PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA Di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh Siti Istianah NIM 208011000075
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ABSTRAK
Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswadi SMPN 6 Tangerang Selatan. Guru agama Islam adalah seorang pendidik yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu yang berkaitan dengan agama Islam kepada anak didiknya dan juga memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani demi memenuhi amanah yang diperintahkan Allah SWT, agar terciptanya generasi yang dapat mengatur dan menata alam semesta ini dengan rapi nan tertata indah. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui adanya Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa. Seberapa besar peranan yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan siswanya. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan ganda, dan data dari hasil penelitian yang penulis buat dapat diketahui bahwa jumlah prosentase yang menjawab selalu lebih banyak yaitu 611%, dibanding prosentase yang menjawab sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam cukup berperan dalam membina sikap keberagamaan siswa, serta dapat memberikan dan menerapkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik terhadap para siswa.
SITI ISTIANAH (PAI)
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tertuntun untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan sarjana program strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Shalawat serta salam selalu penulis lafadzkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang atas perjuangan dan bimbingannya kita masih berada di jalan-Nya. Serta yang telah memberikan cahayanya untuk menerangi jalan kehidupan seluruh umat. Walaupun skripsi ini masih belum sempurna, tapi dengan penuh rasa syukur penulis dapatmenyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan peran banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ingin sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Kepada Bapak Bahrissalim, M. Ag dan Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Rusdi Jamil, MA. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis. 4. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu dan uswatun hasanah kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah SWT membalas semuanya dengan pahala dan kebaikan. 5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini. 6. Terima kasih kepada Bapak Ikbal, S.Pd, MM. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, serta bapak Asep Kusdiawan, Pak Asim, Pak Arief, Pak ii
Saprudin,Pak Yana,beserta staf dan seluruh dewan guru yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. 7. Kepada Aba tercinta ABD. Hamid, S.Ag dan Ummi tersayang Syahani Suryaningsih, atas segala kasih sayang, perhatian, dan dorongannya. Tak pernah lelah dan bosan dalam memberikan dukungan moral dan materil, serta selalu mendoakan yang terbaik untuk buah hatimu ini, sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi hingga selesai. 8. Kepada Adik-adikku tersayang dan gokil abis, Ahmad Azhari (Ari) dan Muhammad Husen (Husen), serta saudara-saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan dukungan dan doa, sehingga memberikan motivasi pada penulis untuk selalu bersemangat demi kelancaran skripsi ini. 9. Kepada sahabat-sahabatku terkasih Resti, Lala, Eva, Azka, Nurul, Indah Royta, Isma, Bangun dan mamih Bona (PBI) yang selalu memberikan motivasi, inspirasi dan bantuan serta senantiasa mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islamangkatan 2008 khususnya kelas “A”, yang selalu memberikan dukungan dan indahnya kebersamaan dalam kelas Istimewa. Kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, apapun bentuknya baik berupa tenaga, waktu, dan doa penulis ucapkan terima kasih banyak. Mudah-mudahan segala amal dan jasa baik mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diterima oleh Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Skripsi ini merupakan karya awal bagi penulis sehingga sangat mungkin masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis terbuka terhadap kritik dan sarannya dari segenap pembaca. Akhir kata penulis mempersembahkan skripsi ini segala kelebihan dan kekurangannya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin................
Jakarta, 5 April 2013 Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
.................................................................................................................................
i
...........................................................................................................
ii
............................................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................
vi
DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................................................... B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. C. Pembatasan Masalah ............................................................................................ D. Perumusan Masalah ............................................................................................. E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. F. Manfaat Penelitian ................................................................................................. A. Latar Belakang
1 6 6 7 7 7
BAB II KAJIAN TEORI
........................................................... Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam .............................. Fungsi Guru PAI ............................................................................................ Tugas Guru PAI ............................................................................................. Peranan Guru PAI ..........................................................................................
A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam 1. 2. 3. 4.
8 9 17 18 19
................................................................................ Pengertian Sikap Keberagamaan Siswa .................................................... Sikap Siswa Remaja Terhadap Agama .....................................................
23
....................................................................................................... D. Kerangka Berfikir ..................................................................................................
26 29
..................................................................................................................
30
B. Sikap Keberagamaan Siswa 1. 2.
C. Kajian Relevan
E. Hipotesis
iv
23 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
............................................................................. B. Metode Penelitian .................................................................................................. C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... E. Teknik Analisa Data .............................................................................................. A. Tempat dan Waktu Penelitian
31 31 32 32 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
...................... B. Deskripsi Data ...................................................................................... 1. Data Peranan Guru Pendidikan Agama Islam ............................................ 2. Data Sikap Keberagamaan Siswa ................................................................. C. Analisi dan Interprestasi Data ............................................................................. A. Gambaran Umum SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan
36 40 40 55 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................ B. Implikasi ................................................................................................ C Saran .......................................................................................................................
75 76 76
............................................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa ............................... 33
Tabel 2
: Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman ......................................................................... 40
Tabel 3
: Guru Pendidikan Agama Islam hadir di kelas tepat waktu ......................... 41
Tabel 4
: Guru Pendidikan Agama Islam memberikan bimbingan dan contoh nasehat yang baik pada saat belajar mengajar ........................................................ 42
Tabel 5
: Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk membicarakan kejelekan orang lain (ghibah) .................................................................... 43
Tabel 6
: Guru Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi untuk berakhlak alKarimah ................................................................................................... 44
Tabel 7
: Ketika menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, Guru menggunakan media/alat peraga .............................................................. 45
Tabel 8
: Guru Pendidikan Agama Islam menyuruh siswa agar berpakaian rapi dan sopan ........................................................................................................ 46
Tabel 9
: Guru Pendidikan Agama Islam menghukum siswa apabila tidak mengerjakan pekerjaan rumah .................................................................. 47
Tabel 10
: Guru Pendidikan Agama Islam mengawasi siswa pada saat ujian Pendidikan Agama Islam berlangsung ...................................................... 48
Tabel 11
: Guru Agama Pendidikan Agama Islam mendorong siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama ................................................................ 49
Tabel 12
: Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk bersikap jujur .. 50
vi
Tabel 13
: Guru Pendidikan Agama Islam berperan dalam membina sikap keberagamaan para siswa .......................................................................... 51
Tabel 14
: Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk merokok ................ 52
Tabel 15
: Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk memakai narkoba ... 53
Tabel 16
: Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk tawuran .................. 54
Tabel 17
: Ketika tidak diperintahkan orang tua/guru, siswa mengerjakan sholat lima waktu ........................................................................................................ 55
Tabel 18
: Meski waktu sholat telah tiba, siswa tetap menonton televisi ..................... 56
Tabel 19
: Jika nilai ulangan baik, siswa mengucapkan hamdalah .............................. 57
Tabel 20
: Setiap hari siswa selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an .... 58
Tabel 21
: Pada bulan Romadhon, siswa melaksanakan puasa Ramadhan .................. 60
Tabel 22
: Siswa melaksanakan puasa sunnah ............................................................ 61
Tabel 23
: Ketika memiliki uang, siswa memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu ................................................................................. 62
Tabel 24
: Ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada siswa, siswa akan mengerjakannya ........................................................................................ 63
Tabel 25
: Ketika siswa bertemu dengan guru dijalan, siswa menyapa/mengucapkan salam kepada guru .................................................................................... 64
Tabel 26
: Siswa mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas ................................................................ 65
Tabel 27
: Ketika teman berbuat kesalahan kemudian ia meminta maaf, siswa memaafkannya .......................................................................................... 66
Tabel 28
: Ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan lainnya), siswa mengerjakannya sendiri (tidak mencontek) ....................... 67
vii
Tabel 29
: Ketika melihat uang teman jatuh siswa akan mengambilnya, kemudian mengembalikan pada teman ...................................................................... 68
Tabel 30
: Ketika sedang berkumpul dengan teman, siswa berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor) ....................... 69
Tabel 31
: Ketika berjanji dengan orang lain, siswa menepatinya ............................... 70
Tabel 32
: Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa ............................................................................... 71
viii
DAFTAR GRAFIK
Gambar Grafik 1
....................................................................................................... 41
Gambar Grafik 2
....................................................................................................... 42
Gambar Grafik 3
....................................................................................................... 43
Gambar Grafik 4
....................................................................................................... 44
Gambar Grafik 5
....................................................................................................... 45
Gambar Grafik 6
....................................................................................................... 46
Gambar Grafik 7
....................................................................................................... 47
Gambar Grafik 8
....................................................................................................... 48
Gambar Grafik 9
....................................................................................................... 49
Gambar Grafik 10 ....................................................................................................... 50 Gambar Grafik 11 ....................................................................................................... 51 Gambar Grafik 12 ....................................................................................................... 52 Gambar Grafik 13 ....................................................................................................... 53 Gambar Grafik 14 ....................................................................................................... 54 Gambar Grafik 15 ....................................................................................................... 55 Gambar Grafik 16 ....................................................................................................... 56 Gambar Grafik 17 ....................................................................................................... 57 Gambar Grafik 18 ....................................................................................................... 58 Gambar Grafik 19 ....................................................................................................... 59 Gambar Grafik 20 ....................................................................................................... 60 ix
Gambar Grafik 21 ....................................................................................................... 61 Gambar Grafik 22 ....................................................................................................... 62 Gambar Grafik 23 ....................................................................................................... 63 Gambar Grafik 24 ....................................................................................................... 64 Gambar Grafik 25 ....................................................................................................... 65 Gambar Grafik 26 ....................................................................................................... 66 Gambar Grafik 27 ....................................................................................................... 68 Gambar Grafik 28 ....................................................................................................... 69 Gambar Grafik 29 ....................................................................................................... 70 Gambar Grafik 30 ....................................................................................................... 71
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai perubahan dalam setiap aspek kehidupan dewasa ini berlangsung dengan cepat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perubahan dalam satu bidang menimbulkan perubahan dalam bidang lain, perubahan-perubahan ini tidak selamanya dapat diperkirakan secara pasti. Perkembangan dalam bidang IPTEK menimbulkan perubahan-perubahan dalam bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Sebagai suatu realitas, dampak dari perubahan-perubahan tersebut disamping berpengaruh pada perilaku dan struktur kepribadian individu juga akan berpengaruh pada perilaku dan struktur sosial. Hal ini mengakibatkan adanya hubungan perubahan pada hubungan antar individu dalam kaitannya dengan sikap terhadap nilai dan norma-norma agama yang dianutnya. Untuk menangkal kesemuanya itu salah satu usaha yang dianggap ampuh adalah melalui jalur pendidikan agama khususnya agama Islam.
