PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh RUDI PURWANTO NIM: 104018200631
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1431 H
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan“ telah diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Kamis, Tanggal 24 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan. Jakarta, 24 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal dan Tanda Tangan Ketua Jurusan/ Ka. Prodi KI-MP Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil NIP. I9560530 198503 1 002
(………..…...……) (….….………….)
Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd NIP. 19650717 199403 1 003
(……………..…...) (………..……….)
Penguji I (……………..…...) (….……………..)
Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed NIP. 19720704 199703 1 002 Penguji II Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil NIP. I9560530 198503 1 002
(………..…...……) (….….………….)
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP.19571005 198703 1 003
ABSTRAKSI Akselerasi merupakan suatu proses percepatan pembelajaran yang di lakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa (unggul) dalam rangka mendapat target kurikulum nasional dengan mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyelesaikan proses belajarnya lebih cepat dari siswa siswa yang mengikuti program reguler (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun). Program yang diperuntukan bagi siswa berbakat tersebut memerlukan perhatian khusus, supaya peserta didik tidak berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Kurikulum dibuat secara khusus dan disesuaikan dengan kemampuan siswa, sehingga kemampuan yang di miliki oleh siswa berbakat dapat berkembang dengan semaksimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari penetapan tujuan, pemberian materi/pengalaman belajar, pemilihan strategi/organisasi, hingga evaluasi kurikulum program akselerasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul di peroleh dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator program, sekretaris program akselerasi yaitu, guru yang mengajar di kelas akselerasi, Kabag TU, dan dari hasil observasi peneliti di lapangan. Dari penelitian yang berfokus pada penerapan kurikulum program akselerasi ditemukan bahwa: (1). Tujuan penyelenggaraan program akselerasi adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat; (2). Materi yang di gunakan di ambil dari rumusan materi diknas; (3). Penyampaian materi disesuaikan dengan kemampuan siswa; (4). Penyeleksian rekruitmen siswa dilakukan secara khusus dan ketat dengan menggunakan berbagai metode (metode tes dan non tes); (5). Pemilihan guru didasarkan pada pertimbangan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian; (6). Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 bulan; (7). Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar; (8). Evaluasi setiap mata pelajaran dibuat oleh guru bidang studi masingmasing dan hasilnya langsung diberitahukan kepada siswa atau diberikan kepada wali kelas. Akhirnya penulis berharap, semoga dengan adanya penelitian semacam ini pengembangan kurikulum program akselerasi dan pengembangan pendidikan program akselerasi ke depan akan menjadi lebih baik.
KATA KUNCI: Kurikulum, Akselerasi, Under achiever.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil selesai tanpa
pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat teriring salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga akhir zaman. Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dan setiap manusia diciptakan dengan kondisi yang berbeda-beda sebagai bentuk ujian bagi mereka. Seperti firman Allah dalam surat al-An’am ayat 165 berikut: “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian (yang lain) beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu ...” Sebagian dari manusia diciptakan dengan keunggulan intelektual dan mereka biasa disebut sebagai manusia cerdas. Keberadaan kelompok manusia cerdas adalah suatu potensi sumber daya manusia yang dapat membawa perbaikan di segala relung kahidupan. Namun, mereka juga dapat membawa kehancuran apabila menyalahgunakan kecerdasannya tersebut. Di sinilah tugas pendidikan lewat kurikulum yang diterapkan di sekolah untuk mengantisipasi segala kemungkinan negatif yang akan muncul dan untuk terus menggali dan memperhatikan keseimbangan pendidikannya. Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna, memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun
ii eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan peran orang-orang terdekat yang dapat memberikan pemikiran dan motivasi, serta dukungan semua pihak penulis rasakan. Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama penulisan skripsi maupun selama masa kuliah kurang lebih lima tahun. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf Jurusan Kependidikan Mananjemen Pendidikan.. 3. Bapak Drs. Mujahid, AK dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd dosen Penasehat Akademik, atas motivasinya yang tidak henti-hentinya telah diberikan selama masa kuliah. 5. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah meberikan pelayanan, bimbingan berupa pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan profesinalisme yang tinggi 6. Bapak Maryono, SE kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan, Bpk Sholeh Fathoni selaku PKS Kurikulum &Pengajaran, Hj. Eni Subekti Koordinator Program Akselerasi, Hj. Siti Budayah, S.pd Sekretaris Program Akselerasi, Ibu Takhriyah Agustina dan Kabag TU yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi. 7. Ayahanda Djohan AZ. dan Ibunda tercinta Siti Zuhroh, bagaimanapun penulis sadar bahwa tanpa dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berdua berikan mustahil penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta Adek Teguh Santoso, Puspita Sari, Sumidi, keren Lovenska yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat yang senasib dan seperjuangan di MABES NKRI yang selalu berbagi dalam suka maupun duka Moh Fauzi Ibrahim (Ozy) sang organisatoris, Shalihin Mujiono sang patriotis, Da’i Mukmin sang ustad, Kamal Basya sang diplomat, Sholihin Botak (Kacong),
iii Ahmad Romadoni (Doni), Lia, Dina Murdhiah. Semoga persahabatan kita tidak akan lekang oleh waktu dan selalu terjaga kekal sampai akhir hayat kita. 9. Adinda terkhayal Amalia Isnaini (Adhe) yang dalam sosoknya yang mengawang-awang telah memberikan semangat tersendiri bagi penulis. 10. Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Tahun 2009/2010. Semoga kreativitas teman-teman selalu tumbuh dalam rangka untuk mengembangkan nilai akademis maupun
organisatoris khususnya di lingkungan Mahasiswa KI-Manajemen
Pendidikan. 11. Teman-teman Tim Manjeman Sekolah Guru Kreatif (SGK) atas dukungan dan motivasinya yang terus menerus diberikan kepada penulis untuk penyelesaian karya tulis ini. Semoga SGK kedepan tetap eksis, tambah maju dan kehadirannya makin bermanfaat untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. 12. Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan tahun akademik 2004/2005 khususnya kelas A, M. Amin Nasrullah, Edi Suderajad, Ridwan Munandar, Sulaeman, Laily Wulandari, Mulyani, Eva, Pupuy, Shofa, Farhan, Evi, Astri, Juju, Mukhyar, Tati, Memah, Murni, Dede, Bunda Sintha, Lala, Suhro, Rustana, Jamal, Yusmiati, Robi Amin, dan Zaharuddin (Pak Ustadz) semoga persahabatan kita tetap kompak. Penulis mengakui masih banyak nama yang belum disebut yang ikut berperan besar dalam penulisan skripsi baik langsung maupun tidak. Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan ilmu pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah jua segala sesuatunya penulis kembalikan.
Ciputat, 03 Juni 2010 M 20 Jumadil Akhir 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................ 4 C. Pembatasan Masalah .......................................................... 4 D. Perumusan Masalah ............................................................ 5 E. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II
: DESKRIPSI TEORITIS DAN KONSEPTUAL A. Deskripsi Teori ..................................................................... 6 1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum ............................................... 6 b. Komponen Kurikulum ............................................... 9 1. Komponen Tujuan ................................................ 9 2. Komponen Materi/Pengalaman Belajar ................. 10 3. Komponen Strategi/Organisasi ............................. 11 4. Komponen Evaluasi .............................................. 11 c. Pengembangan Kurikulum ........................................ 11 2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi a. Pengertian Program Akselerasi ................................... 12 b. Aspek Psikologis Program Akselerasi ........................ 15 c. Aspek Yuridis Program Akselerasi ............................. 17 d. Penerapan Program Akselerasi ................................... 18 3. Kurikulum Program Akselerasi a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi ................. 28 b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi ................. 30
v
C. Deskripsi Konseptual ........................................................... 31
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................. 33 1. Tujuan Umum Penelitian.................................................. 33 2. Tujuan Khusus Penelitian ................................................. 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 33 1. Tempat Penelitian ............................................................ 33 2. Waktu Penelitian .............................................................. 34 C. Metode Penelitian .................................................................. 34 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35 1. Wawancara ...................................................................... 35 2. Observasi ......................................................................... 35 3. Studi Dokumentasi ........................................................... 35 E. Teknik Analisis Data.............................................................. 35 1. Seleksi Data ..................................................................... 36 2. Klasifikasi Data................................................................ 36
BAB IV
: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan .................... 37 2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan........................ 38 a. Visi Sekolah ............................................................... 38 b. Misi Sekolah .............................................................. 39 3. Letak Geografis ................................................................ 39 4. Sarana dan Prasarana ........................................................ 39 a. Prasarana Belajar ........................................................ 40 b. Sarana Belajar ............................................................ 40 5. Ekstrakulikuler ................................................................. 40 6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan ..................... 41 7. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 3 Tangerang Selatan .. 41
vi
8. Struktur Organisasi .......................................................... 44 B. Deskripsi Data ...................................................................... 45 C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian ............... 45 1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi ............................ 46 a. Tujuan Program.......................................................... 46 b. Tujuan Pembelajaran .................................................. 47 2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi ........................................................................ 48 a. Perumusan Materi ...................................................... 48 b. Isi Materi.................................................................... 49 3. Organisasi/Strategi Belajar Mengajar Kurikulum Program Akselerasi ........................................................................ 51 a. Karakteristik Siswa .................................................... 51 b. Karakteristik Guru ...................................................... 53 c. Waktu Belajar ............................................................ 54 d. Pendekatan Belajar ..................................................... 56 e. Media Belajar ............................................................. 57 f. Lingkungan Belajar .................................................... 58 4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi .......................... 59 a. Pelaksanaan Evaluasi ................................................. 59 b. Analisis Hasil Evaluasi ............................................... 60 c. Penyampaian Hasil Evaluasi ....................................... 61 D. Kesimpulan ......................................................................... 62
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 63 B. Saran ................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : The three-ringed conception of giftedness .................................... 16 Gambar 2 : Faktor penunjang pencapaian out put ........................................... 20 Gambar 3 : Struktur organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan .......................... 44
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran 2008/2009 41 Tabel 2 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel kelas akselerasi tahun pelajaran 2009/2010 ........................................................................................ 41 Tabel 3 : Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya ........... 42 Tabel 4 : Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3 Tangerang Selatan ............................................................................ 42 Tabel 5 : Data guru yang mengajar di kelas akselerasi .................................... 43 Tabel 6 : Data tenaga kepustakaan (pustakawan) dan laboraturium
(Laboran)
.......................................................................................................... 43 Tabel 7: Jadwal kegiatan belajar mengajar siswa akselerasi ............................ 56
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan yang menentukan pertumbuhan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, yang menjadikan peningkatan kecakapan dan kemampuan sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dalam pengembangan sumber daya manusia. Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas, usaha pengembangan sumber daya manusia untuk pembangunan dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 1
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI no 47 tahun 2008, (Bandung: Citra Umbara, 2008) h. 6.
1
2
Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang tampak
dari
penyelenggaran
pendidikan
seperti
ini
adalah kurang
terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal. Akibat penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal tersebut adalah kurang terakomodasinya potensi anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat), sehingga ketika mereka di kelas akan merasa jenuh dan bosan sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Ciri-ciri kelompok anak berbakat antara lain adalah waktu relatif lebih cepat memahami bahan ajar, baik konsep, prosedur, prinsip maupun fakta secara komprehensif dengan mengaitkan maupun membandingkan, dan mampu mengaplikasikan pada berbagai situasi yang berbeda serta mampu mengungkapkan dengan bahasa sendiri. 2 Dengan karakteristik tersebut, anak berbakat dapat menyelesaikan materi pelajaran lebih cepat dari anak yang mempunyai kecerdasan rata-rata. Karena itu perlu dikembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa berbakat secara akumulatif dapat menyelesaikan studinya lebih awal dengan standar kompetensi yang sama dengan siswa yang menyelesaikan studi dalam waktu regular (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun). Kebijakan
pengembangan
kurikulum
guna
memenuhi
kebutuhan
pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan istimewa sebenarnya telah diamanatkan oleh UU sisdikas no. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 bahwa “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
2
Agnes Tri Harjaningrum., Peranan Orang Tua dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan (Jakarta: Prenada, 2007) hal. 121-123
3
memperoleh pendidikan khusus”. Oleh karena itu perlu dikembangkan kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak yang istimewa tersebut. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang diberlakukan mulai tahun 2006, dikatakan bahwa pengembangan kurikulum standar nasional yang digunakan untuk pelaksanaan program percepatan belajar (akselerasi) pada dasarnya dilakukan untuk membantu peserta didik yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata untuk menyelesaikan kegiatan relajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat dan agar kompetensinya muncul serta berkembang secara maksimal. 3 Melalui proses belajar mengajar yang menekankan kompetensi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Lifeskill diharapkan peserta didik akan menjadi pribadi yang unggul secara akademis maupun nonakademis. Perubahan orientasi pelayanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh perubahan orientasi manajemen pendidikan berbasis pusat menuju menajemen pendidikan berbasis sekolah, sehingga setiap sekolah memiliki peluang besar untuk mengatur dan mengembangkan dirinya dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak didiknya. Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang diterapkan di tiap-tiap sekolah tetap berada dan tidak terlepas dari koridor kebijakan pemerintah yang ditetapkan secara nasional. Salah satu ketentuan pemerintah yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh sekolah yang menerapkan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah “penerapan program percepatan
belajar
harus
mampu
mengantarkan
anak
didik
untuk
perkembangan yang seimbang antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan(kompetisi) dan kerjasama (kooperatif), keseimbangan antara pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir atomistik, dan keseimbangan antara emosional dan spiritual”.4 Selain itu 3
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 95-97. 4 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, 2009 , h. 27-30.
4
komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, materi/pengalaman belajar, organisasi dan evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika menginginkan mutu lulusan yang baik. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, menarik kiranya untuk diadakan penelitian berkaitan dengan Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. Salah satu sekolah yang diberikan izin dan diakui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, sebagai sekolah yang melaksanakan program percepatan belajar (akselerasi). Penelitian ini sangat penting dilakukan agar dapat dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk menggambarkan extrapotensi yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia. Dengan pengetahuan tersebut maka penanganan terhadap anak yang memiliki kemampuan istimewa dapat mendapatkan tempat yang semestinya.
B. Identifikasi Masalah Melihat
latar
belakang
penerapan kurikulum program akselerasi
(percepatan belajar), identifikasi masalah pada penelitian ini adalah: 1. Kurang efektifnya pelaksanaan program akselerasi di sekolah. 2. Kurang efektifnya penerapan kurikulum program akselerasi di sekolah. 3. Penerapan kurikulum program akselerasi masih terhambat berbagai kendala di lapangan. 4. Pelaksanaan program akselerasi belum dapat mengantarkan keseimbangan antara intelektual dan spiritual.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah: 1. Penelitian ini difokuskan pada kurikulum program akselerasi yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, yang terdiri dari 4
5
komponen yaitu: tujuan, materi/pengalaman belajar, strategi/organisasi, dan evaluasi. 2. Kurikulum yang dimaksud adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan ?”
