“PENGARUH VARIABILITAS PERSEDIAAN, INTENSITAS MODAL DAN VARIABILITAS HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI”. Oleh: Rafki RS, SE. MM Abstrak Secara teoritis, variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Namun, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi dimaksud.
1. PENDAHULUAN Teori akuntansi positif memberikan hipotesis yang menghubungkan pemilihan metode akuntansi persediaan dengan sejumlah karakteristik perusahaan dan industri. Pemilihan metode akuntansi persediaan dianggap melekat dalam keseluruhan masalah pemilihan untuk memaksimalkan harga saham yang tergantung pada adanya peluang investasi dan pembiayaan. Pemilihan metode akuntansi merupakan hal yang sangat penting, karena setiap keputusan yang diambil untuk memperlakukan angka-angka akuntansi dengan treatment tertentu mengandung konsekuensi ekonomik (Mahmud, 2002). Konsekuensi ekonomik diartikan sebagai dampak pemilihan kebijakan akuntansi terhadap nilai perusahaan. Konsekuensi ekonomik tersebut antara lain dapat berupa tinggi rendahnya insentif/bonus manager, keinginan untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, penghalusan laba, tinggi rendahnya pajak yang harus dibayar. Persediaan berpengaruh terhadap neraca dan laporan rugi-laba. Neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur umumnya menyajikan persediaan seringkali sebagai bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Meskipun demikian, jumlah dan persentasenya berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Pada perusahaan tertentu, kadangkadang persediaan menggambarkan 70% dari keseluruhaan aktiva lancar. Angka persentase ini merupakan bukti betapa pentingnya kegiatan pembelian dan penjualan persediaan dalam operasi perusahaan semacam itu. Persediaan juga memegang peranaan sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode dalam laporan laba rugi. Angka laba kotor misalnya
(penjualan dikurangi harga pokok penjualan), adalah sesuatu yang diamati terus-menerus oleh manajemen, pemilik, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Penelitian ini dilakukan agar perusahaan dapat melakukan pemilihan dari beberapa metode akuntansi persediaan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sesuai dengan PSAK No. 14 metode akuntansi persediaan yang diperbolehkan di Indonesia yaitu metode akuntansi persediaan Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out), Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out), dan Rata-rata (Average). Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1994 tentang perpajakan hanya memperbolehkan menggunakan metode akuntansi persediaan First In First Out (FIFO) dan metode Average. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan antara lain merupakan faktor-faktor internal perusahaan seperti, variabilitas persediaan, intensitas modal, dan variabilitas harga pokok penjualan. Berdasarkan penelitian Logianto dan Murtanto (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan adalah variabilitas persediaan, variabilitas laba akuntansi, ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Logianto dan Murtanto (2004) serta Mukhlasin (2002) bahwa perusahaan yang Go publik di Indonesia lebih memilih untuk menggunakan metode akuntansi persediaan Average karena metode Average dapat membuat pembayaran pajak penghasilan menjadi lebih rendah dibanding dengan metode lainnya. Sesuai dengan hipotesis Ricardian bahwa perusahaan mempunyai tujuan tunggal untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meminimalkan biaya pajak serta tetap respek pada kendala hukum pajak dan kesempatan produksi investasi (Lee & Hsieh, 1985). Bertolak dari hasil penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH VARIABILITAS PERSEDIAAN, INTENSITAS MODAL DAN VARIABILITAS HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Logianto dan Murtanto (2004). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Logianto dan Murtanto (2004) yaitu dengan perbedaan variabel independen hanya menggunakan tiga variabel seperti variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan dan juga perbedaan tahun penelitian
