Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU
Jenis Bambang Lanang
Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis Kayu bawang
Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 69
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan
Sub Judul Kegiatan
Pelaksana Kegiatan
: Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. : Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman Penghasil Kayu : Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis Bambang Lanang : Sri Lestari,S.Hut, MA.,MSE Effendy AW,S.Hut,MA.,MEcDev Bambang Tejo Premono, S. Hut, M. Si
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis finansial pengusahaan kayu pertukangan jenis bambang lanang di Provinsi Sumatera Selatan. Tiga Kabupaten yang menjadi fokus kegiatan penelitian adalah Kabupaten Lahat, Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagar Alam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan focus group discussion (fgd) melalui kegiatan lokakarya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pemetaan peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur, baik oleh masyarakat maupun industri perkayuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang dan potensi pengembangan kayu bambang lanang dengan pola monokultur masih cukup besar di Sumatera Selatan. Terutama bagi masyarakat yang tidak menggantungkan kehidupan sehari-harinya terhadap lahan. Disamping itu, masih cukup tingginya permintaan pasar akan kayu bambang lanang, sementara ketersediaanya di masyarakat semakin terbatas menyebabkan harga kayu bambang lanang juga semakin naik. Sehingga hal ini akan menjadi faktor pendorong bagi masyarakat untuk tetap membudidayakan kayu bambang lanang. Akan tetapi pada saat ini dukungan pemerintah terkait tata usaha kayu dan budidaya kayu bambang lanang dinilai masih kurang, sehingga ke depannya diharapkan ada kegiatan sosialisasi dan penyuluhan terkait hal ini. Pengusahaan kayu bambang lanang pola monokultur dinilai mampu memberikan keuntungan finansial yang signifikan berdasarkan tingkat suku bunga 11% (daur 10 dan 12 tahun) dan 12% (daur 10 tahun), dimana nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0), nilai BCR lebih dari satu (BCR > 1), dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku (IRR > 11% atau 12%). Kata kunci: Kayu bambang lanang, potensi dan peluang, dan analisis finansial
A. Latar Belakang Penyebaran bambang lanang di wilayah Sumatera Selatan banyak dilakukan petani dengan pola agroforestri. Pola agroforestri sangat diminati oleh masyarakat karena selain dapat memberikan hasil (pendapatan) dalam jangka panjang dari jenis tanaman kayu, mereka juga dapat memperoleh hasil untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari jenis tanaman perkebunan/pertanian. Selain
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 70
pola agroforestri, juga terdapat masyarakat yang mengembangkan tanaman bambang lanang dengan pola monokultur. Akan tetapi, belum banyak tersedia informasi tentang analisis kelayakan usaha pengembangan jenis bambang lanang dengan pola monokultur ini. Informasi ilmiah tentang analisis finansial pembangunan hutan tanaman bambang lanang pola monokultur diharapkan dapat menjadi salah satu insentif bagi perkembangan hutan tanaman bambang lanang pola monokultur di wilayah Sumatera Selatan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis finansial pembangunan hutan tanaman jenis bambang lanang yang dikembangkan dengan pola monokultur. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur serta penggunaannya untuk memenuhi pasokan bahan baku bagi industri perkayuan setempat. Lebih lanjut, penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan analisis finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu jenis bambang lanang pola monokultur. Sasaran yang akan dicapai dari penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi mengenai peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur, serta analisis finansial pembangunan hutan tanaman kayu jenis tersebut untuk skala industri. C. Metode Penelitian Metode survei dan focus group discussion (fgd) melalui kegiatan lokakarya digunakan dalam penelitian sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pemetaan peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur, baik oleh masyarakat maupun industri perkayuan. Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung tujuan penelitian. Data primer dikumpulkan melalui wawancara kepada responden dan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik tabulasi, deskriptif, serta analisis finansial dengan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). D. Hasil yang Dicapai Tanaman bambang lanang di wilayah Sumatera Selatan banyak berkembang di Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, dan Kota Pagar Alam. Masyarakat yang mengembangkan tanaman bambang lanang dengan pola monokultur adalah mereka yang memiliki lahan cukup luas dan tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka terhadap lahan tersebut. Apabila dilihat dari peluang pasar, kebutuhan dan permintaan akan kayu bambang lanang sangat tinggi, akan tetapi ketersediaannya di masyarakat semakin terbatas dan harganya pun semakin tinggi.
