PENDAHULUAN
Perusahaan pengelola dana pensiun merupakan perusahaan yang menarik iuran setiap waktu yang ditentukan kepada karyawan untuk diberikan kembali pada suatu waktu yang telah ditentukan. Maksudnya adalah perusahaan dana pensiun tersebut mengelola uang yang telah disetorkan oleh karyawan calon penerima pensiun dalam beberapa waktu sampai saat yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak antara pengelola dan pemberi kerja sesuai dengan perjanjian untuk dibayarkan kepada karyawan penerima yang berhak atas dana pensiun. Perjanjian tersebut adalah besarnya dana pensiun yang dibayarkan dan kapan saatnya pengelola dapat memberikan dana pensiun. Faktor yang menyebabkan karyawan memasuki masa pensiun adalah kematian, keluar dari pekerjaan, cacat, dan pensiun normal. Pembayaran pensiunan untuk faktor pensiun normal ketentuannya sudah ditetapkan perusahaan pemberi kerja yang biasanya berpatok pada usia maksimal bekerja pada perusahaan tersebut. Tidak semua perusahaan memiliki patokan yang sama Ada dua jenis Dana Pensiun, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). DPPK didirikan oleh orang atau badan dengan peserta yang terbatas pada karyawannya sendiri. DPPK sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). DPPK dengan PPMP, pajak manfaat pensiun dibayarkan kepada peserta sedangkan DPPK pada PPIP dikenakan pajak pada saat dana dibelikan anuitas. DPLK menentukan sendiri jenis investasi yang akan di
1
ambil dan menarik hasil iurannya sendiri. Pajak DPLK dikenakan pada saya dana dibelikan anuitas. (Edytus Adisu, 2008) Jumlah Dana Pensiun Pemberi Kerja di Indonesia mencapai 250 dana pensiun, untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan mencapai 26 dana pensiun. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2010 terjadi penurunan jumlah dana pensiun seperti pada tabel berikut ini. Tabel 1 PERKEMBANGAN JUMLAH DANA PENSIUN NO
JENIS DANA PENSIUN
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
1
DPPK PPMP
262
250
235
226
216
213
209
PPIP
32
36
37
36
39
42
41
294
286
272
262
255
255
250
27
26
25
26
26
26
26
321
312
297
288
281
281
276
JUMLAH 2
DPLK PPIP JUMLAH (1+2)
SELURUHNYA
Sumber : Biro Dana Pensiun Bapepam dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan, posisi per 5 Februari 2010
Lembaga dana pensiun negara adalah PT. TASPEN, yang mengelola pensiun pegawai negri sipil dan PT. ASABRI, yang mengatur dana pensiun pegawai negri militer. Oleh karena itu pihak swasta, diberi izin untuk menyelenggarakan lembaga dana pensiun. Bank Tabungan Pensiunan Nasional yang disingkat BTPN, merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang salah satu kegiatannya adalah membayarkan pensiunan bagi nasabahnya terutama bagi usia yang sudah tidak
2
produktif lagi. BTPN juga melayani bagi nasabah yang melakukan simpanan dan pinjaman, tetapi kegiatan utamanya tetap pelayanan dana pensiun. BTPN perlu membangun sistem yang baik agar uang pensiun tidak pindah ke lembaga penyalur dana pensiun lain, sehingga BTPN mengatasi keuangan. Pada tahun 1958, awalnya BTPN didirikan di Bandung, Jawa Barat, untuk pensiunan militer yang diberi nama Bank Pegawai Pensiunan Militer (Bapemil). Pada tahun 1960, bank meningkatkan izin dari bank tabungan ke bank komersial dari tahun 1986, merubah nama menjadi bank Tabungan Pensiunan Nasional sampai sekarang. (BTPN Laporan Tahunan 2005) Jumlah jaringan kantor BTPN terdapat di 234 kota di Indonesia untuk melayani sekitar 550.000 nasabah pensiunan. Terdiri dari 1 kantor pusat, 1 kantor cabang khusus, 61 kantor cabang, 672 kantor cabang pembantu, 226 kantor kas, 24 office chanelling, 12 Pelayanan Kas : Kas Mobil, 52 Pelayanan Kas : Peyment Point. Jaringan distribusi seperti kantor cabang pembantu dan kantor kas seluruhnya mencapai 1.048 termasuk diantaranya kantor BTPN Mitra Usaha Rakyat. (BTPN Laporan Tahunan 2010) Bisnis model pensiun BTPN adalah jasa pembayaran Tunjangan Hari Tua (THT) dan pembayaran pensiun bulanan melalui pola kerja sama dengan mitra usaha strategis, utamanya TASPEN, dan Dana Pensiunan antara lain Dana Pensiun Pertamina, Dana Pensiun Telkom dan Dana Pensiun Perhutani. Selain jasa pembayaran pensiun, BTPN juga menyediakan produk pinjaman kepada nasabah pensiunan dengan pemotongan cicilan bulanan langsung dari pembayaran pensiun bulanan.
3
BTPN menjalin hubungan dengan PT. TASPEN dalam pembayaran pensiunan. Tujuannya untuk memperluas kegiatan usahanya dengan tidak hanya memberikan
pinjaman
dan
pemotongan
cicilan
pinjaman,
tetapi
juga
melaksanakan “Tri Program Taspen”, yaitu Pembayaran Tabungan Hari Tua, pembayaran Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Pembayaran Uang Pensiun. (BTPN laporan tahunan 2008) Dari hasil penelusuran penulis ditemukan penelitian mengenai sistem pembayaran pensiunan dengan judul Peranan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pembayaran Dana Pensiun. Studi Kasus pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi sangat berperan dalam mengelola aktivitas perusahaan khususnya pembayaran dana pensiun. Dengan menggunakan sistem System Application Programme (SAP) dan Joint Application Development (JAD) yang dirancang sendiri memudahkan karyawan dalam melakukan aktivitas perusahaan. Sistem JAD yang bersifat online dapat memudahkan melakukan transaksi langsung untuk meng-update kebutuhan peserta yang dilayani oleh bagian pelayanan. Sistem JAD dan SAP yang diterapkan oleh PT Taspen (Persero) Cabang Bogor sudah cukup baik. Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan agar PT Taspen (Persero) tetap mempertahankan dan meningkatkan Sistem Informasi Akuntansi pembayaran dana pensiun agar aktivitas perusahaan lebih efektif dan efisien. Hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, sistem pada bank BTPN telah ada, namun apakah dengan sistem tersebut sudah baik atau masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki untuk meningkatkan jumlah
4
nasabah. Yang berbeda adalah objek penelitiannya, penulis akan melakukan penelitian pada BTPN, Rina Christy mahasiswa STIE Kesatuan melakukan penelitian pada PT. Taspen tahun 2007. Target market utama BTPN adalah para pensiunan baik sebagai deposan atau penabung maupun debitur. Pengendalian internal sangat diperlukan dalam sistem dan prosedur pembayaran dana pensiun agar menjadi semakin baik. Ukuran untuk menjadi semakin baik perlu diperkirakan, oleh sebab itu penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai sistem pembayaran dana pensiun yang dapat menentukan peningkatan dan perkembangan yang baik dari suatu perusahaan.
Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas masalah penelitian adalah Bagaimana sistem pembayaran pensiunan yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga kepada nasabahnya dan apakah masalah yang pernah terjadi beserta jalan keluarnya dalam kaitannya dengan pembayaran pensiunan yang dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Persoalan Penelitian Adapun persoalan penelitian adalah : 1. Bagaimana sistem pembayaran pensiunan yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga kepada nasabahnya?
5
2. Apakah masalah yang pernah terjadi beserta jalan keluarnya dalam kaitannya dengan pembayaran pensiunan yang dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pembayaran pensiunan yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga kepada nasabahnya. 2. Untuk mengidentifikasi masalah yang pernah terjadi beserta jalan keluarnya dalam kaitannya dengan pembayaran pensiunan yang dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, untuk mengetahui penerapan dari ilmu yang telah diperoleh secara teoritis bagi perusahaan secara nyata khususnya mengenai dana pensiun, dan juga memenuhi syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana. 2. Bagi perusahaan, sebagai sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi pimpinan maupun orang-orang yang membutuhkan dalam hal dana pensiunan.
6
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II dijelaskan mengenai kajian pustaka yang didasari dari perumusan masalah dan persoalan penelitian. Aspek teoritis yang akan di bahas meliputi definisi dari konsep-konsep yang menjelaskan teori serta melandasi konsep tersebut. Penjelasan yang diberikan bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dari konsep yang diamati.
Sistem Pembayaran Pensiunan Kumorotomo (1998:8), secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Menurut James O’brien (2006:9) sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input (masukan) serta menghasilkan output (keluaran) dalam proses tranformasi yang teratur. Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. (UU tentang bank Indonesia pasal 1, angka 6)
7
Kantor Nasabah (pemberi kerja)
Peserta aktif
Dana Pensiun
Peserta pasif (pensiunan)
BTPN
Rekening Nasabah
aktif
Gambar 1. Alur Sistem Pembayaran Pensiunan
Pemberi kerja memiliki dua jenis pegawai atau karyawan yaitu peserta aktif dan peserta pasif. Pensiunan itu sendiri peserta pasif yang nantinya calon nasabah BTPN, jika calon nasabah BTPN telah ditetapkan oleh kantornya atau tempat pemberi kerja bahwa seseorang tersebut sudah bisa menerima pensiunan, maka kantor nasabah atau pemberi kerja akan mengeluarkan surat keputusan beserta data-data yang diperlukan kepada Dana Pensiun dimana surat keputusan itu akan diserahkan kepada BTPN beserta data-data yang diperlukan sebagai bukti bahwa calon nasabah tersebut akan menjadi nasabah yang sah di BTPN jika telah memenuhi persyaratan. Dana Pensiun mentransfer sejumlah uang kepada BTPN, dan uang tersebut yang akan di pindah buku kepada rekening tiap-tiap nasabah. Pihak BTPN akan membayarkan pensiunan kepada nasabah sesuai dengan ketetapan yang ada. Dana Pensiun tidak membayar pensiunannya langsung karena keterbatasan jangkauan nasabah, maka BTPN yang akan mengambil keuntungan dari permasalahan yang ada sekaligus nasabah dapat mengambil kredit yang hanya
8
khusus untuk nasabah pensiunan BTPN. Hal inilah yang menarik nasabah untuk mengambil pensiunan dari BTPN. Syarat- syarat tentang informasi yang baik diuraikan oleh Parker dalam Kumorotomo (1999:11). Berikut ini adalah syarat-syarat yang dimaksud: 1. Ketersediaan (availability) Sudah barang tentu atau syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah tersedianya informasi itu sendiri.. informasi harus dapat diperoleh (accessible) bagi orang yang hendak memanfaatkannya. 2. Mudah dipahami (comprehensibility) Informasi harus mudah dipahmi oleh pembuat keputusan, baik itu menyangkut pekerjaan rutin maupun keputusan-keputusan yang bersifat strategis. Informasi yang rumit dan berbelit-belit hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen. 3. Relevan Dalam konteks organisasi, informasi yanhg diperlukan adalah yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi. 4. Bermanfaat Sebagai konsekuensi dari syarat relevansi, informasi juga harus bermanfaat bagi organisasi. Karena itu informasi juga harus dapat tersaji kedalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatan oleh organisasi yang bersangkutan.
