Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi - Direktorat Bina Kompetensi dan Produktifitas Konstruksi
Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Arsitektur
Pembangunan Berkelanjutan dalam Tinjauan Aspek Maritim Abimanyu T. Alamsyah
kamis 6 Oktober 2016
Hotel Ambara - Jakarta
Pembangunan Berkelanjutan dalam Tinjauan Aspek Maritim 1.Aspek Maritim 2.Pembangunan Berkelanjutan 3.Arsitektur Bangunan 4.Arsitektur dan perubahan
1.Aspek Maritim a.Negara arsipelago
b.Paradigma pulau-laut c.Perubahan lingkungan dan sumber daya alam
Negara arsipelago
Pada masa kolonial Belanda , batas Laut Teritorial 3 mil laut dari garis pantai Hindia Belanda dianggap sebagai Negara Daratan (Pulau) Semua pelabuhan dapat mengakses ke laut bebas atau internasional
Bangka & Belitung terpisah laut wilayah Internasional
Batas wilayah negara Laut wilayah internasional = Laut bebas
(Mengacu kepada pola pikir Pemerintahan Belanda)
(Zona Maritim Indonesia, Hasil kesepakatan Internasional UNCLOS tahun 1982)
(Deklarasi Djoeanda 1957, Upaya awal Pemerintahan Indonesia untuk menyatakan wilayah perairan Indonesia)
(Persyaratan menyediakan alur laut internasional tanpa mempermasalahkan di luar wilayah laut RI)
Paradigma pulau-laut
Paradigma daratan
Paradigma pulau-laut
Penataan berbasis daratan merusak tata kehidupan & realita lingkungan pulau-laut
Sumber: alamsyah 2003
Ketidak pedulian dan penghilangan hak atas laut dapat menimbulkan bencana. Perusakan bahkan penghilangan keberadaan pulau untuk kegiatan reklamasi dan peningkatan PAD melalui ekspor pasir yang tidak bertanggung jawab, sama dengan merongrong keberlanjutan tanah air Indonesia.
O = lokasi P. Nipa Luas Singapura: 1819 = 485 Km2; 1965 = 527 Km2; 1976= 581,5 Km2 ; 2004 = 647 Km2; 2005 = 699 Km2 ; 2015
Bila Pulau Nipa hilang karena ketidakpedulian pembangunan di pulau kecil maka batas wilayah laut Indonesia akan mundur berikut luasan laut terdepan….
Natuna
Sebagai akibatnya kawasan perairan sekitarnya menjadi laut terbuka sehingga kehilangan hak mempertahankan keberadaannya dan dapat dieksploitasi secara bebas dan tak terbatas tergantung kreatifitas pemanfaatnya
Identifikasi pulau menurut Alamsyah 2006 adalah termasuk struktur di bawah permukaan laut karena pulau cuma merupakan puncak dari struktur alam tersebut
Menurut Alamsyah 2006, pulau merupalan kesatuan pulau-laut dimana pulau sebagai tempat bertinggal sedangan laut merupakan tempat penghidupan komunitas laut. Kesatuan pulau-laut seharusnya merupakan pengertian sesungguhnya dari suatu kehidupan di arsipelago
Kalau identitas kota adalah kawasan yang didominasi lingkungan buatan, bukan pertanian dan berkepadatan tinggi, maka permukiman nelayan di pulau mikro adalah merupakan suatu kota pulau
Kota laut serta dukungan infrastrukturnya seharusnya tidak hanya yang berbasis daratan namun juga yang berbasis perairan seperti permukiman panggung di atas laut di Kaledupa – Wakatobi
Perubahan lingkungan & sumber daya alam
DATA KONDISI, PREDIKSI, ANTISIPASI DAN SISA RISIKO BENCANA
20
Kondisi ekstrim masa lalu perlu diantisipasi (bukan kondisi rata-rata) agar sisa risiko bencana masa depan semakin terjangkau. Kondisi ekstrim tersebut dapat merupakan kumulasi dari kenaikan muka laut, penurunan tanah, gempa, pasang, badai, gelombang laut dan tsunami pada musim atau masa tertentu.
d1
d2
(Source: Modified from Latief and Hadi, 2007)
d1 = sisa risiko bila bencana sebelumnya sudah diantisipasi d2 = sisa risiko bila antisipasi bencana sebelumnya ditabung untuk generasi mendatang
Indonesia merupakan kepulauan yang kaya gunung api sehingga antisipasi bencana di pulau maupun di laut perlu menjadi bagian dari perancang bangunan setempat, termasuk apakah bangunan tinggi di Jakarta sudah di rancang tahan terhadap gempa hingga sebesar 9 skala Richter ?
