PENERAPAN MODEL ROUND TABLE DALAM MENDESKRIPSIKAN BENDA DI SEKITAR PADA SISWA KELAS II SDN 20 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
Ratnarti Pahrun, Salma Halidu, Meilan Abdullah 1 ABSTRAK Meilan Abdullah,2014. NIM. 151 409 399.“Penerapan Model Round Table Dalam Mendeskripsikan Benda Disekitar Pada Siswa Kelas II SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo Skripsi, Gorontalo, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Program S1 PGSD, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I: Dra. Ratnarti Pahrun, M.Pd, Pembimbing II: Dra. Hj. Salma Halidu, S.Pd, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penerapan Model Round Table Dalam Mendeskripsikan Benda Di Sekitar Pada Siswa Kelas II SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo?.Adapun Tujuan penelitian ini adalah melalui penerapan model round tablepemahaman siswa Kelas II SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo dalam mendeskripsikan benda di sekitar akan di tingkatkan. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan materi yang diteliti mendeskripsikan benda di sekitar.Dari hasil data angket pengamatan dan angket wawancara yang dilakukan menunjukkanbahwa penerapan model round table dalam mendeskripsikan benda di sekitar memberikan dampak posotif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model round table dalam mendeskripsikan benda di sekitar pada siswa kelas II SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo berhasil. Kata Kunci : model round table, mendeskripsikan benda di sekitar
1
Dra, Ratnarti Pahrun, M.Pd Selaku dosen pada Jurusan Pendiidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan : Dra. Hj. Salma Halidu, S.Pd, M.Pd: Meilan Abdullah Mahasiswa Jurusan Pendiidkan Guru Sekolah Dasar
Kendala yang dihadapi di SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo adalah siswa takut apabila guru menyuruh maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan benda di sekitar. Itu terjadi karena siswa belum memiliki kemampuan dan belum memahami dengan benar bagaimana mendeskripsikan benda di sekitar. Seorang guru diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan benda di sekitar, sehingga siswa tidak merasa takut mendeskripsikan benda di sekitar di depan kelas. Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
penulis
mengidentifikasi
permasalahandalam penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan siswa kelas II SDN 20 Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dalam mendeskripsikan benda di sekitar dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:Kurangnya konsentrasi siswa dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, teknik pembelajaran yang dipilih kurang menarik bagi siswa. Dari uraian identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi fokus permasalahan pada penelitian tindakan kelas yaitu “Bagaimanakah penerapan model round table dalam mendeskripsikan benda di sekitar pada siswa kelas II di SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo ?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model round tablepemahaman siswa II SDN 20 Limboto Kabupaten Gorontalo dalam mendeskripsikan benda disekitar. Manfaat hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai pihak secara teoretis maupun secara praktis diantaranya sebagai berikut : Manfaat Teoretis, manfaat praktis.
Kajian Pustaka Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. (Depdikbud, 2005:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Sementara Tarigan (2008:15), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Menurut Agus (2009:1) berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, (Santosa, 2010 : 252). Saluran untuk memindahkan adalah udara. Selanjutnya simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator. Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (homo homine socius) agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan Kenner Zimmer (Alimudin, 2009 : 2) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan, swasta, juga pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli. Demikian halnya pendidik, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya. Seorang siswa bila dalam tahap dasar sudah mampu mendeksripsikan benda di sekitarnya dengan baik dan benar bukan hal yang mustahil siswa tersebut kelak akan
tidak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, melaporkan, sesuatu hal kepada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan suatu proses, mendeskripsikan suatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan. Agar pendengar memahami dan mengerti apa maksud yang disampaikannya, setidaknya perlu memiliki keterampilan berbicara yang cukup baik, sehingga apa yang dilakukan / diberikan pendengar sesuai dengan apa yang kita harapkan.Tarigan (2008:78) mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Tujuan keterampilan berbicara mencakup beberapa hal, yaitu : 1) fasih berbicara, 2)
Kejelasan berbicara, 3)
Mudah dan lancar atau
Bertanggung jawab, 4) Membentuk
pendengar yang kritis.Tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau penerima informasi. Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa manfaat berbicara ialah 1) untuk memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidak secara otomatis
dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan megasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada. Deskripsi adalah karya yang menggambarkan / memaparkan rincian atau detail tentang suatu objek, dan akan membuat imajinasi dan sensitifitas pembaca atau pendengar seperti melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek dan peristiwa tersebut. Suatu deskripsi yang baik adalah gambaran yang disampaikan sesuai dengan keadaan sebenarnya, oleh karena ini untuk mendeskripsikan sebuah obyek, maka orang yang mendeskripsikan harus benar-benar memahami obyek yang dideskripsikannya. Salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas II SD mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah kemampuan berbicara. Kemampuan tersebut diasah melalui kegiatan mendeskripsikan benda di sekitar. Untuk tingkatan kelas rendah pembelajaran diintegrasikan dengan lingkungan sekitar siswa. Hal tersebut bertujuan agar anak dengan mudah mengingat dan mengeksplor apa saja yang ada di likngkungannya. Kegiatan mendeksripsikan benda di sekitar akan mampu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara sebab dari kegiatan tersebut siswa melakukan integrasi dengan lingkungan yang tidak asing lagi bagi dirinya, sebab melalui kegiatan mendeskripsikan benda di sekitar siswa akan terbiasa berbicara seperti bermain tebak-tebakan tentang suatu objek dengan temannya dan juga melatih siswa untuk menuangkan ide-ide yang baru. Kegiatan mendeskripsikan benda merupakan kegiatan yang mengasah keterampilan berbicara siswa. Keterampilan berbicara ini amat berkorelasi dengan keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan yang saling berkaitan dengan lambing bunyi bahasa. Bila kita menyampaikan gagasan secara lisan, informasi disampaikan melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan bila kita menyimak
gagasan atau informasi. melalui ucapan atau suara juga sebagai medianya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan benda menurut Adiwarno (2010:11) adalah : (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan. Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru di dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif bertitik tolak pada pandangan Jhon Dewey dan Herbert Thelen yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat demokrasi seyogyanya mengajarkan proses demokrasi secara langsung. Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan Thelen sebagai laboratorium untuk mengenbangkan tingkah laku demokratis. Menurut Trianto (2007 :45). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning), merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Menurut Salvin (Wardani, 2006:2) “belajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang dengan struktur kelompok heterogen. Pengelompokkan heterogenitas merupakan ciri menonjol metode pembelajaran kooperatif. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah belajar kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran kooperatif didesain utnuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil. Praja (2009:27) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan pendekatan pembelajaran yang berhasil mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai model pembelajaran kooperatif maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa memperoleh informasi dan pengetahuan serta mampu menyusun sendiri konsep dari berbagai fakta. Dengan memfungsikan otak sebagai alat berfikir lebih berimbang dan lebih menekankan pada kemampuan apa yang perlu dimiliki siswa dengan cara belajar kelompok yang di dalamnya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok yang heterogen yaitu: Syarat pembelajaran round table, keunggulan round table, langkah-langkah pemblajaran round table. Memberikan gambaran mengenai langkah-langkah pembelajaran Round Table dalam fase-fase berikut ini : Fase tingkah laku guru, fase penyajian informasi, fase pengorganisasian, fase pembimbingan,fase evaluasi, fase terakhir. Pembelajaran bahasa Indoensia di tingkat sekolah dasar pada umumnya mengasah empat keterampilan siswa yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan yang diajarkan di kelas II SDN 20 Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo adalah keterampilan berbicara. Pada keterampilan ini siswa dituntut untuk dapat mendeksripsikan benda di sekitarnya dengan baik. Berdasarkan fakta yang ditemui sebelumnya bahwa pada materi ini siswa pemahamannya masih sangat kurang. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mendeskripsikan benda maka diterapkanlah model pembelajaran kooperatif round table. Pembelajaran kooperatif round table bukan hanya mengasah kemampuan siswa untuk dapat memahami materi tetapi juga ada pengembangan nilai karakter yaitu nilai kerja sama, tanggung jawab, jujur, tekun serta disiplin. Di dalam kelompok pembelajaran nanti siswa akan saling membina komunikasi mereka serta kerja sama yang baik. Mereka akan memiliki tanggung jawab yang tinggi, baik
tanggung jawab kelompok maupun tanggung jawab individual. Dengan demikian melalui pembelajaran koperatif round table siswa akan lebih aktif dalam belajar
serta akan lebih
terpusat perhatiannya. Bila hal ini akan tercapai maka dalam pembelajaran mendeskripsikan benda di sekitar pemahaman siswa jadi meningkat. Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara, kebanyakan penelitian tersebut merupakan
penelitian
tindakan
kelas.
