PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGKAL BAHAYA TERORISME (Studi di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh Tahsis Alam Robithoh NIM : 109011000214
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ABSTRAKSI Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan) Kata kunci: Peranan Guru Agama Islam, Bahaya Terorisme Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalm Menangkal Bahaya Terorisme di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan Dalam Penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara guru pendidikan agama Islam, siswa, dan dokumen-dokumen yang didapat dari tata usaha. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian di lapangan tentang peranan guru pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme. Guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai pengawas, hasil dari sekolah adalah: (1) guru dalam melakukan pengajaran sudah efektif, (2) guru dalam melakukan bimbingan sudah efektif, (3) gruru dalam melakukan pengawasan sudah efektif. Maka dengan ini peranan guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan mampu menjalankan peranannya dengan baik dalam menangkal bahaya terorisme. Tahsis Alam Robithoh 109011000214
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufik, hidayah, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN
GURU
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
DALAM
MENANGKAL BAHAYA TERORISME (Studi di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan)” Sholawat teriring salam tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah lelah memperjuangkan pendidikan agama Islam. Semoga kita senantiasa dapat istiqomah dalam memperjuangan pendidikan agama Islam yang telah di warisi oleh beliau Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi tentunya banyak pihak yang mensuport, menginsparisi, dan memotivasi sampai skripsi ini selesai dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Rif’at Syauqi, MA 2. Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bahrissalim, MA. 3. Sekretaris Program Studi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Drs. H. Sapiudin Shidiq, MA. 4. Dr. Ahmad Shodiq, MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan Ilmu yang bermanfaat. 5. Drs. Masan AF, MA. Dosen Penasehat Akademik yang telah membantu penulis dalam urusan-urusan akademis. 6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam yang Ilmunya dapat penulis serap dan semoga dapat menjadi bekal dan bermanfaat di dunia mauapun di akhirat.
iv
7. Kedua orang tua penulis, Abah dan Umi yang selalu mendoakan dan memberikan penulis rasa kasih sayang yang tak terhingga dari dalam kandungan hingga sekarang ini. 8. Kaka-kaka kandung penulis yang juga selalu mensuport 9. Robiatul Adawiyyah teman yang selalu memberikan motivasi dan semangad. 10. Teman-teman PAI angakatan 2008, semoga kalian menjadi Sarjana Pendidikan Agama Islam yang sukses dunia maupun akhirat.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................
i
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..........................................
ii
ABSTRAK ....................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................
9
1. Pembatasan Masalah ........................................................
9
2. Perumusan Masalah ..........................................................
9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
9
KAJIAN TEORITIS A. Terorisme .................................................................................
10
1. Pengertian Terorisme ........................................................
10
2. Karakteristik Terorisme ....................................................
13
3. Radikalisme Sebagai Akar Terorisme ...............................
17
4. Pandangan Islam Tentang Terorisme ................................
19
a. Terorisme Dalam Perspektif Islam ..............................
19
b. Jihad .............................................................................
22
c. Perbedaan Jihad dan Terorisme ...................................
25
vi
BAB III
BAB IV
B. Menangkal Bahaya Terorisme .................................................
26
1. Bahaya Terorisme .............................................................
26
2. Strategi Menangkal Bahaya Terorisme .............................
28
3. Peranan Guru PAI dalam Menangkal Bahaya Terorisme .
29
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam.................................
30
b. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam ........................
32
C. Kerangka Berfikir ....................................................................
36
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
38
B. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data ..............................
39
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................
39
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
40
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................
41
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ....................................
43
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 9 Tangerang Selatan .............
45
1. Lokasi Penelitian ...............................................................
45
2. Sejarah Singkat SMAN 9 Tangerang Selatan ...................
45
3. Visi dan Misi SMAN 9 Tangerang Selatan ......................
47
4. Keadaan Guru dan Siswa ..................................................
48
5. Fasilitas Sekolah ...............................................................
49
6. Kurikulum Sekolah ...........................................................
50
7. Keunggulan dan Prestasi SMAN 9 Tangerang Selatan.....
55
B. Deskripsi Data .........................................................................
56
C. Analisa dan Interpretasi Data ..................................................
73
vii
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
77
B. Saran ........................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme di Indonesia sekarang ini makin marak terjadi. pengeboman, penembakan, ancaman, penindasan, sampai perekrutan untuk menjadi anggota teroris sudah terjadi, hal ini membuat sebagian besar
masayarakat resah,
bimbang, dan takut atas tindakan yang dilakukan teroris. Tindakan terorisme ini sangat merugikan, karena tindakan tersebut menjadi suatu gerakan radikal yang dapat melumpuhkan agama dan pendidikan bahkan negara sekalipun. tua dan muda, dewasa maupun anak kecil, itu semua akan terseret dampak kejahatan terorisme yang tidak pandang bulu. terorisme dalam aksinya itu seakan-akan berjuang untuk menegakan agama dan negara, akan tetapi sebetulnya aksi terorisme menjadi kambing hitam umat Islam yang mengatas namakan Jihad yakni (berjuang dijalan Allah SWT), akan tetapi golongan ini dalam tindakanya sangat merugikan banyak pihak terkait, entah itu agamanya sendiri maupun agama orang lain, entah itu negaranya sendiri maupun negara orang lain, itu dihancurkan dengan tindaka-tindakan yang tidak beradab dan manusiawi.
1
2
Seluruh dunia tau bahwa tindakan terorisme itu tidak terpuji, boleh jadi terorisme merupakan masalah besar bagi umat manusia, persoalan ini tidak cukup diselesaikan dalam lingkup hukum pemerintah karena tindakan terorisme ini merupakan tindakan yang melampaui batas-batas kemanusiaan, berlebihan dalam bertindak dan menyimpang dari syariat Islam. Setiap aksi terorisme disertai oleh alasan yang kuat, sebab aksi ini disertai dengan pengorbanan materi dan nyawa. Jadi, mustahil bila aksi ini hanya iseng-iseng semata. Terorisme menggunakan ancaman atau kekerasan terencana yang dilakukan individu atau kelompok sub-Nasional yang bertujuan politik atau melalui sosial melalui intimidasi terhadap sejumlah masyarakat selain korban langsung.1 Hal ini menunjukan bahwa tindakan terorisme ini sangat berbahaya, kita tidak tahu kapan terjadinya tindakan terorisme ini dan kitapun tidak tahu apakah pemuda-pemuda disekeliling kita ternyata teroris, kita tidak tahu apakah disekolahpun dapat di masuki oleh jaringan-jaringan terorisme yang mengincar siswa, merekrut hingga menjadi anggota. Jangan sampai pelajar kita yang bakalan menjadi penerus bangsa terseret oleh kelompok teroris. Terdapat dua alasan utama yang mendasari munculnya aksi terorisme. Pertama, dorongan ideologi. Maka berwujud pada kebencian terhadap pihak yang menindas kelompok mereka, serta pihak-pihak yang menghalangi usaha mereka untuk mencapai tujuan, sehingga nyawapun rela dikorbankan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Parahnya, gerakan ini bukan hanya berskala nasional, tapi sudah berskala internasional. Misalnya, kebencian Usama Bin Laden, yang mengaku mewakili umat
Islam,
terhadap
Amerika
Serikat
(AS)
mendorongnya
untuk
mengumandangkan perang bagi apapun dan siapapun yang berbau AS. Perang ini dilancarkan ke seluruh dunia melalui jaringan-jaringan yang tersebar di sejumlah negara. Bila demikian halnya, maka tugas pemerintah adalah memperketat keamanan, terutama yang menyangkut sasaran aksi terorisme ini.
1
Sukawarsini Djelantik, Terorisme Tinjauan Psiko-Politis Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 183
3
Selain dorongan ideologi, aksi terorisme dapat pula terjadi karena alasan ekonomi. Tekanan ekonomi yang dialami oleh teroris, terutama bagi orang yang melakukan bom bunuh diri, bisa menjadi latar belakang dipilihnya jalan untuk mengakhiri hidup. Mengetahui bahwa modus operandi dari aksi-aksi terorisme adalah bom bunuh diri. Orang-orang yang melakukan aksi bom bunuh diri, terlebih dahulu didoktrin dengan ajaran-ajaran yang membenarkan aksi tersebut. Peranan orang yang melakukan bom bunuh diri ini sangatlah penting, sebab merekalah yang berkorban paling besar. Bila jaringan ini tidak bisa merekrut orang-orang yang bersedia melakukan aksi tersebut, niscaya eksistensinya akan lenyap. Namun, alasan ekonomi ini tidak selalu berbentuk tekanan yang dialami oleh pelaku, terutama yang melakukan bunuh diri, melainkan dapat pula berupa kesedihan.2
Perlu kita cermati bahwa para pelaku tindakan kekerasan ini sebetulnya mengatas namakan Jihad dalam tindakannya itu, yang sebetulnya sasaran utamanya adalah orang no-Muslim, akan tetapi bukan hanya orang-orang nonMuslim yang menjadi musuh besar bagi para teroris tetapi dampaknyapun pada orang muslim yang tak bersalah yang tidak terkait dengan target para teror, ini yang selalu menjadi bahan pertanyaan bagi umat Islam, apakah Islam mengajarkan hal tersebut, dan apakah Jihad perlu di negara yang mayoritas Islam ini. Akan tetapi jihad-jihad yang berkembang di Indonesia sebagian besar sangat merugikan negara, dengan adanya bom bali, bukan warga negara asing saja yang tewas akan tetapi warga negara Indonesia pun banyak yang tewas bahkan umat Islam yang tidak bersalahpun ikut terkena dampaknya, Dan negara Indonesia bisa jadi terkena dampak koreksi bagi negara lain bahkan bisa jadi Indonesia dikecam sebagai gudangnya teroris, ini merupakan masalah besar bagi negara dan umat Islam karena teroris bukanlah organisasi kecil tetapi organisasi yang berkembang luas tidak hanya satu di Indonesia mereka terus berkembang walau ada yang 2
http://randikurniawan.blogspot.com/2009/08/meminimalisasi-potensi terorisme.html, diakses tgl 28 Desember 2011, Pukul 22:53.
4
tertangkap bahkan ada yang dihukum mati, tetapi itu semua bukan masalah besar bagi para teroris. Ibarat tanaman, terorisme di Indonesia telah menjelma sebagai tanaman yang tumbuh subur. Patah tumbuh, hilang berganti. Setelah Dr. Azhari tertembak mati, masih ada Noordin M. Top. Setelah Noordin M. Top tewas dalam baku tembak di solo, dan masih ada “pengantin-pengantin” (calon pelaku bom bunuh diri) lain yang masih menghirup udara segar, tidak ada jaminan langkah mereka akan berhenti. Sebab itu, semua pihak menghimbau agar pemerintah dan masyarakat tidak lengah dengan tumbuh suburnya terorisme. Terorisme bukan persoalan pelaku. Terorisme lebih terkait pada keyakinan teologis. Artinya pelakukan bisa ditangkap, bahkan dibunuh, tetapi keyakinannya tidak mudah untuk ditaklukan. Sejarah membuktikan, usia keyakinan tersebut seumur usia agama itu sendiri. Pada zaman Nabi Muhammad ada kelompok-kelompok yang taat beribadah, tapi gemar malaksanakan aksi kekerasan, seperti yang dilakukan kalangan khawarij.3 Dengan ini para pendidik Islam perlu menyadari betapa pentingnya pemahaman agama Islam dikemukakan dengan jelas dan rasional kepada peserta didik, khususnya dalam bidang akidah agar kepercayaan mereka terhadap bahaya teroris ini dapat mereka pahamai sehingga siswa tidak mudah untuk terdoktrin oleh organisai teroris dan juga dapat mencegah apabila di sekeliling mereka ada teroris. Ini terbukti bahwa agama Islamlah yang menjadi kambing hitam, terorisme dikaitkan dengan Islam yang mengatas namakan jihad sebagai akar pemikiran, padahal Islam bukanlah agama kekerasa dan fundamentalis radikalis, islam adalah agama rahmatan lil alamin yang selalu menjaga segala yang ada di bumi ini dengan baik bukan malah merusak, dalam peperanganpun, yang secara logis menuntut tindakan-tindakan kekerasan terhadap lawan, Islam memberikan batasan-batasan agar tidak terjadi perlakuan yang semena-mena, Rasulullah setiap akan memberangkatkan pasukan muslim kesebuah pertempuran, selalu berpesan, “Jangan membunuh anak-anak, jangan membunuh perempuan, jangan membunuh 3
Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam. ( Jakarta: PT Kompas Media Masa, 2009) h. vii-viii
5
manula, jangan membunuh binatang, jangan merusak pepohonan (Hadis). Pesan Rasulullah ini juga merupakan salah satu sisi rahmat yang terkandung dalam ajaran Islam.4 Karena Islam itu mempunyai misi yang sangat penting bagi manusia yaitu terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup.5 ini semua menjadikan penulis mempunyai perhatian serius terhadap persoalan terorisme yang makin menjadi dan menyebar luas, dikhawatirkan pemuda-pemuda muslim yang pemahaman agamanya masih kurang, bisa jadi direkrut untuk menjadi terorisme yang sekali lagi mengatas namakan jihad yang mendoktrin kepada para pengikutnya yang diiming-imingi surga dan bidadari. Selain ideologi dan ekonomi, kelompok terorispun tidak lepas dari keyakinan berjihad, bisa jadi menurut kelompok terorisme jihad adalah satu-satunya cara untuk dapat meyakini orang agar dapat terdoktrin untuk menjadi bagian dari mereka. Setelah itu diperintahkan untuk mengorbankan diri dengan cara apapun. Diantaranya yaitu bom bunuh diri. Padahal Allah SWT melarang keras untuk melakukan bunhuh diri, seperti firmannya yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan 4 5
24
Muhyidin Albarobis, Islam Itu Mudah, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2007) h. 6 Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-Quran, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.
