UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMP NEGERI 177 JAKARTA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh: KOKOM KOMALASARI NIM. 1110018200020
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
UPAYA KI,PALA SEKOLAH DALAM MENII\GKATKAN
KOMPETEI{SI PEDAGOGIK GURU DI SMP NEGERI
177
JAKARTA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
Kokom Komalasari 1110018200020
Di bawah Bimbingan
Rusydy Zakaria, M. Ed., M. Phil. NIP. 19560530 i98503 1002
JURUSAN MAI\AJBMEN PEI{DIDIKAI{
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN I]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA t436 H/ 2015 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
di
SMP
Negeri 177 Jakarta disusun oleh Kokom Komalasari, NIM. 1110018200020, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan
Kegutuan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakafia, 10 Maret 2015 Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing
NIP. 19560530 198503 1 002
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH Skripsi berjudul Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 177 Jakarta disusun oleh Kokom Komalasari,
NIM 1 110018200020, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 1 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana s1 (s.Pd) dalam bidang Manajemen pendidikan. Jakarta, 9
April 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Dr. Hasyim Asy'ari. M. Pd. NIP. 19661009 199303 i 004 Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Dr. Zahruddin. Lc.. M. Pd. NIP. 19730602 200501 1 002
Penguji
tt/
Stoti
'/r*''
I
Dr. Sururin. MA. NIP. 19710319 199803 2 00r Penguji
II
Nurdelima Waruwu. M. Pd. NrP. 19671A20 200112 2 001
Mengetahui,
Dekan Faku
mu Ta
NIP. 195s0421
eguruan
Tanda Tangan
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
:
Kokom Komalasari
NIM
:1110018200020
Jurusarr
: Manajemen Pendidikan
Fakultas
:
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
DosenPembimbing
:
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil.
Dengan ini saya menyatakan bahwa
:
l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah saya cantumkan
di Universitas Islam Negeri OfN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. J.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
MpLreJ 2015
Kokom Komalasari
NIM. 1110018200020
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul "Upaya
Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta yang
disusun oleh Kokom Komalasari 1110018200020, Jurusan Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tzrbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal:
Jakarta, 10 Maret 2015 Dosen Pembimbing Skripsi
I{t}sydy Zqkfl riF, M.Ed.. 4.Ph il. NIP.19560530 198530 I 002
ABSTRAK
Kokom Komalasari (NIM: 1110018200020). Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu bahwa guru belum sepenuhnya profesional. Oleh karena itu, pemerintah melakukan uji kompetensi terhadap 281.016 guru di seluruh Indonesia pada tahun 2012. Berdasarkan hasil uji kompetensi awal perolehan nilai guru rata-rata masih rendah, yaitu 42,2. (Sumber: kompas.com). Berdasarkan hal tersebut, penulis memfokuskan penelitian ini untuk mendeskripsikan “Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta.” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta dan bagaimana strategi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta serta apakah upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sudah optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dimana peneliti mendeskripsikan data tentang upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru melalui hasil angket dan wawancara. Adapun sumber data dan informasi diperoleh peneliti melalui penyebaran angket pada 45 orang guru yang mengajar, dan dilengkapi wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta sudah sangat baik. 2. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sudah optimal. 3. Dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah mengadakan berbagai pelatihan, seperti pelatihan penggunaan komputer dan pemanfaatannya dalam pembelajaran, pelatihan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris. Kepala sekolah juga mengikutsertakan guru dalam pelatihan yang diadakan Dinas Pendidikan Kota Jakarta salah satunya yaitu bimbingan teknis penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran. 4. Kepala sekolah juga melakukan penilaian kinerja guru, dan memberikan reward pada guru yang berprestasi.
i
ABSTRACT
Kokom Komalasari (NIM: 110018200020). The School Principal’s Effort in Improving Teacher’s Pedagogical Competence in SMP Negeri 177 Jakarta.
This research is motivated by the issue that teachers have not been fully profesional. Therefore, the government is conducting a competency test for 281.016 teachers throughout Indonesia in 2012. Based on the results of the initial competency test, teachers get an average rating of only 42,2.(Source: kompas.com). Based on the data, the author is focused this study to describe “The Efforts to Improve Teacher’s Pedagogical Competence in SMP Negeri 177 Jakarta”. The study aims to describe how the pedagogical competence of teachers in SMP Negeri 177 Jakarta, and how the school principal strategies in an effort to improve teacher’s pedagogical competence in SMP Negeri 177 Jakarta, and whether the efforts were optimal. Methods used in this research is quantitative descriptive, where researchers describing data about to improving the pedagogical competence of teachers through the results of questionnaires and interviews. The data and information obtained by researcher through a questionnaire on 45 teachers, and equipped by interviews with the school principal and vice principal. Based on the research results, it can be concluded that: 1. Efforts to improve the pedagogical competence of teachers in SMP Negeri 177 Jakarta has been very good. 2. The principal’s efforts to improve teacher’s pedagogical competence was optimal. 3. In improving pedagogical competence of teachers, the principal was held various training. Such as, training in using computers for learning process. Then, the training in English language skills. The principals also include the training of teachers in the education department held city of Jakarta, such as the training of technical guidance curriculum 2013 implementation’s in the learning process. 4. The principals also to assess teacher performance, and provide rewards for outstanding teachers.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti. Sehingga skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita kelak mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti. Amin. Melalui segenap usaha, doa serta penantian yang tidak sebentar, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, tentu dengan bantuan, arahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya, kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan nasehat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 3. Rusydy Zakaria, M. Ed., M. Phil., Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan nasehat serta saran yang penulis butuhkan selama penulisan skripsi. 4. Fathi Ismail, MM., Dosen penasehat akademik yang telah memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi S1 pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap civitas akademika SMP Negeri 177 Jakarta, khususnya pada Bapak Ngadiman, M. Si., Bapak Eno Tardana, S. Pd., dan Bapak Tursan, S. Pd.
iii
7. Ayahanda tersayang Bapak Anan serta Ibunda tercinta Ibu Ani, yang tiada henti mengiringi penulis dengan usaha dan doa. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan. Kemudian, Keluarga Besar H. Senin dan Hj. Panih, khususnya untuk almarhumah kakak ku Wati Pertiwi (semoga amal ibadahmu diterima), keponakan ku Eki Adiarsa, Abdul Rosyadi, Rohmat Hidayat, Hj. Hindun, H. Sugandi. 8. Sahabat ku tersayang, Hj. Lestari Handayani, S. Pd., atas segala motivasi tiada henti, serta doa dan kesabaran yang diberikan selama persahabatan ini. Semoga selalu diberi kemudahan dalam setiap urusan mu. Amin. 9. Seluruh teman-teman Manajemen Pendidikan kelas A dan B angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk pengalaman selama menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Sahabat-sahabat terbaik ku, Angga Haryono, S. Sn., Rima Diani Nurfajrin, S.S., Syafitri Marcellia. 11. Teman-teman satu tempat tinggal selama di ciputat kosan Al Kautsar (Vita, Rista, ka Nora), Amerilly House (Hera, ka Uswah, ka kiki, lina, ka siska, Neneng, ka wahyu, Wildan, Tiara, Nisa, Fitri), Griya Aini (Okta, Mona, Amal, Ka Dila, Ka Hikma, Reva, Rina, Mba Lis, Mba Nik, Mba Ar), Mameh Mega. 12. Pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dan tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Akhir kalam, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan limpahan rahmat, taufiq danhidayah-Nya kepada kita semua. Amin. Jakarta, 10 Maret 2015 Penulis,
Kokom Komalasari
iv
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR UJI REFERENSI PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK ............................................................................................................. i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ..........................................................................................................v DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Identifikasi Masalah .........................................................................5 C. Pembatasan Masalah ........................................................................5 D. Perumusan Masalah ..........................................................................5 E. Tujuan Penelitian. .............................................................................6 F. Manfaat Penelitian ............................................................................6
BAB II
KAJIAN TEORI A. Kompetensi Keguruan ......................................................................7 1. Kompetensi Pedagogik .............................................................10 a. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru ..............................10 b. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru .......................11 B. Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru .........................22 1. Urgensi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru ..................22 2. Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru ...................24 C. Kerangka Berpikir ..........................................................................27
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................30 B. Metode Penelitian ..........................................................................30 C. Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................31 D. Teknik Pengumpulan data .............................................................31 E. Teknik pengolahan data .................................................................32 F. Teknik Analisa data ........................................................................33 G. Kisi-kisi Instrumen ........................................................................35
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 177 Jakarta ..................................38 1. Sejarah singkat Sekolah...........................................................38 2. Visi dan Misi ...........................................................................38 3. Keadaan Guru .........................................................................39 4. Keadaan Pembinaan Guru .......................................................40 5. Keadaan Sarana dan Prasarana ...............................................40 B. Deskripsi dan Analisis Data ...........................................................42 1. Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 177 Jakarta .........42 a. Pemahaman terhadap peserta didik ...................................42 b. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran ......................44 c. Evaluasi hasil belajar siswa ................................................50 d. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki ...........53 2.
Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta ...................................................................55
BAB V
PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................63 B. Saran ..............................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Rincian Kegiatan Penelitian ...........................................................30
Tabel 3.2
Scoring Alternatif Jawaban Angket................................................32
Tabel 3.3
Kriteria Nilai Interval .....................................................................34
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen .......................................................................35
Tabel 4.1
Keadaan Guru Mata Pelajaran di SMPN 177 Jakarta ...................39
Tabel 4.2
Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah Guru ................................................................................................40
Tabel 4.3
Kondisi Sarana dan Prasarana Belajar ............................................41
Tabel 4.4
Nilai Rata-rata Ujian Nasional .......................................................41
Tabel 4.5
Mengidentifikasi Karakteristik Peserta Didik ................................42
Tabel 4.6
Membantu Peserta Didik yang Kesulitan Memahami Materi Pelajaran..............................................................................44
Tabel 4.7
Menyusun Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP ..........................................................................................45
Tabel 4.8
Menyiapkan Bahan Ajar .................................................................45
Tabel 4.9
Menyiapkan Media Pembelajaran ..................................................46
Tabel 4.10
Mengkondisikan kelas ....................................................................47
Tabel 4.11
Menggunakan Metode Pembelajaran yang Variatif .......................47
Tabel 4.12
Mengevaluasi Efektifitas Penggunaan Metode Pembelajaran .......48
Tabel 4.13
Memanfaatkan Teknologi dalam Pembelajaran .............................48
Tabel 4.14
Memberikan Kesempatan Siswa Untuk Bertanya dan Mengemukakan Pendapat ...............................................................49
Tabel 4.15
Bersama-sama Siswa Menyimpulkan Materi Pembelajaran ..........49
Tabel 4.16
Memantau Kemajuan Belajar Siswa ..............................................50
Tabel 4.17
Memberikan Tugas Individu Dan Tugas Kelompok ......................51
Tabel 4.18
Menyusun Instrumen Penilaian Hasil Belajar Siswa......................51
Tabel 4.19
Mengadakan Tes Secara Berkala....................................................52
vii
Tabel 4.20
Menggunakan Hasil Belajar Siswa Untuk Perbaikan Proses Pembelajaran ..................................................................................52
Tabel 4.21
Mengarahkan Siswa Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler.............53
Tabel 4.22
Mengadakan Remedial ...................................................................54
Tabel 4.23
Memberikan Kesempatan Siswa Mengikuti Perlombaan...............54
Tabel 4.24
Mengadakan Pelatihan Keguruan ...................................................55
Tabel 4.25
Melakukan Supervisi Pembelajaran ...............................................56
Tabel 4.26
Mengadakan Observasi Kelas ........................................................57
Tabel 4.27
Mendiskusikan Metode dan Teknik untuk Pengembangan Proses Pembelajaran .......................................................................57
Tabel 4.28
Membimbing Guru dalamMenganalisis dan Menginterpretasi Hasil Tes Siswa untuk Perbaikan Proses Pembelajaran .................58
Tabel 4.29
Membantu
Guru
Mengatasi
Masalah
dalam
Proses
Pembelajaran ..................................................................................59 Tabel 4.30
Memberikan Kesempatan Guru untuk Mengikuti KKG dan MGMP .......................................................................................... 59
Tabel 4. 31
Jumlah Skor Tiap Aspek Penelitian ............................................... 60
Tabel 4.32
Penentuan Kategori Penilaian Variabel Penelitian ........................ 61
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lembar Uji Referensi .......................................................................
Lampiran II
Angket Guru ....................................................................................
Lampiran III
Hasil Wawancara Kepala Sekolah ..................................................
Lampiran IV
Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah .......................................
Lampiran V
Hasil Wawancara Guru ...................................................................
Lampiran VII Profil Sekolah SMPN 177 Jakarta ................................................... Lampiran VIII Dokumen Rapat Orang Tua Murid .................................................. Lampiran IX
Daftar Guru SMPN 177 Jakarta ......................................................
Lampiran X
Surat Izin Penelitian ........................................................................
Lampiran XI
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...........................
Lampiran XII Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ............................................. Lampiran XIII Surat Bimbingan Skripsi ..................................................................
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Dalam meningkatkan pembangunan nasional, pendidikan merupakan salah
satu sarana untuk merealisasikannya. Melalui pendidikan yang berkualitas, potensi sumber daya manusia dikembangkan. Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1 Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya pengelolaan setiap komponen pendidikan secara tepat. Mulai dari pengelolaan
tenaga
pendidik atau guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana yang digunakan, sampai pada pengelolaan keuangan. Keberadaan guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan nasional, dianggap sangat penting, terutama bagi suatu bangsa yang sedang membangun, seperti Indonesia. Dengan adanya guru, segenap ilmu pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai moral diberikan pada peserta didik melalui proses mengajar, melatih dan mendidik. Tentu dengan harapan agar kelak dapat bermanfaat bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan. Peran guru juga dianggap sangat dominan dalam menentukan perubahan suatu bangsa. Bahkan masyarakat
menempatkan
guru
pada
tempat
yang
lebih
terhormat
dilingkungannya karena dari tangan seorang guru diharapkan manusia dapat 1
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), 2011, Sinar Grafika, cet. Ke-empat, hal. 3
2
menjadi manusia dewasa yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Idealnya, sosok guru ketika berada di depan memberi suri tauladan, ketika berada di tengah-tengah memberikan ide yang membangun, dan ketika berada di belakang memberi dorongan dan arahan pada peserta didik. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya faktor guru yang profesional. Dewasa ini, profesionalisme bagi guru merupakan sebuah keharusan. Pertanyaannya adalah mengapa seorang guru harus profesional?. Beberapa alasan mendasar pentingnya guru profesional sebagai berikut : “1) Karena guru bertanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta memahami teknologi. 2) Karena guru bertanggung jawab bagi kelangsungan hidup suatu bangsa, menyiapkan seorang pelajar untuk menjadi seorang pemimpin masa depan. Student today leader tomorrow. 3)Karena guru bertanggung jawab atas keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi. Change of attitude and behavior”.2 Pernyataan tersebut menegaskan bahwa guru memiliki peran yang strategis dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkualitas, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga sikap yang ditunjukkan dengan keimanan dan ketakwaan. Sehingga diharapkan akan mampu memimpin di masa yang akan datang serta mampu mempertahankan budaya bangsa. Akan
tetapi
dewasa
ini,
ketidakberhasilan
peserta
didik
selalu
disangkutpautkan dengan kinerja guru yang belum baik. hal ini seolah menandakan bahwa masyarakat percaya bahwa seorang guru telah profesional apabila peserta didik berhasil pula. Seperti, yang selama ini selalu terjadi, ketika ada siswa yang tidak lulus Ujian Nasional, maka orang pertama yang disalahkan adalah guru. Menanggapi isu rendahnya kualitas guru, maka pemerintah pun telah melakukan strategi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Salah satunya melalui program sertifikasi guru. Dengan melakukan pemetaan melalui Uji Kompetensi Awal (UKA) terhadap 281.016 gurupada tahun 2012, diketahui jika 2
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 132
3
hasil rata-rata UKA guru secara nasional masih rendah. Mendikbud Mohammad Nuh membeberkan, hasil rata-rata UKA 2012 yaitu 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 dan nilai terendah 1,0. Dikatakannya, hasil rata-rata UKA itu mencakup seluruh peserta (guru) dari jenjang TK sampai jenjang SMA.3 Melalui program ini, pemerintah melakukan penilaian terhadap guru, nantinya hanya guru yang lolos uji kompetensi lah yang akan mendapatkan sertifikat mendidik. Melihat kenyataan tersebut, berarti tidak mudah menjadi seorang guru dan tidak sembarang orang pula dapat menjadi guru. Sebagai sebuah profesi, seseorang dapat dikatakan guru, apabila orang tersebut memiliki kompetensi yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional serta melaksanakan pekerjaan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; Memperoleh penghasilan sesuai dengan prestasi kerja; Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.4
Dari empat kompetensi yang wajib dimiliki guru, salah satunya yaitu kompetensi pedagogik. Untuk dapat dikatakan memiliki kompetensi ini, guru harus memenuhi empat aspek yaitu memiliki pemahaman terhadap peserta didik, memiliki kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
3
Indra Akuntono, Rata-rata Hasil Uji Kompetensi Guru Masih Rendah, (http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/16/17455390/Rata.rata.Hasil.Uji.Kompetensi.G uru.Masih.Rendah) , diakses pada 21 Juli 2014 4
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 21
4
dengan baik, memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dan memiliki kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kemampuan pedagogik ini tidak serta merta didapat oleh seorang guru ketika memperoleh gelar kesarjanaannya, akan tetapi juga dibutuhkan pengalaman mengajar yang banyak selama menjadi guru. Oleh karena itu, semakin lama seseorang menjadi guru, maka seharusnya semakin meningkat pula kemampuan pedagogiknya. Guru merupakan sosok ideal, sehingga guru diharapkan dapat membantu peserta didik agar memiliki kemampuan, wawasan juga sikap kemandirian yang berguna bagi kehidupannya kelak. Tanpa adanya peningkatan kualitas guru, dikhawatirkan akan berdampak langsung pada kualitas peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya pembaharuan kompetensi, termasuk salah satunya kompetensi pedagogik. Pembaharuan tersebut dapat melalui program pendidikan maupun pelatihan baik dari sekolah maupun dari pemerintah atau bahkan dari masyarakat. Upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik seorang guru adalah keharusan. Perlu disadari bahwa upaya tersebut bukanlah tugas guru saja, akan tetapi juga ada peran kepala sekolah sebagai manajer sumber daya manusia di sekolah untuk membuat kegiatan dan pelatihan yang bermaksud meningkatkan wawasan guru, keterampilan guru, dan memperbaiki sikap guru dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah sebagai leader harus dapat memotivasi guru untuk tetap konsisten meningkatkan kompetensi pedagogiknya. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan pengawasan terhadap guru terutama dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini kepala sekolah wajib untuk mensupervisi guru misalnya melalui observasi kelas dan kunjungan kelas. Mengingat guru juga seorang manusia, yang mungkin pada saat mengajar masih memerlukan bimbingan dari seorang kepala sekolah. Sehingga, adanya proses supervisi oleh kepala sekolah akan dapat diketahui apa saja yang sudah baik, dan apa saja yang masih perlu diperbaiki oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
5
Berdasarkan uraian tersebut, penulis berminat untuk meneliti tentang Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru
di SMP
Negeri 177 Jakarta yang beralamat di Jalan Kodam Pesanggrahan - Jakarta Selatan.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi
masalah yang dapat diteliti yaitu sebagai berikut : 1.
