PENGESAHAN JURNAL
MEMINIMALKAN PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MIKRO MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN DI KELOMPOK A TK NEGERI PEMBINA SIPATANA KOTA GORONTALO
Oleh NURLAILA DENGO NIM 153 411 096
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj Ruslin Badu, M.Pd NIP. 19561117 198503 2001
Samsiah, S.Pd, M.Pd NIP. 19731110 200604 2001
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd NIP. 19801101 200912 2001
MEMINIMALKAN PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MIKRO MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN DI KELOMPOK A TK NEGERI PEMBINA SIPATANA KOTA GORONTALO NURLAILA DENGO Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dr. Hj Ruslin Badu, M.Pd, Samsiah, S.Pd, M.Pd Nurlaila Dengo. NIM 153 411 096 “Meminimalkan Perilaku Agresif Anak Melalui Metode Bermain Peran Mikro Menggunakan Media Boneka Tangan Di Kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo”, Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Program S-1 PAUD, Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Dr. Hj Ruslin Badu, M.Pd dan Pembimbing II Samsiah, S.Pd, M.Pd Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah perilaku agresif anak di kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo dapat diminimalkan melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan. Tujuan penelitian ini adalah : Meminimalkan Perilaku Agresif Anak Melalui Metode Bermain Peran Mikro Menggunakan Media Boneka Tangan di Kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian terdiri dari : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, tahap analisis dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan maksud memberi gambaran dalam meminimalkan perilaku agresif anak kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan. Pada observasi awal diperoleh data untuk prosentase perilaku agresif anak pada aspek, (a) Belajar bersama, (b) Mengatur mainan teman, (c) Bergaul baik dengan teman, dan (d) Tertib didalam kelas, terdapat 16 anak (80%). Pada siklus I dapat dimimalkan menjadi 7 anak (35%). Pada siklus II dapat diminimalkan menjadi 3 anak (15%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif anak dapat diminimalkan melalui bermain peran mikro menggunakan boneka tangan. Oleh karena itu bermain peran mikro menggunakan boneka tangan dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam meminimalkan perilaku agresif anak di TK agar anak dapat belajar bersama, mengatur mainan teman, bergaul baik dengan teman, dan tertib didalam kelas. Kata Kunci : Agresif, bermain peran mikro, media boneka tangan Nurlaila Dengo, Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Hj Ruslin Badu, M.Pd Dosen Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Samsiah, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo
I.
LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang memiliki fungsi sebagai peletak dasar perkembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pada usia ini anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan peka dan pada masa ini juga dikatakan sebagai peletakkan dasar kepribadian anak. Masa ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena sangat menentukan kualitas manusia di masa depan. Sehingga tidak heran kalau kemudian para ahli bersepakat bahwa masa ini dinamakan masa emas (golden age) bagi perkembangan hidup manusia. (Depdikas, 2014). Menurut Djamariah (2014:32) salah satu aspek penting yang perlu mendapat
perhatian
pada
pendidikan
di
Taman
Kanak-kanak
adalah
meminimalkan perilaku agresif anak. Perilaku agresif tersebut bisa terjadi pada anak yang selalu mendapat perlakuan otoriter dari orang tua, kurang diterima dilingkungan teman sendiri. Atau sebaliknya pada anak selalu mendapat perlindungan dan kasih sayang yang berlebihan, kurang diberi contoh bagaimana perilaku yang baik, sehingga hal ini berakibat pada perilaku mereka yang tidak mau mendengar perintah guru, berlaku kasar atau banyak mengganggu teman. Berdasarkan observasi awal pada anak di kelompok A pada TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo dari jumlah anak 20 orang, terdapat 4 anak (20%) yang memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan 16 anak (80%) perilaku agresif anak yang sering mengganggu proses kegiatan pembelajaran. Kemerosotan perilaku agresifnya anak yang tampak semakin parah, contoh masalah spesifiknya adalah: (1) anak berperilaku suka mengganggu teman yang sedang belajar, (2) anak suka merusak mainan atau barang teman, (3) anak suka mengejek dan memukul teman, dan (4) anak suka membuat keributan dikelas. Hal ini sangat berpengaruh pada orientasi hasil yang dicapai pada setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Mengacu pada uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam meminimalkan perilaku agresif anak melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan, sebagai berikut:
