FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN (Studi kasus pada pabrik tahu goreng H. Mahpud di Desa Langensari Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur) Oleh: Endah Lisarini, SE.,MM.* dan Salman Alfarisi, SP.**
RINGKASAN
Bagi pengrajin tahu H. Mahpud di Langensari Kecamatan Karangtengah, keberadaan konsumen merupakan hal terpenting dalam menjaga keberlangsungan usahanya. Loyalitas konsumennya perlu dijaga. Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (pedagang tahu eceran) dan mengidentifikasi faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelanggan (pedagang tahu eceran) tahu goreng di pabrik H. Mahpud sejak bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Analisis data menggunakan metode Analisis Jalur. Dari hasil penelitian diperoleh model yang menjelaskan hubungan faktor independent (harga, mutu produk, layanan/kebijakan, perilaku pelanggandan kepuasan pelanggan) dengan factor dependent (loyalitas pelanggan). Model analisis jalur yang dapat diterima setelah diuji validitas dan reliabilitas model adalah model II dimana faktor harga mempengaruhi sebesar 34,3%, faktor mutu produk sebesar 1,9%, faktor pelayanan/ kebijakan sebesar -21,2%, faktor prilaku pelanggan sebesar 45,1%, faktor kepuasan pelanggan sebesar -45,9%. Secara keseluruhan variabel independent berpengaruh sebesar 17,5%. Secara individual hanya faktor harga dan prilaku pelanggan yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan di pabrik H. Mahpud. Faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelanggan di pabrik tahu H. Mahpud adalah faktor perilaku pelanggan yaitu sebesar 45,1%. Kata Kunci: Loyalitas Pelanggan, pedagang tahu goreng.
ABSTRACT For Tofu maker like H. Mahpud at Langeng sari villagesub-district Karangtengah, the presence of consumer is an important thing to sustain his business. Consumer loyality must be maintained. The research had been conducted to analyze the factorsthat influence customer loyalty(tofu retailer) and identify the factors that most influence customer loyalty (tofu retailer) fried tofuof factory H.Mahpud, since November 2012until January2013. Based on the results path analysis obtained the model was received after tested by its validity and reliability that describes the factor relationship independent (price, product quality, service / policy, custumor behavior and costumer satisfaction) with the dependentfactor (customer loyalty). From the model II the price factor affecting of 34.3%, a factor of 1.9% product quality, service factor / policy of -21.2%, customer behavior factor of 45.1%, a factor of -45.9% customer satisfaction . Independent variables affect overall at 17.5%. Only individual price and customer behavior factors that affect customer loyalty in the plant H. Mahpud. The factor that gives the most impact on customer loyalty tofu H. Mahpud is factor customer behavior that is equal to 45.1%. Keywords: Customer Loyalty, fried tofu retailer. *) Dosen Fakultas Pertanian UNSUR **) Alumnus Fakultas Pertanian UNSUR
Faktor faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (Studi kasus pada pabrik tahu goreng H. Mahpud di Desa Langensari Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
1
PENDAHULUAN Menurut Supriatna (2005) agroindustri tahu mulai dikenal di Indonesia sejak jaman imigran Cina menetap dan bermukim di Indonesia. Agroindustri tahu memiliki peranan yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja, karena dalam sektor agroindustri ini tidak diperlukan keahlian khusus (tingkat kualifikasi pendidikan yang tinggi) sehingga memudahkan orang untuk bekerja di sektor agroindustri tersebut. Di samping itu, sektor inipun dapat merangsang kegiatan ekonomi sektor lainnya seperti sektor jasa angkutan dan perdagangan. Desa Langensari menjadi salah satu desa sentra pengrajin tahu di Kecamatan Karangtengah. Semakin ketatnya tingkat persaingan bisnis agroindustri tahu dan semakin banyaknya produsen tahu di Kabupaten Cianjur umumnya dan khususnya di wilayah Kecamatan Karangtengah, maka semakin banyak alternatif pelanggan dalam memilih tempat pembelian tahu, jika produsen dirasakan tidak mampu memberikan kepuasaan, pelanggan akan membandingkan layanan yang diberikan produsen dengan layanan yang mereka harapkan. Loyalitas pelanggan merupakan suatu komitmen yang kuat dari pelanggan, sehingga pelanggan bersedia melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan usahausaha pemasaran dari produk lain yang berusaha membuat mereka beralih untuk membeli produk lain tersebut (Griffin, 2005). Suatu perusahaan harus dapat merumuskan strategi yang tepat agar dapat mempertahankan loyalitas pelanggan, sehingga pelanggan tidak akan berpindah kepada pesaing lain. Upaya untuk mempertahankan pelanggan harus mendapat prioritas yang Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
lebih besar dibandingkan dengan upaya mendapatkan pelanggan baru. Hal ini dilakukan oleh perusahaan karena biaya untuk meraih pelanggan yang baru ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada (Foster, 2008). Menghadapi persoalan tersebut maka diperlukan suatu penelitian studi kasus mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (pedagang eceran) serta faktor apa yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelanggan (pedagang eceran) tahu di pabrik H. Mahpud. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (pedagang eceran) tahu goreng di pabrik tahu H. Mahpud. 2. Mengidentifikasi faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelanggan (pedagang eceran) tahu goreng di pabrik H. Mahpud. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di pabrik tahu goreng H. Mahpud, tepatnya di Kampung Pasir Leutik RT 06 RW 02 Desa Langensari Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur, sejak bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai jumlah pedagang di pabrik tahu H. Mahpud terdapat 14 pedagang. Karena jumlah pedagang tahu di pabrik H. Mahpud kurang dari 100 orang, maka seluruh pedagang tahu dicacah. Kerangka konsep yang dapat disusun berdasarkan keadaan pabrik tahu goreng H. Mahpud ialah seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
2
Harga (X1) Mutu produk (X2) Pelayanan/ kebijakan (X3)
H1
H5 H6
H2 Kepuasan Pelanggan (Y1)
H3
Loyalitas Pelanggan (Pedagang) (Y2)
H9 H7
H4
H8
Prilaku Pelanggan (X4) Sumber: Rangkuti (2008), Sutisna (2010), Marconi (1993), Alfarisi (2012) tidak dipublikasikan. Gambar 1. Kerangka Konsep hubungan antara variabel yang diteliti dengan tujuan penelitian. Tabel 1. Kisi-kisi instrumen penelitian Variabe l
Variabel Konsep
Indikator-indikator
Skala
X₁Har Harga yang ditetapkan ga perusahaan
1. Harga beli produk 2. Harga jual produk 3. Selisih harga beli dengan harga jual
Interval
Mutu Kualitas dari Produk produk tahu X₂
4. Bau produk 5. Warna produk 6. Rasa produk 7. Penggunaan bahan baku 8. Proses produksi 9. Tanpa bahan pengawet
Pelayan Kebijakan an/ perusahaan Kebijak terhadap an pelanggan X₃
10. Perusahaan selalu menepati pesanan 11. Pasilitas yang diberikan perusahaan 12. Ketepatan penyediaan pesanan 13. Kebijakan pembayaran
Analisis data menggunakan metode Analisis Jalur dengan bantuan program Software Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Social Science (SPSS)
Variabel Variabel Konsep
Indikator-indikator
Skala
14. Sumber saran menjadi Prilaku yang pelanggan Prilaku diperlihatka 15. Dukungan keluarga Pelanggan Interval n terhadap 16. Sumber mata pencaharian X₄ produk/ jasa 17. Persepsi terhadap perusahaan 18. Kepuasan terhadap harga Kepuasan 19. Kepuasan terhadap mutu Kepuasan pelanggan Pelanggan terhadap 20. Kepuasan terhadap Interval layanan produk/ jasa X₅ 21. Kesesuaian dengan dan harapan harapan pelanggan
Loyalitas Kesetiaan Pelanggan pelanggan (Pedagang) terhadap Y perusahaan
22. Kembali membeli produk kepada perusahaan 23. Keputusan menambah pembelian Interval 24. Memberikan rekomendasi membeli tahu 25. Kesetiaan pelanggan
versi 16. SPSS merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data hasil statistik yang penggunaannya cukup mudah.
Faktor faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (Studi kasus pada pabrik tahu goreng H. Mahpud di Desa Langensari Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Tempat Tinggal
0% 36%
Laki-laki
A
Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Usia 7%
0%
14%
0%
Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Status Pernikahan
16-20 Tahun
21-25 Tahun
22% 14%
36%
Menikah
26-30 Tahun
100%
31-35 Tahun
0%
36-40 Tahun
C
0%
21%
Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Lama Berjualan Tahu
SD/MI
57%
22%
Belum Menikah
D
Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
0%
Luar Desa Langensari
B
100%
7%
Desa Langensari
64%
Perempuan
29%
SLTP/MTs SMA/SMK/MA
14%
1-5 Tahun
57%
D3 S1/D4
E
0%
11-15 Tahun
F
Karakterisitik Pelanggan Berdasarkan Lama Berjualan Tahu di Pabrik H. Mahpud 36%
Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Omset Per Bulan 36%
6-10 Tahun
36%
11-15 Tahun
G
H
7%
< 100 Papan
21%
1-5 Tahun
64%
6-10 Tahun
100-500 Papan 501-1000 Papan > 1000 Papan
Gambar 2. (A) Prosentase jenis kelamin responden, (B) Prosentase tempat tinggal responden, (C) Prosentase usia responden, (D) Prosentase status pernikahan responden, (E) Prosentase tingkat pendidikan terakhir responden, (F) Prosentase lama berjualan tahu responden, (G) Prosentase lama menjadi pelanggan H. Mahpud, (H) Prosentase omset per bulan responden.
Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yaitu semuanya valid Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
karena rhitung ≥ rtabel sebesar 0,3 (Masrun,1997 dalam Solimun, 2002) dan 4
reliabel karena α ≥ 0,6 (Malhotra, 1996 dalam Solimun, 2002). Model I menggambarkan hubungan pengaruh variabel independent harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan, dan prilaku pelanggan terhadap variabel dependent kepuasan pelanggan. Hasil analisis regresi, anova dan korelasi adalah:
Stand ard coeffi cients (Beta)
t
Sig.
Angka erorr pada model I adalah 0,556. Artinya faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan hanya bisa dijelaskan oleh variabel harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan dan prilaku pelanggan sebesar 0,444 atau 44,4% sedangkan 55,6% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Model II menggambarkan hubungan pengaruh variabel independent harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan, prilaku pelanggan dan kepuasan pelanggan terhadap variabel dependent loyalitas pelanggan. Hasil analisis regresi, anova adalah:
0,739
3,264
0,010
Tabel 3. Hasil analisis regresi dan anova model II
-0,138
-0,618
0,552
-0,184
-0,709
0,496
0,201
0,690
0,508
Tabel 2. Hasil analisis regresi dan anova model I Predik tor (const ant)
R2
F
H MP PK PP
0,691
5,028
Besarnya angka R square (R2) adalah 0,691. Artinya pengaruh harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan dan prilaku pelanggan terhadap kepuasan pelanggan adalah 69,1%, sedangkan sisanya 30,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada taraf signifikansi 0,05 (5%), didapat angka Fpenelitian sebesar 5,028 > Ftabel sebesar 3,63,artinya ada hubungan linier antara harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan dan prilaku pelanggan dengan kepuasan pelanggan. Hasil standard coefficients (Beta) menunjukan hanya variabel harga (73,9%) dan prilaku pelanggan (20,1%) yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Taraf signifikansi 0,05 dan Drajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK= n – 2, atau 14 – 2 = 12. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 1,782. Hasil t penelitian di atas hanya variabel harga yang ada hubungan linier dengan kepuasan pelanggan karena t penelitianlebih besar dari t tabelyaitu 3,264 > 1,782.
Stand ard coeffi cients (Beta)
t
Sig.
H
0,343
0,592
0,570
MP
0,019
0,049
0,962
-0,212
-0,460
0,658
PP
0,451
0,870
0,410
KP
-0,459
-0,796
0,449
Predik tor (const ant)
PK
R2
0,175
F
0,341
Besarnya angka R square (R2) adalah 0,175. Artinya pengaruh harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan, prilaku pelanggan dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan adalah 17,5%, sedangkan sisanya 82,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada taraf signifikansi 0,05 (5%), didapat angka Fpenelitian sebesar 0,341 < Ftabel sebesar 3,69,artinya tidak ada hubungan linier antara harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan, prilaku pelanggan dan kepuasan pelanggan dengan loyalitas pelanggan. Hasil standard coefficients (Beta) menunjukan hanya variabel harga (34,3%) dan prilaku pelanggan (45,1%) yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Faktor faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (Studi kasus pada pabrik tahu goreng H. Mahpud di Desa Langensari Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
5
Taraf signifikansi 0,05 dan Drajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK= n – 2, atau 14 – 2 = 12. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 1,782. Hasil t penelitian di atas menunjukan semua variabel tidak ada hubungan linier terhadap loyalita pelanggan karena semua angka t penelitianlebih kecil dari t tabel. Angka erorr pada model II adalah 0,908. Artinya faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan hanya bisa dijelaskan oleh variabel harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan, prilaku pelanggan dan kepuasan pelanggan hanya sebesar 0,092 atau 0,92% sedangkan 90,8% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Pemeriksaan validitas model yaitu dilakukan dengan menghitung Koefisien determinasi total. 2 𝑅𝑚 = 1 – (0,556)2 (0,908)2 = 1 – 0,255 = 0,745
Artinya keragaman data yang dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar 74,5% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 74,5% dapat dijelaskan oleh model tersebut, sedangkan 25,5% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat dalam model) dan erorr.
Hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digambarkan seperti pada gambar 3 berikut :
Harga (X1) 0,739 (0,010)
0,343 (0,570)
Mutu produk (X2)
0,019 (0,962)
-0,138 (0,552)
Pelayanan/ kebijakan (X3)
Kepuasan Pelanggan (Y1)
-0,184 (0,496)
-0,212 (0,658) 0,201 (0,508)
Prilaku Pelanggan (X4)
-0,459 (0,449)
Loyalitas Pelanggan (Pedagang) (Y2)
0,451 (0,410) 0,556
0,908
Є2
Є2
Gambar 3. Hasil Penelitian
Meninjau dari beberapa teori yaitu menurut Marconi (1993) dalam Dewi (2012), diungkapkan 6 hal faktorJurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
faktor yang mempengaruhi pelanggan: 1. Value (price and quality). 2. Image
loyalitas
6
3.
Convenience and ease of availability (Kenyamanan dan Kemudahan) 4. Satisfaction (Kepuasan) 5. Service (Pelayanan) 6. Guarantee or warranty (Nilai tambah atau Jaminan) Sedangkan menurut Sutisna dalam Widisya (2011), loyalitas pelanggan juga dipengaruhi oleh salah satu faktornya yaitu perilaku pelanggan. Adapun hasil penelitian studi kasus yang dilaksanakan di pabrik tahu H. Mahpud hasilnya sebagai berikut: Variabel harga mempengaruhi kepuasan pelanggan sebesar 0,739 atau 73,9% dan mempengaruhi loyalitas pelanggan sebesar 0,343 atau 34,3%. Artinya harga tahu mempengaruhi kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan di pabrik H. Mahpud, semakin mahal harga tahu maka kepuasan pelanggan akan semakin rendah dan pelanggan akan mencari produk tahu yang harganya lebih murah. Variabel mutu produk mempengaruhi kepuasan pelanggan sebesar -0,138 atau -13,8% dan mempengaruhi loyalitas pelanggan sebesar 0,019 atau 1,9%. Artinya mutu produk yang dihasilkan pabrik tahu H. Mahpud tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggannya, hal tersebut tidak selaras dengan teori disebabkan mutu tahu yang dihasilkan pabrik tahu H. Mahpud relatif sama dengan mutu tahu yang dihasilkan pabrik lain yaitu rasa, bau dan warna tahu sesuai standar. Variabel pelayanan/ kebijakan mempengaruhi kepuasan pelanggan sebesar -0,184 atau -18,4% dan mempengaruhi loyalitas pelanggan sebesar -0,212 atau -21,2% Artinya pelayanan/ kebijakan yang diberikan H. Mahpud tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggannya, hal tersebut tidak selaras dengan teori disebabkan pelayanan/ kebijakan relatif sama dengan kebijakan yang diberikan pabrik lain yaitu pembayaran dilakukan setelah berjualan,
pelayanan purna jual, menepati pesanan dan tepat waktu. Variabel prilaku pelanggan mempengaruhi kepuasan pelanggan sebesar 0,201 atau 20,1% dan mempengaruhi loyalitas pelanggan sebesar 0,451 atau 45,1%. Artinya keputusan untuk berjualan tahu sebagai mata pencaharian yang didukung oleh keluarga dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan H. Mahpud karena ada kesesuaian dengan apa yang diharapkan yaitu berjualan tahu menjadi mata pencaharian yang layak, prilaku pelanggan juga mempengaruhi loyalitas pelanggan H. Mahpud. Variabel kepuasan pelanggan secara gabungan pada model I tidak mempengaruhi terhadap loyalitas pelanggan. Hal tersebut tidak selaras dengan teori disebabkan beberapa variabel pada model I hasilnya negatif dikarenakan mutu tahu dan pelayanan yang ada di pabrik H. Mahpud relatif sama dengan pabrik tahu yang lain. Angka erorr yang dihasilkan pada model I sebesar 0,556 dan pada model II sebesar 0,908. Artinya faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan bisa dijelaskan oleh variabel harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan dan prilaku pelanggan sebesar 0,444 atau 44,4% sedangkan 55,6% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dan faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan bisa dijelaskan oleh variabel harga, mutu produk, pelayanan/ kebijakan, prilaku pelanggan dan kepuasan pelanggan sebesar 0,092 atau 0,92% sedangkan 90,8% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti sehingga menyebabkan erorr model analisis jalur cukup tinggi diantaranya varian tahu, daya saing, jaminan barang yang dibeli, image perusahaan, dll. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Faktor faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (Studi kasus pada pabrik tahu goreng H. Mahpud di Desa Langensari Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
7
1.
2.
Berdasarkan hasil analisis jalur untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan di pabrik tahu goreng H. Mahpud, diperoleh model yang menjelaskan hubungan variabel independent dengan dependent. Dari model II faktor harga mempengaruhi sebesar 34,3%, faktor mutu produk sebesar 1,9%, faktor pelayanan/ kebijakan sebesar 21,2%, faktor prilaku pelanggan sebesar 45,1% dan faktor kepuasan pelanggan sebesar -45,9%. Secara keseluruhan variabel independent berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan sebesar 17,5%. Secara individual (parsial) hanya variabel harga dan prilaku pelanggan yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dari model gabungan antara model I dan model II variabel independent menerangkan keragaman variabel dependent dengan kontribusi sebesar 74,5% sedangkan sisanya 25,5% diterangkan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelangga di pabrik tahu goreng milik H. Mahpud adalah variabel prilaku pelanggan yaitu sebesar 45,1%.
Rangkuti, F. 2008. Measuring Customer Satisfaction : Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasaan Pelanggan plus Analisis Kasus PLNJP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Solimun. 2002. Structural Equation Modeling (SEM) Lisrel dan Amos. Universitas Negeri Malang. Malang. Supriatna. 2005. Membuat Tahu Sumedang. Penebar Swadaya. Jakarta. Widisya. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Restoran de’ leuit “Sensasi Nasi Jambal” Bogor. Fakultas Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Dewi,
A. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan di salon “X” Surabaya. Fakultas Fsikologi, Universitas Surabaya. [Online]. Tersedia: http://journal.ubaya.ac.id/index. php/jimus/article/download/2/ 1 [11 November 2012]. Foster, B. 2008. Manajemen Ritel. Alfabeta, Bandung. Griffin, J. 2005. Costumer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. PT. Erlangga, Jakarta. Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
8
RESPON TIGA JENIS GULMA BERDAUN LEBAR TERHADAP ALELOPATI DARI EKSTRAK DAUN ZUCCHINI (CUCURBITA PEPO) Yuliani, S.P., M.Si. * dan Nedin Nendar, SP. **
RINGKASAN
Gulma dapat mengurangi hasil tanaman baik dari segi kualitas maupun kuantitas, gulma juga sebagai fasilitator hama dan penyakit, perlu adanya pengendalian gulma yang ramah terhadap lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini : 1.mengetahui adanya pengaruh zat alelopati dari ekstrak daun Zucchini (Cucurita pepo) terhadap penekanan pertumbuhan tiga jenis gulma berdaun lebar, 2. mengetahui konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun Zucchini (C. pepo) terhadap penekanan pertumbuhan tiga jenis gulma berdaun lebar.Penelitian dilakukan di lahan agribisnis SMKN PP Cianjur dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (5x3)dengan tiga ulangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa alelopati dari ekstrak dari daun Zucchini (C. pepo) berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan tiga jenis gulma berdaun lebar, konsentrasi ekstrak daun Zucchini (C. pepo) menunjukan yang terbaik yaitu 200 g/l dapat menekan pertumbuhan gulma pada bobot segar 29,32% sampai 32,28%, bobot kering 13,72% sampai 42,32%, tinggi gulma 19,88% sampai 39,35%, jumlah daun 11,25% sampai 31,09% dan panjang akar 31,91% sampai 36,93% dari masing-masing Ajeran, Sintrong dan Babadotan. Hasil penelitian yang sangat baik responnya adalah Babadotan apabila di ambil rata-rata dari lima variabel mencapai 35,76% sedangkan pada Ajeran 29,72% dan Sintrong 22,31 %. Kata kunci: Gulma berdaun lebar, zat alelopati, Zucchini (C. pepo).
