PUSAT PERBELANJAAN DENGAN KONSEP RUANG TERBUKA DI JAKARTA Tivany Augusteen Halim, Wiyantara Wizaka, Riva Tomasowa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara Jalan K.H. Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected]
ABSTRAK Pembangunan pusat perbelanjaan membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat. Namun dari banyak pusat perbelanjaan tersebut, elemen ruang terbuka yang disediakan sangat minim sehingga ruang terbuka hijau dan daerah resapan berkurang. Beberapa mall mencoba menggabungkan pusat perbelanjaan dengan konsep ruang terbuka. Tiga diantaranya adalah Central Park, The Breeze, Cihampelas Walk. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana mengorganisasikan bentuk dan ruang antara bangunan pusat perbelanjaan dengan ruang terbuka. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola organisasi bentuk dan ruang dari tiga mall yang menerapkan konsep ruang terbuka untuk diterapkan dalam proyek ini. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah metode kualitatif. Analisa dilakukan dengan menganalisa dan membandingkan organisasi bentuk dan ruang dari ketiga mall dalam konteks menggabungkan pusat perbelanjaan dengan ruang terbuka. Disimpulkan, organisasi bentuk dan ruang dari ketiga mall yang digunakan adalah organisasi terpusat, dengan bangunan pusat perbelanjaan dikelompokkan mengelilingi suatu ruang terbuka yang menjadi pusat dari mall tersebut dan menghubungkan tenant - tenant disekelilingnya. (TAH) Kata kunci: Pusat Perbelanjaan, Ruang Terbuka, Organisasi bentuk dan ruang
ABSTRACT
Shopping center development has a positive impact on the economy of the community. The open space element provided is so minimal that green open space and catchment areas are reduced. A few tries to combine shopping center with open space concept. Three of them are Central Park, The Breeze, and Cihampelas Walk. Issues discussed were how to organize forms and spaces between building a shopping center with open spaces. The purpose of the research is to determine the organization form and space of three malls which implements the concept of open space to be applied in this project. Research methods applied was qualitative method. Analysis was done by analyzing and comparing the organization form and space of three mall that combines shopping center with open spaces. Concluded, organization form and spaces is used is a centralized organization, the buildings are grouped around the open space that became the center of the mall and connect the surrounding tenants. (TAH) Keywords: Shopping center, Open Space, Organization of form and space
PENDAHULUAN Dalam mengikuti perkembangan zaman, pusat perbelanjaan yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja, kini juga berfungsi sebagai tempat rekreasi dan tempat menghabiskan waktu bersama keluarga. Khususnya masyarakat kalangan menengah di Indonesia, menghabiskan waktu di mal sudah menjadi kebiasaan. Maka pembangunan pusat perbelanjaan tidak hanya menyediakan toko yang lengkap, tetapi juga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan pengalaman berbelanja yang unik serta menarik. Menurut pengamat property dari Savills PCI, Anton Sitorus, saat ini bukan hanya hunian yang menjadi kebutuhan para penduduk. Populasi penduduk yang semakin padat, kesejahteraan meningkat, ditambah gaya hidup yang kian tinggi serta adanya peralihan aktivitas belanja dari tradisional market ke modern market, menjadi alasan mengapa ritel atau mall sangat dibutuhkan didaerah, utamanya di kota-kota besar di Indonesia. “Di wilayah yang cukup padat penduduk, tingkat ekonominya cukup baik, peluangnya bagus hingga menumbuhkan kebutuhan yang sangat besar dan ini yang menjadikan mall terus bertumbuh,” imbuhnya. Menurut Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Stefanus Ridwan, pembangunan pusat belanja akan membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat, sebagai contoh terserapnya tenaga kerja. “Jangan lupa bahwa kalau ada pusat belanja pasti disitu banyak tenaga kerja dan juga banyak ekonomi penduduk sekitarnya yang naik,” ucapnya. Latar belakang yang dibahas pada laporan ini adalah pembangunan pusat perbelanjaan membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat dan juga ekonomi penduduk sekitarnya yang naik. Namun dari banyak pusat perbelanjaan tersebut, elemen ruang terbuka yang disediakan sangat minim sehingga ruang terbuka hijau dan daerah resapan berkurang. Beberapa mall mencoba menggabungkan pusat perbelanjaan dengan konsep ruang terbuka. Tiga diantaranya adalah Central Park di Jakarta Barat, The Breeze di BSD, Cihampelas Walk di Bandung.
