PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: M. SYUKRI GHOZALI NIM: 109011000122
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK
M
Syukri
Ghozali
(NIM:
109011000122).
Pengaruh
Kreativitas
Guru
Dalam
Meningkatkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Ciputat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Sekolah yang dipilih adalam SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang diteliti yaitu Pengaruh Kreativitas Guru sebagai variable bebas (X) dan peningkatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa sebagai variable terikat (Y). penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif. Sedangkan teknik Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan daftar pertanyaan (angket). Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dengan Tanya jawab, sedangkan angket diberikan kepada siswa. Sebanyak 30 item pertanyaan pada angket untuk masing-masing variabel dibagikan kepada 30 siswa kelas VIII, jawaban angket tersebut dihitung dengan rumus persentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Selanjutnya penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus product moment. Hal ini untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebut. Sedangkan untuk mengetahui keeratan hubungan kedua variabel tersebut penulis menggunakan rumus koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel X (kreativitas Guru) dan variabel Y (peningkatan pembelajaran Pendidikan agama Islam) adalah sebesar 0.889. Ternyata (0.889) jumlahnya lebih besar dari “r” tabel yang besarnya 0.361 dan 0.463. karena lebih besar dari “r” tabel, maka hipotesa alternative (Ha) diterima dan Ho ditolak. Ini berarti terdapat korelasi yang positif antara kreativitas guru dengan pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa. Korelasi tersebut dikategorikan korelasi yang tinggi karena korelasinya berada antara 0.70 – 0.90. Berdasarkan tingkat keeratan kedua variabel, maka dapat diketahui koefisien determinasi sebesar 79.03%. Artinya kreativitas guru berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Ciputat. Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung (0,889) > nilai t tabel (0,361), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kreativitas guru dalam meningkatkan pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
Kata kunci
: Kreativitas Guru dan Pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa
iii
ABSTRACT
M Syukri Ghozali (NIM: 109 011 000 122). Teacher Creativity influence in Improving Learning of Islamic Education in SMP Negeri 3 Ciputat South Tangerang City. This study aims to investigate the Influence of Teachers in Improving Learning Creativity Islamic Religious Education, Schools are chosen adalam SMP Negeri 3 South Tangerang. In this study, there are two variables studied were Influence Teacher Creativity as an independent variable (X) and increase student learning Islamic education as the dependent variable (Y). This is a descriptive study with quantitative methods. While engineering data was collected through interviews and questionnaires (questionnaire). Interviews were conducted with principals and teachers of Islamic education with a question and answer, while the questionnaire given to students. A total of 30 items of questions on the questionnaire for each variable were distributed to 30 students of class VIII, the answers to the questionnaire are calculated by a formula percentage is then processed and described descriptively. Furthermore, the authors calculate both variables using a formula of product moment. This is to determine the level of correlation between the two variables. As for knowing the relationship between the two variables is the author using the formula coefficient of determination. The results showed that the rate of correlation between variables X (creativity Guru) and Y (increase learning Islamic religious education) is equal to 0.889. Turns r_xy (0889) amount is greater than "r" magnitude tables 0361 and 0463. r_xy greater because of the "r" table, then the alternative hypothesis (Ha) Ho accepted and rejected. This means that there is a positive correlation between the creativity of teachers with teaching Islamic religious education students. Correlation is categorized as a high correlation because the correlation is between 0.70 - 0.90. Based on the level of closeness of the two variables, it can be seen determination coefficient of 79.03%. That is the creativity of teachers affect the improvement of learning Islamic religious education students at SMP Negeri 3 Ciputat South Tangerang City. From the test results obtained by value t t (0.889)> t table (0.361), then Ho is rejected and Hi accepted. Thus the results of this study concluded that there are positive influence between the creativity of teachers to improve the teaching of Islamic religious education in the eighth grade students of SMP Negeri 3 South Tangerang City.
Keywords: Creativity Teachers and students of Islamic religion Education Learning
iv
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul ” Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Marhamah Saleh Lc. Ma. Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam, beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 3. Bahrissalim, M.Ag, Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya. 4. Orang tua, yang selalu penulis banggakan Bapak Abdul Rozak dan Ibu Fatimah yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. i
5. H. Maryono, SE.M.M.Pd, Kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 6. Guru PAI yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia menjadi subjek penelitian ini. 7. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini. 8. Siswa-siswi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan khususnya kelas VIII yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009, kelas C . Terimakasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya. 10. Teman-teman kost yang selalu menemani penulis baik dalam suka maupun duka. 11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta perhatian yang luar biasa. Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini, mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.
Jakarta, 13 Januari 2015
Penulis M. Syukri Ghozali
ii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...............................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
ABSTRACT ....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ................................................................
8
D. Perumusan Masalah .................................................................
9
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
9
KAJIAN TEORI ..........................................................................
10
A. Kreativitas Guru .......................................................................
10
1. Pengertian Kreativitas ........................................................
10
2. Ciri-ciri Kreativitas ............................................................
12
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas .................
13
4. Pengertian Guru .................................................................
15
5. Karakteristik Guru Kreatif .................................................
16
6. Peranan Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ..........
17
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...................................
20
1. Pengertian Pembelajaran ....................................................
20
2. Teori-teori Pembelajaran ....................................................
23
iii
BAB III
BAB IV
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam..................................
24
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ........................................
26
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................................
27
6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ..........................
29
7. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Didik .
30
C. Penelitian yang Relevan ...........................................................
31
D. Kerangka Berfikir.....................................................................
33
E. Hipotesis Penelitian..................................................................
33
METODOLOGI PENELITIAN .................................................
34
A. Metode Penelitian.....................................................................
34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
34
C. Variabel Penelitian ...................................................................
34
D. Populasi dan Sampel ................................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
35
F. Instrumen Penelitian.................................................................
37
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .....................................
39
H. Hipotesis Statistik ....................................................................
44
HASIL PENELITIAN .................................................................
45
A. Profil Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ....................
45
1. Identitas SMP Negeri 3 Tangerang Selatan .......................
45
2. Sejarah Singkat SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ............
45
3. Kepala Sekolah dari Masa ke Masa ...................................
46
4. Visi, Misi dan Strategi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan .
47
5. Data Jumlah Kelas, Rombel dan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015...........................................................................
47
6. Jenjang Pendidikan Data Jumlah Guru dan Status Guru ...
48
7. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ...
49
8. Model Kreativitas Guru PAI Di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ................................................................................
iv
53
B. Pengaruh Kreativitas Guru PAI Terhadap Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3
BAB V
Tangerang Selatan ...................................................................
55
1. Deskripsi Data ....................................................................
55
a. Kreativitas Guru PAI....................................................
56
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.......................
62
c. Hasil Uji Instrumen Penelitian .....................................
64
d. Analisis Data ................................................................
66
e. Interpretasi Data ...........................................................
68
f. Pembahasan Tentang Temuan Penelitian.....................
71
PENUTUP .....................................................................................
73
A. Kesimpulan ..............................................................................
73
B. Saran ........................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Guru .............................................
37
Tabel 3.2 Kategori Reliabilitas.......................................................................
39
Tabel 3.3 Pengukuran Secara Deskriptif ........................................................
40
Tabel 3.4 Penilaian Analisis Mean Angket Kreativitas Guru ........................
41
Tabel 3.5 Penilaian Analisis Mean Hasil Pembelajaran PAI Siswa ..............
42
Tabel 3.6 Interpretasi Data .............................................................................
43
Tabel 4.1 Kepala Sekolah dari Masa ke Masa ...............................................
46
Tabel 4.2 Data Jumlah Kelas, Rombel dan Siswa Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ................................................................................................
47
Tabel 4.3 Jenjang Pendidikan Data Jumlah Guru dan Status Guru ...............
48
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ...............
49
Tabel 4.5 Tabel Variabel X Kreativitas Guru ................................................
56
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tentang Pengaruh Kreativitas Guru Dari 30 Responden ......................................................................................
60
Tabel 4.7 Kualifikasi Tingkat Kreativitas Guru .............................................
62
Tabel 4.8 Nilai Ulangan Semester I Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Tangerang Selatan ..........................................................................
62
Tabel 4.9 Uji Validitas Instrumen Kreativitas Guru ......................................
64
Tabel 4.10 Reliability Statistics .......................................................................
66
Tabel 4.11 Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y .............................................................
66
Tabel 4.12 Interpretasi Data .............................................................................
69
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Angket Kreativitas Guru PAI
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas angket Kreativitas Gurru PAI
Lampiran 3
Tabel Nilai r
Lampiran 4
Pedoman Wawancara
Lampiran 5
Hasil Wawancara
Lampiran 6
Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 8
Uji Referensi
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, pendidikan semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama Pendidikan Agama Islam yang diharapkan makin memperkuat landasan spiritual, moral, dan etik dalam perkembangan zaman yang semakin modern, yang ditandai dengan kemajuan IPTEK dan informasi seperti zaman sekarang. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan yang sangat penting. Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan
generasi
demi
generasi
sejalan
dengan
tuntutan
kemajuan
masyarakatnya. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa besar perhatian bangsa tersebut terhadap pendidikan. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran di sekolah yang mencakup al-Qur’an dan al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, serta perwujudan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, dengan makhluk lainnya maupun lingkungannya. Namun lebih dari sekedar itu, Pendidikan Agama Islam merupakan penanaman nilai-nilai keislaman dalam diri peserta didik dan memiliki tugas kepada peserta didik sebagai pedoman hidup bagi mereka. Indikatornya adalah mereka mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai wujud dari syiar Islam. Tidak hanya pedoman hidup dalam beribadah secara normatif, namun juga pedoman hidup dalam menghadapi permasalahan kehidupan yang semakin dinamis. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an.
1
2
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 1 (Q.S. alMujadilah: 11) Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab “.2 Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) masih dirasa sulit menemukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang 1
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan), h. 793. 2 Undang-undang Guru dan Dosen UU RI No.14 Th.2005, (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 3. .
3
bersangkutan,
yang
tentunya
semakin
memperkarya
khazanah
model
pembelajaran yang telah ada. Perekayasaan proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya pendekatan pembelajaran untuk siswa pandai harus berbeda dengan kegiatan siswa berkemampuan sedang atau kurang walaupun untuk memahami konsep yang sama, karena siswa mempunyai keunikan masingmasing. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.3 Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Perlu penulis tegaskan di sini bahwa ukuran berkualitas atau tidaknya suatu pembelajaran adalah relatif, karena tolak ukur yang digunakan terus menerus akan senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan tantangan era atau zaman. Bisa jadi suatu saat tolak ukur keberhasilan sebuah pembelajaran adalah apabila dalam proses pembelajaran seorang guru menggunakan teknologi canggih, namun kemudian hari timbul antitesis tentang pernyataan tersebut sehingga terjadilah perubahan tolak ukur tersebut. Kompetensi pendidik mempengaruhi kualitas pembelajaran karena pendidik yang bertugas membangun interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan peserta didik dengan sumber belajar. Dengan asumsi, bahwa pendidik adalah penanggung jawab dan teladan berhidup bagi murid-muridnya dalam proses pembelajaran. Di sisi lain kualitas dan profesionalitas guru juga penting karena bagaimanapun bagusnya dan lengkapnya strategi/metode, sarana prasarana, tujuan pembelajaran, dan canggihnya teknologi pembelajaran jika tidak diimbangi dengan kualitas guru yang mumpuni maka hal tersebut akan tidak memiliki efek yang signifikan bagi kualitas pembelajaran. Pengaruh faktor guru dalam pembelajaran merupakan komponen penting dalam mempengaruhi kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Agama Islam tanpa pendampingan
3
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 105-106.
4
guru atau guru hanya duduk diam di dalam kelas serta hanya memberikan perintah atau tugas saja tanpa memberikan materi pendalaman yang bersifat wawasan, aplikatif, dan menciptakan suasana pembelajaran yang canggih maka bisa menyebabkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya berhenti pada aspek kognitif saja. Padahal Pendidikan Agama Islam merupakan ajaran dan pedoman hidup untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat yang harus dilaksanakan bagi setiap siswa dengan sadar, mandiri, dan konsisten dalam beribadah serta dinamis dalam mengembangkan IPTEK. Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.4 Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam harus kreatif dalam memilih metode dan dalam melaksanakan pengajaran. Kreativitas guru Pendidikan Agama Islam harus disesuaikan dengan kondisi siswanya, agar ia mengetahui gagasan dan metode apa yang harus ia gunakan dalam pengajaran. Tanpa adanya guru kreativitas Pendidikan Agama Islam dalam mengajar, siswanya tidak akan termotivasi untuk belajar dan berprestasi. “Guru yang baik ialah guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang memberikan ilham, guru yang baik memberikan gagasangagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya.”5 Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal di sekolah, secara langsung atau tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan. Maka selain harus memiliki syarat-syarat sebagai manusia dewasa, harus pula memenuhi persyaratan lain yang
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 19. 5 Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jogja: PT Tiara Wacana, 1994), Cet. I, h. 36.
5
lebih berat, yang dapat dikelompokkan menjadi: persyaratan pribadi dan persyaratan jabatan. Hal yang termasuk persyaratan pribadi, di antaranya: 1. 2. 3. 4.
Berbudi pekerti luhur dan berbadan sehat. Memiliki kecerdasan yang cukup. Memiliki temperamen yang tenang. Kestabilan dan kematangan emosional. Sementara itu yang termasuk persyaratan jabatan, adalah:
1. Pengetahuan tentang manusia dan masyarakat seperti antropologi, sosiologi, sosiologi pendidikan dan psikologi. 2. Pengetahuan dasar fundamental jabatan profesi seperti ilmu keguruan dan ilmu pendidikan. 3. Pengetahuan keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan yang akan diajarkan, seperti: matematika, sejarah, biologi, dan sebagainya. 4. Keahlian dalam kepemimpinan pendidikan yang demokratis seperti human public relation yang luas dan baik. 5. Memiliki filsafat pendidikan yang pasti dan tetap, serta dapat dipertanggungjawabkan.6 Kreativitas guru dalam suatu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi maka semakin mudah siswa memahami pelajaran dan menjadikan siswa lebih kreatif pula dalam belajar. Walaupun buku tentang kreativitas telah banyak beredar di pasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah dalam pendidikan akan terus ada dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Dengan demikian kreativitas tersebut sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru,
6
20-21.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.
6
mengakses internet, selalu mengikui perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar, oleh karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai dengan konteks materinnya.7 Keberhasilan siswa untuk belajar secara efektif tidak lepas dari peran guru dalam melakukan pendekatan dan pengontrolan terhadap siswa dalam kelas, melakukan interaksi yang baik dan harus kreatif dalam menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan sehingga anak lebih efektif dalam belajar dan lebih maksimal. Keadaan tersebut juga terjadi pada pembelajaran PAI di sekolah. Salah satunya terjadi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran PAI diperoleh kenyataan bahwa permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pembelajaran PAI adalah bagaimana menyampaikan materi kepada siswa secara baik, menarik, dan tidak monoton sehingga akan diperoleh keaktifan dan hasil belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai. Kurangnya respon siswa ketika proses pembelajaran membuat suasana pembelajaran kurang menyenangkan sehingga membuat siswa kurang berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Selain itu, penulis merasa sangat perihatin sekali melihat kenyataan yang seperti itu. Contoh kongkrit adalah ketika ada dari sebagian siswa memperlakukan seorang guru secara tidak tepat. Hal itu bisa dilihat bagaimana cara seorang siswa berbicara dengan gurunya secara tidak sopan bahkan ada yang sampai mencemooh gurunya. Hal tersebut bisa terjadi karena murid kurang bisa bahkan tidak mampu memaknai pelajaran yang diberikan oleh gurunya ketika di kelas dan belum mampunya seorang siswa menghubungkan pelajaran itu dengan dunia nyata. Ketidakmampuan siswa dalam 7
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 56-57.
