PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA SMPN 3 KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S.Pd Pada Program Studi Pendidikan IPS
OLEH : RAHMA SOFIA NIM: 107015000964
JURUSAN PENDIDIKAN (TADRIS) IPS FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan” oleh Rahma Sofia NIM: 107015000964 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 29 November 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta, 29 November 2011 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)
Tanggal
Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM NIP. 195907151984031003
...............
……………
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP. 197304242008011012 Penguji I
…………
…………….
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP. 197304242008011012
…………
……………..
………….
……………..
Sekretaris Sidang
Penguji II Maila Dinia Husni Rahim, MA, S.Pd NIP. 197803142006042002
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D 19591020 198603 2 001
ABSTRAK
Rahma sofia, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Program Studi Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaa, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.2 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Instrumen yang digunakan berupa tes dan nontes. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: ketuntasan belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai minimal 65 mencapai 100% melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Dari hasil penelitian dari siklus pertama ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebanyak 71,7 % dan siklus kedua sebanyak 100 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Siswa berharap agar model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dapat digunakan pada materi IPS pada konsep berikutnya.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur.
i
ABSTRACT Rahma Sofia, “ The Aplication of Cooperatif Learning Type Number Head Together Structure In Improving Students’ Achievement in Understanding the Concept “Asking and Offering”. Strata I (S1). Department of Education and Social Science, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2011. The research is a classroom action research. The research has two cycles. Every cycles consists of planning, applying, observing, and reflecting. The subject of the research are students of the class 8.2 at SMPN 3 Tangerang Selatan of the year of 2010/2011. The aims of this research are in order to know the improvement of students learning results and to know the students response to the application of cooperatif learning type number head together structure model. In this researc, researcher had use two instruments: the test and a non test instruments. The success of the research was indicated by the success of the class completed the learning processs and increase numbers of the students reaching minimum score of 65 up to 100%. In the fist cycle that leaning completeness of learning is 71,7% and in the second cycle is 100 % based on the result of the research, it can be concluded that social science bond cooperatif learning type number head together structure model. The students expect that the cooperatif learning type number head together structure model can be used for the next IPS concept. Key word: Classroom Action Research, Students Achievement, Cooperatif Learning Type Number Head Together Structure Model.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam selalu tercurah pada Nabi junjungan kita nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan semua pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Nurrochim.M.M. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si. selaku pembimbing, terima kasih banyak atas waktu, tenaga dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi. 4. Maryono, SE, M.M.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, terima kasih telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. 5. Nita Marganingsih, S.Pd. selaku guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, dan dewan guru beserta karyawan terima kasih atas bantuan, izin, dan fasilitas selama pelaksanaan penelitian. Siswa siswi terutama kelas VIII.2 yang menjadi subjek penelitian. 6. Kedua orang tua tersayang, ibu dan ayah atas do’a dan dukungan baik moril maupun materil. 7. Seluruh saudara beserta sahabat yang selalu memberikan dukungannya.
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi para pengembangan produk pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah.
Jakarta, November 2011
Penulis Rahma Sofia
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………………..... i ABSTRACT ……………………………………….…………………………….. ii KATA PENGANTAR …..……………………………………………………... iii DAFTAR ISI ………………………………………………………….......…….. v DAFTAR TABEL …………………………………………………………..... viii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………....... ix DAFTAR LAMPIRAN ……………….………………………..…......………... x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………..……………...……………….…....... 1 B. Identifikasi Masalah ………………………….…………………………...… 7 C. Pembatasan Masalah …………………………...………..……………...…... 8 D. Perumusan Masalah………………………………………………..…...…… 9 E.
Tujuan Penelitian ………………………………..………………………….. 9
F.
Manfaat Penelitian ……………………..………………………..……..…… 9
BAB II. DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ……………..…………………...……………….…....… 11 1. Metode Pembelajaran Kooperatif .…………………....…………...….… 11 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif …………………………..……. 11 b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ………………...………....… 15 c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ………..………………..……….. 16 d. Model Pembelajran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur …… 22 2. Hakikat Belajar …………….……………………………….......………. 27 a. Pengertian Belajar …………….…………………………...………… 27 b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ….......................... 29 c. Prinsip Belajar ……………...……………………………..……….... 32 d. Pengertian Hasil Belajar ……………………………….……..……... 32 3. Hakikat Pendidikan IPS ..…..……………….……...…….……............... 34
a. Pengertian Pendidikan IPS ………………………………………….. 35 b. Tujuan Pendidikan IPS ……………………………………………… 35 c. Karakteristik Pendidikan IPS ………………….…………………...... 35 d. Ruang Lingkup Pendidikan IPS …………….……………………….. 36 B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………………...…….. 36 C. Kerangka Pikir ………………………………………....……….…………… 37 D. Perumusan Hipotesis Penelitian ………………………..…….………….….. 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian …………………...…………………………. 39 B. Metode dan Desai Penelitian ….……………………….…………………… 40 C. Subjek Yang Terlibat Dalam Penelitian …………...……………………….. 44 D. Peran dan Posisi Dalam penelitian …………………………………………. 44 E. Tahap Intervensi Tindakan ………………………………….……………… 44 1. Pra Penelitian ………………………….……………………………….. 44 2. Siklus I ……………………………………………...………………….. 45 3. Siklus II …………………...……………………………………………. 47 4. Penulisan Laporan Penelitian ………………………………………...… 47 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……………….………………. 47 G. Data dan Sumber Data …………...………………………………….....…... 47 H. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data ………..………………….....…... 47 I. Teknik Pengumpulan Data ………...……………………………………….. 48 J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi .......................… 48 K. Analisi Data ………..……………………………………………….............. 52 L. Tindak Lanjut Perencanaan Tindakan ……………...…………………….… 53
BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah …………………………………………………. 55 B. Deskripsi Data ..…………......................................................................…… 56 C. Tindakan Pembelajaran Siklus I ................................................................…. 67
D. Tindakan Pembelajaran Siklus II ..............................................................…. 73 E. Analisis Data ….............................................................................................. 77 F. Interpretasi Hasil Analisis ….......................................................................... 92 G. Pembahasan Temuan Penelitian ..................................................................... 93 H. Keterbatasan Dalam Penelitian ..................................................................… 94
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................................... 95 B. Saran ............................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ……....... 15 Tabel 2.2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Number Head Together dengan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Struktur …...... 22 Tabel 2.3.Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur ................................................................................. 24
Table 3.1. Jadwal kegiatan penelitian .................................................................. 39 Tabel 4.1. Jumlah siswa SMPN 3 kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011 ………………………..……………………………………………… 56 Tabel 4.2. Hasil perolehan nilai tes awal siklus I ................................................. 58 Tabel 4.3. Hasil perolehan nilai tes akhir siklus I ................................................ 59 Tabel 4.4. Hasil perolehan nilai tes awal siklus II ............................................... 60 Tabel 4.5. Hasil perolehan nilai tes akhir siklus II ............................................... 61 Tabel 4.6. Deskripsi Data Preetest dan Posttest Pada Siklus I ............................ 64 Tabel 4.7. Deskripsi Data Preetest dan Posttest Pada Siklus II .......................... 66 Tabel 4.8. Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan II ……………………. 77 Tabel 4.9. Aktivitas siswa siklus I ……………………………………………... 77 Tabel 4.10. Aktivitas guru siklus I ……………………………………………... 78 Tabel 4.11. Aktivitas pembelajaran siklus I …………………………………… 80 Tabel 4.12. Aktivitas siswa siklus II ………………………………………….... 82 Tabel 4.13. Aktivitas guru siklus II …………………………………………….. 83 Tabel 4.14. Aktivitas pembelajaran siklus II …………………...……………… 84 Tabel 4.15. Hasil wawancara dengan siswa …………………………………… 87
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Alur Penelitian ................................................................................. 42 Gambar 4.1. Diagram Distribusi Pretest siklus I .................................................. 62 Gambar 4.2. Diagram Distribusi Posttest siklus I ................................................ 62 Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pretest siklus II ................................................ 63 Gambar 4.4. Diagram Distribusi Posttest siklus II .............................................. 63 Gambar 4.5. Suasana Kelas Pada Saat Guru Melakukan Apersepsi .................... 68 Gambar 4.6. Suasana Kelas Pada Saat Pembelajaran .......................................... 69 Gambar 4.7. Peneliti Menyuruh Siswa Mempresentasikan Diskusi Kelompok Mereka ............................................................................................ 69
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …………........................….. 100 Lampiran 2. Kisi-kisi Soal Instrumen Penelitian …...……................................ 130 Lampiran 3. Kisi-kisi Butir Soal ........................................................................ 131 Lampiran 4. Instrumen Penelitian ...................................................................... 133 Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ............................................ 141 Lampiran 6. Data Anatest .................................................................................. 142 Lampiran 7. Skenario Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur .......................................................................................... 152 Lampiran 8. Hasil Wawancara ………………………………………………... 157 Lampiran 9. Profil Sekolah …………..……………………………………….. 161 Lampiran 10. Lembar Uji Referensi …………..…………………..………….. 162
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan serta kemajuan ke arah yang lebih baik di bidang pendidikan. Tidak hanya kemajuan teknologi, tapi juga kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam jenjang pendidikan sekolah. Kemajuan teknologi tidak akan bermanfaat jika tidak diiringi oleh majunya tingkat pendidikan suatu bangsa. Agar kita tidak tertinggal jauh oleh lajunya perubahan dan perkembangan zaman di era global ini, maka diperlukan suatu kinerja pendidikan yang bermutu tinggi. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.1 1
UU RI No. 20, Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003, Bab I Pasal 1, h.1 diakses dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
1
Masalah pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah dan keadaan peserta didik. Proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang berguna serta memiliki pengetahuan luas akan segala hal. Proses pembelajaran akan berjalan dengan siasia, jika tidak di ikuti oleh perubahan dalam sistem dan cara mengajar guru di kelas. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tapi juga guru juga memberikan peranan penting dalam hal ini. Disamping itu diperlukan cara mengajar yang dapat mengaktifkan seluruh siswa, tidak hanya sebagian siswa saja. “Menurut data UNESCO, yang dikutip oleh Mudjia Rahardjo bahwa peringkat Indonesia di bidang pendidikan semakin menurun, hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh Mudjia Rahardjo bahwa pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada tahun ini cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Karena itu, dengan menurunnya peringkat pendidikan tersebut mudah dipahami jika kualitas manusia Indonesia pada umumnya rendah. Padahal pemerintah telah merumuskan „peningkatan daya saing‟ atau competitiviness sebagai salah satu pilar visi pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah juga telah memperoleh alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN khusus pendidikan. Berbagai kebijakan untuk mendukungnya juga telah dibuat, mulai dari perangkat yuridis, sepertu Undang-Undang Guru dan Dosen, hinggan kebijakan operasional seperti Sertifikasi Guru, PLPG, Program Pendidikan Guru (PPG), Duel Mode, Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Ujian Nasional dan sebagainya. Semua kebijakan tersebut hakikatnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Indeks pembangunan pendidikan di Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei”.2 Rendahnya tingkat pendidikan di sekolah akan menimbulkan permasalahan dalam suatu bangsa, diantaranya adalah keadaan suatu bangsa itu tidak terkendalikan dengan baik. Melihat kenyataan tersebut, berarti ada yang harus diperbaiki dalam sumber daya manusia Indonesia. Salah satu yang mempengaruhi rendahnya sumber daya manusia adalah faktor pendidikan. Setiap orang yang ingin berkembang dan maju pasti akan menempuh jenjang pendidikan. 2
Mudjia Rahardjo, Peringkat Pendidikan Indonesia Menurun, diakses dari http://anannur.blogspot.com/2011/06/peringkat-pendidikan-indonesia-menurun.html (17/05/2011 Pukul 20.00)
2
“Kualitas suatu bangsa tergantung dengan kualitas pendidikan warganya. Standar untuk mengukur daya saing suatu bangsa paling tidak dipengaruhi oleh tiga hal penting; pertama, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa; kedua, kemampuan manajemen suatu bangsa; ketiga, kemampuan sumber daya manusia. Untuk meningkatkan daya saing, penekanannya adalah terhadap peningkatan mutu pendidikan baik dari segi proses maupun produk harus menjadi komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua peserta didik”.3 Masalah pendidikan yang sangat kompleks, diantarnya adalah kurang termotivasinya anak didik untuk belajar. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor salah satunya adalah karena faktor anak didik itu sendiri karena tidak giat belajar dan asik bermain yang didukung oleh banyaknya game online yang lebih menarik bagi mereka dibanding belajar serta dipengaruhi oleh guru itu sendiri. Sehingga, banyak kita temukan rendahnya hasil belajar. “Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas guru. Guru merupakan orang yang seharusnya ditiru. Guru yang berkualitas akan menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Guru bukan hanya orang yang berdiri mentransfer ilmu pengetahuan di dalam kelas. Guru bukanlah orang yang setiap harinya mengajar di kelas. Namun lebih dari itu, guru merupakan pendidik dan merupakan orang yang pantas menjadi panutan, teladan bagi semua elemen masyarakat. Para guru haruslah bijaksana, mampu menjalankan program kerjanya dan meningkatkan kinerja untuk menjadi guru profesional yang berkarakter baik.”4 Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari kualitas peserta didik. Jika peserta didik mampu menguasai apa yang mereka pelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan maka dapat dipastikan keberhasilan pembelajaran telah tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari peran serta guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang akan di pelajari. Guru harus mampu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di kelas. Jika guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif maka akan mengakibatkan suasana belajar menjadi sangat pasif, sehingga semangat belajar siswa akan lemah dan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah. 3
Allan Setyoko, Memaknai Hari Guru Yang ke 65, diakses dari http://www.metrojambi.com/opini/1258-memaknai-hari-guru-ke-65.html (26/05/2011 Pukul 13.00) 4 Allan Setyoko, Memaknai Hari Guru Yang ke 65, ………. (26/05/2011 Pukul 13.00)
3
Pada kenyataannya, dari hasil observasi di kelas yang peneliti lakukan terhadap 39 siswa kelas VIII di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan pada tanggal 21 april 2011, ternyata masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional seperti ceramah saat mengajar. Padahal sangat banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan, agar siswa tidak merasa bosan dengan kondisi belajar yang bisa dibilang sudah biasa-biasa saja. Selain itu, guru hanya memperhatikan sekelompok anak yang pintar dan kurang memperhatikan anak yang kurang pintar. Hal ini menyebabkan terjadinya diskriminasi di kelas itu sendiri, dan peserta didik merasa di anak tirikan sehingga tidak jarang lagi terjadi situasi belajar yang kurang kondusif di kelas. Sebagian peserta didik sibuk dengan aktivitas mereka masing, mengobrol, main HP dan mengerjakan tugas untuk pelajaran berikutnya. “Kita tentu bisa menyadari bahwa guru merupakan pihak yang paling banyak berhubungan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Guru yang baik adalah guru yang peka terhadap perkembangan belajar dan prestasi anak didik di sekolah. Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada”.5 Pembelajaran IPS memiliki cakupan yang kompleks. Hal ini dapat menyulitkan guru untuk menstruktur materi pembelajaran secara cermat berdasarkan tipe isi dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran. Banyak guru yang sembarangan dalam memilih metode pembelajaran IPS. Tak heran banyak ditemukan permasalahan dalam pembelajaran IPS salah satunya adalah siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran IPS yang berdampak pada rendahnya daya serap dan hasil belajar siswa. “Hal ini disebabkan juga oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hambatan yang muncul dalam diri siswa itu sendiri misalnya kemampuan awal siswa yang rendah. Adapun faktor 5
Peran guru dalam pendidikan, diakses dari http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_154.html. akses tanggal 26 Agustus 2011.
4
eksternal adalah yang muncul dari luar diri siswa yaitu lingkungan kelas, kondisi kelas, dan metode mengajar sebagai contoh kegiatan belajar mengajar kurang menarik, pendekatan kurang mengena, jumlah siswa dalam kelas terlalu besar, bobot kurikulum yang terlalu berat, dan lingkungan yang kurang menunjang”.6 Selain masalah di atas, permasalahan yang peniliti temukan saat observasi adalah sistem pembelajaran di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan di kelas 8.2 cenderung masih bersifat teacher centered, dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu dan hasil belajar siswa di sekolah. Pada pembelajaran sistem teacher centered ini, suasana kelas cenderung kaku, para siswa pasif dan lambat dalam menyerap konsep yang disampaikan guru. Metode yang digunakan oleh guru hanya menerapkan sistem pembelajaran ceramah, sehingga suasana belajar terasa tidak menyenangkan. Sistem pembelajaran seperti ini sering membuat siswa bosan dan jenuh untuk belajar, karena guru hanya mengajar dengan cara yang monoton. Selain penerapan sistem pembelajaran yang monoton, guru juga sering menekankan hapalan kepada siswa. Guru menganggap dengan menghapal dapat membuat siswa menyerap pelajaran dengan maksimal. Pada hal sesungguhnya belajar itu bukanlah dengan cara menghapal materi sampai tuntas, karena pelajaran yang sudah dihafal hanya tersimpan dalam memori jangka pendek dan kebanyakan dari hafalan tersebut dapat hilang dalam beberapa hal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru guna meningkatkan mutu pendidikan melalui meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan berbagai metode
pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh
kalangan guru-guru kreatif. Salah satu metode yang cukup efektif untuk menunjang keberhasilan belajar siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada keaktifan siswa di kelas. Dengan metode ini, suasana belajar menjadi lebih bersemangat dan tidak kaku. Siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk bersaing dengan kelompok lain guna menjadi kelompok terbaik. Metode pembelajaran yang menyenangkan 6
Jurnal Pendidikan Dasar, Soegino, Pamuji, dan Wiwik Widayati.Vol. 5. No. 1. 2004. h. 35, http:jurnal.pdii.go.id/index.php/search.html?ac:tampil&id=53678idc-32, Akses 12 Oktober 2010.
5
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Jika siswa sudah termotivasi untuk belajar, maka akan mudah bagi guru untuk mentransfer pelajaran kepada siswa dan siswa pun akan lebih mudah menerima dan menyerap materi-materi pelajaran. Salah satu contoh dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Kepala Bernomor Struktur. “Kepala Bernomor Struktur pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok, dengan ciri khasnya adalah guru memberikan penugasan pada masing-masing siswa berdasarkan nomor yang dimilikinya. Cara ini menjamin keterlibatan otak semua siswa karena Kepala Bernomor Struktur merangsang kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dengan seluruh anggota kelompoknya dan dapat mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan yang diberikan guru”.7 Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur, juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama. Melalui teknik Kepala Bernomor Struktur siswa bisa belajar dengan menyenangkan tanpa ada perasaan tertekan dengan konsep yang sedang dipelajari dan siswa juga bisa leluasa untuk mengungkapkan hasil pemikirannya khususnya tugas kelompok yang diberikan guru. Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur dapat membuat siswa dengan mudah menyerap konsep-konsep yang dipelajari, sebab siswa terjun langsung dalam memecahkan masalah dalam belajar. Selain itu, model pembelajaran ini dapat membuat suasana belajar yang rekreatif, karena pemakaian topi di kepala para siswa membuat mereka senang dalam belajar dan merasa model pembelajaran ini sangat unik lantaran adanya topi. Berdasarkan hasil observasi pra peneltian dapat ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelas 8. 2 dalam belajar dikelas yaitu: Pada saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPS dikelas 8.2 masih ditemukan banyak kendala terutama masalah penggunaan metode pembelajaran yang monoton, ceramah, dan hafalan yang diberikan oleh guru yang belum menunjang
7
Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. (Jakarta : PT. Grasindo, 2002) h. 58
6
semangat siswa untuk belajar. Kondisi demikian membuat siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran dan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. “Menurut teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner menyebutkan bahwa belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, sehingga aktivitas membaca dan mencatat menjadi aktivitas yang sangat penting dalam belajar. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat dan memberikan prioritas yang berurutan dalam bebagai situasi”.8 Untuk menumbuhkan semangat belajar dalam diri siswa diperlukan suatu model belajar yang tepat agar siswa terbiasa untuk aktif dan semangat dalam belajar, sehingga bisa mendukung agar hasil belajar siswa bagus. Model pembelajaran yang tepat mengaktifkan seluruh siswa antara lain model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk aktif dan bekerjasama dengan teman-temannya agar bisa memecahkan suatu permasalah yang dihadapi mereka, serta siswa mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran kooperatif ini tidak akan membuat siswa tertekan, karena mereka diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok belajar mereka di kelas. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut : 1.
Metode pembelajaran yang monoton. Hal ini dapat diketahui dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, selama peneliti melaksanakan observasi guru tidak terlihat menggunakan model pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini diperkuat oleh data hasil wawancara dengan siswa, data tersebut menunujukan bahwa guru sangat jarang menggunakan model pembelajaran saat proses belajar mengajar di kelas.
8
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009), Cet. II, h. 24.
7
2.
Masih banyak guru yang menerapkan sistem hapalan. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang peniliti lakukan dengan guru IPS yang mengajar di kelas VIII. Dari 3 guru yang peniliti wawancarai, semuanya menerapkan sistem hapalan saat mengajar.
3.
Umumnya pembelajaran di kelas masih bersifat teacher centered. Selama peneliti melaksanakan observasi, proses belajar mengajar di kelas masih bersifat teacher centered. Semua kegiatan di kelas selalu di lakukan oleh guru, siswa hanya mendengar penjelasan dari guru.
4.
Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi yang peniliti lakukan di kelas 8.2. Siswa kebanyakan diam dan mendengarkan penjelasan dari guru.
5.
Guru sering menerapkan metode ceramah. Hal ini dapat di lihat saat proses belajar di kelas, guru sering menerapkan metode ceramah.
6.
Rendahnya hasil belajar IPS. Rendahnya hasil belajar IPS dapat diketahui dari nilai hasil belajar siswa, berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru IPS sebelum melaksanakan penelitian dikatakan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas 8.2 rendah, tidak sampai 50 % dari jumlah siswa yang mendapat nilai bagus.
7.
Model pembelajaran kooperatif belum maksimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peniliti lakukan dapat diketahui bahwa guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional, hal ini disebabkan karena penerapan model pembelajaran menggunakan waktu yang lumayan lama dan tidak semua guru mengetahui apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang di uraikan di atas diperoleh gambaran permasalahan yang cukup luas. Namun karena keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis membatasi masalah yang akan di bahas yaitu hanya pada: 1. Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 Kota Tangeran Selatan. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif mempengaruhi hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 Kota Tangeran Selatan.
D. Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
8
1. Meningkatkan hasil belajar IPS (Ekonomi) dalam konsep Permintaan dan Penawaran pada siswa kelas 8.2 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. 2. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur terhadap semangat dan keaktifan belajar IPS siswa kelas 8.2 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran koopearatif tipe kepala bernomor struktur terhadap peningkatan hasil belajar IPS. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. c. Akan memperkaya khazanah dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). d. Riset ini merupakan bukti empiris tentang filsafat pendidikan konstruktivisme. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi siswa Diharapkan berani mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang mereka miliki dan juga harus meningkatkan motivasi, hasil belajar.
b. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran di sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal. c. Bagi Guru
9
Diharapkan dapat menggunakan metode yang variatif, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur dalam pembelajaran IPS, agar proses belajar mengajar menjadi menyenangkan. d. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama menjalani kuliah. e. Bagi para akademisi Dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, sehingga dapat menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi para siswa. f. Bagi peneliti lebih lanjut Dapat memberi sumbangsih pengetahuan dan sebagai referensi dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
10
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan lebih banyak kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan sistem belajar berkelompok”. 9 Sistem pembelajaran kooperatif senantiasa mendorong siswa untuk bekerja sama dengan seluruh anggota kelompoknya sehingga terjalin suatu interaksi yang kuat dan tercipta suatu kerja sama kelompok yang efektif. “Istilah kooperatif memiliki makna yang luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif. Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik”.10
9
Ina Karlina, Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. Artikel Pendidikan. 10 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori & Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.55.