9
5. Tepat waktu Informasi harus tersedia tepat pada waktunya. Syarat ini terutama sangat penting pada suatu organisasi yang membutuhkan informasi ketika manajer hendak membuat keputusan-keputusan yang krusial. 6. Keandalan (reliability) Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat di andalkan kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikan. 7. Akurat Syarat ini mengharuskan bahwa informasi bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti bahwa informasi harus jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya. 8. Konsisten Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi didalam penyajiannya karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan keputusan. Menurut O’brien
(2006:5), sistem informasi dapat merupakan kombinasi
dari orang-orang, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi
10
(software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban. Menurut Shannon dan Weaver dalam DeLonedan McLean (2003), Kualitas suatu sistem informasi mengukur kesuksesan secara teknik. Kualitas sistem dapat diukur melalui beberapa indikator sebagai berikut. 1. Ease of use (Kemudahan Penggunaan) Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut. Saat seseorang menggunakan sistem, ia hanya memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari sistem tersebut karena sistem tersebut sederhana, tidak rumit atau mudah dipahami. Pengguna sistem informasi mempercayai bahwa sistem informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. 2. Response Time (Kecepatan Akses) Kecepatan akses merupakan salah satu indikator kualitas sistem informasi. Jika akses sistem informasi memiliki kecepatan yang optimal maka layak dikatakan bahwa sistem informasi yang diterapkan memiliki kualitas yang baik. Kecepatan akses akan
meningkatkan kepuasan pengguna dalam menggunakan
sistem informasi. 3. Reliability (Keandalan Sistem) Sistem informasi yang berkualitas adalah sistem informasi yang dapat diandalkan. Jika sistem tersebut dapat diandalkan maka sistem informasi tersebut layak digunakan. Keandalan sistem informasi dalam konteks ini
11
adalah ketahanan sistem informasi dari kerusakan dan kesalahan. Keandalan sistem informasi ini juga dapat dilihat dari sistem informasi yang melayani kebutuhan pengguna tanpa adanya masalah yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna dalam menggunakan sistem informasi. 4. Flexibility (fleksibilitas) Fleksibilitas suatu sistem informasi menunjukkan bahwa sistem informasi yang diterapkan tersebut memiliki kualitas yang baik. Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan sistem informasi dalam melakukan perubahan-perubahan kaitannya dengan memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna akan merasa lebih puas menggunakan suatu sistem informasi jika sistem tersebut fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pengguna. 5. Security (keamanan) Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik jika keamanan sistem tersebut dapat diandalkan. Keamanan sistem ini dapat dilihat melalui data pengguna yang aman disimpan oleh suatu sistem informasi. Jika data pengguna dapat disimpan secara aman maka akan memperkecil kesempatan pihak lain untuk menyalahgunakan data pengguna sistem informasi. Dokumentasi transaksi yang harus dilakukan: ( PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, 2007) 1. Mengisi formulir pembukaan rekening; 2. Apabila nasabah tidak dapat hadir maka FO mendatangi nasabah tersebut; 3. Apabila dikarenakan berbagai sebab blanko formulir tidak dapat digunakan maka dapat diganti surat permohonan penempatan dana yg dibuat oleh pejabat
12
yang berwenang harus tercantum lengkap mengenai: nama nasabah, tanggal permohonan, dan jumlah dana; 4. Surat permohonan dapat diterima dahulu melalui facsimile; 5. Sebagai bukti penempatan, aslinya dapat diambil oleh FO; 6. Nasabah akan dihubungi oleh FO yg bersangkutan.
Untuk dapat menerima uang pensiun, nasabah pensiunan wajib membuka rekening tabungan. Ada pun langkah-langkah dalam pembukaan nomor rekening adalah sebagai berikut: ( PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, 2007) 1. Nasabah pensiunan wajib membuka rekening tabungan pada Kantor Cabang PT Bank BTPN dan nasabah pensiunan menerima Buku Tabungan. 2. Untuk penerima pensiun harus membuka rekening khusus yang dibuktikan dengan buku Tabungan Pensiun atas nama penerima pensiun sendiri dan tidak menggunakan nama lain serta tidak berupa rekening bersama (joint account). 3. Pembayaran Tunjangan Hari Tua (THT), THT Multiguna, dan Pensiun yang dilaksanakan melalui rekening pada Kantor Cabang PT bank BTPN harus atas permintaan peserta/penerima pensiun sendiri. 4. Untuk persyaratan pembayaran melalui rekening, penerima pensiun yang bersangkutan wajib mengisi Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun Melalui Rekening (SP3R) setelah memenuhi persyaratan lain yang berlaku.
Bagi bank dan Perusahaan Asuransi Jiwa, dana pensiun dapat menciptakan sumber dana baru yang bersifat jangka panjang, meningkatkan
13
pendapatan melalui pengelolaan dana pensiun, dapat mengurangi ketidakefektifan dalam pengaturan likuiditas, sarana dan prasarana yang lain, khususnya penggunaan
teknologi
komputerisasi,
dan
membantu
pemerintah
dalam
penghimpunan dana untuk pembiayaan pembangunan. Inilah yang dilakukan oleh BTPN, mencari nasabah sebanyak-banyaknya agar sumber dana baru yang bersifat jangka panjang tersebut tidak lari ke pihak lain sehingga memperoleh pendapatan melalui pengelolaan dana pensiun tersebut.
METODE PENELITIAN
Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis Satuan pengamatan adalah suatu tempat sumber data dan informasi yang dapat diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai satuan pengamatan adalah manajer keuangan, kepala bagian cabang Salatiga, karyawan bagian pemberian dana pensiun, dan nasabah penerima dana pensiun. Dalam penelitian ini yang merupakan satuan analisis adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Pengukuran Konsep Melihat sebagaimana hambatan yang ada dalam sistem pembayaran pensiunan apakah berpengaruh terhadap jumlah nasabah dan juga berkurang atau bertambahnya aktivitas operasi perusahaan dalam beberapa tahun berturut-turut. Dapat diukur dengan selisih dari aktivitas operasi tahun ini dibandingkan dengan
14
aktivitas operasi tahun lalu, atau bahkan dua tahun sebelumnya. Jika simpanan tabungan bertambah dalam tiap tahun, menunjukan bahwa hambatan tidak begitu berarti, namun jika sebaliknya berarti harus dilakukan pembetulan sistem agar jumlah nasabah dan simpanan tabungan pada perusahaan juga bertambah.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu: 1.
Wawancara Wawancara digunakan apabila peneliti ingin malakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan wawancara akan dilakukan terhadap pimpinan perusahaan, baik untuk mencaritahu mengenai sistem yang berjalan. Credit Accept 1. Mengisi formulir
Pengurus
2. Input data
3. Membayar uang pensiun Teller
Gambar 2. Alur Pengambilan Uang Pensiun
15
Dari bagan alir tersebut dapat dijelaskan bahwa Nasabah datang ke bagian Credit Accept untuk mengisi formulir dengan data-data diri, formulir tersebut adalah slip pembukaan rekening tabungan serta melampirkan fotocopy KTP dan juga fotocopy SK pensiun. Bagian Credit Accept menginput data ke komputer serta menyiapkan slip setoran. Bagian teller mendapat slip setoran dan buku rekening tabungan dari bagian Credit Accept, kemudian bagian teller membayarkan uang pensiunan sejumlah yang telah di tetapkan. Dari bagan tersebut, menjelaskan bahwa penulis akan melakukan wawancara dengan responden yang berhubungan langsung dengan proses pembayaran pensiun. 2.
Studi kepustakaan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari data pendukung penelitian.
