SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KAMYABI HOMESCHOOL TANGERANG (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH DRIFAL NIM. 1110011000030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAKSI Skripsi dengan judul “Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kamyabi Homeschool Tangerang. (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dan Sekolah Formal)”, ditulis oleh Drifal (1110011000030) di bawah bimbingan Dr. Dimyati, M.Ag. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan diatas, bidang studi Pendidikan Agama Islam memiliki andil yang sangat besar disamping bidang studi lainnya yang ada disekolah formal saat ini. Namun dalam pelaksanaan, khusus pengajaran Pendidikan Agama Islam jauh dari harapan dengan segala kekurangan yang semakin banyak, mulai dari alokasi waktu, pengawasan hingga proses pembelajarannya. Munculnya homeschooling sebagai salah satu model pendidikan dijadikan alternatif oleh banyak keluarga untuk ikut andil dalam pendidikan dan membentuk kepribadian anak. Meningat bahwa belajar merupakan sebuah proses, oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di keluarga yang mengadakan homeschooling. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif komparatif (perbandingan) antara homeschooling dengan sekolah formal. Penulis melakukan wawancara pada pihak terkait yaitu pimpinan Kamyabi Homeschool dan keluarga pelaksana homeschooling. Penulis juga ikut mengamati (observasi) proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh keluarga pelaksana homeschooling jauh lebih baik dari sekolah formal. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan baik dan benar – benar terwujud pembelajaran yang aktif serta menyenangkan bagi anak. Selain itu anak merasa dilibatkan dalam menentukan desain dan metode pembelajaran yang mereka sukai. Pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan penuh tantangan yang dirasakan siswa, dapat meningkatkan minat dan prestasi mereka dalam pendidikan.
Kata kunci: Homeschooling, Kamyabi, Proses
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamiin. Puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia yang berlimpah kepada penulis. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis memiliki kemampuan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kamyabi Homeschooling Tangerang. (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal)” dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bimbingan, arahan, dorongan, semangat dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D beserta staff
2.
Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abd. Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA., beserta staff serta seluruh dosen yang ikut mendukung dalam penulisan skripsi ini.
3.
Dr. Dimyati, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing, memberi arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Siti Khadijah, MA dan Drs. H. A. Basuni, M.Ag selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
5.
Kedua orang tua penulis, Misril dan Hj. Sastri Endriani yang selalu memberikan do’a, semangat, dan kasih sayang kepada penulis serta kakak dan adik penulis, Grika Umbara, Amd. dan Sendy Sarmila.
ii
iii
6.
Keluarga besar Cinta Rasul Family, Kak Haddad Alwi, Kak Haydar Ali Yahya, dan Sulis; To’at Management, Mas Opick dan Mba Dian; SitiZoner’s Indonesia; Yayasan Amal Wanita Tangerang Selatan, serta Brilliant Children’s Street yang sudi menerima penulis sebagai keluarga baru.
7.
Keluarga Remaja Islam Masjid Nurus Sakinah, Fauzi Raimon, Iqbal, Roven Junaidi, Reza Hadisaputra, Kak Anis dan The Twin Brother Fadhli Iwanda dan Brilliant Dzikri yang telah membantu dengan caranya masing – masing.
8.
H. Abdul Halim Said selaku pendiri Kamyabi Homeschool yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau pimpin dan Siti Chairunnisa selaku orang tua pelaksana Homeschooling yang menerima dan mendukung penulis untuk melakukan penelitian dirumahnya.
9.
Fiqih Fadillah yang dengan sabar mengantar dan menemani penulis selama melakukan penelitian di Kamyabi Homeschool Tangerang.
10. Seluruh teman - teman PAI angkatan 2010, terutama Nur Kholis Makki, Sabilil Muttaqin, Aqilatul Munawaroh, Tejo Prasetyo, M. Teguh Nugroho, Abdul Rahman, Nur Annisa, Amalia, Nur Fathimah, dan teman – teman yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya disini. 11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dan mensupport hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Jakarta, 20 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................
6
C. Batasan Masalah ...................................................................
6
D. Rumusan Masalah ................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ...............................................................
7
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...........
8
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............
10
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .............
11
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..................................................................
14
5. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...........
17
B. Homeschooling 1. Pengertian Homeschooling ............................................
20
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia .............................
22
3. Legalitas Homeschooling ...............................................
23
4. Tujuan Homeschooling ..................................................
25
5. Jenis Homeschooling ......................................................
26
iv
v
C. Kerangka Berfikir .................................................................
27
D. Penelitian yang Relevan .......................................................
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
30
B. Metode Penelitian .......................................................................
30
C. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
31
D. Teknik Analisis Data ..................................................................
32
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kondisi Objektif Tempat Penelitian 1. Latar Belakang Berdirinya Kamyabi Homeschool ..............
35
2. Profil Lembaga Kamyabi Homeschool ................................
39
3. Visi dan Misi Kamyabi Homeschool ...................................
40
4. Guru dan Karyawan di Kamyabi Homeschool ...................
41
5. Siswa Secara Umum di Kamyabi Homeschool ...................
41
6. Sarana dan Prasarana di Kamyabi Homeschool ...................
43
B. Deskripsi Data 1. Perencanaan Pengajaran .......................................................
43
2. Tujuan Pembelajaran ............................................................
48
3. Kegiatan Pembelajaran .........................................................
51
4. Sumber Belajar .....................................................................
54
5. Materi Belajar .......................................................................
55
6. Metode Pembelajaran ...........................................................
56
7. Media Pembelajaran .............................................................
57
8. Evaluasi Pembelajaran .........................................................
58
9. Tindak lanjut ........................................................................
58
C. Interpretasi Data 1. Perencanaan Pengajaran .......................................................
59
2. Tujuan Pembelajaran ............................................................
65
3. Kegiatan Pembelajaran .........................................................
66
vi
4. Sumber Belajar .....................................................................
69
5. Materi Belajar .......................................................................
70
6. Metode Pembelajaran ...........................................................
71
7. Media Pembelajaran .............................................................
73
8. Evaluasi Pembelajaran .........................................................
73
9. Tindak Lanjut .......................................................................
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................
79
B. Saran ...........................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
81
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan menjadi bagian penting ketika dipahami secara luas sebagai sebuah proses belajar yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat. Proses tersebut terjadi alami, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pengalaman hidup sehari-hari. Bagi manusia, semua itu dilakukan untuk menyiapkan diri agar menjadi utuh, sehingga dapat menunaikan tugas hidupnya dengan baik dan wajar. Utuh dalam pengertian bahwa melalui pendidikan, manusia dapat menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk dapat terus bertahan hidup.2 Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas untuk mencapai cita-cita yang diharapkan serta mampu beradaptasi dengan cepat dan tepat dalam berbagai lingkungan dan perkembangan zaman. Pada dasarnya pendidikan memotivasi seseorang untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupannya. Pendidikan menurut Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang 1
Hasbullah, Dasar – Dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal.
4. 2
Muhammad Mulyadi, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Januari, 2005. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB).
1
2
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Untuk mencapai tujuan tersebut, masyarakat umum menganggap sekolah formal merupakan satu–satunya sistem pendidikan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah formal yang diselenggarakan pemerintah telah banyak mengalami perubahan guna meningkatkan mutu untuk mencapai tujuan yang ada, mulai dari perubahan kurikulum, hingga peningkatan sumber daya manusia. Akan tetapi, hal tersebut lambat laun membuat peserta didik merasa bosan, jenuh bahkan terbebani dengan sistem pedidikan yang ada. Hal ini salah satunya disebabkan oleh sifat sekolah yang menyama-ratakan kemampuan peserta didik dalam setiap pembelajaran. Semakin hari, sekolah formal tidak lagi mampu mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan harapan orang tua dan bakat serta minat yang dimiliki anaknya. Seringkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial serta penanaman nilai–nilai iman dan moral. Patokan nilai sebagai suatu keberhasilan membuat banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan.4 Banyak temuan dilapangan dimana sekolah formal tidak mampu menghadapi permasalahan yang dialami oleh peserta didiknya secara personal. Banyaknya jumlah peserta didik mengakibatkan kontrol sekolah menjadi tidak maksimal. Maraknya bullying, tawuran antar pelajar bahkan antar sekolah, pemakaian obat–obat terlarang dan kasus asusila dalam lingkungan sekolah semakin menambah buruk citra pendidikan dan rusaknya karakter peserta didik. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi orang tua terhadap tumbuh-kembangnya anak. 3
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 6 4 Muhammad Mulyadi, Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Januari, 2005. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB).
3
Adalah hal yang wajar apabila setiap orang tua menghendaki anakanaknya mendapat pendidikan bermutu tanpa menghalangi bakat dan minat, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar yang menyenangkan. Banyaknya keluhan tentang kondisi sekolah formal yang jauh dari harapan orang tua memunculkan isu yang relatif baru bagi alternatif pendidikan anak yang selama ini kita kenal, yaitu sekolah-rumah (homeschooling).5 Secara umum, pengertian homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.6 Hal ini seiring dengan pandangan Islam bahwa lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak adalah keluarga. Sebagian besar interaksi orang tua terhadap anak memiliki implikasi masa depan karena keluarga adalah tempat masing–masing dari kita untuk belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.7 Allah SWT berfirman:
... “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (QS. At-Tahrim Ayat 6). Kemunculan homeschooling merupakan bentuk kritik terhadap realitarealita negatif terutama ketidak-efektifan sebagian besar proses belajar di sekolah formal serta merupakan alternatif proses pendidikan yang memberikan
peluang
mengembangkan
diri,
seluas–luasnya mengingat
kepada adanya
peserta
didik
demokratisasi
untuk dalam
penyelenggaraan pendidikan, harus mendorong pemberdayaan masyarakat
5
Pormadi Simbolon, Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif. http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis pada 12 Nopember, 2007. Diakses 25 Juni 2013. hal. 1). 6 Sumardiono. Homeschooling. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo.2007), hal. 57 7 Robert. A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 6
4
dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan pengendalian mutu pelayanan pendidikan (UU Sisdiknas No 20 thn 2003, pasal 54 ayat 1). Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga.8 Walaupun pendidikan di dalam rumah sebagai pendidikan informal merupakan kewenangan penuh keluarga atau orang tua dalam rangka menjamin terpenuhinya hak pendidikan dan perkembangan anak, orang tua yang akan menyelenggarakan sekolah-rumah diwajibkan melaporkan kepada pemerintah.
Penyelenggara
sekolah-rumah
tetap
perlu
mendaftarkan
komunitas belajar pada bidang yang menangani pendidikan kesetaraan, yaitu dinas pendidikan kabupaten/kota setempat.9 Dalam pelaksanaan pendidikan, Pendidikan Agama Islam memiliki tanggung jawab besar untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Agama merupakan hal yang utama dalam pembentukan pondasi, karakter serta sikap keberagamaan peserta didik agar mengerti dan memahami antara yang hak dan bathil. Beberapa pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa prioritas pengajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah formal menempati posisi atau urutan kedua setelah bidang studi umum. Penempatan pada urutan kedua ini menandakan kurangnya Pendidikan Agama Islam mendapat perhatian khusus dan serius dari penyelenggara pendidikan. Terbatasnya alokasi waktu yang ada menjadi sebab seorang pendidik kurang maksimal dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam. Di sisi lain, minat siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mulai berkurang dan tergantikan dengan mata pelajaran berbasis teknologi dan informasi.10 8
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam UndangUndang Sisdiknas, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003), hal. 4. 9 Arief Rachman, Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007), hal. 7. 10 MGMP PAI. http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00 WIB).
5
Sampai saat sekarang ini, yang menjadi masalah serius adalah metode dan cara pengajaran guru sekolah yang masih belum mampu meningkatkan minat belajar siswa apalagi membuat pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi menarik dan menyenangkan. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dan menghafal sehingga minat dan motivasi peserta didik berkurang dan pembelajaran menjadi membosankan bagi anak karena mereka tidak merasa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran.11 Adanya kurikulum 2013 yang menuntut aspek khusus pada penilaian dan perubahan sikap peserta didik dalam setiap bidang studi tidak merubah posisi Pendidikan Agama Islam dalam prioritas pengajaran. Tetap saja tidak semua guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mengintegrasikan nilai Pendidikan Agama Islam dengan bidang studi yang di ajarkan. Hal ini tentu tidak akan merubah karakter dan sikap peserta didik menjadi lebih baik lagi. Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan formal diatas, khususnya untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam, dapat diselesaikan dengan adanya usaha seorang pendidik dalam memahami potensi dan kecerdasan peserta didik yang beragam, salah satunya dengan mewujudkan alternatif pendidikan yang disebut homeschooling. Dalam pendidikan ini, anak
merasa
bebas
dan
berhak
menentukan
pembelajaran
yang
menyenangkan baginya. Mulai dari pemilihan lokasi belajar, waktu (alokasi) belajar, metode hingga proses belajar mengajar, termasuk memilih guru yang ia senangi untuk setiap mata pelajaran, terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Bila homeschooling dilaksanakan dengan serius, maka kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.12 Berangkat dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang “Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kamyabi Homeschool Tangerang (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal).” 11
MGMP PAI. http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.40 WIB) 12 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014.
6
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya : 1. Pendidikan formal saat ini tidak lagi mampu memberikan kepuasan terhadap hasil yang diterima orang tua, terutama perubahan sikap menuju yang lebih baik lagi. 2. Kurang berkembangnya bakat dan minat siswa akibat sistem sekolah formal yang membebani mereka. 3. Kurang
diprioritaskannya
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
berakibat pada tidak tercapainya tujuan kurikulum 2013 yang menuntut adanya perubahan sikap yang baik pada setiap peserta didik. 4. Sarana dan prasarana serta alokasi waktu yang tersedia pada sekolah formal kurang mendukung pengaplikasian Pendidikan Agama Islam pada peserta didik. 5. Keterbatasan sekolah formal dalam mewujudkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang aktif dan menyenangkan. 6. Berbedanya
sistem
Pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
di
Homeschooling dengan sekolah formal.
C. Pembatasan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, maka agar penelitian ini tidak terlalu meluas, maka dibatasi pada perbedaan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di homeschooling dengan sekolah formal.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimana Perbedaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Homeschooling dengan Sekolah Formal?
7
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Homeschooling dan di sekolah formal. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Homeschoolong dan di sekolah formal.