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 71
Tingginya animo masyarakat untuk mengembangkan kayu bambang menjadi salah satu faktor pendukung pengembangan kayu bambang lanang di tiga kabupaten yang menjadi fokus kegiatan penelitian. Berdasarkan hasil dari kegiatan fgd yang dilakukan dengan masyarakat petani, pelaku pasar kayu, pemilik industri kayu dan pemilik industri furniture diketahui bahwa selama ini dukungan pemerintah terhadap upaya pengembangan kayu bambang lanang masih kurang. Belum adanya sosialisasi tentang tata usaha kayu (pengurusan perijinan kayu) kepada masyarakat menyebabkan sering terjadinya praktik pungutan liar terhadap masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pemasaran kayu bambang lanang. Lebih lanjut, belum adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang cara budidaya tanaman bambang lanang yang memenuhi kaidah sistem silvikultur intensif disinyalir sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat produksi kayu di masyarakat. Karena di beberapa lokasi masih ditemui petani kayu yang menanam kayu bambang lanang dengan jarak tanam sangat rapat, sehingga pertumbuhan kayu menjadi sangat lambat. Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait upaya pengembangan dan pemasaran kayu bambang lanang. Sehingga motivasi masyarakat untuk mengembangkan kayu jenis bambang lanang semakin tinggi. Tabel 1.
Komponen yang menjadi dasar dalam analisis finansial (per ha)
Komponen dalam
Kebutuhan (Rupiah)
analisis finansial Harga lahan
Komponen dalam
Kebutuhan (Rupiah)
analisis finansial 70.000.000
Pemeliharaan 2
1.320.000
Harga kayu per m3
2.000.000
Pemeliharaan 3
1.000.000
Persiapan lahan
2.700.000
Pemeliharaan lanjutan 1
Bibit bambang lanang Penanaman Pemeliharaan 1
278.000 720.000 1.500.000
360.000 180.000
Pemeliharaan lanjutan 2
450.000
Pemanenan per m3
Analisis finansial kayu bambang lanang dibuat untuk beberapa umur (daur) karena keputusan untuk menebang dari masing-masing pemilik tidak sama. Empat kelompok umur yang digunakan adalah 8, 10, 12, dan 15 tahun. Keempat kelompok umur tersebut dipilih berdasarkan preferensi sebagian besar petani di lokasi penelitian. Estimasi produksi fisik ditentukan berdasarkan rumus volume kayu bambang lanang per hektar yang merupakan hasil penelitian dari Tim Growth and Yield Balai Penelitian Kehutanan Palembang (V=257.63/(1+35.71*exp(-0.412A)). Dari hasil analisis ditemukan produksi fisik Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 72
per ha adalah: (1) daur 8 tahun, 119,08 m3/ha, (2) daur 10 tahun, 168,27 m3/ha, (3) daur 12 tahun, 205,37 m3/ha, dan (4) daur 15 tahun, 239,89 m3/ha. Jumlah pohon per hektar yang menjadi dasar analisis adalah 278 pohon, dimana jarak tanam yang dipakai adalah 6x6 m. Tabel 1 menunjukkan komponen biaya dan manfaat yang menjadi dasar dalam analisis finansial per hektar. Sedangkan Tabel 2 menunjukkan hasil penghitungan analisis finansial kayu bambang lanang berdasarkan tiga kriteria ekonomi , yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Tabel 2. Analisis finansial kayu bambang lanang (Nilai NPV, BCR, IRR pembangunan tanaman bambang lanang pola monokultur) Daur (Tahun)
Tingkat suku bunga 11% NPV (Rp/ha/daur)
Tingkat suku bunga 12%
BCR
IRR (%)
NPV (Rp/ha/daur)
BCR
IRR (%)
8
-234.411
0,998
11
-5.444.219
0,946
11
10
12.188.945
1,115
13
4.646.045
1,045
13
12
11.857.166
1,112
12
2.901.355
1,028
12
15
-799.556
0,992
11
-10.276.378
0,895
11
Berdasarkan hasil analisis finansial di atas dapat diketahui bahwa pengusahaan kayu bambang lanang dengan pola monokultur layak untuk dikembangkan, yaitu pada tingkat suku bunga 11%, daur 10 dan 12 tahun dinilai cukup menguntungkan, dan pada tingkat suku bunga 12%, daur tanaman 10 tahun masih menguntungkan. E. Kesimpulan Peluang dan potensi pengembangan kayu bambang lanang dengan pola monokultur masih cukup besar di Sumatera Selatan, terutama bagi masyarakat yang tidak menggantungkan kehidupan sehari-harinya terhadap lahan. Hal ini didukung dengan masih cukup tingginya permintaan pasar akan kayu bambang lanang, sementara ketersediaanya di masyarakat semakin terbatas. Pengusahaan kayu bambang lanang pola monokultur dinilai mampu memberikan keuntungan finansial yang signifikan berdasarkan tingkat suku bunga 11% (daur 10 dan 12 tahun) dan 12% (daur 10 tahun), dimana nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0), nilai BCR lebih dari satu (BCR > 1), dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku (IRR > 11% atau 12%).
