PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN YANG DIPISAHKAN DAN LAIN-LAIN PAD TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh : Yulius Agus Linggau Pratomo NIM : 112114126
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN YANG DIPISAHKAN DAN LAINLAIN PAD TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh : Yulius Agus Linggau Pratomo NIM : 112114126
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, BASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN YANG DIPISAHKAN DAN LAIN-LAIN PAD TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BANTUL
Oleh: Yulius Agus Lioggau Pratomo NIM: 112114126
Telah Disetujui Oleh :
Pembimbing
Dra. YFM. Gien Agustinawansari Ak, M.M.
Tanggal: 15 - 01 - 2016
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“ A journey of a thousand miles begins with a single step “ (Lao-Tzu)
Skirpsi ini kupersembahkan kepada : Tuhan Yesus Kristus Beserta Jajaranya Jagat Raya dan Semestanya Keluarga Terkeren dan Tercinta Sahabat-sahabat ku Centhini
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Jagatnya atas limpahan berkat, rahmat dan kesehatan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pembuatan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pajak Daerah, Rertribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD terhadap Belanja Dareah di Kabupaten Bantul “ ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntasi Perpajakan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan dan motivasi serta semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, Akt., M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma. 4. Dra. YFM Gien Agustinawansari Ak, M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan banyak meluangkan waktu untuk membrikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Josephine Wuri, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang sudah membimbing dan memberikan ilmu selama perkulihan sampai selesai. 7. Kepada orang tua Bapak Bowo dan Ibu Susi, kepada adik-adiku Cinda, Reta, Wahyu, Krisna. Terima kasih atas semua dukungan, cinta, doa, dan perhatian yang sangat tak ternilai. 8. Sahabat-sahabatku : Igna, Arie, Ndaru, Sk, Widi, Abed, Trias, Bella, Gina, Sita, Tere, Apo, Mayang, Dimas, Io, Boni, Pakdhe Bodong, Bagus, Aan,
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ………………..
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………. vi HALAMAN KATA PENGANTAR …………………………………………... vii HALAMAN DAFTAR ISI …………………………………………………….. ix HALAMAN DAFTAR TABEL ……………………………………………….. xii HALAMAN DAFTAR GAMBAR ……………………………………………. xiv ABSTRAK ……………………………………………………………………… xv ABSTRACK BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………. 1 A. Latar Belakan Masalah ………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………… 4 C. Batasan Masalah ……………………………………………..
4
D. Manfaat penelitian ……………………………………………. 4 E. Tujuan Penelitian …………………………………………...
5
F. Sistematika Penulisan ……………………………………….
6
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI …………………………………………..
7
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ………………….
7
B. Pendapatan Daerah ………………………………………….. 10 C. Pendapatan Asli Daerah …………………………………….. 14 D. Pajak Daerah ………………………………………………... 18 E. Retribusi Daerah …………………………………………….
30
F. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan ……
42
G. Lain-lain PAD ………………………………………………. 43 H. Belanja Daerah ……………………………………………… 46 I. Penelitian Terdahulu ………………………………………... 51 J. Perumusan Hipotesis ………………………………………..
BAB III
53
METODE PENELITIAN ……………………………………… 58 A. Jenis Penelitian ……………………………………………… 58 B. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………... 58 1. Subjek Penelitian ……………………………………….. 58 2. Objek Penelitian ………………………………………… 58 C. Jenis dan Sumber Data ………………………………………. 59 1. Jenis data ………………………………………………... 59 2. Sumber data …………………………………………….. 59 D. Variabel Penelitian ………………………………………….. 59 E. Teknik Analisis Data ………………………………………... 61 1. Uji Asumsi Klasik ………………………………………. 61 2. Analisis Regresi Linier Berganda ………………………. 64 3. Uji Hipotesis ……………………………………………. 65
BAB IV
GAMBARAN UMUM PEMERINTAH ………………………. 68 x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Sejarah Kabupaten Bantul …………………………………... 68 B. Gambaran Umum Demografi ………………………………… 69 C. Kondisi Geografis …………………………………………… 70 D. Kondisi Ekonomi Daerah …………………………………… 73 E. Gambaran Umum PAD ……………………………………... 76 F. Gambaran Umum Belanja Daerah ………………………….. 77 BAB V
ANALISI DAN PEMBAHASAN ……………………………...
79
A. Deskripsi Data ………………………………………………. 79 B. Analisis Data ………………………………………………… 83 C. Pembahasan …………………………………………………. 95 BAB VI
PENUTUP ..................................................................................... 99 A. Kesimpulan ………………………………………………….. 99 B. Keterbatasan Penelitian ………………………………........... 100 C. Saran ………………………………………………………… 100
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 102 LAMPIRAN ........................................................................................................... 105
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbedaan antara barang public, barang semi public, dan barang pribadi 32 Tabel 2. Perkembangan Indeks Komponen IPM Kabupaten Bantul ……………. 70 Tabel 3. Jumlah Desa, Dukuh, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul …….. 70 Tabel 4. Kelas ketinggian dan luas wilayah ……………………………………… 72 Tabel 5. Perkembangan PDRB Per Kapita ……………………………………… 73 Tabel 6. Total realisasi Pajak Daerah tahun 2004-2014 ………………………… 76 Tabel 7. Total realisasi Retribusi Daerah ………………………………………..
77
Tabel 8. Total realisasi Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ………. 78 Tabel 9. Total realisasi Lain-Lain PAD …………………………………………. 78 Tabel 10. Total realisasi Belanja Daerah ………………………………………… 79 Tabel 11. Hasil uji normalitas (Kolmogorov Smirnov ) …………………….….... 80 Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas ……………………………………………. 81 Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi ………………………………………………… 82 Tabel 14. Hasil Run Test ………………………………………………………… 83 Tabel 15. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ……………………………………. 85 Tabel 16. Hasil Uji Koefesien Determinasi ……………………………………… 88 Tabel 17. Hasil Uji F …………………………………………………………….
89
Tabel 18. Hasil Uji T ……………………………………………………………. 90
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 : Perumusan Hipotesis ………………………………………………… 53 Gambar 2 : Penduduk berdasarkan jenis kelamin per kecamatan tahun 2014 …… 69 Gambar 3 : Pergeseran Struktur Ekonomi ……………………………………….. 74 Gambar 4 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ……………………………………….. 84
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, HASIL PENGELOLAHAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISIHAKAN, DAN LAIN-LAIN PAD TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BANTUL
Yulius Agus Linggau Pratomo NIM : 112114126 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komponen pendapatan asli daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasi pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten Bantul. Penelitian ini penting karena pendapatan asli daerah memiliki kontribusi besar dalam membiayai belanja daerah yaitu sebesar 94,1 %. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari realisasi pendapatan dan belanja daerah pemerintah Kabupaten Bantul selama sebelas tahun (2004-2014) dan alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda . Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah, retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh terhadap belanja daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah.
Kata kunci : Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pad, belanja daerah.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACK
THE EFFECT OF REGIONAL TAX, RETRIBUTION, INCOME OF ASSET UTILIZATION FROM SEPARATED AREA, AND OTHER REGIONAL REVENUES TO REGIONAL EXPENDITURE OF BANTUL DISTRICT
Yulius Agus Linggau Pratomo NIM : 112114126 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014
The purpose of this research is to determine the impact of the component of regional revenues consisting of regional tax, retribution, income of asset utilization from separated area and other regional revenues to the regional expenditures of Bantul district. This research is important because regional revenues have significant contribution in financing regional expenditure of Bantul district. This research used secondary data which obtained from realization of revenue and expenditure of the Bantul district for the years 2004-2014. The data was analyzed by multiple linier regression method.. The results showed that the regional tax was not influence the regional expenditures of Bantul district, the retribution influence the regional expenditure of Bantul district. Further results showed that income of asset utilization from separated area was not influence the regional expenditure of Bantul district, and the other regional revenue was influence the regional expenditure of Bantul district. Keywords : Regional tax, retribution, income of asset utilization from separated area, other regional revenue, regional expenditure.
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang perimbangan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, maka daerah yang luas untuk memberdayakan dirinya, untuk itu diperlukan kewenangan dan kemampuan mendapatkan penerimaan sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam menyelenggarakan otonomi daerah maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan sendiri, yaitu dengan cara meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan meningkatkan penerimaan PAD maupun dengan penggalian sumber PAD yang baru dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Berlakunya Undang-Undang tersebut mengenai pemerintah daerah memberikan dampak bagi pemerintah daerah untuk diberi kewenangan yang lebih dalam menetapkan Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah (APBD) pada model desentralisasi. Konsekuensi pemerintah daerah harus dapat mengatur dan mengurus otonominya sendiri dan mengelola kekayaannya 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sendiri. Dikuranginya ketergantungan terhadap pemerintah pusat maka PAD menjadi sumber keuangan terbesar. Belanja daerah adalah kewajiban daerah yang diakui sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam periode tahun anggaran yang telah ditetapkan. Belanja daerah wajib dilakukan untuk pelaksanaan pengaturan dan memfasilitasi pelaksanaan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Dana yang digunakan dalam membiayai belanja daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan penerimaan lain-lain. Tiga komponen yang merupakan sumber pendapatan tersebut harus terus dikembangkan sehingga sumber pendapatan daerah dapat mendukung perkembangan dari daerah tersebut dengan membiayai belanja daerah yang telah dianggarkan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki empat elemen didalamnya yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan serta Lain-lain PAD. Elemen dari Dana Perimbangan adalah Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus, kemudian Penerimaan Lainlain Daerah yang Sah. Dimana semua sumber pendapatan daerah tersebut diatur oleh Undang-Undang. Setiap Belanja Daerah yang akan dikeluarkan harus terlebih dahulu dianggarkan dalam APBD. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 192 ayat (3) disebutkan bahwa pengeluaran tidak dapat dibebankan pada
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anggaran belanja untuk pengeluaran tersebut jika tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. PAD, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang dan merupakan sumber dari pendapatan daerah maka seharusnya pemerintah daerah menyesuaikan pengeluaran yang akan dianggarkan berdasarkan jumlah Pendapatan Daerah yang didapat. Belanja
daerah
sangat
penting
perannya
dalam
membiayai
pembangunan infrastruktur dan pelayanaan terhadap masyarakat misalnya pembangunan jalan, alat transportasi masal serta pelayanaan kesehatan, yang berakibat terhadap meningkatnya pelayanaan dalam masyarakat dan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Bantul. Namun disini penulis berasumsi bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan berpengaruh sangat besar terhadap Belanja Daerah karena pemerintah daerah harus bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak bergantung terhadap dana yang berasal dari pemerintah pusat. Kurangnya perhatian pemerintah dalam mengelola hasil pendapatan asli daerahnya sendiri dapat mempengaruhi perkembangan keuangan daerah, serta akan berakibat terganggunya segala aktivitas dan rencana yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat secara bijak dalam mengambil keputusan yang menyangkut dengan hal pendapatan asli daerah.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan uraian diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul ; “Pengaruh
Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-Lain PAD Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Bantul “
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerimaan pajak daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul ? 2. Apakah penerimaan retribusi daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul? 3. Apakah penerimaan pengelolaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul? 4. Apakah penerimaan lain-lain PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul? C. Batasan Masalah Penelitian ini, peneliti menggunakan data realisasi APBD yang mana data yang digunakan hanya data realisasi Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah di Kabupaten Bantul selama 11 tahun 2004 sampai tahun 2014. 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis atas penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul. 2. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan hasil daerah yang dipisahkan terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bantul. 4. Untuk mengetahui pengaruh lain-lain PAD yang disahkan Belanja Daerah di Kabupaten Bantul. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin penulis harapakan atas penelitian yang sudah dilakukan akan bermanfaat bagi : 1. Pemerintah Hasil dari penelitian ini diharapkan membantu pemerintah daerah dalam upaya-upaya dan kebijakan yang seharusnya dilakukan dalam hal pemungutan pajak untuk menambah jumlah pajak daerah dan retribusi daerah sehingga untuk tahun berikutnya pemerintah dapat memperbaiki hal-hal yang akan menambah dan meningkatkan penerimaan PAD yang akan berpengaruh terhadap Belanja Daerah yang akan dianggarkan. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Peneliti lain dan pembaca Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang membaca penelitian ini mengenai pengaruh penerimaan pajak dan retribusi pajak terhadap Belanja Daerah.
F. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi teori-teori yang digunakan penulis sebagai dasar penelitian, hasil penelitian terdahulu, dan perumusan hipotesis penelitian. Bab IV : Analisi dan Pembahasan Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian, analisis data dan pembahasannya.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab V : Penutup Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan penelitian berikutnya
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana kerja pemerintah yang dinyatakan secara kuantitatif, biasanya dalam satuan moneter yang mencerminkan sumber-sumber penerimaan daerah dan pengeluaran untuk membiayai kegiataan dan proyek daerah dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Pada hakekatnya anggaran daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan demikian APBD harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi-potensi keanekaragaman daerah ( Lasminingsih, 2004:223). Definisi lain menurut (Mamesah 1995 : 20) menyebutkan bahwa APBD adalah rencana operasional keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan
perkiraan
pengeluaran
setinggi-tingginya
guna
menbiayai kegiatan-kegiatan dan proyek daerah dalam satu tahun anggaran serta menggambarkan juga perkiraan penerimaan tertentu dan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sumber-sumber
penerimaan
daerah
guna
menutupi
pengeluaran-
pengeluaran yang dimaksud. Sedangkan menurut (Kartasasmita, 1997:126), APBD pemerintah
daerah
merupakan
dokumen
pembiayaan
dalam
penyelenggaraan
rencana
tugas-tugas
bagi
kegiatan
dan
pemerintah
dari
pembangunan setiap tahunnya. Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, didalam APBD terdapat beberapa aspek penting, yaitu : 1. APBD merupakan rencana rinci yang berisi pengeluaran dan penerimaan daerah. 2. Dalam APBD terdapat rencana kerja yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. 3. Rencana kerja yang tertuang dalam APBD merupakan hasil kesepakatan yang dicapai oleh legislatif daerah ( DPRD) dan eksekutif ( Kepala Daerah beserta aparatnya ). Dalam APBD Pendapatan Daerah dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1. Pendapatan Asli Daerah, 2. Dana Perimbangan, dan 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Selanjutnya Belanja digolongan menjadi 4 yakni 1. Belanja Aparatur Daerah, 2. Belanja Pelayanan Publik, 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Belanja Bagi Hasil, 4. Bantuan Keuangan, 5. Belanja Tak Tersangka. Belanja Aparatur Daerah diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu 1. Belanja Administrasi Umum, 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan, 3. Belanja Modal/ Pembangunan. Belanja Pelayanan Publik dikelompokkan menjadi 3 yakni 1. Belanja Administrasi Umum, 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan, 3. Belanja Modal. Pembiayaan seperti sudah dikatakan diatas, adalah sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran atau sebagai alokasi surplus anggaran. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan, yaitu: sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah adalah sisa lebih anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadangan. Sedang sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas : pembayaran utang pokok yang
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan dan sisa lebih anggaran tahun sekarang. B. Pendapatan Daerah Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 tahun aggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004). Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode yang bersangkutan. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, merupakan “Produk Domestik Regional Bruto“ daerah bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan “Pendapatan Regional“. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiataan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau dari luar negri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimiliki prenduduk daerah tersebut dapat ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau diluar negri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima daerah tersebut. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, sumber Pendapatan Daerah terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah, 2. Dana Perimbangan, 3. Lain-lain penerimaan yang sah. Pembangunan
Daerah
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan nasional, maka dalam hal ini sudah tentu memerlukan dana untuk membiayai pembangunan. Untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka Pemerintah Daerah diberikan kesempatan untuk mengelola sumbersumber keuangan yang menjadi potensi di daerahnya. Oleh karena itu, pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah, yang pada akibatnya daerah dituntut untuk dapat membiayai sendiri biaya pembangunannya. Menurut Mardismo (2002), di Indonesia pelaksanaan desentralisasi fisikal sebagai salah satu instrument kebijakan pemerintah mempunyai prinsip dan tujuan antara lain : 1. Mengurangi kesenjangan fisikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Menigkatkan
kualitas
pelayanan
publik
didaerah
dan
mengurangi kesenjangan pelayanaan publik antar daerah, 3. Meningkatkan efesiensi peningkatan sumber daya nasional, 4. Tata kelola, transparan dan akuntabel, dalam pelaksanaan kegiataan pengalokasian transfer ke daerah yang tepat sasaran, 5. Mendukung kesinambungan fisikal dalam kebijakan ekonomi makro. Adapun
hubungan
pendapatan
dengan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi terhadap penerimaan pendapatan daerah. Meskipun perbedaan tidak berlaku di semua wilayah daerah, tetapi terdapat faktorfaktor yang dapat memeberikan beberapa penyebab utama perbedaaan Pendapatan Daerah : 1. Faktor Geografis Apabila suatu wilayah yang sangat luas, distribusi dari pemerintah pusat, sumber energi, sumber daya pertanian, topografi, iklim dan curah hujan tidak akan merata. Apabila faktor-faktor lain sama, maka kondisi geografi yang lebih baik akan menyebabkan suatu wilayah berkembang lebih baik. 2. Faktor Historis Tingkat pembangunan suatu masyarakat juga bergantung pada masa lalu untuk menyiapkan masa depan. Bentuk ekonomi yang hidup di masa lalu manjadi alasan penting. Misalnya pada 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sistem feodal memberikan sangat sedikit insentif untuk pekerja keras. Sistem industri dimana pekerja merasa tereksploitasi, bekerja tanpa istirahat, suatu perencanaan dan system yang membatasi akan memberi sedikit insentif dan menyebabkan pembangunan terhambat. 3. Faktor Politik Ketidakstabilan
politik
dapat
menjadi
penghambat
pembangunan. Tidak stabilnya politik sangat mempengaruhi perkembangan dan pembangunan di suatu wilayah. Instabilitas politik akan menyebabkan orang ragu untuk berusaha atau melakukan investasi sehingga kegiatan ekonomi disuatu wilayah tidak akan berkembang, selain itu, jika pemerintah stabil tapi lemah, korupsi. 4. Faktor Administratif Faktor administratife yang efesien atau tidak akan berpengaruh dalam menambah kesenjangan antar wilayah. Saat ini pemerintah dalam menjalankan fungsinya membutuhkan administrator yang jujur, terdidik, terlatih dan efesien karena birokrasi
yang
efesien
pembagunan regional.
14
akan
mewujudkan
keberhasilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Faktor Sosial Banyak faktor sosial yang dapat menjadi penghalang dalam pembangunan. Penduduk di wilayah yang belum berkembang tidak memiliki lembanga dan keinginan yang kondusif untuk pembangunan ekonomi. Di lain pihak penduduk dari wilayah yang lebih maju memiliki kelembagaan dan keinginan yang kondusif untuk pembangunan ekonomi. Di lain pihak penduduk
dari
kelembagaan
wilayah
dan
yang
keinginan
lebih yang
maju
memiliki
kondusif
untuk
pembangunan. 6. Faktor Ekonomi Penyebab secara eknomis seperti perbedaaan dalam faktor produksi, proses kumulatif dari berbagai faktor, siklus kemiskinan yang buruk, kekuatan pasar yang bebas dan pasar tidak sempurna, berlangsung dan menambah perbedaan dalam pembangunan ekonomi. C. Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang telah digulirkan denga landasan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diikuti dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kabupaten/Kota secara proporsional. Artinya pelimpahan tanggung jawab akan diikuti dengan pengaturan, pembangunan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang bekeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pengembangan ide dan terobosan serta peningkatan peran masyarakat menjadi semakin terbuka, baik dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi serta mengevaluasi kebijakan daerah. Dari pengertian tesebut tekandung unsur-unsur dalam pengertian Pendapatan Asli Daerah : A. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh sumber-sumber dalam wilayah sendiri, B. Dipungut berdasarkan Peraturan Daerah, C. Peraturan
daerah
tersebut
tidak
bertentangan
dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Menurut Litbang Depdagri (1991), PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana disebut dalam UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, sumber PAD terdiri atas : 1. Pajak Daerah, 2. Retribusi Daerah, 3. Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Di Pisahkan, 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Lain-lain PAD yang disahkan, Widayat (1994), menguraikan beberapa cara untuk meningkatkan PAD melalui peningkatan penerimaan semua-sumber PAD agar mendekati penerimaan yang potensial. Selanjutnya dikatakan bahwa secara umum ada dua cara untuk mengupayakan peningkatan pendapatan asli daerah sehigga maksimal yaitu dengan cara intensifikasi dan ektensifikasi. Lebih lanjut diuraikan bahwa salah satu wujud nyata dari kegiatan intensifikasi ini untuk pajak dan retribusi yaitu menghitung potensi seakurat mungkin maka target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-sumber obyek pajak dan retribusi. Lebih
lanjut,
Mardiasmo
mengatakan
strategi
untuk
mengoptimalkan kekayaan daerah meliputi : 1.
