eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, I(3);765-772 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org ©Copyright 2013
PERAN GREENPEACE DALAM MENANGGULANGI MASALAH KERUSAKAN HUTAN ALAM DAN GAMBUT DI RIAU, SUMATRA (STUDIKASUS PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER)
SARAH NIM. 06.53968.08243.021
ABSTRACT : Sarah, NIM 06.53968.08243.02, Greenpeace’s role in tackling the problem of deterioration of natural forest and peat in Riau, Sumatra ( case study : PT. Riau Andalan Pulp and Paper), guided by Dr. Dan BuntuParanoan, M.Si as first lecturer advisor andRahmahDaniah, S.IP, M.Si as second lecturer advisor, International Relation Department, Social and Political Science, Mulawarman University, 2013. This research aims to describe and explain the role of Greenpeace in tackling the problem of deterioration of natural forest and peat in Riau, Sumatra( Case Study : PT. Riau Andalan Pulp and Paper). This type of research is descriptive analytic with exposing the problem and then will be analyzed systematically using the framework of thought. The data used in the writing of the secondary data is derived from books, journals, newspapers, the internet, as well as mass media-related research. The research results showed that Greenpeace's role in tackling the problem of the destruction of forests through the 4 indicators, namely, advocacy, monitoring, consultation and facilitation, were successfully, but it also required the support of the Government of Indonesia to give heavy sanctions against lawbreaker, to company that have been destroying forest which have been protected by law. Keywords :forest, Greenpeace, Riau, Sumatra, Indonesia. Pendahuluan Perubahan iklim adalah ancaman terbesar yang dihadapi manusia saat ini. Telah banyak manusia yang meninggalkan dunia dan kehilangan tempat tinggal sebagai akibat dari meningkatnya bencana banjir dan kemarau. 1
Mahasiswa program S1 IlmuHubunganInternasional, FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik, UniversitasMulawarrman. Email :
[email protected]
eJournalHubunganInternasional, 2013, 1(3); 765-772
Para ilmuwan menyatakan bahwa kenaikan suhu global harus di jaga tetap di bawah 2°C (dari tingkat industri) untuk menghindari dampak perubahan iklim yang berbahaya.Konsekuensi yang diperkirakan lebih parah adalah banjir yang akan sering terjadi, kemarau, kelaparan serta kerusakan ekosistem seperti hutan Amazon, kepunahan kemungkinan antara 20-50% dari semua spesies, dan permukaan air laut yang akan naik karena es mencair. The Intergovernmental Panel on Climate Change telah menyatakan bahwa jika pemerintah tidak mengambil tindakan segera untuk menangani masalah ini sekarang maka suhu global akan naik setinggi 4°C pada tahun 2025. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang paling banyak terkena dampak perubahan iklim, menurut Asian Development Bank (ADB). Juga memperingatkan bahwa orang miskin yang paling rentan terkena dampak ini, kurang lebih 2,2 miliar orang Asia bermata pencaharian sebagai petani, mereka telah mengalami gagal panen dikarenakan banjir, kekeringan, curah hujan tak menentu dan dampak perubahan iklim lainnya. Pembakaran bahan bakar fosil, seperti bahan bakar minyak, batubara, dan gas bukan satu-satunya penyebab pemanasan global.Perusakan hutan menyumbang sekitar seperlima emisi gas rumah kaca, lebih banyak daripada semua emisi yang dihasilkan kereta, pesawat, dan mobil yang ada di dunia disatukan. Untuk mencapai kesepakatan iklim yang efekif yang akan mengurangi emisi dari kerusakan hutan dan degradasi ( Reduce Emissions for Forest Destruction and Degradation, REDD ), para pemimpin dunia harus memiliki rencana juga tindakan untuk mengakhiri deforestasi global sebelum tahun 2020. Mereka mengumpulkan 30 Milyar Euro per tahun untuk dana hutan dan menjalankan rencana di negara - negara seperti Brazil, Republik Congo, dan Indonesia. Secara global lebih dari satu juta