Penggunaan teknologi dan metode untuk peningkatan kualitas. Pekerjaan desain BCI didukung dengan penggunaan komputer dan software-software yang terkait dalam perancangan. Untuk BCI Bali sendiri
119
perlengkapan hardware tidak selengkap seperti yang ada pada BCI Singapura. BCI Singapura memiliki peralatan besar seperti plotter, dan scanner berukuran besar, namun tidak pada BCI Bali sebagai kantor cabang. 2. Pendayagunaan fasilitas dan ruang, seperti perbaikan layout ruang kerja. Ruang kerja pada BCI Bali di-layout sedemikian rupa untuk menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang nyaman dan mempermudah dalam koordinasi antar staf. Saat penulis melakukan proses magang, BCI Bali berencana melakukan revitalisasi pada taman kantor dalam waktu dekat ini. Penulis juga dilibatkan langsung dalam membantu proses usulan desainnya. Hal ini menunjukkan perhatian BCI yang besar akan suasana dan kualitas lingkungan kerja. 3. Isu strategis dan benchmarking. Hal ini senantiasa dilakukan oleh manajerial BCI, dimana selalu melihat adanya peluang proyek baru dan memahami cara menempatkan perusahaan dalam proyek tersebut. BCI pun selalu menjaga kualitas produk dan kinerjanya. 4. Pembentukan tim seperti leadership, komunikasi, dan pembangunan tim. Manager melakukan pengaturan dan senantiasa memberikan motivasi kepada timnya dalam melakukan proses desain agar tercapai hasil perancangan yang sesuai target. 5. Layanan terhadap klien, BCI senantiasa berusaha memeberikan layanan yang maksimal kepada klien. Setelah proses perancangan selesai BCI masih melakukan site review untuk menganalisa jika ada desain yang kurang sesuai. Dengan respon dari klien, BCI akan memperbaikinya namun masih sesuai tujuan desain awal. 6. Kualitas produk dan informasi. BCI selalu menjaga kulaitas hasil perancangannya
untuk
kepuasan
klien.
Oleh
sebab
itu
BCI
memberlakukan standar dan audit terhadap output desain. BCI pun senantiasa berusaha menciptakan desain yang unik, kreatif, dan inovatif dengan melakukan studi terhadap ide desain dalam setiap proyeknya. 7. Penghematan strategis seperti pemfokusan pekerjaan dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk efektivitas dan penghematan
120
terhadap waktu mapun biaya. Seperti pada design development Panyu, draft dan revisi dari klien terhadap gambar lebih dahulu dibuat dengan hand-drawn sebagai efisiensi terhadap waktu dan tenaga. Dengan handdrawn yang terlibat hanya desainer, sedangkan drafter tidak dan proses gambar pun dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan gambar CAD yang cenderung memerlukan waktu yang lebih lama. 8. Analisa produk Dalam menghasilkan produk rancangan, pekerja BCI selalu melakukan yang terbaik untuk memperkecil kesalahan agar desain yang diajukan dapat diterima dengan baik oleh klien. 9. Produktivitas, merupakan hal yang senantiasa perlu ditingkatkan untuk menghasilkan kinerja
dan produk
desain
yang
berkualitas
dan
mempertahankan reputasi perusahaan. Produktivitas didukung oleh motivasi dan fasilitas yang diberikan dalam perusahaan. Rangkaian manajemen tersebut dilakukan oleh BCI sebagai kontrol dalam menjaga reputasi perusahaan yang telah dikenal sebagai konsultan lanskap yang profesional dibidangnya yang mengerti dengan baik proyek apa yang sedang dijalani, siapa orang-orang yang dapat dipercaya yang mampu melaksanakan proyek tersebut, dan bagaimana menangani proyek agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan pengalaman dan kekuatan analisis yang dimiliki oleh BCI, selain berhak menerima kritikan dan masukan dari klien, sudah seharusnya BCI juga mampu untuk menolak suatu proyek jika proyek tidak sesuai dengan kondisi tapak dan tidak layak untuk dilaksanakan. Hal inilah yang perlu dipegang oleh BCI sebagai konsultan lanskap dan lingkungan yang profesional.
