i
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANSKAP BEBERAPA TAPAK DI KAWASAN PT. RAPP PANGKALAN KERINCI, RIAU (Kegiatan Magang di PT. Riau Andalan Pulp and Paper)
DADE ANZAC IKHSAN
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANSKAP BEBERAPA TAPAK DI KAWASAN PT. RAPP PANGKALAN KERINCI, RIAU (Kegiatan Magang di PT. Riau Andalan Pulp and Paper)
Adalah karya saya dengan arahan Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012 Dade Anzac Ikhsan A44070050
iii
RINGKASAN DADE ANZAC IKHSAN. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Beberapa Tapak di Kawasan PT. RAPP Pangkalan Kerinci, Riau (Kegiatan Magang PT. Riau Andalan Pulp and Paper) (dibimbing oleh SITI NURISJAH) Target utama Research and Development Department (RDD) di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Tahun Anggaran 2011 adalah dimulainya pengembangan kawasan sekitar gedung RDD. Tindak lanjut dari hal tersebut adalah direncanakannya proyek pengembangan arboretum di kawasan gedung RDD. Pengembangan arboretum di kawasan RDD ditujukan untuk memberikan pengenalan tentang vegetasi yang digunakan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) dan sebagai area display vegetasi langka yang digunakan oleh PT. RAPP. Pengenalan vegetasi yang digunakan untuk HTI sangat penting karena gedung RDD berlokasi jauh dari kawasan produksi HTI yang berada di site Baserah, Cerenti, Pulau Padang, dan Semenanjung Kampar, dengan begitu masyarakat dan tamu perusahaan bisa melihat vegetasi yang ditanam pada kawasan produksi HTI. Kawasan HTI Semenanjung Kampar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata selain potensi produksi tanaman HTI. Pengembangan tersebut didasarkan pertimbangan bahwa ekowisata merupakan salah satu alternatif kegiatan yang disediakan untuk dapat menunjang kebutuhan pengunjung akan wisata yang berarti juga mengharmonisasikan aktivitas manusia dengan keberlanjutan lingkungan alam, tumbuhan, dan hewan. Tujuan umum dari magang ini adalah untuk mempelajari, menganalisis serta meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap selama melakukan kerja sama dalam proses kegiatan magang dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap. Tujuan magang ini diharapkan bermanfaat dalam menambah pengalaman serta sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam arsitektur lanskap antara mahasiswa dan perusahaan tempat magang. Kegiatan magang dilakukan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) yaitu pada Research and Development Department (RDD). Perusahaan ini berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.Kegiatan magang dimulai dari minggu kedua bulan April 2011 hingga minggu keempat bulan Oktober 2011. Metode kerja yang digunakan secara umum adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di perusahaan yakni terlibat dalam proses pengerjaan beberapa proyek yang sedang ditangani RDD. Mahasiswa magang melakukan wawancara dengan menggunakan daily sheet untuk memperoleh data magang. Tahapan pekerjaan magang yang diikuti dalam kegiatan magang ini mengikuti proses yang dikerjakan oleh PT. RAPP. Tahapan kegiatan menyesuaikan dengan tujuan magang, yakni mempelajari fasilitas, metode, teknologi dan sumberdaya PT. RAPP (Kegiatan Administrasi), pelaksanaan perancangan lanskap arboretum dan mengembangkan konsep ekowisata di kawasan HTI (Kegiatan Lapang dan Studio). Program pengembangan lanskap arboretum RDD yang masing-masing dipimpin oleh seorang Program Leader dan dibantu oleh beberapa Senior Researcher. Program Leader mengkoordinir tim dan menangani bagian
iv
manajemen yang berhubungan dengan corporate perusahaan, sedangkan Senior Researcher menangani operasi pelaksanaan program. Program Leader adalah orang yang memimpin dan mengawasi pekerjaan Senior Researcher dan tenaga ahli. Pada program pengembangan lanskap RDD mempunyai ahli silvikultur, ahli tanah, ahli benih, agronomist, dan ahli tanaman tetapi RDD tidak mempunyai arsitek lanskap dan CAD drafter. Jenis fasilitas yang digunakan PT. RAPP sangat lengkap, seperti lengkapnya hardware dan software. Teknologi yang digunakan perusahaan up-to-date seperti penggunaan software terbaru. Pada pemanfaatan sumberdaya manusia PT. RAPP belum menggunakan ahli di bidang arsitektur lanskap, sehingga perusahaan perlu bekerja sama dengan perusahaan atau konsultan di bidang arsitektur lanskap. PT. RAPP dalam perancangan lanskap tidak memiliki standar prosedur penanganan dan pengerjaan proyek lanskap karena di RDD sendiri tidak terdapat arsitek lanskap. Namun tahapan kerja yang dilakukan oleh PT. RAPP dalam program pengembangan lanskap arboretum mengikuti struktur yang dikembangkan oleh Booth (1983) dimulai dari tahap persiapan, diawali penyusunan proposal dan pengajuan rancangan proyek. Berikutnya tahap inventarisasi dan analisis, meliputi kegiatan survey tapak, pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi dan kendala tapak. Tahap desain konsep, meliputi penentuan ide secara konseptual. Tahap pengembangan, pada tahap ini pembuatan gambar ilustrasi. Tahap pelaksanaan, implementasi hasil akhir dari perancangan ke dalam tapak. Selanjutnya tahap evaluasi, dilakukan setelah tahap pelaksanaan untuk mengetahui hasil akhir dari produktivitas dan produk kerja. Perusahaan berusaha memanfaatkan lahan HTI di Pulau Padang dan Semenanjung Kampar. Untuk memanfaatkan sebagian lahan HTI pada area kajian maka diterapkan konsep ekowisata di Semenanjung Kampar, khususnya di Estate Tasik Belat dan Estate Kampar. Konsep ekowisata tersebut dikembangkan dengan kriteria ekowisata yang mencakup konservasi, partisipasi, edukasi dan rekreasi, ekonomi, serta kendali. Kata Kunci: Perencanaan Lanskap, Perancangan Lanskap, Hutan Tanaman Industri, Arboretum, Ekowisata.
v
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak mengurangi kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
vi
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANSKAP BEBERAPA TAPAK DI KAWASAN PT. RAPP PANGKALAN KERINCI, RIAU (Kegiatan Magang di PT. Riau Andalan Pulp and Paper)
DADE ANZAC IKHSAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
vii
LEMBAR PENGESAHAN Judul Kegiatan Magang : Perencanaan dan Perancangan Lanskap Beberapa Tapak di Kawasan PT. RAPP Pangkalan Kerinci, Riau. (Kegiatan Magang di PT. Riau Andalan Pulp and Paper) Nama Mahasiswa
: Dade Anzac Ikhsan
NRP
: A44070050
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan dan Perancangan Lanskap Beberapa Tapak di Kawasan PT. RAPP Pangkalan Kerinci, Riau (Kegiatan Magang di PT. Riau Andalan Pulp and Paper)”. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung khususnya kepada : 1.
Ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan waktu, tenaga, arahan, bimbingan, serta pengertiannya selama proses penyusunan skripsi.
2.
Bapak Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr. selaku dosen pembimbing akademik.
3.
Bapak DR. Ir. H. Budi Tjahjono M.Agr yang memberikan kesempatan dan bantuannya selama kegiatan magang berlangsung.
4.
Keluarga tercinta, Papa Ahmad, Mama Lilik, Mami Yanti, Om Azwar, Palek Benny, Mas Eko, Mbak Dini, Nindy, Shandy serta seluruh keluarga tercinta atas do’a, dorongan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
5.
Eka Marttiana atas kasih sayang, pengertian, kesabaran, dan bantuannya.
6.
Fika, Wenes, Caroline yang membantu dalam pembuatan gambar proyek.
7.
Keluarga besar UKM Futsal IPB, Alfred, Alm. Kampas, Betet, Azra, Aconk, Eli, Sigit, Alan, Agung, Nanan, Galuh, Faris, Edo, Beph, Ari, Yudi, Galer, Deno, Anu, yang telah mengajarkan arti semangat.
8.
Sahabat-sahabat tercinta Rifqi, Ruswan, Huda, Agus, Fahmi, Febi, Mario, Dimas, Guntur, Tyas, Nindy, Yaomi, Vino, Arief, Doly, Rizki, Aldy, Ondo, Iyut, Gita, Andra, Potter, Bang Ed, Diyah, M, Zai, Ariev40, Alan, Hanni dan semua teman-teman ARL 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,48 yang sangat luar biasa.
9.
Seluruh Dosen, Staff, Pegawai Dept. Asitektur Lanskap atas dukungannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Bogor, September 2012 Penulis
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1990 di Medan, merupakan anak dari Bapak H. Ahmad Hidayat dan Ibu Hj. Amelia A. Hastuti. Pendidikan formal Penulis dimulai dari TK Hikmatul Fadhilah Medan pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke SD Muhammadiyah Medan (1996-1998), SDN Krida Utama Padalarang (1998-2001). Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 6 Cimahi (2001-2004). Kemudian Penulis melanjutkan ke SMAN 4 Cimahi (2004-2007). Pada tahun 2007 Penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi yaitu sebagai Wakil Ketua Divisi PSDM Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), Komunitas Pecinta Alam (KOALA), UKM Futsal IPB serta aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG) dan Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan (IMMAM). Penulis juga menjalani magang kerja di bagian maintenance Sekar Lestari Nursery pada tahun 2009. Pada pertengahan tahun 2009 penulis sudah merintis karir dari surveyor pada pekerjaan penyusunan Master Plan Pondok Pesantren Darul Fallah Ciampea, Bogor. Pada akhir tahun 2009, penulis berkesempatan mengerjakan Desain Taman Dinas Pertanian Tanaman Pangan sebagai Perancang Taman. Pada awal tahun 2011, penulis mendapatkan pekerjaan pengolahan data survey sebagai operator GIS di Konsultan Lanskap IdeA, penulis dilibatkan dalam pengerjaan Master Plan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil dan Bukit Batu, Riau. Pada pertengahan tahun 2011 penulis masih berkecimpung di bidang surveyor untuk pekerjaan penyusunan RDTR kawasan hutan wisata zona Air Jangkang dan Desa Riding Panjang untuk PT. Timah di Pulau Bangka, dan penulis juga ikut berpartisipasi dalam proyek penyusunan Master Plan Taman Nasional Gunung Halimun Salak site
Cidahu dan Loji sampai akhirnya bekerja freelance di
Konsultan IdeA dan alhamdulillah sekarang dipercaya menjadi GIS Operator di Konsultan Lanskap tersebut. Di bidang akademik penulis pernah menjadi penanggung jawab mahasiswa untuk mata kuliah Rekayasa Lanskap pada TA
x
2008/2009, asisten untuk mata kuliah Rekayasa Lanskap pada TA 2010/2011, Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya pada TA 2011/2012 dan Perencanaan Lanskap pada TA 2011/2012. Di luar kegiatan kemahasiswaan, penulis aktif dalam mendirikan Henshin for Justice (HFJ), sebuah komunitas pecinta tokusatsu Jepang yang bergerak di bidang pembuatan dekorasi, perfilman, action figure, costplay, dan aksesoris yang berhubungan dengan tokusatsu dari Negara Jepang. Penulis sebagai pendiri HFJ dipercaya sebagai admin merangkap wakil ketua dalam komunitas tersebut yang alhamdulillah anggotanya sampai dengan sekarang sudah mencapai angka empat ribu. Penulis juga dipercaya sebagai narasumber di acara Tokusatsu untuk Indonesia (Space Toon TV) dan Game Maniac (DAAI TV). Penulis mendapat sertifikasi Costume Maker dari AAC Group dan sempat menjadi Costplayer pada beberapa acara bersama HFJ. Hingga saat ini penulis aktif menyosialisasikan tokusatsu Jepang sebagai juru bicara HFJ.
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap ................................................................................................... 3 2.2 Arboretum ............................................................................................... 3 2.3 Hutan Tanaman Industri.......................................................................... 4 2.4 Ekowisata ................................................................................................ 8 2.5 Perencanaan Lanskap .............................................................................. 9 2.6 Perancangan Lanskap ............................................................................ 10
III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Magang .................................................................. 14 3.2 Metode Magang .................................................................................... 14 3.3 Tahapan Kegiatan Magang ................................................................... 15 3.4 Data dan Sumber Data Magang ............................................................ 16 3.5 Batasan Magang .................................................................................... 18 IV. KONDISI UMUM 4.1 Profil Umum PT. Riau Andalan Pulp and Paper................................... 19 4.2 Ruang Lingkup Kerja Research and Development Department ........... 22 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Manajemen PT. RAPP .......................................................................... 27 5.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan ................................................ 27 5.1.2 Penerimaan Proyek.................................................................... 30 5.1.3 Prosedur Perancangan Lanskap................................................. 30 5.1.4 Teknologi dan Fasilitas Kerja Studio ........................................ 31 5.1.5 Proses Perancangan Lanskap .................................................... 33 5.2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Perancangan Lanskap Arboretum RDD Office .......................................................... 34 5.3 Perancangan Kawasan Arboretum ........................................................ 36 5.3.1 Tujuan dan Sasaran Proyek ........................................................ 36 5.3.2 Tahapan Kegiatan Perancangan ................................................. 37 5.2.2.1 Tahap Persiapan ............................................................ 37 5.2.2.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................. 38 a. Orientasi Tapak ...................................................... 39 b. Iklim ....................................................................... 40 c. Tanah ...................................................................... 40 d. Hidrologi ................................................................ 41 e. Topografi ................................................................ 42
xii
f. Vegetasi dan Satwa ................................................. 44 g. Aksesibilitas ........................................................... 45 h. Fasilitas dan Utilitas ............................................... 46 i. Karakteristik Pengguna Tapak ............................... 47 5.3.2.3 Tahap Analisis.............................................................. 47 a. Aksesibilitas Tapak ................................................ 48 b. Iklim ....................................................................... 48 c. Tanah ...................................................................... 52 d. Hidrologi ................................................................ 52 e. Topografi ................................................................ 53 f. Vegetasi .................................................................. 56 g. Satwa ...................................................................... 57 h. Fasilitas dan Utilitas ............................................... 58 i. Pengguna Tapak ..................................................... 59 5.3.2.4 Tahap Sintesis .............................................................. 59 5.3.2.5 Tahap Perancangan ...................................................... 59 a. Conceptual Design ................................................. 60 b. Blok Plan ................................................................ 65 c. Site Plan ................................................................. 66 c. Tahap Pengembangan Desain ................................ 68 5.4 Kajian Pra-Planning dan Konsep Ekowisata di Kawasan HTI ........... 75 5.4.1 Tujuan dan Sasaran Kegiatan ..................................................... 75 5.4.2 Konsep Hutan Tanaman Lestari ................................................. 75 5.4.3 Strategi Pelaksanaan Kegiatan ................................................... 75 5.4.4 Kegiatan Pra-Planning Hutan Tanaman.................................... 76 5.4.5 Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan HTI ........... 86 5.4.5.1 Legalitas Areal Hutan Tanaman (Aspek Prasyarat) ..... 86 5.4.5.2 Pengembangan dan Pengelolaan Areal Hutan Tanaman (Aspek Kelola Produksi dan Kelola Lingkungan) ..................................................... 86 5.4.6 Pengembangan Konsep Ekowisata di Kawasan HTI ............... 106 5.4.6.1 Deskripsi Konsep Ekowisata ..................................... 106 5.4.6.2 Konsep Pengembangan Ekowisata ............................ 106 a. Konservasi ........................................................... 108 b. Partisipasi ............................................................ 108 c. Edukasi dan Rekreasi .......................................... 109 d. Ekonomi .............................................................. 109 e. Kendali ................................................................ 110 5.4.6.3 Konsep Pengembangan Lanskap Ekowisata ............. 110 a. Konsep Aktivitas dan Ruang ............................... 112 b. Konsep Fasilitas dan Utilitas............................... 117 c. Konsep Sirkulasi.................................................. 119 VI.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 122 5.2 Saran.................................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 124
xiii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Data dan Sumber Data .................................................................................... 17 2. Teknologi berupa software yang digunakan perusahaan dalam program pengembangan lanskap arboretum RDD ........................................................ 32 3. Fasilitas yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan ........................... 32 4. Iklim Pangkalan Kerinci Tahun 2005-2009 .................................................... 40 5. THI Arboretum RDD Office Tahun 2005-2009 ............................................. 51 6. Kajian Lahan Gambut Semenanjung Kampar................................................. 96 7. Kriteria Konservasi dan Indikator ................................................................. 108 8. Kriteria Partisipasi dan Indikator .................................................................. 108 9. Kriteria Edukasi dan Rekreasi serta Indikator .............................................. 109 10. Kriteria Ekonomi dan Indikator .................................................................... 109 11. Kriteria Kendali dan Indikator ...................................................................... 110 12. Konsep Aktivitas Ekowisata di Kawasan HTI PT. RAPP ............................ 112 13. Rencana Ruang dan Sub Ruang Estate Tasik Belat ...................................... 117 14. Rencana Ruang dan Sub Ruang Estate Kampar ........................................... 117 15. Konsep Fasilitas dan Utilitas Kawasan HTI PT. RAPP................................ 118
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Mosaik Ruang HTI............................................................................................ 6 2. Peta Lokasi Magang ........................................................................................ 14 3. Peta Lokasi PT. RAPP .................................................................................... 19 4. Pulp and Paper Mill PT. RAPP ...................................................................... 20 5. Pembibitan....................................................................................................... 21 6. Hutan Tanaman dengan Bentuk Mosaic Plantations ...................................... 22 7. Skema Pemuliaan Pohon di RDD ................................................................... 23 8. Skema Pengelolaan HTI di RDD .................................................................... 24 9. Pengendalian Hama Terpadu dalam HTI ........................................................ 25 10. Pengendalian Hayati dengan Predator Hama .................................................. 26 11. Struktur Organisasi PT. RAPP ........................................................................ 28 12. Struktur Organisasi Program Pengembangan HTI dan Pengembangan Lanskap RDD .................................................................................................. 29 13. Perbandingan Proses Perancangan Lanskap Menurut Booth (1983) dan PT. RAPP ..................................................................................................................33 14. Tahapan Perancangan Lanskap dalam Proyek Pengembangan Arboretum RDD Office................................................................................... 37 15. Kondisi Eksisting Tapak ................................................................................. 38 16. Peta Tutupan Lahan pada Arboretum ............................................................. 40 17. Peta Klasifikasi Tanah pada Arboretum ......................................................... 41 18. Kondisi Hidrologi dalam Tapak ...................................................................... 42 19. Peta Kontur dan Kondisi Eksisting Arboretum............................................... 43 20. Vegetasi Eksisting yang Terdapat pada Arboretum ........................................ 44 21. Satwa yang Terdapat di Arboretum ................................................................ 45 22. Aksesibilitas Menuju Arboretum .................................................................... 46 23. Ketersediaan Fasilitas dan Utilitas pada Arboretum ....................................... 47 24. Grafik Iklim Pangkalan Kerinci Tahun 2005-2009 ........................................ 49 25. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan Arboretum RDD Office ......................... 55 26. Peta Sintesis Arboretum RDD Office ............................................................. 60 27. Standard Ecology Path Berdasarkan Landscpe Ecology Principles............... 61 28. Konsep Ruang Arboretum RDD Office .......................................................... 63 29. Konsep Sirkulasi di Arboretum RDD Office .................................................. 64 30. Konsep Vegetasi di Arboretum RDD Office .................................................. 65 31. Blok Plan Arboretum RDD Office.................................................................. 66 32. Ilustrasi Site Plan ............................................................................................ 67 33. Ilustrasi Area Penerimaan ............................................................................... 69 34. Model Penanaman pada Jalan Utama ............................................................. 70 35. Blow Up dan Potongan Jalan Utama ............................................................... 71 36. Blow Up dan Ilustrasi Water Feature.............................................................. 72 37. Blow Up dan Ilustrasi Traffic Island ............................................................... 72 38. Model Penanaman Gedung RGE Technology Center .................................... 72 39. Ilustrasi Shelter................................................................................................ 73 40. Ilustrasi Lokasi Event Penanaman .................................................................. 74 41. Konsep Pengembangan Hutan Tanaman Lestari ............................................ 76
xv
42. Site Surveying dan Estimasi Ketinggian Pohon .............................................. 77 43. Briefing Sebelum Berangkat Survey Tapak.................................................... 78 44. GPS 10 XL Garmin ......................................................................................... 78 45. Pengolahan Data GIS oleh Mahasiswa Magang................................................. 78 46. Peta Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Riau ................. 80 47. Peta Kualitas Tanah Estate Cerenti ................................................................. 81 48. Peta Overplot Kemiringan dan Unit Famili Tanah Estate Cerenti.................. 82 49. Peta Overplot Kemiringan dan Grup Famili Tanah Estate Cerenti................. 83 50. Overplot Kemiringan dan Unit Manajemen Tanah Estate Cerenti ................. 84 51. Peta Overplot Kemiringan dan Jenis Tanah Estate Baserah ........................... 85 52. Proses Perizinan Areal IUPHHK–HT PT. RAPP ......................................... 86 53. Estate Pulau Padang IUPHHK-HT PT.RAPP................................................. 88 54. Estate Kampar dan Tasik Belat IUPHHK-HT PT.RAPP................................ 89 55. Peta Batas Area Konsesi Perusahaan pada Semenanjung Kampar ................. 90 56. Peta Tutupan Lahan Semenanjung Kampar .................................................... 92 57. Peta Kanal dan Drainase Semenanjung Kampar ............................................. 93 58. Peta Level Tutupan Drainase Semenanjung Kampar...................................... 94 59. Peta Degradasi Lahan Gambut pada Kampar Ring Zone ............................... 95 60. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari ................. 97 61. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari ................. 98 62. Peruntukan Areal Estate Tasik Belat............................................................. 100 63. Peruntukan Areal Estate Kampar .................................................................. 101 64. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan HTI Estate Kampar .................... 103 65. Water and Drainage System.......................................................................... 104 66. Rencana Pemantauan HTI Estate Kampar .................................................... 105 67. Ilustrasi Aktivitas Ekowisata ........................................................................ 111 68. Konsep Ruang dan Sub Ruang Estate Tasik Belat........................................ 115 69. Konsep Ruang dan Sub Ruang Estate Kampar ............................................. 116 70. Konsep Sirkulasi Kawasan HTI Estate Tasik Belat ...................................... 120 71. Konsep Sirkulasi Kawasan HTI Estate Kampar ........................................... 121
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pada Tahun 2002 PT. RAPP membangun Research and Development
Department (RDD). Visi dari RDD adalah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberadaan fasilitas dan sumberdaya yang memadai serta keadaan lingkungan yang nyaman, tertib, dan bersih sangat dibutuhkan untuk mewujudkan visi tersebut. Target utama RDD di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Tahun Anggaran 2011 adalah dimulainya pengembangan pada kawasan sekitar gedung RDD. Tindak lanjut dari hal tersebut adalah direncanakannya proyek pengembangan arboretum di kawasan gedung departemen RDD. Pengembangan arboretum di kawasan RDD ditujukan untuk memberikan pengenalan tentang vegetasi yang digunakan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) dan sebagai area display vegetasi langka yang digunakan oleh PT. RAPP. Pengenalan vegetasi yang digunakan untuk HTI sangat penting karena gedung RDD berlokasi jauh dari kawasan produksi HTI yang berada di site Baserah, Cerenti, Pulau Padang, dan Semenanjung Kampar, dengan begitu masyarakat dan tamu perusahaan bisa melihat vegetasi yang ditanam pada kawasan produksi HTI. Tujuan lainnya dari pengembangan arboretum di kawasan RDD, adalah: 1. Sebagai wahana promosi dan rekreasi kepada umum, khususnya untuk para tamu dari luar perusahaan. 2. Meningkatkan nilai estetis kawasan sekitar gedung RDD. 3. Pengoptimalan segenap potensi sumberdaya yang dimiliki PT. RAPP. Pada kegiatan magang di PT. RAPP, selain melakukan perancangan arboretum, mahasiswa juga membantu perusahaan dalam salah satu dari kegiatan perencanaan perusahaan. Kegiatan perencanaan yang dilakukan perusahaan berbentuk kegiatan pelaksanaan pengembangan HTI dan penyusunan konsep ekowisata pada kawasan HTI Semenanjung Kampar. Kawasan HTI Semenanjung Kampar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata selain potensi produksi tanaman HTI. Pengembangan tersebut didasarkan pertimbangan bahwa ekowisata merupakan salah satu
2
alternatif kegiatan yang disediakan untuk dapat menunjang kebutuhan pengunjung akan wisata yang berarti juga mengharmonisasikan aktivitas manusia dengan keberlanjutan lingkungan alam, tumbuhan, dan hewan. Perencanaan dan perancangan yang dimulai dari pengumpulan data hingga pelaksanaan di lapangan menjadi penting untuk dipelajari lebih mendalam bagi mahasiswa bidang arsitektur lanskap. Proses tersebut dipelajari melalui kegiatan magang di suatu proyek pekerjaan lanskap yang profesional.
