KREATIVITAS GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 20 TANGERANG
Oleh: ALFIYANI NIM: 105011000172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
1
2
ABSTRAK Alfiyani. KREATIVITAS GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 20 TANGERANG. Dibawah bimbingan Dra. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu hal-hal baru ataupun menggabungkan unsur-unsur yang sudah ada yang nantinya dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Dari pengetrtian tersebut dapat diambil beberapa kata yang menjadi kata kuncinya yakni menciptakan, hal-hal baru, menggabungkan dan unsur-unsur yang ada. Tentunya setiap orang mempunyai potensi kreatif, namun terkadang orang tersebut tidak menyadarinya, dalam dunia pendidikan kreativitas sangatlah dibutuhkan terutama untuk para pendidik. Karena apabila pendidik atau guru tersebut kreatif, bisa dilihat bahwa nantinya potensi kreatif dalam diri siswa pun akan terlihat dan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah kreativas seorang guru dapat memotivasi siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) serta faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mempengaruhi kreativitas. Metode penulisan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Dari hasil penelitian ini pun didapat bahwa kreativitas guru itu dapat memotivasi siswa dimana ini dapat terlihat dari prosentase jawaban siswa yang menjawab “sering” guru pendidikan agama Islam (PAI) memotivasi siswa untuk membaca buku yang berkaitan dengan palajaran sebanyak (36,1%). Serta sebanyak (51,2%) siswa menjawab “selalu” memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik daninayah-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah, pejuang agama Islam dan teladan yang terbaik yaitu Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam. Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi selesainya skripsi ini dan bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca sekalian. Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan hormat yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya, kerja kerasnya serta doa yang selalu dipanjatkan yang telah mengantarkan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menjadi sarjana. Semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah swt. dan semoga Allah selalu menjaga dan memberikan rahmat, hidayah beserta karuniaNya kepada mereka. Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendiidkan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya.
i
3.
Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian, kesabaran dan kemudahan dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4.
Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama menjalankan kuliah.
5.
Ibu Dra. Nuraini Ahmad sebagai penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.
6.
Kepada orang tua penulis, bapak dan emak tercinta beserta seluruh keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan memberikan dukungan kepada penulis. Kakak (Wahyuri), adik (Isni), yang memberi kritikan dan semangat sampai akhir pengerjaan karya tulis ini. Tak lupa pula kepada keluarga besar bapak Riman.
7.
Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2005 khususnya kelas E yang selama ini selalu saling melengkapi, memberikan pengalaman dan yang selalu menghiasi hari-hariku selama aktif kuliah
8.
Kepada keluarga besar SHT komisariat UIN yang dengan candanya memberi penyegaran serta semangat.
9.
Kepada orang terbaik “jelek” yang dengan sabar, memberi motivasi dan membantu pembuatan skripsi ini.
10. Untuk someone (si sabuk hijau) yang ada di dalam hati selalu, yang telah menjadi sandaran hati. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu pembuatan skripsi ini. “ Jai Ho” Kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, penulis mengucaokan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah swt membalas kebaikan dan bantuan yang telah mereka berikan selama penulisan. Apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
ii
dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar , saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amiin….
Jakarta, 17 September 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................
4
C. Pembatasan Masalah ............................................................
4
D. Perumusan Masalah .............................................................
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
5
ACUAN TEORITIK A. Kreativitas Guru 1. Pengertian .......................................................................
7
2. Faktor-Faktor dan Komponen Kreativitas ..................... 10 3. Peranan Serta Tugas Guru .............................................. 12 4. Ciri-ciri guru yang Baik ................................................. 14 5. Ciri-ciri Guru yang kreatif ............................................. 15 6. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Siswa .................. 17 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian ....................................................................... 20 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam .................. 22 3. Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 24 4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SMP ...... 25 C. Motivasi 1. Pengertian........................................................................ 27 2. Jenis-jenis Motivasi......................................................... 28 D. Siswa 1. Pengertian ....................................................................... 28 2. Remaja ............................................................................ 29
iv
3. Ciri-ciri Remaja .............................................................. 31 E. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa .......... 32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 35 B. Metode Penelitian ................................................................. 35 C. Unit Analisis ........................................................................ 36 D. Instrumen Penelitian ............................................................. 36 E. Tekhnik pengumpulan Data ................................................. 42 F. Tekhnik Analisis Data .......................................................... 43
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian ................................................................ 43 B. Pembahasan Tentang Temuan Penelitian ............................. 66
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 71 B. Saran ..................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu masalah yang penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena hal tersebut pendidikan mendapat perhatian dari berbagai lapisan elemen, baik dari keluarga, masyarakat, pemerintah dan sekolah. Untuk itu pemerintah melakukan usaha dan upaya untuk memantapkan pembangunan di bidang pendidikan Nasional. Sebab pendidikan itu sendiri merupakan kebutuhan yang pokok bagi setiap bangsa. Dengan pendidikan diharapkan terciptanya manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan, berpengetahuan, cakap dan terampil agar nantinya dapat membangun kemajuan suatu bangsa. Hal ini sejalan dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas yang tertuang pada Bab II pasal 3, ditegaskan bahwa pendidikan Nasional Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1 Dalam hal ini, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1
Undang-Undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal.7
1
2
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.2 Dalam bidang pendidikan terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen itu diantaranya adalah kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pengajar, siswa, kegiatan belajar mengajar dan lainnya. Guna mewujudkan keberhasilan pendidikan yang berkualitas, maka komponenkomponen tersebut harus disiapkan dengan baik. Seperti halnya penerapan sistem pendidikan yang dilakukan dalam suatu proses belajar mengajar yang dilaksanakan seefektif, efisien dan terarah. Guru dalam hal ini mempunyai peranan yang penting, karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Selain itu, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas guru yang nantinya dapat menghasilkan suatu hal yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Berkenaan dengan kependidikan, Prof. H.M Arifin M.ed mengatakan bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan-kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual, sosial, serta hubungan dengan alam sekitar dimana ia hidup.3 Guru sebagai pengajar berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan berfungsi sebagai komunikator, motivator, informator dan fasilitator. Sebagai komunikator, guru dalam mengajarkan bahan-bahan ilmu pengetahuan mengalihkan sikap dan keterampilan kepada siswa dan menuntun mereka mudah menyerap dan mengembangkan ilmu yang dipelajarinya.
2 3
www.wikipedia.com M. Arifin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), Cet.3, hal.4
3
Sebagai motivator, guru senantiasa memberikan, menumbuhkan minat serta motivasi kepada siswa agar secara terus menerus mempelajari ilmunya dan tetap semangat belajar. Sebagai informator, guru berusaha memberikan berbagai informasi yang berhubungan dengan mata pelajaran serta pengetahuan yang relevan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terus berkembang. Sebagai
fasilitator,
guru
berupaya
untuk
menjadi
alat
atau
memfasilitasi siswa untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai komunikator, motivator, informator dan fasilitator dengan baik, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai seoptimal mungkin. Selain itu, guru juga harus mempunyai keterampilan dalam menyampaikan suatu informasi kepada para siswa dengan pemilihan metode dan media yang sesuai. Karena itu sebagai seorang guru yang dikatakan juga sebagai seniman harus mampu menciptakan suasana yang nyaman dengan berbagai ke kreativitasannya. Pada kenyataannya pendidikan walaupun sudah menggunakan sistem KTSP, yang lebih menekankan pada ke aktifan siswa serta guru dalam artian saling berinteraksi yang tentu saja disini menuntut ke kreativan seorang guru untuk menarik agar siswanya aktif, namun dalam kegiatan yang berlangsung masih banyak guru yang hanya berperan sebagai sumber informasi atau penyampai materi, sedangkan siswa sebagai penerima. Apabila materi telah selesai disampaikan kepada siswa maka selesailah tugas guru, tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak, dan dalam hal ini siswa merasa sulit dan jenuh menerima pelajaran pendidikan agama Islam. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan berhasil apabila guru menyampaikan pembelajaran dengan baik, dimana diorientasikan sesuai dengan kebutuhan siswa, serta mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya yaitu potensi kreativ. Dengan potensi kreativ yang dimilikinya, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mengembangkan suatu hal yang baru dalam proses
4
belajar mengajar yang nantinya diharapkan siswa dapat lebih bersemangat mengikuti pelajaran dan mempunyai pikiran-pikiran kreativ. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP SISWA DI SMPN 20 TANGERANG.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana kreativitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 2. Apakah guru sudah menjalankan fungsinya sebagai komunikator, motivator, informator dan fasilitator? 3. Apakah pengajaran guru yang kreativ mempermudah siswa menerima pelajaran? 4. Apakah pengajaran guru yang kreatif memotivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? 5. Apakah guru Pendidikan Agama Islam yang kreativ lebih baik mengajarnya dari guru Pendidikan Agama Islam yang tidak memiliki kreativitas dalam mengajar? 6. faktor apa saja yang mendukung kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? 7. faktor apa saja yang menghambat kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam?
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, maka agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis disini perlu membatasi permasalahan yang ada, pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
5
a. Kreativitas yang dimaksud ialah kemampuan untuk mencipta sehingga mampu memecahkan suatu masalah dengan jalan keluar yang baru ataupun dengan menggabungkan hal-hal yang sudah ada. b. Kreativitas guru yang dimaksud adalah kemampuan untuk menghasilkan cara-cara baru dalam proses pengajaran yang disesuaikan dengan fungsi guru itu sendiri yakni salah satunya sebagai motivator. c. Siswa yang dimaksud disini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Tangerang, karena pada saat itu siswa sedang dalam fase remaja, dimana fase remaja memang sedang mencari dan memerlukan bimbingan tentang masalah keagamaannya, baik dari keluarga maupun dari guru.
D. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu: 1. Bagaimana kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam? 2. Bagaimana efektivitas pengajaran guru yang kreatif memotivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? 3. faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? 4. faktor apa saja yang menghambat kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengenai tujuan penelitian ini, ada beberapa hal yang penulis inginkan dari penyusunan skripsi ini, yaitu: a. Untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam b. Untuk mengetahui efektivitas pengajaran guru yang kreativ dalam mempermudah siswa menerima pelajaran. c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam
6
d. Untuk mengetahui faktor yang menghambat kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. 2. Manfaat Penelitian Dari permasalahan yang ada, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk di masa mendatang, beberapa manfaat diantaranya: a. Dapat berguna bagi guru maupun pengelola pendidikan dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar bidang study Pendidikan Agama Islam demi kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang . b. Dapat meningkatkan potensi kreatif yang dimiliki guru agar nantinya peserta didik dapat memenuhi baik kebutuhan pribadinya maupun masyarakat.
BAB II ACUAN TOERITIK A. Kreativitas Guru 1. Pengertian a. Kreativitas Ditinjau dari segi bahasa (etimologi) kata kreartivitas berasal dari bahasa Inggris “to creat” yang berarti menciptakan, menimbulkan dan membuat. Dari kata to creat berbentuk kata benda “creativity” yang berarti daya cipta,1 dalam bahasa Latin kreativitas berasal dari kata “creare” yang berarti melahirkan, menghasilkan atau mencipta. Kreativitas sendiri adalah kemampuan untuk mencipta, kemampuan mencapai pemecahan atau jalan keluar yang sama sekali baru, asli dan imajinatif terhadap masalah yang bersifat pemahaman, filosofis, estetis ataupun yang lainnya.2 Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Save M. Dagun menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan dalam memecahkan masalah dengan memberikan jalan keluar yang baru, asli, imajinatif terhadap masalahnya yang bersifat
1
John M Echols, Hasan Sadilly, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 154 2 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 133
7
8
pemahaman, filosofis, estetis maupun yang lainnya.3 Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitas berarti “kemampuan untuk mencipta”.4 Menurut Conny Semiawan,dkk. Mengemukakan “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.5 Sedangkan menurut Clark Moustakis, sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar “kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan orang lain.6 Dari berbagai pendapat pakar yang mengemukakan tentang pengertian kreativitas itu sendiri, maka penulis disini dapat menyimpulkan bahwasanya kreativitas itu memiliki kata kunci yakni menciptakan, hal-hal baru, menggabungkan dan unsur-unsur yang ada. Dari beberapa kata kunci yang telah disimpulkan maka dapat menjadi sebuah
pemahaman
kemampuan
untuk
bahwasannya menciptakan
kreativitas suatu
itu
hal-hal
ialah baru
suatu
ataupun
menggabungkan unsur-unsur yang sudah ada yang nantinya dapat menyelesaikan suatu permasalahan. b. Guru Menurut pandangan tradisional guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut ahli pendidikan, “Teacher is person who cause a person to know or be able to do something or give a person knowledge or skill”.(Roestiyah, 1982:182).