hektar, sebagian besar hutan hujan tropis, yang hancur setiap bulannya. Kawasan yang dihancur diperkirakan sebesar lapangan sepakbola setiap dua detik. Hutan hujan dan tanah gambut adalah tempat penyimpanan karbon yang besar, ada sebanyak 300 milyar ton karbon, itu artinya 40 kali lebih banyak daripada yang kita lepaskan ke atmosfir setiap tahun. Perusakan dan degradasi hutan menimbulkan perubahan iklim melewati 2 cara. Pertama, pembersihan dan pembakaran hutan melepas karbon dioksida ke atmosfir.Kedua, kawasan hutan yang biasa nya menyerap karbon dioksida itu berkurang sebagai akibat pembersihan dan pembakaran hutan tadi. Indonesia adalah contoh perlunya rencana yang baik (robust plan) serta penyediaan dana internasional untuk melindungi hutan tropisnya karena Indonesia adalah paru-paru dunia. Menurut data terakhir yang ada, Indonesia memiliki tingkat deforestasi tercepat. lni menghasilkan begitu banyak CO2 (karbon dioksida) dan membuat Indonesia
766
Peranan GreenpeacedalamMenanggulangiMasalahKerusakanHutan di Sumatra
menduduki peringkat ketiga penghasil polusi terbesar setelah Cina dan Amerika Serikat. Ketika lahan gambut dihancurkan maka akan melepaskan CO2 .Lebih dari seperempat perkebunan kelapa sawit, juga perkebunan kertas di Indonesia berada diatas lahan gambutBegitu banyak lahan gambut yang dihancurkan dan diperkirakan meyumbang emisi gas rumah kaca global sekitar 4%. Gambut adalah jenis tanah yang membusukkan bahan organik (seperti tanaman) yang terbentuk di daerah basah atau berawa, dari waktu ke waktu menjadi lahan yang sangat kaya akan karbon sehingga berbeda dari jenis tanah lainnya. Lahan gambut di Asia Tenggara 80 persennya berada di Indonesia. Deforestasi hutan tropis di dorong oleh permintaan global untuk produk seperti kertas, dan kelapa sawit, yang digunakan dalam pasta gigi, coklat, biofuel, dll.Sejak tahun 1950, lebih dari 74 juta hektar hutan Indonesia telah sepenuhnya hancur dan mengalami degradasi. Pemenntah Indonesia telah mengidentifikasikan perusahaan kelapa sawit, pulp dan kertas, pertanian, dan industri kayu sebagai yang paling bertanggung jawab atas pengeringan gambut ini, karena telah menghancurkan hutan dan menjadikan Indonesia sebagai peringkat ketiga penghasil emisi terbesar di dunia. Apabila pemerintah tidak segera mengambil tindakan maka emisi akan terus meningkat. Namun, yang terjadi adalah pemerintah terus memberikan konsesi yang memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk merusak hutan yang tersisa.Dalamtulisaniniakandibahasbagaimanaperanan Greenpeace dalammenanggulangimasalahkerusakanhutanalamdangambut di Sumatra . KerangkaKonsepsional Semenjung Kampar, di provinsi Riau, Sumatra, adalah salah satu tempat kaya karbon (lahan gambut) di Indonesia dan juga di dunia. Memiliki luas area lebih dari 700.000 hektar, dan sangat dalam. Menyimpan sekitar 2 milyar ton karbon, lebih bayak daripada tanah-tanah di tempat lain, dan inilah yang menjadi kunci pertahanan global untuk melawan perubaha iklim. Semenanjung ini juga menjadi habitat yang unik bagi beberapa spesies langka. Termasuk, harimau Sumatra dan burung elang Wallace. Di Indonesia, diperkirakan hanya tersisa sekitar 400-500 spesies harimau langka ini, dan spesies ini menurun karena habitat mereka telah dirusak. Sejak tahun 2001, ketika perusahaan pulp and paper menjalankan aktifitas defortasinya, macam yang tadinya berburu di hutan mulai menyerang pemukiman manusia yang berada disekitarnya. Dan angka kematian manusia akibat serangan macam meningkatkan dari rata-rata 2 orang per/tahun menjadi 14 per/tahun. Indonesia adalahcontohperlunyarencana yang baik (robust plan)sertapenyediaandanainternasionaluntukmelindungihutantropisnyakarena Indonesia adalahparu-parudunia. Menurut data terakhir yang ada, Indonesia memilikitingkatdeforestasitercepat.Inimenghasilkanbegitubanyak CO2 (karbondioksida) danmembuat Indonesia mendudukiperingkatketigapenghasilpolusiterbesarsetelahCinadanAmerikaSerikat.