6
aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.6 Ayat ini merupakan penegasan untuk seseorang yang mati terbunuh karena perbuatannya sendiri atau bunuh diri, artinya segala perbuatan yang merugikan diri sendiri bahakan sampai membunuh diri sendiri itu sangat dilarang dan dampaknya akan masuk neraka bukan syurga apalagi sampai ditemani bidadari. Artinya jelas bahwa modus bom bunuh diri merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Senada dengan ayat di atas Nabi Muhammad bersabda:
“barang siapa yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung lalu ia terbunuh maka ia akan masuk neraka dalam keadaan terhemas di dalamnya, kekal lagi mengekalkan didalamnya (HR Bukhori dan Muslim dari al-Dhahhak)”.7 Maka hal ini menjadi pertanyaan penting bagi masyarakat awam yang pemahaman agamanya belum cukup banyak, apa betul Islam mengajarkan hal tersebut?, lalu spsksh guru agama Islam di sekolah pun mengajarkan ideologi radikalis yang di canangkan oleh para teroris dengan melatar belakangi jihad sebagai alasan untuk menjadi teroris. Karena beberapa riset mengungkapkan, bahwa dari beberapa anggota teroris kebanyakan usia-usia muda, sementara itu mantan instruktur biadang persenjataan akademik militer mujahidin Afganistan, Mohammad Nasir bin
Abbas
menuturkan, ideologi radikal cepat berkembang dikalangan remaja dan anak muda, khususnya di usia SLTA.8
6
QS, An-nisa, a. 29-30 HR. Bukhori dan Muslim dari al-Dhahhak 8 Mohamad Nasir, Remaja Jadi Target Teroris, (Banten: Banten Pos, 2011), (www.Bantenpos.com). 7
7
Maka hal ini perlu penulis garis bawahi, ternyata sebenarnya peranan guru agama Islam di sekolah itu sangat penting dalam meningkatkan pemahaman akidah peserta didik, agar mereka mengetahui bahwa keyakinan dalam menjalankan syriat Islam yang benar itu seperti apa, dan bagaimana cara menghindari pemahaman-pemahaman yang bertolak belakang terhadap ajaran Islam. Seperti di katakan oleh uhairi misrawi (intelek muslim muda) mengatakan “bahwa radikalisme agama di Indonesia berbahaya karena menyasar anak muda yang wawasan keislamannya tidak mendalam serta orang miskin yang dilemahkan oleh kekuasaan.9 Menagkal bahaya terorisme tidak dapat diselesaikan lewat hukum pemerintah, militer, dan polisi saja akan tetapi perlu adanya peran pendidik agama Islam sebagai pereda untuk meminimalisir calon-calon anggota terorisme yang makin menyebar diseluruh Indonesia, karena dengan keyakinan beragamalah yang dapat meredup seseorang untuk menjadi teroris. Dari pada itu tiga komponen ini harus berkesinambungan untuk menjaga eksistensi negara dan khususnya menjaga keamanan masyarakat Islam yang banyak di isukan sebagai akar jihad itu sendiri. Tangerang salah satu kota yang pernah disusupi oleh jaringan terorisme, tepatnya di pamulang barat, tangerang seltan, yaitu dua teroris yang bernama Abu Jibril dan M. Iqbal sempat meledakan bom dihalaman rumah.10 Hal ini yang menghawatirkan siswa di Tangerang Selatan terkena doktrin ideologi teroris atau ajaran sesat yang dijadikan Ijtihad oleh pelaku teroris, bahkan sempat Abu Jibril membrikan sumbangan buku di sebgaian Masjid di sekitar Tangerang Seltan. Dengan latar belakang yang penulis sudah paparkan, maka penulis berkesimpulan bahwa peranan guru PAI bukan hanya seputar mata pelajaran yang sudah di tentukan saja, akan tetapi perlu mengkaitkan permasala-permasalahan yang ada sekarang yang menyangkaut pemahaman akidah Islam itu sendiri, contonya terorisme yang bahayanya dapat berdampak pada keyakinan para pelajar.
9
Uhairi Misrawi, Radikalisme Berbahaya Karena Menyasar Anak Muda dan Kelompok Miskin, 2008. (www.lazuardi biru.org). 10 www.Terorisme di Indonesia.com, 11 November 2013
8
Untuk mengetahui bagaiamana tindakan seorang guru PAI dalam menangkal bahay terorisme di sekolah yang letaknya di kota Tangerang Selatan, yang terindikasi aksi terorisme, walaupun sekolah yang diteliti tidak terindikasi terorisme, namun perlu disadari bahwa terorisme bukan kelompok biasa tapi penyebaran teroris bisa di man saja, karena tangerang selatan sudah terindikasi, maka bisa jadi masih meninggalkan pemahaman jihad yang menyimpang di segala sektor sekitar tangerang selatan, yang di hawatir bisa mempengaruhi pemahaman orang banyak khususnya para pelajar dan anak muda lainnya, maka dengan ini perlu adanya pencagahan sedini mungkin, menangkal bahaya terorisme secepatnya, terutama di sekolah sekitar kota Tangerang Selatan. Dengan ini penulis membuat judul penelitian tentang “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGKAL BAHAYA TERORISME STUDI DI SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah terpapar diatas maka penulis perlu mengidentifikasikan permasalahan penelitian ini adalah “ 1. Maraknya tindakan teroris di Indonesia yang menimpa anak-anak muda sebagai targetnya 2. Bahaya terorisme berdampak terhadap masayarakat Islam 3. Kurangnya sosialisai tentang bahaya terorisme di sekolah 4. Guru pendidikan agama Islam sangat berperan untuk dapat menangkal bahaya terorisme
9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Persoalan pokok yang dibatasi dalam skripsi ini adalah menjelaskan peranan pendidikan agama Islam terhadap bahaya terorisme dapat berjalan sebagaimana tujuan pendidikan agama islam itu sendiri. Mengingat permasalah yang penulis ungkap itu sangat luas, yakni bagaimana Perananan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menangkal bahaya Terorisme, maka penulis membatasi permasalah ini dalam lingkup umat Islam saja.
2. Perumusan masalah Untuk mengkaji lebih dalam lagi maka perlu adanya perumusan masalah sebagai berikut. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme? D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Berdasarkan pada perumusan masalah yang sudah penulis paparkan maka tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk mengkaji dan menganalis Peranan Guru pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme. Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini yaitu : 1. Dapat memberikan kontribusi terhadap guru pendidikan agama Islam upaya untuk anti terorisme di sekolah 2. Untuk pribadi penulis sendiri dapat mengetahui bagaimana guru berperan terhadap persoalan pencegahan terorisme di sekolah. 3. Bermanfaat dan dapat manambah khasanah ilmu pengetahuan agama Islam yang luas.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Terorisme 1. Pengertian Terorisme Terorisme diambil dari kata teror yang artinya mengancam, sedangkan teroris artinya pengacau atau pelaku teror, orang yang melakukan teror, sedangkan terorisme yaitu tindakan sekelompok teroris yang mengancam pihak terkait untuk mencapai suatu tujuan. 1 dengan demikian dapat dipahami bahwa terorisme adalah prilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mengancam keselamatan jiwa pihak lain guna untuk mencapai tujuan tertentu. Abdul Wahid menjelaskan bahwa, kata “teroris” (pelaku) (aksi) berasal dari bahasa latin „terrere‟yang kurang lebih membuat gemetar atau menggetarkan. Kata „teror‟ juga bisa menimbulkan kengerian. Tentu saja kengerian di hati dan pikiran korbanya.2Kengerian ini dapat menimbulkan seseorang merasa tidak percaya diri, hati mereka selalu waswas, ketakutan akibat disekelilingnya telah terjadi baku hatam dan kerusakan yang dasyat, akan tetapi sebenarnya kengerian 1 2
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2012) h. 603 Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme, (Jakarta: Refika Raditama, 2004), h. 22
10
11
ini timbul karena mereka tidak mempunyai pondasi atau kekuatan dari pihak lain, mereka seakan-akan sendiri yang mengalami kengerian tersebut, tapi wajar, kekerasan yang di timbulkan oleh para pelaku teror memang sangat keras apabila mereka sudah terlanjur melakukan perbuatan anarkis, tentu mereka yang melihat kelakuan teoris yang begitu jahatnya timbulah rasa takut dan ngeri. Namun hingga saat ini, definisi terorisme masih menjadi perdebatan meskipun sudah ada ahli yang merumuskan, dan dirumuskan di dalam pereturan perundang-undangan. Amerika serikat sendiri yang pertama kali mendeklarasikan “perang bersama teroris” belum memberikan definisi yang gamblang dan jelas sehingga semua orang bisa memahami makna sesungguhnya tanpa dilanda keraguan, tidak merasa didiskriminasikan serta dimarjinalkan. Dalam undang-undang pemberantasan korupsi tindak pidana terorisme pasal 6 ialah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatka kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strtegis atau lingkungan hidup atau fasilitas internasional dan elemen para militer.3 Teror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang lebih
luas,
daripada
hanya
pada
jatuhnya
korban
kekerasan.
Dalam
perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematis, demi suatu kepentingan politik tertentu, terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau properti untuk mengintimidasi atau menekan suatau pemerintahan, masyarakat sipil atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan sosial atau politik.4
3 4
op. cit, h. 38 Herman Sulistyo, Beyond Terrorism, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), h. 3
12
Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik (well organized), bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indikriminasi).5 Dengan adanya terorisme maka masyarakat merasa tidak aman karena cara yang dilakukannya itu tidak membeda-bedakan mana musuh yang harus mereka habisi mana masyarakat yang harus mereka lindungi. Terorisme
adalah
faktor
yang
menyejarah,
kemunculan
dan
perkembangannya memberikan nuansa tersendiri bagi kehidupan manusia. Tidak jarang fenomena yang menyejarah ini membuat terorisme dikaji secara akademik karena selain memberikan sosok dan warna yang unik dengan berbagai pendekatan keilmuan, terorisme dengan beragam karakteristiknya telah menjelma menjadi arus kekuatan baru dalam tawar menawar kepentingan.6 Sejarah mencatat pada abad ke-11 terdapat Ordo para pembunuh (Order of the Assasins) yaitu sebuah cabang sempalan dari kaum Ismaili, sebuah sekte Muslim. Hasan Sabah, pendiri ordo tersebut lahir di Qom, pusat syiah di Persia utara (iran sekarang). Sabah mengambil sebuah bentuk doktrin Ismaili ekstrim yang mendorong perampasan bebebrapa benteng di pegunungan; benteng yang pertama, Alamut, disebut pada tahun 1090. Beberapa tahun kemudian para pembunuh memutuskan untuk memindahkan aktivitas mereka dari wilayah pegunungan yang terpencil kepusat kot atau kota besar. Korban pembunuhan kota mereka yang pertama adalah menteri kepala dari sultan Baghdad, Nazim al-Mulq, seorang muslim sunni. Tahun-tahun berikutnya para pembunuh aktif beroperasi di Persia, Suriah, dan Pelestina. Mereka membunuh sejumlah besar musuhnya yang kebanyakan kaum Muslim sunni. Di samping itusasaran mereka juga kaum kristen, termasuk Count Raymond II dari Tripoli dibunuh di Suriah, juga Marquis Conrad dari Monferrat, yang memerintah kerajaan Jerusalem. Strategi para teroris itu yang menarik adalah penyamaran diri mereka sebagai biksu, yang berpura-pura menjadi utusanutusan yang saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah tim dengan misi bunuh diri. Sebagai upayanya adalah keyakinan mereka akan jaminan kenikmatan 5
Ma‟ruf Amin, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 3 Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, (Jakarta: Kencana, 2012), cet. 1, h. 1 6
13
Surgawi. Sejarah mencatat bahwa ternyata tidak ada dampak politik yang berarti, sebagai hasil dari terorisme yang mereka lakukan itu.7
Pelaku teror bisa berbuat apa saja yang diinginkan, apabila mereka terancam tindak pidana atau hukum sosial pelaku dapat menyamar sebagai apa saja yang terpenting tidak dapat dikenali orang lain. Dengan demikian, terorisme dari dulu sudah ada dan tindakannyapun sampai sekarang masih terjadi, seperti peledakan bom di gedung-gedung, tempat peribadatan dll, penembakan, kekerasan, perampasa dan ancaman. Ini semua terjadi samapai sekarang, artinya tindakan terorisme mempunya misi yang kongkrit dalam melakukan segala hal demi kepentingan mereka dan tidak memikirkan sesama manusia melalui sejarah inilah kita bisa mengetahui bagaimana perjalanan terorisme dan segala tindakan yang tidak keprimanusiaannya dari abad ke-11 hingga sekarang ini.
2. Karakteristik Terorisme Menurut terrorism Act 2000 UK, terorisme mengandung arti sebagai penggunaan atau ancaman tindakan dengan ciri-ciri: a. Aksi yang melibatkan kekekrasan serius terhadap seseorang , kerugian berat terhadap harta benda, membahayakan kehidupan seseorang, bukan kehidupan orang yang melakukan tindakan, menciptakan resikoserius bagi kesehatan atau keselamatan publik tertentu. b. Penggunaan atau ancaman didesain untuk mempengaruhi pemerintah atau untuk mengintimidasi publik atau bagian tertentu dari publik. c. Penggunaan atau ancaman dibuat dengan tujuan politik, agama, atau ideologi d. Pengguna atau ancaman yang masuk dalam suseksi yang melibatkan senjata api dan bahan peledak.8 Senada dengan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengemukakan ciri-ciri terorisme sebagai berikut: 7
Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, (Jakarta: PT Kompas Media Masa, 2009), h.57-58 8 Abdul Wahid, Dkk, Kejahatan Terorisme, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 34
14
a. Sifatnya merusak (ifsad) dan anarkis / chaos (faudha). b. Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan/atau menghancurkan pihak lain. c. Dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.9 Dengan demikian perbuatan merusak, anarkis, menciptakan rasa takut, dan melibatkan senjata api dan bahan peledak, semua itu merupakan ciri khas pelaku teror atau terorisme yang dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas. Sedangkan menurut Abdul Wahid ciri pengidentifikasi terorisme akan dapat memeberikan pengenalan yang tunggal dan solid mengenai terorisme, agar mudah dapat dikenal dalam konteks operasinya. Maka paling tidak ada beberapa ciri identifikasi terorisme: a. Apapun metode yang digunakan ia merupakan suatu bentuk penggunaan kekekrasan (oleh suatu kelompok), untuk menekankan pemerintah /masyarakat. Setiap langkah aksi terorisme pasti memiliki efek yang diharapkan yaitu: usahakan untuk mengalihkan perhatian, membuat suasana ketakutan dan kekacauan, terjadi aksi balas dendam antar kelompok. Dan saling tuding anatara elit politik yang bertentangan b. Spektrum motivasi yang melatarbelakangi gerakan dan aksinya memiliki spektrum yang beragam. c. Merupakan komunitas yang sangat spesifik dalam artian ada semacam komunitas manusia yang terus menerus dicaci maki, ditekan atau didorong wibawanya. 10 Senada dengan itu, Paul Wilkinson, mengemukakan ciri-ciri terorisme sebagai berikut: a. Terorisme epifenomenal (teror dari bawah), merupakan jenis teror dengan ciri-ciri tak terencana, rapi, dan terjadi dalam konteks perjuangan yang sengit b. Terorisme revolusioner, merupakan jenis teror yang bertujuan revolusi atau perubahan radikal atas sistem yang ada dengan ciri-ciri selalu merupakan fenomena kelompok, struktur kepemimpinan, program, ideologi, konspirasi.