Pembelajaran
keterampilan
berbicara
perlu
mendapatkan perhatian karena keterampilan ini sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari, melalui keterampilan berbicaralah pertama kali kita berkomunikasi dengan orang lain. Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan-tulisan hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian ini sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya :
Ika Fitrikuslina Dewi , 2011.
Meningkatkan keterampilan berbicara dalam mendeskripsikan benda melalui metode role playing pada siswa kelas II SDN Turi 01 Kodya Blitar. Dibimbimbing oleh: Suhel Madyono selaku pembimbing I dan Sri Nuryati sebagai pembimbing II. Dalam penelitian ini keterampilan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda mengalami peningkatan sebagaimana hasil yang diperoleh pada tahap pratindakan rata-rata nilai siswa 71,71%, pada siklus I naik menjadi 86,64% dan pada siklus II naik menjadi 94,10%. Eka Agustina, 2011. Penggunaan media gambar dan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda pada siswa kelas 2 SDN Pagentan 01 Singosari Kabupaten Malang. Penelitian ini dibimbing oleh: Musa Sukardi sebagai pembimbing I dan Suhel Madyono sebagai pembimbing II. Dalam penelitian ini kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan sesuai dengan hasil yang telah dicapai yaitu pada siklus I meningkat menjadi 52% dari hasil observasi 36%. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 61% dari tetapan indikator 60%. Hidayah (2002), membuat skripsi yang diberi judul Peningkatan
Keterampilan Berbicara dengan Teknik Reka Cerita Gambar pada Siswa Kelas I C MA AlAsror Patemon Gunungpati, Semarang. Nur Hidayah menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa terjadi perbedaan hasil antara siklus I dan siklus II sebesar 9,15 dan terbukti bahwa teknik reka cerita gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Beberapa penelitian tersebut merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang saya lakukan sebab ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas keterampilan berbicara dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda, dengan demikian penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang saya lakukan. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 20 Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dengan guru sejumlah 10 orang yang terdiri dari 7 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 4 orang Guru Tidak Tetap (GTT) yang diperbantukan di sekolah. Sedangkan jumlah siswa keseluruhan di SDN 20 Limboto adalah 238 orang. SDN 20 Limboto sengaja dipilih sebagai lokasi untuk pelaksanaan penelitian dengan beberapa yaitu:sekolah tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti, peneliti sampai saat ini bekerja di sekolah tersebut dan tercatat sebagai salah seorang guru yang diperbantukan di sekolah tersebut dengan status GTT, Peneliti telah kenal baik dengan seluruh stockholder di sekolah tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian penelitian tindakan kelas.Kehadiran peneliti adalah sebagai instrumen kunci sekaligus pengumpul data sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.yaitu : Data,Sumber Data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui : observasi,wawancara dan dokumnetasi, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus di dalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Tahap tahap penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terkahir
penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap tahap penelitian tersebut adalah:Penelitian Pendahuluan, Pengembangan disain. Penelitian sebenarnnya, Tahap penulisan laporan penelitian