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan yang lebih baik. 2. Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang Penerapan Kurikulum Program Akselerasi. 3. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajar siswa akselerasi. 4. Bagi siswa, dapat membantu proses belajar dan diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap pentingnya mata pelajaran. 5. Bagi penulis, dapat mengetahui penerapan kurikulum program akselerasi dengan baik.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN DESKRIPSI KONSEPTUAL A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Banyak pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli. Pengertian satu dengan yang lainnya sangat beragam. Pada
Undang-Undang
No.20
tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional, bab I pasal I bagian ketentuan umum No. 19 tertulis “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1 Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang artinya jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start hingga finish ini disebut currere.2
1
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h. 4. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993) h. 1. 2
6
7
Selain di bidang olah raga, istilah kurikulum kemudian juga digunakan dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah atau mata pelajaran yang diberikan dilembaga-lembaga pendidikan. Dalam kamus Webster, kurikulum diberi arti “a. The Aggregate of course of study given in a school, collage. b. The regular or a particular course of study in a school, collage”.3 Disini “kurikulum” khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Kurikulum mengalami perkembangan dan tafsiran yang beragam, hampir setiap ahli kurikulum mempunyai rumusan tersendiri, walaupun di antara berbagai rumusan tersebut terdapat aspek-aspek persamaan. Diantaranya adalah: Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and Practice (1962), seperti yang dikutip oleh Subandijah (1993) mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning.4 Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.5 Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut: Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata 3
Webster’s College Dictionary, (New York: Random House , 2001), Second Revised, h. 304. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,... h. 2. 5 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 2. 4
8
ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambargambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya
lebih
menekankan
serangkaian pengalaman
belajar.
bahwa Salah
kurikulum satu
merupakan
pendukung
dari
pengalaman ini menyatakan sebagai berikut: “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not”6. Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan 6
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara , 2007) h. 17- 18.
9
pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. Dari berbagai macam pengertian kurikulum di atas, peneliti lebih cenderung menggunakan pengertian yang di rumuskan oleh depdiknas bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. b. Komponen Kurikulum Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponenkomponen, yang bekerjasama guna mencapai suatu tujuan. Masingmasing komponen saling berkaitan erat dan saling menunjang, satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Misalnya tujuan berkaitan dengan bahan pelajaran karena untuk mencapai tujuan diperlukan bahan pelajaran. Bahan pelajaran diberikan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, setelah itu dievaluasi untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai. Komponen-komponen kurikulum tersebut adalah (1). Tujuan, (2). Materi/Pengalaman belajar, (3). Strategi/Organisasi, (4). Evaluasi. 7 1. Komponen Tujuan Tujuan merupakan batasan cita-cita yang diinginkan dalam suatu kegiatan yang dilakukan manusia. Dengan adanya tujuan, manusia dipacu untuk selalu berpijak pada kenyataan dan berfikir konkret serta lebih khusus. Keberhasilan suatu program dapat diukur dari seberapa jauh atau seberapa banyak tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ... h. 24.
10
Secara hirarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dari bersifat umum sampai kepada tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) b. Tujuan Institusional (TI) c. Tujuan Kurikuler (TK) d. Tujuan Instruksional atau tujuan Pembelajaran (TP) 8 Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, baik dari tujuan nasional sampai
tujuan
pembelajaran,
selanjutnya
dapat
ditetapkan/direncanakan pelaksanaan pembelajaran. Dewasa ini lewat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru diberikan kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah. 2. Komponen Materi/Pengalaman belajar Isi atau materi adalah semua pengalaman belajar yang diorganisasikan, apa yang harus dipelajari siswa dan kegiatan apa yang relevan dengan isi. Isi kurikulum pada hakikatnya adalah materi kurikulum. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 BAB I Pasal I Ayat 5 ditetapkan mengenai standar isi kurikulum, bahwa ... “standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu” 9.
8
Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., (Jakarta: Kencana 2008) h. 106. 9 Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h.58
11
3. Komponen Strategi/Organisasi Komponen ini tentulah sangat penting dalam suatu proses pengajaran atau pendidikan. Komponen ini mencakup pembahasan tentang metode dan teknik yang dipakai, juga mempunyai keterkaitan erat dengan sarana prasarana, media belajar, cara mengorganisasikan kelas, siswa, waktu belajar dan materi. Dalam dunia pendidikan strategi diartikan “a plan, method, or series activities designed to achieve a particulalar education goal” 10
. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
hendaknya
guru
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan pelajarannya. 4. Komponen Evaluasi Evaluasi ditunjukan untuk melakukan penilaian terhadap belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran. Labih lanjut suatu evaluasi/penilaian amat penting dan tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat prestasi anak didik tetapi juga sebagai sumber informasi dalam upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum. c. Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan 10
Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., ... h. 294.
12
tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu. 2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi a. Pengertian Program Akselerasi Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya apabila mendapatkan pendidikan yang yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan kecerdasanya maka tidak mustahil mereka akan berpretasi di bawah potensinya (under achiever) atau bahkan menjadi anak yang bermasalah (mengalami gangguan belajar). Program pendidikan akselerasi yang dilaksanakan bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, melalui tiga jalur yaitu: 1. Enrichment (pengayaan). Aktivitas yang memungkinkan perluasan materi kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Kurikulum yang menunjuk pada pengayaan, lebih bervariasi dalam pengalaman-pengalaman pendidikan, atau suatu kurikulum yang telah dimodifikasi atau tambahan dalam beberapa cara. Program pengayaan ini bertujuan untuk mendukung kurikulum siswa yang lebih dalam atau luas dari pada yang disediakan sekolah pada umumnya. 2. Extention (pendalaman). Aktivitas yang memungkinkan investasi bidang studi lebih untuk kebanyakan siswa. Pendalaman bisa berbentuk: a. Jadwal belajar yang fleksibel. b. Mentoring. c. Kompetisi. d. Pembelajaran berbasis sumber daya (resource based learning). 3. Acceleration (percepatan). Penyesuaian waktu belajar untuk menemukan kapasitas siswa dan penyesuaian ini diarahkan untuk tingkat abstraksi tinggi, berpikir
13
kreatif dan penuntasan bahan-bahan sulit. Akselerasi mungkin terjadi pada kelas-kelas khusus.11 Salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan anak di atas rata-rata adalah dengan program percepatan belajar (akselerasi). Siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Selain itu penerapan program akselerasi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Secara umum, penerapan program percepatan belajar bertujuan: a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif; b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya; c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik; d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. 2. Tujuan Khusus a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat; b. Mamacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang; c. Meningkatkan efektivitas dan efensiasi proses pembelajaran peserta didik. 12
11
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas., Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa & BErbakat Istimewa bagi Orang Tua, Guru & Siswa, 2008., h. 14. 12 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual), (Jakarta: PT Grasindo, 2004) h. 21-22.
14
Sebelum membahas lebih jauh tentang akselerasi, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian akselerasi itu sendiri. Menurut Fox bahwa akselerasi berarti penyesuaian waktu belajar untuk menemukan kapasitas siswa, dan penyesuaian diarahkan untuk anstraksi tinggi, berfikir kreatif dan penuntasan bahan-bahan yang sulit. 13 Program Percepatan Belajar (akselerasi) adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. 14 Program percepatan belajar adalah program pemberian layanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa. Peserta didik dapat menyelesaikan belajar sekurangkurangnya 2 tahun di SMP.15 Uraian di atas menggambarkan secara jelas bahwa pelaksanaan program akselerasi berbeda dengan program pembelajaran secara individual atau belajar berkelanjutan. Di dalam program pembelajaran akselerasi diterapkan keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan dan intensitas belajar dalam mencapai tujuan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa. Namun dalam program pembelajaran individual, tetap dilakukan dalam kelas klasikal massal dimana siswa melakukan pembelajaran seperti biasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program percepatan belajar adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak 13
Reni Akbar dkk, Kurikulum berdiferensiasi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001). h.10. 14 Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar BAI Siswa Berbakat Akademik, 2006., www.ditlb.or.id/profile. 15 Imam Wibawa Mukti. Mengenal Program Akselerasi. Minggu 3 Agustus 2008. http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2008/08/mengenal-program-akselerasi.html.
15
berbakat dengan jangka waktu pendidikan yang lebih cepat dari program kelas regular, guna memenuhi kebutuhan anak didik yang disesuaikan dengan kecerdasan, minat, bakat dan motivasi, yang didukung oleh kecepatan mengajar guru dan lingkungan belajar yang mendukung siswa belajar secara cepat. b. Aspek Psikologis Program Akselerasi Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Berkenaan dengan hal itu maka teori-teori program percepatan belajar yang digunakan disini adalah mengacu pada teori tentang anak berbakat. Penelitian yang dilakukan oleh Terman tentang anak berbakat dengan menggunakan kriteria IQ yang tinggi untuk menentukan keberbakatan, telah membuat keberbakatan cenderung diasosiasikan dengan nilai IQ yang tinggi dan identifikasi anak berbakat pada umumnya didasarkan pada tes intelegensia (Uni Dimensional)16. Penilaian ini kemudian dikembangakan oleh Renzulli yang menentang konsep uni-dimensional tersebut dan mengajukan konsep multiple talent. Ia menyatakan bahwa sejauh mana seseorang termasuk berbakat (memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa) tidak hanya ditentukan oleh tes intelegensia saja, melainkan juga kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas. Karena intelegensia yang tinggi belum cukup menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, demikian pula kreatifitas tanpa mengikat diri dengan tugas belum menjamin prestasi unggul. Oleh karena itu, ketiga ciri tersebut merupakan unsur yang
esensial
dan
penting
dalam
menentukan
keberbakatan
seseorang. 17 Sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:
16
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gransindo, 1999), Cet. Ke-3, h. 20-21. 17 Joseph S. Renzulli and Sally M. Reis, Enriching Curriculum for All Students, (Calitornia: Corwin Press, 2008), Second Edition, h. 15.
16
Gambar 2. The three-ringed conception of giftedness18. Dari gambar di atas terlihat bahwa anak yang berbakat tidak cukup hanya mempunyai kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus memiliki kreatifitas, komitmen terhadap tugas, dan kemampuan diatas rata-rata secara bersamaan. Kemudian, anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa tidak selamanya melakukan hal-hal yang selalu bersifat positif, tetapi mereka juga seperti layaknya anak pada umumnya yang membutuhkan pengertian, perhatian, aktualisasi diri dan penghargaan. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka ada kemungkinan timbul masalah-masalah psikologis tertentu , misalnya: 1. Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain; 2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin; 3. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksa atau mempertahankan pendapat; 4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik; 5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada 18
Gambar diambil dari Joseph S. Renzulli and Sally M. Reis, Enriching Curriculum for All Students, (Calitornia: Corwin Press, 2008), Second Edition h. 18.
17
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung; 6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya; 7. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya; 8. Sikap acuh dan tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya. 19 Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah perlu mengadakan bimbingan dan konseling. Selain mengadakan bimbingan dan konseling, perlu diupayakan pula untuk memberikan kepuasan rohani yang bermanfaat dengan memberikan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat kemampuan dan kecerdasan anak didiknya. c. Aspek Yuridis Program Akselerasi Selain landasan teoritis tentang anak berbakat dalam menjalankan program akselerasi, tiap-tiap sekolah yang telah menerapkan program akselerasi ini juga mempunyai landasan hukum Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, antara lain : Bab II Pasal 3: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 20
19
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. 22-23. 20 Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 6.
18
Bab IV Pasal 5 ayat 4 : “ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “ .21 Bab V Pasal 12 ayat 1 : “ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:… (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan “. 22 Bab VI Pasal 32 ayat I : “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.23 Perundangan
yang
menyangkut
perlindungan
anak
juga
memberikan penegasan melalui UU No 23/2002 pasal 52
yang
mengamanatkan bahwa ”anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebelitas untuk memperoleh pendidikan khusus”. Pemberian pendidikan khusus
bukan sekedar
memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan tetapi harus mengkondisikan pada peluang bagi pengembangan potensi khusus dan kebutuhan yang anak miliki. Sebagai konsekuensi dari ketentuan ini maka harus disediakan kurikulum, evaluasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya. d. Penerapan Program Akselerasi Penyelenggaraan program akselerasi merupakan salah satu program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai keunggulan dalam pendidikannya (outputnya). Pendidikan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku peserta
21
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 7. Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 9. 23 Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 18. 22
19
didik. Secara konkrit perubahan perilaku tersebut mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Perhatian khusus kepada peserta didik yang berpotensi cerdas/atau bakat istimewa selaras dengan fungsi utama pendidikan, yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Pengembangan tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Tanpa pelayanan pembinaan yang sistematis terhadap peserta didik yang berpotensi cerdas dan atau bakat istimewa, bangsa Indonesia yang tidak terukur nilainya. Upaya peningkatan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling berkait. Faktor tersebut merupakan sub-sistem dalam sistem pendidikan. Bila ingin mengembangkan subsistem tertentu, menuntut penyesuaian sub-sistem yang lain. Faktor penunjang pencapaian keunggulan output pendidikan anak berbakat sedikitnya terdiri dari delapan faktor, sebagaimana dikutip oleh Busro yaitu: (1) masukan (input, intake), (2) kurikulum, (3) tujuan pendidikan, (4) sarana dan prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7) lingkungan, (8) proses belajar mengajar, yang digambarkan secara diagramatis seperti dibawah ini24.
24
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, Skripsi Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 1428 H/2007 M), h. 39. t.d.
20
Gambar 3: Faktor penunjang pencapaian out put25
Pertama, masukan (input, intake). Pada dasarnya siswa yang mengikuti pelayanan pendidikan akselerasi terbuka untuk semuanya yang dalam pelaksanaan pembelajaran memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini sekolah. Siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan. Proses penerimaan peserta didik harus bersifat objektif, transparan, akuntabel dan dilakukan seleksi secara ketat, dengan menerapkan tahapan sebagai berikut: 1. Seleksi Administrasi a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0 b. Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal 8,0
25
Gambar diambil dari Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, Skripsi Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 1428 H/2007 M), h. 39. t.d.