perusahaan manufaktur dimulai dari tahun 2001 sampai dengan 2003. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? 2. Apakah intensitas modal berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? 3. Apakah variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. 2. Untuk mengetahui apakah intensitas modal berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. 3. Untuk mengetahui apakah variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Manajemen perusahaan, agar mengetahui metode akuntansi persediaan yang tepat dan menguntungkan bagi perusahaan. b. Investor, agar mengetahui variabel-variabel apa saja yang harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga perusahaan dapat memilih metode akuntansi persediaan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. c. Peneliti selanjutnya, agar mengetahui tingkat konsistensi variabel-variabel independen yang digunakan pada tahun penelitian yang berbeda dengan situasi ekonomi yang berbeda pula. 2. Kerangka Teoritis Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu terdapat model penelitian yang dapat digambarkan pada penelitian ini yaitu seperti model penelitian yang telah dibahas oleh Mukhlasin (2002), yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Variabel Independen : § Variabel Variabilitas Persediaan § Variabilitas Laba Akuntansi § Variabilitas Harga Pokok Penjualan § Ukuran Perusahaan § Intensitas Modal § Intensitas Persediaan
Variabel Dependen : Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Sumber: Logianto dan Murtanto (2004). Dalam penelitian Mukhlasin (2002), variabel independen yang dibahas yaitu variabilitas persediaan, variabilitas laba akuntansi, variabilitas harga pokok penjualan, ukuran perusahaan, intensitas modal dan intensitas persediaan, dimana variabel dependennya yaitu pemilihan metode akuntansi persediaan. Alasan peneliti menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang dijabarkan diatas karena variabel-variabel independen tersebut merupakan variabel interen dan eksteren yang biasanya mempengaruhi perusahaan dalam menentukan metode persediaan yang paling sesuai untuk operasional perusahaan. Dari hasil penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa variabilitas persediaan, variabilitas laba akuntansi dan intensitas modal tidak mempengaruhi dalam melakukan pemilihan metode akuntansi persediaan. Sedangkan variabilitas harga pokok penjualan, ukuran perusahaan dan intensitas persediaan mempengaruhi dalam melakukan pemilihan metode akuntansi persediaan. Model penelitian yang dapat digambarkan dari penelitian Lee dan Hsieh (1985), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
Ukuran Perusahaan Intensitas Modal Intensitas Persediaan Variabilitas Harga
Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Variabilitas Persediaan Klasifikasi Industri Variabilitas Laba Mmmmmmm Akuntansi Sumber: Logianto dan Murtanto (2002). Penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan yaitu ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, variabilitas harga, variabilitas persediaan, klasifikasi industri dan variabilitas laba akuntansi. Dalam penelitian Lee dan Hsieh ada beberapa alasan mengapa variabel-variabel yang disebutkan diatas dibahas dalam penelitian mereka. Variabilitas persediaan ini menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan persediaan itu sendiri. Ukuran perusahaan merupakan besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan. Intensitas persediaan dapat diasumsikan bahwa perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan efisiensi manajemen persediaan. Hasil dari penelitian Lee dan Hsieh (1985) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas harga tidak mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Sedangkan intensitas modal, intensitas persediaan, variabilitas persediaan, klasifikasi industri dan variabilitas laba akuntansi mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Model penelitian yang dapat digambarkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3 seperti dibawah ini.
Variabilitas Persediaan (X1) Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan (Y)
Intensitas Modal (X2) Variabilitas Harga Pokok Penjualan (X3)
Sumber: Logianto dan Murtanto (2004). Dalam penelitian ini, model penelitian yang dapat dijabarkan yaitu variabel independen terdiri dari 3 variabel yaitu variabilitas persediaan (X1), intensitas modal (X2) dan variabilitas harga pokok penjualan (X3) sedangkan variabel dependennya yaitu pemilihan metode akuntansi persediaan (Y). III. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahannya, penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif. Penelitian yang mempunyai karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan mengacu pada data dalam Indonesian Capital Market Directory dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai obyek penelitian karena data-data yang tersedia di pasar modal ini cukup lengkap, terbuka untuk umum yang ingin melakukan penelitian. Perusahaan-perusahaan tersebut harus memenuhi kriteria sampel sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebelum tahun 2008.
b. Perusahaan tidak merubah kebijakan akuntansi tentang akuntansi persediaan selama tiga tahun antara tahun 2009 sampai dengan 2011. Kriteria ini dimaksudkan agar terlihat secara jelas konsistensi penerapan atas variabilitas-variabilitas yang menggambarkan karakteristik perusahaan dalam memilih metode akuntansi persediaan. Metode pemilihan sampel perusahaan dilakukan dengan purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak dapat dilakukan berdasarkan kuota untuk setiap kategori dalam suatu populasi target. Penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel, yaitu: variabel independen dan variabel dependen. Penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut adalah: Variabel independen dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 variabel, sebagai berikut: a. Variabilitas Persediaan Variabel ini menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan persediaan itu sendiri (Lee dan Hsieh, 1985). Variabel persediaan diukur dengan menggunakan koefisien variasi persediaan akhir yang diperoleh dari standar deviasi dibagi dengan rata-rata selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. Koefisien variasi telah digunakan oleh Lee dan Hsieh (1985), Cushing dan Leclere (1992) serta Logiato dan Murtanto (2004). Skala pengukuran variabel adalah skala rasio. V. Persediaan = Standar deviasi persediaan akhir Rata-rata persediaan akhir b.
Intensitas Modal
Lee dan Hsieh (1985) mengemukakan bahwa intensitas modal menunjukkan kondisi perusahaan yang mempunyai proporsi lebih tinggi untuk biaya tetap pada biaya variabel dalam meningkatkan arti penting keuangan dan perencanaan produksi yang berarti bahwa cost of capital-nya lebih besar. Untuk mengukur intensitas modal digunakan rata-rata net capital intensity selama tahun 2001 sampai dengan tahun
2003. Net capital intensity diperoleh dari rasio aktiva tetap bersih (net fixed asset) pada penjualan bersih. Dopuch dan Pincus (1988), Abdel-Khalik (1985), dan Lee dan Hsieh (1985). Variabel ini menggunakan pengukuran dengan skala rasio. Net Capital Intensity = Aktiva tetap bersih Net Capital Intensity = Penjualan bersih c. Variabilitas harga pokok penjualan Harga pokok penjualan merupakan konsep yang telah digunakan secara luas dalam menentukan net income dan identifikasi variabel harga pokok penjualan. (Tuanakotta, 2000). Variabilitas ini diukur dari koefisien variasi harga pokok penjualan selama tahun 2001 sampai dengan 2003. Mukhlasin (2002) dan Logianto dan Murtanto (2004). Variabel harga pokok penjualan menggunakan pengukuran dengan skala rasio. VHPP =
Standar deviasi hpp Rata-rata hpp
d. Pemilihan metode akuntansi persediaan Pemilihan metode akuntansi persediaan memiliki sifat kualitatif, sehingga pengukuran yang dilakukan hanyalah memberi nilai 0 dan 1 untuk kategori tertentu yang biasa disebut sebagai variabel dummy (Ghozali, 2001). Indikator yang digunakan untuk menilai variabel dummy ialah nilai 0 untuk metode First In First Out (FIFO) dan nilai 1 untuk metode Rata-rata ( Average). Variabel ini menggunakan pengukuran dengan skala nominal. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta. Data mengenai variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2001, 2002 dan 2003.
Uji outlier dilakukan untuk mengetahui data-data yang ekstrim yang menjadi salah satu penyebab data penelitian menjadi tidak normal. Uji outlier ini menggunakan nilai Z, dengan batasan –2,56 sampai dengan 2,56. Jika hasilnya menunjukkan angka di luar batasan tersebut, maka data tersebut harus dihilangkan karena data tersebut outlier (Supranto, 2001). Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov Test. Jika diperoleh signifikansi pada angka >0,05 maka distribusi data dikatakan normal, sedangkan signifikansi pada angka <0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal (Ghozali, 2001). Pengujian multivariate dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Regresi logistik (logit) dipilih karena data dalam penelitian ini berupa data nominal dan data rasio. Variabel dependen berupa data nominal dan variabel independen berupa data rasio, sehingga regresi logistik yang paling tepat digunakan. Regresi ini digunakan untuk menguji pengaruh variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Metode yang digunakan dalam regresi logistik berganda ini adalah Backward Stepwise (WALD) dengan tingkat signifikansi 5%. Metode WALD ini dipilih karena variabel yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi (paling tidak signifikan) akan dihilangkan satu per satu sehingga akan mendapatkan satu variabel yang paling signifikan (Ghozali, 2001). Pengujian yang dilakukan meliputi Cox Snell’s R Square, Nagelkerke R Square dan Hosmer dan Leweshow’s Test untuk menguji bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga modal dapat dikatakan fit). Pengujian hipotesis menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis ditolak, sebaliknya jika tingkat signifikansi > 0,05 maka hipotesis gagal untuk ditolak. Model persamaan logit yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ln
MP 1-MP
= β+β1VP+β2IM+β3VHPP+ e
Dimana : MP : Pemilihan metode akuntansi persediaan VP : Variabilitas persediaan IM : Intensitas modal VHPP : Variabilitas harga pokok penjualan e : error β
: Konstanta
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data sekunder. Obyek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, data penelitian yang dikumpulkan adalah laporan keuangan dari tahun 2009-2011. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Std. Deviation Mean FIFO Average FIFO Average VP 0,218 0,175 0,115 0,121 IM 0,290 0,446 0,357 0,273 HPP 0,103 0,106 0,072 0,100 Sumber : Data sekunder diolah (2012). Pada tabel 4.1 di atas hasil pengujian statistik deskriptif memperlihatkan rata-rata variabilitas
persediaan (vp) untuk metode FIFO sebesar 0,218. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas persediaan (vp) kurang mewakili dalam pemilihan metode persediaan FIFO. Standar deviasi sebesar 0,115 menunjukkan rata-rata simpangan setiap data variabilitas persediaan (vp) terhadap rataratanya sebesar 0,115. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan kurang bervariasi. Rata-rata variabilitas persediaan (vp) untuk metode average sebesar 0,175. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas persediaan (vp) kurang mewakili dalam pemilihan metode persediaan average. Standar deviasi sebesar 0,121 menunjukkan ratarata simpangan setiap data variabilitas persediaan (vp) terhadap rata-ratanya sebesar 0,121. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan kurang bervariasi. Rata-rata intensitas modal (im) untuk metode FIFO sebesar 0,290. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas modal (im) kurang mewakili dalam pemilihan metode persediaan FIFO. Standar deviasi sebesar 0,357 menunjukkan rata-rata simpangan setiap data intensitas modal (im) terhadap rata-ratanya sebesar 0,357. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan kurang bervariasi. Rata-rata intensitas modal (im) untuk metode average sebesar 0,446. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas modal (im) kurang mewakili dalam pemilihan metode persediaan average. Standar deviasi sebesar 0,273 menunjukkan rata-rata simpangan setiap data intensitas modal (im) terhadap rata-ratanya sebesar 0,273. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan kurang bervariasi. Rata-rata variabilitas harga pokok penjualan (hpp) untuk metode FIFO sebesar 0,103. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas harga pokok penjualan (hpp) kurang mewakili dalam pemilihan metode persediaan FIFO. Standar deviasi sebesar 0,072 menunjukkan rata-rata simpangan setiap data variabilitas harga pokok penjualan (hpp) terhadap rataratanya sebesar 0,072. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan kurang bervariasi. Rata-rata variabilitas harga pokok penjualan (hpp) untuk metode average sebesar 0,106. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas harga pokok penjualan (hpp) kurang mewakili dalam pemilihan metode persediaan average. Standar deviasi sebesar 0,100 menunjukkan rata-rata simpangan setiap data variabilitas harga pokok penjualan (hpp) terhadap rata-ratanya sebesar 0,100. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikatakan kurang bervariasi.
Hasil outlier terhadap variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan dapat diambil kesimpulan bahwa dari 35 perusahaan, sebanyak 3 perusahaan (ULTJ, PRAS dan JPRS) memiliki nilai di luar kewajaran. 3 perusahaan tersebut merupakan Z score di luar batasan, –2,56 sampai dengan 2,56 (Supranto, 2001). Uji normalitas data untuk masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan uji one-sample KolmogrovSmirnov Test. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Variabel Independen Signifikansi Variabilitas Persediaan 0,895 Intensitas Modal 0,428 Variabilitas Harga Pokok Penjualan 0,034 Sumber : Data sekunder diolah (2012).
Kesimpulan Normal Normal Tidak Normal
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabilitas persediaan dan intensitas modal sebagai variabel independen yang terdistribusi normal, sedangkan variabilitas harga pokok penjualan tidak terdistribusi secara normal. Pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik tapi sebelum itu dilakukan pengujian Cox Snell’s R Square, Nagelkerke R Square dan Hosmer dan Leweshow’s Test. Tabel 4.3 Cox Snell’s R Square dan Nagelkerke R Square
Step Chi-square Signifikan 1 0,050 0,080 2 0,049 0,079 3 0,043 0,069 4 0 0 Sumber : Data sekunder diolah (2012).
Tabel 4.4 Hosmer dan Lemeshow’s Test Step Chi-square 1 10,387 2 10,374 3 3,788 4 0 Sumber : Data sekunder diolah (2012).
Signifikan 0,239 0,240 0,876 0
Untuk pengujian tahap I memperlihatakan Cox Snell’s R Square sebesar 0,050 dan Nagelkerke R Square sebesar 0,080 yang berarti bahwa pemilihan metode akuntansi persediaan yang dapat dijelaskan oleh variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan sebesar 8,0%. Sedangkan untuk pengujian Hosmer dan Lemeshow’s test dengan signifikan 0,239 menunjukkan lebih besar dari 0,05 yang berarti model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2001). Untuk pengujian tahap II memperlihatkan Cox Snell’s R Square sebesar 0,049 dan Negelkerke R Square sebesar 0,079 yang berarti bahwa pemilihan metode akuntansi persediaan yang dapat dijelaskan oleh variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan sebesar 7,9%. Sedangkan untuk Hosmer dan Lemeshow’s test dengan signifikan 0,240 menunjukkan lebih besar dari 0,05 yang berarti modal dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Untuk pengujian tahap III memperlihatkan Cox Snell;s R Square sebesar 0,043 dan Negelkerke R Square sebesar 0,069 yang berarti bahwa pemilihan metode akuntansi persediaan yang dapat dijelaskan oleh variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan sebesar 6,9%. Sedangkan untuk Hosmer dan Lemeshow’s test dengan signifikan 0,876 menunjukkan lebih besar dari 0,05 yang berarti model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multivariate Tahap I Variabel Independen B Wald Variabilitas Persediaan -1,899 0,222 Intensitas Modal 2,045 0,752 Variabilitas Harga Pokok Penjualan 0,780 0,031 Sumber : Data sekunder diolah (2012).
Sig. 0,638 0,386
Kesimpul an Ditolak Ditolak
0,859
Ditolak
Dari tabel 4.5 di atas memperlihatkan hasil pengujian multivariate dengan regresi logistik tahap I untuk variabilitas persediaan dengan wald 0,222 (sig. 0,638), intensitas modal dengan wald 0,752 (sig. 0,386), dan variabilitas harga pokok penjualan dengan wald 0,031 (sig. 0,859). Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan pada tahap I menunjukkan tidak terdapat pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabilitas persediaan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,638 nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabilitas persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (1999), Mukhlasin (2002) serta Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), Niehaus (1989), Dopush dan Pincus (1988) serta Cushing dan LeClere (1992). Hasil pengujian menunjukkan bahwa intensitas modal mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,386 nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa intensitas modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hagerman dan Zmijewski (1979), Mukhlasin (2002) serta Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Morse dan Ricardson (1983), Abdel-Khalik (1985), Lee dan Hsieh (1985), serta Dopuch dan Pincus (1988). Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabilitas harga pokok penjualan mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,859 nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabilitas harga pokok penjualan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cushing dan LeClere (1992) serta Mukhlasin (2002). Setelah dilakukan pengujian secara serentak untuk memperkuat keyakinan terhadap hipotesis yang diuji, maka dilakukan pengujian dengan menghilangkan satu per satu variabel yang mempunyai angka signifikansi tertinggi (paling tidak signifikan). Hasilnya disajikan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multivariate Tahap II Variabel Independen B Wald Sig. Variabilitas Persediaan -1,781 0,200 0,655 Intensitas Modal 2,131 0,833 0,362 Sumber : Data sekunder diolah (2012).
Kesimpulan Ditolak Ditolak
Dari tabel 4.6 di atas memperlihatkan hasil pengujian multivariate dengan regresi logistik tahap II untuk variabilitas persediaan dengan wald 0,200 (sig. 0,655) dan intensitas modal dengan wald 0,833 (sig. 0,362). Pada tahap ini menghilangkan variabel variabilitas harga pokok penjualan karena mempunyai nilai signifikansi tertinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabilitas persediaan mempunyai signifikansi sebesar 0,655 nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti variabilitas persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (1999), Mukhlasin (2002) serta Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), Niehaus (1989), Dopuch dan Pincus (1988) serta Cushing dan LeClere (1992).
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Multivariate Tahap III Variabel Independen B Wald Sig. Intensitas Modal 2,377 1,114 0,291 Sumber : Data sekunder diolah (2012).
Kesimpula n Ditolak
Dari tabel 4.7 di atas memperlihatkan hasil pengujian multivariate dengan regresi logistik tahap III untuk intensitas modal dengan wald 1,114 (sig. 0,291) dan menghilangkan variabilitas persediaan karena mempunyai signifikansi tertinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa intensitas modal mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,291 nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti intensitas modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hagerman dan Zmijewski (1979), Mukhlasin (2002) serta Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Morse dan Ricardson (1983), Abdel-Khalik (1985), Lee dan Hsieh (1985), serta Dopuch dan Pincus (1988). 5. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis penelitian membuat beberapa kesimpulan, antara lain:
di
atas,
dapat
1. Variabilitas persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (1999), Mukhlasin (2002) serta Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), Niehaus (1989), Dopuch dan Pincus (1988) serta Cushing dan Leclere (1992). 2. Intensitas modal (capital) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hagerman dan Zmijewski (1979), Mukhlasin (2002) serta Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Morse dan Ricardson (1983), Abdel-Khalik (1985), Lee dan Hsieh (1985), serta Dopuch dan Pincus (1988). 3. Variabilitas harga pokok penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Logianto dan Murtanto (2004). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cushing dan LeClere (1992) serta Mukhlasin (2002). Penelitian lain:
ini
mempunyai
beberapa
keterbatasan
antara
1. Hanya menggunakan sampel penelitian sebanyak 35 perusahaan dengan periode pengamatan selama tiga tahun yaitu tahun 2009 sampai dengan 2011, sehingga kurang mampu mencakup semua fluktuasi data perusahaan manufaktur pada periode 2009-2011. 2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya berkaitan dengan operasional perusahaan yang mencirikan karakteristik internal perusahaan, yaitu berupa variabilitas persediaan, intensitas modal dan variabilitas harga pokok penjualan. 3. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya mencakup perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 4. Pengambilan data hanya menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang Go publik. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang diungkapkan di atas, maka diajukan beberapa rekomendasi yang mungkin bermanfaat untuk peneliti selanjutnya. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian yang akan datang, sebaiknya menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak serta menggunakan periode waktu yang lebih panjang dari periode penelitian yang telah ada. 2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar variabel independennya tidak hanya berkaitan dengan operasional perusahaan yang mencirikan karakteristik internal perusahaan saja tapi juga external perusahaan seperti perubahan harga.
3. Diharapkan untuk penelitian yang akan datang tidak hanya menggunakan sampel penelitian yang hanya mencakup perusahaan manufaktur dengan beberapa jenis industri tetapi juga menggunakan sampel penelitian perusahaan dengan industri lainnya yang tergabung dalam perusahaan manufaktur. 4. Memperluas lingkup pengambilan data dengan memasukkan data primer, baik secara langsung atau melalui penyebaran kuisioner dengan tujuan untuk menggali faktor-faktor non keuangan yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan dan membandingkannya dengan hasil pengolahan data sekunder. Faktor non keuangan contohnya seperti aktivitas waktu kerja karyawan perusahaan yang menggunakan metode FIFO dengan perusahaan yang menggunakan metode rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA Abdel, Khalik Rasyid A & Mckeown, James C. (1978). Understanding accounting change in an efficient market : Evidence of differential reaction. The accounting review, Lili No. 4, 851-921. Abdullah, S. (1999). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan yang telah Go public. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (tidak terbit). Alexander, Kevin. (2004). Analisis faktor-faktor yang memprediksi pemilihan metode akuntansi persediaan FIFO vs Average pada perusahaan manufaktur di bursa efek Jakarta. Skripsi STIE Trisakti. Jakarta. Ali, Syaiful & Hartono, Jogiyanto (2003). Pengaruh pemilihan metode akuntansi terhadap tingkat underpricing saham perdana. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, Januari, 41-53. Baridwan, Zaki. (1992). Intermediate accounting. Penerbit BPFE Yogyakarta, edisi 7. Biddle, G.C. (1980). Accounting methods and management decisions: The case of inventory policies. Journal of Accounting Research, 235-280. Biddle, Gary C & Lindahl, Frederick W. (1982). Stock price reactions to LIFO adoption: The association between excess return and LIFO tax saving. Journal of Accounting Research, (Autumn), 551-588.
Belkaoui, Ahmed R. (Eds. 3). (1993). Cambridge: The University Press.
Accounting theory.
Cushing, Barry E. & Leclere, Marc J. (1992). Evidence on the determinants of inventory accounting policy choice. Accounting Review, April, 355-366. Dopuch, N & Pincus, M. (1988). Evidence on the choice of inventory accounting methods: LIFO vs FIFO. Journal of Accounting Research, Spring, 28-59. Fisher, Donald E & Jordan, Ronald J. (Eds. 6). (1995). Security analysis and portfolio management. A Simon & Schuster Company. Englewood Cliff: New Jersey. Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Guenther, David A & Trombley, Mark A. (1994). The LIFO reserve and value of the firms: Theory and empirical evidence. Contemporary Accounting Research, 10 Spring, 433-452. Gunadi. (1998). Akuntansi pajak. Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hagerman, R.L & Zmijewski, M.E. (1986). Some ecomonic determinants of accounting policy choice. Journal of Accounting and Ecomonics, I, 141-161. Hendriksen, Eldon S & Breda, Michael F. Van. (2002). Teori akuntansi. Penerbit Erlangga, edisi lima buku dua, 138-172. Hongren, C.T & Harrison, W.T. (Eds. 2). (1988). Accounting. Englewood. New Jersey: Prentice Hall. Kieso, Donald E & Weygandt, Jerry J. (Eds. 7). (1992). Intermediate accounting, John Wiley & Sons Inc. New York . Lee, Chi-wen Jevons & Hsieh, David A. (1985). Choice of inventory accounting methods: Comparative analysis of alternative hypotheses. Journal of Accounting Research, Autumn, 468-485. Lindahl, Frederick W. (1989). Dynamic analysis of inventory accounting choice. Journal of Accounting Research, 202-226. Logianto, Sisca & Murtanto. (2004). Analisis pengaruh metode akuntansi persediaan terhadap price earning ratio. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 6, Agustus. 189-208.
Morse, D & Richardson, G. (1983). The LIFO/FIFO decision. Journal of Accounting Research, Spring, 106-127. Mukhlasin. (2002). Analisis pemilihan metode akuntansi persediaan berdasarkan Ricardian Hipotesis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1 Februari, 21-39. Naryanti, Vivi. (2004). Analisis pemilihan metode akuntansi persediaan dan pengaruhnya terhadap earning price ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi STIE Trisakti Jakarta. Niehaus, Gregory. R. (1989). Ownership stucture and inventory method choice. The Accounting Review, 64 April, 269-284. PSAK No. 14. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntansi Indonesia. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Santoso, Singgih. (2003). SPSS versi 11,5 : Mengatasi berbagai masalah statistik. Penerbit PT. Elex Media Komputindo Jakarta. Scott, Gibson. (1991). LIFO vs FIFO : A return to the basics. Journal of Commercial Bank Lending, 74 Oktober, 36-40. Smith, Jay M & Skousen, K. Fred. (Eds. 8). (1984). Intermediate accounting. Comprehensive volume. SouthWestern Publishing Co. Skousen, K Fred, Stice, Earl K & Stice, James D. (2001). Akuntansi keuangan menengah. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Staubus, George J. (1977). Making accounting decision. Scholars Book Company Houston, Texas. Tuanakotta, Theodorus M. (2000). Teori akuntansi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Watts, Ross L & Zimmerman, Jerold L. (1985). Positive accounting theory. Prentice-Hall International edition. Wolk Harry I & Tearney Michael G. (Eds. 4). (1997). Accounting theory. Southwestern College Publishing. Zmijewski, M & Hagerman, R. (1981). An income strategy approach to the positive theory of accounting standard setting/choice. Journal of accounting and economics, 3, 129-149.