3
Save M. Degun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN, 2000), h.540 Kamus Besar Bahasa Indonesia 5 Conny Semiawan, dkk,. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 8 6 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT. Rineka Cipta, 2004), Cet.2, h.18 4
9
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.7 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa guru itu mempunyai pengertian seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun kemampuan yang diajarkan kepada anak didik sehingga mereka dapat mengembangkan dan menerapkannya. Dikatakan juga beberapa uraian yang memaparkan beberapa prinsip yang berlaku umum tentang ciri-ciri guru yang baik. Diantaranya: 1) Memahami dan menghormati anak didik 2) Menghormati bahan pelajaran yang diberikannya 3) Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran 4) Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu 5) Mengaktifkan siswa dalam konteks belajar 6) Memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka 7) Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa 8) Mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya 9) Jangan terikat oleh satu buku teks (textbook) 10) Tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada anak didik, melainkan senantiasa mengembangkan pribadinya.8 Memang bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang pendidik yang baik, namun setidaknya dari beberapa prinsip tentang ciri-ciri guru yang baik harus kita miliki.
7
Syafrudin Nurudin, M.Pd, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:Quantum Teaching, 2005), Cet. 3, h.6-7 8 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h.172-176
10
2. Faktor-Faktor dan Komponen-Komponen Kreativitas a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Dalam
pengembangan
kreativitas,
seseorang
akan
sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Faktor tersebut bisa dari dalam guru dan dapat pula berasal dari luar guru, sebagaimana diungkapkan oleh Robert W Olson. Faktor Penghambat: Intern
: 1. Adanyan transfer kebiasaan 2. Takut gagal 3. Ketidakmampuan mengenal masalah 4. Pendirian yang tidak tetap 5. Terlalu cepat berpuas diri
Ekstern
: 1. Waktu yang terbatas 2. Lingkungan 3. Kritik yang dilancarkan orang lain
Faktor Pendukung: Intern
: 1. Adanyan motivasi untuk mengenal masalah 2. Berani dan percaya diri 3. Adanyan motiasi untuk selalu terbuka terhadap gagasan sendiri dan orang lain
Ekstern
: 1. Adanyan dukungan dari lingkungan 2. Materi yang cukup 3. Waktu luang 4. Adanyan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan9
9
Robert W. Olson, Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, (Jakarta: Erlangga, 1992), h.25-41
11
b. Komponen Kreativitas Kreativitas itu penting dalam pendidikan, karena mengemukakan empat alasan: 1) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. 2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. 3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. 4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.10
Dalam upaya pengembangan kreativitas dan menjaga agar usaha pengembangan itu berjalan lancar, maka perlu diperhatikan komponenkomponen untuk membangun kreativitas dan cara untuk mengembangkan kreativitas. 1) Komponen-Komponen Membangun Kreativitas a) Kreativitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berfikir dan bekerja d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata yang diucapkan seseorang. 2) Cara-Cara Mengembangkan Kreativitas a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk berfikir, maksudnya segala macam informasi khusus atau umum. Informasi yang khusus tentang sesuatu akan memberikan informasi peluang yang bervariasi.
10
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, h. 45-46
12
b) Produktivitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak langsung membawa atau menghasilkan produk aktif, justru dapat menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja. c) Kreasi yang memberi peluang yang bervariasi juga menawarkan pilihan yang bervariasi, sehingga kelak banyak pilihan.11
3. Peranan Serta Tugas Guru Guru sebagai seorang pendidik, pembina generasi muda yang tujuan akhirnya dapat memajukan kehidupan bangsa dan negara sudah sepantasnya harus menjadi suri tauladan. Karena dimanapun baik di dalam maupun di luar sekolah guru akan selalu menjadi sorotan dan contoh teladan baik bagi masyarakat pada umumnya dan bagi anak didik pada khususnya. Peranan guru amatlah sangat luas karena guru tidak hanya berperan di dalam sekolah saja, tapi di keluarga dan juga masyarakat guru memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Tohirin dalam bukunya tentang psikologi pendidikan agama Islam disebutkan peranan guru, baik peranannya di sekolah, keluarga serta di masyarakat yakni sebagai berikut: a. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil belajar siswa b. Di keluarga, guru berperan sebagai family educator c. Di masyarakat, guru berperan sebagai sosial developer, sosial motivator, sosial inovator dan sosial agen.12 Adapun penjelasan dari peran guru di atas adalah sebagai berikut: a. perancang atau perencana, adalah perumusan tentang apa yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
11
Samuel, MP,. Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta:PT. Gunung Agung, 1987), h.
161-162 12
Tohirin, MS, M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Ed.1., h. 165-166
13
b. pengelola pengajaran, adalah kemampuan mengelola suatu sistem pembelajaran dimana hal itu menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. c. pengelola hasil belajar, adalah mengolah hasil belajar peserta didik untuk mengetahi perubahan ataupan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan d. family educator, adalah pendidik bagi keluarga yakni mengajarkan, namun juga melaksanakan proses pembelajaran bagi keluarga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. e. sosial developer, adalah guru memiliki peranan sebagai pembina masyarakat dimana dalam kehidupan bermasyarakat apa yang dilakukan guru menjadi sebuah teladan dan secara tidak langsung sikap guru tersebut dapat membina masyarakat. f. sosial motivator adalah motivator bagi masyarakat untuk menggerakkan ataupun sebagai pendorong bagi adanya suatu kegiatan untk memajukan masyarakat itu sendiri. g. sosial inovator, adalah penemu masyarakat yang dimaksudkan penemu adalah mengemukakan gagasan-gagasan baru ataupun ide-ide terhadap suatu rencana yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat. h. sosial
agen
adalah
anggota
masyarakat
yang
sama-sama
ikut
berkecimpung daam kehidupan sosial bermasyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa peranan guru memang sangat berpengaruh baik di lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Namun perlu kita sadari bahwasannya seorang guru sama halnya seperti masyarakat pada umumnya yang menjalani kewajiban-kewajibannya yang sesuai sebagai anggota masyarakat. Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan
14
pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Di dalam keluarga guru berperan sebagai family educator. Sedangkan di tengah-tengah masyarakat, guru berperan sebagai sosial developer (Pembina masyarakat), sosial motivator (pendorong masyarakat), sosial innovator (penemu masyarakat) dan sebagai sosial agent (agen masyarakat).13 Sebagai seorang guru yang mempunyai peranan penting dalam kemajuan pendidikan suatu bangsa maka dalam hal ini, ada beberapa tugas yang diembannya baik dalam dunia pendidikan maupun tugasnya dalam proses belajar mengajar, diantaranya yaitu: a. Sebagai orang yang mengkomunikasikan ilmu pengetahuan b. Sebagai model atau teladan c. Sebagai penggerak (motivator) masyarakat d. Sebagai demonstrator e. Sebagai mediator dan fasilitator f. Sebagai evaluator.14
4. Ciri-Ciri Guru yang Baik Dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan manapun, guru memiliki peran yang penting dan strategis yang tidak dapat digantikan oleh siapapun termasuk teknologi. Karena hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kriteria ataupun ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa guru itu baik. Diantaranya yaitu: a. Guru memiliki kompetensi pedagogic, yakni: 1) Kemampuan dalam mengelola pembelajaran 2) Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik 3) Kemampuan perancangan pembelajaran 13
Tohirin, MS, M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Ed.1, h. 165-166 14 Abuddin Nata, MA, Fauzan MA., Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, Cet.1, h.217225
15
4) Kemampuan pelaksana pembelajaran yang mendidik dan dialogis 5) Kemampuan pemanfaatan teknologi pembelajaran 6) Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar 7) Kemampuan pengembangan peserta didik b. Guru memiliki kompetensi kepribadian, yakni: 1) Guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa 2) Disiplin, arif dan bijaksana 3) Menjadi teladan bagi peserta didik 4) Berakhlak mulia c. Guru memiliki kompetensi profesional 1) Memahami jenis-jenis materi pembelajaran 2) Mengurutkan materi pembelajaran 3) Mengorganisasikan materi pembelajaran 4) Mendayagunakan sumber pembelajaran 5) Memilih dan menentukan materi pembelajaran d. Guru memiliki kompetensi sosial 1) Bergaul dan berkomunikasi secara evektif 2) Dapat mengerti keadaan sekitar15
5. Ciri-Ciri Guru yang Kreatif Halman (1967), berpendapat bahwa pendekatan pengajaran guru kreatif dapat dilakukan dengan memperhatikan saran-saran sebagai berikut: a. Guru yang kreatif memperlakukan proses belajar mengajar dengan memprakarsai belajar sendiri (self-initiared learning) pada sebagian siswa. Prinsip yang dipandang baik dalam proses belajar mengajar dilaksanakan, tetapi semua itu dilakukan dalam rangka menginduksi respon yang kreatif dari siswa, seperti melakukan aktivitas untuk mendorong siswa menyelidiki
sendiri,
melaksanakan
eksperimen
dan
mengambil
kesimpulan sementara terhadap eksperimen yang dilakukan tersebut. 15
E. Mulyasa, M.Pd., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3., h. 75-173
16
b. Guru yang kreatif menciptakan lingkungan belajar yang tidak otoriter, kondisi yang bebas memberikan fasilitas kepada siswa untuk berkreatif, jenis kebebasan yang diperlukan agar siswa menjadi kreatif adalah kebebasan yang berkenaan dengan psikologi, simbolik dan kebebasan untuk mengungkapkan pengalaman secara spontan. c. Guru yang kreatif mendorong siswa belajar lebih banyak (over learn) untuk memperkaya mereka dengan informasi, mengimajinasikan dan memberi makna dari informasi itu. Siswa harus dapat menerima kenyataan bahwa dalam proses belajar mengajar seperti ini mereka harus memiliki disiplin keras kepada diri mereka sendiri. d. Guru yang kreatif mendorong proses berfikir kreatif siswa. Dia memberikan rangsangan kepada siswa untuk mencari hubungan-hubungan yang baru antar data, mengimajinasikannya, mencari pemecahanpemecahan masalah yang sedang dihadapi, membuat perkiraan secara cepat, menemukan ide-ide sampingan untuk membentuk ide-ide baru. Dia mendorong siswa untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang tidak mungkin antar elemen-elemen, dalam rangka menemukan suatu teori yang tidak masuk akal atau menyimpang dari yang biasa. e. Guru yang kreatif dapat menunda keputusan. Dia tidak menutup kemungkinan diadakannya penyelidikan dan mengumumkan hasil penyelidikan tersebut. Dia menunda untuk mengakhiri penyelesaian pokok persoalan. Dia memelihara fleksibilitas kesimpulan dari sebuah hasil penyelidikan. f. Guru yang kreatif mempromosikan fleksibilitas intelektual (promote intellectual flexibility) diantara siswa. Dia mendorong siswa untuk mengangkat posisi observasi yang mereka lakukan untuk memvariasikan pendekatan menuju masalah-masalah yang akan dipecahkan. g. Guru yang kreatif mendorong individu untuk mengevaluasi sendiri kemajuan hasil belajarnya (encourages self-evaluation). h. Guru yang kreatif menolong siswa untuk menjadi orang yang lebih sensitive terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, terhadap semua
17
stimulus (rangsangan) yang datangnya dari luar, terhadap masalah yang bersifat sosial dan yang bersifat pribadi, masalah umum bahkan terhadap masalah sehari-hari. i. Guru yang kreatif mengetahui bagaimana menggunakan pertanyaan, tetapi pertanyaan tersebut harus bersifatoperasional dan terbuka (Open-Ended), bermakana bagi siswa serta jawabannya bukan bersifat fakta. Pertanyaan operasional bertitik pangkal kepada usaha yang kreatif dari siswa untuk memecahkan jawaban dari pertanyaan tersebut. j. Guru yang kreatif membantu siswa dalam menanggulangi frustasi dan kegagalan. Perhatian orang yang kreatif berbeda dengan perhatian orang yang kurang kreatif terhadap kesanggupan mereka untuk menerima dan menyesuaikan diri mereka pada suatu ketidak pastian. k. Guru yang kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi materi, ide-ide, konsep-konsep, alat-alat dan strukturstruktur. Keahlian adalah suatu unsur yang diperlukan dalam kreativitas yang bersifat pribadi, bilamana hal itu berhubungan dengan keahlian menggunakan kata-kata seperti bersajak atau mengarang, menggunakan warna seperti menggambar, menggunakan nada seperti dalam bernyanyi dan menggnakan kayu seperti pertukangan. l. Guru yang kreatif mendorong siswa untuk melihat masalah secara keseluruhan lebih baik dari pada melihat suatu masalah sepotong-potong.16
6. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Siswa Selama ini kita tahu apa itu kreatif, yakni sesuatu yang bias diartikan baru, mencipta ataupun asli, yang menghasilkan keistimewaan-keistimewaan tertentu. Namun yang pasti setiap manusia mempunyai kemampuan ataupun potensi kreatif yang mungkin mereka sadari ataupun tidak. Dalam hal pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal pengajaran ataupun penyampai materi harus dan memang dituntut kreatif. 16
Yeti, Pengaruh Pemberian Motivasi Oleh Kepala Sekolah Terhadap Kreativitas Mengajar Guru di MTsN 3 Pondok Pinang, Skripsi Kependidikan Islam (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.31-33
18
Mengapa dituntut harus, karena semakin majunya perkembangan zaman, sudah barang tentu menuntut pendidikan yang lebih maju, karena itu potensi kreatif dalam pengajaran benar-benar dituntut menghasilkan anak didik yang mempunyai pemikiran-pemikiran kreatif. Dalam pembelajaran di kelas, guru menjumpai berbagai macam anak dengan karakteristik mereka yang sangat beragam, seperti yang sudah dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki potensi kreatif. Jadi, tugas guru tidak hanya masuk kelas, menyampaikan materi pelajaran, memberikan tugas, kemudian selesai. Tetapi guru mempunyai tugas bagaimana dari anak didik yang mempunyai karakteristik yang beragam dapat aktif dan memiliki pemikiran yang kreatif. Sebelum menularkan kekreativannya terhadap anak didik, maka guru sebagai pendidik harus mengetahui potensi kreatif yang harus dimiliki, dimana potensi kreatif itu dapat dikembangkan yang membutuhkan beberapa cara, diantaranya: a. Harus mempunyai berbagai informasi pengetahuan sebagai acuan berpikir, karena dengan adanya berbagai pengetahuan, maka guru itu sendiri dapat menawarkan beberapa alternatif jawaban yang tentu saja dari informasi pengetahuan yang ia miliki. b. Produktivitas dari apa yang ada, dimana ini bisa berupa ide-ide awal yang mungkin sebelumnya tidak berarti apa-apa, kemudian ide tersebut nantinya bisa berubah menjadi sesuatu pemikiran yang mempunyai keistimewaankeistimewaan. Karena kreativitas itu bukan benar-benar menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, melainkan menghasilkan dari sesuatu yang ada menjadi hal yang baru dan asli dari hasil pemikiran orang yang menciptanya, disitulah letak kesepakatan dari semua pakar tentang kreativitas, yakni baru dan asli. Dalam membangun kreativitas yang ada, tentunya terdapat berbagai faktor baik dari dalam ataupun dari luar yang mendukung ataupun sebaliknya yang menghambat kreativitas itu sendiri untuk dioptimalkan.