(1) Metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru kurang meminimalkan perilaku agresif anak. (2) Anak belum mengetahui perbuatan yang dilakukannya menunjukkan perilaku agresif yang tidak baik. (3) Anak terlalu dimanjakan oleh orang tua di rumah, akibatnya perilaku agresif yang dinggap mengganggu ketentraman orang lain tetap dilakukan anak. (4) Anak menganggap bahwa perilaku agresif yang dilakukannya sudah baik. (5) Anak belum mampu belajar bersama, mengatur mainan teman, bergaul baik dengan teman, dan tertib didalam kelas. Berdasarkan identifikasi masalah, maka dirumusan permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan dapat meminimalkan perilaku agresif anak di Kelompok A Pada TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah untuk meminimalkan perilaku agresif anak di kelompok A Pada TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Bagi Guru: Hasil penelitian ini menemukan metode mengajar yang efekif berkaitan dengan meminimalkan perilaku agresif anak TK. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar kebijakan para guru dalam menerapkan metode bermain peran mikro dengan media boneka tangan khususnya yang berkaitan dengan materi yang bersifat praktis, (2) Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti terhadap TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo untuk meminimalkan perilaku agresif anak melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan, (3) Bagi Anak: Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meminimalisir perilaku agresif anak, agar anak siap ke pendidikan berikutnya, (4) Bagi Peneliti: Menambah wawasan pengetahuan dalam mengembangkan potensi penulisan karya ilmiah, khususnya bagi pribadi penulis maupun kalangan akademisi, dalam memberikan informasi kepada dunia pendidikan akan pentingnya penggunaan metode bermain peran mikro dalam upaya meminimalkan perilaku agresif anak.
II. KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pegertian Perilaku Agresif Agresif adalah suatu perilaku yang berkenaan dengan aktivitas anak sesuai dengan perkembangannya yang berkaitan langsung dengan kepribadian anak. Perilaku agresif anak sangat dipengaruhi oleh perilaku yang diterimanya ataupun lingkungan tempat tinggalnya. Sikap orang tua yang sering memanjakan anak sangat berdampak pada perilaku anak tersebut. Kasih sayang dan perhatian yang lebih dari orang tua atau lingkungan tempat tinggal anak yang kurang mendukung perkembangan anak sangat berdampak yang kurang baik pada perilaku agresif anak. Krahe (2011:17) mendefinisikan perilaku agresif adalah “segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan tersebut”. Pengertian ini menunjukkan bahwa suatu perilaku dikatakan agresif jika perilaku tersebut disengaja untuk menimbulkan rasa sakit kepada makhluk hidup yang dituju, dimana makhluk hidup yang menjadi sasaran perilaku tersebut dengan sadar menghindar untuk menyelamatkan diri. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seorang individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Seseorang akan berperilaku baik apabila lingkungan tempat tinggal individu berperilaku baik, begitu pula sebaliknya. Lingkungan yang berperilaku baik adalah lingkungan di mana seseorang individu beradaptasi dan melakukan aktivitas. 2.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif Menurut Setiono (2009:27) dalam perkembangan menuju kematangan sosial, bentuk-bentuk
perilaku
agresif
selalu
ditunjukkan,
di
antarannya:
(1)
Pembangkangan (negativisme) adalah bentuk tingkah laku melawan, (2) Agresi diartikan perilaku untuk menyerang balik secara fisik maupun non-fisik. Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya), (3) Berselisih (bertengkar) Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak
lain, (4) Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya, (5) Persaingan (rivaly) ini terjadi karena adanya keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain, (6) Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior) dimaksudkan adalah tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah; memaksa,
meminta,
menyuruh,
mengancam
dan
sebagainya,
dan
(7)
Mementingkan diri sendiri (selffishness) atau sering disebut sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Berdasarkan bentuk-bentuk perilaku agresif yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perilaku agresif pada usia TK merupakan perwujudan jati diri agar bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang siap untuk menjadi diri sendiri tanpa harus membebani orang lain. 2.1.3
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Anak Berperilaku Agresif Pada dasarnya, ada dua faktor yang mempengaruhi anak berperilaku
agresif, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. -
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri.