1.2
Tujuan Tujuan umum dari magang ini adalah untuk mempelajari, menganalisis serta
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap selama melakukan kerja sama dalam proses kegiatan magang dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini meliputi: 1.
Mempelajari berbagai jenis fasilitas, metode, teknologi, dan sumberdaya yang digunakan oleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper dalam kegiatan perencanaan dan perancangan baik di studio atau di lapangan.
2.
Pelaksanaan perancangan lanskap arboretum di kawasan RDD Office.
3.
Mengembangkan konsep ekowisata di kawasan HTI.
1.3
Manfaat Kegiatan magang yang dilakukan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper di
Pangkalan Kerinci, Riau ini bermanfaat untuk: 1.
Meningkatkan softskill mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
2.
Memperoleh informasi yang berkaitan dengan proyek perancangan arboretum RDD Office.
3.
Menjadi bahan masukan dalam mengembangkan, mengaplikasikan dan meningkatkan konsep ekowisata di kawasan HTI.
4.
Menambah pengalaman serta sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam arsitektur lanskap antara mahasiswa dan perusahaan tempat magang.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Lanskap Simonds (1983) berpendapat bahwa lanskap ialah bentang alam yang
memiliki karakteristik tertentu dimana elemen-elemen lanskapnya dibagi menjadi elemen lanskap utama dan lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen lanskap yang dominan dan tidak dapat dirubah, seperti bentukan gunung, sungai, pantai, dan lain-lain. Sedangkan elemen lanskap penunjang adalah yang dapat dirubah seperti bukit-bukit, semak-semak dan sungai kecil. Menurut Eckbo (1964), lanskap merupakan keseluruhan yang kompleks dari elemen fisik di suatu area atau daerah pergerakan. Lanskap secara fisik merupakan hasil interaksi antara manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta dengan alam, sebagai kesatuan proses. Selanjutnya Gold (1980) membedakan elemen lanskap kepada tiga elemen, yaitu elemen lanskap makro, mikro, dan buatan manusia (man made). Elemen lanskap makro meliputi iklim (curah hujan, suhu, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin) dan kualitas visual tapak. Elemen mikro meliputi topografi (kontur, kemiringan lahan, dan pola drainase), jenis tanah dan keadaaanya, vegetasi, satwa, dan hidrologi. Elemen lanskap binaan (man made) manusia meliputi jaringan transportasi, tata guna lahan, pola permukiman dan struktur bangunan.
Menurut Simonds (1983), bentuk bangunan mempunyai hubungan
dengan lanskap alami dan buatan, tidak hanya berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan dan karakter lanskap yang mempengaruhinya. Dengan mengatur struktur dan ruang yang baik, tidak hanya sekedar menekankan bangunannya sajatetapi juga berfungsi untuk menciptakan ruang secara total. Bangunan mempunyai hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang dan lanskap alaminya. 2.2
Arboretum Konservasi terhadap kekayaan genetis yang mewakili flora dan fauna
bertujuan untuk melestarikan dan mengamankan kekayaan biotik yang kita miliki (Salim, 1986). Menurut Dinas Kehutanan Republik Indonesia (1990), konservasi flora dan fauna dapat dilaksanakan baik di dalam kawasan (konservasi in-situ),
4
maupun di luar kawasan (konservasi ex-situ). Tujuan dari konservasi tersebut adalah untuk melindungi dan melestarikan jenis, terutama pada flora dan fauna yang tergolong langka. Konservasi in-situ dilakukan dengan membiarkan semua jenis flora dan fauna tetap seimbang menurut proses alami dan habitatnya. Sementara itu, konservasi ex-situ dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan semua jenis flora dan fauna untuk menghindari bahaya kepunahan. Konservasi in-situ dan konservasi ex-situ memiliki bentuk aplikasi yang sangat beragam. Salah satu alternatif bentuk aplikasi konservasi tumbuhan secara ex-situ adalah arboretum. Arboretum merupakan salah satu upaya untuk menangkar dan membudidayakan tanaman yang berasal dari luar kawasan. Selain itu, arboretum dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu menjembatani bentuk antara kebun raya dan kebun koleksi kehutanan, terutama dalam fungsinya sebagai sumber plasma nutfah. Menurut Taman (1955), arboretum adalah taman pohon-pohon atau kayukayuan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan terutama bambu. Shadily (1980) menambahkan bahwa arboretum adalah tempat pohon-pohon dikembangbiakkan dan ditanam, baik secara individu maupun berupa tegakan untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, Soetisna (1985) menyatakan bahwa arboretum adalah kebun dengan jenis tumbuhan lokal untuk tujuan pelestarian dan pendidikan. Manfaat arboretum bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan harus didukung dengan ketepatan memilih dan menentukan letak fasilitas pendukung arboretum. Pemilihan dan penentuan letak fasilitas pendukung yang tepat akan memberikan nilai unik dan kemudahan bagi pengunjung arboretum. Keberadaan sarana dan prasarana penunjang lainnya juga harus lengkap, baik sarana dan prasarana untuk tujuan pengelolaan, pendidikan, maupun kegiatan wisata.
2.3
Hutan Tanaman Industri Menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman, Hutan Tanaman
Industri (HTI) adalah usaha hutan tanaman untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur sesuai dengan tapaknya
5
(satu atau lebih sistem silvikultur) dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan kayu maupun non kayu. Selanjutnya menurut CIFOR, Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah sebidang luas daerah yang sengaja ditanami dengan tanaman industri (terutama kayu) dengan tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami. Hasil hutan tanaman industri berupa kayu bahan baku pulp dan kertas (jenis tanaman akasia) serta kayu pertukangan (meranti), di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an di Sumatera Selatan dan Riau. Kebijakan yang dikeluarkan Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman (2009), menyebutkan bahwa: 1.
Pembangunan HTI diutamakan pada hutan tidak produktif (UU No. 41/99), Pelaksanaan pembangunan HTI menerapkan sistem silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB).
2.
Pelaksana pembangunan HTI dilakukan oleh BUMN, BUMS (PMDN/PMA berbadan Hukum Indonesia), Koperasi, Perorangan.
3.
Melibatkan instansi terkait (BKPM, Deprin, Depdag, KLH, Menkeu) dan Pemerintah Daerah.
4.
Pendanaan bersumber dari dana sendiri maupun pinjaman dari Pemerintah.
5.
Menggunakan tenaga-tenaga profesional kehutanan.
6.
Target tanaman HTI sampai dengan tahun 2009 seluas 5 juta hektar dan pada tahun 2014 seluas 9 juta hektar (tanaman HTI efektif sebesar 50% s/d 70 % dari luas izin /konsesi HTI) Menurut Mandat UU No.41 Tahun 1999 tata ruang pembangunan Hutan
Tanaman Industri, dalam pembangunan HTI di setiap unit usaha telah diatur tata penggunaan lahannya atau tata ruangnya yang terlihat pada Gambar 1sebagai berikut : a.
Areal Tanaman Pokok ±70%
b.
Areal Tanaman Unggulan ± 10 %
c.
Areal Tanaman Kehidupan ± 5%
d.
Kawasan Lindung ± 10 %
e.
Sarana Prasarana ± 5%
6
Gambar 1. Mosaik Ruang HTI (Sumber : Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman, 2009) Menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman (2009), tujuan pembangunan HTI adalah: 1.
Meningkatkan produktivitas hutan produksi, dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku industri perkayuan dan penyediaan lapangan usaha (pertumbuhan ekonomi/pro-growth), penyediaan lapangan kerja (pro-job), pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan (pro-poor) dan perbaikan kualitas lingkungan hidup (pro-environment);
2.
Mendorong daya saing produk industri perkayuan (penggergajian, kayu lapis, pulp and paper, meubel, dll) untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor Selanjutnya menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman
(2009), Peraturan Pembangunan Hutan Tanaman Industri adalah sebagai berikut: 1.
PP No. 7 TH. 1990 a. Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi (HP) yang tidak produktif (Pasal 5 ayat (1). b. SK Menhut No. 200/Kpts-II/1994; kriteria HP tidak produktif ditandai dengan : pohon inti yang berdiameter > 20 cm kurang dari 25 batang/ha, pohon induk < 10 batang/ha.Pohon induk < 10 batang/ha, permudaan alamnya kurang, yaitu : semai < 1000 batang/ha, dan atau pancang < 240 batang/ha, dan atau tiang < 75 batang/ha.
7
2.
PP No. 6 Th. 1999 Tgl. 27 Januari 1999 Hak pengusaan hutan tidak dapat diberikan dalam areal hutan yang telah dibebani hak yang telah ada sebelumnya (Pasal 13).
3.
UU No. 41/1999 tgl 30 Sept. 1999 & peraturan pelaksanaannya a. Usaha pemanfaatan hutan tanaman diutamakan dilaksanakan pada HP yang tidak produktif dalam rangka mempertahankan hutan alam (penjelasan Pasal 28 ayat (1). b. SK Menhut No. 10.1/Kpts-II/2000 tanggal 6 November 2000 tentang Kriteria HP untuk HTI : penutupan vegetasi non hutan (semak belukar, padang alang-alang, dan tanah kosong) atau areal bekas tebangan yang kondisinya rusak dgn potensi kayu bulat berdiameter 10 cm utk semua jenis kayu dengan kubikasi tdk lebih dr 5m kubik perhektar (Bab III Pasal 3 ayat (4).
4.
PP. 34/2002 tanggal 8 Juni 2002 a. usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman, dilaksanakan pada lahan kosong, padang alang-alang, dan atau semak belukar di hutan produksi. (Pasal 30 ayat (3). b. Terhadap HPH yang diberikan berdasarkan ketentuan ini dan HPHH yang diberikan
berdasarkan
ketentuan
peraturan
Per-UU-an
sebelum
ditetapkannya PP. ini tetap berlaku sampai haknya/izinnya berakhir. (Bab X Pasal 99 huruf a) 5.
PP. 6/2007 tanggal 8 Januari 2007 Jo PP.3 /2008 a. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI dilakukan pada hutan produksi yang tidak produktif (Pasal 38 ayat (3). Lebih lanjut bahwa pengertian produksi yang tidak produktif adalah hutan produksi yang dicadangkan oleh Menteri sebagai areal pembangunan hutan tanaman. Dengan demikian areal untuk IUPHHK-HTI dikembalikan sesuai dengan penjelasan Pasal 28 ayat (1) UU 41/1999. b. Berdasarkan Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009 bahwa sistem silvikultur HTI harus sesuai dengan tapaknya (Tebang pilih, Tebang Habis, atau Tebang Jalur)
8
2.4
Ekowisata Menurut Sekartjakrarini (2009) pengertian ekowisata di Indonesia sebagai
suatu konsep operasional pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata menuju pembangunan pariwisata berkelanjutan. Ekowisata mencerminkan dikotomi yang sama sebagaimana dalam konsep wisata yang dipelajari sebagai kumpulan perilaku (behaviour) dan sebagai industri. Sebagai perilaku atau kegiatan, pengertian ekowisata terbagi dua, yaitu menjelaskan tentang apa sebenarnya yang dilakukan wisatawan (what actually do) dan merupakan norma-norma apa yang harus dilakukan (what should do) oleh seseorang eco-tourist (Stewart dan Sekartjakrarini,1994). Sedangkan pemahaman ekowisata sebagai suatu industri, menekankan hubungan antara masyarakat setempat dengan sumber daya wisata. Dalam kaitan ini arah pandang adalah dari sisi produk (supply side) dan bersandar pada pengertian bahwa hubungan yang erat antara sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat dengan industri pariwisata merupakan mekanisme yang mutlak diperlukan dalm mendukung keberlanjutan usaha. World Tourism Organization – WTO (2004) menegaskan bahwa pencapaian pariwisata yang berkelanjutan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan memerlukan pengendalian dan pengawasan yang tidak cukup hanya terhadap dampak negatif yang ditimbulkan, namun meliputi pula langkah-langkah pencegahan dan atau perbaikan setiap saat diperlukan. Pariwisata berkelanjutan juga mempertahankan tingkat kepuasan wisatawan yang tinggi dan memastikan pengalaman yang bermakna bagi wisatawan melalui suatu rangkaian kunjungan yang mampu meningkatkan kesadaran mereka tentang isu keberlanjutan. Selanjutnya menurut Sekartjakrarini (2009), ekowisata Indonesia dipahami sebagai suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata berbasis lingkungan alam dan budaya masyarakat setempat dengan azas pemanfaatan dan penyelenggaraan yang diarahkan pada: 1.
Perlindungan sumber-sumber alam dan budaya untuk mempertahankan kelangsungan ekologi lingkungan (ecologically sustainable) dan kelestarian budaya masyarakat setempat.
2.
Pengelolaan penyelenggaraan kegiatan dengan dampak negatif sekecil dimungkinkan (enviro-management)
9
3.
Keikutsertaan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari upaya menyadarkan, memampukan, memartabatkan, dan memandirikan rakyat menuju peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup, dengan bertumpu pada kegiatan usaha masyarakat itu sendiri, serta peningkatan keahlian profesi.
4.
Pengembangan dan penyajian daya tarik wisata dalam bentuk programprogram penafsiran lingkungan alam dan budaya setempat dengan muatan pembelajaran dan rekreasi. Ekowisata
dipahami
sebagai
suatu
konsep
pengembangan
dan
penyelenggaraan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan dan pelestarian, berintikan partisipasi masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif minimal, dan memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya (Sekartjakrarini, 2009).
2.5
Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan
arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis pada lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetika dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan termasuk kesehatannya. Secara praktikal dinyatakan bahwa kegiatan merencana suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep ke arah suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata. (Nurisyah dan Pramukanto 2008). Selanjutnya menurut Nurisyah dan Pramukanto (2008) bahwa perencanaan lanskap berfungsi utama sebagai suatu panduan saling keterkaitan yang komplek antara berbagai fungsi yang pada suatu lahan, bentang alam, atau ekosistem. Sebagai
contoh
dengan
memisahkan
fungsi-fungsi
lahan
yang
tidak
10
berkesesuaian, menyatukan yang sesuai, dan memilih yang kompetitif, serta menghubungkan setiap fungsi yang dikhususkan pada keseluruhan kawasan lanskap yang dilihat sebagai suatu bentuk wadah kehidupan. Gold (1980) menambahkan bahwa perencanaan lanskap merupakan penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestariannya. Proses perencanaan lanskap terdiri atas enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Dalam perencanaan lanskap suatu daerah dimana didalamnya terdapat aktivitas rekreasi, membutuhkan informasi yang mengintegrasikan manusia dengan waktu luang dimana pengalokasian sumber daya dilakukan untuk menghubungkan waktu luang dengan kebutuhan masyarakat dan areal perencanaan. Proses perencanaan lanskap tersebut dapat didekati melalui empat cara yaitu: 1.
Pendekatan sumber daya, sumber daya fisik atau alami akan menentukan tipe dan jumlah aktivitas pada tapak. Pertimbangan terhadap lingkungan akan menentukan perolehan dan penyelamatan ruang dimana kebutuhan pemakai atau pun sumber dana tidak terlalu dipertimbangkan.
2.
Pendekatan aktivitas, aktivitas yang ada pada masa lampau dan saat ini dijadikan dasar pertimbangan perencanaan sarana dan prasarana dalam tapak di masa yang akan datang. Perhatian difokuskan pada permintaan dimana faktor sosial lebih dipertimbangkan dari pada faktor lainnya.
3.
Pendekatan ekonomi, tingkat ekonomi dan sumber finansial masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi yang potensial untuk dikembangkan. Dalam hal ini faktor ekonomi merupakan pertimbangan utama.
4.
Pendekatan perilaku, yang menjadi pusat perhatian adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi, bentuk aktivitas yang diinginkan dan dampak aktivitas tersebut terhadap seseorang.
2.6
Perancangan Lanskap Menurut Laurie (1990), perancangan lanskap merupakan tahap lebih lanjut
dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Nurisjah dan Pramukanto (2004) menambahkan bahwa perancangan adalah suatu proses
11
pengembangan konsep perencanaan secara terperinci. Perancangan tersebut menyajikan rencana spesifik mengenai elemen-elemen lanskap yang terdapat pada suatu tapak. Reid (1993) menyatakan bahwa perancangan lanskap suatu kawasan harus mengikuti prinsip-prinsip desain. Penerapan prinsip-prinsip desain tersebut bertujuan untuk menghasilkan karya lanskap yang berdaya guna, bernilai indah, dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip desain di dalam perancangan lanskap, terdiri dari: 1.
Unity, merupakan sifat kesatuan dan keterkaitan antara elemen-elemen pembentuk tapak yang dapat dihasilkan melalui pengulangan.
2.
Harmony, merupakan keserasian dan keselarasan antara elemen-elemen pembentuk tapak dengan lingkungan sekitarnya.
3.
Interest, merupakan kekuatan desain dan elemen-elemen pembentuk tapak yang mampu menimbulkan rasa ketertarikan.
4.
Emphasis, merupakan penekanan atau kontras untuk menghasilkan vocal point pada bagian elemen-elemen pembentuk tapak.
5.
Balance, merupakan keseimbangan antara elemen-elemen pembentuk tapak melalui pengaturan secara simetri, asimetri, dan radial.
6.
Scale, merupakan perbandingan relatif yang proporsional antara tinggi, panjang, lebar, massa, volume, dari masing- masing elemen pembentuk tapak.
7.
Sequence, merupakan keteraturan arah, kecepatan, dan model dari pergerakan pengunjung di dalam tapak. Menurut Gold (1980), proses perancangan lanskap dimulai dari tahap
inventarisasi, analisis, sintesis, kemudian dihasilkan suatu konsep desain dalam bentuk master plan. Selanjutnya, master plan tersebut diuraikan secara rinci dalam gambar detail dan desain tapak. Penelitian, eksperimen, dan flesksibilitas selalu dilakukan pada masing-masing tahapan tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat. Menurut Booth (1983), proses perancangan sampai pada konstruksi harus memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut
12
kepada klien. Dalam hal ini perancangan lanskap untuk pengembangan wisata alam akan menghasilkan sebuah desain yang menarik yang berbasis ramah liingkungan, sehingga fungsi dari kawasan tersebut dapat berjalan dengan baik dengan mengikuti tahapan proses desain yang ada. Proses desain tersebut, yaitu: 1.
Penerimaan proyek (Project acceptance)
2.
Riset dan Analisis (Research and analysis) a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis c. Wawancara dengan klien d. Pengembagan program
3.
Desain/perancangan (Design) a. Diagram fungsi b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan d. Studi bentuk perancangan e. Preliminary design f. Schematic plan g. Master plan h. Design development
4.
Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings) a. Layout plan b. Grading plan c. Planting plan d. Construction details
5.
Pelaksanaan (Implementation)
6.
Evaluasi Setelah Konstruksi (Post-Contruction Evaluation Maintenance)
7.
Pengelolaan (Maintenance) Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa sasaran dari perancangan
lanskap adalah kelayakan dan respon terhadap keadaan sekitarnya. Informasi karakter tapak secara total, baik kondisi eksisting maupun rencana yang diusulkan sangat diperlukan oleh perancang. Keberhasilan seorang perancang salah satunya dapat dilihat dari tanggapan dan adaptasi oleh pengguna.
13
Desain ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada fisik, fisiologis, dan psikologis manusia. Fisik berkaitan erat dengan hubungan antara ukuran skala manusia dan bentuk lingkungan. Kebutuhan fisiologis manusia dipengeruhi oleh ketersediaan makanan, udara, air, dan hal-hal yang memberikan kenyamanan. Pengaruh psikologis tergantung pada pengorganisasian ruang, misalnya gerakan, keriangan, keberanian, ketegasan, keheningan, dan perenungan (Simonds dan Starke, 2006)
14
III. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT.
RAPP) yaitu pada Departemen Research and Development (RDD). Perusahaan ini berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 2. Kegiatan magang dimulai dari minggu kedua bulan April 2011 hingga minggu keempat bulan Mei 2011. Kemudian dilanjutkan dengan analisis dan sistesis, pembuatan konsep desain, hingga perancangan yang diselesaikan pada minggu keempat bulan Oktober 2011.
Gambar 2. Peta Lokasi Magang (Sumber: metroterkini.com dan PT. RAPP) 3.2
Metode Magang Metode kerja yang digunakan secara umum adalah berpartisipasi aktif
dalam kegiatan yang berlangsung di perusahaan yakni terlibat dalam proses pengerjaan beberapa proyek yang sedang ditangani Departemen RDD. Mahasiswa magang melakukan wawancara dengan menggunakan daily sheet untuk memperoleh data magang. Pada perancangan arboretum metode kerja yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung di tapak terkait proyek yang sedang dikerjakan serta
15
melakukan studi pustaka. Kegiatan perancangan arboretum terdiri dari beberapa tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi dan analisis, proses desain, pengembangan desain, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Pada penyusunan konsep ekowisata metode kerja yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung pada tapak dan melakukan studi pustaka terkait strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan HTI yang dilakukan perusahaan. Kegiatan penyusunan konsep perencanaan lanskap dilakukan mulai dari deskripsi konsep, konsep pengembangan ekowisata, sampai pada konsep pengembangan lanskap ekowisata.
