PENGARUH BIMBINGAN KONSELING AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
OLEH
FUJI ASTUTI 106011000095
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………………………….. i Abstrak ………………………………………………………………………………………... v Daftar Isi ……………………………………………………………………………………… vi Daftar Tabel ………………………………………………………………………………….. viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………..… 1 B. Identifikasi Masalah …………………………..………………………..….… 5 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………………..…… 6 D. Tujuan dan Mamfaat Penelitian………………………………………….….. 7
BAB II
KAJIAN TEORI A. Kenakalan Remaja ……………………………………………………….…. 8 1. Pengertian Remaja …………………………………………………….... 9 2. Pengertian Kenakalan Remaja ……………………………………….… 11 3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja ………………………………….……. 12 4. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ……………………………….……. 15 5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Remaja…………………….……16 B. Bimbingan Konseling Agama 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Agama …………………….…… 19 2. Fungsi Bimbingan Konseling Agama …………………………….……. 22 3. Tujuan Bimbingan Konseling Agama …………………………….…… 27 4. Jenis-jenis Pelayanan Bimbingan Konseling Agama ……………….…. 29 5. Peran Bimbingan Konseling Agama dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja ……………………………………………………………….… 35
vi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ………………………………………………………… 40 B. Populasi dan Sampel ………………………………………………………. 42 C. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….…... 43 D. Metode Penelitian ……………………………………………………….…. 43 E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….…… 43 F. Teknik Analisis Data …………………………………………………….…. 44
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 3 Kota Tangerang Selatan …………………….…53 B. Deskripsi dan Analisis Data …………………………………………….…. 66 C. Interpretasi Data ……………..………………………………………….….. 77
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 78 B. Saran ……………………………………………………………………...... 79
DAFTAR PUSTAKA
vii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI Skripsi berjudul: “Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan”, disusun oleh Fuji Astuti, Nomor Induk Mahasiswa 106011000095, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dan telah di nyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada,
Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar serjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta,
Maret 2011
Panitia Ujian Munaqosah Tanggal
Tanda Tangan
….……………..
………….........
….……………..
….……………
………………..
……………….
Ketuan Panitia (ketua Jurusan) Bahrissalim, M.Ag NIP. 19680307 199803 1 002
Penguji I
Penguji II
Mengetahui: Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003
ABSTRAK Fuji Astuti. NIM.106011000095. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pengaruh Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan konseling agama Islam yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Responden dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa dari 299 orang, jadi sekitar 20% dari populasi yang ada. Kenakalan remaja dipandang sebagai kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum, baik yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi maupun agama serta hukum yang berlaku. Pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai tingkah laku yang mengandung kelainankelainan berupa perilaku atau tindakan yang a-moral, a-susila atau anti sosial. Dalam perilaku tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analisis dengan teknik korelasional. Dari hasil perhitungan didapat rxy product moment sebesar 0,449 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Koefisien determinasi sebesar 20,16% menunjukkan bahwa adanya pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Kata kunci : Bimbingan dan konseling agama Islam, Kenakalan remaja.
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia oleh para ahli Psikologi dibagi dalam beberapa tahapan kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa kanakkanak, masa remaja dan masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan. Oleh karena itu, bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapat kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya. Bahwa masa remaja adalah masa sebaik-baiknya untuk belajar, dapat kita temukan dari beberapa ungkapan sebagai berikut: Yeudge is the spring time. Masa muda adalah musin semi. Musim semi adalah musim yang memberi kesempatan untuk menentukan bagaimana pemeliharaan tanaman itu pada akhirnya. Apakah pada musim semi tanaman itu terpelihara dengan baik
1
2
ataukah dibiarkannya tidak terpelihara atau bahkan telah diserang hama. 1Arti daripada ungkapan tersebut yaitu masa pemuda adalah masa invesment yang berarti masa pemuda adalah masa bersiap diri. Suatu masa untuk mencari bekal guna melanjutkan kehidupannya dihari kemudian. Jadi, masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.2 Terjadinya perubahan kejiwaan tersebut
menimbulkan banyak
kebingungan dan keanehan sebagai suatu yang baru dalam kehidupan remaja. Dengan demikian, masa remaja adalah masa yang penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan. Karena itu remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja akan diombang ambing oleh munculnya; kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik, pertentangan dan krisis, Penyesuaian diri impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan. Masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Tetapi berada di antara keduanya, karena masih belum mampu untuk menguasai fungsifungsi fisik maupun psikisnya. Dalam proses transisi ini, seringkali remaja menunjukkan gejala-gejala psikologis yang menjadi problem dalam kehidupannya. Pada masa ini remaja memerlukan bimbingan, terutama dari orangtuanya atau keluarganya. Sementara itu, terkadang keluarga seringkali disibukkan dengan problem masing-masing. Dalam keadaan seperti ini sebagian remaja mencari jalan keluar dan pemecahannya dengan cara mereka sendiri dan tidak jarang kebingungan para remaja itu dan jika orang tua, guru dan masyarakat tidak 1
Agoes Soejanto. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, (Jakarta: Aksara Baru, 1990)
h. 34 2
Hendrianti Agustina, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006) h. 28
3
memperhatikan mereka bisa saja tergelincir pada perilaku yang aneh-aneh yaitu penyimpangan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, agama maupun hukum. Penyimpangan-penyimpangan itu disebut juga kenakalan remaja. Adapun bentuknya yaitu bersifat pelanggaran terhadap norma-norma sosial seperti membolos sekolah, tawuran, menodong, menentang guru, membuat onar dan sebagainya. Hal tersebut tidaklah muncul begitu saja, pastilah ada faktor yang menyebabkan semua itu terjadi. Melihat keadaan remaja seperti digambarkan di atas, kiranya perlu diambil langkah-langkah positif yang terarah oleh semua kalangan yaitu kepedulian orang dewasa untuk mengantisipasi dan menanggulangi masalah tersebut yang dapat mengganggu keseimbangan, keamanan dan ketertiban umum. Hal ini agar remaja dapat terarah, tidak mengganggu konsentrasinya di sekolah atau tidak menghambat kreatifitasnya. Sekolah yang merupakan tempat kedua setelah lingkungan keluarga agaknya dapat membantu remaja yang sedang mengalami masa transisi. Di sekolah biasanya terdapat pelayanan bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling secara umum yang mencakup jaringan dalam bidang kehidupan tersebut memungkinkan remaja menjadi warga negara yang bermoral dan mampu menjalani kehidupannya dengan penuh kemandirian dan tanggung jawab. Maka layanan bimbingan dan konseling berperan langsung dalam pembangunan
tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi
bimbingan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya mangatasi dan memecahkan masalah dengan kemampuan yang ada. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya yang berlangsung cepat, menjadikan peran guru meningkat dari sebagai pengajar menjadi pembimbing. Dikalangan pendidik, bimbingan diarahkan sebagai sarana penghubung antara para pendidik dengan anak didik, khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
4
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu di antara bidang kependidikan yang harus dikuasai oleh seorang guru agama Islam. Dalam hal ini bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab seluruh komponen yang ada di sekolah termasuk didalamnya guru agama Islam, demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling inipun dilakukan melalui pelayanan yang khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuannya secara utuh dan penuh. Maka bagi guru agama Islam, ia adalah pembimbing keagamaan anak didik, serta tugas yang diembannya bisa dikatakan berat dan mempunyai kontribusi yang pasti bagi anak didik, tanpa harus mengesampingkan peran serta kontribusi guru bimbingan dan penyuluhan. Berapa banyak guru agama Islam yang memiliki tugas ganda, disamping ia sebagai guru agama Islam, ia pun harus menjadi guru pembimbing, karena tugas keduanya dapat dilakukan oleh seorang guru agama Islam. Seorang guru agama Islam hendaklah memiliki pengetahuan dalam bidang keguruan yang meliputi bidang paedagogis, psikologi, akidah akhlak dan sebagainya.3 Maka sangat komplekslah tanggung jawab seorang guru agama Islam terhadap anak didiknya maupun bidang ilmu pengetahuan yang harus dimilikinya. Guru agama Islam hendaknya tidak hanya sebagai pendidik tapi juga pembimbing. Jadi, setiap guru khususnya guru agama Islam berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalah
sendiri,
mengatasi
kesulitan,
memecahkan
masalahnya
dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Para peserta didik membutuhkan bantuan guru agama Islam dalam hal mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam upaya membantu anak mengatasi kesulitan dan berbagai masalah guru agama Islam berperan sebagai pembimbing. Setiap guru agama Islam perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensinya dan kelemahannya, masalah dan
3
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 29
5
kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya.4 Selain itu, guru agama Islam harus memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individu, psikologi kepribadian dan psikologi belajar. Hal ini harus dilakukan secara optimal dengan tujuan supaya bisa menghasilkan output yang benar-benar bisa dibanggakan baik dari segi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi ) maupun imtaq (iman dan taqwa). Inilah beberapa tugas yang harus diemban oleh para pendidik, khususnya guru agama Islam yang merangkap sebagai konselor agama, dalam mendidik, membina dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan pendidikan dan agama. Berdasarkan pandangan inilah penulis mencoba memaparkan hal yang riil dan faktual tentang “PENGARUH BIMBINGAN KONSELING AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah: 1. Kenakalan remaja. 2. Sebab-sebab kenakalan remaja. 3. Jenis-jenis kenakalan remaja. 4. Tugas guru agama yang terkait dengan kegiatan bimbingan konseling agama. 5. Bentuk-bentuk pelayanan bimbingan dan konseling agama. 6. Cara-cara menanggulangi kenakalan remaja melalui pelayanan bimbingan konseling agama. 7. Peran bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja.
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 254
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Melihat luasnya permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan judul di atas, maka masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini perlu dibatasi agar arah, tujuan dan sasarannya lebih jelas. Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis hanya membatasi penelitian kepada hal-hal sebagai berikut, yaitu: 1. Kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan 2. Pelayanan-pelayanan yang diberikan dalam bimbingan dan konseling agama Islam dalam rangka mengatasi kenakalan remaja / siswa 3. Pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tanggerang Selatan Agar pembatasan masalah dapat diteliti dan dianalisa secara terarah, maka penulis akan merumuskan masalah yang akan dibahas atau diteliti. Adapun perumusan masalah tersebut adalah: 1. Kenakalan apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan? 2. Pelayanan-pelayanan apa saja yang diberikan dalam bimbingan dan konseling agama dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tanggerang Selatan? 3. Apakah terdapat pengaruh bimbingan dan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang penulis teliti adalah: a) Untuk mengetahui kenakalan apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan b) Untuk mengetahui pelayanan-pelayanan apa saja yang diberikan dalam bimbingan dan konseling agama dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tanggerang Selatan.
7
c) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa, baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah yang bisa dipantau oleh pihak sekolah 2. Mamfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a) Untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang penulis miliki dan menambah wawasan penulis khususnya, serta pendidik dan pembaca umumnya yang berminat dalam masalah ini. b) Untuk memberikan masukan bagi sekolah yang diteliti sebagai bahan evaluasi. c) Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kenakalan Remaja Permasalahan kehidupan dan dinamika remaja tidak akan berhenti, karena berkaitan dengan dinamika hidup manusia di dunia ini. Kehidupan remaja saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks yang tentunya sangat perlu mendapat perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik di rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini makin merisaukan. Efek tersebut, misalnya semakin maraknya penyimpangan diberbagai norma kehidupan yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku anti sosial seperti tawuran, penganiayaan, perusakan fasilitas umum, pencurian serta perbuatan amoral lainnya.1 Pada zaman dahulu kebanyakan orang menganggap bahwa anak adalah orang dewasa dalam ukuran kecil, sehingga istilah remaja itu tidak ditemukan pada saat itu. Namun setelah zaman modern, maka perkembangan manusia telah diperinci secara mendalam. Di dalam fase itu terdapat masa remaja, yaitu masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Allah berfirman dalam al-Qur’an: 1
Aat Syaf, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Rajawali Press. h. 2
8
9
"#$ % & ' ( ! ) *+ ,- . ' /0 12 3 4 . 56 4 7 *. (67:@AB) 8 9 9 :;<=>"#% 7 *.0
Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, setelah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu biarkan hidup) supaya kamu sampai masa (dewasa), kemudian (dibiarkan lagi hidup) sampai tua, di antara kamu itu ada yang diwafatkan sebelum itu (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.” (Q.S. Al-Mukmin: 67)2 Sebelum lebih jauh pada pembahasan kenakalan remaja, sebaiknya pada awal pembahasan ini diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian remaja. 1. Pengertian Remaja Remaja berasal dari kata latin Adolecere (kata benda Adolescentia) yang berarti remaja, yaitu “tumbuh atau tumbuh dewasa” dan bukan anakanak lagi. Remaja menurut Zakiah Darajat adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak; tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa. Remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.3 Adolescentia berasal dari bahasa latin, adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, akhirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun.4 Jika kita perhatikan dalam beberapa literatur mengenai pengertian remaja ada beberapa perbedaan redaksional yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi maksud dan tujuannya sama. Seperti pendapat Alisuf Sabri 2
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung: CV Dipenogoro, 2000), Cet. X, h. 379. 3 Aat Syaf, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency), Rajawali Press, h. 87 4 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13
10
yang memberikan pengertian remaja sebagai “masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa.”5 Akyas Azhari, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum dan Perkembangan, Mengatakan Istilah Adolecence atau remaja berasal dari kata latin adolenscere (kata bendanya, adolensecentia yang berarti remaja), yang berarti pula “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. 6 Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologik, psikologik dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa di mana 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada yang relatif lebih mandiri. 7 Dengan demikian pengertian remaja dapat penulis simpulkan bahwa masa remaja adalah suatu periode dalam kehidupan manusia yang banyak mengalami perubahan yang nampak sekali secara fisik yaitu berupa terjadinya perkembangan seksualitas pada organ-organ tertentu dan aspek psikologis, sehingga membawa perubahan dari anak-anak menjadi dewasa. Para ahli jiwa sepakat dalam menentukan permulaan masa remaja, yaitu dimulai dengan adanya kegoncangan, yang ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi pada anak laki-laki. Kejadian yang menentukan ini tidak sama antara satu sama lain, tetapi secara kira-kira ditentukan umur kurang lebih 13 tahun sebagai permulaan masa remaja (adolesen), sedang akhir masa remaja itu bermacam-macam.8
5
M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: IAIN, 1992),
6
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, ( Jakarta: Teraju, 2004), h. 178 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. III,
h. 135. 7
h. 9 8
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), Cet. XVII, h. 84
11
Sebagian ahli mengatakan bahwa batasan usia remaja dimulai pada umur 13-19 tahun. Sementara itu, menurut tinjauan psikologi yang dikemukakan oleh Y. Singgih Dirgagunarsa dan suaminya mengatakan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa, yaitu batas umur 12-22 tahun.9 Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.10 Masa ini sering disebut juga sebagai masa “sturm and drang” karena anak itu emosinya timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauankemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap norma-norma yang berlaku.11
2. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja dalam bahasa Inggris disebut dengan Juvenile Delinqunce atau Teddy Boy. Menurut bahasa Jerman di sebut Wohl Fahrts kriminalitet sedangkan di Amerika Serikat disebut Rebels Without a Cause, di Swedia disebut Skinm Knutte, di Prancis disebut Blousons noirs dan di Jepang disebut Toyosoku.12 Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan :“Kenakalan remaja adalah kelakuan atau perbuatan anti sosial dan anti normatif”. Selanjutnya menurut Inpres No 6 /1971 pedoman 8 tentang pola penanggulangan kenakalan remaja, mengenai kenakalan remaja, pengertiannya adalah “kelainan tingkah laku, perbuatan remaja yang bersifat a-sosial bahkan anti sosial yang melanggar 9
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 70. 10 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet ke 16, h. 85 11 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 82. 12 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap . . . , Cet. I, h. 82.
12
norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.”13 H.M. Arifin dalam bukunya Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, menjelaskan tentang kenakalan remaja yaitu dipandang sebagai kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum, baik yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi maupun agama serta hukum yang berlaku.14 Pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut: a. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau tindakan yang a-moral, a-susila atau anti sosial. Dalam perilaku tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat. b. Perilaku atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai hukum atau undang-undang yang berlaku, yang jika dilakukan orang dewasa, hal tersebut jelas merupakan pelanggaran atau tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman dengan ketentuan yang berlaku. c. Perbuatan atau tindakan tersebut dilakukan oleh sekelompok usia remaja.
3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja Segala sesuatu pasti ada sebabnya, seperti pepatah yang mengatakan “tidak mungkin ada asap jika tidak ada api”. Hal ini menyiratkan bahwasanya kenakalan remaja yang terjadi saat-saat ini adalah akibat dan pastilah ada yang menyebabkan itu semua terjadi. Adapun sebab-sebab yang menjadikan seorang remaja melakukan tindakan menyimpang yaitu salah
satunya
kegagalan
pendidikan
atau
kurangnya
penanaman
pendidikan agama yang dilakukan keluarga, guru, guru agama dan 13
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap . . . , Cet. I, h. 82. H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), Cet. V, h. 80. 14
13
masyarakat. Yang dimaksud didikan agama di sini tidak hanya pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja, akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan diri si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik.15
Selain itu,
kondisi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja secara wajar juga mendorong remaja menjadi nakal. Hal-hal yang telah dipaparkan diatas merupakan faktor langsung penyebab kenakalan remaja. Adapun secara tidak langsung, hal-hal yang menjadi penyebab kenakalan remaja ialah penyakit masyarakat yang memungkinkan memicu kenakalan remaja, seseorang yang hidup dalam masyarakat yang tidak sehat dapat menularkan pengaruh buruk pada diri remaja. Selain pengaruh dari masyarakat yang tidak bagus, teknologi canggih yang tidak diimbangi dengan adanya iman juga menjadi penyebab seseorang berkelakuan tidak sehat atau nakal. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, terdapat faktor langsung dan tidak langsung yang menjadi penyebab kenakalan remaja, ada hal-hal lain yang bersifat khusus yang menyebabkan kenakalan remaja seperti pemenuhan kebutuhan pokok yang tak seimbang dengan keinginan anakanak, hal ini berkaitan dengan keadaan sosio ekonomi yang kurang menguntungkan bagi kehidupan anak. Selanjutnya, kurang dapatnya seorang remaja menyesuaikan diri dalam lingkungannya terutama lingkungan yang negatif menjadi pendorong seseorang menjadi nakal, hal ini juga berkaitan karena pengendalian diri yang kurang terhadap hal-hal yang negatif atau dengan kata lain daya tahan lemah. Selain itu, pengaruh lingkungan atau pengaruh teman sebaya sangat dominan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa besar sekali pengaruh dari lingkungan dan teman sebaya dalam memunculkan terjadinya kenakalan remaja.
15
Zakiah Darajat. Kesehatan Mental. (Jakarta: Haji Masagung, 1994), Cet. XIX, h. 114
14
Selanjutnya, seorang remaja yang tidak mempunyai kegemaran atau hobby yang positif atau tidak adanya wadah khusus tempat ia menyalurkan hobi dan bakat yang positif sehingga ia tidak memanfaatkan waktu secara baik dan ia mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif. Keadaan semacam ini mendorong seorang remaja tidak berkembang dan dapat menciptakan kenakalan remaja. Potensi dan kreativitas remaja yang positif hendaknya bisa disalurkan melalui kegiatan yang membangun dinamisasi aktivitas remaja. Remaja memang butuh perhatian ekstra, dalam arti orang tua dan guru agama khususnya harus memperhatikan benar pergaulannya. Masih berkaitan dengan sebab-sebab kenakalan remaja, kehidupan keluarga di rumah juga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik atau tidak. Sesungguhnya pengaruh lingkungan keluarga sangat besar terhadap remaja. Pengaruh itu tidaklah terbatas pada waktu ia menjadi remaja saja, akan tetapi telah dimulai sejak dari bayi, bahkan sejak dalam kandungan.16 Selanjutnya, keretakan hidup keluarga adalah salah satu hal negatif yang menyebabkan seseorang berkepribadian tidak baik. Keretakan yang dimaksud di sini adalah broken home dalam rumah tangga orang tua atau perceraian orang tua yang mengakibatkan remaja mencari pelarian (negatif) sehingga remaja cenderung terlibat dalam masalah kenakalan remaja. Beberapa kajian menyatakan bahwa para remaja yang hidup dalam rumah tangga yang retak, mereka lebih berpotensi mengalami banyak problematika yang bersifat emosional, moral, medis dan sosial dibanding remaja yang hidup dalam rumah tangga biasa
17
. Selain keretakan hidup keluarga, hal-hal seperti rasa cinta kasih
sayang orang tua yang tidak merata terhadap anak-anak, kelahiran anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya yang menjadikan orang tua setengah-setengah mengurusnya, kesibukan orang tua sehingga anaknya tidak terbina dengan baik, kurang mengetahui tentang cara-cara mendidik
16
Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet II, h. 19 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) Cet. I, h. 82 17
15
anak-anak yang baik dan benar, hal-hal tersebut di atas tidak sedikit terjadi di lingkungan masyarakat sekitar kita. Kenakalan remaja tidak sepenuhnya akibat dari pendidikan orang tua. Sekolah yang merupakan tempat seseorang menuntut ilmu bisa jadi merupakan penyebab kenakalan remaja karena kurang guru atau guru agama Islam yang kurang memenuhi syarat, guru agama Islam tidak hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan siswa/i-nya. Selain itu, kesibukan guru agama Islam khususnya untuk mencari tambahan penghasilan yang membuat guru agama Islam tidak optimal membina anak-anaknya juga mempengaruhi perkembangan hidup anak, hal ini secara langsung membuat guru kurang memberi perhatian terhadap kehidupan anak didiknya dan kurang adanya kerjasama atau hubungan guru dan orang tua murid. Salah satu diantara penyebab kenakalan remaja lainnya ialah kehilangan ketentraman batin.18 Kehilangan ketentaraman bathin atau terkenanya gangguan jiwa ringan ini adalah karena seseorang tidak dekat dengan Tuhannya. Agama benar-benar merupakan satu kekuatan yang sangat penting dalam pembentukan kesehatan jiwa, dengan jiwa yang sehat maka kenakalan remaja dapat dicegah. 4. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Kenakalan remaja dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu: a.
Kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma, tetapi tidak diatur dalam KUHP.
b.
Kenakalan yang tergolong pelanggaran yang telah diatur dalam KUHP. Kenakalan yang tidak diatur dalam KUHP, tetapi tingkah laku dan
perbuatan remaja tersebut cukup menyulitkan atau cukup tidak dimengerti oleh orang tua, antara lain seperti berani dan suka menentang orang tua
18
Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet II, h. 40
16
atau guru. Selain menentang orang tua dan guru, seseorang di katakan nakal apabila ia sering malas atau membolos sekolah. Akibat dari seorang remaja tidak dapat mengatur waktu luang secara baik atau tidak mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang dapat membangun dirinya maka ia suka berkeliaran tanpa tujuan yang jelas atau suka keluar malam yang tidak ada gunanya, berpesta pora semalam suntuk, suka ngebut dijalan umum yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang lain serta suka menggangu tata tertib masyarakat. Selanjutnya, kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma, tetapi tidak diatur dalam KUHP yaitu seperti suka membaca buku-buku cabul dan porno yang kemudian membuat seorang remaja penasaran dan ia memilih untuk menonton film-film porno atau blue film dan jika keimanannya tidak cukup kuat maka ia akan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari seperti pelecehan seksual atau bahkan melakukan hubungan di luar nikah. Kematangan seksual anak pubertas bila tidak diarahkan dan dibimbing ke jalan yang baik akan menimbulkan akses negative yang mengarah pada kehancuran masa depan.19 Pergaulan yang tidak baik menjadi sebab seseorang suka atau sering berkelahi, berambut gondrong bagi laki-laki serta bermake-up yang berlebihan bagi perempuan,
corat-coret di jalan atau tembok-tembok,
meminum minuman keras, suka berbohong atau memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu, suka berkata kotor, tidak sopan serta senonoh, dan lain-lain. Fenomena tersebut tidak jarang kita jumpai di lingkungan kita. Dan hal-hal tersebut otomatis akan menjelekan nama keluarga atau sekolah. Sedangkan bentuk kenakalan yang melanggar peraturan atau Undangundang yang diatur dalam KUHP antara lain, yaitu: a. Melanggar keamanan umum (pasal 489-520 KUHP) b. Menganggap remeh petugas negara (pasal 521 dan 528 KUHP) 19
Fuad Kauma, Sensasi Remaja di Masa Puber: Dampak Negatif dan Alternatif Penanggulangannya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 33
17
c. Pelanggaran dalam perkawinan (pasal 529-530 KUHP) d. Pelanggaran kesusilaan (pasal 532-547 KUHP) e. Mengakibatkan kematian orang lain (pasal 359 KUHP) f. Penganiayaan ringan (pasal 532 KUHP) g. Perampasan
kemerdekaan
orang,
seperti
penculikan
(pasal
328,330,331 dan 336 KUHP) h. Pemerasan dan pengancaman (pasal 368, 369 KUHP) i. Menghancurkan dan merusakan barang (pasal 406, 412 KUHP) j. Pencurian dengan kekerasan (pasal 356 KUHP) k. Kejahatan kesusilaan dengan segala bentuknya.
Selanjutnya, penyalahgunaan narkotika juga merupakan bentuk kenakalan remaja. Penggunaan narkotika jelas-jelas perbuatan yang melanggar
hukum.
Dalam
beberapa
dasa
warsa
terakhir
ini
penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum remaja. Khusus di Indonesia keadaan ini kerap kali melanda anak-anak remaja di kota-kota besar. Sebuah hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh psikiater Dr. Graham Blaine antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab, yaitu: 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakantindakan yang berbahaya seperti ngebut, berkelahi, bergail dengan wanita dan lain-lain. Untuk menunjukan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau guru atau norma-norma sosial Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup Untuk mengisi kekosongan dan kesepian atau kebosanan Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepenatan hidup Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas
18
9.
Hanya iseng-iseng atau didorong rasa ingin tahu 20.
5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Remaja Untuk mendekatkan masalah remaja atau kenakalan remaja pada suatu pemecahan yang tepat, maka hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subyeknya, kemudian baru pada bentuk dan sifat perbuatannya. Oleh karena itu, remaja harus dipandang sebagai individu yang masih dalam transisi meningkat dewasa, individu yang memerlukan dan berhak mendapat bantuan pada masa perkembangannya, individu yang harus mendapat bimbingan dan perhatian. Dengan memperhatikan berbagai konsekuensi dan untuk menghindari membengkaknya masalah kenakalan remaja ini, maka perlu sekali diadakan pencegahan atau tindakan yang terarah. Menurut Sahilun A Nasir, Tindakan-tindakan tersebut diantaranya yaitu: tindakan preventif, tindakan represif, tindakan kuratif. Uraian berikut ini akan menjelaskan makna masing-masing tindakan tersebut. a.
Tindakan Preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. Usaha-usaha yang sifatnya preventif dapat dilakukan melalui pendidikan informal (keluarga),
pedidikan
formal
(sekolah)
atau
juga
melalui
pendidikan non formal (masyarakat)21. Hal-hal kongkrit yang bisa dilakukan dalam mencegah timbulnya kenakalan ialah meghindari keretakan rumah tangga atau broken home, menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat perkembangannya dan penuhilah hatinya dengan keimanan22, pemeliharaan hubungan kasih sayang yang adil dan merata antar sesama anggota keluarga, pengawasan yang intensif terhadap gejala aktifitas yang dilakukan oleh anak-anak untuk menekan kemungkinan berprilaku negatif, 20
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. IV, h. 67 Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 90 22 Syafari Soma dan Hajaruddin. Menanggulangi Remaja kriminal: Islam sebagai Alternatif, (Bogor: CV Bintang Tsurayya, 1995), Cet I, h. 118 21
19
pemberian kesibukan yang bermamfaat, pemberiaan peranan dan tanggung jawab diantara para anggota keluarga, menintensifkan pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah hendaknya memperhatikan keseimbangan aspek kognitif, efektif dan psikomotor yang memadai, mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat, kemampuan dan penyalurannya, melatih atau membiasakan anak untuk dapat bekerja sama, berorganisasi dengan bimbingan guru melalui OSIS dan lain-lain, mengadakan dan mengaktifkan remaja masjid, karang taruna, dan lain sebagainya. b.
Tindakan Represif, yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. Ruang lingkup tindakan represif meliputi: 1)
Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja.
2)
Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang berbuat nakal.
3)
Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dan perlindungan bagi remaja.
4)
Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum.23
Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar , orang tua atau walinya. Selain itu, juga melakukan pengawasan khusus oleh Kepala Sekolah dan team guru atau pembimbing. c.
Tindakan Kuratif, dan rehabilitasi, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan
23
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 94
20
24
tersebut
. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan-tindakan yang
lain dilakukan. Tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi problema kenakalan remaja. Pada setiap tindakan preventif, represif maupun kuratif, pendidikan agama Islam selalu dibutuhkan dan dipergunakan, karena pendidikan agama Islam adalah suatu amal kebajikan, sedangkan kebajikan bisa menghapuskan kejelekan. Pendek kata agama Islam memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesarbesarnya; mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lainnya.25 Jadi, guru agama Islam sebagai pembimbing dan konselor perlu memahami berbagai factor penyebab kenakalan remaja (siswa). Setelah itu guru agama Islam dapat mengambil langkah-langkah baik preventif maupun kuratif. Nilai-nilai religiusitas menjadi faktor yang dominan dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja dalam suatu lingkungan masyarakat.
Penanaman nilai-nilai agama Islam sebaiknya dilakukan
sejak manusia dalam kandungan sampai akhir hayat. Jadi, dapat dikatakan suatu usaha penyelamat bagi remaja adalah ketekunan menjalankan agama. Ketekunan menjalankan agama itu dapat dicapai dengan jalan latihan yang terus menerus dan menghindarkan diri dari godaan-godaan yang merusak. Problem
kenakalan
remaja juga dapat
diminimalisir dengan
memberikan ruang gerak kepada remaja dalam mengikutsertakan atau menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.
24
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap .... Cet. I, h. 90 Zakiyah Daradjat. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), Cet. XVI, h. 52 25
21
B. Bimbingan Konseling Agama 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Agama Istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari istilah guidance and counseling dalam bahasa Inggris.26 Kedua istilah ini akan diuraikan secara terpisah, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas. Terlebih dahulu akan dibahas arti guidance kemudian arti counseling. Pada hakikatnya bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. “Guidance” yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (lead), (c) memberikan petunjuk (giving instruction) (d) mengatur (regulating), (e) mengarahkan ( governing).27 Jika istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan di atas, akan muncul dua pengertian yang mendasar, yaitu: a. Memberikan informasi b. Mengarahkan Menurut Drs. H.M. Alisuf Sabri, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan dan pelayanan kepada siswa yang dilakukan secara kontinu agar siswa tersebut dapat memahami dirinya dengan tuntutan yang ada dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.28 Bimbingan juga bisa diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkanya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif
26
I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Bandung: CV ILMU, ), h. 2. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2007), Cet. I, h. 16. 28 M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press, 2005), Cet I, h. 175 27
22
agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermamfaat baik bagi diri sendiri dan lingkungannya. 29 Dengan demikian, dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami, mengarahkan, dan merealisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam hal ini bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut. Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice.”30 Seperti halnya bimbingan, secara terminologis, konseling juga dikonsepsikan sangat beragam oleh para pakar bimbingan dan konseling. Rumusan tentang konseling yang dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literatur bimbingan dan konseling, memiliki makna yang satu sama lain ada kesamaannya. Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci mengenai konseling dalam tataran praktik, di mana konseling merupakan: a. Proses pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara pembimbing dengan klien. b. Dalam proses hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog yang disebut dengan wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam hampir semua rumusan tentang konseling. American School Counselor Association (ASCA) mengemukakan bahwa konseling adalah “hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi masalah-masalahnya.”31
29
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Ciputat press,2002), h 9 Hallen, Bimbingan dan konseling . . . Cet. III, h. 9. 31 Syamsu Yusuf dan Jatmika Nurihsan , Landasan Bimbingan dan . . . .Cet. II, h. 10. 30
23
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan, dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara konselor dengan klien. Tujuannya agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah pengembangan yang optimal sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Di sekolah, konseling merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan bimbingan. Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas, dapat dirumuskan bahwa bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada klien, melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah klien, sehingga klien mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri, sesuai dengan potensinya serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed sebagaimana dikutip dalam buku yang dikarang oleh Drs. Samsul Munir Amin, M.A., menjelaskan bahwasanya bimbingan dan penyuluhan agama adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa depannya.32 Bimbingan dan konseling agama pada khususnya, serta bimbingan dan konseling secara umum, merupakan salah satu komponen dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah yang memiliki strategi dasar 32
h. 19
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam,(Jakarta: Amzah, 2010), Cet. I,
24
sebagai tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan (pelayanan) yang harus diberikan kepada siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan sekarang dan yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di dalam mental spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Allah Swt. 2. Fungsi Bimbingan Konseling Agama Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai layanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus yang dimaksud. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling secara umum mengemban sejumlah fungsi. Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau mamfaat dapat dikelompokan menjadi beberapa fungsi, yaitu: Fungsi Pencegahan (preventif), Fungsi Pemahaman. Fungsi Pengentasan,
Fungsi
Pemeliharaan,
Fungsi
Penyaluran,
Fungsi
Penyesuaian, Fungsi Pengembangan, Fungsi Perbaikan (Kuratif) serta Fungsi Advokasi.33 a)
Fungsi Pencegahan (preventif) Layanan
bimbingan
dapat
berfungsi
pencegahan
artinya
merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah
34
.
Dalam fungsi pencegahan ini, layanan yang diberikan berupa 33
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah (Berbasis Integrasi). 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 39 34 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 2008. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm 42
25
membantu siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih lanjutan pendidikan (sekolah, memilih jurusan, memilih program sekolah, memilih kegiatan ekstrakulikuler dan lain sebagainya). Pencegahan juga dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih pekerjaan (jabatan) dalam masyarakat. Dalam agama fungsi ini juga berguna untuk mencegah atau menangkal hal-hal negative misalnya ideology, paham dan aliran filsafat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, kebiasaan buruk budaya asing dan moral yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan sunah. b)
Fungsi Pemahaman Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup pemahaman tentang diri sendiri, pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas. Pemahaman tentang diri sendiri perlu dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, seseorang harus mengenal dirinya sendiri. Setelah itu, ia akan memahami dirinya dan akan mengenal Tuhannya. Jika seseorang telah memahami dirinya dan mengenal Tuhannya maka secara otomatis ia bisa mengendalikan dirinya sendiri.
c)
Fungsi Pengentasan Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan konseling pada hakikatnya merupakan upaya pengentasan.
d)
Fungsi Pemeliharaan Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan
26
maupun hasil-hasil pengembangan yang telah dicapai selama ini 35. Selanjutnya Prayitno dan Erman amti, menyatakan bahwa fungsi pemeliharan di sini bukan sekedar mempertahankan agar hal-hal yang telah disebutkan diatas tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Implementasi fungsi ini dalam bimbingan konseling dapat dilakukan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program. e)
Fungsi Penyaluran Yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-cita. Penyaluran dapat diarahkan pada
jenis
lanjutan
sekolah,
pemilihan
jurusan,
kegiatan
ekstrakulikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadian. f)
Fungsi Penyesuaian Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian
diri
dan
perkembangannya
secara
optimal36.
Penyesuaian disini meliputi penyesuaian dengan orang lain dengan dirinya sendiri, dengan program studi atau jurusan, dengan lanjutan sekolah, dengan kondisi dan situasi dimana siswa berada dan penyesuaian dengan jabatan, pekerjaan dan profesinya, apabila ia telah memperoleh pekerjaan. g)
Fungsi Pengembangan Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara terarah. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan konseling membantu agar para siswa berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.
35
Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah (Berbasis Integrasi). 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 46 36 Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. 2006. Bandung: PT Refika Aditama, hlm 9
27
h)
Fungsi Perbaikan (Kuratif) Yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Termasuk perbaikan dalam cara berfikir, cara merasa, cara merespon sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran, pekerjaan, musibah atau kasus yang menimpa atau dialami siswa. Dalam bidang agama adalah membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan dalam memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agamanya (Islam).
i)
Fungsi Advokasi. Layanan bimbingan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentinganya yang kurang mendapat perhatian. Di atas telah dijabarkan fungsi bimbingan konseling secara umum,
dalam Agama Islam, fokus bimbingan dan konseling agama Islam tidak hanya memberikan perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental saja tetapi juga secara spiritual, kejiwaan dan emosional. Agama Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat kembali pada bimbingan Al-Qur’an dan sunah. Seperti terhadap individu yang memiliki sikap selalu berprasangka buruk kepada Tuhannya dan menganggap bahwa Tuhannya tidak adil, sehingga ia merasa susah dan menderita dalam kehidupannya dan
ia cenderung menjadi
pemarah dan akhirnya
merugikan dirinya sendiri dan lingkungannya. Bukanlah perkara yang mudah untuk menyembuhkan perkara individu yang telah memiliki pemikiran seperti itu, di sinilah fungsi bimbingan dan konseling memberikan bimbingan kepada penyembuhan terhadap gangguan mental berupa sikap dan cara berpikir yang salah dalam menghadapi problem hidupnya. Jika individu sudah dapat memahami problem dalam hidup, dapat membedakan mana yang hak dan batil, mana yang baik dan buruk untuk dirinya dan orang lain, barulah dikembangkan ke arah pengembangan dan pendidikan bagi mereka dengan menanamkan nilai-
28
nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang hidup, maka individu akan memperoleh wacana-wacana ilahiah tentang bagaimana mengatasi berbagai masalah, kecemasan dan kegelisahan serta melakukan hubungan komunikasi yang baik dan indah. Selain itu, individu akan mempunyai kemampuan al-Hikmah, yaitu metode atau cara menghayati rahasia di balik berbagai peristiwa dalam kehidupan secara nurani, empirik dan transedental.37 Dengan kemampuan dan pemahaman yang matang terhadap Al-Qur’an dan Al-Hikmah, maka secara otomatis individu akan terhindar dan tercegah dari hal-hal yang dapat merusak dan menghancurkan eksistensi dan esensi dirinya, baik kehidupan di dunia dan di akhirat. Itulah fungsi khas bimbingan dan konseling dalam Islam, ia tidak hanya memberikan bantuan atau mengadakan perbaikan, peyembuhan, pencegahan demi keharmonisan hidup dan kehidupan dalam kehidupan lahiriah maupun batiniah, tidak hanya kehidupan duniawi tetapi juga ukhrawi. Karena dalam Islam setiap aktivitas kehidupan baik yang berhubungan dengan akal pikiran, perasaan (emosional), dan perilaku harus dipertanggungjawabkan oleh setiap individu dihadapan Tuhan. Adapun jika kegiatan bimbingan dan konseling itu dikaitkan dengan kehidupan keagamaan anak bimbing, maka tugas guidance conselor dalam hal ini guru agama Islam khususnya tidak akan pernah diketahui kapan berakhir, karena bimbingan konseling keagamaan akan selalu dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat khususnya lingkungan sekolah. Dengan demikian, maka bimbingan dan konseling agama Islam sebenarnya sangat berhubungan dengan usaha penciptaan suasana/iklim kegiatan kependidikan di lingkungan sekolah, yang bersifat mengarahkan bagi terwujudnya kelancaran proses belajar mengajar yang dilandasi oleh semangat atau perasaan pengabdian kepada Allah, masyarakat, nusa dan bangsa. 37
h. 51
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) Cet. I,
29
3. Tujuan Bimbingan Konseling Agama Sejalan dengan perkembanganya konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensif. Adapun perkembangan tujuan itu diantaranya: menurut Hamrin dan Clifford, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu membuat pilihan- pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. 38 Sedangkan menurut Drs. Paimun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan akhir. a. Tujuan umum, bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis diantara unsur-unsur yang meliputi fisik, mental, emosional, social, dan moral, bahkan spiritual (religius). Apabila kepribadian telah berkembang secara optimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan pendidikan adalah kedewasaan. b. Tujuan khusus, bimbingan konseling bertujuan membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru mungkin lebih buruk. Bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu siswa dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi atau yang dialami siswa dalam kehidupan terutama kehidupan sekolah, baik yang menyangkut dalam masalah belajar, masalah sosial, maupun masalah pribadi. Hal penting yang diperlukan dalam kehidupan adalah penyesuaian diri. Bimbingan dan konseling berusaha memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan alam, lingkungan social, maupun lingkungan selfnya, yaitu diri sendiri. c. Adapun tujuan akhir dari bimbingan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri (self guidance). Individu dipandang telah mampu membimbing dirinya sendiri apabila telah mampu memahami diri (self understending) dan menerima dirinya (self acceptance) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dapat mengarahkan diri (self direction) kepada tujuan mulia yang bermamfaat bagi kehidupannya dan dicapainya 38
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999) Hlm 112
30
dengan mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya (self actualization, self realization) dengan cara yang terpuji tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. 39 Secara jelas tujuan bimbingan dan konseling sudah bisa diketahui dalam rumusan atau pengertian itu sendiri. Individu atau siswa yang dibimbing merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan. Oleh sebab itu, merujuk pada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan bimbingan konseling adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing. Dengan perkataan lain, agar individu atau siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed., tujuan bimbingan agama adalah sebagai berikut: “Bimbingan dan penyuluhan agama dimaksudkan untuk membantu si terbimbing supaya memiliki religius reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem. Bimbingan dan penyuluhan agama yang ditujukan kepada membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya”.40 Dalam Islam, sosok individu yang ingin dicapai adalah individu yang “kaffah” atau “insan kamil.” Individu yang kaffah merupakan sosok individu atau pribadi yang sehat baik rohani maupun jasmani. Dengan perkataan lain, sehat fisik dan psikisnya pribadi yang kaffah atau insan kamil juga merupakan sosok individu yang mampu mewujudkan potensi iman, ilmu dan amal serta zikir sesuai kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari.41
39
Paimun, Sari Perkuliahan Bimbingan dan Konseling, Jakarata UIN Syarif Hidayatullah. 2005. Hlm 15-16 40 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 39 41 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 18
31
4. Jenis-jenis Pelayanan Bimbingan Konseling Agama Pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk membantu klien atau anak bimbing untuk mengatasi problematikanya dalam berbagai bidang yang dihadapinya. Adapun jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling yaitu:
a)layanan orientasi; b)layanan informasi; c)layanan
penempatan dan penyaluran; d)layanan penguasaan konten; e)layanan konseling perorangan; f)layanan bimbingan kelompok; g)layanan konseling kelompok; h)layanan konsultasi; i)layanan meditasi. 42 a) Layanan Orientasi Layanan orientasi yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan
sekolah/madrasah
dan
baru,
terutama
objek-objek
yang
lingkungan
dipelajari,
untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dn memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
43
Situasi atau lingkungan
yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang asing, dalam kondisi keterasingan, maka individu akan mengalami kesulitan untuk
bersosialisasi.