19
Faktor pendukung dan penghambat kreativitas itu sendiri bisa dilihat dari kepribadian guru itu sendiri sebagai pangkal yang nantinya bisa berdampak kepada anak didik dalam pembelajaran yang aktif dan kreatif. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.17 Sebagai seorang guru tentunya kepribadian yang ia miliki ialah kepribadian terpadu, dimana segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang dan serasi. Karena itu ia mampu bekerja secara optimal dan segala permasalahan dapat ia selesaikan dan dipahaminya secara objektif sebagaimana adanya. Guru ataupun orang tua ialah model untuk setiap anak didik. Disini seperti apapun tingginya daya intelektual seorang guru namun apabila ia tidak dapat melakukan penyampaian-penyampaian materi pembelajaran maka proses belajar mengajar pun tidak akan efektif, bahkan bisa jadi proses belajar mengajar yang ada berjalan monoton dan membosankan. Berbeda dengan guru yang menggunakan daya kreatifnya dalam mengajar, pastinya suasana belajar akan lebih hidup namun tetap kondusif. Guru yang memiliki peran sebagai motivator, fasilitator, komunikator dan informator harus bisa menjalankan peran itu dengan baik, tentunya dengan hal yang menarik namun mengena kepada tujuan pendidikan itu sendiri. Kebanyakan siswa SMP (anak usia remaja) lebih menyukai berbagai tantangan, guru yang kreatif dalam pembelajarannya lebih menekankan kepada memberikan tantangan daripada tekanan terhadap anak didik yang berupa sebuah tugas. Karena tantangan itu sendiri memberikan kesempatan anak memperoleh kepercayaan terhadap kemampuan-kemampuan untuk berfikir. Tantangan disini nantinya akan membangkitkan rasa keingintahuan yang dapat berdampak kepada motivasi siswa untuk belajar. Tentu saja 17
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Pt. Bulan Bintang, 2005), Cet.4, h.9
20
tantangan yang diberikan harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian a. Pendidikan Islam Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Arifin (1987:13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinya
atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan. Mohammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987:16) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Imam Bawani (1987:122) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.18 b. Pendidikan Agama Islam Menurut Zakiah Darajat
bahwa pendidikan Agama Islam
adalah “pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan Agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.19
18 19
Tohirin, Ms, M.Pd., Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h.9-10 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.3, h.25
21
Sedangkan
menurut
Samsul
Nizar
bahwa
pendidikan
mempunyai 3 makna, yaknial-ta’lim, al-tarbiyah dan al-ta’dib. Alta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya kata altarbiyah berarti mengasuh, mendidik, memelihara, bertanggungjawab, memberi makna, mengembangkan, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi serta menjinakkannya, baik yang menyangkut aspek jasmani maupun rohani. Dari pandangan di atas, memberikan pengertian bahwa term altarbiyah mencakup semua aspek pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Baik mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah, secara harmonis dan integral. Sedangkan kata al-ta’dib berarti kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Orientasi alta’dib lebih berfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.20 Pendapat diatas jelas bahwa definisi pendidikan Agama Islam dilihat dari tiga kata tersebut yakni al-tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib, ketiganya sama-sama ingin memberikan pengetahuan pada anak didik agar mereka dapat menjadi manusia yang sempurna dan dapat hidup kreatif dan mandiri. Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli, dapat penulis simpulkan pengertian pendidikan agama Islam, yaitu proses bimbingan jasmani dan rohani agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam untuk mengarahkan kepada pembentukan manusia yang berakhlak mulia.
20
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Media Pratama, 2001), Cet.1, h. 85-91
22
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Undang-Undang Sisdiknas yang tertuang dalam Bab II pasal 3, ditegaskan bahwa pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.21 Tujuan pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut. Pandangan hidup ini berupa agama ataupun aliran filsafat tertentu, pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan untuk memperpanjang hidupnya atau baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah berpangkal pada filsafat dan pandangan hidup yang berdasarkan agama.22 Menurut Prof. H. M Arifin, menyatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu Agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.23 Zakiah Darajat membagi tujuan pendidikan Agama Islam ini kedalam empat bagian, yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan Islam meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan dan pandangan. Tujuan sementara dari pendidikan Islam menurut beliau proses pendidikan itu sendiri yang dianggap sebagai tujuan akhirnya adalah insan kamil yang akan mati dan menghadap Tuhannya. Sedangkan yang menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Darajat ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang 21
UU Republik Indonesia, No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.7 22 Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987), h. 305 23 Muzyyin Arifin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat (suatu pendekatan filosofis, pedagogis dan cultural), h.9
23
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.24 Setelah kita ketahui tujuan-tujuan pendidikan agama Islam yang disebutkan di atas, maka kesannya mempunyai satu tujuan yakni menjadi seorang manusia yang beriman yang nantinya akan kembali kepada sang pencipta Ilahi Rabbi. Selain itu tujuan pendidikan agama Islam juga mendasari kehidupan anak agar sesuai dengan ajaran Islam yang bermanfaat bagi dirinya, lingkungan dan masyarakat. Selain tujuan terdapat pula fungsi dari pendidikan agama Islam itu sendiri, diantaranya yakni: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan kaetakwaan peserta didik kepada Allah swt yang lebih ditanamkan terlebih dahulu dilingkunagn keluarga b. Penanaman nilai agama Islam, sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahankelemahan dan kekurangan-kekurangan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari d. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan agama Islam e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama Islam secara umum, system dan fungsionalnya g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang pendidikan agama Islam agar bakat tersebut dapat
24
Zakiah Darajat, Ilmu Pengetahuan Islam, h.30-33
24
dikuasai secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.25
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam H. M Arifin menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Agama Islam mencangkup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakuakn secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi : a. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam. b. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera. c. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia. d. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridho dan ampunan Allah SWT. e. Lapangan hidup politik, agar supaya tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai ajaran Islam. f. Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan kehidupan manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai-nilai moral agama. g. Lapangan hidup pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.26 Dari uraian diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa kependidikan agama Islam mencakup semua lingkup kehidupan manusia, yang kesemuanya itu di dasari oleh dasar keimanan. Artinya, setiap lapangan hidup manusia tak lepas dari nilai-nilai ajaran Islam dimana nantinya kehidupan akan berjalan selaras antara kebahagiaan dunia dan akhirat. 25
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.1 h.72-73 26 H. M Arifin., Ilmu Pendidikan Islam, h.12
25
4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SMP Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa SMP disini lebih menekankan kepada nilai-nilai moralitas atau keagamaan, dimana pada siswa SMP itu sendiri berada pada tahap fase remaja. Pada tahap inilah siswa memerlukan sosok pengajar yang mampu membimbing, mengayomi dalam memenuhi pengetahuannya tentang keagamaan. Secara rinci dapat dijelaskan tujuan pendidikan agama Islam di SMP / MTs yaitu untuk: a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt. b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berkhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan ecara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
26
Dalam kaitannya untuk pemenuhan pengetahuan tentang keagamaan serta tujuan dari pendidikan agama Islam di SMP maka tidak hanya guru sebagai pendidik yang berperan, tetapi semua unsur juga sangat diperlukan peranannya. Karena itu tidak hanya unsure sekolah saja, melainkan orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan agama Islam. Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk SMP meliputi beberapa aspek, yaitu : a. Alquran Hadist
: hukum bacaan alif lam syamsiah dan qomariah, bacaan nun dan mim mati, bacaan qolqolah dan ra, bacaan mad dan waqaf, memahami ajaran beberapa surat Alquran (surah At-tin dan surah Jngan Al-Insyirah).
b. Aqidah
: iman kepada Allah, sifat-sifat-Nya, asmaul husna, serta rukun iman yang lainnya seperti iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir, iman kepada qada dan qadhar.
c. Akhlak
: perilaku terpuji, menghindari perilaku tercela, hukum Islam tentang hewan sebagai sumber makanan.
d. Fiqh
: Thaharah, shalat munfarid dan jamaah, shalat jum’at, shalat jama dan qashar, shalat sunnah, macam-macam sujud, puasa, zakat, hukum Islam tentang penyembelihan hewan.
e. Sejarah Kebudayaan Islam: sejarah nabi Muhammad saw, sejarah dakwah Islam,
sejarah
perkembangan
Islam
Nusantara, sejarah tradisi Islam Nusantara.
di
27
C. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut MC. Donald, perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.27 Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupuin hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986;reber,1988).28 Istilah motivasi (dari perkataan motivate-motivation), beberapa ahli mengungkapkan beberapa pengertiannya, diantaranya sebagai berikut: S Nasution, MA mengemukakan: “To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doping”. Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. Thomas M. Risk mengemukakan tentang motivasi sebagai berikut: “We may now define motivation, in a pedagogical sense, as the concion effort on the part of the teacher to establish in students motives leding to sustained activity toward the learning gods”. Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.29
27
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan SDM, (Bandung: Falah Production, 2000), Cet.3., h. 161 28 Muhibbin syah,M.Ed., Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet.2., h. 136 29 Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1995), Cet.1., h. 140
28
2. Jenis-jenis Motivasi Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut:30 a. Motivasi Intrinsik Yakni motivasi yang timbul dari sikap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Sebagai missal, seseorang yang gemar membaca tidak memerlukan orang lain yang memotivasinya tetapi ia sendiri butuh, berminat atau berkemauan untuk mencari sumber-sumber bacaan dan rajin membacanya. b. Motivasi Ekstrinsik Yakni motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar lingkungannya. Sebagai contoh, seseorang yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah dan meningkatkan nama baik organisasi olah raga yang ia masuki
D. Siswa 1. Pengertian Siswa Siswa atau kata lainnya peserta didik atau anak didik, dalam ilmu pendidikan merupakan tanggung jawab pendidik. Setiap anak disebut anak didik sebab sebutan anak didik harus dikaitkan dengan seorang pendidik tertentu. Pendidik itu sendiri adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap pendiidk si anak. Menurut Langeveld, anak didik adalah anak atau orang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan, atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik.31
30
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan SDM., Cet.3., h. 161-163 31 Syam Noor, dkk., Pengantar Dasar-dasar Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), Cet.1., h.32
29
Sifat khas anak didik dapat di kemukakan sebagai berikut: a. Anak didik adalah seseorang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan, ia masih menjadi tanggung jawab tertentu b. Anak didik adalah anak yang sedang berkembang sejak lahir sampai meninggal anak mengalami perkembangan. Karena itu pendidik harus membantu membimbing pekerjaan anak baik perkembangannya jiwanya, penguasaan diri terhadap lingkunngan sosialnya c. Dasar hakiki anak didik adalah dapat dididik. Berdasarkan UUSP nomor 2 tahun 1989, d. Pasal 1 ayat 6 yang termasuk faktor anggota anak didik seseorang ini mencakup pengertian “peserta didik” yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui peoses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, anggota masyarakat yang peserta didik tersebut dapat dirinci menjadi siswa, mahasiswa, warga belajar dan anak didik.