3.3
Tahapan Kegiatan Magang Tahapan pekerjaan magang yang diikuti dalam kegiatan magang ini
mengikuti proses yang dikerjakan oleh PT. RAPP. Tahapan kegiatan menyesuaikan dengan tujuan magang, yakni mempelajari fasilitas, metode, teknologi dan sumberdaya PT. RAPP (Kegiatan Administrasi), pelaksanaan perancangan lanskap arboretum dan mengembangkan konsep ekowisata
di
kawasan HTI (Kegiatan Lapang dan Studio). 3.3.1 Kegiatan Administrasi Kegiatan ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan sikap profesional mahasiswa dalam mengembangkan kualitas berpikir dan kualitas kerja dalam kegiatan administrasi guna menghasilkan suatu karya, termasuk karya arsitektur lanskap. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa magang, yaitu: 1.
Mempelajari struktur dan organisasi perusahaan.
2.
Mempelajari sistem kerja yang dilakukan dalam perusahaan.
3.
Mempelajari masalah dan solusi kerja yang dihadapi perusahaan dalam menangani suatu perancangan tapak.
3.3.2 Kegiatan Studio dan Lapang Kegiatan magang yang dilakukan pada perusahaan PT. RAPP terdiri dari berbagai macam proyek, dengan fokus utama yaitu membantu perusahaan dalam perancangan arboretum sekitar kawasan gedung departemen RDD dan membantu perusahaan dalam menyusun konsep ekowisata pada kawasan HTI. Selama magang mahasiswa berperan sebagai drafter, GIS Operator, dan surveyor untuk
16
pekerjaan lanskap yang dipimpin oleh Program Leader Program Pengembangan HTI dan Pengembangan Lanskap Arboretm yakni Bapak Sabar T. Siregar dengan rincian kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a.
Kegiatan Studio 1. Mempelajari konsep penanaman di kawasan hutan tanaman industri. 2. Membantu Departemen RDD menyusun laporan bulanan (laporan research dan kemajuan) ysng harus dilaporkan ke Corporate PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 3. Membantu PT. RAPP menyusun peta rencana pengembangan dan pengelolaan HTI. Pada kegiatan magang ini mahasiswa bertindak sebagai GIS Operator. 4. Mendesain Arboretum departemen RDD Office, dengan bantuan dari tim PT. RAPP. Pada kegiatan ini mahasiswa bertindak sebagai drafter. 5. Menggambar ulang taman indoor gedung APRIL Technology Center. 6. Mengembangkan konsep ekowisata pada kawasan HTI milik PT. RAPP.
b.
Kegiatan Lapang 1. Melakukan pengumpulan data primer dan pengamatan tapak kawasan APRIL Technology Centre berupa data survey langsung. 2. Melakukan pengawasan terkait kesehatan dan keselamatan kerja selama pekerjaan di lapangan serta pengawasan kualitas air limbah yang dikeluarkan oleh pabrik kertas. 3. Melakukan
pengawasan
pemuliaan
pohon,
pengendalian
hayati,
pengelolaan HTI, dan kesehatan tanaman, pengembangan lanskap arboretum yang dilakukan oleh RDD. 4. Melakukan survey dan pengamatan bersama staf RDD ke sektor atau site Baserah, Cerenti, Pulau Padang, dan Semenanjung Kampar. Pada kegiatan ini mahasiswa bertindak sebagai surveyor.
3.4
Data dan Sumber Data Magang Data-data yang diperoleh yakni berupa data mengenai perusahaan, mengenai
perancangan arboretum sekitar kawasan gedung RGE Technology Center, dan tinjauan lapang ke kawasan HTI milik perusahaan untuk melihat potensi
17
pengembangan
ekowisata.
Data
yang
telah
dikumpulkan,
selanjutnya
dikelompokkan sesuai sub tujuan magang dan diklasifikasi. Bentuk data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dalam bentuk deskriptif dan spasial (Tabel 1). Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan studi pustaka, hasil wawancara dengan beberapa pihak terkait, serta informasi yang ada di perusahaan yang diperoleh atas hasil observasi lapang yang dilakukan oleh staf yang berkepentingan di perusahaan. Tabel 1. Data dan Sumber Data No. Data 1 Kelembagaan
2
3
Struktur organisasi Sistem kerja divisi Teknologi Fasilitas Perancangan Arboretum Orientasi Tapak
Sumber Pihak Perusahaan, Studi pustaka, wawancara, observasi lapang Studi pustaka, wawancara Studi pustaka, wawancara Studi pustaka, wawancara Studi pustaka, wawancara Pihak Perusahaan, Wawancara, Observasi lapang dan studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka
Iklim Tanah
Studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka
Hidrologi
Observasi lapang dan studi pustaka
Topografi
Observasi lapang dan studi pustaka
Vegetasi dan Satwa
Observasi lapang dan studi pustaka
Aksesibilitas
Observasi lapang dan studi pustaka
Fasilitas dan Utilitas
Observasi lapang dan studi pustaka
Pengguna Tapak
Observasi lapang dan studi pustaka
Ekowisata Kawasan HTI RTRW Orientasi Tapak
Observasi Lapang, Dokumentasi Pribadi, dan wawancara, Studi pustaka Studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka
Tutupan Lahan
Observasi lapang dan studi pustaka
Tanah
Observasi lapang dan studi pustaka
Hidrologi
Observasi lapang dan studi pustaka
Topografi
Observasi lapang dan studi pustaka
Bentuk Data Primer dan Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Primer dan Sekunder Data primer dan sekunder Data Sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data Primer dan Sekunder Data Sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder
18
Data yang diperoleh yakni berupa data mengenai perusahaan dan mengenai produk perusahaan berupa proyek yang sedang dikerjakan yakni pengembangan HTI dan perancangan lanskap arboretum. Data tersebut akan dibahas dan dianalisis menggunakan metode deskriptif.
3.5
Batasan Magang Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti metode dan tahapan proses
pekerjaan lanskap yang dilakukan oleh PT. RAPP. Lokasi proyek perancangan dibatasi di kawasan sekitar gedung RDD dengan luas 6,498 ha. Produk akhir dari kegiatan magang ini dibatasi pada pembuatan perancangan lanskap dengan hasil akhir berupa site plan, beberapa gambar ilustrasi arboretum, dan konsep ekowisata di kawasan HTI serta pengalaman kerja dalam perencanaan dan perancangan lanskap (softskill).
19
IV. KONDISI UMUM 4.1
Profil Umum PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) adalah bagian dari Asia Pasific
Resources International Holdings Limitied (APRIL) Group, perusahaan yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini bergerak di bidang Pulp, Kertas dan HTI yang memasok bahan baku kayu ke pabrik pulp (Gambar 3).
Provinsi Riau
PT. RAPP
Kabupaten Pelalawan
Lokasi PT. RAPP
Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map) Perusahaan ini berkantor pusat di Singapura dan memiliki operasi utama produksi di Indonesia dan Cina. APRIL Indonesia memiliki luasan 1.750 hektar Pangkalan Kerinci, dekat Pekanbaru di Provinsi Riau, Sumatera. APRIL beroperasi pada pabrik pulp dan kertas, pabrik kimia terintegrasi, dan sebuah pembangkit listrik yang menghasilkan seluruh energi untuk kompleks perusahaan tersebut, sebagian besar menggunakan bahan bakar bio. Produksi pulp di PT. RAPP pertahun sekitar 2 juta ton pulp. Pabrik kertas di PT. RAPP memiliki salah satu mesin tercepat di dunia untuk menghaluskan kertas, dengan kecepatan maksimum dirancang 1.500 meter per menit, dengan kapasitas 350.000 ton per
20
tahun yang terletak di area pulp and paper mill (Gambar 4). Produk unggulan dari PT. RAPP adalah kertas APRIL PaperOne ™, yang merupakan office paper kualitas premium yang dirancang untuk menjadi kertas printing dan kertas fotokopi.
Gambar 4. Pulp and Paper Mill PT. RAPP (Sumber: PT. RAPP, 2011) Perusahaan selain mempunyai mesin yang canggih di area pulp and paper mill juga mempunyai tempat pembibitan Acacia crassicarpa dan Acacia mangium terbesar kedua di dunia. RDD sebagai departemen yang menangani berbagai macam penelitian yang dilakukan oleh perusahaan sering melakukan penelitian yang berkaitan dengan percobaan di tempat pembibitan ini (Gambar 5).
21
(a)
(b) Gambar 5. Pembibitan (a) Acacia crassicarpa (b) Acacia mangium (Sumber: PT. RAPP, 2011) Sesuai dengan tujuan penanaman, sistem silvikultur yang diterapkan di HTI RAPP adalah sistem tebang habis dengan permudaan buatan, semua teknik silvikultur dan pemanenan disesuaikan dengan sistem ini. Pada awal beroperasinya, teknik budidaya yang diterapkan hanyalah berdasarkan informasi yang tersedia pada saat itu. Sejalan dengan waktu, semua teknik silvikultur termasuk teknologi pemanenan diperbaiki berdasarkan hasil-hasil penelitian, bench-marking operations dan program continuous improvement yang paling sesuai dengan kondisi setempat. Luas hutan tanaman yang sudah terbangun (per Desember 2009) adalah 311,000 Ha di Riau, 270,581 Ha dialokasikan sebagai area konservasi, tiga spesies utama yang dikembangkan untuk kayu pulp adalah Acacia mangium, A.Crassicarpa dan Eucalyptus (Gambar 6).
22
(a)
(b)
Gambar 6. Hutan Tanaman dengan Bentuk Mosaic Plantations (a) Acacia crassicarpa (b) Acacia mangium (Sumber: PT. RAPP, 2011) 4.2
Ruang Lingkup Kerja Research and Development Department Ruang lingkup kerja dari PT. RAPP khususnya Research and Development
Department (RDD) mencakup penelitian dan pengembangan HTI, pemuliaan pohon, pengelolaan hutan, survey dan pemetaan tanah mineral, program kesehatan tanaman, pengendalian hama terpadu dalam HTI, dan pengembangan lanskap arboretum RDD. Dalam penelitian dan pengembangan HTI, PT. RAPP mempunyai strategi berupa kelola area hutan tanaman yang terdiri dari penataan kawasan/zonasi area, pengadaan sarana/prasarana perlindungan hutan seperti tim pengamanan dan peralatan pengendali kebakaran hutan, penerapan AIMS-APRIL improvement management system, serta pemeliharaan water level di setiap zonasi
23
area. Strategi tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan kayu dan “pulping”. Pemuliaan pohon di RAPP bertujuan untuk mengembangkan dan menyediakan materi genetik yang telah diperbaiki dengan sifat riap tahunan yang tinggi, kepadatan kayu yang sesuai, hasil pulp yang tinggi. Proses pemuliaan pohon dimulai dengan melakukan pemilihan pohon yang terbaik. Setelah itu dilakukan breeding atau kawin silang dengan cara polinasi terbuka atau dengan polinasi yang terkontrol, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil yang telah didapatkan selanjutnya diseleksi dengan cara genetic test untuk menguji seberapa besar germplasma yang didapat, hal tersebut dilakukan agar menghasilkan bibit dan benih pohon terbaik dengan kriteria volume yang tinggi, menghasilkan serat yang tinggi dan juga kepadatan kayu yang tinggi. Pemuliaan pohon juga dapat dilakukan dengan cara yang lain yaitu dengan pengembangan dan perbaikan berkala melalui persemaian serta melakukan kloning dari bibit atau benih yang terbaik, proses pemuliaan pohon dapat terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Skema Pemuliaan Pohon di RDD (Sumber : PT. RAPP, 2011)
24
Pengelolaan hutan berfokus pada penelitian dan pengembangan teknik silvikultur yang sesuai dengan genotipe dan lahan, kelestarian lahan, mengidentifiksasi kekurangan unsur hara mikro dan melakukan aplikasi pupuk mikro pada saat yang tepat meningkatkan produktivitas tegakan HTI di lahan gambut, survey dan pemetaan tanah pada semua areal Unit Usaha. Tujuan dari survey dan pemetaan tanah mineral adalah mengklasifikasi tanah dan memetakannya sebagai dasar untuk penetapan praktek pengelolaan HTI, survey tanah ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Asian Agri (Baserah, Langgam, Langsat, Corridor, Teso West) dan BaLitBang Tanah Bogor (Teso East, Cerenti, Logas, Mandau, Ukui, Nagodang, Dumaifiber dan Pulau Padang), Hingga sekarang lahan yang sudah disurvey oleh Riaufiber dan Indrafiber seluas 124,600 ha, Dumaifiber 15,000 ha dan juga membantu Pulau Padang (35,000 ha). Survey dan pemetaan tanah pada beberapa kawasan milik perusahaan menghasilkan 52 famili tanah, lalu dari famili yang ditemukan dikelompokkan sesuai dengan tanah-tanah yang mirip sifatnya dan menghasilkan 13 unit grup tanah dengan sifat yang mirip. Kegunaan dari pengelompokkan tadi adalah untuk menganalisa kesesuaian tanah dengan proses manajemen plantation yang dilakukan oleh perusahaan, terdiri dari klasifikasi kemiringan lahan, penarikan informasi pemanenan, informasi kegiatan silvikultur, informasi genetik, serta hama dan penyakit (Gambar 8).
Gambar 8. Skema Pengelolaan HTI di RDD (Sumber : PT. RAPP, 2011)
25
Program kesehatan tanaman di PT. RAPP bertujuan untuk meminimalkan resiko hama penyakit untuk mencapai produksi potensial dan menghindari pengeluaran yang mahal dan tidak perlu untuk pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan utama pada program kesehatan tanaman berupa identifikasi atau diagnosis masalah hama dan penyakit melalui pengendalian hama terpadu, telaah tentang biologi dan dampak dari hama dan penyakit utama, pengamatan terhadap perkembangan hama dan penyakit, percobaan metode pengendalian hama dan penyakit yang efektif, pelatihan atau penyuluhan dan publikasi tentang hama dan penyakit. Pada pengendalian hama terpadu dilakukan pencegahan, pengamatan, dan pengendalian yang dimulai dengan pemilihan spesies tanaman dan identifikasi hama potensial hingga pengendalian hayati seperti apa yang dilakukan yang terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengendalian Hama Terpadu dalam HTI (Sumber : PT. RAPP, 2011) Program pengendalian hayati adalah program yang bertujuan untuk membuat tanaman tetap sehat dengan cara alami, digunakannya pengendalian secara hayati adalah untuk mengurangi penggunaan pestisida, karena pestisida berdaya racun yang tinggi hingga sering kali membunuh spesies non sasaran, hanya menjadi solusi jangka pendek, dan harganya relatif mahal. Pengendalian hayati yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengembangkan predator atau musuh alami hama seperti mengembangkan laba-laba, sycanus, semut hitam dan belalang sembah (Gambar 10).
26
Gambar 10. Pengendalian Hayati dengan Predator Hama (Sumber : PT. RAPP, 2011) Program
pengembangan
lanskap arboretum RDD ditujukan
untuk
memberikan pengenalan tentang vegetasi yang digunakan untuk HTI dan sebagai area display vegetasi langka yang digunakan oleh PT. RAPP. Pengenalan vegetasi yang digunakan untuk HTI sangat penting karena gedung RDD berlokasi jauh dari kawasan produksi HTI yang berada di site Baserah, Cerenti, Pulau Padang, dan Semenanjung Kampar dengan begitu peneliti, pegawai, masyarakat dan tamu perusahaan bisa melihat vegetasi yang ada pada kawasan produksi HTI. Program ini diharapkan akan menghasilkan desain untuk pengembangan sarana bernilai estetis pada arboretum kawasan RDD. Kegiatan pengembangan lanskap arboretum kawasan RDD berupa proses perancangan yang dimulai dari pengumpulan data dan pembentukan konsep hingga pelaksanaan desain di lapangan, seperti survey dan pendataan ulang, pengukuran ulang, serta aplikasi permodelan penanaman lanskap, desain penanaman lanskap, dan pengelolaan lanskap arboretum.
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Manajemen PT.RAPP
5.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. RAPP yang merupakan perusahaan milik APRIL memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang CEO/President yakni A.J. Devanesan, dimana ia memiliki beberapa departemen. Salah satunya adalah RDD (Research and Development Department) yang dipimpin oleh Head Director G.D. Golani (Gambar 11). RDD memiliki progam yang mendukung usahanya di bidang pulp, kertas, dan HTI yakni penelitian dan pengembangan HTI, pengelolaan hutan, program kesehatan tanaman, program pengendalian hayati, pengendalian hama terpadu dalam HTI, dan program pengembangan lanskap arboretum RDD yang masing-masing dipimpin oleh seorang Program Leader dan dibantu oleh beberapa Senior Researcher. Program Leader mengkoordinir tim dan menangani bagian manajemen yang berhubungan dengan corporate perusahaan, sedangkan Senior Researcher menangani operasi pelaksanaan program. Program Leader adalah orang yang memimpin dan mengawasi pekerjaan Senior Researcher dan tenaga ahli (Gambar 12). Dalam menjalankan program penelitian dan pengembangan HTI, Program Leader dari program tersebut masih digabung dengan program pengembangan lanskap arboretum. Penggabungan ini ditujukan untuk efisiensi kerja dan mempermudah dalam pengorganisasian kerja dan sumberdaya, dikarenakan tanaman dan pohon yang ditanam di arboretum adalah display pohon yang ditanam juga pada site tempat dimana program penelitian dan pengembangan HTI dilakukan. Pada program pengembangan lanskap RDD mempunyai ahli silvikultur, ahli tanah, ahli benih, agronomist, dan ahli tanaman tetapi RDD tidak mempunyai arsitek lanskap dan CAD drafter, sehingga mahasiswa magang ditempatkan sebagai CAD drafter.
28
Gambar 11. Struktur Organisasi PT. RAPP (APRIL, 2011) 28
29
Gambar 12. Struktur Organisasi Program Pengembangan HTI dan 30 29
Pengembangan Lanskap RDD (APRIL, 2011)
30
5.1.2
Penerimaan Proyek Proyek yang ditangani oleh RDD yang terkait dengan bidang arsitektur
lanskap adalah proyek melalui program yang sedang berjalan yakni program pengembangan dan pengelolaan HTI dan program pengembangan lanskap arboretum RDD. Proyek yang berada dalam program tersebut yaitu terkait dengan perencanaan, perancangan, pengelolaan, dan tanaman dalam keilmuan arsitektur lanskap. Proyek diperoleh melalui usulan yang telah diajukan RDD kepada corporate PT. RAPP, dan langsung disetujui dengan penunjukkan RDD sebagai pelaksana proyek dengan bantuan dari pihak ketiga (kerjasama dengan konsultan, perguruan tinggi, dan lembaga ilmiah).
5.1.3 Prosedur Perancangan Lanskap PT. RAPP dalam perancangan lanskap tidak memiliki standar prosedur penanganan dan pengerjaan proyek lanskap karena di RDD sendiri tidak terdapat arsitek lanskap. Pekerjaan lanskap yang berkaitan dengan desain dan penanaman biasa dilakukan ahli silvikultur dan ahli agronomi dibantu oleh nurseriman. Dalam program pengembangan lanskap arboretum RDD, prosedur yang telah ditetapkan oleh PT. RAPP meliputi kegiatan tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. Pengembangan selanjutnya dapat muncul pada masing-masing tahapan proyek berdasarkan kebutuhan dan kondisi tapak. Pengembangan tersebut sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama sehinga dapat menyebabkan bergesernya perubahan jadwal target yang diharapkan. Hal tersebut terjadi karena munculnya beberapa kendala yang berasal dari perusahaan sendiri maupun pihak luar sehingga membuat tahapan yang ada dikerjakan berulang-ulang dan keluar dari jadwal. Tahapan kerja
yang dilakukan
oleh PT.
RAPP dalam
program
pengembangan lanskap arboretum RDD adalah sebagai berikut : 1.
Tahap Persiapan, diawali penyusunan proposal dan pengajuan rancangan proyek yang diberikan RDD kepada corporate PT.RAPP.
2.
Tahap Inventarisasi dan Analisis,
meliputi kegiatan survey tapak,
pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer ataupun data
31
sekunder, kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan dan juga dibantu pihak ketiga (kerjasama dengan konsultan, perguruan tinggi, dan lembaga ilmiah) untuk menemukan solusi terbaik. 3.
Tahap Desain Konsep, meliputi penentuan ide secara konseptual dan pembuatan gambar ilustrasi. Penentuan tema untuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari perusahaan.
4.
Tahap Pengembangan, pada tahap ini pembuatan gambar ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang telah dibuat.
5.
Tahap Pelaksanaan, implementasi hasil akhir dari perencanaan dan perancangan ke dalam tapak.
6.
Tahap Evaluasi, dilakukan setelah tahap pelaksanaan untuk mengetahui hasil akhir dari produktivitas dan produk kerja. Tahap ini juga sebagai penuntun untuk menyusun rencana pemeliharaan lanskap yang telah didesain dan dibangun agar kualitasnya dapat terjaga.
5.1.4 Teknologi dan Fasilitas Kerja Studio PT. RAPP memiliki fasilitas peralatan kerja yang cukup lengkap dalam membantu pengerjaan program-program yang tengah dikembangkan. Fasilitas berupa peralatan kerja yang digunakan perusahaan antara lain berupa perlengkapan sebagai berikut, yaitu : 1.
Alat gambar (drawing pen,spidol, pensil, serta penggaris)
2.
Kertas ukuran A3 dan A4
3.
Tracing paper dan kertas kalkir
4.
Meja dan kursi kerja
5.
Meja dan kursi untuk briefing dan rapat
6.
Berbagai buku sumber (tanaman HTI) yang ada di perusahaan sebagai library dan referensi dalam program pengembangan arboretum
Dalam kegiatan studio PT. RAPP didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi seperti pada Tabel 2.
32
Tabel 2. Teknologi berupa software yang digunakan perusahaan dalam program pengembangan lanskap arboretum RDD No. Software yang digunakan Kegunaan 1. Garmin Mapsource 5.0 Input data dari alat survey 2. Autocad Land Desktop 2009 Pembentukan kontur 3. Arc View 3.3 Klasifikasi kemiringan lahan 4. Arc GIS 9.3 Membentuk tutupan lahan dan layout peta 5. AutoCAD 2009 CAD Drawing 6. Google Sketch Up 7 3D Rendering 7. Adobe Photoshop CS4 Editing dan Finishing 8. Google Earth Mengetahui bentuk tapak sebelum site visit dilakukan 9. MS. Office 2007 Terkait untuk presentasi kepada perusahaan, list material, dan laporan.