1
2
Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang tidak diimbangi dengan kemajuan dan peningkatan iman dan taqwa dapat membawa pengaruh negatif yang kuat terhadap
kehidupan
masyarakat,
bahkan
terutama
membawa
kepada
kemudharatan, bagi kepribadian generasi muda saat ini. Dalam kehidupan sekarang ini para remaja dan pelajar khususnya banyak berbuat sesuatu di luar pemikiran dan akal sehat karena tidak dilandasi iman yang kuat. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat, bahkan sering kali bagi politik. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, sering menyebabkan perilaku-perilaku yang aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan. 1 Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya, atau mengalami kebingungan identitas, cenderung menampilkan perilaku menyimpang atau anehaneh. Perilaku menyimpang itu seperti dalam penampilan diri dan cara berpakaian (memakai celana dan baju yang sobek-sobek, anggota badan tertentu ditato, rambut dipunk dan dicat warna-warni), berkata kasar (tidak sopan/santun), senang mengonsumsi minuman keras, dan melakukan tindak kriminal. 2 Penyimpangan
yang
dilakukan
remaja
tidak
lepas
dari
pengaruh
perkembangan kehidupan kejiwaannya yang sedang mengalami kegoncangan akibat perubahan-perubahan baik dari segi jasmani maupun rohaninya yang berjalan begitu cepat. Kartini Kartono mengatakan, ”Pada masa pertumbuhan remaja antara umur 12-17 tahun sering mengalami suatu bentuk krisis yang berupa kehilangan keseimbangan jasmani dan rohani”.3 Kegoncangan pada jiwa remaja tersebut menimbulkan berbagai keresahan yang menyebabkan labilnya pikiran, perasaan, 1
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h.72 2
Syamsu Yusuf L.N, dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.97 3 Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Alumni, 1979), h.149
3
dan kemauan begitu juga keyakinan terhadap tuhan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya yang tidak stabil. Sejalan dengan perkembangan fisik dan psikis remaja, berkembang sikap keagamaannya. Perkembangan sikap keagamaan remaja sangat berhubungan erat dengan sikap percaya kepada Tuhan yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan (pergaulannya) masyarakat yang diwujudkan kepada pengalaman ajaran agama serta penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu sering terlihat suatu keadaan jiwa tertentu pada jiwa remaja, yaitu perasaan maju mundur dalam beriman. Sebagaimana Zakiah Daradjat menyatakan, “Religiusitas remaja tidak sama tetapnya dengan orang dewasa atau masa kanak-kanak”. 4 Tidak akan menemukan perasaan agama yang sama kuatnya disetiap waktu. Identitas keagamaan remaja adalah sikap yang diwujudkan dengan pengalaman sepenuhnya terhadap ajaran agamanya, dalam hal ini adalah ajaran Allah SWT, dan Rasul-Nya. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat,
bahwa
“Pendidikan Islam
berarti
pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim adalah pengalaman sepenuhnya ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya”.5 Jadi remaja yang ideal (dalam hal sikap keagamaannya) adalah remaja yang menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mebentuk generasi yang ideal dan militan adalah bukan suatu hal yang sulit apabila semua aspek bergabung saling menopang satu sama lainnya, antara lingkungan keluarga yang harmonis, pergaulan yang baik dan bersifat agamis serta pemerintah memberi fasilitas kegiatan yang positif.
4 5
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.82 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.17
4
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Pada zaman sekarang, seorang guru jarang menggunakan metode yang efektif dan efisien kepada siswanya, seperti PAIKEM, CTL dan lain-lain. Mereka hanya memberikan tugas-tugas untuk mengisi kekosongan dalam kegiatan belajar mengajarnya, sehingga siswa tidak dapat belajar dengan baik dan cenderung melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, seperti memainkan handphone, bermain-main di dalam kelas dan lain-lain. Di sekolah guru bertanggung jawab terutama terhadap pengembangan seluruh potensi siswa, akan tetapi seringkali menganggap bahwa tugas utamanya hanyalah memenuhi pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapatkan nama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi, ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran agama Islam. Malahan di luar sekolah pun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik. 6 Oleh karenanya, “seorang guru (terutama guru agam) dituntut untuk mampu menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana dan hati-hati dari seorang guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model”. 7 Artinya setiap guru diharapkan mampu memberi contoh bagi anak didiknya, bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
6
Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.72-
73 7
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.28
5
Disinilah letak pentingnya peranan keluarga, guru dan lingkungan. Jika si anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral atau tidak mengerti cara mendidik, kemudian dilanjutkan di sekolah-sekolah yang diajar oleh guru-guru yang kurang pandai mendidik ditambah pula lingkungan atau masyarakat yang kurang mengindahkan moral, maka sudah barang tentu hasil yang akan terjadi pada diri si anak itu, tidak menggembirakan dai segi moral. 8 Guru agama mempunyai peranan yang sangat strategis. Karena disamping ia dituntut untuk menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan kurikulum sekolah, ia juga dituntut untuk mampu membentuk kepribadian siswa dan menumbuhkan serta membiasakan norma-norma dan nilai-nilai religius bagi anak didik dalam lingkungannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya guru agama dituntut untuk mampu mengorientasikan pendidikan agama bukan hanya bagaimana agar anak didik itu menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, tetapi juga harus mampu mengupayakan bagaimana agar siswa mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, mampu berhubungan dengan sesama (teman, orang tua, guru dan lingkungannya) dengan baik. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih tema dalam skripsi dengan judul: “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN SIKAP KEBERAGAMAAN
SISWA
DI
SMP
NEGERI
6
TANGERANG
SELATAN”.
8
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1990), cet-10, h.67
6
B. Identifikasi Masalah Masalah yang dapat diidentifikasi peneliti adalah sebagai berikut : 1. Guru belum efektif dan efisien dalam mengajar. 2. Kurangnya peran guru pendidikan agama Islam dalam membina sikap pribadi siswa. 3. Sikap siswa terhadap guru dan teman kurang baik. 4. Sikap siswa terhadap orang tua kurang santun.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka pembatasan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Adapun Peranan Pendidikan Agama Islam disini adalah proses bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dengan mengajarkan, mengarahkan, melatih dan memberikan contoh untuk mengamalkan ajaran agama, baik melalui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di dalam kelas ataupun pelaksanaan Pendidikan Agama Islam diluar kelas seperti kegiatan keagamaan yang berciri khaskan Islam. 2. Sikap Keberagamaan Siswa Adapun sikap keberagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkah laku siswa yang sesuai dengan ajaran agama Islam, dilihat dari aspek akhlak dan ibadah. Aspek akhlak yaitu akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap guru, akhlak terhadap orang lain serta akhlak terhadap diri sendiri. Sedangkan aspek ibadah yaitu ibadah wajib maupun ibadah sunnah.
7
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa. 2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan perhatian guru terhadap siswanya sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan sikap keberagamaan. 2. Dapat berdaya guna, terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan
di
bidang
agama
dalam
menanggulangi penyimpangan sikap siswa dan peningkatan kualitas pendidikan Islam yang lebih baik di masa yang akan datang. 3. Dapat memberikan informasi pada orang tua murid agar memperhatikan anaknya dalam pergaulan sehari-hari. 4. Sedangkan manfaat bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah pengetahuan peneliti tentang peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Sehubungan
dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik” dan
“pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun sengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar-mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. 1 Dalam dimensi dunia pendidikan, guru adalah sosok manusia mulia yang mempunyai tanggung jawab berat dan besar yaitu membawa siswanya pada satu taraf kematangan tertentu. 1
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.143
8
9
Sejalan dengan ini adalah Allah SWT mengisyaratkan dalam Al-Qur‟an surat Al-Mujadalah ayat 11:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat berperan, karena guru itulah yang akan bertanggung jawab dalam upaya membina dan membimbing perilaku anak didik guna pembentukan pribadinya, terlebih-lebih guru agama, karena mempunyai tanggung jawab yang lebih berat yaitu selain ia bertanggung jawab terhadap pembinaan sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agama Islam juga bertanggung jawab kepada Allah SWT.
1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Untuk membahas peranan guru agama Islam, penulis akan memaparkan terlebih dahulu pengertian peranan, kemudian guru dan pendidikan agama Islam.
10
Yang pertama, peran memiliki arti pelaku sebagai tokoh sandiwara atau biasa juga diartikan sebagai suatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan utama dalam terjadi hal atau peristiwa. 2 Peran memiliki makna yang berarti tingkah laku atau prilaku. Kata peran yang mendapatkan kata akhiran “an” menjadi peranan adalah suatu fungsi atau kedudukan. 3 Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah “Perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia, peran adalah “Sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan utama (dalam suatu peristiwa)”. 4 Peranan itu sendiri memiliki arti yaitu “Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”. 5 Peran sangat penting sekali dalam kehidupan manusia khususnya dimasa sekarang ini, karena menurut pengertian diatas peran itu harus dilaksanakan oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, seperti perlunya peran guru dalam menanggulangi kebodohan, perlunya peran orang tua dalam mendidik anak ke jalan yang benar, perlunya peran negara dalam mengentaskan kemiskinan dan begitu pula dengan perlunya peran manusia untuk menyayangi sesama manusia. Dan peran yang baik akan terwujud kehidupan manusia menjadi aman dan tentram. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peran dapat diwujudkan oleh orang yang lebih tinggi tingkatannya dalam suatu masyarakat, hal tersebut dapat terlaksana jika terdiri dari beberapa manusia.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h.854 3
Slameto, Bimbingan disekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h.10
4
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h.573 5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.667
11
Yang kedua, kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dari kata teacher yang berarti pengajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik atau mengajar. 6 Menurut Syaiful bahri Djamarah, bahwa “Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di Mesjid, di surau/musholah, di rumah, dan sebagainya”. 7 Menurut Zakiah Daradjat, Guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebihlebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.8 Sebab dalam hal ini, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pementukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara afektif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of 6
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.288 7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet-1, h.31 8 Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet-1, h.266
12
values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.9 Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, turor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. 10 Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. 11 Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Ia memegang peranan yang sangat penting. Guru pendidikan agama Islam berbeda dengan guru bidang studi lain. Guru agama harus mampu memancarkan nilai-nilai ajaran agama, baik dalam penampilan dirinya secara pribadi maupun dalam pengelola kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Guru agama dalam tugasnya mengajar, mendidik, membimbing, memberikan keterampilan dan norma-norma kesusilaan dan agama. Dari beberapa pengertian di atas, dapap disimpulkan bahwa guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju ke arah 9
Ibid., h.125 Undang-undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam), h.35 11 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Prisma Sophie Jogjakarta,1994), h.156 10
13
kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan dan memberikan nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pendidikan agama Islam. Istilah pendidikan diambil dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang mengandung pengertian perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan. 12 Menurut Ngalim Purwanto, bahwa “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”. 13 Menurut Zuhairini, bahwa “Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup”.14 Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, tahu dan dapat membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang tidak baik. Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.1 M. Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007), h.11 14 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet-2, h.149 13
14
Dari definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan adalah suatu proses atau usaha penumpukan pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan segenap potensi yang ada dalam diri seseorang yang dilakukan dengan sengaja dan terencana, yang dilaksanakan oleh orang dewasa (pendidik) untuk merubah sikap dan tata laku anak-anak (terdidik), dari tahap maupun prosesnya baik secara jasmani maupun rohani agar tercipta manusia yang sempurna. Bicara tentang pendidikan, cangkupannya sangat luas sekali. Dalam hal ini peneliti bermaksud membahas mengenai Pendidikan Agama Islam. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (Way of Life).15 Menurut Abdul Rachman Shaleh mengatakan, “Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat persatuan Nasional”.16 Sedangkan menurut Ramayulis, pengertian dari Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengahayati, mengimani, bertaqwa, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman. 17
15
Zakiah Daradjat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet-3,
h.86 16
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet-1, h.31 17 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), cet-4, h.21
15
Pendidikan Agama adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing siswa yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap, maupun
cara
berfikirnya.
