PERAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : VIDI SEPTIYANI 1112018200043
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H
I EMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINC SKRIPSI Skripsi bcrjudul Per= Pengws S.ko1ah Dalam Peminaan Kampetensi Fedgogik Guru Di SMA Negeri 3 Kota Tangcrg Sc1an disusun olch Vidi Spivani, NIM 111201g2Q043, JuruSan Marialerncn ?cndjdjkan, Fakultas
itU
Tiyah dan Kegunan Uriiv-sitas Islam Ncg Syf Hidayatullah Jakarta. Tel' ah miaJui birnbingan dn dinyazakan sah sebagai karya iirniyah yang berhak untuk diujikari pada sidat-ig rnirnaqasthi sesuai ketentuan yang ditctapkan okh U1tS
Jakazt,,7Desember 2016
Yang rnerigeszthkan,
Pcmbimbing I
FT5t}TuSfl1 Rthirii N2. :940323 196512 1 001
Pembirnbin II
Drs.RUSVd' 721,3rv. M. Ed. NIP. 19560503 19850 102
UJ! REFERENSI
Sc! -uh ref-casi yang digun.kan dalam puiisan skrips.i yang bcjud!.i '?cr: ?engwz Sekoi
D!2m Penibm= KDn1peteni Pedag4k Gr irtz
Di SMA Negeri 3 Kot T3ngcrang SeLt", diin
Oit1
Vidi Scptiyth,
NtM. 1112018200343, iur Mznajez'en Pdk Fakulias Ilmu Tarbiyah dan Kegunii, Univsits Islam Negei Syarif I -Edayatuflah Jakt2 telah di uJi cciarannya oic±i Do-,---,n Pbirnbthg Skripsi paa tgJ 5 Dcmbcr 2016.
Jakazt2., 7 Desembcr 2016
Pnbirnbing U
P en-lb mbng I
/1
(7 -
-
-
-
---
-
Prof. Di. iusni Rhim si?. 194ô323 196S2 I
Drs.Rusz3k;K1. Ed. Mn!! NIl. 19560503 i9803 1 002
1
iv
ABSTRAK Vidi Septiyani (NIM : 1112018200043). Peran Pengawas Sekolah Dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik berjalan dengan cukup baik sesuai dengan tugas dan fungsinya, namun optimalisasinya perlu ditingkatkan. Hal ini dapat terlihat dari keberhasilan guru yang mampu menyusun silabus dan merancang RPP sesuai dengan kebijakan kurikulum, guru mampu membuat program semester maupun program tahunan serta mampu mengorganisir perangkat administrasi guru dengan baik, walaupun kunjungan pengawas ke sekolah belum maksimal. Selain itu guru mampu menentukan strategi atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik. meskipun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam meingkatkan kompetensi pedagogik guru.
Kata kunci : Pengawas Sekolah, Kompetensi Pedagogik Guru
ABSTRACK
Vidi Septiyani (NIM : 1112018200043). The Role of School Supervisor in Constructing the Pedagogic Competence of Teacher at SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan The objective of the research was to investigate the role of school supervisor in constructing the pedagogic competence of teacher. The research was conducted at SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan by employing a descriptive qualitative method. The research used interview, observation and documentation in collecting the data. The research finding showed that the role of school supervisor was ongoing well and in accordance with its function, however the optimise needs to be improved. This can be seen from the teachers’ ability in arranging syllabus and designing lesson plan in accordance with the curriculum policy. Teachers are able to create a semester or annual programme as well as being able to orginise teacher administration apparatus properly. Although the average school supervisor visit have not maximize. Furthermore the teacher were able to determine the methods and learning strategies that can develop veriety of students potential. Though there were still some obstacle in the implementation of the contruction that undertaken by the school supervisor in enhancing the pedagogic competence of teachers. Keyword : School Supervisor, Teachers’ Pedagogic Competence
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan anugerah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Sebuah karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini. Shalawat dan salam semoga Allah selalu limpahkan kepada junjungan Muhammad saw yang telah membimbing umatnya untuk menuju kebahagaian dunia dan akhirat. Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik materil dan moral kepada penulis. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan yang juga sekaligus dosen pembimbing akademik, yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi. 3. Prof. Dr. Husni Rahim dan Rusydy Zakarya, M. Ed, M.Phil. Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi, beliau telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 5. Iis Nurhayati, M.Pd. Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia menjadi narasumber untuk penulisan skripsi ini.
6. Guru
SMA
Negeri
3
Kota
Tangerang
Selatan
yang
telah
memberikan dukungan dalam pengumpulan data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 7. Kedua orang tua tercinta,
Mama (Novita Savitri)
dan
Papa
(Muhammad Paliami) tersayang, berkat doa beliau, penulis dapat bertahan sampai saat ini, serta berkat dukungannya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Hafidz, Anggita, Via, Fahri dan Izet yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi. 9. Hot Chilli (Ainatul, Chaca, Icha, Ira, Ismi, Jannah, Siti, Tien dan Umdah), sahabat kesayangan yang berjuang bersama semasa kuliah. 10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012 Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka yang turut membantu study penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang disebut maupun yang tidak disebut namanya dalam kata pengantar ini, semoga Allah membalasnya dan diberikan keberkahan dalam kehidupanya. Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, saran yang baik sangat penulis harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat pula bagi penulis maupun pembaca sekalian. Amiiinn
Jakarta, 28 Desember 2016 Hormat saya,
Vidi Septiyani Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... `iii LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI ..................................................iv LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................vi KATA PENGANTAR .........................................................................................viii DAFTAR ISI......................................................................................................... x DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... ................... 5 C. Pembatasan Masalah .............................................................. ................... 5 D. Rumusan Masalah .................................................................. ................... 6 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. ................ 6
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................ .................... 7 A. Pengawas Sekolah ................................................................. .................... 7 1.
Pengertian Pengawas Sekolah ............................................ ................ 7
2.
Tujuan Pengawasan ............................................................................ 9
3.
Tugas Pengawas Sekolah ................................................... ............... 10
4.
Fungsi Pengawas Sekolah .................................................. ............... 11
5.
Kualifikasi Pengawas Sekolah ........................................................... 12
6.
Kompetensi Pengawas Sekolah ......................................................... 14
7.
Beban Kerja Pengawas Sekolah ......................................................... 17 x
8.
Bentuk – Bentuk Pengawas ................................................................ 18
9.
Teknik Supervisi ................................................................................ 20
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik .......................................................... 21 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik ....................................... ............. 22 2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik ................................................ 23 3. Prinaip-Prinsip Kompetensi Pedagogik ................................. ............ 29 4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik ....................................................................... ...................... 30 C. Penelitian Yang Relavan ......................................................... ................. 32 D. Kerangka Pikir ...................................................................... ................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................... ............... 36 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. ................ 36 B. Metode Penelitian ..................................................................................... 37 C. Sumber Data ............................................................................................. 37 D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... ................. 37 E. Teknik Pengolahan Data ......................................................... ................. 38 F. Kisi-Kisi Instrumen ................................................................ .................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................... 45 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... .............. 45 1. Profil Pengawas Sekolah .................................................................... 45 2. Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan .................................. 47 3. Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan .......... ........ 48 4. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ...................... 49 5. Tenaga Pendidik SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ................. 50 6. Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ............................................................. .................. 51 7. Keadaan Siswa ................................................................. .................. 51 8. Fasiitas ............................................................................................... 51 xi
B. Deskripsi dan Analisis Data ..................................................... ................ 53 C. Temuan Hasil Penelitian ......................................................... ................. 70
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 73 A. Kesimpulan ........................................................................... ................... 73 B. Saran-Saran ............................................................................
. ... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... ............. 79
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Waktu Kegiatan Penelitian ................................................................. 36 Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara .......................................... .............. 39 Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi ........................................................... 42 Tabel 3.4 : Daftar Ceklis Studi Dokumentasi ........................................ .............. 43 Tabel 4.1 : Keadaan Fasilitan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... ....... 52 Tabel 4.2 : Tugas dan Beban Pengawas Sekolah .................................... ............. 53
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Berpikir ............................................ ............... 35 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan .......................................................................... ................... 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Observasi ...................................................... ................ 79 Lampiran 2 : Pedoman Wawancara .................................................... ............... 80 Lampiran 3 : Daftar Ceklis Studi Dokumentasi .................................... ............. 83 Lampiran 4 : Hasil Observasi ............................................................................. 84 Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah .................... .......... 86 Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ........................ ........... 90 Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Guru Biologi ........................... ............ 95 Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia .............. ........ 100 Lampiran 9 : Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi ..................... .............. 105 Lampiran 10 : Hasil Wawancara dengan Guru Seni budaya:............ ................. 110 Lampiran 11 : Data Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ……….. ...... 114 Lampiran 12 :Data Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ........... ............................................................................. 116 Lampiran 13 : Buku Tamu (Daftar Kunjungan Pengawas Sekolah )................... 117 Lampiran 14 : Surat permohonan Pembimbing .................................................. 122 Lampiran 15 : Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ 123 Lampiran 16 : Daftar Uji Refrensi ...................................................................... 124
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran disekolah. Terwujudnya tujuan pendidikan perlu keterlibatan seluruh komponen pendidikan seperti; kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah. Kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah adalah tiga serangkaian pelaku pendidikan yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
harus
bersinergi
serta
harus
saling mendukung
demi
terlaksananya peran dan fungsinya masing-masing. Diantara ketiga unsur tersebut, guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan. Namun untuk mewujudkan guru yang berkualitas dan kompeten, sosok pengawas sekolah sangatlah penting. Pengawas pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis dan penting dalam membina dan mengembangkan kompetensi guru dengan tujuan agar sekolah yang dibinanya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa Pengawas sekolah adalah “Pegawai negeri 1
2
sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manejerial pada satuan pendidikan”. Dalam proses pendidikan pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan pengawas sekolah kepada guru yang ditunjukan pada perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Supervisi pendidikan merupakan bimbingan profesional dengan usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-murid.1 Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan supervisor membantu guru-guru tercermin pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu hasil belajarnya. Dalam tugasnya selain melakukan pengawasan dan evaluasi, pengawas sekolah juga harus melakukan pembinaan. Peranan pengawas sekolah adalah memberi dukungan, membantu, dan mengikut sertakan. Seorang pengawas sekolah harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Penjelasan tersebut telah mengambarkan bahwa pengawas sekolah memberikan peran penting dalam meningkatkan kualitas guru terutama dalam kompetensi pedagogik. Semakin baik pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah maka guru semakin professional sebagai pendidik. Sebagai
pengembang
peningkatan
kualitas
pendidikan
dan
pengajaran disekolah tidaklah mudah sebagaimana di amanakan
1
TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 313.
3
Permendiknas No.12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah. Peran pengawas dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat dilihat pada proses
pembinaan,
namun
kenyataan
dilapangan
masih
banyak
permasalahan yang kerap terjadi. Pengawas sekolah tidak memenuhi kriteria sebagai pengawas baik dari sudut kualifikasi, kompetensi maupun jenjang karier. Mengenai kinerjanya terlihat tidak efektif, mereka hanya mampu melakukan pengawasan dalam aspek manajerial sementara aspek akademik diabaikan. Selain itu pada saat melakukan kunjungan ke sekolah, pengawas sekolah tidak memberikan pembinaan kepada guru. hal ini terjadi karena guru lebih kompeten dibidang akademik dibanding pengawasnya.2 Tidak jarang pula pengawas sekolah hanya melakukan penilaian sepihak dalam pelaksanaan kunjungannya. Sikap pengawas seperti itu hanya akan menjadikan kesan menakutkan bagi pihak sekolah terutama guru, karena guru akan merasa tertekan sehingga tidak dapat bekerjasama dengan pengawas untuk memecahkan masalah yang di hadapinya. Tidak kompetennya pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya dalam pengawasan akan mengakibatkan tidak maksimalnya pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah. Hal ini juga menjadi kendala yang besar bagi peningkatan kompetensi pedagogik guru. Kurang optimalnya pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah akan berdampak pada layanan belajar yang diberikan guru kepada peserta didik. Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas layanan belajar. Namun dalam penerapannya, masih banyak ditemukan kualitas guru yang rendah, terutama dalam mencangkup kompetensi pedagogik. Dalam proses pembelajaran masih dijumpai guru disekolah-sekolah khususnya SMA cenderung tidak memiliki perencanaan yang matang sehingga berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas serta dalam melakukan penilaian dalam
2
Dosen FITK Institusi Agama Islam Palu, Kinerja Pengawas Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di Kota Palu, 2014, Vol.2 No.2, h. 365.
4
pembelajaran. Dalam hal penyusunan perencanaan pembelajaran belum semua guru dapat menyusun program perencanaan baik program tahunan, program bulanan maupun program pembelajaran lainnya. begitu pula dengan RPP, belum semua guru dapat membuat RPP dengan benar. 3 Selanjutnya dengan adanya pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam membuat guru lelah dan berakibat tidak optimal dalam melaksanakan pembelajaran. Guru mengalami kekurangan waktu dan tenaga untuk belajar
mendalami
ilmu
bidang
keahliannya
atau
meningkatkan
keprofesionalannya.4
Selain itu aktivitas pembelajaran dikelas masih
kurang kepedulian
guru dalam menetapkan
teknik dan metode
pembelajaran serta penggunaan media pada materi-materi ajar tertentu.
5
Dalam proses pembelajaran, banyak guru yang hanya melaksanakan pembelajaran tanpa melakukan penilaian dan menganggap bahwa dirinya telah selesai melaksanakan tugas mengajar. Apabila keadaan guru seperti ini maka kualitas pendidikan akan semakin rendah. Siswa akan semakin banyak yang tidak aktif dalam proses pembelajaran bahkan sekolah akan melahirkan lulusan-lusan yang tidak kompeten. Realitas tersebut telah menunjukan bahwa masih banyak guru yang belum kualitasnya masih rendah, terutama dalam kompetensi pedagogiknya. Oleh sebab itu peran pengawas dalam memberikan pembinaan pada guru sangat dibutuhkan. Fenomena ini sangat menarik bagi peneliti untuk dikaji lebih lanjut dalam
penelitian dengan judul
“Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Profesionalisme Guru di SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN”
3
Muh. Yusuf, dkk, Pembinaan Pengawas Pada Guru Dalam Merencanakan, Melaksanakan dan Melakukan Penilaian Pembelajaran, 2015, h. 2, Vol 1 No.1 4 Lufri, Mengungkap Permasalahan Guru Profesional Di Sumatera Barat Berdasarkan Tinjauan Beban Mengajar 24 Jam, 2013. 5 Muh.Yusuf, Op.Cit., h. 2
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Jumlah sekolah yang dibina terlalu banyak sehingga munculnya masalah tidak terpenuhinya target kunjungan ke sekolah binaan sesuai jadwalnya. 2. Pengawas hanya melakukan pemeriksaan dan penilaian secara sepihak. 3. Pengawas tidak melakukan pembinaan saat melakukan kunjungan ke sekolah. 4. Masih terdapat pengawas sekolah yang tidak kompeten. 5. Pengawas dan guru tidak kooperatif pada saat pembinaan, karena kurangnya sikap terbuka guru kepada pengawas sekolah dalam menyampaikan kendala dalam mengajar. 6. Kualitas mengajar guru tidak sesuai dengan standar kompetensi guru. 7. Masih terdapat guru yang menjadikan mengajar hanya sebagai rutinitas sehingga guru tidak pernah mengevaluasi proses mengajarnya. 8. Guru tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan teknologi. 9. Guru tidak melakukan pengembangan diri atau mengupdate ilmunya. 10. Guru tidak kreatif dalam proses mengajar sehingga tidak menciptakan siswa yang aktif belajar.
C. Pembatasan Masalah Dengan adanya keterbatasan waktu, pikiran, dana dan sarana yang ada maka peneliti merasa perlu memberikan batasan permasalahan agar hasil penelitian lebih fokus. Peneliti hanya membatasi penelitian ini mengenai peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. Pengawas dalam penelitian ini adalah pengawas yang diangkat dan ditugaskan oleh Dinas Pendidikan.
6
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan masalah maka penelitian ini bertujuan: Untuk menjelaskan peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan untuk menarik minat peneliti lain agar meneliti peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. 2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain dalam hal penelitian mengenai peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. 3. Sebagai
masukan
pedagogik guru.
bagi
sekolah dalam pembinaan kompetensi
BAB II PEMBAHASAN A. Pengawas Sekolah 1. Pengertian Pengawas Sekolah Pengawasan merupakan bagian dari tugas keagamaan dan termasuk perintah kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar. Untuk jabatan ini, penguasa harus memilih orang yang memiliki kompetensi. Sehingga ia memiliki kewajiban karena wilayah kekuasaan
yang diamanatkan
kepadanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,
ولتكن منكم أمة يدعن و إلى الخير ويأمرن و بالمعروف وينهن و ن ع المنكر وأولئك هم المفلحن و “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran : 104) Hal yang sama juga dituliskan dalam surat Al-Fajr ayat 14
ن إ ربك لبالمرصاد “Sesungguhnya tuhanmu benar-benar mengawasi” Begitu pula dalam proses pendidikan, pengawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Salah satu jabatan resmi bidang pendidikan yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan manajemen sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar dikelas dikenal dengan pengawas sekolah.