F. Manfaat Penelitian Adapun setelah penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat di antaranya: 1. Melengkapi dan memperluas teori yang sudah diperoleh melalui penelitian lain sebelumnya. 2. Menyajikan wawasan khusus tentang sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam praktek homeschooling 3. Memberikan gambaran pada masyarakat terutama tamatan fakultas tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam bahwa homeschooling bukanlah sesuatu yang sulit untuk diadakan mengingat proses dan pelaksanaannya yang mudah dan menyenangkan. 4. Memberikan
sumbangsih
karya
ilmiah
yang
bermanfaat
untuk
dipersembahkan pada masyarakat umumnya dan bagi pribadi penulis khususnya.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak didik. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan dalam kondisi tertentu.1 Gagne mengemukakan bahwa pembelajaran terdiri dari tiga komponen yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal (pribadi) dan kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.2 Dengan demikian, ciri – ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan pembelajaran dapat ditandai dengan adanya: a. Perubahan tingkah laku yang aktual dan potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dan dapat dilihat. Perubahan potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata. Perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti keyakinan, kemampuan analisis dan sebagainya. b. Kemampuan dan perbaikan serta peningkatan belajar sifatnya relatif menetap dan tidak segera lenyap. c. Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan,
1
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal. 231.
hal. 82.
8
9
merasakan, menghayati, dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih dan menirukan.3 Pendidikan ialah usaha sadar orang dewasa atau pendidik untuk membantu, membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kedewasaan.4 Pendidikan dalam istilah arab disebut juga dengan ta’lim. Kata ta’lim menurut Abdul Fatah Jalal merupakan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir, sehingga mencapai suatu kognisi dan pada segi lain tidak mengabaikan aspek afeksi dan psikomotorik. Abdul Fatah juga mendasarkan pandangan tersebut pada argumentasi bahwa Rasulallah diutus sebagai pendidik. Hal ini tersirat dalam Surat Al-Baqarah ayat 151, yaitu:5
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” Secara sederhana, agama bisa diartikan sebagai ajaran – ajaran yang mengandung tuntunan dan Islam adalah ketentuan – ketentuan Allah berupa takdir dan sunnah-Nya untuk semua makhluk yang berakal agar terpelihara dan senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan 3
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 56. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 10. 5 Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 1. 4
10
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.6 Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam seluruhnya serta menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan agama ialah mendidik anak – anak, pemuda – pemudi dan orang dewasa, supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.7 Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.8 Ibnu Khaldun merumuskan tujuan pendidikan agama Islam sesuai dengan firman Allah Surat Al-Qashash ayat 77:9
6
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 10 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1992), hal. 13 8 Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 172 9 Abdul Mujib dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan Kerangka Dasar Operasionalusasi, (Bandung; Tri Genda Karya, 1993), hal. 161. 7
11
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Dari ayat diatas Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam terbagi atas dua macam, yaitu: a. Tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu mendorong seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah. b. Tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi ajar dalam hal ini memuat fakta, konsep dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir – butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Materi Pendidikan Agama Islam mencakup lima unsur pokok, yaitu: a. Al-Qur’an dan Hadits Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber utama dalam memahami dan menjalankan Agama Islam dengan benar. Dari sinilah keimanan, akhlak, fiqh (syari’at) dan sejarah Islam menjadi rujukan. Tujuan pembelajaran ini secara khusus diantaranya: 1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan hadits nabi.
12
2) Membekali peserta didik dengan dalil – dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. 3) Meningkatkan kekhusyukan peserta didik dalam beribadah dengan menerapkan hukum bacaan (tajwid) serta isi kandungan dari ayat atau hadits yang mereka baca. b. Keimanan (aqidah) Keimanan yang berarti keyakinan adalah pondasi utama dalam menjalankan ajaran agama Islam dengan baik, mengenal siapa Allah, malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari kiamat serta ketetapan Allah. Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah menumbuh-kembangkan aqidah
melalui
pengetahuan,
pemberian,
penghayatan,
pemupukan pengalaman,
dan
pengembangan
pembiasaan
serta
pengamalan peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. c. Akhlak Akhlak merupakan nilai mutlak yang harus dimiliki untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak kepada Allah, akhlak pada diri sendiri, akhlak kepada sesama dan sebagainya. Tujuan umum dari materi ini adalah mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari – hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai – nilai aqidah Islam. d. Fiqh (syari’at) Fiqh merupakan ilmu khusus yang menerangkan hukum – hukum syari’at yang diambil dari Al-Qur’an, hadits nabi dan sumber hukum shahih lainnya. Hukum itu berbentuk amaliyah yang wajib di amalkan oleh setiap mukallaf. Materi ini membekali peserta didik agar dapat: 1) Mengetahui dan memahami pokok – pokok hukum Islam dalam mengatur dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan
13
Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. e. Tarikh (sejarah Islam) Sejarah Islam merupakan cabang ilmu yang khusus untuk memahami sejarah munculnya agama Islam itu sendiri, dan juga risalah para nabi dan rasul, para sahabat serta alim ulama dalam menyebarkan Agama Islam. Tujuan dari materi ini secara umum adalah: 1) Membangun
kesadaran
peseta
didik
tentang
pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai – nilai dan norma – norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan 3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. 5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa – peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh – tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dan sebagainya untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.10
10
Siti Khadijah, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam. http://sitikhadijahibrahim.blogspot.com/2013/08/tujuan-dan-ruang-lingkup-pendidikan_12.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 18.15 WIB)
14
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI Secara global, faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi: a. Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu:11 1) Aspek fisiologis (jasmaniah) Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ – organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. 2) Aspek psikologis Aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Aspek ini dibagi pula atas:12 a) Inteligensi siswa Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ – organ tubuh lainnya. b) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, 11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 132-133 12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 133 - 136.
15
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif berupa antusias dan semangat merupakan pertanda awal yang baik dalam proses belajar siswa. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif
siswa,
guru
dituntut
untuk
terlebih
dahulu
menunjukkan sikap positif terhadap diri sendiri dan mata pelajaran yang akan diajarkannya. c) Bakat siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing. Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang studi tertentu. Dalam hal ini, orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anak pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. d) Minat siswa Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang – bidang studi tertentu. Guru dalam kaitan ini seyogianya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sikap positif pada siswa. e) Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya melakukan sesuatu.
16
Motivasi juga berarti memasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dimana hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Selanjutnya adalah motivasi ekstrinsik dimana hal dan keadaan yang datang dari luar individu
seperti
pujian,
peraturan,
suri
tauladan
dari
lingkungan sekitar. b. Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.13 1) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman – teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman sepermainannya. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat yang muncul dari orang tua dan keluarga akan memberi dampak pada anak itu sendiri. 2) Lingkungan Non-Sosial Faktor – faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat – alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor – faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 137-138.
17
c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan guru dan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.14
5. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Strategi Pembelajaran Menurut Sanjaya, dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.15 Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi halhal berikut: 1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2) Memilih sistem pendekatan belajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 139. 15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hal. 126.
18
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknikbelajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakuan evaluasi hasil kegiatan hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.16 b. Metode Pembelajaran Dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam membutuhkan metode untuk dapat direalisasikan. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun macam – macam metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah: 1) Metode Ceramah Metode
ceramah
ialah
sebuah
metode
mengajar
dengan
menyampiakan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini hanya cocok digunakan untuk menyampaikan informasi, kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi pengantar dan untuk menyampiakn materi yang berkenaan dengan pengertian-pengertian atau konsep-konsep. 2) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, 16
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. Ke-IV, hal. 222.
19
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berpikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran. 3) Metode Diskusi Metode diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan – pertanyaan problematis atau pemunculan ide – ide dan pengujuan ide – ide yang dilakukan beberapa orang dalam kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. 4) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun dengan penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahsan yang sedang disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. 5) Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung atau kenyataan. 6) Metode Pemahaman dan Penalaran Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara
20
memilah dan memilah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar. 7) Metode Praktek Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan
baik
menggunakan
alat
atau
benda,
seperti
diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. 8) Metode Penugasan Metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan dirumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lainnya. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara individual maupun secara komunal (kelompok). 9) Metode Eksperimen Metode eksperimen yaitu cara penyajian bahan pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.17
B. Homeschooling 1. Pengertian Homeschooling Homeschooling merupakan jalur pendidikan informal yang keberadaannya telah diakui oleh pemerintah. Homeschooling merupakan sekolah berbasis rumah yang menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan. Homeschooling berasal dari bahasa Inggris yang berarti sekolahrumah. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan
17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. Ke-IV, hal. 201.
21
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya
dengan menggunakan
rumah sebagai
basis
pendidikannya.18 Homeschooling (sekolah-rumah) menurut Direktur Pendidikan Kesetaraan
Departemen
Pendidikan
Nasional
(Depdiknas)
Ella
Yulaelawati adalah proses pendidikan yang secara sadar, teratur, dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana kondusif. Homeschooling adalah salah satu model belajar bagi anak dan merupakan pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Homeschooling atau sekolah-rumah merupakan sistem pendidikan yang dilakukan dirumah dan merupakan sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara at home.19 Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untung bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dan turut mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Dalam hal ini, orang tua tidak begitu saja melepaskan tanggung jawab pendidikan dan pengajaran pada guru dari suatu homeschooling, melainkan mereka turut bertanggung jawab secara aktif atas pendidikan anaknya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih dalam usia pendidikan dengan memilih model dan kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur – unsur pendidikan tidak langsung yang dengan sendirinya akan
18
Pormadi Simbolon. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif. http://www.google.com/artikel/homeschooling: sebuah pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Nopember, 2007. Diakses 30 Juni 2013, pukul 19.30 WIB) 19 Ahsin AW, Cara Efektif Mengelola Homeschooling, (Jurnal Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang), diakses pada 10 Oktober 2013; 13.10 WIB.
22
masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah At-Tahrim ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Anak – anak pada dasarnya memiliki kemampuan alamiah untuk belajar dengan caranya sendiri. Orang tua dalam hal ini hanya memfasilitasi dan memberikan semangat serta dorongan karena pada dasarnya setiap anak senang dengan belajar, apalagi sesuai dengan metode dan sistem yang menyenangkan. Dalam homeschooling, pendidikan dan pergaulan anak menjadi hal yang
perlu
diperhatikan
secara
serius,
karena
anak
dalam
perkembangannya sangat membutuhkan didikan dan bimbingan kedua orang tuanya. Dalam model pendidikan homeschooling, besar harapan orang tua agar anaknya dapat berkembang dan mendapatkan pendidikan selayaknya anak yang bersekolah formal, bahkan diharapkan lebih cepat dan lebih mantap dalam perkembangannya. Semua harapan itu, tentunya ada kerjasama yang baik antara siswa, orang tua dan tutor yang melaksanakan model pendidikan homeschooling.
2. Sejarah Homeschooling Di Indonesia Pendidikan di rumah atau homeschooling bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah) sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan di rumah. Para bangsawan
23
zaman dahulu biasa mengundang guru – guru privat untuk mengajarkan anak – anaknya. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu. Sejak perkembangan industri, terjadilah proses sistematisasi pendidikan dan proses belajar.20 Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan.
Selain
karena
alasan
keyakinan
(beliefs),
pertumbuhan
homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan sekolah. Homeschooling atau Sekolah-Rumah saat ini mulai dilirik para pengamat pendidikan nusantara. Sebagai salah satu alternatif pendidikan, homeschooling memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki sekolah formal. Para orang tua sedikit demi sedikit mulai memilih untuk melanjutkan pendidikan anaknya melalui homeschooling. Hal ini ditempuh karena orang tua memandang homeschooling lebih tepat untuk mengembangkan bakat dan minat sang buah hati. Jika homeschooling difahami sebagai model belajar otodidak dan mandiri, maka jejaknya telah dikenal sejak dahulu. Model belajar ini banyak dijalani oleh para pedagang dengan sistem magang dan para santri dengan pesantrennya. Banyak tokoh dunia ‘lahir’ dari Homeschooling, seperti Albert Einstein, Alexander Graham Bell, Agatha Christie, Thomas A. Edison, George Bernard Shaw, Woodrow Wilson, Mark Twain, Charlie Chaplin, Charles Dickens dan Winston Churchill. Adapun tokoh nasional yang menjalankan homeschooling antara lain K.H. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka.
3. Legalitas Homeschooling Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur pendidikan informal. Di Negara Republik Indonesia, kegiatan pendidikan, baik untuk memenuhi kebutuhan perorangan maupun 20
Yayah Komariah, Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative, (Jakarta: Sakura Publishing, 2007), hal. 6.
24
masyarakat, bangsa dan negara, dibagi dalam dua golongan sebagai bagian dari satu sistem pendidikan nasional, yaitu jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.21 Keberadaan homeschooling di Indonesia telah diatur dalam Undang – Undang nomor 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam pasal 27 Ayat (1) dan (2) : (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diakui sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dalam buku karangan Loy Kho dijelaskan mengenai legalitas hukum homeschooling di Indonesia diantaranya sebagai berikut: a. Undang – Undang Dasar 1945 b. Undang – Undang nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, terutama pada pasal 27 ayat 1 dan 2 mengenai kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan hasil pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. c. UU nomor 32 tahun 2003 tentang desentralisasi dan otonomi daerah. d. PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. e. PP nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. f. PP nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah. g. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0131/U/1991 tentang paket A dan paket B h. Keputusan menteri pendidikan nasional nomor 132/U/2004 tentang paket C. i. Peraturan menteri pendidikan nasional RI nomor 14 tahun 2007 tentang standar isi pendidikan kesetaraan.22 21
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga, Undang – Undang Republik Indonesia. (Jakarta, 1992), hal. 61
25
Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah. Untuk ijazah Sekolah Dasar adalah paket A, ijazah Sekolah Menengah Pertama adalah paket B dan Sekolah Menengah Atas adalah paket C. Ijazah yang mereka terima sah dimata hukum dan dapat dipergunakan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya bahkan perguruan tinggi manapun yang diinginkan.