Adanya anggapan bahwa profesonalisme guru masih rendah dalam melaksanakan tugasnya;
2.
Kompetensi pedagogik guru perlu diketahui kondisinya;
3.
Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dirasa sangat penting;
4.
Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru masih perlu ditingkatkan;
5.
Kegiatan supervisi pembelajaran perlu diketahui efektifitasnya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
6.
Ada kemungkinan bahwa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru belum rutin;
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi di atas penulis membatasi masalah yang akan
diteliti pada upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta.
D.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana kompetensi pedagogik guru di SMPN 177 Jakarta dan bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta.
6
E.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta; 2. Untuk
mengetahui
bagaimana
strategi
kepala
sekolah
dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta.
F.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru, sebagai bahan masukan dan dapat memberikan pemahaman akan pentingnya pengembangan diri sehingga terus berupaya meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan profesi keguruannya. 2. Kepala Sekolah, sebagai masukan dalam melaksanakan manajemen sumber
daya
manusia,
terutama
dalam
membuat
program
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. 3. Penulis, dapat menambah wawasan tentang kompetensi pedagogik guru dan upaya peningkatan profesionalisme guru di tingkat sekolah.
7
BAB II KAJIAN TEORI
Kompetensi Keguruan
A.
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang guru wajib memiliki kompetensi yang memenuhi standar. Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).”1 Sedangkan menurut Musfah, kompetensi merupakan : kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual seseorang besar pengaruhnya terhadap produktifitas kerja seseorang, maka ketiga aspek ini harus dijaga pula sesuai standar yang disepakati.2 Pendapat tersebut menekankan bahwa kompetensi erat kaitannya dengan produktifitas kerja, karena meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berpengaruh satu sama lain. Kemudian, Lefrancois mengemukakan bahwa “kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar.”3 Lefrancois menitikberatkan kompetensi sebagai sebuah kemampuan yang didapat dari hasil proses pembelajaran. Sedangkan Ramayulis mengartikan kompetensi sebagai “suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 584 2 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 29 3 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 53
8
untuk menjalankan profesi tertentu.”4 Pendapat yang dikemukakan oleh Ramayulis mengartikan bahwa kompetensi merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap yang terwujud dalam bentuk kinerja. Kemudian, Gordon membagi aspek atau ranah yang ada dalam konsep kompetensi sebagai berikut : Pertama, pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. Kedua, pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu. Ketiga, keterampilan (skill) yaitu sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Keempat, nilai atau standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologi telah menyatu dalam diri seseorang. Kelima, sikap, yaitu perasaan. Keenam, minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.5 Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang pada suatu profesi yang didapat melalui proses belajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang satu sama lain saling mempengaruhi, dan terwujud dalam bentuk kinerja seseorang dalam menjalankan profesinya. Adapun yang dimaksud dengan kompetensi guru seperti yang tertuang pada Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”6
Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa guru harus
menguasai pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikannya ketika menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik profesional. Pendapat lain dikemukakan Mahmud sebagaimana dikutip oleh Murip Yahya, bahwa kompetensi keguruan adalah “gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, 4
Ibid. h. 54 Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 31 6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, (Jakarta: Cipta Jaya, 2009), h. 6 5
9
baik berupa kegiatan, berprilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.”7 Kemudian Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa kompetensi guru (taecher competency) juga diartikan sebagai“the ability of a tacher to responsibility perform has or her duties approriately. (Kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban
secara
bertanggungjawab dan layak).”8 Bila kita cermati, kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa kompetensi keguruan merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik secara layak tetapi juga bertanggung jawab. Dengan demikian seorang guru wajib mengetahui apa saja kewajiban yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan layak menjadi tenaga pendidik. Adapun kewajiban guru adalah sebagai berikut : 1. Merencakanan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/atau bimbingan, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/bimbingan, serta melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengawasan; 2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni; 3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai agama dan etika; 5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.9 Kewajiban tersebut menandakan bahwa tidak mudah berprofesi sebagai seorang guru. Karena berinteraksi langsung dengan siswa, guru harus selalu menjadi sosok ideal yang menjadi tauladan. Untuk dikatakan ideal, guru perlu terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki hingga dapat dikatakan sebagai guru profesional. Berbagai pihak seperti kepala sekolah, masyarakat dan pemerintah harus turut serta dalam meningkatkan kemampuan guru. Untuk itu 7
Murip Yahya. loc. Cit. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 14 9 Murip Yahya, op. Cit. h. 68 8
10
khususnya pemerintah telah mengatur standar kompetensi guru, yang tertuang dalam UU Guru dan Dosen, dimana kompetensi yang wajib ada pada guru terdiri dari Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian. Selanjutnya dalam penelitian ini akan dikhususkan pada kompetensi pedagogik, mulai dari pengertian sampai ruang lingkup kompetensi pedagogik. 1.
Kompetensi Pedagogik Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian kompetensi pedagogik
guru dari berbagai sumber. a.
Pengertian Dalam Penjelasan Pasal 28 ayat 3 PP RI No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.10 Sejalan dengan pengertian tersebut, kompetensi pedagogik juga diartikan dengan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g) h)
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan Pemahaman terhadap peserta didik Pengembangan kurikulum/silabus Perancangan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pemanfaatan teknologi pembelajaran Evaluasi hasi belajar (EHB) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.11
10
Standar Nasional Pendidikan (PP RI No 19 tahun 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 68 11
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 75
11
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik seorang guru adalah guru harus memiliki wawasan mengenai landasan kependidikan dan mampu dalam mengelola pembelajaran (merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, memanfaatkan teknologi pembelajaran, dan mengevaluasi hasil proses belajar peserta didik). Kemudian, guru juga harus mampu memahami karakteristik
peserta
didik.
Selain
itu
guru
juga
harus
mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. b.
Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik guru perlu mendapatkan perhatian yang serius
terutama dari guru itu sendiri, kemudian dari kepala sekolah, pemerintah serta masyarakat. Hal ini karena kompetensi pedagogik guru mencakup kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan kemampuan dalam mengembangkan
potensi
peserta
didik
sehingga
dapat
mengaktualisasikannya dalam kehidupan. Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, kemampuan pedagogik yang harus dimiliki guru yakni sebagai berikut: Minimal guru harus memiliki delapan kemampuan, yaitu: 1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; 2) Pemahaman terhadap peserta didik; 3) Pengembangan kurikulum atau silabus; 4) Perancangan pembelajaran; 5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran; 7) Evaluasi hasil belajar; 8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.12 Kemudian, dalam penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip Mulyasa juga menjelaskan bahwa “kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
12
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 122
12
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembanganpeserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”13 Berdasarkan dua pendapat tersebut , dapat diketahui bahwa ada delapan aspek kemampuan pedagogik yang seharusnya dimiliki dan diterapkan oleh guru, diantaranya : guru harus memahami landasan kependidikan, guru harus mampu mengembangkan kurikulum atau silabus, guru juga harus mampu merancang pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dan mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk mampu melakukan evaluasi hasil belajar, serta membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengaktualisasikannya. Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional
Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007, terdapat sepuluh kompetensi inti guru dalam bidang pedagogik, yaitu sebagai berikut : 1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.14 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ruang lingkup kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut : Pertama, pemahaman guru terhadap karakteristik masing-masing peserta didik.
Kedua, kemampuan guru dalam perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, kemampuan guru dalam mengevaluasi 13
Mulyasa, loc. Cit.
14
Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 147
13
hasil belajar. Keempat, kemampuan guru dalam pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berikut ini akan dijabarkan masing-masing aspek kompetensi pedagogik tersebut. 1.
Pemahaman terhadap peserta didik Penting bagi guru untuk memahami karakteristik peserta didik,
mengingat peserta didik beragam latar belakang. Yudhi Munadi mendefinisikan karakteristik peserta didik sebagai “keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.”15 Selanjutnya, Lang dan Evans sebagaimana dikutip Musfah, merinci keragaman pada peserta didik meliputi “berbeda dalam gaya belajar, usia, kemampuan, ras, asal geografis, jenis kelamin, pilihan seksual, status ekonomi, pengaruh budaya, kesehatan, pengaruh agama, pengaruh keluarga, pengaruh yang lain, dan modal belajar.”16 Senada dengan Lang dan Evans, Mulyasa juga menyebutkan bahwa “setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, inteligensi, dan kompetensinya.”17 Dalam bukunya yang lain, Mulyasa mengungkapkan bahwa “setidaknya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta
15
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 187 16 17
Jejen Musfah, op. Cit. h. 33
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), h. 27
14
didiknya,
yaitu
tingkat
perkembangan kognitif.”
kecerdasan,
kreatifitas,
cacat
fisik,
dan
18
Pendapat lain dikemukakan oleh Barnawi dan Mohamad Arifin, bahwa “dua hal yang harus diperhatikan guru dalam memahami karakteristik peserta didik, yaitu aspek kecakapan dan kepribadian. Ini dimaksudkan untuk menentukan kurikulum, sistem pengajaran, penilaian, dan beban belajar yang efektif serta populasi siswa dalam satu kelas.”19 Berdasarkan pendapat-pendapat
yang telah diuraikan, peneliti
menyimpulkan bahwa ketika mengajar guru harus memahami keberagaman peserta didik baik dari aspek fisik, kemampuan berpikir, minat, serta latar belakang lingkungan sosial, agama, ras, serta ekonomi, yang tentu saja berpengaruh pada kepribadian, kreatifitas, dan inteligensi peserta didik itu sendiri. Diharapkan dengan memahami aspek-aspek peserta didik tersebut, dapat memudahkan guru dalam menentukan bagaimana mengelola pembelajaran dengan tepat sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 2.
Kemampuan
Guru
dalam
Perancangan
dan
Pelaksanaan
Pembelajaran Kemampuan ini merupakan kemampuan inti dari seorang guru sebagai pengajar. Davissebagaimana dikutip oleh Musfah, menggambarkan siklus pembelajaran sebagai berikut: Rencana Evaluasi
Gambar 2.1
pelaksanaan an
Siklus Pembelajaran Davis20 18
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 79 19
Barnawi dan Mohammad Arifin, op. Cit. h. 130
20
Jejen Musfah, op. Cit. h. 97
15
Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga proses dalam pembelajaran yakni merencanakan pembelajaran, kemudian melaksanakan pembelajaran, dan terakhir mengevaluasi hasil pembelajaran. Menurut Ma’mur Asmani , ada empat sub-komponen kompetensi pengelolaan yang harus dikuasai guru. Sub-komponen tersebut berupa: “1) menyusun rencana pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai prestasi belajar peserta didik, 4) melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.”21 Syarif Hidayat dan Asroi menyatakan bahwa “tugas pokok seorang guru adalah melakukan proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat tiga unsur
pokok,
membuat
perencanaan
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran, dan melakukan evaluasi.”22 Selanjutnya Ramayulis menyebutkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran guru harus mampu melaksanakan dua hal yakniPertama, perancangan pembelajaran. Kedua, pelaksanaan pembelajaran.23 Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, maka guru dalam mengelola pembelajaran harus mampu membuat perancangan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran,
serta
mampu
mengevaluasi
hasil
pembelajaran. Ketiga hal tersebut dilakukan tentu dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat tercapai dan memperoleh hasil yang sesuai harapan. Dibawah ini akan diuraikan mengenai kemampuan seorang guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, yaitu sebagai berikut: Pertama, Kemampuan Guru dalam Perancangan Pembelajaran. sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu guru harus dapat 21
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 132-133 22
Syarif Hidayat dan Asroi, Manajemen Pendidikan : Substansi dan Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Mandiri, 2013), h. 88-89 23
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 92
16
merancang pembelajaran. Merancang pembelajaran dapat diartikan guru telah melakukan perencanaan yang matang. Menurut Abdul Majid “dalam konteks pengajaran perencanaan diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”24
Sedangkan
menurut
Ramayulis,
dalam
perencanaan
pembelajaran, “guru berupaya merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncakanan. Perencanaan tersebut disusun dalam RPP.” 25 Ali Mudlofir, mengemukakan empat hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran, “dalam kegiatan tersebut secara terperinci harus jelas kemana siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara ia mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).”26 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses. Proses ini mencakup, penentuan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai, penentuan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik, penentuan metode pembelajaran yang akan diterapkan, penentuan media pembelajaran yang akan digunakan, serta penentuan seperti apa penilaian akan dilakukan serta teknik penilaian seperti apa yang akan digunakan.
24
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Kompetensi Guru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), h. 17
Standar
25
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 92
26
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 78
17
Kedua, Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran. Abdul Majid mengemukakan bahwa “proses belajar mengajar adalah interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untukmewujudkan tujuan yang ditetapkan.”27 Kemudian dalam bukunya , Ali mudlofir mengatakan bahwa: “pada tahap ini disamping pengetahuan-pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang pelajar, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknis mengajar. Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan mengajar.”28 Hamzah
B.
Uno
menjelaskan
bahwa
dalam
melaksanakan
pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus dijadikan pegangan bagi guru agar pembelajaran efektif, yaitu : 1) mengajar harus berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. 2)pengetahuan dan keterampilan siswa harus bersifat praktis. Berhubungan dengan situasi kehidupan. 3) mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. 4) kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. 5) tujuan pengajaran harus diketahui siswa. 6)mengajar harus mengetahui prinsip psikologis tentang belajar.29 Dari uraian pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanakan pembelajaran merupakan sebuah proses dimana guru dan siswa berinteraksi dalam suatu situasi belajar yang didasarkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap ini, pengalaman guru dalam mengajar serta kesiapan siswa dalam menerima pelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
27
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Kompetensi Guru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), h. 135 28
29
Standar
Ali Mudlofir, op. Cit. h. 79 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.7
18
3.
Kemampuan Guru dalam Mengevaluasi Hasil Belajar Peserta Didik. Guru harus mampu mengevaluasi hasil pembelajaran. Soetjipto dan
Kosasih (2011) mendefinisikan evaluasi hasil belajar sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.”30 Lebih lanjut mereka merinci tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar, sebagai berikut : a) memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi belajar – mengajar yang lebih tepat sesuaidengan tingkat kemampuan yang dimilikinya, b) memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas pengajarannya, c) menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk memberikan laporan kepada orang tua,penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa.31 Berdasarkan
uraian
diatas,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
mengevaluasi hasil belajar adalah proses untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai oleh peserta didik dengan ditandai perubahan perilaku dan pengembangan kompetensi yang dimiliki peserta didik mulai dari awal pembelajaran sampai dengan penilaian dilakukan.
4.
Kemampuan Guru dalam Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang dimilikinya Selain mengajar, guru juga memiliki peran untuk mengembangkan
potensi peserta didik. Menurut barnawi dan Mohamad Arifin (2012), “pengembangan peserta didik merupakan kegiatan yang bertujuan 30
Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h.
31
Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h.
162 163
19
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat sesuaidengan kondisi sekolah.”32 Guru harus bisa menjadi motivator bagi para muridnya, sehingga potensi mereka berkembang maksimal. 33 Menurut Ramayulis (2012) “Pengembangan peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan konseling”.34 Ketiga cara pengembangan peserta didik tersebut akan diuraikan sebagai berikut: Pertama, melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Mulyasa (2008) “kegiatan ekstra kurikuler yang sering disebut juga ekskul merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler.”35 Lebih lanjut ia mengatakan, “meskipun kegiatan ini sifatnya ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan bakat peserta didik, bahkan dalam kegiatan ekskul inilah peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya atau bakat-bakatnya yang terpendam.” 36 Kedua, melalui pengayaan dan remedial. Peserta didik berbeda secara individual. Ada yang mudah menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan guru, adapula sebaliknya, sulit untuk memahami materi pelajaran. Menurut Mimin Haryati dalam Barnawi dan Mohamad Arifin, ada dua cara yang dapat ditempuh untuk peserta didik yang tidak dapat mencapai kompetensi, yaitu sebagai berikut : 1) pemberian bimbingan secara khusus dan perseorangan bagi peserta didik yang belum atau mengalami kesulitan dalam pencapaian indikator dari suatu kompetensi yang telah ditentukan. 32
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 137 33 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 42 34 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 97 35 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 111 36 Ibid.
20
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan, karena hal ini merupakan implikasi dari peranan guru sebagai fasilitator. 2) pemberian tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, dimana hal ini merupakan penyederhanaan dari sistem pembelajaran reguler.37 Ketiga, melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Ngalim Purwanto (2010), “...guidance is assistance to an individual of any ange to help him manage his own life activities, develop his own point of view, make his own decisions, and carry his own burdens.” (... bimbingan ialah bantuan yang diberikan kepada seorang individu dari setiap umur, untuk menolong dia dalam mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya, mengembangkan pendirian/pandangan hidupnya, membuat putusan-putusan, dan memikul beban hidupnya sendiri.)”38 Miller mengemukakan bahwa “guidance is the processof helping individuals achieve the self understanding and self direction necessary to make the maximum adjusment to school, home and community. Maksudnya, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu untuk memahami dirinya yang dilakukan di sekolah, rumah, atau masyarakat”.39 Senada dengan pendapat Miller, Jones juga mengemukakan “ Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving problems.”40Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam membuat keputusan dan penyesuaian dan menyelesaikan masalah. Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, Pertama, bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada orang lain. Kedua, bantuan tersebut diberikan untuk menentukan keputusan yang akan
37
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 141 38 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 170 39 Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),h. 149 40 Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 61
21
di ambil berdasarkan masalah yang dihadapi. Ketiga, kegiatan bimbingan juga dimaksudkan agar seseorang mampu memahami dirinya sendiri. Secara singkat Mu’awanah dan Rifa Hidayah mendefinisikan konseling sebagai “suatu bimbingan yang diberikan pada individu (siswa) dengan tatap muka (face to face) melalui wawancara.”41 selanjutnya menurut Mohammad Surya “konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.”42 Kemudian dengan lebih jelas Tohirin mengemukakan pengertian konseling yaitu, konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien dimana konselor berusaha membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi klien (siswa) berdasarkan pertimbangan bersama-sama, tetapi penentuan pemecaham masalah dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.43 Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa konseling merupakan suatu teknik yang dilakukan dalam melaksanakan bimbingan pada peserta didik, yang dilakukan dengan cara mewawancarai secara tatap muka. Adapun tujuannya hampir sama dengan bimbingan, yaitu memberikan bantuan pada peserta didik dalam menghadapi masalahnya. Dalam Buku Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, sebagai berikut : Mengemukakan Biasanya bimbingan dan konseling disebut bersama, sehingga tercipta istilah majemuk Bimbingan dan Konseling (Guidance and Counseling). Hal ini sebenarnya tidak perlu, karena konseling merupakan salah satu layanan bimbingan, di samping layanan yang lain, seperti pengumpulan data dan penyebaran informasi. Dengan demikian, pelayanan bimbingan dengan sendirinya mencakup pula layanan konseling.44
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan konseling islami di sekolah dasar. (jakarta: Bumi Aksara, 2009) h.56 42 Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2003), h. 9 43 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23 44 W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 38 41
22
Berdasarkan uraian tersebut, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya guru dapat membantu mengembangkan potensi siswa sehingga dapat mengaktualisasikannya dengan cara mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan di sekolah. Guru juga harus mengadakan remedial dan pengayaan bagi siswa yang belum mencapai kompetensi yang ditentukan. Terakhir, seorang guru juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan bimbingan dan konseling pada peserta didik. Bimbingan dan konseling dilakukan selama ini terkesan insidental. Artinya tidak ada program khusus dan dijalankan tidak dengan perencanaan serta berdasarkan kejadian atau masalah yang saat itu dihadapi.