9
http://www.erlanggashop.com/buku/ensiklopedia-islam/himpunan-fatwa-mui/493-21460, di akses: tgl 4 januari 2014 10 Op.cit, h. 36
15
Karakteristik yang mencirikan terorisme dari bentuk tindak kekerasan lainnya. Wilkinson mengidentifikasikan sebagai berikut: a. Sistematis penggunakan pembunuhan, luka-luka / kerugian, atau ancaman untuk mencapai tujuan akhir, contoh penekanan pemerintah, kegiatan revolusioner, atau pengenalan. b. Fokus, arah, dan tujuan terorisme adalah untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan dan panik. c. Terorisme tidak terpisahkan secara acak dan tidak pandang bulu. Terorisme sengaja menyerang target warga sipil (bukan prajurit). strategi ini menyebarkan ketakutan, karena tidak memiliki target khusus. Oleh karena itu, tidak seorangpun akan merasa aman, dan indidisu tidak dapat menghindar menjadi korban. Strategi terorisme diarahkan pada targettarget "lunak" d. Terorisme menggunakan metode penghancuran liar/acak seperti bom mobil, bom paku, dan bom ganda adalah yang paling disukai. Terorisme tidak mengenal aturan atau kebiasaan berperang. e. Terorisme lebih bersifat ekspresif dari kekerasan, begitupun, terorisme membutuhkan pendengar dan media. Tanpa media, teroris merupakan latihan yang sia-sia. f. Tindak pidana terorisme direncanakan dengan baik dibandingkan dengan tindak pidana yang dilakukan secara spontan oleh pelaku tindak pidana.11 Setelah dipaparkan beberapa ciri-ciri terorisme maka penulis dapat simpulkan ciri-ciri teroris yang mendasar sebagai berikut: a. Memakai unsur kekerasan Dalam aksinya kelompok teroris sangat sering menggunakan kekerasan terhadap orang yang dianggap musuh baginya. b. Memaksa Terorisme juga suka memaksa orang banyak untuk ikut serta memberantas orang-orang yang dikehendakinya atau tempat-tempat yang dikehendakinya. c. Mengancam Salah satu aksi yang meresahkan masyarakat sipil, para pelaku teror juga menggunakan ancaman dalam tujuan yang akan dicapainya. 11
http://www.metro.polri.go.id/perpus/384-terorisme-masalah-definisi di akses pada tgl: 7 januari 2013
16
d. Anarkis Anarkisme pun menjadi karakteristik terutama dalam kelompok terorisme, seperti halnya bom bunuh diri, mereka melakukan hal tersebut dengan membunuh diri sendiri yang pada akhirnya berdampak terhadap orang tidak bersalah, rumah hancur, gedung-gedung hancur, tempat peribdatan hancur, bukan hanya bom saja yang dilakukan akan tetapi perampoka di bank, toko, dsbg demi kepentingan kelompok tersebut. e. Tujuannyanya mematikan lawan Bukanlah mencegah kekafiran akan tetapi membunuh orang-orang yang dibenci tapi sekali lagi yang terkena dampaknya orang yang tidak tahu apa-apa. f. Arogan dalam bertindak Sudah dikemukakan dalam anarkisme bahwa memang aksi para kelompok terorisme merupakan tindakan yang aroggan atau berlebihan, menghancurkan
segala
aspek
kehidupan
manusia
yang banyak
mengakibatkan kerugian besar. g. Zalim terhadap sesama manusia Segala tindakan, ancaman, tujuan, dan ciri-ciri yang terkandung dalam kelompok terorisme ini sesungguhnya merupaka perbuatan zalim atau aniaya terhdapa manusia. Maka tak sepantasnya orang-orang yang masih mempunyai keyakinan terhadap agamanya ikut serta dalam kelompok terorisme apapun alasanya, karena bahayanya bukan pada musuh-musuh teroris akan tetapi banyak manusia yang tidak bersalahpun terkena dampaknya. memakai modus jihad, sehingga agama Islam juga terkena imbas negatif dikalangan umat beragama lainnya. Dengan demikian terorisme mempunyai beberapa karakteristik yang sifatnya merugikan segala aspek, terorisme merupakan tindak kekerasan yang melakukan teror bom, di antaranya: mengebom gedung-gedung, tempat ibadah, tempat hiburan, kedutaan dan lain sabagainya, juga melakukan ancaman, dan merencanakan tindakan kejahatan lainya.
17
3. Radikalisme Sebagai Akar Terorisme Radikalisme merupakan pemikiran yang keras sehingga pemikiran tersebut membuat seseorang mencuat egoismenya dalam menjalankan ajaran Islam, rasa kasih sayang yang seharusnya menimbulkan keadamaian bagi seluruh makhluk, lewat pola pikir radikal malah membuat umat Islam menjadi kecaman masyarakat terutama masyarakat yang notabene non-Muslim, sehingga Islam terkadang dipandang agama yang keras, seperti halnya tindakan terorisme yang mengatas namakan jihad sebagai landasan ketika ingin menyerang lawan dengan bom bunuh diri. Kata radikalisme diambil dari kata radikal yang artinya: besar-besaran, menyeluruh dan keras, kokoh, tajam dalam berfikir sedangkan (radikalis) itu berarti orang yang menginginkan perubahan yang besar dalam suatu pemerintahan, yang dalam kata lain ini adalah penganut radikalisme, yang merupakan suatu paham politik kenegaraan yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk mencapai taraf kemajuan, maka dapat disimpulkan bahwa radikalisme adalah suatu tindakan seseorang atau kelompok seseorang yang ingin merombak atau merubaha suatu tatanan pemerintahan yang dia anggap tidak sepaham atau bertentangan dengan kelompok tersebut.12 Dengan demikian, radikalisme dapat dipahami sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar, fanatik keagamaanya cukup tinggi, tidak jarang penganut paham ini menggunakan kekerasan dalam mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan diyakininya. Kaum radikalis menginginkan adanya perubahan atau pembaruan sosial-keagamaan secara mendasar dengan sistem atau tata nilai baru yang diyakininya. Radikalisme tidak saja berupa paham atau ideologi keagamaan yang bersifat wacana dan pemikiran, pada batas-batas tertentu paham ini dapat menjelma dalam bentuk gerakan dan aksi-aksi di lapangan.13
12
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002) h. 517 http://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-fundamentalismeradikalisme_8767.html di akses: 29 desember 2013 13
18
Gerakan-gerakan radikalisme banyak dilihat ketika mereka melakuakan aksiaksi dilapangan, meneror, mengebom, menembak, membunuh yang seharusnya itu semua tidak terjadi. Karena golongan ini tidak terlalu banyak teori dalam bertindak, mereka menjadikan buah pemikirannya lewat aksi-aksi anarkis yang membahayakan. Yang mengakibatkan banyak kerugian terhadap sesama umat. Samapai mereka mendapatkan apa yang diinginkannya. Sekalipun nyawa yang dikorbankannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai banyak keinginan yang menurut egoisnya harus diwujudkan, akan tetapi semuanyapun ada aturan yang membentengi segala apa yang diinginkan, kalau memang yang diinginkannya itu menjadi maslahat dan dapat dijadikan pelajaran yang baik tentu boleh dan sangat dianjurkan, akan tetapi kalau yang diinginkanya itu merupakan hal yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ada tentunya tidak boleh, apalagi sampai menentang syariat. Pada dasaranya manusia memang mempunyai hawa nafsu yang tinggi yang perlu ekstra hati-hati dalam mengontrolnya karena apabila tidak dikontrol dengan hati-hati maka bisa jadi hal-hal yang diinginkan akan terjadi dan dapat merugikan diri sendiri bahkan merugikan orang lain lain halnya apabiala hawa nafsu dapat dikontrol dengan baik maka baik pula kehidupan manusia itu sendiri bahkan dapat bermanfaat bagi manusia lain. Salah satu keinginan manusia yang tidak sesuai dengan syariat atau peraturan pemerintah adalah kaum radikalisme, kaum ini memang mempunyai misi yang sudah terorganisir yang semua anggotanya itu mempunyai keinginan yang sama yaitu menghancurkan kaum-kaum yang berbau kebaratan. Untuk menimalisir gerakan radikalisme bahkan menghilangkan sekaligus, khususnya dalam dunia pendidikan setidaknya ada tiga faktor yang harus diperhatiakn oleh semua pihak. Ketiga faktor tersebut adalah kebijakan pemerintah, ideologi, dan geopolitik internasional. Ketiganya saling berkaitan dan berkelindan, sehingga setiap usaha meminimalisir radikalisme dengan hanya memfokuskan pada salah satu faktor saja niscaya akan mengalami kegagalan.
19
Langkah yang harus ditempuh adalah menekan tumbuhnya Islamisme dengan melakukan langkah nyata mewujudkan kesejahteraan.14 Islamisasi penting dalam memahami radikalisme karena islamisasi bekorelasi secara signufikan terhadap perilaku kekerasan keagamaan di Indonesia. Dalam kondisi seperti ini kerinduan untuk kembali kepada Islam semakin menggelora. Ini menunjukan bahwa kekuatan Islam sebagai ideologi alternatif tidak bisa menafikan. Keseriusan pemerintah untuk melakukan perbaikan diseluruh sektor, baik terkait ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan maupun hukum adalah sebuah harga mati. Keberhasilan pemerintah dalam pengelolaan negara berarti mempersempit ruang gerak radikalisme beroperasi, dan kegagalan pemerintah berarti menyuburkan radikalisme.
Terlihat jelas bahwa pertumbuhan dan
perkembangan gerakan radikalisme di Indonesia sangat terkait dengan sejumlah faktor yang berlaku dikalangan masyarakat Indonesia secara umum. Faktor tersebut tidak semata-mata faktor agama, kendati agama diakui menyumbang peran penting dalam perilaku kekerasan keagamaan, namun ia menjadi suatu yang tidakberguna tanpa dukungan dari faktor-faktor lainnya.15
4. Pandangan Islam Tentang Terorisme a. Terorisme Dalam Perspektif Islam Sebagaian orang pada masa sekarang ini telah melakukan beberapa tindakan anarkis dan teror di berbagai tempat. Mereka mengklaim bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari jihad.16 Dalam Islam tidak ada istilah terorisme, meskipun para teroris yang berkembang saat ini menggunakan indikasi jihad sebagai ijtihad untuk membunuh, membrantas, meneror, mengancam, dan lain sebagainya yang
15
Akhmad Elang Muttaqin, Kajian Islam Kontemporer, (Jakarta: Erlangga Husada. Dkk, 2007), Cet. 1, h. 19-22 16 Ali Mustafa yaqub, Ijtihad Terorisme dan Liberalisme, (jakarta: Pustaka Firdaus, 2012), h. 46
20
kaitannya dapat merugikan orang-orang yang tidak bersalah dan menimbulkan kerusakan yang tidak perlu di rusak dalam hal ini al-Qur‟an menegaskan:
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, Ayat di atas merupakan penegasan untuk para pelaku teror yang selalu membuat kerusakan di muka bumi, membuat kerusakan berarti sama dengan menentang ketentuan yang telah Allah SWT himbau lewat tersebut. Dan Islam juga menegaskan umat Islam untuk berperang dengan jihad fi sabililllah krena alasan yang mendesak seperti terancam jiwa, keluarga dan agamnya. Maka boleh baginya untuk berjihad seperti apa yang telah Allah tegaskan dalam firmannya:
21
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. Ayat ini mengkaitkan perbuatan teroris yang semena-mena dalam berperang tidak memperdulika situasi dan kondisi keadaan di sekitar, maka bukan hanya orang non-muslim saja yang merugi tapi orang Islam pun merugi, bukan hanya negara orang lain yang merugi namun negara sendiripun terkena imbas negatifny Ayat tersebut pun memerintahkan suatu kelompok untuk berperang kalau kelompok tersebut terdesak atau teraniaya yang kemungkinan besar perlu membela diri untuk bertahan hidup, sedangkan teror yang dilakuakan teroris merupakan langkah yang sangat keliru dari ketentuan yang berlaku, mereka mengatakan berjihad, akan tetapi mereka melakukan perusakan, ancaman dan menelan banyak korban tidak bersalah. Karena Islam mengharamkan tindakan yang bersifat menakut-nakuti orang muslim lainnya dengan cara apapun, seperti hadis nabi yang menegaskan lewat sabdanya:
Barang siapa mengacungkan senjata tajam kepada saudaranya (muslim) maka Malaikat akan melaknatnya sehingga ia berhenti (HR. Muslim).17 Hadis di atas menunjukan tegas dan bijaksananya pemimpin umat muslim seluruh dunia waktu itu (Nabi Muhammad SAW), bahwa sesama umat muslim tidaklah patut untuk saling mengcungkan senjata, kalaulah hal tersebut terjadi maka malaikat akan melaknat sehingga iya berhenti.