Melalui
pendidikan
agama
terjadilah
proses
pengembangan aspek kepribadian anak, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Sehingga ajaran agama diharapkan akan menjadi bagian integral dari pribadi anak yang bersangkutan. Dalam arti segala aktifitas anak akan mencerminkan sikap Islamiyah. Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia dengan kualitas diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional dibidang pendidikan, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani.18 Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.19 “Pengaruh pendidikan agama Islam di sekolah dikalangan remaja baru dapat terbentuk bila guru yang bersangkutan benar-benar memiliki personalitas yang bulat dan utuh dengan keyakinan penuh terhadap kebenaran agama yang diajarkan, berwibawa, terampil dalam menerapkan metode yang sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan remaja”.20 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam dan 18
M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, h.75. Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma‟arif, 1974), h. 23. 20 H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.216 19
16
dilakukan dengan sadar untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal dan menyiapkan anak didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan al-Hadits, agar tidak menguasai ilmu pengetahuan agama saja akan tetapi seluruh aspek kepribadiannya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, Menurut Basyiruddin dan Syafruddin pengertian guru pendidikan agama Islam adalah pendidik profesional. Profesional berasal dari kata profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.21 Pekerjaan profesional sebagai pendidik pada dasarnya bertitik tolak dari panggilan jiwa, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab keilmuan. Kinerja guru pendidikan agama Islam menyangkut semua aktifitas atau tingkah laku yang dikerjakan oleh seorang pendidik agama Islam dalam mencapai suatu tujuan atau hasil pembelajaran agama Islam. Menurut Ahmad D Marimba, “Guru agama Islam adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik”.22 Menurut Prof.H.M. Arifin M. Ed, adalah
orang yang membimbing,
mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam. 23 Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya atau 21
Syafruddin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.15 22 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Alma‟arif, 1998), h.37 23 H. M. Arifin, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.100
17
menspesialisasikan diri untuk melakukan kegiatan menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada murid sebagai pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Fungsi Guru PAI Secara tidak disadari dalam berbagai praktik dan pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya dan proses pendidikan pada umumnya, fungsi guru sebagai “pengajar” (penyampai ilmu pengetahuan) masih cenderung untuk menonjol. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa guru pada umumnya akan memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilainilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya, serta kurang memerhatikan sikap dan tingkah laku anak sehari-harinya. 24 Pekerjaan jabatan guu agama adalah luas, yaitu “untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, fungsi guru dalam membina siswa tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja”. 25 Selain sebagai pendidik, “guru mempunyai berbagai fungsi, di antaranya sebagai informatory, yaitu guru sebagai pelaksana cara mengajar informasi, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum”.26 Fungsi sentral guru adalah mendidik. Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi instruksional) dan
24
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 2011), cet-19, h.139 25 Zakiah Daradjat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet-2, h.262 26 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1990), cet-3, h.29
18
kegiatan bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Dari pada itu guru pun harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakannya sendiri untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya (sebagai umpan balik).
3. Tugas Guru PAI Tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat sekitarnya.27 Guru adalah figur seorang pemimpin yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, ia juga mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, tugas guru antara lain: a. Tugas guru sebagai suatu profesi yaitu menuntut kepada guru untuk mengembangkan
profesionalitas
diri
sesuai
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. b. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. c. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. d. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menetapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
27
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet-16, h.125
19
e. Tugas guru sebagai kemanusiaan berarti guru harus menanamkan nilainilai kemanusiaan kepada anak didik.28 Menurut Zakiah Daradjat, Dkk, tugas guru yaitu: a. Guru sebagai Pengajar Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. b. Guru sebagai Pembimbing Sebagai pembimbing, guru dapat memberikan dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. c. Guru sebagai Administrasi Guru bertugas sebagai administrasi, bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar.29
4. Peranan Guru PAI Sesungguhnya setiap kita orang Islam berkewajiban menyampaikan ajaran agama, yang kita ketahui kepada orang lain, seperti yang dimintakan oleh Nabi Muhammad saw. 30 Berangkat dari konsep operasional, pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan Islam.
28
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,...............,
h.37 29
Zakiah Daradjat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet-1, h.265-267 30 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: N.V Bulan Bintang, 1982), cet-4, h.62
20
Abdullah Nashih „Ulwan berpendapat bahwa tugas dan peran pendidik atau guru adalah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua, dan sebagai salah satu pelaksana pendidikan Islam guru tidak hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya. Hal itu dapat diwujudkan
dengan
cara
menjadikan
manusia
itu
sebagai
manusia,
mempertahankan sifat kemanusiaannya, serta memelihara fitrahnya yang telah diberikan oleh Allah SWT.31 Menurut Drs.M. Uzer Usman, Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.32 Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah guru mempunyai beberapa peranan yang utama dalam membimbing anak didik agar mencapai tujuan yang diharapkan. Di antara peranan utama seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah:
a. Guru sebagai Demonstrator Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
31
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ..............................., h.95 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet-23, h.4 32
21
b. Guru sebagai Pengelola Kelas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. d. Guru sebagai Evaluator Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui apakah yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Menurut Sardiman, peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut: a. Guru sebagai Informator Guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboraturium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Guru sebagai Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. c. Guru sebagai Motivator Guru dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan
potensi
siswa,
menumbuhkan
swadaya
22
(aktivitas), dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. d. Guru sebagai Pengarah Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Guru sebagai Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. f. Guru sebagai Transmitter Guru
bertindak
selaku
penyebar
kebijaksanaan
pendidikan
dan
pengetahuan. g. Guru sebagai Fasilitator Guru dapat menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. h. Guru sebagai Mediator Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator juga diartikan
penyediaan
media.
Bagaimana
cara
memakai
dan
mengorganisasikan penggunaan media. i. Guru sebagai Evaluator Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. 33
33
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,....................., h.143
23
B. Sikap Keberagamaan Siswa 1.
Pengertian Sikap Keberagamaan Siswa Sebelum sampai kepada pengertian sikap keberagamaan terlebih dahulu ada
baiknya penulis menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari kata agama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa sikap adalah “perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian (pendapat atau keyakinan) atau dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup”. 34 Dalam pengertian umum “sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi efektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu”. 35 Dengan demikian sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan (faktor intern) seseorang serta tergantung objek tertentu. Drs. Ngalim Purwanto mendifinisikan sikap sebagai berikut: “sikap adalah suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi”. 36 Prof. Dr. Mar‟at merangkum pengertian sikap dalam 11 rumusan. Rumusan umum tersebut yaitu, bahwa: 1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan. 2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide. 3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di sekolah, di rumah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan.
34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.838 35 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet-8, h.207 36 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), cet-8, h.141
24
4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek. 5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan efektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu-ragu. 6. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah. 7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan disaat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok. 8. Sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah hidup individu. 9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan. 11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan tidak memadai. 37 Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dari komponen tersebut secara kompleks. Jadi jelaslah bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa “predisposisi” tingkah laku. Dapat lebih dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tertentu. Sedangkan kata Agama banyak didefinisikan oleh para ahli diantaranya, yaitu: Menurut Quraish Shihab, agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Karakteristik agama diantaranya adalah hubungan makhluk dengan sang pencipta yang terwujud dalam sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya serta tercermin dalam 37
Jalaluddin, Psikologi Agama,.................., cet-8, h.207
25
perilaku kesehariannya. Dengan demikian agama meliputi tiga persoalan pokok yaitu tata keyakinan (atas adanya kekuatan supranatural) tata peribadatan (perbuatan yang berkaitan dengan zat yang diyakini sebagai konsekuensi keyakianan) dan tata kaidah (yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia dan dengan alam sekitarnya.38 Menurut M. Hasby Ash Shiddiqy, definisi agama adalah “aturan-aturan dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai petunjuk kepada manusia agar dapat selamat dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat dengan petunjuk-petunjuk serta teladan pekerjaan Nabi beserta kitabnya”. 39 Robert H. Thouless mendefinisikan “agama adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan yang lebih luas dari pada dunia fisik yang terikat ruang dan waktu”. 40 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keberagamaan adalah “perihal beragama/ mengenai agama”. 41 Dari pendapat di atas, dapat dilihat bahwa agama adalah suatu zat yang lebih agung dan tinggi yang membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus ditaati demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, sedangkan keagamaan itu sendiri berarti perilaku dalam kehidupan beragama. Keberagamaan merupakan perwujudan sikap dan perilaku mereka yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, dan syariah dan hal-hal yang dianggap suci dan keramat yang berasal dari Allah. Jadi sikap keberagamaan remaja adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang remaja yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, atau dengan kata lain “sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama”. Sikap keberagamaan tersebut 38
Fuad Nashori dan Bachtiar Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2000), cet-1, h.17 39 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-ma‟rif, 1989), h.119 40 Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), cet-2, h.22 41 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.12
26
terbentuk oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antar pengetahuan agama, perasaan agama, serta tidak keagamaan dalam diri seseorang.42
2.
Sikap Siswa Remaja Terhadap Agama Sikap remaja terhadap agama ada dua, yaitu : a. Percaya Turut-turutan Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, karena ibu bapaknya orang beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah, maka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaranajaran agama, sekedar mengikuti suasana lingkungan di mana ia hidup. Percaya turut-turutan ini biasanya tidak lama, dan banyak terjadi hanya pada masa-masa remaja pertama (umur 13-16 tahun). b. Percaya dengan kesadaran Kesadaran agama pada masa remaja itu, mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranya beragama di masa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil itu, tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya.