Indentifikasi dan inventarisasi nilai potensi daerah,
2.
Adanya system informasi manajemen asset daerah,
3.
Pemanfaatan potensi daerah,
4.
Melibatkan berbagai profesi atau keahlian yang terkait seperti auditor internal dan penilai.
Manajemen PAD era kaitanya dengan penelolaan, menurut Lembaga Administrasi Negara (1985) pengelolaan merupakan proses dari keseluruhan usaha atau kegiataan memikirkan dan menentukan berbagai
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hal
yang bersangkutan dengan apa-apa
yang harus dilakukan,
mengusahakan, mengatur, menggerakkan, dan memanfaatkan sumbersumber baik yang berupa manusia maupun bukan manusia yang diperlukan untuk pencapaian tujuan, serta menjamin agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan. Teori tersebut diperkuat dengan pernyataan Devas yaitu terdapat dua peran yang dapat dimainkan oleh pemerintah dalam kaitannya dengan manajemen PAD, yaitu : 1. Menekankan peran pemerintah daerah sebagai ungkapan dari kemauan
dan
identitas
masyarakat
setempat.
Tujuan
pemerintah daerah pada dasarnya bersifat politik, dalam arti pemerintah daerah merupakan wadah bagi penduduk setempat untuk
mengemukakan
keinginan
merka
dan
untuk
menyelenggarakan urusan setempat sesuai dengan keinginan dan prioritas mereka. 2. Pemerintah daerah pada dasarnya adalah lembaga untuk menyelenggarakan layanan-layanan tertentu untuk daerah, dan sebagai alat yang tepat untuk menebus biaya memberikan layanan yang semata-mata bermanfaat untuk daerah. Tujuan pemerintah daerah sifat tata usaha dan ekonomi.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Pajak Daerah Salah satu sumber PAD adalah pendapatan yang berasal dari pajak daerah. Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan bukan pajak. Seperti penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman luar negri, penerimaan dari badan usaha milik Negara dan sebaginya. Mangkoesoebroto (2001) mengatakan bahwa pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogrative pemerintah, pemugutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak untuk mana tidak ada balas jasa secara langsung dapat ditujukkan penggunannya. Pengertian pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 pada pasal 1 ayat 6 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang dapat
seimbang,
yang
dapat
dipaksakan
berdasarkan
peraturan
perundang-undagan yang berlaku, dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan
daaerah
dan
pembagunan
daerah
berdasarkan fungsinya Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak merupakan setoran wajib yang harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara yang bersifat memaksa tanpa adanya timbal balik secara langsung yang berdasar pada peraturan perundang-undangan. Menurut Mardismo (2002), pajak dibagi menjadi dua yaitu ; 1. Fungsi pajak budgetair sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. 2. Fungsi pajak regulerend sebagai alat untuk mengatur atau, melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 1 tentang pajak dan retribusi daerah, bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan pemerintah daerah dan pembanguan daerah. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu sebagai berikut : 1. Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) berdasarkan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. Denga kata lain pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogrative pemerintah
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual dari pemerintah (tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra-prestasi secara individual). 3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, yang bila dari pemasukan masih ”surplus” dipergunakan untuk membiayai ”public investment” sehingga tujuan yang diutamakan dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber keuangan Negara (budgetair). 4. Pajak dipungut disebabkan oleh suatau keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang. Disamping itu, juga dapat disimpulkan bahwa pajak hanya dapat dipungut oleh pemerintah, dan pemerintah dapat memungut pajak jika telah memiliki UU serta peraturan pelaksanaannya. Pajak merupakan kewajiban bagi masyarakat yang bila diabaikan akan terkena sanksi sesuai dengan undang-undang pajak tersebut. Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka jenis pajak yang termasuk pajak daerah dapat dikelompokkan menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Salah satu wujud pelaksanaan dari kebijakan desentralisasi fisikal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri dengan potensinya masing-masing (Sidik, 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2002). Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan ditindak lanjuti peraturan pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis pajak dan retribusi tersebut didasarkan pertimbangan bahwa jenis pajak dan retribusi tersebut secara umum dipungut hampir semua daerah dan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktek merupakan jenis pungutan yang baik. Selain jenis pajak dan retribusi tersebut, daerah juga diberikan kewenangan untuk memungut jenis pajak (kecuali untuk propinsi) dan retribusi lainnya sesuai kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan dalam undang-undang. Peranan pajak dalam pembiayaan Daerah yang sangat rendah dan sangat bervariasi juga terjadi karena adanya perbedaan yang cukup besar dalam jumlah penduduk, kondisi geografis dan kemampuan masyarakat ( Sidik, 2002). Permasalahan yang berkaitan dengan PAD adalah kewenangan perpajakan (taxing power) Daerah yang sangat terbatas yang tercermin dari rendahnya. Pendapatan Asli Daerah ( PAD) terhadap
Pendapatan
Daerah. 22
Keadaan
ini
kurang
mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akuntabilitas dari penggunaan anggaran daerah, dimana keterbatasan dana transfer dari pusat untuk membiayai kebutuhan daerah idealnya dapat ditutup oleh daerah dengan menyesuaikan tarif pajak daerah denga menyesuaikan tarif pajak daerahnya. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila taxing power dari daerah diperbesar. Pajak Daerah menurut (Prakosa, 2005: hal 77) dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1.
Pajak Propinsi, terdiri dari : a. Pajak Kendaran Bermotor dan Kendaraan di Atas Air yaitu pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. b. Bea Balik Nama Kedaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, c. Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor, d. Pejak Pengambilan dan Pemanfaatan Air di Bawah Tanah dan Air Permukaan,
2.
Pajak kabupaten/ kota terdiri dari : a. Pajak hotel. b. Pajak restoran. c. Pajak hiburan. d. Pajak reklame/ e. Pajak penerangan jalan. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C Sedangkan jenis-jenis pajak daerah Kabupaten/Kota menurut Undangundang nomor 28 tahun 2009 antara lain : 1. Pajak hotel. 2. Pajak restoran. 3. Pajak hiburan. 4. Pajak reklame. 5. Pajak penerangan jalan. 6. Pajak mineral bukan logam dan batuan. 7. Pajak parkir. 8. Pajak air tanah. 9. Pajak sarang burung walet. 10. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan. 11. Bea perolehan ha katas tanah dan bangunan. Objek pajak daerah sesuai Undang-undang nomor 1-14 2011 tentang pajak daerah adalah sebagai berikut : 1. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk : a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tinggal
jangka
pendek
yang
bersifat
memberikan
kemudahan dan kenyamanaan. c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusu untuk tamu hotel, bukan untuk umum. d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, serta fasilitas dan jasa penunjang lainnya sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanaan. 2. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran dengan pembayaran meliputi pelayanan penjulan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain termasuk jasa boga atau catering. 3. Objek pajak hiburan adalah penyelenggaran hiburan meliputi: a. Tontonan film. b. Pangelaran seni. c. Musik. d. Tarian modern e. Kesenian rakyat/tradisional. f. Pagelaran busana. g. Kontes kecantikan. h. Binaraga dan sejenisnya. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Pameran. j. Diskotik. k. Karaoke. l. Klab malam. m. Panti pijat. n. Sirkus o. Acrobat p. Sulap q. Permainan bilyar r. Golf . s. Bowling. t. Pacuan kuda. u. Kendaraan bermotor. v. Permainan ketangkasan. w. Refleksi, mandi uap, spa dan pusat kebugaran. x. Pertandingan olahraga yang ditonton dengan dipungut bayaran. 4. Objek pajak reklame adalah penyelanggaran benda, alat, pembuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamanyauntuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik perhatian suatu barang, jasa atau oranh yang ditempatkan atau dilihat,
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibaca, dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. 5. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Penggunan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. 6. Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C mineral bukan logam dan batuan (MBLB) adalah pengambilan mineral bukan logam dan batuan sesuai dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku. Mineral Bukan Logam dan Batuan terdiri dari: Asbes; Batu tulis; Batu setengah permata; Batu kapur; Batu apung; Batu permata; Bentonit; Dolomit; Feldspar; Garam batu ( halite); Grafit; Granit/andesit; Gips; Kalsit; Kaolin; Leusit; Magnseit; Mika; Marmer; Nitrat; Opseidien; Oker; Pasir dan krikil; Pasir kuarsa; Terlit; Phospat; Talk; Tanah serap(fullers earth); Tanah diatome; Tanah liat; Tawa(alum); Tras; Yarosif; Yeolit; Basal; Trakkit; dan Mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Objek pajak parker adalah penyelenggaraan tempat parker diluar badan jalan disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan oleh orang pribadi atau abdan, baik yang 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disediakan berkaitan atas pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipankendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. 8. Objek bea perolehan ha katas tanah dan bangunan (BPHTB) adalah ha katas tanah dan bangunan meliputi: Jual beli; Tukar menukar; Hibah; Hibah waris; Waris; Pemasukan dalam perseorangan atau badan hukum lain; Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan; Penunjukan pembelian dalam lelang; Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap; Penggabungan usaha; Peleburan usaha; Pemekaran usaha; Hadiah/ 9. Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan pemanfaatan air tanah dikecualikan dari objek pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah untuk; keperluan dasar rumah tangga; pengairan pertanian dan perikanan rakyat; peribadatan; kegiatan social. Dasar pengenaan pajak daerah daerah/kota berdasarkan Undang-undang tahun 2001 tentang pajak daerah adalah sebagai berikut : 1. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahaan barang dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik hotel. 2. Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa sebagai imbalan kepada pemilik restoran. 3. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. 4. Dasar pengenaan pajak reklamae adalah nilai sewa reklam. Nilai sewa
reklame
diperhitungkan
dengan
memperhatikan
lokasi
penempatn, jenis, jangka waktu penyelenggaraa, dan ukuran media reklame. Cara perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. 5. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik yaitu jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian (kwh) yang ditetapkan dalam rekening listrik. 6. Dasar pengenaan pajak pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Nilai jual dihitung dengan mengalikan volume hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan. 7. Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. 8. Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah NPOP ( Nilai Perolehan Objek Pajak).
