PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA KECIL PEREMPUAN OLEH DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN ANAMBAS DI KELURAHAN LETUNG KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS
NASKAH PUBLIKASI
NURLAILA NIM : 100569201017
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
1
PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA KECIL PEREMPUAN OLEH DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN ANAMBAS DI KELURAHAN LETUNG KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS
NURLAILA Mahasiswa Sosiologi, FISIP UMRAH
Selama ini perempuan di Kelurahan Letung dalam memasarkan produknya masih terpusat pada tempat atau lokasi keberadaannya saja. Kalau pun produk yang dihasilkan memiliki konsumen yang berasal dari daerah yang berbeda, namun untuk mendapatkannya, konsumen sendirilah yang langsung mendatangi lokasi dimana usaha tersebut dijalankan. Hasil observasi yang dilakukan terhadap Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan Letung yang mayoritas dijalankan oleh perempuan, menunjukkan bahwa beberapa pembeli adalah untuk mengirimnya ke luar kota sebagai oleh-oleh untuk keluarga di daerah lain melalui konsumen produk ini telah disebarkan hingga daerah lain. Kondisi ini sesungguhnya merupakan sebuah peluang bagi pengusaha untuk mengembangkan. Tujuan dalam penelitia ini yaitu mengetahui Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Usaha Kecil Perempuan di Kelurahan Letung Kecamatan Jemaja Kabupaten Anambas Oleh Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Anambas. Mengetahui Hambatan dalam Pemberdayaan Ekonomi Perempuan pada Kelurahan Letung Kecamatan Jemaja Kabupaten Anambas. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 orang. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakn bahwa Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Usaha Kecil Perempuan Oleh Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Anambas Di Kelurahan Letung Kecamatan Jemaja Kabupaten Anambas sudah berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Anambas sudah diberikan kepada perempuan yang mana pihak dinas memberikan bantuan seperti pelatihan. Peran pemerintah dalam pemberdayaan perempuan dalam hal ini sangatlah penting bagi perempuan itu sendiri, dengan adanya pelatihan akan membuat masyarakat lebih mandiri. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini perempuan pesisir sudah dilakukan oleh pemerintah yang mana telah dilakukannya bimbingan teknis berkenaan budidaya perairan dan kelautan yang mana hal ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat pesisir untuk dapat meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan di kelurahan letung. Kata Kunci : Pemberdayaan Ekonomi, Perempuan pesisir
2
ECONOMIC EMPOWERMENT OF WOMEN'S SMALL BUSINESS GROUP BY THE FISHERIES AGENCY AND THE MARITIME DISTRICT ANAMBAS IN KELURAHAN LETUNG SUB COUNTY ANAMBAS JEMAJA NURLAILA Students Of Sociology, FISIP, UMRAH During this time women in Sub Letung in marketing their products are still centered on the place or location of its existence alone. Even if the products have customers who came from different areas, but to get it, the consumers themselves who immediately went to the location where the business is run. The results of observations conducted on the Joint Business Group in the Village Letung predominantly run by women, suggests that some buyers is to send them out of the city as souvenirs for the family in other regions through the consumers of these products have been distributed to other regions. This condition is actually an opportunity for entrepreneurs to develop. The aim in this is to know empirically Small Business Group Economic Empowerment of Women in Sub Letung District of Jemaja Anambas by the Department of Fisheries and Marine Anambas. Knowing Barriers to Women's Economic Empowerment in the Village District of Jemaja Letung Anambas. The discussion in this paper uses qualitative descriptive technique. As for who serve as informants in this study as many as 5 people. Once the data is collected, the data in this study were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the research results can be disimpulakn that the Economic Empowerment Group Small Business Women by the Department of Fisheries and Marine Anambas In the village Letung District of Jemaja Anambas been running well, this is due to the assistance provided by the Department of Marine and Fisheries Anambas already given to women which the agencies providing assistance such as training. The government's role in empowering women in this case is very important for the women themselves, with the training will make people more independent. Improving the quality of human resources in this coastal women already carried out by the government which has done technical guidance regarding aquaculture and marine where it is as a form of government concern for coastal communities to improve the local economy Letung fishermen in the village. Keywords: Economic Empowerment, Women's coast
3
PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA KECIL PEREMPUAN OLEH DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN ANAMBAS DI KELURAHAN LETUNG KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS
A. Latar Belakang Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktorfaktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek kebijakannya. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak terlepas dari perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam memperluas kesempatan kerja, maka dipengaruhi salah satunya oleh adanya kebijakan pemerintah yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Salah satu masalah yang umum terjadi dalam pemberdayaan ekonomi yang berorientasi pada masyarakat adalah rumusan kebijakan ekonomi yang bersifat