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 73
Foto Kegiatan.
Penanaman bambang lanang dengan pola Salah satu depot kayu yang menerima monokultur hasil tebangan kayu bambang lanang dari masyarakat
Salah satu industri furniture yang Kegiatan focus group discussion yang menggunakan bahan baku dari kayu dilakukan dengan masyarakat penanam bambang lanang kayu bambang lanang, pelaku industri, dan instansi pemerintah terkait
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 74
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan
Sub Judul Kegiatan
Pelaksana Kegiatan
: Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. : Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman Penghasil Kayu : Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis Kayu Bawang : Bambang Tejo Premono, S. Hut, M. Si Sri Lestari,S.Hut, MA.,MSE
ABSTRAK Kayu bawang merupakan tanaman jenis unggulan lokal Propinsi Bengkulu yang banyak dikembangkan di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah yang merupakan wilayah alami sebarannya. Kayu bawang ditanam oleh masyarakat secara campuran dengan pengusahaan dan pengelolaan yang masih bersifat tradisional. Informasi mengenai pola-pola pengusahaan kayu bawang dan analisis ekonomi serta finansial pengusahaan kayu Bawang pada lahan milik masih belum tersedia. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah dengan pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja pada daerah yang memenuhi persyaratan penelitian. Hasil penelitian di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan sosial demografi masyarakat dan analisis kuantitatif untuk menghitung kelayakan analisis usaha tani rakyat. Hasil penelitian menunjukkan pola campuran kayu bawang yang diterapkan oleh masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah pada umumnya merupakan campuran dengan tanaman tahunan karet alam, coklat dan karet unggul. Hasil analisis finansial pola campuran kayu bawang menunjukkan indikator layak baik pada suku bunga 11 % dan 13%.
A. LATAR BELAKANG Pembangunan hutan tanaman penghasil kayu dengan model hutan rakyat, hutan tanaman rakyat dan hutan tanaman industri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kayu yang makin meningkat setiap tahunnya. Salah satu jenis kayu alternatif yang memiliki potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kayu adalah Kayu Bawang (Dysoxilum mollissimum). Kayu Bawang memiliki daur menengah (10-15 tahun). sehingga sangat cocok untuk memenuhi kekurangan kebutuhan kayu. Kayu Bawang juga memiliki kualitas kayu baik, yang dipergunakan untuk kayu pertukangan (wood working). Kayu Bawang banyak dikembangkan di Propinsi Bengkulu terutama Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah karena merupakan sebaran alami kayu bawang. Penanaman kayu bawang pada lahan milik di masyarakat umumnya dilakukan dengan pola campuran (agroforestri) dengan
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 75
tanaman tahunan karet, sawit dan kopi dan hanya sebagian kecil secara monokultur. Sejatinya penanaman dengan pola campuran disamping untuk meningkatkan produktifitas lahan dan juga untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian dari usaha tani yang dilakukan masyarakat. Pengusahaan dan pengelolaan kayu bawang masih dilakukan secara tadisional artinya tidak dilakukan pemeliharaan secara intensif seperti pemupukan, pemangkasan, penjarangan dan pemberantasan gulma. Oleh karena itu hasil yang didapatkan kurang optimal. Faktanya masyarakat masih mengusahakan lahan miliknya dengan model pengelolaan yang ada. Informasi mengenai prediksi keuntungan yang akan diperoleh di masa mendatang akan menjadi daya tarik untuk pengusahaan kayu pada lahan milik di daerah lain. Informasi mengenai pola-pola pengusahaan kayu bawang dan analisis ekonomi dan finansial pengusahaan kayu Bawang pada lahan milik belum tersedia. Lahan Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola-pola pengusahaan lahan milik dengan kayu Bawang dan analisis ekonomi dan finansialnya. B. TUJUAN DAN SASARAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola campuran kayu bawang dan menganalisis finansial pola-pola pengusahaan kayu bawang yang ada. Sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah data dan informasi finansial polapola pengusahaan kayu bawang yang ada. C. METODE PENELITIAN 1.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu Kabupaten dimana masyarakatnya banyak mengembangkan agroforestri kayu bawang. 2. Pengumpulan Data Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas responden, luas lahan, kepemilikan kayu bawang, pengelolaan lahan, harga lahan, harga komoditi, harga kayu bawang, upah tenaga kerja dan lain-lain. Sedangkan data sekunder meliputi monografi desa, luas hutan rakyat dan data lain yang mendukung. Penentuan sampel data menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel data yang diperoleh sebanyak 102 rumah tangga. 3. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis sosial demografi masyarakat dilakukan secara deskriptif kualitatif, sedangkan analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan analisis
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 76
finansial untuk mengetahui NPV, IRR dan BCR. Analisis finansial tersebut untuk mengetahui kelayakan dari sistem usaha tani hutan rakyat yang diusahakan petani. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan BCR (Benefit Cost Ratio). Pengusahaan kayu bawang pola campuran dikatakan layak secara finansial apabila nilai NPV>0, BCR>1 dan IRR>i. D.