17
HR. Muslim
22
Dari penjelasan-penjelasan yang terpapar tentang pandangan Islam terhadap terorisme adalah: 1) Bahwa tindakan terorisme secara fisik dan psikis merupakan tindak pidana hirabah karena para teroris telah mengankat senjata melawan orang banyak yang tidak jelas dan menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat. 2) Islam membedakan hukum terorisme dan jihad, baik dari aspek pengertian, tindakan yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai. 3) Hukum melakukan teror secara qoth‟i adalah haram baik dengan alasan apapun apalagi jika di negeri damai (da al-shulh) dan negara muslim seperti Indonesia. Sedangkan hukum melakukan jihad adalah wajib bagi yang mampu dengan syarat: a) Untuk membela agama dan menahan agresi musuh yang menyerang terlebih dahulu. b) Tujuannya untuk menjaga kemashlahatan (perbaikan), menegagkan agama Allah dan membela hak-hak yang teraniaya. c) Terikat dengan aturan hukum Islam, seperti musuh yang jelas, tidak boleh membunuh orang lansia, anak-anak, dan sebagainya. Bom bunuh diri dengan alasan apapun hukumnya haram. Hanya boleh dilakukan jika dalam kondisi perang (harb) dengan sasaran musuh Islam yang sudah jelas. b. Jihad Jihad menurut bahasa
berarti “bersungguh-sungguh” atau “mengerahkan
segala kemampuan” dan menurut Istilah “perang untuk menolong Agama Allah”atau “menyeru kepada agama yang benar, dan memerangi siapa yang menolak seruan tersebut dengan harta dan jiwa”.18 Moenawar Khalil merumuskan
18
Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, (Jakarta: Republika, 2007), h. 179
23
pengertian jihad ini sebagaibberikut: “Kata-kata jihad itu diambil dari bahasa Arab, dari asal kata “jahd” yang artinya usaha atau “juhd”yang artinya kekuatan. Dan arti menurut aslinya yaitu “bersungguh-sungguh mencurahkan segenap tenaga untuk melawan musuh”. Menurut keterangan Ibnu Abbas r.a. perkataan “jihad” itu artinya ialah “mencurahkan segenap kekuatan dan bukanlah ketakutan untuk membela Allah terhadap cercaan orang yang mencerca dan permusuhan orang yang memusuhi”. Dan menurut syariat perkataan jihad itu artinya: “bersungguh-sungguh mencurahkan segenap kekuatan untuk membinasakan orang-orang kafir, dan termasuk pula berjihad terhadap nafsu, terhadap syaitan dan terhadap orang-orang pendurhaka”. Sedangkan Taufiq Ali Wahbah mengajukan pengertian jihad itu adalah sebagai berikut: “jihad adalah pengerahan segala kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Dan jihad baru dilakukan setelah timbulnya gangguan-gangguan yang dilakukan musuh terhadap kaum muslimin.19 Jihad juga mencakup proses perjuangan ke arah pembentukan masyarakat yang islami. Mengubah pendapat suatu masyarakat serta memulai suatu revolusi mental dikalangan mereka melalui diskusi, pidato atau tulisan juga merupakan salah satu bentuk jihad. Dengan merenungkan makna jihad tersebut, kiranya akan terhujam di setiap relung dada pribadi muslim bahwa jihad berarti suatu kesungguhan untuk mengerahkan seluruh daya dan ikhtiar.20
c. Tujuan Jihad 1) Untuk memperluas penyebaran agama Islam Diperintahnya ajaran jihad sejak periode Mekkah, erat sekali kaitannya dengan upaya awal Rasulullah Saw dalam menyebarkan ajaran Al-Quran yang diterimanya, terutama ajaran yang berkenaan dengan akidah, perjuangan rasulullah Saw menyebarkan ajaran monoteis ke tengah-tengah masyarakat
19
Abdul Qadir Djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 3 20 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 165
24
politeis mekah pada waktu itu, merupakan suatu perjuangan (jihad) besar bagi beliau 2) Untuk menguji kesabaran Perinatah jihad dan perintah agar bersikap sabar merupaka dua mata ajaran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan keimanan dan kehidupan beragama. Kedua bentuk ajaran ini kenyataannya tidak bisa dipisahkan. Karena, dalam melakukan jihad seseorang harus bersikap sabar, dan jihad selalu berhadpan dengan musuh sebagai objeknya. Dan untuk menjadi orang yang sabar seseorang juga harus berjihad dan bekerja keras menahan semua ujian dan cobaan yang terus berdatangan silih berganti. Ibnu katsir menegaskan, hikmah disyariatkannya ajaran jihad adalah sebagai ujian Allah Swt terhadap hamba-Nya yang taat, yang sabar menghadapi musuhmusuh yang ingkar, melakukan jihad, baik jihad dalam pengertian dakwah, perang dalam pengertian lain dan apapun bentuknya memang tidak mudah dilakukan. Karena sebagaimana digambarkan Al-Quran, jihad merupakan ujian dan cobaan. Disamping itu, perlu pula disadari bahwa
d. Objek Jihad 1) Orang-orang kafir Menurut khadafi umat Islam dilarang mengadakan kompromi terhadap golongan yang tidak percaya kepada Tuhan. Golongan kafir ini harus mau memeluk agama Islam atau berperang.21 Dalam persepsi yang dikemukakan Khaduru ini merupakan gagasan terhadap umat Islam, agar umat Islam tidak boleh bersatu dengan orang-orang kafir karena mereka tidak percaya dengan Tuhan, maka hal itu sangat tagas bagi umat Islam, apabila mereka (orang kafi) blum mau masuk agama Islam atau tidak mempercayai Tuahn maka tidak perlu dikompromikan lagi, jalan satu-satunya adalah berperang. Hal inipun dapat kita pahami lewat firman Allah SWT sebagai berikut:
21
Majid Khadafi, Islam Agama Perang, (Yogyakarta, Penerbit Karunia Terindah: 2004) h. 90
25
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], Maka bunuhlah orangorang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 22 2) Orang-orang munafik Firman Allah:
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. 23 Ayat ini menunjukan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada nabi untuk berjihad melawan orang-orang munafik yaitu orang-orang yang ingkar kepada agama Allah.
e. Perbedaan Jihad dan Terorisme 1. Dari segi manfaat a. Terorisme 1) Sifatnya melakuakan (Ifsad) dan anarkis/chaos (fauda)
22 23
QS.At-taubah, a. 5 QS.At-taubah, a. 73
26
2) Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan / menghancurkan pihak lain 3) Dilakuakn tanpa aturan dan sasaran tanpa batas b. Jihad 1) Sifatnya melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun dengan cara peperangan 2) Tujuannya menegakan agama Allah dan / atau membela hak-hak pihak yang terdzolimi 3) Dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan oleh syariat dengan sasaran musuh yang sudah jelas.24 2. Dari segi hukum Islam a. Hukum melakukan teror adalah haram, baik dilakukan perorangan, kelompok, maupun negara. b. Sedangkan hukum melakukan jihad adalah wajib kalau dilakukan sesui syariat Islam. Dengan demikian sudah jelas bahwa jihad bukanlah salah satu ideologi yang dipakai terorisme, karena jihad menurut pandangan islam tidak memakai unsur kekersan apapun. B. Menangkal Bahaya Terorisme 1. Bahaya Terorisme Modus operandi dan senjata yang dipakai semakin canggih dan memiliki daya perusak misalnya dengan korban manusi secara masal. Selain kerugian material, aksi tersebut berdampak luas dalam berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan, baik di tingkat nasioanal, regional maupun internasional.25
24
Ma‟ruf Amin dkk, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011) h.
25
Ansyad Mbai, Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi, (Jakarta: Spectrum, 2006), h.
81 19
27
Terorisme memang suatu tindakan yang sangat berbahaya, karena damapak yang dilakukan terhadap aksi terirsme ini dapat menghancurkan dan membinasakan segalanya, pertama dirinya sendiri, kenapa diririnya sendirii, karena dengan dia melakukan tindakan terorisme dia akan selalu mempunyai rasa takut, takut terhadap Tuhannnya, agamanya, negaranya. Dan merasa tidak akan tenang dalam kehidupannya, maka sebetulnya sangat rugi orang yang mau melakukan tindakan terorisme tersebut. Kedua dapat merugikan masayarakat, dalam tindakannya banyak sekali masayarakat yang sangat dirugikan akibat banyak orang yang kehilangan pekerjaannya akibat tempat yang dapat menghasilkan rezekinya di bom diteror oleh para pelaku teroris, hilangnya nyawa orang-orang yang disayangi, anak-anak, orang tua dan sebagainya akibat penerorran dan aksis bom bunuh dirinya, semua itu ulah para pelaku teroris maka sangat di sayangkan sekali apabila seseorang masih tergiur dengan doktrin doktrin yang keliru yang dibuat oleh para terorisme untuk merekrut para calon teroris. Yang ketiga dari segi pendidikanpun sangat terancam, para calon yang terekrut ini mayoritas remaja-remaja yang masih labil, yang dijadikan sasaran ideologi terorisme ini, sehingga perlu sekali lembaga-lembaga pendidikan khususunya pendidikan agama Islam agar mengantisipasi, jangan merasa aman dengan keadaan yang masih rancu karena organisasi terorisme ini tidak akan behenti untuk beraksi dan bisa jadi anak didik kita yang masih di bangku sekolah terekrut atas tindakan terorisme ini, belum lagi remaja-remaja yang tidak sekolah yang ekonominya masih sangat rendah, itupun akan menjadi makanan empuk untuk didoktrin oleh para pelaku terorisme untuk dijadikan sasaran bom bunuh diri. Sudah dijelaskan bahwa terorisme adalah tindak kejahatan yang berbahaya sekali, perlu ditekankan bahwa ancaman teror, penembakan dan lainya bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, karena terorisme bisa datang dengan tiba-tiba dan sudah terencana rapih.
28
Menurut pendapat Thomas Weigend terorisme adalah kejahatan yang spesifik (khusus) dan dapat dibedakan dari kejahatan biasa dan memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Kelompok teroris memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan kejahatan yang biasa, seperti pembunuhan, pengeboman, serangan, ancaman atau kekerasan terhadap orang lain 2. Kelompok-kelompok teroris tersebut mengancam sebuah kelompok atau sebuah penduduk secara keseluruhan atau memaksa yang sebagian lainnya untuk melakuakn tindakan. 3. Teroris tersebut memiliki motivasi politik atau ideologi yang tersembunyi, misalnya untuk mengacaukan pemerintah yang ada atau mengalahkan saingannya yang bersifat religius atau ideologi.26 2. Strategi Menagkal Bahaya Terorisme Dengan beberapa perspektif mengenai terorisme dan bahaya yang ditimbulkan, maka perlu adanya upaya atau strtegi untuk mencegah yaitu: 1) Upaya yuridis yang berupa pengaturan hukum harus disadari sebagai suatu hal yang penting, karena aturan hukum, merupakan pedoman bagi aparat penegak hukum untuk bertindak secara prposional dan profesional. Dalam pemberantasan kejahatan terorisme diharapkan penegak hukum konsisten sehingga tercipta ketertiban dan keadilan di masyarakat serta terlindungnya hak-hak asasi manusia. 2) Hendaknya jangan membalas aksi teror dengan cara-cara teror yang serupa. Jadi terorisme jangan dilawan dengan terorisme, dalam memberantas tindak pidana terorisme, sikap menjunjung tinggi tegaknya HAM tetap harus menjadi prioritas. 3) Diharapkan peran masyarakat. Dukungan bahkan bantuannya dalam rangka penanganankejahatan terorisme. Negara (polri) tidak akan bisa bekerja sendirian dalam menangani masalah terorisme.27
26
Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan,..., h. 77-78 Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, (Jakrta: Kencana, 2012), cet. 1, h.1 27
29
Senada dengan pernyataan tersebut tokoh agam dalam menangkal bahya terorisme memegang peranan penting. Mereka memberikan pemikiran atau pengubahan pola pikir keagamaan umat Islam. Tokoh agama dituntut agar mereka ikut andil dalam memberikan pencerahan pemikiran kepada masyarakat tentang bahaya terorisme sebagai kelangsungan kehidupan bangsa dan bernegara. Merka juga harus bisa menjadi perekat di antara umat yang berbeda agama. Rendahnya rasa tanggung jawab sosial tokoh agama dalam membangun kerukunan umat beragama akan melahirkan gesekan-gesekan internal umat beragama. Dari situ pula radikalisme agama muncul. Oleh sebab itu, tokoh agama mesti menjadi perekat dan pemersatu umat beragama sehingga radikalisme agama bisa diredam.28 Dengan demikian cara untuk menangkal bahaya terorisme. Perlu adanya strategi yang akurat, dengan menetapkan hukuman khusus untuk pelaku teror, melawan dengan sikap yang tenang dan dewasa tidak perlu dengan kekerasan, sikap masyarakat yang kritis dalam menyikapi bahay terorisme dan spresiasi kepada pihak terkait dalam menangkal bahya terorisme, dan peranan tokoh agama atau guru pendidikan agama Islam, untuk dapat memberikan pencerahan terhadap sikap dan radiklisme agama yang terarah kepada aksi teror. 3. Peranan Guru PAI dalam Menangkal Bahaya Terorisme Pendidikan agama Islam memegang peranan penting untuk dapat mencegah bahaya terorisme yang sedang marak terjadi, bahaya yang ditimbulakn para pelaku terorisme bukan hanya terhadap Negara dan Agama akan tetapi di kalang remaja, pemuda-pemuda Islam banyak yang terekrut gerakan terorisme, sebahagian besar para pelaku terorisme ini adalah pemuda-pemuda Islam. Pentingnya pendidikan Agama Islam berperan terhadap bahaya terorisme adalah karena mereka para pendidik yang dapat memberikan pencerahan pemikiran atau pengubahan pola pikir keagamaan umat Islam yang radikal, 28
Wawan H. Perwanto, Terorisme Undercover, (Jakarta: CMB Press, 2007), h. 226
30
peranan pendidikan agama Islam penting untuk membentengi umat Islam dari gerakan terorisme yang berbahaya ini terutama dalam mencegah masuknya terorisme kepada pendidikan di Sekolah-sekolah, karena tidak sedikit pemuda di Indonesia ini terlibat kasus terorisme.29 Persoalan ini tentuny tidaklah mudah, sekali lagi bahwa tindak kejahatan terorisme
suatu
keyakinan
seseorang
berbuat
yang
tujuannya
untuk
mempertahankan eksistensi individual yang tidak akan berhenti apabila mereka belum puas akan memberantas orang-orang non-Muslim, selagi masih banyak orang no-Muslim di Indonesia maka tak terhentilah langkah terorisme ini untuk bertindak, akan tetapi tindakannya selama ini selalu membuat masyarakat resah, karena damapak dari aksi-alsi terorisme ini bukan hanya korban dari kalangan oran-orang non-Muslim saja tapi orang Muslimpun terkena imbasnya. Dampak yang timbul pada orang-orang islam itu adalah mereka yang terkena korban terorisme kehilang harta benda, keyakinan agamanya, harapan mesadepannya. Keseriusan dalam menangani masalah terorisme ini memang harus dilakukan saat ini juga sebelum mereka merekrut umat islam yang tak bersalah menjadi teroris. Kaitanya dengan pendidik Islam karena segala aksi yang dilakukan para pelaku terorisme ini diakit-kaitkan dengan Islam yang mengatas namakan Jihad, dan yang membuat pemikiran saya tebesat adalah pelaku terorisme kebanyakan pemuda-pemuda Muslim, maka dari itu pendidikan Islam perlu berperan dalam hal ini demi masa depan para pemuda-pemuda bangsa khususnya yang masih di bangku sekolah menengah atas yang masih butuh pemahaman agama yang dalam dengan ini maka guru PAI haru mempunyai tujuan dan fungsi untuk mengoptimalkan peranananya sebagai guru PAI: a. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA Dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di SMA adalah meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, 29
Wawan Purwanto, Terorisme Underrcover, (Jkarta, Cipta Mandiri Bangsa: 2007 ), h.261
31
dan pengamalan siswa dalam pengalaman siswa tentang agama Islam dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyrakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.30 Senada dengan itu lampiran Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tangggal 23 Mei 2006 menyatakan dalam kelompok mata pelajaran pendidikan agama Islam untuk SMA adalah: 1) Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja. 2) Menghargai keberagamaan, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan gelobal. 3) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial. 4) Memahami hak dan kewajiban diri dan oran lain dalam pergaulan di masyarakatt. 5) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain. 6) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagi makhluk Tuhan. 7) Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai denagn tuntutan agama. 8) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab. Pendidikan
agama
Islam
di
sekolah/madrasah
bertujuan
untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan 30
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. II, h. 84
32
bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi 31
dari pengertian ini dapat dijadikan sasaran yang tepat yaitu siswa di tuntut
untuk menumbuhkan rasa iman dan takwa dengan jalan segala aspek ilmu pengetahuan perlu di hayati dan dijadikan amalan baik bagi diri sendiri baik pula untuk orang lain sehingga dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi di kita pribadi. Tujuan utama dari pendidikan agama Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti. Dengan akhlak dan budi pekerti maka seseorang dapat menjalankan kehidupannya dengan hati-hati, sopan dan tidak merugikan diri sendiri terlebih merugikan orang lain dan seseorang dapat mawas diri dalam tindakannya karena manusia tidak dapat merubah kepribadiannya apabila tidak di dasari oleh budi pekerti dan akhlak yang baik maka dari itu lewat pendidikan Islamlah manusia dapat mengetahui baik buruknya perbuatan itu.32 Rumusan tujuan pendidikan agama Islam ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agaman Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam33 b. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru berarti orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar34 jadi tugas yang diemban guru adalah mengajar pada umumnya, Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidik yang 31
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Bebasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134-235 32 Abdudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press 2005), h. 241 33 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rrosdakarya 2004), Cet. III, h. 78-79 34 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
33
terpikul di pundak orang tua.35 Artinya guru merupakan seseorang yang sangat bertanggung jawab terhadap peserta didik dalam proses belajar mengajar si sekolah, selai sebagai pengajar gurupun harus menjadi seorang pendidik
yang
dapat
menjadikan
peserta
didik
bermoral
dalam
kepribadiannya. Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina atau malah sebaliknya yaitu menjadi penghancur bagi masa depan anak didik.36 Maka dengan itu guru perlu mempunyai sifat-sifat yang harus dimiliki yaitu: 1) Suka bekerja sama dengan demokratis 2) Penyayang 3) Menghargai kepribadian anak didik 4) Sabar 5) Memiliki
pengetahuan,
keterampilan,
dan
pengalaman
yang
bermacam-macam 6) Perawakan menyenangkan dan kelakuan yang baik 7) Adil dan tidak memihak 8) Toleran mantab dan stabil 9) Ada perhatian terhadap persoalan anak didik 10) Lincah 11) Mampu memuji perbuatan baik dan menghargai anak didik 12) Cukup dalam pengajaran 13) Mampu memimpin secara baik.37 Selain dari sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru, gurupun memiliki tugas yang penting dalam dunia pendidikan, seperti dikemukakan Abudin Nata dalam bukunya, Rasulullah SAW telah mengisyaratkan dalam hadisnya tentang perlunya pendidik yang profesional dan bukan pendidik yang non35
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 39 Ibid, h. 9 37 Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), h. 37-38 36
34
profesional atau pendidik yang asal-asalan. Sebagai mana sabdanya: apabila suatu
urusan
diserahkan
bukan
kepada
ahlinya,
maka
tunggulah
kehancurannya... (Hadis)38 Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut : a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. c. Penyesuaian
mental,
yaitu
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkunganya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. d. Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan,
yaitu
untuk
menangkal
hal-hal
negatif
dari
lungkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan
menghambat
perkembangannya
menuju
manusia
indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata)
38
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 215
35
g. Penyaluaran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Dalam hal ini maka sangat penting sekali sekolah memiliki guru yang ahli dalam bidangnya khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islamlah yang sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak siswa, sedangkan pendidikan selalu mengedepankan akhlak dalam kepribadian siswanya agar dapat menerima segala mata pelajaran dengan baik dan dapat di implementasikan juga dengan baik dan benar. Maka dari itu pulalah guru perlu mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan itu untuk apa dan bagaimana caranya untuk mengembang tumbuhkan siswanya agar menjadi siswa yang berkarakter, yang mau peduli dengan lingkungan dan keadaan yang semakin maju ini, selain itu gurupun perlu meminimalisir kepribadian siswanya agar tidak terjerumus kepada aliran-aliran yang menyimpang dari kode etik pendidikan, khususnya menyimpang dari syariat Islam itu sendiri. Dengan demikian guru secara umum memang sangat penting dalam membina peserta didikdi sekolah, senada dengan ituguru pendidikan agama Islam pun mempunyai peranan untuk dapat menangkal bahaya terorisme.
