EVALUASI PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : NANI MAYADIANTI NIM : 104018200677
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 M
ABSTRAK Nani Mayadianti, Nim: 104018200677, Evaluasi Program Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Skripsi dibawah bimbingan Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan untuk mengevaluasi program kelas akselerasi yang telah diselenggarakan selama 7 tahun terakhir. Penelitian meliputi 4 Dimensi, Yaitu dimensi Konteks, Masukan, Proses, Produk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kelas akselerasi yang dikelola SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah terselenggara dengan baik, dalam melayani kebutuhan siswa cerdas dan berbakat istimewa. Dari ke-empat dimensi tersebut, dimensi masuk dan produk berada dalam kategori sangat baik, dan dimensi konteks serta proses berada dalam kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan bahwa program akselerasi harus dilanjutkan pelaksanaannya karena mampu memberikan pelayanan bagi siswa yang tergolong cerdas istimewa dan berbakat istimewa. Pada proses seleksi dan penerimaan calon siswa kelas akselerasi, pihak sekolah harus lebih selektif, dan harus sesuai dengan standar kualifikasi siswa cerdas istimewa dan berbakat istimewa.
iii
KATA PENGANTAR
السالم عليكن ورحمة اهلل وبركاته Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, Penulis panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah – Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhoi oleh Allah. Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas dukungan yang diberikan pada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydy Zakaria M.Ed, M.Phill, Ketua Jurusan Kependidikan Islam, serta Fauzan MA, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Muarif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 4. Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen Pembimbing yang memberikan saran produktif dan kritik membangun dalam penyelasaian skripsi ini. 5. Drs. H. Nurochim, MM, Dosen Penasehat Akademik. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu pengetahuan, bimbingan, pengalaman, motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan.
iv
7. Kepala SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Maryono, SE, M.M.Pd, serta Koordinator Program Kelas Akselerasi Ibu Hj. Eni Subekti, S.Pd, M.Pd, atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian. 8. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas fasilitas dan layanan yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini. 9. Untuk Kedua orang tua tercinta, “Papa” H. Didi Heryanto dan “Mama” H. Umayah (Almh), “Ibu” Khoiriyah yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan moriil maupun materiil kepada penulis. Maaf Kalau Ananda sedikit terlambat Lulus nya. 10. Untuk Adik-adik ku tercinta Eva Riyatussholihah, Imam Ahmad Nurkholis, Fadia Fikriyatunnuha, terima kasih atas do’a, kasih sayang dan segala dukungan yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 11. Untuk Anggriawan Pranata yang selalu ku sayang, yang sabar mendengarkan keluh kesah ku dan menemani penulis dalam segala hal, terima kasih atas cinta dan kasih sayang, Thank You Soo Much. 12. Teman-teman “Seperjuangan” KIMP ’04 B, Iin, Bu Haji Iie, Uphe, Rani, Afif, Dede, Atni, Nia, Mumu, Lulu, Pipit, Ule, Naila, Nurhayati, Zumaroh Mangaph Man, Coax, Abenk, Rohim, Zamzam, Lukman, Faisal, Arif, Jaway, Pawpaw, Zaki, Fadli, Kang Irfan, Eko, Encep, Arofah, Insan. Teman-Teman KIMP ’06, Retya, Syafrina, Siti Nurseha, Jeung Papah, Vivi, Ipah, Reta, semoga semua sukses dan jadi orang yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, Aamiin. 13. Segenap Senior dan Junior KI – Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 14. Serta kepada semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya, teruskan perjuangan “Man jadda wajada”
v
Penulis berharap, skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membutuhkannya khususnya penulis sendiri, rekan-rekan mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 23 Juni 2011 Penulis
NANI MAYADIANTI
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................
ii
ABSTRAK ……………………….....…………….....…………….............................
iii
KATA PENGANTAR ………………………...……....………...…………………..
iv
DAFTAR ISI ……………………………………...……....…...…………………….
vii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ………….…...……......….…………..........….
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah …………………………....................
1
B.
Identifikasi Masalah ………………………………………......
6
C.
Pembatasan Masalah ...……………………………..................
8
D.
Perumusan Masalah ...……………………....………………....
8
E.
Fokus Penelitian ........................................................................
9
F.
Tujuan Penelitian .......................................................................
9
G.
Manfaat Penelitian ……………………………………….........
9
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A.
B.
Evaluasi Program 1.
Pengertian Evaluasi Program ...………………..................
11
2.
Tujuan Evaluasi Program .……………………………......
13
3.
Model-Model Evaluasi Program ………………………....
15
Program Akselerasi 1.
Pengertian Program Akselerasi .................…………….....
20
2.
Tujuan Program Akselerasi ................................................
27
3.
Aspek – aspek Program Akselerasi 1) Aspek Filosofis Program Akselerasi .............................
28
2) Aspek Psikologis Program Akselerasi ..........................
30
3) Aspek Empiris Program Akselerasi ..............................
31
4) Aspek Yuridis Program Akselerasi ...............................
33
vii
C.
BAB III
BAB IV
Bentuk Program Akselerasi ................................................
35
5.
Waktu Tempuh Belajar Program Akselerasi ......................
37
6.
Standar Kualifikasi Siswa Program Akselerasi ..................
37
7.
Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi ............
38
Kerangka Konseptual ................................................................
49
METODOLOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
51
B.
Metode Evaluasi …………………………………....................
51
C.
Teknik Pengambilan Sampel .....................................................
51
D.
Teknik Pengumpulan Data …………......…………………..…
52
E.
Teknik Pengolahan Data ..……………………………….........
52
F.
Teknik Analasis Data ...............................……………….........
53
G.
Tabel Perencanaan Evaluasi ..............……………………........
55
H.
Instrumen Penelitian ..................................................................
57
HASIL PENELITIAN A.
BAB V
4.
Gambaran Umum Objek Penelitian ..........................................
60
1. Sejarah Sekolah ....................................................................
60
2. Latar Belakang Penyelenggaraan Kelas Akselerasi .............
61
3. Proses Penerimaan Siswa Baru Program CI-BI Akselerasi
62
B.
Deskripsi Data ……….....…...………………………………...
66
C.
Analisis dan Interpretasi Data .…………………….……….....
85
PENUTUP A.
Kesimpulan …………...………………….....…………...…….
95
B.
Saran .............………………………………….…………........
97
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
98
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL hlm Gambar 1
Mekanisme Permohonan Penyelenggaraan Program Akselerasi
40
Gambar 2
Faktor Pendukung Sumber Daya Pendidikan
41
Tabel 1
Perencanaan Evaluasi Program Akselerasi.
56
Tabel 2
Kisi-Kisi Angket.
58
Tabel 3
63
Tabel 4
Penerimaan Siswa Baru Program Kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2010 / 2011. Sosialisasi Tujuan Program Kelas Akselerasi.
Tabel 5
Sosialisasi Sasaran Program Akselerasi.
67
Tabel 6
Kenyamanan Ruang Kelas.
67
Tabel 7
Kelayakan Laboratorium.
67
Tabel 8
Ketidaklayakan Perpustakaan.
68
Tabel 9
68
Tabel 10
Ketidaklayakan Ruang BK. Ketidaklayakan Tempat Ibadah.
Tabel 11
Professionalisme Guru Kelas Akselerasi.
69
Tabel 12
Professionalisme Petugas Laboratorium.
70
Tabel 13
Professionalisme Pustakawan.
70
Tabel 14
Ketidakprofesionalan Guru BK.
71
Tabel 15
Ketidakmampuan Sekolah Mengelola Program Akselerasi
71
Tabel 16
Program Pembelajaran Tersendiri/Khusus Kelas Akselerasi.
71
Tabel 17
Ketidaknyamanan Lingkungan Sekolah.
72
Tabel 18
Kesiapan Dana Sekolah Untuk Pelaksanaan Kelas Akselerasi.
72
Tabel 19
72
Tabel 23
Pengelolaan Waktu Program Kelas Akselerasi. Ketidakmampuan Sekolah dalam Penyelenggaran Penerimaan Siswa Baru. Uji Berkas Penerimaan Siswa Baru. Pelaksanaan Tes Masuk (Tes Akademik, Tes Psikologi dan Tes Kesehatan). Persetujuan/kesediaan orang tua siswa.
Tabel 24
Perbedaan SPP antara kelas akselerasi dengan kelas regular.
74
Tabel 25
Perbedaan jadwal pendaftaran program antar wilayah.
75
Tabel 26
Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran.
76
Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22
ix
66
69
73 73 74 74
Tabel 27
76
Tabel 30
Kemampuan guru mengatur waktu setiap mata pelajaran. Kemampuan guru menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai. Ketidakmampuan guru menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian tugas, PR, dan kuis pada setiap pertemuan.
Tabel 31
Pelaksanaan Ulangan Harian.
78
Tabel 32
Pelaksanaan Ujian Tengah Semester.
79
Tabel 33
Pelaksanaan Ujian Akhir Semester.
79
Tabel 34
Pengawasan oleh Kepala Sekolah.
79
Tabel 35
Pengawasan oleh Komite Sekolah.
80
Tabel 36
Kesempatan menyampaikan kritik/masukan. Efek program kelas akselerasi terhadap kemampuan berkompetisi. Peningkatan Prestasi Akademik Siswa. Manfaat Program dalam Memudahkan Siswa Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Manfaat Program Kelas Akselerasi dalam Membantu Siswa Memilih Program Lanjutan. Kerjasama sekolah dengan orang tua siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran. Manfaat Pemberian Jadwal Tambahan. Ketepatan Program Akselerasi Bagi Siswa CI-BI.
80
Distribusi Frekuensi Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Evaluasi Program Kelas Akselerasi Dilihat Dari Dimensi Program. Profil guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Nilai Mata Pelajaran Siswa Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran 2010/2011. Nilai Ujian Nasional Siswa Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran 2010/2011.
84
Tabel 28 Tabel 29
Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40 Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48
x
77 77 78
81 81 82 82 83 83 84
85 87 93 94
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2
Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3
Lampiran 4
Surat Pengantar Wawancara Dengan Koordinator Program Kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Berita Wawancara dan Hasil wawancara Dengan Koordinator Program Kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Lampiran 5
Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 6
Profil SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Panduan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru Program CI-BI
Lampiran 7
Akselerasi (Percepatan Belajar) SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2011/2012
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Leger Sementara Semester VI Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran 2010/2011 Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran 2010/2011 Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun (Angkatan I – Angkatan V) Angket Tentang Evaluasi Program Kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Lampiran 12
Hasil Rekap Jawaban Angket
Lampiran 13
Hasil Hitungan Perdimensi Kisi-kisi Angket
Lampiran 14
Surat Pengajuan Judul Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelas akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan wadah kepada peserta didik yang berbakat dan cerdas istimewa agar dapat mempercepat pendidikan mereka. Baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Depdiknas, yang menyatakan bahwa: Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan wadah kepada peserta didik yang berbakat dan cerdas istimewa yang diidentifikasi oleh tenaga profesional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja tinggi ditunjukan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam salah satu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area kemampuan yang ditunjukan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan visual.1
1
Departemen Pendidikan Nasional, Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa (Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009), hlm. 7.
1
2
Sedangkan U.S Office Of Education, sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar, mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah: “Anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor (seperti olahraga).”2 Departemen Pendidikan Nasional, menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu: 1) Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya. 2) Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya. 3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa. 4) Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik. 5) Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3 Namun, seperti halnya penetapan kebijakan yang selalu menimbulkan pro dan kontra, program akselerasi yang dikembangkan di sekolah-sekolah Indonesia, juga mengalami pertentangan. Hal ini muncul dikarenakan adanya anggapan bahwa program akselerasi hanya memperlebar jurang kesenjangan 2
Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat : Suatu Studi Penjajakan, (Jakarta:PT. Rajawali, 1998), hlm. 6-7. 3 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, (Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009), hlm.10.
3
antar siswa. Sebagian kalangan menganggap pihak sekolah terlalu memberikan pelayanan super spesial kepada siswa-siswa berbakat, sementara siswa yang berada dalam tahap normal hanya diberikan pelayanan seperti pelayanan pendidikan sewajarnya. Pihak sekolah juga dinilai tidak memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan anak didik di luar lingkungan siswa berbakat. Keadaan ini menimbulkan segelintir pertanyaan, apakah program akselerasi yang dicanangkan pemerintah ini akan benar-benar meningkatkan mutu pendidikan yang akhirnya akan memunculkan sumber daya manusia yang kompetitif? Apakah program akselerasi ini akan tepat sasaran dalam mengklasifikasikan anak berbakat yang akan masuk dalam kelas percepatan belajar ini? Atau kah dalam pelaksanaannya nanti akan terjadi penyimpangan seperti penyalahgunaan kelas akselerasi yang tadinya ditujukan untuk anak berbakat menjadi kelas percepatan belajar bagi anak-anak yang kaya, bukan untuk anak-anak yang memiliki kecerdasan istimewa? Hal ini coba dijawab oleh para praktisi pendidikan dengan membuka program akselerasi (percepatan belajar) di sekolahnya seperti Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan4, Lab School Rawamangun5, SMA Negeri 1 Pamulang6, SMP Negeri 3 Tangerang Selatan7 dan lain sebagainya. Dari semua penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program akselerasi yang dikembangkan oleh pemerintah dan pihak sekolah sudah berjalan dengan baik dan benar-benar efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang pada akhirnya akan menghasilkan output dan sumber daya manusia yang terkualifikasi dan mampu bersaing di dunia internasional. Dan sekolah yang dipilih penulis untuk menjadi objek penelitian adalah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
4
Akses internet, http://smaia1.alazhar.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=60, 3 Agustus 2011. 5 Akses internet, http://smplabschoojkt.blogspot.com/2008/03/kelas-akselerasi.html, 3 Agustus 2011. 6 Akses internet, http://iisnurhayati.wordpress.com/2009/09/28/sman-1-pamulang/, 3 Agustus 2011. 7 Akses internet, http://smpn3tangsel.com/viewpage.php?page_id=2 , 3 Agustus 2011.
4
Setiap program yang disusun berdasarkan rencana dan tujuan yang terarah selayaknya memiliki kegiatan evaluasi yang dapat memberikan jawaban apakah program itu berhasil mencapai sasaran atau tidak, khususnya mengenai pendidikan anak berbakat atau Program Percepatan Belajar. Evaluasi adalah penetapan mengenai seberapa jauh sebuah program mencapai sasaran-sasarannya. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1976 ini mengalami perkembangan dan peningkatan yang signifikan. Setelah berjalan sekitar 28 tahun atau tepatnya pada tahun 2004 sekolah ini membuat sebuah kebijakan dalam program peningkatan mutu sekolah mereka, yaitu program kelas akselerasi. Adapun visi dan misi yang dijalankan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Visi: (1) Terunggul dalam prestasi, (2) Teladan dalam bersikap dan bertindak, (3) Konsisten dalam menjalankan ajaran agama. Dan Misi : (1) Mewujudkan
peningkatan
kualitas
mutu
lulusan,
(2)
Mewujudkan
peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA dan SMKN, (3) Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air, (4) Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan, (5) Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan. (lampiran 6) Dengan misi meningkatkan kualitas mutu lulusan dan meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan, pada tahun 2004 SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memulai program kelas akselerasi. Pada saat itu sekolah yang dipimpin oleh Drs. H. Kuswanda, M.Pd memulai program kelas akselerasi dan terus berjalan hingga saat ini di bawah pimpinan Maryono, S.E.M.M.Pd dan telah memiliki 5 angkatan lulusan program kelas akselerasi (Lampiran 10, Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan). Dari 7 tahun berjalannya program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dan telah menghasilkan 5 angkatan lulusan, dapat diketahui kualitas output (lulusan) dan juga efektifitas pelaksanaan program kelas akselerasi ini dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 3
5
Tangerang Selatan. (Lampiran 10, Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan). Namun dalam pelaksanaan program akselerasi ini, ada beberapa fenomena dan permasalahan yang menurut penulis harus menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Di antaranya adalah proses penerimaan dan seleksi siswa program kelas akselerasi. Selain proses pengklasifikasian, dan pengidentifikasian siswa berbakat istimewa, serta tes masuk yang dilakukan sekolah, siswa-siswa tersebut juga harus membayar uang sekolah/SPP yang lebih dibandingkan dengan siswa kelas regular. Perbedaan biaya yang mencolok, sekitar Rp 150.000,-/bln untuk siswa kelas 7 reguler, dan Rp 300.000,-/bln untuk siswa kelas 7 akselerasi membuat program percepatan belajar ini tidak bisa dinikmati oleh semua siswa berbakat istimewa. Dengan kata lain program akselerasi hanya bisa dinikmati oleh siswa yang memiliki kecerdasan dan berbakat istimewa serta memiliki kemampuan finansial yang baik pula. Dan apakah program percepatan belajar ini dapat juga diikuti oleh siswa yang memiliki kemampuan finansial yang memadai tanpa harus diimbangi dengan kecerdasan dan berbakat istimewa untuk mengikuti program kelas akselerasi? Fenomena ini diperparah dengan perbedaan kalender pendidikan di setiap daerah. Otonomi daerah dan otonomi pendidikan menyebabkan setiap daerah menetapkan waktu yang berbeda-beda untuk tes masuk dan penerimaan siswa baru. Perbedaan ini berdampak pada kualitas input/penerimaan siswa baru di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Berada di daerah Tangerang menyebabkan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan selalu melaksanakan proses penerimaan siswa baru lebih awal dibandingkan dengan sekolah-sekolah di DKI Jakarta. Siswa-siswa yang mendaftar di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga mendaftarkan diri di sekolah-sekolah unggulan di DKI Jakarta. Dan jika mereka yang telah lulus tes masuk baik untuk program regular maupun program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga diterima di sekolah unggulan di DKI Jakarta, mereka akan lebih memilih untuk bersekolah di DKI Jakarta dibanding dengan bersekolah di SMP Negeri 3
6
Tangerang Selatan. Keadaan ini merugikan pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dikarenakan mereka kehilangan beberapa siswa yang memiliki kecerdasan dan intelegensi di atas rata-rata, serta berbakat istimewa untuk program kelas akselerasi. Dengan kata lain SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dijadikan pilihan terakhir dalam memilih sekolah, bukan menjadi pilihan utama para calon siswa yang cerdas dan berbakat istimewa dalam melanjutkan pendidikannya. Untuk dapat mengetahui apakah penyelenggaraan program percepatan belajar sudah berjalan dengan baik diperlukan suatu penilaian atau evaluasi terhadap program tersebut. Beberapa alasan tersebut yang menggugah penulis untuk meneliti di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebagai tempat penelitian skripsi. Apakah dengan adanya beberapa masalah yang muncul baik dari dalam (persepsi siswa regular tentang perbedaan pelayanan pendidikan) maupun luar sekolah (kebijakan penetapan kalender pendidikan yang berbeda di setiap daerah) serta permasalahan-permasalahan lain dapat diantisipasi pihak sekolah dalam kelangsungan program kelas akselerasi sebagai alat peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Apakah dengan keadaan seperti itu program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu berjalan dengan baik maka diperlukan evaluasi terhadap program tersebut untuk menilai apakah pelaksanaan Program Akselerasi yang diselenggarakan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui lebih lengkap, penulis mengambil judul skripsi, yaitu:
“Evaluasi
Program Kelas Akselerasi
di SMP Negeri 3
Tangerang Selatan” B. Identifikasi Masalah Pada pelaksanaan Program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, terdapat berbagai komponen yang perlu diamati dan dievaluasi untuk dijadikan sebagai bahan untuk mengetahui ketercapaian tujuan program tersebut. Pelaksanaan penelitian evaluasi terhadap program akselerasi
7
dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang mengacu pada komponen berikut, yaitu komponen konteks, komponen masukan, komponen proses, dan komponen produk. Berdasarkan komponen itu, maka dapat diidentifikasi sejumlah permasalahan terkait dengan program akselerasi, yaitu: 1. Permasalahan pada komponen konteks berkaitan dengan relevansi tujuan program akselerasi dengan kebutuhan, masalah, dan sasaran. 2. Permasalahan pada komponen masukan berkaitan dengan kualitas strategi program
yang
dibangun
dari
sejumlah
unsur
masukan
yang
dikelompokkan dalam raw input dan instrumental input. a. Bagaimana karakteristik peserta yang mengikuti program Akselerasi? Seberapa tinggi minat mereka mengikuti program akselerasi? Seberapa besar tingkat kebutuhan mereka terhadap program akselerasi? Seberapa jauh pengalaman belajar yang dimiliki calon peserta yang relevan dengan program akselerasi? b. Bagaimana mutu kurikulum SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Bagaimana mekanisme pengembangan dan penyusunan kurikulum Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Metode pengajaran apa yang diterapkan? Apa saja bahan ajar yang digunakan? Bagaimana koherensi antar komponen kurikulum kelas akselerasi? c. Bagaimana kapabilitas guru dan tenaga pendidikan yang mengajar di kelas akselerasi? d. Bagaimana kualitas sarana prasarana yang disediakan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Bagaimana tingkat ketercukupan sarana prasarana tersebut? Bagaimana tingkat kebermanfaatan sarana prasarana tersebut bagi program akselerasi? 3. Permasalahan pada komponen proses berkaitan dengan kesesuaian antara implementasi program dan rencana program akselerasi. a. Bagaimana kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas akselerasi? b. Bagaimana interaksi belajar yang terjadi di kelas akselerasi? c. Bagaimana pemanfaatan media dan sumber belajar di kelas akselerasi?
