PROSES PERENCANAAN LANSKAP HOTEL RESOR KAWASAN PESISIR SENGGIGI LOMBOK DI PT TOWNLAND INTERNASIONAL
RENNY YAHNA OKTEVIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor Kawasan Pesisir Senggigi Lombok di PT Townland Internasional adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013 Renny Yahna Oktevia NIM A44090073
ABSTRAK RENNY YAHNA OKTEVIA. Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor Kawasan Pesisir Senggigi Lombok di PT Townland Internasional. Dibimbing oleh SITI NURISJAH. Indonesia memiliki potensi wisata yang tinggi dan dikembangkan dalam upaya meningkatkan pelestarian alam dan budaya. Salah satu wilayah yang sedang dikembangkan untuk kepariwisataan ini adalah Pulau Lombok. Pulau Lombok didukung oleh kekayaan alam serta budaya sebagai aset wisata, khususnya di kawasan Senggigi yang berada di tepi pantai. Keberhasilan pembangunan sektor pariwisata ditunjang oleh adanya sarana akomodasi seperti hotel resor. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk memperoleh keterampilan kerja dan mengaplikasikan ilmu arsitektur lanskap dalam proses perencanaan lanskap hotel resor kawasan pesisir Senggigi. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah survei, wawancara, studi pustaka, dan studi komparatif. Metode analisis dilakukan secara deskriptif dalam membahas sistem manajemen kerja perusahaan dan proses perencanaan lanskap hotel resor. Hasil dari kegiatan magang menyatakan bahwa sistem manajemen perusahaan dan sistem pelaksanaan proyek perencanaan lanskap hotel resor di Kawasan Senggigi berkategori baik. Untuk meningkatkan kualitas hasil perencanaan disarankan untuk selalu mengikuti perkembangan terkini dan melengkapi data yang dibutuhkan terutama yang terkait dengan kondisi lingkungan fisik dan ekologis. Kata kunci: Hotel resor, perencanaan lanskap, pengembangan wisata, Senggigi
ABSTRACT RENNY YAHNA OKTEVIA. Landscape Planning Process of Hotel Resor, Senggigi, West Lombok Nusa Tenggara Barat at PT Townland International. Supervised by SITI NURISJAH. Indonesia has a high tourism potential that can be developed in an effort to improve the preservation of nature and culture. One of the area which being developed for tourism is the island of Lombok which is supported by a wealth of natural and cultural assets in particular in the area of Senggigi that near from the beach. The successful development of the tourism sector is also supported by the presence of accommodation facilities such as hotels resort . The purpose of an internship is to acquire job skills and apply knowledge of landscape architecture in the planning process of coastal landscape Senggigi resort area. The method used was a survey, interviews, literature studies, and comparative studies. Methods of analysis done on descriptive in discussing the company's work management system and a resort hotel landscape planning process. The result of internship stated that the company's management system and landscape planning system implementation project in Senggigi Resort Hotel either good category. To improve the quality of planning results are required to keep up to date and complete the sufficient data, especially related to the physical environment and ecological conditions. Key words: Hotel resort, landscape planning, tourism, Senggigi
PROSES PERENCANAAN LANSKAP HOTEL RESOR KAWASAN PESISIR SENGGIGI, LOMBOK DI PT TOWNLAND INTERNASIONAL
RENNY YAHNA OKTEVIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul skripsi : Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor Kawasan Pesisir Senggigi, Lombok di PT Townland Internasional. Nama : Renny Yahna Oktevia NIM : A44090073
Disetujui oleh
Dr Ir Siti Nurisjah MSLA Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bambang Sulistyantara MAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul skripsi : Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor Kawasan Pesisir Senggigi, Lombok di PT Townland Internasional. Nama : Renny Yahna Oktevia : A44090073 NIM
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Dr Ir Bambang Sulistyantara MAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
0 B JA N 2014
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor Kawasan Pesisir Senggigi Lombok di PT Townland Internasional”. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Siti Nurisjah MSLA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan dan saran kepada penulis selama masa akademik terutama dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi, Ir Qodarian Pramukanto MSi selaku dosen pembimbing akademik, Fitriyah Nurul H Utami ST, MT dan Dewi Rezalini Anwar SP, MAdes selaku penguji pada ujian akhir atas masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. Terima kasih juga penulis tujukan kepada PT Townland Internasional selaku perusahaan konsultan arsitektur lanskap tempat penulis melakukan kegiatan magang. Terima kasih kepada Mr. Johannes Spies, Ibu Tetty Siagian, Ibu Monika Indria dan Mba Agnes Stephanie yang telah memberikan bimbingannya selama penulis magang, serta staf lainnya yang telah membantu penulis selama melaksanakan kegiatan magang. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Landscaper 46, senior, junior, dan teman-teman terdekat penulis atas dukungan, semangat dan motivasinya. Terakhir dan tidak terlupakan, terima kasih sebesar-besarnya kepada orangtua, Bapak Faisal Andriansyah dan Ibu Agustini, serta adik tersayang Indra, Keishya dan Calista atas kasih sayang, dukungan dan doanya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Desember 2013
Renny Yahna Oktevia
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Magang
2
Manfaat Magang
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Lanskap dan Perencanaan Lanskap
3
Lanskap Pesisir Pantai
3
Rekreasi dan Wisata
4
Hotel Resor
4
Konsultan Lanskap
5
METODOLOGI
6
Lokasi dan Waktu Magang
6
Metode Magang
6
Pengumpulan Data
7
Tahapan Kegiatan Magang
8
Batasan Magang
9
KONDISI UMUM
10
PT Townland Internasional
10
Wilayah Senggigi, Lombok Barat
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Sistem Kerja Perusahaan
18
Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor di Kawasan Senggigi
21
Permasalahan Dan Rekomendasi Hasil Evaluasi
48
SIMPULAN DAN SARAN
50
Simpulan
50
Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
52
RIWAYAT HIDUP
60
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jadwal pelaksanaan magang di PTTI, 2013 Jenis, bentuk dan sumber data Alat yang digunakan PTTI dan kegunaannya Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengerjaan oleh PTTI Data curah hujan, suhu dan kelembaban Obyek wisata yang berkembang di Lombok Barat (DPLB 2012) Kriteria analisis nilai lahan Penyusunan strategi Analisis SWOT Rencana ruang, aktivitas dan fasilitas Strategi perhitungan vegetasi dalam perencanaan Rencana daya dukung Permasalahan dalam manajemen perusahaan Evaluasi proses perencanaan proyek
6 7 13 13 15 17 34 35 38 40 46 48 49
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tahapan kegiatan magang Perkembangan PT Townland Group Struktur organisasi PTTI Peta Kawasan Wisata Senggigi di Kecamatan Batu Layar Potensi pariwisata di kawasan Senggigi Tahapan dan produk dalam menyusun Rencana Induk Prosedur pelaksana pengerjaan proyek Tahapan pengerjaan proyek Lokasi proyek perencanaan Tapak eksisting dalam tiga zona Keadaan tapak Zona A Keadaan tapak Zona B Keadaan tapak zona C Jumlah pengunjung dalam lima tahun di Lombok Barat Jenis tingkatan hotel di Lombok Barat Kebudayaan Lombok Aksesibilitas kawasan Peta sebaran vegetasi eksisting tapak Vegetasi eksisting tapak Peta hidrologi kawasan perencanaan Keadaan Sungai Kerandangan Peta topografi kawasan Nilai dan kesesuaian lahan Pengembangan konsep rencana induk Konsep ruang Konsep sirkulasi dan ruang terbuka hijau
9 10 12 14 16 20 21 22 23 24 25 25 26 27 27 28 29 30 30 31 32 32 33 36 38 39
27 28 29 30 31 32 33 34 35
Konsep dan strategi perencanaan vegetasi Rencana drainase Sistem bioswale pada tepi jalan Referensi gambar untuk konsep sirkulasi pada area komersial Ilustrasi rencana desain Ilustrasi konsep Konsep desain produk pada area rekreasi alam Ilustrasi rencana tapak Rencana induk hotel resor
40 41 42 42 43 44 44 45 47
DAFTAR LAMPIRAN 1 Struktur organisasi perusahaan Townland Group 2 Studi banding kompetitor sekitar kawasan 3 Studi parameter pengembangan hotel resor
4 Parameter pengembangan luasan area hijau 5 Kebutuhan unit akomodasi 6 Kriteria penggolongan hotel bintang 4
54 55 56 57 58 59
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata semakin berkembang sejalan dengan semakin besarnya peminat wisata. Salah satu pulau yang sedang dikembangkan Indonesia sebagai kawasan wisata adalah Pulau Lombok. Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang strategis dan menjadi tujuan pariwisata domestik dan internasional. Lombok Barat merupakan kawasan pariwisata di Lombok. Lombok Barat memiliki kekayaan alam serta keanekaragaman budaya sebagai aset wisata, khususnya kawasan Senggigi. Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lombok Barat dilakukan melalui kebijakan pemerintah yang menjadikan sektor pariwisata menjadi prioritas pengembangan. Hal tersebut dicapai melalui peningkatan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan, dengan tetap memperhatikan segala aspek pembangunan kepariwisataan yaitu tetap terjaga dan terpeliharanya kepribadian bangsa, serta pelestarian lingkungan (Dispar 2013). Keberhasilan pembangunan sektor pariwisata didukung dengan adanya sarana prasarana seperti hotel resor. Hotel resor adalah suatu tempat yang berada pada tepi pantai atau pegunungan yang dikembangkan sebagai tempat peristirahatan bagi para wisatawan dengan berbagai fasilitas yang disediakan untuk akomodasi, rekreasi, dan kebutuhan lainnya (Bovy dan Lawson 2002). Kawasan Senggigi menjadi pusat kawasan akomodasi wisata, sehingga para investor bersaing dalam menciptakan hotel resor yang unggul. PT Pantai Indah Kerandangan (PIK) sebagai salah satu investor yang bercita-cita mengembangkan dan membangun daerah tujuan wisata kelas dunia, menunjuk PT Townland International (PTTI) untuk merencanakan sebuah hotel resor yang dapat menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara, melestarikan alam dan mengangkat nilai budaya Lombok. PTTI merupakan salah satu konsultan lanskap yang memberikan pelayanan dalam bidang arsitektur lanskap, master planning, dan urban design bagi pembangunan hotel, resor, pemukiman, area komersial, dan area rekreasi. Perencanaan rencana induk hotel resor di Kawasan Senggigi merupakan proyek kerjasama antara PIK dan PTTI. Kawasan tersebut memiliki potensi dan fitur alam yang mendukung daya tarik pariwisata. Rencana yang dibangun bertujuan untuk membuat hotel resor dengan nilai yang tinggi dan pengembangan yang baik dan tepat. Perencanaan hotel resor juga harus dapat memenuhi persyaratan dan strategi pelayanan yang dapat memanfaatkan potensi alam, integrasi dengan lingkungan, serta fasilitas dan bentuk ruang yang tepat (Lawson 2004). Sikap profesionalisme di bidang Arsitektur Lanskap dapat diwujudkan melalui pemahaman dan aplikasi teori keilmuan dalam praktik di lapang. Salah satu upaya adalah melakukan kegiatan praktik magang di suatu perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. PTTI sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang arsitektur lanskap menjadi pilihan dalam kegiatan magang. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pembelajaran, serta sebagai pelengkap proses perencanaan hotel resor menjadi lebih optimal dalam mengaktualisasikan potensi sumber daya alam. Tahapan dalam perencanaan, baik
2 di studio maupun di lapang sangat penting untuk dipelajari dan diteliti dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan arsitektur lanskap.
Tujuan Magang Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh keterampilan kerja dan akademik, memperluas wawasan, dan mengaplikasian ilmu arsitektur lanskap bagi mahasiswa dalam proses perencanaan hotel resor. Adapun tujuan khusus kegiatan magang di PT Townland Internasional ini adalah: 1. mengidentifikasi dan menganalisis sistem kerja perusahaan, 2. mengidentifikasi dan menganalisis proses perencanaan lanskap hotel resor di kawasan Senggigi, 3. menganalisis permasalahan dalam proses penyelesaian proyek dan menyusun rekomendasi hasil evaluasi kegiatan magang.
Manfaat Magang Kegiatan magang yang dilakukan di PT Townland Internasional bermanfaat untuk: 1. meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam bidang keilmuan arsitektur lanskap dan menghadapi kondisi lapangan kerja, 2. memperoleh dan memberikan informasi yang berkaitan dengan proses perencanaan lanskap hotel resor di pesisir pantai, 3. menjadi media pertukaran informasi ilmu dalam mengembangkan, mengaplikasikan penerapan arsitektur lanskap antara mahasiswa, Departemen Arsitektur Lanskap dan perusahaan tempat magang, dan 4. menjadi bahan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam merencanakan tata ruang yang optimal dan mengembangkan kawasan wisata yang berkelanjutan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap dan Perencanaan Lanskap Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia (Simonds 2006). Perencanaan lanskap adalah salah satu produk utama dalam ilmu dan kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik, serta lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan, kesejahteraan, dan kesehatannya (Nurisjah dan Pramukanto 2012). Proses Perencanaan merupakan suatu kegiatan berurutan yang saling terkait tidak hanya pada tahapannya, tetapi produk rencana yang dihasilkan. Tahapan perencanaan lanskap meliputi persiapan, pengumpulan data, fakta dan informasi, analisis data, sintesis, dan perencanaan lanskap (Nurisjah dan Pramukanto 2012). Penyusunan perencanaan pengembangan wilayah adalah instrumen perencanaan pengelolaan sumber alam dan lingkungan dengan menetapkan kawasan yang berfungsi lindung dan daya tampung atau carrying capacity kawasan budidaya, dalam menghadapi pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk yang tidak merata serta kondisi permintaan (kebutuhan) yang terus meningkat. Perencanaan pengembangan wilayah harus memperhatikan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang lestari (Subroto 2003). Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan lanskap adalah: 1. mengidentifikasi potensi ruang dan wilayah, 2. mengidentifikasi faktor penghambat pengembangan ruang wilayah, 3. mengidentifikasi kebutuhan dan kepentingan pengembangan, 4. mengidentifikasi spesifikasi kegiatan pembangunan dan dampaknya terhadap komponen wilayah, 5. mengidentifikasi koneksitas antar kegiatan dengan daya dukung ruang dan wilayah, dan 6. mengidentifikasi dan analisis kebijakan dan peraturan yang relevan mendukung pemanfaatan ruang secara sustainable (Subroto 2003).