36
C. Kerangka Berfikir Terorisme adalah perlawanan atau peperangan bukan miiter melainkan terhadap orang-orang yang tidak berdosa dan masyarakat sipil. Teror adalah menakut-nakuti dan mengancam. Ia tidak bisa diterima oleh akal manusia dan tidak dibenarkan oleh semua agama. Kejahatan terorisme merupakan produk perilaku kebiadaban dan kebinatangan akibat yang ditimbulkan sangat terasa sebagai wujud pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).39 Mengingatkan bahwa terorisme merupakan organisasi yang berbahaya, penulis menyadari bahwa kota Tangerang sering terindikasi oleh jaringan terorisme, katakanlah Abu Jibril dengan pengikutnya, mereka termasuk jaringan yang sudah lama beroperasi di tangerang. Dalam hal ini guru pendidikan Agama Islam juga perlu berperan untuk dapat menangkal bahaya terorisme mengincar banyak remaja dan pemuda-pemuda yang dijadikan target doktrin untuk masuk kepada terorisme, guru pendidikan di SMA Negeri
kota Tangerang Selatan mengemukakan dalam wawancaranya yaitu,
dalam menangkal bahaya terorisme di sekolah upaya yang dilakukan adalah: 1) Guru memberikan materi pelajaran dengan baik disesuaikan dengan keadaan yang ada saat ini, mengenai jihad, toleransi, perilaku tercela. Beribadah dengan baik sehingga siswa dapat memahami materi-materi pelajaran agama Islam dan disesuaikan dengan fenomena yang terjadi saat ini. 2) Guru memberikan pengetahuan terhadap pengaruh-pengaruh yang mereka tidak mengerti tentang sesuatu di luar sekolah, salah satunya bahaya terorisme yang marak terjadi saat ini. 3) Memonitoring siswa dengan berbagai upaya dalam kegiatan-kegiatan sekolah, terutama kegiatan kerohanian.
39
Abdul Wahid dkk, Kejahatan Terorisme, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2004) h. 121
37
4) Selektif dalam menerima tamu, perlu kecermatan dan ketelitian dalam menerima tamu. 5) Memilih guru-guru ngaji dalam kegiatan ekskul kerohanian dengan berbagai pemikiran-pemikiran dalam mengajarkan sisiwa.40 Dalam hal ini maka sangat penting sekali sekolah memiliki guru yang ahli dalam bidang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islamlah yang sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak siswa, sedangkan pendidikan selalu mengedepankan akhlak dalam kepribadian siswanya agar dapat menerima segala mata pelajaran dengan baik dan dapat di implementasikan juga dengan baik dan benar. Maka dari itu pulalah guru perlu mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan itu untuk apa dan bagaimana caranya untuk mengembang tumbuhkan siswanya agar menjadi siswa yang berkarakter, yang mau peduli dengan lingkungann dan keadaan yang semakin maju ini, selain itu gurupun perlu meminimalisir kepribadian siswanya
agar
tidak terjerumus
kepada
aliran-aliran
yang
menyimpang dari syriat Islam itu sendiri, dengan demikian guru dapat berperan dalam menangkal bahaya terorisme.
40
Minah, Wawancara Guru PAI, (Tangerang: SMAN 9, 2013)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Peneltian ini dilaksankan di SMAN 9 Tangerang Selatan yang beralamat di jalan Hidup Baru, Serua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitannya berlangsung pada tanggal 3 januari 2013, dengan rincian waktu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian No
Tanggal
Kegiatan
Sumber Data
1 2 3
3 januari 8 januari 10 Januari
Persiapan Penelitian Survei ke sekolah Pembuatan instrumen dan revisi instrumen
4
11 januari 2013
Wanwancara
guru pendidikan Agama Islam
5
11 januari 2013
Penyebaran Angket
Siswa
38
39
6
Pengumpulan dokumen Analisis data dan penulisan laporan penelitian Revisi laporan penelitian
7
Tata usaha
B. Metode penelitian, Jenis dan Sumber data Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive reseach) adalah “suatu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”1. Dalam pengambilan data penulis menggunakan dua metode, yeng keduanya ini akan dipadukan dan dianalisis secara objektif, yaitu (1) Pengumpulan data yang diperoleh dari menelaah buku-buku dengan library research. Metode ini penulis gunakan dengan mencari beberapa literatur yang terkait denga judul skripsi ini, selain itu penulis gunakan sebagai buku acuan. (2) Metode Studi Lapangan ( field reseach), yaitu meneliti langsung untuk mencari informasi sebanyak munkin terkait denga judul skripsi. C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Menurut Sugiyono “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda alam lainnya.2 Suharsisni Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa ”populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.3 Dikatakan pula oleh Ibnu Hajar bahwa “populasi adalah kelompok besar individu yang
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 54. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, CV, 2011), Cet. Ke-XIV, h. 80 3 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, Hal. 130.
40
mempunyai karakteristik umum yang sama”.4 Dari penjelasan diatas maka penulis menentukan populasi dalam penelitian ini adalah Murid kelas XI SMA Negeri 9 Tangsel dengan jumlah keseluruhan 200 murid 2. Sampel Muhammad Subana dalam bukunya “Dasar-dasar Penelitian Ilmiah” menjelaskan bahwa “Sampel merupakan cara mengumpulkan data dari populasi dengan mengambil sebagian saja anggota yang dipilih dari populasi
diasumsikan
(harus)
mempresentasikan
populasinya”.5
Pengertian ini sejalan dengan pernyataan Suharsini Arikunto yang mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.6 Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Terkait dengan definisi di atas, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan sampel sebanyak 20% murid dari 100% yang ada di kelas XI D. Teknik Pengumpulan Data Adapaun teknik penelitian yang penulis gunakan untuk pengumpulan data lapangan adalah : a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung kelapangan guna mengamati peranan guru PAI dalam menangkal bahaya terorisme. b. Angket, untuk mengumpulkan data tentang murid c. Wawancara, yaitu pengambilan data dengan menggunakan Tanya jawab yang ditunjukan kepada Guru PAI tentang Terorisme dan dalam menangkal bahaynya terhadap pendidikan. d. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti data-data yang
sudah
didokumentasikan
oleh
pihak
sekolah
sehingga
memudahakan peneliti mendapat data-dat yang diperlukan.
4
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. II, h. 133. 5 Muhammad Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. I, hal. 115 6 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 131
41
E. Instrumen Penelitian Agar dalam pengumpulan data lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai, maka penulis membuat kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Quisioner Peran Pendidikan Agama Islam dalam menangkal Bahaya Terorisme Di SMAN 9 Tangerang Selatan
Dimensi
Indikator
No. Butir Soal
Jumlah
1,2,3
3
4,5,6,7,8,
5
9,10,11,
3
12,13,
2
Pelaksanaan Kegiatan di Sekolah: A. Pemahaman dan Pengalaman siswa tentang terorisme bahaya, dan ciri cirinya
B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Bahaya Terorisme 1. Pengajar
1. Pemahaman dan pengalaman siswa tentang terorisme 2. Pemahaman siswa tentang bahaya terorisme 3. Pemahaman siswa tentang ciri-ciri terorisme
a. Mengajarkan akhlak tentang toleransi terhadap sesama manusia b. Mengajarkan siswa Agar tidak anarkis di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. c. Mengajarkan akidah Islam tentang jihad yang benar dan Mengajarkan makna al-quran dengan jelas
14
15,16,17
1
3
42
tentang Jihad d. mengajarkan siswa tentang bahaya dan ciriciri terorisme
2. Pembimbing
3. Pengawas
a. Membimbing siswa Untuk memahami akidah islam tentang jihad b. Membimbing siswa untuk Memahami bahaya Terorisme dan ciri-ciri c. Membimbing prilaku siswa untuk saling menghargai sesama manusia
a. Menegur aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan norma-norma agama. b. Menegur siswa yang suka anarkis, mengancam, Meneror, tauran, dll.
18,19
21
2
1
21,22,23 3
24,25 2
26
1
27 1
Jumlah 2 7
43
Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara pada judul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengangkal Bahaya Terorisme
Fokus penelitian
Dimensi
Indikator
Peranan Pendidikan Agama Islam Terhadap Bahaya Terorisme
1. Pelaksanaan analisis kegiatan tentang bahaya terorisme
a. Macam-macam kegiatan b. Waktu pelaksanaan kegiatan c. Latar belakang kegiatan tentang bahaya terorisme.
2. Pihak yang terlibat
a. Sekolah (Kepsek) b. Guru PAI
3. Keterlibatan guru PAI
a. Usaha yang dilakukan guru pai dalam upaya pencegahan bahaya terorisme terhadap siswa b. Peran guru PAI terhadap bahaya terorisme
4. Pengawasan
a. Guru pendidikan agama Islam b. Guru mata pelajaran lain c. Siswa/teman sebaya
5. Hasil kegiatan
F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data Untuk menganalisa data penulis menggunakan langkah sebagai berikut: 1. Editing, semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. 2. Skoring, memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. 3. Tabulating, adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor dengan
menggunakan
rumus
statistik
sederhana,
dengan
cara
44
mentabulasikan atau memindahkan jawaban responden dalam tabel kemudian dicari prsentase untuk dianalisa dan diprosentasikan. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan teknik persentase, dengan rumus:
F = Frekuensi yang sedang dicari N = jumlah frekuensi/banyaknya individu.
Setelah tabulasi data selesai dikerjakan, tahap selanjutnya adalah analisa data. Untuk analisa data mengacu pada pedoman di bawah ini: Tabel 3.4 Analisa Data Presentase 100%
Penafsiran Seluruhnya
90%-99%
Hampir Seluruhnya
60%-89%
Sebagian Besar
51%-59%
Lebih dari setengah
50%
Setengahnya
40%-49%
Hampir setengahnya
10%-39%
Sebagian kecil
1%-9%
Sedikit sekali
0%
Tidak sama sekali
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 9 Tangerang Selatan 1. Lokasi Penelitian SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan berlokasi di Jalan Hidup Baru No.31 Serua, Ciputat, sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB di Kota Tangerang Selatan. 2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan yang dahulunya bernama SMA Negeri 4 Ciputat, merupakan SMA Negeri yang didirikan berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang, No.421/Kep.134-HUK/2006 tertanggal 26 April 2006. Sesuai dengan Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan No. 10 Tahun 2009 tertanggal 25 Mei 2009 tentang Perubahan Nama Sekolah pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) dilingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Maka SMA Negeri 4 Ciputat berubah menjadi SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Hidup Baru No. 31 Serua – Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
45
46
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan sebelum menjadi SMA Model SKMPBKL-PSB di Kota Tangerang Selatan, berstatus sebagai salah satu dari empat sekolah baru yang berdiri pada tahun 2006, untuk menjadi sekolah yang dikenal dan dapat bersaing dengan sekolah lama di Kota Tangerang Selatan, SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan melakukan berbagai inovasi pembelajaran antara lain : a. Sebagai sekolah pertama yang menyelenggarakan Layanan Khusus SLS (Student Learning Service) dalam bentuk individu dan kelompok. b. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Moral dan Ahlak Mulia dan sebagai penggagas sekolah berpendidikan karakter melalui training ESQ di lingkungan Tangerang Selatan. c. Moving Class. d. Melaksanakan program Agro Sains Garden sebagai implementasi Program SBLH. Pada tahun 2009, SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan terakreditasi “A” (Unggul) dengan jumlah nilai 95,26 sesuai dengan SK Badan Akreditasi Nasional Nomor : 10 / BAP-S/M-SK/X/2009 dan Piagam Akreditasi dengan Nomor : 28.00.SMA/MA.045.09. Kemudian di tahun 2010 SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan diverifikasi oleh Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan ditetapkan sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB dari 132 sekolah di seluruh Indonesia dengan penyelenggara Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) sesuai dengan SK Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor : 961/C.C4/LK/2010, dan di tahun 2011 SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan diresmikan oleh Walikota Tangerang Selatan sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan Hidup (SBLH) di Kota Tangerang Selatan.
