9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Munasinghe (1993) mengemukkan bahwa pembangunan berkelanjutan
memiliki tiga tujuan utama yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan atau sama
lain,
yaitu
tujuan
sosial
(social
objective),
tujuan
ekonomi
(economic objective), dan tujuan ekologi (ecological objective). Untuk tujuan sosial ekonomi, masyarakat umum berupaya untuk memperoleh kesetaran (equity) melalui perimbangan distribusi pendapatan atau keuntungan yang timpang dan pengentasan kemiskinan antar generasi (hak generasi mendatang). Tiga komponen utama yang harus diperhatikan dalam upaya pembangunan pertanian berkelanjutan sehubungan dengan pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah kegiatan pertanian harus menunjang terjadi pertumbuhan ekonomi (economic growth),
meningkatkan kesejahteraan sosial (social walfare)
danmemperhatikan kelesratian lingkungan (environmental integrity). Konteks pembangunan pertanian berkelanjutan adalah kemampuan lahan untuk tetap reproduktif sekaligus mempertahankan basis sumberdaya alam berorientasi pada kesejahteraan sosial, pertumbuhan ekonomi dan ketahanan lingkungan. Sinukaban (1999) mengemukakan bahwa pertanian berkelanjutan mempunyai ciri-ciri mantap secara ekologis (erosi aktual lebih kecil erosi dapat ditoleransi), berlanjut secara ekonomi (produksi dan pendapatan yang tinggi secara lestari), teknologi dapat diterima oleh masyarakat (aplicable dan replicable). Menurut FAO (1995), definisi pertanian berkelanjutan dan pembangunan pedesaan sebagai pengelolaan sumberdaya alam secara konservasi dengan orientasi teknologi dan perubahan institusi sebagai suatu cara untuk mencapai hasil yang berkelanjutan dimana sumberdaya lahan, air, tanaman dan genetik hewan terpelihara atau lingkungan tidak tergegradasi, teknologi yang tepat, dan memberikan pendapatan yang tinggi secara terus menerus dan sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.
10
2.2
Pestisida nabati Pestisida nabati merupakan pestisida bahan dasar berasal dari tumbuhan.
Pestisida nabati mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas, namun tanaman terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi dua cara, yaitu secara sederhana dan secara laboraturium. Cara sederhana (jangka pendek) dilakukan oleh petani dan pengguna ekstrak biasa dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboraturium (jangka panjang) dilakukan tenaga ahli yang sudah terlatih. Pembuatan pestisida sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sedang pembuatan cara laboraturium berorientasi pada industri. (Kardinan dan Iskandar, 2000). 2.3
Tanaman Penghasil Pestisida Nabati (atraktan lalat buah) Metil eugenol di alam terdapat pada beberapa jenis tumbuhan, antara lain
daun Melaleuca (Melaleuca bracteata von Mueler) dan Selasih (Ocimum sp) (Tan et al 2002) menyatakan bahwa pada bunga tanaman Bulbophyllum Cheiri (Fruit Fly Orchid) juga mengandung metil eugenol. Lalat buah Bactrocera spp, di pagi hari bergerombol mendekati bunga Bulbophyllum dan sore hari mulai berkurang. Kandungan metil eugenol pada bunganya mencapai puncak pada pagi hari dan mulai menurun sekitar jam 12-14, kemudian menghilang setelah jam 14, selain metil eugenol, pada bunga tanaman Bulbophyllum Cheiri (Fruit Fly Orchid) teridentifikasi komponen lain mampu berperan sebagai agregrasi bagi lalat buah jantan, yaitu phenylpropanoids (Nishida et al. 2004). Melaleuca merupakan genus dari Famili Myrtaceae dan biasa tumbuh di sepanjang sungai, sekitar rawa-rawa atau danau (Kardinan 2005) Selasih (Ocimum sp) memiliki beberapa spesies, sehingga dikenal sebagai tanaman yang bersifat ”Polymorphis” terdapat dua kelompok tanaman selasih dengan kandungan utama yang berbeda, khususnya kelompok penghasil eugenol antara lain Ocimum basilicum Linne dan Ocimum gratisimum Linne, serta kelompok penghasil metil eugenol sebagai atrkatan, diantaranya Ocimum tenuiflorum Linne, Ocimum sanctum Linne dan Ocimum minimum Linne. (Sutjipto dan M.W Wijadmiko, 2008)
11
2.4
Selasih Selasih merupakan tanaman setahun tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis, di tempat yang ketinggian antara 1-1.100 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini diduga berasal dari India, menyebar ke wilayah Eropa pada abad ke16 dan sekarang sudah menyebar ke hampir seluruh belahan dunia. Tanaman ini merupakan tanaman keramat atau sakral tidak hanya di India.
