PENGARUH PELATIHAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN DAN PEMBIAYAAN USAHA TERHADAP PERUBAHAN MOTIVASI USAHA DAN PERKEMBANGAN USAHA KECIL MIKRO DI GAMPONG SIEM ACEH BESAR Oleh: Ernawati, SP, M.Si Megawati, SE, MM
Abstract The aim of this research was to assess the effects of the entrepreneurship motivation training and capital support to changes business motivation and growth micro business for community of conflict countryside Siem sub province Big Aceh. To test the hypothesis, the researcher used the descriptive analysis. The results of this research showed that training and capital support increased business for society specially small micro business in Siem Village. The training and capital support increased micro business in them too. The implication of this finding is the community needs more entrepreneurship motivation training and capital support to up grading for business motivation and growth micro business in community. Keywords: bussines motivation training, capital support, micro business Program rehabilitasi ekonomi menjadi orientasi banyak pihak pasca rekonstruksi Aceh. Selain pemerintah, keterlibatan organisasi sosial, lokal, nasional dan internasional paska tsunami merupakan bentuk tingginya keperdulian untuk memperbaiki harkat, dan derajat kemanusiaan yang terporak-poranda karena bencana Tsunami. Berbagai agenda pembangunan yang diperuntukkan merehabilitasi dan memperkuat basis perekonomian masyarakat dilakukan, namun tidak sedikit pula yang bingung memanfaatkan kucuran bantuan tesebut., salah satunya dengan memberikan penguatan sumber daya manusia dalam bentuk pelatihan. Menurut catatan BPS, kontribusi usaha kecil mikro (UMK) mampu menyediakan 99,04% lapangan kerja. Selain itu 14,20% sebagai kontribusi ekspor non migas dan memberi sumbangan terhadap Product Domestic Bruto 63,11%. Pentingnya perencanaan usaha mikro bagi pertumbuhan ekonomi menyebabkan sektor ini perlu dikembangkan secara berkelanjutan, seperti yang disampaikan Bapak Presiden pada Pencanangan Tahun Keuangan Mikro Indonesia, 26 februri 2006, bahwa salah satu strategi menaikkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggerakkan sektor riil.
1
Pentingnya peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan ekonomi, menyebabkan diperlukan pengembangan usaha kecil yang berkelanjutan. Selain bantuan modal, diperlukan hal lainnya seperti sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia diantaranya dapat dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan berguna untuk menambah wawasan pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat menjadi modal pula (selain modal uang) dalam mengembangkan usaha yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan hidupan menjadi lebih baik. Salah satu pelatihan yang dilakukan terhadap pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah pelatihan motivasi kewirausahaan (Enterpreneurship Motivation Training). Hal ini tidak terlepas dari kondisi yang melatarbelakanginya, dimana banyak pelaku UMKM sangat lemah dalam motivasi khususnya untuk menjadi pelaku bisnis yang sukses. Hal ini juga tidak terlepas dari kondisi psikologis masyarakat Aceh yang terkena dampak konflik yang berkepanjangan. Seperti dikatakan Tarmizi Karim (2006), salah satu dampak konflik di Aceh, masyarakat kehilangan motivasi dan inisiatif. Wirausaha adalah unsur yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi jangka panjang karena akan memberikan kontribusi positif dalam pertumbuhan ekonomi (Prof.Yake Brozen). Usaha mikro merupakan usaha (bisnis) yang dimiliki dan diatur secara independen yang tidak mendominasi pasarnya. Usaha mikro identik dengan perempuan karena berbasis dari rumah tangga dengan tujuan sebagai pelengkap (menambah) penghasilan utama keluarga. Menurut Griffin (2007), kecenderungan seseorang dalam memulai usaha (bisnis) mikro adalah: (1) peralihan dari bisnis besar, artinya konsep usaha (bisnis) dipelajari dari bisnis yang besar kemudian membuka usaha (bisnis) kecil yang baru. (2) kesempatan bagi kaum minoritas dan wanita, (3) kesempatan global, artinya memulai usaha pada tempat-tempat tertentu yang menjanjikan peluang-peluang baru di pasar luar daerah/negeri: (1) tingkat keberhasilan yang lebih baik, (2) pelatihan merupakan suatu upaya penciptaan lingkungan dimana para peserta dapat memperoleh atau mempelajari atau meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap dan perilaku yang spesifik dari suatu usaha (bisnis). Pelatihan dapat menjadi awal dalam pengembangan karena pengembangan diartikan sebagai penyiapan seorang pengusaha untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.