767
eJournalHubunganInternasional, 2013, 1(3); 765-772
KetikalahangambutdihancurkanmakaakanmelepaskanCO2 .Lebihdariseperempatperkebunankelapasawit, jugaperkebunankertas di Indonesia beradadiataslahangambut.Begitubanyaklahangambut yang dihancurkandandiperkirakanmeyumbangemisi gas rumahkaca global sekitar 4%. Gambutadalahjenistanah yang membusukkanbahanorganik (sepertitanaman) yang terbentuk di daerahbasahatauberawa, dariwaktukewaktumenjadilahan yang sangat kaya akankarbonsehinggaberbedadarijenistanahlainnya. Lahangambut di Asia Tenggara 80 persennyaberada di Indonesia PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) adalah anak perusahaan dari Asia Pasifics Resources International Holdings Ltd. (APRIL), mulai dibangun pada tahun 1992 di Pangkalan Kerinci provinsi Riau. PT. RAPP memiliki pabrik pulp dan kertas dengan kapasitas produksi 750.000 ton per tahun pulp. Kemudian pabrik ini mulai beroperasi pada tahaun 1995 dengan kebutuhan bahan baku kayu pulp sekitar 3,5 juta meter kubik per tahun. PT. RAPP adalah salah satu perusahaan yang beroperasi di Semenanjung. Dari sejak awal hingga saat ini kapasitas pabrik PT. RAPP terus menunjukkan peningkatan dan saat ini telah menapai 2 juta ton pulp per tahun. Ditambah kapsitas produksi kertas sebesar 350 ribu to per tahun, RAPP membutuhkan bahan baku kayu sedikitnya 9,5 ton tipa tahun. Bahan baku pulp dan kertas pabrik ini dipasok dari pembangunan HTI PT RAPP serta sumber - sumber lain Hutan Tanaman Industri (HTI). Saat ini total luas konsesi PT RAPP adalah seluas 350.165 ha. Selain konsesimilik sendiri, PT RAPP juga bekerjasama dengan pihak lain melalui Joint Venture dan Joint Operation (JV/JO) dan Hutan Tanaman Rakyat untuk mendukung pasokan bahan baku industry pulp PT RAPP. Dari kerjasama ini PT RAPP mendapat tambahan areal seluas 328.392ha dari JV/JO dan dari HTR seluas 51.695ha.Sementara realisasi penanaman HTI . PT RAPP sendiri hingga April 2009 telah mencapai luasan 295.332 ha, dari luasan ini sekitar 76.194ha telah dilakukan permanen. Di Asia, APRIL adalah pemasok bubur kayu terkemuka lebih dari 80% dari volume penjualan diambil oleh papermakers di wilayah Asia. Cina adalah pasar tunggal terbesar, diikuti oleh Korea, Indonesia, India, dan Jepang.Dua pertiga dari pabrik kertas Indonesia menggunakan pulp dari APRIL. Eropa saat ini mengkonsumsi sekitar 15% nya Sebagai perusahaan produsen pulp yang memiliki kapasitas terbesar kedua di Indonesia, PT RAPP menjadi sorotan terkait kemampuan dalam memasok bahan baku dari hutan tanaman yang dibangunnya dikarenakan kinerja pembangunan hutan tanamannya berjalan sangat lambat, namun perusahaan ini menunjukan komitmen yang kuat bahwa perusahaan ini mampu memasok secara lestari seluruh bahan bakunya dari HTI sebesar 9 juta m3 mulai tahun 2009. Namun target ini tidak terpenuhi. Dengan tidak terpenuhinya target pasokan bahan baku yang bersumber sepenuhnya dari hutan
768
Peranan GreenpeacedalamMenanggulangiMasalahKerusakanHutan di Sumatra
