ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 1 JAWAI Aris Munandar, Sulistyarini, Amrazi Zakso Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN Email :
[email protected] Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, metode deskriptif dengan bentuk survey. Kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai sebagian besar telah terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya delapan dari sepuluh aspek kompetensi pedagogik menurut ketentuan Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Akan tetapi, pada aspek mengembangkan kurikulm yang terkait dengan mata pelajara yang diampau dan Begitu juga dengan aspek memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, tidak bisa dilaksanakan dengan semestinya, hal ini dikarenakan oleh ketidak siapan guru dalam mengelola pengembangan kurikulum KTSP ini sendiri dan masih menggunakan format pengembangan kurikulum yang berorientasikan pada kurikulum KBK. Kata kunci : Kompetensi pedagogik, Pembelajaran Sosiologi Abstract : This study aims to determine how the pedagogical competence of teachers in teaching sociology at SMA Negeri 1 Jawai. The approach used in this study is a qualitative approach, descriptive method with survey forms. Pedagogical competence subject teachers sociology at SMA Negeri 1 Jawai largely been met, this is evidenced by the meeting of eight of the ten aspects of pedagogical competence under the provisions of Decree No.. 16 of 2007. However, the aspect of developing kurikulm related to the subject is diampau and So is the aspect of facilitating the development of students' potentials, can not be implemented properly, this is due to the unpreparedness of teachers in managing curriculum development KTSP itself and still use the format development curriculum oriented curriculum KBK. Keywords : Pedagogic Competence, Sociology Learning
L
apangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pemahaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan, setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan, dan setiap orang pada waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan, atau setiap orang sebagai orang tua, guru, telah melaksanakan pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku sebagai upaya untuk meningkatkan derajat manusia. 1
Dalam proses pendidikan formal yang dilakukan, terdapat aktivitas pembelajaran, di mana dalam aktivitas tersebut terdapat tenaga pendidik yang memiliki peran penting dalam menunjang tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan, dan dalam suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari suatu kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu setiap pendidik semestinya memiliki kompetensi /kemampuan dalam mendidik siswa untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan. Menurut Fajri dan Senja (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia) kompetensi (competence) diartikan dengan cakap atau kemampuan. Dengan demikian untuk dapat mencapai tujuan tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi dasar dalam mendidik, hal ini sesuai dengan landasan yuridis kompetensi guru yang tertuang dalam Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasoinal. Pada pasal 40 ayat (2), dijelaskan bahwa pendidik (guru) berkewajiban: Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menye-nangkan, kreatif, dinamis, dialogis; mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan dan yang diberikan kepadanya. Kompetensi guru dituangkan secara jelas dalam UU No. 14 tahun 2005. Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan penjabarannya dapat diperlhatikan melalui PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yaitu pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksudkan dalam UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah berkenaan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi keperibadian dan kompetensi sosial. Dari empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing agar menjadi guru yang profesional, serta terus meningkatkan penguasaan terhadap kompetensi tersebut agar untuk kedepannya guru sosiologi tidak akan canggung menghadapi siswa dengan segala macam permasalahannya. Di sini kompetensi pedagogiklah yang menjadi fokus utama penulis, karena kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik serta kemampuan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Berangkat dari hasil observasi pertama yang di lakukan pada tanggal 28 dan 29 Januari 2013 di SMA Negeri 1 Jawai, penulis menemukan suasana kelas yang ribut, kurangnya komunikasi dan pendekatan pada saat pembelajaran soiologi yang berakibat tidak fokus dan pasifnya peserta didik. Serta dari hasil wawancara singat dengan salah satu guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 jawai menyatakan untuk kurikulum KTSP ini sendiri belum diterapkannya aspek pengembangan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran sosiologi serta belum memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
2