121
Studi Pendekatan Desain Salah satu kelebihan BCI sebagai konsultan lanskap internasional yaitu ciri khas yang dimiliki BCI dalam setiap desainnya. BCI senantiasa mempelajari filosofi desain dan mengangkat budaya lokal yang ada.
Lanskap residensial
didesain berdasarkan berdasarkan filosofi dan karakter lokal khas Panyu. Hasilnya diharapkan menjadi kompleks lanskap yang memperkuat tradisi regional sehingga Guangzhou dapat diakui oleh mata internasional. Tema desain lanskap yang diusung dalam proyek Panyu berkaitan dengan Chinese Architecture yang didekatkan dengan gaya modern. Gaya arsitektur modern ditandai dengan penyederhanaan bentuk dan pengurangan dari ornamen dari struktur dan tema bangunan. Varian pertama dipelopori pada awal abad ke-20. Arsitektur modern diadopsi oleh banyak arsitek dan pendidik arsitektur, mendapatkan popularitas setelah Perang Dunia Kedua, dan terus berkembang sebagai arsitektur yang dominan untuk bangunan kelembagaan dan perusahaan di abad ke-21. Gambar 56 menunjukkan contoh arsitektur dan lanskap dengan gaya modern. Beberapa hal penting yang harus diketahui tentang arsitektur modern yaitu arsitektur modern pada umumnya ditandai dengan: 1.
Adopsi dari prinsip bahwa bahan dan persyaratan fungsional menentukan hasil
2.
Adopsi dari estetika mesin
3.
Penekaan garis horisontal dan vertikal
4.
Ciptaan ornamen menggunakan struktur dan tema bangunan, atau penolakan terhadap ornamen
5.
Penyederhanaan bentuk dan penghapusan detil yang tidak perlu
6.
Adopsi struktur disajikan
7.
Bentuk berdasarkan fungsi
122
Gambar 56. Arsitektur dan Lanskap Modern Terkait dengan desain lanskap Panyu Agile Residence yang mengadopsi Chinese gardens dalam bentuk modern, terdapat beberapa hal yang harus diketahui. Chinese gardens memiliki sejarah yang panjang, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu imperial yuanlin dan private yuanlin, yang dikembangkan dari ting yuan. Teori konstruksi atau prinsip dalam pembuatan taman dalam Chinese gardens yaitu: 1. Situasi (pemilihan site) site antara hutan gunung, perkotaan, pedesaan, desa berpenghuni, site di samping perumahan, tepi sungai dan tepi danau. Panduan untuk pemilihan dan penggalian dari setiap jenis site. 2. Layout (posisi bangunan dan artificial mountains) peletakkan pondasi untuk balai besar, menara, menara gerbang. Posisi, skala, dan karakteristik bangunan dengan lingkungan taman. 3. Bangunan seperti menara gerbang, balai, kapel, ruang tamu, penginapan, menara, teras, belvederes, trotoar tertutup, dan lainnya dengan dimensi dan karakternya masing-masing. Lima struktur pilar, tujuh struktur pilar dengan prinsip struktural.
123
4. Fittings (penyesuaian), deskripsi dan ilustrasi diagramatik decoratif features semua tipe bangunan, termasuk kisi-kisi, jendela, dan lainnya. Sedangkan Teori Scenic Features dan Struktural seperti: 1. Pintu masuk dan jendela 2. Dinding (dinding luar dan pagar): whitewashed walls, dinding bata yang disemir, dinding batu mentah, dan tipe dinding luar lain dengan atributnya 3. Paving (perkerasan dekoratif): jalur taman ideal, material paving, dan ilustrasi diagramatik paving patterns. 4. Raising mountains (artificial mountain), mountain in private gardens, mountain in courtyards, mountain beside tower, mountain beside ponds. 5. Pemilihan batu, dengan berbagai karakteristik dan tipe batu 6. Borrowed scenery: jarak scenery dengan berbagai cara penggunaan dari borrowed view dan efek yang dihasilkan. Adapun elemen feng shui dalam kepercayaan Cina, terdiri dari lima elemen yaitu bumi, logam, kayu, api, dan air (Gambar 57) yang berhubungan dengan aspirasi hidup, alur hidup, musim, dan aspek lain dalam kehidupan. Objek umum tertentu dapat menandakan dan mewakili elemen-elemen tersebut, seperti tanah dalam pot sebagai bumi, perkakas kebun sebagai logam, mebel taman untuk kayu, barbeque untuk api, dan kolam untuk air.