ABSTRACT
Weeds can reduce crop yields in terms of both quality and quantity , as well as a facilitator weed pests and diseases . At this time the need for weed control that is friendly to the environment.This study aimed to investigate the effect of residue of subtancesZucchini ( Cucurita pepo ) leaf extract to emphasis the growth of three types of broadleaf weeds , as well as to determine the effective concentration of leaf extract Zucchini to emphasis the growth of three types of broadleaf weeds.Research conducted in field SMKN PP Cianjur, using factorial completely randomized design ( 5x3 ) with three replications. The results indicate that the residues are extracted from the leaves of Zucchini effect on the growth of three types of broadleaf weeds , leaf extract concentration Zucchini also shows that the best is 200 g / l to suppress weed growth on fresh weight 29.32 % to 32.28 % , 13.72 % dry weight to 42.32 % , 19.88 % high weeds to 39.35 % , 11.25 % to the amount of leaf and root length 31.09 % 31 , 91 % up to 36.93 % of each Ajeran , Sintrong and Babadotan . Looking at the results of earlier studies that the response is very good at taking babadotan if the average of the five variables reached 35.76 % while Ajeran andSintrong :29.72 % and 22.31 % . Keywords : broadleaf weeds , substance residues, Zucchini ( C. pepo ). * Dosen Faperta UNSUR **Alumni Faperta UNSUR
Respon Tiga Jenis Gulma Berdaun Lebar Terhadap Alelopati dari ekstrak Daun Zucchini (Cucurbita pepo)
9
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh buruk gulma di dalam dan di sekitar lapangan yang ditanami dapat disimpulkan merugikan, dimana gulma dapat mengurangi hasil tanaman baik kuantitas dan kualitas, karena persaingan kebutuhan hidup. Gulma juga berperan dalam perkembangan hama dan penyakit, smengurangi efisiensi panen bahkan gulma ini akan mengurangi efisiensi sistem irigasi. Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk 1. mengetahui adanya pengaruh alelopati dari ekstrak daun Zucchini (C. pepo) terhadap penekanan pertumbuhan tiga jenis gulma, 2. mengetahui konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun Zucchini, terhadap penekanan pertumbuhan tiga jenis gulma tersebut.
dapat menekan populasi gulma yang ada di sekitar tanaman budidaya. Salah satu jenis gulma yang dapat dikendalikan dengan zat alelopati adalah gulma berdaun lebar (broad leaves) yang merupakan : tumbuhan dikotil dan pakupakuan. Misalnya Ceplukan, Wedusan, Sembung rambat, Sintrong, Babadotan, Ajeran, Sidaguri, Bayam duri dan masih banyak gulma yang termasuk pada gulma yang berdaun lebar (Endjo, 2004). METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di lahan praktek agribisnis Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Pembangunan (SMK N PP) Cianjur.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah: blender, timbangan, oven, Saringan, gelas ukur, cangkul, sprayer, penggaris. Bahan yang digunakan antaralain :daun Zucchini, Tinjauan Pustaka aquades, polybag, arang sekam, tanah, 3 Alelopati didefinisikan sebagai jenisbiji gulma, kertas label, agristik efek langsung atau tidak langsung oleh (perekat) satu tanaman, termasuk mikroorganisme pada tanaman lain, yang berlangsung Pelaksanaan Penelitian melalui produksi senyawa kimia yang Pembuatan ekstrak : dilepaskan ke alam (Blair, 2004). Untuk pembuatan ekstrak Kruse dan Stanberg (2000), mengikuti cara yang dilakukan oleh menyatakan bahwa tanaman alelopati Escudero dan Albert (2000) dalam dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan Panaungan 2009, prosesnya sebagai gulma dengan cara: berikut: 1. Penggunaantanaman yang Bahan yang sudah disediakan memiliki zat alelopati pada yaitu daun Zucchini, diambil dalam tanaman budidaya. kondisi segar. 2. Pengaplikasian residu dan Daun Zucchini ditimbang dimana jerami/serasah tanaman alelopati masing-masing 50 g, 100g, 150 g dan 200 sebagai mulsa. g. Setelah melakukan penimbangan 3. Penggunaan tanaman alelopati dilanjutkan penghalusan daun dengan dalam rotasi bertahap dimana blender dan ditambah aquades sebanyak tanaman yang memiliki alelopati 200 ml. tersebut berfungsi sebagai penggembur sedangkan residunya Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
10
Z0 =Kontrol (disemprot aquades) Bahan yang sudah halus Z1= 50 g/l aquades ditambahkan aquades hingga 1000 ml dan Z2= 100 g/l aquades disimpan pada tempat gelap selam 24 jam. Z3= 150 g/l aquades Kemudian melakukan penyaringan hingga Z4= 200 g/l aquades diperoleh larutan ekstrak daun Zucchini. Penumbuhan gulma : Benih / bijiAjeran, Sintrong dan Babadotan disemaikan pada media tanah Variabel yang Diukur dilakukan pengukuran terhadap yang sudah disediakan hingga 3 minggu variabel penekanan pertumbuhan gulma mencapai tinggi 5 – 7 cm (4 – 5 helai yaitu: daun). Polybag diisidengan media arang sekam dan tanah andosol. Gulma 1. Bobot segar gulma Data bobot segar gulma, diambil kemudian dipindahkan satu persatu dengan menimbang gulma masingkedalam polybag sesuai dengan jenis masing sampel sebelum dilakukan masing-masing. Tiap polybag terdiri dari pengeringan. lima bibit. 2. Bobot kering gulma Data bobot kering gulma di ambil Aplikasi : dengan menimbang masing-masing Dalam aplikasinya yaitu sampel yang sudah di lakukan melakukan penyemprotan ekstrak sesuai pengeringan menggunakan alat. perlakuan pada 10 hari setelah 3. Tinggi gulma pemindahan gulma pada polybag. Data tinggi gulma diambil dengan Larutan yang sudah disediakan melakukan pengukuran di mulai dari disemprotkan pada masing-masing gulma pangkal gulma atau dari permukaaan dengan konsentrasi sesuai perlakuan, tanah sampai pada ujung daun sampai membasahi permukaan gulma tertinggi ketika di luruskan keatas. tersebut ( 10 ml/tanaman). 4. Jumlah daun Data jumlah daun di ambil dengan Rancangan Percobaan cara menghitung helaian gulma di Penelitian ini menggunakan mulai dari helai bawah sampai pucuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang telah membentuk daun yang terdiri dari dua faktor. Faktor 5. Panjangakar pertama yaitu jenis gulma yang akan Data panjang akar di ambil dari hasil dikendalikan, faktor kedua yaitu pengukuran masing-masing sampel konsentrasi ekstrak daun Zucchini. Setiap dimana akar yang di ukur mulai dari perlakuan terdiri dari 3 ulangan. pangkal batang yang tumbuh akar Gulma yang akan dikendalikan sampai ujung akar yang paling oleh zat alelopat disimbolkan dengan panjang. huruf “G”, terdiri dari:
Daya penekanan ekstrak daun Zuccini dihitung terhadap parameterparameter tersebut. Daya penekanan Konsentrasi ekstrak yang akan pertumbuhan gulma akibat penyemprotan digunakan dalam penelitian ini ekstrak daun Zucchini dapat di hitung disimbolkan dengan huruf “Z”, terdiri menggunakan rumus (Panaungan, 2009): dari: G1=Ajeran (Bidens pilosa L.), G2 = Sintrong (Crassocephalum crepidioides) G3=Babadotan (Ageratum conyzoides L.).
Respon Tiga Jenis Gulma Berdaun Lebar Terhadap Alelopati dari ekstrak Daun Zucchini (Cucurbita pepo)
11
DayaPenekanan : = Kontrol - Aplikasi ekstrak x 100% Kontrol HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk daya penekanan : ekstrak daun Zucchini mampu menekan bobot segar Ajeran sekitar 32,28 %, Sintrong 16,44 – 29,32 %, dan Babadotan 28,04 – 31,41 %.
Bobot Segar Gulma Bobot Kering Pengaruh perlakuan terhadap Pengaruh perlakuan terhadap bobot segar gulma dapat dilihat dari hasil bobot kering gulma dapat dilihat dari hasil uji lanjut seperti pada tabel1. uji lanjut seperti pada tabel 2. Dari tabel 2 tersebut terlihat Tabel 1. Pengaruh zat alelopati dari ekstrak daun pengaruh nyata akibat perbedaan jenis Zucchini terhadap rata-rata bobot segar tiga jenis gulma dan pengaruh nyata akibat gulma. konsentrasi yang diberikan. Pengaruh yang terlihat nyata adalah pada gulma Perlakuan (jenis gulma) Rata-rata (g) Babadotan (G3) yang memiliki rata-rata G1; Ajeran (Bidens pilosa L.) 3,34 f G2 :Sintrong (Crassocephalum bobot kering : 0,49 g dibandingkan pada crepidioides) 3,57 f gulmaAjeran (G1)dan gulma Sintrong G3 :Babadotan (Ageratum (G3) yang memiliki rata-rata bobot kering conyzoides L) 2,33 g : 0,72 g dan 0,69 g. Konsentrasi Bobot kering gulma yang tidak Z0: 0 g/l 3,68 a Z1 :50 g/l 2,88 ab diberi perlakuan berbeda nyata dengan Z2 :100 g/l 3,20 ab gulma yang diberi perlakuan ekstrak daun Z3 :150 g/l 3,11 ab Zucchini dengan konsentrasi 200 g/l (Z4) Z4 :200 g/l 2,54 b memiliki rata-ratabobot kering yang paling Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang rendah yaitu : 0,51 g berbeda nyata dengan berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun nyata hasil uji Uji Tukey’s pada taraf 5 % Zucchini (Z0) yaitu: 0,77 g. Dari tabel tersebut pengaruh terlihat sangat nyata akibat perbedaan jenis gulma dan pengaruh nyata akibat konsentrasi yang diberikan. Pengaruh yang terlihat nyata adalah pada gulma Babadotan (G3) yang memiliki rata-rata bobot basah : 2,33 g dibandingkan pada gulmaAjeran (G1) dan gulma Sintrong (G3) yang memiliki rata-rata bobot basah : 3,34 g dan 3,57 g. Bobot segar gulma yang tidak diberi perlakuan berbeda nyata dengan gulma yang diberi perlakuan ekstrak daun Zucchini dengan konsentrasi 200 g/l(Z4) memiliki rata-ratabobot basah yang paling rendah yaitu : 2,54 g berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun Zucchini (Z0) yaitu: 3,68 g. Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
Tabel 2. Pengaruh zat alelopati dari ekstrak daun Zucchini terhadap rata-rata bobot kering tiga jenis gulma. Perlakuan (jenis gulma) Rata-rata (g) G1; Ajeran (Bidens pilosa L.) 0,72 f G2 :Sintrong (Crassocephalum crepidioides) 0,69 f G3 :Babadotan (Ageratum conyzoides L) 0,49 g Konsentrasi Z0: 0 g/l 0,77 a Z1 :50 g/l 0,56 b Z2 :100 g/l 0,67 ab Z3 :150 g/l 0,66 ab Z4 :200 g/l 0,51 b Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda nyata hasil uji Uji Tukey’s pada taraf 5 %
12
Untuk daya penekanan : ekstrak daun Zucchini mampu menekan bobot kering Ajeran sekitar 9,36 – 42,32 %, Sintrong 3,98 – 13,72%, dan Babadotan 23,50 – 40 %. Hal ini sejalan dengan penelitian Ashrafi et al. (2008) dalam Panaungan 2009, menemukan zat alelopati yang terdapat pada barley memperlihatkan adanya tanda penurunan berat kering hipokotil gulma dibandingkan dengan kontrol berkisar antara 30 dan 77 %. Hal ini juga menunjukan adanya senyawa dalam ekstrak daun Zucchini yang berpotensi untuk menekan pertumbuhan tanaman lain. Menurut Roshchina (2005), menyatakan bahwa senyawa-senyawa lipofilik ini memasuki sel dan berinteraksi dengan organel-organel sel. Senyawasenyawa ini memperlambat perkecambahan mikrospora dan biasa terikat dengan inti sel. Senyawa-senyawa tersebut di kenal betul sebagai racun (toksin), agen pemblokan mitosis yang menyebakan poliploid, tetapi pada banyak kasus mereka bekerja sebagai herbisida, dan dapat memperlambat perkecambahan benih, mikrospora vegetatif dan pollen. Tinggi Gulma Pengaruh perlakuan terhadap tinggi gulma dapat dilihat dari hasil uji lanjut seperti pada tabel 3. Dari tabel 3 tersebut terlihat pengaruh nyata akibat perbedaan jenis gulma dan pengaruh nyata akibat konsentrasi yang diberikan. Pengaruh yang terlihat nyata adalah pada gulmaBabadotan (G3) yang memiliki ratarata tinggi tanaman : 6,05 cm dibandingkan pada gulmaAjeran (G1)dangulma Sintrong (G2) yang memiliki rata-ratatinggi tanaman gulma : 10,25 cm dan 11,47 cm.
Respon Tiga Jenis Gulma Berdaun Lebar Terhadap Alelopati dari ekstrak Daun Zucchini (Cucurbita pepo)
Tinggi tanaman gulma yang tidak diberi perlakuan berbeda nyata dengan gulma yang diberi perlakuan ekstrak daun Zucchini dengan konsentrasi 200 g/l (Z4) memiliki rata-ratatinggi tanaman gulma yang paling rendah yaitu : 7,99 cm berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun Zucchini (Z0) yaitu: 10,87 cm. Tabel 3. Pengaruh zat alelopati dari ekstrak daun Zucchini terhadap rata-rata tinggi tiga jenis gulma.
Perlakuan (jenis gulma) G1; Ajeran (Bidens pilosa L.) G2 :Sintrong (Crassocephalum crepidioides) G3 :Babadotan (Ageratum conyzoides L) Konsentrasi Z0: 0 g/l Z1 :50 g/l Z2 :100 g/l Z3 :150 g/l Z4 :200 g/l
Rata-rata (cm) 10,25 g 11,47 f 6,05 h 10,87 a 9,74 ab 8,50 ab 9,19 ab 7,99 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda nyata hasil uji Uji Tukey’s pada taraf 5 %
Untuk daya penekanan : ekstrak daun Zucchini mampu menekan tinggi gulma Ajeran sekitar 6,05 – 19,88 %, Sintrong 9.40–28,92 %, dan Babadotan 4,15 – 39,35 %. Jumlah Daun Pengaruh perlakuan terhadap tinggi gulma dapat dilihat dari hasil uji lanjut seperti pada tabel 4. Dari tabel 4 tersebut terlihat pengaruh nyata akibat perbedaan jenis gulma dan pengaruh nyata akibat konsentrasi yang diberikan. Pengaruh yang terlihat nyata adalah pada gulmaBabadotan (G3) yang memiliki ratarata jumlah daun: 6,66 helai dibandingkan pada gulmaAjeran (G1)dan gulma Sintrong (G2) yang memiliki rataratajumlah daun : 10,04helai dan 8,5 helai. 13
Rata-rata jumlah daun gulma yang tidak diberi perlakuan berbeda nyata dengan gulma yang diberi perlakuan ekstrak daun Zucchini dengan konsentrasi 200 g/l(Z4) memiliki rata-ratajumlah daun yang paling rendah yaitu : 7,55helai berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun Zucchini (Z0) yaitu: 9,37 helai. Tabel 4. Pengaruh zat alelopati dari ekstrak daun Zucchini terhadap rata-rata jumlah daun tiga jenis gulma. Perlakuan (jenis gulma) G1; Ajeran (Bidens pilosa L.) G2 :Sintrong (Crassocephalum crepidioides) G3 :Babadotan (Ageratum conyzoides L) Konsentrasi Z0: 0 g/l Z1 :50 g/l Z2 :100 g/l Z3 :150 g/l Z4 :200 g/l
Rata-rata (helai) 10,04 f 8,50 g 6,66 h 9,37 8,33 8,17 8,59 7,55
a ab ab ab b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda nyata hasil uji Uji Tukey’s pada taraf 5 %
(G2) yang memiliki rata-ratapanjang akar : 9,89 cm dan 8,53 cm. Rata-rata panjang akar tanaman gulma yang tidak diberi perlakuan berbeda nyata dengan gulma yang diberi perlakuan ekstrak daun Zucchini dengan konsentrasi 200 g/l(Z4) memiliki rata-ratapanjang akar yang paling rendah yaitu : 6,71 cm berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun Zucchini (Z0) yaitu: 10,28 cm. Tabel 5. Pengaruh zat alelopati dari ekstrak daun Zucchini terhadap rata-rata panjang akar tiga jenis gulma. Perlakuan (jenis gulma) G1; Ajeran (Bidens pilosa L.) G2 :Sintrong (Crassocephalum crepidioides) G3 :Babadotan (Ageratum conyzoides L) Konsentrasi Z0: 0 g/l Z1 :50 g/l Z2 :100 g/l Z3 :150 g/l Z4 :200 g/l
Rata-rata (cm) 9,89 f 8,53 g 7,24 h 10,28 a 9,13 ab 8,87 ab 7,79 ab 6,71 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda nyata hasil uji Uji Tukey’s pada taraf 5 %
Untuk daya penekanan : ekstrak daun Zucchini mampu menekan pertambahan jumlah daun Ajeran sampai Ada pengaruh alelopati (senyawa 17,18%, Sintrong 11,25% dan Babadotan alelokimia) yang di ekstrak dari daun 13,54 – 31,09% Zucchini terhadap panjang akar, hal ini sejalan dengan Schonbeck (2009) yang Panjang Akar mengatakan bahwa senyawa-senyawa Pengaruh perlakuan terhadap tinggi gulma alelokimia ini memiliki potensi yang cukup dapat dilihat dari hasil uji lanjut seperti dijadikan sebagai herbisida, memiliki pada tabel 5. dampak merusak yang besar pada Dari tabel 5 tersebut terlihat perkecambahan benih, pembibitan, dan pengaruh nyata akibat perbedaan jenis tanaman muda, menghambat gulma dan pengaruh nyata akibat pertumbuhannya, penyebab terjadinya konsentrasi yang diberikan. Pengaruh kerusakan akar dan tajuk tanaman dan yang terlihat nyata adalah pada gulma atau menyebabkan kematian. Babadotan (G3) yang memiliki rata-rata panjang akar : 7,24 cm dibandingkan pada gulmaAjeran (G1)dan gulma Sintrong
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
14
KESIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut : 1.
2.
dapat
Zat alelopati yang di ekstrak dari daun Zucchini (C. pepo) ternyata memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tiga jenis gulmaberdaun lebar yang diuji yaitu : Ajeran (Bidens pilosa L.), Sintrong (Crassocephalum crepidioides), Babadotan (Ageratum conyzoides L). Dari ketiga jenis gulma berdaun lebar gulma Babadotan yang sangat respon terhadap ekstrak daun Zucchini. Dari empat konsentrasi ekstrak daun Zucchini yang diambil yaitu 50g/l, 100g/l, 150g/l dan 200 g/l, memperlihatkan pengaruh yang bervariasi terhadap penghambatan pertumbuhan tiga jenis gulma yang diteliti. Walaupun demikian lebih dominan penekanannya adalah pada konsentrasi 200 g/l.
Panaungan, Ishak. 2009. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Artemisia Terhadap Pertumbuhan Tiga Jenis Gulma Berdaun Lebar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Suryakancana. Cianjur. Roschina, V. V. 2005. Proazulen, Azulen dan Colchicine As Fluorescent Dyes For Study Of Celluar Interaction In Allelopathy. Russian Academy of Mosscow region, 142290, Russia. http://www.regional.org.au/au/a llelopathy/2005/2/3/2579_rosch inav.htm?print=1 Schonbeck, Mark. 2009. How cover Crop Suppress Weeds. Virginia Association for Biological Farming. USA
DAFTAR PUSTAKA Blair, Amy. 2004. Plant-plant allelopathic interactions: Do they occur?. www.colostate.edu/Depts/Ento mology/courses/en570/papers_2 004/blair, diakses tanggal 29 Februari 2013 Endjo, Djauhariana dan Hermani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta. Kruse, Marianne dan Morten Standberg. 2000. Ecological Effects of Allelopathic Plants. Department of Terrestrial Ecology. Ministry of Environment and Energy.www2.dmu.dk/1_viden/2 _Publikationer/3_fagrapporter/fr 315.
Respon Tiga Jenis Gulma Berdaun Lebar Terhadap Alelopati dari ekstrak Daun Zucchini (Cucurbita pepo)
15
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PD. RASA MANDIRI Rosda Malia SP, M.Si* dan Getama Priadi, SP** RINGKASAN PD. Rasa Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi olahan pisang dengan merk dagang “Mutia Rasa”. Tingginya permintaan produk olahan pisang, menjadi salah satu faktor PD. Rasa Mandiri untuk mengembangkan usahanya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dan mengetahui strategi pengembangan yang tepat buat PD. Rasa Mandiri. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan metode purposif. Penelitian mulai Bulan Februari sampai dengan bulan April 2013. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari : analisis deskriptif dan analisis formula strategi. Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata-rata sebesar 2,73 dan 2,63. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi PD. Rasa Mandiri berada pada posisi V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSPM diperoleh prioritas strategi bagi PD. Rasa Mandiri secara berturut-turut sebagai berikut; menjalin kemitraan dengan petani pisang atau pun penyuplai bahan baku yang lebih luas, melakukan sistem manajemen keuangan dalam perusahaan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperluas pasar, terus berinovasi dalam produk olahan pisang, menggunakan teknologi dalam produksi maupun manajemen perusahaan, menjalin komunikasi yang lebih erat dengan konsumen dan karyawan dan menambah modal untuk meningkatkan produksi. Kata kunci : EFE, IFE, IE, SWOT, QSPM ABSTRACT PD. Rasa Mandiri is one of the company engaged in the production of processed bananas branded with "Mutia Rasa". The high competitive snack produceris one of the factors to be became develoved by PD. Rasa Mandiri. The purpose of this study is to identify the internal and the external factors such asstrengths, weakness, opportunities and threats for PD. Rasa Mandiri and to find out the development strategies that should be developed by the PD. Rasa Mandiri. Methods of processing and data analysis consisted of descriptive analysis analytical tools that are used to formulate the strategy are matrix IFE, EFE matrix, IE matrix, SWOT matrix and matrix QSP(QSPM). IFE matrix and EFE total weight scores showed an average of 2.73 and 2.63. The results of the analysis of IE matrix describes that PD. Rasa Mandiri is fifth position, that is the stage hold and maintain position. Then the SWOT matrix we obtained from eight alternative strategies and from QSPM Matrix we obtained from strategic priorities for PD. Rasa Mandiri Keyword : EFE, IFE, IE, SWOT, QSPM *Dosen Fakultas Pertanian UNSUR **Alumni Fakultas Pertanian UNSUR
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
16
PENDAHULUAN Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi pisang yang memasok Jakarta dan kota besar lainnya. Hal ini mengingat letak Cianjur yang strategis dekat dengan Jakarta dan memiliki potensi lahan serta agroklimat yang memungkinkan untuk pengembangan pisang dengan mutu yang baik. (Anonim, 2012). Adanya potensi pisang yang sangat baik di Kabupaten Cianjur, maka diperlukan usaha untuk mengolah pisang menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomi lebih. PD. Rasa Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi olahan pisang dengan merk dagang “Mutia Rasa”. Produk utama PD. Rasa Mandiri ini adalah sale jari pisang ambon, sale basah, lantak, molen, opak dan lain-lain. PD. Rasa Mandiri bisa memproduksi sale pisang sekitar 4.500 kg per bulan dan untuk seluruh produk olahan lainnya kurang lebih 10.000 kg per bulan . Penjualan produk Rasa Mandiri akan meningkat saat hari – hari besar dan hari libur nasional, karena banyak yang menjadikan sale pisang dari PD. Rasa Mandiri ini sebagai buah tangan untuk sanak saudara di luar kota, pada waktu yang lainnya terkadang perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen karena kurang ketersediaan produk. Untuk kemajuan perusahaan perlu dilakukan penelitian strategi pengembangan, karena dari hasil penelitian bisa membuat perencanaan yang tepat untuk pengembangan perusahaan.
Analisis Strategi Pengembangan PD. Rasa Mandiri
Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats) bagi PD. Rasa Mandiri. 2. Mengetahui strategi pengembangan yang tepat buat PD. Rasa Mandiri METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PD. Rasa Mandiri yang beralamat di Jl. Komplek SMPN 2 Kp. Babakan Tasik Kelurahan Sawah Gede Kecamatan Cianjur. Penelitian mulai bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013. Responden Penelitian Reponden penelitian yakni pemilik dan staf di PD. Rasa Mandiri. Penentuan responden penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Metode Analisis Data Metode pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono ( 2004 ), analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sementara menurut Yitnosumarto (1990), analisis deskriptif bertujuan 17
untuk melukiskan, menggambarkan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. 2. Analisis FormulasiStrategi Untuk menghasilkan faktorfaktor internal perusahaan dilakukan pengidentifikasian terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan. a. AnalisisMatriks IFE-EFE Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, kebijakan pemerintah dan politik, teknologi dan ekologi serta tingkat persaingan. Sementara matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) mengidentifikasi faktor-faktor internal perusahaan yang meliputi aspek manajemen, sumberdaya manusia, produksi dan operasi, pemasaran dan distribusi, permodalan dan keuangan serta penelitian dan pengembangan (David, 2002). b. Matriks I-E Tujuan penggunaan matriks I-E adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat perusahaan yang lebih detail (Rangkuti, 2000). c. Analisis SWOT Menurut Rangkuti (2000), SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), threats (ancaman). Kekuatan dapat dijelaskan sebagai sisi positif organisasi yang dapat membimbing ke arah peluang yang lebih luas,sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan. Kelemahan adalah setiap kekurangan di dalam hal keahlian dan sumberdaya perusahaan.
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
d. QSPM QSPM adalah alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pencocokan pada tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. (David, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tahun 1996 Pak Dadang mulai merintis usaha salenya, produk sale ini pertama kali dipasarkan ke warungwarung kecil dan di ecer dengan harga Rp. 500,- per bungkus, hal ini dilakukan pak Dadang bersama istrinya. Pada tahun 1997 secara resmi perusahaan mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan (DEPKES),TDI ( Tanda Daftar Industri), TDP ( Tanda Daftar Perusahaan) dan NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ) dan No. P-IRT ( Pangan Industri Rumah Tangga ) dengan nama perusahaan PD. Rasa Mandiri serta merk dagang Mutia Rasa. Daerah pemasaran Rasa mandiri pertamakali hanya sekitar wilayah Cianjur saja. Wilayah pemasaran pun mulai luas, seperti ke Subang, Purwakarta dan Cikampek. 1. Analisis Matriks IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal PD. Rasa Mandiri yang meliputi kekuatan dan kelemahan dengan dilakukan pemberian kuisioner kepada enam responden, lalu diperoleh nilai bobot dan peringkat rata – rata dari tiap variable, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variable. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot ratarata dengan peringkat rata – rata.
18
Tabel 1. Analisis IFE PD. Rasa Mandiri Faktor - faktor strategi internal
Bobot Rata - Rata
Rating Rata - Rata
Bobot Skor Rata - Rata
Lokasi strategis
0.05
3.67
0.18
Memiliki pelanggan tetap
0.07
3.67
0.24
Sudah memiliki label dan bersertifikat
0.06
4.00
0.23
Produk sudah terkenal keluar daerah
0.05
3.50
0.18
Memiliki kemitraan yang menyuplai bahan baku ½ jadi
0.07
2.67
0.18
Memiliki 3 saluran pemasaran
0.06
3.83
0.24
Mutu produk yang dihasilkan baik
0.07
3.00
0.22
Komunikasi yang baik antara pemilik dan karyawan
0.06
3.33
0.21
KEKUATAN
1.68 KELEMAHAN Ketersediaan bahan baku ( pisang ) yang tidak menentu
0.08
1.17
0.09
Tidak menjalin kemitraan dengan petani pisang
0.08
2.17
0.17
Organisasi belum berjalan maksimal
0.07
2.17
0.15
Pendataan belum teratur
0.06
2.00
0.13
Penggunaan teknologi masih kurang
0.06
2.50
0.15
Tidak ada kerjasama dengan investor
0.04
2.00
0.09
Kurangnya SDM dalam pengelolaan manajemen perusahaan
0.07
2.33
0.15
Kurang baiknya pengelolaan rahasia perusahaan
0.05
2.33
0.12 1.05
Total Kekuatan dan Kelemahan
1
2.73
Sumber : Data Primer diolah, 2013 Kekuatan utama bagi PD. Rasa Mandiri adalah memiliki pelanggan tetap dan memiliki 3 saluran pemasaran dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,24 untuk keduanya. Kelemahan utama bagi PD. Rasa Mandiri adalah ketersediaan bahan baku ( pisang ) yang tidak menentu dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,09. Akan tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar 2.73 yang mengindikasikan bahwa faktor internal PD. Rasa Mandiri berada di posisi yang sedang, karena cukup mampu menggunakan kekuatan yang ada
Analisis Strategi Pengembangan PD. Rasa Mandiri
untuk mengurangi dimiliki.
kelemahan
yang
2. Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi eksternal PD. Rasa Mandiri yang meliputi peluang dan ancaman, dilakukan juga pemberian kuesioner kepada responden Setelah itu diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor ratarata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot ratarata dengan peringkat rata-rata.