C. Kajian Relevan Kajian relevansi dalam penelitian adalah sebagai pembanding dari peneliti dalam penelitian. Oleh sebab itu, peneliti mengambil dua penelitian yang peneliti kemukakan dibawah ini:
42
Jalaluddin, Psikologi..., h.225
27
Pertama, Keberagamaan pada Masa Remaja siswa MA Mualimin Parakan Temanggung) tahun 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberagamaan siswa MA Mualimin Parakan Temanggung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode field research atau penelitian lapangan dengan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Peneliti langsung terjun ke lapangan, tempat penelitian melihat keadaan disana kemudian memperoleh berbagai informasi dan data-data yang dibutuhkan. Kemudian data-data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis induktif. Yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh hasil tentang tingkat keberagamaan siswa MA Mu`alimin Parakan Temanggung, termasuk dalam kriteria sangat baik dengan melihat seluruh hasil penelitian tersebut. Dimensi keberagamaan yang menjadi indikator dari keberagamaaan siswa tersebut, yaitu dimensi pemaknaan terhadap agama yaitu bagaimana tingkatan siswa dalam memaknai agama yang mereka anut selama ini, dimensi pengetahuan agama yaitu bagaimana siswa mengetahui mengenai dasar-dasar ajaran agama yang mereka pegang, dimensi keyakinan yaitu bagaimana siswa meyakini kebenaran ajaran agamanya, dimensi praktek ibadah dimana siswa dapat melaksanakan ajaran agamanya, dimensi social dapat dilihat dari seberapa jauh siswa mampu bersosialisasi dengan lingkungannya, dimensi pengalaman keagamaan yaitu bagaimana wujud penghayatan siswa terhadap agama, dan dimensi konsekuensi beragama yaitu bagaimana rasa tanggung jawab mereka sebagai seorang agamis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keberagamaan mereka, yaitu adanya pemanfaatan jam pelajaran keagamaan secara maksimal, metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran serta, pemanfaatan lingkungan sekitar secara maksimal sebagai bentuk ekstra keagamaan, sehingga potensi keagamaan mereka semakin berkembang.
28
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para pendidik dan orang tua, para peneliti serta semua pihak yang membutuhkan di lingkungan IAIN Walisongo.43 Kedua, Studi Korelasi antara Tingkat Keberagamaan dengan Kesehatan
Mental Siswa Kelas XI SMA N 8 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi ini membahas Studi Korelasi antara Tingkat Keberagamaan dengan Kesehatan Mental Siswa Kelas XI SMA N 8 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. kajiannya dilatar belakangi oleh semakin banyaknya masyarakat yang kondisi mentalnya kurang sehat di era globalisasi ini. Padahal mereka adalah orang yang beriman dan beragama. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa permasalahan: (1). Bagaimana tingkat keberagamaan siswa kelas XI SMA N 8 ? (2). Bagaimana kesehatan mental siswa kelas XI SMA N 8 Semarang? (3). Adakah hubungan antara tingkat keberagamaan dengan kesehatan mental siswa kelas XI SMA N 8 Semarang tahun ajaran 2010/2011? Penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik korelasional. Subyek penelitian 45 responden, menggunakan teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data variabel tingkat keberagamaan dalam dimensi ritualistik, sedangkan instrumen tes digunakan untuk menjaring data tingkat keberagamaan dalam dimensi intelektual. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistic deskriptif dan inferensial. Pengujian hipoteisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat keberagamaan siswa kelas XI SMA N 8 Semarang tahun ajaran 2010/2011 yang termasuk kategori baik sebanyak 21 siswa atau 47%, kemudian yang termasuk kategori cukup sebanyak 20 siswa atau 44%, dan yang dalam kategori kurang yaitu 4 siswa atau 9%. (2) kesehatan mental siswa kelas XI SMAN 8 Semarang tahun ajaran 2010/2011 yang termasuk kategori baik sebanyak 16 siswa atau 35,55%, 43
Library.walisongo.ac.id, Qotriyatul Afroh, Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo.
29
kemudian yang temasuk kategori cukup yaitu 16 siswa atau 35,55%, dan yang termasuk kategori kurang yaitu 13 siswa atau 28,88%. (3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat keberagamaan dengan kesehatan mental , hal ini dapat dibuktikan bahwa rxy lebih besar yaitu 0,982 daripada r tabel yang mana dengan N: 45 diperoleh nilai r pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,288 dan pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,388 maka, HO ditolak dan menunjukkan korelasi tersebut signifikan dan menunujukkan bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria sangat kuat.44
D. Kerangka Berfikir Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh seorang pelaku atau tokoh utama. Oleh sebab itu, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajarannya dan meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya. Peranan guru pendidikan agama Islam selain mengajar, guru agama juga membimbing, membina dan mengarahkan anak didik ke arah yang lebih baik agar menjadi manusia yang lebih baik dan bertakwa kepada Allah SWT serta bertanggung jawab atas segala perbuatannnya. Guru agama harus membawa anak didik kepada arah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Disamping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru agama dalam pembinaan anak didik, juga yang sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, berbicara dan menghadapi setiap masalah, yang secara langsung tidak tampak hubungannya dengan pengajaran, namun dalam pendidikan atau pembinaan pribadi anak hal-hal itu sangat berpengaruh. Siswa sebagai subjek yang sedang belajar dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan diri membutuhkan bimbingan dalam upayanya tersebut. Siswa 44
Library.walisongo.ac.id, Muhammad Al-Qowi, Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo.
30
belajar untuk memahami teori-teori atau pengetahuan tentang segala sesuatu, termasuk nilai-nilai ajaran agama. Nilai-nilai ajaran agama tidak cukup hanya dipelajari sebagai suatu bentuk ilmu tetapi lebih dari itu. Tujuan dari mempelajari nilai-nilai ajaran agama adalah membentuk kesadaran keberagamaan (aspek afektif) sebagai seorang pemeluk agama dan menerapkannya dalam wujud perilaku, sikap dan akhlaknya dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, jika guru agama berperan aktif dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa dan dapat memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik, maka siswa akan terhindar dari perbuatan dan pergaulan yang menyimpang dari ajaran agama. Siswa akan senantiasa melakukan perbuatan yang baik dalam bergaul di lingkungan sekolah dan masyarakat.
E. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha
: Ada pengaruh yang positif antara peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.
Ho
: Tidak ada pengaruh yang positif antara peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan yang terletak di jalan komplek Villa Bintaro Indah, Jombang, Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan Oktober tahun 2012 hingga selesai pada semester ganjil tahun ajaran 2012. B. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan tersruktur/sistematis (dikenal dengan istilah kuesioner) yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. 1 Penelitian survei
1
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h.143
31
32
ini meneliti tentang kelompok besar melalui penelitian langsung dari subjek. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek penulisan
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penulisan ini adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 6 Tangerang Selatan yang berjumlah 405 orang siswa. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakter sama dengan
populasi. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel, teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara simple random sampling, yakni teknik pengambilan sampel secara acak sederhana. Adapun dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa dari masing-masing kelas IX yang dijadikan sampel untuk mewakili seluruh kelas IX yang berjumlah 405 yang ada di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Jumlah sampel yang di ambil adalah 45 orang siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data Mengenai teknik pengumpulan data pada penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik sebagai berikut: a) Angket atau Questioner Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya. Dalam hal ini, penulis ingin memperoleh data yang obyektif dari responden melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
33
angket tersebut. Angket ini terdiri dari 30 item pertanyaan yang terdiri dari15 item mengenai Pendidikan Agama Islam dan 15 item untuk Sikap Keberagamaan Siswa. Responden diminta untuk memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan. Angket ini disusun berdasarkan indikator berikut ini: Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa
Variabel Peranan Guru
Indikator
Jumlah
Item
Item
1.
Peran Guru Pendidikan Agama 1,11,13,14 dan 15 Islam sebagai transmitter (pengajar)
5
2.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai inisiator (pendidik)
4,7
2
3.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengarah/pembimbing
3,10
2
4.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai motivator
5
1
5.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai mediator
6
1
6.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Organisator
2,8,9
3
7.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai evaluator 2
12
1
Pendidikan Agama Islam
2
Nomor
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.143
34
Sikap Keberagamaan Siswa
1. 2. 3. 4.
Berdoa dan Berdzikir Melaksanakan shalat lima waktu Membaca Al-Qur’an Melaksanakan puasa Ramadhan maupun sunnah 5. Mengeluarkan Shodakoh 6. Menghormati orang tua 7. Menghormati guru 8. Menempati janji 9. Memaafkan kesalahan orang lain 10. Bersikap jujur 11. Menjaga ucapan dalam berbicara
18 16,17 19 20,21
1 2 1 2
22 23 24,25 30 26 27,28 29
1 1 2 1 1 2 1
b) Wawancara atau Interview Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dialog (face to face atau calling) untuk mengetahui informasi yang mendalam. Dalam hal ini, penulis mengadakan wawancara atau interview langsung kepada Wakil Kepala Sekolah, Para Guru bidang Studi, Guru BK (Bimbingan Konseling) untuk memperoleh informasi seputar masalah pembinaan sikap siswa.
F. Teknik Analisa Data Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan statistik, karena data yang ada disini adalah data kuantitatif. Cara menganalisa data dengan: 1. Editing, mengumpulkan data dengan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden. Data ini diperoleh dari hasil pertanyaan yang dipilih oleh responden, kemudian dikelompokkan berdasarkan keinginan penulis agar mendapatkan hasil yang diinginkan. 2. Tabulating, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden. Caranya dengan mengolah data dengan memindahkan jawaban yang terdapat di dalam angket dan telah dikelompokkan.
35
Setelah data terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisa data, dengan cara: Memperoleh nilai frekuensi. Untuk mengolah angket yang telah penulis peroleh dari responden, dilakukan penganalisaan data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang di dalamnya terdapat kolom frekuensi dan prosentase dengan menggunakan rumus:
Ket: P = Prosentasi yang dicari F = Frekuensi dari hasil jawaban N = Jumlah seluruh sampel 100% = Bilangan tetap (konstanta)3
3
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), cet. XXII, h.43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 6 Tangerang -Selatan Pada awal tahun 80-an, masyarakat Desa Jombang dan sekitarnya mengalami kesulitan dalam hal kelanjutan sekolah anak-anaknya, terutama saat anaknya akan melanjutkan ke SMP atau yang sederajat. Hal itu terjadi karena di wilayah Desa Jombang dan sekitarnya belum ada SMP yang dapat menampung alumni SD yang jumlahnya cukup banyak. Alternatifnya, mereka melanjutkan sekolah ke SMP yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya, yaitu ke wilayah Ciputat, Ciledug dan Serpong,
bahkan tidak sedikit mereka melanjutkan sekolah ke wilayah DKI
Jakarta. Perkembangan wilayah Desa Jombang dan sekitarnya dari tahun ke tahun semakin bertambah, terutama dalam hal pertambahan jumlah penduduk, baik pertambahan karena kepindahan dari luar ke dalam wilayah Desa Jombang, maupun pertambahan karena angka natalitas yang cukup tinggi.