Teknik Analisis dan Langkah-langkah Analisis Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif deskriptif, karena masalah ini tidak membuktikan suatu hipotesa tetapi memberi gambaran dengan mengumpulkan data, keterangan dan informasi yang relevan mengenai sistem pembayaran dana pensiun di bank BTPN. Langkah-langkah analisis yang dilakukan penelitian ini adalah:
16
1. Menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembayaran pensiunan. 2. Menganalisis penerapan sistem pembayaran pensiunan di bank BTPN. 3. Menganalisis kelemahan-kelemahan sistem pembayaran pensiunan di bank BTPN. 4. Menentukan alternatif masukan yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sistem pembayaran pensiunan pada bank BTPN Salatiga.
PEMBAHASAN Objek penelitian penulis adalah PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL cabang Salatiga Jalan Jenderal Sukowati no. 64 Salatiga. Sejarah Singkat Perusahaan Bank BTPN terlahir dari pemikiran tujuh orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. Ketujuh serangkai tersebut kemudian mendirikan Perkumpulan Bank Pegawai Pensiunan Militer (selanjutnya disebut “BAPEMIL”) dengan status usaha sebagai perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni membantu meringankan beban ekonomi para pensiun, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil.
17
Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1985 para anggota perkumpulan BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan ijin usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha BAPEMIL. Sebagai Bank Swasta Nasional yang semula memiliki status sebagai Bank Tabungan kemudian berganti menjadi Bank Umum pada tanggal 22 Maret 1993, bank BTPN memiliki aktivitas pelayanan operasional kepada Nasabah, baik Simpanan maupun pinjaman. Namun aktivitas utama Bank BTPN adalah tetap mengkhususkan kepada pelayanan bagi para pensiunan dan pegawai aktif, karena target market Bank BTPN adalah para pensiunan. Dalam rangka memperluas kegiatan usahanya, Bank BTPN bekerjasama dengan PT Taspen, sehingga Bank BTPN tidak saja dapat memberikan pinjaman dan pemotongan cicilan pinjaman, tetapi juga dapat melaksanakan “Tri Program Taspen”, yaitu Pembayaran Tabungan hari Tua, Pembayaran jamsostek dan Pembayaran Uang Pensiun. (Laporan Tahunan 2005) Jabatan dan Tugasnya dalam Sistem Pembayaran Pensiunan pada Bank tabungan Pensiunan Nasional 1. Branch Manager Merupakan penanggung jawab semua kegiatan keuangan dan perbankan pada kantornya, dan juga menandatangani berkas nasabah yang telah disetujui.
18
2. Credit Accept Memastikan dan melakukan pemeriksaan data nasabah. Menerima dan melakukan pemeriksaan dokumen.
Melakukan input data nasabah
ke
komputer serta mencetak hasil penginputan. Menyiapkan buku tabungan bagi nasabah. 3. Teller Bertugas di bagian depan sebuah bank yang pekerjaannya melayani transaksi keuangan nasabah seperti setor tunai, pengambilan tunai, print out, ataupun transaksi keuangan lainnya. Sering pula disebut ujung tombak dari sebuah bank karena berhadapan langsung dengan nasabah.
Dokumen yang digunakan beserta penjelasannya dalam Pembayaran Pensiunan di Bank Tabungan Pensiunan Nasional 1. Surat Keputusan Pensiun Dokumen ini merupakan surat keputusan pemberhentian kerja secara hormat untuk pegawai. 2. Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun Melalui Rekening Dokumen ini merupakan pernyataan nasabah bahwa pembayaran pensiunan dilakukan melalui BTPN cabang Salatiga. 3. Foto Copy Kartu Identitas Pensiun Dokumen ini berupa Kartu Identitas Diri berupa KTP atau Passport yang sesuai dengan aslinya. Untuk WNA harus disertai dengan KIMS.
19
4. Foto Berwarna Foto berwarna digunakan berukuran 3x4 cm. Pas foto digunakan sebagai visualisasi wajah nasabah. Foto ini diserahkan sebagai kelengkapan berkas saat malakukan pembukaan rekening tabungan. 5. Formulir aplikasi pembukaan rekening tabungan Jika nasabah belum memiliki nomor rekening di BTPN, maka disarankan untuk membuka rekening baru di BTPN. Formulir ini berisi data diri nasabah seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, nama ibu, nomor kartu identitas, dan tanda tangan. 6. Buku tabungan Setelah nasabah mengisi formulir pembukaan rekening baru, nasabah akan diberikan buku tabungan yang berisi nama, tanda tangan, serta nomor rekening. Dokumen ini dipegang oleh nasabah berfungsi sebagai informasi saldo, penarikan, penyetoran dan pemindahbukuan serta sebagai pembebanan yang dilakukan oleh pihak bank pada suatu tanggal tertentu. 7. Kartu Contoh Tanda Tangan Kartu yang ditandatangai oleh nasabah pada saat membuka rekening tabungan. Dokumen ini digunakan untuk scanning pada buku tabungan. Selanjutnya digunakan untuk mencocokan tanda tangan nasabah pada buku tabungan serta slip penarikan. Duplikat kartu disimpan di kantor BTPN cabang Salatiga.
20
8. Slip penarikan tabungan Dokumen untuk menarik sejumlah uang dari rekening tabungan nasabah. Di dalam slip ini dituliskan nama, nomor rekening, jumlah uang yang akan ditarik dan tanda tangan nasabah. Sebagai bukti penarikan tabungan nasabah.
Diskripsi Sistem Pembayaran Pensiun Jadwal kerja karyawan di Bank BTPN Salatiga adalah pukul 08.00 – 17.00, sedangkan pada bagian kas 08.30 – 14.30, terdapat jam istirahat pukul 12.00 – 13.00, sehingga total jam kerja karyawan staf adalah delapan jam per hari. Tetapi pada awal bulan, jadwal kerja karyawan BTPN bukan dimulai pukul 08.00 melainkan pukul 05.00 pada tanggal satu, pukul 06.00 pada tanggal dua, pukul 07.00 pada tanggal tiga, dan pada tanggal empat dan seterusnya dimulai pukul 08.00. Disesuaikan juga sesuai dengan hari kerja, bila tanggal satu merupakan hari sabtu atau minggu ataupun hari libur nasional, maka jam kerja lebih awal dimulai pada hari kerja yaitu senin sampai jumat, dilakukan tiga hari berturut-turut. Hal itu dilakukan mengingat banyaknya nasabah BTPN yang menarik tunai uang pensiun pada awal bulan. Penerima pensiunan di bank BTPN berasal dari PT. Taspen, PT. Telkom, PT. Perhutani, PT. Asabri. Mulai tanggal satu para nasabah pensiunan dapat mengambil dana pensiun. Nasabah wajib mengambil dana pensiun sendiri, kecuali nasabah berhalangan dengan bukti yang kuat. Nasabah dapat menunjuk seseorang
21
yang membawa surat kuasa bermaterai 6000 rupiah beserta stempel dari lurah setempat. Lurah setempat dan penerima kuasa bertandatangan dalam surat kuasa. Bukti tersebut merupakan syarat yang sudah ditetapkan BTPN jika pengambilan dana pensiun diwakilkan oleh penerima kuasa. Surat kuasa hanya berlaku tiga bulan, pada bulan keempat nasabah harus hadir sendiri. Namun jika nasabah benar-benar tidak dapat hadir maka petugas BTPN akan melakukan investigasi dengan mendatangi rumah nasabah.
Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi Dalam penerimaan calon nasabah, bank BTPN memiliki kebijakan penerimaan dan identifikasi. Penerimaan dan identifikasi calon nasabah mencakup hal-hal berikut: 1) Permintaan informasi mengenai calon nasabah, antara lain: a. Identitas calon nasabah; b. Maksud dan tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan oleh calon nasabah dengan bank; c. Informasi lain yang memungkinkan bank agar dapat mengetahui profil calon nasabah; d. Identitas pihak lain, dalam hal calon nasabah bertindak untuk dan atas nama pihak lain. 2) Permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung informasi dari calon nasabah.
22
3) Meneliti atas kebenaran bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung informasi dari calon nasabah. 4) Pertemuan dengan calon nasabah dilakukan sekurang-kurangnya pada saat pembukaan rekening. 5) Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan wawancara dengan calon nasabah untuk memperoleh keyakinan atas kebenaran informasi, bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung calon nasabah. 6) Menolak untuk membuka rekening dan atau menolak melaksanakan transaksi dengan calon nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam angka 1 sampai dengan 5 tersebut diatas; b. Diketahui menggunakan identitas dan atau memberikan informasi yang tidak benar; atau c. Berbentuk shell banks atau dengan bank yang mengijinkan rekeninganya digunakan oleh shell banks. Kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah berlaku pula bagi nasabah yang tidak memiliki rekening di bank (walk-in customer) dalam hal transaksi yang dilakukan melebihi seratus juta rupiah atau nilai yang setara dengan itu. 7) Pemeliharaan profil nasabah yang mencakup informasi mengenai: a. Identitas nasabah; b. Pekerjaan atau bidang usaha; c. Jumlah penghasilan; d. Rekening yang dimiliki;
23
e. Aktifitas transaksi normal; f. Sumber dana; g. Tujuan pembukaan rekening (tujuan penggunaannya). 8) Penatausahaan dokumen yang berkaitan dengan identitas nasabah, dalam jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun sejak nasabah menutup rekening. 9) Menolak melaksanakan transaksi, dalam hal nasabah: a. Memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam angka 6 a tersebut di atas; b. Menggunakan rekening bank tidak sesuai dengan tujuan pembukaan rekening. Sebagai contoh adalah penggunaan rekening tabungan sebagai sarana bagi perbuatan melanggar hukum. 10) Kantor Cabang menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada kantor pusat (divisi kepatuhan) dengan sifat rahasia dan tidak diberitahukan kepada nasabah yang bersangkutan.
Prosedur Sistem Pembayaran Pensiun Secara umum sistem pembayaran pensiun dalam prosedurnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Prosedur Penerimaan Calon Nasabah Pensiunan Calon nasabah yang sudah memiliki SK Pensiun di urus ke PT. Taspen, DP. Telkom, DP. Perhutani, PT. Asabri untuk melakukan pendaftaran ke rekening mana uang pensiun akan di transfer. SK Pensiun PT. Taspen 24
diperoleh dari BKN (Badan Kepegawaian Negara). Jika calon nasabah pensiunan memilih BTPN sebagai tempat pengambilan pensiunan maka calon nasabah pensiunan selanjutnya akan mengurus tabungan di BTPN. Calon nasabah diminta untuk mengisi SP3R (Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun Melalui Rekening). Calon nasabah akan diberikan penjelasan mengenai syarat-syarat pembukaan tabungan di BTPN. Syarat-syarat pembukaan tabungan:
Dilakukan perorangan
Menyerahkan fotocopy Kartu Identitas Diri (KTP/Passport) yang sesuai dengan aslinya. Untuk WNA harus disertai dengan KIMS.
Menyerahkan foto berwarna 3x4 terbaru.
Menyerahkan SK Pensiun.
Mengisi specimen Kartu Contoh Tanda Tangan (KCTT) 2 rangkap.
Tanda tangan pada KCTT harus sesuai dengan Kartu Identitas Diri.
Mengisi
dan
menyetujui
Aplikasi
Pembukaan
Tabungan
serta
menandatangani di atas materai Rp 6000.