7
8
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan bahwa Pengawas sekolah adalah “Pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manejerial pada satuan pendidikan”.6 Pengawas Sekolah
sebagaimana
dimaksud pada pasal (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh Guru yang berstatus sebagai PNS Selain itu, Syaiful Sagala dalam buku Supervisi Pembelajaran mengatakan bahwa pengawas sekolah adalah “Tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas dan tanggung jawab secara penuh oleh pejabat berwewenang untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan pada satuan pendidikan.”7 Dalam perspektif lain menurut Sudarwan Danim Pengawas sekolah adalah: Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan anak usia dini formal (PAUD, yang dulu sering disebut sebagai pendidikan prasekolah), dasar dan menengah.8
6
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 7 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung,: Alfabeta, 2012), Cet. II, h.142 8 Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet. III, h.116-117
9
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengawas sekolah adalah tenaga profesional yang bertugas melakukan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan
memberikan
pembinaan, penilaian dan bantuan untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran, kinerja serta perilaku dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sekolah dan kinerja pendidik serta tenaga kependidikan. 2. Tujuan Pengawasan Pengawasan
merupakan
fungsi
manajemen
yang
berupaya
memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan ketentuan sehingga tujuan atau target yang telah ditetapkan dapat dicapai. Menurut Nur Aedi pengawasan pendidikan utamanya memiliki dua tujuan, yaitu: a) Untuk memastikan pelaksanaan kegiatan pendidikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. b) Memastikan tujuan, target dan sasaran dari program, kegiatan atau kebijakan pendidikan dapat tercapai.9 Sedangkan menurut Harsono, tujuan pengawasan pendidikan dan kebudayaan adalah: Untuk mendeteksi sedini mungkin segala bentuk penyimpangan serta menindaklanjutinya dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pendidikan. prioritas pendidikan yang dimaksud adalah pemerataan kesempatan belajar, relevansi, peningkatana mutu, dan kesangkilan dan kemangkusan. 10 Secara lebih luas, Kaho menyebutkan bahwa terdapat 4 tujuan pengawasan, yaitu; a) untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. b) untuk mengetahui kesulitankesulitan apa yang dijumpai oleh para pelaksana sehingga demikian 9
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014) Cet. I, h.9-
10 10
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet.III, h. 221
10
dapat diambil langkah-langkah perbaikan dikemudian hari. c) mempermudah atau memperingan tugas pelaksana, karena para pelaksana tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dibuatnya karena kesibukan sehari-hari; dan d) pengawasan bukanlah untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk memperbaiki kesalahan.11 Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa pengawasan dalam pendidikan bertujuan untuk memastikan tujuan dan target pendidikan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan lancar. 3. Tugas Pengawas Sekolah Sebagai tenaga profesional, pengawas sekolah mempunyai tugas yang cukup luas. Nana Sudjana mengemukakan bahwa tugas pokok pengawasan sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas menurut Nana Sudjana minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni : a) Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. b) Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya. c) Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan pemangku kepentingan sekolah.12 Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan tugas pokok pengawas sekolah adalah: Melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan
11
Aedi, Op.Cit,. h.10
12
Danim, Op.Cit., h.117
11
professional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.13 Selain itu, menurut Nur Aedi seorang pengawas sekolah wajib melaksanakan tugas sebagai berikut: a) Menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, melaksanakan hasil evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan membimbing dan melatih profesional guru. b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai agama dan etika. d) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.14 Dari beberapa penjelasan mengenai tugas pengawas sekolah yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tugas pokok yang harus dijalankan oleh pengawas sekolah, yakni: Pertama, Melakukan Pemantauan. Pada kegiatan ini, seorang pengawas melakukan pemantauan mengenai pelaksanaan program sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan serta proses perkembangannya. Kedua, seorang pengawas wajib melakukan pembinaan. Pada tahap ini pengawas sekolah memberikan pembinaan berupa bimbingan dan pelatihan bagi kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam rangka memperbaiki mutu sekolah dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikannya. Ketiga, pengawas sekolah melakukan evaluasi. Setelah melakukan pemantauan dan pembinaan, seorang pengawas perlu melakukan evaluasi untuk melihat hasil dari program pengembangan sekolah. 4. Fungsi Pengawas Sekolah Secara
umum,
pengawas
berfungsi
sebagai
pemerbaik
dan
peningkatan kualitas pendidikan, dengan demikian segala aktifitas sekolah yang berkaitan dengan upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas 13
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 14 Aedi, Op.Cit., h. 131-132
12
pendidikan
menjadi
bagian
bidang
garapan
pengawas.
Dalam
Kepmendiknas Nomor 097/u/2002 Pasal 5, fungsi pengawas meliputi: a) Pengamatan dan pemantauan terhadap kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, pembinaan untuk mengetahui permasalahan, hambatan dan kendala pelaksanaan pendidikan. b) Pemeriksaan terhadap satuan kerja di lingkungan dinas.15 Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 4 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah dijelaskan bahwa pengawas madrasah mempunyai fungsi melakukan: a) program pengawasan di bidang akademik dan manajerial. b) pembinaan dan pengembangan madrasah. c) pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru madrasah. d) pemantauan penerapan standar nasional pendidikan. e) penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan f) pelaporan pelaksanaan tugas kepengawasan.16 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawas, yakni: Pertama, sebagai pemeriksa dan penilai jalannya penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah. Kedua, sebagai pembimbing untuk memperbaiki kualitas dan kompetensi kepala sekolah, guru dan staf sekolah. Ketiga, sebagai pelapor atas hasil pelaksanaan tugas kepengawasan. 5. Kualifikasi Pengawas Sekolah Dasar pemikirannya kualifikasi pendidikan pengawas sekolah adalah persyaratan
minimal
mengenai
tingkat
pendidikan
formal
dan
keahlian/keilmuan, pangkat/golongan, jabatan, pengalaman kerja dan usia yang harus dipenuhi.17 Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 39 Ayat 2 Tentang Standar Nasional
15
Engkoswara, Op.Cit., h. 225 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 4 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah. 17 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h.158 16
13
Pendidikan, bahwa dijelaskan kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi: a) Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi. b) Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan. c) Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.18 Secara lebih luas dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dijelaskan bahwa Kualifikasi pengawas sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK sebagai berikut: a) Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi. b) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c. c) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan. d) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau satuan pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah. e) Lulus seleksi pengawasan satuan pendidikan.19 Dari penjelasan diatas maka dapat ditegaskan bahwa untuk menjadi seorang pengawas dipersyaratkan memiliki diantaranya berpendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, berstatus sebagai guru sekurangkurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 tahun, memiliki pangkat minumum penata, golongan III/c, setinggi-tingginya
18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 39 Ayat 2 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 19 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
14
berusia 50 tahun, memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan dan lulus seleksi pengawasan satuan pendidikan. 6. Kompetensi Pengawas Sekolah Kualifikasi tsanawiyah
pengawas
(SMP/MTs),
sekolah
sekolah
menengah
menengah
pertama/madrasah
atas/madrasah
aliyah
(SMA/MA) dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK sebagai berikut: a) Kompetensi Kepribadian 1) Memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan pendidikan 2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah, baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya. 3) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan tanggung jawabnya. 4) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan. b) Kompetensi supervisi manajerial 1) Menguasai metode, tekhnik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan disekolah menengah yang sejenis. 2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program pendidikan sekolah menengah yang sejenis. 3) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan disekolah menengah yang sejenis. 4) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindak lanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya disekolah menengah yang sejenis. 5) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan disekolah menegah yang sejenis. 6) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling disekolah menengah yang sejenis. 7) Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya disekolah menengah yang sejenisnya. 8) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan da memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah menengah sejenisnya.
15
c) Kompetensi Supervisi Akademik 1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenis. 2) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenisnya. 3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. 4) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.\ 5) Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. 6) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran SD/MI. d) Kompetensi Evaluasi Pendidikan 1) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/bimbingan di sekolah. 2) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. 3) Menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. 4) Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
16
5) Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI. 6) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah. e) Kompetensi Penelitian Pengembangan 1) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan. 2) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai pengawas. 3) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif. 4) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung jawabnya. 5) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif. 6) Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan. 7) Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah. 8) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah. f) Kompetensi Sosial 1) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. 2) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.20 Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi pengawas
sekolah
untuk
menguasai
menghasilkan kinerja yang berkualitas
20
Ibid
kompetensi
tersebut
untuk
17
7. Beban Kerja Pengawas Sekolah Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 6 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan bahwa Beban Kerja Pengawas Sekolah adalah 37,5 (tiga puluh tujuh setengah) jam perminggu didalamnya termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan disekolah pembinaan.21 Senada dengan penjelasan tersebut, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan menjelaskan bahwa beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan, adalah melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan. Pembimbingan dan pelatihan profesional guru yang dimaksud, meliputi: a) membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya, yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, tenaga perpustakaan, baik pada satuan pendidikan maupun melalui KKG/MGMP/MKKS atau bentuk lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya. b) menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk merencankan, melaksanakan, menilai proses pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan lainnya yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga laboratorium, dan tenaga perpustakaan pada satuan pendidikan.22 Adapun
sasaran
pengawasan
untuk
sekolah
menengah
pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan paling sedikit
21
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 4Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 22 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Pasal 4Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
18
7 satuan pendidikan dan/atau 40 guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran.23 Dari uraian mengenai beban kerja pengawas sekolah, dapat diketahui bahwa seorang pengawas sekolah mengemban beban kerja yang cukup berat, setiap minggunya ia wajib melakukan pengawasan, pembinaan dan penilaian dengan waktu 37,5 jam perminggunya. Satu orang pengawas wajib melakukan pengawasan 7 hingga 10 sekolah dengan jumlah guru binaan sebanyak 40. 8. Bentuk-Bentuk Pengawasan Terdapat banyak istilah yang berkaitan dengan pengawasan yaitu monitoring, correcting, evaluating dan supervision. Sutisna menyatakan bahwa “pengawasan ialah fungsi administratif dimana administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. 24 Pengawasan ditunjukan pada dua aspek, yakni:
a) Pengawasan Akademik Pengawasan akademik merupakan bidang pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan akademik yang dilaksanakan pada satuan pendidikan. Glickman mendefinisikan supervisi akademik sebagai: “... a series of activities in assissting teachers to develop their ability to manage teaching learning process in order to reach the objectives”. 25 Kemudian, Syaiful Sagala mengatakan supervisi akademik sama maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan.26 Sedangkan Sahertian menegaskan pengawasan atau supervisi pendidikan adalah “usaha memberikan pelayanan kepada stakeholder pendidikan terutama kepada
23
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 24 Aedi, Op.Cit,. h. 2 25 Ibid, h. 182 26 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet. II, h.156
19
guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran”.27 Pendapat lain dikemukakan oleh Mukhtar, bahwa: Supervisi pendidikan merupakan suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individu maupun kelompok. Hakekatnya segenap bantuan yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran.28
Menurut Ofsted, fokus pengawasan akademik meliputi: a) Standar dan prestasi yang diraih siswa. b) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa). c) kepemimpinan dan manajemen sekolah yang efektif mengenai pembelajaran. 29 Dari beberapa pengertian pengawasan akademik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan akademik ialah pengawasan yang
berkenaan
dengan
aspek
pelaksanaan
tugas
pembinaan,
pemantauan, dan penilaian kinerja guru dalam proses perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran. b) Pengawasan Manajerial Menurut Nur Aedi Pengawasan manajerial esensinya adalah Berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional.30 Sedangkan Syaiful Sagala mengatakan bahwa;
27 28
Ibid, h. 156 Mukhtar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) Cet. I,
h.41 29 30
Sagala, Op.Cit., h.156 -157 Aedi, Op.Cit., h.193
20
Pengawasan manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari penyusunan rencana program sekolah berbasis data sekolah, proses pelaksanaan program berdasarkan sasaran, sampai dengan penilaian program dan hasil yang ditargetkan.31 Dari beberapa pengertian pegawasan manajerial diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengawasan Manajerial adalah pengawasan yang
berkenaan
dengan
aspek
pelaksanaan
tugas
pembinaan,
pemantauan dan penilaian kepala sekolah beserta seluruh elemen sekolah dalam rangka peningkatan dan pengembangan mutu sekolah. 9. Teknik Supervisi Dalam melakukan pembinaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, ada beberapa teknik supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah yaitu : a)
Teknik Individu 1) Mengadakan kunjungan kelas, yang dimaksud adalah kunjungan yang dilakukan untuk melihat guru yang sedang mengajar atau ketika kelas sedang kosong. 2) Mengadakan observasi kelas, yaitu melakukan kunjungan ke sebuah kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yang sedang berlangsung di dalam kelas. 3) Mengadakan wawancara, yang dilakukan apabila supervisor mengkhendaki jawaban dari individu tertentu. b) Teknik Kelompok 1) Mengadakan pertemuan rapat. Dalam kegiatan ini supervisor dapat memberikan pengarahan, pengkoordinasian dan mengkomunikasikan segala informasi kepada guru/staf. 2) Mengadakan diskusi kelompok 3) Mengadakan seminar Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan teknikteknik supervisi yang diterapkan diharapkan dapat menunjang peningkatan kualitas kinerja guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai .
31
Sagala, Op.Cit., h.155
21
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Pembinaan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guruguru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.32 Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsurunsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. 33 Secara
terminologis,
pembinaan
guru
sering
diartikan
sebagai
serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.34 Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
menyatakan
bahwa
pendidik
merupakan
tenaga
profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujud penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.35
32
TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) Cet III, h. 315 33 Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000), hlm. 233 34 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT DUNIA PUSTAKA JAYA, 1995) hlm.9 35 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), Cet I, hlm.29
22
Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki guru berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan bahwa “kompetensi guru meliputi; Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.36 Namun sesuai dengan kebutuhan penelitian, penulis hanya akan membahas mengenai Kompetensi Pedagogik. 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Sesuai dengan UU NO. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru profesional harus menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional, namun kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai oleh guru. Dalam PP RI No. 19 Tahun 2005, Pasal 28 Ayat 3 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”37 Sedangkan menurut Yunus Abu Bakar, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah: Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi (a) pemahaman terhadap peserta didik. (b) perencanaan pembelajaran. (c) pelaksanaan pembelajaran. (d) mengevaluasi hasil belajar dan; (e)
36
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen BAB IV Pasal 10 37 Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
23
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 38 Sejalan dengan pengertian tersebut Lukmanul Hakiim mengatakan, kompetensi pedagogik atau akademik ini merujuk kepada “kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar, termasuk didalamnya perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mengajar dan pengembangan siswa sebagai individu-individu.”39 Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Dalam kompetensi ini guru dituntut untuk dapat memahami peserta didiknya serta dapat membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang benar pada peserta didik. 2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007, terdapat sepuluh kompetensi inti guru dalam bidang pedagogik, yaitu sebagai berikut: a) Menguasai Karakteristik Siswa dari Aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. f) Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan siswa. g) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
38
Yunus Abu Bakar, dkk, Profesi Keguruan, (Learning Assitance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009) h. 4- 10-11 39 Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009) h.243
24
pembelajaran. j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.40 Selain itu menurut Sulton Masyhud, kompetensi pedagogik ini mencangkup hal-hal sebagai berikut : a) Memahami perkembangan peserta didik dan dapat mengaplikasikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. b) Memahami berbagai teori pendidikan dan dapat mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. c) Dapat merancang pembelajaran yang mendidik. d) Dapat mengelola pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. e) Dapat menilai proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang benar. f) Dapat mengembangkan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. g) Dapat melaksanakan penelitian pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian yang benar. h) Dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan.41 Namun dalam RPP tentang guru yang dikutip oleh E. Mulyasa, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut: a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b) pemahaman terhadap peserta didik. c) pengembangan kurikulum/silabus. d) perancangan pembelajaran. e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f) pemanfaatan teknologi pembelajaran. g) evaluasi hasil belajar (EHB). h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 42 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar aspek-aspek kompetensi pedagogik meliputi; Pertama, pemahaman terhadap peserta didik. Kedua, menguasai perencanaan dan
40
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. 41 Sulton Masyhud, Manajemen Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014) Cet I, h. 17 42 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.75
25
pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, mampu mengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Berikut ini akan dijabarkan masing-masing aspek kompetensi pedagogik tersebut. a) Pemahaman terhadap peserta didik Pemahaman terhadap peserta didik merupakan hal utama dalam kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh seorang guru. Sukmadinata mengatakan bahwa “Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya keunggulan dan kekurangannya, hambatan
yang
dihadapi
serta
faktor
dominan
yang
memengaruhinya”.43 Selanjutnya, Lang dan Evans yang dikutip oleh Musfah, merinci keragaman
pada peserta didik meliputi “siswa berbeda dalam gaya
belajar, kemampuan, ras, asal geografis, jenis kelamin, pilihan seksual, status ekonomi, pengaruh budaya, kesehatan, pengaruh agama, pengaruh keluarga, pengaruh lain dan modal belajar”44 Pendapat lain dikemukakan E.Mulyasa, bahwa “setiap peserta didik memiliki
perbedaan
yang
unik,
mereka
memiliki
kekuatan,
kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan kreatifitas, intelegensi dan kompetensinya.”45 Dalam bukunya yang lain, E.Mulyasa menjelaskan bawa sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan
43
Musfah, Op.Cit,. h.31 Ibid, h.32-33 45 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2008) Cet VII, h.27 44
26
kognitif.46
perkembangan
Dengan
memahami
potensi
dan
keberagaman peserta didik, guru dapat mendesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik.47 Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memahami berbagai karakteristik peserta didik yang meliputi kemampuan berfikir, aspek fisik, minat serta latar belakang lingkungannya. Apabila guru dapat memahami peserta didiknya maka guru akan mudah untuk menentukan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. b) Menguasai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitek.48 Menurut Hunt, untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan yang baik, antara lain; “Mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi.”49 Selain
itu
untuk
menciptakan
pembelajaran
yang baik
dibutuhkan rancangan pembelajaran efektif dengan memperhatikan unsur
teknik,
pendekatan
dan
metode-metode
penyampaian
pembelajaran yang dapat mempengaruhi peserta didik lebih untuk termotivasi pada kegiatan pembelajaran dikelas yang dilaksanakan
46
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.79 47 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenanga Kependidikan, (Bandung; Alfabeta, 2013) h. 32 48 Ali Mudlofir, Pendidik Pofesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012) Cet. I, h.78 49 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet, V, h.94
27
oleh pendidik atau guru.50 bukan hanya memahami metode pembelajaran yang baik, guru juga harus memahami tiga prinsip pembelajaran yaitu “hubungan, pengulangan dan penguatan”. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai metode-metode yang telah ditentukan dan melakukan evaluasi sebagai feedback untuk melihat hasil dari apa yang telah ia ajarkan dalam proses belajar mengajar. hal ini harus dilakukan oleh guru agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. c) Mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Belajar merupakan
proses dimana pengetahuan,
konsep,
keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan dan dikembangkan. Menurut Musfah, “ Guru harus bisa menjadi motivator bagi
para
muridnya,
sehingga
potensi
mereka
berkembang
maksimal”.51 Mulyasa mengatakan, pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling.52 Ketiga cara pengembangan peserta didik tersebut akan diuraikan sebagai berikut: Pertama, melalui kegiatan ekstrakulikuler. Menurut Mulyasa, “Kegiatan ekstra kurikuler yang sering disebut juga ekskul merupakan kegiatan tambahan disuatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler.”53
50
Iskandar Agung, dkk, Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru, (Jakarta: Bee Media Pustaka, 2014) Cet I, h.40 51 Musfah, Op.Cit,. h.42 52 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.111 53 Ibid, h. 111
28
Kedua, melalui pengayaan atau remedial. Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam belajar sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar. dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang dilaksanakan untuk mengidentifikasikan jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan
belajar,
menemukan
faktor-faktor
penyebabnya,
dan
kemudian mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah kesulitan
belajar,
baik
dengan
cara
pencegahan
maupun
penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif.54 Ketiga, melalui bimbingan dan konseling. Menurut Jones, “Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving problems”.55 Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi: Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinyasehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan 56 tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat. Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Soetjipto, konseling adalah: Suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
54
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) Cet. VI, h.237 55 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h.61 56 Ibid, h.62
29
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.57
3. Prinsip-Prinsip Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Hamzah B. Uno dalam buku Perencanaan Pembelajaran, menjelaskan prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. d) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. e) Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. f) mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. 58 Pandangan lain dikemukakan Wina Sanjaya, menurutnya prinsipprisip mengajar yakni: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Berorientasi pada tujuan Aktifitas Individualitas Integritas Interaktif Inspiratif Menyenangkan Menantang Motivasi.59 Dari urian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi guru
untuk memperhatikan prinsip-prinsip
mengajar. hal ini dilakukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu guru wajib memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan persepsi yang benar terhadap proses pembelajaran yang akan, sedang maupun yang telah dilakukan.