top-down, dan sering bersifat makro. Hal tersebut menempatkan
masyarakat sebagai obyek kebijakan dan sekaligus objek ekonomi. Masalah komunikasi antara masyarakat dengan pihak pemerintah sebagai pihak yang menentukan distribusi sumberdaya ekonomi menjadi kendala lain ketika sektor ekonomi informal yang menjadi kekuatan rakyat tidak mampu menjadi tolak ukur dalam melahirkan kebijakan. Selain itu kemampuan dan keberanian membuat sebuah kekutan ekonomi dan aspirasinya merupakan kendala umum yang dimiliki
4
banyak masyarakat. Disamping itu juga kemampuan untuk memodifikasi berbagai mekanisme ekonomiyang umum berlaku. Untuk dapat berjalan sebagai proses sosial maka pemberdayaan ekonomi harus dapat menempatkan masyarakat sebagai tolok ukur utamanya. Penempatan peran ini berarti bahwa secara politis masyarakat yang menentukan ukuran, kriteria dan mekanisme pemberdayaan ekonomi yang akan dilakukan sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Namun mekanisme untuk menentukan kebijakan pemberdayaan yang dapat menampung aspriasi semua masyarakat bukanlah hal sederhana. Tingkat pendidikan dan sumber daya yang dimiliki akan mempengaruhibentuk sektor ekonomi yang akan menjadi pilihan dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih layak. Pembardayaan ekonomi terhadap masyarakat ini dilakukan dalam upaya memberikan penguatan secara partisipatif kepada masyarakat untuk menentukan bentuk dan tujuan sektor ekonomi. Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial. Hadirnya pranatapranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya, strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup. Dengan demikian, kaum perempuan dan pranata-pranata sosial budaya yang ada merupakan potensi pembangunan masyarakat nelayan yang bisa dieksplorasi untuk mengatasi kemiskinan dan kesulitan ekonomi lainnya.
5
Masyarakat nelayan yang sering mendapatkan pandangan sebagai masyarakat miskin tak dapat dipungkiri bahwa inilah yang terjadi di negeri ini. Namun dengan adanya peran nelayan perempuan telah membukakan jalan untuk menjadi masyarakat pesisir yang sejahtera. Kini di era global ini telah membuka peluang bagi semua perempuan, khususnya perempuan nelayan untuk berperan aktif dalam pembangunan perekonomian perikanan menjadi lebih baik.Peran perempuan nelayan dalam pembangunan perekonomian masyarakat pesisir saat ini telah terlihat jelas apalagi dalam usaha pemberdayaan perempuan di sekitar daerah nelayan. Peranan perempuan dalam berbagai bidang sangat dibutuhkan termasuk juga dalam berbagai hal. Adanya kontribusi dari kaum perempuan juga sangat berpengaruh dalam rangka memajukan kesejahteraan. Peran perempuan tersebut sangat berpengaruh dalam berkehidupan sosial dan hal ini merupakan salah satu upaya dari usaha pemberdayaan perempuan. Dalam hal ini, kemiskinan merupakan contoh yang paling mudah yang dapat digunakan sebagai analisis peran perempuan dalam mengatasinya. Sebagai contoh yaitu di kawasan pesisir, masalah kemiskinan masyarakat pesisir memang sudah menjadi salah satu permasalahan yang sudah umum. Desa pesisir identik dengan masyarakatnya yang miskin dan menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan. Sektor perikanan merupakan potensi sumberdaya alam yang penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir itu terdiri dari nelayan juragan (pemilik modal), nelayan kecil, nelayan buruh, pedagang pengepul. Nelayan buruh merupakan nelayan yang tidak memiliki alat-alat
6
produksi dalam kegiatan perikanan, seperti alat tangkap, perahu. Nelayan buruh hidupnya selalu dalam kesulitan dan kesusahan. Nelayan buruh selalu tertindas atas ketidak adilan dalam sistem bagi hasil dengan pemilik modal (juragan). Walaupun hasil yang didapat dalam melaut lumayan besar namun setelah dibagi dengan pemilik modal hasilnya tidak seberapa. Nelayan sangat menggantungkan hidupnya pada alam, jadi dalam mencari penghidupan nelayan dipaksa bisa membaca setiap kondisi dan situasi alam. Musim ikan tidak berlangsung sepanjang tahun, namun hanya beberapa bulan saja. Hal inilah yang membuat para nelayan harus selalu berfikir keras bagaimana mendapatkan hasil yang lebih untuk digunakan diwaktu tidak melaut. Dalam hal ini peran perempuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan pesisir hal ini disebabkan karena posisi perempuan sangat strategis dalam kegiatan perikanan. Sebagai contohnya yaitu perempuan sangat berperan sebagai pedagang pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, buruh upahan, maupun tenaga pengolah hasil perikanan. Sebagaian besar mata pencaharian utama penduduk wilayah pesisir kabupaten Anambas adalah nelayan. Masyarakat nelayan merupakan masyarakat tradisonal dengan kondisi sosial ekonomi yang memprihatinkan dibandingkan dengan masyarakat luar yang bergerak di bidang lain. Di pihak lain sumber daya manusia di bidang perikanan umumnya masih lemah, kondisi ini digambarkan oleh struktur tenaga kerja dan tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan dan petani ikan cenderung menghambat proses alih teknologi dan keterampilan yang berdampak pada kemampuan manajemen dan skala
7
usahanya. Akibatnya nelayan akan sulit keluar dari lingkaran permasalahan yang dihadapi (Budiastuti dalam Jume’edi, 2005:3). Kegiatan yang produktif bagi perempuan nelayan di daerah pesisir diantaranya adalah menjadi buruh pembuat kerupuk. Aktivitas membuat kerupuk dinilai lebih menguntungkan baik cara, waktu dan tenaga. Implementasi program dari
pemberdayaan
perempuan
itu
sendiri
dalam
kajian
peningkatan