21
2. Psikologis Setelah peserta didik diidentifikasi sebagai nominasi melalui proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes inteligensi, tes kreatifitas, dan skala Task Commitment. Untuk pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa (PDCI/BI) pada tahap ini diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa anak berbakat. Skala Task Commitment, yang mengacu pada indikator: a. tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah) b. mandiri dan bertanggungjawab c. menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang d. suka belajar, dan mempunyai orientasi pada tugas yang tinggi e. konsentrasi baik f. mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri (working improvment) g. mempunyai hasrat bekerja sebaik-baiknya (working the best he/she can) h. mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis 3. Kesehatan fisik, yang ditunjukan dengan surat keterangan dari dokter. 4. kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/wali, yaitu pernyataan tertulis dari peserta didik dan orang tua/wali untuk mengikuti program akselerasi. 26 Kedua,
kurikulum
yang
digunakan
adalah
kurikulum
berdiferensiasi. Kurikulum berdiferensiasi bertitik tolak dari kurikulum umum, yang merupakan dasar bagi semua anak didik dan memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar ketrampilan, pengetahuan, pemahaman,
serta pembentukan sikap dan nilai
memungkinkan anak didik
berfungsi sesuai
yang
akan
dengan tuntutan
masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi 27. Kurikulum ini dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta 26
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 76-78. 27 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, ... h. 149.
22
melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum
yang
dibuat
oleh
BSNP.
Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang berbermakna dan tepat antar substansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni berkembang secara dinamis. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara kesinambungan antara semua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
23
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 28. Ketiga, tenaga kependidikan/guru, karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinya harus terdiri atas tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode,
dan
media
pembelajaran,
maupun
komitmen dalam
melaksanakan tugas. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru/pendidik terdiri dari: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial29. Secara spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang mengajar di program akselerasi, antara lain: 1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-I yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri/swasta yang terakreditasi A atau setara dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru. 4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa (baik cerdas istimewa secara umum, maupun peserta didik yang cerdas istimewa pada bidang khusus). 5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu. 6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi : a. perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar. b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan. 7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar. 28
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. ... 44-46. 29 Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 74
24
8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. 9. Mampu mengembangan kreativitas peserta didik. 10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran. 11. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran. 12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurangkurangnya tiga tahun dengan prestasi yang baik. 13. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait penyelenggaraan pendidikan30. Keempat, sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dalam program akselerasi, oleh karena itu sarana dan prasarana yang digunakan pun harus sesuai dengan standar. Yang dimaksud dengan standar sarana dan prasarana adalah standat nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk
menunjang
proses
pembelajaran,
termasuk
penggunaan
31
teknologi informasi dan komunikasi . Secara terperinci Depdikas menyebutkan bahwa sekolah penyelenggara pendidikan khusus PDCI/BI ( program akselerasi), harus memenuhi sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik yang mencakup sarana dan prasarana belajar sebagai berikut: 1. Prasana Belajar a. Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan OSIS. b. Ruang kelas, dengan formasi tempat duduk yang mudah dipindahkan sesuai dengan keperluan. c. Ruang lab. matematika, fisika, kimia, biologi (untuk SD/MI: lab IPA), lab. IPS, lab. bahasa, lab. komputer, ruang audiovisual dan ruang perpustakaan. 30
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 81-82. 31 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 37.
25
d. Kantin sekolah, koperasi sekolah, mushola/tempat ibadah dan poliklinik. e. Aula pertemuan. f. Lapangan olah raga. g. Kamar mandi/WC. h. Ruang pengembangan bakat. 2. Sarana Belajar a. Sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, CD-ROM, dan sebagainya. b. Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, TV, OHP, wireless, slide projektor, LD/LCD/VCD/DVD player, komputer, dan sebagainya. c. Alat praktik dan alat peraga seperti, torso, peta dinding, globe, dsb. d. Adanya sarana TIK berupa jaringan berupa jaringan intranet dan internet, yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan lain-lain32. Kelima, Dana. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam program akselerasi perlu adanya dukungan dana yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya operasional pendidikan. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan33. Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. 2. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. 3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
32
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 82-83. 33 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 42.
26
4. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji; (2) bahan atau peralatan habis pakai; (3) biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya. 5. Standar biaya operasional pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP 34. Sumber dana atau pembiayaan berasal dari orang tua siswa, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat. Penyelenggara program akselerasi harus mampu menggalang dana dari sumber-sumber tersebut dalam jumlah yang cukup memadai untuk membiayai kegiatan operasional dan peningkatan mutu program akselerasi35. Keenam, manajemen. Seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah harus diberdayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disinilah peran penting manajemen karena dalam implementasi kurikululum
menuntut
adanya
pelaksanaan
pengorganisasian,
koordinasi motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem komunikasi dan monitoring yang efektif, secara keseluruhan berasal dari ilmu manajemen. Dengan kata lain, tanpa pemberdayaan konsep manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak berlangsung secara efektif36. Untuk itu manajemen pada sekolah dengan diselenggarakannya program akselerasi, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitis dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan jauh kedepan. Ketujuh, lingkungan
belajar yang kondusif dibutuhkan untuk
mendukung terciptanya proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan menjadi 34
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 42. 35 Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 86. 36 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 18.
27
keunggulan yang nyata. Lingkungan tersebut berupa lingkungan dalam arti fisik maupun sosial di sekolah, di masyarakat, dan di rumah. Lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti sarana, perpustakaan, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organiasasi dan bahan pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas pesrta didik 37. Oleh karena itu sekolah, masyarakat, keluarga dan semua pihak harus menciptakan lingkungan yang kondusif supaya proses belajar mengajar
program akselerasi
berjalan dengan
baik
sehingga
menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan semua pihak. Kedelapan, proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan lulusan yang bermutu, oleh karena itu seyogyanya bagi guru yang mengajar di kelas akselerasi tidak hanya menambahkan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) tetapi harus pula ditingkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan pembelajaran.
Sebab
tanpa
itu
sesungguhnya
guru
telah
memberlakukan menu pembelajaran dengan materi yang tidak sesuai dengan karakter mereka yang berkemampuan di atas rata-rata peserta didik38. Kesembilan, Output. Yang dimaksud dengan Output pendidikan adalah siswa lulusan sekolah yang dihasilkan dari proses kegiatan belajar mengajar39. Dari output ini akan terlihat apakah komponen yang telah disebutkan di atas berjalan dengan semestinya atau tidak, jika komponen-kompenen tersebut dapat berjalan dengan semestinya 37
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 76. 38 Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 55. 39 Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, ... h. 45.
28
maka akan tercapai tujuan dari penyelenggaran program akselerasi yaitu membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik, dan juga membentuk manusia berkualitas yang kompeten
dalam
pengetahuan
dan
seni,
berkeahlian
dan
berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional40.
3. Kurikulum Program Akselerasi a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi Kurikulum program percepatan belajar
(akselerasi)
adalah
kurikulum nasional standar yang dilakukan improvisasi waktu sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar. Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulum tahun 1994 dan lokal/pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang esensial dan dikembangakan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikikir holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan41. Kurikulum percepatan belajar ini lebih dikenal dengan sebutan “kurikulum berdiferensiasi”. Istilah diferensiasi dalam pengertian “kurikulum berdiferensiasi” menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh
40
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h.10. 41 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ... h. 25.
29
kembang bakat tertentu. Jadi, ada perbedaan dengan kurikulum yang sedang berlaku di Negara kita.42. Diferensiasi adalah konsep yang cukup sulit ditentukan secara pasti sebab diferensiasi terkait dengan pemahaman perbedaan individual dan penemuan strategi instruksional yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan harus ditumbuhkan, diterapkan dalam situasi sekolah dan situasi kelas.43 Clendening & Davies seperti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa. 44 Pengertian kurikulum program percepatan belajar atau kurikulum pendidikan khusus bagi PDCI/BI menurut pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa adalah: Kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berdeferensiasi dan dimodifikasi serta dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sestematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang 45. Dalam pengembangannya kurikulum berdiferensiasi memiliki empat dimensi dan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dilihat secara terpisah. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dimensi umum Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar, pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap. 42
Conny R. Semiawan, Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, (Jakarta: PT Grasindo, 1992) h. 8. 43 Direktorat PSLB, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas., Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa, 2009. h. 17. 44 Reni Akbar-Hawadi, Kurikulum Berdiferensiasi, ... h. 3. 45 Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, 2009., h. 48.
30
2. Dimensi yang dideferensiasikan Dimensi ini berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu. 3. Dimensi non akademis Dimensi ini memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain (radio, TV, internet, CD-ROM, wawancara dengan pakar, kunjungan musium). 4. Dimensi suasana belajar Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah, iklim akademis, sistem ganjaran dan hukuman, hubungan antara peserta didik dengan guru, dan lain-lain. 46 Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum percepatan belajar atau kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional yang diimprovisasi dan disusun khusus disesuaikan dengan keceradasan, minat dan bakat siswa guna memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual,
logika,
nilai-nilai,
etika,
dan
estetika,
serta
dapat
mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang. b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi Penerapan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) berarti penerapan komponen kurikulum itu sendiri yang terdiri dari Tujuan, Materi/Pengalaman belajar, Strategi/Organisasi, Evaluasi, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Pelaksanaan komponen ini tidak sama dengan program reguler karena perencanaan dan pelaksanaannya dibuat khusus untuk memberikan pendidikan pada anak berbakat. Selain pelaksanaan komponen kurikulum, pengadaan 46
Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektuali ... h. 25-26.
31
dan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam satuan kurikulum pendidikan program percepatan belajar juga merupakan suatu persyaratan yang ada di dalam pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar (akselerasi). Berikut
adalah karakteristik
yang
membedakan kurikulum
akselerasi dengan kurikulum biasa yaitu: 1. Materi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreativitas harus dipilih untuk digemukan dan dipadatkan dengan cara: a. Menambah
bagian-bagian
baru
yang
menarik
dan
merupakan tantangan bagi siswa berbakat. b. Mengubah bagian-bagian yang kurang sesuai, dan c. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin dan bersifat mengulang. 2. Terjadi penanjakan dinamis mental dan tindakan kreatif (creative action). 3. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif dan penerapan tugas, serta memberi peluang pada siswa untuk memilih sendiri kegiatan belajar sesuai dengan minat dan kemampuan. 4. Komponen yang bersifat teknis, seperti fasilitas, komposisi guru, pendekatan proses belajar mengajar, dan penggunaan metode mengajar yang bervariasi47.
B. Deskripsi Konseptual Strategi penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum sekarang ini bersifat minimal yang wajib ditempuh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum tersebut diasumsikan sesuai bagi sebagian besar peserta
didik dengan kemampuan belajar rata-rata dan
dilakukan secara klasikal-massal. Dengan strategi penerapan seperti ini akan membuat anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat) dapat berprestasi di bawah potensi (Under Achiever). 47
Reni Akbar-HawadiKurikulum Berdiferensiasi, ... h. 5.
32
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berbakat adalah dengan melaksanakan kurikulum percepatan belajar (akselerasi). Penerapan program percepatan belajar ini tidak dilakukan oleh semua sekolah, hanya beberapa sekolah yang telah memenuhi syarat penyelenggaraan, diakui dan diizinkan oleh depdiknas. Pelaksanaan program akselerasi yang dilakukan sekolah dikembangkan sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebijakan sekolah yang melaksanakan, namun tetap dipantau dan tidak terlepas dari peraturan dan pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah/depdiknas. Pelaksanaan kurikulum program percepatan belajar yang dilakukan oleh sekolah yang telah memenuhi persyaratan adalah melalui perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan komponen-komponen kurikulum seperti tujuan, materi, strategi dan evaluasi. Telah banyak teori kurikulum yang dikeluarkan oleh para ahli guna memberikan gambaran mengenai pelayanan pendidikan bagi anak-anak berbakat, namun belum ada penelitian yang menggambarkan bagaimana pelaksanaan komponen-komponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) itu dilakukan di lapangan. Pelaksanaan kadang lebih nyata dari teori-teori yang dikemukakan, atas dasar pemikiran itu, dilakukan penelitian untuk mencoba memberikan gambaran tentang bagaimana pelaksanaan komponen-komponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang ada di lapangan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar (Akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. 2. Tujuan Khusus Penelitian. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Apa tujuan program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. b. Materi apa yang diberikan pada program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. c. Bagaimana organisasi/strategi belajar mengajar dilaksanakan pada program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. d. Bagaimana melaksanakan evaluasi pada program percepatan belajar (akselerasi) SMPN 3 Tangerang Selatan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda Ciputat Tangerang Selatan Banten.
33
34
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010, yang dimulai pada 4 Januari s/d 31 Maret 2010. C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif analitis. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian. Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual, gejala, kejadian, dan sifat populasi atau daerah tertentu1. Apa yang akan dimasukan melalui deskripsi tergantung pada pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti. 2 Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis, malainkan untuk mencari informasi untuk mengambil keputusan atau kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan analisis
datanya,
penelitian ini
bersifat
eksploratif bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada dilapangan maka tidak ada intervensi dari peneliti. Bila dilihat dari ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan. Subjek yang diteliti terdiri dari suatu kesatuan (unit) secara mendalam, sehingga hasilnya merupakan gambaran lengkap atau kasus pada unit itu.3 Penelitian ini merupakan upaya untuk
menggali informasi dan
mengungkap bagaimana penyelenggaran kurikulum program akselerasi (percepatan pendidikan) di SMPN 3 Tangerang Selatan Banten.
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-2 h. 47. 2 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidika: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008) h. 174-175. 3 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, ... h.48.
