BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
5.1
Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum
berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan yang terpusat di penggalan jalan Kebon Jati. Berdasarkan pengamatan, jalan yang masih sepi dan jarang dilalui kendaraan adalah jalan Statsion Barat dan Timur yang merupakan akses menuju pintu masuk stasiun bagian Selatan. Faktor yang menyebabkan kurang optimalnya penggunaan jalan Statsion Barat dan Timur adalah minimnya akses bagi kendaraan bermotor menuju tempat tersebut. Akses yang tersedia hanya melalui jalan Pasir Kaliki di sebelah Barat dan jalan Otto Iskandardinata yang berada di sebelah Timur. Jarak tempuh keduanya berjauhan dan harus berputar melalui jalan Kebon Jati untuk mencapai kedua jalan tersebut. Keberadaan akses ini selain mengurangi kepadatan di jalan Kebon Jati, juga memberikan kontribusi positif bagi area yang selama ini terbengkalai. Dengan adanya pergerakan yang melalui jalan Statsion Barat dan Timur, diharapkan mampu memancing munculnya aktivitasaktivitas
baru
yang
pada
akhirnya
dapat
menghidupkan
dan
meningkatkan kualitas area tersebut. Salah satu cara membuat akses baru tersebut adalah dengan memanfaatkan jalan yang telah ada namun belum dimanfaatkan dengan baik, yaitu jalan yang melalui fasilitas komersial BTC (Bandung Textile Centre). Pemanfaatan jalan BTC sebagai jalan umum juga akan memberikan kontribusi positif bagi area komersial tersebut. Jumlah konsumen
di
area
komersial
sangat
mungkin
meningkat
akibat
penggunaan jalan BTC sebagai jalan umum. Selain itu, ruko-ruko yang berada di pinggiran jalan dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas window shopping.
114
Gambar simulasi rancangan 5.1 : Jalan yang melalui area komersial Bandung Textile Centre.
Selain memanfaatkan jalan yang ada di BTC, akses baru juga dibuat dengan memanfaatkan kembali area boulevard dari stasiun bagian Selatan sebagai jalan umum. Hal ini memberikan beberapa keuntungan, seperti tersedianya akses langsung menuju pintu masuk stasiun bagian Selatan. sehingga pengguna kendaraan tertarik untuk menggunakannya sebagai pilihan utama jika hendak menuju stasiun. Keuntungan lainnya adalah kembalinya orientasi bagi pejalan kaki maupun pengendara dari arah jalan Kebon Jati menuju bangunan stasiun bagian Selatan. Akibatnya, keberadaan stasiun bagian Selatan sebagai pintu masuk stasiun menjadi penting kembali dan citranya menjadi lebih baik di mata masyarakat Bandung. Kehadiran akses kendaraan ini juga dapat mengembalikan area boulevard menjadi ruang publik yang penting dan mewadahi segala kebutuhan pengguna kawasan tersebut.
Gambar simulasi rancangan 5.2 : Jalan kendaraan menuju pintu masuk stasiun bagian Selatan di area boulevard stasiun kereta api Bandung.
Perancangan simpul-simpul pemberhentian yang dapat memicu timbulnya aktivitas baru bertujuan untuk meningkatkan jumlah kendaraan
115
pribadi yang melalui jalan Statsion Barat dan Timur serta area boulevard stasiun. Simpul pertama adalah area parkir bagi pemukiman penduduk (1), ke-dua area parkir bagi aktivitas pasar (2), ke-tiga area parkir bagi fasilitas komersial dan calon penumpang kereta api (3), ke-empat area drop off pintu masuk stasiun bagian Selatan (4), dan terakhir area drop off bagi fasilitas kantor, area komersial, dan plasa (5).
