perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN FOLDING ARCHITECTURE
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh: HARRI MULYANTO I0205075
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAScommit SEBELAS MARET to user SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RUANG PUBLIK KREATIF DI JAKARTA Dengan Pendekatan Folding Architecture
ABSTRAK
Setiap orang memiliki sisi kreatif. Kreativitas memberikan warna bagi kehidupan individu seseorang mauaupun kehidupan individu disekitarnya. Dalam mengekspresiskan sisi kreatif seseorang diperlukan suatu wadah. Ruang Publik sebagai wadah masyarakat bertemu dan bersosialisasi memberikan banyak manfaat warga kota. Individu-individu masyarakat kota sebagai pengguna ruang publik dapat menggunakan ruang publik sebagai tempat mengekspresikan dirinya. Ruang public kreatif sebagai wadah kreatifitas masyarakat di Indonesia pada umumnya dan kota Jakarta pada khususnya memberikan fasilitas bagi masyarakat baik sebagai fungsi ruang publik secara umum dan fasilitas kreatif bagi para pelaku seni dan masyarakat sekitar. Wadah ini nantinya menjadi tempat pengembangan kreativitas dan pengenalan seni bagi masyarakat. Jakarta sebagai kota besar di Indonesia menjadi tempat dari segala pusat kegiatan. Jakarta sebagai kota besar seharusnya dipenuhi oleh ruang-ruang publik. Dalam hiruk pikuknya kota Jakarta, masyarakat Jakarta membutuhkan sebuah wadah untuk bisa merelaksasikan hidupnya dari aktifitas yang sibuk. Selain sebagai wadah berkumpul dan bersosialisasi ruang publik Jakarta juga bermanfaat terhadap ekosistem kota.. Ruang publik kreatif Jakarta berusaha mewujudkan semua itu dalam keterbatasan lahan di Jakarta. Folding Architecture sebagai metode desain diterapkan untuk mengakomodasi permasalah dalam perancangan. Berupaya menciptakan perpaduan yang halus antara banguanan fasilitas kreatif dengan plasa,taman, dan lingkungan sekitar.
Kata kunci: Ruang publik, kreatif, Jakarta, folding architecture commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
CREATIVE PUBLIC SPACE IN JAKARTA With Folding Architecture Approach
ABSTRACT
Everyone has a creative side. Creativity gives the color of one's individual life and the lives of individuals around. . In the creative side mengekspresiskan someone needed a place. Public space as a place to meet people and socialize provides many benefits citizens. Individuals as users of urban public space can use public space as a place to express themselves. Creative public space as a place for creative people in Indonesia in general and in particular the Jakarta city provide facilities for the community both as a function of public space in general and creative facilities for performers and community around. This facility will be a place of creativity development and introduction of art to society. Jakarta as Indonesia's big cities become places of all center activities. Jakarta as a great city should be met by the public spaces. In the hustle and bustle of the city of Jakarta, the Jakarta needs a place to relax from the activities of a busy life. In addition to gather place and socialize as a public space is also beneficial to the ecosystem of Jakarta city. Jakarta creative public space trying to realize all of that in the limited space in Jakarta. Folding Architecture as a design method is applied to accommodate problems in the design. Attempting to create a subtle blend of creative facility buildings with plazas, parks, and environment.
Key words: Public space, creative, Jakarta, folding architecture
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul Lembar Pengesahan Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Lampiran
BAB 1 PENDAHULUAN A. Pengertian Judul ………………………………………………………………
1
B. Latar Belakang ………………………………………………………………..
1
C. Permasalah dan Persoalan B.1 Permasalahan ……………………………………………………………..
4
B.2 Persoalan ………………………………………………………………….
4
D. Tujuan dan Sasaran C.1 Tujuan …………………………………………………………………….
4
C.2 Sasaran ……………………………………………………………………
4
E. Lingkup dan Batasan Perencanaan dan Perancangan E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan ………………………………….
5
E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan …………………………………..
5
F. Metode Perencanaan dan Perancangan commit to user F.1 Pengumpulan Data ………………………………………………………..
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F.2 Analisa Data ……………………………………………………………...
6
F.3 Merumuskan Konsep ……………………………………………………..
6
G. Sistematika Penulisan …………………………………………………………….
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Publik A.1 Pengertian Ruang Publik ………………………………………………...
9
A.2 Fungsi dan Peran Ruang Publik ………………………………………….
9
A.3 Karakteristik Ruang Publik ………………………………………………
10
B. Ruang Terbuka Hijau B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau …………………………………………
13
B.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau …………………………………………
13
B.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau ……………………………………………..
14
B.4 Karakteristik Ruang Terbuka Hijau ………………………………………
15
C. Kegiatan Kreatif di Ruang Publik …………………………………………….
16
D. Folding Arsitektur D.1 Sejarah Singkat Folding Arsitektur ………………………………………
19
D.2 Folding Sebagai Metode Generatif Dalam Desain Arsitektur ……………
20
E. Preseden E.1 Yokohama Port Terminal …………………………………………………
25
E.2 Agora Theatre …………………………………………………………….
27
E.3 Minicity Theme Park Building Antalya ………………………………….
28
F. Hubungan Ruang Publik Kreatif, Folding Arsitektur dan Kota Jakarta ………
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III LOKASI PERANCANGAN A. Tinjauan Kota Jakarta Sebagai Lokasi Perancangan A.1 Keadaan Geografis dan Klimatologis ……………………………………
33
A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta ………………………………………..
34
A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta ………………………………
36
A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta …………………...
37
A.5 Kebijakan Ruang Publik Jakarta …………………………………………
38
A.6 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Jakarta ………………………………...
39
B. Jakarta Sebagai Lokasi Ruang Publik Kreatif B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site …………………………………..
40
B.2 Proses Pemlihan Site …………………………………………………….
40
BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Analisa Peruangan A.1 Analisa Kegiatan ………………………………………………………...
41
A.2 Analisa Pola Kegiatan ………………………………… ………………..
42
A.3 Analisa Kebutuhan Ruang ………………………………………………
45
A.4 Analisa Besaran Ruang ………………………………………………….
47
B. Analisa Site B.1 Analisa Penentuan Lokasi ……………………………………………..
53
B.2 Analisa Pengolahan Tapak …………………………………………….
56
C. Analisa Tampilan Bangunan C.1 Analisa Bentuk Bangunan……………………………………………….
62
C.2 Analisa Warna Bangunan ……………………………………………... .
68
D. Analisa Sistem Bangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.1 Analisa Struktur Bangunan …………………………………………….
69
D.2 Analisa Bahan Bangunan ………………………………………………
75
D.3 Analisa Pencahayaan …………………………………………………...
76
D.4 Analisa Penghawaan …………………………………………………...
79
D.5 Analisa Utilitas …………………………………………………………
79
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Peruangan A.1 Konsep Kegiatan ………………………………………………………...
89
A.2 Konsep Besaran dan Kebutuhan ruang .....................................................
89
B. Konsep Lokasi dan Site Terpilih ……………………………………………..
92
C. Konsep Tampilan Banguanan B.1 Konsep Bentuk Bangunan ……………………………………………….
96
B.3 Konsep Warna Bangunan ……………………………………………….
96
D. Konsep Sistem Bangunan D.1 Konsep Struktur Bangunan ………………………………………………
97
D.2 Konsep Bahan Bangunan ………………………………………………...
97
D.3 Konsep Pencahayaan …………………………………………………….
97
D.4 Konsep Penghawaan …………………………………………………….
98
D.5 Konsep Utilitas …………………………………………………………..
98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Kebutuhan ruang
48
Tabel 4.2
Besaran ruang
52
Tabel 4.3
Rekapitulasi besaran ruang
53
Tabel 4.4
Persyaratan pemilihan site
55
Tabel 4.5
Mengenai system pemadaman dan bahan yang digunakan
87
Tabel 5.1
Kebutuhan dan besaran ruang
90
Tabel 5.2
Kebutuhan dan besaran ruang
90
Tabel 5.3
Kebutuhan dan besaran ruang
90
Tabel 5.4
Kebutuhan dan besaran ruang
90
Tabel 5.5
Rekapitulasi kebutuhan besaran ruang
91
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Hunting Kota Tua
18
Gambar 2.2
Latihan music klasik di Taman Suropati
18
Gambar 2.3
Proses transformasi folding
21
Gambar 2.4
Algoritma dalam Folding
22
Gambar 2.5
Hubungan ruang akibat pelipatan
23
Gambar 2.6
Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding
24
Gambar 2.7
Eksterior dan interior Yokohama Port Terminal
26
Gambar 2.8
Eksterior dan Interior Agora Theatre
28
Gambar 2.9
Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya
29
Gambar 3.1
Peta wilayah jakarta
33
Gambar 4.1
Peta Rencana Struktur dan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta
54
Gambar 4.2
Folding phase
63
Gambar 4.3
Tahapan pelipatan
64
Gambar 4.4
Tahapan pelipatan pertama
64
Gambar 4.5
Tahapan pelipatan kedua
65
Gambar 4.6
Tahapan pelipatan ketiga
65
Gambar 4.7
Tahapan pelipatan keempat
66
Gambar 4.8
Hasil dari proses evaluasi
67
Gambar 4.9
Padu padan warna primer pada interior Agora Theater
69
Gambar 4.10
Warna natural pembentuk struktur pada Minicity Theme Park Antalya
69
Gambar 4.11
Bagian lipatan yang digunakan sebagai struktur
70
Gambar 4.12
Penerapan shear wall sebagai hasil dari sebuah lipatan
71
Gambar 4.13
Bagian atap menggunakan struktur tertentu
71
Gambar 4.14
Analisa lipatan kertas yang digunakan sebagai struktur atap
72
Gambar 4.15
Penerapan folding plate pada struktur atap pada Yokohama Port Terminal
72
Gambar 4.16
Bentuk struktur yang diusulkan oleh FOA
73
Gambar 4.17
Jenis sambungan dan proses penyambungan dengan paku HILTI
73
Gambar 4.18
Bentuk rangka folded plate commit to user Proses fabrikasi dan perakitan pada site
74
Gambar 4.19
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.20
Beton sebagai bahan pembentuk struktur
75
Gambar 4.21
Baja dan kaca sebagai dinding bangunan
75
Gambar 4.22
Penerapan kayu pada permukaan bangunan
76
Gambar 4.23
Lampu taman berbentuk ranting pohon
77
Gambar 4.24
Lampu LED pada permukaan plasa
77
Gambar 4.25
Bangku taman dengan lampu
78
Gambar 4.26
Penggunaan dinding kaca
78
Gambar 4.27
Void akibat dari hasil pelipatan
79
Gambar 4.28
Skema analisa jaringan listrik
80
Gambar 4.29
Skema analisa jaringan komunikasi
81
Gambar 4.30
Skema analisa aliran air bersih artesis
82
Gambar 4.31
Skema analisa aliran air bersih PDAM
82
Gambar 4.32
Skema analisa aliran air kotor cair
83
Gambar 4.33
Skema analisa aliran air kotor lemak
83
Gambar 4.34
Skema analisa aliran air kotor padat
83
Gambar 4.35
Skema analisa system sanitasi air hujan
84
Gambar 4.36
Skema pembuangan sampah
84
Gambar 4.37
Skema pembuangan sampah
85
Gambar 4.38
Skema analisa system CCTV
85
Gambar 4.39
Bagan system penanggulangan bahaya kebakaran
88
Gambar 5.1
Site
92
Gambar 5.2
Skema system air bersih
99
Gambar 5.3
Skema system air kotor pada bangunan
99
Gambar 5.4
Skema konsep system pencahayaan
100
Gambar 5.5
Skema sumber listrik dari PLN
100
Gambar 5.6
Skema sumber listrik dari genset
100
Gambar 5.7
Skema sumber listrik gabungan dari PLN dan genset
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN JUDUL Ruang Publik Kreatif Di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture memiliki penjelasan sebagai berikut: “Ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat Jakarta untuk melakukan kegiatan bersosialisasi dan juga berfungsi sebagai ruang kreatif dalam upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta Punya” dengan pendekatan metode lipatan-lipatan kertas untuk mendapatkan bentuk massa bangunan.
B. LATAR BELAKANG Jakarta belum
dapat memenuhi kebutuhan akan
ruang publik,Sebagai
perbandingan Jakarta hanya mampu menerapkan rasio yang terkait dengan pelayanan fasilitas olahraga outdoor sebesar 0.55m2/penduduk, sedangkan kota-kota di Jepang adalah 5m2/penduduk. Disisi lain kondisi ruang publik yang ada di Jakarta tidak terawat dan berubah fungsi, misalnya secara fisik tersedia, namun masyarakat tidak dapat memanfaatkannya dengan baik dan leluasa, baik itu karena alasan keamanan maupun kenyamanan, misalnya karena menjadi tempat berkumpulnya para pelaku kriminal. Disisi lain Kota Jakarta juga memerlukan kecukupan ruang terbuka hijau (RTH), karena luasan RTH di Jakarta belum memenuhi luasan ideal RTH sebuah kota sebesar 30% dari luas wilayahnya. Sementara itu, luas RTH di lapangan diperkirakan hanya mencapai 9,04 persen. Keadaan ini diperburuk dengan ketidak commit to user konsistenan dan ketidak profesionalan pemerintah dalam pengelolaan dan penanganan 1
perpustakaan.uns.ac.id RTH. Pemprov DKI tidak berdaya mengembalikan fungsi
digilib.uns.ac.id RTH yang berubah
menjadi Plaza Senayan, Hotel Mulia. Padahal ruang terbuka hijau memberikan memberikan manfaat yang besar terhadap kota terutama manfaat ekologis. Ruang public Jakarta memiliki nilai positif dan negative akan keberadaannya. Nilai positifnya yaitu taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih music, dan kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para fotografer. Nilai negatif yaitu kawasan monas sering digunakan para pemuda dan pemudi untuk berpacaran dan banyaknya ruang-ruang public yang digunakan untuk para PKL. Muncul juga fenomena para seniman ingin memamerkan karyanya di ruang publik, karena dapat secara langsung menyampaikan pesan dari karya tersebut kepada masyarakat. Ruang public kreatif harus dapat menginspirasi penggunanya melahirkan ide-ide kreatif dan mampu menjadi tempat dipamerkan hasil-hasil karya kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat Pada tanggal 13 Maret 2010 Jakarta mencanangkan diri sebagai Kota Kreatif. Hal ini ditandai dengan adanya acara ‘Kota Kreatif Jakarta Punya’ yg diadakan di Museum Fatahillah Jakarta. Harapannya ialah semakin banyak ruang kreatif di ruang publik Jakarta. Program ruang kreatif membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif dan memperluas pemahaman terhadap apa yang disebut panggung, kanvas, atau layer. Intinya, menyadarkan khalayak bahwa menjadi kreatif itu penting dan menampilkan hasil karya itu tak harus di panggung konvensional yang selama ini kita kenal. Melihat dari permasalahan yang diutarakan diatas bahwa Kota Jakarta kekurangan ruang public, ruang terbuka hijau dan fasilitas pendukung ruang public dalam upaya menjadikan ruang public menjadi ruang kreatif. Perlu lahan yang luas commit to user untuk memenuhi kebutuhan tersebut namun terkendala akan keterbatasan lahan. 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagaimana bila semua kebutuhan itu terintegrasi menjadi satu, sebuah ruang public serta fasilitas
pendukungnya juga berperan
sebagai
ruang terbuka hijau.