Lanskap Pesisir Pantai Pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautan dan daratan. Pesisir adalah bagian dari permukaan bumi yang terletak di antara pasang dan surut yang dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pada waktu pasang naik, pesisir tertutup oleh air laut dan pada waktu surut berupa daratan. Karakteristik pesisir antara lain: 1. pesisir merupakan kawasan yang strategis karena memiliki topografi yang relatif mudah dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (dengan memanfaatkan laut sebagai “prasarana” pergerakan),
4 2. pesisir merupakan kawasan yang kaya akan sumberdaya alam, baik yang terdapat di ruang daratan maupun ruang lautan, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia (James 2010). Ekosistem pesisir berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi ekosistem yang bersifat alami (natural) dan yang bersifat buatan (man made). Hutan Mangrove merupakan salah satu ekosistem alami pantai. Mangrove banyak ditemui di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai yang besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Rekreasi dan Wisata Menurut Bell (2008), rekreasi adalah aktivitas yang dilakukan tidak jauh dari rumah dalam rutinitas sehari-hari. Wisata alam adalah kegiatan yang merupakan bagian dari hari libur atau liburan yang melibatkan orang yang tinggal jauh dari rumah dan menggunakan area tertentu untuk melakukan kegiatan. Tren dalam permintaan untuk rekreasi memperhatikan dua hal, yaitu (Bell 2008): 1) permintaan rekreasi tumbuh terus-menerus, dan 2) setiap orang memiliki kebutuhan rekreasi yang berbeda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan rekreasi antara lain tren demografi, politik, teknologi, ekonomi, dan gaya hidup. Perencanaan wisata yang berkelanjutan dapat meningkatkan perekonomian dan membangun karakter kawasan. Perencanaan rekreasi yang berkelanjutan adalah tentang menilai permintaan dan mengembangkan potensi, mengetahui kemampuan dasar tanah untuk memenuhi permintaan dalam cara yang berkelanjutan, dan penggunaan sumber daya yang tersedia dengan bijaksana untuk mengoptimalkan potensi (Bell 2008). Kombinasi dalam menciptakan kesinambungan antara lingkungan, kebudayaan, dan sosial menjadi hal utama dalam pengembangan pariwisata. Selain itu, menciptakan sebuah petualangan dan keunikan yang berbeda dalam wisata menjadi kebutuhan wisatawan.
Hotel Resor Hotel resor adalah suatu tempat yang dikembangkan sebagai tempat peristirahatan bagi para wisatawan dengan berbagai fasilitas yang disediakan, serta berada pada kawasan wisata alam (Bovy dan Lawson 2002). Dalam merencanakan sebuah hotel resor diperlukan pemahaman terhadap prinsip dasar perencanaan hotel resor, yaitu: 1. menciptakan kawasan yang memiliki karakter dan tujuan yang berbeda, didukung dengan adanya fungsi ruang dan fasilitas yang disediakan; 2. memenuhi kebutuhan dan persyaratan individu dalam melakukan kegiatan wisata, meliputi suasana yang mendukung istirahat dan ketenangan, fasilitas olahraga dan hiburan; 3. menciptakan suatu citra wisata yang menarik dengan memanfaatkan sumber daya alam dan kekhasan suatu daerah, menyesuaikan fisik bangunan dengan karakter lingkungan setempat, dan pengolahan terhadap fasilitas yang sesuai dengan tapak dan iklim setempat (Lawson 2004).
5 Perencanaan resor merupakan tujuan wisata yang terintegrasi dengan perencanaan wilayah antara pemilik, kerjasama dengan sektor luar, dan pemerintah. Perencanaan dan pengembangan dilakukan setelah mengetahui target dan kebutuhan pasar. Dalam merencanakan pengembangan resor perlu mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu: 1. keadaan iklim sebagai kenyamanan relaksasi; 2. kedekatan dengan tempat wisata dan kegiatan termasuk atraksi yang menyenangkan, bersejarah dan budaya, olahraga dan fasilitas rekreasi, dan belanja dan hiburan kegiatan; 3. kemudahan pencapaian akses transportasi utama; 4. kemudahan mengarahkan kepada pemandangan yang indah dan alami; 5. keadaan fasilitas dan kegiatan rekreasi; 6. keadaan utilitas dan infrastruktur (Lawler 2010). Perencanaan yang tepat adalah perencanaan yang mempertimbangkan halhal di bawah ini, yaitu: 1. mengembangkan daya wisata pada kawasan, 2. memperhatikan kompetitor dan pesaing dalam ekonomi wisata, 3. meningkatkan ekonomi, sosial, dan budaya untuk wisata berkelanjutan, dan 4. menyesuaikan dengan pemerintah, rencana ruang, dan wilayah, serta memperhatikan keadaan tapak (Lawler 2010).
Konsultan Lanskap Konsultan lanskap adalah pengembang yang memiliki tanggung jawab moral dalam penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi, perencanaan kota, perancangan ruang terbuka, dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia. Konsultan merupakan penyedia saran dalam bentuk informasi, rekomendasi prosedur, atau ide. Dalam pertukaran pelayanan konsultan, klien membayar konsultan dengan sejumlah biaya yang disepakati antara klien, serta memulai pekerjaan berdasarkan spesifikasi dan lingkup pekerjaan. Jenis aktivitas konsultan meliputi riset, investigasi, pendapat ahli, rekomendasi teknis, analisis dan evaluasi, perbaikan anggaran biaya dan modal, atau rencana kesesuaian proyek. Sebuah konsultan profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut (Russ 2009). 1. Memiliki pengetahuan dan profesional dalam bekerja. 2. Menerima pendapat dan memberi masukan informasi kepada klien, tim, dan pelaksana proyek. 3. Memiliki wawasan dalam peraturan perencanaan. 4. Memiliki prosedur pelaksana dan manajemen projek yang baik. 5. Mampu memperbaiki kendala yang ada. 6. Mampu mengembangkan dan perencanaan yang tepat hingga mencapai kualitas yang maksimal. 7. Mempublikasikan hasil produk dengan baik.
6
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di PT Townland Internasional (PTTI) yang berlokasi di Gedung Graha Tirtadi, Jalan Raden Saleh No 20, Jakarta Pusat. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, mulai 3 Februari sampai dengan 3 Juni 2013. Kegiatan magang meliputi tahap persiapan, pengenalan perusahaan, proses perencanaan, serta kegiatan pendukung magang. Kegiatan utama dalam pelaksanaan magang ini yaitu mempelajari dan mengikuti proses proyek perencanaan hotel dan resor pada kawasan Senggigi, Lombok Barat. Pelaksanaan kegiatan magang mengikuti jadwal dan proses perencanaan PTTI yang dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 Jadwal pelaksanaan magang di PTTI, 2013 Jan
Kegiatan 2 Persiapan Pengenalan perusahaan Kegiatan proses perencanaan a.Identifikasi dan pengumpulan data b.Analisis tapak c.Pengembangan konsep d.Pembuatan rencana induk Kegiatan studi pustaka dan wawancara
Feb
3 4
1
2
Mar 3
4
1
2
Apr 3
4
1
2
Mei 3
4
1
2
Jun 3
4
1
2
X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X
X
X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X X X X X X X X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
Metode Magang Metode yang digunakan dalam kegiatan magang di PT Townland Internasional meliputi: 1. mempelajari kelembagaan perusahaan dan mengamati proses pekerjaan proyek, 2. mempelajari dan berpartisipasi aktif dalam proses pengerjaan proyek perencanaan hotel resor di Senggigi, 3. melakukan partisipasi aktif dalam membantu penanganan proyek lain, yaitu perancangan lanskap Hotel Sahid Yogya guna mendukung proses kegiatan magang, 4. melakukan analisis terhadap hasil kegiatan magang yang dilaksanakan, dan 5. melakukan studi pustaka mengenai proses perencanaan guna mendukung hasil kegiatan magang.
7 Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menunjang kegiatan magang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Data Primer a. Observasi dan wawancara langsung dengan pihak PTTI terkait sistem perusahaan, struktur tim, dan sistem pengerjaan proyek untuk melengkapi kebutuhan data dalam penulisan skripsi. 2. Data Sekunder a. Studi mengenai data awal yang telah tersedia di perusahaan tempat magang berdasarkan observasi lapang yang telah dilakukan oleh staf yang berkepentingan di perusahaan tempat magang, data yang dikirim dari pihak surveyor, dan klien. b. Studi pustaka dalam melengkapi kebutuhan data perencanaan berkaitan dengan studi banding, kebutuhan wisata, peraturan yang berlaku, keadaan umum wilayah dan data terkait perencanaan hotel resor, berdasarkan tinjauan buku, jurnal dan data statistik. Pengumpulan data meliputi dua aspek yaitu aspek kelembagaan perusahaan dan aspek dalam perencanaan proyek. Berikut merupakan sumber dan jenis data yang akan dijadikan acuan dalam perencanaan lanskap resor dan hotel Senggigi yang dijelaskan dalam Tabel 2. Tabel 2 Jenis, bentuk dan sumber data No
Aspek data
A.
Kelembagaan
1 2
Profil perusahaan
Deskriptif / bagan
Struktur organisasi
Bagan
3
Sistem kerja
4
Aplikasi dan alat
Bagan
Manajemen kerja
Deskriptif
5 B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 a
Jenis data
Proyek Deskripsi proyek Orientasi, letak Tata guna lahan Hidrologi Topografi Ekonomi dan budaya RTRWa Kompetitor RDTRWb Iklim Tanah dan vegetasi
Deskriptif
Deskriptif Spasial/deskriptif Spasial/deskriptif Spasial/deskriptif Spasial/deskriptif Spasial/deskriptif Spasial/deskriptif Spasial/deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Rencana Tata Ruang Wilayah, Internasional
b
Bentuk data
Sumber data
Data sekunder dan primer Data sekunder Data sekunder dan primer Data primer Data sekunder dan primer
PTTIc dan wawancara PTTI Observasi, wawancara dan studi pustaka Observasi dan wawancara
Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder
PTTI PTTI dan studi pustaka studi pustaka PTTI dan studi pustaka PTTI dan studi pustaka PTTI dan studi pustaka Studi pustaka PTTI dan studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka
PTTI dan wawancara
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah, c PT Townland
8 Tahapan Kegiatan Magang
Tahapan kegiatan magang (Gambar 1) meliputi kegiatan pra magang, magang dan pasca magang meliputi: 1. pra magang, dimulai dari pembuatan usulan magang, pencarian perusahaan tempat magang, perizinan dari Departemen Arsitektur Lanskap dan perusahaan tempat magang, 2. kegiatan magang yang dilakukan di PTTI meliputi pengenalan perusahaan, dan kegiatan proses perencanaan proyek hotel resor. 3. kegiatan pasca magang, meliputi analisis data hasil magang dan penyusunan laporan hasil kegiatan magang. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari informasi yang terkait pengerjaan proyek, mencari literatur yang diperlukan untuk mendukung penulisan melalui studi pustaka. Lingkup pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan magang meliputi dua aspek utama dalam perusahaan dan pengerjaan proyek, meliputi: A. Kegiatan Kelembagaan Kegiatan ini dilakukan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dalam proses manajemen perusahaan dan kualitas kerja untuk menghasilkan suatu karya arsitektur lanskap.Aspek yang dipelajari dalam kegiatan ini meliputi: a) profil dan struktur organisasi perusahaan, b) sistem administrasi perusahaan, c) sistem manajemen kerja yang dilakukan dalam perusahaan, d) sistem manajemen penanganan proyek. B. Proses perencanaan lanskap Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari proses pengerjaan proyek perencanaan hotel resor, melalui beberapa tahapan antara lain sebagai berikut. a) Persiapan dan pengumpulan data Pada tahap ini para profesional perencanaan mengumpulkan dan mencatat informasi tentang wilayah tapak melalui data yang didapatkan dari klien, data sekunder berdasarkan pencarian studi pustaka, serta data hasil survey lapang. Kegiatan survei lapang tidak dilakukan mahasiswa magang, untuk itu pengenalan terhadap kondisi awal tapak dilakukan dengan memahami foto hasil survei tapak dan arahan dari tim pelaksana. b) Data dan analisis Tahap analisis merupakan tahapan dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan. Analisis dilakukan terhadap data fisik, ekonomi, sosial dan budaya, serta data regional wilayah dalam pariwisata. Setelah data dianalisis, didapatkan hasil analisis kesesuaian lahan dan analisis SWOT sebagai pertimbangan dalam menentukan zonasi ruang, c) Pengembangan konsep Tahap pengembangan konsep berdasarkan strategi bisnis dan produk pengembangan, strategi perencanaan terhadap struktur, penggunaan lahan, merencanakan konsep ide desain. d) Pembuatan rencana induk Tahap ini merupakan tahapan dalam rencana pola ruang, sirkulasi, ruang hijau, parameter pengembangan resor serta strategi bisnis dan fasilitas produk pelayanan.Tahap akhir dilakukan dengan membuat laporan hasil perencanaan yang diserahkan kepada klien.
9
Persiapan Pra - magang
1. 2. 3. 4.
penentuan tempat perusahaan magang, perizinan lokasi magang perizinan Departemen Arsitektur Lanskap, penyusunan proposal kegiatan magang.
A. Kegiatan kelembagaan 1. mempelajari kelembagaan perusahaan, 2. mempelajari manajemen perusahaan, dan manajemen proyek 3. Observasi, wawancara dan studi literatur dalam
Kegiatan magang
B. Kegiatan studio dan lapang 1. membantu pengerjaan proyek perusahaan dalam beberapa tahapan, 2. mengikuti dan mempelajari proses perencanaan hotel resor kawasan Senggigi, 3. berpastisipasi aktif dalam merancang hotel dan mall sebagai penunjang kegiatan magang . C. Kegiatan pendukung 1. observasi, wawancara dan studi literatur untuk mendukung hasil laporan, 2. identifikasi proses dan kendala yang dalam perusahaan dan penanganan proyek,
kegiatan pasca magang
1. mengorganisasi data hasil kegiatan magang 2. menganalisis data pada lingkup kegiatan magang 3. menyusun laporan akhir kegiatan magang, 4. menyusun rekomendasi hasil evaluasi kegiatan magang
Gambar 1 Tahapan kegiatan magang
Batasan Magang Batasan kegiatan magang adalah mengikuti prosedur perencanaan proyek lanskap pada perusahaan hingga tahap perencanaan Rencana Induk lanskap hotel resor di kawasan pesisir Senggigi.
10
KONDISI UMUM PT Townland Internasional Profil Perusahaan PT Townland International (PTTI) merupakan sebuah perusahaan konsultan desain berskala internasional yang memberikan pelayanan dalam bidang perencanaan kota dan wilayah, perancangan lanskap, serta pengembangan dan konsultasi desain. PTTI pertama kali didirikan di Hongkong pada tahun 1985 oleh Karen R Seddon, seorang berkebangsaan Inggris, yang kini menjadi komisaris perusahaan pada Townland Group. PTTI berkembang di beberapa negara yaitu Indonesia, China dan India (Gambar 2). Setiap cabang PTTI dipimpin oleh seorang direktur. Di Indonesia, PTTI mulai berdiri pada tahun 1992 dibawah pimpinan Johannes H Spies. PTTI kini berlokasi di Graha Granadi, Kuningan, Jakarta Pusat. HONGKONG HEADQUARTER LTD 1985
INDONESIA
CHINA
INDIA
PT TOWNLAND INTERNATIONAL LTD 1992
TOWNLAND CONSULTANT (SHENZEN) LTD 2002 (CHENGDU) LTD 2010
TOWNLAND CONSULTANT PVT LTD 2008
UNITED KINGDOM ASSOCIATED OFFICE HOWARD & SEDDON ARCHITECT 1985
Gambar 2 Perkembangan PT Townland Group (Sumber: PTTI 2013)
Perusahaan ini diakui sebagai konsultan perencanaan dan desain terkemuka di dunia internasional. Selain itu, perusahaan dikenal juga sebagai sebuah organisasi dengan pandangan global dan perspektif yang multidisiplin. PTTI turut memberikan prestasi dalam dunia dengan menjuarai “International Landscape Planning and design Scheme Competition 2011” yang diadakan oleh Administrative Committee of Shuzhou Science and Technology Town (SSTT). Sebuah karya perencanaan dan skema desain lanskap di Zhihui Valley, Tiongkok bagian Timur, menjadi yang terbaik dengan konsep Science in the Park yang menyatukan elemen lanskap sebagai kawasan penelitian dan pengembangan. PTTI telah sukses melaksanakan proyek yang ada di seluruh dunia selama 25 tahun. Perusahaan ini telah merencanakan lebih dari 3000 proyek yang terdapat di beberapa negara di benua Asia, Afrika, dan Eropa.