Khusus bagi
pemeluk agama Hindu, pada Zaman Mesir kuno, tanaman ini digunakan sebagai pengawet jenazah. Oleh sebagian masyarakat Meksiko, selasih di simpan didalam dompet untuk menarik uang dan kepercayaan, selasih dipercaya dapat menghilangkan kepenatan dan pegal-pegal (Kardinan dan Iskandar, 2005) Di Perancis, selasih dianggap sebagai tanaman kerajaan dan Mesir di sebut royal herb atau kingly (tanaman raja), Sementara itu, di Italia selasih dianggap sebagai tanaman lambang cinta. Tanaman selasih dipercaya dapat membersihkan udara di sekitar, banyak masyarakat yang menanam selasih di sekitar rumah. Tanaman selasih memliki kekuatan spiritual dan gaib. Selasih merupakan tanaman yang mempunyai nilai sakral di India, selain mimba (Azadiractha indica), selain mempunyai beragam nama di beberapa daerah di Indonesia, selasih juga memiliki beragam nama di dunia, seperti sweet basil, garden basil,common basil, luile,tulsi,St. Josephort, dan royal herb. Selasih dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil) dan minyaknya disebut basil oil, minyak atsiri memiliki aroma khas dan berbeda satu sama lain. Fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai pengharum, sebagai parfum untuk badan, kosmetik, pengharum ruangan,pengharum sabun, pasta gigi, dan pemberi rasa makanan. Tidak begitu banyak atau hanya beberapa jenis minyak atsiri yang popular digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau yang lebih populer dengan istilah aroma. Minyak atsiri selasih sering digunakan untuk terapi aroma. (Kardinan dan Iskandar, 2000) Selasih, tlasih, basil, atau basilikum (Ocimum) adalah golongan tumbuhan yang dimanfaatkan daun, bunga, dan biji sebagai rempah-rempah serta penyegar (tonikum). Berbagai bagian tumbuhan ini berbau dan berasa khas, kadang-kadang langu, harum, atau manis, tergantung kultivar. Tanaman selasih dapat membuat
12
mabuk. Ciri-ciri daun selasih tunggal, letak berhadapan, bertangkai panjang 0.5 – 2 cm, berbentuk bulat telur sampai memanjang dengan permukaan daun berambut halus, ujung daun runcing dan tepinya bergerigi, sedang bunga tersusun dalam tandan, keluar dari ujung percabangan, berwarna ungu dan putih, selasih berbiji keras dengan warna coklat tua ( Kardinan dan Iskandar, 2000 ). Tanaman selasih mengandung minyak asiri, saponin, flapanoid, tanin, dan senyawa geraniol, methyl eugenol (ME), linalol serta senyawa lain bersifat menguap. Minyak selasih dilaporkan mengandung ME lebih 65 %. Pada daun Ocimum basilicum di samping mengandung minyak atsiri juga mengandung saponin, flavonoida dan tanin. Sedang biji mengandung
saponin, flavonoida
dan polifenol. Tiga jenis bahan aktif sudah dikenal antara lain Eugenol sebagai fungsida, Tymol sebagai repellent (penghalau serangga, termasuk nyamuk) dan
metil
eugenol,
sebagai
atraktan
(pemikat)
hama
lalat
buah
(Kardinan dan Iskandar, 2000). Tanaman selasih terasa pedas, hangat, dan wangi, seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan tradisional, misal merangsang penyerapan, peluruh keringat, peluruh air seni, melancarkan peredaran darah, menghilangkan sakit, dan mampu membersihkan racun. Minyak atsiri bisa larut secara baik di dalam lemak, sehingga dapat menimbulkan iritasi di bagian kulit dan selaput lendir, jika terkontaminasi dalam jangka waktu lama, kulit akan memerah, meradang, dan melepuh. Taksonomi tanaman selasih diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta Subdivisi
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Ocimum
Spesies
: Ocimum sanctum L
13
2.4.1 Penggolongan Tanaman Selasih Tanaman selasih termasuk genus Ocimum dari Famili Labiate, kegunaan tanaman selasih sangat banyak digunakan sebagai obat tradisional, penghasil minyak atsiri (basil oil), bahan pewangi, bahan dalam acara ritual, kosmetik,minyak untuk memandikan jenazah,serta bunga atau daun untuk berziarah. Karenanya, tanaman ini disebut tanaman serbaguna. Bentuk atau penampilan tanaman selasih sering berubah-rubah, terdapat 50-60 jenis Ocimum bahkan ada yang mengatakan terdapat sekitar 150 varietas. Perubahan bentuk tersebut belum jelas penyebabnya, mungkin pengaruh tanah atau iklim, selain penggolongan serta taksonomi, ada yang membaginya berdasarkan komposisi kandungan kimia dan minyak. Penggolongan selasih berdasarkan komposisi kandungan kimia dan minyak sebagai berikut: 1.