19
Tabel 2. Analisis EFE PD. Rasa Mandiri Faktor - faktor strategi Eksternal
Bobot Rata - Rata
Rating Rata - Rata
Bobot Skor Rata - Rata
Peluang pasar domestik masih terbuka
0.08
3.83
0.32
Terbukanya peluang ekspor
0.05
2.67
0.13
Peluang masuknya investor
0.05
2.67
0.15
Adanya CSR dari perusahaan besar
0.04
1.83
0.08
Masyarakat banyak menggemari produk olahan pisang
0.07
3.50
0.25
Peluang bergabung dengan Koperasi
0.08
3.00
0.23
Perkembangan teknologi
0.06
3.17
0.20
Menjalin kemitraan yang lebih luas dengan pemasok bahan baku
0.08
4.00
0.33
PELUANG
1.68 ANCAMAN Banyaknya usaha yang sejenis dan new comer
0.07
2.83
0.19
Banyaknya produk subtitusi yang berkembang
0.07
2.83
0.20
Kebijakan pemerintah yang masih kurang untuk perusahaan lokal
0.06
3.00
0.17
Persaingan dalam industry yang cukup tinggi
0.07
1.67
0.12
Datangnya produk impor
0.07
2.50
0.17
Keberadaan bahan baku yang bergantung pada iklim
0.09
1.17
0.10
Keamanan pasokan bahan baku
0.06
2.00
0.11 0.95
Total Peluang dan Ancaman
1
2.63
Sumber : Data Primer diolah,2013 Peluang utama PD. Rasa Mandiri adalah variable yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar yakni menjalin kemitraan yang lebih luas dengan pemasok bahan baku dengan skor sebesar 0,33. Sedangkan ancaman utama PD. Rasa Mandiri adalah variable yang memiliki bobot skor terkecil yaitu keberadaan bahan baku yang bergantung pada iklim dengan skor sebesar 0,10. Adapun total skor ratarata dari matriks EFE sebesar 2.63 yang mengindikasikan bahwa faktor eksternal PD. Rasa Mandiri berada di posisi sedang dalam menjalankan Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
strategi yang memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman. 3. Analisis Matriks IE Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matriks IFE (2.73) dan EFE (2.63) kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui matrik IE. Berikut ini merupakan hasil matrik IE PD. Rasa Mandiri.
20
2.73
2.63
Sumber : Data Primer diolah, 2013 Gambar 1. Matriks IE PD. Rasa Mandiri 4. Analisis Matriks SWOT Gambar 1 menunjukan bahwa posisi PD. Rasa Mandiri berada pada Kuadran V yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang sedang. Perusahaan seperti ini paling baik dikendalikan dengan strategi -strategi hold and maintance (pertahankan dan pelihara).
Analisis matriks SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO (strength and opportunities), WO (weakness and opportunities), ST (strength andthreats) dan WT ( weakness and threats).
`
Analisis Strategi Pengembangan PD. Rasa Mandiri
21
Tabel 3. Matrik SWOT PD. Rasa Mandiri STRENGTHS ( S ) WEAKNESS ( W ) 1. Ketersediaan bahan baku ( pisang 1. Lokasi strategis ) yang tidak menentu 2. Memiliki pelanggan tetap 2. Tidak menjalin kemitraan dengan 3. Sudah memiliki label dan petani pisang bersertifikat 3. Organisasi belum berjalan 4. Produk sudah terkenal keluar maksimal daerah 4. Pendataan belum teratur 5. Memiliki kemitraan yang 5. Penggunaan teknologi masih menyuplai bahan baku ½ jadi kurang 6. Memiliki 3 saluran pemasaran 6. Tidak ada kerjasama dengan 7. Mutu produk yang dihasilkan investor baik 7. Kurangnya SDM dalam 8. Komunikasi yang baik antara pengelolaan manajemen pemilik dan karyawan perusahaan 8. Kurang baiknya pengelolaan rahasia perusahaan OPPORTUNIES ( O ) STRATEGI S-O STRATEGI W-O 1. Peluang pasar domestik masih 1. Memperluas pasar 1. Menjalin kemitraan dengan petani terbuka (S1,S2,S3,S4,S7,O1,O5,O7) pisang atau pun penyuplai bahan 2. Terbukanya peluang ekspor 2. Menambah modal untuk baku yang lebih luas 3. Peluang masuknya investor menunjang peningkatan (W1,W2,,O1,O5,O6,O8) 4. Adanya CSR dari perusahaan produksi dan investsi 2. Menggunakan teknologi dalam besar (S2,S4,S5,O1,O5,O6,O8) produksi maupun manajemen 5. Masyarakat banyak menggemari perusahaan produk olahan pisang ( W1,W4,W5,W7,W8,OQ,O5,O7) 6. Peluang bergabung dengan Koperasi 7. Perkembangan teknologi 8. Menjalin kemitraan yang lebih luas dengan pemasok bahan baku THREATS ( T ) STRATEGI S-T STRATEGI W-T 1. Banyaknya usaha yang sejenis dan 1. Terus berinovasi dalam 1. Melakukan pengaturan atau sistem new comer produk olahan pisang manajemen keuangan dalam 2. Banyaknya produk subtitusi yang (S2,S3,S4,S6,S7,T1,T2,T4,T5) perusahaan berkembang 2. Menjalin komunikasi yang (W3,W4,W5,W8,T4,T7) 3. Kebijakan pemerintah yang masih lebih erat dengan konsumen 2. Meningkatkan kualitas Sumber kurang untuk perusahaan lokal dan karyawan Daya Manusia 4. Persaingan dalam industri yang (S2,S4,S3,S8,T1,T2,T4,T5) (SDM)(W3,W4,W5,W8,T3T4,T6, cukup tinggi T7) 5. Datangnya produk impor 6. Keberadaan bahan baku yang bergantung pada iklim 7. Keamanan dalam pasokan bahan baku Sumber : Data Primer diolah, 2013
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
22
5. Analisis matriks QSPM Berdasarkan hasil perhitungan maka prioritas strategi terbaik adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan STAS (Sum Total Attractiveness Scores) rata-rata tertinggi sebesar 6,317. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan PD. Rasa Mandiri adalah sebagai berikut : 1. Menjalin kemitraan dengan petani pisang atau pun penyuplai bahan baku yang lebih luas (STAS = 7,233) 2. Melakukan sistem manajemen keuangan dalam perusahaan (STAS = 6,920) 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (STAS = 6,651) 4. Memperluas pasar (STAS = 6,425) 5. Terus berinovasi dalam produk olahan pisang (STAS = 6,222) 6. Menggunakan teknologi dalam produksi maupun manajemen perusahaan (STAS = 5,672) 7. Menjalin komunikasi yang lebih erat dengan konsumen dan karyawan (STAS = 5,470) 8. Menambah modal untuk meningkatkan produksi (STAS = 5,170). KESIMPULAN
produk sudah terkenal keluar daerah , memiliki kemitraan yang menyuplai bahan baku ½ jadi, memiliki 3 saluran pemasaran, mutu produk yang dihasilkan baik dan komunikasi yang baik antara pemilik dan karyawan. Kelemahan seperti : ketersediaan bahan baku ( pisang ) belum cukup, kemitraan dengan petani pisang belum terbentuk, organisasi belum berjalan maksimal, pendataan belum teratur, penggunaan teknologi masih kurang, kerjasama dengan investor, SDM dalam pengelolaan manajemen perusahaan, pengelolaan rahasia perusahaan. b. Eksternal Peluang seperti : peluang pasar domestik masih terbuka, terbukanya peluang ekspor, peluang masuknya investor, adanya CSR dari perusahaan besar, masyarakat banyak menggemari produk olahan pisang, peluang bergabung dengan koperasi, perkembangan teknologi dan menjalin kemitraan yang lebih luas dengan pemasok bahan baku Ancaman seperti : banyaknya usaha yang sejenis dan new comer , banyaknya produk subtitusi yang berkembang, kebijakan pemerintah yang masih kurang untuk perusahaan local, persaingan dalam industri yang cukup tinggi, datangnya produk impor, keberadaan bahan baku yang bergantung pada iklim dan keamanan dalam pasokan bahan baku.
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa PD. Rasa Mandiri memiliki Faktorfaktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) serta peluang 2. Strategi pengembangan yang tepat (opportunity) dan ancaman (threats) buat PD. Rasa Mandiri adalah : sebagai berikut : 1. Menjalin kemitraan dengan petani a. Internal pisang atau pun penyuplai bahan Kekuatan seperti : lokasi strategis, baku yang lebih luas memiliki pelanggan tetap, sudah memiliki label dan bersertifikat, Analisis Strategi Pengembangan PD. Rasa Mandiri
23
2. Melakukan sistem manajemen keuangan dalam perusahaan 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia 4. Memperluas pasar 5. Terus berinovasi dalam produk olahan pisang 6. Menggunakan teknologi dalam produksi maupun manajemen perusahaan 7. Menjalin komunikasi yang lebih erat dengan konsumen dan karyawan 8. Menambah modal untuk meningkatkan produksi
David, F R. 2002. Manajemen Strategi : Konsep-konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta : PT. Prehellindo. David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio. P dan Mahardika H, penerjemah ; Rahoyo S, editor; Terjemahan dari : Strategic Management “Concepts and Cases, 10th ed”.Edisi Sepuluh. Jakarta : Salemba Empat. Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung : CV. Alfabeta. SARAN Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Adapun saran yang dapat diberikan Alfabeta. kepada PD. Rasa Mandiri adalah : Yitnosumarto, Suntoyo. 1990. Dasar-Dasar 1. PD. Rasa Mandiri sebaiknya Statistika. Jakarta : PT Raja memperluas kemitraan dengan Grafindo Persada. penyuplai bahan baku atau petani pisang keluar daerah Jawa barat. 2. PD. Rasa Mandiri harus menjaga konsistensi mutu produk bahkan jika perlu melakukan peningkatan mutu produk baik pada jenis produk, pilihan rasa produk, maupun packaging produk secara terus-menerus agar menjadi pilihan konsumen dalam produk olahan pisang. 3. Perusahaan sebaiknya melakukan alternatif strategi pengembangan hasil penelitian dan melakukan penelitian pengembangan produk serta analisis persaingan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Potensi Investasi Pisang di Indonesia. http://deptan.go.id/DPP/Pot ensi_Investasi_ Pisang _di _Indonesia.htm. Di akses pada tanggal 4 November 2012. Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
24
PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) SARI MEKAR DESA CIBARENGKOK KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR Oleh : Ir. Hj. Megawati Shieddieqy, M.Si.* dan Hamim Jajili, SP**
RINGKASAN Koperasi unit desa (KUD) adalah salah satu lembaga ekonomi yang ada di pedesaan yang berasaskan kekeluargaan. Organisasi KUD saat ini, mulai menunjukan ketidakberdayaannya untuk menopang perekonomian pedesaan. Sebagai upaya menegakan kembali peran lembaga KUD, perlu dilakukan penelitian tentang strategi pengembangan KUD, untuk menegakan kembali peran KUD di kawasan pedesaan.Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan KUD Sari Mekar Desa Cibarengkok Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur. (2) Mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan KUD Sari Mekar Desa Cibarengkok Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian, tahap input (input stage), pada matriks IFE yang menjadi kekuatan KUD Sari Mekar terdiri dari delapan kekuatan, sedangkan yang menjadi kelemahan, terdiri dari sembilan kelemahan. Matriks EFE yang menjadi peluang KUD Sari Mekar terdiri dari delapan peluang. Sedangkan yang menjadi ancaman terdiri dari tujuh ancaman. Tahap pencocokan (matching stage), dari matriks IE KUD Sari Mekar berada pada sel II (Growth and Build). Strategi yang dapat di terapkan adalah strategi intensif dan strategi integratif. Pada matriks SWOT, diperoleh sembilan strategi yang kemudian di prioritaskan dengan menggunakan matrik QSP. Tahap keputusan (decision stage) prioritas strategi makriks QSP yang dapat di terapkan adalah Menyusun administrasi KUD yang belum merata dalam hal organisasi dan merumuskan visi misi yang jelas. Kata kunci : KUD, Prioritas Strategi Pengembangan
ABSTRACT As an effort to rebuild KUD’s role, it’s necessary to do research about KUD development strategy to rebuild KUD’s role in countryside. The purposes in this research are (1) Identifying internal and external environmental factors that influence the development of KUD Sari Mekar Cibarengkok Countryside Subdistrict of Bojongpicung Regency of Cianjur. (2) Knowing what the strategy priority is that can be applied in the development of KUD Sari Mekar Cibarengkok Countryside Subdistrict of Bojongpicung Regency of Cianjur. The research result, in input stage, in IFE matrix which become the strength of KUD Mekar Sari consist of eight strength, whereas the weakness consist of nine weakness. EFE matrix which become an opportunity of KUD Sari Mekar consist of eight opportunities. Whereas the threat consist of seven threats. Matching stage from IE matrix of KUD Sari Mekar is in cell II (Growth and Build). The strategy which can be applied is intensive and integrative strategy. In SWOT matrix, it is earned nine strategies which soon prioritised by using QSP matrix. Key Word : KUD, The Priority of Development Strategy * Dosen Fakultas Pertanian UNSUR ** Alumnus Faperta UNSUR Prioritas Strategi Pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sari Mekar Desa Cibarengkok Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur., Ir. Hj. Megawati Shieddieqy, M.Si., Hamim Jajili, SP. 25
PENDAHULUAN Salah satu fungsi dan tujuan didirikannya sebuah negara adalah menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Oleh karena itu, keberfungsian sebuah negara tergambar pada seberapa sejahtera dan makmur rakyatnya. Tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia tidak terlepas dari ekonomi masyarakat yang lemah dan lembagalembaga keuangan mikro yang berada di masyarakat juga lemah, terutama di kawasan perdesaan, diantaranya adalah yang menjadi soko guru perekonomian bangsa yaitu koperasi. Koperasi-koperasi yang ada di Indonesia pada saat ini belum mampu bersaing dengan unit-unit usaha lain yang ada di Indonesia. KUD Sari Mekar Desa Cibarengkok Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur merupakan salah satu KUD yang belum mampu untuk bersaing dengan unit usaha lain, rendahnya tingkat pendidikan dan lemahnya kemampuan manajerial pengelola menjadi akar masalah kemunduran Koperasi Unit Desa Sari Mekar yang sudah berdiri dari Tahun 1988. Sebagai upaya menegakan kembali peranan KUD, perlu di dilakukan penelitian tentang strategi pengembangan lembaga tersebut dalam perekonomian desa yang semakin berkembang. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan KUD Sari Mekar dan mengetahui prioritas strategi apakah yang dapat diterapkan dalam pengembangan KUD Sari Mekar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di KUD Sari Mekar Desa Cibarengkok Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur, waktu penelitian dilakukan pada tanggal 01 Maret sampai 31 Mei 2013.
Responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 8 orang, penentuan responden penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analisis lingkungan organisasi. Analisis deskriptif dapat memberikan gambaran mengenai kondisi Desa Cibarengkok dan Koperasi Sari Mekar. Analisis lingkungan organisasi, dapat dilakukan melalui tiga tahap formulasi strategi, yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage) dan tahap keputusan (decision stage) (David, 2006). Tahap input menggunakan analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Tahap pencocokan menggunakan analisis matriks IE (internal-eksternal) dan matriks SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities and Threats). Tahap keputusan menggunakan Quantitative Strategy Planning Matrix atau matrik QSP. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum KUD Sari Mekar KUD Sari Mekar beralamat di jalan Kalibrantas Rt. 01 Rw. 03 Desa Cibarengkok Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur. KUD Sari Mekar didirikan pada tanggal 5 September 1988. Anggota KUD Sari Mekar yang sudah terdaftar dalam buku RAT tahun 2012 berjumlah 129 Orang, Unit usaha yang berjalan adalah: bidang jasa Rice Milling Unit (RMU), pembayaran rekening listrik, dan usaha pupuk. a) Analisis Faktor Internal dan Eksternal Analisis faktor ini dilakukan untuk menyusun matriks EFE dan matriks IFE. Dalam menyusun kedua matriks tersebut, haruslah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal seperti peluang dan ancaman,
Prioritas strategi pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sari Mekar Desa Cibarengkok Kec. Bojongpicung Kab. Cianjur
26
dan faktor internal seperti kekuatan dan kelemahan dari KUD tersebut.
Adapun hasil identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal KUD, dijelaskan dalam tabel 1 dan 2 sebagai berikut:
Table 1. Kekuatan dan Kelemahan KUD Sari Mekar No
1
Strengths
Weaknesses
(Kekuatan)
(Kelemahan)
Sudah mempunyai rencana kerja yang baik
Kurangnya motivasi dari pengurus kepada para anggota untuk mengembangkan usahanya
Mempunyai susunan organisasi dan pembagian tugas yang jelas
Administrasi yang belum tertata
Mempunyai badan hukum yang sah
Fasilitas yang belum lengkap
Pengelola memiliki pengalaman dalam mengelola KUD
Kurangnya kemampuan pengurus dalam hal bisnis dan manajerial
Prosedur dan mekanisme yang fleksibel
Belum mempunyai visi misi yang jelas
Faktor Internal
Manajemen
Adanya hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak ketiga 2
3
Pemasaran Keuangan/ Akuntansi
Penetapan harga terhadap pelayanan unit usaha KUD yang terjangkau
Pihak KUD belum sepenuhnya melakukan analisis konsumen dan riset pemasaran
Memiliki asset yang cukup memadai
Terbatasnya modal usaha KUD
4
Litbang
Belum dilaksanakannya penelitian dan pengembangan (Litbang) terhadap usaha KUD
5
Sistem Informasi Manajemen
KUD belum melaksanakan SIM secara ideal
Sumber : Data Primer, 2012.
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
27
Tabel 2. Peluang dan Ancaman KUD Sari Mekar No 1
2
3
4
Faktor Eksternal
Opportunities
Treaths
(Peluang)
(Ancaman)
Ekonomi
Sosial budaya demografi dan lingkungan
Politik, Pemerintahan dan Hukum
Teknologi
Harga BBM yang cenderung naik Jumlah penduduk yang terus meningkat
Kurangnya dukungan dari masyarakat
Keberagaman mata pencaharian anggota
Paradigma sebagian masyarakat yang enggan mengembalikan dana pinjaman ke lembaga KUD
Potensi usaha diwilayah KUD yang masih terbuka lebar
Alih fungsi lahan pertanian
Lahan pertanian yang luas
Bencana banjir lahan pertanian
Adanya pendampingan dari pemerintah pusat terhadap KUD
Posisi KUD yang tidak seleluasa dahulu dalam menjalankan usaha
Adanya pendampingan dari pemerintah daerah terhadap KUD
Sering terjadinya kasus pencurian
Kemajuan teknologi RMU/penggilingan padi. Perkembangan TI
Sumber : Data Primer, 2012.
2. Strategi Pengembangan KUD Sari Mekar a) Tahap Masukan (Input Stage) Pada tahap ini terdiri dari matriks IFE dan matriks EFE. Kedua matriks tersebut merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal.
Matriks IFE KUD Sari Mekar Matriks IFE merupakan matriks yang berisikan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Adapun hasil dari matrik IFE dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut :
Prioritas strategi pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sari Mekar Desa Cibarengkok Kec. Bojongpicung Kab. Cianjur
28
Tabel 3. Matriks IFE KUD Sari Mekar Faktor-Faktor Strategis Internal
Bobot Rata- Rating RataRata Rata
Bobot Skor Rata-Rata
Kekuatan (Strengths) A
Sudah mempunyai rencana kerja yang baik
0,065
3,8
0,243
B
Mempunyai susunan organisasi dan pembagian tugas yang jelas
0,058
3,3
0,190
C
Mempunyai badan hukum yang sah
0,062
3,6
0,225
D
Pengelola memiliki pengalaman dalam mengelola KUD
0,058
3,3
0,187
E
Prosedur dan mekanisme yang fleksibel
0,052
3,0
0,155
F
Adanya hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak ketiga
0,058
3,1
0,181
G
Penetapan harga terhadap pelayanan unit usaha KUD yang terjangkau
0,057
3,1
0,178
H
Memiliki asset yang cukup memadai
0,061
3,5
0,212
Jumlah
1,571
Kelemahan (Weaknesses) I
Kurangnya motivasi dari pengurus kepada para anggota untuk mengembangkan usahanya
0,058
1,9
0,109
J
Administrasi yang belum tertata
0,057
1,9
0,107
K
Fasilitas yang belum lengkap
0,055
1,8
0,097
L
Kurangnya kemampuan pengurus dalam hal bisnis dan manajemen
0,066
1,4
0,091
M
Belum mempunyai visi misi yang jelas
0,060
1,8
0,104
N
Pihak KUD belum sepenuhnya melakukan analisis konsumen dan riset pemasaran
0,062
1,6
0,100
O
Terbatasnya modal usaha KUD
0,063
1,5
0,094
P
Belum dilaksanakannya penelitian dan pengembangan (Litbang) terhadap usaha KUD
0,057
1,8
0,100
Q
KUD belum melaksanakan SIM secara ideal
0,052
2,0
0,104
Jumlah
0,906
Jumlah Total
2,478
Sumber : Data Primer, 2012. Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
29
Matriks EFE KUD Sari Mekar Matriks EFE merupakan matriks yang berisikan faktor eksternal berupa
peluang dan ancaman. Adapun hasil dari maktik EFE dijelaskan dalam tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Matriks EFE KUD Sari Mekar Bobot Rata- Rating RataFaktor-Faktor Strategis Eksternal Rata Rata
Bobot Skor Rata-Rata
Peluang (Opportunities) A
Jumlah penduduk yang terus meningkat
0,052
2,5
0,129
B
Keberagaman mata pencaharian anggota
0,061
3,3
0,199
C
Potensi usaha diwilayah KUD yang masih terbuka lebar
0,067
3,4
0,227
D
Lahan pertanian yang luas
0,062
2,8
0,170
E
Adanya pendampingan dari pemerintah pusat terhadap KUD
0,080
4,0
0,320
F
Adanya pendampingan dari pemerintah daerah terhadap KUD
0,077
3,8
0,290
G
Kemajuan teknologi RMU/penggilingan padi.
0,059
3,0
0,178
H
Perkembangan TI
0,061
2,6
0,160
Jumlah
1,674
Ancaman (Treats) I
Harga BBM yang cenderung naik
0,071
3,1
0,221
J
Kurangnya dukungan dari masyarakat
0,081
3,6
0,295
K
Paradigma sebagian masyarakat yang enggan mengembalikan dana pinjaman ke lembaga KUD
0,080
3,5
0,279
L
Alih fungsi lahan pertanian
0,058
1,5
0,087
M
Bencana banjir lahan pertanian
0,057
2,8
0,156
N
Posisi KUD yang tidak seleluasa dahulu dalam menjalankan usaha
0,074
2,6
0,195
O
Sering terjadinya kasus pencurian
0,059
3,4
0,200
Jumlah
1,433
Jumlah Total
3,107
Sumber : Data Primer, 2012. Prioritas strategi pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sari Mekar Desa Cibarengkok Kec. Bojongpicung Kab. Cianjur
30
b) Tahap Pencocokan (Matching Stage) Pada tahap ini hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dipadukan. alat analisis yang digunakan yaitu matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT (Strengths-WeaknessesOpportunities-Threats).
Matriks IE (Internal-External) KUD Sari Mekar Matriks IE didasarkan pada skor bobot dua matriks yaitu IFE dan EFE. Total matriks IFE adalah sebesar 2,478, sedangkan Skor total dari matriks EFE adalah sebesar 3,107. Untuk lebih jelas mengenai matrik IE KUD Sari Mekar dijelaskan dalam gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Matriks IE KUD Sari Mekar
Tinggi 3,0 – 4,0
3,107
3,0 Menengah 2,0 – 2,99
1,0
2,478
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
4,0
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-Rata Lemah 3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99 3,0 2,0 II I III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
2,0 Rendah 1,0 – 1,99 1,0
Sumber : Data Primer, 2012. I, II, IV : Grow and Build III, V, VII : Hold and Maintain VI, VIII, IX : Harvest or Divest
Berdasarkan nilai skor pada kedua matriks IFE dan EFE maka posisi KUD Sari Mekar berada pada sel II yang artinya lembaga KUD tersebut berada dalam kondisi internal yang menengah atau rata-rata dan kondisi eksternal yang tinggi. Pada sel II ini KUD Sari Mekar dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (Growth and Build). Strategi yang dapat diterapkan yaitu strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
strategi integratif (integrasi kebelakang, integrasi kedepan dan integrasi horizontal). Analisis Matrik SWOT Analisis SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari matrik IFE dan EFE. Adapun hasil analisis matrik SWOT terhadap lembaga KUD Sari Mekar dapat dilihat dalam tabel 5 sebagai berikut: 31
Tabel 5. Hasil analisis Matriks SWOT lembaga KUD Sari Mekar.