11
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.11 Menurut Slavin, “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.” Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompokkelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa.12 Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak menarik perhatian kalangan pelajar. Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya. Metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dan dalam pembentukan kelompok
harus
berdasarkan
karakteristik
yang
dikedepankan
oleh
pembelajaran kooperatif yaitu kelompok belajar yang heterogen. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda 11
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009), h. 56. 12 http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperatif.doc. html, diakses 17/09/2010.
12
(tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Metode pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan
untuk
menerapkan
pengetahuan
dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan metode pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan hasil belajar akademik siswa dan siswa dapat menerima berbagai bentuk keragaman dan keunikan dari temannya, serta berguna dalam pengembangan keterampilan sosial siswa. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,
saling
menyalurkan
menyampaikan kemampuan,
pendapat,
saling
saling
membantu
memberi
belajar,
kesempatan
saling
menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, dapat meningkatkan interaksi siswa dengan siswa lainnya, meningkatkan penguasaan materi pelajaran yang dipelajari serta dapat meningkatkan motivasi
siswa
agar
berperan
aktif
selama
berlangsungnya
proses
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.13 Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.14
13
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 337. 14 Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, Cet. 3, h. 4.
13
Cooperative learning adalah salah satu konsep belajar yang menekankan sekali aspek kerja sama, bukan persaingan. Belajar, pada intinya adalah berinteraksi, dan saling membantu dalam memperoleh pengetahuan.15 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi dan model pembelajaran yang cukup berhasil jika diterapkan di kelas dan membuat siswa aktif, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa di bagi dalam kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari siswa berbagai tingkat kemampuan yang berbeda, agar mereka dapat saling bertukar ide dan bekerjasama melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi yang akan dipelajari. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok belajar ini, mendukung siswa berperan aktif sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan setiap anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan peran serta dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Metode pembelajaran kooperatif membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih merasa akrab dengan temannya karena sistem dalam pembelajaran kooperatif membagi siswa kepada beberapa kelompok belajar guna menunjang kerja sama seluruh anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Keterlibatan langsung siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sangat besar sekali manfaatnya karena sedikit banyaknya dapat membuat siswa lebih cepat menyerap konsep yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka daya ingat siswa akan konsep yang telah diberikan guru menjadi lebih kuat dan siswa dapat menyimpan konsep tersebut dalam jangka waktu yang lama. Dengan kemudahan siswa menyerap dan lamanya daya ingat siswa terhadap konsep yang telah diberikan guru, maka kita dapat berkesimpulan lebih
15
Hernowo, Bu Slim Pak Bil Membincangkan Pendidikan di Masa Depan, (Bandung: Mizan Learning Center, 2004), cet. 1, h. 12.
14
optimis bahwa model pembelajaran kooperatif ini dapat memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: 16 Langkah Langkah 1
Indikator
Tingkah laku guru
Menyampaikan tujuan
Guru menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa.
pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2
Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
Langkah 3
Mengorganisasikan
Guru menginformasikan
siswa ke dalam
pengelompokkan siswa.
kelompok-kelompok belajar. Langkah 4
Membimbing kelompok
Guru memotivasi serta memfasilitasi
belajar.
kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar.
Langkah 5
Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dilaksanakan.
Langkah 6
Memberikan
Guru memberi penghargaan hasil
penghargaan.
belajar individu dan kelompok.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Karakteristik model pembelajaran kooperatif, yaitu : 1. Pembelajaran secara tim
16
Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA – University Press, 2011), h. 10.
15
Tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota kelompok harus saling membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran karena kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Kelompok harus bersifat heterogen dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, dan diharapkan setiap anggota memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok. 2. Didasarkan pada manajemen kooperatif Dalam manajemen kooperatif harus terdapat fungsi perencanaan, fungsi organisasi dan fungsi kontrol. 3. Kemauan untuk bekerja sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, sehingga setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bekerja sama. 4. Keterampilan bekerja sama Kemauan bekerja sama harus dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga tiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok. 17 c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif 18 1. Lesson study Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Lesson study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki dan menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Sanjaya Group, 2008), h.
244-245. 18
http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html, diakses 22/04/2010.
16
Lesson study dapat meningkatkan cara mengajar guru di kelas dengan menggunakan model pembelajaran lesson study, guru melihat, menguji dan menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki pada saat proses belajar mengajar. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas waktu yang digunakan saat mengajar. 2. Examples non examples Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (KD). Metode belajar seperti dapat meningkatkan pemahaman siswa karena disamping memberikan materi, guru langsung memberikan contoh-contoh yang berhubungan dengan materi yang di ajarkan. Sebagai contoh, pada saat materi penawaran guru langsung memberikan gambar orang yang berada di pasar. Hal ini dilakukan agar siswa lebih paham dan dapat menganalisis gambar tersebut. 3. Picture and picture Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Metode
belajar
ini
dengan
menggunakan
gambar
yang
berhubungan dengan materi, selain gambar guru juga bisa menggunakan potongan bagan dan menyuruh siswa menyusun dengan benar. Setelah itu guru mengkonfirmasi urutan tersebut, jika ada urutan yang salah guru memperbaikinya dan memberikan penjelasan ulang. Penggunaan metode belajar ini masih kurang dipakai di sekolah. 4. Numbered heads together Numbered heads together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Model pembelajaran numbered heads together dapat mengaktifkan seluruh siswa karena dalam model pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk menguasai materi dan hasil diskusi yang didiskusikan. Setiap siswa 17
dalam kelompok mendapat nomor dan guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Jika mereka menjawab dengan benar, maka guru akan memberikan hadiah dan salah akan diberikan hukuman. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. 5. Cooperative script Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Bekerja berpasangan sangat bagus tapi jika guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik, akan menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh. Dalam pembelajaran skrip kooperatif ini diperlukan guru yang tegas agar siswa melakukan tugas dengan baik. Jika guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik, sebaiknya model pembelajaran ini tidak digunakan karena akan menyebabkan kelas kurang kondusif, jika siswa yang berpasangan tidak mendiskusikan bahan yang diberikan gur tapi malah mengobrol dengan temannya. 6. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem
based
instruction
(PBI)
memusatkan
pada
masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Model pembelajaran ini tidak dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran.
Model
pembelajaran
berdasarkan
masalah
dapat
mengembangkan ide-ide yang dimiliki oleh setiap siswa. 7. Explicit instruction Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung hampir sama dengan pembelajaran biasa yang dilakukan oleh guru di kelas, model ini terbilang lama karena harus 18
menyelesaikan satu persatu langkah dan semua siswa diharapkan mengerti akan materi yang telah diberikan. 8. Inside – outside – circle (lingkaran kecil – lingkaran besar) Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama, dan butuh pengelolaan kelas yang baik dari guru. Perpindahan posisi juga akan menyulitkan siswa, model pembelajaran ini bisa diterapkan dengan baik jika dilakasanakan di jenjang pendidikan yang cukup tinggi. 9. Cooperative integrated reading and composition (CIRC) Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap wacana/ kliping. Metode
pembelajaran
cooperative integrated reading and
composition sering diterapkan pada mata pelajaran bahasa indonesia. Pada mata pelajaran IPS juga bisa diterapkan dengan memberikan wacana yang berhubungan dengan masalah perekonomian, situasi masyarakat sekarang dan lain-lain. Setelah guru memberikan wacana, para siswa menganalisis wacana tersebut dan menyampaikan tanggapan mereka. 10. Student facilitator and explaining Siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Model pembelajaran ini bisa menciptakan suasana belajar yang interaktif, apabila guru membimbing dengan baik jalannya presentasi yang dilakukan oleh para siswa. 11. Course review horay Suatu
metode
pembelajaran
dengan
pengujian
pemahaman
menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay.
19
Metode pembelajaran ini dapat meningkatkan semangat belajar siswa di kelas dan menghilangkan rasa tertekan siswa saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Karena pemeriksaan tugas yang diberikan guru, benar jika para siswa berteriak horay. 12. Talking stick Metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Metode pembelajaran talking stick menuntut siswa untuk siap jika suatu waktu mereka diberi pertanyaan oleh guru, jika tongkat berhenti pada mereka. Agar tidak membosankan, saat metode ini berlangsung bisa digabungkan dengan nyanyian-nyanyian saat melempar tongkat. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak merasa terbebani. 13. Bertukar Pasangan Siswa berpasangan kemudian bergabung dengan pasangan lain dan bertukar pasangan untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. 14. Snowball throwing Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Cara belajar kelompok seperti ini kurang berjalan dengan baik jika siswa tidak melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh guru. Lemparan bola tersebut bisa disalahkan untuk bermain dan melempar teman. Oleh karena itu, guru harus lebih tegas jika ingin menerapkan motode pembelajaran ini. 15. Artikulasi
20
Siswa
membentuk
kelompok
berpasangan,
kemudian
seorang
menceritakan materi yang disampaikan oleh guru dan yang lain sebagai pendengar setelah itu berganti peran.
16. Mind mapping Suatu metode pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. 17. Student teams achievement divisions (STAD) Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Metode ini sudah terbilang sangat lama, dan pembelajarannya hanya berbentuk diskusi. Metode ini sudah banyak diterapkan oleh guru, walaupun para guru tidak tau nama metode yang dipakai tapi penerapannya sama dengan student teams achievment divisions. 18. Kepala Bernomor Struktur Siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerjasama. Pembelajaran berkelompok seperti kepala bernomor struktur bisa meningkatkan keaktifan siswa, karena masing-masing siswa memiliki bertanggungjawab terhadap tugasnya. Kepala bernomor struktur juga bisa menciptakan suasan belajar yang menyenangkan dan membuat siswa tidak merasa tertekan. 19. Scramble Metode pembelajaran dengan membagikan lembar kerja yang diisi siswa. Metode pembelajaran ini membuat siswa senang mengerjakan tugas yang diberikan guru, lembaran kerja ini akan memudahkan siswa karena siswa hanya menyusun kata-kata yang telah disediakan guru dalam lembaran kerja menjadi sebuah jawaban yang benar. 20. Word square 21
Siswa diberikan lembar kegiatan kemudian menjawab soal dan mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban, dan lain-lain. Pembelajaran dengan word square sangat membantu siswa karena mereka hanya mengarsir huruf dalam kotak jawaban, tapi metode ini akan membuat siswa malas untuk berfikir karena jawaban telah tersedia.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur “Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari model pembelajaran Numbered Heads Together yang dipakai oleh Spencer Kagan. Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya”.19 Kepala Bernomor Struktur merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran dengan Kepala Bernomor Struktur dapat melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Kepala Bernomor Struktur bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada penugasan dan masuk keluarnya anggota kelompok. Tabel 2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Number Head Together dengan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Struktur 20 NHT (Number Head Together) 1.
2.
Siswa dibagi dalam kelompok,
Kepala Bernomor Struktur 1.
Siswa dibagi dalam kelompok,
setiap siswa dalam setiap
setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
kelompok mendapat nomor
Guru memberikan tugas dan
2.
masing-masing kelompok 19
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan
Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. (Jakarta : PT.
Grasindo, 2008), h. 60. 20
http://learning-with-me.blogspot.com,....... diakses 20/06/2010.
22
3.
4.
5.
6.
mengerjakannya
terhadap tugas yang berangkai.
Kelompok mendiskusikan jawaban
Misalnya: siswa nomor satu
yang benar dan memastikan tiap
bertugas mencatat soal. Siswa
anggota kelompok dapat
nomor dua mengerjakan soal dan
mengerjakannya/mengetahui
siswa nomor tiga melaporkan hasil
jawabannya
pekerjaan dan seterusnya
Guru memanggil salah satu nomor
3.
Jika perlu, guru bisa menyuruh
siswa dengan nomor yang
kerja sama antar kelompok. Siswa
dipanggil melaporkan hasil
disuruh keluar dari kelompoknya
kerjasama mereka.
dan bergabung bersama beberapa
Tanggapan dari teman yang lain,
siswa bernomor sama dari
kemudian guru menunjuk nomor
kelompok lain. Dalam kesempatan
yang lain.
ini siswa dengan tugas yang sama
Kesimpulan.
bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka 4.
Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5.
Kesimpulan.
Layaknya pembelajaran kooperatif, Kepala Bernomor Struktur juga mengedepankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kepala Bernomor Struktur menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered. Karena dalam Kepala Bernomor Struktur memakai sistem pembelajaran berkelompok, jadi sangat diharapkan agar terjalin interaksi yang saling mendukung antara sesama siswa sehingga dapat memupuk rasa kerja sama dan tanggung jawab dari masing-masing siswa atau anggota kelompok. Tata cara pelaksanaan Kepala Bernomor Struktur adalah : 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa. Siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut 1 sampai 4.
23
3. Guru memberi tugas siswa, penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya. 4. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka. 5. Melaporkan hasil kerja kelompok dan tanggapan dari kelompok yang lain. 6. Kesimpulan.21 Setelah berakhirnya diskusi, guru juga bisa memberikan kuis individu kepada siswa. Berdasarkan hasil kuis sebaiknya guru membuat skor perkembangan tiap siswa, lalu mengumumkan hasil kuis dan memberi penghargaan pada siswa yang mendapat skor paling tinggi. Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur 22 Kelebihan
Kekurangan
1. Setiap siswa menjadi siap
1. Guru tidak mengetahui
semua.
kemampuan masing-masing
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
siswa. 2. Waktu yang dibutuhkan banyak.
3. Dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain.
Metode pembelajaran saat ini umumnya masih mengedepankan metode ceramah atau konvensional, di mana situasi belajar bersifat teacher centered.
21
http://www.Abdulrahmansaleh.com/2010/04/model-pembelajarankepalabernomor.html, diakses 12/04/2010. 22 http://learning-with-me.blogspot, …………….. diakses 20/06/2010.
24
Paradigma ini tidaklah begitu menguntungkan bagi perkembangan siswa karena siswa hanya menjadi objek pendengar tanpa melakukan aktivitas bermakna selama proses pembelajaran berlangsung. Ketidak aktifan siswa dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dalam menghadapi proses belajar, sehingga siswa tidak lagi berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus maka dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu terjadinya penurunan hasil belajar siswa. Maka sudah sepantasnya dalam proses pembelajaran mengedepankan peran aktif siswa. Siswa harus merasakan dan melakukan aktivitas belajar sepenuhnya, guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa dapat merasakan bahwa belajar itu sangat bermakna dan penting hingga pada akhirnya belajar bukan lagi merupakan suatu hal yang membosankan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa saling membantu, bekerja sama dan saling melengkapi serta mengembangkan keterampilan siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yang menjadikan siswa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan mengalami sendiri,
merasakan
apa
yang
benar-benar
mereka
pelajari.
Dalam
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini siswa yang mengalami kesulitan akan mendapat bantuan dari temannya dalam satu tim, sehingga interaksi ini sangat membantu siswa dalam belajar sebagai umpan balik positif di antara mereka. Sistem pembelajaran kepala bernomor struktur akan mengarahkan siswa pada proses belajar yang inovatif yaitu melalui proses interaksi yang terjadi dalam kelompok selama proses pembelajaran, terlebih lagi pada saat penyelesaiaan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Kepala bernomor struktur pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok, dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk salah satu siswa yang dapat mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu dahulu siapa yang akan mewakili
25
kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan otak semua siswa. Cara ini juga merupakan suatu upaya individual dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran kepala bernomor struktur, kesulitan pemahaman materi yang dialami dapat dipecahkan bersama dengan anggota kelompok melalui bimbingan guru. Untuk itu pembelajaran kepala bernomor struktur menitik beratkan pada keaktifan siswa dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok. Namun tidak hanya interaksi di dalam kelompok saja tetapi ada beberapa nilai lebih dari pembelajaran ini, di antaranya : a. Adanya saling ketergantungan positif di setiap anggota. b. Semua anggota tim bekerja sama. c. Setiap anggota memiliki tanggung jawab yang harus dipikul. d. Anggota tim menunjukkan kemampuannya dan juga kemampuan timnya. Pembelajaran kepala bernomor struktur memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, pembelajaran kepala bernomor struktur juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan yaitu: hasil belajar kognitif, penerimaan tentang keragaman pendapat, dan pengembangan keterampilan membaca, menjawab pertanyaan, menerima jawaban teman. Setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan, maka di sini dituntut profesionalitas seorang guru yang harus teliti dan cermat untuk memilih model pembelajaran yang tepat bagi suatu konsep tertentu yang akan diajarkan pada siswa di kelas. Pembelajaran kepala bernomor struktur juga sangat baik jika diterapkan dalam pembelajaran IPS, khususnya pada konsep perusahaan dan badan usahan, sebab dalam konsep ini terdapat banyak istilah dan beberapa materi hafalan yang harus dikuasai siswa. Padatnya materi dapat membuat mereka bosan dan enggan untuk belajar sehingga menimbulkan sikap malas pada siswa. Untuk menyikapi masalah ini, maka diperlukan kebijaksanaan dari seorang guru dalam menyajikan konsep kepada siswa. Salah satu alternatifnya adalah penerapan kepala bernomor struktur, karena kepala bernomor struktur dapat membuat suasana belajar menyenangkan dan
26
membuat siswa aktif bekerja sama dalam kelompoknya, kepala bernomor struktur juga merangsang kerja otak siswa mengembangkan daya nalarnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga memudahkan mereka memahami konsep yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, metode pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur diduga dapat mempengaruhi kemajuan siswa dalam belajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasullah SAW., menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat.23 Menurut Gagne, “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut akan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Menurut Harold Spears, “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu)”. Menurut Morgan, Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman).24 Menurut James O. Whittaker, “belajar didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience”.25
23
Martimis Yamin, Staregi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada press, 2004), cet. 2, h. 97. 24 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori, …… h. 33. 25 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. Kelima, h. 104.
27
Menurut Zikri Neni Iska, “belajar adalah suatu perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalamanpengalaman.26 Jadi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari yang belum mampu menjadi mampu dan berlangsung dalam waktu tertentu yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”. Menurut S. Nasution, ”belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan”.27 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono Belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi”.28 Menurut Wittig, “belajar sebagai: any relatively pemrmanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience (Belajar ialah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.”29 Siswa belajar di sekolah melalui perantara guru dibantu dengan berbagai fasilitas penunjang guna mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Berhasilnya suatu pembelajaran terkait dengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tersebut. Agar dapat tercapai keberhasilan pembelajaran dengan semaksimal mungkin, maka diperlukan hubungan timbal-balik yang saling mendukung antara siswa dan guru, sehingga terjadi kondisi belajar yang kondusif di kelas. Secara umum, ”belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap”. Dalam 26
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother‟s, 2006) h. 76. 27 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35. 28 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45. 29 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2000), cet. 3, h. 61.
28
perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.30 Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu dalam jangka waktu tertentu, baik perubahan dengan adanya stimulus atau rangsangan dari luar dengan cara melihat, mendengar, membaca, maupun perubahan dengan stimulus dari dalam diri yaitu berupa pengalaman-pengalaman diri sendiri dan dapat juga berubah dari pengalaman orang lain serta perubahan itu terjadi dengan sendirinya.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
1. Waktu Istirahat Selama menjalankan proses belajar, tubuh maupun otak membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar tidak terlalu letih dan tidak menimbulkan kejenuhan. Terlebih lagi kalau mempelajari materi pelajaran yang memuat bahan belajar yang cukup banyak, maka perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk istirahat. 31 Seorang guru harus paham dan mengerti dengan kondisi siswanya ketika sedang belajar. Jika siswa sudah menunjukkan raut wajah yang letih dan jenuh, maka guru harus berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dialami oleh para siswa. Pemecahan masalah ini bisa diatasi dengan 30
Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117. 31 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ........, h.45.
29
memberikan waktu istirahat sebentar kepada siswa atau memberikan games yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa setelah dilakukan games yang berhubungan dengan materi ajar atau guru melakukan usaha menghibur, seperti tebak-tebakan dengan siswa. 2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh Tingkat kecerdasan siswa yang satu dan lainnya tidaklah sama. Daya ingat siswa akan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru juga berbeda. Makin rumit bahasan suatu materi pelajaran, maka akan semakin sukar untuk menguasai materi secara keseluruhan.32 Siswa yang kurang mampu diharapkan mempelajari materia ajar sebelum proses belajar dimulau, hal ini dapat membantu mereka dalam proses pembelajaran di kelas karena mereka telah mempelajari di rumah.
3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari Hal yang pertama dalam mempelajari sesuatu adalah kita mengerti terhadap apa yang kita pelajari tersebut. Dalam mempelajari satu materi pelajaran, sebaiknya siswa paham dulu dengan materi tersebut dalam artian siswa tahu hakikat dari mata pelajaran tersebut. Sehingga di saat guru menjelaskan pelajaran, maka siswa yang sudah mengerti tentang materi pelajaran tersebut akan lebih mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dibandingkan dengan siswa yang belum mengerti sama sekali. 4. Pengetahuan akan prestasi sendiri 32
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ........, h.45.
30
Menyadari akan ukuran prestasi kita sendiri, dapat memotivasi kita untuk introspeksi terhadap berbagai kekurangan yang dihadapi dalam belajar. Dengan mengetahui kekurangan-kekurangan tersebut akan memacu kita untuk lebih bergiat lagi sehingga pengetahuan akan prestasi sendiri dapat mempercepat kita mempelajari sesuatu. 5. Transfer Transfer merupakan suatu pengaruh terhadap proses belajar yang ditimbulkan oleh suatu pengetahuan tentang beberapa hal yang pernah kita pelajari sebelumnya. Transfer dapat berpengaruh positif dan dapat juga berpengaruh negatif. Pengaruh negatif misalnya: kemampuan kita dalam berbahasa Indonesia akan mempersulit kita untuk mempelajari Bahasa Inggris. Pengaruh positif misalnya: kemampuan seseorang dalam mengotak-atik rumus akan mempermudah orang tersebut dalam mempelajari matematika.33 Faktor lain yang mempengaruhi belajar adalah: 1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual yaitu: Faktor pertumbuhan atau kematangan yaitu apabila mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya; potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah matang untuk itu. Faktor kecerdasan, disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan oleh taraf kecerdasannya.
33
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ........, h.45-46.
31
Faktor latihan dan ulangan, karena latihan dan seringkali mengalami sesuatu, minat seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya. Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Adanya motivasi atau motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu dapat menjadi spesialis dalam bidang ilmu tertentu. Sifat-sifat pribadi, sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Termasuk ke dalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor kesehatan dan kondisi badan. 2. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial adalah: Faktor keluarga, suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Faktor guru dan cara mengajar, terutama dalam belajar di sekolah. Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru dan bagaimana guru mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak.
