PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA (KEGIATAN MAGANG DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR)
MARISHA DESLIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PERANCANGAN
RUANG
TERBUKA
HIJAU
PONDOK
INDAH
TOWNHOUSE, JAKARTA (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor)
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
MARISHA DESLIA A44080056
RINGKASAN
MARISHA DESLIA, A44080056. Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor). Dibawah bimbingan SITI NURISJAH Konsep townhouse merupakan konsep penataan pemukiman penduduk yang sedang intensif dilakukan terutama di kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi, demikian juga dilakukan di Kota Jakarta. Konsep ini menekankan kepada pengoptimalan ruang terbuka publik yang menyediakan fasilitas yang lengkap seperti taman komunitas dan sport center, dengan meminimalkan ruang privat pada setiap bagian unit rumah. Penyusunan setiap unit rumah pada townhouse juga dengan sistem deret dengan jumlah rumah berkisar 60-70 unit. Untuk mempelajari mengenai konsep ruang terbuka pada townhouse, dilakukan kegiatan magang selama empat bulan di PT. Sheils Flynn Asia (PT. SFA) yang sedang menangani proyek Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, di Jakarta Selatan. Proyek tersebut akan dikembangkan oleh PT. Metropolitan Kentjana, perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan real estat, properti pengembangan pusat perbelanjaan, apartemen, ruang kantor dan fasilitas rekreasi. Tujuan kegiatan magang ini secara umum adalah untuk memperluas wawasan, pengetahuan, serta keterampilan mahasiswa dalam kegiatan perancangan ruang terbuka townhouse. Dalam pelaksanaannya mahasiswa dapat secara langsung mempelajari dan menganalisis sistem dan proses kerja pada konsultan, dalam hal ini PT. SFA. Kegiatan magang ini bermanfaat dalam meningkatkan profesionalisme mahasiswa di bidang kerja arsitektur lanskap dalam proses perancangan pada konsultan arsitektur lanskap. PT. Sheils Flynn Asia merupakan perusahaan yang memiliki manajemen perusahaan yang terstruktur, dari segi pembagian kerja, pengaturan waktu kerja, maupun pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek. Sistem kerja studio PT. SFA juga terstruktur dari segi penyimpanan dan pendistribusian data, penamaan gambar kerja, serta proses perancangan yang sesuai standar. Metode magang yang digunakan berupa partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di perusahaan yakni terlibat dalam proses pengerjaan perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse. Selain itu, mahasiswa juga terlibat dalam pengerjaan proyek lain yang sedang ditangani. Pengumpulan data didapatkan melalui wawancara mengenai kelembagaan perusahaan, pengamatan langsung pada sistem kerja di PT. SFA, serta melakukan studi pustaka mengenai perancangan ruang terbuka townhouse. Perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse dilakukan dengan tahapan (1) Research and analysis (2) Conceptual Design (3) Design Development, (4) Construction Documentation. Selama mengikuti kegiatan magang, mahasiswa terlibat pengerjaan proyek pada tahap design development dan construction documentation. Pada setiap tahap dari proses desain dilakukan diskusi dengan klien untuk menerima masukan dan koreksi dari desain yang telah
dibuat. Selama proses perancangan proyek perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse tidak terdapat kendala besar. Hal ini tidak terlepas dari sistem kerja yang profesional PT. SFA baik dalam manajemen waktu maupun manajemen pembagian kerja. Perbedaan pendapat dalam pemilihan material dapat diatasi melalui musyawarah dengan tim pengerjaan proyek. Kesuksesan pelaksanaan pekerjaan lanskap diwujudkan oleh kerjasama yang baik oleh pihak konsultan lanskap (PT. Sheils Flynn Asia) dan kontraktor (PT. Metropolitan Kentjana). Hal yang didapat selama mengikuti kegiatan magang adalah peningkatan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan proses perancangan lanskap baik dari peningkatan kemampuan mengoperasikan software maupun keterampilan melakukan kegiatan perancangan secara nyata. Kegiatan magang pada konsultan lanskap sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menjadi bekal mahasiswa terjun langsung ke dunia kerja profesional. Secara umum, perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse telah baik, namun sebaiknya diperhatikan pula keadaan sungai Pesanggrahan melihat rancangan yang memaksimalkan pemandangan alami sungai untuk menjadi nilai tambah kawasan yang didukung dengan pengelolaan sungai agar keindahannya dapat dimanfaatkan. Keberadaan sungai Pesanggrahan menjadi penyatu kedua bagian tapak yang terpisah, hal ini dapat dilihat dari peletakan unit rumah yang menghadap ke sungai. Selain itu, pemilihan vegetasi juga perlu memperhatikan karakteristik pertumbuhan dan kebutuhan setiap tanaman agar dapat tumbuh dengan optimal. Kata kunci : ruang terbuka, pemukiman, Pondok Indah Townhouse, PT Sheils Flynn Asia
® Hak Cipta IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA (KEGIATAN MAGANG DI PT. SHEILS FLYNN ASIA)
MARISHA DESLIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan Magang
: Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, Jakarta (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor)
Nama Mahasiswa
: Marisha Deslia
NRP
: A44080056
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul, “Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, Jakarta (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia)” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap atas bimbingan, masukan serta sarannya dalam melakukan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vera Dian Damayanti, SP, MLA dan Pak Akhmad Arifin Hadi, SP, MA sebagai penguji pada ujian akhir atas masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih juga penulis tujukan kepada PT. Sheils Flynn Asia selaku perusahaan konsultan arsitektur lanskap tempat penulis melakukan kegiatan magang. Terima kasih kepada Pak Rahman Andra Wijaya dan Pak Iman Prastoto Septadarma, Mbak Yasmina Azriani, Pak Dedy Guswandi dan teman-teman staf lainnya yang telah membantu, memberi arahan dan menerima penulis selama melaksanakan kegiatan magang. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan keluarga : Mama, Papap, Kak Esa, Kak Ayu, Kak Mei, atas segala dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih juga diucapkan kepada temanteman yang telah mendukung, memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2013
Penulis
x
RIWAYAT HIDUP Marisha Deslia, merupakan anak dari pasangan Bapak Komarsa Gandasasmita dan Ibu Lidya Ali yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Desember 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Penulis mengawali jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Regina Pacis, Bogor 1996-2002. Penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Regina Pacis Bogor pada tahun 2002-2005. Pada tahun 2005-2008, penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas SMA Negeri 5 Bogor. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB (USMI) dengan mayor Arsitektur Lanskap. Selama menjalankan masa studi di IPB, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan tergabung di dalam UKM Baseball Softball Oryza IPB. Penulis memiliki pengalaman magang di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dan PT. Sheils Flynn Asia.
xi
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1 1.2 Tujuan ...............................................................................................................2 1.3 Manfaat .............................................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4 2.1 Permukiman ......................................................................................................4 2.2 Townhouse ........................................................................................................4 2.2.1 Definisi Townhouse .................................................................................4 2.2.2 Karakteristik Townhouse .........................................................................5 2.2.3 Townhouse sebagai Rumah Tinggal ........................................................7 2.3 Ruang Terbuka ..................................................................................................8 2.4 Perancangan Lanskap .......................................................................................9 2.5 Konsultan Lanskap .........................................................................................10 2.6 Manajemen Proyek Lanskap ...........................................................................12 BAB III METODOLOGI ....................................................................................13 3.1 Tempat dan Waktu ..........................................................................................13 3.2 Metode ............................................................................................................14 3.3 Pengumpulan Data ..........................................................................................14 3.4 Tahapan Kegiatan Magang .............................................................................16 3.5 Batasan Studi ..................................................................................................18 BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA .................................19 4.1 Profil Perusahaan ............................................................................................19 4.2 Struktur Organisasi .........................................................................................19 4.3 Manajemen Penanganan Proyek .....................................................................20 4.3.1 Penerimaan Proyek ................................................................................20 4.4 Manajemen Penanganan Proyek .....................................................................22 4.4.1 Fasilitas Studio ......................................................................................22
xii
4.4.1 Sistem Pendistribusian Data ..................................................................22 4.4.2 Sistem Penamaan Proyek dan Berkas Kerja ..........................................23 4.4.3 Sistem Penamaan Gambar Kerja ...........................................................24 4.4.4 Sistem Penyimpanan Data .....................................................................25 BAB V PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE .....................................................................................................26 5.1 Deskripsi Proyek .............................................................................................26 5.2 Kondisi Umum Tapak .....................................................................................27 5.3 Persiapan .........................................................................................................29 5.4 Data dan Analisis ............................................................................................29 5.5 Konseptual Desain ..........................................................................................32 5.5.1 Konsep Ruang .......................................................................................33 5.5.2 Konsep Sirkulasi....................................................................................34 5.5.3 Konsep Elemen Keras (Hardscape) ......................................................35 5.5.4 Konsep Elemen Lunak (Softscape) .......................................................35 5.6 Design Development .......................................................................................39 5.6.1 The Gateway ..........................................................................................39 5.6.2 West Courtyard......................................................................................51 5.6.3 East Courtyard ......................................................................................52 5.6.4 The Alley ................................................................................................54 5.6.5 Clubhouse ..............................................................................................55 5.6.6 Internal Road .........................................................................................56 5.6.7 External Road ........................................................................................57 5.7 Construction Documentation ..........................................................................58 5.7.1 The Gateway ..........................................................................................58 5.7.2 West Courtyard......................................................................................62 5.7.3 East Courtyard ......................................................................................65 5.7.4 The Alley ................................................................................................69 5.7.5 Clubhouse ..............................................................................................71 5.7.6 Internal Road .........................................................................................73 5.7.7 External Road ........................................................................................74 BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................76
xiii
6.1. Sistem Manajemen PT. Sheils Flynn Asia......................................................76 6.1.1 Posisi dan Tanggung Jawab...................................................................76 6.1.2 Sistem Kerja Studio ...............................................................................76 6.1.3 Struktur Manajemen Proyek ..................................................................78 6.1.4 Kegiatan Kerjasama ..............................................................................78 6.2. Kegiatan Perancangan PT. Sheils Flynn Asia.................................................80 6.2.1 Tahapan Perancangan Lanskap ............................................................80 6.2.2 Pengumpulan dan Kelengkapan Data ....................................................81 6.2.3 Pengembangan Konsep Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse .....81 6.2.4 Finalisasi Rancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse ........83 6.3. Produk Perancangan .......................................................................................87 6.3.1 Ragam Output........................................................................................87 6.3.2 Standar Kelengkapan Gambar ...............................................................90 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................91 7.1 Simpulan .........................................................................................................91 7.2 Saran ...............................................................................................................91 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93 LAMPIRAN ..................................................................................................... 94
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Proses perancangan Simonds dan Starke .................................................11 Tabel 2. Jadwal Kegiatan Magang di PT. SFA, 2012 ............................................13 Tabel 3. Jenis, bentuk, dan Sumber Data ...............................................................15 Tabel 4. Alat dan software yang dibutuhkan .........................................................17 Tabel 5. Perangkat keras pada PT SFA .................................................................22 Tabel 6. Software yang digunakan pada PT SFA ..................................................23 Tabel 7. Penamaan file pada sistem xref di PT SFA..............................................24 Tabel 8. Ragam Hasil Akhir Produk Perancangan ................................................88
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ilustrasi Bentuk Townhouse ...................................................................5 Gambar 2. Pembentukan Townhouse ......................................................................7 Gambar 3. Contoh Taman Lingkungan di Kawasan Permukiman ..........................8 Gambar 4. Drawing List A127...............................................................................21 Gambar 5. Rumah tipe standar, penthouse, dan luxurius pada PIT .......................26 Gambar 6. Kondisi Exsisting Tapak ......................................................................27 Gambar 7. Peta Lokasi Proyek ...............................................................................28 Gambar 8. Pembagian Area Tapak ........................................................................28 Gambar 9. Proses Cut and Fill Yang Dilakukan ....................................................31 Gambar 10. Perpindahan Jalan Umum yang Diajukan PT. MK ............................32 Gambar 11. Ilustrasi Pembuatan Jembatan Penghubung Tapak ............................32 Gambar 12. Gambar Referensi Konsep Riverside .................................................33 Gambar 13. Konsep Pembagian Ruang .................................................................34 Gambar 14. Konsep Perkerasan (Surfacing) ..........................................................36 Gambar 15. Konsep Elemen Air (Water Element) ................................................36 Gambar 16. Area Hijau Eksisting ..........................................................................37 Gambar 17. Area Hijau dan Area Terbangun yang Diajukan ................................37 Gambar 18. Konsep Penanaman Pohon (Trees) ....................................................38 Gambar 19. Site Plan Pondok Indah Townhouse Tahap Design Development .....43 Gambar 20. Detail Plan West Site (Barat) Tahap Design Development ................44 Gambar 21. Detail Plan West Site (Timur) Tahap Design Development ...............45 Gambar 22. Detail Plan East Site (Selatan) Tahap Design Development .............46 Gambar 23. Detail Plan East Site (Utara) Tahap Design Development ................47 Gambar 24. Potongan A Tahap Design Development ...........................................48 Gambar 25. Potongan B Tahap Design Development ..........................................49 Gambar 26. Area Gateway .....................................................................................50 Gambar 27. Ilustratif Suasana Area Gateway ........................................................50 Gambar 28. Area West Courtyard .........................................................................51 Gambar 29. Ilustratif Suasana Area West Courtyard .............................................52 Gambar 30. Area East Courtyard ..........................................................................53 Gambar 31. Ilustrasi Suasana Area East Courtyard ..............................................53
xvi
Gambar 32. Area The Alley ....................................................................................54 Gambar 33. Ilustratif Suasana Area The Alley .......................................................55 Gambar 34. Area Clubhouse ..................................................................................56 Gambar 35. Site Plan Tipikal Internal Road .........................................................57 Gambar 36. Site Plan Tipikal External Road ........................................................58 Gambar 37. Detail Pola Perkerasan Area Gateway ...............................................59 Gambar 38. Tampak Feature Wall Area Gateway ................................................59 Gambar 39. Detail Potongan Feature Wall Area Gateway ....................................60 Gambar 40. Potongan Kolam Area Gateway .........................................................61 Gambar 41. Detail A – Potongan Air Terjun dari Feature Wall Pada Kolam .......62 Gambar 42. Pola Pemasangan Perkerasan pada Upper Terrace ............................63 Gambar 43. Potongan Penampang Perkerasan pada Upper Terrace .....................63 Gambar 44. Pola Penyusunan Kayu sebagai Perkerasan .......................................64 Gambar 45. Potongan Horizontal Perkerasan Kayu ..............................................65 Gambar 46. Potongan Vertikal Perkerasan Kayu ..................................................65 Gambar 47. Pola Perkerasan pada Central Courtyard ...........................................66 Gambar 48. Potongan Perkerasan pada Central Courtyard...................................66 Gambar 49. Plan area Upper Terrace ....................................................................67 Gambar 50. Potongan Border Wall pada Upper Terrace ......................................67 Gambar 51. Tampak Border Wall pada Upper Terrace ........................................68 Gambar 52. Detail Penyusunan Material pada Border Wall Upper Terrace .........68 Gambar 53. Tampak Axonometric Kolam pada East Garden ...............................69 Gambar 54. Plan Furniture Bangku pada The Alley ..............................................70 Gambar 55. Potongan Tipikal Furniture Bangku pada The Alley ..........................70 Gambar 56. Pola Pemasangan Perkerasan pada Clubhouse ..................................71 Gambar 57. Detail Potongan Perkerasan pada Clubhouse .....................................71 Gambar 58. Plan Kolam pada Bagian Depan Clubhouse ......................................72 Gambar 59. Detail Potongan Wall pada Kolam Bagian Depan Clubhouse ...........72 Gambar 60. Pola Pemasangan Concrete Block pada Shared Space ......................73 Gambar 61. Detail Potongan Konstruksi Perkerasan pada Shared Space .............73 Gambar 62. Plan Dinding Pembatas Tapak pada External Road ..........................74 Gambar 63. Tampak Dinding Pembatas Tapak pada External Road ....................74
xvii
Gambar 64. Detail Pola Pemasangan Batu pada Dinding Pembatas Tapak ..........75 Gambar 65. Detail Potongan Dinding Pembatas Tapak pada External Road ........75 Gambar 66. Struktur Organisasi Penanganan Proyek ............................................77 Gambar 67. Skema Hubungan Kerjasama Pada Pondok Indah Townhouse ..........79 Gambar 68. Tahapan Perancangan PT. SFA 2012 ................................................80 Gambar 69. Ilustrasi tampak soft material pada area The Gateway ......................84 Gambar 70. Standar Kelengkapan Gambar............................................................90
xviii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Jenis Soft Material Yang Digunakan ......................................................... 96 2.