Faktor Internal
KEKUATAN (Strengths)
KELEMAHAN (Weaknesses)
Faktor Eksternal
PELUANG (Opportunities)
Sudah mempunyai rencana kerja yang baik Mempunyai susunan organisasi dan pembagian tugas yang jelas Mempunyai badan hukum yang sah Pengelola memiliki pengalaman dalam mengelola KUD Prosedur dan mekanisme yang fleksibel Adanya hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak ketiga Penetapan harga terhadap pelayanan unit usaha KUD yang terjangkau Memiliki asset yang cukup memadai
Strategi Memakai Kekuatan Memanfaatkan Peluang : (Strategi SO)
Untuk
Jumlah penduduk yang terus meningkat Melakukan analisa potensi usaha dan memasukannya ke dalam rencana kerja Keberagaman mata KUD (S.a,b,d – O.d,e,f,g) pencaharian anggota Potensi usaha Memproduktifkan asset berupa tanah diwilayah KUD yang dan bangunan RMU, melalui kemitraan masih terbuka lebar dengan pihak ketiga untuk membuka Lahan pertanian yang unit usaha baru yang produktif dibidang luas pertanian yang sesuai dengan keahlian Adanya anggota guna untuk meningkatkan pendampingan dari pendapatan KUD (S. h – O. c,e,f) pemerintah pusat terhadap KUD Melakukan inovasi dalam hal prosedur Adanya dan mekanisme KUD dan pendampingan dari memaksimalkan unit usaha KUD untuk pemerintah daerah menarik minat masyarakat terhadap KUD menggunakan jasa KUD (S. e,g – O. Kemajuan teknologi g,h) RMU/penggilingan padi. Perkembangan TI ANCAMAN (Threats) Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman : Harga BBM yang (Strategi ST) cenderung naik Melakukan sosialisasi dan pendekatan Kurangnya dukungan kepada masyarakat, guna mendapatkan dari masyarakat dukungan untuk pengembangan Paradigma sebagian KUD. (S. a,d – T. j,n) masyarakat yang enggan Memberikan masukan dan mengembalikan dana rekomendasi kepada instansi terkait pinjaman ke lembaga untuk mengendalikan alih fungsi lahan KUD pertanian, agar berjalan seimbang Alih fungsi lahan dengan pembukaan lahan baru, pertanian sehingga lapangan kerja dibidang Sering terjadinya kasus pertanian tetap tersedia (S. b,c – T. pencurian i,m)
Kurangnya motivasi dari pengurus kepada para anggota untuk mengembangkan usahanya Administrasi yang belum tertata Fasilitas yang belum lengkap Kurangnya kemampuan pengurus dalam hal bisnis dan manajemen Belum mempunyai visi misi yang jelas Pihak KUD belum sepenuhnya melakukan analisis konsumen dan riset pemasaran Terbatasnya modal usaha KUD Belum dilaksanakannya penelitian dan pengembangan (Litbang) terhadap usaha KUD KUD belum melaksanakan SIM secara ideal Strategi Menanggulangi Kelemahan Untuk Memanfaatkan Peluang : (Strategi WO)
Memaksimalkan pendampingan dari sarjana pendamping dan PPKL untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi pengurus dalam mengembangkan KUD (W. i,m – O. e,f)
melakukan analisa konsumen dan riset pemasaran (W. n – O. e,f)
menyusun administrasi KUD yang belum merata dalam hal organisasi dan merumuskan visi misi yang jelas (W. j,m – O. e,f)
Strategi Mengatasi Kelemahan Agar Ancaman Tidak Terjadi : (Strategi WT)
Meningkatkan kualitas SDM pengurus, untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan dan peranserta masyarakat terhadap lembaga KUD (W. i – T. j,k)
Sumber : Data Primer, 2012.
Prioritas strategi pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sari Mekar Desa Cibarengkok Kec. Bojongpicung Kab. Cianjur
32
c) Tahap Keputusan (Decision Stage) Pada tahap ini matriks yang digunakan adalah QSPM. Matriks ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik dengan menggunakan
analisis input pada tahap penginputan dan tahap pencocokan dari alternatifalternatif strategi yang ada. Adapun hasil perhitungan QSPM dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Prioritas Alternatif Strategi pengembangan KUD Sari Mekar Respo Respon- Responn-den 1 den 2 den 3
Responden 4
Respo n- den 5
Responden 6
Respon- Responden 7 den 8
STAS RataRata
Prioritas Strategi
STAS 1
7,403
7,399
7,155
7,631
6,004
7,399
7,097
6,129
7,027
2
STAS 2
6,163
6,454
6,019
6,880
5,766
6,454
5,910
5,889
6,192
5
STAS 3
5,903
5,595
5,772
6,127
5,409
5,595
5,728
5,578
5,713
7
STAS 4
6,827
7,155
6,753
7,307
5,899
6,753
6,459
6,072
6,653
3
STAS 5
6,057
5,782
5,925
6,888
5,475
5,925
5,805
5,603
5,933
6
STAS 6
7,718
7,517
7,468
6,794
6,375
7,517
7,349
6,484
7,153
1
STAS 7
6,437
6,512
6,437
6,512
5,788
6,437
6,283
5,918
6,291
4
STAS 8
5,647
5,513
5,526
6,769
5,148
5,513
5,413
5,336
5,608
9
STAS 9
5,88699 23
5,5483 5
5,6509 76
6,768813 5
5,40910 5,4902158 5,481628 5,3974965 5,704 36 6
8
Sumber : Data Primer, 2012.
Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata maka prioritas strategi pengembangan (KUD) Sari Mekar adalah sebagai berikut : 1) Menyusun administrasi KUD yang belum merata dalam hal organisasi dan merumuskan visi misi yang jelas (STAS = 7,153). 2) Melakukan analisa potensi usaha dan memasukannya ke dalam rencana kerja KUD (STAS = 7,027). 3) Memaksimalkan pendampingan dari sarjana pendamping dan PPKL untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi pengurus dalam mengembangkan KUD (STAS = 6,653). Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
4) Melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat, guna mendapatkan dukungan untuk pengembangan KUD (STAS = 6,291). 5) Memproduktifkan asset berupa tanah dan bangunan RMU, melalui kemitraan dengan pihak ketiga untuk membuka unit usaha produktif dibidang pertanian yang sesuai dengan keahlian anggota guna untuk meningkatkan pendapatan KUD (STAS = 6,192). 6) Melakukan analisa konsumen dan riset pemasaran (STAS = 5,933). 7) Melakukan inovasi dalam hal prosedur dan mekanisme KUD dan memaksimalkan unit usaha KUD untuk menarik minat masyarakat menggunakan jasa KUD (STAS = 5,713). 33
8) Meningkatkan kualitas SDM pengurus, untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan dan peran serta masyarakat terhadap lembaga KUD (STAS = 5,704). 9) Memberikan masukan dan rekomendasi kepada instansi terkait untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian, agar berjalan seimbang dengan pembukaan lahan baru, sehingga lapangan kerja dibidang pertanian tetap tersedia (STAS = 5,608).
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a) analisis lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan KUD Sari Mekar adalah sebagai berikut : 1) Lingkungan internal, terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Adapun yang menjadi kekuatan utamanya adalah Sudah mempunyai rencana kerja yang baik. Sedangkan kelemahan utamanya adalah Kurangnya kemampuan pengurus dalam hal bisnis dan manajemen. 2) Lingkungan eksternal, terdiri dari peluang dan ancaman. Adapun yang menjadi peluang utama adalah Adanya pendampingan dari pemerintah pusat terhadap KUD. Sedangkan ancaman utamanya adalah Kurangnya dukungan dari masyarakat. b) prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan KUD Sari Mekar adalah menyusun administrasi KUD yang belum
merata dalam hal organisasi dan merumuskan visi misi yang jelas. 2. Saran a) Bagi pengurus, sembilan prioritas strategi yang terlahir dari penelitian ini, merupakan rekomendasi yang relefan untuk diterapkan dan sesuai konsidi dilapangan. b) Bagi dinas/stake holder terkait, Sembilan prioritas strategi ini, perlu kiranya dapat ditindak lanjuti sebagai bahan pertimbangan bagi program pengembangan koperasi yang akan di dijalankan dimasa yang akan datang. c) Bagi pihak akademisi, diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai analisis potensi usaha, analisis konsumen dan riset pemasaran dari lembaga KUD. DAFTAR PUSTAKA Fred R David. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio.P dan Mahardika H, Penerjemah; Rahayo S, editor; Edisi Sepuluh. Salemba Empat. Jakarta. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. 2008. Departemen Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. 2012. Departemen Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.
Prioritas strategi pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Sari Mekar Desa Cibarengkok Kec. Bojongpicung Kab. Cianjur
34
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH Oleh Widya Sari, SP,.MP* dan Misran**
RINGKASAN
Varietas unggul baru merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan produksi pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan produksi VUB padi sawah. Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah petani jorong Koto Agung Sungai Duo, Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat pada bulan April sampai Juli 2011. Percobaan ditata menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima kali ulangan. Perlakuan menggunakan empat varietas padi sawah, yaitu; Logawa, Silugonggo, Inpari12, dan Ciherang (eksisting). Bibit ditanam 3-5 batang/rumpun, jarak tanam 25x25 cm. Pupuk yang diberikan adalah 200 kg Urea, 135 kg SP36, dan 75 kg KCl/ha. Pengamatan dilakukan terhadap; tinggi tanaman, jumlah anak maksimum, jumlah anak produktif, komponen hasil dan hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Logawa, Silugonggo, dan Inpari-12 merupakan varietas unggul baru padi sawah yang adaptif pada lingkungan spesifik dan memberikan hasil berturut-turut 6,69; 5,40; dan 6,09 t GKP/ha atau meningkat 40,25; 13,21; dan 27,67% di atas varietas (eksisting) Ciherang (4,77 t GKP/ha). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa untuk mendapatkan produksi yang optimal pada daerah ini sebaiknya menggunakan varietas Logawa, Inpari 12, atau Silugonggo. Kata kunci: adaptasi, varietas unggul baru, padi sawah.
ABSTRACT
The New superior varieties is one factors that plays an important role in increasing of agricultural productions. This research aims to determine the proper of performance growth and production of new superior varieties of lowland rice. The experiment was conducted on farmers rice field Koto Agung Sungai Duo village, Sitiung district, Dharmasraya recident, West Sumatra province, from April to July 2011. Experiments were arranged using Random Block Design (RBD) with five replications. The treatment uses four varieties of lowland rice, consists of; Logawa, Silugonggo, Inpari12, and one existing variety (Ciherang) for comparison. The seedling planted 3-5 seedlings per hill, a spacing of 25x25 cm. Fertilizers are used; 200 kg Urea, 135 kg SP36, dan 75 kg KCl/ha. Data were collected on; plant height, maximum number of tiller/hill, yield components, and yield. The results showed that Logawa, Silugonggo, and Inpari-12 is the new high yielding rice varieties that are adaptive to specific environments and provide the results of repetitive 6.69; 5.40, and 6.09 t dry grain harvest/ha, an increase of 40,25; 13.21; and 27,67% above the existing varieties Ciherang (4.77 t/ha). This suggests experiment that in order to obtain optimal of production on this location should be used variety logawa, Inpari 12, or Silugonggo. Keywords: adaptation, superior new varieties, lowland rice. * Dosen Fakultas Pertanian UNSUR ** Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat
Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah
35
PENDAHULUAN Berbagai kendala ditemukan dalam sistem perpadian di Indonesia, antara lain penggunaan input yang tidak efisien, pelandaian peningkatan produksi dan belum dimanfaatkannya potensi genetik dalam bentuk varietas unggul baru (Las dkk, 2004). Pembangunan pertanian secara umum bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia, yang dituangkan dalam empat hal yang akan dicapai, yaitu: (1) Meningkatkan kapasitas produksi pertanian; (2) Meningkatkan cadangan devisa; (3) Meningkatkan kesempatan kerja; dan (4) Meningkatkan ketahanan pangan. Peningkatan kapasitas produksi pertanian dapat dicapai melalui inovasi teknologi, antara lain adalah pemakaian varietas unggul baru (VUB). Konstribusi varietas unggul baru terhadap peningkatan produksi padi nasional telah terbukti nyata melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Di Indonesia, produksi padi nasional pada tahun 2008 mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007 (Deptan, 2008). Sementara itu, di Propinsi Sumatera Barat yang merupakan salah satu propinsi penghasil beras di Indonesia, dan juga gudang beras bagi propinsi tetangga, seperti: Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Jambi mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya yaitu dari 1.882.967 ton tahun 2005 menjadi 2.088.055 ton tahun 2009 dengan rata-rata hasil sebesar 4,5 t/ha tahun 2005 menjadi 4,8 t/ha tahun 2009 (BPS Sumbar, 2010). Laju peningkatan produksi padi di Sumatera Barat berkisar hanya 0-2,2% per tahun. Laju peningkatan produksi ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan laju peningkatan produksi padi nasional dalam periode 1970-1983 yang mencapai
5,2% per tahun (Balitpa, 2005). Hal ini mengindikasikan telah terjadi pelandaian (leveling off) produksi padi lebih dari dua dekade terakhir yang disebabkan antara lain karena produktivitas (daya hasil) varietas inbrida yang dilepas belum mampu melebihi VUB yang ada dewasa ini secara signifikan. Selain itu, tingginya minat petani di Sumatera Barat dalam membudidayakan padi sawah varietas lokal merupakan salah satu penyebab terjadinya pelandaian produksi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 16 varietas yang ditanam pada musim tanam 2010/2011, sebanyak 75% merupakan varietas eksisting, hanya sebesar 25% merupakan VUB (Atman, dkk, 2011). Varietas unggul baru merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007). Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Varietas sebagai salah satu komponen produksi telah memberikan sumbangan sebesar 56% dalam peningkatan produksi, yang pada dekade 1970-2000 mencapai hampir tiga kali lipat. Oleh karena itu, maka salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi adalah perakitan dan perbaikan VUB (Balitpa, 2004). Hapsah (2005) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan VUB. Banyak VUB padi yang sudah dilepas tetapi sebagian kurang berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain varietas tersebut kurang memiliki keunggulan spesifik, atau kurang sesuai dengan preferensi petani dan konsumen, atau varietas yang dilepas memiliki beberapa kelemahan yang sebelumnya belum
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
36
diantisipasi. Akibatnya petani menanam varietas yang sama dari musim ke musim yang diyakini akan memberikan hasil tinggi, baik kualitas maupun kuantitas. Menurut Zen (2007), VUB yang dominan berkembang di Sumatera Barat sampai saat ini adalah Cisokan dan IR42 yang mempunyai tekstur nasi pera. Kemudian terjadi kecenderungan pergeseran ke VUB Batang Lembang dan Batang Piaman. Namun, varietas unggul yang berkembang di Sumatera Barat saat ini relatif masih tergolong berumur sedang dan potensi hasil sedang. Kecenderungan pergeseran varietas dari Cisokan dan IR 42 ke VUB Batang Piaman dan Batang Lembang akhir-akhir ini di Sumatera Barat perlu diikuti dengan pemunculan varietas baru lainnya yang sesuai dengan preferensi konsumen untuk mengantisipasi patahnya ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi. Secara nasional, peningkatan produksi padi sawah sejak tahun 2001 telah diimplementasikan model PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan mengintroduksikan beberapa komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Ada sebanyak enam komponen teknologi dasar yang merupakan suatu keharusan diterapkan dalam pendekatan PTT, yaitu: (1) Penggunaan varietas unggul sesuai anjuran (hibrida atau inbrida); (2) Penggunaan benih bermutu dan bibit sehat; (3) Penambahan bahan organik (pengembalian jerami ke sawah atau kompos/pupuk kandang); (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum (jajar legowo, dll); (5) Pemupukan berimbang, dan (6) Pengendalian hama terpadu (PHT) sesuai organisme pengganggu tanaman (OPT) sasaran.
Sementara itu, komponen teknologi pilihan juga terdiri dari enam komponen, yaitu: (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim tanam, (2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah semai), (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per rumpun, (4) Perbaikan aerasi tanah/penyiangan, (5) Pengairan sesuai anjuran, dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan gabah segera dirontok) (Badan Litbang Pertanian, 2009). Hasil kajian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan pendekatan PTT terhadap varietas unggul baru inbrida yang berkembang saat ini mampu meningkatkan hasil padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan dan produktivitas VUB padi sawah terutama di kabupaten Dharmasraya. METODOLOGI PENELITIAN Pengkajian dilaksanakan di lahan petani Jorong Koto Agung Sungai Duo, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya mulai April sampai Juli 2011. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima kali ulangan. Perlakuan yang diuji adalah empat varietas padi sawah yaitu; Logawa, Silugonggo, Inpari 12, dan Ciherang (pembanding). Bibit ditanam 3 batang/rumpun, jarak tanam 25x25 cm. Pupuk diberikan sebanyak 200 kg Urea, 135 kg SP36, dan 75 kg KCl/ha. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 45 hari setelah tanam. Sedangkan pengendalian hama/penyakit dilaksanakan sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, komponen hasil dan hasil.
Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah
37
HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Pertumbuhan Tanaman Komponen pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan (maksimum dan produktif). Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan VUB padi sawah memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, dan jumlah anakan produktif (Tabel 1). Tabel 1. Tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, dan jumlah anakan produktif beberapa VUB padi sawah. Kabupaten Dharmasraya, 2011. N
VUB
Tinggi Tanaman (cm)
1
Logawa
102,0 b
Jumlah Anakan Maksimum (batang/ru mpun) 25,5 a
2
Silugon ggo
101,4 b
19,9 b
17,1 ab
Inpari12 4 Ciheran g (eksistin g) KK (%)
101,0 b
25,0 a
18,9 a
111,2 a
14,0
2,71
5,43
3
c
Jumlah Anakan Produktif (batang/ru mpun) 16,3 b
11,9 c
10,24
Ket: Angka pada lajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% UBD.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa tanaman tertinggi ditemui pada varietas (eksisting) Ciherang (111,2 cm) yang berbeda nyata dengan ketiga VUB pada sawah yang diuji. Namun demikian, tinggi tanaman ketiga VUB tersebut telah mendekati deskripsi masing-masing (Balitpa, 2009; Balitpa, 2010). Selanjutnya, jumlah anakan maksimum per rumpun terendah juga didapatkan pada varietas (eksisting) Ciherang yaitu 14,0 batang, yang berbeda nyata dengan ketiga VUB pada sawah yang diuji. Hal yang sama juga didapatkan
pada peubah jumlah anakan produktif per rumpun, dimana varietas (eksisting) Ciherang hanya sebanyak 11,9 batang yang berbeda nyata dengan ketiga VUB pada sawah yang diuji. Jika dibandingkan dengan deskripsi masing-masing VUB terlihat bahwa jumlah anakan produktif VUB Logawa (16,3 batang), Silugonggo (17,1 batang), dan Inpari-12 (18,9 batang) lebih tinggi dari deskripsinya, berturutturut 10 batang, 9-11 batang, dan 18 batang, sedangkan varietas (eksisting) Ciherang (11,9 batang) lebih rendah dari deskripsinya (14-17 batang) (Balitpa, 2009; Balitpa, 2010). Dapat disimpulkan bahwa dalam hal komponen pertumbuhan tanaman padi sawah, ketiga VUB ini (Logawa, Silugonggo, dan Inpari-12) dapat beradaptasi baik di lokasi penelitian, sedangkan varietas eksisting (Ciherang) memiliki ciri-ciri tanaman lebih tinggi serta jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif lebih sedikit dibanding VUB padi sawah yang diuji. Komponen Hasil Tanaman Komponen hasil tanaman yang diamati adalah panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, dan berat 1.000 biji. Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan VUB padi sawah memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, dan berat 1.000 biji. Sebaliknya terhadap panjang malai, tidak terdapat pengaruh nyata (Tabel 2).
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
38
Tabel 2.Panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, dan berat 1.000 biji beberapa VUB padi sawah. Kabupaten Dharmasraya, 2011.
N VUB
Panjang Malai (cm)
1 Logawa
23,2 a
2 Silugongg 23,7 a 3 Inpari-12
23,2 a
4 Ciherang
24,4 a
KK (%)
5,00
Jumlah Berat Persentase Gabah 1.000 Gabah per Biji Hampa Malai (gram) (%) (butir) 183,5 a 19,14 b 23,43 c 157,1 ab 160,7 ab 141,3 b 15,85
40,88 a 16,61 bc 12,85 18,11
c
25,68 b 25,41 b 28,81 a 1,50
Ket : Angka pada lajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% UBD.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa panjang malai berkisar 23,2-24,4 cm, dimana malai terpanjang didapatkan pada varietas eksisting Ciherang (24,4 cm) yang tidak berbeda nyata dengan VUB lainnya. Jumlah gabah per malai berkisar 141,3183,5 butir, dimana yang terendah didapatkan pada perlakuan varietas eksisting Ciherang (141,3 butir) yang berbeda nyata dengan VUB Logawa (183,5 butir). Persentase gabah hampa berkisar 12,85-40,88%, dimana yang terendah juga didapatkan pada varietas eksisting Ciherang (12,85%) yang berbeda nyata dengan VUB Logawa (19,14%) dan Silugonggo (40,88%). Tingginya persentase gabah hampa pada VUB Silugonggo disebabkan tingginya tingkat kerusakan tanaman akibat blas malai (neck blast) dibanding perlakuan lainnya. Selanjutnya, berat 1.000 biji berkisar 23,43-28,81 gram, dimana yang terberat didapat pada perlakuan varietas eksisting Ciherang (28,81 gram) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jika dibandingkan dengan deskripsi masing-masing VUB terlihat bahwa
Logawa (23,43 gram), Silugonggo (25,68 gram), dan Inpari-12 (25,41 gram) mendekati deskripsinya, berturut-turut 27 gram, 25,05-25,55 gram, dan 27 gram (Balitpa, 2009; Balitpa, 2010). Dapat disimpulkan bahwa dalam hal komponen hasil tanaman padi sawah, ketiga VUB ini (Logawa, Silugonggo, dan Inpari-12) dapat beradaptasi baik di lokasi penelitian, sedangkan varietas (eksisting) Ciherang memiliki ciri-ciri jumlah gabah per malai dan persentase gabah hampa lebih sedikit, serta berat 1.000 biji lebih berat dibanding VUB padi sawah yang diuji. Hasil Gabah Hasil analisis sidik ragam terhadap hasil gabah kering panen didapatkan bahwa perlakuan VUB padi sawah memberikan pengaruh nyata (Tabel 3). Hasil gabah berkisar 4,77-6,69 t GKP/ha, dimana yang terendah pada perlakuan varietas (eksisting) Ciherang (4,77 t/ha) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Persentase peningkatan hasil gabah tertinggi didapatkan pada VUB Logawa (40,25%) dan terendah pada Silugonggo (13,21%) dibanding perlakuan varietas eksisting Ciherang. Jika dibandingkan dengan rata-rata hasil masing-masing VUB, ternyata Silugonggo (5,40 t/ha) melebihi dari rata-rata hasil deskripsinya, yaitu 4,5 t/ha. Sedangkan Inpari 12 (6,09 t/ha) mendekati rata-rata hasil deskripsinya yaitu 6,20 t/ha. Sedangkan Logawa (6,69 t/ha) dan varietas eksisting Ciherang (4,77 t/ha) jauh lebih rendah dibanding rata-rata hasil deskripsinya; yaitu 8,0 t/ha dan 6,0 t/ha (Balitpa, 2009; Balitpa, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil gabah adalah komponen hasil tanaman. Menurut Atman (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil gabah adalah meningkatnya nilai komponen
Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah
39
pertumbuhan dan komponen hasil tanaman, antara lain: jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan persentase gabah bernas. Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, dan jumlah gabah per malai berkorelasi positif dengan hasil gabah, dengan nilai koefisien korelasi (r) berturut-turut 0,97; 0,67; dan 0,97. Artinya, makin banyak jumlah anakan maksimum maka jumlah anakan produktif meningkat (r=0,85) sehingga hasil gabah juga meningkat. Selanjutnya, makin banyak jumlah gabah per malai maka hasil gabah juga makin bertambah.