-
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak. Menurut Gunarsa (2012:273) bahwa penyebab perilaku agresif dibagi
menjadi tiga, yaitu; faktor sosiologis, psikologis, dan biologis. Faktor sosiologis merupakan faktor eksternal yang mendukung terjadinya perilaku agresif, sehingga dapat dikatakan adanya suatu lingkungan delinquen yang dapat mempengaruhi anak agresif tersebut. Termasuk didalamnya adalah; latar belakang keluarga, komunitas di mana anak berada, dan lingkungan sosial. Di samping itu, peranan lingkungan masyarakat, penerimaan dan umpan balik masyarakat terhadap anak memberikan dampak yang besar terhadap perilaku agresif anak. Bila peranan lingkungan masyarakat positif, maka akan memberikan dampak positif pula pada anak, tetapi bila sebaliknya, maka tidak menutup kemungkinan pengaruh lingkungan dapat menjadikan anak berperilaku nakal. Adapun faktor psikologis, meliputi hubungan anak dengan orang tua dan faktor kepribadian anak itu sendiri. Suasana dalam keluarga, hubungan antara
anak dengan orang tua memegang peranan penting atas terjadinya perilaku agresif. Sedangkan faktor biologis, yaitu pengaruh lemen fisik, organik, atau biologis yang terdapat pada diri anak. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengaruh teman sebaya dalam pembentukan perilaku anak ada yang bersifat positif dan ada juga bersifat negatif. Bersifat positif, ketika anak dalam proses pergaulan dengan teman sebaya memperoleh petunjuk secara spontanitas, misalnya mengambil barang orang lain tidak di perbolehkan. Makanya dengan tidak melibatkan dirinya dalam kelompok bermain, merupakan pelajaran yang berharga. Selanjutnya bersifat negatif, anak turut serta dalam pergaulan teman sebaya yang tidak disenangi oleh lingkungan/teman lainnya, seperti memukulmukul meja pada saat pembelajaran berlangsung. Sebagai pendidik pergaulan antar anak di dalam sekolah perlu mendapatkan perhatian, terutama penanaman rasa persaudaraan, saling menghargai, berlaku sopan, saling menyayangi perlu diberikan pada semua pelajaran secara terpadu. 2.1.4 Upaya-upaya dalam Meminimalkan Perilaku Agresif Anak Perilaku agresif pada dasarnya merupakan perbuatan yang dapat merugikan orang lain serta diri sendiri, sehingga perlu diminimalisir atau dikurangi bahkan dihilangkan. Perilaku ini di samping mengganggu ketertiban umum juga mempengaruhi peroses belajar mengajar. Itulah sebabnya, untuk meminimalisir perilaku agresif yang dijumpai di sekolah. Menurut Permanarian (2011:49-50), ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu usaha pencegahan dan usaha refresif atau pengembalian/perbaikan. Adapun untuk usaha pencegahan yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah di antaranya; a) melengkapi semua sarana pendidikan dan pengajaran sekolah, b) penggunaan waktu yang senggang hendaknya selalu memperoleh perhatian dan pengawasan guru. Jika hal ini diperhatikan dengan baik, maka akan mengurangi kebosanan anak serta terhindarnya anak dari perbuatan yang nakal. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa upaya represif atau perbaikan ialah usaha mengembalikan bagi anak yang telah melakukan pelanggaran-pelanggaran norma sosial. Jadi usaha ini pada hakikatnya merupakan
sarana dalam mengatasi dan menanggulangi masalah kenakalan yang mengarah pada usasha pencegahan dan penyembuhan. Sarana yang bersifat represif antara lain membuat tata tertib sekolah tentang kenakalan anak. Perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, maka betapa banyak kata yang harus dipergunakan untuk mendeskrepsikannya. Untuk keperluan studi tentang perilaku perlu ada sistematika pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi). 2.1.5 Pengertian Bermain Peran Mikro Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dapat diartikan sebagai bermain. Menurut Hurlock (Tedjasaputra, 2010:320) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian untuk memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Bermain mempunyai fungsi sangat penting bagi perkembangan pribadi anak dan juga perkembangan sosial dan emosional. Melalui bermain, anak merasakan berbagai pengalaman emosi yang berupa: senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah, dan sebagainya. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya dan lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan. Djamariah (2014:100) mengemukakan bahwa bermain peran mikro pada dasarnya adalah memerankan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Bermain peran berarti selama proses pembelajaran berlangsung anak diminta memerankan perilaku atau tingkah laku seseorang atau sekelompok orang atau tokoh pada suatu kejadian yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Memperhatikan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain peran berarti meminta anak memerankan perilaku atau tingkah laku seseorang atau sekelompok orang atau tokoh pada suatu kejadian. Dengan kata lain, selama proses pembelajaran berlangsung anak diminta memerankan perilaku atau tingkah laku seseorang atau sekelompok orang atau tokoh pada suatu kejadian yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari. Bermain peran mikro membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Anak TK yang terlibat dalam naskah main pura-pura/main peran bukan berarti lepas dari dunia nyata, melainkan untuk memahami dunia nyata. Menurut Husain (2010:35) mutu pengalaman bermain peran mikro sangat tergantung pada variabel berikut ini : a) Cukup waktu untuk bermain (paling sedikit satu jam) b) Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak, alat-alat mudah dijangkau, dan semua anak dapat bermain secara kelompok yang paling sedikit sebanyak empat sampai enam anak dapat bermain dengan nyaman. c) Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan. d) Orang dewasa dapat memberi pijakan bila dibutuhkan untuk meningkatkan ketrampilan main peran anak. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain peran mikro adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam ruang lingkup yang kecil dengan menggunakan media sederhana. Media yang dipergunakan dalam pembelajaran adalah berupa boneka tangan, boneka jari, dan sebagainya. Sentra bermain peran mikro harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk bermacam-macam bermain peran. 2.1.6 Pengertian Media Boneka Tangan Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses pembelajaran pada dasarnya juga termasuk di dalamnya karena proses tersebut ada komunikan, komunikator, dan media komunikasi. Ada berbagai pendapat ahli mengenai media pembelajaran. Menurut Gunarti, (2010:20) media boneka yang dimaksud adalah boneka yang dijadikan sebagai media atau alat bantu yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Jenis boneka yang digunakan adalah boneka tangan yang terbuat dari potongan kain. Boneka tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan. Jari tangan bisa dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala boneka.
Dari teori diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, boneka tangan berfungsi sebagai media perantara yang digunakan untuk melibatkan anak kedalam cerita yang sedang disampaikan agar anak mampu menangkap isi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan media boneka tangan anak tertarik untuk berimajinasi, kemudian berusaha mencari kosa kata yang tepat untuk mengungkapkan ide yang ada pada diri mereka 2.1.7 Penerapan Metode Bermain Peran Mikro Menggunakan Media Boneka Tangan pada Anak TK Turner and Helms (2009:15) lebih menyoroti kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi anak. Kegiatan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk bergaul dengan anak lain serta mampu mengenal berbagai aturan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Secara garis besar kegiatan bermain dibedakan menjadi tiga kategori besar yaitu: (a) exploratory and manipulative play (bermain menjelajah dan manipulatif), (b) deskruktive play (bermain menghancurkan) dan, (c) imaginative atau make-believe play (bermain berkhayal atau pura-pura). 2.1.8 Keuntungan
dan
Kelemahan
Metode Bermain
Peran
Mikro
Menggunakan Media Boneka Tangan Muthoharoh (2010:2) yang mengemukakan kebaikan atau keunggulan metode bermain peran, yaitu: 1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan anak didik, disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan; 2) Sangat menarik bagi anak didik, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; 3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri anak didik, serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; 4) Anak didik dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, serta dapat mengambil makna yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan anak didik sendiri.