B.
Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru 1.
Urgensi peningkatan kompetensi pedagogik guru Guru merupakan seorang yang membantu peserta didik untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan potensi yang dimiliki agar bermanfaat. Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno mengatakan bahwa “Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.”45 Sebagai orang yang digugu dan ditiru, guru perlu meningkatkan secara kontinue
dan
konsisten
kemampuan-kemampuan
yang
dimilikinya,
termasuk kemampuan pedagogik. yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Menurut Hamzah B. Uno secara khusus setidaknya ada sepuluh tugas guru sebagai pengelola pembelajaran, yakni sebagai berikut : a. Menilai kemajuan program pembelajaran. b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing). 45
Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 43
23
c. Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar. d. Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas. e. Mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik. f. Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu. g. Bertindak sebagai manusia sumber. h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari. i. Mengarahkan pseserta didik agar mandiri. j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal.46 Sepuluh tugas guru tersebut menyiratkan bahwa keberadaan guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya guru maka kegiatan pembelajaran diharapkan dapat terarah dan mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi pedagogik dirasa penting. Mengingat bahwa guru merupakan figur utama dalam proses belajar mengajar. Guru memiliki banyak peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan. Seperti yang dikatakan oleh Adams dan Dickey sebagaimana dikutip Oemar Hamalik, terdapat setidaknya empat peran seorang guru, yakni “guru sebagai pengajar (teacher as instructor), guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor), guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist), guru sebagai pribadi (teacher as person).”47 Keempat peran guru tersebut, mengartikan bahwa berprofesi sebagai guru tidak mudah. Ada banyak peran yang harus dijalankan. Dan untuk menjalankan semua peran itu dengan baik, maka dirasa sangat urgen bahwa kompetensi guru perlu terus ditingkatkan. Mengingat sebagai tokoh penting dalam pendidikan, terdapat harapan bahwa tujuan pendidikan akan tercapai apabila dalam prosesnya terdapat guru yang berkompeten, dan profesional serta berkomitmen menjadi guru. 46
Hamzah B. Uno.,Profesi Kependidikan : Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 21-22 47 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 123
24
Pendidikan merupakan sebuah proses yang berlangsung seumur hidup. Guru sebagai pendidik seyogyanya tidak berhenti dalam belajar. Mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi pun semakin cepat berkembang, maka guru juga harus selalu memperbaharui pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Ini dimaksudkan agar apa yang diajarkan guru kepada peserta didik sesuai dengan kondisi terkini sehingga bermanfaat bagi peserta didik. Harapan akan guru dapat meningkat kemampuannya, terutama kemampuan pedagogik tidak serta merta dapat tewujud tanpa adanya kemauan dari dalam diri guru itu sendiri juga dukungan dari pihak sekolah dan fasilitas dari pemerintah. Perlu adanya sikap konsisten dan komitmen kuat dari guru untuk meningkatkan kompetensinya, melalui kegiatan-kegiatan positif seperti membaca, melakukan penelitian tindakan kelas, berdiskusi dengan sesama guru untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. 2.
Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Menyadari pentingnya meningkatkan kompetensi guru, maka perlu
adanya strategi yang tepat dan berkelanjutan sebagai upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Menurut Soetjipto, “Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya.”48 Dengan demikian perlu adanya strategi untuk meningkatkan kompetensi guru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata strategi diartikan sebagai “ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai.”49 Kemudian, Wina Sanjaya mengartikan bahwa strategi merupakan “a plan of operation achieving something (suatu rencana kegiatan untuk meraih sesuatu)”50
48
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 55 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 1092 50 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h. 295 49
25
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa strategi merupakan suatu cara yang terencana untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan yang dimaksud dalam hal ini adalah tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu menjadikan peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimiliki. Kemudian, strategi untuk meningkatkan kompetensi guru salah satunya dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki peran sebagai supervisor. Dalam hal ini kepala sekolah menjadi supervisor pembelajaran. Ada beberapa kegiatan yang mungkin dapat dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah, diantaranya : 1) Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional; 2) Mendiskusikan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru. 3) Mendiskusikan metode dan teknik dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses belajar mengajar; 4) membimbing guru-guru dalam penyusunan program Catur Wulan atau program semester dan program satuan pelajaran; 5) membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran murid; 6) membimbing guru-guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes dan penggunaannya bagi perbaikan proses belajar mengajar; 7) melakukan kunjungan kelas atau classroom visitation dalam rangka supervisi klinis 8) mengadakan kunjungan observasi atau observation visit bagi guru-guru demi perbaikan cara mengajar; 9) mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami. 10) menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dalam ruang lingkup bidang tugasnya. 11) berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau POMG tentang hal-hal yang mengenai pendidikan anak-anak mereka.51 Menurut Mulyasa, peran “kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.”52
51
Ngalim Purwanto, administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119 52
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) h, 113
26
Berdasarkan standar kompetensi kepala sekolah, terdapat aspek kompetensi profesional dimana kepala sekolah harus memiliki kemampuan merencanakan, menempatkan guru dan tenaga kependidikan dan harus mampu pula membina guru dan tenaga kependidikan. Adapun indikator dari dua kemampuan tersebut adalah : a. Merencanakan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan b. Menginvetarisasi karakteristik guru dan tenaga kependidikan yang efektif c. Memelihara dokumentasi personel sekolah d. Menempatkan guru dan tenaga kependidikan sesuai dengan kompetensinya e. Memfasilitasi pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan f. Memanfaatkan dan memelihara tenaga kependidikan g. Menilai kinerja tenaga kependidikan h. Melaksanakan dan mengembangkan sistem pembinaan karier i. Memotivasi tenaga kependidikan j. Membina hubungan kerja yang harmonis k. Mengelola konflik antar staf l. Memiliki apresiasi, empati dan simpati terhadap tenaga kependidikan53 Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, kepala sekolah juga seharusnya mampu mengelola kegiatan belajar mengajar dengan cara sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Mengkoordinasikan jadwal waktu belajar dan evaluasi/penilaian Memfasilitasi guru untuk membuat rencana pembelajaran Memfasilitasi guru untuk menyusun bahan ajar Memfasilitasi guru untuk menyiapkan alat bantu pembelajaran Memfasilitasi guru untuk menyusun intstrumen evaluasi pembelajaran f. Mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar g. Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi pembelajaran h. Mengkoordinasikan pelaporan hasil belajar siswa.54
53
Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB (Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2007) h, 110 54
Ibid, h. 117
27
Melalui perannya tersebut, diharapkan kepala sekolah dapat meningkatkan profesionalisme guru, khususnya kemampuan pedagogik guru di sekolah yang dipimpinnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan perannya sebagai supervisor, kepala sekolah dapat melakukan peningkatan terhadap kemampuan guru melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran, dengan cara melakukan kunjungan kelas, observasi kelas, mengadakan pembicaraan individual dengan guru-guru terkait masalah yang mungkin dihadapi selama proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga diharapkan memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti pendidikan lanjutan maupun mengikuti pelatihan-pelatihan keguruan. Akan tetapi, semua strategi yang dilakukan besarkemungkinan akan sulit tercapai apabila dari dalam diri guru sendiri belum ada kemauan dan komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik yang profesional. Perlu ada motivasi yang kuat dari guru sendiri, bahwa meningkatkan kemampuan adalah mutlak, bukan semata-mata untuk memperoleh tunjangan tambahan, tetapi lebih kepada tanggungjawab moral sebagai suri tauladan yang ditugaskan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa yang berakhlak baik dan kompeten.
C.
Kerangka Berpikir Pendidikan akan berjalan baik jika pada prosesnya melibatkan sumber daya
manusia yang berkualitas, memiliki kompetensi, berkomitmen pada tugas dan tanggungjawab. Termasuk guru, yang dikatakan sebagai kunci keberhasilan proses pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengajar, guru memainkan peran penting dalam mengelola pembelajaran agar peserta didik mendapatkan hasil
28
maksimal. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan butuh keberadaan guru yang profesional khususnya dalam bidang pedagogik. Dewasa ini masih terdapat permasalahan dalam dunia pendidikan kita. Pertama, Adanya anggapan bahwa profesonalisme guru masih rendah dalam melaksanakan tugasnya. Kedua, Kompetensi pedagogik guru perlu diketahui kondisinya. Ketiga, Upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dirasa sangat penting. Keempat, Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru masih perlu ditingkatkan. Kelima, Kegiatan supervisi pembelajaran perlu diketahui efektifitasnya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru. terakhir, ada kemungkinan bahwa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru belum rutin. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana kompetensi pedagogik guru, serta strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta, yang nantinya diharapkan akan terwujud guru yang meningkat kemampuan pedagogiknya. Masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi, maka kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan strategi untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru , diantaranya yaitu : Memberikan pembinaan yang efektif; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keguruan; mengadakan program supervisi yang kontinue, tepat dan terarah; mengadakan studi banding ke sekolah yang dinilai lebih baik kualitas gurunya; mengadakan program magang bagi guru ke sekolah yang kualitasnya dinilai lebih baik. Dengan demikian, diharapkan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru semakin baik. Proses belajar mengajar menjadi efektif, sehingga kualitas peserta didik menjadi lebih baik pula.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 177 Jakarta, Pesanggrahan -
Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Penelitian No
Kegiatan
1
Bimbingan
2
Observasi awal
3
Izin penelitian
4
Apr
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Pengumpulan data
5
Pengolahan data
6
Analisa data
B.
Feb
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan
tujuan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan kondisi nyata dari objek penelitian. Dimana penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru dan menjelaskan bagaimana strategi kepala sekolah dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru serta untuk mengetahui apakah strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta sudah optimal.
31
C.
Populasi dan Sampel Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel jenuh atau sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel, dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat dan meminimalisir kesalahan. Adapun yang menjadi sampel adalah seluruh guru yang mengajar di SMP 177 Jakarta yang berjumlah 45 orang.
D.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1.
Angket Angket merupakan wawancara tidak langsung dari peneliti kepada
sumber informasi. Pada penelitian ini bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawabannya adalah selalu, sering, kadangkadang, tidak pernah. Penggunaan angket dimaksudkan untuk memudahkan peneliti memperoleh informasi dari seluruh guru terkait dengan upaya peningkatkan kompetensi pedagogik guru. Angket ditujukan kepada 45 orang guru di SMP Negeri 177 Jakarta. 2.
Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab antara
peneliti dengan sumber informasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah untuk memperoleh informasi tentang penguasaan kompetensi pedagogik guru yaitu penguasaan guru terhadap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui strategi pembinaan keguruan yang dilakukan yaitu pendidikan dan pelatihan serta pelaksanaan
supervisi
pembelajaran
yang
dilakukan
dalam
upaya
meningkatkan kemampuan pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta. Untuk melengkapi data tentang pemahaman guru terhadap peserta didik, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru yang mengajar.
32
3.
Observasi Observasi peneliti lakukan pada awal penelitian, untuk mengamati
secara keseluruhan bagaimana situasi di dalam sekolah, termasuk untuk mengetahui bagaimana guru dan siswa pada saat proses pembelajaran di kelas.
E.
Teknik Pengolahan Data Dalam mengolah data peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut: 1.
Editing Proses pengecekan kelengkapan jumlah angket dan kelengkapan
pengisian item pernyataan oleh responden. 2.
Scoring Scoring merupakan tahap pemberian nilai pada setiap jawaban yang
dikumpulkan peneliti dari instrumen yang telah disebarkan. Setiap item pertanyaan yang dimunculkan dalam instrumen dikuantitatifkan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert yang penggunaannya ditujukan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi guru terhadap upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta. Adapun pemberian bobot nilai pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Scoring Alternatif Jawaban Angket Alternatif Jawaban
Kode
Skor
Selalu
SL
4
Sering
SR
3
Kadang-kadang
KD
2
Tidak pernah
TP
1
33
3.
Tabulating Pada tahap ini, peneliti memindahkan data yang terdapat dalam angket
yang sudah diolah dan dinyatakan valid ke dalam bentuk tabel. Tabulasi dimaksudkan agar data penelitian dapat lebih mudah dipahami.
F.
Teknik Analisa Data Pada penelitian ini peneliti menganalisis data dengan melakukan tahapan-
tahapan sebagai berikut : 1.
Untuk menghitung data-data yang didapatkan peneliti menggunakan rumus statistik prosentase :
Keterangan : f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = angka persentase 1 2.
Mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah dihitung dalam bentuk kalimat agar mudah dipahami.
3.
Dalam menyimpulkan hasil penelitian upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta, peneliti melakukan perhitungan nilai mean (rata-rata) yang didapatkan melalui rumus prosentase sebagai berikut:
Keterangan : P
= Prosentase (Nilai rata-rata)
NS = Nilai Skor 1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), h. 43
34
NH = Nilai Harapan
Nilai skor adalah nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
Nilai harapan adalah nilai yang diperoleh dari hasil mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
Kemudian, hasil yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Interval2 Interpretasi
2
Prosentase
Sangat Baik
81-100%
Baik
61-100%
Cukup Baik
41-60%
Kurang Baik
21-40%
Tidak Baik
0-20%
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 44
35
G. Kisi-kisi Instrumen Berikut ini adalah kisi-kisi angket upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik untuk guru yang mengajar di SMP Negeri 177 Jakarta. Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Dimensi
Aspek
Kompetensi a. Pemahaman pedagogik peserta didik guru
Indikator 1. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik. 2. Membantu menyelesaikan masalah peserta didik dalam belajar.
b. Perancangan 1. Menyusun program tahunan, dan program semester, silabus, pelaksanaan RPP (Rencana Pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran) 2. Menyiapkan bahan ajar sebelum masuk kelas. 3. Menyiapkan media pembelajaran 4. Mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai. 5. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. 6. Mengevaluasi efektifitas metode pembelajaran yang digunakan. 7. Memanfaatkan teknologi seperti laptop, in-focus dan internet dalam pembelajaran. 8. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya. 9. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan peserta didik setiap pembelajaran selesai.
No item 1, 2
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
36
c. Evaluasi hasil belajar
1. Memberikan tugas individu. 2. Memberikan tugas kelompok 3. Menyusun alat penilaian 13, 14, 15, sendiri. 16 4. Mengadakan tes secara berkala 5. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses pembelajaran 6. Memantau kemajuan belajar peserta didik
d. Pengembang an peserta didik untuk mengaktualis asikan berbagai potensi yang dimiliki.
1. Mengarahkan peserta didik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diminati. 2. Mengadakan remedial bagi peserta didik yang belum mencapai kompetensi minimal. 3. Mengikutsertakan siswa dalam berbagai perlombaan olah raga dan kesenian.
a. Strategi peningkatan Upaya kompetensi peningkatan pedagogik kompetensi guru oleh pedagogik kepala guru sekolah
1. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan keguruan di tingkat sekolah. 2. Melaksanakan supervisi pembelajaran secara kontinue. 3. Melakukan observasi kelas 4. Bersama dengan guru mendiskusikan metode dalam pengembangan proses pembelajaran. 5. Membimbing guru dalam menginterpretasi hasil tes dan penggunaannya untuk perbaikan proses pembelajaran. 6. Mengadakan pembinaan
17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26
37
individual untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. 7. Memberikan kesempatan guru untuk mengikuti forum pengembangan profesi seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum SMP Negeri 177 Jakarta
1.
Sejarah Singkat SMP 177 Jakarta SMP Negeri 177 Jakarta berlokasi di Jalan Raya Kodam Bintaro-
Pesanggrahan, Provinsi DKI Jakarta. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 dengan nama SMPN 48 KJ (Kelas Jauh). Seiring berjalannya waktu, SMPN 48 Jakarta KJ (kelas jauh) akhirnya berganti nama menjadi SMPN 177 Jakarta pada tahun 1982, hal ini terjadi karena kebutuhan akan sekolah menengah pertama di kawasan Bintaro serta animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini cukup besar. Pada tahun ajaran 2014/2015 SMPN 177 Jakarta memiliki jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 963 siswa terdiri dari 27 rombongan belajar. SMP Negeri 177 Jakarta saat ini dipimpin oleh Drs. H. Ngadiman, M. Si.SMP Negeri 177 Jakarta terakreditasi dengan predikat A (amat baik), dan telah menjadi SSN (Sekolah Standar Nasional) sejak tahun 2009. (sumber : Profil sekolah SMP 177 Jakarta Tahun ajaran 2014/2015) 2.
Visi dan Misi SMP 177 Jakarta Sebagai sekolah dengan predikat amat baik ini, SMP 177 Jakarta memiliki
visi yaitu “Terselenggara Pendidikan yang Dapat Menjawab Tantangan Abad Baru dan Bermartabat.”Adapun misi dari SMPN 177 untuk mencapai visi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan mutu SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. 2. Mewujudkan siswa yang dapat mengenali potensi dirinya untuk berkembang secara optimal. 3. Mewujudkan siswa yang unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Mewujudkan siswa yang unggul dalam bidang akademis.
38
5. Mewujudkan siswa yang menjunjung tinggi disiplin dan tata krama yang baik. 6. Mewujudkansiswa yang beriman dan bertaqwaterhadapTuhan Yang Maha Esa. (Sumber : Dokumen rapat orangtua/wali murid kelas VII, 26 September 2014) 3.
Keadaan Guru Berikut ini adalah data guru mata pelajaran SMP Negeri 177 Jakarta pada
tahun ajaran 2014/2015. Tabel 4.1 Keadaan Guru Mata Pelajaran di SMPN 177 Jakarta
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Guru
IPA Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Pendidikan Agama IPS Penjasorkes Seni Budaya PKn TIK/Keterampilan BK PLKJ Tata Busana Agama Kristen Jumlah
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar S1/D4
S2/S3
4 5 5 3 3 2 1 2 3 1 2
1 1 2 1
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan yang Jumlah TIDAK sesuai dengan tugas mengajar S1/D4
S2/S3
2 2 1
1 2 1 32
9
4
5 6 7 4 3 4 3 3 3 1 2 1 2 1 45
Sumber : Profil sekolah SMPN 177 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Rata-rata guru di SMP Negeri 177 Jakarta alumni dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA). Berikut ini merupakan data latar belakang pendidikan guru.
39
Tabel 4.2 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jumlah dan Status Guru GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L P 4 5 6 24 5 1 -
Tingkat Pendidikan S3/S2 S1 D-4 D3 D2 D1 ≤ SMA/sederajat Jumlah
10
29
5
1
Jumlah
9 36 45
Sumber : Profil sekolah SMPN 177 Jakarta Tahun ajaran 2014/2015 4.