Untuk meningkatkan produksi padi sawah di Kabupaten Dharmasraya disarankan untuk mengembangkan ke tiga VUB (Logawa, Silugonggo, dan Inpari12) tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Atman, K. Iswari, Jufri, Asmaniar, dan Zulkifli. 2011. Pendampingan SLPTT Padi Sawah di Kota Sawahlunto. Laporan Kegiatan BPTP Sumatera Barat; 21 hlm. Balitpa. 2004. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani. Balitpa, Puslitbangtan, Badan Litbang Tabel 3. Hasil gabah dan peningkatan hasil Pertanian. 23 hlm. gabah beberapa VUB padi sawah, Kabupaten Balitpa. 2005. Analisis dan Sintesis Dharmasraya 2011. Pengembangan Model Hasil Persentase Pengelolaan Tanaman Terpadu Gabah Peningkatan No VUB Padi Sawah. Balitpa; 18 hlm. (t Hasil Gabah Balitpa. 2009. Deskripsi varietas Padi. GKP/ha) (%) Balai Besar Penelitian Tanaman 1 Logawa 6,69 a 40,25 Padi; 105 hlm. 2 Silugonggo 5,40 c 13,21 Balitpa. 2010. Deskripsi varietas Padi. 3 Inpari-12 6.09 b 27,67 Balai Besar Penelitian Tanaman 4 Ciherang 4,77 d Padi; 109 hlm. (eksisting) Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman KK (%) 7,04 Umum Produksi Benih Sumber Ket : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang sama Padi. Badan Litbang Pertanian. tidak berbeda nyata pada taraf 5% UBD. Departemen Pertanian. 37 hlm. Badan Litbang Pertanian. 2009. Pedoman KESIMPULAN DAN SARAN Umum PTT Padi Sawah. Badan Dari pengujian yang telah Penelitian dan Pengembangan dilakukan, dapat disimpulkan dan Pertanian; 20 hlm. disarankan sbb.: BPS, 2010. Sumatera Barat Dalam Angka Logawa, Silugonggo, dan Inpari2009/2010. Badan Pusat Statistik 12 merupakan varietas unggul baru padi dan Bappeda Tk I Sumatera sawah yang adaptif pada lingkungan Barat. Padang; 679 hlm. spesifik di Sitiung, Kabupaten Dharmasraya dan memberikan hasil Deptan. 2008. Peningkatan produksi padi menuju 2020, memperkuat berturut-turut; 6,69; 5,168; dan 5,860 t kemandirian pangan dan peluang GKP/ha atau meningkat 42,25; 13,21; ekspor. Departemen Pertanian, dan 27,67% di atas varietas (eksisting) Jakarta. Ciherang (4,77 t GKP/ha). Hapsah, M.D. 2005. Potensi, Peluang, dan Strategi Pencapaian Swasembada Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
40
Beras dan Kemandirian Pangan Nasional. Hlm. 55-70. Dalam B. Suprihatno et al. (Ed.) Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Buku Satu. Balitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Las, I. Wirdata, I. N. dan Ruskandar A. 2004. Status dan peranan penelitian padi dalam sistem perberasan nasional. Seminar Nasional Satu Dasawarsa BPTP Sumatera Barat. 10-11 Agustus 2004 di Sukarami. BPTP Sumatera Barat dan Pusat Sosial Ekonomi Pertanian. Zen, S. 2007. Penyebaran Varietas Unggul dan Produktivitas Padi Sawah di Propinsi Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah Tambua Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, Vol. VI, No.1, Januari-April 2007: 72-78 hlm.
Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah
41
EFEKTIFITAS APLIKASI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT ( Leptotocorisa oratorius ) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) DI KELOMPOK TANI “MANDIRI” DESA CIPEUYEUM KECAMATAN HAUR WANGI KABUPATEN CIANJUR Oleh: Ir. Ramli, MP* dan Nina Sumartina, SP **
RINGKASAN
Penggunaan pestisida nabati punya nilai ekonomis dalam mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT ) dimana penngendaliannya diarahkan kepada sistem pengendalian hama terpadu ( PHT ). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis pestisida nabati yang sering diaplikasikan terhadap hama sasaran, untuk mengetahui selisih biaya faktor produksi juga untuk mengetahui efektifitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit ( Leptotocorisa oraterius ) pada tanaman padi ( Oryza sativa ). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pestisida nabati yang paling banyak diaplikasikan ada dua jenis yaitu pestisida cabe merah ( Capsicum annum ) dan pestisida daun suren ( Toona sureni ). Untuk selisih biaya faktor produksi antara selisih bahan baku, biaya tenaga kerja dan overhead pabrik ternyata aplikasi pestisida nabati masih mempunyai keunggulan dari pada aplikasi pestisida kimia yaitu sebesar Rp. 255.000.00,- atau 49.0385% dari total biaya aplikasi pestisida kimia yaitu sebesar Rp. 520.000.00,-. Untuk keefefektifan aplikasi pestisida nabati dapat terbuktikan dengan cara membandingkan Output Anggaran seharusnya ( OA ) dengan Output Sesungguhnya ( OS ) dimana ( OA ) > ( OS ) dan dengan adanya selisih biaya faktor produksi yang mencapai 49.0385% atau mendekati 50%. Kata kunci : Pestisida Nabati, Biaya
ABSTRACT
The usage of vegetable pesticide has economical value in controling Plant Vermin Organism ( PVO ) where its control is directed to cohesive control of pest system. The aims of the research are to know the kinds of vegetable pesticide which is usually applied towards the target pest, to know the difference cost of production factor also to know vegetable effectiveness application which applied towards walang sangit ( Leptotocorisa oraterius ) pest in paddy plant ( Oryza sativa ). The research method which used is qualitative descriptive method. The research result shows that the kind of vegetable pesticide which is most applied devided into two kinds those are pesticide from red pepper ( Capsicum annum ) and suren leaves pesticide ( Toona sureni ). For the difference of production factor cost between basic difference, labour cost difference and factory overhead cost difference actually the vegetable pesticide still has more superiority than the chemical pesticide application that is Rp. 255.000.00,- or 49.0385% from the total chemical pesticide application cost that is Rp. 520.000.00,-. For the effectiveness of vegetable pesticide application can be proved by comparing Budget Output with Actual Output where ( BO ) > ( AO ) and by production factor difference cost which is up to 49.0385% or almost 50%. Kata words : Biopesticide, Cost *Dosen Fakultas Pertanian UNSUR ** Alumni Fakultas Pertanian UNSUR
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
42
PENDAHULUAN Dalam produksi pertanian tidak terlepas dari yang namanya faktor produksi salah satunya adalah penggunaan pestisida dalam upaya Pengendalian Hama Terpadu ( PHT ) namun dalam penggunaanya sangat tidak bijaksana terbuktikan dengan banyaknya korban, baik binatang, ternak, manusia dan lingkungan karena akibat dari residu bahan kimia yang semakin menakutkan manusia ( Anonimous, 1993 ), sehingga hal tersebut mendorong seseorang atau suatu organisasi untuk bisa meminimalkan biaya faktor produksi dengan mulai menciptakan berbagai macam produk zat tumbuh tanaman/MOL, kompos, pestisida hayati dan nabati yang bersumber dari bahan dasar alam yang ada dilingkungan mereka. salah satu organisasi tersebut adalah Kelompok Tani “ Mandiri” yang berdiri semenjak Tanggal 15 Januari tahun 2007 yang telah menciptakan berbagai jenis produk organik salah satunya adalah pestisida nabati, mereka menciptakan pestisida nabati terutama untuk memberantas organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman padi diantaranya hama walang sangit ( Leptotocorisa oratorius ) yang daya serangnya mendominasi apabila dibandingkan dengan hama yang lainya. Pestisida nabati merupakan kearifan lokal di Indonesia yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT ), guna mendukung terciptanya sistem pertanian organik. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah Kardinan ( 2008 ).
Pestisida nabati bahan bakunya mudah didapat, mudah dibuat juga murah. Jenis pestisida ini bersifat mudah terurai dan bersifat ” pukul dan lari ” ( hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan mengganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui jenis pestisida nabati yang biasa diaplikasikan terhadap hama walang sangit (Leptotorisa oratorius ). 2.
Mengetahui seberapa besar (%) selisih biaya produksi antara aplikasi pestisida nabati dengan aplikasi pestisida kimia.
3.
Mengetahui efektifitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit ( Leptotorisa oratorius ) pada tanaman padi ( Oryza sativa ). METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus Tahun 2012 sampai bulan Pebruari Tahun 2013 bertempat di Kelompok Tani “Mandiri” yang beralamat di Kp. Mareleng Rt. 01 Rw.02 Desa Cipeuyeum Kecamatan Haur Wangi Kabupaten Cianjur. Berdasarkan data, responden diperoleh dari seluruh anggota kelompok tani yang berjumlah 25 orang.
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
43
Kerangka pemikiran yang disusun berdasarkan keadaan di Kelompok Tani
“Mandiri” seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Adanya serangan hama walang sangit ( Leptotocorisa oratorius ) terhadap budidaya tanaman padi ( Oryzaiva sativa ) Pada umumnya pemakaian pestisida sintetik oleh petani masih tinggi Penggunaan pestisida sintetik tidak efektif dan efisien dalam menekan serangan hama walang sangit ( Leptotocorisa oratorius )
Pemakaian pestisida nabati dianggap efektif dan efisien dalam menanggulangi serangan hama walang sangit ( Leptotocorisa oratorius )
Menciptakan berbagai jenis pestisida nabati, secara mandiri, di mulai dari pemanfaatan bagian tanaman ( akar, dahan, batang, daun, biji dan buah, ) Data Aplikasi berbagai jenis pestisida nabati oleh semua anggota kelompok Tani “Mandiri ” terhadap hama tanaman padi Penelitian Efektifitas Aplikasi pestisida Nabati Terhadap Hama Walang Sangit ( Leptotocorisa oraterius ) pada Tanaman Padi Di Kelompok Tani”Mandiri” Desa Cipeuyeum Kecamatan Haur Wangi Kabupaten Cianjur Analisis Statistik deskriftif Hasil Penelitian Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
44
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen penelitian
Variabel Konsep
Indikator-indikator
Skala
1. Jenis jenis bahan baku Ketersediaan
2. Alat produksi 3. SDM
Interval
4. Biaya bahan baku Selisih Biaya Produksi Antara Aplikasi Pestisida Kimia & Pestisid Nabati
5. Biaya tenaga Kerja 6. Biaya overhead pabrik
Interval
10. Proses produksi Perbandingan Waktu
11. Daya tahan produk 12. Rotasi aplikasi
Interval
14. Aplikasi pestisida kimia Perbandingan Dosis/Ha
15. Aplikasi pestisid nabati
Interval
18. Terhadap pengguna Ukuran keamana produk menurut responden
19. Terhadap lingkungan 20. Terhadap tanaman
Interval
21. Terhadap hasil pangan
Sumber: Sumartina, ( 2013 ), tidak dipublikasikan
Analisis data menggunakan metode Analisis Deskriftif dengan bantuan program Software Microsoft Excel 2007.
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
45
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (A)
3, 12%
5, 20%
1 Usia 32-40 2 Usia 41-50 3 Usia 51-60
3, 12% 9, 36%
4 Usia 61-70 5 Usia 71-80
5, 20%
Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan (B) SD, 19 20 15 10 5
SLTP, 2
SLTA, 3
PT, 1
0
Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan (C) Antara Antara Antara 0.500 - 0.710 - 0.910 0.90 - 1.00 0.70 1… 1… 1… Antara 0.310 0.50 5…
Antara 0.155 - 0.30 17…
Gambar: (A) Karakteristik responden berdasarkan umur, (b) Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan, (C) Karakteristik responden berdasarkan luas lahan garapan
Hasil olah data membuktikan bahwa aplikasi pestisida nabati sangat efektif diterapkan terhadap hama
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
walang sangit ditunjukan dengan hasil survei rsponden seperti terlihat pada gambar grafik dibawah ini.
46
Data Kuesioner Responden Tentang Jenis Pestisida Nabati Yang Sering Diproduksi (A ) No
Jenis Pestisida Nabati
Selalu Tidak Selalu Jumlah ( Orang )
Persentase Produksi
1 2 3 4
Suren Cabe Jengkol Patrawali
25 25 0 0
0 0 25 25
100% 100% 0% 0%
5 6 7 8 9 10 11 12
Sambiloto Srikaya Serai Mindi Mimba Bawang Putih Sirsak Sirih
0 0 20 24 23 20 24 19
25 25 5 1 2 5 1 6
0% 0% 80% 96% 92% 80% 96% 76%
Hasil pada tabel diatas menunjukan bahwa bahan baku pestisida yang berasal dari tanaman cabe dan suren yang menduduki jumlah terbanyak dan selalu mereka produksi
dan selalu diaplikasikan terhadap hama walang sangit pada tanaman padi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
Jenis- jenis pestisida nabati yang sering diproduksi dan diaplikasikan (B) 150 100 100100 50 0 0 0 0
Dan untuk selisih biaya faktor produksi meliputi selisih biaya bahan baku, selisih biaya tenaga kerja langsung dan selisih biaya overhead
0
80 96 92 80 96 76
pabrik, dengan menggunakan Model Satu Selisih ( The One - Way Model ), Mulyadi (2009), maka didapatkan hasil seperti dibawah ini.
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
47
Aplikasi Pestisida Kimia (C) APLIKASI PESTISIDA KIMIA
NO
1
2
KOMPONEN
VOLUME
SATUAN
BIAYA
(RP)
(RP)
Pestisida Curakron
1 Liter
160.000.00,-
160.000.00.-
Gandasil
1 Liter
75.000.00,-
80.000.00,-
Regent
1 Liter
160.000.00,-
160.000.00,-
4 Orang
30.000.00,-
120.000.00,-
Tenaga Kerja Penyemprotan 2 HOK Jumlah Total
520.000.00,-
Aplikasi Pestisida Nabati (D) APLIKASI PESTISIDA NABATI
NO 1
2
KOMPONEN
VOLUME
SATUAN
BIAYA
(RP)
(RP)
Pestisida Nabati Suren
10 Liter
5.000.00,-
50.000.00,-
Cabe
10 Liter
5.000.00,-
50.000.00,-
8 Orang
30.000.00,-
240.000.00,-
Tenaga Kerja Penyemprotan 4 HOK Jumlah Total
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
340.000.00,-
48
Biaya Overhead Pabrik (E) NO 1 2 3
KOMPONEN Bahan Baku Suren Cabe Tenaga Kerja Penumbukan 1 HOK Menghasilkan Jumlah Total 1+2-3
BIAYA OVERHEAD PABRIK SATUAN VOLUME (RP)
BIAYA (RP)
1 Karung ½ Kg
10.000.00,15.000.00,-
10.000.00,15.000.00,-
2 Orang 1000 Liter
30.000.00,5.000.00,-
60.000.00,500.000.00,-
Tabel diatas menunjukan bahwa biaya aplikasi pestisida Kimia sebesar Rp. 520.000.00,-, aplikasi pestisida nabati sebesar Rp. 340.000.00,- dan biaya overhead pabrik sebesar Rp. 85.000.00,yang menghasilkan input produksi sebesar Rp. 415.000.00,- dan jikalau keuntungan input produksi dibebankan untuk menutupi seluruh biaya produksi aplikasi pestisida nabati ternyata masih ada sisa keuntungan sebesar Rp. 75.000.00,-. Untuk lebih jelasnya hasil hitungan tersebut dapat dilihat seperti berikut. St = HSt ─ Hs 180.00.00, = 520.000.00,. ─ 340.000.00,. ( 34.6154 % ) Dimana : St = Total Selisih HSt = Harga Standar Seharusnya HS = Harga Sesungguhnya Apabila para anggota kelompok tani “ Mandiri “ memproduksi pestisida nabati sendiri, maka akan mendapatkan keuntungan seperti tercantum dibawah ini.
415.000.00,-
OP= (BBB + BTK) ─ IP 415.000.00.,= 500.000.00-(35.000.00.,+60.000.00,.) Dimana: K = Keuntungan BBB = Biaya Bahan Baku BTK = Biaya Tenaga Kerja OP = Output Produksi Apabila Keuntungan dari biaya overhead pabrik dibebankan untuk menutupi biaya produksi dengan menggunakan aplikasi pestisida nabati, maka didapatkan selisih seperti tercantum dibawah ini.
KOP=JKP ─ BAPN
75.000.00,.= 415.000.00,. ─ 340.000.00,. (14.423 % ) Dmana: KOP : Keuntungan Overhead Pabrik JKP : Jumlah Keuntungan Produksi BAPN : Biaya Aplikasi Pestisida Nabati Persentase diambil apabila dibandingkan dengan biaya aplikasi pestisida kimia. Sehingga apabila persentae disatukan keuntungaanya mencapai 49.0384%, hampir mencapai 50%, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
49
Persentasi Selisih biaya produksi antara aplikasi pestisida nabati dan aplikasi pestisida kimia (F) Selisih Biaya Produksi ( % ) 100%
Aplikasi Pestisida Kimia Rp. 520.000.00,, 100%
80%
60% 40% 20%
0%
Aplikasi Pestisida Nabati Rp. 255.000.00,, 49%
Pembanding Efektifitas ( G ) Pembanding Jumlah Nominal ( RP )
No 1
Output Anggaran Seharusnya ( OA )
520.000.00,-
2
Output Anggaran Sesungguhnya ( OS )
340.000.00,-
Status
OA > OS
Gambar: (A) (B)
Data Kuesioner Responden Tentang Jenis Pestisida Nabati Yang Sering Diproduksi
Jenis- jenis pestisida nabati yang sering diproduksi dan diaplikasikan Aplikasi Pestisida Kimia (D) Tabel Aplikasi Pestisida Nabati (E) Tabel Biaya (C) Tabel Overhead Pabrik (F) Persentasi Selisih biaya produksi antara aplikasi pestisida nabati dan aplikasi pestisida kimia
(G) Tabel Pembanding Efektifitas.
KESIMPULAN 1. Jenis pestisida nabati yang biasa diproduksi oleh para anggota kelompok tani “mandiri” untuk diaplikasikan terhadap hama walang sangit ( Leptotocorisa oratorios ) pada budidaya tanaman padi ( Oryza sativa ) ada 2 Jenis yang menurut mereka sangat efektif untuk membasmi hama walang sangit, dianataranya: Pestisida dari daun suren ( Toona sureni ) dan Pestisida dari cabe merah ( Capsicum Annum ) 2. Setelah dianalisis antara selisih biaya produksi aplikasi pestisida nabati dengan aplikasi pestisida kimia maka didapatkan hasil selisih Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
sebesar Rp. 255.000.00,- atau 49.0385% hampir mencapai 50% keuntungan dari pada menggunakan aplikasi berbasis pestisida kimia. 3. Pestisida nabati yang diaplikasikan oleh seluruh anggota kelompok tani “Mandiri” di Desa Cipeuyeum Kecamatan Haur Wangi Kabupaten Cianjur ternyata dapat terbukti dan bisa diandalkan, karena terlihat jelas bahwa: OA (Output Anggaran) – OS (Output Sesungguhnya) masih bisa membuktikan bahwa OA (Output Anggaran) masih lebih besar dibandingkan OS (Output Sesungguhnya).
50
Keefektifannya terbukti selain untuk mengendalikan hama walang sangit ( Leptotorisa oratorius ) pada budidaya tanaman padi ( Oryza sativa ) ternyata efektif juga dari berbagai segi diantaranya, ketersediaan bahan baku yang melimpah, biaya produksi murah, proses produksi mudah, tidak memerlukan tenaga ahli yang khusus, karena untuk membuatnya cukup dengan sumber daya manusia yang ada, aman bagi pengguna, manusia, ternak peliharaan aman bagi lingkungan sekitar, efektif pada dosis rendah karena cepat terurai ( biodegradable ) dialam, sehingga tidak mencemari lingkungan, mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis dan bisa menghemat biaya produksi, diperkuat juga dengan adanya pengalaman dan pernyataan para anggota kelompok tani “Mandiri” bahwa pemakaian pestisida nabati bisa menekan ongkos produksi sampai 50% dan terbukti dapat meningkatkan hasil panen. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2009. Potensi, Peluang Dan Kendala Pemanfaatan Pestisida Nabati. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No.3299.Tahun xxxix. Hal.4 Anonimous, 2009. http://pestisidaorganik.htm. verified at November 20th 2009. Anonimous, 2009. http:// pestisidaalami.html. verified at November 22th 2009. Anonimous, 2009. http://isroi.wordpress.c om/2009/02/15/pestisidanabati-wereng-1/. verified at 19 Desember 2009 Apriyanto, 2009. Kearifan Lokal Penggunaan Pestisida Nabati Dalam Pengendalian Hama
Tanaman. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No. 3299. Tahun xxxix. Hal.4. Istokarini, 2002. Pengendalian Penyakit Tumbuhan Yang Ekologis Dan Berkelanjutan. Http://tumoutou.net/702_05123/yuni k_istikorini.htm. Diakses: 21 Maret 2012 Kardinan, 2008. Pengembangan Kearifan Lokal Pestisida Nabati. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No. 3299. Tahun xxxix. Hal.5. Rio, 2009, walang-sangit-leptocorisaacuta.http://riostones. blogspot. com/2009/08/walang-sangitleptocorisa-acuta. html Diakses tanggal 2 Juni 2011 Pukul 14.32 WIB Ruskin, 1993. Pestisida Nabati. Ramuan Dan Aplikasi. P.T. Penebar Swadaya. Suhaendah, 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana Soenandar, 2010.”Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik”,Jakarta: AgroMedia Pustaka. Wiwin, 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
51
RESPON PERKEMBANGAN AKAR TANAMAN KEDELAI (Glycine max. (L.) Merril) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK HAYATI Oleh : Melissa Syamsiah, S.Pd., M.Si * dan Zaen Bachaerul, SP**
ABSTRAK
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem perakaran kedelai khususnya varietas Davros ialah dengan memanfaatkan Pupuk hayati dalam bentuk inokulan, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang terbaik dalam meningkatkan perkembangan akar tanaman kedelai khususnya varietas Davros pada lahan bekas penanaman padi sawah di daerah Cianjur. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan pada Percobaan tersebut yaitu Z1 = lahan diberi kapur dan biji kedelai diinokulasi Rhizobakteri, Z2 = lahan diberi kapur, biji kedelai diinokulasi Rhizobakteri plus bakteri endofitik, Z3 = lahan ditabur dengan tanah bekas tanam kedelai, tanpa diberi kapur dan biji tidak diinokulasi, Z4 = Lahan hanya diberi kapur tanpa tanah bekas tanam kedelai dan biji tidak diinokulasi. Parameter pengamatan meliputi panjang akar, jumlah bintil akar dan bobot bintil akar. Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 76 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan lahan ditabur dengan tanah bekas tanam kedelai tanpa kapur dan biji tidak diinokulasi (Z3) mempunyai nilai rata rata yang paling tinggi untuk setiap parameter pengamatan perkembangan akar tanaman kedelai varietas Davros pada lahan bekas penanaman padi sawah. Kata kunci : Kedelai, Rhizobakteri, Bakteri endofitik.
ABSTRACT One of the efforts that can be done to improve the system of rooting soybean varieties davros by using organic fertilizer in the form of inoculant. This research aims to find out the best treatment in improving the development of root crops of soybeans in particular varieties of Davros in the land of the former rice plantation areas in Cianjur. The research was conducted with using a Randomized Block Design (RBD) with 4 traetments for 3 replications group, and each contained 9 units of the sample plant. Treatment on trial are Z1= Land given lime and soybean seeds in inoculation rhizobakteri, Z2= Land given lime, soybean seeds in inoculation rhizobakteri plus endofitik bacteria, Z3= Land sown with the used soybean planted, without given lime and seeds not inoculated, Z4= Land only received lime without soil soybeans and seeds not inoculated. Observation consisted of long roots, the root nodules and root nodule weights. Observation is made from 76 day after plants. The results show that the treatment of land sown with the used soybean planted without lime and seeds not inoculated (Z3) it has value intermediate the highest for any of the parameters of observation the development of the root of the soybean plant varieties davros on land former rice planting. Key words: Soybean, Rhyzobakteri, Endofit bacteria. *Dosen Fakultas Pertanian UNSUR **Alumni Fakultas Pertanian UNSUR
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
52
PENDAHULUAN Kedelai merupakan tanaman pangan ketiga setelah jagung, sampai saat ini kedelai masih menjadi komoditas sangat penting di Indonesia. Hal tersebut diindikasikan dari tingginya permintaan pasar. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan di tingkat nasional, khususnya ketersediaan bahan pangan kedelai, diperlukan upaya yang sungguh sungguh untuk meningkatkan produksinya dan tentunya harus diprogramkan secara teliti, terencana, berjangka panjang, dan tepat sasaran. Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri secara bertahap sehingga secara bertahap pula kebutuhan kedelai melalui impor bisa berkurang atau hanya dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri benar-benar tidak dapat dipenuhi (Adisarwanto, 2008). Purwanto dan Agustono (2010) dalam Surtianingsih (2009), Produksi kedelai Indonesia saat ini masih dalam tingkat yang belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan kedelai sehingga Indonesia termasuk pengimpor kedelai yang cukup banyak. Rendahnya produktivitas di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengakui kebutuhan kedelai di Indonesia masih mengandalkan dari impor sebesar 60%. Pasalnya produksi dalam negeri yang hanya memasok 800.000 ton dari kebutuhan hingga 3 juta ton per tahun (Marsela, 2012). Salah satu peluang peningkatan produksi tanaman pangan kedelai untuk mendukung ketahanan pangan kedelai adalah pemanfaatan lahan setelah tanam padi, petani padi di Indonesia umumnya menanam padi secara monokultur (padipadi-padi) sehingga menyebabkan tanah
menjadi asam dan kekurangan unsur hara. Untuk memperbaiki tanah tersebut maka sistem tanam monokultur (padi-padi-padi) harus dirubah menjadi padi-padi-palawija, selain untuk peningkatan produksi kedelai, juga dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara. Mengingat bahwa pertumbuhan tanaman kedelai pada kondisi lahan setelah padi kurang optimal, maka untuk mengimbangi hal tersebut dalam penelitian ini menggunakan bakteri penambat Nitrogen (Rhizobakteri dan Rhizobakteri plus bakteri endofit) yang terdapat dalam pupuk hayati dan berpotensial untuk meningkatkan kesuburan tanah. Secara umum pupuk hayati yang sudah berkembang selama ini dapat dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu (1) penyedia unsur nitrogen, (2) melarutkan unsur phospat, dan (3) penyedia faktor pertumbuhan tanaman (plant growth factor). Unsur nitrogen dan fospat merupakan dua unsur yang paling banyak dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu pupuk hayati yang dikembangkan pada umumnya diarahkan untuk menyediakan kedua macam kebutuhan nutrisi tanaman tersebut (Yuwono, 2006). Bakteri Rhizobium sp. merupakan salah satu jasad renik mikro yang hidup bersimbiosis dengan tanaman leguminosa dan berfungsi menambat nitrogen secara hayati, mulai diperkenalkan pada tahun 1888 oleh Hellieger dan Wilfarth (Armiadi, 2007). Surtianingsih et al., (2009) menerangkan bahwa organisme ini dapat menyerang rambut akar tanaman kacang-kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan mendorong memproduksi bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai simbiosis intraseluler. Mikroorganisme endofit merupakan mikroorganisme yang
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
53
berasosiasi dengan jaringan atau sel tanaman tingkat tinggi dan tidak merugikan pada tanaman tersebut. Tanaman mendapatkan manfaat dengan kehadiran bakteri endofit, seperti memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan resistensi dari berbagai macam patogen dengan memproduksi antibiotik (Diniyah, 2010). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan pasca padi sawah di Desa Bojong Herang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur pada bulan Agustus - Desember 2012. Tempat pelaksanaan penelitian berada pada ketinggian 500 m dpl.
Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut: 1) Lahan diberi kapur dan biji kedelai di inokulasi Rhizobakteri (Z1); 2) Lahan diberi kapur, biji kedelai diinokulasi Rhizobakteri plus bakteri endofit (Z2); 3) Lahan ditabur dengan tanah bekas tanam kedelai, tanpa diberi kapur dan biji tidak diinokulasi. (Z3). 4) Lahan hanya diberi kapur tanpa tanah kedelai dan biji tidak diinokulasi (Z4) Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Lahan tempat penelitian dipersiapkan terlebih dahulu dengan tindakan-tindakan berikut: -
Alat dan Bahan Bahan 1. Benih kedelai varietas Davros 2. Pupuk hayati (inokulan Rhizobakteri dan Rhizobakteri plus bakteri endofit) “biobus” dan “nodulin” dari Balai Penelitian Tanah Bogor 3. Mulsa jerami padi 4. Kapur pertanian 5. Tanah bekas penanaman kedelai
-
-
Alat
Sprayer, cangkul, label, timbangan digital, arit/pisau, penugal, pH meter, meteran, gembor, tali rapia, ember, plastik, bambu, sepatu bot dll. Perancangan Penelitian Rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak kelompok) dengan 4 perlakuan pada 3 kelompok dan setiap unit perlakuan terdapat 9 populasi tanaman. Pengelompokkan didasarkan pada tekstur tanah dan posisi penempatan unit percobaan terhadap aliran air yang tidak sama.
-
Jerami padi yang tersisa dikumpulkan terlebih dahulu. Tanah diolah ringan dengan dicangkul sedalam 15 – 20 cm dan dibalikkan selanjutnya dibuat petakpetak 1 x 1 m2 sesuai dengan denah percobaan. Jarak antar petak 30 cm, dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang sebanyak satu kg/m2 sebelum penanaman. Tanah diaduk agar pupuk kandang tercampur merata. Pemberian label / etiket sesuai denah penempatan perlakuan.
Tahap Perlakuan Sebelum lahan siap ditanami, masingmasing petak diberi perlakuan menurut label percobaan. Pemberian kapur dilakukan dua minggu sebelum penanaman sebanyak 0,045 kg/m2 pada petak perlakuan Z4, Z1 dan Z2 dengan cara disebar lalu dicangkul merata, setelah itu dilakukan penaburan tanah bekas penanaman kedelai sebanyak 0,075 kg/m2 bagi petak dengan perlakuan Z3 saja,
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
54
selanjutnya dilakukan penutupan dengan mulsa jerami padi pada semua petak setebal 5 cm. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 3 cm, setiap lubang tugal diberi 2 biji kedelai lalu ditutup dengan tanah tipis. Bagi biji yang diberi perlakuan Z1 diinokulasi terlebih dahulu dengan inokulan Rhizobakteri sebanyak 7 gr/kg biji, dan Z2 diinokulasi dengan Rhizobakteri plus bakteri endofit sebanyak 7 gr/kg biji. Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan setelah panen (76 hari setelah tanam) 1. Panjang akar Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai ujung akar. 2. Jumlah bintil akar Jumlah bintil akar dilepaskan dari akar tanaman lalu dihitung. 3. Berat bintil Akar Berat bintil akar ditimbang setelah bintil akar dipisahkan dari akar kemudian bintil akar ditimbang Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Minitab dan Excel untuk pengujian Anova dan uji lanjut Tukey pada taraf 5%. HASIL PENELITIAN Panjang Akar Parameter pertama yang diamati dalam penelitian ini yaitu pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap panjang akar tanaman kedelai varietas Davros.
Tabel 1. Rata-Rata Panjang Akar Tanaman Kedelai Varietas Davros
Perla kuan
Rata-Rata Panjang Akar (cm) Kelompok
RataRata perlaku an
1
2
3
Z1
22.78 b
25.49 b
26.52 b
24.93 b
Z2
27.58 b
23.23 b
23.74 b
24.85 b
Z3
24.29 b
27.03 b
24.17 b
25.16 b
Z4
17.70 a
19.84 a
18.21 a
18.59
Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey
Perlakuan Z1 = kaptan+ Inokulasi Rhizobakteri ; Z2= kaptan+ Rhizobakteri plus bakteri endofit ; Z3= tanah bekas menanam kedelai ; Z4= kaptan
Hasil pengamatan panjang akar menunjukkan bahwa pada kelompok pertama, kedua dan ketiga tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan, akan tetapi pada setiap kelompok memperlihatkan nilai rata-rata perlakuan yang berbedabeda. Pada perlakuan Z3 (tanah bekas menanam kedelai) memiliki nilai rata-rata panjang akar tertinggi yaitu 25.16 cm diikuti dengan perlakuan Z1 (kaptan+Inokulasi Rhizobakteri) yang memiliki nilai 24.93 cm dan Z2 (kaptan+Rhizobakteri plus bakteri ndofit) yang memiliki nilai 24.85 cm. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman kedelai varietas Davros, sedangkan F hitung kelompok diperoleh sebesar 0.42 dan F tabel sebesar 10.13 dengan kelompok tidak
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
55
berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman kedelai varietas Davros. Jumlah Bintil Akar Parameter kedua yang diamati dalam penelitian ini yaitu pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap jumlah bintil akar tanaman kedelai varietas Davros. Hasil pengamatan jumlah bintil akar menunjukkan bahwa pada kelompok pertama, kedua dan ketiga tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan, akan tetapi pada setiap kelompok memperlihatkan nilai rata-rata perlakuan yang berbedabeda. Perlakuan Z3 (tanah bekas menanam kedelia) pada kelompok pertama, kedua dan ketiga merupakan perlakuan yang paling baik dari pada perlakuan lainnya. Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Bintil Akar Tanaman Kedelai Varietas Davros
Rata-Rata perlakuan
Kelompok Kuan 1
2
Berat Bintil Akar Parameter terakhir yang diamati dalam penelitian ini yaitu pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap berat bintil akar tanaman kedelai varietas Davros. Tabel 3. Rata-Rata Berat Bintil Akar Tanaman Kedelai Varietas Davros
Rata-Rata Jumlah Bintil Akar Perla
jumlah bintil akar tertinggi yaitu 44.66 diikuti dengan perlakuan Z2 (kaptan+ Rhizobakteri plus bakteri endofit) yang memiliki nilai 38.74 dan Z1 (kaptan+ Inokulasi Rhizobakteri) yang memiliki nilai 32.00. Perlakuan Z4 (kaptan) memiliki nilai rata-rata jumlah bintil akar terendah dengan nilai 13.93. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar tanaman kedelai varietas Davros, sedangkan kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar tanaman kedelai varietas Davros.
Rata-Rata Berat Bintil Akar (g) Perlakuan
3
Z1
32.78 b
33.89 b
29.33 b
32.00 b
Z2
38.11 c
40.89 c
37.22 c
38.74 c 44.67 d 13.93 a
Z3
45.89 d
41.00 d
47.11 d
Z4
13.89 a
14.67 a
13.22 a
Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey Perlakuan Z1 = kaptan+ Inokulasi Rhizobakteri ; Z2= kaptan+ Rhizobakteri plus bakteri endofit ; Z3= tanah bekas menanam kedelai ; Z4= kaptan
Kelompok
RataRata perlakua n
1
2
3
Z1
3.45 b
3.69 b
3.50 b
3.55 b
Z2
4.66 c
3.70 c
4.37 c
4.24 c
Z3
4.89 d
4.66 d
4.77 d
4.77 d
Z4
0.82 a
0.93 a
0.83 a
0.86 a
Keterangan:
Pada perlakuan Z3 (tanah bekas menanam kedelai) memiliki nilai rata-rata
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey Perlakuan Z1 = kaptan+ Inokulasi Rhizobakteri ; Z2= kaptan+ Rhizobakteri plus bakteri endofit ; Z3= tanah bekas menanam kedelai ; Z4= kaptan
56
Hasil pengamatan berat bintil akar menunjukkan bahwa pada kelompok pertama, kedua dan ketiga tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan, akan tetapi pada setiap kelompok memperlihatkan nilai rata-rata perlakuan yang berbedabeda. Pada perlakuan Z3 (tanah bekas menanam kedelai) memiliki nilai berat bintil akar tertinggi yaitu 4.77 g diikuti dengan perlakuan Z2 (kaptan+ Rhizobakteri plus bakteri endofit) yang memiliki nilai 4.24 g dan perlakuan Z1 (kaptan+ Inokulasi Rhizobakteri) yang memiliki nilai 3.55 g. Perlakuan Z4 (kaptan) memiliki nilai rata-rata berat bintil akar terendah dengan nilai 0.86 g. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap berat bintil akar tanaman kedelai varietas Davros, sedangkan kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap berat bintil akar tanaman kedelai varietas Davros. PEMBAHASAN Pada proses penambatan Nitrogen (N), tanaman leguminosa menyediakan lingkungan reduksi dan karbohidrat untuk metabolisme bakteri, sedangkan bakteri mengubah N2 udara menjadi N tersedia bagi tanaman. Tanaman leguminosa mampu tumbuh baik pada tanah yang miskin N karena adanya simbiosis dengan Rhizobium, sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman leguminosa, serta mampu meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah (Gardner et al. 1991 dalam Armiadi 2007). Azizah (2011), mengemukakan bahwa peningkatan hasil kedelai jelas terjadi dengan mengadakan inokulasi Rhizobium. Selain itu bakteri Rhizobium juga memberikan dampak positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber
bahan organik tanah, serta meningkatkan sumber hara N. Seperti yang kita ketahui, tanaman kedelai akarnya mempunyai bintil – bintil berisi bakteri yang mampu menambat nitrogen udara, sehingga nitrogen tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti. Simbiosis antara tanaman dan bakteri saling menguntungkan untuk kedua pihak. Bakteri mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan tanaman inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan kehidupannya. Bintil akar tersebut biasanya mulai terbentuk sekitar dua puluh hari setelah tanam (Pitojo, 2003). Pada perlakuan Z3 (tanah bekas menanam kedelai) memiliki nilai jumlah dan berat bintil akar tertinggi diduga karena tanah bekas menanam kedelai mengandung Rhizobium yang sangat baik dibandingkan dengan inokulasi Rhizobium yang diinokulasikan pada benih. Menurut Suprapto (2004) dalam Azizah (2011), tanah bekas ditanami kacang-kacangan biasanya diambil sebagai bahan inokulan yang mengandung bakteri Rhizobium sp. dan bila tanah tersebut digunakan kembali untuk tanaman kedelai berikutnya maka pertumbuhan kedelai akan lebih baik. Pada penelitian ini digunakan sumber inokulan Rhizobakteria yang juga mengandung bakteri endofit (Ocrobactrum pseudogrignonense), Bacillus dan Azospirillum. Bakteri Azospirillum yang terdapat dalam inokulan yang digunakan juga merupakan mikroba penambat N yang hidup berasosiasi dengan tanaman di dalam akar. Asosiasi antara Azospirillum dengan akar tanaman mampu meningkatkan efisiensi pemupukan. Menurut Purwanto dalam Diniyah (2010), mikroba endofit umumnya dapat menghasilkan senyawa sejenis yang terkandung pada tanaman inang dengan bantuan aktivitas suatu enzim. Beberapa
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
57
senyawa endofit yang bersimbiosis dengan tanaman inangnya juga ada yang mampu menghasilkan senyawa antibiotik. Senyawa antibiotik ini aktif terhadap mikroba-mikroba patogen manusia dan patogen tanaman. Tanaman mendapatkan manfaat dengan kahadiran bakteri endofit ini seperti memacu pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan resistensi tanaman pada dari berbagai macam patogen dengan memproduksi antibiotik. Endofit juga memproduksi metabolit sekunder yang sangat penting bagi tumbuhan. Pada penelitian ini juga dilakukan pemberian kapur pertanian pada lahan sebelum ditanami kedelai, setelah diukur dengan menggunakan pH meter, data pH tanah tersebut adalah 4,5, artinya tanah tersebut tergolong masam yang dapat mengakibatkan ketersediaan hara N, K, dan Ca rendah, P, Fe, Al, dan Mn sangat tinggi. Sifat kimia tanah tersebut kurang sesuai untuk pertumbuhan kedelai (Balitkabi, 2012). Pada dasarnya tanaman kedelai memerlukan Ca dalam jumlah besar, karena disamping kebutuhan elemennya, koreksi keasamannya memerlukan pengapuran dalam jumlah besar. Selain itu penambahan Kaptan dapat memberikan efek biologis juga yaitu menstimulir aktivitas organisme tanah heterotrofik termasuk bakteri Rhizobium sp. dan meningkatkan ketersediaan P, Mo, Ca dan Mg (Buckman dan Brady, 1982). Menurut hasil penelitian di Balitkabi (2012), Aktifitas Rhizobium akan meningkat apabila tanah diberi kapur dolomit. Secara keseluruhan berdasarkan data hasil analisis, kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan. Tetapi, perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata dan positif terhadap semua parameter pengamatan tanaman kedelai varietas Davros. Perlakuan Z3 (tanah
bekas penanaman kedelai) memiliki nilai rata-rata tertinggi pada seluruh parameter pengamatan. Menurut Jutono (1981), mengatakan bahwa adanya anggapan dalam tanah bekas penanaman kedelai akan tumbuh bakteri Rhizobium japonicum. Rhizobium japonicum dapat mengikat nitrogen dari udara, sehingga dapat memacu dan meningkatkan perkembangan akar kedelai varietas Davros. Kemungkinan lainnya adalah jumlah populasi yang terdapat dalam tanah bekas tanam kedelai sudah mencukupi untuk dapat melakukan fiksasi N yang optimal, walaupun disini tidak dilakukan penghitungan populasi bakteri/gr tanah, tapi menurut penelitian di Balitkabi (2012), jumlah Rhizobium di dalam tanah sudah cukup apabila populasinya 1.000 sel Rhizobium/g tanah. KESIMPULAN 1. Perlakuan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap semua perameter pengamatan (panjang akar, jumlah bintil akar, dan berat bintil akar). 2. Perlakuan Z3 yaitu tanah bekas tanam kedelai tanpa kaptan dan biji tidak diinokulasi merupakan perlakuan terbaik untuk semua perameter pengamatan (panjang akar, jumlah bintil akar, dan berat bintil akar). SARAN 1. Penanaman kedelai yang menggunakan penambahan tanah bekas tanam kedelai dapat diadaptasi oleh petani kedelai khususnya yang menggunakan lahan pasca padi di sawah yang miskin unsur hara. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang efektifitas penggunaan berbagai inokulan dari biakan murni Rhizobium dan pengukuran jumlah populasi bakteri Rhizobium yang ada di
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
58
tanah bekas tanam kedelai yang akan digunakan. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T., 2008. Budidaya Kedelai Tropia. Jakarta : Penebar Swadaya Armiadi, 2007. Efektivitas Penambatan Nitrogen Udara Oleh Bakteri Rizobium Dengan Penambahan Unsur Hara Molibdenum Pada Tanaman Leguminosa Herba. Institut Pertanian Bogor. Azizah. 2011. Pengaruh Tiga Inokulasi Bakteri Rhiobium Terhadap Pembentukan Bintil Akar Kedelai (Glycine max L. merill). Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Buckman, H.,O. dan Brady, N.,C. 1982. Ilmu Tanah (Alih Bahasa). Bharata Karya Aksara. Jakarta. Balitkabi, 2012. http://balitkabi.litbang.deptan.go .id/hasil-penelitian/kedelai/761efektifitas-multiisolat-rhizobiumiletrisoy-pada-tanaman-kedelaidi-tanah-masamultisol.html.(Diakses 20 Januari 2013). Diniah, 2010. Potensi Isolat Bekteri Endofit Sebagai Penghabat Pertumbuhan Bakteri (Ralstonia Solanacearum dan Jamur Fusarium Sp. dan Phitoptora Infestan) Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman. Malang : Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang (Uin). Gardner Franklin P., Pearce Brent, R., Mitchell Roger L., 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). Jutono, 1981.Fiksasi nitrogen padaleguminosaedalampertanian.
Lab. Mikrobiologi, Faperta, UGM. Yogyakarta. Marsela A., 2012. Kedelai, Potret Ketakberdayaan Negara Senin, 30 Juli 2012 |13:17. www.suarapembaruan.com. (Diakses 02 Agustus 2012) Pitojo, S., 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta : Kanisius. Purwanto. 2011. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Penghambat Hem Dari Fungi Endofit Tanaman Artemisia annua L. Fakultas Parmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Purwanto dan Agustono, 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Kepatan Gulma Teki Dalam kondisi cekaman kekeringan. Purwakerto : Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Sudirman. Suprapto, 2004. Bertanam Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya. Surtianingsih, Farida dan Nurhariati, 2009. Biofertilisasi bakteri Rhizobium Pada Tanaman Kedelai. Surabaya: Departemen Biologi, Fakultas sains Universitas Airlangga. Yuwono, T., 2006. Bioteknologi pertanian, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Efektivitas aplikasi pestisida nabati terhadap hama walang sangit (Leptotocorisa oratorius) pada tanaman padi (Oryza Sativa) di kelompok tani “Mandiri” Desa Cipeyeum Kec. Haurwangi Cianjur
59
UJI BEDA TINGKAT KEDALAMAN PERAIRAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN JARING INSANG (Gillnet) DI PERAIRAN UMUM WADUK CIRATA NUSA DUA KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR R. Selfi Nendris Sulistiawan, S.Pi * dan M. Arife Wahyu Adam, S.Pi **
RINGKASAN
Waduk Cirata berfungsi sebagai pembangkit listrik unit Jawa-Bali namun seiring perjalanannya, selain fungsi utama yang lebih terasa oleh masyarakat Kabupaten Cianjur adalah fungsi tambahannya yaitu sebagai areal budidaya perikanan khususnya budidaya pada Kolam Jaring Apung (KJA) dan wilayah perikanan tangkap perairan umum. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil rata-rata tangkapan pada setiap setting, mengetahui tingkat kedalaman yang efektif untuk memperoleh hasil tangkap dalam jumlah yang banyak dan mengetahui daerah penangkapan ikan (fishing ground) berdasarkan tingkat kedalaman. Hasil rata-rata tangkapan jaring insang (gillnet) untuk setiap kali setting adalah ≥ 3 kg. Uji beda kedalaman terhadap hasil tangkapan jaring insang (gillnet), menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil tangkapan pada kedalaman perairan yang berbeda. Kata Kunci : Kedalaman, Jaring Insang, Waduk Cirata
ABSTRACT
Cirata reservoir it self functions as Java-Bali electricity were but as the cultivation and utilization of fishery waters fishing effort. Fishing areas (fishing ground) is influenced by internal and external factors, including external factors them selves in the waters of the physical parameters include temperature, flow, light, wave and depth. The purpose of this study to knowing the average yield in each setting to catch the suspect rate for effective depth of the catch in large numbers and can pinpoint areas of fishing (fishing ground) based on the level of depth. Catches average gill net fishing (gillnet) for each time setting is ≥ (greater than) 3 kg, to test different depths of the gill net catches (gillnet) was still not enough evidence or no difference between the depth difference gill net catches (gillnet) and the addition of effective depth as the fishing is any depth. Key Words : Depth, Gillnet, Cirata reservoir * Dosen Fakultas Pertanian UNSUR ** Alumnus Fakultas Pertanian UNSUR
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
60
PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk merupakan bentuk perairan umum daratan hasil pembendungan aliran sungai (ekosistem mengalir/lotic) menjadi ekosistem perairan tergenang (lentic). Waduk Cirata berdasarkan lokasinya termasuk ke dalam tipe Waduk kaskade yaitu dalam satu aliran sungai terdapat lebih dari satu Waduk. Waduk Cirata merupakan salah satu waduk kaskade dari aliran sungai Citarum selain Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur. Waduk Cirata termasuk ke dalam waduk yang tujuan pembangunanya untuk pemenuhan kepentingan berbagai sektor dan subsektor. Tujuan utama pembangunan Waduk Cirata adalah sebagai pembangkit listrik unit Jawa-Bali namun seiring perjalanannya, selain fungsi utama yang lebih terasa oleh masyarakat Kabupaten Cianjur adalah fungsi tambahannya yaitu sebagai areal budidaya perikanan khususnya budidaya pada Kolam Jaring Apung (KJA) dan wilayah perikanan tangkap perairan umum. Pada umumnya penangkapan ikan di perairan umum Waduk Cirata Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang untuk hasil tangkapan nelayan jaring insang (gillnet) masih belum efesien dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang disebabkan oleh belum diketahuinya daerah penangkapan ikan (fishing ground) dimana dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, diantaranya faktor eksternal sendiri yaitu parameter fisika perairan meliputi suhu, arus, cahaya, gelombang dan kedalaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh parameter fisika perairan khususnya pada tingkat kedalaman perairan, yang mempengaruhi hasil tangkap ikan di perairan Waduk Cirata Desa Sindangsari Kecamatan
Ciranjang dan dapat mempertimbangkan aspek-aspek ekologi yang sangat berpengaruh terhadap daerah penangkapan ikan (fishing ground), sehingga nelayan dapat mengelola perikanan tangkap yang efektif dan efisien. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk : 1. Mengetahui hasil rata-rata tangkapan pada setiap setting 2. Mengetahui tingkat kedalaman yang efektif untuk memperoleh hasil tangkap dalam jumlah yang banyak. 3. Mengetahui daerah penangkapan ikan (fishing ground) berdasarkan tingkat kedalaman. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Jawa Barat pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan antara lain :
Uji Beda Tingkat Kedalaman Perairan Terhadap Hasil Penangkapan Jaring Insang (Gillnet) Di Perairan Umum Waduk Cirata Dua Kecamatan Kabupaten Cianjur
61
Tabel 1. Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian NO
BAHAN DAN ALAT
JUMLAH
1
Alat tangkap gillnet
5 pics
2
Perahu
1 unit
Menangkap ikan di perairan umum Waduk Cirata Untuk transpotasi air mencapai daearh penangkapan ikan
3
Timbangan Gantung
1 unit
Mengukur berat hasil tangkapan
4
Echosounde r
1 unit
5
Alat tulis
1 perangkat
6
Kamera digital
1 unit
FUNGSI DAN KEGUNAAN
Mengukur kedalaman perairan dan suhu Menulis dan menyimpan data sementara Untuk dokumentasi kegiatan penelitian
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, dengan melihat pengaruh perbedaan kedalaman perairan terhadap hasil tangkap jaring insang (gillnet) di perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Sumber data primer diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan di perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang Cianjur Jawa Barat. Selain itu juga melakukan kegiatan wawancara terhadap ketua kelompok nelayan dan beberapa nelayan jaring insang (gillnet) di perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait serta studi literatur berupa pengumpulan informasi baik dari buku-buku referensi ataupun dari media elektronik seperti akses internet yang berfungsi sebagai penyempurna materi penelitian.
Variabel Penelitian dan Pengukurnya Tabel 2. Variabel Penelitian dan Pengukurnya No 1
2
Variabe l Berat ikan Tingkat kedala man perairan
Konsep Variabel Pengukuran Berat ikan yang tertangkap Pengukuran tingkat kedalaman daerah penangkapa n ikan (fisihing ground)
Indika tor Berat ikan
Ukur an kg
Skala
Tingk at kedala man perair an
m
interv al
interv al
Analisis Data Suatu data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan kurva diagram dan tabel selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus-rumus sesuai dengan tujuan penelitian. Uji Mengenai Nilai Tengah Pada umumnya pengujian nilai tengah μ yang menggunakan sampel berukuran besar (n > 30) dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut : 1. Merumuskan hipotesis yang akan diuji (H0) dan hipotesis alternatifnya (H1). 2. Menentukan level of significance (α) yang dianggap dapat diterima (biasanya sudah ditentukan dalam soal). 3. Mencari nilai kritis z berdasarkan level of significance (α) dan menamai nilai z tersebut zα. Hal ini dilakukan dengan mencari nilai zα yaitu nilai z yang luas wilayah di sebelah kirinya sebesar 1 – α/2. Jika menggunakan tabel normal searah, maka dapat langsung dicari daerah seluas 1 – α/2 dengan mudah. Namun hal ini akan sedikit lebih sulit jika menggunakan tabel normal dua arah, secara matematis probabilitas dari nilai z α dapat dicari dengan rumus: 0.5 – α/2.
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
62
4. Menghitung nilai z dari sampel dengan memakai rumus. Pengujian mengenai Nilai tengah yaitu pada hasil tangkapan nelayan jaring insang (gillnet) di perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang Cianjur. Untuk itu perlu diketahui berapa rata-rata jumlah hasil tangkapan dalam setiap kali setting yang mana diketahui : H o = Hasil tangkapan setiap setting jumlahnya sebesar 3 kg. H 1 = Hasil tangkapan setiap setting jumlahnya lebih besar dari 3 kg.
Tabel 4. Data Kelompok Nelayan di Waduk Cirata Wilayah Kab. Cianjur 2011 No
Nama Kelompok
Jumlah Anggota
Ketua Kelompok
1
Cibodas
20
Kosim
2
Sukarasa
18
Wawan Sugiawan
3
Perdana
12
Ikin
4
Mina Karya
16
Tata
5
Talaga Subur
16
Ulun Yunus
6
Ciputri
12
Eman
7
Campaka Arum
12
Harun
8
Sadulur
14
Asep
9
Kahuripan
20
Ibut
10
Puspa Indah
16
Wawan
11
Pusaka
18
Didin
12
Batu Belah
15
Atun
Tabel 3. Cara Uji Mengenai Nilai Tengah 0
𝜇 = 𝜇0
H Nilai Statistik Uji 𝑥 − 𝜇0 𝑧= 𝜎 𝑛 𝜎 diketahui dan 𝑛 ≥ 30
H 1
𝜇 < 𝜇0 𝜇 > 𝜇0 𝜇 ≠ 𝜇0
Keterangan : z adalah wilayah kritik dengan perlakuan 30, 𝑥 adalah nilai tengah, 𝜇0 adalah nilai prediksi (kuisioner nelayan) dari data primer, n adalah jumlah perlakuan dan α adalah simpangan baku.
HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Perikanan Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Di perairan umum Waduk Cirata, nelayan membentuk suatu kelompok dengan tujuan untuk membantu kesejahteraan nelayan khususnya peningkatan hasil produksi ikan hasil tangkapan. Berdasarkan data yang terdapat di dinas pertenakan perikanan dan kelautan Kabupaten Cianjur, peningkatan jumlah nelayan perairan umum Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Alamat Kertamukti Haur Wangi Sindangsari - Ciranjang Sindangraja - Sukaluyu Cikidang BayabangMande Bobojong Mande MandeMande MandeMande Gudang Cikalong Kulon Kamurang Cikalong Kulon Ds.Gudang - Cikalong Kulon Ps. Empul Ds. Mande CitamiangCiranjang
Sumber : Dinas Perikanan, Pertenakan dan Kelautan Kab.Cianjur 2011.
Berdasarkan tabel di atas pada perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang, memiliki nama kelompok Sukarasa dengan jumlah anggota 18 orang yang dipimpin oleh bapak Wawan Sugiawan, dimana kelompok Sukarasa ini menggunakan alat tangkap Jaring Insang, pancing, dan pancing rawai. Masyarakat Desa Sindangsari hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai nelayan apabila dilihat dari status nelayan yang ada. Nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok nelayan yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan pokok, dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh adalah nelayan yang kesehariannya menghabiskan waktu untuk menangkap ikan. Sedangkan nelayan sambilan utama
Uji Beda Tingkat Kedalaman Perairan Terhadap Hasil Penangkapan Jaring Insang (Gillnet) Di Perairan Umum Waduk Cirata Dua Kecamatan Kabupaten Cianjur
63
adalah nelayan yang lebih cenderung menangkap ikan dan menyisakan waktu kerjanya untuk bertani dan aktifitas yang lainya. Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk menangkap ikan setelah pekerjaan utama selesai dengan maksud memperoleh tambahan penghasilan. Tetapi pada kelompok nelayan penuh, ada juga yang dalam beberapa minggu sampai satu bulan lamanya tidak naik ke darat, mereka tinggal di rakit yang dimodifikasi sebagai tempat tinggal yang hanya bisa untuk tempat berteduh dari panasnya sinar matahari dan dinginya hujan, dan mereka akan kembali ke darat setelah hasil tangkapannya selama dua minggu sampai satu bulan mengahasilkan uang yang akan diberikan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga. Kualitas Air Perairan Umum Waduk Cirata Diketahui dari data BPWC yang diperoleh bahwa elevasi muka air maksimum +220 mdpl, elevasi muka air minimum +205 mdpl. Jika titik muka air (TMA) mencapai +205 mdpl, udara akan masuk ke dalam Surge Tank (Tangki Pendatar Air) menyebabkan PLTA Cirata tidak akan berfungsi. Demikian pula ketika sedimentasi mencapai lubang intake, bendungan Cirata tidak dapat berfungsi sebagai penampung air. Oleh karena itu, TMA Waduk Cirata senantiasa dijaga agar memiliki ketinggian minimal 205,60 mdpl. Elevasi muka air ini dapat diperjelas pada gambar 1 di bawah.
Gambar 1. Elevasi Muka Air. Data BPWC, 2012 Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas BPWC, diketahui bahwa kegiatan rutin untuk memeriksa kualitas air dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan tujuan untuk mengambil tindakan apakah perairan Waduk Cirata masih layak atau tidak khususnya fungsi PLTA Cirata dan dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar Waduk Cirata baik itu Perikanan, Ekowisata, lalu lintas dan kegiatan ekonomi lainya. Data kualitas air pada pengukuran triwulan ke II untuk kedalaman perairan dipengaruhi oleh kualitas air yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Data parameter fisika pengukuran triwulan II pada bulan April – Juni disajikan pada tabel di bawah ini.
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
64
Tabel 5. Kualitas Air Waduk Cirata pada periode pengukuran Triwulan II tahun 2012
1 2 3
1 2 3
FISIK A Temper atur Zat tersusp ensi Kekeru han KIMIA Nitrit (NO2N) Nitrat (NO3N) Fosfat (PO4)
Satu an
Kedalaman 0,2 5 m m
22 m
Temperatur, (ºC)
Ratarata
oC
30. 7
28. 9
27.8
29.1
mg/ L
3.5
39
52
31.5
NT U
2.6 6
24. 1
33.9
20.2
mg/ L
0.0 18
0.0 80
0.087
0.062
mg/ L
0.2 67
0.2 67
0.333
0.289
mg/ L
0.2 05
0.2 21
0.205
0.210
Sumber : Data Kualitas air BPWC Triwulan II aliran Cisokan, 2012
Untuk parameter fisika akan diperjelas dengan grafik, sesuai data yang diperoleh yaitu suhu atau temperatur untuk kedalaman 0,2 m adalah 30,7 ˚C, 5 m yaitu 28,9 ˚C dan dasar perairan 15 m yaitu 27,8 ˚C. Hal ini berarti semakin dalam perairan tersebut maka suhu semakin dingin atau rendah. Hasilnya ditunjukan pada grafik di bawah ini.
26
Kedalaman (m)
N Parame o ter .
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
28
30
32 30.7, 0.2
28.9, 5
27.8, 22
Gambar 2. Grafik Suhu Perairan Tahun, 2012 di Aliran Sungai Cisokan
Zat tersuspensi atau zat yang terlarut dalam perairan untuk kedalaman 0,2 m, 5 m dan dasar 15 m berbeda satu dengan lainya. Dimana untuk kedalaman 15 m zat tersuspensi nya memiliki nilai terbesar yaitu 52 mg/l. Hal ini berarti semakin dalam perairan maka semakin besar kandungan zat terlarut di dalamnya. Hasilnya dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.
Uji Beda Tingkat Kedalaman Perairan Terhadap Hasil Penangkapan Jaring Insang (Gillnet) Di Perairan Umum Waduk Cirata Dua Kecamatan Kabupaten Cianjur
65
Zat tersuspensi (mg/l)
Kedalaman (m)
0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
20 3.5, 0. 2
40
60
39, 5
Kandungan Nitrit pada kedalaman 0,2 m sebesar 0.018 mg/l, tingkat kedalaman 5 m adalah 0,080 mg/l dan pada kedalaman dasar 22 m sebesar 0,087 mg/l. Pada tingkat kedalaman dangkal dan pertengahan terdapat perbedaan kandungan Nitrit yang besar sedangkan pada kedalaman pertengahan dan dasar kandungan Nitrit memiliki perbedaan tidak terlalu mencolok. Hasilnya dapat diperjelas pada grafik di bawah. Nitrit , mg/l
52, 22
0.000
Gambar 3. Grafik zat tersuspensi Tahun, 2012 di Aliran Sungai Cisokan
Kedalaman (m)
Pada kedalaman 0,2 m tingkat kekeruhan mencapai 2,66 mg/l, lalu pada kedalaman 5 m mencapai 24,1 mg/l dan kedalaman dasar 22 m adalah 33,9 mg/l. Hal ini berarti bahwa semakin dalam perairan, semakin besar tingkat kekeruhan perairan. Hal ini dapat diperjelas pada grafik di bawah.
Kedalaman (m)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
13.6 2.66, 0 .2
0.100
0.080, 5
0.087, 22
Gambar 5. Grafik hubungan Nitrit terhadap kedalaman perairan tahun 2012
Kekeruhan /NTU -6.7
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0.050 0.018, 0.2
33.9
24.1, 5
Untuk kandungan nitrat pada tingkat kedalaman 0,2 m dan 5 m sama yaitu 0,267 mg/l sedangkan pada kedalaman 22 m jumlah nitrat sebesar 0,33 mg/l. Hal ini berarti bahwa kandungan Nitrat pada perairan umum daerah Nusa Dua memiliki perbedaan yang tidak begitu besar. Hal ini dapat diperjelas pada grafik di bawah ini.
33.9, 2 2
Gambar 4. Grafik Kekeruhan Tahun 2012 di Aliran Sungai Cisokan
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
66
Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang (Gillnet)
Nitrat , mg/l
Kedalaman (m)
0.000
0.200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0.400 0.267, 0.2 0.267, 5
1 48%
3 13%
0.333, 22
Kandungan Fosfat pada kedalaman 0,2 m adalah 0,205 mg/l, lalu kedalaman 5 m mencapai 0,221 mg/l dan pada kedalaman dasar mencapai 0,205 mg/l. Hal ini berarti pada kedalaman dangkal dan dasar memiliki jumlah fosfat yang sama. Hal ini dapat diperjelas pada grafik di bawah ini.
0.2
0.21 0.22 0.205, 0.2
2 16%
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan : No 1 . Ikan Nila , No 2. Ikan Mas, No 3. Ikan Patin, No 4. Ikan Nilem, No 5. Ikan Tagih, No 6. Ikan Red Devil, No 7. Ikan Betutu.
Gambar 8. Grafik Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang di Nusa Dua
Hasil Tangkapan Rata-Rata Setiap Satu Kali Setting Data hasil tangkapan rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 8. Perhitungan Hasil Tangkapan Ratarata
Fosfat , mg/l
Kedalaman (m)
5 6 7 8% 5% 3% 4 7%
Gambar 6. Grafik hubungan Nitrat terhadap kedalaman perairan tahun 2012
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Hasil tangkapan di perairan umum Waduk Cirata Nusa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
0.23
0.221, 5
0.205, 22
Gambar 7. Grafik hubungan Fosfat terhadap kedalaman perairan tahun 2012 Uji Beda Tingkat Kedalaman Perairan Terhadap Hasil Penangkapan Jaring Insang (Gillnet) Di Perairan Umum Waduk Cirata Dua Kecamatan Kabupaten Cianjur
67
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Z ˗ hit lebih besar dari pada Ztabel, hal ini berarti rata- rata hasil tangkapan lebih dari 3 kg setiap 1 kali setting.
Apabila sudah mengetahui nilai varian, maka dapat diolah data tersebut menggunakan z- test : Two Sample for Means. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel di bawah ini.
Uji Beda Kedalaman Terhadap Hasil Tangkapan Kedalaman perairan umum di Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang dibagi menjadi dua bagian yaitu perairan dangkal dan perairan dalam. Perairan dangkal dengan kedalaman mulai dari 3,5 m – 6 m, dan perairan dalam mulai dari 7 m – 15 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. Z- test : Two Sample for Means
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
kedalama n <6 m 3.5 3.5 3.5 4 4 4 4.5 4.5 4.5 5 5 5 5.5 5.5 5.5 5.8 Variance : rata-rata: S:
hasil tangkapa n (kg) 2 2.5 3.5 2 3.5 2.5 3.5 2 5 4 9 3.5 3.2 4.5 3 2.5 2,9 3.51 1.7095
PERAIRAN DALAM hasil kedalama tangkapa n >6 m n (kg) 7 3 7 4.2 7 3 7.8 3.5 8 3.5 8 4 8 3 9 4.2 9 6 9 7.5 12 3.5 12 4.5 12 4.7 15 7 15 5 15 3 Variance : 1,9 rata-rata : 4.35 S: 1.4109
Dari data pada tabel 9 diperoleh hasil, bahwa pada perairan dangkal memiliki varian 2,9 yang dibulatkan menjadi 3 dengan rata-rata hasil tangkapan sebesar 3,51 kg. Sedangkan pada perairan dalam memiliki varian 1,9 yang dibulatkan menjadi 2 dengan ratarata hasil tangkapan sebesar 4,35 kg.
Hasil Tangkapan >6m
Mean
3.5125
4.35
Known Variance
3
2
Observations
16
16
Hypothesized Mean Difference
0
Z
-1.498165545 0.067045123 1.644853627 0.134090245 1.959963985
Dari data di atas diketahui bahwa z critical two tail untuk hasil tangkapan sebesar 1,9 dan z critical one- tail sebesar 1,6. Hal ini berarti bahwa hasil tangkapan pada perairan dangkal dan perairan dalam tidak berbeda nyata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 10 8 6 4 2 0
< 6m
Hasil Tangkapan (kg)
N O
Hasil Tangkapan <6m
P(Z<=z) one-tail z Critical one-tail P(Z<=z) two-tail z Critical two-tail
Tabel 9. Hasil Tangkapan Jaring Insang Pada Perairan Dangkal dan Dalam PERAIRAN DANGKAL
Keterangan
1 3 5 7sample 9 11 13 15
> 6m Linear (< 6m) Linear (> 6m)
Gambar 9. Grafik hasil tangkapan di kedalaman < 6 m dan >6 m.
Dari gambar di atas menunjukan bahwa pada kedalaman < 6 m dan > 6 m untuk hasil tangkapan yang diperoleh
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
68
sama. Hal ini berarti perbedaan tingkat kedalaman tidak mempengaruhi hasil tangkapan nelayan jaring insang (Gillnet). Dari data pada tabel 10 dan gambar 9 dapat diketahui juga bahwa kedalaman yang efektif sebagai daerah penangkapan ikan adalah kedalaman berapapun. Hal ini berarti bahwa perairan tersebut dapat dijadikan daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang efektif dengan menggunakan alat tangkap jaring insang (Gillnet). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian di perairan umum Waduk Cirata Nusa Dua Desa Sindangsari Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa : Hasil rata-rata tangkapan jaring insang (gillnet) untuk setiap kali setting adalah ≥ 3 kg. Uji beda kedalaman terhadap hasil tangkapan jaring insang (gillnet), menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil tangkapan pada kedalaman perairan yang berbeda. Tingkat kedalaman yang efektif sebagai daerah penangkapan ikan adalah kedalaman berapapun, maka perairan tersebut dapat dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA BPWC (Badan Pengelola Waduk Cirata). 2012. Kualitas Air Aliran Sungai Cisokan Triwulan II Tahun 2012. BPWC (Badan Pengelola Waduk Cirata). 2012. TMA (Titik Muka Air) Waduk Cirata Tahun 2012. Dinas Perikanan, Peternakan dan Kelautan Kabupaten Cianjur. 2011. Laporan Tahunan Kegiatan Tahun 2011. Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Jurusan PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 Hal. Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : PenerbitAngkasa. Halaman 13-23 . Subani, W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan di Indonesia. Jilid I. Jakarta
Saran Dari penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan para nelayan jaring insang (gillnet) di perairan Waduk Cirata Nusa Dua, dalam penentuan kedalaman untuk menentukan daerah penangkapan ikan tidak harus mencari perairan yang dalam, karena belum cukup bukti bahwa perairan dalam menghasilkan tangkapan yang besar. Uji Beda Tingkat Kedalaman Perairan Terhadap Hasil Penangkapan Jaring Insang (Gillnet) Di Perairan Umum Waduk Cirata Dua Kecamatan Kabupaten Cianjur
69
OPTIMASI PEMBERIAN AIR IRIGASI TETES TERHADAP HASIL TANAMAN BUAH TOMAT Oleh: Ir. Nurdi Ibnu Wibowo, MP *
RINGKASAN
Penelitian tentang “Optimasi Pemberian Air Irigasi Tetes Terhadap Hasil Tanaman Buah Tomat” dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Februari 2013. Parameter yang diamati adalah Bobot tomat yang diproduksi, serta panjang akar tanaman setelah selesai berproduksi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial yaitu waktu penyiraman dengan tiga perlakuan (pagi, sore, pagi sore) dan interval penyiraman dengan tiga perlakuan (1 hari, 2 hari, 4 hari), masing-masing dengan tiga ulangan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, waktu penyiraman pagi sore dengan interval 1 hari, memberikan hasil produksi buah tomat yang paling besar. Sedang waktu penyiraman sore dengan interval 4 hari, memberikan hasil produksi buah tomat yang paling kecil. Semakin sering dilakukan penyiraman dengan jumlah yang sedikit demi sedikit, akan menghasilkan produk yang semakin besar. Kata kunci : Irigasi tetes
ABSTRACT
Research on "Optimization of Water Drops Irrigation Against Granting Crop Tomato Fruit" was conducted in December 2012 to February 2013. Parameters measured were weight of tomatoes produced, as well as the length of root crops after completion of production. This study used a completely randomized design (CRD) factorial ie time watering two to three treatments (morning, afternoon, early evening) and watering intervals with three treatments (1 day, 2 days, 4 days), each with three replications. From the results of this research is that, when watering early afternoon with intervals of 1 day, giving the production the biggest tomatoes. Moderate watering afternoon with time intervals of 4 days, giving the results of the production of small tomatoes. The more frequent watering in small quantities at a time, will result in greater product. Key word : Water Drops Irrigation *Dosen Fakultas Pertanian UNSUR
Optimalisasi Pemberi Air Irigasi Tetes Terhadap Hasil Tanaman Buah Tomat
70
PENDAHULUAN Metode irigasi tetes sangat cocok diterapkan pada lahan yang tingkat ketersediaan airnya terbatas serta kondisi fisik lahan yang kurang mendukung karena air betul-betul terserap oleh perakaran tanaman dan tidak mengalami penguapan atau pelolosan yang berlebihan (Setiawan, dalam Muhammad A, 2002). Yang menjadi pertanyaan adalah kapan saat penyiraman yang baik. Beberapa ahli menyatakan bahwa penyiraman yang baik dilakukan pada saat sore hari (Jihan, 2009). Air yang disiramkan akan lama bertahan di dalam tanah. Air yang bertahan lama ini memberi waktu lebih lama lagi bagi tanaman untuk menyerap air. Namun ada juga yang berpendapat bahwa penyiraman yang baik adalah dilakukan pada pagi hari. Air yang disiramkan akan cepat diserap oleh tanaman untuk kegiatan fotosintesis pada siang hariya. Selain waktu penyiraman, interval penyiraman juga perlu diperhatikan. Menurut Sesen, penyiraman dengan frekwensi tinggi akan meminimalkan tanah sebagai waduk air, sehingga matrik tanah tidak banyak berubah, kondisi ini dapat mengurangi stres tanaman terhadap air. Namun ada juga yang berpendapat bahwa penyiraman dengan periode tertentu akan menghasilkan pengaruh positif terhadap tanaman. Penyiraman dengan periode tertentu akan mendorong perkembangan akar yang lebih dalam. Hasil penelitian Nyoman M dan Wayan N (2007), bahwa pada tanaman anggur, interval penyiraman terbaik dilakukan setiap dua hari. Atas dasar inilah, penulis mengajukan proposal Penelitian mengenai pengaruh waktu dan interval penyiraman terhadap produksi tanaman tomat. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
waktu dan interval penyiraman terhadap produksi tanaman tomat pada irigasi tetes METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diggunakan alat sebagai berikut; Timer; Selenoid; Jaringan irigasi tetes; Ember; Polybag; Timbangan; Gunting, sedangkan bahan yang digunakan adalah; Air bersih untuk irigasi; Benih tomat; Pupuk kandang; Pupuk NPK; Pupuk daun; Insektisida; Fungisida; Kertas grafik. Langkah-langkah penelitian dilakukan sebagai berikut : 1. Membibitkan benih tomat Benih dibibitkan dalam polybag, setelah cukup besar bibit dipindahkan ke media tanam (Pot/ember). 2. Merancang jaringan irigasi tetes. Merancang dari sumber air, stopkran pengatur aliran air; penyaring kasar; pipa saluran distribusi; saringan halus; stop kran selenoid; saluran irigasi; penetes jaringan irigasi 3. Ujicoba jaringan irigasi Memasang penetes pada media tanam; memasang timer pada jaringan irigasi; mengoperasikan jaringan irigasi; memperbaiki bagian-bagian yang bocor; mengukur/menentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai titik jenuh; 4. Melaksanaakan percobaan Mengatur timer sesuai waktu irigasi; melakukan perawatan tanaman; mengukur parameter.