8
d. Bagaimana kinerja sekolah dalam penyelenggaraan program kelas akselerasi? 4. Permasalahan pada komponen produk berkaitan dengan hasil atau keluaran program. a. Bagaimana nilai hasil belajar peserta program kelas akselerasi? b. Bagaimana nilai hasil Ujian Nasional peserta program kelas akselerasi? c. Bagaimana perubahan sikap yang terjadi pada peserta program kelas akselerasi?
C. Pembatasan Masalah Mengingat permasalahan yang berkaitan dengan program akselerasi cukup luas, maka masalah penelitian pada penelitian evaluasi perlu dibatasi. Oleh karena itu, penelitian evaluasi dibatasi pada penilaian terhadap komponen-komponen program akselerasi yang berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan program kelas akselerasi yang bertujuan pada peningkatan mutu pendidikan. Mutu yang dimaksud di sini adalah pada penyediaan pelayanan pendidikan yang diberikan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kepada siswa/i yang cerdas istimewa atau memiliki kemampuan di atas rata-rata. Penulis memberikan batasan terkait salah satu latar belakang masalah, seputar penyelenggaraan program akselersi yang memunculkan banyak pertentangan. Apakah program seperti ini masih layak digunakan sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia? Dengan mengikuti model evaluasi CIPP, maka komponen program yang dievaluasi adalah komponen konteks, masukan, proses, dan produk.
D. Perumusan Masalah Masalah penelitian atau pertanyaan evaluasi pada penelitian evaluasi ini adalah apakah program kelas akselerasi efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan?
9
E. Fokus Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan metode riset evaluasi. Sasaran riset evaluasi adalah program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, yang meliputi: 1. Latar belakang penyelenggaraan Program Akselersi 2. Perencanaan Program Akselerasi 3. Proses penerimaan siswa baru 4. Pelaksanaan program akselerasi 5. Pengawasan/evaluasi Program Akselerasi
F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai ketepatan program akselerasi sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam hal, pelayanan pendidikan bagi siswa cerdas istimewa dan berbakat istimewa.
G. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai informasi baru yang berguna untuk meningkatkaan
mutu
dan
profesionalisme
dalam
mengelola
penyelenggaraan program pendidikan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pendidikan. 2. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini dapat memberi ide atau gagasan dalam upaya melakukan inovasi pengembangan program pendidikan dan sebagai bahan rujukan (mekanisme) penyelenggaraan program kelas akselerasi, sebagai langkah evaluasi dalam mengukur tingkat keberhasilan program kelas akselerasi, serta untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, umumnya lembaga pendidikan di Indonesia.
10
3. Bagi masyarakat, yaitu sebagai bahan rujukan (modul) jika ingin menyelenggarakan program kelas akselerasi (program percepatan belajar) dan dapat dijadikan program studi khusus sebagai langkah dunia pendidikan untuk memperhatikan masyarakat yang memiliki potensi tinggi sehingga dapat menikmati hasil dari pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi, bakat dan minat siswa dan kebutuhan semua pihak.
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang memiliki dasar kata “value”, yang berarti “menilai”.1 Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary Evaluasi adalah to form an opinion of the amount, value or quality of something after thinking about it carefully.2 yang artinya sebuah pendapat tentang nilai, jumlah atau kualitas sesuatu yang telah dipikirkan dengan matang. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.3 Worthen dan Sanders Seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menambahkan, evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur,
1
John M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet.XXVI, hlm.626. 2 A S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (New York:Oxford University Press, 2000), hlm.450. 3 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan– Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), hlm. 2.
11
12
serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.4 Selanjutnya Suharsimi mengutip Stufflebeam, menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusannya.5 Jelas Terlihat bahwa, dalam evaluasi terdapat tahap-tahap atau proses yang dilalui yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi guna melihat tingkat keberhasilan sebuah program. Dan penulis menyimpulkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencari informasi yang berguna bagi decision maker dalam mengambil keputusan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, program diartikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di ketatanegaraan, perekenomian,
dsb)
yang
akan
dijalankan.6
Suharsimi
arikunto
menambahkan bahwa program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.7 Menurut Isaac dan Michael seperti dikutip oleh Djunaidi Lababa sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Isaac dan Michael, ada tiga tahap rangkaian evaluasi program yaitu : (1) menyatakan 4
Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan– Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm.1-2. 5 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan– Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm.1-2. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), Cet.I, hlm.702. 7 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan– Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm. 3-4.
13
pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang relevan dengan penelitian dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut.8 Dari beberapa penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebuah program atau rencana sangat erat kaitannya dengan evalusi. Berhasil atau tidaknya sebuah program yang dijalankan dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan. Bahkan menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafrudin ada Empat kemungkinan kebijakan berdasarkan hasil evaluasi yaitu : (1) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan. (2) Merevisi Program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit). (3) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat. (4) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.9
2. Tujuan Evaluasi Program Dalam evaluasi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun secara prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan pelaksanaannya. Jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu (prove) maka evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve). 8
Akses Internet, http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-programsebuah-pengantar.html , 07 Oktober 2010. 9 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan– Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm. 22.
14
Implementasi program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat tingkat efektifitas program tersebut mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program. Senada dengan Suharsimi Arikunto, Fuddin menjelaskan bahwa Secara umum alasan dilaksanakannya program evaluasi yaitu; 1) Pemenuhan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya, 2) Mengukur efektivitas dan efesiensi program, 3) Mengukur pengaruh, efek sampingan program, 4) Akuntabilitas pelaksanaan program, 5) Akreditasi program, 6) Alat mengontrol pelaksanaan program, 7) Alat komunikasi dengan stakeholder program, 8) Keputusan mengenai program ; a) Diteruskan b) Dilaksanakan di tempat lain c) Dirubah d) Dihentikan Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita perlu memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari: a) What yaitu apa yang akan di evaluasi b) Who yaitu siapa yang akan melaksanakan evaluasi c) How yaitu bagaimana melaksanakannya
15
Dengan memperhatikan pada tiga unsur kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit yang dapat dievaluasi: tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur atau teknik pelaksanaan. Didalam evaluasi program pendidikan terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada keterkaitan yang erat antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi. Dan jenis program ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: a) Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output). b) Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program. c) Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.10
3. Model-Model Evaluasi Program Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabbar model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi tujuh yaitu: 11 1) Goal Oriented Evaluation Merupakan model yang paling awal muncul. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara 10
Fuddin Van Batavia, Wordpress Blog, http://fuddin.wordpress.com/2008/07/02/teorievaluasi-dengan-cipp/ 07 Oktober 2010. 11 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program PendidikanPedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm. 40-48.
16
berkesinambungan, terus-menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. 2) Goal Free Evaluation Model Dikembangkan oleh Michel Scriven. Model ini disebut juga dengan evaluasi lepas dari tujuan, tetapi bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi
hanya
lepas
dari
tujuan
khusus.
Model
ini
hanya
mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci atau perkomponen. 3) Formatif - Summatif Evaluation Model Evaluasi Formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung,
sekaligus
mengidentifikasikan
hambatan.
Dengan
diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program Evaluasi Sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. 4) Countenance Evaluation Model Dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description), dan (2) perimbangan (judgements), serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu: (1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi (transaction/process), (3) keluaran (output - outcomes). 5) CSE – UCLA Evaluation Model Ciri dari model ini adalah adanya 5 tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. Hernandez, seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menjelaskan ada 4 tahap dalam model ini, yaitu:
17
a. Needs Assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah pertanyaan yang diajukan: Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan program? Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya pelaksanaan program ini? Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini? b. Program Planning, dalam tahap ini evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. c. Formative Evaluation, dalam tahap ketiga ini perhatian terpusat pada keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam program, karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembangan program. d. Summative Evaluation, dalam tahap keempat evaluator diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program. 6) CIPP Evaluation Model Model evaluasi ini adalah model yang paling banyak dikenal, dikembang oleh Stufflebeam. CIPP merupakan singkatan dari huruf awal 4 buah kata, yaitu: a) Context Evaluation/evaluasi terhadap konteks. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.12 Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan menentukan sejauh mana tawaran ini cukup 12
Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan– Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm. 46.
18
responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi. Penilaian konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah tujuan yang ingin dicapai?”13 b) Input Evaluation/evaluasi terhadap masukan. Evaluasi terhadap masukan menyediakan informasi tentang masukan yang terpilih , butir-butir kekuatan dan kelemahan, strategi dan desain untuk merealisasikan tujuan. Evaluasi masukan dilaksanakan dengan tujuan dapat menilai relevansi rancangan program, strategi yang dipilih, prosedur, sumber baik yang berupa manusia (guru, siswa) atau mata pelajaran serta sarana prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Singkatnya masukan (input) merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.14 Dalam hal pendidikan yang dimaksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa. c) Process Evaluation/evaluasi terhadap proses. Evaluasi Proses dilaksanakan dengan harapan dapat memperoleh informasi mengenai bagaimana program telah diimplementasikan sehari- hari di dalam maupun di luar kelas, pengalaman belajar apa saja yang telah diperoleh siswa, serta bagaimana kesiapan guru dan siswa dalam implementasi program tersebut dan untuk memperbaiki kualitas program dari program yang berjalan serta memberikan
13
Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni
2011. 14
Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni
2011.
19
informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.15 Pada model ini, perhatian terpusat pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Pada model ini juga, perhatian diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksanakan sesuai dengan rencana. d) Product Evaluation / evaluasi terhadap hasil. Evaluasi produk meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program serta mengukur efektifitas program.16 Pada tahap ini perhatian terpusat pada hal-hal yang menunjukan perubahan yang terjadi. Keunggulan CIPP Evaluation Model : 1. CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteknya hingga saat proses implementasi. 2. CIPP memiliki potensi untuk bergerak diwilayah evaluasi formative dan summative sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.17 Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih menggunakan CIPP Evaluation Model sebagai acuan dalam menilai komponen-komponen program akselerasi. Penulis memilih CIPP Evaluation Model
15
Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni
2011. 16
Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni
2011. 17
Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni
2011.
20
dikarenakan penulis lebih mudah memahami dan menilai komponen program akselerasi.
B. Program Akselerasi 1. Pengertian Program Akselerasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “rancangan rencana kegiatan mengenai asas-asas, serta usaha-usaha yang akan dijalankan”.18 Dari pengertian tersebut sudah terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau manajemen dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan dalam bentuk program yang dilaksanakan secara bertahap dengan menyusun terlebih dahulu suatu rancangan rencana, asasasas dan usaha-usaha untuk diimplementasikan dilapangan. Akselerasi diambil dari kata bahasa Inggris yaitu “Accelerated” bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti dipercepat”.19 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, akselerasi diartikan “Proses mempercepat”.20 Menurut Dave Meier seperti yang dikutip Busro akselerasi dapat dilakukan jika adanya suatu objek, dalam hal ini objeknya adalah belajar, yaitu menjadi percepatan belajar/Accelerated learning. “Accelerated learning” adalah “Cara belajar yang alamiah. Akarnya telah tertanam sejak zaman kuno”.21 Ini berarti model pembelajaran akselerasi dilakukan secara alamiah sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan anak, dan pembelajaran akselerasi sudah dilakukan sejak zaman dahulu sebagai suatu gerakan modern yang mendobrak metodologi pembelajaran dan pelatihan yang dikemas dalam sebuah program pendidikan.
18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), Cet.I, hlm. 702. 19 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet.XXVI, hlm. 5. 20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 16. 21 Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), hlm. 21.
21
Ketika kata ini digunakan dalam dunia kependidikan maka dikenal dengan istilah program akselerasi. Program ini sendiri ditujukan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, program akselerasi diartikan “Seperangkat kegiatan kependidikan yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik dalam waktu yang lebih singkat dari biasanya”. Program ini berisikan seperangkat kegiatan pendidikan yang telah dirancang khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya, sehingga proses pembelajaran dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat. Herry Widyastono, seperti yang dikutip Veria Wulandari mengatakan bahwa program percepatan belajar (accelerated) yaitu pemberian pelayanan dengan membolehkan mereka (siswa) menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan teman-temannya. Program ini cocok bagi anak yang berbakat dengan tipe accelerated learner.22 Depdiknas mendefinisikan bahwa program akselerasi adalah “Program layanan belajar diperuntukan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan”.23 Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa program akselerasi berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang
khusus
dan
diperuntukan
bagi
siswa
yang
memiliki
keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan serta bakat dan minat luar biasa dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dan singkat. 22
Veria Wulandari, Pengelolaan Program Kelas Akselerasi-Studi Kasus di SD Panglima Besar Jendral Sudirman Cijantung, (Jakarta Timur:FIP-UNJ, 2004), hlm. 2. 23 Depdiknas, Isu-isu Pendidikan: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua, (Jakarta:Balitbang Diknas, 2004), hlm. 87.
22
Karena program ini diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan tinggi, dan bakat istimewa, maka pihak sekolah (guru/tenaga kependidikan) harus mengetahui, mengamati dan menseleksi ciri dari siswa tersebut, hal ini dilakukan agar penyelenggaraan program akselerasi diberikan tepat sasaran kepada siswa yang benar-benar memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa. Renzulli menjelaskan bahwa “Keberbakatan menunjukan pada adanya keterkaitan antara tiga kelompok ciri (Cluster) yaitu kemampuan umum, kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (Task Commitment) di atas rata-rata”.24 Dengan menggunakan konsep keberbakatan dari Renzulli di atas, dengan disesuaikan dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah maka definisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa dalam program akselerasi adalah: Siswa yang diidentifikasi oleh tenaga professional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja tinggi ditunjukan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam salah satu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area kemampuan yang ditunjukan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan visual.25 Sedangkan U.S Office Of Education, sebagaimana yang dikutip oleh Utami Munandar, mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah: Anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan 24
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, (Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009), hlm. 18. 25 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa ......... hlm. 7.
23
akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor (seperti olahraga).26 Untuk mendapatkan peserta didik berbakat seperti yang disebutkan dalam definisi di atas, Departemen Pendidikan Nasional, menyebutkan 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan kemampuan umum, kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)
Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya). Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis. Mau belajar/bekerja secara mandiri. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya. Cermat atau teliti dalam mengamati. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah. Mempunyai minat luas. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Belajar dengan mudah dan cepat. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat. Mampu berkonsentrasi. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.27
Selain Depdiknas, Balitbang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana dikutip Rahmi Nurrahmah, secara rinci mengidentifikasi ciriciri siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, yaitu: 1) Memiliki ciri-ciri belajar, antara lain; mudah menangkap pelajaran, mempunyai ingatan baik, pembendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, berfikir kritis, logis, sering membaca buku bermutu, dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual. 2) Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas, antara lain; tekun terhadap tugas, ulet menghadapi kesulitan, mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat, dan bosan dengan tugas-tugas rutin. 26
Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat : Suatu Studi Penjajakan, (Jakarta:PT. Rajawali, 1998), hlm. 6-7. 27 Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang…, hlm. 23-24.
24
3) Memiliki kreatifitas, antara lain; bersifat ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usulan-usulan terhadap suatu masalah, mampu menyatakan pendapat secara spontan tanpa malu-malu, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, dan mampu mengajukan gagasan pendapat yang berbeda dengan orang lain. 4) Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain; disenangi oleh teman sekolah, dipilih menjadi pemimpin, dapat bekerja sama, dapat mempengaruhi teman-teman, banyak mempunyai inisiatif dan percaya pada diri sendiri.28 Siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa merupakan asset pembangunan nasional yang luar biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya pembinaan dan pengembangan siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan tinggi, dan bakat istimewa secara optimal melalui pelayanan pendidikan program akselerasi. Karena pada dasarnya tujuan program akselerasi diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki potensi akademik dan bakat istimewa yang merupakan bagian
dari
kebutuhan
sekolah.
Sebaliknya
jika
siswa
tersebut
mendapatkan pelayanan pendidikan yang tidak sesuai dengan potensi tingkat kecerdasan, kemampuan, dan bakat serta minat yang dimilikinya, maka mereka tidak dapat mengoptimalkan potensinya dengan baik, atau bahkan mereka bisa menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar) lebih dari itu mereka dapat mengganggu teman-teman dalam kegiatan pembelajaran. Persoalan yang perlu dipecahkan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan bagi siswa berpotensi tinggi dan bakat istimewa adalah perlunya diciptakan sekolah unggulan, yang di dalamnya terdapat berbagai program pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi 28
Rahmi Nurrahmah, Metodologi Pembelajaran Pada Program Akselerasi di SLTP Islam Al-Azhar I Kebayoran Baru Jakarta Selatan, (Jakarta:Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005), hlm. 14-15.
25
kecerdasan, bakat, minat, serta kebutuhan siswa, sehingga potensi mereka dapat dioptimalkan dengan baik. Syafaruddin, mengidentifikasikan sekolah unggulan adalah “Sekolah yang efektif (mampu mencapai tujuan) dan efesien (menggunakan sumberdaya dengan hemat) untuk mencapai tujuan dengan lulusan yang terbaik, dalam keunggulannya secara kompetitif dan komparatif”.29 Lebih jelas, Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan bahwa sekolah unggulan pada hakikatnya adalah “Sekolah yang membekali proses belajar mengajar yang bermutu kepada siswa dengan kurikulum yang bermutu pula”.30 Lebih lanjut Depdiknas, menyebutkan dimensi-dimensi sekolah unggulan, yaitu: 1) Masukan (Input, Intake) berupa siswa yang diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Sarana dan prasarana yang menunjang guna memenuhi kebutuhan belajar siswa serta dapat menyalurkan minat dan bakat, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. 3) Lingkungan belajar yang kondusif untuk terwujud dan berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial-psikologi. 4) Guru dan tenaga kependidikan yang menanganinya harus guru/tenaga kependidikan yang terpilih mutunya, baik dari segi penguasaan mata pelajaran, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam menjalankan tugas. 5) Kurikulum yang diperkaya. 6) Rentang
waktu
belajar
di
sekolah
lebih
panjang/lebih
lama
dibandingkan dengan sekolah lain. 29
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Jakarta:PT Grasindo, 2002), hlm 95. 30 Departemen Pendidikan Nasional, Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga, (Jakarta:Balitbang Diknas, 2004), hlm. 102.