Jenis Hard Material Yang Digunakan ...................................................... 100
3. Keterangan Material pada Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse .... 107 4. Detail Material West Site 1 ....................................................................... 108 5
Detail Material West Site 2 ...................................................................... 109
6.
Detail Material West Site 3 ...................................................................... 110
7.
Detail Material West Site 4 ..................................................................... 111
8.
Detail Material West Site 5 ...................................................................... 112
9.
Detail Material West Site 6 ..................................................................... 113
10. Detail Material West Site 7 ...................................................................... 114 11. Detail Titik Penanaman Pohon West Site 1 ............................................. 115 12. Detail Titik Penanaman Pohon West Site 2 ............................................. 116
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan hidup
yang harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan tingkat intensitas kebutuhannya, manusia memiliki tiga kebutuhan primer, yaitu sandang, pangan, dan papan.
Pangan adalah kebutuhan berupa
makanan, sandang berupa pakaian, serta papan berupa kebutuhan rumah tinggal. Papan atau dapat juga diartikan sebagai tempat tinggal yang merupakan tempat bernaung manusia, terus menerus mengalami perkembangan. Pada awalnya, rumah hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat fisik seperti tempat untuk berlindung dari cuaca, serangan binatang buas, gejala alam, dan tempat untuk beristirahat. Namun sekarang, rumah tinggal dituntut memiliki kawasan yang dapat mendukung pengembangan diri masingmasing individu (Surayya 2006). Maslow (1943) menjabarkan kebutuhan dasar manusia di antaranya menjadi kebutuhan fisiologis (physiological needs) dan kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan akan meningkat. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan ini berhubungan dengan keamanan, stabilitas, proteksi manusia. Kedua kebutuhan dasar manusia itu dapat terpenuhi secara fisik salah satunya dengan adanya rumah tinggal. Sebagai tempat bernaung dan berlindung dari bahaya, rumah juga tempat untuk melakukan interaksi sosial. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka manusia tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor keamanan, kenyamanan, fasilitas, dan lokasi adalah alasan utama orang memilih kawasan rumah tinggal.. Kebutuhan manusia di kawasan rumah tinggal di antaranya kebutuhan ruang untuk bersosialisasi, kegiatan olahraga, dan taman bermain. Kebutuhan
2
tersebut dapat dipenuhi dengan adanya ruang terbuka, baik ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka biru. Fasilitas ruang terbuka di dalam kawasan perumahan menjadi sangat penting selain untuk pemenuhan kebutuhan manusia, berfungsi juga sebagai area peningkatan mutu kawasan. Ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan fungsi vegetasi berfungsi untuk menciptakan kawasan yang nyaman, sehat, indah dan bersih. Ruang terbuka biru memberikan kesan tidak kaku dan dapat juga meningkatkan iklim mikro. Selain itu, perancangan ruang terbuka dapat mengundang satwa liar seperti burung yang dapat menjadi nilai tambah untuk lingkungan kawasan perumahan tersebut. Di kota besar dengan lahan terbatas seperti Jakarta, pembangunan lingkungan kawasan perumahan dengan konsep townhouse sedang intensif dilakukan. Penerapan konsep townhouse dipilih karena tidak memerlukan lahan terlalu besar, namun sudah memiliki fasilitas yang lengkap. Townhouse merupakan komplek perumahan dengan jumlah rumah yang terbatas, namun memiliki fasilitas yang lengkap. Untuk menciptakan lingkungan kawasan perumahan yang baik, diperlukan perencanaan ruang yang matang didukung dengan desain yang fungsional dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan penghuni dan memberikan nilai estetik. Diperlukan pengerjaan yang profesional untuk keseluruhan proses perancangan yang dimulai dengan tahap persiapan, analisis dan pengumpulan data dan diakhiri dengan implementasi yang sesuai dengan teori. Kegiatan magang diperlukan untuk memperlajari proses pengerjaan perancangan yang profesional dari konsultan guna menciptakan karya perancangan yang berkualitas. 1.2
Tujuan Tujuan kegiatan magang ini secara umum adalah untuk memperluas
wawasan,
pengetahuan,
serta
keterampilan
mahasiswa
dalam
kegiatan
perancangan townhouse. Dalam pelaksanaannya diharapkan pula mahasiswa dapat mengetahui secara langsung sistem pekerjaan pada konsultan, dalam hal ini SFA khususnya. Adapun tujuan khusus kegiatan magang ini adalah : 1. mempelajari dan menganalisis sistem kerja divisi perancangan dan sistem kerja studio pada PT. SFA; 2. mempelajari dan menganalisis tahapan perancangan lanskap di PT. SFA;
3
3. mempelajari proses dan tahapan perancangan terkait Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse secara intensif. 1.3
Manfaat Manfaat dari kegiatan magang di konsultan lanskap PT Sheils Flynn Asia
ini adalah: 1. mengembangkan profesionalisme kerja di dalam lingkup keilmuan arsitektur lanskap; 2. meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam proses perancangan terutama pada perancangan ruang terbuka townhouse; 3. mengaplikasikan dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari di dalam perkuliahan pada kegiatan magang.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman Menurut undang-undang RI no 4 tahun 1992, mendefinisikan arti permukiman dan perumahan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga. Lingkungan permukiman berupa kawasan perumahan, yaitu tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan yang terbatas. Lingkungan perumahan ini dilengkapi dengan penataan ruang, sarana dan prasarana yang terstruktur. Permukiman merujuk kepada tempat bermukim manusia, tinggal menetap dan
melakukan
aktifitas
sehari-hari
sebagai
upaya
peningkatan
nilai
penghidupannya. Dapat diartikan pula sebagai ruang di mana konsentrasi penduduknya tinggi, hidup bersama, bersosialisasi menggunakan fasilitas lingkungan bersama-sama. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), kawasan permukiman merupakan lingkungan hunian yang memberikan lingkungan yang baik bagi warganya, dapat memuaskan, aman, nyaman, dan menyenangkan. Lanskap permukiman harus dapat menunjang kegiatan individu yang bermukim di dalamnya. Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa permukiman diidentifikasi dari adanya kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka bersama untuk melaksanakan kegiatan umum seperti berbelanja, lapangan bermain, serta adanya daerah penyangga. Kebutuhan ruang terbuka ini cukup besar untuk menampung aktifitas beberapa kelompok masyarakat. Permukiman penduduk modern memiliki beberapa tipe, di antaranya linier, plaza, dan permukiman dengan area bersama. Tipe permukiman dengan area bersama memiliki fasilitas umum yang digunakan. Permukiman tipe ini contohnya cluster, townhouse, dan muster. 2.2
Townhouse
2.2.1 Definisi Townhouse Townhouse merupakan kawasan rumah tinggal berupa kumpulan rumah yang memiliki tipe dan bentukan yang sama dengan jumlah yang terbatas. Di dalam satu townhouse idealnya terdiri dari maksimal 50 rumah. Penyusunan
5
rumah diletakkan secara dempet, dengan lahan pekarangan yang minim. Townhouse memiliki karakteristik seperti memiliki satu akses keluar, memiliki fasilitas umum seperti kolam renang, area olahraga, dan ruang terbuka berupa taman komuniti (Herman 2005). Townhouse merupakan rumah yang sejenis, yang dibuat berderetan. Menurut Kepala Riset Jones Lang Lasalle, Anton Sitorus dalam Anna Suci, townhouse , yang disebut juga rowhouse, memiliki kelemahan dari segi sosial. Jumlah rumah dalam satu kawasan townhouse yang terbatas, mengakibatkan minim dan terbatasnya sosialisasi antar penghuni. Selain itu, peraturan yang biasa diterapkan dalam townhouse yang tidak mengijinkan modifikasi bentukan rumah yang merubah bentuk aslinya mengakibatkan sulitnya pembangunan tambahan rumah. Surayya (2006) mendefinisikan
townhouse sebagai unit permukiman
milik pribadi keluarga tunggal yang menempel dengan unit lainnya yang merupakan bagian dari unit-unit lain yang serupa dan berhubungan satu sama lain dibatasi oleh dinding tanpa bukaan atau akses (Gambar 1) .
Gambar 1. Ilustrasi Bentuk Townhouse (Sumber : Surayya, 2006) 2.2.2 Karakteristik Townhouse Townhouse memiliki keistimewaan yang menjadi ciri khas dibandingkan dengan permukiman yang lain, yaitu dari segi peletakan bangunan rumah yang berdempetan sampai tidak menyisakan ruang antar bangunan, memiliki hanya satu
6
akses masuk. Dengan minimnya lahan milik pribdi, lingkungan townhouse harus dilengkapi dengan fasilitas umum untuk menunjang aktivitas penghuninya. Adapun ciri
perumahan dengan konsep townhouse menurut Surayya (2006)
sebagai berikut: 1. Townhouse menawarkan kenyamanan dan fasilitas yang sama dengan single family house kecuali adanya halaman samping. 2. Townhouse merupakan hunian independen yang memiliki kavlingnya sendiri. 3. Karena susunannya yang berderet dan ada pengulangan fungsi, maka pada fasad/ tampak depan dan tata letak ruang (denah) tipikal mengalami pengulangan pula. 4. Keuntungannya, townhouse dapat saja menempati kavling yang sempit sehingga menjadi populer akhir-akhir ini karena keterbatasan lahan di daerah perkotaan Herman (2005) menambahkan, permukiman dengan tipe townhouse merupakan kawasan setengah perumahan, setengah apartemen. Dengan fasilitas lengkap yang dimiliki, baik dari segi keamanan, townhouse menyerupai apartemen, namum dari luasan, dan pembangunan rumah secara horizontal, tidak menyerupai apartemen. Dalam perancangan setiap townhouse, terdapat ciri yang menjadi kekhasan townhouse tersebut. Ciri khas tersebut dapat berupa pemilihan vegetasi, pemilihan elemen keras, maupun bentuk bangunan townhouse itu sendiri. (Herman 2005). Sebagai contoh, kawasan townhouse dengan pemilihan vegetasi pinus sehingga dapat menjadi ciri khas townhouse tersebut. Konsep townhouse adalah penggabungan beberapa rumah tinggal di mana biasanya rumah memiliki kavling masing-masing dengan fasilitas halaman depan, halaman belakang dan halaman samping. Rumah pada townhouse mengeleminasi taman samping pada rumah (Surayya 2006) (Gambar 2).
7
Gambar 2. Pembentukan Townhouse (Sumber : Surayya, 2006) 2.2.3 Townhouse sebagai Rumah Tinggal Pengguna townhouse adalah masyarakat kelas menengah ke atas, dengan kesibukan yang
padat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
pemeliharaan secara intensif pada taman dengan area yang luas. Berikut ini adalah sasaran penghuni townhouse menurut Surayya (2006) : 1. Pasangan muda tanpa anak dengan tipe satu kamar. 2. Pasangan dengan anak usia balita dengan tipe dua kamar (1 kamar double dan 1 kamar single) 3. Pasangan dengan anak usia remaja/menuju dewasa dengan tipe tiga kamar (1 kamar double, 2 kamar single) 4. Pasangan usia pensiun tanpa anak dengan tipe satu kamar/ tipe studio Fasilitas yang ada pada townhouse adalah: 1. Kantor pemasaran dan pengelola 2. Laundry 3. Restoran 4. Fasilitas Olahraga 5. Ruang Serbaguna 6. Convenient Store/Minimarket 7. Childcare Center 8. Mesjid
8
9. Fasilitas pelengkap (satpam, tempat penampungan sampah, gardu listrik) 2.3
Ruang Terbuka Departemen Pekerjaan Umum (2008) mendefinisikan ruang terbuka adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Menurut Simonds dan Starke (2006) ruang terbuka adalah suatu karakter arsitektural yang mendekati bagian utama yaitu bangunan. Ruang terbuka dibatasi dari elemen-elemen yang bersifat tegas dan jelas, seperti dinding, bangunan, pagar, barisan pohon, semak, serta pembatas lainnya.dalam suatu wilayah, ruang terbuka merupakan suatu area yang tidak tertutupi bangunan, jalan, hanya berupa bentukan yang bersifat alami. Dalam pengaplikasiannya, ruang terbuka dapat berupa taman, kolam, plaza, maupun barisan tanaman. Untuk memenuhi ketersediaan ruang terbuka, kawasan permukiman menyediakan ruang terbuka berupa taman lingkungan, area bermain, maupun menyediakan koridor hijau di sepanjang jalan permukiman. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), Taman lingkungan, adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Gambar 3 menunjukkan beberapa contoh taman lingkungan.
Gambar 3. Contoh Taman Lingkungan di Kawasan Permukiman (Sumber : Surayya, 2006)
9
2.4
Perancangan Lanskap Proses perencanaan dan perancangan terdiri dari proses commission,
research, analysis, synthesis, construction dan operation. (Simond dan Starke 2006). Penjelasan setiap proses dijelaskan dalam Tabel 1. Menurut Booth (1983) proses perancangan suatu proyek, memiliki tahapan sebagai berikut: 1. penerimaan dan administrasi proyek, terjadinya kesepakatan mengenai proposal kerjasama proyek antar arsitek lanskap dan klien 2. riset dan analisis, pengumpulan data yang terkait dengan tapak pengerjaan proyek, meliputi: a. persiapan dan penyusunan rencana dasar b. pengumpulan data c. wawancara dengan pemilik d. analisis e. pembentukan rencana kerja 3. desain a. diagram fungsi ideal, permulaan dari pembuatan grafis suatu desain untuk mengidentifikasi hubungan yang paling cepat antara fungsi usulan pertama dengan ruang perancangan b. diagram keterhubungan ruang, mengadopsi hubungan yang telah terbentuk dari diagram fungsi untuk mengetahui kondisi tapak tersebut c. rencana konsep, pengembangan langsung dari diagram hubungan tapak dengan adanya pembagian ke dalam beberapa penggunaan yang spesifk pada area tersebut d. pengembangan konsep, proses bentuk perancangan, pemasukan semua elemen desain untuk menciptakan satu kesatuan e. desain awal, pembuatan master plan perbaikan den penghalusan desain awal f. pengembangan desain, pengerjaan detail desain sampai pemilihan material
10
4. pembuatan gambar kerja, media komunikasi dalam pembangunan semua elemen dalam proyek, meliputi: a. rencana pelaksanaan (layout plan) b. rencana perbaikan lahan (grading plan) c. rencana penanaman (planting plan) d. detail konstruksi 5. pelaksanaan, tahap pembangunan proyek oleh kontraktor dengan pemantauan oleh arsitek lanskap 6. evaluasi setelah implementasi, observasi dan analisis pryek untuk mengetahui perkembangannya 7. pemeliharaan (maintenance), pengelolaan atau pemeliharaan lanskap yang telah selesai dibangun. 2.5
Konsultan Lanskap Konsultan adalah layanan jasa keahlian profesional di bidang tertentu yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang disusun secara sistematis, memiliki susunan AD/ART yang jelas dan bekerja secara professional (Gold 1980). Untuk menjadi konsultan yang profesional, diperlukan kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya : 1. memiliki pengalaman dan reputasi yang baik 2. mengetahui dengan jelas latar belakang staf yang ada dan memenuhi persyaratan kerja 3. memiliki kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan 4. tersedianya ahli di setiap bidangnya dan tersertifikasi 5. memiliki tanggung jawab secara profesional dalam pekerjaan dan sosial. Konsultan lanskap adalah perusahaan jasa konsultan yang bekerja di bidang lanskap, baik perencanaan, perancangan, maupun pengelolaan lanskap. Gold (1980) mendefinisikan konsultan lanskap sebagai pihak penyedia jasa diluar pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyediaan fasilitas ruang untuk rekreasi perkotaan. Adapaun dalam pelaksanaannya, proyek yang dilakukan tidak semata pada kegiatan rekreasi saja.
