IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 3 TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
Disusun oleh: ASIH SUMIASIH NIM : 103018227356
JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Rahmat dan Karunia-Nyalah yang telah menghantarkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu dicurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya. Proses pembelajaran manusia yang berlangsung selama seumur hidup, tentu membutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Begitu juga halnya dengan penulis, menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan perjuangan yang berat. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tentu adalah berkat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati yang paling dalam penulis haturkan ucapan terima kasih khususnya kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, baik secara edukatif maupun administratif sejak awal hinga akhir perkuliahan. 2. Drs. Rusydi, Ketua Jurusan Kependidikan Islam yang telah menyediakan sarana kepada penulis. 3. Drs. Mu’arif SAM. M.Pd., Ketua Program bidang studi Manajemen Pendidikan, yang telah memberikan dan meluangkan waktunya untuk melayani mahasiswa/mahasiswi Manajemen Pendidikan. 4. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd., dosen pembimbing, yang begitu perhatian terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bahkan beliau dengan sabar meminta penulis untuk melakukan bimbingan dengan menelpon penulis. Terima kasih penulis haturkan. 5. Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi, selaku penguji I dan Drs. Salman Tumanggor, M.Pd, selaku penguji II.
6. Dosen-dosen dan seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan keramahtamahan dalam melayani kebutuhan penulis dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Petugas perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas yang melayani penulis dalam mencari bahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Kepala MTs Serpong Tangerang Banten, Bapak Ahmad Marzuki, yang senantiasa bersedia meluangkan waktu dalam memenuhi kebutuhan penulis, baik mengenai data maupun kesediaan dalam wawancara. 9. Kepala Sekolah dan guru-guru BK SMAN 3 Tangerang Selatan, yang bersedia untuk meluangkan waktu untuk penulis wawancarai, serta kesediaan beliau untuk menyediakan segala kebutuhan penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini. 10. Kepada ayahanda penulis, Bapak Nano beserta istri, terima kasih telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu lebih banyak lagi di perguruan tinggi. Tanpa usaha dan doa kedua orang tua, penulis belum tentu bisa menyelesaikan pendidikan dan menjadi seorang sarjana. 11. Untuk teman-teman penulis: Indah Sumaya, Defri Ramdhani, yang banyak meluangkan waktu dengan penulis untuk sama-sama menyelesaikan penulisan
skripsi
ini
dan
melakukan
bimbingan
dengan
dosen
pembimbing. Demikian penggalan kata dari saya, semoga ilmu yang saya miliki ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan agama, khususnya untuk penulis sendiri. Penulis sangat mengharapkan adanya masukan dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, Maret 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu hasil perabadan manusia yang mengangkat standar kehidupan adalah sekolah. Dengan adanya lembaga tersebut, seseorang bisa dengan cepat mempelajari segala sesuatu, sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam sekolah terdapat berbagai peraturan dan kurikulum yang harus diikuti oleh para siswa agar dapat menyelesaikan masa belajarnya dengan hasil yang memuaskan. Dalam lembaga sekolah terdapat struktur organisasi yang memudahkan bagi setiap anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya. Mulai dari kepala sekolah, hingga penjaga gedung sekolah yang perannya tentu saja tidak bisa dianggap remeh. Salah satu unsur yang terdapat dalam sekolah adalah guru. Tugas guru yang utama adalah dengan segala macam cara yang dapat dilakukannya membantu murid agar ia dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan menurut kurikulum. 1 Ada guru yang menguasai berbagai bidang keilmuan, namun ada juga guru yang hanya menguasai beberapa bidang saja, bahkan hanya satu bidang 1
Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985), Cet. I, h. 75
keilmuan. Selain keberadaan guru yang selama ini bertugas untuk menyampaikan berbagai pengetahuan kepada para siswa, sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini juga terdapat guru BK (bimbingan dan konseling). Guru BK tidak sama dengan guru yang mengajarkan suatu bidang keilmuan, melainkan tugasnya adalah memberikan berbagai bimbingan dan penyuluhan kepada para siswa sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh para siswa tersebut. Bimbingan dan konseling merupakan layanan kepada peserta didik (student service), layanan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik akan optimal, jika difokuskan pada pengembangan pribadi, sosial dan pemecahan masalah individual. Aspek pribadi dan sosial berkenaan dengan pemahaman dan pengembangan karakteristik, potensi dan kecakapan-kecapakan yang dimiliknya, baik intelektualnya, sosial, fisik motorik maupun afektif emosional. Aspek pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan perencanaan dan upaya-upaya penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Aspek pengembangan karir menyangkut perencanaan dan persiapan-persiapan untuk memasuki dunia kerja. 2 Para siswa sekolah lanjutan, yakni lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan lanjutan tingkat atas (SLTA) menjadi perhatian utama dari pelayanan bimbingan, sehingga bimbingan identik dengan remaja. Hal ini karena dengan adanya bimbingan, seorang individu akan memperoleh kesadaran bukan hanya tentang siapa dirinya tetapi juga hendak jadi apa ia nantinya (through guidance the inviduals achieves awareness not only of who he is but of who he can become). 3 Pada rentang usia tersebut, manusia berada dalam masa remaja. Pada masa ini, seorang remaja mengalami berbagai kondisi yang membuatnya labil. Proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tentu membutuhkan penyesuaian. Proses tersebut bisa berjalan dengan baik dan bisa juga berjalan 2
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling; Pengantar Pengembangan & Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. Ke-1, h. 1 3 Bruce Shertzer and Shelley C. Stone, Fundamentals of Guidance, (Boston: Houghton Mifflin Company, 1971), 2nd Edition, h. 41
dengan buruk. Proses peralihan atau pubertas dianggap baik bila sang remaja tidak melakukan berbagai tindakan yang dapat mengganggu orang lain maupun dirinya sendiri. Selain itu juga sang remaja melakukan berbagai aktivitas yang dapat berguna baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, jika proses peralihan tersebut berlangsung tidak baik, maka akan timbul yang namanya kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, tindak kriminal, dan lain sebagainya. Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya. 4 Sekolah diharapkan dapat meminimalisir buruknya proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja tersebut. Hal ini tentu bukan sesuatu yang mudah, mengingat waktu yang dihabiskan oleh seorang siswa di sekolah lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan di rumah maupun lingkungan sekitarnya. Beberapa lembaga pendidikan berusaha mengatasi hal tersebut dengan menerapkan sistem full day school, atau siswa berada di sekolah satu hari mulai dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Selain itu ada juga yang menerapkan pendidikan 24 jam di bawah pengawasan guru, yang dikenal dengan sebutan pesantren. Salah satu bentuk usaha sekolah dalam memberikan pengawasan dan juga bimbingan kepada para siswa adalah guru BK. Guru ini diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada para siswa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Namun, apakah keberadaan guru BK di sekolah cukup berperan? Keberadaan guru BK memang penting, terutama dengan kondisi para siswa 4
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling; dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: Refika Aditama, 2006). Cet. I, h. 1
yang mempunyai banyak permasalahan seiring dengan kemajuan zaman. Mulai dari masalah kesulitan dalam memahami pelajaran, masalah pergaulan dalam lingkup sekolah, pergaulan dalam lingkungan rumah, masalah keluarga, dan lain sebagainya. Berbagai masalah tersebut jika dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi siswa dalam belajar, sehingga tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu saja akan menghasilkan para siswa yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan lembaga pendidikan itu sendiri. Agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar, diperlukan adanya program bimbingan dan konseling yang baik. Salah satu aspek program layanan bimbingan dan konseling adalah perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. 5 Berangkat dari permasalahan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul: “Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di SMAN 3 Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang ada di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan? 2. Apakah kepala sekolah berperan dalam perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan? 3. Bagaiamana guru BK merencanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah? 4. Bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan? 5
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Refika Aditama, 2006), h. 39
5. Program bimbingan dan konseling apa saja yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan? C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari kekeliruan tentang masalah yang penulis kemukakan, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada program bimbingan konseling yang terdiri dari: pelayanan dasar, pelayanan responsif, pelayanan perencanaan individual, dan dukungan sistem di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. 2. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka dianggap perlu adanya perumusan masalah agar pembahasan menjadi lebih terarah dan tidak meluas. Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajerial bimbingan konseling, sedangkan tujuan khusus yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui program-program kegiatan bimbingan dan konseling. 2. Untuk mengetahui implementasi program BK. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat implementasi program BK.