Nasabah wajib menyetorkan dana kepada bank sejumlah setoran awal minimal sebesar Rp 50.000. Calon nasabah pensiunan harus datang sendiri dan tidak boleh
diwakilkan. Calon nasabah mengambil nomor antrian dari satpam. Sambil menunggu giliran nomor antrian, calon nasabah bisa duduk pada kursi yang telah disediakan. Selanjutnya, calon nasabah datang ke bagian Credit Accept
25
untuk membuka rekening tabungan di BTPN Salatiga. Rekening tabungan bagi para pensiunan diberi nama rekening tabungan citra pensiun. Calon
nasabah
menyerahkan
fotocopy
Kartu
Identitas
Diri
(KTP/Passport) dan foto berwarna 3x4 ke bagian Credit Accept. Calon nasabah juga wajib membawa Kartu Identitas Diri (KTP/Passport) asli dan SK pensiun. Bagian Credit Accept meminta calon nasabah untuk mengisi formulir aplikasi pembukaan tabungan. Data calon nasabah yang tertuang dalam formulir aplikasi pembukaan tabungan citra harus sesuai dengan keadaan sebenarnya. Apabila calon nasabah kesulitan dalam mengisi formulir aplikasi pembukaan tabungan, akan di bantu oleh bagian Credit Accept tersebut. Selanjutkan, bagian Credit Accept meminta calon nasabah menandatangani formulir aplikasi pembukaan tabungan disertai materai Rp 6000. Jika tidak membawa materai, calon nasabah bisa membeli materai di BTPN Salatiga dan disediakan oleh bagian Credit Accept. Bagian Credit Accept meminta calon nasabah untuk menandatangani KCTT 2 (dua) rangkap. Bila kotak yang disediakan pada KCTT ada yang tidak digunakan oleh nasabah, bagian Credit Accept mengingatkan nasabah untuk menggaris silang pada kotak tersebut. Kolom pada KCTT yang tidak dibubuhi tanda tangan harus dicoret. Hal ini dimaksudkan agar ruangan tersebut tidak diisi oleh pihak yang tidak berhak. Batasan wewenang masingmasing penandatanganan harus dicantumkan pada kartu ini. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan (karena ruangan diatas kartu tidak mencukupi dan sebagainya) syarat-syarat dan ketentuan batasan wewenang dan
26
sebagainya itu dapat dicatat diatas suatu catatan yang ditempelkan pada kartu contoh tanda tangan dimaksud. Apabila salah satu atau beberapa contoh tanda tangan dibatalkan, maka contoh tanda tangan tersebut yang tertera pada KCTT harus dicap “BATAL” , tanda tangan yang dibatalkan tersebut harus dicoret sebagai tanda pembatalannya dan diparaf oleh Pejabat Bank. Apabila persyaratan sudah lengkap, bagian Credit Accept memeriksa kembali dokumen-dokumen tersebut. Selanjutnya melakukan input data nasabah ke komputer. Mencetak hasil penginputan dan memeriksa kembali apakah hasil penginputan tersebut sudah benar. Bagian Credit Accept ini akan menyiapkan buku tabungan dan menempelkan spectolite diatas kolom tanda tangan pada buku tabungan. Kemudian menyerahkan ke teller untuk melakukan pencetakan nama, alamat, dan nomor tabungan pada buku tabungan. Setelah dokumen tercetak, maka dokumen diserahkan kepada manager bank untuk diperiksa dan disetujui. Setelah disetujui, bagian Credit Accept meminta nasabah melakukan setoran awal sesuai ketentuan minimal setoran awal dan menyerahkan salah satu KCTT kepada Teller. Selanjutnya memperbanyak KCTT dengan cara memfotocopy dan distribusikan copy KCTT ke Capem dan Kantor Kas. KCTT nasabah harus disimpan di dalam card deck dibawah tanggung jawab Head Teller dan/atau karyawan yang berwenang melakukan verifikasi. Card deck yang berisikan KCTT harus dikunci setiap akhir hari kerja. Sedangkan kuncinya disimpan dibawah tanggung jawab Head Teller dan/atau pejabat yang ditunjuk untuk itu.
27
2. Prosedur Penerimaan Daftar Gaji Nasabah Pensiunan Setiap tanggal 25, bagian unit kerja Tabungan Uang Pensiun BTPN Salatiga menerima
Daftar Pembayaran Pensiun (Dapem) Induk. Daftar
Pembayaran Pensiun (Dapem) Induk dikirimkan oleh BTPN pusat melalui email. Unit Tabungan Pensiun BTPN Salatiga akan melakukan upload data pensiun
ke Rekening Tabungan Uang Pensiun dibantu oleh Unit EDP
(Electronic Data Processing) ke sistem komputer online di kantor pusat. Sebagai back up,
upload juga dilakukan ke sistem komputer lama (non
online). Sistem komputer online berkerja sama dengan EDP dan melihat data komputer lama (non online) tersebut untuk dicocokan jumlah rupiah, jumlah rekening dengan Daftar Pembayaran Pensiun (Dapem) Induk. Unit kerja tabungan uang pensiun melakukan posting
dibantu oleh unit kerja EDP
dengan jurnal Rekening Antar Kantor (debit) pada Rekening Tabungan Uang Pensiun (kredit). Setelah cocok, bagian unit kerja Tabungan Uang Pensiun meminta otorisasi atau persetujuan dari kepala bagian BTPN Salatiga. Bukti persetujuan berupa tanda tangan diadministrasikan atau disimpan. Setelah disetujui oleh kabag, bagian unit kerja Tabungan Uang Pensiun melapor pada BTPN pusat disertai bukti persetujuan. BTPN Pusat mendistribusikan uang tunai ke BTPN Salatiga sesuai dengan jumlah uang yang tercantum pada daftar pembayaran pensiun per masing-masing cabang atau KCP dengan jurnal Kas (debit) pada RAK Capem masing-masing (kredit). Pada akhir bulan tanggal 30 atau 31 (sesuai kalender hari kerja), unit kerja Administrasi Kredit pensiun melakukan pemotongan kewajiban debitur
28
pensiun melalui rekening tabungan pensiun secara otomatis yaitu melalui sistem komputer. Pemotongan kewajiban hanya dilakukan jika nasabah pensiunan memiliki pinjaman di BTPN. Jadi, jika nasabah mengambil uang ke teller dengan ketentuan seperti contoh. Sebagai ilustrasi, seorang nasabah pensiunan memiliki saldo tabungan pada bulan Juli sebesar Rp 200.000 dan menerima uang pensiunan sebesar Rp 1.300.000 pada bulan Agustus. Nasabah pensiunan ini memiliki kewajiban angsuran perbulan sebesar Rp 50.000. Di sisi lain BTPN menetapkan bahwa tabungan minimal berisi Rp 50.000 dengan potongan administrasi bulanan sebesar Rp 10.000. Maka, maksimum penarikan yang dilakukan oleh nasabah pensiunan tersebut seperti berikut ini: Maksimum Penarikan = Saldo Tabungan – Angsuran – Minimal Tabungan – Potongan Administrasi Bulanan = Rp 1.500.000 – Rp 500.000 – Rp 0 – Rp 500 = Rp 1.499.500 Jadi, maksimum penarikan uang tabungan yang boleh diambil nasabah melalui teller adalah sebesar Rp 1.499.500.