32
Faktor alat-alat pelajaran, sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik oleh guru-gurunya. Kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat tersebut, akan memudahkan dan mempercepat belajar anak-anak. Faktor motivasi sosial, karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peran pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, maka dalam diri anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam suatu materi pelajaran.34
c. Prinsip Belajar Adapun prinsip belajar, yaitu: 1. Prinsip belajar adalah perilaku Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri permanen dan bertujuan serta terarah. 2. Belajar merupakan proses
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. 3. Belajar merupakan pengalaman Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dan lingkungannya. Adapun tujuan belajar itu sendiri adalah tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional (instructional effects), 34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, …….. h. 132.
33
yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional (nurturant effects). Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis bagi peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.35
d. Pengertian Hasil Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar”.36 Menurut Marison, “hasil belajar merupakan perubahan sungguhsungguh dalam perilaku dan pribadi seseorang dapat bersifat permanen”.37 Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu: (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.” Menurut Kunandar, “hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar”. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.38 Hasil berlajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
35
Agus Suprijono, Cooperatif Learning ….. , h .4-5. http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/, Pengertian hasil belajar, diakses 26 Agustus 2011. 37 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 168. 38 Kunandar, Guru Profesional…, h. 229. 36
34
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif itu sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaiman tersebut di atas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.39 Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar, dapat dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh orang tersebut. Jika seseorang sudah menunjukkan suatu bentuk perubahan yang berarti atau suatu perubahan ke arah yang lebih baik, maka orang tersebut dapat dikatakan sudah memperoleh keberhasilan dalam belajar. Namun jika seseorang tidak menunjukkan perubahan apa-apa atau bahkan perilaku dan tindakan menjadi lebih buruk, maka orang tersebut dapat dikatakan belum berhasil dalam belajar atau gagal. Kita sering menilai keberhasilan belajar seorang siswa hanya dari satu sudut pandang saja, yaitu dari hasil evaluasi pembelajaran siswa yang lebih bersifat kognitif, hanya terbatas pada perkembangan intelektualnya saja. Jika prestasi belajar siswa di sekolah bagus, maka kita menganggap bahwa siswa tersebut sudah berhasil dalam melaksaakan proses belajar. Namun hal itu
39
Agus Suprijono, Cooperatif Learning ……, h. 5-7.
35
keliru, karena sebenarnya tingkat keberhasilan belajar seorang siswa harus diukur dari beberapa tingkat perkembangan.
3. Hakikat Pendidikan IPS a. Pengertian Pendidikan IPS Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.40 IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial Studies yang mengembangkan kurikulum di AS. Menurut Hamid Hasan kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu.41 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya yang memiliki tujuan penting bagi pendidikan. b. Tujuan Pendidikan IPS “Tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik”.42 s Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
40
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 1, h. 11. 41 Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 14. 42 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep …, h. 12.
36
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.43 c. Karakteristik Pendidikan IPS Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagai berikut: 1. IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.44
d. Ruang Lingkup Pendidikan IPS
43
Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), Ed. 1, Cet. 3, h. 15. 44 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2001), h. 126.
37
IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara. Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Terpadu) meliputi beberapa aspekaspek sebagai berikut: a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Joni Susilowibowo dan
Lika Yuliati
dengan judul
“Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar”. Dalam penelitian ini didapat hasil bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur pada kompetensi dasar laporan keuangan dan neraca lajur perusahaan dagang di SMK Adhikawacana Surabaya semester genap tahun ajaran 2008-2009, aktifitas siswa dalam pembelaajaran kooperatif kepala bernomor struktur membuat siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (PBM), hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest di setiap putaran, pada putaran terakhir ketuntasan belajar diperoleh 70,71 %. Oleh karena itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini dapat dikatakan efektif. Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat dikatakan tercapai karena 18 siswa menyatakan sangat setuju, 26 siswa menyatakan setuju, dan 12 siswa menyatakan tidak setuju.45
45
Joni Susilowibowo dan Lika Yuliati, “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur untuk mencapai ketuntasan belajar”, Jurnal pendidikan ekonomi, Universitas Negeri Surabaya. Jurusan Pendidikan Ekonomi, dalam http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=53687&idc=32, Akses tanggal 12 Oktober 2010, Vol 1, no 3, h. 147-158.
38
C. Kerangka Pikir Keberhasilan
siswa
dalam
belajar
sangat
didukung
oleh
kemampuannya dalam memahami dan menguasai konsep dari materi yang dipelajari. Begitu pula pada pembelajaran IPS, keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran IPS. Penerapan suatu strategi atau metode dalam pembelajaran IPS merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa. Dalam ini guru dituntut untsuk dapat mengkondisikan kelas sehingga kegiatan belajar mengajar dapat tercipta dengan baik. Selain itu penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat sangat diperlukan sehingga apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik. Metode pembelajaran Kepala Bernomor Struktur dianggap sebagai suatu metode yang cukup efektif dan sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam pembelajaran IPS diperlukan metode-metode yang mampu mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran IPS tidak monoton dan pasif di kelas. Dalam metode Kepala Bernomor Struktur tidak hanya siswa yang pintar yang ikut bicara dalam diskusi tapi semua siswa mendapat tugas masingmasing dan mereka bisa bekerjasama sesama kelompok. Penerapan metode Kepala Bernomor Struktur diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, tercipta suasana yang kondusif saat proses pembelajaran, sehingga siswa belajar dengan baik dan hasil belajar siswa juga meningkat. D. Perumusan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Berstruktur diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan pada mata pelajaran IPS kelas VIII. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) bulan dimulai dari 21 April sampai 26 Mei 2011. Alasan penulis memilih tempat penelitian di sekolah tersebut sebagai berikut: 1. Lokasi sekolah tersebut dapat dijangkau dengan mudah. 2. Penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam melakukan observasi. Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan April hingga bulan Mei 2011. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian NO
Tanggal
Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 6
13 Desember 2010 24 Desember 2010 17 Januari 2011 17 Februari 2011 24 Maret 2011 21 April 2011
7
4 Mei 2011
8
5-26 Mei 2011
Penyusunan proposal penelitian Penyusunan instrumen penelitian Pengumpulan data Pengolahan dan analisis data Penyusunan skripsi Observasi awal ke SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Observasi dan wawancara dengan guru IPS di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Penelitian
40
B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut.46 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kegiatan belajar meningkat.47 Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran”.48 Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan meningkatkan program sekolah secara keseluruhan. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh
pelaku
tindakan
yang
dilakukan
semata-mata
untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi dimana praktik kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan.
46
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), h.13. 47 M.Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, ( Malang : UIN Malang Press , 2008 ), h. 8. 48 Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 105.
41
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Dalam karakteristik penelitian tindakan kelas terdapat 6 karakteristik, sebagai berikut : a. Fokus Penelitian Tindakan yang Praktis Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk menangani suatu problema aktual pada setting pendidikan. Dengan demikian, para peneliti penelitian tindakan mengkaji isu-isu praktis yang akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan. b. Pendidik-Peneliti memiliki kegiatan praktis Ketika para peneliti penelitian tindakan terlibat dalam suatu kajian, mereka merasa sendiri, bukan mengkaji praktik kegiatan orang lain. Dalam hal ini para peneliti penelitian terjun ke dalam penelitian partisipatoris dimana mereka mengalihkan pandangan pengamatan pada ruang kelas, sekolah, atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri. c. Kolaborasi Para peneliti penelitian tindakan berkolaborasi dengan orang lain, seringkali melibatkan ko-partisipan di dalam penelitian. Para ko-partisipan ini bisa individu didalam sekolah atau personal diluar sekolah. d. Suatu Proses yang Dinamis Para peneliti tindakan yang terjun kedalam suatu proses yang dinamis meliputi pengulangan kegiatan. Dalam proses penelitian, proses tersebut tidak mengikuti suatu pola linear atau suatu urutan kausal dari masalah ke tindakan. e. Penelitian Bersama Tidak seperti penelitian tradisional bahwa investigator melaporkan dan dipublikasikan dalam jurnal dan buku-buku, para peneliti penelitian tindakan melaporkan hasil kegiatan penelitian mereka kepada para pendidik, yang selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya. 3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah demi perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran
42
dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan. Tujuannya adalah mengembangkan keahlian guru, dosen dalam mengajar, dan tiap metode penelitian manapun yang mereka gunakan tidak mengubah profesi dan etika pendidikan.49 4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Manfaat penelitian tindakan kelas yang pertama, adalah meningkatkan kerja sama antar guru dengan siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas, yang kedua adalah diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap invatif dan budaya meneliti para guru khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran dikelas, yang ketiga adalah sebagai pengumpulan informaasi tentang sistem, perilaku atau komponen kegiatan yang lengkap dan terperinci, bermanfaat dalam perbaikan kegiatan pembelajaran. 5. Model Penelitian Tindakan Kelas Gambar 3.1 Alur Penelitian
Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan perencanaan Refleksi
Siklus II Pengamatan Dilanjutkan siklus berikutnya
49
M.Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan………., h. 29.
43
Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan, penulis perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah: (1) Membuat skenario pembelajaran, (2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, (3) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan. Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Rancangan Siklus Penelitian : 1. Perencanaan Perencanaan dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran. 2. Tindakan Pelaksanaan
tindakan
adalah
perlakuan
yang
dilaksanakan
guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti guru melakukan tes kemampuan awal (pree test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. 3. Observasi (Pengamatan) Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulkan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya.
44
4. Refleksi Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. 5. Siklus II dan seterusnya. 6. Penulisan laporan penelitian50
C. Subjek Yang Terlibat Dalam Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Kelas 8.2 yang berjumlah 39 terdiri dari 17 siswa dan 22 siswi. Subjek penelitian ini dipilih karena kelas tersebut memiliki kemampuan akademis yang biasa-biasa saja dan berdasarkan kecocokan waktu penelitian maka 8.2 dipilih sebagai subjek penlitian.
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian Peneliti berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang berkolaborasi dengan teman sebaya sebagai partner untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangn peneliti dalam proses pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur pada mata pelajaran IPS.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (prapenelitian) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus 1 dan siklus selanjutnya hingga mencapai indikator keberhasilan. Adapun uraian dari tahapan-tahapan penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Pra Penelitian a. Pengamatan Keadaan Kelas
50
Wina Sanjaya,M.Pd,Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Kencana,2009 ), h. 78.
45
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas VIII.2 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan observasi yakni dua minggu sebelum melakukan tindakan. b. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran dan siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai proses pembelajaran IPS, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPS di kelas VIII.2. c. Analisis dan refleksi Analisis dan refleksi dari kegiatan penelitian pendahuluan (pra penelitian) ini dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan, setelah itu direfleksikan untuk memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul sehingga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.
2. Siklus I 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah: a. Membuatan rencana pelaksaan pembelajaran. b. Menyiapkan instrument (tes, lembar observasi). c. Melakukan uji coba instrument. 2) Tahap Pelaksanaan Tahapan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut: Siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama: a. Apersepsi b. Guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif learning tipe kepala bernomor struktur pada siswa.
46
c. Guru menjelaskan materi secara keseluruhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur. d. Melakukan tes awal (pretes), tujuannya adalah untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari. e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur. Penugasan siswa berdasarkan nomor yang diperolehnya. Hasil diskusi ditulis dipresentasikan oleh siswa yang bertugas. f. Guru memberikan penjelasan sekaligus memberikan kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa. g. Siswa melakukan tes akhir (postes) di akhir siklus, tujuannya adalah untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang dirumuskan dalam indikator hasil belajar. 3) Tahap Observasi Pada tahap ini yang dilakukan adalah: a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur sekaligus mengamati aktivitas siswa. b. Kolaborator menilai hasil belajar IPS siswa setelah diberikan tes awal (preetes) dan tes akhir (postes). c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. 4) Tahap Analisis dan Refleksi
Peneliti besama teman sebaya yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Hasil penelitian I dibandingkan dengan indikator keberhasilan.
47
3. Siklus II dan siklus selanjutnya hingga hasil penelitian mencapai indikator keberhasilan. 4. Penulisan Laporan Penelitian.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan 1. Tercipta kelompok belajar yang aktif. 2. Situasi belajar yang menyenangkan. 3. Hasil belajar siswa meningkat.
G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil pre test dan post test, lembar observasi, serta hasil wawancara terhadap guru dan siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa, dan peneliti.
H. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data 1. Tes Lembar tes tertulis ini berupa pre test dan post test soal-soal pada pokok bahasan yang di pelajari berbentuk pilihan ganda. Tes ini diberikan kepada siswa kelas VIII.2 sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pembelajara koperatif tipe Kepala Bernomor Struktur untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan sesudah aktivitas siswa saat proses pembelajaran. 2. Nontes a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. b. Wawancara
Wawancara dilakukan baik dengan siswa, maupun dengan guru setelah proses pembelajaran berakhir. Wawancara dilakukan setiap akhir siklus dalam penelitian. Pedoman wawancara dengan guru menitikberatkan
48
pada tanggapan dan kendala-kendala yang dialami dalam penerapan rencana pembelajaran dan cara penyelesaiannya. Pedoman wawancara dengan siswa menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran, serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes Tes yang dilakukan pada setiap siklus yaitu berupa pretest dan posttest. Pretest dan postest dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. 2. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Lembar observasi ini berupa penilaian aktivitas siswa di kelas ketika diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. 3. Wawancara Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta
untuk
mengetahui
gambaran
umum
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Wawancara setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur terhadap hasil belajar siswa. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran dan siswa.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrument penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang diluar sampel (subjek) yang telah ditetapkan, dalam hal ini di luar subjek yang sudah ditetapkan. Pada penelitian ini uji coba dilakukan kepada siswa kelas IX. Tes
49
uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya atau tidak. 1) Validitas instrumen Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Untuk mengetahui setiap item soal memiliki validitas. Untuk mencari validitas dari setiap item soal, menggunakan rumus point biserial :51
Keterangan : rpbi = koefisien validitas item
SDt = Standar deviasi
Namun dalam penelitian ini pengujian validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan Ana-test. Berdasarkan perhitungan uji validitas maka dari 60 soal tes yang diuji cobakan pada kelas IX terdapat 30 item soal yang valid dan ke 30 soal itu semuanya diberikan kepada sampel sebagai pretest dan posttest.
2) Reliabilitas instrumen Reliabilitas didefinisikan sebagai konsisten dari suatu tes. Realibilitas instrumen hasil belajar IPS pada penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus kuder dan Richardson (KR-20).52
Keterangan : 51
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001)cet.ke-3. h. 185. 52 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi....,h. 254
50
r11 = realibilitas tes P
= Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
n
= Banyaknya soal
S2n = standar deviasi atau simpangan baku
Dengan kriteria sebagai berikut: 0,00 – 0,20 : reliabilitas kecil 0,20 – 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 – 0,70 : reliabilitas sedang 0,70 – 0,90 : reliabilitas tinggi 0,90 – 1,00 : reliabilitas sangat tinggi Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrument tes IPS menggunakan Ana-test, diperoleh informasi bahwa n = 20 reliabilitas dari 60 soal yang telah diuji cobakan memiliki reliabilitas tinggi (0,84). 3) Pengujian taraf kesukaran Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari item soal, mudah, sedang dan sukar. Rumus yang digunakan adalah :53
Keterangan : P = tingkat kesukaran soal B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah siswa peserta tes Kriteria tingkat kesukaran adalah sebagai berikut : P = 0,00 – 0,30 adalah soal sukar P = 0,30 – 0, 70 adalah soal sedang P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah Hasil
perhitungan
taraf
kesukaran
menggunakan
Ana-test
menunjukkan bahwa dari 60 butir soal yang diuji cobakan terdapat 9
53
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi....,hlm.372
51
tergolong kategori mudah, 37 soal dengan kategori sedang, 8 soal dengan kategori sukar, 6 soal dengan kategori sangat sukar. 4) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa
yang
berkemampuan
tinggi
dengan
siswa
yang
berkemampuan rendah. Untuk mengetahui indeks diskriminasi digunakan rumus : D= Keterangan : D
: Daya Pembeda : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar : Banyak peserta kelompok atas
: Banyak peserta kelompok bawah : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Adapun kriteria nya sebagai berikut : 0,00-0,20 = Buruk 0,21-0,40 = Cukup 0,41-0,70 = Baik 0,71-1,00 = Baik Sekali Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda uji coba instrument tes hasil belajar IPS diperoleh informasi bahwa klasifikasi soal dengan kategori jelek sebanyak 31, soal dengan kategori cukup sebanyak 17, soal dengan kategori baik sebanyak 11, 1 soal dengan kategori baik sekali sebanyak dari keseluruhan responden yang berjumlah 20 siswa. 5) Skor Gain (N-Gain) Gain adalah selisih antara nilai post test dan pre test, gain menunjukkan peningkatan
pemahaman
atau
52
penguasaan
konsep
siswa
setelah
pembelajaran dilakukan oleh guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus Meltzer. : Skor Post test – Skor Pre Test
N-Gain
Skor Ideal – Skor Pre test Dengan kategori : g tinggi
: nilai ( g ) > 0.70
g sedang
: 0.70 > ( g ) > 0.3
g rendah
: nilai ( g ) < 0.3
K. Analisis Data Setelah mendapatakn data dari hasil pengamatan pada setiap siklus, maka data tersebut dianalisi. Dalam penelitian tindakan kelas ini analisis data yang dilakukan berupa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. 1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang aktifitas siswa yang berkaitan dengan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan lembar observasi dan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur, analisis ini didapat dari hasil wawancara. 2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar dengan tes kemampuan kognitif siswa berupa pretest dan postest. a. Analisis Statistik Deskriftif Analisis statistik dilakukan terhadap hasil belajar dengan tes kemampuan kognitif siswa berupa pretest dan postest. 1) Distribusi frekuensi a) Menentukan rentang R = H-L b) Menentukan banyaknya kelas interval K= 1 + 3, 3 Log n
53
c) Menentukan panjang kelas interval: P= R K d) Menentukan mean X = ∑X N e) Frekuensi relatif dihitung jumlah nilai yang terletak pada kelas interval tersebut Frekuensi relatif = Frekuensi absolut x 100% ∑f 2) Daya serap Untuk menghitung daya serap siswa digunakan rumus : Daya serap = Skor yang diperoleh siswa
x 100%
Skor maksimum 3) Ketuntasan Belajar Untuk ketuntasan belajar, siswa dinyatakan tuntas jika tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah 65.
L. Tindak Lanjut / Pengembangan Perencanaan Tindakan Dengan memperhatikan hasil tindakan dalam siklus 1, maka penelitian ditindaklanjuti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus pertama, dengan berbagai tahapan berikut ini : 1. Perencanaan tindakan Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur untuk materi yang dipelajari. 2. Tindakan Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru melakukan tes awal (pre test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan di dpelajari. 3. Pengamatan Data yang dikumpulkan dalam proses pengamatan berupa aktifitas siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, catatan lapangan untuk
54
merekam kejadian-kejadian salama proses pembelajaran berlangsung, wawancara yang dilakukan baik dengan siswa oleh guru maupun dengan guru oleh peneliti setelah proses pembelajaran berlangsung dan tertulis dalam bentuk pilihan ganda. 4. Refleksi Mengolah dan menganalisa data, kemudian menarik kesimpulan mengenai hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran selama penelitian baik kelebihan maupun kekurangannya melalui metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran. 5. Evaluasi Guru sekaligus observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa, kemudian mengadakan posttest pada akhir siklus dan mengadakan wawancara
siswa
untuk
mengetahui
tanggapan
siswa
mengenai
pembelajaran yang berlangsung dalam siklus ini. Dengan menggunakan data dilakukan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi pada tindakan di siklus berikutnya.
55
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1. Profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan memiliki 29 kelas yang berada diatas lahan seluas 4.130 m2. Dalam menjalankan kegiatannya SMPN 3 kota Tangeran Selatan memiliki visi dan misi yang ingin dicapai. Adapun visinya yaitu Terunggul dalam Prestasi, Teladan dalam bersikap dan bertindak, serta Konsisten dalam menjalankan ajaran agama. Sedangkan misinya yaitu : 1. Mewujudkan peningkatan kualitas / mutu lulusan 2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA / SMK Negeri 3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air 4. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan 5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.54 Visi dan misi merupakan unsur yang penting bagi sebuah lembaga pendidikan, begitu juga bagi sekolah. Karena visi dan misi menunjukan apa yang ingin dicapai oleh suatu lembaga atau bahkan oleh orang pribadi 54
File sekolah, SMPN 3 kota Tangerang Selatan, Periode 2010-2011
56
di masa depan. Adapun kaitan visi dan misi dari sekolah yang peneliti sampaikan disini adalah untuk memberikan informasi yang lebih jelas kepada pembaca mengenai tempat lokasi peneliti melaksanakan penelitian. 2. Keadaan Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan banyak peminatnya, jumlah siswa pada suatu kelas maksimal 40 siswa untuk kelas regular dan 20 siswa untuk kelas akselerasi. Adapun jumlah keseluruhan kelas tahun ajaran 2010/2011 adalah 29 kelas dimana kelas VII memiliki 11 kelas pararel, kelas VIII memiliki 9 kelas pararel, dan kelas IX memiliki 9 kelas pararel. Berdasarkan data dari file sekolah yang peneliti perolah dari bagian tata usaha55, diperoleh data mengenai jumlah siswa sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun ajaran 2010/2011 Jumlah Jumlah Siswa No. Data Kelas Rombel Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Kelas VII 10 227 171 398 2 Kelas VIII 9 194 171 365 3 Kelas IX 8 150 159 309 4 Kelas VIII Aksel 1 6 14 20 4 Kelas IX Aksel 1 7 9 16 JUMLAH
29
584
524
1108
Data siswa ini penting karena dari data inilah peneliti memilih dan menentukan sampel penelitian.
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan 1. Pembelajaran IPS di Kelas VIII-2 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Peneliti melakukan observasi dan wawancara awal dengan guru IPS kelas VIII pada Tanggal 21 April dan 4 Mei 2011. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran IPS di kelas VIII dan mengetahui tentang hasil belajar IPS dan penerapan model pembelajaran.
55
File sekolah, SMPN 3 kota Tangerang Selatan ……….