57
Ibid, h. 63 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Bumi Aksara, 2012) h. 7 59 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011) h.224-228 58
30
4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik Pengawasan dalam bidang pendidikan menunjukan karakteristik khas mengandung konsep supervisi yang kental dengan adanya tugas pembinaan. Menjadi keliru dan menyalahi aturan, apabila mekanisme kerja pengawas hanya memantau,
memeriksa dan
melaporkan saja karena esensi
pengawasan dibidang pendidikan terletak pada unsur pembinaan.60 Dalam praktik pengawasan pendidikan, pengawas fungsional memiliki tugas membina dan mengembangkan karier para guru dan staf lainnya serta membantu memecahkan masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara professional.61 Pengawas
sekolah
memiliki
banyak
kegiatan
dalam
rangka
menjalankan tugas profesinya sebagai pengawas. Kegiatan pengawas sekolah diantaranya terdiri atas pengembangan profesionalitas, pengawasan akademik dan manajerial, pengembangan profesi dan pelaksanaan kegiatan penunjang pengawas sekolah.62 Pembinaan yang diberikan pengawas sekolah kepada guru binaannya harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam. Dasar
pengawas
melakukan
pembinaan
adalah
silabus
dan
perencanaan program pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sendiri oleh guru. Dalam praktiknya pengawas mampu mereview silabus dan RPP yang disusun oleh guru. Pengawas mampu menempatkan model dan strategi mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi yng tertuang dalam RPP guru. Kemudian pengawas mampu membantu guru memperhatikan keragaman potensi peserta didiknya.63 Ada beberapa teknik pengawasan yang dilakukan pada saat melakukan pembinaan kompetensi pedagogik, yaitu :
60
Engkoswara, Op.Cit., h.225. Ibid, hlm.228 62 Aedi, Op.Cit., h.133 63 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet II, h.157 61
31
Pertama, melakukan kunjungan kelas. Menurut Yahya, kunjungan kelas adalah: Suatu kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam suatu kelas pada saat guru sedang mengajar, dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan mengatasi masalah/kesulitan dalam mengadakan kegiatan pembelajaran. kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru tersebut mengajar.64 Selanjutnya Sagala menjelaskan, teknik kunjungan kelas bertujuan “untuk membantu guru yang belum berpengalaman mengatasi kesulitan dalam mengajar. kemudian membantu guru yang berpengalaman untuk mengetahui kekeliruan yang dibuatnya dalam mengajar”.65 Kedua, melakukan Pertemuan Pribadi. Individual conference atau percakapan pribadi adalah percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru.66 Secara lebih luas, Sagala menjelaskan “percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru.” Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.67 Menurut Engkoswara, setelah melakukan observasi kelas, supervisor melakukan pertemuan pribadi berupa percakapan, dialog atau tukar pikiran tentang temuan-temuan observasi.68 Ketiga, Melakukan rapat antara supervisor dan para guru di sekolah. Saat supervisor menemukan beberapa permasalahan yang sama dihadapi hampir seluruh guru, maka sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan 64
Yahya, Supervisi Pendidikan Metamorfosis Kepemimpinan (to Help to Change), (Padang: UNP Press Padang, 2011) h.72 65 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h.187 66 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) Cet. I, h.73 67 Sagala, Op.Cit,. h. 190 68 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h.230
32
individual, oleh karena itu akan dibahas dalam rapat guru. 69 Rapat antara supervisor dan para guru biasanya untuk membicarakan masalah-masalah umum
yang
menyangkut
perbaikan
dan
atau
peningkatan
mutu
pendidikan.70 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengawasan dalam pembinaan kompetensi pedagogik mengarah pada kegiatan pengajaran yang dilakukan guru. Proses pembinaan ini meliputi bimbingan kepada guru dalam memahami berbagai macam karakteristik peserta didik serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Selain itu, proses pembinaan ini juga mengarah kepada proses pembuatan RPP dan pelaksanaan pengajaran yang dilaksanakan dikelas. Untuk memulai pembinaan, pengawas sekolah dapat mengumpulkan data tersebut dengan melakukan teknik pengawasan yaitu melakukan kunjungan kelas, pertemuan pribadi dan rapat guru. Apabila pembinaan ini dilakukan secara baik maka dapat dipastikan kompetensi pedagogik guru pun akan menunjukan kualitasnya.
C. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, referensi tersebut antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Latif Rusdi yang berkaitang dengan pengawas sekolah yang berjudul “Peran Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5 Cilincing Jakarta Utara.” Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini ini telah menunjukan perbedaan denga penelitian penulis, perbedaanya terletak pada fokus penelitiannya. Pada penelitian Latifa Rusdi, ia membahas
69
Ibid, h.230 TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) h.317 70
33
mengenai bagaimana Peran Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini mencangkup secara luas yaitu bagaimana peran pengawas madrasah untuk meningkatkan mutu sekolah dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan. selain itu, penelitian ini tertuju hanya pada sekolah berbasis madrasah. sedangkan penlitian yang penulis buat hanya terfokus pada peran pengawas dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru saja.71 2. Penelitian yang dilakukan Anas Rupaedi yang berjudul “Peran Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Indramayu”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Administrasi Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia. Seperti pada penelitian yang sebelumnya, penelitian ini juga terfokus pada peningkatan mutu pendidikan. namun penelitian ini tertuju pada Sekolah Menengah Kejuruan. Berbeda dengan penelitian yang penulis tulis, fokus penelitian tertuju pada pembinaan kompetensi pedagogik guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah.72 3. Penelitian yang dilakukan David Ragil Saputra yang berjudul “Pengelolaan Supervisi
Akademik
oleh
Pengawas
Sekolah
Dasar
Se-Kabupaten
Temanggung. Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini terfokus untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas sekolah, namun berbeda dengan penelitian penulis terfokus untuk mengetahui bagaimana peran pengawas dalam pembinaan kompetensi pedagogik.73
71
Latif Rusdi, Peran Pengawas Madraah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5 Cilingcing, Jakarta Utara, Skripsi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. 72
Anas Rupaedi, Peranan Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Indramayu, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Jakarta, 2012. 73 David Ragil Saputra, Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah Dasar SeKabupaten Temanggung, Skripsi Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2011.
34
D. Kerangka Berpikir Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka pikir sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik. Kondisi nyata SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN dalam pembinaan pedagogik yang dilakukan pengawas sekolah meliputi masih terlihat jarangnya pengawas sekolah melakukan kunjungan karena terlalu banyak sekolah yang dibina, pengawas hanya melakukan pemeriksaan tanpa melakukan pembinaan pada saat kunjungan ke sekolah, dan kualitas mengajar guru yang tidak sesuai dengan standar kompetensi guru. Dalam peningkatan kompetensi guru, pengawas sekolah adalah pemegang peran paling penting. Salah satu kegiatan pengawasan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu dengan melakukan pembinaan. Dengan melakukan pembinaan, pengawas sekolah diharapkan dapat melakukan bimbingan kepada guru yang ditujukan pada perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Namun dengan melihat perbedaan kondisi nyata dari harapan di atas, maka diduga masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yaitu belum optimalnya peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik, sehingga membutuhkan strategi-strategi untuk mengoptimalkan pembinaan kompetensi pedagogik, diantaranya: 1. Mengikuti pelatihan atau workhop 2. Melakukan kunjungan kelas 3. Melakukan Individual Conference 4. Mengadakan rapat antara pengawas dan para guru Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas, diutarakan lagi dalam bentuk diagram sebagai berikut:
35
GAMBAR 2.1 Diagram Kerangka Berpikir
Proses
INPUT
Output
Kondisi nyata
Masalah
Strategi
Hasil
1. Jumlah sekolah yang dibina terlalu banyak. 2. Pengawas hanya melakukan pemeriksaan tanpa melakukan pembinaan pada saat kunjungan ke sekolah. 3. Terdapat pengawas yang tidak kompeten. 4. Pengawas dan guru tidak kooperatif. 5. Kualitas mengajar guru tidak sesuai dengan standar kompetensi guru. 6. Bagi guru mengajar hanya menjadi rutinitas tanpa melakukan evaluasi. 7. Guru tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan teknologi. 8. Guru tidak mengupdate ilmunya. 9. Guru tidak kreatif dalam proses mengajar
Belum optimalnya peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik
1. Mengadakan workshop atau pelatihan. 2. Meningkatkan jumlah observasi kelas 3. Meningkatkan supervisi akademik dan manajerial. 4. Mengadakan seminar atau lokakarya 5. Melakukan studi banding.
Meningkatnya kompetensi pedagogik guru
FEEDBACK
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN yang beralamat di Jalan Benda Timur XI Komplek Pamulang Permai II, Pamulang-Tangerang Selatan, Banten. Adapun waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan November 2016 dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian BULAN NO
KEGIATAN
1
Observasi awal
2
Bimbingan Bab 1-3
3
Pengumpula n data
4
Pelaksanaan Penelitian
5
Pengolahan data
6
Bimbingan Bab 4-5
7
Uji Referensi
8
Munaqosah
F E B R U A R I
M A R E T
A P R I L
M E I
J U N I
36
J U L I
A G U S T U S
KET S E P T E M B E R
O K T O B E R
N O V E M B E R
D E S E M B E R
J A N U A R I
37
B. Metode Penelitian Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, maka fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan.
C. Sumber Data Sesuai fokus dan sifat penelitian maka dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu : 1.
Sumber data primer yaitu, merupakan data langsung yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah, kepala sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan 4 Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
2.
Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumen SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, buku, jurnal dan peraturan perundang-undangan merupakan sumber data sekunder.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. 1.
Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait dengan tujuan dan manfaat pengawasan, sasaran pengawasan, ruang
38
lingkup pengawasan, materi dan metode pengawasan, kualifikasi pengawas, manfaat pengawasan, dan tugas pokok pengawas. Wawancara dilakukan dengan Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan 4 Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari guru biologi, guru ekonomi, guru bahasa indonesia dan guru seni budaya.
2.
Observasi Metode observasi yang digunakan yakni observasi langsung dengan menggunakan panduan pengamatan. Observasi digunakan untuk memperoleh
data
mengenai
kompetensi
pedagogik,
bentuk-bentuk
kehadiran
kegiatan
pengawas
pembinaan
sekolah,
strategi
pengawasan yang diterapkan, saran dan media yang digunakan, penilaian secara langsung serta sikap dan perilaku pengawas dan guru yang dibina.
3.
Studi Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal berupa catatan kegiatan pembinaan, pedoman pengawasan dan laporan
hasil
pengawasan.
Studi
dokumentasi
digunakan
untuk
memperoleh tentang profil sekolah, visi dan misi, data kepala sekolah dan data tentang keadaan guru, data pengawas sekolah, jadwal kunjungan pengawas sekolah dan kegiatan pembinaan, instrumen kegiatan pembinaan, dokumen/hasil laporan pembinaan pengawasan. Dokumendokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian
E. Teknik Pengolahan Data Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang dilakukan secara rinci adalah sebagai berikut :
39
1. Reduksi Data Langkah
ini
memfokuskan,
berkaitan
erat
dengan
menyederhanakan,
proses
menyeleksi,
mengabstraksikan,
dan
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. Peneliti mengelompokkan data berdasarkan hasil yang di dapat dari para informan.
2. Penyajian Data Dalam penyajian data peneliti dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.
3. Penarikan kesimpulan Peneliti mengambil kesimpulan melalui analis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga terdapat persamaan dan perbedaan lalu data dapat disimpulkan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data dilapangan, dengan cara merefleksikan kembali.74
F. Kisi-Kisi Instrumen Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara NO 1
VARIABEL Peran Pengawas 1.1
74
224-225
DIMENSI Pengawas 1.1.1
INDIKATOR Latar belakang pengawas
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Ciputat: Mega Mall, 2013) h.
40
Sekolah
Sekolah
sekolah
( latar belakang
pendidikan,
pengalaman
kerja, beban kerja) 1.1.2
Tugas pokok pengawas sekolah
a. Melakukan pengawasan (Supervisi
akademik
&
supervisi manajerial) b. Melakukan pembinaan ( Pembinaan struktur dan tidak
struktur,
frekuensi
pembinaan,
metode
pembinaan,
materi-materi
pembinaan) c. Melakukan penilaian/evaluasi ( kinerja guru, penilaian terhadap rpp) 1.1.3
Strategi pengawasan yang dilakukan.
1.1.4
Hambatan dan tantangan pengawasan.
2
Kompetensi Pedagogik
2.1 Guru
2.1.1 Latar belakang guru (latar belakang
pendidikan,
pengalaman kerja)
41
2.1.2
Aspek utama kompetensi pedagogik
a.
Pemahaman
terhadap
peserta didik. (
mengenali
karakter
sifat
dan
siswa,
menemukan
dapat
bakat
dan
potensi siswa) b.
Keterampilan RPP
dan
membuat
keterampilan
menerapkan
RPP
dalam
proses pembelajaran. (
mampu
merumuskan
indikator, dapat membatasi ruang
lingkup
penguasaan
materi, pemilihan
metode pembelajaran serta pemilihan
sumber
dan
media belajar, penentuan jenis evaluasi). d. mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
42
dimiliki. (
menjadi
model
bagi
siswa, memberi ruang atau kesempatan agar potensi dan
bakat
dapat
berkembang, siswa
mendorong
untuk
mengikuti
berbabagi olimpiade).
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Intrumen Observasi NO 1
VARIABEL Peran Sekolah
Pengawas 1.1
DIMENSI
INDIKATOR
Kegiatan 1.1.1 Pembinaan
Bentuk-bentuk pembinaan
kegiatan kompetensi
pedagogik (supervisi
akademik
supervisi
dan
manajerial,
pembinaan struktur dan tidak terstruktur) 1.1.2
Kehadiran pengawas ke sekolah
untuk
melakukan
pengawasan. 1.1.3
Tujuan
dan
manfaat
pembinaan. 1.1.4
Kinerja pengawas dan guru yang dibina ( Konsistensi kehadiran,
kesungguhan
43
bekerja dan tanggung jawab) 2
Kompetensi
2.1
Strategi 2.1.1
Pedagogik
Pembinaan
Strategi yang diterapkan dalam
melakukan
pembinaan. (
mengadakan
workshop/pelatihan, meningkatkan akademik
dan
meningkatkan
supervisi manajerial, jumlah
observasi kelas)
Tabel 3.4 Daftar Ceklis Studi Dokumentasi NO
DOKUMEN
ADA
TIDAK ADA
1
Dokumen profil sekolah
2
Data profil pengawas sekolah
3
Data profil kepala sekolah
4
Data keadaan guru
5
Jadwal
kunjungan
pengawas
sekolah 6
Program kerja pengawas
7
Daftar hadir pengawas sekolah
8
Jadwal kegiatan pembinaan
KET
44
9
Instrumen kegiatan pembinaan
10
Dokumen/hasil pembinaan
laporan
BAB IV HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.
Profil Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Pengangkatan seorang pengawas sekolah dilaksanakan melalui penunjukan yang dilakukan oleh pejabat yang berwewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangangan. Pejabat yang berwenang tersebut ialah Bupati atau Walikota di daerah tersebut. Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Pasal 1 menyatakan bahwa untuk dapat diangkat sebagai pengawas sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar pengawas sekolah/madrasah yang berlaku secara
nasional.
Standar
pengawas
sekolah/madrasah
tersebut
mencangkup kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas sekolah merupakan perpanjangan tangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten atau Kota. Ditinjau dari struktur keorganisasian, kedudukan pengawas sekolah merupakan kelompok jabatan fungsional yang langsung dibawah garis komando kepala Dinas Pendidikan. Berikut ini adalah struktur organisasi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan :
45
46
Gambar 4.1 Struktur Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
Khusus pendidikan tingkat menengah atas, Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan memiliki 4 pengawas sekolah. Namun sesuai dengan fokus penelitian hanya 1 pengawas sekolah yang akan diteliti sesuai dengan sekolah binaannya yang menjadi lokasi penelitian. Berikut ini adalah profil pengawas sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan : Nama Pengawas
:
Iis Nurhayati, M.Pd
NIP
:
19690429 1999201 2 001
Pangkat/Golongan
:
Pengawas Madya/IV a
Jabatan
:
Pengawas SMA
Unit Kerja
:
Dinas Pendidikan Tangerang Selatan
Latar belakang Pendidikan :
47
a. S1 Pendidikan Biologi (Universitas Negeri Jakarta) b. S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Universitas Negeri Jakarta) c. S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Sedang Berjalan Karier dimulai pada tahun 1990 menjadi Guru Biologi lalu diangkat menjadi pengawas sekolah pada tahun 2009-Sekarang. Selain melaksanakan tugasnya sebagai pengawas sekolah, Iis Nurhayati juga berkontribusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Pengembang dan Narasumber untuk workshop dalam tingkat nasional.
2.
Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Nama Sekolah
:
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NPSN / NSS
:
20603368 / 301300409004
Status Akreditasi
:
A
Alamat Lengkap
:
Jl. Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai II, RT 7/RW 14, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Tangerang SelatanBanten, 15416.
No. Telp
:
021 – 74633772
Website
:
http://www.sman3tangsel.sch.id
Secara geografis SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan berlokasi dalam lingkungan yang padat dan cukup ramai. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan berada dalam lingkungan pemukiman penduduk. Jarak SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sekitar ±20m dari jalan raya Pamulang Permai II, sehingga lingkungan sekolah cukup ramai dari banyaknya
kendaraan
yang
lewat
ataupun
kegiatan
penduduk sekitar yang terkadang mengganggu kegiatan proses KBM. Akses jalan menuju SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan cukup strategis. Jika dari arah jalan raya Ciputat dapat mengikuti jalur menuju ke arah Pamulang II. Apabila menggunakan akses/rute tol, maka dapat menggunakan jalur tol Jakarta-BSD. Letak SMA Negeri 3
48
Kota Tangerang Selatan hanya sekitar 5 km setelah keluar tol BSD. Tidak jauh dari SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sekitar 2 km terdapat Kantor Walikota Tangerang Selatan yang menjadi pusat pemerintahan Kota Tangerang Selatan.
3. Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Pada tahun 1987 wilayah pamulang masih termasuk bagian wilayah Kecamatan Ciputat, masih merupakan wilayah Kemantren Pamulang. Saat itu dibangun pemukiman penduduk berskala luas yaitu Perumahan Pamulang Permai II. Pertambahan kepadatan penduduk Kecamatan Ciputat khususnya disekitar wilayah Pamulang menuntut bertambahnya pula sarana pendidikan khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Dengan bantuan berbagai pihak dan rekomendasi dari pemerintah Kabupaten Tangerang (Surat Persetujuan Penggunaan Tanah Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/1988 tertanggal 2 Juli 1988) akhirnya pihak pengembangan Perumahan Pamulang Permai II menyetujui sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah sekolah. Diatas tanah kurang lebih seluas 4870 m2 mulailah dibangun sebuah sekolah dan pada tanggal 17 Oktober 1991 bernama SMA Negeri 2 Ciputat filial atau kelas jauh SMA Negeri 1 Pamulang. Dipimpin oleh Ibu Hj. Siti Aisyah, BA (alm) dengan pelaksana hariannya adalah Bapak Drs. A. Rifaie’ Sirath. Waktu itu baru berjumlah 12 kelas yaitu 4 Kelas I, 4 Kelas II dan 4 Kelas III. Tahun 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah dimana wilayah pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri
yaitu Kecamatan
Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tak cocok lagi karena berada di wilayah Kecamatan Pamulang. Berkat dukungan beberapa pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA Negeri 2 Ciputat filial berubah namanya menjadi SMA Negeri 1 Pamulang. SK Pendirian ini ditandatangani
baru pada tanggal 5 Juni 1992 dan
49
dijadikan landasan berdirinya SMA Negeri 1 Pamulang yaitu bulan Juni 1992. SMA Negeri 1 Pamulang berturut-turut dipimpin oleh Saeran, BA (1992-1995), Dra. Hj. Sudarsih Ishak (1995-1998), Drs. Suhaya, MM (1998-2001), Drs. Suparjo Adang Afandi (2001-2003), dan Drs. Dedi Rafidi (2003-2009). Setelah
adanya
pemekaran
tahun
2008,
pemerintah Kota
Tangerang Selatan mengubah seluruh nama sekolah negeri dan diurutkan berdasarkan kelahirannya. Oleh karena itu SMA Negeri 1 Pamulang yang merupak sekolah tingkat atas tertua ke-3 di wilayah Kota Tangerang Selatan berganti menjadi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sesuai peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 10 tahun 2009 tentang Perubahan Nama Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) dan Sekolah
Menengaj Kejuruan Negeri (SMKN) di lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang Selatan.75
4.
Visi dan Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Di bawah ini dapat dilihat visi dan misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebagai berikut : a. Visi : Menjadi sekolah terunggul berwawasan nasional, bersaing secara internasional dan religius. b. Misi : 1) Mewujudkan pencapaian delapan standar nasional pendidikan. 2) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien berbasis global (berbasis ICT) dan berpijak pada budaya bangsa. 3) Menerapkan Information dan Communication Technology dan bahasa 75
internasional
dalam
proses
pembelajaran
Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Tahun 2010 , h. 18
dan
50
pengelolaan sekolah. 4) Menyelenggarakan pendidikan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan mutu pendidikan. 5) Menyiapkan
peserta
didik
untuk
mampu
bersaing secara
nasional dan internasional. 6) Mengembangkan jejaring nasional dan internasional yang luas. 7) Menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan IPTEK dan IMTAK. 8) Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya bangsa serta implementasinya dalam kehidupan nyata. 9) Menumbuhkan sikap
belajar sepanjang hayat
bagi
warga
sekolah. 76
5.
Tenaga Pendidik SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Dalam pembelajaran ataupun kegiatan belajar mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan guru, karena guru merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tenaga pendidik yang kompeten sesuai dengan bidangnya masing-masing. Total jumlah tenaga pendidiknya adalah 64 orang yang rata-rata lulusan S1 dan S2, dengan latar belakang pendidikan lulusan
S1 sebanyak 48 orang dan lulusan S2
sebanyak 19 orang. Selain yang berpendidikan S1 dan S2 terdapat juga yang berlatar belakang lulusan D3 dan SMA, masing- masing berjumlah 1 orang. Dengan banyaknya jumlah guru yang ada di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, diharapkan guru dapat membimbing dan memberi teladan bagi siswa. Adapun secara rinci mengenai data pendidik dapat dilihat pada lampiran 10.77
76
77
Ibid, h.3 Soft File Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
51
6.
Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Di dalam penyelenggaraan pendidikan dibutuhkan tenaga yang berperan dalam manajemen sekolah yaitu tenaga kependidikan. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tenaga kependidikan yang kompeten dalam bidang manajemen sekolah. Jumlah tenaga kependidiknya yaitu total 24 orang, dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak 6 orang, lulusan SMA sebanyak 12 orang, lulusan SMP 3 orang dan lulusan SD 1 orang. Sebanyak 22 orang menjadi tenaga administrasi sekolah sedangkan 2 orang lainnya berlatar belakang pendidikan S1 menjabat sebagai pustakawan di Perpustakaan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Adapun secara rinci mengenai data pendidik dapat dilihat dilampiran 11.78
7.
Keadaan Siswa Adapun jumlah
siswa pada tahun ajaran tahun 2016/2017 di SMA
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yaitu sebanyak 869 siswa. Yang terdiri dari jumlah siswa kelas X sebanyak 360 siswa, siswa kelas XI 291 siswa dan siswa kelas XII 272 siswa. Untuk jumlah rombongan belajar setiap angkatan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yaitu terdiri dari 8 kelas. Setiap kelasnya teridiri dari 23-44 siswa.79
8.
Fasilitas SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki sarana prasarana yang cukup memadai dan
menunjang proses pendidikan. Keberadaan sarana
prasarana ini sangat mendukung kegiatan belajar siswa sehingga siswa merasa nyaman dan dapat menyerap pelajaran dengan baik. Adapun kondisi sarana prasarana dapat dilihat sebagai berikut :
78 79
Ibid
Ibid
52
Tabel 4.1 Keadaan Fasilitas di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan NO RUANG
JUMLAH BAIK
KURANG KETERANGAN
1
Masjid
1
√
Memadai, Bersih.
2
Ruang
Kepala 1
√
Sangat
Sekolah
Luas
dan
Rapih
3
Ruang Wakasek
1
√
Bersih dan terawat
4
Ruang Guru
1
√
Luas dan Rapih
5
Ruang Tata Usaha
1
√
Luas dan Rapih
6
Ruang
Bimbingan 1
√
Memadai dan Terawat
√
Tidak
dan Konseling 7
Aula
1
terlalu
luas
namun bersih. 8
Perpustakaan
1
√
Memadai dan rapih
9
Koperasi
1
√
Ruangannya
kecil
namun bersih 10
Kantin
1
√
Memadai dan bersih
11
Lab. IPA
1
√
Terawat
12
Lab. Bahasa
1
√
Terawat
13
Lab. Komputer
2
√
Terawat
14
Lapangan Olahraga
1
√
Cukup Luas
15
Ruang Kelas
24
√
Luas dan Bersih
53
16
Ruang Osis
1
√
Tidak
terlalu
luas
namun rapih 17
Ruang Seni
1
√
Luas dan lengkap
18
Ruang Ekskul
1
√
Terawat
19
Ruang UKS
1
√
Memadai dan bersih
20
TRRC
1
√
Rapih dan bersih
21
Ruang Unit Produksi
1
√
Terawat
22
Ruang Arsip
1
√
Terawat dan Rapih
23
Ruang
/ 1
√
Terawat
Penjaga
Keamanan 24
Toilet Siswa
4
√
Bersih
25
Toilet Guru
2
√
Bersih
26
Dapur
1
√
Bersih dan Rapih
27
Gudang
1
√
Kurang Rapih
Sumber : Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Tahun 2015
B. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber data yang dilengkapi dengan hasil observasi dan studi dokumentasi maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1. Tugas dan Beban Kerja Pengawas Sekolah Jabatan pengawas sekolah merupakan jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Pengawas sekolah juga memiliki kedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan
54
manajerial dengan sejumlah tugas pokok dan rinciannya pada sejumlah sekolah binaan yang telah ditetapkan.80 Senada dengan uraian diatas, Iis Nurhayati selaku Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan menjelaskan bahwa Tugas pengawas itu yang terpenting adalah supervisi akademik dan manajerial. Sedangkan tinjauan kegiatannya yaitu adalah pemantauan, pembinaan, penilaian dan pembimbingan pelatihan profesional.81 Selaku kepala sekolah, Bapak Sopandy berpendapat bahwa secara ekstern pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan itu harusnya sesuai mata pelajaran.82 Namun hal ini tidak didukung dengan jumlah ketersedian pengawas sekolah yang dimiliki Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan yang hanya memiliki 4 Pengawas Sekolah untuk tingkat Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu, tugas kepengawasan tidak terlalu menukik kepada mata pelajaran dan cenderung
ke
manajemen
sekolah.
Selanjutnya
Bapak
Sopandy
menambahkan : Mekanismenya tugas pengawas sekolah memantau berbagai kegiatan yang ada disekolah serta memantau dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru. selain itu, membimbing guru juga termasuk dalam kegiatan pengawasan. Contohnya, menjelang ujian nasional pengawas sekolah mengarahkan supaya sekolah membuat program sesuai dengan Peraturan Menteri yang berlaku. Kemudian setiap semester guru-guru diwajibkan untuk membuat RPP, yang kemudian kelengkapan administrasi guru tersebut akan di check oleh pengawas sekolah.83 Apabila berbicara mengenai tugas maka akan ada kaitannya dengan beban kerja. Beban kerja pengawas sekolah adalah 37,5 (tiga puluh tujuh setengah) jam perminggu di dalamnya termasuk pelaksanaan 80
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Kerja Pengawas Sekolah, (Jakarta: 2015) h. 5 81 Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016 82 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 83 Ibid
55
pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di sekolah binaan. Jumlah sekolah yang harus dibina untuk setiap pengawas satuan pendidikan paling sedikit 7 dengan jumlah guru yang harus dibina paling sedikit 40 guru mata pelajaran.84 Faktanya dilapangan, Iis Nurhayati selaku pengawas sekolah menjelaskan bahwa : Mengenai banyaknya sekolah yang dibina maka merujuk pada beban kerja. Karena pengawas itu adalah PNS dengan beban kerjanya 37,5 jam sama dengan PNS yang lain, namun sasaran pengawasan kita itu dasarnya adalah jumlah sekolah. secara aturan jumlah sekolah yang harus dibina oleh pengawas itu adalah minimal 7 sekolah dan minimal 40 guru. Kebetulan di Kota Tangerang Selatan jumlah pengawas sekolah itu sedikit sehingga saya harus membina 15 sekolah dengan guru seluruhnya yang ada di 15 sekolah tersebut ditambah dengan kegiatan saya juga berkontribusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai narasumber dan pengembang, sehingga beban kerja cukup tinggi.85 Selanjutnya, akan ditampilkan perbandingan mengenai tugas dan beban pengawas sekolah berdasarkan TUPOKSI pengawas sekolah dengan penerapan disekolah. Data yang terdapat pada kolom penerapan diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Tabel 4.2 Tugas dan Beban Pengawas Sekolah NO TUPOKSI
PENERAPAN DI SEKOLAH
1
Tugas pengawas sekolah sesuai di
Tugas Pengawas Sekolah : Secara
umum
tugas
pokok
lapangan :
Pengawas Sekolah meliputi tugas a. Pengawas pengawasan 84
akademik
dan
sekolah
telah
melaksanakan pembuatan program
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Pasal 5 Ayat 1 & 2 85 Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
56
manajerial yang meliputi: a. penyusunan
kepengawasan yang terdiri dari program
pengawasan;
pelaksanaan
delapan Standar Nasional Pendidikan;
e. pembimbingan
dan
pelatihan profesional Guru; f. evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan; dan g. pelaksanaan
khusus.
tahunan,
program
pengawasan
semester,
dan
rencana
kepengawasan
manajerial. b. Pengawas
sekolah
telah
melaksanakan kegiatan pembinaan
d. penilaian;
kepengawasan
pengawasan
rencana kepengawasan akademik,
b. pelaksanaan pembinaan; c. pemantauan
program
tugas di
daerah
melalui
dialog
kajian
masalah
pendidikan dan perkembangannya serta
implementasinya
dalam
upaya meningkatkan kemampuan profesional guru. c. Pengawas
sekolah
melakukan
kunjungan ke SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Selatan
melakukan
monitoring
evaluasi
8
Standar
untuk dan
Nasional
Pendidikan. d. Pengawas sekolah melaksanakan penilaian dengan sasaran menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staff e. Pembimbingan
dan
pelatihan
profesional
guru
dilaksanakan
pengawas
sekolah
dengan
memberikan
arahan,
bimbingan
dan pelatihan, contoh atau saran dalam
pelaksanaan
pendidikan
disekolah. f. Pengawas
sekolah
membuat
57
laporan
perkembangan
kepengawasan untuk dilaporkan ke Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota, Pendidikan
Dinas Provinsi
dan
Depdiknas sebagai hasil evaluasi program pendidikan. g. Pengawas
sekolah
melakukan
pengawasan di 15 sekolah. 2
Beban Kerja : Dalam
Beban sesuai di lapangan :
melaksanakan
tugas, Sesuai dengan kebijakan, beban kerja
Pengawas Sekolah harus mampu sebanyak 37,5 jam perminggu telah mengelola waktu secara efektif
dilaksanakan oleh pengawas sekolah.
dan efisien dan sesuai beban kerja Menurut pengawas sekolah, 37,5 jam sebanyak 37,5 jam per minggu @ perminggu itu bukan by school tetapi 60 menit.Beban kerja tersebut di sesuai dalamnya
penyusunan sekolah
termasuk
program pengawasan, pelaksanaan program melaksanakan
pengawasan, evaluasi
program
pengawasan dan pelatihan
dengan binaan
namun
untuk
minimal
sasaran
yaitu
sekolah.
7
perminggunya,
pengawas sekolah dapat melakukan kunjungan kepengawasan terhadap 4 sekolah.
profesional guru dan/atau kepala sekolah. Beban kerja selama 37,5 jam per minggu dapat dipenuhi melalui kegiatan tatap muka dan non tatap muka. 3
Sasaran pengawasan : Untuk tingkat sekolah menengah
Sasaran lapangan :
pengawasan
sesuai
di
58
atas maka sasaran pengawasannya Karena
keterbatasan
pengawas
yaitu minimal 7 sekolah binaan sekolah yang ada di Kota Tangerang dengan jumlah guru sebanyak 40.
Selatan maka pengawas sekolah harus membina 15 sekolah dengan jumlah seluruh guru yang dimiliki sekolah tersebut.
Sumber :
Sumber :
Buku Kerja Pengawas Sekolah tahun 2015
Hasil wawancara dan observasi tahun 2016
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar tugas pengawas sekolah telah terlaksana dengan baik berdasarkan TUPOKSI.
Dengan
adanya
pekerjaan
tambahan
diluar
tugas
kepengawasan, pengawas sekolah terus berusaha untuk mengatur waktu agar tugasnya sebagai pengawas sekolah terutama dalam melakukan pembinaan bagi guru dapat tercapai sesuai target dan ketentuan beban kerja.
2. Strategi Pembinaan Kepengawasan Dalam proses pembinaan, strategi merupakan faktor penting dalam pelaksanaannya guna menghasilkan pembinaan yang berkualitas. Strategi tersebut antara lain melalui : a) Supervisi akademik Pengawas sekolah melakukan supervisi akademik dalam rangka membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran. Ada beberapa hal penting yang dapat dilihat sebagai keberhasilan dari kegiatan supervisi akademik ini, yaitu guru mampu memahami karakteristik peserta didik, guru mampu merancang perencanaan pembelajaran serta mengembangkan potensi siswa.
mampu
59
Karakteristik siswa merupakan bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar. Selaku Guru Biologi, ibu Juriah berpendapat : Setelah terjadi pertemuan beberapa kali dalam proses KBM, saya dapat membaca karakteristik anak-anak. Ada yang kalau kita sedang menjelaskan materi mereka mendengarkan namun pura-pura diam itu sudah terbaca berarti anak itu tidak suka kalau belajar dengan mendengar, dia lebih senang kalau dengan mengamati langsung namun ada juga yang suka dengan cara mendengar belajarnya, jadi karakteristik anak itu bervariatif karakteristiknya. Oleh karena itu saya sebagai guru tidak boleh menggunakan metode ceramah saja.86 Sedangkan menurut Guru Bahasa Indonesia, Ibu Kamron menjelaskan
bahwa
Karakteristik
siswa
dapat
dilihat
dari
kemampuan awal siswa, latar belakang budaya siswa, gaya belajar siswa, dan sebagainya.87
Penguasaan guru dalam memahami
karakterik siswa diharapkan dapat mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Hal ini dikarenakan perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah dan mata pelajaran. dengan kemampuan tersebut guru akan mudah menentukan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selaku Guru Ekonomi, Ibu Tri Wuriyatini menuturkan: Kemampuan guru dalam menguasai perencanaan dan pelaksaan pembelajaran dapat dilihat dalam pembuatan RPP. Di dalam RPP guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan dapat memotivasi mereka untuk belajar. Selain itu Ibu Juriah menambahkan : 86
Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
87
Juli 2016
Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
60
Sesuai dengan tuntutan KD, dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terfokus dengan satu metode saja. Oleh karena itu saat proses KBM ada beberapa metode pengajaran yang saya gunakan sesuai kegiatan pembelajaran biologi. Ini salah satu langkah pengembangakan proses KBM yang saya lakukan agar siswa tidak mudah bosan pada saat belajar. biasanya saya menerapkan metode diskusi selain itu juga ada metode eksperimen seperti pengamatan lingkungan atau turun kelapangan untuk melihat ekosistem. Model pembelajaran yang saya terapkan juga berbeda-beda, seperti Discover Lerning atau Project Based Learning.88 Selanjutnya, dalam pengembangan potensi siswa, guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan juga menjadi motivator terbesar bagi siswanya sehingga siswa semaksimal mungkin dapat mengembangkan potensinya. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah dengan cara guru menggiring siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang ada disekolah. Selain itu, di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan juga memiliki Program Bakat Istimewa, yang dilaksanakan pada saat seleksi masuk sekolah. Program ini dibuat sebagai salah satu kegiatan pengembangan potensi, dimana siswa yang memiliki bakat maka mereka diberikan kesempatan untuk masuk ke SMA Negeri 3 Tangerang Selatan melalui jalur Bakat Istimewa. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan oleh Ibu Kamron selaku guru Bahasa Indonesia, menurut beliau untuk mengenali potensi siswa, kita dapat melihatnya pada proses pembelajaran, akan banyak terlihat siswa-siswa yang aktif dan pasif. Selain itu bisa juga dilihat
ketika
Selanjutnya,
siswa
selaku
mengikuti
guru
Seni
kegiatan ekstrakulikuler.89 Budaya,
Ibu
Rusmanelly
menambahkan menurut beliau : Karena saya guru seni dan saya mengajarnya seni budaya, dalam hal ini saya paling mudah menemukan potensi anak. 88
Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016 Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25 Juli 2016 89
61
Karena dalam setiap materi seni saya dapat melihat bakat- bakat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam materi seni lukis, maka saya bisa melihat siswa mana yang pandai melukis, begitu pula pada materi seni tari atau musik, dalam proses pembelajarannya saya dapat mengenali potensi siswa yang memiliki bakat menari dan bernyanyi.90 Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dijelaskan bahwa kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sudah dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari kualitas yang dimiliki guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang mampu mengenali karakteristik siswa sehingga guru dapat merancang perencanaan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik. b) Supervisi Manajerial Pengawas sekolah melakukan supervisi manajerial untuk memberikan pembinaan, penilaian dan bimbingan mulai dari rencana program,
proses
sampai
dengan
hasil.
Supervisi
manajerial
menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Supervisi manajerial dilakukan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan perangkat administrasi guru seperti RPP. Menurut Ibu Juriah : Setiap semester guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan wajib untuk membuat RPP, paling tidak RPP yang sebelumnya diperbarui atau di modifikasi. Dalam proses pembuatannya kami juga sharing bersama guru-guru MGMP. Pada saat mengajar RPP juga wajib dibawa namun RPP tersebut tidak dicetak melainkan berbentuk file yang disimpan di laptop atau flashdisk.91 Selaku guru Seni Budaya, Ibu Rusmanelly menambahkan bahwa RPP ini tidak kami cetak dikarenakan untuk menghemat 90 91
Wawancara dengan Guru Seni Budaya (Rusmanelly, S.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016 Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
62
biaya, namun kami juga diwajibkan untuk mencetak RPP melainkan untuk diserahkan ke bagian kurikulum. 92 Mekanismenya pengorganisasian RPP ini dimulai ketika guru- guru membuat RPP kemudian RPP tersebut di cetak dan diserahkan ke bagian kurikulum, sehingga ketika mengajar guru-guru hanya membawa RPP tersebut dalam bentuk file yang disimpan di laptop atau flashdisk. Di bagian kurikulum RPP tersebut di simpan di dalam rak-rak khusus penyimpanan dokumen, di tata dengan rapih dan di kategorikan sesuai mata pelajaran. hal ini dilakukan agar mempermudah pencarian pada saat pemeriksaan kelengkapan adminitrasi guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah.93 Selain melihat pengelolaan perangkat administrasi guru, dalam supervisi manajerial penting pula untuk melihat keterampilan guru dalam memanajemen kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana interaksi guru dengan siswa sehingga mampu menciptakan suasana yang kondusif di dalam kelas. Menurut Ibu Kamron,
untuk skenario manajemen kelas
saya sesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, siswa duduk dalam barisan mengarah papan tulis, namun ketika bekerja secara kelompok maka saya akan mengatur tempat duduk siswa menjadi beberapa bagian sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.94 Sedangkan ibu Juriah berpendapat : Pada saat proses pembelajaran saya menata posisi duduk siswa berbentuk letter U sehingga pada saat saya menjelaskan materi semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas. Selain itu, pada saat praktik atau kerja kelompok posisi duduk siswa juga ditata berkelompok dan membentuk letter O.95 Keberhasilan guru dalam aspek manajerial juga tidak luput 92
Wawancara dengan Guru Seni Budaya (Rusmanelly, S.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016 Hasil observasi di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Pada Tanggal 12 Agustus 2016 94 Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25 Juli 2016 95 Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016 93
63
dari kegiatan
supervisi
manajerial
yang
dilakukan
oleh
pengawas sekolah. Hal ini bisa dilihat dari frekuensi kunjungan pengawas sekolah yang cukup baik. Kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan atau pun pembinaan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan bisa dikatakan cukup baik, karena dalam satu semester pengawas bisa melakukan kunjungan 2-3 kali bahkan bisa lebih. Pernyataan tersebut juga di perkuat dengan hasil wawancara dengan Ibu Tri Wuriyantini selaku guru ekonomi, beliau mengatakan bahwa : Pengawas itu sering datang ke sekolah, karena selain untuk mengawasi guru juga mengawasi sekolahan, kalau ada kegiatan monitoring dan evaluasi kita diberikan pengarahan, selanjutnya kalau awal tahun ajaran baru pengawas datang untuk memonitoring keadaan sekolah, melihat kehadiran guru pada hari pertama masuk sekolah serta mengecek kelengkapan administrasi guru. namun kalau khusus pembinaan guru biasanya hanya 2-3 kali dalam satu semester, sisanya datang karena ada kepentingan dengan pimpinan sekolah.96 Sedangkan Ibu Juriah mengatakan mengenai kehadiran pengawas sekolah, tidak menentu kehadirannya. Dalam satu semester kemungkinan pengawas sekolah hanya hadir 2 kali untuk melakukan kunjungan. Dalam kunjungannya pengawas sekolah melakukan proses pengawasan dan pembinaan. Bapak Sopandy selaku Kepala Sekolah juga menambahkan mengenai
kehadiran
pengawas
sekolah
itu
tidak
ditentukan
kehadirannya karena kehadiran pengawas sekolah itu disesuaikan dengan kebutuhannya saja. Kira-kira dalam satu semester pengawas sekolah bisa berkunjung sebanyak 2-3 kali.97 Pernyataan
96
tersebut
juga di
perjelas
oleh
Pengawas
Wawancara dengan Guru Ekonomi (Tri Wuriyantini, S.E) pada tanggal 25 Juli 2016 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 97
64
Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yaitu Ibu Iis Nurhayati. Beliau menjelaskan bahwa: Untuk kunjungan, kalau ukurannya spm sekurang-kurangnya sebulan itu 1 kali dengan minimal kunjungan 3 jam, tetapi kalau terjemahannya 37,5 jam itu salah. Acuannya itu bukan by school tetapi by 7 sekolah itu. Jadi kalau bertanya apakah saya melakukan kunjungan ke SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan itu berapa kali tidak harus setiap minggu atau setiap bulan karena harus disesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhannya adalah pertama mereka merasa butuh dengan saya terkait dengan KTSP misalnya, maka saya akan janjian dengan teman-teman untuk melakukan verifikasi itu. Jadi semuanya itu tergantung kebutuhannya, tapi totally beban kerja saya 37,5 itu adalah bukan hanya di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan tapi untuk semua sekolah yang lainnya. contohnya, bisa saja dengan 37,5 itukan perminggu, nah 37,5 perminggu itu saya bisa saja dengan melakukan pemantauan terhadap 4 sekolah dulu sementara yang lainnya saya bisa melakukan penilaian dan disekolah lainnya saya melakukan pembimbingan.98 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui pada kegiatan supervisi manajerial di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, kegiatan pembuatan ataupun pengorganisasian RPP oleh guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sudah dilaksanakan atau dikelola dengan baik. Selain itu mengenai kehadiran pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan ataupun pembinaan telah berjalan cukup baik dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan sekolah. 3. Program Penunjang Lainnya Selain melakukan supervisi akademik dan supervisi manajerial, ada beberapa kegiatan penunjang lainnya yang dilakukan pengawas sekolah sebagai program pembinaan, yakni: a) Workshop Dalam rangka peningkatan kompetensi guru khususnya mengenai 98
kompetesi
pedagogik,
pembinaan
yang
biasanya
Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
65
diberikan oleh pengawas sekolah yaitu melalui kegiatan workshop. Kegiatan workhsop ini paling efektif dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan karena dalam kegiatan ini pengawas sekolah dan
guru
dapat
saling berinteraksi
untuk
memecahkan suatu
permasalahan tertentu. Selain dapat berdiskusi dengan pengawas sekolah, dalam kegiatan workshop ini pengawas sekolah juga dapat memberikan informasi
dalam
rangka mengupdate pengetahuan
guru serta
banyak memberikan motivasi bagi guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sehingga dengan adanya workshop, kegiatan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dapat berjalan dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Kamron Henilawati: Kegiatan pembinaan yang paling sering dilakukan pengawas yaitu dalam kegiatan workshop. Biasanya dalam kegiatan ini ditekankan kalau guru itu harus bagaimana. Misalnya dalam perubahan kurikulum, pengawas sekolah akan mengarahkan guru-guru bagaimana mengimplementasikan kurikulum yang baru disekolah.99 Senada dengan itu, Ibu Tri Wuriyantini pun menjelaskan : Kalau pembinaan yang menyangkut kompetensi pedagogik biasanya pengawas sekolah sering melakukan workshop. Sistemnya disekolah ini kan ada guru senior atau apabila dalam MGMP kita saling berdiskusi apa saja hambatan dan keluh kesah yang kita rasakan, selanjutnya guru senior akan menyampaikan ke Wakasek Kurikulum setelah itu ke kepala sekolah, selanjutnya kepala sekolah yang akan menghubungi pengawas sekolah untuk mengundang pengawas sekolah sebagai narasumber dari workshop tersebut, pada saat itulah pengawas sekolah melakukan pembinaan. Jadi biasanya pembinaan dilakukan pada saat workshop tidak bisa secara individual karena pengawas sekolah di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ini jadwalnya sangat sibuk, beliau juga berkecimpung di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
99
Juli 2016
Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
66
sering keluar kota untuk menjadi narasumber nasional.100 Pernyataan ini pun diperkuat dengan keterangan kepala sekolah berikut ini: Banyak upaya yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam melaksanakan pembinaan. Contohnya saja pengawas sekolah hadir dalam berbagai kegiatan workshop. Dalam kegiatan ini pengawas menjadi narasumber untuk menginformasikan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan atau mengupdate kemampuan guru-guru, banyak kegiatan diskusi juga yang dilakukan oleh pengawas sekolah.101 Sependapat dengan kepala sekolah, Ibu Iis Nurhayati selaku pengawas sekolah menyatakan : Biasanya kegiatan pembinaan yang saya lakukan itu dalam bentuk workshop. Seperti hari ini, workshop mengenai kurikulum 2013. Kebutuhan sekolah ini adalah upgrade pengetahuan. Disini sudah paham banget semua guru-gurunya terkait kurikulum 2013 tetapi kebijakan berubah maka pengetahuan mereka harus di update.102 Dari observasi yang dilakukan peneliti pula terlihat bahwa melalui informasi
workshop mengenai
pengawas
sekolah
kebijakan-kebijakan
dapat
menyampaikan
yang baru. Hal
ini
dilakukan dalam rangka mensosialisasikan perubahan kurikulum yang ditunjukan untuk mengupdate pengetahuan guru-guru di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Agar pendidik tidak keliru atau mengalami kendala dalam implementasinya, maka pengawas sekolah melakukan workshop sebagai bentuk bimbingan agar pendidik dapat terarah dalam menjalankan tugasnya.103 Sebagai kegiatan penunjang, program workshop adalah 100
Wawancara dengan Guru Ekonomi (Tri Wuriyanti, S.E) pada tanggal 25 Juli 2016 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 102 Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016 103 Hasil Observasi di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada tanggal 12 Agustus 2016 101
67
kegiatan yang paling sering diadakan sebagai bentuk pembinaan. Dari kegiatan workshop ini banyak hal yang bisa dimanfaatkan oleh guru, seperti dapat berdiskusi dengan pengawas sekolah seperti diskusi mengenai hambatan-hambatan dalam mengajar hingga berbagi pengalaman dan motivasi.
b) Pelatihan Guru Selain workshop, kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah yaitu berupa pelatihan guru. Pelatihan ini ditunjukan kepada guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebagai proses memberikan bantuan agar guru maupun kepala sekolah dapat menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran. Menurut kepala sekolah: Selain workshop pengawas sekolah juga melakukan berbagai pelatihan. Contohnya, pelatihan pembuatan karya guru yaitu RPP. Mengikuti perubahan kurikulum yang terjadi, maka kepala sekolah beserta pengawas sekolah bekerjasama untuk melatih guru-guru dalam pembuatan RPP, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merancang RPP sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, sehingga guru-guru dapat terarah dalam mengimplementasikannya. Tidak hanya terfokus dengan pembuatan RPP melalui pelatihan, guru pun jadi mampu merancang PROMES maupun PROTA. Pengawas sekolah banyak memberikan arahan dalam pembuatannya. 104 Selaku Guru Ekonomi, Ibu Tri Wuriyantini menjelaskan bahwa : Sebagai bentuk pembinaan, pengawas sekolah juga sering melakukan pelatihan. Kegiatan pelatihan yang diberikan bagi guru-guru bukan hanya didapatkan dari pengawas sekolah, namun terkadang guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan juga mendapatkan pelatihan dari Dinas Pendidikan
104
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016
68
Kota maupun Provinsi.105 Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan
pelatihan
guru
sering dilakukan pengawas
sekolah sebagai salah satu bentuk pembinaan. Pelatihan ini dilakukan pengawas
sekolah
keterampilan untuk
untuk
meningkatkan
meningkatkan kualitas
pengetahuan
dan
kinerjanya. Kegiatan
pelatihan juga tidak selalu diadakan oleh pengawas sekolah, biasanya guru-guru juga mendapatkan pelatihan dari dinas pendidikan.
c) Kunjungan Kelas Kunjungan kelas merupakan teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas sekolah dan pembina lainnya dalam rangka mengamati
pelaksanaan
proses
belajar
mengajar,
sehingga
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Kegiatan kunjungan kelas biasanya dilakukan pengawas sekolah pada saat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi 8 Standar Nasional Pendidikan. Ibu Juriah memaparkan bahwa : Saya pernah mendapat pembinaan berupa kunjungan kelas. Kebetulan pengawas sekolah basicnya sama dengan saya yaitu guru biologi. Pengawas sekolah masuk ke kelas pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung dan memantau kegiatan proses pembelajaran hingga berakhir. Dari kegiatan ini pengawas sekolah dapat melihat kelebihan dan kekurangan saya pada saat mengajar sehingga pengawas sekolah dapat menilai kinerja guru dan mendapatkan data sebagai bahan pembinaan.106 Sedangkan pendapat lain diungkapkan oleh Ibu Kamron, menurutnya untuk kegiatan kunjungan kelas pernah dilakukan oleh pengawas sekolah, namun untuk pelajaran bahasa indonesia terutama 105
Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi (Tri Wuriyantini, S.E) Pada tanggal 29 Juli
2016 106
Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
69
pada saat saya mengajar, saya belum pernah mendapat kunjungan kelas.107 Pak Sopandy menambahkan bahwa : Ketika pengawas sekolah datang untuk melakukan monitoring dengan sasarannya adalah Standar Tenaga Kependidikan maka pada saat itulah pengawas sekolah melakukan kunjungan kelas. Pengawas sekolah mengamati kegiatan guru dikelas, bukan untuk mencari-cari kesalahan namun pengawas sekolah menilai dan memantau sejauh mana kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya pengawas sekolah dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan guru dalam proses pembelajaran sehingga pengawas sekolah mendapatkan data sebagai bahan untuk dilaksanakannya pembinaan.108 Maka dapat diketahui bahwa kegiatan kunjungan kelas perlu dilakukan agar pengawas sekolah dapat memantau secara langsung kegiatan guru selama proses pembelajaran sehingga pengawas sekolah dapat menilai kinerja guru dan mendapatkan data sebagai bahan acuan untuk melakukan pembinaan. Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam program penunjang, kegiatan kunjungan kelas merupakan salah satu
cara
untuk
melakukan
pembinaan.
Dengan melakukan
kunjungan kelas, pengawas sekolah akan mendapatkan bahan untuk melakukan pembinaan yang pelaksanaanya dilakukan melalui kegiatan workshop dan pelatihan. Dengan
kegiatan workshop
dan
menjadi
pelatihan
ini
diharapkan
dapat
sarana
pengembangan dan peningkatan kualitas guru terutama dalam aspek pedagogik.
4. Hambatan dalam Pembinaan Dalam segala suatu apapun yang dikerjakan pasti ada saja 107
Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016 108
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016
70
hambatannya terutama dalam upaya meningkatkan kompetensi guru. Ibu Kamron mengungkapkan bahwa pada saat kegiatan pembinaan, hambatan yang saya rasakan itu adalah dalam mengoperasikan komputer, karena saya tidak begitu paham tentang teknologi terutama menyangkut penggunaan komputer.109 Selain itu hambatan lain juga dirasakan oleh kepala sekolah, menurutnya : Ada beberapa hambatan yang terjadi pada saat pembinaan. Seperti kehadiran guru yang tidak 100% hadir semua karena pada saat pembinaan ada guru yang sedang mengajar diluar sekolah ini, hal ini terjadi dikarenakan adanya kewajiban guru mengajar 24 jam, sedangkan disini beberapa dari mereka ada yang hanya 15 jam mengajar sehingga mereka harus mengajar diluar. Selain itu ada juga yang sedang mengambil cuti ibadah atau melahirkan, sehingga terkadang informasi yang diberikan tidak sampai kepada orang-orang yang bersangkutan.110 Sebagai pembina, pengawas sekolah juga mengatakan bahwa: Hambatan yang paling nyata adalah pada saat proses penilaian, dimana orang rata-rata tidak suka kan ketika di nilai. Bagi saya hal ini tidak mudah dilakukan dimulai dari mengkomunikasikannya hingga pelaksanaannya. Mengenai instrumennya saya paham dan saya pun ikut mengembangkannya tetapi pada saat pelaksanaannya memang sangat melelahkan, butuh waktu yang sangat banyak mulai dari tahap persiapan, penilaian, pengolahan nilai hingga pelaporan dan itu semua saya lakukan, sedangkan jumlah sekolah dan guru-guru yang dibina sangat banyak selain itu saya juga memiliki aktivitas lain di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai 111 narasumber dan pengembang. C. TEMUAN HASIL PENELITIAN 1.
Supervisi
akademik
dan
supervisi
manajerial
menjadi
wujud
peningkatan kompetensi pedagogik guru. Pelaksanaan supervisi akademik dan supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah telah terlaksana dengan baik. Hal ini 109
Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016 110
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 111 Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
71
terlihat dari keberhasilan guru yang mampu menyusun silabus dan merancang RPP sesuai dengan kebijakan kurikulum, guru mampu membuat PROMES dan PROTA serta mengorganisir perangkat administrasi guru dengan baik. Selain itu guru mampu
menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik.
2. Workshop dan pelatihan sebagai sarana efektif pelaksanaan pembinaan Kegiatan workshop dan pelatihan merupakan kegiatan yang paling efektif dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebagai bentuk pembinaan. Pengawas sekolah memanfaatkan kegiatan workshop sebagai
sarana
untuk
berdialog
dengan
guru
untuk
mendiskusikan berbagai masalah pendidikan serta mengembangkan pengetahuannya dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru.
kegiatan workshop ini biasanya dilakukan paling banyak 1-2 kali
dalam satu semester. Begitu pula dengan pelatihan, pengawas sekolah memberikan pelatihan bagi guru untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuannya.