Keadaan Pembinaan Guru
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, dalam membina guru, kepala sekolah melakukan beberapa hal sebagai berikut : Kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKG (Kelompok Kerja Guru), workshop, penataran,
dan
seminar-seminar
sebagai
bentuk
pelatihan
keguruan.Kepala sekolah bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah untuk mengadakan pelatihan. Kepala sekolah melaksanakan supervisi pembelajaran per satu semester, dengan menggunakan teknik observasi kelas, kunjungan kelas, pembinaan individual. Kendala yang ditemui dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru yaitu terkadang guru masih ada yang tidak bersedia untuk mengikuti pelatihan. Karena berbagai alasan. Seperti tidak ada waktu, dan tidak bisa meninggalkan keluarga. 5.
Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 177 Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Seperti : ruang kelas yang berjumlah 27 ruang dengan kondisi baik, untuk 27 40
rombongan belajar (rombel). Terdapat sarana pendukung lainnya seperti : perpustakaan, laboratorium (IPA, Bahasa dan Komputer), lapangan olahraga, ruang serbaguna, ruang kesenian, ruang guru, ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, unit kesehatan sekolah (UKS), ruang BK, masjid, koperasi, kantin, gudang. SMP 177 Jakarta juga memiliki koleksi buku yang memadai. Terdiri dari buku mata pelajaran sebanyak 6201 buah, buku bacaan (novel, komik, kumpulan cerpen dan puisi, dll) sebanyak 7331 buah, dan buku referensi (kamus, ensiklopedia, jurnal, dll.) sebanyak 530 buah, serta berlangganan majalah dan koran.
Tabel 4. 3 Kondisi Sarana dan Prasarana Belajar Jenis Ruangan
Jumlah Ukuran (buah) ( )
Kondisi
Perpustakaan
1
8x4
Baik
Lab. IPA
1
15 x 7
Rusak Ringan
Keterampilan
1
15 x 7
Baik
Multimedia
-
-
-
Kesenian
1
42
Baik
Jenis Ruangan
Jumlah Ukuran (buah) ( )
Kondisi
Lab. Bahasa
1
6x3
Baik
Lab. Komputer
1
10 x 5
Baik
Ruang Dinas
1
4x2
Baik
Serbaguna/aula
1
12 x 6
Baik
Koperasi
1
2x1
Baik
Sumber : Profil Sekolah SMPN 177 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015
Tidak hanya memiliki sarana yang memadai, SMP 177 Jakarta juga memiliki prestasi yang baik di bidang akademik. Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Ujian Akhir Nasional Rata-rata NUAN No.
Tahun Pelajaran
1. 2.
Bahasa Indonesia
Matematika
Bahasa Inggris
IPA
Jumlah
Rata-rata
2010/2011
8.45
9.34
8.96
8.82
35.57
8.89
2011/2012
8.96
9.00
8.43
8.80
35.19
8.79
41
3.
2012/2013
8,55
8,66
8,04
8,50
33,75
8,43
4.
2013/2014
8.23
8.65
8.59
8.13
33.60
8.40
Sumber : Profil Sekolah SMPN 177 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015
B.
Deskripsi dan Analisa Data Data-data penelitian tentang upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru,
diperoleh peneliti melalui penyebaran angket yang diberikan kepada seluruh guru yang mengajar di SMP Negeri 177 Jakarta yang berjumlah 45 orang dengan 26 item pertanyaan. Kemudian, untuk mempermudah menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka setiap item pertanyaan dimasukan ke dalam tabulasi untuk dicari prosentase dari masing-masing item dengan menggunakan rumus statistik prosentase. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan mengenai upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru SMP Negeri 177 Jakarta dengan melihat hasil angket di bawah ini. 1.
Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 177 Jakarta
a.
Pemahaman terhadap peserta didik Pada aspek pemahaman terhadap peserta didik, terdapat dua item
pertanyaan yang ditujukan pada guru untuk mengetahui pemahaman guru terhadap siswa. Tabel 4.5 Mengidentifikasi Karakteristik Peserta didik Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
32
71%
Sering
12
27%
Kadang-kadang
1
2%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
42
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas guru yakni 98% telah mengidentifikasi perbedaan karakteristik siswa. Mengidentifikasi ini bertujuan agar guru mengetahui perbedaan siswa, dari segi sikap dan latar belakang sosial dan ekonomi. Beberapa guru di SMP 177 Jakarta memanfaatkan proses pembelajaran melalui diskusi kelompok dan penugasan kelompok maupun penugasan individu untuk mengenali nama-nama siswa dan mengetahui karakter siswa secara tidak langsung. Adapun sikap yang dapat diamati yaitu toleransi, mandiri, tanggungjawab, jujur dan disiplin. Sedangkan untuk mengetahui latar belakang sosial dan ekonomi siswa, guru mengetahuinya pada saat rapat pertemuan guru dengan orangtua siswa. Untuk melengkapi data pada aspek pemahaman guru terhadap peserta didik, penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang guru SMP Negeri 177 Jakarta. Adapun hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dalam memahami karakteristik peserta didik, guru mencari tahu latar belakang mereka. Guru menganggap semua peserta didik porsinya sama. Kemudian, di awal pembelajaran, guru sudah memberi tahu aturan-aturan yang harus dipatuhi peserta didik di kelas. 2) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyisipkan nilai-nilai moral pada peserta didik melalui contoh-contoh yang relevan dengan materi. 3) Guru menggunakan pendekatan-pendekatan dengan peserta didik dengan menempatkan diri sebagai sahabat, sehingga peserta didik tidak merasa takut untuk berbagi cerita mengenai masalah yang dihadapi, sehingga meminimalisir terganggunya kegiatan belajar. Dengan pendekatan seperti ini pula, guru dapat dengan mudah memberikan nasehat-nasehat pada peserta didik. 4) Guru berusaha pembelajaran dilakukan semenyenangkan mungkin, untuk meningkatkan antusias dari peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat dengan mudah peserta didik menyerap apa yang diajarkan guru. 5) Guru tetap menunjukkan ketegasan seorang guru namun tetap dengan bahasa yang santun dan tidak menunjukkan kemarahan. Hal ini dilakukan
43
agar peserta didik tetap menghormati bahwa guru adalah orangtua di sekolah. 6) Guru juga berkoordinasi langsung dengan guru Bimbingan Konseling dalam rapat guru, ketika menemui masalah yang berkaitan dengan peserta didik. Koordinasi yang rutin dilakukan melalui rapat guru. Namun, apabila terjadi masalah yang urgen, maka guru kelas atau wali kelas langsung menghubungi guru BK untuk bersama-sama mencarikan solusi yang tepat.
Tabel 4.6 Membantu peserta didik yang kesulitan memahami materi pelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
27
60%
Sering
12
27%
Kadang-kadang
6
13%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar guru telah membantu siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Akan tetapi terdapat 13% guru jarang membantu siswa yang sulit memahami materi pelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari wakil kepala sekolah, sekolah sudah menghimbau guru untuk meluangkan waktu apabila ada siswa yang ingin berkonsultasi tentang materi pelajaran. Akan tetapi memang masih terdapat sebagian kecil guru yang belum begitu memberi perhatian pada anak didik. Hal ini karena biasanya guru yang ditugaskan menjadi walikelas lah yang lebih banyak berinteraksi dengan siswa, sehingga dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa. b.
Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran Pada aspek perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, terdapat sembilan
item yang telah ditanyakan pada guru dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
44
guru merancang dan melaksanakan pembelajaran. Di bawah ini deskripsi sembilan item pertanyaan tersebut. Tabel 4.7 Menyusun program tahunan, program semester, silabus, dan RPP Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
45
100%
Sering
-
-
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Program tahunan, program semester, silabus, dan RPP merupakan perangkat pembelajaran yang seharusnya telah dipersiapkan oleh guru sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Perangkat pembelajaran tersebut merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua guru telah menyusun perangkat pembelajaran. Apabila gurumenyusun perangkat pembelajaran terlebih dahulu, maka diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Tabel 4.8 Menyiapkan bahan ajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
37
82%
Sering
8
18%
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
45
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa mayoritas guru 82% selalu menyiapkan bahan ajar sebelum proses pembelajaran dimulai dan 18% menyatakan sering. Dengan demikian semua guru telah menentukan dan menyiapkan bahan ajar sebelum masuk kelas. Bahan ajar yang ditentukan dapat berupa materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan pada siswa. Penentuan bahan ajar sangat penting, agar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru sudah siap untuk menyampaikan materi di depan siswa. Tabel 4.9 Menyiapkan media pembelajaram Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
24
54%
Sering
11
24%
Kadang-kadang
10
22%
-
-
45
100%
Tidak pernah Jumlah
Dalam proses pembelajaran, perlu adanya penggunaan media pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Prof. Azhar Arsyad bahwa “ media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.”1 Berdasarkan perhitungan angket, terdapat perolehan yangsignifikan yaitu 22% guru menyatakan kadang-kadang. Artinya ada sebagian kecilguru SMPN 177 Jakarta yang jarang menyiapkan media pembelajaran di kelas. Menurut wakil kepala sekolah, hal ini dikarenakan guru menyesuaikan dengan materi pembelajaran. Jika tidak memerlukan media lain selain penjelasan guru, maka guru jarang menggunakannya.
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 26
46
Tabel 4.10 Mengkondisikan kelas Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
35
78%
Sering
10
22%
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru selalu mengkondisikan kelas sebelum memulai pembelajaran. Mengkondisikan kelas merupakan hal penting, karena ketika siswa datang ke sekolah tidak semuanya bertujuan untuk belajar. Ada yang memiliki motivasi lain, seperti bertemu dengan teman-teman. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan terlebih dahulu, seperti pengaturan tempat duduk dan suasana kelas agar lebih kondusif. Sehingga siswa dalam keadaan siap dan lebih berkonsentrasi menerima materi pelajaran dari guru dan diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Tabel 4.11 Menggunakan metode pembelajaran yang variatif Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
12
27%
Sering
20
44%
Kadang-kadang
13
29%
-
-
45
100%
Tidak pernah Jumlah
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa masih terdapat guru yakni 29% jarang menggunakan metode pembelajaran yang variatif. Hal ini karena guru menyesuaikan dengan materi pembelajaran. Apabila sudah cukup dengan ceramah dan tanya jawab saja maka guru tidak menggunakan metode lain. Dari hasil 47
wawancara dengan wakil kepala sekolah, memang masih terdapat beberapa guru atau sebagian kecil yang jarang menggunakan bermacam-macam metode dalam kegiatan pembelajaran. Tabel 4.12 Mengevaluasi efektifitas penggunaan metode pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
31
69%
Sering
-
-
14
31%
-
-
45
100%
Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar guru sudah pernah melakukan pengukuran terhadap efektifitas metode pembelajaran yang digunakan. Akan tetapi terdapat sebagian yang cukup signifikan, yakni 31% guru menyatakan jarang mengevaluasi keefektifan penggunaan metode pembelajaran. Setelah di konfirmasi memang masih terdapat sebagian guru yang jarang menilai tersendiri apakah metode yang digunakan sudah efektif atau belum. Akan tetapi guru mengetahui secara tidak langsungbagaimana efektifitas penggunaan metode pembelajaran dari nilai yang diperoleh siswa dan keaktifan di kelas. Apabila siswa memperoleh nilai baik, maka metode yang digunakan dirasa cukup efektif. Tabel 4.13 Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
18
40%
Sering
21
47%
Kadang-kadang
6
13%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
48
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru telah menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Hanya sebanyak 13% guru menjawab kadang-kadang memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Guru-guru tersebut hanya menggunakannya jika memang sangat diperlukan. Salah satu faktor kurangnya pemanfaatan teknologi ini adalah karena ada beberapa guru SMPN 177 Jakarta yang belum begitu menguasai menggunakan teknologiseperti laptop, internet, in-focus. Sehingga jarang memanfaatkannya di kelas. Pelatihan sudah pernah mereka dapatkan. Salah satunya pelatihan penggunaan komputer. Tabel 4.14 Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
45
100%
Sering
-
-
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa seluruh guru atau 100% guru selalu memberikan siswa kesempatan untuk bertanya. Artinya, guru-guru di SMPN 177 Jakarta sudah melaksanakan salah satu perannya sebagai motivator dalam kelas, yaitu mendorong siswa aktif di kelas dengan memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat melalui bertanya. Tabel 4.15 Bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
20
45%
Sering
24
53%
Kadang-kadang
1
2%
49
Tidak pernah Jumlah
-
-
45
100%
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket, sebanyak 98% guru atau hampir seluruhnya guru menyimpulkan materi pembelajaran bersama-sama. Artinya, guru melibatkan siswa pada saat proses pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan siswa diharapkan siswa dapat lebih mudah mengingat apa yang telah dipelajari. c.
Evaluasi hasil belajar siswa Dalam aspek evaluasi hasil belajar, indikator yang digunakan adalah
bagaimana guru memantau kemajuan belajar siswa, apakah guru memberikan tugas individu dan tugas kelompok pada siswa, apakah guru menyusun sendiri alat penilaian hasil belajar siswa, apakah guru mengadakan tes secara berkala, dan yang terakhir apakah guru menggunakan hasil belajar siswa untuk perbaikan proses pembelajaran. Tabel 4.16 Memantau kemajuan belajar siswa Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
25
55%
Sering
20
45%
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru selalu memantau kemajuan belajar siswa. Dengan demikian, guru-guru SMPN 177 Jakarta telah menyadari bahwa guru perlu memantau kemajuan belajar siswa dalam belajar. Diharapkan dengan mengetahui kemajuan belajar siswa dapat
50
memudahkan guru melakukan pemetaan terhadap siswa berdasarkan kemampuan mereka masing-masing. Tabel 4.17 Memberikan tugas pada siswa Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
22
49%
Sering
20
44%
Kadang-kadang
3
7%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar yakni 93% guru telah memberikan tugas. Tugas yang dimaksud adalah tugas individu dan tugas kelompok pada siswa. Dengan adanya pemberian tugas pada siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap bertanggung jawab dan kemandirian siswa dalam belajar, serta dapat melatih kerjasama dalam kelompok. Tabel 4.18 Menyusun instrumen penilaian hasil belajar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
36
80%
Sering
-
-
Kadang-kadang
9
20%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Dari tabel 4.18 tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru telah menyusun sendiri instrumen penilaian hasil belajar siswa. Akan tetapi, terdapat prosentase yang cukup signifikan yakni 20% guru menjawab kadang-kadang menyusun sendiri instrumen penilaian hasil belajar siswa. Artinya guru jarang 51
membuat soal sendiri. Setelah di konfirmasi dengan wakil kepala sekolah, bahwa memang masih ada sebagian kecil guru yang terkadang mengabaikan dan belum memperhatikan kriteria yang baik dalam membuat soal. Sehingga dirasa sulit untuk menentukan soal yang tepat bagi siswa. Hal ini, juga karena pelatihan tentang penyusunan instrumen penilaian yang tepat masih jarang diikuti oleh guru. Tabel 4.19 Mengadakan tes secara berkala Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
29
65%
Sering
11
24%
Kadang-kadang
5
11%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru telah mengadakan tes secara berkala, seperti ulangan harian. Akan tetapi, data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat sebagian kecil guru yakni sekitar 11% jarang melakukan tes secara berkala. SMPN 177 Jakarta telah menjadwalkan ulangan harian, akan tetapi memang masih ada guru yang melaksanakan ulangan harian tidak sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tabel 4.20 Menggunakan hasil belajar siswa untuk perbaikan proses pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
30
67%
Sering
12
27%
Kadang-kadang
3
6%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
52
Tabel 4.20 tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar yakni 94% guru menggunakan hasil belajar siswa untuk perbaikan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa ini dijadikan salah satu acuan untuk perbaikan proses pembelajaran. Adapun perbaikan yang dilakukan adalah menentukan kembali metode pembelajaran yang digunakan, media pembelajaran yang dipakai dan instrumen penilaian hasil belajar siswa yang digunakan.
d.
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Pada aspek ini terdapat tiga indikator yaitu, mengarahkan siswa mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler, mengadakan remedial bagi siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), dan memberi kesempatan siswa mengikuti perlombaan. Tabel 4.21 Mengarahkan siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
32
71%
Sering
13
29%
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Setiap siswa memiliki minat dan bakat masing-masing yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sebagai seorang pembimbing, salah satu tugas guru adalah bagaimana mengarahkan siswa mengembangkan potensi yang dimiliki selain dengan aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru selalumengarahkan siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
53
Tabel 4.22 Mengadakan remedial Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
30
67%
Sering
8
18%
Kadang-kadang
7
15%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut, dapat diketahui terdapat 85% guru telah mengadakan remedial. Selain itu, kita juga dapat mengetahui terdapat guru sekitar 15%, menyatakan jarang mengadakan remedial. Berdasarkan wawancara dengan wakil kepala sekolah, hal ini terjadi karena ada sebagian kecil guru yang menggantikan remedial dengan tugas individu membuat makalah. Dengan kata lain, proses perbaikan nilai tetap ada, hanya mekanismenya diubah dari tes ulang menjadi pemberian tugas. Sehingga siswa tetap dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Tabel 4.23 Memberikan kesempatan siswa mengikuti perlombaan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
26
58%
Sering
15
33%
Kadang-kadang
4
9%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa sebagian besar guru atau terdapat 91% guru telah memberi kesempatan siswa untuk mengikuti perlombaan. Akan tetapi, masih ada sebagian kecil guru yang menyatakan jarang memberikan izin pada siswa
54
untuk mengikuti perlombaan, seperti lomba kesenian dan olahraga. Pemberian izin diberikan ketika tidak sedang dilakukan proses belajar mengajar. Dengan kata lain, apabila siswa sedang mengikuti jam pelajaran, maka guru jarang memberikan izin. 2.
Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Pada variabel “strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru”, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah SMPNegeri 177 Jakarta.Dari hasil wawancara, kepala sekolah mengatakan bahwa : Kami mengikutsertakan guru dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKG (Kelompok Kerja Guru), workshop, penataran, dan seminar-seminar sebagai bentuk pelatihan keguruan.Kepala sekolah bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah untuk mengadakan pelatihan. Kami melaksanakan supervisi pembelajaran per satu semester, dengan menggunakan teknik observasi kelas, kunjungan kelas, pembinaan individual. Adapun kendala yang ditemui dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru yaitu terkadang guru masih ada yang tidak bersedia untuk mengikuti pelatihan. Karena berbagai alasan. Seperti tidak ada waktu, dan tidak bisa meninggalkan keluarga. Berikut ini adalah strategi yang dilakukan kepala sekolah SMPNegeri 177 Jakarta dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Tabel 4.24 Mengadakan pelatihan keguruan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
38
84%
Sering
7
16%
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
55
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua guru telah mengikuti pelatihan keguruan. Pelatihan yang diikuti beragam, ada pada tingkat sekolah seperti
pelatihan
menggunakan
komputer
dan
pemanfaatannya
dalam
pembelajaran dan pelatihan peningkatan kemampuan berbahasa inggris. Adapula pelatihan lainnya yang pernah diikuti yang diadakan oleh dinas pendidikan yaitu pelatihan penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada guru yang tidak mendapat kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan profesionalisme.
Tabel 4.25 Melakukan supervisi pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
28
62%
Sering
7
16%
Kadang-kadang
10
22%
-
-
45
100%
Tidak pernah Jumlah
Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah telah melakukan supervisi terhadap guru. Intensitas pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah pun berbeda, ada guru yang menyatakan selalu dan ada juga guru yang menyatakan sering disupervisi oleh kepala sekolah. Melalui tabel tersebut dapat diketahui terdapat 22% guru yang menyatakan jarang di supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini karena kepala sekolah juga telah mendelegasikan wewenang nya kepada wakil kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi pembelajaran apabila kepala sekolah sedang tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai supervisor.