57
Dari hasil wawancara diperoleh data yaitu keadaan kelas pada saat pembelajaran kurang kondusif, dimana pada saat proses belajar mengajar banyak siswa yang mengobrol, bercanda dan siswa kurang siap akan pelajaran hari itu, dan banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Rata-rata hasil belajar IPS siswapun masih cukup rendah dimana setengah dari jumlah siswa mendapat nilai kurang dari Kriterian Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu sebesar 65. Dalam proses pembelajaran, guru mengalami kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran karena siswa sulit diatur dan fasilitas yang kurang mendukung. Selama mengajar guru lebih sering menggunakan metode ceramah, hafalan, dan penugasan. Dari hasil wawancara ini, ditentukan kelas VIII2 sebagai kelas yang cocok untuk penelitian, terkait dengan permasalahan hasil belajar siswa dalam belajar IPS. Penentuan ini didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh guru selama mengajar di kelas tersebut. Dalam pengamatan ini terlihat hasil belajar siswa masih rendah. Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan siswa dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011. Wawancara dilakukan dengan random kepada sepuluh siswa kelas VIII.2. Tujuan wawancara dengan siswa adalah untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi dalam pembelajran IPS, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar serta penggalian informasi tentang model pembelajaran yang disenangi oleh siswa agar hasil belajar mereka meningkat. Dari hasil wawancara dengan siswa diperoleh data mengenai beberapa kendala dalam pembelajaran IPS yaitu siswa merasa bosan dengan model pembelajaran IPS di kelas, suasana kelas terkadang berisik, dan rendahnya hasil belajar. Melihat masalah tersebut maka peneliti melakukan penelitian untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Peneliti manggunakan dua siklus dalam penelitian ini, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Selain wawancara, peneliti juga memberikan preetest dan postest pada siswa di awal dan akhir siklus. Data berikut adalah data hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur yang menjadi temuan yang memperoleh hasil dari penelitian yang dilakukan. Berikut
58
disajikan data hasil prestasi belajar siswa dari siklus I hingga siklus II dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik histogram dan Ngain. Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Preetest Siklus I
33, 40, 40, 40, 40, 40, 40, 40, 40, 40 40, 40, 46, 46, 53, 53, 53, 53, 53, 53 53, 53, 53, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60 60, 60, 60, 60, 66, 73, 73, 73, 73 a. Menentukan rentang (R) R= 73 – 33 = 40 b. Menentukan banyak kelas interval (K) K= 1+3,3 Log n K= 1+3,3 (1,59)= 6,25 c. Menentukan panjang kelas interval P= 40 = 6,6 (6, 7) 6 d. Frekuensi relative dihitung melihat nilai yang terletak pada kelas interval tersebut., dan diambil dari frekuensi terkecil yaitu: Tabel 4.2 Hasil perolehan nilai tes awal siklus I No Nilai Frekuensi Persentase (%) 1
33-38
1
1/39 x 100= 2,6
2
39-44
11
11/39 x 100 = 28,2
3
45-50
2
2/39 x 100 = 5,1
4
51-56
9
9/39 x 100 = 23,1
5
57-62
11
11/39 x 100 = 28,2
6
63-68
1
1/39 x 100 = 2,6
7
69-74
4
4/39 x 100 = 10,2
Jumlah
39
100 %
∑ x = 52,8 Rata-rata
52,8 / 39 = 1,35
59
∑ x = (33x1)+(40x11)+(46x2)+(53x9)+(60x11)+(66x1)+(73x4) = 2060 =52,8 39
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Siklus I
53, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60 60, 66, 66, 66, 66, 66, 73, 73, 73, 73 73, 73, 73, 73, 73, 73, 73, 80, 80, 80 80, 80, 80, 80, 80, 86, 86, 86, 93 a. Menentukan rentang (R) R= 93 – 53 = 40 b. Menentukan banyak kelas interval (K) K= 1+3,3 Log n K= 1+3,3 Log 39 K= 1+3,3 (1,59)= 6,25 c. Menentukan panjang kelas interval P= R K P= 40 = 6,6 (6, 7) 6 K=7 P=6 d. Frekuensi relative dihitung melihat nilai yang terletak pada kelas interval tersebut., dan diambil dari frekuensi terkecil yaitu: Tabel 4.3 Hasil perolehan nilai tes akhir siklus I No Nilai Frekuensi Persentase (%) 1
53-58
1
1/39 x 100= 2,6
2
59-64
10
11/39 x 100 = 28,2
3
65-70
5
2/39 x 100 = 5,1
4
71-76
11
9/39 x 100 = 23,1
60
5
77-82
8
11/39 x 100 = 28,2
6
83-88
3
1/39 x 100 = 2,6
7
89-94
1
4/39 x 100 = 10,2
Jumlah
39
100 %
∑ x = 95,05 Rata-rata
95,05 / 39 = 2,44
∑ x = (53x1)+(60x10)+(66x5)+(73x11)+(80x8)+(86x3)+(93x1) = 3707 = 95,05 39 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Preetest Siklus II
53, 53, 53, 53, 53, 53, 53, 53, 60, 60 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 66, 66, 66 66, 66, 66, 66, 66, 66, 66, 66, 66, 66 66, 66, 73, 73, 80, 80, 86, 93, 93 a. Menentukan rentang (R) R= 93 – 53 = 40 b. Menentukan banyak kelas interval (K) K= 1+3,3 Log n K= 1+3,3 Log 39 K= 1+3,3 (1,59)= 6,25 c. Menentukan panjang kelas interval P= R K P= 40 = 6,6 (6, 7) 6 K=7 P=6 d. Frekuensi relative dihitung melihat nilai yang terletak pada kelas interval tersebut., dan diambil dari frekuensi terkecil yaitu: Tabel 4.4 Hasil perolehan nilai tes awal siklus II No Nilai Frekuensi Persentase (%)
61
1
53-58
8
8/39 x 100= 20,5
2
59-64
9
9/39 x 100 = 23,1
3
65-70
15
15/39 x 100 = 38,5
4
71-76
2
2/39 x 100 = 5,1
5
77-82
2
2/39 x 100 = 5,1
6
83-88
1
1/39 x 100 = 2,6
7
89-94
2
2/39 x 100 = 5,1
Jumlah
39
100 %
∑ x = 64,9 Rata-rata
64,9 / 39 = 1,66
∑ x = (53x8)+(60x9)+(66x15)+(73x2)+(80x2)+(86x1)+(93x2) = 2532 = 64,9230769 39 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Siklus II
66, 66, 66, 73, 73, 73, 73, 73, 73, 73 73, 73, 73, 73, 73, 73, 80, 80, 80, 80 80, 80, 80, 80, 86, 86, 86, 86, 86, 86 86, 86, 93, 93, 93, 93, 93, 93, 93 a. Menentukan rentang (R) R= 93 – 66 = 27 b. Menentukan banyak kelas interval (K) K= 1+3,3 Log n K= 1+3,3 Log 39 K= 1+3,3 (1,59)= 6,25 c. Menentukan panjang kelas interval P= R K P= 27 = 4,5 (5,6) 6
62
K=5 P=6 d. Frekuensi relative dihitung melihat nilai yang terletak pada kelas interval tersebut., dan diambil dari frekuensi terkecil yaitu: Tabel 4.5 Hasil perolehan nilai tes akhir siklus II No Nilai Frekuensi Persentase (%) 1
66-71
3
3/39 x 100 = 7,7
2
72-77
13
13/39 x 100 = 33,3
3
78-83
8
8/39 x 100 = 20,5
4
84-89
8
8/39 x 100 = 20,5
5
90-95
7
7/39 x 100 = 18,0
Jumlah
39
100 %
∑ x = 80,1 Rata-rata
80,1 / 39 = 2,05
∑ x = (66x3)+(73x13)+(80x8)+(86x8)+(93x7) = 3126 = 80,1538462 39
Gambar 4.1 Diagram distribusi preetest siklus I
63
frekuensi 12 10 8 6 frekuensi 4 2 0 33-38
39-44
45-50
51-56
57-62
63-68
69-74
Gambar 4.2 Diagram distribusi postest siklus I
Frekuensi 12 10 8 6 Frekuensi 4
2 0 53-58
59-64
65-70
71-76
77-82
83-88
89-94
Gambar 4.3 Diagram distribusi preetest siklus II
64
Frekuensi 16 14 12 10 8 Frekuensi
6 4 2 0 53-58
59-64
65-70
71-76
77-82
83-88
89-94
Gambar 4.4 Diagram distribusi posttest siklus II
Frekuensi 14 12 10 8 6
Frekuensi
4 2 0 66-71
72-77
78-83
84-89
65
90-95
Tabel 4.6 Deskripsi Data Preetest dan Posttest Pada Siklus I No
Nama
Pree
Post
N-
test
test
Gain
Rendah
Sedang
1
Adjie Bramantya Putra
40
66
0,43
√
2
Adrian Adiyatin
46
66
0,37
√
3
Andini Prafitasari
53
73
0,42
√
4
Arifin S.
33
53
0,29
√
5
Danang Dwi Prambodo
60
66
0,15
√
6
Dede Maelandi Anwar
40
60
0,33
√
7
Dina Saparidah
53
73
0,42
√
8
Elfira Rusiana
40
60
0,33
√
9
Fitri Yulia
40
60
0,33
√
10
Gigih Puin Asrika
60
80
0,5
√
11
Herlan Restu Karisma
53
73
0,42
√
12
Hilman Lutfi Sari
73
80
0,25
13
Imelda Aulia Muzhdalifah
53
73
0,42
√
14
Jonathan Berly Sudanto
40
60
0,33
√
15
M. Aditia Prayoga
73
93
0,74
16
M. Nironi
53
60
0,14
17
Muhammad Arif Budi Mulya
40
60
0,33
18
Muhammad Reza
66
73
0,20
√
19
Muhammad Rizqi Fadillah
60
66
0,15
√
20
Nadia Putri
60
66
0,15
√
21
Nevvy Ardena
60
80
0,5
√
22
Nurul Fadilah
60
73
0,32
√
23
Oseani Umi
73
86
0,48
√
24
Puji Arsidi
53
73
0,42
√
25
Putri Aulia Rahma
60
80
0,5
√
26
Rama Dika Dwi Putra
60
80
0,5
√
66
Tinggi
√
√ √ √
27
Ratih Putri Utami
53
73
0,42
√
28
Ratu Safira Rizkia Fakih
60
80
0,5
√
29
Regita Oktavianika
73
86
0,48
√
30
Rima Rahma
53
73
0,42
√
31
Rizkina Fitriani
40
80
0,66
√
32
Rizqi Kusumo W.
40
60
0,33
√
33
Sachio Andilo
53
73
0,42
√
34
Sasa Parera
60
86
0,65
√
35
Unung Nurhasanah
40
60
0,33
√
36
Via Yogi Uca Fiandili
40
60
0,33
√
37
Virda Dinata
60
80
0,5
√
38
Wulan Ulfiana Syifa
40
60
0,33
√
39
Yunita Dyan Kartika
46
73
0,5
√
Jumlah Rata-rata
2060 2777 14,29 52,8
67
71,2
0.37
Tabel 4.7 Deskripsi Data Preetest dan Posttest Pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Adjie Bramantya Putra Adrian Adiyatin Andini Prafitasari Arifin S. Danang Dwi Prambodo Dede Maelandi Anwar Dina Saparidah Elfira Rusiana Fitri Yulia Gigih Puin Asrika Herlan Restu Karisma Hilman Lutfi Sari Imelda Aulia Muzhdalifah Jonathan Berly Sudanto M. Aditia Prayoga M. Nironi Muhammad Arif Budi Mulya Muhammad Reza Muhammad Rizqi Fadillah Nadia Putri Nevvy Ardena Nurul Fadilah Oseani Umi Puji Arsidi Putri Aulia Rahma Rama Dika Dwi Putra Ratih Putri Utami Ratu Safira Rizkia Fakih Regita Oktavianika Rima Rahma Rizkina Fitriani Rizqi Kusumo W. Sachio Andilo Sasa Parera
Pree test 66 60 60 53 66 53 66 53 53 66 66 66 66 66 80 66 53 73 66 66 66 66 86 66 66 60 60 80 86 66 73 53 53 60
68
Post test 73 73 80 73 73 66 80 73 73 86 80 86 80 73 93 73 73 86 73 86 93 80 93 80 93 93 93 93 93 86 86 66 80 93
NGain 0,20 0,32 0,5 0,42 0,20 0,28 0,41 0,42 0,42 0,45 0,41 0,45 0,41 0,20 0,65 0,20 0,42 0,48 0,20 0,45 0,79 0,41 0,5 0,41 0,75 0,82 0,82 0,65 0,5 0,45 0,48 0,27 0,57 0,82
Rendah
Sedang
Tinggi
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
35 36 37 38 39
Unung Nurhasanah Via Yogi Uca Fiandili Virda Dinata Wulan Ulfiana Syifa Yunita Dyan Kartika Jumlah Rata-rata
60 53 60 60 60 2498 64,1
80 73 86 73 73 3160 81,02
0,5 0,42 0,65 0,32 0,32 17,92 0.46
√ √ √ √ √
C. Tindakan Pembelajaran Siklus I 1. Tahap Perencanaan Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan dengan durasi 2 x 40 menit. Materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah pengertian permintaan, hukum permintaan, tabel permintaan, kurva permintaan, macam-macam permintaan, contoh macam-macam permintaan, faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I ini adalah peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilengkapi lembar observasi untuk setiap pertemuan dan pedoman wawancara yang sebelumnya sudah dilakukan sebelum tindakan. Pada siklus I ini, peneliti memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur kepada siswa serta peneliti membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melakasanakan diskusi kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-2 yang berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 17 laki-laki. 2. Tahap Pelaksanaan Siklus I Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Siklus pertama dilakasanakan pada tanggal 11 dan 12 Mei 2011. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur membagi siswa atas 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 3-4 orang. Setiap siswa memiliki tugas masing-masing sesuai nomor yang
69
dimilikinya. Dalam penelitian ini, penjelasan materi dibagi menjadi 4(empat) kali
pertemuan,
dengan
melakuakn
pretest
awal
siklus,
kemudian
pembelajaran di akhiri dengan posttest pada akhir siklus. Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada siklus I, baik pada pertemuan pertama dan kedua adalah optimalisasi tindakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yang dilakukan pada siklus I. Agar siswa terbisa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
struktur
hendaknya
guru
mengarahkan
langsung
model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dengan baik dan benar. Berikut gambar-gambar proses pembelajaran dengan model pembelajran kooperatif tipe kepala bernomor sruktur: Gambar 4.5
Suasana Kelas Pada Saat Guru Melakukan Apersepsi
70
Gambar 4.6
Suasana Kelas Pada Saat Pembelajaran
Gambar 4.7
Peneliti Menyuruh Siswa Mempresentasikan Diskusi Kelompok Mereka
71
3. Analisis Data Tes Objektif (preetest dan posttest) Observasi dan Wawancara Hasil postest dianalisis dengan menggunakan N gain, sedangkan tahap observasi
dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan
pengamatan untuk mengamati hasil belajar siswa. Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada akhir siklus untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus adalah sebagai berikut: a. Siswa mulai menyukai pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. b. Siswa lebih mudah bersemangat dalam belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. c. Siswa memahami materi yang disampaikan oleh peneliti dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. d. Pembelajaran menyenangkan sehingga membuat subjek berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat mereka. e. Seluruh siswa menyukai permainan yang diadakan walaupun banyak soal yang harus mereka kerjakan (khususnya soal pretest, postes, dan tugas dalam diskusi kelompok).
4. Tahap Refleksi Tahap ini dilakukan setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada tes objektif dan wawancara ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I. 1. Kekurangan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus I a. Belum tercapainya KKM oleh seluruh siswa Pada siklus I ini masih terdapat 11 siswa dengan nilai di bawah KKM. Hal ini dikarenakan sulitnya pemahaman siswa akan materi
72
kegiatan perekonomian Indonesia yang baru mereka temui di kelas VIII serta mereka tidak terbiasa dengan pretest dan posttest. Peneliti akan memperbaiki hal ini di siklus II dengan memberikan banyak tugas dan juga menambah kualitas mengajar peneliti agar tercapai hasil belajar yang diharapkan. b. Belum meratanya bimbingan yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa. Hal ini terjadi karena ada beberapa siswa yang banyak bertanya kepada
peneliti
sehingga
peneliti
cenderung
memberikan
penjelasan tambahan hanya pada siswa yang bertanya. Hal tersebut dikarenakan jam pelajaran yang terbatas sehingga peneliti kurang dapat membimbing siswa secara menyeluruh. Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah peneliti lebih sering membimbing siswa dalam kelas bukan hanya kepada siswa yang bertanya namun kepada seluruh siswa. Peneliti bekerjasama dengan kolaborator (teman sebaya) dalam hal membimbing siswa sehingga proses bimbingan akan lebih merata ke seluruh siswa. c. Siswa kurang memahami materi pembelajaran Terdapat begitu banyak materi kegiatan perekonomian Indonesia yang membuat siswa sulit untuk memahami materi. Selain itu, siswa lebih berkonsentrasi pada tugasnya masing-masing karena adanya perasaan bersaing untuk menjadi yang terbaik dan mendapatkan reward. Dengan adanya keadaan yang demikian, peneliti mengambil langkah dengan memberikan pengarahan kepada siswa agar lebih berkonsentrasi pada saat pelajaran berlangsung. Dengan adanya konsentrasi yang baik saat pembelajaran, siswa akan dapat memahami materi-materi yang dipelajari sehingga lebih siap dalam menghadapi diskusi kelompok dan soal-soal yang diberikan kepada mereka.
73
2. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus I a. Pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe kepala bernomor struktur membuat suasana yang menyenangkan dalam belajar IPS. Keadaan ini dipengaruhi oleh pembelajaran siswa sebelum tindakan yang hanya menggunakan model ceramah dan penugasan saja, sehingga membuat siswa bosan. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur, siswa diberikan model pembelajran yang baru dalam belajar IPS dan ditambah dengan permainan-permainan sehingga membuat suasana baru yang menyenangkan dalam belajar IPS. b. Siswa mulai terbiasa untuk mengerjakan tugasnya masing-masing tepat pada waktunya sehingga waktu yang lain bisa di manfaatkan untuk menjelaskan pelajaran dengan baik. Pada setiap pertemuan siswa selalu diberikan tugas masing-masing di dalam kelompoknya. Subjek harus mengerjakan tugas yang diberikan dengan waktu yang telah ditentukan dan peneliti mengatakan kepada mereka, siapa yang selesai lebih dulu dan menjawab dengan benar maka mereka akan mendapat satu poin nilai. Dengan melihat hasil refleksi pada siklus I dan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan karena masih rendahnya hasil belajar siswa, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. perbaikan yang dilakukan meliputi: Pertama, tahap perencanaa: membuat media gambar yang lebih bervariatif lagi dengan memberikan penjelasanpenjelasan yang mudah dimengerti, contoh-contoh yang mudah dipahami, serta membangkitkan rasa percaya diri siswa saat menjawab pertanyaan guru dan mempresentasikan hasil diskusi. Kedua,
tahap
tindakan
melakukan
tahapan-tahapan
model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dengan
74
strategi pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa, seperti pelaksanaan games dan kuis dalam diskusi kelompok.
D. Tindakan Pembelajaran Siklus II 1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pada siklus II ini RPP dibuat untuk 2 kali pertemuan , yaitu tanggal 19 dan 26 Mei 2011 dengan 2 kali pertemuan untuk pembahasan materi, diskusi kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dan memberikan pretest pada pertemuan pertama dan posttest pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil dari refleksi siklus I, pada siklus II proses pembelajaran harus lebih diarahkan kepada perbaikan yang telah disusun pada siklus I. Perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada siklus II dengan merubah beberapa peraturan pembelajaran pada siklus I. Contohnya, pengarahan kepada setiap siswa untuk tetap percaya diri dalam mencari jawabannya pada saat berlangsungnya diskusi ataupun pada saat pembelajaran biasa, dan perbaikan pada kualitas mengajar peneliti. Target yang ingin dicapai pada silus II ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari nilai pretest dan posttest yang telah dilakukan di siklus I dan siklus II. 2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus II ini berlangsung selama 2 kali pertemuan. Perbaikan-perbaikan pada siklus I mulai diterapkan pada awal pertemuan. Preetest masih dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. 3. Analisis Data Tes Objektif (preetest dan posttest) Observasi dan Wawancara Pada siklus II ini, berdasarkan preetest dan postest dan juga observasi yang dilakukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat antara nilai preetest dan posttest siswa. Hasil belajar pada siklus II
75
menunjukkan seluruh siswa memperoleh nilai di atas KKM, khususnya posttest. Hasil wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus II ini menunjukkan perubahan yang positif, hasil wawancara pada siklus II ini dirangkum sebagai berikut: a. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini cocok diterapkan pada pelajaran IPS dan dapat diterapkan pada semua materi pelajaran. b. Keaktifan siswa sangat jauh berbeda dengan pembelajaran sebelum tindakan yang hanya menggunakan model ceramah. c. Siswa terlihat selalu senang saat belajar IPS. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya saran dari siswa agar model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini terus diterapkan pada setiap pertemuan, walaupun model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur memerlukan waktu yang cukup banyak untuk menerapkannya. d. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur sangat membantu siswa menjadi lebih semangat dalam belajar. e. Seluruh siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur terutama pada saat penugasan masing-masing kelompok. f. Semua siswa berharap belajar dengan metode ini dilaksanakan terus menerus karena siswa lebih mudah menerima pelajaran dan suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. g. Siswa menjadi terbiasa dengan soal-soal yang banyak sehingga mereka tidak khawatir lagi jika menghadapi ujian karena sudah mendapat latihan sebelumnya. Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya hasil belajar siswa dalam belajar IPS, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II dan dianggap model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dapat meningkatkan hasils belajar siswa dalam belajar IPS.
76
4. Tahap Refleksi Tahap ini dilakuakan setelah melakukan analisis pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis pada observasi dan wawancara ditemukan beberapa kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada siklus II. 1. Kekurangan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus II a. Peneliti belum melakukan motivasi awal secara rutin pada setiap kali pertemuan. Penyebab kekurangan ini adalah peneliti masih merasa kesulitan dalam Memberikan motivasi kepada siswa sehingga lebih sering langsung menjeaskan materi kepada siswa. Kekurangan ini hanya terletak pada intensitas pemberian motivasi kepada siswa sehingga perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan memberikan motivasi pada setiap pertemuan. b. Pengaturan waktu yang masih kurang dan bahan diskusi yang terlalu banyak bagi kelompok, sehingga waktu 2 jam pelajaran merasa tidak cukup. Tapi pertemuan selanjutnya, peneliti sudah bisa mengatur
waktu
dengan
baik
sehingga
waktu
bisa
dimanfaatkan dengan maksimal. c. Peneliti masih susah untuk mengatur siswa karena mereka banyak dan sedikit berisik, tapi hal ini bisa diatasi dengan memberikan tugas individu mereka dalam kelompok. Hal ini masih membuat mereka berisik, tapi keberisikan adalah untuk mendiskusikan tugas mereka dengan teman yang bernomor sama. d. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kepala bernomor struktur, tapi lama kelamaan siswa mulai paham dan mengikutinya dengan antusias. e. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa kadang-kadang sama dengan pertanyaan yang sudah diajukan oleh siswa lain, sehingga peneliti sering memberikan penjelasan ulang. Penyebabnya adalah siswa bertanya secara individu sehingga peneliti hanya memberikan jawaban kepada siswa yang bertanya dan tidak menjelaskan jawaban tersebut kepada seluruh siswa.
77
Sehingga siswa yang lain sering menanyakan hal yang sama kepada peneliti. Hal ini dapat diatasi dengan memeberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan siswa di depan kelas sehingga seluruh siswa dapat mengetahui pertanyaan dan jawaban yang diberikan peneliti.
2. Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus II a. Siswa semakin semangat dalam belajar IPS Keadaan ini dipengaruhi oleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yang membuat siswa menjadi semangat. Selain itu, pada setiap pertemuan diberikan soal-soal, gambar dan wacana yang menarik yang berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengerjakan
soal-soal
IPS
dibandingkan
dengan
mengerjakan soal-soal IPS pada buku paket. b. Meningkatnya pemahaman siswa dalam pelajaran IPS dan mengurangi sifat sering lupa terhadap materi pelajaran. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan senang siswa dalam belajar IPS sehingga siswa dapat berkonsentrasi dengan baik pada saat belajar IPS. Dengan adanya konsentrasi yang baik dalam belajar membuat siswa semakin paham dengan materi yang diajarkan. Kebiasaan siswa yang mudah melupakan materi pelajaran semakin berkurang karena siswa merasa menguasai materi yang diajarkan dan dengan banyaknya latihan serta adanya diskusi kelompok. Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh data bahwa hasil belajar IPS siswa meningkat dibandingkan pada siklus I. Begitu juga aktifivitas belajar siswa yang positif dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan kemampuan siswa dalam menguasai materi permintaan dan penawaran sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan lagi ke tindakan pembelajaran siklus III.