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Dasar pengenaan pajak air tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah, yaitu : jenis sumber air, lokasi sumber air, tujuan pengambilan atau pemanfaatan, volume air, dan kualitas air. Tarif jenis pajak daerah Kabupaten/Kota berdasarkan undang-undang tahun 2001 ditetapkan sebagai berikut : 1. Pajak hotel sebesar 10%, sedangkan untuk pajak Rumah Kos 5%. 2. Pajak Restoran dan atau Katering sebesar 10%. 3. Pajak Hiburan tontonan film sebesar 10%; pagelaran kesenian, music dan tari modern sebesar 15%; kesenian rakyat tradisional sebesar 10%; pagelaran busana, kontes kecantikan binaraga dan sejenisnya sebesar 10%; diskotek, karoke dank lab malam sebesar 45%; sirkus, acrobat dan sulap sebesar 10%; permainan biliar, golf dan bowling sebesar 10%. 4. Pajak Reklame dasarn pengenaannya adalah nilai sewa reklame, yaitu koefesien jenis reklame x harga bahan yang digunakan x lokasi penempatan x waktu x jangka waktu penyelanggaran x jumlah reklame x jumlah media reklame. 5. Pajak Penerangan Jalan, pengunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh selain industry, pertambangan minyak bumi dan gas alami tariff pajak
penerangan
penggunaan
tenaga
jalan listrik
30
ditetapkan dari
sebesar
sumber
lain
8%, oleh
sedangkan industry,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tariff pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 3%, dan penggunaan tenaga listrik yang digunakan sendiri, tarif pajak ditetapakan sebesar 1,5%. 6. Pajak pengamilan Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB) ditetapkan sebesar 15%. 7. Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20%. 8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ditetapkan sebesar 5%, sedangakan tariff pajak atas perolehan ha katas tanah dan atau bangunan yang berdasarkan karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberian hibah wasiat, termasuk suami/istri, ditetapkan sebesar 2,5%. 5. Retribusi Daerah Selain dari pajak daerah, sumber penerimaan PAD adalah berasal dari retribusi daerah. Untuk menjelaskan lebih jauh mengenai retribusi maka sangat perlu dilakukan pemahaman mengenai barang publik dan barang pribadi, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan perlunya melakukan pungutan retribusi oleh pemerintah daerah. Menurut (Roy v. Salomo, hal 108) barang public adalah barang yang bila dikosumsi oleh seseorang atau individu akan mengurangi kesempatan individu lain untuk mengkosumsinya. Barang public memeliki dua sifat utama, yaitu 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
excludable dan non excludable. Sifat non rival berarti bahwa penyediaan barang-barang tersebut tidak dapat dibatasi hanya kepada orang-orang tertentu yang bersedia membayarnya saja. Seseorang akan tetap dapat menikmati manfaat barang barang publik meskipun ia tidak bersedia membayar sama sekali, dengan kenikmatan yang sama dengan orang yang bersedia membayar. Sifat non rival adalah bahwa manfaat barang publik tersebut dapat dinikmati oleh satu orang atau lebih pada saat yang bersamaan. Kosumsi barang tersebut oleh satu orang tidak akan mengurangi ketersediaannya bagi orang lain. Contohnya barang publik adalah pertahanan dan keamanan, jalan umum, taman, dan lain-lain. Barang-barang ini disediakan untuk semua orang tanpa terkecuali. Setiap orang dapat dengan bebas memanfaatkan dan
merasakan
ketersediaan
barang
tersebut,
walaupun
tanpa
membayarnya. Pemanfaatan barang-barang tersebut dapat dilakukan secara bersama dan tanpa mempengaruhi ketersediaannya bagi orang lain. Barang pribadi bersifat exclude dan rival.
Barang pribadinya
hanya disediakan bagi orang-orang yang bersedia membayarnya. Pemilik barang pribadi dapat menikmati barang tersebut secara pribadi dengan menyingkirkan atau mengecualikan (exclude) orang lain untuk turut menikmatinya. Demikan pula, apabila barang pribadi telah dinikmati oleh seseorang maka akan menghilangkan atau mengurangi kesempatan bagi orang lain untuk mengkosumsi barang tersebut ( bersifat rival ). 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal yang lain dari ciri-ciri barang pribadi ialah tidak boleh adanya eksternalitas dalam memproduksinya, artinya pada saat diproduksi dan dikosumsi
tidak
boleh
mengakibatkan
orang lain
mempereoleh
keuntungan maupun kerugian. Jika akibatnya memeproduksi maupun mengkosumsinya terdapat eksternalitas maka harus segera diinternalkan dengan kompensasi atau ganti rugi maupun pajak. Menurut (Musgrave Richard dan Peggy B 1993, hal 44) prinsip pengecualian (Eclusion Principle) diterapkan, yaitu dimana kosumsi tergantung pada apa yang dibayarkan
sedangkan
kosumsi
bagi
yang
tidak
membayar
dikesampingkan”. Menurut Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Santoso (2000) lebih lanjut mengatakan bahwa secara konseptual bahwa penyediaan barang dan jasa dapat dikenai retribusi apabaila : 1. Penyediaan barang atau jasa memberikan manfaat pribadi. Misalnya telpon dan listrik. Maka retribusi dapat dianggap merupakan suatu sumber pendapatan untuk dapat memenuhi keperluan biaya yang di kelurakan. Namun jika manfaat yang diberikan mengandung unsur-unsur publik (public good), misalnya pertanahan atau penyemprotan nyamuk demam 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdarah, pajak merupakan alternatife pembiayaan yang terbaik. 2. Retribusi merupakan media
allokativ economic efficiency.
Dalam hal ini berarti retribusi merupakan sinyal harga dan barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah. Tanpa harga nilai retribusi permintaan dan penawaran tidak akan tercapai
efisiensi
ekonomi.
Nilai
retribusi
ini
juga
mempengaruhi para pelaku ekonomi untuk menentukan banyaknyak konsumsi suatu barang/jasa yang dipilih. 3. Berdasarkan prinsip kemanfaatan, mereka
yang tidak
mendapatkan manfaat dari penyediaan barang atau jasa tidak harus membayar, atau sebaliknya mereka yang tidak membayar dapat dikecualikan dari kosumsinya.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Table berikut ini disajikan perbedaan antara barang publik, barang semi publik dan barang pribadi Tabel 1 Perbedaan Antara Barang Publik, Barang Semi Publik, dan Barang Pribadi
Jenis Barang Siapa yang memanfaatkan
Barang Publik Barang Semi Publik Seluruh Pelanggan dan Masyarakat masyarakat
Barang Pribadi Individula konsumen
Pengecualian dari yang tidak membayar
Sangat tidak mungkin
Sangat mungkin
Kadang-kadang
Kemungkinan Tidak Mungkin diberlakukannya dimungkinkan tariff Pilihan Tidak Ada Kadang-kadang Konsumen Siapa yang membiayai S
Dibayar oleh Pajak
Hubungan u Tidak Ada antara m pembayaran dan konsumen b yang Siapa Hanya memutuskan Pemerintah e memproduksi
Mungkin
Penuh
Sebagian dibayar oleh Konsomen konsumen dan mambayar penuh sebagaian disubsidi Dekat
Amat dekat
Pasar dan Pemerintah
Hanya pasar
Sumber :Guritno, Mangkosbroto, ekonomi Publik, Yogyakarta : BPFE, 2001,hal 5.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saat di kaitan dengan PAD maka yang dimaksudkan dengan retribusi pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut (Davey K.J. 1988 hal 132) retribusi diartikan sebagai suatu pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya pelaksanaannya. Kemudian (Supramoko 1997, hal 94) menyatakan bahwa, retribusi adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut. Terdapat perbedaan dari seluruh pengertian-pengertian tersebut,d engan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari retribusi adalah : 1. Retribusi dipungut oleh Negara atau pemerintah daerah kepada masyarakat yang tidak dapat dipaksakan. 2. Dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 3. Pembayaran medapatkan imbalan jasa atau kontrapretasi langsung.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Hasil pungutannya digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum Negara atau kepentingan-kepentingan publik. Penentuan tarif adalah fungsi administratif yang penting dalam hal pumungutan retribusi. Kesadaran peemrintah daerah dalam menentukan alokasi biaya diantara obyek retribusi sangat diperlukan. Namun demikian, terdapat hal-hal yang membuat dibedakannya pembiayaan yang dilakukan dengan berdasarkan pajak dan retribusi. Antara lain : 1. Sulitnya mebedakan defenisi antara barang publik dan barang pribadi. 2. Aplikasi logis dan peraturan sering melibatkan pembayaran pajak, didalam pembayaran sesuatu melebihi kas pemerintah maupun batasan dari pemikiran sehat. 3. Adannya
pembatasan
bagi
orang-orang
yang
mampu
membayar. 4. Sebagai pengendalian bagi masyarakat untuk berhati-hati mengkonsumsi barang-barang umum yang langka. 5. Untuk memudahkan pemungutan. Bagus Santoso, 1995, suatu penyediaan barang atau jasa yang dibiayai dari pajak atau retribusi tergantung pada derajat kemanfaatan suatu barang dan jasa itu sendiri. Semakin dekat kemanfaatan suatu 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
barang dengan private goods, maka pembiayaannya berasal dari retribusi. Sebaliknya, semakin dekat kemanfaatan suatu barang dengan public goods, maka pembiayaan berasal dari pajak. (Jim Mc Queen, 1998) menerangkan suatu tanggapan menekankan untuk memperjelas kenyataan bahwa masyarakat bersedia membayar retribusi bila tingkat pelayanaan dirawat dan ditingkatkan, setiap pembayaran retribusi menerima kontrapretasi langsung berupa jasa-jasa yang telah disediakan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan sifat retribui menurut (Benyamin Haritz) sebagai berikut : 1. Pelaksanaannya bersifat ekonomis. 2. Ada imbalan langsung kepada pembayar. 3. Iurannya memenuhi persyaratan, persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternative untuk membayar. 4. Retribusi umumnya merupakan pengutan yang berfungsi budgetairnya tidak menonjol. 5. Dalam halp-hal tertebtu retribusi digunakan untuk tujuan tertentu, tetapi dalam hal tidak lebih dari pengambilan biaya yang telah dibubukan oleh Pemerintah Daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jenis-jenis Retribusi Daerah adalah pengelompokan retribusi yang meliputi retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Khusu dan Retribusi Perizinaan Tertentu. 1. Retribusi Jasa Umum Retrubusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dalam menetapkan jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa umum, kriteria yang digunakan adalah : a. Jasa termasuk dalam kelompok urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam pelaksanaan asas disentralisasi. b. Selain melayani kepentingan umum, jasa tersebut memberi manfaat bagi orang pribadi atau badan yang harus
membayar
retribusi,
misalnua
pelayanan
pemungutan dan pembuangan sampah. c. Jasa tersebut dianggap layak jika hanya disediakan kepada orang pribadi atau badan yang membayar
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
retribusi, seperti pelayanan kesehatan untuk seseorang yang mampu. d. Retribusi untuk pelayanan pemerintah daerah itu tidak bertentangan dengan kebijakan nasional. e. Retribusi tersebut dipungut secara efektif dan efesien, serta dapat merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial. f. Pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan secara baik dengan kualitas pelayanan yang memadai. Objek retribusi umum adalah pelayanan yang disediakan atau deiberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dinikmati oleh orang pribadi. Sedangkan subyek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa umum yang digunakan. Berdasarkan ketentuan PP Nomor 66 Tahun 2001 bahwa jenis – jenis Retibusi Umum adalah : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan. b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil. d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. f. Retribusi Pelayanan Pasar. g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran. i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta. j. Retribusi Penggujian Kapal Perikanan.