11 Lingkup Pekerjaan Proyek PTTI memiliki banyak pengalaman dalam memberikan jasa pelayanan perencanaan kota dan perancangan desain lanskap, resort dan area pemukiman. Perencanaan kota merupakan salah satu pelayanan dalam membangun dan merencanakan kota yang strategis dan komprehensif baik dalam lingkup pemerintah maupun swasta. Perancangan desain lanskap merupakan pelayanan dalam merencanakan dan mengembangkan desain lanskap. Layanan PTTI dalam lingkup ini mencakup pelayanan kota baru; pengembangan taman sebagai bisnis, pendidikan, dan taman industri; pengembangan area permukiman; pengembangan area bisnis dan komersial; serta pengembangan area rekreasi. Seiring dengan berkembangnya keinginan klien dari tahun ke tahun, maka PTTI telah menambah jenis pelayananannya dalam bidang Hospitality Planning. Hospitality planning merupakan sub divisi perencanaan kota, yang menjadi layanan dalam mendukung dan meningkatkan sektor pariwisata melalui perencanaan sarana akomodasi yang unggul dengan memperhatikan karakteristik kawasan. Pendekatan untuk proyek perencanaan pariwisata dan rekreasi dicirikan dengan kepekaan terhadap budaya lokal dan keadaan lingkungan, serta memastikan bahwa pembangunan tidak akan merusak sumber daya alam. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi memegang peranan penting dalam kinerja suatu perusahaan. Struktur organisasi suatu perusahaan berperan dalam mengatur sistem dan hubungan kerja termasuk efisiensi kerja dan pengelolaannya sehingga tatanan kegiatan usaha dapat berkembang. Dengan adanya struktur organisasi yang berjalan dengan baik dan sistematis diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan dalam perusahaan. PTTI dipimpin oleh seorang komisaris utama (Commisioner) yang bertugas mengelola seluruh struktur dalam perusahaan, dan bertanggung jawab dalam mengawasi kelembagaan. Komisaris utama bertanggung jawab atas tugas-tugas operasionalisasi harian hingga tindakan yang diperlukan dalam langkah bisnis, kegagalan/kesuksesan sebuah perusahaan, operasi, pemasaran, strategi, pendanaan, penciptaan budaya perusahaan, sumber daya manusia, perekrutan tenaga kerja, pemutusan hubungan kerja, penjualan, hubungan masyarakat, dan sebagainya (Cleland dan ireland 2002). Sistem kelembagaan perusahaan dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab memimpin perusahaan dan mengontrol semua kegiatan usaha dan kinerja karyawan dari setiap divisi serta mengkoordinasi dalam hal pemberian tugas, tanggung jawab, serta wewenang kepada masing-masing anggota divisi. Direktur utama dibantu oleh manajer perusahaan (Deputy Office Manager) dan manajer proyek (Assosiate). Manajer perusahaan bertugas mengelola dan mengatur kegiatan eksternal perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengaturan dalam sistem kerja perusahaan. Sedangkan, manajer proyek bertanggung jawab terhadap kegiatan internal tim, penanganan proyek, dan melakukan koordinasi dengan tim maupun klien yang terlibat. Dalam hal sumber daya perusahaan, staf dibagi dalam staf profesional dan staf pendukung (Gambar 3). Staf profesional merupakan staf yang bekerja dalam penanganan proyek. Staf profesional terbagi dalam divisi perencanaan wilayah, perancangan lanskap, dan bagian produksi. PTTI juga memiliki staf pendukung,
12 di antaranya: 1) Deputy Managing yang menangani bagian operasi proyek dan Human Resources Development; 2) Accounting menangani administrasi dan keuangan perusahaan terkait pembayaran upah dan gaji karyawan, pendapatan dan pengeluaran perusahaan, pengurusan pajak perusahaan, administrasi kantor, dan lainnya; 3) Project Secretary merupakan asisten projek dalam pendataan dan hubungan eksternal sekaligus mengatur jadwal kepentingan direktur; dan 4) IT manajer yang menangani permasalahan data dan sistem komputerisasi.
Ket. Gambar Pimpinan Staf profesional Staf pendukung
Gambar 3 Struktur organisasi PTTI (Sumber: PTTI 2010)
Sistem Komunikasi dan Aplikasi Komputer Komunikasi merupakan salah satu sarana penting dalam hubungan antar staf perusahaan maupun pihak luar yang terlibat. Bentuk komunikasi yang digunakan PTTI dapat secara langsung maupun melalui media/perantara. Komunikasi secara langsung dengan klien dilakukan dengan mengadakan pertemuan (meeting) secara terjadwal. Komunikasi secara tidak langsung difasilitasi dengan sarana komunikasi berupa surat, email, fax, dan telepon. Email tersebut berhubungan langsung dengan PT Townland Group. Selain itu, untuk meningkatkan pemasaran, PTTI memiliki website yang memberikan bermacam informasi mengenai perusahaan, ruang lingkup pekerjaan, dan hasil pekerjaan produk. PTTI memiliki peralatan dan perlengkapan yang memadai, sehingga memberikan kemudahan dan mengefisiensikan waktu dan biaya, serta kinerja perusahaan dapat berjalan secara optimal. Fasilitas penunjang tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.
13
Tabel 3 Alat yang digunakan PTTI dan kegunaannya No.
Alat
Kegunaan
1 2 3
PC / laptop Server Printer multifungsi
4 5 6 7 8
Plotter Printer (khusus admin) LCD Proyektor Kamera digital Mesin penghancur kertas
Kebutuhan pekerjaan gambar Koneksi internet Mencetak gambar ukuran hingga
9 10
Telepon extension CD Room
Menghubungkan komunikasi antar staf Mencopy file ke CD
Sumber: Hasil pengamatan penulis 2013
Teknik pembuatan produk gambar dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem manual dan sistem operasi komputer Teknik manual dipergunakan dalam penggambaran konsep secara cepat sebelum pada tahap pengembangan. Teknik ini menggunakan peralatan seperti pensil, penggaris, pena marker, pensil warna, dan peralatan warna lainnya. Hasil teknik tersebut digunakan untuk pembuatan gambar kerja, seperti gambar konsep, potongan sketsa, dan gambar perspektif. Sedangkan, produk hasil menggunakan perangkat lunak untuk menghasilkan gambar-gambar kerja secara detail (Tabel 4). Tabel 4 Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengerjaan oleh PTTI No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perangkat lunak Adobe Photoshop CS5, dan CS6 Adobe acrobat Autocad 2012 Microsoft office Google sketchup 3D Max Google earth Adobe Indesign Macromedia Freehand
Kegunaan Render, layouting, dan memodifikasi foto Publikasi dokumen Gambar kerja atau produk Pembuatan dokumen tertulis Desain 3D Membuat desain 3D dan rendering Pencitraan peta Layouting laporan hasil Penggambaran freehand
Sumber: Hasil pengamatan penulis 2013
Wilayah Senggigi, Lombok Barat Kondisi Administratif dan Geografis Lombok Barat merupakan salah satu bagian dari Pulau Lombok. Lombok Barat memiliki luas wilayah keseluruhan yaitu 1 967.11 km2 yang terdiri dari 805.91 km2 luas daratan dan 1 161.19 km2 luas perairan. Kabupaten Lombok Barat terbagi atas 10 kecamatan dan 121 desa meliputi kecamatan Batu Layar, Gunung Sari, Lingsar, Narmada, Labuapi, Kediri, Kuripan, Gerung, Lembar, dan Sekotong. Kawasan Senggigi terletak di Kecamatan Batu Layar dengan dua desa yaitu Desa Senggigi dan Desa Batu Layar Barat. Secara administratif, kawasan ini
14 dibatasi oleh Selat Lombok di sebelah barat, Desa Senteluk dan Desa Sandik di sebelah selatan, Desa Lembah Sari di sebelah timur dan Desa Malaka Kecamatan Pemenang (Kabupaten Lombok Utara) di sebelah utara (Gambar 4).
Gambar 4 Peta Kawasan Wisata Senggigi di Kecamatan Batu Layar (Sumber: Bappeda Lombok Barat 2012)
Secara Geografis, Kawasan Senggigi terletak pada posisi 115º46–119º5 BT dan 8º10–9º5 LS dan terletak di sebelah barat Lombok dan berjarak sekitar 5 km disebelah utara Kota Mataram. Luas wilayahnya ± 68,76 km2 atau sekitar 41,17 % dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat. Kawasan Senggigi merupakan salah satu kawasan sektor pariwisata utama di Lombok Barat. Senggigi menjadi pusat akomodasi bagi para wisatawan dan pusat rekreasi alam dan bahari di Lombok Barat (RTRW Nusa Tenggara Barat 20092025). Berdasarkan struktur ruang pada Lombok Barat, Kecamatan Batu Layar merupakan salah satu Kawasan Pusat Pelayanan yang melayani kebutuhan wisata melalui fasilitas akomodasi yaitu resor dan hotel (Bappeda Lombok 2012).
15 Kondisi Fisik dan Biofisik Bentang alam di kawasan Senggigi berupa pantai, dataran rendah dan perbukitan. Dataran rendah mempunyai kondisi yang istimewa dengan Pantai Senggigi pada bagian depan dan bukit sebagai latar belakang. Daerah rendah merupakan kawasan landai dengan ketinggian kurang lebih dua meter diatas permukaan laut. Lahan yang berada ditepi pantai memiliki kemiringan 0–2% merupakan lahan untuk akomodasi, kemiringan 2–10% dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas penunjang, sarana rekreasi, dan kemiringan di atas 40% tidak dibangun bangunan untuk menghindari longsor. Jenis tanah pada kawasan Senggigi terdiri atas regosol pada kawasan pesisir pantai, aluvial pada bagian dekat sungai, dan litosol pada area berbukit. Kawasan yang direncanakan didominasi oleh dataran regosol. Regosol memiliki tekstur tanah yang kasar dan belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi. Kondisi tanah di kawasan Senggigi tidak pernah tergenang air dan tidak ada erosi, sehingga drainase dikatakan cukup baik (Marianti 1996). Selain itu, kondisi tanah regosol yang homogen menjadikan pemanfaatan lebih leluasa tanpa batasan peruntukan lahan. Kawasan ini memiliki iklim tipe D (Schmidt–Ferguson). Iklim tipe D merupakan iklim tropis sedang. Data pengamatan suhu, curah hujan, kelembaban dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Data curah hujan, suhu dan kelembaban Jenis data Suhu (oC) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm)
Maksimum 310 C 90%. (musim hujan) 368 mm ( Bulan November)
Minimum 210 C 55% (musim kemarau) < 60 mm ( Bulan Maret)
Rata-rata 26.50 C 85 % 100-200 mm
Sumber: SPKL 2012
Secara umum, pasang surut pada bagian pantai barat Lombok relatif rendah dibanding dengan pantai bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pasang surut air Pantai Senggigi relatif minimum, sehingga pertimbangan terhadap kenaikan air laut relatif kecil. Kondisi laut di kawasan Senggigi memiliki kedalaman laut berkisar 5 meter pada jarak 200–400 m dengan gelombang 0.5–1 m (SPKL 2012). Garis Pantai Senggigi pendek dan dikelilingi pasir yang berwarna putih dan air laut yang jernih. Garis pantai dengan tapak berkisar hingga 50 meter. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kawasan tidak berbahaya untuk area wisata. Kondisi hidrologi Lombok Barat didukung dengan adanya Daerah Aliran Sungai (DAS) dan 153 titik mata air (SPKL 2012). Bukit-bukit disepanjang Kawasan Senggigi merupakan lokasi resapan air dan sumber air. Deretan pegunungan di bagian utara ditumbuhi pohon-pohon besar dan tanaman perdu yang berfungsi sebagai hutan lindung. Dari pegunungan ini mengalir beberapa sungai yang mengarah ke selatan dan alirannya berlangsung sepanjang tahun. Kondisi hidrologi kawasan terlihat dari keberadaan aliran sungai dan air tanah yang ada pada sumur air bersih.
16 Kondisi Sosial dan Budaya Jumlah penduduk pada Kawasan Batu Layar mencapai 39.507 jiwa dan penduduk Desa Senggigi mencapai 8.777 jiwa. Sebagian besar penduduk Senggigi memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, dan karyawan swasta yang bergerak pada bidang pariwisata, dan beberapa lainnya bekerja sebagai buruh tani, peternak, dan lain sebagainya (SPKL 2012). Masyarakat daerah pesisir umumnya bersifat menunggu dan melihat pengenalan teknologi baru dan pengaruhnya terhadap ekonomi keluarga (SPKL 2012), sehingga adanya pariwisata dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan membuka peluang lapangan kerja. Sekitar 80% penduduk di Pulau Lombok adalah Suku Sasak. Suku Sasak memiliki kebudayaan antara hindu dan islam, namun sebagian besar memeluk agama islam. Kebudayaan tersebut tercermin dalam berbagai event dan corak bangunannya, serta kesenian daerah. Arsitektural tradisional Sasak merupakan arsitektur tradisional yang belum banyak mendapat pengaruh dari luar dan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melihat karakteristik Lombok. Selain itu, budaya masyarakat Lombok memiliki keanekaragaman jenis kerajinan tangan diantaranya tenunan kain adat, anyam-anyaman dari pandan, bambu dan lontar, ukiran-ukiran kayu, bambu, dan tanah liat, serta kerajinan tangan lainnya yang dapat dijadikan cinderamata. Potensi Pariwisata dan Pengunjung di Lombok Kawasan pariwisata Senggigi merupakan kawasan wisata yang potensial dan banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Daerah ini merupakan daerah yang terbanyak dikunjungi wisatawan karena adanya kemudahan pencapaian, lokasi yang strategis, tersedianya fasilitas yang lengkap, serta potensi kawasan wisata yang tinggi. Kawasan Senggigi berada dekat dengan bandara internasional Praya dan pelabuhan laut Lembar, serta dekat dengan area pariwisata diantaranya Kepulauan Gili, Kuta Mandalika, Pegunungan Rinjani, Pura Batu Bolong, dan Mangsit (Gambar 5). Selain itu, keindahan pegunungan dan pantai menjadi salah satu faktor utama yang dinikmati dalam rekreasi di kawasan Senggigi.
Gambar 5 Potensi pariwisata di kawasan Senggigi (Sumber: PTTI 2013)
17 Sektor Pariwisata Lombok menjadi sektor andalan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjang dengan banyaknya objek wisata yang dikembangkan. Jumlah obyek pariwisata di Kabupaten Lombok Barat sebelum pemekaran sebanyak 60 obyek, baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang (Tabel 6). Obyek wisata ini tersebar diseluruh kecamatan yang terdiri dari 41 obyek wisata alam, 15 obyek wisata budaya, dan 4 obyek wisata sejarah. Setelah terjadi pemekaran maka jumlah obyek wisata yang ada di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 40 obyek wisata, yang terdiri dari: 24 obyek wisata alam, 15 obyek wisata budaya/sejarah dan 1 obyek wisata minat khusus (DPLB 2012). Tabel 6 Obyek wisata yang berkembang di Lombok Barat (DPLB 2012) No.
1. 2. 3. 4.