11
Tabel 1. Proses perancangan Simonds dan Starke Kegiatan 1.
Commissions
Keterangan pemaparan kebutuhan klien pendefinisian kemampuan dan pelayanan pelaksanaan sesuai persetujuan
2.
Research
survey pengumpulan data interview observasi pengambilan dokumentasi
3.
Analysis
proses analisis tapak mereview peraturan pemerintah memaksimalkan potensi upaya mereduksi kendala alternatif solusi
4.
Synthesis
perbandingan terbaik hasil analisis kesimpulan pembangunan pemberian alternatif rencana penyusunan rencana implementasi
5.
Construction
persiapan gambar konstruksi kontrak kerja pengawasan kegiatan konstruksi
6.
Operation
kunjungan secara periodik penyesuaian dan perbaikan observasi, evaluasi
12
2.6
Manajemen Proyek Lanskap Kegiatan manajemen adalah proses pelaksanaan teori, analisis, di mana
terdapat kegiatan memimpin, mengatur, serta menjalankan tujuan sesuai dengan rencana secara sistematis, koordinatif, dan adanya kerja sama antar setiap pihak (Obenlender 1993). Sedangkan manajemen proyek adalah ilmu dan seni dalam mengatur sumber daya manusia, waktu, barang, sampai biaya di dalam lingkup pekerjaan proyek guna meghasilkan hasil yang optimal dengan pekerjaan yang terkoordinasi dengan baik. Krauz dan Curtis (1982) memandang manajemen proyek di dalam lanskap sebagai seni mengeksplor kemampuan diri untuk mengelarkan kemampuan, intuisi, aspirasi seseorang untuk melakukan mengatur suatu lanskap serta bekerja sama dengan pihak lain secara objektif dan feksibel di dalam melakukan kegiatan manejerial suatu proyek lanskap. Proses manajemen proyek lanskap mencangkup 4 bidang, yaitu perencanaan
(planning), pengorganisasian
pengaturan (directing), dan pengendalian (controlling) (Gold 1980).
(organizing),
13
BAB III METODOLOGI 3.1
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di PT Sheils Flynn Asia (PT. SFA) yang
berlokasi di Jalan Juanda no. 13, komplek Kebun Raya Bogor, Bogor Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan magang dilaksanakan selama 16 minggu, dimulai pada minggu kedua bulan Februari, sampai minggu kedua Juni 2012. Kegiatan magang meliputi tahap persiapan, pengenalan perusahaan, proses perancangan serta kegiatan pendukung magang. Jadwal kegiatan magang dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Jadwal Kegiatan Magang di PT. SFA, 2012 Feb Jenis Kegiatan
3
4
Maret 1
2
3
Persiapan Pengenalan Perusahaan - legalitas perusahaan - struktur organisasi - jadwal kerja - metode kerja Mengikuti Kegiatan Proses Perancangan - pengembangan konsep - pra perancangan - pengembangan desain - detail konstruksi Kegiatan Pendukung - studi pustaka - wawancara
April 4
1
2
3
Mei 4
1 2
3
Juni 4
1
2
14
3.2
Metode Kegiatan magang di PT Sheils Flynn Asia dilaksanakan berdasarkan jadwal
kerja dengan metode yang dilakukan dengan cara : 1. kegiatan aktif partisipatif dalam kegiatan perancangan pada proyek utama yaitu
Perancangan
Ruang
Terbuka
Pondok
Indah
Townhouse,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan; 2. kegiatan aktif partisipatif dalam membantu penanganan proyek lain yang sedang dikerjakan; 3. melakukan pengamatan langsung mengenai proses pelaksanaan proyek; 4. melakukan studi pustaka mengenai proses perancangan guna mendukung pelaksanaan kegiatan magang; 5. mengenal kelembagaan dan proses serta administrasi proyek yang dilakukan di PT SFA; 6. melakukan analisa mengenai terhadap hasil kegiatan magang yang telah dilaksanakan. 3.3
Pengumpulan Data Data menyangkut kegiatan magang yang diperlukan dikumpulkan untuk
kemudian dianalisis sesuai metode. Terdapat dua jenis data berdasarkan cara pengambilannya , yaitu : 1. Data Primer Wawancara dengan pihak investor perumahan pihak-pihak yang terkait, studi banding tentang pengguna, macam
kegiatan, dan fasilitas yang
tersedia, serta lokasi dan tapak. 2. Data Sekunder Studi literatur dari buku-buku mengenai pemukiman, perumahan, dan real-estate untuk mencari data tentang pengertian, karakteristik, bentuk kegiatan serta fasilitas penunjang dalam townhouse. Pengumpulan data yang
berkaitan
dengan
studi
banding,
kebutuhan
hunian,
data
kebijaksanaan, peraturan yang berlaku, keadaan sesial masyarakat, peta
15
kondisi wilayah, seperti pola tata guna lahan, jaringan utilitas, transportasi, dan jenis tanah Pengumpulan data yang dilakukan meliputi dua aspek, yaitu aspek kelembagaan perusahaan, serta aspek penanganan proyek perancangan. Adapun jenis, bentuk, serta sumber data yang diambil dijelaskan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jenis, bentuk, dan Sumber Data Jenis Data A.
B.
Bentuk Data
Kelembagaan Perusahaan Legalitas perusahaan
Deskriptif
Struktur organisasi
Bagan/diagram
Sistem kerja
Deskriptif
Jadwal kerja
Bagan/diagram
Metode kerja
Deskriptif
Tenaga kerja
Deskriptif
Perancangan Proyek Skala Pekerjaan
Deskriptif
Teknis Pelaksanaan
Deskriptif
Pemeliharaan
Deskriptif
Kondisi umum tapak
Deskriptif
Orientasi, peta tapak
Spasial
Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini diperlukan beberapa alat dan bahan penunjang kegiatan, baik dari proses pengambilan data maupun dalam proses pengolahan data. Berikut dijelaskan alat yang digunakan serta kegunaan alat tersebut (Tabel 4)
16
3.4
Tahapan Kegiatan Magang Kegiatan magang yang dilakukan di PT Sheils Flynn Asia dilakukan
dengan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Persiapan Pada tahap persiapan ini dilakukan pembuatan proposal magang serta pengurusan administrasi dokumen-dokumen demi kelancaran kegiatan magang. 2. Pengenalan perusahaan Pengenalan perusahaan ini dilakukan untuk mengetahui seluruh staf yang bekerja di perusahaan, khususnya yang terlibat dalam proses perancangan
proyek
lanskap.
Pengenalan
perusahaan
mencangkup
pengambilan data mengenai perusahaan seperti sistem dan pembagian kerja, metode pengerjaan, metode penanganan proyek. 3. Proses perancangan a. Inventarisasi, analisis dan sintesis Pada tahap ini para profesional perancang lanskap mengumpulkan dan mencatat informasi tentang karakreristik fisik dari sebuah tapak, seperti ukuran tapak dan bangunan, tumbuhan, tanah, iklim, drainase, arah pandang dan faktor lainnya yang berpengaruh pada tapak. Ikut serta dalam melakukan survei lapangan dan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka, melakukan kegiatan analisis dengan data yang didapat, sampai pengambilan keputusan pengerjaan proyek. b. Konsep desain Tahap konsep desain merupakan waktu ketika ide-ide awal desain dan hubungannya dengan fungsi mulai digali. Mempelajari proses penggalian ide dan pemunculan konsep untuk menciptakan inovasi pada setiap proyek perancangan lanskap. c. Pengembangan desain
17
Memunculkan ide-ide yang lebih spesifik untuk menghasilkan rancangan yang dapat diterapkan. d. Desain akhir Mengerjakan perancangan proyek sesuai kesepakatan kerja dan dipresentasikan di depan klien. Satu set dokumen pelaksanaan konstruksi yang berisi gambar kerja dipersiapkan untuk digunakan oleh berbagai kontraktor pelaksana. Gambar desain mencangkup detail konstruksi, detail penanaman vegetasi, dll. 4. Studi literatur dan studi banding Kegiatan ini dilakukan dengan mencari informasi yang terkait pengerjaan proyek, mencari pustaka yang diperlukan untuk mendukung pengerjaan proyek, mengamati proyek lanskap yang telah selesai dikerjakan. Tujuannya adalah untuk membandingkan proyek lanskap satu dengan lainnya. Tabel 4. Alat dan software yang dibutuhkan Alat dan Bahan
Kegunaan
PC / laptop
Kebutuhan pekerjaan gambar
Server
Koneksi internet
Laser dan Color printer
Mencetak gambar ukuran
Plotter
Mencetak gambar ukuran A2-A0
Scanner
Merubah gambar menjadi format digital
LCD Proyektor
Kebutuhan presentasi
Kamera digital
Kebutuhan dokumentasi tapak
GPS
Mengambil data inventarisasi
AutoCAD LT 2006, AutoCad 2000, 3d Mengolah dan analisis data Studio Max, Adobe Photoshop 7.0, Adobe
Ilustrator,Adobe
Acrobat,
Adobe Pagemaker, Google SketchUp, ArcGis 9.1, Adobe InDesign,
18
3.5
Batasan Studi Fokus kegiatan magang di PT Sheils Flynn Asia dalam kurun waktu 4
bulan terbatas pada proses perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse dengan mengikuti metode dan tahapan proses pekerjaan yang sedang dilakukan oleh perusahaan serta mempelajari proses penerimaan proyek tersebut. Proses perancangan yang diikuti pada Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse meliputi tahap design development dan construction documentation.
19
BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA 4.1
Profil Perusahaan Sheils Flynn Asia (SFA) merupakan biro konsultasi arsitektur lanskap
berbentuk PT (perseroan terbatas). Berdiri sejak tahun 2001, Sheils Flynn Asia bekerja dengan cangkupan berbagai spektrum desain, seperti perencanaan dan perancangan
lanskap perkotaan, studi kebijakan lanskap, konservasi lanskap,
restorasi lanskap dan revitalisasi lanskap jalan dan publik. PT SFA berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 13, tepatnya di dalam Kebun Raya Bogor. PT Sheils Flynn Asia merupakan cabang Sheils Flynn LTD yang berada di London, United Kingdom (UK). Eoghan Sheils, Kate Collins dan Stephen Flynn, sebagai direktur Sheils Flynn LTD, memiliki kesamaan visi untuk mengekspresikan potensi dan karakter yang melekat pada suatu tempat dengan pengembangan imajinasi dengan tetap mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan klien. Sheils Flynn LTD tidak hanya menangani proyek dari UK saja, tetapi banyak juga proyek dari Asia. Atas pertimbangan tersebut, Sheils Flynn mendirikan perusahaan anak cabang di Asia, tepatnya di Indonesia yaitu PT SFA. PT SFA dipimpin oleh dua orang direktur, yaitu Iman Prastoto Septadarma sebagai penanggung jawab dalam desain serta Rahman Andra Wijaya yang bertanggung jawab pada proyek. Selain menangani proyek di Asia, PT SFA juga mendapat limpahan proyek dari Sheils Flynn LTD untuk proyek UK. Dalam setiap pengerjaan proyek PT SFA, Eoghan Sheils, Kate Collins dan Stephen Flynn ikut menentukan pengambilan keputusan serta memberi masukan dalam desain. 4.2 Struktur Organisasi Sheils Flynn UK dan Sheils Flynn Asia merupakan satu kesatuan dalam struktur organisasi terpusat pada Sheils Flynn LTD, Inggris. Terdiri dari direktur utama (pusat), direktur desain dan direktur proyek yang berada di cabang Asia, sekretaris, tim desain yang terdiri dari senior landscape architect, junior landscape architect, serta graphic and 3D specialist, serta tim pendukung yang terdiri dari IT consultant dan technicians.
20
Berikut ini adalah struktur organisasi pada PT Sheils Flynn Asia: Direktur Utama
: Eoghan Sheils Kate Collins Stephen Flynn
Direktur Desain
: Imam Prastoto S
Direktur Proyek
: Rahman Andra Wijaya
Sekteraris
: Nita Hendri
Arsitek Lanskap Senior
: Dedy Guswandi Yasmina Azriani : Yttria Ariewahjoedi
Arsitek Lanskap Junior
Roria Simorangkir Hersanti E. Ratnaningrum Astri Widoretno Binar Tyagita Caesarin Ahli Teknik Sipil
: Deden Rhamdani
Teknisi dan Konsultan IT
: Nurachman
4.3
Manajemen Penanganan Proyek
4.3.1 Penerimaan Proyek Pada pelaksanaan suatu proyek, biasanya klien terlebih dahulu melakukan seleksi awal konsultan mana yang akan dipilih untuk menangani proyek tersebut. Pemilihan pilhan konsultan yang akan bekerja pada proyek tersebut biasanya berdasarkan hasil-hasil kerja maupun reputasi konsultan. Klien memilih beberapa konsultan yang dipercaya untuk memberikan ide mengenai penanganan proyek tersebut (initial thought). Pada jangka waktu yang ditentukan, konsultan memberikan gambaran secara umum mengenai konsep pengembangan proyek. Setelah menerima beberapa alternatif pengembangan konsep dari beberapa konsultan, sampailah tahap seleksi. Pada tahap ini, akan terjadi pengurangan jumlah ‘saingan’ dalam mendapatkan tender proyek tersebut. Konsultan yang
21
memiliki ide konsep yang dianggap sejalan dengan klien, akan melakukan presentasi dengan pengembangan konsep yang lebih detail. Proses penerimaan satu proyek dapat terjadi melalui tender, pengajuan proposal, penunjukan langsung PT SFA sebagai konsultan perancangan, maupun limpahan proyek yang didapat dari SF UK. Setelah terdapat perjanjian kerja atau kontrak antara klien dan perusahaan, PT SFA membentuk tim yang dipimpin oleh Project Manager, yaitu salah satu satu direktur Asia, serta Project Leader yang merupakan arsitek lanskap yang mengkoordinasi pelaksanaan proyek tersebut. Project Leader ditunjuk berdasarkan besarnya skala proyek dengan kemampuan berdasarkan pengalaman, serta intensitas pekerjaan lain yang sedang dilakukan pada waktu yang sama. Project Leader didukung oleh supported team, yaitu arsitek lanskap yang lain, tenaga spesialis grafis, serta ahli sipil dalam setiap pengerjaan proyek. Project Leader bertugas membagi dan mengontrol pekerjaan anggota tim, melaporkan kemajuan pekerjaan kepada Project Manager dan direktur UK, serta membuat drawing list sebagai tahapan awal pengerjaan proyek. Drawing list berisikan gambar-gambar apa saja yang dibutuhkan dengan keterangan skala dan ukuran kertas yang digunakan sebagai luaran dari proyek tersebut. Drawing list menjadi acuan perkembangan proyek dan pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan huruf A sampai D. Huruf A gambar pertama, huruf B berarti revisi pertama, huruf C berarti revisi kedua, dan huruf D berarti revisi ketiga. Berikut ini adalah contoh drawing list (Gambar 4) proyek A127 Pondok Indah Townhouse.