tanaman maka akan menjadi ancaman serius terhadap kelestarian hutan alam tersisa di Riau karena secara otomatis demi mencukupi kebutuhan bahan bakunya perusahaan ini akan terus meminta izin penebangan pada hutan alam. Dan juga dalam izin yang dimiliki PT RAPP (SK 327) dinilai cacat hukum karena menggunakan AMDAL tahun 2004 yang sudah tidak berlaku. Penggunaan hutan alam sebagai sumber bahan baku bagi PT RAPP diprediksi akan terus dilakukan. Laporan Eyes on the Forest sebuah koalisi LSM pemantau Hutan Riau merilis Peta denga judul "Pengesahan RKT Konsesi HTI2009 di Provinsi Riau" memperlihatkan bahwa ijin - ijin RKT HTI pada hutan alam tahun 2009 di Provinsi Riau juga berada di atas lahan gambut sampai kedalaman 2-4 meter. Mulai tahun 2001 Greenpeace masuk ke Indonesia dan terus - menerus melakukan aksi kampanye untuk melindungi lingkungan hidup yang ada di Indonesia.Salah satu isu lingkungan yang menjadi target Greenpeace di Indonesia adalah kerusakan hutan rawa gambut yang terjadi di Riau. Kerusakan hutan rawa gambut di Riau tidak hanya disebabkan oleh aktivitas illegal logging saja, tetapi juga kegiatan - kegiatan industri seperti : pengeringan lahan gambut, pembakaran untuk konversi menjadi lahan kelapa sawit, industri dan pemukiman. Melihat kondisi hutan rawa gambut di Riau yang terus - menerus mengalami degradasi, maka Greenpeace kemudian melakukan upaya - upaya untuk mendesak pemerintah agar segera menghasilkan kebijakan yang mendukung pelestarian hutan. Greenpeace juga melakukan upaya - upaya di bidang advokasi, monitoring, fasilitasi, dan konsultasi. Menurut Greenpeace jika kerusakan lahan gambut terus dibiarkan, maka bukan Indonesia saja yang menggung akibatnya, tetapi masyarakat regional maupun global pun akan merasakan akibat dari dampak kerusakan tersebut. Kesimpulan Greenpeace telah berhasil dalam menjalankan peranannya, yang pertama di bidang 'advokasi Greenpeace dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat hutan sekitar rawa gambut, dan juga telah menyebarkan informasi tentang pentingnya pelestarian hutan rawa gambut, dalam bidang monitoring Greenpeace telah melakukan patrol dan pengawasan di sekitar hutan rawa gambut, dalam bidang fasilitasi Greenpeace juga memberikan pengarahan dan pengadaan fasilitas kepada masyarakat sipil, dan di dalam konsultasi Greenpeace selalu memberikan konsultasi dan Tanya jawab kepada masyarakat dan instansi pemerintah terkait usaha- usaha pelestarian hutan. Saran Dalam kegiatan pelestarian hutan rawa gambut di Riau, Greenpeace memiliki keterbatasan wewenang, sehingga tidak memiliki hak dalam pengambilan keputusan dan serta pemberian sanksi kepada perusahaan yang telah merusak ekosistem lahan gambutMeskipun begitu, diharapkan pemerintah Indonesia dapat memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan - perusahaan yang telah merusak hutan rawa gambut dan melanggar aturan yang telah ditetapkan pemerintah.