3. Beban kerja menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembinaan. Banyaknya sekolah yang harus dibina membuat pengawas sekolah harus pintar dalam mengatur waktu agar beban kerja 37,5 jam dalam seminggu dapat tercapai. Selain melakukan kunjungan ke sekolah untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan, pengawas sekolah juga harus menyusun program pengawasan satuan pendidikan, melakukan penilaian dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan. Diluar tugas kepengawasannya, pengawas sekolah juga berkontribusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengembang dan narasumber untuk melakukan
workshop
banyaknya
beban
nasional.
kerja
Dilihat dari
pengawas
sekolah
gambaran ini
tidak
tugasnya, menutup
kemungkinan akan menjadi hambatan dalam terlaksananya kegiatan
72
pembinaan,
hal
ini
menyebabkan
pengawas
sekolah
memiliki
keterbatasan waktu dalam melaksanakan pembinaan. Oleh karena itu, pengawas sekolah hanya bisa melakukan pembinaan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebanyak 1-2 kali dalam satu semester. Senada dengan hal tersebut, guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan juga merasakan beban kerja menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembinaan. Hal ini dikarenakan adanya syarat pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam, sedangkan beberapa guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan hanya memiliki 14 jam mengajar di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan oleh karena itu mereka harus mengajar
di sekolah lain untuk mencapai kewajiban 24 jam mengajar.
Hal ini mengakibatkan pada saat pembinaan tidak 100% guru yang hadir.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya, maka
dapat
disimpulkan
bahwa
peran
pengawas
sekolah
dalam
pembinaan kompetensi pedagogik guru cukup berjalan dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu untuk melakukan pemantauan, pembinaan dan
penilaian,
namun
khususnya
optimalisasinya perlu ditingkatkan.
dalam
pelaksanaan
pembinaan
Hal ini terlihat dari keberhasilan guru
yang mampu menyusun silabus dan merancang RPP sesuai dengan kebijakan kurikulum, guru mampu membuat format PROMES dan PROTA serta mengorganisir perangkat administrasi guru dengan baik. Walaupun rata-rata kunjungan pengawas ke sekolah belum maksimal. Selain itu guru mampu menentukan strategi atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik. melalui supervisi akademik dan
supervisi
langsung
dan
manajerial, mengevaluasi
pengawas kegiatan
sekolah dapat pembelajaran
meninjau secara disekolah
serta
memberikan pembinaan untuk peningkatakan kompetensi pedagogik. Selai itu dengan kegiatan workshop, pelatihan guru dan kunjungan kelas menjadi program pendukung terlaksananya pembinaan
yang dilakukan
pengawas sekolah.
B. SARAN Berdasarkan
paparan
dan
kesimpulan
diatas,
maka
penulis
menyampaikan beberapa saran semoga bermanfaat untuk perbaikan di masa yang akan datang, khususnya dalam kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebagai berikut : 1. Pengawas sekolah diharapkan dapat melakukan penataan waktu yang berkaitan dengan kegiatan kunjungan ke sekolah agar pengawas 73
74
sekolah dapat meningkatkan frekuensi kunjungan ke sekolah. sehingga pengawas dapat melaksanakan kegiatan pembinaan
secara
berkesinambungan dan dapat mengoptimalkan pembinaan kompetensi pedagogik guru. 2. Untuk Kepala sekolah dalam mengoptimalkan fungsi pembinaan guru diharapkan kepala sekolah tetap mempertahankan kegiatan pembinaan secara internal agar pengawas
sekolah terbantu dalam menjalankan
tugasnya. 3. Guru diharapkan untuk menyuarakan tentang apa yang diperlukan dan yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. hal ini diharapkan agar pembinaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Yunus. dkk. Profesi Keguruan. Learning Assitance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 2009 Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2014 Agung, Iskandar. dkk. Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru. Jakarta: Bee Media Pustaka. 2014 A Sahertian, Piet. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000 Danim, Sudarwan dan Khairil. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. 2012 Dosen FITK Institusi Agama Islam Palu. Kinerja Pengawas Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di Kota Palu. 2014 Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2012 Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Prima.2009
Bandung: CV Wacana
Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. 1995 Iskandar.
Kunandar.
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Mall.2013 Guru
Profesional
Implementasi
Kurikulum
Ciputat: Mega
Tingkat
Satuan
Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2010 Lufri. Mengungkap Permasalahan Guru Profesional Di Sumatera Barat Berdasarkan Tinjauan Beban Mengajar 24 Jam. 2013. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 75
76
Masyhud, Sulton. Manajemen Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. 2014 Mudlofir, Ali. Pendidik Pofesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012 Muh. Yusuf, dkk. Pembinaan Pengawas Pada Guru Dalam Merencanakan, Melaksanakan dan Melakukan Penilaian Pembelajaran. 2015 Mukhtar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. 2009 Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008 Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Bersama
Menteri
Pendidikan
Nasional
dan
Kepala
Badan
Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
77
Menteri
Agama Republik
Indonesia
Nomor 2
Tahun
2012
Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta. 2015 Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Tahun 2010 Sagala,
Syaiful. Kemampuan Kependidikan.
Profesional
Guru
dan
Tenanga
Bandung; Alfabeta. 2013 Syaiful. Supervisi Pembelajaran
Dalam Profesi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. 2012 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2011 Saputra, David Ragil. Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah Dasar Se-Kabupaten Temanggung. Skripsi Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 2011. Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009 Sudjana. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production. 2000 Syaodi, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005 TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta. 2010 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. 2012
78
Yahya. Supervisi Pendidikan Metamorfosis Kepemimpinan (to Help to Change). Padang: UNP Press Padang. 2011 Yamin, Martinis dan Maisah. Persada. 2010
Standarisasi Kinerja Guru.
Jakarta: Gaung
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Observasi No Variabel 1 Peran Pengawas Sekolah
Aspek Pengamatan A. Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan 1. Supervisi Akademik dan Manajerial 2. Pembuatan RPP 3. Penentuan metode belajar 4. Penentuan sumber belajar
Ada
B. Volume kehadiran pengawas ke sekolah untuk melakukan pengawasan
√
C. Kinerja Pengawas dan Guru yang dibina. 1. Konsistensi Kehadiran 2. Kesungguhan dalam bekerja 2
Pembinaan Kompetensi Pedagogik
D. Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan pembinaan 1. Mengadakan workshop/seminar 2. Meningkatkan supervisi akademik dan manajerial 3. Meningkatkan jumlah kunjungan kelas E. Hambatan dan Tantangan 1. Geografis (Tempat atau jarak sekolah yang dibina terlalu jauh, waktu kunjungan yang telalu padat) 2. Keterbatasan sarana dan prasarana 3. Psikologis (adanya senioritas, adanya hubungan kekerabatan) 4. Penguasaan IPTEK (kurangnya penguasaan dalam mengoperasionalkan komputer)
Tidak Ada
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √
Ket
80
Lampiran 2 Pedoman Wawancara A. Untuk Pengawas Sekolah 1. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda? 2. Sudah
berapa
lama
Bapak/Ibu
mengemban
tugas
sebagai
pengawas sekolah? 3. Berapa banyak sekolah yang menjadi binaan Bapak/Ibu? 4. Bagaimana mekanisme Bapak/ibu menjalankan tugas kepengawasan? 5. Apa saja bentuk pembinaan yang Bapak/Ibu berikan kepada guru? 6. Pendekatan atau metode apa
yang Bapak/Ibu
terapkan dalam
program pembinaan yang dilakukan? 7. Pendekatan atau metode penilaian apa yang Bapak/Ibu terapkan dalam program pembinaan yang dilakukan terhadap guru? 8. Apa
saja
tantangan
dan
dalam melaksanakan pembinaan?
hambatan
yang
Bapak/Ibu
alami
81
B. Untuk Kepala Sekolah 1. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda? 2. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda? 3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai kepala sekolah sekolah? 4. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan bagaimana mekanisme pengawasan disekolah ini? 5. Bagaimanakah
peran
Bapak/Ibu
sebagai
supervisor
disekolah?
(Melakukan kunjunngan kelas dan pembinaan individual) 6.
Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan volume kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan
pengawasan?
(berapa
kali
pengawas
datang
melakukan pembinaan? Berapa lama berada disekolah?) 7. Upaya apa saja yang dilakukan pengawas sekolah dalam melaksanakan pembinaan terhadap guru disekolah ini? 8. Kebijakan apa yang Bapak/Ibu berikan dalam kegiatan pembinaan terhadap guru disekolah ini? 9. Dukungan apa yang Bapak/Ibu berikan dalam kegiatan pembinaan terhadap guru disekolah ini? 10. Hambatan dan tantangan apa saja yang Bapak/ibu rasakan selama menjalankan tugas sebagai kepala sekolah?
82
C. Untuk Guru 1. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda? 2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai guru? 3. Mata pelajaran apakah yang anda ajarkan disekolah ini? 4. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan volume kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan? 5. Pembinaan seperti apakah yang dilakukan oleh pengawas sekolah? 6. Manfaat apa yang Bapak/Ibu dapatkan setelah mengikuti kegiatan pembinaan? 7. Hambatan dan tantangan apa yang Bapak/ibu rasakan dalam mengikuti kegiatan pembinaan? 8. Berapa kali Bapak/Ibu mendapatkan pembinaan dari pengawas dan kepala sekolah? 9. Setiap semester baru apakah Bapak/Ibu membuat RPP baru sesuai mata pelajaran yang ibu ampu? 10. Setiap mengajar apakah Bapak/Ibu membawa RPP? 11. Apa saja unsur-unsur penting yang Bapak/ibu jelaskan dalam RPP? 12. Bagaimana Bapak/Ibu mengembangkan proses KBM? Bagaimana memulai pelajaran? 13. Bagaimana skenario yang Bapak/Ibu buat dalam proses KBM? Adakah hambatan dalam proses mengajar? 14. Bagaimana cara Bapak/Ibu menciptakan suasana belajar? 15. Apakah Bapak/Ibu mengenal potensi setiap anak didik?
83
Lampiran 3 Daftar Ceklis Dokumentasi NO
DOKUMEN
ADA
TIDAK ADA
1
Dokumen profil sekolah
√
2
Data profil pengawas sekolah
√
3
Data profil kepala sekolah
√
4
Data keadaan guru
√
5
Jadwal
kunjungan
pengawas
√
sekolah √
6
Program kerja pengawas
7
Daftar hadir pengawas sekolah
8
Jadwal kegiatan pembinaan
√
9
Instrumen kegiatan pembinaan
√
10
Dokumen/hasil
√
pembinaan
laporan
√
KET
84
Lampiran 4 HASIL OBSERVASI Hari/Tanggal :
Jumat, 12 Agustus 2016
Waktu
:
13.30 -16.00
Sasaran
:
Pengawas Sekolah dan Guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan
Hasil Observasi : Hasil observasi memperlihatkan bahwa salah satu program pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah yaitu melalui kegiatan workshop. Melalui workshop pengawas sekolah dapat menyampaikan informasi mengenai kebijakan-kebijakan yang baru. Hal ini dilakukan dalam rangka mensosialisasikan perubahan kurikulum yang ditunjukan untuk mengupdate pengetahuan guru-guru di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Agar pendidik tidak keliru atau mengalami kendala dalam implementasikan, maka pengawas sekolah melakukan workshop sebagai bentuk bimbingan agar pendidik dapat terarah dalam menjalankan tugasnya. Guru-guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan terlihat antusias untuk mengikuti kegiatan worshop. Pengawas sekolah memberikan informasi dan pengarahan menggunakan power point, apabila guru-guru merasa kurang paham maka pengawas sekolah akan memberikan kesempatan untuk bertanya. Selain itu, guruguru juga diajak untuk berdiskusi bersam mengenai kendala-kendala yang di hadapi dalam proses pembelajaran. hal ini dilakukan agar permasalahan mengenai kendala-kendala
tersebut
dapat
terpecahkan
secara
bersama-sama.
Pada
kesempatan ini, kegiatan workshop mengarah pada pengembangan kurikulum 2013. Pengawas sekolah memberikan arahan agar gutu dapat mengembangkan dan menerapkan penilaian dengan baik dan sesuai dengan kebijakan kurikulum 2013.
85
Selain mengobservasi kegiatan pembinaan melalui workshop, peneliti juga melakukan observasi mengenai pengelolaan RPP yang dilakukan oleh guru-guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Mekanismenya pengorganisasian RPP ini dimulai ketika guru-guru membuat RPP kemudian RPP tersebut di cetak dan diserahkan ke bagiam kurikulum, sehingga ketika mengajar guru-guru hanya membawa RPP tersebut dalam bentuk file yang disimpan di laptop atau flashdisk. Di bagian kurikulum RPP tersebut disimpan di dalam rak-rak khusus penyimpanan dokumen, ditata dengan rapih dan dikategorikan sesuai mata pelajaran. Hal ini dilakukan agar mempermudah pencarian pada saat pemeriksaan kelengkapan administrasi guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah.
Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Nama
:
Iis Nurhayati, M.Pd
Tanggal
:
29 Juli 2016
Tempat
:
Halaman Sekolah
1.
Dapatkah ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda? Jawaban : Saya Iis Nurhayati, pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Karier saya berasal dari guru Biologi diangkat pada tahun 1990, kemudian diangkat menjadi pengawas sejak tahun 2009. Mengenai pendidikan S1 saya biologi, S2nya saya mengambil PEP (Penelitian dan Evaluasi Pendidikan) dari Universitas Negeri Jakarta, sekarang S3nya sedang berjalan dengan prodi yang sama.
2.
Sudah berapa lama ibu mengemban tugas sebagai pengawas sekolah? Jawaban : saya diangkat menjadi pengawas sekolah itu sejak 2009 berarti hingga sekarang saya sudah menjabat sebagai pengawas sekolah itu sudah 7 tahun.
3.
Berapa banyak sekolah yang menjadi binaan Ibu? Jawaban : Mengenai banyaknya sekolah yang dibina berarti merujuk pada beban kerja. Karena pengawas itu adalah PNS dengan beban kerjanya 37,5 jam sama dengan PNS yang lain, namun sasaran pengawasan kita itu dasarnya adalah jumlah sekolah. Secara aturan jumlah sekolah yang harus dibina oleh pengawas itu adalah minimal 7 sekolah dan minimal 40 guru. Kebetulan di Kota Tangerang Selatan jumlah pengawas sekolah itu hanya ada 4 orang sehingga saya harus membina 15 sekolah dengan guru seluruhnya yang ada di 15 sekolah tersebut ditambah dengan kegiatan saya
juga berkontribusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai narasumber dan pengembang , sehingga beban kerja saya terlalu tinggi. 4.
Dapatkah Ibu menjelaskan volume kunjungan ke sekolah yang anda bina? Jawaban : Untuk kunjungan, kalau ukurannya spm sekurang-kurangnya sebulan itu 1 kali dengan minimal kunjungan 3 jam, tetapi kalau terjemahan 37,5 jam itu salah. Acuannya itu bukan by school tetapi by 7 sekolah itu. Jadi kalau bertanya apakah saya melakukan kunjungan ke SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan itu berapa kali tidak harus setiap minggu atau
setiap
bulan karena harus di
sesuaikan
dengan
kebutuhan.
Kebutuhannya adalah pertama mereka merasa butuh dengan saya terkait dengan KTSP misalnya, maka saya janjian dengan teman-teman untuk melakukan verifikasi itu. Jadi semuanya itu tergantung kebutuhan, tapi totally beban kerja saya 37,5 itu adalah bukan hanya di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan tapi untuk semua sekolah yang lainnya. contohnya, bisa saja dengan 37,5 itukan perminggu, nah 37,5 perminggu itu saya bisa saja dengan melakukan pemantauan terhadap 4 sekolah dulu sementara yang lainnya saya bisa melakukan penilaian dan disekolah lainnya saya melakukan pembimbingan.
5.
Bagaimana mekanisme Ibu dalam menjalankan tugas kepengawasan? Jawaban : Tugas pengawas itu yang terpenting adalah supervisi akademik dan manajerial. Sedangkan tinjauan kegiatannya yaitu adalah pemantauan, pembinaan, penilaian dan pembimbingan pelatihan profesional. Mengenai pemantauan kegiatan yang kita lakukan adalah memantau pelaksanaan 8 Standar Nasional Pendidikan. Seperti kemarin saya datang, itu adalah pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program induksi nah disekolah lain kegiatan ini tidak dilaksanakan karena tidak punya guru pemula, jadi yang namanya program setiap sekolah dari pengawas itu tidak sama tergantung kebutuhan. Dalam Standar Nasional Pendidikan, kegiatan yang saya lakukan ini termasuk ke dalam Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Kalau
pembinaan itu adalah misalnya kita mengevaluasi hasil karya guru, contohnya dalam pembuatan RPP guru masih terlihat ada yang salah atau keliru dalam pembuatannya, oleh karena itu kita perlu melakukan pembinaan. Pembinaan itu tidak bisa dilakukan dalam satu kegiatan dari mulai evaluasi sampai tindak lanjut sampai membetulkan dia sampai bisa membuat RPP, itu namanya pembinaan. Jadi pembinaan itu bentuk kegiatannya tidak bisa satu, kita harus menghimpun data awal dulu lalu mentritmen kebutuhannya kemudian sampai dia sesuai harapan. Data awal bisa dilakukan dalam evaluasi diri dalam instumen penilaian kerja, setelah data awal sudah ada kemudian kita mentritmen kemudian kita ukur lagi, barulah itu bisa dikatan pembinaan. Di 15 sekolah yang saya bina itu kegiatannya dan kebutuhannya variatif jadi mekanisme pengawasannya itu disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. biasanya dalam kunjungannya itu ada yang melakukan pemantauan atau ada yang melakukan pembinaan. Sedangkan untuk penilaian, biasanya mengukur kinerja kepala sekolah atau guru, kegiatan ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan mereka dalam melaksanakan tugas manajerial maupun akademik.
6.
Apa saja bentuk pembinaan yang Ibu berikan kepada guru? Jawaban : biasanya kegiatan pembinaan yang saya lakukan itu dalam bentuk workshop. Seperti hari ini, workshop mengenai kurikulum 2013. Kebutuhan sekolah ini adalah upgrade pengetahuan. Disini sudah paham banget semua guru-gurunya terkait kurikulum 2013 tetapi kebijakan berubah maka pengetahuan mereka harus di update. Jadi tadi sifatnya buka pelatihan tetapi menginformasikan kebijakan-kebijakan yang baru. Kalau pelatihan biasanya saya butuhkan waktu seharian sampai praktik presentasi mereka. Kalau yang tadi cenderung mensosialiasikan saja kebijakan-kebijakan yang baru.