Gambar 4. Drawing List A127
22
4.4 Manajemen Penanganan Proyek 4.4.1 Fasilitas Studio PT SFA memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung penyelesaian proyek yang dilaksanakan. Fasilitas yang tersedia berupa perangkat keras maupun perangkat lunak (software) penunjang kegiatan perancangan. Fasilitas perangkat komputer dengan spesifikasi yang tinggi didukung dengan terhubungkannya setiap komputer dengan printer mempermudah proses kerja perancangan. Perangkat lunak yang berlisensi resmi menunjang proses pengerjaan proyek. Fasilitas yang terdapat di PT SFA ditampilkan pada Tabel 5 dan software yang digunakan pada Tabel 6 Tabel 5. Perangkat keras pada PT SFA Alat dan Bahan
Jumlah
1.
PC
13
2.
Laptop
3
3.
Server
2
4.
Laser
5.
printer
1
6.
Plotter
1
7.
Scanner
1
8.
LCD Proyektor
1
9.
Kamera digital
10
dan
Color
2
10. Headset microphone 4.4.1
Sistem Pendistribusian Data
PT SFA menggunakan sistem penyimpanan dan pendistribusian data server client. Server client menggunakan satu komputer sebagai server yaitu pengumpul data dan komputer lainnya sebagai client atau penerima. Data disimpan di komputer server dan dapat dibuka di semua komputer staf. Untuk penggunaan laptop, data dapat diakses menggunakan Wi-Fi. Pendistribusian data dalam sistem kerja studio di PT. SFA menggunakan sistem server dan client. Penggunaan sistem ini memiliki kelebihan di antaranya
23
mempercepat pendistribusian data, tidak membebani komputer client dengan data, sehingga kecepatan akses bisa lebih tinggi. Namun, ada pula kelemahan penggunaan server client adalah ketergantungan kerja pada server, apabila server bermasalah, maka pekerjaan akan terhambat, serta biaya yang mahal dalam pengaplikasian sistem ini Tabel 6. Software yang digunakan pada PT SFA Software 1. AutoCAD2000, AutoCAD2006,
Kegunaan Gambar bentuk CAD
AutoCAD LT2006 2. Adobe Photoshop 7.0, CS3
2D dan 3D rendering
3. Adobe InDesign CS3
Layouting
4. Google SketchUp 7
3D rendering
5. 3D Studio Max
3D rendering
6. Microsoft Office
Dokumen dan surat elektronik
7. Skype
Komunikasi
8. ArcGIS
eksternal
9. Google Earth
Mapping, GIS
internal
maupun
Map searching 4.4.2 Sistem Penamaan Proyek dan Berkas Kerja Sistem penamaan data pada PT SFA berdasarkan abjad serta huruf. Hal tersebut berdasarkan lokasi proyek tersebut. Apabila proyek yang dikerjakan berlokasi di luar negeri, maka sistem penamaannya menggunakan 3 digit angka yang menunjukan urutan proyek yang masuk diikuti nama proyek, contoh : 295 Victoria Park. Sedangkan untuk proyek dalam negeri penamaan foldernya menggunakan abjad A diikuti dengan tiga digit angka urutan proyek, contoh : A127 – Pondok Indah Townhouse. Penyimpanan data suatu proyek sesuai dengan tahapan pengerjaannya. Terdapat tahapan research and analysis, concept design, design development, final design development, dan construction drawing dengan penamaan file yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memilih file yang
24
akan dibuka. Setiap gambar memiliki nomor yang berbeda berdasarkan urutan pengerjaannya. Pemberian nomor gambar menyesuaikan dengan data pada drawing list. 4.4.3 Sistem Penamaan Gambar Kerja Penamaan pada setiap gambar kerja menyesuaikan dengan jenis gambar yang dikerjakan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan pengecekan pengerjaan serta memberikan standar yang sama dalam penamaan setiap proyek. PT SFA menggunakan sistem xref (extra references) dalam pengerjaan gambar dengan menggunakan CAD. Sistem xref ini memudahkan dalam proses perancangan karena cara kerjanya dengan di-overlay. Apabila data asli berubah, maka data yang di-xref juga akan berubah. Hal ini menjadi kelebihan karena proses perancangan setiap jenis gambar akan lebih cepat, tepat, dan ukuran file tidak besar. Penamaan file yang digunakan dalam sistem xref dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penamaan file pada sistem xref di PT SFA Jenis gambar
Sistem Penamaan
Informasi bangunan (Building)
(Project No)-B.dwg
Gambar survei
(Project No)-S.dwg
Orientasi di sekitar tapak
(Project No)-OS.dwg
Modifikasi survey
(Project No)-MOS.dwg
Keterangan spesifikasi material pada (Project No)-LG1.dwg legenda Siteplan
(Project No)-SP.dwg
Planting Plan
(Project No)-PP.dwg
Layout gambar sesuai ukuran kertas (Project No)-T(paper size)P.dwg dalam format portrait Layout gambar sesuai ukuran kertas (Project No)-T(paper size)L.dwg dalam format landscape Tekstur/hatching setiap material
(Project No)-TX.dwg
25
4.4.4 Sistem Penyimpanan Data Dalam satu folder proyek, terdapat beberapa sub-folder lainnya, yaitu: 1. Contract and Proposal Sub-folder ini berisi dokumen penawaran terder, proposal pelaksanaan proyek, serta fee proposal perjanjian kerjasama proyek. 2. Client Sub-folder ini berisi data dari klien yang digunakan untuk mendukung proses desain lanskap proyek. 3. SFL SFL merupakan akronim dari Sheils Flynn London, di mana pada subfolder ini terdapat data komentar dan masukan dari direktur pusat terhadap desain pada proyek yang dikerjakan. 4. Drawing Sub-folder drawing berisi data gambar proyek yang dibagi berdasarkan tahapan pelaksanaan. Terdapat 4 sub-folder yaitu Concept Design, Design development, Final Design Development, dan Construction Set. Dalam setiap sub-folder tersebut terdapat lagi pembagian berdasarkan format data, yaitu jpg untuk file dengan format .jpg, pdf untuk file dengan format .pdf, psd untuk file dengan format .psd, sub-folder xref, serta file sub-folder lain jika dibutuhkan, seperti sub-folder material yang berisi data pengerjaan material, dan detail untuk pengerjaan detail desain. 5. Photography Sub-folder ini berisi foto-foto pada saat survey pada tapak yang menggambarkan kondisi eksisting tapak tersebut. 6. Minutes Sub-folder ini berisi notulensi pada setiap pertemuan dengan
klien.
Laporan ini menggambarkan kemajuan pengerjaan proyek setiap tahapnya. 7. References Sub-folder ini menyimpan gambar yang digunakan sebagai referensi dalam desain pada proyek tersebut.
26
BAB V PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE 5.1 Deskripsi Proyek Pondok Indah Townhouse (PIT) merupakan proyek pengembangan perumahan dengan tipe rumah berderet tanpa adanya taman samping pada setiap rumah. PIT berisi 83 rumah dengan sistem cluster ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. PIT memiliki tiga tipe unit rumah yang berbeda, 58 unit tipe standar , 12 unit tipe penthouse, dan 13 unit tipe luxurius. Unit rumah dengan tipe standar memiliki luas (6x30) m2, tipe rumah penthouse dengan luas (7x30) m2 dan tipe rumah luxurius dengan luas (8x30) m2 (Gambar 5)
Gambar 5. Rumah tipe standar, penthouse, dan luxurius pada PIT (Sumber PT. SFA) PIT merupakan proyek yang dipegang PT SFA dengan klien PT Metropolitan Kentjana (PT MK) yang bergerak di bidang pengembangan real estat, properti pengembangan pusat perbelanjaan, apartemen, ruang kantor dan fasilitas rekreasi. Pondok Indah Mall I dan II, Wisma Pondok Indah, Apartemen Golf Pondok Indah merupakan beberapa contoh proyek yang telah dikerjakan oleh PT MK. PT SFA telah menjalin kerjasama dengan PT Metropolitan Kentjana
27
untuk proyek sebelumnya, yaitu Wisma Metropolitan II. Pengerjaan proyek PIT diperoleh PT SFA melalui penunjukan langsung oleh PT MK. Penunjukan langsung tersebut didasari oleh kepercayaan PT MK atas kinerja PT SFA terhadap beberapa proyek yang telah dikerjakan. 5.2
Kondisi Umum Tapak Pondok Indah Townhouse berada di dalam wilayah administrasi
Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. PIT dibangun di atas lahan kosong seluas 66.621 m2. Akses menuju tapak relatif mudah mengingat tapak berada dekat dengan jalan bebas hambatan. Wilayah Kecamatan Pesanggrahan merupakan wilayah permukiman padat penduduk. Lahan ini berada di tepi sungai Pesanggrahan dengan kondisi beberapa area tapak akan tergenang air sungai ketika pasang. (Gambar 6).
Gambar 6. Kondisi Exsisting Tapak (Sumber PT. SFA) Secara umum tapak terbagi menjadi 2 bagian yang terbelah oleh sungai Pesanggrahan. Tapak tersebut diberi nama tapak bagian barat (west site) dengan luas 33.178 m2 dan tapak bagian timur (east site) dengan luas 17.770 m2. Lokasi
28
proyek berada di wilayah yang strategis sebagai kawasan permukiman. Dengan akses dari Jalan Raya Deplu, Pondok Indah Townhouse berada dekat dengan wilayah pendidikan, wilayah ruko dengan fasilitas tempat makan, minimarket, dan apotek dan fasilitas kesehatan. Lokasi dan pembagian area pada tapak dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7. Peta Lokasi Proyek (Sumber PT. SFA)
Gambar 8. Pembagian Area Tapak (Sumber PT. SFA)
29
5.3 Persiapan Tahap persiapan pada Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse terfokuskan pada persiapan kontrak kerja mengingat proyek tersebut diberikan PT. Metropolitan Kentjana (PT.MK) sebagai klien kepada PT. Sheils Flynn Asia (PT. SFA) sebagai konsultan arsitek lanskap melalui penunjukan langsung. Tahapan pengerjaan yang telah disepakati di dalam kontrak kerja terbagi menjadi 5 bagian sebagai berikut : a. Tahap I meliputi proses research, appraisal dan mobilization dengan waktu pengerjaan 1 minggu. Klien membayar sebesar 10% dari total biaya konsultasi yang dilakukan oleh PT SFA. b. Tahap II merupakan tahap concept design yang dilakukan selama 6 minggu. Klien membayar sebesar 20% dari total biaya konsultasi sampai dengan tahap pembuatan concept design. c. Tahap III merupakan tahap pengerjaan draft design development yang dilakukan selama 6 minggu. Klien membayar sebesar 20% dari total biaya konsultasi sampai dengan tahap draft design development. d. Tahap IV merupakan tahap final design development yang dilakukan selama 6 minggu. Klien membayar sebesar 20 % dari total biaya konsultasi sampai pada tahap final design development. e. Tahap V merupakan tahap construction documentation yang dilakukan selama 10 minggu. Klien membayar sebesar 30% dari total biaya konsultasi untuk tahap pembuatan construction documentation. 5.4 Data dan Analisis Tahap data dan analisis terdiri dari pengumpulan data dan proses analisis data. Tahap data dan analisis membandingkan latar belakang dan tujuan pengembangan proyek dengan kondisi tapak saat ini. Pembuatan peta dasar merupakan langkah awal tahap riset dan analisis. Peta dasar merupakan acuan untuk
proses riset dan analisis selanjutnya. Peta dasar yang dibuat haruslah
tergambar sederhana dan mudah terbaca.
30
Proses pengumpulan data untuk pembuatan peta dasar dilakukan dengan 2 cara, yaitu tinjauan langsung ke lokasi proyek maupun didapat dari klien dan studi pustaka. Data primer didapatkan melalui tinjauan langsung ke lapangan, sedangkan data sekunder didapatkan dari klien maupun studi pustaka. Pada proyek PIT, PT SFA mendapatkan data melalui klien. Data yang didapatkan yaitu data survey berupa topografi dan orientasi tapak terhadap sekitarnya. Data yang didapatkan diolah sehingga menghasilkan data S (Survey) yaitu data topografi hasil survey, data MOS (Modify Orientation Survey) yaitu modifikasi hasil survey dengan keadaan di sekitar tapak, yang dilengkapi data batas tapak, badan air,
dan jalan, serta data B (Building) yaitu data letak
bangunan pada tapak yang diajukan klien. Keseluruhan data tersebut disajikan dalam format CAD. Data yang didapat dari klien baik skematik maupun deskriptif diperkuat dengan dilakukannya survey langsung ke tapak (site inventory). Site inventory dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara langsung mengenai tapak dan memastikan keakuratan peta dasar yang dibuat. Kondisi tapak yang berupa ruang yang terbengkalai, dengan kondisi eksisting fisik yang kurang beragam, memfokuskan kegiatan site inventory untuk menganalis keadaan tapak dari segi visual. Kegiatan ini difokuskan pada pengamatan meliputi kualitas estetika, fungsi, serta memposisikan diri sebagai pengguna untuk menyimpulkan desain yang terbaik untuk kenyamanan pengguna. Dalam kegiatan ini, dilakukan juga pengambilan gambar kondisi tapak untuk merekam kondisi di lapang sebagai bahan diskusi di studio. Hasil pengolahan peta dasar serta rangkuman data yang didapat pada saat inventarisasi diolah menjadi kumpulan data yang mudah dipahami kondisi dan keadaan tapaknya untuk kemudian dilakukan analisis terhadap tapak tersebut. Analisis Topografi Menurut data hasil survey, tapak bagian barat yang berupa lahan terbengkelai yang sering tergenang luapan air sungai Pesanggrahan memiliki ketinggian 22 m (di atas permukaan laut (mdpl) dan tapak bagian timur merupakab bukit dengan ketinggian 39 m dpl. Tapak bagian barat ini juga
31
memiliki ketinggian yang berbeda cukup jauh dari tapak bagian timur (selisih 17 m) dan tapak di sekitarnya (8 m). Analisis topografi yang telah dilakukan oleh PT. MK menyimpulkan perlu dilakukannya proses cut and fill untuk mencegah luapan air sungai Pesanggrahan masuk ke dalam tapak. Perincian proses cut and fill tersebut adalah tapak bagian barat dengan ketinggian level 22 mdpl akan diurug menjadi 26 mdpl (proses fill) dan tapak bagian timur akan dipangkas dari 39 mdpl menjadi 32 mdpl (proses cut). Pada Gambar 9 menjelaskan mengenai proses cut and fill pada proyek PIT.
Gambar 9. Proses Cut and Fill Yang Dilakukan (Sumber PT. SFA) Analisis Sirkulasi dan Aksesibilitas Tapak PIT dapat diakses melalui Jalan Deplu Raya, menuju ke jalan umum yang membelah di tengah tapak. Dari segi keamanan dan efisiensi pembagian ruang dalam satu komplek perumahan hal tersebut kurang baik untuk dipertahankan. Maka dari itu, PT. MK mengajukan pemindahan jalan umumdari tengah tapak ke bagian tepi tapakyang disetujui oleh pemerintah DKI Jakarta. Ilustrasi pemindahan jalan umum pada tapak bagian barat dapat dilihat pada Gambar 10. PT Metropolitan Kentjana juga mengajukan pembuatan jembatan yang menghubungkan kedua tapak. Jembatan tersebut berupa jalan umum sehingga dapat diakses secara bebas. Gambar ilustrasi pengajuan pembuatan jembatan dapat dilihat pada Gambar 11.