78
Sebagai bahan perbandingan, berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II: Tabel 4.8 Perbandingan Hasli Belajar Siswa Siklus I dan II Nilai Rata-rata Siklus I
Siklus II
Pretes
Postes
Pretes
Postes
52,8
71,2
64,1
81,02
E. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut: 1. Tes Objektif Hasil dari preetest dan postest menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Lembar Observasi Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti didampingi oleh kolaborator (teman sebaya). Lembar observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Data tersebut dianalisis pada setiap siklus dan lembar observasi untuk menilai kualitas guru untuk mendapatkan data mengenai kesiapan dan pelaksanaan mengajar guru. Adapun hasil observasi sebagai berikut:
No 1. 2.
3.
Tabel 4.9 Aktivitas Siswa Siklus I Aspek yang Ket Nilai diobservasi Ada Tdk SB B C K SK Melaksanakan tes awal (Pre-test) Mempelajari materi yang telah di ajarkan sebelumnya Mendengarkan penjelasan materi
√
√ √
√
79
√ √
yang disampaikan oleh guru 4. Melakukan diskusi kelompok 5. Mempersentasikan hasil jawaban 6. Aktif menggungkapkan jawaban 7. Aktif mengoreksi jawaban 8. Aktif bertanya 9. Memecahkan soal yang harus dipecahkan bersama 10. Melaksanaan tes akhir (Post-test)
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada proses pembelajaran IPS masih perlu ditingkatkan karena masih sebagian besar siswa yang kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran IPS. Siswa masih banyak mengobrol, becandaan dengan teman-temannya dan mengerjakan kesibukan yang lain. Tabel 4.10 Aktivitas Guru Siklus I Ket No
Aspek yang diobservasi
1.
Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran Apersepsi
2. 3.
4. 5.
Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa (motivasi) Menyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai Penggunaan media atau alat pembelajaran yang sesuai
80
Nilai
Tdk Ada √
SB
B C K SK √
√
√
√
√
√
√
√
√
dengan indikator bahan ajar 6.
7. 8.
9.
10. 11. 12
13. 14. 15.
16.
17.
Penjelasan model pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor struktur Pemusatan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran Teknik menjelaskan/menyampaikan materi Pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor struktur Bimbingan kepada kelompok
√
√
√
√
√ √
√ √
√
√
Pemberian kesempatan √ √ kepada siswa untuk berpikir Pemberian kesempatan √ √ kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan jawaban Antusias siswa terhadap √ √ jawaban yang diberikan Mengamati kesulitan dan √ √ kemajuan belajar siswa Keterampilan menerangkan √ √ kembali atau menyimpulkan materi yang disampaikan Keterampilan memberikan √ √ kegiatan tindak lanjut setelah penyampaiam materi Kemampuan memberikan √ √ evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran IPS
pada siklus I masih rendah. Hal ini terjadi karena guru kurang membangkitkan motivasi dalam belajar, kurang memperhatikan kesulitan belajar siswa, serta media pembelajaran yang kurang efektif. Dalam hal ini guru, masih melakukan adaptasi dengan siswa dan keadaan
kelas.
Guru
belum
81
terbiasa
menciptakan
suasana
pembelajaran yang mengarah pada model cooperative learning tipe kepala bernomor struktur sehingga harus mampu beradaptasi dengan keadaan siswa dan suasana kelas, guru kurang membangkitkan motivasi belajar siswa, guru kurang memusatkan perhatian belajar siswa, guru kurang memberikan bimbingan pada kelompok, sehingga siswa masih kebingungan dalam memecahkan soal dan diskusi mengenai materi yang dipelajarinya. Tabel 4.11 Aktivitas Pembelajaran Siklus I No. 1 2
3
4
5
6
Aspek yang diobservasi Guru menyampaikan materi yang akan disajikan Guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok kecil yang disesuaikan dengan jumlah konsep yang akan dipelajari Guru memberikan nomor pada setiap siswa dalam kelompok Setelah kelompok terbentuk guru memberikan beberapa soal yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok Memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban sehingga tiap-tiap anggota kelompok bergabung dengan kelompok atau dengan nomor yang sama dengan mereka untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru memanggil nomor yang sama dari tiap-tiap
82
Ket Ada Tdk √
Nilai SB B C K SK √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
7
8
9
kelompok untuk memberikan jawaban atas soal yang telah diterimanya Melaksanakan langkah nomor empat sampai semua anggota kelompok memberikan jawaban Berdasarkan jawabanjawaban siswa guru mengembangkan diskusi lebih dalam sehingga peserta didik menemukan jawaban yang utuh dari soal yang diajukan oleh guru. Setelah semuanya mendapat giliran guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Aktivitas
pembelajaran
√
√
√
√
√
√
dengan
menggunakan
model
cooperative learning tipe kepala bernomor struktur masih memerlukan peningkatan karena belum sepenuhnya tergolong bagus karena masih banyak
siswa
yang
belum
mengerti
penerapannya
sehingga
penerapannya belum optimal dan belum terarah serta terstruktur. Mereka masih kebigungan dengan tugas mereka masing-masing.
No 1 2
3
4 5
Tabel 4.12 Aktivitas Siswa Siklus II Aspek yang diobservasi Ket Nilai Ada Tdk SB B C K SK Melaksanakan tes awal (Pre-test) Mempelajari materi yang telah di ajarkan sebelumnya Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru Melakukan diskusi kelompok Mempersentasikan hasil
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
83
6 7 8 9
10
jawaban Aktif menggungkapkan jawaban Aktif mengoreksi jawaban Aktif bertanya Memecahkan soal yang harus dipecahkan bersama Melaksanaan tes akhir (Post-test)
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah meningkat karena semua siswa sudah mengungkapkan jawaban maupun kesulitan belajar. Siswa lebih aktif, lebih berani dan percaya diri serta tidak takut lagi dalam mengungkapkan jawaban. Meningkatnya nilai N-Gain siklus I yaitu 0,37 meningkat pada siklus II menjadi 0,46. Hasil belajar IPS siswa siklus II mengalami peningkatan dari siklus I, hal ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya siswa yang mendapatkan nilai di bawah ratarata. Rata-rata nilai pre-test 64,10 dan nilai rata-rata post-test 81,02. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan. Tabel 4.13 Aktivitas Guru Siklus II Ket No
Tidak
Aspek yang diobservasi Ada
1.
2. 3.
Nilai
SB
Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran Apersepsi
√
√
√
√
Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa (motivasi)
√
84
B
√
C K S K
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10. 11. 12
13. 14. 15.
16.
17.
Menyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai Penggunaan media atau alat pembelajaran yang sesuai dengan indikator bahan ajar Penjelasan model pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor struktur Pemusatan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran Teknik menjelaskan/menyampaikan materi Pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor struktur Bimbingan kepada kelompok Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan jawaban Antusias siswa terhadap jawaban yang diberikan Mengamati kesulitan dan kemajuan belajar siswa Keterampilan menerangkan kembali atau menyimpulkan materi yang disampaikan Keterampilan memberikan kegiatan tindak lanjut setelah penyampaiam materi Kemampuan memberikan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Hasil observasi aktivitas guru semakin meningkat dan mampu mempertahankan serti lebih meningkatkan suasana pembelajaran yang
85
hidup dan menggembirakan karena guru sudah dapat menyesuaikan diri dengan siswa dan lingkungan serta keadaan kelas. Tabel 4.14 Aktivitas Pembelajaran Siklus II No. Aspek yang diobservasi Ket Nilai Ada Tidak SB B C K SK 1 Guru menyampaikan materi √ √ yang akan disajikan 2 Guru membagi kelas menjadi √ √ kelompok-kelompok kecil yang disesuaikan dengan jumlah konsep yang akan dipelajari 3 Guru memberikan nomor pada √ √ setiap siswa dalam kelompok 4 Setelah kelompok terbentuk √ √ guru memberikan beberapa soal yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok 5 Memberikan kesempatan √ √ kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban sehingga tiap-tiap anggota kelompok bergabung dengan kelompok atau dengan nomor yang sama dengan mereka untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. 6 Guru memanggil nomor yang √ √ sama dari tiap-tiap kelompok untuk memberikan jawaban atas soal yang telah diterimanya 7 Melaksanakan langkah nomor √ √ empat sampai semua anggota kelompok memberikan jawaban 8 Berdasarkan jawaban-jawaban √ √ siswa guru mengembangkan diskusi lebih dalam sehingga peserta didik menemukan jawaban yang utuh dari soal yang diajukan oleh guru. 9 Setelah semuanya mendapat √ √ giliran guru bersama siswa 86
menyimpulkan hasil pembelajaran. Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe kepala bernomor struktur sudah mengalami peningkatan karena semua siswa sepenuhnya sudah mengerti penerapannya sehingga dianggap sudah optimal dan terarah serta terstruktur. Pelaksanaan dan pembagian tugas sesuai dengan nomor yang mereka miliki sudah terarah dengan baik serta siswa tidak perlu untuk disuruh lagi bergabung dengan kelompok yang bernomor sama dengan mereka jika terjadi kesulitan dalam memecahkan bahan diskusi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti sserta tes hasil belajar, maka ditemukan berbagai masalah dalam pembelajaran IPS siswa diantaranya adalah suasana kelas yang berisik sehingga mengurangi daya konsentrasi siswa, model pembelajaran yang digunakan membosankan sehingga siswa merasa jenuh dan mengalihkan perhatiannya seperti mengobrol, becanda, bahkan sampai ada yang tertidur lelap, siswa masih merasa kesulitan dan kebingungan dalam memahami IPS, guru kurang memotivasi dan memusatkan perhatian dan dampaknya adalah hasil belajar IPS siswa rendah. Masalah-masalah tersebut di atas akan menghambat siswa dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri masing-masing siswa. Pada akhirnya hasil belajar IPS yang diperoleh pun tidak sesuai dengan keinginan. Pada siklus I, mayoritas siswa belum mengetahui dan memahami dalam langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe kepala bernomor struktur, sehingga siswa kurang percaya diri dan kurang berani dalam mengungkapkan jawaban karena diskusi dalam kelompok kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih asyik sendiri dalam mengerjakan soal dan tidak menjelaskan pada anggota lain yang kurang mampu. Sehingga anggota kelompok lain yang bernomor sama hanya menyalin pekerjaan yang telah
87
dikerjakan oleh anggota kelompok. Hal ini mungkin siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti. 3. Wawancara Selain data yang diperoleh dari lembar observasi, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru dan sebagian siswa. Wawancara dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan. Sampel wawancara di ambil secara random. Pada wawancara yang dilakukan sebelum tindakan kepada guru IPS mendapatkan hasil sebagai berikut: a. Hasil belajar tergolong rendah karena metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah dan penugasan. b. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa sehingga siswa masih jarang bertanya kepada guru. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada siswa sebelum tindakan adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Hasil Wawancara dengan Siswa No 1
Pertanyaan Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran IPS di kelas ?
Tanggapan Siswa Arifin : hhmmm,,, pembelajaran di kelas terlalu serius, ga ada becandaannya. Gurunya sering marah-marah. Danang : biasa-biasa aja, tapi kelasnya kurang bersih Elfira : asik-asik ajah, temen-temennya juga enak. Imelda : kelasnya berisik, terkadang guru juga suka marah-marah ga jelas,, padahal yang salah Cuma satu anak tapi malah semuanya yang diomelin. Nironi : berisik dan bosen. Nevvy : sebenarnya belajar enak, tapi materinya kadang-kadang susah dan teman-teman banyak berisik, gurunya suka marah. Oseani : gurunya terlalu serius, tapi ibu bagus menyampaikan materi dan aku lumayan mengerti. Tapi kurang konsentrasi gara-
88
Rama Sasa
Yogi
Apakah kamu senang dengan pebelajaran IPS di kelas ?
2
gara kelas gaduh. : ibu nita tegas, tapi terlalu serius. Becandaannya jarang. : ehhmm,, kelasnya kurang teratur tapi belajarnya enak walaupun materi dan kadang mengerjakan soal banyak banget. : bosan, ibu nita ngomong mulu,, belajar ga ada gamesnya. hehee ….
Arifin : tidak, Danang : biasa-biasa aja. Elfira : senang, Imelda : kurang senang, karena ibu banyak ngasih tugas, belajar terus dan materi IPS nya sedikit susah, apalagi tentang materi pajak Nironi : tidak, karena ibu ceramah terus dan kita belajar terus dan sering disuruh ngeringkas. Nevvy : senang, tapi ibu banyak ngasih tugas, kadang penjelasan dari ibu nita kurang bisa dipahami. Tapi ibu nita tetap melanjutkan pelajaran. Oseani : gurunya selalu membuat ringkasan, marah-marah. Kurang senang. Rama : lumayan, tapi materi IPS rada susah dan penjelasan kurang dimengerti. Sasa : kurang senang, karena materi IPS nya banyak. Yogi : kurang, karena banyak catatan dan pengertian dari materi yang kurang saya mengerti.
Bagaimana hasil belajar IPS kamu ? Arifin : kurang bagus ,,, Danang : lumayan, hehee Elfira : biasa-biasa ajah. Imelda : lumayan, Nironi : jelek. Nevvy : lumayan bagus, walaupun belum memuasakan. Oseani : cukup puas, Rama : lumayan bagus, walaupun kurang 89
Sasa Yogi
memuaskan. : ehhmm,,lumayan bagus : lumayan bagus.
Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru dalam menerangkan pelajaran IPS ?
3
Apakah
kamu
Arifin
: menyenangkan, karena gurunya masih muda tapi gurunya kurang senyum. Danang : penjelasan guru kurang dimengerti. Elfira : baik. Imelda : kurang bisa dipahami. Nironi : biasa-biasa ajah, tapi ibunya suka marah Nevvy : menyenangkan, walaupun terkadang penjelasan ibu susah dimengerti. Oseani : menyenangkan, ibunya cukup sabar menghadapi kami tapi kadang ibu tetap melanjutkan pelajaran tanpa bertanya kami sudah mengeri atau belum. Rama : cukup bagus. Sasa : bagus, tapi suruh membaca dan hafalan mulu. Yogi : kurang dipahamu.
dapat
memahami materi IPS yang Arifin : kadang-kadang Danang : kurang, karena materinya banyak. Elfira : iyaa Imelda : kurang paham, Nironi : tidak, karena kelas berisik Nevvy : kurang bisa dipahami, karena materinya banyak. Oseani : kadang-kadang bisa dipahami, kalau materinya tidak terlalu susah. Rama : lumayan, tapi materi IPS rada susah Sasa : kurang, karena materi IPS nya banyak. Apakah kamu aktif dalam Yogi : kurang dipahami. dijelaskan oleh guru ?
4
mengikuti pembelajaran ? Arifin : tidak, Danang : kadang-kadang Elfira : tidak selalu aktif Imelda : kurang Nironi : tidak Nevvy : kadang-kadang Oseani : aktif, saya bertanya kalau menemukan kesulitan
90
Rama : lumayan,, Sasa : kurang aktif, tapi kalau dipaksa untuk aktif aku akan aktif bertanya Yogi : kadang-kadang, jika dituntut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari Hambatan apa yang kamu guru dan menpatkan poin nilai, hehee hadapi pada saat belajar IPS ? Arifin
Apakah kamu sudah 5
mengetahui tentang model pembelajaran kooperatif,
: ngantuk,, karena pada hari kamis pelajarannya pada waktu siang. Danang : kelas berisik Elfira : kelas berisik, dan meterinya bisa dibilang susah. Imelda : materi yang banyak Nironi : ngantuk dan malas baca, Nevvy : kelas berisik, materi IPS rada susah, Oseani : materinya banyak Rama : kelas gaduh, dan banyak yang ngobrol. Sasa : materi IPS susah dan banyak. Yogi : kelas kurang kondusif untuk belajar, karena berisik dan materinya banyak.
khususnya tipe kepala bernomor struktur ?
Apakah gurumu sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur di
Arifin : tidak, Danang : tidak Elfira : tidak Imelda : tidak tahu Nironi : tidak, Nevvy : tidak, Oseani : tidak, Rama : ga tau Sasa : gaa‟ Yogi : tidak
kelasmu ?
6
Arifin : tidak, Danang : ga pernah kayaknya Elfira : tidak tahu Imelda : tidak Bagaimana bentuk tes yang Nironi : ga ada Nevvy : tidak, dilakukan guru? Oseani : belum pernah, biasanya cuma ceramah Rama : bloem,, Sasa : kurang tahu,
91
Yogi
: ga pernah
Arifin : biasanya lisan, Danang : lisan Elfira : lisan dan mengerjakan buku paket Imelda : kita disuruh menghafal dan besoknya disuruh maju sendiri-sendiri. Nironi : lisan, terlebih dahulu kita sudah disuruh untuk belajar di rumah Nevvy : lisan dan mengerjakan latihan di buku. Oseani : mengerjakan soal-soal di buku paket dan lisan. Rama : lebih sering lisan, tapi kalau tes tertulis biasanya berbentuk pilihan ganda. Sasa : disuruh lisan dan mengerjakan soal di buku paket. Yogi : hafalan. 7
8
92
9
10
Dari 10 siswa yang diwawancarai, maka dapat disimpulkan bahwa: Pertama, sebagian besar siswa kurang menyenangi pelajaran IPS. Kedua, kurang semangat dalam belajar IPS karena setiap pertemuan pembelajaran cenderung monoton. Ketiga, masih adanya rasa takut untuk bertanya kepada guru. 93
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, hasil wawancara yang diperoleh memiliki perubahan pada pendapat guru dan siswa terhadap pelajaran IPS. Hasil wawancara kepada guru setelah tindakan ini dirangkum sebagai berikut: a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur meningkatkan semangat siswa dalam belajar dan hasil belajar IPS. b. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini sangat cocok diterapkan pada pelajaran IPS dan dapat diterapkan pada semua pokok bahasan. c. Siswa terlihat lebih serius dalam belajar terutama saat dilakukan diskusi kelompok, namun di siklus I pada saat belajar kelompok masih banyak yang hanya mengandalkan teman sekelompok yang pintar untuk mengerjakan tugas kelompok. Akan tetapi mulai ada peningkatan pada siklus II, sudah ada pembagian tugas dalam mengerjakan tugas kelompok dan kesadaran masing-masing anggota kelompok.
Hasil wawancara kepada seluruh siswa mengenai pembelajaran selama siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: a. Seluruh siswa menyukai pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. b. Hampir seluruh siswa mengakui lebih mudah memahami pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur ini. Hal ini terbukti dari nilai pretest dan posttest siswa yang semakin mengalami peningkatan. c. Pada awal diskusi kelompok, siswa mengaku kurang adanya kerjasama antar kelompok sehingga siswa masih sering belajar sendiri-sendiri. Namun setelah beberapa kali dilakukan diskusi mulai ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
94
d. Beberapa siswa mengaku tidak takut lagi untuk bertanya kepada guru karena mereka menyadari bahwa tanpa bertanya mereka akan semakin ketinggalan dari siswa yang lain. e. Sebagian besar siswa senang dengan bimbingan yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator kepada setiap siswa, karena siswa menjadi tidak takut dan lebih dekat dengan guru. f. Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa tidak cepat merasa lelah karena setiap soal dapat didiskusikan dengan siswa lain yang memiliki nomor yang sama.
F. Interpretasi Hasil Analisis Hasil pengamatan pada penelitian ini menujukkan bahwa siswa menyenangi
proses
pembelajaran
IPS
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Rasa senang terhadap suatu pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah
dilakukan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur, siswa merasa lebih semangat dalam belajar IPS apalagi ada topi-topi yang membuat pembelajaran tidak tegang. Suasana kerja kelompok yang saling membantu antar sesama anggota, membuat siswa yang kurang pandai menjadi terbantu dengan adanya dikusi kelompok dengan kelompok lain yang bernomor sama. Pada pembelajaran di siklus I siswa mulai memahami materi, pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur, dan soal-soal yang diberikan. Pada siklus II siswa sudah dapat menguasai materi yang diberikan, dilihat dari banyaknya soal yang dijawab dengan benar. Pada siklus II pula, perbaikan yang ada pada siklus I dilakukan dengan baik sehingga indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
95
G. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur meningkatkan hasil belajar siswa Rasa senang terhadap pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur membuat siswa bersemangat menerima palajaran dan hal ini berpengaruh pada pemahaman materi siswa, yang pada akhirnya berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Hal ini terbukti: a. Hasil postest lebih besar dari preetest, baik pada siklus I maupun siklus II. b. Terjadi peningkatan hasil belajar dilihat dari tercapainya KKM oleh seluruh siswa. 2. Pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur menumbuhkan rasa solidaritas dan tanggung jawab siswa Dengan adanya diskusi kelompok dan kerjasama antar kelompok yang memiliki nomor yang sama, membuat sebagian besar siswa merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi yang terbaik bagi kelompoknya. Dalam diskusi, setiap anggota saling membantu anggota lain untuk memahami materi pelajaran IPS. Hal ini menumbuhkan rasa solidaritas pada setiap kelompok. Dengan tumbuhnya rasa solidaritas ini, setiap siswa akan merasa terbantu dalam belajar IPS. 3. Pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur membuat siswa kerjasama yang baik Kerjasama yang baik terlihat pada setiap diskusi yang dilakukan dimana siswa mulai memiliki rasa untuk saling membantu sesama anggota dapat menciptakan pembagian tugas yang cukup baik.
H. Keterbatasan Dalam Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, walaupun usaha yang dilakukan peneliti telah maksimal. Walaupun demikian, penelitian ini masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya disebabkan oleh kurang
96
meratanya pembagian siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai dalam kelompok sehingga masih terdapat kelompok yang pasif dan kurang berpartisipasi
dalam
pembelajaran. Kelompok tersebut
tidak pernah
mempresentasikan hasil diskusi, mungkin karena kurang berani atau kurang percaya diri atas hasil yang didiskusikannya.
97
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur, pada konsep permintaan dan penawaran, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa
setelah
dilakukannya
pembelajaran
dengan
menerakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur . Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh berdasarkan tindakan yang telah diberikan kepada siswa kelas VIII.2 SMPN 3 Tangerang Selatan. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata nilai pretes siswa 52,8 meningkat menjadi 71,2 % pada saat postes. Pada siklus II rata-rata nilai pretes siswa 64,1 meningkat menjadi 81,02 %. Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sudah 100%. Peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus I ke siklus II disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Pertama, siswa sudah mulai terbiasa belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur, hal ini disebabkan karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dilakukan secara berulang-ulang dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II sehingga siswa mulai terbiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur.
98
Kedua, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur pada siklus I pertemuan ke 2 lebih bervariatif dan lebih mengaktifkan siswa. Pada siklus I pertemuan 1 penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur hanya menggunakan dikusi kelompok dan tanya jawab sedangkan pada siklus I pertemuan ke 2 digabungkan dengan penggunaan media gambar, sehingga siswa lebih tertarik dan aktif. Sedangkan pada siklus II siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dan hasil belajar juga meningkat, karena pada siklus ke II selain dibantu media gambar, guru memberikan contoh-contoh yang menarik dan mudah untuk diingat siswa. Dan ketiga, siswa sudah familiar dengan soal yang diberikan karena soal pretes dan postes menggunakan soal yang sama sehingga siswa mampu memprediksi jawaban soal yang benar untuk menjawab soal pada postes. Ketiga faktor inilah yang membuat hasil belajar siswa meningkat pada siklus II. B. Saran 1. Guru diharapkan dapat menerapkan dan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dengan baik pada kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilakukan hampir di semua konsep pembelajran. 2. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para pembaca khususnya pendidik untuk melakukan penelitian sejenis pada mata pelajaran atau konsep pelajaran yang lain. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi para pendidik untuk dapat menemukan model pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik.