Terdapat juga fasilitas kerja lainnya yang ikut mendukung dalam pengerjaan proyek. Fasilitas kerja yang terdapat di PT. RAPP dapat terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Fasilitas yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan No. Fasilitas Kegunaan 1. GPS Garmin Alat survey dan pengumpulan data 2. PC, komputer Pengerjaan grafis dan 3D animasi 3. Printer A3 dan A4 Mencetak produk kerja seperti laporan dan gambar-gambar kerja 4. Scanner A4 Mendapatkan images reference untuk proyek dari sumber berupa hardcopy 5. Harddisk Penyimpanan data 6. LCD Projector Terkait untuk rapat dan briefing
Teknologi dan fasilitas yang dimiliki perusahaan sudah cukup baik. Oleh karena itu, setiap fasilitas yang ada dijaga dengan baik dan kualitasnya juga terus ditingkatkan dengan sistem upgrade. Perusahaan juga selalu update dengan fasilitas dan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan. Sistem kerja pada program pengembangan lanskap arboretum RDD ini diketahui oleh seluruh staf dengan dilakukannya briefing terlebih dahulu dan mendapatkan penjelasan dari pimpinan program leader. Suatu program yang dikerjakan dengan cara teamwork. Setiap pogram memiliki program leader yang bertanggung jawab untuk mengatur dalam pelaksanaan proses pembagian kerja dalam tim. Pimpinan perusahaan menjelaskan mengenai proyek pengembangan lanskap arboretum RDD tersebut kepada program leader kemudian program leader menyampaikan, berdisikusi dan mengerjakan bersama dengan tim.
33
5.1.5 Proses Perancangan Lanskap Tahapan kegiatan perancangan lanskap yang dilakukan PT. RAPP mulai dari persiapan, inventarisasi dan analisis, proses desain, pengembangan desain, pelaksanaan, sampai pada pemeliharaan, sesuai dan mendekati dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth (1983) pada Gambar 13.
Booth (1983)
PT. RAPP
Gambar 13. Perbandingan Proses Perancangan Lanskap Menurut Booth (1983) dan PT. RAPP Proyek perancangan lanskap yang ditangani oleh PT. RAPP melalui tahapan perancangan lanskap tersebut. Namun, tahapan atau prosedur yang akan dilalui tidak semuanya sama dengan proses perancangan menurut Booth, karena akan menyesuaikan dengan kondisi pada tapak dan keinginan perusahaan. Perbedaan dapat dilihat pada PT. RAPP tahap persiapan sedangkan pada Booth tahap tersebut berupa penerimaan proyek. Perbedaan berikutnya pada PT. RAPP terdapat tahap konsep desain dan pengembangan desain, dimana pada tahap tersebut Booth mengisinya dengan gambar konstruksi.
34
5.2 Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Perancangan Lanskap Arboretum RDD Office PT. RAPP merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang Pulp, Kertas dan HTI, di dalam RDD terdapat program pengembangan lanskap arboretum. Perusahaan berupaya mengembangkan lanskap arboretum untuk memenuhi tuntutan corporate mendapatkan rancangan terbaik arboretum yang dapat digunakan sebagai lahan penelitian sekaligus area display. Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam proses perancangan lanskap arboretum RDD Office yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain : a.
Manajemen Kerja Pembagian kerja pada program pengembangan lanskap arboretum sudah
jelas, program leader sebagai pimpinan program menjalankan tugasnya dengan baik dengan memberikan pengarahan, briefing, dan evaluasi sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan senior researcher melakukan pengawasan langsung kerja staf. Pada program pengembangan lanskap tidak terdapat staf ahli arsitektur lanskap sehingga perusahaan kesulitan dalam menghasilkan produk gambar rancangan lanskap dan untuk beberapa kali waktu diserahkan kepada mahasiswa magang. b.
Struktur Organisasi Pembagian kerja melalui struktur organisasi perusahaan telah memberikan
diferensiasi pekerjaan bagi pegawai sesuai dengan spesialisasi masing-masing, namun pada program pengembangan lanskap arboretum terdapat kendala berupa masih digabungnya program tersebut dengan program yang lain sehingga seringkali program pengembangan lanskap arboretum tidak menjadi prioritas dalam pelaksanaannya. c.
Fasilitas Kerja Fasilitas dan peralatan pendukung proyek pengembangan lanskap arboretum
pada perusahaan sudah sangat memadai, berupa hardware dan software yang terkait dengan pekerjaan perancangan lanskap. d.
Pendekatan dalam Proses Perancangan Lanskap Perusahaan bersikap terbuka terhadap mahasiswa magang dan mau
menerima saran terkait dengan program pengembangan lanskap arboretum RDD.
35
Perhatian tersebut diberikan oleh pihak manajerial PT. RAPP guna mendapatkan isu-isu strategis dan menempatkan diri perusahaan untuk lebih fokus dalam kegiatan pengembangan lanskap arboretum. e.
Produktivitas Kerja Perusahaan memiliki fasilitas dan teknologi yang cukup memadai dalam
kegiatan pengembangan lanskap arboretum, namun keadaan tersebut tidak didukung dengan adanya ahli arsitektur lanskap pada kegiatan tersebut sehingga produktivitas kerja pada program ini sangat rendah. Penghematan strategis terhadap waktu dan biaya juga dilakukan oleh perusahaan. Penghematan tersebut dilakukan
dengan
menyertakan
mahasiswa
magang
mengembangkan
keterampilannya dalam program tersebut. f.
Suasana Kerja Pengerjaan proyek dalam studio juga didukung dengan suasana yang
nyaman didukung dengan fasilitas yang memadai. Selama mahasiswa melakukan kegiatan magang, program leader menempatkan mahasiswa magang di ruangan yang biasa digunakan sebagai ruangan rapat dengan ruangan luas, memadai, dan nyaman. Hal ini menunjukkan perhatian perusahaan yang tinggi akan suasana dan kualitas lingkungan kerja. g.
Waktu Pengerjaan Proyek Jadwal kerja yang dibuat oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
perancangan
lanskap
arboretum
tergantung
dengan
jadwal
program
pengembangan HTI karena program tersebut masih bersatu, sehingga jadwal kerja staf dapat berubah karena ketergantungan pegawai yang masih mengikuti program yang lain. Hal tersebut terjadi karena prioritas perusahaan masih pada program pengembangan HTI sehingga waktu pengerjaan juga diperpanjang.
PT. RAPP khususnya RDD belum siap menangani proyek perancangan lanskap dalam programnya. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai kekurangan RDD dalam bidang arsitektur lanskap, antara lain : a.
Belum siapnya RDD menghadapi penunjukkan langsung dari corporate PT. RAPP untuk mengadakan program pengembangan lanskap, dengan masih
36
bergabungnya
program
pengembangan
lanskap
dengan
program
pengembangan HTI. b.
Tidak terdapat ahli yang benar-benar pada bidangnya yaitu arsitek lanskap dalam program pengembangan lanskap arboretum, kekurangan tersebut hanya diisi oleh mahasiswa magang yang didampingi oleh staf ahli dari bidang agronomi, silvikultur, tanah, dan tanaman yang mencoba-coba mengisi kekosongan tersebut.
c.
Perusahaan masih membutuhkan bantuan kerjasama dengan pihak ketiga seperti perguruan tinggi, konsultan, dan lembaga ilmiah dalam melaksanakan proyek perancangan lanskap.
d.
Jadwal kerja yang telah disusun dapat berubah suatu waktu sesuai kebutuhan perusahaan dengan skala prioritas dikarenakan program yang masih bergabung antara program pengembangan lanskap dengan program pengembangan HTI, hal ini berdampak dengan waktu pelaksanaan program yang semakin lama.
5.3
Perancangan Kawasan Arboretum
5.3.1
Tujuan dan Sasaran Proyek Proyek perancangan lanskap arboretum ini bertujuan untuk memberikan
pengenalan tentang vegetasi yang digunakan untuk HTI dan sebagai area display vegetasi langka yang digunakan oleh PT. RAPP. Pengenalan vegetasi yang sangat penting karena gedung RDD berlokasi jauh dari kawasan produksi HTI yang berada di site Baserah, Cerenti, Pulau Padang, Semenanjung Kampar, dengan begitu masyarakat dan tamu perusahaan bisa melihat vegetasi yang ada pada kawasan produksi HTI. Oleh karena itu, kawasan RDD dirancang sebagai arboretum. Tujuan lainnya dari pengembangan kawasan RDD sebagai arboretum, adalah: (1) sebagai wahana promosi kepada umum, khususnya untuk para tamu dari luar perusahaan; (2) meningkatkan nilai estetis pada kawasan sekitar gedung RDD; dan (3) pengoptimalan segenap potensi sumberdaya yang dimiliki PT. RAPP.
37
Sasaran program ini diharapkan akan menghasilkan desain untuk pengembangan sarana bernilai estetis pada arboretum kawasan RDD. Kegiatan pengembangan lanskap arboretum kawasan RDD berupa proses perancangan yang dimulai dari konsep dan pra-planning hingga pelaksanaan desain di lapangan, seperti survey dan pendataan ulang, pengukuran ulang, serta aplikasi permodelan penanaman lanskap, desain penanaman lanskap, dan pengelolaan lanskap arboretum. 5.3.2
Tahapan Kegiatan Perancangan Proyek perancangan yang dilakukan mahasiswa magang dengan PT.RAPP,
yaitu perancangan arboretum RDD Office yang berlokasi di Pangkalan Kerinci melalui tahapan kegiatan seperti yang terlihat pada Gambar 14. Pada saat kegiatan magang berlangsung, proyek ini berada pada tahap awal perancangan sehingga tahapan perancangan yang dikerjakan hanya sampai tahap pengembangan desain dengan produk yang dihasilkan berupa conceptual landscape plan, masterplan, gambar potongan, detail spot, ilustrasi suasana dengan fasilitas pada zona-zona dalam arboretum yang mendukung konsep.
Persiapan
Inventarisasi dan Analisis
Konsep Desain
Pengembangan Desain
Gambar 14. Tahapan Perancangan Lanskap dalam Proyek Pengembangan Arboretum RDD Office (Sumber : PT. RAPP, 2011) 5.3.2.1 Tahap Persiapan Klien pada proyek ini adalah PT. RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) menunjuk departemen yang dibawahinya yaitu departemen RDD untuk menangani tapak yang akan dikerjakan. Penjelasan tentang proyek dan keinginan dari CEO/President perusahaan mengenai arboretum yang berada pada RDD Office dilakukan pada tahapan ini, mahasiswa magang berpartisipasi dalam tahapan ini untuk mengetahui keinginan CEO/President mengenai lanskap yang akan dikembangkan. Perusahaan menginginkan adanya penataan lanskap kembali untuk pengembangan arboretum di sekitar RDD Office yang terletak di Kota
38
Kabupaten Pangkalan Kerinci, sehingga menjadi lebih tertata dan dapat menunjang kebutuhan estetika bagi pengunjung.
5.3.2.2 Tahap Pengumpulan Data Arboretum RDD Office merupakan kawasan sekitar gedung RDD Office, PT. RAPP. Arboretum RDD Office diharapkan menjadi suatu tempat percontohan, penelitian, dan koleksi vegetasi dan plasma nutfah yang dimiliki oleh PT. RAPP. Pengumpulan data peta dan informasi tapak sebelumnya telah dilakukan PT. RAPP dibantu oleh konsultan Steven Leach Assosiates Pte Ltd. Namun seiring berjalannya waktu terjadi banyak perubahan pada kondisi eksisting tapak, sehingga ketika kegiatan magang dilakukan kembali pengambilan data dan pengukuran ulang tapak (Gambar 15). Kegiatan pengumpulan data meliputi pengambilan foto, tracking tapak dengan menggunakan GPS, pendataan vegetasi dan satwa yang ada pada tapak, dan pengumpulan data sekunder dengan cara wawancara dan studi pustaka dari perpustakaan perusahaan, internet, dan sumber lainnya.
Gambar 15. Kondisi Eksisting Tapak (Sumber: Dokumentasi Magang)
39
a.
Orientasi Tapak Lokasi perancangan tapak arboretum berada di sekeliling kawasan gedung
RDD Office yang memliki gedung bernama RGE Technology Center, dan terletak di Komplek Townsite 1, PT. RAPP, Kota Kabupaten Pangkalan Kerinci, Riau. Posisi geografis tapak terletak pada 0°25'59,88" - 0°26'5,78" Lintang Utara dan 101°52'51,73" - 101°53'0,97" Bujur Timur dengan luas keseluruhan 6,498 ha. Sirkulasi pada arboretum RDD Office merupakan sirkulasi linear dengan pola menyebar. Hal tersebut dikarenakan pembagian ruang dan fasilitas penunjang sirkulasi di dalam arboretum masih sangat kurang. Selain itu, juga dikarenakan arboretum RDD Office memiliki jalan beton yang digunakan sebagai jalur melintas kendaraan bermotor. Jalan beton tersebut merupakan satu-satunya fasilitas pengarah sirkulasi yang terdapat di arboretum RDD Office. Peta dasar yang dimiliki oleh PT. RAPP dari konsultan pada saat pengukuran terdahulu belum mencakup pembagian zona pada tapak. Arboretum RDD Office sendiri hanya terbagi 4 zona, yaitu zona kelapa sawit, zona terbuka hijau, zona arboretum, dan zona perkantoran, seperti yang terlihat pada Gambar 16. Pembagian zona ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses inventarisasi dan analisis selanjutnya. Pada saat kegiatan magang berlangsung, pembagian zona dilakukan selain untuk inventarisasi juga dilakukan untuk memberikan gambaran peta dasar yang baru untuk kondisi eksisting tapak Arboretum RDD Office. Data yang telah diperoleh dimasukkan dan diolah dengan sistem komputerisasi, yaitu dengan menggunakan software Arc Gis 9.3, Auto Cad Land Desktop 2009, Auto Cad 2009, dan Garmin Map Source 5.0. Data tersebut diolah bersama staf program pengembangan lanskap arboretum RDD Office.
40
Zona Perkantoran Zona Arboretum Zona Terbuka Hijau Jalur Utama Zona Kelapa Sawit
Gambar 16. Peta Tutupan Lahan pada Arboretum (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) b.
Iklim Data iklim lokasi arboretum diperoleh dari data perusahaan, data iklim yang
diperoleh adalah kompilasi data rata-rata iklim tahunan, dengan pengukuran 20052009 (Tabel 4). Data iklim tersebut terdiri dari: curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan lama penyinaran. Tabel 4. Iklim Pangkalan Kerinci Tahun 2005-2009 T RataCH HH T Maks. rata Tahun (mm/thn) (hari) (°C) (°C) 2.243,9 132 29,3 33 2009 2.956,4 160 28 32 2008 2.722,1 181 26,9 31,4 2007 1.763,1 157 27,1 32 2006 1.870,2 133 26,1 28,7 2005 Rata-rata 2311,14 152,6 27,48 31,42
T Min.
RH
KA
RM
(°C) 23,8 24,4 23,6 22,6 24,6 23,8
(%) 84,8 89,7 91,4 94,1 96,8 91,4
(km/jam) 1,9 2,7 2,7 4,3 1,3 2,58
(%) 65,2 68,2 66,6 66,8 66,6 66,7
Keterangan CH: Curah Hujan HH: Hari Hujan T: Suhu Udara RH: Kelembaban KA: Kecepatan Angin RM: Radiasi Matahari
(Sumber: PT. RAPP, 2011) c.
Tanah Tanah memilliki sifat fisik dan kimia yang sangat berpengaruh dalam proses
perancangan lanskap. Tanah di arboretum RDD Office berjenis ultisol dengan
41
typic kandiudults. Kadar pH tanahnya masam, yakni pada kisaran 5,3 dengan kandungan bahan organik yang cukup. Pada saat kegiatan magang dilakukan survey dan pengambilan data tanah pada arboretum RDD Office secara lebih detail dan sudah menyelesaikan hampir 50% luasan dari total keseluruhan kawasan arboretum seperti yang terlihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Peta Klasifikasi Tanah pada Arboretum (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) d.
Hidrologi Arboretum RDD Office memliki sumberdaya air yang bersumber dari
sungai kecil, air hujan, dan sumur yang dibuat sendiri oleh perusahaan. Air yang ada pada arboretum digunakan untuk penyiraman taman dan kebutuhan pegawai dan staf yang ada di dalam gedung seperti kamar mandi dan wc. Air bersih pun didapat dengan proses penyulingan dan penyaringan dengan bantuan alat yang
42
dimiliki oleh perusahaan. Aliran permukaan yang ada pada tapak diatur oleh drainase, drainase yang ada pada arboretum berupa parit untuk mengalirkan air hujan dan air penyiraman agar tidak terjadi genangan pada tapak (Gambar 18).
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 18. Kondisi Hidrologi dalam Tapak (a) Sumber Air Arboretum; (b) Tempat Pengolahan dan Penyulingan Air; (c) View Sungai; (d) Drainase pada arboretum (Sumber: Dokumentasi Magang) e.
Topografi Tapak berada pada ketinggian 92-120 meter diatas permukaan laut (mdpl),
kondisi topografi pada kawasan arboretum memiliki kemiringan dari 0-30 %. Dengan kondisi kemiringan tersebut jarang terjadi penggenangan air pada tapak, dan kondisi topografi pada arboretum yang menempatkan gedung RDD Office pada tempat tertinggi dapat meningkatkan kualitas visibilitas pada kawasan arboretum. Berikut peta kontur yang didapat dengan melakukan survey dengan menggunakan GPS dengan interval kontur 0,5 meter, terlihat pada Gambar 19.
43
43
Gambar 19. Peta Kontur dan Kondisi Eksisting Arboretum (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
44
f.
Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang ada pada tapak adalah vegetasi yang ditanam oleh staf nurseri
PT. RAPP, terdiri dari semak, perdu, serta pohon sedang dan besar, vegetasi didominasi oleh Kelapa Sawit (Elaeis guineensis), Ketapang (Terminalia cattapa L.), Glodokan Tiang (Polyathea longifolia) seperti yang terlihat pada Gambar 20. Vegetasi yang didominasi oleh kelapa sawit dengan kerapatan yang cukup tinggi ini seringkali menjadi habitat ataupun tempat singgah bagi satwa jenis burung, seperti Perkutut (Geopelia Striata), Balam (Palaquium rostratum), Kacer (Copsychus saularis), dan Jalak (Leucopsar rothschildi) yang terlihat pada Gambar 21. Pada tapak juga terdapat satwa seperti Ayam Hutan, Babi Hutan, Tupai, Ular, Kelelawar, Lebah, dan berbagai macam Kumbang.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 20. Vegetasi Eksisting yang Terdapat pada Arboretum ; (a) Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) (b) Ketapang (Terminalia cattapa L.) (c) Glodokan Tiang (Polyathea longifolia) (d) Kumpulan Semak dan Perdu (Sumber: Dokumentasi Magang)
45
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 21. Satwa yang Terdapat di Arboretum (a) Kacer (Copsychus saularis) (b) Balam (Palaquium rostratum) (c) Perkutut (Geopelia Striata) (d) Kelelawar (Microchiroptera) (Sumber: Dokumentasi Magang) g.
Aksesibilitas Tapak Arboretum RDD Office memliki aksesibilitas yang relatif sangat
mudah untuk dicapai dengan pintu masuk dari Gerbang Utama Komplek Townsite 1 PT. RAPP, jalur ini cukup panjang untuk dilalui dengan jalan kaki karena jarak yang ditempuh untuk sampai ke arboretum dari gerbang utama sekitar 3 km. Dengan kondisi jalan dan pengaspalan yang cukup baik, tapak dapat ditempuh dengan lancar oleh kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua (Gambar 22). Namun untuk bisa menuju arboretum pengunjung harus memiliki ID Card yang disediakan PT. RAPP, sehingga tidak sembarang pengunjung yang dapat mengunjungi arboretum ini. Pengunjung yang datang ke tapak selama ini adalah staf dan pegawai RDD, dan biasanya selain pegawai dan staf pengunjung dilarang masuk.
46
Gambar 22. Aksesibilitas Menuju Arboretum (Sumber: Dokumentasi Magang) Aksesibilitas di arboretum RDD Office sudah sangat baik, namun pada event tertentu seperti kedatangan tamu perusahaan, arboretum RDD Office sering kewalahan dengan banyaknya tamu yang datang dengan menggunakan kendaraan roda empat. Solusi yang disediakan oleh mahasiswa magang ketika kegiatan magang berlangsung adalah dengan penambahan jalur alternatif yang hanya dibuka ketika event tertentu sedang berlangsung, karena biasanya para tamu yang banyak dan menggunakan kendaraan roda empat akan kesulitan mencapai gedung RDD dengan jalan beton yang ada. Jalur alternatif yang dibangun nantinya juga diharapkan dapat menjadi tempat parkir temporary bila tempat parkir yang ada penuh.
h.
Fasilitas dan Utilitas Kelengkapan fasilitas dan utilitas merupakan salah satu faktor penentu
terciptanya kenyamanan dan keamanan dalam suatu tapak. Pengadaan fasilitas dan utilitas yang baik akan mendukung fungsi ruang. Semakin banyak perbedaan fungsi ruang, maka semakin banyak pula fasilitas dan utilitas yang dibutuhkan. Data fasilitas dan utilitas arboretum RDD Office diperoleh melalui pengamatan di lapang. Berdasarkan pengamatan langsung pada saat kegiatan
47
magang, secara garis besar fasilitas dan utilitas di dalam are arboretum RDD Office belum lengkap. Fasilitas yang ada di dalam area arboretum RDD Office berupa sebuah papan signage, tempat pengolahan air, dan satu unit jalan beton selebar 6 meter (Gambar 23).
(a)
(b)
Gambar 23. Ketersediaan Fasilitas dan Utilitas pada Arboretum (a) Papan signage; (b) Jalan Beton (Sumber: Dokumentasi Magang) i.
Karakteristik Pengguna Tapak Pengguna tapak di kawasan arboretum pada umumnya adalah staf dan
pegawai perusahaan yang bekerja dan melakukan penelitian. Pengunjung jarang sekali masuk ke dalam kawasan arboretum diakibatkan oleh padatnya jadwal kerja RDD. Jumlah pengunjung sangat stabil setiap harinya karena PT. RAPP hanya membolehkan staf dan pegawai saja yang boleh mengakses Arboretum, lonjakan pengunjung terjadi bila RDD kedatangan tamu undangan dari departemen lain dan tamu undangan perusahaan seperti dari kementrian kehutanan.
5.3.2.3 Tahap Analisis Hasil dari tahap pengumpulan data berupa deskripsi data dan gambargambar. Selanjutnya, data dan gambar-gambar digunakan pada tahap analisis. Analisis merupakan tahap pengolahan data dan gambar-gambar yang sudah diperoleh, untuk menentukan kendala, potensi, dan kesesuian lahan. Proses analisis dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang diperoleh dengan tujuan perancangan yang akan dikembangkan. Selanjutnya, hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan sintesis.
