PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat top down serta tidak menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Petani hanya dianggap sebagai obyek dan pelaksana program. Selanjutnya terjadi pergeseran paradigma pembangunan pertanian di Indonesia dari pendekatan peningkatan produksi ke pendekatan yang mengarah pada pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Pembangunan dapat dikatakan sebagai upaya perbaikan mutu hidup. Komunikasi pembangunan diperlukan dalam pelaksanaannya dan merupakan bagian dari proses pembangunan. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang dilaksanakan terus menerus oleh pemerintah bersama masyarakat atau oleh masyarakat dan dipimpin pemerintah dengan menggunakan cara atau teknologi yang sudah terpilih untuk memecahkan segala masalah atau penghambat demi tercapainya perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat dari bangsa yang sedang membangun (Mardikanto 1988). Badan Litbang Pertanian adalah salah satu komponen Departemen Pertanian yang mempunyai andil dalam pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Paradigma Badan Litbang pada masa lalu disebut sebagai ”Penelitian dan Pengembangan” (Research and Development atau R & D) dengan fokus melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk menemukan atau menciptakan teknologi. Kegiatan Badan Litbang Pertanian pada masa lalu lebih dominan pada mempublikasikan karya ilmiah dan menginformasikan keberadaan inovasi teknologi. Kesesuaian teknologi yang dihasilkan dengan preferensi pengguna kurang diperhatikan. Badan Litbang Pertanian kemudian menerapkan paradigma baru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu ”Penelitian untuk Pembangunan” (Research for Development). Paradigma baru yang diterapkan ini lebih berorientasi kepada pengguna (Irawan 2004). Masyarakat tani Indonesia merupakan warga terhormat dari suatu negara agraris namun masih harus berjuang keras untuk mengatasi kesulitan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Sementara itu upaya pembangunan pertanian
pedesaan melalui penerapan teknologi maju terkendala oleh permasalahan diseminasi dan adopsinya. Badan Litbang Pertanian terus berupaya agar teknologi inovatif dapat diadopsi oleh petani untuk usahataninya (Adimihardja 2006). Adimihardja (2006) juga mengemukakan bahwa kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa kecepatan adopsi dan tingkat pemanfaatan inovasi pertanian cenderung menurun. Selain itu, penggunaan inovasi tersebut adakalanya salah kaprah. Kelambatan adopsi dan kerancuan pengertian teknologi terjadi antara lain karena kurang mulusnya arus informasi dari sumber teknologi ke penerima. Badan Litbang Pertanian membangun suatu program rintisan pembangunan pertanian wilayah
yang
disebut
Prima
Tani
(Program
Rintisan
dan
Akselerasi
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) dengan tujuan untuk mempercepat diseminasi inovasi teknologi hasil Badan Litbang Pertanian sehingga dapat segera terjadi peningkatan pendapatan petani, sustainabilitas pertanian dan kelestarian lingkungan. Prima Tani merupakan kegiatan khusus Departemen Pertanian mulai dari pusat sampai daerah oleh karena itu organisasi pelaksana juga bersifat lintas institusi lingkup Departemen Pertanian yang bermitra dengan institusi terkait di luar Departemen Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) adalah sebagai instansi yang memiliki posisi sebagai focal point yaitu proaktif mengambil inisiatif pertemuan dan mengkonsultasikannya dengan pemerintah daerah setempat yang dipilih sebagai lokasi Prima Tani. Organisasi yang ada dalam Prima Tani ini terdiri atas: pemda, lembaga-lembaga tani, penyuluh, peneliti atau pengkaji dan pengusaha agribisnis. Bentuk organisasi penyuluh yang dikembangkan di setiap lokasi Prima Tani pun bervariasi pada setiap lokasi kegiatan Prima Tani (Irawan 2004). Pembentukan tim dalam pelaksanaan Prima Tani sangat diperlukan untuk mempermudah pelaksanaan teknis di lapangan. Tim yang dibentuk terdiri dari: tim teknis, tim diseminasi dan tim kelembagaan yang diketuai oleh seorang koordinator. Koordinator ini dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga sampai empat orang staf BPTP atau PPL setempat sebagai anggota tim (Deptan 2006). Peran atau posisi PPL dalam Prima Tani dianggap sangat penting, karena sebagai pihak yang memberikan dukungan kepada petani selama menjalankan