Kajian Pustaka Menurut International Council of Shopping Centre (ICSC), definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok lokasi usaha ritel dan usaha komersial lainnya yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu property tunggal. Menurut buku The 4Rs of ASIAN Shopping Centre Management , pusat perbelanjaan memiliki skala luas yang berbeda – beda. Biasanya semakin besar skalanya, semakin banyak penyewa yang bisa ditampung oleh pusat perbelanjaan. Variasi produk juga semakin meningkat. Jenis – jenis pusat perbelanjaan berdasarkan skala luas yaitu Pusat Perbelanjaan Regional Super, Pusat Perbelanjaan Regional, Sentral Belanja Lokal (Community), Sentra Belanja Distrik (Neighbourhood), Pusat Perbelanjaan Spesialis, Waserba (Convenience), Megamall, Hypermarket, Pusat Ritel (Power Center). Menurut buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Francis D.K. Ching), suatu bangunan dapat dihubungkan satu sama lain dan diatur menjadi pola – pola bentuk dan ruang yang rapi dan teratur. Dua buah ruang bisa terhubung satu sama lain dengan beberapa cara yang mendasar yaitu Ruang dalam Ruang ( ruang dapat ditampung di dalam volume sebuah ruang yang lebih besar ), Ruang – ruang yang Saling Mengunci ( area sebuah ruang bisa menumpuk pada volume ruang lainnya ), Ruang – ruang yang Berdekatan ( dua buah ruang bisa saling mengunci bersentuhan satu sama lain ataupun membagi garis batas bersama ), Ruang – ruang yang dihubungkan oleh Sebuah Ruang Bersama ( Dua buah ruang bisa saling mengandalkan sebuah ruang perantara untuk menghubungkan mereka ). Kemudian ada beberapa cara bagaimana dapat mengatur dan mengorganisir ruang – ruang sebuah bangunan dan bagaimana dapat ruang – ruang tersebut dapat disusun dalam organisasi bangunan, yaitu Organisasi Terpusat ( suatu ruang sentral dan dominan, yang dikelilingi oleh sejumlah ruang sekunder yang dikelompokkan ), Organisasi linier (sebuah sekuen linier ruang – ruang yang berulang), Organisasi Radial ( sebuah ruang terpust yang menjadi sentral organisasi – organisassi linier ruang yang memanjang dengan cara radial ), Organisasi Terklaster ( ruang – ruang yang dikelompokkan melalui kedekatan atau pembagian suatu tanda pengenal atau hubungan visual bersama ), Organisasi Grid ( ruang – ruang yang diorganisir didalam area sebuah grid struktur atau rangka kerja tiga dimensi lainnya ).