Tipe Eropa mengandung komponen utama metil chavicol dan inalool, tidak mengandung kapur barus.
2.
Tipe reunion mengandung komponen utama metil chavicol dan kapur barus, tidak mengandung inalool.
3.
Tipe metil sinamat mengandung komponen utama metil chavicol,linalool dan metil sinamat
4.
Tipe eugenol mengandung komponen utama eugenol
2.4.2
Kandungan bahan aktif selasih Selasih banyak jenis, sehingga dibagi berdasarkan kandungan bahan aktif
atau komposisi kandungan kimia, hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan aktif atau komposisi kandungan bahan kimia selasih beragam sekali. Tanaman selasih mengandung beberapa bahan aktif yang sama, seperti eugenol, metileugenol, ocimene, alfapinene, encalyptole, linallol, geraniol, methylchavicol, methilcinnamate,
anetol,
dan
camphor,
walaupun
kandungan
berbeda.
Bahan-bahan tersebut antara lain terkandung dalam daun, sementara
biji
mengandung planteose dan asam lemak, seperti asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam linoleat (Kardinan dan Iskandar, 2000).
14
Rendemen minyak dan kandungan bahan aktif serta persentase sangat bervariasi antara satu spesies dengan spesies lain. Rendemen minyak dalam daun berkisar 0,18-0,56%, dalam bunga sekitar 0,7 % dan ranting mengandung minyak sangat rendah dengan rendemen 0,01 %. Rendemen Ocimum basillicum berkisar 0,18-0,32% dengan kandungan utama bahan aktif eugenol berkisar 30-46%. Rendemen minyak Ocimum gratisimum berkisar 0,18-0,23% dengan kandungan bahan utamanya eugenol 40% , tymol 30%, dan bahan aktif lain seperti ocimeen. Ocimum sanctum mempunyai rendemen mimyak berkisar 0,08-0,38% dengan bahan aktif utama metil eugenol sekitar 64%. Ocimum tenuiflorum dengan rendemen minyak sekitar 0,15% mengandung bahan aktif utama metil eugenol sekitar 56%. (Kardinan dan Iskandar, 2000) 2.4.3 Prospek Selasih Tanaman mempunyai senyawa kimia karena mengandung berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus komponen kimia yang belum semua terungkap manfaat. Sejuta rahasia masih merupakan misteri didalam tanaman, di masyarakat bahkan sudah menjadi tren, bahwa dalam beberapa kasus penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh dunia kedokteran dan farmasi, kemudian beralih ke pengobatan tradisional, salah satu dengan menggunakan ramuan obat-obatan dari tanaman, selain itu, kegiatan back to nature dewasa ini telah mendunia, yakni dengan ada gerakan hidup sehat secara alami, salah satu cara kembali ke bahan-bahan alami termasuk obat-obatan. Selasih merupakan salah satu tanaman yang belum banyak dimanfaatkan, khusus di Indonesia. Padahal potensin sangat menjanjikan, baik dari hasil-hasil penelitian yang telah terbukti secara ilmiah maupun dari informasi-informasi lainnya, salah satu contoh minyak selasih yang dgunakan sebagai atraktan untuk mengendalika hama lalat buah di bidang holtikultura sudah dapat disetarakan dengan atraktan sejenis yang saat ini telah dipasarkan. Budidaya tanaman selasih sangat mudah karena selasih mampu beradaptasi dengan lingkungan, bahkan ada yang menggolongkan selasih sebagai
gulma
karena
pertumbuhannya
(Kardinan dan Iskandar, 2000).
sangat
cepat
dan
mudah.