2. Remaja Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini individu mengalami perubahan, baik perubahan psikis maupun fisik. Definisi tentang masa remaja memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh faktor sosial-sejarah. Dengan batasan tersebut remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.32 Harold Alberty (1957:86) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya dapat di definisikan secara umum sebagai suatu periode dalam
32
Ed.6, h.26
John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003)
30
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa dewasanya.33 Masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, masa ini berasal dari kata Latin “puberscere” dan berarti “bulu kemaluan” yang baru tumbuh disekitar kemaluan. Istilah lain adalah “adolesens” (Latin adolescere = menjadi dewasa).34 Orang Barat menyebut remaja dengan istilah “puber’, sedangkan orang Amerika menyebutnya “adolesensi”. Keduanya merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di Negara kita ada yang menggunakan istilah “akil balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak menyebutnya “remaja”.35 Remaja dalam Bahasa Arab disebut Muraahaqah yang secara terminology dapat di definisikan sebagai berikut: “Fase pertumbuhan ketiga yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga tua. Ia menjadi fase yang menjadi pembatas antara fase kanak-kanak dengan fase pemuda. Dan, ia mempunyai karakteristik sebagai fase yang memiliki
pertumbuhan
yang
cepat
dalam
seluruh
arah
pertumbuhan, baik fisik, kejiwaan, rasio maupun sosial”.36 Sedangkan
mayoritas
psikolog
berpendapat
bahwa
kata
muraahaqah itu berasal dari bahasa Latin, Dr. Musthafa Fahmi berkata, “Kata muraahaqah diambil dari bahasa Latin yaitu kata adolecere. Dan pengertiannya adalah proses bertahap menuju kematangan fisik, seksual, rasio dan emosi.37 Dari beberapa uraian diatas tentang pengertian remaja penulis menyimpulkan bahwa masa remaja ialah masa peralihan dari anak-anak 33
Abin Syamsuddin Makmun M.A, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.8, h.130 34 Muh Said dan Junimar Affan, Psikologi Dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Jemmars, 1990), Ed.2, h.146 35 Zulkifli.L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.5, h.63-64 36 M. Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), Cet.1, h.2 37 M. Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, h. 4
31
menuju dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan cepat baik fisik, seksual,rasio, emosi dan sosial. Pertumbuhan yang dimaksud ialah mulai berfungsinya organ-organ seksual, terjadi perubahan-perubahan di anggota badan yang menandakan suatu ciri-ciri adanya pertumbuhan, emosinya juga bisa lebih dikendalikan, lingkungan sosial pun sudah mulai lebih meluas dan kebanyakan lebih senang berteman berkelompok. 3. Ciri-Ciri Remaja Pertumbuhan remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan kematangan dari setiap fungsi organ-organ tubuh, tidak hanya pada fisik saja tetapi pada kejiwaan dan seksual pun mengalami pertumbuhan. Dari kesemua arah pertumbuhan baik fisik, kejiwaan dan sosial ditandai dengan ciri-ciri tertentu, ciri-ciri itu diantaranya sebagai berikut : a. Fisik dan Perilaku Psikomotorik 1) Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat pesat 2) Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang 3) Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu-bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian tertentu) 4) Mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita dan polusi pada pria pertama kali) b. Bahasa dan Perilaku Kognitif 1) Berkembang penggunaan bahasa sandi 2) Menggemari literatur yang mengandung segi erotik, fantastik dan erotik 3) Pengamatan dan tanggapan bersifat realisme krisis 4) Kecakapan dasar intelektual umumnya menjalani laju pertumbuhan yang terpesat c. Perilaku sosial, Moralitas dan Religius 1) Kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri 2) Keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer 3) Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya
32
4) Mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya 5) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis. d. Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian 1) Lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan 2) Reaksi-reaksi dan emosinya masih labil dan belum terkendali 3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.38
E. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa Semua anak di sekolah memerlukan seorang sosok guru yang baik, karena guru yang baik dapat menentukan tujuan dan sasaran belajar yang tentunya sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan oleh sekolah ataupun lembaga pendidikan tersebut. Selain dari pada itu, seorang guru mempunyai dampak yang besar yang tidak hanya pada prestasi belajar pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan kegiatan belajar pada umumya. Bahkan guru-guru yang sangat baik ataupun yang buruk dapat lebih kuat mempengaruhi anak dari pada orang tua, karena guru lebih mempunyai banyak waktu dan kesempatan dalam memberikan rangsangan kepada anak. Seorang guru juga dapat melumpuhkan ataupun memacu terhadap motivasi, minat, keinginan serta semangat anak dalam belajar. Seperti
yang
telah
dikemukakan
di
pembahasan
yang
lalu
bahwasannya guru yang kreatif lebih memberikan dorongan ataupun motivasi dalam proses pembelajaran, yakni dalam hal mendorong siswa belajar lebih banyak, mendorong siswa berfikir kreatif, mendorong siswa untuk 38
Abin Syamsuddin Makmun M.A, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, h.132-135
33
mengevaluasi sendiri kemajuan hasil belajarnya, serta dorongan-dorongan ataupun motivasi-motivasi yang lainnya. Selain dari pada itu, salah satu fungsi guru itu sendiri adalah sebagai motivator bagi siswa yang senantiasa memberikan, menumbuhkan semangat kepada siswa agar secara terus menerus mempelajari ilmu pengetahuan dan berkeinginan tetap semangat untuk belajar. Dilihat dari fungsi guru sebagai motivator bagi siswa maka sudah tentu motivasi dalam diri siswa terbangun. Motivasi itu sendiri memiliki pengertian yakni yang menurut MC. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap tujuan. Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut:39 1. Motivasi Intrinsik Yakni motivasi yang timbul dari sikap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Sebagai missal, seseorang yang gemar membaca tidak memerlukan orang lain yang memotivasinya tetapi ia sendiri butuh, berminat atau berkemauan untuk mencari sumber-sumber bacaan dan rajin membacanya. 2. Motivasi Ekstrinsik Yakni motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar lingkungannya. Sebagai contoh, seseorang yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah dan meningkatkan nama baik organisasi olah raga yang ia masuki. Selain dari pada itu ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Winkel (1989; 94) bentuk motivasi ekstrinsik itu diantaranya adalah: (1) belajar demi memenuhi kewajiban, (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, (3) belajar demi memperoleh hadiah, (4) belajar demi
39
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan SDM, (Bandung: Falah Production, 2000), Cet.3., h. 161-163
34
meningkatkan gengsi, (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru.40 Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasannya guru yang kreatif mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Motivasi yang ada pada siswa dengan senirinya dapat menambah semangat belajar dan pada akhirnya siswa dapat menguasai pelajaran yang diterimanya.
40
Martinis Yamin., Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaubg Persada Press, 2004), Cet. 2, hal. 85-86
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan dijadikan untuk melakukan kegiatan penelitian adalah SMP Negeri 20 Tangerang, yang terletak di Jl. Nuri Raya Perumnas 1 Tangerang. Waktu yang dibutuhkan penulis dalam kegiatan penelitian ini adalah selama bulan Februari 2010.
B. Metode Penelitian Setiap penelitian memerlukan cara atau metode untuk mendapatkan segala informasi yang terkait dengan judul penelitian. Demikian pula halnya dalam penulisan skripsi ini, penulis memerlukan metode penelitian dalam mengumpulkan data, fakta dan informasi tentang pengaruh kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agam Islam di SMP Negeri 20 Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, metode pengumpulan data yang penulis gunakan antara lain : 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) digunakan untuk memperoleh data-data dan teori-teori yang berasal dari buku-buku bacaan ataupun
35
36
sumber lainnya yang sesuai dengan judul yang terkait mengenai pengaruh kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. 2. Penelitian lapangan (Field Research) digunakan untuk memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif mengenai pengaruh kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
C. Unit Analisa Unit analisa adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.1 Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswasiswi Sekolah menengah Pertama Negeri 20 Tangerang dan yang menjadi populasinya ialah seluruh siswa-siswi kelas VIII yang berjumlah 280 siswa. Karena pengertian sampel itu sendiri menururt Cholid Narbuko dan Abu Achmadi dalam bukunya Metodologi Penelitian adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian2, maka penulis hanya menggunakan sekitar 30% dari jumlah populasi sebanyak 280 untuk dijadikan sampel. Dalam hal ini sampel berjumlah 84 siswa. Sedangkan dalam pengambilan sampel dari tiap-tiap kelas dilakukan dengan menggunakan tekhnik random sampling dengan cara ordinal, yakni mengambil sampel dengan memilih nomor-nomor yang genap.
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang di amati.3 Dalam penelitian mengenai pengaruh kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam instrumen penelitiannya menggunakan angket dalam bentuk non test
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.. 121 2 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet.6., h. 107 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian … h. 128
37
Angket yang digunakan menurut jenis penyusunan itemnya adalah tipe pilihan, dimana responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Angket atau quesioner ini diperuntukkan kepada siswa untuk memperoleh informasi yang relevan secara serentak. Sedangkan
instrument
non
test
dalam
bentuk
wawancara
diperuntukkan kepada guru bidang study pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran agama Islam. Menurut prosedurnya wawancara yang digunakan ialah wawancara bebas terpimpin yang sasarannya adalah perorangan kepada masing-masing guru bidang study pendidikan agama Islam.
Tabel 1 Kisi-kisi Quisioner Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Tangerang No.
1.
Pertanyaan
Sub Pertanyaan
Pokok
pokok
Kreativitas guru Ciri-ciri guru dalam pembelajaran
Indikator
kreatif
Self
No.
Jum
Item
Item
intiared 1
1
learning
Lingkungan
pendidikan
belajar
agama Islam
otoriter
2, 3
2
tidak
Over learn
4
1
Mendorong
5
1
6
1
7
1
8
1
berfikir kreatif
Menunda keputusan
Fleksibilitas intelektual
Encourage
self-
38
evaluation
Sensitive
9
1
10
1
11
1
12
1
13
1
14
1
15
1
16
1
17
1
18
1
terhadap stimulus
Menggunakan pertanyaan dengan baik
Menanggulangi frustasi
Kesempatan untuk memanipulasi ide-ide
Melihat masalah secara keseluruhan
2.
Motivasi
siswa Motivasi Intrinsik
dalam
Keinginan untuk belajar
pembelajaran agama Islam
Senang mengikuti pelajaran
Menyelesaikan tugas
Mengembangkan bakat
Meningkatkan pengetahuan
3.
Motivasi
Hukuman
19
1
ekstrinsik
Hadiah
20
1
Persaingan
21
1
Faktor-faktor
3.1 Faktor
yang
Pendukung
mempengaruhi
39
kreativitas
3.1.1 Intern
Ada motivasi
22,
untuk mengenal
23
2
masalah
Berani
24
1
Percaya diri
25
1
Terbuka terhadap
26
1
27
1
28
1
29
1
30
1
31
1
32
1
33
1
34
1
35
1
36
1
gagasan orang lain 3.1.2 Ekstern
Dukungan dari li ngkungan
Materi yang cukup
Waktu luang
Kesempatan mendapat pengetahuan
3.2 Faktor penghambat 3.2.1
Intern
Transfer kebiasaan
Takut gagal
Tak mampu mengenal masalah
Pendirian tidak tetap
Terlalu cepat berpuas diri
3.2.2
Ekstern
Waktu terbatas
Lingkungan
40
Kritik orang lain
37
1
38
1
39,
2
40
Tabel 2 Kisi-kisi Wawancara Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Guru Bidang Study Pendidikan Agama Islam No.