Bangunan di atas air di Pulau Kelapa yang terdampak bencana puting beliung Pengelolaan pulau-pulau kecil termasuk perlindungan dan antisipasi bencana bagi masyarakat gugus pulau mikro
Bangunan di kawasan bawah permukaan laut saat ini maupun masa datang perlu dirancang mengantisipasi kumulasi ketinggian rob ekstrim kenaikan muka laut di masa datang
Bahkan penurunan tanah akibat perubahan lingkungan telah terjadi juga di perdesaan yang tidak ada bangunan tinggi dan penyedotan air secara berlebihan
Source: Alamsyah, Keio, 2013
Perubahan lingkungan pesisir seperti perdesaan di sebelah Timur kota Semarang ini perlu dukungan infrastruktur permukiman dari penahan gelombang, prasarana jalan, sanitasi, air bersih, energi listrik…. hingga fasilitas pemakaman. Solusi berbasis daratan tidak lagi memadai untuk menyelesaikan perubahan yang diakibatkan oleh kenaikan air laut ini.
Daratan setinggi 5 meter dari muka laut merupakan kawasan yang rentan tergenang air laut di masa mendatang bukan hanya di DKI Jakarta saja namun juga di sekitarnya hingga ke lokasi lumbung padi Nasional di Karawang
perlu program antisipasi, penataan ruang dan bangunan yang lebih siap terhadap risiko perubahan alam pesisir sekitar, dari laut maupun dari wilayah tetangga. Berkurangnya lahan sawah juga menuntut alternatif lain termasuk produksi sayuran di lingkungan buatan atau mengubah menu berbasis darat ke laut.
Perubahan sediaan lahan daratan menjadi perairan dapat mendorong inovasi pemenuhan permintaan ruang untuk pertanian dan perkebunan secara berbeda
Kesimpulan 1. Aspek Maritim •
Negara arsipelago Arsitek perlu peduli bahwa banyak bidang kerja di negara arsipelago yang kurang ditangani oleh arsitek daratan. Padahal profesi arsiteklah yang seharusnya paling mampu mensinergikan berbagai ilmu kedalam wujud keruangan yang bermanfaat bagi pengguna bangunan
•
Perubahan lingkungan dan sumber daya alam Lingkungan hidup berubah dan sumberdaya alam daratan semakin padat, sedangkan daratan semakin sempit. Arsitek perlu mulai mengembangkan kreasinya untuk lebih menangani permasalahan ruang bangunan dan lingkungan di kawasan maritim yang lebih luas dan masih terabaikan di Indonesia ini
•
Paradigma pulau-laut Arsitek Indonesia perlu menguba paradigma daratan menjadi paradigma pulaulaut yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa datang warga negara ini sehingga kualitas hidup ruang di lingkungan kemaritiman tidak semakin menurun karena kepentingan masyarakat daratan dan semakin dikuasai oleh negara lain
2. Pembangunan Berkelanjutan a. Keberlanjutan pembangunan negara maritim b. Menelusuri warisan dan kearifan arsitektur lokal c. Melanjutkan kearifan arsitektur berbasis pulau-laut
Keberlanjutan pembangunan negara maritim
Perkembangan Bangsa Maritim Kehidupan pulau-laut atau kegiatan bermukim di pulau maupun di laut telah berlangsung jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Secara umum kehidupan dan penghidupan berbasis pulau-laut atau kemaritiman merupakan dasar kehidupan di negara kepulauan ini. Pernyataan tanah-air sebagai dasar kebangsaan dan juga telah dicetuskan dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R.Soepratman sejak 1928. Berkembangnya budaya dan cara pandang berbasis daratan yang dibawa penjajah telah menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap pemukim yang tidak tinggal di daratan. Dengan demikian keragaman peluang berkehiduan dan berpenghidupan di negara pulau-laut menjadi semakin terkikis, semakin banyak spesies lokal yang punah, sehingga tingkat kerentanan bangsa ini dalam menghadapi risiko dampak bencana setempat dapat semakin meningkat
Pengubahan paradigma dan penyimpangan yang telah terjadi dalam kurun waktu yang panjang tersebut bertentangan dengan tujuan kemerdekaan yang dimaksudkan untuk memperjuangkan kepentingan warga setanah-air yang beragam ini secara lebih adil dan setara Kelemahan pemenuhan kebutuhan infrastruktur sesuai kekhasan masalah lingkungan di masing-masing kawasan permukiman terutama adalah keterasingan pengetahuan dasar dari pelaku pembangunan yang belajar dan berkehidupan berbasis daratan. Keterasingan tersebut terutama terhadap keragaman lingkungan hidup dan penghidupan bangsa pulaulaut serta strategi bermukim mereka dalam beradaptasi terhadap kekhasan tantangan lingkungan hidup serta ketersediaan sumberdaya alam setempat.