Peta 5.1 : Konsep sirkulasi kendaraan pribadi yang melewati kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan
5.2
Sirkulasi Kendaraan Umum Melalui pembagian sirkulasi kendaraan umum ke jalur baru yang
melewati area komersial BTC (Bandung Textile Centre) dan terhubung dengan jalan Statsion Barat maupun Timur, maka kepadatan akibat kendaraan umum di jalan Kebon Jati dapat dikurangi. Sedangkan jalan baru yang melalui area boulevard, hanya diperuntukkan bagi kendaraan umum seperti taksi atau travel. Hal ini bertujuan agar kendaraan umum yang mengangkut calon pengguna potensial melalui jalan Statsion Barat dan Timur. Sehingga area-area yang sebelumnya terbengkalai dapat dimanfaatkan untuk beragam fasilitas yang dapat menarik pengguna agar beraktivitas di dalamnya. Terminal angkutan kota yang berada di area boulevard dihilangkan karena memberikan dampak buruk bagi stasiun bagian Selatan, berupa hilangnya orientasi dan akses bagi kendaraan menuju stasiun dari jalan Kebon Jati. Karena kehadiran terminal juga penting dalam menciptakan keramaian dan kehidupan di kawasan stasiun bagian Selatan, maka terminal angkutan kota tetap dipertahankan tetapi lokasinya dipindah.
116
Lokasi terminal yang melayani perpindahan penumpang dalam kota di sebelah Timur (jalan Statsion Timur) dan terminal yang melayani perpindahan penumpang antar kota di sebelah Barat (jalan Statsion Barat). Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kepadatan di satu tempat dan dapat menciptakan dua simpul keramaian baru di tempat terpisah yang sebelumnya merupakan area terbengkalai.
Gambar simulasi rancangan 5.3 : Area terminal yang melayani perpindahan penumpang antar kota di penggalan jalan Statsion Barat.
Gambar simulasi rancangan 5.4 : Area terminal yang melayani perpindahan penumpang dalam kota di penggalan jalan Statsion Timur.
Selain itu, pada kawasan stasiun bagian Selatan juga dirancang simpul-simpul pemberhentian baru yang menjadi pusat berlangsungnya beragam aktivitas dan dapat menimbulkan terjadinya pergerakan dari satu simpul ke simpul lainnya. Pertama, drop off fasilitas komersial BTC dan tempat menunggu penumpang bagi angkutan yang melayani perpindahan antar kota (1). Ke-dua, terminal yang melayani perpindahan antar kota dan drop off pasar (2). Ke-tiga, drop off pintu masuk stasiun bagian Selatan (4). Ke-empat, drop off fasilitas perkantoran, komersial,
117
dan plasa (5). Ke-lima, drop off fasilitas komersial dan jalur pedestrian (6). Terakhir, terminal angkutan yang melayani perpindahan dalam kota (7).
Peta 5.2 : Konsep sirkulasi kendaraan umum yang melewati kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan.
5.3
Sirkulasi Pejalan Kaki Manusia memiliki batas toleransi maksimal dalam jarak berjalan,
yaitu 500 meter. Ketika jarak yang harus ditempuh melebihi batasan tersebut, orang merasa enggan untuk berjalan menuju tempat tujuannya. Pada kasus kawasan stasiun bagian Selatan, jarak tempuh dari titik terjauh menuju fasilitas stasiun sebagai pusat kawasan masih dalam batasan tersebut. Namun, agar minat pengguna kawasan untuk berjalan dari satu titik ke titik lainnya meningkat, diperlukan penyelesaian desain jalur pedestrian yang baik. Manusia yang bergerak memiliki perasaan lelah dan bosan, terutama bila tempat yang dituju terlihat ketika ia bergerak serta jarak yang harus ditempuh cukup jauh. Pengalih perhatian sangat diperlukan untuk menghilangkan perasaan lelah dan bosan tersebut. Pengalih perhatian ini dapat berupa plasa atau aktivitas yang berlangsung di suatu area. Kehadiran plasa dan perubahan aktivitas yang ditemui selama bergerak, mampu mengaburkan jarak sebenarnya yang telah ditempuh seseorang sehingga perjalanan panjang terasa sesaat dan menarik. Konsep ini diterapkan dalam perancangan jalur pedestrian pada ruang publik di kawasan stasiun bagian Selatan.
118
Peta 5.3 : Konsep sirkulasi pejalan kaki yang melewati kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan.
Detail konsep sirkulasi pejalan kaki :
Gambar simulasi rancangan 5.5 : Jalur pedestrian melalui area terminal yang ramai oleh kegiatan seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, menunggu kendaraan atau penumpang, serta berbelanja kebutuhan sehari-hari di mini market terminal, dan lain-lain (1).
Gambar simulasi rancangan 5.6 : Jalur pedestrian melalui area pasar yang menjual berbagai macam barang jadi. Kegiatan yang terjadi beragam seperti berjualan, berbelanja, berjalan-jalan sambil melihat barang, dan lain-lain (2).