Hasil Penelitian Berdasarkan temuan ini baik temuan untuk guru maupun siswa terdapat hubungan antara teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif melatih siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil untuk bekerja sama dengan siswa yang lain dalam menyelesaikan tugasnya. Wawancara dilaksanakan setelah proses belajar mengajar di kelas selesai untuk mengetahui sejauhmana penerapan model round table dalam mendeskripsikan benda di sekitar pada siswa kelas II. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan guru mengenai penerapan model round table dalam mendeskripsikan benda di sekitar. Wawancara dilaksanakan pada hari kamis 23 Mei 2013 jam 10.10 wita. Pertanyaan
pertama, “Apakah siswa senang dengan pembelajaran
mendeskripsikan benda di sekitar? ”Rata-rata siswa saat kegiatan belajar mengajar mereka menunjukkan perasaan senang dan gembira, mereka
juga sangat antusias saat saya
memberikan pelajaran apa saja”. Pertanyaan kedua,“Bagaimanakah kemampuan dan hasil belajar siswa pada saat pembelajaran bahasa indonesia khususnya mendeskripsikan benda di sekitar?” “Untuk materi mendeskripsikan benda di sekitar kemampuan siswa masih agak kurang karena dari hasil belajar mereka masih sangat rendah dan dibawah KKM yang saya sudah tentukan”.Pertanyaan ketiga, “Apa saja upaya yang sudah Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan benda tersebut ?”“Saya sudah mencoba
menjelaskan
materi
secara
berulang-ulang,
kemudian
menyuruh
siswa
mengerjakan soal-soal latihan namun hal tersebut masih belum membuahkan hasil yang maksimal”. Pertanyaan keempat, “Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor yang menghambat siswa sampai mereka tidak mampu mendeskripsikan benda disekitar?” “Yang paling utama
menurut saya dari siswa itu sendiri dimana mereka tidak memperhatikan penjelasan guru dengan seksama misalnya saja saat pembelajaran ada yang hanya bermain, ada yang melamun ada yang hanya mengganggu teman. Kemudian kalau dari kami sebagai guru penghambatnya mungkin dari segi kesiapan alat peraga atau media pembelajaran”. Pertanyaan kelima, “Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi faktor penghambat ini ?” “Ya..sebisa mungkin saya menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran saat menjelaskan materi”.Pertanyaan keenam, “Apa saja upaya-upaya yang bapak/Ibu lakukan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan benda di sekitar?” “Saya berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai kelas saat pembelajaran dan mencoba model pembelajaran kooperatif round table, kemudian mengajak siswa untuk bercerita tentang benda-benda favorit yang mereka cintai, kemudian saya tanya seperti apa bendabenda tersebut. Dengan harapan mereka akan punya kemampuan dalam mendeskripsikan benda di sekitar”. Pertanyaan ketujuh, “Bagaimana hasil capaian siswa setelah Bapak/Ibu melakukan upaya-upaya ini ?” “Untuk saat ini hasil belajar siswa mengalami perkembangan. Ada beberapa siswa yang nilainya meningkat dari nilai yang saat saya mengajar tidak menggunakan apa-apa”. Perolehan nilai di atas 70 sebanyak 16 siswa dengan presentase 80%. Perolehan ini sudah di atas rata-rata ketuntasan yang saya terapkan yakni 70. Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa dari 9 orang siswa laki-laki 7 orang dinyatakan tuntas atau dengan prosentase 35% dan 2 orang atau 10% yang tidak tuntas sedangkan untuk siswa perempuan dari jumlah 11 oang tercatat 9 orang siswa tuntas dengan persentase 45% dan 2 orang atau 10% tidak tuntas, sehingga jika diakumulasikan jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang tuntas berjumlah 16 orang atau dengan persentase 80% sedangkan yang tidak tuntas berjumlah 4 orang atau 20 %. Setelah mengadakan wawancara dan mengumpulkan data tentang kegiatan guru selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk memperoleh informasi. Berikut ini adalah hasil wawancara tersebut.