2
Untuk mengefektifkan pelatihan, maka perlu dilakukan penilaian kebutuhan terhadap pelatihan. Henry Simamora dalam Manajemen Sumber Daya Manusia menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan dengan tiga tipe analisis: analisis organisasional, yaitu pemeriksaan jenis-jenis permasalahan yang dialami oleh usaha; analisis operasional, yaitu proses penentuan perilaku yang disyaratkan bagi pelaku usaha dalam mengoperasikan usahanya; analisis personalia, yaitu pemeriksaan seberapa baik individu dari pengusaha dalam menjalankan usahanya. Salah satu tujuan tidak langsung mengapa pelatihan menjadi aktifitas yang dipandang penting dalam membangun sumber daya manusia dalam rangka mengembangkan usaha kecil mikro adalah karena banyaknya bantuan dana yang diperuntukan bagi pembangunan ekonomi produktif, baik yang bersifat revolving fund (bergulir) maupun hibah. Secara langsung, pemanfaatan bantuan modal usaha akan berakhir pada kegagalan atau tidak adanya kesinambungan bila penerima manfaat (beneficiaries) sama sekali tidak memiliki motivasi untuk mengembangkan usaha. Oleh sebab itu, motivasi dapat dikatakan sebagai faktor yang ikut menentukan keberhasilan usaha. Pelatihan motivasi kewirausahaan dapat mendorong para pelaku usaha mikro dan kecil untuk memiliki semangat melakukan perubahan diri untuk keluar dari kelemahan yang dimiliki (seperti aspek-aspek tersebut di atas) menuju jalan yang akan mengantarkan mereka pada keadaan yang lebih baik. Menurut M.L. Jhingan (1992), beberapa hal yang menjadi hambatan dalam memulai usaha adalah: keadaan sistem sosial; ketimpangan besar dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta keterbelakangan teknologi. Oleh sebab itu itu diperlukan usaha untuk mendorong munculnya usaha (bisnis), yaitu: adanya motivasi; penciptaan inovasi dan pengembangan teknologi; pendirian lembaga-lembaga keuangan yang mengumpulkan tabungan dan menyalurkannya pada kegiatan-kegiatan bisnis; menciptakan tenaga trampil; menyediakan modal overhead ekonomi serta menciptakan iklim wirausaha yang kondusif. Pada situasi normal, pelatihan dan bantuan modal usaha dapat memberikan indikasi positif terhadap perubahan pengetahuan. Namun dalam kondisi dimana masyarakat masih merasakan dampak konflik, bisa saja perubahan yang diharapkan tidak terjadi. Itulah yang menjadi alasan penelitian untuk melihat pengaruh pelatihan motivasi kewirausahaan dan pembiayaan usaha pada usaha mikro di wilayah konflik menarik untuk dilakukan.