3. Prosedur Pembayaran Dana Pensiun ke Nasabah Nasabah mengisi slip penarikan tabungan. Nasabah mengisi kolom tanggal, jumlah rupiah yang akan ditarik, nama, nomor rekening dan tanda tangan. Nasabah pensiun menyiapkan buku tabungan berikut karip (kartu identitas pensiun) dan slip penarikan yang telah diisi. Nasabah menuju teller
29
dengan sistem antri. Teller memeriksa kelengkapan pengisian slip penarikan tabungan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan slip penarikan tabungan adalah : Tanggal adalah tanggal transaksi. Uang sejumlah rupiah: diisi jumlah uang yang akan ditarik, dengan huruf (terbilang). Nama & Nomor Rekening harus sesuai. Tanda tangan Penabung pada halaman muka harus diverifikasi. Tanda tangan penerima (pada halaman punggung) harus sama sesuai dengan tanda tangan penabung. Melakukan validasi computer pada slip penarikan tersebut. Mencetak buku tabungan. Setelah memeriksa slip penarikan tabungan, teller melakukan proses pembayaran dengan menerima, memeriksa dan mecocokan buku tabungan uang pensiun dan karip dari nasabah pensiun. Apabila telah lengkap dan benar, teller melakukan posting kedalam sistem komputer sesuai dengan menu yang ada pada user manual. Teller mencocokan data yang ada pada komputer dengan data tabungan uang pensiun dan karip yang bersangkutan. Setelah cocok, teller melakukan
pembayaran tabungan uang pensiun yang
bersangkutan dan cetak buku tabungan uang pensiun. Berdasarkan slip penarikan, teller menyiapkan uang tunai sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan. Teller menghitung uang secara terperinci sebelum diserahkan
30
kepada nasabah yang bersangkutan. Menyerahkan uang bersama – sama dengan slip penarikan kepada nasabah. Teller juga meminta nasabah menghitung uang dan menandatangani slip penarikan sebagai tanda terima. Menyerahkan slip penarikan , buku tabungan pensiun dan karip kepada Nasabah. Apabila dalam pelayanan pembayaran uang pensiun, persediaan uang dalam Box Teller telah sangat minim dan masih banyak penerima pensiun yang belum terbayar saat itu maka Teller dapat meminta tambahan uang
tunai
dari
Head
Teller
dan
atau
antar
Teller
dengan
menggunakan/mengisi Formulir Teller Exchange untuk transaksi tersebut. Teller melakukan posting kedalam sistem komputer sesuai menu komputer. Mencatat pada Daftar Mutasi Kas pada kolom “penerimaan tunai dari Vault“ dengan jurnal Rekening Tabungan Nasabah (debit) pada Kas (kredit).
Kerjasama Peserta Pensiunan BTPN Penerima pensiunan di BTPN hanya berasal dari PT. Taspen, PT. Telkom, PT. Perhutani, PT. Asabri. Peserta pensiunan terbanyak dari PT. Taspen. Berdasarkan data bulan Maret 2009, jumlah pensiunan yang dibayar melalui BTPN sekitar 345.127 orang dengan jumlah dana yang dibayarkan sebesar Rp 416,5 miliar setiap bulan. Dalam satu tahun mencapai sekitar Rp 40.412,06 miliar. Sedangkan jumlah seluruh pensiunan PT. Taspen pada tahun 2009 sebanyak 2.172.945 orang. Sekitar 16% peserta pensiunan dari PT. Taspen mempercayakan BTPN sebagai tempat pembayaran pensiunan.
31
Pada tahun 2011, pembayaran pensiunan PT. Taspen mencapai Rp 52.371,47 miliar setiap tahunnya. Jumlah peserta aktif pada tahun 2011 mencapai 2.291.201 orang. Dalam Perjanjian Kerjasama (PKS) antara BTPN dengan Dana Pensiun Perhutani pada tanggal 27 Januari 2009, bank BTPN dikenakan jasa/fee sebesar 2,5% dari sejumlah dana yang disalurkan. Dana yang disalurkan rata-rata Rp 82.500.000,-
per bulan. Sedangkan nilai manfaat pensiun
yang dibayarkan
sebesar Rp 3,8 miliar per bulan.
Kekurangan pada Sistem Pembayaran Pensiunan PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga serta Jalan Keluarnya Masalah yang pernah terjadi pada bank BTPN sebelum Desember 2009 adalah BTPN belum melakukan transaksi secara online. Nasabah harus mengambil uang pensiunannya sesuai dengan BTPN dimana nasabah terdaftar. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi nasabah karena dianggap tidak praktis. Ibu Tien, wanita pensiunan dari SMAN 1 Salatiga bagian tata usaha ini mengeluh karena tiga tahun yang lalu tidak dapat mengambil uang dari bank BTPN selain di Salatiga. Padahal beliau sering pergi ke luar kota dalam waktu yang cukup lama. Hal ini juga di ungkapkan oleh Pak Gianto yang dahulu bekerja sebagai kepala sekolah SDN Tegalrejo 7 demikian, “Dulu itu saya harus datang ke Salatiga kalau mau ambil uang di BTPN. Padahal saya sedang berada di rumah anak saya di Purworejo. Tetapi sekarang sudah bisa ambil di BTPN Purworejo.”
32
Nasabah di BTPN bukan orang-orang yang berusia muda lagi, sehingga penurunan fungsi anggota tubuh terjadi pada nasabah. Hal inilah yang menghambat kelancaran dalam bertransaksi seperti ketika tanda tangan, nasabah diharuskan tanda tangan sesuai dengan buku tabungan. Jika kurang cocok bagian teller akan meminta nasabah untuk mengulang. Saat melakukan penelitian, penulis melihat tiga nasabah pensiunan yang kesulitan mengisi dan menandatangani slip penarikan. Bahkan satu diantaranya diantarkan oleh anaknya karena sudah mulai kesulitan berjalan. Satu nasabah lain yang bersedia di wawancarai oleh penulis adalah Bapak Suprihadi. Pria ini berusia 73 tahun dan sebelumnya bekerja sebagai guru di SDN Bringin 1. Beliau sudah menjadi nasabah BTPN sejak tahun 2005 pun mengalami hal demikian. Beliau sudah mengalami kesulitan dalam menulis dan melihat sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk mengisi slip penarikan. Pada tanggal 1 setiap bulannya, para nasabah sudah bisa mengambil uang pensiunannya pada jam 5 pagi. Telah disediakan makanan seperti kue dan juga teh panas. Para nasabah bisa menikmati sajian yang disediakan BTPN sambil menunggu giliran penarikan uang tabungan. Nasabah yang datang pun tidak sedikit. Para nasabah rela antri sejak pagi hari karena semakin siang, akan semakin ramai. Seperti penuturan Ibu Warno sebagai pensiunan guru, “Saya berjalan dari rumah jam 4 pagi karena di jalan belum banyak kendaraan, jadi mudah untuk menyeberang jalan. Kalau semakin siang juga semakin ramai tidak dapat tempat duduk.” Ruangan BTPN yang kurang luas membuat para nasabah berdesakan menunggu giliran pengambilan uang pensiunan. Para nasabah 33
menunggu sambil berdiri bahkan berada di luar ruang tunggu yang telah disediakan BTPN. Dari permasalahan yang pernah ada di BTPN mengenai ketidakpraktisan dalam pengambilan uang pensiun, maka BTPN telah melakukan jalan keluar yaitu sistem dibuat online. Permasalahan sulitnya nasabah dalam menuliskan tandatangan, penulis menyarankan supaya BTPN menggunakan alat sidik jari untuk mempermudah dan mempercepat proses pembayaran pensiunan serta meminimalkan kemungkinan pemalsuan data. Jika dalam pengisian slip penarikan, pegawai di BTPN akan menawarkan bantuan. Saat ada nasabah yang kesulitan dalam pengisian slip penarikan akan dibantu dan diberi penjelasan. Mengenai kurang luasnya ruangan dan kurangnya tempat duduk, alangkah baiknya jika pada awal bulan yaitu tanggal 1 sampai tanggal 5 BTPN menyediakan kursi tambahan. Kursi tambahan bisa diletakan di teras atau halaman BTPN. Sebagai penutup untuk menghindari panasnya matahari, BTPN bisa menambahkan tenda di halaman.