2
usahataninya namun demikian kondisinya sangat bervariasi di setiap daerah. Keterlibatan PPL dalam Prima Tani meliputi: (1) aktif dalam kegiatan sosialisasi program, (2) menginformasikan calon-calon peserta, (3) pengurus potensial, (4)
mengisi
materi
pelatihan,
(5)
membantu
menyusun
rencana,
(6) mengkoordinasikan aparat setempat, (7) membantu bahan display, (8) menjadi nara sumber dan (9) membantu evaluasi. Kapasitas PPL terus ditingkatkan agar dapat mendukung pelaksanaan Prima Tani diantaranya dengan diberikan pelatihan, fasilitas dan insentif yang diperlukan. Tugas pokok seorang PPL dalam Prima Tani adalah meniadakan hambatan yang dihadapi seorang petani dengan cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapinya dalam menjalankan usahatani (Deptan 2006). Tujuan akhir Prima Tani adalah suatu unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan mulai diimplementasikan tahun 2005 (Adimihardja 2006). Terdapat peningkatan jumlah lokasi dari 22 lokasi pada tahun 2005 menjadi 33 lokasi pada tahun 2006 kemudian mencapai 201 lokasi pada tahun 2007. Kelembagaan juga dibentuk untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program salah satunya ”Klinik Agribisnis” yang merupakan lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan informasi. Klinik ini dikelola oleh suatu tim yang terdiri atas peneliti, penyuluh, kontak tani dan konsultan agribisnis. Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi (Deptan 2006). Keberhasilan Prima Tani tercapai apabila saling pengertian dan terjalinnya kerjasama antara
BPTP sebagai fasilitator dengan petani dan aparat instansi
terkait. Keberhasilan pelaksanaan Prima Tani yang telah berjalan dapat ditunjukkan di Gerokgak, Bali dengan menerapkan teknologi embung (dam kecil) dan membentuk lembaga pemakai air irigasi. Upaya tersebut dapat meningkatkan intensitas pertanaman dari satu kali menjadi dua kali atau lebih sehingga mampu meningkatkan
pendapatan
petani
lebih
dari
40%.
Penumbuhan
kelembagaan, ditunjukkan oleh Prima Tani di Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Benih padi unggul Kalimas dan Bondoyudo yang tahan tungro dikelola oleh
3
kelompok tani untuk pengadaan benih. Tahun 2004 petani menanam padi lokal yang hasilnya tidak hanya untuk konsumsi sendiri karena sebagian dapat dijual ke pasar lokal dan sekarang mampu menjual benih unggul ke kelompok tani sekitar dan juga ke luar kabupaten (Adimihardja 2006). Prima Tani juga dijadikan solusi untuk mengatasi masalah yield gap melalui: (1) model keterkaitan antara komponen penelitian, penyuluhan, pelaku agribisnis dan lembaga jasa layanan pendukung, (2) model tahapan sistem inovasi pertanian (teknologi dan kelembagaan) dan (3) model keterkaitan antar subsistem dalam pengembangan sistem agribisnis (Irawan 2004). . Teknologi sangat penting posisinya dalam pembangunan pertanian. Hasil penelitian Simatupang et al. (1996) menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perubahan struktur PDB (Product Domestic Bruto) ialah teknologi pertanian yang mempunyai dampak marjinal yang semakin besar dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi pertanian semakin efektif dalam meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Kelebihan Prima Tani sebagai suatu program pembangunan adalah dapat mempercepat pasokan teknologi inovatif dan kelembagaan pendukungnya langsung kepada petani sesuai kondisi setempat. Kekurangannya adalah teknologi inovatif dan kelembagaan dalam Prima Tani tidak dapat dilakukan secara massal, oleh karena itu pendekatannya harus agroekosistem, agribisnis dan wilayah (BPTP Jawa Barat 2007). Berbagai upaya telah dilakukan di antaranya pelatihan dan penyuluhan untuk menyosialisasikan program-program pembangunan yang di dalamnya juga memuat inovasi teknologi bidang pertanian namun masih terdapat banyak kendala petani belum atau tidak dapat menyerap dan melaksanakan apa yang diberikan atau teknologi yang dianjurkan. Berbagai kondisi atau kemungkinan ini dapat terjadi dan sangat mungkin terjadi karena kelemahan dalam proses komunikasi yang ada di era pembangunan pertanian di Indonesia saat ini. Hal ini dapat menunjukkan bahwa komunikasi dalam Prima Tani masih belum efektif karena diseminasi teknologi inovatif masih belum seluruhnya mampu diserap atau dilaksanakan oleh petani (BPTP Jawa Barat 2007).
