1
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi secara intensif untuk pembangunan pertanian hanya dapat dilakukan apabila ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang tersebut dan bidang terkait lainnya dapat dihimpun dan dikelola dengan baik, sehingga mudah ditemukan kembali melalui sistem penelusuran (retrieval) yang tepat. Dewasa ini sistem temu kembali informasi sangat mudah dilakukan, terutama dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kemajuan TIK telah mampu menjawab permasalahan
komunikasi yang diakibatkan oleh faktor jarak dan waktu. Terciptanya suatu sistem jaringan informasi global yang dikenal dengan internet, juga mampu mewujudkan sistem komunikasi data secara cepat, tepat dan akurat. Dalam kurun 10 tahun terakhir, kemajuan TIK telah dimanfaatkan dengan baik dalam bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi oleh berbagai institusi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, sekolah, maupun perorangan. Dalam perkembangannya, teknologi informasi sudah dan akan mengarah pada teknologi dengan ciri-ciri konvergensi, miniaturisasi, embedded, on demand, grid, intellegent, wireless inter networking, open source, seamles integration dan umbiquitous (Kementrian Negara Ristek, 2006). Perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi informasi dari tahun ke tahun menyebabkan perpustakaan tidak lagi hanya menghimpun dan meminjamkan buku, melainkan juga bahan-bahan telaah lainnya, baik dalam bentuk database elektronik, CD-ROM, media visual maupun media audio visual. Menurut Effendy (2000), hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi perpustakaan tidak lagi sematamata sebagai sarana edukatif dan rekreatif, tetapi juga sebagai sarana informatif, kreatif dan inovatif. Perpustakaan tidak hanya berkorelasi dengan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga berkorelasi dengan jumlah penduduk, tingkat literasi dan kebiasaan membaca. Konsekuensinya, jika
2 jumlah penduduk meningkat, tingkat literasi harus meningkat, taraf kebiasaan membaca mesti meningkat dan pada gilirannya
wajar pula jika perpustakaan
berkembang, baik dalam jumlahnya maupun dalam kelengkapannya (Effendy, 2000). Perkembangan teknologi informasi, juga telah menimbulkan perubahan besar pada cara seseorang dalam memanfaatkan data, informasi dan pengetahuan. Perpustakaan adalah tempat dimana masyarakat dapat melakukan hal tersebut, karena kompetensi utama perpustakaan adalah penyediaan dan penyebaran informasi iptek. Sebagaimana dikemukakan oleh Ratnaningsih (1998) bahwa perpustakaan merupakan sarana penyediaan informasi dan pelestarian kebudayaan yang penting untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pada pembangunan nasional. Selanjutnya Ratnaningsih (1998) menyatakan bahwa perpustakaan adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang menyediakan koleksi dan informasi yang beraneka ragam dan berguna untuk mengubah cara berpikir, bertingkah laku dan berperasaan dalam menghadapi proses kehidupan yang selalu berubah. Perubahan tersebut harus senantiasa dihadapi dan diikuti perkembangannya baik oleh lembaga perpustakaannya maupun pustakawannya. Di era globalisasi ini, informasi memainkan peranan yang sangat menentukan. Berbagai informasi baik isi maupun jenisnya sangat mudah didapat. Informasi yang banyak dicari publik di era ini yang pada mulanya berkisar pada informasi yang bersifat ringan, bergeser pada hal-hal yang lebih serius dan berat, seperti, temuantemuan baru (inovasi) atau hasil rekayasa di bidang teknologi terapan (industri, pertanian, makanan, peternakan, wisata, bisnis, informasi, pusat dokumentasi dan sebagainya) (Suryana dalam Koswara, 1998) Informasi yang berisi berbagai hasil temuan baru seperti teknologi di bidang pertanian sangat banyak dibutuhkan oleh pengguna yang berkecimpung di dalamnya, hal ini menjadikan informasi tersebut banyak diburu dan dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian. Dengan demikian diseminasi informasi teknologi pertanian ini sangat perlu dioptimalkan agar tepat guna dan tepat sasaran.
3 Terbukanya pasar global dan peningkatan selera konsumen ke arah mutu produk pertanian yang lebih tinggi merupakan tantangan yang harus ditanggapi secara sistematis, antara lain dengan mengoptimalkan kegiatan diseminasi (penyebarluasan informasi) hasil penelitian dan teknologi pertanian melalui berbagai media, baik media cetak (buku, prosiding, jurnal,brosur, leaflet atau folder dan poster), media elektronik (televisi, radio, CD, surat elektronik, dan internet) maupun melalui tatap muka (seminar, lokakarya, workshop atau apresiasi dan advokasi) ( Setiabudi dalam PUSTAKA, 2007). Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang mengurusi hal-hal yang berkaitan
dengan
informasi
dari
sejak
menghimpun,
mengolah
sampai
mendesiminasikan informasi kepada para penggunanya. Perkembangan yang sangat pesat di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa pengaruh pada layanan perpustakaan, sehingga kemajuan teknologi, terutama teknologi informasi harus bisa di adaptasi oleh perpustakaan. Namun demikian, kondisi perpustakaan di Indonesia secara umum masih memprihatinkan, 90% diantaranya belum memiliki infrastruktur lengkap termasuk sumber daya manusia (Hartanto dalam Perpustakaan Nasional R.I. 2005). Mentalitas
dan
wawasan
keilmuan
sumber
daya
manusia
perpustakaan
(pustakawan) juga menjadi salah satu kendala bagi terwujudnya layanan prima perpustakaan. Kondisi di atas mempengaruhi mutu pelayanan kepada pengguna (pemustaka), sehingga pelayanan pada sebagian perpustakaan di Indonesia masih ada yang kurang sesuai dengan harapan pemustakanya. Rendahnya tingkat koordinasi dan komunikasi antar perpustakaan dalam pemanfaatan bersama sumber daya informasi, menyebabkan sistem layanan informasi menjadi tidak optimal, kurang efektif dan kurang efisien (Maksum, 2007). Selanjutnya dikemukakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat kompetensi para pengelola perpustakaan (pustakawan dan petugas perpustakaan) dalam hal pendidikan, keahlian dan keterampilan dalam pengelolaan sistem informasi (management information system) dan aplikasi teknologi informasi (management information technology).
4 Peran perpustakaan dalam proses belajar, diseminasi informasi dan iptek di dalam masyarakat perlu dioptimalkan. Optimalisasi tersebut dilakukan dengan cara memenuhi keinginan dan kebutuhan dari para pemustakanya melalui penyediaan pelayanan yang memuaskan. Pelayanan perpustakaan merupakan salah satu pintu masuk bagi terjadinya proses belajar, transfer informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Hal ini memungkinkan apa yang dimiliki seseorang melalui perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Dengan pelayanan bermutu akan tercipta suasana menyenangkan, sehingga interaksi pengguna dengan perpustakaan dapat terjadi berulang-ulang. Seperti halnya, para peneliti dan penyuluh pertanian yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, selain menghasilkan informasi juga memerlukan informasi. Melalui sistem layanan digital yang dikembangkan perpustakaan dimana para peneliti dan penyuluh berada, dapat dilakukan komunikasi data/informasi melalui jaringan internet dengan cara pemanfaatan e-mail, SMS Center, upload maupun download. Untuk mewujudkan hal tersebut, berbagai kegiatan dan usaha harus dilakukan. Mulai dari pengumpulan beragam sumber-sumber informasi yang sesuai dengan kompetensi utama perpustakaan, baik yang terekam, tercetak maupun dalam format digital dan multimedia. Beragam format informasi tersebut kemudian dikelola dengan sistem modern agar dapat dimanfaatkan dengan mudah dan cepat oleh pemustaka. Memasuki era digital, demi memenuhi tuntutan
kebutuhan pemustaka,
perpustakaan mulai mengembangkan sistem layanan digital, atau dikenal dengan perpustakaan digital (digital library). Menurut Deegan (2002) perpustakaan digital adalah ”From a research perspective, digital libraries are content collected and organized on behalf of user communities. From a library perspective, digital librarie are institutions that
provide information services in digital formats”.