2. Retribusi Jasa Usaha Retribusi jasa umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi jasa usaha harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Jasa tersebut harus bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh swasta, tetapi pelayanan sektor swasta dianggap belum memadai. 2. Harus
terdapat
harta
yang
dimiliki
atau
dikuasai
pemerintah daerah dan belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah seperi tanah, bangunan, dan alatalat berat.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obyek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, sedangkan Subyeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikamti pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha, adalah : 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. 2. Retribusi Pasar Global. 3. Retribusi Tempat Pelelangan. 4. Retribusi Terminal. 5. Retribusi Tempat Khusus Parkir. 6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa. 7. Retribusi Penyedotan Kakus. 8. Retribusi Rumah Potong Hewan. 9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal. 10. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga. 11. Retribusi Penyeberangan Di atas Air. 12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair. 13. Retribusi penjualan Produksi Usaha Daerah. 3. Retribusi Perizinan Tertentu. Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang pribadi/badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasanatas kegiataan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,prasana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu. Pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pangaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Subyek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Sedangkan jenis-jenis Perizinan Tertentu adalah : 1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. 2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. 3. Retribusi Izin Gangguan. 4. Retribusi Izin Trayek. Rincian dan masing-masing jenis retribusi daerah dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan. Selain jenis retribusi yang
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
telah ditetapkan dalam PP dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnya sesuai kriteria yang ditetapkan dalam UndangUndang. 6. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Menurut penjelasan pasal 157 huruf a Angka (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa yang dimaksud dengan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dispisahkan adalah bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga. Menurut (Abdul Halim, 2004 hal 68) yang dimaksud dengan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan adalah Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pegelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis-jenis Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan meliputi objek pendapatan berikut : 1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah. 2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank. 3. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank 4. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Lain-Lain PAD yang Disahkan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan Asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 2. Jasa giro; 3. Pendapatan bunga; 4. Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. 5. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
Abdul
Halim,2004,
ada
dua
faktor
yang
mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah penduduk, sedangkan faktor internal terdiri dari sarana dan prasarana, insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan.Dalam rangka
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Daerah. Untuk peningkatan Pendapatan Daerah dapat dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Intensifikasi, melalui upaya :
a. Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah.
b. Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari
kemungkinan
untuk
dialihkan
menjadi
retribusi.
c. Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada.
d. Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum memadai.
2. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru harus ditekankan agar tidak menimbulkan biaya ekonomi yang tinggi. Sebab pada dasarnya, tujuan meningkatkan Pendapatan Daerah
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian upaya ekstensifikasi
lebih
diarahkan
kepada
upaya
untuk
mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang akan menjadi unsur penting bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah pembayaran pajak dan retribusi merupakan kewajiban masyarakat kepada negara, untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang bagimana yang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat 8. Belanja Daerah Belanja daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diutamakan untuk menopang kegiatan pemerintah yang berkenaan dengan pelayanam yang sudah ditetapkan pada standar pelayanan minimal dengan pedoman pada standar teknis dan standar harga regional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 klasifikasi adalah
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan. Belanja penyelenggaraan
urusan
wajib
diprioritaskan
untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta megembangkan sistem jaminan social. Belanja menurut urusan pilihan mencakup pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi. 2. Klasifikasi belanja menurut fungsi Klasifikasi belanja menurut fungsi yang dilakukan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan Negara terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, serta perlindungan social. 3. Klasifikasi belanja menurut organisasi Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah. 4. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Klasifikasibelanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintah yang menjadi wewenang daerah. Klasifikasi belanja daerah menurut kelompok terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri atas 1. Belanja Pegawai Belanja pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai Negara sipil yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2. Belanja Bunga Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga uang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 3. Subsidi Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Belanja Hibah Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. 5. Bantuan sosial Bantuan sosial digunakan untuk menggangarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6. Belanja Bagi Hasil Belanja Bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 7. Belanja Keuangan Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desan dan kepada pemerintah
daerah 50
lainnya
atau
dari
pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kabupaten/kota kepada pemerintah daerah dan pemerintah daerah
lainnya
dalam
rangka
pemerataan
dan
atau
peningkatan kemampuan keuangan. 8. Belanja Tidak Terduga Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifat tidak biasa atau tidak diharpkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya,
termasuk
pengembalian
atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari : 1. Belanja Pegawai Belanja pegawai yang dimaksud dalam kategori ini adalah pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. 2. Belanja Barang dan Jasa Belanja barang dan jasa yang dianggarkan digunakan untuk melakukan pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari dua belas bulan dan/atau
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiataan pemerintah daerah. 3. Belanja Modal Belanja Modal digunakan untuk pengeluran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari duabelas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan asset tetap lainnya.
9. Penelitian Terdahulu Mamonto dkk (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel pajak daerah dan retribusi daerah tidak memiliki pengaruh terhadap belanja daerah. Dini dkk (2013)
melakukan penelitian mengenai pengaruh
pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada pemeritah daerah Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukan PAD berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja daerah. 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sarwono (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan lainya yang sah dan dana alokasi umum terhadap belanja daerah pada kabupaten/kota se Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan lainnya yang sah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja daerah. Putteri dkk (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja modal di Kota Bandung (2014). Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak daerah dan rertribusi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah sedangkan Lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Panggabean (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah Samosir (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, dan lainlain PAD berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Pakpahan (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota
di
Sumatra
Utara
(2009).
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah baik secara simultan maupun parsial.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Perumusan Hipotesis Pajak Daerah (X1)
Retribusi Daerah (X2) Belanja Daerah (Y) Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan (X3)
\\
Lain-lain PAD (X4)
Gambar 1 : Perumusan Hipotesis Dari kerangka diatas peneliti akan menguji hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Pajak Daerah dan Belanja Daerah Pajak daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah kepada masyarakat yang diatur dalam perundangundangan, menurut Friedman menyatakan bahwa kenaikan dalam pajak akan meningkatkan belanja daerah, sehingga memperbesar devisa.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Sarwono Edy (2012), Putteri Lura Mustika dan kawan-kawan (2014) menyatakan bahwa pajak daerah berpengaruh terhadap belanja daerah Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian : H1 adalah Pajak Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah. 2. Pengaruh Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Menurut Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan, dengan semakin banyaknya retribusi yang diterima oleh pemerintah, jika Retribusi meningkat maka pengalokasian dana belanja daerah untuk meningkatkan pelayanan masyarakat akan meningkat. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sarwono Edy (2012), Putteri Lura Mustika dan kawankawan (2014) dimana retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian : H2 adalah Retribusi Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah. 3. Pengaruh antara Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dengan Belanja Daerah Pengelolahan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan
merupakan salah satu sumber PAD. Semakin banyaknya penerimaan
dari
pengelolahan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan akan meningkatkan PAD, dengan semakin tingginya PAD maka akan semakin tinggi juga belanja daerah Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian : H3 adalah Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan berpengaruh terhadap Belanja Daerah. 4. Pengaruh Lain-lain PAD dengan Belanja Daerah Lain-lain PAD meliputi Jasa Giro, Pendapatan bunga dan lain-lain. Lain-lain PAD yang sah juga merupakan komponen PAD yang juga mempengaruhi belanja daerah, karena apabila dari sektor ini banyak menghasilkan otomatis PAD juga bertambah dan bisa digunakan untuk pengalokasian belanja pemerintah. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Panggabean Henri Edison H. (2009) yang 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkesimpulan bahwa lain-lain PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah Berdasarkan pemahaman tersebut hipotesis penelitian : H4 adalah Lain-lain PAD berpengaruh terhadap peningkatan belanja daerah.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD terhadap belanja daerah. B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan objek penelitian dan dapat memberikan informasi tentang objek penelitian tersebut. Subjek penelitian ini adalah Badan Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. 2. Objek Penelitian adalah laporan realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Bantul periode 2004 sampai dengan 2014 tentang pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan daerah yang dipisahkan dan lainlain PAD yang di sahkan dan Belanja Daerah,
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data a. Dilihat dari cara memperoleh, data pada penelitian ini adalah data sekunder. Data skunder yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya, atau yang diperoleh dari pihak lain. Data ini yaitu laporan realiasi APBD Kabupaten Bantul dari tahun 20042014. b. Dilihat dari waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini merupaka time series. c. Dilihat dari sifatnya, data yang digunakan merupakan data kuantitatif yaitu data berupa angka-angka. 2. Sumber data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD Kabupaten Bantul dari tahun 2004 sampai dengan 2014, yang bersumber dari Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah (BPKAD) D. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Terikat ( Dependent Variabel ) Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah. Belanja daerah adalah pengeluaran yang
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah. 2. Variabel Bebas ( Independent Variabel ) Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai pengaruh positif atau negatif bagi variabel terikat nantinya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah(X2), Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (X3), Lain-Lain PAD yang Disahkan (X4). a. Pajak Daerah (X1) Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-
undangan pemerintah daerah dan pembanguan daerah. b. Retribusi Daerah (X2) Menurut Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. c. Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (X3)
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan adalah Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pegelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. Lain-Lain PAD yang Disahkan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan
Asli
Daerah
yang
sah,
disediakan
untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. E. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan dengan metode kolmogorov smirnov, dengan tingkat nilai signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan yang dihasilkan > 0,05 maka terdistribusi normal.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas berguna untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
bebas.
