PERAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MUARA TENANG DESA POSSO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA .
JURNAL
Oleh INRAWATI PARAMATA NIM. 121 412 023
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2015
LEMBAR PERSETUJUAN
Jurnal yang berjudul:
“Peran Pendidik Dalam Mengembangkan Sikap Sopan Santun Pada Anak Usia Dini Di PAUD Muara Tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara”
Oleh
INRAWATI PARAMATA NIM. 121 412 023
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Abdul Hamid Isa, M.Pd NIP. 19600512 198703 1001
Dr. Misran Rahman, M.Pd NIP. 19620516 199203 2001
PERAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MUARA TENANG DESA POSSO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA
Inrawati Paramata, Abdul Hamid Isa, Misran Rahman1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui Peran Pendidik Dalam Mengembangkan Sikap Sopan Pada Santun Pada Anak Usia Dini Di Paud Muara Tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Metode Yang Digunakan Adalah Kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pendidik PAUD Muara Tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara yang diwawancarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran pendidik sebagai perencana, yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses belajar mengajar dan suatu rancangan tentang proses interaksi pendidik, anak didik, sumber belajar dan lingkungan belajar anak sehingga dapat menghasilkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Peran pendidik sebagai pelaksana harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, dimana ia bertindak sebagai orang sumber, konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung. Peran pendidik sebagai penilai yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dapat dicapai oleh anak setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Kata Kunci : Peran Pendidik, Sopan Santun
1
Inrawati Paramata, selaku Mahasiswa Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Abdul Hamid Isa,M.Pd, dan Dr. Misran Rahman, M.Pd selaku Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN Sopan santun bukanlah sikap yang muncul tiba-tiba, tetapi perlu diajarkan kepada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak akan tahu bagaiman harus bersikap dengan baik. Sehingganya peran guru sangat diperlukan dalam mengawasi setiap perkembangan anak baik dari segi psikologinya maupun lingkungan tempat tinggalnya. Peran guru terhadap tumbuhnya sikap sopan santun pada anak sejak usia dini merupakan suatu hal yang penting. Hal ini mengingat bahwa pendidikan sopan santun pada anak tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dan latihan-latihan dalam mengembangkan sikap sopan santun. Berdasarkan hasil observasi awal di PAUD Muara tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, ditemukan sebagian anak yang tidak mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu, ditemukan sebagian anak yang tidak mengucapkan maaf jika bersalah, ditemukan sebagian anak yangtidakmengucapkan tolong ketika meminta sesuatu, ditemukan sebagian anak yang tidak menyapa, memberikan salam jika bertemu orang lain dan ditemukan sebagian anak yang tidak berbudi bahasa yang baik misalnya berteriak-teriak. Selama ini dalam upaya mengembangkan sikap sopan santun pada anak khususnya pada anak usia dini di PAUD Muara Tenang, berbagai cara telah dilakukan oleh guru di antaranya yaitu dengan melakukan pendekatan secara persuasif, memberikan pengertian dan penjelasan akan pentingnya bersikap sopan dan berbicara secara santun, serta memotivasi anak dengan cara memberikan pujian bagi anak yang dinilai bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika berbicara, serta guru memberikan contoh yang baik agar bisa ditiru oleh anak. Dalam prakteknya, guru sering menemukan kesulitan dalam mengajarkan sikap sopan santun kepada anak, dikarenakan perilaku anak yang kadang sulit untuk diajak berkomunikasi serta sikap pembawaan anak yang belum mampu mandiri dalam melakukan aktivitas. Hal ini tentunya mendorong guru untuk lebih siap secara mental dan juga lebih kreatif dalam mengajarkan serta mengembangkan sikap sopan santun kepada anak. Sebagai akibat dari kurangnya perhatian anak terhadap pengembangan sikap sopan santun ini tentunya akan berdampak pada sikap dan tindakan mereka dalam kehidupan seharihari baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini akan sangat memprihatinkan, apalagi ditambah dengan kejadian-kejadian sekarang ini dimana banyak perbuatan dan tindakan kriminal dilakukan oleh anak di bawah umur. Tentunya ini tidak terlepas dari kurangnya pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku yang sopan dan santun baik dalam berfikir, berbicara, dan bertindak. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan
perna guru selain sebagai pengajar juga sebagai pendidik yang dapat menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk mengupas lebih lanjut pokok persoalan tentang “Peran Pendidik Dalam Mengembangkan Sikap Sopan Santun Pada Anak Usia Dini Di PAUD Muara Tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara”.