Sedangkan menurut Asms dalam Deegan, (2002), perpustakaan digital adalah: ”A managed collection of information, with associated sources where the information
5 is stored in digital formats and accessible over a network. A crucial part of this definition is that the information is managed”. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital memiliki ciri-ciri : (1) memakai teknologi
yang memiliki kemampuan
mengintegrasikan dan menyebarkan informasi dalam format digital; (2) memiliki koleksi digital yang mencakup data dan informasi di lingkungan internal maupun eksternal perpustakaan; (3) merupakan kegiatan mengkoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. Dengan demikian, untuk membangun sebuah perpustakaan digital diperlukan tiga faktor utama, yaitu ketersediaan informasi dalam format digital yang memadai, ketersediaan SDM yang memiliki keahlian dalam mengelola informasi dan TIK, serta tersedianya infrastruktur TIK yang memadai. Betapapun moderennya teknologi informasi, hanyalah setumpukan mesin yang hanya berfungsi sebagai alat komunikasi maupun penyebaran informasi yang tidak bisa bergerak, ia hanya berfungsi apabila digerakkan oleh manusia. Oleh karena itu, dikatakan oleh Prijosaksono dan Sembel dalam Maksum (2007), betapapun unggulnya sebuah produk, atau seberapa kuatnya sebuah kasus hukum, kesuksesan tidak akan pernah diperoleh tanpa penguasaan ketrampilan komunikasi yang efektif. Disinilah letak pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi yang efektif sebagai salah satu keterampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan diri, baik secara personal maupun profesional. Paling tidak seorang petugas perpustakaan atau pustakawan harus menguasai empat jenis ketrampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu menulis membaca (bahasa tulisan) dan mendengar berbicara (bahasa lisan). Empati adalah cara komunikasi tertinggi yang perlu dikuasai oleh seorang pustakawan atau petugas perpustakaan, karena harus melakukan komunikasi dengan telebih dahulu mengerti, memahami karakter dan maksud tujuan pemustakanya, kebaikan dan sopan santun dalam suatu hubungan interaksi. Demikian dengan janji seorang pustakawan untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya adalah deposito besar; melanggar janji adalah menanam keburukan atau ketidakpercayaan.
6 Integritas
harus dijunjung tinggi oleh petugas pelayanan perpustakaan, karena
integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata dan bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif. Identifikasi masalah Dewasa ini, kemajuan TIK sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Oleh karena itu, perpustakaan yang tidak mau mengubah identitasnya dari sistem konvensional ke sistem digital akan ditinggalkan oleh masyarakat pemustaka. Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian selanjutnya disebut PUSTAKA adalah salah satu institusi yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Departemen Pertanian yang berdasarkan
SK Menteri Pertanian No 299, 2005 salah satu
tugasnya adalah melaksanakan pembinaan perpustakaan di seluruh unit kerja Departemen Pertanian. Pengembangan perpustakaan digital di PUSTAKA telah dimulai sejak tahun 1980-an, dimulai dengan membangun infrastruktur jaringan internet dan pangkalan data hasil penelitian pertanian (PUSTAKA, 2006). Disamping pembangunan pangkalan data, PUSTAKA memiliki sejumlah koleksi elektronik dalam bentuk on-line dan off-line seperti CD-ROM, CDInteraktif, VCD dan audio visual lainnya yang berisi informasi bibliografis, abstrak dan fulltext tentang hasil penelitian pertanian dan biologi, baik yang dihasilkan di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan dalam bentuk on-line berupa langganan majalah elektronik (e-journal) yang berisi jurnal bidang pertanian dan bidang terkait lainnya. Seluruh informasi elektronik ada di PUSTAKA dan jurnal ilmiah yang telah diregistrasi
telah dimuat dalam website (www.pustaka-
deptan.go.id) yang dapat diakses oleh para peneliti Badan Litbang Pertanian di masing-masing unit kerjanya. Sedangkan untuk pemustaka lainnya, jurnal-jurnal tersebut dapat diakses melalui on-line atau media cetak apabila pemustaka datang