Nama Obyek
Lokasi
Jenis Wisata
Pantai Senggigi Senggigi Alam Batu Bolong Batulayar Budaya Pantai Mangsit Senggigi Alam Hutan Wisata Kekait Alam Pusuk 5. Taman Lingsar Lingsar Budaya 6. Taman Narmada Narmada Budaya/Sejarah 7. Suranadi Suranadi Budaya/Sejarah 8. Banyumulek Banyumulek Budaya/Sejarah 9. Pantai Sire Sokong Alam 10. Pura Agung Lendang Bajur Budaya 11. Desa Sesela Sesela Budaya 12. Gunung Pengsong Kuranji Budaya 13. Karang Bayan Karang Bayan Budaya 14. Aik Nyet Narmada Alam Sumber: Dinas Pariwisata Lombok Barat 2012
Jarak dari Mataram 13 Km 12 Km 20 Km 16 Km 9 Km 12 Km 17 Km 10 Km 30 Km 4 Km 5 Km 5 Km 14 Km 20 Km
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Kerja Perusahaan PTTI mempunyai alur kerja yang sistematis apabila ditinjau dari segi administrasi. Sistem ini mempermudah pekerjaan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Sistem kerja perusahaan yang ada diantaranya sistem penyimpanan dan pendistribusian data perusahaan dan sistem pekerjaan proyek. Sistem Penyimpanan dan Pendistribusian Data PTTI menggunakan sistem penyimpanan dan pendistribusian data server client. Server client menggunakan satu komputer sebagai server yaitu pengumpul data dan komputer lainnya sebagai client atau penerima. Pendistribusian data dengan sistem server memiliki kelebihan di antaranya mempercepat pendistribusian data, menyimpan data secara keseluruhan, dan mengefisienkan data. Namun, menjadi kendala apabila server mengalami kerusakan sistem. Untuk itu, pengelolaan dilakukan dengan pengecekan sistem secara berkala dan mengunci sistem data dari luar. Data perusahaan disimpan dalam data server yang dikelompokkan ke dalam folder yang disesuaikan dengan jenis proyek. Dalam satu folder proyek diberi kode nama proyek (IP***) didalamnya terdapat dua folder utama yaitu incoming document yang berisi data yang didapat dari klien dan outgoing document berisi data yang telah dikerjakan oleh tim PTTI. Dalam setiap folder tersebut terdapat beberapa sub-folder, yaitu: 1. CAD Sub-folder ini berisi data CAD yang dikerjakan pada tahap draft gambar kerja dan final product. 2. Correspondence Sub-folder ini berisi data dokumen yang disimpan untuk pendataan proyek dan mendukung proses pekerjaan proyek. Pada folder ini terdapat empat sub-folder berdasarkan jenis dokumennya yaitu FAX, Letter, Transmittal, dan Misc berisi dokumen program kerja dan hasil pertemuan kerja. 3. Graphic Sub-folder ini berisi data gambar grafis yang telah dikerjakan dan disesuaikan dengan tahap draft gambar kerja dan final product. 4. Report Production Sub-folder dalam folder ini antara lain a) folder PPT berisi data hasil presentasi setiap proses tahapan pekerjaan, b) folder report berisi laporan kerja yang terbagi dalam jenis dokumen text, flatten image (pdf, jpg) dan layout gambar kerja. 5. Misc Sub-folder dalam folder ini antara lain contact list, CV, email, photo, response and comment, site visit, speech, and traslation. Setiap jenis dan bentuk data dimasukkan dalam folder yang telah disesuaikan dan diberi tanggal produksi. Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan magang, penyimpanan data dalam server cukup teroganisir dengan baik, namun seringkali staf lalai dalam menyimpan data pada komputer server, sehingga mengakibatkan
19 kesulitan bagi staf lainnya dalam mengakses data tersebut. Untuk itu, perlunya perbaikan sistem pengelolaan data dan penerapan sistem penyimpanan data kepada staf. Sistem Pembagian Kerja Staf Setiap staf memiliki pembagian kerja dan tanggung jawab sesuai jabatan pekerjaannya. Pembagian kerja dilakukan dengan sistem worksheet. Sistem worksheet membagi jenis pekerjaan dengan waktu pekerjaan yang ditentukan. Dalam hal pembagian tugas, seorang manajer proyek membagi pekerjaan dan waktu pekerjaan yang harus dicapai kepada setiap staf dalam satu periode (dua minggu) yang biasa disebut Professional Personnel Manajement Reporting (PPMR). PPMR merupakan data yang wajib diisi setiap staf sebagai laporan hasil kegiatan kerja yang telah dan akan dilakukan dalam satuan waktu pekerjaan. Selain itu, setiap staf wajib mengisi time sheet yang merupakan catatan pekerjaan harian yang telah dilakukan. PPMR dan timesheet diakses secara on-line dengan sistem yang terhubung dengan Townland Group. Sistem pembagian kerja yang berjalan saat ini cukup efektif dan terorganisir dengan baik, serta mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi. Prosedur Penerimaan dan Pekerjaan Proyek Secara umum PTTI mendapatkan proyek melalui tiga cara yaitu penunjukkan langsung, pengajuan penawaran (tender), dan kegiatan pemasaran. Biasanya, PTTI mendapat proyek melalui penunjukan langsung ataupun hasil kegiatan marketing. Hal ini karena semakin banyaknya klien yang mempercayai kualitas pelayanan PTTI. Dalam sistem penunjukkan langsung, klien memberikan pekerjaan langsung pada perusahaan dengan kerangka acuan kerja. Pekerjaan dilaksanakan setelah terjadi kesepakatan dalam kontrak antara kedua belah pihak. Kesepakatan kontrak kerja mencangkup tenggat waktu pelaksanaan, batasan dalam pengerjaan proyek, kesepakatan biaya serta keluaran produk yang dihasilkan. PTTI memiliki prosedur dalam tahapan pekerjaan proyek. Prosedur pekerjaan merupakan tahapan pekerjaan, batasan kesepakatan dengan klien, dan produk yang dihasilkan. Gambar 6 menunjukkan prosedur pekerjaan perencanaan dan penyusunan rencana induk. Prosedur pekerjaan mempermudah staf dalam mengerjakan dan menyampaikan metode pekerjaan proyek kepada klien. Proses pengembangan produk yang diinginkan pada perencanaan hotel resor disesuaikan dengan keinginan klien, pertimbangan terhadap kompetitor, dan hasil analisis yang telah dilakukan. Batasan kesepakatan dengan klien sampai pada tahap pengembangan konsep. Untuk itu, diskusi dilakukan secara berkala hingga mencapai kesepakatan bersama. Hal ini dilakukan agar pengerjaan dan batasan pekerjaan proyek dapat terstruktur dengan baik. Diskusi sangat perlu dilakukan antara tim dan klien, sehingga proses pekerjaan dapat terorganisir dan permasalahan dalam proses pekerjaan teratasi dengan baik. Pertemuan dengan pihak klien dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh kedua pihak. Pertemuan rutin biasanya satu kali dalam sebulan yang menjadi tenggat waktu dalam pekerjaan setiap tahapan proses perencanaan. Pertemuan antara tim dan klien memberikan berbagai masukan dan kritikan untuk memperbaiki permasalahan dalam proses perencanaan yang dicatat
20 dalam bentuk minutes of meeting dan dibagikan kepada semua pihak yang terlibat. Hill (2002) mengatakan bahwa setiap menit proses meeting dan dokumen hasil harus disimpan. Minutes of meeting memperlihatkan kemajuan proses pelaksanaan, site meetings, keterlibatan klien, dan masalah lainnya. PERENCANAAN MASTERPLAN
Inventarisasi
Analisis
Pengembangan Konsep
Konsep Perencanaan
Rencana Induk
Batasan kesepakatan KLIEN
Laporan 1 Peninjauan dan analisis tapak
Laporan 2 Pengembangan optional dan konseptual tapak
Laporan 3 Rencana induk
Gambar 6 Tahapan dan produk dalam menyusun Rencana Induk (Sumber: PTTI 2013)
Sistem Manajemen Kerja Proyek Sistem manajemen proyek dipimpin oleh seorang manajer proyek yang bertanggung jawab mengkoordinasi, mengontrol pekerjaan tim, dan melaporkan kemajuan pekerjaan kepada direktur perusahaan. Kondisi tersebut didukung oleh pernyataan Russ (2009) bahwa manajer proyek sangat berpengaruh dalam mensukseskan sebuah proyek, mengelola kerja tim dan mengatur jadwal pengerjaan proyek. Manajer proyek dibantu oleh pemimpin proyek dalam mengatur kerja tim pada setiap proyek. Biasanya suatu proyek dikerjakan oleh 2-4 orang yang terlibat dan bertanggung jawab atas proses pekerjaan proyek tersebut. Pada pengerjaannya, setiap staf profesional mengerjakan lebih dari satu proyek dalam satuan waktu. Hal ini diupayakan agar penyelesaian pekerjaan proyek dapat lebih efisien. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, diperlukan manajemen waktu yang baik dan kerja yang efisien agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan kualitas yang baik. Semakin baik kualitas yang dihasilkan dengan waktu pengerjaan yang cepat, maka jumlah proyek yang dipegang dalam satu satuan waktu dapat semakin banyak. Sistem komunikasi PTTI dilakukan secara dua arah (Gambar 7) Komunikasi dua arah berguna dalam mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan setiap tim yang terlibat. Evaluasi hasil kerja tim dilakukan terlebih dahulu oleh pemimpin proyek dan didiskusikan kembali dengan manajer. Kemudian dievaluasi kembali oleh direktur sebelum dipresentasikan oleh pihak klien. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil kerja tim cukup baik atau masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang harus dikoreksi. Mekanisme komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang baik dalam meningkatkan kinerja tim dan mencapai hasil yang maksimal.
21
Direktur Manajer Proyek
Ketua Proyek
Drafter
Arsitek Lanskap
Gambar 7 Prosedur pelaksana pengerjaan proyek
Salah satu bentuk manajemen kerja yang baik dengan adanya komunikasi antar pihak yang terlibat terstrukturnya sistem pekerjaan dan adanya hasil yang telah dilakukan, sehingga pekerjaan dapat berjalan secara optimal. Manajemen proyek yang terstruktur adalah terstrukturnya tahapan dalam proses pengerjaan dan memiliki prosedur pekerjaan pada setiap lingkup pekerjaan. Seperti yang telah dikemukakan Cleland dan Ireland (2002), bahwa manajemen proyek terdiri atas tahapan konsep, perencanaan, desain, pengadaan (procurement), persiapan eksekusi dan diakhiri dengan accomplishment yang biasanya ditandai dengan antara lain deliverable (capaian yang dijanjikan). Proses Perencanaan Lanskap Hotel Resor di Kawasan Senggigi Dekripsi Proyek Proyek perencanaan hotel resor di kawasan Senggigi diperoleh dari penunjukkan langsung oleh PT Indah Krandangan (PIK). Proses perencanaan berlangsung pada Desember 2012 hingga Juni 2013. Proses perencanaan proyek ini dimulai dari evaluasi proyek dengan pihak klien. Evaluasi proyek yang dimaksud adalah kegiatan perundingan proyek yang akan direncanakan atau investasi yang dilakukan. Evaluasi proyek dalam proyek lanskap dibedakan menjadi dua, yaitu proyek yang bertujuan bisnis dengan non bisnis (Cleland dan Ireland 2002). Proyek perencanaan hotel resor difokuskan pada proyek yang bertujuan bisnis, sehingga pengembangan ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Lombok, masyarakat dan investor. Perencanaan hotel resor di Kawasan Senggigi ini hanya melibatkan pihak investor dan konsultan perencana, karena penyusunan rencana induk masih berupa gambaran konsep yang menjadi dasar dalam pengembangan selanjutnya. Pihak investor terlebih dahulu mengupayakan untuk mencari investor dalam bidang perhotelan yang akan mengelola hotel resor yang dimilikinya. Hal ini memberi dampak pada perubahan dalam data rencana induk dan limitasi pekerjaan yang tidak tentu. Tujuan pengembangan dan penyusunan rencana induk wisata hotel resor pada proyek ini adalah mengangkat nilai budaya Lombok, meningkatkan minat
22 wisatawan dan perekonomian wilayah, serta melestarikan alam dengan konsep ekologi dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan kriteria yang harus dilakukan dalam merencanakan kawasan wisata, seperti yang telah tercantum dalam Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010–2014. Proses perencanaan rencana induk mengikuti alur prosedur perencanaan yang telah ditetapkan PTTI, meliputi tahapan persiapan dan pencarian data awal, analisis, pengembangan konsep hingga rencana induk (Gambar 8). Secara umum, tahapan proses perencanaan di PTTI hampir sama dengan tahapan proses perencanaan lanskap menurut Nurisjah dan Pramukanto (2012), bahwa proses perencanaan lanskap meliputi persiapan, pengumpulan data, fakta dan informasi, analisis data, sintesis, dan perencanaan lanskap. Tahapan sintesis yang dilakukan PTTI merupakan pengembangan konsep berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Namun, tidak semua teori dalam proses perencanaan ini diterapkan. Pekerjaan disesuaikan dengan estimasi waktu pekerjaan dan keinginan klien. Persiapan (Inventarisasi)
Identifikasi dan Analisis
Pengembangan Konsep
Perencanaan Masterplan
Final Masterplan
Latar belakang dan tujuan proyek Kondisi umum wilayah Data ekonomi wilayah Data topografi, hidrologi, dan klimatologi
Analisis konteks wilayah Lombok meliputi topografi,hidrologi,sirkulasi dan vegetasi Analisis konteks fisik, lingkungan, sosial budaya Analisis SWOT dan nilai kesesuaian lahan Menggambarkan visi pengembangan Memberi opsi terhadap rencana ruang dan sirkulasi dengan kekurangan dan kelebihan tiap opsi Merencanakan konsep pengembangan
Desain rencana ruang dan rencana penggunaan lahan Perencanaan parameter pengembangan resort Rencana sirkulasi, ruang hijau, dan strategi lanskap Rencana fasilitas publik Rencana pengembangan masterplan Strategi bisnis dan produk pelayanan
Laporan akhir perencanaan masterplan meliputi rencana pengembangan tapak dan desain Detail Masterplan
Gambar 8 Tahapan pengerjaan proyek (Sumber: PTTI 2013)
Proses perencanaan lanskap ini diikuti mahasiswa magang mulai dari tahap data dan analisis hingga penyusunan rencana induk. Setiap proses dalam perencanaan dilakukan dengan diskusi bersama dan studi literatur untuk mengembangkan konsep dan rencana ruang. Pengembangan konsep biasanya ditulis dalam sebuah sketsa, yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk komputerisasi oleh mahasiswa magang dan tim yang terlibat.
23 Proyek perencanaan hotel dan resor di Kawasan Senggigi ini terletak di Jalan Raya Senggigi, Dusun Senggigi, Desa Batu Layar, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 9). Lokasi tapak yang direncanakan dengan batas wilayah sebagai berikut: a. sebelah utara berbatasan dengan Jalan Raya Senggigi b. sebelah timur berbatasan dengan Puri Sharon Hotel c. sebelah selatan berbatasan dengan Pantai Kerandangan d. sebelah barat berbatasan dengan Pantai Mangsit
Gambar 9 Lokasi proyek perencanaan (Sumber: google.com dan google earth 2012)
Persiapan dan Inventarisasi Tahap persiapan proyek dimulai dengan pengumpulan data dan survei lapang. Survei tapak merupakan tahapan awal dalam pekerjaan proyek, dan merupakan hal utama dalam menganalisis dan memahami keadaan tapak. Keadaan visual ke dalam dan ke luar tapak harus diambil, dimana posisi serta
24 pandangan setiap titik posisi harus dicatat. Tujuan dari kegiatan inventarisasi adalah agar perencana memahami, mengevaluasi dan mengenali karakter tapak, serta masalah pada tapak, dan potensi tapak (Hill 2002). Selain itu, bertujuan untuk mengidentifikasi kunci utama atau petunjuk dari tapak yang akan mempengaruhi bagaimana konsep perencanaan memberikan dampak positif bagi penggunanya dan mengurangi aspek negatif yang ditimbulkan bagi tapak. Tapak memiliki luas area sebesar 20 hektar. Kondisi eksisting tapak didominasi oleh pohon kelapa. Potensi vegetasi ini menjadi karakter khas kawasan. Tapak terbagi dalam tiga zona karena kondisi eksisting yang terpisah oleh Sungai Krandangan dan Jalan Raya Senggigi (Gambar 10). Hal tersebut dapat menjadi kendala dalam menyatukan area pengembangan. Sebagai alternatif dalam mengatasi kendala tersebut, maka direncanakan sebuah kawasan yang terintegrasi dengan konsep fungsi ruang dan sasaran wisata yang berbeda.