Ketidakmampuan
bersosialisasi
juga
menimbulkan perilaku mal adaptif (perilaku menyimpang) bagi individu. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan
belajar
dan
kegiatan
lainnya
yang
mendukung
keberhasilan siswa. b) Layanan Informasi Menurut Winkel (1991) layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bisa bermakna
usaha-usaha
untuk
membekali
siswa
dengan
pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan
42
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 141-206 43 Paimun, Sari Perkuliahan Telaah Kurikulum, h. 189
32
tentang proses perkembangan anak muda.44 Ada tiga alasan mengapa layanan informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali individu
dengan berbagai pengetahuan tentang
lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Dalam hal ini, layanan informasi berusaha
merangsang
individu
untuk
dapat
secara
kritis
mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya.
Kedua,
memungkinkan
individu
dapat
menentukan arah hidupnya. Syarat dasar mengetahui arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan informasi-informasi yang didapatkannya. Ketiga, setiap individu adalah unik. Keunikan itu akan membawa pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek
kepribadian
masing-masing individu.45
Dengan
alasan-alasan yang ada, jelaslah bahwasanya layanan informasi sangat dibutuhkan oleh peserta didik di sekolah. Dalam hubungan ini pembimbing agama (guru agama Islam) perlu menunjukan bahwasanya Tuhan memberikan dorongan kuat kepada hambaNya untuk menjadi orang yang berderajat tinggi yang disertai dengan keimanan yang tangguh kepada Tuhan. Selain itu, dalam layanan ini, guru agama Islam juga sebaiknya memberi pengarahan tata cara pergaulan yang baik sesuai dengan norma ajaran Islam. c) Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran
yaitu layanan yang
membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program
44
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah................. h. 147 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling , (Jakarta: Rineka Cipta,2004), Cet II, h. 260 45
33
studi, program latihan, magang, dan kegiatan ektrakulikuler.46 Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat dan minat yang tidak tersalurkan secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Maka, melalui layanan penempatan dan penyaluran ini memberi kemungkinan kepada siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan atau karier, kegiatan ekstra kulikuler, program latihan dan pendidikan yang sesuai dengan fisik dan psikisnya. Dalam hal pelayanan ini, guru agama Islam dapat membantu mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah sesuai dengan bakat dan minatnya seperti marawis, tim nasyid, basket, voly, pencinta alam, mading, silat, karya ilmiah remaja, pramuka, paskibra, PMR, dan lain sebagainya. d) Layanan Penguasaan Konten Menurut Prayitno (2004), layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.47 Jadi penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tujuan layanan konten secara implisit yaitu agar siswa menguasai aspek-aspek konten (kemampuan atau kompetensi) tertentu
secara
terintegrasi.
Dengan
penguasaan
konten
(kemampuan atau kompetensi) oleh siswa, akan berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan 46
dan
mengatasi
masalah-masalahnya.
Pemberian
Paimun, Sari Perkuliahan Telaah Kurikulum, h. 189 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 158 47
34
pengalaman-pengalaman yang menantang bagi siswa juga dapat dilakukan oleh guru agama Islam seperti memberi tugas hafalan Al-Qur’an, memberi tugas kelompok, tugas individu seperti mencatat hasil kegiatan keagamaan, memberi kesempatan siswa menjadi imam pada sholat berjamaah, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam hal yang berhubungan dengan keagamaan maka sikap atau nilai-nilai sesuai dengan agama Islam perlu di tanamkan agar menjadi pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat. e) Layanan Konseling Perorangan Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perseorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan pribadi yang dideritanya.48 Tujuan layanan konseling perseorangan adalah klien
memahami
kondisi
dirinya
sendiri,
lingkungannya,
permasalahan yang dialaminya, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Melalui pelayanan ini pula, guru agama Islam dapat berperan membantu siswa/i untuk mengatasi masalah pribadinya atau untuk membantu memahami dan mengenali dirinya. f) Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing) dan atau membahas bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna menunjang pemahaman dan kehidupan sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk mempertimbangkan dalam pengambilan 48
Hallen, Bimbingan dan konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet I, h.85
35
keputusan dan atau tindakan tertentu.49 Tujuan layanan bimbingan kelompok
untuk
pengembangan
kemampuan
bersosialisasi,
khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru agama Islam adalah memberikan
nasehat-nasehat
mengembangkan
dirinya
kepada
menjadi
siswa
pribadi
agar
yang
dapat
baik
dan
bermamfaat. g) Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang
memungkinkan
peserta
didik
atau
klien
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok.
50
tujuan konseling kelompok,
meliputi 1)melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak 2)melatih anggota kelompok dapat bertenggang
rasa
terhadap
teman
sebayanya
3)dapat
mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok 4)mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok. h) Layanan Konsultasi Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.51 i) Layanan Mediasi. Menurut Prayitno layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan atau 49
Hallen, Bimbingan dan konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet I, h.86 Hallen, Bimbingan dan konseling.....................Cet I, h.88 51 Paimun, Sari Perkuliahan Telaah Kurikulum, h. 190 50
36
bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.52 membantu
Jadi, layanan mediasi yaitu layanan yang
peserta
didik
menyelesaikan
permasalahan
dan
memperbaiki hubungan antarmereka. Ada berbagai jenis layanan yang diberikan oleh konselor dalam proses bimbangan konseling yang bisa dimamfaatkan oleh peserta didik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Sedangkan religius guidance (bimbingan keagamaan) yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan
menurut agamanya.
Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed., secara umum dapat disimpulkan bahwa sebenarnya hanya ada tiga kategori pelayanan dalam bimbingan konseling tersebut, yaitu sebagai berikut:53 a. Pelayanan yang membantu siswa agar lebih memahami tentang dirinya sendiri, terhadap kemungkinan perkembangannya; agar dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan tertekan dan harapan ke alam bawah sadarnya; serta melihat hal tersebut tanpa distorsi. b. Pelayanan yang membantu kepada pertumbuhan atau perkembangan hidup sosial dan keterampilannya ke arah sikap dan perasaan senang hidup bermasyarakat (berkelompok). Dalam hubungan ini, organisasi siwa akan dapat membantu sosialitas, individualitas, perkembangan moralitas, dan sebagainya. Dengan bimbingan melalui apa yang disebut group guidance (bimbingan kelompok), pertemuan-pertemuan orientasi bagi siswa baru, club-club agama, pertemuan-pertemuan di asramaasrama, student centre, olahraga serta karyawisata, dan sebagainya, juga sangat membantu kepada pengembangan rasa sosial mereka. c. Pelayanan terhadap kebutuhan siswa di bidang kesehatan mental dan fisik, keuangan dalam bentuk koperasi pinjam meminjam, beasiswa, student employment service (bagian urusan penempatan kerja) adalah penting artinya bagi perkembangan studi mereka lebih lanjut. 5. Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Layanan bimbingan dan konseling pada umumnya merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena 52
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 195 53 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 59
37
itu, pelaksanaan layanan ini menjadi tanggung jawab bersama antara seluruh personil sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru-guru khususnya guru agama Islam, wali kelas dan petugas lainnya. Semua personil sekolah terkait dalam pelaksanaan program bimbingan, karena bimbingan merupakan salah satu unsur pendidikan dari sistem pendidikan. Kegiatan bimbingan mencakup berbagai aspek yang satu sama lain saling berkaitan, sehingga rasanya tidak memungkinkan jika pelayanan itu hanya dilakukan dan menjadi tanggung jawab konselor saja. Pasalnya, masalah-masalah peserta didik dewasa ini cukup kompleks, sehingga membutuhkan penanganan serta penanggulangan yang cukup serius. Salah satu masalah siswa di sekolah yang harus ditanggulangi dewasa ini adalah kenakalan remaja. Karena hal ini akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan remaja itu sendiri. Pengaruh kenakalan ini juga tidak hanya berimplikasi kepada pribadi remaja, akan tetapi dapat dirasakan oleh seluruh komponen masyarakat. Oleh sebab itu, orang tua merupakan pendidik dan pengayom di rumah. Jika orang tua tidak membekali anak-anaknya dengan pendidikan khususnya pendidikan agama, maka remaja akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya yang negatif, sehingga akhirnya anak itu menjadi nakal. Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksana pendidikan Islam, guru agama Iskam tidak hanya bertugas memberikan tugas ilmiah, melainkan merupakan kelanjutan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara menjadikan manusia itu sebagai manusia, mempertahankan sifat kemanusiaanya, serta memelihara fitrahnya yang telah diberikan Allah Swt. Guru agama Islam disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberikan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik serta membantu dalam pembentukan kepribadian dengan mengembangkan keimanan dan
38
ketakwaan para peserta didik. Maka secara langsung ia adalah seorang pembimbing atau konselor hidup keberagamaan anak didik. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh guru agama Islam sekaligus konselor agama sangatlah berat dan tidak pernah berakhir. Karena hidup di zaman modern tidak terlepas dari berbagai macam gangguan, hambatan dan tantangan mental-spiritual yang memerlukan pertolongan dari orang lain yang dipandang lebih mengetahui, seperti konselor agama. Maka dari itu konselor agama harus berperan aktif dalam berbagai situasi dan kondisi untuk membantu klien dalam memecahkan masalahnya, khususnya masalah yang berhubungan dengan masalah agama. Kegiatan guru agama Islam yang meliputi pendidikan dan bimbingan keagamaan itu dilakukan dalam bentuk sebuah layanan yang disebut sebagai pelayanan bimbingan dan konseling agama, oleh karena itu ia disebut sebagai konselor agama. Pada prinsipnya pelayanan bimbingan dan konseling secara umum maupun agama diselenggarakan terhadap sasaran layanan tertentu, baik individual maupun kelompok. Oleh sebab itu, bimbingan konseling pada prinsipnya pun mempunyai orientasi tertentu. Dalam hal ini, yang akan penulis tekankan adalah orientasi terhadap permasalahan siswa di dalam maupun luar lingkungan sekolah, di antaranya yaitu untuk menanggulangi masalah kenakalan remaja. Jelas, nilai-nilai religiusitas menjadi factor yang dominan dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja dalam suatu lingkungan masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengaruh agama Islam terhadap kesehatan mental yang nantinya mempengaruhi perilaku seseorang nakal atau tidak. 1. William James (seorang filsuf dan ahli psikologi Amerika berpendapat bahwa keimanan kepada Tuhan merupakan salah satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup ini.) 2. Zakiah Daradjat (psikolog muslimah Indonesia) mengemukakan, “apabila manusia ingin terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan
39
ketegangan jiwa serta ingin hidup teneng, tentram, bahagia, dan dapat membahagiakan orang lain maka hendaklah manusia percaya kepada Tuhan dan hidup mengamalkan ajaran agama. Agama bukanlah dogma, tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu dipenuhi.”54 Orang yang taat beragama akan menjadi sehat mentalnya, yang pada gilirannya akan membentuk perilaku yang bermoral dan kehidupannya tidak menyimpang dari aturan yang ada di lingkungan sosialnya.hal ini menunjukan bahwasanya bimbingnan konseling Islam yang dilakukan oleh guru agama Islam mempengaruhi sikap moral seseorang menyimpang atau tidak. 55
54 55
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, h.385 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling ……………… h.385
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang mungkin memiliki nilai yang bermacam-macam. Dalam penelitian variabel diartikan sebagai perubahan perilaku yang bisa diukur.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu independent variabel (variabel bebas) dan dependent variabel (variabel terikat). Variabel independent yakni variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya aatau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel independent biasa disimbolkan dengan variabel (X). Sedangkan dependent variabel (variabel terikat) adalah variabel yang diramalkan. Dalam penelitian variabel dependent disebut sebagai variabel yang sedang dianalisis tingkat keterpengaruhnya oleh variabel independentnya, variabel terikat biasa disimbolkan dengan Y. Adapun yang menjadi independent variabel (variabel bebas) adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling agama Islam. Bimbingan konseling agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh guru agama Islam baik di dalam pelajaran ataupun bimbingan di luar jam mengajar atau pelajaran. Bimbingan dan konseling agama Islam ini adalah pelayanan bantuan kepada siswa/i SMA Negeri 3 Tangerang Selatan baik secara perorangan ataupun individu agar mampu menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara 1
Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), (Jakarta: Aulia Publishing House, 2008), hlm. 49-50
39
40
optimal serta membantu siswa/i supaya memiliki religius reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan berbagai problem yang terjadi dalam kehidupan.
Sedangkan dependent variabel (variabel terikat) adalah
kenakalan remaja SMA Negeri 3 Tangerang Selatan (variable Y). Kenakalan remaja disini adalah kenakalan berupa tindakan-tindakan menyimpang dari peraturan-peraturan sekolah atau norma-norma yang berlaku yang dilakukan oleh siswa/i SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Tabel 3.1 Matriks Variabel No 1
Variabel (X)
Dimensi
Bimbingan
Jenis Pelayanan Bimbingan
dan
Konseling
Konseling
a) Layanan Orientasi
Agama
Indikator
• Membantu
peserta
didik
memahami lingkungan baru, objek-objek yang dipelajari, untuk
penyesuaikan
diri
dengan baik. b) Layanan Informasi
• Membantu siswa menerima dan
memahami
informasi
diri, sosial, belajar, karir dan pendidikan
serta
hal-hal
mengenai
ajaran
agama
Islam. c) Layanan
Penempatan
dan Penyaluran
• Membantu
peserta
didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam belajar, studi, magang,
kelas,
kelompok
jurusan/program program dan
latihan, kegiatan
41
ektrakulikuler. d) Layanan Konten
Penguasaan yang meliputi
• Membantu siswa baik secara individu
maupun
dalam
pemberian pengalaman-
kelompok untuk menguasai
pengalaman
belajar
konten atau kemampuan atau
bagi
kompetensi tertentu melalui
yang
menantang
siswa.
kegiatan
belajar.
pemberian
Dan
pengalaman-
pengalaman yang menantang bagi
siswa
juga
dapat
dilakukan oleh guru agama Islam seperti memberi tugas hafalan Al-Qur’an, memberi tugas
kelompok,
individu
seperti
tugas mencatat
hasil kegiatan keagamaan, memberi kesempatan siswa menjadi imam pada sholat berjamaah,
dan
lain
sebagainya. e) Layanan
Konseling
Perorangan
• Membantu
peserta
didik
(klien) mengatasi masalah pribadinya.
f) Layanan Kelompok
Bimbingan
• Membantu
siswa
pengembangan
dalam pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir dan pengambilan keputusan serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
42
g) Layanan
Konseling
Kelompok
• Membantu
siswa
dalam
pembahasan dan pengentasan permasalahan
yang
dialaminya melalui dinamika kelompok. h) Layanan Konsultasi
• Membantu
peserta
didik
dalam memperoleh wawasan, pemahaman
dan
yang
perlu
dalam
menangani
cara-cara
dilaksanakan kondisi
dan atau masalah peserta didik. • Membantu
i) Layanan Mediasi.
peserta
didik
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka. Jenis Layanan Bimbingan konseling Agama Islam a. Pelayanan Informasi
• Membantu siswa agar lebih memahami
tentang
dirinya
sendiri, menanamkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. b. Pelayanan membantu pertumbuhan
yang • Membantu siswa aktif di kepada berbagai organisasi siswa, atau club-club agama Islam,
perkembangan hidup
pertemuan-pertemuan asrama-asrama
di
(pengajian),
student centre, olahraga serta karyawisata, dan sebagainya.
43
c. Pelayanan
terhadap • Membantu siswa di bidang
kebutuhan siswa
2
Variabel (Y) Kenakalan Remaja
kesehatan mental dan fisik
Dimensi
Indikator
• Kenakalan yang bersifat • Kenakalan yang tergolong a-moral dan a-sosial
pelanggaran terhadap normanorma yang berlaku dalam masyarakat maupun sekolah
• Kenakalan yang bersifat • Kenakalan kriminologi
melanggar
yang
bersifat
hukum
penyelesaiannya
dan sesuai
dengan hukum yang berlaku
B. Populasi dan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. Begitu pula yang di ungkapkan oleh Nuraida dalam Diktat Metodelogi Penelitian bahwasanya populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.2 Sedangkan sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA 3 Tangerang Selatan kelas XI yang berjumlah 295 orang. Adapun yang dijadikan sampel 20% dari jumlah populasi, yaitu 60 orang siswa. Adapun
cara pengambilan
sampel
(teknik
sampling)
dengan
probability sampling. Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.3 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto “Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga di sebut sebagai penelitian populasi.
2
Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), (Jakarta: Aulia Publishing House, 2008), hlm. 82 3 Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian............. hlm. 82
44
Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang penulis jadikan obyek penelitian SMA 3 Tangerang Selatan yang terletak di Jln. Benda Timur XI Komplek Perumahan Pamulang Permai 2 Pamulang-Tangerang-Banten 15416 Telp.021-74633772. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret 2011.
D. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu “penelitian yang menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti”.4 Dalam pengolahan dan analisis data, penulis menggunakan rumus Prosentase dan Produk Momen. Penelitian ini bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variabel berhubungan dengan variabel lain. Selanjutnya akan terlihat seberapa besar peran bimbingan dan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam skripsi ini, agar dapat di peroleh data yang aktual dari lapangan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan tentang data dan informasi yang dibutuhkan dari objek penelitian. Adapun dalam observasi ini penulis mengadakan pengamatan langsung dalam rangka memperoleh data tentang data faktual yang nyata di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. 4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet, ke-7, h.234
45
2. Angket atau koesioner Koesioner atau angket adalah daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti untuk di lengkapi dengan jawaban oleh responden. Daftar atau kumpulan pertanyaan di persiapkan penulis disebarkan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban secara langsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pendapat atau pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya tentang peran bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa SMA 3 Tangerang Selatan. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup. Jumlah items dalam angket penelitian ini adalah 40 item dengan empat pilihan jawaban. Angket hanya diberikan kepada siswa/i kelas XI yang di jadikan sampel dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya perhatikan kisi-kisi berikut ini: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument No
1
Variabel
Bimbingan
Indikator
dan • Membantu
Konseling Agama Islam
Jumlah Item
peserta
didik 1
No. Item
1
memahami lingkungan baru, objek-objek yang dipelajari, untuk
penyesuaikan
diri
dengan baik sesuai norma yang berlaku. • Membantu siswa menerima dan
memahami
informasi 3
19,20,16
diri, sosial, belajar, karir dan pendidikan. • Membantu
peserta
memperoleh
didik
penempatan 1
dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas,
kelompok
7
46
belajar,
jurusan/program
studi,
program
magang,
latihan,
dan
kegiatan
ektrakulikuler. • Membantu siswa baik secara individu
dalam 4
maupun
2, 3,8,9
kelompok untuk menguasai konten atau kemampuan atau kompetensi
tertentu.
Membantu siswa memiliki sikap atau nilai-nilai sesuai dengan agama Islam perlu di tanamkan
agar
menjadi
pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat dan
pengalaman
yang
menantang. • Membantu
peserta
didik
(klien) mengatasi masalah 1
18
pribadinya. • Membantu
siswa
dalam pribadi, 1
pengembangan kemampuan
11
hubungan
sosial, kegiatan belajar, karir dan pengambilan keputusan serta
melakukan
kegiatan
tertentu melalui dinamika kelompok. • Membantu peserta didik dan 1 atau
pihak
lain
dalam
14
47
memperoleh
wawasan
khususnya tentang agama Islam. • Membantu
didik 1
peserta
17
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka. • Membantu siswa agar lebih memahami tentang dirinya 2
10,15
sendiri, menanamkan ajaranajaran
Islam
dalam
kehidupan sehari-hari. • Membantu siswa aktif di 3
6,4,5
belajar kepada siswa agar 2
12,13
berbagai organisasi siswa. • Memberikan memiliki
motivasi
mental
dan
kepercayaan diri yang baik. 2
Kenakalan Remaja
• Kenakalan yang tergolong 12
21, 22, 23,
terhadap
24, 25, 26,
norma-norma yang berlaku
27, 28, 31,
dalam masyarakat maupun
32, 33, 34,
sekolah
35, 36, 37, 38
pelanggaran
40. • Kenakalan melanggar
yang
bersifat 3
hukum
penyelesaiannya
29, 30, 39
dan sesuai
dengan hukum yang berlaku
Selain menyebar angket ke siswa, penulis juga menyebar angket terbuka dan tertutup kepada guru agama sejumlah 20 item pertanyaan yang
48
terfokus pada pelayanan bimbingan konseling agama Islam yang di berikan kepada siswa dan angket terbuka sejumlah 3 pertanyaan yang terfokus pada kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Data yang diperoleh ini sebagai data pendukung. 3. Wawancara (Interview) Wawancara atau interview diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Untuk memperoleh informasi yang objektif tersebut penulis mengadakan wawancara dengan guru bimbingan konseling (BK) untuk mengetahui pelayanan bimbingan agama Islam apa saja yang BK lakukan dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Untuk
mendapatkan
kesimpulan
dari
penelitian
yang
telah
dilaksanakan adalah dengan melakukan pengolahan dan analisis data. Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing. Pada tahap ini adalah memeriksa jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Setelah angket diisi dan di serahkan kepada peneliti maka kemudian peneliti memeriksa satu persatu angket tersebut. 2. Coding. Proses pemberian kode ke data yang telah selesai diedit, setelah itu mengkelompokan dan mengkategorikan berdasarkan kategori pembahasan. Tujuannya untuk memudahkan menafsirkan dan menganalisis data. 3. Tabulating. Tabulating data berarti memasukan data-data ke dalam tabel-tabel frekuensi. Ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data yang telah di edit.