48
Sintesis merupakan tahap kristalisasi dan pengembangan hasil analisis, sebagai input untuk mencapai tujuan perancangan. Hasil dari tahap sintesis berupa solusi-solusi desain selanjutnya dikembangkan ke dalam konsep-konsep desain. Berdasarkan hasil inventarisasi tapak yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka mahasiswa bersama perusahaan menganalisis kondisi eksisting tapak pada zona yang telah terbagi. Proses analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Dari beberapa aspek yang ada, yaitu: a.
Aksesibilitas Tapak Lahan seluas 6,498 ha, menjadikan Arboretum RDD Office sangat potensial
untuk dikembangkan lanskapnya. Arboretum R and D Office berpotensi menjadi land mark bagi PT. RAPP. Hal itu disebabkan karena arboretum RDD Office termasuk ke dalam wilayah perusahaan. Letak yang strategis menjadikan arboretum RDD Office mudah diakses dari berbagai lokasi di perusahaan, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan perusahaan, karena apabila ditempuh dengan berjalan kaki akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Kemudahan dalam aksesibilitas kendaraan merupakan keunggulan dari arboretum RDD Office. Arboretum RDD Office memiliki dua jalur akses ke dalam tapak, namun kedua jalur tersebut harus dilalui dengan kendaraan yang sudah terdata oleh perusahaan dan tidak bisa ditempuh hanya dengan jalan kaki. Hal tersebut menjadikan arboretum RDD Office sulit untuk dikunjungi oleh para pengunjung yang berjalan kaki atau tidak menggunakan kendaraan.
b.
Iklim Iklim suatu tempat merupakan keadaan keseimbangan antara sejumlah
faktor-faktor tidak tetap pembentuk sistem iklim yang saling mempengaruhi satu sama lain (Laurie, 1990). Faktor pembentuk sistem iklim terdiri dari curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan lama penyinaran. Iklim merupakan salah satu faktor penentu kesesuaian lahan dan rencana aktivitas yang paling sesuai pada suatu tapak (Booth, 1983). Proses perencanaan dan perancangan ruang luar akan melibatkan suatu analisis iklim yang difokuskan pada kenyamanan pengguna (Brooks, 1988).
49
Iklim di arboretum RDD Office tergolong ke dalam tipe iklim A (perhumid dengan vegetasi hutan tropis), berdasarkan model klasifikasi iklim SchmidtFerguson (Gambar 24). Hal tersebut dikarenakan sepanjang tahun 2005-2009
3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
200 2.956,40 2.722,10 2.243,90 1.870,201.763,10
Hari Hujan (hari)
Curah Hujan (mm/thn)
iklim di arboretum RDD Office hanya memiliki bulan lembab.
150
133
50
2006
2007
2008
2009
2005
2006
27,1
26,1
2008
2009
(b) Grafik Hari Hujan 33
32 26,9
100
Kelembaban (%)
Suhu (°C)
35 30 25 20 15 10 5 0
2007 Tahun
(a) Grafik Curah Hujan 95
96,8
94,1
90
91,4
89,7
85
84,8
80 75
2005
2006
2007
2008
2009
2005
2006
Tahun
4,3
4 3
2,7
2,7 1,9
1,3
0 2005
2006
2007
2008
2009
(d) Grafik Kelembaban
2008
2009
Lama Penyinaran (%)
5
2007 Tahun
(c) Grafik Suhu Kecepatan Angin (km/jam)
132
100
Tahun
1
160
0 2005
2
181
157
69
68,2
68 67 66
66,6
66,8
66,6 65,2
65 64 63 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Tahun
(e) Grafik Kecepatan Angin
(f) Grafik Lama Penyinaran
Gambar 24. Grafik Iklim Pangkalan Kerinci Tahun 2005-2009 (Sumber: PT. RAPP, 2011; Disusun oleh Dade Anzac) Arboretum RDD Office secara garis besar memiliki nilai rata-rata curah hujan dan hari hujan yang cukup tinggi. Tingginya nilai curah hujan merupakan suatu potensi, karena ketersediaan air di arboretum RDD Office akan selalu
50
tercukupi sepanjang tahun. Curah hujan yang tinggi juga dapat menjadi kendala apabila tidak diantisipasi dengan baik, karena dapat mengakibatkan terjadinya genangan air, banjir, erosi, dan tanah longsor. Solusi dari kendala-kendala tersebut adalah dengan memperhatikan kondisi fisik tanah agar selalu memiliki daya serap yang baik. Selanjutnya, dengan membuat suatu sistem drainase yang baik dan retaining wall untuk mengurangi laju air. Penggunaan jenis vegetasi yang mampu menahan dan mengikat air hujan yang baik, juga akan mengurangi dampak buruk dari curah hujan yang berlebihan. Suhu Udara di arboretum RDD Office bersifat fluktuatif, dengan nilai ratarata suhu udara di arboretum RDD Office sepanjang tahun 2005-2009 adalah 27,48 °C. Suhu udara tertinggi di aroretum RDD Office adalah 33 °C pada bulan April 2009 dan terendah adalah 22,6 °C pada bulan januari 2006. Arboretum RDD Office secara garis besar memiliki rata-rata suhu udara yang nyaman untuk daerah tropis. Nilai rata-rata kelembaban udara di arboretum RDD sepanjang tahun 20052009 adalah 91,4%. Sementara itu, nilai kelembaban udara tertinggi di arboretum RDD Office adalah 96,8% pada bulan Februari 2005 dan terendah adalah 84,8% pada bulan Oktober 2009. Nilai suhu dan kelembaban udara dapat menentukan tingkat kenyamanan di suatu tapak. Penentuan tingkat kenyamanan tersebut didasarkan pada perhitungan Thermal Humidity Index (THI). Nilai rata-rata THI di arboretum RDD Office adalah 26,99. Sementara itu, THI tertinggi arboretum RDD Office adalah 28,41 pada bulan Juni 2005 dan terendah adalah 25,93 pada bulan April 2009. Oleh karena itu, arboretum RDD Office memiliki nilai suhu yang nyaman untuk manusia berdasarkan perhitungan THI pada Tabel 5. Menurut Laurie (1990), apabila hasil perhitungan THI berada pada nilai selang 26 sampai dengan 28, maka suhu dan kelembaban udara berada pada tingkat yang nyaman bagi manusia.
51
Tabel 5. THI Arboretum RDD Office Tahun 2005-2009 T Rata-rata
RH
(°C)
(%)
2009
29,3
2008
THI
Nilai Kenyamanan
84,8
28,41
Tidak Nyaman
28
89,7
27,42
Nyaman
2007
26,9
91,4
26,44
Nyaman
2006
27,1
94,1
26,78
Nyaman
2005
26,1
96,8
25,93
Tidak Nyaman
Rata-rata
27,48
91,4
26,99
Nyaman
Tahun
Keterangan: T: Suhu RH: Kelembaban THI: Thermal Humidity Index
Suhu dan kelembaban udara yang nyaman di arboretum RDD Office tersebut merupakan potensi yang harus dipertahankan. Solusinya adalah dengan mempertahankan dan menambah vegetasi yang dapat difungsikan sebagai peneduh. Selain itu, fasilitas yang akan dikembangkan harus menggunakan material yang mampu menyerap panas dengan mempertimbangkan jenis dan warna bahan. Nilai rata-rata kecepatan angin di arboretum RDD Office sepanjang tahun 2005-2009 adalah 2,58 km/jam. Sementara itu, kecepatan angin tertinggi di arboretum RDD Office adalah 4,3 km/jam pada bulan April 2006 dan terendah adalah 1,3 km/jam pada bulan Desember 2005. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan angin di arboretum RDD Office bukan suatu kendala untuk pengembangan lanskap. Nilai rata-rata radiasi matahari di arboretum RDD Office sepanjang tahun 2005-2009 adalah 66,7%. Sementara itu, radiasi matahari tertinggi di arboretum RDD Office adalah 68,2% pada bulan Juni 2007 dan terendah adalah 66,6% pada bulan Desember 2009. Brooks dalam APRIL (2001) menyatakan radiasi matahari dapat meningkatkan panas elemen lanskap yang terdapat pada suatu tapak. Semakin licin dan terang permukaan suatu material, maka akan semakin banyak radiasi matahari yang dipantulkan.
52
c.
Tanah Jenis tanah di arboretum RDD Office adalah ultisol berwarna kuning
kecoklatan yang terbentuk dari bahan volkan dan batuan beku. Tanah ultisol di arboretum RDD Office memiliki nilai aliran dalam (perkolasi) yang tinggi, mengindikasikan bahwa tanah di arboretum RDD Office memiliki daya serap yang baik. Kemampuan tanah menyerap air dengan baik, akan menghasilkan jumlah air tanah yang stabil. Aliran permukaan (run-off) tanah ultisol di arboretum RDD Office bernilai rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sewaktu-waktu dapat terjadi erosi dan pengikisan permukaan tanah oleh aliran permukaan di arboretum RDD Office. Solusi pencegahannya adalah dengan menggunakan vegetasi yang mampu menahan dan memecah air hujan. Selain itu, sistem drainase yang baik dan pembuatan retaining wall juga dapat mengurangi terjadinya resiko erosi. Tanah sebagai media tumbuh tanaman (agriculture classification) menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang tidak seimbang dapat menjadi faktor penghambat bagi pertumbuhan tanaman. Sifat fisik dan kimia tanah ultisol di arboretum RDD Office tida memiliki banyak faktor penghambat dalam kaitannya dengan kegiatan pembangunan (engineering classification). Kegiatan pembanguna harus memperhatikan daya dukung tanah (load bearing capacity) dalam menahan beban bangunan. Daya dukung tanah ultisol di arboretum RDD Office bernilai sedang, karena memiliki kandungan pasir dan liat yang kurang seimbang. Kandungan pasir dan liat yang kurang seimbang dapat mengalami resiko keretakan tanah yang dapat mengakibatkan pergeseran pondasi dan runtuhnya dinding bangunan. Solusinya adalah dengan dibangunnya sistem drainase yang baik dan retaining wall yang dapat mengurangi resiko keretakan tanah.
d.
Hidrologi Arboretum RDD Office memiliki sumberdaya air yang dihasilkannya
dengan membuat sumur sendiri, air yang berasal dari air hujan, dan sungai kecil. Hari dan curah hujan yang tidak stabil dapat mengakibatkan kekeringan ataupun mengakibatkan air berlebih. Air yang kurang mengakibatkan kekeringan, dapat
53
dikontrol dengan penyimpanan air pada sumber air yang dibangun oleh perusahaan. Sedangkan air berlebih dapat yang tidak dikontrol dapat mengakibatkan aliran permukaan (run-off) yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan erosi. Kontrol terhadap resiko terjadinya air berlebih di arboretum RDD Office dapat dilakukan dengan pembuatan sistem drainase. Sistem drainase yang baik dapat menampung dan mengarahkan air berlebih, saat tanah berada pada kondisi jenuh terhadap air. Perubahan sistem drainase di arboretum RDD Office harus memperhatikan bentukan lahan (landform), sehingga memiliki daya tampung dan arah aliran yang sesuai. Sungai kecil di arboretum RDD Office merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan utilitas, visual, dan ekologis. Sungai kecil tersebut merupakan bentuk air yang dinamis dan dapat menstimulir emosi. Oleh karena itu, keberadaan sungai kecil di arboretum RDD Office dapat dikreasikan menjadi water feature yang memberi nuansa terapi, sejuk, lembut, dan indah.
e.
Topografi Kondisi topografi pada suatu tapak akan berpengaruh pada kegiatan
pembangunan (engineering classification), pola ruang, serta aktivitas dan utilitas. Peta topografi memberikan informasi mengenai kondisi ketinggian dan kelas kemiringan suatu tapak. Oleh karena itu, perancangan lanskap sangat memerlukan informasi mengenai topografi pada suatu tapak. Pada arboretum RDD Office ketinggian 120 mdpl merupakan area tertinggi dan ketinggian 92 mdpl merupakan area terendah. Area yang lebih tinggi berpotensi dijadikan tempat observasi untuk mengamati pandangan. Sementara itu, tempat yang lebih rendah dapat dimanfaatkan sebagai node yang dapat diamati dari tempat yang lebih tinggi. Perbedaan pada level ketinggian tersebut akan menghasilkanvariasi pada kelas kemiringan. Peta klasifikasi kemiringan lahan memuat informasi mengenai tingkat keragaman kelas kemiringan di arboretum RDD Office (Gambar 25). Bentukan lahan di arboretum RDD Officedapat dibagi menjadi beberapa kelas kemiringan yang tegas, yakni datar, landai, miring, terjal, curam.
54
Area yang datar berpotensi mengalami genangan air pada saat musim hujan, sehingga memerlukan sistem drainase yang baik. Area yang datar akan memberikan kesan luas dan monoton, untuk itu area yang datar lebih cocok untuk penempatan bangunan. Penempatan bangunan pada area yang datar akan mengurangi biaya persiapan lahan untuk membangun bangunan tersebut. Area arboretum RDD Office yang miring berpotensi mengalami aliran permukaan (run-off) yang berlebihan, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Solusi untuk menanggulangi erosi adalah dengan penanaman rumput ataupun ground cover. Selanjutnya, area miring tersebut ditanami oleh vegetasi dengan perakaran dalam yang mampu mengikat air dengan baik. Pembuatan retaning wall juga dapat digunakan untuk menjaga konsistensi tanah yang miring, sehingga mengurangi resiko terjadinya erosi. Variasi kelas kemiringan di arboretum RDD Office merupakan potensi yang menjadi daya tarik sendiri bagi pengguna tapak. Pengguna tapak akan memiliki apresiasi tinggi sebagai bentuk efek psikologis yang ditimbulkan oleh adanya variasi kelas kemiringan. Potensi variasi kelas kemiringan dan ketinggian tersebut harus dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan tersebut harus didukung oleh upaya rekayasa tapak yang berorientasi ekologis. Salah satu upaya rekayasa tapak adalah dengan melakukan grading (cut and fill). Grading dilakukan dengan seminimal mungkin dan memperhatikan kondissi alami arboretum RDD Office. Grading yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan bentukan lahan (landform) pada suatu tapak. Grading yang berorientasi ekologis diharapkan mampu memudahkan kegiatan pembangunan dan menambah nilai visual.
55
55
Gambar 25. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan Arboretum RDD Office (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
56
f.
Vegetasi Arboretum RDD Office memiliki koleksi vegetasi yang didominasi oleh
kelapa sawit dengan jumlah kurang lebih 265 spesies. Vegetasi non kelapa sawit di arboretum RDD Office tergolong ke dalam pohon sedang, perdu dan semak. Melihat kondisi tersebut arboretum RDD Office memerlukan penambahan variasi vegetasi
non
kelapa
sawit
untuk menambah
nilai
keindahan
dengan
memperhatikan kestabilan kualitas lingkungan. Rumput dan ground cover dapat digunakan untuk membentuk bidang bawah (lantai). Kombinasi antara rumput dan ground cover yang dipertegas dengan semak rendah dapat membentuk ruang terbuka (open space) dan private. Semak dan pohon pendek dengan jarak tanam yang dekat mampu membentuk bidang vertikal (dinding). Sementara itu, pohon tinggi berkanopi dengan jarak tanam yang dekat dan kanopi saling bersentuhan dapat membentuk bidang atas (langit). Pada area dengan tingkat kebisingan tinggi, perlu ditambahkan vegetasi yang mampu memecah suara bising tersebut. Selain itu, arboretum RDD Office juga memerlukan vegetasi yang mampu menyerap polutan untuk mengurangi polusi atau asap kendaraan yang melalui arboretum untuk menuju ke gedung departemen RDD. Rumput dan ground cover dapat mengurangi resiko terdapatnya genangan air di area arboretum RDD. Pohon-pohon besar berkanopi dapat difungsikan sebagai penangkap air hujan, pengikat air tanah, mengurangi resiko erosi, dan mempertahankan konsistensi tanah. Perusahaan sendiri telah memiliki konsep vegetasi atau vegetasi apa saja yang akan ditanam di arboretum RDD Office, dengan ketetapan seperti itu RDD menata vegetasi mana saja yang akan ditanam dan yang tidak, vegetasi terdiri dari vegetasi HTI dan vegetasi langka koleksi PT. RAPP. Berikut adalah daftar vegetasi yang akan ditanam di arboretum : 1.
Acacia mangium
2.
A. crassicarpa
3.
A. auriculiformis
4.
Alstonia pneumatophora (Pulai)
5.
Anisoptera spp.(Mersawa)
6.
Anthocephalus cadamba (Jabon)
57
7.
Azadirachta excelsa (Sentang)
8.
A. indica (Mimba)
9.
Cinnamomum spp. (Medang)
10. Dipterocarpus costulatus (Keruing) 11. Dyera costulata (Jelutung) 12. Eucalyptus pellita 13. E. grandis 14. E. grophylla 15. Eugenia sp. (Jambu-jambuan) 16. Ficus spp. (Beringin) 17. Gmelina arborea 18. Gonystilus bancanus (Ramin) 19. Hibiscus macrophylla (Waru) 20. Macaranga spp. (Mahang) 21. Melaleuca spp.(Gelam, kayu putih) 22. Maesopsis eminii (kayu Afrika) 23. Paraserianthes falcataria (Sengon) 24. Pentaspadon montley (Plajau) 25. Peronema canescen (Sungkai) 26. Pinus merkusii (Pinus) 27. Scorodocarpus sp.(Kulim) 28. Shorea parvifolia (Meranti) 29. Swietenia macrophylla (Mahoni) 30. Tectona grandis (Jati) 31. Terminalia cattapa (Ketapang)
g.
Satwa Keragaman jenis satwa yang hidup di arboretum RDD Office menunjukkan
adanya kestabilan ekosistem. Lingkungan tempat hidup satwa tersebut harus dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Atraksi satwa dapat dijadikan sebagai daya tarik penunjang dalam program pengembangan lanskap RDD tersebut.
58
Satwa sangat peka terhadap perubahan lingkungan disekitarnya, oleh karena itu pada area satwa bermain dan mencari makan harus diperhatikan. Pengunjung dengan intensitas tinggi dan berkelompok, terkadang dapat mengganggu kehidupan satwa. Aktivitas penunjang tersebut sebaiknya berupa observasi, bukan interkasi secara langsung. Sistem kontrol yan baik terhadap pengunjung , daoat mencegah terjadinya perburuan dan pengrusakan habitat satwa di arboretum RDD Office. Pada lingkungan tempat hidup yang tidak terganggu akan menjadikan satwa tersebut dapat hidup dan berkembang secara alami. Oleh karena itu, penambahan variasi vegetasi sangat diperlukan untuk sumber makanan dan tempat tinggal bagi satwa yang ada di arboretum RDD Office.
h.
Fasilitas dan Utilitas Pengembangan ruang-ruang dengan fungsi dan aktivitas yang beragam
membutuhkan kelengkapan fasilitas dan utilitas. Fasilitas dan utilitas yang baik dan tepat akan memberikan kenyamanan dan kemudahaan bagi pengguna tapak. Minimnya fasilitas dan utilitas di arboretum RDD Office memang sengaja dilakukan agar aktivitas di arboretum menjadi terbatas dikarenakan dalam upaya menjaga kelestarian arboretum. Fungsi masing-masing ruang dan aktivitas pengguna yang beragam dan bersifat dadakan pada acara tertentu, mengakibatkan arboretum RDD Office membutuhkan penambahan fasilitas. Penambahan fasilitas tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Shelter
2.
Lokasi Event Penanaman
3.
Track Alternatif dalam Arboretum
4.
Lampu Taman
5.
Water Feature
6.
Signage Gedung Penentuan fasilitas dan utilitas harus didasarkan pada fungsi ruang dan
aktivitas pengguna tapak. Pengadaan fasilitas dan utilitas juga harus memperhatikan bahan dan material yang digunakan. Bahan dan material yang digunakan harus tahan lama, ramah lingkungan, dan aman bagi pengguna tapak.
59
Fasilitas eksisting di arboretum RDD Office, seperti papan nama (signage), tempat pengolahan dan penyulingan air, dan jalan beton sudah baik. Namun perlu dipindahkan ke tempat yang lebih terlihat oleh pengunjung dan diganti dengan bahan yang lebih tahan lama. Penempatan fasilitas dan utilitas harus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tapak. Fasilitas dan utilitas yang berada di area yang tidak tepat akan menjadi tidak berguna dalam pembangunannya, seperti kondisi yang gelap pada saat malam hari perlu dilakukannya instalasi lampu taman untuk memudahkan apabila ada kunjungan ketika malam hari. Pada area arboretum RDD Office sendiri belum terdapat lampu taman yang dibutuhkan untuk penerangan dan pemenuhan estetika di malam hari.
i.
Pengguna Tapak Selera, keinginan, dan kenyamanan pribadi merupakan bagian dari sifat
dasar estetika manusia yang tidak dapat diperdebatkan, sifat dasar estetika tersebut selalu mempengaruhi cara hidup manusia. Informasi karakter dan pemahaman terhadap pengguna tapak sangat perlu dipahami untuk mengkreasi lingkungan fisik luar ruang. Oleh karena itu, perbedaan dalam karakter dan pemahaman dari pengguna terhadap suatu tapak merupakan peubah yang harus dipertimbangkan dalam perancangan lanskap. Fungsi arboretum RDD Office sebagai kebun koleksi plasma nutfah untuk vegetasi HTI dan vegetasi langka milik PT. RAPP harus lebih diutamakan. Vegetasi langka yang akan menggantikan dominasi kelapa sawit diharapkan dapat menunjang kebutuhan estetika pengguna tapak dan juga untuk mengeksplorasi berbagai ilmu pengetahuan mengenai vegetasi langka yang dimiliki oleh perusahaan.
5.3.2.4 Tahap Sintesis Tahap sintesis merupakan lanjutan dari tahap analisis untuk menentukan area arboretum yang diperoleh berdasarkan tingkat keanekaragaman vegetasi yang rendah pada kawasan di sekeliling kantor, sehingga dibutuhkan kawasan arboretum untuk menciptakan keanekaragaman vegetasi yang tinggi. Penentuaan
60
area arboretum juga didasarkan pada aksesibilitas area yang dekat dengan kantor dan tingkat fungsionalitas dari arboretum dapat tercapai, serta meningkatkan kualitas estetis dari kawasan sekeliling kantor. Oleh karena itu, dibangunlah arboretum di sekeliling kawasan perkantoran yang dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26. Peta Sintesis Arboretum RDD Office (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) 5.3.2.5 Tahap Perancangan Pengembangan arboretum RDD Office yang akan dilakukan hanya seluas 40% dari total luas tapak yang akan dikembangkan, yaitu 6,498 ha, proses perancangan dilakukan dengan cara manual oleh staf program pengembangan RDD Office dan grafik oleh mahasiswa magang. Tahap perancangan dimulai dengan brainstorming oleh seluruh staf program pengembangan lanskap arboretum RDD Office dibantu oleh staf pengembangan dan pengelolaan HTI, dilanjutkan dengan sketsa kasar pembagian ruang dan dilanjutkan dengan sistem komputerisasi untuk memperhalus gambar. Dalam kegiatan magang, mahasiswa ikut berpartisipasi dalam produk yang dihasilkan, yaitu:
61
a.