Menurut Srini R. Srinivasan & Rajesh Kumar Srivastava dalam jurnal ‘Creating the futuristic retail experience through experiential marketing : Is it possible ? An exploratory study’, terdapat perbedaan antara selera dan preferensi dari generasi muda dan tua. Remaja perempuan lebih tertarik menghabiskan waktu untuk berbelanja (shopping outlet), sedangkan remaja laki – laki cenderung lebih tertarik pada zona hiburan. Menawarkan pengalaman berbelanja yang positif berdasarkan visual merchandising. Visual merchandising menggambarkan penyajian barang dagangan untuk menarik konsumen dalam berbelanja, dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik yang mengundang konsumen untuk menghabiskan lebih banyak waktu ditoko. Pengalaman berbelanja harus dibuat sesuai dengan kebiasaan konsumen dalam berbelanja dan tren pasar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen adalah wanita muda, yang umumnya lebih tertarik pada tempat belanja. Outlet belanja dan food court adalah daya Tarik terbesar di mall. Secara keseluruhan, disarankan agar pusat perbelanjaan harus mencoba untuk menciptakan pengalaman belanja yang unik & baru. Menurut Dr Rajagopal dalam jurnal ‘Coexistence and conflicts between shopping malls and street markets in growing cities : Analysis of shoppers behaviour’, perbedaan antara pasar jalanan dengan shopping mall yaitu, Pasar jalanan ( street market ) memiliki keunggulan harga ( low price ), pakaian dan makanan buatan sendiri terlepas dari standar kebersihan; Shopping mall terdapat tempat – tempat menarik / rekreasi dan fasilitas modern untuk pembeli; Pasar jalanan melayani konsumen yang cenderung membeli produk – produk makanan segar ( bahan makanan misalnya ikan dan sayuran ), sementara itu diyakini bahwa supermarket menjual produk olahan atau makanan yang telah dibekukan; Baik pasar jalanan maupun pusat perbelanjaan mempengaruhi budaya konsumen. Namun atribut mereka untuk melayani konsumen dan meningkatkan nilai konsumen berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan pembeli untuk berbelanja didorong oleh suasana berbelanja, tempat – tempat menarik mall ( mall attraction ), fasilitas rekreasi, lokasi mall, promosi penjualan ( sale ), adanya daya tarik yang mengacu pada produk & layanan, merek / brand, harga ( store attractiveness ). Menurut Piyali Ghosh, Vibhuti Tripathi, & Anil Kumar dalam jurnal ‘Customer expectations of store attributes : A study of organized retail outlets in India’, Atribut toko dan pola belanja konsumen yaitu (1) Lokasi, ketersediaan untuk melakukan perjalanan berdasarkan banyaknya daftar belanja; (2) Ukuran, pembeli lebih tertarik outlet besar daripada outlet kecil; (3) Flooring, Orang dapat berbelanja atau menghabiskan waktu lebih lama jika mereka dapat berjalan dengan nyaman (tidak didorong) pada saat melihat barang dagangan; (4) Pencahayaan, musik & bau, musik dapat mempengaruhi waktu yang dihabiskan, suasana hati konsumen & kesan keseluruhan dari outlet; (5) Suhu, Image toko dapat dipengaruhi oleh AC atau bukaan jendela; (6) Warna, Pilihan warna untuk dinding harus senada dengan target pengunjung; (7) Customer Space, berkontribusi pada suasana belanja, termasuk ruang duduk, kamar kecil, restoran, parkir, dan sebagainya; (8) Teknologi, toko dengan teknologi maju dapat mengesankan orang dengan operasi dan layanannya yang cepat. Menurut Ahda Mulyati dan Fitria Junaeny dalam jurnal ‘Pusat Pertokoan Dengan Konsep Pedestrian Mall Di Kota Palu’, Konsep pedestrian mall harus mempertimbangkan lebar dan jarak pedestrian, dilengkapi dengan street furniture, signage, vegetasi dan ruang parkir serta penyediaan open space sebagai tempat melakukan interaksi sosial. Penataan etalase toko ditata menarik. Material dan konstruksi harus mempertimbangkan unsur estetika serta ketahanan terhadap kondisi cuaca dan iklim. Pengaturan ruang parkir yang efisien, yaitu