Kemudian untuk mengetahui Peran Bimbingan dan Konseling Agama Islam (variabel X) terhadap Kenakalan Remaja (variabel Y), peneliti
49
menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson sebagai teknik analisanya. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:5
1. Mencari angka korelasi dengan rumus: rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X ² - (∑ X)²}{N ∑ Y ² - (∑ Y)²}
Keterangan: Rxy
= Angka indeks korelasi "r" product moment
ΣX
= Jumlah skor dalam sebaran X
ΣY
= Jumlah skor dalam sebaran Y
ΣXY
= Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
ΣX²
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
ΣY ²
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N
= Banyaknya subyek (Number of Cases)
2. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu: a. Memberikan interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi "r" product moment seperti di bawah ini: Tabel 3.3 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya "r" Product Moment
Interpretasi
(r xy) Antara variabel X dan variabel Y
memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat 0,00 - 0,20
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
5
180-206.
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Pt Rajawali Press, 2001), h.
50
0,20 - 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 – 1, 00
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang sedang atau cukup. Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi. Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang sangat tinggi
b. Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai "r" product moment. Apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nol (Ho). 2) Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya "r" product moment dengan "r" yang tercantum dalam tabel (r) pada taraf signifikansi
5% namun terlebih dahulu mencari derajat
bebasnya (db) atau Degrees or Freedomnya (df) dengan Rumus sebagai berikut: df = N-nr Keterangan: Df
: Degree of Freedom (derajat bebas).
N
: Jumlah subyek penelitian (sampel).
Nr
: Jumlah variabel.
Kemudian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel X menunjang keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus sebagai berikut: KD = r ² x 100%
51
Keterangan: KD
: Koefisien Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
R
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang mungkin memiliki nilai yang bermacam-macam. Dalam penelitian variabel diartikan sebagai perubahan perilaku yang bisa diukur.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu independent variabel (variabel bebas) dan dependent variabel (variabel terikat). Variabel independent yakni variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya aatau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel independent biasa disimbolkan dengan variabel (X). Sedangkan dependent variabel (variabel terikat) adalah variabel yang diramalkan. Dalam penelitian variabel dependent disebut sebagai variabel yang sedang dianalisis tingkat keterpengaruhnya oleh variabel independentnya, variabel terikat biasa disimbolkan dengan Y. Adapun yang menjadi independent variabel (variabel bebas) adalah pelaksanaan bimbingan dan konseling agama Islam. Bimbingan konseling agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh guru agama Islam baik di dalam pelajaran ataupun bimbingan di luar jam mengajar atau pelajaran. Bimbingan dan konseling agama Islam ini adalah pelayanan bantuan kepada siswa/i SMA Negeri 3 Tangerang Selatan baik secara perorangan ataupun individu agar mampu menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara 1
Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), (Jakarta: Aulia Publishing House, 2008), hlm. 49-50
39
40
optimal serta membantu siswa/i supaya memiliki religius reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan berbagai problem yang terjadi dalam kehidupan.
Sedangkan dependent variabel (variabel terikat) adalah
kenakalan remaja SMA Negeri 3 Tangerang Selatan (variable Y). Kenakalan remaja disini adalah kenakalan berupa tindakan-tindakan menyimpang dari peraturan-peraturan sekolah atau norma-norma yang berlaku yang dilakukan oleh siswa/i SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Tabel 3.1 Matriks Variabel No 1
Variabel (X)
Dimensi
Bimbingan
Jenis Pelayanan Bimbingan
dan
Konseling
Konseling
a) Layanan Orientasi
Agama
Indikator
• Membantu
peserta
didik
memahami lingkungan baru, objek-objek yang dipelajari, untuk
penyesuaikan
diri
dengan baik. b) Layanan Informasi
• Membantu siswa menerima dan
memahami
informasi
diri, sosial, belajar, karir dan pendidikan
serta
hal-hal
mengenai
ajaran
agama
Islam. c) Layanan
Penempatan
dan Penyaluran
• Membantu
peserta
didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam belajar, studi, magang,
kelas,
kelompok
jurusan/program program dan
latihan, kegiatan
41
ektrakulikuler. d) Layanan Konten
Penguasaan yang meliputi
• Membantu siswa baik secara individu
maupun
dalam
pemberian pengalaman-
kelompok untuk menguasai
pengalaman
belajar
konten atau kemampuan atau
bagi
kompetensi tertentu melalui
yang
menantang
siswa.
kegiatan
belajar.
pemberian
Dan
pengalaman-
pengalaman yang menantang bagi
siswa
juga
dapat
dilakukan oleh guru agama Islam seperti memberi tugas hafalan Al-Qur’an, memberi tugas
kelompok,
individu
seperti
tugas mencatat
hasil kegiatan keagamaan, memberi kesempatan siswa menjadi imam pada sholat berjamaah,
dan
lain
sebagainya. e) Layanan
Konseling
Perorangan
• Membantu
peserta
didik
(klien) mengatasi masalah pribadinya.
f) Layanan Kelompok
Bimbingan
• Membantu
siswa
pengembangan
dalam pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir dan pengambilan keputusan serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
42
g) Layanan
Konseling
Kelompok
• Membantu
siswa
dalam
pembahasan dan pengentasan permasalahan
yang
dialaminya melalui dinamika kelompok. h) Layanan Konsultasi
• Membantu
peserta
didik
dalam memperoleh wawasan, pemahaman
dan
yang
perlu
dalam
menangani
cara-cara
dilaksanakan kondisi
dan atau masalah peserta didik. • Membantu
i) Layanan Mediasi.
peserta
didik
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka. Jenis Layanan Bimbingan konseling Agama Islam a. Pelayanan Informasi
• Membantu siswa agar lebih memahami
tentang
dirinya
sendiri, menanamkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. b. Pelayanan membantu pertumbuhan
yang • Membantu siswa aktif di kepada berbagai organisasi siswa, atau club-club agama Islam,
perkembangan hidup
pertemuan-pertemuan asrama-asrama
di
(pengajian),
student centre, olahraga serta karyawisata, dan sebagainya.
43
c. Pelayanan
terhadap • Membantu siswa di bidang
kebutuhan siswa
2
Variabel (Y) Kenakalan Remaja
kesehatan mental dan fisik
Dimensi
Indikator
• Kenakalan yang bersifat • Kenakalan yang tergolong a-moral dan a-sosial
pelanggaran terhadap normanorma yang berlaku dalam masyarakat maupun sekolah
• Kenakalan yang bersifat • Kenakalan kriminologi
melanggar
yang
bersifat
hukum
penyelesaiannya
dan sesuai
dengan hukum yang berlaku
B. Populasi dan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. Begitu pula yang di ungkapkan oleh Nuraida dalam Diktat Metodelogi Penelitian bahwasanya populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.2 Sedangkan sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA 3 Tangerang Selatan kelas XI yang berjumlah 295 orang. Adapun yang dijadikan sampel 20% dari jumlah populasi, yaitu 60 orang siswa. Adapun
cara pengambilan
sampel
(teknik
sampling)
dengan
probability sampling. Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.3 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto “Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga di sebut sebagai penelitian populasi.
2
Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), (Jakarta: Aulia Publishing House, 2008), hlm. 82 3 Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian............. hlm. 82
44
Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang penulis jadikan obyek penelitian SMA 3 Tangerang Selatan yang terletak di Jln. Benda Timur XI Komplek Perumahan Pamulang Permai 2 Pamulang-Tangerang-Banten 15416 Telp.021-74633772. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret 2011.
D. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu “penelitian yang menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti”.4 Dalam pengolahan dan analisis data, penulis menggunakan rumus Prosentase dan Produk Momen. Penelitian ini bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variabel berhubungan dengan variabel lain. Selanjutnya akan terlihat seberapa besar peran bimbingan dan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam skripsi ini, agar dapat di peroleh data yang aktual dari lapangan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan tentang data dan informasi yang dibutuhkan dari objek penelitian. Adapun dalam observasi ini penulis mengadakan pengamatan langsung dalam rangka memperoleh data tentang data faktual yang nyata di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. 4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet, ke-7, h.234
45
2. Angket atau koesioner Koesioner atau angket adalah daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti untuk di lengkapi dengan jawaban oleh responden. Daftar atau kumpulan pertanyaan di persiapkan penulis disebarkan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban secara langsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pendapat atau pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya tentang peran bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa SMA 3 Tangerang Selatan. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup. Jumlah items dalam angket penelitian ini adalah 40 item dengan empat pilihan jawaban. Angket hanya diberikan kepada siswa/i kelas XI yang di jadikan sampel dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya perhatikan kisi-kisi berikut ini: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument No
1
Variabel
Bimbingan
Indikator
dan • Membantu
Konseling Agama Islam
Jumlah Item
peserta
didik 1
No. Item
1
memahami lingkungan baru, objek-objek yang dipelajari, untuk
penyesuaikan
diri
dengan baik sesuai norma yang berlaku. • Membantu siswa menerima dan
memahami
informasi 3
19,20,16
diri, sosial, belajar, karir dan pendidikan. • Membantu
peserta
memperoleh
didik
penempatan 1
dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas,
kelompok
7
46
belajar,
jurusan/program
studi,
program
magang,
latihan,
dan
kegiatan
ektrakulikuler. • Membantu siswa baik secara individu
dalam 4
maupun
2, 3,8,9
kelompok untuk menguasai konten atau kemampuan atau kompetensi
tertentu.
Membantu siswa memiliki sikap atau nilai-nilai sesuai dengan agama Islam perlu di tanamkan
agar
menjadi
pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat dan
pengalaman
yang
menantang. • Membantu
peserta
didik
(klien) mengatasi masalah 1
18
pribadinya. • Membantu
siswa
dalam pribadi, 1
pengembangan kemampuan
11
hubungan
sosial, kegiatan belajar, karir dan pengambilan keputusan serta
melakukan
kegiatan
tertentu melalui dinamika kelompok. • Membantu peserta didik dan 1 atau
pihak
lain
dalam
14
47
memperoleh
wawasan
khususnya tentang agama Islam. • Membantu
didik 1
peserta
17
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka. • Membantu siswa agar lebih memahami tentang dirinya 2
10,15
sendiri, menanamkan ajaranajaran
Islam
dalam
kehidupan sehari-hari. • Membantu siswa aktif di 3
6,4,5
belajar kepada siswa agar 2
12,13
berbagai organisasi siswa. • Memberikan memiliki
motivasi
mental
dan
kepercayaan diri yang baik. 2
Kenakalan Remaja
• Kenakalan yang tergolong 12
21, 22, 23,
terhadap
24, 25, 26,
norma-norma yang berlaku
27, 28, 31,
dalam masyarakat maupun
32, 33, 34,
sekolah
35, 36, 37, 38
pelanggaran
40. • Kenakalan melanggar
yang
bersifat 3
hukum
penyelesaiannya
29, 30, 39
dan sesuai
dengan hukum yang berlaku
Selain menyebar angket ke siswa, penulis juga menyebar angket terbuka dan tertutup kepada guru agama sejumlah 20 item pertanyaan yang
48
terfokus pada pelayanan bimbingan konseling agama Islam yang di berikan kepada siswa dan angket terbuka sejumlah 3 pertanyaan yang terfokus pada kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Data yang diperoleh ini sebagai data pendukung. 3. Wawancara (Interview) Wawancara atau interview diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Untuk memperoleh informasi yang objektif tersebut penulis mengadakan wawancara dengan guru bimbingan konseling (BK) untuk mengetahui pelayanan bimbingan agama Islam apa saja yang BK lakukan dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Untuk
mendapatkan
kesimpulan
dari
penelitian
yang
telah
dilaksanakan adalah dengan melakukan pengolahan dan analisis data. Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing. Pada tahap ini adalah memeriksa jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Setelah angket diisi dan di serahkan kepada peneliti maka kemudian peneliti memeriksa satu persatu angket tersebut. 2. Coding. Proses pemberian kode ke data yang telah selesai diedit, setelah itu mengkelompokan dan mengkategorikan berdasarkan kategori pembahasan. Tujuannya untuk memudahkan menafsirkan dan menganalisis data. 3. Tabulating. Tabulating data berarti memasukan data-data ke dalam tabel-tabel frekuensi. Ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data yang telah di edit.
Kemudian untuk mengetahui Peran Bimbingan dan Konseling Agama Islam (variabel X) terhadap Kenakalan Remaja (variabel Y), peneliti
49
menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson sebagai teknik analisanya. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:5
1. Mencari angka korelasi dengan rumus: rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X ² - (∑ X)²}{N ∑ Y ² - (∑ Y)²}
Keterangan: Rxy
= Angka indeks korelasi "r" product moment
ΣX
= Jumlah skor dalam sebaran X
ΣY
= Jumlah skor dalam sebaran Y
ΣXY
= Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
ΣX²
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
ΣY ²
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N
= Banyaknya subyek (Number of Cases)
2. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu: a. Memberikan interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi "r" product moment seperti di bawah ini: Tabel 3.3 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya "r" Product Moment
Interpretasi
(r xy) Antara variabel X dan variabel Y
memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat 0,00 - 0,20
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
5
180-206.
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Pt Rajawali Press, 2001), h.
50
0,20 - 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 – 1, 00
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang sedang atau cukup. Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi. Antara variabel X dan variabel Y
terdapat
korelasi yang sangat tinggi
b. Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai "r" product moment. Apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nol (Ho). 2) Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya "r" product moment dengan "r" yang tercantum dalam tabel (r) pada taraf signifikansi
5% namun terlebih dahulu mencari derajat
bebasnya (db) atau Degrees or Freedomnya (df) dengan Rumus sebagai berikut: df = N-nr Keterangan: Df
: Degree of Freedom (derajat bebas).
N
: Jumlah subyek penelitian (sampel).
Nr
: Jumlah variabel.
Kemudian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel X menunjang keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus sebagai berikut: KD = r ² x 100%
51
Keterangan: KD
: Koefisien Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
R
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 3 Tangerang Selatan1 1. Sejarah Berdirinya SMAN 3 Kota Tangerang Selatan Pada sekitar tahun 1987-an wilayah Pamulang masih termasuk bagian wilayah kecamatan Ciputat dalam artian belum merupakan suatu kecamatan tersendiri. penduduk
Saat itu pula sedang dibangun pemukiman
berskala luas
yaitu
perumahan
Pamulang Permai
II.
Pertambahan kepadatan penduduk kecamatan Ciputat khususnya di sekitar wilayah Pamulang menuntut bertambahnya pula sarana pendidikan khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Atas bantuan berbagai pihak dan rekomendasi dari pemerintah kabupaten Tangerang (surat Persetujuan Penggunaan Tanah Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/ 1988 tertanggal 2 Juli 1988 ) akhirnya pihak pengembang perumahan Pamulang Permai II menyetujui sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah sekolah. Di atas tanah seluas 4870 m2 mulailah dibangun sebuah sekolah dan pada tanggal 17 Oktober 1991 bernama SMA Negeri 2 Ciputat filial (kelas jauh) dipimpin oleh Ibu Hj.Siti Aisyah, BA (alm) dengan pelaksana hariannya adalah Bapak Drs. A.Rifa’ie Sirath.
Pada waktu itu, sekolah ini baru
memiliki 12 kelas yaitu 4 kelas I, 4 Kelas II dan 4 kelas III.
1
Dokumentasi SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
52
53
Selanjutnya, pada tahun sekitar 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah dimana wilayah Pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri yaitu kecamatan Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tidak cocok lagi karena berada di wilayah kecamatan Pamulang. Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA Negeri 2 Ciputat filial berubah namanya menjadi SMA Negeri 1 Pamulang, namun SK ini ditandatangani baru pada bulan Juni 1992 dan dijadikan landasan berdirinya SMA Negeri 1 Pamulang yaitu bulan Juni 1992. Setelah adanya pemekaran tahun 2008, SMAN 1 Pamulang berganti nama menjadi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sesuai Peraturan Walikota Tagerang Selatan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Nama Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Adapun makna simbolik logo SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan 6 akar tangkai, 9 mahkota bunga dan 2 kelopak bunga. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memberikan layanan jasa pendidikan secara dinamis. Pelaksanaan kegiatan pendidikan Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum adaptif Cambridge pemanfaatan internet untuk memperoleh informasi dan komunikasi secara global. Jasa pendidikan yang diberikan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan terdiri dari 3 (tiga) jenis kelas layanan: a.
Kelas reguler, kelas yang pembelajarannya dilaksanakan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
b.
Kelas Inovasi Akselerasi, kelas yang khusus menampung anak-anak Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (CIBI) yang masa pendidikannya dipercepat dari 3 tahun menjadi 2 tahun dan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006
54
c.
Kelas Inovasi SMARSBI, kelas yang berstandar internasional yang menggunakan kurikulum adaptif antara kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan kurikulum Cambridge. Adapun Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan mulai dari tahun 1991 adalah sebagai berikut: a.
Dra. Hj. Aisyah
b.
Saeran, BA
c.
Dra. Sudarsih
d.
Drs. Suhaya, MM
e.
Drs. Suparjo
f.
Drs. Dedi Rafidi
g.
Drs. H. Sujana, M.Pd (November 2008 s.d. sekarang)
2. Profil Sekolah
3.
Nama Sekolah
: SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Status
: Sekolah Negeri
Alamat
: Benda Timur XI Komp. Pamulang II
Kelurahan
: Benda Baru
Kecamatan
: Pamulang
Kota
: Tangerang Selatan
Provinsi
: Banten
Kode Pos
: 15416
Telp
: 021-74633772
Visi, Misi, Motto dan Slogan
a. Visi “Menjadi Sekolah Terunggul Berwawasan Nasional, Bersaing Secara Internasional dan Religius” b. Misi 1) Mewujudkan pencapaian delapan standar nasional pendidikan.
55
2) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien berbasis global (berbasis ICT) dan berpijak pada budaya bangsa. 3) Menerapkan Information and Communication Technology (ICT) dan Bahasa
Internasional dalam proses pembelajaran dan pengelolaan
sekolah. 4) Menyelenggarakan pendidikan sekolah bertaraf Internasional untuk meningkatkan mutu pendidikan. 5) Menyiapkan peserta didik untuk mampu bersaing secara Nasional dan Internasional 6) Mengembangkan jejaring Nasional dan Internasional yang luas. 7) Menumbuhkan sikap belajar sepanjang hayat bagi warga sekolah. 8) Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya bangsa serta implementasinya dalam kehidupan nyata. 9) Menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkkan IPTEK dan IMTAK
c. Tujuan 1) Tercapainya implementasi Kurikulum 2006 dan sistem penilaian berbasis kompetensi (KSPBK) dan life skill. 2) Tercapainya implementasi Kurikulum 2006 yang diadaptasikan dengan Kurikulum Internasional (Cambridge) 3) Tercapainya peningkatan penggunaan model-model pembelajaran di luar KBM. 4) Tercapainya peningkatan kemampuan komunikasi berbahasa asing. 5) Tercapainya peningkatan keterampilan penggunaan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 6) Tercapainya
peningkatan
keterampilan
menggunakan
peralatan
laboratorium 7) Tercapainya peningkatan kemampuan guru menyusun silabus dan alat penilaian 8) Tercapainya peningkatan perolehan rata-rata ujian akhir nasional
56
9) Tercapainya peningkatan kedisiplinan dan ketertiban siswa 10) Tercapainya peningkatan rata-rata nilai rapor kelas 1, 2, dan 3 11) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas / sarana di lingkungan sekolah berstandar Internasional. 12) Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur PMDK, BMU, UMB dan SNMPTN 13) Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri. 14) Tercapainya internalisasi budaya tata krama kepada warga sekolah khususnya siswa. 15) Tercapainya peningkatan kerjasama dengan orang tua, masyarakat sekitar dan institusi lain. 16) Tercapainya pengembangan kualitas siswa dalam bidang penelitian ilmiah remaja, olimpiade mapel, seni, olahraga, sosial dan agama. 17) Tercapainya peningkatan kegiatan 7 K (keamanan, ketertiban, kedisiplinan, kekeluargaan, keindahan, kerindangan dan kesehatan) d. Motto ENJOY “Education that is Nice and Joyful to gain Opportunity for Youth” e. Slogan “The First or The Best”
4. Keadaan Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki sumber daya manusia sebanyak 87 orang, terdiri dari 68 tenaga edukatif dan 19 orang tenaga tata usaha yang profesional. Dari tenaga edukatif terdiri dari 64 orang tenaga pendidik Mata Pelajaran, dan 4 orang tenaga pendidik BP/BK. Latar belakang pendidikan tenaga edukatif terdiri dari 3 orang S2, 65 orang S1, yang telah mendapat pelatihan sesuai dengan mata pelajarannya, 17 orang sudah lulus sertifikasi pada tahun 2007. Kemudian dari tenaga tata usaha terdiri dari 5 orang S1, dan 14 orang SLTA.