47
3. Visi, Misi, Tujuan SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan a. Visi Mewujudkan Insan yang berkarakter Positif, Kreatif, Inovatif, dan menguasai IPTEK yang berbudaya lingkungan, serta bangga sebagai Bangsa Indonesia. b. Misi 1) Menumbuh kembangkan kultur positif berlandaskan IMTAK. 2) Membudayakan sikap kreatif, inovatif, menguasai IPTEK, dan peduli lingkungan. 3) Mewujudkan Life-skill peserta didik dengan memberdayakan Multiple-Intelegence. 4) Memanfaatkan Lingkungan dan Information Communication Technology (ICT) sebagai Media Pembelajaran. 5) Menjadikan peserta didik sebagai bagian dari komunitas global yang mampu bekerjasama secara individu maupun kelompok. c. Tujuan 1) Menghasilkan insan cerdas, insan kamil dan paripurna serta meningkatkan kuantitas lulusan yang diterima di PTN setiap tahun. 2) Menjadikan sekolah sebagai tempat pembentukan karakter dan penyadaran berbudaya lingkungan hidup. 3) Memiliki kurikulum diversifikasi yang mengedepankan nilai-nilai budaya karakter dan lingkungan serta berbasis ICT. 4) Mewujudkan life skill peserta didik dengan memberdayakan multiple-intelligence melalui proses pembelajaran yang bersifat kontekstual. 5) Memiliki pemahaman tentang pendidikan sebagai profesi dalam melaksanakan kerangka moral, legal dan etika bekerja yang berkaitan dengan profesi pendidik.
48
6) Warga sekolah memiliki kemampuan ICT, dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara aktif. 7) Memiliki sistem informasi sekolah berbasis ICT. 8) Memiliki struktur organisasi yang dinamis, efektif dan efisien sesuai dengan visi dan misi sekolah dalam mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik. 9) Memiliki sarana dan prasarana pendidikan sesuai standar nasional pendidikan. 10) Memperoleh prestasi dalam keikutsertaan bidang olahraga, seni dan sains tingkat kota dan provinsi. 4. Keadaan Guru dan Siswa a. Data Guru Guru atau tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat uang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.1 SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan memiliki 54 tenaga pendidik, 3 diantaranya guru pendidikan agama Islam. b. Data Siswa Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.2 SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 mempunyai 1060 siswa, terdiri dari 430 siswa kelas X, 330 siswa kelas XI, 300 siswa kelas XII. Jumlah kelas yang ada sekarang 27.
1 2
Hasan Basri, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2010), Jilid II, h. 37 Ibid, h. 37
49
5. Fasilitas Sekolah Di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan terdapat fasilitas ruang belajar berbasis ICT, ruang perpustakaan digital, ruang komputer, ruang laboratorium MIPA, laboratorium bahasa, lapangan olahraga, green house, dan ruang penunjang lainnya yang diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar. Dari segi fasilitas ruang belajar berbasis ICT yang dilengkapi dengan kamera CCTV, LCD dan soundsistem. Ruang Perpustakaan lengkap dengan media digital, ketersediaan buku di perpustakaan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan ada sekitar 4500 buku, baik fiksi maupun non fiksi. Jumlah ini sangat kurang karena idealnya jumlah buku di perpustakaan sekolah minimal 6000 buku. Mengenai perbandingan buku paket dengan jumlah siswa untuk siswa kelas X dan XI sudah memadai di mana satu siswa satu buku, tetapi untuk kelas XII buku paket dipinjamkan pada 2 siswa satu buku paket. Kendala yang dihadapi perpustakaan adalah faktor tempat yang terlalu kurang memadai hanya berukuran 9 x 8 m, padahal idealnya luasnya minimal 8 x 12 m dan koleksi buku yang ada hanya sebatas buku paket dan buku fiksi. Ruang laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi) juga belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal karena hanya memiliki laboratorium Fisika, yang penggunaan dan pegelolaannya masih bergabung dengan pelajaran Biologi dan Kimia. Lapangan yang dimiliki oleh SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan hanya lapangan basket. Lapangan ini tidak sepenuhnya digunakan untuk olahraga basket tetapi digunakan untuk upacara dan untuk kegiatan olahraga yang lain. Secara umum fasilitas yang dimiliki sekolah kurang memadai karena terbentur dengan luas lahan sekolah yang hanya 7500 m. Dari segi pemanfaatan dan penataan lingkungan sudah cukup baik, tetapi secara keseluruhan fasilitas belajar masih banyak kekurang terutama jumlah kelas yang tersedia tidak sesuai
50
dengan jumlah romber yang idealnya perombel 32 siswa, namun kenyataannya saat ini perombel diisi 43 siswa jauh dari harapan. 6. Kurikulum Sekolah a. Kerangka Dasar Kurikulum SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejujuran, dan khusus pada pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: 1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4) kelompok mata pelajaran estetika; 5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. b. Struktur Kurikulum SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan Penyusunan Struktur kurikulum didasarkan atas standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh BSNP. Sekolah atas persetujuan Komite Sekolah dan memperhatikan keterbatasan sarana belajar serta minat peserta didik, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut ini: 1) Struktur Kurikulum Kelas X a) Kurikulum Kelas X terdiri atas: (I. (II. (III.
17 mata pelajaran, muatan lokal dan PBKL program pengembangan diri.
b) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
2) Struktur Kurikulum Kelas XI
51
a) Kurikulum Kelas XI Program IPA dan Program IPS, terdiri atas: (I.
14 mata pelajaran,
(II.
muatan lokal dan PBKL
(III.
program pengembangan diri.
(II.
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
3) Struktur Kurikulum Kelas XII a) Kurikulum Kelas XII Program IPA dan Program IPS, terdiri atas: (I.
14 mata pelajaran.
(II.
Muatan lokal dan PKBL
(III. Program pengembangan diri (IV.
program unggulan (pilihan)
b) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit c) Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah umumnya termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak menjadi bagian dari mata pelajaran lain. Sehingga muatan lokal kedudukannya berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh team pengembang kurikulum SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan dan tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Dengan mengacu pada subtansi yang ada, SMA Negeri 9 Kota
Tangerang
Selatan
memberikan
muatan
lokal
berdasarkan kebutuhan dan kondisi lingkungan daerah yaitu Pendidikan Lingkungan Hidup untuk kelas X dan Desain Grafis Multimedia untuk kelas XI-XII.
52
c.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global (PBKL) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA adalah pendidikan/ program pembelajaran yang diselenggarakan pada Satuan Pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya dan potensi daerah yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi peserta didik. Sumberdaya dan potensi daerah dimaksud antara lain mencakup aspek SDA, SDM, ekonomi,
budaya/history,
bahasa,
teknologi
informasi
dan
komunikasi, ekologi dan lain-lain. Pemilihan program PBKL Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di atas tentunya telah melalui berbagai analisa potensi dan kelemahan yang ada di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan. d. Pengembangan Diri pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas (intrakurikuler) dengan alokasi waktu 2 jam tatap muka, yaitu pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas (ekstrakurikuler) diasuh oleh guru pembina, adapun kegiatan ektrakurikuler mencakup : paskibra, pramuka, PMR, KIR, paduan suara, tari tradisional, drama/teater, rohis, ict, pencinta alam dan adiwiyata. Pelaksanaannya secara reguler dihari-hari tertentu dan hari Sabtu. Pengembangan diri melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal/ tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan terdiri atas Kegiatan Rutin, Spontan, Terprogram dan Keteladanan. e. Pengaturan Beban Belajar Beban belajar yang diatur di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan alokasi waktu 45 menit/jam pelajaran dengan Sistem Paket yaitu sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban
53
belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan. Jumlah Jam Tatap muka yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah sesuai tabel 6 sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Jumlah Tatap Muka SMAN 9 Kota Tangerang Selatan NO
Kelas
Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu
X
40
2
XI IPA
40
3
XI IPS
40
4
XII IPA
51
5
XII IPS
49
f.
Ketuntasan Belajar Program pembelajaran di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2011-2012 menggunakan Standar Isi (SI) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penilaian dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dan dapat pula dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Penilaian meliputi aspek kognitif (pengetahuan
dan
pemahaman
konsep),
afektif
(sikap/minat)
dan
psikomotorik (praktik). Setiap mata pelajaran harus memenuhi ketuntasan belajar sebagai berikut: 1) Nilai kognitif dan psikomotorik minimal sesuai dengan KKM tiap mata pelajaran 2) Nilai afektif (B) Apabila peserta didik belum mencapai batas ketuntasan minimal, peserta didik harus mengikuti remedial sesuai KD yang belum tuntas. 1. Nilai kognitif dan psikomotorik
54
Pada tahun pelajaran 2011-2012, SMAN 9 Kota Tangerang Selatan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sesuai tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Daftar KKM SMAN 9 Kota Tangerang Selatan
Kelas No Mata Pelajaran
XI
XII
IPA IPS
IPA
IPS
X
1
Pendidikan Agama
78
78
78
78
78
2
PKn
75
75
75
78
78
3
Bahasa Indonesia
75
75
75
75
75
4
Bahasa Inggris
75
75
75
75
75
5
Matematika
72
73
73
72
73
6
Fisika
72
72
73
7
Biologi
75
75
75
8
Kimia
72
73
74
9
Sejarah
70
73
10
Geografi
73
72
73
11
Ekonomi
74
74
74
12
Sosiologi
72
72
71
73
75
75
55
Kelas No Mata Pelajaran
XI
XII
IPA IPS
IPA
IPS
X
13
Seni Budaya
78
78
78
78
78
14
Pendidikan Jasmani
80
80
80
80
80
15
TIK
78
78
78
78
78
16
Bahasa Asing
70
70
70
70
75
17
Muatan Lokal
70
70
70
70
18
19
Pend.
Lingkungan
Hidup Design
Grafis
dan
Multimedia
78
7. Keunggulan dan Prestasi Sekolah Diusianya yang baru 5 tahun sejak berdiri pada tahun 2006, SMAN 9 Kota Tangerang Selatan memiliki keunggulan dan prestasi sebagai berikut a. Sebagai sekolah terakreditasi A dengan nilai 96,25 b. Sebagai juara I Sekolah Adiwiyata di Provinsi Banten yakni sekolah peduli lingkungan hidup. c. Sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB berbasisi PBKL dilingkungan Kota Tangerang Selatan. d. Sebagai penggagas sekolah berpendidikan karakter melalui training ESQ di lingkungan Tangerang Selatan. e. Sebagai sekolah pengelola Taman Keanekaragaman Hayati Kota Tangerang Selatan bersama dengan BLHD Kota Tangerang Selatan.
56
f. Prestasi Akademik dan Non Akademik yang sangat baik hal ini terlihat dari kurun waktu kurang dari 5 tahun sudah memperoleh 56 gelar juara dalam berbagai perlombaan yang diikuti dari tingkat kota/kabupaten, provinsi dan nasional.
B. Deskripsi Data Dalam pengumpulan data, penulis mengunakan teknik wawancara dan penyebaran akngket. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai peranan guru PAI dalam menangkal terorisme dari informan yaitu guru PAI itu sendiri Selain itu, penulis juga menyebarkan angket kepada sampel sebanyak 40 responden dari seluruh populasi kelas XI yang ada, jumlah soal yang di berikan 27 item yang berbentuk pilihan ganda, yang mesti dijwab oleh para siswa dengan memberikan tanda silang (X). Kemudian, angket yang telah diisi oleh responden, ditabulasikan dalam bentuk hitungan analisis deskriptif, berikut ini akan disajikan data dari tiap tabel angket beserta hasil yang di peroleh.
Tabel 4.3 Terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan Pernyataan
Frekuensi
Persentase
Sangat setuju
20
50%
Setuju
18
45%
Tidak setuju
1
2,5%
Sangat tidak setuju
1
2,5%
Jumlah
38
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) siswa menjawab sangat setuju teroris merupakan tindak kriminal dan kekerasan, 18 responden (45%) siswa menjawab setuju teroris merupakan tindak kriminal dan kekerasan, 1responden (2,5%) siswa menjawab tidak setuju teroris merupakan tindak
57
kriminal dan kekerasan, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju teroris merupakan tindak kriminal dan kekerasan. Tabel 4.4 Terorisme salah satu gerakan radikalisme Pernyataan Frekuensi
%
Sangat setuju
11
27,5%
Setuju
27
67,5%
Tidak setuju
1
2,5%
Sangat tidak setuju
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
11 responden (27,5%) siswa
menjawab sangat setuju terorisme salah satu gerakan radikalisme, 27 responden (67,5%) siswa menjawab setuju terorisme salah satu gerakan radikalisme, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak setuju terorisme salah satu gerakan radikalisme, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sanagat tidak setuju terorisme salah satu gerakan radikalisme. Tabel 4.5 Terorisme meracuni banyak akidah para pelajar Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat setuju
8
20%
Setuju
27
67,5%
Tidak setuju
4
10%
Sangat tidak setuju
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 responden (20%) siswa menjawab sangat setuju terorisme meracuni banyak akidah para pelajar, 27 responden (67,5%) siswa menjawab setuju terorisme meracuni banyak akidah para pelajar, 4
58
responden (10%) siswa menjawab tidak setuju terorisme meracuni banyak akidah para pelajar, 1 responden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju terorisme meracuni banyak para akidah pelajar. Tabel 4.6 Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
11
27,5%
Setuju
20
50%
Tidak setuju
8
20%
Sangat tidak setuju
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa menjawab
11 responden (27,5%) siswa
sangat setuju Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah
terjerumus doktrin terorisme, 20 responden (50%) siswa menjawab setuju Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme, 8 responden (20%) siswa menjawab tidak setuju terorisme Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju Pemahaman akidah yang kurang mendalam mudah terjerumus doktrin terorisme.
Tabel 4.7 Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
14
35%
Setuju
24
60%
Tidak setuju
2
5%
Sangat tidak setuju
0
0%
59
Jumlah
40
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
100%
14 responden (35%) siswa
menjawab sangat setuju Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia , 24 responden (60%) siswa menjawab setuju Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia, 2 responden (5%) siswa menjawab tidak setuju Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak menjawab sangat tidak setuju Terorisme kelompok berbahaya untuk seluruh manusia. Tabel 4.8 Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
20
50%
Setuju
20
50%
Tidak setuju
0
0%
Sangat tidak setuju
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
20 responden (50%) siswa
menjawab sangat setuju Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam, 20 responden (50%) siswa menjawab setuju Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam, 0 responden (%) siswa tidak menjawab tidak setuju Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak menjawab sangat tidak setuju Tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam.