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jawai memiliki dua guru bidang studi sosiologi, yang pertama yaitu WW dengan berlatar belakang S1 pendidikan ekonomi, yang kedua yaitu KW dengan berlatar belakang S1 PMP/KN. Melihat gejala dan data yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya guru yang tidak memenuhi standar kualifikasi pendidikan, maka terciptalah ketidak relevan dalam pengaplikasian antara bidang studi yang dipelajari atau diambil saat perkulihan dengan matei yang diajarkan, walaupun sama-sama berasal dari pendidikan keguruan dari bidang sosial. Tanggung jawab seorang guru sebagai tenaga pendidik dalam peningkatan mutu anak didik (sekolah) memiliki porsi besar. Dengan demikian penulis berasumsi permasalahan ini erat kaitannya dengan kompetensi pedagogik, karena dari lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru SMA/MA dinyatakan bahwa: Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minmum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampau, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Senada dengan hal di atas menurut Pupuh dan Sobry (dalam Yohanes, 2011:3) latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berangkat dari uraian yang ada di atas serta untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang kompetensi pedagogik guru sosiologi di sekolah tersebut, serta mengingat sekolah tersebut merupakan sekolah favorit namun terletak di suatu kecamatan yang jarak tempuhnya cukup jauh dari kota provinsi, dan dari Salinan Lampiran Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang tahap pembelajaran, maka peneliti akan bisa melihat dan mendapatkan data tentang kompetensi pedagogik guru, karena tidak bisa untuk dipungkiri, kompetensi pedagogik yang ingin peneliti bahas dalam penelitian ini mencakup dari tahap pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Maka penulis tertarik untuk meneliti kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai. McAhsan (dalam Janawi, 2011) kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasi oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut Janawi (2011) Kompetensi pedagogik adalah Kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran, kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru. Berangkat dari lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru SMA/MA megenai kompetensi pedagogik guru, terdapat sepuluh aspek yang harus dikuasai, yaitu: Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, maoral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajara yang diampau, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi
3
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Winkel (dalam Sutikno dan Sobry, 2013) mengartikan “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung didalam diri peserta didik”. Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru SMA/MA dinyatakan bahwa: Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minmum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampau, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai. METODE Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010), metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selanjutnya Menurut Nawawi (2007) Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang, yaitu guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data dengan melakukan observasi partisipan, wawancara, serta studi dokumentsi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan serta hasil observasi tentang kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010) yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut : Reduksi Data Pada penelitian di lingkungan SMA Negeri 1 Jawai, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan secara terperinci dan lengkap. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (memulai proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan) mengenai kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai.
4
Display Data Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu data penelitian mengenai kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan, sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan mengenai kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai. Peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data yang di dapat. Selanjutnya, kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis kembali dengan menggunakan teknik pemeriksaan data sebagai berikut : Perpanjangan Pengamatan / Observasi Tujuan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan selama 1 minggu untuk mendapatkan kedalaman, keluasan dan kepastian data yang peneliti temukan. Triangulasi Setelah melakukan perpanjangan pengamatan, peneliti akan melakukan triangulasi atau pengecekan data dari berbagai sumber referensi sehingga tingkat akurasi data lebih terjaga keabsahannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai secara garis besar dapat dinyatakan baik, hal ini terlihat dari kesiapan guru sebelum melakukan pembelajaran hingga pada tahap evaluasinya, bahkan jauh sebelum pembelajaran berlangsung, guru telah mempersiapkan apa saja yang menjadi landasan maupun dasar melalui suatu rancangan dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas hingga pada pengembangan potensi siswa itu sendiri yang disusun secara sistematis. Adapun bentuk nyata dari kemampuan pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai dapat dilihat dengan penyampaian materi yang tidak keluar dari konteks maupun tujuan pembelajaran yang inigin dicapai, dan guru mampu menunjukan penguasaan materinya kepada siswa, serta kemampuan guru dalam mengkondisikan dirinya sebagai seorang guru yang dihormati oleh siswanya dan mau menerima secara bijak tanggapan maupun
5
pertanyaan yang disampaikan dari siswa kepada guru, bentuk lain yang bisa menjadi tolak ukur lainnya yaitu penggunaan media dalam meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung yang disertai dengan komunikasi yang baik antar guru dan siswa yang pada akhirnya menimbulkan respon positif dari siswa terhadap pembelajaran yang diikutinya. Begitu juga dengan sistematika pengusaan kelas yang ditunjukan oleh guru saat pembelajaran, ia bisa mengontrol dan memahami karakteristik siswa yang ada dikelas, hal ini bahkan telah dilakukan pada saat belum dimulainya pembelajaran, dimana guru melakukan absensi terlebih dahulu dan memberika free test untuk melihat sejauh mana kesiapan dan kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran, serta guru memberikan candaan-candaan singkat pada waktu-waktu tertentu agar suasana kelas kembali ceria tanpa ada raut ketegangan di wajah