57
Tabel 4.1 Keadaan Guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan menurut jenis kelamin, pendidikan dan bidang tugasnya No
Nama
Jenis kelamin
Pendidikan
Mata
terakhir
Pelajaran
1
Drs. H. Sujana, M.Pd
L
S1
Bhs. Indonesia
2
Dra. Kamron
P
S1
Bhs. Indonesia
Henilawati 3
Dra. Mardiati
P
S1
Matematika
4
Dra. Lia Ribawati
P
S1
Bhs. Inggris
5
Dra. Laela Rochayati
P
S1
Ekonomi/Akun tansi
6
Dra. Hartati
P
S1
PKn
7
Dra. Emma
P
S1
Ekonomi/Akun
Rochminarti
tansi
8
Dra. Yuniati
P
S1
Matematika
9
Juriah, S.Pd
P
S1
Biologi
10
Dra. Suwarti
P
S1
Geografi
11
Dra. Eny Suryani, M.Pd
P
S1
Matematika
12
Dra. Aan Sri Analiah
P
S1
Sejarah
13
Aisyah, S.Pd
P
S1
Matematika
14
Wiwin Purwindrayati,
P
S1
Kimia
M.P 15
Lina Nurlina, S.Pd
P
S1
Matematika
16
Sri Hermin Ningsih,
P
S1
Fisika
S.Pd 17
Ratih, S.Pd
P
S1
Fisika
18
Dra. Harsining
P
S1
BP/ BK
19
Dra. Unayah
P
S1
Sosiologi
20
Siti Mahmudah, S.Pd
P
S1
Matematika
58
21
Tati Erayati, S.Pd
P
S1
22
Ir. Shanty Chairani
P
IPB Perikanan
Bhs. Inggris Biologi
1989 23
Emin Salimin, S.Pd
L
S1
Sosiologi
24
Sularno, S.Pd
L
S1
Penjaskes
25
Maulana Panuju, S.Pd
L
S1
Bhs. Inggris
26
Dra. Sri Haryatmi
P
S1
BP/BK
27
Dra. Efi Rosita
P
S1
BP/BK
28
Suherman, S.PD
L
S1
BP/BK
29
Liman, S.Pd
L
S1
Bhs. Indonesia
30
Dra. Ellya Doniati
P
S1
Sejarah
31
Sri Mulyati, S.Pd
P
S1
Bhs. Indonesia
32
Siti Umayah, S.Pd
P
S1
Bhs. Inggris
33
Susi Rosita, S.Pd
P
S1
Bhs. Indonesia
34
Nimrah, S.Pd
P
S1
Bhs. Inggris
35
Dra. Dyah Katiyuwati
P
S1
PKn
36
Wahju Kumalawati,
P
S1
PKn
P
S1
Kimia
S.Pd 37
Dra. Wara Gawatiningsiah
38
Rani Anggraeni, S.Si
P
S1
Biologi
39
Nelita Basyri, S.Pd
P
S1
Biologi
40
Dra. Wiwi Widaningsih
P
S1
Bhs. Indonesia
41
Arie Budiningsih, S.Pd
L
S1
Kimia
42
Adi Ruchyadi, S.Pd
L
S1
MULOK
43
Sri Redjeki, S.Pd
P
S1
Ekonomi/Akun tansi
44
Eli Aisah Sugiarti.,
P
S1
Fisika
L
S1
Pend. Agama
S.Pd 45
Muhyidin, S.Ag
59
Islam 46
Abdul Aziz, S.Pd
L
S1
Pend. Agama Islam
47
Tri Wuriyantini, SE
P
S1
Ekonomi/Akun tansi
48
Siti Nursyamsiah, S.Pd
P
S1
Sejarah
49
Tarsiah, S.Ag
P
S1
Pend. Agama Islam
50
Dra. Rusmanelly
L
S1
Pendidikan Seni
51
Dedi Suryaman, ST
L
S1
MULOK
52
Nawang Priandari,
P
S1
Bhs. Asing
S.PD 53
DRS. Digi Susandi
L
S1
Penjaskes
54
Siti Amalizah, S.Pd
P
S1
Pendidikan Seni
55
Ainul Wardah, M.Pd
P
S2
Pendidikan Seni
56
Uswatun Hasanah,
P
S1
Tek. Informasi
S.Kom 57
Beni Tresnadi
L
Tek. Informasi
58
Fuad Ahmad Jawari
L
Tek. Informasi
59
Wusono Budi
L
Tek. Informasi
Sudarsono 60
Affandy Kartawinata,
L
S1
Tek. Informasi
S1
Fisika
S.Kom 61
Ahmad Syukron, S.Pd
L
62
Dewi Marhelly
P
63
Ahmad Hasannudin,
L
S.Pd
Kimia S1
Bhs. Inggris
60
64
Roni Purwansyah,
L
S1
Bhs. Asing
S.Thi 65
Gunadi, S.Pd
L
S1
Geografi
66
Haposan
L
S1
Pend. Agama Kristen
5.
Keadaan Siswa Siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan memiliki 3 tingkatan, yaitu dari kelas X, XI dan XII yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari tahun ke tahun jumlah peminat di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan selalu meningkat. Penerimaan siswa barupun di seleksi dengan seksama. Anak yang ingin mendaftar menjadi siswa di SMA Negeri 3 Tangerang Selatn harus memenuhi persyaratan atau kriteria yang telah di tetapkan oleh Sekolah. Adapun jumlah siswa tahun 2011, penulis sajikan pada data tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Keadaan Siswa Rombongan Belajar dan Peserta menurut tingkat dan jenis kelamin tahun 2011 Tingkat X RB 9
Tingkat XI
L
P
112
171 273
6.
RB 9
Tingkat XII
L
P
144
151 295
RB 7
Jumlah
L
P
152
149
301
RB 25
L
P
408 471 869
Sarana Prasarana SMA Negeri 3 Tangerang Selatan sangat memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedi di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Hal ini dilakukan, agar kegiatan belajar mengajar dalam proses pendidikan serta kegiatan administrasi berjalan dengan baik. Sarana prasarana yang disediakan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu terdiri dari perlengkapan kegiatan administrasi, perlengkapan kegiatan mengajar dan lain-lain. Adapun untuk
61
mengetahui sarana prasarana yang telah tersedia di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan penulis menyajikan data table di bawah ini: Tabel 4.3 Keadaan Perlengkapan Kegiatan Administrasi Mesin No
1
lemari/ Meja Kursi Meja Kursi
Komputer Printer TU
TU
5
Ketik Scanner
3
1
Foto
Filling
TU
TU
8
8
Guru Guru
Copy kabinet
1
1
8
68
68
Tabel 4.4 Keadaan Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar
No Komputer Printer
1
64
11
LCD Lemari
16
11
TV/ Audio
Meja
Kursi
Screen/
Papan
Peserta
Peserta
Layar
Tulis
Didik
Didik
538
1124
11
57
4
Tabel 4.5 Keadaan prasarana SMA Negeri 3 Tngerang Selatan menurut jumlah, luas dan kondisinya. Keseluruhan No.
Jenis Ruang Jumlah
Luas(m²)
Kondisi
1
Ruang Teori/Kelas
26
1755
Baik
2
Ruang Perpustakaan
1
198
Baik
3
Ruang UKS
1
27
Baik
4
Koperasi/Toko
1
21
Baik
5
Ruang Kepala Sekolah
1
108
Baik
6
Ruang Guru
1
120
Baik
62
7
Ruang TU
1
60
Baik
8
Ruang BP/BK
1
40
Baik
9
Kamar Mandi/WC Guru
2
6
Baik
10
Kamar Mandi/WC Siswa
10
22,5
Baik Baik
Gudang 1 11
2
24
1
100
Gudang 2 12
Ruang Ibadah
2
72
Ruang Penjaga Sekolah 2 14
Ruang OSIS
1
40
15
Ruang Sanggar MGMP/TRRC
1
22,5
16
Ruang Sablon
1
6
Ruang WaKa Humas&SarPras
3
73,5
19 20
21
22
Ruang Laboratorium Biologi Ruang Laboratorium Fisika Ruang Laboratorium Kimia Ruang Laboratorium Bahasa 1 Ruang Laboratorium Bahasa 2 Ruang Laboratorium Komputer
Baik Baik Baik
Baik Baik
Ruang WaKa Kurikulum 18
Baik
Baik
Ruang WaKa MM 17
Baik Baik
Ruang Penjaga Sekolah 1 13
Baik
1
105
1
67,5
1
67,5
Baik Baik Baik Baik
2
135
1
67,5
Baik Baik
23
Ruang Bangdik
1
40
Baik
24
Ruang Multimedia
1
90
Baik
25
Ruang Seni
1
67,5
Baik
26
Ruang Pembina OSIS& P. Ekskul
1
30
Baik
63
27
Ruang Bendahara
1
12
Baik
28
Ruang Radio
1
24
Baik
29
Ruang Piket
1
10
Baik
30
Ruang Tamu
1
30
Baik Baik
Ruang Satpam 1 31
2
13
Ruang Satpam 2
7.
Baik
32
Lapangan Olah Raga/Upacara
1
900
Baik
33
Parkir
1
240
Baik
34
Dapur
1
9
Baik
35
Kantin
1
160
Baik
Kegiatan Ekstrakulikuler di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Banyak kegiatan positif yang di lahirkan di SMA Negeri 3 Tangerang selatan. Kegiatan-kegiatan ekstra itu di adakakan sebagai wadah untuk anakanak mengembangkan dirinya. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ialah: a.
ROHIS
b. Paskibra c. English Club d. Olah raga e. Ekspresi seni budaya f. PMR g. Mading h. KIR (Karya Ilmiyah Remaja) i. Internet Corner j. NEPALA k. Sablon l. Koperasi siswa
64
8.
Struktur Organisasi Sekolah Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
H. WAHYU WIBISANA
Drs. H. SUJANA, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006 WAKIL MANAJEMEN MUTU KAUR TATA USAHA Dra. ENY SURYANI, M.Pd SYAMLANI
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG SARANA PRASARANA
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT
SUHERMAN, S.Pd
WIWIN PURWI I., M.Pd LINA NURLINA, S.Pd
Dra. AAN SRI ANALIAH KETUA PROGRAM PENGEMBANGAN ICT
KETUA PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
USWATUN HASANAH, S.Kom
Dra. YUNIATI
KOORDINATOR LAB. BAHASA
KOORDINATOR OLIMPIADE
KOORDINATOR PERPUSTAKAAN
KOORDINATOR BP/BK
A. HASANUDIN, S.Pd
RANI ANGGRAENI, S.Si
Dra. K. HENILAWATI
Dra. EFI ROSITA
PEMBINA OSIS
KOORDINATOR RADIO
LIMAN,S.Pd BENI TRESNADI
WALI KELAS GURU PAMONG
PEMBINA
26 KELAS GURU
1. ROHIS 2. PASKIBRAKA 3. PMR 4. NEPALA 5. OLAHRAGA 6. KOPERASI SISWA 7. ENGLISH CLUB 8. SENI BUDAYA 9. SABLON 10. KIR
65
B. Deskripsi dan Analisis Data Sebagaimana telah dijelaskan bahwasanya tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenakalan apa saja yang dilakukan siswa, serta sejauhmana peranan bimbingan konseling agama yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Dengan demikian penulis berusaha untuk mengukur besarnya korelasi antara variabel X yaitu Bimbingan Konseling Agama Islam dan variabel Y yaitu Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab III, bahwasanya teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling agama Islam serta Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru Bimbingan Konseling untuk mendapatkan informasi mengenai kenakalan yang di lakukan siawa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dan peranan BK sendiri dalam mengatasi kenakalan siswa sekaligus mengetahui sejauh mana peranan bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa. Sedangkan angket disebar kepada siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Setelah diperoleh data dari hasil angket, data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif melalui tabel distribusi frekuensi dengan persentase, kemudian memberi skor pada setiap data untuk kemudian dihitung dan dianalisis. Dalam proses analisis, penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan teknik analisis korerasional, yaitu teknik analisis statistik mengenai hubungan antara dua variabel. Setelah memperoleh angka prosentase dari masing-masing angket, maka langkah berikutnya adalah mencari angka korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X ² - (∑ X)²}{N ∑ Y ² - (∑ Y)²}
66
Namun sebelumnya akan disajikan data tentang bimbingan konseling agama Islam (variabel X) dan data tentang kenakalan remaja di SMA 3 Tangerang Selatan (variabel Y) berdasarkan scoring: Tabel 4.6 Data Tentang Bimbingan Konseling Agama Islam (variabel X) Berdasarkan Scoring Nomor Soal
X
siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
11 12 13
14 15 16
17 18 19
20
1
4
2
2
3
1
4
1
2
2
3
2
2
1
4
2
4
4
3
3
3
52
2
4
3
3
3
2
4
4
2
3
3
1
1
1
4
3
4
4
3
3
3
58
3
4
2
2
4
1
2
2
1
3
4
1
1
1
4
4
4
3
4
3
2
52
4
3
2
2
3
1
4
1
2
2
4
2
1
3
4
4
4
3
4
4
2
55
5
3
2
2
3
1
3
1
2
2
3
1
1
1
4
3
4
3
3
3
2
47
6
4
3
1
4
2
3
1
1
2
3
1
1
1
4
3
4
4
3
4
2
51
7
3
3
3
4
2
3
2
2
2
4
1
1
2
4
2
3
4
3
4
3
55
8
4
2
2
4
1
4
2
2
2
3
1
1
1
4
4
4
4
4
4
3
56
9
3
2
2
4
1
2
1
1
2
3
2
1
2
4
4
3
3
4
3
2
49
10
3
3
3
2
2
3
1
2
3
4
2
1
2
3
4
3
4
3
3
2
53
11
4
2
2
4
2
2
1
1
2
3
2
1
2
4
4
4
4
3
2
3
52
12
4
2
3
3
1
4
4
3
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
4
3
62
13
4
3
2
3
1
3
3
2
3
4
2
1
1
4
4
4
4
4
4
2
58
14
4
3
2
2
1
4
1
2
3
4
1
2
1
4
3
3
2
4
2
2
50
15
4
2
3
3
1
4
3
2
2
4
3
1
1
4
4
3
4
4
3
3
58
16
3
4
2
4
4
4
1
2
2
3
1
2
2
3
2
4
4
4
3
4
58
17
3
4
3
4
1
3
1
2
3
3
1
2
1
3
2
4
3
3
3
2
51
18
3
2
3
4
1
4
1
2
2
3
1
1
2
4
3
4
3
4
2
2
51
19
4
2
3
2
2
3
2
2
3
4
4
1
1
4
2
4
4
4
4
4
59
20
3
2
3
3
1
2
1
2
2
3
3
1
1
4
4
3
4
3
4
2
51
21
3
2
1
3
1
2
2
1
2
3
2
2
2
4
2
4
4
3
3
2
48
22
3
3
3
4
1
3
1
1
3
4
4
1
1
4
2
3
4
4
4
4
57
23
3
3
2
2
1
2
1
1
3
3
2
3
1
4
2
4
3
3
4
2
49
24
3
2
2
4
1
2
1
2
2
4
2
1
1
4
2
3
3
3
3
3
48
25
3
2
3
3
2
3
1
2
3
3
2
2
1
3
4
4
2
3
4
2
52
26
3
3
2
3
1
3
1
2
2
3
1
1
1
3
2
4
2
2
4
3
46
67
27
4
3
2
4
2
4
1
2
3
4
1
1
1
3
4
3
3
3
4
4
56
28
4
2
2
2
1
4
2
2
2
4
2
1
1
4
4
4
4
4
4
4
57
29
3
3
2
4
2
3
2
2
2
3
1
1
1
4
3
4
3
3
3
3
52
30
3
2
2
3
2
3
3
2
2
4
1
1
1
4
4
4
4
4
4
3
56
31
3
2
3
3
2
3
4
2
3
4
2
2
1
4
3
4
4
3
2
4
58
32
3
2
1
3
2
4
1
2
3
3
1
1
2
3
3
4
3
3
3
3
50
33
4
3
2
4
1
2
2
1
3
3
3
1
1
3
2
4
4
4
3
4
54
34
3
2
2
3
1
4
2
2
2
4
3
2
2
4
2
4
4
2
4
3
55
35
3
3
1
2
1
3
2
2
2
3
1
1
1
4
3
4
4
3
3
3
49
36
4
2
1
4
2
3
1
1
2
3
3
2
1
4
3
4
3
3
4
3
53
37
3
3
3
4
2
3
2
2
2
3
1
1
3
4
2
3
3
3
4
4
55
38
4
2
2
4
1
4
2
2
2
4
3
1
1
4
4
4
3
4
2
4
57
39
3
3
2
4
1
2
1
1
2
3
2
2
2
4
4
3
4
2
3
3
51
40
3
3
3
3
2
3
1
2
3
3
2
1
1
4
4
3
3
3
3
3
53
41
3
3
2
4
2
2
1
1
2
4
2
1
1
4
3
4
3
3
2
4
51
42
4
3
3
3
1
4
4
3
3
3
3
3
1
4
3
3
4
2
3
4
61
43
4
3
2
3
1
3
3
2
3
3
2
1
1
4
2
4
3
4
3
3
54
44
3
3
1
4
1
4
1
2
3
3
3
2
2
4
3
3
4
4
4
3
57
45
4
2
3
3
1
4
3
2
2
3
3
1
1
4
4
3
3
2
4
4
56
46
3
2
2
2
2
4
1
2
2
4
1
2
1
3
2
4
3
4
4
3
51
47
3
2
3
2
1
3
1
3
3
4
3
2
1
3
3
4
4
3
3
2
53
48
4
4
3
4
1
4
1
3
2
4
1
1
3
4
3
4
4
2
3
3
58
49
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
1
4
3
4
3
4
3
2
55
50
4
2
3
3
1
2
1
2
2
4
3
3
1
4
2
3
3
3
3
3
52
51
4
4
1
3
1
2
2
1
2
4
2
2
1
4
2
4
3
2
4
3
51
52
3
3
3
4
1
3
1
1
3
3
4
1
1
4
4
3
4
4
3
2
55
53
4
4
2
4
1
2
1
1
3
4
4
2
1
4
2
4
3
3
3
4
56
54
3
2
3
4
1
2
1
2
2
3
2
1
2
4
3
3
3
2
4
2
49
55
4
3
3
3
2
3
1
3
3
4
3
2
1
3
2
4
3
2
3
3
55
56
4
3
2
3
2
3
1
2
2
4
1
2
1
3
3
4
3
2
3
3
51
57
3
3
1
4
2
4
1
2
3
3
2
1
3
3
4
3
4
3
3
2
54
58
3
3
2
4
1
4
2
2
2
4
2
1
1
4
4
4
4
4
3
2
56
59
4
3
2
4
2
3
2
3
3
4
1
1
1
4
3
4
3
3
4
3
57
60
4
4
2
3
2
3
4
3
2
3
2
3
2
4
4
4
4
4
3
4
64
Jumlah
3230
68
Tabel 4.7 Data Tentang Kenakalan Remaja di SMA 3 Tangerang Selatan (variabel Y) Berdasarkan Scoring Nomor Soal
Y
Siswa
21 22
23 24 25
26 27 28
29
30 31
32 33 34
35 36 37
38 39
40
1
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
2
4
4
69
2
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
73
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
2
4
4
72
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
6
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
75
7
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
74
8
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
9
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
76
10
4
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
75
11
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
78
12
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
13
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
2
2
4
4
4
4
4
4
72
14
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
77
15
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
16
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
17
4
2
2
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
69
18
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
79
19
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
75
20
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
73
21
4
4
2
2
3
3
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
70
22
4
4
2
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
73
23
4
1
3
3
4
3
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
4
3
4
3
68
24
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
75
25
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
71
26
4
3
3
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
2
4
4
4
3
4
4
71
27
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
78
69
28
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
76
29
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
74
30
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
79
31
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
73
32
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
74
33
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
2
4
4
72
34
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
35
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
36
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
75
37
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
74
38
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
39
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
76
40
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
41
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
78
42
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
76
43
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
79
44
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
74
45
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
46
4
3
3
3
3
2
4
2
4
4
3
2
2
1
4
4
4
3
4
3
62
47
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
48
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
79
49
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
76
50
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
74
51
4
2
3
4
2
2
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
69
52
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
75
53
4
4
3
4
4
2
4
3
4
4
4
2
2
1
4
4
4
3
4
3
67
54
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
76
55
4
4
3
4
4
2
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
71
56
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
2
4
4
4
3
4
4
72
57
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
79
58
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
76
59
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
74
60
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
Jumlah
4479
70
Selanjutnya yang penulis lakukan ialah Memperkalikan skor variabel X dengan skor variabel Y (yaitu: XY), setelah selesai lalu dijumlahkan untuk mendapat hasil ∑XY. Kemudian mengkuadratkan skor variabel X
yang selanjutnya dijumlahkan untuk mengetahui hasil ∑X² dan
mengkuadratkan skor variabel Y yang selanjutnya di jumlahkan untuk mengetahui hasil ∑Y². Dibawah ini, penulis sajikan data perhitungannya sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Korelasi No.