Mengintegrasikan kebutuhan ruang public dan ruang terbuka hijau di Jakarta dengan kondisi lahan yang terbatas tentu memerlukan pendekatan tertentu dalam proses perencanaannya. Folding architecture sebagai salah satu metode desain mencoba menjawab hal tersebut. Dalam folding architecture pengaruh yang ditimbulkan adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual. Secara kontekstual folding digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam upaya mewujudkan sebuah ruang public kreatif yang juga berperan sebagai ruang terbuka hijau dengan menjalin antara ruang dan permukaaan, mencoba keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian lainnya ruang digunakan sebagai fasilitas pendukung ruang public kreatif dan permukaan digunakan sebagai taman dan plaza/square. Secara konseptual folding digunakan untuk mewujudkan sebuah ruang public yang menginspirasi. Folding architecture bersifat experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk arsitektural yang baru dan tidak biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak biasa ini dapat menginspirasi penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide kreatif. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta memerlukan ruang public kreatif yang dapat memenuhi kebutuhan akan ruang public dan ruang terbuka hijau di Jakarta, serta berfungsi sebagai ruang kreatif bagi masyarakat kota Jakarta dalam upaya mewujudkan program Pemprov DKI “Kota Kreatif Jakarta Punya”. commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN C.1. Permasalahan Mewujudkan ruang publik yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di Jakarta yang dapat mengakomodasi kegiatan kreatif dengan pendekatan desain folding architecture. C.2. Persoalan a. Sistem peruangan yang dapat mendukung proses kegiatan agar dapat berfungsi maksimal. b. Penentuan lokasi site yang tepat untuk mendukung fungsi Ruang Publik Kreatif sebagai ruang kreatif dan ruang terbuka hijau. c. Mendapatkan bentukan fasad yang diperoleh dari proses folding d. Sirkulasi antar bagian ruang public kreatif yang saling terhubung.
D. TUJUAN DAN SASARAN D.1. Tujuan Mewujudkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Ruang Publik Kreatif di Jakarta dengan pendekatan Folding architecture sebagai ruang kreatif dan juga mampu mendukung proporsi ruang terbuka hijau di Jakarta. D.2 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya suatu landasan program perencanaan dan perancangan Ruang Publik Kreatif di Jakarta. a. Mendapatkan program ruang yang optimal sehingga dapat menampung seluruh kegiatan yang ada dicommit dalamnya. to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penentuan lokasi yang sesuai untuk Ruang Publik Kreatif dan tata kota Jakarta. c. Konsep tampilan bangunan dengan mengaplikasikan prinsip desain folding architecture.
E. LINGKUP dan BATASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E.1 Lingkup Perencanaan dan Perancangan ·
Pembahasan disesuaikan dengan materi data yang diperoleh dan hal ini menjadi kriteria dalam menentukan bentuk fisik bangunan, tata ruang, persyaratannya dan besaran tiap ruang yang direncanakan.
·
Pembahasan
lain disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah
disebutkan di atas. E.2 Batasan Perencanaan dan Perancangan ·
Pembahasan dibatasi pada proses pemecahan permasalahan arsitektural yang akan menjadi faktor penentu perumusan
konsep perencanaan dan
perancangan “‘Ruang Publik Kreatif di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture”.
F. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Untuk lebih memudahkan, metode pembahasan dibagi menjadi beberapa tahap. Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan: F.1 Pengumpulan Data ·
Pengumpulan data-data tentang ruang public dan ruang terbuka hijau commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Pengumpulan data-data tentang bangunan penunjang ruang public kreatif seperti galeri, teater, restaurant, bar & shop.
·
Pengumpulan data-data tentang Folding architecture, baik itu teori maupun preseden bangunannya.
F.2. Analisa Data ·
Menentukan macam kegiatan di ruang public
·
Mengidentifikasi syarat-syarat khusus tentang bangunan ruang public kreatif kemudian dihubungkan dengan hasil analisa kegiatan pada ruang publk kreatif.
·
Mengidentifikasi tentang kriteria-kriteria Folding architecture melalui pengolahan teori dan preseden.
F.3. Merumuskan Konsep ·
Merumuskan sintesa dari hasil korelasi antara komponen pembahasan dan outputnya sehingga diperoleh konsep perencanaan dan perancangan yang nantinya akan dipakai sebagai acuan /pedoman desain ‘Ruang Publik Kreatif di Jakarta Dengan Pendekatan Folding Architecture”.
G. SISTEMATIKA PENULISAN BAB 1
PENDAHULUAN Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, commit to user metoda pembahasan, dan sistematika penulisan. 6
perpustakaan.uns.ac.id BAB II
digilib.uns.ac.id
TINJAUAN PUSTAKA DAN DATA ·
Tinjauan pustaka tentang ruang publik (Public Space Urban Space :The Dimension of Urban Design,Finding Lost Space:Theories of Urban Design, Urban Space),
ruang terbuka hijau (Public Space, UU No.26/2007) dan
folding architecture (Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams)
·
Berbagai Data yang akan ditinjau mengenai kondisi ruang publik di Jakarta yang berkaitan dengan kegiatan kreatif masyarakat Jakarta.
BAB III
LOKASI PERENCANAAN Meninjau perspektif kota (luas, potensi dan fungsi kota, perencanaan umum tata ruang kota), meninjau kondisi ruang public Jakarta dan komunitas-komunitas yang ada didalamnya yang menjadi target desain bangunan (potensi, apresiasi masyarakat, fasilitas dan sarana) , pemilihan site.
BAB IV
ANALISA
PENDEKATAN
PERENCANAAN
DAN
PERANCANGAN Meliputi analisa makro dan mikro dengan penjabaran analisa non fisik yang termasuk didalamnya: pelaku, jenis dan pengelompokan kegiatan, proses kegiatan, kebutuhan dan program ruang dan organisasi ruang serta analisa fisik yang termasuk didalamnya: kriteria pengolahan tapak, kriteria bentuk ruang dan bangunan,. dan kriteria struktur, dan utilitas. commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id BAB V
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mensintesakan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir dari analisis yang selanjutnya ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini membahas tentang ruang Publik, ruang terbuka hjau,kreativitas di ruang public dan folding architecture serta presedennya terkait dengan ruang public.
A. RUANG PUBLIK A.1. Pengertian Ruang Publik Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak publik ( Whyte dalam Carmona dkk. 2003)1. Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun linier dalam ruang terbuka maupun tertutup. Beberapa contoh ruang publik antara lain : plaza,square, atrium, pedestrian.
A.2. Fungsi dan Peran Ruang Publik
Selain sebagai ruang bertemu, berinteraksi, serta wadah berkegiatan sosial lainnya, ruang publik juga memiliki fungsi lain yang terkadang tidak disadari dan akhirnya sering diabaikan. Padahal, manfaatnya dapat memberi keuntungan yang dapat memajukan kualitas hidup masyarakat atau komunitas yang tinggal di sekitar ruang publik tersebut. Salah satunya yaitu jika sebuah ruang publik dimanfaatkan, dijaga, dan diatur secara kreatif sesungguhnya dapat menjadi bisnis yang menguntungkan Kemudian ada teori-teori mengenai kependudukan (citizenship) yang banyak berkembang dalam mendefinisikan dan memahami peran sebuah ruang publik. commit to user 1
Carmona dkk. 2003, Public Space Urban Space :The Dimension of Urban Design, Architectural Press London
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Graham Murdock (1999) dalam Rights and Representations; public discourse and cultural citizenship, in J. Gipsrud (ed) Television and Common Knowledge (London, Routledge, hal. 11-12), mengemukakan sebuah teori dan mengidentifikasi apa yang ia lihat sebagai empat hak yang timbul dari kehadiran sebuah ruang publik2: ·
Hak mendapatkan informasi; menciptakan kemampuan untuk mengakses informasi seluas-luasnya mengenai aktivitas akan meluaskan pilihan dalam berkegiatan..
·
Hak mendapatkan pengalaman; menyediakan akses untuk menyampaikan representasi invidual maupun pengalaman sosial.
·
Hak mendapatkan pengetahuan; Ruang publik harus menjamin akses menuju ‘kunci perdebatan dan argumen’.
·
Hak untuk berpartisipasi; mencakup kemampuan berbicara tentang hidup dan aspirasi dan didengar oleh orang lain.
A.3. Karakteristik Ruang Publik Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi dua3 : ·
Ruang Publik Terbuka Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan. Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multifungsi). Contoh ruang publik terbuka antara lain : jalan, jalur pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olah raga, taman kota, taman rekreasi, dan lain-lain.
2 3
commit to user http://www.liac.org.nz/cms/imagelibrary/100108.doc (Brian Pauling, The ‘Enclosing’ Public Space,2007) Rustam Hakim, Hardi Utomo, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap (Jakarta, 2003), hal. 50
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang publik terbuka tentunya memiliki peran penting terhadap perkembangan sosial masyarakatnya. Hadirnya suatu ruang publik akan memberi dampak pada kehidupan sehari-hari warga yang menggunakannya untuk berkegiatan. Beberapa fungsi ruang terbuka yaitu4 : o Fungsi sosial; sebagai tempat berkomunikasi atau bersosialisasi, tempat bermain dan berolah raga, tempat untuk mendapatkan udara segar, tempat menunggu kegiatan lain. o Fungsi ekologis; untuk memperlunak arsitektur bangunan, menyerap air hujan, pencegah banjir, menyegarkan udara, memperbaiki iklim mikro dengan
mereduksi
panas
dan
polusi,
memelihara
dan
menjaga
keseimbangan ekosistem.
·
Ruang Publik Tertutup Pengertian ruang publik tertutup tidak selamanya dapat didefinisikan sama dengan pendefinisian ruang publik secara umum. Bangunan-bangunan pemerintah seperti perpustakaan umum dan bangunan lain yang sejenis juga termasuk ruang publik. Namun, tidak semua bangunan milik negara dapat didefinisikan seperti itu. Beberapa taman, mal, ruang tunggu, dan lainnya tutup ketika malam hari. Sehingga secara umum, terutama pada waktu tertentu, tempat-tempat seperti itu tidak dapat dikatakan dapat digunakan untuk kepentingan publik (public use)5.
4
Rob Krier, Urban Space (New York, 1979)
5
http://en.wikipedia.org/wiki/Public_space
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suatu ruang publik yang berhasil merupakan ruang publik yang responsif terhadap kebutuhan penggunanya. Ruang publik yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya cenderung hidup dan dimanfaatkan secara intensif. Menurut Roger Trancik6, pada ruang publik yang merupakan hardscape (ruang buatan manusia), ada tiga faktor yang penting dalam desainnya: ·
Ketertutupan (sense of enclosure) ; faktor yang mendefnisikan batas dari suatu ruang.
·
Permukaan ; Faktor ini menjadi elemen estetika dalam suatu ruang atau mempunyai fungsi tertentu.
·
Focal point ; faktor yang memudahkan orientasi dan juga turut mendefinisikan ruang.
Ruang publik yang baik mempunyai ciri-ciri dimana ruang tersebut hidup digunakan secara intensif oleh penggunanya. Ruang tersebut tanggap terhadap kebutuhan penggunanya sehingga termanfaatkan dengan baik. Ruang publik yang baik seharusnya juga turut menciptakan partisipasi komunitas7. Partisipasi komunitas menghubungkan komunitas dengan ruang publik, menciptakan rasa memiliki dan akhirnya turut menunjang keberhasilan ruang publik itu sendiri. Ada beberapa sebab mengapa ruang publik tidak digunakan8, beberapa diantaranya:
6
·
Kekurangan tempat untuk duduk atau beristirahat
·
Fasilitas yang tidak berfungsi
·
Path yang ada tidak menuju daerah dimana orang mau menuju
·
Dominasi oleh kendaraan commit to user
Trancik, Roger, Finding Lost Space : Theories of Urban Design, New York : Van Nostrand Reinhold,1986 Francis, Mark, Urban Open Space , Designing for User Needs, Washington : Island Press, 2003 8 Francis, Mark, Urban Open Space , Designing for User Needs, Washington : Island Press, 2003 7
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Tembok kosong atau daerah mati disekitar place
·
Perberhentian transit yang lokasinya tidak sesuai
·
Tidak ada kegiatan apa apa disana
B. RUANG TERBUKA HIJAU B.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau (Trancik, 1986; 61) Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan
maupun
dalam
bentuk
area
memanjang/jalur
yang
dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/1988).
B.2. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Klasifikasi ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut : ·
Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.Termaktub dalam commitPenataan to user Ruang pasal 29 (ayat 1, 2 dan 3): penjelasan UU No. 26/2007 tentang
13
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.
·
Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan ruang terbuka hijau.
·
Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.
·
Kawasan Hijau Pemakaman.
·
Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.
·
Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.
·
Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri. Sementara klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun 1988, yaitu: taman kota, lapangan olahraga, kawasan hutan kota, jalur hijau kota, perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif.
B.3. Fungsi Ruang Terbuka HIjau Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH)di setiap kota memiliki tiga fungsi penting yaitu: ·
Ekologis : dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, commit to user mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. 14
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
sosial-ekonomi : untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota
·
evakuasi : berfungsi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi bencana
B.4. Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Menurut Stephen Carr dan kawan-kawan ada beberapa tipe ruang terbuka hijau. Tipe tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yaitu:9 ·
Central park Dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota,
ruang terbuka untuk kepentingan seluruh kota, kadang dilokasikan dekat dengan pusat kota. ·
Downtown park Taman hijau kota dengan rumput dan pohon berlokasi di daerah kota,
dapat berupa taman tradisional, historik atau baru. ·
Commons Daerah hijau luas, hanya daerah padang rumput untuk kegunaan umum
sekarang dipergunakan untuk kegiatan diwaktu luang. ·
Neigborhood park Ruang terbuka dibangun di lingkungan perumahan, dibangun dan
diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari pembangunan perumahan baru, meliputi taman bermain, lapangan olahraga, dll. 9
commit to user
Carr et all, Public Space (Cambridge University Press, 1992)
15
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Mini park Taman kota yang kecil, diabatasi oleh bangunan, meliputi air mancur
atau elemen-elemen air sebagai pelengkap. ·
Community park Taman lingkungan yang dirancang, dibangun atau diatur oleh
penduduk lokal pada lahan kosong. Meliputi viewing garden, play area dan community garden. Kadang kala di bangun di lahan privat, dan tidak secara resmi dipandang sebagai bagian sistem ruang terbuka kota, bahkan mudah diserang untuk ditiadakan oleh pengguna lain seperti pembangunan hunian dan komersial. ·
Greenways dan Parkways Daerah alam dan ruang rekreasi yang dihubungkan oleh pedestrian dan
jalan sepeda.
Sedangkan menurut F.C van Rooden ruang terbuka hijau kota dapat disusun menurut empat katergori penting atau hirarki tata ruang kota yang berbeda dalam dimensi, jarak dan kemungkinan penggunanya, yaitu:10 ·
House block Greenspace Daerah hijau dengan luasan 50-5000 m2 pada area maksimum 1-50 m dari rumah dan terletak di lingkungan tempat tinggal.. Yang termasuk dalam kategori ini Communal Gardens, taman bermain dan taman umum kecil.
·
Quarter Greenspace Daerah hijau dengan luas 5000 m2 – 4 ha terletak dalam radius 100-500 m dari rumah. Yang termasuk kategori quarter park, lapangan olahraga dan taman umum
10
commit to user Garret Eckbo, Urban Landscape Design, McGraw-Hill, 1963.
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih besar. ·
District Greenspace Daerah hijau dengan luasan sampai 8 ha sering di kunjungi orang karenanya terletak dalam jarak yang dekat dengan lokasi pemukiman. Elemen-elemen terdiri dari padang rumput untuk rekreasi umum, lapangan bermain, lapangan olahraga, taman bunga dan mungkin juga disediakan restoran.
·
Town Greenspace Town park dikunjungi oleh warga kota dan kadang oleh penduduk yang berada di kawasan pinggir kota. Biasanya merupakan daerah yang sangat luas, mecakup luasan 20-200 ha. Orang yang mengunjungi daerah ini biasanya melungkan waktu yang lebih lama, biasanya setengah hari maupun seharian.
C. KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK Dari fungsinya, ruang publik merupakan ruang yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama, umumnya dalam ruangan terbuka, memungkinkan terjadinya pertemuan antarmanusia untuk saling berinteraksi, melakukan kegiatan bersama-sama, dan sejumlah aktivitas lainnya. Sebuah interaksi antar pengguna ruang public atau terhadap ruang public itu sendiri memunculkan suatu proses kreatif. Menurut Utami Munandar (1999)11 salah satu factor terjadinya proses kreatif yaitu factor pendorong (press) yang dapat berasal dari diri sendiri maupun lingkungan. Lingkungan yang dimaksud disini adalah ruang public yang mampu menginspirasi dan menstimulus penggunanya untuk melakukan hal yang produktif dalam suatu proses kreatif. Namun tidak semua ruang public tidak dapat di gunakan sebagai tempat proses pembentukan produktivitas atau ide-ide kreatif masyarakat.
commit to user 11
Munandar, Utami, 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Penerbit Rineka Cipta.
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Adi Panuntun12, salah satu pelopor atau penggagas lahirnya kawasan Kota Tua sebagai sebuah ruang kreatif bagi masyarakat Jakarta, ruang kreatif tidak sebatas pemaknaan pada ruang publik, melainkan lebih pada pemaknaan atas sebuah ruang publik. Ruang publik harus mampu merangsang proses-proses pembentukan produktivitas atau ide-ide kreatif masyarakat yang berinteraksi di dalam ruang-ruang kreatif tersebut. Sebuah ruang publik, lanjut Adi, setidaknya harus memiliki sejumlah kriteria, yakni kemampuan ruang atau kawasan tersebut berkarya dan mampu mengilhami atau menginspirasi lahirnya sebuah gagasan atau ide-ide kreativitas baru. Selain itu, ruang kreatif tersebut mampu menjadi tempat dipamerkannya hasil-hasil karya kreatif sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.Contohnya taman Suropati digunakan akan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih music, dan kawasan Kota Tua yang digunakan objek foto bagi para fotografer.
Gambar 2.1 Hunting foto di Kota Tua. Sumber : google.com
Gambar 2.2 Latihan music klasik di Taman Suropati Sumber : google.com
Beberapa waktu lalu di Taman Museum Fatahillah diadakan sebuah acara pemutaran video 3d . Malam itu, fasade Museum Fatahillah disulap menjadi big screen dari pemutaran video 3D. Ini disebut Video Mapping. Tujuan utama acara ini tak lain adalah untuk mengusung misi Pemprov DKI merevitalisasi Kawasan Kota commit to user 12
http://bataviase.co.id/node/138273
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tua sebagai kawasan industri kreatif. Pertunjukan yang baru pertama kali dipertunjukkan di Indonesia ini terselenggara atas kerja sama Pemprov DKI Jakarta dengan British Council dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Harapannya ialah semakin banyak ruang kreatif di ruang publik Jakarta. Sesuai dengan program Pemprov DKI Kota Kreatif Jakarta Punya yang mencoba menjadikan kota Jakarta sebagai kota kreatif seperti kota Liverpool.
D. FOLDING ARCHITECTURE D.1 Sejarah singkat Folding Architecture Isu tentang folding architecture berawal dari tulisan Greg Lynn pada Architectural Design: Folding In Architecture pada tahun 1993. Tulisan ini didasarkan pada beberapa esay dan proyek oleh beberapa grup arsitek yang mencari logika formal alternatif hingga kontradiktif tentang dekontruksi. Greg Lynn dalam esainya yang berjudul Architectural Curvilineary – The Folded, The Pliant and The Supple13 mengungkapkan pendapatnya. Folding merupakan sebuah respon penemuan arsitektur terhadap kompleksitas, perbedaan, serta keragaman antara konteks formal dengan kultural. Secara etimologi, folding dihubungkan dengan ‘pliancy’ (sesuatu yang liat), dan secara umum, arsitektur dari ‘the fold’ dihubungkan dengan teori kulinari Selain tu, Peter Eisenman pun mengungkapkan pendapatnya mengenai folding14. Menurutnya , the fold bukan hanya sebuah penggerak formal, tetapi juga cara untuk unfolding lingkungan social baru dari yang telah ada sebelumnya. The fold berfungsi sebagai pembatas dari gerakan social, cultural, ekonomi dan fisik untuk menghasilkan interaksi antara struktur yang meliputinya terhadap lingkungannya. 13
commit to user
Greg Lynn, “Architecture Curvilinearity, the Folded, the Pliant and the Supple”, Folding in Architecture, Architectural Design Ed. Rev. 2004 14 www.transientdesigns.net/articles/The%20Fold%20in%20Organisations.pdf
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.
D.2. Folding sebagai metode generatif dalam desain arsitektur “Folding as a gemeratif process in architectural design is essentially expremental agnostic, non-linear and bottom up’15 . Folding berpotensi menghasilkan ruang yang dapat digunakan sebagai strategi yang generatif untuk mengantarkan kepada tren baru pada struktur organisasi yang ada. Sequence dalam proses transformasi generatif mempengaruhi hasil dari obyek yang dirancang. Berdasarkan kedinamisan bentuk serta kefleksibelannya, fungsi dari folding tersebut dapat diartikan sebagai generator perancangan dengan fase-fase transisi. Empat fase perancangan tersebut adalah: a. Materi dan Fungsi Kertas digunakan sebagai alat untuk melakukan metode ini karena mudah dilipat sehingga lebih bermassa dan dapat berdiri dengan strukturnya sendiri. Transformasi selembar kertas ke dalam keadaan yang lebih bermassa, melalui sebuah perlakuan dan mempertahankan kesatuan dari
material
melipat/membuka, memuntir,
tersebut.Perlakuan menekan,
menarik,
tersebut
bersifat
intuitif,
meremas,melipit,
merobek,
memutar,
membungkus,
melilit,
menusuk,menggantung,
memampatkan, mengikat, dan lain sebagainya. Transformasi tersebut disebut juga sebagai diagram dalam usaha pengaktualisasian bentuk.
commit to user 15
Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:8
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Proses transformasi folding. Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:20&26
b. Algoritme Sebagai materi yang dinamis, kertas memiliki potensi untuk dieksplorasi. Sehabis diberikan perlakuan, materi ini juga memperlihatkan suatu bekas dan bekasnya itu merupakan sebuah hasil pemetaan dari proses yang telah dilakukan. Perlakuan yang repetitif pada pelipatan kertas memberikan suatu tanda dari respon yang intuitif ke dalam teknik utama, seperti: triangulas, melipat dengan tingkatan bersusun, melipat pada lipatan, membentuk pola seperti carikan, kurva-kurva spline, spiral, dan berkelokkelok16. Transformasi generatif pada kertas lipat dapat disusun dalam sebuah sequence dan sangat bergantung pada kesuksesan dalam proses hasil transformasi. Sequence generatif, beragam teknik, pembukaan lipatan, pemetaan transformasi, rencana yang terarah dan penerapannya dilakukan sebagai definisi dari algoritma pada kertas lipat. Pengulangan ini menjadi dokumentasi dan membutuhkan notasi sebagai kelengkapan instruksi dengan waktu sebagai variabelnya. commit to user 16
Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:9
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4 Algoritma dalam folding Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:54-55
c. Diagram Spasial, Struktural, dan Organisasional Selama proses transformasi terdapat ruang-ruang yang kemudian muncul akibat penambahan volume pada kertas. Pemetaan pada pelipatan kertas sebagai sebuah diagram spasial membutuhkan suatu abstraksi dari hubungan spasialnya. Hal-hal yang berkaitan dengan topologi sangat krusial untuk menggambarkan kemunculan/keberadaan ruang sebagai hasil dari pelipatan kertas; proximity (kedekatan); separation (pemisahan); spatial succesion (pergantian spasial); enclosured (pembatasan); serta contiguity (keterhubungan)17. Tahap ini dimaksudkan untuk mengamati dan membentuk ruang diantara lipatan sebagai ruang yang aktual. Bukan hanya 17
commit to user Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:10
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai ruang virtual yang nantinya akan terbangun ataupun bentukan geometris yang abstrak, namun lebih ke bagaimana mengakomodasi ruang dalam program-progam yang diinginkan. Sebuah ruang yang halus, yang nantinya akan dapat diperhitungkan lebih lanjut.
Gambar 2.5 Hubungan ruang akibat pelipatan Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:81&101
d. Protipe Arsitektur Dalam desain yang dikembangkan melalui proses folding, obyek bukan hal utama yang harus diraih. Namun, bagaimana caranya kita tahu dan mengenal suatu cara, material, serta mengembangkan proses pencarian spasial, struktural, dan pengorganisasian suatu desain menuju sebuah hasil akhir keterbangunan. Tahap ini dimaksudkan untuk menyertakan kelengkapan arsitektural ke dalam diagram yang mengenalkan material, program, serta konteksnya. Kemudian kelengkapan arsitektural tersebut dapat kita kenal sebagai diagram spasial, struktural, atau organisasional, dan proses ini pun nantinya dapat dijadikan sebagai strategi dalam mengatur kekompleksitasan dengan commit to user mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke dalam suatu
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesinambungan.
Gambar 2.6 Diagram spasial,structural dan organisasional dari proses folding Sumber : Sophia Vyzoviti, 2003, Folding Architecture: Spatial Structural and Organizational Diagrams, BIS Publishers, hal:118
Proses folding pun tidak sama satu dengan yang lainnya. Dengan jenis perlakuan yang sama, hasil bentuk akhir dari sebuah objek akan berbeda. Begitupun commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan pertukaran tahap pengerjaannya, obyek yang akan dihasilkan juga akan berbeda. Intuisi sangat diandalkan dalam pengerjaannya. Folding dapat dikaitkan terhadap arsitektur. Folding memperhatikan keterhubungan obyek terhadap konteksnya, baik terhadap site atau kondisi sekitarnya. Selain itu, Folding memperhatikan juga kesatuan antara obyek yang terbangun terhadap hal- hal yang ingin diakomodasinya, seperti kesatuan antara pengunjung dengan program yang dihasilkan.
E. PRESEDEN
E.1. Yokohama Port Terminal Yokohama Port Terminal dirancang oleh Foreign Office Architect pada tahun 1995 dan digunakan untuk umum pada tahun 2002, dengan konsepnya yang brilian yaitu dengan menggunakan self-supporting steel structure yang dibangun seperti sebuah kapal laut, yang mana mampu mengintegrasikan antara penumpang/pengguna terminal dengan kumpulan komunitas publik dalam satu kesatuan. Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, arsitektur yang dihasilkan adalah dengan bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and nature in one indivisible embrace.
Foreign Office Architects mencoba menghasilkan bentuk baru dalam dunia arsitektur. Pada Yokohama Port Terminal, yang dihasilkan adalah dengan commit toarsitektur user bentukan yang naik dan bergelombang dari permukaan tanah, dan kemudian berubah 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan membengkokannya dengan puntiran-puntiran halus seperti operasi plastik diatas permukaan bumi. Building become landscape and landscape building,man and nature in one indivisible embrace.
Gambar 2.7 Eksterior dan Interior Yokohama Port terminal Sumber : http://www.arcspace.com/architects/foreign_office/yokohama/yokohama_index.h tml
Pada bangunan ini, FOA berusaha untuk menjalin antara ruang dan permukaan, mencoba keduanya dapat mengalir dengan halus dari bangunan ke bagian lainnya. Artikulasi yang dihasilkan dari sistem sirkulasi dengan menggunakan sistem folding ini menghasilkan dua kualitas spasial yang berbeda, yaitu kontinuitas antara eksterior dengan interiornya, serta kontinuitas antara perbedaan ketinggian pada bangunan ini. Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana mengintegrasikan dua hal menjadi satu yaitu mengintegrasikan ruang public kreatif dengan ruang terbuka hijau. Caranya dengan menjalin ruang dan permukaan sehingga menghasilkan to user kontinuitas antara exterior dancommit interior serta sirkulasi yang kontinu untuk
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengakomodasi fungsi olohraga yaitu sebagai jogging track.
E.2. Agora Theatre Agora Theatre berlokasi di area Agoraweg, Lelystad, Netherland pada area seluas 2.925 meter persegi. Luas bangunannya sendiri adalah 7.000 meter persegi, dirancang oleh UN Studio. Alokasi program utama pada bangunan ini adalah teater dengan dua buah aula dan sebuah ruangan multifungsi. Program lain yang diakomodasi adalah restoran dan bar. Desain dari teater ini mengeksplor integritas antara teater seni dengan media baru terhadap bentuk-bentuk sculpture. Pada teater ini, drama dan penampilan tidak harus dilakukan di atas panggung ataupun pada sore hari, tetapi dibebaskan pada urban experience. Arsitek utama dari bangunan ini adalah Ben Van Berkel dan Gerard Loozekkot. Mereka mendapatkan bentuk dari teater ini dengan mengintegrasikan konsep teater sebagai tempat untuk pergerakan, bermain, beratraksi terhadap struktur bangunan tersebut, yang merepresentasikan selimut luar yang unik, garis-garis tegas dan kaku, pencahayaan yang inovatif, dan penggunaan warna yang menarik. Pada bangunan ini, kontinuitas dilihat dari bagaimana bangunan itu dapat berdiri.Tiap elemen-elemen permukaan yang membentuk kulit bangunan terbentuk atas potongan-potongan yang disambung menjadi satu sehingga terlihat menjadi satu bagian utuh. Bangunan ini pun terlihat seolah-olah ditanam pada sitenya.
Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana ruang public dapat digunakan sebagai tempat bermain maupun kanvas bagi proses kreatif di ruang public kreatif. Bentukan dan warna yang atraktif dapat menjadi inspirasi bagi para pengunjung ruang public kreatif. commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.8 Eksterior dan Interior Agora theatre Sumber : http://www.arcspace.com/architects/un/lelystad2/lelystad2.html
E.3. Minicity Theme Park Building Antalya Bangunan ini berlokasi di Istanbul, Turkey dirancang oleh arsitek Emre Arolat. Masalah utama dari desain ini adalah dikotomi antara ruang luar dan ruang dalam yang timbul atas permintaan klien, ketika hubungan antara representasi dan realitas menjadi masalah yaitu ketika taman sebagai perhatian yang utama bagi pengunjung dan menjadikannya monument landmark, dan disisi lain model yang dipamerkan didalam tidak dapat terlihat dari luar. Sebuah muka bangunan yang memanjang disisi selatan memisahkan taman agar tidak terlihat dari area public. Dinding belakang area dalam ruangan, yang kadang-kadang menjadi teras dengan menjadi robek di beberapa tempat, memungkinkan permeabilitas visual. Cabang pada samping barat terlepas dari tanah. Tempat dimana interior dan exterior terbagi dan tidak terbagi. Preseden ini dapat di gunakan sebagai rujukan bagaimana sebuah ruang luar commit to user dan ruang dalam dapat terjalin menjadi satu. Dimana terlihat kontinuitas antara ruang
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
public kreatif dengan kondisi sekitarnya.