siswa. Sedangkan pada saat akhir dari pembelajaran, guru melibatkan siswa untuk bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, begitu juga pada saat guru melakukan evaluasi pembelajaran, guru tidak semata-mata mengevaluasi dengan pertanyaanpertanyaan yang sulit, namun sesuai dengankompetensi dasar yang ada serta kemampuan dari siswanya sendiri, dan pada akhirnya penilaian yang diberikan harus sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang berlaku di sekolah tersebut, di mana untuk kelas X bernilai 70 sedangkan untuk kelas XI IPS bernilai 75, namun jika masih ada siswa yang tidak bisa mencapai kriteria ketuntasan minimal tersebut maka guru melakukan pengayaan materi ataupun remdial yang dilakukan dengan cara pembahasan kembali materi tersebut, pengulangan ulangan yang diberikan maupun penugasan baik secara individu maupun kelompok. Pembahasan Guru merupakan salah satu ujung tombak dari proses pembelajaran, Winkel (dalam Sutikno dan Sobry, 2013) mengartikan “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung didalam diri peserta didik. Maka daripada itu guru memiliki peran yang sangat besar dalam mencapai tujuan dari pendidikan. Dengan kata lain guru adalah pendidik yang melakukan fungsinya sebagai seorang guru di sekolah, dalam pengertian tersebut terkandung suatu konsep bahwa guru yang dikatakan profesioal yang berkerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah, ia harus memiliki kompetensi standar dan mampu melaksanakan tugasnya secara optimal. Menurut McAhsan (dalam Janawi, 2011:33) kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasi oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Pada pembahasan ini peneliti lebih memfokuskan penelitian pada kompetensi pedagogik guru, adapun yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru Menurut Janawi (2011:65) Kompetensi pedagogik adalah
6
Kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran, kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru. Berangkat dari lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru SMA/MA megenai kompetensi pedagogik guru, terdapat sepuluh aspek yang harus dikuasai, yaitu: Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, maoral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajara yang diampau, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Guru sosiologi yang ada di SMA Negeri 1 Jawai, tentang analisis kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi peneliti menguraikan beberapa hal diantaranya, pada dasarnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi yang ada ada di SMA Negeri 1 Jawai telah tergolong baik karena peneliti menemukan sebagian besar aspek dari kompetensi pedagogik Guru menurut ketentuan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 telah terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan adanya penguasaan dari aspek yang pertama yaitu menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, hal ini dapat dilihat dari tindakan guru dalam mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung, serta menerima dengan baik tanggapan atau respon dari siswa dan sesekali membuat suasana penuh keceriaan dengan gurauan agar tercipta suasana yang damai dalam pemelajaraan sehingga menumbuhkan rasa antusiasme siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Untuk aspek yang selanjutnya yaitu mengasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik, di sini guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai dan secara runtut sesuai dengan RPP yang digunakan, sehingga guru mampu mengkondisikan siswa untuk fokus serta memancing terbentuknya kemungkinan tumbuhnya kegiatan positif dalam pembelajaran yang bersifat kontektual. Pada aspek menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, guru menunjukan penguasaan materi dengan cara menyampaikan materi pembelajaran terlebih dahulu tanpa melihat buku pegangan saat memulai pembelajaran, serta mampu mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan pokok permasalahan yang dibahas misal dengan faktor geografis dengan diiringi bahasa yang baku dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh siswa serta mengaitkan materi dengan realitas kehidupan yang berlangsung, misal pada pembelajaran masyarakat multikultural.
7
Aspek yang selanjutnya mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepeningan pembelajaran terlihat dari guru mampu menggunakan media pemelajaraan yang sesuai dengan materi yang dibawakan sehingga guru mampu menghasilkan suatu pesan yang menarik karena ikut serta melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, contohnya siswa menganalisis permasalahan yang ada pada gambar yang ditayangkan dan melakukan studi dokumentasi dari kasus yang dipilih yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Selanjutnya pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, dari hasil observasi yang dilakukan peneliti melihat guru mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa baik lisan maupun tulisan dengan gaya yang sesuai akan pemahaman siswa. Aspek menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, guru memantau kemajuan siswa selama proses pembelajaran dengan cara tanya jawab, dan untuk melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) pembelajaran guru melakukan test tertulis pada akhir dari kompetensi dasar yang dibahas. Selanjutnya pada aspek memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, guru melakukannya dengan cara melaksanakan tindak lanjut berupa arahan atau kegitan, contohnya pada akhir pembelajaran siswa dituntut untuk memehami materi yang disampaikan pada pertemuan berikutnya atau memberikan pekerjaan rumah akan pertanyaan yang belum terjawab. Aspek terakhir yang dikuasai oleh guru adalah melakukan tindakan refektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru melakukan