PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Posisi kota Depok mendorong pembangunan di kota Depok menjadi penting sebagai kota penyangga Kota Jakarta yang saat ini telah menjadi kota megapolitan dengan konsep pengembangan kota meliputi Jabodetabek-Punjur. Sebagai kota penyangga, Depok hams mampu memberikan dukungan terhadap perkembangan kota Jakarta, baik sebagai penyeimbang lingkungan maupun penyedia pelayanan yang lain seperti sarana pemukiman. Lahan yang terbatas di Kota Jakarta membuat daerah sekitar Jakarta menjadi sasaran perluasan terutama untuk pemukiman para penduduk yang bekerja di Jakarta.
Akibatnya,
perkembangan Kota Depok menjadi sangat pesat karena letaknya yang berhimpitan dengan Jakarta. Sejak awal perkembangan Kota Depok tidak direncanakan sebagai kota yang mandiri, tetapi lebih kepada penyediaan pemukiman bagi orang-orang yang bekerja di Jakarta dengan pembangunan perumahan secara besar-besaran oleh Perum Perumnas. Sehingga jumlah penglaju ke Jakarta menjadi cukup besar, karena Depok kurang menyediakan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kota Depok memiliki karakteristik campuran antara sifat perkotaan yang ditandai dengan berkembangnya kegiatan jasa, perdagangan, industri dan pemukiman yang padat di beberapa tempat dan pedesaan dengan dominasi kegiatan pertanian dan perkampungan yang terpencar.
Hal ini tentunya
mengakibatkan konversi lahan-lahan pertanian dan lahan terbuka lainnya menjadi kawasan terbangun dengan sangat cepat. Tuntutan pembangunan akibat desakan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat juga menuntut penyediaan fasilitas pemukiman, rumah sakit, jalan, sekolah, industri dan lain-lain. Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan mutlak diperlukan, sebagai arahan m u m pembangunan yang akan dilaksanakan guna mendukung kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat kota. Pembangunan yang dilakukan seharusnya tidak mengurangi areal produktif untuk pertanian dan kawasan konsewasi alam, apalagi Kota Depok telah ditetapkan sebagai kawasan konsewasi air dan tanah bagi wilayah di sekitarnya. Kota Depok diharapkan mampu menjadi
daerah resapan air dan konservasi tanah serta mencegah bahaya lingkungan temtama banjir yang setiap tahun melanda Jakarta. Selain itu Kota Depok juga diiarapkan berfungsi sebagai counter magnet, yaitu wilayah penyeimbang lingkungan bagi Jakarta. Berkembangnya
konsep-konsep
pembangunan
yang
lebih
mempertimbangkan aspek limgkungan telah mewamai perencanaan-perencanaan wilayah saat ini. Salah satu konsep dasar yang berkembang sejak tahun 1980an adalah Eco-city yang menunjukkan hubungan dari rangkaian isu perencanaan perkotaan dan pembangunan ekonomi melalui keadilan sosial dengan mengedepankan demokrasi lokal dalam konteks keberlanjutan. Dimensi pembangunan yang berkelanjutan m e ~ p a k a nsalah satu sasaran dari konsep dasar Eco-city yang dikembangkan oleh para perencana, akademisi, pemerintah daerah dan kelompok komunitas untuk perencanaan pengembangan wilayah. Dalam konteks ini, maka hams terjadi keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan dan tidak melebihi carrying capacity suatu wilayah, dengan tujuan bahwa pembangunan yang dilakukan saat ini tidak mengurangi pilihan bagi generasi yang akan datang.
Dengan demikian
perencanaan kawasan perkotaan hams diawali dengan perencanaan penataan ruang yang mendukung perkembangan kota yang berkelanjutan.
Penentuan
struktur mang dan pola mang yang tepat menjadi syarat mutlak bagi perkembangan kawasan perkotaan. Berdasarkan perencanaan penataan ruang yang berkelanjutan tersebut, maka dapat dibuat suatu perencanaan infiastruktur yang mantap guna mendukung kehidupan perekonomian, sosial dan lingkungan di wilayah kota. Infiastruktur seringkali diidentikkan dengan sarana dan prasana dalam bentuk fisik atau yang biasa digunakan untuk mendukung aktivitas ekonomi dan sosial bempa bangunan, jalan, saluran air, rumah sakit, pasar, terminal, sekolah atau yang mengarah pada bangunan infrastruktur (Grey Infratructure). Saat ini telah berkembang konsep mengenai infrastruktur yang lebih luas lagi, yang sangat mempengaruhi keberlanjutan dan perkembangan suatu komunitas yaitu infrastruktur hijau (Green Inj?astructure) seperti: taman, hutan kota, kawasan konservasi, sarana rekreasi,
jalur hijau dan sebagainya yang berhubungan dengan alam atau lingkungan. Kedua infrastruktur tersebut hams dikembangkan dan diencanakan secara seimbang dengan memperhatikan aspek keberlanjutan untuk mencapai kemajuan suatu wilayah untuk pertumbuhan yang gemilang (Smart Growth).