71
Setelah tanaman tidak menghasilkan buah, media tanam dibongkar dan diambil akarnya. Akar dipotong dan diukur panjangnya. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan penelitian dianalisis uji beda sesuai dengan rancangannya dengan menggunakan software Excel. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan menggunakan faktorial rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Faktor perlakuan dilaksanakan adalah :
Hasil pengukuran bobot buah tomat (gram) dapat dilihat pada tabel berikut : Kombinasi Perlakuan
1. Interval pemberian air (I) I1. Interval 1 hari I2. Interval 2 hari I4. Interval 4 hari
2. Waktu Penyiraman WP. Pagi hari WS. Sore hari WPS. Pagi Sore
Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut: I1W1 I2W1 I4W1
I1W2 I2W2 I4W2
I1W I2W3 I4W3
Parameter yang diamati adalah : 1. Bobot buah tomat yang dihasilkan Setiap hari tanaman tomat dipanen. Tomat yang dipanen adalah tomat yang telah mulai matang, ditandai dengan munculnya warna merah pada buah tomat. Jumlah dan berat tomat ditimbang untuk masing-masing tanaman. 2. Panjang akar tanaman
Ulangan 1
2
3
WP
I1
842,2
790,1
700,0
WP
I2
842,6
758,1
672,8
WP
I4
857,5
742,7
583,3
WS
I1
769,5
812,0
876,0
WS
I2
919,0
784,9
750,2
WS
I4
781,3
627,0
538,0
WPS
I1
940,0
996,0 1.022,5
WPS
I2
860,5
948,0
802,0
WPS
I4
790,0
829,0
769,0
Optimalisasi Pemberi Air Irigasi Tetes Terhadap Hasil Tanaman Buah Tomat
72
S4 P4 P2 P1 PS4 S2 S1 PS2 PS1 648,8 727,8 757,8 777,4 796,0 818,0 819,2 870,2 986,2
a
ab
ab
ab
ab
ab
ab
ab
c
Hasil pengukuran panjang akar tanaman (mm) dapat dilihat pada tabel Kombinasi Ulangan Perlakuan
1
2
3
WP
I1
2584
2575
2477
WP
I2
2608
2602
2509
Tabel Analisis Ragam Sumber Keragaman Perlakuan - Waktu '- P e r I o d e - Gabungan Galad Percobaan Total
Db 8 2 2 4 18 26
JK 211.969,7 95.416,7 87.232,8 29.320,2 130.841,6 342.811,3
KT 26.496,2 47.708,3 43.616,4 7.330,0 7.269,0 13.185,1
Tabel F
Db
α = 0.05
- Waktu - Periode - Gabungan
2 , 18 2 , 18 4 , 18
3,55 3,55 2,93
α 0.01 6,01 6,01 4,58
Fhit 6,56 6,00 1,01
* *
=
WP
I4
2591
2549
2647
WS
I1
2520
2595
2466
WS
I2
2498
2605
2541
WS
I4
2487
2519
2580
WPS
I1
2525
2581
2627
WPS
I2
2563
2468
2669
WPS
I4
2595
2607
2644
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
73
Tabel Analisis Ragam Sumber Keragaman
db
JK
KT
Fhit
Perlakuan
8
21.403,4
2.675,4
- Waktu
2
12.865,0
6.432,5
1,83
'- P e r I o d e
2
4.054,3
2.027,1
0,58
- Gabungan
4
4.484,1
1.121,0
0,32
Galad Percobaan
18
63.442,0
3.524,6
Total
26
84.845,4
3.263,3
Tabel F
db
α = 0.05
α = 0.01
- Waktu
2 , 18
3,55
6,01
- Periode
2 , 18
3,55
6,01
- Gabungan
4 , 18
2,93
4,58
Optimalisasi Pemberi Air Irigasi Tetes Terhadap Hasil Tanaman Buah Tomat
74
Dari hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang nyata hasil perlakuan terhadap bobot buah tomat. Masing-masing perlakuan (waktu dan interval) berpengaruh nyata terhadap bobot buah tomat. Tanaman yang menghasilkan buah terbanyak adalah tanaman dengan perlakuan disiram pagi sore dengan interval 1 hari (WPS I1). Diikuti perlakuan disiran pagi sore dengan interval 2 hari (WPS I2). Tanaman dengan hasil buah paling sedikit adalah tanaman dengan perlakuan disiram sore hari dengan interval 4 hari (WS I4). Diikuti perlakuan disiran pagi dengan interval 4 hari (WP I4). Secara umum dapat dilihat bahwa semakin sering tanaman disiram, akan menghasilkan buah yang lebih banyak. Tentunya dalam hal ini jumlah (volume) air yang disiram ke tanaman jumlahnya sama untuk setiap tanaman. Penyiraman yang dilakukan sedikit demi sedikit namun sering dilakukan menyebabkan air yang diberikan akan betul-betul terserap oleh perakaran tanaman dan tidak mengalami penguapan atau pelolosan yang berlebihan (Setiawan, dalam Muhammad A, 2002). Hampir seluruh air yang diberikan akan diserap oleh akar, sedikit sekali yang terbuang karena perkolasi dan evaporasi. Dengan ketersediaan air yang terus menerus maka proses evapotranspirasi akan berjalan dengan baik dan akan meningkatkan produksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Batubara RP (2013) yang menyatakan bahwa pemberian ke dalaman air irigasi dan waktu pemberian sangat penting untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan memaksimalkan produksi. Air yang diberikan dalam jumlah yang banyak, akan mengakibatkan terjadi perkolasi dan evaporasi yang cukup besar, sehingga banyak air yang terbuang percuma. Dengan interval yang cukup Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
lama, mengakibatkan media tanam akan mengalami kekeringan. Hal ini akan mengganggu proses evapotranspirasi, yang akan mengakibatkan berkurangnya produksi. Defisit air untuk tanaman dan water stress (cekaman air) yang diakibatkannya berpengaruh terhadap evapotranspirasi tanaman dan hasil Batubara RP 2013. Akar yang diharapkan bisa berkembang, ternyata tidak terjadi. Tidak ada perbedaan yang nyata hasil perlakuan terhadap panjang akar. Ha ini disebabkan media tanam yang terbatas (menggunakan polybag/pot). Pemberian air dengan interval yang lama tidak merangsang tanaman untuk mengembangkan perakarannya. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa waktu dan interval penyiraman atau pemberian air irigasi terhadap tanaman buah tomat akan berpengaruh terhadap produksi. Semakin sering dilakukan penyiraman dengan jumlah yang sedikit demi sedikit, akan menghasilkan produk yang semakin besar. Penanaman pada media tanam polybag/pot, akan menghambat perkembangan akar. Waktu dan interval penyiraman atau pemberian air irigasi terhadap tanaman buah tomat tidak mempengaruhi perkembangan akar terutama panjang akar. DAFTAR PUSTAKA I Nyoman M dan I Wayan N, 2007, Pengaruh Interval Pemberian Air melalui Irigasi Tetes (Drip Irrigation) dan Pupuk Mineral Plus terhadap Produksi Anggur pada Lahan Kering di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Agritrop, Vol. 26, No. 1 (2007), 75
Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali – Indonesia Muhammad A, 2002, Pengaruh Laju Irigasi Serta Dosis Bahan Pengkondisi Tanah Terhadap Tingkat Penahanan Lengas Tanah dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Tanah Pasir, Bul. Agron. (30) (2) 31 - 38, Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain (Baliljas) JI. Ratulangi Kotak Pos 173, Maros 90511, Sulawesi Selatan Jihan B, 2009. 9 TIPS HEMAT AIR UNTUK PARA GARDENER, http://bundajihan.blogspot.com/2009/04/9tips-hemat-air-untuk-paragardener.html , diakses pada jam 10.30, tanggal 26 November 2013. Batubara RP. 2013. Pengaruh Irigasi Terhadap Produksi Tanaman Jagung, http://rockypaulus.blogspot.com /2013/11/pengaruh-irigasiterhadap-produksi.html , diakses pada jam 10.45, tanggal 26 Nopember 2013
Optimalisasi Pemberi Air Irigasi Tetes Terhadap Hasil Tanaman Buah Tomat
76
PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM PROGRAM TERPADU P2WKSS POKJA III DI DESA KERTAJAYA KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : Rosda Malia, SP, M.Si * dan Eva Vaulina Novianti S.P** RINGKASAN Program pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta perempuan dan manfaat yang dirasakan oleh peserta kegiatan maka dilakukan penelitian mengenai peran serta perempuan dalam Program Terpadu P2WKSS Pokja III yang dilaksanakan di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dimana data primer maupun sekunder yang telah terkumpul diolah untuk dianalisis dan dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta perempuan dalam Program Terpadu P2WKSS Pokja III masih rendah atau minim dikarenakan waktu pelaksanaan penyuluhan atau pembinaan tidak sesuai dan rendahnya tingkat pendidikan serta modal yang dimiliki. Peran responden hanya sebatas anggota, namun tingkat motivasi dan manfaat yang dirasakan sudah cukup tinggi. Manfaat yang dirasakan oleh responden dari program ini berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Untuk meningkatkan peran serta hendaknya lebih melibatkan responden dalam setiap tahapan pelaksanaan, mulai dari perencanaan sampai dengan proses evaluasi. Kata Kunci : Perempuan, Peran serta, Program P2WKSS Implementation of the society, especially women empowerment program conducted as the government’s efforts to alleviate poverty. To determine the extent of women participation and benefits perceived by the participants of the activities carried out research on the role of women in the Integrated Program Working Group III P2WKSS held in the Village District Kertajaya Ciranjang Cianjur. The research method used is descriptive statistics which primary and secondary data that has been collected and processed for analysis is described. Results showed that women participation in the Integrated Program Working Group III P2WKSS low or minimal due to the time of the counseling or coaching is not appropriate and low levels of education and capital owned. The role of the respondent was limited to members, but the level of motivation ans perceived benefits are high enough. Benefits perceived by the respondents of this program include increased knowledge and skills. To increase the participation of respondents should be more involved in every stage of implementation, from planning to the evaluation process. Key Words : Womens, P2WKSS *Dosen Faperta UNSUR **Alumni Faperta UNSUR
Peran Serta Perempuan Dalam Program P2WKSS Di Desa kertajaya Kecamatan Ciranjang Kab. Cianjur
77
PENDAHULUAN Latar Belakang BPS Tahun 2011 mencatat bahwa penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak 119.630.913 jiwa (50,34 persen) dan perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa (49,66 persen). Data ini menunjukkan bahwa konsentrasi jumlah penduduk masih ada di wilayah pedesaan dan jumlah perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya manusia pedesaan masih sangatlah besar, tidak hanya kaum lakilaki tetapi juga kaum perempuan. Namun potensi perempuan Indonesia masih sangat kurang dirasakan. Paradigma yang berkembang tentang perbedaan gender di masyarakat sedikit banyak menghambat bagi kaum perempuan di Indonesia untuk berkembang. Pemerintah sebagai pembuat program pembangunan mulai mencanangkan berbagai program yang tidak hanya sebagai jalan penanggulangan kemiskinan, namun juga sebagai jalan pemberdayaan perempuan, agar perempuan dapat berperan aktif dalam program-program pembangunan yang dilaksanakan. Dalam upayanya tersebut pemerintah mulai mencanangkan kembali program pemberdayaan perempuam yang sudah dimulai sejak tahun 1979 melalui Program Peningkatan Peranan Wanita (P2W). Program Peningkatan Peranan Wanita (P2W) kembali dicanangkan Pemerintah melalui Revitalisasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera atau disingkat P2WKSS. Program Terpadu P2WKSS Kabupaten Cianjur tahun 2011 dilaksanakan di Kecamatan Ciranjang, tepatnya di Desa Kertajaya. Pemilihan Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
Desa Kertajaya sebagai desa binaan Program Terpadu P2WKSS mengingat potensi desa khususnya perempuan masih kurang berkembang. Potensi perempuan Desa Kertajaya antara lain dari segi jumlah yang cukup banyak atau 3.536 jiwa atau setara 48% dari seluruh jumlah jiwa yang ada. Tingkat pendidikan perempuan Desa Kertajaya yang masih minim atau hanya setara sekolah dasar, sehingga perlu dikembangkan melalui program pendidikan lanjutan, baik formal maupun informal. Dari segi usia, umumnya berada pada usia produktif. Minimnya modal membuat potensi masyarakat dan wilayah sulit berkembang. Dalam rangka melihat perkembangan peranan perempuan inilah, penulis merasa perlu untuk mengkaji program pemberdayaan perempuan dalam kegiatan penelitian ini. Program pemberdayaan perempuan yang dikaji adalah program P2WKSS yang dilaksanakan di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang pada Tahun 2011, khususnya pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Pokja III yang mencakup kegiatan di bidang pangan, sandang serta perumahan dan tata laksana rumah tangga. Tujuan Penelitian : 1. Mengetahui peran serta perempuan dalam program terpadu P2WKSS Pokja III di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang. 2. Mengetahui manfaat yang dirasakan oleh perempuan khususnya pada kegiatan Pokja III di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang.
78
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Menurut Achmad Wazir Ws (1999) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama. Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Pemberdayaan perempuan sendiri dalam hal ini adalah memberikan kekuatan kepada perempuan untuk mengembangkan potensi diri sehingga perempuan mampu menjadi individu yang mandiri. Mengarusutamakan gender melalui Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dalam berbagai kehidupan yang merupakan salah satu upaya kongkrit dalam pencapaian penurunan angka kemiskinan (Ahmad Mushowir, 2009). Program Terpadu P2WKSS adalah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi, dengan upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas (Pedoman Umum Revitalisasi Program P2WKSS, 2007).
Penelitian dilaksanakan di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur.Desa. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2012. Jenis data merupakan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel yang diteliti. Data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperoleh dari dua sumber dan jenis data yaitu data primer dan data sekunder . Populasi menurut Singarimbun (1989) adalah “jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga”. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan yang menjadi anggota kelompok binaan Program Terpadu P2WKSS. Sampel atau responden penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono 2007). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2007) sebagai berikut : n=
N N.d2 +1
Keterangan : n =Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi = 100 d2= Presisi ( ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%) baik
Setelah primer
data-data terkumpul, maupun sekunder
Peran Serta Perempuan Dalam Program P2WKSS Di Desa kertajaya Kecamatan Ciranjang Kab. Cianjur
79
selanjutnya diolah dan dianalisis. Sebelum melakukan analisis lebih lanjut terhadap data-data yang ada terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas terhadap instrument yang diteliti. Arikunto (1998), teknik uji reliabilitas dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain Cronbah Alpha dan Gutman Split-half. Teknik uji reliabilitas yang dilakukan adalah dengan teknik Gutman Split-half yakni dengan cara membagi item atau atribut menjadi dua bagian dari data yang telah diperoleh. Hasil uji reliabilitas data terhadap 50 orang sampel atau responden menunjukkan tingkat keandalan yang tinggi, sehingga sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada. Selanjutnya data yang telah terkumpul akan diolah melalui Aplikasi Microsoft Excel serta dideskripsikan berdasarkan hasil pemusatan data berupa nilai mean (rata-rata) yang dihasilkan pada setiap kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang Desa Kertajaya merupakan satu dari 12 desa yang terdapat di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Desa ini memiliki luas 382.447 Ha yang dihuni oleh kurang lebih 2.239 KK yang terdiri dari 7.317 orang warga. Pendidikan warga umumnya setingkat SMP dan umumnya warga bermata pencaharian sebagai buruh tani. Desa Kertajaya juga memiliki beragam sumberdaya alam. Tidak hanya memiliki sumberdaya alam berupa lahan pertanian yang luas, di daerah ini juga terdapat Danau Calingcing yang memilki potensi perikanan air tawar yang cukup tinggi. Perbandingan luas lahan pertanian dan daerah perairan sendiri seimbang.
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
Gambaran Umum Perempuan Binaan Program P2WKSS Pada Program Terpadu P2WKSS terdapat 100 perempuan binaan yang merupakan bagian dari 100 KK yang menjadi binaan. Perempuan binaan yang berjumlah 100 orang tersebut umumnya berusia antara 19 sampai dengan 51 tahun. Dari segi pendidikan umumnya para perempuan binaan hanya mengenyam pendidikan setingkat sekolah dasar (SD). Kondisi keluarga para perempuan binaan umumnya masih memiliki permasalahan seputar tingkat perekonomian dan permodalan yang masih rendah (Laporan Hasil Kegiatan P2WKSS Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang). Peran Serta Perempuan Dalam Kegiatan Pokja III Program Terpadu P2WKSS Pokja III melaksanakan kegiatan di bidang pangan, sandang serta perumahan dan tata laksana rumah tangga. Kegiatannya antara lain : 1. Pembinaan dan pemanfaatan lahan pekarangan dengan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). 2. Pembuatan kebun percontohan. 3. Pembuatan olahan makanan dari ikan dan tutut. 4. Pembinaan dan penyuluhan tentang penertiban jemuran pakaian. 5. Pembinaan tentang tata cara berpakaian yang baik dan benar. 6. Penertiban pembuangan sampah rumah tangga. 7. Pembinaan tentang rumah layak huni. 8. Pembinaan dan penyuluhan tentang tata ruang dalam rumah. Peran serta perempuan yang dianalisis meliputi variabel : 1. Kehadiran
80
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keaktifan dalam bertanya dan mencari informasi Keterlibatan dalam proses perencanaan Keterlibatan dalam proses pelaksanaan Keterlibatan dalam proses evaluasi Merasakan manfaat dari kegiatan Ikut serta dalam merekomendasikan kegiatan kepada masyarakat lain Motivasi untuk mengikuti kegiatan
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Pada skala ini telah dapat membedakan urutan dari skala, lebih besar dan lebih kecil tetapi kita tidak dapat mencari selisih atau perbedaan antar skala (Purbayu dan Ashari, 2005). Skala ordinal yang digunakan memiliki ketentuan sebagai berikut: 1 = tidak 2 = kadang-kadang 3 = selalu
Hasil penelitian peran serta perempuan dalam Program Terpadu P2WKSS Pokja III terdapat dalam tabel 1. Variabel
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Tiap Kegiatan Olahan Penertiban Tata Cara Sampah Makanan Jemuran Berpakaian RT
Toga
Kebun Contoh
Rumah Layak Huni
Tata Ruang Dalam Rumah
Ratarata
Kehadiran
2.34
2.36
2.38
2.64
2.26
2.66
2.30
2.40
2.42
Keaktifan
2.26
2.08
2.18
2.38
2.20
2.46
2.34
2.28
2.27
Perencanaan
2.22
2.04
2.02
2.34
2.08
2.38
1.92
1.96
2.12
Pelaksanaan
2.16
2.28
Evaluasi
1.94
1.74
2.12
2.44
2.06
2.40
1.94
1.96
2.17
2.00
2.12
1.78
2.08
1.78
1.76
1.90
Manfaat
2.78
2.54
2.58
2.86
2.74
2.88
2.66
2.68
2.72
Rekomendasi
2.14
2.14
2.16
2.20
1.88
2.40
1.86
1.98
2.10
Motivasi Rata-rata
2.58 2.55
2.28 2.43
2.46 2.49
2.66 2.70
2.36 2.55
2.60 2.73
2.70 2.44
2.52 2.44
2.65 2.54
Sumber : Data Primer Diolah, 2012.
Peran serta perempuan pada setiap kegiatan dalam Pokja III relatif sama. Rendahnya peran serta ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain waktu pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan kegiatan yang tidak tepat dan berbenturan dengan kegiatan responden sehari-hari seperti bekerja di sawah atau ladang. Oleh karena itu seorang penyuluh sebaiknya tahu kapan sasaran penyuluhan ada di lapangan, kapan ada di rumah dalam
keadaan santai, kapan mereka berkumpul bersama sesama petani lain dalam kegiatan kelompok (Lucie Setiana, 2005). Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan peran serta sasaran kegiatan. Zulhaeni (2005) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa peran serta perempuan responden masuk dalam kategori partisipasi atau peran serta pasif yaitu hanya mengikuti atau melaksanakan apa yang ditugaskan
Peran Serta Perempuan Dalam Program P2WKSS Di Desa kertajaya Kecamatan Ciranjang Kab. Cianjur
81
tanpa melibatkan perempuan dalam setiap tahapannya. Hal ini sama seperti pada responden Program Terpadu P2WKSS Pokja III, dimana mereka hanya sebagai anggota. Faktor berikutnya yang menjadi penyebab rendahnya peran serta responden adalah rendahnya tingkat pendidikan dan modal yang dimiliki responden. Sementara faktor keadaan lingkungan dan keadaan perekonomian responden juga memberikan dampak pada peran serta responden. Keterbatasan perekonomian dan keadaan alam yang kurang mendukung menyulitkan bagi responden dan hal ini menurunkan minat dan peran serta responden. Holil (1980) mengemukakan bahwa ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partispasi masyarakat yang berasal dari luar yakni : faktor iklim sosial, ekonomi, politik, budaya dan lingkungan. Sementara itu manfaat yang dirasakan oleh reponden cukup tinggi, program dijelaskan melalui proses penyuluhan serta kegiatan praktek No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
dengan mengikutsertakan responden sehingga bisa lebih dipahami dan manfaat dapat lebih dirasakan. Sekalipun peran serta rendah, namun motivasi responden telah cukup tinggi karena didorong oleh adanya kemauan dan pemenuhan kebutuhan. Holil (1980) mengemukakan bahwa kemauan dan kemampuan dapat mempengaruhi seseorang untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri. Selain itu, motif kebutuhan juga dapat mendorong peran serta seseorang seperti ditemukan dalam Teori Hierarki Kebutuhan Maslow tentang motivasi yaitu kebutuhan fisilogi (dasar), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (Akhmad Sudrajat, 2008). Peran serta tertinggi terjadi pada kegiatan penertiban pembuangan sampah rumah tangga (tabel 2). Hal ini karena kegiatan tersebut seusai dengan kebutuhan dan kondisi mereka.
Tabel 2. Daftar Rangking Kegiatan Kegiatan Nilai Rata-rata Peran Serta Penertiban Pembuangan Sampah Rumah Tangga 2,73 Pembinaan dan Penyuluhan tentang Penertiban Jemuran 2,70 Pakaian Pembinaan dan Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan 2,55 Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Pembinaan tentang Tata Cara Berpakaian Yang Baik dan 2,55 Benar Pembuatan Olahan Makanan dari Ikan dan Tutut 2,49 Pembinaan tentang Rumah Layak Huni 2,44 Pembinaan dan Penyuluhan tentang Tata Ruang Dalam 2,44 Rumah Pembuatan Kebun Percontohan 2,43
Sumber : Data Primer Diolah, 2012.
Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8
82
Manfaat Pelaksanaan Program Terpadu P2WKSS Pokja III
a.
Manfaat yang dirasakan oleh para perempuan yang berperan serta dalam kegiatan P2WKSS ini adalah : 1.
2.
3.
4.
Pembinaan dan pemanfaatan lahan pekarangan dengan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). a. Menambah pengetahuan tentang Tanaman Obat Keluarga (TOGA). b. Penanaman TOGA di pekarangan rumah membantu pemenuhan kebutuhan obat keluarga. c. Membuat pekarangan rumah lebih sejuk dan segar. Pembuatan kebun percontohan. a. Menambah pengetahuan tentang tata cara mengolah kebun seperti mengolah tanah, penyiraman dan pemupukan. b. Menambah pengetahuan tentang persemaian, baik untuk tanaman pangan dan hortikultura maupun tanaman perkebunan. Pembuatan olahan makanan dari ikan dan tutut. a. Menambah pengetahuan mengenai ragam makanan yang dapat dihasilkan dari olahan ikan dan tutut. b. Menambah menu makanan keluarga yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi. c. Dapat dijadikan usaha karena memiliki nilai ekonomis yang baik. Pembinaan dan penyuluhan tentang penertiban jemuran pakaian.
b.
Menambah pengetahuan mengenai penataan jemuran yang baik sehingga menjaga pakaian tetap bersih. Penataan jemuran membuat rumah lebih rapi.
5.
Pembinaan tentang tata cara berpakaian yang baik dan benar. a. Menambah pengetahuan tentang tata cara berpakaian yang baik dan benar sekaligus menjaga kebersihan pribadi.
6.
Penertiban pembuangan sampah rumah tangga. a. Menambah pengetahuan mengenai penanganan sampah rumah tangga yang baik. b. Mendapat pengetahuan mengenai pengolahan sampah organik. c. Dengan penertiban pembuangan sampah rumah tangga, rumah menjadi lebih bersih dan lebih sehat.
7.
Pembinaan tentang rumah layak huni. a. Menambah pengetahuan mengenai rumah layak huni sesuai kriteri kesehatan. b. Pembinaan rumah layak huni membuat rumah menjadi lebih sehat dan lebih layak untuk ditinggali.
8.
Pembinaan dan penyuluhan tentang tata ruang dalam rumah. a. Menambah pengetahuan mengenai penataan ruang dalam rumah. b. Mengetahui ciri-ciri rumah sehat. c. Dengan penataan ruangan dalam rumah yang baik, maka
Peran Serta Perempuan Dalam Program P2WKSS Di Desa kertajaya Kecamatan Ciranjang Kab. Cianjur
83
penghuni rumah dapat hidup dengan baik.
2.
KESIMPULAN DAN SARAN
3.
Kesimpulan 1. Peranserta perempuan dalam Program Terpadu P2WKSS Pokja III masih rendah atau minim. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan penyuluhan atau pembinaan yang tidak sesuai dan rendahnya pendidikan serta modal yang dimiliki. Peran responden baru sebatas anggota. Namun motivasi yang dimiliki sudah cukup tinggi. Mereka pun sudah dapat merasakan manfaat adanya program ini. Peran serta tertinggi terjadi pada kegiatan penertiban pembuangan sampah rumah tangga dan kegiatan pembinaan dan penyuluhan tentang penertiban jemuran pakaian. Hal ini karena kegiatan tersebut seusai dengan kebutuhan dan kondisi mereka. 2. Manfaat yang dirasakan oleh responden dari Program Terpadu P2WKSS pokja III berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan, meliputi pengetahuan budidaya tanaman obat dan sayuran, pengetahuan pengolahan makanan dari ikan dan tutut, pengetahun tentang usaha kecil rumah tangga dari olahan makanan, pengetahuan pengelolaan sampah rumah tangga, pengetahuan penataan rumah dan lingkungan yang sehat.
4.
Saran 1. Menyusun waktu pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan responden. Jurnal Agroscience Volume 6 : Juli – Desember 2013
Melibatkan responden dalam setiap tahapan kegiatan dan menciptakan kesetaraan kewenangan untuk menghindari dominasi. Menyesuaikan program dengan keadaan sosial ekonomi responden. Hendaknya program yang dilaksanakan berkelanjutan dan tidak berhenti dalam satu tahun agar manfaat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat lebih dikembangkan sehingga menciptakan kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan perempuan DAFTAR PUSTAKA
Achmad Wazir Ws.,et al., ed. 1999. Panduan Penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta : Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project. Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung. Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI. 2007. Pedoman Umum Revitalisasi Program Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera. Jakarta Lucie Setiana. (2005). Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia. Purbayu Budi Santosa dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta : Penerbit Andi. Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : CV. Alfabeta. Rukminto Adi, Isbandi. 2007. Perencanaan Partisipatoris 84
Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok : FISIP UI Press. Singarimbun, Masri Effendi dan Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Tim Pelaksana Kegiatan P2WKSS.2011. Laporan Hasil Kegiatan P2WKSS Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang. Zulhaeni. 2003. Partisipasi perempuan dalam Forum Warga : studi tentang partisipasi perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan melalui Forum Komunikasi RT, RW kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Indonesia. http://ahmadmushowir.wordpress.com/ 2009/pembangunanperempuan, unduh Agustus 2012. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2 008/02/06/teori-teorimotivasi, unduh Agustus 2012. www.BPS.co.id, unduh Agustus 2012
Peran Serta Perempuan Dalam Program P2WKSS Di Desa kertajaya Kecamatan Ciranjang Kab. Cianjur
85