32
Gambar 10. Perpindahan Jalan Umum yang Diajukan PT. MK (Sumber PT. SFA)
Gambar 11. Ilustrasi Pembuatan Jembatan Penghubung Tapak (Sumber PT. SFA) 5.5
Konseptual Desain Setelah dilakukan riset dan analisis tapak, PT SFA melanjutkan proses
perancangan ke tahap konseptual desain. Pada tahap ini, PT SFA merumuskan ide dan konsep yang akan dikembangkan pada tapak tersebut. Penentuan konsep dasar pengembangan Pondok Indah Townhouse dilakukan pada sesi diskusi antar anggota tim untuk mendapatkan ide yang beragam dan variatif untuk
33
dikembangkan. Selain itu, diskusi mengenai konsep yang akan dikembangkan pada tapak juga didiskusikan dengan pihak Sheils Flynn UK. Kumpulan ide dari setiap anggota tim tersebut kemudian dirumuskan menjadi satu kesatuan konsep dan disepakati untuk dilakukan pada tapak. Konsep yang disepakati untuk digunakan pada desain ruang terbuka Pondok Indah Townhouse adalah riverside. Konsep riverside ini menegaskan keberadaan lokasi tapak yang berdampingan dengan sungai, dan juga membawa nuansa tepi sungai ke dalam disain pada tapak. Konsep ini digambarkan dengan adanya kolam dengan arus menyerupai sungai dengan taman-taman berbentuk pulau yang berada pada area bersama.Gambar 12 merupakan beberapa contoh situasi yang dijadikan referensi pembuatan desain sesuai dengan konsep riverside.
Gambar 12. Gambar Referensi Konsep Riverside (Sumber penelurusan google.com) Pada setiap bagian tapak, baik west site maupun east site, terdapat pengembangan
konsep
berdasarkan
elemen
yang
digunakan.
Selain
pengembangan konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep elemen keras (hardscape) serta konsep elemen lunak (softscape). 5.5.1 Konsep Ruang Konsep pembagian ruang pada proyek PIT terbagi menjadi ruang privat, ruang semi privat, dan ruang publik. Ruang privat merupakan area yang hanya bisa diakses pemilik rumah, atau atas ijin pemilik rumah. Ruang ini meluputi bagian pekarangan depan dan pekarangan belakang rumah. Ruang semi privat merupakan area publik yang di dalamnya terdapat aktivitas sosial. Ruang ini
34
berfungsi sama seperti taman lingkungan yang memiliki akses terbatas, yaitu pemilik rumah ataupun tamu yang sedang berkunjung. Area Courtyard dan clubhouse merupakan salah satu ruang semi-privat. Pembagian ruang yang terakhir yaitu ruang publik. Ruang publik merupakan area yang dapat diakses oleh seluruh penghuni maupun pengunjung. Gambar konsep pembagian ruang pada PIT terdapat pada Gambar 13.
Ruang semi-privat
Ruang privat
Ruang publik
Gambar 13. Konsep Pembagian Ruang 5.5.2 Konsep Sirkulasi Pada proyek PIT, sirkulasi terbagi menjadi sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer adalah sirkulasi untuk kendaraan bermotor, sedangkan sirkulasi sekunder adalah sirkulasi untuk pejalan kaki. Sirkulasi kendaraan bermotor mengambil konsep loop, yaitu sirkulasi kendaraan yang memutar. Kendaraan bermotor yang masuk ke area PIT, dapat langsung menuju unit rumah. Jalur sirkulasi primer merupakan jalur yang dapat diakses dengan 2 arah. Sirkulasi sekunder menghubungkan ruang privat, semi-privat, dan ruang publik dengan perkerasan. Perkerasan untuk area pejalan kaki menggunakan konsep shared space. Konsep ini merupakan penggabungan area pengguna jalan dan kerdaraan bermotor agar lebih efisien. Dalam konsep ini, jalur pejalan kaki
35
dan jalan untuk kendaraan bermotor disamakan ketinggiannya dan pembatas berupa kanstin ditiadakan.
Penggunaan sign diminimalisir, diganti dengan
perbedaan paving yang cukup mencolok sebagai penanda area shared space. Konsep shared space ini menciptakan keharmonisan antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor, memberikan kesan kedudukan yang setara antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor di jalan. Pengguna kendaraan bermotor akan terpengaruh secara psikologis untuk berhati-hati dan memperlambat kecepatan kendaraan di area shared space, sedangkan pejalan kaki merasa lebih nyaman dan aman untuk berjalan di area yang berfungsi sebagai plaza tersebut. 5.5.3 Konsep Elemen Keras (Hardscape) Elemen keras pada proyek PIT didominasi oleh perkerasan berupa plaza. Area perkerasan merupakan area publik yang diakses oleh pejalan kaki dan menghubungkan setiap bagian ruang publik di dalam tapak untuk memudahkan aksesibilitas pengguna. Area perkerasan terdapat mulai dari area penerimaan, area courtyard, fasilitas publik seperti tennis court, serta pedestrian track di depan setiap unit rumah (Gambar 14). Selain perkerasan, elemen lain seperti wall, kolam, seating, artwork, gate dan bollard juga banyak digunakan. Penempatan wall pada tapak berbeda-beda fungsinya. Feature wall yang berfungsi sebagai point of interest pada tapak, seating wall yang difungsikan juga sebagai tempat duduk, edge wall sebagai batas tepi dan juga pengamanan, serta pond wall yang merupakan dinding pada kolam. 5.5.4 Konsep Elemen Lunak (Softscape) Elemen lunak pada proyek PIT terbagi menjadi elemen air dan tanaman. Secara garis besar, desain elemen air Pondok Indah Townhouse mengambil tema aliran air pada sungai maupun riak di tepi pantai pada area di sekitar island. Perwujudan ide desain tersebut tertuang ke dalam kolam sepanjang area courtyard dan kolam-kolam kecil lainnya sebagai pendukung (Gambar 15).
36
Gambar 14. Konsep Perkerasan (Surfacing) (Sumber PT. SFA)
Gambar 15. Konsep Elemen Air (Water Element) (Sumber PT. SFA) Tanaman sebagai elemen lunak yang lain, mendominasi tapak. Tanaman ini diletakkan pada area hijau atau green area, yang merupakan area penanaman pohon dan semak. Pada proyek Pondok Indah Townhouse, area hijau terletak menyebar pada keseluruhan tapak. Area hijau pada perancangan PIT memiliki
37
luas yang lebih besar dari green area pada RTRW kota. Area hijau eksisting seluas 5.509 m2 sedangkan area hijau yang diajukan seluas 7.709 m2 dengan luas area terbangun seluas 22.882 m2 pada tapak bagian barat dan 7.805 m2 pada tapak bagian timur. Penambahan area hijau pada tapak PIT dapat dilihat secara spasial pada Gambar 16 dan 17.
Gambar 16. Area Hijau Eksisting (Sumber PT. SFA)
Gambar 17. Area Hijau dan Area Terbangun yang Diajukan (Sumber PT. SFA)
38
Konsep penanaman tanaman terbagi menjadi penanaman pohon dan semak yang disusun bertingkat untuk mengisi area hijau dengan optimal. 1. Pohon Jenis pohon yang digunakan memiliki variasi ukuran, jenis pohon tinggi, pohon sedang, maupun pohon rendah dan bersifat menyebar pada keseluruhan tapak (Gambar 18).
Gambar 18. Konsep Penanaman Pohon (Trees) (Sumber PT. SFA) 2. Semak Semak dan tanaman penutup tanah (TPT) pada area ruang terbuka Pondok Indah Townhouse ditanam menyebar pada keseluruhan area hijau. Semak dan TPT berada di sekitar pohon untuk memberikan ketinggian level yang berbeda serta mengisi ruang yang kosong. Penanaman semak juga memberikan fungsi estetik pada tapak. Dalam menentukan semak maupun TPT yang digunakan, harus melihat karakteristik tanaman tersebut. Pemilihan semak dan TPT disesuaikan dengan lokasi penanaman, baik di bawah naungan pohon, mendapat cahaya matahari pejnuh, maupun tanaman air. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil tumbuh semak yang maksimal, sesuai dengan karakteristiknya.
39
5.6
Design Development Tahap pengembangan desain merupakan tahap pengolahan konsep desain
yang telah dipilih untuk dikembangkan pada tapak. Site plan dan ilustrasi tahap pengembangan desain dapat dilihat pada Gambar 19 – 25. Design development terbagi menjadi dua langkah, draft design development dan final design development. Pada draft design development, pengembangan konsep terbatas sampai bentuk, posisi, dan karakteristik material yang digunakan, sedangkan final design development merupakan pendetailan bentuk dan jenis material yang digunakan, serta gambaran ilustrasi suasana tapak setelah dirancang. Jenis material yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1-2. Tapak terbagi menjadi area west site dan east site yang dipisahkan oleh sungai Pesanggrahan. Pengembangan area west site terdiri dari (1) the gateway, (2) west courtyard, (3) east courtyard (4) the alley, (5) clubhouse, (6) internal road, (7) external road sedangkan pengembangan pada area east site mengalami kendala sehingga pengerjaannya ditunda. 5.6.1 The Gateway The Gateway merupakan area penerimaan yang berupa plaza dengan luas ± 475 m2. Area ini terletak tepat di akses masuk utama pada PIT west site. Site plan dari area The Gateway ini dapat dilihat pada Gambar 26. Dilihat dari fungsinya sebagai area penerimaan, maka pada area ini terdapat fasilitas seperti pos penjagaan dan gerbang yang menandakan wilayah PIT. Water feature juga terdapat pada kolam dengan lebar 20 m yang diberi aksen air terjun yang mengalir dari dinding di belakang kolam. Dinding yang terdapat pada bagian belakang kolam berfungsi sebagai feature wall dengan tulisan Pondok Indah Townhouse yang menempel pada dinding tersebut. Soft material yang digunakan pada area ini adalah Dyera costulata yang berfungsi sebagai feature tree dan Ficus hillii yang memiliki fungsi screening. Area Gateway didominasi oleh plaza dengan jenis material yang digunakan adalah Batu Andesit ‘Dark Grey’ (Lusty Maya). Pada bagian feature wall, material yang digunakan adalah batu white palimanan dan batu Green Sukabumi digunakan pada kolam. Gambar 27 merupakan ilustrasi suasana area gateway.
43
Gambar 19. Site Plan Pondok Indah Townhouse Tahap Design Development
44
Gambar 20. Detail Plan West Site (Barat) Tahap Design Development
45
Gambar 21. Detail Plan West Site (Timur) Tahap Design Development
46
Gambar 22. Detail Plan East Site (Selatan) Tahap Design Development
47
Gambar 23. Detail Plan East Site (Utara) Tahap Design Development
48
Gambar 24. Potongan A Tahap Design Development
49
Gambar 25. Potongan B Tahap Design Development
50
Gambar 26. Area Gateway (Sumber PT. SFA)
Gambar 27. Ilustratif Suasana Area Gateway (Sumber PT. SFA)
51
5.6.2 West Courtyard Area courtyard berfungsi sebagai taman lingkungan pada PIT. Tema pada area courtyard adalah dominasi elemen air. Area courtyard terbagi menjadi dua, west courtyard dan east courtyard yang dipisahkan oleh the alley. West courtyard memiliki luas 2000 m2 yang terdiri dari plaza, island, dan playground area. Area west courtyard terlihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Area West Courtyard (Sumber PT. SFA) Area hijau pada area ini berupa island kering, lawn, dan little forest. Soft material yang digunakan di antaranya jenis palem Archontophoenix alexandrae dan Dypsis leptocheilos untuk area island dan lawn, Anthocephalus cadamba untuk daerah little forest, dan pohon berbunga menarik seperti Plumeria rubra dan Saracca indica pada bagian belakang rumah. Semak dan tanaman penutup tanah pada area west courtyard terdiri dari beberapa jenis. Beberapa semak seperti Alocasia ‘Golden’, Etlingera elatior, Eucharis grandiflora, Sanchezia speciosa dan Hibiscus rosa-sinensis. Hard material yang terdapat pada area west courtyard di antaranya perkerasan yang terbagi pada beberapa lokasi, terrace wall, dan furniture berupa water feature pada bagian belakang rumah dan jembatan serta stepping stone pada area island . Area perkerasan causeway menggunakan koral sikat, Grey Tumbled
52
Stone Paving pada area upper terrace dan kayu damar yang digunakan sebagai pada jembatan serta stepping stone yang menggunakan batu andesit hitam (black andesit) dengan pengolahan akhir dibakar. Gambar 29 merupakan ilustrasi suasana area west courtyard.
Gambar 29. Ilustratif Suasana Area West Courtyard (Sumber PT. SFA) 5.6.3 East Courtyard Area east courtyard dengan luas 2500 m2 didominasi dengan elemen air berupa kolam berarus menyerupai sungai. Pada kolam tersebut terdapat island dengan dominasi tanaman palem (Gambar 30). Tema riparian terlihat lebih jelas pada bagian ini, hal ini dilihat dari pemilihan elemen softscape seperti menggunakan wetland trees dan riparian planting seperti Coccoloba uvifera dan beberapa jenis palem. Archontophoenix alexandrae, Dypsis leptocheilos Plumeria rubra dan Sarraca indica digunakan kembali seperti pasa area west courtyard. Penggunaan semak dan tanaman penutup tanah pada east courtyard menekankan pada fungsi estetik dan screening. Beberapa semak yang di antaranya Etlingera elatior dan Alocasia ‘Golden’ pada island, Calathea lutea dan Colocasia gigantea pada area belakang rumah dengan kombinasi semak sedang berbunga seperti Alpinia purpurata ‘Jungle Queen’ dan Crinum asiaticum. Tanaman penutup tanah seperti Ophiopogon jaburan digunakan untuk mengisi ruang di antara stepping stone.
53
Perkerasan yang terdapat pada east courtyard terdapat pada area central courtyard, causeway dan upper terrace. Perkerasan yang digunakan pada area ini adalah jenis batu andesit dengan warna abu muda (light grey andesit stone paving) atau yang biasa disebut abu towo, grey tumbled stone paving dan koral sikat. Gambar 31 merupakan ilustrasi suasana area east courtyard.
Gambar 30. Area East Courtyard (Sumber PT. SFA)
Gambar 31. Ilustrasi Suasana Area East Courtyard (Sumber PT. SFA)
54
5.6.4 The Alley The alley merupakan plaza yang membagi west area dan east area, memiliki luas 400 m2 (Gambar 32). Pada salah satu sisi alley, terdapat jejeran pohon Dillenia indica yang diletakkan berdampingan dengan jejeran seating furniture yang dapat juga berfungsi sebagai peneduh. Semak yang digunakan didominasi sekumpulan bunga berwarna cerah seperti Mussaenda erythrophylla dan Hydrangea macrophylla. Perkerasan yang digunakan pada area ini adalah koral sikat dengan diameter koral 3-5 mm. Pada area ini juga terdapat seating furniture yang dibuat dengan beton yang dilapisi grey tumbled stone dengan permukaan berupa potongan kayu damar. Ilustrasi suasana pada The Alley terdapat pada Gambar 33.