perekonomian. Ibu-ibu nelayan diberdayakan sebagai pembuat kerupuk. Salah satu Kelurahan yang ada di Kabupaten Anambas yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan adalah di Kelurahan Letung. Masyarakat nelayan Kelurahan Letung Kecamatan Jemaja adalah salah satu bukti nyata yang ada di dalam masyarakat mengenai peran kaum perempuan pada masyarakat nelayan sebagai salah satu desa yang di kelilingi oleh laut. Di kehidupan keseharian, perempuan memiliki peran untuk ikut terlibat dalam kegiatan ekonomi. Para ibu di Kelurahan Letung memiliki aktivitas yaitu mulai dari membuat kerupuk, membuat ikan asin, mengumpulkan ikan untuk dijual kembali. Sebelum adanya bantuan, banyak perempuan nelayan di Kelurahan Jemaja usahanya belum optimal, pengetahuan dan keterampilan mereka masih terbatas dan belum pernah memperoleh inovasi teknologi. Selain itu mereka juga belum memiliki kemampuan dalam pengembangan usaha, sehingga semua itu menyebabkan kehidupan mereka yang masih marjinal dan miskin. Namun saat ini setelah adanya bantuan usaha mereka berangsur maju, pelan-pelan mereka merubah semua alat tradisional ke alat yang lebih modern. Hal ini tentu saja juga membawa
8
dampak baik bagi kehidupapara perempuan yang tergabung dalam usaha kecil perempuan di Kelurahan Letung. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah satu perangkat daerah Kabupaten Anambas yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di Bidang Kelautan dan Perikanan dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Pemerintah Daerah Kabupaten Anambas melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah menetepkan program kebijakan, dalam upaya pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Anambas. Melalui kebijakan pemerintah daerah di bidang kelautan dan perikanan ini diharapkan dapat menunjang upaya mengembangkan kemandirian daerah dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat khususnya nelayan di Kecamatan Jemaja dan bagi masyarakat daerah tersebut pada umumnya. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Anambas telah membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kelautan dan Perikanan Kecamatan Jemaja dan ditempatkan petugas penyuluh perikanan. Melalui kebijakan pemerintah daerah di bidang kelautan dan perikanan ini diharapkan dapat menunjang upaya mengembangkan kemandirian daerah dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat khususnya nelayan di Kecamatan Jemaja dan bagi masyarakat daerah tersebut pada umumnya. Sebagian terbesar usaha masyarakat pesisir justru masih berada di bawah posisi mikro. Nelayan pada umumnya menjalankan usahanya secara individual dengan manajemen tradisional dalam skala usaha hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence). Akibatnya jangankan mengakses
9
perbankan, menembus Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sekalipun mereka masih kesulitan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan terobosan yang sedikitnya mampu
memecahkan
dua
masalah
sekaligus,
yakni
rendahnya
kultur
kewirausahaan dan terbatasnya akses permodalan. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) diluncurkan pada tahun 2001 yang berakhir pada tahun 2010, dan dilanjutkan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP)
yang diwujudkan dalam bentuk Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan (PUMP)
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha,
produksi, penyerapan tenaga kerja, pendapan dan kesejahteraan sosial ekonomi. Sesuai
dengan
Misi
Kementrian
Kelautan
dan
Perikanan
yaitu
mensejahterakan masyarakat Kelautan dan Perikanan maka salah satu strategi yang dibuat adalah melalui Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP). PUMP adalah bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri melalui bantuan modal usaha perikanan tangkap sesuai dengan potensi sumber daya ikan melalui bantuan pengembangan usaha dalam menumbuh kembangkan usaha perikanan sesuai dengan potensi desa. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disebut PNPM Mandiri KP adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan, penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan serta meningkatnya kualitas lingkungan. PUMP yang secara bertahap mendekati pemecahan kedua masalah tersebut. Tiga tahun pertama PUMP dengan sistim langsung ke kabupaten/kota,
10
memfasilitasi tumbuh kembangnya kultur kewirausahaan. Hasilnya telah terbentuk kurang lebih 323 PUMP yang terbesar di pelosok-pelosok pesisir.Melalui program tersebut masyarakat pesisir mulai belajar meminjam kredit, mengelola usaha dengan sentuhan manajemen modern secara profesional tanpa meningggalkan tradisi, serta menanamkan budaya menabung. Sasaran
utama
program
PUMP
ini,
yaitu
dengan
terbentuknya
Kelompok Usaha Bersama (KUB). KUB adalah badan usaha non badan hukum ataupun yang sudah berbadan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Pembentukan KUB sebaiknya dikerangkai oleh pranata-pranata dan jaringan sosial yang dimiliki masyarakat nelayan. Eksistensi pranata-pranata dan
jaringan sosial tersebut sangat berarti dan strategis bagi rumah tangga
nelayan (Kusnadi,2003). Hasil pemberdayaan (output) menunjukkan bahwa KUB setelah adanya PUMP dimanfaatkan oleh banyak nelayan perempuan di Kelurahan Letung. Kemudian meningkatkan tahap kecakapan pengurusan danapinjaman, akses pemasaran dan segala sesuatu yang dapat meningkatkan ekonomi perempuan nelayan karena selama ini masyarakat pesisir tidak memiliki akses dan tidak mampu membuat pinjaman. Hal ini menunjukkan walaupun pemerintah berhasil melaksanakan Program PUMP terutamanya dari segi output kewenangan dan penubuhan namun strategi dan program yang harus lebih sesuai dengan keadaan khususnya di Kelurahan Letung.