1.
Pertanyaan
Sub Pertanyaan Indikator
No.
Jum
Pokok
pokok
Item
Item
Kreativitas guru Ciri-ciri guru dalam pembelajaran
kreatif
Self
intiared 1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
learning
Lingkungan
pendidikan
belajar
agama Islam
otoriter
tidak
Mendorong berfikir
kreatif
dan over learn
Fleksibilitas intelektual
Sensitive terhadap stimulus dan menanggulangi frustasi
Menggunakan pertanyaan dengan baik
41
2.
Motivasi
siswa Motivasi Intrinsik
Berkeinginan,
dalam
senang dan
pembelajaran
menyelesaikan
agama Islam
tugas pelajaran
Mengembangkan
7
1
8
1
9
1
10
1
11
1
12
1
13
1
14
1
15
1
16
1
bakat
Meningkatkan pengetahuan
Motivasi
ekstrinsik 3.
Faktor-faktor yang
Hukuman ,hadiah dan persaingan
3.1 Faktor Pendukung
mempengaruhi
3.1.1
Intern
kreativitas
Ada motivasi untuk mengenal masalah
Berani dan percaya diri
Dukungan dari li ngkungan
3.1.2 Ekstern
waktu luang dan kesempatan mendapat pengetahuan
3.2 Faktor
penghambat
Transfer kebiasaan
Waktu terbatas
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa cara, yaitu:
42
1. Angket atau Quesioner Yaitu dengan cara menyebarkan kepada responden yang menjadi obyek penelitian yakni perwakilan dari seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Tangerang yang berjumlah 84 siswa dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 30, yang memiliki alternatif jawaban yang beragam. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam angket yang diajukan kepada responden guna untuk mengetahui pengaruh kreativitas guru terhadap siswa. 2. Wawancara Yaitu proses tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan interviewer yakni guru bidang study pendidikan agama Islam. Wawancara ini menurut prosedurnya termasuk ke dalam wawancara bebas terpimpin, dimana pewawancara sudah membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti sesuai dengan permasalahan terkait yaitu pengaruh kreativitas guru terhadap siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
F. Teknik Analisis Data Data-data yang telah terkumpul yang diperoleh dan terkumpul melalui angket maka diolah lagi melalui tahap editing dan tabulasi. Data yang telah diolah di analisa secara kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan presentasi, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
P = F x 100% N Keterangan: P
: Angka prosentase untuk setiap jawaban
F
: Frekuensi jawaban
N
: Jumlah responden
100% : Bilangan tetap (konstanta)
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil data dari siswa kelas VIII-1 sampai dengan kelas VIII-6 yang seluruhnya berjumlah 288 siswa, namun yang dijadikan sample sebagai responden dalam penelitian ini diambil hanya sebanyak 30% dari jumlah keseluruhan siswa kelas VIII-1 sampai dengan kelas VIII-6 yakni sebanyak 86 siswa. Kemudian penulis memberikan angket kepada responden untuk mendapatkan data tentang kreativitas guru dalam memotivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 20 Tangerang. Angket yang penulis ajukan berjumlah 40 item pertanyaan dengan berbagai alternative jawaban yang dapat responden pilih sesuai dengan jawabannya. Selain dengan angket, penulis juga mengadakan wawancara kepada guru bidang study PAI (pendidikan agama Islam) untuk mendapatkan data tentang kreativitas guru itu sendiri dalam memotivasi siswa khususnya pada pelajaran PAI. Adapun hasil wawancara yang dilakukan itu untuk memperjelas informasi dari siswa yang diperoleh melalui angket. Tekhnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan angket dengan cara disebarkan kepada responden. Kemudian data yang diperoleh dari siswa melalui angket tersebut
43
44
diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus prosentase, yaitu:
P = F x 100% N Keterangan: P
: Angka prosentase untuk setiap jawaban
F
: Frekuensi jawaban
N
: Jumlah responden
100% : Bilangan tetap (konstanta) Setelah hasil angket didapatkan, kemudian dimasukkan ke tabulasi untuk memproses kembali mengubah data instrumen penelitian (angket) menjadi angka (prosentase), dengan rumus yang telah disebutkan. Langkah selanjutnya adalah menghitung seperti apa tingkat kreativitas dalam memotivasi siswa kelas VIII dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 20 Tangerang. Untuk mengetahui tingkat kreativitas guru dalam memotivasi siswa kelas VIII dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 20 Tangerang, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. memberikan skor pada masing-masing alternatif jawaban a. untuk jawaban A (selalu atau sangat sesuai) diberi skor 4 b. untuk jawaban B (sering atau sesuai) diberi skor 3 c. untuk jawaban C (kadang-kadang atau kurang sesuai) diberi skor 2 d. untuk jawaban D (tidak pernah atau tidak sesuai) diberi skor 1
2. Membuat rentangan skor skor maksimum yaitu jumlah skor pada angket kreativitas guru memotivasi siswa dalam pembelajaran PAI (pendidikan agama Islam), dikalikan 4. sedangkan skor minimum di dapat dari jumlah soal dikalikan 1. oleh karena jumlah butir soal pada angket berjumlah 40 maka dari situ dapat diketahui skor maksimumnya ialah berjumlah 160, dan skor
45
minimumnya yaitu berjumlah 40. setelah skor maksimum dan minimum telah diketahui maka dapat dihitung daerah jangkauan (range) untuk mengetahui rentangan skala, yaitu menggunakan rumus: R = X maks – X min Keterangan : Xmaks
: skor maksimal
Xmin
: skor minimal
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka dapat dihitung jangkauan (range) yakni sebagai berikut: R = Xmaks – Xmin = 160 – 40 = 120 Dari hasil perhitungan tersebut, kemudian dibuat menjadi tiga kelompok, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Maka rentangan skor menjadi: 121 – 160 : kreativitas guru baik dalam memotivasi siswa 80 –120 : kreativitas guru sedang atau cukup baik dalam memotivasi siswa 40 – 80 : kreativitas guru kurang dalam memotivasi siswa
46
Tabel 1 Guru PAI mendorong siswa untuk mengambil kesimpulan ataupun pemahaman sendiri dari suatu materi Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
25
29,1 %
Sesuai
42
48,8 %
Kurang sesuai
19
22,1 %
Tidak sesuai
0
0%
Total
86
100 %
Dari data di atas dapat diketahui sebanyak (48,8 %) siswa menjawab bahwa guru “sesuai” mendorong siswa untuk mengambil kesimpulan ataupun pemahaman sendiri dari suatu materi, sedangkan (29,1 %) siswa menjawab “sangat sesuai”, (22,1 %) siswa menjawab “kurang sesuai” dan tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “tidak sesuai”. Ini membuktikan bahwa guru PAI mendorong siswa untuk mengambil kesimpulan ataupun pemahaman sendiri.
Tabel 2 Guru PAI membuat kondisi belajar yang menyenangkan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
25
29,1 %
Sering
33
38,4 %
Kadang-kadang
28
32,5 %
Tidak pernah
0
0%
Total
86
100 %
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru PAI membuat kondisi belajar yang menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa yaitu: (38,4 %) siswa menjawab “sering”, sedangkan yang menjawab “selalu” sebanyak (29,1 %) dan yang menjawab “kadang-kadang” (32,5 %) dan tidak ada (0 %) yang menjawab “tidak pernah.
47
Tabel 3 Guru PAI membebaskan siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
37
43,1 %
Sering
33
38,4 %
Kadang-kadang
15
17,4 %
Tidak pernah
1
1,2 %
Total
86
100 %
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu (43,1 %) siswa menjawab bahwa guru PAI “selalu” membebaskan siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan, kemudian yang menjawab “sering” sebanyak (38,4 %) dan sebagian kecilnya (17,4%) menjawab “kadang-kadang”, serta hanya sedikit sekali (1,2 %) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 4 Guru PAI memotivasi siswa untuk membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
29
33,7 %
Sering
31
36,1 %
Kadang-kadang
20
23,2 %
Tidak pernah
6
7%
Total
86
100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tabel prosentase siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (33,7 %). Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI memotivasi siswa untuk membaca buku, sedangkan yang menjawab “sering”
48
sebanyak (36,1 %) dan sebanyak (23,2 %) siswa yang menjawab “kadangkadang”, serta hanya sedikit sekali (7%) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 5 Guru PAI membimbing siswa mencari hubungan-hubungan baru antar permasalahan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
8
9,3 %
Sering
44
51,2 %
Kadang-kadang
22
25,6 %
Tidak pernah
12
13,9 %
Total
86
100 %
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak (51,2 %) siswa menjawab “sering”, kemudian sebanyak (25,6 %) siswa yang menjawab “kadang-kadang” dan sebanyak (9,3 %) siswa menjawab “selalu”, serta sebanyak (13,9%) siswa menjawab “tidak pernah”. Berdasarkan hasil prosentase tersebut penulis menyimpulkan bahwa guru PAI sering membimbing siswa mencari hubungan-hubungan baru antar permasalahan.
Tabel 6 Guru PAI terbuka terhadap jawaban-jawaban siswa Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
21
24,4 %
Sesuai
54
62,8 %
Kurang sesuai
10
11,6 %
Tidak sesuai
1
1,2 %
Total
86
100 %
49
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar siswa yaitu (62,8 %) menjawab “sesuai” bahwa guru PAI mereka terbuka terhadap jawaban-jawaban siswa, kemudian sebagian kecilnya (24,4 %) menjawab “sangat sesuai” dan (11,6 %) menjawab “kurang sesuai” dan hanya sedikit (1,2 %) siswa yang menjawab “tidak sesuai”.
Tabel 7 Guru PAI menyarankan siswa untuk berdiskusi dalam menemukan jawaban Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
16
18,6 %
Sesuai
43
50 %
Kurang sesuai
20
23,3 %
Tidak sesuai
7
8,1 %
Total
86
100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak (50%) siswa menjawab “sesuai” bahwa guru PAI menyarankan mereka untuk berdiskusi dalam menemukan jawaban, (18,6%) siswa menjawab “sangat sesuai”, (23,3%) siswa menjawab “kurang sesuai”, dan (8,1%) atau tidak ada siswa yang “tidak sesuai”. Berdasarkan tabel diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru PAI menyarankan kepada siswanya untuk berdiskusi dalam menemukan jawban..
Tabel 8 Guru PAI memberikan kesempatan siswa untuk menilai diri sendiri Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
34
39,5 %
Sering
37
43,1 %
Kadang-kadang
12
13,9 %
Tidak pernah
3
3,5 %
Total
86
100 %
50
Dari tabel di atas dilihat sebanyak (43,1 %) siswa menjawab “sering” bahwa guru PAI memberikan kesempatan untuk mereka menilai diri mereka sendiri, kemudian sebanyak (39,5 %) siswa menjawab “selalu” dan sebanyak (13,9 %) siswa yang menjawab “kadang-kadang” , serta sedikit (3,5 %) siswa yang menjawab “tidak pernah”. Ini membuktikan bahwa guru PAI membiasakan siswanya untuk jujur dalam menilai diri sendiri.
Tabel 9 Guru PAI membimbing siswa untuk menjadi orang yang peka terhadap orang lain Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
33
38,4 %
Sering
30
34,9 %
Kadang-kadang
18
20,9 %
Tidak pernah
5
5,8 %
Total
86
100 %
Berdasarkan tabel prosentase di atas, sebagian besar yaitu (38,4 %) siswa menjawab bahwa guru PAI membimbing siswa untuk menjadi orang yang peka terhadap orang lain, kemudian sebagian lagi sebanyak (34,9 %) siswa menjawab “sering”, dan (20,9 %) menjawab “kadang-kadang, dan sedikit sekali (5,8 %) yang menjawab “tidak pernah”.