4
Selain penyebarluasan inovasi teknologi pertanian, pelaksanaan Prima Tani juga didukung oleh faktor kelembagaan. Klinik Agribisnis adalah lembaga yang sengaja dibentuk dalam Prima Tani untuk mendukung proses percepatan adopsi inovasi di tingkat petani. Lembaga ini berperan sebagai pemasok inovasi teknologi pertanian dan lebih mendekatkan sumber-sumber teknologi pertanian kepada pengguna. Pelaksanaan penyebarluasan inovasi teknologi pertanian di lapangan sering menghadapi kendala. Faktor komunikasi dianggap sangat penting karena terkait dengan penyampaian informasi dari sumber teknologi kepada petani. Klinik Agribisnis dapat dijadikan sebagai wadah untuk berkomunikasi dengan perhatian utama adalah masalah yang dihadapi petani dalam menjalankan usahatani namun keberadaannya belum diketahui efektif atau tidak dalam mendukung pelaksanaan Prima Tani (Deptan 2006). Berdasarkan uraian sebelumnya maka masalah faktor-faktor komunikasi yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng menjadi menarik untuk diteliti dan belum ada penelitian tentang hal ini baik oleh Pemda Kabupaten Bogor maupun Badan Litbang Pertanian. Rumusan Masalah Penelitian Keberhasilan usahatani tidak terlepas dari dukungan berbagai faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pengadopsian suatu teknologi merupakan suatu hasil dari kegiatan komunikasi di bidang pertanian. Saat ini dikembangkan model-model komunikasi efektif salah satunya model komunikasi interaktif seperti yang diupayakan oleh BPTP Jawa Barat dalam menyampaikan program-programnya. Berbagai pendekatan dilakukan agar petani dapat berperan aktif dan dilibatkan dalam setiap kegiatan yang ada. Petani dilibatkan dalam diskusi untuk penggalian masalah yang paling dekat dengan usahatani yang sedang dijalankan dan mencari alternatif solusi yang memungkinkan namun tidak terlepas dari situasi dan kondisi yang ada terkait dengan petani dan wilayah setempat. Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting untuk diperhatikan agar sebuah program dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik selain faktor lain yang mempengaruhinya.