11
Kelompok
ini
nantinya menjadi
wadah
atau
tempat
untuk
mengembangkan tujuan dari adanya program ini. Kelompok seperti inipun sudah ada sejak adanya bantuan dari PNPM Kelautan dan Perikanan, sehingga
KUB
ini dapat
sebelumnya. Dibentuknya langkah baru
dalam
dikatakan sebagai kelanjutan dari kelompok
KUB dikelurahan ini, tentunya
masyarakat
nelayan
mengembangkan
menjadi satu kesejahteraan
hidupnya secara mandiri. Kondisi masyarakat nelayan didaerah ini memang perlu diperhatikan mengingat sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dari penghasilan laut, keterbatasan biaya maupun kondisi yang ada didaerah ini terkadang kurang memadai misalnya alat pancing yang masih tradisional, perahu tangkap yang belum dilengkapi dengan fasilitas yang modern, bahkan tidak memiliki rumpun yang pada dasarnya sangat membantu kegiatan penangkapan. Pada Kelurahan Letung ada beberapa Usaha Kecil Menengah yang dibentuk khusus untuk memberdayakan ekonomi perempuan seperti Bunga Pandan, Bunga Matarahari, Hidayah, Bunga Kemuning, Bunga Siroja, Sahaja, Bunga Cemara, dan Usaha Kecil Menengah Intan. Beberapa usaha kecil menengah ini dibentuk untuk membantu memberdayakan ekonomi para perempuan, dan memberikan kesempatan bagi perempuan mendapatkan pendidikan dan peluang yang sama dengan laki-laki. Kelurahan Letung ini memiliki 8 usaha kecil yang terdaftar di namun hanya 5 usaha yang masih aktif dan bertahan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti ketidakpahaman mengelola usaha yang mereka jalankan. Kemudian adanya ketidakpahaman menggunakan alat-alat modern sehingga
12
mengakibatkan usaha tersebut tertinggal dengan usaha lainnya yang akhirnya mereka tidak dapat mempertahankan usaha yang dijalankannya. Namun kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan, bantuan kredit sampai pada pengenalan teknologi, masih sangat jauh dibandingkan dengan kesempatan yang diperoleh kaum pria. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi yang tidak berbatas, perempuan mulai menyadari ketertinggalannya. Kesadaran ini mendorong kaum perempuan untuk memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya agar lebih berperan dan mendapat akses yang seimbang di segala bidang pembangunan. Sebaliknya perkembangan tersebut relatif lambat untuk perempuan yang tinggal di pedesaan terutama daerah pesisir, karena keterbatasan fasilitas umum yang tersedia, seperti informasi dan sentuhan teknologi, sehingga aktualisasinya dalam pembanguan masih jauh dari harapan. Tentunya dibutuhkan perhatian dan tindakan nyata dari pihak yang bersangkutan untuk menghadapi masalah ini. Sehingga segala potensi perempuan daerah pesisir dapat dikembangkan demi kemajuan bangsa umumnya dan kemajuan daerah pesisir khususnya. Pada daerah-daerah terpencil, misalnya daerah pesisir Jemaja, pelayanan pendidikan dirasa masih sangat kurang dan perlu mendapat perhatian. Hal ini berakibat pada kurangnya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Sebagaian besar pendirian lembaga-lembaga pendidikan sekolah yang diprakasai oleh masyarakat masih berorientasi pada daerah perkotaan, sehingga perlu alternatif layanan pendidikan khususnya bagi masyarakat kurang beruntung seperti masyarakat miskin, daerah sulit, dan terpencil. Rendahnya mutu
13
pendidikan dipengaruhi ketidakmampuan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Selama ini perempuan di Kelurahan Letung dalam memasarkan produknya masih terpusat pada tempat atau lokasi keberadaannya saja.Kalau pun produk yang dihasilkan memiliki konsumen yang berasal dari daerah yang berbeda, namun untuk mendapatkannya, konsumen sendirilah yang langsung mendatangi lokasi dimana usaha tersebut dijalankan. Hasil observasi yang dilakukan terhadap Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan Letung yang mayoritas dijalankan oleh perempuan, menunjukkan bahwa beberapa pembeli adalah untuk mengirimnya ke luar kota sebagai oleh-oleh untuk keluarga di daerah lain melalui konsumen produk ini telah disebarkan hingga daerah lain. Kondisi ini sesungguhnya merupakan sebuah peluang bagi pengusaha untuk mengembangkan. Pasaran kerja atau kesempatan kerja biasanya digerakkan oleh perorangan atau kelompok di Kelurahan Letung. Usaha semacam ini biasanya disesuaikan dengan kondisi dan kualitas dari tenaga kerja. Teknologi yang digunakan tidak terlalu tinggi bahkan dapat dilakukan transfer teknologi kepada masyarakat desa. Karena bentuknya yang perorangan (kalaupun ada yang kelompok) biasanya modal usahanya pun kecil. Untuk mendorong keberadaan usaha ini, maka pemerintah perlu untuk memberikan bantuan kredit kecil. Tenaga kerja di Kelurahan Letung biasanya mempunyai kualitas yang rendah, karena itu untuk mengatasi masalah maka perlu diadakan berbagai macam penyuluhan, pelatihan, dan berbagai macam bentuk pembinaan. Mulai dari perangkat desa (aparat desa) sampai pada anggota masyarakat pekerja.