Api
Bumi
Logam
Air
Kayu
Gambar 57. Lima Elemen Feng shui Gambar 58 menunjukkan beberapa gambaran Chinese Element yang diantaranya merupakan turunan dari lima elemen feng shui. Seperti kolam untuk air, sculpture untuk logam, lentera untuk api, dan pot planting untuk bumi.
124
Gambar 58. Chinese Element and Feature Melalui pendekatan desain antara gaya modern dan Chinese element, dituangkan ke dalam desain lanskap Panyu Agile Residence. Fitur elemen seperti batu, kayu, air, logam, dan bumi diikutsertakan dalam desain. Elemen batu yang merupakan gubahan dari batu dalam Chinese element dituangkan ke dalam tapak sebagai outdoor artwork untuk pelengkap fitur lanskap. Elemen-elemen artwork yang digunakan merupakan perpaduan antara desain modern dengan Chinese element, sehingga dengan bentuk yang lebih sederhana, warna maupun material masih memiliki sense art yang sama. Beberapa pendekatan dan gubahan elemen tersebut di tranformasikan ke dalam desain lanskap Panyu. Dimana dalam desain Panyu juga mengikutsertakan elemen-elemen seperti elemen batu sebagai bagian dari bumi (Gambar 59), elemen kayu seperti penerapan dek pada townhouse dan bagian elemen taman (Gambar 60), elemen air yang diterapkan sebagai kolam pada halaman townhouse dan water feature pada area-area taman (courtyard) (Gambar 61), elemen logam sebagai sculpture dalam taman dan interior artwork (Gambar 62), dan elemen api
125
sebagai penerangan seperti lentera pada taman privat townhouse dan feature lighting pada taman-taman courtyard (Gambar 63).
Gambar 59. Elemen Batu sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence
Gambar 60. Elemen Kayu sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence
Gambar 61. Elemen Air sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence
126
Gambar 62. Elemen Logam sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence
Gambar 63. Elemen Api sebagai Fitur Lanskap Panyu Agile Residence
127
Pencapaian Kegiatan Magang Waktu kegiatan magang di PT. Belt Collins Internasional Bali bertepatan dengan proses perancangan Panyu Agile Residence pada tahap design development. Area-area yang dkembangkan dalam tahap design development antara lain adalah Guardhouse, Courtyard area 1, Boundary Wall & Water Edge, taman unit-unit Townhouse, South Area Courtyard. Dalam proses perancangan ini mahasiswa magang dilibatkan dalam pembuatan desain alternatif beberapa area seperti courtyard area 1 dan pocket park di sekitarnya, serta unit townhouse type A1. Namun, dalam pengembangan area tersebut mahasiswa magang diminta membuat alternatif dengan konsep berbeda, yaitu konsep Cina kuno. Hal ini yang mengharuskan mahasiswa magang untuk melakukan studi lebih lanjut mengenai konsep desain Cina Kuno. Studi dilakukan dengan mencari gambar-gambar referensi dari internet, library milik BCI dan studi pustaka. Kegiatan ini dibimbing oleh beberapa staf BCI Bali. Dilibatkannya mahasiswa dalam pengembangan desain bukan untuk mempermudah pekerjaan desain yang dilakukan BCI, namun sebagai bahan pembelajaran mahasiswa magang dalam mengembangkan ide desain, karena pengembangan ini juga dilakukan oleh staf ahli BCI lainnya. Pada pengembangan beberapa area seperti courtyard area 1 mahasiswa magang diminta untuk mengembangkan area ini dengan konsep yang berbeda dari konsep umum sebelumnya. Konsep yang digunakan yaitu Cina klasik, dimana unsur-unsur Cina asli lebih ditonjolkan. Penggunaan elemen-elemen khas cina seperti air, batu, paving dengan pola geometrik (Gambar 64 dan Gambar 65).