Uji
multikolinearitas melihat keadaan dimana variabel-variabel dalam persamaan regresi mempunyai korelasi yang erat satu sama lain (Pratisto 2004). Pengambilan Keputusan : a) Melihat nilai Tolerance (1) Tidak terjadi Multikolinearitas , jika nilai Tolerance lebih besar 0,10. (2) Terjadi Multikolinearitas, jika nilai Tolerance lebih kecil atau sama dengan 0,10. b) Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) (1) Tidak terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih kecil 10,00. (2) Terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih besar atau sama dengan 10,00.
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kesalahan pengganguan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi hal tersebut maka digunakan uji statistik Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut: H0 : Tidak Ada Autokorelasi HA : Ada Autokorelasi 1) Deteksi Autokorelasi Positif : Jika d < dL
maka terdapat autokorelasi positif,
Jika d > dU
maka tidak terdapat autokorelasi positif,
Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak ada kesimpulan yang pasti. 2) Deteksi Autokorelasi Negatif : Jika (4 - d) < dL
maka terdapat autokorelasi negatif,
Jika (4 - d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif, Jika dL < (4 - d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak ada kesimpulan yang pasti. d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengamatan
yang
lain.
Cara
mengetahui
ada
tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot. Apabila data menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Apabila dalam grafik tersebut terdapat pola tertentu yang teratur dan data tersebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka di identifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisi regresi liner digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikan sebesar 0,05. Analisis ini menggunakan bantuan program bernama Statistical Packgae for Social Science (SPSS) 16.0 for wondows.
Model regresi linier berganda dirumuskan sebagai
berikut Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4x4+ e Dimana : Y
= Belanja Daerah
X1
= Penerimaan Pajak Daerah
X2
= Penerimaan Retribusi Daerah
X3
= Pengelolaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan .
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
X4
= Lain-lain PAD
α
= Konstanta
β
= Koefisien Regresi
e
= eror
3. Uji Hipotesis a. Uji Koefesien Determinasi (R2) Uji Koefesien Determinasi untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara yang dilakukan dengan melihat nilai R2 pada output tabel Model Summary. b. Uji F Uji F untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut : Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara simultan (bersama-sama); Ho: β > 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara simultan (bersama-sama).
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. 2) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. c. Uji t Uji t untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial (individu) tehadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut: Ho : β = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial; Ho : β > 0 berarti bahwa ada pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial. 2) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL
A. Sejarah Kabupaten Bantul Bantul memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah kota Yogyakarta sebagai menyimpan banyak kisah pahlawan. Antara lain perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambar Ketawang dan upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret. Tanggal 26 dan 31 Maret 1831 Pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Yogyakarta mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru. Dan pada tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 sapar tahun Dal 175 secara resmi ditetapkan pembentukan kabupaten Bantul yang kemudia kepemimpinanya dipegang oleh Sultan Hamengkubuwono V. Kemudian saat merdeka, pemerintah ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 145. Tetapi di Yogyakarta dan Surakarata undang-undang tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No. 22 tahun 1948 dan selanjutnya mengacu UU nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintah Daerah Otonom di seluruh Indonesia termasuk di Bantul sendiri.
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Gambaran Umum Demografi 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada tahun 2014 menurut BPS sebanyak 968.632 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 482.805 jiwa atau sebanyak 49,81% dan perempuan sebanyak 485.827 jiwa atau sebanyak 50,19%.
Kecamatan
Banguntapan
merupakan
berpenduduk terbanyak, yaitu 135.420 jiwa
atau
kecamatan sebesar
yang
13,98%,
sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Srandakan paling sedikit, yaitu 29.022 jiwa atau sebesar 3%. Guna
melakukan
kebijakan
yang
berprespektif gender maka sangat diperlukan pengetahuan mengenai persebaran
penduduk
berdasarkan
jenis
kelamin. Kebijakan
pada
persebaran penduduk yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sudah seharusnya berbeda dengan persebaran yang didominasi salah satunya. Dengan demikian kebijakan yang diambil lebih efektif. Penduduk berdasarkan jenis kelamin per kecamatan proyeksi penduduk 2010-2020 sebagai berikut
Gambar 2 : Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2014
Sumber: BPD 2015
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Indeks Pembangunan Manusia Untuk mengukur
kualitas sumberdaya
manusia
digunakan
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dalam pengukurannya mencakup kualitas bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan penduduk (pendapatan penduduk). Selama lima tahun terakhir, nilai IPM Kabupaten Bantul menunjukkan perkembangan yang positif yaitu nilai IPM yang terus mengalami peningkatan
yakni sebesar 73,75 pada tahun 2009
hingga
76,01 pada tahun 2013. Dalam kurun lima tahun terakhir, nilai IPM Kabupaten Bantul naik sebesar 2,26 poin sedangkan dalam setahun terakhir meningkat sebesar 0,5 poin. Tabel 2 : Perkembangan Indeks Komponen IPM Kabupaten Bantul
C. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi empat kabupaten dan satu kota. Kabupaten Bantul memiliki wilayah seluas 506,85 km2 yang secara administratif pemerintahan terbagi dalam 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3. Jumlah Desa, Dukuh, dan LuasKecamatan di Kabupaten Bantul
Sumber: Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab Bantul
Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07°44'04" - 08°00'27" Lintang Selatan dan 110°12'34" - 110°31'08" Bujur Timur. Sebagai bagian dari wilayah Indonesia yang rawan bencana khususnya gempa bumi karena wilayah ini terletak pada pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Indonesia-Australia, wilayah Kabupaten Bantul juga terletak pada lintasan patahan/sesar Opak yang masih aktif. Dengan demikian wilayah ini merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi tektonik yang potensial tsunami. Wilayah Kabupaten Bantul dilewati oleh tiga sungai utama yaitu Sungai Progo, Sungai Opak, dan Sungai Oya dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman 2. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia 3. Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman 4. Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul Secara garis besar satuan fisiografi Kabupaten Bantul sebagian besar berada pada dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain). Perbukitan di sisi barat dan timur dan fisiografi pantai. Adapun pembagian satuan fisiografi yang lebih rinci di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: 1. Daerah di bagian Timur merupakan jalur perbukitan berlereng terjal dengan kemiringan lereng dominan curam (>70%) dan ketinggian mencapai 400 meter dari permukaan air laut. Daerah ini terbentuk oleh formasi Nglanggran dan Wonosari. 2. Daerah di bagian Selatan ditempati oleh gisik dan gumuk-gumuk pasir (fluviomarine) dengan kemiringan lereng datar-landai. Daerah ini terbentuk oleh material lepas dengan ukuran pasir kerakal. 3. Daerah di bagian tengah merupakan dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain), yang dipengaruhi oleh Graben Bantul dan terendapi oleh material vulkanik dari endapan vulkanik Merapi. 4. Daerah di bagian Barat merupakan perbukitan rendah dengan kemiringan lereng landai-curam dan ketinggian mencapai 150 meter dari permukaan air laut. Daerah ini terbentuk oleh formasi Sentolo.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketinggian tempat Kabupaten di Bantul dibagi menjadi empat kelas dan hubungan kelas ketinggian dengan luas sebarannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 : Kelas Ketinggian dan Luas Wilayah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang memiliki penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25-100 meter (27.709 ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian Utara, bagian tengah, dan bagian Tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi <7 meter) seluas 3.228 ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Sanden, dan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya
berbatasan dengan
Samudera Indonesia. Wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo,Imogiri, Piyungan, dan Pajangan. Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Bantul dapatdikategorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Bantul berkisar antara 1.063 mm dengan sembilan bulan basah dan tiga bulan kering. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24oC – 27oC. Pada musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian Barat Laut Jawa. Pada musim 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di Tenggara.
D. Kondisi Ekonomi Daerah Peningkatan nilai tambah dari suatu proses kegiatan ekonomi menunjukkan adanya
perkembangan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi suatu daerah menunjukan makin berkembangnya aktifitas
perekonomian
baik aktifitas
produksi,
konsumsi,
investasi
maupun perdagangan di daerah tersebut yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Perekonomian Kabupaten Bantul pada tahun 2014 mampu tumbuh 5,44% dan menghasilkan nilai PDRB atas harga berlaku sebesar 14,27 trilyun dan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 4,89%. Capaian kondisi tersebut sedikit menurun dibandingkan tahun dengan tahun 2013 sebesar 5,57%, namun masih berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01% dan DIY sebesar 5,2% serta memberikan kontribusi terhadap stabilitas pencapaian pertumbuhan ekonomi rata rata diatas 5% dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sembilan sektor mengalami pertumbuhan positif namun sebagian besar mengalami perlambatan.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3 : Perkembangan PDRB Per Kapita (Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000)
PDRB per kapita ADHK Kabupaten Bantul pada tahun 2014 mencapai 14,74 juta rupiah meningkat 48,46% dari capaian tahun 2010 sebesar 9,93 juta rupiah. Kondisi tersebut menunjukkan produktivitas perekonomian masyarakat semakin membaik Kondisi perekonomian Kabupaten Bantul sampai
dengan
tahun
2014
ditandai dengan terjadinya transformasi
struktural yaitu pergeseran struktur ekonomi yang ditandai pergeseran
dengan
peranan lapangan usaha pada tiga sektor. Ketiga sektor
tersebut adalah yang pertama, sektor primer yang terdiri dari lapangan usaha (1) pertanian dan (2) pertambangan dan penggalian. Kedua, sektor sekunder yang terdiri dari lapangan usaha (1) industri pengolahan; (2) listrik, gas, dan air bersih; dan (3) bangunan. Ketiga, sektor tersier yang terdiri dari lapangan usaha (1) perdagangan, hotel, dan restoran; (2) pengangkutan dan komunikasi;
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan (4) jasa-jasa. Peran sektor primer dan sekunder mengalami penurunan dan sudah mengalami pergeseran ke arah sektor tersier
Gambar 3 : Pergeseran Struktur Ekonomi Perkembangan sampai dengan tahun 2014 menunjukkan bahwa sektor primer memberikan peranan sebesar 19,45%, sektor sekunder 31,97% dan sektor tersier sebesar 48,57%. E. Gambaran Umum Pendapatan Asli Daerah Sektor wisata merupakan salah satu sektor strategis di Kabupaten Bantul, sektor pariwisata menjadi lokomotif pengerak peningkatan perekonomian masyarakat, sektor ini juga memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bantul pada tahun 2010 mencapai 1.496.626 orang menjadi 2.298.351 pada tahun 2014, peningkatan tersebut selain didukung oleh keanekaragaman obyek wisata yang meliputi obyek wisata alam, budya/religius, dan minat khusus/buatan, juga didukung oleh pengembangan desa-desa wisata sebagai alternatif
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tourism di Kabupaten Bantul, sehingga dapat memberikan pilihan-pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Selain dari sektor pariwisata PAD di Kabupaten Bantul berasal dari pajak daerah yaitu salah satunya dari pajak hotel ditambah lagi perusahaan daerah seperti Bank Bantul menyumbang pendapatan yang cukup besar yaitu 2,071 M dan Bank BPD DIY sebesar 6,9 M. Sektor industri juga turut menyumbang pendapatan asli daerah Kabupaten Bantul yang didominasi oleh industri kerajinan mikro dan kecil, seperti kerjinan gerabah di Kasongan dan Pundong, kerajinan batik di Imogiri dan Pandak, Kerajinan wayang di Imogiri serta kerajinan topeng batik di Pajangan. F. Gambaran Umum Belanja Daerah Kemampuan keuangan daerah digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Secara rinci realisasi anggaran belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat dilihat dari daftar program berikut : 1. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparatur pemerintah daerah dan desa serta lembaga pemerintah. 2. Meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik. 4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 5. Meningkatkan kualitas pendidikan.