KAJIAN TEORI Dessy (2009) mengemukakan sopan santun adalah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami. Sopan santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi.Sopan santun itu adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja Sopan santun adalah Sikap perilaku seseorang yang merupakan kebiasaan yang disepakati dan diterima dalam lingkungan pergaulan. Bagi anak sopan santun merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang dalam kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guru, para pemuka agama dan masyarakat umum dan tulisan-tulisan dan hasil karya para bijak. Dari pendidikan dan latihan tersebut, diharapkan anak mewujudkannya dalam bentuk sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan kodrat, tempat waktu dan lingkungan dimana anak berada seharihari.Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan kondisi dan situasi secara pribadi ( individu ) maupun secara kelompok. Secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata yaitu sopan dan santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai berikut: Sopan, hormat dengan tak lazim (akan, kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Santun, halus dan baik )budi bahasanya, tingkah lakunya): sopan, sabar, tenang. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan). Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata krama, peradaban, kesusilaan.
Menurut Muhajir, (2010:1) kesopanan adalah kesopanan lembut dan sikap sopan, pada abad pertengahan di Eropa, perilaku yang diharapkan dari bangsawan itu di susun dalam buku-buku santun, Terbesar diantaranya ialah Cortegiano yang tidak hanyameliputi etiket dasar dan sopan santun tetapi juga memberikan model percakapan canggih dan keterampilan intelektual. Sikap sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan seharihari masyarakat itu. Sopan santun merupakan istilah bahasa Jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan santun bisa dianggap sebagai norma tidak tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya kita bersikap atau berperilaku. Sikap sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi seharihari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimana pun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia sudah tentu memiliki norma-norma dalam melakukan hubungan dengan orang lain, dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Manfaat dari nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan orang banyak. Dengan menjaga nilainilai kesopanan kita, para remaja yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa Indonesia dengan menjaga nilai-nilai tradisional yang sudahdibawa dari dulu. (Finayatul, 2010). Pengajaran sopan santun sebaiknya dimulai dari kehidupan sehari-hari dan dari hal yang kecil. Anak dikenalkan mengenai aturan-aturan atau adab sopan santun. Adapun karakteristik umum dalam sopan santun diantaranya: (a) Mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu baik dari orang tua maupun orang lain sekaligus mengajarkan menghargai jerih payah orang lain. (b) Mengucapkan maaf jika bersalah. Mengajarkan sportivitas dan berani mengakui kesalahan. (c) Mengucapkan tolong ketika meminta diambilkan sesuatu, dengan begitu anak belajar untuk menghargai pertolongan atau bantuan orang lain. (d) Menyapa, memberikan salam atau mengucapkan permisi jika bertemu orang lain mengajarkan pula perilaku ramah dan agar mudah bersosialisasi. (e) Mengajarkan bagaimana berbudi bahasa yang baik misalnya tidak berteriak-teriak ataupun tidak memotong pembicaraan orang lain.
Berdasarkan perilaku sopan santun dapat di simpulkan bahwa sikap sopan santun yang baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap santun yang baik dan benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja. Zawawi Imron (dalam Fathurrohman dan Sutikno,2007:49) menyatakan bahwa“Guru yang baik ialah yang menganggap semua muridnya sebagai anakanaknya sendiri, yang setiap hari akan mendapat curahan kasih sayangnya. Guru yang baik ialah yang memberikan masa depan cemerlang dengan membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan”. Jadi, mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metodologi belajar saja tetapi disertai dengan rasa kasih sayang. Pengembangan sikap sopan santun anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama dari orangtua. Anak belajar untuk mengenal nilai-nilai dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dilingkungannya tersebut. Dalam pengembangan sikap sopan santun anak, peranan orangtua dan guru sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini. Berbagai bentuk kejahatan dan tindakan tidak bermoral dikalangan anak menunjukan bahwa anak didik kita belum memiliki karakter yang baik. Hal ini perlunya pengembangan karakter yang sesuai dengan anak, yang tidak sekedar pengetahuan, dan doktrinasi, tetapi lebih menjangkau dalam wilayah emosi anak Menurut Roropramita, (dalam Nurjana, 2012) menyatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru dan orang tua dalam mengembangkan sikap sopan santun anak usia dini: (1) Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak. (2) Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan yang bergizi. (3) Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah dan di sekolah saling berkaitan. (4) Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji. (5) Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya. (6) Bersikap tegas, konsisten dan bertanggung jawab. Sama halnya yang dikemukakan oleh Hidayat (2008:1.31) dikatakan bahwa pembentukkan karakter pada anak akan memberikan dampak yang sangat besar dalam pembentukkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu anak diajari iklim kerja keras dan tanggung jawab akan cenderung menunjukkan prestasi yang tinggi. Kebiasaan semacam ini hendaklah telah berakar sebelum anak masuk sekolah. Karakter ini akan tertata dalam pikiran dan hati anak usia dini, melalui standar yang tertata dari orang tuanya, harapan yang mapan dan contoh yang konsisten.
Peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik menurut Husaini (2010) mencakup: Guru/pendidik sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems), Guru/pendidik sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems), Guru/pendidik sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya. Usman (2009:13) “seorang guru sebelum menjadi model keteladanan anak guru juga harus mendisiplinkan diri, artinya apabila menginginkan peserta didiknya patuh terhadap aturan yang berlaku baiknya aturan yang bersifat formal atau non formal maka guru harus terlebih dulu mematuhinya”. Usman (2009:13) peran guru di pandang dari segi diri pribadinya adalah “sebagai model teladan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para peserta didik”. Apabila guru sudah menunjukkan perilaku yang tidak sopan maka anak pun akan berperilaku seperti itu karena anak biasanya meniru apa yang dilakukan oleh guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Peran pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang memiliki sikap sopan santun. Dalam pembangunan karakter bangsa, maka pendidik dengan segala tugas dan perannya, memiliki peranan strategis dan sangat menentukan terpeliharanya karakter bangsa sebagai pondasi jati diri bangsa yang menjunjung tinggi profesionalisme dan berpegang teguh kepada system nilai yang menjadi pegangan bangsanya.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pendidik dalam mengembangkan sikap sopan santun pada anak usia dini di Paud Muara Tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.
METODE PENELITIAN Lokasi dalam penelitian ini adalah di Paud Muara Tenang Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Hal itu karena lokasi tersebut dekat dengan tempat penelitian sehingga akan lebih memudahkan akses peneliti dalam memperoleh data atau informasi. Subjek dalam penelitian ini adalah pendidik dan anak didik di Paud Muara Tenang. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, kompleks, dinamis sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode kuantitatif dengan instrument. Selain itu peneliti pada dasarnya bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam dan menemukan pola sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada individu secara holistik (utuh).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara bahwa strategi yang dilakukan oleh pendidik dalam menerapkan sikap sopan santun khususnya dilingkungan sekolah adalah dengan bercerita sesuai dengan tema yang didalam cerita tersebut banyak terkandung nilai-nilai kesopanan, guru juga mengarahkan anak bermain peran yang mencerminkan sikap sopan santun. Dengan bermain peran anak-anak akan lebih ingat tentang sikap sopan santun yang harus dilakukan karena anak melakukan sendiri, dalam mempersiapkan teknik penilaian sikap sopan santun anak dalam kegiatan pembelajaran pendidik selalu bersikap jujur, adil dan obyektif. Hal ini dilakukan agar pendidik dapat mengontrol perkembangan anak dengan baik, mengamati secara langsung adalah merupakan teknik utama yang selalu dilaksanakan oleh pendidik untuk mengetahui perkembangan sikap sopan santun anak, biasanya anak selalu belajar dari apa yang mereka lihat, dengan selalu bersikap santun pada anak maka anak pun akan selalu bersikap santun kepada kita. Seorang pendidik harus mampu menjadi model yang baik terhadap anak didiknya seperti yang diungkapkan oleh Usman (2009:13) bahwa “seorang guru sebelum menjadi model keteladanan anak guru harus mendisiplinkan diri artinya apabila menginginkan peserta didiknya patuh terhadap aturan yang berlaku baik aturan yang bersifat formal atau nonformal maka guru harus terlebih dahulu mematuhinya”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa anakanak di Paud Muara Tenang telah mampu bersikap sopan santun, walaupun tingkat keberhasilan belum 100%, namun pendidik di Paud Muara Tenang ini selalu berusaha memberikan petunjuk, adapun keberhasilan yang dicapai pendidik di Paud ini di karenakan pendidik selalu memberi motivasi dan pujian kepada anak, kegigihan pendidik di Paud Muara Tenang ini patut dicontoh dalam mengembangkan sikap sopan santun