7 ke perpustakaan unit kerja Badan Litbang Pertanian yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia (PUSTAKA, 2006). Layanan informasi yang dikembangkan PUSTAKA tidak hanya dalam bentuk jaringan internet, intranet, dan local area network (LAN), juga dikembangkan dalam bentuk pembinaan SDM agar memiliki keahlian dan keterampilan komunikasi. Pada dasarnya pelayanan perpustakaan adalah pelayanan publik, dimana keterampilan komunikasi, kemampuan empati, keramahan, sopan santun, kemampuan membaca pikiran dan keinginan pemustaka, menjadi pegangan utama petugas perpustakaan, disamping kemampuan menganalisis dan mensintesis pokok permasalahan atau subyek informasi yang dicari pemustaka. Pada umumnya, pengunjung PUSTAKA berasal dari lembaga-lembaga yang berada di wilayah Jakarta dan Bogor. Jumlah pengunjung perpustakaan sampai dengan akhir Desember 2006 mencapai 4.292 orang, sedangkan jumlah permintaan penelusuran mencapai 567 orang. Pemustaka lebih didominasi oleh pengguna yang datang langsung (87,96 %) yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, peneliti, petugas dari instansi pemerintah, ilmuwan, pustakawan dan pengguna lain (swasta atau petani). Mahasiswa merupakan pengguna terbanyak yang mengunjungi PUSTAKA dalam 3 tahun terakhir yaitu 53 % di tahun 2005, 29% tahun 2006 dan 27% tahun 2007 (PUSTAKA, 2007). Walaupun secara statistik pengguna mahasiswa ini cenderung menurun karena berbagai media khususnya internet kini banyak diakses, PUSTAKA tetap merupakan salah satu perpustakaan khusus yang menjadi tujuan dalam pencarian informasi berkaitan dengan bidang pertanian yang merupakan salah satu
kebutuhan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan
maupun dalam pembuatan karya ilmiah. Berdasarkan fokus dan lokus latar belakang di atas, maka untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara karakteristik personal pemustaka, aksesibilitas terhadap informasi
dan intensitas komunikasi dengan efektivitas penyebaran
informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA perlu dilakukan penelitian.
8 Penelitian ini penting mengingat di era globalisasi kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berdampak nyata terhadap perkembangan informasi, perubahan sikap dan perilaku masyarakat yakni timbulnya perubahan besar-besaran pada cara manusia dalam memanfaatkan data dan informasi. Hal ini mengakibatkan kecepatan, ketepatan dan akurasi menjadi peubah penting dalam sistem pencarian informasi. Keadaan tersebut menjadi tantangan dan peluang bagi lembaga pelayanan publik, diantaranya PERPUSTAKAAN. Salah satu perpustakaan yang tergolong maju dalam penyediaan informasi yang berbasis TIK adalah PUSTAKA, hal ini didasarkan pada hasil pengamatan dan studi literatur pada berbagai situs perpustakaan khusus dan perpustakaan lembaga pemerintah, PUSTAKA merupakan salah satu institusi pemerintah yang paling memenuhi syarat untuk dijadikan obyek dan lokasi penelitian. Hal tersebut dilihat dari kemampuan sumber daya perpustakaan (SDM, Informasi, Infra struktur dan sistem layanan) dalam menyebarkan informasi di bidang pertanian sudah berbasis digital. Dengan demikian penelitian ini sangat erat keterkaitan dengan bidang studi komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan yang ditekuni peneliti. Sehingga dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya bidang informasi dan perpustakaan. Perumusan Masalah Untuk mengetahui apakah proses penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor ini efektif atau telah memenuhi kebutuhan dan harapan pemustaka, maka perlu dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini istilah penguna perpustakaan disebut Pemustaka. Pemustaka adalah istilah baru yang telah ditetapkan dalam UU Perpustakaan No 143 tahun 2007, dimana Pemustaka adalah istilah pengganti bagi pengguna perpustakaan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu : 1. Bagaimanakah karakteristik, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi pemustaka, serta efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor ?