Terlebih di
wilayah Desa Jombang dan sekitarnya berdiri perumahan-perumahan seperti jamur di musim hujan. Dengan demikian, berdirinya sekolah baik SD, SMP maupun SMA saat itu sangat mendesak untuk segera diwujudkan.
36
37
Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pada tahun 1984 berdirilah SMP Negeri Jombang sebagai fillial SMP Negeri 1 Ciputat (SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sekarang) dengan membuka 2 kelas sebagai rintisan awal. Perkembangan berikutnya - setelah setahun, pengelolaan SMP Negeri Jombang diserahkan dari SMP Negeri 1 Ciputat kepada SMP Negeri Cireundeu (SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan sekarang) dengan daya tampung kelas 1 menjadi 3 kelas. Pada tahun 1986, atas swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah Kabupaten Tangerang dan Provinsi Jawa Barat (waktu itu), didirikanlah 2 ruang kelas di atas tanah bekas perkebunan karet di sebelah Barat Kampung Gedong Desa Jombang. Setelah meluluskan angkatan pertama, resmi berdiri SMP Negeri Jombang
tepatnya pada tahun 1987 secara
secara definitif dengan Kepala Sekolah
Bapak Drs. Tatang Ruchijat. Dengan demikian, statusnya bukan lagi sebagai SMP Fillial dari SMP Negeri Cireundeu, tapi secara resmi berdiri sebagai SMP Negeri Jombang. Pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Tatang Ruchijat ini pula, dengan bantuan pemerintah didirikan Unit Gedung Baru (UGB) SMP Negeri Jombang dan selesai pada bulan September 1989 dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1989. Pada tahun 1997, dengan berdasarkan SK. Mendikbud RI Nomor: 034/O/1997 tentang perubahan Nomenklatur SMP menjadi SLTP serta Organisasi dan Tata Kerja, SLTP Negeri Jombang berubah menjadi SLTP Negeri 3 Ciputat. Berikutnya pada tahun 2000 menjadi SMP Negeri 3 Ciputat. Selanjutnya, seiring dengan pemekaran wilayah dan terbentuknya Kota Tangerang Selatan, berdasarkan Peraturan Wali Kota (PERWAL) no 10 Tahun 2009 tanggal 25 Mei 2009 sampai sekarang SMP Negeri 3 Ciputat menjadi SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.
38
1. Visi Sekolah Terwujudnya lulusan yang cerdas, kompetitif, kreatif, religious, berbudi pekerti luhur dan lingkungan yang asri. 2. Misi Sekolah Mewujudkan lulusan SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang unggul Mewujudkan kemampuan olah raga yang tangguh dan kompetitif Mewujudkan kemampuan di bidang seni yang tangguh dan kompetitif Mewujudkan Osis yang tangguh dalam bidang keorganisasian dan kegiatan. Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu dan tangguh. Mewujudkan warga sekolah yang aktif dalam pengamalan ajaran agamanya masing-masing. Mewujudkan warga sekolah yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Mewujudkan ekstrakurikuler yang tangguh dan menampung bakat dan minat siswa. Meningkatkan layanan bimbingab pribadi, sosial, pembelajaran dan karier yang efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. Meningkatkan kemampuan siswa, guru dan tenaga kependidikan dalam mengoptimalkan penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi. Mewujudkan lingkungan sekolah yang tertata rapi, indah, rindang dan nyaman.
3. Struktur Organisasi SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Kepala Sekolah
: Ikbal, S.Pd.MM
Wakil Kepala Sekolah 1. Bidang Ketata Usahaan
: Fada Aro Daely, SE.
2. Bidang Kurikulum
: 1. Saprudin, S.Pd. 2. Arief Rizza Dachlan, S.Pd.
39
3. Bidang Kesiswaan
: 1. Asep Kusdiawan Wihendra, S.Ag. 2. Yayat Ruhiat, S.Pd.
4. Bidang Sarana Prasarana
: Drs, Herman Triharjo
5. Bidang Humas
: Ukun Kurnia, S.Pd.Bio.
6. Bidang Peningkatan Mutu : Yana Maryana
4. Sarana dan Prasarana 1. Masjid/ Mushola 2. Perpustakaan 3. Lapangan Olah Raga 4. Alat-alat Kesenian 5. Alat-alat Keterampilan 6. Laboraturium M-IPA 7. Laboraturium Komputer
5. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Pramuka 2. Palang merah 3. Pengajian siswa/Rohis 4. Buletin/Majalah Sekolah 5. Seni Musik 6. Olah Raga (Termasuk Bela Diri) 7. Paskibra 8. PMR
40
B. Deskripsi Data Seperti yang telah penulis kemukakan pada Bab III, bahwa penulis melakukan penelitian di SMPN 6 Tengerang Banten, berjumlah 45 orang siswa dari kelas 8. Pada penelitian ini penulis langsung terjun kelapangan untuk mendapatkan data yang akurat dengan melakukan survei dan menyebarkan angket.
1. Data Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Ditinjau dari kisi-kisi instrumen angket yang sudah diberitahukan, yang ada di tabel 1. Indikatornya adalah : Tabel 2 Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman No. 1.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
Selalu
30
67 %
Sering
9
20 %
Kadang-kadang
6
13 %
Tidak Pernah
-
0%
45
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 67% menyatakan guru selalu mengingatkan siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman, 20% menyatakan sering dan 13% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam selalu mengingatkan siswanya untuk menghormati orang tua, guru dan teman serta mengajarkan kepada siswa untuk berakhlak mulia terhadap orang lain.
41
Gambar Grafik 1
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 2
Tabel 3 Guru Pendidikan Agama Islam hadir di kelas tepat waktu No. Alternatif Jawaban 2. Selalu
Frekuensi 15
Prosentasi % 33,33 %
Sering
15
33,33 %
Kadang-kadang
15
33,33%
-
0%
45
100 %
Tidak Pernah Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 33,33% menyatakan guru pendidikan agama Islam selalu hadir di kelas tepat waktu, 33,33% menyatakan sering dan 33,33% menyatakan kadang-kadang. Dari hasil persen tabel di atas yang menjawab selalu dan sering adalah sama, dan dari jumlah guru pendidikan agama Islam di sekolah tersebut adalah 3 orang, ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam cukup memberikan contoh/tauladan yang baik bagi siswa dalam kedisiplinan waktu. Walaupun kadang-kadang guru-guru tersebut hadir tidak tepat waktu di kelas.
42
Gambar Grafik 2
35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
keterangan: Grafik dari Tabel 3
Tabel 4 Guru Pendidikan Agama Islam memberikan bimbingan dan contoh nasehat yang baik pada saat belajar mengajar No. Alternatif Jawaban 3. Selalu
Frekuensi 37
Prosentasi % 82 %
Sering
8
18 %
Kadang-kadang
-
0%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 82% menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan bimbingan dan contoh nasehat yang baik pada saat belajar mengajar dan 18% menyatakan sering. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam berhasil memberikan bimbingan dan contoh nasehat yang baik kepada siswanya pada saat belajar mengajar di kelas.
43
Gambar Grafik 3
100% 80% 60% 40% 20% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 4
Tabel 5 Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk membicarakan kejelekan orang lain (ghibah) No. Alternatif Jawaban 4. Selalu
Frekuensi 26
Prosentasi % 58 %
Sering
13
29 %
Kadang-kadang
6
13%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 58% menyatakan guru
Pendidikan
Agama
Islam
selalu
melarang
siswa
untuk
membicarakan kejelekan orang lain (ghibah), 29% menyatakan sering dan 13% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam dapat mendidik siswanya untuk tidak membicarakan kejelekan orang lain (ghibah), agar tidak menimbulkan fitnah dan pertengkaran/perselisihan antara sesama muslim lainnya.
44
Gambar Grafik 4
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 5
Tabel 6 Guru Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi untuk berakhlak alKarimah No. Alternatif Jawaban 5. Selalu
Frekuensi 26
Prosentasi % 57,77 %
Sering
17
37,77 %
Kadang-kadang
2
4,44%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut
dapat
dipahami bahwa 57,77
%
menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan motivasi untuk berakhlak al-Karimah, 37,77% menyatakan sering dan 4,44% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam dapat membimbing siswanya dalam memberikan motivasi untuk menjadikan diri berakhlak al-Karimah, agar siswa bisa menerapkan sikap/akhlak yang lebih baik dari sebelumnya.
45
Gambar Grafik 5
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 6
Tabel 7 Ketika menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, Guru menggunakan media/alat peraga No. Alternatif Jawaban 6. Selalu
Frekuensi 3
Prosentasi % 7%
Sering
5
11 %
Kadang-kadang
13
29 %
Tidak Pernah
24
53 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 53% menyatakan guru tidak pernah menggunakan media/alat peraga ketika menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, 29% menyatakan kadang-kadang, 11% menyatakan sering dan 7% menyatakan selalu. Ini menunjukkan bahwa mayoritas guru Pendidikan Agama Islam sangat jarang menggunakan media/alat peraga dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam di kelas, karena sarana dan prasana yang kurang memadai. Dalam hasil
46
wawancara yang penulis lakukan, bahwa hanya beberapa sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar pendidikan agama Islam. 1 Gambar Grafik 6
60 50 40 30 20 10 0
keterangan: Grafik dari Tabel 7
Tabel 8 Guru Pendidikan Agama Islam menyuruh siswa agar berpakaian rapi dan sopan No.
Alternatif Jawaban
7.