Gambar 10 Tapak eksisting dalam tiga zona (Sumber: PTTI 2012)
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa kondisi tapak terdiri dari: 1. Zona A merupakan area berkontur yang berbukit yang semakin curam ke arah pantai dan sungai. Pada Zona A terdapat habitat vegetasi bakau di dekat pantai, sehingga tidak terlihat pandangan ke arah pantai. Zona ini sangat baik untuk direncanakan area resor bernuansa alami (Gambar 11). 2. Zona B memiliki kontur yang relatif datar dan berada dekat dengan tepi pantai. Pengembangan memanfaatkan potensi pantai sebagai pemandangan utama dan direncanakan area untuk rekreasi pantai (Gambar 12). 3. Zona merupakan area yang berada dekat jalan utama Senggigi dan akses jauh dari pantai. Keadaan topografi relatif curam dan bertingkat. Potensi alam yang dapat dinikmati pada area ini adalah keindahan alam dan suasana pegunungan (Gambar 13).
25
Hamparan pohon kelapa dekat jalan utama
Pintu masuk Sungai Kerandangan
Hamparan pohon kelapa pada kawasan
Pagar pembatas area perencanaan
Area tepi sungai
Sungai Kerandangan
Habitat Mangrove
Gambar 11 Keadaan tapak Zona A (Sumber: PTTI 2012)
Area tepi jalan
Area wetland
Akses jalan eksisting pada kawasan
Bagian tengah Sungai Kerandangan
Gambar 12 Keadaan tapak Zona B (Sumber: PTTI 2012)
Jalur masuk kawasan
Pohon Kelapa berjajar di kawasan
Laguna Sungai Kerandangan
26
Area tepi jalan yang menyudut
Akses jalan tanah pada kawasan
Bagian tertinggi pada kawasan
Pintu masuk kawasan
Batas tapak dengan aliran sungai
Gambar 13 Keadaan tapak zona C (Sumber: PTTI 2012)
Data dan Analisis Tahapan pengumpulan data dan analisis menjadi bagian penting dalam mengawali proses perencanaan. Kegiatan pengumpulan data fisik didapatkan melalui data awal yang telah disediakan oleh klien meliputi data topografi, vegetasi dan batas tapak perencanaan. Kebutuhan terhadap data ekonomi dan sosial budaya didapatkan melalui hasil survei, wawancara, studi literatur dan data dari Badan Pusat Statistik. Analisis tapak merupakan langkah yang paling penting dalam proses perencanaan suatu kawasan. Tujuan analisis tapak awal adalah untuk mengumpulkan data perencanaan awal, mengevaluasi tapak untuk kompatibilitas dengan proyek yang diusulkan, mengenali kebutuhan terhadap proses perencanaan, dan membentuk pemahaman tentang persyaratan administratif proyek seperti membangun izin dan persetujuan (Russ 2009). Analisis dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dan keinginan wisatawan, aspek lingkungan dan sosial budaya, serta keadaan fisik tapak kawasan. Analisis tersebut merupakan langkah awal dalam mempertimbangkan tujuan perencanaan (Gunn 2002). Analisis yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut. A. Aspek Ekonomi Pendekatan ekonomi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkatan ekonomi dan kebutuhan pengembangan pada kawasan. Analisis ekonomi menjadi dasar dalam permintaan rekreasi wisata dan pertimbangan dalam penentuan produk dan sasaran produk wisata (Gunn 2002). Jumlah kunjungan wisatawan di Lombok Barat meningkat setiap tahunnya. Wisatawan terbanyak berasal dari mancanegara, yaitu 120 % wisatawan yang berasal dari Eropa, 90 % wisatawan Asia dan beberapa wisatawan dari Afrika dan Amerika (BPS 2011). Sebagian besar wisatawan Eropa tinggal rata-rata 14 hari dan lebih menyukai akomodasi yang bersifat privasi. Jumlah wisatawan meningkat secara drastis pada 2009 karena adanya kampanye nasional “Visit Indonesia” yang dimulai pada 2008 dan 2009, serta
27 acara tahunan “Tourism Indonesia Mart & Expo (TIME) atau “Pasar Wisata Indonesia” yang diadakan di Senggigi (Gambar 14). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kunjungan dalam wisata sangat dipengaruhi oleh adanya acara yang menarik minat wisatawan. Oleh karena itu, rencana dibuat dengan menghadirkan sarana pusat kegiatan seni dan budaya, serta konsep pengembangan sesuai dengan keinginan wisatawan. 500000 Domestic Tourist
400000 300000
Foreign Tourist 200000 Total
100000 0 2010 2009 2008 2007 2006
Gambar 14 Jumlah pengunjung dalam lima tahun di Lombok Barat (Sumber: BPS 2011)
Kebutuhan wisatawan terhadap lingkungan alami dan suasana yang dihadirkan sebuah penginapan semakin meningkat. Berdasarkan data yang dikumpulkan, jumlah penginapan terbanyak pada skala budget hotel dan star hotel (Gambar 15). Sementara, kebutuhan hunian terhadap hotel berbintang di Nusa Tenggara Barat telah mencatat kenaikan bertahap sejak 2006 untuk 2010 yaitu sebanyak 17,88% (BPS 2011). Oleh karena itu, pengembangan dalam menciptakan hotel berbintang empat sangat baik untuk direncanakan pada kawasan Senggigi. 80 70 60 50 40 30 20 10 0
SENGGIGI
STAR HOTEL
GILI
MATARAM
BUDGET HOTELS
KUTA
OTHER AREAS
GUEST HOUSE
Gambar 15 Jenis tingkatan hotel di Lombok Barat (Sumber: PTTI 2013)
Studi banding juga dilakukan sebagai pertimbangan dalam mencapai tujuan pemasaran hotel resor yang tepat. Studi ini bertujuan memberikan gambaran rencana pengembangan terhadap kompetitor sekitar kawasan perencanaan yang diamati berdasarkan fasilitas penginapan, tahun pendirian bangunan, luas wilayah, dan kisaran harga jual penginapan (Lampiran 2), sehingga produk unit hotel dan harga dapat disesuaikan dan diharapkan lebih unggul dibandingkan sekitar.
28 B. Aspek Sosial Budaya Sosial dan budaya merupakan salah satu potensi dalam pengembangan pariwisata. Lombok Barat merupakan salah satu daerah yang kaya akan warisan budaya, diantaranya seni tari (Gandrung Dance, Tari Batek Baris, Malean Sampe), pertunjukkan (Senggigi Festival) dan adat setempat (Sasarehan) yang diadakan pada waktu tertentu. Adanya pertunjukkan dan acara kebudayaan memberi peluang besar dalam mempromosikan produk-produk pariwisata lokal dan karakteristik wisata (Gambar 15).
a
b
Gambar 16 Kebudayaan Lombok (a) Rumah adat Lombok, (b) Tari Gandrung (Sumber: google.com)
Perencanaan hotel resor mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan kawasan dan masyarakat sekitar. Kehadiran kegiatan pariwisata sedapat mungkin memelihara nilai budaya masyarakat setempat, meminimalkan dampak negatif pada kerusakan sumber daya alam, dan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat. Salah satunya yaitu mengembangkan hotel resor dengan corak pembangunan fisik mendekati pola dan suasana budaya masyarakat lokal. Selain itu, kerjasama dengan masyarakat dilakukan dengan mengadakan area pertunjukkan tarian dan seni khas Lombok pada area amphiteater dan plaza, serta pusat perbelanjaan cinderamata khas Lombok. Perencanaan hotel resor yang tepat adalah perencanaan yang mempertimbangan kebudayaan dalam wisata sebagai karakteristik tempat dan memfasilitasi kebutuhan wisatawan (Gunn 2002). C. Aspek Fisik dan Biofisik Analisis fisik merupakan pertimbangan utama dalam perencanaan berdasarkan keadaan internal tapak. Russ (2009) mengatakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan antara lain tanah, vegetasi, hidrologi, iklim, topografi, estetika, ciri historis dan tantangan fisiografi. Secara umum, analisis yang dilakukan PTTI cukup baik, namun pertimbangan terhadap keadaan tanah, vegetasi dan kondisi iklim masih perlu diperhatikan agar pengembangan lebih maksimal. Tanah merupakan aspek penting yang perlu dipertimbangan karena mempengaruhi pemilihan jenis vegetasi dan kesesuaian tapak dalam menunjang bangunan. Iklim juga menjadi pertimbangan dalam penentuan arah dan letak bangunan, pemilihan dan penempatan vegetasi sesuai fungsi, pengaturan arah angin, serta penentuan aktivitas dan fasilitas untuk kenyamanan pengguna. Analisis spasial terhadap pemandangan dan bunyi juga perlu ditambahkan dalam pengembangan analisis kawasan. Pemandangan dan bunyi dapat meningkatkan kualitas fisik dan keharmonisan penggunaan area dalam tapak (Simonds 2006).
29 Berikut merupakan data dan analisis yang telah dilakukan berdasarkan aspek fisik dan biofisik pada kawasan perencanaan. a. Aksesibilitas dan infrastuktur kawasan Aksesibilitas kawasan merupakan faktor pendukung dalam mencapai kenyamanan dan keinginan masyarakat dalam memilih hunian wisata. Umumnya masyarakat memilih resor yang berada pada wilayah strategis, serta dekat dengan potensi alam. Lokasi merupakan salah satu karakteristik yang menjadi keunggulan dalam pemasaran sebuah hotel resor. Lokasi proyek perencanaan hotel resor berada 12 km dari Kota Mataram, 20 km dari Bandara Internasional Praya. Lokasi tersebut berada pada akses jalan utama Senggigi dan dekat dari pusat kota. Jalur ini dillintasi wisatawan menuju arah utara Lombok. Kemudahan pencapaian tapak merupakan potensi untuk menarik pengunjung. Kemudahan ini didukung oleh infrastruktur yang ada, yakni jalan beraspal sampai ke tapak dengan lebar jalan 10m. Jalan di sekitar tapak masih berupa jalan tanah yang dapat dilalui kendaraan, dan akses langsung menuju tepi pantai (Gambar 17).
b
a
c
Gambar 17 Aksesibilitas kawasan (a) jalur masuk kawasan utama, (b) Jalan Raya Senggigi, dan (c) jalur kawasan (Sumber: PTTI 2012)
b. Vegetasi dan habitat satwa Vegetasi merupakan komponen yang mempunyai berbagai fungsi yang bermanfaat bagi suatu tapak. Selain untuk keindahan visual, vegetasi dapat mengendalikan iklim mikro yaitu pemecah angin, tempat habitat satwa, dan peneduh. Kawasan perencanaan merupakan lahan bebas yang belum terbangun dengan tanah yang berpasir dan rumput yang pendek. Gambar 18 merupakan peta sebaran vegetasi yang terdapat pada kawasan perencanaan. Vegetasi di dominasi oleh pohon kelapa, serta beberapa pohon kanopi di tepian sungai dan lahan miring. Pohon kanopi diantaranya pohon ketapang, waru laut, dan mahoni. Sebagian pohon tersebut merupakan rumah bagi beberapa spesies burung liar lokal dan burung cicadas. Lebih dekat ke mulut muara adalah habitat alami hutan bakau, ditutupi oleh semak dan vegetasi bakau (Gambar 19). Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan tapak, jumlah pohon kelapa adalah 656 pohon, sedangkan pohon kanopi berjumlah 36 pohon. Kondisi tersebut menjadi keunggulan dalam mempertahankan kawasan ekologi pantai dengan
30 banyaknya pohon kelapa pada tapak. Untuk itu, analisis yang dilakukan dalam perencanaan terhadap vegetasi dan habitat lokal antara lain: 1. memanfaatkan sebagian vegetasi eksisting tapak untuk konsep rencana vegetasi, 2. menjadikan vegetasi kelapa sebagai bagian dari prinsip pelestarian lingkungan, 3. melestarian hutan bakau pada habitat mangrove sebagai potensi alam yang menarik, serta berfungsi menahan air dan abrasi pantai, dan 4. merencanakan konsep kawasan dengan memperhatikan tata letak vegetasi dan penambahan vegetasi yang berfungsi untuk kenyamanan wisata. Legenda
Gambar 18 Peta sebaran vegetasi eksisting tapak (Sumber: PTTI 2013)
a
b
c
Gambar 19 Vegetasi eksisting tapak (a) pohon kanopi (terminallia cattapa), (b) habitat mangrove dan (c) pohon kelapa (Sumber: PTTI 2012)
c. Hidrologi Sumber air pada tapak berasal dari sumur air bersih yang berada pada di dalam kawasan perencanaan, serta kondisi hidrologi yang baik dengan adanya Sungai Kerandangan (Gambar 20). Berkembangnya kawasan ini menjadi kawasan wisata menyebabkan kebutuhan air bersih semakin meningkat dan memungkinkan
31 berkurangnya sumber air bersih. Oleh karena itu, diperlukan adanya usaha pelestarian dengan menjaga kualitas sumber air dan merencanakan water treatment.
Gambar 20 Peta hidrologi kawasan perencanaan (sumber : PTTI)
Gelombang ombak dan pasang surut air laut di daerah pesisir pantai relatif rendah dan jarang sekali air pasang. Pada saat air pasang, air laut hanya mencapai pada 0–30 m dari garis pantai. Tinggi rata-rata gelombang mencapai nilai maksimum 0.5–1 m dengan kedalaman laut di sebelah utara mencapai 5 m pada jarak 200–400 m, serta di sebelah selatan dengan kedalaman 1–1.5 m pada jarak 100 m (SPKL 2012). Dengan demikian, pantai dinyatakan baik untuk kawasan wisata dan kegiatan rekreasi pantai. Sungai Kerandangan pada tapak berfungsi sebagai cadangan air dan memiliki fitur alam yang menarik. Sumber air Sungai Kerandangan merupakan aliran air yang berasal dari mata air di perbukitan Batu Layar. Saat laut pasang, maka air laut dapat masuk ke dalam laguna Kerandangan yang terletak di muara Sungai Kerandangan (Gambar 21). Laguna mempunyai luas ±1000m² dan kedalaman berkisar antara 20-40 m. Khas laguna pada pesisir mempunyai bukaan yang menyempit ke laut. Sungai Krandangan memiliki muara aktif di hilir sungai, sehingga air sungai tetap ada pada musim kemarau (SPKL 2012). Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar dan pengamatan lapang oleh PTTI, keadaan air Sungai Kerandangan pada musim kemarau mengalami kekeringan pada bagian dekat pintu masuk sungai di area kawasan. Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan alami bentuk aliran sungai yang berlekuk pada dataran yang lebih tinggi, sehingga arus aliran air terhambat. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pola aliran air dan membuat bendungan kecil untuk menyimpan air.