D. Metode Penelitian Untuk menunjang penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi kepustakaan (library research), melalui studi kepustakaan penulis mengumpulkan dan menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan masalah pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling.
Sedangkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah, penulis menggunakan studi lapangan (field research) yaitu dengan mengadakan penelitian di SMAN 3 Tangerang Selatan.
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Adapun sistematikanya terdiri dari 5 bab yang masing-masing terdapat sub-sub, yaitu: BAB I
Pendahuluan, bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
Kajian Teori dan Kerangka Berfikir, bab ini berisi teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang meliputi pengertian bimbingan dan konseling, fungsi-fungsi bimbingan dan koseling, prinsip-prinsip bimbingan dan konseling serta ruang lingkup bimbingan dan konseling. Kerangka berfikir
BAB III
Metodologi Penelitian, meliputi tempat dan waktu penelitian, manfaat penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV
Hasil penelitian, yang terdiri dari program dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem.
BAB V
Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bila ditinjau dari segi sejarah perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di Indonesia, maka sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan terjemahan dari guidance and conseling. Secara etimologi, kata ‘bimbingan’ merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti ‘menunjukkan, membimbing, menuntun, atau membantu. 6 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian, tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Bimbingan dalam bahasa Indonesia diartikan: 1. Petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, tuntunan, pimpinan, 2. Kata pendahuluan, kata 6
Hallen, A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-2, h. 1
pengantar, bimbingan kejuruan berarti layanan dan penyuluhan serta bimbingan karier kejuruan yang diberikan oleh sekolah menengah kejuruan kepada calon siswa dan tamatannya, bimbingan massal berarti sistem penyuluhan pertanian secara massal yang bertujuan meningkatkan produksi pertanian. 7 Attia Mahmoud Hana mengartikan bimbingan sebagai suatu proses teknis yang teratur, bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyesuaian yang cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya serta membuat rencana untuk mencapai penyelesaian tersebut, dan menyesuaikan diri terhadap suasana baru yang membawa kepada penyesuaian itu. 8 Definisi yang lebih lengkap dan mewakili definisi-definisi lainnya adalah seperti yang diungkapkan oleh I. Djumhur bahwa: Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya, sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dan bantuan ini diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.9 Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Rochman Natawijaya, sebagaimana yang dikutip oleh Syamsu Yusuf, mengartikan bimbingan sebagai: Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan masyarakat dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada 7
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-3, h. 152 8 Attia Mahmoud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I, penterjemah Zakiah Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintaing, 1978), Cet. Ke-1, h. 53 9 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1981), Cet. Ke-24, h. 28
umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. 10 Sedangkan konseling adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara bersemuka (face to face) dalam wawancara antara konselor dan konseli. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar klien dapat mengenali diri sendiri, menerima diri sendiri secara realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unit dalam konseling dapat membantu individu membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. 11 M. Burks, Jr dan Buford Stefflre, sebagaimana yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi merumuskan konseling sebagai berikut: Konseling adalah suatu proses yang learning-oriented atau suatu proses yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara seorang dengan seorang, di mana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis. Konselor harus berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagiamana memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk memperoleh tujuantujuan hidup yang lebih realistis, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih berbahagia dan lebih produktif. 12 Setelah dikemukakan pengertian bimbingan dan konseling (BK) di atas, maka jika diperhatikan pada dua kata tersebut masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan. Kesamaan keduanya yaitu sama-sama proses pemberian bantuan terhadap seseorang atau sekelompok orang, sedangkan perbedaannya ialah penyuluhan merupakan salah satu metode dalam bimbingan. Dengan demikian pengertian bimbingan lebih luas dari pengertian penyuluhan. Lalu pada penyuluhan telah ada masalah yang tertentu yaitu 10
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 6 11 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Prehanlindo, 2001), h. 116 12 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Ruaian Ringkas), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. I, h. 13
masalah yang dihadapi oleh klien. Sedangkan pada bimbingan lebih bersifat prefentif, dalam arti bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah. Dengan demikian penyuluhan lebih bersifat korektif atau kuratif. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan diberikan kepada seseorang yang memerlukan bantuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya oleh seorang pembimbing yang harus memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.
2. Fungsi-fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Berikut
ini penulis
menguraikan aspek-aspek
program layanan
bimbingan dan konseling: a. Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling Perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. b. Implementai tugas guru pembimbing Tugas pokok guru pembimbing harus dijabarkan ke dalam programprogram kegiatan. Program-program tersebut perlu lebih dahulu disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan merupakan wujud nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling terhadap siswa asuh. c. Pengorganisasian bimbingan dan konseling Beberapa personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah di antaranya adalah kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator guru pembimbing, guru pembimbing, staff administrasi, guru mata pelajaran, wali kelas. d. Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling Hendaknya di sekolah disediakan ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, dan segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. e. Pengadministrasian kegiatan bimbingan dan konseling Administrasi
diadakan
untuk
membuat
pelaksanaan
layanan
bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan secara teratur dan mencapai tujuan. Tanpa adanya administrasi yang baik, teratur dan mantap maka proses pelaksanan layanan bimbingan dan konseling tidak akan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. f. Pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling Pengarahan merupakan suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Sedangkan dalam kegiatan supervisi bimbingan, supervisor hendaknya menerima saran-saran dari para konselor permasalahan-permasalahan kurikulum,
dalam
perubaghan
penyesuaian kurikulum
bagi
hubungannya dan siswa,
dengan
pengembangan memasukkan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi beberapa siswa atau semua siswa ke dalam program sekolah. Adapun penilaian dilakukan sebagai segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. 13 Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut ialah: a. Fungsi pemahaman Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. b. Fungsi pencegahan Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya
atau
terhindarnya
peserta
didik
dari
berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. c. Fungsi pengentasan Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Istilah pengentasan dipakai untuk mengganti isitlah “fungsi kuratif atau fungsi terapeutik” dengan arti “pengobatan atau penyembuhan” yang berorientasi bahwa peserta didik yang dibimbing itu (atau klien/konseli) adalah orang yang “sakit”; serta untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang berkonotasi bahwa peserta didik yang dibimbing (atau klien/konseli) adalah orang yang “tidak baik” atau “rusak”. d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagia potensi dan kondisi
13
Nurihsan, Strategi Layanan..., h. 55-57
positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantab dan berkelanjutan. 14 Fungsi-fungsi tersebut
diwujudkan
melalui diselenggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi itu. Setiap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi. Adapun Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan menjelaskan 8 fungsi bimbingan, yaitu: a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). b. Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. f. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa). g. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan skeolah, atau norma agama. 15
14
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 7-8 15 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan…., h. 16-17
Tohirin menambahkan satu fungsi lagi yaitu fungsi advokasi dimana melalui fungsi ini dapat membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. 16 Fungsi bimbingan dan konseling dapat dikatakan untuk memberikan kepercayaan diri kepada murid agar dapat menjadi pribadi yang percaya diri dan menyadari segala potensi yang dimilikinya, sehingga murid dapat mengoptimalkan potensinya tersebut agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. Tujuan BK tidak bisa terpisah dari tujuan lembaga pendidikan (sekolah), karena bimbingan berperan memperlancar usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Koestoer, ada beberapa hal yang menjadi tujuan bimbingan di sekolah, yaitu: a.
Membantu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan
b.
Membantu murid untuk mencapai tujuan dengan baik
c.
Membantu murid untuk dapat mengatasi kesuksesannya
d.
Membantu murid di dalam mengembangkan kemampuannya
e.
Membantu murid dalam pemilihan pekerjaan maupun jurusan
Sedangkan I. Djumhur dan Moh. Surya mengemukakan beberapa uraian mengenai tujuan pelayanan bimbingan di sekolah ke dalam empat pelayanan tujuan pelayanan bimbingan bagi murid: Murid dapat mengembangkan motifnya dalam belajar dan dapat memberikan dorongan pada dirinya sehingga memperoleh kepuasan pribadi. Tujuan pelayanan bimbingan bagi sekolah: Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu menyusun dan menyelesaikan data
murid
yang
bermacam-macam,
sehingga dapat
menyelenggarakan program testing bagi guru dan murid. Tujuan pelayanan bimbingan bagi guru:
16
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 50
Tujuan ini diharapkan dapat membantu guru dalam memahami para siswa dan dapat terlibat dalam program pendidikan. Tujuan pelayanan bagi orang tua: Agar orang tua dapat memahami/mengerti permasalahan yang dialami oleh anaknya dan dapat membina hubungan baik antara orang tua dan sekolah sehingga program pendidikan dapat tercapai dengan baik. Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah berhasil tidaknya tergantung dari bagaimana pelaksanaan bimbingan itu sendiri, untuk itu ada beberapa tujuan tentang bimbingan di sekolah antara lain: a. b. c. d. e. f.
Menyusun dan menyesuaikan data tentang murid yang bermacammacam. Sebagai penengah antara sekolah dan masyarakat. Mengadakan penelitian tentang murid dan latar belakangnya. Menyelenggarakan program testing, baik untuk keperluan seleksi maupun penempatan (placement). Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan. Menyelenggarakan penelitian lanjutan terhadap murid-murid yang telah meninggalkan sekolah. 17
Keempat hal tersebut merupakan tujuan yang pertama dan utama dalam pelayanan bimbingan di sekolah, tujuan tersebut tertuju pada siswa sebagai individu yang diberikan bantuan, tetapi sebenarnya tujuan bimbingan tidak tertuju pada siswa saja tetapi juga pada masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling itu sendiri adalah untuk membantu murid atau klien agar dapat menjalani proses pendidikannya dengan baik dan benar sehingga kelak di kemudian hari dapat memanfaatkannya menjadi sebuah kelebihan yang dapat mempermudah jalan hidupnya ke arah yang lebih baik.
3.
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Yang dimaksud prinsip-prinsip BK di sini adalah hal-hal yang dapat
menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling, seperti halnya
17
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan…, h. 30-31
dalam memberikan pengertian mengenai bimbingan dan penyuluhan, maka di dalam mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan ini masingmasing para ahli mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri untuk meletakkan titik berat permasalahannya. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. Uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber, yang menyangkut empat prinsip, yaitu: a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan: Yaitu sebuah bimbingan dan konseling yang melayani semua individu tanpa membedakan satu sama lain dengan beraneka ragam tingkah laku individu yang unik dan dinamis. b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu Yaitu bimbingan dan konseling yang memperhatikan kondisi mental individu karena disebabkan adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya. c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Yaitu sebuah program bimbingan konseling yang harus diselaraskan dengan program pendidikan di mana program tersebut harus fleksibel dengan kebutuhan individu. d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan Yaitu suatu bimbingan konseling diharapkan dapat mengembangkan individu yang akhirnya siswa tersebut mampu mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi melalui bantuan dari guru pembimbing dan orang tua.18 Dari bebarapa pendapat para ahli tentang prinsip-prinsip bimbingan dan konseling maka penulis mengambil kesimpulan bahwa setiap individu baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak, remaja, ataupun dewasa, bahkan orang tua dapat memperoleh bimbingan dan konseling bila memerlukan, karena pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak membedakan antara suku, agama, ras, serta orang kaya dan orang miskin.
18
Hallen. A., Bimbingan…, h. 64-65
Sedangkan Peters dan Farwell, sebagaimana yang dikutip oleh Syamsu Yusuf, mencatat 18 prinsip khusus bimbingan di lingkungan sekolah, yaitu sebagai berikut: a. Bimbingan ditujukan bagi semua siswa b. Bimbingan membantu perkembangan siswa ke arah kematangan c. Bimbingan merupakan proses layanan bantuan kepada siswa yang berkelanjutan dan terintegrasi d. Bimbingan menekankan berkembangnya potensi siwa secara maksimum e. Guru merupakan co-fungsionaris dalam proses bimbingan f. Konselor merupakan co-fungsionaris utama dalam proses bimbingan g. Administrator merupakan co-fungsionaris yang mendukung kelancaran proses bimbingan h. Bimbingan bertanggung jawab untuk mengembangkan kesadaran siswa akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan mempelajarinya secara efektif i. Untuk mengimplementasikan berbagai konsep bimbingan di perlukan program bimbingan yang terorganisasi dengan melibatkan pihak administrator, guru dan konselor j. Bimbingan perkembangan membantu siswa untuk mengenal, memahami, menerima, dan mengembangkan dirinya sendiri k. Bimbingan perkembangan berorientasi kepada tujuan l. Bimbingan perkembangan menekankan kepada pengambilan keputusan m. Bimbingan perkembangan berorientasi masa depan n. Bimbingan perkembangan melakukan penilaian secara periodik terhadap perkembangan siswa sebagai seorang pribadi yang utuh o. Bimbingan perkembangan cenderung membantu perkembangan siswa secara langsung p. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada individu dalam kaitannya dengan perubahan kehidupan sosial budaya yang terjadi q. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada pengembangan kekuatan pribadi r. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada proses pemberian dorongan. 19 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip yang harus dipegang dalam
pelaksanaan
bimbingan
dan
konseling
adalah
dengan
cara
memperhatikan prinsip-prinsip yang menghormati hak privacy murid atau klien dengan tetap mengutamakan sikap keterbukaan sebagai salah satu cara
19
Syamsu Yusuf dan A. Jantiko N., Landasan…., h. 19-20
untuk memberikan nasihat dan anjuran yang dapat menolong masalah yang dihadapi oleh murid maupun klien.
4.
Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling a. Tugas Pokok Guru BK Sebelum menjelaskan tugas pokok guru BK, perlu diamati terlebih dahulu ketentuan tentang perlu adanya guru BK di sekolah. Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negeri Nomor: 0433/P/1993 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu guru BK dengan rasio satu orang guru BK untuk 150 orang siswa. b. Penyelenggaraan Kegiatan-kegiatan Bimbingan dan Konseling 1) Empat bidang bimbingan Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Pelaksanaan programprogram itulah yang menjadi wujud nyata dari diselenggarakannya kegiatan BK di sekolah. 2) Tujuh jenis layanan a) Layanan orientasi Layanan ini terdiri dari orientasi umum sekolah yang dimasuki, orientasi kelas baru dan cawu baru, orientasi kelas terakhir dan cawu terakhir. b) Layanan informasi Dalam layanan ini terdapat berbagai macam informasi, seperti: informasi pengembangan diri, kurikulum dan proses belajar mengajar, pendidikan tinggi, jabatan, dan kehidupan keluarga, sosial
kemasyarakatan,
keberagaman
lingkungan. c) Layanan penempatan dan penyaluran
sosial-budaya
dan
Layanan ini meliuputi penempatan di dalam kelas, penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar, dan penempatan dan penyaluran ke dalam program yang lebih luas. d) Layanan pembelajaran Layanan ini meliputi pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar
yang
baik,
pengembangan
keterampilan
belajar,
pengajaran perbaikan, program pengayaan. e) Layanan konseling perorangan f) Layanan bimbingan kelompok g) Layanan konseling kelompok. 20 3) Lima kegiatan pendukung a) Instrumentasi BK b) Himpunan data c) Konferensi kasus d) Kunjungan rumah e) Alih tangan kasus. 21 c. Pengawasan, Pembinaan dan Pengembangan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan. Fungsi kepengawasan layanan
bimbingan
antara
lain
memantau,
meningkatkan,
dan
mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di sekolah. Menurut Depdiknas pengawasan dimaksudkan untuk mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode atau alat tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Jika kita simak di atas dapat dipahami bahwa pengawasan adalah usaha mengamati keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas atau fungsifungsi yang telah ditetapkan dengan memberikan pengarahan, pembinaan 20 21
A. Halen, Bimbingan…, hal. 81-88 A. Halen, Bimbingan …, hal. 89-93
disertai contoh dan masukan-masukan kepada guru pembimbing sehingga jelas terlihat sejauh mana efektif dan efisienkah pencapaian tujuan.
5.
Program Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu proses untuk
mengetahui tercapai atau tidak tercapainya tujuan bimbingan dan konseling tersebut, maka diperlukan evaluasi dari diselenggarakannya bimbingan dan konseling ini. Evaluasi adalah upaya menelaah atau menganalisa program layanan bimbingan dan konseling yang telah dan sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan secara khusus dan program pendidikan di sekolah. 22 Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: a. Program dasar bimbingan, diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang. b. Pelayanan responsif, merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. c. Perencanaan individual, diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. d. Dukungan sistem, merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (teknologi dan komunikasi) dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, 22
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007), h. 347
yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. 23
B. Kerangka Berpikir Implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah dapat terlaksana jika ada kerjasama antara guru BK dan siswa/siswi yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan sebagai sebuah layanan, bimbingan dan konseling membutuhkan dua belah pihak, di mana pihak pertama sebagai konselor berusaha memberikan bantuan dan pelayanan kepada pihak kedua sebagai konseli. Dengan kerjasama yang baik antara konselor dan konseli, maka program bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar. Program-program
bimbingan
dan
konseling
yang
nantinya
akan
diimplementasikan, terlebih dahulu direncanakan oleh guru BK. Dalam proses perencanaan program tersebut, kepala sekolah, guru bidang studi, wali kelas, juga dilibatkan dalam pembuatannya. Pelibatan berbagai pihak dimaksudkan untuk memberikan masukan yang konstruktif demi sempurnanya program-program tersebut.
23
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling; Pengantar Pengembangan & Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. Ke-1, h. 8-9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang penulis jadikan objek dalam penelitian ini berlokasi di SMAN 3 Tangerang Selatan yang berlokasi di Jalan Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai 2 Kode Pos 15416 Telp. (021) 74633772 Pamulang – Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama enam bulan terhitung sejak bulan Februari 2009 – Agustus 2010
B. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Memberikan entry point guna perbaikan
implementasi program
bimbingan dan konseling di SMAN 3 Tangerang Selatan. 2. Menambah wawasan dan literatur mengenai kajian implementasi program bimbingan dan konseling. 3. Meningkatkan pelaksanaan bimbingan dan konseling berdasarkan empat layanan di SMAN 3 Tangerang Selatan. 4. Mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok guru BK di SMAN 3 Tangerang Selatan.
5. Meningkatkan upaya penyusunan, pembinaan dan pengembangan kegiatan BK di SMAN 3 Tangerang Selatan. C. Metodologi Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatna penelitian kualitatif dengan jenis penggunaan metode deskriptif.
D. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah guru bimbingan dan konseling di SMAN 3 Tangerang Selatan. Dalam penelitin ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. jadi, pengumpul data yang telah diberi penjelasan oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. 24 Dalam pengambilan sampel, penulis berpedoman kepada pendapat Suharsini Arikunto, bahwa jika subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua. 25 Dalam hal ini penulis menggunakan sampel menyeluruh artinya, keseluruhan populasi dijadikan responden penelitian. Sampel penelitian untuk siswa sebanyak 20 orang dan untuk guru sebanyak 4 orang. Adapun wawancara dilakukan terhadpa guru dan kepala sekolah.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis mengumpulkan instrumen penelitian antara lain: a. Observasi Yaitu mengadakan pengamatan dan penelitian secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diamati dan dilaksanakans ecara langsung 24
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-7, h. 63 25 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 134
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan BK di SMAN 3 Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini penulis memilih untuk melakukan pengamatan tanpa peranserta, yaitu pengamat hanya melakukan fungsi pengamatan saja. 26 b. Interview Dalam hal ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kepala Sekolah dan guru BK secara lisan dan mendengarkan secara langsung keterangan-keterangan yang diberikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
wawancara
dengan
pendekatan
petunjuk
umum
wawancara, yaitu pendekatan yang mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. 27 c. Studi dokumentasi Studi dokumentasi ini untuk mengetahui penyelenggaraan BK, tugas pokok guru BK, penyusunan, pengawasan dan pengembangan BK. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen resmi internal yang berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. 28
F. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan penafsiran data deskriptif semata-mata, yaitu analis menerima dan menggunakan teori dan rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin ilmu. Dengan hasil 26
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosakarya, 2010), Cet. Ke-28, h. 176 27 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 187 28 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 219
analisis data, analis menafsirkan data itu dengan jalan menemukan kategorikategori dalam data yang berkaitan degnan yang biasanya dimanfaatkan dalam disiplin atau dalam cara bercakap-cakap. Atas dasar itu, penulis menyusunnya dengan jalan menghubungkan kategori-kategorinya ke dalam kerangka sistem kategori yang diperoleh dari data.29 Teknik ini digunakan penulis dalam menganalisis data pelaksanaan manajemen BK SMAN 3 Tangerang Selatan dengan menyebar angket kepada guru BK. Selain itu penulis menggunakan teknik deskriptif untuk menggunakan data yang menggunakan wawancara kepada kepala sekolah, observasi dan studi dokumentasi mengenai penyelenggaraan BK, tugas guru BK, penyusunan, pengawasan dan pengembangan kegiatan BK di SMAN 3 Tangerang Selatan. Kemudian disimpulkan dan dianalisis permasalahan yang terkait dari kesimpulan tersebut untuk kemudian disusun berbagai pemikiran dan perumusan mengenai pelaksanaan manajemen BK di SMAN 3 Tangerang Selatan.
29
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 257
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Profil SMA Negeri 3 Tangerang Selatan 1. Nama Sekolah
: SMA 3 Kota Tangerang Selatan
2. Nomor Statistik Sekolah
: 3.010E+11
3. Alamat Sekolah a. Jalan
: Benda Timur XI Pamulang Permai 2
b. Desa/Kelurahan
: Benda Baru
c. Kecamatan
: Pamulang
d. Kabupaten/Kota
: Tangerang Selatan
e. Propinsi
: Banten
f. Kode Pos
: 15416
g. Telepon/ Fax
: 021 7633772/ 021 74633772
h. e-mail
: smna3
[email protected]
i. Website
: http://www.onepam.com/ http://smanpa1.blogspot.com
4. Kepala Sekolah a. Nama
: Drs. H. Sujana, SH
b. Telepon Rumha
:
c. HP
: 08128052123
d. email
:
[email protected]
5. Koordinator Pelaksana RSBI
2.
a. Nama
: Dra. Yuniati
b. Telepon Rumah
: 021 74633652
c. HP
: 081310792164
d. email
:
[email protected]
Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Pada sekitar tahun 1987 daerah tersebut masih dianggap sebagai bagian kabupaten Pamulang Ciputat (bukan terpisah sub-distrik). Pada waktu itu penduduk juga sedang dibangun perumahan skala besar yang cantik Pamulang II. Ditambahkan Ciputat kepadatan penduduk kabupaten, khsuusnya di daerah sekitar Pamulang juga membutuhkan peningkatan sarana pendidikan, terutama SMA. Untuk bantuan dari berbagai pihak dan rekomendasi dari pemerintah kabupaten Tangerang (Surat Persetujuan Penggunaan Lahan Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/1988. Tanggal 2 Juli 1988) akhirnya Indah II Pamulang pengmbang perumahan setujun untuk beberapa tanah untuk membangun sekolah. Di atas lahan seluas 4.870 m2 dibangun sebuah sekolah dan mulai pada 17 Oktober 1991 bernama SMA Negeri 2 Ciputat Filial (kelas jauh) yang dipimpin oleh Ibu Hj. Siti Aisyah, BA (alm) dengan pelaksana harian Drs. A. Rifaie Sirath. Itu hanya sebesar 12 kelas I kelas empat, empat kelas II dan III kelas empat. Pada sekitar tahun 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah di mana wilayah Pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri yaitu kecamatan Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tidak cocok lagi karena berada di wilayah kecamatan Pamulang. Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA 2 Ciputat filialberubah nama menjadi SMA Negeri 1 Pamulang, namun SK ini ditanda tangani baru pada bulan Juni 1992 dan menjadi landasan berdirinya SMA Negeri 1 Pamulang
yaitu bulan Juni 1992 (makna simbolik logo SMAN 1 Pamulang 6 akar tangkai, 9 mahkota bunga dan 2 kelopak bunga). Sejak berdirinya Kota Tangerang Selatan pada tahun 2008, dengan Kota Tangerang Selatan Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2009 tetntang mengubah nama sekolah di tingkat sekolah dasar negeri (SDN), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah tinggi di tanah (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK N) di lingkungan pemerintah kota Tangerang Selatan. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2009 merubah nama SMA N 1 Pamulang menjadi SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang dipimpin oleh Drs. H. Sujana, M.Pd.
3.
Visi dan Misi
Visi SEKOLAH TERUNGGUL BERWAWASAN NASIONAL DAN BERSAING SECARA INTERNASIONAL
Misi a. Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya bangsa serta implementasinya dalam kehidupan nyata. b. Menumbuhkan semangat prestasi kepada semua warga sekolah. c. Menumbuhkan sikap belajar sepanjang hayat bagi warga sekolah. d. Melaksanakan rasa aman dan menyenangkan dalam lingkungan sekolah. e. Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien yang berbasis global (berbasis ICT) yang berpijak pada budaya bangsa. f.
Menumbuhkan pribadi yang berkualitas, mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas.
g. Menumbuhkan semangat kepedulian terhadap lingkungan sosial, fisik, dan kultural budaya nasional. h. Mengembangkan potensi dan kreativitas warga sekolah yang unggul dan mampu bersaing baik di tingkat regional, nasional maupun internasional. i.
Mengembangkan kurikulum berbasis lingkungan.
j.
Menumbuhkan kebiasaan membaca, menulis dan menghasilkan karya.
k. Menerapkan Information and Communication Technology (ICT) dan Bhs. Internasional dalam proses pembelajaran dan pengelolaan sekolah. l.
Menyediakan sarana prasarana yang berstandar internasional.
m. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan lembaga terkait.
4.
Jumlah Siswa
Jumlah siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan pada tahun ajaran 2010/2011 sebaganyak 888 siswa dengan perincian siswa kelas X (sepuluh) sebanyak 271 siswa, kelas XI (sebelas) 281 siswa, dan kelas XII (dua belas) sebanyak 336. Adapun rombongan belajar dari total jumlah siswa di SMA Negeri 3 Tangerang sebanyak 26. Berikut ini tabel jumlah siswa/siswi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Kelas
Tahun Ajaran 2010/2011 ∑ Siswa
∑ Rombel
X
271
9
XI IPA
205
7
XI IPS
76
2
XII IPA
205
6
XII IPS
131
2
888
26
XI Bahasa
XII Bahasa Jumlah
5.
Sarana dan Prasarana Sekolah
Sebagai sebuah lembaga pendidikan negeri, SMA Negeri 3 Tangerang Selatan memiliki sarana dan prasarana sekolah yang menunjang proses belajar mengajar. Keberadaan sarana dan prasarana sekolah tersebut ditujukanuntuk menunjang proses belajar mengajar bagi seluruh siswa, agar
merasa nyaman dan konsentrasi dalam mempelajari berbagai mata pelajaran di sekolah. Selain itu, disediakan juga sarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler siswa, sebagai salah satu aktivitas pilihan. Selain sarana utama seperti ketersediaan ruang belajar yang sesuai jumlahnya dengan jumlah siswa, SMA Negeri 3 Tangerang Selatan juga didukung dengan keberadaan 5 buah laboratorium, yaitu laboratorium bilogi, fisika, kimia, computer dan bahasa. Dengan adanya 5 buah laboratorium ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami materi mata pelajaran tidak hanya dari teks buku, melainkan bisa juga melakukan penelitian maupun pengamatan di laboratorium-laboratorium yang ada. Fasilitas Sekolah
Tenaga Pendidik Dalam penyelenggaraan pendidikan, tenaga pendidik adalah salah satu faktor yang penting. Dengan tenaga pendidik yang berkualitas, diharapkan dapat menyampaikan berbagai mata pelajaran yang ada dengan sebaik mungkin, sehingga para siswa dapat menyerapnya. Kualitas tenaga pendidik menjadi salah satu penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan. SMA Negeri 3 Tangerang memiliki tenaga pendidik yang sangat kompeten di bidangnya. Dengan jumlah total 70 tenaga pendidik, hanya ada dua guru yang berijazah D3. Sebanyak 63 tenaga pendidik adalah sarjana lulusan strata satu, dan 5 guru yang berijazah strata dua. Masing-masing mata pelajaran diampu oleh guru yang berkompeten di bidangnya, sehingga membuat penyampaian materi dapat berlangsung dengan baik, dan siswa Program Dasar Bimbingan Dalam implementasi program-program kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, para guru BK mempersiapkannya dengan mengadakan perencanaan kegiatan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan program BK dapat berlangsung dengan baik, dan siswa mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya dari para guru BK sesuai dengan program yang sudah direncanakan sebelumnya.
Perencanaan program-program kegiatan BK diadakan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dalam perencanaan tersebut juga dilakukan analisa terhadap program yang ada. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Koordinator guru BK SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, Dra. Hj. Efi Rosita kepada penulis: “Sebelum tahun ajaran baru, kita berkumpul menyiapkan apa yang harus kita lakukan. Kemudian melakukan analisa terhadap program tersebut. Sehingga sebelum tahun ajaran baru dimulai dan para siswa masuk sekolah, kita para guru BK sudah siap. Perencanaan program BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan selesai pada tanggal 8 Juni 2009, dimana pada tanggal tersebut kita sudah mendapatkan tanda tangan dari kepala sekolah. Ini lebih awal dibandingkan dengan 2010. Pada saat liburan kita juga sangat sibuk dengan berbagai urusan seperti mengurusi anak yang mutasi ke sekolah lain, yang naik kelas, pendaftaran ulang, pemilihan jurusan dan lain sebagainya. Itu adalah sebagian kerjaan kita di saat musim libur dan awal tahun. Jadi ketika siswa libur, bukan berarti kita juga libur. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, kita juga memberikan bantuan kepada mereka yang ingin masuk perguruan tinggi. termasuk juga persiapan pelaksanaan program ke depan.”_
Hal tersebut dibenarkan oleh Suherman, S.Pd., guru pembimbing di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Menurutnya, dalam rapat dengan guru BK beserta guru-guru lain dan kepala sekolah, program yang akan dilaksanakan selama setahun di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan sudah disetujui oleh Kepala Sekolah. Dalam program tersebut sudah mencakup seluruh program harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan. Sebagaimana yang diungkapkan kepada penulis: “Program BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan untuk satu tahun ke depan sudah kami persiapkan sebelumnya. Persiapan tersebut melalui rapat yang diadakan dengan guru-guru lain dan juga kepala sekolah. Dalam program ini sudah mencakup seluruh program harian, mingguan, bulanan, semesteran dan juga tahunan. Jadi selama setahun itu, semua kegiatan dan aktivitas BK di sekolah kami sudah terencana dengan baik.”_
Apa yang disampaikan oleh Dra. Hj. Efi Rosita tersebut sesuai dengan pernyataan teori yang telah penulis jabarkan di bab dua, dimana teori tersebut menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dalam
pelaksanaan
program
BK,
ada
beberapa
perbedaan
dalam
penyampaiannya. Bagi mereka yang masih duduk di kelas X (sepuluh), sosialisasi program BK dilakukan dengan cara klasikal. Para siswa saat diterima di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, mereka diberi tes IQ, potensi diri, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian Yang umum klasikal, kalau yang ditentukan itu kelas 1, dengan cara tes IQ, menggali potensi diri, bagaimana dulu di SMP. Awal masuk kita sudah tes anak dengan tes IQ. Di sini sebelum anak masuk sekolah, sudah tes IQ. Orientasi diadakan untuk memasyarakatkan BK. Pelayanan individual, ada tes IQ dengan memanggil BK. Dulu di SMP, ada ketakutan terhadap BK. Di sini kita mensosialisasikan, tes IQ sekaligus menggali potensi anak. Kita sudah bisa membaca diri, seperti kita lakukan sekarang dengan mendata ulang. Kita rekap hasil tes tersebut, termasuk psikotes. Anak dapat satu-satu, nanti data pribadi, minat, ketekunan belajar, ada di sini. Berikutnya, mereka yang datang. Face to face, diawali di kelas satu, selanjutnya ketika mereka sudah paham, mereka datang sendiri._
Hal ini diperkuat oleh Dra. Hj. Sri Haryatmi, guru pembimbing BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Menurutnya, program BK di sekolah tersebut disesuaikan dengan jenjang kelas para peserta didik. Dengan adanya perbedaan ini, diharapkan para siswa dapat memahami dan mengerti tentang berbagai program BK yang ada. Sehingga, dengan demikian dalam perjalanan mereka selama menempuh pendidikan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, dapat berjalan dengan baik. Segala permasalahan yang nantinya akan dihadapi oleh para siswa, dapat dibantu penyelesaiannya oleh para guru BK. Seperti yang diungkapkan oleh Dra. Hj. Sri Haryatmi kepada penulis:
“Dalam menyusun program BK, kami menyesuaikannya dengan kelas peserta didik. Seperti misalnya kalau siswa baru masuk sekolah, mereka akan diberikan pengertian dan pemahaman apa itu fungsi dan tujuan diadakannya BK di sekolah ini. Dengan begitu, diharapkan nantinya para siswa ini saat menjalani pendidikan di tahun-tahun berikutnya dapat berjalan dengan baik. Jika mereka mengalami permasalahan, mereka tahu ke mana harus mengadukannya dan mencari jalan keluarnya. Pada saat siswa masih di tingkat pertama, kami berikan kepada mereka tes IQ, orientasi BK, minat dan bakat, dan lain sebagainya. Hal ini untuk memberikan masukan kepada kita tentang kondisi anak. Sehingga, nantinya akan dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan kepada mereka jika menghadapi masalah.”_
Program dasar bimbingan, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Zikri Neni Iska, dapat dilihat dari program BK SMA Negeri 3 Tangerang Selatan berikut ini: Menetapkan pemberian bantuan: Penyuluhan Membantu memecahkan masalah yang dialami siswa yaitu masalah pribadi Siswa yang bermasalah Petugas BK Dua buah kursi Tape recorder Sesuai dengan masalah yang dihadapi Ruangan khusus BK Bimbingan Kelompok Membantu masalah siswa, memecahkan masalah melalui kelompok Siswa yang ikut bimbingan kelompok Petugas BK Bahan khusus Diskusi Tanya-jawab Ruangan BK Ruangan kelas Pengajaran perbaikan Membantu siswa yangmengalami kesulitan belajar supaya mencapai prestasi belajar siswa yang diharapkan Siswa yang mengalami kesulitan belajar Guru bidang studi Bahan-bahan khusus Diskusi Tanya-jawab Ruangan khusus Ruangan kelas Bimbingan khusus belajar Agar siswa dapat mengetahui cara belajar yang baik Seluruh siswa Guru bidang studi Guru BK Bahan-bahan khusus Diskusi Tanya-jawab Pembagian tugas kelas Pemberian informasi tentang:
Cara belajar yang baik Tata krama Penjurusan Kurikulum 1994 Informasi SMU, PT jabatan Siswa yang dapat merubah tingkahlaku yang kurang baik dan mempunyai wawasan yang lusa tentang pendidikan sekarang dan masa depannya Seluruh siswa Petugas BK Wali kelas Guru bidang studi Media informasi cetak buletin Ceramah Diskusi Kelas Lapangan Ruangan BK Dari tabel di atas, dapat dilihat tentang jenis-jenis bantuan yang diberikan oleh guru BK kepada para siswa/siswi di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Pada bantuan pertama, yaitu penyuluhan, diharapkan memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah pribadi yang sedang mereka hadapi. Guru BK berusaha semaksimal mungkin agar para siswa yang memiliki masalah pribadi dapat diberkan solusi, saran, nasihat, yang membantu para siswa dalam mencari jalan keluar masalah tersebut. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Dra. Hj. Efi Rosita: Kita punya sosial matrik, pemetaan anak di kelas, dengan cara memberikan angket kepada mereka untuk diisi lalu kita kumpulkan untuk mendapatkan informasi yang sifatnya pribadi. Dengan data tersebut, kita dapat mengetahui beberapa jenis permasalahan yang dihadapi oleh siswa/siswi. Selain itu, kita juga mendapatkan informasi masalah yang dihadapi oleh siswa melalui guru, baik itu wali kelas, maupun guru bidang studi. Dari wali kelas misalnya, diperoleh saat masuk kelas, anak-anak sudah paham, mereka akan tuliskan apa masalah mereka. Nah, siswa/siswi yang memiliki masalah-masalah tersebut nanti kita prioritaskan untuk memberikan bantuan kepadanya, sesuai dengan masalah yang dihadapi._
Pelaksanaan program dasar bimbingan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, sebagaimana telah dijelaskan di atas, dilakukan dengan berdasarkan programprogram yang sudah dibuat sebelum tahun ajaran baru dimulai. Program dasar bimbingan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan antara lain penyuluhan kepada seluruh siswa/siwi yang baru masuk. Program ini ditujukan untuk memberikan pengertian kepada para siswa/siswi baru, agar mereka mengetahui bahwa pihak sekolah menyediakan bantuan bagi siapapun yang mengalapi masalah pribadi. Dengan adanya program penyuluhan ini, jika dikemudian hari siswa/siswi mendapatkan permasalahan yang sulit untuk mereka pecahkan, mereka sudah tahu harus mengadu ke mana. Sehingga harapannya nanti, tidak ada lagi siswa yang malas belajar atau masuk sekolah karena memiliki masalah yang menganggu mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Suherman, S.Pd kepada penulis: “Salah satu program yang kami jalankan tiap tahunnya adalah memberikan penyuluhan kepada para siswa/siswi yang baru masuk sekolah. Mereka kami berikan berbagai pengertian dan fungsi kedudukan guru Bimbingan dan Konseling di sekolah. Penyuluhan ini memiliki tujuan agar para siswa/siswi mengetahui bahwa pihak sekolah menyediakan semacam tempat curhat bagi segala permasalahan yang mereka hadapi. Dengan demikian, diharapkan siswa tidak akan lagi merasa bingung kalau mendapat masalah harus mengadu ke mana. Dengan
adanya
penyuluhan
ini,
maka
siswa
dapat
menjalani
proses
pendidikannya di tahun-tahun yang mendatang dengan baik. Kalau tidak ada penyuluhan, mereka nanti tidak akan tahu keberadaan kami. Lalu mereka menganggap
bahwa
pihak
sekolah
tidak
memiliki
kepedulian
dengan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa.”_ Penjelasan lebih lanjut disampaikan oleh Dra. Harsining. Menurutnya, tujuan pelaksanaan program dasar bimbingan berupa penyuluhan adalah memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang keberadaan guru BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Sebagaimana yang diuraikan kepada penulis:
“Inti dari pelaksanaan program dasar bimbingan berupa penyuluhan adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang keberadaan kami. Kalau dari awal saja mereka tidak tahu bahwa ada guru BK di sekolah, merekananti akan bingung kalau mengadukan permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. Ini kan nati akan membawa dampak yang negatif dalam kegiatan belajar siswa. Makanya di awal tahun kami memberikan penyuluhan kepada mereka tentang keberadaan BK di sekolah.”_
Program bimbingan dasar selanjutnya adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok ini dilakukan dengan mengadakan bimbingan per kelas yang dijadwalkan secara rutin. Menurut Dra. Hj. Efi Rosita, tujuan diadakannya bimbingan kelompok di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan adalah untuk menanyakan permasalahan yang dihadapi oleh siswa secara berkelompok. Bimbingan yang dilakukan secara kelompok ini dilakukan demi efisiensi waktu, dengan tidak mengesampingkan bimbingan individu. Seperti yang dijelaskan kepada penulis: “Kami di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan mengadakan bimbingan kelompok dengan jadwal yang rutin. Kami melakukannya per kelas.”_
Berikut ini adalah salah satu contoh silabus Bimbingan dan Konseling yang ditujukan untuk kelas X (Sepuluh): Bidang Bimbingan Kompetensi Dasar Materi Pelayanan BK Kegiatan Keterangan Layanan Pendukung Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 PRIBADI Memiliki sikap, kebiasaan dan ketrampilan belajar yang efektif dan efisien serta produktif dengan sumber belajar yang lebih bervariasi. Motivasi Berprestasi Pengertian motivasi Filosofi motivasi Teori motivasi Motivasi intrinsik/ekstrinsik Motivasi berprestasi Informasi Konseling kelompok
Konseling individu APIN Non Tes : Hasil diskusi tentang motivasi Motivasi intrinsik/ekstrinsik LAISEG Kesimpulan diskusi
LAIJAPEN Hasil diri motivasi diri
LAIJAPING Prestasi/hasil dari motivasi Alokasi Waktu : Februari, minggi II-III
Sumber Belajar : Modul BK kelas X tahun 2006
Pihak yang terlibat : Orang tua Guru bidang studi Wali kelas
Pelayanan Responsif Jenis layanan yang kedua adalah pelayanan prioritas. merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Pada jenis layanan ini, siswa/siswi yang membutuhkan solusi atau bantuan terhadap masalah yang mereka hadapi dalam jangka waktu yang sesegera mungkin. Kami akan datang ke rumah siswa/siswi kalau anak yang memiliki masalah atau bermasalah kita panggil tidak datang. Masalah-masalah yang biasanya dilaukan oleh siswa/siswi seperti sering bangun kesiangan, terlambat masuk sekolah, di
mana hal-hal tersebut merupakan masalah besar di sekolah ini sehingga kami harus sesegera mungkin mencari akar permasalahan yang ada di dalam diri siswa. Dengan mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh siswa/siswi, kami berharap hal-hal tersebut tidak terjadi lagi. Kita tidak bisa begitu saja memarahi siswa/siswi yang terlambat, tanpa tahu penyebab dari keterlambatan tersebut. Terutama jika frekuensi keterlambatan anak sudah semakin sering._
Sebagai salah satu bentuk pelayanan responsif, guru BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan berusaha untuk memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh para siswa. Salah satu permasalahan tersebut adalah keterlambatan yang sering dilakukan oleh siswa. Untuk mengatasi masalah ini, guru BK memberikan kiat-kiat yang tepat kepada para siswa agar di kemudian hari hal tersebut tidak terulang kembali. Sedangkan untuk sanksi yang diberikan oleh guru BK terhadap siswa/siswi yang datang terlambat datang ke sekolah, hukuman yang diberikan adalah berjenjang. Sebagaimana yang diuraikan oleh Efi Rosita, jika sudah tiga kali siswa tersebut terlambat datang ke sekolah, maka orang tua siswa akan dipanggil ke sekolah untuk diajak berdiskusi tentang anaknya yang sering terlambat tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan dari guru BK SMA Negeri 3 Tangerang Selatan: Terlambat jam pertama tidak boleh masuk. Kalau sudah tiga kali terlambat, kita akan panggil orang tua dengan catatan, anak-anak ini harus memberikan telepon ke kita, setelah nyambung teleponnya baru kita pulangkan. Di kasih surat, terus pulang, sampai orang tuanya tahu anaknya dipulangkan. Orang tuanya juga kadang kita panggil ke sekolah, kalau tidak datang juga, kita kunjungi ke rumah. Itu merupakan salah satu layanan kita. Itu sudah sering kita lakukan._
Kemudian penulis menyakan perihal proses pembuatan program-program BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil jawaban yang penulis peroleh dari wawancara, diketahui bahwa program-program BK yang ada di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan merupakan hasil kerja keras para guru BK dibantu
dengan para guru yang ada dan kepala sekolah. Program yang dihasilkan dari kolaborasi ini ada yang berupa program bulanan, semester, tahunan dan lain sebagainya. Berikut ini penjelasan dari salah satu guru BK: Ini hasil karya kita. Sekarang dituntut setiap guru BK. Kepala sekolah juga ikut campur. Karena kepala sekolah termasuk guru BK juga. 6 jamnya mengajar BK. Ada program bulanan, semester, tahunan, silabus, layanan, programnya apa, ada semua. Buku hariannya ada, panduan ada. Hari ini apa saja yang kita kerjakan, siapa aja yang dipanggil, semuanya ada. Satuan kunjungan rumah, daftar hadir guru BK ada. Satuan kegiatan pendukung, surat panggilan. Karena kita sudah ISO, jadi apa-apa semuanya harus tertulis. Di sini kelihatan, nilainya berapa, tes IQ nya berapa, penjurusannya apa._
Perencanaan Individual Perencanaan ini diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Sekarang tidak ada kenalan yang prinsip. Dulu mungkin. Kalau sekarang sudah tidak nggak. Saya dari tahun 1993 sudah di sini. Dulu kelasnya masih satu lantai, lapangan masih rumput. Siswa yang datang, adalah siswa yang tidak diterima ke mana-mana. Sebelumnya masih filial, dari SMA I Ciputat. Sekarang kenakalan anak-anak, bermain di kelas. Kita sosialisasikan ke orang tua tentang semangat belajar. Kita bikin surat perjanjian bagi mereka yang ingin terus berada di kelas yang diinginkan. Kalau tidak bisa menepati, nanti kita evaluasi kembali._ Tentang keberadaan kepala sekolah, Efi Rosita menjelaskan bahwa hal tersebut disesuaikan dengan kondisi siswa itu sendiri. Karena anak-anak sudah memahami peraturan yang ada di sekolah, maka keberadaan kepala sekolah jarang diperlukan. Dengan kata lain, anak-anak dipersilahkan bertemu dengan kepala sekolah jika mereka menginginkannya. Tapi dalam keadaan biasa, mereka tidak harus bertemu dengan kepala sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang guru BK SMA Negeri 3 Tangerang Selatan:
Kepala sekolah hanya sebatas diperlukan. Karena anak-anak sudah paham tentang peraturan sekolah. Kalau memang anaknya perlu ketemu kepala sekolah, kita silahkan. Tapi kalau cukup ketemu kita, ya tidak perlu ke kepala sekolah._
Berikut ini adalah program tahunan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan: Smt Materi Pokok Alokasi Waktu (Minggu) Jumlah Jampel SEKOLAH Orientasi diri Orientasi sekolah Fasilitas sekolah Struktur organisasi sekolah Mengenal personil sekolah Visi dan misi sekolah
Hak, Kewajiban Siswa dan Tata Tertib Sekolah Hak dan kewajiban siswa Tata tertib sekolah
PEMAHAMAN DIRI Mengenal diri, siapa saya ? Potensi diri secara psikologis
KONSEP DIRI Mengenal diri sebagai awal sukses kehidupan Konsep diri Konsep diri positif dan negatif
NILAI-NILAI KEHIDUPAN Pengertian nilai-nilai kehidupan Pentingnya nilai-nilai kehidupan
1 ORIENTASI
EKSPLORASI POTENSI DASAR UNTUK BELAJAR Paradigma belajar sepanjang hayat Tanggung jawab dalam belajar Keajaiban otak kita Intellegensi/potensi intelektual Bakat/aptitude Minat Kreativitas
EVALUASI DIRI SETIAP WAKTU Pengertian evaluasi diri Evaluasi prestasi akademis Evaluasi sikap dan perilaku Evaluasi kegiatan keimanan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi bimbingan dan konseling berdasarkan BK Pola 17 di SMAN 3 Tangerang Selatan berlangsung dengan sangat baik. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil akhir pengolahan data yang dilakukan menunjukkan nilai presentase sebesar 92,5 %. Dengan adanya data ini dapat dikatakan bahwa para guru BK di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan sudah mengimplemetnasikan bimbingan dan konseling berdasarkan BK Pola 17 dengan kriteria baik. 2. Adapun pelaksanaan tugas pokok guru BK dan Kepsek dalam kegiatan BK sudah berjalan seperti yang telah disebutkan dalam program. Dari siswa yang menjadi responden, 85% di antaranya menyatakan selalu ada kegiatan bimbingan konseling di sekolah. Kepala sekolah juga merupakan guru BK, sehingga sangat mempedulikan keberlangsungan bimbingan dan konseling terhadap para siswa dan ikut dalam penyusunan, pengawasan
dan dan pengembangan kegiatan BK. kepala sekolah menyempatkan diri untuk mengunjungi ruangan BK dan menanyakan perkembangan serta hal-hal apa saja yang dapat dibantu oleh kepala sekolah. Hal ini terlihat dari jawaban para guru BK yang menjadi responden, 100% menyatakan bahwa kepala sekolah mengawasi kegiatan BK dan selalu membina dan mengarahkan kegiatan BK. B. Saran-saran Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya perluasan ruangan BK untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Hal ini mengingat kapasitas ruangan BK tidak mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah siswa di SMAN 3 Tangerang Selatan. 2. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai keberadaan layanan BK. Mengingat image yang melekat di siswa bahwa hanya siswa yang bermasalah saja yang harus mendatangi ruangan BK. Sehingga dengan demikian, siswa yang ingin berkonsultasi mengenai permasalahan mereka, dapat dengan leluasa menyampaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12 Djumhur, I. dan Surya, Moh., Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1981, Cet. Ke-24 Gunawan, Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Prehanlindo, 2001 Hana, Attia Mahmoud, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I, penterjemah Zakiah Darajdat, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet. I Hallen. A., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2005, Cet. Ke-3 Iska Zikri Neni, Bimbingan dan Konseling; Pengantar Pengembangan & Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien, Jakarta: Kizi Brother’s, 2008, Cet. Ke-1 Kartono, Kartini, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, Jakarta: Rajawali, 1985 Moelong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosakarya, 2010, Cet. Ke-28 Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan & Konseling; dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: Refika Aditama, 2006 Cet. I -------, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Refika Aditama, 2006 Shertzer, Bruce and Stone, Shelley C., Fundamentals of Guidance, Boston: Houghton Mifflin Company, 1971, 2nd Edition Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. Ke-7 Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Desak P.E. Nila, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Teori Konseling (Suatu Ruaian Ringkas), Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, Cet. Ke-1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-3
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007 Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika, Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-2 Wawancara: Dra. Hj. Efi Rosita, hasil wawancara, Pamulang, tanggal 02 Agustus 2010 Suherman, S.Pd., hasil wawancara, Pamulang, tanggal 02 Agustus 2010 Dra. Harsining, hasil wawancara, Pamulang, tanggal 02 Agustus 2010 Dra. Hj. Sri Haryatmi, hasil wawancara, Pamulang, tanggal 02 Agustus 2010