15
2.5
Jambu biji
2.5.1
Sejarah singkat jambu biji Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu dalam bahasa
inggris di sebut lambo guava. Besar buah bervariasi dari diameter 2,5 cm sampai lebih 10 cm. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia, hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah jawa jambu biji disebut jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain. sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu bangkok karena proses terjadinya dari bangkok (Rukmana,1996). 2.5.2 Botani dan morfologi jambu biji Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”psidium” yang berarti delima, sementara ”guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava linn Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Tinggi dapat
mencapai 3-10 m. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokkan atau okulasi. Tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur
16
lebih pendek dan bercabang lebih panjang sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2 - 3 bulan meskipun ditanam dari biji. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Buah jambu biji berbentuk bulat dan lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning mengkilap setelah matang, untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan berubah menjadi kuning belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah tua saat tua. Warna daging buah pada umum putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang. Tanaman jambu biji berakar tunggang, Perakaran lateral, beserabut cukup banyak, dan tumbuh relatif cepat.(Rukmana, 1996) 2.5.3 Manfaat jambu biji Tanaman jambu biji bermanfaat bagi kehidupan, kayu jambu biji yang halus dan sangat padat baik digunakan untuk ukiran atau patung bernilai tinggi, selain itu arang dari kayu jambu biji sangat baik untuk pembakar karena api sangat panas, asap yang ditimbulkan sedikit, dan nyala apinya tahan lama. Harga jual arang pun lebih mahal dibandingkan dengan arang dari kayu lain. Buah jambu biji dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Buah atau setengah matang banyak digunakan untuk rujakan. Selain itu, buahnya juga diolah menjadi sirup, sari buah, nektar, buahvita, jeli, selai, kembang gula, dan dodol. Hasil olahan buah jambu tersebut disukai konsumen. Bahkan, di Bangka, daun jambu biji digunakan sebagai bahan minuman pengganti teh. Tanaman jambu biji selain sebagai bahan pangan dan kerajinan, beberapa bagian dari tanaman jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat resep pengobatan, beberapa resep tanaman jambu biji telah terbukti mengobati diare, disentri, demam berdarah, gusi bengkak,sariawan, jantung dan diabetes. Berdasarkan hasil penelitian, jambu biji mengandung berbagai zat gizi yang digunakan sebagi obat untuk menyembuhkan penyakit. Kandungan lengkap kadar gizi yang terdapat dalam 100 g jambu biji masak segar adalah protein sebanyak 0,9 g, lemak 0,3, karbohidrat 12,2 g, kalsium 14 mg, fosfor 28 mg, besi1,1 mg,
17
vitamin A 25 mg, vitamin B1 0,02 mg, vitamin C 87 mg dan air 86 g dengan total kalori sebanyak 49 kalori. Biji jambu kering mengandung 14 % minyak atsiri, 15 % protein, dan 13 % tepung. Jambu biji mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C jambu biji dua kali lebih banyak daripada buah jeruk manis hanya 49 mg per 100 g. Vitamin C sangat baik sebagai anti oksidan, namun sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi di kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncakn saat menjelang matang. Jadi bila mengkonsumsi jambu biji saat matang akan lebih baik dibandingkan setelah matang optimal dan lewat matang, sebagai bahan perbandingan, berdasarkan hasil anlisis mutu kimia tahun 1991 oleh Dody, Sobari, dan Syaifulah, staf peneliti Balai Penelitian Pasar Minggu, diperoleh data bahwa kandungan vitamin C per 100 g jambu biji matang adalah 150,50 mg, matang optimal sebanyak 130,13 mg dan lewat matang sebanyak 3,36% ,dilihat dari kadar kemanisan, jambu biji matang optimal akan memiliki rasa lebih manis dibandingkan dengan saat matang dan kurang manis saat lewat matang. Kebutuhan vitamin C anak laki-laki atau perempuan (usia 13-20 tahun) sebanyak 80-100 mg dan orang dewasa 70-75 mg. Berat jambu biji sebesar 275 g/ buah dapat mencukupi vitamin C tiga orang dewasa atau 2 orang anak usia 13-20 tahun perharinya, jambu biji juga kaya serat, khusus pektin (serat larut air) yang dapat digunakan untuk pembuatan jel atau jeli. Manfaat pektin lain adalah menurunkan kolestrol dan asam empedu