35
D. Teknik Pengumpulan Data Intrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber utama di dalam pengumpulan data diperolah melalui: 1. Wawancara Wawancara dilakukan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator program akselerasi, sekretaris program akselerasi dan guru akselerasi
berdasarkan
pedoman
wawancara
yang
telah
dibuat
sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan alat bantu tape recorder (alat perekam). Hasilnya untuk memperkaya data yang telah diambil berdasarkan wawancara dan observasi. 2. Observasi Observasi dilakukan untuk melihat langsung pelaksanaan komponenkomponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan dan mencatat kejadian-kejadian. 3. Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa arsip-arsip
yang
digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas output (siswa) yang mengikuti program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan. E. Tehnik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar datadata tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti), akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Data yang didapat selanjutnya di analisis secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Deskripsi data dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:
36
1. Seleksi Data Seleksi data di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul memenuhi syarat untuk diolah atau tidak. Persyaratan yang dimaksud adalah: Setiap data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Dokumentasi yang diambil harus relevan dengan sumber data yang dilengakapi serta di analisis dengan sumber data lainnya. 2. Klasifikasi Data Data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing untuk memperoleh kesimpulan yang utuh. Setelah data terkumpul, maka peneliti mengolah dan menganalisa data tersebut dengan menggunakan analisa deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan SMP Negeri 2 Ciputat pada pertengahan tahun 1976 berada di atas tanah seluas ±2500 meter persegi, milik Yayasan Pembangunan Madrasah
Islam
Ichsan
(YPMII)
dengan
surat
hibah
nomor.087/B/YPMII/II/80, modal sepenuhnya diberikan oleh gubernur DKI Jakarta yang saat itu diberikan oleh Mayjend KKO Ali Sadikin dengan pemborong PT.Himalaya Jakarta. Bangunan terdiri dari: 1. 7 ruang belajar 2. 1 ruang kepala sekolah 3. 1 ruang guru 4. 1 ruang WC putra 5. 1 ruang WC putri 6. 1 ruang gudang 7. 1 ruang jaga Bangunan ini baru dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar setelah diresmikan oleh Bupati Kabupaten Tangerang (Letkol H.E. Muchdi) pada tanggal 10 April 1977. Pada awal berdirinya sekolah ini berada dalam pengelolaan SMP Negeri 2 Ciputat Tangerang yang sampai dengan tanggal 1 April 1979
37
38
semua SMP dan SMU di Kabupaten Tangerang berada dalam tanggung jawab kanwil Debdikbud DKI Jakarta. Status SMP ini ketika itu adalah kelas jauh dari SMP Negeri 2 Tangerang di Ciputat yang kemudian ditingkatkan menjadi filial pada saat diintegrasikan kepada Kanwil Depdikbud Jabar (1 April 1979) dengan nama SMP Negeri 2 filial Ciputat. Terhitung mulai tahun ajaran 1981/1982 statusnya berubah menjadi sekolah yang mandiri dengan nama SMP Negeri Ciputat dengan nomor SK. Depdikbud No.02220/0/1981 tentang penunggalan sekolah. Kemudian pada saat yang bersamaan berdirinya SMP Negeri 2 Ciputat yang berlokasi di kematren Pamulang Ciputat, maka SMP Negeri 2 Ciputat menjadi SMP negeri 1 Ciputat. Kemudian ketika SMP Negeri Cirendeu harus mendapat nomor dan karena SMP Negeri Cirendeu paling pertama lahir di Ciputat maka SMP Negeri Cirendeu nomor satu dan SMP Negeri 1 Ciputat menjadi SMP Negeri 2 Ciputat, saat ini SMPN 2 Ciputat telah berubah menjadi SMPN 3 Tangerang Selatan. Adapun nama-nama kepala sekolah mulai tahun 1977 sampai sekarang: 1. R. Soeharto (periode 1977). 2. Drs.H.Wanhar (periode 1977-1989). 3. Drs.H. Munadjat Indria (periode 1989-1996). 4. Dra.Hj.Ade Halmatussa’diah (periode 1996-2000). 5. Drs.H.Kuswanda, M.Pd (periode 2000-2006). 6. Drs.H.Nurhadi, M.M (periode 2006- 2009). 7. Bapak Maryono, SE (2009 – sekarang). 2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan a. Visi sekolah: Terunggul dalam prestasi, Teladan dalam bersikap dan bertindak, serta Konsisten dalam menjalankan ajaran agama.
39
Indikator Visi: 1. Terunggul dalam perolehan nilai akademis. 2. Terunggul dalam persaingan masuk SMA/SMK Negeri. 3. Terunggul dalam lomba (olimpiade) MIPA. 4. Terunggul dalam prestasi non akademis. 5. Bersikap baik dan sopan kepada siapapun. 6. Selalu taat menjalankan ajaran agama (ibadah) dimanapun berada. b. Misi Sekolah 1. Mewujudkan peningkatan kualitas mutu lulusan 2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA / SMK Negeri 3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air 4. Meningkatkan
prestasi
kerja
yang
diimbangi
dengan
penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan 5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan 3. Letak Geografis SMP negeri 2 Ciputat terletak di Jl. Ir. H. Juanda Nomo.1 Cempaka Putih Tangerang Banten 15412. Telepon/fax (021) 7401312. luas tanah 4.192 m status tanah hibah, luas bangunan 3.321,5 meter persegi dengan status hibah.
4. Sarana dan Prasarana Peran sarana dan prasarana dalam lembaga pendidikan sangat penting, guna menunjang proses pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan secara umum. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan kabag tata usaha dan dari dokumen yang di dapat oleh peneliti, dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SMPN 3 Tangsel adalah sebagai berikut:
40
a. Prasarana belajar 1. Ruang belajar: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang lab. Bahasa, ruang lab. IPA, ruang lab. komputer, ruang kesenian, ruang keterampilan, ruang serbaguna/aula, ruang multi media. 2. Ruang kantor: ruang kepala sekolah, ruang wkl kepsek, ruang guru, ruang tata usaha, ruang komite sekolah. 3. Ruang penunjang: ruang gudang, ruang BP/BK, ruang UKS, ruang
PMR/pramuka,
ruang
OSIS/paskibra,
ruang
ibadah/masjid, ruang WC, ruang koperasi, ruang kantin, rumah penjaga, pos penjaga. b. Sarana Belajar 1. Sumber belajar: buku paket, buku bacaan, buku referensi, VCD, CD-ROM. 2. Media pembelajaran: laptop, komputer, DVD player. 3. Sarana penunjang: lapangan olah raga, lapangan upacara. 5. Ekstrakulikuler Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatankegiatan ekstrakulikuler ini sesungguhnya merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah yang bersangkutan, dimana semua guru terlibat di dalamnya. Karena itu kegiatan ini perlu diprogram secara baik dan didukung oleh semua guru. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan di sekolah ini antara lain yaitu: a. Futsal. b. Basket. c. Volley. d. Badminton. e. Pingpong. f. Drum Band. g. Pramuka.
41
6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan Jumlah siswa yang terdaftar di SMPN 3 Tangsel pada tahun 2008/2009 sebanyak 1.147 untuk siswa reguler, yang terdiri 537 siswa dan 610 siswi, sedangkan untuk kelas aksel sebanyak 39, yang terdiri dari 14 siswa dan 25 siswi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1: Data Siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran 2008/2009 No
Data Kelas
Jumlah Siswa Laki-laki
Perempuan
1
Kelas VII
176
224
Jumlah 400
2
Kelas VIII
184
204
388
3
Kelas IX
177
182
359
Total
537
610
1.147
Tabel 2: Data Siswa dan Siswi SMPN 3 Tangsel kelas Akselerasi tahun pelajaran 2009/2010 No
Data Kelas
Jumlah Siswa Laki-laki
Perempuan
1
Kelas VII
8
14
Jumlah 22
2
Kelas VIII
6
11
17
Total
14
25
39
7. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 3 Tangerang Selatan Latar belakang pendidikan guru merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kompetensi dalam mengajar, guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta menguasai disiplin ilmu kependidikan, mampu memberikan kualitas pembelajaran dan kinerja yang akan berdampak
42
pada kualitas output yang akan dihasilkan dari lembaga kependidikan tersebut. Selain itu guru juga harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada siswa akselerasi. Di samping guru, tenaga kepegawaian juga memiliki peran penting didalam layanan pendidikan, karena tanpa didukung pegawai yang kompeten maka proses belajar mengajar akan terhambat. Berikut adalah data guru dan kepegawaian yang diberikan oleh kabag TU SMPN 3 Tangerang Selatan: Tabel 3: Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya: Status
Jenis Kelamin
No
Tingkat Pendidikan
PNS
Honor
1
S1
1
1
1
1
2
2
D3/Sarmud
-
1
-
1
1
3
D2
-
-
-
-
-
4
D1
-
-
-
-
-
5
SMA
1
3
3
-
4
Total
3
5
5
2
7
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Tabel 4: Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3 Tangerang Selatan No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan S3 / S2 S1 D-4 D3/Sarmud D2 D1 SMA Total
Status Guru GT GTT 5 44 2 4 2 1 1 56 3
Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 3 2 5 14 32 45 4 4 1 2 3 1 1 2 22 37 59
43
Tabel 5: Data guru yang mengajar di kelas akselerasi No
GURU PENGAJAR
MATA PELAJARAN
KELAS
1
H. Moh. Nasir Rinun, BA
Pend. Agama Islam
7.1-10 & 7 Aks
2
Endang Suhendar, S.Pd
B. Inggris
9. 1-4 & 8 Aks
3
Drs. Syaifullah
B. Indonesia
9. 1-4 & Aks
4
Endang Hamidin, M.Pd
Tikom
7. 6-10 & 7-8 Aks
5
Hj. Eni Subekti, M.Pd
B. Inggris
9. 5-8 & 7 Aks
6
Drs. Junaidi
Penjaskes
9. 1-8 & 7 Aks
7
Nurzaidah, S.Pd
Tata Busana
7. 1-10 & 8 Aks
8
Hazali, S.Pd
Seni Budaya
8. 1-9 & 8 Aks
9
Hj. Neni Supriati, M.Pd
P Kn
8. 1-5 & 7 Aks
10 Suparman 11 Indah Puji Rahayu, S.Pd
Penjaskes
7. 1-7 & 8 Aks
IPA-Fisika
9. 1-8 & 7 Aks
12 Hj. N. Ery Sueri, S.Pd 13 Vedra Yoliska, S.Pd
Tata Boga
9. 1-7 & 7 Aks
IPA-Fisika
8. 1-9 & 8 Aks
14 Netty Lutfiah 15 Harmanto, S.Pd
Matematika
9. 5-8 & 8 Aks
Seni Budaya
9. 1-8 & 7 Aks
16 Evi Syarfiarti, S.Pd 17 Drs. Anwaruddin
IPA-Biologi
7. 1-9 & 8 Aks
Pend. Agama Islam
9. 1-8 & 8 Aks
18 Takhriyah Agustina, S.Pd 19 Dra. Lilis Susilawati
B. Indonesia
7. 1-3 & 8 Aks
IPA-Biologi
9. 1-8 & 7 Aks
20 Drs. Soleh Fathoni 21 Hj. Siti Budaya, S.Pd
IPS
9. 6-9 & 8 Aks
Matematika
9. 1-4 & 7 Aks
22 Dadang Yohana
P Kn
9. 1-8 & 8 Aks
Tabel 6: Data Tenaga Kepustakaan (Pustakawan) dan Laboraturium (Laboran): Status
Jenis Kelamin
Tingkat Jumlah Honor Laki-laki Perempuan Pendidikan
No
Jenis Tenaga
1
Tenaga Kepustakaan
1
1
-
2
S1/D3
2
2
Tenaga Lab. IPA
-
-
-
-
-
-
3
Tenaga Lab. Komp.
1
1
1
1
S1/D1
2
4
Tenaga Lab. Bahasa
-
-
-
-
-
-
PNS
44
8. Struktur Organisasi Gambar 4: Struktur Organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan
45
B. Deskripsi Data Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam pengumpulan data penulis menggunakan 3 (tiga) metode yaitu, wawancara, observasi dan dokumentasi. Keempat metode tersebut, diharapkan mampu membantu mengetahui kondisi umum SMPN 3 Tangerang Selatan dan khususnya tentang penerapan kurikulum program akselerasi yang dilaksanakan disana. Melalui observasi dilakukan pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah, pendidik, peserta didik dan juga sarana dan prasarana yang menunjang jalannya proses belajar mengajar. Hal ini penulis lakukan karena semua itu merupakan komponen penting dalam proses penerapan kurikulum program akselerasi. Wawancara yang penulis lakukan adalah sebagai upaya untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari penetapan
tujuan,
pemilahan
materi/pengalaman
belajar,
pemilihan
strategi/organisasi serta bagaimana melakukan evaluasi. Wawancara tersebut ditujukan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu Drs. Soleh Fathoni, koordinator program akselerasi yaitu Hj. Eni Subekti, M.Pd, sekretaris program akselerasi yaitu Hj. Siti Budayah, S.Pd dan guru yang mengajar di kelas akselerasi yaitu Takhriyah Agustina, S.Pd. Adapun dokumentasi yang dilakukan penulis adalah untuk memperkuat data agar lebih valid. Studi dokumentasi dilakukan diruang tata usaha dan diruang guru bidang kurikulum. C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian Sesuai dengan ruang lingkup permasalahan yang ada pada BAB I bahwa
sebenarnya
penelitian
ini
mempunyai
maksud
untuk
mengungkapkan Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, maka berdasarkan informasi yang didapatkan dengan wawancara, Observasi, dan dokumentasi, maka rumusan masalah akan disajikan menurut indikator sebagai berikut:
46
1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi 2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi 3. Strategi/Organisasi Kurikulum Program Akselerasi 4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi
1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi Komponen pertama penentu keberhasilan penerapan kurikulum program akseleasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah tujuan. Hal ini secara komprehensif akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tujuan Program Dari hasil wawancara mengenai tujuan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara tujuan program akselerasi SMPN 3 Tangerang Selatan dengan tujuan akselerasi yang ditetapkan oleh Diknas Direktorat Pembinaan
Sekolah
Penyelenggaraan
Luar
Pendidikan
Biasa
pada
untuk
Peserta
buku Didik
Pedoman Cerdas
Istimewa1. Program akselerasi bertujuan untuk menampung siswa yang mempunyai bakat istimewa supaya potensinya dapat ditangani secara khusus. Hj. Eni Subekti, M.Pd selaku koordinator akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan memberi penjelasan bahwa: Tujuannya yaitu ingin menampung siswa yang mempunyai bakat lebih atau istimewa, supaya guru bisa menangani secara khusus anak-anak yang punya bakat istimewa tersebut yang berbeda dengan anak-anak regular/berkemampuan biasa. Hal ini diperkuat oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd. yang menjabat sebagai sekretaris program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan yang juga menyatakan bahwa: Tujuannya adalah untuk menghimpun anak-anak yang pintar, anak-anak yang berIQ tinggi, supaya mereka tidak merasa 1
Tujuan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi PDCI/BI yaitu; memberikan kesempatan kepada peserta didik cerdas dan/atau istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
47
jenuh dan bosan. Mereka dikumpulkan supaya mereka lebih optimal cara berpikir dan bersosialisasi, kemudian dipupuk rasa ingin tahu mereka, yang lebih besar dibanding dengan anakanak regular, jika mereka dicampur kan susah nanti. Jadi tujuan penyelenggaraan akselerasi di SMPN 3 ini adalah untuk menjembatani anak yang pintar dan berkemampuan tinggi supaya mereka bisa berkembang lebih optimal. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Drs. Soleh Fathoni yang menjabat sebagai PKS Kurikulum dan Pengajaran: Tujuannya yaitu ingin memberikan layanan kepada anak yang berbakat, supaya potensinya dapat berkembang dengan maksimal. Jika pendidikan umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan
pendidikan
penyelenggaraan
anak-anak
program
pada
akselerasi
ini
umumnya,
maka
bertujuan
untuk
memberikan kesempatan kepada anak pintar dan mempunyai IQ tinggi, yang oleh Diknas diistilahkan dengan anak cerdas dan/atau istimewa, untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimiliki. Berdasarkan uraian data di atas, nampak secara jelas bahwa tujuan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Dan secara umum tujuan penerapan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan menggunakan tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. b. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran pada program akselerasi tetap mengacu pada tujuan pembelajaran nasional, dengan tidak adanya perubahan tujuan pembelajaran umum maupun khusus pada tiap pelajarannya,
48
walaupun percepatan belajar itu dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh Takriyah Agustina, S.Pd selaku guru program akselerasi: Kalau tujuan pembelajaran masih mengacu dan sesuai dengan kurikulum nasional, kita kan memang acuannya kurikulum nasional. Dengan kurikulum tersebut anak-anak diharapkan bisa mengerti dan juga terampil berbahasa, karena saya mengajar Bahasa Indonesia. Jadi rancangan materi pembelajaran tetap sesuai dengan kurikulum nasional, kita tidak melenceng dari situ. Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa penerapan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan tetap beracuan pada tujuan kurikulum nasional/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam mengambil tujuan pembelajarannya dan memberikan seutuhnya isi kurikulum kepada siswa akselerasi dengan tidak mengurangi atau merubah tujuan pembelajarannya baik secara umum maupun secara khusus. 2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi Komponen kedua dalam penerapan kurikulum program akselerasi adalah materi/pengalaman belajar. Hal ini akan dikaji dalam beberapa aspek sebagai berikut: a. Perumusan Materi Berdasarkan data hasil wawancara diketahui bahwa perumusan materi pada penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan dilakukan oleh guru bidang studi masingmasing. Rumusan materi berasal dari materi yang sama dari diknas seperti yang digunakan di reguler, tetapi pada program akselerasi membutuhkan persiapan dan perumusan tersendiri, karena waktu penyampaian yang sangat terbatas. Takhriyah Agustina, S.Pd, menyatakan bahwa: Kalau RPP itu yang membuat adalah guru bidangnya masingmasing, apabila kita perlukan dari materi lain ya kita cari.
49
Pernyataan di atas ditegaskan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd: Tidak ada yang merancang, semuanya sudah ada materinya, cuma setiap guru punya RPP, bukan hanya akselerasi, jika kita mau jadi guru setiap harus guru punya persiapan dalam mengajar, dan yang merancang itu ya guru masing-masing, tidak ada materi yang dirancang, materi itu sudah ada, Cuma pengembangannya, penyampaiannya bagaimana supaya anak itu lebih bisa menerima, itu namanya RPP. Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa materi yang diberikan kepada siswa program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan dirumuskan oleh guru masing-masing mata pelajaran yaitu dengan membuat RPP sendiri. Hal ini karena guru merupakan pelaku utama dalam proses pembelajaran di kelas, dan juga untuk memberikan kesempatan kesiapan guru dalam memadatkan materi yang akan disampaikan dengan waktu yang sempit. Namun demikian, perumusannya tetap beracuan pada materi yang ditetapkan oleh Depdikas. b. Isi Materi Berdasarkan hasil wawancara dirumuskan bahwa materi mata pelajaran yang diberikan kepada siswa akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan sama dengan reguler atau kurikulum Diknas. Tidak ada yang dikurangi walau percepatan belajar itu dilakukan. Perbedaanya hanya pada penyampaian materi, untuk materi yang mudah maka guru hanya
mengajarkannya secara sekilas,
sedangkan untuk materi yang sulit maka guru memperdalam materi tersebut. Takriyah Agustina, S.Pd menyatakan: kalau pengurangan materi sebenarnya tidak ada, tetapi untuk materi-materi yang diperkirakan mudah, maka guru hanya mengajarkannya secara sekilas, tetapi untuk materi-materi sulit, biasanya diperdalam oleh guru. Khusus untuk kelas sembilan (IX), apabila materi yang akan diajarkan sudah pernah diajarkan di kelas tujuh (VII) atau di kelas delapan (VIII), maka ibu cuma mengajar garis besarnya.
50
Selain isi materi yang tidak dikurangi, materi yang diberikan pada program akselerasi justru didukung oleh pengayaan belajar untuk memperdalam materi. Hal ini diungkapkan
pula oleh
Takriyah Agustina, S.Pd: Untuk penambahan juga ada, jika sekiranya materi yang dibutuhkan siswa perlu untuk ditambah. Misalnya jika ada siswa yang bertanya tentang sesuatu yang tidak terdapat di buku, maka saya harus mencari referensi dari buku lain dan mungkin juga dengan contoh lain yang terdapat di buku tersebut. Misalnya lagi jika mereka belajar tentang karya ilmiah, diberi contoh skripsi, makalah-makalah, atau jurnal. Pernyataan ini didukung oleh ungkapan dari Drs Sholeh Fathoni bahwa guru berusaha menambah keluasan dan kedalaman materi. Dalam kesempatan lain Drs Sholeh Fathoni juga mengatakan: Sekolah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru akselerasi untuk menambah kedalaman materi pelajaran, yang penting tujuan dari pembalajaran tercapai. Khusus untuk materi yang di UN kan terdapat pengayaan, diberikan di luar jam sekolah, setelah jam sekolah selesai. Hj. Eni Subekti, M.Pd mengungkapkan: Untuk pelajaran yang di UN kan kita menambah atau mengambil materi dari bahan-bahan lain. Pernyataan ini dipertegas oleh ungkapan dari Hj. Siti Budayah, S.Pd.: Pengurangan tidak ada, penambahan, pendalaman materi, dari semester satu mereka sudah ada penambahan materi, materi hanya untuk materi yang di UN kan saja. Berdasarkan uraian data di atas disimpulkan bahwa penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar minat dan motivasi belajar siswa terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari cara
51
pemberian materi yang menekankan pada materi yang kurang dipahami siswa, selain itu ada juga tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk tugas mandiri atau kelompok diluar jam pelajaran sekolah. Tugas mandiri atau kelompok diberikan dalam bentuk membaca, diskusi, meringkas, membuat makalah, dan membuat presentasi. Usaha lain dari pemenuhan kebutuhan siswa akselerasi oleh SMPN 3 Tangerang Selatan juga mengadakan aktifitas pengayaan belajar berupa pemberian tugas atau kegiatan belajar mengajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa. Khusus untuk materi yang di UN kan terdapat pengayaan diluar jam pelajaran sekolah. 3. Organisasi/Strategi
Belajar
Mengajar
Kurikulum
Program
Akselerasi Komponen ketiga di dalam penerapan kurikulum program akselerasi adalah organisasi/strategi belajar mengajar. Secara lebih terperinci akan dikaji dalam beberapa aspek sebagai berikut: a. Karakteristik Siswa Berdasarkan hasil wawancara dirumuskan bahwa siswa yang mengikuti program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah
anak-anak
yang
terpilih
karena
keberbakatannya,
penyeleksian siswa tersebut dilakukan secara ketat yaitu melalui beberapa tes. Hj. Siti Budayah, S.Pd. mengungkapkan: Pengrerutanya pertama kita adakan tes, tesnya tes TPA (Tes Potensi Akademik), kemudian psikotes untuk mengetahui IQ, untuk mengetahui komitmen pada tugas, kemudian kepatuhan, disitu ada 4 aspek yang diukur nanti. Setelah tahu TPA nya bagus rata-rata 7,5 dan IQ nya juga bagus maka yang terakhir adalah tes wawancara, setelah semuanya bagus baru mereka diambil, sebagai siswa atau peserta akselerasi. Ketika mereka mendaftar hanya membawa rapor, kelas 4, 5, dan 6 beserta nilai NEM, nilainya minimal harus 7,5. Setelah mendaftar orang tuanya dikumpulkan, kemudian dikasih pengarahan, bahwa ini adalah program cepat, untuk anak-anak yang cerdas atau istimewa.
52
Senada dengan ungkapan di atas, Drs. Sholeh Fathoni menambahkan: 1. Diharapkan siswa yang ber IQ tinggi, di atas rata-rata dari siswa regular. 2. Kemampuan yang keras dan didukung keluarga. 3. Kepribadian yang baik.
Hal tersebut juga diperkuat dengan data yang diperoleh peniliti tentang pedoman seleksi penerimaan siswa baru program akselerasi sebagai berikut: Persyaratan Pendaftaran Calon Siswa Baru a. Persyaratan Umum : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Siswa kelas VI SD/MI tahun pelajaran 2009/2010. Memiliki NISN (Nomor Induk Siswa Nasional). Maksimal berusia 14 tahun pada 1 Juli 2010. Menyerahkan foto copy akta/kenal lahir. Surat Keterangan peserta UASBN tahun 2009/2010. Mengisi formulir pendaftaran (F-A1 dan F-A2) yang telah disediakan panitia PSB SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. 7. Bila dinyatakan diterima (Lulus Seleksi) sebagai siswa SMPN 3 Tangerang Selatan, melampirkan foto copy Nilai UASBN tahun 2009/2010. 8. Melampirkan foto copy sertifikat prestasi akademik (jika memiliki). b. Persyaratan Khusus Program Akselerasi (CI-BI) I. Aspek Akademik : 1. Nilai rata-rata ujian akhir SD/MI 7,00. 2. Rata-rata Nilai Rapor kelas VI 7,50. 3. Tes Potensial Akademik (General Tes) 7,50. II. Aspek Psikologis : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Intelligent Quotient (IQ) 120 (cerdas). Kreativitas baik, diatas skor 120. Komitmen pada tugas (TC) diatas 125. Spritual Quotient (SQ) baik/taat. Aspek Kesehatan. Minat siswa dan persetujuan orang tua.
53
Berdasarkan uraian data di atas disimpulkan bahwa penerapan kurikulum kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan
melakukan
penyeleksian
siswa
berbakat
dengan
menggunakan cara seleksi seperti yang ada pada pedoman Diknas Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa yaitu dengan tidak hanya dilakukan dengan tes IQ tetapi harus dikombinasikan dengan beberapa rangkaian tes lain untuk mengukur keberbakatanya. b. Karakteristik Guru Salah satu komponen penentu keberhasilan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah guru akselerasi. Pada dasarnya guru yang mengajar di program akselerasi adalah guruguru regular yang dipilih untuk ditugasi mengajar di kelas akselerasi
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Rekruitmen guru program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan dilakukan tanpa pengetesan. Rekruitmen ini dilakukan berdasarkan pengamatan dan penilaian koordinator akselerasi beserta rapat pengurus. Sebagaimana dijelaskan oleh Hj. Eni Subekti, M.Pd: Untuk pemilihan guru masih ditetapkan dalam rapat pengurus dan kepala sekolah. Pertimbangannya antara lain adalah guru yang lebih memperhatikan siswa, kemudian tidak mudah tersinggung didalam menghadapi anak yang kadang kurang sopan, kemudian harus sabar, karena kadang mereka belajar dengan suka-suka, belajar sambil duduk, sambil ada yang jalanjalan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd: Mereka punya jam terbang lama, mempunyai dedikasi tinggi, loyalitas tinggi, mempunyai kemampuan inovasi-inovasi, punya tanggung jawab yang lebih, tanggung jawab yang bisa diacungi jempol, karena menghadapi anak-anak yang pinter itu tidak mudah, jadi mereka punya kelebihan, terutama kesabaran, anak yang pinter itu kan biasanya unik.
54
Takriyah Agustina juga memberikan penjelasan yang serupa sebagai berikut: Saya juga kurang tahu bagaimana mekanisme pemilihannya, saya sempet bertanya sama koordinator aksel, kenapa harus saya, kan masih ada guru lainnya yang masa kerjanya lebih dari saya, tetapi mereka menilai bahwa saya mampu untuk mengajar di akselerasi. Mungkin mereka mempunyai kriteria tersendiri yang tidak diceritakan kepada saya. Tetapi saya berkesimpulan bahwa diantara kriteria tersebut adalah, S1 di bidang yang akan diajarkan, misalkan saya S1 di bidang bahasa Indonesia, dan juga masa mengajar atau masa kerjanya lebih dari 5 tahun. Berdasarkan uraian data, guru-guru yang mengajar di program akselerasi SMPN 3 Tangerang Selatan adalah guru-guru regular yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut antara lain yaitu SI di bidang materi yang diajarkan, mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi; perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar; dan juga memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, jadi tidak semua guru bidang studi dapat mengajar pada program akselerasi. Hal ini merupakan salah satu usaha pelayanan pendidikan pada program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan yaitu dengan menyediakan guru yang memiliki kemampuan lebih dan memenuhi persyaratan kiteria guru program akselerasi, sehingga mampu menyeimbangi kemampuan belajar siswa dengan kemampuan mengajarnya, dengan begitu diharapkan hasil belajar siswa mencapai tingkat optimal. c. Waktu Belajar Waktu belajar di kelas akselerasi tidak ada perbedaan dengan kelas regular, hanya untuk semesternya yang berbeda, jika di kelas reguler itu 6 bulan persemester, sedangkan di kelas akselerasi hanya 4 bulan persemester, hal ini dijalankan agar pelaksanaan percepatan selama 2 tahun dapat tercapai . Takriyah Agustina, S.Pd mengungkapkan:
55
Waktu pembelajaran sama seperti pembelajaran reguler, sama dua jam. Untuk semesternya yang berbeda, jika reguler itu 6 bulan persemester kalau akselerasi hanya 4 bulan persemester. Waktu belajar harian juga sama, anak-anak reguler pulang jam dua, anak aksel juga pulang jam dua. Untuk satu materi jam pelajaran sama yaitu 40 menit. Kalau ada penambahan materi, itu di luar jam pelajaran. Di luar jam pelajaran, ada jam tambahan, dilakukan setelah siswa pulang sekolah. Lamanya penambahan tergantung guru yang mengajar. Hal yang sama diungkapkan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd: Sama seperti anak regular, tetapi untuk persemesternya yang berbeda, jika direguler 6 bulan persemester, sedangkan di aksel hanya 4 bulan saja, untuk yang lainya sama seperti di reguler. Berdasarkan uraian data di atas diketahui bahwa perbedaan lama belajar antara regular dan akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan hanya pada kesatuan program pendidikan dari 3 tahun menjadi 2 tahun, sehingga pelaksanaanya pun hanya berbeda pada kesatuan waktu persemester dari 1 semester 6 bulan menjadi 1 semester 4 bulan, sementara untuk jam pelajaran selama seminggu dan waktu pertatap muka, serta kesempatan libur yang didapatkan siswa pada program akselerasi tidak berbeda. Untuk lebih jelasnya berikut adalah pengaturan waktu kegiatan belajar mengajar siswa akselerasi:
56
Tabel 7. JADWAL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SISWA AKSELERASI No
Senin s/d Kamis
Jum'at
Sabtu
I
07.10 - 07.50
07.10 - 07.50
II
07.50 - 08.30
07.50 - 08.30
III
08.30 - 09.10
08.30 - 09.10
IV
09.10 - 09.50
09.10 - 09.50
1. Fear Teaching & MGMP 2. Ekskul Pramuka & KIR, PMR
09.50 - 10.20 Istirahat V
10.20 - 11.00
10.20 - 11.00
VI
11.00 - 11.40
11.00 - 11.40
11.40 - 12.20 Istirahat VII
12.20 - 13.00
VIII
13.00 - 13.40
Sholat Jum'at di Masjid Luqman
3. Ekskul Kesenian: Band 4. Ekskul Olah Raga: Basket Ball, Sepak Bola, dll
d. Pendekatan Belajar Dari hasil wawancara diketahui bahwa metode belajar yang diterapkan di SMPN 3 Tangerang Selatan dalam pelaksanaan program akselerasi sangat bervariasi dan tergantung pada guru mata
pelajaran
masing-masing.