3
Pelatihan mempunyai pengaruh positif terhadap pengembangan usaha karena akan meningkatkan kemampuan pengembangan usaha bagi pemilik usaha mikro. Hal tersebut merupakan hasil penelitian dilakukan di Lueng Bata Banda Aceh (Syathi, 2006), terhadap pengaruh pelatihan bagi pengembangan usaha kecil (mikro) memperlihatkan hubungan determinasi variabel independent terhadap variabel dependent masih relatif kecil yaitu hanya 35 persen. Ini berarti varibel selain pelatihan masih sangat dominan mempengaruhi variabel pengembangan usaha kecil (mikro). Menurut Ronstad (Winardi, 2008), entrepreneurship merupakan sebuah proses yang dinamis untuk orang menciptakan kekayaaan incremental. Kekayaaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu, yang bernilai lebih. Menurut Scumpeter (Winardi, 2008), seorang entrepreneur harus berupaya untuk “mereformasi atau merevolusionisasi pola produksi dengan jalan mengeksploitasi sebuah penemuan baru atau secara umum, sebuah kemungkinan teknikal yang belum pernah dicoba, guna menghasilkan sebuah komoditi baru atau untuk memproduksi sebuah komoditi lama, dengan cara baru. Sedangkan motivasi menurut J.P. Chaplin, merupakan suatu variabel perantara yang digunakan membangkitkan, tertentu. Senada bahwa motivasi
untuk menerangkan faktor-faktor dalam diri individu, yang dapat mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku kearah suatu tujuan dengan itu, Marion William dan Richard Burden juga menjelaskan merupakan hasil kognitif secara keseluruhan yang membangkitkan
keinginan untuk bertindak sebagai hasil dari pemikiran yang berkesinambungan, sehingga seorang dapat mencapai sesuatu atau tujuan sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi, dengan adanya motivasi kewirausahaan pada diri pelaku usaha mikro dan kecil, akan terbangun semangat yang dapat menggerakkan pelaku UMK untuk menjadi entrepreneur yang mampu mengkombinasikan berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk dan jasa baru yang bernilai guna sehingga dapat meningkatkan kekayaan dengan menanggung berbagai macam resiko seperti modal, waktu atau komitmen. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan formal dan non formal melalui sejumlah pelatihan di NAD merupakan solusi jangka panjang menangani pengangguran. Namun dalam jangka pendek adalah bagaimana agar kredit-kredit usaha kecil untuk memulai usaha harus dapat digulirkan untuk menggerakkan aktifitas ekonomi rakyat. Tanpa usaha yang memobilisasi ekonomi rakyat, maka bantuan phisik yang telah mengalir ke Aceh akan menjadi timpang (Zulkifli Husen, 2006).
4
Pelatihan dan jiwa kewirausahaan memberikan pengaruh pada kinerja Usaha Kecil Menengah (UKM), hal ini disimpulkan Hendrati dan Muchson (2010) dalam penelitiannya tentang Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan Dan Jiwa Kewirausahaan Terkait Kinerja Keuangan UKM Di Sentra Industri Tenun Ikat Kelurahan Bandar Kidul Kecamatan Kota Kediri. Hasil regresi penelitian tersebut diperoleh persamaan regresi Y = 0,423 + 0,121 X1 + 0,179 X2 + 0,138 X3. T hitung untuk latar belakang pendidikan 3.127, dengan probabilitas (sig) 0,011 < dari 0,05 berarti pengaruh latar belakang pendidikan signifikan dan positif. T hitung untuk pelatihan 4.014, dengan probabilitas (sig) 0,002 < dari 0,05 berarti pengaruh pelatihan signifikan dan positif T hitung untuk jiwa kewirausahaan 2.690, dengan probabilitas (sig) 0,023 < dari 0,05 berarti pengaruh jiwa kewirausahaan signifikan dan positif. Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba Operasional diteliti oleh Hidayat dan Fadillah (2010). Penelitian yang mengambil Kasus Pada Pt Bank Jabar Banten.Tbk ini dilakukan dengn metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran kredit UMKM berpengaruh positif terhadap pendapatan operasional. Pengaruh penyaluran kredit UMKM terhadap laba operasional secara parsial berpengaruh juga positif dan pendapatan operasional terhadap laba operasional berpengaruh signifikan. Pengaruh penyaluran kredit UMKM dan pendapatan operasional terhadap laba operasional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba operasional. Penelitian lainnya dilakukaan Rita (2008), penelitian ini menganalisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Dan Menengah pada PT. BPR Laksana Abadi Sunggal Medan. Hasil analisa tersebut menyimpulkan bahwa pemerintah telah mengambil langkah dan kebijakan yang tepat dalam usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan kesempatan kerja bagi pengusaha golongan ekonomi lemah baik dalam bentuk pembinaan, bimbingan maupun dalam bentuk permodalan yang disalurkan perbankan, karena pemberian modal dapat memberikan pengaruh positif. Perkembangan usaha juga dapat dipengaruhi oleh pemberian modal. Penelitian Lambok Tampubolon dan Marhaini (2006) yang berjudul Pengaruh Pemberian Kredit
5
Terhadap Pengembangan Usaha Kecil pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Angkasa Pura II Polonia Medan telah membuktikan hal tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan variable kredit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan usaha kecil yang diukur dari peningkatan laba dan diketahui terdapat perbedaan yang signifikan atas pengembangan usaha kecil (peningkatan laba) sebelum dan sesudah menerima kredit dari program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL), PT. Angkasa Pura II Polonia, Medan.
Hipotesa Berdasarkan uraian tersebut di atas, diperkirakan bahwa: 1) Pelatihan motivasi kewirausahaan mempengaruhi perubahan motivasi usaha terhadap pelaku usaha kecil mikro di Gampong Siem Kabupaten Aceh Besar. 2) Bantuan modal usaha mempengaruhi perkembangan usaha kecil mikro di Gampong Siem Kabupaten Aceh Besar. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara melakukan survey lapangan ke Gampong Siem Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Pengambilan sample secara “Porposive Random Sampling” dengan target responden adalah masyarakat yang merupakan anggota KSM (kelompok swadaya masyarakat) yang mendapatkan pembiayaan modal usaha dan telah mengikuti pelatihan motivasi kewirausahaan sebanyak 20 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer (primary data) yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung. Penelitian dilakukan pada tahun 2010. Untuk kebutuhan kelengkapan data juga dilakukan secara observasi partisipatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
6
Karakterristik Responden Responden yang diteliti adalah masyarakat Gampong Siem yang menjadi anggota kelompok swadaya masyarakat (KSM) sejumlah 20 puluh orang. Semua Responden berjenis kelamin perempuan. Gambaran pendidikan, 55% responden berpendididkan SMA sederajat, 15% berpendidikan SMP sederajat, dan 10% berpendidikan Sekolah dasar (SD) dan Sekolah rakyat (SR). Ada 10% yang sedang duduk diperguruan tinggi dan hanya 10% yang telah menyelesaikan sarjananya. Rata-rata usia responden 30-40 Tahun dan rata-rata tanggungan keluarga 4-6 orang. Rata -rata perkerjaan responden adalah pedangang (usaha mikro), selain bertani sawah dan menanam tanaman muda, yaitu tanaman yang cepat dipanen (1 – 3 bulan). 25% responden merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga, 20% memberikan kontribusi berimbang dengan para suami dan 30% hanya membantu para suami, jadi suamilah yang merupakan pencari nafkah utama keluarga, sedangkan 25% lainnya masih tinggal bersama orang tua, ayah dan ibu, jadi merekalah yang membiayai kehidupan sedangkan responden hanya membantu sedikit. Dampak Pelatihan Mengimplementasikan usaha mikro berarti meningkatkan kapasitas produksi perusahaan lokal, pengusaha dan pekerja. Sejumlah program pemberian modal serta pelatihan dan pendampingan dilakukan untuk mengatasi sejumlah kelemahan usaha mikro yang teridentifikasi seperti: (a) Tidak berorientasi ke depan; (b) Hampir tidak adanya perencanaan yang tertulis; (c) Tidak memiliki pendidikan yang sesuai; (d) Tidak mampu mempelajari prilaku pasar; (e) Terbatasnya spesialisasi produk; (f) Terbatasnya inovasi produk; (g) Terbatasnya penyebaran produk; (h) Cepat puas dan terbatasnya pengkaderan; (i) Kurangnya keseimbangan dan tidak memiliki aspek akuntansi yang jelas; (j) Terbatasnya pengetahuan hukum serta peraturan.