26
7) Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan (accountable) kepada siswa, lembaga dan masyarakat. 8) Nilai lebih (plus) dari sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan penyuluhan/konseling yang berkualitas, pembinaan kreatifitas, dan disiplin, sistem asrama dan kegiatan ektrakurikuler lainnya. 9) Pembinaan kemampuan kepemimpinannya (leadership) yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa dan melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran. 10) Sekolah unggulan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. 11) Sekolah unggulan diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan (agent of excellence).31 Dengan demikian siswa yang diperkenankan belajar pada program unggulan harus memiliki kriteria tertentu seperti prestasi belajar siswa yang superior berupa angka raport, nilai ujian nasional (UN), dan hasil tes prestasi akademik lainnya, skor psiko-tes yang meliputi intelegensi dan kreatifitas, tes fisik dengan baik (keterangan sehat dari dokter). Selain itu perlu diberikan pula insentif tambahan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya, baik berupa uang maupun fasilitas lainnya. Kurikulum yang digunakan harus berpegang pada kurikulum nasional yang standar, dan sekolah perlu mengimprovisasi kurikulum secara maksimal sesuai dengan tuntutan kecepatan dan motivasi belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya. Selain itu sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana penunjang seperti perpustakaan, laboratorium IPA, Bahasa, komputer, kebutuhan olahraga, kebutuhan kesenian berbagai peralatan praktek dan lain sebagainya. 31
Depdiknas, Isu-isu Pendidikan:Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga…, hlm. 103-104.
27
Dengan mengacu pada sekolah unggulan yang dijelaskan di atas, salah satu bentuk program yang dapat menampung siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa adalah program percepatan belajar (program akselerasi), dimana program tersebut hanya diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa. Hal ini dilakukan tidak lain dalam rangka mengoptimalkan potensi siswa, meningkatkan hasil prestasi belajar, baik prestasi akademik berupa nilai hasil belajar, maupun prestasi non akademik berupa keterampilan hidup. Untuk selanjutnya, dalam membahas program aksalerasi, penulis menggunakan teori dari Depdiknas yaitu program akselerasi adalah Program layanan belajar diperuntukan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Program Akselerasi Departemen Pendidikan Nasional, menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu: 1) Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya. 2) Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya. 3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa. 4) Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik. 5) Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti
28
pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.32 Selain tujuan di atas Dave Meier seperti yang dikutip Busro, menjelaskan tujuan pembelajaran program akselerasi adalah “Menggugah sepenuhnya
kemampuan
belajar
para
pelajar,
membuat
belajar
menyenangkan, dan memuaskan bagi mereka, serta memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, keberhasilan mereka sebagai manusia”.33 Dari beberapa tujuan di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan diselenggarakannya program akselerasi adalah untuk
memberikan
pelayanan pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa yang berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sehingga siswa tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya secara maksimal yang mengarah pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan, dalam arti peningkatan prestasi belajar siswa baik prestasi akademik maupun non akademik.
3. Aspek-aspek Program Akselerasi 1) Aspek Filosofis Program Akselerasi Penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan tinggi, dan bakat istimewa didasari filosofis oleh berbagai faktor, yaitu: a. Hakikat Manusia b. Hakikat Pembangunan Nasional c. Tujuan Pendidikan d. Usaha Pencapaian Tujuan Pendidikan.34 32
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, …, hlm. 10. 33 Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang…, hlm. 31. 34 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, …, hlm. 24.
29
Penjelasan masing-masing filosofis di atas akan dijelaskan sebagai berikut: Hakikat Manusia, manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan yang merupakan
anugrah
yang
semestinya
dimanfaatkan
dan
dikembangkan, jangan sampai disia-siakan. Dalam hal ini peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga mempunyai kebutuhan akan keberadaan (eksistensinya), mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Usaha untuk mewujudkan anugrah potensi tersebut secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan Yang Maha Kuasa. Hakikat Pembangunan Nasional, dalam pembangunan nasional, manusia memiliki peran sentral, yaitu sebagai subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek, maka manusia Indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, yang berkembang segenap dimensi potensinya secara wajar, sebagaimana mestinya. Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan Indonesia. Tujuan Pendidikan, pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan
antara
pemerataan
kesempatan
dan
keadilan.
Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk mendapat pendidikan tanpa dihambat perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, dan agama. Akan tetapi, memberikan kesempatan yang sama pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi objektif peserta didik, yaitu kepastian untuk dikembangkan. Untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, maka diperlukan intensi yaitu memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi objektif peserta didik, perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan serta kecerdasan
30
peserta didik, kalau tidak demikian maka yang akan terjadi adalah ketidakadilan pendidikan. Usaha
Pencapaian
Tujuan
Pendidikan,
dalam
upaya
pengembangan kemampuan peserta didik, pendidikan berpegang kepada asas keseimbangan dan keselarasan, yaitu keseimbangan antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan (kompetisi) dan kerja sama (kooperatif), keseimbangan antara pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir atomistik, dan keseimbangan antara tuntunan dan prakarsa. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa program akselerasi didasarkan pada pendidikan keadilan, seperti yang tertera pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab III, ayat 1 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan yaitu: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.”35 Dari undang-undang tersebut terlihat jelas bagaimana seharusnya pendidikan
diselenggarakan,
yaitu
memberikan
pelayanan,
pengalaman belajar sesuai dengan potensi kecerdasan, kemampuan, dan bakat minat yang dimiliki setiap manusia sebagai anugrah Tuhan untuk dimanfaatkan sebaik mungkin agar potensi tersebut berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pembangunan nasional dalam memajukan pendidikan).
2) Aspek Psikologis Program Akselerasi Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak yang memiliki kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa. Berkenaan dengan hal itu, maka teori-teori program percepatan ini mengacu pada teori tentang anak berbakat:
35
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Sistem Pendidikan Nasional No.20, Tahun 2003, (Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), hlm. 9.
31
Anak berbakat memiliki potensi kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun berhubungan juga dengan beberapa jenis seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan musical, kecerdasan kinestik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, teori ini dikenal dengan toeri (Multiple Intelligences). (Gardner, 1983).36 Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program akselerasi ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja. Dalam skripsi ini dijelaskan satu pendekatan/acuan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum siswa yang berbakat, yaitu Pendekatan Multidimensional. Dalam pendekatan ini kriteria yang digunakan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas (ditetapkan skor IQ 130 ke atas Skala Wechsler), dimensi kreatifitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai cukup), dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik), (Renzuli, Reis dan Smith 1978).37 Jadi
secara psikologis
siswa
yang memiliki
kemampuan,
kecerdasan dan bakat istimewa (anak berbakat) tingkat kemampuan intelektual umumnya adalah mereka memiliki IQ 140 dengan kategori (genius), dan mereka yang memiliki IQ 130 dengan kategori cerdas dengan ditunjang oleh kreatifitas dan keterkaitan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
3) Aspek Empiris Program Akselerasi Melihat ciri-ciri yang dijelaskan di atas, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan, dan bakat istimewa hanya memiliki sifat dan perilaku yang positif saja. Sebetulnya tidak demikian, sebagaimana anak pada umumnya, mereka membutuhkan
36
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa, (Jakarta:Balitbang Diknas, 2003), hlm. 12-13. 37 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa..., hlm.13.
32
pengertian, perhatian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka akan menderita kecemasan, keragu-raguan, dan mungkin akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesulitan belajar, seperti: 1) kemampuan berfikir kritis mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis) baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. 2) Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan dengan tugas-tugas rutin. 3) Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya. 4) Kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik. 5) Semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung. 6) Dengan kemampuan dan minat yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya. 7) Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhan akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya, bahkan mereka merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya. 8) Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya. 9) Berdasarkan mengganggu
penelitian
Henry
teman-teman
(1993)
sekitarnya,
mereka
juga
mengadakan
suka
aktifitas
33
sekehendaknya, berbuat usil misalnya mencubit atau melempar benda-benda kecil/kapur ke teman kelasnya.38 Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena mereka belum mendapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat, perilaku, dan masalah tersebut, kita hendaknya berusaha memberikan kepuasan rohaniah dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan memberikan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat minat, potensi kemampuan, dan kecerdasan siswa. Dalam hal ini melalui program akselerasi agar mereka dapat mengoptimalkan potensinya dengan baik sehingga berguna bagi dirinya, investasi bagi masyarakat dan bangsa.
4) Aspek Yuridis Program Akselerasi Kesungguhan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa secara tegas telah dinyatakan sebagai berikut: a) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat 4, Pasal 3, Pasal 32 ayat 1dan Pasal 12 Ayat 1 Poin b dan f menegaskan bahwa: Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Sedangkan pasal 12 ayat 1, bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (b) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.39 b) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52, “anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan khusus. 38
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 22-23. 39 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Sistem Pendidikan Nasional No.20, Tahun 2003…., hlm. 12.
34
c) PP No. 72/1991, tentang Pendidikan Luar Biasa. d) Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negera Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005. e) Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia. f) Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Nomor 171/M Tahun 2005. g) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Departemen
Pendidikan
Nasional. h) Keputusan Mendiknas No. 053/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah. i) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. j) Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. k) Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. l) Peraturan mendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendididkan Dasar dan Menengah. m) Permendiknas no. 34/26 tentang pembinaan prestasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa.
35
n) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tantang Pengelolaan Pendidikan.40
4. Bentuk Program Akselerasi Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa cerdas istimewa dan berbakat istimewa dapat dilakukan dalam bentuk kelas khusus, inklusif, dan satuan pendidikan khusus: 1) Kelas Khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik di kelas khusus adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam. 2) Kelas Inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik, peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program reguler. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik di kelas khusus adalah mata pelajaran lain diluar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam. 3) Satuan Pendidikan Khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar (SD/ MI, SMP / MTs) menengah (SMA / MA, SMK / MAK) yang semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan istimewa dan bakat istimewa.41 Dan layanan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa dapat berupa program pengayaan
(enrichment) dan gabungan program
percepatan dengan pengayaan (acceleration - enrichment).
40
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 4-6. 41 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 41.
36
a) Program Pengayaan (enrichment) adalah pemberian layanan pendidikan pada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa yang dimiliki, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan / pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas yang diprogramkan untuk peserta didik lainnya. Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe enriched learner.42 Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan memperkaya materi
melalui
kegiatan-kegiatan
penelitian
dan
sebagainya.
Disamping itu, ada kemungkinan juga peserta didik tersebut mendapatkan pengayaan dengan pendalaman, terutama bila ia akan mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (misal: mengikuti olimpiade Matematika, Biologi, Fisika atau yang lainnya). Penekanan (fokus) layanan untuk kelompok ini adalah pada perluasan/pendalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu belajar di kelas. Artinya siswa kelompok tetap menyelesaikan pendidikan di SD / MI dalam jangka waktu 6 tahun atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun. b) Gabungan program percepatan dan pengayaan (acceleration enrichment) adalah pemberian pelayanan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu lebih singkat dibanding teman-temannya yang tidak mengambil program tersebut. Artinya peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di SD / MI dalam jangka waktu 5 tahun, di SMP / MTs atau SMA / MA dalam waktu 2 tahun.43 Dalam program ini, peserta didik tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan
dan
fasilitas
belajar
tambahan
yang
bersifat
perluasan/pendalaman. Pemberian layanan akselerasi tanpa melakukan 42
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 42-43. 43 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 42-43.
37
eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Pengayaan vertikal merujuk pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama, tetapi bersifat lebih luas, sedangkan yang vertikal makin meningkatkan dalam kompleksitasnya. Bentuk layanan ini antara lain melalui kegiatan-kegiatan penelitian ketika peserta didik tersebut mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (misal : mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika atau yang lainnya).44
5. Waktu Tempuh Belajar Program Akselerasi Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program akselerasi bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa regular, yaitu: Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.45
6. Standar Kualifikasi Siswa Program Akselerasi Standar kualifikasi yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program akselerasi adalah peserta didik yang memiliki kualifikasi sebagai berikut: 1) Kualifikasi perilaku kognitif meliputi; daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah, dan kritis. 2) Kualifikasi perilaku kreatif meliputi; rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani ambil resiko.
44
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 43. 45 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 43.
38
3) Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas meliputi: tekun, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, keteguhan, dan daya juang. 4) Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi meliputi; pemahaman diri sendiri, pemahaman diri orang lain, pengendalian diri, penyesuaian diri, harkat diri, dan berbudi pekerti. 5) Kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual meliputi; pemahaman apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain.46 Dari penjelasan di atas, jelas program akselerasi diberikan pada siswa yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa sesuai kualifikasi yang dimiliki siswa dengan memberikan kesempatan belajar dalam kelas/program khusus untuk dapat menyelesaikan program regular dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan temantemannya. Arti sederhananya adalah tidak semua siswa dapat belajar pada program akselerasi.
7. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi Mekanisme penyelenggaraan progam akselerasi melalui berbagai tahap, sebagai berikut: 1) Tahapan Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi Dalam tahapan penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan berbagai persiapan, diantaranya yaitu: a) Mengadakan konsultasi dan komunikasi intensif dengan sekolahsekolah yang sudah menyelenggarakan lebih dulu program akselerasi, untuk mendapatkan berbagai informasi dan masukan. b) Membentuk tim kecil program akselerasi di sekolah penyelenggara, terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru senior yang memiliki kepedulian dan perhatian untuk memberikan
46
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang..…, hlm. 29.
39
layanan bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. c) Memberikan pembekalan dan wawasan tentang progam percepatan belajar dengan mengundang nara sumber atau sekolah yang sudah menyelenggarakan program akselerasi, yang dihadiri oleh semua unsure tenaga kependidikan di sekolah yang akan terlibat dalam penyelenggaraan program akselerasi. d) Melakukan seleksi terhadap guru-guru yang akan mengajar pada program akselerasi untuk mengetahui kompetensi guru. e) Menyusun program kerja. f) Mengurus perijinan penyelenggaraan program akselerasi.47 Setelah tahapan persiapan sudah direalisasikan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh sekolah/madrasah adalah sebagai berikut: a) Sekolah
mengajukan
usulan
permohonan
izin
tertulis
dengan
kelengkapan data dan informasi tentang sekolah diantaranya memiliki sarana prasarana, manajemen, dan sumber daya pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. b) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota meneliti usulan sekolah yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan program akselerasi (percepatan belajar), selanjutnya Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi untuk mendapatkan surat keputusan (SK) dari Kepala Dinas Provinsi. c) Dinas Pendidikan Provinsi melalui Tim Pengendalian Program mengevaluasi usulan yang sudah memenuhi kriteria, kemudian Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Tim Pengendalian Program bersama-sama mengadakan observasi ke sekolah. d) Dinas pendidikan Provinsi mengeluarkan Surat Keputusan (Sk) penetapan sekolah penyelenggara program akselerasi. 47
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa..., hlm. 32.
40
e) Selanjutnya Dinas Pendidikan Provinsi mengirim statistik sekolah penyelenggara program akselerasi yang berada di wilayahnya kepada Direktur Jenderal Dikdasmen c. q. Direktur Pendidikan Luar Biasa dan tembusan direktur terkait.48 f) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bersama Pejabat Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara periodik melakukan monitoring dan evaluasi ke sekolah-sekolah dalam upaya pengendalian mutu pendidikan.49 Gambar mekanisme permohonan penyelenggaraan program akselerasi dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.50 Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
e
f
Dinas Pendidikan Provinsi b Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota a Sekolah (SD, SMP, SMA) Gambar 1 Mekanisme Penyelenggaraan Program Kelas Akselerasi
48
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 102-103. 49 Depdiknas, Isu-isu Pendidikan:Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua…, hlm. 90. 50 Depdiknas, Isu-isu Pendidikan:Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua…, hlm. 91.
41
2) Tahapan Pelaksanaan Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahapan ini merupakan tahapan implementasi penyelenggaraan program akselerasi, dimana segala sumber daya pendidikan sudah tersedia. Adapun sumber daya dalam program akselerasi meliputi segala sumber daya baik yang berasal dari internal sekolah maupun eksternal sekolah yang mendukung terhadap penyelenggaraan program akselerasi. Bila pendidikan bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa (luar
biasa),
dikembangkan
untuk
mencapai
keunggulan
lulusan
pendidikan, maka akan tercapai keunggulan tersebut. (Henry, 1999), sebagaimana dikutip oleh Anggriawan Pranata, setidaknya terdapat “Delapan faktor penunjang yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, meliputi; (1) masukan (input, intake), (2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7) lingkungan, (8) proses belajar mengajar”.51 Kurikulum
Sarana dan Prasarana
Guru
Input
Manajemen
Dana
Proses Belajar Mengajar
Siswa
Output Lulusan
Lingkungan Kondusif
Sistem Evaluasi
Bimbingan Konseling
Gambar 2 Faktor Pendukung Sumber Daya Pendidikan
51
Anggriawan Pranata, Efektifitas Program Kelas Akselerasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP N 2 Ciputat, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hlm. 43.
42
Pertama, masukan (input, intake) siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan adalah: (a) prestasi belajar, dengan indikator angka raport, Nilai Ebtanas Murni/NEM (sekarang nilai UN), dan/atau hasil tes prestasi akademik, (b) kesehatan jasmani bila diperlukan. Depdiknas, dalam buku pedoman program kelas akselerasi, menyebutkan syarat dan kriteria siswa pada program akselerasi yaitu: a) Informasi Data Objektif, yaitu berupa skor akademis dan skor hasil pemeriksaan psikologis meliputi: (1) Nilai ujian nasional dengan rata-rata 8,0 ke atas baik untuk SMP, SMA, sedangkan untuk SD tidak dipersyaratkan. (2) Tes kemampuan akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0 (3) Rapor, dengan nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0. (4) Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan meliputi tes intelegensi umum, tes kreatifitas, dan inventori keterikatan pada tugas dengan skor (IQ ≥ 140) kategori jenius dan skor IQ≥125 kategori cerdas. b) Informasi Data Subjektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri, teman sebaya, dan guru sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri keberbakatan. c) Kesehatan Fisik, yaitu keterangan kesehatan jasmani dan rohani yang ditunjukan dengan surat keterangan sehat dari dokter. d) Kesediaan Siswa dan Persetujuan Orang Tua, yaitu pernyataan tertulisdari pihak sekolah untuk siswa dan orang tuanya, tentang hak dan kewajiban serta hal-hal yang dianggap perlu dipatuhi untuk menjadi peserta program akselerasi.52 Dari penjelasan di atas, jelas bahwa penerimaan siswa program kelas akselerasi dilakukan seleksi secara ketat, melalui berbagai tahapan dan kriteria serta syarat-syarat tertentu. Hal ini dilakukan agar program penyelenggaraan kelas akselerasi tepat sasaran pada siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sehingga dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Kedua, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktu sesuai dengan 52
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang…, hlm. 40-41.
