ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK GEOTHERMAL TERHADAP KEADAAN SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Kasus Kecamatan Ibun, Kabupaten Garut dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Bandung Barat)
ANDHI REZA ATMADIPUTRA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak Penggunaan Kawasan Hutan untuk Geothermal terhadap Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat Sekitar Hutan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2013 Andhi Reza A NIM E14070064
ABSTRAK ANDHI REZA A. Analisis Dampak Penggunaan Kawasan Hutan untuk Geothermal Terhadap Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat Sekitar Hutan . Dibimbing oleh HANDIAN PURWAWANGSA. Penggunaan kawasan hutan berpotensi menimbulkan dampak, baik itu dampak postif maupun dampak negatif bagi masyarakat desa sekitar hutan. Ragam dampak yang mungkin ditimbulkan dari aktifitas penggunaan kawasan hutan diantaranya dapat berupa dampak sosial, dampak ekonomi, dan dampak lingkungan dimana ketiga kategori dampak tersebut memberi peran yang vital bagi kehidupan masyarakat desa sekitar hutan. PT. PGE merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan hutan untuk kegiatan geothermal. Aktifitas penggunaan kawasan hutan ini tentunya akan memberi dampak bagi masyarakat desa yang berada di dekat PT. PGE, tak terkecuali Desa Laksana, Desa Ibun, Desa Tanjungkarya dan Desa Sukakarya yang merupakan desa yang berada pada zona ring 1 areal kerja PT. PGE. Bedasarkan pada hasil penelitian ini didapat bahwa secara umum telah terjadi dampak sosial seperti kecemburuan antara masyarakat, penururnan tata nilai sosial, sedangkan dampak ekonomi yang terjadi adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yang dirasakan masyarakat masih terlalu sedikit, dan dampak lingkungan yang terjadi adalah berupa getaran dan kebisingan ketika proses pengeboran berlangsung. Kata kunci : penggunaan kawasan hutan, geothermal, masyarakat desa
ABSTRACT ANDHI REZA A. Analysis of Forest Use on Social, Economic, and Environmental Aspects of Forest Communites. Supervised by HANDIAN PURWAWANGSA Forest use can cause several impact. It can be a positive impact or negative impact. This impact will affect the life of people around the forest. Several impact that can be dealt by forest use can be devided into three aspects, economic aspect, social aspect, and environmental aspect. These impact will affect the life of people around the forest directly or indirectly. PT. PGE is one of the company that used forest for geothermal activity. This activity will cause several impact on people around the forest especially people that closed to the PT. PGE. Several vilages that affected by this impacts are Laksana Vilage, Ibun Vilage, Tanjungkarya Vilage, and Sukakarya Vilage. Acording to this research, several impact in social aspect has been found, there are social jelousy, and decline in social value. Another impact can be found in economic aspect, the people around the forest are still complained about the lack employment. There are also several impact in enviromental aspect, there are vibration and noise that disturb the people. Keywords: forest use, geothermal, people around the forest
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK GEOTHERMAL TERHADAP KEADAAN SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Kasus Kecamatan Ibun, Kabupaten Garut dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Bandung Barat)
ANDHI REZA ATMADIPUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Dampak Penggunaan Kawasan Hutan untuk Geothermal Terhadap Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat Sekitar Hutan Nama : Andhi Reza Atmadiputra NIM : E14070064
Disetujui oleh
Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian dengan judul Analisis Dampak Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Geothermal Terhadap Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat Sekitar Hutan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Mei 2013 Andhi Reza A
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3
Analisis Dampak Sosial
4
Analisis Dampak Ekonomi
8
Analisis Dampak Lingkungan
10
Analisis Pola Interaksi
13
Rencana Kelola Dampak
16
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Dampak sosial penggunaan kawasan hutan Dampak ekonomi penggunaan kawasan hutan Dampak lingkungan penggunaan kawasan hutan Rencana kelola dampak sosial Rencana Kelola dampak ekonomi Rencana Kelola dampak lingkungan
4 8 13 16 17 18
DAFTAR GAMBAR 1 Sekolah yang dibangun PT. PGE di Desa Ibun 2 Masjid yang dibangun PT. PGE di Desa Ibun 3 Puskesmas yang dibangun PT. PGE di Desa Sukakarya
6 7 8
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia, dimana kekayaannya dikuasai oleh Negara, dengan tujuan untuk memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia. Berdasarkan hal tersebut maka hutan sebagai wujud kekayaan alam wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar - besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Pengelolaan hutan secara lestari merupakan salah satu upaya untuk menggali manfaat dari hutan bagi umat manusia. Oleh karena itu, pengelolaan hutan harus dilakukan dibawah pengawasan pemerintah sebagai regulator. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bagian ketiga pasal 23 sampai dengan pasal 39 disebutkan bahwa terdapat dua jenis pengelolaan hutan, yaitu pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Pemanfaatan kawasan hutan pada hakekatnya memanfaatkan hutan untuk kegiatan kehutanan sedangkan penggunaan kawasan hutan adalah menggunakan kawasan hutan diluar kegiatan kehutanan. Penggunaan kawasan hutan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan, Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, dan Permenhut No.P.56/MenhutII/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu Dan Areal Reklamasi Untuk PNBP Penggunaan Kawasan Hutan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan pasal 4 ayat 2, disebutkan bahwa salah satu jenis kegiatan penggunaan kawasan hutan adalah instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi baru dan terbarukan. Dalam hal ini PT.Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) menggunakan kawasan hutan sebagai aktifitas pengeboran sumber energi baru, yaitu energi panas bumi sebagai sumber energi baru yang terbarukan. Penggunaan kawasan hutan untuk geothermal yang dilakukan oleh PT. PGE harus memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar hutan yang kesehariannya terbiasa bergantung pada hasil hutan. Kehadiran PT. PGE dilingkungan masyarakat desa sekitar hutan tentunya akan memberi berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif yang akan atau telah dirasakan oleh masyarakat desa sekitar hutan. Analisis mengenai dampak penggunaan kawasan hutan untuk geothermal yang dilakukan oleh PT. PGE perlu dilakukan untuk mengidentifikasi jenis – jenis dampak yang telah dan akan dirasakan oleh masyarakat desa sekitar hutan, sehingga dampak – dampak negatif yang dihasilkan dari aktifitas penggunaan kawasan hutan tersebut dapat dikelola dan diminimalisir dengan baik, sedangkan dampak positifnya dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
2 Tujuan Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi jenis – jenis dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tercipta akibat dari penggunaan kawasan hutan oleh PT. PGE terhadap Kecamatan Ibun, Kabupaten Garut dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi pola kerjasama yang dibangun oleh PT. PGE. 3. Mengidentifikasi rencana kelola dampak penggunaan kawasan hutan yang dilakukan oleh PT.PGE dalam menjaga kelestarian hutan.
Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dampak penggunaan kawasan hutan secara umum dan dampak penggunaan kawasan hutan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung Barat secara khususnya. 2. Memberikan informasi mengenai jenis – jenis dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan akibat dari penggunaan kawasan hutan. 3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran tentang program pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. PGE dalam memberdayakan masyarakat desa sekitar hutan yang terkena dampak dari penggunaan kawasan hutan yang dilakukan PT. PGE. 4. Menjadi panduan bagi PT. PGE dan pemerintah daerah dalam melakukan pemberdayaan masyarakat
METODE Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk keperluan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Alat tulis 2. Kuisioner 3. Peta wilayah desa 4. Kalkulator 5. Panduan wawancara 6. Alat perekam suara (voice recorder) 7. Alat dokumentasi berupa camera digital 8. Data demografi/monografi desa, serta alat, bahan dan informasi lainnya yang mendukung dalam penelitian di desa terkait.
3 Prosedur Analisis Data Dalam melakukan analisis dampak digunakan Metode Checklist yang merupakan metode dasar yang banyak digunakan untuk mengembangkan metode – metode lain. Pada prinsipnya metode ini sangat sederhana dan berbentuk sebagai daftar komponen lingkungan yang kemudian digunakan menentukan komponen mana yang terkena dampak. Pada awal dari perkembangan metode ini tidak diperlukan aktifitas – aktifitas proyek yang menyebabkan dampak; juga tidak harus ditentukan bagaimana cara mengukur dan menginterpretasi komponen tersebut. Pada awal perkembangan metode checklist ini memang sangat sederhana, tetapi kemudian dikembangkan terus sehingga dapat memecahkan atau mencarikan pemecahan masalah dari metode lain (Suratmo G, 2012)
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan kawasan hutan yang dilakukan oleh PT. PGE di kawasan hutan memberikan berbagai dampak yang dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat desa sekitar hutan terutama masyarakat Kecamatan Ibun Kabupaten Garut dan Kecamatan Samarang Kabupaten Bandung Barat yang merupakan dua Kecamatan terdekat dan termasuk dalam zona ring 1 dari peta kerja PT. PGE. Menurut Undang – Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan pasal 48 ayat 3 menyebutkan bahwa pemegang izin usaha pengelolaan hutan baik itu pemanfaatan kawasan hutan ataupun penggunaan kawasan hutan wajib turut serta dalam upaya perlindungan hutan, dimana dalam pasal 47 ayat 1 disebutkan bahwa bentuk – bentuk dari perlindungan hutan meliputi upaya untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Dalam pasal 47 ayat 1 tersebut disebutkan bahwa salah satu bentuk perlindungan hutan adalah upaya untuk menjaga hak – hak masyarakat terhadap hutan, terutama yang bergantung secara langsung pada hutan. Selain disebutkan dalam pasal 47 dan 48, dalam Undang – Undang 41 tahun 1999 tentang kehutanan juga disebutkan pada pasal 68 ayat 3 yang menyatakan bahwa masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain kesempatan kerja hak lainya yang harus didapatkan oleh masyarakat sekitar hutan yang disekitar atau didalam hutannya digunakan untuk pemanfaatan atau penggunaan juga berhak untuk meminta pendampingan, pelayanan, dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain, atau pemerintah dalam kegiatan rehabilitasi hutan sebagai mana yang diwajibkan untuk dilakukan oleh pemegang izin pengelolaan hutan. PT. PGE sebagai pemegang izin penggunaan kawasan hutan berkewajiban untuk mengembangkan masyarakat desa sekitar hutan terutama yang berada disekitar wilayah kerja PT. PGE. Dalam penelitian mengenai analisis dampak
4 sosial, ekonomi, dan lingkungan ini dipilih dua kecamatan yang termasuk dalam kawasan zona ring satu atau kecamatan yang terdekat dengan wilayah kerja PT. PGE, yaitu Kecamatan Ibun, Kabupaten Garut dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Bandung Barat dimana dari masing – masing kecamatan tersebut dipilih dua desa, yaitu Desa Ibun dan Desa Laksana pada Kecamatan Ibun, Kabupaten Garut serta Desa Sukakarya dan Desa Tanjungkarya pada Kecamatan Samarang, Kabupaten Bandung Barat. Analisis Dampak Sosial Bedasarkan hasil wawancara mengenai dampak sosial terhadap 30 responden dari setiap desa sampel diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Dampak sosial penggunaan kawasan hutan Perubahan Aspek Sosial Laksana Ibun Tanjungkarya Sukakarya Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Relokasi penduduk
√
√
√
√
Penambahan penduduk
√
√
√
√
Peningkatan heterogenitas penduduk
√
√
√
√
Kecemburuan sosial
√
√
√
√
Konflik horisontal
√
√
√
√
Konflik vertikal
√
√
√
√
Tata Nilai Sosial
√
√
√
√
Peningkatan Fasilitas sosial
√
√
Sumber : Data primer tahun 2012
√
√
5
Analisis dampak Sosial Desa Laksana Dampak sosial yang dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Laksana diantaranya adalah tentang kependudukan dimana dari 30 responden seluruhnya merasakan adanya perubahan tentang kependudukan setelah adanya penggunaan kawasan hutan untuk geothermal oleh PT. PGE. Dampak sosial mengenai kependudukan yang dirasakan oleh seluruh responden disebabkan oleh bertambah banyaknya jumlah penduduk pendatang yang merupakan pegawai dari PT. PGE, selain bertambahnya jumlah penduduk, hal lain yang dirasakan responden adalah meningkatnya heteregonitas penduduk karena sebagian warga pendatang ada yang berasal dari suku yang berbeda. Dampak sosial lainnya yang dirasakan oleh masyarakat adalah penurunan tata nilai sosial di Desa Laksana. Secara umum telah terjadi pergeseran tatanan nilai sosial yang dirasakan oleh masyarakat Desa laksana seperti berkurangnya tingkat kebersamaan masyarakat Desa Laksana dalam berbagai aktifitas sosial yang diselenggarakan, seperti kerja bakti dan gotong royong. Kehadiran PT. PGE di Desa Laksana juga membuat tingkat kecemburuan sosial di desa tersebut meningkat karena adanya kesenjangan akibat sebagian kecil warga desa yang diberi kesempatan untuk bekerja di PT. PGE. Melalui wawancara mendalam terhadap ketua RT Dusun Kamojang, Bapak Yaya Mulya menyampaikan