7
memaknai pelajaran berdampak kepada prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan, sehingga belum terlihat adanya upaya guru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan. Metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari cara yang paling tepat (efektif) dan cepat (efesien) untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat memungkinkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam terpusat pada guru dan siswa yang menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.8 Dalam tujuan pembelajaran terkandung unsur ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus memiliki kemampuan), Behaviour (perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), dan Degree (kualitas atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal).9 Berpijak pada rumusan ini maka suatu pembelajaran khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran, metode, dan teknik yang sesuai. Dari beberapa faktor yang telah penulis sajikan, masih ada banyak faktor lagi yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa rendah di antaranya: Masih banyak guru yang menggunakan pola pembelajaran dimana cenderung "text book oriented" dalam arti menyampaikan materi sesuai dengan apa yang tertulis di dalam buku dan tidak terkait kehidupan sehari-hari siswa. Cara pembelajaran cenderung monoton dan hanya menggunakan metode ceramah sehingga materi yang disampaikan menjadi sulit dipahami siswa. Tidak hanya itu banyak guru mengajar dengan tidak memperhitungkan kemampuan berpikir siswa atau dengan kata lain tidak menggunakan pengajaran yang bermakna. Sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar siswa cenderung menghafal dan mekanistik. 8
Agus Susanto, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 2013, (http://www.agusagif.blogspot.com). 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. V, h. 88.
8
Penulis sendiri menemukan salah satu bukti guru Pendidikan Agama Islam yang mengajar materi keislaman, yaitu pada mata pelajaran Sejarah Islam, pada saat proses pembelajaran dimulai guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak dipadukan dengan metode yang kreatif dan efektif untuk materi tersebut. Seperti metode tanya jawab, demonstrasi dan sosio drama. Sehingga lama kelamaan siswa kurang memahami materi pembelajaran yang disampaikan dan siswa juga akan merasa jenuh. Berdasarkan
dari
berbagai
permasalahan
tersebut,
maka
penulis
bermaksud mengambil judul: “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Terdapat guru Pendidikan Agama Islam yang masih menggunakan pola pembelajaran text book oriented. 2. Kurangnya perhatian siswa terhadap guru yang sedang menyampaikan materi pelajaran pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 3. Terdapat guru Pendidikan Agama Islam yang kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah Dengan demikian, mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam menulis skripsi ini dan untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh kreativitas guru terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat yang pada intinya
dapat
ditentukan
apakah
kreativitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau tidak.
guru
dapat
meningkatkan
9
D. Perumusan Masalah Merujuk pada pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Apakah kreativitas guru berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat?
E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bentuk kreativitas guru Pendidikan Agama Islam terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat. 2. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Untuk mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya kreativitas guru.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru adalah upaya untuk meningkatkan kreativitas guru, sehingga guru mampu meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Bagi sekolah adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Bagi penulis adalah untuk mengembangkan kreativitas ilmu pengetahuan dan pengalaman pribadi dalam rangka menerapkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan ilmu lainnya yang diperoleh selama masa perkuliahan dalam praktek yang nyata.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kreativitas Guru 1. Pengertian Kreativitas Menurut Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati yang mengutip pendapat James J. Gallagher mengemukakan bahwa “Creativity is a mental proses by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her.”12 Yang diartikan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya. Menurut Julius Candra yang mengutip pendapat George J. Seidel mengemukakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun”.13 Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Pada umumnya orang menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi; dengan perkataan lain, produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai kreativitas, tipe-tipe produk kreasi yang bagaimanakah yang memenuhi standar kreativitas. Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Ini sesuai dengan perumusan kreativitas secara tradisional. Secara tradisional kreativitas dibatasi sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa
12
Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 13. 13 Julius Candra, Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. I, h. 15.
10
11
perbuatan atau tingkah laku; suatu bangunan misalnya sebuah gedung, hasil- hasil kesusasteraan, dan lain-lain. Menurut Slameto yang mengutip pendapat Moreno mengemukakan bahwa “ kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/orang lain.”14 Menurut Hasan Langgulung yang mengutip pendapat Mead “kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seseorang, yang menyebabkan ia menciptakan sesuatu yang baru baginya.”15 Kreativitas di sini adalah proses atau aktivitas yang dikerjakan oleh seseorang, yang berakhir dengan ia menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan, menurut Supardi mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya, ia menambahkan bahwa kreativitas marupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, dikuasai oleh suksesi, diskontinuits, diferensiasi, dan integrasi antara tahap perkembangan.16 Utami Munandar berpendapat bahwa kreativitas sebagai salah satu ciri anak berbakat mengemukakan bahwa: a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. b. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. c. Jadi, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. V, h. 145-146. 15 Hasan Langgulung, Kreativitas Dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), Cet. I, h. 174. 16 Ibid, h. 13.
12
mengelaborasi (mengembangkan, memperkarya, memperinci) suatu gagasan.17 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu gagasan-gagasan atau ide-ide baru dalam diri seorang guru.
2. Ciri- ciri Kreativitas Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri-cirinya. Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika kita memahami terlebih dahulu sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya. Menurut
Supardi
mengatakan
bahwa
ciri-ciri
kreativitas
dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif, dan non kognitif. Ciri kognitif di antaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif di antaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apa pun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.18 Menurut slameto yang dikutip dari Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. 17
Hasrat keingintahuan yang cukup besar. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. Panjang akal. Keinginan untuk menemukan dan meneliti. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan. Memiliki dedikasi bergairah sera aktif dalam melaksanakan tugas.
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), h. 47-50. 18 Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 15.
13
h. Berpikir fleksibel. i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung member jawaban lebih banyak. j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis. k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti. l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik. m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.19 Sedangkan menurut Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain adalah: a. Rasa ingin tahu. b. Tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan. c. Berani mengambil risiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik orang lain. d. Tidak mudah putus asa. e. Menghargai keindahan. f. Mempunyai rasa humor. g. Ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. h. Dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain dan sebagainya.20 Dari beberapa ciri kreativitas di atas, maka disinilah pentingnya kehadiran guru sebagai pembimbing yang akan membantu anak menyeimbangkan perkembangan kepribadiannya, sehingga anak kreatif dapat berkembang optimal tidak hanya perkembangan intelegensinya tetapi juga perkembangan sosial dan emosinya. Dan guru yang kreatif akan mampu melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi kreativitas Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang creator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak 19
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. V, h. 147-148. 20 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), h. 51.
14
melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.21 Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas yaitu: pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis. Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simultan otak kiri dan kanan. Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak. Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.22 Menurut Utami Munandar kreativitas itu penting dalam pendidikan, karena mengemukakan 4 alasan: a. Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. b. Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. d. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meninggalkan kualitas hidupnya.23 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kreativitas adanya keterbatasan seseorang untuk melakukan sesuatu
sehingga
21
ia
termotivasi
untuk
menciptakan
hal
baru
atau
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 51-52. 22 Yeni Rahmawati, Kreativitas pada Anak, h. 27. 23 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta : PT Gramedia, 1992) h. 45-46.
15
mengkombinasikan hal yang sudah ada dengan hal yang baru agar dapat membantu menyempurnakan keterbatasan tersebut.
4. Pengertian Guru Dalam Undang-undang tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa, “guru adalah
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, malatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini dengan jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”24 Tugas mendidik menjadikan orang terdidik, tugas mengajar menjadikan orang terpelajar, tugas membimbing menjadikan orang terbimbing, tugas mengarahkan menjadikan orang terarah, tugas melatih menjadikan orang terlatih, dan tugas menilai menjadikan orang bernilai. Adapun profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.25 Menurut Muhaimin dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, guru atau pendidik PAI yang profesional adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan (agama Islam) sekaligus mampu melakukan transfer ilmu pengetahuan Agama Islam, internalisasi serta amaliah (implementasi) mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik, memiliki kepekaan informasi, intelektual dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik, dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhai oleh Allah.26 Menurut Ramayulis berpendapat bahwa, “guru (pendidik) adalah manusia/orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing peserta didik 24
Undang-undang Guru dan Dosen UU RI No.14 Th.2005, (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 2-3. 25 H. M Taufik, Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IAIN Mataram, 2012), Cet. I, h. 184. 26 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 51.
16
menjadi manusia yang manusiawi.”27 Dengan demikian, dapat dikatakan guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Serta guru juga bertugas mempersiapkan manusia susila yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas bahwa guru mempunyai pengertian seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun kemampuan yang diajarkan kepada anak didik sehingga mereka dapat mengembangkan dan menerapkannnya dan menjadi pribadi muslim yang seutuhnya.
5. Karakteristik Guru Kreatif Kreatif maksudnya guru dapat mencari cara mengajar yang belum pernah dipikirkan oleh seorang guru lain di sekolah. “Guru yang kreatif adalah mereka yang tidak pernah mengeluh dengan keterbatasan sekolah dan keterbatasan siswa, namun sebaliknya dapat mengubah keterbatasan menjadi peluang-peluang yang bisa meningkatkan kualitas pengajaran.”28 Menurut H.M Taufik yang mengutip pendapat Alex Osborn ide-ide kreatif memerlukan empat aturan dasar yaitu: a. Mengesampingkan kritisme dan menunda evaluasi sampai ide muncul dan dikembangkan. b. Mengizinkan adanya diskusi yang bebas di mana semua orang disugesti untuk mengeluarkan setiap ide yang ada di otaknya. Semakin berani seseorang, justru akan semakin baik yang diimbangi dengan pengkondisian suasana tertentu yang memungkinkan siapapun berani mengeluarkan idenya dan semua bentuk larangan dikendurkan. c. Mencari banyak kuantitas ide. d. Mendorong kombinasi dan perbaikan, menggabungkan dua ide atau memperbaiki ide sebelumnya.29
27
Ramayulis, Profesi Dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 3 Dion Eprijum Ginanto, Jadi Pendidik Kreatif Dan Inspiratif, (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2011), Cet. I, h. 75 29 H. M Taufik, Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IAIN Mataram, 2012), Cet. I, h. 106. 28
17
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, untuk mendorong kreativitas peserta didik, menuntut kualifikasi guru kreatif. Untuk maksud itu, guru yang diperlukan untuk pendidikan kreatif itu hendaknya: a. b. c. d. e. f.
Guru menghargai kreativitas anak. Guru besikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru. Guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individu. Guru bersikap menerima dan menunjang anak. Guru menyediakan pengalaman belajar yang berdiferensiasi. Guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghambat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak. g. Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok. h. Guru tidak bersikap sebagai sosok yang serba-tahu, tetapi menyadari keterbatasan sendiri.30 6. Peranan Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam Kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan tenaga kependidikan, terutama guru, amat terasa esensi dan urgensinya pada Pendidikan formal (formal education) untuk setiap jenis dan jenjang. Di lembaga Pendidikan formal ini, guru menjalankan tugas pokok dan fungsi yang bersifat multiperan, yaitu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Istilah pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik. Istilah pengajar merujuk pada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asahotak-intelektual. Istilah pelatiah merujuk pada pembinaan dan pengembangan keterampilan atau keprigelan peserta didik, seperti yang dilakukan oleh guru keterampilan.31 Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Mungkin di antara kita masih ingat, ketika duduk di kelas 1 SD, guru-lah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk dapat memegang pensil 30
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), h. 69. 31 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 15-16.
18
yang benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. “Betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.”32 Sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut: a. Membuat ilustrasi: Ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka. b. Mendefinisikan: Meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik c. Menganalisis: Membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian. d. Mengsintesis: Mengembalikan bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungn dengan keseluruhan yang lebih besar. e. Bertanya: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas. f. Merespon: Mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik. g. Mendengarkan: Memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik. h. Menciptakan kepercayaan: Peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
32
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 35-36.
19
i. Memberikan pandangan yang bervariasi: Melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi. j. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: Memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar. k. Menyesuaikan metode pembelajaran: Menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari. l. Memberikan nada perasaan: Membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan hidup melalui antusias dan bersemangat.33 Uraian di atas lebih bersifat teknis, karena dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, guru melakukan banyak hal melalui kebiasaan, tentu saja ada keinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaannya, sehingga hasilnya pun semakin baik yang diwujudkan dalam prestasi belajar peserta didik. Menurut Tohirin, peranan guru, baik peranannya di sekolah, keluarga, serta di masyarakat yakni sebagai berikut: a. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil belajar siswa. b. Di keluarga, guru berperan sebagai family educator. c. Di masyarakat, guru berperan sebagai social developer, social motivator, social innovator, dan social agen. Adapun penjelasan dari peran guru di atas adalah sebagai berikut: a. Perancang atau perencana, adalah perumusan tentang apa yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. b. Pengelola pengajaran, adalah kemampuan mengelola suatu sistem pembelajaran dimana hal itu menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. c. Pengelola hasil belajar, adalah mengolah hasil belajar peserta didik untuk mengetahui perubahan ataupun hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. d. Family educator, adalah pendidik bagi keluarga yakni mengajarkan, namun juga melakukan proses pembelajaran bagi keluarga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. e. Sosial developer, adalah guru memiliki peranan sebagai pembina masyarakat dimana dalam kehidupan bermasyarakat apa yang dilakukan
33
Ibid, h. 39-40.
20
guru menjadi sebuah teladan dan secara tidak langsung sikap guru tersebut dapat membina masyarakat. f. Sosial motivator, adalah motivator bagi masyarakat untuk menggerakkan ataupun sebagai pendorong bagi adanya suatu kegiatan untuk memajukan masyarakat itu sendiri. g. Sosial innovator, adalah penemu masyarakat yang dimaksudkan penemu adalah mengemukakan gagasan-gagasan baru ataupun ide-ide terhadap suatu rencana yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat. h. Sosial agen, adalah anggota masyarakat yang sama-sama ikut berkecimpung dalam kehidupan sosial bermasyarakat.34 Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa peranan guru memang sangat berpengaruh baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Namun perlu kita sadari bahwasannya seorang guru sama halnya seperti masyarakat pada umumnya yang menjalani kewajiban-kewajibannya yang sesuai sebagai anggota masyarakat. Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Di dalam keluarga guru berperan sebagai family educator. Sedangkan di tengah-tengah masyarakat, guru berperan sebagai sosial developer (pembina masyarakat), sosial motivator (pendorong masyarakat), sosial innovator (penemu masyarakat), sosial agen (agen masyarakat).35 Dalam konteks pendidikan nasional, tugas pokok guru yang profesional sama halnya dengan Fungsi guru dalam perspektif Pendidikan Agama Islam sebagai ustadz. “Ustadz adalah Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement.”36
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 34
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2008), Cet. I, h. 165-166. 35 Ibid, h. 165-166. 36 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 50
21
1. Pengertian Pembelajaran Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.37 “Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.”38 Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, dimana banyak ditemukan aspek-aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman tentang psikologis guna memecahkan berbagai persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran.39 Melalui pembelajaran individual peserta didik diharapkan dapat belajar sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Setiap peserta didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan kemampuan masing-masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda pula.