Gambar simulasi rancangan 5.7 : Jalur pedestrian melalui halte dan drop off fasilitas komersial Bandung Textile Centre. Kegiatan yang terjadi seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, menunggu penumpang atau angkutan, berbelanja, berjalan-jalan sambil melihat barang, dan lain-lain (3).
119
Gambar simulasi rancangan 5.8 : Jalur pedestrian melalui taman dan tempat makan. Kegiatan yang diwadahi seperti berbelanja, makan dan minum, beristirahat, berjalan-jalan sambil melihat barang, berjualan barang atau makanan, dan lain-lain (5).
Gambar simulasi rancangan 5.9 : Jalur pedestrian melalui area bermain dan taman yang bersebelahan dengan pemukiman penduduk. Kegiatan yang berlangsung berupa bermain, menonton permainan, mengobrol, berjalan-jalan, beristirahat, dan lain-lain (6).
Gambar simulasi rancangan 5.10 : Jalur pedestrian melalui selasar bangunan serba guna dan tempat memajang benda seni. Kegiatan yang berlangsung berupa mengamati karya seni, berfoto, melihat pertunjukan yang berlangsung di gedung serba guna, dan lain-lain (7).
Gambar simulasi rancangan 5.11 : Jalur pedestrian melalui bangunan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. Kegiatan yang berlangsung antara lain mengamati vista bangunan atau landscape, berfoto, menunggu kendaraan umum, dan lain-lain (8).
120
Gambar simulasi rancangan 5.12 : Jalur pedesrian melalui tempat makan yang berada di depan bangunan komersial restoran. Kegiatan yang berlangsung antara lain makan dan minum, beristirahat, mengobrol, mengamati lingkungan sekitar, dan lainlain (9).
Gambar simulasi rancangan 5.13 : Jalur pedestrian melalui plasa utama yang berada di depan pintu masuk stasiun bagian Selatan. Kegiatan yang berlangsung antara lain bermain, beristirahat, berinteraksi, mengamati landscape, dan lain-lain (10).
Gambar simulasi rancangan 5.14 : Jalur pedestrian melalui area bangunan komersial (belanja dan makanan) serta tempat berjualan pedagang kaki lima. Kegiatan yang ditemui antara lain berbelanja, makan dan minum, beristirahat, berjalan-jalan sambil mengamati lingkungan sekitar, berinteraksi, dan lain-lain (11).
Gambar simulasi rancangan 5.15 : Jalur pedestrian melalui plasa penerima yang berhubungan dengan jalan Kebon Jati. Kegiatan yang berlangsung antara lain bermain, berjalan-jalan, berkumpul sambil berinteraksi, berfoto, menunggu kendaraan umum, menaikkan atau menurunkan penumpang, dan lain-lain (12).
121
Gambar simulasi rancangan 5.16 : Jalur pedestrian melalui area terminal. Kegiatan yang berlangsung seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, menunggu kendaraan atau penumpang, dan berbelanja kebutuhan sehari-hari di mini market terminal (13).
Gambar simulasi rancangan 5.17 : Jalur pedestrian melalui deretan rumah tinggal dan kantor PT. KAI. Kegiatan yang berlangsung antara lain bermain, berinteraksi, beristirahat, mengobrol, berjalan-jalan sambil mengamati lingkungan sekitar, dan lain-lain (14).
Kondisi fisik jalur pedestrian dirancang agar aman dan nyaman untuk dilalui. Perasaan nyaman diciptakan dengan menempatkan pohon penenduh di sepanjang jalur pedestrian, penggunaan bahan penutup jalan yang sesuai untuk jalur pedestrian, dan tersedianya tempat duduk untuk
beristirahat.
Sedangkan
perasaan
aman
diperoleh
melalui
pemisahan antara jalur pedestrian dengan jalan kendaraan oleh pagar tanaman serta kemudahan akses visual ke berbagai arah sehingga segala aktivitas di jalur pedestrian dapat terlihat. Selain itu, penggunaan ramp pada jalur pedestrian yang memiliki perbedaan ketinggian memberikan kemudahan bergerak (perasaan nyaman) bagi pejalan kaki yang memiliki keterbatasan fisik. Kemudahan dalam melintasi jalan kendaraan juga diperhatikan dalam konsep perancangan jalur pedestrian melalui penggunaan material yang sesuai bagi pejalan kaki sebagai penutup jalan. Penggunaan material yang cocok bagi pejalan kaki pada jalan kendaraan, dapat mengurangi
kecepatan
kendaraan
yang
melewatinya
sehingga
memberikan perasaan aman bagi penyeberang jalan.
122
Gambar simulasi rancangan 5.18 : Penggunaan ramp pada jalur pedestrian bertujuan untuk memberi kemudahan bagi pejalan kaki yang memiliki keterbatasan fisik, membawa roda, dan orang tua. Selain itu, penggunaan elemen penutup jalan yang sesuai bagi pejalan kaki memberi keamanan serta kenyamanan bagi pejalan kaki yang melintasi jalan kendaraan.
Gambar simulasi rancangan 5.19 : Penggunaan elemen penutup jalan yang sesuai bagi pejalan kaki pada jalur pedestrian dan tersedianya area resapan air memberi kenyamanan serta keamanan bagi pejalan (tidak licin dan basah) ketika melaluinya.
Gambar simulasi rancangan 5.20 : Jalur pedestrian menggunakan pembatas (pagar dan tanaman) yang memisahkannya dengan sirkulasi kendaraan, namun tidak menghalangi kemudahan akses visual ke segala arah sehingga memberikan perasaan aman dan nyaman bagi pejalan kaki.
5.4
Zoning Penzoningan kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan
bertujuan untuk membuat titik keramaian baru (pusat aktivitas) sehingga terjadi pergerakan dari kendaraan maupun pejalan kaki. Pembagian zoning fungsi berdasar pada pola perilaku pengguna di setiap bagian kawasan. Fungsi ruang terbuka maupun fasilitas bangunan yang dirancang juga diupayakan sejalan dengan pola perilaku pengguna kawasan sehingga dapat terjadi hubungan saling menguntungkan. Keuntungan bagi pengguna adalah pola perilakunya terwadahi dengan
123
baik sedangkan bagi fasilitas baru berupa kehadiran pengguna yang dapat menciptakan keramaian. Pada beberapa area, pola perilaku pengguna yang tidak membawa
dampak
positif
bagi
perkembangan
kawasan,
tidak
dipertimbangkan sebagai dasar penzoningan fungsi. Sebagai gantinya, keberadaan fungsi-fungsi potensial yang belum berfungsi optimal dan telah ada sebelumnya dijadikan sebagai dasar untuk menentukan penzoningan fungsi.
Peta 5.4 : Konsep zoning kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan.
Pada area yang berdekatan dengan fasilitas komersial BTC (1 dan 2) dirancang fasilitas terminal transit antar kota, halte, serta jalur pedestrian yang menyatu dengan ruko-ruko BTC sehingga dapat dijadikan area window shopping. Sedangkan area yang berada di antara BTC dan rumah sakit (3) diperuntukkan sebagai taman, tempat makan, berjualan, dan jalur pedestrian. Untuk menunjang kehadiran fungsi-fungsi baru tersebut, maka dirancang fasilitas pasar dan area parkir (5). Kehadiran pemukiman penduduk memunculkan perilaku warga seperti
berkumpul,
bermain,
beristirahat,
mengasuh
anak,
dan
berinteraksi pada ruang terbuka. Hal ini menjadi dasar pertimbangan dirancangnya ruang terbuka yang diperuntukkan sebagai area bermain dan bersosialisasi. Ruang terbuka ini berwujud area bermain yang dapat dimanfaatkan untuk area parkir dan taman yang juga berfungsi sebagai jalur pedestrian (4).
124
Adanya fasilitas stasiun, pemukiman penduduk, warung (makanan dan kebutuhan harian), serta pedagang kaki lima, menghadirkan beberapa pola perilaku seperti menunggu, makan atau minum, berjalan, bermain, berkumpul, dan beristirahat sambil mengamati kegiatan sekitar. Berdasarkan perilaku tersebut, maka dirancang fasilitas komersial (makanan dan belanja) dan ruang serbaguna (7, 9, dan 10), serta plasa (8). Untuk mendukung keberadaan area komersial, kantor PT. KAI, serta fasilitas publik berupa mesjid, dibuat area parkir dan jalur pedestrian yang juga diperuntukkan sebagai taman untuk berinteraksi warga pemukiman sekitar (6). Perilaku pengguna di area sekitar jalan Statsion Timur berupa menunggu kendaraan umum, berjalan, serta makan atau minum ketika menunggu, diwadahi oleh fasilitas terminal yang dilengkapi tempat makan di lantai satu bangunan (11) dan jalur pedestrian yang juga berfungsi sebagai tempat bersosialisasi warga, mengingat letaknya berdekatan dengan pemukiman penduduk dan perkantoran (12).