dalam tubuh serta membantu
penngeluarannya. Penelitian yang dilakukan Singh Medical Hostikal and Research Center Morrabad, India, menunjukan bahwa jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol total dan triliserida darah serta tekanan darah penderita hipertensi essensial. Jambu biji mengandung tanin yang menimbulkan rasa sepat pada buah, tetapi bermanfaat memperlancar sistem pencernaan dan sirkulasi darah serta menyerang virus. Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan kadar kolesterol total dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dengan memakan jambu biji 0,5- 1 kg/hari
18
selama empat minggu, resiko terkena penyakit jantung dapat berkurang sebesar 16 %. Dalam jambu biji juga ditemukan likopen, yaitu zat karotenoid (pigmen penting dalam tanaman) yang terdapat
dalam darah serta memiliki
aktivitas antioksidan yang bermanfaat memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa jenis kanker. Jambu biji yang banyak mengandung likopen terutama jambu biji yang berdaging merah (jambu getas merah,jambu pasar minggu,dan khemer merah) (Rukmana, 1996) 2.5.4 Jenis Jambu biji Indonesia memiliki banyak koleksi jenis tanaman jambu biji atau yang dikenal dengan koleksi plasma nutfah jambu biji, terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji atau yang tersebar di beberapa negara, termasuk Indonesia, ada beberapa jenis atau varietas jambu biji yang banyak dikenal masyarakat (Parimin, S.P, 2005) antara lain: 1.
Jambu biji kecil Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis jambu yang
unik dan menarik. Adapun ciri-ciri dari jenis jambu ini antara lain ukuran daun kecil, yaitu panjang daun sekitar 4 cm dan lebar sekitar 1 cm. Warna daun hijau tua dengan bentuk bulat panjang. Buahnya serba kecil dengan bobot maximal 12 gram/ buah. Rasa buah manis sedikit asam beraroma harum. Kulit buah berwarna hijau muda mengkilap dan dagingnya putih dengan jumlah biji banyak. Panjang buah 3 cm dan lebar 3 cm. 2.
Jambu biji sukun Jambu biji sukun cukup digemari banyak pekebun karena merupakan salah
satu jenis jambu biji tanpa biji (triploid), namun ada jenis jambu biji sukun yang berbiji. Jambu biji sukun tanpa biji maupun berbiji termasuk buah unggul dan cocok dikembangkan dalam perkebunan skala besar/komersial. Ciri jambu sukun tanpa biji antara lain buah berbentuk bulat simetris atau persegi panjang. Jambu sukun yang ada di Bangkok memiliki bobot buah rata-rata 400-500 gram per buah.
19
Jambu sukun yang ada di Indonesia hanya berbobot sekitar 300 gr perbuah. Warna kulit buah hijau muda dan mengkilap setelah matang. Daging buah berwarna putih, tebal, padat, serta bertekstur keras. Bagian luar buah terasa renyah dan semakin kedalam tekstur semakin empuk. Rasa buah manis,enak, dan segar. Jenis jambu biji sukun yang berbiji memiliki ciri sebagai berikut: -
Kulit buah hijau saat muda
dan berubah menjadi kuning muda setelah
matang -
Buah berasa manis dan beraroma harum.
-
Daging buah berwarna putih dan bentuk bulat seperti apel malang.
-
Bobot buah sekitar 60 gram perbuah.
-
Diameter buah sekitar 5-6 cm dan tinggi buah kurang lebih 3-4 cm
-
Bentuk dan bulat memanjang, tetapi bagian besar berada didekat tangkai daun. Panjang daun sekitar 6-11 cm dan lebar 6-7 cm.
3.
Jambu biji bangkok Jambu biji bangkok mulai populer pada tahun 1980. Jambu biji ini berasal
dari
Bangkok, Thailand. Buah berukuran besar dengan bobot sekitar
500-1.200 gram per buah. Daging buah tebal berwarna putih dan biji sedikit, kulit buah berwarna hijau muda mengkilap bila sudah matang. Rasa daging buah manis serta enak dengan tekstur keras dan renyah. Rasa manis disebabkan kadar gula mencapai 28,10 %. Jenis jambu biji bangkok termasuk pendek dan berbuah sangat lebat. Jambu ini sudah banyak tersebar di Indonesia. 4.