Conceptual Design Konsep desain di dalam program pengembangan arboretum RDD Office ini
dikembangkan menjadi dua bagian utama, yakni konsep dasar dan konsep pengembangan. Konsep dasar merupakan ide utama dalam pembuatan desain yang mencakup isi desain secara holistik. Sementara itu, konsep pengembangan merupakan aplikasi dari konsep dasar yang terdiri dari konsep arboretum, konsep penelitian dan konsep lanskap. 1.
Konsep Dasar Konsep yang dikembangkan oleh PT. RAPP untuk arboretum RDD Office
adalah “Modern Arboriculture Plantaion of RGE Technology Center” dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup kantor melalui pelestarian lingkungan dengan adanya arboretum yang mendukung kegiatan kerja, penelitian, dan relaksasi pengguna, serta pengenalan berbagai jenis vegetasi di dalamnya. Arboretum RDD Office memiliki pendekatan ekologis dimana pada pendekatan ekologis, perancangan jalur jalan membentuk suatu koridor ekologis menjadi fokus utamanya, dan mengatur display tanaman langka sehingga menjadi cantik, nyaman, serta teratur dan dapat mendukung aktifitas perkantoran (Gambar 27).
Recolonization atau menyatukan ruang dengan fungsi yang sama
Edge width atau memberikan rintangan/penyangga sebagai pengarah
Corridor gap effectiveness memberikan pergerakan yg jelas
Gambar 27. Standard Ecology Path Berdasarkan Landscpe Ecology Principles (Sumber: Dramstad, Olson, and Forman, 1996) 2.
Konsep Pengembangan Konsep pengembangan merupakan penerapan dari konsep dasar yang
menentukan bentuk akhir desain. Konsep pengembangan harus didasarkan pada
62
potensi sumberdaya arboretum, agar sesuai dengan tema konsep dasar (Modern Arboriculture Plantation). Potensi sumberdaya arboretum berupa potensi arobertum sebagai kebun koleksi dan potensi penelitian. Oleh karena itu, konsep pengembangan di arboretum RDD Office diaplikasikan dalam bentuk konsep arboretum, konsep penelitian, dan konsep lanskap. (a) Konsep Arboretum Arboretum RDD Office merupakan lahan perusahaan yang berfungsi sebagai kebun koleksi plasma nutfah untuk vegetasi HTI dan vegetasi langka milik PT. RAPP. Konsep arboretum ini adalah menjadikannya sebuah objek wisata dengan ciri khas HTI milik PT. RAPP yang berdaya guna, indah, dan berkelanjutan. Arboretum RDD Office diaplikasikan melalui aktivitas budidaya dan event penanaman di sekitar gedung RDD. Budidaya tersebut, terdiri dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan. Budidaya vegetasi HTI dan vegetasi langka milik PT. RAPP melibatkan staf dan pegawai PT. RAPP. Pengguna tapak menggunakan arboretum RDD Office untuk keperluan penelitian dan menjadi interpreter. (b) Konsep Penelitian Tujuan utama penelitian adalah untuk menyiapkan materi vegetasi yang akan ditanam baik itu vegetasi HTI ataupun vegetasi langka yang disesuaikan dan diselaraskan dengan potensi yang ada di arboretum RDD Office. Konsep penelitian ini dapat menjadi tempat buat para researcher yang ada di departemen RDD dapat melakukan trial atau uji coba dengan membuat kebun percobaan, kebun budidaya, dan kebun koleksi. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan mengenai seberapa cocok vegetasi ditanam pada arboretum sehingga dalam pelaksanaannya di tapak yang lebih luas para peneliti sudah siap untuk mengaplikasikannya.
Kemampuan
aplikasi
itu
dikembangkan
melalui
pengamatan, pemahaman, dan praktek bududaya vegetasi HTI dan vegetasi langka milik PT. RAPP. (c) Konsep Lanskap Konsep disusun berdasarkan pada kondisi eksisting arboretum RDD Office yang disesuaikan dengan solusi-solusi terhadap potensi dan kendala yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan fungsi ekologi, ekonomi, dan
63
sosial yang akan berkembang di arboretum RDD Office. Konsep terdiri dari konsep tata ruang, konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan utilitas, dan konsep vegetasi. -
Konsep Ruang Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas, konsep ruang
ditujukan untuk mengakomodasi segala bentuk aktivitas di arboretum RDD Office. Penentuan ruang didasarkan pada jenis aktivitas eksisting dan aktivitas yang akan dikembangkan di arboretum RDD Office. Oleh karena itu, konsep ruang di arboretum dikelompokan menjadi area penerimaan, area arboretum, area produksi, area terbangun (gedung RDD dan lahan parkir), area event penanaman, dan jalan utama (Gambar 28).
Gambar 28. Konsep Ruang Arboretum RDD Office (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) -
Konsep Sirkulasi Sistem sirkulasi yang ada dalam tapak terbagi menjadi sirkulasi primer yang
dapat diakses oleh kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua dengan arus dua arah yang menghubungkan area penerimaan, area produksi, area event
64
penanaman, dan area terbangun. Sedangkan sirkulasi sekunder tidak dapat diakses oleh kendaraan karena merupakan jalan setapak dari tanah dan atau dari bebatuan yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki (Gambar 29).
Area Penerimaan
Area Terbangun (Gedung dan Lahan Parkir
Area Produksi
Pintu Masuk dan Keluar Pengunjung
Area Arboretum
Sirkulasi Kendaraan
Area Event Penanaman
Sirkulasi Pejalan Kaki
Gambar 29. Konsep Sirkulasi di Arboretum RDD Office (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) -
Konsep Fasilitas dan Utilitas Fasilitas tapak merupakan salah satu faktor pembentuk identitas ruang.
Kelengapan fasilitas bertujuan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kepuasan bagi pengunjung dalam melakukan berbagai aktivitas di arboretum RDD Office. Penentuan konsep fasilitas disesuaikan dengan konsep ruang arboretum RDD Office. Kelengkapan fasilitas di arboretum RDD Office harus didukung dengan adanya pengembangan utilitas. Penempatan fasilitas dan utilitas disesuaikan dengan dimensi dan kondisi tapak, sehingga tidak mengganggu
stabilitas
lingkungan.
Ukuran
dan
bentuk
fasilitas
mempertimbangkan aspek kekuatan dan kemudahan dalam pemeliharaan. Material utama pembentuk fasilitas tersebut adalah material yang aman terhadap pengguna oleh manusia dan lingkungan.
65
-
Konsep Vegetasi Pada konsep vegetasi oleh CEO perusahaan telah ditetapkan vegetasi apa
saja yang akan ditanam di arboretum RDD Office. Selama kegiatan magang berlangsung mahasiwa mambantu staf program pengembangan lanskap arboretum RDD Office menyelaraskan vegetasi yang telah ditetapkan dengan fungsi vegetasi di dalam perancangan lanskap. Konsep vegetasi disesuaikan dengan pola karakteristik HTI. Pada area produksi tidak ada vegetasi yang dirubah, tetap didominasi oleh kelapa sawit, vegetasi yang didesain ulang adalah vegetasi yang berada pada jalan utama, area penerimaan, area arboretum, area event penanaman, dan area terbangun. (Gambar 30).
Gambar 30. Konsep Vegetasi di Arboretum RDD Office (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) b.
Blok Plan Blok plan merupakan penjabaran dari tahap sintesis yang merupakan
gabungan dari konsep ruang, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi. Pada blok plan tersebut membagi kawasan menjadi area arboretum, area produksi, area event penanaman, area penerimaan, dan area terbangun. Pada blok plan juga sudah
66
ditetapkan plot vegetasi yang akan digunakan seperti penempatan semak, groundcover, pohon peneduh, tanaman pengarah jalan, dan lawn. Selain membagi kawasan dan penempatan vegetasi pada blok plan juga dijelaskan mana jalan utama dan jalan alternatif serta alur sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki seperti yang terlihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Blok Plan Arboretum RDD Office (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) c.
Site Plan Setelah mendapatkan konsep final maka dibuatlah site plan untuk
memberikan gambaran secara garis besar pengembangan arboretum. Site plan yang telah dibuat berisi pembagian jalan utama, area penerimaan, area produksi, area arboretum, area event penanaman, dan area terbangun (Gambar 32).
67
67
Gambar 32. Ilustrasi Site Plan (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac
68
d.
Tahap Pengembangan Desain Pada tahap ini dibuat beberapa alternatif desain untuk manampilkan
kesatuan material dalam tapak yang menyesuaikan dengan konsep yang telah dibuat. Pembuatan ilustrasi desain, seperti shelter, water feature, model penanaman pada traffic island, signage gedung RGE Technology Center, dan pola penanaman pada berbagai spot di tapak ditujukan agar perusahaan dapat melihat bagaimana desain ini nantinya. Berikut adalah ilustrasi desain yang dibuat untuk mendukung kesatuan agar sesuai dengan konsep yang telah dibuat: 1.
Area Penerimaan Area penerimaan berfungsi sebagai welcome area pada tapak, dan akan
menyambut pengunjung dengan signage gedung RGE Technology Center, signage berupa nama dari gedung RDD, dibuat untuk memberi pengetahuan kepada pengunjung ketika melintasi jalan riaufiber. Pada area penerimaan dirancang juga model penanaman tanaman display yang menghiasi signage RGE Technology Center. Desain dapat terlihat pada Gambar 33.
(a)
(b)
69
(c)
(d)
Helyconia Tricolor Keladi Hias Krokot Merah
(e) Gambar 33. Ilustrasi Area Penerimaan (a) Sebelum Adanya Signage (b) Setelah Penambahan Signage Gedung (c) Blow Up Area Penerimaan (d) Ilustrasi Signage di Area Penerimaan (e) Pola Penanaman Tanaman Display (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
70
2.
Jalan Utama Pada jalan utama yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi baik bagi
kendaraan roda empat maupun roda dua dibuat beberapa model penanaman yang akan meningkatkan kualitas estetika ketika pengunjung melalui jalan utama ini (Gambar 34). Pada saat kegiatan magang berlangsung, selain dibuat model penanaman pada jalan utama juga dibuat blow up dan potongan sebagai model driveway yang akan dilalui oleh kendaraan roda empat dan roda dua (Gambar 35).
Kamboja (Tanaman Peneduh)
Rumput Gajah (Penutup Tanah)
Palem
Rumput Gajah (Penutup Tanah)
Gambar 34. Model Penanaman pada Jalan Utama (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
71
Potongan Jalan Utama A-A’
Blow Up Jalan Utama
Key Plan
Palem Raja Semak (Tanaman Ornaman) Drainase Pohon sebagai Screening Rumput
Gambar 35. Blow Up dan Potongan Jalan Utama (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) 3.
Area Terbangun Pada area terbangun berisi gedung RGE Technology Center yang berfungsi
sebagai pusat para peneliti dari PT. RAPP, yang mempunyai rutinitas yang monoton, sehingga butuh penyegaran dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari, pada saat kegiatan magang berlangsung ada permintaan langsung dari CEO perusahaan untuk membangun sebuah atraksi air di depan gedungnya, setelah itu dirancanglah sebuah water feature di depan gedung RGE Technology Center (Gambar 36). Saat kegiatan magang berlangsung juga traffic island yang ada di depan gedung didesain ulang atas permintaan dari program leader (Gambar 37). Selain itu pada area gedung juga dirancang beberapa model penanaman untuk meningkatkan kualitas estetika ketika pengunjung datang ke gedung RGE Technology Center (Gambar 38).
72
Semak (Tanaman Ornamen) Palem Sculpture
Gambar 36. Blow Up dan Ilustrasi Water Feature (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) Sutra Bombay Palisotha Lantana Keladi Hias Lili Paris
Gambar 37. Blow Up dan Ilustrasi Traffic Island (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) Kana Hanjuang
Nanas-nanasan Taiwan Beauty
Krokot Merah Rumput Gajah
Gambar 38. Model Penanaman Gedung RGE Technology Center (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
73
4.
Area Arboretum dan Area Event Penanaman Area arboretum yang berfungsi sebagai sebagai kebun plasma nutfah
membutuhkan fasilitas untuk mengamati titik-titik di arboretum RDD Office. Saat kegiatan maganng berlangsung dirancang sebuah shelter untuk mengakomodir kebutuhan tersebut. Penyediaan shelter tersebut bertujuan untuk memfasilitasi pengunjung dalam interpretasi alam, pengamatan arboretum, pengamatan satwa, dan sebagai tempat istirahat sejenak ketika lelah berkeliling. Shelter akan dikembangkan dengan ukuran 6x4 meter dan terbangun di depan track dalam arboretum dengan bahan kayu jati yang kuat dan halus berpelitur (Gambar 39). Pada Area Event penanaman dibangun sebuah lokasi penanaman ketika event atau acara tertentu sedang berlangsung. Lokasi event penanaman berfungsi sebagai lokasi dimana tamu undangan perusahaan seperti pejabat negara atau pemerintahan yang datang dapat melakukan penanaman simbolik di arboretum RDD Office. Penanaman berupa vegetasi HTI ataupun vegetasi langka yang merupakan koleksi PT. RAPP yang ada di kawasan konservasi dan lokasi HTI (Gambar 40) .
Gambar 39. Ilustrasi Shelter (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
74
74 85
Gambar 40. Ilustrasi Lokasi Event Penanaman (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
75
5.4
Kajian Pra-Planning dan Konsep Ekowisata di Kawasan HTI
5.4.1 Tujuan dan Sasaran Kegiatan PT.
RAPP
mempunyai
tujuan
mengamankan
keberlanjutan
dan
meningkatkan produktivitas serat melalui integrasi perbaikan genetik, perbaikan praktek silvikultur, penyebaran materi genetik terbaik tersedia pada site yang spesifik. PT. RAPP mengurangi resiko kerugian karena beberapa sebab, diantaranya akar busuk, kerusakan karena angin, dan tapak yang tidak adaptif. PT. RAPP melakukan penelitian kolaboratif daripada terfragmentasi, transparansi dalam temuan penelitian yang melindungi hak-hak peneliti. Mahasiswa magang ditempatkan sebagai GIS Operator pada kegiatan ini untuk mendukung kelengkapan data peta yang dibutuhkan oleh para peneliti yang berada di RDD. Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produksi hutan tanaman dengan tidak mengacuhkan faktor kelestarian lingkungan, sehingga hasilnya adalah sebuah hutan tanaman lestari yang mendukung keharmonisan antara nilai sosial, ekonomi dan ekologi. Hal tersebut sejalan dengan konsep ekowisata yang melindungi lingkungan dengan meningkatkan komunitas lokal, menciptakan produk wisata yang bernilai edukasi, dan menghasilkan kontribusi positif dalam perkembangan ekonomi lokal.
5.4.2 Konsep Hutan Tanaman Lestari Konsep yang dikembangkan oleh PT. RAPP mempunyai tujuan yang baik untuk kepentingan perusahaan, konsep tersebut berupa jaminan kesinambungan bahan baku serat bagi industri pulp-kertas dengan tetap memelihara fungsi hutan serta
berperan
aktif
dalam
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
dan
pembangunan nasional.
5.4.3 Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah dengan meneliti kecocokkan lahan HTI dengan keberlanjutan lingkungan, maka perusahaan melakukan diskusi dengan tenaga ahli, staf program pengembangan HTI, dan mengikutsertakan mahasiswa magang dalam proses diskusi tersebut. Setelah data terkumpul melalui proses pengumpulan data mahasiswa magang menyusun
76
konsep ekowisata yang sejalan dengan konsep yang digunakan PT. RAPP dalam mengembangkan HTI. Konsep yang digunakan PT. RAPP dalam pengembangan HTI adalah Hutan Tanaman Lestari dengan didukung oleh Sertifikat Pemanfaatan Hutan Lestari Nomor: ST.37/Menhut-VI/2009 dari Departemen Kehutanan dan Sertifikat Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari Nomor: 06/SPFM/001 dari Lembaga Ekolabel Indonesia (Gambar 41).
Gambar 41. Konsep Pengembangan Hutan Tanaman Lestari (APRIL, 2011) 5.4.4 Kegiatan Pra-Planning Hutan Tanaman Kegiatan pra-planning yang dilakukan perusahaan berupa kajian, rencana pengelolaan, pengawasan pekerjaan penanaman dan penebangan (panen), survey awal dan lanjutan, serta pengumpulan data tapak baik primer maupun sekunder. Setelah data terkumpul mahasiswa magang menyusun konsep ekowisata yang cocok untuk menjadi bahan masukkan bagi perusahaan. Penyusunan konsep ekowisata dilakukan secara individu oleh mahasiswa sebagai produk hasil magang yang berkaitan dengan perencanaan lanskap. Pengumpulan data primer secara langsung ke lapangan dilakukan staf RDD dengan bantuan kerjasama lembaga penelitian ilmiah, konsultan, dan perguruan tinggi (Gambar 43). Pengumpulan data tapak berupa data peta tanah, penggunaan lahan, tutupan lahan, infrastruktur dan drainase. Tapak yang disurvey adalah areal HTI milik PT. RAPP yang berlokasi di Semenanjung Kampar, Pulau Padang, Baserah, Cerenti, Logas, Ukui, Lenggam, Tesso. Tim dibagi menjadi dua tim, tim pertama mendapatkan lokasi yang cukup jauh dari kantor pusat PT. RAPP yaitu mendapatkan site Semenanjung Kampar,
77
Pulau Padang, Baserah, dan Cerenti. Sedangkan tim kedua mendapatkan site Logas, Ukui, Lenggam, dan Tesso. Mahasiswa magang dalam kegiatan ini ikut tim pertama untuk membantu survey dan pengumpulan data, serta dijadikan sebagai GIS Operator untuk membantu mengolah data berbentuk peta dapat terlihat pada Gambar 42. Sebelum berangkat tim biasanya melakukan briefing terlebih dahulu untuk mempersiapkan berbagai alat dan bahan serta urutan kegiatan di lapangan (Gambar 43). Peta dasar yang diperoleh PT. RAPP didapat dari berbagai macam sumber seperti Bappeda dan Bakosurtanal salah satu peta yang didapat dari Dinas PU ialah Peta RTRW Provinsi Riau sebagai dasar untuk penentuan lokasi hutan tanaman, selanjutnya peta tersebut diolah oleh RDD untuk disesuaikan dengan kondisi aktual di lapangan. Kunjungan dan suvey langsung ke lapangan tetap dilakukan walaupun telah mendapatkan peta dasar. Kondisi eksisting tapak diamati dengan melakukan tracking, marking, dan area calculation dengan menggunakan GPS dan pengambilan foto tapak (Gambar 44). Data yang telah diperoleh dimasukkan dan diolah dengan sistem komputerisasi, yaitu dengan menggunakan software Arc Gis 9.3, Auto Cad Land Desktop 2009, Auto Cad 2009, dan Garmin Map Source 5.0. Data tersebut diolah bersama tim ahli tanah RDD, mahasiswa magang pada kegiatan ini bertindak sebagai GIS-Operator untuk ikut membantu mengolah data peta yang dibutuhkan perusahaan (Gambar 45).
Gambar 42. Site Surveying dan Estimasi Ketinggian Pohon (Sumber: PT. RAPP, 2011)
78
Gambar 43. Briefing Sebelum Berangkat Survey Tapak (Sumber: Dokumentasi Magang)
Gambar 44. GPS 10 XL Garmin (Sumber: PT. RAPP, 2011)
Gambar 45. Pengolahan Data GIS oleh Mahasiswa Magang
Pada saat kegiatan magang berlangsung, mahasiswa membantu dan memberi masukkan-masukkan kepada perusahaan terkait dengan survey tapak dan pengembangan yang dapat dilakukan berdasarkan potensi dalam tapak, akan tetapi pengembangan dalam tapak harus sesuai dengan tata guna lahan milik pemerintah. Pada saat kegiatan magang berlangsung, mahasiswa magang memberi
79
masukkan agar perusahaan mempunyai peta RTRW Provinsi Riau, namun dikarenakan proses birokrasi yang cukup sulit ketika magang berlangsung, perusahaan hanya bisa menyediakan peta yang didapat dari kerjasama dengan dinas pekerjaan umum, yaitu peta struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang Provinsi Riau (Gambar 46). Berdasarkan peta peta struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang Provinsi Riau disebutkan bahwa tapak yang akan disurvey oleh tim pertama yang terdapat mahasiswa magang di dalamnya, seperti site Semenanjung Kampar, Pulau Padang, Baserah, dan Cerenti merupakan tapak yang telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi kawasan hutan produksi. Maka dari itu perusahaan dapat dengan leluasa mengembangakan HTI di tapak yang akan disurvey, termasuk pemanfaatannya nanti yang ditambah dengan bentuk hutan wisata. Pada saat turun ke lapangan mahasiswa magang membantu survey dan pengolahan data potensi tapak. Pada saat turun ke site Cerenti, mahasiswa magang bersama staf perusahaan mendapatkan tugas untuk mengumpulkan dan mengolah data kualitas tanah
dan menghasilkannya dalam bentuk peta (Gambar 47).
Mahasiswa juga mambantu menghasilkan peta overplot kemiringan dengan unit famili tanah (Gambar 48), peta overlay kemiringan dengan grup famili tanah (Gambar 49), serta peta overplot kemiringan dengan unit manajemen tanah (Gambar 50), dan pada saat turun ke site Baserah mahasiswa membantu menyusun peta overplot kemiringan dengan jenis tanah (Gambar 51). Peta-peta tersebut dikumpulkan karena perusahaan membutuhkannya untuk pengolahan data terkait dengan kebutuhan akan analisis kesesuaian tanah dengan metode penanaman hutan tanaman industri. Khusus untuk site Baserah dan Cerenti perusahaan hanya akan mengembangkan site tersebut untuk HTI dan tidak ada pengembangan ke arah hutan wisata, karena hasil panen hutan tanaman dari site tersebut sangat menguntungkan perusahaan dari sisi materi.
80
80
Gambar 46. Peta Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Riau (Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2011)
81
81
Gambar 47. Peta Kualitas Tanah Estate Cerenti (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
82
82
Gambar 48. Peta Overplot Kemiringan dan Unit Famili Tanah Estate Cerenti (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
83
83
Gambar 49. Peta Overplot Kemiringan dan Grup Famili Tanah Estate Cerenti (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
84
84
Gambar 50. Peta Overplot Kemiringan dan Unit Manajemen Tanah Estate Cerenti (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
85
85
Gambar 51. Peta Overplot Kemiringan dan Grup Famili Tanah Estate Cerenti (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
86
5.4.5 a.
Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan HTI
Legalitas Areal Hutan Tanaman (Aspek Prasyarat) Dalam melakukan penyusunan konsep ekowisata mahasiswa magang harus
menyesuaikan konsep tersebut dengan aspek legal dalam program pengembangan HTI, karena PT. RAPP tidak berjalan dengan bebas dan tanpa prasyarat, PT. RAPP diawasi dengan ketat oleh Departemen Kehutanan serta harus mendapatkan izin dari pejabat pemerintahan daerah seperti Bupati Pelalawan dan Gubernur Riau. Surat permohonan diajukan Direktur Utama PT. RAPP untuk mendapatkan Keputusan Menteri Kehutanan sebagai kebijakan tertinggi (Gambar 52).
Gambar 52. Proses Perizinan Areal IUPHHK–HT PT. RAPP SK. No.: 327/Menhut-II/2009 (Permenhut No.: P.19/Menhut-II/2007, jo. P.11/Menhut-II/2008) (Sumber: APRIL, 2011) b.
Pengembangan dan Pengelolaan Areal Hutan Tanaman (Aspek Kelola Produksi dan Kelola Lingkungan) Dalam menyusun konsep ekowisata di kawasan HTI, mahasiswa magang
juga menyesuaikan konsep tersebut dengan rencana pengembangan dan pengelolaan HTI pada areal IUPHHK-HT, karena selain memikirkan aspek kelola produksi yang berhubungan dengan penebangan (panen), di dalam rencana pengembangan dan pengelolaan HTI juga PT. RAPP harus memperhatikan aspek
87
kelola lingkungan yang bersifat berkelanjutan dan tetap memperhatikan keadaan ekologi, sosial, dan ekonomi dari lingkungan sekitar areal IUPHHK-HT. Dengan tanggung jawab besar seperti yang telah disebutkan maka PT. RAPP melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aspek kelola lingkungan, salah satunya adalah dengan menyusun perencanaan hutan wisata di areal IUPHHK-HT dalam bentuk konsep awal ekowisata yang cocok dengan kondisi lahan, dan dalam hal ini perusahaan mengikutsertakan mahasiswa magang dalam kegiatan perencanaan lanskap tersebut. PT. RAPP melihat kondisi kehutanan eksisting pada tapak dan juga melalui data citra satelit bersumber dari citra landsat tahun 2002, sehingga berikutnya PT. RAPP dapat dengan pasti menentukan daerah pengembangan HTI dengan tidak mengacuhkan hutan alam dan kawasan lindung. Areal IUPHHK-HT yang diperhatikan kondisi eksistingnya melalui citra satelit adalah Estate Pulau Padang (Gambar 53) serta Semenanjung Kampar yang terdiri dari Estate Kampar dan Tasik Belat (Gambar 54). Dengan melihat kondisi eksisting tersebut mahasiswa magang melakukan diskusi serta analisis bersama staf dan tenaga ahli yang ikut serta dalam program pengembangan HTI, diskusi berupa brainstorming konsep hutan wisata yang akan dibuat di kawasan HTI, dan mahasiswa memberikan masukkan kepada perusahaan berupa konsep ekowisata di kawasan HTI dimana di dalam konsep ekowisata tersebut terdapat aktifitas wisata yang melindungi lingkungan dengan meningkatkan keterlibatan komunitas lokal secara aktif dalam menghasilkan operasi dan pengelolaan wisata, menciptakan produk wisata berupa pembelajaran, nilai edukasi dan wisata yang meminimalisir dampak negatif dan menghasilkan kontribusi positif dalam perkembangan ekonomi lokal.
88
Estate P. Padang 41.205 Ha
Areal Kajian AMDAL: S.143/2004 Areal IUPHHK-HT: SK. 327/2009 Deforested Land (Landsat – 2002)
Gambar 53. Estate Pulau Padang IUPHHK-HT PT.RAPP No. SK. 327/Menhut-II/2009 (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
89
Estate Ts. Belat 12.540 Ha
Estate Kampar 43.400 Ha Areal Kajian AMDAL: S.143/2004 Areal IUPHHK-HT: SK. 327/2009 Deforested Land (Landsat – 2002)
Gambar 54. Estate Kampar dan Tasik Belat IUPHHK-HT PT.RAPP No. SK. 327/Menhut-II/2009 (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac) Pada kawsan Semenanjung Kampar mahasiswa melihat dan menyajikan peta batas area konsesi yang terdiri dari estate Tasik Belat dengan luasan 12. 540 Hektar sebagai north ring dan estate Kampar dengan luasan 43.400 Hektar sebagai south ring (Gambar 55). Pemetaan tersebut dilakukan karena pada semenanjung kampar terdapat HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan HTI milik perusahaan lain seperti PT. Uniseraya Timber, PT. Satria Perkasa Agung, PT. Mitra Hutani, PT. The Best One Timber, dan PT. Yos RayaTimber.
90
Total Area Konsesi PT. RAPP adalah 56.000 ha Plantation : 35.000 ha Conservation : 15.000 ha Community : 6.000 ha
PT RAPP Estate Tasik Belat (North Ring) HTI PT Uniseraya Timber
HTI PT Satria Perkasa Agung
HTI PT Mitra Hutani Lestari HPH PT The Best One Uni Timber
HPH PT Yos Raya Timber
PT RAPP Estate Kampar (South Ring)
90
Gambar 55. Peta Batas Area Konsesi Perusahaan pada Semenanjung Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
91
Perusahaan pada saat kegiatan magang berlangsung juga melihat kondisi kehutanan eksisting, termasuk melihat bagian mana yang telah terdeforestasi, perusahaan melihat tutupan lahan eksisting yang terlihat pada tapak yang di dalamnya dapat terlihat kondisi kehutanan, logging trails, dan kondisi kanal yang terlihat pada tapak (Gambar 56). Setelah melihat peta tutupan yang di dalamnya terdapat kanal, kondisi kehutanan dan logging trails, perusahaan menugaskan staf perusahaan yang dibantu mahasiswa magang untuk memisahkan peta kanal dan drainase menjadi peta terpisah yang dapat terlihat pada Gambar 57. Lalu mahasiswa magang menganalisis peta kanal dan drainase tersebut berdasarkan level tutupan drainase seperti yang terlihat pada Gambar 58. Kanal-kanal yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan yang beraktifitas di Semenanjung Kampar dapat menyebabkan degradasi hidrologi, maka dari itu perlu pemetaan yang mengelompokkan level degradasi hidrologi mulai dari core area yang masih utuh sampai area yang paling parah kena damapak degradasi hidrologi (Gambar 59). PT. RAPP juga melaksanaan pengelolaan air lahan gambut dengan standar tertinggi, berdasarkan prinsip Eco-Hidrologi APRIL dengan tujuan berikut: 1.
Menghindari kebakaran hutan
2.
Optimal pertumbuhan pohon yang ditanam
3.
Tinggi permukaan air, penurunan dikurangi
4.
Eco-hydro buffer untuk meminimalkan dampak pada hutan
5.
Konservasi kawasan lindung dari penebangan liar
92
92
Gambar 56. Peta Tutupan Lahan Semenanjung Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
93
93
Gambar 57. Peta Kanal dan Drainase Semenanjung Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
94
94
Gambar 58. Peta Level Tutupan Drainase Semenanjung Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
95
Core area yang masih utuh dan tidak kena dampak degradasi hydrology
95
Gambar 59. Peta Degradasi Lahan Gambut pada Kampar Ring Zone (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
96
PT. RAPP melihat Estate Kampar sebagai lahan pertama untuk dilakukannya pengembangan dan pengelolaan HTI, dikarenakan areal tanaman unggulan pada Estate Kampar lebih banyak dibandingkan pada Estate Tasik Belat juga dikarenakan sudah ada penelitian dan kajian yang mendukung untuk melaksanakan program pada estate tersebut seperti yang dilakukan oleh beberapa lembaga pada Tabel 6. Tabel 6. Kajian Lahan Gambut Semenanjung Kampar Lembaga CREATA – LP – IPB
No 1
2 Fakultas Kehutanan – IPB 3 INRR
4
ProForest
5
Universty of Leicester, University of Helsinki, Proforest, Global Environment Center, Alterra – Delft Hydraulics
6
PEACE
7
Universitas Riau (UNRI) Tropenbos International Indonesia Universitas Islam Riau (UIR)
8 9 10
Kajian Penelitian Lahan Gambut di Kuala Kampar, Riau, 2003. Study dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Biodiversity PT. RAPP pada Kawasan Hutan Semenanjung Kampar Kab. Pelalawan dan Kab. Siak, Propinsi Riau, 2004. Identifikasi dan Analisis Keberadaan HCVF di Kawasan Hutan IUPHHK HTI PT. RAPP di Semenanjung Kampar, Provinsi Riau, 2008 Deliniasi HCVFdi Semenanjung Kampar dan P. Padang, 2005. Kampar Peninsula Landscape Level: ● Hydrological and High Conservation Value Assesment : Report of Finding and Management Recommendations, 2005. ● Assessment of Hydrological & Ecological Values in the Kampar Peninsula, 2005. Kampar Peninsula Science Based Management Support Project : Summary Interim Report Apr – Dec 2007, Introduction to The SBMS Project and Preliminary Results. Study on The Forestland Degradation and its Socio Economic Driving Factors in The Kampar Penninsula, 2007. Regenerasi Hutan Rawa Gambut Menggunakan Green Belts di Lingkungan Hutan Tanaman, Pelalawan, 2008. Kampar Hgh Conservation Values Assessment, 2009. Kajian Kelayakan Tanaman Kehidupan di Estate Meranti (Kampar), 2009.
Strategi awal yang dilakukan oleh PT. RAPP adalah dengan menganalisis seberapa besar hubungan tanaman pokok dengan screening yang ada di sekitarnya seperti tanaman kehidupan, tanaman unggulan, dan kawasan lindung. Setelah
97
malakukan analisis, perusahaan melakukan pengelolaan areal IUPHHK-HT dengan penataan kawasan/zonasi area, lalu dilakukannya pemeliharaan water level di setiap zonasi area seperti area produksi, area hydrobuffer, dan kawasan lindung. Selengkapnya tentang strategi pengembangan dan pengelolaan hutan lestari dapat dilihat pada Gambar 60 dan Gambar 61. Delineasi Makro Melihat dan menganalisis Landcover keseluruhan Semenanjung Kampar untuk memelihat screening dan border terhadap tanaman pokok HTI termasuk di dalamnya Estate Kampar juga Tasik Belat
Delineasi Mikro Melihat dan menganalisis penggunaan lahan secara spasial, area HCV, Hutan Tanaman, dan Tanaman Kehidupan serta Pengembangan Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu
Pertimbangan Strategi yang Berkelanjutan Harmonisasi nilai sosial, ekonomi, dan ekologi
Gambar 60. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (Sumber: APRIL, 2011)
98
Delineasi Makro
Delineasi Mikro Landuse plantable area
Sustainability Strategy Harmonizing social, economic, and ecological value
98
Gambar 61. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
99
Perusahaan yang telah menentukan strategi pengembangan dan pengelolaan HTI, mulai menetapkan peruntukkan lahan yang terdapat pada site Semenanjung Kampar. Pada kawasan dibagi menjadi beberapa area yang dibutuhkan oleh perusahaan dan harus sejalan dengan prinsip hutan lestari, yaitu dibagi menjadi kawasan lindung, area tanaman unggulan, area tanaman kehidupan, infrastruktur, dan area tanaman pokok (APRIL, 2009). Pada site Semenanjung Kampar, kawasan dibagi menjadi dua estate yakni estate Tasik Belat dan Estate Kampar. Pada Tasik Belat, kawasan lindung mempunyai luasan sebesar 2.745 hektar (21,9 %), area tanaman unggulan dengan luas 1.283 hektar (10,2 %), area infrastruktur dengan luas 329 hektar (2,6 %), dan area tanaman pokok yang mempunyai luasan terbesar dengan luas 8.183 hektar (65,3%). Pada estate Tasik Belat tidak terdapat area tanaman kehidupan, karena sebagian besar kawasan dijadikan hutan tanaman pokok yang dapat dipanen (Gambar 62). Pada estate Kampar, kawasan lindung mempunyai luasan sebesar 6.437 hektar (14,8 %), area tanaman unggulan dengan luas 4.170 hektar (9,6 %), area tanaman kehidupan dengan luas 5.301 hektar (12,2 %), area infrastruktur dengan luas 966 hektar (2,2 %), dan area tanaman pokok yang mempunyai luasan terbesar dengan luas 26.526 hektar (61,1%). Pada estate Kampar, terdapat dua kawasan lindung yang mempunyai fungsi utama untuk menghindari dampak degradasi hidrologi yaitu yang terdapat pada hulu sungai dan kawasan lindung sempadan sungai (Gambar 63). Penetapan yang dilakukan perusahaan dengan peruntukkan lahan yang ada di Semenanjung Kampar selain agar lebih mudah dalam kegiatan survey lapang, juga agar para peneliti perusahaan dapat melakukan penelitian sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing dan dapat mengoptimalkan potensi kawasan pada area-area yang telah dibagi peruntukkannya. Seperti kebebasan yang diberikan perusahaan kepada departemen RiauFiber untuk memaksimalkan produksi serat dari pohon yang dipanen dari area tanaman pokok, atau seperti kegiatan pengembangan hutan wisata dalam bentuk wisata alam yang terdapat pada sekitar kawasan lindung (APRIL, 2009).
100
Areal Tanaman Unggulan
Kawasan Lindung (Gambut > 3 mtr di hulu sungai)
Hydro buffer (mitigasi dampak tata air terhadap kawasan konservasi)
100
Gambar 62. Peruntukan Areal Estate Tasik Belat (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
101
Hydro buffer (mitigasi dampak tata air terhadap kawasan konservasi)
Kawasan Lindung (Gambut > 3 mtr di hulu sungai)
Areal Tanaman Kehidupan untuk Peningkatan Kesejahteraan
Areal Tanaman Unggulan
101
Gambar 63. Peruntukan Areal Estate Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
Kawasan Lindung (Sempadan Sungai)
102
Strategi yang dilakukan perusahaan dalam rencana pengembangan dan pengelolaan HTI adalah dengan cara kelola area hutan tanaman yang terdiri dari penataan kawasan / zonasi area, pengadaan sarana/prasarana perlindungan hutan seperti tim pengamanan dan peralatan pengendali kebakaran hutan, penerapan AIMS-APRIL improvement management system, serta pemeliharaan water level di setiap zonasi area. Pada kawasan lindung perusahaan melakukan penataan kawasan atau zonasi area untuk kawasan lindung, pengamanan kawasan seperti patroli, sosialisasi keberadaan kawasan, pembentukan Lembaga Konservasi Desa kurang lebih 3 unit LKD, dan rehabilitasi kawasan yang terdegradasi . Selain memperhatikan kepentingan perusahaan, strategi pengembangan dan pengelolaan HTI juga memperhatikan aspek kelola sosial seperti pengembangan tanaman kehidupan ± 5,300 hektar dan pengembangan potensi hasil hutan bukan kayu (Gambar 64). Persiapan teknis juga sangat dibutuhkan untuk mendukung jalannya strategi yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan standarisasi waktu kegiatan di setiap petak kerja seperti penyiapan lahan, penanaman lengkap per petak, pemeliharaan tegakan tepat waktu & tepat laku, serta kontrol pengguaan pupuk dan pestisida. Pada kegiatan penanaman juga telah dilakukan persiapan teknis seperti dukungan bibit RDD yang unggul, bibit tanaman kualitas tinggi, dan penyiapan lahan tanam berstandar kualitas tinggi. Untuk persiapan water dan drainage system, perusahaan melakukan pengaturan jaringan kanal searah kontur kurang lebih berjarak 38 Km, konstruksi sedimentation pond pada awal konstruksi jaringan kanal kurang lebih berjumlah 9 unit, dan instalasi Dam + Bypass Sisir di setiap ttik perubahan water level kurang lebih berjarak 50 cm sekitar 108 unit (Gambar 65). Setelah menyiapkan strategi pengembangan dan pengelolaan HTI, perusahaan menetapkan rencana pemantauan khususnya pada estate Kampar untuk menjaga kualitas produksi dan kualitas lingkungan. Kegiatan pemantauan yang dilakukaan berupa pengamatan kinerja water management, pengamatan debit dan kualitas air, pemantauan areal produksi, dan pemantauan manfaat kelola sosial (Gambar 66).
103
• Jaringan kanal searah kontur ± 38 Km. • Konstruksi sedimentation pond pada awal konstruksi jaringan kanal ± 9 unit • Instalasi Dam + Bypass Sisir di setiap ttik perubahan water level ± 50 cm sebanyak ± 108 unit.
Plantation Best Practices: • Dukungan bibit R and D yang unggul • Bibit tanaman kualitas tinggi • Penyiapan lahan tanam berstandar kualitas tinggi: • No burn policy • Residual wood < 5 m3/Ha
• Standarisasi waktu kegiatan di setiap petak kerja: • Penyiapan lahan < 8 wk • Penanaman lengkap per petak > 4 wk • Pemeliharaan tegakan tepat waktu & tepat laku • Kontrol pengguaan Pupuk & Pestisida
Kelola Sosial: • Pengembangan tanaman kehidupan ± 5,300 Ha. • Pengembangan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu.
Pengelolaan Areal IUPHHK-HT: - Penataan kawasan / zonasi area. - Pemeliharaan water level di setiap zonasi area: • Areal produksi: ± 50 – 80 cm • Areal Hydrobuffer: ± 20 – 50 cm • Kawasan Lindung: ± 0 – 20 cm - Pengadaan sarana/prasarana perlindungan hutan: Team pengamanan, peralatan pengendali kebakaran hutan. - Penerapan AIMS – APRIL Improvement Management System.
Pengelolaan Kawasan Lindung: • Penataan kawasan/zonasi area u/ K. Lindung • Penandaan kawasan: tata batas ± 77 Km, sigboard ± 15 unit, • Pengamanan kawasan: patroli, sosialisasi keberadaan kawasan, pembentukan Lembaga Konservasi Desa ± 3 unit LKD. • Rehabilitasi kawasan yang terdegradasi
103
Gambar 64. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan HTI Estate Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
104
Bypass Sisir
Tinggi Muka Air Areal Produksi
FREE BOARD TEBING KERING DI KANAL
Min 70 cm.
WATER TABLE MUKA AIR DALAM TANAH
AVERAGE GROUND SURFACE IN FIELD PERMUKAAN TANAH RATA-RATA DI LAPANGAN
Max 100 cm.
FREE BOARD TEBING KERING
Water surface in canal Muka air dalam kanal
WATER TABLE MUKA AIR DALAM TANAH Water surface in ground Muka air dalam tanah
Measure/ Mengukur
Min 50 cm. Max 80 cm.
Hole/lobang Ø 5-8 cm
104
Gambar 65. Water and Drainage System (APRIL, 2011)
105
Pengamatan kinerja water management: • Pemasangan piezometer ± 29 unit, untuk pengamatan water level & peat subsidence
Pengamatan Debit & Kualitas Air: • Outlet S. Sangar, S. Serkap, S. Turip = 3 titik pantau • Outlet sedimentation pond = 9 titik pantau.
Pemantauan Manfaat Kelola Sosial
Pemantauan Areal Produksi: • Pertumbuhan tegakan. • Gangguan hama & penyakit tanaman, atau o/ penyebab alam. • Tingkat kesuburan tanah untuk penetapan fertilizer regime. • Pemantauan tingkat bahaya api.
Pemantauan Kawasan Lindung: • Pengamatan vegetasi & satwa liar (INP Pohon Lindung, diversity, density). • Pengamatan keutuhan KL: • o/ penyebab internal: penebangan melewati batas areal RKT, oleh HE, pembangunan campsite, dll. • o/ penyebab eksternal: perambahan, penebangan ilegal, dll.
105
Gambar 66. Rencana Pemantauan HTI Estate Kampar (Sumber: PT. RAPP, 2011; Digambar oleh Dade Anzac)
106
5.3.6
Pengembangan Konsep Ekowisata di Kawasan HTI
5.3.6.1 Deskripsi Konsep Ekowisata Perencanaan lanskap merupakan suatu proses melengkapi imajinasi dan kepekaan terhadap tapak yang direncanaakan, melalui implikasi dari tahap konsep tapak.
Perencanaan
kawasan
rekreasi
merupakan
suatu
proses
yang
menghubungkan antara manusia dan waktu luang yang dimilikinya dengan ruang dan aktivitas yang direncanakan (Gold, 1980). Konsep perencanaan di dalam kegiatan magang ini dikembangkan oleh mahasiswa menjadi dua bagian utama, yakni konsep dasar dan konsep pengembangan. Konsep dasar merupakan ide utama dalam pembuatan perencanaan tapak yang mencakup isi rencana tapak secara holistik. Sementara itu, konsep pengembangan merupakan aplikasi dari konsep dasar yang terdiri dari konsep ruang dan aktivitas, fasilitas dan utilitas, sirkulasi, dan tata hijau. Konsep dasar yang digunakan yakni dengan mengembangkan kawasan HTI Semenanjung Kampar sebagai alternatif hutan wisata yang berbentuk ekowisata di Provinsi Riau. Dengan dominasi antara ruang terbuka dipadu dengan hutan alami untuk pelestarian hutan di Semenanjung Kampar melalui potensi pada kawasan. Ekowisata sendiri merupakan pengembangan dan operasi dari aktifitas wisata dalam melindungi lingkungan dengan meningkatkan keterlibatan komunitas lokal secara aktif dalam menghasilkan operasi dan pengelolaan wisata, menciptakan produk wisata berupa pembelajaran, nilai edukasi dan wisata yang meminimalisir dampak negatif dan menghasilkan kontribusi positif dalam perkembangan ekonomi lokal.
5.3.6.2 Konsep Pengembangan Ekowisata Ekowisata
dipahami
sebagai
suatu
konsep
pengembangan
dan
penyelenggaraan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan dan pelestarian, berintikan partisipasi aktif masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif minimal, memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budidaya.