4. Tujuan Homeschooling Pendidikan mengembangkan penguasaan
informal potensi
pengetahuan
melalui
peserta dan
didik
homeschooling dengan
keterampilan
berfungsi
penekanan fungsional
pada serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional, sekaligus memperluas akses terhadap pendidikan dasar dan menengah. Adapun tujuan homeschooling, yaitu: a. Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang menentukan pendidikan anaknya melalui homeschooling. b. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program belajar kecakapan. c. Untuk menghapus disparintas gender dalam pendidikan dasar menengah. d. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannnya.23
22
Loy Kho, Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling, (Yogyakarta: Kansius, 2008), hal. 243-244. 23 Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Komunitas Homeschooling Sebagai Pendidikan Kesetaraan, (Jakarta, 2006), hal. 12.
26
5. Jenis – Jenis Homeschooling Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya komunitas rumah sebagai satuan pendidikan kesetaraan menyebutkan bahwa pada dasarnya format sekolah-rumah atau homeschooling dapat dibedakan menjadi:24 a. Homeschooling tunggal. Jenis ini dilakukan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya. Ini karena hal tertentu atau lokasi yang berjauhan. Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas tinggi karena tempat, bentuk dan waktu belajar bisa disepakati oleh pengajar dan peserta didik. Dalam homeschooling ini, orang tua berperan penting dalam pendidikan yang dijalani anaknya serta sebagai penilai dan evaluator hasil belajar anak serta mengusahakan penyetaraan. Apabila orang tua atau keluarga tidak mampu melaksanakannya, jenis homeschooling ini bisa dikombinasikan dengan jenis homeschooling selanjutnya. b. Homechooling majemuk. Jenis ini dilakukan oleh dua atau lebih keluarga sekolah-rumah yang memilih untuk menyelenggarakan satu atau lebih kegiatan secara bersama – sama di tempat dan waktu yang telah ditentukan, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing – masing.25 Pada jenis homeschooling ini, semangat berkompetensi dan bersosialisasi pun akan muncul. Masing – masing anak akan terpacu untuk berprestasi semaksimal mungkin. Mereka dapat bersosialisasi dan berkolaborasi dengan anak lain yang tentu saja proses belajar mereka menjadi lebih dinamis. c. Komunitas Homeschooling Jenis ini merupakan gabungan dari homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, 24
Sumardiono, Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62-66. 25 Sumardiono, Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62
27
sarana
dan
prasarana,
serta
jadwal
pelajaran.
Komitmen
penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50. Jenis homeschooling yang ketiga ini lebih terstruktur dan lengkap untuk pendidikan akademik, pembinaan akhlak, dan pencapaian hasil belajar. Selain itu, jenis ini tentu saja ditunjang dengan fasilitas pembelajaran yang relatif lebih lengkap dan memadai.
C. Kerangka Berfikir Homeschooling atau sekolah-rumah pada hakikatnya lahir dari sebuah kegagalan sekolah formal yang dianggap tidak mampu lagi mewujudkan apa yang diharapkan orang tua atas pendidikan anaknya. Kekhawatiran orang tua terhadap perubahan sikap dan moral anak dari lingkungan sekolah turut mempengaruhi
orang
tua
untuk
mengambil-alih
dan
memindahkan
pendidikan di sekolah menjadi pendidikan di rumah. Pendidikan agama telah dimulai dari seseorang saat lahir karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam mewujudkan cita – cita anaknya.
Dengan
adanya
homeschooling,
seharusnya
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam jauh baik dari sekolah formal yang ada karena, orang tua maupun pendidik (tutor) dapat bersinergi dalam mengajarkan dan menerapkan nilai dari Pendidikan Agama Islam dan pada akhirnya memberi pengaruh tersendiri bagi peserta didik (anak).
D. Penelitian Yang Relevan Secara umum, penelitian tentang homeschooling telah mulai dilakukan para peneliti diberbagai tempat. Adapun diantaranya adalah: 1. Nur Fitriyah Rahmawati. Implementasi Model Homeschooling dalam Mengatasi Keterbatasan Pendidikan Formal. Malang : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, 2009.
28
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis adalah sama – sama membahas tentang homeschooling. Bedanya, pembahasan yang disusun oleh Nur Fitriyah Rahmawati lebih pada alasan pemilihan homeschooling oleh orang tua ataupun peserta didik, faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan homeschooling serta upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan homeschooling dan tidak menyinggung bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di homeschooling. Sedangkan penulis dalam hal ini, memfokuskan pembahasan pada proses pelaksanaan pembelajaran di homeschooling sebagai kelanjutan dari alasan dipilihnya homeschooling sebagai pendidikan alternatif. 2. Fitriah. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Homeschooling. Jakarta : Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010. Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis adalah sama – sama membahas proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di homeschooling. Namun perbedaannya adalah pada jenis pelaksanaan homeschooling yang dilaksanakan. Pembahasan dan penulisan yang disusun oleh Fitriah lebih terfokus pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan jenis homeschooling komunitas sehingga isisnya hampir serupa dengan pelaksanaan sekolah formal, sedangkan penulis dalam pembahasannya lebih terfokus pada jenis homeschooling tunggal yang merupakan latar belakang munculnya homeschooling, kemudian membandingkannya dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah formal. 3. Syafina Hanum. Homeschooling sebagai sekolah alternatif: Studi kasus SUN Homeschooling. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
29
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis adalah sama – sama membahas homeschooling sebagai pendidikan alternatif. Perbedaannya adalah pada pembahasan, dimana saudari Sayfina Hanum mengemukakan banyak alasan dan faktor dipilihnya homeschooling oleh orang tua dan peserta didik. Selain itu turut dikemukakan bagaimana proses pembelajaran pada homeschooling secara global. Sedangkan penulis dalam
pembahasannya
mengemukakan
bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada homeschooling secara detail, mulai dari persiapan hingga akhir pembelajaran, khususnya pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di KAMYABI Homeschool yang beralamat di Jalan Seroja I Blok 38-39, BSD City, Serpong Tangerang (15318), Banten, Indonesia. Adapun waktu yang direncanakan selama melakukan penelitian adalah dari bulan Januari hingga April 2014.
B. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh bersifat empiris dengan kriterianya yaitu, valid, reliabel dan obyektif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan
snowball,
teknik
pengumpulan
dengan
trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil pebelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1 Dalam metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan pendekatan deskriptif analisis yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata yang terjadi. Adapun tujuan utama dalam menggunakan metode dan pendekatan ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan yang sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Alfabeta, 2011), hal. 13 .
30
(Bandung:
31
C. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian, banyak variasi teknik pengumpulan data untuk mendukung dan menjawab masalah yang ada. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi khusus yang diadakan.2 Pada saat melakukan observasi, penulis terlibat langsung dalam kegiatan sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Keberadaan penulis sebagai peneliti telah diketahui oleh subjek yang diteliti dan telah dianggap sebagai bagian dari mereka
sehingga
mempengaruhi
keberadaan
sifat
penulis
naturalistiknya.
tidak
Cara
ini
mengganggu
atau
dilakukan
untuk
memudahkan akses mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. 2. Wawancara Untuk teknik pengumpulan data selanjutnya peneliti menggunakan wawancara dan dialog secara mendalam (indeph interview) kepada pihak yang bersangkutan. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.3 Dalam hal ini digunakan wawancara terstruktur guna memperoleh informasi yang utuh dan terfokus pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Beberapa pertanyaan wawancara dirumuskan sebelum melaksanakan wawancara kepada pihak homeschooling dan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993), cet ke-9,
3
(Bandung:
hal. 102 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), Alfabeta, 2011), hal. 316
32
Tujuan wawancara pada penelitian ini adalah untuk melengkapi informasi yang telah diperoleh dari observasi yang dilakukan peneliti. Wawancara akan dilakukan terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kamyabi Homeschooling. Secara mendalam wawancara akan dilakukan meliputi proses pembelajaran yang terdiri dari rencana, tujuan, kegiatan, materi, media dan penilaian yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. 3. Studi Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain – lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung film, dan lain – lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.4 Dalam penelitian ini, penulis melakukan dokumentasi seperti mengambil gambar pada saat proses pembelajaran berlangsung, meminta contoh rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam, jenis dan desain soal ujian serta nilai rapor di Kamyabi homeschool serta dokumen pendukung lainnya.
D. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam 4
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), Alfabeta, 2011), hal. 326
(Bandung:
33
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.5 Adapun proses analisis data yang penulis rancang adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Mentah Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data mentah dari hasil observasi yang dilakukan dilapangan, wawancara dan dokumen yang diperoleh penulis dari pihak yang bersangkutan. 2. Transkrip Data Pada tahap ini, penulis mengolah bahan mentah yang ada ke dalam bentuk tulisan yang berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang diperoleh dari hasil penelitian. 3. Pembuatan Koding Pada tahap ini, penulis membaca ulang seluruh data yang telah ditranskrip sebelumnya. 4. Kategorisasi Data Pada tahap ini, penulis mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep – konsep (kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori. 5. Kesimpulan Sementara Pada tahap ini, penulis menyusun kesimpulan sementara dalam bentuk interpretasi data yang berasal dari deskripsi data yang diperoleh melalui penelitian lapangan. 6. Triangulasi Triangulasi
bersifat
menggabungkan
hasil
dari
berbagai
teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Namun dalam penelitian ini, penulis tidak melakukan triangulasi data karena sumber atau informan yang berada ditempat penelitian terkhusus.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), Alfabeta, 2011), hal. 333
(Bandung:
34
7. Kesimpulan Akhir. Pada tahap ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang ditemukan dan merupakan jawaban dari permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah proses penelitian ilmiah
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Tempat Penelitian 1. Latar Belakang Berdirinya Kamyabi Homeschool. Kamyabi Homeschool di dirikan oleh H. Abdul Halim Said beserta istri, Zubaidah pada tanggal 31 Oktober 2005. Homeschooling ini berada di BSD City, sektor I, Tangerang. Homeschooling ini dipimpin oleh Yudhi Pramudya, S.Pd sebagai kepala sekolah. Kata kamyabi sendiri berasal dari bahasa urdu yang merupakan bahasa umum Pakistan dan juga paling banyak dipakai di India. Kamyabi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab berarti An-Najah dan dalam bahasa Inggris berarti success. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kamyabi berarti sukses.1 Latar belakang berdirinya Kamyabi Homeschool berawal dari banyaknya keprihatinan yang dilihat oleh pendiri lembaga ini. Sebagai contoh, keprihatinan pendiri (founder) terhadap sikap siswa dalam merayakan kelulusan setelah pengumuman hasil Ujian Akhir Nasional mereka dengan mencoret pakaian. Hal ini membuat Pendidikan Agama Islam yang mereka pelajari selama 3 (tiga) tahun hancur oleh sikap tersebut. Moral siswa yang semakin hari semakin memprihatinkan karena tidak ada pengawasan dari orang tua atau orang tua merasa lepas tangan setelah menyerahkan anaknya pada suatu sekolah formal yang ada. Hal ini tidak terlepas dari Pendidikan Agama Islam di sekolah formal yang mulai terpinggirkan oleh bertambahnya alokasi waktu materi pendidikan umum lainnya atau yang akan di ujikan dalam Ujian Akhir Nasional. Hal ini berdampak pada penilaian yang hanya terfokus pada nilai. Nilai yang diwakili oleh angka atau huruf dianggap sebagai penentu keberhasilan, 1
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
35
36
bahkan hidup dan matinya siswa. Begitu sakralnya sebuah nilai dalam bentuk angka ataupun huruf sehingga membuat berbagai pihak menjadi stress, mulai dari guru, orang tua, bahkan anak didik itu sendiri apabila mendapat nilai yang tidak memuaskan (dibawah angka 7 atau dengan huruf C). Melihat hal ini, setiap pihak terutama guru dan orang tua mengkondisikan siswanya untuk berlomba – lomba mencapai nilai yang tinggi pada setiap bidang studi dengan cara apapun, bahkan tidak peduli lagi hal tersebut akan membuat anak didiknya kesulitan untuk mencapainya. Hal ini perlahan – lahan akan membuat anak muak, tertekan dan stres. Faktanya, nilai yang diagung – agungkan oleh pihak sekolah maupun orang tua kurang berperan banyak dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang. Nilai ini akan melahirkan diskriminasi antar siswa. Betapa bangganya siswa yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya siswa yang mendapat nilai rendah, bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, masih ada beberapa guru di sekolah yang menggunakan tinta merah menyala dan mencolok mata. Dipertegas, nilai hanyalah representasi dari kemampuan menghafal pelajaran dan pemberiannya pun dilakukan secara subjektif oleh guru bidang studi kepada siswanya. Dampak dari terusnya sebuah nilai dijadikan ukuran dalam keberhasilan suatu pembelajaran pada setiap bidang studi mengakibatkan kontrol afektif meningkat namun kontrol moral menurun secara perlahan – lahan, terutama setelah belajar Pendidikan Agama Islam. Nilai bidang studi Agama Islam yang tinggi tidaklah menjamin tumbuhnya moral yang baik pula. Inilah yang dihasilkan oleh pendidikan formal terhadap Pendidikan Agama Islam. Memaksakan teori tanpa adanya praktek dan refleksi karena alokasi waktu yang terbatas. Belum lagi sistem hukuman yang diterapkan di sekolah formal yang cenderung menyama-ratakan penerapannya kepada setiap siswa, tanpa memahami alasan yang terjadi pada setiap siswa. Sebuah contoh, si anak di scors (tidak di izinkan masuk selamam beberapa hari) karena tidak hadir dalam beberapa kali pertemuan. Hukuman dijatuhkan begitu
37
saja, padahal si anak memiliki alasan mengapa ia tidak masuk sekolah, misalnya karena orang tua yang telat mengantar ke sekolah sehingga ia malu datang terlambat, atau si anak mengalami masalah dan memutuskan untuk menyendiri dan enggan keluar rumah setelah mendapati keluarganya yang berantakan (broken home). Hukuman yang diberikan pada si anak tersebut tidak akan membuatnya menjadi lebih baik. Hal ini akan menambah masalah baru pada si anak nantinya. Pendiri Kamyabi Homeschooling ini mempertegas bahwa setiap anak memiliki bakat yang diberikan oleh Allah dengan sangat luar biasa. Bakat ini diperkuat dengan adanya minat dari seseorang. Bakat dan minat serta pola belajar anak tentunya berbeda – beda. Dan hal ini tidaklah bisa mereka dapatkan dan kembangkan di sekolah formal yang menganggap semua siswa adalah. Banyak kasus yang menghalangi bakat berkembang di sekolah formal, seperti kasus bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Upaya penyeragaman kemampuan dan keterampilan semua anak pada setiap bidang studi turut mematikan bakat dan minat siswa yang berbeda – beda, karena setiap anak adalah unik. Terlebih lagi, kurikulum yang terlalu padat dan tugas rumah yang menumpuk menjadi beban tambahan setelah mereka belajar seharian di sekolah. Melihat kondisi ini, maka perlu alternatif untuk menyelamatkan anak – anak yang kurang cocok dengan sistem pendidikan formal, salah satunya dengan pendidikan homeschooling. Bertolak dari kondisi inilah H. Abdul Halim Said merasa terpanggil untuk mendirikan Kamyabi Homeschool sebagai sebuah institusi pendidikan alternatif yang senantiasa memperhatikan hak anak atas pendidikan yang mereka jalani. Pendirian
homeschooling
ini
juga
terinspirasi
dari
Nabi
Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wasallam yang melaksanakan dakwah dan
pendidikan
homeschooling.