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan pendapatan. 7. Meningkatkan ketahanan pangan daerah. 8. Meningkatkan jumlah pengunjung objek wisata. 9. Menurunkan tingkat pengangguran. 10. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. 11. Meningkatkan kesiagaan masyarakat terhadap bencana. Belanja
langsung
dibagi
menjadi
anggatan
yang
digunakan
untuk
penyelenggaraan program/kegiatan yang utama dan anggaran untuk belanja langsung program/kegiatan pendukung. Jumlah anggaran untuk program/ kegiataan utama sebesar 61,02% dari total belanja langsung, sedangkan anggaran untuk program/kegiataan pendukung sebesar 38,98% dari total belanja langsung. Pada kegiataan utama sasaran strategis dengan anggatan paling besar adalah sasaran Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan besaran anggaran 19,29% dari total belanja langsung.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bantul adalah untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolahaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD pada tahun 2004 sampai 2014. Data yang diperlukan adalah data realisasi APBD dari tahun 2004 sampai 2014. Data diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunkan uji asumsi klasik, linier berganda dan uji hipotesis aplikasi SPSS 16.0. 1. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Data realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dalam jangka waktu 11 (sebelas) tahun yaitu tahun 2004 sapai 2014
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 6 : Realisasi Pajak Daerah Tahun 2004-2014
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi (Rp) 7,837,546,787 7,085,891,785 9,836,299,528.00 10,191,535,467.00 12,070,898,846.00 14,108,451,478.00 16,541,249,955.00 35,068,591,776.00 51,768,352,231.00 83,232,017,500.00 99,558,470,705.00
Sumber : BPKAD Kabupaten Bantul
2. Realisasi Retribusi Daerah Data realisasi Retribusi Daerah dalam jangka waktu 11 (sebelas) tahun, yaitu tahun 2004 sampai 2014 Tabel 7 : Total Realisasi Retribusi Daerah 2004-2014
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi (Rp) 23,800,473,870 19,186,122,251 22,451,031,417 30,808,408,803 37,169,638,611 58,205,951,445 15,978,422,097 17,798,603,458 20,595,098,751 27,116,286,436 26,004,713,221
Sumber : BPKAD Kabupaten bantul
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Realisasi Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Data realisasi hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dalam jangka waktu 11 (sebelas) tahun yaitu 2004 sampai 2014 Tabel 8 Total realisasi hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi (Rp) 2,912,785,812 3,075,748,742 2,579,134,676 3,014,646,125 3,449,914,968 7,512,838,194 7,424,932,057 7,290,930,553 8,184,263,102 9,508,075,666 12,643,382,252
Sumber ; BPKAD Kabupaten Bantul
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Realisasi Lain-lain PAD Data total realisasi lain-lain PAD dalam jangka waktu 11 (sebelas) tahun yaitu 2004 sampai 2014 Tabel 9 Total Realisasi Lain-lain PAD Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi (Rp) 3,279,981,193 1,430,057,396 9,181,932,397 13,215,136,097 17,697,075,383 8,864,121,571 41,702,235,183 68,738,330,385 86,050,063,944 104,341,477,840 219,065,263,545
Sumber : BPKAD Kabupaten Bantul
5. Realisasi Belanja Daerah Data realisasi belanja daerah dalam jangka waktu 11 (sebelas) tahun yaitu tahun 2004 sampai 2014
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 10 Total Realisasi Belanja Daerah
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi (Rp) 417,798,100 396,426,760 629,980,742,020 676,835,481,623 1,045,423,303,527 903,767,000,429 1,012,356,847,235 1,151,885,952,327 1,282,878,383,396 1,387,719,170,740 1,700,351,278,809
Sumber : BPKAD Kabupaten Bantul
B. Analisis Data Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tarans formasi data logaritma natural, pada uji yang dilakukan semua data yang digunakan dilog sebelum dilakukan pengujian dikarenakan data yang tidak normal jika tidak di log. 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode kolmogorov smirnov.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengujian dengan kolmogorov smirnov digunakan untuk melihat angka yang lebih detail apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Uji Kolmogorov Smirnov dengan tingkat nilai signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
11
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
.0000000
Std. Deviation
.03980542
Absolute
.147
Positive
.147
Negative
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
.488
Asymp. Sig. (2-tailed)
.971
a.
Test distribution is Normal.
Sumber data diolah
Berdasarkan
tabel
One-Sample
Kologorov-Smirnov.
Data
berdistribusi normal karena mempunyai nilai signifikan lebih besar daripada 0,05 yaitu 0,906
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui variance inflation factor (VIF). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIFnya. Jika nilai variance inflation factor (VIF) > 10 dan tolerance
< 0.10 maka
terjadi
multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 12 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.102
9.844
.941
1.062
.206
4.851
.148
6.776
Sumber data diolah
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil pengujuan tabel di atas didapatkan hasil uji nilai VIF
dibawah
10,0
maka
dapat
disimpulkan
tidak
terjadi
multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka digunakan uji Durbin-Watson (D-W). Uji DW dilakukan dengan cara membandingkan nilai DW dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 11 (sebelas) dan jumlah variabel independen 4 (empat). Hasil pengujian terhadap autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 14 Hasil Uji Run Test
Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
-.00266
Cases < Test Value
5
Cases >= Test Value
6
Total Cases
11
Number of Runs
7
Z
.029
Asymp. Sig. (2-tailed)
.977
a. Median
Sumber data diolah
Hasil tabel Run Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2tailed) 0,977 > 0,05. Dari hasil Run Test dikatakan bahwa model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual atau pengamatan ke pengamatan lain berbeda, hal itu disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
grafik
Scatterplot.
Hasil
pengujian
terjadi
tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini.
Gambar 3 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil grafik scatterplot, terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar ke atas dan ke bawah 0 pada sumbu Y, dengan demikian dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis ini menggunakan bantuan program bernama Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0 for windows. Analisis regresi linier
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berganda menggunakan empat variabel independen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lainlain PAD terhadap belanja daerah. Y= α + β1x1 + β2x2 + β3x3+ β4x4+ e Tabel 15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Standardize
D Model 1
a r i
h
(Constan t)
Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error Beta
T
Sig.
4.869
1.261
3.863 .008
Tolerance VIF
LOG_X1 -.096
.123
-.188
-.781 .464 .102
9.844
LOG_X2 .267
.105
.201
2.550 .043 .941
1.062
LOG_X3 .237
.143
.278
1.649 .150 .206
4.851
LOG_X4 .288
.063
.918
4.607 .004 .148
6.776
a. Dependent Variable: LOG_Y
a
hasil output model coefficients di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Belanja Daerah = 4,869 - 0.096PD + 0.267RD + 0.237HPKDP + 0.288LLPAD
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan empat variabel independen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolahaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD. a. Uji Koefesien Determinasi Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen. Uji koefisien determinasi dengan melihat nilai R2 (Adjusted R Square), semakin besar nilai R2 maka akan semakin baik model regresi dengan data yang ada. Hasil pengujian koefesien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 16 Hasil Uji Koefesien Determinasi Model Summaryb
Std. Model
R
1
.982
a
Error
R Square
Adjusted R Square
Estimate
.965
.941
.05139
Sumber data diolah
Dari hasil output model summary di dapat nilai R2 (Adjusted R Square) adalah 0,941. Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolahaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh terhadap belanja daerah sebesar 94,1%
90
of
the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan 5,9% dipengaruh oleh faktor lain yang tidak terdeteksi atau tidak diteliti dalam penelitian. b. Uji F Uji F (Uji Signifikan Simultan) digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan dengan menggunakan hasil F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan α = 0,05. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 17 Hasil Uji F
b
ANOVA
Sum Model 1
Squares
of
Mean df
Square
F
Sig.
Regression .435
4
.109
41.208
.000
Residual
.016
6
.003
Total
.451
10
a
a. Predictors: (Constant), LOG_X4, LOG_X2, LOG_X3, LOG_X1 b. Dependent Variable: LOG_Y
Sumber data diolah Dari hasil uji f (ANNOVA) didapatkan nilai FHitung > F
tabel
yaitu
41.208 > 4.53 dengan nilai signfikan sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD berpengaruh secara signifikan c. Uji t Uji t digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan hasil t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan α = 0,05 dengan kriteria: t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima Tabel 18 Hasil Uji t T
Coefficients
a b
Model 1e
l
H
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
3.863
.008
(Constant) 4.869
1.261
LOG_X1
-.096
.123
-.188
-.781
.464
LOG_X2
.267
.105
.201
2.550
.043
LOG_X3
.237
.143
.278
1.649
.150
LOG_X4
.288
.063
.918
4.607
.004
a. Dependent Variable: LOG_Y
Sumber data diolah
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji Hipotesis 1) Hipotesis pertama adalah pajak daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. Nilai t hitung adalah -0,781dan nilai t tabel adalah 1.81246 dengan α = 0,05 (dua sisi). Hal ini menunjukan bahwa thitung < ttabel yaitu - 0,781 < - 1.81246, nilai t bertanda negatif menunjukkan bahwa pajak daerah (X1) tidak memiliki pengaruh dengan belanja daerah (Y). pajak daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis pertama yaitu pajak daerah berpengaruh terhadap belanja daerah Kabupaten Bantul ditolak. Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah 2) Hipotesis kedua adalah retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. Nilai t hitung adalah 2.550 dan nilai t tabel adalah 1.81246 dengan α = 0,05 (dua sisi). Hali ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel yaitu 2.550 > 1.81246, nilai t bertanda positif menunjukkan bahwa retribusi daerah (X2) mempunyai pengaruh yang searah dengan belanja daerah (Y).