Jambu biji variegata Jambu biji variegata termasuk langka, unik, dan menarik. Jambu biji
variegata dalam satu tanaman ada tiga warna daun yang berbeda, yaitu daun berwarna hijau tua dan polos tanpa belang-belang, hijau belang-belang putih, atau belang-belang merah. Tanaman ini merupakan hasil mutasi tanaman dari varietas jambu biji kampuchea. Buah berbentuk bulat simetris dengan diameter sekitar 4 cm. Bobot buah sekitar 15-18 g/ buah. Daging buah putih, berasa kurang manis, bijinya banyak, dan kulit berwarna hijau belang-belang kekuning-kuningan setelah matang. Panjang daun sekitar 8,10 cm dan lebar 4 cm, ada juga jenis
20
jambu biji variegata lain yang memiliki buah lebih kecil, yaitu berdiameter hanya 3 cm dengan bobot sekitar 8 g/ buah. Jambu biji variegata berpenampilan unik dan menarik. 5.
Jambu biji australia Jambu biji Australia memiliki ciri yang unik, yaitu batang, daun, maupun
buahnya berwarna merah tua. Jambu biji ini berasal dari Australia. Daunnya berbentuk bulat memanjang dengan ukuran panjang 12-13 cm dan lebar 6-7 cm. Daging buah berwarna putih, berbiji banyak, dan rasanya manis. Produktivitas buah jambu asal australia kurang dan jarang sehingga hanya cocok dijadikan tanaman buah dalam pot (tanaman hias). 6.
Jambu biji brasil Jambu biji brasil termasuk unik dan langka karena memiliki ukuran buah
yang kecil dan berwarna kemerahan setelah matang. Jambu biji ini berasal dari Brasil sehingga dinamakan jambu brasil. Batangnya seperti jambu biji pada umumnya. Daunnya berwarna hijau mengkilap, bentuknya seperti kipas,dan letaknya saling berhadapan. Panjang daun sekitar 3-5,5 cm dan lebar 2,5 cm. Rasa buahnya asam seperti buah menteng asam. Buahnya mengandung banyak biji. Kulit buah berwarna merah mengkilap dan daging buahnya putih. Bobot buah antara 5-7 gram buah.Tanaman ini sangat baik untuk dijadikan tanaman buah dalam pot atau tanaman hias karena penampilan buahnya yang menarik. 7.
Jambu biji merah getas Jambu biji merah getas merupakan hasil temuan lembaga penelitian Getas,
Salatiga, Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Jambu biji ini merupakan hasil silangan antara jambu pasar minggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan antara lain daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal, berasa manis, harum dan segar. Ukurannya buahnya cukup besar dengan ukuran 400 gram per buah. Daun jambu biji merah getas berwarna hijau tua. Panjang daun sekitar 6-14 cm. Kulit buah berwarrna
hijau
muda
sampai
hijau
kekuningan
bila
telah
matang.
21
Permukaan kulit buah rata mengkilap,sehingga bentuknya sangat menarik. Jambu biji ini juga tahan terhadap hama penyakit. Selain itu, perakaran jambu biji merah getas kuat dan responnya terhadap pemupukan juga baik. Produktivitas jambu biji merah getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat, dengan banyak keunggulan dan dikebunkan dengan skala komersial. 8.
Jambu biji susu Jambu biji susu berasal dari Pasarminggu. Jambu biji ini banyak ditanam
oleh masyarakat di daerah Citayam, Pasarminggu, Bogor, Indramayu, Yogyakarta, Semarang dan Cirebon. Bentuk buah jambu biji susu bulat dan meruncing di bagian dekat tangkai buah, pada saat matang kulit buah berwarna hijau muda, kuning, sampai keputihan, rasa buah kurang manis dibandingkan dengan jambu merah getah atau jambu bangkok, buah mengandung banyak biji. Bobot buah sekitar 300 gram/buah dengan diameter 7,5 cm. 9.
Jambu biji khemer Jambu biji khmer termasuk jambu biji unggul dengan ciri-ciri bentuk buah
bulat panjang dan melancip dibagian tangkai, kulit buah berwarna hijau kekuningan, dan daging buahnya berwarna merah. Bobot buah jambu biji khemer sekitar 350 gram / buah. Jambu biji khemer termasuk unggul dan layak dikebunkan secara komersial. 10.
Jambu biji bangkok epal Jambu bangkok apal atau epal biji banyak dikenal di Malaysia. Bobot buah
hanya 400 g per buah. Permukaan kulit buahnya halus, rata, dan licin. Warna buah saat matang hijau kekuning-kuningan. Jambu bangkok epal termasuk jenis unggul dan sangat baik untuk dikembangkan dalam skala komersial.