bahwa kecemburuan sosial antara warga bisa meningkat menjadi konflik antara masyarakat desa karena tekanan akan kebutuhan pekerjaan yang tinggi di Desa Laksana, sehingga jika ada satu warga yang berhasil masuk menjadi pekerja di PT. PGE meskipun hanya pegawai lepas, warga lain yang tidak diikutsertakan akan mengalami kecemburuan sosial. Konflik antara warga masyarakat yang timbul sebagai efek dari kecemburuan sosial pernah terjadi di Desa Laksana, penyebabnya adalah penyerapan tenaga kerja yang tidak merata dan dirasakan warga tidak transparan. Konflik antara warga dan PT. PGE juga pernah terjadi di Desa Laksana, bentuk konflik tersebut adalah unjuk rasa yang dilakukan oleh warga desa kepada PT. PGE terkait masalah penyerapan tenaga kerja. Analisis dampak Sosial Desa Ibun Berdasarkan wawancara pada seluruh responden di Desa Ibun, sebanyak 70% responden menyatakan mereka tidak merasakan adanya perubahan dari sektor kependudukan, baik dari segi penambahan jumlah penduduk maupun perubahan heterogenitas penduduk. Hasil wawancara ini berbeda dengan yang terjadi di Desa Laksana yang berbatasan langsung dengan PT. PGE. Secara geografis Desa Ibun tidak berbatasan langsung dengan areal kerja PT. PGE sehingga dampak kependudukan tidak sebesar yang terjadi di Desa Laksana, dimana lebih banyak pegawai pendatang PT. PGE yang memutuskan untuk pindah dan menetap pada Desa Laksana. Minimnya dampak yang dirasakan dari sektor kehidupan sosial disebabkan karena kurangnya intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan PT. PGE, sehingga para responden pun tidak merasakan adanya perubahan yang terjadi pada kegiatan sosial masyarakat, selain itu tingkat pengangguran juga dirasakan tidak mengalami perubahan yang berarti, hal ini dikarenakan PT. PGE sangat selektif dalam merekrut tenaga kerja lokal. Salah satu parameter yang
6 sering berbenturan dengan kriteria penerimaan tenaga kerja PT. PGE adalah masalah tingkat pendidikan, sebagian besar warga Desa Iban masih berpendidikan rendah sehingga PT. PGE hanya dapat menawarkan posisi office boy, security, atau buruh lepas saja. Hasil wawancara menunjukkan sebanyak 66% menyatakan telah terjadi kecemburuan sosial akibat dari adanya PT. PGE, setelah dilakukan wawancara mendalam ternyata diketahui bahwa kecemburuan yang dimaksud adalah kecemburuan dengan desa tetangga, yaitu Desa Laksana yang dianggap oleh warga Desa Ibun lebih diperhatikan dari segi penyerapan tenaga kerja. Saat dilakukan klarifikasi dengan Kepala Dusun Kamojang Desa Laksana Bapak Yaya Mulya menyatakan memang ada sedikit perbedaan tentang penyerapan tenaga kerja di Desa Laksana dengan desa lainya. Menurut Bapak Yaya Mulya bila ada penerimaan tenaga kerja dari PT. PGE maka Desa Laksana akan lebih didahulukan, namun beliau pun memaparkan bahwa jenis pekerjaan yang diberikan hanya sebatas proyek – proyek dimana warga desa hanya dilibatkan sebagai buruh lepas. Dampak sosial lainnya yang dirasakan oleh warga Desa Ibun adalah tata nilai masyarakat dan perubahan fasilitas sosial. Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 6,6% menyatakan adanya perubahan tata nilai dalam kehidupan masyarakat, perubahan tata nilai masyarakat yang dimaksudkan oleh narasumber adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat desa yang mulai acuh, namun 93,3% lainnya menyatakan tidak adanya perubahan dalam tata nilai masyarakat akibat dari hadirnya PT. PGE.Perubahan yang mungkin terjadi diduga merupakan perubahan yang bersifat global akibat dari modernisasi dan bukan merupakan akibat dari adanya PT. PGE. Salah satu dampak positif yang dirasakan dari PT. PGE di Desa Ibun adalah dengan peningkatan dan semakin lengkapnya fasilitas sosial yang diperbaiki dan dibangun oleh PT. PGE. Beberapa fasilitas umum yang dibangun oleh PT. PGE adalah sekolah dasar seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, puskesmas, dan masjid seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Sekolah yang dibangun PT. PGE di Desa Ibun
7
Gambar 2. Masjid yang dibangun PT. PGE di Desa Ibun Analisis dampak Sosial Desa Tanjungkarya Desa Tanjungkarya secara geografis tidak berbatasan langsung dengan PT. PGE dan berjarak lebih jauh daripada Desa Ibun. Meskipun Desa Tanjung Karya juga merupakan desa yang termasuk pada ring satu dari areal kerja PT. PGE dan sudah seharusnya mendapatkan perlakuan yang setara dengan Desa Laksana dan Desa Ibun. Akan tetapi bedasarkan hasil wawancara di Desa Tanjungkarya ternyata diperoleh hasil yang menyatakan bahwa tidak ada dampak sosial yang terjadi akibat kehadiran PT. PGE baik dari sisi kependudukan yang meliputi relokasi penduduk, penambahan jumlah penduduk, peningkatan heterogenitasan penduduk, dan tingkat perpindahan penduduk maupun dari sisi kehidupan sosial yang meliputi kegiatan sosial, kecemburuan sosial, konflik antara masyarakat, tingkat pengangguran, dan perubahan tata nilai masyarakat. Dampak yang dirasakan oleh responden hanya berupa perbaikan fasilitas sosial dimana PT. PGE pernah melakukan perbaikan jalan raya di Desa Tanjungkarya dimana jalan tersebut sebenarnya merupakan jalur transportasi utama PT.PGE. Salah satu dampak lain yang juga dirasakan oleh sebagian responden, yaitu adanya pembangunan sekolah tingkat SMA yang dibangun oleh PT. PGE di Desa Tanjungkarya. Minimnya dampak sosial yang ada di Desa Tanjungkarya disebabkan dari kurang responsifnya warga terhadap kehadiran PT. PGE. Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan dengan Bapak Jajang yang merupakan Kepala Dusun Cidadali Desa Tanjungkarya diketahui bahwa ternyata warga Desa Tanjungkarya tidak mengetahui bahwa Desa Tanjungkarya merupakan desa ring satu dalam peta wilayah kerja PT. PGE, bahkan beberapa responden yang sempat diwawancarai mengaku bahwa mereka tidak mengetahui apapun tentang PT. PGE, sehingga beberapa responden bersikap acuh terhadap kegiatan yang dilakukan oleh PT. PGE. Analisis dampak Sosial Desa Sukakarya Desa Sukakarya merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Samarang, Kabupaten Bandung Barat. Secara geografis bila dibandingkan dengan Desa Tanjungkarya, Desa Sukakarya berjarak relatif lebih dekat dengan PT. PGE.