107
Ekowisata Indonesia dipahami sebagai suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata berbasis lingkungan alam dan budaya masyarakat setempat dengan azas pemanfaatan dan penyelenggaraan yang diarahkan pada: 1. Perlindungan sumber-sumber alam dan budaya untuk mempertahankan kelangsungan ekologi lingkungan (ecologically sustainable) dan kelestarian budaya masyarakat setempat. 2. Pengelolaan penyelenggaraan kegiatan dengan dampak negatif sekecil dimungkinkan (enviro-management) 3. Keikutsertaan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari upaya menyadarkan, memampukan, memartabatkan dan memandirikan rakyat menuju peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup, dengan bertumpu pada kegiatan usaha masyarakat itu sendiri, dan peningkatan keahlian profesi. 4. Pengembangan dan penyajian daya tarik wisata dalam bentuk programprogram penafsiran lingkungan alam dan budaya setempat dengan muatan pembelajaran dan rekreasi. Kriteria ekowisata Indonesia adalah ukuran suatu pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata di kawasan lindung, kawasan terbuka, dan kawasan binaan yang mencakup: 1. Konservasi,
yakni
melindungi
dan
melestarikan
lingkungan
yang
dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata (lingkungan yang dimaksud adalah fisik, sosial, budaya dan ekonomi) (Tabel 7). 2. Partisipasi, yakni melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pariwisata (Tabel 8). 3. Edukasi dan Rekreasi, yakni menyajikan produk pariwisata layak pasar yang bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi nilai-nilai karakteristik (alam dan budaya) setempat (Tabel 9). 4. Ekonomi, yakni memberi sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah (Tabel 10). 5. Kendali, yakni menekan dampak negatif sekecil dimungkinkan dari rangkaian kegiatan pariwisata (Tabel 11). Indikator ekowisata Indonesia adalah suatu penunjuk untuk memonitor pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata di kawasan lindung,
108
kawasan terbuka, kawasan binaan dan kawasan budaya di Indonesia untuk dapat mencukupi kriteria ekowisata Indonesia.
a. Konservasi Tabel 7. Kriteria Konservasi dan Indikator Kriteria Konservasi Melindungi dan melestarikan lingkungan yang dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata (lingkungan yang dimaksud adalah fisik, sosial, budaya dan ekonomi).
Indikator 1. Pengendalian terhadap pengubahan bentang alam. 2. Penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial budaya. 3. Pemberian akses terhadap masyarakat. 4. Penyelarasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan dengan lingkungan dalam bentukan, bahan, teknologi, penggunaan sumber-sumber (misalnya terhadap tumbuhan dan atau satwa). 5. Perlindungan terhadap pemanfaatan proses ekologi yang sedang berjalan di alam. 6. Pengembalian keuntungan ekonomi kepada lingkungan dan masyarakat setempat secara wajar. 7. Perumusan pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan wisata dalam rencana.
b. Partisipasi Tabel 8. Kriteria Partisipasi dan Indikator Kriteria Partisipasi - Melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pariwisata.
Indikator 1. Pengambilan keputusan kegiatan-kegiatan wisata bersama masyarakat. 2. Penemukenalan (identifikasi) kegiatan wisata di sektor pelayanan langsung dan penunjang serta lapangan kerja untuk masyarakat. 3. Perumusan pola pengaturan kesempatan berusaha dan pola insentif untuk masyarakat yang berusaha dalam kegiatan wisata. 4. Pendampingan masyarakat dalam meningkatkan keberdayaan menangkap peluang usaha bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu hidupnya. 5. Pengadaan dan pengembangan program peningkatan kompetensi masyarakat untuk mengisi lapangan kerja. 6. Penyerapan tenaga kerja asal setempat. 7. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dari kegiatan wisata.
109
c. Edukasi dan Rekreasi Tabel 9. Kriteria Edukasi dan Rekreasi serta Indikator Kriteria Edukasi dan RekreasiMenyajikan produk bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi dari nilai-nilai karakteristik (alam dan budaya) setempat.
Indikator 1. Penggalian informasi nilai-nilai alam dan atau budaya setempat. 2. Penyajian nilai-nilai karakteristik alam dan atau budaya setempat. 3. Penyediaan program interpretasi (penafsiran nilainilai lingkungan alam dan atau budaya). 4. Penyelarasan kegiatan-kegiatan wisata yang diprogramkan dengan minat pengunjung. 5. Pemenuhan standar kebersihan, kesehatan, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan. a. Pencitraan unit kelola melalui visi, misi, produk, kegiatan, dan sarana dan prasarana pengembangan pariwisata.
d. Ekonomi Tabel 10. Kriteria Ekonomi dan Indikator Kriteria Ekonomi- Memberi sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah.
Indikator 1. Peningkatan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah. 2. Perluasan lapangan kerja. 3. Peningkatan jumlah dan mutu sarana dan prasarana. 4. Peningkatan perdagangan produk pertanian, perikanan dan atau jasa lingkungan lainnya serta produk kerajianan. 5. Peningkatan perdagangan jasa pariwisata lainnya.
110
e. Kendali Tabel 11. Kriteria Kendali dan Indikator Kriteria Kendali- Menekan dampak negatif dari rangkaian kegiatan pariwisata.
Indikator 1. Perumusan batas yang dapat diterima dari kegiatan wisata dan pembangunan sarana dan prasarana pendukungnya dalam rencana. 2. Pemberian informasi dan pemahaman tentang etika berkegiatan di lingkungan alami dan perilaku serta cara bersikap di lingkungan sosial-budaya masyarakat setempat kepada pengunjung dan pengembang kegiatan. 1. Penyusunan suatu rencana dan rancangan pengembangan wisata yang mencakup, antara lain: a. Penilaian (assessment) daya tarik wisata. b. Pemilihan desain, bahan, teknologi untuk sarana dan prasarana yang selaras dengan lingkungan setempat. c. Pedoman tentang menekan gangguan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi dalam pelaksanaan kegiatan wisata dan pembangunan sarana dan prasarana. d. Penyelarasan kebijakan pengembangan dengan sektor terkait lainnya e. Pengaturan mekanisme pengendalian (control) dan pengawasan pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan wisata di dalam unit kelola lainnya 4. Pembentukkan kelembagaan yang mengatur pengendalian (control) pengawasan pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata antar para pihak. 5. Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan wisata, pembangunan sarana dan prasarana serta ‘komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat oleh unit kelola’ secara berkala.
5.3.6.3 Konsep Pengembangan Lanskap Ekowisata Konsep pengembangan lanskap merupakan penerapan dari konsep dasar yang menentukan bentuk akhir perencanaan. Konsep pengembangan harus didasarkan pada potensi sumberdaya wisata (suplai wisata), agar sesuai dengan konsep dasar ekowisata di kawasan HTI. Selanjutnya konsep pengembangan lanskap ekowisata menjabarkan secara tertulis dan tergambar bentuk ruang dan aktivitas, fasilitas dan utilitas, sirkulasi, dan tata hijau.
111
a.
Konsep Aktivitas dan Ruang Konsep
aktivitas
ekowisata
di
kawasan
HTI
milik
PT.
RAPP
dikelompokkan menjadi aktivitas wisata aktif, aktivitas wisata pasif, dan aktivitas non wisata (Tabel 12). Aktivitas wisata aktif merupakan semua aktivitas wisata alam di kawasan hutan tanaman industri (rekreasi, outbond, menikmati alam, menikmati pemandangan, dan photo hunting) yang melibatkan pengunjung secara langsung, aktif, dan bersifat praktikal seperti yang terlihat pada Gambar 67. Aktivitas wisata pasif merupakan semua aktivitas pendukung wisata yang tidak melibatkan pengunjung secara langsung, pasif, dan bersifat praktikal. Aktivitas non wisata merupakan semua aktivitas yang tidak tergolong ke dalam aktivitas wisata aktif dan wisata pasif.
(a)
(b)
(b)
(d)
Gambar 67. Ilustrasi Aktivitas Ekowisata (a) Penelitian dan Pengamatan (b) Outbond (c) Ilustrasi Ruang Penerimaan (d) Menikmati Alam
112
Tabel 12. Konsep Aktivitas Ekowisata di Kawasan HTI PT. RAPP No.
Jenis Aktivitas
1
Wisata Aktif
2
Wisata Pasif
3
Non Wisata
Bentuk Aktivitas Rekreasi Outbond Menikmati alam Menikmati pemandangan Photo hunting Pelatihan dan pembinaan Penelitian dan praktikum Melihat aktivitas penanaman HTI Observasi mengenal hutan tanaman industri Melihat proses penanaman HTI Studi banding Rapat dan seminar Membaca buku dan tulisan ilmiah tentang HTI Pengolahan lahan HTI Pembibitan tanaman HTI Penanaman HTI Penyiraman, penyiangan, dan pemupukan tanaman HTI Pemberantasan hama dan penyakit tanaman HTI Penebangan (panen) tanaman HTI Pemanfaatan dan pengolahan hasil panen Istirahat, berkumpul, dan sholat Parkir dan registrasi
Konsep ruang di kawasan HTI milik PT. RAPP dikelompokkan menjadi ruang wisata, ruang konservasi, ruang produksi, dan ruang penyangga yang terletak pada estate Tasik Belat (Gambar 67) dan estate Kampar (Gambar 68). Ruang wisata terdiri dari sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan. Sub ruang penerimaan merupakan ruang terbuka yang mempunyai fungsi sebagai tempat pengunjung memasuki kawasan HTI milik PT. RAPP (Tabel 13 dan Tabel 14). Sub ruang penerimaan dimulai dari gerbang masuk utama dan tempat parkir kendaraan pribadi atau kendaraan perusahaan. Sub ruang pelayanan merupakan pusat pelayanan yang diberikan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung akan wisata alam yang ada pada kawasan HTI milik PT. RAPP. Ruang ini mempunyai fungsi untuk memberikan kemudahan dalam mengakses fasilitas dan informasi ekowisata di kawasan HTI. Sub ruang pelayanan mengakomodasi kebutuhan pengunjung akan rekreasi,
113
penelitian, pendidikan, dan wisata pengunjung kawasan HTI milik PT.RAPP. Sub ruang pelayanan dimulai dari area rekreasi hingga ke area outbond. Ruang konservasi merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk menjaga stabilitas daya dukung tanah dan air di kawasan HTI milik PT. RAPP. Vegetasi di ruang vegetasi diupayakan adalah vegetasi yang mampu menyerap dan mengikat air hujan, mempertahankan struktur tanah, dan mencegah erosi. Ruang Konservasi merupakan kawasan lindung yang berbentuk ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat melindungi dan mengkonservasi berbagai jenis tanaman alami maupun tanaman yang sengaja ditanam perusahaan untuk melindungi kualitas tanah, air dan udara yang ada di kawasan hulu sungai Semenanjung Kampar. Ruang Konservasi juga berfungsi untuk melindungi kualitas dan menjaga stabilitas daya dukung tanah dan air yang diharapkan dapat berkelanjutan karena di sisi lain perusahaan terus melakukan pengolahan hutan tanaman untuk melanjutkan industri kertas dan pulp. Ruang konservasi tidak dapat diakses oleh pengunjung, karena di dalamnya terdapat ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai areal perlindungan bagi berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga lingkungan (habitat satwa liar, mencegah erosi, dan sumber air tanah), tempat perlindungan plasma nutfah, sumber udara bagi lingkungan dan untuk memperbaiki ilklim mikro (menurunkan suhu, penyaring kecepatan angin, pengatur presipitasi dan kelembaban), pengaman lingkungan hidup terhadap barbagai pencemaran di darat, laut, dan udara, serta dapat menjadi pengatur tata air (Inmendagri No.14, 1988). Ruang produksi merupakan ruang yang direncanakan sebagai pusat produksi tanaman HTI, dimana di dalamnya terdapat penanaman (plantation) tanaman HTI milik perusahaan seperti Acacia crassicarpa, Acacia mangium, dan Eucalyptus. Ruang produksi merupakan areal penanaman HTI yang menjadi lahan produksi hutan tanaman milik PT. RAPP yang hasilnya diolah menjadi kertas dan pulp. Ruang konservasi juga menyediakan hutan tanaman industri yang digunakan untuk berbakti sosial demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Ruang penyangga merupakan ruang yang direncanakan sebagai ruang pembatas, transisi, dan edge. Ruang penyangga terdiri dari sub ruang transisi dan
114
sub ruang pembatas. Sub ruang transisi adalah ruang yang membatasi antara kawasan lindung dengan kawasan produksi hutan tanaman. Sub ruang pembatas adalah ruang yang membatasi kawasan HTI milik PT. RAPP dengan laut atau kawasan HTI atau HPH milik perusahaan lain. Ruang penyangga merupakan ruang yang berisi tanaman unggulan dan tanaman kehidupan yang ditetapkan oleh PT. RAPP pada strategi pengembangan dan pengelolaan HTI.
115
Gambar 67. Konsep Ruang dan Sub Ruang Estate Tasik Belat
115
116
Gambar 68. Konsep Ruang dan Sub Ruang Estate Kampar
116
117
Tabel 13. Rencana Ruang dan Sub Ruang Estate Tasik Belat No Ruang 1 Ruang Wisata 2
Ruang Penyangga
3 4
Ruang Konservasi Ruang Produksi Total
Sub Ruang Sub Ruang Penerimaan Sub Ruang Pelayanan Sub Ruang Transisi Sub Ruang Pembatas Sub Ruang Konservasi Sub Ruang Produksi
Luas (ha) 281 650 1.925 1.460 2.075 6.149 12.540
Luas (%) 2,24% 5,18% 15,35% 11,64% 16,55% 49,04% 100,00%
Luas (ha) 1.425 4.334 4.170 5.301 6.437 21.733 43.400
Luas (%) 3,28% 9,99% 9,60% 12,21% 14,83% 50,08% 100,00%
Tabel 14. Rencana Ruang dan Sub Ruang Estate Kampar No Ruang 1 Ruang Wisata 2
Ruang Penyangga
3 4
Ruang Konservasi Ruang Produksi Total
b.
Sub Ruang Sub Ruang Penerimaan Sub Ruang Pelayanan Sub Ruang Transisi Sub Ruang Pembatas Sub Ruang Konservasi Sub Ruang Produksi
Konsep Fasilitas dan Utilitas Konsep fasilitas dan utilitas merupakan faktor pembentuk identitas ruang
yang menunjang aktivitas pengunjung. Penentuan rencana fasilitas dan utilitas disesuaikan dengan konsep aktivitas dan ruang yang terdapat di kawasan HTI Semenanjung Kampar (Tabel 15). Jenis, jumlah, serta penempatan fasilitas dan utilitas disesuaikan dengan dimensi dan kondisi tapak, sehingga tidak mengganggu stabilitas lingkungan dan aktivitas ekowisata. Ukuran dan bentuk fasilitas mempertimbangkan aspek kekuatan dan kemudahan dalam pemeliharaan.
118
Tabel 15. Konsep Fasilitas dan Utilitas Kawasan HTI PT. RAPP No
Fasilitas dan Utilitas
Jumlah (unit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Gerbang Signage Drop off Tempat Parkir Pos Parkir Pos Keamanan Information Center Retainning Wall Toilet Tempat Sampah Fasilitas Penerangan Saluran air Papan Informasi Perpustakaan Musholla Bangku Taman Gazebo Pergola Shelter Area Istirahat Kebun Koleksi Kebun Percobaan Entrance Plaza Amphiteather Area outbond Gudang alat Label Tanaman Jalan setapak Hutan Tanaman Pos Kontrol
4 4 2 2 4 6 2 1 10 18 1 1 8 2 2 28 4 8 12 2 4 1 2 2 2 1 77 2 8 4
Keterangan: WIS : Wisata PEL : Pelayanan TRA : Transisi KON : Konservasi
Ruang dan Sub Ruang WIS PEG KON PEN PEL TRA PEM
PRO
● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
●
● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
● ● ● ●
● ●
●
● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
● ●
●
● ● ●
●
● ● ● ● ●
●
●
●
●
●
● ●
● ●
●
PEN : Penerimaan PEG : Penyangga PEM : Pembatas PRO : Produksi
119
c. Konsep Sirkulasi Konsep Sirkulasi di Kawasan HTI Semenanjung Kampar milik PT. RAPP dibedakan menjadi dua, yakni jalur sirkulasi kendaraan dan jalur sirkulasi pejalan kaki (Gambar 67). Jalur sirkulasi kendaraan dibedakan menjadi dua, yakni jalur sirkulasi kendaraan pengunjung dan jalur sirkulasi kendaraan perusahaan. Pembedaan jalur sirkulasi kendaraan pengunjung dengan kendaraan perusahaan tersebut bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan keteraturan pada saat memasuki Kawasan HTI milik PT. RAPP (Gambar 68). Jalur sirkulasi kendaraan pengunjung dimulai dari gerbang masuk hingga drop off sub ruang penerimaan. Sementara itu, jalur sirkulasi kendaraan perusahaan dimulai dari drop off sub ruang penerimaan hingga ruang produksi. Khusus
sirkulasi
kendraan
pengunjung
hanya
diperbolehkan
membawa
kendaraannya hingga tempat parkir, selanjutnya sirkulasi di dalam kawasan hanya untuk pejalan kaki atau menggunaka kendaraan yang telah disediakan oleh perusahaan. Jalur sirkulasi pejalan kaki yang direncanakan di kawasan dipertegas dengan menggunakan perkerasan, agar dapat memberikan arah pergerakan yang jelas bagi pengunjung. Jalur sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linear menyebar, yaitu terdapat sirkulasi lurus yang menjadi penghubung antar ruang dan kemudian menyebar di dalam masing-masing ruang. Penggunaan pola tersebut bertujuan agar pengunjung dapat bergerak lebih leluasa dan terarah sehingga mudah dalam mengakses atraksi wisata yang terdapat pada kawasan HTI Semenanjung Kampar milik PT. RAPP.
120
Gambar 69. Konsep Sirkulasi Kawasan HTI Estate Tasik Belat
120
121
Gambar 70. Konsep Sirkulasi Kawasan HTI Estate Kampar 121
122
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan pengamatan ketika kegiatan magang berlangsung jenis fasilitas
yang digunakan PT. RAPP sangat lengkap, seperti lengkapnya hardware dan software. Pada metode perancangan, perusahaan menggunakan metode yang hampir sama dengan Booth (1983). Teknologi yang digunakan perusahaan up-todate seperti penggunaan software terbaru sehingga memudahkan dalam proses perancangan. Pada pemanfaatan sumberdaya manusia PT. RAPP belum menggunakan ahli di bidang arsitektur lanskap, sehingga perusahaan perlu bekerja sama dengan perusahaan atau konsultan di bidang arsitektur lanskap. Pada proses perancangan, tahapan yang dilakukan PT. RAPP mengikuti struktur yang dikembangkan oleh Booth (1983), namun pada proses yang dilakukan oleh PT. RAPP terdapat penjabaran pada tahap desain dimana setelah tahap desain terdapat tahap konsep desain dan pengembangan desain. Hal ini dikarenakan adanya masalah spesifik pada lahan arboretum berupa vegetasi yang homogen, sehingga PT. RAPP membutuhkan tahap konsep desain dan pengembangan desain untuk meningkatkan keberagaman vegetasi yang ada di arboretum. Perusahaan berusaha memanfaatkan lahan HTI di Bserah, Cerenti, Pulau Padang dan Semenanjung Kampar. Untuk memanfaatkan sebagian lahan HTI pada area kajian maka diterapkan konsep ekowisata di Semenanjung Kampar, khususnya di Estate Tasik Belat dan Estate Kampar. Konsep ekowisata tersebut dikembangkan dengan kriteria ekowisata yang mencakup konservasi, partisipasi, edukasi dan rekreasi, ekonomi, serta kendali.
6.2
Saran Berdasarkan
hasil
magang
terdapat
beberapa
saran
yang
dapat
dipertimbangakan, yaitu: 1.
PT. RAPP sebagai perusahaan yang ingin merancang arboretum RDD Office, hendaknya bekerja sama dengan konsultan atau ahli di bidang arsitektur
123
lanskap pada kegiatan perencanaan dan perancangan yang dilakukan oleh perusahaan. 2.
Departemen Arsitektur Lanskap diharapkan dapat terus mempertahankan kegiatan magang untuk meningkatkan keterampilan pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja, serta memberi spesifikasi pekerjaan yang lebih terperinci dalam kegiatan magang, dan memiliki panduan magang yang dapat menjadi pegangan selama mahasiswa melakukan kegiatan magang, sehingga perusahaan dan mahasiswa magang akan tahu batasan-batasan kegiatan magang yang dilakukan.
124
DAFTAR PUSTAKA APRIL. 2011. APRIL Forestry R&D. (Tidak Dipublikasikan). Pangkalan Kerinci. 77 hal. Booth, N.K. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press Inc. United States of America. 307 p. Brooks, G. R. 1988. Site Planning: Environment, Process, and Development. Prentice Hall Inc. USA. 322p. BPPT. 2009. Karakteristik Vegetasi Hutan Tanaman Industri. BPPT. Jakarta. 15 hal. CIFOR. 2009. Indoforest Notes Glossary References. Centre for International Forestry Research. 35 p. Dinas Kehutanan Republik Indonesia.1990. Undang- Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dinas Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. 15 hal. Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman. 2009. Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman. Jakarta. 15 hal. Dramstad, W. E., J. D. Olson, dan R. T. T. Forman. 1996. Landscape Ecology Principles in Landscape Architecture and Land Use Planning. Island Press. USA. 71p. Eckbo. 1964. Urban Landscape Design. McGraw Hill Book Co. New York. 115 p. Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. 332 p. Harris, W. C. dan N. T. Dines. 1998. Time Saver Srandards for Landscape Architecture. McGraw Hill Book Co. New York. 133 p. Laurie, M. 1990. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Terjemahan. Cetakan Ke-3. Intermatra. Bandung. 134 hal. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2004. Analisis Tapak dan Perencanaan Lanskap. Depaartemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 55 hal. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2008. Perencanaan Lanskap. Depaartemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 37 hal. PT.
RAPP. 2011. Bahan Presentasi Arboretum R&D Office. Dipublikasikan). Pangkalan Kerinci. 35 hal
(Tidak
125
PT. RAPP. 2011. Bahan Presentasi Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan HTI PT. RAPP. (Tidak Dipublikasikan). Pangkalan Kerinci. 45 hal Reid, G.W., diterjemahkan oleh Paulus Hanoto Adjie. 2001. Grafik Lansekap : Dari Sketsa Konsep Sampai ke Arsiran Penyajian Akhir. Penerbit Erlangga. Jakarta. 216 hal Salim, E. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta. 237 hal. Sekartjakrarini, S. 2008. Kriteria dan Indikator Ekowisata Indonesia. Penerbit IdeA. Bogor. 36 hal. Shadily, H. 1980. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta. 33 hal. Simonds, J. O. 1983. Architecture: A manual of Site Planning and Design. McGraw-HillBook Company. New York. 396 p. Simonds, J. O. and B. W. Starke. 2006. Landscape Architecture: A manual of Site Planning and Design. McGraw-HillBook Company. New York. 389 p. Soetisna, U. 1985. Pertemuan Penang: Bangkitnya Kebun-Kebun Botani di Daerah Tropika. (Tidak Dipublikasikan). Jakarta.36 hal. Stewart, W. P. Dan S. Sekartjakrarini. 1994. Disentangling Ecotourism. (Tidak Dipublikasikan). Annals of Tourism Research 21, 4:840-41 Taman, I. M. 1955. Arboretum Jompi di Pulau Muna. Rimba Indonesia. Jakarta. 70 hal. World Tourism Organization. 2004. Indicator for Sustainable Tourism Destination: A Guide Book. WTO. Madrid.