kepada anak didiknya. Peran pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang memiliki sikap sopan santun. Dalam pembangunan karakter bangsa, maka pendidik dengan segala tugas dan perannya, memiliki peranan strategis dan sangat menentukan terpeliharanya karakter bangsa sebagai pondasi jati diri bangsa yang menjunjung tinggi profesionalisme dan berpegang teguh kepada system nilai yang menjadi pegangan bangsanya. Berkaitan dengan peran pendidik sebagai perencana (planner) dalam mengembangkan sikap sopan santun pada anak, telah dilaksanakan oleh pendidik di PAUD Muara Tenang hal ini dapat dilihat dari kebiasaan pendidik yang selalu membiasakan anak untuk mengucap kata tolong dan maaf ketika berada di lingkungan PAUD. Perencanaan adalah merupakan metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan serta mengembangkan sikap sopan santun pada anak usia dini.Perencanaan merupakan factor penentu baik buruknya anak didik. Upaya mengembangkan sikap sopan santun pada anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya dilingkungan sekolah adalah dengan memberikan contoh langsung kepada anak.Seperti yang selalu dilakukan oleh pendidik PAUD Muara Tenang, pendidik selalu berusaha untuk menjadi contoh yang baik untuk anak.Seperti dengan selalu berbicara sopan kepada anak, selalu berkata tolong apabila menginginkan sesuatu. Hal-hal kecil seperti ini dapat menjadi wahana untuk anak berlatih mengembangkan sikap sopan santun Pelaksanaan peran pendidik di PAUD Muara Tenang ini telah dilaksanakan dengan baik berdasarkan hasil penelitian.Pendidik selalu berusaha member pujian secara lisan dan reinforcement dalam bentuk hadiah.Misalnya dengan memberikan permen terhadap anak yang mampu menunjukkkan perubahan terhadap perkembangan sikap sopan santun. Berdasarkan hasil penelitian, pendidik telah menjadi evaluator yang baik hal ini berdasarkan pengamatan pada portopolio dan buku control perkembangan anak yang telah dilaksanakan oleh seluruh pendidik. Pelaksanaan evaluasi oleh pendidik bukan hanya pada proses pembelajaran, namun pada setiap kegiatan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan bahwa, Peran pendidik sebagai perencana, yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses belajar mengajar dan suatu rancangan tentang proses interaksi pendidik, anak didik, sumber belajar dan lingkungan belajar anak sehingga dapat menghasilkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Peran pendidik sebagai pelaksana harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, dimana ia bertindak sebagai orang sumber, konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung. Peran pendidik sebagai penilai yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangankeseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dapat dicapai oleh anak setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dari kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran bahwa Sopan santun sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap anak oleh karena itu pendidik diharapkan mampu memberikan input terhadap upaya pengembangan sikap sopan santun dalam kehidupan sehari-hari, yang akan mengantarkan seorang anak sukses.
DAFTAR RUJUKAN Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: Refika Aditama. Finayatul. 2010. Etiket Sopan Santun. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Herman, 2001. Pembelajaran Sopan Santun. Jakarta: PT. Rineke Cipta
Hidayat, 2008.Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:Salemba Medika Husaini. 2010. Perlukah Pendidikan Berkarakter. Tersedia di (http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=133perlukahpe ndidikan-berkarakter&catid=1%3Aadian-husaini&Itemid=23). Diakses hari rabu 13 mei 2015 Muhajir, 2010.Indahnya-memiliki-sopan-santun Jurnal Ilmu Pendidikan.Tersedia (http://pidato sekolah.blogspot.com.). Diakses hari rabu 13 mei 2015 Nurjana.2012. Peranan Guru DiSekolah Dalam Masyarakat.Diposkan oleh Nurjanah http://jcedy.blogspot.com/2012/05/peranan-guru-disekolah-dalam-masyarakat.htmlDiakses
hari rabu 13 mei 2015 Uzer Usman, 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
di