43
tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan serta motivasi belajar. Depdiknas menetapkan kurikulum program akselerasi adalah kurikulum
nasional
dan
muatan
lokal
yang
dimodifikasi
dan
berdiferensiasi dengan penekanan pada materi esensial (penting) dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik kreatif, dan sistematik, linear dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang dengan cara: a) Modifikasi alokasi waktu, yang disesuaikan dengan kecepatan belajar. b) Modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial. c) Modifikasi proses pembelajaran, yang menekankan pengembangan proses berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah). d) Modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, senang menemukan sendiri pengetahuan baru. e) Memodifikasi lingkungan belajar, yang memungkinkan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat memenuhi kehausan akan pengetahuan. f) Memodifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat bekerja di kelas secara mandiri, berpasangan maupun kelompok. g) Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) lebih dipercepat daripada kelas regular dengan mengurangi pembahasan materi-materi yang tidak esensial (tidak penting) dengan memperhatikan keselarasan dan
keseimbangan
antara
dimensi
tujuan
pembelajaran,
pengembangan kreatifitas dan disiplin, pengembangan persaingan dan kerja sama, pengembangan kemampuan holistik dan kemampuan
44
berpikir elaborasi, dimensi pelatihan berpikir induktif dan dedukatif, serta pengembangan IPTEK dan IMTAQ terpadu.53 h) Komponen kurikulum, terdiri dari tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika menginginkan mutu lulusan yang baik.54 Ketiga, tenaga kependidikan/guru, karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan/guru yang menanganinya terdiri atas tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode, dan media pembelajaran, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas. Berkaitan dengan ini, Depdiknas menyebutkan beberapa kriteria guru program kelas akselerasi, yaitu: a) Memiliki tingkat kependidikan yang dipersyaratkan sesuai dengan jenjang sekolah yang diajarkan, sekurang-kurangnya Sarjana (S1) untuk SD, SMP, dan SMA. b) Mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya. c) Memiliki pengalaman mengajar di kelas regular sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan prestasi yang baik. d) Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (anak berbakat). e) Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan antara lain: (1) Adil dan tidak memihak. (2) Sikap kooperatif demokratis. (3) Fleksibilitas. (4) Rasa humor. (5) Menggunakan penghargaan dan pujian. (6) Minat yang luas. (7) Memahami perhatian terhadap masalah anak. 53
Anggriawan Pranata, Efektifitas Program Kelas Akselerasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP N 2 Ciputat,..... hlm. 45-46. 54 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 102.
45
(8) Penampilan dan sikap menarik. f) Memenuhi sebagian besar persyaratan berikut: (1)Memiliki pengetahuan tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat. (2)Memiliki
keterampilan
dalam
mengembangkan
kemampuan
berpikir tingkat tinggi. (3)Memiliki pengetahuan tentang kebutuhan aktif dan kognitif anak berbakat. (4)Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pemecahan masalah secara kreatif. (5)Memiliki kemampuan untuk mengembangkan bahan ajar untuk anak berbakat. (6)Memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi mengajar perorangan. (7)Memiliki kemampuan untuk menunjukan teknik mengajar yang sesuai. (8)Memiliki kemampuan untuk bimbingan dan memberi konseling kepada anak berbakat dan orang tuanya. (9)Memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian.55 Keempat, sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk mendapat mendukung kegiatan belajar mengajar dalam program akselerasi disesuaikan dengan kemampuan kecerdasan siswa, sehingga dapat
dipergunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
belajar,
serta
menyalurkan potensi kemampuan, kecerdasannya, termasik bakat dan minatnya baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Depdiknas menyebutkan sarana dan prasarana yang harus tersedia dalam program akselerasi meliputi sarana belajar: a) Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Bimbingan Konseling, Ruang Tata Usaha, Ruangan Osis.
55
Anggriawan Pranata, Efektifitas Program Kelas Akselerasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP N 2 Ciputat…, hlm. 47.
46
b) Ruang kelas, dengan formasi tempat duduk yang mudah di pindahpindah sesuai dengan keperluan. c) Ruang Lab IPA, Lab IPS, Lab Bahasa, Lab Kertakes, Lab Komputer, dan Ruangan Perpustakaan. d) Kantin Sekolah, Koperasi Sekolah, Musholla/Tempat ibadah dan Poliklinik. e) Aula Pertemuan f) Lapangan Olah Raga. g) Kamar Mandi/WC Prasarana belajar meliputi: a) Sumber belajar seperti: buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, Koran, modul, lembar kerja, kaset Video, VCD, CDROM, dan sebagainya. b) Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, TV, OHP, Wireless, Slid Projector, LD/LCD/VCD/DVD Player, Komputer, dan sebagainya. c) Adanya sarana Information Technology , (IT): Jaringan Internet, dan lain-lain. Kelima, adalah dana. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam program akselerasi perlu adanya dukungan dana yang cukup memadai, termasuk perlunya disediakan intensif tambahan bagi tenaga kependidikan yang terlibat dalam penyelenggaraan program kelas akselerasi baik itu berupa uang maupun fasilitas lainnya. Keenam, manajemen, berhubungan dengan strategi dan implementasi seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu bentuk manajemen pada sekolah dengan diselenggarakannya program akselerasi, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitas dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan jauh kedepan. Ketujuh, lingkungan belajar yang kondusif dibutuhkan untuk mendukung terciptanya proses pembelajaran dengan baik. Hal ini
47
dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata. Lingkungan tersebut berupa lingkungan dalam arti fisik maupun sosial di sekolah, di masyarakat, dan di rumah. Maka dari itu, keluarga, sekolah, masyarakat dan semua pihak harus menciptakan lingkungan yang kondusif supaya proses pembelajaran dalam program kelas akselerasi berjalan dengan baik sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan semua pihak. Kedelapan, proses pembelajaran yang bermutu hasilnya selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, orang tua, dan lembaga maupun masyarakat.56 Kesembilan, yang dimaksud dengan output pendidikan adalah “Bahan jadi (Siswa lulusan sekolah) yang dihasilkan dari oleh transformasi (proses kegiatan belajar megajar)”.57 Output program kelas akselerasi merupakan siswa lulusan yang berprestasi tinggi dibandingkan dengan siswa biasa/program regular baik dari segi kemampuan akademis, psikologis, prilaku sosial, seni, olah raga, dan mereka di senangi oleh banyak siswa. Sedangkan Depdiknas, menyebutkan selain kesembilan faktor di atas terdapat faktor-faktor lain yaitu: 1) Proses Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengukur pencapaian belajar dimaksud tingkat daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Adapun bentuk evaluasi yang dilakukan dalam program akselerasi meliputi: a) Ulangan Harian Dalam satu semester setiap guru minimal memberikan ulangan harian sebanyak 3 kali. Bentuk soal yang disarankan adalah soal uraian.
56
Anggriawan Pranata, Efektifitas Program Kelas Akselerasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP N 2 Ciputat…, hlm. 47-49. 57 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), Cet.IV. Edisi Revisi, hlm. 4-5.
48
b) Ulangan Umum Ulangan umum diberikan lebih cepat dibandingkan siswa regular, sesuai dengan kalender pendidikan program akselerasi. Soal ulangan dibuat oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan dengan menyusun kisi-kisi serta materi yang esensial. c) Ujian Nasional Ujian Nasional akan diikuti oleh siswa pada tahun kelima untuk SD, tahun kedua untuk SMP, SMA bersamaan dengan pelaksanaan ujian nasional regular. d) Pembagian Buku Rapor Pembagian laporan hasil belajar siswa program akselerasi diberikan sesuai dengan kalender pendidikan program akselerasi yang telah ditentukan secara khusus. e) Evaluasi terhadap penyelenggaraan program kelas akselerasi dilakukan oleh Ditjen Dikdasmen sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun dalam bentuk supervisi atau monitoring dan evaluasi.58 2) Bimbingan dan Konseling Bimbingan konseling program akselerasi dilakukan dengan tujuan untuk membantu individu mengenali dan memahami diri dan mengarahkan dirinya dengan tepat terhadap lingkungan mengatasi masalah-masalah yang dialaminya yang berhubungan dengan teman sebaya, keluarga, dan kepala sekolah, terlebih membimbing karirnya yang perlu mendapatkan pelayanan yang tepat. Dari apa yang telah dikemukakan di atas, penulis berpendapat bahwa program kelas akselerasi merupakan satuan pelayanan pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan tinggi, dan bakat istimewa dibandingkan dengan siswa biasa, sehingga mereka dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Program kelas akselerasi memberikan kesempatan belajar kepada mereka dalam menyelesaikan pendidikan dengan jangka waktu yang lebih singkat dan cepat. Dengan diselenggarakannya program kelas akselerasi, berarti kita sudah menjalankan prinsip keadilan dalam pendidikan sesuai dengan potensi manusia sebagai anugrah Tuhan.
58
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang…, hlm. 46.
49
C. Kerangka Konseptual Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencari informasi yang berguna bagi decision maker dalam mengambil keputusan. Program atau rencana berkaitan erat dengan evaluasi. Berhasil atau tidaknya sebuah program dalam mencapai tujuan dapat diukur melalui evaluasi. Evaluasi program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan sebuah program dalam mencapai tujuan. Akselerasi dalam pendidikan merupakan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan diperuntukan bagi siswa yang memiliki keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan serta bakat dan minat luar biasa dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dan singkat. Tujuan utama program akselerasi adalah: 1) Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya. 2) Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya. 3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa. 4) Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik. 5) Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
50
Evaluasi program kelas akselerasi diartikan sebagai serangkaian kegiatan untuk mengetahui keberhasilan program akselerasi yang tujuan utamanya adalah peningkatan mutu pendidikan dalam hal pelayanan kebutuhan siswa cerdas istimewa. CIPP Evaluation Model yang dikembangkan Stufflebeam merupakan salah satu model evaluasi yang membagi komponen-komponen program kedalam 4 bagian utama yaitu: Context, Input, Process, Product. (Konteks, Masukan, Proses, Produk/Hasil). Dimensi konteks program kelas akselerasi yaitu untuk memfasilitasi atau memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi keserdasan yang dimilikinya. Sedangkan dimensi input meliputi perencanaan penyelenggaraan program akselerasi diawal dengan kegiatan rekruitmen siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dimensi proses meliputi implementasi program akselersasi kajian terhadap seberapa jauh pelaksanaan program ini akan sedang dijalankan. Sedangkan dimensi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program. Evaluasi produk akselerasi meliputi prestasi akademik siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Jl. Ir. H. Juanda No.1 Cempaka Putih Tangerang - Banten 15412. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November 2010 M.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dan model evaluasi CIPP, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian (Context/konteks–Input/masukan–Process/proses– Product/produk) ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif. Dengan demikian model evaluasi CIPP akan mampu menjawab masalah penelitian yang diangkat dalam skripsi ini.
C. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu.1 Dan sampel yang digunakan adalah siswa Kelas IX akselerasi yang berjumlah 19 orang. Kelas IX dipilih karena kelas IX memiliki lebih banyak informasi seputar kelas akselerasi, karena mereka telah mengikuti program akselerasi 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Jakarta: CV. Alfabeta, 2008), Cet.IV, hlm.300.
51
52
lebih dari 1 tahun pelajaran, dibandingkan dengan kelas VIII yang belum 1 tahun mengikuti program kelas akselerasi.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa cara antara lain: 1. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dengan koordinator program kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Wawancara bertujuan untuk
mendapatkan
informasi
yang
lebih
mendalam
mengenai
penyelenggaraan program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Salah satunya adalah masalah nilai lulusan program akselerasi, yang sudah 6 tahun diselenggarakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. 2. Angket Angket yaitu pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan berupa angket kepada siswa, untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap program kelas akselerasi. 3. Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa arsip-arsip yang digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas output (siswa) yang mengikuti program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
E. Teknik Pengolahan Data Setelah data diperoleh maka selanjutnya data tersebut akan diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut : a. Editing Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para responden. Jadi setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, kemudian penulis segera memeriksa satu persatu angket yang dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.
53
b. Coding (Pengkodean) Tahap pengkodean meliputi kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan hasil isian angket yang diserahkan kepada responden. c. Tabulating Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses editing, lewat tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik, sehingga dapat dipahami dengan mudah. d. Skoring (Penilaian) Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.
F. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul melalui angket di analisa secara kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan persentase, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
x 100% F = Frekeunsi yang sedang dicari presentasenya N= Number of case (jumlah frekeunsi/banyaknya individu) P = Angka persentase 2 Setelah angket diolah menjadi angka, hasil angket dimasukan dalam tabulasi, kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung tingkat efektifitas program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Untuk mengevaluasi program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, penulis menggunakan skala likert, dengan butir pernyataan positif dan pernyataan negatif. Kemudian penulis melakukan langkah-langkah berikut :
2
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 43.
54
1. Memberikan skor untuk setiap alternatif jawaban pada angket. Skor tertinggi (4) diberikan pada jawaban yang merupakaan keadaan ideal dari pelaksanaan program kelas akselerasi. a. Skor untuk pernyataan positif : Untuk jawaban A diberi skor 4 Untuk jawaban B diberi skor 3 Untuk jawaban C diberi skor 2 Untuk jawaban D diberi skor 1 b. Skor untuk pernyataan negatif : Untuk jawaban A diberi skor 1 Untuk jawaban B diberi skor 2 Untuk jawaban C diberi skor 3 Untuk jawaban D diberi skor 4 2. Membuat rentang skor. Skor maksimal dalam angket evaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah jumlah dari butir soal pada angket (40) dikalikan skor maksimal 4. Dan jumlah skor minimal adalah jumlah butir soal pada angket (40) dikalikan 1. Dengan begitu dapat diketahui bahwa skor minimal adalah 40, dan skor maksimal adalah 160. Kemudian dapat dihitung daerah jangkauan (range) untuk membuat rentang skala, yaitu dengan rumus :
Keterangan :
R = X Maks – X Min sdfsdfsdfsdfsdfmMiMi n
X Maks : Skor maksimal X Min : Skor minimal3 Dengan rumus di atas, maka akan didapat daerah jangkauan (range) sebagai berikut : R = 160-40 R = 120 3
M. Subana.et.all, Statistik Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), hlm.38.
55
Dengan perhitungan tersebut kemudian dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu Sangat Baik, Baik, Kurang Baik, Tidak Baik, maka rentang skor menjadi 4 tingkatan: Tingkat Sangat Baik dengan rentang skor : 131 – 160 Tingkat Baik dengan rentang skor : 101 – 130 Tingkat Kurang Baik dengan rentang skor : 71 – 100 Tingkat Tidak Baik dengan rentang skor : 40 – 70 Selain mengukur distribusi frekuensi program kelas akselerasi secara umum, penulis juga menghitung berdasarkan setiap dimensi program (komponen konteks, masukan, proses, dan produk) kelas akselerasi, dengan memberikan persentase perolehan skor dari hasil angket, sebagai berikut: Klasifikasi Nilai Rentang Interval
Klasifikasi
Persentase Mean
Tidak Baik
0 % - 25 %
Kurang Baik
26 % - 50 %
Baik
51 % - 75 %
Sangat Baik
76 % - 100 %
G. Tabel Perancanaan Evaluasi Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode evaluasi CIPP Yaitu (Context – Input – Process – Product), maka komponen program akselerasi yang dievaluasi adalah komponen konteks, masukan/siswa-calon siswa program akselerasi, proses meliputi kegiatan pembelajaran, kurikulum-dll, dan produk-lulusan program kelas akselerasi. Berikut adalah Tabel Perencaan Evaluasi Program Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, tahun pembelajaran 2010-2011:
56
Tabel 1 Perencanaan Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan T.A 2010/2011 Dimensi Instrumen Sumber Masalah Yang Diteliti Evaluasi Penelitian Data a. Latar belakang penyelenggaraan program Akselerasi b. Tujuan penyelenggaraan program Akselerasi c. Sasaran program kelas akselerasi Koordinator d. Perencanaan program kelas akselerasi di Program SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Wawancara Akselerasi & Konteks e. Permasalahan seputar fenomena yang & ditemukan penulis; seperti: perbedaan Angket Sampel kalender pendidikan antara daerah DKI penelitian Jakarta dengan Tangerang Selatan, anggapan siswa kelas reguler mengenai perbedaan pelayanan yang diberikan sekolah kepada siswa kelas akselerasi. f. Uang Sekolah/SPP kelas akselerasi. a. Seleksi dan Tes masuk program kelas akselerasi b. Minat siswa terhadap program kelas akselerasi c. Persetujuan orang tua siswa kelas akselerasi d. Kesiapan sekolah dalam Koordinator menyelenggarakan program akselerasi Program (dana, sarana-prasarana, laboratorium, Wawancara Akselerasi perpustakaan, ruang ibadah, fasilitas & Masukan & pendukung pelaksanaan program Angket Sampel akselerasi) penelitian e. Kualitas guru yang mengajar di kelas akselerasi f. Kualitas tenaga kependidikan seperti, pustakawan, petugas laboratorium, guru BK g. Kelengkapan sarana pendukung pembelajaran siswa a. Kualitas pelayanan yang diberikan Koordinator sekolah kepada siswa kelas akselerasi, Wawancara, Program meliputi kegiatan pembelajaran di kelas, Angket Akselerasi Proses laboratorium, pelajaran tambahan & & (persiapan menghadapi ujian), media dan Dokumenrasi Sampel metode pembelajaran di kelas akselerasi, penelitian
57
b. c.
d. a. Produk/ Lulusan
b.
c.