37
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 109-110. 38 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 1020), Cet. I, h. 3. 39 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 8-9.
22
Kemampuan-kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut. a. b. c. d. e.
Kemampuan bertanya. Kemampuan melakukan pengamatan. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi. Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengamatan secara langsung. f. Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian. g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam suatu situasi baru. h. Kemampuan manyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian.40 Untuk mendongkrak kualitas pembelajaran, Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Dan Kepala Sekolah” mengemukakan bahwa di samping penyediaan lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut: a. Self Esteem Approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut untuk lebih mencurahkan perhatiannya pada pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri), guru tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi ilmiah saja, tetapi pengembangan sikap pun harus mendapat perhatian secara proporsional. b. Creative Approach. Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah dikembangkannya problem solving, brainstorming, inquiri, dan role playing. c. Value Clarification and Moral Development Approach. Dalam pendekatan ini pengembangan pribadi menjadi sasaran utama, pendekatan holistik dan humanistik menjadi self actualization. Dalam situasi yang demikian peengembangan intelektual akan mengiringi pengembangan pribadi peserta didik. d. Multiple Talent Approach. Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan seluruh potensi peserta didik, karena menifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental. e. Inquiry Approach. Melalui pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya.
40
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (PT Remaja Rosdakarya, 2009) h. 100.
23
f. Pictorial Riddle Approach. Pendekatan ini merupakan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil. Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. g. Synetics Approach. Pada hakikatnya pendekatan ini memusatkan perhatian pada kompetensi peserta didik untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan dimulai dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.41 Memahami uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa kreativitas peserta didik
dalam
belajar
sangat
bergantung
pada
kreativitas
guru
dalam
mengembangkan stadar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi standar, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan kreativitas peserta dididk.
2. Teori-teori Pembelajaran Berdasarkan teori yang mendasarinya yaitu teori psikologi dan teori belajar maka teori pembelajaran ini dapat dibedakan ke dalam lima kelompok, yaitu: a. Pendekatan modifikasi tingkah laku Teori pembelajaran ini menganjurkan agar para guru menerapkan prinsip penguatan (reinforcement) untuk mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan mengatur kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. b. Teori pembelajaran konstruk kognitif Menurut teori ini prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan di kelas. c. Teori pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip belajar Dari beberapa teori belajar yang ada, Bulgelskin mengidentifikasi beberapa puluh prinsip pembelajaran kemudian dipadatkan menjadi empat prinsip dasar yang dapat diterapkan oleh para guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Keempat prinsip dasar tersebut adalah: 1) Untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian dan responsif terhadap materi yang akan dipelajari.
41
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. II, h. 68-69.
24
2) Semua proses belajara memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu hanya dapat dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas. 3) Di dalam diri peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur internal yang dapat mengontrol motivasi serta menentukan sejauh mana dan dalam bentuk apa peserta didik bertindak dalam suatu situasi tertentu. 4) Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktor penting sebagai pengontrol. d. Teori pembelajaran berdasarkan analisis tugas Teori pembelajaran yang ada diperoleh dari berbagai penelitian di laboratorium dan ini dapat diterapkan dalam situasi persekolahan, namun hasil penerapannya tidak selalu memuaskan. e. Teori pembelajaran berdasarkan psikologi humanistis Teori pembelajaran ini sangat menganggap penting teori pembelajaran dan psikoterapi dari suatu teori belajar. Prinsip yang harus diterapkan adalah bahwa guru harus memperhatikan pengalaman emosional dan karakteristik khusus peserta didik seperti aktualisasi diri peserta didik.42 3. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI). Istilah Pendidikan Agama Islam sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang telah dikutip oleh Abdul Majid dari beberapa pendapat, antara lain menurut Tayar Yusuf. “Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah SWT,
42
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan Dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 90-92.
25
berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya.”43 Sedangkan menurut Abdul majid yang mengutip pendapat A. Tafsir mengemukakan bahwa, “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.”44 Menurut Armai Arif yang mengutip pendapat Muhammad Fadhil AlDjamali mengemukakan bahwa, “pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).”45 Argumentasinya adalah firman Allah dalam alQur’an:
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S.Al-Rum : 30) Sedangkan menurut Muhaimin di dalam bukunya yang berjudul “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi”, bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari pendidikan Islam. Istilah Pendidikan Islam dapat dipahami dalam beberapa perspektif, yaitu:
43
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 11-12. 44 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130. 45 Armai Arif, Pembaharuan Pendidikan Islam Di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009), Cet. I, h. 35.
26
a. Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, atau sistem pendidikan yang Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran-ajaran dan nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. b. Pendidikan ke-Islaman atau Pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. c. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejaran umat Islam.46 Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan pesera didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
46
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.7-8.
27
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.47 Menurut Abdul Majid “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” yang mengutip pendapat Feisal mengemukakan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah. a. Pendekatan nilai universal (makro), yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum. b. Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan kompetisi pada anak. c. Pendekatan Ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan nilai agama Islam. d. Pendekatan Makro, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.48 5. Tujuan Pendidikan Agama Islam Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi. Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilakukan dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu tujuan dapat membatasi ruang gerak
47
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134. 48 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 16.
28
usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian pada usaha-usaha pendidikan. “Tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan anak-anak, supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia dan akhirat”.49 Supaya anak-anak cakap melaksanakan pekerjaan dunia, mereka harus dididik untuk mengerjakan salah satu dari macam-macam perusahaan, seperti bertani, berdagang, beternak, bertukang, menjadi guru, pegawai negeri, buruh (pekerja) dan sebagainya yaitu menurut bakat dan pembawaan masing-masing anak-anak. Dengan keterangan tersebut nyatalah, bahwa “tujuan pendidikan Islam amat dalam dan luas, ialah menghimpunkan antara kecerdasan perseorangan yang berdasarkan keagamaan dan ilmu pengetahuan dan kecakapan dalam perbuatan dan pekerjaan. Dengan perkataan lain menghimpunkan antara ilmu pengetahuan dan amal perbuatan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an”. Secara umum, “Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah
SWT
serta
berakhlak
mulia
dalam
sekolah
atau
kehidupan
pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”50 Pendidikan
Agama
Islam
di
madrasah
bertujuan
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pemghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan Pendidikan Agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20 tahun 2003), 49
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1961), Cet. I, h. 10. 50 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. IV, h. 78.
29
berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan untuk perkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”51 Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam tertera pada firman Allah swt.:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (Q.S. Ali-Imran: 102) Oleh karena itu, berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilainilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.52 6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam H. M Arifin menyatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencangkup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi: a. Lapangan hidup keagamaan bertujuan agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam. b. Lapangan hidup berkeluarga bertujuan agar dapat berkembang manjadi keluarga yang sejahtera. c. Lapangan hidup ekonomi bertujuan agar dapat berkembang manjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia. d. Lapangan hidup kemasyarakatan bertujuan agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah rida dan ampunan Allah SWT. e. Lapangan hidup politik bertujuan agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai ajaran Islam. f. Lapangan hidup seni budaya bertujuan agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.
51
Undang-undang Guru dan Dosen UU RI No.14 Th.2005, (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 64. 52 Abdul Majid, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Cet. I, h. 16-18.
30
g. Lapangan hidup ilmu pengetahuan bertujuan agar berkembang manjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.53 Dari uraian di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa kependidikan agama Islam mencangkup semua lingkup kehidupan manusia, yang kesemuanya itu didasari oleh dasar keimanan. Artinya, setiap lapangan hidup manusia tak lepas dari nilai-nilai ajaran Islam dimana nantinya kehidupan akan berjalan selaran antara kehidupan dunia dan akhirat.
7. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Didik Sesungguhnya pertumbuhan kesadaran moral pada anak menyebabkan anak mendapat pencerahan baru sehingga menambah perhatiannya terhadap nasihat-nasihat agama, dan kitab suci baginya tidak lagi merupakan kumpulan undang-undang, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur dunia guna menunjukkan kita kepada kebaikan. Surga dan neraka bukan lagi sebagai kepercayaan yang merupakan macam-macam hal dari hayalan. Akan tetapi telah merupakan keharusan moral yang dibutuhkan oleh anak guna mengekang dirinya dari kesalahan-kesalahan dan mengimbangi kekurangan yang terasa olehnya dan ia juga merasakan perlunya keadilan Tuhan. Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita-cita mempunyai anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang tuanya, karena anak yang baik merupakan kebanggaan orang tua, baik buruknya kelakuan akan mempengaruhi nama baik orang tuanya. Juga anak yang saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya merupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir terus menerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
ٍصدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْم َ مه: إِذَا مَاتَ اال وسان إِوْقطَعَ عىه عَمَلُه‘ ِإالَ مِهْ ثَالَثه ا ثياء ُيُىْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالحٍ يَدْعُوْلَه 53
H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi aksara, 2003), Cet. I, h. 12.
31
“Jikalau manusia itu sudah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga macam: yaitu Shadaqah jariyah (yang mengalir kemanfaatannya) ilmu yang dimanfaatkan, dan anak yang soleh (yang baik kelakuannya) yang senantiasa mendoakan terhadap orang tuanya (untuk keselamatan dan kebahagiaan orang tuanya)”.54 Jadi, perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan. Perkembangan agama pada anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga, di sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, seyogyanyalah Pendidikan Agama Islam ditanamkan dalam pribadi anak sejak ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan ini di sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Agama Islam perlu diajarkan sebaik-baiknya dengan memakai metode dan alat yang tepat serta manajemen yang baik. Bila pendidikan agama Islam di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka insya Allah akan banyak membantu mewujudkan harapan setiap orang tua, yaitu memiliki anak yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, cerdas, dan terampil, berguna untuk nusa, bangsa, dan agama (anak yang soleh).55
C. Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian sebelumya peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relavan dalam penelitian ini. 1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Sahdan Mulia dengan judul “Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Malang.” Suatu penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Batu tersebut menggunakan berbagai cara, diantaranya pada kegiatan pembelajaran yang menyangkut perbaikan 54
Abi Daud, Sunan Abi Daud (Darr Al-Fikr, Libanon Bairud), Jilid 2. h 8. Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 23. 55
32
sistem mengajar, guru dituntut untuk menciptakan sistem pembelajaran di kelas lebih menarik, nyaman, aman dan menyenangkan. Agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan materi yang disampaikan guru. Sehingga kesimpulan yang didapat adalah bahwa kreativitas setiap guru bervariasai dan penerapan kreativitas guru agama tersebut disesuaikan dengan materi, keadaan siswa dan lingkungan.56 2. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Tarjono dengan judul “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di SMP PGRI I Ciputat.” Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis. Hasil penelitian ini memperoleh angka 0,06 dari perhitungan rumus “R” Product Moment, kemudian rxy tersebut dibandingkan dengan “R” tabel dari derajat bebas (degree of free dom) 31 maka diperoleh angka 0,348 pada taraf signifikansi 5%, dan 0,449 pada taraf signifikansi 1%. Pada teraf signifikansi 5% dan pada taraf signifikansi 1% hasil yang diperoleh dari perbandingan tersebut ternyata rxy lebih kecil dari “R” tabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% atau dengan kata lain 0,06 < 0,348 dan untuk mengetahui seberapa besar kedua fariabel mempengaruhi maka penulis menghitung koefisien penentuan (Coeficient of Determination) mendapat angka prosentasi 0,36% jadi diantara fariabel tersebut 36% saling mempengaruhi. Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang lemah antara Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Prestasi Belajara Siswa Di SMP PGRI I Ciputat.57 3. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Alfiyani dengan judul “Kreativitas Guru dalam Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 20 Tanggerang.” Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dari hasil penelitian didapat bahwa kreativitas guru itu dapat 56
Sahdan Mulia,” Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Malang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010. 57 Tarjono,“Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di SMP PGRI I Ciputat.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
33
memotivasi siswa dimana ini dapat terlihat dari persentase jawaban siswa yang menjawab “sering” guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memotifasi siswa untuk membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran sebanyak (36,1%). Serta sebanyak (51,2%) siswa menjawab selalu” memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.58
D. Kerangka Berpikir Dari pembahasan diatas kesimpulan bahwa kreativitas guru adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu gagasan-gagasan atau ide-ide baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur- unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu, yang hasilnya dapat dirasakan orang lain. Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika kreativitas guru berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran siswa, maka hasil pembelajaran siswa akan meningkat.
E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori yang diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah kreativitas guru dapat mempengaruhi peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 3 Negeri Kota Tangerang Selatan.
58
Alfiyani,“Kreativitas Guru dalam Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 20 Tanggerang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Selain itu, metode yang digunakan juga adalah penelitian deskiptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya. Untuk memperoleh data yang objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas. 2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung yaitu data-data yang akurat khususnya mengenai kreativitas guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan pembelajaran PAI di SMP Negeri 3 kota Tangerang Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 kota Tangerang Selatan Jl. Ir. H. Juanda No. 1 Ciputat kota Tangerang Selatan. Sedangkan waktu dalam penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus-September 2014
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable terikat dan bebas. Variabel terikat adalah hasil atau objek dari penelitian dan variable bebas adalah sifat atau karakteristik yang mengakibatkan hasil atau sasaran berbeda. Dengan demikian variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas atau independent (X) yaitu: kreativitas guru PAI.
34
35
2. Variabel terikat atau dependent (Y) yaitu: Peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
D. Populasi dan Sampel Dalam metode penelitian kata populasi amat populer digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek itu dapat menjadi sumber data penelitian.60 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 kota Tangerang Selatan yang berjumlah 100 orang, Tahun Ajaran 2014/2015. “Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi artinya yang menggambarkan keadaan populasi secara maksimal.”61 Sampel merupakan bagian dari populasi. Karena populasi terlalu besar maka diambillah beberapa sampel sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini, teknik purposive sampling digunakan sebagai cara untuk menentukan sampel. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan objek penelitian dari populasi berdasarkan beberapa alasan yang bertujuan agar penelitian berlangsung secara efektif dan efisien. Sampel yang dipilih adalah siswa kelas VIII-1 yang berjumlah 30 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data Penggalian data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. “Angket adalah suatu daftar 60
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komuikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 99. 61 Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), Cet .V, h. 107.
36
yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.”62 Peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala likert. Skala ini dipergunakan apabila kita menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yang diteliti. Caranya dengan menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yang ditetapkan, pernyataannya berbentuk positif dan negatif. Angket dijadikan sebagai sumber utama dalam penelitian ini, tetapi untuk mendukung objektivitas data, teknik observasi dan wawancara juga digunakan. 1. Observasi “Observasi merupakan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar.”63 Observasi dalam penelitian ini adalah kreativitas guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran PAI. 2. Wawancara “Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden.”64 Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat guru pengampu mata pelajaran PAI mengenai kreativitas guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. 3. Angket Angket merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam memperoleh data, penulis secara acak memberikan angket kepada sampel penelitian. Dengan angket yang disebarkan tersebut, akan
62
Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), Cet.