32
a
b
c
Gambar 21 Keadaan Sungai Kerandangan (a) keadaan S. Kerandangan (b) laguna S. Kerandangan, dan (c) pintu masuk S. Kerandangan (Sumber: Dokumentasi survei PTTI 2012)
d. Topografi Keadaaan topografi pada tapak sedikit landai pada bagian dekat laut, namun semakin bertingkat ke arah timur laut (Gambar 22). Di beberapa titik membentuk penurunan sedikit demi sedikit ke arah lahan basah dan ke arah sungai. Dalam merencanakan sebuah lahan, survei terhadap topografi sangat diperlukan (Simonds 2006). Kombinasi antara kemiringan, bentukan lahan, dan beda ketinggian merupakan sumber estetika dan visual.
Legenda
Gambar 22 Peta topografi kawasan (Sumber: PTTI 2013)
Analisis topografi mempengaruhi rencana bentukan desain dan penggunaan tapak pada perencanaan yang akan dilakukan. Hasil analisis adalah sebagai berikut. 1. topografi yang semakin menurun menjadikan sistem aliran air menjadi alami, sehingga memudahkan dalam merencanakan sistem sirkulasi air, 2. pemanfaatan tanah berkontur dapat dijadikan sebagai tatanan lanskap maupun split level pada bangunan, serta memberikan kesan natural bagi pengembangan resor bernuansa alam,
33 3. kontur yang relatif datar dapat dijadikan area rekreasi aktif yang tidak memerlukan perbedaan ketinggian, sehingga meminimalisir biaya cut and fill, dan 4. pemanfaatan eksisting kontur sebagai acuan dalam rencana pengembangan konsep area dan sirkulasi. 5. Topografi pada setiap zona memiliki karakteristik alami yang dapat dimanfaatkan sebagai area wisata yang berbeda. D. Analisis Nilai Dan Kesesuaian Lahan Analisis nilai lahan merupakan pertimbangan yang dilakukan PTTI untuk menentukan area yang akan direncanakan. Penentuan nilai kesesuaian lahan didasarkan pada pertimbangan evaluasi strategi perencanaan bisnis hotel resor dan pemanfaatan potensi lahan secara maksimal. Parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan terdapat pada beberapa aspek antara lain pemandangan, aksesibilitas, kondisi kemiringan lahan, fitur alam dan kendala tapak. Analisis nilai lahan juga dilakukan berdasarkan pengolahan data hasil analisis fisik, serta analisis faktor potensi dan kendala tapak. Proses yang dilakukan adalah mengevaluasi setiap parameter dengan tingkatan tinggi, sedang, dan rendah yang ditunjukkan pada Tabel 7. Dari hasil analisis terhadap nilai lahan pada tiga zona kawasan didapatkan strategi perencanaan untuk memaksimalkan lahan (Gambar 23), yaitu: a. skor tinggi, sangat baik untuk pemanfaatan sarana dengan daya jual yang tinggi yaitu untuk ruang pelayanan utama, b. skor sedang, pemanfaatan area aktivitas pendukung, c. skor rendah, pemanfaatan area kurang, perlu strategi perencanaan yang tepat untuk meningkatkan fungsi area.
Legenda
Tinggi Sedang / rata-rata Rendah Wetland
Gambar 23 Nilai dan kesesuaian lahan ( Sumber: PTTI 2013 )
34 Tabel 7 Kriteria analisis nilai lahan Tinggi
Sedang
Pemandangan fitur alam dekat dan terlihat jelas
fitur alam cukup baik
Akses menuju sarana baik
Akses dekat tepi jalan
Topografi mudah diolah
Topografi mudah diolah
Tidak ada bangunan eksisting
Tidak ada bangunan eksisting
Kurang Pemandangan tertutupi Akses menuju sarana alam sulit Lahan rusak Adanya bangunan eksisting yang menutupi tapak
Sumber: PTTI 2013
Proses pekerjaan pada tahap ini perlu lebih diperhatikan kembali dalam penetapan kriteria dan penentuan lahan yang disesuaikan dengan keadaan tapak secara fisik dan hambatan dalam tapak. Kriteria wetland seharusnya tidak digabungkan secara spasial. Kriteria tersebut dapat dimasukkan kedalam skor dengan pemanfaatan yang kurang. Perbaikan perlu dilakukan PTTI untuk menghasilkan data yang relevan dan optimal. E. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek (Bell 2008). Proses analisis SWOT memerlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal tapak yang mempengaruhi pola strategi dalam mencapai tujuan (Bell 2008). Analisis SWOT yang diterapkan PTTI berdasarkan ide dan pemikiran setiap permasalahan kondisi internal dan eksternal tapak dalam pertimbangan strategi dan konsep dasar perencanaan. Namun, analisis SWOT hanya dideskripsikan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tapak. Tidak adanya metode dan strategi penyusunan yang menggambarkan hasil proses dan metode analisis SWOT yang dilakukan PTTI secara spesifik ataupun dengan skoring. Tabel 8 merupakan analisis SWOT yang dideskripsikan PTTI dan disusun dengan strategi SWOT oleh mahasiswa magang dalam melengkapi data yang telah dilakukan. PTTI perlu melakukan perbaikan terhadap proses analisis SWOT sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal.
Tabel 8 Penyusunan strategi Analisis SWOT (Sumber: rangkuman penulis berdasarkan proses analisis PTTI)
35
36 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan yang dikembangkan pada resor di Kawasan Senggigi adalah membangun hotel resor berkelanjutan melalui upaya melestarikan lingkungan meningkatkan minat wisatawan terhadap wilayah pariwisata, karakteristik wisata yang unggul (Gambar 24).
perencanaan hotel yang ekologi dan dan kebudayaan, dan merencanakan
Konsep dasar Rencana Induk Hotel Resor Senggigi
Menarik minat wisatawan dalam meningkatan perekonomian wilayah
a. Menciptakan kawasan wisata yang terintegrasi b. Merencanakan konsep rekreasi yang mewadahi semua usia c. Merencanakan strategi pengembangan produk pelayanan utama dan pendukung d. Menciptakan „tourism image‟ melalui strategi pengembangan konsep dan desain
Melestarikan alam dan lingkungan
Mengangkat nilai budaya Lombok
a. Melestarikan fitur alam kawasan perencanaan melalui prinsip dasar perencanaan yaitu preserve, conserve, reserve b. Menjadikan fitur alam menjadi potensi wisata sehingga diperlukan pengelolaan yang berkelanjutan
a. Konsep pola sirkulasi dan arsitektural bangunan karakteristik Lombok b. Mengangkat nilai seni dan budaya Lombok dengan adanya area pusat kegiatan budaya c. Bekerjasama dengan masyarakat dalam menciptakan wisata budaya
Proses perencanaan lanskap dan pengolahan data kawasan yang tepat
Gambar 24 Pengembangan konsep rencana induk
Pengembangan rencana dalam meningkatkan minat wisatawan menjadi hal utama dalam menciptakan hotel resor yang unggul. Daya tarik wisata tidak hanya pada sebuah rekreasi yang diciptakan, melainkan sebuah kombinasi fitur yang memiliki kekhasan pada lingkungan, sosial dan budaya (Gunn 2002). Hal tersebut dicapai melalui strategi pengembangan produk dan rencana tapak yang tepat dan sesuai dengan kondisi tapak. Melestarikan lingkungan dan budaya menjadi tujuan pengembangan utama dalam melestarikan karakteristik wilayah. hal tersebut dicapai melalui prinseip dasar perencanaan PTTI, yaitu: a. Preserve Preservasi dilakukan terhadap Sungai Krandangan dan Habitat Mangrove. potensi alam tersebut memiliki manfaat penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Upaya preservasi diharapkan agar pengembangan atau pihak investor selalu mengelola kondisi sungai dan Hutan Mangrove dengan baik.
37 b. Conserve Sumber daya yang dapat dilestarikan dan dimanfaatkan dalam kawasan perencanaan adalah vegetasi pohon kelapa dan sumber daya air berupa sumur. Pohon kelapa merupakan karakteristik kawasan dan dapat dimanfaatkan sebagai fitur penataan lanskap atau material yang digunakan untuk elemen estetis pengembangan yang bersifat ciri khas. Sumur air bersih dilestarikan sebagai aset alam untuk sumber cadangan air. c. Reserve Reserve adalah hasil dari tindakan pelestarian preservasi dan konservasi dimana dimasa mendatang hasil tersebut dapat dirasakan manfaatnya. Hasil pelestarian kawasan diharapkan mampu menjaga mampu menjaga keberlangsungan air dan kualitas sumber daya alam, serta meningkatkan budaya masyarakat, pengunjung, dan investor dalam menjaga dan melestarikan kawasan. Keseimbangan antara produk dan lingkungan perlu diupayakan dalam merencanakan wisata yang berkelanjutan. Wisata yang berkelanjutan adalah wisata yang dapat menyeimbangkan fungsi ruang untuk wisatawan, memasarkan pariwisata yang tepat dan memperhatikan keadaan lingkungan dan dapat melestarikannya (Holden 2000). Prinsip pelestarian lingkungan yang direncanakan PTTI cukup baik dilakukan dalam mengurangi dampak negatif wisata bagi lingkungan dan tetap menjaga kualitas lingkungan yang berkelanjutan dimasa depan. Konsep dan Rencana Lanskap A. Konsep Ruang Konsep ruang pada tapak terbagi menjadi tiga (Gambar 25). Setiap zona terdiri atas ruang penerimaan, pelayanan utama dan pelayanan pendukung. Ruang penerimaan merupakan area masuk menuju kawasan. Ruang ini menampilkan keindahan taman yang ditunjukkan sebagai penyambutan pengunjung. Ruang pelayanan utama merupakan pusat penginap dan akomodasi wisata dengan produk resor yang berbeda sesuai fasilitas, kebutuhan ruang, dan suasana alam yang diinginkan. Pada dasarnya sebuah hotel resor dikunjungi pada waktu tertentu, sehingga kegiatan rekreasi perlu dibedakan menurut kebutuhan wisata dalam suasana yang berbeda (Lawson 2004). Ruang pelayanan pendukung merupakan salah satu fasilitas dalam wisata yang dapat dinikmati wisatawan yang menginap ataupun sekedar berkunjung dalam waktu yang relatif sebentar. Konsep pelayanan pendukung tepat dilakukan dalam mempertimbangkan ruang yang sifatnya non-reaktif seperti function room dan commercial area untuk mempertahankan occupancy rate tetap tinggi (Lawson 2004). Selain sebagai area komersial, pelayanan pendukung dijadikan sebagai area promosi agar dapat menarik wisatawan untuk menginap. Ruang ini ditunjang dengan adanya fasilitas wisata belanja cinderamata dan kebudayaan khas lombok, spa, beach club, dan restoran.
38
Gambar 25 Konsep ruang (Sumber: PTTI 2013)
Interaksi antar ruang bertujuan menciptakan kawasan wisata yang terintegrasi. Interaksi antar ruang menunjukkan adanya fasilitas dan aktivitas yang akan dikembangkan. Tata letak disesuaikan dengan pembagian ruang aktivitas yang ada. Oleh karena itu, keterkaitan antar ruang, aktivitas dan fasilitas perlu dijelaskan untuk menempatkan fungsi ruang dalam zona yang sesuai (Tabel 9). Tabel 9 Rencana ruang, aktivitas dan fasilitas Zona A
B
C
Rencana ruang suasana privat dan ketenangan, dengan potensi view Sungai Kerandangan dan hutan Mangrove
Sub ruang dan fasilitas Area masuk, taman, area parkir Boutique resorts (riverfront villas, mangrove villas, pond villas) Spa and wellness centre Mangrove promanade Business centre and longue Cafe and restaurant
Aktivitas melihat-lihat (menara pandang) menginap
Suasana rekreasi publik dalam menikmati keindahan pantai, kesenangan dan hiburan
area masuk, taman area parkir scenic beach longue hotel resort, beach villas beach club and restaurant
Wisata rekreasi alami pegunungan dan suasana hutan buatan
toko cinderamata plaza amphiteater plaza area parkir forest villas toko cinderamata hiking trail
melihat, bermain di taman parkir kendaraan berenang, bersantai, bermain menginap berenang, bersantai, makan minum berbelanja berkumpul menonton pertunjukan berkumpul, bersantai parkir kendaraan menginap berbelanja, belajar kebudayaan hiking
Sumber: Ringkasan penulis 2013
bersantai, spa kegiatan acara khusus pertemuan makan minum
39 A. Konsep Sirkulasi dan Ruang Terbuka Hijau Konsep sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi utama (Main entrance) dan sirkulasi sekunder (pedestrian access) yang ditunjukkan pada Gambar 26. Pola sirkulasi primer menghubungkan ruang dalam tapak. Sirkulasi sekunder menghubungkan ruang dengan jalur pejalan kaki. Jalur sirkulasi dibuat nyaman, memiliki nilai visual yang menarik, dan mengarahkan ruang. Material yang digunakan untuk masing-masing ruang berbeda-beda. Badan jalan dibuat berupa aspal, area pedestrian dibuat dari conblok atau batu alam, dan pada tepi badan air berupa lantai tanah pasir ataupun dek kayu untuk memberikan kesan alami dan mengurangi resiko kerusakan ekosistem.
Gambar 26 Konsep sirkulasi dan ruang terbuka hijau (Sumber: PTTI 2013)
Ruang terbuka hijau merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Konsep tata hijau ditujukan untuk menciptakan kenyamanan pengunjung dan mengkonservasi sumber daya pada tapak. Konsep ruang hijau hotel resor terdiri dari beberapa fungsi dan area yaitu: 1. ruang hijau di area untuk menciptakan kesan megah (major green node),
40 2. ruang hijau sebagai taman yang menciptakan keindahan visual kawasan (green stopping point), 3. ruang hijau terbuka yang terletak di lokasi khusus yang dapat disewakan untuk pertunjungan budaya, pameran, maupun acara besar (Reserve green space), 4. ruang hijau sebagai penyangga kebisingan dan polusi udara (Green buffer). B. Konsep Vegetasi Konsep vegetasi pada kawasan perencanaan menggunakan strategi pemilihan tanaman sebagai upaya mengkonservasi habitat vegetasi dan satwa yang ada pada tapak (Tabel 10). Vegetasi eksisting yang tidak digunakan dapat dijadikan bahan produksi yang hasilnya dimanfaatkan untuk material bangunan dan pemanfaatan lainnya. Perletakan dan pemilihan tanaman kelapa direncanakan mengikuti pola ruang, sirkulasi, dan bangunan tapak. Pada tahap ini dilakukan pemilihan vegetasi eksisting yang dipertahankan, dan penambahan beberapa vegetasi yang diperlukan dalam tapak (Gambar 27). Tabel 10 Strategi perhitungan vegetasi dalam perencanaan Strategi konservasi vegetasi Tanaman eksisting yang dipertahankan Tanaman eksisting yang diproduksi Total tanaman eksisting Penambahan pohon kanopi d>7 Penambahan pohon kanopi d>4 Total penggunaan tanaman Sumber: PTTI 2013
Tipe pohon Pohon kanopi Pohon kelapa 26 552 10 246 36 798 95 121 299 420 673
total 578 256 834 216 299 1093
Gambar 27 Konsep dan strategi perencanaan vegetasi, (a) vegetasi yang dipertahankan dan (b) vegetasi yang direncanakan (Sumber: PTTI 2013)
41 D. Konsep Drainase Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara alami maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat dihindarkan (Russ 2009). Sistem aliran air pada tapak merupakan aliran alami karena keadaan topografi yang menurun ke arah badan air. Sistem jaringan air bersih yang dipompa dari tanah ke reservoir dan menara, kemudian dialirkan ke unit pemakai untuk hunian dan rekreasi. Air kotor yang berasal dari penggunaan dialirkan dengan saluran drainase menuju watertreatment yang dialirkan menuju kolam buatan (kolam teratai). Gambar 28 menunjukkan gambaran rencana drainase pada kawasan perencanaan.