99
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk, (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara. Ghony, Djunaidi , (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press. Hernowo, (2004), Bu Slim Pak Bil Membincangkan Pendidikan di Masa Depan, Bandung: Mizan Learning Center. Ibrahim, Muslimin dkk, (2011), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA – University Press. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 5. No. 1. 2004. hlm. 35. Karlina, Ina. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. Artikel Pendidikan Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kusuma, Wijaya, (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Indeks. Lie, Anita.(2002). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo. Nasution,S, (1995), Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. Neni,Zikri Iska. (2006). Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s. Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Sanjaya Group. Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Satori, Djama’an Dkk. (2007). Materi Pokok Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka. Soemanto, Wasty , (2006), Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. Solihatin, Etin dan Raharjo, (2008), Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS), Jakarta: Bumi Aksara.
97
98
Sudijono, Anas, (2001), Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suprijono, Agus. (2009). Cooperatif Learning Teori & Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syah, Muhibbin, (2000), Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran. Makmun, Syamsuddin, Abin, (2005), Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Predana Media Group). Trianto, (2001), Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wirawan, Sarlito. (2000). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Yamin, Martimis, (2004), Staregi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada press. Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, (2006), Ilmu Pendidikan (Pengantar dan DasarDasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press. http://anan-nur.blogspot.com/2011/06/peringkat-pendidikan-indonesia menurun.html, akses tanggal 17/05/2011. http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/10/pengertian
hasil-belajar.html,
diakses 24 Februari 2011 http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperat if.doc.html, diakses tanggal 17/09/2010. http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm.Diakses pada tanggal 24 Februari 2011. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=53687&idc=3 2, Akses tanggal 12 Oktober 2010, Vol 1, no 3, h. 147-158. http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html http://www.abdulrahmansaleh.com/2010/04/modelpembelajarankepalabernomor. html
99
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, akses tanggal 26/05/2011. http://www.metrojambi.com/opini/1258-memaknai-hari-guru-ke-65.html, diakses tanggal 26/05/2011. .
LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: IPS Terpadu
Kelas/Semester
: VIII / II (Dua)
Pertemuan ke
: 1 (Pertama)
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Tahun pelajaran
: 2010/2011
A. Standar Kompetensi
: 7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
B. Kompetensi Dasar
: 7.4 Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
C. Indikator 1. Menyebutkan pengertian permintaan 2. Menjelaskan hukum permintaan 3. Menjelaskan tabel permintaan 4. Mendeskripsikan kurva permintaan
D. Tujuan Pembelajaran 1. Mampu menyebutkan pengertian permintaan 2. Mampu menjelaskan hukum permintaan 3. Mampu menjelaskan tabel permintaan 4. Mampu mendeskripsikan kurva permintaan
E. Materi Ajar Permintaan terhadap barang dan jasa dapat dipenuhi dengan kegiatan produksi. Munculnya kegiatan produksi akan melahirkan penawaran. Adanya permintaan dan penawaran akan menyebabkan timbulnya transaksi jual beli yang diakhiri dengan tercapainya kesepakatan harga (harga pasar).
Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada tingkat harga dan waktu tertentu. 100
Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga, waktu dan tempat tertentu.
Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diinginkan atau dibutuhkan seseorang pada harga dan waktu tertentu. Hukum permintaan berbunyi, “semakin tinggi harga suatu barang/jasa akan semakin
sedikit jumlah permintaan terhadap barang/jasa tersebut, dan sebaliknya semakin rendah harganya akan semakin banyak jumlah permintaan atas barang/jasa tersebut”. Tabel dan kurva permintaan Hukum permintaan telah menjelaskan bahwa antara harga dan permintaan saling berhubungan. Hubungan tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam tabel dan kurva permintaan. Tabel permintaan adalah daftar angka-angka yang menggambarkan hubungan jumlah permintaan suatu barang atau jasa dengan harganya. Contoh Tabel Permintaan Keadaan Harga(dalam Rupiah) Jumlah yang dibeli (unit) A Rp.150.000 100(unit) B Rp.125.000 150(unit) C Rp.100.000 200(unit) D Rp.75.000 250(unit) E Rp.50.000 300(unit) Adapun kurva permintaan adalah garis yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang atau jasa dengan jumlah yang diminta dalam periode tertentu. Contoh Kurva Permintaan
Dalam menggambarkan kurva permintaan ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Kurva permintaan umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Dibutuhkan dua garis sumbu yakni sumbu horizontal dan vertikal. Sumbu horizontal/datar digunakan untuk menggambarkan berbagai jumlah barang atau jasa yang diminta (Q). Adapun sumbu vertikal/tegak digunakan untuk menggambarkan berbagai tingkat harga (P). 101
F. Metode Pembelajaran 1. Model - Pembelajaran kooperatif 2. Metode -
Kepala bernomor struktur
-
Ceramah
-
Tanya jawab
-
Diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal :
Absensi
Apersepsi : “apakah kalian pernah ke pasar ? Kegiatan apa saja yang kalian lihat di pasar ?”
Beberapa siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.
Memotivasi : memberikan pertanyaan tentang materi berupa preetest
Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan inti :
Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi pelajaran
Guru membagi siswa atas 10 kelompok.
Masing-masing kelompok terdiri atas 3-4 orang.
Masing-masing siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya: siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
Tiap kelompok diberi bahan mengenai permintaan (melihatkan gambar pasar tradisional dan supermarket)
Siswa berdiskusi dengan seluruh anggota kelompoknya, serta bisa bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama dengan mereka.
Guru menunjuk salah satu nomor masing-masing kelompok yang mendapat tugas menyampaikan hasil diskusi kelompok. 102
Siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing dan kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Guru melanjutkan menjelaskan materi pelajaran. Kegiatan akhir :
Membuat kesimpulan hasil belajar secara bersama-sama
Memberikan tugas di rumah yaitu membuat tabel dan kurva permintaan.
H. Media / Alat Pembelajaran
White board
Media gambar (kurva penawaran, gambar pasar dan supermarket)
I. Sumber belajar 1. IPS Terpadu untuk SMP kelas VIII, Umasih dkk, Ganeca Exact, Jakarta, 2007, halaman 219-220. 2. IPS Terpadu, SMP kelas VII, Drs. Anwar Kurnia, Yudhistira, Jakarta, 2009, halaman 225-229. 3. Galeri Pengetahuan Terpadu untuk SMP/MTS Kelas VIII, Sri Sudarmi dan Waluyo, Surakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2008, halaman 323-326. J. Penilaian a. Penugasan b. Ketetapan jawaban (kelompok) c. Kuis individu (tulisan)
Mengetahui,
Jakarta, 11 Mei 2011
Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
(Maryono, SE.M.M.Pd)
Guru Mata Pelajaran
(Rahma Sofia)
NIP. 19601012 1981 121 003
NIM. 107015000964
103
Soal Pretest dan Posttest 1. Permintaan terhadap barang dan jasa dapat dipenuhi dengan kegiatan … a. Produksi
c. Konsumsi
b. Pernawaran
d. Jual beli
2. Permintaan adalah … a. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu. b. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada tingkat harga dan waktu tertentu. c. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada hari-hari tertentu. d. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada setiap hari. 3. Hukum permintaan menerangkan sifat hubungan antara … a. Permintaan barang dan jasa dengan orangnya. b. Permintaan barang dan jasa. c. Permintaan barang dan jasa dengan harganya. d. Permintaan barang dengan harga yang telah ditetapkan. 4. Tabel permintaan menggambarkan hubungan antara … a. Jumlah semua barang atau jasa dengan harganya. b. Jumlah permintaan suatu barang atau jasa dengan harga yang lebih rendah. c. Jumlah permintaan suatu barang atau jasa dengan harganya. d. Harga suatu barang atau jasa. 5. Bentuk kurva permintaan yang benar adalah … a. c.
b.
d.
Macam-macam permintaan berdasarkan daya beli dan jumlah konsumen (untuk no 1 dan 2) 1. Permintaan absolut
4. Permintaan pasar
2. Permintaan individu
5. Permintaan potensial
3. Permintaan efektif 6. Yang merupakan pengelompokkan permintaan berdasarkan daya beli adalah … a. 1, 3, 5
c. 1, 2, 3 104
b. 2, 3, 4
d. 1, 3, 4
7. Yang merupakan pengelompokkan permintaan berdasarkan jumlah konsumen adalah … a. 1, 2, 3
c. 2 dan 5
b. 2 dan 4
d. semuanya benar
8. Permintaan yang tidak didukung oleh daya beli disebut … a. Permintaan absolut
c. Permintaan individu
b. Permintaan potensial
d. permintaan efektif
9. Pak Didi seorang karyawan sebuah bank. Pendapatan setiap bulan mencapai Rp. 5.000.000,00. Pak Didi mempunyai keinginan untuk membeli mobil seharga Rp. 60.000.000,00. Ia memiliki saldo tabungan di bank sebesar Rp. 80.000.000,00. Permintaan Pak Didi terhadap mobil permintaan yang didukung oleh kemampuan untuk membeli. Hal ini merupakan contoh dari permintaan … a. Potensial
c. Pasar
b. Individu
d. Efektif
10. Selai kacang dapat menambah kelezatan rasa roti. Jika permintaan roti meningkat, maka permintaan atas selai kacang pun cenderung meningkat. Sebaliknya, permintaan selai kacang akan cenderung turun apabila jumlah permintaan akan roti mengalami penurunan. Dari contoh tersebut, fungsi selai kacang adalah sebagai … a. Pangan
c. Sandang
b. Komplementer
d. Subtitusi
11. Permintaan yang didukung oleh daya beli tetapi belum dilaksanakan, merupakan permintaan … a. Absolut
c. Pasar
b. Efektif
d. Potensial
12. Setiap awal tahun pelajaran permintaan terhadap buku tulis meningkat, karena setiap siswa terutama siswa baru membutuhkan buku tulis baru. Hal ini merupakan merupakan contoh faktor-faktor penawaran … a. Selera masyarakat
c. Waktu
b. Kebutuhan
d. Ramalan akan datang
13. Pengertian permintaan dibangun berdasarkan asumsi … a. Rasionalitas
c. Cateris Paribus
b. Harga konstan
d. Jumlah barang konstan
14. Hukum permintaan berbunyi, apabila harga suatu barang …… maka jumlah barang yang diminta …. 105
a. Tetap, naik
c. Naik, naik
b. Naik, turun
d. Turun, tetap
15. Perhatikan tabel di bawah ini Harga buku
Jumlah permintaan buku tulis
tulis (Rp)
A
B
C
1000
3
6
8
2000
2
4
6
3000
1
2
4
Jumlah permintaan pasar buku tulis pada tingkat harga Rp. 2.000 adalah … a. 7
c. 12
b. 9
d. 17
Kunci jawaban No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kunci Jawaban A B C C D A B A D B D C C B C
106
107
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: IPS Terpadu
Kelas/Semester
: VIII / II (Dua)
Pertemuan ke
: 2 (Kedua)
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Tahun pelajaran
: 2010/2011
A. Standar Kompetensi
: 7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
B. Kompetensi Dasar
: 7.4 Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
C. Indikator 1. Menjelaskan macam-macam permintaan 2. Menyebutkan contoh macam-macam permintaan 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan D. Tujuan Pembelajaran 1. Mampu menjelaskan macam-macam permintaan. 2. Mampu menyebutkan contoh macam-macam permintaan 3. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
E. Materi Ajar Macam-macam permintaan Permintaan terhadap barang dan jasa dapat dikelompokkan berdasarkan daya beli dan jumlah konsumen. 1. Permintaan berdasarkan daya beli Berdasarkan daya beli konsumen, permintaan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : a. Permintaan absolut yaitu:
Permintaan yang tidak didukung oleh daya beli. Permintaan jenis ini lebih merupakan angan-angan.
Permintaan yang tidak didukung dengan kemampuan membeli. Keadaan ini menunjukkan rendahnya daya beli masyarakat, tetapi keinginan untuk memiliki
108
sesuatu barang sangatlah besar. Sehinggan menjadi peluang besar bagi pengusaha menawarkan penjualan barang dengan system kredit atau angsuran. Contoh: Mas Hadi seorang buruh bangunan pendapatannya tidak tentu. Ia akan memperoleh pendapatan apabila ada orang yang memberikan pekerjaan kepadanya. Ia memiliki keinginan untuk membeli sepeda motor. Permintaan Mas Hadi terhadap sepeda motor ternyata tidak didukung kemampuan keuangan yang dimilikinya. Karena itu, keinginan tersebut hanya berupa angan-angan. b. Permintaan potensial yaitu:
Permintaan yang didukung daya beli tetapi belum dilaksanakan.
Permintaan yang disertai dengan kemampuan membeli tetapi belum terjadi transaksi. Contoh: Orang-orang kaya yang menghadiri penawaran suatu produk baru, mereka meiliki kemampuan sekaligus keinginan untuk memiliki barang yang ditawarkan, tetapi belum melakukan transaksi pembelian.
c. Permintaan efektif, yaitu:
Permintaan terhadap barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan daya beli yang dimiliki.
Permintaan yang disertai daya beli dan sudah dilaksanakan. Dalam hal ini menunjukkan kemampuan seseorang atau masyarakat untuk membeli barang atau jasa secara langsung melakukan transaksi. Permintaan efektif dapat diketahui dari tinggi rendahnya hasil penjualan barang atau jasa. Contoh: Permintaan Aura akan buku tulis Permintaan Iqbal akan pensil, dan lain-lain
2. Permintaan berdasarkan jumlah konsumen a. Permintaan individu, yaitu:
Permintaan terhadap sejumlah barang di pasar pada waktu dan harga tertentu yang dilakukan oleh individu konsumen.
Permintaan yang dilakukan oleh seorang konsumen saja. Contoh: permintaan krayon oleh mawaddah.
b. Permintaan pasar, yaitu:
Permintaan terhadap sesuatu barang di pasar pada waktu dan harga tertentu yang dilakukan oleh sekelompok konsumen.
Permintaan suatu barang atau jasa dari semua konsumen yang ada di pasar.
Penjumlahan dari permintaan secara individu. 109
Contoh: Penghitungan banyaknya premium yang terjual di suatu SPBU setiap harinya menunjukkan permintaan pasar terhadap premium. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Hukum permintaan pada dasarnya hanya menjelaskan pengaruh harga terhadap permintaan. Adapun faktor lain yang dianggap ceteris paribus, yakni dianggap tetap atau tidak berubah. Akan tetapi, pada kenyataannya faktor-faktor tersebut mengalami perubahan. Perubahan ini menimbulkan perubahan permintaan. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi permintaan adalah : a. Harga barang itu sendiri b. Pendapatan masyarakat c. Selera masyarakat d. Kualitas barang yang bersangkutan e. Harga barang lain yang berkaitan f. Waktu g. Jumlah penduduk h. Ramalan masa datang F. Metode Pembelajaran 3. Model - Pembelajaran kooperatif 4. Metode -
Kepala bernomor struktur
-
Ceramah
-
Tanya jawab
-
Diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal :
Absensi
Apersepsi : “ apakah keinginan seseorang mempengaruhi permintaan ? Apakah kalian juga memiliki keinginan akan sesuatu? Apa saja ? ”
Beberapa siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.
Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan inti :
Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi pelajaran 110
Guru menyuruh siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, serta mengatur dengan meminta bantuan pada kolaborator agar siswa segera berkumpul dalam kelompoknya.
Tiap kelompok diberi bahan mengenai contoh macam-macam permintaan dan gambar yang berhubungan dengan sebagian faktor-faktor permintaan.
Siswa berdiskusi dengan seluruh anggota kelompoknya, serta bisa bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama dengan mereka.
Guru menunjuk salah satu nomor masing-masing kelompok.
Siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing dan kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Guru melanjutkan menjelaskan materi pelajaran. Pemberian materi tidak sebanyak hari kemaren karena waktunya tidak cukup. Memberikan contoh yang lebih menarik dan gambar yang mudah dimengerti oleh siswa. Kegiatan akhir :
Membuat kesimpulan hasil belajar secara bersama-sama
Mengadakan posttest
H. Media / Alat Pembelajaran
White board
Media gambar
I. Sumber belajar 1. IPS Terpadu untuk SMP kelas VIII, Umasih dkk, Ganeca Exact, Jakarta, 2007, halaman 214-220. 2. IPS Terpadu, SMP kelas VII, Drs. Anwar Kurnia, Yudhistira, Jakarta, 2009, halaman 229-231. 3. Galeri Pengetahuan Terpadu untuk SMP/MTS Kelas VIII, Sri Sudarmi dan Waluyo, Surakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2008, halaman 323-326.
J. Penilaian a. Penugasan b. Ketetapan jawaban (kelompok) c. Kuis individu (tulisan)
111
Mengetahui,
Jakarta, 12 Mei 2011
Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
(Maryono, SE.M.M.Pd)
Guru Mata Pelajaran
(Rahma Sofia)
NIP. 19601012 1981 121 003
NIM. 107015000964
112
Bahan Diskusi Kelompok Kelompokkan contoh di bawah ini kedalam macam-macam permintaan barang atau jasa 1. 2. 3. 4.
Permintaan Alfat akan buku tulis. Permintaan buku tulis oleh setiap siswa baru. Andi setiap hari memerlukan 2 liter premium, sedakan Iqbal memerlukan 5 liter premium. Asep adalah seorang buruh bangunan, pendapatannya tidak tentu. Ia akan memperoleh pendapatan apabila ada orang yang memberikannya pekerjaan. Ia memiliki keinginan untuk membeli sepeda motor. 5. Mawaddah adalah seorang anak SD, ia memiliki keinginan untuk memiliki mobil. 6. Syifa adalah seorang Dokter. Setiap bulan Ia memiliki pendapatan Rp. 15.000.000,00. Ia memiliki keinginan untuk memberli Laptop, tapi ia belum membeli pada saat melihat pameran laptop di Mangga Dua. 7. Orang-orang kaya menghadiri penawaran suatu produk baru, mereka memilki kemampuan sekaligus keinginan untuk membeli barang yang ditawarkan, tetapi belum melakukan transaksi pembelian. 8. Bu Fara adalah seorang pengusaha sukses. Pendapatannya setiap bulan mencapai Rp. 25.000.000,00. Bu Fara memiliki keinginan untuk membeli mobil seharga Rp. 200.000.000,00. Ia memeliki saldo tabungan di Bank sebesar Rp. 300.000.000,00. 9. Permintaan buku tulis oleh Aura. 10. Perhitungan banyaknya premium yang terjual di SPBU. Kenapa orang lebih banyak memilih jeruk import dari pada jeruk lokal (dilihat dari faktorfaktor permintaan barang dan jasa)
113
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: IPS Terpadu
Kelas/Semester
: VIII / II (Dua)
Pertemuan ke
: 3 (Ketiga)
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Tahun pelajaran
: 2010/2011
A. Standar Kompetensi
: 7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
B. Kompetensi Dasar
: 7.4 Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian penawaran 2. Menjelaskan hukum penawaran 3. Menjelaskann tabel penawaran 4. Menjelaskan kurva penawaran 5. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
D. Tujuan Pembelajaran 1. Mampu menjelaskan pengertian penawaran 2. Mampu menjelaskan hukum penawaran 3. Mampu menjelaskan tabel penawaran 4. Mampu menjelaskan kurva penawaran 5. Mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
E. Materi Ajar Penawaran barang atau jasa itu senantiasa berubah-ubah tergantung pada ketersediaan barang dan jasa. Perubahan harga barang ditentukan oleh banyak sedikitnya jumlah barang atau jasa yang ditawarkan. Pengertian penawaran:
114
Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang akan dijual pada tingkat harga dan waktu tertentu.
Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan pada tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu.
Penawaran adalah kesediaan produsen atas penjual untuk menjual berbagai barang atau jasa pada berbagai tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu. Dapat disimpulkan bahwa produsen akan menjual barang atau jasa hasil produksinya pada berbagai tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu. Hukum penawaran menerangkan sifat hubungan penawaran barang dan jasa dengan
harganya. Hukum penawaran berbunyi, “semakin rendah harga suatu barang atau jasa akan semakin sedikit jumlah barang atau jasa tersebut ditawarkan, dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang atau jasa semakin besar jumlah barang dan jasa tersebut ditawarkan.
Tabel dan kurva penawaran Tabel penawaran adalah daftar angka-angka yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang ditawarkan dengan harganya. Adapun kurva penawaran adalah garis yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang atau jasa dengan jumlah yang ditawarkan dalam periode tertentu. Contoh tabel dan kurva penawaran Harga Rp. 100,00 Rp. 200,00 Rp. 300,00 Rp. 400,00 Rp. 500,00
Jumlah yang ditawarkan 200 unit 300 unit 400 unit 500 unit 600 unit
115
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu: 1) Biaya produksi Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa. Tinggi rendahnya biaya produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah barang atau jasa yang akan ditawarkan di pasar. 2) Tingkat teknologi Tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi merupakan faktor penentu lain dari seberapa besar kuantitas barang atau jasa yang dapat ditawarkan produsen. Semakin tinggi teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi akan semakin beragam dan banyak pula jumlah barang atau jasa yang dapat ditawarkan. 3) Harga barang lain Dalam hal ini yang dimasudkan dengan barang lain adalah barang pengganti (subtitusi). Bila barang yang akan digantikan meningkat, produsen akan menambah barang yang akan ditawarkan. Keputusan ini dilakukan karena produsen memperkirakan akibat kenaikan harga tersebut. Contoh: awalnya harga 1 kg jeruk Mandarin Rp. 9.000,00 dan jeruk lokal Rp. 5.000,00. Namun, karena ongkos kirim naik harga jeruk Mandarin dan jeruk lokal pun naik menjadi Rp. 12.000,00 dan Rp. 6.000,00. Kenaikan harga tersebut membuat konsumen jeruk Mandarin beralih membeli jeruk lokal karena harganya jauh lebih rendah. 4) Pajak Pajak yang dikenakan kepada produsen atau penjual akan menambah beban atau biaya produksi. Pajak yang tinggi menyebabkan biaya produksi meningkat dan penawaran barang akan menurun. Sebaliknya, pengenaan pajak atau pemberian subsidi pajak menyebabkan biaya produksi stabil atau rendah dan penawaran barang atau jasa meningkat. 5) Jumlah produsen Semakin banyak jumlah produsen yang ada di pasar, semakin banyak pula barang atau jasa yang ditawarkan. 6) Tujuan perusahaan Setiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. Misalnya jenis perusahaan Negara yang bertujuan bukan sekedar mencarai keuntungan, melainkan demi melayani kepentingan orang banyak. Maka meskipun perusahaan Negara mengalami kerugian, tetapi tidak akan mengurangi penawaran. Sebaliknya, perusahaan swasta memiliki tujuan pokok mencari keuntungan sebesar-besarnya, jika perusahaan tersebut merugi, maka penawaran swasta
116
pun kian berkurang, bahkan kemungkinan tidak lagi memberikan penawaran karena mengalami gulung tikar.