8 Meskipun Desa Sukakarya ini juga berbatasan dengan Desa Tanjungkarya di sebelah Utara dan berbatasan dengan Desa Tanjungkarya, namun dampak social yang terjadi di Desa Sukakarya berbeda dengan Desa Tanjungkarya. Bedasarkan hasil wawancara, sebanyak 70% menyatakan tidak ada perpindahan penduduk dan penambahan jumlah penduduk, namun sebanyak 30% menyatakan bahwa telah terjadi perubahan jumlah penduduk dan adanya perubahan heterogenitas penduduk akibat kehadiran PT. PGE. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa pegawai PT. PGE yang bukan merupakan warga asli Desa Sukakarya dan bukan berasal dari Suku Sunda yang pindah dan menetap di Desa Sukakarya. Masuknya beberapa warga pendatang ke Desa Sukakarya ternyata tidak terlalu menimbulkan dampak bagi kehidupan sosial warga Desa Sukakarya. Menurut seluruh responden yang diwawancarai menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan pada kegiatan sosial dan tata nilai masyarakat di Desa Sukakarya, bahkan seluruh responden menyatakan bahwa tidak ada kecemburuan sosial maupun konflik sosial yang terjadi antara sesama warga Desa Sukakarya. Jika dibandingkan dengan Desa Laksana dimana hadirnya warga pendatang menimbulkan kecemburuan sosial. Hal berbeda ditunjukan oleh warga Desa Sukarya yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka tidak merasa iri atau cemburu dengan perbedaan mata pencaharian tersebut. Beberapa responden tersebut menambahkan bahwa mereka cukup dengan pekerjaan mereka dan sesekali ikut bergabung menjadi buruh lepas PT. PGE. Dampak positif yang dirasakan oleh warga Desa Sukakarya adalah adanya perbaikan di sektor pendidikan, dimana telah dibangun dan direnovasi beberapa sekolah pada Desa Sukakarya. Sektor lain selain pendidikan yang juga mendapat perhatian dari PT. PGE adalah sektor fasilitas publik seperti masjid, puskesmas yang dapat dilihat pada Gambar 3 dan perbaikan jalan.
Gambar 3. Puskesmas yang dibangun PT. PGE di Desa Sukakarya Dampak Ekonomi Dalam melakukan analisis dampak ekonomi akibat dari penggunaan kawasan hutan yang dilakukan oleh PT. PGE digunakan beberapa indikator seperti perubahan mata pencaharian, perubahan pendapatan, perubahan nilai sumber daya, dan peluang kerja dan usaha.Data hasil wawancara mengenai dampak ekonomi secara umum dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
9
Tabel 2. Dampak Ekonomi Penggunaan Kawasan Hutan Perubahan Aspek Laksana Ibun Tanjungkarya Sukakarya Ekonomi Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Perubahan mata pencaharian
√
√
√
√
Perubahan pendapatan
√
√
√
√
√
√
Perubahan nilai dan jenis asset Peluang kerja dan berusaha
√
√
√
√
√
√
Sumber : Data primer tahun 2012 Dampak Ekonomi Desa Laksana PT. PGE memberi dampak pada kehidupan perekonomian masyarakat Desa Laksana. Dampak perekonomian yang pertama adalah berubahnya mata pencaharian warga Desa Laksana. Bedasarkan hasil wawancara dengan responden di Desa Laksana, seluruh responden mengatakan bahwa hadirnya PT. PGE memberi dampak berupa perubahan mata pencaharian mayoritas warga Desa Laksana ke arah yang lebih heterogen, sebelum ada PT. PGE mata pencaharian warga Desa Laksana mayoritas adalah sebagai petani, namun saat ini mata pencaharian warga Desa Laksana sudah mulai beragam. Perubahan mata pencaharian ini mempengaruhi pendapatan warga secara umum. Perubahan pendapatan warga menunjukan dampak positif dari PT. PGE karena 73,3% responden menyatakan bahwa hadirnya PT. PGE mampu meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum karena PT. PGE telah membuka akses jalan yang menghidupi arus perekonomian pada wilayah Desa Laksana. Salah satu bentuk dampak ekonomi lainnya yang dirasakan oleh warga Desa Laksana adalah tersedianyanya kesempatan kerja yang lebih banyak. Bedasarkan data statistik dari wawancara 90% responden menyatakan bahwa setelah ada PT. PGE kesempatan kerja bertambah namun, setelah dilakukan wawancara mendalam dengan para responden ternyata kesempatan kerja memang diberikan tapi sangat sedikit. Menurut Bapak Yaya Mulya Kepala Dusun Kamojang Desa Laksana, kesempatan kerja yang diberikan berupa pegawai tetap pertamina sangat sedikit bahkan hampir tidak ada, kesempatan kerja yang diberikan oleh PT. PGE itu pun dalam jumlah terbatas dan dirasakan masih kurang bisa menanggulangi masalah pengangguran, meskipun Desa Laksana lebih diutamakan dalam penerimaan tenaga kerja.
10 Dampak Ekonomi Desa Ibun Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan, seluruh responden pada Desa Ibun menyatakan mereka tidak merasakan dampak ekonomi apapun dari PT. PGE.Sebagian dari responden tersebut menuturkan bahwa tidak ada perubahan ekonomi dari sebelum adanya PT. PGE dan sesudah adanya PT. PGE. Tidak adanya perubahan atau dampak ekonomi dari hadirnya PT. PGE di Desa Ibun kemungkinan dikarenakan kurangnya interaksi antara PT. PGE dan Desa Ibun, selain itu Desa ibun juga tidak berbatasan langsung dengan PT. PGE. Meskipun masih termasuk dalam desa ring satu pada peta wilayah kerja PT. PGE namun Desa Ibun belum merasakan dampak ekonomi dari hadirnya PT. PGE. Salah satu faktor lain yang menyebabkan tidak adanya dampak ekonomi yang dirasakan oleh warga Desa Ibun adalah karena PT. PGE yang tidak mau menyerap tenaga kerja lokal karena masalah pendidikan, dimana sebagian besar warga Desa Ibun masih berpendidikan rendah. Dampak Ekonomi Desa Tanjungkarya Pada Desa Tanjungkarya dari sisi ekonomi PT. PGE masih belum memberi dampak pada Desa Tanjungkarya. Pada desa tersebut para responden mengatakan bahwa mereka tidak mengalami perubahan mata pencaharian, perubahan pendapatan, perubahan nilai sumber daya, dan terlebih peluang kerja, bahkan beberapa responden menyatakan bahhwa PT. PGE sama sekali belum pernah berinteraksi dalam bentuk apapun ataupun mengundang warga Desa Tanjungkarya dalam berbagai kegiatan yang dilakukan PT. PGE. Dampak Ekonomi Desa Sukakarya Sebagai salah satu desa yang merupakan tempat bermukim bagi pekerja PT. PGE, ternyata Desa Sukakarya merasakan adanya dampak pada perekonomian mereka. Dampak positif yang jelas mereka rasakan adalah adanya peluang kerja, hal ini diakui oleh 93,3 % responden. Bedasarkan hasil wawancara dari empat desa yang berbeda Desa Sukakarya merupakan satu-satunya desa yang respondennya paling banyak menyatakan mendapat dampak ekonomi positif dari hadirnya PT. PGE. Setelah dilakukan wawancara mendalam dengan responden ternyata terbukanya lapangan pekerjaan ini bukan hanya bersumber dari PT. PGE saja, namun masuknya beberapa warga pendatang yang bekerja di PT. PGE juga membuka kesempatan warga asli Desa Sukakarya untuk membuka usaha baru seperti warung dan bengkel kecil. Dampak Lingkungan Pada dasarnya aktifitas pengeboran panas bumi adalah aktifitas yang sangat ramah lingkungan dan hampir tidak menimbulkan dampak lingkungan, namun bukan berarti dampak lingkungan tidak dirasakan oleh masyarakat desa sekitar hutan. Bedasarkan wawancara yang dilakukan pada responden dari empat desa yang berada dalam zona ring satu PT. PGE dengan menggunakan indikator kualitas air, kualitas udara, tingkat kebisingan, kondisi tanah, ancaman banjir dan erosi, ketersediaan sumberdaya hutan dan getaran diperoleh data seperti pada Tabel 3 berikut ini.