769
eJournalHubunganInternasional, 2013, 1(3); 765-772
Namun demikian dapat diakui bahwa upaya- upaya yang telah dilakukan Greenpeace untuk melestarikan hutan rawa gambut di Riau, Sumatra cukup banyak memberikan hasil yang positif dalam rangka menurunkan angka kerusakan hutan rawa gambut, dan hal ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain yang ada di Indonesia Daftar Pustaka Buku Buzan, Barry . 1991. People, State, And Fear : An Agenda For International Security Studies In The Post Cold War Era. New York. Harvester Wheatsheaf Buzan, Barry, Ole Weaver and J.De Wilde. 1998. A Framework For Analysis. London. Lynne Rienner Deziron, Mirelle and Leigh Bailey. 1991. A Direction of European environmental Organization. Jakarta. Ghalia Indonesia. Heartz, Noreena. 2002. The Silent Take Over. London. Arrow Book Jones, Sean Lynn and Steve Miller. 1995. Global Danger Changing Dimention of International Security. Cambridge. MIT Press Mathew, Jessica Tuchman. 1993. Nation and Nature 'A New View of Security. London. Earthscan Sheehan, Sean. 2004. Greenpeace : World Watch. Raintree. Weyler, Rex. 2004. Greenpeace: How a group of ecologist, journalist, and visionaries changed the world. Vancouver. Holtzbrinck Publisher Yamamoto, Tadashi.1995. Emerging Civil Society In The Asia Pasific Region. Singapore. Joint Publicarion of JCIE-ISEAS Skripsi Nurmi. 2005. "Peranan Greenpeace dalam Mempengaruhi Pemerintah Indonesia Mengenai Masalah Perusakan Lingkungan Hidup". Tidak Dipublikasikan. Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. • Media Elektronik "Human Impact Report, Climate Change: Global Humanitarian Forum, Geneva. The Anatomy of A Silent Crisis", Mei 2009 terdapat diwww.ghfgeneva.org/Portals/0/pdfs/humanimpact report.pdftanggal akses 3 Mei2011 WL,
770
Hare "A Safe Landing for The Climate" 2009 terdapat di www.worldwatch.org/files/pdf/SOW09 Chap2.pdftanggal akses 3 Mei 2011
Peranan GreenpeacedalamMenanggulangiMasalahKerusakanHutan di Sumatra
"Intergovernmental Panel on Climate Change Special Report on Emission's Scenario" 2009 terdapat di www.ipcc-wg3 .de/activitv/assesmentreports/ar4/filesar4/Dublin%20Dresentation%20IPC%20WG%20III%20clean.pttdiakses tanggal 3 Mei 2011 "AsiaDevelopmentBankNewsRelease"terdapat diwww.adb.org/Media/Articles/2009/13016-asian-climatechanges/2009 tanggal akses 3 Mei 2011 "IPCC Fourth Assesment Report, Working Group III, Final Chapter 1. Page 104. Terdapat di www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-wg3 .htmtanggal akses 3 Mei 2011 "Global Forest Resources Assesment" 2005 Terdapat www.fao.org/forestrv/fra/fra2005/en/tanggal akses 6 Mei 2011
di
"Climate Analysis Indicators Tool (CAIT)" terdapat di http://cait.wri.orgtanggal akses 6 Mei 2011 Hooijer A, Silvius M, Wosten H. 2006, "PEAT-CO2 Emissions from Drained Peatlands in SE Asia Delft Hydraulics Reports Q394" terdapat di www.wetlands.org/LinkClick.aspx?fileticket=NYQUDJI5zt8%3D&tabid=5 6 * tanggal akses 6 Mei 2011 "GlobalForestResourcesAssesment"terdapatdi www.globalforestwatch.org/common/indonesia/sof.indonesia.english.low.pd f tanggal akses 6 Mei 2011 “Indonesia's Rainforest Climate Crisis" Terdapat di www.greenpeace.co.idtanggal akses 7 Mei 2011 "IUCN species profile Panthera Tigris ssp. Sumatrae" terdapat www.iuncnredlist.org/details/15966/0 tanggal akses 7 Mei 2011
di
"Eyes on The Forest Maps and Data to Accompany Eyes on The Forest" terdapat di www.worldwildlife.org/who/media/press/2009/WWFBinarviteml893.pdf page 2 tanggal akses 7 Mei 2011 "APRIL : Sustainability Reports" terdapat di www.aprilasia.com tanggal akses 12 MEI 2011 "Portal RI: Sumber Daya Alam Provinsi Riau" www.mdonesia.go.id/in/pemerintahdaerah/provinsi-riau/sumber-daya-alam tanggal akses 17 November 2012 "KamparPeninsula"terdapatdiwww.maanvstavat.fi/april/resourcesforkampar2007/Mie ttinen 20071ongkamparpeninsula.pdfdiakses pada tanggal 17 November 2012 "The Founder of Greenpeace" terdapat di www, greenpeace.org/about/historydiakses pada tanggal 28 Juni 2012
771
eJournalHubunganInternasional, 2013, 1(3); 765-772
"Greenpeace" terdapat di www.wikipedia. org/wiki/greenpeacediakses pada tanggal 28 Juni 2012 "Tim Mata Harimau" terdapat di www, greenpeace.co .id/mataharimaudiakses pada tanggal 28 Februari 2013
772
Peranan GreenpeacedalamMenanggulangiMasalahKerusakanHutan di Sumatra
773