Gambar 28 Rencana drainase (Sumber: PTTI 2013)
Sistem drainase menggunakan sistem bioswale. Sistem bioswale merupakan sistem infiltrasi air dengan menggunakan vegetasi penyerap air, tanah, dan bioorganisme. Bioswale sangat baik digunakan pada kawasan yang memiliki limpasan air yang besar dan pergerakan air yang alami (Jurries 2003). Rencana ini diterapkan pada tepi jalur sirkulasi (Gambar 29) dengan aliran air yang diarahkan langsung ke sungai dan kolam penampungan buatan (kolam teratai). Bentukan
42 mengikuti bentuk U ataupun V sehingga memungkin air berkumpul pada bagian tengah. Rencana drainase dengan sistem ini dapat melindungi kualitas air dan mengurangi konsumsi air dari sumber daya yang berasal dari luar, serta dapat meminimumkan biaya. Selain sebagai penampungan air, kolam teratai juga dimanfaatkan sebagai keindahan visual dengan penanganan kualitas air yang tepat.
Gambar 29 Sistem bioswale pada tepi jalan (Sumber: urbanlandscape.com)
E. Konsep Arsitektur Dan Perletakan Bangunan Konsep arsitektur bangunan dan pola sirkulasi pada perencanaan hotel resor diaplikasikan seperti Gambar 30. Pola tersebut banyak diterapkan pada area komersial. Selain itu, konsep arsitektural bangunan mengikuti rumah adat khas Lombok sebagai upaya pelestarian budaya dan menciptakan karakter hotel tersebut.
Gambar 30 Referensi gambar untuk konsep sirkulasi pada area komersial (Sumber: dokumen PTTI)
Perletakan bangunan penginapan terdapat pada ruang pelayanan utama dan sebagian berada di tepi badan air, yaitu pada tepi sungai, hutan bakau dan pantai. Perletakan bangunan pada area tersebut dimaksudkan untuk pelayanan penginapan dengan harga yang lebih tinggi. Namun hal tersebut perlu diperhatikan PTTI sebagai upaya melindungi kawasan tepi badan air yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Rencana Tata Ruang Wilayah Lombok Barat No 11 tahun 2011 mengatakan bahwa perletakan bangunan di sempadan tepi sungai kecil 5-15 meter dari tepi sepanjang kanan kiri sungai. Perletakan villa di tepi sungai pada perencanaan perlu direlokasi sebagai upaya melindungi sungai dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya bahaya banjir. Selain itu, pemanfaatan lahan pada kawasan
43 tepi badan air diperlukan kepadatan rendah dan struktur bangunan yang sesuai dengan keadaan fisik tapak. F. Rencana fasilitas Perencanaan terhadap fasilitas disesuaikan dengan berbagai aktivitas dan harus dapat menampung kebutuhan pengunjung dan pengelola. Berbagai fasilitas yang direncanakan pada tapak dijelaskan sebagai berikut. a. Gerbang Gerbang merupakan karakter fisik yang paling utama dan harus dibuat semenarik mungkin, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Konsep desain gerbang dengan struktur yang kuat akan menimbulkan kesan kemegahan dan menciptakan vista pada kawasan (Gambar 31). Pada kawasan terdapat pos jaga untuk memisahkan ruang pelayanan utama dan pelayanan pendukung, sehingga pengunjung luar tidak dapat masuk ruang pelayanan utama. Hal ini dimaksudkan dalam menjaga keamanan dan privasi pengunjung. b. Bangunan Bangunan utama merupakan ruang pelayanan yang terletak dekat pintu utama, terdiri dari kantor pengelola, restoran, longue, pusat informasi dan lobby. Konsep desain pada bangunan sebagai ciri khas kawasan adalah bangunan terbuka yang dikelilingi kolam buatan.
a
b
Gambar 31 Ilustrasi rencana desain (a) gerbang utama dan (b) bangunan utama (Sumber: dokumen PTTI)
b. Area parkir Area parkir yang direncanakan berbeda antara fasilitas parkir pada pelayanan utama dan pelayanan pendukung. Ruang parkir dibuat tegak lurus (90o) agar mudah diakses dan lebih banyak menampung kendaraan. Luas area parkir yang direncanakan pada kawasan adalah 10% dari luas ruang pelayanan pendukung dan publik, dan 5% pada ruang pelayanan utama. Bahan perkerasan yang dapat digunakan untuk areal parkir adalah conblok yang dapat meresap air ke dalam tanah c. Kolam renang Kolam berenang pada kawasan perencanaan terdiri dari kolam renang utama pada bagian depan hotel, kolam privasi yang disediakan setiap unit villa resor dan kolam renang yang disewakan umum pada area beach club. Beach club merupakan salah satu fasilitas yang dapat dinikmati publik untuk sekedar berekreasi ataupun sebagai ruang pertemuan (Gambar 31). Kolam renang utama pada bagian depan hotel menghadap langsung ke arah pantai. Pada bagian tepi
44 kolam dibuat berpasir, sehingga dapat menciptakan kesan yang menyatu dengan alam.
a
b
Gambar 32 Ilustrasi konsep (a) kolam renang utama, b) Beach club (Sumber: PTTI 2013)
d. Area panggung terbuka dan plaza. Panggung terbuka berada di tepi Sungai Kerandangan yang dibuat sebagai ruang untuk pertunjukkan atraksi kesenian dan kebudayaan. Selain itu, plaza dibuat sebagai area berkumpul yang berada pada area komersial, restoran dan taman utama. d. Taman dan menara pandang. Taman direncanakan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat dinikmati sebagai fasilitas publik. Banyaknya ruang terbuka hijau pada kawasan bertujuan memperlihatkan keindahan alam sebagai faktor utama dalam keunggulan tapak. Menara pandang dibuat sebagai sarana untuk melihat keseluruhan kawasan perencanaan. Menara pandang terletak pada bagian depan tepi jalan raya dan berada di area komersial. e. Fasilitas rekreasi alam. Rekreasi alam merupakan salah satu strategi rekreasi pada Zona C yang menghadirkan konsep hunian menyatu dengan alam (Gambar 33). Fasilitas yang disediakan untuk adalah hiking trail point yang menghubungan villa resor dengan Taman Wisata Alam Kerandangan (TWAK).
a
b
Gambar 33 Konsep desain produk pada area rekreasi alam (a) rumah pohon sebagai hiking trail point dan (b) tracking rekreasi alam (Sumber: Dokumen referensi PTTI)
Rencana Daya Dukung Rencana daya dukung kawasan merupakan perhitungan dalam menentukan kapasitas penggunaan ruang pada area perencanaan. Perhitungan daya dukung yang direncanakan PTTI dihitung berdasarkan parameter pengembangan hotel resor, antara lain jumlah unit akomodasi, jumlah kendaraan parkir dalam satu
45 area, kebutuhan unit yang akan dijual pada area komersial dan daya dukung orang (Tabel 11). Perhitungan jumlah orang didasarkan pada jumlah unit penginapan. Kebutuhan akomodasi per unit adalah dua orang untuk unit ukuran sedang, dan tiga orang untuk unit besar. Jumlah keseluruhan unit penginapan adalah 342 unit kamar dengan jumlah pengunjung 642 orang (Lampiran 5). Jumlah unit yang sedikit merupakan strategi perencanaan dalam menciptakan hunian dengan privasi tinggi. Area parkir terdapat pada setiap ruang. Luasan area parkir pada ruang pelayanan utama adalah 5% dari luas keseluruhan ruang, dan 10% pada pelayanan pendukung. Perhitungan daya tampung kendaraan pada area parkir yang disediakan PTTI relatif sedikit dibandingkan jumlah pengunjung. Untuk itu, perlu peninjauan kembali mengenai perhitungan daya dukung area parkir yang tepat dan memenuhi kebutuhan pengunjung. Penyusunan Rencana Induk Hotel Resor Penyusunan rencana induk merupakan tahap akhir dalam perencanaan. Pada tahap ini, tim terbagi dalam pembuatan gambar rencana induk, pembuatan gambar 3d, dan membuat laporan akhir perencanaan. Pembuatan rencana induk merupakan produk akhir dalam proses perencanaan dan sebagai acuan dasar dalam mengembangan suatu area. PTTI melakukan kerjasama dengan pihak luar perusahaan dalam pembuatan gambar 3d ilustrasi keseluruhan (Gambar 34). Dalam proses pembuatan gambar ilustrasi, PTTI memberikan gambaran konsep ilustrasi dan memantau hasil kerja yang dilakukan. Kerjasama ini dilakukan agar keseluruhan proses kerja berjalan dengan baik, mengefisienkan waktu pekerjaan, dan memperoleh hasil yang maksimal. Gambar 35 merupakan rencana induk hotel resor pada kawasan pesisir Senggigi. Proses rencana induk berjalan dengan baik dan memperhatikan setiap aspek dalam perencanaan yang disesuaikan dengan keinginan klien, serta mempertimbangkan ruang sesuai dengan struktur tapak, kebutuhan rekreasi, dan rencana produk yang dihasilkan.
Gambar 34 Ilustrasi rencana tapak (Sumber: PTTI 2013)
46 Tabel 11 Rencana daya dukung No
Ruang
Jmlh unit
Luas total (m2)
Jmlh orang/ unit
80
57 10 12 2 2
4560 1300
2 2
Mangrove Villa Mangrove Family Villa Presidential Suit Services Lobby Swimming Pool Circulation & Parking* Spa Look out tower Circulation & Parking* Commercial Building Circulation & Parking
130 125 180 480 1169 2493 2476 5% 2062 269 10% 267 10%
1500 360 960 1169 2493 2476 2652 2062 269 1494 267 191
2 4 6
23 50 28
20 24 8 12 34 20 23 100 28
Restaurant Buildings
1515
3
1515
50
150
Commercial Building
425
1
425
50
50
Circulation & Parking* Club Restaurant Swimming Pool Circulation & Parking*
10% 588 1185 888 5%
1410
1410 588 1185 888 554
Hotel Towers Small Garden villa
700 125
192
Medium Garden villa Large Beach-front Villa Beach-front Venue Villa
180 420 1400
Services Swimming pool Circulation & Parking*
1515 963 5%
2 2 1 199
Restaurant 1st floor Restaurant 2nd floor Gate tower Circulation & Parking* Gate tower First floor Second floor Circulation & Parking* Pool villa Garden Villa Garden Family Villa River-view Family Villa Presidential River-view Villa
2824 955 36 10% 36 2222 786 10% 100 100 240 240
Lobby and services Horse Stable Restaurant Swimming Pool Circulation & Parking*
1199 562 239 536 5%
Fasilitas Lotus Pond Villa River-View Villa
1
2 3
4
5
6
7
8
9
Boutique Villa
Spa and Wellness Centre Commercial/ F&B (A3) Commercial/ F&B (B1)
Beach Club
Hotel Resort
Commercial/ Retail (B4)
Commercial/ Retails (C1)
Resort Villa
Luas satuan
420
2652 10 1494 2
554 2
2405 2 2 843 20 20 582 15 12 3 4 2
1266
2
DD (0rg/u nit) 114
28 -
134400 250
2 2
384 4
360 840 1400
4 6 4
8 12 4
1515 963 2405
64
2824 N/A 36 0 36 2222 N/A 0 1500 1200 720 960
75 75
1 1 2 2
300 200 32 15 12 6 8
840
2
4
28 15 10
1199 562 239 536 1266 Total keseluruhan
*Jumlah daya tampung area parkir merupakan daya tampung kendaraan yang direncanakan PTTI Sumber: Ringkasan berdasarkan perhitungan parameter pengembangan PTTI 2013
150 150
16 1778
47
Gambar 35 Rencana induk hotel resor (Sumber: PTTI 2013)
48 Permasalahan Dan Rekomendasi Hasil Evaluasi Sistem Manajemen Perusahaan Keberhasilan sebuah proyek ditentukan berdasarkan manajemen kerja yang baik dan sumber daya manusia yang baik dan kompeten dibidangnya. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan magang, staf sering kali bekerja diluar jam kerja. Oleh karena itu, dilakukan analisis faktor permasalahan dengan metode wawancara dan observasi. Evaluasi menghasilkan arahan perbaikan pada permasalahan manajemen perusahaan ( Tabel 12). Tabel 12 Permasalahan dalam manajemen perusahaan No. 1
2
3
Permasalahan Staf kurang efisien dan disiplin dalam bekerja. Hal ini terlihat pada kehadiran tidak tepat waktu, serta mengulur waktu kerja. Banyak perubahan data dan revisi berulang akibat kurangnya konsisten dalam penentuan rencana produk, serta perubahan data baik dari pihak internal tim, maupun eksternal klien. Kapasitas beban kerja yang tidak diimbangi dengan kapasitas sumber daya manusia
4
Kapasitas komputer belum optimal dan pengolahan sistem penyimpanan data tidak teratur
5
Sistem library yang menunjang proses pengerjaan produk masih sangat minim.