11 Tabel 3 Data dampak lingkunganpenggunaan kawasan hutan Perubahan Aspek Laksana Ibun Tanjungkarya Sukakarya Lingkungan Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Kualitas dan kuantitas air
√
√
√
√
Kualitas dan Suhu Udara
√
√
√
√
Tingkat Kebisingan
√
√
√
√
Kualitas Tanah
√
√
√
√
Ancaman Banjir dan Erosi
√
√
√
√
√
√
Ketersediaan Sumber Daya Hutan
√
√
Getaran
√
√
√
√
Sumber : Data primer tahun 2012 Dampak Lingkungan Desa Laksana Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari hadirnya PT. PGE adalah munculnya perubahan kualitas lingkungan disekitar Desa Laksana yang langsung dirasakan oleh warga desa. Salah satu dampak lingkungan yang paling dirasakan oleh warga Desa Laksana adalah adanya getaran akibat dari aktifitas geothermal yang sangat dirasakan oleh warga Desa Laksana terutama pada Dusun Kamojang yang paling dekat dengan wilayah proyek geothermal PT. PGE. Berdasarkan data hasil wawancara sebanyak 80% responden menyatakan bahwa mereka terganggu dengan adanya getaran akibat dari proses pengeboran untuk geothermal yang dilakukan oleh PT. PGE. Dampak lingkungan lainnya yang dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat Desa Laksana adalah menurunnya kualitas tanah untuk perkebunan atau pertanian mereka. Berdasarkan data statistik sebanyak 83,3% responden menyatakan bahwa semenjak PT.Pertamina Geothermal Energy memulai aktifitas pengeboran geothermal perlahan – lahan kualitas tanah mereka berangsur menurun, kesuburan tanah dirasakan mengalami penurunan sehingga hal ini menyebabkan sebagian warga desa memilih untuk mencari pekerjaan lain sebagai mata pencahariannya. Dampak lingkungan lainnya yang juga dirasakan adalah pencemaran air, polusi udara, dan kebisingan yang meningkat. Aktifitas pengeboran yang dilakukan oleh PT. PGE dianggap warga sebagai faktor utama
12 yang membuat kualitas air mereka menjadi menurun. Sebagian besar responden menyatakan sungai menjadi keruh dan tercemar sehingga warga beranggapan kualitas air mereka menurun akibat adanya proses pengeboran yang dilakukan oleh PT. PGE. Selain itu pengeboran tersebut juga berdampak pada kualitas udara yang dirasakan oleh warga Desa Laksana dikarenakan oleh polusi udara yang dihasilkan dari proses pengeboran yang dilakukan oleh PT. PGE yang terakumulasi secara menahun sehingga warga seringkali merasakan dampak udara yang terasa tidak bersih dan suhu udara yang cenderung meningkat. Aktifitas pengeboran tersebut juga memberi dampak kebisingan bagi warga Desa Laksana, dan menurut data statistik dari hasil wawancara, sebanyak 70% responden menyatakan bahwa hadirnya PT. PGE memberi dampak yang kurang baik terhadap kualitas udara, kualitas air, dan memberi dampak kebisingan melalui aktifitas pengeboran yang dilakukan oleh PT.PGE. Meskipun beberapa responden menyatakan bahwa mereka mengalami dampak lingkungan berupa penurunan kualitas air dan tanah, namun pada dasarnya aktifitas pengeboran geothermal ini tidak berpengaruh pada kualitas air dan tanah, karena aktifitas geothermal sangat ramah lingkungan. Dampak Lingkungan Desa Ibun Desa Ibun sebagai desa yang termasuk dalam ring satu dari wilayah kerja PT. PGE turut merasakan dampak lingkungan yang negatif dari aktifitas kerja yang dilakukan oleh PT. PGE, seperti pada kualitas air, meskipun dampak lingkungan yang terjadi hanya dirasakan oleh sebagian kecil responden, yaitu 13 % responden saja. Selain kualitas air, getaran juga dirasakan oleh sebagian kecil responden warga Desa Ibun, yaitu 6,6% responden menyatakan bahwa mereka merasakan gangguan berupa getaran ketika PT. PGE melakukan aktifitas pengeboran sedangkan 93,3% responden lainya menyatakan tidak merasakan dampak getaran, namun secara insidensial meraka tetap merasakan getaran ketika terjadi aktifitas pengeboran oleh PT. PGE, namun dirasakan tidak terlalu mengganggu aktifitas harian warga. Seluruh responden di Desa Ibun menyatakan mereka tidak merasakan dampak lingkungan berupa perubahan suhu, adanya kebisingan, ataupun berkurangnya kualitas tanah akibat dari hadirnya PT. PGE namun mereka merasakan adanya pengurangan sumber daya hutan yang digunakan sebagai areal kerja PT. PGE. Pengurangan lahan sumber daya hutan bukan hanya memberi dampak lingkungan bagi masyarakat Desa Ibun, tetapi juga menimbulkan kecemburuan tersendiri bagi beberapa warga Desa Ibun, khususnya yang masih ketergantungan dengan hutan, beberapa dari mereka menyuarakan ketidakadilan pemerintah yang mengizinkan perusahaan besar, seperti PT. PGE untuk menggunakan kawasan hutan dalam jumlah besar namun tidak mengizinkan warga sekitar untuk menggunakan hutan dalam jumlah yang lebih sedikit. Dampak Lingkungan Desa Tanjungkarya Desa Tanjungkarya termasuk desa yang jarang berinteraksi dengan PT. PGE, namun dampak lingkungan akibat adanya PT. PGE juga turut dirasakan oleh warga Desa Tanjungkarya. Salah satu dampak lingkungan yang dirasakan oleh
13 seluruh responden Desa Tanjungkarya adalah dampak berupa getaran ketika terjadi aktifitas pengeboran PT. PGE. Selain getaran beragam dampak lingkungan juga dirasakan oleh warga Desa Tanjungkarya, seperti kebisingan dimana 46% responden menyatakan merasakan kebisingan dari aktifitas pengeboran dan sebanyak 50% responden menyatakan merasakan udara yang semakin panas setelah adanya PT. PGE, selain itu terdapat 30% responden yang menyatakan bahwa kualitas tanah di Desa Tanjungkarya menurun dan mempengaruhi hasil kebun dan tani mereka, meskipun penurunan kualitas tanah pada dasarnya bukan diakibatkan oleh aktifitas geothermal karena aktifitas geothermal tidak memberi pengaruh pada kesuburan tanah. Dampak Lingkungan Desa Sukakarya Sebagai desa yang berbatasan langsung dengan Desa Tanjungkarya, Desa Sukakarya merasakan dampak lingkungan yang hampir sama dengan Desa Tanjungkarya, dimana seluruh responden menyatakan merasakan dampak getaran saat terjadi aktifitas pengeboran yang dilakukan oleh PT. PGE. Selain getaran, ternyata dampak lingkungan yang diakui oleh para responden sangat berpengaruh adalah dari penurunan kualitas tanah yang seringkali membuat hasil panen sawah dan kebun menurun bahkan tak jarang membuat petani merugi, hal ini terbukti dari 30 orang responden atau seluruh responden menyatakan bahwa mereka merasakan adanya penurunan kualitas tanah akibat dari adanya PT. PGE, namun penurunan kualitas tanah ini bukan disebabkan oleh PT. PGE, karena pada Desa Sukakarya terdapat tambang pasir yang lebih mempengaruhi kualitas tanah. Analisis Interaksi dan Pola Kerjasama Banyaknya dampak dari penggunaan kawasan hutan oleh PT. PGE terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan telah disadari oleh PT. PGE sendiri, untuk itu PT. PGE pun kini melakukan upaya rehabilitasi hutan, dan sesuai dengan Undang – Undang 41 tahun 1999 tentang kehutanan pasal 42 ayat 2 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaanya melalui pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat. Berdasarkan pada undang – undang tersebut maka PT. PGE berkewajiban untuk membangun dan memberdayakan warga desa sekitarnya untuk merehabilitasi hutan, bentuk bentuk upaya yang dilakukan PT. PGE yang telah dilakukan dalam rangka memberdayakan dan membangun peran partisipatif warga desa sekitar areal kerja mereka diantaranya adalah : 1. Memberi modal berupa bibit untuk kegiatan penanaman bersama 2. Membangun fasilitas –fasilitas umum seperti sekolah, puskeesmas, dan sarana Ibadah 3. Memberikan serangkaian pelatihan – pelatihan kepada warga desa sekitar areal kerjanya agar mampu lebih berdaya 4. Memberikan bantuan materi yang bukan berupa uang dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh desa sekitar areal kerjanya. Dalam menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat desa PT. PGE enggan memberikan bantuan berupa uang kepada masyarakat desa karena PT.