34
KESIMPULAN Kesimpulan Bank Tabungan Pensiunan Nasional hanya malayani PNS dari PT. Taspen, ABRI dan Polri untuk PT. Asabri, dan dua pegawai BUMN yaitu PT. Telkom dan PT. Perhutani. Peserta pensiunan terbanyak dari PT. Taspen dengan jumlah dana yang dibayarkan sebesar Rp 416,5 miliar setiap bulan. Pembayaran Pensiunan di BTPN cabang Salatiga sudah melakukan komunikasi dengan BTPN Pusat. Komunikasi dilakukan secara online. Nasabah BTPN Salatiga tidak perlu mengurus pensiunan ke BTPN Pusat ataupun ke Dana Pensiun dengan jarak yang lebih jauh. Jadi sistem pembayaran pensiunan di BTPN sudah bagus. BTPN Pusat memberikan daftar gaji pensiunan kepada BTPN cabang Salatiga melalui email. BTPN cabang Salatiga menerima daftar melalui Unit Tabungan Pensiun serta melakukan upload data ke sistem komputer online pusat. Unit Tabungan Pensiun juga melakukan posting pada rekening tabungan pensiunan. Dalam prosedur pembayaran pensiunan, BTPN terlebih dahulu melakukan penerimaan calon nasabah pensiun. Calon nasabah pensiun harus memenuhi syarat administratif maupun non administratif. Calon nasabah yang telah memenuhi syarat tersebut berhak menjadi nasabah BTPN. Nasabah BTPN mendapat nomor rekening serta buku tabungan untuk proses penarikan uang
35
pensiun setiap bulannya. Nasabah akan dilayani oleh bagian teller dalam penarikan uang pensiun. Permasalahan yang pernah terjadi: 1. Sebelum Desember 2009, BTPN belum melakukan transaksi secara online. Nasabah harus mengambil uang pensiunannya sesuai dengan BTPN dimana nasabah terdaftar. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi nasabah karena dianggap tidak praktis. Tetapi, BTPN telah melakukan jalan keluar yaitu sistem dibuat online. 2. Nasabah di BTPN bukan orang-orang yang berusia muda lagi, sehingga penurunan fungsi anggota tubuh terjadi pada nasabah. Hal inilah yang menghambat kelancaran dalam bertransaksi seperti ketika tanda tangan, nasabah diharuskan tanda tangan sesuai dengan buku tabungan. Jika kurang cocok bagian teller akan meminta nasabah untuk mengulang. 3. Pada tanggal 1 setiap bulannya, para nasabah sudah bisa mengambil uang pensiunannya pada jam 5 pagi. Telah disediakan makanan seperti kue dan juga teh panas. Para nasabah bisa menikmati sajian yang disediakan BTPN sambil menunggu giliran penarikan uang tabungan. Nasabah yang datang pun tidak sedikit. Para nasabah rela antri sejak pagi hari karena semakin siang, akan semakin ramai. Ruangan BTPN yang kurang luas membuat para nasabah berdesakan menunggu giliran pengambilan uang pensiunan. Para nasabah menunggu sambil berdiri bahkan berada di luar ruang tunggu yang telah disediakan BTPN.
36
Impikasi Terapan 1. Permasalahan sulitnya nasabah dalam menuliskan tandatangan, penulis menyarankan supaya BTPN menggunakan alat sidik jari untuk mempermudah dan mempercepat proses pembayaran pensiunan serta meminimalkan kemungkinan pemalsuan data. 2. Mengenai kurang luasnya ruangan dan kurangnya tempat duduk, alangkah baiknya jika pada awal bulan yaitu tanggal 1 sampai tanggal 5 BTPN menyediakan kursi tambahan. Kursi tambahan bisa diletakan di teras atau halaman BTPN. Sebagai penutup untuk menghindari panasnya matahari, BTPN bisa menambahkan tenda di halaman.
37
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, Tri Setiyo, 2010, Tinjauan Atas Analisis Pencatatan Pemberian Kredit Pensiun Pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Kantor Cabang Bandung. Unikom, Bandung. Bodnar, George, H & William S. Hopwood, 2003, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit: Salemba Empat, Jakarta. BTPN Laporan Tahunan 2005, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. BTPN Laporan Tahunan 2008, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. BTPN Laporan Tahunan 2010, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. DeLone,W., and McLean E.R. “The DeLone and McLean Model of Information System Success: A Ten Year Update.” Journal of MIS (19,:4), 2003. Kumorotomo, Wahyudi, 1999, Etika Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Kumorotomo, Wahyudi,1998, Sistem Informasi Manajemen, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mulyadi, 2001. Bank dan Lembaga Keuangan 1. Universitas Gunadarma O’Brien, James. 2006. Pengantar Sistem Informasi, Prespektif Bisnis dan Manajerial. Dewi Fitriasari dan Deny A. Kwary, Penerjamah ; Palupi
38
Wuriarti, editor. Jakarta. Salemba Empat. Terjamahan dari Introduction to Information System 12th ed. Perjanjian Kerjasama Antara Dana Pensiun Perhutani dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, 2009, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Tabungan Hari Tua, Tabungan Hari Tua Multiguna, dam Pensiun Melalui Rekening, 2007, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. Standard Operating Procedures Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bank BTPN, 2007, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. Standard Operating Procedures, 2005, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta. Statistik Perbankan Indonesia Vol. 6 No. 7, 2008, Bank Indonesia, Jakarta. Sudjono, Imam, 1999, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.
39