X
Y
X²
Y²
XY
1
52
69
2704
4761
3588
2
58
73
3364
5329
4234
3
52
72
2704
5184
3744
4
55
77
3025
5929
4235
5
47
78
2209
6084
3666
6
51
75
2601
5625
3825
7
55
74
3025
5476
4070
8
56
77
3136
5929
4312
9
49
76
2401
5776
3724
10
53
75
2809
5625
3975
11
52
78
2704
6084
4056
12
62
78
3844
6084
4836
13
58
72
3364
5184
4176
14
50
77
2500
5929
3850
15
58
78
3364
6084
4524
16
58
77
3364
5929
4466
17
51
69
2601
4761
3519
18
51
79
2601
6241
4029
19
59
75
3481
5625
4425
20
51
73
2601
5329
3723
Responden
71
21
48
70
2304
4900
3360
22
57
73
3249
5329
4161
23
49
68
2401
4624
3332
24
48
75
2304
5625
3600
25
52
71
2704
5041
3692
26
46
71
2116
5041
3266
27
56
78
3136
6084
4368
28
57
76
3249
5776
4332
29
52
74
2704
5476
3848
30
56
79
3136
6241
4424
31
58
73
3364
5329
4234
32
50
74
2500
5476
3700
33
54
72
2916
5184
3888
34
55
77
3025
5929
4235
35
49
78
2401
6084
3822
36
53
75
2809
5625
3975
37
55
74
3025
5476
4070
38
57
77
3249
5929
4389
39
51
76
2601
5776
3876
40
53
76
2809
5776
4028
41
51
78
2601
6084
3978
42
61
76
3721
5776
4636
43
54
79
2916
6241
4266
44
57
74
3249
5476
4218
45
56
78
3136
6084
4368
46
51
62
2601
3844
3162
47
53
77
2809
5929
4081
48
58
79
3364
6241
4582
49
55
76
3025
5776
4180
50
52
74
2704
5476
3848
51
51
69
2601
4761
3519
52
55
75
3025
5625
4125
53
56
67
3136
4489
3752
72
54
49
76
2401
5776
3724
55
55
71
3025
5041
3905
56
51
72
2601
5184
3672
57
54
79
2916
6241
4266
58
56
76
3136
5776
4256
59
57
74
3249
5476
4218
60
64
78
4096
6084
4992
N=60
∑X 3230
∑Y 4479
∑X² 174716
∑Y² 335069
∑XY 241325
Dari data yang telah diperoleh dapat diketahui: N
= 60
∑X = 3230 ∑Y = 4479
∑X² = 174716 ∑Y² = 335069
∑XY = 241325 Maka perhitungannya adalah sebagai berikut: rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy = rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X ² - (∑ X)²}{N ∑ Y ² - (∑ Y)²} (60 x 241325) - (3230) (4479) {(60 x 174716) - (3230) 2 } {(60 x 335069) - (4479) 2 }
14479500 - 14467170 {(10450560 - 10432900) (20104140 - 20061441)} 12330 (17660) (42699) 12330 754064340 12330 27460,232
rxy = 0,449
73
Setelah didapat angka indeks korelasi “r” Product Moment, yakni rxy =
0,449 . Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dengan dua cara: 1. Memberikan interpretasi secara kasar (sederhana) Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap Angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy),
pada umumnya
dipergunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 4.9 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya “r”
Interpretasi
Product Moment (rxy) 0,00-0,20
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antar Variabel X dan variabel Y). 0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah. 0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Dari interpretasi secara kasar (sederhana) dapat diketahui bahwa terdapat korelasi antara variabel X dan variabel Y yakni korelasi yang
sedang atau cukup (0,40-0,70). Jadi semakin baik pelaksanaan bimbingan konseling agama Islam maka akan semakin menurun tingkat kenakalan
74
remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dan dalam hal ini dapat dikatakan terdapat korelasi yang negatif antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. 2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment, dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment yang biasanya selalu tercantum dalam buku-buku statistik sebagai lampiran. Apabila cara yang kedua ini yang kita tempuh maka prosedur yang kita lalui secara berturut-turut adalah sebagai berikut: a. Merumuskan (membuat) Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil atau Hipotesis Nol (Ho). Adapun hipotesisnya sebagai berikut: Ho: Tidak ada (tidak terdapat) peranan
positif yang signifikan
bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Ha:
Ada (Terdapat) peranan
positif yang signifikan bimbingan
konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan, dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dari proses perhitungan dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “r” Product Moment, dengan
terlebih dahulu
mencari derajat bebasnya (df) yang rumusnya sebagai berikut: df = N – nr
keterangan: df: degrees of freedom N: Number of cases Nr: banyaknya variabel yang dikorelasikan. Dapat diketahui nilai N = 46, dan nilai Nr = 2, jadi derajat bebasnya adalah : df = N – nr
75
df = 60 – 2 df = 58 Memeriksa tabel ”r” product moment dengan df = 60 pada taraf signifikansi 5% diperoleh pada tabel yakni 0,250, sedangkan pada df = 50 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,273. df = 58, berada antara df = 60 dan df = 50. Jadi pada taraf signifkansi 5% rxy = 0,449 > 0,250. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dapat diinterpretasikan bahwasanya terdapat korelasi negatif yang signifikan antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Jadi semakin baik pelayanan bimbingan konseling agama Islam yang diberikan oleh guru agama Islam maka akan semakin menurun tingkat kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
Kemudian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel X menunjang keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut coefficient of determination (koefisien penentuan). Koefisien determinansi merupakan langkah akhir dari analisis data penelitian ini. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui kontribusi pembelajaran PAI (variabel X) terhadap perilaku sosial siswa dalam artian sedekah (variabel Y) dengan rumus sebagai berikut: KD = (rxy)2 x 100% Keterangan: KD
: Koefisien Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
R
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
KD = r ² x 100%
76
= 0,4492 x 100% = 20,16%
Dengan hasil tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwasanya pelayanan bimbingan konseling agama Islam yang dilakukan oleh guru agama Islam memberikan kontribusi sebesar 20,16% dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
C. Interpretasi Data Interpretasi data yang disajikan berikut ini, mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan pada BAB I. Masalah tersebut yaitu kenakalan apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan serta sejauh mana peran bimbingan dan konseling agama dalam mengatasi kenakalan remaja, dan dalam proses tersebut pelayanan-pelayanan bimbingan konseling agama Islam apa yang guru agama Islam berikan kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang segnifikan antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Pada bab I, penulis katakan bahwasanya guru agama Islam selain menjadi pengajar atau pendidik harus juga memiliki ilmu dalam membimbing atau menjadi konselor agama. Karena dengan begitu, guru agama Islam secara langsung terlibat aktif dalam mengatasi kenakalan remaja di Sekolah Menengah Atas. Pada kajian teori penulis paparkan sebuah teori yang mengatakan bahwasanya pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling agama yang otomatis dilakukan oleh guru agama dengan baik akan memberikan pengaruh yang positif dalam mengatasi kenakalan remaja. Setelah diadakan penelitian adakah pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ternyata penulis simpulkan dari hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh bimbingan konseling agama Islam
77
cukup memiliki pengaruh positif dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 3 Tangerang Selatan1 1. Sejarah Berdirinya SMAN 3 Kota Tangerang Selatan Pada sekitar tahun 1987-an wilayah Pamulang masih termasuk bagian wilayah kecamatan Ciputat dalam artian belum merupakan suatu kecamatan tersendiri. penduduk
Saat itu pula sedang dibangun pemukiman
berskala luas
yaitu
perumahan
Pamulang Permai
II.
Pertambahan kepadatan penduduk kecamatan Ciputat khususnya di sekitar wilayah Pamulang menuntut bertambahnya pula sarana pendidikan khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Atas bantuan berbagai pihak dan rekomendasi dari pemerintah kabupaten Tangerang (surat Persetujuan Penggunaan Tanah Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/ 1988 tertanggal 2 Juli 1988 ) akhirnya pihak pengembang perumahan Pamulang Permai II menyetujui sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah sekolah. Di atas tanah seluas 4870 m2 mulailah dibangun sebuah sekolah dan pada tanggal 17 Oktober 1991 bernama SMA Negeri 2 Ciputat filial (kelas jauh) dipimpin oleh Ibu Hj.Siti Aisyah, BA (alm) dengan pelaksana hariannya adalah Bapak Drs. A.Rifa’ie Sirath.
Pada waktu itu, sekolah ini baru
memiliki 12 kelas yaitu 4 kelas I, 4 Kelas II dan 4 kelas III.
1
Dokumentasi SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
52
53
Selanjutnya, pada tahun sekitar 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah dimana wilayah Pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri yaitu kecamatan Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tidak cocok lagi karena berada di wilayah kecamatan Pamulang. Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA Negeri 2 Ciputat filial berubah namanya menjadi SMA Negeri 1 Pamulang, namun SK ini ditandatangani baru pada bulan Juni 1992 dan dijadikan landasan berdirinya SMA Negeri 1 Pamulang yaitu bulan Juni 1992. Setelah adanya pemekaran tahun 2008, SMAN 1 Pamulang berganti nama menjadi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sesuai Peraturan Walikota Tagerang Selatan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Nama Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Adapun makna simbolik logo SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan 6 akar tangkai, 9 mahkota bunga dan 2 kelopak bunga. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memberikan layanan jasa pendidikan secara dinamis. Pelaksanaan kegiatan pendidikan Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum adaptif Cambridge pemanfaatan internet untuk memperoleh informasi dan komunikasi secara global. Jasa pendidikan yang diberikan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan terdiri dari 3 (tiga) jenis kelas layanan: a.
Kelas reguler, kelas yang pembelajarannya dilaksanakan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
b.
Kelas Inovasi Akselerasi, kelas yang khusus menampung anak-anak Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (CIBI) yang masa pendidikannya dipercepat dari 3 tahun menjadi 2 tahun dan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006
54
c.
Kelas Inovasi SMARSBI, kelas yang berstandar internasional yang menggunakan kurikulum adaptif antara kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan kurikulum Cambridge. Adapun Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan mulai dari tahun 1991 adalah sebagai berikut: a.
Dra. Hj. Aisyah
b.
Saeran, BA
c.
Dra. Sudarsih
d.
Drs. Suhaya, MM
e.
Drs. Suparjo
f.
Drs. Dedi Rafidi
g.
Drs. H. Sujana, M.Pd (November 2008 s.d. sekarang)
2. Profil Sekolah
3.
Nama Sekolah
: SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Status
: Sekolah Negeri
Alamat
: Benda Timur XI Komp. Pamulang II
Kelurahan
: Benda Baru
Kecamatan
: Pamulang
Kota
: Tangerang Selatan
Provinsi
: Banten
Kode Pos
: 15416
Telp
: 021-74633772
Visi, Misi, Motto dan Slogan
a. Visi “Menjadi Sekolah Terunggul Berwawasan Nasional, Bersaing Secara Internasional dan Religius” b. Misi 1) Mewujudkan pencapaian delapan standar nasional pendidikan.
55
2) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien berbasis global (berbasis ICT) dan berpijak pada budaya bangsa. 3) Menerapkan Information and Communication Technology (ICT) dan Bahasa
Internasional dalam proses pembelajaran dan pengelolaan
sekolah. 4) Menyelenggarakan pendidikan sekolah bertaraf Internasional untuk meningkatkan mutu pendidikan. 5) Menyiapkan peserta didik untuk mampu bersaing secara Nasional dan Internasional 6) Mengembangkan jejaring Nasional dan Internasional yang luas. 7) Menumbuhkan sikap belajar sepanjang hayat bagi warga sekolah. 8) Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya bangsa serta implementasinya dalam kehidupan nyata. 9) Menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkkan IPTEK dan IMTAK
c. Tujuan 1) Tercapainya implementasi Kurikulum 2006 dan sistem penilaian berbasis kompetensi (KSPBK) dan life skill. 2) Tercapainya implementasi Kurikulum 2006 yang diadaptasikan dengan Kurikulum Internasional (Cambridge) 3) Tercapainya peningkatan penggunaan model-model pembelajaran di luar KBM. 4) Tercapainya peningkatan kemampuan komunikasi berbahasa asing. 5) Tercapainya peningkatan keterampilan penggunaan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 6) Tercapainya
peningkatan
keterampilan
menggunakan
peralatan
laboratorium 7) Tercapainya peningkatan kemampuan guru menyusun silabus dan alat penilaian 8) Tercapainya peningkatan perolehan rata-rata ujian akhir nasional
56
9) Tercapainya peningkatan kedisiplinan dan ketertiban siswa 10) Tercapainya peningkatan rata-rata nilai rapor kelas 1, 2, dan 3 11) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas / sarana di lingkungan sekolah berstandar Internasional. 12) Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur PMDK, BMU, UMB dan SNMPTN 13) Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri. 14) Tercapainya internalisasi budaya tata krama kepada warga sekolah khususnya siswa. 15) Tercapainya peningkatan kerjasama dengan orang tua, masyarakat sekitar dan institusi lain. 16) Tercapainya pengembangan kualitas siswa dalam bidang penelitian ilmiah remaja, olimpiade mapel, seni, olahraga, sosial dan agama. 17) Tercapainya peningkatan kegiatan 7 K (keamanan, ketertiban, kedisiplinan, kekeluargaan, keindahan, kerindangan dan kesehatan) d. Motto ENJOY “Education that is Nice and Joyful to gain Opportunity for Youth” e. Slogan “The First or The Best”
4. Keadaan Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki sumber daya manusia sebanyak 87 orang, terdiri dari 68 tenaga edukatif dan 19 orang tenaga tata usaha yang profesional. Dari tenaga edukatif terdiri dari 64 orang tenaga pendidik Mata Pelajaran, dan 4 orang tenaga pendidik BP/BK. Latar belakang pendidikan tenaga edukatif terdiri dari 3 orang S2, 65 orang S1, yang telah mendapat pelatihan sesuai dengan mata pelajarannya, 17 orang sudah lulus sertifikasi pada tahun 2007. Kemudian dari tenaga tata usaha terdiri dari 5 orang S1, dan 14 orang SLTA.
57
Tabel 4.1 Keadaan Guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan menurut jenis kelamin, pendidikan dan bidang tugasnya No
Nama
Jenis kelamin
Pendidikan
Mata
terakhir
Pelajaran
1
Drs. H. Sujana, M.Pd
L
S1
Bhs. Indonesia
2
Dra. Kamron
P
S1
Bhs. Indonesia
Henilawati 3
Dra. Mardiati
P
S1
Matematika
4
Dra. Lia Ribawati
P
S1
Bhs. Inggris
5
Dra. Laela Rochayati
P
S1
Ekonomi/Akun tansi
6
Dra. Hartati
P
S1
PKn
7
Dra. Emma
P
S1
Ekonomi/Akun
Rochminarti
tansi
8
Dra. Yuniati
P
S1
Matematika
9
Juriah, S.Pd
P
S1
Biologi
10
Dra. Suwarti
P
S1
Geografi
11
Dra. Eny Suryani, M.Pd
P
S1
Matematika
12
Dra. Aan Sri Analiah
P
S1
Sejarah
13
Aisyah, S.Pd
P
S1
Matematika
14
Wiwin Purwindrayati,
P
S1
Kimia
M.P 15
Lina Nurlina, S.Pd
P
S1
Matematika
16
Sri Hermin Ningsih,
P
S1
Fisika
S.Pd 17
Ratih, S.Pd
P
S1
Fisika
18
Dra. Harsining
P
S1
BP/ BK
19
Dra. Unayah
P
S1
Sosiologi
20
Siti Mahmudah, S.Pd
P
S1
Matematika
58
21
Tati Erayati, S.Pd
P
S1
22
Ir. Shanty Chairani
P
IPB Perikanan
Bhs. Inggris Biologi
1989 23
Emin Salimin, S.Pd
L
S1
Sosiologi
24
Sularno, S.Pd
L
S1
Penjaskes
25
Maulana Panuju, S.Pd
L
S1
Bhs. Inggris
26
Dra. Sri Haryatmi
P
S1
BP/BK
27
Dra. Efi Rosita
P
S1
BP/BK
28
Suherman, S.PD
L
S1
BP/BK
29
Liman, S.Pd
L
S1
Bhs. Indonesia
30
Dra. Ellya Doniati
P
S1
Sejarah
31
Sri Mulyati, S.Pd
P
S1
Bhs. Indonesia
32
Siti Umayah, S.Pd
P
S1
Bhs. Inggris
33
Susi Rosita, S.Pd
P
S1
Bhs. Indonesia
34
Nimrah, S.Pd
P
S1
Bhs. Inggris
35
Dra. Dyah Katiyuwati
P
S1
PKn
36
Wahju Kumalawati,
P
S1
PKn
P
S1
Kimia
S.Pd 37
Dra. Wara Gawatiningsiah
38
Rani Anggraeni, S.Si
P
S1
Biologi
39
Nelita Basyri, S.Pd
P
S1
Biologi
40
Dra. Wiwi Widaningsih
P
S1
Bhs. Indonesia
41
Arie Budiningsih, S.Pd
L
S1
Kimia
42
Adi Ruchyadi, S.Pd
L
S1
MULOK
43
Sri Redjeki, S.Pd
P
S1
Ekonomi/Akun tansi
44
Eli Aisah Sugiarti.,
P
S1
Fisika
L
S1
Pend. Agama
S.Pd 45
Muhyidin, S.Ag
59
Islam 46
Abdul Aziz, S.Pd
L
S1
Pend. Agama Islam
47
Tri Wuriyantini, SE
P
S1
Ekonomi/Akun tansi
48
Siti Nursyamsiah, S.Pd
P
S1
Sejarah
49
Tarsiah, S.Ag
P
S1
Pend. Agama Islam
50
Dra. Rusmanelly
L
S1
Pendidikan Seni
51
Dedi Suryaman, ST
L
S1
MULOK
52
Nawang Priandari,
P
S1
Bhs. Asing
S.PD 53
DRS. Digi Susandi
L
S1
Penjaskes
54
Siti Amalizah, S.Pd
P
S1
Pendidikan Seni
55
Ainul Wardah, M.Pd
P
S2
Pendidikan Seni
56
Uswatun Hasanah,
P
S1
Tek. Informasi
S.Kom 57
Beni Tresnadi
L
Tek. Informasi
58
Fuad Ahmad Jawari
L
Tek. Informasi
59
Wusono Budi
L
Tek. Informasi
Sudarsono 60
Affandy Kartawinata,
L
S1
Tek. Informasi
S1
Fisika
S.Kom 61
Ahmad Syukron, S.Pd
L
62
Dewi Marhelly
P
63
Ahmad Hasannudin,
L
S.Pd
Kimia S1
Bhs. Inggris
60
64
Roni Purwansyah,
L
S1
Bhs. Asing
S.Thi 65
Gunadi, S.Pd
L
S1
Geografi
66
Haposan
L
S1
Pend. Agama Kristen
5.
Keadaan Siswa Siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan memiliki 3 tingkatan, yaitu dari kelas X, XI dan XII yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari tahun ke tahun jumlah peminat di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan selalu meningkat. Penerimaan siswa barupun di seleksi dengan seksama. Anak yang ingin mendaftar menjadi siswa di SMA Negeri 3 Tangerang Selatn harus memenuhi persyaratan atau kriteria yang telah di tetapkan oleh Sekolah. Adapun jumlah siswa tahun 2011, penulis sajikan pada data tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Keadaan Siswa Rombongan Belajar dan Peserta menurut tingkat dan jenis kelamin tahun 2011 Tingkat X RB 9
Tingkat XI
L
P
112
171 273
6.
RB 9
Tingkat XII
L
P
144
151 295
RB 7
Jumlah
L
P
152
149
301
RB 25
L
P
408 471 869
Sarana Prasarana SMA Negeri 3 Tangerang Selatan sangat memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedi di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Hal ini dilakukan, agar kegiatan belajar mengajar dalam proses pendidikan serta kegiatan administrasi berjalan dengan baik. Sarana prasarana yang disediakan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu terdiri dari perlengkapan kegiatan administrasi, perlengkapan kegiatan mengajar dan lain-lain. Adapun untuk
61
mengetahui sarana prasarana yang telah tersedia di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan penulis menyajikan data table di bawah ini: Tabel 4.3 Keadaan Perlengkapan Kegiatan Administrasi Mesin No
1
lemari/ Meja Kursi Meja Kursi
Komputer Printer TU
TU
5
Ketik Scanner
3
1
Foto
Filling
TU
TU
8
8
Guru Guru
Copy kabinet
1
1
8
68
68
Tabel 4.4 Keadaan Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar
No Komputer Printer
1
64
11
LCD Lemari
16
11
TV/ Audio
Meja
Kursi
Screen/
Papan
Peserta
Peserta
Layar
Tulis
Didik
Didik
538
1124
11
57
4
Tabel 4.5 Keadaan prasarana SMA Negeri 3 Tngerang Selatan menurut jumlah, luas dan kondisinya. Keseluruhan No.