14 PGE beranggapan bahwa pemberian uang sebagai bentuk bantuan untuk warga kurang efektif dalam memberdayakan warga desa, namun dengan memberi bekal berupa pelatihan, bibit, dan bantuan non materi lainya akan lebih tepat sasaran untuk memberdayakan masyarakat desa sekitar areal kerja PT. PGE. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan PT. PGE terhadap warga masyarakat desa sekitar areal kerja mereka sebagian besar hanya sebatas pegawai harian lepas saja, kalau pun ada yang diangkat sebagai karyawan tetap hanya sebatas sebagai bagian keamanan atau kebersihan saja, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat desa yang relatif masih cukup rendah sehingga PT. PGE tidak bisa banyak menyerap tenaga kerja dari warga desa sekitar areal kerja meraka. Pola Interaksi dan Kerjasama Desa Laksana Serangkaian kegiatan pemberdayaan yang PT. PGE sudah pernah lakukan ternyata memiliki fakta yang berbeda ketika dilakukan wawancara terhadap warga desa. Berdasarkan pada hasil wawancara terhadap masyarakat desa sekitar hutan di Desa Laksana, diperoleh data bahwa sedikit responden yang menyatakan pernah berinteraksi dengan PT. PGE yaitu hanya 27% responden yang menyatakan penah berinteraksi dengan PT. PGE, bentuk - bentuk interaksi yang yang dirasakan oleh masyarakat desa Laksana diantaranya berupa karyawan tetap, pegawai harian lepas, penyedia barang/jasa, diundang rapat, diundang sosialisasi program, atau interaksi lainya berupa pelatihan tentang kebakaran hutan. Besarnya jumlah responden yang menyatakan belum pernah berinteraksi dengan PT. PGE dipengaruhi oleh perbedaan dusun, jarak dusun tersebut dengan PT. PGE, dan jenis kelamin. Bedasarkan hasil wawancara dilapangan menunjukan bahwa PT. PGE lebih cenderung banyak berinteraksi dengan laki – laki. Pada Desa Laksana terdapat beberapa dusun yang jaraknnya berbeda beda terhadap PT. PGE, dan berdasarkan kegiatan wawancara yang dilakukan responden dipilih dari tiga dusun yaitu Dusun Kamojang, Dusun Sangkan, dan Dusun Pasir Huni, dimana Dusun Kamojang merupakan dusun yang paling dekat dengan PT. Pertamina Gethermal Energy, sedangkan Dusun Sangkan dan Pasir huni berjarak 4 – 5 km dari PT. PGE. Sebagai dusun terdekat, Dusun Kamojang mendapat perhatian lebih dari PT. PGE, baik itu berupa undangan rapat, penyuluhan program, pelatihan, maupun pegawai harian lepas, sedangkan Dusun Sangkan dan Pasir Huni tidak satupun responden yang menyatakan pernah berinteraksi dengan PT. PGE, meskipun dusun tersebut masih tergabung dalam satu desa zona ring 1 PT. PGE. Pola Interaksi dan Kerjasama Desa Ibun Sebagai desa yang juga termasuk dalam ring 1 dalam peta wilayah kerja PT. PGE, seharusnya interaksi antara Desa Ibun dan PT. PGE banyak terjadi, namun hanya 10% responden saja yang menyatakan pernah berinteraksi dengan PT. PGE, bentuk interaksi yang terjadi ialah undangan sosialisasi program PT. PGE. Bedasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa 90 % responden menyatakan tidak pernah berinteraksi dengan PT. PGE, hal ini disebabkan oleh jarak Desa Ibun yang tidak berbatasan langsung dengan PT. PGE.