22
11.
Jambu biji pasarminggu Jambu biji pasar minggu adalah jenis unggul karena hasil seleksi kultivar
jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930. Bobot buah jambu ini sekitar 150-200 gram per buah, bentuk buahnya agak lonjong seperti alpukat, daging buah merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum, kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat matang sampai sekarang. Jambu ini masih bertahan dan dikembangkan terus oleh masyarakat. 2.6
Lalat Buah
2.6.1
Kehidupan dan perilaku lalat buah Lalat buah merupakan hama yang sangat merusak tanaman dari jenis
holtikultura, khususnya tanaman buah dan sayur seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon, nangka, jambu air, tomat, cabai merah, pare. Hama ini terdapat hampir di seluruh kawasan Asia-Pasifik, dan diketahui menyerang lebih 26 jenis buah dan sayuran. Perilaku lalat buah, seperti kegiatan mencari makanan, meletakkan telur dan melakukan hubungan seksual, dikendalikan dan dirangsang oleh bahan kimia yang dikenal dengan semiochemicals yang salah satu jenisnya adalah kairomones. Kairomones yang dapat merangsang alat sensor (olfactory) serangga adalah metil eugenol yang merupakan atraktan (pemikat) lalat buah. Metil eugonol dapat dihasilkan oleh beberapa jenis tanaman, misalnya daun wangi (Melaleuca bracteata), selasih (Ocimum spp), trengguli (Cassia fistula), dan cengkeh (Syzygium aromatikum). Pada lalat betina memerlukan nutrisi untuk proses pematangan telurnya. Beberapa nutrisi yang diperlukan dan terdapat dialam antara lain nektar dan madu. Lalat betina merupakan penyebab terjadinya kerusakan pada buah-buahan karena lalat inilah yang meletakan telur-telurnya kedalam buah dengan alat peletakan telurnya (ovipositor). ( Putra, 1997). Minyak atsiri selasih mengandung metil eugenol efektif memerangkap lalat buah pada cabai merah dan daya tahan berlangsung hingga 57 hari (Sutjipto et al, 2008).
23
2.6.2
Jenis lalat buah Terdapat tiga jenis lalat buah yang dapat ditangkap dengan atraktan yang
mengandung metil eugenol, yakni Bractocera dorsalis (92 %), B.umbrosus (7 %) dan B. Cucurbitaceae (1%). Selama ini Bractocera dorsalis sangat mendominasi kawasan Asia Pasifik dengan jumlah tanamn inang yang cukup beragam, yakni sekitar 26 jenis tanaman inang. Lalat buah Bractocera dorsalis menyerang berbagai jenis buah dan sayuran. Sementara lalat buah jenis Bractocera umbrosus jumlah inangnya lebih sedikit dibandingkan dengan Bractocera dorsalis. Jenis lalat buah ini banyak ditemukan menyerang buah nangka kuning. Lalat buah jenis Bractocera cucurbitaceae ditemukan menyerang berbagai jenis sayuran antara lain buah paria. (Sodiq, 2004) 2.6.3 Siklus Hidup Lalat Lalat buah mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) dari telur, larva (belatung), pupa, dan akhirnya menjadi serangga dewasa (imago). Umur imago atau lalat buah dewasa menjadi bisa mencapai satu bulan. Telur yang berumur 2- 3 hari ditusukkan oleh serangga betina kedalam kulit
buah
menggunakan alat peletak telur (ovipositor). Setelah itu, telur akan berdiam dibawah permukaan kulit buah dan menetas menjadi larva atau belatung. Buah busuk disebabkan oleh bakteri yang selalu mengikuti telur yang diletakkan oleh lalat betina. Bakteri inilah yang berperan dalam mempercepat proses pembusukan. Selain itu, terjadi luka pada buah memicu serangan jamur, jamur ini juga bisa mempercepat proses pembusukan buah. Larva terdiri dari tiga masa instar atau tiga kali proses penggantian kulit. Proses ini memerlukan waktu 7-10 hari dan terjadi didalam buah. Setelah selesai masa instar, larva akan menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya berubah menjadi pupa. Masa pupa berlangsung di dalam tanah dengan waktu 5-25 hari atau tergantung dari keadaan lingkungan. Selama masa ini, pupa berpuasa dan hanya berdiam diri untuk mempersiapkan diri menjadi serangga dewasa (lalat). Beberapa orang yang mempunyai pohon buah-buahan di halaman rumah (dalam jumlah sedikit) sering
24