F. Metode Pembelajaran 1. Model - Pembelajaran kooperatif 2. Metode -
Kepala bernomor struktur
-
Ceramah
-
Tanya jawab
-
Diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal :
Absensi
Apersepsi : “ apakah kalian pernah membeli sesuatu barang? Apakah harga yang diberikan penjual langsung kalian setujui ? Kenapa ?”
Beberapa siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.
Memotivasi : memberikan pertanyaan tentang materi
Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan inti :
Guru memberikan pretest terhadap materi yang akan diajarkan
Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi pelajaran
Guru menyuruh siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Tiap kelompok diberi bahan diskusi yang sama mengenai penawaran dan kenapa penawaran bisa terjadi.
Siswa berdiskusi dengan seluruh anggota kelompok.
Masing-masing siswa harus menguasai hasil diskusi yang ditugaskan.
Siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing dan kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Guru melanjutkan menjelaskan materi pelajaran. Kegiatan akhir :
Membuat kesimpulan hasil belajar secara bersama-sama 117
Guru memberikan reward pada kelompok yang telah menjawab dengan benar dan cepat. Hal ini dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi mereka.
H. Media / Alat Pembelajaran
White board
Media gambar (kurva penawaran)
I. Sumber belajar 1. IPS Terpadu untuk SMP kelas VIII, Umasih dkk, Ganeca Exact, Jakarta, 2007, halaman 220-222. 2. IPS Terpadu, SMP kelas VII, Drs. Anwar Kurnia, Yudhistira, Jakarta, 2009, halaman 231-235.
J. Penilaian a. Penugasan b. Ketetapan jawaban (kelompok) c. Kuis individu
Mengetahui,
Jakarta, 19 Mei 2011
Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
(Maryono, SE.M.M.Pd)
Guru Mata Pelajaran
(Rahma Sofia)
NIP. 19601012 1981 121 003
NIM. 107015000964
118
Soal Pretest dan Posttest 1. Penawaran adalah … a. Jumlah barang dan jasa yang akan dijual pada tingkat dan harga tertentu b. Jumlah barang yang akan dibeli pada tingkat dan harga tertentu c. Jumlah barang yang akan dibeli setelah dilakukan kesepakatan d. Jumlah barang dan jasa yang ada ditawarkan oleh pedagang 2. Yang merupakan tempat penawaran adalah … a. Pasar
c. Kantor
b. Supermarket
d. Kantin
3. Garis yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang atau jasa dengan jumlah yang ditawarkan dalam periode tertentu disebut … a. Tabel penawaran
c. Harga barang yang ditawar
b. Kurva penawaran
d. Diagram batang
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah … a. Biaya produksi dan tujuan pembeli b. Tingkat teknologi dan biaya penyaluran c. Harga barang lain dan tujuan perusahaan d. Jumlah orang yang akan membeli barang 5. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang ditawarkan di pasar disebut … a. Biaya
c. Biaya konsumsi
b. Pengeluaran
d. Biaya produksi
6. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang ditawarkan di pasar disebut … a. Biaya
c. Biaya produksi
b. Pengeluaran
d. Biaya konsumsi
7. Harga kesepakatan antara penjual dan pembeli yang tercipta melalui proses tawar menawar disebut … a. Harga
c. Harga keseimbangan
b. Harga jual
d. Harga pasar
8. Pendekatan kurva dilakukan dengan menggabungkan … a. Dua harga barang
c.
Kurva jenis barang
b. Kurva permintaan dan penawaran
d.
Harga dan mutu barang
119
9. Harga barang pada saat barang itu dibeli disebut harga … a.
Beli
c.
Konsumen
b.
Jual
d.
Barang
10. Harga beli ditambah dengan biaya sampai dengan barang tersebut dapat digunakan disebut harga … a. Upah
c.
Administrasi
b. Perolehan
d.
Pokok
11. Penemu hukum permintaan dan penawaran adalah … a. Adam Smith
c.
Thomas Malthus
b. David Ricardo
d.
Alfred Marshall
12. Bentuk kurva penawaran yang benar adalah … c.
a.
b.
d.
13. Apabila kurva penawaran bergeser ke kanan, berarti terjadi ….. penawaran. a. Kenaikan
c. Penurunan
b. Ketetapan
d. Inflasi
14. 1
3 2 4 Titik ekuilibrium ditunjuk oleh nomor … a. 4
c. 2
b. 3
d. 1
120
15. Untuk memproduksi 5 kg kue diperlukan 1 kg telur ayam, 4 kg tepung terigu, 1 kg gula pasir, 500 gram mentega. Harga ¼ kg telur ayam adalah Rp. 3.000 Harga 1 kg tepung terigu adalah Rp. 8.000 Harga ¼ kg gula adalah 4.000 Harga 500 gram mentega adalah Rp. 10.000 Berapakah HPP 5 kg kue tersebut …. a. Rp. 25.000 b. Rp. 58.000 c. Rp. 70.000 d. Rp. 85.000
Kunci Jawaban No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kunci Jawaban A A B C D C D B A B D B A B C
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: IPS Terpadu
Kelas/Semester
: VIII / II (Dua)
Pertemuan ke
: 4 (Keempat)
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Tahun pelajaran
: 2010/2011
A. Standar Kompetensi
: 7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
B. Kompetensi Dasar
: 7.4 Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian harga pasar 2. Menjelaskan proses terbentuknya harga pasar 3. Menjelaskan macam-macam harga pasar
D. Tujuan Pembelajaran 1. Mampu menjelaskan pengertian harga pasar 2. Mampu menjelaskan terbentuknya harga pasar 3. Mampu menjelaskan macam-macam harga pasar
E. Materi Ajar Pengertian harga pasar
Harga pasar atau harga keseimbangan adalah tingkat harga di mana barang yang diminta oleh konsumen atau pembeli sama persis dengan jumlah yang ditawarkan penjual.
Harga pasar adalah harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli pada tingkat harga tertentu. Pada tingkat harga tersebut jumlah barang dan jasa yang diminta sama dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
Harga pasar adalah harga yang disepakati penjual dan pembeli yang tercipta dalam proses tawar menawar. 122
Proses terbentuknya harga pasar Proses terbentuknya harga pasar dapat dijelaskan dengan menggunakan beberapa pendekatan. Diantaranya adalah melalui pendekatan tabel dan pendekatan kurva. 1. Pendekatan tabel Melalui pendekatan tabel, harga pasar dapat dicari dengan menghubungkan berbagai tingkat harga (P) dengan jumlah penawaran (Qs) dan jumlah permintaan (Qd). Dengan cara ini kita mengetahui pada tingkat harga tertentu terdapat kesamaan jumlah permintaan dan penawaran. Contoh: Daftar permintaan dan penawaran 2. Pendekatan kurva Pendekatan kurva dilakukan dengan menggabungkan kurva permintaan dan kurva penawaran. Melalui penggabungan tadi bisa didapatkan titik potong keduanya. Titik potong inilah yang menunjukkan titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Contoh tabel dan kurva keseimbangan pasar
Macam-macam harga pasar a. Harga pasar, yaitu harga yang disepakati oleh penjual dengan pembeli pada saat terjadi transaksi jual beli. 123
b. Harga beli, yaitu harga barang pada saat dibeli. c. Harga perolehan, harga beli ditambah dengan biaya sampai dengan harga tersebut dapat digunakan. Contoh: Harga sepeda motor
Rp. 14.000.000,00
Biaya administrasi
Rp.
6.000,00
Biaya balik nama
Rp.
5000.000,00 +
Harga perolehan
Rp. 14.506.000,00
d. Harga pokok penjualan Menyebutkan peranan pemerintah dalam penentuan harga barang atau jasa yang terjual berdasarkan harga perolehannya. HPP disebut juga harga barang hasil produksi dan dijadikan patokan untuk menentukan untung atau rugi. Contoh: Untuk memproduksi 5 Kg kue diperlukan 1 Kg telur ayam senilai Rp. 10.000, 4 Kg tepung terigu senilai Rp. 32.000, 1 Kg gula pasir senilai Rp. 7.000, 500 gram mentega senilai Rp. 11.000, gas dan lain-lain senilai Rp. 15.000, serta 1 orang pengawai dengan upah Rp. 10.000. Semua bahan tadi apabila dijumlahkan akan diperoleh HPP 5 Kg kue Rp. 85.000. e. Harga jual, yaitu harga pokok penjualan setelah ditambah dengan laba yang diinginkan dan biaya penjualan lainnya. Contoh: HPP
Rp. 85.000,00
Laba 20 %
Rp. 17.000,00
Biaya angkut
Rp. 5.000,00 +
Harga jual 5 Kg Kue
Rp. 107.000,00
f. Harga yang ditetapkan oleh pemerintah Kebijakan menetapkan harga dilakukan pemerintah untuk melindungi produsen dan konsumen dari kerugian. Adapun bentuknya meliputi penetapan harga eceran terendah (Floor Price) dan harga eceran tertinggi (Celling Price). 1) Floor price adalah harga terendah bagi suatu komoditi yang dijual produsen di mana besarnya lebih tinggi dari harga pasar. 2) Celling price adalah harga tertinggi bagi suatu komoditi yang dijual produsen di mana besarnya lebih rendah dari harga pasar.
124
F. Metode Pembelajaran 1. Model - Pembelajaran kooperatif 2. Metode -
Kepala bernomor struktur
-
Ceramah
-
Tanya jawab
-
Diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal :
Absensi
Apersepsi : “ apakah harga mempengaruhi seseorang untuk membeli akan barang atau jasa? Pada harga berapa seseorang akan melakukan transaksi ?”
Beberapa siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.
Memotivasi : memberikan pertanyaan tentang materi
Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan inti :
Guru memberikan pretest terhadap materi yang akan diajarkan
Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi pelajaran
Guru menyuruh siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Tiap kelompok diberi bahan diskusi yang sama mengenai harga pasar (kenapa pada saat hari-hari besar, barang-barang tertentu menjadi naik. Barangnya apa saja dan faktor yang melatarbelakanginya).
Siswa berdiskusi dengan seluruh anggota kelompok.
Masing-masing siswa harus menguasai hasil diskusi yang ditugaskan.
Siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing dan kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Guru melanjutkan menjelaskan materi pelajaran. Kegiatan akhir :
Membuat kesimpulan hasil belajar secara bersama-sama
Mengadakan posttest
Guru memberikan reward pada kelompok yang telah menjawab dengan benar dan cepat. 125
H. Media / Alat Pembelajaran
White board
Media gambar (kurva keseimbangan pasar)
I. Sumber belajar 1. http://118.96.151.46/kgi/konten_kgi/sma/ekonomi/swf/7_harga_pasar/eko103_11.htm 2. IPS Terpadu, SMP kelas VII, Drs. Anwar Kurnia, Yudhistira, Jakarta, 2009, halaman 235-238. 3. IPS Terpadu untuk SMP kelas VIII, Umasih dkk, Ganeca Exact, Jakarta, 2007, halaman 224-226.
J. Penilaian a. Penugasan b. Ketetapan jawaban (kelompok) c. Kuis individu
Mengetahui,
Jakarta, 26 Mei 2011
Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Guru Mata Pelajaran
(Maryono, SE.M.M.Pd)
(Rahma Sofia)
NIP. 19601012 1981 121 003
NIM. 107015000964
126
LAMPIRAN 2 Kisi-Kisi Intrumen Penelitian Pilihan Berganda Konsep Permintaan Dan Penawaran Serta Terbentuknya Harga Pasar Mata Pelajaran
: IPS Terpadu
Konsep
: Permintaan dan Penawaran
Kelas/Semester
: VIII/ 2
Standar Kompetensi
: Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar Indikator : 1. Menyebutkan pengertian permintaan 2. Menjelaskan hukum permintaan 3. Menjelaskan tabel permintaan 4. Mendeskripsikan kurva permintaan 5. Menjelaskan macam-macam permintaan 6. Menyebutkan contoh macam-macam permintaan 7. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan 8. Menjelaskan pengertian penawaran 9. Menjelaskan hukum penawaran 10. Menjelaskann tabel penawaran 11. Menjelaskan kurva penawaran 12. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran 13. Menjelaskan pengertian harga pasar 14. Menjelaskan proses terbentuknya harga pasar 15. Menjelaskan macam-macam harga pasar
127
128
Kelas
LAMPIRAN 3
: VIII.2
Tahun Pelajaran : 2010/2011
KisiKisi Butir Soal
Semester
: II (Dua)
Tangerang Selatan
Kurikulum
: KTSP
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
: 2x40 Menit
Jumlah Siswa
: 39
Nama Sekolah
N o 1
Standar Kompetens i Siswa mampu memahami kegiatan perekonomi an Indonesia
: SMPN 3 Kota
: IPS Terpadu
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator
Nomo r Soal
Bentu k Soal
Mendeskripsik an permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
1. Permintaan barang dan jasa.
4. Menyebutkan pengertian permintaan 5. Menjelaskan hukum permintaan 6. Menjelaskan tabel permintaan 7. Mendeskripsik an kurva permintaan 8. Menjelaskan macammacam permintaan 9. Menyebutkan contoh macammacam permintaan 10. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
1, 2, 3, 4, 18, 25. 5, 17, 26.
Piliha n Ganda
2. Penawaran barang dan jasa
129
6, 27. 7, 8, 13, 19. 9, 10, 20. 11, 12, 14, 15, 21. 16, 22, 23, 24, 28,
Piliha n Ganda
3. Keseimbang an harga pasar
1. Menjelaskan pengertian penawaran 2. Menjelaskan hukum penawaran 3. Menjelaskann tabel penawaran 4. Menjelaskan kurva penawaran 5. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran 1. Menjelaskan pengertian harga pasar 2. Menjelaskan proses terbentuknya harga pasar 3. Menjelaskan macammacam harga pasar
29, 30.
31, 32, 33, 34, 52. 35, 53. 45, 56. 36, 44, 55, 58, 59. 37, 38, 57.
39, 40.
41, 42, 42, 43, 54. 46, 47, 48, 49, 50, 130
Piliha n Ganda
51, 60.
131
LAMPIRAN 4 Soal Pree-Test dan Post Test SMP Kelas VIII Penawaran dan Permintaan 1. Permintaan terhadap barang dan jasa dapat dipenuhi dengan kegiatan … a. Produksi c. Konsumsi b. Pernawaran d. Konsumsi 2. Permintaan dan penawaran akan menyebabkan munculnya … a. Transaksi c. Pembelian b. Pertukaran orang d. Keuntungan 3. Kegiatan jual beli biasanya diakhiri dengan kesepakatan harga atau disebut juga dengan … a. Ijab qabul c. Harga Barang b. Harga pasar d. Deal 4. Permintaan adalah … a. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu. b. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada tingkat harga dan waktu tertentu. c. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada hari-hari tertentu. d. Jumlah barang dan jasa yang akan dibeli pada setiap hari. 5. Hukum permintaan menerangkan sifat hubungan antara … a. Permintaan barang dan jasa dengan orangnya. b. Permintaan barang dan jasa. c. Permintaan barang dan jasa dengan harganya. d. Permintaan barang dengan harga yang telah ditetapkan. 6. Tabel permintaan menggambarkan hubungan antara … a. Jumlah semua barang atau jasa dengan harganya. b. Jumlah permintaan suatu barang atau jasa dengan harga yang lebih rendah. c. Jumlah permintaan suatu barang atau jasa dengan harganya. d. Harga suatu barang atau jasa. 7. Bentuk kurva permintaan yang benar adalah … a. c.
b.
d.
132
8. Dalam menggambarkan kurva permintaan hal yang perlu diperhatikan adalah … a. Dibutuhkan dua garis sumbu yakni diagonal dan linear. b. Harga pasar dapat dicari dengan menghubungkan berbagai tingkat harga. c. Dalam menggabungkan kurva diperlukan dua titik potong. d. Kurva permintaan umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Macam-macam permintaan berdasarkan daya beli dan jumlah konsumen (untuk no 9 dan 10) 1. Permintaan absolut 4. Permintaan pasar 2. Permintaan individu 5. Permintaan potensial 3. Permintaan efektif 9. Yang merupakan pengelompokkan permintaan berdasarkan daya beli adalah … a. 1, 3, 5 c. 1, 2, 3 b. 2, 3, 4 d. 1, 3, 4 10. Yang merupakan pengelompokkan permintaan berdasarkan jumlah konsumen adalah … a. 1, 2, 3 c. 2 dan 5 b. 2 dan 4 d. Semuanya benar 11. Permintaan yang tidak didukung oleh daya beli disebut … a. Permintaan absolut c. Permintaan individu b. Permintaan potensial d. Permintaan efektif 12. Pak Didi seorang karyawan sebuah bank. Pendapatan setiap bulan mencapai Rp. 5.000.000,00. Pak Didi mempunyai keinginan untuk membeli mobil seharga Rp. 60.000.000,00. Ia memiliki saldo tabungan di bank sebesar Rp. 80.000.000,00. Permintaan Pak Didi terhadap mobil permintaan yang didukung oleh kemampuan untuk membeli. Hal ini merupakan contoh dari permintaan … a. Potensial c. Pasar b. Individu d. Efektif 13. Kurva permintaan terhadap suatu barang bergeser ke kiri apabila … a. Permintaan tetap c. Pendapatan masyarakat naik b. Pendapatan masyarakat tetap d. Pendapatan masyarakat turun 14. Permintaan tas oleh Syifa merupakan contoh permintaan … a. Pasar c. Individu b. Absoulut d. Potensial 15. Permintaan terhadap sesuatu barang di pasar pada waktu dan harga tertentu yang dilakukan oleh sekelompok konsumen disebut permintaan … a. Efektif c. Absolut b. Pasar d. Konsumen 16. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah … a. Pendapatan dan selera masyarakat c. Jumlah penduduk dan Ramalan masa lalu b. Pendapatan dan kuantitas barang d. Pemilihan barang dan jasa 17. Cateris paribus berarti … a. Hal yang dianggap tetap. c. Berubah-ubah b. Hukum permintaan d. Faktor dalam permintaan
133
18. Barang pengganti disebut juga dengan … a. Komplementer c. Eliminasi b. Subtitusi d. Tersier 19. Secara grafik kenaikan permintaan dapat terjadi jika kurva permintaan … a. Tetap, tidak bergeser ke kiri atau ke kanan b. Bergeser dari kiri bawah ke kanan atas c. Bergeser ke sebelah kanan d. Bergeser ke sebelah kiri 20. Selai kacang dapat menambah kelezatan rasa roti. Jika permintaan roti meningkat, maka permintaan atas selai kacang pun cenderung meningkat. Sebaliknya, permintaan selai kacang akan cenderung turun apabila jumlah permintaan akan roti mengalami penurunan. Dari contoh tersebut, fungsi selai kacang adalah sebagai … a. Pangan c. Sandang b. Komplementer d. Subtitusi 21. Permintaan yang didukung oleh daya beli tetapi belum dilaksanakan, merupakan permintaan … a. Absolut c. Pasar b. Efektif d. Potensial 22. Faktor utama yang mempengaruhi apakah suatu barang akan banyak terjual atau tidak adalah … a. Mutu c. Harga b. Pelayanan d. Tempat 23. Setiap awal tahun pelajaran permintaan terhadap buku tulis meningkat, karena setiap siswa terutama siswa baru membutuhkan buku tulis baru. Hal ini merupakan merupakan contoh faktor-faktor penawaran … a. Selera masyarakat c. Ramalan b. Kebutuhan d. Waktu 24. Ramalan masa datang akan mempengaruhi permintaan, sehingga membuat permintaan tersebut menjadi … a. Bertambah naik c. Bertambah turun b. Cateris paribus d. Bertambah naik atau malah turun 25. Pengertian permintaan dibangun berdasarkan asumsi … a. Rasionalitas c. Cateris Paribus b. Harga konstan d. Jumlah barang konstan 26. Hukum permintaan berbunyi, apabila harga suatu barang …… maka jumlah barang yang diminta …. a. Tetap, naik c. Naik, naik b. Naik, turun d. Turun, tetap
134
27. Perhatikan tabel di bawah ini Harga buku Jumlah permintaan buku tulis tulis (Rp) A B C 1000 3 6 8 2000 2 4 6 3000 1 2 4 Jumlah permintaan pasar buku tulis pada tingkat harga Rp. 2.000 adalah … a. 7 c. 12 b. 9 d. 17 28. Kemampuan seseorang untuk melakukan pembelian atas barang atau jasa disebut … a. Permintaan c. Selera b. Usaha d. Daya beli 29. Sumber daya uang yang dimiliki seseorang disebut … a. Keuangan c. Pendapatan b. Tabungan d. Anggaran 30. Orang yang membutuhkan sesuatu barang sehingga menimbulkan permintaan disebut … a. Masyarakat c. Konsumsi b. Konsumen d. Relawan 31. Penawaran adalah … a. Jumlah barang dan jasa yang akan dijual pada tingkat dan harga tertentu b. Jumlah barang yang akan dibeli pada tingkat dan harga tertentu c. Jumlah barang yang akan dibeli setelah dilakukan kesepakatan d. Jumlah barang dan jasa yang ada ditawarkan oleh pedagang 32. Perubahan harga barang ditentukan oleh banyak sedikitnya jumlah barang atau jasa yang … a. Dibeli c. Bermanfaat b. Bagus d. Ditawarkan 33. Yang merupakan tempat penawaran adalah … a. Pasar c. Kantor b. Supermarket d. Kantin 34. Penawaran akan suatu barang akan meningkat apabila harga barang tersebut … a. Mahal c. Murah b. Tetap d. Langkah 35. Bunyi hukum penawaran yang benar adalah … a. Semakin tinggi harga suatu barang/jasa akan semakin sedikit jumlah barang/jasa tersebut ditawarkan dan sebaliknya b. Semakin rendah harga suatu barang/jasa akan semakin sedikit jumlah barang/jasa tersebut ditawarkan dan sebaliknya c. Semakin rendah harga suatu barang/jasa maka tidak ada yang menawar barang/jasa tersebut dan sebaliknya d. Semakin tinggi harga suatu barang/jasa maka tidak ada yang menawa barang/jasa tersebut ditawarkan dan sebaliknya 36. Garis yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang/jasa dengan jumlah yang ditawarkan dalam periode tertentu disebut … 135
a. Tabel penawaran c. Harga barang yang ditawar b. Kurva penawaran d. Diagram batang 37. Yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah … a. Biaya produksi dan tujuan pembeli b. Tingkat teknologi dan biaya penyaluran c. Harga barang lain dan tujuan perusahaan d. Jumlah orang yang akan membeli barang 38. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang ditawarkan di pasar disebut … a. Biaya c. Biaya produksi b. Pengeluaran d. Biaya konsumsi 39. Harga kesepakatan antara penjual dan pembeli yang tercipta melalui proses tawar menawar disebut … a. Harga c. Harga keseimbangan b. Harga jual d. Harga pasar 40. Berikut yang merupakan pengertian harga adalah … a. Nilai suatu barang atau jasa b. Satuan uang untuk membeli barang atau jasa c. Sejumlah uang yang digunakan untuk membayar uang barang atau jasa d. Nilai suatu barang yang dinyatakan dengan satuan uang 41. Proses terbentuknya harga pasar dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu … a. Pendekatan tabel dan kurva b. Pendekatan table dan kurva harga satu barang c. Pendekatan ekonomi dan konsumsi d. Pendekatan produksi dan konsumsi 42. Harga pasar dapat dicari dengan menghubungkan berbagai tingkat harga dengan jumlah penawaran dan permintaan, pernyataan ini merupakan proses terbentuknya harga dengan pendekatan … a. Tabel c. Ekonomi b. Produksi d. Kurva 43. Pendekatan kurva dilakukan dengan menggabungkan … a. Dua harga barang b. Kurva permintaan dan penawaran c. Kurva jenis barang d. Harga dan mutu barang 44. Titik pertemuan antara kurva permintaan dan kurva penawaran disebut … a. Balance c. Harga b. Equilibrium d. Equil
136
45. Perhatikan table dibawah ini No Harga Jumlah yang ditawarkan 1 Rp. 100,00 200 unit 2 Rp. 200,00 200 unit 3 Rp. 300,00 100 unit 4 Rp. 400,00 50 unit Dari tabel tersebut, manakah pernyataan yang tepat ditunjuk oleh nomor … a. 1 c. 3 b. 2 d. 4 46. Harga beli ditambah dengan biaya sampai dengan barang tersebut dapat digunakan disebut harga … a. Upah c. Administrasi b. Perolehan d. Pokok 47. Harga barang atau jasa yang terjual berdasarkan harga perolehannya merupakan harga … a. Perolehan c. Pokok penjualan b. Pendapatan d. Pasar 48. Harga pokok penjualan disebut juga harga … a. Dasar barang hasil produksi b. Penyeimbangan c. Kesepakatan antara pembeli d. Patokan untung atau rugi 49. Kebijakan menetapkan harga dilakukan pemerintah untuk melindungi … a. Produsen dari kerugian b. Produsen dan konsumen dari lintah darat c. Produsen dan konsumen dari kerugian d. Konsumen dari harga yang tidak sesuai yang ditawarkan produsen 50. Harga terendah bagi suatu komoditi yang dijual produsen di mana besarnya lebih tinggi dari harga pasar disebut … a. Floor price c. Price market b. Ceiling price d. Black market 51. Harga tertinggi dari suatu komoditi yang dijual produsen di mana besarnya lebih rendah dari harga pasar disebut … a. Harga eceran c. Ceiling price b. Floor price d. Daya beli konsumen 52. Penemu hukum permintaan dan penawaran adalah … a. Adam Smith c. Alfred Marshall b. David Ricardo d. Thomas Malthus 53. Semakin murah suatu barang maka barang yang dijual akan semakin … a. Sedikit c. Berkurang dua kali lipat b. Tetap d. Banyak 54. Mengenalkan barang atau jasa secara luas disebut … a. Promosi c. Distributor b. Seles d. Kreditur
137
55. Bentuk kurva penawaran yang benar adalah … a. c.
b. d.