7
Untuk mengatasi kelemahan usaha mikro dan kecil sepeti tersebut di atas, pelatihan motivasi entrepreneurship menjadi diperlukan. Tujuan pelatihan motivasi kewirausahaan adalah membangun motivasi dan jiwa entrepreneur khususnya untuk pelaku usaha kecil dan mikro sehingga dapat membekali mereka dengan semangat dan keinginan untuk menjadi wirausaha yang sukses. Menurut Hendry Simamora (2002) dalam bukunya manajemen sumber daya manusia, diperlukan tiga analisis untuk menentukan kebutuhan – kebutuhan pelatihan: 1) Analisis organisasional, yaitu: pemeriksaan jenis-jenis permasalahan yang dialami oleh usaha; 2) Analisis operasional, yaitu: proses penentuan perilaku yang disyaratkan bagi pelaku usaha dalam mengoperasikan usahanya; dan 3) Analisis personalia, yaitu: seberapa baik individu dari pengusaha menjalankan usaha. Gary Dessler (2008) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, menetapkan 4 langkah bagaimana pelatihan perlu dilakukan, yaitu: (1) Penyusunan tujuan pelatihan yang dapat diamati dan dapat diukur; (2) Metode pelatihan, teknik-teknik yang tercakup dalam training; (3) Evaluasi, mengukur reaksi proses pelatihan, perilaku, atau hasil; dan (4) Melakukan analisis, apakah masalahnya terletak pada ketidakmampuan atau ketidakmauan. Ketidakmampuan merupakan permasalahan yang dilatarbelakangi oleh intelektualitas, sedangkan kemauan secara langsung dipengaruhi oleh kekuatan motivasi. Ini berarti kesuksesan suatu pelatihan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan, namun juga motivasi, disamping faktor lain seperti telah disebutkan di atas. Jika keberhasilan suatu pelatihan saja dipengaruhi oleh motivasi, maka motivasi jauh lebih dibutuhkan untuk mempengaruhi keberhasilan suatu usaha, seperti dikatakan Chandra (2004), modal awal menjadi entrepreneur adalah: berani mencoba, berani hijrah (merantau), berani gagal dan berani sukses serta berani bermimpi. Tidak akan ada mimpi tanpa motivasi, jadi hanya mereka yang memiliki motivasi yang memiliki modal menjadi wirausaha yang berhasil. Dengan melakukan pelatihan motivasi kewirausahaan, diharapkan akan terbangun variabel-variabel yang akan mendukung perkembangan usaha, yaitu: 1) Motivasi untuk mengetahui potensi diri; 2) Motivasi untuk memberdayakan kemampuan diri;
8
3) Motivasi untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap menjadi seorang pengusaha sukses dan mau belajar bersikap sebagai seorang pengusaha; 4) Motivasi untuk menemukan dan melakukan ide usaha yang tepat untuk dirinya; 5) Motivasi untuk membuat perencanaan usaha dan menjalankan usaha dengan baik. 6) Motivasi untuk menjadi lebih kreatif dalam menjalankan usaha; 7) Motivasi untuk terus menerus belajar terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan usahanya. Oleh sebab itu, aspek-aspek tersebut di atas yang akan diuji kepada responden paska responden mengikuti pelatihan motivasi kewirausahaan. Tabulasi atas tanggapan responden terhadap adanya perubahan motivasi pasca pelatihan terlihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Pengaruh Pelatihan Motivasi Entrepreneurship
No
Variabel Perubahan
Meningkat
Biasa saja
Tidak Tahu
1
Motivasi untuk mengetahui potensi diri
100%
0%
0%
2
Motivasi untuk memberdayakan kemampuan diri
100%
0%
0%
3
Motivasi untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap menjadi seorang pengusaha sukses dan mau belajar bersikap sebagai seorang pengusaha
55%
30%
15%
4
Motivasi untuk menemukan dan melakukan ide usaha yang tepat untuk dirinya
30%
55%
15%
5
Motivasi untuk membuat perencanaan usaha dan menjalankan usaha dengan baik
65%
35%
0%
6
Motivasi untuk menjadi lebih kreatif dalam menjalankan usaha
75%
20%
5%
7
Motivasi untuk belajar terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan usahanya.