56
Tabel 4.26 Mengadakan observasi kelas Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
29
64%
Sering
16
36%
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Salah satu teknik dalam supervisi adalah observasi kelas. Pada teknik ini, kepala sekolah mengamati guru mulai dari guru memulai kegiatan pembelajaran di kelas dimulai sampai dengan guru menutup kegiatan pembelajaran. Pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa semua guru telah disupervisi, hanya saja ada yang menyatakan kadang-kadang guru disupervisi dengan teknik observasi kelas. Artinya masih ada guru yang jarang di observasi kelasnya oleh kepala sekolah. Hal ini karena, selain kepala sekolah telah mendelegasikan wewenangnya apabila tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai supervisor, kepala sekolah juga kadang menggunakan teknik kunjungan kelas dan pembinaan individual. Tabel 4.27 Mendiskusikan metode untuk pengembangan proses pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
31
69%
Sering
9
20%
Kadang-kadang
5
11%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
57
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar guru menyatakan sering mendiskusikan metode untuk pengembangan proses pembelajaran. Sebanyak 89% guru pernah mendiskusikan metode untuk pengembangan proses pembelajaran. Adapun pengembangan yang dimaksud adalah yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar, misalnya: penggunaan media pembelajaran yang tepat, penggunaan metode pembelajaran yang efektif, penerapan kurikulum baru di kelas. Melalui rapat bulanan, Kepala Sekolah dengan guru-guru membahas bagaimana cara untuk mengembangkan proses pembelajaran tersebut. Tabel 4.28 Membimbing guru menginterpretasi hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
25
56%
Sering
13
29%
Kadang-kadang
7
15%
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas guru pernah dibimbing dalam menginterpretasikan hasil tes siswa untuk perbaikan proses pembelajaran. pada tabel tersebut juga terdapat 15% guru yang menyatakan jarang menganalisis dan menginterpretasi hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran, hal ini karena selain membahas hasil tes dengan kepala sekolah, guru juga membahas hasil tes siswa dengan guru lain yang mengampu mata pelajaran yang sama. Tabel 4.29 Membantu guru mengatasi masalah dalam proses pembelajaran Alternatif Jawaban Selalu
Frekuensi
Prosentase
45
100%
58
Sering
-
-
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa seluruh guru dibantu oleh kepala sekolah dalam mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. Adapun masalah yang dialami oleh guru biasanya lebih kepada perilaku siswa di kelas.Dalam hal ini kepala sekolah akan turun tangan membantu mengatasi apabila sudah tidak dapat diselesaikan sendiri oleh guru. Tabel 4.30 Memberikan guru kesempatan untuk mengikuti KKG dan MGMP Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
Selalu
45
100%
Sering
-
-
Kadang-kadang
-
-
Tidak pernah
-
-
45
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua guru yakni sekitar 100% guru menyatakan selalu diberi kesempatan oleh kepala sekolah untuk mengikuti KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Dengan demikian semua guru telah diberikan kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya dan dapat saling bertukar informasi dengan guru dari sekolah lain melalui kegiatan ini. Dalam menyimpulkan hasil penelitian upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta, peneliti melakukan perhitungan nilai mean (rata-rata) yang didapatkan melalui rumus prosentase. 59
Di bawah ini adalah tabel penghitungan jumlah skor yang diperoleh dari tiap aspek penelitian.
Tabel 4. 31 Jumlah skor tiap aspek penelitian Responden
45 orang Guru
No Item Pertanyaan
Aspek Penelitian
(Angket)
Skor
Pemahaman terhadap peserta didik
1, 2
322
Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
1451
13,14,15,16
806
17,18,19
482
20,21,22,23,24,25,26
1152
Evaluasi hasil belajar Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Strategi peningkatan kompetensi pedagogik oleh kepala sekolah.
Tabel di atas menunjukkan perolehan skor masing-masing aspek upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru. Kemudian untuk dapat mengetahui kompetensi dilakukan penghitungan nilai skor dari kedua variabel penelitian, yakni sebagai berikut :
Tabel 4. 32 Penentuan Kategori Penilaian Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Nilai Harapan (NH)
Nilai Skor (NS)
60
Nilai Rata-rata (Mean)
(
)
Kategori
Kompetensi Pedagogik Guru Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
19 x 4 = 76
3061 : 45 = 68,02
68,02 x 100% 76 = 89,5
Sangat Baik
7 x 4 = 28
1152 : 45 = 25,6
25,6 x 100% 28 = 91,43
Sangat Baik
Berdasarkan hasil penilaian tersebut maka dapat diketahui bahwa 89,5% aspek-aspek kompetensi pedagogik guru telah terpenuhi oleh guru-guru SMPN 177 Jakarta. aspek-aspeknya yaitu meliputi: kemampuan guru dalammemahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, dan mengembangkan peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.Terpenuhinya aspek tersebut dapat diketahui dari hasil angket dan wawancara, yaitu: Pertama, guru telah aktif dalam mengenali karakteristik dan latar belakang peserta didiknya melalui berbagai cara, seperti pemberian tugas kelompok maupun individu dan pertemuan guru dengan orangtua peserta didik. Kedua, guru telah mempersiapkan perangkat pembelajaran, meliputi Program Tahunan, Program Semester, Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Ketiga, guru selalu memantau kemajuan belajar siswa dengan memberikan tugas individu maupun tugas kelompok, kemudian mengevaluasi hasil belajar siswa untuk peningkatan efektifitas proses pembelajaran. Kelima, guru telah mengarahkan siswa untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah, selain itu juga guru mengadakan remedial untuk siswa yang tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Kemudian, pada variabel upaya kepala sekolah dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru berada pada kategori “sangat baik” yakni sekitar 91,43% telah tercapai. Kategori tersebut dapat diketahui berdasarkan hal-hal berikut : Pertama, kepala sekolah telah mengadakan pelatihan keguruan di sekolah dan mengikutisertakan guru pada pelatihan dari luar sekolah. Kedua, kepala sekolah juga mengarahkan guru untuk mengikuti forum profesi seperti 61
KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Ketiga, kepala sekolah telah melaksanakan supervisi melalui observasi kelas, kunjungan kelas, dan pembinaan individual pada guru. keempat, kepala sekolah sering membantu guru dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran seperti masalah perilaku siswa.
62
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Berdasarkan data-data
hasil
penelitian tentang upaya
peningkatan
kompetensi pedagogik guru SMPN 177 Jakarta, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Kompetensi pedagogik guru SMPN 177 Jakarta sangat baik. Hal ini dapat diketahui berdasarkan prosentase rata-rata yang didapat dari hasil penelitian yaitu sebesar 89,5%, yang meliputi aspek kemampuan guru dalam pemahaman terhadap peserta didik, kemampuan merancang dan melaksanakan
pembelajaran,
kemampuan
mengevaluasi
hasil
pembelajaran, dan kemampuan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 2. Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru SMPN 177 Jakarta sudah optimal. Hal ini dapat diketahui berdasarkan prosentase rata-rata yang diperoleh sebesar 91,43%. Penilaian ini dilihat dari adanya pelaksanaan supervisi pembelajaran yakni melalui observasi kelas, kunjungan kelas maupun pembinaan langsung kepada para guru. kemudian, adanya kegiatan pelatihan, pemberian kesempatan pada guru untuk aktif dalam MGMP dan KKG, dan kepala sekolah juga memberikan reward bagi guru yang berprestasi.
B.
Saran Tanpa mengurangi rasa hormat pada semua pihak, dan demi meningkatnya
efektifitas upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam kompetensi pedagogik, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai bahan masukan, sebagai berikut:
62
1. Para guru, hendaknya guru perlu untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang teknologi, agar dapat memanfaatkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, guru harus sering mengikuti berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan proses pembelajaran. 2. Kepala sekolah, diharapkan untuk dapat menyelenggarakan pelatihan secara berkala, baik bekerjasama dengan masyarakat maupun lembaga lain untuk mengadakan berbagai upaya, seperti seminar, workshop dan penataran dalam meningkatkan kompetensi guru SMPN 177 Jakarta. Kemudian, kepala sekolah juga hendaknya menghimbau guru untuk memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah,
karena kenyataannya
masih ada sebanyak 13% guru yang jarang memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah tersedia di sekolahsalah satunya perangkat teknologi.
63
DAFTAR PUSTAKA
Akuntono, Indra. Rata-rata Hasil Uji Kompetensi Guru Masih Rendah. (http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/16/17455390/Rata.rata.Hasil.Uji. Kompetensi.Guru.Masih.Rendah). diakses pada 21 Juli 2014 Arifin, Mohammad. dan Barnawi. Etika dan Profesi Kependidikan. 2012. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. 2005. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Press. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2002. Jakarta : Balai Pustaka. Faturrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. 2007. Bandung: Refika Aditama. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. 2005. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayah, Rifa dan Elfi Mu’awanah. Bimbingan konseling islami di sekolah dasar. 2009. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayat, Syarif dan Asroi. Manajemen Pendidikan : Substansi dan Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia. 2013. Jakarta: Pustaka Mandiri Iskandar, dan Mukhtar. Orientasi Supervisi Pendidikan. 2013. Jakarta: Referensi. Majid,
Abdul.
Perencanaan
Pembelajaran
:
Mengembangkan
Standar
Kompetensi Guru. 2012. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional. 2012. Jakarta: Rajawali Press. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. 2007.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. 2008.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. 2013. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. 2012. Jakarta: Gaung Persada. Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. 2011.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. 2009. Jakarta: Cipta Jaya. Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Sinar Grafika. Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. 2010. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2002. Jakarta: Balai Pustaka. Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. 2013. Jakarta: kalam Mulia.Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. 2011.Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2011. Jakarta : Prenada Media Group. Soetjipto, dan Raffli Kosasih. dan Profesi Keguruan. 2011.Jakarta : Rineka Cipta. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB. 2007. Yogyakarta : Pustaka Yustisia. Surya, Mohammad. Psikologi Konseling. 2003.Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). 2007. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. 2006. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan : Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. 2008. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005. 2009. Jakarta : Sinar Grafika.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003). 2011. Jakarta : Sinar Grafika. cet. Ke-empat. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. 2011. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. 2004. Yogyakarta: Media Abadi. Yahya, Murip. Profesi Tenaga Kependidikan. 2013. Bandung: Pustaka Setia.
ANGKET UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMP NEGERI 177 JAKARTA
1. Angket ini dibuat untuk kepentingan penelitian skripsi 2. Diharapkan Bapak/Ibu guru menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya 3. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan Bapak/Ibu guru dengan cara memberikan tanda centang/ checklist pada salah satu pilihan alternatif jawaban yang telah disediakan. SL = Selalu KD = Kadang-kadang SR = Sering TP = Tidak Pernah 4. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu guru menjawab pertanyaan dalam angket ini.
No 1.
Pernyataan
Anda mengetahui perbedaan karakteristik siswa di kelas anda. 2. Anda membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran 3. Anda menyusun sendiri program tahunan, program semester, silabus dan RPP. 4. Anda menyiapkan bahan ajar sebelum masuk kelas. 5. Anda menyiapkan media pembelajaran sebelum masuk kelas. 6. Sebelum memulai pembelajaran, anda mengkondisikan kelas terlebih dahulu. 7. Selain ceramah, anda menggunakan metode lainnya dalam menjelaskan materi pelajaran. 8. Anda mengevaluasi efektifitas metode pembelajaran yang anda gunakan. 9. Anda memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, misalnya : laptop, in-focus, internet. 10. Pada saat pembelajaran berlangsung, anda memberi pertanyaan siswa untuk bertanya. 11. Di akhir pembelajaran, anda bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Pilihan Jawaban SL SR KD TP
12. Anda memantau kemajuan belajar siswa. 13. Anda memberikan tugas pada siswa. 14. Anda menyusun sendiri alat penilaian hasil belajar siswa. 15. Anda mengadakan tes secara berkala. Misalnya: ulangan harian. 16. Anda menggunakan hasil belajar siswa, untuk perbaikan proses pembelajaran. 17. Anda mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diminati. 18. Anda mengadakan remedial bagi siswa yang bekum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 19. Anda memberi kesempatan siswa mengikuti perlombaan, seperti perlombaan olah raga dan kesenian. 20. Kepala sekolah mengadakan pelatihan bagi guru. 21. Kepala sekolah melakukan supervisi terhadap proses pembelajaran. 22. Kepala sekolah melakukan observasi kelas. 23. Guru dan kepala sekolah mendiskusikan metode untuk pengembangan proses pembelajaran. 24. Kepala sekolah membimbing anda dalam menginterpretasi tes untuk perbaikan proses pembelajaran. 25. Kepala sekolah membantu anda mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. 26. Kepala sekolah memberikan anda kesempatan untuk mengikuti KKG dan MGMP.
HASIL WAWANCARA UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMP 177 JAKARTA PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
Responden : Drs. H. Ngadiman, M. Si Jabatan : Kepala Sekolah Tempat / Tanggal Wawancara : Ruang Kepala Sekolah /Senin, 1 Desember2014
Pertanyaan : 1. Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan guru profesional? Jawaban : menurut saya guru yang profesional adalah guru yang mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik, memenuhi syarat utamanya yaitu menguasai materi pelajaran yang diampu, dan disenangi oleh anak didik. 2. Bagaimana dengan guru di SMP 177, apakah menurut Bapak sudah dapat dikatakan profesional? Jawaban : Relatif. Menurut saya, guru-guru disini rata-rata sudah profesional. Walaupun masih ada beberapa yang belum. 3. Bagaimana pendapat Bapak terhadap kompetensi pedagogik guru? Jawaban : ini kompetensi yang penting dimiliki guru. Karena berhubungan langsung dengan pola guru mendidik anak. Bagaimana guru mengajar di kelas dengan baik dan menggunakan metode yang tepat, sehingga anak termotivasi untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. 4. Apakah guru di sekolah ini sudah kompeten dalam bidang pedagogik guru? Jawaban : Sudah kompeten. 5. Bagaimana strategi Bapak untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru? Jawaban : strateginya melalui pelatihan, workshop, seminar.
6. Apakah Bapak mengadakan pelatihan bagi guru? Jawaban : Ya. Kami bekerjasama dengan dinas dan masyarakat. Seperti mengadakan pelatihan komputer. Sekolah juga
mengadakan
seminar dengan memanggil narasumber yang kompeten di bidangnya, seperti motivator. 7. Apakah guru-guru sering mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pembelajaran? Jawaban : Ya. Melalui MGMP dan penataran-penataran. Guru disini juga sudah banyak yang mengikuti pelatihan PTK (penelitian tindakan kelas), dan responnya cukup baik. 8. Apakah ada guru yang sedang melanjutkan pendidikan? Jawaban : Ya, ada. Yang sedang S3 ada 3 orang. dan beberapa sedang S2. 9. Apakah guru-guru mengikuti forum profesi seperti KKG dan MGMP? Jawaba : Ya, guru disini rata-rata selalu mengikuti KKG dan MGMP. 10. Apakah Bapak melaksanakan supervisi secara berkala? Jawaban : Ya, dua kali dalam setahun, dilaksanakan tiap akhir semester. Tujuannya
ya
salah
satunya
untuk
mengembangkan
PKB
(Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan). 11. Apa saja teknik supervisi yang dilakukan? Jawaban : Tekniknya biasanya dengan melakukan pengamatan kelas, kunjungan kelas, dan pembicaraan individual. 12. Apakah Bapak membantu guru menyelesaikan masalah dalam pembelajaran? Jawaban : Ya tentu. Ini tugas penting kepala sekolah. Salah satunya masalah siswa di kelas. Anak kan berbeda satu sama lain. Sehingga seharusnya guru tidak menyamaratakan, dan menggunakan pola mendidik yang sesuai, dan lebih memperhatikan lagi karakter dari tiap siswa, supaya kebutuhan belajar siswa terpenuhi. 13. Apakah ada perubahan terhadap kompetensi guru setelah dilakukan supervisi? Jawaban : Ya tentu saja ada.
14. Apakah ada reward atau punishment yang diberlakukan di sekolah ini? Jawaban : Ada. Berupa materi (uang). Diperuntukan bagi guru yang siswanya berhasil memperoleh nilai UN tertinggi yaitu 10. 15. Apa saja kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP 177 Jakarta? Jawaban : Kendala yang dihadapi terkadang guru masih ada yang tidak mau untuk mengikuti pelatihan. Karena berbagai alasan. Seperti tidak ada waktu, dan tidak bisa meninggalkan keluarga.
Mengetahui, Kepala Sekolah SMP 177 Jakarta
Drs. H. Ngadiman, M. Si NIP. 195812281984031005
HASIL WAWANCARA UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMP 177 JAKARTA PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
Responden : Eno Tardana, S. Pd. Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Tempat / Tanggal Wawancara : Ruang Guru /Jumat 19 Desember 2014
Pertanyaan : 1. Sejauh pengamatan Bapak, apakah guru-guru mencari tahu perbedaan karakteristik siswa ? Jawaban : Ya, rata-rata guru tahu karakter siswa nya. Guru mencari tahu melalui pemberian tugas kelompok dan individu, nanti kan ketahuan mana siswa yang rajin, mana yang pinter, mana yang belum paham, mana siswa yang bisa bekerjasama, dan lain-lain. Guru juga mengamati perbedaan latar belakang sosial dan ekonomi siswa dari pertemuan dengan orang tua murid. Karena yang sekolah disini dari berbagai kalangan masyarakat. 2. Apakah guru juga mengidentifikasi kecenderungan belajar siswa? Jawaban : Iya, mayoritas. Siswa kan berbeda-beda, ada yang belajar dengan metode ceramah saja langsung paham. Tapi banyak juga siswa yang harus belajar sambil latihan baru bisa mengerti. Ya, artinya disini guru menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Bagaimana caranya supaya siswa paham dengan materi yang kita (guru) ajarkan. 3. Apakah guru sering membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran? Jawaban : Sejauh ini rata-rata guru membantu siswa nya yang kesulitan untuk paham dengan materi pelajaran. Biasanya solusinya dengan pemberian pelajaran tambahan kalau memang diperlukan. Atau sekedar konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.
4. Apakah guru selalu menyiapkan media pembelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai? Jawaban : Rata-rata sekarang sudah memakai nya. Tetapi memang masih ada yang jarang menggunakan media pembelajaran yang berbeda-beda. Pada umumnya sekarang misalnya mengajar memakai powerpoint guru masih ada yang belum terbiasa. Istilahnya belum mahir benar. Ya, harap dimaklumi, karena namanya sudah tua, ya kalau sudah usia segini gak bisa cepat langsung bisa menguasai teknologi sekarang. 5. Apakah guru juga selalu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi? Jawaban : untuk metode pembelajaran,
memang masih ada guru yang
mengajar menggunakan ceramah saja. Tapi rata-rata guru-guru yang lain sudah menyesuaikan dengan materi pembelajaran. kalau tidak cukup dengan ceramah ya pakai metode yang lain, dan tetap menyesuaikan dengan durasi lamanya pembelajaran. 6. Apakah guru sering mengikuti pelatihan tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran? Jawaban : Sekolah sering mengadakan pelatihan. Kami memanggil narasumber, dan kadang dari lembaga lain. Seperti pelatihan menggunakan powerpoint dan menggunakan email. Pelatihan ini sebenarnya wajib diikuti. Akan tetapi memang kadang masih ada saja yang tidak ikut, dengan berbagai alasan. tetapi hanya sebagian kecil. 7. Apakah kepala sekolah selalu menghimbau agar memanfaatkan fasilitas sekolah untuk digunakan dalam pembelajaran? Jawaban : oh iya, kepala sekolah memang selalu menginstruksikan untuk dipakai fasilitas sekolah untuk pembelajaran. karena kan lebih baik rusak dipakai daripada rusak tapi belum pernah dipakai. 8. Apakah guru-guru selalu membuat sendiri instrumen penilaian siswa? Jawaban : Itu tergantung. Kalau UAS ada yang dari sanggar atau dari MKS DKI, nah kalau UTS guru-guru yang buat nanti digandakan di sekolah. Tapi ada saja sebagian kecil guru yang memakai soal yang sudah ada. Memang ada kendala karena guru-guru kurang
memperhatikan kriteria pembuatan soal yang tepat. Ini akibat kurangnya memperhatikan pembelajaran mengenai instrumen yang tepat pada masa kuliah. 9. Apakah kepala sekolah mengadakan pelatihan membuat instrumen penilaian yang tepat? Jawaban : oh iya pernah. Bahkan beliau juga pernah mengetes kinerja. Beliau membuat kuesioner buat guru. 10. Apakah guru selalu mengadakan tes secara rutin? Jawaban : oh kalau ulangan harian kan memang ditetapkan berapa kali ulangan harian, terus baru bisa UTS. Jadi di sekolah ada pekan ulangan. Memang kadang ada guru yang tidak sesuai jadwal mengadakan ulangan harian. 11. Setelah
mengetahui
hasil
belajar
siswa,
apakah
guru-guru
selalu
menggunakannya untuk perbaikan proses pembelajaran? Jawaban : Iya, sejauh ini hampir semua guru selalu memanfaatkannya. 12. Sejauh pengamatan Bapak, apakah guru-guru selalu mengadakan remedial? Jawaban : Iya, tetapi kadang-kadang masih ada guru yang menggunakan metode lain untuk remedial seperti memberi tugas individu untuk siswa yang nilainya belum cukup. Misalnya kadang ada guru yang memberi tugas membuat makalah nanti disesuaikan dengan materi pelajaran yang sudah diujiankan. Biasanya itu karena keterbatasan waktu ya. Kalau waktunya memungkinkan guru mengadakan remedial. 13. Apakah guru selalu memberikan izin siswa untuk mengikuti perlombaan? Jawaban : rata-rata mengizinkan. Tapi memang masih ada guru yang tidak mengizinkan. Karena biasanya perlombaan tersebut dilaksanakan waktu gurunya sedang menerangkan pelajaran. Selama diluar jam pelajaran maka guru rata-rata mengizinkan. 14. Apakah kepala sekolah selalu melaksanakan supervisi secara rutin? Jawaban : Iya. Dua kali dalam setahun. Terkadang kepala sekolah meminta saya (wakil kepala sekolah) untuk melaksanakan supervisi jika
beliau ada halangan. Disini supervisinya observasi kelas, ada juga kunjungan kelas, dan pembinaan perseorangan atau masing-masing guru. Jadi kepala sekolah masuk ke kelas dan mengikuti pembelajaran. 15. Apakah kepala sekolah selalu membimbing guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran? Jawaban : Iya sering. Misalnya untuk hasil UN. Nanti dicari tahu kenapa misalnya nilainya jelek. Nanti dicari tahu solusinya. Apa metode nya yang kurang tepat, apa media nya yang kurang banyak dan kurang tepat, atau kondisi kelasnya tidak nyaman. Pokoknya hasilnya itu untuk perbaikan proses pembelajaran kedepannya. 16. Apabila ada masalah ketika pembelajaran berlangsung, apakah kepala sekolah selalu membantu guru untuk mengatasinya? Jawaban : oh kalau ada masalah, diselesaikannya ditingkat bawah dulu. Misalnya ada siswa yang perilakunya kurang baik. nanti diselesaikan dulu oleh walikelas. Kalau tidak bisa nanti oleh guru BK, lalu ke saya (Wakil Kepala Sekolah) nah kalau masih belum bisa diselesaikan baru kepala sekolah bertindak. Apakah siswa ini dikeluarkan dari sekolah atau bagaimana.
Mengetahui, Wakil Kepala Sekolah SMP 177 Jakarta
Eno Tardana, S. Pd. NIP.1963 0804 1984 031005
HASIL WAWANCARA
Nama
: Rumondang Simamora, S. Pd.
Tempat/ Tgl. Lahir
: Dolok sanggul/ 25 Oktober 1963
Jabatan
: Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Tempat, waktu wawancara
: Ruang Guru, 7 April 2015
Pertanyaan 1. Sudah berapa lama menjadi guru ? Jawaban : Sudah 20 sekian tahun saya mengajar. 2. Peserta didik memiliki berbagai perbedaan latar belakang, menurut Ibu bagaimana seharusnya seorang guru menyikapi perbedaan ini, agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang sama? Jawaban : Pertama, kita harus tahu latar belakang setiap siswa. Tidak ada yang dipilih kasih, semuanya sama. seperti pada saat kita masuk kelas, terlebih dulu kita harus selalu tegur sapa dengan anak, bangun komunikasi yang baik. 3. Apakah di kelas ada siswa yang berkebutuhan khusus, misalnya cacat fisik? Jawaban : Ada juga. Ketika mengajar, saya sering memberikan pengarahan pada siswa dengan filsafat hidup. bahwa “siapapun dia, bagaimanapun dia, dengar apa katanya, simak arti perkataannya, ambil hikmahnya.” Dari awal mulai pembelajaran saya sudah berikan pandangan itu ke siswa. Hargai setiap orang. Karena kenapa sampai kita itu berantem ada salah paham, itu sering dari mulut. Saya kembalikan lagi pada mereka, kenapa harus didengar. Makannya kalau mengajar saya gak langsung ke materi, tetapi saya berikan pandangan bahwa inilah kehidupan nyata. Masalah timbul karena belum apa-apa kita sudah salah mengerti orang. 4. Banyak berita yang negatif terhadap siswa usia belasan seperti siswa SMP, misalnya banyak yang tawuran, merokok, dan lain-lain. Bagaimana Ibu menyikapi sikap emosional siswa seperti ini? Jawaban : disitulah guru berperan. Tetapi tidak terlepas juga orang tua di rumah. Jadi guru dan orang tua harus saling mendukung. Terutama, saya liat anak kelas 8 (delapan) paling tinggi gejolak kenakalan. Disinilah kita harus peduli dengan mereka. Ya dari latar belakang mereka tadi.
5. Cara mengetahui bagaimana latar belakang mereka (siswa), bagaimana bu? Jawaban : kita bisa lihat. Saya dari SMP telah mempelajari hal-hal kejiwaan. Saya tau siswa bohong atau tidak dari sorot matanya dan gerak tubuhnya. Oleh karena itu, menurut saya pembelajaran harus dibuat se menyenangkan mungkin. Jangan buat belajar itu menjadi beban. Anggap itu benar-benar main dan benar-benar kita nikmati. 6. Salah satu aspek peserta didik adalah agama, bagaimana Ibu sebagai guru menyikapi ini, sehingga di kelas tidak ada yang merasa mereka beda sendiri atau minoritas? Jawaban : saya selalu menanamkan nilai-nilai pancasila pada siswa. Apapun yang kita katakan kita perbuat tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Disitulah pentingnya dasar negara, sila pertama “ketuhanan yang maha esa” itu kan diikuti sila yang lain. Kalau kita sudah menjalankan sila pertama ini dengan baik dan benar berarti kan semuanya itu akan berjalan dengan baik. Tuhan saja sayang pada ciptaannya. Mengapa kita tidak bisa. Jadi tidak boleh lepas dari iman dan takwa. Karena hanya materi pelajaran, mereka bisa mencari sendiri. Tapi kesadaran harus dibina. 7. Bagaimana cara Ibu menanamkan nilai-nilai moral pada siswa? Jawaban : kita lihat dulu kondisi mereka, kadang saya ajak dulu bernyanyi. Kita ajak mereka senang. Saya tidak ingin menjadi guru yang ditakuti. Saya mempersilahkan mereka apa yang bisa saya bantu. Saya bantu semampu saya. Banyak juga yang bercerita pada saya masalah yang mereka hadapi. Karena menurut saya, mendidik anak tidak harus memukul fisik. Karena bisa dengan nasehat.
Narasumber,
Rumondang Simamora, S. Pd.
Hasil Wawancara
Nama
: Nur Budiarti, S. Pd.
Tempat/Tgl. Lahir
: Jakarta/ 15 Februari 1968
Jabatan
: Guru Bahasa Indonesia
Tempat, Waktu wawancara : Ruang Guru, 7 April 2015
Pertanyaan
1. Bagaimana menyikapi perbedaan aspek peserta didik (berbeda fisik, intelektual, latar belakang sosial, budaya, agama) dalam pembelajaran, agar mereka memiliki pengalaman belajar yang sama, tidak ada yang merasa tersisihkan? Jawaban : anggapan pertama, jangan pernah membedakan. Anggap mereka sama. agar mereka tidak merasa dibeda-bedakan dan tidak merasa ada yang pilih kasih. 2. Apakah di kelas Ibu ada peserta didik yang berkebutuhan khusus di kelas? Jawaban : Alhamdulillah tidak ada sekarang. Semua normal secara fisik. 3. Bagaimana cara Ibu sebagai guru dalam menyikapi emosional dari peserta didik usia SMP yang dinilai masih labil? Jawaban : banyak diajak ngobrol, sharing baik itu pada saat di kelas, ataupun pada saat di luar jam belajar. Seingetnya guru. kalau ada waktu luang ya kita usahakan untuk lebih sering mengajak mereka bercerita. Pernah dulu pengalaman saya mengajar di sekolah swasta, ada siswa yang seperti preman sikapnya. Bahkan kepala sekolah pun ditantang sama dia. Kemudian, saya menjadi wali kelasnya, dan saya pun awalnya merasa bingung bagaimana caranya menghadapi siswa yang seperti ini. Tidak memiliki rasa takut terhadap guru. kemudian, saya mencari tahu ternyata memang orangtua nya (ayahnya) preman. Lalu saya berinisiatif untuk menjadikan ia ketua kelas. Saya beri kepercayaan. Saya ajak bicara baik-baik, bahwa dia harus bisa jadi anak yang baik. alhamdulillah dia berubah. Lebih bertanggung jawab dan tidak lagi berbuat kenakalan di sekolah. Itu pengalaman saya.
4. Apakah sebelum memulai pembelajaran, pada awal semester, Ibu melakukan pemetaan terhadap kemampuan intelektual siswa, misalnya dengan pre-tes terlebih dahulu? Jawaban: kebetulan saya tidak melakukan. Tetapi jika ada siswa yang kesulitan dalam memahami pembelajaran. misalnya kita sudah tahu nilainya mana yang masih kurang. Nanti anaknya kita panggil. Lalu diberi tahu kamu masih kurang dimateri ini. Kita ajak sharing aja. Nanti dijelaskan lagi sedikit-sedikit sampai dia paham. Pokoknya kita prinsipnya selalu kita ajak dia untuk konsultasi sama kita kalau ada masalah. Baik itu pembelajaran atau di luar pembelajaran. 5. Menurut Ibu, bagaimana seharusnya seorang guru menanamkan nilai-nilai moral pada siswa? Jawaban: ya, bisa melalui pemberian contoh pada saat pembelajaran. contoh-contoh yang sesuai ya. Lalu kita juga dalam menyampaikan sesuatu pada siswa jangan dengan nada marah, beri bahasa yang santun, yang tidak membuat mereka takut. Karena susah nanti mereka menerima nasehat dari kita. Lebih baik posisikan diri sebagai sahabat. Sehingga ketika kita memberikan pelajaran apapun, akan lebih mudah mereka terima dan meereka pahami.
Narasumber,
Nur Budiarti, S. Pd.
Hasil Wawancara
Nama
: Sungkowowati, M. Pd
Tempat/Tgl. Lahir
: Bantul, 13 Juni 1961
Jabatan
: Guru IPS Seni Tari (pada ekstrakurikuler)
Tempat, Waktu wawancara : Ruang Guru, 7 April 2015
Pertanyaan 1. Bagaimana
menurut
Ibu
guru
seharusnya
menyikapi
perbedaan
karakteristik siswa di kelas, agar semua siswa punya pengalaman yang sama dalam belajar, sehingga tidak ada siswa yang merasa tersisih? Jawaban: kalau saya pribadi tidak pernah membedakan hal seperti itu, karena porsinya dia itu sama mba. Keseluruhan dia punya satu tujuan yang sama. Jadi dari awal perkenalan , saya mengarahkan pada mereka bahwa kita semua sama. tujuan kita sama, untuk belajar. Manusia adalah makhluk individu. semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itu pada awal perkenalan. Untuk kedepannya saya sering membuat kelompok untuk metode pembelajaran. jadi bentuk diskusi kelompok, saya katakan “ awas tidak boleh ada yang tidak masuk dalam kelompok, kalian tidak boleh membeda-bedakan teman, karena tujuan kalian sama mendapatkan nilai yang bagus di dalam pelajaran IPS ini.” Jadi sampai sekarang tidak pernah ada trouble. 2. Bagaimana jika ibu menemukan situasi ada siswa di kelas yang sikapnya sedikit berbeda dari teman-temannya? Jawaban : oh kalau masalah seperti ini sering, biasanya saya akan memanggil siswa tersebut, lalu saya ajak keluar kelas, biar gak malu ya, kalau di kelas kan takut dia malu. Lalu saya tanya “kamu kenapa, kok murung, ada masalah apa. Biasanya begitu. Nanti kita carikan solusinya. Atau misalnya ada juga siswa yang terlalu over, terlalu sombong, itu keliatan. Ya jadi nanti saya nasehati dia secara baik-baik. ada juga siswa yang terihat tidak suka sama kita. makannya dari awal pembelajaran saya sudah mengatakan aturan-aturan di kelas saya, secara tegas tapi tidak kasar, pakai bahasa santun. Supaya mereka disiplin. Itu trik nya. Saya juga
katakan pada mereka, saya tidak senang pembelajaran saya yang nyuapi, saya katakan pada mereka, bahwa belajar bukan hanya dari saya. Mereka presentasi dalam diskusi ada yang menggunakan powerpoint dan lain sebagainya. Saya juga kadang menggunakan metode bazar. Jadi, setiap kelompok seperti berkeliling berkunjung pada kelompok lain. dan mendengarkan penjelasan kelompok yang mereka kunjungi. Jadi nanti semua tahu materi pembelajaran hari itu, dari setiap kelompok. 3. Bagaimana menanamkan nilai moral pada siswa? Jawaban: itu sebenarnya kalau ada materi kan harus selalu kita selipkan sikapsikap-sikap itu. Itu harus kita sampaikan kalo saya memberikan contoh-contoh sampel. Misalnya untuk sikap jujur, dalam ulangan pun harus jujur. Saya sampaikan. Misalnya juga dengan teman. Pokoknya itu diselipkan dalam belajar. Sebisa mungkin. Jadi belajar pun sekaligus menanamkan nilai. 4. Bagaimana jika menemukan situasi ada anak yang bersikap kurang baik di kelas, misalnya berkelahi dengan teman? Jawaban : namanya anak ya kadang ada saja yang bertengkar dengan teman. Tapi kebanyakan kalau di depan kita sih tidak. Saya sangat dekat dengan siswa, saya baik tapi saya orangnya tegas tapi anak sudah tahu. Tapi kalaupun ada, kadangkadang kan anak perempuan ada yang menangis sedang bermasalah dengan teman. Semua reaksi semua kelakuan di kelas itu keliatan. Saya kalau ada seperti itu harus tegas, tapi harus tetap lembut. Karena jadi guru SMP lebih susah dari guru SMA dan SD. Jadi kita beri pendekatan dengan cara yang tegas tapi baik. gak marah-marah. Makanya saya kalau masuk kelas harus tersenyum. Itu kode etik guru. saya tanya mereka kamu suka kalau guru marah, mereka bilang tidak. Jadi kita posisikan kita bersahabat dengan mereka. Jadi nanti nasehat kita cepet masuk ke mereka. Saya tanamkan pada siswa, bahwa marah tidak menyelesaikan masalah. Itu buat saya. Prinsip saya semua hal harus diselesaikan dengan kepala dingin. Seperti anak-anak yang nakal, juga harus diselesaikan tanpa marah-marah. Susah kalau anak umur segini kan labil ya, jadi harus baik-baik.
Narasumber,
Sungkowowati, M. Pd.
Hasil Wawancara
Nama
: Eddy Sudiyo, S. Pd.
Tempat/Tgl. Lahir
: Cilacap, 14 Juli 1965
Jabatan
: Guru Bimbingan Konseling
Tempat, Waktu wawancara : Ruang Guru, 7 April 2015 Pertanyaan 1. Bagaimana cara guru BK dengan Guru kelas dan wali kelas berkoordinasi dalam menyelesaikan masalah? Jawaban : biasanya berkoordinasi melalui rapat guru atau guru yang bidang studi yang bersangkutan datang langsung kepada kami (guru BK) ketika ada masalah. Kalau memang harus ada tindak lanjut, kami carika solusi. Artinya bahwa guru BK tidak bisa kerja sendiri. Terutama wali kelas atau guru kelas. Ketika suatu masalah masih bisa di handle guru kelas, ya itu sudah cukup sampai disitu. Tapi kalau kemudian harus melibatkan guru BK, harus perlu tindak lanjut, katakan ini anak sudah kewalahan lah guru bidang study, maka melibatkan kami guru BK dan konsultasi juga dengan wali kelas. Kalau untuk rapat spesifik secara rutin tersendiri belum ada. Biasanya melalui rapat guru. nanti disampaikan jika ada masalah dengan siswa. 2. Apa masalah yang sering dilakukan siswa di SMP 177 Jakarta ini? Jawaban : rata-rata masalah yang dilakukan yang saya tangani itu adalah berantem dengan teman-temannya, kemudian ada kasus juga yang merokok, ada juga kasus yang berkaitan video bergenre dewasa di handphone. Awalnya kan kurikulum 2013 ini, mnegedepankan pembelajaran berbasis teknologi informasi, jadi anak-anak itu harus aktif dalam mencari bahan-bahan pembelajaran yang mana harus akses internet. Disitulah kadang disalahgunakan. Kita maklum sekali karena banyak sekali situs-situs yang tidak seharusnya. Ya namanya anak-anak itu kan pasti ada keinginantahuan kan aneh-aneh , ingin melihat. Walaupun mereka kadang juga tau sendiri, ketika kita usia segitu pun sama. kami melakukan pendekatan-pendekatan pada saaat ada jam masuk kelas, disitulah saatnya saya menyampaikan programprogram. Himbauan-himbauan.