kurikulum pembelajaran khusus kelas akselerasi, pengelolaan waktu pembelajaran kelas akselerasi Kegiatan kontrol dan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah Kegiatan kontrol dan pengawasan yang dilakukan oleh orang tua, komite sekolah, pihak DEPDIKNAS Kegiatan Evaluasi Pembelajaran Kualitas lulusan program akselerasi selama 7 tahun penyelenggaraannya. Wawancara, Nilai rata-rata ujian akhir nasional siswa Angket kelas akselerasi selama 7 tahun & penyelenggaraan. Dokumenrasi Mutu/pelayanan sekolah setelah pelaksanaan program kelas akselerasi
Koordinator Program Akselerasi & Sampel penelitian
H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai evaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dibuat dalam bentuk non test dengan menggunakan angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dengan jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih. Kisi-kisi angket, disusun berdasarkan teori pada bab II, namun sebelum membahas mengenai kisi-kisi angket penelitian, penulis akan menjelaskan definisi konseptual dan definisi operasinal dari variabel penelitian ini, yaitu : 1. Evaluasi program akselerasi. a. Definisi konseptual Evaluasi program akselerasi memiliki arti bagaimana pencapaian tujuan dari penyelenggaraan program (program akselerasi/percepatan belajar) sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan yang ditinjau dari segi proses penyelenggaraan, yaitu penyediaan pelayanan pendidikan bagi siswa cerdas istimewa, atau siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
58
b. Definisi operasional Evaluasi program akselerasi secara operasional didefinisikan sebagai skor yang diperoleh dari responden yang telah menjawab angket/kuisioner tentang evaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, mengenai komponen yang dievaluasi yaitu komponen konteks, masukan/siswa-calon siswa program akselerasi, proses meliputi kegiatan pembelajaran, kurikulum-dll, dan produk-lulusan program akselerasi yang telah diselenggarakan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
Dimensi 1. Context/ Konteks
2. Input / Masukan
3. Process / Proses
Tabel 2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Tentang Program Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan No. Item & Indikator Keterangan Soal Jumlah Positif (+) Negatif (-) A. Tujuan perencanaan program kelas 1 1 akselerasi B. Sasaran perencanaan program kelas 2 1 akselerasi C. Perbedaan Jadwal Kalender Pendidikan 22 1 di Tangerang Selatan dengan DKI Jakarta D. Perbedaan SPP antara Kelas Akselerasi 21 1 dengan Kelas Reguler A. Kegiatan Penerimaan Siswa Baru 19, 20, 17, 18, 4 Program Kelas Akselerasi B. Kesiapan Pelaksanaan program kelas akselerasi 1) Sarana prasarana 3, 4 5, 6, 7 5 2) Tenaga Kependidikan 10, 11 8, 9 4 3) Manajemen 38 12, 39 3 4) Kurikulum 13 1 5) Lingkungan yang kondusif 14 1 6) Dana 15 1 7) Waktu 16 1 A. Kegiatan pengawasan internal program 31 1 kelas akselerasi B. Kegiatan pengawasan eksternal program 32 1 kelas akselerasi C. Kegiatan Pembelajaran Siswa Program 23, 24, 25 26 4 Kelas Akselerasi D. Kegiatan Evaluasi Belajar Siswa Kelas 27, 28, 29, 4
59
4. Product / Lulusan
Akselerasi A. Penilaian proses B. Penilaian hasil Jumlah
30 36 37 23
33, 34, 35 40 17
4 2 40
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan beralamat di jalan Ir. H. Juanda No.1 (Samping UIN) Ciputat, Tangerang Selatan. SMP Negeri 3 Tangerang Selatan berdiri sejak tahun 1976 dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979. Bulan Februari 1983 menjadi sekolah mandiri dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada tahin 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini. Sejak berdirinya SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah dipimpin oleh 7 orang kepala sekolah : 1. R. Soeharto 2. Drs. H. Wanhar 3. Drs. H. Munadjat Indria 4. Dra. Hj. Ade Halimatusa'diah 5. Drs. H. Kuswanda MPd 6. Drs. H. Nurhadi MM 7. Maryono, SE
: 1976 : 1977 - 1989 : 1989 - 1996 : 1996 - 2000 : 2000 - 2006 : 2006 - 2009 : 2009 - sekarang
60
61
Adapun visi dan misi yang dijalankan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Visi: (1) Terunggul dalam prestasi, (2) Teladan dalam bersikap dan bertindak, (3) Konsisten dalam menjalankan ajaran agama. Dan Misi : (1) Mewujudkan peningkatan kualitas mutu lulusan, (2) Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA dan SMKN, (3) Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air, (4) Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan, (5) Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan. (lampiran 6)
2. Latar Belakang Penyelenggaraan Kelas Akselerasi Dengan misi meningkatkan kualitas mutu lulusan dan meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan, pada tahun 2004 SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memulai program kelas akselerasi. Pada saat itu sekolah yang dipimpin oleh Drs. H. Kuswanda, M.Pd memulai program kelas akselerasi dan terus berjalan hingga saat ini di bawah pimpinan Maryono, S.E.M.M.Pd dan telah memiliki 5 angkatan lulusan program kelas akselerasi (Lampiran 10, Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan). Hasil wawancara dengan koordinator program kelas akselerasi menambahkan bahwa ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menyelenggarakan kelas Akselerasi, diantaranya
melihat
potensi
anak
didik
yang
menonjol
dalam
pembelajaran. Sering kali anak didik tersebut (anak didik yang menonjol) dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka harus menunggu untuk masuk ke materi baru, atau melewati materi yang telah mereka pahami, di karenakan teman sekelas yang lain belum paham mengenai materi yang di sampaikan. Dari keadaan inilah sekolah mulai berfikir untuk memberikan wadah untuk memberikan pelayanan khusus pada anak didik yang memiliki kecerdasaan istimewa tersebut. Selain itu pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga merasa sudah mampu untuk menjalankan program kelas akselerasi. (hasil wawancara)
62
3. Proses Penerimaan Siswa Baru Program CI-BI Akselerasi a. Tujuan 1) Memberikan informasi dan promosi tentang Program Ci-Bi Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kepada masyarakat luas, khususnya kepada lulusan SD/MI di wilayah tangerang selatan. 2) Menjaring bibit-bibit unggul yang potensial, khususnya dari lulusan SD dan MI di wilayah Tangerang Selatan khususnya. 3) Memberikan kesempatan kepada lulusan SD dan MI negeri maupun swasta, khususnya yang ada di wilayah Tangerang Selatan yang selama ini kurang mendapatkan kesempatan menikmati pendidikan yang bermutu. 4) Melakukan proses rekruitmen untuk menjaring calon peserta didik yang memiliki ptensi kecerdasan yang tinggi dan berkualitas di bidang akamedik, keimanan, dan ketakwaan. (lampiran 7. Panduan sistem penerimaan peserta didik baru SMP Negeri 3 Tangerang Selatan) b. Target Peserta ditargetkan dalam penerimaan peserta didik baru ini adalah para sisswa lulusan SD/MI, lebih diutamakan lulusan SD/MI yang ada di wilayah Tangerang Selatan sebanyak 200 siswa. Dari jumlah tersebut akan diseleksi dan diluluskan ± 40 peserta didik khusus untuk Program Inklusif CI-BI Akselerasi (percepatan belajar).
63
c. Tahap-tahap penerimaan siswa baru Tabel 3 Proses Penerimaan Siswa Baru Program Kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2010 / 2011 Tahap-tahap Kegiatan Penerimanaan Siswa Deskripsi Kegiatan Kelas Akselerasi 1. Penyusunan panduan penerimaan siswa baru Tahap Persiapan 2. Penyiapan berkas formulir pendaftaran 3. Penyiapan software data base pendaftaran siswa baru 4. Pembuatan brosur dan spanduk (banner) 5. Rapat koordinasi antara pengelola program dengan panitia pelaksana 6. Rapat koordinasi antara pengelola program dengan dinas pendidikan Tahap Sosialisasi dan 1. Percetakan buku panduan penerimaan peserta didik baru Publikasi 2. Percetakan brosur penerimaan peserta didik baru 3. Pembuatan baliho dan banner penerimaan peserta didik baru 4. Pemasangan iklan penerimaan peserta didik baru di media cetak dan internet 5. Sosialisasi pemerimaan peserta didik baru kepada kepala SD/MI yang ada di wilayah Tangerang Selatan 6. Sosialisasi penerimaan peserta didik baru ke beberapa satuan pendidikan yang petensial menjadi calon peserta didik baru Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Proses Pendaftaran 1. Persyataran Pendaftaran Calon Siswa Baru A. Persyaratan Umum: 1) Siswa kelas VI SD/MI tahun pelajaran 2010/2011 2) Memiliki NISN (Nomor Induk Siswa Nasioanal) 3) Maksimal berusia 14 tahun pada tanggal 11 Juli 2011 4) Menyerahkan foto copy akta/kenal lahir 5) Surat keterangan peserta UASBN tahun 2010/2011 6) Mengisi formulir pendaftaran (F-A1 dan F-A2) yang telah disediakan panitia PSB SMP Negeri 3 Tangerang Selatan 7) Bila dinyatakan diterima (lulus seleksi) sebagai
64
siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, melampirkan foto copy nilai UASBN tahun 2010/2011 8) Melampirkan foto copy sertifikat prestasi akademik (jika memiliki). B. Persyatan Khusus: 1) Aspek Akademik: Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI ≥ 8,00 Rata-rata nilai Rapor kelas VI ≥ 8,00 Tes potensial akademik (General Tes) ≥ 8,00 2) Aspek Psikologi: Intellegent Quotient (IQ) ≥ 140 (Jenius) Kreativitas baik, di atas skor 120 Komitmen pada tugas (TC) di atas 125 Spiritual Quotient (SQ) baik/taat 3) Aspek Kesahatan 4) Minat siswa dan persetujuan orang tua.
Seleksi Berkas
Pemanggilan Test
2. Cara pendafataran a. Mengisi formulir pendaftaran penerimaan peserta didik baru program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang dapat diperoleh di panitia penerimaan peserta didik baru b. Formulir pendaftaran yang sudah diisi dan dilengkapi persyaratan diserahkan langsung kepada panitia di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Untuk menjamin bahwa hanya calon peserta didik baru yang memenuhi persyaratan saja yang berhak mengikuti tes seleksi baik tes potensi akademik maupun tes skolatik. Seleksi berkas dilakukan dengan meneliti data dan bukti fisik data pendaftar apakah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Selanjutnya, pendaftar yang memenuhi syarat dan berhak mengikuti tes seleksi akan ditetapkan dalam bentuk surat pemberitahuan dari kepala SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Pendaftar yang lolos seleksi berkas diumumkan di papan pengumuman SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, surat pemberitahuan, dan di upload di website (www.smpn3tangsel.com) Pendaftar yang lolos seleksi berkas akan mendapatkan surat panggilan mengikuti tes seleksi dari Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru Pogram CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Surat panggilan tes tersebut bukti untuk memperoleh kartu peserta tes potensi akademik (TPA).
65
Pelaksanaan Seleksi
Pengolahan Hasil Tes
1. Materi Seleksi Materi seleksi calon peserta didik baru Program CIBI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tes potensi akademik (TPA) untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS, dan tes skolastik (psikotest). Materi Tes Bakat: Skolastik disusun oleh panitia penilai pendidikan (Puspendik) Balitbang Depdiknas dan Lembaga Psikologi UIN Jakarta, sedangkan tes potensi akademik disusun oleh tim khusus SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. 2. Tempat Seleksi Seleksi peserta didik baru program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Jl. Ir. H. Juanda No.1 (Samping UIN) Ciputat 15412 Telp./Fax (021) 740 1312 1. Pengolahan Hasil Tes Pengolahan hasil tes potensi akademik (TPA) dilakukan oleh panitia penerimaan peserta didik baru, dan pengolahan tes bakat skolastik (TBA) dilakukan oleh Lembaga Psikologi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 2. Standar Kelulusan Peserta tes dinyatakan lulus apabila: a. Aspek Akademik: Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI ≥ 8,00 Rata-rata nilai Rapor kelas VI ≥ 8,00 Tes potensial akademik (General Tes) ≥ 8,00 b. Aspek Psikologi: Intellegent Quotient (IQ) ≥ 140 (Jenius) Kreativitas baik, di atas skor 120 Komitmen pada tugas (TC) di atas 125 Spiritual Quotient (SQ) baik/taat c. Lulus dari satuan pendidikan SD/MI 3. Rapat Kelulusan Rapat kelulusan peserta didik baru Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dilaksanakan dan dihadiri oleh: a. Unsur Kepala Sekolah dan para Pembantu Kepala Sekolah (PKS) b. Unsur Pengelola Program CI-BI Akselerasi c. Unsur-unsur Panitia Penerimaan peserta didik baru d. Unsur komite sekolah
66
Berdasarkan rapat kelulusan calon peserta didik baru Pengumuman Kelulusan dan Daftar Program CI-BI Akselerasi, akan ditetapkan calon peserta didik baru yang dinyatakan lulu. Penetapan Ulang tersebut dituangkan dalam surat keputusan Kepala SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Pengumuman kelulusan dapat dilihat di papan pengumuman di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, surat pemberitahuan, atau melalui website: www.smpn3tangsel.com Bagi peserta yang dinyatakan lulus seleksi harus segera melaksanakan proses daftar ulang dengan melengkapi berkas daftar ulang yang telah disiapkan panitia. Penyerahan berkas daftar ulang dapat dilaksanakan secara langsung ke panitia penerimaan peserta didik baru program CI-Bi akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Salah satu berkas yang wajib dilengkapi dalam proses daftar ulang adalah rekaman medis hasil tes kesehatan calon siswa baru sebagai bahan tes kesehatan. Jika sampai batas waktu yang ditentukan calon siswa yang lulus tidak melakukan daftar ulang, dianggap mengundurkan diri. Posisi calon siswa yang menundurkan diri tersebut selanjutnya digantikan calon siswa yang berada pada posisi cadangan berdasarkan nomor urut. (Lampiran 7. Panduan sistem penerimaan peserta didik baru SMP Negeri 3 Tangerang Selatan)
B. Deskripsi Data Untuk mengetahui secara rinci hasil dari penelitian evaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, maka akan dijelaskan dalam bentuk tabel-tabel sebagai berikut : Tabel 4 Sosialisasi Tujuan Program Kelas Akselerasi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Jelas 4 21,1 Jelas 14 73,6 Kurang Jelas 1 5,3 Tidak Jelas Total 19 100 Tabel di atas menunjukan bahwa, sekolah menjelaskan tujuan perencanaan program akselerasi kepada peserta program kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni : (73,6%) siswa menjawab “jelas”, dan (21,1%) siswa menjawab “sangat jelas”, (5,3%) siswa menjawab “kurang jelas”
67
dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak jelas”. Tabel 5 Sosialisasi Sasaran Program Akselerasi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju 2 10,5 Kurang Setuju 13 68,4 Tidak Setuju 4 21,1 Total 19 100% Tabel di atas menunjukan bahwa, sekolah menjelaskan sasaran perencanaan program akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (68,4%) siswa menjawab “kurang setuju”, (21,1%) siswa menjawab “tidak setuju”, meskipun sekolah telah mensosialisasikan sasaran program akselerasi kepada siswa, namun ada beberapa siswa yang kurang mengetahui tentang informasi ini karena ada (10,5%) siswa yang menjawab “setuju. Tabel 6 Kenyamanan Ruang Kelas Alternatif Jawaban F Sangat Nyaman 8 Nyaman 11 Kurang Nyaman Tidak Nyaman Total 19
Persentase % 42,1 57,9 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa, sekolah memiliki ruang kelas yang memadai dan memberikan kenyamanan kepada siswa untuk menerima pelajaran yang disampaikan guru. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (42,1%) siswa menjawab “sangat nyaman”, dan (57,9%) siswa menjawab “nyaman”, dan tidak ada siswa yang menjawab “kurang nyaman” atau “tidak nyaman”. Tabel 7 Kelayakan Laboratorium Alternatif Jawaban F Sangat Setuju 1 Setuju 14 Kurang Setuju 4 Tidak Setuju Total 19
Persentase % 5,3 73,6 21,1 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sekolah memiliki laboratorium yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
68
jawaban siswa, yakni:(73,6%) siswa menjawab “setuju”,(5,3%) siswa menjawab “sangat setuju”. Meskipun demikian sebagian siswa menganggap laboratorium di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kurang layak digunakan, hal ini dapat dilihat dari (21,1%) siswa yang menjawab “kurang setuju”. Tabel 8 Ketidaklayakan Perpustakaan Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju 2 10,5 Kurang Setuju 16 84,2 Tidak Setuju 1 5,3 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan sebagian besar siswa menunjukan bahwa sekolah memiliki perpustakaan yang lengkap dan nyaman. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni : (84,2%) siswa menjawab “kurang setuju”, (5,3%) siswa yang menjawab “tidak setuju”. Namun meskipun tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju”, ada (10,5%) siswa menjawab “setuju”, yang berarti mereka menyatakan bahwa perpustakaan yang dimiliki sekolah kurang lengkap dan tidak nyaman untuk digunakan. Tabel 9 Ketidaklayakan Ruang BK Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 6 31,6 Tidak Setuju 13 68,4 Total 19 100 % Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sekolah memiliki ruang BK (bimbingan konseling) untuk siswa berkonsultasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni : (68,4%) siswa menjawab “ tidak setuju”, dan (31,6 %) siswa menjawab “kurang setuju”.
69
Tabel 10 Ketidaklayakan Tempat Ibadah Alternatif Jawaban F Sangat setuju Setuju Kurang Setuju 13 Tidak Setuju 6 Total 19
Persentase % 68,4 31,6 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa sekolah memiliki tempat ibadah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (68,4%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan (31,6%) siswa menjawab “tidak setuju”. Tabel 11 Professionalisme Guru Kelas Akselerasi Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Total
F 9 10 19
Persentase % 47,3 52,7 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru-guru yang mengajar di Kelas Akselerasi adalah guru-guru pilihan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (52,7%) siswa menjawab “tidak setuju”, dan (47,3%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “setuju” atau “sangat setuju”. Hasil wawancara dengan koordinator kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga menegaskan bahwa, guru-guru yang mengajar di kelas Akselerasi adalah guru-guru regular yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut antara lain yaitu S1 di bidang materi yang diajarkan, mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi: perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar, dan juga memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, tidak semua guru bidang studi dapat mengajar di kelas Akselerasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan dalam program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu dengan menyediakan guru yang memiliki kemampuan lebih dan memenuhi persyaratan kriteria guru program akselerasi, sehingga mampu
70
mengimbangi kemampuan belajar siswa dengan kemapuan mengajarnya, dengan begitu diharapkan hasil belajar siswa mencapai hasil yang memuaskan. (Hasil wawancara, jawaban No.12). Tabel 12 Professionalisme Petugas Laboratorium Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju Setuju 2 10,5 Kurang Setuju 14 73,6 Tidak Setuju 3 15,9 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa petugas laboratorium di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada siswa. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (73,6%) siswa menjawab “kurang setuju”, (15,9%) siswa menjawab “tidak setuju”. Meskipun demikian, ada beberapa siswa yang menganggap bahwa petugas laboratorium di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang kurang mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada siswa, hal ini bisa dilihat dari (10,5%) siswa yang menjawab “setuju”. Tabel 13 Professionalisme Pustakawan Alternatif Jawaban F Sangat Setuju 1 Setuju 17 Kurang Setuju 1 Tidak Setuju Total 19
Persentase % 5,3 89,4 5,3 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga pustakawan yang dimiliki SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, bukanlah guru mata pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (89,4%) siswa menjawab “setuju”, (5,3%) siswa menjawab “sangat setuju”, sedangkan hanya (5,3%) siswa yang menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak setuju”.
71
Tabel 14 Ketidakprofesionalan Guru BK Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju 2 10,5 Kurang Setuju 16 84,2 Tidak Setuju 1 5,3 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa petugas BK yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, bukanlah guru mata pelajaran atau wali kelas. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (10,5%) siswa menjawab “setuju”, dan (5,3%) siswa menjawab “tidak setuju”, namun ada sebagian siswa yang menganggap bahwa guru BK di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah guru kelas, hal ini bisa dilihat dari (84,2%) siswa yang menjawab “kurang setuju”. Berarti sebagian guru telah mengembangkan profesionalisme dalam bekerja. Tabel 15 Ketidakmampuan Sekolah Mengelola Program Akselerasi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 15 78,9 Tidak Setuju 4 21,1 Total 19 100 % Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, mampu mengelola program kelas akselerasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (78,9%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan (21,1%) siswa menjawab “tidak setuju”, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju” atau “setuju” Tabel 16 Program Pembelajaran Tersendiri/Khusus Kelas Akselerasi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 6 31,6 Setuju 13 68,4 Kurang Setuju Tidak Setuju Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, memiliki program pembelajaran tersendiri/khusus. Hal ini
72
dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni : (68,4 %) siswa menjawab “setuju”, dan (31,6 %) siswa menjawab “sangat setuju”, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab “kurang setuju” atau “tidak setuju”. Tabel 17 Ketidaknyamanan Lingkungan Sekolah Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju 1 5,3 Kurang Setuju 14 73,6 Tidak Setuju 4 21,1 Total 19 100 % Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memiliki lingkungan yang nyaman untuk proses pembelajaran siswa. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (73,6%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan (21,1%) siswa menjawab “tidak setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa menjawab “setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju”. Tabel 18 Kesiapan Dana Sekolah Untuk Pelaksanaan Kelas Akselerasi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 1 5,3 Setuju 17 89,4 Kurang Setuju 1 5,3 Tidak Setuju Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memiliki dana yang cukup untuk menyelenggarakan program kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (89,4%) siswa menjawab “setuju”, dan (5,3%) siswa menjawab “sangat setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak setuju”. Tabel 19 Pengelolaan Waktu Program Kelas Akselerasi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 2 10,5 Setuju 16 84,2 Kurang Setuju 1 5,3 Tidak Setuju Total 19 100 %
73
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu mengatur/mengelola waktu penyelenggaraan program kelas akselerasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (84,2%) siswa menjawab ”setuju”, dan (10,5%) siswa menjawab “sangat setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa yang menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak setuju”. Tabel 20 Ketidakmampuan Sekolah dalam Penyelenggaran Penerimaan Siswa Baru Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 5 26,4 Tidak Setuju 14 73,6 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu menyelenggarakan kegiatan pendaftaran program kelas akselerasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (73,6%) siswa menjawab “tidak setuju”, dan (26,4%) siswa menjawab “kurang setuju”, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab “setuju” atau “sangat setuju”. Tabel 21 Uji Berkas Penerimaan Siswa Baru Alternatif Jawaban F Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju 5 Tidak Setuju 14 Total 19
Persentase % 26,4 73,6 100 %
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan melakukan seleksi berkas calon siswa program kelas akselerasi pada saat pendaftaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (73,6%) siswa menjawab “tidak setuju”, dan (26,4%) siswa menjawab “kurang setuju”, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju” atau “setuju”.