V, h. 76. 63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 197. 64 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), Cet. 1, h. 192.
37
memudahkan penulis mendapatkan data yang representatif sehubungan dengan masalah yang diteliti. 4. Dokumentasi Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, laporan, artefak dan foto. Sifat yang utama pada data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi pada waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data diserver dan flasdisk, dan data yang tersimpan di website.65
F. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen non tes, salah satunya dengan menggunakan angket yang diberikan kepada para responden untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru PAI terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun instrumennya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Guru Variabel
Indikator
Kreativitas Guru
Memprakarsai siswa untuk
(X)
Nomor Butir Item
Jml
1,2,3,4,5,6.
6
Menciptakan lingkungan
7,8,9,10,11,12,13,14,
11
belajar yang tidak otoriter.
15,16,17.
Mendorong siswa untuk
18, 19, 20, 21, 22,
belajar lebih banyak (over
23.
belajar sendiri (self initiared learning).
6
learn).
65
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. I, h. 141.
38
Mendorong proses berpikir 24, 25, 26, 27, 28, kreatif siswa. Pembelajaran PAI (Y)
7
29, 30.
Nilai ulangan siswa kelas VIII semester I tahun 2014
Supaya instrumen yang diberikan kepada responden benar-benar baik, terlebih dahulu dilakukan pengujian, antara lain: 1. Uji Validitas Salah satu ciri instrumen itu baik adalah apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau disebut valid. Dalam penelitian ini validitas tes diukur dengan rumus korelasi pearson product moment, dengan bantuan program SPSS versi 17. Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung dibandingkan dengan r tabel pearson product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung > r tabel maka soal tersebut valid, dan jika r hitung < r tabel maka soal tersebut tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Untuk mengetahui reliabilitas skala instrumen penelitian dapat dilihat pada kategori reliabilitas sebagai berikut:
39
Tabel 3.2 Kategori Reliabilitas Kriteria
Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel
>0,9
Reliabel
0,7 – 0,9
Cukup Reliabel
0,4 – 0,7
Kurang Reliabel
0,2 – 0,4
Tidak Reliabel
<0,2
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data dan analisis data. Adapun teknik pengolahan data, sebagai berikut: 1. Editing Yang pertama kali dilakukan adalah mengedit atau memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. 2. Skoring Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberi skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk pertanyaan positif (+) Selalu
(a) diberi nilai 4
Sering
(b) diberi nilai 3
Kadang-kadang
(c) diberi nilai 2
Tidak pernah
(d) diberi nilai 1
Untuk pertanyaan negatif (-) Selalu
(a) diberi nilai 1
Sering
(b) diberi nilai 2
40
Kadang-kadang
(c) diberi nilai 3
Tidak pernah
(d) diberi nilai 4
3. Tabulating Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel. Untuk
menganalisis
data
yang
telah
terkumpul,
maka
penulis
menggunakan teknik analisa non-statistik. Analisa non-statistik menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisis data yang berupa angkaangka yang diperoleh berdasarkan penelitian sebagai berikut: Tabel 3.3 Pengukuran Secara Deskriptif Jawaban Positif
Pengukuran Item
Jumlah Item
Nilai
Selalu
4
30
120
Pengukuran Secara Deskriptif Sangat Tinggi
Sering
3
30
90
Tinggi
Pernah
2
30
60
Sedang
Tidak Pernah
1
30
30
Kurang
Jawaban Negatif
Pengukuran Item
Jumlah Item
Nilai
Selalu
1
30
30
Pengukuran Secara Deskriptif Kurang
Sering
2
30
60
Sedang
Pernah
3
30
90
Tinggi
Tidak Pernah
4
30
120
Sangat Tinggi
Setelah data-data diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Teknik analisis data yaitu penulis atau peneliti berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kreativitas
41
guru terhadap peningkatan pembelajaran PAI siswa, penulis menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan ialah:
Keterangan: P : Persentase yang dicari F : Frekuensi N : Number of cases (jumlah responden) 2. Analisis Mean Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya mean (rata-rata) nilai angket kreativitas guru dan angket hasil belajar PAI siswa. Rumus yang digunakan adalah: ∑ Keterangan: Mean (rata-rata) ∑x = Jumlah variabel x N = Number of Cases Penilaian analisis mean dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4 Penilaian Analisis Mean Angket Kreativitas Guru No
Rentang Nilai
Kriteria
1
86-100
Sangat Baik
2
71-85
Baik
3
60-70
Cukup
4
10-59
Kurang
42
Tabel 3.5 Penilaian Analisis Mean Hasil pembelajaran PAI Siswa No
Rentang Nilai
Kriteria
1
91-100
Istimewa
2
81-90
Sangat Baik
3
71-80
Baik
4
61-70
Cukup
5
51-60
Rendah
6
0-50
Gagal
3. Analisis Korelasi Dalam menganalisa, penulis juga menggunakan rumus korelasi karena adanya dua variabel yang saling mempengaruhi, maka dari data tersebut diolah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Carl Person, yaitu: ∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan : : Angka indeks “r” produk moment (antara variabel X dan Y) n
: Jumlah responden
∑ xy
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑x
: Jumlah seluruh skor X
∑y
: Jumlah seluruh skor Y. 66
4. Interpretasi Data Cara memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment yang telah diperoleh dari perhitungan kita dapat memberikan interpretasi. Dalam
hubungan
ini
ada
dua
macam
cara
yang
ditempuh
dalam
menginterpretasikan data yang diperoleh, sebagaimana Anas Sudijono sebutkan dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Statistik Pendidikan” yaitu: 66
Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 206.
43
a. Memberikan interpretasi angka indeks korelasi product moment dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 3.6 Interpretasi Data Besarnya “r” Product Moment (
)
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y terdapat
0,00 – 0,20
korelasi yang sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.
0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi.
b. Mencocokkan hasilnya dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho) Ha : Terdapat hubungan yang positif antara kreativitas guru PAI terhadap peningkatan pembelajaran PAI di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara kreativitas guru PAI terhadap peningkatan pembelajaran PAI di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
44
2) Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau degree of freedom (df). Adapun rumusnya sebagai berikut: Df = N – nr Keterangan: Df : Degree of freedom N : Number of cases nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Untuk mencari kontribusi variabel X terdapat variabel Y, penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% Keterangan: KD : Koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y) r²
: Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
H. Hipotesis Statistik Jika r hitung > r tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung < r tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat 1. Identitas SMP Negeri 3 Tangerang Selatan a. Nama Sekolah
: SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
b. No. Statistik Sekolah
: 201.280310.002
c. NPSN
: 20603132
d. Tipe Sekolah
: A = 27
A1 = 24
A2 = 21
B = 18
B1 = 15
B2 = 12
C = 9
C1 = 6
C2 = 3
H.
(samping
e. Alamat Sekolah
: Jl.
Ir.
Juanda
UIN
Jakarta)Ciputat 15412 Kabupaten Tangerang
f. Telepon / Fax
: (021) 7401312
g. Status Sekolah
: Negeri
h. Status Pembinaan
: SSN
i. Luas Lahan/Tanah
: 4.811 m2
j. Status Kepemilikan
: Hak Milik
k. Nama Kepala Sekolah
: H.Maryono, S.E.M.M.Pd
l. Pendidikan Terakhir
: Strata Dua (S2) Managemen Pendidikan
m. Masa Kerja Sebagai Kasek : 5 tahun n. Nilai Akreditasi Sekolah
: 97,05
o. No Rekening
: 0924-01-009654-53-9Bank BRI UnitJuanda
2. Sejarah Singkat SMP Negeri 3 Tangerang Selatan a. Januari 1997 Mulai berdiri dengan nama SMPN, kelas jauh dari SMPN 2 Tangerang. b. April 1979 Oleh Kanwil Jabar dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial.
45
46
c. Februari 1983 SMP berdiri sendiri dengan nama SMPN 1 Ciputat. d. Januari 1999 Berdasarkan nomen klatur untuk kecamatan Ciputat dibakukan berubah menjadi SMPN 2 Ciputat. e. Juli 2004 SMPN 2 Ciputat membuka program Akselerasi/ percepatan waktu yaitu 2 tahun selesai. f. Juli 2007 SMPN 2 Ciputat menuju Sekolah Standar Nasional (SSN).
3. Kepala Sekolah dari Masa ke Masa Sejak berdirinya SMP Negeri 3 kota Tangerang Selatan dari tahun 1997 sampai dengan sekarang, sekolah ini telah dipimpin oleh enam orang kepala sekolah, diantaranya: Tabel 4.1 No
Nama
Masa Jabatan
1
R. Soeharto
1977
2
Drs. H. Wanhar
1977 – 1989
3
Drs. H. Munadjat Indria
1989 – 1996
4
Dra. Hj. Ade Halimatusa'diah
1996 – 2000
5
Drs. H. Kuswanda, M.Pd
2000 – 2006
6
Drs. H. Nurhadi, M.M
2006 – 2009
7
H. Maryono, SE.M.M.Pd
2009 – sekarang
SMPN 3 Tangerang Selatan memiliki beberapa kategori kelas, yaitu: a. CI-BI Akselerasi b. Bilingual c. Unggulan d. Reguler
47
4. Visi, Misi dan Strategi SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan a. Visi Sekolah: Terunggul dalam Prestasi, Teladan dalam bersikap dan bertindak, serta Konsisten dalam menjalankan ajaran agama Indikator Visi : 1) Terunggul dalam perolehan nilai akademis 2) Terunggul dalam persaingan masuk SMA / SMK Negeri 3) Terunggul dalam lomba (olimpiade) MIPA 4) Terunggul dalam prestasi non akademis 5) Bersikap baik dan sopan kepada siapapun 6) Selalu taat menjalankan ajaran agama (ibadah) di manapun berada b. Misi Sekolah : 1) Mewujudkan peningkatan kualitas / mutu lulusan 2) Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA / SMK Negeri 3) Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air 4) Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layakserta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan 5) Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan
5. Data Jumlah Kelas, Rombel, dan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015: Tabel 4.2 Jumlah Siswa
Jumlah No.
Data Kelas
Rombel
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kelas VII
9
166
248
414
2
Kelas VIII
9
184
225
409
3
Kelas IX
9
190
212
402
4
Kelas VII Billingual
1
16
25
41
5
KelasVIII Billingual
1
18
24
42
48
6
Kelas IXBillingual
1
15
23
38
7
Kelas VII Aksel
1
6
20
26
8
Kelas VIII Aksel
1
9
15
24
31
604
792
1396
Jumlah
6. Jenjang Pendidikan Data Jumlah Guru dan Status Guru: Tabel 4.3 No
Tingkat
Status Guru
Jenis Kelamin
Jumlah
Pendidikan
GT
GTT
Laki-laki
Perempuan
1
S3 / S2
8
1
2
7
9
2
S1
44
5
17
32
49
3
D-4
-
-
-
-
-
4
D3/Sarmud
2
1
3
-
3
5
D2
-
-
-
-
-
6
D1
-
-
-
-
-
7
SMA
-
-
-
-
-
Total
54
7
22
39
61
No
Mata Pelajaran
Jumlah
Ket.
Status Guru
Guru
PNS
GTT
Bantu
Honor
1
Pendidikan Agama
3
2
-
-
1
2
Pendidikan Kewarganegaraan
3
3
-
-
-
3
Matematika
7
6
-
-
1
4
Bahasa Indonesia
9
9
-
-
-
5
Bahasa Inggris
7
6
-
-
1
6
Ilmu Pengetahuan Alam
8
8
-
-
-
7
Ilmu Pengetahuan Sosial
8
8
-
-
-
8
Penjaskes
4
4
-
-
-
9
Pendidikan Seni Budaya
3
3
-
-
-
10
Tikom
3
-
-
-
3
49
11
Muatan Lokal
3
3
-
-
-
12
BP / BK
3
2
-
-
1
61
54
-
-
7
Total
Status
Tingkat No
Pendidikan
Jenis Kelamin
Kepegawaian
Jumlah 2
PNS
Honor
Laki
Peremp
1
S1 / S2
2
2
2
2
4
2
D3/Sarmud
-
-
-
-
-
3
D2
-
-
-
-
-
4
D1
-
-
-
-
-
5
SMA
-
2
2
Total
2
4
4
Ket.
2 2
6
7. Sarana Dan Prasarana SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tabel 4.4 No
Status
Jenis Tenaga
Jenis Kelamin
Tingkat
PNS
Honor
Laki2
Perem
Pendid.
Jumlah
1
Tenaga Perpustakaan
1
-
-
1
S1
1
2
Tenaga Lab. IPA
1
-
-
1
S1
1
3
Tenaga Lab. Komp.