128
Gambar 64. Site Plan, Section dan Ilustrasi Courtyard 1 Alternative Design oleh Mahasiswa Magang
129
Gambar 65. Ilustrasi Courtyard 1 Alternative Design oleh Mahasiswa Magang Area pengembangan lainnya yang masih berdekatan dengan area courtyard 1 adalah pocket park. Mahasiswa magang juga diminta untuk mendesain area ini sebagai alternatif pengembangan desain. Desain lebih diarahkan kepada karakter Cina dengan elemen-elemen seperti batuan alam, water feature dan feature trees dengan penambahan beberapa sculpture (Gambar 66).
130
Gambar 66. Site Plan dan Ilustrasi Pocket Park Alternative Design oleh Mahasiswa Magang
131
Townhouse Unit Type A1 Pengembangan desain yang dilakukan oleh mahasiswa pada unit type A1 ini adalah material paving yang lebih ditujukan untuk memberikan kesan Cina. Lighting yang digunakan berupa lantern yang lebih memberikan kesan therapi. Dilakukan beberapa material batuan alami pada water feature. Pada halaman depan ditambahkan dengan area duduk dengan deck yang menghadap kepada water feature (Gambar 67). Penambahan water feature pada halaman depan yang menghadap ke arah muka bangunan sebagai bagian dari feng shui Cina yang dipercaya dapat memperlancar aliran rezeki bagi penghuninya. Ilustrasi desain dapat dilihat pada Gambar 68 dan Gambar 69.
Gambar 67. Townhouse Unit Type A1 Design Alternatif oleh Mahasiswa Magang
132
Gambar 68. Ilustrasi Frontyard Townhouse Unit Type A1 oleh Mahasiswa Magang
Gambar 69. Ilustrasi Backyard Townhouse Unit Type A1 oleh Mahasiswa Magang
133
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, dalam melakukan proses perancangan lanskap terdapat beberapa faktor yang menjadikan BCI dapat menghasilkan produk yang berkualitas antara lain: 1. Koordinasi dan teamwork yang baik Setiap pekerja BCI memiliki semangat teamwork dan kebersamaan yang tinggi terutama dalam menangani suatu pekerjaan, dimana satu bagian mengerjakan bagian pekerjaan tertentu yang kemudian disempurnakan oleh bagian yang lain. Pekerjaan yang saling melengkapi tersebut memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antar bagian, mulai dari pimpinan proyek, manajer proyek, desainer atau arsitek lanskap, hortikulturist, hingga drafter (technical and support staff. Dalam proyek Panyu Agile Residence juga terdapat teamwork, dimana masing-masing bagian memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang sedang berjalan. Posisi dan pekerjaan mahasiswa magang menyesuaikan dengan pekerjaan yang sedang berlangsung yang difokuskan pada tahap design development. 2. Spesialisai pekerjaan sesuai dengan keahlian dan keterampilan BCI memiliki pembagian kerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki oleh masing-masing karyawannya, dengan demikian satu bidang pekerjaan dapat dikerjakan secara fokus oleh ahlinya. Seperti desainer yang membuat ide desain, horticulturist yang menentukan letak, spesifikasi, jumlah dan jenis tanaman, dan drafter yang mengerjakan bagian CADD dan tampilan visual hasil desain dan project manager yang melakukan koordinasi dalam proyek 3. Tahapan dan proses pekerjaan yang terstruktur dengan baik BCI memiliki tahapan pekerjaan yang dimulai dari tahapan Preliminary Landscape Master Plan (PLMP), Final Landscape Mater Plan (FLMP), Concept Design (CD), Preliminary Design Development (PDD), Final Design Development (FDD), Hardscape Working Drawing (HWD), dan
134
Softscape Working Drawing (SWD) yang masing-masing di dalamnya memiliki pengembangan desain yang terkonsep dengan baik dan detil. 4. Senantiasa melakukan studi dan pencarian referensi desain BCI menyediakan data filling yang sangat baik dalam bentuk library, baik yang berupa buku manual maupun dalam bentuk softcopy. Setiap rancangan proyek senantiasa menyertakan referensi desain dalam bentuk kumpulan foto yang disebut dengan imagery boards yang berfungsi sebagai awal imajinasi dalam perancangan suatu proyek untuk menyampaikan ide. 5. Tanggung jawab dan komitmen untuk memberikan yang terbaik Pekerja BCI senantiasa melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya, dan kadang tidak mengenal waktu bahkan melampaui waktu kerja normal (overtime). Semuanya dilakukan sebagai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan bagi kepuasan klien akan produk desain yang dihasilkan. 6. Sistem administrasi yang baik Peran bagian administrasi dalam BCI tidak kalah pentingnya dalam perusahaan, terutama dalam mengatur keuangan BCI, penerimaan karyawan baru, dan penghitungan nilai dan kontrak proyek serta pembuatan proposal proyek. Dengan adanya sistem administrasi ini, BCI dapat melakukan pekerjaan proyek dan hubungan dengan pihak-pihak terkait menjadi lancar dan mudah.