dengan meletakkan ruang parkir pada beberapa lokasi yang strategis dan memudahkan pergerakan pegunjung dengan pencapaian yang mudah. Agar pengaturan sirkulasi barang lancar, aktivitas pelayanan bongkar muat barang diberlakukan pada jam – jam khusus atau jam – jam tertentu sehingga sirkulasi tidak saling mengganggu. Menurut Darmawan Listya Cahya dan Rima Metalia dalam jurnal ‘Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan SA. Tirtayasa, Kota Serang dengan Pendekatan Pedestrianisasi’, Konsep pedestrian mall yang diambil dari Harvey Rubeinstein dalam menganalisis data adalah sebagai berikut (1) Faktor – faktor kultural : kondisi lalu lintas, transit, parkir, pelayanan untuk kendaraan truk, sirkulasi pedestrian, utilitas, bangunan yang ada, peraturan zonasi, kelengkapan seperti tanda – tanda, penerangan, aksesori jalan, perawatan untuk menjaga dan memelihara kawasan tersebut; (2) Faktor alam : jenis tanah, klimatologi / cuaca, topografi.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah Metode Kualitatif, dengan menganalisa pola organisasi bentuk dan ruang pada objek studi banding yaitu Central Park Mall di Jakarta Barat, The Breeze Mall di BSD City, Cihampelas Walk di Bandung dalam konteks menggabungkan pusat perbelanjaan dengan ruang terbuka. Pertama mengidentifikasi masalah, bagaimana mengorganisasikan bentuk bangunan antara kebutuhan mall dan ruang terbuka, kemudian melakukan pengumpulan data berupa observasi / survei lapangan yang dilakukan dengan mengamati atau survei langsung ke lapangan untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih lengkap pada ketiga mall tersebut. survei lapangan dilakukan pada Central Park Mall, The Breeze Mall, Cihampelas Walk; dokumentasi yang dilakukan dengan mengambil foto kondisi lapangan untuk dapat menganalisis organisasi bentuk dan ruang pada ketiga mall; studi literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan data – data yang berasal dari referensi buku, jurnal, internet mengenai bangunan pusat perbelanjaan dan mempelajari pola organisasi bentuk dan ruang. Selanjutnya melakukan analisa dengan membandingkan organisasi dan bentuk – bentuk bangunan dari ketiga mall tersebut untuk diterapkan dalam proyek ini.
HASIL DAN BAHASAN Central Park Mall merupakan pusat perbelanjaan dengan taman seluas 1,5 hektar yang menjadi pusat area ruang terbuka dari bangunan pusat perbelanjaan yang mengelilinginya. Konsep taman di dalam mall ini adalah ruang bagi segala usia untuk merasakan kenyamanan dengan kembali ke alam.
Gambar 1 Central Park Mall Sumber : papiru.wordpress.com, podomorocentralpark.blogspot.com Bentuk bangunan pada gambar 1 menggunakan bentuk linier memanjang yang dilengkungkan, organisasi pusat perbelanjaan menggunakan organisasi terpusat dimana massa bangunan diletakkan mengelilingi suatu ruang terbuka yang menjadi pusat dari mall tersebut. The Breeze mall merupakan pusat perbelanjaan dengan ruang terbuka yang terintegrasi dengan danau dan sungai Cisadane dan sebagian besar area dijadikan ruang terbuka hijau, 8,4 hektar dijadikan infrastruktur dan landskap. Para pengunjung akan merasakan pengalaman berbeda dalam berbelanja karena pengunjung dapat langsung berinteraksi dengan alam secara langsung sembari menikmati beragam kuliner .
Gambar 2 The Breeze Mall Sumber : www.skyscrapercity.com, googlemaps.com
Seperti yang terlihat pada gambar 2, bentuk bangunan relatif kotak dan letaknya menyebar, organisasi pusat perbelanjaan menggunakan organisasi terpusat dimana massa bangunan di letakkan menyebar mengelilingi area danau yang menjadi pusat dari mall tersebut. Cihampelas Walk merupakan pusat perbelanjaan dengan konsep mall terbuka yang didirikan ditengah – tengah area terbuka (open air) dengan perpaduan antara bangunan pusat perbelanjaan modern dan suasana alam, 2/3 dari keseluruhan area dijadikan lahan hijau dan tempat parkir.