5
Badan Litbang Pertanian menciptakan banyak inovasi teknologi dalam bidang pertanian. Sementara itu, upaya pembangunan pertanian pedesaan melalui penerapan teknologi maju, terkendala oleh permasalahan diseminasi dan adopsinya. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan dilaksanakannya Prima Tani. Prima Tani pada dasarnya merupakan langkah untuk mengatasi masalah kelambanan dalam penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian secara luas oleh pelaku agribisnis. Informasi mengenai Prima Tani dapat diperoleh dari berbagai sumber baik lembaga maupun perorangan. Lembaga yang dibentuk untuk menyediakan informasi dalam Prima Tani adalah Klinik Agribisnis. Informasi yang disediakan di Klinik Agribisnis adalah informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani karena berangkat dari permasalahan yang ada di lapangan. Klinik Agribisnis merupakan lembaga yang dibangun dan dikembangkan dalam pelaksanaan Prima Tani yang berfungsi sebagai lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan informasi yang terkait dengan pengembangan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Peran Klinik Agribisnis adalah lebih mendekatkan sumber-sumber teknologi pertanian kepada khalayak pengguna khususnya petani dan dalam operasionalnya melibatkan banyak pihak yang terkait. Tujuan dari Prima Tani adalah meningkatnya pengetahuan petani dan adanya perubahan perilaku dari petani yaitu dengan menerapkan atau melaksanakan teknologi inovasi yang dianjurkan. Pemaparan ini dapat menggambarkan bahwa efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis berkaitan dengan berbagai faktor sehingga analisis efektivitasnya mencakup rangkaian pengamatan terhadap proses yang terjadi seputar pelaksanaan Prima Tani di lokasi Klinik Agribisnis berada. Klinik Agribisnis secara operasionalnya menyediakan jasa pelayanan dalam rangka penyebarluasan inovasi teknologi pertanian yang terkait dengan pelaksanaan Prima Tani. Jasa pelayanan tersebut meliputi penyediaan informasi teknologi pertanian, konsultasi dengan nara sumber atau ahli di bidang pertanian yang sengaja diundang untuk membahas permasalahan teknis yang dihadapi petani di lapangan serta diseminasi atau penyebarluasan informasi melalui pembinaan teknis, penyajian informasi melalui berbagai media cetak seperti leaflet, buku petunjuk/juknis ataupun poster.
6
Petani di pedesaan mempunyai latar belakang yang bervariasi sehingga dapat mempengaruhi dalam memahami informasi. Selain itu latar belakang yang berbeda juga mempengaruhi petani dalam menerima atau menolak suatu inovasi teknologi. Mengingat hal tersebut maka untuk keberhasilan penyebarluasan inovasi teknologi pertanian karakteristik individu petani adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Berdasarkan hal ini maka penyediaan inovasi teknologi harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di petani atau berangkat dari kebutuhan petani. Terkait dengan penyebarluasan inovasi teknologi pertanian persepsi petani tentang PPL juga merupakan hal yang penting mengingat PPL adalah petugas yang sering berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada petani. Hal ini perlu dikaji karena bagaimana seseorang mempersepsi sesuatu akan mempengaruhi sikap penerima pesan dan bagaimana cara yang bersangkutan mengartikan atau menafsirkan suatu pesan. Sumber informasi ikut menentukan diterimanya sebuah pesan. Aspek efektivitas komunikasi sangat penting karena membutuhkan keterlibatan aktif seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Prima Tani. Keberadaan Klinik Agribisnis diharapkan bukan hanya sebagai alat penyaluran informasi dari pemerintah semata tetapi dapat menjadi sarana diskusi atau dialog petani sehingga dapat mengenali masalah-masalah dalam menjalankan usahatani sekaligus mencari alternatif pemecahannya. Karakteristik individu petani, persepsi petani tentang PPL dan proses komunikasi yang terjadi berupa jasa pelayanan Klinik Agribisnis mempengaruhi efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani. Berdasarkan penjelasan tersebut maka permasalahan dapat dirumuskan: 1 Seperti apa proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor? 2 Seberapa besar tingkat efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor? 3 Sejauh mana hubungan karakteristik individu petani, persepsi petani tentang PPL dengan proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor?
7
4 Sejauh mana hubungan karakteristik individu petani, persepsi petani tentang PPL dan proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor komunikasi yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor. Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani setidaknya dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan pembentukan Klinik Agribisnis pada Prima Tani Kabupaten Bogor yang tercermin dari ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani yang dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapinya di lapangan dalam menjalankan
usahataninya
sehingga
diharapkan
adanya
perbaikan
atau
peningkatan pendapatan yang diperolehnya. Keberhasilan pencapaian tujuan ini tidaklah mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi di antaranya: dipengaruhi oleh karakteristik individu, persepsi petani tentang PPL dan proses komunikasi pada jasa pelayanan Klinik Agribisnis. Permasalahan yang telah dirumuskan dicoba untuk dijawab sehingga penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1 Mengetahui proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor. 2 Menganalisis tingkat efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor. 3 Menganalisis hubungan karakteristik individu petani, persepsi petani tentang PPL dengan proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor. 4 Menganalisis hubungan karakteristik individu petani, persepsi petani tentang PPL dan proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor.