Menelusuri warisan dan kearifan arsitektur lokal
RUMAH POHON KOROWAI , PAPUA
Permukiman etnik Danau Sentani, Papua Hanya gereja atau fasilitas dari pemerintah yang merupakan bangunan daratan
Ruang luar saat air pasang berbeda dengan saat surut Ruang publik temporer yang berbeda potensi memiliki peluang fungsi yang berbeda pula, termasuk akibat kenaikan muka laut
Tipe permukiman di tepi sungai Kalimantan Sumber: Times. Indonesia from Above
Rumah terapung merupakan rumah tradisional masa lalu yang di masa kini semakin dikembangkan bahkan sudah masuk ke pasar perumahan mewah di negara maju
Gugus pulau-laut (kepulauan) atau Arkipelago adalah pulau dan laut tempat hidup komunitas kepulauan. Daratan satu pulau untuk permukiman (pulau Panggang), yang lain untuk cadangan air minum dan pemakaman, gosong, terumbu karang, padang lamun dan laut di sekitarnya sebagai habitat alam dan biota pendukung kehidupan mereka. Sebelum dijarah komunitas daratan pulau besar
Rumah panggung di atas air, pengaruh komunitas dari daerah pasang-surut atau pesisir
Source: alamsyah 2004
Melanjutkan kearifan arsitektur berbasis pulau-laut
4
1 9
8
2
5
6
3
7
Low tide
Continental based
Dapat disipulkan bahwa terdapat sembilan tipe permukiman yang mencerminkan kehidupan dan penghidupan komunitas di gugus pulau-laut di Indonesia dan lingkungan yang serupa Setiap tipe memiliki varian yang khas dengan lingkungan masing-masing. Sebagai contoh tipe 5 yang terdapat di Danau Sentani, Papua, agak berbeda dengan di sungai Batanghari, Sumatera, yang memiliki pasang-surut yang cukup tinggi. Tipe 6 di muara sungai Mantuil, Banjar misalnya juga berbeda dengan di rawa gambut di Kalimantan Tengah.
4
1 9
8
2
5
6
3
7
High tide Low tide
Continental based
Sembilan tipe permukiman yang mencerminkan kehidupan dan penghidupan tradisional komunitas di gugus pulau-laut Indonesia saat air pasang. Source: Alamsyah 2016 (2006 revised)
4 2 1
8
9
7
5
6
3
10
High tide Low tide
Continental based
Dengan kemajuan iptek, sembilan tipe permukiman ini berpeluang bertambah dengan lahirnya tradisi baru tempat hidup di dalam laut. Kehidupan dan penghidupan komunitas tradisional hingga moderen ini menempati hampir di seluruh bagian peluang kehidupan di gugus pulau-laut Indonesia. Setiap pengembangan tipe permukiman tersebut perlu melalui kajian seksama terkait keberlanjutan biota dan manusia yang hidup di dalamnya serta kelentingan menghadapi perubahan serta keberlanjutan negara arsielagi ini.