Gambar 32. Area The Alley (Sumber PT. SFA)
55
Gambar 33. Ilustratif Suasana Area The Alley (Sumber PT. SFA) 5.6.5 Clubhouse Clubhouse memiliki luas sekitar 700m2 yang terdiri dari kolam renang dan gedung pertemuan. Gedung pertemuan merupakan gedung serbaguna yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu, seperti acara ulang tahun, maupun sosialisasi antar penghuni. Area clubhouse terlihat pada Gambar 34. Area clubhouse memiliki beberapa jenis pohon yang tersebar pada bagian depan, samping maupun belakang gedung clubhouse. Pada area depan gedung, terdapat palem Pritchardia pacifica yang berada di tengah-tengah water feature dan terdapat jejeran Ficus hillii dengan bentuk tajuk kubus pada area samping gedung clubhouse. Brownea macrophylla diletakkan pada bagian belakang gedung tepatnya berada di tengah kolam renang. Area clubhouse menggunaan beberapa hard material untuk penggunaan yang berbeda. Sebagai perkerasan digunakan grey tumbled stone paving dengan pengolahan akhir diasah dan dark grey andesit stone cladding untuk bagian dinding, dan grey tumbled stone untuk bagian atas dinding serta mozaik tiles digunakan untuk kolam renang.
56
Gambar 34. Area Clubhouse (Sumber PT. SFA) 5.6.6 Internal Road Internal road merupakan jalur kendaraan dua arah yang berada di dalam komplek PIT. Internal road berada mengelilingi seluruh bagian depan unit rumah dengan bentuk loop (melingkar) yang dibatasi oleh jalur pejalan kaki. Pada beberapa sudut, terdapat area di mana jalur kendaraan menyatu dengan jalur pejalan kaki yang dibedakan oleh jenis perkerasan yang berbeda yang disebut shared space. Vegetasi pada internal road adalah pohon dengan fungsi pengarah dan pembatas. Tamarindus indica, Caesalpinia ferrea dan Tabebuia rosea merupakan pohon yang digunakan untuk fungsi pengarah dan Rhapis humilis sebagai pembatas. Perkerasan yang digunakan adalah aspal pada jalur kendaraan, sedangkan pada bagian shared space digunakan concrete block dengan warna yang terang. Perbedaan material ini untuk menandakan perbedaan pengguna antar jalur kendaraan dan shared space. Gambar 35 merupakan site plan tipikal dari internal road.
57
Gambar 35. Site Plan Tipikal Internal Road (Sumber PT. SFA) 5.6.7 External Road External road merupakan jalur kendaraan di luar area komplek PIT. Jalur tersebut merupakan jalur publik dan juga jalur akses masuk menuju tapak. Jenis vegetasi yang digunakan adalah Spathodea campanulata pada area gerbang masuk komplek PIT dan Oncospermae tigillarium di sekitar kolam di seberang gerbang utama. Pada area ini, terdapat dinding setinggi 2,5 m dengan material batu palimanan putih yang berfungsi sebagai pembatas komplek PIT dengan jalan umum. Pada dinding tersebut, terdapat tanaman merambat Ficus repens untuk memberikan aksen pada dinding yang putih. Tipikal rancangan external road dapat dilihat pada Gambar 36. 5.6.8 East Site Area east site merupakan tapak yang terpisah oleh aliran sungai Pesanggrahan pada komplek PIT. Pada tapak bagian timur ini, terdapat 27 unit rumah dengan fasilitas lapangan tenis, taman lingkungan dan area viewing ke arah sungai. Jalur kendaraan pada tapak ini bersifat terputus pada bagian ujung tapak. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi dengan fungsi penaung pada bagian jalur pejalan kaki dan vegetasi pengarah pada bagian jalur kendaraan. Tapak
58
bagian timur memiliki kendala pada kesepakatan pemindahan jalan umum yang semula memotong bagian tapak. Pendetailan material yang digunakan belum dilakukan dan pengerjaan pada bagian ini ditunda menunggu kesepakatan karena perubahan desain masih mungkin terjadi.
Gambar 36. Site Plan Tipikal External Road (Sumber PT. SFA) 5.7
Construction Documentation Construction documentation merupakan tahap pendetailan elemen sesuai
dengan pola dan sistem yang diinginkan. Hasil dari tahap ini digunakan oleh kontraktor pada tahap pelaksanaan. Berikut ini merupakan hasil dari tahap construction documentation pada setiap areanya. 5.7.1 The Gateway Batu Andesit ‘Dark Grey Lusty Maja’ digunakan dengan ukuran 150 x 150 x 60 mm. Penyusunan batu andesit ini menggunakan pola kipas (fan bond pattern). Detail penyusunan perkerasan pada area Gateway dijelaskan pada Gambar 37. Feature wall menggunakan batu palimanan putih dengan 2 macam pengolahan akhir, yaitu honed finished (diasah) dan flamed finished (dibakar). Ukuran yang digunakan pun bervariasi, batu Palimanan Putih dengan honed finished berukuran 200/400/600/800 x 200/400 x 20 mm Palimanan putih flamed finished berukuran 200/400 x 200 x 20 mm. Detail tampak dan potongan feature wall pada area Gateway dijelaskan pada Gambar 38 dan Gambar 39.
59
Gambar 37. Detail Pola Perkerasan Area Gateway
Gambar 38. Tampak Feature Wall Area Gateway Sumber (PT. SFA)
60
Gambar 39. Detail Potongan Feature Wall Area Gateway (Sumber PT. SFA) Kolam pada area Gateway menggunakan batu Green Sukabumi dengan ukuran 100 x 100 x 20 mm dan batu andesit ‘Dark Grey’ dengan ukuran 500 x 120 x 50 mm. Air terjun yang keluar dari dinding merupakan air yang dipompa dari bagian kolam dengan jenis pompa dan pemasangannya direkomendasikan oleh spesialis. Detail potongan kolam pada area Gateway dijelaskan pada Gambar 40 dan pendetailan water feature pada Gambar 41.
61
Gambar 40. Potongan Kolam Area Gateway (Sumber PT. SFA)
62
Gambar 41. Detail A – Potongan Air Terjun dari Feature Wall Pada Kolam (Sumber PT. SFA) 5.7.2 West Courtyard Pada upper terrace digunakan Grey Tumbled Stone Paving dengan ukuran 350 x 350 x 20 mm dengan pola stack bond, yaitu pola menyilang yang dikelilingi perkerasan yang sama dengan susunan lurus sebagai border. Ilustrasi perkerasan pada clubhouse terdapat pada Gambar 42 dan 43.
63
Gambar 42. Pola Pemasangan Perkerasan pada Upper Terrace
Gambar 43. Potongan Penampang Perkerasan pada Upper Terrace
64
Untuk membuat kayu sebagai perkerasan atau deck diperlukan beberapa variasi ukuran, yang pertama digunakan sebagai permukaan deck, ukuran yang kedua digunakan sebagai palang yang mengikat kayu permukaan. Palang pengikat terletak di tengah, samping kiri dan samping kanan kayu permukaan bagian bawah. Karena ukuran deck yang cukup panjang, kayu yang mengikat permukaan perlu disambung menggunakan kayu lain pada jarak maksimal kayu pengikat. Kayu sambungan tersebut diletakkan sejajar dengan kayu permukaan dan menjadi penghubung antar kayu pengikat. Gambar 44 menjelaskan penyusunan potongan kayu untuk dijadikan perkerasan dan potongan vertikal dan horizontal pada Gambar 45 dan Gambar 46.
Gambar 44. Pola Penyusunan Kayu sebagai Perkerasan (Sumber PT. SFA)
65
Gambar 45. Potongan Horizontal Perkerasan Kayu (Sumber PT. SFA)
Gambar 46. Potongan Vertikal Perkerasan Kayu (Sumber PT. SFA) 5.7.3 East Courtyard Bagian central courtyard pada area ini menggunakan perkerasan batu abu towo dengan ukuran 400 x 600 x 20 mm dengan pola stretcher dan 400 x 400 x 20 pada bagian tepinya. Ilustrasi pemasangan perkerasan pada east courtyard terdapat pada Gambar 47 dan Gambar 48.
66
Gambar 47. Pola Perkerasan pada Central Courtyard
Gambar 48. Potongan Perkerasan pada Central Courtyard Area upper terrace dinding yang berfungsi sebagai pembatas kolam. Dinding tersebut memiliki tinggi 1 m dengan material grey tumbled stone yang disusun acak dengan ukuran panjang 50/200/250 mm, lebar 100 mm dan 50 mm
67
dan ketebalan 20 mm. Pada bagian dinding tersebut terdapat tempat duduk dengan tinggi 450 mm dengan material kayu pada bagian permukaannya. Gambar 49-52 merupakan ilustrasi border wall pada upper terrace
Gambar 49. Plan area Upper Terrace (Sumber PT. SFA)
Gambar 50. Potongan Border Wall pada Upper Terrace
68
Gambar 51. Tampak Border Wall pada Upper Terrace (Sumber PT. SFA)
Gambar 52. Detail Penyusunan Material pada Border Wall Upper Terrace (Sumber PT. SFA)
69
Kolam pada area east courtyard memiliki aliran dari timur ke barat dengan perbedaan ketinggian dasar kolam yang mengakibatkan kolam seolah memiliki arus. Perhitungan daya pompa, penempatan filter, pengaturan sistem drainase diserahkan kepada spesialis. Gambar 53 merupakan tampak axonometric kolam pada east garden.
Gambar 53. Tampak Axonometric Kolam pada East Garden (Sumber PT. SFA) 5.7.4 The Alley Bangku yang terdapat pada area ini dilapisi grey tumbled stone dengan ukuran 100 x 20 mm dengan panjang yang beragam. Bagian permukaannya berupa potongan-potongan kayu damar dengan ukuran panjang yang beragam dengan lebar 100 mm dan tebal 50 mm. potongan kayu tersebut dipasang dengan menggunakan baut yang dipasang pada bagian beton. Ilustrasi furniture bangku pada The Alley dapat dilihat pada Gambar 54 dan 55.
70
Gambar 54. Plan Furniture Bangku pada The Alley (Sumber PT. SFA)
Gambar 55. Potongan Tipikal Furniture Bangku pada The Alley
71
5.7.5 Clubhouse Perkerasan pada area clubhouse berupa grey tumbled stone dengan ukuran 350 x 350 x 20 mm dengan pola penyusunan berbaris dengan sudut 45o dan dengan pola berbaris pada bagian tepinya. Ilustrasi pemasangan perkerasan pada clubhouse terdapat pada Gambar 83 dan 84.
Gambar 56. Pola Pemasangan Perkerasan pada Clubhouse
Gambar 57. Detail Potongan Perkerasan pada Clubhouse
72
Pada kolam bagian depan bangunan clubhouse, terdapat dinding rendah yang berfungsi batas kolam juga sebagai tempat duduk. Dinding tersebut dilapisi material batu andesit berwarna abu gelap dengan ukuran panjang yang beragam dan lebar 50 mm dan 100 mm dengan tebal 20 mm dan grey tumbled stone pada bagian permukaan dengan ukuran 600 x 350 x 100 mm. Ilustrasi pemasangan perkerasan pada clubhouse terdapat pada Gambar 58 dan 59.
Gambar 58. Plan Kolam pada Bagian Depan Clubhouse
Gambar 59. Detail Potongan Wall pada Kolam Bagian Depan Clubhouse
73
5.7.6 Internal Road Jalur kendaraan dan shared space pada internal road menggunakan material yang berbeda, yaitu aspal dan concrete block. Detail konstruksi pola dan pemasangan perkerasan pada internal road dapat dilihat pada Gambar 60 dan 61.
Gambar 60. Pola Pemasangan Concrete Block pada Shared Space
Gambar 61. Detail Potongan Konstruksi Perkerasan pada Shared Space
74
5.7.7 External Road Pada external road terdapat dinding yang berfungsi sebagai pembatas tapak dengan jalan umum. Dinding tersebut terbuat dilapisi material batu palimanan putih dengan ukuran yang acak. Beberapa bagian dinding dibuat bolong untuk memberikan aksen dan memberikan kesan tidak terlalu kaku. Ilustrasi dinding pembatas pada external road dapat dilihat pada Gambar 62-65.
Gambar 62. Plan Dinding Pembatas Tapak pada External Road (Sumber PT. SFA)
Gambar 63. Tampak Dinding Pembatas Tapak pada External Road (Sumber PT. SFA)
75
Gambar 64. Detail Pola Pemasangan Batu pada Dinding Pembatas Tapak (Sumber PT. SFA)
Gambar 65. Detail Potongan Dinding Pembatas Tapak pada External Road (Sumber PT. SFA)
76
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Sistem Manajemen PT. Sheils Flynn Asia 6.1.1 Posisi dan Tanggung Jawab Sistem kelembagaan atau manajemen perusahaan PT. SFA dipegang oleh dua direktur yaitu direktur desain dan direktur proyek dengan tanggung jawab dan penugasan yang berbeda. Direktur desain bertanggung jawab pada keseluruhan pekerjaan dan produk desain, teknologi informasi dan komunikasi, dan presentasi proyek. Direktur proyek bertanggung jawab pada kegiatan internal tim, pengelolaan sumberdaya manusia pada PT. SFA, dan penanganan proyek di lapang. Sistem pembagian kerja dan tanggung jawab yang berjalan saat ini cukup efektif sehingga penanganan proyek di lapangan akan lebih mudah dan cepat. Selain itu, kondisi internal perusahaan dan kegiatan desain di studio dapat terawasi dan dikerjakan dengan baik. Kondisi tersebut didukung oleh pernyataan Obenlender (1993) yang menyatakan bahwa dalam suatu lembaga memerlukan kegiatan memimpin, mengatur, serta menjalankan tujuan sesuai dengan rencana yang sistematis, koordinatif, dan adanya kerja sama antar setiap pihak. Adapun kegiatan tersebut didukung dengan kerjasama antar pihak terkait, yaitu arsitek lanskap dan tim pendukung kegiatan perusahaan. 6.1.2 Sistem Kerja Studio Berdasarkan pengamatan saat melaksanakan kegiatan magang, setiap arsitek lanskap mengerjakan lebih dari satu proyek dalam satu satuan waktu. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan diperlukan manajemen waktu yang baik dan kerja yang efisien agar setiap pekerjaannya dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan kualitas yang baik. Semakin baik kualitas yang dihasilkan dengan waktu pengerjaan yang cepat maka jumlah proyek yang dipegang dalam satu satuan waktu dapat semakin banyak. Evaluasi harian juga dilakukan oleh PT. SFA untuk mengetahui perkembangan pengerjaan proyek. Sebelum pekerjaan dimulai project leader memberitahukan rencana kerja harian dan setelah pekerjaan selesai project leader melaporkan hasil kerja. Evaluasi harian juga dilakukan setiap anggota tim kepada
77
project leader. Evaluasi harian membuat setiap pekerjaan penanganan proyek lebih terarah dan maksimal serta jelas target pengerjaan setiap harinya. Pengaturan kerja sumber daya manusia, waktu, dan hasil yang dihasilkan tersebut sudah menghasilkan hasil yang optimal pada sistem kerja PT. SFA. Sistem pembagian kerja yang dilakukan pada PT. SFA sejalan dengan pernyataan Obenlender (1993) yang menyatakan bahwa manajemen proyek adalah ilmu dan seni dalam mengatur sumber daya manusia, waktu, barang, sampai biaya di dalam lingkup pekerjaan proyek guna meghasilkan hasil yang optimal dengan pekerjaan yang terkoordinasi dengan baik. Struktur organisasi penanganan proyek pada PT. SFA merupakan sistem organisasi matriks yang terdiri dari direktur, project manager, dan arsitek lanskap serta oleh ahli teknik sipil yang membantu pada tahap konstruksi (Gambar 66).