Takriyah
Agustina,
S.Pd
mengatakan: Metode pembelajaran bervariasi, ada diskusi, tanya jawab dan inquiry, jadi tidak selalu sama. Jika metodenya selalu sama kan monoton, kan siswa juga bosen. Apalagi bahasa, anak-anak setiap harinya juga sudah berbahasa, padahal bahasa itu kan sulit. Materi kurikulum sekarang berbeda dengan materi kurikulum ketika dulu saya sekolah. Materi kurikulum 2006 lebih sulit dari pada kurikulum tahun 1994. Kurikulum 1994 itu kalimat majemuk itu diajarkan di kelas 3 SMP, sekarang SD sudah diajarkan kalimat majemuk. Saya tahu tentang hal itu karena kebetulan anak ibu masih sekolah SD. Selain bervariasi, metode yang digunakan pun harus tepat sesuai dengan mata pelajaran dan kemampuan siswa. Seperti yang dikatakan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd:
57
Pendekatan metode terserah gurunya masing-masing, karena anak-anak aksel itu cepat, maka pendekatan metodenya dipilih yang tepat, supaya mereka nyambungnya cepat, gurunya sendiri yang memilih metode yang akan digunakan. Masih berkenaan dengan metode mengajar, Hj. Eni Subekti, M.Pd mengungkapkan: Metode yang digunakan selama ini ya mengikuti apa yang diinginkan siswa, jika anak yang cepat ya kita ikuti cepat, jadi jangan sampai menghambat kemauan mereka. Kemudian kita pelayanannya ekstra, karena memang anak itu harus diikuti sampai dimana dia, jadi kita tidak boleh marah jika bilang belum jelas ya belum jelas, dan mereka boleh kok mengganti guru, misalnya bunda aku tidak suka diajar oleh bapak/ibu itu, nanti dengan pertimbangan guru lain, kalau masih bisa ya kita arahkan supaya dia masih tetap mengkuti pelajaran dari bapak/ ibu guru tersebut, tetapi jika tidak bisa ya tidak masalah untuk mengganti guru, tetapi dirapatkan dulu baru diganti, itu juga pernah terjadi kok, tetapi harus bisa menerima, jadi mengajar diaksel itu kita harus selalu siap untuk diganti, kalau memang cara kita tidak pas buat mereka, karena memang mereka ya bayarnya beda, kemudian pastinya minta dilatanin yang berbeda pula. Bardasarkan uraian di atas nampak bahwa program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha memberikan satu bentuk pelayanan kepada anak berbakat dengan menggunakan metode belajar yang lebih bervariatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar, mengikuti dengan kemamuan siswa serta mampu membuat siswa aktif. e. Media Belajar Media pembelajaran yang digunakan di kelas akselerasi ada perbedaan dengan yang digunakan di kelas regular, misalnya di setiap kelas akselerasi dilengkapi dengan TV, VCD Player. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh Hj. Siti Budayah, S. Pd: Ada, saya ambil contoh TIK, kalau regular itu satu komputer atau satu laptop untuk tiga siswa, tetapi kalau akselerasi satu komputer untuk satu siswa, kemudian di setiap kelas aksel
58
dilengkapi dengan TV, CD, hal ini dimaksudkan bagi setiap guru yang ingin memberikan materi lewat CD, maka tinggal pijit aja. Nuansa belajar mereka harus baru tidak seperti regular gitu, nuansanya harus berbeda, harus ada inovasi-inovasi yang baru. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Hj. Eni Subekti, M.Pd: Dintaranya ada TV, VCD, ada juga laptop, khusus untuk laptop karena saat itu laptop pernah diletakan di kelas, karena anaknya memang pinter dan rasa ingin tahunya tinggi, ya di otak-atik2 ya terpaksa kami cabut karena yang seharusnya tidak dia klik dia klik, saking pinternya ya jadi rusak, sekarang ketika kita butuhkan baru kita bawa ke atas, ya karena penyimpangan itu tadi. Berdasarkan uraian data di atas diketahui bahwa penerapan program kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan menyediakan media belajar secara khusus untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa berbakat di kelas akselerasi, hal tersebut untuk mempermudah proses pembelajaran dan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan belajar siswa, hal tersebut juga untuk membantu kegiatan guru di dalam proses belajar mengajar. f. Lingkungan Belajar Lingkungan belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi
proses
belajar,
sebaliknya
lingkungan
yang
kurang
menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa SMPN 3 Tangerang Selatan telah berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa kelas akselerasi. Ini dapat dilihat ketika peneliti mengunjungi ruang kelas akselerasi terdapat AC, TV, VCD dan beberapa alat untuk mendukung mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd: Yang pasti lingkungan belajarnya harus kondusif, mereka duduknya sendiri-sendiri, ruangan kelasnya ber-AC, kemudian
59
mereka harus mandiri, tidak ada yang kerja sama ketika ada ulangan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Takriyah Agustina, S.Pd: Lingkungan belajar yang membuat anak nyaman, karena anak aksel itu kan berbeda dengan anak regular, jadi lingkungannya harus lebih kondusif, agar mereka merasa lebih nyaman, agar mereka juga tidak bosan karena ketemu guru yang sama selama dua tahun, berbeda dengan regular, kalau di reguler kan selama tiga tahun ketemu dengan guru yang berbeda, jadi ada variasinya. Berdasarkan uraian data di atas dan dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan telah berusaha mengkondisikan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa, diantaranya dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberikan motivasi sukses kepada anak dan juga dengan cara menyesuaikan kebutuhan balajar siswa di sekolah dengan di lingkungan keluarga atau rumah. Karena belajar akan lebih efektif jika terjalin kerjasama aktif antara siswa, guru dan orang tua untuk mendukung kegiatan belajar dan meningkatkan motivasi belajar.
4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi Komponen
terakhir
dalam
penerapan
kurikulum
program
akselerasi adalah Evaluasi. Hal ini akan dikaji dari beberapa aspek sebagai berikut: a. Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi untuk siswa akselerasi terdiri dari beberapa ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester dan Ujian Nasional (UN) bagi siswa kelas IX (sembilan). Untuk ulangan harian guru bisa saja memberikan ujian dalam kelas, tetapi lebih sering penugasan kepada siswa. Penugasan tersebut berupa
60
pemberian tugas individual atau kelompok kepada siswa untuk menyusun sebuah karya tulis ilmiah. Hj. Eni Subekti, M.Pd menuturkan: Di sini ada ulangan harian, kemudian ada ulangan tengah semester, kemudian ulangan semester itu, hasil-hasilnya kita serahkan ke wali kelas, kemudian kita remedial hanya sekali, kemudian nanti untuk dipertanggung jawabkan saat rapat, untuk apakah anak ini masih bisa dipertahankan atau tidak, kalau direguler kan kita remedial-remedial terus sampai anak itu mencapai nilai standar, standar minimal setiap pelajaran, kalau di aksel hanya satu kali, dan ada pengumpulanpengumpulan nilai guru bidang studi ke wali kelasnya. Lebih lanjut Takriyah Agustina, S.Pd menambahkan: Untuk evaluasinya, ada yang harian, ada yang per KD kita adakan ulangan, ada juga kalanya mereka harus tampil ke depan, karena saya mengajar bahasa Indonesia, maka ibu ajarkan kepada mereka untuk terampil menulis dan juga terampil berbahasa. Ada juga ujian semester, ujian tengah semester, sama seperti di reguler, tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa mampu menangap dan mengerti materi yang kita kita ajarkan. Selain itu, saya sebagai guru juga harus instrospeksi diri, apakah di dalam mengajar ada kekurangan, atau materi yang saya ajarkan terlalu rumit untuk siswa, ataukah soal yang saya buat terlalu sulit untuk siswa, ataukah terlalu mudah, itu kan perlu kita evaluasi juga. Dari data di atas diketahui bahwa evaluasi yang dilaksanakan di kelas akselerasi sama dengan dengan di reguler, yang membedakan adalah jika di reguler remedial bisa berkali-kali sedangkan di akselerasi hanya sekali. Kemudian hasil dari evaluasi tersebut di bawa ke rapat dewan guru untuk menentukan apakah siswa tersebut masih bisa dipertahankan di kelas akselerasi atau tidak. b. Analisis Hasil Evaluasi Analisis hasil evaluasi siswa akselerasi berbeda dengan siswa regular, tingkat kesukaran soalnya lebih tinggi. Takriyah Agustina, S.Pd menuturkan:
61
Pasti berbeda analisisnya, karena mereka berada di kelas yang khusus. Selain itu, tingkat kesukaran soalnya pun juga berbeda dengan yang di reguler, tidak kita samakan. Hal ini juga dikatakan pula oleh Hj. Eni Subekti, M.Pd: Oh iya betul, ini yang kadang membuat kecemburuan siswa akselerasi karena tingkat kesukaran soal kadang-kadang lebih tinggi dan bentuk soal lebih rumit. Yang pasti karena bobot soal yang di aksel lebih tinggi, maka analisisnya pun harus berbeda dari anak regular, nilai 7 di kelas aksel itu lebih baik dan lebih sulit dari pada nilai 8 di reguler, ya karena hal-hal yang tadi. Dari data di atas disimpulkan bahwa analisis hasil evaluasi siswa akselerasi berbeda dengan siswa regular, hal ini dikarenakan tingkat kesukaran, kerumitan dan bobot soal yang ada di kelas akselerasi berbeda dengan kelas regular. c. Penyampaian Hasil Evaluasi Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa peyampaian hasil evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program akselerasi secara langsung dan transparan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Hj. Siti Budayah, S.Pd: Oh iya, dibagikan langsung ke orang tua. Mereka punya buku masing-masing, buku nilai masing-masing punya portofolio masing-masing. Portofolio punya, buku nilainya punya, jadi mereka tahu jika nilainya kurang mereka harus remed untuk mencapai ketuntasan, karena KKM nya 7.5 untuk setiap mata pelajaran. Hal ini dipertegas oleh Takriyah Agustina, S.Pd: Penyampaiannya biasanya langsung saya bagikan ke siswa atau melalui wali kelas, jika mereka memerlukan perbaikan, saya langsung memberitahu bahwa mereka perlu perbaikan, dan kapan mereka harus melakukan perbaikan dan kapan mereka siap.
62
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa penginformasian hasil evaluasi siswa akselerasi bisa langsung diberikan kepada siswa atau ke wali kelas baru ke siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengevaluasi proses belajarnya sendiri dan dapat memotivasinya belajar agar mendapatkan hasil yang optimal.
D. Kesimpulan Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tujuan penyelenggaraan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas ratarata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat. 2. Materi kurikulum di ambil dari rumusan materi diknas, dan pemberiannya hanya yang bersifat esensial. 3. Siswa program akselerasi adalah siswa yang diterima melalui rekruitment dengan berbagai metode (metode tes dan non tes). 4. Belum ada standar dalam pemilihan guru program akselerasi. Guru di pilih
melalui
rapat
pengurus
dan
kepala
sekolah,
dengan
mempertimbangkan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian. 5. Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar, mengikuti dengan kemampuan siswa serta mampu membuat siswa aktif. 6. Evaluasi proses belajar mengajar dilakukan oleh guru bidang studi masing-masing, hasilnya langsung di berikan kepada siswa atau di berikan kepada wali kelas.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus. Oleh karena itu perlu di kembangkan kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak istimewa tersebut. 2. Penerapan kurikulum program akselerasi di tiap-tiap sekolah, harus tetap mengikuti kebijakan pemerintah yang ditetapkan secara nasional. 3. Tujuan penyelenggaraan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas ratarata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat. 4. Materi kurikulum di ambil dari rumusan materi diknas, dan pemberiannya hanya yang bersifat esensial. 5. Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 (empat) bulan, hal inilah yang membuat program akselerasi dapat di tempuh hanya dua tahun, berbeda dengan di reguler yang kesatuan waktu persemesternya 6 (enam) bulan.
63
64
6. Siswa program akselerasi adalah siswa yang diterima melalui rekruitment dengan berbagai metode (metode tes dan non tes). 7. Belum ada standar dalam pemilihan guru program akselerasi. Guru di pilih
melalui
rapat
pengurus
dan
kepala
sekolah,
dengan
mempertimbangkan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian. 8. Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar, mengikuti dengan kemampuan siswa serta mampu membuat siswa aktif. 9. Evaluasi proses belajar mengajar dilakukan oleh guru bidang studi masing-masing, hasilnya langsung di berikan kepada siswa atau di berikan kepada wali kelas.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran dengan harapan menjadi bahan pertimbangan bagi perbaikan penerapan kurikulum program akselerasi kedepan, yaitu:
1. Program akselerasi sebagai bentuk pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat intelektual atau CI-BI hendaknya dikelola secara efektif tetapi tidak menimbulkan kesan ekslusif yang nantinya justru dapat menyebabkan kesenjangan di lingkungan sekolah. 2. Bagi sekolah yang menerapkan kurikulum program akselerasi sebaiknya usaha pemberian materi yang dideferensiasikan dalam bentuk mata pelajaran tertentu tetap diupayakan, walaupun mengalami kesulitan di lapangan. Namun demikian pemberian ini dilakukan, jika kegunaannya dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan siswa berbakat.
65
3. Bagi sekolah yang menerapkan program akselerasi hendaknya mengefektifkan komunikasi dan koordinasi dalam usaha menentukan kesepakatan untuk standarisasi hal-hal umum dan mendasar yang dilakukan dalam penerapan kurikulum program akselerasi seperti standarisasi rumusan materi; bentuk pengayaan belajar dan analisis hasil evaluasi. 4. Bagi guru di kelas akselerasi dalam mengajar dan penguasaan bahan ajar lebih diperhatikan dan ditingkatkan. 5. Program akselerasi sudah saatnya tersedia juga bagi siswa yang berbakat pada bidang-bidang lain selain sains, karena tidak semua out put siswa program akselerasi pada akhirnya berminat untuk menekuni bidang sains.
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Reni dkk. Kurikulum berdiferensiasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2001. _______, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual). Jakarta: PT Grasindo, 2004. Busro. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1428 H/2007 M. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa. 2009. _______, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa. 2009. _______, Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa & Berbakat Istimewa bagi Orang Tua, Guru & Siswa. 2008. Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar BAI Siswa Berbakat Akademik, 2006. www.ditlb.or.id/profile. Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara , 2007. _______, Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Harjaningrum, Tri Agnes (dkk). Peranan Orang Tua dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta: Prenada. 2007. Mukti, Wibawa, Imam. Mengenal Program Akselerasi. Minggu 3 Agustus 2008. http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2008/08/mengenal-programakselerasi.html. Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2009. Cet Ke-2.