15 Selain disebabkan oleh jarak, jenis kelamin pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi PT. PGE dengan Desa Ibun, menurut beberapa responden berjenis kelamin wanita menyatakan bahwa mereka tidak pernah diajak berinteraksi dalam bentuk apapun oleh PT. PGE, mereka menyatakan bahwa hanya laki – laki saja yang lebih sering diajak berinteraksi dengan PT. PGE. Pola Interaksi dan Kerjasama Desa Tanjungkarya Bedasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan di Desa Tanjungkarya, seluruh responden menyatakan belum pernah melakukan interaksi dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk karyawan tetap, pegawai harian lepas, penyediaan barang atau jasa, diundang rapat, diundang sosialisasi program ataupun interaksi lainya. Tidak adanya interaksi tersebut disebabkan oleh warga Desa Tanjungkarya sendiri yang kurang aktif dan kurang mengetahui tentang PT. PGE. Sebagian besar responden lebih bersikap acuh terhadap kehadiran PT. PGE. Dalam kondisi seperti ini, PT. Pertamina Energy yang mengetahui bahwa Desa Tanjungkarya merupakan salah satu desa yang berada pada ring 1 dalam wilayah kerjanya, seharusnya berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat di desa tersebut, namun faktanya bentuk – bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. PGE yang pernah dilakukan di Desa Tanjungkaarya menurut para responden adalah dibangunya infrastruktur jalan dan fasilitas sosisal seperti sekolah, selain itu beberapa orang responden juga menyatakan bahwa anak – anak mereka pernah mendapat beasiswa untuk bersekolah yang didapat dari PT. PGE. Pola Interaksi dan Kerjasama Desa Sukakarya Pada Desa Sukakarya, jumlah responden yang menyatakan pernah berinteraksi langsung dengan PT. PGE hanyalah 10% responden, dimana 6,6% diantaranya menyatakan pernah diajak oleh PT. PGE sebagai pegawai harian lepas sementara 3,3% responden lainya menyatakan bahwa responden tersebut pernah diundang oleh PT. PGE dalam rangka sosialisasi program pengeboran dan sosialisasi lainya. Setelah dilakukan wawancara yang mendalam pada responden, ternya salah satu faktor yang menyebabkan sedikitnya interaksi yang dilakukan oleh PT. PGE di Desa Sukakarya adalah karena PT. PGE tidak memberikan undangan sosialisasi program kepada seluruh warga desa, melainkan hanya pada tetua desa atau kepada petinggi desa saja, sehingga interaksi yang terjadi antara warga Desa Sukakarya dengan PT. PGE lebih sedikit. Rencana Kelola Dampak Dalam menanggapi berbagai dampak negatif yang tercipta akibat hadirnya PT. PGE, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan maka PT. PGE maka rencana kelola dampak perlu dilakukan agar dapat mengurangi dampak – dampak negatif yang mungkin dihasilkan. Rencana Kelola Dampak Sosial Dampak sosial merupakan salah satu dampak yang dirasakan oleh warga desa, terutama dari segi peningkatan fasilitas sosial yang merupakan salah satu dampak positif dari hadirnya PT. PGE. Selain dampak postif, terdapat pula
16 dampak negatif dari aspek sosial akibat dari hadirnya PT. PGE yang bila digaris besarkan dari setiap desa sampel, terdapat tiga pokok masalah sosial akibat dari hadirnya PT. PGE yaitu kecemburuan sosial, penurunan tata nilai sosial, dan minimnya pola interaksi warga dengan PT. PGE. Rencana kelola dmpak sosial dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rencana kelola dampak sosial Pokok Masalah Rencana Kelola Masalah Kecemburuan PT. PGE Memberikan Masyarakat dianggap informasi yang jelas masih tentang syarat – syarat pandang yang diharuskan oleh buluh dalam PT. PGE dalam penyerapan merekrut pekerja dan tenaga kerja memberikan bukti sehingga transparansi dari menimbulkan setiap kegiatan kecemburuan perekrutan tenaga antara warga kerja lokal di PT. PGE desa
Strategi Menyusun dan mensosialisasikan SOP (standart opperating procedure) perekrutan tenaga kerja
Tata nilai masyarakat
Menurunya tata nilai dan budaya masyarakat desa
Membangkit kan kesadaran warga akan tata nilai budaya
Menyusun program – program sosial yang mampu membangkitkan tata nilai masyarakat
Pola interaksi
Interaksi antara PT. PGE dengan warga desa masih dirasakan sangat minim
Memperbanyak interaksi dengan warga desa
Melakukan interaksi yang lebih luas tidak hanya sebatas pada petinggi desa saja dan melibatkna lebih banyak lagi warga dalam kegiatan – kegiatan sosial maupun ekonomi
17 Rencana Kelola Dampak Ekonomi Hadirnya PT. PGE banyak memberi dampak positif bagi warga desa, terciptanya akses jalan yang menghidupkan perekonomian warga desa seperti yang terjadi di Desa Laksana merupakan salah satu contoh dampak ekonomi postif dari hadirnya PT. PGE. Penyerapan tenaga kerja juga merupakan salah satu dampak ekonomi positif dari PT. PGE, namun rendahnya penyerapan tenaga kerja masih menjadi keluhan warga desa, mereka menganggap PT. PGE kurang memberdayakan warga desa dan sangat minim dalam hal penyerapan tenaga kerja. Dalam menanggapi hal tersebut PT. PGE dapat memberi alternatif program yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi warga desa dan memberi pelatihan teknis yang dapat membantu membuka kesempatan kerja bagi masyarakat desa seperti pelatihan menjahit dan pelatihan mekanis untuk montir. Adapun rencana kelola dampak sosial dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rencana kelola dampak ekonomi Pokok Masalah Rencana Kelola Masalah Penyerapan Rendahnya Membuka tenaga kerja penyerapan kesempatan kerja tenaga kerja yang lebih luas lokal untuk warga
Strategi Memberi alternatif program yang mampu memberikan kempatan kerja untuk warga desa dan memberi pelatihan yang dapat membantu memberikan peluang usaha bagi masyarakat desa
Rencana Kelola Dampak Lingkungan Geothermal merupakan salah satu aktifitas pengeboran yang tergolong ramah lingkungan, namun saat aktifitas pengeboran itu berlangsung terdapat dampak lingkungan yang dirasakan oleh warga desa, diantaranya adalah getaran dan kebisingan yang terkadang cukup mengagetkan warga desa. Bedasarkan hal tersebut PT. PGE seharusnya melakukan sosialisasi kepada seluruh warga desa bila akan melakukan aktifitas pengeboran sehingga tidak ada warga yang terganggu dengan kebisingan dan getaran yang dirasakan dari aktifitas pengeboran tersebut dan aktifitas pengeboran tersebut hendaknya tidak dilakukan pada malam hari agar tidak mengganggu warga desa yang beristirahat. Adapun rencana kelola dampak lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
18 Tabel 6. Rencana kelola dampak lingkungan Pokok Masalah Rencana Kelola Masalah Getaran Aktifitas Melakukan pengeboran sosialisasi yang dilakukan program PT. PGE pengeboran menimbulkan getaran yang mengganggu aktifitas warga desa
Kebisingan
Warga desa merasakan gangguan berupa kebisingan ketika dilakukan aktifitas pengeboran yang dilakukan oleh PT. PGE
Melakukan sosialisasi program pengeboran
Strategi Mensosialisasikan rencana pengeboran kepada seluruh warga desa
Mensosialisasikan tentang program pengeboran kepada seluruh warga desa jauh sebelum pengeboran tersebut dilaksanakan dan tidak melakukan aktifitas pengeboran di malam hari
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dampak sosial yang terjadi diantaranya adalah pembangunan infrastruktur jalan dan fasilitas sosial, perubahan heterogenitas dan jumlah penduduk, serta adanya kecemburuan sosial dan penurunan tata nilai masyarakat. Dampak ekonomi yang terjadi adalah adanya perubahan mata pencaharian, adanya kesempatan kerja meski dirasakan masih sedikit dan perubahan pendapatan bagi warga desa. Dampak lingkungan yang dirasakan adalah adanya getaran dan kebisingan saat proses pengeboran berlangsung. 2. PT. Pertamina Geothermal Energy berinteraksi terbatas dengan warga desa disekitarnya, tidak semua desa yang berada pada zona ring satu peta kerjanya memiliki intensitas interaksi yang sama.
19 3. Rencana kelola dampak sosial diantaranya adalah : menyusun dan mensosialisasikan SOP (standart opperating procedure) perekrutan tenaga kerja, menyusun program – program sosial yang mampu membangkitkan tata nilai masyarakat. Rencana kelola dampak ekonomi adalah dengan memberi alternatif program yang mampu memberikan kesempatan kerja untuk warga desa. Rencana kelola dampak lingkungan adalah dengan mensosialisasikan tentang program pengeboran kepada seluruh warga desa jauh sebelum pengeboran tersebut dilaksanakan dan tidak melakukan aktifitas pengeboran di malam hari. Saran 1. PT. Pertamina Geothermal Energy sebagai perusahaan yang berdiri diantara masyarakat desa sekitar hutan perlu lebih melibatkan masyarakat desa dan memberdayakan masyarakat desa sekitar hutan dengan kegiatan – kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat desa sekitar hutan 2. Masyarakat desa sekitar hutan harus lebih proaktif dalam menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Pertamina Geothermal Energy 3. Dampak negatif dari penggunaan kawasan hutan oleh PT. PGE harus di minimalkan dan dikelola dengan baik
DAFTAR PUSTAKA Achmadi S et all. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. IPB Press, Bogor Faisal S. 2004. Format-Format Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta [Pertamina]. 2012. Pengembangan Ekonomi Rakyat. [Internet]. [diacu pada tanggali21iSeptemberi2012].iTersediaidarii:ihttp://pge.pertamina.com/index.ph p?option=com_content&view=article&id=9&Itemid=16 [Pertamina]. 2012. Tentang Panas Bumi. [internet]. [diacu pada tanggal 21 Septemberi2012].iTersediaipada:ihttp://pge.pertamina.com/index.php?option=c om_content&view=article&id=9&Itemid=13 [Pertamina]. 2012. Efisiensi dan Konservasi. [internet]. [diacu pada tanggal 21 Septemberi2012].iTersediaipada:ihttp://pge.pertamina.com/index.php?option=c om_content&view=article&id=9&Itemid=17 [Pertamina]. 2012. Dasar Hukum Pengusahaan Panas Bumi. [internet]. [diacu padaitanggali21iSeptemberi2012].iTersediaipada:ihttp://pge.pertamina.com/ind ex.php?option=com_content&view=article&id=9&Itemid=17 Purwawangsa H et all. 2010. Laporan Kajian Dampak Penggunaan Kawasan Hutan. Direktorat perencanaan kawasan hutan, Direktorat jendral planalogi kehutanan, Departemen Kehutanan. Riyanto B. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Dalam Perlindungan Kawasan Pelestarian Alam. Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan, Bogor Suratmo G. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
20 Tunggal H. 2013. Perundang – Undangan Kehutanan Terbaru Edisi 2013. Harvarindo, Jakarta
21 Lampiran 1 Kuisioner Penelitian KUISIONER ANALISIS DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN _____________________________________________________________ Nama Kampung :___________________________________ Nama Desa : __________________________________ Nama Kecamatan:___________________________________ Nama Kabupaten:___________________________________ A. IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama : ............................................................. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan 3. Umur : ............................................................. 4. Pendidikan :.............................................................. 5. Agama :.............................................................. 6. Pekerjaan : ……………………………………….. :................................................................ 7. Suku bangsa 9. Jumlah Anggota Keluarga :................................................................... Persepsi Masyarakat terhadap Perusahaan 1. Apakah bentuk interaksi anda dengan perusahaan PGE (Pertamina) (jawaban bisa lebih dari 1) a. Karyawan tetap b. Pegawai harian lepas c. Penyedia barang/jasa (termasuk menjual /memasok sawit) d.Diundang rapat untuk membicarakan berbagai permasalahan, sebutkan masalah tersebut .............................................................................. e.Diundang untuk sosialisasi program, sebutkan program tersebut............................... f. Lainnya ............................................................................................ g. Tidak pernah berinteraksi 2. Apakah anda merasakan manfaat /dampak positif dari keberadaan perusahaan a. tidak, kenapa?.................................................................................. b. Iya, bentuk manfaat yang dirasakan........................(jawaban boleh lebih dari 1) 1. Peluang kerja 2.Peluang berusaha 3. Desa menjadi ramai 4. Aksesibilitas menjadi lebih mudah (Jalan bertambah bagus) 5.IDibangunnyaisaranaidaniprasarana, sebutkan................................................................... 6.Lainnya, sebutkan………………………………………………… 3 Menurut anda, apakah yang paling dibutuhkan untuk kemajuan desa anda (Maksimal 2 jawaban)
22 a. Sarana air bersih b. Perbaikan jalan/jembatan c.Sarana ibadah d. Sarana pendidikan e. Kesempatan berusaha f. Kesempatan kerja g. Pelatihan dan penyuluhan tentang (pertanian, perkebunan, dll) h. Bantuan modal usaha i. Lainnya.......................................................................................... 4.. Apakah menurut anda perusahaan pernah memberikan bantuan kepada anda atau desa anda a.Tidak b. Iya, sebutkan 1. Pembagian Sembako 2. Pembagian saprodi (bibit, pupuk, peralatan) 3. Pemberian beasiswa 4. Pembangunan sarana Ibadat atau Olah Raga 5.Pelatihan/penyuluhan 6. Lainnya............................................................................................... Indikator yang Berhubungan dengan Sosial Ekonomi Lingkungan Apakah pembangunan perusahaan menyebabkan dampak-dampak dibawah ini ? No ASPEK Ada Tidak ada Keterangan 1 Kependudukan A. Relokasi/pemindahan penduduk B. Penambahan jumlah penduduk C. Peningkatan heterogenitas penduduk D. Tingkat perpindahan penduduk 2 Kehidupan Sosial Budaya A. Kegiatan sosial (selamatan, gotong royong, kerja bakti, dll) B. Kecemburuan social C. Konflik antar masyarakat D. Tingkat pengangguran E. Tingkat pendidikan F. Perubahan tata nilai masyarakat local (upacara adat, tabu, dll) G. Fasilitas sosial (rumah sakit, jalan, jembatan) H. Lainnya 3 Perekonomian A. Perubahan mata pencaharian B. Perubahan pendapatan
23 C. D. 4 A. B. C. D. E. F. G.
Perubahan nilai asset/sumberdaya (tanah, rumah,dll) Peluang kerja dan berusaha Lainnya Lingkungan dan Sumberdaya Alam Kualitas dan kuantitas air Kualitas udara Suhu udara Tingkat kebisingan Kualitas tanah Ancaman banjir/erosi Kesediaan sumberdaya hutan (kayu dan non kayu) Lainnya
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 1989 dari Ayahanda Mastur Efendi dan Ibunda Aat Ratna Sumirat.Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh diantaranya adalah SDN Keramat I Cirebon pada tahun 1995–2001, SLTP Negeri6 Bogor padatahun 2000– 2004, SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2004–2007, pada tahun 2007penulis diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan menempuh pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun (2007/2008), sebelum akhirnya menimba ilmu di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2009 di daerah Papandayan - Sancang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2010 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Selanjutnya penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Finantara Intiga, Kalimantan Barat selama 2 bulan terhitung dari Maret sampai Mei 2011. Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Dampak Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Geothermal terhadap Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Kecamatan Ibun dan Kecamatan Samarang). Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Handian Purwawangsa, S.Hut, MSi.