Tabel 4.9 Indonesia Target berbahaya yang banyak di huni Terorisme Pernyataan
Frekuensi
%
60
Sangat setuju
6
15%
Setuju
21
52,5%
Tidak setuju
12
30%
Sangat tidak setuju
1
2,5%
40
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 6 responden (15%) siswa menjawab sangat setuju Indonesia Target berbahaya yang banyak di huni Terorisme, 21 responden (52,5%) siswa menjawab setuju Indonesia Target berbahaya yang banyak di huni Terorisme, 12 responden (30%) siswa menjawab tidak setuju Indonesia target berbahaya yang banyak di huni terorisme, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju Indonesia Target berbahaya yang banyak di huni Terorisme.
Tabel 4.10 Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
23
57,5%
Setuju
17
42,5%
Tidak setuju
0
0%
Sangat tidak setuju
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
23 responden (57,5%) siswa
menjawab sangat setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah, 17 responden (42,5%) siswa menjawab setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah, 0 responden (%) siswa tidak menjawab tidak setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak menjawab
61
sangat tidak setuju Peledakan bom terorisme di Indonesi banyak memakan korban tak bersalah. Tabel 4.11 Teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakterirstik terorisme Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
8
20%
Setuju
26
65%
Tidak setuju
6
7,5%
Sangat tidak setuju
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 responden (20%) siswa menjawab sangat setuju teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakteristik terorisme, 26 responden (65%) siswa menjawab setuju teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakteristik terorisme, 6 responden (7,5%) siswa menjawab tidak setuju teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakteristik terorisme, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak menjawab sangat tidak setuju teror, penembakan, pembunuhan merupakan karakteristik terorisme. Tabel 4.12 Terorisme bertujuan untuk mematikan lawan Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
13
32,5%
Setuju
20
50%
Tidak setuju
5
12,5%
Sangat tidak setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
13 responden (32,5%) siswa
menjawab sangat setuju terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan, 20
62
responden (50%) siswa menjawab setuju terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan, 5 responden (12,5%) siswa menjawab tidak setuju terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan, dan 2 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak setuju terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan. Tabel 4.13 Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat setuju
9
22,5%
Setuju
23
57,5%
Tidak setuju
6
15%
Sangat tidak setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 responden (22%) siswa menjawab sangat setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan, 23 responden (57,5%) siswa menjawab setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan, 6 responden (15%) siswa menjawab tidak setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan, dan 2 rosponden (5%) siswa menjawab sangat tidak setuju Tujuan terorisme untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan, dan kepanikan.
Tabel 4.14 Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai dengan sayriat Islam Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat sesuai
17
42,5%
63
Sesuai
21
52,5%
Tidak sesuai
1
2,5%
Sangat tidak sesuai
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
17 responden (42,5%) siswa
menjawab sangat sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai dengan sayriat Islam, 22 responden (52,5%) siswa menjawab sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai dengan sayriat Islam, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai dengan sayriat Islam, dan 1 rosponden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak sesuai Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari toleransi sesama manusia sesuai dengan sayriat Islam . Tabel 4.15 Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia dengan baik Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat baik
17
42,5%
Baik
19
47,5%
Cukup baik
4
10%
Tidak baik
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) menjawab sangat baik Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia dengan baik, 19 responden (47,5%) siswa menjawab baik Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia dengan baik, 4 responden (10%) siswa menjawab cukup baik Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi
64
sesama manusia dengan baik, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab tidak baik Pendapat siswa guru PAI dalm mengajarai toleransi sesama manusia dengan baik. Tabel 4.16 Pendapat siswa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah maupun di sekitar masyarakat umum Pernyataan
Frekuensi
Persentase
Sangat tegas
13
32,5%
Tegas
25
62,5%
Tidak tegas
2
5%
Sangat tidak jelas
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 responden (32,5%) menjawab sangat tegas bahwa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah, maupun disekitar masyarakat umum, 25 responden (62,5%) menjawab tegas bahwa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah, maupun disekitar masyarakat umum, 2 responden (5%) siswa menjawab bahwa guru PAI dalam mengajari untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah, maupun disekitar masyarakat umum. Tabel 4.17 Pendapat siswa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan alquran dan hadis dengan jelas dan benar Pernyataan
Frekuensi
Persentase
Sangat jelas dan benar
8
20%
Jelas dan benar
28
70%
Tidak jelas dan benar
3
7,5%
Sangat tidak jelas dn
1
2,5%
40
100%
benar Jumlah
65
Dari tabel di atas dapat diketahui 8 responden (20%) siswa menjawab sangat jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan al-quran dan hadis dengan jelas dan benar, 28 responden (70%) siswa menjawab jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan al-quran dan hadis dengan jelas dan benar, 3 responden (7,5%) siswa menjawab tidak jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan al-quran dan hadis dengan jelas dan benar, 1 responden (2,5%) siswa menjawab sangat tidak jelas dan benar bahwa guru memberikan penjelasan tentang jihad sesuai dengan al-quran dan hadis dengan jelas dan benar.
Tabel 4.18 Pendapat siswa guru PAI memberi penjelsan bahwa jihad bukan tindak kekerasan Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat baik
13
32,5%
Baik
20
50%
Cukup baik
5
12,5%
Tidak baik
2
5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 responden (32,5%) menjawab sangat baik bahwa guru PAI memberi penjelasan bahwa jihad bukan tindaka kekerasan, 20 responden (50%)
siswa menjawab bahwa guru PAI memberi
penjelasan bahwa jihad bukan tindaka kekerasan, 5 responden (12,5%) siswa menjawab cukup baik bahwa guru PAI memberi penjelasan bahwa jihad bukan tindaka kekerasan, 2 responden (5%) siswa menjawab tidak baik bahwa guru PAI memberi penjelasan bahwa jihad bukan tindaka kekerasan.
66
Tabel 4.19 Pendapat siswa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat baik
17
42,5%
Baik
12
30%
Cukup baik
8
20%
Tidak baik
3
7,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) menjawab sangat baik bahwa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia, 12 responden (30%) siswa menjawab bahwa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia, 8 responden (20%) siswa menjawab cukup baik bahwa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia, 3 responden (7,5%) siswa menjawab tidak baik bahwa guru PAI mengajarkan dengan baik bahwa jihad merupakan tugas mulia.
Tabel 4.20 Pendapat siswa guru PAI menagajarkan dengan jelas pengetahuan tentang bahayanya terorisme Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat jelas
7
17,5%
Jelas
18
45%
kurang jelas
14
35%
Tidak jelas
1
2,5%
Jumlah
40
100%
67
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 7 responden (17,5%) siswa menjawab sangat jelas bahwa guru PAI menajarkan pengetahuan tentang bahayanya terorisme, 18 responden (45%) siswa menjawab jellas bahwa guru PAI mengajarkan pengetahuan tentang bahayanya terorisme, 14 responden (35%) siswa menjawab kurang jelas bahwa guru PAI mengajarkan pengetahuan tentang bahayanya terorisme, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak jelas bahwa guru PAI mengajarkan pengetahuan tentang bahayanya terorisme. Tabel 4.21 Guru PAI memaparkan ciri-ciri teroris dengan jelas Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat jelas
17
42,5%
Jelas
22
55%
kurang jelas
0
0%
Tidak jelas
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (42,5%) siswa menjawab sangat jelas bahwa guru PAI memaparkan ciri-ciri teroris dengan jelas, 22 responden (55%) siswa menjawab jelas bahwa guru PAI ciri-ciri teroris dengan jelas, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab kurang jelas bahwa guru PAI ciriciri teroris dengan jelas, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak jelas bahwa guru PAI ciri-ciri teroris dengan jelas. Tabel 4.22 Guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan Al-Quran dan hadis Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat sesuai
9
22,5%
sesuai
29
72,5%
tidak sesuai
2
5%
68
Sangat tidak sesuai
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
9 responden (22,5%) siswa
menjawab sangat sesuai guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan dengan al-quran dan hadis, 29 responden (72,5%) siswa menjawab sesuai guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan dengan al-quran dan hadis, 2 responden (5%) siswa menjawab tidak sesuai guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan dengan al-quran dan hadis, dan 0 rosponden (0%) siswa tidak menjawab sangat tidak sesuai guru membimbing siswa memahami jihad sesuai dengan dengan al-quran dan hadis.
Tabel 4.23 Guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat tegas
11
27,5%
Tegas
20
50%
Cukup tegas
8
20%
Tidak tegas
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (27,5%) menjawab sangat tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme, 20 responden (50%) menjawab tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme, 8 responden (20%) siswa menjawab cukup tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme, 1 responden (2,5%) siswa menjawab tidak tegas guru PAI membimbing siswa agar tidak melakukan tindak terorisme.
69
Tabel 4.24 Guru menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme dengan tegas Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat tegas
11
27,5%
Tegas
19
47,5%
Cukup tegas
7
17,5%
Tidak tegas
3
7,5%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (27,5%) menjawab sangat tegas guru PAI menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme, 19 responden (47,5%) menjawab tegas guru PAI menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme, 7 responden (17,5%) siswa menjawab cukup tegas guru PAI menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme, 3 responden (7,5%) siswa menjawab tidak tegas guru PAI menghimbau siswa agar menghindari bahaya terorisme. Tabel 4.25 Guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat jelas
4
10%
Jelas
15
37,5%
Cukup jelas
16
40%
Tidak jelas
5
12,5%
Jumlah
40
100%
dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 4 respinden (10%) siswa menjawab sangat jelas guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas, 15 responden (37, 5) siswa menjawab jelas guru PAI membimbing
70
siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas, 16 responden (40%) siswa menjawab cukup jelas guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciriciri terorisme dengan jelas, 5 responden (12,5%) siswa menjawab tidak jelas guru PAI membimbing siswa untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas. Tabel 4.26 Sudah baikkah Guru PAI dalam membimbing siswa untuk saling menghargai sesama manusia Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat baik
24
60%
Baik
16
40%
Cukup baik
0
0%
Tidak baik
0
0%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 24 responden (60%) menjawab sangat baik bahwa guru PAI dalam membimbimng siswa untuk saling menghargai sesama manusia, 16 responden (40%)
siswa menjawab bahwa guru dalam
membimbimng siswa untuk saling menghargai sesama manusia, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab cukup baik bahwa guru PAI dalam membimbimng siswa untuk saling menghargai sesama manusia, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab tidak baik bahwa guru PAI dalam membimbimng siswa untuk saling menghargai sesama manusia Tabel 4.27 Guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan tindakan anarkis, meneror, dan mengncam terhadap siswa lain Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat baik
20
50%
Baik
17
42,5%
Cukup baik
3
7,5%
71
Tidak baik
0
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) menjawab sangat baik bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa, 17 responden (42%) siswa menjawab bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa, 3 responden (7,5%) siswa menjawab cukup baik bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa, 0 responden (0%) siswa tidak menjawab tidak baik bahwa guru PAI membimbing siswa untuk tidak melakukan perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa. Tabel 4.28 Apakah dalam pengawasan tentang bahaya terorismesudah teliti dengan baik Pernyataan
Frekuensi
%
Sangat baik
3
7,5%
Baik
21
52,5%
Cukup baik
12
30%
Kurang baik
4
10%
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 3 responden (7,5%) menjawab sangat baik bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang bahaya terorisme sudah teliti dengan baik, 21 responden (52,5%) siswa menjawab bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang bahaya terorisme sudah teliti dengan baik 12 responden (30%) siswa menjawab cukup baik bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang bahaya terorisme sudah teliti dengan baik, 4 responden (10%) siswa menjawab
72
tidak baik bahwa guru PAI dalam pengawasan tentang bahaya terorisme sudah teliti dengan baik. Tabel 4. 29 Guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbuatan keras lainnya Pernyataan
Frekuensi
%
Selalu
20
50%
Sering
14
35%
Kadang-kadang
6
15%
Tidak pernah
0
0
Jumlah
40
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (50%) menjawab sangat tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya., 14 responden (35%) menjawab tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya., 6 responden (15%) siswa menjawab cukup tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya., 0 responden (0%) siswa tidak menjawab tidak tegas guru PAI dalam menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbutan keras lainnya.
73
C. Analisi dan Interprestasi Data Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas adalh nilai mean atau rata-rata, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item yang diteliti berdasarkan tanggapan responden. Untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item digunakan perhitungan sebagaimana table di bawah ini. Tabel 4.30 Nilai rata-rata skor penelitian 1. Pemahaman dan pengalamn siswa tentang pengertian terorisme, bahaya, dan ciri-cirinya No
Skor
Item
Nilai Harapan
Nilai Skor
Kategori
(NH)
(NS)
Nilai
1
137
4
3,42
85,6
Sangat baik
2
128
4
3,2
80
Baik
3
122
4
3,05
76,5
Baik
4
121
4
3,025
75,6
Baik
5
129
4
3,225
80,6
Baik
6
142
4
3,55
88,75
Sangat baik
7
111
4
2,775
69,37
Baik
8
143
4
3,575
89,37
Sangat baik
9
122
4
3,05
76,25
Baik
10
124
4
3,1
77,5
Baik
11
119
4
2,975
74,37
baik
79,44 %
Baik
Nilai rata-rata
Pada dimensi pemahaman dan pengengalaman siswa tentang pengertian terorisme, ciri-cirinya, dan bahayanya secara keseluruhan berkategori baik dengan rata-rata 75,56% artinya siswa SMA Negeri 9 Tangerang Selatan pemahaman tentang terorisme, bahayanya, dan ciri-cirinya sudah baik.
74
Tabel 4.31 Nilai rata-rata skor penelitian 2. Peran guru sebagai pengajar No
Skor
Item
Nilai Harapan
Nilai Skor
Kategori
(NH)
(NS)
Nilai
12
134
4
3,35
83,75
Sangat baik
13
133
4
3,325
83,10
Sangat baik
14
129
4
3,225
80,62
Baik
15
121
4
3,025
75,62
Baik
16
124
4
3,1
77,5
Baik
17
123
4
3,075
76,9
Baik
18
111
4
2,775
69,4
Baik
19
135
4
3,375
84,4
Sangat baik
78,9%
Baik
Nilai rata-rata
Pada dimensi peran guru sebagai pengajar secara keseluruhan berkategori baik dengan rata-rata 75,60%, artinya peran guru SMA Negeri 9 Tangerang selatan dalam mengajar tentang pemahaman terorisme, bahaya, dan ciri-cirinya sudah baik, artinya peranan guru PAI dalam mengajar guna untuk menangkal bahaya terorisme di sekolah sudah baik.
Tabel 4.32 Nilai rata-rata skor penelitian 3. Peranan guru sebagai pembimbing No
skor
Item
Nilai Harapan (NH)
Nilai Skor
Kategori
(NS)
Nilai
20
127
4
3,175
79,4
Baik
21
121
4
3,025
75,6
Baik
75
22
118
4
2,95
73,7
Baik
23
98
4
2,45
61,2
Baik
24
144
4
3,6
90
Sangat baik
25
137
4
3,425
85,6
Sangat baik
77,58%
Baik
Nilai rata-rata
Pada dimensi peran guru sebagai pengajar secara keseluruhan berkategori baik dengan rata-rata 75,58% artinya peran guru SMA Negeri 9 Tangerang selatan dalam mengajar tentang pemahaman terorisme, bahay, dan ciri-cirinya sudah baik, artinya peranan guru PAI dalam mengajar guna untuk menangkal bahaya terorisme di sekolah sudah baik.