Frekuensi
Prosentasi %
Selalu
35
78 %
Sering
6
13 %
Kadang-kadang
4
9%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 78% menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu menyuruh siswa agar berpakaian 1
2013
Asep Kusdiawan Wihendra dan Asim, Hasil Berita Wawancara, Senin 5 November
47
rapi dan sopan, 13% menyatakan sering dan 9% menyatakan kadangkadang. Ini menunjukkan bahwa guru berhasil mengajarkan siswa agar berpakaian rapi dan sopan, supaya siswa dapat menerapkan sikap seperti ini dalam kehidupan sehari-hari dan mencerminkan akhlak yang baik. Gambar Grafik 7
100 80 60 40 20 0
keterangan: Grafik dari Tabel 8
Tabel 9 Guru Pendidikan Agama Islam menghukum siswa apabila tidak mengerjakan pekerjaan rumah No. Alternatif Jawaban 8. Selalu
Frekuensi 27
Prosentasi % 60 %
Sering
12
26,66 %
Kadang-kadang
4
8,88 %
Tidak Pernah
2
4,44 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 60% menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu menghukum siswa apabila tidak mengerjakan pekerjaan rumah, 26,66 % menyatakan sering, 8,88 %
48
menyatakan kadang-kadang dan 4,44 % menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa guru dapat mendidik siswa agar selalu mengerjakan pekerjaan rumah yang di berikan oleh guru, serta menjadikan siswa agar bertanggung jawab dalam kewajibannya sebagai seorang siswa. Gambar Grafik 8
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 9
Tabel 10 Guru Pendidikan Agama Islam mengawasi siswa pada saat ujian Pendidikan Agama Islam berlangsung No. Alternatif Jawaban 9. Selalu
Frekuensi 15
Prosentasi % 33 %
Sering
12
27 %
Kadang-kadang
13
29 %
Tidak Pernah
5
11 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 33% menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu mengawasi siswa pada saat ujian Pendidikan Agama Islam berlangsung, 29% menyatakan kadang-kadang,
49
27% menyatakan sering dan 11% menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam teliti dalam mengawasi siswa pada saat ujian Pendidikan Agama Islam berlangsung, agar siswa dapat konsentrasi dan tidak mengobrol pada saat ujian. Gambar Grafik 9
35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 10
Tabel 11 Guru Agama Pendidikan Agama Islam mendorong siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama No. Alternatif Jawaban 10. Selalu
Frekuensi 32
Prosentasi % 71,11 %
Sering
11
24,44 %
Kadang-kadang
2
4,44 %
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut
dapat
dipahami bahwa 71,11 %
menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu mendorong siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama, 24,44 % menyatakan sering dan 4,44 %
50
menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam berhasil dalam membimbing dan memberi motivasi pada siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Gambar Grafik 10
80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
keterangan: Grafik dari Tabel 11
Tabel 12 Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk bersikap jujur No. Alternatif Jawaban 11. Selalu
Frekuensi 34
Prosentasi % 76 %
Sering
7
15 %
Kadang-kadang
3
6,6 %
Tidak Pernah
1
2,2 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 76 % menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu mengingatkan siswa untuk bersikap jujur, 15 % menyatakan sering, 6,6 % menyatakan kadang-kadang dan 2,2 % menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan
51
Agama Islam sudah mampu mengajarkan siswa untuk bersikap jujur kepada orang lain, agar bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. Gambar Grafik 11
80% 60% 40% 20% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 12
Tabel 13 Guru Pendidikan Agama Islam berperan dalam membina sikap keberagamaan para siswa No. Alternatif Jawaban 12. Selalu
Frekuensi 24
Prosentasi % 53 %
Sering
16
36 %
Kadang-kadang
3
6,6 %
Tidak Pernah
2
4,4 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 53 % menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu memberi peranan dalam membina sikap keberagamaan para siswa, 36 % menyatakan sering, 6,6 % menyatakan kadang-kadang dan 4,4 % menyatakan tidak pernah. Ini
52
menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam memang cukup berperan dalam membina sikap keberagamaan para siswa di sekolah. Gambar Grafik 12
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 13
Tabel 14 Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk merokok No. Alternatif Jawaban 13. Selalu
Frekuensi 25
Prosentasi % 56 %
Sering
10
22 %
Kadang-kadang
3
7%
Tidak Pernah
7
15 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56 % menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu melarang siswa untuk merokok, 22 % menyatakan sering, 15% menyatakan tidak pernah dan 7% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam selalu melarang dan mengingatkan siswa agar tidak merokok,
53
dikarenakan merokok dapat merusak organ tubuh manusia dan juga dapat merusak akhlak para siswa. Gambar Grafik 13
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 14
Tabel 15 Guru Pendidikan Agama Islam mengulang kembali mata pelajaran yang sudah dipelajari sebelum memulai materi baru No. Alternatif Jawaban 14. Selalu
Frekuensi 39
Prosentasi % 86,66 %
Sering
3
6,66 %
Kadang-kadang
1
2,22 %
Tidak Pernah
2
4,44 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut
dapat
dipahami bahwa 86,66 %
menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu mengulang kembali mata pelajaran yang sudah dipelajari sebelum memulai materi baru, 6,66 % menyatakan sering, 4,44 % menyatakan tidak pernah dan 2,22 % menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan
54
Agama Islam memang selalu mengulang kembali mata pelajaran yang sudah dipelajari sebelum memulai materi baru, agar siswa dapat menguasai materi dengan baik. Gambar Grafik 14
100% 80% 60% 40% 20% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 15
Tabel 16 Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk tawuran No. Alternatif Jawaban 15. Selalu
Frekuensi 37
Prosentasi % 82 %
Sering
5
11 %
Kadang-kadang
3
7%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 82% menyatakan guru Pendidikan Agama Islam selalu melarang siswa untuk tawuran, 11% menyatakan sering, 7% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam selalu melarang dan mengingatkan
55
siswa agar tidak tawuran, dikarenakan tawuran dapat membahayakan diri siswa dan juga bisa menyebabkan kematian. Gambar Grafik 15
100% 80% 60% 40% 20% 0%
keterangan: Grafik dari Tabel 16
2. Data Sikap Keberagamaan Siswa Ditinjau dari kisi-kisi instrumen angket yang sudah diberitahukan, yang ada di tabel 1. Indikatornya adalah : Tabel 17 Ketika tidak diperintahkan orang tua/guru, siswa mengerjakan sholat lima waktu No. Alternatif Jawaban 16. Selalu
Frekuensi 9
Prosentasi % 20 %
Sering
11
24 %
Kadang-kadang
25
56 %
-
0%
45
100 %
Tidak Pernah Jumlah
56
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56% menyatakan siswa kadang-kadang mengerjakan sholat lima waktu ketika tidak diperintahkan orang tua/guru, 24% menyatakan sering, dan 20% menyatakan selalu. Ini menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan sholat lima waktu ketika tidak diperintahkan orang tua/guru kadangkadang/jarang melakukannya, walaupun masih ada beberapa siswa yang sering mengerjakan sholat lima waktu ketika tidak diperintahkan oleh orang tua/guru. Gambar Grafik 16
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
keterangan: Grafik dari Tabel 17
Tabel 18 Meski waktu sholat telah tiba, siswa tetap menonton televisi No. Alternatif Jawaban 17. Selalu
Frekuensi 3
Prosentasi % 6,6 %
Sering
16
36 %
Kadang-kadang
24
53 %
Tidak Pernah
2
4,4 %
45
100 %
Jumlah
57
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 53% menyatakan kadang-kadang siswa tetap menonton televisi meski waktu sholat telah tiba, 36% menyatakan sering, 6,6% menyatakan selalu dan 4,4% menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang untuk tetap menonton televisi meski waktu sholat telah tiba, namun masih ada sebagian besar siswa yang tetap menonton televisi meski waktu sholat telah tiba. Gambar Grafik 17
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
60%
keterangan: Grafik dari Tabel 18
Tabel 19 Jika nilai ulangan baik, siswa mengucapkan hamdalah No. 18.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi %
Selalu
16
35 %
Sering
17
38 %
Kadang-kadang
12
27 %
-
0%
45
100 %
Tidak Pernah Jumlah
58
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 38% menyatakan siswa sering mengucapkan hamdalah jika nilai ulangan baik, 35% menyatakan
selalu
dan
27%
menyatakan
kadang-kadang.
Ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa sering mengucapkan hamdalah jika nilai ulangan mereka baik, meskipun sebagian besar ada juga siswa yang selalu dan kadang-kadang mengucapkan hamdalah jika nilai ulangan mereka baik. Gambar Grafik 18
Tidak Pernah
Kadang-kadang sering Selalu
0%
10%
20%
30%
40%
keterangan: Grafik dari Tabel 19
Tabel 20 Setiap hari siswa selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an No. Alternatif Jawaban 19. Selalu
Frekuensi 6
Prosentasi % 13 %
Sering
3
7%
Kadang-kadang
30
67 %
Tidak Pernah
6
13 %
45
100 %
Jumlah
59
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 67% menyatakan setiap hari siswa kadang-kadang menyempatkan diri untuk membaca alQur’an, 13% menyatakan selalu, 13% menyatakan tidak pernah dan 7% menyatakan sering. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa jarang sekali menyempatkan diri untuk membaca al-Qur’an setiap hari, walaupun masih ada siswa yang masih menyempatkan diri untuk membaca alQur’an setiap hari. Dalam hasil wawancara yang penulis lakukan, masalah atau hambatan yang di alami guru agama Islam dalam proses belajar mengajar adalah masih ada siswa yang belum bisa membaca. 2 Gambar Grafik 19
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
60%
80%
keterangan: Grafik dari Tabel 20
2
2013
Asep Kusdiawan Wihendra dan Asim, Hasil Berita Wawancara, Senin 5 November
60
Tabel 21 Pada bulan Romadhon, siswa melaksanakan puasa Ramadhan No. Alternatif Jawaban 20. Selalu
Frekuensi 39
Prosentasi % 87 %
Sering
6
13 %
Kadang-kadang
-
0%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 87% menyatakan siswa selalu melaksakan puasa Ramadhan pada bulan Ramadhan dan 13% menyatakan sering. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa selalu melaksanakan puasa Ramadhan pada bulan Ramadhan, dan ada juga siswa yang sering melaksanakan puasa Ramadhan pada bulan Ramadhan. Gambar Grafik 20
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
60%
80% 100%
keterangan: Grafik dari Tabel 21
61
Tabel 22 Siswa melaksanakan puasa sunnah No. Alternatif Jawaban 21. Selalu
Frekuensi 1
Prosentasi % 2,2 %
Sering
4
8,8 %
Kadang-kadang
30
67 %
Tidak Pernah
10
22 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 67% menyatakan siswa kadang-kadang melaksanakan puasa sunnah, 22% menyatakan tidak pernah, 8,8% menyatakan sering dan 2,2% menyatakan selalu. Ini menunjukkan
bahwa
mayoritas
siswa
kadang-kadang
dalam
melaksanakan puasa sunnah, namun sebagian besar siswa tidak pernah dalam melaksanakan puasa sunnah, ada juga siswa yang selalu dan sering dalam melaksanakan puasa sunnah. Gambar Grafik 21
Tidak Pernah
Kadang-kadang Sering
Selalu 0%
20%
40%
60%
keterangan: Grafik dari Tabel 22
80%
62
Tabel 23 Ketika memiliki uang, siswa memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu No. Alternatif Jawaban 22. Selalu
Frekuensi 3
Prosentasi % 6,6 %
Sering
16
35 %
Kadang-kadang
25
56 %
Tidak Pernah
1
2,2 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56% menyatakan siswa kadang-kadang memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu ketika memiliki uang, 35% menyatakan sering, 6,6% menyatakan selalu dan 2,2 % menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu, namun masih ada siswa yang sering memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu, juga ada beberapa siswa yang selalu dan tidak pernah dalam memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu. Gambar Grafik 22
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
keterangan: Grafik dari Tabel 23
60%
63
Tabel 24 Ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada siswa, siswa akan mengerjakannya No. Alternatif Jawaban 23. Selalu
Frekuensi 21
Prosentasi % 47 %
Sering
19
42 %
Kadang-kadang
5
11 %
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 47% menyatakan siswa selalu mengerjakannya ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada siswa, 42% menyatakan sering dan 11% menyatakan kadangkadang. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa selalu mengerjakan perintah dari orang tua ketika memerintahkan sesuatu, namun ada juga sebagian besar yang sering dan kadang-kadang dalam mengerjakan perintah dari orang tua ketika memerintahkan sesuatu. Gambar Grafik 23
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering
Selalu 0%
10%
20%
30%
40%
keterangan: Grafik dari Tabel 24
50%
64
Tabel 25 Ketika siswa bertemu dengan guru dijalan, siswa menyapa/mengucapkan salam kepada guru No. Alternatif Jawaban 24. Selalu
Frekuensi 24
Prosentasi % 53,33 %
Sering
12
26,66 %
Kadang-kadang
8
17,77 %
Tidak Pernah
1
2,22 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut
dapat
dipahami bahwa 53,33 %
menyatakan siswa selalu menyapa/mengucapkan salam kepada guru ketika siswa bertemu dengan guru dijalan, 26,66 % menyatakan sering, 17,77 % menyatakan kadang-kadang dan 2,22 % menyatakan tidak pernah.