Wawancara siswa dilaksanakan pada hari kamis 23 Mei 2013 dari pukul 10.00 s/d 10.30 wita.Siswa pertama An. Adrian Putra MayuluPertanyaan pertama, “Apakah anda senang belajar Bahasa Indonesia tentang materi mendeskripsikan benda di sekitar dengan menggunakan model round table ?“ senang.”Pertanyaan kedua, “Apakah model Round Table dapat membantu anda mengembangkan kemampuan mendeskripsikan benda di sekitar ? “sangat
membantu”Pertanyaan
ketiga,
“Apakah
kepercayaan
diri
kamu
dalam
mendeskripsikan benda di sekitar dapat bertambah/muncul setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Round Table?”sangat bertambah”. Pertanyaan keempat, “Apakah dengan mempraktekkan model Round Table dapat memudahkan anda dalam mendeskripsikan benda di sekitar ??”“sangat memudahkan”. Pertanyaan kelima, Apakah kamu senang belajar mendeksripsikan benda di sekitar dalam bentuk kelompok round table ?”“sangat senang”.Pertanyaan keenam, “Apakah kamu senang belajar mendeskripsikan benda di depan kelas ? ““sangat senang”.Pertanyaan ketujuh, “Apakah kamu senang belajar mendeskripsikan benda di sekitar dengan model round table bersama teman ?”“Sangat senang” Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan di SDN 20 Limboto bahwa dengan penerapan model round table kemampuan siswa sangat terlihat mengalami perubahan dalam mendeskripsikan benda di sekitar. Pada penelitian ini guru yang diteliti menerapkan model round table sehingga siswa dapat mengeksplorasikan dirinya dalam belajar, bekerja kelompok dalam kelompok kecil yang heterogen dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga pemahaman siswa tidak mengambangdan hasil belajar siswapun mengalami perubahan. Perubahan ini jelas terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung. Walaupun siswa kelas II adalah siswa yang masih belajar dalam taraf permulaan namun melalui penerapan model round tablesangat membantu siswa untuk mampu mendeskripsikan benda di sekitar melalui berbagai soal-soal latihan yang diberikan guru dengan didahului penjelasan
umum dari guru tentang materi mendeskripsikan benda di sekitar. Dengan penerapan model round tablesiswa menjadi antusias dalam belajar dan mengerjakan soal latihan. Penerapan pembelajaran kooperatif sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar sebab sangat mendukung dan menunjang proses belajar mengajar sehingga siswa mampu mendeskripsikan benda di sekitar. Simpulan dan saran Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya peneliti merumuskan kesimpulan bahwa penerapan model round table dalam mendeskripsikan benda di sekitar mampu memberikan pengalaman berharga bagi siswa serta berdampak posotif dalam peningkatan hasil belajar mereka. Hal ini dapat dilihat dari hasil capaian siswa setelah penerapan model round table dari jumlah subyek 20 orang 16 orang atau 80% memperoleh nilai 70 ke atas. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka peneliti dapat memberikan saran debagai berikut: Bagi guru diharapkan dapat dijadikan umpan balik yang mendorong dan merangsang kreatifitas mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga ditemukan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mendeskripsikan benda. Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mendeskripsikan benda disekitar secara lisan mata pelajaran bahasa Indonesia. Bagi sekolah terkait diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi yang penting guna perbaikan kurikulum pada kompetensi untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pengetahuan dan pengalaman langsung dalam mengambil langkah yang tepat untuk menerapkan model round table dalam mendeksripsikan benda di sekitar.
Daftar Pustaka
Alimudin, Yulia. 2009. Pembelajaran menulis. Jakarta : Prenhalindo
Aritonang, Keke. 2011. Hakekat dan Kedudukan Pembelajaran.Jakarta : Pelita Ilmu Depdikbud. 2001/2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Depdikbud. 2005. Program Akta Mengajar V-B Komponen Bidang Studi Bahasa Indonesia: Buku II Modul Keterampilan Berbicara dan Pengajarannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineke Cipta Emiliani, Sri. 2007. Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Tentang Konsep Keanekaragaman Hayati Melalui Lembar Kerja Rumah (LKR) di Madrasah Aliyah. Tesis, PPS Bandung UPI:Tidak diterbitkan Goodman, K. 2006. What’s whole language? Portsmouth. NH:Heinemann Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika.Bandung:Alfabeta Maleong, Jhon Lexy. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosdakarya Munggaranti, Asri, Niene. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe Bercabang dalam Pembelajaran MAtematika Terhadap kemapuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. FPMIPA. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Nasar. 2009. Peranan Motivasi dan kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta : Delia Press. Praja, E. 2009. Pembelajaran Keterampilan Proses Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Siswa Sekolah Dasar. Tesis Pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan Ruseffendi, E.T. 1998. Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Bandung : Rosdakarya Santosa, Puji, dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Universitas Terbuka. Solchan, T.W, dkk. 2001. Hakikat Pendekatan, Prosedur dan Strategi Pembelajran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Komunikatif dan Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia (Modul UT). Jakarta:Pusat Penerbitan UT Sudrajat, Ahmad. 2008. Teori-Teori Motivasi Belajar. Jakarta : Cahaya Ilmu
Sugiyono, 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.