(tarbiyah)
dengan
sistem
yang
mirip
dengan
38
Mengingat pendidikan pertama dan yang utama pada seorang anak adalah orang tua atau keluarga, dengan adanya homeschooling ini H. Abdul Halim Said kembali mengajak orang tua dan keluarga untuk ikut berpartisipasi utuh secara aktif dan langsung dalam pendidikan anak atau anggota keluarganya. Orang tua lebih memahami bakat dan minat serta cara belajar yang dimiliki anaknya. Disinilah peran orang tua sebagai pengarah, bukan penentu mutlak karena yang berhak menentukan adalah anak yang menjalani pendidikan. Mereka diberi kebebasan dalam menenutukan waktu, metode dan didikan seperti apa yang ia inginkan. Apabila hal ini dipahami secara bijak, kelemahan homeschooling yang dilihat dari segi sosial dimana anak kurang dapat bersosialisasi tidak akan terjadi. Si anak masih bisa bermain, bersosialisasi bahkan berkarya di sela kegiatan homeschooling. Dalam pelaksanaan selanjutnya, orang tua atau keluarga dapat bertindak sebagai fasilitator, motivator, konselor dan teman yang baik bagi anaknya saat belajar. Berangkat dari hal itu semua, H. Abdul Halim Said memberanikan diri untuk membentuk komunitas Kamyabi Homeschool dengan tujuan agar tidak ada lagi anak – anak Indonesia yang merasa sekolah sebagai sebuah beban dalam kehidupannya. Hal ini akan melahirkan presepsi baru bahwa sekolah adalah tempat dimana mereka bisa mengekspresikan diri mereka sendiri sesuai dengan bakat, minat dan cara belajar yang menyenangkan. Lebihnya lembaga ini dengan lembaga yang serupa adalah Pendidikan Agama Islam selalu menjadi prioritas utama dan nilai – nilai agama selalu dimasukkan dalam setiap bidang studi2. Kamyabi Homeschool ini menerima peserta didik yang terdiri atas Taman Kanak – Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan kelas untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
2
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014.
39
Dipertegas oleh H. Said bahwa pada dasarnya pendidik dalam suatu homeschooling adalah orang tua sendiri. Jika mereka tidak mampu mengajar dengan alasan waktu atau kemampuan, maka disarankan memanggil guru privat ke rumah. Boleh mencari guru privat sendiri yang di inginkan oleh si anak dan boleh juga melalui melalui jaringan guru privat Kamyabi yang sudah terlatih dengan SOP Kamyabi. Untuk Ujian Nasional, Kamyabi Homeschool bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat agar siswa mereka dapat mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan. Hal ini bisa dilaksanakan dalam bentuk ujian online atau Dinas Kependidikan datang ke lembaga homechooling dan mengadakan Ujian Nasional di kelas yang telah disediakan. Tidak akan ada perlakuan khusus. Mereka akan tetap di awasi selama ujian oleh pengawas yang didatangkan pihak Dinas Pendidikan.
2. Profil Lembaga Pendidikan Kamyabi Homeschool. Profil lembaga pendidikan merupakan suatu gambaran tentang lokasi, kedudukan lembaga pendidikan, visi dan misi, sarana dan prasarana, guru, pegawai, staf pelaksana, siswa, serta berbagai keadaan yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan tersebut. a. Identitas Lembaga Nama Lembaga : Kamyabi Homeschool. Alamat
: BSD City Sektor I.2 ext, Griyaloka, Jl. Seroja I Nomor 38-39, Serpong Tangerang (15318), Banten Indonesia
Website
: http://www.kamyabihomeschool.com/
Email
:
[email protected]
Nomor Telpon
: 0813 9910 8585
40
b. Visi dan Misi Serta Cara Mendapatkannya.3 Visi dan Misi : 1) True Faith (Keyakinan yang shahih) bahwa selain Allah tidak dapat berbuat apa-apa, hanya Allah yang dapat berbuat segalanya. 2) Right Action (Amal yang betul) bahwa setiap perbuatan hanya akan mendatangkan kejayaan apabila ikut sunnah Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam. 3) Clear Vision (Visi yang jelas) kamyabi homeschool dibuat untuk meniru cara Sahabat belajar dan mengajar. 4) Strong Mission (Misi yang kuat) materi pendidikan diarahkan untuk mencapai keterampilan ruhani dan jasmani seperti para pemuda di zaman Sahabat. 5) Best Qualities (Sifat yang terbaik) para sahabat memiliki sifatsifat terbaik yang telah diridhai Allah SWT, karena itu program belajar dibuat untuk membentuk sifat-sifat tersebut Cara Mendapatkannya : 1) Untuk mendapatkan keyakinan yang shahih maka digalakkan setiap orang saling mendakwahkan kebesaran Allah SWT (wahdaniat, risalat, akhirat, dan nusrat) 2) Untuk mendapatkan amal yang betul maka setiap orang harus mengikuti jalan hidup (sunnah) Rasulullah SAW. 3) Untuk mendapatkan visi yang jelas maka setiap orang harus mempelajari cara sahabat belajar dan mengajar, kemudian mengamalkannya di dalam kehidupan bersama keluarga. 4) Untuk mendapatkan misi yang kuat maka setiap orang harus mengusahakan agar: setiap rumah menjadi madrasah, setiap ibu menjadi mudarrisah, setiap anak menjadi murid dan setiap ayah menjadi mudir.
3
http://www.kamyabihomeschool.com/visi-dan-misi.html (Diakses pada tanggal 6 Januari 2014, pukul 22.15 WIB)
41
5) Untuk mendapatkan sifat terbaik maka setiap orang harus latihan “khuruj fii sabililah”.
c. Keadaan Guru dan Karyawan Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan tenaga yang professional agar tercipta generasi yang handal dan suasana yang kondusif. Adapun tenaga pengajar atau guru yang disediakan oleh Kamyabi Homeschooling sebagai alternative apabila orang tua merasa tidak mampu melaksanakan pengajaran, mereka adalah:4
Tabel 1 Pendidik Kamyabi Homeschooling No
Nama Guru
Jabatan
1.
H. Abdul Halim Said
Pendiri
Bidang Studi yang Diajarkan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
2.
Zubaidah
Sekretaris
Pendidikan Agama Islam dan Al-Qur’an (Akhwat)
3.
Imam Ahmad, S.Pd.I
Tutor
Pendidikan Agama Islam
3.
Imam Faisal, S.Pd.I
Tutor
Pendidikan Agama Islam
5.
Dian, S.Pd
Tutor
Pend. Kewarganegaraan
6.
Khairunnisa, S.Pd
Tutor
Pend. Kewarganegaraan
7.
Annisa, S.Pd
Tutor
Matematika
8.
Fanny Mella, S.Pd
Tutor
Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika, Biologi, Kimia.
9.
Irma Nasution, S.Pd
Tutor
Ilmu Pengetahuan Sosial, Geografi, Ekonomi, dan Sejarah
10. Rina M. M.Pd
4
Tutor
Bahasa Inggris
Data ini diambil dari arsip Kamyabi Homeschooling bagian administrasi.
42
11. Julia Febrianti, S.Pd
Tutor
Bahasa Indonesia
12. Andis, S.Pd
Tutor
Seni
13. Rina K, S.Kom
Tutor
Multi – Informatika
14. Musthofa, S.Pd
Tutor
Penjaskes
Tabel 2 Karyawan Kamyabi Hommeschooling No
Nama
Jabatan
1.
H. Abdul Halim Said
Administrasi
2.
Zubaidah
Administrasi
3.
Yudi Pramudya, S.Pd
Administrasi
4.
Imam Baihaqi, S.Pd.I
Administrasi
d. Keadaan Siswa Adapun data yang diperoleh tentang keadaan siswa berdasarkan tingkat pendidikannya pada tahun ajaran 2013/2014 hingga tanggal 7 Januari 2014 adalah sebagai berikut: No
Tingkatan
Jumlah Murid L
P
Total
1.
Taman Kanak – Kanak
4
11
15
2.
SD / MI
2
11
13
3.
SMP / MTs
2
6
8
4.
SMA / MA / SMK
1
4
5
5.
Anak Berkebutuhan Khusus
1
-
1
Jumlah peserta didik diatas kemungkinan akan terus bertambah karena Kamyabi Homeschooling sendiri masih menerima siswa pindahan dari sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
43
e. Sarana dan Prasarana Untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar, Kamyabi Homeschooling menyediakan sarana dan prasarana, yaitu: Kondisi
Ukuran (m)
No
Jenis Bangunan
Jumlah
1.
R. Kepala Sekolah
2.
(P x L)
B
1
5x4
√
R. Tata Usaha
1
6x3
√
3.
R. Belajar
3
5x4
√
4.
R. Perpustakaan
1
9x6
√
5.
R. Multimedia
1
8x7
√
6.
Kamar Mandi
2
4x3
√
7.
Masjid 2 Lantai
1
17 x 15
√
C
R
Keterangan: B = Baik, C = Cukup, R = Rusak
B. Deskripsi Data Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa disekolah formal maupun homeschooling meliputi: 1. Perencanaan Pengajaran Dalam proses pembelajaran, dibutuhkan rencana yang matang agar tujuan pendidikan itu dapat tercapai dengan baik. Rencana dapat berupa langkah – langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Langkah – langkah tersebut biasanya dituangkan dan disusun dalam bentuk perencanaan pengajaran atau pembelajaran. Proses penyusunan
ini
memerlukan
pemikiran
yang
sistematis
untuk
memproyeksikan atau memperkirakan kegiatan apa saja yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan PP. 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”
44
Selanjutnya, sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar
(KD).
berkewajiban menyusun
Setiap
guru
pada
satuan
pendidikan
RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.5 Yudi Munadi dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru menjelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam bentuk silabus. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untk mencapai kompetensi yang ditetapkan. RPP merupakan penjabaran dari silabus dan merupakan komponen penting dari kurikulum. Didalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan.6 Adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran akan membantu pengajar
(tutor)
dalam
mengorganisasikan
materi
standar,
serta
mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian pengajar dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya. 5
http://okemat.blogspot.com/2012/kumpulan-permendiknas-undang-undang-dan.html (Diakses pada tanggal 20 Maret 2014, pukul 09.00 WIB) 6 Yudi Munadi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 65
45
Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang pengajar akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Adapun beberapa prinsip dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah: a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik c. Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses pembelajaran d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut e. Keterkaitan dan keterpaduan f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi7
Adapun contoh format rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan
: ..................................................................................
Mata Pelajaran
: ..................................................................................
Kelas / Semester
: ..................................................................................
Mata Pelajaran
: ..................................................................................
Topik Pembahasan
: ..................................................................................
Pertemuan Ke -
: ..................................................................................
Alokasi Waktu
: ..................................................................................
A. Kompetensi Inti 1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;
7
M. Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), hal. 166-167.
46
2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya; 3. (KI-3) Memahami procedural)
pengetahuan
berdasarkan
rasa
(faktual, ingin
konseptual
tahunya
dan
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata; 4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi,
dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. Kompetensi Dasar 1. ............................................................................................................ 2. ............................................................................................................
C. Indikator 1. ............................................................................................................ 2. ............................................................................................................ 3. ............................................................................................................ 4. ............................................................................................................
D. Tujuan Pembelajaran 1. ............................................................................................................ 2. ............................................................................................................ 3. ............................................................................................................ 4. ............................................................................................................
47
E. Materi Ajar .................................................................................................................. ..................................................................................................................
F. Metode Pembelajaran .................................................................................................................. ..................................................................................................................
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal 2. Kegiatan Inti a. Mengamati b. Menanya c. Eksperimen/ Explore d. Asosiasi e. Komunikasi 3. Kegiatan Akhir (Penutup)
H. Alat dan Sumber belajar 1. ............................................................................................................ 2. ............................................................................................................
I. Penilaian 1. Jenis dan bentuk penilaian 2. Instrumen dan skor penilaian (Tuliskan jenis penilaian yang akan dilakukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran, pilih jenis penilaian yang tepat).8
8
Yudi Munadi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 68
48
2. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan komponen penting dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila pendidik tepat dalam merumuskan tujuan pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan arah yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Tujuan pendidikan biasanya menghantarkan para siswa menuju pada perubahan tingkah laku, perubahan itu tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam lingkungan sekolah akan dibimbing oleh guru maupun siswa berperan aktif. Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: a. Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama.9 Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian subyek didik, sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi yang utuh. Itulah yang disebut realisasi diri (self realization). Tujuan umum pendidikan islam diberi perhatian dan tidak terkena perubahan dari waktu ke waktu. Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan ini dipertegas dalam Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56: 9
hal. 86.
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-v,
49
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Ibadah yang dimaksud dalam ayat tersebut mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
b. Tujuan Khusus Yang dimaksud tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang diingini yang merupakan bagian yang termasuk dibawah tiap tujuan umum pendidikan. Dengan kata lain gabungan pengetahuan, ketrampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan, yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir dan tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna.
c. Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurangkurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat
50
permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan Insan Kamil itu.10
d. Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan
akan
mencapai
tujuan
tertentu
disebut
tujuan
operasional. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan ketrampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya : kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan ketrampilan Insan Kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk Insan Kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadat, (sekurangkurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadat itu.11
e. Tujuan Akhir Pendidikan Agama Islam berlangsung selama manusia itu hidup. Maka tujuan akhirnya dari Pendidikan Agama Islam itu terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam itu dapat di pahami dalam firman Allah berikut:
10
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V,
11
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V,
hal. 32 hal. 33
51
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran ayat 102) Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dadri takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat di anggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.
3. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan interaksi untuk mencapai tujuan tertentu. Serangkaian tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 12 a. Kegiatan awal / pendahuluan Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat kurikulum adalah: 1) Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 2) Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaanpertanyaan terkait materi pembelajaran baik materi yang telah
12
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/11/standar-proses-pembelajarankurikulum.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 04.34 WIB)
52
siswa pelajari serta materi-materi yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut. 3) Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi, kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut. 4) Terakhir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang
akan
dilakukan
oleh
siswa
untuk
menyelesaikan
permasalahan atau tugas yang diberikan. b. Kegiatan inti Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: 1) Melakukan observasi (pengamatan) Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas
dan
bervariasi
kesempatan
siswa
untuk
melakukan
pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
53
2) Bertanya Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai apapun yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang telah ditentukan. 3) Mengumpulkan informasi Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan bermacam cara. nformasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. 4) Mengasosiasikan informasi-informasi yang telah diperoleh Mengasosiasikan berarti menghubungkan atau menautkan sesuatu pada orang atau benda. Hal ini berarti siswa menghubungkan informasi yang telah diperoleh dengan orang yang berada disekitar atau hal yang tengah terjadi saat itu. 5) Mengkomunikasikan hasilnya Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
54
c. Kegiatan akhir / penutup Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok
sesuai
dengan
hasil
belajar
peserta
didik,
dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
4. Sumber Belajar Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengembangkan pengetahuan, bakat dan minatnya. Dalam pengembangan kemampuan tersebut, seseorang membutuhkan guru, bahan dan peralatan sebagai penunjang proses pembelajarannya yang dikenal sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang memungkinkan seseorang belajar atau segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.13 Beberapa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah manusia, alat dan bahan pengajaran, berbagai aktivitas dan kegiatan serta lingkungan sekitar. Tujuan dari sumber belajar ini adalah: a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran b. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran c. Lebih memantapkan pembelajaran d. Memungkinkan penyajian pembelajaran dan informasi yang lebih luas
13
hal. 173
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008),
55
5. Materi Pembelajaran Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan eluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting, artinya untuk mencapai tujuan – tujuan pengajaran materi pelajaran yang terdiri dari fakta – fakta, generalisasi, konsep, hukum atau aturan dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran.14 Dalam pemilihan materi terdapat langkah – langkah yang harus diperhatikan, yaitu: a. Kemanfaatan, apakah bahan yang dipilih memang bermanfaat bagi pencapaian tujuan pengajaran siswa. b. Kesesuaian, apakah bahan yang dipilih sesuai dengan kepentingan dan taraf kemampuan psikis dan fisik siswa. c. Ketepatan, apakah bahan yang dipilih sudah sesuai dengan alokasi waktu dan runut dalam penyampaiannya. d. Situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, apakah bahan pelajaran yang hendak dipilih tidak bertentangan dengan situasi, kondisi dan kepentingan masyarakat sekitar. e. Kemampuan guru, apakah bahan pelajaran sudah dikuasai dan dipahami guru.15
Setelah memilih materi, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan dan menyusunnya. Dalam mengorganisasikan, guru perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: 14
R. Ibrahim dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineke Cipta, 2003),
hal. 102 15
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 147
56
a. Keseimbangan,
seyogyanya
bahan
pengajaran
disusun
secara
seimbang, baik mengenai sumber, struktur dan segi – segi kemampuan siswa. b. Keterpaduan, baik secara horizontal yang menyangkut kaitan antara satuan bahasan, mata pelajaran dan keterpaduan vertical yang menyangkut kaitan antara susunan bidang studi antar semester. c. Kemudahan, merupakan tujuan pokok pengorganisasian bahan pengajaran
agar
siswa
dapat
menangkat,
memahami,
dan
mencernakan bahan tersebut untuk mencapai tujuan instruksional d. Kesederhanaan, materi harus disusun dengan sederhana, diberi contoh – contoh, diilustrasikan dengan bahasa yang mudah untuk membantu siswa dalam mempelajarinya.16
6. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.17 Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa. b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut. 16
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 148 17 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. (Jakarta : Quantum teaching, 2005), hal. 52-53
57
c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya. d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. f. Metode
yang
digunakan
harus
dapat
menanamkan
dan
mengembangkan nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
7. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Jenis media pembelajaran dapat berbentuk teks, audio, visual, proyeksi gerak, miniatur dan sebagainya. Media pembelajaran dapat membawa dan membangkitkan rasa senang bagi siswa dan dapat membangkitkan semangat mereka, serta membantu memantapkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran. Media bermanfaat untuk : a. Membangkitkan perhatian siswa. b. Memperjelas informasi yang di sampaikan. c. Memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran. d. Mendorong ingatan, mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sedang di pelajari. Agar
media
pembelajaran
benar-benar
digunakan
untuk
pembelajaran siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya: a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
58
b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi. e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya.18
8. Evaluasi dan Penilaian Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menetukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam menambahkan, bahwasannya proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.19. Hasil evaluasi dapat diperoleh dari penilaian. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
9. Tindak Lanjut Tindak lanjut berarti suatu aksi atau tindakan koreksi (corrective action) sebagai lanjutan langkah dalam mencapai perbaikan dan atau mengembalikan segala kegiatan pada tujuan yang seharusnya. Tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pembelajaran perlu dipahami dan dilakukan
18
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008),
hal. 171 19
Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 3
59
oleh setiap stakeholder. Apabila laporan hasil evaluasi pembelajaran itu kurang maka apa yang harus dilakukan oleh pengambil kebijakan pendidikan. Apa yang dilakukan oleh seorang pendidik, siswa dan orang tua serta stakeholder pemerintah. Langkah – langkah tindak lanjut ini berupa:20 a. Identifikasi kelebihan dan kelemahan laporan hasil evaluasi pembelajaran. b. Peningkatan hasil belajar c. Merancang program pembelajaran remidi (perbaikan) d. Merancang perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan program pembelajaran.
C. Interpretasi Data Setelah melakukan pengamatan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran di Kamyabi homeschool dimana keluarga sebagai pelaksana dan sekolah formal yang ada, dapat dijelaskan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan adalah langkah awal sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran atau proses belajar mengajar. Rencana merupakan syarat mutlak karena tanpanya, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran harus disusun dengan baik. Setelah
melakukan
pengamatan
di
lapangan,
setiap
jenis
homeschooling harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Keluarga yang melaksanakan homeschooling tunggal dimana orang tua menjadi
tutor
atau
pendidik
diharuskan
membuat
RPP
untuk
memperlancar proses pembelajaran. Penyusunan ini dapat melibatkan 20
213.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo: STAIN Press. 2006), hal.
60
anak dan anggota keluarga lainnya. Keterlibatan anak dalam proses penyusunan RPP akan memberi ruang tersendiri bagi mereka dalam mendesain pembelajaran yang menyenangkan, mengajarkan sikap disipilin dan bertanggung jawab terhadap apa yang direncanakan agar materi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Apabila tidak memungkinkan, orang tua atau keluarga dapat menggunakan RPP yang telah disediakan oleh pihak homeschooling atau mencarinya melalui media internet. Pemakaian RPP yang didapat ini harus dimodifikasi dan kembali didiskusikan dengan anak atau anggota keluarga lain. Hal ini tetap memberi arti bahwa anak turut dan berhak dalam merencanakan pelaksanaan pembelajarannya. Dalam hal penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, homeschooling lebih demokratis daripada sekolah formal. Pada sekolah formal, penyusunan RPP hanya melibatkan guru pengajar tanpa melibatkan peserta didik dengan presepsi bahwa kemampuan semua anak didik mereka adalah sama. Hal ini akan menjadi masalah baru dikemudian hari dari peserta didik karena setiap anak memiliki cara dan daya rangsangan yang berbeda. Penyusunan RPP pada homeschooling yang melibatkan kedua belah pihak dapat mengatasi masalah tersebut. Adapun contoh RPP pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang didesain oleh keluarga sebagai pelaksana homeschooling:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Lembaga
: Kamyabi Homeschool
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester
: VII / Genap
Materi Pokok
: Semua Bersih Hidup Menjadi Nyaman
Perkiraan Waktu
: 3 Pertemuan (3 x 75 Menit)
Waktu Pelaksanaan : Setiap hari Kamis jam 18.15 sampai 19.30 Pemateri / Tutor
: Ibu (Siti Chairunnisa)
61
A. Kompetensi Inti 1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya; 2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya; 3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata; 4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan
ranah
abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Kompetensi Dasar 1. Menerapkan cara bersuci (thaharah) dalam keseharian
Indikator 1. Menyebutkan pengertian bersuci (thaharah) dengan bahasa sendiri 2. Menyebutkan dalil tentang bersuci (thaharah) 3. Menyebutkan alat – alat yang bisa dipakai untuk bersuci 4. Menjelaskan hikmah bersuci
2. Mempraktikkan ketentuan / tata cara bersuci dari najis
1. Menyebutkan pengertian najis dengan bahasa sendiri
62
2. Menyebutkan macam – macam
najis beserta contoh 3. Menjelaskan cara bersuci dari macam – macam najis 4. Mempraktekkan cara bersuci dari najis berdasarkan syariat
3. Mempraktikkan tata cara
1. Menyebutkan pengertian hadats
bersuci dari hadas kecil dan
dengan menggunakan bahasa
hadas besar
sendiri 2. Menyebutkan macam – macam hadats dan contohnya. 3. Menjelaskan cara bersuci dari macam – macam hadats 4. Mempraktekkan cara bersuci
dari hadas berdasarkan syariat
Sedangkan bentuk RPP yang digunakan pada sekolah formal adalah sebagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sekolah / Madrasah
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Kelas / Semester
: VII (Tujuh) / Genap
Materi Pokok
: Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman
Alokasi Waktu
: 3 Pertemuan (9 x 40 Menit)
Guru Bidang Studi
: H.M. Nasir Rinun. S.Pd
63
A. Kompetensi Inti 1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya; 2. (KI-2) Menghargai
dan
menghayati
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;
3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata;
4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi,
dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar 1. Menerapkan cara bersuci (thaharah) dalam keseharian 2. Mempraktikkan ketentuan bersuci dari najis 3. Mempraktikkan ketentuan bersuci dari hadits
C. Indikator 1.1. Menyebutkan pengertian bersuci 1.2. Menyebutkan dalil tentang bersuci 1.3. Menyebutkan hikmah tentang bersuci 2.1. Menyebutkan pengertian najis 2.2. Menyebutkan macam – macam najis beserta contoh 2.3. Menjelaskan cara bersuci dari najis 3.1. Menyebutkan pengertian hadats 3.2. Menyebutkan macam – macam hadats 3.3. Menjelaskan cara bersuci dari hadats
64
Dari kedua contoh RPP diatas, terdapat perbedaan yang dibuat oleh keluarga homeschooling dengan guru pada sekolah formal. Hal ini terlihat dari alokasi waktu, pemateri/guru dan indikator pembelajaran yang disusun oleh kedua pelaksana pendidikan. Pada Kamyabi homeschool, alokasi waktu yang ditentukan lebih sedikit daripada sekolah formal. Waktu pembelajaran dimulai pada pukul 18.30 setelah sholat maghrib dimana kondisi dan daya tangkap siswa kembali pulih setelah banyak melakukan aktivitas disiang hari, sehingga pembelajaran yang berkisar satu jam lebih dapat terlaksana dengan baik.21 Perkiraan waktu dan waktu pelaksanaan sendiri dirancang oleh orang tua dan kemudian didiskusikan dengan anak. Berbeda dengan sekolah formal, alokasi waktu lebih panjang dan pelaksanaannya mengikuti jadwal mata pelajaran yang ditetapkan pihak kurikulum sekolah. Hal ini kadang menjadi ganjalan bagi siswa bahkan guru apabila mendapati pembelajaran agama Islam dilakukan pada siang hari dimana konsentrasi mereka mulai berkurang dan lelah. Dalam Kamyabi Homeschool, yang menjadi guru/tutor adalah anggota keluarga sendiri. Anak juga diberi hak untuk menentukan siapa yang menjadi mentornya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasakan bosan dengan gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan salah satu anggota keluarga mereka yang bertindak sebagai pemateri/tutor. Pemateri/tutor
ditempatkan
dibidang
studi
yang
sesuai
dengan
kemampuannya. Sedangkan dalam sekolah formal, pemateri atau tutor untuk masing – masing pelajaran adalah sama dan biasanya hanya diganti saat kenaikan kelas atau adanya evaluasi yang dilakukan pihak sekolah terhadap guru tersebut. Hal ini tentu menjadi hal yang membosankan bagi siswa apalagi mendapati karakter guru yang kurang mereka senangi seperti, pemarah, pendiam dan sebagainya.
21
Hasil wawancara dengan orang tua penyelenggara homeschooling pada hari Kamis tanggal 23 Januari 2014.
65
Dalam penyusunan indikator, keluarga merumuskan bersama anak untuk mengetahui apa saja yang ingin mereka ketahui pada setiap pembahasan. Apabila indikator yang diajukan peserta didik belum menjawab kompetensi dasar, orang tua berhak untuk menambahkannya. RPP yang dibuat homeschooling tunggal lebih mengukur kemampuan siswa secara afektif dan kognitif. Dalam sekolah formal, indikator disusun oleh guru bidang studi saja tanpa melibatkan atau terlebih dahulu memperhatikan tingkat kemampuan peserta didik. Tidak ada pelaksanaan praktik atau demonstrasi dalam RPP yang dibuat oleh guru pada sekolah formal, yang ada hanyalah penjelasan mengenai cara bersuci. Hal ini memberi arti bahwa ketuntasan pembelajaran hanya dilihat dari aspek kognitif saja dan sekolah formal dalam penyusunan RPP tidak memperhatikan prinsip penyusunan RPP.
2. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan hal yang diharapkan tercapai setelah proses belajar mengajar berakhir dan telah digambarkan dalam setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setelah satu materi pembahasan selesai diajarkan. Tujuan ini cenderung dikontrol hanya melalui nilai semata yang diperoleh setelah melaksanakan ulangan harian atau ujian. Secara umum, hampir sama tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah formal dengan Kamyabi Homeschool. Tujuan ini diambil dari indikator yang ada didalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Bedanya, pada keluarga pelaksana homechooling tujuan akhir dari pembelajaran tersebut adalah kemampuan anak untuk dapat mempraktekkan secara langsung apa yang telah dipelajarinya sedangkan pada sekolah formal tidak ada. Setelah pembelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, nilai bukanlah menjadi patokan utama dalam mengukur tercapainya tujuan pembelajaran,
akan
tetapi
kesadaran
peserta
didik
dalam
mengimplementasikan apa yang telah di ajarkan, baik pada bidang studi
66
lain maupun lingkungan sekitar. Hal ini diteruskan dengan adanya pengamatan yang dilakukan anggota keluarga dalam keseharian seperti berwudhu serta bersuci dari najis dan hadats, guna meningkatkan kesadaran spritual anak sebagai upaya mencapai pendidikan holistic untuk kehidupan. Keberhasilan baru dapat tercapai apabila terjadi perubahan dalam diri peserta didik yang tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan masyarakat sosial.
3. Kegiatan Pembelajaran Setelah melaksanakan pengamatan, penulis akan memaparkan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh keluarga sebagai pelaksana homeschooling tunggal, yaitu: a. Pendahuluan 1) Setelah
shalat
maghrib,
orang
tua
beserta
anaknya
mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran. 2) Untuk memperlancar proses belajar mengajar, orang tua memimpin doa yang di ikuti anaknya. 3) Orang tua mengkondisikan anaknya dan menanyakan tentang apa saja yang didapat sang anak pada materi sebelumnya (materi pertama). 4) Orang tua mengilustrasikan materi yang akan dipelajari dan tujuannya.
b. Kegiatan inti 1) Orang tua meminta anaknya untuk membuka ebook digital atau fotocopy yang telah disediakan pihak homeschooling untuk dibaca dan dianalisa. (Mengamati) 2) Orang tua memberikan pertanyaan kepada anak untuk ditemukan jawaban dari media internet yang ada, termasuk berinteraksi dengan teman – temannya di jejaring sosial. (Menanya)
67
3) Jawaban yang ditemukan oleh anak dari media internet harus dianalisa oleh anak dan disandingkan dengan apa yang telah dibaca dan dianalisanya. (Eksplorasi) 4) Orang tua mengarahkan jawaban anak agar dapat ditautkan atau dihubungkan jawabannya dengan lingkungan atau apa yang tengah terjadi. (Asosiasi) 5) Anak menyusun kesimpulan tentang materi yang dibahas dan kemudian dilengkapi oleh orang tua. Anak juga diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang belum dipahaminya. (Komunikasi)
c. Kegiatan penutup 1) Orang tua memberi penguatan materi dan meminta sang anak untuk menambahkan kesimpulan yang ada. 2) Orang tua meminta anaknya untuk mempraktekkan cara bersuci (berwudhu) yang baik sesuai dengan apa yang telah dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sholat Isya berjamaah.
Adapun alur kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam pada sekolah formal adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a 2) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. 3) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
68
b. Kegiatan Inti 1) Mengamati Peserta didik mengamati buku Pendidikan Agama Islam yang disediakan pihak sekolah 2) Menanya Guru mengajukan pertanyaan terkait materi bahasan kepada beberapa siswa 3) Eksperimen/Explore Guru
menjelaskan
dan
menyampaikan
materi
yang
berhubungan dengan bahasan. 4) Asosiasi Guru memberi gambaran tentang masalah yang terjadi dan kemudian menghubungkannya dengan materi pembahasan. 5) Komunikasi Guru mengajak siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuan diluar
c. Kegiatan Akhir 1) Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas pada pertemuan tersebut. 2) Guru memberi tugas siswa dari buku Pendidikan Agama Islam hal. 45-52 3) Doa dan salam
Pada keluarga pelaksana homeschooling, proses belajar mengajar berjalan dua arah (timbal balik) dan didominasi oleh keaktifan anak dalam menemukan apa yang telah dirumuskan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat dan disepakati bersama. Metode tanya jawab atau diskusi yang diterapkan oleh orang tua turut membuat anak lebih tertantang untuk menggali lebih dalam materi yang ingin diketahuinya. Diakhir pelajaran, kegiatan ditutup dengan praktek
69
berwudhu secara langsung guna mengukur pemahaman anak dalam bersuci (berwudhu). Orang tua mengamati dan memperbaiki cara berwudhu anak apabila kurang sempurna. Berbeda dengan apa yang terjadi disekolah formal. Kegiatan cenderung berjalan satu arah dimana guru mendominasi proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Dalam penyampaian materi, guru menggunakan metode ceramah dari awal hingga berakhirnya alokasi waktu yang ditentukan. Hal ini membuat banyak siswa mengalami kejenuhan dan bosan saat belajar Pendidikan Agama Islam. Tidak ada praktek setelah berakhirnya materi karena alokasi waktu yang terbatas. Kegiatan pembelajaran disini jauh dari pengertian sebuah hubungan timbal balik antara guru dan siswa. . 4. Sumber Belajar Adapun sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: a. Pendidik (pengajar) Orang tua atau anggota keluarga yang lain merupakan sumber informasi sebagai pendidik (pengajar). Namun tidak tertutup kemungkinan orang tua meminta pihak homeschooling untuk menyediakan tenaga khusus untuk materi tertentu. Sedangkan dalam sekolah formal, yang menjadi pendidik adalah guru bidang studi yang ditentukan pihak sekolah. b. Alat dan bahan pengajaran Alat dan bahan pengajaran pada homeschooling dengan jenis tunggal sifatnya sederhana seperti papan tulis dan perkakas lainnya. Bahan yang digunakan seperti Al-Qur’an, laptop, handphone dan ebook digital serta media internet yang ada dan disesuaikan dengan kondisi keluarga yang mengadakan homeschooling. Namun disekolah formal alat yang digunakan adalah papan tulis dan perkakas lain namun bahan yang digunakan terbatas pada buku pelajaran yang disediakan
70
sekolah. Beberapa sekolah formal tidak memfasilitasi peserta didik untuk menggunakan internet karena beberapa pertimbangan seperti konten dewasa, game dan sebagainya.22 c. Lingkungan Lingkungan juga termasuk dalam sumber belajar. Pada meteri tertentu, orang tua dapat meminta anaknya untuk mencari jawaban dari media internet bahkan berdiskusi dengan teman – temannya di jejaring sosial yang ada. Selain itu, anak bisa belajar di ruang perpustakaan yang disediakan pihak homeschooling. Jelas dalam hal ini homeschooling lebih memberi ruang sebebas – bebasnya bagi anak untuk menentukan sumber belajar, mulai dari siapa yang mengajarnya untuk bab atau mata pelajaran tertentu, hingga menentukan alat dan bahan dalam pembelajarannya sendiri. Berbeda dengan sekolah formal dimana siswa dibatasi dalam menemukan sumber belajar.
5. Materi Belajar Materi belajar Pendidikan Agama Islam untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama mencakup didalamnya aqidah, akhlak, ibadah dan sejarah Islam. Secara umum, materi belajar yang dilaksanakan dalam homeschooling tunggal dimana orang tua menjadi tutor atau pengajar harus mengikuti kurikulum (nasional) yang berlaku. Hal ini bertujuan agar anak memiliki kemampuan dan pemahaman yang sama terhadap peserta didik dari sekolah formal yang ada. Selain itu, meteri belajar khusus juga diterapkan. Hal ini di adaptasi dari islamic curriculum dan life skill curriculum yang disediakan oleh pihak
penyelenggara
homeschooling.
Islamic
curriculum
adalah
kurikulum berbasis Islam untuk menunjang sikap keberagamaan anak. Life skill curriculum adalah kurikulum yang bertujuan menunjang kemampuan anak untuk dapat bersaing melalui kemampuan dan keahlian 22
Hasil wawancara dengan orang tua penyelenggara homeschooling pada hari Kamis tanggal 23 Januari 2014.
71
yang ia senangi. Kedua kurikulum diatas bertujuan untuk menyiapkan anak yang berkompeten dengan sekolah formal yang ada.23 Dalam sekolah formal, materi belajar hanya berpusat pada kurikulum pendidikan agama Islam yang disediakan pemerintah pusat yang mencakup didalamnya aqidah, akhlak, ibadah dan sejarah Islam. Tidak ada materi belajar tambahan khusus mengingat keterbatasan alokasi waktu pembelajaran disekolah.
6. Metode Pembelajaran Metode merupakan cara penyampaian materi yang dilakukan orang tua. Pemilihan metode harus memperhatikan anak yang akan belajar. Metode pembelajaran harus menyenangkan, menarik dan bahkan membuat anak tertantang untuk lebih aktif dari orang tuanya. Beberapa metode yang umum diterapkan orang tua dalam mengajarkan materi Pendidikan Agama Islam adalah: a. Metode ceramah Metode ceramah adalah metode dimana penyampaian materi dilakukan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Biasanya metode ini hanya berjalan satu arah saja. Namun dalam pelaksanaan di homeschooling, orang tua tidak menguasai pembelajaran secara satu arah. Anak turut dilibatkan menyampaikan informasi dan materi layaknya sebagai seorang pendidik. b. Metode diskusi Metode diskusi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan menganalisis materi yang dipelajari. Karena jenis homeschooling ini adalah tunggal dan berada dirumah, anak dapat mendiskusikan hasil temuannya pada teman – teman yang ada pada jejaring sosial atau komunitas online yang ada. Selain dapat bersosialisasi, anak akan terbuka wawasannya atas argumen yang 23
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
72
diberikan respondennya. Tentunya hasil temuan itu harus di analisis kembali dan menjadi jawaban yang padu. c. Metode tanya jawab Metode tanya jawab merupakan metode dua arah untuk merangsang peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, orang tua lebih banyak menerima pertanyaan dari anak. Hal ini bertujuan agar anak tertantang untuk menggali apa saja yang ingin ia ketahui dari orang tuanya. Setelah mendapat penjelasan, si anak diharuskan membuat kesimpulan. d. Drill Metode drill diterapkan untuk materi pelajaran Al-Qur’an. Pada materi ini, orang tua atau tutor membaca beberapa potongan ayat dan kemudian anak menyimak serta mengikuti apa yang didengar. Tujuan dari metode ini adalah agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. e. Information Searching Metode information searching merupakan metode dimana anak harus mencari dan menemukan ide atau pokok materi yang akan dipelajari untuk ditarik kesimpulannya, bisa dari artikel dari internet ataupun buku – buku yang ada. Orang tua memberi kebebasan pada anak untuk mencari informasi yang dibutuhkan anak, tentunya fokus pencarian tertuju pada tujuan materi pembelajaran saat itu. Berbeda dengan apa yang terjadi disekolah formal. Guru lebih banyak menggunakan metode pembelajaran dalam bentuk ceramah. Tidak tepatnya penggunaan metode belajar dan cenderung monoton membuat gairah dan minat siswa yang belajar Pendidikan Agama Islam semakin berkurang. Beberapa alasan penggunaan metode ceramah oleh guru di sekolah formal diantaranya: a.
Kurangnya
pemahaman
dan
wawasan
guru
tentang
pembelajaran akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan.
metode
73
b.
Alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah untuk bidang studi pendidikan Agama yang tidak sebanding dengan jumlah siswa yang dihadapi.
7. Media Pembelajaran Setelah melakukan penelitian di lapangan, banyak media pembelajaran yang bisa dijadikan alternative dan dimanfaatkan oleh pelaksana
homeschooling.
Pemilihan
media
pembelajaran
turut
didiskusikan pada anak dan penetapannya berada di tangan orang tua dengan pertimbangan: a. Ada atau tidaknya media pembelajaran yang dimaksudkan anak b. Efektif atau tidaknya media pembelajaran yang dipilih anak. c. Mampu atau tidaknya orang tua atau keluarga mengoperasikannya. Untuk materi thaharah, selain buku bidang studi Pendidikan Agama Islam, orang tua menggunakan gambar atau poster tentang berwudhu, laptop untuk memvisualisasikan pada anak tentang tata cara thaharah melalui video/film, guna mempermudah tugas tutor dan menghadirkan suasana menyenangkan bagi anak. Umumnya disekolah formal yang ada, rata – rata media pembelajaran hanya terfokus pada buku pelajaran dan alat tulis saja. Hal ini akan berdampak pada antusias dan suasana menyenangkan yang sukar didapatkan
oleh
peserta
didik
dalam
proses
belajar,
ditengah
berkembangnya teknologi dan informasi di Indonesia yang turut dirasakan anak dalam kesehariannya.
8. Evaluasi dan Penilaian Evaluasi dan penilaian menjadi tolak ukur terhadap hasil pembelajaran seorang anak dan seberapa efektif metode serta media pembelajaran yang mereka pilih. Setiap bab pembahasan, orang tua harus mengadakan evaluasi sebelum masuk kedalam pembahasan materi baru. Hal ini bertujuan agar anak tidak mengalami kendala saat masuk pada
74
materi pembahasan baru, karena banyak bab yang saling berhubungan satu sama lain. Untuk evaluasi bidang kognitif, dilaksanakan ujian tertulis. Adapun soal yang dapat diberikan keluarga pelaksana homeschooling kepada peserta didik berasal dari: a. Soal – soal yang dibuat oleh pihak homeschooling24 b. Soal – soal yang dibuat langsung oleh orang tua ataupun keluarga. Soal evaluasi dibuat dalam bentuk quiz dan di unggah ke sebuah aplikasi bernama edmodo oleh orang tua atau keluarga. Aplikasi yang bisa di unduh dari Google PlayStore ini memuat berbagai jenis evaluasi,
mulai
dari
pilihan
ganda,
benar-salah
(true-false),
mencocokkan dan sebagainya. Evaluasi ini memiliki batas waktu dan jumlah soal yang dapat ditentukan sendiri oleh orang tua. Setiap pertanyaan yang dibuat, harus ditentukan pula jawabannya. Jawaban tersebut tidak akan diketahui oleh peserta didik hingga berakhir evaluasi tersebut. Melalui aplikasi ini, anak dapat mengetahui secara langsung hasil dari evaluasi yang dikerjakannya.