Jenis Ruang Jumlah
Luas(m²)
Kondisi
1
Ruang Teori/Kelas
26
1755
Baik
2
Ruang Perpustakaan
1
198
Baik
3
Ruang UKS
1
27
Baik
4
Koperasi/Toko
1
21
Baik
5
Ruang Kepala Sekolah
1
108
Baik
6
Ruang Guru
1
120
Baik
62
7
Ruang TU
1
60
Baik
8
Ruang BP/BK
1
40
Baik
9
Kamar Mandi/WC Guru
2
6
Baik
10
Kamar Mandi/WC Siswa
10
22,5
Baik Baik
Gudang 1 11
2
24
1
100
Gudang 2 12
Ruang Ibadah
2
72
Ruang Penjaga Sekolah 2 14
Ruang OSIS
1
40
15
Ruang Sanggar MGMP/TRRC
1
22,5
16
Ruang Sablon
1
6
Ruang WaKa Humas&SarPras
3
73,5
19 20
21
22
Ruang Laboratorium Biologi Ruang Laboratorium Fisika Ruang Laboratorium Kimia Ruang Laboratorium Bahasa 1 Ruang Laboratorium Bahasa 2 Ruang Laboratorium Komputer
Baik Baik Baik
Baik Baik
Ruang WaKa Kurikulum 18
Baik
Baik
Ruang WaKa MM 17
Baik Baik
Ruang Penjaga Sekolah 1 13
Baik
1
105
1
67,5
1
67,5
Baik Baik Baik Baik
2
135
1
67,5
Baik Baik
23
Ruang Bangdik
1
40
Baik
24
Ruang Multimedia
1
90
Baik
25
Ruang Seni
1
67,5
Baik
26
Ruang Pembina OSIS& P. Ekskul
1
30
Baik
63
27
Ruang Bendahara
1
12
Baik
28
Ruang Radio
1
24
Baik
29
Ruang Piket
1
10
Baik
30
Ruang Tamu
1
30
Baik Baik
Ruang Satpam 1 31
2
13
Ruang Satpam 2
7.
Baik
32
Lapangan Olah Raga/Upacara
1
900
Baik
33
Parkir
1
240
Baik
34
Dapur
1
9
Baik
35
Kantin
1
160
Baik
Kegiatan Ekstrakulikuler di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Banyak kegiatan positif yang di lahirkan di SMA Negeri 3 Tangerang selatan. Kegiatan-kegiatan ekstra itu di adakakan sebagai wadah untuk anakanak mengembangkan dirinya. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ialah: a.
ROHIS
b. Paskibra c. English Club d. Olah raga e. Ekspresi seni budaya f. PMR g. Mading h. KIR (Karya Ilmiyah Remaja) i. Internet Corner j. NEPALA k. Sablon l. Koperasi siswa
64
8.
Struktur Organisasi Sekolah Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
H. WAHYU WIBISANA
Drs. H. SUJANA, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006 WAKIL MANAJEMEN MUTU KAUR TATA USAHA Dra. ENY SURYANI, M.Pd SYAMLANI
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG SARANA PRASARANA
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT
SUHERMAN, S.Pd
WIWIN PURWI I., M.Pd LINA NURLINA, S.Pd
Dra. AAN SRI ANALIAH KETUA PROGRAM PENGEMBANGAN ICT
KETUA PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
USWATUN HASANAH, S.Kom
Dra. YUNIATI
KOORDINATOR LAB. BAHASA
KOORDINATOR OLIMPIADE
KOORDINATOR PERPUSTAKAAN
KOORDINATOR BP/BK
A. HASANUDIN, S.Pd
RANI ANGGRAENI, S.Si
Dra. K. HENILAWATI
Dra. EFI ROSITA
PEMBINA OSIS
KOORDINATOR RADIO
LIMAN,S.Pd BENI TRESNADI
WALI KELAS GURU PAMONG
PEMBINA
26 KELAS GURU
1. ROHIS 2. PASKIBRAKA 3. PMR 4. NEPALA 5. OLAHRAGA 6. KOPERASI SISWA 7. ENGLISH CLUB 8. SENI BUDAYA 9. SABLON 10. KIR
65
B. Deskripsi dan Analisis Data Sebagaimana telah dijelaskan bahwasanya tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenakalan apa saja yang dilakukan siswa, serta sejauhmana peranan bimbingan konseling agama yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Dengan demikian penulis berusaha untuk mengukur besarnya korelasi antara variabel X yaitu Bimbingan Konseling Agama Islam dan variabel Y yaitu Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab III, bahwasanya teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling agama Islam serta Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru Bimbingan Konseling untuk mendapatkan informasi mengenai kenakalan yang di lakukan siawa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dan peranan BK sendiri dalam mengatasi kenakalan siswa sekaligus mengetahui sejauh mana peranan bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa. Sedangkan angket disebar kepada siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Setelah diperoleh data dari hasil angket, data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif melalui tabel distribusi frekuensi dengan persentase, kemudian memberi skor pada setiap data untuk kemudian dihitung dan dianalisis. Dalam proses analisis, penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan teknik analisis korerasional, yaitu teknik analisis statistik mengenai hubungan antara dua variabel. Setelah memperoleh angka prosentase dari masing-masing angket, maka langkah berikutnya adalah mencari angka korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X ² - (∑ X)²}{N ∑ Y ² - (∑ Y)²}
66
Namun sebelumnya akan disajikan data tentang bimbingan konseling agama Islam (variabel X) dan data tentang kenakalan remaja di SMA 3 Tangerang Selatan (variabel Y) berdasarkan scoring: Tabel 4.6 Data Tentang Bimbingan Konseling Agama Islam (variabel X) Berdasarkan Scoring Nomor Soal
X
siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
11 12 13
14 15 16
17 18 19
20
1
4
2
2
3
1
4
1
2
2
3
2
2
1
4
2
4
4
3
3
3
52
2
4
3
3
3
2
4
4
2
3
3
1
1
1
4
3
4
4
3
3
3
58
3
4
2
2
4
1
2
2
1
3
4
1
1
1
4
4
4
3
4
3
2
52
4
3
2
2
3
1
4
1
2
2
4
2
1
3
4
4
4
3
4
4
2
55
5
3
2
2
3
1
3
1
2
2
3
1
1
1
4
3
4
3
3
3
2
47
6
4
3
1
4
2
3
1
1
2
3
1
1
1
4
3
4
4
3
4
2
51
7
3
3
3
4
2
3
2
2
2
4
1
1
2
4
2
3
4
3
4
3
55
8
4
2
2
4
1
4
2
2
2
3
1
1
1
4
4
4
4
4
4
3
56
9
3
2
2
4
1
2
1
1
2
3
2
1
2
4
4
3
3
4
3
2
49
10
3
3
3
2
2
3
1
2
3
4
2
1
2
3
4
3
4
3
3
2
53
11
4
2
2
4
2
2
1
1
2
3
2
1
2
4
4
4
4
3
2
3
52
12
4
2
3
3
1
4
4
3
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
4
3
62
13
4
3
2
3
1
3
3
2
3
4
2
1
1
4
4
4
4
4
4
2
58
14
4
3
2
2
1
4
1
2
3
4
1
2
1
4
3
3
2
4
2
2
50
15
4
2
3
3
1
4
3
2
2
4
3
1
1
4
4
3
4
4
3
3
58
16
3
4
2
4
4
4
1
2
2
3
1
2
2
3
2
4
4
4
3
4
58
17
3
4
3
4
1
3
1
2
3
3
1
2
1
3
2
4
3
3
3
2
51
18
3
2
3
4
1
4
1
2
2
3
1
1
2
4
3
4
3
4
2
2
51
19
4
2
3
2
2
3
2
2
3
4
4
1
1
4
2
4
4
4
4
4
59
20
3
2
3
3
1
2
1
2
2
3
3
1
1
4
4
3
4
3
4
2
51
21
3
2
1
3
1
2
2
1
2
3
2
2
2
4
2
4
4
3
3
2
48
22
3
3
3
4
1
3
1
1
3
4
4
1
1
4
2
3
4
4
4
4
57
23
3
3
2
2
1
2
1
1
3
3
2
3
1
4
2
4
3
3
4
2
49
24
3
2
2
4
1
2
1
2
2
4
2
1
1
4
2
3
3
3
3
3
48
25
3
2
3
3
2
3
1
2
3
3
2
2
1
3
4
4
2
3
4
2
52
26
3
3
2
3
1
3
1
2
2
3
1
1
1
3
2
4
2
2
4
3
46
67
27
4
3
2
4
2
4
1
2
3
4
1
1
1
3
4
3
3
3
4
4
56
28
4
2
2
2
1
4
2
2
2
4
2
1
1
4
4
4
4
4
4
4
57
29
3
3
2
4
2
3
2
2
2
3
1
1
1
4
3
4
3
3
3
3
52
30
3
2
2
3
2
3
3
2
2
4
1
1
1
4
4
4
4
4
4
3
56
31
3
2
3
3
2
3
4
2
3
4
2
2
1
4
3
4
4
3
2
4
58
32
3
2
1
3
2
4
1
2
3
3
1
1
2
3
3
4
3
3
3
3
50
33
4
3
2
4
1
2
2
1
3
3
3
1
1
3
2
4
4
4
3
4
54
34
3
2
2
3
1
4
2
2
2
4
3
2
2
4
2
4
4
2
4
3
55
35
3
3
1
2
1
3
2
2
2
3
1
1
1
4
3
4
4
3
3
3
49
36
4
2
1
4
2
3
1
1
2
3
3
2
1
4
3
4
3
3
4
3
53
37
3
3
3
4
2
3
2
2
2
3
1
1
3
4
2
3
3
3
4
4
55
38
4
2
2
4
1
4
2
2
2
4
3
1
1
4
4
4
3
4
2
4
57
39
3
3
2
4
1
2
1
1
2
3
2
2
2
4
4
3
4
2
3
3
51
40
3
3
3
3
2
3
1
2
3
3
2
1
1
4
4
3
3
3
3
3
53
41
3
3
2
4
2
2
1
1
2
4
2
1
1
4
3
4
3
3
2
4
51
42
4
3
3
3
1
4
4
3
3
3
3
3
1
4
3
3
4
2
3
4
61
43
4
3
2
3
1
3
3
2
3
3
2
1
1
4
2
4
3
4
3
3
54
44
3
3
1
4
1
4
1
2
3
3
3
2
2
4
3
3
4
4
4
3
57
45
4
2
3
3
1
4
3
2
2
3
3
1
1
4
4
3
3
2
4
4
56
46
3
2
2
2
2
4
1
2
2
4
1
2
1
3
2
4
3
4
4
3
51
47
3
2
3
2
1
3
1
3
3
4
3
2
1
3
3
4
4
3
3
2
53
48
4
4
3
4
1
4
1
3
2
4
1
1
3
4
3
4
4
2
3
3
58
49
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
1
4
3
4
3
4
3
2
55
50
4
2
3
3
1
2
1
2
2
4
3
3
1
4
2
3
3
3
3
3
52
51
4
4
1
3
1
2
2
1
2
4
2
2
1
4
2
4
3
2
4
3
51
52
3
3
3
4
1
3
1
1
3
3
4
1
1
4
4
3
4
4
3
2
55
53
4
4
2
4
1
2
1
1
3
4
4
2
1
4
2
4
3
3
3
4
56
54
3
2
3
4
1
2
1
2
2
3
2
1
2
4
3
3
3
2
4
2
49
55
4
3
3
3
2
3
1
3
3
4
3
2
1
3
2
4
3
2
3
3
55
56
4
3
2
3
2
3
1
2
2
4
1
2
1
3
3
4
3
2
3
3
51
57
3
3
1
4
2
4
1
2
3
3
2
1
3
3
4
3
4
3
3
2
54
58
3
3
2
4
1
4
2
2
2
4
2
1
1
4
4
4
4
4
3
2
56
59
4
3
2
4
2
3
2
3
3
4
1
1
1
4
3
4
3
3
4
3
57
60
4
4
2
3
2
3
4
3
2
3
2
3
2
4
4
4
4
4
3
4
64
Jumlah
3230
68
Tabel 4.7 Data Tentang Kenakalan Remaja di SMA 3 Tangerang Selatan (variabel Y) Berdasarkan Scoring Nomor Soal
Y
Siswa
21 22
23 24 25
26 27 28
29
30 31
32 33 34
35 36 37
38 39
40
1
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
2
4
4
69
2
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
73
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
2
4
4
72
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
6
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
75
7
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
74
8
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
9
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
76
10
4
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
75
11
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
78
12
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
13
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
2
2
4
4
4
4
4
4
72
14
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
77
15
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
16
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
17
4
2
2
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
69
18
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
79
19
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
75
20
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
73
21
4
4
2
2
3
3
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
70
22
4
4
2
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
73
23
4
1
3
3
4
3
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
4
3
4
3
68
24
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
75
25
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
71
26
4
3
3
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
2
4
4
4
3
4
4
71
27
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
78
69
28
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
76
29
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
74
30
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
79
31
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
73
32
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
74
33
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
2
4
4
72
34
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
35
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
36
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
75
37
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
74
38
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
39
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
76
40
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
76
41
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
78
42
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
76
43
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
79
44
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
74
45
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
46
4
3
3
3
3
2
4
2
4
4
3
2
2
1
4
4
4
3
4
3
62
47
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
77
48
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
79
49
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
76
50
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
74
51
4
2
3
4
2
2
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
69
52
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
75
53
4
4
3
4
4
2
4
3
4
4
4
2
2
1
4
4
4
3
4
3
67
54
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
76
55
4
4
3
4
4
2
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
71
56
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
2
4
4
4
3
4
4
72
57
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
79
58
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
76
59
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
74
60
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
78
Jumlah
4479
70
Selanjutnya yang penulis lakukan ialah Memperkalikan skor variabel X dengan skor variabel Y (yaitu: XY), setelah selesai lalu dijumlahkan untuk mendapat hasil ∑XY. Kemudian mengkuadratkan skor variabel X
yang selanjutnya dijumlahkan untuk mengetahui hasil ∑X² dan
mengkuadratkan skor variabel Y yang selanjutnya di jumlahkan untuk mengetahui hasil ∑Y². Dibawah ini, penulis sajikan data perhitungannya sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Korelasi No.
X
Y
X²
Y²
XY
1
52
69
2704
4761
3588
2
58
73
3364
5329
4234
3
52
72
2704
5184
3744
4
55
77
3025
5929
4235
5
47
78
2209
6084
3666
6
51
75
2601
5625
3825
7
55
74
3025
5476
4070
8
56
77
3136
5929
4312
9
49
76
2401
5776
3724
10
53
75
2809
5625
3975
11
52
78
2704
6084
4056
12
62
78
3844
6084
4836
13
58
72
3364
5184
4176
14
50
77
2500
5929
3850
15
58
78
3364
6084
4524
16
58
77
3364
5929
4466
17
51
69
2601
4761
3519
18
51
79
2601
6241
4029
19
59
75
3481
5625
4425
20
51
73
2601
5329
3723
Responden
71
21
48
70
2304
4900
3360
22
57
73
3249
5329
4161
23
49
68
2401
4624
3332
24
48
75
2304
5625
3600
25
52
71
2704
5041
3692
26
46
71
2116
5041
3266
27
56
78
3136
6084
4368
28
57
76
3249
5776
4332
29
52
74
2704
5476
3848
30
56
79
3136
6241
4424
31
58
73
3364
5329
4234
32
50
74
2500
5476
3700
33
54
72
2916
5184
3888
34
55
77
3025
5929
4235
35
49
78
2401
6084
3822
36
53
75
2809
5625
3975
37
55
74
3025
5476
4070
38
57
77
3249
5929
4389
39
51
76
2601
5776
3876
40
53
76
2809
5776
4028
41
51
78
2601
6084
3978
42
61
76
3721
5776
4636
43
54
79
2916
6241
4266
44
57
74
3249
5476
4218
45
56
78
3136
6084
4368
46
51
62
2601
3844
3162
47
53
77
2809
5929
4081
48
58
79
3364
6241
4582
49
55
76
3025
5776
4180
50
52
74
2704
5476
3848
51
51
69
2601
4761
3519
52
55
75
3025
5625
4125
53
56
67
3136
4489
3752
72
54
49
76
2401
5776
3724
55
55
71
3025
5041
3905
56
51
72
2601
5184
3672
57
54
79
2916
6241
4266
58
56
76
3136
5776
4256
59
57
74
3249
5476
4218
60
64
78
4096
6084
4992
N=60
∑X 3230
∑Y 4479
∑X² 174716
∑Y² 335069
∑XY 241325
Dari data yang telah diperoleh dapat diketahui: N
= 60
∑X = 3230 ∑Y = 4479
∑X² = 174716 ∑Y² = 335069
∑XY = 241325 Maka perhitungannya adalah sebagai berikut: rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy = rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X ² - (∑ X)²}{N ∑ Y ² - (∑ Y)²} (60 x 241325) - (3230) (4479) {(60 x 174716) - (3230) 2 } {(60 x 335069) - (4479) 2 }
14479500 - 14467170 {(10450560 - 10432900) (20104140 - 20061441)} 12330 (17660) (42699) 12330 754064340 12330 27460,232
rxy = 0,449
73
Setelah didapat angka indeks korelasi “r” Product Moment, yakni rxy =
0,449 . Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dengan dua cara: 1. Memberikan interpretasi secara kasar (sederhana) Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap Angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy),
pada umumnya
dipergunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 4.9 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya “r”
Interpretasi
Product Moment (rxy) 0,00-0,20
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antar Variabel X dan variabel Y). 0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah. 0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Dari interpretasi secara kasar (sederhana) dapat diketahui bahwa terdapat korelasi antara variabel X dan variabel Y yakni korelasi yang
sedang atau cukup (0,40-0,70). Jadi semakin baik pelaksanaan bimbingan konseling agama Islam maka akan semakin menurun tingkat kenakalan
74
remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dan dalam hal ini dapat dikatakan terdapat korelasi yang negatif antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. 2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment, dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment yang biasanya selalu tercantum dalam buku-buku statistik sebagai lampiran. Apabila cara yang kedua ini yang kita tempuh maka prosedur yang kita lalui secara berturut-turut adalah sebagai berikut: a. Merumuskan (membuat) Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil atau Hipotesis Nol (Ho). Adapun hipotesisnya sebagai berikut: Ho: Tidak ada (tidak terdapat) peranan
positif yang signifikan
bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Ha:
Ada (Terdapat) peranan
positif yang signifikan bimbingan
konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan, dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dari proses perhitungan dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “r” Product Moment, dengan
terlebih dahulu
mencari derajat bebasnya (df) yang rumusnya sebagai berikut: df = N – nr
keterangan: df: degrees of freedom N: Number of cases Nr: banyaknya variabel yang dikorelasikan. Dapat diketahui nilai N = 46, dan nilai Nr = 2, jadi derajat bebasnya adalah : df = N – nr
75
df = 60 – 2 df = 58 Memeriksa tabel ”r” product moment dengan df = 60 pada taraf signifikansi 5% diperoleh pada tabel yakni 0,250, sedangkan pada df = 50 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,273. df = 58, berada antara df = 60 dan df = 50. Jadi pada taraf signifkansi 5% rxy = 0,449 > 0,250. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dapat diinterpretasikan bahwasanya terdapat korelasi negatif yang signifikan antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Jadi semakin baik pelayanan bimbingan konseling agama Islam yang diberikan oleh guru agama Islam maka akan semakin menurun tingkat kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
Kemudian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel X menunjang keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut coefficient of determination (koefisien penentuan). Koefisien determinansi merupakan langkah akhir dari analisis data penelitian ini. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui kontribusi pembelajaran PAI (variabel X) terhadap perilaku sosial siswa dalam artian sedekah (variabel Y) dengan rumus sebagai berikut: KD = (rxy)2 x 100% Keterangan: KD
: Koefisien Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
R
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
KD = r ² x 100%
76
= 0,4492 x 100% = 20,16%
Dengan hasil tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwasanya pelayanan bimbingan konseling agama Islam yang dilakukan oleh guru agama Islam memberikan kontribusi sebesar 20,16% dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
C. Interpretasi Data Interpretasi data yang disajikan berikut ini, mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan pada BAB I. Masalah tersebut yaitu kenakalan apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan serta sejauh mana peran bimbingan dan konseling agama dalam mengatasi kenakalan remaja, dan dalam proses tersebut pelayanan-pelayanan bimbingan konseling agama Islam apa yang guru agama Islam berikan kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang segnifikan antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Pada bab I, penulis katakan bahwasanya guru agama Islam selain menjadi pengajar atau pendidik harus juga memiliki ilmu dalam membimbing atau menjadi konselor agama. Karena dengan begitu, guru agama Islam secara langsung terlibat aktif dalam mengatasi kenakalan remaja di Sekolah Menengah Atas. Pada kajian teori penulis paparkan sebuah teori yang mengatakan bahwasanya pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling agama yang otomatis dilakukan oleh guru agama dengan baik akan memberikan pengaruh yang positif dalam mengatasi kenakalan remaja. Setelah diadakan penelitian adakah pengaruh bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ternyata penulis simpulkan dari hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh bimbingan konseling agama Islam
77
cukup memiliki pengaruh positif dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasakan analisis data dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tingkat kenakalan yang masih relatif rendah. Kenakalan yang sering dilakukan oleh remaja yang notabanenya adalah siswa/i SMA Negeri 3 Tangerang Selatan adalah menentang atau membantah orangtua dan guru, melanggar peraturan sekolah seperti terlambat masuk sekolah, berpakaian tidak dan lain-lain. Selain itu, kenakalan yang dilakukan remaja SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ialah merokok, berkelahi, menghina guru dan teman dan sedikit yang melakukan kenakalan jenis membaca majalah porno, menonton dan melakukan masturbasi. Adapun pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam upaya mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ialah mengadakan bimbingan membaca Al-Qur’an, memberi perhatian khusus untuk siswa yang bermasalah, mengadakan praktek-prektek kegiatan keagamaan seperti praktek sholat jenazah, sholat istikhoroh serta membimbing siswa mengikuti berbagai kegiatan positif. Selain itu, pengenalan tentang diri sendiri juga guru agama Islam intens lakukan.