Gambar 2.9 Eksterior dan Interior Minicity Theme Park Building Antalya Sumber : http://www.emrearolat.com/2004/01/03/minicity-theme-park-building-istanbulturkey-2004/
F. HUBUNGAN RUANG PUBLIK KREATIF,FOLDING ARSITEKTUR, DAN KOTA JAKARTA
Folding arsitektur sebagai salah satu metode desain dalam arsitektur digunakan untuk mengakomodir tuntutan desain sebuah ruang public kreatif di Jakarta karena: ·
Menurut Eisenman folding berfungsi sebagai pembatas bagi gerakan social, cultural, ekonomi dan fisik menghasilkan interaksi antara struktur yang meliputinya terhadap lingkungannya, Hal ini dapat di hubungkan dengan masyarakat Jakarta yang multicultural dan dinamis. Latar belakang pengguna commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ruang public kreatif di batasi namun tetap menghasilkan interaksi antara pengguna yaitu kegiatan kreatif. ·
Pengaruh folding arsitektur adalah
pengintegrasian segala perbedaan,
kekomplesitasan serta perpecahan yang ada baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual. Perbedaan yang dimaksud adalah tujuan pengguna untuk datang ke ruang public kreatif dan macam kegiatan yang diwadahi dalam ruang public tersebut namun tetap dalam satu kegiatan utama yaitu kegiatan kreatif. ·
Folding arsitektur digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan di Jakarta, Ruang public kreatif dan Ruang terbuka hijau di integrasikan menjadi satu dengan menjalin ruang dan permukaan.Mencoba mengalirkan keduanya secara halus dari bangunan (fasilitas ruang public kreatif) ke bagian lainnya (taman dan plaza/square).
·
Folding arsitektur dapat dikategorikan sebagai prakarya arsitektur, ini sesuai dengan sesuatu yang dihasilkan dari sebuah proses kreatif yaitu produk kreatif.
·
Folding arsitektur bersifat experimental sehingga menghasilkan bentuk-bentuk arsitektural yang baru dan tidak biasa. Bentukan ruang public kreatif yang tidak biasa ini dapat menginspirasi penggunanya untuk melahirkan gagasan atau ide-ide kreatif.
RESUME: RUANG PUBLIK · Ruang publik adalah ruang dalam suatu kawasan yang di pakai masyarakat penghuninya untuk melakukan kegiatan kontak public, Contohnya yaitu plaza,square, atrium, pedestrian. ·
Selain sebagai tempat berkumpul ruang public juga memliki keuntungan bisnis bila dikelola secara kreatif.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Ruang public di bagi menjadi dua yaitu rruang public terbuka dan tertutup.
·
Faktor penting dalam desain ruang public adalah ketertutupan, permukaan dan focal point.
·
Ada beberapa sebab mengapa ruang public tidak digunakan yaitu path yg tidak baik, dominasi oleh kendaraan, tidak ada kegiatan apa-apa disana, dan fasilitas yang tidak berfungsi.
RUANG TERBUKA HIJAU · Ruang terbuka hijau (RTH) adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. ·
Menurut kepentingan pengelolaannya RTH terbagi atas kawasan hijau pertamanan
kota,hutan
kota,rekreasi
kota,kegiatan
olahraga,pemakaman,pertanian, jalur hijau dan pekarangan ·
RTH memiliki tiga fungsi penting yaitu fungsi ekologis,social-ekonomi, dan evakuasi.
·
Menurut karakteristiknya RTH terdiri dari central park, downtown park, commons,neighborhood park, mini park, community park, greenways dan parkways.
KEGIATAN KREATIF DI RUANG PUBLIK · Ruang public dapat memunculkan proses kreatif bagi penggunanya dan factor yang mempengaruhi proses kreatif yaitu press yang berkaitan dengan lingkungan ruang public. ·
Ruang kreatif tidak sebatas pemaknaan pada ruang public, melainkan lebih pada commit to user pemaknaan atas sebuah ruang public. 31
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Ruang public kreatif harus mampu menginspirasi penggunanya, menjadi tempat dipamerkannya karya sehingga mendapatkan apresiasi langsung dari masyarakat.
FOLDING ARSITEKTUR · Isu tentang folding arsitektur berawal dari tulisa Greg Lyn pada Architectural Design: Folding in Architecture pada tahun 1993 ·
Pengaruh yang ditimbulkan folding adalah pengintegrasian segala perbedaan, kekompleksitasan serta perpecahan yang ada, baik dalam hal kontekstual maupun secara konseptual.
·
Folding arsitektur terdiri dari empat fase transisi yaitu materi dan fungsi, algoritme, diagram spasial, structural dan organisasional dan prototype arsitektur.
·
Materi dan fungsi terkait proses pelipatan kertas yang digunakan sebagai media folding.
·
Algoritme terkait dengan tahap-tahap pelipatan dengan waktu sebagai variabelnya.
·
Diagram spasial,structural dan organisasional terkait dengan ruang yang terbentuk akibat pelipatan dan hubungannya dengan ruang lainnya.
·
Prototype arsitektur terkait dengan diagram yang mengenalakan material, program serta konteksnya yang digunakan sebagai strategi dalam mengatur kekompleksitasan dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang terbagi-bagi ke dalam suatu kesinambungan.
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB 1II LOKASI PERANCANGAN
A. TINJAUAN KOTA JAKARTA SEBAGAI LOKASI PERANCANGAN A.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis Luas wilayah DKI Jakarta
662.33
km2
termasuk wilayah daratan Kepulauan
Seribu
yang
tersebar di Teluk Jakarta. Wilayah
Jakarta
terletak
pada 60 12’ Lintang selatan dan 1060 48’ Bujur Timur. Gambar 3.1 Peta Wilayah Jakarta Sumber: BPS tahun 2010
Dilihat dari keadaan topografi, pada dasarnya wilayah DKI Jakarta dapat dikategorikan sebagai daerah datar. Seluruh daratan terdiri dari endapan pleistocene, dimana permukaannya terdapat pada +50 meter di bawah permukaan tanah yang ada. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama, dimana pencapaian lapisan tanah keras (untuk tujuan pembangunan) di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10–25 meter. Sedangkan makin ke selatan permukaan tanah keras semakin dangkal, sekitar 8–15 meter. Wilayah Jakarta dilewati oleh sungai-sungai baik alami maupun buatan, dan dilalui oleh angin musim barat dan commit to user angin musim timur sesuai dengan pergantian musim tahunan. 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.2 Batasan dan Potensi Kota Jakarta Batas wilayah kota DKI Jakarta adalah: Sebeleah selatan
: Kabupaten Bogor, Depok
Sebelah utara
: Laut Jawa
Sebelah barat
: Kabupaten Tangerang
Sebelah timur
: Kabupaten Bekasi
Kota Jakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya, pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Jakarta saat ini digambarkan sebagai berikut: 1. Sosio Kependudukan Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, yang diikuti pula dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang semakin maju, maka pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat. Jakarta sebagai pusat segala macam kegiatan, baik yang berskala nasional, regional maupun lokal, tidak terlepas dari hal tersebut. Jakarta mempunyai tingkat laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2010 sebesar 1,4 persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 6,5 persen pada tahun 2010 dan 6,7 persen dari tahun 2010 saja1. Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Sementara semakin maju tingkat kehidupannya semakin besar pula tuntutan akan fasilitas-fasilitas tersebut. commit to user 1
Biro Pusat Statistik, Statistik Wilayah DKI Jakarta, 2007
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sosial dan Budaya Jakarta dengan masyarakat yang multicultural memiliki potensi akan hal keberagaman budaya. Berbagai macam komunitas muncul di kota Jakarta seperti komunitas seni Salihara dan Utan Kayu, komunitas urban sejenis Parkour,Fixie, dan skateboard di Gelora Bung Karno dan Komunitas music di taman Suropati dan Kemayoran. Komunitas-komunitas ini merupakan potensi kreatif dari kota Jakarta dan memberikan warna tersendiri bagi kehidupan warga Jakarta. Baru-baru ini kota Jakarta menyelenggarakan sebuah acara yang bertajuk Jakarta Biennale: Maximum City. Acara ini merupakan sebuah merupakan sebuah respon dari komunitaskomunitas yang ada di Jakarta terutama komunitas seni tentang kota Jakarta yang mereka ungkapkan dalam sebuah karya yang ditampilkan dalam ruang-ruang public di kota Jakarta seperti di taman Ayodya,taman Menteng, dan bundaran HI. Pada tahun 2010 lalu Pemprov DKI Jakarta mencanangkan suatu program yaitu “Kota Kreatif Jakarta Punya”. Program ini bertujuan untuk menambah ruang kreatif di ruang-ruang public Jakarta. Selain itu program ini juga membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif yaitu mengajak warga Jakarta bahwa kreatif itu penting dan menampilkan karya tidak harus di panggung konvensional yang selama ini kita kenal. 3. Sarana dan Prasarana Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan kapasitas dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar. Sementara dari segitransportasi, akses menuju commitbeberapa to user bagian utama kota sudah dapat dicapai deng,an TransJakarta atau Busway. 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jakarta Di dalam wilayah DKI Jakarta dilakukan pembagian wilayah untuk pengembangan kota dan kepulauan sebagai zona-zona perencanaan. Berdasarkan analisa mengenai kondisi alam, antara lain sosial dan ekonomi penduduk, serta dengan memperhatikan pula aspek batas-batas wilayah kecamatan maupun kelurahan yang ada, maka wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan (WP) utama, yaitu2 : a. Wilayah Pengembangan (WP) Utara terdiri atas: 1. WP Kepulauan Seribu (WP-KS), dengan kebijakan meningkatkan kegiatan pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan. 2. WP Pantai Utara (WP-PU), dengan kebijakan meliputi: a) Pantai Lama : 1) Meningkatkan dan melestarikan kualitas lingkungan Jakarta Utara 2) Mempertahankan permukiman nelayan 3) Mengembangkan fungsi pelabuhan dan perniagaan b) Pantai Baru: melalui pengembangan reklamasi yang terpisah secara fisik dari pantai lama dengan kegiatan utama jasa dan perdagangan berskala internasional, perumahan, pelabuhan serta pariwisata. b. Wilayah Pengembangan (WP) Tengah terdiri dari : 1. WP Tengah Pusat (WP-TP), dengan kebijakan pengembangan yang diarahkan untuk pusat pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta permukiman intensitas tinggi. commit to user 2
Rencana Umum Tata Ruang Kota DKI Jakarta, Jakarta 2010
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. WP Tengah Barat (WP-TB) dengan kebijakan pengembangan untuk permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentra Primer Baru Barat. 3. WP Tengah Timur (WP-TT), dengan kebijakan pengembangan untuk pusat industry/pergudangan serta permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentre Primer Baru Timur. c. Wilayah Pengembangan (WP) Selatan terdiri atas: 1. WP Selatan Utara (WP-SU) dengan kebijakan untuk pengembangan kawasan permukiman dengan intensitas ruang sedang sampai tinggi. 2. WP Selatan Selatan (WP-SS) dengan kebijakan pengembangan permukiman secara terbatas dengan penerapan Koefisien Dasar Bangunan rendah untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan resapan air. A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta Rencana distribusi fasilitas umum merupakan arahan tingkat/hierarki pelayanan setiap jenis kegiatan kota yang secara khusus dicerminkan dalam besaran radius pelayanan, ruang kota, maupun dalam wilayah pelayanan yang lebih luas, sedangkan rencana pengalokasian fasilitas pelayanan secara bertahap diarahkan pada pusat-pusat lingkungan sesuai dengan hierarki pelayanan. Dasar pertimbangan penyusunan distribusi fasilitas umum adalah: ·
Penduduk sebagai subyek dan obyek pelayanan kegiatan kota
·
Aspek kependudukan yang dipertimbangkan meliputi jumlah, distribusi dan kepadatan commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Skala pelayanan kegiatan kota, menyangkut pengaturan hierarki pelayanan setiap kegiatan
·
Lokasi yang berkaitan dengan pengalokasian fasilitas berdasarkan pertimbangan radius pelayanan dalam ruang kota secara keseluruhan
Rencana pengembangan kawasan bangunan fasilitas umum di DKI Jakarta ditentukan sebagai berikut: ·
Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya
·
Mengembangkan kawasan multifungsional bertaraf internasional secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif. Pengembangan terbesar meliputi Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Kawasan Segitiga Kuningan dan Casablanca
·
Membatasi pengembangan perkantoran, perdagangan, dan jasa di sepanjang jalan arteri di luar kawasan ekonomi prospektif
·
Prosentase luas kawasan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana pengembangan Setiap Wilayah Pengembangan (SWP) dan wilayah Kotamadya yang telah ditentukan, seperti misalnya pada wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, ditargetkan pengembangan bangunan fasilitas umum sebesar 1,69% dari luas DKI Jakarta
A.5 Kebijakan ruang public Jakarta Berdasarkan rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta 2030 kebijakan tentang ruang public disusun untuk mewujudkan budaya kota yang tertata dan terkendali yaitu:
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Menyediakan fasilitas yang memadai dan layak secara fungsional dan estetika.
·
Mengembangkan proporsi yang seimbang antara massa bangunan dengan ruang public.
·
Sesuai dengan prinsip pengembangan Traffic Oriented Develepment (TOD) yaitu pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan kehidupan
pada
ruang
public
dan
pusat
lingkungan
serta
mempertahankan ruang terbuka hijau.
A.6 Kebijakan ruang terbuka hijau Jakarta Kebijakan tentang RTH Jakarta tecantum dalam rencana tata ruang wilayah Jakarta 2030 yaitu: ·
Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH serta mempertahankan ketersediaan RTH yang ada.
·
Memfungsikan kembali ruang dan kawasan yang berpotensi dan/atau peruntukan sebagai RTH.
·
Menerapkan inovasi penyediaan RTH budi daya.
·
Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH privat dan public.
·
Mengembangkan RTH privat melalui peningkatan peranserta masyarakat di lahan halaman rumah,kebon,halaman kantor,gedung, dan industry yang memiliki potensi dikembangkan menjadi RTH. commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. JAKARTA SEBAGAI LOKASI RUANG PUBLIK KREATIF B.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site Jakarta dengan arealnya yang luas dan sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, lebih menerima segala perbedaan juga akses dalam pencapaian segala fasilitas lebih mudah dibanding kota lain. Tersedianya sarana dan prasarana menempatkan Ruang Publik Kreatif di Jakarta, namun sebagai fungsinya sebagai ruang public dan ruang kreatif, ada beberapa alasan lain: ·
Banyaknya komunitas yang ada di Jakarta dan memerlukan tempat untuk mengekspresikan kreatifitasnya
·
Mengubah paradigma bahwa Mall bukanlah ruang public.
·
Mewujudkan mimpi kota yang baik yaitu
kota yang mampu mengajak
masyarakatnya untuk berkegiatan diluar rumah.
B.2 Proses Pemlihan Site Tujuan dari pemilihan site ini adalah untuk mendapatkan lokasi terbaik dan ideal bagi berdirinya Ruang Publik Kreatif dengan beberapa dasar pertimbangan yang antara lain: ·
Persyaratan fisik tentang ruang public dan sarana pameran dan pertunjukan
·
Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang kota Jakarta
·
Dekat dengn pemukiman
·
Mudah dalam pencapaian
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pada bab ini membahas mengenai analisa baik dalam hal programming maupun arsitektural untuk mendapatkan konsep yang diinginkan dengan landasan tinjauan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya. A. ANALISA PERUANGAN Analisa peruangan merupakan analisa perencanaan dan perancangan bangunan dengan cara mengelompokkan pelaku, pola kegiatan pelaku,kebutuhan ruang tiap pelaku, persyaratan tiap ruang, serta besaran ruang yang dibutuhkan tiap pelaku. Gubahan masa dan bentuk bangunan merupakan target utama dalam perancangan bangunan Ruang Publik Kreatif di Jakarta. Oleh karenanya analisa peruangan yang akan dilakukan harus mengikuti bentuk dari bangunan
itu
sendiri. Sehingga beberapa analisa ruangan merupakan sebuah ide awal yang diselaraskan dengan bentuk bangunan dan besaran ruangan yang diperoleh merupakan besaran minimal. Dalam penentuan analisa peruangan disesuaikan dengan fungsi Ruang publik kreatif sebagai ruang publik secara umum dan ruang untuk berkegiatan kreatif . Sebagai ruang publik yang mampu memfasilitasi kegiatan kreatif didalamnya maka diperlukan suatu program acara untuk menjaga keberlangsungan kegiatan kreatif dan menarik masyarakat melakukan kegiatan kreatif di dalamnya.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.1 Analisa Kegiatan Analisa kegiatan didasari oleh dua pertimbangan, diantaranya: 1. Pelaku kegiatan a. Masyarakat umum Pelaku yang menggunakan ruang public kreatif sebagai tempat berekreasi, berolahraga dan berkegiatan kreatif di area tersebut. b. Seniman dan curator Seniman: sebagai pelaku yang memamerkan karyanya dan juga memberikan pelatihan tentang proses-proses kreatif Kurator: sebagai pelaku yang mengurasi karya dari seniman atau masyarakat yang ingin menampilkan karyanya dan juga sebagai pemandu dalam pameran. c. Pengelola Pelaku yang bertugas mengelola gedung baik dalam hal perawatan hingga memogram berbagai acara di ruang public kreatif
2. Jenis kegiatan yang ditampung Ruang Publik Kreatif mewadahi beberapa aktivitas atau kegiatan yang dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok kegiatan yaitu: a. Kegiatan utama ·
Kegiatan berekreasi dan berolahraga Kegiatan ini merupakan fungsi ruang public kreatif secara umum, bersosialisasi maupun melepas penat dari kehidupan seharihari.