51
Tabel 10 Guru PAI memberikan pertanyaan siswa bersemangat untuk menjawabnya Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
26
30,2 %
Sering
42
48,9 %
Kadang-kadang
15
17,4 %
Tidak pernah
3
3,5 %
Total
86
100 %
Dari tabel di atas, yakni siswa yang menjawab “sering” sebanyak (48,9 %) yang menjawab “selalu” sebanyak (30,2 %) sedangkan yang menjawab “kadangkadang” sebanyak (17,4 %) dan sedikit (3,5 %) siswa yang menjawab “tidak pernah”. Sesuai dengan hasil tabel prosentasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada saat guru PAI memberikan pertanyaan, siswa antusias untuk menjawabnya.
Tabel 11 Guru PAI memberikan waktu atau kesempatan untuk siswa curhat Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
14
16,3 %
Sesuai
37
43,1 %
Kurang sesuai
28
32,5 %
Tidak sesuai
7
8,1 %
Total
86
100 %
Dari data di atas sebanyak (43,1 %) siswa menjawab “sesuai” bahwa guru PAI memberikan waktu atau kesempatan untuk siswa curhat, sedangkan sebanyak (32,5 %) siswa yang menjawab “kurang sesuai” dan sebanyak (16,3 %) siswa menjawab “sangat sesuai” dan sedikit (8,1 %) siswa yang menjawab “tidak sesuai”.
52
Tabel 12 Guru PAI menggunakan alat peraga untuk menjelaskan suatu materi Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
7
8,1 %
Sering
12
13,9 %
Kadang-kadang
39
45,3 %
Tidak pernah
28
32,5 %
Total
86
100 %
Berdasarkan tabel prosentase di atas, dapat dilihat bahwa guru PAI (45,3 %) “kadang-kadang” menggunakan alat peraga untuk menjelaskan materi. Siswa yang menjawab “tidak pernah” (32,5 %), namun ada juga yang menjawab “sering” sebanyak (13,9 %) dan yang mengatakan “selalu” sebanyak (8,1 %). Hal ini disimpulkan bahwa guru tidak selalu menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materinya, mungkin hanya pada beberapa materi saja.
Tabel 13 Guru PAI menjelaskan materi dengan jelas Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
54
62,8 %
Sesuai
29
33,7 %
Kurang sesuai
3
3,5 %
Tidak sesuai
0
0%
Total
86
100 %
Dari data prosentase di atas, siswa sebanyak (62,8 %) menjawab “sangat sesuai” bahwa guru PAI menjelaskan materi dengan jelas. Sebagian besar lagi (33,7 %) siswa menjawab “sesuai” dan sedikit sekali (3,5 %) siswa yang menjawab “kurang sesuai” dan “tidak sesuai” tidak ada (0 %) siswa yang menjawab.
53
Dari data tersebut, penulis menyimpulkan bahwa guru PAI menjelaskan materinya dengan jelas, dan siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru.
Tabel 14 Saya belajar sendiri atas kemauan saya sendiri Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
27
31,4 %
Sering
22
25,6 %
Kadang-kadang
33
38,4 %
Tidak pernah
4
9,6 %
Total
86
100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak (38,4 %) siswa menjawab “kadang-kadang”, kalau mereka belajar atas kemauannya sendiri (31,4 %) siswa menjawab “selalu”, (25,6 %) siswa menjawab “sering” dan (9,6 %) siswa yang menjawab “tidak pernah”. Dari hasil tersebut penulis menyimpulkan bahwasannya siswa belajar atas kemauannya sendiri kadang-kadang, tetapi tidak sedikit juga siswa yang belajar atas kemauannya sendiri.
Tabel 15 Ketika guru menjelaskan materi PAI saya memperhatikan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
44
51,2 %
Sering
21
24,4 %
Kadang-kadang
21
24,4 %
Tidak pernah
0
0
Total
86
100 %
Dari tabel tersebut, siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (51,2 %) itu diartikan bahwa siswa memperhatikan guru pada saat guru sedang menjelaskan
54
materi pelajaran, siswa yang menjawab “sering” sebanyak (24,4 %) dan siswa yang menjawab “kadang-kadang” sebanyak (24,4 %) juga, dan tidak ada (0%) siswa yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 16 Saya berusaha menyelesaikan tugas PAI dengan sebaik-baiknya Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
45
52,3 %
Sering
21
24,4 %
Kadang-kadang
19
22,1 %
Tidak pernah
1
1,2 %
Total
86
100 %
Dari data di atas, dilihat bahwa siswa berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas PAI dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari data yang terkumpul, yakni siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (52,3 %), siswa yang menjawab “sering” (24,4 %), dan yang menjawab “kadang-kadang” (22,1 %) dan sedikit sekali yang menjawab “tidak pernah” (1,2 %). Dari hasil tabel prosentasi, penulis menyimpulkan bahwa siswa memang berusaha dalam menyelesaikan tugas-tugas PAI yang diberikan gurunya dengan sebaik-baiknya.
Tabel 17 Saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di luar sekolah Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
14
16,3 %
Sering
20
23,2 %
Kadang-kadang
44
51,2 %
Tidak pernah
8
9,3 %
Total
86
100 %
55
Dilihat dari data tabel frekuensi siswa menjawab “kadang-kadang” sebanyak (51,2 %) kalau mereka mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di luar sekolah, siswa yang menjawab “sering” yakni sebanyak (23,2 %) yang mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah, sedangkan siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (16,3 %) dan sedikit yang menjawab “tidak pernah” yakni sebanyak (9,3 %).
Tabel 18 Saya membaca buku yang berhubungan dengan PAI Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
5
5,8 %
Sering
19
22,1 %
Kadang-kadang
58
67,4 %
Tidak pernah
4
4,7 %
Total
86
100 %
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu (67,4 %) siswa menjawab bahwa mereka “kadang-kadang” membaca buku yang berhubungan dengan PAI, kemudian sebagian kecilnya (22,1 %) menjawab “sering”, dan (5,8 %) menjawab “selalu”, serta hanya sedikit (4,7 %) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 19 Jika tidak mengerjakan tugas guru PAI memberikan hukuman Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
18
20,9 %
Sering
41
47,7 %
Kadang-kadang
13
15,1 %
Tidak pernah
14
16,3 %
Total
86
100 %
56
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata guru PAI menghukum siswa jika tidak mengerjakan tugas. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yaitu: (47,7 %) siswa menjawab “sering” sedangkan yang menjawab “selalu” sebanyak (20,9 %) kemudian yang menjawab “kadang-kadang” (15,1 %) dan yang menjawab “tidak pernah” (16,3 %).
Tabel 20 Guru PAI memberikan pujian ataupun nilai plus kalau dapat menjawab pertanyaan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
23
26,7 %
Sering
37
43,1 %
Kadang-kadang
19
22,1 %
Tidak pernah
7
8,1 %
Total
86
100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak (43,1%) siswa menjawab “sering” diberikan pujian atau nilai plus jika menjawab pertanyaan, sedangkan untuk yang menjawab “selalu” sebanyak (26,7%), siswa menjawab “kadangkadang” (25,6%), dan (8,1%) siswa yang menjawab “tidak pernah”. Dari hasil tabel tersebut penulis menyimpulkan bahwasannya siswa belajar sering untuk diberi pujian atau nilai plus karna dapat menjawab pertanyaan dari guru. Tabel 21 Saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik dari teman-teman Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
38
44,2 %
Sering
26
30,2 %
Kadang-kadang
21
24,4 %
Tidak pernah
1
1,2 %
Total
86
100 %
57
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar yaitu (44,2 %) siswa menjawab bahwa siswa “selalu” belajar lebih giat agar prestasinya lebih baik, kemudian sebagian kecilnya (30,2 %) menjawab “sering” dan (24,4 %) menjawab “kadangkadang”, serta hanya sedikit sekali (1,2 %) yang menjawab “tidak pernah”.
Tabel 22 Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami materi PAI Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
38
44,2 %
Sesuai
17
19,8 %
Kurang sesuai
31
36 %
Tidak sesuai
0
0
Total
86
100 %
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa belajar lebih giat agar dapat memahami materi PAI (pendidikan agama islam). Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (44,2%) yang menjawab “sangat sesuai”, sedangkan yang menjawab “sesuai” sebanyak (19,8%), dan siswa yang menjawab “tidak sesuai” tidak ada (0%), tetapi ada juga siswa yang menjawab “kurang sesuai” sebanyak (36%).
Tabel 23 Materi yang tidak dipahami saya diskusikan dengan teman atau guru Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
20
23,2 %
Sesuai
43
50 %
Kurang sesuai
17
19,8 %
Tidak sesuai
6
7%
Total
86
100 %
58
Dari data di atas daapt diketahui bahwasannya siswa mendiskusikan materi yang tidak di pahaminya dengan teman atau guru. Hal tersebut diketahui dari siswa yang menjawab “sesuai” sebanyak (50%), dan yang menjawab “sangat sesuai” sebanyak (23,2 %), sedangkan siswa yang menjawab kurang sesuai sebanyak (19,8%) dan sedikit siswa yang menjawab “kurang sesuai” (7 %).
Tabel 24 Berani mengungkapkan gagasan-gagasan atau ide-ide suatu masalah Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
24
27,9 %
Sering
32
37,2 %
Kadang-kadang
18
20,9 %
Tidak pernah
12
14 %
Total
86
100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa (37,2 %) siswa menjawab “sering” bahwasannya mereka berani mengungkapkan gagasan-gagasan baru, (27,9 %) siswa menjawab “selalu”, (20,9 %) siswa menjawab “kadang-kadang”, sedangkan sedikit yang menjawab “tidak pernah” yaitu (14 %). Hal ini dapat disimpulkan bahwasannya
siswa
berani
mengungkapkan
gagasan-gagasannya
penyelesaian suatu masalah. Tabel 25 Saya percaya akan kemampuan diri sendiri Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
50
58,1 %
Sering
19
22,1 %
Kadang-kadang
17
19,8 %
Tidak pernah
0
0%
Total
86
100 %
dalam
59
Dari data di atas sebagian besar siswa percaya akan kemampuan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (58,1 %) sedangkan siswa yang menjawab “sering” yakni (22,1 %) dan sedikit yang menjawab “kadang-kadang” (19,8 %) dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak sesuai” (0 %). Tabel 26 Walaupun berbeda pendapat saya tetap menghargainya Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
29
33,7 %
Sesuai
47
54,6 %
Kurang sesuai
9
10,5 %
Tidak sesuai
1
1,2 %
Total
86
100 %
Siswa menghargai pendapat teman-temannya dan guru walaupun itu berbeda. Hal tersebut dapat disimpulkan dari banyaknya siswa yang menjawab “sesuai” yakni sebesar (54,6 %), siswa yang menjawab “sangat sesuai” (33,7%), siswa yang menjawab “kurang sesuai” (10,5%) dan hanya sedikit siswa yaitu (1,2 %) yang menjawab “tidak sesuai”. Tabel 27 Orang tua mendukung kegiatan keagamaan yang saya lakukan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
60
69,8 %
Sesuai
23
26,7 %
Kurang sesuai
3
3,5 %
Tidak sesuai
0
0%
Total
86
100 %
Dilihat dari hasil tabel prosentase jawaban siswa diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sebanyak (69,8 %) “sangat sesuai” menjawab bahwa
60
orang tua mendukung kegiatan keagamaan yang mereka lakukan, (26,7 %) siswa menjawab “sesuai” (3,5 %) siswa menjawab “kurang sesuai”, dan (0 %) siswa menjawab “tidak sesuai”. Tabel 28 Saya membaca buku untuk memperkaya pengetahuan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
19
22,1 %
Sering
23
26,7 %
Kadang-kadang
44
51,2 %
Tidak pernah
0
0%
Total
86
100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak (51,2 %) siswa menjawab “kadang-kadang” bahwa mereka banyak membaca buku untuk memperkaya pengetahuan, (26,7 %) siswa menjawab “sering”, (22,1 %) siswa menjawab “selalu”, dan (0 %) atau tidak ada siswa yang “tidak pernah”. Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa kurang membaca buku untuk memperkaya pengetahuan. Tabel 29 Saya dapat berdiskusi kapanpun dengan teman-teman Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
17
19,8 %
Sering
47
54,6 %
Kadang-kadang
21
24,4 %
Tidak pernah
1
1,2 %
Total
86
100 %
Dalam pemanfaatan waktu siswa mempunyai waktu bebas untuk mendiskusikan materi pelajaran dengan teman-teman, hal ini disimpulkan dari hasil tabel prosentase siswa yakni yang menjawab “sering” sebanyak (54,6 %) siswa yang menjawab “selalu” (19,8 %) dan tidak banyak (24,4 %) siswa yang
61
menjawab “kadang-kadang”, dan sedikit sekali siswa yang menjawab “tidak pernah” (1,2 %). Tabel 30 Saya dapat dengan bebas mencari apa yang saya perlukan untuk menambah pengetahuan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
18
20,9 %
Sesuai
44
51,2 %
Kurang sesuai
21
24,4 %
Tidak sesuai
3
3,5 %
Total
86
100 %
Dilihat dari hasil prosentase diatas, siswa yang menjawab “sesuai” (51,2%), siswa yang menjawab “sangat sesuai” sebanyak (20,9%) sedangkan siswa yang menjawab “kurang sesuai” sebanyak (24,4%) dan sedikit yang menjawab “tidak sesuai” (3,5%). Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa siswa diberi kebebasan untuk mencari apa yang mereka perlukan untuk menambah pengetahuan mereka dan hanya beberapa siswa saja yang tidak mempunyai waktu atau kebebasan dalam menambah pengetahuan. Tabel 31 Saya hanya menerima penjelasan dari guru tanpa mencari alasan lain Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
7
8,1 %
Sesuai
27
31,4 %
Kurang sesuai
44
51,2 %
Tidak sesuai
8
9,3 %
Total
86
100 %
Berdasarkan data di atas, sebagian besar (51,2 %) siswa menjawab “kurang sesuai”, sebagian lagi sebanyak (31,4 %) siswa menjawab “sesuai”
62
sedangkan siswa yang menjawab “tidak sesuai” sebanyak (9,3 %) dan siswa yang menjawab “sangat sesuai” sebanyak (8,1 %). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kadang-kadang siswa menerima begitu saja penjelasan dari guru, namun tidak sedikit juga siswa yang mencari jawaban-jawaban lain dari pertanyaan yang diajukan gurunya tersebut. Tabel 32 Guru agama Islam saya menjelaskan tanpa memberi kesempatan siswa untuk bertanya Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
5
5,8 %
Sering
3
3,5 %
Kadang-kadang
21
24,4 %
Tidak pernah
57
66,3 %
Total
86
100 %
Dari data prosentase di atas didapatkan hasil yakni: sebanyak (66,3 %) siswa menjawab “tidak pernah”, sebanyak (24,4 %) siswa menjawab “kadangkadang”, dan sedikit (3,5 %) siswa yang menjawab “sering” dan siswa yang menjawab “selalu” sebanyak (5,8 %). Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI (pendidikan agama Islam) menjelaskan materi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang mereka belum mengerti. Tabel 33 Saya sering takut salah dalam melakukan apapun Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
7
8,1 %
Sering
20
23,3 %
Kadang-kadang
54
62,8 %
Tidak pernah
5
5,8 %
Total
86
100%
63
Dari data di atas, siswa sebanyak (62,8 %) menjawab bahwa mereka “kadang-kadang” sering takut salah dalam melakukan apapun, dan sebanyak (23,3 %) menjawab “sering” kemudian sedikit (5,8 %) yang menjawab “tidak pernah” dan (8,1 %) yang menjawab “selalu”. Tabel 34 Penjelasan dari guru kurang bisa saya pahami Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
0
0%
Sering
13
15,1 %
Kadang-kadang
8
9,3 %
Tidak pernah
65
75,6 %
Total
86
100 %
Berdasarkan data diatas, sebagian besar (75,6 %) siswa menjawab “tidak pernah” penjelasan dari guru kurang bisa dipahami, sebagian lagi (15,1 %) siswa menjawab “sering” dan sedikit (9,3 %) yang mengatakan “kadang-kadang”, dan tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “selalu”. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik.