Selain keunggulan tersebut, metode bermain peran memiliki kekurangan atau kelemahan. Dalam kaitan dengan hal ini, Mubtadiin (2009:2) mengemukakan kelemahan metode bermain peran, yakni; (1) tidak semua guru menguasai kompetensi yang akan disimulasikan, sehingga jika dipaksa menerapkan metode bermain peran, maka simulasi tidak mewakili kondisi nyata; (2) tidak semua guru memiliki kompetensi merancang kegiatan simulasi; (3) memerlukan persiapan dan penyiapan yang matang serta membutuhkan banyak waktu; (4) bisa terjadi demotivasi dalam diri anak didik yang kurang berperan dalam kegiatan tersebut atau memainkan peran yang kurang disukainya. Memperhatikan uraian dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran mikro selain memiliki keunggulan atau kelebihan, juga mempunyai kekurangan atau kelemahan. Hal ini mengharuskan guru lebih profesional dalam menerapkan metode pembelajaran tersebut. 2.1.9 Langkah-langkah
Penerapan
Metode
Bermain
Peran
Mikro
Menggunakan Media Boneka Tangan Djamariah (2014:100) mengemukakan langkah-langkah bermain peran dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) menetapkan dahulu masalah yang menarik perhatian anak; (2) menceritakan kepada anak mengenai isi dari masalahmasalah dalam konteks cerita tersebut; (3) menetapkan anak yang mampu dan bersedia untuk memainkan peranannya; 4) menjelaskan kepada anak mengenai peranan mereka pada waktu pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, kegiatan bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan sangat membantu guru untuk dapat mengevaluasi dan menemukan anak-anak yang memiliki bakat atau minat dalam hal seni kreatifitas. Itulah sebabnya dalam memenuhi predikat guru profesional, guru dituntut untuk lebih kreatif mempelajari metode-metode modern dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi guna diterapkan pada proses mengajar yang sangat dibutuhkan oleh semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan. Sehingga target pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa sebagai penerus cita-cita dapat tercapai
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1
Gambaran Singkat Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A Pada TK Negeri Pembina
Sipatana Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah anak yang jadi subjek penelitian adalah 20 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan dengan usia 4-5 tahun. Peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda dan mempunyai kemampuan yang berbeda pula. Penelitian diawali dengan observasi awal yang dilaksanakan tanggal 12 Februari 2015, kemudian dilanjutkan dengan siklus I dan siklus II. Kegiatan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan.Waktu pelaksanaan kegiatan siklus I tanggal 17 s/d 18 Februari 2015. Kegiatan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Waktu pelaksanaan siklus II tanggal 24 s/d 25 Februari 2015. Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran di kelas, yaitu dengan cara melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Wiriatmadja, (2006:12) 3.2 Variabel Penelitian Menurut Sanapiah (2010:10) bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 3.2.1 Variabel Input a. Anak Perilaku agresif anak TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo sangat menggangu aktifitas pembelajaran sehingga memerlukan perhatian guru dalam meminimalkannya melalui metode bermain peran.
b. Guru Guru yang mengajar di TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo merupakan guru yang dianggap sudah profesional dalam mengajar, namun demikian masih perlu diarahkan untuk mengoptimalkan penggunaan metode bermain peran sebagai upaya meminimalkan perilaku agresif anak. c. Sumber Belajar Sumber belajar di TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo sudah memadai dikarenakan dana yang diterima bersumber dari APBN, komite sekolah, dan donatur yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah tersebut. Untuk itu perlu adanya cara guru dalam mengoptimalkan sistem pembelajaran yang ada. 3.2.2 Variabel Proses Menyangkut proses pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, dalam hal ini penggunaan metode bermain peran yang diukur pada: gaya guru mengajar, implementasi bermain peran, reinforcement, penciptaan suasana gembira dan menyenangkan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
menentukan topik;
b.
menyusun kalimat-kalimat untuk berperan;
c.
menentukan anggota-anggota pemeran;
d.
Anak mempelajari perannya masing-masing;
e.
melaksanaan permainan peran
3.2.3 Variabel Output Yang menjadi variabel output yang dicapai dalam meminimalkan perilaku agresif anak melalui bermain peran mikro menggunakan boneka tangan dengan indikator berupa hasil belajar anak yang diukur dari: 1) Belajar bersama, 2) Mengatur mainan teman, 3) Bergaul baik dengan teman, dan 4) Tertib didalam kelas. (Djamariah, 2014:65). 3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang yang difokuskan pada situasi kelas atau lazim disebut dengan Classroom Action Research. Pardjono, (2007:12) Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yokyakarta,
mengemukakan Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan: (1) Masalah dan tujuan penelitian menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip daur ulang, (2) Masalah dan tujuan penelitian menuntut tindakan reflektif, kolaboratif, dan partisipatif, berdasarkan situasi kelas dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tahapan kegiatan terdiri atas: (1) Tahap Persiapan, (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, (3) Tahap Pemantauan dan Evaluasi, dan (4) Tahap Analisis dan Refleksi. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, tes perbuatan dan catatan lapangan. Data yang diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Pengambilan data melalui dokumentasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi berupa foto-foto pada saat anak melaksanakan kegiatan yang nantinya akan menjadi bukti fisik pelaksanaan pembelajaran. 3.4 Teknik Analisis Data Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan dalam Meminimalkan Perilaku Agresif Anak Melalui Metode Bermain Peran Mikro Menggunakan Media Boneka Tangan di Kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo. Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka maka analisis yang digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai berikut: Nilai =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100%