100%
0%
0%
Sumber: Data Primer, 2010, Diolah
9
Dari hasil di atas terlihat bahwa salah satu strategi yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha kecil mikro yaitu dengan membangun jiwa dan Motivasi Usaha para pelaku UMK. Motivasi usaha menjadi aspek yang sangat penting, karena alasan untuk berwirausaha dapat menjadi sumber kekuatan bagi pelaku usaha menjadi kuat dan siap menghadapi tantangan dalam usaha (bisnis). Penyelesaian masalah usaha diawali dengan penyelesaian masalah dari dalam diri, yaitu kesalahan dalam paradigma berfikir atau cara pandang terhadap suatu kenyataan atau permasalahan. Oleh sebab itu, paradigm menjadi penentu motivasi (semangat) seseorang untuk melakukan sesuatu. Gambar berikut ini dapat mengilustrasikan bahwa cara berfikir akan menentukan hasil. Gambar 1. Skema Cara Berfikir Yang Menentukan Hasil.
10
Tabel 2. Model Berfikir Pelaku Usaha Mengubah Paradigma Paradigma Lama
Paradigma Baru
Bisa tapi sulit
Sulit, tapi bisa
Saya tidak bisa “…”
Yang saya harus pelajari adalah “...”
Kendala saya adalah …”
Saya harus mencari solusi “…”
Bisa tidak ?...
Bagaimana agar bisa ?...
Orang lain bisa, saya tidak..
Jika orang lain bisa, maka saya juga bisa
Beginilah saya adanya
Saya bisa menjadi lebih baik
Sulit bagi saya untuk “…”
Saya perlu ikhtiar maksimal untuk “…”
Masalah itu menghalangi saya
Saya akan mengatasi itu.
Dampak Bantuan Pembiayaan Usaha Usaha mikro dan kecil memiliki kesulitan mendapatkan pembiayaan dari perbankan, terutama disebabkan karena ketiadaan jaminan (agunan) dari usaha mikro dan kecil. Faktor lainnya adalah kelengkapan administrasi yang dipersyaratkan oleh perbankan seperti SKITU. SIUP, NPWP dan lain-lain. Birokrasi yang tidak sederhana, khususnya dari sudut pandang pelaku UMKM menyebabkan pentingnya keberadaan lembaga keuangan mikro (LKM) atau Baitul Qirad (BQ) maupun koperasi, yang menuntut persyaratan pembiayaan yang lebih sederhana. Mengapa ini penting, karena pembiayaan usaha merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan usaha, sedangkan share kredit usaha rakyat (KUR) yang ditawarkan masih sangat terbatas dibandingkan jumlah UMKM, seperti terlihat pada gambar berikut:
11
Gambar 2. UMKM (Aceh) Yang Mendapatkan KUR
Dalam pengertian ekonomi modal merupakan barang atau uang yang digunakan sebagai faktor produksi untuk menhgasilkan barang atau jasa. Seperti dikatakan Todaro (2003), komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk yang berakses langsung penyediaan tenaga kerja dan kemajuan teknologi dan yang paling utama adalah akumulasi modal, baik yang digunakan untuk peralatan fisik maupun modal yang diinvestasikan untuk peningkatan SDM. Gambar berikut memperlihatkan tanggapan responden terhadap pengaruh pembiayaan usaha atau bantuan modal terhadap perkembangan usaha. Gambar 3. Pengaruh Pemberian Modal Terhadap UMK Tidak merasakan dampak
20%
Memberikan dampak
80%
Sumber: Data Primer, 2010 (Diolah)
12
Gambar tersebut di atas memperlihatkan bahwa 80% responden merasakan adanya dampak terhadap usaha mereka setelah mendapatkan bantuan pembiayaan usaha. Hal tersebut dikatakan karena ada responden yang sebelumnya semi menganggur, yang sering terhenti kegiatan produktifnya karena keterbatasan modal usaha, kini telah memiliki usaha yang lebih baik. Alasan lainnya karena barang yang dijual semakin banyak juga lahan yang dulunya tidak terpakai menjadi terpakai dengan adanya pinjaman modal usaha. Selain itu juga keterampilan berusaha menjadi meningkat dan lebih berani mengambil resiko dalam berusaha sehingga membuat usaha lebih baik, lebih berkembang dan lebih maju (gambar 4). Namun ada juga responden yang merasa usahanya biasa biasa saja bahkan tidak memberikan dampak. Responden yang masuk dalam katagori ini ada 20%. Alasan responden terhadap hal ini adalah karena usaha tidak berjalan lancar, pemasaran sulit menyebabkan usaha terhenti. apalagi kondisi saat ini harga barang semakin mahal tidak sanggup lagi membeli sementara pinjaman tetap harus dilunasi (gambar 5). Gambar 4. Alasan Responden Bantuan Modal Berdampak Terhadap Usaha
30%
40%
1 10%
5
2
10%
10%
4
3
1
dapat bangkit lagi setelah mendapatkan modal baru
2
banyak barang dijual karena stok barang lebih banyak
3
usaha tetap berjalan
4
lahan yang dulu tidak terpakai sekarang bisa dipakai
5
usaha berkembang Gambar karena ada 5.tambahan modal
Alasan Responden Bantuan Modal Tidak Berdampak Terhadap Usaha Sumber: Data Primer, 2010 (Diolah)
13
Usaha tidak lancar
20%
Biasa saja 30%
Pemasaran sulit
20% 20%
Bahan mahal
10%
Berhenti usaha
Sumber: Data Primer, 2010 (Diolah)
Gambar tersebut di atas (gambar 5), mendiskripsikan bahwa tidak semua penerima manfaat dari pembiayaan usaha merasakan dampak secara langsung terhadap perkembangan usaha. Hal ini diketahui pula dari proses wawancara yang dilakukan, ternyata salah satu penyebabnya adalah kecilnya tambahan modal yang benar-benar diperuntukkan bagi usaha. Latar belakang mereka sebagai pengusaha mikro, dimana pekerjaan tersebut dilakukan sebagai sampingan (seperti terlihat dari profil penerima manfaat), ikut mempengaruhi rutinitas usaha sehingga adakalanya modal yang semestinya digunakan untuk proses produksi tergunakan untuk aktifitas konsumsi. Meskipun demikian, secara umum penerima manfaat merasakan dampak positif akibat adanya pembiayaan usaha ini. Dalam penelitian ini dipertanyakan juga apakah penerima manfaat merasa setuju dengan mekanisme peminjaman yang diterapkan oleh lembaga keuangan mikro, 90% menjawab setuju, namun 10% dari mereka mengatakan sebaiknya bantuan modal itu diberikan secara hibah, tidak perlu dikembalikan.
Penutup Dari hasil penelitian ini, maka hipotesa bahwa adanya pelatihan motivasi kewirausahaan dan pembiayaan usaha mempengaruhi motivasi usaha dan perkembangan usaha kecil mikro di Gampong Siem Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat diterima (menerima Ho dan menolak Ha).
14
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yaitu 80%, merasakan dampak adanya bantuan pembiayaan usaha terhadap perkembangan usaha, sedangkan 20% lagi belum merasakan dampaknya. 100% responden yang pernah mengikuti pelatihan merasakan adanya motivasi untuk mengetahui potensi diri dan berkeinginan untuk memberdayakan kemampuan diri. Selain itu mereka juga termotivasi untuk belajar terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan usahanya. Terhadap keinginan untuk mengetahui dan memahami tahapan-tahapan menjadi seorang pengusaha sukses dan mau belajar bersikap sebagai seorang pengusaha, responden yang setuju hanya 55%. Dari penelitian ini pula diketahui bahwa 65% responden termotivasi untuk membuat perencanaan usaha dan menjalankan usaha dengan baik, dan 75% termotivasi untuk menjadi lebih kreatif dalam menjalankan usaha, namun hanya 30% yang termotivasi untuk menemukan dan melakukan ide usaha yang tepat bagi usaha mereka, sedangkan 15% dari responden ragu-ragu, dan 55% lainnya tidak berkeinginan untuk memikirkan usaha lain selain yang sekarang dijalani. Dengan kondisi tersebut, pelaksanaan pelatihan motivasi kewirausahaan sangat direkomendasikan untuk dilakukan, baik penguatan lanjutan untuk penerima manfaat sebelumnya, maupun terhadap pelaku usaha milro dan kecil yang baru yang sebelumnya belum mendapatkan peningkatan kapasitas terkait hal ini. Demikian pula terhadap bantuann pembiayaan modal usaha, sangat direkomendasikan untuk dilakukan. Untuk mewujudkan UMKM sebagai penggerak sektor riil, maka pelaku UMKM dituntut untuk berani menggambil resiko; memiliki etos kerja yang tinggi, ulet dan memiliki daya saing. Dalam rangka itu, keterlibatan lembaga pembiayaan seperti Bank perkreditan Rakyat, Baitul Qirad maupun Lembaga Keuangan Mikro menjadi sangat strategis khususnya untuk mendukung pembiayaan usaha dari usaha mikro dan kecil ini. Begitupun perhatian serta dukungan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat baik lokal maupun luar negeri, pendampingan yang merekomendasi pelatihan salah satunya pelatihan motivasi kewirausahaan, sebagai bentuk transformasi pengetahuan terhadap pelaku usaha mikro dan kecil ini sangat perlu untuk ditingkatkan, karena secara langsung menjadi modal- investasi terhadap kesiapan sumber daya sehingga UMKM dapat memberikan kontribusi lebih baik terhadap perekonomian bangsa.
15
Referensi DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley, 1992, Social Work: An Empowering Profession, Boston: Allyn and Bacon. Dessler, Gary, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Indeks, Jakarta. Griffin, Ricky W; Ebert Ronald J; dan Ismangil Wagiono, 2007. Bisnis, Prenhallindo, Jakarta. Husin, Zulkifli , 2006, Kemiskinan di Aceh: Dampak dari Konflik dan Tsunami serta Strategi Pengentasannya, Makalah Seminar “Problematika Kemiskinan Akibat Konflik dan Tsunami di Aceh dan Pola Penanggulangannya“, diadakan oleh TARI dan World Bank, Banda Aceh.
[email protected], 2001, Dampak Konflik Aceh, Warga Kehilangan Inisiatif, Indonesia-News, Harian Kompas, Jakarta. Jhingan, M.L, 1992, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta. Miksalmina dan Putri Bintusy Syathi, 2006, Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengembangan Usaha Kecil (Mikro) Di Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, DASK- Lemlit Unsyiah, Banda Aceh. Murata, Sashiko, Prof, 1999, The Tao of Islam, Mizan, Jakarta. Sofia Rita, 2008, Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Dan Menengah pada PT. BPR Laksana Abadi Sunggal Medan, ttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1005. Sonhadji Ahmad, KH dkk, 1994, ‘Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagaman’ , Kalimasahada Press, Malang. Suharto, Edi, 1997, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS), Bandung. Suharto, Edi, 2002, Pendampingan Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat, Makalah Pelatihan Pengembangan Masyarakat Bagi Pengurus Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat Tingkat Propinsi se Indonesia, Pusdiklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat Depsos RI, di Jakarta. Usman Husaini, Dr, dan Akbar Purnomu Setiady, M.Pd, 2004, ‘Metodologi Penelitian Sosial’, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Todaro,Michael dan Stephen C.Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Winardi, 2008, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta, Prenada Media.
Yusuf, Qismullah, 2002. Peluang Usaha dan Wawasan Kewirausahaan. Pelatihan Kewirausahaan bangi Civitas Akademika di Lingkungan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh, October 21 – 26, 2002.
16