66
67
_______, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gransindo, 1999. Cet. Ke-3. Nasution, Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2008. Semiawan, Conny R. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: PT Grasindo, 1992. _______, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo, 1997. Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008. Bandung: Citra Umbara, 2008 Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007. Cet. Ke-2.
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : : :
FITK-FR-AKD-089 5 Januari 2009 00 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Rudi Purwanto
Tempat/Tgl.Lahir : Grobogan, 19 September 1985 NIM
: 104018200631
Jurusan / Prodi
: KI-Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
: PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SMPN 3 TANGERANG
Dosen Pembimbing
SELATAN.
: 1. Drs. Mujahid AK, M. Sc.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat pendaftaran wisuda.
Jakarta, 25 Juni 2010 Mahasiswa Ybs.
Rudi Purwanto NIM. 104018200631
OBSERVASI
Senin, 22 Februari 2010 NO
REFLEKSI
HASIL OBSERVASI
ANALISIS
Sarana dan prasarana yang Dari Sarana 01
prasarana
dan dimiliki
oleh
SMPN
hasil
3 tersebut
observasi menunjukan
yang Tangerang Selatan terbilang bahwa SMPN 3 Tangerang
mendukung program lengkap
dalam
akselerasi
belajar
proses
menunjang Selatan
telah
mengajar melengkapi
berusaha
sarana
akselerasi program akselerasi. prasarana
dan dalam
Terdapat perpustakaan yang menunjang proses belajardilengkapi dengan buku-buku mengajar, dengan sarana mata
pelajaran,
majalah,
dan
koran, dan
prasarana
yang
buku-buku lengkap diharapkan proses
bacaan lain yang bernuansa belajar
mengajar
dapat
pendidikan; terdapat masjid berjalan dengan baik dan yang
dilengkapi
dengan maksimal, sehingga potensi
peralatan ibadah; ruang UKS siswa dapat berkembang yang di lengkapi dengan P3K; dengan semestinya. ruang WC untuk guru, siswa, dan kepala sekolah; kantin; ruang guru yang di gunakan guru untuk beristirahat setelah mengajar; terdapat lapangan olah raga; di dalam kelas terdapat TV, VCD, Globe, dan
sarana
menunjang
lain proses
mengajar di kelas.
yang belajar
Senin, 15 Maret 2010
02
Proses Belajar
Proses belajar mengajar yang Metode yang variatif yang
Mengajar (PBM) di
dilaksanakan
kelas akselerasi
akselerasi tidak jauh berbeda motivasi
di
kelas mampu
dengan kelas reguler, namun siswa
membangkitkan dan
semangat
dalam
belajar,
di kelas akselerasi siswanya merupakan hal pokok yang lebih aktif dan antusias, selain menjadi ciri khas kelas itu metode yang digunakan akselerasi
SMPN
3
juga lebih variatif. Hal ini Tangerang
Selatan.
Ini
terlihat
ketika
mengikuti
peneliti menunjukan bahwa proses
proses
belajar belajar
mengajar
yang
mengajar di kelas akselerasi, dilaksanakan di SMPN 3 para siswa dengan antusiasnya Tangerang Selatan telah mengangkat guru
tangan
meminta
mendemonstrasikan
ketika berusahan untuk mengembangkan
materi yang dimiliki siswa-siswa
yang sedang di pelajari. Dengan semangat para siswa mendemonstrasikan apa yang sedang di pelajarinya.
bakat
kelas akselerasi.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Hj. Siti Budayah, S.Pd
Jabatan
: Sekretaris Program Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Kamis, 25 Februari 2010
1.
Apa tujuan dari penyelenggaraan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan ? Jawaban: Tujuannya adalah untuk menghimpun anak-anak yang pintar, anak-anak yang berIQ tinggi, supaya mereka tidak merasa jenuh dan bosan. Mereka dikumpulkan
supaya
mereka
lebih
optimal
cara
berpikir
dan
bersosialisasinya, kemudian dipupuk rasa ingin tahu mereka, karena rasa ingin tahu mereka kan lebih besar dibanding dengan anak-anak regular, jika mereka dicampur kan susah nanti. Jadi tujuan penyelenggaraan aksel di SMPN 3 ini adalah untuk menjembatani anak yang pintar dan berkemampuan tinggi supaya mereka bisa berkembang lebih optimal.
2.
Kepada Siapakah tujuan kurikulum program akselerasi disampaikan dan bagaimana mekanisme penyampaian tujuan-tujuan tersebut pada pihak yang berhak mengetahuinya ? Jawaban: Kepada wali murid, waktu mereka dihimpun kan mereka masuk di satu ruangan kemudian mereka diberi tahu tujuan dari penyelenggaraan aksel itu apa, yaitu untuk menjembatani anak-anak yang pintar dan ber IQ tinggi, supaya didalam belajar mereka tidak bosan, tidak jenuh, supaya mereka bisa berkarya.
3.
Bagaimana mekanisme penerimaan murid baru dikelas akselerasi? Jawaban: Pengrerutanya pertama kita adakan tes, tesnya tes TPA (Tes Potensi Akademik), kemudian psiko tes untuk mengetahui IQ, untuk mengetahui komitmen pada tugas, kemudian kepatuhan, disitu ada 4 aspek yang diukur nanti. Setelah tahu TPA nya bagus rata-rata 7,5 dan IQ nya juga bagus maka yang terakhir adalah tes wawancara, setelah semuanya bagus baru mereka diambil, baru mereka diambil sebagai siswa atau peserta akselerasi. Ketika mereka mendaftar hanya membawa rapor, kelas 4, 5, dan 6 beserta nilai NEM, nilainya minimal harus 7,5. Setelah mendaftar orang tuanya dikumpulin, kemidian mereka dikasih pengarahan, bahwa ini adalah program cepat, untuk anak-anak yang cerdas istimewa.
4.
Apakah rancangan materi kurikulum akselerasi tetap sesuai dan mengacu dan sesuai dengan kurikulum nasional ? Jawaban: Sama, hanya percepatan waktu aja.
5.
Mata pelajaran apa sajakah yang diberikan dikelas akselerasi ? Jawaban: Sama, semua sama, tidak ada yang beda, Cuma percepatan waktu yang berbeda.
6.
Siapa yang merancang materi yang akan diberikan dikelas akselerasi ? Jawaban: Tidak ada yang merancang, semuanya sudah ada materinya, cuma setiap guru punya RPP, bukan hanya akselerasi, jika kita mau jadi guru setiap harus guru punya persiapan dalam mengajar, dan yang merancang itu ya guru masingmasing, tidak ada materi yang dirancang, materi itu sudah ada, Cuma pengembangannya, penyampaiannya bagaimana supaya anak itu lebih bisa menerima, itu namanya RPP.
7.
Apakah terjadi pengurangan atau penambahan materi agar proses akselerasi itu tercapai ? Jawaban: Pengurangan tidak ada, penambahan ia, itu namanya pendalaman materi, dari semester satu mereka sudah ada penambahan materi, panambahan materi hanya untuk materi yang di UN kan saja.
8.
Bagaimanakah cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi ? Jawaban: Mereka punya jam terbang lama, mempunyai dedikasi tinggi, loyalitas tinggi, kemudian mereka juga mempunyai inovasi-inovasi, paling tidak mereka punya tanggung jawab yang lebih, tanggung jawab yang bisa diacungi jempol, karena menghadapi anak-anak yang pinter itu tidak mudah, jadi mereka punya kelebihan, terutama kesabaran, anak yang pinter itu kan biasanya antik.
9.
Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa kurikulum akselerasi, baik semester atau pertatap muka ? Jawaban: Sama seperti anak regular, tetapi untuk persemesternya yang berbeda, jika direguler 6 bulan persemester, sedangkan di aksel hanya 4 bulan saja, untuk yang lainya sama seperti direguler.
10. Metode belajar apa yang digunakan dikelas akselerasi ? Jawaban: Pendekatan metode terserah gurunya masing-masing, karena anak-anak aksel itu cepat, maka pendekatan metodenya dipilih yang tepat, supaya mereka nyambungnya cepat, gurunya sendiri yang memilih metode yang akan digunakan.
11. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara khusus untuk siswa akselerasi ? (jika ia sebutkan?) Jawaban: Ada, saya ambil contoh TIK, kalau regular itu satu komputer atau satu laptop untuk tiga siswa, tetapi kalau akselerasi satu komputer untuk satu siswa, kemudian di setiap kelas aksel dilengkapi dengan TV, CD, hal ini dimaksudkan bagi setiap guru yang ingin memberikan materi lewat CD, maka tinggal pijit aja. Nuansa belajar mereka harus baru tidak seperti regular gitu, nuansanya harus berbeda, harus ada inovasi-inovasi yang baru. 12. Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung belajar siswa ? Jawaban: Yang pasti lingkungan belajarnya harus kondusif, mereka duduknya sendirisindiri, ruangan kelasnya berAC, kemudian mereka harus mandiri, tidak ada yang kerja sama ketika ada ulangan. 13. Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung belajar siswa ? Jawaban: Evaluasinya sama seperti anak-anak regular. 14. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan siswa regular ? Jawaban: Semuanya sama, mereka cuma percepatan waktu aja. 15. Apakah hasil evaluasi belajar siswa akselerasi disampaikan dengan transparan ? Jawaban: Oh iya, dibagikan langsung ke orang tua. Mereka punya buku masing-masing, buku nilai masing-masing punya portofolio masing-masing, Portofolio punya, buku nilainya punya, jadi mereka tahu jika nilainya kurang mereka harus remed untuk mencapai ketuntasan, karena KKM nya 7.5 untuk setiap mata pelajaran.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Hj. Eni Subekti, M.Pd
Jabatan
: Koordinator Program Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Kamis, 3 Februari 2010
1.
Bagaimana proses seleksi penerimaan siswa baru program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan Jawaban: Kita sudah mempunyai semacam file untuk disebarkan di SD-SD, kemudian mereka mendaftar ke sini jauh sebelum yang kelas regular datang, mereka di tes tertulis, kemudian wawancara, tes itupun waktu itu dilakukan oleh UI, tetapi sekarang bekerja sama dengan UIN, untuk tes kecerdasan psikologi dan sebagainya. Tes kedua yang saya ketahui yaitu ketika setelah mereka masuk regular, tetapi untuk tahun kemaren sebelum, jadi mereka tidak masuk regular, mereka langsung mengikuti tes yang langsung niat ke akselerasi.
2.
Apa tujuan dari penyelenggaraan kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan? Jawaban: Tujuannya yaitu ingin menampung siswa yang mempunyai bakat lebih atau istimewa, supaya guru bisa menangani secara khusus anak-anak yang punya bakat istimewa tersebut yang berbeda dengan anak-anak regular. Penanganan anak aksel dengan anak regular itu lain, jika anak aksel tadi digabung dengan anak reguler maka guru akan kesulitan mengajarnya, sementara anak yang cerdas istimewa sudah sampai dimana, sedangkan anak biasa-biasa sampai dimana, sama sekali tertinggal. Kalau sekarang kan tidak, jadi kelas aksel ditangani sendiri jadi persaingannya beda dengan direguler, dan anak-anak aksel ini punya keahlian khusus, bakat khusus.
Seperti diakselerasi itu, ketika belajar mau duduk dibawah, mau sambil jongkok atau mau sambil apa ya nggak masalah, tetapi kalau direguler kan tidak bisa seperti itu, setiap siswa harus mengikuti guru, tetapi kalau disini kita ngomongnya dengan cara yang berbeda gitu, karena tujuannya yang penting tercapai, mau dia menggunakan model belajar seperti apa, mereka bisa gitu.
3.
Bagaimana gamaran konsep kelas di program akselerasi ? Jawaban: Di kelas akselerasi setiap siswa kan duduk satu-satu, kemudian jumlahnya juga sangat terbatas, yaitu sekitas 24, kamudian ada yang terkena eliminasieliminasi mungkin jadi sekitar 20an siswa, yang dieliminasi tersebut secara otomatis masuk ke kelas regular.
4.
Bagaimana gambaran umum pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar ? Jawaban: Metode yang digunakan selama ini ya mengikuti apa yang diinginkan siswa, jika anak yang cepat ya kita ikuti cepat, jadi jangan sampai menghambat kemauan mereka. Kemudian kita pelayanannya ekstra, karena memang anak itu harus diikuti sampai dimana dia, jadi kita tidak boleh marah jika bilang belum jelas ya belum jelas, dan mereka boleh kok mengganti guru, misalnya bunda aku tidak suka diajar oleh bapak/ibu itu, nanti dengan pertimbangan guru lain, kalau masih bisa ya kita arahkan supaya dia masih tetap mengkuti pelajaran dari bapak/ ibu guru tersebut, tetapi jika tidak bisa ya tidak masalah untuk mengganti guru, tetapi dirapatkan dulu baru diganti, itu juga pernah terjadi kok, tetapi harus bisa menerima, jadi megajar diaksel itu kita harus selalu siap untuk diganti, kalau memang cara kita tidak pas buat mereka, karena memang mereka ya bayarnya beda, kemudian pastinya minta dilatanin yang berbeda pula.
5.
Bagaimana cara sekolah menangani kemampuan siswa akselerasi yang berbeda-beda? Jawaban: Itu masih tergantung dari bidang studi masing-masing, belum ada keputusan, sistemnya masih paket, belum sampai ke sana karena sampai saat ini belum ada yang istimewa sekali itu belum ada.
6.
Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi? Jawaban: Untuk pemilihan guru masih dalam tahap rapat pengurus dan kepala sekolah. Pertimbangannya antara lain adalah guru yang lebih memperhatikan siswa, kemudian tidak mudah tersinggung didalam menghadapi anak yang kadang kurang sopan atau apa, kemudian harus sabar, karena kadang mereka belajar dengan suka-suka, belajar sambil duduk, sambil ada yang jalan-jalan.
7.
Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?) Jawaban: Ada, dintaranya ada TV, VCD, ada juga laptop, khusus untuk laptop karena saat itu laptop pernah diletakan di kelas, karena anaknya memang pinter dan rasa ingin tahunya tinggi, ya di otak-atik2 ya terpaksa kami cabut karena yang seharusnya dia klik dia klik, saking pinternya ya jadi rusak, sekarang ketika kita butuhkan baru kita bawa ke atas ya karena penyimpangan itu tadi.
8.
Bagaimana cara pengaturan akselerasi supaya menjadi 2 tahun ? Jawaban: Seperti yang tadi, dibentuk kalender pendidikan yang dijadikan 3 semester itu, kalau direguler kan 2 semester tetapi kalau di akselersi menjadi 3 semester yaitu per 4 bulan,
9.