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research classroom). Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A2 TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo yang di awali dengan observasi awal, kemudian dilanjutkan dengan siklus I dan siklus II. Jumlah anak yang jadi subjek penelitian adalah 20 orang. Dalam penelitian tidakan kelas ini, peneliti menjadi guru yang bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan kegiatan di kelas. Dalam hal ini peneliti terlibat secara langsung dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada setiap siklusnya. Jadwal kegiatan diawali dengan observasi awal yang dilaksanakan tanggal 12 Februari 2015. Kegiatan tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Siklus I pertemuan 1 dan II dilaksakann pada tanggal 17 s/d 18 Februari 2015, tema yang dibahas pada siklus I adalah Binatang dengan sub tema Keluarga Kucing. Siklus II pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 25 Februari 2015, tema yang dibahas adalah Binatan dengan sub tema Binatang Kesayangan. Peneliti mengacu pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dibuat oleh guru untuk melihat pelaksanaan kegiatan yang dilaksakan dengan baik atau terjadi penyimpangan yang dapat memberi dampak hasil yang kurang maksimal pada ketuntasan belajar yang dicapai peserta didik. Pengambilan data dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan dengan berpedoman pada instrument penelitian. Data yang diperoleh pada setiap pelaksanaan kegiatan menjadi catatan lapangan pada lembar observasi dan dikumpulkan secara bertahap untuk dievaluasi dan direfleksi. 4.2
Pembahasan Kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meminimalkan perilaku agresif
anak melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan di kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo memiliki indikator kinerja yaitu 16 anak (80%) dapat diminimalkan menjadi 3 anak (15%) dari jumlah anak yang jadi subjek penelitian 20 orang.
Berdasarkan standar tersebut, dilaksanakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan meminimalkan perilaku agresif anak melalui metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan di kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo. Penelitian tindakan diawali observasi awal kemudian dilanjutkan dengan siklus I dan II yang masing-masing siklus diadakan 2 kali pertemuan. Pada observasi awal terdapat 16 anak (80%) yang memiliki prilaku agresif. Pada siklus I perilaku agresif anak dapat diminimalkan menjadi 7 anak (35%). Pada kegiatan tindakan siklus II perilaku agresif anak dapat diminimalkan menjadi 3 anak (15%) dari jumlah keseluruhan yang jadi subjek penelitian 20 anak. Selanjutnya sesuai hasil refleksi bersama dengan guru mitra/pengamat pada observasi awal, terdapat kelemahan-kelemahan seperti; sebagian anak suka mengganggu teman yang sedang belajar, suka merusak mainan atau barang teman, suka mengejek dan memukul teman, serta suka membuat keributan di dalam kelas. Untuk itu dalam pelaksanakan pembelajaran pada siklus I telah dilaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan skenario bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan. Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, maka hasil yang diperoleh adalah minimalnya prosentase jumlah anak yang memperlihatkan perilaku agresif sudah sesuai yang diharapkan yaitu dari 16 anak (80%), menurun hingga 3 anak (15%) pada kategori tuntas. Dengan tercapainya indikator yang ditetapkan, maka kegiatan siklus dihentikan. Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai atau tidak dilanjutkan lagi pada tahap berikutnya. Dari hasil yang dicapai pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah: ”jika guru menggunakan metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan, maka perilaku agresif anak Kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo dapat diminimalkan. V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sebagai uraian akhir dari skripsi ini dapat simpulkan hasil kegiatan penelitian yang didasarkan pada pembahasan sebelumnya yakni “Meminimalkan Perilaku Agresif Anak Melalui Metode Bermain Peran Mikro Menggunakan
Media Boneka Tangan di Kelompok A TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari perilaku agresif anak dari dua siklus yang dilaksanakan, ditunjukkan dengan perolehan ketuntasan hasil belajar anak dari observasi awal terdapat 16 anak (80%) perilaku agresifnya kurang baik. Pada siklus I dapat diminimalkan menjadi 7 anak (35%), dan pada siklus II dapat diminimalkan menjadi 3 anak (15%) dari jumlah yang jadi subjek penelitian 20 anak. Anak yang belum dapat diminimalkan perilaku agresifnya hingga akhir penelitian ini sebanyak 3 anak. Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini diupayakan bimbingan khusus terhadap 3 anak yang belum dapat diminimalkan perilaku agresifnya dan mengoptimalkan penerapan metode bermain peran mikro pada setiap kegiatan pembelajaran sehingga perilaku agresif anak dapat diminimalkan secara keseluruhan mencapai 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran mikro menggunakan media boneka tangan dapat meminimalkan perilaku agresif anak di TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo, sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil. 5.2 Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut: 5.2.1
Bagi Anak; hendaknya secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran terutama dalam melakoni sebuah permainan peran, agar perilaku agresinya dapat diminimalkan, yang pada akhirnya potensi lainnya pun akan berkembangan dan mengalami peningkatan secara sempurna.