Kesimpulan 2. Pembangunan Berkelanjutan •
Keberlanjutan pembangunan negara maritim Keberlanjutan pembangunan di negara maritim perlu didukung oleh setiap komponen banga maritim ini. Arsitek perlu memperdalam penguasaan ilmu dan kerjasama interdisiplin dalam menghasilkan produk yang ramah lingkungan di pulau-laut ini
•
Menelusuri warisan dan kearifan arsitektur lokal Arsitektur lokal di berbagai lawasan pulau-laut ini memiliki kekayaan, beradaptasi dan kearifan lingkungan yang cukup beragam dan sesuai dengan unsur lain dalam lingkungan kehidupan dan penghidupannya.
•
Melanjutkan kearifan arsitektur berbasis pulau-laut Arsitek Indonesia hendaknya tidak hanya berkarya terbatas di kawasan daratan saja namun juga melanjutkan dan meningkatkan kelentingan dan keberlanjutan karya arsitektur di bidang-bidang lain yang telah dirintis pendahulupendahulunya di masa lalu.
3. Arsitektur Bangunan a. Kreasi akibat perubahan iklim b. Kreasi akibat perkembangan iptek c. Kreasi akibatkan tradisi baru
Kreasi akibat perubahan iklim
Dampak vertikal kenaikan muka laut terhadap kota pesisir
Ocean
t0
Terrestrial
2000 m dpl
Terrestrial surface vs. anthropogenic earth uses
t1 Mountain forests
Sea level rise
t2 Mainland settlements
Anthropocentric developments Coastal cities
Posisi garis pantai
Terrestrial surface, anthropogenic uses vs. sea level rise t0
Terrestrial
t1 Mountain forests
Sea level rise
t2
Mainland settlements Anthropocentric developments
Ocean zone of Coastal City
Terrestrial zone of Coastal City Source: modification of Alamsyah 2010
2000 m dpl
Ocean
Kota berbasis daratan tidak disiapkan untuk berubah menjadi berbasis laut. Saat kenaikan muka laut meningkat, lantai bawah akan menjadi perairan, bahkan kemudian cenderung ditinggalkan.
Saat banjir atau rob ketinggian air dapat mencapai 60 cm di atas jalan 2014. Bila tidak diantisipasi secara tepat, kawasan bersejarah akan juga ditinggalkan karena tidak mampu bertahan terhadap perubahan darat menjadi laut.
Pelajari kontur muka lahan di setiap bagian kota maupun perdesaan. Pelajari pula setiap unsur bangunan, instalasi dan infrastruktur kota yang terkait dengannya, sebelum perubahan iklim dan kenaikan muka laut
Siapkan solusi terhadap konsekuensi risiko perubahan kondisi kota dan permukiman yang pada tingkat mikro maupun makro
Kreasi akibat perkembangan iptek
Siapkan solusi menghadapi risiko perubahan lingkungan alam sesuai dengan spesifikasi setiap bangunan kota yang di masa mendatang akan berada di kawasan perairan
Tokyo Bay-side
Pulau buatan tidak menutup aliran air sungai ke laut
Pulau buatan direncanakan multi fungsi, termasuk pengolahan sampah dan limbah, industri dan rekreasi
Struktur batas pulau buatan sesuai fungsinya dan tidak boleh melalui metode yang mengotori liingkungan. Setelah dinding siap baru diisi media sampah dan tanah
Pengembangan pulau buatan yang ramah lingkungan dapat juga mendukung keberlanjutan species laut setempat
Belajar dari beban bangunan rig di laut
Perkembangan perdagangan internasional selama ini melalui Selat Malaka dan jalur ALKI 1
INDONESIA = NEGARA GUGUS PULAU-LAUT (ARCHIPELAGIC STATE) ALUR LAUT TANAH-AIR INDONESIA SEHARUSNYA DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN GEOPOLITIK GLOBAL, TUJUAN PENENTUAN ALUR LAUT SERTA LINGKUNGAN MARITIM INDONESIA Negara-negara Asia Selatan, Arab dan Eropa
Cina, Korea & Jepang Negara-negara Asia Tenggara & Cina
Filipin a
Brunei & Serawa k
?
? ?
Timor Leste & N L Hindia
Austrlalia, Papua Nugini , N L Pasifik & Selandia Baru
INDONESIA = NEGARA GUGUS PULAU-LAUT (ARCHIPELAGIC STATE) LOKASI PENGEMBANGAN KOTA-KOTA DAN PELABUHAN STRATEGIS INDONESIA SEHARUSNYA SESUAI DENGAN LOKASI STRATEGIS PENGAMANAN PULAU-LAUT INDONESIA Negara-negara Asia Selatan, Arab dan Eropa
Cina, Korea & Jepang Negara-negara Asia Tenggara & Cina
Filipin a
Brunei & Serawa k
?