125
Gambar simulasi rancangan 5.21 : Zoning kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan.
Keterangan : 1 – Plasa penerima area boulevard 2 – Bangunan komersial (tempat makan) 3 – Bangunan komersial (tempat belanja dan makan) 4 – Bangunan komersial (tempat belanja dan pelayanan jasa) 5 – Plasa utama area boulevard 6 – Bangunan stasiun bagian Selatan 7 – Bangunan kantor PT. KAI dan mesjid 8 – Bangunan serba guna 9 – Bangunan komersial (tempat belanja) 10 – Area parkir dan taman 11 – Area parkir 12 – Jalan pemukiman, area bermain, parkir, dan taman 13 – Pasar 14 – Taman dan tempat rekreasi (belanja dan makan) 15 – Halte 16 – Terminal angkutan antar kota 17 – Terminal angkutan dalam kota 18 – Jalur pedestrian yang juga berfungsi sebagai area sosialisasi warga
126
5.5
Bentuk Massa Bangunan Bentuk massa bangunan yang berada di area boulevard dibuat
memanjang mengikuti bentuk site dan membentuk sebuah koridor yang pada ujungnya diakhiri oleh kehadiran plasa. Bangunan yang memanjang ini mampu memberikan kemudahan orientasi dari arah jalan Kebon Jati menuju pintu masuk stasiun bagian Selatan yang selama ini hilang sehingga area tersebut menjadi terbengkalai.
Gambar simulasi rancangan 5.22 : Konsep massa bangunan
Sedangkan massa bangunan lain (terminal dan bangunan komersial yang dilengkapi ruang serbaguna) yang berhubungan langsung dengan jalan kendaraan juga dibuat memanjang mengikuti pola jalan. Kehadiran bangunan yang memanjang mengikuti pola jalan memberikan keuntungan berupa adanya obyek yang diamati ketika berjalan dan dapat memancing timbulnya interaksi serta aktivitas.
Gambar simulasi rancangan 5.23 : Konsep massa bangunan
127
Selain bentuknya yang memanjang mengikuti site, massa bangunan dibuat se-transparan mungkin dengan beberapa tujuan. Pertama,
kehadiran
elemen
penutup
bangunan
(dinding)
tidak
menghalangi akses visual dari dalam bangunan maupun sebaliknya ke area-area tertentu yang diinginkan. Ke-dua, massa bangunan yang berada di tengah site tidak menjadi penghalang akses visual menuju jalur pedestrian utama atau sebaliknya menuju bangunan eksisting (hotel dan perkantoran) yang berada di sebelah Timur. Ke-tiga, hubungan visual yang terbentuk antara bangunan dan ruang luar memberikan tingkat kontrol terhadap aktivitas yang dapat terjadi.
Gambar simulasi rancangan 5.24 : Konsep massa bangunan
Bangunan yang dirancang berorientasi ke arah jalur pedestrian, plasa, dan jalan kendaraan. Bukaan (jendela) dan pintu masuk mengarah ke area-area tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan orang yang melalui jalur pedestrian, plasa, dan jalan kendaraan melihat aktivitas yang terjadi di dalam bangunan, sebaliknya orang yang berada di dalam bangunan dapat mengamati aktivitas di luar. Rancangan ini akan mampu menimbulkan perasaan aman dan nyaman bagi pengguna karena terjadi interkasi antara ruang luar dan dalam sehingga timbul tingkat kontrol terhadap aktivitas yang terjadi. Fasade bangunan yang berada di sekitar plasa dan jalur pedestrian utama dirancang agar memiliki bukaan yang besar (balkon) serta sebagian besar menggunakan elemen penutup yang transparan (kaca).
128
Ketinggian bangunan yang mengelilingi jalur pedestrian dan plasa didesain agar tidak melebihi jangkauan sudut pandang manusia (skala manusia) sehingga orang yang melaluinya dapat melihat keseluruhan bangunan serta tidak merasa sesak/terhimpit oleh bangunan (perasaan bebas) secara psikologis.