Arahan perbaikan a. memperbaiki manajemen kerja karyawan, membuat peraturan kerja dan kompensasi b. mengontrol waktu penyelesaian pekerjaan staf oleh manajer proyek a. melakukan evaluasi secara berkala antara staf perusahaan dengan klien melalui komunikasi yang efektif b. memastikan terlebih dahulu konsep dan rencana desain yang akan dikerjakan a. menambah sumber daya manusia yang diimbangi dengan kapasitas beban kerja b. meningkatkan pengelolaan proyek yang disesuaikan dengan kapasitas staf a. perbaikan sistem komputer dan penambahan kapasitas komputer b. memperbaiki sistem pengelolaan data server melalui perbaikan penamaan file, dan himbauan mengenai prosedur penyimpanan data kepada staf a. meningkatkan sistem pengolahan data pada library dengan menambahkan data library b. mengatur penyimpanan data library dalam file server
Manajemen kerja yang efektif dan optimal menjadi hal utama dalam kemampuan mengerjakan pekerjaan yang berbeda-beda. Manajemen kerja efektif dapat dicapai dengan pengelolaan waktu, biaya, dan kualitas perusahaan (Russ 2009). PTTI perlu melakukan perbaikan dalam upaya menciptakan kinerja yang baik, mencapai efektivitas biaya, dan meningkatkan kualitas mutu perusahaan sebagai konsultan yang lanskap yang profesional. Proses Perencanaan Hotel Resor dan Penyelesaian Proyek A. Permasalahan dalam penyelesaian proyek Proses perencanaan dilakukan cukup baik dan mencapai hasil yang diinginkan klien. Dalam menyelesaikan pekerjaan proyek terdapat beberapa kendala, yaitu: a. Tidak tersedianya analisa pasar kawasan Lombok, sehingga kesulitan dalam menganalisis pasar bisnis,
49 b. Peran pemerintah daerah kurang dalam memperhatikan kawasan, tidak adanya rencana jangka panjang untuk pemerintah Lombok secara nyata, serta rencana detail tata ruang kawasan yang belum terkelola dengan baik, c. Limitasi pekerjaan proyek kurang jelas, permintaan dan tuntutan klien yang berubah-ubah, d. Perubahan pada rencana induk menyebabkan perubahan pada keseluruhan rencana lanskap. Kendala juga terjadi pada proses pengembangan rencana induk. Perubahan pada rencana induk yang mengakibatkan perubahan pada keseluruhan pengembangan konsep seperti konsep ruang, sirkulasi, vegetasi dan area hijau. Proses pada tahapan ini memerlukan waktu yang lama, sehingga waktu pengerjaan tidak sesuai dengan yang waktu ditentukan. B. Evaluasi proyek perencanaan hotel resor Secara umum, proses perencanaan lanskap berjalan dengan baik dan diupayakan mencapai tujuan perencanaan melalui produk rencana yang dihasilkan, serta memaksimalkan penggunaan lahan. Terdapat beberapa evaluasi dan arahan perbaikan yang perlu ditingkatkan pada proses perencanaan untuk mencapai hasil yang maksimal (Tabel 13). Tabel 13 Evaluasi proses perencanaan proyek No. 1
Aspek Evaluasi Pengumpulan data
2
Identifikasi dan analisis
3
Pengembangan konsep
4
Rencana lanskap
Arahan perbaikan Pengumpulan data fisik dan biofisik masih perlu ditingkatkan dalam analisis tapak, sehingga pengembangan konsep lebih optimal a. Pertimbangan terhadap analisis nilai kesesuaian lahan lebih disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan b. Perbaikan pada metode analisis SWOT dalam menyusun strategi perencanaan a. Konsep ruang cukup baik dan memaksimalkan lahan, namun area hutan bakau sebaiknya dibuat sebagai area konservasi dan rekreasi pasif, sehingga tidak mengganggu habitat mangrove dan tetap menjaga kualitas lingkungan. b. Konsep vegetasi lebih diarahkan sesuai dengan fungsi vegetasi dan pemilihan vegetasi disesuaikan dengan karakteristik tapak c. Konsep perletakan, struktur, dan ketinggian bangunan diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi tapak, serta peraturan yang berlaku, terutama pada perletakan bangunan ditepi badan air a. Perlu penambahan pada rencana fasilitas dan aktivitas yang ada pada kawasan b. Perhitungan daya dukung lebih dipusatkan kepada strategi unit. Perlu perhatian lebih terhadap daya dukung ekologi untuk mencapai kawasan rekreasi yang berkelanjutan
50
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang yang telah dilakukan di PT Townland Internasional (PTTI) memberikan beragam pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses perencanaan suatu proyek, khususnya dalam perencanaan hotel resor di kawasan pesisir pantai. Selain itu, mahasiswa belajar mengenai sistem kerja perusahaan dan manajemen dalam proyek, serta bekerja di dalam tim sebagai proses pengembangan sikap, kemampuan dan profesionalisme di dunia arsitektur lanskap. Manajemen kerja pada PTTI dikategorikan baik, disebabkan oleh struktur pekerjaan yang teorganisir dalam hal penanganan masalah dan kendala, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya perusahaan dalam menciptakan kinerja yang baik, meningkatkan kualitas mutu perusahaan, serta memberikan pelayanan yang memuaskan. Proses perencanaan hotel resor dilakukan menurut tahapan dan prosedur yang berlaku pada perusahaan, meliputi tahap inventarisasi, pengumpulan data dan analisis, pengembangan konsep, hingga pembuatan rencana induk kawasan. Keseimbangan antara produk rencana lanskap dan kondisi lingkungan diupayakan dalam merencanakan wisata yang berkelanjutan. Secara umum, proses perencanaan hotel resor kawasan Senggigi yang ditangani oleh PTTI berjalan dengan baik. PTTI mampu dalam merencanakan hotel resor yang mengakomodasi keinginan wisatawan, meningkatkan bisnis perekonomian baik bagi masyarakat lokal maupun wilayah, melestarikan sumber daya alam, dan kebudayaan Lombok. Kesuksesan dalam penyelesaian proyek dapat diwujudkan melalui kerjasama yang baik antar tim dalam perusahaan dan pihak klien. Permasalahan utama dalam penyelesaian proyek pada umumnya berasal dari keinginan klien yang berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan waktu pekerjaan lebih lama dan tidak sesuai jadwal seharusnya. Selain itu, perlunya kelengkapan data dalam menganalisis dan mengembangkan rencana lanskap untuk mencapai hasil yang maksimal, terutama pada kondisi fisik lingkungan. Manajemen kerja yang efektif perlu ditingkatkan oleh PTTI dalam menciptakan kinerja yang baik, mengefektifkan biaya, serta meningkatkan kualitas pelayanan dan selalu mengikuti perkembangan terkini sebagai salah satu konsultan lanskap terkemuka.
Saran Kegiatan magang dilakukan mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam dunia kerja profesional bidang arsitektur lanskap. PTTI dapat menjadi salah satu rekomendasi konsultan lanskap yang baik dalam perencanaan dan perancangan bagi mahasiswa yang ingin melaksanakan kegiatan magang. Beberapa saran yang dapat dipertimbangan berdasarkan hasil kegiatan magang, antara lain:
51 1. PT Townland Internasional sebagai konsultan lanskap profesional hendaknya dapat mempertahankan manajemen kerja yang dapat mengefektifkan biaya, waktu, serta meningkatkan kualitas mutu perusahaan, 2. Departemen Arsitektur Lanskap IPB dapat bekerja sama dengan PTTI sebagai media pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan bidang perencanaan dan perancangan lanskap, 3. Peran pemerintah dalam merencanakan penataan ruang kawasan kawasan wisata yang berkelanjutan harus lebih dioptimalkan. Hal tersebut dapat diupayakan melalui kerja sama yang baik antara masyarakat dan stakeholder yang terlibat, 4. Adanya perencanaan hotel resor diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan terjalinnya kerjasama yang baik dengan investor dalam menjaga kualitas lingkungan.
52
DAFTAR PUSTAKA [BAPEDDA] Lombok Barat (ID). 2012. Buku Saku Lombok Barat. Badan Perencanaan Pariwisata Lombok Barat. NTB (ID). Bell S. 2008. Design for Outdoor Recreation second edition. New York (US): Taylor & Francis Inc. [BPS]. Badan Pusat Statistika. 2011. Statistika lombok Barat. Nusa Tenggara Barat (ID). Bovy M, Lawson F. 2002. Tourism and Recreation Handbook of Planning and Design. London (UK): The Architecture Pr. Chiara J and Koppelman L. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Hakim J, penerjemah, Terjemahan dari Site Planning Standards. Jakarta (ID): Erlangga. Clark J. 1995. Coastal Ecosystem Ecological Consideration For Management of the Coastal Zone. Washington (US): The Concervation Fondation. Cleland dan Ireland. 2002. Project Management: Strategic Design and Implementation, New York (US): McGraw-Hill Profesional. [Dispar] Dinas Pariwisata Lombok Barat. 2013. Pengembangan pariwisata Lombok Barat (ID). Dispar. Dewberry SO. 2008. Land development handbook: planning, engineering, and surveying third edition . New York (US): McGraw-Hill. Green JR. 2010. Coastal town in Transition. London (UK): Springer. Gunn, Clare. 2002. Tourism Planning Basic, Concept, Case- fourth Edition. Routledge (UK): Taylor&Prancis. Hill WF. 2002. Landscape Handbook for The Tropies. New York (US): Packard Holden A. 2000. Environment and Tourism. Newyork (US): Roudledge. Jurries, D. 2003. Biofilters for stormwater dischange pollution removal. State of Oregon,Departement of environmental quality. [Kemenbudpar] Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. 2002. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No 3 tentang penggolongan kelas hotel. Jakarta (ID): Kemenbudpar . [Kepgub] Keputusan Gubernur. 1992. Keputusan Gubernur Tingkat I Nusa Tenggara Barat No 153 tahun 1992 tentang Rencana Tata Ruang Resor Wisata Senggigi Kabupaten Lombok Barat. Nusa Tenggara Barat (ID) Lawler B. 2010. Central Coast Destination Management Plan for Tourism. Sidney (AU): Earthcheck Pty Ltd. Lawson F. 2004. Hotel and Resort: Planning and Design. London (UK): The Architecture Pr. Marianti D. 1996. Hotel resort dengan fasilitas utama wisata bahari [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Kristen Petra. Nurisjah S dan Pramukanto Q. 2012. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Bogor. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): IPB Pr. [PERDA] Peraturan Daerah. 2010. Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat No 3 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nusa Tenggara Barat. NTB (ID): Perda.
53 [PERDA] Peraturan Daerah. 2011. Peraturan Daerah kabupaten Lombok Barat No 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Lombok Barat. Lombok (ID): Perda. PTTI. 2012. PT Townland Internasional [Terhubung berkala]: http//:www.PTTI.com. Diakses pada November 2012. Russ T. 2009. Site Planning and Design Handbook second edition. New York (US): Mcgraw-Hill. Sektor Pesisir dan Kelautan. 2012. Kajian resiko dan adaptasi terhadap perubahan iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lombok Barat (ID). Simondss JO dan Barry WS. 2006. Landscape Architecture fourth edition: A manual of Environtment Planning and Design. New York (US): McgrawHill- Book. Soetriono RW. 2004. Konsep, Teori, dan Landasan Analisis Wilayah. Malang (ID): Bayu Media. Subroto. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Samarinda (ID): Fajar Gemilang.
54 Lampiran 1 Struktur organisasi perusahaan Townland Group
55 Lampiran 2 Studi banding kompetitor sekitar kawasan KEY PLAN
1. The Oberoi 2. Holiday Resor 3. The Qunci 4. Jeeva Klui 5. Puri Mas Boutique 6. Puri Saron 7. Sheraton Senggigi 8. The Santosa 9. The jayakarta 10. The Candi
56 Lampiran 3 Studi parameter pengembangan hotel resor
57 Lampiran 4 Parameter pengembangan luasan area hijau NO
BLOCK CODE
1
A1
2
A2
3
A3
4 5 6 7 8 9
B1 B2 B3 B4 C1 C2
GREEN OPEN SPACE (in sqm)
GREEN OPEN SPACE (in %)
Boutique Villa Spa and Wellness Centre
32 924.47
62%
Commercial/ F&B Commercial/ F&B Beach Club Hotel Resort Commercial/Retail Commercial/Retails Resort Villa
1261.71 9337.22 7309.52 35163.83 3887.27 2395.23 15037.92
LAND USE
Total Green Open Area (in sqm)
Land Use Building Site Coverage Operational Facilities Green Open Space Parking and Circulation Shared Road Within the Site River Total Site Area (in sqm)
9620.72
64% 66% 66% 66% 73% 46% 41% 59% 116 937.88
54 417.62 116 937.88 11 397.58 2288.52 9523.18 194 564.78
58 Lampiran 5 Kebutuhan unit akomodasi
Product
Villa Resort Boutique Villa
Hotel Resort
Villa in Hotel Resort
Size small medium large small medium large tower floor unit per room small medium large venue
Average unit size (in sqm)
Number of units
100 240 420 120 180 480
Number of bedrooms
Total Number of bedrooms
1 2 2 1 2 3
27 14 4 79 4 6 192
27 7 2 79 2 2 4
89
192 60 125 180 480 1400
Villa Products
River view Pool view Garden view Lotus Pond Boutique Villa River View Mangrove Palace Beach-front Villa in Hotel Garden Resort Wedding Venue Number of villa units Villa Resort
45
700
2 2 2 1
1 2 3 4
2 4 6 4
Number of Villa Bedrooms Number of Hotel Bedrooms Total Potential Number of Occupants
Location
total
16
150 192 342 684
Small 15 12 57 10 12
Medium
Large
4
2
3
2 2
2 2
2 1 126
59 Lampiran 6 Kriteria penggolongan hotel bintang 4 No.
Unsur persyaratan
Uraian Persyaratan
1
Lokasi dan Lingkungan
Lokasi hotel mudah diakses kendaraan umum, dan juga kendaraan pribadi roda empat. Hotel harus berupaya mereduksi pencemaran yang berasal dari luar
2
Taman
3
Tempat Parkir
4
Olah raga dan Rekreasi
5
Bangunan
6
Jumlah kamar
7
Ruang makan
Hotel memiliki taman yang memenuhi syarat sebagai berikut: a. Terletak di dalam atau diluar bangunan b. Taman terpelihara, bersih dan rapih, taman yang memiliki kolam hias harus berisi ikan Tersedia tempat parkir kendaran tamu hotel a. Kapasitas satu tempat parkir untuk tiap 4 kamar hotel b. Rambu-rambu lalu lintas/satu arah in-out c. Pos jaga.ruang tunggu dengan tempat duduk d. Tidak becek/tersedia saluran air. e. Hotel harus mempunyai sarana kolam renang dewasa dan anak-anak. f. Tersedianya area permainan anak g. Tersedianya Diskotik atau Night Club h. Hotel pantai menyediakan fasilitas untuk olah raga air i. Hotel gunung menyediakan fasilitas untuk olah raga gunung Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan, sesuai dengan undang- undang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah: a. Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik. b. Pengaturan · ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, dan arus barang/produk hotel. a. Banyak kamar tidur standar berjumlah 100 buah termasuk 4 kamar suite b. Semua kamar dilengkapi dengan kamar mandi di dalam. c. Luas Minimal: Standar = 26 m2, Kamar Suite = 52 m2 d. Tinggi Kamar Minimal = 2, 60 m e. Kamar tidur kedap suara (noise 40 dB) f. Pintu dilengkapi dengan alat pengaman g. Untuk Hotel Pantai Lantai dari teraso/ubin /kayu, lantai tidak licin, kualitas tinggi. a. Hotel menyediakan restoran minimal dua buah yang berbeda jenisnya, salah satunya coffee shop b. Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas restoran dengan ketentuan 1,5 m2/tempat duduk c. Tinggi restoran tidak boleh lebih rendah dari tinggi kamar tamu (2,60 m). d. Letak restoran berhubungan langsung dengan dapur induk/tambahan dilengkapi dengan pintu masuk dan keluar yang berbeda/dipisahkan (satu arah). e. Tata udara diatur dengan atau tanpa alat pengatur udara. f. Restoran yang letaknya tidak berdampingan dengan lobby harus dilengkapo dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita
Sumber: Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM 3/HK 001/MKP 02
60 RIWAYAT HIDUP Renny Yahna Oktevia, merupakan anak dari pasangan Bapak Faisal Andriansyah dan Ibu Agustini yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1991. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Penulis mengawali jenjang pendidikan pada Taman Kanak Aisyah 4 Depok, kemudian melanjutkan ke pendidikan di SDN Anyelir 1 Depok pada tahun 1997 – 2003, di SLTP Negeri 2 Depok pada tahun 2003-2006. Pada tahun 20062009, penulis melanjutkan pendidikannya di s SMA Negeri 1 Depok. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) dengan mayor Arsitektur Lanskap. Selama menjalankan masa studi di IPB, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) pada periode 2011-2012 dan menjadi ketua „Profesionalisme Tour 2012‟ yang merupakan salah satu kegiatan Himaskap IPB dalam bidang keprofesian Arsitektur Lanskap. Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan dalam menunjang kemampuan di bidang arsitektur lanskap serta mengikuti kegiatan magang di konsultan lanskap Oemardi-Zain, Bogor pada tahun 2011. Penulis kemudian melakukan kegiatan magang pada PT Townland Internasional Jakarta pada periode Februari – Juni sebagai bahan untuk menyelesaikan skripsi.