9 2. Seberapa besar hubungan antara karakteristik pemustaka dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor ? 3. Seberapa besar hubungan antara aksesibilitas terhadap informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor ? 4. Seberapa besar hubungan antara intensitas komunikasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor ? 5. Seberapa besar hubungan antara karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi secara bersama-sama dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor ? 6. Seberapa besar hubungan antara ketiga peubah bebas : karakteristik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi pemustaka di PUSTAKA Bogor ? Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor. Secara spesifik bertujuan : 1. Mengetahui dan menganalisis karakteristik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi pemustaka serta efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor. 2. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara karakteristik pemustaka dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor 3. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara aksesibilitas terhadap informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor
10 4. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara intensitas komunikasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor . 5. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi secara bersama-sama dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor. 6. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara peubah bebas : karakteristik pemustaka dan aksesibilitas informasi dengan intensitas komunikasi di PUSTAKA Bogor. Manfaat Penelitian Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penelitian dan pengembangan keilmuan di bidang komunikasi, khususnya bidang informasi dan perpustakaan. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan bagi PUSTAKA Bogor serta perpustakaan unit kerja lingkup Departemen Pertanian dalam mengembangkan perpustakaan digital. Manfaat ini secara umum merupakan referensi bagi perpustakaan sejenis di seluruh Indonesia dalam upaya mengembangkan perpustakaan digital. Ruang Lingkup Penelitian Penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital merupakan suatu proses komunikasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Informasi di bidang pertanian memegang peranan penting dalam
proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan mendesiminasikan (menyebarkan) atau menyampaikan informasi di bidang pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Perpustakaan adalah salah satu sumber informasi yang dimaksud
dan PUSTAKA sebagai
perpustakaan khusus di bidang pertanian telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam menyebarkan berbagai informasi di bidang pertanian. Untuk itu ruang lingkup penelitian ini adalah komunikasi, informasi dan perpustakaan digital.
11 Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada bagaimana karakteristik personal, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi pemustaka serta efektivitas penyebaran informasi pertanian melalui perpustakaan digital PUSTAKA Bogor. Selain itu penelitian juga diarahkan untuk melihat keeratan hubungan antara keempat peubah tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagian besar waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi, hal ini diperkuat oleh Tubbs and Moss (1994), bahwa 83,5% manusia menggunakan waktunya untuk berkomunikasi. Dengan demikian manusia akan selalu terlibat dalam tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam beberapa konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global atau melalui media massa (Effendy, 2003). Oleh karena itu, Devito (1997) menyatakan bahwa dalam kontek komunikasi setidaknya ada tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis dan dimensi temporal. Tempat dimana komunikasi berlangsung disebut dimensi fisik, tata hubungan status dimana komunikasi berlangsung dan aturan budaya berlaku disebut dimensi sosialpsikologis. Sedangkan waktu hitungan tertentu (kurun waktu) dimana komunikasi berlangsung disebut temporal. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi antara satu dengan lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Definisi ini menjelaskan hakekat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), diharapkan akan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian di antara orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Wursanto, 1987). Komunikasi juga merupakan suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian yang mengandung arti atau makna. Suatu bagian sentral dari segala sesuatu yang dilakukan. Komunikasi akan menjadi