·
commit to user
Kegiatan Pameran 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Kegiatan ini merupakan upaya menjadikan ruang publik
menjadi
ruang
kreatif
dengan
menyediakan
fasilitas
untuk
memamerkan karya dari hasil proses kreatif yang terjadi pada ruang publik yang terkait dengan seni rupa. ·
Kegiatan Pertunjukan dan pemutaran film Seperti kegiatan pameran, kegiatan ini mewadahi kegiatan kreatif yang terkait dengan seni pertunjukan.
·
Kegiatan studio dan workshop Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat berkegiatan kreatif di ruang publik yaitu pelatihan dan sarana bagi para seniman untuk memperkenalkan pada masyarakat proses penciptaan karya seni.
b. Kegiatan pengelola Kegiatan ini mencakup kegiatan perawatan, mengelola administrasi dan memogram acara pada ruang publik kreatif untuk mengajak masyarakat untuk berkegiatan kreatif di ruang publik. c. Kegiatan penunjang. Kegiatan ini mencakup kegiatan yang terkait dengan area komersil yatiu makan/minum dan juga berbelanja.
A.2 Analisa Pola Kegiatan Setelah mengetahui macam dan pelaku kegiatan pada Ruang Publik Kreatif maka untuk mendapatkan kebutuhan dan besaran ruang
yang
diinginkan melalui tahap analisa pola kegiatan. commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisa pola kegiatan pada Ruang Publik Kreatif didasarkan pada: 1. Fungsi sebagai ruang publik dan ruang kreatif 2. Pelaku kegiatan 3. ·
Jenis kegiatan
Pola Kegiatan pengunjung taman dan plasa Berekreasi
Datang Parkir
Makan/minum
Pulang
·
Berolahraga
Pola Kegiatan seniman dan curator pada pertunjukan dan pemutaran film Mementaskan Pertunjukan
Datang Parkir
Menunggu/ persiapan
Memutar Film Memberi Informasi
Dokumentasi
Pulang
Diskusi dan Evaluasi Hasil
·
Pola kegiatan seniman dan curator pada pameran
Datang Parkir
Persiapan
Memandu pengunjung
Pulang
·
Pola kegiatan penonton pertunjukan Bertanya/mendapatkan informasi
Datang Parkir Pulang
commit to user
Menunggu
Menonton pertunjukan/ Pemutaran film Respon/tanggapan 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Pola kegiatan pengunjung pameran
Datang
Bertanya/mendapatkan informasi Parkir Melihat karya seni/literatur
Pulang
·
Pola Kegiatan seniman dan curator pada workshop Memberikan informasi
Datang Parkir
Memandu praktek membuat karya seni
Persiapan
Pulang
Bertanya/mendapatkan informasi Diskusi dan evaluasi
· Pola kegiatan peserta studio workshop Bertanya/mendapatkan informasi
Datang Parkir
Mendaftar
Praktek membuat karya seni Melihat karya seni/literatur
Pulang
Diskusi dan evaluasi
·
Pola kegiatan pengelolaan
Mengatur administrasi Mengelola kelancaran program Datang Parkir Pulang
Menerima tamu/memberi informasi Memelihara koleksi karya Seni/literatur
commit to user
Evaluasi Rutin Penyelesaian maslah Dokumentasi
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.3 Analisa kebutuhan ruang
Dasar Pertimbangan a. Pelaku kegiatan dalam ruangan; b.Kegiatan yang terjadi; c. Jenis, sifat, tuntutan kegiatan yang ditampung
Kelompok Kegiatan 1 A. Kegiatan Utama 1. Kegiatan Rekreasi/ Olahraga
2.
3.
Kegiatan Pameran
Kegiatan Pertunjukan/ Pameran film
Macam Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
2
3
4
-
Parkir Berekreasi Berolahraga makan/minum metabolisme
Pengunjung
-
area parkir plasa/square taman
-
lavatory
-
Parkir Menitipkan barang bawaan Bertanya Menonton pameran metabolisme
Pengunjung
-
area parkir penitipan barang front desk ruang pameran lavatory
-
parkir memeriksa dokumen/objek pamer memandu dan memberi informasi metabolism ibadah
Kurator
-
area parkir kantor kuratorial ruang pameran lavatory mushola
-
parkir memeriksa dokumen/objek pamer menurunkan/memuat barang mengelola kegiatan pameran metabolisme ibadah
Pengelola
-
area parkir ruang pameran loading dock ruang pameran lavatory mushola
-
parkir bertanya mendaftar/membeli tiket menonton pertunjukan menonton pemutaran film diskusi dan evaluasi metabolisme
Pengunjung
-
area parkir front desk
-
amphiteater terbuka r.audio visual
-
parkir mempersiapkan pertunjukan/pemutaran film commit to user briefing pertunjukan pementasan seni pemutaran film
-
area parkir r.persiapan
-
amphiteater terbuka r.audio visual
-
Pementas/kru film/seniman
lavatory
46
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Kegiatan Studio dan workshop
B. Kegiatan Penunjang
C. Kegiatan Pengelola
digilib.uns.ac.id
-
diskusi dan evaluasi menyimpan peralatan lavatory
-
parkir persiapan studio workshop memberikan pelajaran praktek
Seniman dan kurator
- menyimpan alat - metabolism - ibadah - parkir - mendaftar - persiapan studio workshop - menitipkan barang bawaan - mengikuti kelas teori - mengikuti pelatihan praktek - diskusi dan evaluasi - menyimpan alat - metabolisme Coffe shop - parkir - memesan makanan dan minuman - menikmati makanan - berkumpul,diskusi,memberi informasi - membayar pesanan - metabolisme Art shop - parkir - bertanya dan melihat-lihat koleksi - membeli koleksi - metabolisme
Pengunjung/ peserta workshop
Pengunjung dan seniman
Pengunjung
-
gudang lavatory
-
area parkir kantor kuratorial r.studio workshop
-
gudang alat lavatory mushola area parkir front desk r.persiapan r.locker r,studio workshop
-
gudang lavatory
-
area parkir retail coffe shop area duduk
-
kasir lavatory
-
area parkir retail shop kasir lavatory
-
area parkir r.direktur utama r.tamu r.wakil direktur r.sekretariat dan tata usaha r.manajer administrasi keu r.staf administrasi keu r. manajer program r. manajer keamanan dan perawatan r. koor. dan staf keamanan r.koor dan staf perawatan dan rmh tangga r.arsip r.rapat dapur/pantry
-
mushola
-
parkir aktivitas direktur
-
keg. wakil direktur keg.sekretariat dan tata usaha
-
-
keg. administrasi dan keuangan
-
-
keg. manajemen program keg, manajemen keamanan dan perawatan
-
-
komputerisasi data/arsip rapat commit to menyiapkan konsumsi untuk pengelola
user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-
ibadah metabolisme keg.penerimaan keg.perawatan bangunan
-
keg.pengoperasian utilitas bangunan
-
keg.pengamanan
-
lavatory parkir gudang alat kebersihan r.genset r.trafo r.panel listrik r.mesin ac r.pompa Tangki air gudang r.kontrol
Tabel 4.1
Tabel kebutuhan ruang Sumber : Analisa penulis
A.4 Analisa besaran ruang Penentuan besaran ruang yang dilakukan dengan pertimbangan/acuan sebagai berikut:: · Perhitungan standard (literatur) - Architects data, Ernerst Neufert (NAD) - Time Saver Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John Callender (TSS) - Building, Planning and Design Standard (BPDS) - New Metric Handbook (NMH) - Mechanical and Electrical Equipment for Buildings (MEE) · Perhitungan studi ruang (PHS), yaitu perkiraan kebutuhan ruang dengan pertimbangan: - Kapasitas pemakai - Peralatan pendukung - Flow
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Kenyamanan pemakai · Asumsi · Studi kasus/ Studi banding (SB) Disamping itu sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya sirkulasi/flow gerak yang dibutuhkan masing-masing ruang, dengan pertimbangan aktivitas dalam ruang dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak atas dasar tujuan tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut (Architects data, Ernerst Neufert): · 5%-10% = standart minimum · 20%
= kebutuhan keleluasaan sirkulasi
· 30%
= tuntutan kenyamanan fisik
· 40 %
= tuntutan kenyamanan psikologis
· 50%
= Tuntutan spesifik kegiatan
· 70%-100%= Keterkaitan dengan banyak kegiatan Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut: a. Area kegiatan utama NAMA RUANG Taman
Plasa Entrance/lobby Reception & Information Ruang Pamer
PENDEKATAN
JUMLAH/ KAPASITAS
Asumsi
SB NAD
75 orang
NAD 5,5 m2/org Asumsi
3 orang 1 unit
KETERANGAN Di kategori kan quarter Greenspace dengan luas 5000m2-4 ha Studi banding dengan plaza museum fatahilah Dihitung dari 5% dari ruang pamer Penempatan @ 1 org utk tiap ruang-ruang utama Studi banding dengan ruang pamer Selasar Sunaryo Art Space
PERHITUNG AN
TOTAL 9000 m2 3300 m2
5% x 1500 Flow 30% 3 x 5,5 Flow 20%
97,5 m2 19.5 m2 1500 m2
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang audio visual
NMH Seat 0,4-0.6 m2/org Stage 100-200 m2
400 orang
Amphiteater
SB
1 unit
Asumsi
1 unit
R,Penitipan barang
NAD
1 unit
Ruang mekanikal Toilet umum
SB
1 unit
Ruang persiapan
Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space Dihitung 5% dari total ruang pamer Kapasitas 1 org staf, lemari/rak penyimpanan utk ± 20 org Dihitung 25% dari ruang audio visual
NMH Pria: 21-30 org 4 WC 4 urinoir 2 wastafel Wanita: 21-30 org 4 WC 4 wastafel
400 x 0,4 + stage 100 m2 Flow 30%
338 m2
300
300 m2
5% x 1500 Flow 5% 20 m2 Flow 20%
80 m2
25% x 338
84,5 m2
24 m2
9,88 m2 4 x 1,80 4 x 0,40 2 x 0,54 4 x 1,80 4 x 0,54
Gudang barang koleksi Gudang alat
SB
1 unit
SB
1 unit
Kantor curator dan staf ahli
Asumsi
1 unit, 3 orang
Dihitung setengah luasan ruang persiapan Dihitung setengah luasan ruang persiapan Kuator = 1 org Staf ahli = 2 org
9,36 m2
40
40 m2
40
40 m2 50 m2
= 14.913,24 m2
Luas
b. Unit kegiatan komersial NAMA RUANG Art shop Area duduk food shop R.counter kasir
PENDEKATAN
JUMLAH/ KAPASITAS
SB
1 unit
NAD 1,3-1,9 m2/org NAD 5,5 m2/org
Dapur & bar
PHS
Gudang kering
PHS
Gudang basah
PHS
R. manager commercial area
NAD
R. staff commercial area Toilet+locker
PHS NAD
KETERANGAN
Studi banding dengan art shop galeri Salihara 150 orang Estimasi tersedia 30-40 meja @ 4 orang 1 unit, 2 orang 2 staf penjaga kasir, 1 org utk art shop, 1 org utk coffe shop 1 unit Studi banding dengan McDonald’s Cafe 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 1 unit Ruang kerja untuk 1 org manager dengan kegiatan pengelolaan area komersil 1 unit Dihitung commit to user 10% dari total luasan area coffe shop 2 unit, unit Dihitung masing-masing
PERHITUN GAN
TOTAL 60 m2
150 x 1,9 Flow 40% 2 x 5,5 Flow 10%
399 m2
50
50 m2
25
25 m2
25
25 m2
25 Flow 20%
30 m2
10% x 399
39,9 m2
2 x 26,6
53,2 m2
12 m2
50
perpustakaan.uns.ac.id karyawan
digilib.uns.ac.id pria & wanita
Toilet umum
setengah dari luasan ruang kerja staf
NMH Pria: 21-30 org 2 WC 2 urinoir 2 wastafel Wanita: 21-30 org 2 WC 2 wastafel
5,48m2 2 x 1,80 2 x 0,40 2 x 0,54 2 x 1,80 2 x 0,54 = 704,26 m2
Luas
4,68m2
c. Area kegiatan Pengelolaan NAMA RUANG
PENDEKATAN
Ruang tamu.front desk R.direktur
JUMLAH/ KAPASITAS
PHS NAD 15-36 m2/org NAD 15-36 m2/org NAD 8-12 m2/org
R.wakil direktur R.sekretaris
1 unit, I orang 1 unit, 1 orang 1 unit, 2 orang
R.manager administrasi &keuangan R.staf administrasi& keuangan R.manajer program
NAD 8-12 m2/org
1 unit, 1 orang
NAD 5,5 m2/org
1 unit,3 orang
NAD 8-12 m2/org
1 unit, 1 orang
R.manajer keamanan& perawatan R.rapat
NAD 8-12 m2/org
1 orang
NAD 1,5-2 m2/org PHS
10 orang
NMH 6 x 8,2 m2/org
14 orang
BPDS 14% dari R. Makan PHS
1 unit
R.arsip R.istirahat
Pantry Gudang Toilet umum
KETERANGAN
NMH Pria: 21-30 org 2 WC 2 urinoir 2 wastafel Wanita: 21-30 org 2 WC 2 wastafel Luas
1 unit
1 unit
Diperuntukan bagi 1 orang direktur utama Diperuntukan bagi 1 org kegiatan managerial Diperuntukan bagi 1 org sekretaris utama& 1 org asisten Diperuntukan bagi 1 org pengelola bagian administrasi Diperuntukan bagi 1 org coordinator& 2 org staff Diperuntukan bagi 1 org pengelola program kegiatan utama Diperuntukan bagi 1 org pengelola keamanan dan perawatan fasilitas Dihitung tiap unit bidang di wakili oleh 1-2 org Dihitung setengah dari luasan ruang rapat Dihitung perwakilan dari tiap unit bidang dihitung kecuali Direksi
PERHITUN GAN
TOTAL
30
30 m2
35 Flow 30% 30 Flow 20% 2 x 10 Flow 20%
45,5 m2 36,m2 24 m2
12 Flow 20%
14,4 m2
3 x 5,5 Flow 20%
19,8 m2
12 Flow 20% 12 Flow 20%
14,4 m2 14,4 m2
10 x 2 Flow 20% 50% x
24 m2
14 x (6 x 8,2) Flow 20%
59 m2
14% x 49,2
6,89m2
12 m2
6,89m2
Disamakan dengan luasan pantry
5,48m2 2 x 1,80 2 x 0,40 2 x 0,54
commit to user
2 x 1,80 2 x 0,54 = 317,44 m2
4,68m2
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Area kegiatan servis NAMA RUANG
PENDEKATAN
R,panel dan trafo R.genset R.pompa R.mesin ac R.keamanan (CCTV) Toilet+locker karyawan
Asumsi Asumsi Asumsi Asumsi Asumsi
Dapur+kantin Gudang Loading dock Mushola Area parkir
JUMLAH/ KAPASITA S 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
KETERANGAN
NAD
2 unit, unit pria&wanita
SB
1 unit
PHS
1 unit
Disamakan dengan area toilet dan locker karyawan di commercial area Studi Banding area kantin Plaza Senayan Dihitung 1/3 dari area dapur+kantin
NAD 30m2/mobil Asumsi NHM
Luas
PERHITUN GAN
TOTAL
20 40 50 48 20
20 m2 40 m2 50 m2 48 m2 20 m2
53,2 m2
53,2 m2
60
60m2
1/3 x 60m2
20m2
1unit, 2 mobil 1 unit 25 mobil
2x30m2 Flow 50% 40 Standar 1 parkir mobil = 2.5 x 4.5 = 11.25 m2 11,25 x 25= 281,2 Sirkulasi100 % =281,2m2 Total = 562,4
90m2
100 motor
Standar 1 parkir motor = 0.7 x 1.5 = 1.05 m2 1,05 x 100 = 105 m2 Sirkulasi 50% = 52,5 m2 Total = 157,5 m2
157,5 m2
2 bus
2 minibus @ 28 m2 = 56 m2 Flow 100% = 56 m2 Total = 112 m2 = 1273,1 m2
112 m2
Tabel 4.3
40m2 562,4 m2
Tabel besaran ruang Sumber : Analisa penulis
commit to user Rekapitulasi besaran ruang 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2613,24 m2+704,26 m2+317,44 m2+441,2 m2 total 4076,14 m2 831,9 m2 12300 m2 1222,84 m2 415,95 m2 18846,83 m2
Jumlah luas bangunan
Jumlah area parkir Jumlah taman dan Plaza Sirkulasi 30% luas bangunan Sirkulasi 50% luas bangunan LUAS TOTAL
Tabel 4.3
Tabel rekapitulasi besaran ruang Sumber : Analisa pnulis
Dari besaran ruang yang didapat dari analisa merupakan besaran minimal. Besaran ruang tersebut dapat berubah tergantung proses pembentukan ruang dari proses folding.
B. ANALISA SITE B.1 Analisa Penentuan Site Tujuan : Mendapatkan lokasi yang tepat untuk Ruang Publik Kreatif Dasar Pertimbangan: ·
Sesuai dengan Rancangan Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang difungsikan sebagai zona fasilitas umum dan perencanaan ruang terbuka hijau
·
Dekat dengn pemukiman
·
Berada pada kawasan
potensial terhadap keberadaan bangunan Ruang
Publik Kreatif sebagai bangunan fasilitas umum ·
Mudah dijangkau dengan berbagai macam transportasi darat
·
Kelengkapan sistem utilitas kota sebagai jaringan pendukung kegiatan bangunan commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur dan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta Sumber : Dinas Tata Kota
Dari RUTRK yang terlihat pada gambar sebagian besar wilayah Jakarta terdiri dari titik area yang dipusatkan sebagai kegiatan utama. Penempatan lokasi Ruang Publik Kreatif akan disesuaikan dengan syarat pemilihan berdasarkan fungsi bangunan dengan RUTRK yang ada. Dari pertimbangan kedua hal tersebut, di dapat dua lokasi yang sesuai dengan kebutuhan bangunan. Dua lokasi tersebut diantaranya: ALTERNATIF 1 Jalan Kemang Raya, Kemang
ALTERNATIF 2 Jalan H. Benyamin Sueb, Kemayoran Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Kriteria · Letaknya strategis (dapat diakses dengan mudah) · Dekat dengan embrio tempat berkumpul masyarakat · Berada dekat dengan pemukiman commit to user · Dekat dengan fasilitas umum lainnya (fasilitas
Bobot 2 2 2
Alternative I 3 2 2 2
Alternative II 3 3 3 3 54
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
pendidikan,kelengkapan utilitas, dll) Lahan yang cukup, sehingga dapat mewadahi setiap kegiatan Ruang Publik Kreatif
Keterangan Bobot
Keterangan Nilai
2 : Menentukan 1 : Kurang Menentukan
3 : Sangat Baik 2 : Baik 1 : Kurang Baik
1
1
2
10
14
Tabel 4.4. perbandingan site terpilih
Sumber : Analisa penulis
Tabel 4.4
Tabel persyaratan pemilihan site Sumber : Analisa pnulis
Kesimpulan: Dari hasil analisa pendekatan lokasi yang sesuai dengan pertimbangan diatas berada pada alternatif 1 yaitu di kawasan Kemayoran Jalan H.Benyamin Sueb Beberapa potensi sebagai pendukung Ruang Publik Kreatif, diantaranya adalah : ·
Terletak di kawasan yang strategis dengan suasana yang tidak terlalu ramai
·
Terletak dekat dengan kawasan berkumpul para masyarakat disekitar mesjid akbar kemayoran.
·
Tidak banyak polusi udara
·
Mudah dijangkau
·
Dekat dengan fasilitas umum (Pom Bensin, kantor polisi, area bisnis, dll)
Dengan adanya beberapa potensi disekitar site ini, diharapkan mampu menunjang keberadaaan Ruang Publik Kreatif yang direncanakan. B.2 Analisa Pengolahan Site a. Analisa Klimatologis 1) Dasar pertimbangan : -
arah datang sinar matahari
-
arah angin
-
pemecahan masalah akibat iklim terhadap bangunan
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kondisi site : Matahari Bagian yang menerima sinar matahari terbanyak ada pada sisi timur
Angin Pergerakan udara terbesar barasal dari arah jalan raya, namun pada bagian lain masih mendapatkan angin yang cukup
a) Analisa Masalah yang berhubungan dengan iklim mempunyai beberapa altematif pemecahan masalah dengan pertimbangan sebagai berikut : · Bukaan Biasanya berhubungan dengan dimana seharusnya diletakkan bukaan untuk menangkap sinar matahari kedalam bangunan ataupun bukaan bagi angin sebagai penghawaan alami. · Barrier Barrier atau penghalang dapat berupa sebagai vegetasi ataupun bangunan dan pagar yang didesain sebaik mungkin sebagai penghalang sinar matahari ataupun angin yang merugikan bangunan dan kegiatan di dalamnya. · Material Material lebih difungsikan sebagai pemecahan masalah bangunan dengan sinar matahari, dimana ia berperan sebagai filter sinar dan mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan. commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Hasil analisa · Sinar matahari - Timur Karena merupakan sinar yang dibutuhkan, maka pada sisi timur bangunan perlu diberikan bukaan untuk menangkap sinar matahari untuk mendukung kegiatan di dalamnya. - Barat Sinar dihindari dengan mempertahankan pohon existing yang ada atau bentuk-bentuk penutup dinding yang sedemikian rupa. sedikit bukaan pada bangunan dan juga penggunaan material yang tidak menyerap sinar matahari dan mengurangi efek silau. · Bentuk Bangunan Bentuk bangunan dibuat memanjang dan untuk memaksimalkan area bangunan yang menghadap ke arah timur dan selatan, sehingga dapat metode cross ventilation (penghawaan alami) dapat berjalan maksimal · Orientasi Bangunan - Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan menguntungkan adalah memanjang dari arah utara ke selatan, bukaan dimaksimalkan pada bagian fasade selatan dan timur bangunan sehingga cahaya tetap dapat dimanfaatkan tanpa menimbulkan dampak silau dan panas yang berlebihan. - Sebagian orientasi bangunan terhadap angin mengikuti bentuk site yang ada untuk menangkap aliran udara yang pada umumnya mengalir dari arah barat laut sedangkan bagian lain tetap memanjang ke arah timur dan barat. Aliran udara masih bisa ditangkap dengan desain yang baik namun sinar matahari merupakan hal yang tidak bisa dikondisikan.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Analisa View 1) Dasar pertimbangan : - Orientasi dimaksudkan sebagai pengarah atau penunjuk terhadap kegiatan yang ada pada bangunan - View meupakan point of interest yang akan didesain pada sebuah bangunan - View bisa didapatkan dari arah dalam maupun luar bangunan - Letak site dan sirkulasi memegang peranan dalam penentuan view bangunan
2) Kondisi eksisting : Merupakan jalan utama View in sangat kecil karena terhalang pohon
View in Karena berada pada 2 jalan utama yang lebar , maka view in terbesar berada pada bagian barat sebelah utara
Merupakan jalan kampung. View in tidak terlalu besar.
Bagian timur sebelah selatan masih memiliki view yang cukup besar.
3) Analisa : - View to site terbesar berasal dari jalan Casa - Karena posisi sebelah barat site tertutup pohon maka view to site dari jalan H. Benyamin Sueb kearah selatan tidak lebih besar dari Jalan Casa.
4) Hasil analisa : - Orientasi utama bangunan diarahkan ke Jalan Casa sebagai jalan utama untuk menarik pengunjung. - Pada sisi sebelah barat site dengan kondisi pohon yang sudah ada, lansekap ditata sedemikian rupa agar view dari sisi ini dapat menarik bagi commit to user yang pengunjung yang melintasinya. 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Analisa Pencapaian 1) Dasar pertimbangan : - penentuan ME (main entrance) dan SE (second entrance) - sirkulasi yang mudah, aman dan nyaman - kondisi, arus kendaraan dan potensi jalan
2) Analisa Side Entrance Jalan Apron merupakan jalan kampung Sehingga sangat dimungkinkan digunakan sebagai Side Entrance.
SE
Main Entrance Jalan Casa yang merupakan jalan utama menuju site dan cukup lebar. Maka sangat dimungkinkan digunakan sebagai Main Entrance.
ME
- Dari kondisi eksisting tersebut, dengan pertimbangan jumlah arus transportasi yang melalui Jalan Casa maka letak ME akan lebih efektif diletakkan di depan. Sedangkan jalur SE diletakkan disamping yaitu jalan Apron (bagian utara sebelah timur) demi kenyamanan sirkulasi pengelola.
3) Hasil analisa - ME diletakkan pada Jalan Casa karena lebih potensial dan lebih mudah dicapai. - SE diletakkan di jalan Apron karena cukup nyaman bagi pengelola untuk bermanuver dan tidak terlalu ramai. commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Analisa Kebisingan 1) Dasar Pertimbangan : - Penentuan zona publik dan servis - Penempatan area outdoor dan area indoor
2)
Kondisi eksisting :
Karena noise terkecil berada pada bagian barat, maka area untuk ruangan tertutup diposisikan pada bagian barat site
Noise Noise terbesar berada pada sebelah Selatan. Akan lebih efektif jika digunakan sebagai area outdoor, bukan ruangan/indoor.
3) Analisa - Pemberian vegetasi ditekankan pada usaha untuk mereduksi kebisingan dari perempatan, sehingga tidak mengganggu aktivitas di dalam bangunan. - Pemberian vegetasi selain sebagai barrier kebisingan juga untuk elemen estetika. - Peletakan ruangan yang menjauhi pusat kebisingan terbesar
4) Hasil analisa - Penambahan pohon perdu setinggi 1,5 m sebagai penambah peredam noise pada bagian sekeliling tapak. - Bangunan diposisikan lebih utara untuk menjauhi kebisingan. - Mempertahankan pohon existing pada sisi barat site sebagai barrie terhadap commit to user kebisingan 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Analisa Sirkulasi 1) Dasar Pertimbangan : - Pola kegiatan - Hubungan antar ruang - Pengaruh folding
2) Analisa - Pengaruh dari folding adalah kontinuitas yang berarti sirkulasi yang dirancang dalam ruang public kreatif bersifat menerus. - Setiap ruangan berhubungan langsung dengan ruang terbuka (roof garden dan plasa) - Fungsi bangunan sebagai ruang public memperhatikan keselamatan dalam hal evakuasi ketika terjadi bencana
3) Hasil analisa - Kesan terbuka tercapai dari sirkulasi yang bersifat menerus serta menghasilkan kontinuitas antara eksterior dan interior dan perbedaan ketinggian pada bangunan. - Sirkulasi menggunakan ramp untuk menimbulkan kesan menyatu antar ruangan - Jalur sirkulasi dalam bangunan mempermudah proses evakuasi ketika terjadi bencana dengan menerapkan pintu yang terbuka.
f. Analisa Zoning 1) Dasar pertimbangan :
- Hasil dari analisa makro (pengolahan tapak) yang disesuaikan dengan konsep bangunan yang ingin diterapkan.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kondisi Eksisting : Privat Sesuai dengan analisa sebelumnya, maka area privat akan lebih sesuai jika diletakkan pada bagian utara site. Semi Area semi publik merupakan area transisi. Dapat dipergunakan sebagai area outdoor atau area indoor dengan tingkat sirkulasi tinggi Publik Sesuai dengan analisa sebelumnya, maka area publik lebih sesuai jika diletakkan pada bagian selatan site, dekat dengan Main Entrance
3) Analisa - ME di posisikan - sebagai pintu utama masuknya area. - Zona publik diletakkan di bagian depan site, yaitu di dekat ME. - Zona servis yaitu zona untuk pengelola diletakkan di dekat SE. 4) Hasil analisa - Zona publik diletakkan di bagian selatan sebagai area untuk outdoor , taman, dan plasa. - Zona privat berada di bagian utara sebagai area untuk massa utama. - Zona servis berada di bagian timur atau utara sebagai area pengelola.
C. ANALISA TAMPILAN BANGUNAN B.1 Analisa Bentuk Bangunan Ruang Publik Kreatif yang digunakan sebagai fasilitas umum masyarakat memiliki bentukan massa bangunan dengan pertimbangan sebagai berikut: ·
menciptakan perpaduan yang halus antara plasa sebagai area terbuka dengan commit to user bangunan sebagai fasilitas kegiatan kreatif dan lingkungan sekitarnya 62
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Integritas antar bagian dari Ruang Publik Kreatif untuk menunjang kegiatan yang diwadahi Dari berbagai pertimbangan tersebut maka bentukan massa bangunan merupakan “single mass” Bentuk massa bangunan yang berupa single mass didapatkan dengan
menggunakan
metode
tertentu.
Dalam
proses
metode
yang
diterapkan
mempertimbangkan beberapa hal-hal yaitu: 1. Program ruang yang diwadahi dalam Ruang Publik Kreatif 2. Pola kegiatan dan sirkulasi pengguna dalam Ruang Publik Kreatif 3. Kondisi site Metode yang dgunakan dalam mendapatkan bentuk bangunan yaitu metode folding. Dalam proses Folding yang dilakukan untuk mendapatkan bentukan massa bangunan melalui 4 fase yaitu: ·
Persiapan Proses ini terkait dengan pengaktualisasian bentuk. Media kertas digunakan karena mudah dilipat. Transformasi selembar kertas kedalam keadaan yang lebih bermassa dilakukan melalui perlakuan melipat/membuka, menekan, meremas, melipit, merobek, memutar, memuntir, menarik dan sebagainya.
`
commit to user
Gambar 4.2 Folding phase Sumber : Analisa penulis
63
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Eksplorasi Proses ini terkait dengan dengan tahap pelipatan pada kertas dengan waktu sebagai variabelnya.
Gambar 4.3 Tahapan pelipatan Sumber : Analisa penulis
1. Dada area 1, lipatan kertas membentuk ruang pameran
dengan
tambahan lipatan untuk menyatukan dengan area taman. Lipatan pada kanan kiri area 1 berfungsi sebagai struktur.
LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR Gambar 4.4 commit to user
Tahapan pelipatan pertama Sumber : Analisa penulis
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pada ada area 2, lipatan kertas membentuk ruang audio visual. hasil dari lipatan membentuk kemiringan pada atap dengan tujuan sebagai area duduk yang mengarah langsung ke ampiteater terbuka terbuka.
Gambar 4.5 Tahapan pelipatan kedua Sumber : Analisa penulis
3. Pada ada area 3, lipatan kertas membentuk ruang pengelola dan servis. lipatan pada area ini berhubungan dengan hasil dari lipatan sebelumnya yang menghasilkan kemiringan tertentu sehingga area 3 dapat dibuat menjadi 2 lantai lantai.
commit to user
Gambar 4.6 Tahapan pelipatan ketiga Sumber : Analisa penulis
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pada ada area 4, lipatan kertas membentuk food court dengan dengan tambahan lipatan pada 2 sisi yang berfungsi untuk sebagai struktur, area tempat duduk ampiteater terbuka dan menyatukan kondisi lingkungan yg ada di sebelahnya sebelahnya. LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR
Ampiteater terbuka
Gambar 4.7 Tahapan pelipatan keempat Sumber : Analisa penulis
·
Evaluasi Tahap ini dimaksudkan untuk mengamati dan membentuk ruang diantara lipatan sebagai ruang yang aaktual tual untuk mengakomodasi ruang dalam program-program program yang diinginkan. Hubungan antara ruang-ruang ruang yang terbentuk seperti kedekatan, pemisahan, pergantian sapasial, pembatasan dan keterhubungan keterhubungan.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemotongan kembali dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan view dari ruang pameran dan lobby ke arah ampiteater terbuka dan pepohonan
Hasil dari pemotongan kertas untuk mendapatkan view ke ampiteater
hasil dari pemotongan kertas untuk mendapatkan view pepohonan
Gambar 4.8 Hasil dari commit to userproses evaluasi Sumber : Analisa penulis
67
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Aktualisasi bentuk arsitektural Proses ini mengaktualisasikan bentukan yang tercipta dari proses folding kedalam
hal-hal
yg
berkaitan
dengan
arsitektural
seperti
dimensi,
struktur,material.
B.2 Analisa Warna Bangunan Dasar pertimbangan yang dipakai dalam pemilihan warna bangunan pada yaitu: ·
·
Eksterior -
Bahan material yang digunakan
-
Struktur yang diterapkan pada bangunan ini
-
Warna landskap
Interior -
Kesan ekspresif
-
Karakter kegiatan yang diwadahi
Pada eksterior warna bangunan disesuaikan dengan bahan yang digunakan untuk struktur bangunan yang digunakan untuk mendapatkan kesan natural. Pada interior penggunaan warna yang dipakai adalah warna dasar yaitu warna primer, sekunder dan tersier, yang susunanya diatur sedemikian rupa sehingga mampu memberi kesan warna yang mencolok pada bagian bangunan tertentu sehingga kesan ekspresif dapat terwujud.
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.10 Warna natural bahan pembentuk struktur pada minicity theme partk antalya Sumber http://www.emrearolat.com Gambar 4.9 Padu padan warna primer,sekunder dan tersier pada interior agora teater Sumber : http://www.wayfaring.info
D. ANALISA SISTEM BANGUNAN C.1 Analisa Struktur Bangunan Untuk struktur bangunan yang digunakan mempertimbangkan berbagai aspek yaitu: ·
Bentuk yang tercipta dari proses folding memerlukan penyelesaian struktur tertentu
·
Penggunaan atap bangunan yang luas sebagai taman harus mampu menopang beban bila ada kegiatan diatasnya
·
Bentuk permukaan yang saling terhubung antara plasa dan taman yang berada di permukaan atap
Untuk mengkomodasi berbagai aspek tersebut analisa pemilihan struktur yang commit to user di gunakan yaitu: 69
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Sub Struktur Footplat Penggunaan pondasi footplat mampu mendukung bangunan berlantai banyak maupun sedikit, cocok untuk jenis tanah yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.
·
Super Struktur Bentuk bangunan merupakan hasil dar proses folding. Lipatan-lipatan yang tercipta dari proses tersebut dapat berfungsi sebagai struktur penopang bangunan.
LIPATAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI STRUKTUR
Gambar 4.11 Bagian lipatan yang digunakan sebagai struktur Sumber : Analisa penulis
Dari gambar diatas terlihat bahwa struktur yg sesuai dengan bentuk dari lipatan adalah struktur shear wall. Keuntungan dari penggunaan struktur ini commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis serta memungkinkan bentuk bentukbentuk yang aktraktif.
Gambar 4.12 Penerapan shear wall struktur sebagai hasil dari sebuah lipatan Sumber http://www.emrearolat.com
·
Upper Struktur Pemilihan upper struktur membutuhkan syarat tertentu yaitu: - Atap yang luas yang berfungsi taman - Mampu menahan beban diatasnya - Karena mengatapi sebuah ruangan yang luas dan maka harus mampu digunakan untuk bentang lebar
Bentang atap yang luas harus mampu menopang beban bila ada kegiatan diatasnya. Gambar 4.13 Bagian atap menggunakan struktur tertentu Sumber : Analisa penulis
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Folding selain sebagai metode pencarian bentuk dapat digunakan juga untuk menyelesaikan permasalahan struktur yang akan diterapkan pada atap bangunan ini sehingga memungkinkan untuk meminimalkan penggunaan kolom.
Gambar 4.14 Analisa lipatan kertas yang digunakan sebagai struktur atap Sumber : labs.teague.com/?p=728
Gambar 4.15 Penerapan folding plate pada struktur atap pada Yokohama Port Terminal Sumber http://www.emrearolat.com
Dalam kasus struktur pada Yokohama Port Terminal, FOA selaku biro konsultan mengajukan sebuah struktur yang digunakan pada atap bangunan berupa sebuah struktur folded plate. Dengan bentukan struktur sebagai berikut:
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.16 Bentuk struktur yang diusulkan oleh FOA Sumber
http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
dalam proses selanjutnya konsultan struktur menemukan kendala bagaimana menghubungkan folded plate tersebut dengan balok. Solusinya adalah menggunakan system paku HILTI yaitu paku yang ditembakkan dengan diameter 4,5mm dalam proses penyambungan antara folded plate dan balok.
Gambar 4.17 Jenis sambungan dan prose penyambungan dengan paku HILTI Sumber commit to user
http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.18 Bentuk rangka folded plate Sumber:
http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm
4.19 commitGambar to user Proses fabrikasi dan perakitan pada site Sumber:
http://www25.big.or.jp/~k_wat/yokohama/estruc.htm 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C.2 Analisa Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan harus sesuai dengan tuntutan desain yaitu mempetimbangkan struktur yang akan digunakan dan kesan yang ingin didapat dari penggunaan bahan tersebut.Bahan yang digunkan adalah
bahan-bahan fabrikasi
seperti: ·
Beton : penggunaanya lebih banyak di pakai pada struktur utama bangunan. Penggunaan beton diharapkan mampu memberikan kesan kekakuan dan kekuatan.
Gambar 4.20 Beton sebagai bahan pembentuk struktur Sumber http://www.emrearolat.com
·
Baja dan kaca : dipakai sebagai dinding untuk menimbulkan kesan luas antar ruangan dan terbuka
commit to user Gambar 4.21 Baja dan kaca sebagai dinding bangunan Sumber http://www.arcspace.com
75
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Kayu : Penggunaan kayu diharapkan mampu memberikan kesan alami, ketenagan, kesejukan pada bangunan ini.
Gambar 4.22 Penerapan kayu pada permukaan bangunan Sumber http://www.arcspace.com
C.3 Analisa Pencahayaan Untuk pencahayaan yang digunakan mempertimbangkan berbagai aspek yaitu: ·
Jenis kegiatan
·
Kondisi ruang (terbuka dan tertutup)
1. Eksterior a. Lampu taman Pada area plasa dan taman penerangan pada malam hari menggunakan lampu taman. Dengan bentuk lampu taman yang menyerupai ranting pohon memberikan keserasian antara kondisi sekitar dengan elemen eksterior.
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.23 Lampu taman berbentuk ranting pohon Sumber http://www.archdaily.com
b. LED Ground light Pada area plasa penerangan menggunakan led ground light bertujuan untuk memberikan aksen pada plasa pada malam hari.
Gambar 4.24 Lampu LED pada permukaan plasa Sumber http://www.iluminare-led.ro
c. Bench light Selain sebagai tempat duduk, bangku taman juga difungsikan sebagai penerang pada area luar.
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.25 Bangku taman dengan lampu Sumber http://www.rhsblog.co.uk
2. Interior a. Dinding Kaca Penggunaan dinding sangat diperlukan. Sebab pada bagian ruangan tertentu seperti ruang pameran dan sejenisnya yang berada di dalam bangunan, membutuhkan pencahayaan yang maksimal. Selain itu pengaplikasian dinding yang digabungkan dengan penutup bangunan lain (seperti beton baja, dan kayu) diharapkan mampu memberikan kesan luas.
Gambar 4.26 Penggunaan dinding kaca Sumber http://www.emrearolat.com
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C.4 Analisa Penghawaan Void yang terbentuk pada bagian tertentu bangunan yang merupakan hasil dari proses folding yang menghubungkan antara ruang luar dan ruang dalam, memberikan penghawaan alami yang cukup bagi ruang-ruang dalam bangunan. Hal in juga untuk mengurangi penggunaan penghawaan buatan pada bangunan. Penghawaan buatan hanya di gunakan pada ruang yang memang membutuhkan persyaratan tertentu seperti persyaratan akustik ruang.
Gambar 4.27 Void akibat hasil dari pelipatan Sumber: www.arcspace.com
C.5 Analisa Utilitas Dalam proses analisa utilitas yang terkait denagan pemasangan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: ·
bentukan dari proses folding harus tetap sesuai dengan karakternya
·
bentuk bangunan
·
struktur yang digunakan. commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. ME (listrik, telepon) ·
Jaringan Listrik Dasar pertimbangan: - Kelancaran distribusi listrik - Efisiensi sumber daya Sumber listrik utama adalah berasal dari PLN yang didukung oleh genset. Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka akan diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power (SEB) dari genset. Instalasi listrik di dalam bangunan secara umum dibagi 2 jenis, yaitu: a. Instalasi untuk penerang Instalasi yang mendistribusikan energi listrik untuk seluruh jaringan peralatan penerangan baik di dalam maupun di luar bangunan. b. Instalasi untuk power Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat-alat elektronik lainnya seperti lift, AC, pompa dan sebagainya.
Genset
PLN
Meteran
Panel skunder
Distribusi
Panel skunder
Distribusi
Panel utama
Gambar 4.28 Skema Analisa Jaringan Listrik Sumber : Poerbo, 1995:56.
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Jaringan Komunikasi Dasar pertimbangan: - Kemudahan, kecepatan dan kejelasan informasi intern maupun ekstern - Ekonomis dalam perawatan - Sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan teknologi informasi Sistem komunikasi yang digunakan adalah : a. Sistem intercom/telepon PABX (Private Automatic Branch Exchange) Merupakan sistem komunikasi yang menghubungkan antar ruang-ruang dalam bangunan. b. Jaringan internet c. Jaringan telepon PT. Telkom Dalam jaringan telepon, terbagi menjadi beberapa line sehingga mungkin digunakan lebih dari satu hubungan pembicaraan. d. Pengeras suara : untuk memberi informasi kepada pengunjung di dalam ataupun di luar bangunan.
PT. Telkom
Panel Kontrol
Operator
Telepon Lokal Faks
SLJJ/SLI Gambar 4.29 Skema Analisa Jaringan Komunikasi Sumber: Analisa penulis
Proses pemasangan instalasi listrik disesuaikan dengan bentuk yang tercipta dari folding. Bentukcommit yang dinamis to user memerlukan perlakuan yang khusus dalam proses pemasangan instalasi 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sanitasi (air bersih, air kotor, air hujan) ·
Air bersih a. Sumber air sumur artesis. Air bersih dari sumur artesis ditampung di bak penampung dan disalurkan dengan saluran perpipaan untuk menjangkau titik-titik pendistribusian, misal wc umum, fire hidrant ke bangunan-bangunan.
Upper tank
Pompa Ground Water Tank
Pompa
Sumur dalam
distribusi Gambar 4.30 Skema analisa Aliran Air Bersih Artesis Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
b. PDAM Sumber air bersih ini disediakan oleh perusahaan air minum setempat.
Tangki atas
Distribusi Meteran
PAM
·
Ground reservoir
Pompa
Gambar 4.31 Skema Analisa Aliran Air Bersih PDAM Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
Air Kotor Sistem pengolahan air kotor dan drainase diarahkan untuk menghindari commit to user pencemaran lingkungan bagi penduduk setempat. 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Air kotor dari kamar mandi Bak Kontrol
Bak Pengendapan
Kamar Mandi
T. pengolahan limbah
Gambar 4.32 Skema Analisa Aliran Air Kotor Cair Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
b. Air kotor dari dapur Penangkap lemak
Peresapan
Air dapur
Riol Gambar 4.33 Skema Analisa Aliran Air Kotor Lemak Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
c. Air kotor dari WC
WC
septictank
Peresapan
Riol
Gambar 4.34 Skema Analisa Aliran Air Kotor Padat Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
·
Air hujan Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah. Dan untuk membantu penyerapan commit to user ke dalam tanah dapat digunakan lapangan rumput di sekitar bangunan. 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Air hujan sekitar site
Air hujan dari atap
Pipa Vertikal
Bak kontrol
Selokan
Sumur Resapan
Gambar 4.35 Skema Analisa Sistem Sanitasi Air Hujan Sumber: Analisa penulis
3. Sampah Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang masih bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Hal ini bertujuan untuk menghindari pembuangan sampah yang dapat merusak lingkungan dengan cara memisahkannya dan ditempatkan secara terpisah dari sampah-sampah lain yang memungkinkan bisa ditangani lebih lanjut sebelum dibuang. Sistem pembuangan sampah dengan cara mengumpulkan sampah lalu dilakukan pemisahan sampah pada bangunan yang dilakukan oleh petugas ·
Sampah dari kegiatan umum
Petugas
Mobil sampah
Shaft sampah
Ruang sampah
Tempat
Gambar 4.36 Skema Pembuangan Sampah Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
Sampah dari lingkungan dalam site
Petugas kebersihan
Tempat sampah
Bak sampah
Mobil sampah
Gambar 4.37 Skema Pembuangan Sampah Sumber: Materi Perkuliahan S.K.B.G 3, 2004
4. Sistem Pengamanan Bangunan ·
Sistem CCTV Sistem pengamanan bangunan dilakukan untuk menghindari tindak kejahatan yang terjadi dalam bangunan yang dapat membahayakan dan merugikan pengguna bangunan. Sistem yang digunakan adalah sistem CCTV yaitu sistem keamanan yang dapat memonitor tempat – tempat yang diinginkan melalui ruang security.
Power
Central security
Call button
Monitor
Gambar 4.38 Skema Analisa Sistem CCTV Sumber: Poerbo, 1995:160.