14
Pengembangan keterampilan tenga kerja di desa perlu diorientasikan pada mata pencaharian masyarakat desa yang bersangkutan agar potensi yang ada bisa langsung digarap. Kendala utama usaha-usaha yang dirintis di Kelurahan Letung adalah situasi harga karena hilang atau berkurangnya kesempatan. Kesempatan pasar atau pemasaran hasil produksi desa merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Kelurahan Letung. Membaiknya pemasaran hasil produksi di Kelurahan Letung akan mendukung masuknya modal ke daerah. Karena itu, dalam sistem pemasaran produk desa perlu adanya suatu sistem yang mampu menumbuhkan kebijaksanaan pemerintah, mampu mengikuti mekanisme atau tata niaga ekonomi pasar yang berlaku. Untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan dan aspek ketidakmampuan masyarakat desa khususnya dibidang kegiatan dan kehidupan masyarakat, perlu adanya suatu program pendukung yang bersifat menyeluruh bagi pertumbuhan desa. Perluasan terhadap zona pasar dengan mengembangkannya ke wilayah yang belum terlayani oleh produk serupa merupakan strategi yang efektif, mengingat minimnya pesaing yang ada. Namun demikian kondisi pasar tanpa pesaing bukan merupakan jaminan akan keberhasilan pasar, tentunya pengusaha harus mengetahui selera, karakter dari target konsumennya secara tepat, sehingga produk yang dilempar ke pasar, adalah tepat sasaran. Dengan demikian maka ketersediaan informasi yang memadai mengenai kebutuhan akan produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan pasar. Untuk itu maka diperlukan sistem informasi pasar (market
15
intelligent) yang berfungsi sebagai penyedia informasi bagi pengusaha tentang kebutuhan dan kondisi pasar. Informasi tentang pasar ini diperoleh dari data dari dinas terkait yang ada di Kabupaten Anambas seperti Dinas Kelautan yang bekerja sama dengan Badan Promosi daerah, dan Dinas Perdagangan Kabupaten Anambas. Kemudian dari segi kemasan di Kelurahan Jemaja para perempuan yang membentuk kelompok usaha bersama tersebut masih menggunakan alat-alat tradisonal dalam pengemasan produknya seperti masih menggunakan plastik dan lilin untuk merekatkan produknya sehingga produk tidak tahan lama, kemudian kekurangan modal untuk membesarkan usahanya. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu penelitian yang berjudul : “PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA KECIL PEREMPUAN
OLEH
DINAS
PERIKANAN
DAN
KELAUTAN
KABUPATEN ANAMBAS DI KELURAHAN LETUNG KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS” B. Landasan Teoritis Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dilakukan melalui upaya stabilisasi ekonomi, pemanfaatan sumber daya dalam negeri yang potensial, dan upaya promosi ekspor yang merupakan tendensi pembangunan dunia saat itu. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa periode ini sentrum aktivitas pembangunan masih terpusat di darat, terhadap lapisan masyarakat yang menjanjikan potensi produksi yang tinggi, dan unit aktivitas yang sanggup mendatangkan akumulasi modal dan devisa negara terbesar. Kecendrungan ini
16
belum berjalan secara proporsional bila dikaitkan dengan luas wilayah, dan luas kelompok masyarakat yang menguntungkan nasib pada pengelolahan sumber daya laut. Permasalahan nelayan dan kemiskinan memiliki akar yang cukup kompleks. Terdapat banyak hal yang turut mempengaruhi kehidupannya. Namun, dalam hal ini dikemukakan empat masalah dasar yang dihadapi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat nelayan, paling tidak dipengaruhi oleh empat hal pokok : 1)
Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat nelayan. Kualitas hidup yang dimaksud dapat dalam arti luas yang meliputi kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan aspek sosial lainnya. Acuan yang digunakan pada kajian ini adalah kualitas SDM yang berkaitan langsung dengan tingkat produktivitas dan kualitas hasil kerja yang dipunyai. Hal yang terakhir ini berkaitan langsung dengan keterampilan yang dimiliki kelompok masyarakat nelayan tersebut.