Untuk menyeimbangkan kemampuan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik; Jawaban: Kita adakan out bound, yang sifatnya penelitian-penelitian itu memang kita punya dana khusus untuk belajar diluar, tapi tahun ini baru terselenggara setelah UN karena kelas 9 menolak untuk diadakan kemaren, seharusnya kan kemaren bulan desember, tapi orang tuany tidak pede karena nampaknya tahun ini mengkawatirkan,
10. Apakah evaluasi di kelas akselerasi sama seperti yang ada di regular ? Nggak, disini ada ulangan harian, kemudian ada ulangan tengah semester, kemudian ulangan semester itu, hasil-hasilnya kita serahkan ke wali kelas, kemudian kita remedial hanya sekali, kemudian nanti untuk dipertanggung jawabkan saat rapat, untuk apakah anak ini masih bisa dipertahankan atau tidak, kalau direguler kan kita remedial-remedial terus sampai anak itu mencapai nilai standar, standar minimal setiap pelajaran, kalau diaksel hanya satu kali, dan ada pengumpulan-pengumpulan nilai guru bidang studi ke wali kelasnya, Ketentuan: anak itu tidak dieliminasi jika nilai yang kurang dari 7.5 itu tidak kurang lebih dari 3 mata pelajaran, jika 1,2, dan 3 masih dipertimbangkan, tetapi jika sudah lebih tanpa dibicarakan langsung dieliminasi, hal ini diputuskan sesuadah semester, Untuk menyiasati kekurangan 1 mata pelajaran tadi ya guru yang bersangkutan harus menggeber, kitanya yang geber, seperti saya kemaren, ada anak yang dimata pelajan saya dan satu mata pelajaran lain itu kurang, karena dipertimbangkan yaitu dia
sikapnya, cara menerima tugas, cara
mengerjakan tugas itu masih antusias, maka tanggung jawab saya untuk mengepush anak tersebut sampai bisa mendapatka nilai yang standar 7.5 itu,
11. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan siswa regular? Jawaban: Oh iya betul, ini yang kadang membuat kecemburuan siswa akselerasi karena tingkat kesukaran soal kadang-kadang lebih tinggi dan bentuk soal lebih rumit. Yang pasti karena bobot soal yang diaksel lebih tinggi, maka analisisnya pun harus berbeda dari anak regular, nilai 7 di kelas aksel itu lebih baik dan lebih sulit dari pada nilai 8 direguler, ya karena hal-hal yang tadi.
12. Bagaimana cara mengatasi anak yang nakal dikelas ? Jawaan: Yang selama ini kita lakukan yaitu saya menasehati mereka bahwa akselerasi harus tampil beda dengan regular, sementara tuntutan diaksel juga lebih berat, jika masih mau bertahan diaksel ya kebiasaan-kebiasaan tersebut harus ditinggalkan, ini nyatanya yag kemaren eliminasi juga setiap istirahat main ke regular, main, main dan main, sehingga jam masuk yang seharusnya guru sudah mengahadapi dia ternyata dia belum masuk ke kelas, ya memang benar, sudah dinasehati dan orang tua sudah diberi tahu, nggak bias bertahan lama, akhirnya sekarang dieliminasi satu orang, untuk dibahasa inggris mungkin bagus tetapi untuk di bahasa Indonesia, matematika, PPKn, sedangkan Bahasa Indonesia dan matematika kan di UN kan, akhirnya mau tidak mau ya harus di eliminasi, seharusnya masih bias tidak dieliminasi tetapi karena dari sikap, cara dia mengerjakan tugas kurang bertanggung jawab ya akhirnya dieliminasi.
13. Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar proses akselerasi tercapai? Jawaban: Tidak ada,
14. Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi? Jawaban: Untuk pelajaran yang di UN kan kita menambah atau mengambil materi dari bahan-bahan lain.
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Drs. Sholeh Fathoni
Jabatan
: PKS Kurikulum dan Pengajaran
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Kamis, 10 Maret 2010
1. Karakteristik siswa seperti apa yang dianggap mampu menjalankan dan mengikuti kelas akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan? Jawab: - Diharapkan siswa yang ber IQ tinggi, diatas rata-rata dari siswa regular - Kemampuan yang keras dan didukung keluarga - Kepribadian yang baik. 2. Tes apa sajakah yang diberikan kepada siswa akselerasi untuk mengetahui keberbakatannya? Jawab: Tes Akademik, tes khusu 3. Apa tujuan dari penyelenggaraan kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan? Jawab: Tujuannya yaitu ingin menampung anak-anak yang cerdas, supaya kemampuannya dapat berkembang dengan maksimal 4. Kepada siapa tujuan kurikulum akselerasi disampaikan? Jawab: - Kepada seluruh stake holder sekolah - Kepada masyarakat luas (orang tua siswa) 5. Bagaimana mekanisme penyampaian tujuan-tujuan tersebut pada pihak yang berhak mengetahuinya? Jawab: - Disampaikan pada saat rapat dinas - Disamaikan pada saat rapat dengan wali siswa - Disampaikan melalui presentasi ke sekolah-sekolah 6. Apakah rancangan materi kurikulum akeselerasi tetap sesuai dan mengacu dengan kurikulum nasional? Jawab: ya, kurikulum regular yang disampaikan 2 tahun 7. Siapa yang merancang materi yang akan diberikan dikelas akselerasi? Jawab: Sekolah, guru
8. Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar proses akselerasi tercapai? Jawab: Tidak 9. Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi? Jawab: Ya, guru berusaha menambah keluasan dan kedalaman materi 10. Apakah ada mata pelajaran khusus yang isi materinya dideferensiasikan hanya untuk siswa akselerasi dan tidak diberikan dikelas regular? Jawab: Tidak ada 11. Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi? Jawab: Berdasarkan hasil rapat 12. Sejauh mana keterlibatan guru yang mengajar dikelas akselerasi dalam menyusun materi kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan? Jawab: Guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan materi pelajaran 13. Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa akselerasi, baik persemester dan pertatap muka? Jawab: Waktu belajar: selama 2 tahun terbagi dalam 6 semester (1 semester 4 bulan) 14. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?) Jawab: CD, TV, LCD 15. Bagaimana pelaksanaan evaluasi siswa yang mengikuti kurikulum akselerasi? Jawab: Evaluasi: evaluasi harian (ulangan harian), ulaangan tenagh semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS) 16. Apakah ada waktu khusus yang dimiliki siswa akselerasi untuk melakukan evaluasi? Jawab: Waktu ulangan, terprogram dalam hari-hari efektif belajar. 17. Apakah hasil evaluasi belajar disampaikan secara transparan? Jawab: Ya, setiap ulangan nilai disampaikan kepada siswa dan orang tua. 18. Bagaimana cara penyampaian hasil evaluasi tersebut? Jawab: Melalui laporan nilai yang disampaikan kepada orang tua siswa.
HASIL WAWANCARA Nama Responden
: Takriyah Agustina, S.Pd
Jabatan
: Guru Program Akselerasi
Tempat wawancara
: SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
Hari wawancara
: Sabtu, 27 Februari 2010
1.
Bagaimana pendapat ibu mengenai pendidikan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan ? Diakselerasi pasti beda dengan direguler, kalau direguler kebetulan ibu mengajar bahasa Indonesia, jadi materi yang anak kira sudah belajar di SD, di SMP tinggal ibu lanjutkan saja, pelajaran yang kira-kira bisa dipelajari dirumah, mereka belajar dirumah, baru yang sulit nanti ibu jelaskan, jadi ada materi yang ibu singkat yang tidak sama dengan yang direguler, misalnya direguler itu seharusnya 3 kali pertemuan jadi diaksel itu cukup hanya 2 kali pertemuan, kalau dua kali ya bisa cukup satu kali, dan kebetulan juga kan siswanya sedikit jadi hal itu bisa berjalan. Kalau diregulerkan siswanya 40 yang pasti dengan waktu misalnya dikurikulum itu dua kali pertemuan emang harus dua kali pertemuan karena memang siswanya, saya sih, ibu harus memperhatikan siswa atau memeang kebetulan, jika materi itu memang harus tampilan siswa kan memerlukan waktu yang lama , berbeda jika di aksel kan memang siswanya sedikit Cuma 20an gitu jadi satu kali pertemuan dua jam pelajaran bisa selesai. Seperti itu.
2.
Apakah rancangan materi pembelajaran tetap sesuai dan mengacu dengan kurikulum nasional? Jawaban: Kalau tujuan pembelajaran masih mengacu dan sesuai dengan kurikulum nasional, kita kan memang acuannya kurikulum nasional. Dengan kurikulum tersebut anak-anak diharapkan bisa mengerti dan juga terampil berbahasa,
karena saya mengajar bahasa indonsia. Jadi rancangan materi pembelajaran tetap sesuai dengan kurikulum nasional, kita tidak melenceng dari situ. 3.
Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar proses akselerasi tercapai? Jawaban: kalau pengurangan materi sebenarnya tidak ada, tetapi untuk materi-materi yang diperkirakan mudah, maka guru hanya mengajarkannya secara sekilas, tetapi untuk materi-materi sulit, biasanya diperdalam oleh guru.
Khusus
untuk kelas sembilan (IX), apabila materi yang akan diajarkan sudah pernah diajarkan di kelas tujuh (VII) atau di kelas delapan (VIII), maka ibu cuma mengajar garis besarnya.
4.
Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi? Jawaban: Untuk penambahan juga ada, jika sekiranya materi yang dibutuhkan siswa perlu untuk ditambah, maka ya ibu tambah, misalnya jika ada siswa yang bertanya kepada ibu tentang sesuatu yang tidak terdapat di buku, maka ibu harus mencari referensi dari buku lain dan mungkin juga dengan contoh lain yang terdapat dibuku tersebut. Misalnya lagi jika mereka belajar tentang karya ilimiah, ya ibu bisa memberi contoh skripsi ibu yang lama, atau makalah-makalah, atau jika dirumah ibu ada jurnal, bisa juga di buat contoh kepada siswa.
5.
Sejauh mana keterlibatan guru yang mengajar dikelas akselerasi dalam menyusun materi kurikulum program akselerasi? Jawaban: Kalau RPP itu yang membuat adalah guru bidangnya masing-masing, apabila kita perlukan dari materi lain ya kita cari.
6.
Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa akselerasi, baik semester atau pertatap muka? Jawaban: Waktu pembelajaran sama seperti pembelajaran direguler, sama dua jam. Untuk semesternya yang berbeda, jika direguler itu 6 bulan persemester kalau diaksel hanya 4 bulan persemester, itu yang membedakan. Waktu belajar harian juga sama, anak-anak reguler pulang jam dua, anak aksel juga pulang jam dua. Untuk satu materi jam pelajaran sama yaitu 40 menit. Kalau ada penambahan materi, itu diluar jam pelajaran, jadi kalau diluar jam pelajaran, ada jam tambahan, itu dilakukan setelah siswa pulang sekolah, untuk lamanya penambahan tergantung gurunya yang mengajar.
7.
Bagaimana gambaran umum pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dan metode apa yang biasanya digunakan dikelas akselerasi? Jawaban: Untuk metodenya kita bervariasi, ada diskusi, tanya jawab trus ada inquiry, jadi tidak selalu sama.
Jika metodenya selalu sama kan monoton, jika
monoton kan siswa juga bosen. Apalagi bahasa, anak-anak setiap harinya juga sudah berbahasa, padahal bahasa itu kan sulit. Materi kurikulum sekarang jika ibu lihat berbeda dengan materi kurikulum ketika dulu ibu sekolah, menurut ibu, materi kurikulum 2006 itu
lebih sulit dari pada
kurikulum tahun 1994, kalau yang kurikulum 1994 itu kalimat majemuk itu diajarkan di kelas 3 SMP, sekarang SD sudah diajarkan kalimat majemuk. Ibu tahu tentang hal itu karena kebetulan anak ibu masih sekolah SD. 8. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?) Ada, seperti computer, TV, DVD, kalau direguler itu tidak ada,
9.
Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung siswa akselerasi? Jawaban: Lingkungan belajar yang membuat anak nyaman, karena anak aksel itu kan berbeda dengan anak regular, jadi lingkungannya harus lebih kondusif, agar mereka merasa lebih nyaman, agar mereka juga tidak bosan karena ketemu guru yang sama selama dua tahun, berbeda dengan regular, kalau direguler kan selama tiga tahun ketemu dengan guru yang berbeda, jadi ada variasinya.
10. Bagaimana pelaksanaan evaluasi siswa yang mengikuti kurikulum akselerasi? Jawaban: Untuk evaluasinya, ada yang harian, ada yang per KD kita adakan ulangan, ada juga kalanya mereka harus tampil ke depan, karena saya mengajar bahasa Indonesia, maka ibu ajarkan kepada mereka untuk terampil menulis dan juga terampil berbahasa. Ada juga ujian semester, ujian tengah semester, sama seperti direguler, tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa mampu menangap dan mengerti materi yang kita kita ajarkan. Selain itu, saya sebagai guru juga harus instrospeksi diri, apakah didalam mengajar ada kekurangan, atau materi yang saya ajarkan terlalu rumit untuk siswa, ataukah soal yang saya buat terlalu sulit untuk siswa, ataukah terlalu mudah, itu kan perlu kita evaluasi juga.
11. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan siswa regular? Jawaban: Pasti berbeda analisisnya, karena mereka berada dikelas yang khusus. Selain itu, tingkat kesukaran soalnya pun juga berbeda dengan yang direguler, tidak kita samakan.
12. Bagaimana cara penyampaian hasil evaluasi tersebut? Jawaban: Penyampaiannya biasanya langsung saya bagikan ke siswa atau melalui wali kelas, jika mereka memerlukan perbaikan, saya langsung memberitahu bahwa mereka perlu perbaikan, dan kapan mereka harus melakukan perbaikan dan kapan mereka siap.
13. Bagaimana cara anda mengatasi siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dikelas? Jawaban: Siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dikelas biasanya saya berikan tambahan materi tersendiri. Kadang ada orang tua mereka yang tanggap, mereka menanyakan tentang bagaimana perkembangan anaknya disekolah, maka orang tuanya saya beri tahu dan orang tuanya juga paham tentang perkembangan mereka. Karena perkembangan setiap siswa berbeda-beda, jadi ada beberapa siswa yang saya beri tambahan materi.
14. Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi? Jawaban: Saya juga kurang tahu bagaimana mekanisme pemilihannya, saya sempet bertanya sama koordinator aksel, kenapa harus saya, kan masih ada guru lainnya yang masa kerjanya lebih dari saya, tetapi mereka menilai bahwa anda mampu untuk mengajar di aksel. Mungkin mereka mempunyai kriteria tersendiri yang tidak diceritakan kepada saya. Tetapi saya berkesimpulan bahwa diantara kriteria tersebut adalah, S1 dibidang yang akan diajarkan, misalkan saya S1 di bidang bahasa Indonesia, dan juga masa mengajar atau masa kerjanya lebih dari 5 tahun.