menembok tanah dibawah pohonnya agar siklus hidup lalat buah terpotong (Sodiq 2004). Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat betina ujung perut lebih runcing dibanding lalat jantan. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek peka terhadap lingkungan kurang baik. Suhu optimal perkembangan lalat buah sekitar 26 °C, sedangkan kelembaban relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. (Sodiq,2004) 2.6.4 Pengendalian Lalat Buah Hama
lalat
buah
termasuk
sulit
dikendalikan,
beberapa
teknik
pengendalian, baik secara tradisional maupun modern sudah banyak dilakukan, tetapi hasilnya belum optimal, bahkan sering berdampak negatif bagi kesehatan. Tingginya kandungan residu pestisida pada buah dapat berakibat fatal, tidak hanya terhadap kesehatan, tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang di ekspor. Karena itu diperlukan suatu terobosan untuk menemukan cara pengendalian hama lalat buah secara efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Beberapa cara pengendalian hama lalat buah yang bisa dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Fisik (Mekanis) Cara pencegahan dan pengendalian secara fisik yang banyak dilakukan
adalah pengasapan kebun buah-buahan, pembungkusan buah, atau penjaringan pohon buah. Cara itu kurang efisien jika diterapkan di kebun yang luas, cara ini hanya efisien jika diterapkan pada pohon-pohon milik perseorangan dengan jumlah terbatas atau tidak terlampau banyak. Kelemahan lain pengendalian secara
25
fisik adalah sulit diterapkan pada komoditas sayuran, seperti tomat,cabai merah atau melon. Kesulitan terutama terjadi karena terlalu banyak bungkus plastik dan tenaga kerja diperlukan untuk membungkus sayuran. 2.
Kimia Penyemprotan dengan insektisida sering menyebabkan pemborosan karena
banyak yang tidak tepat sasaran, mengingat sifat lalat buah yang selalu bergerak. Penggunaan insektisida juga bisa menyebabkan pencemaran lingkungan dan menyebabkan residu berbahaya pada komoditas yang ditanam. Masih ada lagi cara pengendalian lalat buah secara kimia, yakni menggunakan protein bait (pencampuran protein hidrolisat yang merupakan makanan lalat buah dengan insektisida). Cara ini belum populer dilakukan, khusus di Indonesia. Daya jangkau efektivitasnya tidak terlampau luas. Keunggulan penggunaan protein bait adalah daya bunuh tinggi, jika lalat mati sehingga tidak memerlukan perangkap lagi. 3.
Biologi Pengendalian lalat buah secara biologi biasa dilakukan dengan cara
menghasilkan lalat buah jantan yang mandul. Teknik pengendalian lalat buah ini masih dalam penelitian, tetapi dianggap kurang praktis karena untuk membuat lalat jantan mandul diperlukan alat dan teknologi khusus. Untuk menghasilkan serangga jantan mandul biasanya diperlukan sejumlah lalat jantan yang disinari dengan sinar gamma (biasanya cobalt 60 atau phosphor 132). Secara teori cara ini memang cukup handal karena populasi lalat di alam secara perlahan-lahan dapat ditekan. Dengan melepaskan lalat jantan yang sudah di buat mandul, telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril alias tidak bisa menghasilkan keturunan. Jika sudah mencapai umur maximal (1-2 bulan), lalat betina akan mati begitu juga dengan lalat jantan mandul yang dilepas. Populasi jantan fertil yang berada di alam sehingga lalat jantan mandul dapat berkompetensi untuk
memperoleh betina, menurut beberapa penelitian
gerakan lalat jantan telah dimandulkan menjadi lebih lamban dibandingkan dengan lalat jantan yang ada di alam sehingga sering kalah bersaing dalam
26
memperebutkan lalat betina, waktu lalat betina dikawini oleh lalat jantan, sperma yang diperoleh akan disimpan dalam spermateka atau kantung sperma, lalat betina tidak memerlukan sperma lagi, oleh karena itu jika lalat jantan mandul yang dilepas berhasil mengawini lalat betina terlebih dahulu, hasil yang diharapkan akan tercapai, namun kenyataan yang terjadi di lapangan, lalat jantan mandul lebih banyak kalah bersaing dengan lalat jantan fertil untuk menjadi pejantan pertama yang dapat mengawini lalat betina( Putra,1997).