-
3
3
-
S1
3
4
Tenaga Lab. Bahasa
1
-
1
-
S1
1
3
3
4
2
-
6
Total
Jumlah No
Jenis Buku
Judul Buku
Exemplar Buku
1
Buku Paket
42
1.260
2
Buku Bacaan
126
252
3
Buku Referensi
38
84
206
1.596
T o t a l
Keterangan
50
Jenis Ruangan No
/Bangunan
A
RUANG BELAJAR :
1
Ruang Teori / Kelas
Kondisi
Ukuran Jml
PxL
Ruangan B
29
8x7m
2
6 x 10 m
2
Ruang Perpustakaan
1
10 x 7 m
3
Ruang Lab. Bahasa
1
8x7m
4
Ruang Lab. IPA
1
10 x 7 m
5
Ruang Lab. Komputer
2
8x7m
6
Ruang Kesenian
1
6x7m
7
Ruang Keterampilan
-
-
8
Ruang Serbaguna/Aula
1
12 x 7 m
9
Ruang Multi Media
1
8x7m
B
RUANG KANTOR :
1
Ruang Kepala Sekolah
1
6x7m
2
Ruang Wkl Kepsek
1
3x7m
3
Ruang Guru
1
10 x 7 m
4
Ruang Tata Usaha
1
6x7m
5
Ruang Komite Sekolah
1
3x7m
C
RUANG PENUNJANG :
1
Ruang Gudang
1
6x7m
2
Ruang BP / BK
1
6x7m
3
Ruang U K S
1
8x7m
4
Ruang PMR/Pramuka
1
6x4m
5
Ruang OSIS/Paskibra
1
6x4m
6
Ruang Ibadah / Masjid
1
10 x 11
7
Raung WC Kepsek
1
2x2m
CB
Ket. TB
51
8
Ruang WC Guru
1
2x2
9
Ruang WC Siswa
21
2x1m
10
Ruang Koperasi
1
4x7m
11
Ruang Kantin
1
8x7m
12
Rumah Penjaga
-
-
-
13
Pos Jaga / Satpam
1
3x3m
D
SARANA PENUNJANG :
1
Lapangan Olah Raga : a. Lapangan Futsal
1
12 x 22
b. Lapangan Basket
1
12 x 22
c. Lapangan Volley
1
14 x 7 m
d. Lapangan Badminton
1
12 x 6 m
f. Meja Pingpong
2
4x2m
2
Lapangan Upacara
1
25 x 100
3
Tempat Parkir
1
16 x 8 m
4
Kendaraan Operasional
1
Mini bus
No 1
`
Kondisi
KELENGKAPAN
Jenis
ALAT RUANG :
Barang
Jml
Type
B
CB
-
40
Aneka
-
-
Ruang Lab. Bahasa
Merk/
TB Ket
unt 2
Ruang Lab. IPA
Alat/Bahan
471
Aneka
PC
1 unt
Centrino
Proyektor
1 unt
Ben-Q
PC
42
Aneka
1
Sanken
2. AC
1
LG
3. Kulkas
1
Uchida
3
Ruang Lab. Komputer
4
Ruang Kepala Sekolah 1. TV 21 ”
52
5
6
7
8
9
Ruang Tata Usaha
Ruang Multi Media
Ruang Kesenian
Ruang U K S
Ruang Guru
4. Dispense
1
1. TV 21 ”
1
Sanken
2. DVD
1
DMC
3. Komputer
3
IBM
4. Printer
4
hp
5. Stencil
1
Resso
6. Kabinet
7
Lion
7. Dispenser
1
Dazz
8. AC
1
Panasonic
9. Laptop
2
Acer
1. Laptop
2
Toshiba
2. Infocus
2
Toshiba
3. AC 2 Pk
2
4. TV 29”
1
Panasonic JVC
5. OHP
2
1. Alat band
1 set
Aneka
2. Gamelan
1 set
Aneka
3. Sound S
1 set
Aneka
1. T. Tidur
4
-
2. Kasur
4
-
3. Lemari
2
-
4. Ktk obat
3
-
5. Tensi mtr
1
-
6. Timbangan
2
-
1. TV 21 ”
1
2. Meja guru
54
-
3. Kursi
54
-
4. Dispenser
1
Sanex
5. AC
2
Panasonic
Panasonic
53
10
11
12
Ruang Kelas
Ruang BP / BK
Ruang Serba Guna
1. Meja siswa
865
-
2. Kursi sw
1200
-
1. Meja
4
-
2. Kursi
8
-
3. Komputer
1
4. Printer
1
5. Lemari
2
-
-
-
-
-
Pentium 4 Canon
-
Ciputat,Juli 2014 Kepala Sekolah
H. Maryono, S.E.M.M.Pd NIP.19601012 198112 1 003 8. Model Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan: a. Menjadikan
suasana
belajar
yang
kondusif
sehingga
proses
pembelajaran menjadi aktif dan siswa tidak merasa jenuh. Sebelum memulai proses belajar mengajar guru Pendidikan Agama Islam memeriksa kerapihan sisswa dan kebersihan kelas, setelah itu guru PAI menyuruh siswa untuk berdoa bersama, kemudian guru memulai pelajaran dengan menanyakan pelajaran yang sebelumnya, hal ini dilakukan agar pelajaran yang sebelumnya tidak dilupakan siswa begitu saja, kemudian guru melanjutkan materi pelajaran berikutnya. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru Pendidikan Agama Islam menggunakan metode ceramah dan juga menggunakan metode yang lain hal
-
-
54
ini dilakukan agar siswa mudah memahami pelajaran dan siswa semangat dalam belajar dan juga siswa tidak merasa jenuh dalam belajar.1 Dalam proses pembelajaran kadang-kadang guru Pendidikan Agama Islam menyelinginya dengan humor-humor kecil yang tujuannya adalah agar proses belajar mengajar tidak terlalu tegang, dan menghilangkan kejenuhan bisa juga menghilangkan rasa kantuk dari beberapa siswa sehingga memotivasi siswa lebih semangat dalam belajar, dan juga dapat meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil dari temuan penelitian diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagaimana yang di jelaskan oleh Bapak Anwar sebagai berikut: Semuanya tergantung dari materi pelajaran yang di sampaikan, tergantung situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang bersangkutan atau sekolah ini. Karena menggunakan kurikulum 2013 maka sistem belajaranya di bagi perkelompok-kelompok setiap kelas. Keefektifan itu sendiri sangat efektif karena dalam kurikulum 2013 itu anak-anak sendiri yang lebih digiatkan belajarnya yang sifatnya itu mereka mencari tahu sendiri, dengan cara berdiskusi kelompok. Siswa disini diharapkan mampu mengolah apa yang telah mereka temukan jawabannya dari permasalahan dan kita sebagai pengajar tinggal menambahkan penjelasan tersebut.2 b. Siswa diberikan mengungkapkan
kebebasan
berfikir dan berpendapat untuk
gagasan-gagasan
mereka
dalam
proses
pembelajaran sehingga suasana belajar menjadi hidup Pertama-tama sebelum memulai diskusi, guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru memberikan arahan kepada siswa tentang tata cara berdiskusi yang baik. Setelah itu guru memberikan materi pelajaran kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan, sebelum kelompoknya maju kedepan untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya dan yang tidak maju diminta
1
Pengamatan penulis pada hari Jum’at, tanggal 8 Agustus 2014, jam 08.00 WIB di SMP Negeri 3 Tangsel. 2 Wawancara dengan Bapak Anwar guru bidang study Pendidikan Agama Islam hari Senin, 11 Agustus 2014, jam 08.00 WIB di SMPN 3 Tangsel.
55
untuk membantu perwakilan kelompoknya untuk menjawab dari pertanyaan kelompok lain yang diberikan kepadanya. Hasil dari temuan penelitian diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagaimana yang di jelaskan oleh Bapak Nasir sebagai berikut: Kita harus menekankan bahwa otak manusia itu sangan istimewa, ketika mereka menjawab tidak harus disalahkan atau dibenarkan, namun kita tamping jawaban-jawaban mereka terlebih dahulu. Karena dengan begitu mereka berani mngungkapkan gagasan-gagasan mereka. Karena kalau disalahkan mereka nantinya akan merasa takut dan akhirnya tidak mau mengungkapkan gagasan-gagasan yang mereka ingin ungkapkan.3 Dalam berdiskusi guru bertindak sebagai fasilitator, sementara yang lebih aktif adalah siswa, dalam berdiskusi siswa diharapkan mampu mengeluarkan gagasannya, dengan berdiskusi dapat melatih ketajaman berfikir siswa dan dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
B. Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Terhadap Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat. 1. Deskripsi Data Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel kreativitas guru PAI dan variabel peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Semua data penulis peroleh dari penyebaran angket kepada 30 siswa kelas VIII-I yang diambil secara keseluruhan dengan jumlah soal/pertanyaan sebanyak 30 item yang kemudian menjadi 23 item pertanyaan setelah dilakukan uji validitas instrumen dan setiap item diberikan skor atau nilai kemudian dijumlahkan totalnya pada masing-masing siswa. Pada penulisan skor ini penulis akan tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
3
Wawancara dengan Bapak Nasir guru bidang study Pendidikan Agama Islam hari Senin, 11 Agustus 2014, jam 10.00 WIB di SMPN 3 Tangsel.
56
Sedangkan variabel peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, datanya penulis peroleh dari nilai ulangan harian semester 1 siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat. Untuk penulisan nilai ulangan harian siswa akan penulis tampilkan dalam bentuk tabel.
a. Kreativitas guru PAI Setelah data terkumpul yang diperoleh dari hasil jawaban siswa melalui angket, selanjutnya dianalisa dan dikelompokkan sesuai dengan jawaban yang sejenis ke dalam tabulasi pengelompokan, kemudian masingmasing data jawaban tersebut dipresentasekan terhadap jumlah jawaban sesuai dengan masing-masing item tersebut dengan menggunakan rumusan. Seperti yang telah di jelaskan di bab III sebagai berikut:
P : Prosentase yang dicari F : Frekuensi N : Number of cases
Bagian ini mendeskripsikan variabel X yaitu kreativitas guru PAI dilihat dari empat indikatornya. Deskripsi tersebut dapat dilihat pada tabeltabel berikut: Tabel 4.5 Tabel variabel X kreativitas guru No.soal Pernyataan Jawaban Guru mengarahkan Selalu siswa untuk Sering 1. berdiskusi dengan pernah temannya Tidak pernah Jumlah Guru memberikan Selalu tugas untuk Sering 3. dikerjakan di Pernah rumah Tidak pernah
Frekuensi 18 8 3 0 30 22 7 1 0
Persentase 63,33% 26,67% 10% 0% 100,00% 73,33% 23,33% 3,33% 0%
57
Jumlah Siswa belajar atas kemauan sendiri 4.
7.
8.
9.
Jumlah Guru memberikan solusi atas setiap masalah dalam kegiatan belajar mengajar Jumlah Guru selalu mengajak siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dlm pembelajaran Jumlah Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
Selalu Sering Pernah
30 19 7 4 0 30 10 7 4
100,00% 63,33% 23,33% 13,33% 0% 100,00% 63,33% 23,33% 13,33%
Tidak pernah
0
0%
Selalu Sering Pernah
30 10 13 7
100,00% 33,33% 43,33% 23,33%
Tidak pernah
0
0%
Selalu Sering Pernah Tidak pernah
Selalu Sering Pernah Tidak pernah
Jumlah No
10.
11.
12
13.
Pernyataan Jawaban Guru memberikan Selalu kesempatan yg sma Sering kpd semua siswa Pernah dlm memahami Tidak pernah pelajaran Jumlah Guru Selalu mengapresiasi Sering siswa terhadap Pernah peningkatan Tidak pernah kemampuan Jumlah Guru tidak mengajukan pertanyaan pada materi yang dijelaskan Jumlah Guru
30 9 9 12 0 30 Frekuensi 24 5 1
100,00% 30% 30% 40% 0% 100,00% Persentase 80% 16,66% 3,33%
0 30 10 13 7
0% 100,00% 33,33% 43,33% 23,33%
0
13,89%
Selalu Sering Pernah
30 25 4 1
100,00% 83,33% 13,33% 3,33%
Tidak pernah
0
0%
Selalu
30 22
100,00% 73,33%
58
14.
15
16
membebaskan siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru Jumlah Guru bersemangat dalam menyampaikan materi pelajaran Jumlah Guru memberikan kesempatan siswa untuk menilai diri sendiri Jumlah Guru memberikan waktu atau kesempatan kpd siswa untuk menceritakan masalahnya Jumlah
No.soal Pernyataan guru selalu membuat 17. kesimpulan atas pelajaran yang disampaikan
18.
20.
Sering Pernah
7 1
23,33% 3,33%
Tidak pernah
3
0%
Selalu Sering pernah
30 19 7 4 0 30 17 11 2 0 30 9 9 12
100,00% 63,33% 23,33% 13,33% 0% 100,00% 56,66% 36,66% 6,67% 0% 100,00% 30% 30% 40%
Tidak pernah
0
0%
36
100%
Selalu Sering Pernah Tidak pernah Selalu Sering Pernah Tidak pernah
Jawaban Selalu Sering pernah
Frekuensi 14 15 1
Persentase 46,66% 50% 3,33%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah Guru memberikan Selalu kesempatan kpd Sering siswa untuk pernah bertanya jiaka ada kesulitan dalam Tidak pernah belajar Jumlah Guru memberikan Selalu nilai tambahan kpd Sering siswa yang aktif pernah
30 10 13 7
100,00% 33,33% 43,33% 23,22%
0
0%
30 19 7 4
100,00% 63,33% 23,22% 13,33%
59
21.
22.
23.
25
bertanya, menjawab dalam proses pembelajaran Jumlah Guru menggunakan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa Jumlah penjelasan dari guru kurang dipahami siswa Jumlah Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi Jumlah Guru meminta siswa memberikan contoh nyata dlm kehidupan seharihari yg terkait dgn materi Jumlah
No.soal Pernyataan Guru jarang menggunakan alat 26 peraga dalam pembelajaran
29.
Tidak pernah
0
0%
Selalu Sering pernah
30 11 12 6
100,00% 36,66% 40% 20%
Tidak pernah
1
0%
Selalu Sering pernah
30 19 8 3 0 30 24 5 1 0 30 10 13 7
100,00% 63,33% 26,22% 10% 0% 100,00% 80% 16,66% 3,33% 0% 100,00% 33,33% 43,33% 23,33%
Tidak pernah
0
0%
30
100%
Selalu Sering pernah Tidak pernah Selalu Sering pernah Tidak pernah
Jawaban Selalu Sering Pernah Tidak pernah Jumlah siswa sering Selalu mengungkapkan Sering gagasan-gagasan Pernah suatu masalah Tidak pernah Jumlah
Frekuensi 9 9 12 0 30 19 8 3 0 30
Persentase 30% 30% 40% 0% 100,00% 63,33% 26,66% 10% 0% 100,00%
60
guru menjelaskan tanpa member kesempatan siswa untuk bertanya
30.
Selalu Sering Pernah Tidak pernah
24 5 1 0 30
Jumlah
80% 16% 3,33% 0% 100,00%
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi tentang Pengaruh Kreativitas Guru Dari 30 Responden Jawaban No
Nama
1
Selalu
Sering
Pernah
Abdul Rozak
6
4
12
Tidak pernah 1
2
Abu khalid
8
1
14
3
Adistria Putri
12
8
4
Aditya Yuristian Agisna Rahma
14
Jumlah Jumlah Angket Skor 23
61
0
23
63
3
0
23
78
5
4
0
23
79
15
5
3
0
23
81
20
3
0
0
23
89
7
9
7
0
23
69
8
Ajeng Risma H An’nisa Septiani Ardiansyah
5
10
8
0
23
66
9
Arif Jubaedi
9
14
0
0
23
78
10
Bunga Davita
11
12
0
0
23
80
11
Dafina Damayati Faiz Omar Pasya Felicia Defiani Sitihawa Ibnu Naba A
20
3
0
0
23
89
6
7
6
0
23
65
18
5
0
0
23
87
11
11
1
0
23
79
9
11
3
0
23
75
13
10
0
0
23
82
5 6 7
12 13 14 15 16
Ikmah Puji Lestari Ilyas Alifansyah
61
11
4
8
0
23
72
18
Imam Ruwaym Iqbal Galih R
13
6
4
0
23
78
19
Irfan Maulana
18
1
4
0
23
83
20
11
12
0
0
23
80
9
10
4
0
23
74
22
0
1
0
23
90
16
4
3
0
23
82
24
Leny Rahmawati M. Fatur Rahman M. Ikhsan Aziz M. Reza Ramadhan M. Fahri H
6
9
8
0
23
67
25
Nafrianti
14
6
3
0
23
80
26
Suci Indriani
14
9
0
0
23
83
27
Tesya Aulya
8
15
0
0
23
77
28
Tika Ratna Desi Wenik Dwi
19
0
4
0
23
84
20
3
0
0
23
89
Zhene Ayuanda
18
5
0
0
23
87
17
21 22 23
29 30
Untuk mengetahui nilai rata-rata sikap keagamaan siswa, maka penulis menggunakan rumus: ∑
= 2347 30 = 78,23 Jadi nilai rata-rata dari penyebaran angket mengenai kreativitas guru adalah 78,23
Berdasarkan tabel skor kualifikasi kreativitas guru dapat dibedakan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
62
Tabel 4.7 Kualifikasi Tingkat Kreativitas Guru Rentang skor
Kualifikasi
Frekuensi
%
86-100
Sangat baik
6
20%
71-85
Baik
18
60%
60-70
Cukup
6
20%
10-59
Kurang
-
-
30
100%
Jumlah
Dengan melihat tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kreativitas guru dalam proses belajar mengajar PAI sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari rentang skor 71-85 yang dikualifikasikan sebagai nilai baik dimana terdapat 18 siswa atau 60% yang sudah mengikuti pembelajaran PAI dengan kreativitas seorang guru dengan baik. Sedangkan terdapat 6 siswa atau 20% yang sudah mengikuti pembelajaran PAI dengan kreativitas guru sangat baik.