78
79
Adanya pengaruh antara bimbingan konseling agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Terbukti dari hasil pengujian hipotesis didapat rxy sebesar 0,449. Setelah jumlah tersebut di konsultasikan pada interpretasi angka indeks korelasi “r” Product Moment, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara bimbingan konseling agama Islam (variabel X) dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan (variabel Y) terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
B. Saran Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hasil penelitian, ada beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis: 1. Guru agama Islam diharapkan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam mendidik dan membimbing siswa/siswi sehingga mereka memiliki nilai-nilai religius yang tinggi sehingga sehat mentalnya, yang pada gilirannya akan membentuk prilaku yang bermoral. 2. Guru agama Islam hendaknya menjalin hubungan emosional baik dengan murid-murid maupun dengan orang tua atau wali murid. 3. Guru agama Islam hendaknya membangun kerjasama dengan bagian bimbingan konseling, kepala sekolah atau pihak-pihak lainnya dalam mengatasi kenakalan remaja di sekolah. 4. Semua pihak yang ada di Sekolah (guru dan seluruh staf), hendaknya menciptakan lingkungan yang Islami atau sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sehingga meminimalisir segala bentuk kenakalan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Agama Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Dipenogoro, 2000. Agustina Hendrianti. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri. Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Amin Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010 Arifin H.M., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, Terayon Press, 1994.
Jakarta: PT
Azhari Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004. Daradjat Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Daradjat Zakiah . Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), Cet. XVI Daradjat Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: CV Haji Masagung, 1994. Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Daradjat Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003. Dariyo Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Djumhur I, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV ILMU. Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Kauma Fuad, Sensasi Remaja di Masa Puber: Dampak Negatif dan Alternatif Penanggulangannya, Jakarta: Kalam Mulia, 1999. Mahfuzh Jamaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001. Nasir Sahilun A, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999. Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), Jakarta: Aulia Publishing House, 2008. 80
81
Nurihsan Ahmad Juntika, Bimbingan dan Konseling dalam Latar Berbagai Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Paimun, Sari Perkuliahan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Sabri M Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Sabri M Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan , Jakarta: IAIN, 1992. Soejanto Agoes. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta: Aksara Baru, 1990 Soma Syafari dan Hajaruddin. Menanggulangi Remaja kriminal: Islam sebagai Alternatif, Bogor: CV Bintang Tsurayya, 1995. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Sukardi Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Progaram Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sukmadinata Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Syafaat Aat, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2007. Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994. Yusuf Syamsu dan Juntika Nurhasan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
ANGKET "PERAN BIMBINGAN KONSELING AGAMA DALAM MENGATASI KENAKALAAN REMAJA DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN”.
Identitas Responden Kelas : Jenis kelamin : Petunjuk Pengisian Angket 1. Berilah tanda silang pada salah satu jawaban a, b, c dan d yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan! 2. Kejujuran anda dalam mengisi angket ini sangat saya rahasiakan, guna mendapatkan informasi yang valid. 3. Saya harapkan semua soal dalam angket ini dapat terisi dan saya ucapkan terima kasih atas partisipasinya. A. Variabel Bimbingan Keagamaan 1. Pernahkah guru agama Islam anda menjelaskan tentang tata tertib sekolah ? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
2. Pernahkan guru agama Islam anda menugasi anda untuk menghafal asmaul husna? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
3. Pernahkan guru agama Islam anda menugasi anda untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an tertentu? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
4. Apakah guru agama Islam anda mengadakan kegiatan ektrakulikuler membaca AlQur’an? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
5. Apakah guru agama Islam anda mengadakan kegiatan ektrakulikuler dalam menterjemah bacaan dalam ibadah (sholat, dsb)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
6. Apakah guru agama Islam anda mengadakan kegiatan ektrakulikuler keputrian? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
7. Apakah anda mengikuti kegiatan ektrakulikuler ROHIS?
1
d. tidak pernah
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
8. Apakah guru agama Islam anda memberikan memberikan kegiatan praktek keagamaan seperti sholat Istikhoroh? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
9. Apakah guru agama Islam anda memberikan memberikan kegiatan praktek keagamaan seperti sholat Jenazah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
10. Apakah guru agama Islam anda memberikan memberikan tugas individual? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
11. Apakah guru agama Islam anda memberikan memberikan tugas kelompok? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
12. Pernahkan anda mengikuti kegiatan perlombaan pidato keagamaan atau lomba keagamaan lainnya? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
13. Pernahkan anda mengikuti kegiatan perlombaan membaca Al-Qur’an (MTQ)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
14. Apakah Sekolah mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan (Islam) seperti peringatan Maulid Nabi, dsb? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
15. Apakah anda mengikuti sholat berjama’ah di Sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
16. Apakah guru agama Islam membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan dalam mengamalkan ajaran agamanya (Islam)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
17. Apakah guru agama Islam mengajarkan tentang tatacara pergaulan yang baik? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
18. Apakah ada perhatian yang serius dari guru agama Islam jika terdapat siswa yang bermasalah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
19. Apakah guru agama Islam anda memberikan informasi tentang cara belajar yang efektif dan efisien?
2
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
20. Apakah Sekolah memberikan informasi tentang jenis-jenis Perguruan Tinggi Negeri Agama Islam yang dapat dimasuki setelah tamat SMA? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
B. Variabel Kenakalan Remaja 21. Pernahkah anda membuat masalah di sekolah, sehingga orang tua anda dipanggil ke sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
22. Apakah anda mencorat-coret tembok kelas atau lingkungan sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
23. Pernahkah anda melanggar peraturan sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
24. Pernahkah anda bolos pada jam-jam belajar? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
25. Pernahkah anda menyalahgunakan uang SPP anda? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
26. Pernahkah anda menghina guru atau teman anda? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
27. Pernahkah anda memalak (meminta uang secara paksa) kepada teman-teman anda atau orang lain? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
28. Pernahkah anda merokok ketika berada di lingkungan sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
29. Pernahkah anda terlibat tawuran di dalam atau di luar lingkungan sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
30. Pernahkah anda mencuri? a. selalu
b. sering
31. Apakah anda pernah berjudi? a. selalu
b. sering
32. Apakah anda pernah menonton film porno?
3
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
33. Apakah anda membaca buku-buku porno? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
34. Apakah anda pernah melakukan masturbasi (onani)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
35. Apakah anda pernah melakukan prostitusi (hubungan intim dengan lawan jenis)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
36. Apakah anda pernah melakukan pelecehan seksual? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
37. Apakah anda berkelahi dengan sesama teman di sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
38. Apakah anda membantah (menentang) kata-kata orang tua atau guru ? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
39. Apakah anda menggunakan obat-obatan terlarang (mengkonsumsi narkotika)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
40. Apakah anda meminum minuman keras (beralkohol)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
4
d. tidak pernah
ANGKET "PERAN BIMBINGAN KONSELING AGAMA DALAM MENGATASI KENAKALAAN REMAJA DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN”.
Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Petunjuk Pengisian Angket 1. 2. 3.
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban a, b, c dan d yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan! Kejujuran anda dalam mengisi angket ini sangat saya rahasiakan, guna mendapatkan informasi yang valid. Saya harapkan semua soal dalam angket ini dapat terisi dan saya ucapkan terima kasih atas partisipasinya. 1. Apakah Anda pernah menugasi siswa/i anda untuk menghafal asmaul husna? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
2. Apakah Anda pernah menugasi siswa/i anda untuk menghafal menghafal ayat-ayat Al-Qur’an tertentu? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
3. Apakah Anda mengadakan kegiatan ektrakulikuler membaca Al-Qur’an? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
4. Apakah Anda mengadakan kegiatan ektrakulikuler menterjemah bacaan dalam ibadah (sholat, dsb)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
5. Apakah Anda mengadakan kegiatan ektrakulikuler keputrian? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
6. Apakah Anda dan Sekolah mengadakan kegiatan ektrakulikuler ROHIS? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
7. Apakah Anda memberikan memberikan kegiatan praktek keagamaan seperti sholat Istikhoroh? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
8. Apakah Anda memberikan memberikan kegiatan praktek keagamaan seperti sholat Jenazah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
9. Apakah Anda memberikan memberikan tugas individual? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
10. Apakah Anda memberikan memberikan tugas kelompok? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
11. Apakah Anda membimbing siswa/i untuk mengikuti kegiatan perlombaan pidato keagamaan atau lomba keagamaan lainnya? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
12. Apakah Anda membimbing siswa/i untuk mengikuti kegiatan perlombaan membaca Al-Qur’an (MTQ)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
13. Apakah Sekolah mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan (Islam) seperti peringatan Maulid Nabi, dsb? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
14. Apakah Anda membimbing siswa/i untuk mengikuti sholat berjama’ah di Sekolah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
15. Apakah Anda membantu siswa/i memperbaiki kesalahan dalam mengamalkan ajaran agamanya (Islam)? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
16. Apakah Anda memberikan perhatian yang jika terdapat siswa/i yang bermasalah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
17. Apakah Anda memberikan informasi tentang cara belajar yang efektif dan efisien? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
18. Apakah Sekolah memberikan informasi tentang jenis-jenis Perguruan Tinggi Negeri Agama Islam yang dapat dimasuki setelah tamat SMA? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur 1.
Selama Anda menjadi guru di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, jenis kenakalan apa sajakah yang siswa/i lakukan?
2.
Apa usaha atau tindakan Bapak/Ibu guru sebagai guru agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa/i di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
Hasil Angket Terbuka Hal
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Responden
: M. Muhyidin, S. Ag
Jabatan
: Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Tempat
: Ruang Guru Lantai 2
Tanggal
: 02 Maret 2011
Waktu
: 09.00 – 11.00
1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa/I ialah: siswa merokok, kurang sadarnya akan pentingnya mematuhi peraturan Sekolah, bertengkar (adu mulut), pakaian tidak rapih, dan lain sebagainya. 2. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa ialah: Pendekatan personal, dengan cara siswa dipanggil dan diberikan nasihat agama, diterapi dengan cara membuat skema untung rugi tindakan yang ia lakukan Sentuh hatinya secara persuasif dan kontinyu Panggil siswa yang bersangkutan dan katakan padanya bahwa guru agama Islam akan berkunjung 3. Hasil nya ialah siswa tidak lagi nakal, terjadinya hubungan emosional yang erat antara guru agama Islam, siswa dan orang tua siswa.
Hasil Angket Terbuka Hal
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Responden
: Tarsiah, S. Ag
Jabatan
: Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Tempat
: Ruang Guru Lantai 2
Tanggal
: 03 Maret 2011
Waktu
: 09.00 – 11.00
1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa/I yaitu: bolos sekolah, merokok di lingkungan sekolah, sulit diperintah sholat berjamaah baik wajib maupun sunah. 2. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa yaitu: Memanggil siswa tersebut kemudiandiberikan pengarahan dan sangsi (hukuman) dan dijelaskan tentang mamfaat dan mudharat melakukan perbuatan tersebut. 3. Alhamdulillah. Siswa dapat menyadari perbuatan tersebut, bolos sekolah dan merokok tidak diulangi kembali sedangkan sholat berjamaah baik sholat wajib atau sunah semakin hari siswa semakin bertambah.
Hasil Angket Terbuka
Hal
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Responden
: Abdul Aziz,S.Pd.I
Jabatan
: Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Tempat
: Ruang Guru Lantai 2
Tanggal
: 03 Maret 2011
Waktu
: 09.30 – 11.00
1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa/I yaitu: merokok, nyontek, berisik dan malas shalat. 2. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa yaitu: Dipanggil dan diberi nasihat, pemanggilan orang tua. 3. Anak dapat mengerti dan merubah sikapnya lebih baik dari sebelumnya.
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN Hal
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan
Interview Tempat
Tanggal Waktu 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan :
:
:
:
Kapankah SMA Negeri 3 Tangerang Selatan didirikan?
Sejak kapan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan di sekolah?
Menurut Bapak apakah guruPendidikan Agama Islam berperan dalam proses bimbingan konseling agama Islam? Apa alasannya?
Apakah siswa di Sekolah ini ada yang melakukan kenakalan remaja? Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan siswa di Sekolah ini?
Begaimana bentuk usaha yang dilakukan sekolah dalam mengatasi kenakalan siswa tersebut?
Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa?
Apakah sekolah mengadakan kegiatan-kegiatan agama Islam sebagai penunjang kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling Agama? Interviewer
Fuji Astuti 106011000095
Mengetahui Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Tangsel
Drs. H. Sujana, M.Pd 19580601 198101 1 006
PEDOMAN WAWANCARA Guru Agama Islam SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN Hal Interview Tempat Tanggal Waktu 1)
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : : : :
Sejak kapan Bapak/Ibu bertugas sebagai guru Agama Islam di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan?
2)
Selain menjadi pendidik, guru agama Islam juga berperan sebagai pebimbing siswa. Sejauh ini bimbingan agama apa saja yang sudah di berikan oleh guru agama Islam di SMAN 3 Tangerang Selatan?
3)
Dalam Proses pembimbingan dan konseling Agama pada siswa, masalah apa saja yang di hadapi siswa?
4)
Bagaimanakah metode pendekatan yang dilaksanakan dalam hal tersebut?
5)
Dalam proses bimbingan, apakah guru agama Islam memberikan tugas-tugas yang menantang untuk siswa seperti pemberian tugas hafalan surat-surat dalam al-
Qur’an, mengikutsertakan siswa/I dalam lomba-lomba keagamaan, pemberian tugas individu dan lain sebagainya?
6)
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
7)
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan dalam rangka mengatasi kenakalan siswa?
8) 9)
Faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam membimbing keagamaan siswa?
10)
Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan di Sekolah ini?
Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa?
Interviewer
Fuji Astuti 106011000095
Mengetahui
PEDOMANGuru WAWANCARA Agama Islam SMA Negeri 3 Tangsel JUNAEDI, S.Ag
Guru Agama Islam SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN Hal Interview Tempat Tanggal Waktu
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : : : :
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu bertugas sebagai guru Agama Islam di SMA Negeri 3
2.
Selain menjadi pendidik, guru agama Islam juga berperan sebagai pebimbing
Tangerang Selatan?
siswa. Sejauh ini bimbingan agama apa saja yang sudah di berikan oleh guru agama Islam di SMAN 3 Tangerang Selatan?
3.
Dalam Proses pembimbingan dan konseling Agama pada siswa, masalah apa saja yang di hadapi siswa?
4.
Bagaimanakah metode pendekatan yang dilaksanakan dalam hal tersebut?
5.
Dalam proses bimbingan, apakah guru agama Islam memberikan tugas-tugas yang menantang untuk siswa seperti pemberian tugas hafalan surat-surat dalam al-
Qur’an, mengikutsertakan siswa/I dalam lomba-lomba keagamaan, pemberian tugas individu dan lain sebagainya?
6.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
7.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan dalam rangka mengatasi kenakalan siswa?
8. 9.
Faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam membimbing keagamaan siswa?
10.
Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan di Sekolah ini?
Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa?
Interviewer
Fuji Astuti 106011000095
Mengetahui Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Tangsel
ABDUL AZIZ, S.Pd
PEDOMAN WAWANCARA Guru Agama Islam SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN Hal Interview Tempat Tanggal Waktu
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : : : :
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu bertugas sebagai guru Agama Islam di SMA Negeri 3
2.
Selain menjadi pendidik, guru agama Islam juga berperan sebagai pebimbing
Tangerang Selatan?
siswa. Sejauh ini bimbingan agama apa saja yang sudah di berikan oleh guru agama Islam di SMAN 3 Tangerang Selatan?
3.
Dalam Proses pembimbingan dan konseling Agama pada siswa, masalah apa saja yang di hadapi siswa?
4.
Bagaimanakah metode pendekatan yang dilaksanakan dalam hal tersebut?
5.
Dalam proses bimbingan, apakah guru agama Islam memberikan tugas-tugas yang menantang untuk siswa seperti pemberian tugas hafalan surat-surat dalam al-
Qur’an, mengikutsertakan siswa/I dalam lomba-lomba keagamaan, pemberian tugas individu dan lain sebagainya?
6.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
7.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan dalam rangka mengatasi kenakalan siswa?
8. 9.
Faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam membimbing keagamaan siswa?
10.
Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan di Sekolah ini?
Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa?
Interviewer
Fuji Astuti 106011000095
Mengetahui Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Tangsel
TARSIAH, S.Ag
PEDOMAN WAWANCARA Guru Agama Islam SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN Hal Interview Tempat Tanggal Waktu
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : : : :
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu bertugas sebagai guru Agama Islam di SMA Negeri 3
2.
Selain menjadi pendidik, guru agama Islam juga berperan sebagai pebimbing
Tangerang Selatan?
siswa. Sejauh ini bimbingan agama apa saja yang sudah di berikan oleh guru agama Islam di SMAN 3 Tangerang Selatan?
3.
Dalam Proses pembimbingan dan konseling Agama pada siswa, masalah apa saja yang di hadapi siswa?
4.
Bagaimanakah metode pendekatan yang dilaksanakan dalam hal tersebut?
5.
Dalam proses bimbingan, apakah guru agama Islam memberikan tugas-tugas yang menantang untuk siswa seperti pemberian tugas hafalan surat-surat dalam al-
Qur’an, mengikutsertakan siswa/I dalam lomba-lomba keagamaan, pemberian tugas individu dan lain sebagainya?
6.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
7.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan dalam rangka mengatasi kenakalan siswa?
8. 9.
Faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam membimbing keagamaan siswa?
10.
Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan di Sekolah ini?
Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa?
Interviewer
Fuji Astuti 106011000095
Mengetahui Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Tangsel
MUHYIDIN, S.Ag
PEDOMAN WAWANCARA Guru Bimbingan Konseling SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN Hal Interview Tempat Tanggal Waktu
: Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan : : : :
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu bertugas sebagai guru BK di SMA Negeri 3 Tangerang
2.
Dalam bentuk apa bimbingan konseling agama yang Bapak/Ibu berikan?
3. 4. 5.
Selatan?
Dalam Proses pembimbingan dan konseling Agama pada siswa, masalah apa saja yang di hadapi siswa?
Bagaimanakah metode pendekatan yang dilaksanakan dalam hal tersebut?
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
6.
Pelayanan bimbingan dan konseling Agama Islam apa saja yang telah di berikan
7.
Faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam membimbing keagamaan siswa?
8. 9.
oleh guru BK dalam rangka mengatasi kenakalan siswa?
Jenis-jenis kenakalan apa saja yang di lakukan di Sekolah ini?
Apakah pelayanan bimbingan konseling agama Islam di sekolah ini berpengaruh besar terhadap usaha mengatasi kenakalan siswa? Interviewer
Mengetahui
Guru BK SMA Negeri 3 Tangsel
Fuji Astuti 106011000095
Dra. SRI HARYATMI 19560129 198603 2 002
LEMBAR UJI REFERENSI Nama
: Fuji Astuti
NIM
: 106011000095
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: “Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan”
No
Referensi Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
1.
Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Agoes Soejanto. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta: Aksara Baru, 1990 Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Latar Berbagai Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Arikunto Suharsimi, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Dipenogoro, 2000. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Progaram Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
10. Fuad Kauma, Sensasi Remaja di Masa Puber: Dampak Negatif dan
Paraf
Alternatif Penanggulangannya, Jakarta: Kalam Mulia, 1999. 11.
H.M. Arifin., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT Terayon Press, 1994.
12. Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. 13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Hendrianti Agustina, Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri. Bandung: PT Refika Aditama, 2006. I Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV ILMU. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001. M Alisuf Sabri Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan , Jakarta: IAIN, 1992. M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Nuraida, Diktat Metodologi Penelitian (Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan), Jakarta: Aulia Publishing House, 2008. Paimun, Sari Perkuliahan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.
25. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. 26. Syafari Soma dan Hajaruddin. Menanggulangi Remaja kriminal:
Islam sebagai Alternatif, Bogor: CV Bintang Tsurayya, 1995. 27.
28.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2007.
29. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003. 30.
31.
Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: CV Haji Masagung, 1994.
32. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 33.
Zakiah Daradjat. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), Cet. XVI
Jakarta, Maret 2011 Mengetehui, Dosen Pembimbing
Drs. H. Paimun NIP. 150 012 567
PROPOSAL SKRIPSI
PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING AGAMA UNTUK MENANGGULANGI KENAKALAAN REMAJA DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN
Di susun Oleh: FUJI ASTUTI 106011000095
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
Nomor
: Istimewa
Jakarta, 22 Oktober 2010
Lamp
: 1 (satu) berkas
Hal
: Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yang Terhormat Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Assalamu’alaikum Wr. Wb Salam sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak/Ibu senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, dan selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, selanjutnya, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Fuji Astuti
NIM
: 106011000095
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul :” Peran Guru Agama Islam dalam
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Agama untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan” sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal skripsi, out line, daftar pustaka sementara.
Demikian surat ini saya ajukan, semoga Bapak/Ibu Dosen berkenan menerima judul skripsi ini. Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih. Wassalam Wr.Wb Dosen Seminar Proposal Skripsi
Pemohon
Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag NIP. 19580918 198701 2 001
Fuji Astuti NIM 106011000095
Mengetahui, Dosen Penasehat Akademik
Dr. Akhmad Shodiq, M.Ag NIP. 19710709 199803 1001