[
74
Tabel 22 Pelaksanaan tes masuk (tes akademik, tes psikologi dan tes kesehatan) Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 12 63,1 Setuju 6 31,6 Kurang Setuju 1 5,3 Tidak Setuju Total 19 100 Dari tabel di atas dapat dilihat 63,1% siswa menjawab “sangat setuju” dan 31,6% siswa menjawab “setuju”. Sementara yang menjawab “kurang setuju” 5,3%. Untuk mengambil kesimpulan yang tepat, penulis melakukan wawancara dengan koordinator program kelas akselerasi mengenai masalah ini. Dan dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan melakukan tes kesahatan, karena tes kesehatan merupakan persyaratan khusus bagi siswa yang ingin masuk program kelas akselerasi. Tabel 23 Persetujuan/kesediaan orang tua siswa Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju 11 57,9 Setuju 8 42,1 Kurang setuju Tidak setuju Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, meminta persetujuan dari orang tua calon siswa program kelas akselerasi pada saat pendaftaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (57,9%) siswa menjawab “sangat setuju”, (42,1%) siswa menjawab “setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “kurang setuju” atau “tidak setuju”. Tabel 24 Perbedaan SPP antara kelas akselerasi dengan kelas reguler Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju 2 10,5 Setuju 17 89,5 Kurang setuju Tidak setuju Total 19 100 %
75
Tabel tersebut menunjukan bahwa perbedaan SPP kelas akselerasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas reguler, tidak menjadi masalah siswa kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (89,5%) siswa menjawab “setuju”, (10,5%) siswa menjawab “sangat setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “kurang setuju” atau “tidak setuju”. Hal ini menjawab salah satu fenomena yang ditemukan penulis, sebelumnya penulis melihat bahwa perbedaan SPP antara kelas Akselerasi dengan kelas Reguler akan menimbulkan permasalahan, namun hasil penelitian ini menunjukan bahwa fenomena tersebut adalah tidak benar atau salah. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil wawancara penulis dengan koordinator program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, yang menyatakan bahwa perbedaan SPP antara kelas Akselerasi dengan kelas Reguler tidak menjadi permasalahan (hasil wawancara, pertanyaan No.10-11). Tabel 25 Perbedaan jadwal pendaftaran program antar wilayah Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju Setuju 9 47,3 Kurang setuju 10 52,7 Tidak setuju Total 19 100 % Dari di atas menunjukkan bahwa 47,3% siswa menjawab “setuju”, sementara 52,7% siswa menjawab “kurang setuju”. Untuk memberikan pernyataan yang tepat, penulis melakukan wawancara dengan koordinator program kelas akselerasi mengenai masalah ini. Dan dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memang menghadapi kendala dalam perbedaan kalendar pendidikan, tapi hanya untuk kelas reguler, tidak untuk kelas akselerasi. Seluruh siswa/i yang mendaftar di kelas akselerasi diyakini menjadikan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Keyakinan ini muncul karena kegiatan pendaftaran dan proses seleksi calon siswa dilakukan sebelum pengumuman kelulusan Sekolah Dasar dilakukan. Jadi dapat dinyatakan bahwa Kelas Akselerasi SMP Negeri 3
76
Tangerang Selatan menjadi pilihan utama calon siswa dalam melanjutkan jenjang pendidikan. Hasil angket dan wawancara tersebut juga menjawab salah satu fenomena yang ditemukan penulis. Sebelumnya penulis melihat bahwa perbedaan kalender akademik (jadwal penerimaan siswa baru) antara wilayah Tangerang dan DKI Jakarta, akan menjadi masalah, khususnya dalam hal input siswa yang akan masuk di kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Tabel 26 Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Alternatif Jawaban F Persentase % Selalu 1 5,3 Sering 17 89,4 Kadang-kadang 1 5,3 Tidak Pernah Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa guru-guru di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, selalu menggunakan rencana pembelajaran yang sesuai dengan program kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (89,4%) siswa menjawab “sering”, dan (5,3%) siswa menjawab “selalu”, sementara hanya (5,3%) siswa yang menjawab “kadang”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak pernah”. Tabel 27 Kemampuan guru mengatur waktu setiap mata pelajaran Alternatif Jawaban F Persentase % Selalu 2 10,5 Sering 14 73,7 Kadang-kadang 3 15,8 Tidak Pernah Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa, guru-guru di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, mengatur yang tepat untuk setiap mata pelajaran di kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (73,7%) siswa menjawab “sering”, dan (10,5%) siswa menjawab “selalu”. Meskipun demikian sebagian siswa menganggap bahwa guru di kelas akselerasi kurang mampu mengatur waktu untuk setiap mata pelajaran, hal ini bisa dilihat dari (15,8%)
77
siswa menjawab “kadang-kadang”. Tabel 28 Kemampuan guru menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 2 10,5 Setuju 16 84,2 Kurang Setuju 1 5,3 Tidak Setuju Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa, guru-guru kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, selalu menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (84,2%) siswa menjawab “setuju”, dan (10,5%) siswa menjawab “sangat setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak setuju”. Tabel 29 Ketidakmampuan guru menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 1 5,3 Setuju 3 15,8 Kurang Setuju 13 68,4 Tidak Setuju 2 10,5 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas akselerasi menganggap guru-guru kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (68,4%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan (10,5%) siswa menjawab “tidak setuju”, namun ada (15,8 %) siswa menjawab “setuju”, dan (5,3 %) siswa menjawab “sangat setuju”, yang artinya, mereka menganggap bahwa guru-guru di kelas akselerasi kurang mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan.
78
Tabel 30 Penberian tugas, PR, dan kuis pada setiap pertemuan Alternatif Jawaban F Persentase % Selalu 1 5,3 Sering 9 47,3 Kadang-kadang 8 42,1 Tidak Pernah 1 5,3 Total 19 100 % Dari tabel diatas, 5,3% siswa menjawab “selalu”, 47,3% siswa menjawab “sering”, 42,1% siswa menjawab “kadang-kadang”, dan 5,3% siswa menjawab “tidak pernah”. Persentase jawaban siswa hampir sebanding, dan untuk memberikan pernyataan yang tepat penulis melakukan wawancara dengan koordinator program kelas akselerasi. Dan dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa hanya sebagian guru di kelas akselerasi yang selalu memberikan tugas, PR, dan kuis pada setiap pertemuan. Bagi sebagian guru lainnya, tugas, PR, dan kuis merupakan cara untuk mengetahui kesiapan belajar dan pemahaman siswa terhadap materi yang akan ataupun yang telah diajarkan. Sebagian guru tersebut melakukannya dengan cara yang berbeda, meskipun kadang-kadang mereka memberikan tugas atau PR kepada siswa. Jadi dapat dinyatakan bahwa guru di kelas akselerasi tidak selalu memberikan tugas, PR, dan Kuis pada setiap pertemuannya. Tabel 31 Pelaksanaan Ulangan Harian Alternatif Jawaban F Persentase % Selalu 2 10,5 Sering 11 57,9 Kadang-kadang 5 26,3 Tidak Pernah 1 5,3 Total 19 100 % Dari di atas menunjukkan bahwa sebagian besar menyatakan bahwa guru-guru di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan selalu memberikan ulangan harian. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (57,9%) siswa menjawab “sering”, dan (10,5%) siswa menjawab “selalu”, meskipun demikian (26,3%) siswa yang menjawab “kadang-kadang”, dan (5,3%) siswa menjawab “tidak pernah” nmenyatakan bahwa guru di kelas akselerasi tidak memberikan ulangan harian.
79
Tabel 32 Pelaksanaan Ujian Tengah Semester Alternatif Jawaban F Selalu 1 Sering 5 Kadang-kadang 13 Tidak pernah Total 19
Persentase % 5,3 26,4 68,3 100 %
Tabel di atas menunjukan sebagian besar siswa kelas akselerasi menyatakan bahwa guru-guru kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, tidak selalu mengadakan ujian tengah semester. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (68,3%) siswa menjawab “kadang-kadang,” meskipun demikian ada (26,4%) siswa menjawab “sering”, dan (5,3%) siswa menjawab “selalu”, yang artinya mereka menyatakan bahwa guru kelas akselerasi menyatakan bahwa guru-guru dikelas akselerasi mengadakan ujian tengah semester. Tabel 33 Pelaksanaan Ujian Akhir Semester Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Total
F 1 9 8 1 19
Persentase % 5,3 47,3 42,1 5,3 100 %
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa guru-guru dikelas akselerasi, tidak selalu memberikan ujian akhir semester. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban siswa yang hampir sebanding antara “selalu” (5,3%) dan “sering” (47,3%) dengan “kadang-kadang” (42,1%), dan “tidak pernah” (5,3%). Tabel 34 Pengawasan oleh Kepala Sekolah Alternatif Jawaban F Selalu 1 Sering 16 Kadang-kadang 1 Tidak pernah 1 Total 19
Persentase % 5,3 84,1 5,3 5,3 100 %
80
Tabel tersebut menunjukan bahwa kepala SMP Negeri 3 Tangerang Selatan selalu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kelas akselerasi, minimal sebulan sekali. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (84,1%) siswa menjawab “sering”, dan (5,3%) siswa menjawab “selalu”, namun ada beberapa siswa yang tidak mengetahui bahwa kepala sekolah melakukan pengawasan, hal ini bisa dilihat dari (5,3%) siswa yang menjawab “kadang-kadang”, dan (5,3%) siswa yang menjawab “tidak pernah”. Tabel 35 Pengawasan oleh Komite Sekolah Alternatif Jawaban F Persentase % Selalu 1 5,3 Sering 14 73,6 Kadang-kadang 4 21,1 Tidak pernah Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mengetahui bahwa komite sekolah/orang tua melakukan pengawasan, terhadap pelaksanaan program kelas akselerasi sekurang-kurangnya 1 kali dalam setahun. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (73,6%) siswa menjawab “sering”, dan ada sebagian siswa yang tidak mengetahui bahwa komite sekolah/orang tua melakukan pengawasan, terhadap pelaksanaan program kelas akselerasi sekurang-kurangnya 1 kali dalam setahun, hal ini bisa dilihat dari (5,3%) siswa menjawab “selalu”, sementara hanya (21,1%) siswa menjawab “kadangkadang”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak pernah”. Tabel 36 Kesempatan menyampaikan kritik/masukan Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju 1 5,3 Kurang Setuju 18 94,7 Tidak Setuju Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa, SMP Negeri 3 Tangerang Selatan selalu memberikan kesempatan kepada siswa masukkan
berupa
saran
maupun
kelas akselerasi untuk memberikan kritik
kepada
sekolah
mengenai
penyelenggaraan program kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
81
siswa, yakni: (94,7%) siswa menjawab “kurang setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa yang menjawab “setuju”. Dan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju” atau “tidak setuju”. Tabel 37 Efek program kelas akselerasi terhadap kemampuan berkompetisi Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju Setuju 2 10,5 Kurang setuju 17 89,5 Tidak setuju Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat sebagian besar siswa menyatakan bahwa program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan membuat siswa menjadi lebih kompetitif/mampu bersaing. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa yakni: (89,5%) siswa menjawab “kurang setuju”, sementara ada (10,5%) siswa yang menjawab “setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju” atau “tidak setuju”, yang artinya mereka menyatakan bahwa kelas akselerasi membuat mereka kurang kompetitif. Tabel 38 Peningkatan Prestasi Akademik Siswa Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju Setuju 1 5,3 Kurang Setuju 16 84,2 Tidak Setuju 2 10,5 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa, melalui program kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu meningkatkan prestasi akademik siswa kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (84,2%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan (10,5%) siswa menjawab “tidak setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa yang menjawab “setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju”.
82
Tabel 39 Manfaat Program dalam Memudahkan Siswa Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju 5 26,3 Setuju 13 68,4 Kurang Setuju 1 5,3 Tidak setuju Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Program Akselerasi yang diselenggarakan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memudahkan siswa program kelas akselerasi untuk mengikut pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (68,4%) siswa menjawab “setuju”, dan (26,3%) siswa menjawab “sangat setuju”, sementara hanya (5,3%) siswa yang menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “tidak setuju”. Tabel 40 Manfaat program kelas akselerasi dalam membantu siswa memilih program lanjutan Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat Setuju 11 57,9 Setuju 8 42,1 Kurang Setuju Tidak setuju Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan bahwa Program Akselerasi yang diselenggarakan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu memberikan jaminan kepada siswanya untuk dapat melanjutkan ke sekolah-sekolah unggulan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (57,9%) siswa menjawab “sangat setuju”, dan (42,1%) siswa menjawab “setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “kurang setuju” atau “tidak setuju”. Dari hasil dokumentasi yang dilakukan penulis, sebagian besar alumni kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dari 5 angkatan yang berjumlah 83 lulusan, 78 diantaranya diterima di SMAN-SMKN Negeri, dan selebihnya memilih sekolah swasta unggulan.(Lampiran 10)
83
Tabel 41 Kerjasama sekolah dengan orang tua siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran Alternatif Jawaban F Persentase % Selalu 7 36,8 Sering 11 57,9 Kadang-kadang Tidak Pernah 1 5,3 Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memanggil dan berdiskusi dengan orang tua siswa program kelas akselerasi yang mengalami masalah dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (57,9%) siswa menjawab “sering”, dan (36,8%) siswa menjawab “selalu”, sementara hanya (5,3%) siswa yang menjawab “tidak pernah”, dan tidak ada siswa yang menjawab “kadang-kadang”. Tabel 42 Manfaat Pemberian Jadwal Tambahan Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju 1 5,3 Setuju 1 5,3 Kurang setuju 4 21 Tidak setuju 13 68,4 Total 19 100 % Tabel di atas menunjukan sebagian besar siswa menyatakan bahwa SMP [
Negeri 3 Tangerang Selatan, memberikan pelajaran tambahan kepada siswa program kelas akselerasi sebagai persiapan dalam menghadapi ujian. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (68,4%) siswa menjawab “tidak setuju”, dan (21%) siswa menjawab “kurang setuju”, namun ada (5,3%) siswa yang menjawab “setuju”, dan (5,3%) siswa yang menjawab “sangat setuju”, yang artinya mereka menyatakan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidak memberikan pelajaran tambahan kepada siswa dalam menghadapi ujian.
84
Tabel 43 Ketepatan Program Akselerasi Bagi Siswa CI-BI Alternatif Jawaban F Persentase % Sangat setuju Setuju Kurang setuju 9 47,4 Tidak setuju 10 52,6 Total 19 100 % Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Program Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah program yang tepat dalam hal memberikan pelayanan pendidikan khususnya bagi siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa seperti siswa kelas akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa, yakni: (52,6%) siswa menjawab “tidak setuju”, dan (47,4%) siswa menjawab “kurang setuju”, dan tidak ada siswa yang menjawab “sangat setuju” atau “setuju”. Secara keseluruhan, Evaluasi program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, akan dijelaskan melalui tabel berikut: Tabel 44 Distribusi Frekuensi Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Klasifikasi Rentang Interval Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Total
Frekuensi 3 16 19
Persentase % 15,79 84,21 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada umumnya siswa program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menyatakan bahwa program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan berada dalam tingkat baik. Hal ini bisa dilihat dari distribusi frekuensi sampel yaitu siswa yang menjawab dengan persentase 84,21 % atau sejumlah 16 orang. Sementara 3 orang lain nya menjawab sangat baik. Namun jika dilihat dari persentase perolehan skor angket, tingkat evaluasi program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan berada dalam tingkat sangat baik dengan persentase perolehan skor mencapai 76,74%.
85
Selain itu, evaluasi program kelas akselerasi juga dapat dilihat dari 4 aspek evaluasinya
yaitu:
Context/konteks,
Input/Masukan,
Process/Proses,
Product/produk, yang juga berada dalam tingkat sangat Baik. Hal ini bisa dilihat dari tabel berikut: Tabel 45 Evaluasi Program Kelas Akselerasi Dilihat Dari 4 Aspek Evaluasi Dimensi Persentase % Context/Konteks 68,75 Input/Masukan 87,5 Process/Proses 72,5 Product/Produk 83,33 Rata-rata 78,02
Keterangan Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Tabel di atas menunjukan bahwa dimensi input/masukan dan product/Produk program kelas akselerasi di SMPN Negeri 3 Tangerang Selatan berada dalam tingkat sangat baik, sementara dimensi context/konteks dan process/proses berada dalam tingkat baik. Dan jika dijumlahkan secara keseluruhan, keempat dimensi ini mencapai rata-rata persentase sebesar 78,02 %, yang berarti berada dalam tingkat sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah mampu merencanakan program akselerasi dengan baik, sesuai dengan konteks, dan memiliki input serta proses yang baik, serta mampu menghasilkan produk yang baik pula. Dengan kata lain, program kelas akselerasi
yang dilakukan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dapat
meningkatkan mutu pendidikan khususnya pelayanan kebutuhan pendidikan siswa cerdas istimewa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. C. Analisis dan Interpretasi Data Dari hasil angket di atas, dapat diketahui bahwa persiapan penyelenggaraan program kelas akselerasi yang dilakukan pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tergolong baik. Sebagian besar siswa kelas askselerasi berpendapat bahwa ketersedian sarana kelas yang ada, nyaman untuk melakukan pembelajaran, laboratorium yang memadai, ruang perpustakaan yang lengkap, dan ruang BK sebagai tempat siswa berkonsultasi, serta tempat ibadah, mempermudah untuk melakukan kegiatan pendidikan dan pelaksanaan
86
program kelas akselerasi (lihat tabel 6,7,8,9,10), namun ada 21,1 % siswa yang menganggap laboratorium SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kurang layak digunakan, dan 10,5% siswa menyatakan perpustakaan di SMP Negeri Tangerang Selatan kurang lengkap dan tidak nyaman digunakan, hal ini harus diperbaiki oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan agar peran laboratorium dan perpustakaan sebagai sumber belajar tambahan (selain kelas) dapat optimal memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan intelektual siswa, pelayanan kebutuhan siswa. Sebagai satu-satunya sekolah menengah pertama di kawasan Tangerang Selatan yang menyelenggarakan program kelas akselerasi, sewajarnya hal ini menjadi perhatian penting pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. SMP Negeri 3 Tangerang Selatan selalu menganggarkan dana pemeliharaan dan perbaikan sarana prasana sekolah, seperti mengganti bangku dan meja yang rusak, perbaikan white board, pengecatan dinding kelas, penambahan dan perbaikan toilet, penambahan jumlah kelas, pengadaan taman sekolah, perbaikan kantin, dan kebersihan, serta keindahan tata letak bangunan sekolah (lihat tabel 17 & hasil penelitian lapangan). Untuk tenaga kependidikan, khususnya guru, hanya guru-guru pilihan yang dapat mengajar di kelas akselerasi (lihat tabel 11). Guru-guru ini dipilih berdasarkan pengalaman dan kemampuan mengajar mereka. Guru-guru ini dipilih langsung oleh kepala sekolah, sebagai penanggung jawab pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Berikut adalah daftar nama-nama, guru, dan pendidikan terakhir, serta pengalaman mengajar guru-guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
87
Tabel 46 Profil guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun ajaran 2010 / 2011 Pendidikan No Nama & Jabatan Mata Pelajaran Terakhir 1. Maryono, SE Guru Pembina, Sarjana ekonomi BP / BK Kepala Sekolah 2. Hj. Eni Subekti, M.Pd S2 – Magister Koordinator Program Bahasa Inggris Pendidikan Kelas Akselerasi 3. Pendidikan H. M. Nasir Rinun, BA Sarjana Agama Guru Pembina Agama Islam 4. Drs. Syaifullah Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Guru Pembina 5. Drs. Junaidi Sarjana Pendidikan Penjaskes Guru Pembina 6. Endar Suhendar, S.Pd Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris Guru Pembina 7. Teknologi Endang Hamidin, S.Pd, S2 – Magister Informasi & M.Pd Pendidikan Guru Pembina Komunikasi 8. Nurzaidah Sarjana Pendidikan Tata Boga Guru Pembina 9. Hazali, S.Pd Sarjana pendidikan Pendidikan Seni Guru Pembina 10. Pendidikan Hj. Neni Supriati Sarjana Pendidikan Guru Pembina kewarganegaraan 11. Verdra Yoliska, S.Pd Sarjana Pendidikan IPA – Fisika Guru Pembina 12. Indah Pudji Rahayu, Sarjana Pendidikan IPA – Fisika S.Pd Guru Pembina 13. Pendidikan Drs. Anwarudin Sarjana Pendidikan Guru Pembina Agama Islam 14. Takhriyah Agustina, Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia S.Pd Guru Dewasa Tk.I 15. Suparman, S.Pd Sarjana Pendidikan Penjaskes Guru Dewasa Tk.I 16. Hj. N. Ery Sueri Sarjana Pendidikan Tata Boga Guru Dewasa Tk.I 17. Dra. Lilis Susilawati Sarjana pendidikan IPA – Biologi Guru Pembina
88
18. 19. 20. 21. 21. 23. 24.
Netty Lutfiah Guru Dewasa Tk.I Hj. Siti Budaya, S.Pd Guru Dewasa Tk.I Hermanto, S.Pd Guru Pembina Drs. Sholeh Fathoni Guru Dewasa Tk.I Evi Syarfiatri, S.Pd Guru Dewasa Tk.I Dadang Yohana Guru madya TK.I Dra. Rr. Rini Pramadani, S.Pd Guru Madya
Sarjana Pendidikan
Matematika
Sarjana Pendidikan
Matematika
Sarjana Pendidikan
Seni Budaya
Sarjana Pendidikan
IPS
Sarjana Pendidikan
IPA – Biologi
Sarjana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan
Sarjana Pendidika
IPS
Selain guru, keseriusan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam penyelenggaraan pendidikan juga terlihat dalam pengelolaan tenaga kependidikan yang mereka miliki. Sebagian besar siswa kelas akselerasi (89,95%) di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menyatakan bahwa laboratorium mereka dikelola oleh orang yang ahli dibidangnya (lihat tabel 12), namun masih ada 10,5% siswa yang menganggap bahwa petugas laboratorium yang ada kurang profesional dalam melaksanakan tugasnya, hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan agar petugas laboratorium yang ada mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik ketika pendidikan berlangsung atau berhubungan dengan laboratorium. Pustakawan yang mereka miliki juga berkonsentrasi pada pelayan pendidikan di perpustakaan, pustakawan mereka bukan guru pelajaran atau bekerja rangkap (lihat tabel 13), namun ada 10,5% siswa yang menganggap Pustakawan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan bekerja rangkap sebagai guru mata pelajaran. Menurut sebagian besar siswa kelas akselerasi (89,95% siswa), Petugas BK yang bertugas untuk membantu siswa dalam menghadapi masalah dalam kegiatan pembelajaran bukan guru pelajaran atau wali kelas, namun 10,5% siswa tidak sependapat (lihat tabel 14), hal ini perlu menjadi perhatian bagi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, khususnya dalam hal memilih guru BK agar siswa dapat dengan leluasa mengutarakan masalah
89
yang mereka hadapi kepada guru BK (Bimbingan dan Konseling) yang pada akhirnya permasalahan-permasalahan siswa di dalam ataupun di luar pembelajaran dapat teratasi sehingga siswa mampu menerima pembelajaran dengan optimal. Dan untuk menjaga mutu sekolah maupun menjaga kepuasan pelanggan (costumer satisfication) pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan akan mengganti tenaga kependidikan (pustakawan, petugas laboratorium, guru) yang dianggap tidak ahli atau tidak kompeten. Bahkan siswa kelas akselerasi berhak untuk tidak suka pada guru dan juga berhak untuk meminta pengganti guru yang tidak disukai tersebut (hasil wawancara). Proses seleksi dan penerimaan siswa baru program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga dapat tergolong baik (lihat tabel 20). Kegiatan seleksi calon siswa tidak hanya sekedar seleksi berkas (tabel 21) tetapi meliputi juga tes akademik (tabel 22) maupun tes IQ (hasil wawancara). Meskipun tidak melakukan tes kesehatan secara langsung di sekolah, tetapi calon siswa program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga diminta untuk menyertakan surat keterangan sehat (hasil wawancara). Selain itu, SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga meminta persetujuan dari orang tua calon siswa (tabel 23). Persetujuan ini merupakan salah satu upaya kerjasama pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam menyelenggarakan program kelas akselerasi. Orang tua siswa dan komite sekolah, akan memegang fungsi kontrol terhadap kinerja sekolah dalam menjalankan pendidikan. Salah satunya adalah program kelas akselerasi yang harus mendapatkan pengawasan setidaknya 1 kali dalam setahun (tabel 35). Selain kontrol dari eksternal/luar sekolah, SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga melakukan pengawasan secara internal sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 semester, peran ini dipegang oleh kepala sekolah (tabel 34). Namun 21,1% siswa menyatakan tidak megetahui bahwa komite sekolah dan kepala Sekolah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program akselerasi. Hubungan kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa tidak hanya sebatas pengawasan. SMP Negeri 3 Tangerang Selatan akan melaporkan hasil ulangan harian, ujian tengah semester, dan tugas, serta hasil penilaian kepada
90
orang tua siswa pada saat pembagian raport. Pihak sekolah yang diwakili oleh wali kelas atau guru BK juga akan memanggil orang tua siswa yang menghadapi masalah dalam pembelajaran untuk berdiskusi mencari jalan penyelesaian yang terbaik (lihat tabel 41). SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga akan menyampaikan perubahan, pernyesuaian ataupun perbaikan seputar program kelas akselerasi kepada orang tua siswa baik melalui surat ataupun dalam rapat akhir tahun (hasil wawancara). Dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa kelas akselerasi menyatakan bahwa guru-guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, namun ada 21,1% siswa yang menyatakan sebaliknya, hal ini harus menjadi perhatian bagi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, khususnya bagi guru-guru yang mengajar di kelas akselerasi, agar dapat menciptakan kenyamanan bagi siswa dalam pembelajaran di kelas, maupun di luar kelas. Dalam hal penggunaan metode, dan media pembelajaran, guru-guru di kelas akselereasi telah mamppu menyediakan dan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan kelas akselerasi. Tidak hanya itu, guru-guru tersebut juga telah menggunakan rencana pembelajaran, meskipun belum mampu mengatur waktu yang tepat untuk setiap mata pelajaran. Meskipun sebagian guru tidak selalu memberikan tugas, pekerjaan rumah, ataupun kuis pada setiap pertemuannya, mereka tetap menguji kesiapan belajar dan pemahaman materi siswa, dengan cara yang berbeda, misalnya dengan bertanya secara langsung kepada siswa. Guru-guru di kelas akselerasi juga memberikan ulangan harian dan ujian tengah semester, serta ujian akhir semester (lihat tabel 26,27,28,29,30,31,32,33). Untuk remedial khusus kelas akselerasi, pada tahun ajaran 2009/2010 telah dihilangkan, hal ini bertujuan agar siswa kelas akselerasi tidak menganggap ujian sebagai hal yang mudah dan bisa di ulang (hasil wawancara). Meskipun 10,5% siswa menyatakan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidak memberikan
pelajaran
tambahan,
namun
pada
kenyataannya
untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk persiapan menghadapi ujian,
91
SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memberikan tambahan jam pelajaran diluar jam sekolah reguler (lihat tabel 42). Biaya program kelas akselerasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas reguler ternyata tidak menjadi permasalahan bagi siswa (lihat tabel 24). Dan perbedaan kalender pendidikan antara wilayah Jakarta dengan tangerang tidak membuat program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menjadi pilihan kedua calon siswa (lihat tabel 25). Bahkan program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menjadi program unggulan untuk menarik calon siswa. Secara keseluruhan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu mengelola program kelas akselerasi dengan baik (tabel 15). SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga memiliki dana yang memadai untuk menyelenggarakan program percepatan
belajar
yang
tergolong
mahal
ini
(tabel
18).
Waktu
penyelenggaraan (pendaftaran, seleksi, penerimaan, sampai dengan kelulusan siswa) juga dikelola dengan baik oleh pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan (tabel 19). Selain itu, kurikulum yang diterapkan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan untuk kelas akselerasi adalah kurikulum khusus, yang berbeda dengan kelas reguler. Dengan kata lain SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menjalankan dua kurikulum yang berbeda dalam 1 tahun ajaran (tabel 16). Dengan segala kelebihan, maupun profesionalisme yang ditunjukan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam menyelenggarakan program kelas akselerasi, pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tetap terbuka untuk saran maupun kritik dari siswa. Hal ini mereka lakukan agar program yang mereka jalankan benar-benar mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada siswa-siswi yang berbakat istimewa tersebut, yang secara langsung akan meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri yang mereka kelola. (tabel 36) Dari hasil jawaban angket, dan wawancara yang dilakukan penulis pada siswa dan koordinator program kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, penulis menyimpulkan bahwa secara keseluruhan program kelas akselerasi yang dilakukan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dapat dikatakan berjalan baik dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi siswa
92
cerdas istimewa. Selain itu fenomena yang ditemukan penulis terjawab. Diantaranya adalah masalah perbedaan SPP yang tidak menimbulkan masalah, perbedaan jadwal penerimaan siswa baru antara wilayah Tangerang dan DKI Jakarta juga tidak menjadi kendala bagi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan untuk mendapatkan siswa-siswa yang berkualitas bagi kelas Akselersi. Adapun persepsi siswa regular tentang perbedaan pelayanan pendidikan yang diberikan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidaklah benar adanya. (Hasil wawancara no.9) Jika ditinjau dari setiap dimensi programnya, dapat dilihat bahwa setiap dimensi program tersebut memiliki rata-rata persentase sebesar 78,02% yang berarti berada pada tingkat sangat baik dalam memberikan pelayanan pendidikan siswa cerdas istimewa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Dimensi input memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 87,5%, hal ini menunjukan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah mempersiapkan dan merencanakan program kelas akselerasi dengan sangat baik. Dimensi produk, atau lulusan program kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jawaban angket pada dimensi produk yang mencapai 83,33% (sangat baik). Untuk dimensi konteks dan proses berada dalam tingkat baik, masing-masing sebesar 68,75% dan 72,5%. Angka tersebut menunjukan bahwa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah mampu menyelenggarakan proram akselerasi yang telah direncanakan sebelumnya, serta mampu melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program kelas akselerasi tersebut dengan baik pula. Pada dimensi konteks pula telah terjawab fenomena-fenomena yang pada awalnya dipertanyakan penulis tentang perbedaan kalender pendidikan di daerah Tangerang Selatan dengan DKI Jakarta dan perbedaan SPP/Iuran Sekolah kelas reguler dan kelas akselerasi. Perbedaan kalender pendidikan ini tidak menjadi masalah bagi siswa kelas akselerasi, semua siswa yang masuk dalam kelas akselerasi menjadikan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebagai pilihan utama sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Perbedaan iuran sekolah/SPP juga tidak menjadi masalah bagi siswa akselerasi dalam menjalani proses
93
pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Melihat nilai output program akselerasi yang telah diselenggarakan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan selama 7 tahun ini, ada sedikit perbedaan dari tahun pertama penyelenggaraan hingga tahun terakhir ini. Tahun pertama penyelenggaraan sampai saat ini masih menjadi angkatan terbaik dalam hal nilai akademis, namun sangat minim dalam hal sikap, mereka terkesan acuh dengan guru-guru yang tidak mengajar mereka. Berbeda dengan angkatan setelahnya, meskipun nilai mereka sedikit rendah dibanding dengan angkatan pertama, namun tetap di atas rata-rata sekolah, angkatan ke-2 sampai dengan yang terakhir (ke-6), lebih unggul dalam hal interaksi, baik dengan guru-guru yang tidak mengajar di kelas mereka, maupun dengan seluruh warga sekolah lainnya (hasil wawancara). Berdasarkan hasil dokumentasi nilai raport lulusan tahun pelajaran 2010/2011 nilai rata-rata kelas siswa terendah 83,82 dan rata-rata kelas siswa tertinggi mencapai 89,00 dari 13 mata pelajaran. Berikut adalah Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Siswa Kelas Akselerasi Tahun Ajaran 2010 / 2011: Tabel 47 Nilai Mata Pelajaran Siswa Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran 2010/2011 Mata Pelajaran Rata-rata Kelas Agama 85 PKn 95 Bahasa Indonesia 84 Bahasa Inggris 85 Matematika 90 IPA 81 IPS 84 Seni Budaya 82 Penjaskes 87 TIK 84 Tata Boga 84 Eng Con 87 Budi Pekerti 90 Jumlah 1118 Rata-rata Mata Pelajaran 86
94
Dari hasil raport terlihat bahwa nilai rata-rata mata pelajaran di kelas akselerasi mencapai angka 86. Sebuah pencapaian yang sesuai mengingat mereka adalah siswa yang teridentifikasi sebagai siswa yang memiliki kecerdasan istimewa, dan bakat istimewa. (Lampiran 8) Pada hasil ujian nasional tahun pelajaran 2010/2011 siswa kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Lulus 100% dengan pencapaian nilai sebagai berikut: Tabel 48 Nilai Ujian Nasional Siswa Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran 2010 / 2011 Rata-rata Nilai Mata Pelajaran Nilai Terendah Nilai Tertinggi Ujian Nasional Bahasa Indonesia 7.00 9.00 8.01 Bahasa Inggris 8.40 10.00 9.46 Matematika 7.75 10.00 8,70 IPA 6.50 8.50 7.80 Jumlah 33,97 Rata-rata Nilai Mata Pelajaran Ujian Nasional Siswa 8,49 kelas Akselerasi (Lampiran Hasil Ujian Nasional Siswa kelas IX Akselerasi)
Berdasarkan data lulusan siswa program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang selatan dari angkatan pertama sampai dengan 5, hampir seluruh lulusan di terima di SMA Negeri. Dari total 82 orang lulusan, 77 alumni kelas akselerasi di terima di SMAN & SMKN, sementara 5 orang alumni lain nya lebih memilih ke sekolah swasta unggulan. Alumni program akselerasi tahun pelajaran 2005/2006 (angkatan I) yang berjumlah 18 orang, 14 orang diantaranya tercatat diterima di perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia (UI, ITB, IPB, UGM, UNSUD, UIN), 3 orang diterima di fakultas kedokteran Universitas Veteran (UPN), dan 1 orang di Bina Nusantara (BINUS). (Lampiran 10). Data dari hasil dokumentasi ini mempertegas dan membuktikan hasil penelitian pada dimensi produk yang memiliki persentase 83,33%, yang menunjukan bahwa dimensi produk, atau lulusan program kelas akselerasi berada dalam rentang interval yang sangat baik.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sangat efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dibidang pelayanan kesiswaan. Program akselerasi yang di jalankan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik yang berbakat istimewa dan memiliki kecerdasan akademik diatas rata-rata. Hal ini terlihat dari data perdimensi berikut: Persentase pada dimensi program yaitu Input/masukan dan dimensi product/produk yang masing-masing mencapai 87,5% dan 83,33%, dan pada dimensi context/konteks serta process/proses masingmasing mencapai 68,75% & 72,5%. Dan jika dijumlah secara keseluruhan maka persentase dimensi program (Konteks, Masukan, Proses, Produk) kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mencapai rata-rata persentase 78,02 %, yang berarti berada dalam tingkat sangat baik. Hal ini diperkuat oleh tidak terbuktinya fenomena-fenomena yang penulis lihat sebelumnya. Permasalahan perbedaan SPP antara kelas akselerasi dan regular tidak menjadi permasalahan. Perbedaan kalender akademik antara daerah Tangerang dengan daerah DKI Jakarta tidak membuat SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kehilangan siswa-siswi cerdas isitimewa untuk mengikuti program kelas
95
96
akselerasi. SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga tidak melakukan diskriminasi pelayanan terhadap siswa reguler. Adapun nilai output / lulusan program kelas akselerasi dari tahun pertama hingga saat ini terus membaik, khususnya dalam sikap, dan interaksi. Meskipun ada 11 sub komponen yang masih harus menjadi perhatian dan perlu perbaikan dari SMP Negeri 3 Tangerang Selatan agar program kelas akselerasi dapat terselenggara lebih baik. 11 sub kompenen tersebut, yaitu: 1. 10,5% siswa kelas akselerasi menyatakan siswa tidak mengetahui sosialisasi sasaran program akselerasi. 2. 21,1% siswa kelas akselerasi menyatakan laboratorium SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidak memadai untuk menunjang proses pembelajaran. 3. 10,5% siswa kelas akselerasi menyatakan perpustakaan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kurang lengkap dan kurang nyaman dalam menunjang proses pembelajaran. 4. 10,5% siswa kelas akselerasi menyatakan petugas laboratorium SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kurang mampu dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa kelas akselerasi. 5. 10,5% siswa kelas akselerasi menyatakan guru BK SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kurang profesional menjalankan tugasnya karena masih menjadi guru kelas. 6. Ketidakmampuan guru kelas akselerasi mengatur waktu setiap mata pelajaran. 7. Ketidakmampuan
guru
menciptakan
kondisi
pembelajaran
yang
menyenangkan. 8. 10,5% siswa kelas akselerasi menyatakan bahwa kepala sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidak melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kelas akselerasi. 9. 21,1% siswa kelas akselerasi menyatakan komite sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidak melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kelas akselerasi.
97
10. 10,5% siswa menyatakan program kelas akselerasi menjadikan siswa tidak kompetitif. 11. 10,5% siswa kelas akselerasi menyatakan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tidak memberikan pelajaran tambahan bagi siswa untuk persiapan menghadapi ujian. Penulis
menyimpulkan
bahwa
program
kelas
akselerasi
yang
diselenggarakan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan tepat sasaran dalam hal meningkatkan mutu pendidikan khususnya pelayanan pendidikan bagi siswa cerdas istimewa dan berbakat istimewa. Program ini dapat dilanjutkan atau dikembangkan agar SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dapat terus memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi siswa yang cerdas istimewa dan berbakat istimewa, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu lulusan, maupun mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
B. Saran 1. Pihak
SMP
Negeri
3
Tangerang
Selatan
sebaiknya
mampu
mempertahankan prestasi yang telah mereka capai. Khususnya dalam pelayanan kebutuhan siswa-siswi yang berbakat istimewa dan berkampuan akademik di atas rata-rata. 2. SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebaiknya memperbanyak memberikan pendidikan dan pelatihan guru, maupun pelatihan tenaga kependidikan lain, agar dapat berkembang, baik kompetensi, maupun pengalamannya sehingga mampu melayani kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan zaman. 3. SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebaiknya mampu memperbaiki kekurangan ataupun keterbatasan yang mereka miliki, khususnya masalah penerimaan dan seleksi calon siswa baru program kelas akselerasi, agar program tersebut tepat sasaran dan benar-benar mampu menghasilkan “bibit unggul” yang mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Akses
Internet,
http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-
program-sebuah-pengantar.html , 07 Oktober 2010. Akses Internet Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasicipp.html , 09 Juni 2011. Akses
Internet
Fuddin,
Wordpress
http://fuddin.wordpress.com/2008/07/02/teori-evaluasi-dengan-cipp/
Blog, 07
Oktober 2010. Akses
internet,
http://smaia1.al-
azhar.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid =60, 3 Agustus 2011. Akses internet, http://smplabschoojkt.blogspot.com/2008/03/kelas-akselerasi.html, 3 Agustus 2011. Akses internet, http://iisnurhayati.wordpress.com/2009/09/28/sman-1-pamulang/, 3 Agustus 2011. Akses internet, http://smpn3tangsel.com/viewpage.php?page_id=2 , 3 Agustus 2011. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan IV, Edisi Revisi, 2005. Arikunto, Suharsimi & Syafrudin, Cepi Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan – Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang, Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Basaha Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Departemen Pendidikan Nasional, Isu-Isu Pendidikan di Indonesia: Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga, Jakarta: Balitbang Diknas, 2004.
98
99
____________________________, Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua, Jakarta: Balitbang Diknas, 2004. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009. ______________________,
Pedoman
Penyelenggaraan
Pendidikan
Untuk
Peserta Didik Cerdas Istimewa, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009. Departemen
Pendidikan
Nasional,
Pedoman
Penyelenggaraan
Program
Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa, Jakarta: Balitbang Diknas, 2003. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Sistem Pendidikan Nasional No.20, Tahun 2003, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006. Echols, Jhon M., Hasan, Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 2006. Hornby, A S Oxford Advanced Learner’s Dictionary, New York: Oxford University Press, 2000. Munandar, Utami, Pemanduan Anak Berbakat : Suatu Studi Penjajakan, Jakarta: PT. Rajawali, 1998. Nurrahmah, Rahmi, Metodologi Pembelajaran Pada Program Akselerasi di SLTP Islam Al-Azhar I Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005.
100
Pranata, Anggriawan, Efektifitas Program Kelas Akselerasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP N 2 Ciputat, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Subana, M..et.all, Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Jakarta: CV. Alfabeta, Cet.IV, 2008 Syafaruddin, Soeratno, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi, Jakarta: PT Grasindo, 2002. Syaodih, Nana Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. Wulandari, Veria, Pengelolaan Program Kelas Akselerasi-Studi Kasus di SD Panglima Besar Jendral Sudirman Cijantung, Jakarta Timur. Jakarta: FIPUNJ 2004.
Pedoman Wawancara Nama Responden
: Hj. Eni Subekti, M.Pd
NIP
: 196307201985012001
Jabatan
: Koordinator Program Kelas Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari/Tanggal
: Rabu, 18 Mei 2011
Pokok Pembicaraan 1. Apa yang melatarbelakangi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Membuka Kelas Akselerasi? 2. Apakah tujuan dan sasaran utama penyelenggaraan kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? 3. Bagaimana mekanisme penerimaan perserta didik baru program akselerasi? 4. Bagaimana proses seleksi calon siswa baru program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? 5. Apakah tes kesehatan menjadi salah satu bentuk tes masuk kelas akselerasi? 6. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program kelas akselerasi? 7. Sebelum masuk kelas akselarasi apakah siswa mendapat bimbingan dari BK? 8. Bagaimana tindakan sekolah/konsekuensi yang dilakukan sekolah terhadap calon siswa yang mengikuti tes di kelas akselarasi, namun hasil tes siswa tersebut berada dibawah standar? Apakah dimasukkan ke dalam kelas reguler? Atau ada tindakan lain dari pihak sekolah? 9. Apakah perbedaan kalender pendidikan antara daerah DKI Jakarta dan Tangerang membuat Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tidak menjadi pilihan utama calon siswa/i baru?
10. Apakah perbedaan biaya antara kelas akselerasi dan kelas regular menjadi kendala bagi siswa kelas akselerasi dalam pelaksanaan pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? 11. Berapakah besar biaya uang sekolah / SPP siswa program kelas akselerasi, dan berapa besar uang sekolah / SPP siswa reguler? 12. Apakah
guru-guru
yang
mengajar
di
kelas
akselarasi
dipilih/diminta/dilatih/dites? 13. Apakah Guru yang mengajar di kelas akselerasi selalu memberikan tugas, PR, dan kuis pada setiap pertemuan? 14. Kurikulum seperti apa yang diterapkan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? 15. Bagaimana output/hasil nilai Ujian Nasional siswa Kelas Akselerasi selama penyelenggaraannya di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Setelah lulus dari Kelas Akselarasi, mayoritas siswa diterima di sekolah apa? 16. Apa saja yang dilakukan oleh pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam mengevaluasi, atau memperbaiki pelaksanaan program kelas akselerasi? 17. Bagaimana perbandingan kualitas output / hasil Ujian Nasional di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, sebelum dah sesudah menyelenggarakan program kelas akselerasi? 18. Apakah program kelas akselerasi mampu meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, baik dari segi input siswa, kualitas pelayanan pendidikan, kompetensi guru, sarana-prasarana, manajemen sekolah, kualitas lulusan?
Hasil Wawancara Nama Responden
: Hj. Eni Subekti, M.Pd
NIP
: 196307201985012001
Jabatan
: Koordinator Program Kelas Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari/Tanggal
: Rabu, 18 Mei 2011
Pokok Pembicaraan 1. Apa yang melatarbelakangi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Membuka Kelas Akselerasi? Jawaban: Ada beberapa penyebab atau alasan yang melatarbelakangi SMP Negeri 3 membuka kelas akselerasi. Diantaranya melihat potensi anak didik yang menonjol dalam pembelajaran. Sering kali anak didik tersebut (anak didik yang menonjol) dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka harus menunggu untuk masuk ke materi baru, atau melewati materi yang telah mereka pahami, di karenakan teman sekelas yang lain belum paham mengenai materi yang di sampaikan. Dari keadaan inilah sekolah mulai berfikir untuk memberikan wadah untuk memberikan pelayanan khusus pada anak didik yang memiliki kecerdasaan istimewa tersebut. Selain itu pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga merasa sudah mampu untuk menjalankan program kelas akselerasi. 2. Apakah tujuan dan sasaran utama penyelenggaraan kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Jawaban: Tujuan penyelenggaraan program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah memberikan wadah kepada siswa/i yang menonjol dalam pembelajaran (berbakat istimewa). Sasarannya adalah siswa/i yang menonjol dalam pembelajaran. 3. Bagaimana mekanisme penerimaan perserta didik baru program akselerasi?
Jawaban: Pengrekrutan pertama kita adakan tes berupa: a. Aspek Akademik: Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI ≥ 8,00 Rata-rata nilai Rapor kelas VI ≥8,00 Tes potensial akademik (General Tes) ≥ 8,00 b. Aspek Psikologi: Intellegent Quotient (IQ) ≥ 140 (Genius) Kreativitas baik, di atas skor 120 Komitmen pada tugas (TC) di atas 125 Spiritual Quotient (SQ) baik/taat c. Aspek Kesahatan 4. Bagaimana proses seleksi calon siswa baru program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Jawaban: Selain membuka pendaftaran dan tes masuk, SMP Negeri 3 Tangerang Selatan juga mencari bibit-bibit unggul (calon siswa) dari SD dengan melakukan promosi, serta memberikan penawaran kepada siswa SD yang dianggap memiliki kemampuan untuk masuk dan mengikuti pembelajaran di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. 5. Apakah tes kesehatan menjadi salah satu bentuk tes masuk kelas akselerasi? Jawaban: Tes kesehatan menjadi salah satu persyaratan khusus basi siswa yang ingin masuk di program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, pada saat pendaftaran, calon siswa diharuskan menyertakan surat keterangan sehat, baik dari dokter, rumah sakit, ataupun Puskesmas. 6. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program kelas akselerasi? Jawaban: Salah satu yang kendala yang sering dirasakan oleh pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam pelaksanaan kelas akselerasi datang dari siswa itu sendiri (eksternal). Nilai tes akademik maupun tes IQ yang baik tidak menjadi jaminan bagi siswa/i untuk mampu mengikuti pembelajaran di kelas akselerasi. Sering kali siswa/i tersebut gagal untuk mengikuti pembelajaran di kelas.
Selain itu juga yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah perbedaan keinginan antara orang tua dan calon siswa itu sendiri. Terkadang keinginan untuk mengikuti program kelas akselerasi hanya datang dari orang tua siswa, tanpa diiringi keinginan yang kuat, serta keseriusan anak. Atau sebaliknya, keinginan sang anak tidak mampu dipenuhi orang tua, dikarenakan keragu-raguan orang tua terhadap kelas akselerasi. 7. Sebelum masuk kelas akselarasi apakah siswa mendapat bimbingan dari BK? Jawaban: Tidak. Tidak ada bimbingan BK sebelum para calon siswa memasuki kelas akselerasi. 8. Bagaimana tindakan sekolah/konsekuensi yang dilakukan sekolah terhadap calon siswa yang mengikuti tes di kelas akselarasi, namun hasil tes siswa tersebut berada dibawah standar? Apakah dimasukkan ke dalam kelas reguler? Atau ada tindakan lain dari pihak sekolah? Jawaban: Sekolah tidak secara otomatis memasukan calon siswa yang tidak lulus seleksi kelas akselerasi ke dalam kelas reguler. Jika mereka tidak lulus di kelas akselerasi dan ingin masuk ke dalam kelas reguler, mereka harus mengikuti tes masuk kelas reguler sebagaimana mestinya. 9. Apakah perbedaan kalender pendidikan antara daerah DKI Jakarta dan Tangerang membuat Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tidak menjadi pilihan utama calon siswa/i baru? Jawaban: Perbedaan kalender pendidikan antara wilayah Jakarta dan Tangerang memang menjadi salah satu kendala di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, dan terkadang membuat SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, dijadikan pilihan alternatif/pilihan kedua/tidak menjadi pilihan utama untuk melanjutkan pendidikan, tetapi keadaan tersebut hanya berlaku untuk kelas-kelas reguler saja, tidak untuk kelas akselerasi. Seluruh siswa/i yang mendaftar di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sudah menjadikan SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan sebagai pilihan utama, dikarenakan kegiatan pendaftaraan dan seleksi calon siswa dilaksanakan jauh sebelum pengumuman kelulusan SD (sekolah dasar). 10. Apakah perbedaan biaya antara kelas akselerasi dan kelas regular menjadi kendala bagi siswa kelas akselerasi dalam pelaksanaan pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Jawaban: Tidak, perbedaan uang sekolah tidak pernah menjadi kendala. 11. Berapakah besar biaya uang sekolah / SPP siswa program kelas akselerasi, dan berapa besar uang sekolah / SPP siswa reguler? Jawaban: a. Uang sekolah untuk Kelas Reguler Kelas VII, VIII, X = Rp 150.000,b. Uang sekolah untuk kelas Akselerasi Kelas VII akselerasi = Rp 300.000,Kelas X akselerasi = Rp 375.000,- * Terjadi peningkatan biaya ketika kenaikan kelas, jika ada siswa yang yang tereliminasi dari kelas akselerasi sebab biaya dibebankan kepada siswa yang masih melangsungkan pembelajaran di kelas akselerasi. (Sumber : Iskandar, S.Pd bendahara program kelas akselerasi tata usaha SMP Negeri 3 Tangerang Selatan). 12. Apakah
guru-guru
yang
mengajar
di
kelas
akselarasi
dipilih/diminta/dilatih/dites? Jawaban: Sebagian besar guru yang mengajar di kelas akselerasi telah ditinjau terlebih dahulu performance nya. Dilihat dari pengalaman mengajar, kemampuan intelektual, metode pembelajaran, serta pencapaian ketuntasan belajar siswa juga menjadi bahan pertimbangan. Guru-guru yang mengajar di kelas Akselerasi adalah guru-guru regular yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut antara lain yaitu S1 di bidang materi yang diajarkan, mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi: perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar, dan juga memahami
psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, tidak semua guru bidang studi dapat mengajar di kelas Akselerasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan dalam program akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yaitu dengan menyediakan guru yang memiliki kemampuan lebih dan memenuhi persyaratan kriteria guru program akselerasi, sehingga mampu mengimbangi kemampuan belajar siswa dengan kemapuan mengajarnya, dengan begitu diharapkan hasil belajar siswa mencapai hasil yang memuaskan. 13. Apakah Guru yang mengajar di kelas akselerasi selalu memberikan tugas, PR, dan kuis pada setiap pertemuan? Jawaban: Sebagian guru melakukan hal tersebut, sebagian lain melakukan penilaian terhadap persiapan maupun pemahaman siswa dengan cara yang berbeda, sesuai dengan gaya pembelajaran siswa yang dimiliki masing-masing guru. Tetapi guru-guru tersebut juga kadang-kadang memberikan tugas dan PR kepada siswa/i. 14. Kurikulum seperti apa yang diterapkan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Jawaban: Kurikulum yang diterapkan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah kurikulum KTSP. Namun pada saat penerapannya kurikulum inti dari KTSP ini lebih dipadatkan, dengan tujuan mempercepat pembelejaran/proses akselerasi siswa/i. 15. Bagaimana output/hasil nilai Ujian Nasional siswa Kelas Akselerasi selama penyelenggaraannya di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Setelah lulus dari kelas Akselarasi, mayoritas siswa diterima di sekolah apa? Jawaban: Out put/hasil ujian kelas akselerasi selama 7 tahun penyelenggaraan ini bisa dikatan baik. Alumni pertama tahun 2005 merupakan lulusan dengan nilai akademik terbaik, namun dalam hal sosialisasi baik dengan guru yang tidak mengajar di kelas akselerasi maupun dengan masyarakat sekolah, mereka dapat dikatakan acuh dan egoismenya tinggi. Untuk angkatan kedua dan hingga lulusan terakhir pada 2010 ini, meskipun nilai akademik mereka sedikit berada
dibawah angkatan pertama, namun tetap dapat dikatakan baik karena nilai ujian mereka berada di atas rata-rata dan memiliki kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat sekolah jauh lebih baik dari angkatan pertama. Data tertulis tentang sekolah lanjutan para alumni siswa kelas akselerasi memang tidak ada, tapi sepengetahuan saya, sebagian besar dari alumni siswa kelas akselerasi melanjutkan dan diterima di sekolah-sekolah menengah unggulan. 16. Apa saja yang dilakukan oleh pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam mengevaluasi, atau memperbaiki pelaksanaan program kelas akselerasi? Jawaban: Selalu diadakan rapat mengenai peningkatan mutu program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 pada akhir tahun pembelajaran. Bahkan untuk mengeliminasi siswa/i ataupun menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Rapat eliminasi melibatkan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, wali kelas akselerasi, dan seluruh guru yang mengajar di kelas akselerasi. Dalam rapat ini, wali kelas menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada guru yang mengajar di kelas akselerasi. Biasanya siswa yang tereliminasi akan di transfer ke kelas VII/VII/X regular, sesuai dengan ketuntasan materi mata pelajaran yang telah ia dapatkan di kelas akselerasi. Hal ini dilakukan karena siswa/i tersebut dianggap kurang mampu mengikuti pembelajaran di kelas akselerasi, sehingga ditakutkan akan mengalami permasalahan belajar jika terus dipaksakan mengikuti program kelas akselerasi. Adapun SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memberikan kesempatan pada seluruh guru di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan untuk mengajar di kelas akselerasi, dengan catatan mampu memenuhi persyaratan serta kompetensi yang telah di tetapkan. Selain itu pihak sekolah juga memberikan informasiinformasi mengenai program kelas akselerasi dengan bekerja sama dengan pihak UIN (Universitas Islam Negeri) yang bertujuan peningkatan mutu program kelas akselerasi dan peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Sekolah juga akan mengganti guru yang mengajar, atau
tenaga kependidikan lain yang dianggap tidak ahli atau tidak kompeten dibidangnya. 17. Bagaimana perbandingan kualitas output/hasil Ujian Nasional di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, sebelum dah sesudah menyelenggarakan program kelas akselerasi? Jawaban: Untuk nilai ujian nasional, baik sebelum maupun selama penyelenggaraan akselerasi yang telah berjalan 7 tahun ini, nilai ujian nasional tertinggi selalu dipegang oleh kelas regular. Meskipun begitu kelas akselerasi secara keseluruhan dan rata-rata nilai ujian nasionalnya jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas regular. Karena meskipun nilai ujian nasional tertinggi dipegang oleh kelas regular, tetapi di kelas regular juga banyak siswa yang nilainya jelek, tidak seperti kelas akselerasi yang secara keseluruhan dapat dikatakan bagus-bagus atau baik. 18. Apakah program kelas akselerasi mampu meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, baik dari segi input siswa, kualitas pelayanan pendidikan, kompetensi guru, sarana-prasarana, manajemen sekolah, kualitas lulusan? Jawaban: Iya pastinya. Semua poin yang disebutkan mengalami peningkatan. Yang paling menonjol adalah peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kompetensi guru, karena setiap guru berlomba-lomba ingin mengajar di kelas akselerasi. Guru juga harus mampu melayani kebutuhan siswa kelas akselerasi serta harus siap digantikan jika siswa kelas akselerasi tidak menginginkan guru tersebut untuk mengajar mereka lagi. Ciputat-Tangerang 18 Mei 2011 Koordinator Program Kelas Akselerasi
Hj. Eni Subekti, M.Pd NIP : 196307201985012001
PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI NO
ITEM
1
Profil Sekolah
2
Data Guru Kelas Akselerasi
3
Data Perkembangan Siswa Kelas Akselerasi
4
Sarana dan Prasarana Kelas Akselerasi
5
Kurikulum Sekolah
6
Tata Tertib Guru
7
Pedoman Kerja Kepala Sekolah
8
Pedoman Kerja Guru Kelas Akselerasi
9
Lembar Kerja Guru Piket
10
Lembar Kerja Guru Mata Pelajaran
11
Lembar Kerja Wali Kelas
12
Lembar Kerja Guru di Kelas
13
Jadwal Pelajaran Kelas Akselerasi
14
Tata Tertib Siswa
15
Data Kekosongan Kelas Akselerasi
16
Rencana Kerja Sekolah
Ada
Tidak Ada
NO. ANGKET 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Total
3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 129
4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 124
3 2 3 2 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 122
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 120
3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 143
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 118
3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 133
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 122
3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 129
3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 124
2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 2 1 2 2 3 1 1 4 2 2 3 3 4 1 2 3 111
3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 129
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 122
4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 113
3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 120
4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 140
4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 127
3 2 3 2 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 120
3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 123
60 59 65 54 56 70 63 67 58 57 56 61 63 60 57 58 71 71 68 68 59 47 57 56 58 54 48 52 45 48 55 54 56 55 58 61 68 62 67 67 2369
NO. SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Total
Keterangan :
:
Dimensi Konteks
:
Dimensi Masukan
:
Dimensi Proses
:
Dimensi Produk