8
Kegunaan Penelitian Penelitian efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yaitu: 1 Bagi pemegang kebijakan, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan kebijakan penguatan kelembagaan petani. 2 Bagi komunikator inovasi, sebagai bahan masukan untuk dipertimbangkan dalam menyusun kebutuhan informasi dan penyebarluasan inovasi agar inovasi yang diintroduksikan dapat lebih cepat menyebar dan diadopsi oleh petani khususnya guna meningkatkan taraf hidupnya. 3 Bagi pengembangan ilmu komunikasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan atau sumber informasi untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji atau meneliti mengenai karakteristik individu, persepsi petani tentang PPL, proses komunikasi pada jasa pelayanan Klinik Agribisnis dan efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis. Karakteristik individu yang diteliti meliputi: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas lahan garapan, pendapatan rata-rata per bulan, pengalaman berusahatani dan tingkat kekosmopolitan. Selanjutnya untuk persepsi petani tentang PPL yang diteliti meliputi: keterampilan berkomunikasi lisan/tulisan, kemampuan penguasaan materi, kemampuan penyampaian informasi, ketepatan waktu penyampaian pesan, ketepatan penggunaan media komunikasi dan frekuensi kunjungan ke kelompok tani. Proses komunikasi pada jasa pelayanan Klinik
Agribisnis
yang
diamati
meliputi:
konsultasi/pelayanan,
diskusi,
pembinaan teknis, media tercetak dan lokasi. Efektivitas komunikasi Klinik agribisnis yang diteliti meliputi: derajat relevansi informasi yang ditransmisikan dan derajat kepuasan anggota.
9
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Kerangka Berpikir Berdasarkan telaahan dari beberapa literatur dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas komunikasi adalah suatu kondisi yang dapat menunjukkan adanya kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dan tercapainya suatu tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis terkait dengan efektivitas komunikasi keorganisasian dapat diukur dari beberapa aspek yaitu derajat relevansi informasi yang ditransmisikan, derajat kepuasan anggota organisasi dan derajat efisiensi jaringan komunikasi yang dipakai. Penelitian efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor dibatasi pada dua aspek saja yaitu derajat relevansi informasi yang ditransmisikan dan derajat kepuasan anggota. Karakteristik individu berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima selanjutnya menerapkan ataupun menolak suatu inovasi teknologi pertanian. Karakteristik individu dalam penelitian ini merupakan variabel bebas diduga tidak berkorelasi langsung terhadap efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis tetapi harus melalui variabel antara yaitu jasa pelayanan Klinik Agribisnis. Selanjutnya jasa pelayanan Klinik Agribisnis diduga mempunyai korelasi atau hubungan langsung terhadap efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis. Kemampuan seseorang mempersepsi akan berbeda satu sama lain. Persepsi seseorang juga terkait dengan sikap dan tindakan yang akan dilakukannya. Persepsi dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh seseorang. Petani akan melakukan kontak interpersonal guna meyakinkan informasi yang diperolehnya dengan agen pembaharu atau agen perubahan (PPL). Persepsi petani tentang PPL sangat penting untuk diketahui agar penyampaian pesan dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik. Apapun yang melekat pada diri PPL akan mempengaruhi penerimaan di tingkat petani karena komunikasi yang terjadi bukan semata-mata hanya kata-kata dan tulisan tetapi juga menyangkut banyak aspek sehingga PPL harus benar-benar tahu dan mengerti kondisi dan kebutuhan petani. Kegiatan Prima Tani memiliki keorganisasian yang
10