Penyeleksian karyawan baru juga
dilakukan secara ketat. Bagian administrasi BCI secara umum berada di kantor Singapura, jadi biasanya untuk calon karyawan yang ingin bergabung dalam BCI, proses administrasi dilakukan dengan BCI Singapura dimana proses tersebut dapat dilakukan melalui email atau pos. Begitu
juga
dalam
kaitannya
dengan
proyek,
hubungannya
dikoordinasikan dengan bagian administrasi BCI Singapura. Proses perancangan umum perusahaan BCI secara umum sesuai dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth (1983). Namun proses perancangan yang dlakukan oleh BCI tidak selalu sama antara proyek satu dengan yang lain. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman BCI dalam menangani proyek,
135
dimana terdapat tahapan tertentu yang dapat dilewati sebagai
alasan untuk
penghematan waktu dan biaya dalam proses perancangan. Dengan mengamati proses desain Panyu sebagai area residensial di Cina, mahasiswa magang mendapat tambahan pengetahuan akan ketentuan yang berlaku dan khas perancangan di Cina. Salah satu pengetahuan yang diperoleh yaitu tentang regulasi/peraturan pemerintah Cina yang mengatur dalam setiap perancangan area residensial harus tersedia Fire Engine Access (F.E.A) dan upaya perancangan dengan pemanfaatan ruang vertikal secara optimal seperti penyediaan basement parkir mobil yang cukup luas yang mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak nantinya. Permasalahan yang ditemui dalam perancangan lanskap Panyu pada umumnya berasal dari klien, dimana tuntutan, permintaan, serta kritikan klien akan desain membuat proses perancangan menjadi lebih kompleks sehingga diperlukan beberapa kali revisi hingga tercapainya kepuasan klien. Karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan magang, maka proses perancangan pada PT. Belt Collins Internasional Bali tidak dapat diikuti seluruhnya. Mengingat BCI Bali hanya sebagai kantor yang menangani tahap design development dan hardscape & softscape working drawings, maka hanya tahap-tahap tersebut yang dapat diikuti dalam kegiatan magang. Tapak yang dirancang berada di luar negeri (China) sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan peninjauan tapak secara langsung. Secara umum kegiatan magang merupakan kegiatan yang bermanfaat. Mahasiswa magang mendapatkan ilmu baru dan pengalaman yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan sebelumnya. Saran Untuk menjaga reputasi perusahaan, BCI hendaknya tetap menjaga sistem manajemen yang ada saat ini dan terus melakukan perbaikan dalam mempertahankan kualitas produk dan menjaga kepercayaan klien. Sehingga eksistensi perusahaan tetap bertahan dimasa mendatang.
136
Dalam manajemen proyek, komunikasi perlu dikembangkan lebih baik lagi untuk meminimalisir kekeliruan dan dapat mengerti apa yang diinginkan klien terhadap desain sehingga klien puas dengan kinerja konsultan lanskap. Kegiatan magang merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Selain menambah softskill juga menambah ilmu keprofesian sebelum memasuki dunia kerja. Oleh karena itu diharapkan minat mahasiswa untuk melakukan kegiatan magang dapat bertambah. Mengingat proses perancangan pada PT. Belt Collins Internasional Bali tidak dapat diikuti seluruhnya, kegiatan magang dengan waktu yang cukup dan lokasi perancangan yang terjangkau, akan lebih baik.