Gambar 66. Struktur Organisasi Penanganan Proyek Struktur organisasi matriks terjadi apabila terdapat banyak proyek yang dikerjakan dalam waktu yang bersamaan dengan dana yang terbatas. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja disiasati dengan penggunaan satu tenaga kerja dalam beberapa proyek (Soeharto 1997). Organisasi matriks memungkinkan seorang arsitek lanskap bekerja dengan dua posisi dan tanggung jawab yang berbeda sehingga jumlah arsitek lanskap pada satu perusahaan dapat lebih efisien. Pada PT. SFA, seorang arsitek lanskap dapat mengerjakan beberapa proyek dengan posisi dan tanggung jawab yang berbeda baik sebagai project leader, drafter,
78
maupun melengkapi gambar kerja. Kelebihan sistem organisasi matriks adalah pengerjaan proyek akan lebih efisien. Sistem organisasi matriks memerlukan tenaga kerja yang profesional, dapat bekerja dengan cepat dan tetap memiliki kualitas. 6.1.3 Struktur Manajemen Proyek Manajemen pelaksanaan kegiatan suatu proyek pada PT. SFA dilakukan berdasarkan kontrak kerja tertulis di atas kertas legal antara klien dan PT. SFA sebagai konsultan arsitektur lanskap. Kontrak kerja mencangkup tenggat waktu pelaksanaan, batasan pengerjaan proyek, kesepakatan biaya serta output yang dihasilkan menjadi acuan dalam mengerjakan proyek. Selama periode pengerjaan proyek dilakukan beberapa kali diskusi dengan klien untuk mengetahui keinginan dan mendapatkan masukan dari klien. Diskusi internal juga dilakukan untuk mendiskusikan hasil setiap tahapnya dan mendapatkan masukan dan ide-ide kreatif dari setiap anggota tim. Salah satu bentuk manajemen kerja yang baik adalah dengan melakukan diskusi dengan klien maupun tim pengerjaan proyek. Diskusi juga dilakukan sebagai mekanisme check dan recheck pekerjaan yang telah dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Mekanisme check dan recheck yang dilakukan mengakibatkan beberapa masukan didapatkan setelah gambar selesai dikerjakan sehingga proses perancangan yang dilakukan tidak statis dan memungkinkan berjalan dua arah. 6.1.4 Kegiatan Kerjasama Proyek perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse ditangani oleh beberapa pihak. Sistem kerjasama yang dilakukan termasuk sistem kerjasama jenis kerjasama tradisional. Sistem kerjasama tradisional terdiri dari tiga pihak, yaitu pemilik proyek yang bertindak sebagai manajemen pelaksanaan , konsultan yang bertindak sebagai perancangan, dan kontraktor yang bertindak sebagai pelaksana (Soeharto 1997). Pemilik proyek yaitu PT. Metropolitan Kentjana bekerjasama dengan konsultan yaitu DP Architects Pte Ltd sebagai konsultan arsitektur yang bertugas merancang bangunan dan unit rumah sedangkan PT. Sheils Flynn Asia sebagai
79
konsultan arsitektur lanskap yang bertugas merancang ruang terbuka serta kontraktor sebagai pelaksana proyek (Gambar 67). Tahapan perancangan dan pelaksanaan proyek dilaksanakan secara terpisah dan berlangsung secara berurutan. Hubungan kerjasama yang terjadi merupakan hubungan antara pemilik dengan konsultan dan pemilik dengan kontraktor. Hubungan kerjasama terdiri dari dua pihak atau lebih yang terdiri dari hubungan fungsional dan hubungan kontrak. Hubungan fungsional merupakan hubungan yang sesuai dengan fungsi masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek, seperti hubungan antara konsultan dan kontraktor. Pada tahap desain di mana
konsultan
melakukan
kegiatan
perancangan,
kontraktor
belum
melaksanakan kegiatannya begitu pula sebaliknya. Sedangkan hubungan kontrak merupakan hubungan berdasarkan kontrak antara dua pihak atau lebih yang terlibat kerjasama (Soeharto 1997). Hubungan Fungsional Hubungan Kontrak
Gambar 67. Skema Hubungan Kerjasama Pada Pondok Indah Townhouse Kegiatan kerjasama tradisional memiliki kelebihan dari pembagian fungsi yang jelas. Setiap bagian telah memiliki fungsi atau tugas berdasarkan spesialisasi dan tidak banyak melakukan koordinasi karena koordinasi dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini pemilik proyek. Kegiatan kerjasama antara PT. MK dengan PT. SFA maupun DP Architects berlangsung baik. Hal tersebut terjadi karena profesionalisme yang tinggi dari semua pihak. Masukan maupun kritik yang berhubungan dengan perancangan Pondok Indah Townhouse komunikasi berlangsung cukup baik dengan pertemuan yang terjadwal.
dan
80
6.2. Kegiatan Perancangan PT. Sheils Flynn Asia 6.2.1 Tahapan Perancangan Lanskap Sistem perancangan proyek lanskap pada PT. SFA meliputi tahap persiapan (inception), pengumpulan data dan analisis (research and analysis), konseptual design (concept design), pengembangan desain (design development), dan pembuatan gambar konstruksi (construction drawing) (Gambar 68). Tahapan perancangan tersebut merupakan tahapan perancangan yang umum dilakukan oleh konsultan lanskap.
Inception
Research and Analysis
Concept Design
Construction Documentation
Final Design Development
Design Development
Gambar 68. Tahapan Perancangan PT. SFA 2012 Pada pelaksanaan kerja Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, tidak semua tahapan dilakukan oleh PT. SFA. Tahap inception serta research and analysis telah dilakukan oleh PT. MK dibantu dengan tim ahli lainnya. Pengumpulan data yang dilakukan oleh tim yang kompeten di bidangnya memiliki kelebihan yaitu keakuratan data yang di dapat. Terdapat juga kekurangannya yaitu jenis data yang didapat terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan analisis maupun desain yang dilakukan oleh arsitek lanskap. Tahapan analisis yang dilakukan PT. MK yaitu analisis topografi dan analisis sirkulasi dan aksesibilitas. Hasil analisis yang dilakukan PT. MK menyimpulkan bahwa level ketinggian tanah setelah melalui proses cut and fill menjadi 26 mdpl pada west site dan 32 mdpl pada east site. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi luapan air Sungai Pesanggrahan masuk ke tapak. Analisis sirkulasi dan aksesibitas dilakukan dengan memindahkan jalan umum pada tengah tapak ke bagian tepi tapak untuk mengefisiensi ruang dan pertimbangan faktor keamanan pada kawasan PIT. Pada pelaksanaannya PT. SFA melakukan analisis
81
lain yaitu analisis mengenai dampak keberadaan sungai terhadap desain dan analisis pemanfaatan sungai pada desain. 6.2.2 Pengumpulan dan Kelengkapan Data Pengumpulan data dan analisis yang dilakukan oleh pihak lain mengharuskan PT. SFA melakukan site visit untuk lebih mengetahui kondisi tapak, mengambil foto tapak dari berbagai sudut dan memastikan keakuratan data. Dari site visit juga diketahui bahwa terdapat potensi yang dapat dimanfaatkan yaitu sungai Pesanggrahan baik dari visual maupun keberadaannya. Analisis visual dan potensi sungai, serta analisis mengenai pengolahan air dan drainase dilakukan oleh PT. SFA untuk menunjang hasil rancangan. Analisis visual dan potensi sungai dilakukan untuk memberikan nilai lebih perancangan dengan mengoptimalkan keadaan sekitar tapak yang dapat menjadi daya tarik. Sungai Pesanggrahan dapat menjadi potensi visual yang baik apabila didukung dengan desain yang optimal untuk memanfaatkan pemandangan sungai. Pada east site, pemandangan sungai dimanfaatkan dengan pembuatan fasilitas viewing mound ke arah sungai. Dengan ketinggian tapak pada 32 mdpl area east site mendapatkan pemandangan sungai yang optimal. Pengoptimalan visual pada west site menuju sungai kurang dioptimalkan. Rancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse menggunakan banyak elemen air, terutama pada bagian courtyard. Pengambilan air melalui air tanah akan berdampak buruk bagi lingkungan terutama bagi lingkungan sekitar tapak. sumber air untuk kolam area courtyard hendaknya memanfaatkan air Sungai Pesanggrahan dengan pengolahan terlebih dahulu. Area courtyard yang berfungsi sebagai taman lingkungan memiliki luas 5000 m2 untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka masing-masing individu. Dengan asumsi penghuni rumah 6 orang dan jumlah unit rumah pada west site sebanyak 56 unit rumah, maka kebutuhan ruang terbuka sudah dapat terpenuhi dengan luas 14 m2 ruang terbuka untuk setiap individu. 6.2.3 Pengembangan Konsep Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse Dalam melakukan perancangan lanskap, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya prinsip desain dan elemen desain (titik, garis, bidang, bentuk, pergerakan, warna, dan tekstur) yang sejalan dengan konsep. Penentuan
82
konsep
pada
suatu
perancangan
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
kebutuhan secara fungsional (specific functional concepts) maupun ide berdasarkan filosofi hal-hal tertentu (general philosophical concepts) (Reid 1993). Terdapat enam prinsip desain yang utama yang menjadi pertimbangan dalam melakukan perancangan lanskap yaitu, 1. unity adalah perpaduan beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi yang saling menunjang. Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema desain dan dominansi ide 2. harmony adalah keadaan yang terpadu antar elemen denagn cara meminimalisir perbedaan antar elemen, mengatur perubahan secara halus, memperkuat konektivitas antar elemen serta memberikan batas pada elemen yang berbeda. 3. emphasis adalah pusat perhatian dalam sebuah komposisi ruang berupa elemen yang pertama ditangkap mata, baik dominansi warna, bentuk, maupun ukuran. 4. balance adalah suatu kualitas nyata dari setiap objek di mana perhatian visual dari dua bagian pada dua sisi dari pusat keseimbangan adalah sama. 5. scale and proportion berkaitan denagn keberadaan hubungan tertentu antara elemen dengan ukuran terkecil dengan ukuran keseluruhan. 6. sequence adalah peralihan atau perubahan yang memiliki urutan yang baik yang mengalir dengan halus dan tidak mendadak. Sequence membimbing pengguna ke tempat yang klimaks. Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse memenuhi dua pertimbangan pemilihan konsep tersebut. Sharing courtyard dipilih untuk memenuhi kebutuhan fungsi ruang terbuka untuk mengakomodasi penghuni sedangkan tema riverside menupakan konsep filosopi yang diambil atas dasar pertimbangan lokasi tapak yang berbatasan dengan sungai. Secara umum, perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse memenuhi prinsip desain unity dan harmony dengan menonjolkan beberapa elemen (emphasis). Prinsip unity atau kesatuan tercipta pada area courtyard yang merupakan pusat aktivitas dengan penggunaan elemen desain garis dan bentuk
83
yang seragam. Penggunaan garis natural berbentuk pola aliran sungai meander pada kolam, memberikan kesan alami sungai sejalan dengan konsep riverside. Prinsip unity dan harmony juga tercipta dari pemilihan material yang sama untuk fungsi yang sama, seperti tanaman Ficus hilli untuk area penerimaan baik pada area penerimaan tapak maupun area penerimaan clubhouse. Penggunaan material grey tumbled stone sebagai perkerasan pada upper terrace juga digunakan baik pada west courtyard maupun east courtyard. Emphasis pada perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse terdapat pada island di tengah kolam pada area courtyard. Penggunaan material palem yang tinggi juga menjadi daya tarik pada keseluruhan tapak. jenis pohon yang berfungsi sebagai feature tree dengan karakteristik pohon tinggi, memiliki dan keunikan bentuk seperti Dyera costulata dan Cananga odorata juga memenuhi prinsip desain emphasis karena merupakan elemen yang menjadi focal point. Pada area gateway, terdapat juga feature wall yang dengan bentuk dan warnanya menjadikan dinding tersebut focal point pada area gateway. Permainan elemen desain seperti tekstur dapat memberikan pengaruh psikologis bagi pengguna. Tekstur perkerasan dengan pola fan bond pada area gateway memberikan efek psikologis pengguna untuk berjalan memasuki tapak. Pemilihan warna juga dapat mempengaruhi psikologis pengguna. Penggunaan tanaman dengan warna-warna tertentu seperti dominansi hijau dengan perpaduan merah dan kuning
pada courtyard memberikan kesan nyaman, ceria, dan
bersahabat sehingga cocok pada area yang berfungsi sebagai taman lingkungan tersebut. 6.2.4 Finalisasi Rancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse Finalisasi rancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse dilakukan dengan menentukan jenis material yang digunakan baik soft material maupun hard material, lokasi titik penanaman pohon, serta jumlah material yang digunakan. Detail penggunaan elemen pada ruang terbuka Pondok Indah Townhouse terdapat pada Lampiran 1 dan 2. Finalisasi rancangan memakan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala terutama kendala yang berasal dari klien. Penentuan posisi bangunan unit rumah yang berubah pada tahap ini mengakibatkan beberapa
84
elemen disekitarnya juga berubah. Perubahan ini terjadi beberapa kali, sehingga cukup memakan banyak waktu. Kendala lain datang pada saat memilih material terutama tanaman. Beberapa material yang diajukan PT. SFA tidak disetujui oleh direktur UK. Pemilihan tanaman berdasarkan kecocokan fungsi dan kriteria terhadap desain. Dyera costulata, Cananga odorata dan digunakan sebagai feature tree karena karakteristiknya yang unik dan termasuk pohon tinggi dengan bentuk tajuk yang kolumnar. Untuk memberi aksen pada feature wall pada area gateway Ficus hillii digunakan karena merupakan pohon sedang dengan bentuk tajuk yang dipangkas kubus berfungsi sebagai screening yang diletakkan dibelakang wall sehingga seolah muncul dari bagian atas feature wall (Gambar 69). Ficus hilii juga digunakan kembali pada area clubhouse dan diletakkan di sambaing gedung utama. Repetisi Ficus hillii dilakukan untuk memberikan kesamaan tema dan fungsi yaitu sebagai entrance trees.
Gambar 69. Ilustrasi tampak soft material pada area The Gateway (Sumber PT. SFA) Archontophoenix alexandrae yang merupakan jenis palem tinggi dan Dypsis leptocheilos yang merupakan jenis palem sedang digunakan pada area island untuk memberikan strata ketinggian. Karakter palem alexander yang tinggi dan kokoh menjadikan area island sebagai focal point pada area courtyard. Hal ini sesuai dengan prinsip desain emphasis yang menyusun elemen lanskap sehingga memberikan nilai lebih satu elemen maupun area dibandingkan area disekitarnya
85
(Booth 1983). Pohon lain yang digunakan adalah pohon dengan karakteristik pohon produksi seperti Anthocephalus cadamba untuk daerah little forest, dan pohon berbunga menarik pada bagian belakang rumah. Anthocephalus cadamba dipilih karena pola penanamannya teratur sehingga tidak terlalu padat namun tetap memberikan kesan hutan. Plumeria rubra dan Saracca indica dipilih karena memiliki bunga yang menarik dan termasuk pohon yang memiliki ketinggian sedang sekitar 4-5 m sehingga tidak terlalu besar dan cocok untuk diletakkan di area belakang rumah untuk memenuhi fungsi estetik dan penghalang. Semak dan tanaman penutup tanah pada area courtyard terdiri dari beberapa jenis. Beberapa semak seperti Alocasia ‘Golden’ yang berdaun lebar maupun Etlingera elatior yang memiliki ketinggian mencapai 2 m disusun pada island untuk memberikan mengisi kekosongan ruang dengan permainan ketinggian pada kombinasi palem. Semak berbunga seperti Eucharis grandiflora yang berwarna putih, maupun Sanchezia speciosa dan Hibiscus rosa-sinensis yang berwarna merah diletakkan pada area yang belakang rumah dengan kombinasi semak tidak berbunga seperti Calatea zebrina. Caesalpinia ferrea dan Tabebuia rosea ditempatkan pada bagian depan unit rumah dengan kriteria pohon yang dapat berfungsi sebagai penaung namun merupakan pohon berbunga. Jenis pohon yang digunakan adalah jenis pohon sedang dengan tinggi rata-rata 7 m untuk menyeimbangkan tinggi bangunan unit rumah yang memiliki 3 lantai. Tamarindus indica atau asam jawa merupakan merupakan jenis pohon cocok digunakan sebagai pembatas karena karakternya yang kuat dan cukup kokoh namun memiliki tajuk yang tidak masif (Lestari dan Kencana 2008). Bagian barat tapak merupakan jalan lingkar luar Jakarta, sehingga dibutuhkan vegetasi yang dapat berfungsi sebagai pembatas dan juga penghalang baik udara maupun suara yang masuk ke tapak. Vegetasi yang dipilih adalah jenis bambu yaitu Rhapis humilis. Bambu dipilih karena pola penanamannya yang rapat dan juga tinggi dan tidak membutuhkan area penanaman yang besar sehingga cocok ditempatkan di bagian batas yang tidak memiliki area yang besar. Selain itu, bambu juga dipilih karena tidak memiliki cabang yang menjulur keluar sehingga tidak memungkinkan adanya orang yang memanjat masuk melalui cabang pohon
86
Spathodea campanulata digunakan pada area gerbang masuk komplek PIT karena memiliki cabang yang banyak, sehingga dapat berfungsi sebagai penaung. Spathodea campagnulata juga memiliki bunga dengan warna yang menarik sehingga cocok ditempatkan pada area gerbang komplek PIT. Jejeran palem Oncospermae tigillarium digunakan di sekitar kolam di seberang gerbang masuk PIT. Palem tersebut merupakan jenis palem tinggi yang tumbuh berkelompok. Penggunaan palem dimaksudkan untuk menyatukan tema pada bagian dalam tapak yaitu area courtyard dengan external road. Border wall dengan tinggi 2,5 m menggunakan material batu palimanan putih dengan tanaman merambat Ficus repens untuk memberikan aksen. Hard material yang digunakan merupakan material yang cocok pada ruang luar berupa batu alam vulkanik dengan karakteristik tidak licin dan bertekstur. Batuan vulkanik seperti batu andesit memiliki kekuatan fisik karena bersifat keras sehingga cocok digunakan sebagai perkerasan. Batuan vulkanik juga tahan terhadap asam dan perubahan cuaca yang ekstrim (Vernon et al 2009). Batu andesit dengan warna abu muda (light grey andesit stone paving) atau yang biasa disebut abu towo digunakan pada central courtyard yang merupakan area pertama yang ditemui ketika memasuki area courtyard. Abu towo memiliki karakteristik warna yang cerah dengan perbedaan kontras warna pada polanya. Penggunaan abu towo dengan pengolahan diasah memberikan hasil perkerasan yang memiliki tekstur guratan-guratan (Vernon et al 2009). Hard material pada perkerasan causeway menggunakan koral sikat dengan diameter koral 3-5 mm. Koral sikat dipilih melihat causeway memiliki banyak sudut, sehingga akan lebih mudah pemasangan koral sikat karena sifatnya yang lebih fleksibel dan juga penggunaan koral sikat lebih murah dibandingkan penggunaan batuan alam melihat causeway memiliki luasan yang cukup besar. Selain itu, koral sikat juga mudah dalam perawatannya. Grey
tumbled
stone
paving
pada
area
upper
terrace
karena
karakteristiknya sesuai untuk digunakan pada ruang luar. Batu ini juga memberikan aksen di antara koral sikat yang digunakan pada causeway. Grey tumbled stone digunakan dengan dua jenis finishing yang berbeda. Grey tumbled stone paving honed finished dan grey tumbled stone paving flame finished.
87
Pengolahan akhir dengan diasah (honed finished) menghasilkan warna yang lebih pucat, memberikan tekstur berupa guratan-guratan namun mudah dalam perawatannya. Pengolahan akhir dengan dibakar (flame finished) memberikan hasil permukaan yang kasar dan cocok untuk batuan vulkanik. (Vernon et al 2009). Penggunaan grey tumbled stone paving rata bakar pada bagian riser tangga menjadikan perbedaan antara bagian permukaan dan riser lebih terlihat. Perkerasan lain yang terdapat pada east courtyard adalah stepping stone yang merupakan jalan bagian belakang rumah. Stepping stone menggunakan batu andesit hitam (black andesit) dengan pengolahan akhir dibakar . Batu andesit hitam dipilih karena warnanya yang gelap akan menjadi kontras apabila dikelilingi oleh tanaman penutup tanah. Perkerasan yang digunakan pada jalur kendaraan adalah, sedangkan pada bagian shared space digunakan concrete block dengan warna yang terang. Perbedaan material ini untuk menandakan perbedaan pengguna antar jalur kendaraan dan shared space. Pada area shared space, pengguna kendaraan akan mengurangi laju kendaraannya karena pada area tersebut terdapat juga aktivitas pejalan kaki, baik menyebrang maupun berada di dekat taman. Perkerasan pada jalur kendaraan dibuat dengan kemiringan 2,5% agar air hujan tidak akan tergenang. Aliran air ini akan masuk ke lubang drainase yang berada di bagian bawah jalur pejalan kaki ataupun ke dalam tanah pada bagian area penanaman. 6.3.
Produk Perancangan
6.3.1 Ragam Output Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse memiliki hasil akhir berupa gambar rancangan dengan detail seperti gambar detail, gambar potongan, planting plan, material plan, dan gambar konstruksi yang sesuai dengan perjanjian pada kontrak kerja. Gambar-gambar tersebut terdiri dari beberapa format skala dan ukuran baik gambar ukuran A1 maupun A3 dan beberapa format file berupa gambar print out dan gambar yang disimpan dengan format .pdf. Gambar 72 merupakan ragam hasil akhir yang dihasilkan pada Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse.
88
Tabel 8. Ragam Hasil Akhir Produk Perancangan
89
Lanjutan Tabel 8
Reid (1993) menyatakan bahwa penyajian akhir produk perancangan harus mempunyai keseimbangan proporsi ukuran serta jenis arsiran yang sesuai dengan material. Hasil akhir terdiri dari gambar denah (site plan), detail plan, gambargambar pendukung seperti potongan, tampak dan ilustrasi serta gambar konstruksi. Ragam hasil akhir yang dikerjakan oleh PT. SFA telah memenuhi standar penyajian akhir produk perancangan dengan memberikan gambar pendukung lainnya yaitu planting plan dan lokasi material yang digunakan (Lampiran 3-12).
90
6.3.2 Standar Kelengkapan Gambar Hasil akhir pada produk perancangan memiliki standar yang harus dipenuhi. Gambar hasil perancangan dilengkapi dengan skala, arah orientasi mata angin, judul gambar yang terdiri dari nama proyek, pemberi proyek, nomor gambar, tampat dan tanda untuk periksa, dan revisi tanggal (Reid 1993). PT. SFA telah memiliki standar kelengkapan gambar hasil akhir yang terdapat pada Gambar 70. Standar ini merupakan salah satu prosedur penyajian hasil akhir kepada klien. Pada Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse hasil akhir produk perancangan telah memenuhi kriteria standar tersebut. 1 2 3 4 6
1. Nama Konsultan 2. Pemberi Proyek 3. Nama Proyek 4. Judul Gambar 5. Nomor Gambar 6. Skala dan Orientasi Mata Angin
Gambar 70. Standar Kelengkapan Gambar
5
91
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Kegiatan magang pada PT. Sheils Flynn Asia memberikan pengetahuan dan pengalaman berkenaan dengan sistem perancangan suatu proyek dan sistem kerja dalam suatu perusahaan konsultan arsitektur lanskap. Mahasiswa juga belajar mengenai sistem kerja di dalam studio yang efektif dan efisien serta bekerja di dalam tim yang dapat mengembangkan sikap, kemampuan, dan profesionalisme di dunia arsitektur lanskap. PT. Sheils Flynn Asia merupakan perusahaan yang memiliki manajemen perusahaan yang terstruktur dan terorganisir, dari segi penyimpanan dan pendistribusian data, penamaan gambar kerja, serta proses perancangan yang sesuai standar hingga pembagian kerja. Hal tersebut merupakan pelajaran baru bagi mahasiswa dalam mempersiapkan dunia kerja professional. Pada proyek Pondok Indah Townhouse yang dilakukan dalam jangka waktu 8 bulan, PT. SFA berhasil membuat hasil perancangan dengan tahapan 1) inception, 2) research dan analysis, 3) concept design, 4) design development, 5) final design development, dan 6) constraction documentation. Tahapan ini sejalan dengan tahapan perancangan yang dikemukakan Booth (1983). Beberapa konsep baru dalam perancangan kawasan pemukiman dengan konsep townhouse juga didapat selama mengikuti kegiatan magang. Hal lain seperti pengoptimalan ruang dengan konsep shared space dan sirkulasi, pemilih material baik soft material maupun hard material, detail konstruksi juga merupakan hal baru yang didapat selama mengikuti kegiatan magang. Hal lain yang didapat selama mengikuti kegiatan magang adalah peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mengoprasikan berbagai software pendukung proses perancangan untuk menghasilkan gambar kerja yang lebih baik. 7.2 Saran Kegiatan magang pada konsultan lanskap sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menjadi bekal mahasiswa terjun langsung ke dunia kerja professional. Tapak Pondok Indah Townhouse memaksimalkan pemandangan alami sungai Pesanggrahan untuk menjadi nilai tambah kawasan. Namun, hal ini perlu
92
didukung dengan pengelolaan sungai agar keindahannya dapat dimanfaatkan. Keberadaan sungai Pesanggrahan menjadi penyatu kedua bagian tapak yang terpisah, hal ini dapat dilihat dari peletakan unit rumah yang menghadap ke sungai. Material yang digunakan di sekitar sungai pada kedua tapak juga sebaiknya sama untuk memberikan nilai kesatuan pada keseluruhan tapak.
93
DAFTAR PUSTAKA Anonim.
2011.
PT
Sheils
Flynn
Asia
[
terhubung
berkala
]
:
http://www.sheilsflynnasia.com [7 Januari 2012] Anonim. 2010. The Town House Galerry. [ terhubung berkala ] : http://www.thetownhousegallery.com [ 14 Januari 2012] Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architecture and Construction. New York: McGraw Hill-Hill Companies, Inc Herman BL. 2005. Town House: Architecture and Material Life in The Early American City, 19790-1830. (bab. Summary) Lestari G dan Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta :Penebar Swadaya Krauz RG dan Curtis JE. 1982. Creative Management In Recreation. Baltimore. USA : The John Hopkins Press Nurisjah S dan Pramukanto Q. 1990. Perencanaan Lanskap Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press Obenlender GD. 1993. Project Management for Engineering and Construction. New York: Mc Graw Hill-Hill Book Co Reid GW. 1993. From Concept to Form. New York :Van Nostrand Reinhold Simonds JO dan Starke BW. 2006. Landscape Architecture. New York: Mc Graww-Hill Book Co Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga Suci A. 2009. Maraknya Pembangunan Townhouse. [ terhubung berkala ] : http://properti.kompas.com/read/2009/05/22/10570390 [ 14 Januari 2012] Surayya. A. 2006 Townhouse Sebuah Bentuk Hunian Alternatif bagi Masyarakat Perkotaan [ terhubung berkala ] : http://www.ar.itb.ac.id/wdp/wpcontent/uploads/2006/05/Townhouse [31 Januari 2012] Vernon et al. 2009. Landscape Architect Pocket Book. Oxford : Architectural Press Elsevier
96
Lampiran 1. Jenis Soft Material yang Digunakan POHON BESAR Cananga odorata
Fagraea fragrans
Kenanga
Tembusu
Dyera costulata Jelutung
POHON SEDANG Anthochepalus cadamba
Myristica fragrans Pala
Jabon
Caesalpinia ferrea
Pommetia pinnata
Kayu besi
Matoa
Elaeocarpus angustifolia
Saracca indica
Ficus hillii
Spathodea campanulata
Pohon Asoka
Kecrutan
97
Michelia champaca
Tamarindus indica
Cempaka
Asam jawa
Tabebuia rosea Tabebuia
POHON KECIL Brownea macrophylla
Plumeria rubra Kamboja
Mawar Gunung
PALEM BESAR Archontophoenix alexandrae
Pritchardia pacifica
Palem Alexander
Palem Pritchardia
PALEM SEDANG Dypsis leptocheilos
Rhapis humilis
Palem Dypsis
Palem Rhapis
SEMAK Acalypha wilkesiana
Alocasia portei
Acalypha
Sente wayang
98
Alpinia purpurata ‘Jungle Queen’ Alpinia
Anthurium andraeanum ‘Album’ Anthurium
Breynia disticha ‘Rosea picta’
Calathea lutea Calathea
Breynia
Calathea zebrine
Crinum asiaticum
Calathea
Spider lili
Eragrotis spectabilis
Etlingera elatior
Love grass
Kecombrang
Eucharis grandiflora
Gardenia scrabella
Amazon liliy
Star flower/gardenia Helliconia bihai Pisang hias
Helliconia strica ‘Dwarft-jamaican’ Pisang hias
Hibiscus rosa sinensis cultivar
Hydrangea macrophylla
Kembang sepatu
Hydrangea
Medinilla astronoides
Nephrolepis cordifolia
Anggrek Malaysia
Pakis
99
Nephrolepis exaltata
Nerium oleander
Pakis
Oleander
Sanchezia speciosa
Sansevieria cylindrical Lidah mertua
Spathoglotis plicata
Strelitzia reginae
Anggrek tanah
Bird of paradise TANAMAN PENUTUP TANAH
Axonophus compressus
Ophiopogon jaburan
Rumput gajah mini
Kucai
Ophiopogon japonica Kucai TANAMAN MERAMBAT Ficus repens
TANAMAN AIR Equisetum hyemale
Nelumbo nucifera
Futoi/lidi air
Teratai
Pistia statiotes
Thalia geniculata
Pistia
Thalia
100
Lampiran 2. Jenis Hard Material yang digunakan PAVING Dark Grey Andesit Stone (Lusty Maya)
Light Grey Andesit
Honed finished
Honed finished
Grey Tumbled Stone
Koral Sikat
Honed finished
Black Andesit
Kayu Timber
Flamed finished
CLADDING DAN COPPING Green Sukabumi Stone
Dark Grey Andesit Stone
Honed finished
Bush hammered finished
White Palimanan Stone
White Palimanan Stone
Bush hammered finished
Honed finished
Grey Tumbled Stone
Mozaik Tiles
Bush hammered finished
101
Lampiran 3. Keterangan Material pada Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse
102
103
104
105
106
Lampiran 4. Detail Material West Site 1
107
Lampiran 5. Detail Material West Site 2
108
Lampiran 6. Detail Material West Site 3
109
Lampiran 7. Detail Material West Site 4
110
Lampiran 8. Detail Material West Site 5
111
Lampiran 9. Detail Material West Site 6
112
Lampiran 10. Detail Material West Site 7
113
Lampiran 11. Detail Titik Penanaman Pohon West Site 1
114
Lampiran 12. Detail Titik Penanaman Pohon West Site 2
115