3. Apakah ada kegiatan pembinaan secara khusus yang dilakukan oleh Kepala sekolah dalam membantu guru-guru di sini untuk meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik peserta didik? Jawaban: setau saya, untuk kepala sekolah yang lama itu belum ada yang spesifik mengadakan pembinaan tentang karakter. Untuk Kepala sekolah yang baru juga belum ada. Karena masih baru sekali menjabat, baru mulai dari bulan Januari 2015. Tapi sudah kami usulkan adanya satu pembinaan buat guru kelas, wali kelas. Mungkin kami juga mengusulkan, dalam membina anak-anak kami sampaikan melalui wakil kepala sekolah, bahwa ketika memberikan pengarahan pada siswa, maka mohon untuk tidak di ruang guru. gunakanlah ruang BK. Ruangan BK disini cukup luas. Saya juga katakan bahwa pola penanganannya pun bukan lagi harus menunjuk-nunjuk siswa tersebut. saya menyampaikan bahwa itu kurang tepat. harusnya di sini (ruang BK). Kalau disana, semua guru-guru nanti ikut untuk menjudge. Ketika besoknya saya panggil. Mereka (siswa) nangis. Ternyata salah paham antara guru dengan siswa tersebut. seharusnya kan cari tahu dulu latarbelakangnya seperti apa, kenapa masalah itu bisa terjadi. Jangan sampai terjadi kesalahan. Saya maklum, karena tugas guru kelas dan wali kelas kan banyak, nah kalau guru BK kan memang khusus untuk mencegah kelakuan negatif siswa, atau bahkan mencarikan solusi ketika timbul masalah.
Narasumber,
Eddy Sudiyo, S. Pd.
P
EfuIL,RTi{ TA
}{
PR.OV I.\J
S
i
D,.\
ERAH KIi USIJ S I BU KOT,q JAKARTA
DII{AS PENtsIMffiAN I}ASAR
SMF }{EGHRT
&Try
JAKARTA
Kodam Bintaro Pesanggrahan Kode Pos 1"2320 Fax. 7355975 emttil: smpnl"
[email protected] 5, 73889246 Telp. 735597 Jakarta l$elatan
a,,xrc*;1, €:/4ib
lalan
Raya
FAFTAR NAMA GUR.U DAN KARYAWAN TAHUN EEJ*{ AR.u$. 20 1 3J2 91 4
ii ir Urut UruI tii ri'
jtianra Guru
F[ornol'
$*m l(ar natr Karl'arvan
,' 1 Drs.H. FJgadiman,M T:1ffi
il az2
Tancl* Tangnn
Nornor
Nama Guru
Urut
DanK*ryawan
i1
:l li
rrr* EI!
ii
Turrsan, S.Pd
s.Po raroanar Tardalg, S.Pd
i: 5
';i
Rlana Purwaningrum, S.Pd
42 43 44
Drs. Pawit Andiyanto, S.Pd, S.Kom Andri Ardiansyah, S.Kom Endang Kusnawan, S.Pd Rosmawati, S.Pd
rl
l-ieru Pratiktlo, S.Pd M
Pd --ee:1.ersl|!tg!:eury-{--ll
i _j___ig3 i_I'rtsryS,
-i z
41
-
i --Llgllskevlgetu.fg----* I i Hj. fi"firi $uherlin, $.Pd
E,
46
$ rtgef ng*,b*gl!. r! 48 iT Hendrikus, BA 49 [lda\,vatr, SPd 4i
__rL
'
Tusman Sofyan Kamiyem
' 14
'__L
i 15
; Eiia Wasti, S.Pd 'r--r4--t-^^.--l: Enah Suhaenah, $Pd
Diah Pallupi Sarasthika, A.fvld Fauziah Utami, $.Kom
Tutur Sanyoto
I zo - Samet, S.P* i,
i-* i; ,1
lL_
I*
22
: Dra.
23
Yulianii, $.Fd lt Festa ianturi, S.Pd 1.
Eluiiuheni, S.Pd
ii
24-11r6ux .
25
Ku*"'oi, SPd
i:tr"-Efegj"grys.-3s i ?r *,.9**l Anwn]:?ni, M,.1$ ii 2e i Risna Welly. $,Pd 29 [uis Puspitawati, S.Pd ir* 30 lm Fshayatr, S Pd ;l
31
j Fenny $alome Ester Tombokan, hl.Pd
'.__rcI, 32 i Dra. Hj. .S!U Sri Utami, ffr'{ia
35
,
Se.'raty,
6*!ff
SPd
Naimah, $.Ag Wiji Utami, S.Pd
!" '#iP gtlPli 1R,7:
QH* ' 38
,i
Gopur, S.Pd, idl
fVI
lNgadiman, M.Si nP,,i gsat 2281 984031 oo5
Tanda Tangan
SEKOLAH STANDAR NASIONAL
SMP NEGERI 177 JAKARTA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
TAHUN 2014
1
1
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
1. Nama Sekolah
: SMP NEGERI 177 JAKARTA
2. No. Statistik Sekolah
: 201016306165
3. Tipe Sekolah
: A
4. Alamat Sekolah
: Jalan Raya Kodam Bintaro Pesanggrahan : (Kecamatan) PESANGGRAHAN : (Kabupaten/Kota) JAKARTA SELATAN : (Propinsi) DKI JAKARTA
5. Nama Bank/Nomor Rekening
: Bank DKI / 41111011727
6.
: 7355975, 73889246 FAX. 7355975
7. E-mail dan Website
:
[email protected]
8. Status Sekolah
: Negeri
9. Nilai Akreditasi Sekolah
: A
10.
(Amat Baik)
Skor
Luas Lahan, dan jumlah rombel Luas Lahan
: 8500
jumlah ruang pada lantai 1
: 15 ruang
jumlah ruang pada lantai 2
: 15 ruang
jumlah ruang pada lantai 3
: 15 ruang
Jumlah Rombel
: 27
= 89.22 :
m2
Lantai = 3
(keseluruhan)
11. Data Peserta Baru pada tahun terakhir yang dinyatakan diterima di sekolah
Tahun
Jumlah Peserta Didik Baru
Jumlah Pendaftar Peserta Didik Baru
yang diterima
NUN yang diterima
2012/2013
1643
318
22,45 – 28,50
2013/2014
1850
324
22,45 – 28,50
2014/2015
1850
324
22,45 – 28,50
Catatan : * Coret yang tidak perlu 1.
Data Siswa 4 (empat tahun terakhir) :
Th. Pelajaran
2011 / 2012
Jml Pendaftar (Cln Siswa Baru) 1820
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
324
9
359
9
360
9
1
Jumlah (Kls. VII + VIII + IX) Siswa
Rombel
1043
27
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
Telepon/HP/Fax
2
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
2012/2013
1643
318
9
323
9
358
9
999
27
2013/2014
1444
318
9
318
9
318
9
954
27
2014/2015
1850
324
9
320
9
319
9
963
27
12. Pendidik dan Tenaga Kependidikan a.
Kepala sekolah Jenis Kelamin L P L
Nama 1.
Kepala Sekolah
2.
Wakil Kepala Sekolah
Drs. H. Ngadiman, M.Si. Eno Tardana, S.Pd.
L
Usia
Pend. Akhir
Masa Kerja
54
S.2
28
47
S.1
27
b. Guru 1. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
1.
S3/S2
Jumlah dan Status Guru GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L P 4 5
2.
S1
6
24
5
1
36
3.
D-4
-
-
-
-
-
4.
D3/Sarmud
-
-
-
-
-
5.
D2
-
-
-
-
-
6.
D1
-
-
-
-
-
7.
≤ SMA/sederajat
-
-
-
-
-
10
29
5
1
45
Tingkat Pendidikan
Jumlah
2
Jumlah 9
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
No .
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
2. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian)
No.
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar
Guru
D1/D2
D3/
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan yang TIDAK sesuai dengan tugas mengajar
S1/D4 S2/S3 D1/D2
Sarmud
D3/
Jumlah
S1/D4 S2/S3
Sarmud
1. IPA
4
1
5
2. Matematika
5
1
6
3. Bahasa Indonesia
5
2
7
4. Bahasa Inggris
3
1
4
5. Pendidikan Agama
3
6. IPS
2
2
4
7. Penjasorkes
1
2
3
8. Seni Budaya
2
9. PKn
3
3
10. TIK/Keterampilan
1
1
11. BK
2
2
3
1
12. PLKJ TATA BUSANA AGAMA KRISTEN
1
Jumlah
32
3
1
1
2
2 1
9
4
45
3. Pengembangan kompetensi/profesionalisme guru No
Jenis Pengembangan
.
Kompetensi
Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi/profesionalisme Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
Penataran KBK/KTSP
19
35
54
2.
Penataran Metode
19
35
54
Pembelajaran (termasuk CTL) 3.
Penataran PTK
4.
Penataran Karya Tulis Ilmiah
1
1
2
5.
Sertifikasi Profesi/Kompetensi
10
21
31
6.
Penataran PTBK
3
2
5
7.
Penataran lainnya: ..............
3
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
3
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
4. Prestasi guru Perolehan kejuaraan 1 sampai 3 dalam 3 tahun No.
terakhir
Jenis lomba Tingkat
1.
Lomba PTK
Jumlah Guru
Nasional Provinsi Kab/Kota
2.
Lomba Karya tulis Inovasi Pembelajaran
Nasional Provinsi Kab/Kota
3.
Lomba Guru Berprestasi
Nasional Provinsi Kab/Kota
4.
Lomba lainnya: ...............................
Nasional Provinsi Kab/Kota
5.
Nasional Provinsi Kab/Kota
c.
Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya No.
Tenaga pendukung ≤ SMA D1 SMP
D3 2
1.
Tata Usaha
4
2.
Perpustakaan
1
3.
Laboran lab. IPA
1
4.
Teknisi lab. Komputer
5.
Laboran lab. Bahasa
6.
PTD
(Pend
S1 4
Jumlah tenaga pendukung Berdasarkan Status dan Jenis Kelamin PNS
S2
Jumlah
Honorer
L
P
L
P
2
3
1
1
10
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
5
3
3
Tek.
Dasar) 7.
Kantin
8.
Penjaga Sekolah
9.
Tukang Kebun
3
2
10.
Keamanan
1
2
11.
Lainnya:
4
10
1
................... Jumlah
5
4
4
3
10
2
20
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
4
5
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
13. a) Data Ruang Belajar (Kelas) Jumlah dan ukuran Ukuran
Ukuran
Ukuran
7x9 m2 (a)
> 63m2 (b)
< 63 m2 (c)
27
-
-
27
Rsk ringan
-
-
-
-
Rsk sedang
-
-
-
-
Rsk Berat
-
-
-
-
Rsk Total
-
-
-
-
Baik
yg digunakan untuk r. Kelas
Jumlah (d) =(a+b+c)
a.
Jumlah ruang yg digunakan u. R. Kelas
(e)
(f)=(d+e)
............. ruang, yaitu: ………
b.
Keterangan kondisi: Baik Rusak Rusak Rusak Rusak
Kerusakan < 15% 15% - < 30% 30% - < 45% 45% - 65% >65%
ringan sedang berat total
b) Data Ruang Belajar Lainnya Jenis Ruangan
Jumlah (buah)
Ukuran (pxl)
Kondisi*)
1. Perpustakaan
1
84
B
2. Lab. IPA
1
15 x 7
RR
3. Ketrampilan
1
15 x 7
4. Multimedia
-
5. Kesenian
1
Jumlah (buah)
Jenis Ruangan
Jumlah (buah)
Kondisi
6. Lab. Bahasa
1
63
B
7. Lab. Komputer
1
105
B
B
8. Ruang Dinas
1
42
B
-
B
9. Serbaguna/aula
1
126
B
42
B
10. R. Koperasi
1
21
B
c) Data Ruang Kantor Jenis Ruangan
Ukuran (pxl)
Ukuran (pxl)
Kondisi*)
1. Kepala Sekolah
1
42
B
2. Wakil Kepala Sekolah
1
21
B
3. Guru
1
168
B
5
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
Kondisi
Jml. ruang lainnya
6
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
4. Tata Usaha
1
79
B
5. Tamu
-
-
-
6. Ruang Meeting
1
21
B
d) Data Ruang Penunjang Jumlah (buah)
Jenis Ruangan
Ukuran (pxl)
Jumlah (buah)
Kondisi*) Jenis Ruangan
Ukuran (pxl)
Kondisi
1. Gudang
1
65
Baik
10. Ibadah
1
552
B
2. Dapur
1
6
Baik
11. Ganti
2
6
B
3. Penggandaan
1
6
Baik
12. Koperasi
1
3x7
B
4. KM/WC Guru
6
18
Baik
13. Hall/lobi
1
3x9
B
5. KM/WC Siswa
18
54
RR
14. Kantin
10
2 x 10
RR
1
21
Baik
15. Rumah Pompa/
1
3 x 10
B
1
3x9
B
6. BK
Menara Air 7. UKS
1
Baik
21
16. Bangsal
8. PMR/Pramuka
1
21
Baik
17. Rumah Penjaga
1
42
B
9. OSIS
1
21
Baik
18. Pos Jaga
1
3x3
B
14. Lapangan Olahraga dan Upacara Lapangan
Jumlah (buah)
Ukuran (pxl)
Kondisi
1
60 x 30
Baik
a. Basket
1
162
Baik
b. Volly
1
c. Futsal
1
d. Bulutangkis
1
Baik
e. Tenis meja
1
Baik
1. Lapangan Olahraga
2. Lapangan Upacara
15. Kepemilikan Tanah
1
Keterangan
Baik 162
600
Baik
Baik
: Pemerintah DKI
Status Tanah
: Milik
Luas Lahan/Tanah
: 8500 m2
Luas Tanah Terbangun
: 2976 m2
Luas Tanah Siap Bangun
: - m2
Luas Lantai Atas Siap Bangun
: - m2
*) Coret yang tidak perlu Lampirkan rencana tapak (site plan) sekolah skalatis (berskala) dengan ukuran kertas minimal A4.
16. Perabot (furniture) utama
6
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
Kendaraan
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
a. Perabot ruang kelas (belajar)
54
B
27
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Papan tulis Baik
1080 B
Jml
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Jml
B
Rsk. Ringan Rsk. Berat
1080
Almari + rak buku/alat Rsk. Ringan Rsk. Berat Jml
27
Baik
1
Jml
Perabot Jumlah dan kondisi meja Jumlah dan kondisi siswa kursi siswa Jumlah ruang No. kelas
b. Perabot ruang belajar lainnya
Baik
Jml
Baik
Rsk. Ringan Rsk. Berat Jml
Baik
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Jml
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Ruang
Lainnya
Jml
No.
Almari + rak buku/alat
Kursi
1. Perpustakaan
26
B
39
B
11
B
7
B
2. Lab. IPA
15
B
48
B
6
B
9
B
21
B
6. Lab. komputer 30
B
45
B
3
B
5
B
100
B
9
B
3
B
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Meja
3. Ketrampilan 4. Multimedia 5. Lab. bahasa
7. Serbaguna 8. Kesenian
2
B
9. PTD 10.Lainnya: ........
c. Perabot Ruang Kantor Perabot Meja
Lainnya
1. Kepala
1
1
6
7
6
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Rsk. Ringan Rsk. Berat Jml
Baik
Jml
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Jml
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Ruang Baik
No.
Almari + rak buku/alat
Kursi
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
Perabot
Jml
7
8
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
Sekolah 2. Wk
Kepala
2
2
2
7
3. Guru
14
52
14
7
4. Tata Usaha
10
12
16
9
Sekolah
5. Tamu 6. Lainnya: …..
d. Perabot Ruang Penunjang Perabot
4
7
2
2
2. UKS
1
3
3
6
3
3
2
5. Gudang
42
30
6. Ibadah
1
1
2
15
7. Koperasi
1
1
2
1
9. Kantin
10
20
10. Pos jaga
1
2
11. Reproduksi
1
1
1
3
Rsk. Ringan Rsk. Berat
3. PMR 4. OSIS
8. Hall/lobi
12. Lainnya: …..
17. Koleksi Buku Perpustakaan No.
Jenis
Jumlah
Kondisi Rusak
1.
5.
Buku siswa/pelajaran (semua mata pelajaran) Buku bacaan (misalnya novel, buku ilmu pengetahuan dan teknologi, dsb.) Buku referensi (misalnya kamus, ensiklopedia, dsb.) Jurnal
6.
Majalah
2.
3.
6201 / 24
Baik
7331 / 2456
530 / 283
50
8
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
1. BK
Baik
Rsk. Ringan Rsk. Berat Jml
Jml
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Jml
Rsk. Ringan Rsk. Berat
Baik
Lainnya
buku/alat
Ruang Jml
No.
Almari + rak
Kursi
Baik
Meja
9
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
7.
Surat kabar
2
8.
Lainnya: .....................................
Total
18. Fasilitas Penunjang Perpustakaan No.
Jenis
Jumlah / Ukuran/ Spesifikasi
1.
Komputer
6
2.
Ruang baca
1
4.
TV
1
5.
LCD
1
6.
VCD/DVD player
1
7.
AC
3
19. Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia
Jumlah No.
Kualitas
Kondisi
Alat/bahan
1. Lab. IPA
Kurang 25%- 50%- 75%dari Sangat Rusak Rusak 50% 75% 100% Kurang Cukup Baik Baik 25% baik berat ringan dr keb. dr keb. dr keb. dr keb. 1 Baik Baik
2. Lab. bahasa
1
Baik
Baik
3. Lab. komputer
1
Baik
Baik
4. Ketrampilan
1
Baik
Baik
6. Kesenian
1
Baik
Baik
7. Multimedia
1
Baik
Baik
5. PTD
*) Lampirkan daftar alat pada laboratorium/ruang dengan spesifikasi teknisnya. 20. Prestasi sekolah/siswa tiga (3) tahun terakhir a. Prestasi Akademik: NUAN Rata-rata NUAN No . 1.
2010/2011
8.45
9.34
8.96
8.82
35.57
Rata-rata tiga/empat mapel 8.89
2.
2011/2012
8.96
9.00
8.43
8.80
35.19
8.79
3.
2012/2013
8,55
8,66
8,04
8,50
33,75
8,43
4.
2013/2014
8.23
8.65
8.59
8.13
33.60
8.40
Tahun Pelajaran
Bhs Indonesia
Matematika
Bahasa Inggris
IPA
Jumlah
b. Prestasi Akademik: Peringkat rerata NUAN
9
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
Jumlah, kualitas, dan kondisi alat/bahan*)
10 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA Peringkat
No .
1.
2007/2008
2.
2008/2009
1
1
8
16
15
3.
2009/2010
1
1
5
5
5
4.
2010/2011
1
1
6
5.
2011/2012
1
1
8
6.
2012/2013
1
1
7.
2013/2014
1
1
44
8
16
Prestasi Akademik: Nilai Ujian Tahun 2013
No
Rata-rata Nilai US
Mata Pelajaran
UN
NS
NA
1
Bahasa Indonesia
8.45
8.06
8.30
2
Bahasa Inggris
8.96
7.98
8.57
3
Matematika
9.34
8.32
8.94
4
IPA
8.82
7.66
8.37
d. Angka Kelulusan dan Melanjutkan
No .
e.
Jumlah Kelulusan dan Kelanjutan Studi % Lulusan yang Jumlah Lulus % Kelulusan Melanjutkan Pendidikan 417 100% 99%
% Lulusan yang TIDAK Melanjutkan Pendidikan 1%
Tahun Ajaran
Jumlah Peserta Ujian
1.