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah nilai ulangan siswa kelas VIII-1 semester I. nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Nilai Ulangan Semester I Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Nama
Nilai
Abdul Rozak
90
Abu Khalid
85
Adistria Putri
72
Aditya Yuristian Agisna Rahma
75 84
63
Ajeng Risma H
75
An’nisa Septiani Ardiansyah
70
Arif Jubaedi
85
Bunga Davita
82
Dafina Damayati
80
Faiz Omar Pasya
78
Felicia Defiani Sitihawa Ibnu Naba A
88
Ikmah Puji Lestari
90
Ilyas Alifansyah
87
Imam Ruwaym Iqbal Galih R
78
Irfan Maulana
85
Leny Rahmawati
81
M. Fatur Rahman
86
M. Ikhsan Aziz
83
M. Reza Ramadhan M. Fahri H
85
Nafrianti
81
Suci Indriani
83
Tesya Aulya
80
Tika Ratna Desi Wenik Dwi
92
Zhene Ayuanda
90
80
85
95
75
80
Untuk mengetahui nilai rata-rata pembelajaran siswa kelas VIII Semester I pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka penulis menggunakan rumus: ∑
64
= 2480 30 = 82,66 Jadi nilai rata-rata pembelajaran siswa kelas VIII Semester I pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam adalah 82,66.
c. Hasil Uji Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran angket atau kuesioner kepada responden yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebanyak 30 pernyataan, dengan jumlah sebanyak 30 responden. Setelah itu dilakukan uji validitas instrumen dan didapatkan hasil sebanyak 23 butir pernyataan valid dan 7 butir lainnya tidak valid. Sedangkan peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa didapatkan dari hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran di kelas dan hasil nilai ulangan. Lalu data tersebut dijumlahkan kemudian hasil penjumlahan itu dijadikan acuan perhitungan korelasi. Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasi atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,361 atau 30-2=28, tingkat signifikansi 5% maka didapat r tabel 0,361.setiap butir pertanyaan dinyatakan valid jika angka korelasi yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan dari r tabel ( ). Untuk angket kreativitas guru PAI, hasil uji validitas dan reliabilitasnya adalah: Tabel 4.9 Uji Validitas Instrumen Kreativitas Guru Pertanyaan
Nilai r Hitung
Nilai r Tabel
Kriteria
1
0,542
0,361
Valid
2
0,093
0,361
Tidak Valid
65
3
0,527
0,361
Valid
4
0,500
0,361
Valid
5
0,090
0,361
Tidak Valid
6
0,241
0,361
Tidak Valid
7
0,500
0,361
Valid
8
0,599
0,361
Valid
9
0,482
0,361
Valid
10
0,378
0,361
Valid
11
0,599
0,361
Valid
12
0,368
0,361
Valid
13
0,572
0,361
Valid
14
0,500
0,361
Valid
15
0,502
0,361
Valid
16
0,482
0,361
Valid
17
0,478
0,361
Valid
18
0,599
0,361
Valid
19
0,093
0,361
Tidak Valid
20
0,500
0,361
Valid
21
0,412
0,361
Valid
22
0,542
0,361
Valid
23
0,378
0,361
Valid
24
0,129
0,361
Tidak Valid
25
0,599
0,361
Valid
26
0,482
0,361
Valid
27
0,032
0,361
Tidak Valid
28
0,103
0,361
Tidak Valid
29
0,542
0,361
Valid
30
0,378
0,361
Valid
Sumber: Data diolah menggunakan program SPSS 16.
66
Dari hasil uji validitas diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel product moment tingkat signifikansi 5% yaitu 0,361. Jika r hitung lebih besar atau sama dari r tabel maka butir pernyataan tersebut dapat dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas, pertanyaan yang valid sebanyak 23 pertanyaan dari 30 pertanyaan. Setelah membuang butir-butir pernyataan yang tidak valid, kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS versi 16, sehingga menghasilkan: Tabel 4.10 Reliability Statistics
Cronbach's
N of
Alpha
Items
.870
23
Dari hasil perhitungan reliabilitas, maka dihasilkan cronbach’s alpha sebesar 0,870, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan dinyatakan reliabel.
d. Analisis Data Data yang dianalisa adalah nilai dari penyebaran angket mengenai kreativitas guru dan data pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa diperoleh dari nilai ulangan. Sesuai dengan teknik pengolahan data, maka tabel di bawah ini akan menjelaskan perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara kreativitas guru PAI dengan peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa sehingga dapat diambil interpretasi data.
Tabel 4.11 Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y
67
Subjek
X
Y
XY
X²
Y²
1
61
60
3660
3721
3600
2
63
65
4095
3969
4225
3
78
75
5850
6084
5625
4
79
78
6162
6241
6084
5
81
84
6804
6561
7056
6
89
90
8010
7921
8100
7
69
67
4623
4761
4489
8
66
65
4290
4356
4225
9
78
75
5850
6084
5625
10
80
82
6560
6400
6724
11
89
90
8010
7921
8100
12
65
70
4550
4225
4900
13
87
85
7395
7569
7225
14
79
80
6320
6241
6400
15
75
72
5400
5625
5184
16
82
85
6970
6724
7225
17
72
78
5616
5184
6084
18
78
75
5850
6084
5625
19
83
85
7055
6889
7225
20
80
81
6480
6400
6561
21
74
86
6364
5476
7396
22
90
83
7470
8100
6889
23
82
85
6970
6724
7225
24
67
75
5025
4489
5625
25
80
81
6480
6400
6561
26
83
85
7055
6889
7225
27
77
80
6160
5929
6400
28
84
80
6720
7056
6400
29
89
90
8010
7921
8100
68
30
87
N = 30
90
ΣX =
ΣY =
2347
2377
7569
7830
ΣXY =
ΣX² =
187634
185513
8100
ΣY² = 190203
Dari data tersebut, maka dapat dicari nilai koefisien korelasi sebagai berikut: ∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
][
√[
][
√[
][
√[
]
]
]
√
= 0,889 Jadi angka korelasi antara variabel X (Kreativitas Guru PAI) dan variabel Y (Pembelajaran Pendidikan agama Islam) adalah sebesar 0,889.
69
e. Interpretasi Data Setelah
diketahui, untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
yang diteliti, penulis mengacu pada tingkat koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 4.12 Interpretasi Data Besarnya “r” Poduct Moment (rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20
Sangat rendah
0,20 – 0,40
Rendah
0,40 – 0,70
Sedang/Cukup
0,70 – 0,90
Tinggi
0,90 – 1,00
Sangat tinggi
Berdasarkan hasil data dari
, maka penulis akan memberikan
interpretasi data dengan menggunakan perhitungan di atas terhadap angka korelasi Product Moment melalui dua cara, yaitu: 1) Interpretasi dengan cara sederhana, interpretasi terhadap
dari
perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya
(yaitu 0,889), yang berkisar
antara 0,70-0,90 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif dalam kategori tinggi. 2) Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai
Product Moment
rumusan hipotesa kerja/alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho) yang penulis ajukan di awal adalah: Ha
: Terdapat hubungan yang positif antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
70
Ho
: Tidak terdapat hubungan yang positif antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Adapun kriteria pengajuannya adalah jika
>
, maka Ha
diterima danHo ditolak. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang signifikan atau tidak antara variabel X dan variabel Y, maka r hasil perhitungan dibandingkan dengan
. Dan sebelum membandingkannya,
maka terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus: df = N – nr = 30 – 2 = 28 Dengan df sebesar 28 diperoleh
pada taraf signifikan 5% sebesar
0,361 sedangkan pada tarif signifikan 1% diperoleh
sebesar 0,463.
Ternyata
yang besarnya
(0,889) jumlahnya lebih besar dari pada
0,361 dan 0.463. Karena
lebih besar dari
, maka hipotesa alternatif
(Ha) diterima dan Ho ditolak. Ini berarti untuk taraf signifikansi 5% dan 1% terdapat korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara 2 variabel yang diuji atau dengan kata lain bahwa peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Negeri3 Tangerang Selatan Ciputat dipengaruhi oleh kreativitas guru dalam mengajar. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kreativitas guru terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka digunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% = 0,889² x 100% = 79,03%
71
Dari perhitungan diperoleh hasil KD sebesar 79,03% maka dapat diketahui bahwa kreativitas guru yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Ciputat dalam mempengaruhi peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebesar 79,03% dan ini berarti 20,97% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan perhitungan korelasi product moment antara variabel X dan variabel Y didapatkan angka sebesar 0,889, angka ini menunjukkan bahwa adanya korelasi antara kreativitas guru dan peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.Nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,889> 0,361) ini berarti hipotesis alternatif diterima, artinya ada hubungan yang positif antara kreativitas guru dan peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa.
2. Pembahasan Tentang Temuan penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kreativitas guru yang diterapkan atau dilaksanakan di sekolah diperoleh rata-rata sebesar 78.23 dan untuk skor hasil belajar atau hasil ulangan siswa diperoleh rata-rata sebesar 82.6, ini menunjukkan bahwa skor kreativitas guru yang tinggi akan membentuk hasil yang positif terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa, dan skor kreativitas guru yang rendah akan membentuk hasil yang kurang baik terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari perhitungan rxy diperoleh sebesar 0.889, apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi r product moment, ternyata besarnya rxy yang diperoleh terletak antara 0.70 – 0.90 yang berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi. Setelah dicocokkan dengan table r product moment diperoleh hasil bahwa antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dan peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa terdapat pengaruh yang sangat tinggi. Kontribusi dari hasil korelasi yang didapatkan sebesar 79.03%.Artinya, salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan pembelajaran Pendidikan
72
Agama Islam adalah dengan kreativitas guru yang dilaksanakan di sekolah. Sedangkan 20.97% dipengaruhi oleh faktor lain seperti minat dan bakat siswa, motivasi yang tinggi, kecerdasan yang dimiliki siswa, dan lain-lain. Hasil dari temuan penelitian diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada Kepala Sekolah SMPN 03 tangerang selatan yang mengatakan bahwa, Banyak upaya yang telah dilakukan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Akan tetapi dalam usaha menciptakan kreativitas guru, pihak sekolah mengusahakan menyediakan keperluan dalam penerapan kreativitas guru tersebut. Misalnya, apabila ada guru yang akan menggunakan media dalam mengajar dikelas, maka sekolah akan mengusahakan untuk dapat menyediakannya. Menciptakan suatu kreativitas, seorang guru harus mampu beradaptasi terlebih dahulu dengan peserta didiknya, karena kreativitas yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didiknya agar hasil pembelajarannya lebih maksimal.4 Berdasarkan penelitian yang penulis telah lakukan melalui angket yang telah disebarkan kepada responden atau siswa tentang pengaruh kreativitas guru PAI terhadap peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Tangsel, dapat diketahui bahwa penerapan sistem belajar yang guru telah terapkan, berhasil membuat peningkatan belajar mengajar pada siswa. Sistem yang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) terapkan ialah yang mengacu kepada potensi kreativitas yang guru miliki. Hal ini berarti membuktikan bahwasannya kreativitas itu dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Itu semua bisa dilihat dari sebagian responden mengatakan bahwa mereka dilatih untuk mengambil kesimpulan ataupun pemahaman sendiri dari suatu materi yang mereka pelajari, tidak hanya itu responden juga mengatakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengajar selalu menciptakan suasan belajar yang menyenangkan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis kepada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Kepala Sekolah di SMPN 3 Tangerang Selatan.
4
Wawancara dengan Kepala Sekolah Bapak Maryono hari Senin, 08 Agustus 2014, jam 09.00 WIB di SMPN 3 Tangsel.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang telah terkumpul dari hasil pembahasan keseluruhan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan pembelajaran siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang Selatan Ciputat. Terbukti dengan hasil perolehan korelasi sebesar 0.889 yang berkisar antara 0.70 – 0.90 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y dan itu termasuk korelasi positif yang tinggi/baik. Jadi antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki korelasi positif yang tinggi atau baik. Setelah menghitung koefisien determinasi (kontribusi antara variabel X dan variabel Y) diketahui bahwa kreativitas guru Pendidikan Agama Islam mempunyai kontribusi sebesar 79.03 dalam mempengaruhi peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan Ciputat. Dari hasil perhitungan KD menjelaskan bahwa kreativitas guru Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa. Artinya terdapat pengaruh yang positif antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VIII di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Ciputat.
73
74
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk para guru diharapkan agar menggunakan potensi kreatif yang dimilikinya, karena kreativitas itu penting untuk kelangsungan dan kemajuan belajar siswa yang nantinya bisa berdampak demi kemajuan pendidikan. 2. Hendaknya kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dapat menjadi pegangan buat para pendidik agar bisa mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik. 3. Hendaknya dilaksanakan
pelaksanaan dengan
kreativitas
fasilitas
yang
guru
Pendidikan
memadai,
supaya
Agama
Islam
memudahkan
tercapainya tujuan pembelajaran. 4. Bagi pihak sekolah penulis menyarankan agar kemampuan kreatif dari tenaga pengajar perlu di tingkatkan, seperti dengan mengadakan study banding, kegiatan lokakarya antar guru, pelatihan-pelatiahan motivator pembangkit kreativitas.
75
DAFTAR PUSTAKA Al-quran dan Terjemahannya. Departeman Agama RI. Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan. Alfiani, “Kreativitas Guru Dalam Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 20 Tangerang”. Skripsi Pada Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Arif, Armai.Pembaharuan Pendidikan Islam Di Minangkabau. Jakarta: Suara ADI, Cet ke-I, 2009. Arifin, H, M. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Buchori, Mochtar. Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan. Jogja: PT Tiara Wacana, 1994. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2005. Candra, Julius. Kreativitas Bagaimana Menanam Membangun Dan Mengembangkan. Yogyakarta: Kanisius, 1994. Danim. Sudarwan. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Gianto, Epirijum, Dion. Jadi Pendidik Kreatif Dan Inspirati. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2011. Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasinya. Bandung: PT Refika Aditama, 2010. Langgulung, Hasan. Kreativitas Dan Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. I, 1991. Majid, Abdul. Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Majid, Abdul,. dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2006. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
76
--------. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, Dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009. Mulia, Sahdan. “Pengaruh Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kual itas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Malang”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010.
Mulyasa. E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Dan Kepala Sekolah,. Bandung: PT Bumi Aksara, 2009. --------. E. Menjadi Guru Profesional. (Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia, 1992. Narbuko, Cholid dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. V, 2003. Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prencana Media Group, 2011. Profil SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang diberikan oleh Wakasek pada 22 Agustus 2014. Rahmawati, Yeni,. dan. Kurniati, Euis. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Ramayulis. Profesi Dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013. Rusman. Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2008. Singarimbun, Masri, Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989. Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Tarjono. “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Di SMP PGRI I Ciputat”. Skripsi pada Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
77
Taufik, H M. Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam. Yogyakarta: IAIN Malang Mataram, 2012. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2008. Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasar Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Yunus, Mahmud. Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran. Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1961.