·
Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran Peristiwa kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada bangunan, Untuk mengantisipasi dan mengatasinya, perlu disediakan sistem pencegahan bahaya kebakaran dalam bangunan. Beberapa sistem pemadaman dan bahan yang dipergunakan dijelaskan pada tabel berikut : commit to user Kelas, sistem dan bahan untuk pemadaman kebakaran. 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelas
Sistem
Kebakara
pemadam
n
an
Bahan pemadaman Air
Foam
CO2
CTF-
Powder
BT
Dry
(busa)
Chemical Kelas
A; Pendingin
Baik
Boleh
Boleh
Boleh
Boleh
Bahaya
Baik
Baik
Boleh
Boleh
Bahaya
Bahaya
Baik
Boleh
Baik
Bahaya
Bahaya
Boleh
Bahaya
Baik
kayu, karet, an, tekstil, dll
penguraia n, isolasi
Kelas
B; Isolasi
bensin, cat, minyak, dll Kelas
C; Isolasi
listrik dan atau mesinmesin Kelas logam
D; Isolasi, pendingin an
BCF = Bromide, Chlorine, Fluorine adalah jenis gas Halon Bahan pemadam api CO2 = Carbon dioxida
Sistem pemadaman meliputi : Penguraian = pemisahan / menjauhkan benda-benda yang mudah terbakar commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendinginan = penyemprotan air pada benda-benda yang terbakar Isolasi = dengan cara menyemprotkan CO2 Blasting effect system = pemberian tekanan yang tinggi sekaligus menyerap O2 dengan menggunakan bahan peledak
Prosentase CO2 yang diperlukan untuk ruang dengan pemadaman otomatis Tingkat
Prosentase
bahaya
CO2
Berbahaya
40%
Volume CO2
40%
Berat CO2 / m3
x
volume
0,8 kg
x
volume
0,6 kg
ruang Cukup berbahaya
30%
30% ruang
Tabel 4.5.
Mengenai sistem pemadaman dan bahan yang digunakan Sumber : Poerbo, 1995.
Cara kerja yang dipilih untuk diterapkan pada Ruang Publik Kreatif adalah sistem semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola dan pameran, mengingat pentingnya dokumen-dokumen dan karya-karya seni yang terdapat pada ruang-ruang tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis dengan splinker air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar kebakaran yang terjadi. Untuk itu pula tetap disediakan tabung-tabung gas CO2 dengan tujuan ketika digabung dengan sistem semi otomatis, manusia bisa mengambil keputusan apakah kebakaran yang terjadi masih bisa dikendalikan dengan tabung CO2 atau tidak. commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.39 Bagan sistem penanggulangan bahaya kebakaran. Sumber : Rahmat, 2000.
·
Sistem Penangkal Petir Dasar pertimbangan : -
Penangkal petir mempunyai kemampuan tinggi untuk melindungi bangunan dari sambaran petir.
-
Sistem penangkal petir tidak menimbulkan efek elekrifikasi/ flash over pada saat penangkal tersebut mengalirkan arus ke grounding sistem.
-
Pemasangan penangkal petir tidak mengganggu fasad bangunan.
Sistem penangkal petir pada terdiri dari: ·
Sistem franklin, Prinsip kerja melindungi isi dari kerucut, dimana jari-jari dan alasnya sama dengan tinggi kerucut. Sistem ini untuk bangunan dengan luasan atap yang relatif luas dirasa kurang efektif dan efisien.
·
Sistem faraday, Sistem ini menggunakan jaringan tiang-tiang kecil yang dipasang di atas atap. Tinggi tiang tidak lebih dari 60cm. Sistem ini lebih efektif dibanding sistem franklin.
·
Sistem Thomas, Sistem ini menggunakan alat berbentuk payung setinggi 50 cm yang dipasang di atas atap dan diisolasi agar tidak mengalirkan listrik kedalam bangunan. commit to user Sistem penangkal petir yang terpilih adalah Sistem faraday
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Konsep dasar yang digunakan pada perancangan Ruang Publik Kreatif ini meliputi konsep peruangan,konsep tampilan bangunan, konsep system bangunann dan konsep lokasi dan site terpilih..
A. KONSEP PERUANGAN A.1 Konsep Kegiatan Konsep kegiatan bangunan yang ada pada bangunan Ruang Publik kreatif diantaranya: a. Kegiatan utama ·
Kegiatan berekreasi dan berolahraga
·
Kegiatan Pameran
·
Kegiatan Pertunjukan dan pemutaran film
·
Kegiatan studio dan workshop
b. Kegiatan pengelola c. Kegiatan penunjang.
A.2 Konsep Besaran dan Kebutuhan ruang Berikut ini besaran masing-masing ruang berdasarkan kelompok kegiatannya : commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.Area kegiatan utama NAMA RUANG
JUMLAH/ KAPASITAS
Taman Plasa Entrance/lobby Reception & Information Ruang Pamer Ruang audio visual Amphiteater Ruang persiapan R,Penitipan barang Ruang mekanikal Toilet umum Gudang barang koleksi Gudang alat Kantor curator dan staf ahli
75 orang 3 orang 1 unit 400 orang 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit, 3 orang TOTAl
LUAS 9000 m2 3300 m2 97,5 m2 19,5 m2 1500 m2 338 m2 300 m2 80 m2 24 m2 84,5 m2 19,24 m2 40 m2 40 m2 50 m2 14.913,24 m2
Tabel 5.1
Tabel kebutuhan dan besaran ruang Sumber : Analisa penulis
2. Unit Kegiatan Komersil NAMA RUANG Art shop Area duduk food shop R.counter kasir Dapur & bar Gudang kering Gudang basah R. manager commercial area R. staff commercial area Toilet+locker karyawan
JUMLAH/ KAPASITAS 1 unit 150 orang 1 unit, 2 orang 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit, unit pria & wanita
Toilet umum TOTAl
LUAS 60 m2 399 m2 12 m2 50 m2 25 m2 25 m2 30 m2 39,9 m2 53,2 m2
10,16 m2 704,26 m2
Tabel 5.2
Tabel kebutuhan dan besaran ruang Sumber : Analisa penulis
3. Area kegiatan Pengelolaan NAMA RUANG Ruang tamu.front desk R.direktur R.wakil direktur R.sekretaris
JUMLAH/ KAPASITAS 1 unit, I orang commit to user 1 unit, 1 orang 1 unit, 2 orang
LUAS 30 m2 45,5 m2 36,m2 24 m2
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R.manager administrasi &keuangan R.staf administrasi& keuangan R.manajer program R.manajer keamanan& perawatan R.rapat R.arsip R.istirahat Pantry Gudang Toilet umum
1 unit, 1 orang
14,4 m2
1 unit,3 orang 1 unit, 1 orang 1 orang
19,8 m2 14,4 m2 14,4 m2 24 m2 12 m2 59 m2 6,89m2 6,89m2
10 orang 1 unit 14 orang 1 unit 1 unit
10,16 m2 317,44 m2
TOTAl Tabel 5.3
Tabel kebutuhan dan besaran ruang Sumber : Analisa penulis
4. Area kegiatan servis NAMA RUANG
JUMLAH/ KAPASITAS
R,panel dan trafo R.genset R.pompa R.mesin ac R.keamanan (CCTV) Toilet+locker karyawan
TOTAL
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit, unit pria&wanita 1 unit 1 unit 1unit, 2 mobil 1 unit 25 mobil 100 motor 2 bus TOTAl
Dapur+kantin Gudang Loading dock Mushola Area parkir
20 m2 40 m2 50 m2 48 m2 20 m2 53,2 m2 60m2 20m2 90m2 40m2 562,4 m2 157,5 m2 112 m2 1273,1 m2
Tabel 5.4
Tabel kebutuhan dan besaran ruang Sumber : Analisa penulis
Rekapitulasi besaran ruang Jumlah luas bangunan
Jumlah area parkir Jumlah taman dan Plaza Sirkulasi 30% luas bangunan Sirkulasi 50% luas bangunan LUAS TOTAL
2613,24 m2+704,26 m2+317,44 m2+441,2 m2 total 4076,14 m2 831,9 m2 12300 m2 1222,84 m2 415,95 m2 18846,83 m2 Tabel 5.5 commit to user
Rekapitulasi kebutuhan besaran ruang Sumber : Analisa penulis
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. KONSEP LOKASI DAN SITE TERPILIH Menurut hasil analisa dan pertimbangan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka site terpilih yang cocok untuk mendirikan Ruang Publik Kreatif Di Jakarta adalah di kawasan Kemayoran tepatnya di Jln. H.Benyamin Sueb. Salah satu alasannya adalah letaknya strategis dan letaknya dekat dengan pusat keramaian kota dan pemukiman penduduk
Gambar 5.1
Site Sumber : Dokumen pribadi
1.
2.
Batas – batas site terpilih adalah sebagai berikut :
§ Sebelah Utara
: Pemukiman
§ Sebelah Timur
: Jl. Apron & Kantor polisi
§ Sebelah Selatan
: Jl. Casa & Pemukiman
§ Sebelah Barat
: Jl. H. Benyamin Sueb commit to user
Luasan Site 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
§ Luasan site
: 16.000 m2
§ Building Coverage
: 40 %
§ Lahan yang boleh didirikan bangunan
: 16.000 x 40 % : 6.400 m2
3.
Hasil Pengolahan Site a. Klimatologis
Meletakkan sedikit bukaan pada bangunan dan juga penggunaan material yang tidak menyerap sinar matahari dan mengurangi efek silau.
Menempatkan bukaan pada sisi timur site untuk mendapatkan sinar matahari yang dibutuhkan.
Mempertahankan kondisi eksisting yang ada untuk menghindari sinar matahari.
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. View
Penataan landscape yang sudah ada untuk memperindah dan menarik bagi pengunjung yang melintasinya.
SITE
Arah orientasi bangunan menuju jalan casa untuk menarik perhatian pengunjung.
c. Pencapaian
SIDE ENTRANCE out in
in
out
MAIN ENTRANCE commit to user
Side entrance diletakkan di jalan Apron yang merupakan jalan kampung.
Main Entrance diletakkan di jalan Casa yang merupakan jalan utama menuju site dan cukup lebar.
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kebisingan
Mempertahankan perdu yang sudah ada sebelumnya sebagai peredam.
Penambahan perdu setinggi 1,5 meter di sekeliling site sebagai penambah peredam noise.
Massa bangunan diposisikan lebih ke utara untuk menghindari kebisingan.
e. Sirkulasi Sirkulasi menerus dari plasa ke taman lalu ke bangunan atau dari plasa ke bangunan lalu ke taman
PLASA
TAMAN BANGUNAN
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Zoning
Zona servis berada di bagian timur atau utara sebagai area pengelola. Zona privat berada di bagian utara sebagai area untuk massa utama.
Zona publik diletakkan di bagian selatan sebagai area untuk outdoor , taman, dan plasa.
C. KONSEP TAMPILAN BANGUNAN C.1 Konsep Bentuk Bangunan ·
Bentuk massa bangunan merupakan single mass
·
Metode yang digunakan untuk mendapatkan bentukan bangunan yaitu metode folding architecture.
·
Dalam proses mendapatkan bentuk bangunan melalui empat fase yaitu: - Persiapan Tahap ini merupakan sebuah fase perkenalan tentang cara pelipatan dan bahan yang digunakan dalam proses folding - Eksplorasi commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap mendapatkan bentuk sesuai dengan konsep bentuk bangunan berupa single mass dengan setiap bagian yang terhubung dengan bagian lainnya. - Evaluasi Tahap ini merupakan tahap penilaian hasil tahap sebelumnya untuk melihat apakah bentuk yang didapatkan sudah sesuai dengan konsep bentuk bangunan yang diterapkan. - Aktualisasi bentuk arsitektur Merupakan tahap dimana dari bentuk yang didapatkan diterjemahkan kedalam suatu dimensi dan proporsi serta pemilihan material dan struktur yang diterapkan pada bangunan.
C.2 Konsep Warna Bangunan Warna yang digunakan pada eksterior menggunakan warna natural dari bahan yang digunakan pada struktur bangunan. Sedangkan pada interior warna yang digunakan yaitu padu padan warna primer,sekunder dan tersier.
D. KONSEP SISTEM BANGUNAN D.1 Konsep Struktur Bangunan Pemilihan struktur yang akan digunakan akan di jelaskan pada transformasi desain karena sangat terkait dengan bentuk yang tercipta dari proses folding. Secara umum struktur yang digunakan sebelum terkait dengan bentuk yang tercipta yaitu: 1. Upper Menggunakan struktur folded plate yang memungkinkan untuk meminimalkan commit to user penggunaan kolom. 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Super struktur Struktur yang digunakan berupa shear wall sesuai dengan bentukan yang dihasilkan dari proses folding. 3. Sub struktur menggunkan pondasi footplat
D.2 Konsep Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan yaitu beton sebagai bahan pembentuk struktur utama. Baja dan kaca sebagai struktur pemisah antar ruang dalam bangunan dan kayu sebagai elemen penutup pada permukaan dan interior bangunan.
D.3 Konsep Pencahayaaan Pada area plasa dan taman penerangan menggunakan lampu taman,led groud light dan bench light. Penggunaan dinding kaca di tempatkan pada ruang pamer untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada ruang tersebut.
D.4 Konsep Penghawaan Void yang terbentuk pada bangunan menjadi sumber penghawaan alami bagi ruangan. Penghawaan buatan digunakan pada ruang audio visual dan pengelola karena memerlukan persyaratan khusus.
D.5 Konsep Utilitas Pada bangunan ruang public kreatif ini konsep mengekspos system utilitas diterapkan pada jaringan listrik dan jaringan pengaman terhadap kebakaran Konsep Utilitas yang digunakan bangunan Ruang Publik Kreatif adalah: commit to user 1. Konsep Pengamanan Terhadap Kebakaran 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem yang digunakan adalah: ·
Sistem fire alarm
·
Sistem sprinkler gas
·
Tangga darurat
·
Fire estinguisher
·
Outdoor hydrant
2. Konsep Pengamanan Bahaya Petir Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan adalah sistem faraday, dengan prinsip kerja tiang yang dipasang pada puncak atap dan dihubungkan dengan kawat menuju ground. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penangkal petir adalah : ·
Tiang penangkal diletakkan di bagian-bagian teritinggi bangunan
·
Seluruh bidang atas bangunan arus dapat terlindungi
·
Penangkal petir menggunakan bahan yang dapat menghantarkan muatan listrik ke dalam ground
3. Konsep Penyediaan Air Bersih Sistem yang digunakan adalah sistem up feed dimana air dipompakan dari bawah langsung ke outlet. PDAM Pompa
Ground Water Tank
Pompa
distribusi
Sumur dalam Gambar 5.2 Skema sistem air bersih Sumber : Analisa Penulis
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Konsep Jaringan Air Kotor Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian, yaitu jaringan air kotor padat (tinja & lavatory) dan jaringan air kotor cair (air hujan, roof garden, wastafel, t. wudlu, kolam renang dan dapur). Air kotor padat disalurkan ke Septictank kemudian ke peresapan, sedangkan air kotor cair dikumpulkan di Water treatment untuk di olah kembali sehingga bisa digunakan untuk perawatan roof garden.
Gambar 5.3 Skema sistem air kotor pada bangunan. Sumber : Rahmat, 2000.
5. Konsep Penyediaan Listrik Digunakan genset dan baterai yang bekerja secara otomatis ketika aliran PLN mati. Sumber listrik digunakan untuk kebutuhan menjalankan AC, lift, ruang monitor keamanan. Sinar matahari
Pencahayaan alami, menggunakan cahaya matahari
Pencahayaan artifisial
commit to Gambar user 5.4
Skema konsep sistem Pencahayaan Sumber:Analisa Penulis
100
perpustakaan.uns.ac.id ·
digilib.uns.ac.id
PLN
Gambar 5.5 Skema sumber listrik dari PLN Sumber: Poerbo, 1995:56.
·
Genset
Bagan 5.6 Skema sumber listrik dari genset Sumber: Poerbo, 1995:56.
·
Gabungan
Gambar 5.7 Skema sumber listrik gabungan dari PLN dan genzet Sumber: Poerbo, 1995:56.
keterangan : .. ATS (Automatic Transfer Switch), adalah alat yang mentransfer aliran listrik secara otomatis dari PLN ke generator, sehingga kemudian Generator berfungsi sebagai PLN. .. EMD (Electrical Main Distribution), merupakan pusat pendistribusian aliran listrik yang ada.
commit to user
101