Ini
menunjukkan
bahwa
mayoritas
siswa
selalu
menyapa/mengucapkan salam kepada guru ketika bertemu dijalan, walaupun sebagian besar ada juga yang sering, kadang-kadang dan tidak pernah menyapa/mengucapkan salam kepada guru ketika bertemu dijalan. Gambar Grafik 24
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
keterangan: Grafik dari Tabel 25
60%
65
Tabel 26 Siswa mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas No. Alternatif Jawaban 25. Selalu
Frekuensi 12
Prosentasi % 27 %
Sering
21
47 %
Kadang-kadang
12
26 %
-
0%
45
100 %
Tidak Pernah Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 47% menyatakan siswa sering mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas, 27% menyatakan selalu dan 26% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa sering mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas, namun masih ada sebagian siswa yang selalu dan kadang-kadang mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas. Gambar Grafik 25
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering
Selalu 0%
10%
20%
30%
40%
keterangan: Grafik dari Tabel 26
50%
66
Tabel 27 Ketika teman berbuat kesalahan kemudian ia meminta maaf, siswa memaafkannya No. Alternatif Jawaban 26. Selalu
Frekuensi 29
Prosentasi % 64 %
Sering
12
27 %
Kadang-kadang
4
9%
Tidak Pernah
-
0%
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 64% menyatakan siswa selalu memaafkan ketika teman berbuat kesalahan, 27% menyatakan sering dan 9% menyatakan kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa selalu memaafkan temannya ketika temannya berbuat kesalahan, walaupun ada juga beberapa siswa yang sering dan kadang-kadang untuk memaafkan temannya ketika temannya berbuat kesalahan. Gambar Grafik 26
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
60%
keterangan: Grafik dari Tabel 27
80%
67
Tabel 28 Ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan lainnya), siswa mengerjakannya sendiri (tidak mencontek) No. Alternatif Jawaban 27. Selalu
Frekuensi 5
Prosentasi % 11,11 %
Sering
17
37,77 %
Kadang-kadang
22
48,88 %
Tidak Pernah
1
2,22 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 48,88% menyatakan siswa kadang-kadang mengerjakan sendiri (tidak mencontek) ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan lainnya), 37,77 % menyatakan sering, 11,11 % menyatakan selalu dan 2,22 % menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang mengerjakan sendiri (tidak mencotek) ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan lainnya), walaupun beberapa siswa ada yang sering dan selalu mengerjakan ujiannya sendiri ketika sedang mengikuti ujian sekolah, dan ada juga seorang siswa yang tidak pernah mengerjakan ujiannya sendiri ketika mengikuti ujian sekolah.
68
Gambar Grafik 27
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
10%
20%
30%
40%
50%
keterangan: Grafik dari Tabel 28
Tabel 29 Ketika melihat uang teman jatuh siswa akan mengambilnya, kemudian mengembalikan pada teman No. Alternatif Jawaban 28. Selalu
Frekuensi 23
Prosentasi % 51,11 %
Sering
11
24,44 %
Kadang-kadang
9
20 %
Tidak Pernah
2
4,44 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 51,11 % menyatakan siswa selalu mengembalikan uang teman ketika melihat uang teman yang jatuh, 24,44 % menyatakan sering, 20% menyatakan kadang-kadang dan 4,44 % menyatakan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa selalu dan sering mengembalikan uang temannya ketika uang temannya jatuh, namun ada juga beberapa siswa yang kadang-kadang dan tidak pernah untuk mengembalikan uang temannya ketika uang temannya jatuh.
69
Gambar Grafik 28
Tidang-kadang Kadang-kadang Sering Selalu 0%
20%
40%
60%
keterangan: Grafik dari Tabel 29
Tabel 30 Ketika sedang berkumpul dengan teman, siswa berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor) No. Alternatif Jawaban 29. Selalu
Frekuensi 4
Prosentasi % 9%
Sering
12
27 %
Kadang-kadang
22
49 %
Tidak Pernah
7
15 %
45
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 49% siswa kadangkadang berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (katakata kotor) ketika sedang berkumpul dengan teman, 27% menyatakan sering, 15% menyatakan tidak pernah dan 9% menyatakan selalu. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor) ketika sedang berkumpul dengan teman, meskipun ada juga siswa yang sering berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor) ketika sedang berkumpul dengan teman.
70
Gambar Grafik 29
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu 0%
10%
20%
30%
40%
50%
keterangan: Grafik dari Tabel 30
Tabel 31 Ketika berjanji dengan orang lain, siswa menepatinya No. Alternatif Jawaban 30. Selalu
Frekuensi 11
Prosentasi % 24,44 %
Sering
23
51,11 %
Kadang-kadang
11
24,44%
-
0%
45
100 %
Tidak Pernah Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipahami bahwa 51,11% menyatakan siswa sering menepati janji ketika berjanji dengan orang lain, 24,44 % menyatakan
selalu,
24,44
%
menyatakan
kadang-kadang.
Ini
menunjukkan bahwa mayoritas siswa sering menepati janjinya ketika berjanji dengan orang lain, dan ada juga beberapa siswa yang selalu dan kadang-kadang menepati janjinya ketika berjanji dengan orang lain.
71
Gambar Grafik 30
Tidak Pernah Kadang-kadang
Sering Selalu 0%
20%
40%
60%
keterangan: Grafik dari Tabel 31
C. Analisi dan Interprestasi Data Setelah data yang diperoleh dideskripsikan, langkah selanjutnya adalah data dianalisa dan diinterprestasikan dengan mencari rata-rata prosentase yang terdapat dalam tabel 2 sampai tabel 31. Langkah selanjutnya ini digunakan untuk mempermudah mengetahui Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Hasil pengolahan dan interprestasi data mengenai prosentase Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa. Tabel 32 Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa No.
PERTANYAAN
Selalu
Sering
Kadangkadang
Tidak Pernah
1.
Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman
30
9
6
0
2.
Guru Pendidikan Agama Islam hadir di kelas tepat waktu
15
15
15
0
72
3.
Guru Pendidikan Agama Islam memberikan bimbingan dan contoh nasehat yang baik pada saat belajar mengajar
37
8
0
0
4.
Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk membicarakan kejelekan orang lain (ghibah)
26
13
6
0
5.
Guru Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi untuk berakhlak al-Karimah
26
17
2
0
6.
Ketika menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, Guru menggunakan media/alat peraga
3
5
13
24
7.
Guru Pendidikan Agama Islam menyuruh siswa agar berpakaian rapi dan sopan
35
6
4
0
8.
Guru Pendidikan Agama Islam menghukum siswa apabila tidak mengerjakan pekerjaan rumah
27
12
4
2
9.
Guru Pendidikan Agama Islam mengawasi siswa pada saat ujian Pendidikan Agama Islam berlangsung
15
12
13
5
32
11
2
0
34
7
3
1
24
16
3
2
25
10
3
7
14. Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk memakai narkoba
39
3
1
2
15. Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk tawuran
37
5
3
0
10. Guru Agama Pendidikan Agama Islam mendorong siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama 11. Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk bersikap jujur 12. Guru Pendidikan Agama Islam mengulang kembali mata pelajaran yang sudah dipelajari sebelum memulai materi baru 13. Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk merokok
73
16. Ketika tidak diperintahkan orang tua/guru, siswa mengerjakan sholat lima waktu
9
11
25
0
17. Meski waktu sholat telah tiba, siswa tetap menonton televisi
3
16
24
2
18. Jika nilai ulangan baik, siswa mengucapkan hamdalah
16
17
12
0
19. Setiap hari siswa selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an
6
3
30
6
20. Pada bulan Romadhon, siswa melaksanakan puasa Ramadhan 21. Siswa melaksanakan puasa sunnah
39
6
0
0
1
4
30
10
3
16
25
1
21
19
5
0
24. Ketika siswa bertemu dengan guru dijalan, siswa menyapa/mengucapkan salam kepada guru
24
12
8
1
25. Siswa mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas
12
21
12
0
26. Ketika teman berbuat kesalahan kemudian ia meminta maaf, siswa memaafkannya
29
12
4
0
27. Ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan lainnya), siswa mengerjakannya sendiri (tidak mencontek)
5
17
22
1
28. Ketika melihat uang teman jatuh siswa akan mengambilnya, kemudian mengembalikan pada teman
23
11
9
2
29. Ketika sedang berkumpul dengan teman, siswa berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor)
4
12
22
7
22. Ketika memiliki uang, siswa memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu 23. Ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada siswa, siswa akan mengerjakannya
74
30. Ketika berjanji dengan orang lain, siswa menepatinya JUMLAH
11
23
11
0
611
352
317
67
Dari data hasil diatas dapat diketahui bahwa jumlah prosentase yang menjawab selalu sebanyak 611%, sering sebanyak 352%, kadang-kadang sebanyak 317% dan tidak pernah sebanyak 67%. Hasil terbesar dari prosentase tersebut ialah pada alternative selalu, yaitu sebesar 611%. Ini menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam cukup berperan dalam membina sikap keberagamaan siswa, serta dapat memberikan dan menerapkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik terhadap para siswa.