Tabel 4.33 Nilai rata-rata skor penelitian 4. Peranan guru sebagai pengawas No Item
skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
Kategori Nilai
26
105
4
2,625
65,62
Baik
27
134
4
3,35
83,75
Sangat baik
74,68%
Baik
Nilai rata-rata
Pada dimensi peran guru sebagai pengawas secara keseluruhan berkategori baik dengan rata-rata 74,68% artinya peran guru SMA Negeri 9 Tangerang selatan dalam mengajar tentang pemahaman terorisme, bahaya, dan ciri-cirinya sudah baik, artinya peranan guru PAI sebagai pengawas guna untuk menangkal bahaya terorisme di sekolah sudah baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dalam menangkal bahaya terorisme sudah baik, dari cara mengajar, membimbing damapai mengawasi peserta didik
76
guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 9 sudah efektif dan di tambah pemahaman siswa tentang bahaya terorisme yang baik dapat membantu peranan guru PAI dalam menangkal bahaya terorisme di sekolah.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil keseluruhan proses penelitian yang telah penulis lakukan mengenai peranan guru pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme di SMA Negeri IX Tangerang Selatan. Maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan pemahaman siswa yang meliputi: pemahaman tentang pengertian terorisme, bahaya terorisme, dan ciri-ciri terorisme sudah baik. 2. Peranan guru dalam menangkal bahaya terorisme di SMAN 9 Tangerang Selatan dalam melakukan pengajaran sudah efektif karena guru di sekolah memberikan pelajaran-pelajaran tentang pemahaman akidah yakni tentang jihad yang benar, tentang toleransi yang perlu diterapkan kepada peserta didik ntuk saling menghormati sesama teman seagama maupun beda agama. Yang penulis amati dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran guru PAI di sekolah sudah terlaksana dengan baik, umpanya sekolah memberikan materi tentang perjuangan Rasulullah dalam memerangi orang-orang kafir dan etika dalam berperang. Menghormati orang non muslim, semua yang di ajarkan oleh guru dapat menunjang pemahaman agama Islam yang baik sehingga kecil kemungkinan siswa di sekolah terjerumus ideologi terorisme.1
1
Minah, Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam, (Tangerang: SMAN 9, 2013)
77
78
3. Peranan guru dalam menangkal bahaya terorisme di SMAN 9 Tangerang Selatan dalam metelakukan pembinaan sudah efektif, karena dalam mengajak dan memberikan pengetahuan terhadap pengaruh-pengaruh yang anak didik tidak mengerti tentang bahaya terorisme atau aliran-aliran yang menyimpang dari syariat Islam.2 4. Dana peranan guru dalam menangkal bahaya terorisme di SMAN 9 Tangerang Selatan dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sudah efektif. Karena dalam mengawasi tingkah laku siswa sudah efektif dengan memonitoring siswa, mengontrol guru-guru ngaji dalam kegiatan kerohanian, dan menekankan kepada para siswa untuk berhati-hati dalam bergaul.3 Dari hasil temuan tersebut akhirnya dapat penulis ambil kesimpulan bahwa peranan guru pendidikan agama Islam dalam menangal bahaya terorisme sudah baik, artinya pengalaman siswa selama ini tentang bahaya terorisme sudah baik untuk tidak terpengaruh oleh doktrin-doktrin bahay yang dilakukan terorisme yang selama ini mengincar para remaja untuk bergabung dengan terorisme. Itu semua dilakukan dengan baik guru mata pelajaran agama Islam. Semua ini karena peranan guru pendidikan agama Islam dalam mengajara atau memberikan pengetahuan tentang bahya terorisme di SMAN 9 terarah kepada siswa, selain itu peranan guru pendidikan agama Islam dalam membimnbing siswa untuk menjauhi bahaya terorisme sudah terlaksana dengan baik, peranan guru pendidikan agama Islam dalam membimbing untuk mengetahui ciri-ciri dan bahaya terorisme sudah baik, peranan guru pendidikan agama Islam dalam pengawasan untuk selalu mewaspadai pergaulan, dan kegiatan kerohanian di sekolah untuk menghindari semua apa yang terkait dengan bahaya terorisme sudah baik.
B. Saran Dari hasil penelitian yang penulis telah simpulkan, dengan tidak bermaksud menggurui maka penulis mencoba memberikan beberapa saran yang sifatnya membangun untuk kepala sekolah SMAN 9, guru PAI SMAN 9, dan siswa SMA 9, dengan saran yang akan penulis kemukakan berharap SMA Negeri 9 Tangerang Selatan bebas dari bahaya terorisme:
2 3
Ibid. Ibid
79
1. Untuk Kepala Sekolah a. Mengenai maslah bahaya terorisme, kepala sekolah mempunyai andil besar terhadap kurikulum pendidikan agama Islam, hendaknya kepala sekolah perlu banyak melakukan peninjauan kembali pada isi materi pendidikan agama Islam khususnya materi akidah yang dapat mengacau pada pemahaman bahaya terorisme. b. Hendaknya kepala sekolah meninjau lebih ketat masuknya orang-orang yang berkepentingan untuk datang kesekolah dengan cara menghimbau para petugas satpam untuk menanyakan identitas setiap orang baru yang datang kesekolah. c. Menghimbau guru agar selalu memperhatikan tingkah laku peserta didik di sekolah, di kelas, maupun di luar jam pelajaran. d. Mengingat maslah terorisme sangat berbahaya pengaruhnya dikalangan pelajar maka menurut penulis, kalau memang memungkinkan di terapkannya kurikulum anti terorisme, maka kebijakan yang perlu di ambil kepala sekolah adalah menerapkan kurikulum tentang terorisme disekolah SMAN 9 Tangerang Selatan. 2. Untuk Guru Pendidikan Agama Islam a. Hendaknya guru PAI lebih mengajarkan materi-materi pendidikan agama Islam dikaitkan kepada fenomena-fenomena kontemporer yang rasional yang bisa di mengerti oleh para peserta didik karena usia siswa tingkat menengah atas banyak mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan, apabila guru PAI tidak bisa menjelaskan dengan teliti bisa-bisa siswa bingung dengan apa yang dijelaskan guru PAI, bahkan bisa jadi menimbulkan pikiran-pikiran yang menyimpang terutama dalam menjelaskan materi tentang akidah. b. Mengenai masalah bahaya terorisme, mungkin bisa dilakukan sosialisasi seminggu sekali atau sebulan sekali kepada peserta didik untuk pencegahan adanya pemikiran-pemikiran yang menyimpang karena bisa saja salah satu murid ada yang terpengaruh oleh ideologi terorisme. 3. Untuk Siswa a. Selain siswa belajar agama Islam di sekolah, siswa juga perlu banyak membaca buku-buku agama Islam agar pengetahuan tentang Islam lebih mendalam. Sehingga tidak ada keraguan untuk menjalankan ibadah terutama memahami akidah. b. Siswa harus pandai bergaul dengan orang lain, dan harus mewaspadai orang lain yang belum jelas identitasnya. c. Siswa juga perlu banyak sharing berkumpul dengan para tokoh agama Islam di masyarakat, entah itu melalu ikatan remaja Masji atau majlis lainnya.
80
4. Untuk Orang Tua Orang tua (Bapak/Ibu)/ wali murid adalah orang yang paling penting dan berpengruh untuk siswa ketika di rumah, maka dalam hal ini orang tua perlu banyak memberikan nasihat yang tegas agar siswa tidak melalaikan ibadahnya dan yang terpenting orang tua harus menjadi contoh teladan untuk anakanaknya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Qadir Djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995 Albarobis, Muhyidin, Islam Itu Mudah, Jakarta: CV Artha Rivera, 2007 Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, Jakarta: Republika, 2007 Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Amin, Ma’ruf dkk, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2011 Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006 Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Jakrta: Kencana, 2012 Basri, Hasan, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2010 Darajat, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005 Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Djelantik, Sukawarsini, Terorisme Tinjauan Psiko-Politis Kemiskinan, dan Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999 Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, Jakarta: PT Kompas Media Masa, 2009 http://randikurniawan.blogspot.com/2009/08/meminimalisasi-potensi terorisme.html, Khadafi, Majid, Islam Agama Perang, Yogyakarta, Penerbit Karunia Terindah: 2004 Majid, Abdul Dkk, Pendidikan Agama Islam Bebasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)
81
82
Mbai, Ansyad, Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi, Jakarta: Spectrum, 2006 Muttaqin, Akhmad Elang, Kajian Islam Kontemporer, Jakarta: Erlangga Husada. Dkk, 2007 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rrosdakarya 2004 Nasir,Mohamad Remaja Jadi Target Teroris, (Banten: Banten Pos, 2011), (www.Bantenpos.com). Nasution, Aulia Rosa Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Jakarta: Kencana, 2012 Nata, Abudin, Pendidikan dalam perspektif Al-Quran, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 Purwanto, Wawan, Terorisme Underrcover, Jakarta: Cipta Mandiri Bangsa, 2007 Rajasa, Sutan Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002 Subana, Muhammad, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, CV, 2011 Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Sulistyo Herman, Beyond Terrorism, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002 Uhairi Misrawi, Radikalisme Berbahaya Karena Menyasar Anak Muda dan Kelompok Miskin, 2008. (www.lazuardi biru.org). Wahid, Abdul, Kejahatan Terorisme, Jakarta: Refika Raditama, 2004 Ya'qub, Ali Mustafa, Ijtihad Terorisme dan Liberalisme, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2012 http://www.metro.polri.go.id/perpus/384-terorisme-masalah-definisi http://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-fundamentalismeradikalisme_8767.html
Angket untuk Siswa Tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Terorisme di SMAN 9 TANGSEL Nama Kelas Jenis Kelamin Umur
: : : :
Petunjuk Pengisian 1. Bacalah “bismillah” sebelum melakukan pengisian jawaban. 2. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang akan dijawab. 3. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan benar, karena jawaban anda terjamin kerahasiaannya. 4. Beri tanda (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai dan periksa kembali jawaban sebelum diserahkan. 5. Akhiri pengisian angket ini dengan ucapan “Alhamdulillah” dan saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kesediaan anda dalam mengisi angket ini. Pertanyaan: 1. Apakah anda setuju bahwa terorisme merupakan tindak kriminal dan kekerasan? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 2. Apakah anda setuju bahwa terorisme merupakan salah satu gerakan radikalisme? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Stuju d.Sangat tidak setuju 3. Apakah anda setuju bahaya terorisme meracuni banyak akidah para pelajar? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 4. Apakah anda setuju remaja yang pemahaman akidahnya kurang mendalam, mudah untuk terjerumus oleh pemahaman-pemahan terorisme? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 5. Apakah anda setuju terorisme merupakan kelompok berbahaya untuk seluruh manusia? a. Sangat setuju c. tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 6. Apakah anda setuju tindakan terorisme banyak merugikan umat Islam? c. Tidak setuju a. Sangat setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 7. Apakah anda setuju bahwa Indonesia target berbahaya yang banyak di huni kelompok terorisme? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 8. Apakah anda setuju peledakan bom terorisme di Indonesia banyak memakan korban tak bersalah? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangta tidak setuju
9. Apakah anda setuju aksi teror, penembakan, pembunuhan merupakan salah satu karakteristik terorisme? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d.Sangat tidak setuju 10. Apakah anda setuju terorisme bertujuan untuk mematikan lawan bukan mengalahkan lawan? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 11. Apakah anda setuju tujuan terorisme adalah untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan dan kepanikan? a. Sangat setuju c. tidak seutju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 12. Apakah menurut anda Guru agama Islam di sekolah mengajarkan toleransi sesama manusia sesuai dengan syariat Islam? a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai 13. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah mengajarkan kasih sayang sesama manusia dengan baik? a. Sangat baik c. Cukup baik b. Baik d. Tidak baik 14. Apakah menurut anda guru agama Islam pernah mengajarkan untuk tidak anarkis di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat dengan tegas? a. Sangat tegas b. Tidak tegas b. Tegas c. Sangat tidak tegas 15. Apakah menurut anda guru agama Islam memberikan penjelasan tentang jihad dengan dalil-dalil alquran dengan jelas dan benar. a. Sangat jelas dan benar c. Tidak jelas dan benar b. Jelas dan benar d.sangat tidak jelas dan benar 16. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah menjelaskan baik bahwa Jihad bukan tindak kekerasan atau diskriminasi? a. Sangat baik c. Cukup baik b. Baik d. Tidak baik 17. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah mengajarkan dengan baik bahwa Jihad di jalan Allah merupakan tugas mulia? a. Sangat Baik c. Cukup baik b. Baik d. Tidak baik 18. Apakah menurut anda guru agama Islam di sekolah sudah mengajarkan pengetahuan tentang bahaya terorisme dengan jelas? a. Sangat jelas c. Kurang jelas b. jelas d. Tidak jelas 19. Apakah guru agama Islam pernah memaparkan tentang ciri-ciri terorisme dengan jelas? a. Sangat jelas c. Tidak jelas b. Jelas d. Sangat tidak jelas
20. Apakah menurut anda guru agama Islam telah membimbing untuk memahami jihad sesuai dengan Syariat Islam? a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai 21. Apakah menurut anda guru agama Islam telah membimbing agar tidak melakuakan tindakan-tindakan terorisme dengan tegas? a. Sangat tegas c. Cukup tegas b. Tegas d. Tidak tegas 22. Apakah menurut anda guru agama Islam telah menghimbau untuk menghindari bahaya-bahaya terorisme dengan tegas? a. Sangat tegas c. Cukup tegas b. Tegas d. Tidak tegas 23. Apakah menurut anda guru agama Islam telah membimbing untuk mengetahui ciri-ciri terorisme dengan jelas? a. Sangat jelas c. Cukup jelas b. Jelas d. Tidak jelas 24. Apakah menurut anda guru agama Islam dalam membimbing untuk saling menghargai sesama manusia sudah baik? a. Sangat baik c. Cukup baik b. Baik d. Tidak baik 25. Apakah menurut anda guru agama Islam membimbing untuk tidak melakukan perbuatan anarkis, meneror, dan mengancam terhadap siswa sudah baik? a. Sangat baik c . Cukup baik b. Baik d. Tidak baik 26. Apakah menurut anda guru agama Islam dalam pengawasan tentang bahaya doktrin terorisme masuk sekolah sudah teliti dengan baik? a. Sangat baik c. Cukup baik b. Baik d. Kurang baik 27. Apakah menurut anda guru agama Islam sudah menertibkan siswa yang suka melakukan anarkisme, tauran, teror, atau perbuatan-perbuatan keras lainnya dengan tegas? a. Selalu c. kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah