TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
PAJAK PENGAHASILAN ATAS IMBALAN KERJA PADA PT. “X” Shena Mayara dan Arja Sadjiarto Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra Email :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. “X” telah melakukan penghitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai sesuai dengan PER-31/PJ/2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mendapatkan gambaran lebih rinci tentang praktik penghitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 pada PT. “X” tahun pajak 2013. Data yang diambil yaitu daftar gaji pegawai, daftar komponen gaji, Surat Pemberiahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21, SPT Tahunan PPh Pasal 21 1721. Dari Perhitungan ini ditemukan bahwa PT. “X” belum tepat melaksanakan kewajibannya dalam penghitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21. Dalam penghitungan PPh Pasal 21 PT. “X” tidak memasukkan Tunjangan Pensiun dan Tunjangan Makan.
Kata Kunci : PPh Pasal 21, pegawai, perhitungan
ABSTRACT The thesis ia s business project that aimed to know whether PT. “X” has, calculated, wihtdrwan, paid, and reported Income Tax Art. 21 of the employees income according to PER31/PJ/2012. The research was descriptive one. To get detail information about the calculating, withdrawing, paying, and reporting of Income Tax Art.21 of 2013 in PT. “X”,the data collected form payroll list, component of the salary, monthly tax return, and annual tax return. As conclusion, it was found that PT. “X” had not implemented their duty correctly in calculating, withdrawing, paying, and reporting Income Tax Art.21. In the calculation Income Tax Art.21 PT.”X” did not calculate the retirement benefits and consumption benefits.
Keyword : Understanding of tax, service quality, penalties
1
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
Pasal 21 sesuai dengan peraturan Undang –
PENDAHULUAN
Undang perpajakan yang berlaku. Pajak meupakan sumber penerimaan Negara
Dalam melakukan penelitian ini penulis
yang digunakan untuk membiayai kepentingan
memilih PT. X yang merupakan perusahaan yang
umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan
bergerak dalam bidang pengolahan rumput laut,
pribadi
yang berada di kota Malang, karena dalam
individu
seperti
kepentingan
pribadi
individu seperti kepentingan rakyat, kemakmuran
perpajakannya
perusahaan
ini
masih
belum
rakyat, dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan
memahami secara tepat dan benar perlakuan pajak
salah satu alat untuk mencapai tujuan negara.
atas imbalan kerja yang sesuai dengan Undang – Undang yang berlaku.
Pajak Penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan
Penulis berharap hasil bahasan yang dituis
Undang – Undang No 36 Tahun 2008. Pajak
dapat bermanfaat serta menjadi reverens peusahaan
Penghasilan
besar
bagi
dalam melakukan perhitungan serta pelaporan
perpajakan.
Pajak
jumlah pajak yang terutang. Berdasarkan latar
Penghasilan meliputi pajak penghasilan umum PPh
belakang masalah yang disebutkan diatas, maka
21, PPh 22, PPh 23, PPh 24, PPh 25, PPh 26, dan
penulis memilih judul skripsi “Pajak Penghasilan
PPh 29.
Atas Imbalan Kerja Pada PT. X”.
pemerintah
memiliki dalam
potensi
sektor
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan salah satu jenis pajak penghasilan yang dikenakan
Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh
atas penghasilan yang dikenakan atas penghasilan
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
berupa
Dasar Pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21
gaji,
honorarium,
tunjangan,
dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan
adalah sebagai beikut :
dengan
a.
pekerjaan,
jasa
atau
kegiatan
yang
Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi :
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam
1.
Pegawai Tetap;
negeri. Pajak Penghailan 21 dipotong, disetor dan
2.
Penerima pensiun berkala;
dilakukan oleh ajib pajak orang pribadi dalam
3.
Pegawai
Tidak
Tetap
yang
negeri. Pajak Pengahasialn 21 dipotong, disetor,
penghasilannya dibayar secara bulanan
dan
yang
atau jumlah kumulatif penghasilan yang
dimaksud dengan pemotong pajak adalah pemberi
diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
kerja, bendaharawan pemerintah, dan pensiun
telah melebihi Rp 2.025.000,00.
dilakukan
oleh
pemotong
pajak,
badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
4.
Kemudian Pajak Penghasilan yang telah dipotong
yang bersifat bekesinambungan.
dan disetorkan secara benar oleh pemberi kerja atas penghasilan
yang
diterima
atau
Bukan Pegawai yang menerima imbalan
b.
Jumlah
penghasilan
yang
melebihi
Rp
diperoleh
200.000,00 sehari, yang berlaku bagi Pegawai
sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi
Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang
kerja merupakan pelunasan pajak yang terutang
menerima upah harian, upah mingguan, upah
ntuk tahun pajak yang bersangkutan. Oleh karena
satuan
itu, penulis ingin melakukan evaluasi untuk
penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1
mengetahui apakah perusahaan melaksanakan PPh
bulan
atau
borongan,
kalenderbelum
2.025.00,00.
2
upah
sepanjang
melebihi
Rp
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
c.
50% dari jumlah penghasilan bruto, yang
a.
Jabatan,
sebesar
5%
dari
berlaku bagi Bukan Pegawai yang menerima
penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp
imbalan
500.000,00 sebulan atau Rp 6.000.000,00
yang
tidak
bersifat
berkesinambungan. d.
Biaya
setahun;
Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi
b.
Iuran yang terkait dengan gaji yang
penerima penghasilan sebagaimana dimaksud
dibayar
oleh
pegawai
pada huruf a, b, dan huruf c.
pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh
a.
penyelenggara tunjangan hari tua yag
kurang
dari
12
bulan
atau
badan
disetahunkan bila :
dipersamakan dengan dana pensiun yang
1.
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri
penedirinya telah disahkan oleh Menteri
meninggal dunia atau menginggalkan
Keuangan.
Indonesia selamanya. 2.
b.
Keuangan
dana
Masa Perolehan Penghasilan Kurang 12 bulan : Penghasilan
Menteri
kepada
Besarnya penghasilan neto bagi penerima
Orang asing mulai bekerja di Indonesia
pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21 adalah
pada Tahun berjalan untuk jangka waktu
jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya
lebih dari 6 bulan.
pensiun, sebesar 5% dari penghasilan bruto,
Penghasilan kurang dari 12 bulan tidak
setinggi-tingginya Rp 200.000,00 sebulan atau Rp
disetahunkan bila:
2.400.000,00 setahun.
1.
2.
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
Dalam hal Bukan Pegawai sebagaimana
mulai bekerja pada tahun berjalan.
dimakud dalam Pasal 3 huruf c memberikn jasa
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
kepada Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26.
pindah kerja ke pemberi kerja yang lain.
a.
Memperkerjakan
orang
sebagai
besarnya
jumlah
Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud
pegawainya
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a adalah sebagai
penghasilan bruto adalah sebesar jumlah
berikut:
pembayaran setelah dikurangi dengan bagian
a.
b.
c.
Bagi
Pegawai
Tetap
dan
penerima
gaji
atau
maka
lain
upah
dari
pegawai
yang
pensiun berkala, sebesar penghasilan netto
dipekerjakan tersebut, kecuali apa bila dalam
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan
(PTKP).
bagian gaji atau upah dari pegawai yang
Bagi
Pegawai
Tidak
Tetap
sebesar
dipekerjakan
tersebut
maka
besarnya
penghasilan bruto dikurangi PTKP
penghasilan bruto tersebut adalah sebesar
Bagi
jumlah yang dibayarkan.
Bukan
pegawai
sebagaimana
dimaksud dalm Pasal 3 huruf c, sebesar
b.
Melakukan penyerahan material atau barang
50% (lima puluh persen) dari jumlah
maka besarnya jumlah penghasilan bruto
penghasilan
hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali
bruto
dikurangi
PTKP
perbulan.
apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat
Besarnya penghasilan neto bagi Pegawai Tetap
dipasahkan antara pemberian jasa dengan
yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh
material
penghasilan bruto dikurangi dengan :
penghasilan
atau
barang bruto
maka
tersebut
besarnya termasuk
pemberian jasa dan material atau barang.
3
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
Menurut PMK 162/PMK.011/2012 besarnya
untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun
menjadi tanggungan sepenuhnya. Besarnya PTKP
adalah sebagai berikut:
ditentukan berdasarkkan keadaan pada awal tahun
a.
b.
c.
Rp 24.300.000,00 untuk diri Waajib Pajak
kalender, dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
Orang Pribadi.
dimaksud pada ayat (5), besarnya PTKP untuk
Rp 2.025.000,00 tambahan untuk Wajib
pegawai yang baru datang dan menetap di
Pajak yang kawin.
Indonesia
Rp 2.025.000,00 tambahan untuk setiap
berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian
anggota keluarga sedarah dan keluarga
tahun kalender yang bersangkutan.
semenda dalam garis keturunan lurus serta
Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau
anak angkat, yang menjadi tanggugan
Tenaga Kerja Lepas yang tidak dibayar secara
seppenuhnya, paling banyak 3 orang
bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 bulan
untuk setiap keluarga.
kalender belum melebihi Rp 2.025.000,00, berlaku
PTKP perbulan sebagaimana dimaksud dalam
a.
c.
kalender
ditentukan
Tidak dilakukan pemotongan PPh Psal 21,
dibagi 12 sebesar:
b.
tahun
ketentuan sebagai berikut:
pasal 10 ayat (2) huruf c adalah PTKP per tahun
a.
dalam
dalam hal penghasilan sehari atau rata-
Rp 2.025.000,00 untuk diri Wajib Pajak
rata penghasilan sehari belum melebihi
orang pribadi.
Rp 200.000,00.
Rp 168.750,00 tambahan untuk wajib
b.
Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21,
pajak yang kawin.
dalam hal penghasilan sehari rata-rata
Rp 168.750,00 tambahan untuk setiap
penghasilan
anggota keluarga sedarah dan keluarga
200.000,00 tersebut merupakan jumlah
semenda dalam garis keturunan lurus serta
yang dapat dikurangkan dari penghasilan
anak angkat, yang menjadi tanggungan
bruto.
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk
sehari
melebihi
Rp
Rata-rata penghasilan sehari sebagaimana
setiap keluarga.
dimaksud pada ayat (1) adalah rata-rata upah
Besarnya PTKP bagai karyawati berlaku ketentuan
mingguan, upah satuan, atau borongan untuk setiap
sebagai berikut:
hari kerja yang digunakan.
a.
b.
Bagi Karyawati kawin, sebesar PTKP
Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah
untuk dirinya sendiri.
memperoleh pengahsilan kumulatif dalam 1 bulan
Bagi Karyawati tidak kawin, sebesar
kalender melebihi Rp 2.025.000,00 maka jumlah
PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
PTKP untuk keluarga yang menjadi
adalah sebesar PTKP yang sebenarnya. PTKP yang
tanggungan sepenuhnya.
sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari
Dalam
hal
karyawati
kawin
dapat
kerja
yang
sebenarnya,
PTKP
sehari
yang
menujukkan keterangan tertulis dari Pemerintah
sebenarnya adalah sebesar PTKP pertahun dibagi
Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan
360 hari.
yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau memeperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
4
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
Tarif Pemotongan Pajak Penghasilan
kalender dan mulai bekerja setelah bulan Januari,
21 dan Penerapannya.
termasuk pegawai yang sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, banyaknya bulan yang menjadi faktor pengali atau faktor pembagi adalah jumlah
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a
bulan tersisa dalam tahun kalender sejak yang
Undang – Undang Pajak Penghasilan diterapkan
bersngkutan mulai bekerja.
atas Penghasilan Kena Pajak dari : a.
Pegawai Tetap
b.
Penerima
Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong
Pensiun
berkala
untuk masa pajak terakhir adalah selisih antara
yang
Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh
dibayarkan secara bulanan. c.
pengahasilan kena pajak selama 1 tahun pajak atau
Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja
bagian tahun pajak dengan PPh Pasal 21 yang telah
Lepas yang dibayarkan secara bulanan.
dipotong pada masa-masa sebelumnya dalam tahun
Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus
pajak yang bersangkutan.
dipotong setiap masa pajak, kecuali masa pajak
Dalam hal kewajiban pajak subjektif Pegawai
terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan
Tetap hanya perhitungan PPh Pasal 21 yang
yang akan diperoleh selama 1 tahun dengan
terutang untuk bagian tahun pajak tersebut dihitung
ketentuan sebagai berikut : a.
berdasarkan
Perkiraan ataspenghasilan yang bersifat
sebelum bulan Desmber dan jumlah PPH Pasal 21 yang telah dipotong dalam satu tahun kalender
penghasilan yang diperoleh selama 1
yang bersangkutan lebih besar dari PPh Pasal 21
tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a
yang terutang untuk 1 tahun pajak maka kelebihan
ditambah dengan jumlah penghasilan
PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut
yang bersifat tidak teratur.
dikembalikan
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk
Atas
atas jumlah penghasilan dibagi 12.
yang
selisih
antara
diterima
atau
satuan, upah borongan, dan uang saku harian, sepanjang pengahasilan tidak dibayarkan secara
penghasilan sebagaimana dimaksud pada
bulanan,
ayat (2) huruf b dengan Pajak Penghasilan
tarif
lapisan
pertama
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang
yang terutang atas jumlah penghasilan
– Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas:
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
a.
huruf a. pajak
yang
Lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah
Pajak
Penghasilan yang terutang atas jumlah
kewajiban
Penghasilan
diperoleh Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja
Atas penghasilan yang bersifat tidak tertur
hal
Tetap
bulan berikutnya setelah berhenti bekerja.
adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang
Dalam
Pegawai
pemotongan PPh Pasal 21, paling lambat akhir
Atas penghasilan yang bersifat teratur
sebesar
kepeda
bersangkutan bersamaan dengan pemberian bukti
setiap masa pajak adalah:
adalah
yang
Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekeja
Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur maka perkiraan
b.
pajak
dalam bagian tahun pajak yang bersangkutan.
dalam 1 bulan dikalikan 12.
a.
kena
disetahunkan, sebanding dengan jumlah bulan
teratur adalah jumlah penghasilan teratur
b.
penghasilan
Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp 200.000,00 atau
subjektif,
Pegawai Tidak Tetap terhitung sejak awal tahun
5
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
b.
Jumlah
penghasilan
bruto
dikurangi
sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah
pendirinya telah disahkan oleh Menteri
penghasilan kumulatif dalam 1 bulan
Keuangan.
kalender telah melebihi Rp 2.025.000,00.
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang – Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas :
Dalam hal jumlah pengahasilan kumulatif dalam satu
bulan
kalender
telah
melebihi
Rp
a.
50% dari jumlah penghasilan bruto untuk
7.000.000,00, PPh Pasal 21 dihitung dengan
setiap pembayaran imbalan kepada Bukan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang
Pegawai
–
berkesinambungan.
Undang
Pajak
Penghasilan
atas
jumlah
Pengahasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
b.
yang
tidak
bersifat
Jumlah penghasilan bruto untuk setiap
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang
kali pembayaran yang bersifat utuh dan
– Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas
tidak dipecah, yang diterima oleh peserta
jumlah kumulatif dari :
kegiatan.
a.
Penghasilan Kena Pajak, sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP
Saat Terutang PPh Pasal 21 dan/atau
per bulan, yang diterima atau diperoleh
PPh Pasal 26
Bukan
Pegawai
yang
memenuhi
ketentuan sebagaiamana dimaksud dalam
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang
Pasal 13 ayat (1). b.
bagi penerima penghasilan pada saat dilakukan
50% dari jumlah penghasilan bruto untuk
pembayaran atau pada saat terutang penghasilan
setiap pembayaran imbalan kepada Bukan
yang bersangkutan. PPh Pasal 21 terutang bagi
Pegawai yang bersifat berkesinambungan yang
tidak
memenuhi
pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak.
ketentuan
Saat Terutang untuk setiap masa pajak adalah akhir
sebagimana dimaksud dalam Pasal 13
bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir
ayat (1). c.
Jumlah
bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan. penghasilan
bruto
berupa
honorarium atau imbalan yang bersifat
Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21
taidak teratur yang diterima atau diperoleh
dan/atau Pasal 26
anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
d.
Pegawai Tetap pada perusahaan yang
1.
Wajib mendaftarkan diri ke KPP
sama.
2.
Wajib Menghitung, memotong, menyetorkan
Jumlah Penghasilan bruto berupa jasa
dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26
produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
yang terutang untuk setiap bulan kalender. 3.
imbalan lain yang bersifat tidak teratur
e.
PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor
yang diterima atau diperoleh mantan
ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari
pegawai atau.
setelah Masa Pajak berakhir.
Jumlah
penghasilan
bruto
4.
berupa
Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil,
penarikan dana pensiun oleh peserta
paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
program pensiun yang masih berstatus
berakhir.
6
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
5.
6.
Wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21/26 untuk setiap
Sanksi
Masa Pajak.
Pemberitahuan
Wajib
menyimpan
bukti
memberikannya
piutang
kepada
atas
Pembetulan
Surat
dan
penerima
Berdasarkan Undang – Undang menjelaskan
pengahasilan.
mengenai sanksi yang timbul atas pembetulan SPT. Wajib Pajak dapat membetulkan SPT yang telah
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
disampaikan dalam jangka waktu dua tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun
Untuk pegawi tetap atau penerima pensiun berkala
pajak atau tahun pajak, dengan syarat Direktur
bukti pemotongan PPh asal 21 harus :
Jendral
Pajak
belum
melakukan
tindakan
a.
Dibut sekali satahun (From 1721 A1/A2)
pemeriksaan. Dalam hal wajib pajak membetulkan
b.
Diberikan paling lama 1 bulan setelah
SPT yang mengakibatkan hutang pajak menjadi
akhir tahun atau pegawai berhenti.
lebih besar, maka dikenakan sanksi administrasi
Untuk selain pegawai tetap atau penerima pensiun
berupa bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah
berkala :
pajak yang kurang bayar. Sanksi tersebut dihutung
a.
Dibuat setiap kali ada pemotongan
sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai
b.
Jika dalam satu balan lebih dari satu kali
dengan tanggal pembayaran karena pembetulan
pembayaran maka bukti potong dapat
SPT itu.
dibuat sekali dalam satu bulan. Bukti
potong
PPh
Pasal
21
Jika jangka waktu sebagaimana dimaksud
Tidak
wajib
sebelumnya yaitu dua tahun telah lewat dan
dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21.
sepanjang
Direktur
Jendral
Pajak
belum
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, maka sanksi
Kewajiban Penerima Pengahasilan PPh
yang timbul berupa kenaikan sebesar 50% dari
Pasal 21 dan/atau Pasal 26
pajak yang kurang bayar, dan harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum laporan terseniri dimaksud disampaikan.
a.
Wajib mendaftarkan diri ke KPP
b.
Pegawai, penerima pensiun berkala, dan Bukan
Pegawai
tertentu
Wajib
METODE PENELITIAN
Pajak
membuat tanggungan keluarga pada awal Desain penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
tahun klender, atau pada saat menjadi subjek
penelitian studi kasus ada satu perusahaan, yang
pajak dalam Negeri. c.
Wajib
menyerahkan
Tanggungan
d.
Keluarga
Surat kepada
Pernyataan
menjelaskan
bagaimana
pemotong
penghitungan
pajak
cara berkaitan
menerapkan dengan
Pajak pada saat mulai bekerja atau mulai
penghitungan PPh Pasal 21 pada PT. X. Penelitian
pensiun.
deskriptif adalah penelitian yang memberikan
Wajib membuat Surat Pernyataan Baru dalam
gambaran dan mengungkapkan suatu permasalahan
hal terjadi Perubahan Tanggungan Keluarga
keadaan atau peristiwa sebagimana adanya dan
paling lambat sebelum mulai tahun kalender
mengungkapkan fakta-fakta yang ada. Penelitian
berikutnya.
ini dilakuakn untuk membantu perusahaan daalam
7
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
memahami tata cara perhitungan, penyetoran dan
HASIL PENELITIAN DAN
pelaporan PPh Pasal 21 dan diharpkan nantinya
PEMBAHASAN
mampu memenuhi kewajibannya sebagai badan usaha yang harus melakukan sendiri perhitungan,
Setelah dilakukan perhitungan PPh Pasal 21
penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 terutang.
atas seluruh karyawan PT. X selama tahun 2013
Jenis data penelitian yang digunakan adalah
yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat
data kualitatif. Data Kualitatif tersebut berupa data mengenai
kondisi
perusahaan dan
disimpulkan bahwa penghitungan PPh Pasal 21 di
kebijakan
PT. X tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku
perusahaan seperti sistem penggajian, daftar gaji
yaitu peraturan PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman
karyawan, daftar pemotongan PPh Pasal 21.
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
Pelporan PPh Pasal 21/26 yang mulai berlaku 1
adalah bersal dari internal perusahaan yaitu bagian
Januari 2013. Kesalahan perhitungan PPh Pasal 21
pajak dan akuntansi.
PT. X antara lain :
Disini digunakan metode pengumpulan data
1.
antara lain dengan wawancara langsung dengan
Hasil Perhitungan perusahaan terhadap PPh
pemilik perusahaan, dengan melakukan tanya
Pasal 21 yang terhutang selama tahun 2013
jawab dan mengumpulkan dokumen – dokumen
adalah sebesar Rp 39.317.050,00 yang terdiri
yang diperlukan dalam penelitian ini.
dari PPh 21 pegawai tetap sebesar Rp
Metode pengumpulan data yang dilakukan
39.317.050,00 dan PPh Pasal 21 untuk
pada penelitian ini adalah : 1.
pegawai tidak tetap sebesar Rp 0,00 Setelah
Wawncara, yaitu melakukan proses tanya
dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 untuk
jawab dengan pihak – pihak yang
seluruh karyawan yang ada di PT. “X”
bersangkutan seperti pegawai – pegawai
berdasarkan
perusahaan khususnya pegawai yang diperkirakan
dapat
perbedaan
memberikan
terhutang
pertanyaan yang diajukan terkait dengan
2013
sebesar
Rp
oleh perusahaan dengan penulis terdapat selisih sebesar Rp 13.823.500,00. Kesalahan
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data –
ini disebabkan oleh perusahaan ini tidak
data berupa dokumen yang diperlakukan
memasukkan
seperti dftr pegawai, daftar gaji, daftar SSP,
tahun
sebesar Rp 0,0. Perhitungan yang dilakukan
penghitungan PPh Pasal 21.
gaji,
yang
PPh Pasal 21 untuk pegawai tidak tetap
dan permasalahn yang terkait dengan
komponen
perhitungan
pegawai tetap sebesar Rp 53.140.550,00 dan
perpajakan
perusahaan, gambaran umum perusahaan
2.
dengan
terdapat
53.140.550,00 yang terdiri atas PPh Pasal 21
biaya – baiaya yang timbul dalam kebijakan
PER-31/PJ/2012
dilakukan PT. “X”, PPh Pasal 21 yang
informasi yang dibutuhkan. Beberapa
perusahaan,
Perhitungan PPh Pasal 21
Tunjangan
Pensiun
dan
Tunjangan makan dalam perhitungan PPh
Surat
Pasal 21.
Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21.
Tabel 4.4 Perbandingan PPh Pasal 21 Karyawan
8
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
No
Nama
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
Perusahaan
Penelitian
Selisih (KB)
1.
Himawan
Rp
9.463.750
Rp
11.515.750
Rp 2.052.000
2.
Ketut
Rp
2.575.000
Rp
4.096.500
Rp 1.521.500
3.
Nova
Rp
1.231.250
Rp
1.596.050
Rp
364.800
4.
Hendy
Rp
1.221.050
Rp
1.585.850
Rp
364.800
5.
Totok
Rp
1.460.200
Rp
1.825.000
Rp
364.800
6.
Yudi
Rp
3.182.500
Rp
4.704.400
Rp 1.521.900
7.
Bimo
Rp
805.500
Rp
1.170.300
Rp
364.800
8.
Fandi
Rp
1.331.000
Rp
1.695.800
Rp
364.800
9.
Puji
Rp
1.589.400
Rp
1.954.200
Rp
364.800
10.
Budi
Rp
833.450
Rp
1.198.250
Rp
364.800
11.
Johanes
Rp
1.072.600
Rp
1.437.400
Rp
364.800
12.
Kamal
Rp
1.008.000
Rp
1.372.800
Rp
364.800
13.
Didin
Rp
2.423.750
Rp
3.793.150
Rp 1.369.400
14.
Yuli
Rp
1.848.750
Rp
2.213.550
Rp
364.800
15.
Hanung
Rp
1.977.000
Rp
2.341.800
Rp
364.800
16.
Ronny
Rp
1.331.000
Rp
1.695.800
Rp
364.800
17.
Johanes
Rp
1.128.500
Rp
1.493.300
Rp
364.800
18.
Yayah
Rp
676.300
Rp
1.041.100
Rp
364.800
19.
Robi
Rp
878.800
Rp
1.243.600
Rp
364.800
20.
Junaida
Rp
2.575.000
Rp
4.096.900
Rp 1.521.900
21.
Bayu
Rp
704.250
Rp
1.069.050
Rp
Jumlah
2.
Rp 39.317.050
Rp 53.140.550
perusahaan adalah Rp 7.214.248,48 (Lihat Tabel 4.7). Tabel 4.7 Perhitungan Sanksi atas Pembetulan SPT untuk PPh Pasal 21 Seluruh Pegawai Masa
Januari
Lama
(%)
(Bulan)
2
23
Kurang Bayar
Februari
Rp 483.820,64
2
22
Rp 462.784,96 Rp 1.051.784
Maret
2
21
Rp 441.749,28 Rp 1.051.784
April
2
20
Rp 420.713,6 Rp 1.051.784
Mei
2
19
Rp 399.677,92 Rp 1.051.784
Juni
2
18
Rp 378.642,24
364.800
Rp 1.051.784 Juli
Rp13.823.500
2
17
Rp 357.606,56 Rp 1.051.784
Pemotongan PPh Pasal 21
Agustus
2
16
Pada PT. X melakukan pemotongan PPh
Septembr
2
15
Rp 1.151.958
Rp 368.626,56
Rp 315.535,2 Rp 1.051.784
Oktober
2
14
Rp 294.499,52 Rp 1.051.784
pegawai tetap dan pegawai tidak tetapnya.
November
2
13
Rp 273.463,84
Penyetoran PPh Pasal 21
Rp 1.051.784 December
2
12
Rp 252.428,16
Pada perhitungan PPh Pasal 21 antara PT. X
Rp 1.051.784 Tahunan
2
10
Rp 2.764.700
dan penulis terdapat kurang byar. Perusahaan
Rp13.823.500 Total
-
-
Rp 7.214.248,48
seharusnya menyetor PPh Pasal 21 sebesar
-
PT. X dalam pemberian dana pensiun tidak
PPh Pasal 21 terutang yang senbenarnya. 4.
Bunga
Rp 1.051.784
Pasal 21 setiap bulan atas penghasilan
3.
Tarif
Pelaporan PPh Pasal 21
menggunakan
Lembaga
Pensiun
yang
telah
Setiap bulan PT. X melaporkan PPh Pasal 21
disahkan oleh Menteri Keuangan sehingga iuran
menggunakan SPT Masa. PT. X melaporkan
pensiun dari karyawan tidak dibolehkan sebagai
SPT Tahunan dan membayarkan kekurangan
pengurang penghasilan brutonya.
atas PPh Pasal 21 terutang. Formulir 1721-A1 digunakan perusahaan
perusahaan untuk
untuk
melaporkan
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
digunakan seluruh
penghasilan yang diterima setiap pegawai
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan
tetap pada akhir tahun.
kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat
Kerena PT. X belum secara tepat menerapkan
beberapa saran PT. “X” sebagai pemberi kerja dan
PER-31/PJ/2012,
perbedaan
pemotong PPh Pasal 21 seharusnya melaksanakan
penghitungan PPh Pasal 21 anatar perusahaan
seluruh kewajibannya terkait dengan perhitungan,
dengan penulis. Perbedaan tersebut menyebabkan
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal
adanya kurang bayar sebesar Rp 13.823.500,00.
21 sesuia peraturan perpajakan yang berlaku, dan
Apabila karena adanya kurang bayar tersebut
peraturan pendukung lainnya. Peraturan tersebut
terseniri atas SPT Tahun 2013 pada 1 Jauari 2015,
yaitu
maka sanksi bunga yang harus dibayar oleh
Pelaksanaan
maka
terdapat
PER-31/PJ/
2012
Pemotongan,
tentang
Petunjuk
Penyetoran
dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26
9
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, VOL.2, 2013
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan
Orang Pribadi.
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Dana
Pensiun
menggunakan
PT.
Lembaga
“X”
Pensiun
seharusnya yang
Pribadi.
telah Rahardjo,
disahkan oleh Mentri Keuangan sehingga iuran
Maria
Indahsari
(2008).
Evaluasi
Penghitungan PPh Pasal 21 PT. X di
pensiun dari karyawan dapat sebagai pengurang
Surabaya. (TA NO. 02010885/AKT/2008).
penghasilan bruto.
Universitas Kristen Petra Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Amelia, Irene Yuvinda (2009). Perlakuan Pajak
2007.
(TA
dan
Tata
Cara
Perpajakan.
atas Penghasilan Pasal 21 pada PT X tahun pajak
Umum
NO.
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
32010049/AKT/2009). Universitas Kristen
Pajak Penghasilan.
Petra Surabaya. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor PER31/PJ/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
10