2)
Keterbatasan daya jangkau pemasaran hasil produksi sumber daya hasil laut yang dipunyai oleh para nelayan. Keterbatasan daya jangkau pemasaran dapat berkaitan erat dengan masalah dasar sebelumnya yang berakibat pada mutu hasil produksi yang rendah, skala produksi yang tidak ekonomis, dan ketepatan distribusi. Kelompok nelayan, disamping memiliki keterbatasan sumber daya manusia, juga memiliki keterbatasan asset produksi, serta kekuatan organisasi dan manajemen yang lemah.
3)
Keterbatasan akses kelompok masyarakat nelayan terhadap sumber daya finasial, teknologi, dan informasi, melengkapi kedua masalah dasar
17
sebelumnya. Kelambatan adaptasi teknologi kelompok masyarakat nelayan bukan merupakan keterbatasan melekat pada diri nelayan, melainkan terbatasnya kemudahan yang diberikan untuk beradaptasi. 4)
Keterbatasan
kualitas
kelembagaan
yang
dimiliki.
Keterbatasan
kelembagaan bukan hanya bersumber dari sisi internal kalangan nelayan, melainkan juga berasal dari faktor eksternal, seperti perangkat hukum melindungi, pengembangan organisasi, tingkat kemajuan koperasi nelayan, dan lingkungan yang menempatkan kelembagaan nelayan khsusnya pada saat berhadapan dengan kekuatan kelembagaan swasta nasional dan asing, pada kondisi yang tidak berimbang. Sementara menurut Nijikuluw (2001:7) menjelaskan bahwa berdasarkan konsep pembangunan masyarakat yang menekankan pada pemberdayaan maka diformulasikan sasaran pemberdayaan masyarakat pesisir sebagai berikut : a. Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. b. Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara lokal yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh dengan harga murah dan kualitas yang baik. c. Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan individu. d. Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki ciri-ciri berbasis sumber daya lokal, memiliki pasar yang
18
jelas, dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas sumber daya. e. Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau dasar hubungan ekonomi antar kawasan pesisir atau antara pesisir dengan pedalaman. f. Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi diwilayah pesisir dan laut sebagai wujud dari pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya alam laut. Sedangkan pendapat Satria (2002:107) pemberdayaan sosial masyarakat pesisir, paling tidak memiliki 2 (dua) dimensi pokok, yaitu : 1. Dimensi kultural pemberdayaan sosial yang mencakup upaya perubahan-perubahan prilaku ekonomi, orientasi pendidikan, sikap terhadap
perkembangan
teknologi
dan
kebiasaan-kebiasaaan.
Pemberdayaan kultural ini diperlukan untuk mengatasi kemiskinan kultural seperti pola hidup konsumtif, rendahnya kemampuan menabung, sikap subsisten atau resistensi terhadap pendidikan formal. 2. Dimensi structural yang mencakup upaya perbaikan structural sosial sehingga
memungkinkan terjadinya
mobilitas vertikal
nalayan.
Perbaikan-perbaikan struktural tersebut umumnya berupa penguatan solidaritas nelayan untuk selanjutnya dapat berhimpun dalam suatu kelompok dan organisasi yang mampu memperjuangkan kepentingan mereka.