5.2.2
Bagi guru, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan metode bermain peran mkro pada kegiatan pembelajaran dalam rangka meminimalkan perilaku agresif anak.
5.2.3
Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan di TK lainnya. Namun tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi seperlunya sesuai dengan konteks anak ataupun sekolah masing-masing
DAFTAR PUSTAKA Az-zhecolany (2011). Buku Panduan Psikologi Sosial, Perilaku Agresif. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Aswari. (2008). Cara Mendidik Anak Usia Dini. Jakarta: Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Achmadi.(2007). Bentuk Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Walgito (2011). Karakteristik Perilaku Anak Usia Dini: CV. Yrama Widya. Baradja (2010) Pengaruh Pergaulan Anak Usia Dini Diakses dari http://www.rasBaradja.com/2015/02/media//anak//usia//dini.html. (didownload 02 Februari 2015) Bloom (2008) Perilaku Individu Anak Usia Dini Diakses dari http://www.jurnalbloom.com/2014/05/media//anak//usia//dini.html. (didownload 05 Mei 2014) Djamariah (2014) Bermain Peran Bandung remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, (Jakarta, PT Gramedia, Balai Pustaka, 2014) Erik Erikson (2010).Biarkan Anakmu Bermain, Yogyakarta: Diva Press. Gunarti (2010) Media Pembelajaran Penerbit Universitas Terbuka : Jakarta Gunarsa (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi pada Anak Usia Dini PT. Bhuana Ilmu Populer. Gunawan (2010) Media Pembelajaran Anak Usia Dini Diakses dari http://www.ras-arsyad.com/2015/02/media//anak//usia//dini.html. (didownload 02 Februari 2015) Husain (2010) Mutu Bermain Peran Mikro Diakses dari http://www.jurnalbloom.com/2014/05/media//anak//usia//dini.html. (didownload 18 Mei 2014) Ibrahim Papeyo (2011), pengaruh kondisi lingkungan terhadap pembentukan perilaku agresif anak. Skripsi pada FIP Universitas Negeri Gorontalo: tidak diterbitkan. Krahe. (2011) Definisi Perilaku Agresif Anak Pada Anak Usia Dini Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Mubtadiin.(2009). Metode Bermain Peran. Jakarta: Universitas Terbuka. Muthoharoh.(2010). Kunggulan dan Kelemahan Metode Bermain Peran Mikro. Jakarta: Universitas Terbuka. Martina, (2011) Pengaruh Perilaku Agresif Anak Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Permanarian, (2011) Cara Efektif Mengatasi Prilaku Agresif Anak Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Rosmala, (2009). Metode Pengembangan Perilaku Anak dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Rosalina. (2010). Bermain Peran untuk Anak. Tersedia http://www.tugasku.sch.id/Kegiatan PGTK.htm Rahman Arif. (2010). Efektifitas Bermain Peran Sebagai Model Bimbingan Dalam Mengembangkan Sosial anak Berkemampuan Unggul. (Hasil Penelitian). Bandung: IKIP. Rohani, (2011). Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung remaja Rosdakarya, 2006 Setiono. (2009). Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif Anak . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Silvana Harun (2011), upaya mengatasi anak yang berperilaku agresif adalah meningkatkan peran pola asuh orang tua. Skripsi pada FIP Universitas Negeri Gorontalo: tidak diterbitkan. Semiawan (2009), Langkah Penerapan Metode Bermain Peran Mikro, Bandung: Alfabeta Simandjuntak (2009) Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya. Thoha, (2010). Pengembangan Perilaku Sosial Anak Prasekolah, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini dan Edu Kid. Turner and Helms (2009) Metode Bermain Peran Mikro Diakses dari http://www.journal.turnerandhelms.com/2014/02/media//anak//usia//dini. html. (didownload 2 Desember 2014) Hurlock (2010) Bermain Peran Mikro Diakses dari http://www.jurnaltedjasaputra.com/2014/12/media//anak//usia//dini.html. (didownload 15 Desember 2014) Walgito, (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.