HASIL YANG DICAPAI
Kayu bawang (Dysoxilum mollissimum) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan penghasil kayu yang banyak dikembangkan pada lahan milik masyarakat di wilayah Propinsi Bengkulu. Bagi masyarakat, secara budaya kayu bawang merupakan tanaman penciri pada lahan milik terutama pada suku Rejang dan suku Lembak. Penanamannya dilakukan dengan pola campuran dengan tanaman tahunan lainnya seperti karet, coklat, sawit dan kopi. Komoditi yang menjadi pilihan utama masyarakat pada saat ini adalah karet dan coklat dikarenakan harga dan sistem panennya yang stabil. Dalam berusaha tani, pengelolaan lahan milik dengan pola campuran tidak dilakukan secara intensif. Masyarakat sebenarnya telah menerapkan efisiensi usaha tani artinya dalam berusaha tani sedikit sekali memasukkan input seperti pupuk, pestisida, herbisida, penjarangan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola-pola campuran kayu bawang dengan tanaman tahunan dapat dikatakan layak secara finansial dengan nilai NPV postif, BCR>1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (i). Pendapatan masyarakat termasuk pendapatan dari hasil tanaman tahunan dan hasil kayu pada akhir daur. Harga kayu bawang dalam bentuk pohon berdiri (tegakan) di masyarakat sekitar Rp. 1.600.000,-. Dengan asumsi umur panen 15 tahun akan didapatkan hasil kayu sekitar sekitar 0,83 m3. Tabel 1. Tabel analisis finansial pola campuran kayu bawang Pola Campuran Kayu Bawang
Suku Bunga (%)
1
2
Kayu bawang dan coklat Kayu Bawang dan karet unggul Kayu bawang dan karet alam
11
Nilai Nomimal (x 1000) Total Biaya (Rp/Ha) 3
Total Pendapatan (Rp/Ha) 4
66.070,-
Nilai Terdiskonto
Profit (Rp/Ha)
NPV (Rp)
BCR
IRR (%)
Pendapatan Pertahun (Rp/Ha)
5
Total Biaya (Rp/Ha) 6
Total Pendapatan (Rp/Ha) 7
8
9
10
11
212. 680,-
146.610,-
4.863,29
15.654,97
12.429,57
3,22
17
8.507,20
84.970,-
485.520,-
400.550,-
6.254,48
35.738,20
34.926,32
5,71
23
19.420,80
64.720,-
485.520,-
357.440,-
3.048,44
19.884,56
20.214,77
6,66
22
16.886,40
11
13
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 77
1
2
Kayu bawang dan coklat Kayu Bawang dan karet unggul
13
3
4
5
6
7
8
9
10
11
70.660,-
253.000,-
182.340,-
3.328,22
11.916,79
9.864,15
3,63
13
10.120.,00
84.970,-
485.520,-
400.550,-
4.002,25
22.860,94
23.105,36
5,75
23
19.420,80
13
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Pola campuran kayu bawang yang diterapkan oleh masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah pada umumnya dengan tanaman tahunan karet alam, coklat dan karet unggul. 2. Hasil analisis finansial pola campuran kayu bawang menunnjukkan indikator layak baik pada suku bunga 11 % dan 13%. Foto Kegiatan.
Pola campuran bawang dengan coklat
Kayu bawang yang akan di olah dengan mesin circle
Pola campuran bawang dengan karet
Salah satu produk kayu bawang olahan
Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Page 78