137
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2010a. Pariwisata Singapura. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia. org / wiki / Pariwisata Singapura. [7 Februari 2010]. [Anonim]. 2010b . Consultant. [terhubung berkala]. http:// en.wikipedia.org /wiki/Consultant. [19 Desember 2010]. [Anonim]. 2010c. Panyu.[terhubung berkala]. http://www.panyu.gov.cn/upload/ resource/eng/category1.jsp?catId=772. [12 Agustus 2010]. [Anonim]. 2010d. China. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/China. [3 September 2010]. [Anonim]. 2010e Agile Property. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/ wiki/Agile_Property. [28 Agustus 2010]. [Anonim]. 2010f. Guangzhou. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/ Guangzhou. [28 Agustus 2010]. [Anonim]. 2010g. Panyu District. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/ wiki/Panyu_District. [28 Agustus 2010]. [Anonim]. 2010h. Agile. [terhubung berkala]. agile/Web/en/142/?id=5. [29 Agustus 2010].
http://www.agile.com.cn/
[Anonim]. 2010i. BCI Bali Office. [terhubung berkala]. http://www.wikimapia.org/#lat=8.6624292&lon=115.2310789&z=18&l=0 &m=s. [3 September 2010]. [Anonim]. 2011j. Modern Architecture. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/Modern_architecture. [23 Maret 2011]. Beattie, Antonia. 2003. Feng Shui Garden Design Creating Serenity. Berkeley Books. Singapore. Bensley B. 2008. Paradisebydesign “Tropical Residences and Resorts by Bensley Design Studios. Asia Pacific. Singapore. Bloomberg MR. 2010. Active Design Guidelines. City of New York. New York. Booth NK, Hiss JE. 2004. Residential Landscape Architecture. Pearson Prentice Hall. New Jersey.475hal. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Ohio State University. New York.
138
Cleland DI, LR Ireland. 2002. Project Management 4th Edition, Strategic Design and Implementation. McGraw-Hill Book Company. New York. Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. McGraw_Hill Book Company. New York. 241hal. Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. Mc-Graw-Hill Book Company. New York. 322hal. Hill WF. 1995. Landscape Handbook for The Tropics. Garden Art Press. Suffolk. 407hal. Inaji, Toshiro. 1990. The Garden As Architecture: Form and Spirit in the Garden of Japan, China, and Korea. Kodansha International. Tokyo. Kraus RG, Curtis JE. 1982. Creative Management in Recreation and Parks. Ed ke-3. The C. V. Mosby Company. London. Laurie M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra. Bandung. 133 hal. Min BC, Hor KO, Lin YC. 2006. 1001 Garden Plants in Singapore. Ed ke-2. National Parks Board. Singapore. 782hal. Nurisjah S, Pramukanto Q. 1995. Pengantar Praktikum Perencanaan Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Oberlender GD. 1993. Project Management for Engineering and Construction. McGraw-Hill Book Company. New York. PT. Belt Collins Internasional (Bali). 2010. Panyu Design Development Package. [Tidak Dipublikasikan]. Reid GW. 1996. Grafik Lansekap (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. 216hal. Simond JO. 1983. Landscape Architecture – A Manual of Site Planning and Design. Mc-Graw-Hill Book Company. New York. 331hal Stoner JAF, RE Freeman. 1994. Manajemen. Jilid 1. Ed ke-5. Intermedia. Jakarta. 679hal. Vinky N. 2003. Psikologi Dalam Perkembangan Arsitektur. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara. USU Ditigal Library. Zevi B. 1981 .The Modern Language of Architecture. New York.
139
LAMPIRAN
Lampiran 1. Phase I- Coordination Plan
140
Lampiran 2. Phase I- Material Plan
141
Lampiran 3. Phase I- Lighting Image
142
Lampiran 4 . Phase I- Entrance Area Plan
143
Lampiran 5. Phase I- Entrance Area Section 1-2
144
Lampiran 6. Phase I- Entrance Area Section 3 and Elevation
145
Lampiran 7. Phase I- Courtyard Area Plan
146
Lampiran 8 . Phase I- Courtyard Area Section
147
Lampiran 9. Phase I- Roundabout Plan
148
Lampiran 10. Phase I- Roundabout Section
149
Lampiran 11. Phase I- Paving Detail Plan (1)
150
Lampiran 12. Phase I- Paving Detail Plan (2)
151
Lampiran 13. Phase I- Typical Detail (1)
152
Lampiran 14. Phase I- Typical Detail (2)
153