Nama
:
Jenis kelamin : P / L
Petunjuk Pengisian: 1. Sebelum mengisi angket ini, bacalah Basmallah. 2. Isi nama, kelas dan jenis kelamin kamu. 3. Isi angket ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom SL (selalu), SR (sering), P (pernah), dan TP (tidak pernah), sesuai dengan jawaban pilihanmu. 4. Bila telah selesai akhiri dengan Hamdalah.
--SELAMAT MENGERJAKAN—
No
Pilihan
Pertanyaan
SL
1.
Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan temannya
2.
Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan
3.
Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
4.
Siswa belajar atas kemauan sendiri
5.
Siswa sering takut salah dalam melakukan apapun
6.
Siswa merasa cukup dengan nilai yang diperoleh
7.
Guru memberikan solusi atas setiap masalah dalam kegiatan belajar mengajar
8.
Guru selalu mengajak siswa untuk ikut berpartisipasi aktif, kreatif dalam proses belajar mengajar
9.
Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
10.
Guru memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa dalam memahami pelajaran
11.
Guru mengapresiasi siswa terhadap peningkatan kemampuan
12.
Guru
tidak
mengajukan
pertanyaan
untuk
penguasaan siswa pada materi yang dijelaskan
mengetahui
SR
P
TP
13.
Guru membebaskan siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru
14.
Guru bersemangat dalam menyampaikan materi pelajaran.
15
Guru memberikan kesempatan siswa untuk menilai diri sendiri
16
Guru memberikan waktu atau kesempatan kepada siswa untuk menceritakan masalah yang sedang dialaminya (curhat)
17
Guru selalu membuat kesimpulan atas pelajaran yang telah disampaikan
18
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada kesulitan dalam belajar
19
Guru memotivasi siswa untuk membaca bahan bacaan lain yang sesuai dengan materi
20
Guru memberikan nilai tambahan kepada siswa yang aktif bertanya atau menjawab dalam proses pembelajaran
21
Guru menggunakan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa.
22
Penjelasan dari guru kurang dipahami siswa
23
Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi
24
Guru memberikan suatu permasalahan untuk siswa selesaikan secara bersama-sama
25
Guru meminta siswa untuk memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi
26
Guru jarang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
27
Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja, melainkan senantiasa mengembangkan pribadi siswa.
28
Guru bersikap tertutup terhadap gagasan-gagasan baru
29
Siswa berani mengungkapkan gagasan-gagasan suatu masalah
30
Guru menjelaskan tanpa memberi kesempatan siswa untuk bertanya
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00001 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00002 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00003 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00004 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00005 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00006 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
1
.083
.549**
.000
.137
.118
.000
.293
-.024
.174
.293
-.188
.662
.002
1.000
.470
.534
1.000
.116
.900
.358
.116
.320
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.083
1
-.215
.290
.329
-.199
.290
-.136
-.093
-.004
-.136
-.200
.253
.119
.076
.291
.119
.474
.624
.983
.474
.288
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.220
.272
**
-.220
.331
.237
.115
.331
.160
.242
.146
.001
.242
.074
.208
.545
.074
.399
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.000
-.375
*
**
.218
.195
.047
.218
.390*
1.000
.041
.000
.248
.301
.806
.248
.033
30
30
30
30
30
30
30
30
-.017
.000
-.383
*
.283
.041
-.383
*
-.300
.931
1.000
.037
.130
.829
.037
.107
30
30
30
30
30
30
30
1
*
.318
.169
-.029
.318
.023
.041
.087
.373
.879
.087
.905
30
30
30
30
30
30
.662 30
30
**
-.215
.002
.253
30
30
.549
1
30
.000
.290
-.220
1.000
.119
.242
30
30
30
1
30
.137
.329
.272
.000
.470
.076
.146
1.000
30
30
30
30
.118
-.199
**
*
-.017
.534
.291
.001
.041
.931
30
30
30
30
30
.595
-.375
1
30
.595
30
1.000
-.375
VAR00007 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00008 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00009 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00010 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00011 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00012 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00013 Pearson Correlation
.000
.290
-.220
1.000**
.000
-.375*
1.000
.119
.242
.000
1.000
.041
1
.218
.195
.047
.218
.390*
.248
.301
.806
.248
.033
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.293
-.136
.331
.218
-.383
*
.318
.218
1
-.145
.063
**
.432*
.116
.474
.074
.248
.037
.087
.248
.444
.740
.000
.017
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.024
-.093
.237
.195
.283
.169
.195
-.145
1
.267
-.145
.118
.900
.624
.208
.301
.130
.373
.301
.444
.153
.444
.535
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.174
-.004
.115
.047
.041
-.029
.047
.063
.267
1
.063
.085
.358
.983
.545
.806
.829
.879
.806
.740
.153
.740
.656
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.318
.218
**
-.145
.063
1
.432*
1.000
.293
-.136
.331
.218
-.383
.116
.474
.074
.248
.037
.087
.248
.000
.444
.740
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
-.300
.023
.390
*
.432
*
.118
.085
.432
*
1
1.000
.017
-.188
-.200
.160
.390
.320
.288
.399
.033
.107
.905
.033
.017
.535
.656
.017
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.215
**
.272
**
-.220
.331
.237
.115
.331
.160
.549
**
1.000
-.220
.595
VAR00013
Sig. (2tailed) N VAR00014 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00015 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00016 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00017 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00018 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00019 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.002
.253
.000
.242
.146
.001
.242
.074
.208
.545
.074
.399
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.000
-.375
*
**
.218
.195
.047
.218
.390*
.000
.290
-.220
1.000
.119
.242
.000
1.000
.041
.000
.248
.301
.806
.248
.033
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.161
-.048
.461
*
.112
.247
.261
.112
.253
.421
*
.054
.253
.226
.396
.800
.010
.554
.188
.163
.554
.178
.020
.776
.178
.229
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.267
-.145
.118
1.000
1.000
-.024
-.093
.237
.195
.283
.169
.195
-.145
.900
.624
.208
.301
.130
.373
.301
.444
.000
.153
.444
.535
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.037
.103
.373
*
.376
*
.093
.365
*
.376
*
.451*
.588
.042
.041
.624
.047
.041
.012
.095
-.039
.215
.373
.618
.837
.253
.042
.848
1.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.293
-.136
.331
.218
-.383
*
.318
.218
**
-.145
.063
**
.432*
.116
.474
.074
.248
.037
.087
.248
.000
.444
.740
.000
.017
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.083
**
-.215
.290
.329
-.199
.290
-.136
-.093
-.004
-.136
-.200
.662
.000
.253
.119
.076
.291
.119
.474
.624
.983
.474
.288
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000
1.000
1.000
VAR00020 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00021 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00022 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00023 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00024 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00025 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00026 Pearson Correlation
.000
.290
-.220
1.000**
.000
-.375*
1.000**
.218
.195
.047
.218
.390*
1.000
.119
.242
.000
1.000
.041
.000
.248
.301
.806
.248
.033
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.144
-.194
.450
*
-.028
-.098
.221
-.028
.145
.353
.138
.145
.388*
.449
.305
.013
.884
.605
.241
.884
.444
.056
.468
.444
.034
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.083
**
.000
.137
.118
.000
.293
-.024
.174
.293
-.188
.000
.662
.002
1.000
.470
.534
1.000
.116
.900
.358
.116
.320
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.063
.085
1.000
.549
.174
-.004
.115
.047
.041
-.029
.047
.063
.267
.358
.983
.545
.806
.829
.879
.806
.740
.153
.000
.740
.656
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.270
-.432
*
.344
-.210
-.185
.211
-.210
.054
.012
-.020
.054
-.063
.149
.017
.063
.266
.329
.262
.266
.777
.949
.915
.777
.740
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.318
.218
**
-.145
.063
**
.432*
1.000
.293
-.136
.331
.218
-.383
.116
.474
.074
.248
.037
.087
.248
.000
.444
.740
.000
.017
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.145
**
.267
-.145
.118
-.024
-.093
.237
.195
.283
.169
.195
1.000
1.000
1.000
VAR00026
Sig. (2tailed) N VAR00027 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00028 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00029 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00030 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N VAR00031 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.900
.624
.208
.301
.130
.373
.301
.444
.000
.153
.444
.535
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.030
-.063
-.057
-.105
-.046
-.333
-.105
.081
-.163
.325
.081
-.095
.875
.741
.764
.581
.809
.072
.581
.671
.388
.080
.671
.618
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.176
.048
.092
-.067
-.246
.087
-.067
.108
-.019
-.336
.108
-.270
.352
.801
.629
.724
.189
.648
.724
.570
.919
.070
.570
.148
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.083
**
.000
.137
.118
.000
.293
-.024
.174
.293
-.188
.000
.662
.002
1.000
.470
.534
1.000
.116
.900
.358
.116
.320
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.063
.085
1.000
.549
.174
-.004
.115
.047
.041
-.029
.047
.063
.267
.358
.983
.545
.806
.829
.879
.806
.740
.153
.000
.740
.656
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.093
**
**
.090
.241
**
**
**
*
**
.368*
.002
.625
.001
.005
.636
.199
.005
.000
.007
.039
.000
.046
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.542
.572
.500
.500
.599
.482
1.000
.378
.599
Correlations VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 .549**
.000
.161
-.024
.095
.293
.083
.000
.144
1.000**
.174
.270
.293
-.024
.002
1.000
.396
.900
.618
.116
.662
1.000
.449
.000
.358
.149
.116
.900
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.215
.290
-.048
-.093
-.039
-.136
**
.290
-.194
.083
-.004
-.432
*
-.136
-.093
.253
.119
.800
.624
.837
.474
.000
.119
.305
.662
.983
.017
.474
.624
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
**
.115
.344
.331
.237
1.000
30
30
**
-.220
.461
*
.237
.215
.331
-.215
-.220
.450
.000
.242
.010
.208
.253
.074
.253
.242
.013
.002
.545
.063
.074
.208
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.220
**
.112
.195
.373
*
.218
.290
**
-.028
.000
.047
-.210
.218
.195
.242
.000
.554
.301
.042
.248
.119
.000
.884
1.000
.806
.266
.248
.301
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.329
.000
-.098
.137
.041
-.185
-.383
*
.283
1.000
1.000
1.000
.549
.272
.000
.247
.283
.037
-.383
.146
1.000
.188
.130
.848
.037
.076
1.000
.605
.470
.829
.329
.037
.130
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
*
.261
.169
.103
.318
-.199
-.375
*
.221
.118
-.029
.211
.318
.169
.001
.041
.163
.373
.588
.087
.291
.041
.241
.534
.879
.262
.087
.373
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.595
-.375
-.220
1.000**
.112
.195
.373*
.218
.290
1.000**
-.028
.000
.047
-.210
.218
.195
.242
.000
.554
.301
.042
.248
.119
.000
.884
1.000
.806
.266
.248
.301
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.331
.218
.253
-.145
.376
*
**
-.136
.218
.145
.293
.063
.054
**
-.145
.074
.248
.178
.444
.041
.000
.474
.248
.444
.116
.740
.777
.000
.444
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.237
.195
.421
*
**
.093
-.145
-.093
.195
.353
-.024
.267
.012
-.145
1.000**
.208
.301
.020
.000
.624
.444
.624
.301
.056
.900
.153
.949
.444
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.063
-.004
.047
.138
.174
**
-.020
.063
.267
1.000
1.000
1.000
.115
.047
.054
.267
.365
.545
.806
.776
.153
.047
.740
.983
.806
.468
.358
.000
.915
.740
.153
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
**
-.136
.218
.145
.293
.063
.054
**
-.145
1.000
.331
.218
.253
-.145
.376
.074
.248
.178
.444
.041
.000
.474
.248
.444
.116
.740
.777
.000
.444
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.160
.390
*
.226
.118
.451
*
*
-.200
.390
*
.388
*
-.188
.085
-.063
.432
*
.118
.399
.033
.229
.535
.012
.017
.288
.033
.034
.320
.656
.740
.017
.535
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.220
*
-.220
*
**
.115
.344
.331
.237
1
.461
.237
.215
1.000
.432
.331
-.215
.450
.549
1.000
30 -.220
.242
.010
.208
.253
.074
.253
.242
.013
.002
.545
.063
.074
.208
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.112
.195
.373
*
.218
.290
**
-.028
.000
.047
-.210
.218
.195
.554
.301
.042
.248
.119
.000
.884
1.000
.806
.266
.248
.301
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
*
.048
.253
-.048
.112
.227
.161
.054
-.081
.253
.421*
.020
.800
.178
.800
.554
.228
.396
.776
.670
.178
.020
1
.242 30
30
1.000
*
.112
.010
.554
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.237
.195
.421
*
1
.093
-.145
-.093
.195
.353
-.024
.267
.012
-.145
1.000**
.208
.301
.020
.624
.444
.624
.301
.056
.900
.153
.949
.444
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.215
.373
*
.048
.093
1
*
-.039
.373
*
.050
.095
.365
*
-.018
.376
*
.093
.253
.042
.800
.624
.041
.837
.042
.792
.618
.047
.925
.041
.624
.461
.421
30
.376
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.331
.218
.253
-.145
.376
*
1
-.136
.218
.145
.293
.063
.054
**
-.145
.074
.248
.178
.444
.041
.474
.248
.444
.116
.740
.777
.000
.444
1.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.215
.290
-.048
-.093
-.039
-.136
1
.290
-.194
.083
-.004
-.432
*
-.136
-.093
.253
.119
.800
.624
.837
.474
.119
.305
.662
.983
.017
.474
.624
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.220
1.000**
.112
.195
.373*
.218
.290
.242
.000
.554
.301
.042
.248
.119
1
-.028
.000
.047
-.210
.218
.195
.884
1.000
.806
.266
.248
.301
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
-.028
.227
.353
.050
.145
-.194
-.028
1
.144
.138
.230
.145
.353
.013
.884
.228
.056
.792
.444
.305
.884
.449
.468
.222
.444
.056
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.000
.161
-.024
.095
.293
.083
.000
.144
1
.174
.270
.293
-.024
.002
1.000
.396
.900
.618
.116
.662
1.000
.449
.358
.149
.116
.900
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.063
-.004
.047
.138
.174
1
-.020
.063
.267
.915
.740
.153
.450
.549
.115
.047
.054
.267
.365
.545
.806
.776
.153
.047
.740
.983
.806
.468
.358
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
-.210
.230
.270
-.020
1
.054
.012
.777
.949
.344
-.210
-.081
.012
-.018
.054
-.432
.063
.266
.670
.949
.925
.777
.017
.266
.222
.149
.915
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
**
-.136
.218
.145
.293
.063
.054
1
-.145
.331
.218
.253
-.145
.376
.074
.248
.178
.444
.041
.000
.474
.248
.444
.116
.740
.777
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.195
*
**
.093
-.145
-.093
.195
.353
-.024
.267
.012
-.145
1
.237
.421
1.000
1.000
.444
.208
.301
.020
.000
.624
.444
.624
.301
.056
.900
.153
.949
.444
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.057
-.105
.122
-.163
-.072
.081
-.063
-.105
-.109
.030
.325
-.091
.081
-.163
.764
.581
.522
.388
.706
.671
.741
.581
.567
.875
.080
.633
.671
.388
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.092
-.067
-.078
-.019
-.278
.108
.048
-.067
.058
.176
-.336
.340
.108
-.019
.629
.724
.682
.919
.136
.570
.801
.724
.760
.352
.070
.066
.570
.919
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
.174
.270
.293
-.024
**
.000
.161
-.024
.095
.293
.083
.000
.144
.002
1.000
.396
.900
.618
.116
.662
1.000
.449
.000
.358
.149
.116
.900
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.063
-.004
.047
.138
.174
**
-.020
.063
.267
.983
.806
.468
.358
.000
.915
.740
.153
.549
1.000
.115
.047
.054
.267
.365
.545
.806
.776
.153
.047
.740
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.093
**
.412
*
**
*
.129
**
.482**
.572
.500
.502
.482
.478
.599
.500
.542
1.000
.378
.599
.001
.005
.005
.007
.008
.000
.625
.005
.024
.002
.039
.497
.000
.007
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 .030
.176
1.000**
.174
.542**
.875
.352
.000
.358
.002
30
30
30
30
30
-.063
.048
.083
-.004
.093
.741
.801
.662
.983
.625
30
30
30
30
30
-.057
.092
**
.115
.572**
.764
.629
.002
.545
.001
30
30
30
30
30
-.105
-.067
.000
.047
.500**
.581
.724
1.000
.806
.005
30
30
30
30
30
-.046
-.246
.137
.041
.090
.809
.189
.470
.829
.636
30
30
30
30
30
-.333
.087
.118
-.029
.241
.072
.648
.534
.879
.199
30
30
30
30
30
.549
-.105
-.067
.000
.047
.500**
.581
.724
1.000
.806
.005
30
30
30
30
30
.081
.108
.293
.063
.599**
.671
.570
.116
.740
.000
30
30
30
30
30
-.163
-.019
-.024
.267
.482**
.388
.919
.900
.153
.007
30
30
30
30
30
**
.378*
.325
-.336
.174
.080
.070
.358
.000
.039
30
30
30
30
30
.081
.108
.293
.063
.599**
.671
.570
.116
.740
.000
30
30
30
30
30
-.095
-.270
-.188
.085
.368*
.618
.148
.320
.656
.046
30
30
30
30
30
.092
**
.115
.572**
-.057
.549
1.000
.764
.629
.002
.545
.001
30
30
30
30
30
-.105
-.067
.000
.047
.500**
.581
.724
1.000
.806
.005
30
30
30
30
30
.122
-.078
.161
.054
.502**
.522
.682
.396
.776
.005
30
30
30
30
30
-.163
-.019
-.024
.267
.482**
.388
.919
.900
.153
.007
30
30
30
30
30
*
.478**
-.072
-.278
.095
.365
.706
.136
.618
.047
.008
30
30
30
30
30
.081
.108
.293
.063
.599**
.671
.570
.116
.740
.000
30
30
30
30
30
-.063
.048
.083
-.004
.093
.741
.801
.662
.983
.625
30
30
30
30
30
-.105
-.067
.000
.047
.500**
.581
.724
1.000
.806
.005
30
30
30
30
30
-.109
.058
.144
.138
.412*
.567
.760
.449
.468
.024
30
30
30
30
30
.030
.176
**
.174
.542**
.875
.352
.000
.358
.002
30
30
30
30
30
**
.378*
1.000
.325
-.336
.174
.080
.070
.358
.000
.039
30
30
30
30
30
-.091
.340
.270
-.020
.129
.633
.066
.149
.915
.497
30
30
30
30
30
.081
.108
.293
.063
.599**
.671
.570
.116
.740
.000
30
30
30
30
30
-.163
-.019
-.024
.267
.482**
1.000
.388
.919
.900
.153
.007
30
30
30
30
30
1
-.243
.030
.325
-.032
.196
.875
.080
.868
30
30
30
30
30
-.243
1
.176
-.336
.103
.352
.070
.590
.196 30
30
30
30
30
.030
.176
1
.174
.542**
.875
.352
.358
.002
30
30
30
30
30
.325
-.336
.174
1
.378*
.080
.070
.358
.039
30
30
30
30
30
-.032
.103
**
*
1
.868
.590
.002
.039
30
30
30
30
.542
.378
30
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH 1. Apakah masing-masing guru PAI di SMP ini memiliki kreativitas guru yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran? 2. Kreativitas apa sajakah yang guru-guru PAI lakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas ? 3. Apakah sarana dan prasarana di sekolah ini sangat memadai dalam meningkatkan proses pembelajaran PAI? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas mengajar guru?
PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI 1. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kreativitas? 2. Apakah kepala sekolah dan guru lain serta karyawan turut membantu Bapak/Ibu dalam kreativitas belajar kreatif? 3. Dalam pengajaran PAI Bapak/Ibu menggunakan sistem belajar yang seperti apa? Apakah efektif? 4. Apakah setiap Bapak mengajar selalu kreatif? 5. Menurut Bapak kendala apa saja yang menghalangi kreativitas untuk mengajar di kelas? 6. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan tanya jawab ketika selesai menerangkan materi pelajaran PAI? 7. Agar siswa merasa betah di dalam kelas, situasi belajar seperti apa yang biasannya Bapak/Ibu ciptakan? 8. Bagaimana cara Bapak/Ibu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan tenang? 9. Menurut Bapak/Ibu ada hubungannya atau tidak kreativitas mengajar guru dengan keadaan didalam kelas? 10. Apakah setiap guru diharuskan memiliki kreativitas dalam mengajar? 11. Selain sebagai guru, apakah Bapak/Ibu juga sering dijadikan tempat curhat bagi para siswa? 12. Bagaimana cara Bapak menjelaskan materi PAI agar siswa mudah memahaminya? 13. Sebagai guru, bagaimana cara Bapak menumbuhkan rasa berani dan percaya diri siswa agar mau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka terhadap materi PAI yang dijelaskan?
HASIL WAWANCARA Nama Responden
: H. Maryono, S.E.M.M.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/Tanggal
: Jum’at, 08 Agustus 2014
Tempat
: Ruang guru, SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
1. Apakah masing-masing guru PAI di SMP Negeri 3 Tangsel ini memiliki kreativitas yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI? Jawab: iya.. Banyak upaya yang telah dilakukan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Akan tetapi dalam usaha menciptakan kreativitas guru, pihak sekolah mengusahakan menyediakan keperluan dalam penerapan kreativitas guru tersebut. Misalnya, apabila ada guru yang akan menggunakan media dalam mengajar dikelas, maka sekolah akan mengusahakan untuk dapat menyediakannya. Menciptakan suatu kreativitas, seorang guru harus mampu beradaptasi terlebih dahulu dengan peserta didiknya, kerene kreativitas yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didiknya agar hasil pembelajarannya lebih maksimal
2. Kreativitas apa sajakah yang guru-guru PAI lakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas Jawab: saya kira begini yaa.. Dalam praktek belajar mengajar dikelas setiap guru memiliki kreativitas yang bervariasi, artinya antara guru yang satu dan guru yang lain memiliki kreativitas yang beraneka ragam yang kesemuanya itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas tersebut. Dalam proses belajar mengajar diharapkan guru mampu menciptakan proses belajar yang menarik agar peserta didik merasa nyaman dalam belajar, dan metode pembelajaran yang dipakai hendaknya disesuakan pula dengan materi yang
akan disampaikan. Apabila materi tersebut memungkinkan untuk praktek, maka guru mengharuskan peserta didiknya untuk menyiapkan diri untuk praktek baik secara individu ataupun kelompok. Kemudian apabila materi yang disampaikan tidah memungkinkan untuk praktek maka harus menggunakan metode yang lain pula. Artinya setiap pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas.
3. Apakah sarana dan prasarana di sekolah ini sangat memadai dalam meningkatkan proses pembelajaran PAI? Jawab: Sarana dan prasarana di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ini cukup memadai seperti dengan adanya gedung untuk pembelajaran pendidikan agama islam berupa ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan, dan musolah yang biasa dipakai sebagai sarana pembelajaran, seperti praktek pembelajaran shalat, wudhu dan lain-lain. Perpustakaan sekolah setidaknya telah menyediakan berbagai buku pelajaran baik untuk pendidikan agama Islam ataupun pendidikan umum sebagai wahana peserta didik dalam mencari bahan pelajaran yang dibutuhkan. Peserta didik diperkenankan meminjam dengan menentukan limit waktu peminjaman atau peserta didik hannya membaca di perpustakaan saja. Faktor yang paling mendukung dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan yang kondusif agar setiap guru dapat mengembangkan kreativitasnya.
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas mengajar guru? Jawab: menurut saya faktor yang mempengaruhinya yang pertama faktor internal, yang mencangkut keadaan guru itu sendiri, kemudian faktor eksternal, yaitu keadaan lingkungan seorang guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
HASIL WAWANCARA Nama Responden
: Ust. Anwar S.Pd.I
Jabatan
: Guru PAI
Hari/Tanggal
: Senin, 11 Agustus 2014
Tempat
: Ruang guru, SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
1. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kreativitas? Jawab: kreativitas itu adalah daya imajinatif untuk menciptakan segala sesuatu yang baru baik yang di ketahui maupun tidak di ketahui.
2. Apakah kepala sekolah dan guru lain serta karyawan turut membantu Bapak/Ibu dalam kreativitas belajar kreatif? Jawab: yaa.. selalu, semuanya berpartisipasi dan bekerjasama dalam membantu proses pembelajaran yang kreatif.
3. Dalam pengajaran PAI Bapak/Ibu menggunakan sistem belajar yang seperti apa? Apakah efektif? Jawab: untuk saya pribadi, semuanya tergantung dari materi pelajaran yang di sampaikan, tergantung situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang bersangkutan atau sekolah ini. Karna menggunakan kurikulum 2013 maka sistem belajaranya di bagi perkelompok-kelompok setiap kelas. Keefektifan itu sendiri sangat efektif karena dalam kurikulum 2013 itu anak-anak sendiri yang lebih digiatkan belajarnya yang sifatnya itu mereka mencari tahu sendiri, dengan cara berdiskusi kelompok. Siswa disini diharapkan mampu mengolah apa yang telah mereka temukan jawabannya dari permasalahan dan kita sebagai pengajar tinggal menambahkan penjelasan tersebut. Seperti itu.
Dan menurut saya efektif yang jelas guru hanya tinggal mengarahkan anak didik untuk ke arah apa yang sesuai dengan bidang studi yang di ajarkan guru kepada anak didik.
4. Apakah setiap Bapak mengajar selalu kreatif? Jawab: alhamdulilah, kalau mengajar saya selalu mengkorelasikan materi ajar kemuadian dengan lingkungan yang ada di sekolah Selalu menghubungkan materi PAI dengan materi lain.
5. Menurut Bapak Kendala apa saja yang menghalangi kreativitas untuk mengajar di kelas? Jawab: Iya jelas ada. Dalam proses belajar mengajar dikelas memiliki beberapa kendala, yaitu adanya sebagian siswa yang selalu membuat kekacauan dikelas sehingga kelas tidak lagi kondusif. Kemudian yang menjadi kendala lagi adalah adanya sebagian siswa yang tidak mempu membaca AlQur’an dengan baik, terkadang beliau mengklasifikasikan antara siswa yang mampu dengan siswa yang kurang mampu membaca Al-Qur’an menjadi satu kelompok agar teman sekelompok yang mampu membaca Al-Qur’an dapat mengajarkan temannya yang kurang bisa membaca Al-Qur’an.
6. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan Tanya jawab ketika selesai menerangkan materi pelajaran PAI? Jawab: kalau dalam proses belajar mengajar tanya jawab itu sangat penting dan evaluasi akhir itu harus ada agar apa yang saya ajarkan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
HASIL WAWANCARA Nama Responden
: Bpk Nasir, S.Pd.I
Jabatan
: Guru PAI
Hari/Tanggal
: Senin, 11 Agustus 2014
Tempat
: Ruang guru, SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
7. Agar siswa merasa betah di dalam kelas, situasi belajar seperti apa yang biasannya Bapak/Ibu ciptakan? Jawab: kalau untuk situasi siswa, kita boleh tegang atau lebih tepatnya “sersan” serius tapi santai. Kadang-kadang kita boleh serius, terkadang kita juga bisa santai, karena kalo kita terlalu serius anak-anak pun akan merasa tegang bisa jadi tidak konsentrasi. Jadi bisa kita ciptakan humor sedikit, ya disesuaikan dengan keadaan di kelas tersebut.
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan tenang? Jawab: dengan cara memperhatikan anak satu persatu, kemudian mengatur anak yang bercanda dan terkhir memperlihatkan latar belakang anak tersebut.
9. Menurut Bapak/Ibu ada hubungannya atau tidak kreativitas mengajar guru dengan keadaan didalam kelas? Jawab: jelas
ada, karena untuk meningkatkan kebersamaan anak,
menciptakan kelompok-kelompok siswa sehingga dapat tercipta tutor sebaya sehingga anak yang belum mampu dapat dibantu oleh temannya yang sudah bisa.
10. Apakah setiap guru diharuskan memiliki kreativitas dalam mengajar?
Jawab: harus, tanpa kreativitas guru dalam mengajar anak akan merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga terlalu monoton (bosan).
11. Selain sebagai guru, apakah Bapak/Ibu juga sering dijadikan tempat curhat bagi para siswa? Jawab: sering, mereka sering menjadikan saya tempat curhat, saya mempersilahkan mereka yang mau bercerita, baik itu masalah pribadi ataupun pelajaran. Pasti kita bantu.
12. Bagaimana cara Bapak menjelaskan materi PAI agar siswa mudah memahaminya? Jawab:
pertama dengan ceramah, setelah selesai dijelaskan maka siswa
diberi kesempatan untuk bertanya. Atau kita menjelaskannya dengan bercerita sesuai dengan materi PAI.
13. Sebagai guru, bagaimana cara Bapak menumbuhkan rasa berani dan percaya diri siswa agar mau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka terhadap materi PAI yang dijelaskan? Jawab: kita harus menekankan bahwa otak manusia itu sangan istimewa, ketika mereka menjawab tidak harus disalahkan atau dibenarkan, namun kita tamping jawaban-jawaban mereka terlebih dahulu. Karena dengan begitu mereka berani mngungkapkan gagasan-gagasan mereka. Karena kalau disalahkan mereka nantinya akan merasa takut dan akhirnya tidak mau mengungkapkan gagasan-gagasan yang mereka ingin ungkapkan.
TABEL NILAI “r”1
11
Harga “r” pada taraf signifikansi: 5% 1% 0,553 0,684
12
0,532
0,661
13
0,514
0,641
14
0,497
0,623
15
0,482
0,606
16
0,468
0,590
17
0,456
0,575
18
0,444
0,561
19
0,433
0,549
20
0,423
0,537
21
0,413
0,526
22
0,404
0,515
23
0,396
0,505
24
0,388
0,496
25
0,381
0,487
26
0,374
0,478
27
0,367
0,470
28
0,361
0,463
29
0,355
0,456
30
0,349
0,449
35
0,325
0,418
40
0,304
0,393
45
0,288
0,372
50
0,273
0,354
60
0,250
0,325
70
0,232
0,302
80
0,217
0,283
90
0,205
0,267
100
0,195
0,254
df (degrees of freedom) atau db (derajat bebas)
1
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 401-402