Gambar 3 Cihampelas Walk Mall Sumber : anekatempatwisata.com, googlemaps.com Seperti yang terlihat pada gambar 3, bentuk bangunan linier, ada yang memanjang, maju mundur dan dilengkungkan, organisasi pusat perbelanjaan menggunakan organisasi terpusat dimana massa bangunan diletakkan mengarah pada suatu ruang terbuka yang menjadi pusat dari mall tersebut. Konsep Bentuk Bangunan
Gambar 4 Bentuk bangunan Bentuk bangunan pada gambar 4 menggunakan bentuk linier yang dilengkungkan dengan ruang – ruang mengarah ke pusat ruang terbuka. Menggunakan bentuk linier untuk mengarahkan / memudahkan sirkulasi pengunjung untuk beraktivitas sehingga area terjelajahi semua dan titik keramaian tidak hanya berpusat pada satu tempat saja. Bentuk ruang menggunakan bentuk kotak agar ruang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin. Konsep Organisasi Suatu bangunan terdiri dari sejumlah ruang yang terhubung satu sama lain melalui fungsi, kedekatan, atau jalur pergerakannya. Bangunan dapat dihubungkan satu sama lain dan diatur menjadi pola – pola bentuk dan ruang yang rapi dan teratur. Dua buah ruang bisa terhubung satu sama lain dengan beberapa cara yang mendasar sebagai berikut : Ruang dalam Ruang, Ruang – ruang yang Saling Mengunci, Ruang – ruang yang Berdekatan, Ruang – ruang yang dihubungkan oleh Sebuah Ruang Bersama (Francis D.K. Ching, 2007).
Ruang bersama
Gambar 5 Organisasi ruang bangunan pusat perbelanjaan
Pusat perbelanjaan tersebut terdiri dari ruang – ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama. Ruang bersama / ruang perantara tersebut berupa suatu ruang terbuka ( tempat di adakannya pameran, panggung, air mancur, dan sebagainya ) yang dijadikan pusat dari mall tersebut dan menghubungkan ruang – ruang di sekelilingnya seperti terlihat pada gambar 5. Ruang – ruang dapat diatur dan disusun dalam organisasi sebuah bangunan.Terdapat beberapa jenis organisasi sebagai berikut : Organisasi Terpusat, Organisasi Linier, Organisasi Radial, Organisasi Terklaster, Organisasi Grid (Francis D.K. Ching, 2007).
Gambar 6 Organisasi bangunan pusat perbelanjaan Dari site plan (gambar 6) di atas dapat dilihat bahwa Organisasi pusat perbelanjaan menggunakan organisasi terpusat, massa bangunan diletakkan mengelilingi dan mengarah pada suatu ruang terbuka berupa kolam/air mancur dan area terbuka hijau yang menjadi pusat dari mall tersebut. Jenis tenant yang mendominasi adalah tempat makan dan diletakkan di sekeliling area terbuka untuk mendapatkan view yang bagus. Konsep Sirkulasi Pencapaian Sebelum benar – benar berjalan memasuki interior suatu bangunan, kita mencapai pintu masuknya melalui sebuah jalur. Waktu tempuh pencapaian ke sebuah bangunan dan pintu masuknya bisa bervariasi. Terdapat 3 jenis pencapaian : Frontal, Tidak langsung, Spiral (Francis D.K. Ching, 2007).
Gambar 7 Pencapaian Keterangan : : : :
Sirkulasi mobil ke dalam tapak Sirkulasi manusia dari luar tapak kedalam tapak Area drop off dan pintu masuk utama
Dari site plan (gambar 7) diatas dapat dilihat bahwa jenis pencapaian menggunakan pencapaian tidak langsung. Pintu masuk dibuat menjorok dari fasadnya agar lebih terlihat dan pencapaiannya lebih mudah.