Tabel 35 Saya melakukan sesuatu, saya sering merasa bingung untuk mengambil keputusan Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
6
7%
Sering
24
27,9 %
Kadang-kadang
54
62,8 %
Tidak pernah
2
2,3 %
Total
86
100 %
64
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (62,8 %) siswa “kadang-kadang merasa bingung untuk mengambil keputusan pada saat melakukan sesuatu, sebagian lagi sebanyak (27,9%) siswa menjawab “sering” dan sedikit (2,3 %) yang menjawab “tidak pernah” dan (7 %) yang menjawab selalu.
Tabel 36 Saya merasa cukup dengan nilai yang saya peroleh Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
22
25,6 %
Sering
16
18,6
Kadang-kadang
39
45,3 %
Tidak pernah
9
10,5 %
Total
86
100 %
Dari data di atas, disimpulkan bahwa sebanyak (45,3 %) siswa menjawab “kadang-kadang”, mereka merasa cukup dengan nilai yang mereka peroleh. Sebagian lain sebanyak (25,6 %) menjawab “selalu”, dan sebanyak (18,6%) siswa menjawab “sering”, serta yang menjawab “tidak pernah” sebanyak (10,5 %). Penulis menyimpulkan bahwa siswa merasa cukup dengan nilai yang mereka peroleh.
Tabel 37 Saya tidak mempunyai waktu luang untuk berdiskusi dengan teman-teman Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
1
1,2 %
Sering
6
7%
Kadang-kadang
44
51,2 %
Tidak pernah
35
40,6 %
Total
86
100 %
65
Berdasarkan data prosentase di atas, dihasilkan sebanyak (51,2 %) siswa menjawab “kadang-kadang” sebanyak (40,6 %) siswa menawab “tidak pernah”, kemudian sedikit sekali (1,2 %) siswa yang menjawab “selalu”
dan yang
menjawab “sering” sebayak (7 %). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kebanyakan dari siswa mempunyai waktu luang untuk berdiskusi dengan temantemannya.
Tabel 38 Keluarga kurang memberi saya kebebasan untuk berkreasi Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
3
3,5 %
Sering
11
12,8 %
Kadang-kadang
26
30,2 %
Tidak pernah
46
53,5%
Total
86
100 %)
Dari data tabel prosentase diatas, disimpulkan bahwa sebagian besar (53,5 %) siswa menjawab “tidak pernah”, sebagian lainnya (30,2 %) siswa menjawab “kadang-kadang” dan sedikit sekali (3,5 %) siswa yang menjawab “selalu” serta yang menjawab “sering” sebanyak (12,8 %). Tabel 39 Apabila ada yang mengatakan sesuatu yang jelek terhadap apa yang saya kerjakan, saya langsung menyerah Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Selalu
0
0%
Sering
5
5,8 %
Kadang-kadang
24
27,9 %
Tidak pernah
57
66, 3 %
Total
86
100 %
66
Dilihat dari tabel prosentase di atas dihasilkan sebanyak (66,3 %) siswa menjawab “tidak pernah” menyerah apabila ada yang mengatakan sesuatu yang jelek terhadap apa ia kerjakan,
sebagian lainnya (27,9 %)
menjawab “kadang-kadang”, serta sedikit sekali (5,8 %) yang menjawab “sering” dan tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “selalu”. Tabel 40 Kritikan orang lain bagi saya hanya membuat saya menyerah Alternatif jawaban
F
Prosentase %
Sangat sesuai
0
0%
Sesuai
6
7%
Kurang sesuai
27
31,4 %
Tidak sesuai
53
61,6 %
Total
86
100 %
Dari data diatas dihasilkan sebanyak (61,6 %) siswa menjawab “tidak sesuai” kalau kritikan orang lain membuat mereka menyerah, sebagian lainnya (31,4 %) menjawab “kurang sesuai”, sedikit sekali (7 %) siswa yang menjawab “sesuai” dan tidak ada (0 %) siswa yang menjawab “sangat sesuai”.
B. Pembahasan Tentang Temuan Penelitian Berdasarkan penelitian yang penulis telah lakukan melalui angket yang telah disebarkan kepada responden atau siswa tentang kreativitas guru dalam memotivasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 20 Tangerang, dapat diketahui bahwa penerapan system belajar yang guru telah terapkan, berhasil membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. System yang guru pendidikan Agama Islam (PAI) terapkan ialah yang mengacu kepada potensi kreativitas yang guru miliki. Hal ini berarti membuktikan bahwasannya kreativitas itu dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Itu semua bisa dilihat dari sebagian responden mengatakan bahwa mereka dilatih untuk mengambil kesimpulan ataupun pemahaman sendiri dari suatu materi yang mereka
67
pelajari, tidak hanya itu responden juga mengatakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengajar selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) itu sendiri, yang menjelaskan bahwasannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menerapkan agar siswanya lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di dalam kelas, karena memang seusia mereka itu sifatnya masih mencari-cari jawabannya sendiri. Ini juga di dukung dengan situasi kelas yang menyenangkan, kondisif, atau biasa disebut “sersan” (serius santai). Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) juga menjelaskan “bahwa kalau kita terlalu serius pada saat belajar, siswa akan merasa tegang yang nantinya malah membuat tidak konsentrasi, jadi harus diselingi dengan humor ataupun candaan-candaan yang disesuaikan dengan keadaan”1. Dari penerapan system belajar yang kreatif dapat mendorong siswa itu sendiri untuk berfikir kreatif dalam menjawab suatu permasalahan pada materi keagamaan yang tentunya sangat berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang kreatif pastinya sedikit atau banyak memiliki pengaruh terhadap keadaan diri siswa iru sendiri, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan ataupun orang lain yang disekitarnya. Kemudian sebagai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah pasti tentu mengajarkan hal-hal yang berdampak kepada akhlak siswa itu sendiri yakni dalam pengajarannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menanamkan agar siswa mempunyai perasaan yang peka terhadap orang lain disekitarnya sebanyak 38,4% responden menjawab selalu, hal ini karena siswa diberikan waktu untuk bercerita atas masalah-masalah yang mereka hadapi, 43,1% sesuai dengan jawaban siswa. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) juga menerangkan bahwa mereka memberikan waktunya kapanpun, dimanapun
1
Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010
68
siswa ingin bertanya tentang permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi,2 yang pastinya tidak mengganggu jam pelajaran. Kreativitas guru juga membuat siswa termotivasi dalam belajar, karena dengan kreativitas pengajaran yang guru ciptakan itu membuat belajar semakin bervariasi, tidak monoton dan membosankan. Motivasi itu sendiri penulis lihat sudah tumbuh dalam diri siswa itu sendiri, hal ini lah yang penting agar siswa giat dalam belajar. Ini terbukti dari sebagian responden mengatakan bahwa mereka belajar atas kemauan diri sendiri, selanjutnya mereka juga mengatakan senang mengikuti pelajaran dengan selalu memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran 51,2%, responden juga menjawab selalu menyelesaikan tugas pendidikan agama islam dengan baik 52,3%. Kemudian motivasi dari luar diri siswa pun terlihat member motivasi juga terhadap keberhasilan siswa dalam belajar, hal ini terbukti dari sebagian besar responden mengatakan bahwa guru melaksanakan perannya sebagai pendidik yakni seperti memberikan hadiah atau penghargaan, hukuman dan menciptakan suasana agar siswa bersaing dalam mencapai prestasi yang sebaik-baiknya dengan teman-teman mereka. Hal ini terlihat sekitar 43,1% responden menjawab sering diberikan penghargaan yakni berupa nilai plus bila dapat menjawab pertanyaan dengan baik, 47,7% responden menjawab sering diberikan hukuman jika tidak mengerjakan tugas yang guru berikan, hal ini tentu saja hukuman yang membangun semangat siswa dan 44,2% selalu siswa belajar lebih giat agar prestasinya lebih baik dari teman-teman. Hasil dari temuan penelitian diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada guru bidang syudy Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengatakan bahwa kesemangatan siswa dalam mengikuti pelajaran memang besar, namun tidak dipungkiri bahwa masih ada 1, 2 orang siswa yang masih merasa malas.3
2
Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010 3 Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010
69
Faktor yang mendukung dalam mempengaruhi kreativitas siswa yang timbul dari dalam diri siswa seperti rasa kepercayaan diri, berani dan lapang dada dalam keterbukaan terhadap gagasan orang lain, sebanyak 37,2% menjawab sering mengungkapkan gagasan-gagasan ataupun ide-ide baru yang mereka temukan dari suatu permasalahan, 58,1% siswa lebih banyak menjawab selalu percaya pada kemampuan diri mereka sendiri, tanpa harus berpatokan ataupun hanya mengikuti jawaban teman, dari hasil wawncara guru menjelaskan bahwa gagasan-gagasan yang siswa ungkapkan ditampung terlebih dahulu tanpa harus mengatakan benar atau salah, itu dimaksudkan agar siswa berani dan percaya diri pada kemampuannya sendiri4. Selain daripada faktor yang berasal dari diri siswa, faktor pendukung dari luar diri siswa (lingkungan) juga amat membantu. Diantara dukungan dari luar yakni lingkungan keluarga ataupun sekolah, seperti halnya faktor yang berasal dari lingkungan keluarga yakni diberikannya kebebasan oleh orang tua untuk berdiskusi dengan teman 54,6%, selalu didukungnya kegiatan ekstrakulikuler keagamaan yang siswa ikuti 69,8%. Faktor pendukung dari lingkungan keluarga maupun sekolah menjadi motivasi besar terhadap pengaruh kreativitas siswa yang nantinya akan berkembang. Selain faktor pendukung, ada faktor yang dapat menghambat dalam menumbuhkembangkan kreativitas siswa, faktor penghambat itu baik yang berasal dari dalam diri siswa ataupun dari luar diri siswa. Faktor tersebut antara lain selalu adanya perasaan takut gagal 8,1%, pendirian yang selalu tidak tetap 7%, terkadang merasa cukup apa yang sudah diperoleh 45,3%. Itu semua adalah faktor penghambat yang bersal dari dalam diri siswa, yang berasal dari luar diri siswa seperti keterbatasan waktu yang selalu siswa rasakan dalam belajar 1,2%, keluarga yang kurang mendukung kegiatan 53,5% responden menjawab tidak pernah, dan kritikan dari orang lain yang terkadang membuat siswa tidak semangat 27,9%. Walaupun dilihat kecil pengaruh penghambat dari kreativitas, namun itu tetap harus di perbaiki agar nantinya tidak bertambah tinggi prosentasenya.