7.
Apa
saja
tantangan
dan
hambatan
yang
Ibu
rasakan
dalam
melaksanakan pembinaan? Jawaban : hambatan yang paling nyata adalah pada saat proses penilaian, dimana orang rata-rata tidak suka ketika di nilai. Bagi saya hal ini tidak
mudah
dilakukan
dimulai
dari
mengkomunikasikannya
hingga
pelaksanaannya. Mengenai instrumennya saya paham dan saya pun ikut mengembangkannya tetapi pada saat pelaksanaannya memang sangat melelahkan, butuh waktu yang sangat banyak mulai dari tahap persiapan, penilaian, pengolahan nilai hingga pelaporan dan itu semua saya lakukan, sedangkan jumlah sekolah dan guru-guru yang dibina sangat banyak selain itu saya juga memiliki aktivitas lain di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai narasumber dan pengembang.
Mengetahui
Interviewee
Pengawas Sekolah Iis Nurhayati, M.Pd
Interview
Penulis Vidi Septiyani
Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Nama
:
Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd
Tanggal
:
22 Agustus 2016
Tempat
:
Ruangan Kepala Sekolah
1.
Dapatkah Bapak menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan bapak? Jawaban : Pendidikan saya sejak SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi di IKIP Bandung, karena saya lahir dan besar di Bandung. S1nya saya mengambil jurusan Biologi, kemudian S2nya di UKI Jakarta dengan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan. Setelah lulus kuliah, pada saat itu saya mempunya perusahaan konsultan tetapi pada waktu bersamaan saya juga diangkat menjadi PNS di Cilegon pada tahun 1983, sehingga menyebabkan saya harus bolak balik Cilegon-Jakarta karena harus mengurus perusahaan. Pada akhirnya saya memutuskan meninggalkan perusahaan dan fokus mengajar sebagai guru hinggar akhirnya pada tahun 1997 saya diangkat menjadi kepala sekolah.
2.
Sudah berapa lama Bapak mengemban tugas sebagai kepala sekolah? Jawaban : saya sudah diangkat menjadi kepala sejak tahun 1997, namun untuk di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan saya diangkat sebagai kepala sekolah sejak tahun 2012. Jadi sudah 4 tahun saya mengemban tugas sebagai kepala sekolah di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
3.
Dapatkah Bapak menjelaskan mekanisme pengawasan di sekolah ini? Jawaban : Secara ekstern pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan itu harusnya sesuai mata pelajaran, jadi menukik pada guru-guru mata pelajaran namun dikarenakan keterbatasan pengawas sekolah yang ada di Kota Tangerang Selatan ini yang hanya memiliki 4 Pengawas Sekolah Tingkat Sekolah Menengah Atas maka pada akhirnya tidak terlalu menukik
ke
pelajaran
dan
cenderung
ke
manajemen sekolah.
Mekanismenya tugas pengawas sekolah memantau berbagai kegiatan yang ada disekolah serta memantau kinerja guru-guru dan kepala sekolah. selain itu, membimbing guru juga Contohnya
menjelang
termasuk
dalam
kegiatan
pengawasan.
ujian nasional pengawas sekolah mengarahkan
supaya sekolah membuat program sesuai dengan Peraturan Menteri yang berlaku, kemudian juga pada awal tahun guru-guru wajib membuat RPP, yang kemudian nantinya kelengkapan administrasi guru tersebut akan di check oleh pengawas sekolah.
4.
Bagaimanakah peran bapak sebagai supervisor disekolah ini? Jawaban : saya sebagai supevisor itu biasanya saya masuk ke kelaskelas, kegiatan ini sudah saya rancang dan memang sudah di rapatkan namun karena jumlah guru begitu banyak maka saya harus dibantu oleh wakil-wakil saya karena tidak mungkin saya melakukannya sendiri, yang sudah senior untuk membantu menjadi supervisor ke kelas-kelas sesuai dengan bidang studinya. Kepala sekolah meninjau ke semua guru bidang mata studi namun kalau wakil saya sesuai dengan bidang studi yang serumpun. Kegiatan supervisi ini di utamakan untuk guru-guru baru atau yang masih junior supaya mereka ini tidak salah arah, sebab kalau guru baru tidak dibimbing takutnya pada saat mengajar itu
salah. Seperti
pemilihan
strateginya,
masalah penyampaian materi serta masalah administrasinya. Jadi kegiatan supervisi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana guru dapat menjalankan tugas dengan benar bukan untuk mencari kesalahan. Kegiatan kunjungan kelas ini bukan hanya dilakukan secara intern namun secara ektern pengawas sekolah juga melakukannya. Contohnya, ketika pengawas sekolah datang untuk melakukan monitoring dengan sasarannya adalah Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, maka pada saat itulah pengawas sekolah melakukan kunjungan kelas. Pengawas sekolah mengamati kegiatan guru dikelas, bukan untuk mencari-cari kesalahan namun pengawas sekolah menilai dan memantau sejauh mana kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya pengawas sekolah dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
guru dalam proses pembelajaran sehingga pengawas sekolah mendapatkan data sebagai bahan untuk dilaksanakannya pembinaan. 5.
Dapatkah
bapak
menjelaskan
volume
kehadiran
pengawas
sekolah
untuk melakukan pengawasan? Jawaban : mengenai kehadiran pengawas itu tidak ditentukan kehadirannya karena kehadiran pengawas sekolah itu disesuaikan dengan kebutuhannya saja. Kira-kira dalam satu semester pengawas sekolah bisa berkunjung sebanyak 2-3 kali.
6.
Upaya
apa
saja
yang
dilakukan
pengawas
sekolah
dalam
melaksanakan pembinaan terhadap guru disekolah ini? Jawaban : Banyak upaya yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam melaksanakan pembinaan. Contohnya saja pengawas hadir dalam berbagai kegiatan workshop. Dalam kegiatan ini pengawas menjadi narasumber untuk menginformasikan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan atau mengupdate kemampuan guru-guru, banyak kegiatan diskusi juga yang dilakukan oleh pengawas sekolah. selain workshop, pengawas sekolah
juga
melakukan
berbagai
pelatihan
contohnya
pelatihan
pembuatan karya guru yaitu RPP. Mengikuti perubahan kurikulum yang terjadi, maka kepala sekolah beserta pengawas sekolah bekerjasama untuk melatih guru-guru dalam pembuatan RPP, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merancang RPP sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, sehingga guru-guru terarah dalam mengimplementasikannya. Tidak hanya terfokus dengan pembuatan RPP melalui pelatihan, guru pun jadi mampu merancang PROMES maupun PROTA. Pengawas sekolah banyak memberikan arahan dalam pembuatannya. Pengawas juga melakukan pembinaan terhadap guruguru baru yaitu dengan mengikuti program induksi. Dalam kegiatan ini guruguru baru di panggil khusus oleh pengawas sekolah untuk dibina, diarahkan supaya guru tersebut setiap langkahnya sesuai dengan prosedur kewajiban sebagai
guru.
selain
kepala
sekolah,
pengawas
sekolah
juga
memiliki kewajiban untuk membina langsung guru-guru pemula. Biasanya pada saat pelaksanaan ujian, pengawas sekolah juga berkunjung untuk melakukan
pemantauan
terhadap
pelaksanaan
maupun
kelengkapan
administrasinya.
7.
Kebijakan apa yang bapak berikan dalam kegiatan pembinaan terhadap guru disekolah ini? Jawaban : kebijakan yang saya lakukan sebagai kepala sekolah itu biasanya kami adakan pembinaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maupun pada waktu-waktu yang insidentil. Waktu yang ditentukan itu kami adakan pembinaan wajib pada saat upacara hari senin setiap 2 minggu sekali sekaligus kepada seluruh warga sekolah. kemudian pada saat senin yang tidak dilakukan upacara saya beserta guru-guru dan karyawan melakukan rapat disinilah saya akan memberikan pembinaan mengenai program, perilaku, kinerja dan sebagainya. Sehingga dengan demikian dapat terkontrol.
8.
Dukungan-dukungan
seperti
apa
saja
yang
Bapak
berikan
dalam
kegiatan pembinaan terhadap guru disekolah ini? Jawaban : alhamdulilah banyak dukungan untuk kegiatan pembinaan. Secara materil ada beberapa dukungan yang kita dapatkan yaitu dari komite sekolah, mereka mendukung kegiatan pembinaan ini karena setiap tahun ajaran baru kami selalu membuat laporan. kemudian dukungan dari pihak swasta seperti perbankan, organisasi-organisasi, perusahan swasta lainnya alhamdulilah mereka juga memberikan dukungan karena kami memang adakan kerja sama dengan mereka.
9.
Bagaimanakah hubungan pihak sekolah (Kepala sekolah dan Guru) dengan pengawas sekolah? Jawaban : hubungan kami dengan pengawas sekolah itu baik-baik saja. Di zaman sekarang itu adalah zamannya keterbukaan jadi berbeda dengan zaman kolonial dulu, atasan bawahan itu tidak berbaur. Namun sekarang semuanya
tidak ada jarak jadi hubungan kami dengan pengawas sekolah itu sangat baik.
10. Hambatan dan tantangan apa yang Bapak rasakan selama menjalankan tugas sebagai kepala sekolah? Jawaban : ada beberapa hambatan yang terjadi pada saat pembinaan. Seperti kehadiran guru yang tidak 100% hadir semua karena pada saat pembinaan ada guru yang mengajar diluar karena adanya kewajiban guru mengajar 24 jam, sedangkan disini mereka hanya 15 jam mengajar sehingga mereka harus mengajar diluar. Selain itu ada juga yang mengambil cuti karena ibadah atau melahirkan sehingga kadang-kadang informasi yang diberikan tidak sampai pada orang-orang yang bersangkutan.
Mengetahui
Interviewee
Kepala Sekolah SMA 3 Tangerang Selatan Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd
Interview
Penulis Vidi Septiyani
Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Guru Biologi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Nama
:
Juriah, M.Pd
Tanggal
:
25 Juli 2016
Tempat
:
Ruang Tunggu Tamu
1.
Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda? Jawaban : untuk latar belakang pendidikan, saya lulusan S1 dan S2 dengan mengambil jurusan Biologi. Sedangkan untuk pekerjaan saya sudah menjadi guru sejak tahun 1985. Di sekolah ini saya menjadi Guru Biologi untuk kelas XI dan XII Jurusan IPA.
2.
Mengenai
pengawas
sekolah,
dapatkah
ibu
menjelaskan
volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan? Jawaban : mengenai kehadiran pengawas sekolah, tidak menentu kehadirannya. Dalam satu semester kemungkinan pengawas sekolah hanya hadir 2x untuk melakukan kunjungan. Dalam kunjungannya pengawas sekolah melakukan proses pengawasan dan pembinaan.
3.
Pembinaan
Seperti
apakah
yang
dilakukan
oleh
pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik? Jawaban : Saya pernah mendapat pembinaan berupa kunjungan kelas. Kebetulan
pengawas
sekolah basicnya sama dengan saya yaitu guru
biologi. Pengawas sekolah masuk ke kelas pada saat saya mengajar, ia memantau kegiatan saya mengajar selama di kelas. Dari kegiatan ini pengawas sekolah bisa melihat apa saja kelebihan dan kekurangan saya dalam mengajar sehingga pengawas dapat mengetahui apa saja yang perlu dibina untuk guru. selain kunjungan kelas, biasanya pembinaan yang
dilakukan oleh pengawas sekolah yaitu dengan mengadakan workshop bagi guru-guru. namun untuk pembinaan yang secara individu tidak bisa dilakukan sebab pengawas sekolah tidak memiliki waktu untuk membina guru-guru secara satu persatu, tetapi pernah pada saat saya mengalami hambatan saya menghubungi pengawas sekolah via telepon untuk menanyakan hal-hal yang tidak saya mengerti seperti implementasi kurikulum 2013.
4.
Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari pengawas sekolah? Jawaban : manfaat yang saya rasakan setelah mendapat pembinaan dari pengawas sekolah yaitu ketika saya tidak memahami sesuatu akhirnya saya jadi dapat memahami apa-apa yang kita rasakan masih kurang dimengerti.
5.
Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah? Jawaban : alhamdulilah belum pernah saya rasakan hambatan-hambatan yang terjadi pada saat pembinaan. Karena secara IPTEK saya mampu menguasai komputer dan internet, sarana dan prasarana di sekolah juga memadai sehingga menunjang kegiatan pembinaan, kepala sekolah juga selalu memberikan dukungan dalam setiap kegiatan pembinaan.
6.
Dapatkah
Ibu
menjelaskan
mengenai
hubungan
guru
dengan
Tangerang
Selatan
pengawas sekolah? Jawaban
:
Guru-guru
SMA
Negeri
3
mempunyai hubungan yang sangat baik dengan pengawas sekolah, karena pengawas sekolah ini bukanlah orang lain bagi kami, beliau adalah guru di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan sebelum menjabat sebagai pengawas sekolah. terutama bagi saya hubungan kami cukup dekat sebagai rekan kerja, karena kami sama-sama menjadi guru Biologi.
7.
Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata pelajaran yang Ibu ampu? Jawaban : Ya, tentu saja. Setiap semester guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan wajib untuk membuat RPP, paling tidak RPP yang sebelumnya diperbarui atau di modifikasi. Dalam proses pembuatannya kami juga sharing bersama guru-guru MGMP.
8.
Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas? Jawaban : Ya, pada saat mengajar RPP saya bawa ke kelas, namun RPP tersebut dalam bentuk file yang saya simpan di laptop.
9.
Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada saat mengajar. Jawaban : Dalam RPP biasanya unsur-unsur yang akan saya jelaskan sebelum memulai proses pembelajaran yaitu mengenai KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan sumber belajar.
10. Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang Ibu gunakan dalam mengajar? Jawaban : sesuai dengan tuntutan KD, tidak terfokus dengan satu metode saja. Oleh karena itu saat proses KBM ada beberapa metode pengajaran yang saya gunakan sesuai kegiatan pembelajaran biologi. Ini salah satu langkah pengembangakan proses KBM yang saya lakukan agar siswa tidak mudah bosan pada saat belajar. biasanya saya menerapkan metode diskusi selain itu juga ada metode eksperimen seperti pengamatan lingkungan atau turun kelapangan untuk melihat ekosistem. Model pembelajaran yang saya terapkan juga berbeda-beda, seperti Discovery Lerning atau Project Based Learning
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM? Jawaban : skenario manajemen kelas yang biasanya saya lakukan pada proses pembelajaran yaitu menata tempat duduk siswa membentuk letter U sehingga pada saat
saya
menjelaskan
materi
semua
siswa dapat
memperhatikan, selain itu terkadang di buat tempat duduk berkelompok karena pada pelajaran biologi siswa banyak bekerja secara berkelompok, biasanya bangku di tata berbentuk O.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal karakteristik siswa? Jawaban : Setelah terjadi pertemuan beberapa kali dalam proses KBM, saya dapat membaca karakteristik anak-anak. Ada yang kalau kita sedang menjelaskan materi mereka mendengarkan namun
pura-pura diam itu
sudah terbaca berarti anak itu tidak suka kalau belajar dengan mendengar, dia lebih senang kalau dengan mengamati langsung namun ada juga yang suka dengan cara mendengar belajarnya, jadi karakteristik anak itu bervariatif karakteristiknya. Oleh karena itu saya sebagai guru tidak boleh menggunakan metode ceramah saja.
13. Adakah hambatan apa yang ibu rasakan dalam proses mengajar? Jawaban : Alhamdulilah ya bagi saya selama mengajar tidak terlalu banyak hambatan. Mengenai siswa-siswa yang saya ajarkan alhamdulilah tidak terlalu sulit mengajarkannya, mereka anak-anak yang baik dan pintar karena memang untuk masuk ke SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ini kan ada seleksi jadi tidak sembarangan siswa yang masuk kesini. Namun paling tidak hambatan kerap saya rasakan ketika perubahan kurikulum terjadi maka implementasi dalam mengajar itu akan berubah-ubah juga.
Mengetahui
Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Nama
:
Kamron Henilawati, S.Pd
Tanggal
:
25 Juli 2016
Tempat
:
Ruang Tunggu Tamu
1.
Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda? Jawaban : Mengenai latar belakang pendidikan saya, pendidikan terakhir saya itu S1 Pendidikan Bahasa Indonesia dan saya menjadi guru itu sudah sejak tahun 1981 hingga sekarang. Di sekolah ini saya mengajar sebagai guru Bahasa Indonesia untuk kelas X.
2.
Mengenai
pengawas
sekolah,
dapatkah
ibu
menjelaskan
volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan? Jawaban : pengawas itu tidak rutin datang ke sekolah, tergantung kepentingannya. Kalau kepentingannya dengan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah kita tidak tau berapa kali ia melakukan kunjungan karena pertemuannya
terjadi
di
ruangan
kepala
sekolah
namun
kalau
kepentingannya berhubungan dengan guru, kemungkinan dalam satu semester paling banyak 2x. Dalam kunjungannya sebanyak 2x itu, pengawas sekaligus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap guru termasuk apabila ada hal-hal yang ingin disampaikan.
3.
Pembinaan
Seperti
apakah
yang
dilakukan
oleh
pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik? Jawaban : ada beberapa kegiatan pembinaan bagi guru yang dilakukan pengawas sekolah. biasanya seperti workshop, pelatihan ataupun kunjungan kelas. Untuk kegiatan kunjungan kelas pernah dilakukan oleh pengawas sekolah, namun untuk pelajaran bahasa indonesia terutama pada saat saya
mengajar, saya belum pernah mendapat kunjungan kelas. Selain kunjungan kelas, kegiatan pembinaan yang paling sering dilakukan pengawas yaitu dalam kegiatan workshop. Biasanya dalam kegiatan ini ditekankan kalau guru itu harus bagaimana. Misalnya dalam perubahan kurikulum, pengawas
sekolah
akan
mengarahkan
guru-guru
bagaimana
mengimplemtasikan kurikulum yang baru disekolah. Dalam pembinaan, pengawas sekolah tidak bisa satu persatu untuk dibina. Biasanya guru-guru dikumpulkan untuk memaparkan apa saja kendalanya yang dihadapinya kemudian kepala sekolah atau wakilnya akan menyampaikan hal tersebut kepada pengawas sekolah sehingga ini akan menjadi acuan sebagai bahan pembinaan, jadi sifatnya kolektif, guru-guru tidak bisa dibina satu persatu. Namun jika ada
yang mengalami kesulitan dan secara individu
mengkomunikasikan kepada pengawas via telephone atau sms itu diluar sepengetahuan kita.
4.
Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari pengawas sekolah? Jawaban : Pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah sangat banyak memberikan manfaat. Pembinaan yang dilakukan ini sangat diharapkan oleh guru-guru karena dalam pembinaan ini pengawas banyak memberikan arahan sehingga apa yang guru tidak tahu menjadi tahu, apa yang guru kurang mengerti jadi mengerti, apa yang guru tidak pahami jadi paham. Selain harus memahami pada akhirnya kita akan berusaha mencoba apa yang kurang kita pahami, maka dari itu kegiatan pembinaan ini membuat guru
menjadi tergerak untuk lebih maju. Yang terpenting juga, dalam
pembinaan ini pengawas sekolah banyak memberikan motivasi.
5.
Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah? Jawaban : pada saat pembinaan, hambatan yang saya rasakan itu adalah dalam mengoperasikan komputer, karena saya tidak begitu paham tentang
teknologi terutama menyangkut penggunaan komputer.
6.
Dapatkah
Ibu
menjelaskan
mengenai
hubungan
guru
dengan
pengawas sekolah? Jawaban : pengawas sekolah SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dulunya itu merupakan Guru Biologi di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, jadi hubungan guru-guru dengan pengawas sekolah itu cukup baik karena kami sudah berteman sejak pengawas sekolah menjadi guru di sekolah ini.
7.
Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata pelajaran yang Ibu ampu? Jawaban : Iya, setiap semester saya memang selalu membuat RPP yang baru. Paling tidak RPP yang sebelumnya dirombak sedikit sesuai dengan perubahan kurikulum yang terjadi.
8.
Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas? Jawaban : Ya, saya membawa RPP pada saat mengajar namun hanya berbentuk file. Karena berhubung dengan penghematan, maka yang dicetak hanya diberikan untuk bagian kurikulum jadi pada saat mengajar saya hanya simpan di dalam falshdisk. Paling tidak saya sudah baca RPPnya jadi saya tau apa yang harus saya sampaikan pada proses KBM.
9.
Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada saat mengajar. Jawaban : Unsur-unsur penting dalam RPP yang saya selalu saya jelaskan yaitu mengenai tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan sumber belajar.
10 Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang Ibu gunakan dalam mengajar? Jawaban : untuk pelajaran bahasa indonesia menggali apa yang sudah ada
dibuku paket saja sudah cukup bagus, karena disana sudah cukup jelas. Setelah itu biasanya lebih banyak diskusi dalam pelajaran. Misalnya, setelah membaca suatu berita siswa akan mencoba untuk menyampaikan pendapatnya setelah itu mereka membentuk kelompok lalu perawakilan kelompok akan menyampaikan hasil temuan kelompok mereka, dan yang lainnya mengamati hasil kelompok
yang mempresentasikannya.
Selain itu bisa juga melakukan proses tanya jawab, pada kegiatan ini siswa dapat mempertahankan argumentasinya. Jadi, untuk metode ceramah jarang saya lakukan, lebih banyak diskusi dan tanya jawab.
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM? Jawaban : untuk skenario manajemen kelas, siswa duduk dalam bentuk barisan mengarah papan tulis, namun ketika harus bekerja secara kelompok maka saya akan mengatur tempat duduk siswa menjadi beberapa bagian sesuai dengan kelompok yang telah di tentukan.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal karakteristik siswa? Jawaban : Sebagai guru, cara saya mengenali karakteristik siswa dapat dilihat dari kemampuan awal siswa, latar belakang budaya siswa, gaya belajar siswa dan sebagainya. Selain itu untuk mengenali potensinya, kita dapat melihatnya pada proses pembelajaran, akan terlihat siswa-siswa yang aktif dan pasif. Selain itu bisa juga dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
13. Adakah hambatan yang ibu rasakan dalam proses mengajar? Jawaban : menyesuaikan dengan jam terbang mengajar yang sudah cukup berpengalaman, karena saya sudah mengajar sejak tahun 1981 jadi tidak begitu ada hambatan dalam mengajar. jadi hambatan dalam pelaksanaan KBM itu hampir tidak ada, mungkin yang perlu disikapi itu hanya untuk anak-anak yang khususlah, misalnya anak-anak yang sering absen. Mengapa anak ini sering tidak masuk atau mungkin motivasi
belajarnya kurang itu saja mungkin perlu perhatian khusus. Selain itu paling tidak ketika awal tahun ajaran baru kan latar belakang siswa berbeda-beda mungkin pembinaan dari guru saja yang perlu ditingkatkan.
Mengetahui
Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Nama
:
Tri Wuriyantini,S.E
Tanggal
:
25 Juli 2016
Tempat
:
Ruang Tunggu Tamu
1.
Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda? Jawaban : Latar belakang pendidikan saya itu lulusan S1 Ekonomi. Untuk pekerjaan saya sudah menjadi guru selama 16 tahun. Di SMA 3 saya mengajar Ekonomi untuk kelas XI dan XII IPS.
2.
Mengenai
pengawas
sekolah,
dapatkah
ibu
menjelaskan
volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan? Jawaban : Pengawas itu sering datang ke sekolah, karena selain untuk mengawasi guru juga mengawasi sekolahan, kalau ada kegiatan monitoring dan evaluasi kita diberikan pengarahan, selanjutnya kalau awal tahun ajaran baru pengawas datang untuk memonitoring keadaan sekolah, melihat kehadiran guru pada hari pertama masuk sekolah serta mengecek kelengkapan
administrasi
guru.
namun
kalau
khusus
pembinaan
guru biasanya hanya 2-3 kali dalam satu semester, sisanya datang karena ada kepentingan dengan pimpinan sekolah.
3.
Pembinaan
Seperti
apakah
yang
dilakukan
oleh
pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik? Jawaban
:
Kalau
pembinaan
yang
menyangkut
kompetensi
pedagogik biasanya tuh pengawas sekolah sering melakukan workshop. Sistemnya, di sekolah ini kan ada guru senior atau kita dalam MGMP tuh nanti diskusi dulu apa saja hambatan atau keluh kesah yang kita rasakan
selanjutnya guru senior akan menyampaikan ke Wakasek kurikulum setelah itu ke kepala sekolah, nah nanti kepala sekolah yang akan mengubungi pengawas sekolah untuk mengundang pengawas sebagai narasumber dari workshop itu, nah disitulah pengawas sekolah melakukan pembinaan. Jadi biasanya pembinaan hanya dilakukan pada saat workshop tidak bisa secara individu karena pengawas sekolah di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ini jadwalnya sibuk banget, dia juga berkecimpung di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sering jadi narasumber untuk nasional, pergi-pergi keluar daerah.
4.
Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari pengawas sekolah? Jawaban : banyak manfaat yang bisa diambil dari pembinaan ini yaitu jadi dapat mengerti berbagai hal. Contohnya jadi mengerti Peraturan-peratuan menteri, perubahan-perubahan kurikulum terutama ya dalam perubahan pembuatan RPP, silabus, dllnya, pokoknya yang menyangkut administrasi guru.
5.
Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah? Jawaban : Tidak terlalu banyak hambatan yang saya rasakan selama mengikuti pembinaan. Mungkin secara psikologis itu ada namun hanya sedikit. Terkadang ada
sedikit perasaan sungkan, karena sebelumnya
pengawas sekolah ini dulunya rekan kerja yang sama yaitu dulu pengawas sekolah itu guru biologi disekolah ini nah sekarang sudah menjadi pejabat, levelnya lebih tinggi jadi kadang ada rasa sungkan.
6.
Dapatkah
Ibu
menjelaskan
mengenai
hubungan
guru
dengan
pengawas sekolah? Jawaban : mengenai hubungan, guru-guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dengan pengawas sekolah ini mempunyai hubungan yang baik. Sebelum
pengawas diangkat menjadi pengawas sekolah, beliau menjabat sebagai guru biologi disekolah ini, jadi dapat dikatakan hubungan kami semua sangat baik walaupun sekarang beliau sudah tidak bekerja disekolah ini lagi, namun kontribusinya
untuk
memajukan
sekolah
ini
adalah
wujud
dari
hubungan yang baik ini.
7.
Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata pelajaran yang Ibu ampu? Jawaban : iya setiap semester saya buat RPP baru, kadang juga dalam pembuatannya saya berdiskusi dengan guru-guru MGMP Ekonomi. Kemampuan
guru
dalam
menguasai
perencanaan
dan pelaksaan
pembelajaran dapat dilihat dalam pembuatan RPP. Di dalam RPP guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan dapat memotivasi mereka untuk belajar.
8.
Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas? Jawaban : terkadang saya bawa, terkadang tidak saya bawa RPPnya.
9.
Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada saat mengajar. Jawaban : unsur-unsur yang penting saya jelaskan yaitu pada tahap pendahuluannya, materi pembelajarannya itu mengenai apa dan tujuannya untuk apa materi ini dipelajari hingga ketercapaian apa yang ingin kita raih dari pembelajaran ini. Kemudian inti pelajaran, mengenai sumber belajar dan metode perlu saya jelaskan. Hingga penutup, saya akan mengevaluasi pembelajaran ini dengan memberikan tugas atau tes dengan bentuk seperti apa akan saya jelaskan pada saat pelaksanaan pembelajaran.
10 Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang Ibu gunakan dalam mengajar? Jawaban : mengikuti kurikulum 2013, siswa menjadi centre dalam pembelajaran. anak lebih aktif untuk belajar sendiri, guru hanya menerangkan sedikit kemudian siswa mencari tau sendiri. Dalam pelajaran ekonomi tidak ada kegiatan praktik, kecuali pada materi hitungan. Jadi metode ceramah masih saya gunakan, setelah itu siswa secara aktif melakukan praktik secara mandiri untuk mengerjakan soal-soal hitungan.
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM? Jawaban : pada saat proses KBM saya tidak terlalu sering mengubah posisi tempat duduk siswa. posisinya masih menghadap ke arah depan namun terkadang siswa merubahnya ketika mereka harus mengerjakan tugas secara kelompok.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal potensi siswa? Jawaban : cara saya untuk mengenali potensi siswa bisa dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, ketika mereka dituntut untuk berkelompok maka akan terlihat anak-anak yang akan menonjol, akan terlihat yang malas dan rajin, akan terlihat anak-anak yang mempunyai jiwa kepemimpinan.
13. Adakah hambatan yang ibu rasakan dalam proses mengajar? Jawaban : hambatan biasanya datang dari siswa, jika ada siswa yang malas itu bisa menghambat proses pembelajaran. contohnya, apabila malas belajar pasti akan sering tidak masuk sekolah, lalu ketika dituntut untuk mengerjakan tugas secara berkelompok, kalau siswa tersebut malas maka akan menggangu siswa yang lain.
Mengetahui
Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Guru Seni Budaya SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Nama
:
Rusmanelly, S.Pd
Tanggal
:
25 Juli 2016
Tempat
:
Ruang Guru
1.
Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda? Jawaban : Saya lulusan S1 Seni Budaya Universitas Negeri Jakarta. Pekerjaan saya adalah seorang guru seni. Bekerja menjadi guru Seni Budaya itu sudah sejak tahun 1996. Sekarang di SMA 3 Tangerang Selatan, saya mengajar Seni Budaya untuk kelas XI dan XII.
2.
Mengenai
pengawas
sekolah,
dapatkah
ibu
menjelaskan
volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan? Jawaban : kehadiran pengawas ke sekolah itu tidak menentu. Dalam satu semester
pengawas
bisa
melakukan
kunjungan
sekitar
3
kali,
namun terkadang bisa lebih. Tetapi kunjungannya itu tergantung kepentingannya. Biasanya pengawas sekolah lebih sering datang karena ada kepentingan dengan kepala sekolah, kalau tujuannya khusus guru sangat jarang, mungkin sekitar 2 kali pengawas melakukan kunjungan untuk melakukan pengawasan tentang kegiatan guru dalam proses pembelajaran, pengawasan terhadap administrasi guru seperti RPP, sumber dan bahan ajar serta melakukan pembinaan terhadap guru-guru.
3.
Pembinaan
Seperti
apakah
yang
dilakukan
oleh
pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik? Jawaban : biasanya pada awal tahun ajaran baru itu sekolah suka mengadakan kegiatan workshop, nah di kegiatan workshop ini pengawas sekolah menjadi narasumber untuk memberikan arahan atau pembinaan bagi guru-guru. pada saat workshop guru-guru banyak diberikan informasi
dan diajak diskusi apabila guru-guru mengalami kendala. Selain itu, kalau untuk kunjungan kelas sangat jarang dilakukan pengawas sekolah, apalagi untuk pembinaan individual secara tatap muka tidak pernah dilakukan karena terlalu banyaknya guru
yang harus dibina serta
keterbatasan waktu yang dimiliki pengawas sekolah tidak memungkinkan pembinaan secara individual.
4.
Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari pengawas sekolah? Jawaban : manfaat yang saya rasakan setelah mendapatkan pembinaan itu, saya merasa lebih terarah dalam menjalankan pekerjaan. Pengawas sekolah banyak memberikan bantuan berupa solusi dan motivasi untuk memecahkan masalah yang guru-guru hadapi.
5.
Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah? Jawaban : alhamdulilah tidak ada hambatan yang begitu berarti yang saya rasakan. Mungkin mengenai kondisi pada saat mengikuti workshop saja yang terkadang konsentrasinya kurang. Karena biasanya pembinaan itu bisa dilaksanakan seharian atau dilaksanakan siang hari setelah proses pembelajaran, kegiatannya bisa dari siang-sore sehingga terkadang guru sudah mulai lelah karena habis mengajar masih harus mengikuti workshop.
6.
Dapatkah
Ibu
menjelaskan
mengenai
hubungan
guru
dengan
pengawas sekolah? Jawaban : Guru-guru dengan pengawas sekolah menjalin hubungan yang baik karena pengawas sekolah dulunya bekerja di sekolah ini sebagai guru juga.
7.
Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata pelajaran yang Ibu ampu?
Jawaban : RPP merupakan hasil karya yang dibuat oleh guru, oleh karena itu saya selalu membuat RPP.
8.
Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas? Jawaban : Terkadang saya bawa ketika mengajar, tapi hanya dalam berbentuk soft file. RPP ini tidak dicetak dikarenakan untuk menghemat biaya, namun kami juga diwajibkan untuk mencetak RPP melainkan untuk diserahkan ke bagian kurikulum.
9.
Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada saat mengajar. Jawaban : unsur-unsur yang penting dijelaskan dalam RPP yaitu KD, Materi Pembelajaran, Bahan ajar, kegiatan pembelajaran.
10. Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang Ibu gunakan dalam mengajar? Jawaban : seni budaya itu bukanlah pelajaran yang harus dihafal atau dihitung. Pelajaran seni budaya ini lebih banyak mengeksplor mengenai potensi. Oleh karena itu metode yang digunakan lebih banyak berdiskusi atau berkelompok serta tanya jawab. Kegiatan pembelajaran lebih banyak dilakukan melalui praktik.
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM? Jawaban : karena pelajaran seni budaya lebih banyak praktiknya, skenario belajarnya saya buat tidak selalu harus dikelas. Biasanya kalau materinya menggambar atau melukis, siswa akan
belajar diluar kelas agar siswa
mendapatkan inspirasi. Sedangkan kalau materinya seni musik atau seni tari pembelajarannya dilaksanakan di studio seni.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal potensi siswa? Jawaban : Karena saya guru seni dan saya mengajarnya seni budaya,
dalam hal ini saya paling mudah menemukan potensi anak. Karena dalam setiap materi seni saya dapat melihat bakat-bakat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam materi seni lukis, maka saya bisa melihat siswa mana yang pandai melukis, begitu pula pada materi seni tari atau musik, dalam proses pembelajarannya saya dapat mengenali potensi siswa yang memiliki bakat menari dan bernyanyi.
13. Adakah hambatan yang ibu rasakan dalam proses mengajar? Jawaban : saya rasa selama saya mengajar tidak ada hambatannya. Karena menurut
saya
pelajaran
seni
budaya
itu
pelajaran
yang
sangat
mengasyikan dan tidak membuat siswa bosan seperti pelajaran-pelajaran yang
lainnya, karena dalam pelajaran ini siswa dapat mengeksplorasi
bakatnya sehingga dalam penyampaian materi tidak cukup sulit serta mengatur siswa pun tidak ada masalah.
Mengetahui
Lampiran 11
Data Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
NAMA Dra. Aan Sri Analiah Abdul Aziz, S.Ag Adi Ruchyadi, S.Pd Affandy Kartawinata, S.Kom Ahmad Hasanudin, S.Pd Ahmad Syukron, S.Pd Ahmad Zikrullah, S.Pd Ai Kusmiati, S.Pd Arie Budiningsih, S.Pd Beni Tresnadi, S.T Dedi Suryaman, M.T Dewi Maehely Drs. Digi Susandi Dyah Katiyuwati, S.Pd Elly Aisah Sugiarti, S.Pd Emin Salimin, M.Ag Emma Rochminarti, S.Pd Eni Suryani, M.Pd Fuad Ahmad Jawari, A.Md Gerry Oktavia Nugraha H. P. A. Sopandy, A. Haposan Hutapea Dra. Harsining Hj. Dra Efi Rosita Hj. Elliah Doniati, S.Pd Hj. Hartati, S.Pd Hj. Laela Rochayati, M.M Hj. Mardiati, S.Pd Hj. Dra Sri Haryatmi Hj. Dra Suwarti Junaedi, S.Ag Juriah, M.Pd Kamron Henilawati, S.Pd Kiki Novianti, S.Pd Liman, M.Pd Lina Nurlina, M.Pd Masduki, S.Sos Mashudi Jaed, M.Pd
KATEGORI Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Kepala Sekolah Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
PENDIDIKAN S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 D3 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S1 S2
39 40 41 42
Muhammad Muhyidin, S.Ag Muhardi, M.Pd Nawang Priyandani, S.Pd Nellyta Basri, S.Pd
Guru Guru Guru Guru
S1 S2 S1 S1
Lampiran 12
Data Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
NAMA Ade Yanti, S.Si Andri Bagus Darmawan Cimung Ramadhan Dinar Purbasari Dwi Dwi Puspitasari Erdi Bahrudin Hermawan Maman Suparman Misna Mirwahati Mulyati Namin Enju Ono Suryono Phutut Joko Pamungkas Ria Rahmawati Riza Asfahani Rodiah Rohmat Sunarni Suyati Syamlani Wahir Winata Zaenal Abidin
KATEGORI Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Pustakawan Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Pustakawan Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah Tenaga Administrasi Sekolah
PENDIDIKAN S1 SMA SMA SMA SMA SMA S1 SMA SMP S1 S1 SMA SD SMA SMP SMA D2 S1 SMA S1 S1 S1 SMP SMA
Lampiran 13
Buku Tamu (Daftar Hadir Kunjungan Pengawas Sekolah)
Lampiran 14 Surat Permohonan Pembimbing
125
Lampiran 15 Daftar Ujian Referensi