Identifikasi Masalah Pertambahan
penduduk
di
kawasan
Jabodetabek
yang
cepat
mengakibatkan wilayah Kota Depok menjadi salah satu kawasan pengembangan pemukiman bagi masayarakat kota Jakarta. Pembangunan kawasan perkotaan telah memacu terkonversinya lahan-lahan terbuka menjadi kawasan terbangun. Hal tersebut mengakibatkan terdegradasinya kualitas lingkungan hidup di Kota Depok. Lahan-laban terbangun yang baru tersebut umumnya juga tidak didukung oleh pembangunan fasilitas yang memadai seperti jaringan jalan, pembuangan limbah, air bersih, dan sebagainya. Pemerintah hams mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyediakan fasilitas-fasilitas publik bagi masyarakat, apalagi bila masyarakat menyebar secara tidak teratur, maka biaya yang hams dikeluarkan akan semakin tinggi dan sistem perekonomian maupun sosial menjadi tidak efektif dan efisien. Saat ini di Kota Depok belum terdapat fasilitas pendukung kehidupan secara layak, baik fasilitas yang berbentuk fisik (grey infrastructure) maupun fasilitas lingkungan (green infraslructure). Fasilitas fisik seperti: tempat beribadah, sarana olah raga, pasar, jaringan jalan, dan fasilitas m u m lainnya yang mendukung aktivitas perekonomian dan sosial masyarakat. Sedangkan fasilitas lingkungan berupa: hutan kota, tarnan kota, kawasan konservasi, sarana rekreasi, jalur hijaq areal untuk berolahraga di alam terbuka, dan kawasan terbuka lainnya. Pembangunan fisik Kota Depok yang sangat intensif dapat menurunkan kualitas lingkungan seperti: udara, air dan sumberdaya alam lainnya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat Kota Depok. Oleh karena itu diperlukan suatu landasan perencanaan yang jelas untuk mengatur lokasi green inzastructure berupa kawasan konservasi sumberdaya alam dan lahan-lahan pertanian serta kawasan terbuka lainnya yang dihubungkan oleh
network alami dalam suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Belum adanya rencana induk tata ruang yang mantap dengan mempertimbangkan keseimbangan antara unsur-unsur alami dan buatan juga menjadi surnber permasalahan di Kota Depok. Tujuan dan Maufaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Memprediksi pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan menghitung carrying capacity wilayah.
2) Memprediksi kecenderungan perkembangan kawasan terbangun
3) Membuat rencana network infrastruktur hijau berupa lokasi-lokasi ekosistem alami yang ada (Hubs) dan hubungan-hubungannya (Links)
4) Menentukan prioritas program yang harus dilakukan untuk penerapan infrastruktur hijau di lapangan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan arahan dalam penyusunan rencana pengembangan kota dan masukan dalam pembuatan rencana penataan ruang kota sebagai usaha untuk melakukan konservasi lahan dalam rangka mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan. ICerangka Pemikiran Penelitian ini didasari oleh permasalahan utama semakin berkurangnya lahan-lahan alami di Kota Depok yang berubah menjadi kawasan terbangun. Peningkatan luasan kawasan terbangun akan mengurangi luasan ruang terbuka. Kecenderungan pertumbuhan kota dan populasi penduduk akan mengkibatkan kebutuhan ruang terbangun meningkat.
Kondisi ini akan diprediksi dengan
melihat tren jumlah penduduk dan kawasan terbangun untuk masa yang akan datang. Hal tersebut menentukan kebutuhan luasan infrastruktur hijau minimal yang hams ada. Disisi lain, ruang terbuka yang ada saat ini merupakan wilayah yang berpotensi untuk ditingkatkan sebagai infrastruktur hijau.
Melalui
identifikasi karakteristik wilayah akan diperoleh gambaran kondisi ruang terbuka saat ini.
Selanjutnya dibuat network irxkastruktur hijau berdasarkan kondisi saat ini dan kebutuhan di masa yang akan datang. Rencana infrastruktur hijau tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan kota untuk mendukung kegiatan ekonomi masayarakat secara lebih efisien atau dikenal sebagai Smart Growth. Konsep
tersebut
mengacu
pada
prinsip
pengembangan
kota
yang
mempertimbangkan aspek lingkungan secara seimbang selain aspek ekonomi dan sosial (eco-city) untuk mencapai pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Penelitian ini disusun dalam suatu kerangka pikir sebagai berikut:
Pertambahan Penduduk Pesat
Ruang Terbangun Terns
Pembangunan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan tidak seimbang
+ Fungsi Ekologis Terganggu Konsep Green I?ifiuslrzrctzcre Pelayanan Lingkungan Memadai dan Seimbang
Sniurt Growth Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan