7
TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan Penyuluhan pertanian adalah sistim pendidikan informal, dimana petani dan keluarganya sebagai peserta didik, dan penyuluh sebagai guru dan rekan untuk mengahantarkan petani dalam mencapai tingkatan pengetahuan tertentu, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku. van den Ban dan Howkins (2003) menyarankan bahwa untuk merubah
perilaku petani dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satu diantaranya, mempengaruhi pengetahuan dan sikap petani secara terbuka. Uraian singkat ini, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam pembangunan harus didahului oleh suatu proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi, kemudian memprosesnya menjadi pengetahuan tentang adanya kesempatan-kesempatan bagi dirinya, melatih dirinya agar mampu berbuat, dan termotivasi, agar mau benar-benar bertindak. Pentingnya komunikasi dalam penyuluhan pertanian, dimaksudkan untuk membantu, menganalisis, menentukan pilihan, menginformasikan, dan memantau pihak-pihak yang terkait dengan penyuluhan. Untuk itu para penyuluh dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai yang dikemukakan Roger (1995) bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan membangun dan berbagi informasi satu sama lain dalam usaha mencapai pengertian timbal balik. Pengertian di atas telah dijelaskan oleh Berlo (1960)
bahwa fungsi
komunikasi adalah mempengaruhi orang, terutama mendorong orang untuk berbuat. Demikian halnya dengan pendapat Devito (1997) bahwa komunikasi adalah tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
8
Pendapat tersebut di atas menggambarkan bahwa komunikasi merupakan faktor penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian. Menurut Roger (1976) komunikasi pembangunan saat ini yang melibatkan pengerahan massa, seperti penyuluhan pertanian dapat menyebabkan kesenjangan sosial-ekonomi di antara petani, untuk itu diperlukan metode komunikasi yang efektif. Dicontohkan pada kasus
media massa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam
pengerahan massa, bila memperhatikan : (a) kebutuhan khalayak, (b) strategi perencanaan komunikasi yang tepat, (c) pesan-pesan disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi khalayak, (d) sistem penyebaran informasi hendaknya dalam suatu jaringan informasi, (e) interelasi unsur-unsur komunikasi, dan (f) ada umpan balik. Hal ini dimungkinkan karena, pengenalan terhadap khalayak dalam kegiatan komunikasi massa merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan apabila kita menghendaki keefektivan komunikasi Dijelaskan
oleh Slamet (2003)
bahwa di era informasi ini, dengan
terjadinya perubahan-perubahan di lingkungan pertanian dan pranata sosial masyarakat, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian sudah saatnya ditata dalam suatu paradigma baru penyuluhan pertanian, sehingga dalam melaksanakan profesinya sebagai petani, memerlukan informasi- informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh James Deane (2004)
bahwa strategi pembangunan yang
menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat, dapat mengubah sikap khalayak (masyarakat) dan menambah pengetahuan dan ketrampilan baru. Pendekatan teknik komunikasi melalui media, berguna untuk perubahan pengalaman dan bahkan untuk menuntunnya berubah.
van den Ban dan
Howkins (2003) mengemukakan, sebelum diputuskan penggunaan media masa (televisi dan video misalnya) dalam penyuluhan pertanian perlu diamati pengaruhnya.
9
Keefektivan Komunikasi Instruksional
Pengertian Komunikasi Instruksional Komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau ketrampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syam dan Sugiana, 2001). Oleh karena itu, komunikasi instruksional sering disebut komunikasi pendidikan atau pengajaran. Metode pengajaran disesuaikan dengan peserta didik (khalayak). Pada pendidikan interpersonal,
formal, dengan
metode
yang
tambahan
seringkali alat
digunakan
peraga.
adalah
Akhir-akhir
ini,
metode dengan
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, pada beberapa lembaga pendidikan, telah digunakan media- media instruksional, seperti multi media, dan lain- lain. Selain itu metode pengajaran pada pendidikan informal seperti penyuluhan pertanian, pendekatan interpersonal merupakan komunikasi instruksional yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani. Hal ini merupakan gambaran bahwa, penyuluh dan metode pengajaran merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan petani (khalayak). Video Instruksional : Pengertian dan Implikasinya Menurut McQuail (1987) video merupakan suatu media cangkokan (seperti halnya televisi) yang meminjam beberapa unsur penting dari film dan televisi untuk kepentingan isi dan bentuknya. Inovasi video yang saat ini disebut videodisk merupakan perangkat yang menggunakan teknologi laser dan ditandai oleh kejelasan gambar dan suara yang sangat baik, serta kelenturan penggunaan dan kemudahan memperolehnya, merupakan media dengan kemampuan yang sangat mengagumkan. Secara fisik, Ghozalli (1986) mengemukakan bahwa video merupakan unit peralatan elektronik yang dapat merekam informasi gambar dqan suara dari sumber-sumber sinyal video, ke dalam pulsa-pulsa pita magnetik berlapis oksida.
10
Gaerlach dan Ely (1972) meengemukakan, sekitar tahun 1960-an, pada awalnya video hanya digunakan untuk keperluan siaran program televisi. Teknologi video semakin berkembang, sehingga menghasilkan peralatan yang makin ringkas dan canggih, dari format VTR berubah semakin kecil menjadi ¾ inchi dan ½ inchi. Medium yang semula berupa ”open-reel” atau ”reel to reel” berubah menjadi ”catridge” kemudian menjadi ringkas lagi berupa kaset (casette) yang dibungkus dengan plastik ringan (Bensiger, 1981). Perkembangan teknologi video semakin pesat, dari medium kaset, dan medium piringan (laser disc, compac disc, dan dvd). Implikasinya juga semakin meluas sebagai media hiburan (entertainment), pendidikan, penyuluhan, informasi, dan penelitian. Menurut Griffith dapat difungsikan untuk kegiatan belajar-mengajar melalui bentuk teknologi video disc interaktif (Syam dan Sugiana, 2001). Video instruksional merupakan salah satu medium komunikasi pendidikan yang memiliki daya pikat tersendiri, hal ini karena karakteristiknya. Seperti yang dijelaskan oleh
Padmo (2003)
secara umum karakteristik video
dapat
menyajikan gambar yang realistik dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi perspektif ruang dan waktu. dan karakteristik khusus adalah ;
(a) mampu
menambah atau mengurangi waktu sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengamati sesuatu kejadian,
(b) memiliki kemampuan mengkompresi waktu
yang dibutuhkan dalam mengamati suatu kejadian, (c)
kemampuan untuk
memperpanjang gerakan dengan cara melambatkan gerakan, sehingga dapat ditangkap oleh mata, (d) mampu menghidupkan kembali suatu peristiwa masa lalu, (e) penguasaan ketrampilan fisik memerlukan pengamatan berulang dan latihan, dan dapat ditiru, (f)
kemampuan potensial terhadap aspek emosional,
dapat digunakan untuk mengasah kepribadian dan sikap social, dan (g) penyajian dramatisasi yang berakhir terbuka akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi mengenai akhir segmen. Menurut Foltz suatu komunikasi akan dianggap efektif atau berhasil, jika seluruh khalayak yang dilibatkan itu dapat menunjukkan pemahaman mereka tentang subjek yang disampaikan, setelah persentas berakhir (Jahi, 2003).
11
Pendapat lain dari Suparman (1997)
bahwa,
kemampuan media
instruksional, paling tidak ; (a) memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi lebih besar, (b) menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh, (c)
menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung
dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana, dan (d) dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian. Disamping kelebihannya, media video (vcd) juga memiliki keterbatasan diantaranya adalah (a) tempo program tetap (fixed pace), (b) untuk materi tertentu yang membutuhkan detail tetap perlu disajikan gambar yang diam (still phenomena), dan salah interpretasi dapat terjadi karena adegan dramatisasi atau dokumentasi (misinterpretation). Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan video tersebut, penelitian ini bermaksud menjadikan media video sebagai medium komunikasi penyebaran informasi pertanian. Format video untuk mempersentasekan pesan kepada khalayak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya format talk/ceramah, format diskusi, format wawancara/interview, format feature, format majalah, dan format drama (Siswosumarto, 1999). Sesuai dengan maksud penelitian ini, format yang digunakan adalah format talk/ceramah yaitu menggunakan presenter sebagai titik sentral. Variasi format ini nampak dalam sajian, presenter dibantu dengan obyek, caption, alat peraga, peragaan, dan peraga. Pemanfaatan media video dalam kegiatan penyampaian informasiinformasi penyuluhan pertanian, sampai saat ini masih sangat terbatas. Bahkan hasil- hasil penelitian yang mengungkapkan pemanfaatannya pada petani masih sangat terbatas. van den Ban (2003) mengemukakan bahwa film dan video berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan keterlibatan emosi petani pada masaalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini karena media video atau sejenisnya seperti multi media memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional).
12
Implikasinya seperti yang dikemukakan oleh Slamet (2003)
televisi dan
video pada umumnya me rupakan media yang sangat efektif untuk masyarakat sasaran yang telah mampu berkomunikasi secara impersonal dan prasarananya telah tersedia dalam bentuk saluran-saluran televisi. Berbagai hasil penelitian, seperti yang dikemukakan Dwyer
dalam Sadiman (2003)
bahwa tayangan
televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat lima puluh persen (50%) dari apa yang mereka lihat dan dengar di layer televisi walaupun hanya sekali di tayangkan. Atau secara umum orang akan mengingat delapan puluh lima persen (85%) dari apa yang mereka lihat di televisi, setelah tiga jam kemudian, kemudian enam puluh lima persen (65%) setelah tiga hari kemudian. Pendapat lain yang mendukung keberhasilan komunikasi bermedia atau multimedia dari Kemp (1963) adalah : (a) dapat meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap suatu topik, (b) meningkatkan daya tarik bagi khalayak, (c) mengajarkan keahlian lebih efektif,
(d) merangsang khalayak untuk bertindak,
(e) berperan dalam menumbuhkan sikap yang diiningkan terhadap materi yang dibicarakan,
(f)
memperpanjang
waktu
penyimpanan
informasi,
dan
(g) memberikan perolehan pengalaman yang tidak mudah melalui berbagai cara. Hasil- hasil penelitian lain yang dikumpulkan oleh Schramm dalam Syam dan Sugiana (2001) memberikan bukti-bukti bahwa : (a) kombinasi media audio visual memberikan hasil yang jauh lebih besar dalam mempengaruhi khalayak, (b) penggunaan gambar hidup memberikan hasil 24 persen lebih tinggi dalam tes mengenai materi yang disajikan, dibandingkan dengan khalayak yang belajar hanya lewat peta, model, gambar, dan karyawisata, dan (c) persentase menggunakan kombinasi pengajaran berprogram, film bicara, tape slide, tape latihan (multimedia), memberikan hasil belajar yang signifikan dari pada belajar lewat bantuan seorang guru. Agar video instruksional efektif digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayaknya, maka perencanaan pesan merupakan bagian penting. Penulisan naskah, merupakan bagian perencanaan pesan yang diperlukan agar program yang dibuat sesuai dengan hasil yang diinginkan. Naskah menyediakan informasi kepada seluruh kerabat kerja produksi tentang pekerjaan yang harus dilakukan sebelum dan selama kegiatan produksi berlangsung. Secara umum
13
naskah video instruksional dinilai telah siap diproduksi apabila naskah tersebut mengandung isi pesan yang merupakan penjelmaan dari ide atau gagasan dalam bentuk dua komponen yaitu visual dan audio (Soesilowaty, 2003). Langkahlangkah dalam penulisan naskah menurut Arifin (1999) dimulai dengan penulisan sinopsis dan treatment. Format Pesan Video Instruksional Fungsi pesan mempunyai arti penting dalam berkomunikasi, sehingga dalam merencanakan pesan, Kemp menyarankan agar membatasi diri pada satu atau dua tujuan yang dapat dicapai saja, yang dinyatakan secara ringkas (Jahi, 2003). Dalam mendesain pesan, beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pesan seperti kondisi psiko-sosial pengirim dan penerima, lingkungan, dan instrumen- instrumen harus diketahui (Devito, 1997). Selain faktor-faktor tersebut, proses penyampaian pesan dapat terdistorsi oleh gangguan. Cangara (2003) membedakan gangguan komunikasi atas tujuh macam yaitu ; (1) gangguan teknis (channel noise), (2) gangguan semantik, (3) rintangan fisik
(4) gangguan status
(5) gangguan kerangka berpikir, (6)
gangguan psikologis, dan (7) gangguan budaya. Untuk itu suatu pesan hendaknya direncanakan dan mempresentasikan gagasannya berdasarkan format organisasi pesan tertentu sesuai dengan kondisi khalayak yang dihadapi. Berbagai hasil penelitian seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (2001)
bahwa pesan
komunikasi yang di terorganisasikan, lebih mudah dimengerti, memudahkan pengingatan, dan mempermudah terjadinya perubahan sikap khalayak. Larson dalam Syam dan Sugiana (2001) menyatakan bahwa, ada beberapa cara
mengorganisasikan pesan komunikasi yang membantu khalayak untuk
mengingat secara mudah dan menerima pesan tersebut, antara lain ; format kronologis (disusun berdasarkan urutan kejadian), format spasial (disusun berdasarkan ukuran masaalah dan pemecahannya), format topikal (disusun berdasarkan topik yang dibicarakan), format kausal (disusun berdasarkan hubungan sebab akibat), format pemecahan masalah (disusun secara berurutan, mulai dari diagnosis masaalah sampai pemecahan masaalah),
dan format
pengembangan motivasional (disusun berdasarkan sekuen-sekuen motif untuk
14
membujuk khalayak untuk melakukan tindakan tertentu). Selain itu, format yang dikembangkan oleh Monroe meliputi lima langkah yang berurutan dalam menyajikan pesan sebuah gagasan yaitu ; perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, sampai tindakan (Rakhmat, 2001). Untuk itu Beaudin dan Quick mengingatkan agar tidak melupakan 3 (tiga) ciri isi pesan berikut : akurat (isi pesan haruslah benar dan sesuai dengan perkembangan saat ini), berguna (menstimuli, memotivasi dan memberi informasi khalayak untuk bertindak sesuai dengan isi pesan tersebut), dan bebas dari bias (Jahi, 2003). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mulyana (2002) bahwa, jika komunikasi direncanakan untuk menimbulkan perubahan, maka isi pesan harus mengandung unsur psikologis dan sosiologis, yaitu ; (i) Isi pesan harus dipahami khalayak dengan pengertian yang berdasarkan pengalamannya di masa lampau dan (ii) Isi pesan dapat memberi keuntungan dan nilai praktis ya ng besar dari tujuan yang dikemukakan. Supaya
pesan dibuat menarik, Jahi (2003)
menyebutkan bahwa penyajian unsur gerak dan dinamik pada video berdampak besar pada pesan, karena menjadi daya tarik dan pemikat perhatian orang. Selain itu pandangan Siregar (2001) bahwa gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang dihantarkan dalam suatu pesan visual (vidio/televisi). Ketrampilan komunikasi ditandai dengan kemampuan mewujudkan simbol di satu pihak, dan pengertian makna simbol dipihak lain. Simbol-simbol visual dapat menjadi pesan komunikasi sepanjang sudah terbentuk kesepakatan antara penyampai dan penerima. Untuk menangkap makna ini awalnya adalah ketrampilan komunikasi, dan yang lebih jauh adalah pengetahuan yang dimiliki oleh penerima. Pengembanga n pesan untuk televisi/video instruksional, menurut Kemp, semuanya berawal dari suatu gagasan atau ide (Jahi, 2003). Kemudian Ide- ide tersebut dapat divisualisasikan atau digagas dalam bentuk naskah (script). Visualisasi ide, menurut Siswosumarto (1999) adalah suatu upaya untuk menterjemahkan lambang- lambang verbal berupa ; sebuah ide, konsep, ataupun deskripsi yang masih bersifat abstrak menjadi sebuah tontonan visual yang dapat dimengerti maknanya. Untuk itu dikemukakan oleh Rinaldi (2003) terdapat tiga pengelompokan pokok bentuk visual yang dideskripsikan ke dalam bentuk
15
simbol-simbol visual yakni ; simbol piktorial (penyajian gambaran yang realistik), symbol grafis (penggambaran pesan dengan menggunakan gambar yang lebih sederhana), dan symbol ve rbal (penyederhanaan symbol visual dalam bentuk keterangan/kata).
Media dan Pengaruhnya Menurut Winkel
dalam Nazariah (2001) penyampaian pesan dengan
menggunakan media komunikasi, dalam batasan wilayah kognitif
meliputi :
pemahaman mencakup kemampuan (menguraikan isi pokok dari suatu materi pesan) untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, dan penerapan, mencakup kemampuan mengaplikasikan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Chu dan Schramm (1979) melaporkan hasil studi metaanalisis,
bahwa
betapa televisi mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar manusia, serta meningkatkan daya retensi siswa. Hasil penelitian lain ya ng dikemukakan oleh Bohari (1999)
betapa televisi dapat
mengubah perilaku sebagian penduduk Tg. Karang (Kualalumpur) dari perokok berat menjadi berhenti merokok (32,4%), bertahap selama 6 bulan berhenti merokok (51,4%) dan sisanya berjanji akan mengurangi porsi rokoknya. Pengaruh unsur gerakan dan kesimpulan pesan dalam presentase multimedia, dilaporkan oleh Ticoalu (2004)
bahwa terdapat hubungan yang
kuat (r = 0,769) setelah 3 jam antara kemampuan memahami prosedur terhadap ketrampilan. Penelitian tentang pengaruh terpaan informasi kesehatan di televisi terhadap sikap hidup sehat keluarga, oleh Mulyana (2002)
bahwa
intensitas
penayangan informasi kesehatan, isi pesan, dan kredibilitas komunikator, berpengaruh terhadap sikap ibu- ibu rumah tangga mengenai hidup sehat dalam keluarga. Menurut Reymond A. Bauer dalam Rakhmat (2001), betapapun kuatnya pengaruh media massa, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktor- faktor personal yang mempengaruhi reaksi mereka.
16
Pengertian Karakteristik Personal, Perilaku Komunikasi, dan Persepsi Karakteristik secara umum terdiri dari faktor personal seperti umur, pendidikan formal dan non formal, pengalaman, jenis kelamin, pekerjaan, pemilikan media, dan lain- lain. Beberapa diantaranya seperti umur, pendidikan formal, dan pengalaman merupakan faktor yang berhubungan dengan penelitian ini. Persepsi menurut Rakhmat (2001) adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Kemudian perilaku komunikasi merupakan aktifitas komunikasi dalam mencari dan menerima informasi. Salah satu faktor
yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian
(attention) yang merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan- masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2001). Perhatian merupakan
salah satu faktor eksternal meliputi : gerakan,
intensitas stimuli, kebaruan (novelty), dan perulangan. Sedangkan menurut Devito (1997) persepsi mempengaruhi ransangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan makna apa yang kita berikan kepada mereka untuk mencapai kesadaran. Persepsi dalam komunikasi intrapersonal sangat berkaitan dengan sensasi dan memori. Rakhmat (2001) menjelaskan dalam sistim pengolahan informasi secara intrapersonal pada manusia, tahap paling awal adalah sensasi, dimana alat indera mengubah informasi menjadi impuls- impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Informasi yang diterima, mula-mula disimpan pada gudang inderawi (memory storage), kemudian masuk ke short-term memory, lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan ke dalam long-term memory. Ada dua macam memori yaitu memori ikonis untuk materi yang diperoleh secara visual, dan memori ekonis yang diperoleh secara auditif (Rakhmat, 2001).
Dalam
komunikasi
dalam
intrapersonal
memori
memegang
peranan
penting
mempengaruhi persepsi. Obyek yang disensasi melalui alat indera, disimpan
17
dalam memori untuk kemudian dipanggil kembali akan mempengaruhi persepsinya terhadap obyek tersebut. Sebab kemampuan sensasi dan memori orang berbeda-beda, sehingga persepsi terhadap obyekpun berbeda. Hasil- hasil penelitian yang mengungkapkan keterkaitan hubungan antara karakteristik, persepsi, dan perilaku komunikasi petani dengan kemampuan kognitif dalam menerima informasi dari media video instruksional belum banyak di ungkapkan. Beberapa hasil penelitian yang dapat memberikan gambaran hubungan persepsi, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh Adi, dkk (2003) bahwa karakteristik petani seperti : (i) tingkat umur dan pengalaman petani berhubungan sangat nyata negatif dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi, dan (ii) pendidikan formal berhubungan sangat nyata positif dengan
persepsi petani terhadap inovasi
teknologi. Bahwa perilaku komunikasi petani seperti : keterdedahan pada media komunikasi
dan
keterdedahan
pada
saluran
komunikasi
interpersonal
berhubungan sangat nyata dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi. Hasil penelitian tentang persepsi, seperti yang dilaporkan Sementara Riyanto, dkk (1991) melaporkan bahwa keterdedaha n televisi tidak mempunyai kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peternak tentang teknologi INTAB, keterdedahan tersebut lebih banyak dalam hal acara-acara hiburan yang tidak ada kaitannya dengan teknologi INTAB. Kemudian dari hasil penelitian Yusmasari (2003) dapat disimpulkan bahwa keterdedahan terhadap saluran interpersonal, media cetak dan media elektronik berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang mangrove. Hasil lain dari penelitian Riyanto, dkk (1991) bahwa kontak dengan penyuluh tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peternak tentang INTAB. Tetapi laporan hasil penelitin lainnya, bahwa terdapat perbedaan yang nyata dari karakteristik individu petani (umur, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status lahan), perilaku komunikasinya, dan penggunaan jenis media,
menyebabkan pemahamannya
tentang program Kredit Ketahanan Pangan berbeda-beda. Terkait dengan pesan dan kemampuan kognitif, hasil penelitian Ticaolu (2004), bahwa penggunaan gambar gerak yang di kombinasikan kesimpulan tersurat pada persentase multimedia berpengaruh nyata terhadap ketrampilan yang
18
berhubungan dengan kemampuan kognitif, bila di bandingkan dengan gambar diam. Penjelasan tentang hasil- hasil penelitian diatas, telah memberikan gambaran yang cukup jelas untuk digunakan sebagai argumentasi dalam penelitian ini.
19
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran Kefektivan video instruksional dalam menyampaikan pesan ditentukan oleh kemampuannya meningkatkan pengetahuan petani (khalayak). Efek tersebut diamati, melalui hubungan
faktor- faktor personal dengan materi yang
diperagakan lewat video, meliputi : hubungan persepsi tentang daya tarik video, penerimaan materi, pemahaman materi, dan keterlibatan video instruksional dalam
meningkatkan
partisipasi
petani
(khalayak),
dengan
peningkatan
pengetahuan ; hubungan karakteristik personal : pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani, dengan peningkatan pengetahuan ; hubungan
perilaku
komunikasi : frekwensi menonton televisi, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan sesama petani, dengan peningkatan pengetahuan ; dan hubungan karakteristik personal dengan persepsi, dan hubungan perilaku komunikasi dengan persepsi. Terkait dengan pengukuran hubungan- hubungan tersebut, peningkatan pengetahuan adalah sebagai peubah terikat (Y), karakteristik personal (X1 ), perilaku komunikasi (X2 ), dan
Persepsi (X3 ) adalah sebagai peubah bebas.
Keterkaitan peubah-peubah tersebut, diilustrasikan sebagai berikut :
Karakteristik Personal (X1 ) : - Pendidikan Formal - Umur - Pengalaman Bertani
Perilaku Komunikasi (X2 ) : - Menonton TV - Mendengar Radio - Membaca Koran - Kontak dengan Penyuluh - Kontak dengan Petani
Video Instruksional Demonstrasi
Persepsi tentang Video (X3) : - Daya Tarik - Pemahaman - Penerimaan - Keterlibatan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Peningkatan Pengetahuan (Y)
20
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka untuk membuktikan keefektivan video instruksional dalam diseminasi informasi pertanian, dilakukan melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : 1.
: Penyampaian pesan menggunakan video instruksional, sama efektif dengan penyampaian pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan petani.
2.
: Terdapat hubungan persepsi petani tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan.
3.
: Terdapat
hubungan
karakteristik
personal
dengan
peningkatan
pengetahuan petani 4.
: Terdapat
hubungan perilaku
pengetahuan petani
komunikasi
dengan peningkatan