19
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa: ada dua dimensi yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir, yaitu melalui pemberdayaan kultural yang mencakup perubahan prilaku ekonomi, peningkatan pendidikan, pengenalan teknologi dan perubahan pada kebiasaankebiasaan masyarakat serta pemberdayaan struktural yang mencakup peningkatan kesadaran masyarakat untuk berorganisasi, peningkatan produktivitas nelayan. Pemberdayaan adalah membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah membuat perempuan lebih berdaya dan mandiri dengan memenuhi kebutuhannya lewat usaha kecil yang mereka bentuk. Lima langkah pemberdayaan perempuan yaitu : a. Membantu dan mendorong kaum perempuan di Kelurahan Jemaja untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan serta kompetensi diri mereka, adapun yang dimaksud oleh peneliti melalui berbagai program seperti pelatihan yang dapat menunjang usaha mereka mulai dari pemanfaatan modal usaha, pemasaran, serta packaging yang benar seperti melihat dari segi kebersihan, higeinis dan sesuai dengan standar keamanan konsumen
serta
memberikan sosialisasi mengenai pentingnya usaha yang berbadan hukum. b. Membantu kaum perempuan dalam strategi usaha dan pemasaran produk. Adapun yang dimaksud oleh peneliti para perempuan yang ada di Kelurahan Jemaja diberikan pengetahuan tentang cara agar
20
produk yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan pasar sehingga dapat lebih cepat maju. Memberikan akses bagi para perempuan untuk memasarkan produknya. c. Memberikan
pemahaman
terhadap
regulasi
dan
peraturan
pemerintah terkait dengan legalitas dunia usaha.Adapun yang dimaksud oleh peneliti adalah para perempuan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama harus diberi pengetahuan bahwa seluruh usaha yang dilakukan harusnya di legal kan dengan cara mendaftar mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan yang dibantu oleh Dinasa Perikanan. d. Mendorong dan membantu kaum perempuan untuk mampu menggunakan teknologi secara optimal. Adapun yang dimaksud oleh peneliti adalah Perempuan yang memiliki Kelompok Usaha Bersama
di
Kelurahan
Jemaja
saat
ini
sudah
sebagian
menggunakan teknologi dalam menjalankan usahanya seperti packaging (kemasan) yang tadinya masih menggunakan manual sekarang sudah ada alat yang diberikan pihak Dinas. Tidak hanya kemasan, dalam pembuatan kerupuk mereka juga menggunakan alat pelumat daging (grinder) kalau dahulu sebelum mereka secara manual dengan cara dicincang menggunakan pisau. Teknologi pengolahan adonan juga tidak menggunakan tangan lagi tetapi menggunakan mesin pengolah.
21
e. Membuat Usaha Mikro/Jaringan Usaha Mikro Perempuan/ Forum Pelatihan Usaha. Adapun yang dimaksud oleh peneliti adalah DiKelurahan Jemaja para perempuan membentuk suatu kegiatan rutin untuk bertukar pikiran seperti jika ada kelompok usaha yang memiliki permasalahan atau hambatan dalam usahanya maka kelompok lain akan mencoba memberikan solusi agar usaha tetap berjalan lancar dan bertukar informasi tentang usaha yang sedang dijalani yang diawasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Anambas. C. Hasil Penelitian 1. Membantu dan mendorong kaum perempuan di Kelurahan letung untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan serta kompetensi diri mereka bantuan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Anambas sudah diberikan kepada perempuan yang mana pihak dinas memberikan bantuan seperti pelatiham. Peran pemerintah dalam pemberdayaan perempuan dalam hal ini sangatlah penting bagi perempuan itu sendiri, dengan adanya pelatihan akan membuat masyarakat lebih mandiri.
Program pemberdayaan menciptakan
kemandirian bagi perempuan dengan melakukan program pemberdayaan ekonomi perempuan. Program pemberdayaan ekonomi perempuan tersebut berupaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi perempuan miskin di Jemaja. Program pemberdayaan ekonomi bagi perempuan, mempunyai tujuan salah satunya adalah meningkatkan pendapatannya dan menjadi lebih sejahtera.
22
2. Membantu kaum perempuan dalam strategi usaha dan pemasaran produk. Dinas Kelautan dan Perikanan tidak sepenuhnya membantu mempromosikan hasil produksi kepada kelompok ekonomi perempuan karena semua tergantung kepada masyarakat yang menjual hasil produksi mereka, hanya saja pihak dinas membantu dengan rekan kerja untuk mempromosikan hasil produksi perempuan di kelurahan Letung. Kegiatan promosi terhadap hasil produksi masyarakat sangat perlu untuk dilakukan oleh perempuan itu sendiri karena dengan adanya promosi maka penjualan akan meningkat untuk mendapatkan hasil yang baik dari apa yang sudah diproduksi. Peran dari dinas juga sangat diperlukan untuk mempromosikan hasil produksi kelurahan Letung selain dari memberikan arahan karena dengan itu juga akan membantu masyarakat untuk mempromosikan apa yang sudah dihasilkan oleh mereka. Seringkali usaha kecil perempuan ini kurang memperhatikan strategi marketing bagi usaha mereka sehingga seringkali mengancam eksistensi mereka di dunia usaha. 3. Memberikan pemahaman terhadap regulasi dan peraturan pemerintah terkait dengan legalitas dunia usaha. semua usaha perempuan tersebut harus mendapatkan izin usaha. Terbatasnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para pedagang serta ketidaktahuan para pedagang akan aturan-aturan tersebut menjadi faktor penyebab mereka tidak memiliki izin tersebut. Rumitnya pengurusan izin usaha kerap kali menjadi ketakutan bagi para pengusaha membatalkan niat mereka melegalkan usaha-nya, seringkali dari sistem birokrasinya. Selain itu, faktor permainan
23
oknum-oknum pada instansi terkait juga menjadi rahasia umum dan mengakibatkan keengganan pelaku usaha mengurus izin usaha 4.