Retribusi daerah
berpengaruh seignifikan terhadap belanja daerah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis kedua yaitu retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten Bantul diterima. Retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Hipotesis ketiga adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh terhadap belanja daerah. Nilai t hitung adalah 1.649 dan t tabel adalah 1.81246, dengan α = 0,05 (dua sisi). Hal ini menunjukan bahwa thitung < ttabel yaitu 1.649 < 1.81246, nilai t bertanda negatif menunjukan bahwa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (X3) tidak mempunyai pengaruh dengan belanja daerah (Y). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Hasil tersebut meunjukkan bahwa hipotesis ketiga yaitu hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpengaruh terhadap belanja daerah ditolak. Hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. 4)
Hipotesis keempat adalah lain-lain PAD berpengaruh terhadap belanja daerah. Nilai t hitung 4,607 dan nilai t tabel adalah 1.81246 α = 0,05 (dua sisi). Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 4.607 > 1.81246, nilai t bertanda positif menunjukan bahwa lain-lain PAD (X4) mempunyai pengaruh yang searah dengan belanja daerah (Y). Lain-lain PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis keempat yaitu lainlain PAD berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten Bantul diterima. Lain-lain PAD berpengaruh terhadap belanja daerah. C. Pembahasan Penelitian ini menggunakan pengujian asumsi klasik, analisi regresi linier berganda, dan pengujian hipotesis untuk menguji pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadpa belanja daerah. Ada lima variabel yang diuju, yaitu belanja daerah sebagai variabel dependen. Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD sebagai variabel independen. Dari pengujian asumsi klasik, diketahui bahwa syarat-syarat pengujian asumsi klasik telah terpenuhi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut terdistribusi
secara
normal,
tidak
mengandung
multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pada uji multikoliniearitas keempat variabel dependen dapat masuk model regresi, dan keempat hipotesis dapat diuji. Pada pengujian hipotesis diketahui bahwa terdapat pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolahaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap belanja daerah sebesar 94.1%,kemudian pada uji F didapatkan hasil bahwa semua variabel bebas berpengaruh secara bersamasama terhadap variabel terikat.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Belanja Daerah. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Hasil perhitungan didapatkan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pajak daerah memiliki hubungan negatif terhadap belanja daerah oleh Mamonto dkk (2014) yang menyimpulkan secara parsial variabel pajak daerah tidak memiliki pengaruh terhadap belanja daerah Kabupaten Bolaang Mongondow dan Putteri (2014) yang menyimpulkan secara simultan variabel pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah kota Bandung . Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Friedman yang menyatakan bahwa kenaikan dalam pajak akan meningkatkan belanja daerah. 2. Pengaruh Retribusi daerah terhadap Belanja Daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan (UU No 28 Pasal 1 ayat 10 Tahun 2009). Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. Peningkatan retribusi daerah akan meningkatkan belanja daerah. Antara lain retribusi daerah adalah retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan, retribusi pelayanan pasar, retribusi 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
palayanan parkir pinggir jalan. Dari retribusi yang didapat akan menambah pendapatan asli daerah Kabupaten Bantul dan ketika Pendapat Asli Daerah meningkat maka akan meningkatkan belanja daerah yang akan berdampak pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa retribusi daerah memilik pengaruh positif terhadap belanja daerah oleh Panggabean (2009) yang menyimpulkan bahwa retribusi daerah secara simultan berpengaruh positif terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba Samosir, Sarwono (2012) menyimpulkan bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah Se Kabupaten Indonesia dan Pakpahan (2009) yang menyimpulkan bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. 3. Pengaruh Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap Belanja Daerah. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dispisahkan adalah bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga.(UU No 32 Pasal 157 huruf a angka (3) Tahun 2001). Hasil penelitian mendapatkan bahwa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh terhadap belanja daerah, dan peningkatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. 4. Pengaruh Lain-lain PAD terhadap Belanja Daerah Undang-undang nomor 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerim 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Beberapa macam pendapatan asli daerah yang berasal dari Lain-lain PAD yaitu Pendapatan dari bantuan langsung untuk daerah kesehatan, Pendapatan dari ASKES, Pendapatan premi asuransi, Pendapatan sewa lain-lain, Pendapatan dinas, Pendapatan denda reribusi, meningkatkanya pendapatan dari lain-lain pad akan meningkatkan pendapatan asli daerah. Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa lain-lain PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah, peningkatan lain-lain PAD akan meningkatkan Belanja Daerah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Panggabean Hendri Edison H. (2009), dimana lain-lain PAD berpengaruh positif terhadap belanja daerah.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD terhadap belanja daerah maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Hasil tidak mendukung hipotesis pertama yang peneliti dibuat yaitu pajak daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di kabupaten bantul, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurang efesiennya sistem pemungutan pajak didaerah bantul, kurangnya pemungutan dari sektorsektor pajak lain di Kabupaten Bantul maupun kurang sadarnya peran masyarakat dalam membayar pungutan pajak. 2. Retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hipotesis yang dibuat oleh peneliti yaitu bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten Bantul, hal ini menunjukan dalam hal pemungutan retribusi di daerah sudah mencukupi dalam menyokong Belanja Daerah Bantul. 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Hasil tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat oleh penulis yaitu hasil pengelolaan kekayaan daerah dipisahkan
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten Bantul, ini bisa saja disebabkan oleh belum maksimalnya pemerintah Kabupaten Bantul dalam memanfaatkan pendapatan daerah dari sektor ini. 4. Lain-lain PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat oleh peniliti bahwa lain-lain PAD akan berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten Bantul, hal ini disebabkan masih tingginya bantuan dari pemerintah pusat untuk pengembangan daerah Bantul .
B. Keterbatasan Penelitian 1. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD. Peneliti belum menguji variabel bebas lain yang mungkin berpengaruh terhadap belanja daerah.
C. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten Bantul diharapkan dapat mengelola lagi pendapatan dari sektor pajak daerah dimana sektor ini seharusnya dapat berkontribusi lebih besar. Dengan penyuluhan sadar pajak ke masyarakat
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
, meningkatkan pelayanaan dalam sektor pajak serta menggali lagi potensi pajak daerah di Kabupaten Bantul. 2. Pemerintah Kabupaten Bantul diharapkan dapat menggunakan dengan sebaik-baiknya penerimaan pendapatan yang berasal dari pendapatan asli daerah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat. 3. Peneliti selanjutnya agar dapat menambah luas variabel bebas diluar PAD karena PAD bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi belanja daerah masih ada pendapatan daerah dan lain-lain pendapatan yang disahkan.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Arwati, Dini dan Hadiati, Novita, 2013, “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pegalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat “, Universitas Widiyatama, Bandung. Badan Litbang Depdagri Republik Indonesia. 1991. Pengukuran Kemampuan Daerah Tingkat 2 dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Nyata dan Bertanggung Jawab, Jakarta. Devas, Nick, dkk, 1989, “Keuangan Pemrintah Daerah di Indonesia”, UI-Press, Jakarta Davey,K.J, 1998 “Pembiayaan Pemerintah Daerah”, UI Press, Jakarta.
Depertemen Dalam Negeri. 1999. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta Depertemen Dalam Negeri. 2000. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, Jakarta. D.J. Mamesah, 1995 “ Sistem Administrasi Keuangan Daerah “, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Halim,
Abdul.2001 “Pendapatan Asli Daerah”. http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/12/pengertian-pendapatan-aslidaerah-pad.html , diakses tanggal 12 November 2014
Mamonto, Sandry Yossi, J.B. Kalangi dan Krest D. Tolosang, 2014, “ Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal “, Universitas Sam Ratulangi, Manado. M. Supramoko, 1997. “ Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek”, BPFE, Jakarta.
Mardiasmo, 2000, “ Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah Untuk Menyongsong Pelaksanaa Otonomi Daerah 2001 “ Makalah Seminar HIMMEP, Yogyakarta.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mardiasmo. 2002, “ Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah “,Peneribit ANDI,Yogyakarta Musgrave, Richard dan Peggy B, 1993 “ Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek”, Peneribit Erlangga, Jakarta. Pakpahan, Ronald, 2009 “ Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatra Utara “, Universitas Sumatra Utara, Medan Panggabean, Henri Edison H. 2009 “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah “, Universitas Sumatra Utara, Medan. Putteri, Laura Mustika dan Suzan Leny, 2014, “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal”, Universitas Telkom, Bandung. PP Nomor 65 dan 66 Tahun 2001 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sarwono, Edy, 2012, “ Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Lainnya Yang Sah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten Se Indonesia tahun anggaran 2010-2011, Universitas Dian Nuswantoro. Spillane, James J., 2008, “ Metodologi Penelitian Bisnis “ Yogyakarta.
Situs Resmi Kabupaten Bantul, 2015. http://www.bantul.go.id
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah .
Undang-undang Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Undang-undang Nomor 34 Tahun2000 yang merupakan peyempurnaan dari UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Zain, Mohammad , “ Manajemen Perpajakan Edisi 3” Salemba Empat Jakarta.
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
A. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
11
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.03980542
Absolute
.147
Positive
.147
Negative
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
.488
Asymp. Sig. (2-tailed)
.971
a. Test distribution is Normal.
B. Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.102
9.844
.941
1.062
.206
4.851
.148
6.776
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Uji Autokorelasi (Menggunakan Run Test)
Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
-.00266
Cases < Test Value
5
Cases >= Test Value
6
Total Cases Number of Runs
11 7
Z
.029
Asymp. Sig. (2-tailed)
.977
a. Median
Hasil tabel Run Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,977 > 0,05 D. Uji Heteroskedastisitas
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Uji F
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
.435
4
.109
Residual
.016
6
.003
Total
.451
10
Sig.
41.208
.000
a
a. Predictors: (Constant), LOG_X4, LOG_X2, LOG_X3, LOG_X1 b. Dependent Variable: LOG_Y
F. Uji T
Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
4.869
1.261
LOG_X1
-.096
.123
LOG_X2
.267
LOG_X3 LOG_X4
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
3.863
.008
-.188
-.781
.464
.102
9.844
.105
.201
2.550
.043
.941
1.062
.237
.143
.278
1.649
.150
.206
4.851
.288
.063
.918
4.607
.004
.148
6.776
a. Dependent Variable: LOG_Y
107