kegiatan reflektif ini dengan mengajak siswa untuk bersama-sama membuat rangkuman dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, untuk aspek kompetensi pedagogik yang tidak mampu untuk dikuasai oleh guru bidang studi sosiologi yang mengajar di SMA Negeri 1 Jawai adalah mengembangkan kurikulm yang terkait dengan mata pelajara yang diampau dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Untuk data guru sendiri SMA Negeri 1 Jawai memiliki dua orang Guru mata pelajaran sosiologi, yang pertama yaitu WW dengan berlatar belakang S1 pendidikan ekonomi, yang kedua yaitu KW dengan berlatar belakang S1 PMP/KN. Hal tersebut bertolak belakang dengan lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru SMA/MA dinyatakan bahwa Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minmum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampau, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Dengan demikian jelaslah ada ketidak serasian dalam kualifikasi akademik dari guru sosiologi yang mengajar di SMA Negeri 1 jawai yang telah dinyatakan dalam lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007 ini. Adapun penyebab tidak dikuasainya kedua aspek pedagogik tersebut dikarenakan oleh ketidak siapan guru dalam mengelola pengembangan kurikulum KTSP ini sendiri dan masih menggunakan format pengembangan kurikulum yang
8
berorientasikan pada kurikulum KBK, hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh guru bidang studi sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai yang menyatakan adanya kesulitan dalam penerapan kurikulum yang baru, sedangkan untuk sekarang sudah ada isu untuk perubahan kurikulum lagi sehingga pada saat ingin menerapkan kurikulum KTSP, kami sudah bersiap-siap lagi untuk belajar mengenai tuntutan kurikulum baru lagi kedepannya, jadi seperti tidak ada gunanya untuk mempersiapkan kurikulum KTSP pada saat ini. Sehingga hal tersebut berdampak pada persiapan pembuatan RPP yang harus disiapkan oleh guru tersebut, dan pada akhirnya RPP yang dipakai untuk pembelajaran merupakan RPP yang diperoleh langsung oleh guru pada saat pembelian buku LKS untuk pegangan guru dan tidak dituangkannya di dalam lembaran pembuatan RPP yang seharusnya menjadi tanggung jawab guru tersebut, SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Skripsi dengan judul “Analisis Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai” pada akhirnya bisa diselesaikan. Dan dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Pada dasarnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi yang ada ada di SMA Negeri 1 Jawai telah tergolong baik karena peneliti menemukan sebagian besar aspek dari kompetensi pedagogik Guru menurut ketentuan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik guru SMA/MA telah terpenuhi. dari sepuluh aspek yang harus dikuasai guru mampu menguasai delapan aspek yang ada. Adapaun aspek pedagogik yang dikuasai yaitu: menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, menguasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Dan aspek pedagogik yang tidak dikuasai yaitu: mengembangkan kurikulm yang terkait dengan mata pelajara yang diampau dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Penyebab tidak dikuasainya kedua aspek pedagogik oleh guru sosiologi yang mengajar di SMA Negeri 1 Jawai tersebut dikarenakan oleh ketidaksiapan dari guru dalam mengelola pengembangan kurikulum KTSP ini sendiri dan masih menggunakan format pengembangan kurikulum yang berorientasikan pada kurikulum KBK. Demikian juga pada aspek memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, guru hanya melakukan secara langsung tanpa disertai pedoman yang jelas atau pokok pegangan terstruktur dan tertulis yang diolah oleh guru yang bersangkutan.
9
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti berikan untuk memaksimalkan kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai adalah sebagai berikut : (1) Sebaiknya guru lebih meningkatkan kinerja dan tanggung jawabnya dalam peningkatan mutu pendidikan yang ada, serta kekurangan akan aspek dari kompetensi pedagogik itu sendiri dapat diatasi dengan cara melengkapai pengembangan kurikulum yang lebih dikaitkan dengan pembuatan RPP oleh guru, di sini guru lebih dituntut untuk merancang dan mengolah RPP itu sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa yang ada di kelas. (2) Salah satu konsep dalam kurikulum yang diterapkan saat ini adalah pengembangan potensi peserts didik, oleh karena itu guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Jawai hendaknya dapat mengembangkan potensi peserta didik sehingga potensi yang dimiliki oleh masing –masing peserta didik dapat tersalurkan seluruhnya. Upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai macam jalur, diantaranya melalui kegiatan ekstrakurikuler, penyediaan sarana dan prasarana pendukung serta dengan menyiapkan tenaga ahli sesuai dengan potensi atau bakat yang dimiliki oleh masing – masing peserta didik. DAFTAR RUJUKAN Janawi. (2011). Kompetensi Guru (Citra Guru Profesional). Bandung: Alfabeta Lexy J. Moleong. (2010). Metode Penelitan Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muhammad Aniq. (2011). Analisis Permendiknas No 16 Tahun 2007 dengan Kompetensi Guru, (Online), (http://muhammadanic.blogspot.com/2011 /05/analisis-permendiknas-no-16-tahun-2007.html, Diakses 23 Februari 2013) Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sutikno dan Sobry (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Difa Publiser ________(2009). Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung: Wacana adhitya ________ (2005). PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standarisasi Pendidikan Nasional. (online). (http://www.slideshare.net/NandangSukmara/ppnomor 19 tahun2005 -ttg-standarisasi-pendidikan-nasional-14015169 Diunduh 29 Maret 2013) .
10