Mendorong
dan
membantu
kaum
perempuan
untuk
mampu
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal. pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan telah memberikan arahan serta bimbingan kepada masyarakat tentang tata cara pengemasan hasil produksi dan pemasaran yang baik. hal ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaaan yang dilakukan oleh pemerintah terkait untuk meningkatkan ekonomi perempuan di kelurahan letung. Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. 5. Membuat Usaha Mikro/Jaringan Usaha Mikro Perempuan/ Forum Pelatihan Usaha. pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan dalam rangka membangun kedekatan antara nelayan selama ini berjalan dengan baik. Pertemuan rutin yang dilakukan sebulan sekali mampu membangun kedekatan tersebut. Karena dari pertemuan para nelayan dapat bertukar fikiran, menyampaikan keluhan dan langsung ditanggapi oleh pihak DKP Kabupaten Anambas.
24
C. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Kelompok Usaha Kecil Perempuan di Kelurahan Letung sudah diberdayakan oleh Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Anambas. Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten
Anambas
memberikan
pemberdayaan
berupa
pelatihan atau
pembekalan dalam bentuk keterampilan manajerial, informasi pasar, modal usaha, pemasaran, dan organisasi usaha. Banyak usaha kecil menengah yang saat ini memiliki ekonomi yang mapan karena dapat mengelola usaha kecil tersebut dengan cara yang tepat dan dengan bantuan pemerintah, hal ini dikarenakan bantuan pihak dinas memberikan bantuan seperti pelatihan. Peran pemerintah dalam pemberdayaan perempuan dalam hal ini sangatlah penting bagi perempuan itu sendiri, dengan adanya pelatihan akan membuat masyarakat lebih mandiri. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini perempuan pesisir sudah dilakukan oleh pemerintah yang mana telah dilakukannya bimbingan teknis berkenaan budidaya perairan dan kelautan yang mana hal ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat pesisir untuk dapat meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan di kelurahan letung. Namun Dinas Kelautan dan Perikanan tidak sepenuhnya membantu mempromosikan hasil produksi kepada kelompok ekonomi perempuan karena semua tergantung kepada masyarakat yang menjual hasil produksi mereka. Kegiatan promosi sepenuhnya dilakukan oleh pihak masyarakat sendiri, pihak
25
dinas hanya membantu untuk memberikan pengarahan serta tata cara memproduksikan hasil produksi yang sudah dihasilkan 2. Saran Adapun saran
yang dapat
disampaikan dalam
penelitian ini agar
Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Usaha Kecil Perempuan Oleh Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Anambas Di Kelurahan Letung Kecamatan Jemaja Kabupaten Anambas dapat berjalan jauh lebih baik lagi adalah sebagai berikut : 1. Para perempuan seharusnya lebih sering diberikan sosialisasi atau pemahaman terhadap bantuan yang diberikan seperti sarana dan prasarana yang dapat menunjang pekerjaannya sehingga bantuan yang telah diberikan dapat digunakan secara efektif. 2. Para perempuan seharusnya lebih dipermudah untuk mendapatkan legalitas dari usahanya 3. Pemerintah sebaiknya juga turut membantu para perempuan untuk meluaskan akses pasar terhadap produk yang dihasilkan kaun perempuan di Kelurahan Letung.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Taslim, 2006. Nelayan Kemiskinan dan Pembangunan. Makassar : Masagena Press. Chambers, Robert, 1994 Pembangunan Desa: Mulai dari Belakang, Jakarta. (Terjemahan). LP3ES Hendi Suhendi, M.Si dan Ramdani Wahyu S.Ag. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. CV Pustaka Setia. Bandung. Herri, Dkk. 2009. Implementasi Model Pengembangan Entrepreneur Perempuan Muda Pada Rumah Tangga Miskin di Sumatera Barat. Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. http://eprints.uny.ac.id/7803/3/BAB%20207404244051.pdf Prijono, O.S. dan Pranarka, A.M.W., 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Centre for Strategic and International Studies . Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana. Nikijuluw, V.P.H. 2001.Potensi dan sosial ekonomi masyarakat pesisir serta strategi pemberdayaan mereka dalam konteks pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu.Makalah. Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Proyek Pesisir, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Moleong, Lexy. 2011.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya. Pambudi, Himawan S. dkk. 2003. Politik Pemberdayaan: Jalan Mewujudkan. Otonomi Desa, Yogyakarta, LAPPERA Pustaka Utama. Riant Nugroho dan H.A.R Tilaar. 2008. Kebijakan Pendidikan, Jogjakarta : Pustaka Pelajar. Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membetuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor: IPB Press. Satria. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo.
27
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: ALFABET Sulistyani, 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta : Graha Ilmu. Tjandraningsih. 1996. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Nuansa. Vidhandika Moeljarto.1996. “ Pemberdayaan (Empowerment)”, dalam Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka (eds). Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS Winardi. 2004. Motivasi Pemotivasian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
28