56. Daftar angka-angka yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang ditawarkan dengan harganya … penawaran. a. Kurva c. Tabel b. Daftar d. Simbol 57. Berikut ini faktor yang tidak berpengaruh terhadap penawaran adalah … a. Tingkat teknologi c. Harga barang lain b. Biaya produksi d. Citra rasa masyarakat 58. Apabila kurva penawaran bergeser ke kanan, berarti terjadi ….. penawaran. a. Kenaikan c. Penurunan b. Ketetapan d. Inflasi 59. 1 3 2 4
Titik ekuilibrium ditunjuk oleh nomor … a. 4 c. 2 b. 3 d. 1 60. Untuk memproduksi 5 kg kue diperlukan 1 kg telur ayam, 4 kg tepung terigu, 1 kg gula pasir, 500 gram mentega. Harga ¼ kg telur ayam adalah Rp. 3.000 Harga 1 kg tepung terigu adalah Rp. 8.000 Harga ¼ kg gula adalah 4.000 Harga 500 gram mentega adalah Rp. 10.000 Berapakah HPP 5 kg kue tersebut …. a. Rp. 25.000 d. Rp. 85.000 b. Rp. 58.000 c. Rp. 70.000 138
LAMPIRAN 5
KUNCI JAWABAN INSTRUMENT PENELITIAN No
Kunci
No
Kunci
No
Kunci
1
A
21
D
41
A
2
A
22
C
42
A
3
B
23
D
43
B
4
B
24
D
44
B
5
C
25
C
45
A
6
C
26
B
46
B
7
D
27
C
47
C
8
D
28
D
48
A
9
A
29
C
49
C
10
B
30
B
50
A
11
A
31
A
51
C
12
D
32
D
52
C
13
D
33
A
53
D
14
C
34
A
54
A
15
B
35
B
55
B
16
A
36
B
56
C
17
A
37
C
57
D
18
B
38
C
58
A
19
C
39
D
59
B
20
B
40
D
60
C
139
LAMPIRAN 6 RELIABILITAS TES ================
Rata2= 31.00 Simpang Baku= 6.48 KorelasiXY= 0.73 Reliabilitas Tes= 0.84 Nama berkas: D:\ANATES.ANA
No.Urut Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1
1
21
21
42
2
2
13
14
27
3
3
14
11
25
4
4
20
14
34
5
5
13
13
26
6
6
11
10
21
7
7
21
21
42
8
8
17
19
36
9
9
13
14
27
10
10
15
13
28
11
11
14
12
26
12
12
16
18
34
13
13
15
19
34
14
14
12
17
29
15
15
17
16
33
16
16
11
11
22
17
17
12
14
26
18
18
13
12
25
19
19
15
16
31
20
20
22
19
41
DAYA PEMBEDA 140
============ Jumlah Subyek= 20 Klp atas/bawah(n)= 5 Butir Soal= 60 Nama berkas: D:\ANATES.ANA
No Butir Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%) 1
3
3
0
0.00
2
4
3
1
20.00
3
4
2
2
40.00
4
0
1
-1
-20.00
5
3
1
2
40.00
6
4
4
0
0.00
7
3
3
0
0.00
8
4
4
0
0.00
9
2
0
2
40.00
10
5
2
3
60.00
11
1
0
1
20.00
12
4
3
1
20.00
13
4
4
0
0.00
14
4
4
0
0.00
15
3
2
1
20.00
16
4
3
1
20.00
17
1
0
1
20.00
18
1
0
1
20.00
19
4
3
1
20.00
20
3
0
3
60.00
21
2
0
2
40.00
22
4
5
-1
-20.00
23
2
0
2
40.00
24
3
2
1
20.00
25
5
3
2
40.00
26
4
3
1
20.00
27
4
3
1
20.00 141
28
4
4
0
0.00
29
3
4
-1
-20.00
30
4
4
0
0.00
31
3
1
2
40.00
32
5
2
3
60.00
33
5
3
2
40.00
34
3
0
3
60.00
35
1
1
0
0.00
36
5
2
3
60.00
37
2
0
2
40.00
38
5
1
4
80.00
39
5
2
3
60.00
40
4
2
2
40.00
41
4
2
2
40.00
42
2
1
1
20.00
43
4
2
2
40.00
44
4
2
2
40.00
45
4
1
3
60.00
46
4
2
2
40.00
47
5
2
3
60.00
48
3
2
1
20.00
49
3
3
0
0.00
50
2
2
0
0.00
51
1
2
-1
-20.00
52
3
0
3
60.00
53
4
4
0
0.00
54
4
1
3
60.00
55
4
2
2
40.00
56
2
3
-1
-20.00
57
1
1
0
0.00
58
3
1
2
40.00
59
4
2
2
40.00
60
5
2
3
60.00
TINGKAT KESUKARAN 142
=================
Jumlah Subyek= 20 Butir Soal= 60 Nama berkas: D:\ANATES.ANA
No Butir Jml Betul Tkt. Kesukaran(%)
Tafsiran
1
12
60.00
Sedang
2
12
60.00
Sedang
3
11
55.00
Sedang
4
2
10.00
Sangat Sukar
5
6
30.00
Sukar
6
15
75.00
Mudah
7
12
60.00
Sedang
8
13
65.00
Sedang
9
4
20.00
Sukar
10
13
65.00
Sedang
11
2
10.00
Sangat Sukar
12
12
60.00
Sedang
13
15
75.00
Mudah
14
13
65.00
Sedang
15
10
50.00
Sedang
16
13
65.00
Sedang
17
3
15.00
Sangat Sukar
18
2
10.00
Sangat Sukar
19
12
60.00
Sedang
20
6
30.00
Sukar
21
5
25.00
Sukar
22
13
65.00
Sedang
23
6
30.00
Sukar
24
12
60.00
Sedang
25
17
85.00
Mudah
26
15
75.00
Mudah
27
17
85.00
Mudah 143
28
16
80.00
Mudah
29
17
85.00
Mudah
30
17
85.00
Mudah
31
8
40.00
Sedang
32
10
50.00
Sedang
33
12
60.00
Sedang
34
6
30.00
Sukar
35
4
20.00
Sukar
36
12
60.00
Sedang
37
3
15.00
Sangat Sukar
38
12
60.00
Sedang
39
12
60.00
Sedang
40
11
55.00
Sedang
41
13
65.00
Sedang
42
3
15.00
Sangat Sukar
43
12
60.00
Sedang
44
10
50.00
Sedang
45
10
50.00
Sedang
46
10
50.00
Sedang
47
11
55.00
Sedang
48
11
55.00
Sedang
49
11
55.00
Sedang
50
10
50.00
Sedang
51
10
50.00
Sedang
52
5
25.00
Sukar
53
16
80.00
Mudah
54
10
50.00
Sedang
55
11
55.00
Sedang
56
12
60.00
Sedang
57
9
45.00
Sedang
58
9
45.00
Sedang
59
13
65.00
Sedang
60
11
55.00
Sedang
LAMPIRAN 144
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 20 Butir Soal= 60 Nama berkas: D:\ANATES.ANA
No Butir
Korelasi
Signifikansi
1
-0.178
-
2
0.113
-
3
0.207
-
4
-0.237
-
5
0.432
6
0.037
-
7
0.065
-
8
0.066
-
9
0.455
Sangat Signifikan
10
0.415
Sangat Signifikan
11
0.211
12
0.275
13
0.091
-
14
-0.116
-
15
0.047
-
16
0.149
-
17
0.155
-
18
0.211
-
19
0.016
-
20
0.570
Sangat Signifikan
21
0.384
Sangat Signifikan
22
-0.116
23
0.294
24
0.194
25
0.333
Sangat Signifikan
26
0.329
Sangat Signifikan
27
0.222
Sangat Signifikan
Signifikan
Signifikan -
145
28
0.020
-
29
-0.222
-
30
0.111
-
31
0.436
Sangat Signifikan
32
0.570
Sangat Signifikan
33
0.355
Sangat Signifikan
34
0.432
Sangat Signifikan
35
0.178
36
0.452
Sangat Signifikan
37
0.266
Signifikan
38
0.566
Sangat Signifikan
39
0.501
Sangat Signifikan
40
0.143
41
0.415
42
0.222
43
0.339
Sangat Signifikan
44
0.253
Signifikan
45
0.348
Sangat Signifikan
46
0.427
Sangat Signifikan
47
0.382
Sangat Signifikan
48
0.191
49
0.255
50
0.000
-
51
0.000
-
52
0.347
53
-0.119
54
0.491
Sangat Signifikan
55
0.398
Sangat Signifikan
56
0.048
-
57
0.080
-
58
0.350
Sangat Signifikan
59
0.398
Sangat Signifikan
60
0.302
Signifikan
-
Sangat Signifikan -
Signifikan
Sangat Signifikan -
146
LAMPIRAN 7 SKENARIO PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
No
Hari/tanggal
Kelas Materi
Waktu
Langkah Pembelajaran
Alokasi
Pokok 1
Rabu/ 11 Mei 8.2 2011
Waktu 2 Jam
Pendahuluan dan perkenalan
Pelajaran
Menjelaskan kepada siswa bahwa
materi
ini
menggunakan kooperatif
model tipe
bernomor
akan
kepala
struktur
memberikan
dan
gambaran
tentang model kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Mengadakan Pree-test Membagikan siswa kedalam beberapa kelompok. Masing-masing
siswa
bertanggungjawab tugasnya
terhadap
masing-masing
sesuai nomor yang di dapat dalam kelompoknya. Siswa
mendiskusikan
tugasnya
dan
mengerjakannya. Memberikan tiap-tiap
kesempatan
kelompok
mempresentasikan
untuk atau
membacakan hasil diskusi Membuat bersama-sama. Memberi post-test Penutup 147
kesimpulan
2
Kamis/12 Mei 8.2 2011
2 jam
Pendahuluan
pelajaran
dan
memberikan pree-test Membagikan siswa kedalam beberapa kelompok Memberikan materi kepada setiap kelompok yang akan di diskusikan. Siswa
mendiskusikan
dan
mengerjakan
tugasnya
berdasarkan
nomornya
masing-masing. Memberi kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok
untuk
bertukar
kelompok
yang
sesuai dengan nomornya. Member kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok
mempresentasikan
atau
membacakan hasil diskusi Membuat bersama-sama. Memberi post-test Penutup
148
kesimpulan
3
Kamis/19 Mei 8.2 2011
2 jam
Pendahuluan
pelajaran
dan
memberikan pree-test Membagikan siswa kedalam beberapa kelompok Memberikan materi kepada setiap kelompok yang akan di diskusikan. Siswa
mendiskusikan
dan
mengerjakan
tugasnya
berdasarkan
nomornya
masing-masing. Memberi kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok
untuk
bertukar
kelompok
yang
sesuai dengan nomornya. Member kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok
mempresentasikan
atau
membacakan hasil diskusi Membuat bersama-sama. Memberi post-test
149
kesimpulan
4
Kamis/26 Mei 8.2 2011
2 jam
Pendahuluan
pelajaran
dan
memberikan pree-test Membagikan siswa kedalam beberapa kelompok Memberikan materi kepada setiap kelompok yang akan di diskusikan. Siswa
mendiskusikan
dan
mengerjakan
tugasnya
berdasarkan
nomornya
masing-masing. Memberi kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok
untuk
bertukar
kelompok
yang
sesuai dengan nomornya. Member kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok
mempresentasikan
atau
membacakan hasil diskusi Membuat bersama-sama. Memberi post-test
150
kesimpulan
LAMPIRAN 8
WAWANCARA AWAL DENGAN GURU No 1
Pertanyaan Untuk
kelengkapan
sebelumnya
Tanggapan Guru
mengajar,
membuat
program
apakah Saya
belum
membuat
program
semester? semester sendiri, karena saya baru
Apakah disusun sendiri ?
beberapa bulan mengajar disini. Saya hanya mengacu pada silabus yang ada di sekolah.
2
Apakah Ibu sebelum mengajar membuat Tidak, saya hanya membuat persiapan persiapan
mengajar
harian
atau
rencana belajar secara spontan, dan mengalir.
pelaksanaan pembelajaran (RPP) ?
Tapi
materi
yang diajarkan tetap
berpedoman pada silabus.
3
Apakah Ibu pernah mengikuti penataran Belum, paling ikut seminar yang sehubungan dengan pembelajaran IPS ?
berhubungan dengan pendidikan secara umum.
4
Buku sumber apa saja yang digunakan dalam IPS Terpadu, SMP kelas VII, Drs. pembelajran IPS ?
Anwar
Kurnia,Yudhistira,
Jakarta,
2009.
5
Dalam mengajar IPS metode apa yang paling Saya menerangkan jarang, palingan sering Ibu gunakan ?
membuat makalah, presentasi yang membuat mereka aktif, praktek, dan memberikan soal.
6
Apakah
Ibu
tahu
model
pembelajaran Model pembelajaran kooperatif tahu,
kooperatif? Khususnya model pembelajran tapi tidak pernah saya terapkan. Kepala kooperatif tipe kepala bernomor struktur ?
7
bernomor struktur, saya kurang tahu.
Bagaimana cara Ibu meningkatkan hasil Pendekatan dengan anak-anak, saya belajar siswa ?
selalu meluangkan waktu di luar jam pelajaran jika mereka masih kurang 151
mengerti.
8
Apakah
siswa
pernah
diberi
tugas Sering, saya memberikan tugas agar
pembelajaran di rumah sehubungan dengan mereka lebih paham dengan materi pembelajran IPS? Mengapa diberikan tugas ?
9
yang diajarkan.
Apakah nilai hasil belajar atau nilai tugas Iya. dikomunikasikan kepada siswa ?
10
Apakah topik yang diajarkan selalu di ambil Sesuai dengan silabus. dari silabus ?
11
Kendala apa yang ibu alami saat mengajar ?
Penguasaan kelas, pengalaman belajar karena IPS Terpadu, sedangkan basik saya adalah geografi.
12
Apakah ibu tahu dengan penelitian tindakan Saya pernah mendengar, tapi kurang kelas ?
tahu.
PEDOMAN WAWANCARA PADA SAAT OBSERVASI RESPONDEN SISWA
No 1
Pertanyaan Bagaimana
menurut
pendapatmu
Tanggapan Siswa tentang Sangat membosankan, karena guru
pembelajaran IPS di kelas ?
terlalu serius, terlalu banyak materi, dan teman-teman kadang berisik.
2
Apakah kamu senang dengan pebelajaran IPS Kurang senang, karena: Gurunya selalu menjelaskan materi
di kelas ?
tanpa bertanya terlebih dahulu pada kita, apakah kita sudah paham atau belum. Materi IPS susah. Guru
selalu
marah-marah
dan
kurang bisa menjelaskan pelajaran. 152
Sering membuat ringkasan yang 3
Bagaimana hasil belajar IPS kamu ?
4
Apakah kamu puas dengan nilai IPS yang Lumayan dan cukup bagus.
banyak.
diperoleh ? 5
Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara Belum puas guru dalam menerangkan pelajaran IPS ? Penjelasan dari guru kurang dipahami. Jelaskan ?
Menyenangkan: karena gurunya sabar, kadang bisa bercanda, dan masih muda. Membosankan: guru terus melanjutkan materi walaupun kita kurang mengerti.
6
Apakah kamu dapat memahami materi IPS Tergantung
Apakah
kamu
aktif
dalam
dapat
mengikuti Kadang-kadang. Ngantuk, banyak ngapal, dan kelas
pembelajaran ? 8
kadang
dipahami dan tidak dapat dipahami.
yang dijelaskan oleh guru ?
7
materi,
Hambatan apa yang kamu hadapi pada saat suka berisik. belajar IPS ?
9
Apakah kamu sudah mengetahui tentang Tidak. model pembelajaran kooperatif, khususnya tipe kepala bernomor struktur ?
10
Apakah gurumu sudah menggunakan model Belum, guru sering ceramah dan kita pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor disuruh mengafal. struktur di kelasmu ?
11
Bagaimana bentuks tes yang dilakukan guru? Lebih
sering
secara
lisan,
yaitu
menghafal.
Jelaskan?
Ujian berbentuk pilihan ganda dan isian dari buku paket.
153
LAMPIRAN 10 LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Rahma Sofia
NIM
: 107015000964
Jurusan
: Pendidikan IPS (Sosiologi-Antropologi)
Judul Skripsi
: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor
Struktur Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan”.
BAB
NO
Pengarang/Judul
Paraf
Buku/Halaman
Pembimbing Dr. Rukmina Gonibala,M.Si
I
1.
UU RI No. 20, Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003, Bab
I
Pasal
1,
h.1
diakses
dari
dikti.net/files/sisdiknas.pdf, akses tanggal
2.
http://www.inherent-
26/05/2011.
Mudjia Rahardjo, Peringkat Pendidikan Indonesia Menurun, diakses
darihttp://anan-nur.blogspot.com/2011/06/peringkat-
pendidikan-indonesia-menurun.html, akses tanggal 17/05/2011.
3.
Allan Setyoko, Memaknai Hari Guru Yang ke 65, diakses dari http://www.metrojambi.com/opini/1258-memaknai-hari-guru-ke-65.html,
akses tanggal 26/05/2011. 4.
Allan Setyoko, Memaknai Hari Guru Yang ke 65, ………. Akses tanggal 26/05/2011.
5.
Peran
guru
dalam
pendidikan,
diakses
dari
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kp dd_154.html. akses tanggal 26 Agustus 2011.
6.
Jurnal Pendidikan Dasar. Soegino, Pamuji, dan Wiwik Widayati.
Vol.
5.
No.
1.
2004.
h.
35.
http:jurnal.pdii.go.id/index.php/search.html?ac:tampil&id= 53678idc-32, Akses 12 Oktober 2010. 7.
Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
154
ruang Kelas. (Jakarta: PT. Grasindo, 2002) h. 58 8.
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009), Cet. II, h. 24.
II
1.
Ina
Karlina,
Learning)
Pembelajaran
sebagai
Salah
Kooperatif
Satu
(Cooperative
Strategi
Membangun
Pengetahuan Siswa. Artikel Pendidikan. 2.
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori & Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.55.
3.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Predana Media Group), h. 56.
4.
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembel ajarankooperatif.doc.html, diakses tanggal 17/09/2010.
5.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 337
6.
Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, Cet. 3, h. 4
7.
Hernowo, Bu Slim Pak Bil Membincangkan Pendidikan di Masa Depan, (Bandung: Mizan Learning Center, 2004), cet. 1, h. 12.
8.
http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm.Diakse s pada tanggal 24 Februari 2011.
9.
Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA – University Press, 2011), h. 10
10.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Sanjaya Group, 2008), h. 244-245
11.
http://learningwithme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html,
diakses tanggal 22/04/2010. 12.
Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas. (Jakarta : PT. Grasindo, 2008), h. 60.
13.
http://learningwithme.blogspot.com,…………diakses
155
tanggal
20/04/2010. 14.
http://www.Abdulrahmansaleh.com/2010/04/modelpembelajarank epalabernomor.html, diakses tanggal 12/04/2010.
15.
http://learningwithme.blogspot.com,…………diakses
tanggal
20/04/2010. 16.
Martimis
Yamin,
Staregi
Pembelajaran
Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada press, 2004), cet. 2, h. 97. 17.
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori, …………, h. 33.
18.
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. Kelima, h. 104.
19.
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) h. 76.
20.
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35
21.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45
22.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2000), cet. 3, h. 61.
23.
Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117.
24.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ........, h.45-46.
25.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, …… , h. 132
26.
Agus Suprijono, Cooperatif Learning ….. , h .4-5
27.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pe ngertian-hasil-belajar/,
Pengertian
diakses 26 Agustus 2011.
156
hasil belajar,
28.
Abin
Syamsuddin
Makmun,
Psikologi
Kependidikan
Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 168. 29.
Kunandar, Guru Profesional…, h. 229.
30.
Agus Suprijono, Cooperatif Learning ……, h. 5-7.
31.
Sapriya,
Pendidikan
IPS
Konsep
dan
Pembelajaran,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 1, h. 11. 32.
Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 14.
33.
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep …, h. 12.
34.
Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), Ed. 1, Cet. 3, h. 15.
35.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2001), h. 126.
36.
Joni Susilowibowo dan Lika Yuliati, “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur untuk mencapai ketuntasan belajar”, Jurnal pendidikan ekonomi, Universitas Negeri Surabaya. Jurusan Pendidikan Ekonomi, dalam http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=53687 &idc=32,
III
1.
Akses tanggal 12 Oktober 2010, Vol 1, no 3, h. 147-
158. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), h.13.
2.
M.Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, ( Malang: UIN Malang Press , 2008 ), h. 8.
3.
Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 105.
4.
M.Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan………., h. 29. 157
5.
Wina
Sanjaya,M.Pd,Penelitian
Tindakan
Kelas,(Jakarta:
Kencana,2009 ), h. 78. 6.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001)cet.ke-3. h. 185.
7.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi....,h. 254
8.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi....,h.372
Jakarta, 12 Agustus 2011 Mengetahui Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Rukmina Gonibala, M.A. NIP. 1961112019920302002
158