2006/2007
417
2.
2007/2008
434
434
100%
100%
0
3.
2008/2009
414
414
100%
100%
0
4.
2009/2010
359
359
100%
100%
0
5.
2010/2011
356
356
100%
100%
0
6.
2011/2012
360
360
100%
100%
0
7.
2012/2013
360
360
100%
100%
0
8.
2013/2014
328
324
100%
100%
0
Perolehan Kejuaraan/Prestasi Akademik: Lomba-lomba
10
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
c.
Tahun Pelajaran
Tingkat Kecamatan Tingkat Kab/Kota Tingkat Propinsi (Rayon) Sek. Sek. Sek. Sek. Sek. Negeri Sek. Sek. Negeri Sek. Sek. Negeri Negeri Swasta dan Negeri Swasta dan Negeri Swasta dan Swasta Swasta Swasta 1 1 5 11 11 46
11 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
Tahun 2012/2013 No .
Nama Lomba Juara ke:
1.
Seni Lukis
2.
Wall Magazine
3.
Wall Magazine
4.
Kording Keterampilan
5.
Story Telling
6.
Lomba Cerpen
7.
KIR IPA
1
8.
Cipta Pusi
2
Kab/ Kota
Tingkat ProNasio pinsi -nal
Juara ke:
Kab/ Kota
Tingkat ProNasiopinsi nal
√
Perolehan Kejuaraan/Prestasi Non Akademik Tahun 2013/2014
Tahun 2012/2013 No .
Nama Lomba
Juara ke:
Tingkat Kab/ ProNasio Kota pinsi -nal √
Juara ke:
Kab/ Kota
Tingkat ProNasiopinsi nal
1.
Olah Raga Tradisional
1
2.
Turnamen Basket Putra
3
√
3.
Turnamen Basket Putri
3
√
4.
Basket Putra POR Pelajar
2
√
5.
Basket Putra
2
√
6.
Lomba Baris berbaris
√
Harp 3
7.
Sepak Takraw
3
8.
Basket Putra
1
g.
√ 1
Jumlah dan prosentase siswa drop-out
No
Kelas
1
Jumlah dan prosentase siswa drop-out 2011/2012
2012/2013
2013/2014
VII
-
-
-
2
VIII
-
-
-
3
IX
-
-
-
Total (%)
-
-
-
2014/2015
h. Jumlah dan prosentase siswa yang TERANCAM drop-out No
Kelas
Jumlah dan prosentase siswa terancam drop-out
11
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
f.
Tahun 2013/2014
12 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA 2011/2012
2012/2013
2013/2014
1
VII
-
-
-
2
VIII
-
-
-
3
IX
-
-
-
Total (%)
-
-
-
2014/2015
21. Lain-lain a. Alasan lulusan SMP tidak melanjutkan ke SMA/SMK/sederajat No 1
Urutan alasan dari yang paling utama
Alasan tak melanjutkan
dengan memberi nomor 1 s.d. 9*)
SMA/SMK/sederajat yang ada terlalu jauh/tak
2
Tidak mampu membiayai
3
Transportasi sulit/mahal
4
Kondisi geografis (medan sulit)
5
Daerahnya terpencil
6
Pendidikan dipandang kurang penting
7
Bekerja
8
Menikah
9
Lain-lain, sebutkan:
b. Latar Belakang Sosial Ekonomi Orangtua Siswa 1). Pekerjaan orangtua/wali siswa No.
Pekerjaan
Prosentase
1.
PNS
20 %
2.
TNI/POLRI
3.
Petani
4.
Swasta
5.
Nelayan
6.
Politisi (misalnya anggota DPR)
1%
7.
Perangkat Desa
1%
8.
Pedagang
...
...
5%
60 %
23 % ...
2) Penghasilan orangtua/wali (gabungan kedua orangtua) siswa No.
Penghasilan
1.
Kurang dari Rp.500.000,-
2.
Antara Rp.500.000,- s.d.
Prosentase
5%
Rp.1.000.000,-
12
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
terjangkau
13 PROFIL SEKOLAH 3.
SMP NEGERI 177 JAKARTA
Antara Rp.1.000.000,- s.d.
15 %
Rp.1.500.000,4.
Antara Rp.1.500.000,- s.d.
15 %
Rp.2.000.000,5.
Lebih dari Rp.2.000.000,-
65 %
3) Tingkat kesejahteraan orangtua/wali siswa No.
Tingkat kesejahteraan
Prosentase
1.
Pra sejahtera
1%
2.
Sejahtera I
20 %
3.
Sejahtera II
24 %
4.
Purna sejahtera
55 %
4) Guru PKH (Keterampilan) di SMP yang bersangkutan
No
Nama lengkap (termasuk gelar)
Status PNS, Usia Guru Tertinggi Jurusan GTT, mapel dsb)
Pengala man Gol. kerja (tahun)
Ket.
5) Nara sumber PKH (Keterampilan) di sekitar SMP yang terjangkau No
Nama lengkap (termasuk gelar)
Usia
Pendidikan
Peker-
Bidang
Ketersedi-
Tertinggi Jurusan
jaan
keahlian
aan waktu
6) Mitra Pelaksanaan PKH
Ket.
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
Pendidikan
Sebutkan mitra di sekitar sekolah yang dapat dilibatkan dalam pelaksanaan PKH (industri rumah tangga, pabrik, dsb.). No
Nama mitra
Keterangan
13
14 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
7) Alat (Penunjang) Pelaksanaan PKH (Keterampilan) Sebutkan sarana yang dapat (menunjang) pelaksanaan PKH (mesin jahit, alat masak, dsb.) yang sudah dimiliki oleh sekolah. Kondisi*) No
Nama Alat
Jumlah
Baik
Rusak
Rusak
Rusak
ringan
sedang
berat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
8) Pengalaman Menyelenggarakan PKH Bila sekolah telah menyelenggarakan PKH, sebutkan jenis, jumlah peserta, dan hasil evaluasi penyelenggaraan PKH tersebut oleh Direktorat PSMP dan/atau lembaga lainnya, termasuk SMP yang bersangkutan. No.
Jenis PKH
Dilaksanakan sejak tahun
Jumlah peserta 2009/10
Hasil
2010/11 2011/2012 evaluasi *)
*) Hasil evaluasi dinyatakan dengan sebutan sangat baik, baik, cukup, kurang, buruk.
Kepala Sekolah SMP Negeri 177 Jakarta Kabupaten/Kota Jakarta Selatan
Drs. H. NGADIMAN, M.Si NIP. 1958 1228 1984 031005
14
Ket.
SMP NEGERI 177 JAKARTA
LUAR KELAS 7.6
KELAS 99 DEPAN
15
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
15 PROFIL SEKOLAH
16 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 9-6 LUAR
KELAS 9-7
16
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 99 BELAKANG
17 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 9-3
17
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 9-8
18 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 9-4
KELAS 9-1
18
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 9-4
19 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 9 – 2 LUAR
KELAS 87 BELAKANG
19
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 8 – 7 DEPAN
20 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 8-5 BELAKANG
20
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 8-5
SMP NEGERI 177 JAKARTA
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
21 PROFIL SEKOLAH
21
SMP NEGERI 177 JAKARTA
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
22 PROFIL SEKOLAH
22
SMP NEGERI 177 JAKARTA
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
23 PROFIL SEKOLAH
23
SMP NEGERI 177 JAKARTA
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
24 PROFIL SEKOLAH
24
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 8 – 3 BELAKANG
25
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
25 PROFIL SEKOLAH
26 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA KELAS 8-4 DEPAN
KELAS 8 – 2
26
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 8 – 3 DEPAN
27 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 8 – 3
KELAS 7 – 8
27
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 8 – 2
28 PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 177 JAKARTA
KELAS 7 – 5
28
PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 177 SSN JAKARTA
KELAS 9 – 1
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
Kokom Komalasari
NIM
I I 10018200020
Jurusan
Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di sMP Negeri 177 Jakarta
Pemhimbing
Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil.
BAB I No
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), 1
2
Nomor Footnote
Referensi 201 1, Sinar
Halaman Skripsi
Pembimbing
I
Grafika, cet. Ke-empat, hal. 3
Mukhtar dan Iskandar, OrienlasiSupervisiPendidikan, (Jakarta: Referensi, 2013),h. 132-133
Paraf
2
2
h ,
a
J
Delta Subrayanti, Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan lklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar negeri Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cronlzr, (http:ihepository,upi. di akses padalT Agustus 2014
IndraAkuntono, Ratq-rata HasilUjiKompetensi 4
Guru
n
J
J
4
1
5
4
MasihRendah,
(http://edukasi.kompas .comheadl}}l2l03II6II7455390lRata.rata.Hasil.Uii.Ko
J
W ,W
mpetensi.Guru.Masih.Rendah), diaksesp ada 2I Juli 20 I 4 5
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 21
BAB
I
II
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar
Bahasa
I
8
7
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 29
2
8
8
Ramayulis, Profesi dan Etika Keg;uruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013), h. 53
a
J
8
9
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013),h. 54
4
9
6
Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), h. 584
h ff, "W ,
l0
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 31
5
9
9
11
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, (Jakarta: Cipta Jaya,2009), h. 6
6
T2
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikare, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.31
7
r0
8
t0
9
t0
10
11
1l
ll
l3
Moh. Uzer lJsman, Menjadi Guru Profesiona[ (Bandung: PT.
,W
Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 14
t4
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikaa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.68
15
Standar Nasional Pendidikan (PP Grafika,2005), h. 68
16
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakarya,2008), h. 75
t7
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 122
t2
t2
18
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja
13
t3
RI No 19 tahun 2005),
(Jakarta: Sinar
: PT. Remaja
4 ,W
4 % /) /
Rosdakarya,2008), h. 75
19
20
2t
Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h.147
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru,
14
13
15
14
(*
(Jakarta:
Gaung Persada,2012), h. 187
\
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
16
t4
t7
14
18
15
r9
15
20
15
2l
t6
in JJ
22
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelaiaran Kreatif dan Me nyenangka4 (Bandung : Remaj a Rosdakary a, 20 l3), h. 27
23
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakary a,2008), h. 7 9
24
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 130
25
: PT. Remaja
Jejen Musfah, Peningkalan Kompetensi Guru melalui Pelalihan dan Sumber Belajar Teori dan Praklik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 97
26
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta:
q ru
u
Ar-Ruzz Media,2012), h. 133 A
27
Syarif Hidayat dan Asroi, Manajemen Pendidikan : Substansi dan Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia, (Jakarta Pustaka Mandiri, 2013), h. 88
22
16
28
Ramayulis, Profesi dan Etika Kegurttan, (Jakarta: kalam Mulia, 20I3),h.92
23
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran :
29
24
t7
30
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 20I3),h.92
25
T7
3l
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali
26
t7
27
18
28
18
32
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangknn
Standar
Kompetensi Guru, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2AI2), h. 135
JJ
Ali Mudlofir, Pendidik Profesionaf (Jakarta: Rajawali
34
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 20A6), h.7
29
18
35
Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011) h. 162
30
19
36
Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011),
31
19
Press, 2012),h.79
q {/
Mengembangkan Standar Kompe tens i Guru, (Bandung : Remaj a Rosdakary a, 2012), h. 77
Press, 20L2),h.78
rli,
I I
I
It l"/ I
h.
-3t
38
163
n
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 137 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelalihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
)L
20
JJ
20
34
20
35
20
36
20
a1
)t
2t
21
l,/
42 39
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: kalam Mulia, 2013),h.97
40
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakarya,2008), h. I 1 1
4t
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. I 1 I
42
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. l4l
43
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 170
38
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),h, t49
39
44
: PT. Remaja
{21
{1,
///
45
46
47
48
49
50
51
52 53
Soetjipto dan Raffli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h.61
Elfi Mu'awanah dan Rifa I{idayah, Bimbingan konseling islami di
sekolah
dasar. (akarta: Bumi Aksara, 2009) h.56 Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung Bandung,2003), h. 9
Tohirin, Bimbingan dan Konseling
: Pustaka Bani Quraisy,
di Sekolah dan Madrasah
fterbasis
Integrasi), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007),h.23
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 38
Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007),h.43 Hamzah
B. Uno.,Profesi Kependidikan : Problema, Solusi, dan
P e ndi d ikan
di Indo
ne s i a, Q
Reformasi
akarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2l -22
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.
r23 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.
4A
21
tL/ u
4l
22
42
22
43
22
44
22
45
23
46
24
47
24
48
25
r-\
htLl ,
55
54
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keliga, Qakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1092
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Prenada
49
25
50
25
51
26
52
26
53
27
54
27
V
Wina
55
Media Group, 2011), h. 295 56
57
Ngalim Purwanto, administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,20lA), h. 119
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah ProJbsional (Bandung : PT
Remaja
Rosdakarya, 2007) h, 1 I 3
58
Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2007) h, 110
SD, SMP, SMA, SMK, SLB
59
Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2007) h, l 17
SD, SMP, SMA, SMK, SLB BAB
60
I
III
AnasSudijono, PengantarStatistikPendidikan, (Jakarta : Raja GrafindoPersada, 2011), h. 43
'rh
I
34
lt
Suharsimi Arikunto, Manoiemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 44
AzharArsy ad, Me di a
P
e
mb el aj ar
an, (J akartz: Raj awali Press, 20 I I), h. 26
i \1 ', li \ 1 \
PEMERINTAHPROVINSIDAERAHKHUSUSIBUKOTAJAKARTA DINAS PENDTDIKAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL
SMP I{EGERT 177 .IAKARTA 12320 Birt,* Pesanggrahan
Kode Pos : retp. ZiSSO 75,":o88;246 Fax. 73S1g,46;mail
[email protected]
J"1", R"y, K.d"m
Jakarta Selatan
SURAT
No.rsfi
073.555 I2014
bahwa yang bertanda tangan dibawah ini Kepala sMp Negeri r77 Jakarta Selatan menerangkan
Nama
Kokom Komalasari
NIM
1110018200020
Fakultas/Pro gram Studi
Ilmu Tarbiyah / Manajemen Pendidikan
Jenjang Pendidikan
S.1 (Strata Satu)
Nama Akademis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
:
takarta pada tanggal 21 November s'd' 12 Telah melaksanakan Penelitian di sMP Negeri 177 Kompetensi Pedagogik Guru di sMP 177 Desember 2014 dengan judul "(Jpaya Peningkatan
Jnksrta". perhatiannya diucapkan terima kasih' Demikian surat keterangan ini kami sampaikan atas
Jakarta, 12 Desember 2014 Kepala Sekolah,
rl." l/ . .{:' -
Oit. H. Ngadiman, M'Si. NIP. 1 958 1 228 198403 1 005
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No.
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No gS Ciputat 15412 tndonesia
Tgl.
: Terbit :
Dokumen
FITK-FR-AKD-082
1 Maret 2010
No. Revisi:
01
Hal
1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELTTIAN Nomor : Un"01/F. 1/KM.01 .3t.7?gyDAU Lamp. : ProposalSknpsl Hal : Permohonan lzin Penelitian
Jakarta, 21 November 2A14
Kepada Yth. Kepala Sekolah SMP 177 Jakarta di
Tempat Assalam u' al aikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: Kokom Komalasari
NIM
:1110018200020
Jurusan
: Manajemen Pendidikan
Semester
: lX (Sernbilan)
Judulskripsi
:
Upaya Peningkatan Kompetensi pedagogik Guru
di slup
177
Jakarta.
adalah benar mahasiswa Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang rnenyusun skripsi, dan akan mengadakan
penelitian (riset) di sekolah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan
melaksanakan penelitian dimaksud.
mahasiswa tersebut
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalam u' al aiku m wr.wb.
a.n. Dekan Kajur Manajernen Pendidikan
Dr. Hasyiin Asy'ari, M.Pd NIP. 19661009 199303 1 004 Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. lr.
11.
: Terbit :
No. Dokumen Tgl. No. Revisi:
FORM (FR)
1 Maret
2010
01
UI
Hal
Juaoda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
:
FITK-FR-AKD-081
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.0l/F.llKM.01.3/....{ L2. tzot+ Lamp. : Satu Berkas Proposal Hal : Bimbingan SkriPsi
Jakafta, 3 Februari2014
Kepada Yth
Bpk. Rtrsydy Zakaria, M. Ed., M. Phil. Pembirnbing Skripsi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatul lah Jakarta. As.r
al a mu' ol aikttnr wr.wb.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk rnenjadi pembimbing IlIl
(materilteknis) penuIisan skripsi mahasisrva: Nama
Kokorn Komalasari
NIM
1
Jurusan
Manajemen Pendidikan
Semester
VII (Tujuh)
Judul Skripsi
il
001 8200020
Upaya
Implementasi
Guru Melalui Manajemen Strategi di SMA Negeri I Cikararrg
Pengembangan Profesionalisme
Utara.
disetujui oleh Jurusan 1'ang bersaugkutan pada tanggal 2l Jarrrrari 201;1. atrstraksi/orllir(, terlampir. Saudara dapat nrelakukan perubahan redaksional pada jtrdul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu. nrohon pembirntrirrg menghul'rtrngi Jurusan terlebih dahulu. JuclLtl tersebut telah
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalanr u,aktu
6
(enarn) bulan. clatr dapat
diperpanjang selania 6 (enam) btrlan berikutn)'a tallpa surat perpan-iangan. Atas perlraliau clan ke{ir saura Saudam. kami ucapkan teritna kasil:.
l['u.rsitluutt'uluikttnr ru'. tt'&.
:..
n Pendidikan
n Asy'ari, I\,I. Pd.
'i**-;iiie,.{966rooe ir. ... : Ternbusan:
l. ?.
Dekan FITK N'lahasisu a
lbs
ree3o3 r oo4
KEMENTERIAN AGAMA uTN.JAKARTA
.GtqL, jr .-i-- i Fl I K L UI !-U Ji. r. it. iuancia No 95 Cputai 1s412 tndones,a
FoRM tFR)
: Terbit :
FITK-FR-AKD-085 No. Dokumen Tgl. 1 Maret 2010 No. Revisr:----n1
Hal PERMOHONAN SURAT BITVIBINGAN SKRIPSI
Nomor Lampiran Perihal
:
Istimewa
:
...1...
Jakarta, 3 Februari 2014
: Satu berkas Proposal : Bimbingan Skripsi Kepada Yth. Ka. Subbag Akademik & Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Tempat
As sal amu' al ai
hm v,r. u,b.
Yang bertanda tangan di bawah ini
Kokom Komalasari 1 1 i0018200020
Nama
NIM Jurusan/Prodi Semester
Manajemen Pendidikan
VII
Dengan ini mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi, sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S-1 (Strata 1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi yang diajukan adalah:
"Upaya Pengembangan Profesinalisme Gunr Melalui impleinentasi Manajemen Strategi di SMA Negeri I Cikal'trng Ulara" Dosen Pembimbing
Skri$i yang.di
PembimbingI
^4f
Pembimbing/
Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal. Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatiaillya diucapkan
terima kasih. Wassalamu' alaikum wr. wb.
Mengetahui, Ketua Jurusan
. '
W
(\
Dr. Hasvil Asv'ari. M. Pd. NIP.19661009 199303 I 004
Tembusan: 1. Dosen Penasehat Akademik
NIM.1 l10018200020