Gambar 1. Tampilan Edmodo saat pembuatan soal oleh orang tua
24
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
75
Untuk pelaksanaan ujian semester, penilaian dilakukan oleh pihak penyelenggara homeschooling. Diberikan dua alternative kepada anak, yaitu: a. Peserta didik datang ke homeschooling untuk ikut serta dalam pelaksanaan ujian sesuai waktu dan tempat yang telah di tentukan pihak homeschooling. b. Peserta didik melaksanakan ujian secara online dirumah dengan membuka website yang telah ditentukan dan dikerjakan secara individual tanpa melibatkan orang tua ataupun keluarga. Salah seorang utusan pihak homeschooling akan datang sebagai pengawas ujian. Ujian dengan sistem ini memiliki alokasi waktu yang akan berakhir dengan sendirinya apabila waktu ujian telah selesai. Setelah melaksanakan tes, penilaian untuk evaluasi harian dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga secara obyektif. Sedangkan untuk evaluasi tiap semester, penilaian dilakukan oleh pihak homeschooling dan hasilnya akan diberitahukan kepada keluarga pelaksana homeschooling. Ditegaskan oleh pihak homeschooling, nilai dalam bentuk angka ataupun huruf bukan patokan keberhasian. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu menerapkan apa yang sudah dipelajarinya dengan baik dan konsisten untuk terus melaksanakannya setiap waktu sebagai implementasi pendidikan sebagai pendidikan yang dilakukan secara terus menerus dan bekelanjutan.25 Untuk mengukur afektif (kemampuan) siswa, orang tua atau keluarga mengadakan ujian praktek setelah materi pembelajaran berakhir. Untuk bidang studi thaharah, diujikan praktek tentang berwudhu dan tayyamum. Adapun contoh penilaiannya adalah:
25
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said selaku Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
76
Nama Kelas/Smtr Praktek No
: : :
Azmi D. Putra VII/Genap Berwudhu Rukun Wudhu
1 2 3 4 5 6
SB
Penilaian B
C
Catatan
Niat Membasuh muka Membasuh tangan hingga siku Mengusap kepala Membasuh kaki hingga mata kaki Tertib
Rentang nilai : SB : 81 – 100
B : 71 – 80
C : <70
Tangerang, 20 februari 2014
Siti Chairunnisa
Gambar 2. Lembar penilaian kemampuan
Dan untuk mengetahui keberhasilan dari segi psikomotor (sikap), orang tua atau keluarga melakukan pengamatan secara tidak langsung agar anak tidak merasa diperhatikan dalam penilaian. Tujuannya agar benar – benar terlihat perubahan sikap setelah pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara nyata. Dalam sekolah formal, keterbatasan alokasi waktu pada sekolah formal yang hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam turut membuat penilaian dilakukan secara berkala (satu penilaian untuk dua atau tiga bab pembahasan) atau yang disebut ulangan harian yang dibuktikan dalam bentuk angka atau huruf. Tugas dalam bentuk latihan biasanya hanya diterima siswa apabila guru yang bersangkutan tidak hadir atau berhalangan. Hal ini tentu tidak memberi
gambaran
maksimal
dalam
mengukur
keberhasilan
pembelajaran peserta didik. Tidak ada kontrol terhadap evaluasi afektif dan psikomotor peserta didik setelah berakhirnya pembelajaran. Tidak ada
77
kontrol terhadap penilaian afektif dan psikomotor mengakibatkan evaluasi tidak berjalan dengan baik dan jauh dari harapan sistem pendidikan nasional itu sendiri.
9. Tindak Lanjut Hasil dari evaluasi dan penilaian diatas menjadi tindak lanjut yang harus dilakukan pihak keluarga dengan pelaksana homeschooling menuju pembelajaran yang lebih baik lagi. Tindak lanjut disini dapat berupa: a. Remedial dan pembinaan, dimana peserta didik yang tidak mampu memenuhi standar kelulusan baik dari segi kognitif dan afektif, diadakan evaluasi ulang. Dan apabila tidak terjadi perubahan sikap selama pengamatan, dilakukan pembinaan oleh orang tua dan keluarga. b. Evaluasi tutor atau pengajar, dimana akan ada diskusi siapa yang akan mengambil alih pengajaran apabila ditemukan kendala atau hasil yang tidak maksimal. Bisa saja peran orang tua sebagai tutor dalam hal ini berubah dan diambil alih oleh tutor yang disediakan pihak homeschooling. Hal ini berlaku sebaliknya. c. Evaluasi metode dan media pembelajaran, dimana orang tua dan anak berhak mengganti metode dan media pembelajaran. Hal ini harus di diskusikan oleh orang tua dan anak. d. Evaluasi jenis homeschooling, dimana setelah evaluasi melalui pengamatan yang dilakukan oleh orang tua dan pihak homeschooling, seorang anak yang menggunakan jenis homeschooling tunggal bisa dipindahkan ke jenis homeschooling lain seperti homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas apabila ditemukan masalah seperti lingkungan keluarga yang tidak menunjang pembelajaran dan sebagainya. Hal ini dilakukan semata – mata demi kemajuan sang anak.
78
Untuk evaluasi atau penilaian harian, tindak lanjut dilakukan oleh orang tua atau keluarga pelaksana homeschooling. Setelah melaksanakan evaluasi dan penilaian pada setiap pokok bahasan, tindak lanjut yang dilakukan pihak keluarga disesuaikan dengan kondisi peserta didik, seperti remedial test apabila hasil pembelajaran peserta didik tidak memenuhi standar kelulusan dan mengganti metode atau media pembelajaran apabila terdapat kendala selama pembelajaran berlangsung. Pada sekolah formal, tindak lanjut hanya dilakukan pada peserta didik dengan melakukan remedial test apabila tidak memenuhi standar kelulusan pada bidang kognitif. Tidak ada tindak lanjut untuk guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, baik dari segi media ataupun metode pembelajaran.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh keluarga yang memilih jenis homeschooling tunggal dari Kamyabi Homeschool berbeda dengan sekolah formal. Dalam prosesnya, orang tua dan keluarga terlibat langsung saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini berbeda dengan sekolah formal dimana orang tua atau keluarga tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran peserta didik. Keberadaan homeschooling memberi ruang pada anak untuk ikut merancang pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan agar tidak ada hambatan dalam proses pembelajaran, mulai dari menentukan metode dan media pembelajaran, tutor/pengajar pada setiap bidang studi hingga jenis tes evaluasi
dan
penilaian.
Sifat
demokratis
dalam
menyusun
proses
pembelajaran inilah yang sukar ditemui disekolah formal. Tidak ada perbedaan antara materi ajar Pendidikan Agama Islam di homeschooling dengan sekolah formal, karena keduanya sama – sama mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Kependidikan. Bahkan, di homeschooling, untuk pendidikan Agama Islam, dimuat beberapa bidang studi penunjang seperti bahasa Arab dan sebagainya. Keberhasilan pembelajaran di homeschooling ditentukan oleh sikap dan tanggung jawab orang tua dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana kegiatan homeschooling dengan jenis tunggal. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut, perlu diadakan evaluasi baik secara tertulis maupun pengamatan yang dilakukan secara berkala. Hasil evaluasi menjadi tindak lanjut dan bahan diskusi antara pihak keluarga pelaksana dengan Kamyabi Homeschool, seperti apakah terdapat kesesuaian antara tutor/pengajar dengan bidang studi yang diajarkan, metode dan media pembelajaran, bahkan menjadi pertimbangan apakah peserta didik cocok dengan jenis homeschooling yang dipilih keluarga.
79
80
B. Saran Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan: 1. Untuk penyelenggara, Kamyabi Homeschool. Lebih meningkatkan layanan informasi yang jelas dan lengkap mengenai homeschooling yang didirikan, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta terus berupaya memperbaiki segala kekurangan dalam penyelanggaraan Kamyabi Homeschool untuk pendidikan alternative yang lebih baik lagi. 2. Untuk keluarga pelaksana Homeschooling Anak terus dilibatkan secara aktif dalam setiap pembelajaran kedepannya. Memilih guru/tutor yang benar – benar mampu dan kompeten di bidangnya, metode dan media yang mudah dan menyenangkan guna mendapatkan hasil yang maksimal bagi pembelajaran anak. 3. Untuk tamatan/alumni mahasiswa Pendidikan Agama Islam Moral dan akhlak bangsa merupakan bagian dari tanggung jawab tamatan/alumni jurusan Pendidikan Agama Islam. Adalah kewajiban kita bersama untuk berpartisipasi dan bahkan ikut menyelenggarakan pendidikan
alternatif
seperti
homeschooling
agar
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menjadi lebih menyenangkan dan tidak kalah saing dengan bidang studi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta : Departemen Agama RI, 2003. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993. Daradjad, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi aksara, 2004. Daradjad, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1995 Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. Ponorogo: STAIN Press. 2006 Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009. Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005. Ibrahim, R dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineke Cipta, 2003. Kho, Loy. Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling. (Yogyakarta: Kansius, 2008. Komariah, Yayah. Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative. Jakarta: Sakura Publishing, 2007. Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Mujib, Abdul dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan Kerangka Dasar Operasionalusasi. Bandung; Tri Genda Karya, 1993. Munadi, Yudi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press, 2008. Rachman, Arief. Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007. Robert. A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga, 2005. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta : Quantum teaching, 2005. Sabri. M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta, 2006.
81
82
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Soebahar, Abdul Halim. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta, 2011. Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008. Yunus, Muhammad. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1992.
DAFTAR REFERENSI
Nama
: DRIFAL
NIM
: 1110011000030
Judul Skripsi : SISTEM ISLAM
PEMBELAJARAN PADA
PENDIDIKAN
KAMYABI
AGAMA
HOMESCHOOL
TANGERANG. (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal)
Nomor No
Bab
1.
I
Referensi
Footnote 1
Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 4
2
Muhammad Mulyadi. Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif. http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Januari, 2005. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB)
3
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 6
4
Muhammad Mulyadi. Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif. http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Januari, 2005. Diakses pada
Paraf
tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB 5
Pormadi Simbolon. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif. http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis pada 12 Nopember, 2007. Diakses 25 Juni 2013, pukul 19.30 WIB)
6
Sumardiono. Homeschooling. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo.2007), hal. 57
7
Robert. A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 6
8
Anwar Arifin. Baru
Memahami Paradigma
Pendidikan
Nasional
Undang-Undang Sisdiknas,
Dalam
(Jakarta :
Departemen Agama RI, 2003), hal. 4 9
Arief Rachman. Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007), hal. 7
10
MGMP PAI. http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00 WIB)
11
MGMP PAI. http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.40 WIB)
12
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014.
2.
II
1
Muhaimin. Pendidikan
Wacana Islam.
Pengembangan (Jakarta:
Pustaka
Pelajar, 2003), hal. 82 2
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal. 231
3
M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 56
4
M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 10
5
Abdul Halim Soebahar. Wawasan Baru Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 1
6
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 10
7
Mahmud
Yunus.
Pendidikan
Agama.
Metodik (Jakarta
Khusus :
PT.
Hidakarya Agung, 1992), hal. 13 8
Zakiah
Daradjad.
Metodik
Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 172 9
Abdul Mujib dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan Kerangka
Dasar
Operasionalusasi.
(Bandung; Tri Genda Karya, 1993), hal. 161 10
http://sitikhadijahibrahim.blogspot.com/20 13/08/tujuan-dan-ruang-lingkup-
pendidikan_12.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 18.15 WIB. 11
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung:
PT.
Remaja
RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 132-133 12
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung:
PT.
Remaja
RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 133 – 136 13
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung:
PT.
Remaja
RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 137-138 14
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung:
PT.
Remaja
RosdaKarya,
2008), cet ke-14, hal. 139 15
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media, 2007), hal. 126
16
Syaiful
Sagala.
Konsep
dan
Makna
Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. Ke-IV, hal. 222 17
Syaiful
Sagala.
Konsep
dan
Makna
Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. Ke-IV, hal. 201 18
Pormadi Simbolon. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif. http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis pada 12 Nopember, 2007. Diakses 30 Juni 2013, pukul 19.30 WIB)
19
Ahsin
AW.
Cara
Efektif
Mengelola
Homeschooling. (Jurnal Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang), diakses pada 10 Oktober 2013, pukul 13.10 WIB. 20
Yayah Komariah. Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative. (Jakarta: Sakura Publishing, 2007), hal. 6
21
Direktorat
Jendral
Pendidikan
Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga. Undang – Undang
Republik
Indonesia.
(Jakarta,
1992), hal. 61 22
Loy
Kho.
Seputar
Secangkir
Kopi:
Homeschooling.
Obrolan
(Yogyakarta:
Kansius, 2008), hal. 243-244. 23
Direktorat Pend. Kesetaraan. (Komunitas Homeschooling
Sebagai
Pendidikan
Kesetaraan, Jakarta, 2006), hal. 12 24
Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar. (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62-66
25
Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar. (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62
3.
III
1
Sugiyono. Kombinasi
Metode (Mixed
Penelitian Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 13 2
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. (Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993), cet ke9, hal. 102
3
Sugiyono.
Metode
Kombinasi
Penelitian
(Mixed
Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 316 4
Sugiyono.
Metode
Kombinasi
Penelitian
(Mixed
Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 326 5
Sugiyono.
Metode
Kombinasi
Penelitian
(Mixed
Method).
(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 333 4.
IV
1
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014.
2
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014.
3
http://www.kamyabihomeschool.com/visidan-misi.html (Diakses pada tanggal 6 Januari 2014, pukul 22.15 WIB)
4
Data dari arsip Kamyabi Homeschooling bagian administrasi
5
http://okemat.blogspot.com/2012/kumpula n-permendiknas-undang-undang-dan.html (Diakses pada tanggal 20 Maret 2014, pukul 09.00 WIB)
6
Yudi
Munadi.
Media
Pembelajaran
Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 65 7
M. Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Direktorat
Kebudayaan
Islam,
(Jakarta:
Jenderal
Pendidikan
Islam
Departemen Agama RI, 2009), hal. 166167 8
Yudi
Munadi.
Media
Pembelajaran
Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 68 9
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V, hal. 86
10
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V, hal. 32
11
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V, hal. 33
12
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co m/2013/11/standar-proses-pembelajarankurikulum.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 04.34 WIB)
13
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008), hal. 173
14
R.
Ibrahim
dan
Nana
Syaodih.
Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineke Cipta, 2003), hal. 102 15
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 147
16
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 148
17
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. (Jakarta : Quantum teaching, 2005), hal. 52-53
18
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008), hal. 171
19
Suharsimi
Arikunto. Dasar
–
Dasar
Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 3 20
Fuadi A. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo: STAIN Press. 2006), hal. 213
21
Hasil
wawancara
dengan
orang
tua
penyelenggara homeschooling pada hari Kamis tanggal 23 Januari 2014 22
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
23
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
24
Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling pada tanggal 5 Januari 2014
Diketahui, Dosen Pembimbing
Dr. Dimyati, M.Ag NIP. 19640704 199303 1 003
BERITA WAWANCARA 1
Nama
: H. Abdul Halim Said
Jabatan
: Founder (Pendiri Kamyabi Homeschooling)
Hari/Tanggal : Minggu / 5 Januari 2014 Tempat
1.
: Masjid Darul Ishlah (Student Center)
Pertanyaan :
Apa maksud atau makna dari Kamyabi itu?
Jawaban
Kata
:
Kamyabi
diterjemahkan
berasal ke
bahasa
dari
bahasa
Arab
urdu.
berarti
Jika
An-Najah
sedangkan dalam bahasa Inggris berarti success. Jadi arti Kamyabi dalam bahasa Indonesia adalah Sukses. Maksudnya
adalah
sukses
dalam
menjalankan
pendidikan, terutama pendidikan Agama Islam dan umum lainnya.
2.
Pertanyaan :
Sudah berapa lama Kamyabi Homeschooling ini berdiri?
Jawaban
Lebih kurang 8 (delapan tahun). Berdiri pada 31 Oktober
:
2005
3.
4.
Pertanyaan :
Siapa pencetus dan pendiri Kamyabi Homeschooling ini?
Jawaban
Saya sendiri (H. Abdul Halim Said) dan istri
:
Pertanyaan :
Apa alasan anda mendirikan Homeschooling ini?
Jawaban
1. Keprihatinan terhadap sikap siswa dalam merayakan
:
kelulusan mereka dengan mencoret pakaian sebagai bentuk ungkapan senang. Hal ini yang membuat Pendidikan Agama Islam pada siswa hancur setelah dibangun selama 3 (tiga) tahun lamanya.
2. Moral siswa yang semakin hari semakin merosot karena tidak ada pengawasan dari orang tua atau orang tua merasa lepas tangan dalam pendidikan formal yang dilakukan anaknya. 3. Pendidikan Agama Islam mulai terpinggirkan dengan bertambahnya alokasi waktu pendidikan umum lainnya. 4. Sistem hukuman yang diberikan lembaga pendidikan formal cenderung disama-ratakan tanpa memahami alasan yang terjadi pada si anak. Contohnya hukuman skorsing pada anak yang rumahnya jauh dan jalanan yang macet (jarak sekolah yang jauh) dengan skorsing pada anak yang rumahnya dekat dan bangun kesiangan. 5. Bakat dan minat serta pola belajar anak yang berbeda. Hal ini tidak dapat mereka kembangkan di sekolah formal yang menganggap sama semua siswa. 6. Setelah menggali literatur Islam dalam pendidikan, ternyata nabi Muhammad telah menerapkan sistem pendidikan yang serupa dengan homeschooling. 7. Kembali mengajak orang tua atau keluarga untuk ikut berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam pendidikan anak atau anggota keluarganya. Seperti yang banyak kita ketahui, orang tua atau keluarga adalah pendidik pertama dalam kehidupan anak atau anggota keluarga lainnya.
Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan formal diatas, dapat diselesaikan dengan mewujudkan alternatif pendidikan yang disebut homeschooling. Dalam pendidikan ini, anak merasa bebas dan berhak
menentukan
pendidikan
yang
menyenangkan
baginya. Mulai dari pemilihan lokasi belajar, waktu (alokasi) belajar, metode hingga proses belajar mengajar, termasuk memilih guru yang ia senangi untuk semua mata pelajaran, terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Bila homeschooling dilaksanakan dengan serius, maka kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik 8. 5.
Pertanyaan :
Hambatan apa saja yang anda alami saat mendirikan homeschooling ini?
Jawaban
:
Hambatan yang saya alami hanya terbatas pada beberapa orang yang belum memahami homeschooling itu sendiri. Selain
itu
masih
kurangnya
promosi
tentang
homeschooling ini. Namun semuanya masih bisa diatasi dengan baik.
6.
Pertanyaan :
Apa keunggulan yang ada di homeschooling ini?
Jawaban
1. Anak berhak dan bebas menentukan metode dan cara
:
belajar yang dianggapnya menyenangkan tanpa mengurangi esensi dari materi yang di ajarkan nantinya. 2. Anak bebas mempelajari dan mendalami apa yang ia inginkan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Nantinya mereka akan dikelompokkan pula pada komunitas yang sama dengan minta dan bakat mereka sehingga tidak ada kesan jenuh dalam lingkungan belajar mereka. Tidak lupa pendidik menanamkan nilai – nilai Agama Islam dalam setiap pembelajaran, baik itu matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan sebagainya.
3. Memberi kebebasan anak untuk menentukan belajar dimana dan dengan siapa mereka belajar. Hal inilah yang
membuat
siswa
merasa
dihargai
dalam
menentukan pendidikan. 4. Memberikan waktu luang yang lebih banyak bagi siswa. Banyak pendiri homeschooling yang tidak mengerti dengan lembaga pendidikan yang mereka dirikan. Menentukan alokasi waktu sendiri, tempat belajar sendiri, dan tutor sendiri tanpa melibatkan siswa yang akan ber-homeschooling disana. Hal ini tidak ubahnya dengan pendidikan formal lainnya.
7.
Pertanyaan :
Jenis homeschooling apa saja yang ada pada lembaga ini?
Jawaban
Ada tiga jenis homeschooling yaitu:
:
1. Homeschooling tunggal Disini anak akan belajar dirumah dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Dengan hadirnya berbagai peralatan multimedia dan internet yang tidak terbendung sekarang ini maka cara belajar anak pun menjadi mudah, karena semua materi pelajaran dan tugas dapat dibuka di smartphone, tablet, ipad maupun laptop yang tersambung dengan internet. Bahkan tidak tertutup kemungkinan anak-anak dapat bekerja secara mandiri atau berkelompok di desktop atau peralatan multimedia lainnya. 2. Homeschooling tutor visiting Pihak kami (homeschooling) mengirimkan tutor untuk melakukan proses belajar mengajar bersama anak. 3. Student Visit Murid dapat berkunjung ke kelas sekolah di Kamyabi
Homeschool untuk melaksanakan proses belajar mengajar 4. Komunitas Murid dapat membentuk komunitas berdasarkan materi pelajaran, peringkat kelas, kerja sebuah proyek, dan sebagainya.
8.
Pertanyaan :
Dari jenis homeschooling yang ada, manakah yang paling banyak diminati masyarakat?
Jawaban
:
Dari awal berdiri hingga sekarang (tahun 2014), homeschooling tungggal lebih banyak diminati oleh orang tua dan anaknya. Alokasi waktu yang fleksibel, metode yang disepakati dan sistem pengajaran membuat anak mereka merasa nyaman. Media yang ada serta jadwal bertemu (untuk materi khusus) membuat mereka juga dapat bertemu dengan teman – teman dan beraktivitas serta berinteraksi sosial dengan positif. Bahkan ada salah satu murid kami yang bernama Shafiyah yang sekarang menetap di Bahrain. Orang tuanya menginginkan ijazah pendidikan Indonesia karena nantinya mereka akan kembali menetap di Indonesia.
9.
Pertanyaan :
Apakah ada pelajaran Pendidikan Agama disini?
Jawaban
Ya. Akar dari merosotnya moral anak bangsa adalah
:
pendidikan Agama di ajarkan setengah – setengah tanpa ada implementasi dan evaluasi. Akhir – akhir ini, Pendidikan agama hanya sekedar teori layaknya pelajaran umum lainnya. Kami selalu mengajarkan pendidikan Agama Islam secara khusus dan tetap memasukkan nilai – nilai ajaran agama Islam pada saat anak belajar materi bidang studi lainnya.
10. Pertanyaan : Jawaban
:
Berapa kali materi Pendidikan Agama Islam diajarkan? Setiap jenis homeschooling yang ada memiliki waktu yang berbeda untuk belajar agama Islam. Untuk materi khusus (praktek) Agama Islam, kita mengalokasikan tiga hari untuk mereka pilih salah satunya yaitu selasa, kamis, dan sabtu mulai pukul 15.30 sampai selesai.
11. Pertanyan
:
Apakah ada materi lain untuk menunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban
:
Ada. Beberapa diantaranya seperti program pesantren kilat, hafalan Qur’an, hadits, deeniyah, nahwu, sharaf, dan sebagainya. Program ini tentunya ditentukan dengan jenjang atau tingkat pendidikan mereka.
12. Pertanyaan :
Bagaimana
dengan
kurikulum
yang
ada
di
homeschooling ini? Jawaban
:
Kurikulum mengikuti kurikulum yang ada di Indonesia dengan tetap mengutamakan nilai – nilai agama di dalamnya.
13
Pertanyaan :
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di homeschooling dimana orang tua atau keluarga sebagai pelaksana atau tutor?
Jawaban
:
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di homeschooling yang dilakukan oleh keluarga hampir sama dengan sekolah formal yang ada. Mereka (keluarga) harus membuat RPP sebegai bentuk kesiapan dalam memulai pembelajaran. Setiap alokasi waktu (jadwal pembelajaran) disesuaikan dengan keadaan anak dan karakteristik mereka. Keluarga tentu mengetahui mana
yang terbaik untuk anggota keluarganya. Pemilihan pemateri/tutor juga diserahkan sepenuhnya kepada keluarga. Bisa saja semua pelajaran di ambil alih oleh anggota keluarga (bila memiliki kesanggupan) atau melibatkan pihak luar
(guru privat) mengajarkan
anaknya. Untuk proses kegiatan pembelajaran sendiri, siswa lebih dituntut untuk berperan aktif daripada orang tua yang hanya pemberi umpan (rangsangan). Hal ini bertujuan agar keberhasilan pembelajaran tidak hanya diukur dari nilai saja akan tetapi juga meliputi penerapan (praktik) menyeluruh dan berkelanjutan dari pembelajan yang telah dilaksanakan. Itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah pembelajaran (penerapan).
BERITA WAWANCARA 2
Nama
: Siti Chairunnisa
Jabatan
: Orang Tua Pelaksana Homeschooling
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Januari 2014 Tempat
: Rumah Pribadi
1. Pertanyaan : Jawaban
:
Apa alasan anda memilih homeschooling untuk anak? Alasan utama saya memilih homeschooling sebagai tempat pendidikan anak adalah karena orang tua yang tugasnya sebagai pendidik utama terhadap anak anaknya. Saya ingin ikut berpartisipasi dan menikmati secara langsung dalam pendidikan anak, memastikan anak tumbuh secara normal, sehat jasmaninya, rohani, intelektual, dan mental.
2. Pertanyaan : Jawaban
:
Adakah alasan lain? Mungkin hampir sama dengan alasan para orang tua yang menyelenggarakan Pergaulan
homeschooling
disekolah
yang
saya
untuk
anaknya.
lihat
semakin
mengkhawatirkan seperti tawuran, obat – obat terlarang bahkan asusila membuat saya cemas dengan kembangtumbuh anak. Alasan lain, saya memahami betul karakteristik belajar anak yang sukar ditemukan disekolah formal, seperti senang belajar dalam keadaaan santai sambil mendengarkan musik. Lokasi sekolah formal yang jauh dari rumah juga turut menjadi pertimbangan. Saya juga tidak ingin anak terjebak pada paradigma bahwa belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan ijazah
3. Pertanyaan :
Siapa
yang
menjadi
pemateri/tutor
dalam
homeschooling? Jawaban
:
Semua anggota keluarga yang dirasa mampu. Setiap bidang studi dipegang oleh salah satu anggota keluarga kecuali IPA yang kami mendatangkan guru dari luar.
4. Pertanyaan :
Siapa yang menjadi pemateri/tutor untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban
:
Tetap anggota keluarga. Lebih dominan adalah saya sebagai ibunya. Tapi untuk beberapa bab tertentu, pemateri adalah ayahnya atau kakak.
5. Pertanyaan : Jawaban
:
Bagaimana dengan penyusunan RPP? RPP sedikit-banyak kami ambil dari RPP yang sudah ada di internet dengan melakukan perubahan didalamnya. Perubahan itu dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi anak serta pemateri/tutor. Karena yang belajar adalah anak, saya melibatkan mereka dalam perubahan dan penyusunan RPP.
6. Pertanyaan :
Kapan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawab
:
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai setelah sholat Maghrib, sekitar 75 Menit untuk setiap pertemuan. Dimulai pukul 18.15 hingga 19.30 WIB.
7. Pertanyaan :
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawab
:
Sama seperti sekolah formal. Hanya saja, disini anak dituntut untuk aktif menggali apa yang ia mau (indikator). Jika kompetensi dasar belum tercapai dari yang anak
kemukakan
(melalui
indikator),
pemateri/tutor
melengkapinya. Intinya saya ingin membuat setiap pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Saya juga memfasilitasi pembelajaran anak dengan multimedia dan media internet. Fasilitas ini yang sukar ditemukan oleh anak saya sebelumnya karena beberapa sekolah
formal
tidak
memfasilitasi
anak
untuk
menggunakan internet karena beberapa pertimbangan seperti konten dewasa, game dan sebagainya
8. Pertanyaan :
Tidakkah anda khawatir dengan aspek sosial (pergaulan) anak yang melaksanakan homeschooling?
Jawaban
:
Insya Allah tidak. Homeschooling bukanlah penjara bagi anak. Anak, saya beri kebebasan untuk bersosialisasi dengan siapapun, baik dalam dunia maya, tempat les ataupun lingkungan sekitar. Tentu semua itu tetap dalam pengawasan anggota keluarga tanpa mereka merasa diawasi. Inilah yang tidak didapat anak dalam sekolah formal (pengawasan dari guru)
9. Pertanyaan :
Bagaimana hasil pembelajaran yang anda lihat dari anak?
Jawaban
Hasil belajar anak untuk semester ini dikategorikan baik.
:
Tumbuh kembangnya pun dapat saya awasi dengan baik. Aspek sosialnya pun saya rasa tidak ada masalah karena anak masih dapat bergaul dengan banyak teman yang ada dilingkungannya.
TAMPILAN APLIKASI EDMODO
Proses Pembuatan Soal dan Kunci Jawaban