Gambar rancangan simulasi 5.25 : Konsep massa bangunan
Sedangkan bangunan yang bersebelahan dengan bangunan konservasi yaitu kantor PT. KAI (DAOPS II), didesain agar serasi (kontekstual) dengan cara menggunakan elemen fasade bangunan, bentuk bangunan, serta irama transparan-masif yang serupa.
Gambar 5.1 : Bangunan kantor PT. KAI
Gambar simulasi rancangan 5.26 : Bangunan komersial dan ruang serba
129
5.6
Perancangan Ruang Terbuka
5.6.1 Area Gerbang Masuk Boulevard Area masuk boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan dirancang dengan menggunakan elemen gerbang sebagai tanda bahwa tempat tersebut milik publik namun tetap memiliki tingkat kontrol tertentu, sehingga tidak semua aktivitas dapat berlangsung di area tersebut. Sedangkan
kehadiran
tugu
di
plasa
penerima
berfungsi
menginformasikan kepada calon pengguna kawasan bahwa tempat tersebut merupakan bagian dari stasiun kereta api Bandung. Penggunaan elemen desain berupa pohon pada area masuk boulevard bertujuan untuk memperhalus peralihan dari jalan menuju ke dalam site dan menghilangkan kesan bahwa tempat tersebut milik privat, sehingga calon pengguna dari berbagai macam kelompok merasa nyaman dan tertarik untuk masuk ke dalam site.
Area Gerbang Masuk Boulevard (1) Gambar simulasi rancangan 5.27 : Area gerbang masuk boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan di jalan Kebon Jati
130
Elemen desain gerbang selain berfungsi simbolis, juga dirancang sebagai ruang untuk memenuhi perilaku pengguna. Gerbang didesain agar dapat digunakan sebagai tempat duduk yang memiliki orientasi baik ke arah boulevard maupun jalur pedestrian dan jalan kendaraan di Kebon Jati sehingga pengguna dapat duduk-duduk sambil bersantai, berkumpul, berinteraksi, mengamati kegiatan atau landscape sekitar, serta menunggu kendaraan umum. Gerbang juga berfungsi sebagai selasar yang menghubungkan bagian Barat dan Timur site untuk mewadahi perilaku berjalan-jalan sambil mengamati kegiatan atau landscape sekitar. Penggunaan pagar yang memisahkan jalur pedestrian disebelah jalan kendaraan dengan area boulevard selain berfungsi simbolis (kontrol bagi kelompok pengguna dan aktivitas), juga dimanfaatkan sebagai tempat duduk informal bagi kelompok remaja untuk beristirahat, berkumpul, berinteraksi, dan mengamati kegiatan atau landscape sekitar. Plasa penerima karena letaknya bersebelahan dengan jalan Kebon Jati yang ramai oleh beragam aktivitas, berfungsi untuk mewadahi perilaku bermain, berkumpul, berinteraksi kelompok remaja, tempat berfoto, dan menunggu orang atau kendaraan baik umum maupun pribadi.
131
Area Gerbang Masuk Boulevard (1) Gambar simulasi rancangan 5.28 : Area gerbang masuk boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan di jalan Kebon Jati
5.6.2 Fasilitas Komersial (Area Makan) Area makan terbuka yang menghadap jalur pedestrian dan tendatenda tempat berjualan pedagang kaki lima, berfungsi sebagai wadah perilaku pengguna yaitu makan sambil mengamati kegiatan atau aktivitas sekitar dan berinteraksi dengan keramaian. Jalur pedestrian yang berada di antara area makan dan tempat berjualan pedagang kaki lima berfungsi mewadahi perilaku pengguna berupa berjalan-jalan sambil meilhat barang, berbelanja, mengamati kegiatan atau landscape sekitar, dan berinteraksi dengan keramaian.
132
Tempat berjualan pedagang kaki lima berupa tenda yang dapat dilepas (tidak permanen) sehingga tempat tersebut dapat dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan dan aktivitas (fleksibel).
Fasilitas Komersial (Area Makan) (2) Gambar simulasi rancangan 5.29 : Area makan dari bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan
Area makan di lantai satu bangunan komersial yang terbuka ke arah jalur pedestrian pada area boulevard, berfungsi mewadahi perilaku pengguna berupa mengamati landscape dan aktivitas sekitar tanpa terjadi kontak fisik atau visual dengan obyek pengamatan sambil beristirahat, berkumpul, mengobrol, serta makan dan minum.
133