terdiri dari beberapa tim yaitu: tim teknis, tim diseminasi dan kelembagaan. Setiap tim ini mempunyai kooordinator atau ketua yang terdiri dari tiga sampai empat orang staf BPTP atau PPL setempat. Berdasarkan pada hal ini maka dipandang penting untuk memasukkan variabel persepsi petani tentang PPL agar tercapai komunikasi yang efektif. Adanya kelembagaan agribisnis pedesaan yang tumbuh dari bawah dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat merupakan prasyarat teradopsinya teknologi inovasi secara berkelanjutan untuk itu dalam pelaksanaan Prima Tani dibentuk Klinik Agribisnis yang sejak awal pembentukannya melibatkan petani. Klinik Agribisnis memberikan pelayanan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan petani. Transfer teknologi kepada petani diharapkan dapat berjalan dengan lebih cepat dan merupakan salah satu bentuk usaha untuk menemukan suatu pola penyebaran teknologi pertanian secara efektif dan efisien. Klinik Agribisnis dibentuk sebagai lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan informasi sehingga dapat menjadi wadah untuk menampung permasalahan dan ketersediaan inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pelaku usahatani atau agribisnis. Keberhasilan pelaksanaan Prima Tani sangat ditentukan oleh petani sebagai pelaksana teknologi inovatif. Pengawalan teknologi mulai dari perencanaan hingga evaluasi merupakan suatu keharusan dalam Prima Tani untuk menjamin keberhasilannya Unsur-unsur komunikasi yang terkait dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada aspek pesan dan penerima. Indikator efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis terkait dengan pelaksanaan Prima Tani meliputi derajat relevansi informasi yang ditransmisikan dan kepuasan anggota. Hal tersebut mengandung arti bahwa informasi inovasi teknologi pertanian yang disediakan di Klinik Agribisnis disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani serta dapat membantu memecahkan masalah teknis di lapangan yang dihadapi oleh petani yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan pendapatan sesuai dengan apa yang menjadi harapan petani. Penelitian dilakukan untuk mengamati hubungan antara tiga variabel, yaitu variabel bebas atau disebut juga sebagai variabel pengaruh, variabel antara serta variabel tidak bebas (variabel terikat) atau disebut juga sebagai variabel
11
terpengaruh. Karakteristik individu dan persepsi petani tentang PPL merupakan variabel bebas, diduga tidak berkorelasi langsung dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis (variabel tidak bebas) tetapi harus melalui variabel antara yaitu jasa pelayanan Klinik Agribisnis yang berkorelasi dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis. Lebih jelasnya dapat disajikan pada Gambar 1. H3
Karakteristik Individu X1. Umur X2. Pendidikan formal X3. Pendidikan nonformal X4. Luas lahan garapan X5. Pendapatan rata-rata X6. Pengalaman berusahatani X7. Tingkat kekosmopolitan
Jasa Pelayanan Klinik Agribisnis (Y1/X9) H1
Persepsi petani tentang PPL (X8) 1 Keterampilan berkomunikasi lisan/tulisan 2 Kemampuan penguasaan materi 3 Kemampuan penyampaian informasi 4 Ketepatan waktu penyampaian pesan 5 Ketepatan penggunaan media komunikasi 6 Frekuensi kunjungan ke kelompok tani
1 Konsultasi/ Pelayanan 2 Diskusi 3 Pembinaan Teknis 4 Media Tercetak 5 Lokasi
H2
Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis (Y2) 1 Derajat relevansi informasi yang ditransmisikan 2 Derajat kepuasan anggota
H4
Gambar 1 Kerangka berpikir penelitian efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka pengujian Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng dilakukan berdasarkan hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H1 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu petani dan persepsi petani tentang PPL dengan jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor.
12
H2 = Terdapat hubungan nyata antara jasa pelayanan dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor. H3 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu petani dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor. H4 = Terdapat hubungan nyata antara persepsi petani tentang PPL dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor.
13