Pintu Masuk Proses memasuki sebuah bangunan, ruang di dalam bangunan, ataupun area ruang eksterior tertentu, akan melibatkan aksi menembus suatu bidang vertikal yang membedakan suatu ruang dari ruang lainnya serta memisahkan makna “di sini” dengan “di sana”.
Gambar 8 Gedung Pengadilan Santa Barbara, California, 1929, William Mooser. Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Akses – akses masuk yang menembus dinding – dinding tebal akan menciptakan ruang – ruang peralihan yang dilalui ketika berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pintu masuk Gedung Pengadilan pada gambar 8 diatas membingkai sebuah pemandangan ke taman dan bukit di kejauhan (Francis D.K. Ching, 2007).
TENANT
TENANT
Gambar 9 Pintu masuk Keterangan : : : :
Pusat Ruang Terbuka Pintu masuk utama ke ruang terbuka Sirkulasi manusia dari mall ke ruang terbuka
Seperti yang terlihat pada gambar 9, pintu masuk diletakkan di tengah – tengah bidang fasad bangunan dan dibuat menjorok kedalam atau menembus ruang tenant dan kemudian di sambut oleh ruang terbuka pusat perbelanjaan. Pintu masuk utamanya membingkai sebuah ruang terbuka yang menjadi pusat dari mall tersebut.
Konfigurasi Jalur Sifat konfigurasi sebuah jalur mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh pola organisasi ruang – ruang yang dihubungkannya. Konfigurasi sebuah jalur dapat memperkuat sebuah organisasi spasial dengan cara menyejarkan polanya. Terdapat 6 jenis konfigurasi jalur : Linear, Radial, Spiral, Grid, Jaringan, Komposit (Francis D.K. Ching, 2007).
Gambar 10 Konfigurasi Jalur Jalur yang lurus, dapat menjadi elemen pengatur yang utama bagi serangkaian ruang. Sebagai tambahan, jalur ini dapat berbentuk kurvalinear atau terpotong – potong, bersimpangan dengan jalur lain, bercabang, atau membentuk sebuah putaran balik (Francis D.K. Ching, 2007). Konfigurasi jalur pada gambar 10 menggunakan konfigurasi linear. Menggunakan konfigurasi linear untuk mengarahkan pengunjung mengelilingi tenant – tenant pada mall sehingga area terjelajahi semua dan memudahkan sirkulasi pengunjung untuk beraktivitas.
Gambar 11 Sirkulasi di dalam bangunan pada area makan dan area belanja Keterangan : :
Sirkulasi Manusia
Seperti yang terlihat pada gambar 11 diatas, pada area makan, sirkulasi pengunjung bergerak mengelilingi void yang berada ditengah bangunan dan memiliki view ke ruang terbuka. Sedangkan pada area belanja, sirkulasi pengunjung bergerak mengelilingi tenant – tenant kecil.
Hubungan Jalur – Ruang Jalur dapat dikaitkan dengan ruang – ruang yang dihubungkannya melalui beberapa cara berikut. Mereka dapat : Melewati Ruang, Lewat Menembusi Ruang, Menghilang di dalam Ruang (Francis D.K. Ching, 2007).
Gambar 12 Hubungan Jalur – Ruang Pada gambar 12 diatas dapat dilihat bahwa Jalur – Ruang dihubungkan dengan Melewati Ruang. Konfigurasi jalurnya fleksibel melewati ruang – ruang tenant.
Bentuk Ruang Sirkulasi Jalur sirkulasi dapat menjadi ruang seperti koridor yang tak berujung. Bentuk dan skala sebuah ruang sirkulasi, sebaiknya mengakomodir pergerakan manusia ketika mereka tengah berjalan – jalan santai, berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati pemandangan di sepanjang jalur. Sebuah ruang sirkulasi bisa : Tertutup, Terbuka pada Satu Sisi, Terbuka pada Kedua Sisi (Francis D.K. Ching, 2007).