4
Deden finanda, wawancara pribadi denagn guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Negeri 20 Tangerang, 9 Maret 2010
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian dan melakukan pengolahan data yang telah terkumpul, selanjutnya penulis akan memberikan kesimpulan dan saran terhadap data yang penulis peroleh. A. Kesimpulan Berdasarkan data yang sudah terkumpul dan diinterpretasikan, maka penulis dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kreativitas guru di SMP Negeri 20 Tangerang dapat dinilai cukup baik, walaupun masih belum terlaksana dengan baik namun kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) sedikit banyak telah dapat diwujudkan oleh sekolah tersebut. ini semua dapat terlihat dari bagaimana guru menerapkan cara pengajarannya kepada siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, dimana cara pengajaran yang guru terapkan merupakan ciri-ciri dari guru yang kreatif. 2. Pengajaran guru yang kreatif tentunya dapat memotivasi siswa dalam belajar, tidak terkecuali dengan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang dalam penelitian ini dapat dijelaskan dan diambil kesimpulannya bahwa memang kreativitas guru dalam mengajar pendidikan agama Islam (PAI) di SMP Negeri 20 Tangerang ini dapat memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar.
70
71
3. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ada dua, yang pertama ialah faktor pendukung baik intern ataupun ekstern yang meliputi rasa percaya diri, berani, terbuka terhadap gagasan orang lain, dukungan dari lingkungan, waktu luang dan materi yang cukup.
B. Saran Dilihat dari kesimpulan yang telah penulis jelaskan, maka untuk kemajuan dunia pendidikan dimasa yang akan datang, penulis menyarankan baik kepada guru, pihak sekolah maupun kepada orang tua siswa. Yakni: 1. Untuk para guru diharapkan agar menggunakan potensi kreatif yang dimilikinya, Karena kreativitas itu penting untuk kelangsungan dan kemajuan belajar siswa yang nantinya bisa berdampak demi kemajuan pendidikan. 2. Bagi pihak sekolah penulis menyarankan agar kemampuan kreatif dari tenaga pengajar perlu di tingkatkan, seperti dengan mengadakan study banding, kegiatan lokakarya antar guru, pelatihan-pelatihan motivator pembangkit kreativitas. 3. Kepada orang tua diharapkan untuk mengawasi anak dalam menggunakan waktu luangnya sebagai ajang berkreasi.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M,. Filsafat Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 ., Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Arifin Muzyyin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat (suatu pendekatan filosofis, pedagogis dan cultural) Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 Az-za’ Balawi M Sayyid Muhammad, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, Jakarta: Gema Insani Press, 2007 Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 , Kepribadian Guru, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005 , Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Degun, M. Save, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN, 2000 Echols John, dan Hasan Sadilly, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2000 L. Zulkifli, Psikologi Perkembangan , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Langgulung Hasan, Atas-atas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987 Majid Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Makmun Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Mulyasa E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008 MP. Samuel, Mari Mempertinggi Kreativitas, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987 Munanadar Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, … , Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT. Rineka Cipta, 2004
72
73
Narbuko Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi penelitian, Jakarta: Bumi Aksaa, 2004 Nizar Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Media Pratama, 2001 Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981 Nurudin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005 Olson, W Robert, Seni Berfikir Kretif, Sebuah Pedoman Praktis, Jakarta: Erlangga, 1992 S. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan SDM, Bandung: Falah Production, 2000 Said Muh dan Junimar Affan, Psikologi Dari Zaman ke Zaman, Bandung: Jemmars, 1990 Santrock, W.John, Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2005 Semiawan Conny, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: Gramedia, 1990 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993 Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 UURI, No. 2 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003 Yamin Martimis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
PEDOMAN WAWANCARA Pertanyaan 1. Dalam pengajaran PAI bapak/ibu menggunakan sistem belajar seperti apa? Apakah efektif? 2. Agar siswa betah belajar di dalam kelas, situasi belajar seperti apa yang biasanya bapak/ibu ciptakan? 3. Menurut pendapat bapak/ibu apakah berfikir kreatif itu penting bagi siswa? 4. Apakah dalam kegiatan belajar mengajar PAI siswa sering diajak berdiskusi ? 5. Selain sebagai seorang guru, apakah bapak/ibu juga sering dijadikan tem[at curhat bagi para siswa? 6. Apakah bapak/ibu sering melakukan tanya jawab ketika selesai menerangkan materi PAI? 7. Menurut bapak/ibu bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pelajaran PAI? 8. Apakah siswa banyak yang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah? 9. Apa dan bagaimana cara bapak/ibu dalam meningkatkan pengetahuan siswa terhadap PAI? 10. Apakah ada penghargaan dan hukuman apabila siswa dengan baik mengerjakan tugas-tugasnya ataupun melakukan kesalahan? Seperti apa? 11. Bagaimana caranya bapak/ibu menjelaskan materi PAI agar siswa mudah memahaminya? 12. Sebagai guru, bagaimana caranya bapak/ibu menumbuhkan rasa berani dan percaya diri siswa agar mau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka terhadap materi PAI yang telah dijelaskan? 13. Apakah sekolah menyediakan sarana prasarana untuk meningkatkan kreativitas siswa? 14. Apakah bapak/ibu memberi kesempatan siswa untuk bertanya di luar jam pelajaran? 15. Dengan menggunakan metode ceramah, apakah cukup untuk menyampaikan materi PAI? 16. Waktu jam pelajaran di sekolah apakah bapak/ibu rasakan itu sudah cukup?
76
1. Dalam pengajaran PAI bapak/ibu menggunakan system belajar seperti apa? Apakah efektif? Jawab: untuk saya pribadi setiap mengajar PAI karma memang yang sekarang khusus menggunakan system belajar KTSP, maka saya pun menggunakan system belajar KTSP. Keefektifan itu sendiri sangat efektif karena dalam KTSP itu anak-anak sendiri yang lebih digiatkan yang sifatnya itu mereka mencari tahu sendiri, bagaimana mereka mengolah apa yang telah mereka temukan jawaban dari permasalahan dan kita sebagai pengajar tinggal menambahkan penjelasan tersebut. Seperti itu. 2. Agar siswa betah belajar di dalam kelas, situasi belajar seperti apa yang biasanya bapak/ibu ciptakan? Jawab: kalau untuk situasi kelas, kita boleh tegang atau lebih tepatnya “sersan” serius tapi santai. Kadang-kadang kita boleh serius, terkadang kita juga bias santai, karena kalau kita terlalu serius anak-anak pun akan merasa tegang bias jadi tidak konsentrasi. Jadi bias kita ciptakan humor sedikit, ya disesuaikan dengan keadaan. 3. Menurut bapak/ibu apakah berfikir kreatif itu penting bagi siswa? Jawab: harus, jangan sampai anak-anak itu mempunyai sifat yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru tanpa tahu proses dan pemahamannya. Jadi biarkan pikiran anak berkembang, tapi dengan tuntunan dan bimbingan. 4. Apakah dalam kegiatan belajar mengajar PAI siswa sering diajak berdiskusi? Jawab: Harus, setiap ada pertanyaan di diskusikan bareng, pertama biarkan mereka menjawab dengan pemahaman mereka masing-masing, nanti kemudian baru jawaban-jawaban dari mereka kita simpulkan 5. Selain sebagai seorang guru, apakah bapak/ibu juga sering dijadikan tempat curhat bagi para siswa? Jawab: Sering, mereka sering menjadikan saya tempat curhat, saya mempersilahkan mereka yang mau bercerita, baik itu masalah pribadi atau pelajaran. Pasti kita Bantu.
77
6. Apakah bapak/ibu sering melakukan Tanya jawab ketika selesai menerangkan materi PAI? Jawab: 7. Menurut bapak/ibu bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pelajaran PAI? Jawab: Kesemangatan itu ada, ya tapi 1 atau 2 orang ada juga anak-anak yang males, acuh tak acuh, namun itu semua tergantung pembawaan kita juga di dalam kelas. 8. Apakah siswa banyak yang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah? Jawab: Banyak, kegiatan keagamaan itu sendiri diantaranya adalah pengajian, kesenian islam seperti marawis, itu tergabung di dalam kegiatan yang dinamakan rohis. 9. Apa dan bagaimana cara bapak/ibu dalam meningkatkan pengetahuan siswa terhadap PAI? Jawab: Kalau untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan, saya pribadi harus lebih banyak membaca buku, sering mengikuti pengajian. Dan untuk siswa kita bias menjelaskan lebih jelas agar mereka paham dan pengetahuan mereka tentang PAI dapat meningkat. 10. Apakah ada penghargaan dan hukuman apabila siswa dengan baik mengerjakan tugas-tugasnya ataupun melakukan kesalahan? Seperti Apa ? Jawab: Pastinya ada, bagi anak yang mengerjakan tugasnya dengan baik, maka sudah tentu ia akan mendapat nilai tambah. Sedangkan yang melakukan kesalahan, pastinya ada hukuman. Namun hukuman itu kita
sesuaikan
dengan
kesalahan
yang dilakukan,
seperti
merangkum atau yang lainnya. Tapi tidak dengan kekerasan. 11. Bagaimana caranya bapak/ibu menjelaskan materi PAI agar siswa mudah memahaminya? Jawab: pertama dengan ceramah, setelah selesai dijelaskan maka siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Atau kita menjelaskannya dengan bercerita.
78
12. Sebagai guru, bagaimana caranya bapak/ibu menumbuhkan rasa berani dan percaya diri siswa agar mau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka terhadap materi PAI yang telah dijelaskan? Jawab: kita harus menekankan bahwa otak manusia itu sangat istimewa, ketika mereka menjawab tidak harus disalahkan atau dibenarkan, namun kita tampung jawaban-jawaban mereka terlebih dahulu. Karena dengan begitu mereka berani mengungkapkan gagasangagasan mereka. Karena kalau disalahkan mereka nantinya akan merasa takut dan akhirnya tidak mau mengungkapkan gagasangagasan yang mereka ingin ungkapkan. 13. Apakah sekolah menyediakan sarana prasarana untuk meningkatkan kreativitas siswa? Jawab: Alhamdulillah pihak sekolah sangat peduli, sangat mendukung dan menyediakan sarana prasarana. Selain itu sekolah juga memberikan dukungan berupa dukungan financial untuk kegiatan keagamaan di sekolah (rohis). 14. Apakah bapak/ibu memberikan kesempatan siswa untuk bertanya diluar jam pelajaran? Jawab: sangat. Tidak masalah bagi kita mau di luar jam pelajaran atau mungkin di luar sekolah. Karena kalau ada yang bertanya kenapa kita tidak menjawab. 15. Dengan
menggunakan
metode
ceramah,
apakah
cukup
untuk
menyampaikan materi PAI? Jawab: Kurang, cara atau metode pelajaran yang baik ialah ceramah sedikit dan diskusi yang banyak. Karena apabila dengan ceramah mereka akan mengantuk dan merasa bosan. 16. Waktu jam pelajaran di sekolah apakah bapak.ibu rasakan itu sudah cukup? Jawab: Kalau dibilang cukup, saya rasa kurang. Karena hanya 3 jam saja, padahal minimal waktu untuk pelajaran PAI 5 jam.