? ?
Timor Leste & N L Hindia
Austrlalia, Papua Nugini , N L Pasifik & Selandia Baru
Kreasi akibatkan tradisi baru
4 2 1
8
9
7
5
6
3
10
Very High tide Low tide
Continental based
Tipe kesepuluh merupakan peluang lahirnya tradisi baru kehidupan di dalam laut. Setiap jenis dari kesepuluh tipe permukiman tersebut memerlukan infrastruktur yang khas guna mendukung kehidupan dan penghidupannya sesuai kekhasan masalah lingkungan sera perkembangan iptek dan kebutuhan sosial-budayanya, termasuk saat muka air laut menggenangi pesisir darat secara permanen akibat perubahan iklim atau geofisik. Penyelesaian berbasis daratan dapat justru mengundang risiko bencana baru. Setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka hidup dan berpenghidupan berhak memperoleh pelayanan dan fasilitas yang setara Source: Alamsyah 2016 (2006 revised)
Laut Teluk Tokyo bukan saja telah dirambah oleh reklamasi (perluasan daratan) pantai tetapi juga oleh jalur penyeberangan di atas maupun di bawah laut, serta pulau-pulau buatan untuk kawasa; termasuk disini industri, lokasi pengolahan limbah maupun fasilitas rekreasi pantai serta hutan buatan, sekaligus tempat pendidikan bagi generasi muda warga kota daratan
Kesimpulan 3. Arsitektur Bangunan •
Kreasi akibat perubahan iklim Perubahan iklim dan lingkungan berpotensi mengubah lingkungan hidup di Indonesia terutama di kawasan Maritim. Kreasi arsitek Indonesia perlu lebih unggul daripada arsitek lain untuk menyelesaikan masalah keruangan di negara kepulauan terbesar ini.
•
Kreasi akibat perkembangan iptek Iotek masa kini dan masa depan jauh lebih kompleks dan canggih dibandingkan masa lalu. Arsitek Indonesia perlu lebih mendalami peluang dan kendala perkembangan iptek tersebut agar karyanya mampu menyelesaikan masalah keruangan di negara ini, termasuk menanggapi lahirnya arsitektur baru di dalam laut.
•
Kreasi akibatkan tradisi baru Perubahan lingkunhan dan iptek masa depan belum dirasakan oleh pereancang masa lalu. Kini saatnya arsitek Indonesia berkreasi menghasilkan produk baru yang lebih kaya, nyaman dan ramah lingkungan di negara pula-laut ini bagi kepentingan bangsanya di masa mendatang
4. Arsitektur dan perubahan a.Kearifan dan kreatifitas b.Peran arsitek c.Menyongsong masa depan
a. Kearifan dan kreatifitas Dampak perubahan lingkungan dan iptek masa depan semakin beragam dan kadang tak terduga. Kecepatan lahirnya kreatifitas di negara lain kadang melewati kemampuan arsitek kita di masa lalu. Saatnya arsitek Indonesia menempatkan dirinya lebih unggul daripada aritek negara lain baik dalam kreatifitas maupun kearifan terhadap perkembangan lingkungan serta kehidupan dan penghidupan di negara arsipelago terbesar ini
b. Peran arsitek
Arsitek Indonesia berada di lingkungan pulau-laut Indonesia yang lebih kaya dan dekat dengan masalah setempat. Sudah seharusnya arsitek Indonesia lebih berperan untuk menyelekan masalah keruangannya di negara sendiri.
c. Menyongsong masa depan Masa depan tidak dapat dihindari. Arsitek Indonesia perlu menyiapkan sumberdaya manusianya untuk menghadapi datangnya masa depan yang penuh tantangan ini, baik melalui karya unggulnnya, kearifan lingukungan alam dan manusianya, pendidikan dan pelatihan keprofesionalan, maupun sosialisasi pengenalan masyarakat terhadap ruang yang lebih ramah lingkungan melalui karya arsitektural di negara pulau-laut ini.
Sekian Semoga bermanfaat