TENANT
TENANT
TENANT
TENANT
RUANG TERBUKA
Gambar 13 Bentuk Ruang Sirkulasi Seperti yang terlihat pada gambar 13 diatas, Bentuk ruang sirkulasi Terbuka pada Satu Sisi. Ruang sirkulasi membentuk sebuah balkon yang memiliki view ke ruang terbuka. Pengunjung bergerak melewati tenant – tenant sambil menikmati pemandangan ke ruang terbuka di sepanjang jalur.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis, penulis menyimpulkan bahwa organisasi bentuk dan ruang bangunan yang paling tepat untuk diterapkan dalam proyek ini adalah organisasi terpusat, massa bangunan diletakkan mengelilingi dan mengarah pada suatu ruang terbuka berupa kolam/air mancur dan area terbuka hijau yang menjadi pusat dari mall tersebut. Jenis tenant yang mendominasi adalah tempat makan dan diletakkan di sekeliling area terbuka untuk mendapatkan view yang bagus. Pusat perbelanjaan terdiri dari ruang – ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama. Ruang bersama/ruang perantara tersebut berupa suatu ruang terbuka ( tempat di adakannya pameran, panggung, air mancur, dan sebagainya ) yang dijadikan pusat dari mall tersebut dan menghubungkan ruang – ruang di sekelilingnya. Bentuk bangunan menggunakan bentuk linier yang dilengkungkan dengan ruang – ruang mengarah ke pusat ruang terbuka. Menggunakan bentuk linier untuk mengarahkan/memudahkan sirkulasi pengunjung untuk beraktivitas sehingga area terjelajahi semua dan titik keramaian tidak hanya berpusat pada satu tempat saja. Bentuk ruang tenant menggunakan bentuk kotak agar ruang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.
Saran Dari hasil analisis, bentuk bangunan yang paling dominan pada ketiga mall adalah persegi panjang/kotak karena bentuk tersebut paling efisien dan tidak rumit sehingga memudahkan pembelanja/pengunjung ketika menjelajahi pusat perbelanjaan. Pola organisasi yang digunakan pada ketiga mall adalah organisasi terpusat dengan ruang terbuka dijadikan pusat dari mall tersebut dan bangunan diarahkan ke ruang terbuka, sehingga area terbuka tersebut dapat lebih mudah di akses dan menjadi pusat pengunjung beraktivitas serta menghubungkan ruang – ruang di sekelilingnya.
REFERENSI Ahda Mulyati dan Fitria Junaeny. September (2009). Pusat Pertokoan Dengan Konsep Pedestrian Mall Di Kota Palu. Jurnal “ ruang “. Volume 1 Nomor 1 Darmawan Listya Cahya, Rima Metalia. Mei (2012). Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan SA. Tirtayasa, Kota Serang dengan Pendekatan Pedestrianisasi ( Memanusiakan Pejalan kaki ). Jurnal Planesa. Volume 2, Nomor 1 Dr Rajagopal. 16 September, (2010). Coexistence and conflicts between shopping malls and street markets in growing cities : Analysis of shoppers behavior. Journal of Retail & Leisure Property. Vol. 9, 4, 277-301 Francis D.K. Ching. (2007). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Edisi ketiga Lynda Wee Keng Neo. Tong Kok Wing. (2015). The 4Rs of Asian Shopping Centre Management. Piyali Ghosh, Vibhuti Tripathi, & Anil Kumar. 5 November (2009). Customer expectations of store attributes : A study of organized retail outlets in India. Journal of Retail & Leisure Property. Vol. 9, 1, 75-87 Srini R. Srinivasan & Rajesh Kumar Srivastava. 7 May (2010). Creating the futuristic retail experience through experiential marketing : Is it possible ? An exploratory study. Journal of Retail & Leisure Property. Vol. 9, 3, 193 – 199
RIWAYAT PENULIS
Tivany Augusteen Halim lahir di kota Perbaungan pada 21 Agustus 1994. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.