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari deskripsi hasil penelitian di bab sebelumnya dapat dilihat adanya peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa, karena hasil dalam penelitian tabulating ini menunjukkan siswa banyak yang menyatakan/menjawab selalu dan sering. Jadi, guru pendidikan agama Islam dalam mengajar pendidikan agama Islam untuk meningkatkan keimanan melalui pemberian contoh sikap atau bimbingan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran terhadap sikap keberagamaan siswa, memberikan bukti bahwa apa yang di ajarkan oleh guru pendidikan agama Islam sudah cukup menunjang bagi siswa. Hal ini memberikan nilai plus pada sekolah SMP Negeri 6 Tangerang Selatan, bahwa guru pendidikan agama Islam di sekolah ini cukup berperan dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.
75
76
B. Implikasi Kesimpulan hasil penelitian ini berimplikasi sebagai berikut: Setelah diadakan penelitian di SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan dan setelah diolah data-data yang ada bahwa peranan guru pendidikan agama Islam sangat tinggi,
maka
hendaknya
lebih
ditingkatkan
lagi
kreativitasnya
dalam
menyampaikan pelajaran agama dan selalu menerapkan nilai-nilai agama, sehingga anak berminat dan mau belajar agama serta
mereka dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus bisa menjadi tauladan bagi siswa/siswinya sehingga sikap tauladan tersebut ditiru oleh siswa/siswi.
C. Saran Berdasarkan pengamatan penulis secara langsung terjun ke lapangan maka beberapa saran-saran yang penulis sampaikan, berikut diantaranya: 1. Bagi para orang tua hendaknya membantu serta mendukung anak dalam pembelajaran PAI baik di rumah ataupun di sekolah. Artinya bahwa tidak menyerahkan anak seutuhnya pada pihak sekolah saja, tetapi para orang tua di rumah mengarahkan anaknya dalam bidang agama. 2. Guru PAI hendaknya menyampaikan materi dengan berbagai macam metode, agar tidak menonton. Manfaatkan media yang menunjang pembelajaran PAI agar daya serap siswa lebih tinggi. 3. Bagi pihak sekolah, pelajaran PAI di sekolah perlu dipertinggi mutunya, dengan
disediakan
kelengkapan
alat-alat
mempermudah proses belajar mengajar.
praktik
ibadah,
guna
77
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H. M, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003. Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: N.V Bulan Bintang, 1982. Daradjat, Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Daradjat, Zakiah, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1990. Daradjat, Zakiah, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Kartono, Kartini, Psikologi Anak, Bandung: Alumni, 1979. Library.walisongo.ac.id, Qotriyatul Afroh dan Muhammad Al-Qowi, Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo. Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Alma’arif, 1998. Nashori, Fuad., dan Mucharam, Bachtiar Diana. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus, 2000. Nurdin, Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Prisma Sophie Jogjakarta,1994.
78
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Sabri, M Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sarwono, Sarlito W, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000. Syafruddin, dan Usman, Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Syamsu Yusuf L.N, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Thouless, Robert H, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, 1995. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokusmedia, 2003. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
BERITA WAWANCARA
Hari/ Tanggal
:
Tempat Wawancara : Nama Guru
:
Jabatan
:
1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel? 2. Berapakah alokasi waktu yang tersedia bagi pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel? 3. Bagaimana respon siswa ketika pengajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung? 4. Masalah atau hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pelajaran Pendidikan Agama Islam? 5. Sarana dan prasarana apa saja yang mendukung pelaksanaan pelajaran Pendidikan Agama Islam? 6. Usaha-usaha/upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam untuk membina sikap keberagamaan siswa?
Interviewer
Siti Istianah
BERITA WAWANCARA
Hari/ Tanggal
: 5 November 2012
Tempat Wawancara : SMP Negeri 6 Tangerang Selatan Nama Guru
: Asep Kusdiawan Wihendra, S.Ag
Jabatan
: Guru PAI/ Wakasek Kurikulum
1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel? Jawaban: Saya mengajar sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel, sejak tanggal 2 Februari 1989. 2. Berapakah alokasi waktu yang tersedia bagi pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel? Jawaban: Alokasi waktu yang tersedia dalam pelajaran PAI yaitu 2 jam pelajaran dalam seminggu. 3. Metode pengajaran apa saja yang biasa Bapak terapkan dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam? Jawaban: Metode pengajaran yang saya terapkan dalam pelajaran PAI sangat variatif, yang digunakan antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi dan metode PAIKEM. 4. Bagaimana respon siswa ketika pengajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung? Jawaban: Mereka sangat antusias ketika mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. 5. Masalah atau hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban: Masalah atau hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pelajaran PAI adalah masih ada siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an. 6. Sarana dan prasarana apa saja yang mendukung pelaksanaan pelajaran Pendidikan Agama Islam? Jawaban: Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan pelajaran PAI adalah Mushollah/ LAB PAI dan perpustkaan. 7. Usaha-usaha/upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam untuk membina sikap keberagamaan siswa? Jawaban: Usaha-usaha/upaya-upaya yang dilakukan adalah Ekstrakurikuler Rohis, Peringatan Hari Besar Islam, Tadarus Jum’at pagi, Tausiyah, dan membiasakan salam kepada guru. 8. Menurut Bapak bagaimana peranan Pendidikan Agama Islam, baik Pendidikan Agama Islam dikelas maupun kegiatan keagamaan yang ada disekolah ini dalam membina sikap keberagamaan siswa? Jawaban: Menurut saya peranan Pendidikan Agama Islam, adalah: a. Sangat berperan mencegah siswa untuk melakukan perbuatan negatif. b. Menambah ilmu pengetahuan atau wawasan keislaman. c. Meningkatkan gairah beribadah.
Interviewer
Siti Istianah
BERITA WAWANCARA
Hari/ Tanggal
: 5 November 2012
Tempat Wawancara : SMP Negeri 6 Tangerang Selatan Nama Guru
: Asim, S.Ag
Jabatan
: Guru Pendidikan Agama Islam
1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel? Jawaban: Saya mengajar sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel, sejak tahun 1992. 2. Berapakah alokasi waktu yang tersedia bagi pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Tangsel? Jawaban: Alokasi waktu yang tersedia dalam pelajaran PAI yaitu 2 jam pelajaran dalam seminggu. 3. Metode pengajaran apa saja yang biasa Bapak terapkan dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam? Jawaban: Metode pengajaran yang saya terapkan dalam pelajaran PAI beragam, dimulai dari metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan tugas sholat mingguan. 4. Bagaimana respon siswa ketika pengajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung? Jawaban: Mereka sangat antusias ketika mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. 5. Masalah atau hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban: Masalah atau hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pelajaran PAI adalah masih ada siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an dan lancar dalam membacanya, serta masih ada yang belum hafal surat-surat pendek. 6. Sarana dan prasarana apa saja yang mendukung pelaksanaan pelajaran Pendidikan Agama Islam? Jawaban: Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan pelajaran PAI adalah Mushollah/ LAB PAI dan perpustkaan. 7. Usaha-usaha/upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam untuk membina sikap keberagamaan siswa? Jawaban: Usaha-usaha/upaya-upaya yang dilakukan adalah memberikan tugas agenda sholat mingguan, Ekstrakurikuler Rohis, Peringatan Hari Besar Islam, Tadarus Jum’at pagi, Tausiyah, dan membiasakan salam kepada guru. 8. Menurut Bapak bagaimana peranan Pendidikan Agama Islam, baik Pendidikan Agama Islam dikelas maupun kegiatan keagamaan yang ada disekolah ini dalam membina sikap keberagamaan siswa? Jawaban: Menurut saya peranan Pendidikan Agama Islam, adalah: a. Memberikan dampak yang positif bagi siswa dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. b. Menambah ilmu pengetahuan atau wawasan keislaman. c. Meningkatkan kualitas keagamaan siswa. d. Bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depan.
Interviewer
Siti Istianah
ANGKET PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA
I. Identitas Responden Nama
: ..........................
Kelas
: ..........................
II. Petunjuk Pengisian 1. Bacalah basmalah terlebih dahulu sebelum mengisi angket ini. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai menurut anda. 3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur dan benar. 4. Jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi nilai anda pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. III. Pertanyaan-pertanyaan A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam 1. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda mengingatkan anda untuk menghormati orang tua, guru dan teman? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Guru Pendidikan Agama Islam hadir dikelas tepat waktu? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda memberikan bimbingan dan contoh nasehat yang baik pada saat belajar mengajar? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda melarang untuk membicarakan kejelekan orang lain (ghibah)? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda memberikan motivasi untuk berakhlak al-Karimah? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Ketika menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, apakah guru anda menggunakan media/alat peraga? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda menyuruh anda agar berpakaian rapi dan sopan? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda menghukum anda apabila tidak mengerjakan pekerjaan rumah? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda mengawasi anda pada saat ujian Pendidikan Agama Islam berlangsung? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Guru agama anda mendorong siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda mengingatkan anda untuk bersikap jujur? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Menurut anda, apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda mengulang kembali mata pelajaran yang sudah dipelajari sebelum memulai materi baru? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda melarang anda untuk merokok? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda melarang anda untuk memakai narkoba ? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Apakah Guru Pendidikan Agama Islam anda melarang anda untuk tawuran?
a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
B. Sikap Keberagamaan 16. Ketika tidak diperintahkan orang tua/guru, apakah anda mengerjakan sholat lima waktu? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Meski waktu sholat telah tiba, anda tetap menonton televisi? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Jika nilai ulangan anda baik, anda mengucapkan hamdalah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Apakah setiap hari anda selalu menyempatkan diri untuk membaca AlQur’an? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Pada bulan Romadhon, apakah anda mengerjakan puasa Romadhon? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kaadang
d. Tidak pernah
21. Pernahkah anda melaksanakan puasa sunnah? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Ketika anda memiliki uang, pernahkah anda memberi infak atau bersedekah kepada orang yang kurang mampu? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anda, anda akan mengerjakannya? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24. Ketika anda bertemu dengan guru anda dijalan, apakah anda menyapa/mengucapkan salam kepada beliau? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25. Apakah anda mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru sedang berbicara di depan kelas? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26. Ketika teman anda berbuat kesalahan kepada anda, kemudian ia meminta maaf kepada anda, apakah anda memaafkannya? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27. Ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan lainnya), apakah anda mengerjakannya sendiri (tidak mencontek)? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. tidak pernah
28. Ketika anda melihat uang teman anda jatuh, apakah anda akan mengambilnya kemudian mengembalikan pada teman anda? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29. Ketika sedang berkumpul dengan teman anda, anda berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor)? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30. Ketika anda berjanji dengan orang lain, apakah anda menepatinya? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah