perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : Endah Erviana K7108036
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Endah Erviana K7108036
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user Juli 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Endah Erviana. PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dengan diterapkannya model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 34 orang yang terdiri dari 1 guru kelas, 18 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar sedangkan sumber data sekunder adalah dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumen. Validasi data penelitian diuji dengan menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Keterampilan siswa menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala terlihat dari hasil belajar yang diperoleh. Semakin terampil siswa maka semakin tinggi nilai yang diperoleh. Pada kondisi awal/pratindakan, nilai rata-rata siswa adalah 54,40 dengan ketuntasan sebesar 21,21%. Setelah pelaksanaan tindakan, siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa naik menjadi 62,78 dengan ketuntasan sebesar 42,42 %. Hal yang serupa terjadi pada siklus II yang memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai ratarata siswa naik menjadi 79,19 dengan ketuntasan sebesar 81,81%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
to user pecahan, perbandingan, skala Kata kunci: experiential learning,commit keterampilan, vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Endah Erviana. APPLICATION OF EXPERIENTIAL LEARNING MODEL TO IMPROVE SKILLS OF USING FRACTION IN RATIO AND SCALE PROBLEMS OF GRADE V STUDENTS OF SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University Surakarta July 2012. The objectives of this research is to increase the student’s skills in using fraction in ratio and scale problems by applying experiential learning model in SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar academic year 2011/2012. This research is a Classroom Action Research (CAR). This research was carry outs two cycles. Each cycle consisted of planning, action, observation and reflection. Each cycle was handled in two meetings. The subjects of the research were grade V students of SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar, academic year 2011/2012, which consisted of 33 students, 18 females and 15 males. The source of data in this research was divided into two kinds, namely primary and secondary data. Primary data were teacher and grade V students of SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar and secondary ones were documents. The techniques of data collection were observations, interviews, tests and documents. Data validity used in this research were source of data triangulation and method triangulation. The data were analyzed with interactive model of data analysis. The result of the research shows that by applying experiential learning model can improve student’s skills in using fraction in ratio and scale problems. The skill improvement was based on the result of the test. The higher the student’s skill, the higher score will they achieve. In pre-action-condition, the mean of student’s score was 54,40 with passing grade of 21,21%. After taking action, first cycle showed that student’s achievement improved. The mean of student’s score improved becoming 54,40 with passing grade of 42,42%. The same condition happened in second cycle which showed the improvement of student’s achievement. The mean of student’s score improved becoming 79,19 with passing grade of 81,81%. Based on the result, it can be included that experiential learning model can increase grade V student’s skills in using fraction in ratio and scale problems in SDN 04 Ngringo academic year 2011/2012.
commit to user Key Words: experiential learning, skill, fraction, ratio, scale vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Hidup ini tidaklah mudah. Tidak mudah menyerah pada keadaan adalah hal terbaik dalam menghadapinya.” (Karya sendiri) “Saat lelah berlari maka berjalanlah. Saat sudah tak mampu berjalan maka duduklah sejenak. Kumpulkan semua tenaga dan berlarilah kembali.” (Karya sendiri) “Untuk menjadi orang yang besar diawali dengan langkah kecil. Tiap hal sekecil apapun lakukanlah sebaik mungkin karena hal itu dapat menghantarkan kesuksesan.” (Karya sendiri) “Hargai waktu yang kau miliki karena waktu tak bisa diputar kembali. Setiap detik adalah kesempatan.” (Karya sendiri) “Teruslah memiliki mimpi walau tak semua mimpi akan jadi nyata. Teruslah bermimpi walau harapan mulai pudar. Teruslah bermimpi walau itu tak mudah diraih. Mimpi akan membuat hidup lebih berarti.” (Karya sendiri)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk: “Keluarga” Keluarga yang telah memberiku semangat dalam menjalani hidup ini. Keluarga yang selalu dapat menerima setiap kekurangan yang kumiliki. Keluarga yang senantiasa mendukung setiap langkah yang aku ambil. Keluarga yang selalu menuntunku ke arah yang baik. Keluarga yang selalu memberiku yang terbaik. Terima kasih untuk semua keluargaku: ayahku, ibuku, kakak-kakakku, guruguruku, sahabat-sahabatku, teman-temanku, dan semua keluarga baru yang aku miliki walaupun tanpa ikatan darah.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat, nikmat, dan berkah yang senantiasa penulis peroleh sehingga skripsi dengan judul PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN
PENGGUNAAN
PECAHAN
DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras penulis tetapi juga karena adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3.
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4.
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Karsono, S.Sn. M.Sn. selaku Pembimbing II, yang senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Sugiyarti, Ama. Pd. selaku kepala SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar yang telah memberikan kesempatan dan tempat untuk pengambilan data penelitian serta bimbingan dan masukan selama pelaksanaan penelitian.
7.
Nurjanah, S.Pd. selaku guru kelas V SDN 04 Ngringo yang telah memberikan waktu dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
8.
Semua guru, staf, dan siswa SDN 04 Ngringo yang telah dengan tangan terbuka menerima kehadiran penulis.
9.
Ferawati Listyaningsih dan Ingke Permatasari, selaku rekan penulis dalam penelitian dan telah melancarkan pelaksanaan penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa PGSD FKIP UNS yang senantiasa mendukung penulis. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Semua pihak yang membantu dalam peyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………. ii HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….... iii HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… iv HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. v HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..... vi HALAMAN ABSTRACT ……………………………………………………. vii HALAMAN MOTTO………………………………………………………… viii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. ix KATA PENGANTAR…………………………………………………….…. x DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiv DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...... xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 4 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 4 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………... 5 BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka…………………………………………………………. 6 1.
Hakikat model experiential learning……………………………… 6
2.
Hakikat keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala…………………………..15
B. Hasil Penelitian Yang Relevan……………………………………….. 22 C. Kerangka Berpikir……………………………………………………. 24 D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………… 26 commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………... 27 B. Subjek Penelitian……………………………………………………... 27 C. Sumber Data………………………………………………………….. 27 D. Pengumpulan Data…………………………………………………… 28 E. Uji Validasi Data……………………………………………………... 32 F. Analisis Data…………………………………………………………. 33 G. Indikator Kinerja Penelitian………………………………………….. 34 H. Prosedur Penelitian…………………………………………………… 35 BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan………………………………………………… 38 B. Deskripsi Hasil Tindakan Antarsiklus………………………………... 40 C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus…………………………… 64 D. Pembahasan…………………………………………………………... 68 BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan……………………………………………………………… 72 B. Implikasi……………………………………………………………… 72 C. Saran …………………………………………………………………. 74 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 76 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 79
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika pada Materi Perbandingan dan Skala……………………………... 39 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1………. 43 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2………. 45 Tabel 4. 4. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I…………………….. 50 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1…........ 56 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2…..58 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II………… ………… 62 Tabel 4.8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.………… 65 Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II……... 66
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Proses pembelajaran dalam experiential learning (Kolb,1984: 33) ……………………………………………… ... 12 Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ……………………………………….……… 25 Gambar 3.1. Teknik analisis data model interaktif diadaptasi dari Miles & Huberman (2009: 20)………………….. 34 Gambar 3.2. Tahap pelaksanaan penelitian diadaptasi dari Arikunto (2008: 16 ) …………………………..... 37 Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Perbandingan dan Skala. ………………………………… 39 Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1……... 44 Gambar 4.3. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1……... 46 Gambar 4.4. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.……....................... 52 Gambar 4.5. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1……. 56 Gambar 4.6. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1……. 58 Gambar 4.7. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada materi perbandingan dan skala siklus II.……………........... 63 Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II………... 65 Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II.………… …………………………………………. 67 commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Siswa dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II. ………………………………………………….68
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Jadwal Kegiatan Penelitian di SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar….79
2.
Silabus……………………………………………………………………. 80
3.
Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Perbandingan dan Skala Siswa Kelas V SDN 04 Ngringo……………………………… 81
4.
Pedoman Wawancara Guru Mengenai Pembelajaran Sebelum Penelitian Tindakan Kelas……………………………………… 82
5.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………………………. 85
6.
Lembar Observasi Guru Mengajar……………………………………….. 93
7.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………….. 95
8.
Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I Pertemuan 1………………... 96
9.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………….. 97
10. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 108 11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 109 12. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I Pertemuan 2………………. 111 13. Analisis Ketuntasan Rata-Rata Hasil Evaluasi Siklus I…………………. 112 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………… 113 15. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 123 16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 124 17. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus II Pertemuan 1……………… 126 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………… 127 19. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 137 20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 138 21. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus II Pertemuan 2……………… 140 22. Analisis Ketuntasan Rata-Rata Hasil Evaluasi Siklus II………………… 141 23. Rekapitulasi Nilai Siswa………………………………………………… 142 24. Pedoman Wawancara Guru Mengenai Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning…………….……………………………………… 143 commit to Experiential user 25. Foto Pelaksanaan Pembelajaran Model Learning…………. 145 xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah disiplin ilmu yang di dalamnya termuat materi yang mengkaji benda abstrak (benda pikiran). Kajian tersebut disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya dalam Aisyah, 2007: 1-1). Menurut Hudoyo, Matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak (Aisyah, 2007: 1-1). Menurut Soedjadi, matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif (Heruman, 2007: 1). Dari uraian-uraian pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa Matematika merupakan disiplin ilmu yang mengkaji objek abstrak dan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui bersama. Matematika cenderung sulit dipelajari oleh siswa pada tingkat sekolah dasar apabila dalam pembelajaran masih menggunakan penjelasan dengan konsep-konsep yang abstrak. Hal ini disebabkan karena tahap perkembangan kognitif anak sekolah dasar masih berada dalam wilayah operasional kongkret. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa sekolah dasar idealnya memerlukan alat bantu yang berupa media dan alat peraga. Media dan alat peraga inilah yang diharapkan dapat memperjelas materi Matematika yang disampaikan oleh guru. Heruman mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran Matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam Matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lain (2007: 4). Konsepkonsep yang ada dalam matematika saling terkait satu dengan yang lain. Beberapa konsep merupakan dasar bagi penguasaan konsep lainnya sehingga pengalaman yang dimiliki siswa dapat menjadi pondasi bagi pembelajaran konsep selanjutnya. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Sutawijaya berpendapat bahwa memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktik kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan Matematika. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keterampilan Matematika. Setiap saat manusia senantiasa menerapkan konsep Matematika. Penguasaan dalam penerapan konsep Matematika jauh lebih utama dari pada sekedar memahami konsepnya. Artinya, penguasaaan konsep Matematika dianggap bermasalah bila siswa tidak mampu menerapkannya untuk memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari yang dihadapi. (Aisyah, 2007: 1-1) Berkaitan dengan masalah tersebut, terlihat bahwa di SDN 04 Ngringo juga terjadi masalah dalam pembelajaran Matematika. Sebagian siswa kelas V tahun pelajaran 2011/2012 mengaku bahwa Matematika itu sulit dan mereka hanya dapat memahami sedikit dari penjelasan guru. Mereka sering hanya meminta jawaban teman yang dianggap pandai saat mengerjakan soal ataupun tugas Matematika. Hasilnya mereka yang kurang tertarik pada Matematika semakin tertinggal prestasi dan pemahamannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V Ibu Nurjanah,S.Pd. diperoleh keterangan bahwa kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala merupakan materi yang sulit bagi siswa. Dikatakan demikian karena pengalaman tahun pelajaran 2010/2011 sebagian besar siswa tidak dapat mencapai KKM. Para siswa mengalami kesulitan menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala sehingga nilai mereka tidak mencapai KKM. (lampiran 4: 82) Materi perbandingan dan skala pada kelas V merupakan dasar dari materi perbandingan dan skala yang diajarkan pada kelas VI. Materi perbandingan dan skala pada kelas VI lebih kompleks dan luas dari materi pada kelas V sehingga di butuhkan pondasi yang mantap. Apabila siswa tidak dapat menguasai materi perbandingan dan skala dengan baik pada kelas V maka mereka akan mengalami kesulitan pada saat di kelas VI. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru pada kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala, user sebanyak 78% dari 33 siswa kelascommit V SDNto04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 memperoleh nilai dibawah KKM. Nilai KKM untuk kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala adalah 66. Siswa yang dapat melampaui KKM ada 7 siswa dan sisanya sebanyak 26 siswa tidak mencapai KKM (data dapat dilihat pada lampiran 3: 81). Setelah dilakukan pengamatan pada proses pembelajaran diketahui bahwa guru kelas V SDN 04 Ngringo belum menggunakan model pembelajaran yang baik dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar masih didominasi kegiatan ceramah dalam proses belajar mengajar. Guru belum menerapkan prinsip ngilmu iku kalakone kanthi laku (ilmu diperoleh dari pengalaman). Banyak siswa kelas V SDN 04 Ngringo belum terampil menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Lemahnya keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dapat disebabkan oleh banyak hal, di antaranya : minat siswa rendah karena mengganggap matematika itu sulit, guru belum menggunakan media pembelajaran, atau guru belum menerapkan model pembelajaran yang baik. Dari kemungkinan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala, salah satu faktor penting adalah model yang digunakan. Untuk itu perlu alternatif penggunaan
model
pembelajaran
untuk
menyampaikan
materi
tentang
perbandingan dan skala. Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat diajukan disini yaitu model experiential learning. Model experiential learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya pengalaman dalam pembelajaran. Model ini tidak hanya melihat pembelajaran dari sisi kognitif ataupun tingkah laku yang muncul dari siswa. Kolb (1984: 20) mengemukakan bahwa experiential learning theory memandang pembelajaran secara holistik yang memadukan pengalaman, persepsi, kognisi, dan tingkah laku (behavior). Dasar pandangan inilah yang membedakan experiential learning dengan model pembelajaran yang lain. Model experiential learning memandang pengetahuan sebagai bentuk commit user transformasi dari pengalaman. Model initomenekankan keterlibatan siswa secara 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 langsung dalam pembentukan pengalamannya. Siswa mendapatkan pengalaman dari materi yang dipelajari kemudian mengolah sendiri pengalamannya. Pengalaman yang baru akan dikonstruksi sendiri oleh siswa dengan pengalaman yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran yang dilaksanakan lebih bermakna bagi siswa. Model experiential learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar dengan cara mereka karena setiap individu itu unik dan berbeda. Siswa bebas membentuk pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Pemberian kebebasan ini dapat membantu siswa apabila siswa dapat memanfaatkannya dengan baik. Namun, bagi siswa yang tidak dapat menggunakan kebebasan itu dengan baik maka dia malah akan tertinggal. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk menerapkan model experiential learning. Tujuan utama penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Dengan adanya perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan model experiential learning diharapkan terjadi peningkatan keterampilan siswa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakannya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan yaitu apakah penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan penggunaan pecahan dalam commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 masalah perbandingan dan skala dengan diterapkannya model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk ikut memberikan sumbangan dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Siswa 1) Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan penguasaan materi pada kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
b. Bagi Guru 1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki pembelajaran yang dikelola. 2) Hasil penelitian dapat membantu guru untuk mengembangkan diri secara professional. 3) Hasil penelitian dapat meningkatkan rasa percaya diri. 4) Guru mendapat kesempatan untuk berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. c. Bagi Sekolah 1) Hasil penelitian dapat memberi sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah. 2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam perbaikan proses dan hasil belajar siswa.
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Model Experiential Learning Model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Anitah, 2009: 45). Menurut Syah (2010: 186), model-model mengajar adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan sebagai pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar. Sedangkan Winataputra berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3). Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran dapat dirumuskan sebagai serangkaian kerangka konseptual yang telah direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta evaluasi belajar. Guru idealnya menggunakan model pembelajaran yang baik saat mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Banyak model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Berbagai model pembelajaran yang inovatif telah banyak dikembangkan di dunia pendidikan. Model pembelajaran inovatif diyakini dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa bila dibandingkan dengan model konvensional. Model pembelajaran inovatif lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pergeseran paradigma pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Banyak model pembelajaran inovatif yang sedang berkembang saat ini dan salah satunya adalah experiential learning. commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 Model Experiential learning berasal dari kata experience dan learning. Kata experience berarti pengalaman dan learning berarti belajar. Menurut Kolb experiential learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pengalaman dan pengalaman sangat penting dalam proses pembelajaran. Bahkan Kolb menegaskan “… the central role that experience plays in the learning proses”. (Kolb, 1984: 20) Rogers membagi belajar menjadi dua tipe yang saling bertentangan. Dua tipe belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut: … The first type is very low in meaningfulness for the student because the educational objectives are selected others; the condition of classroom are chosen and arranged by the teacher or others: and the learning experiences are presented in such a way that they may be meaningful to the teacher or to experts in the particular field of study but have little meaningfulness and relevance for the student. The second type is that of significant, meaningful, experiential learning. the second type has a quality of personal involvement, is self-initiated, tend to be pervasive in its impact on the student, and its evaluated by the student as well as by the teacher (Snelbecker, 1974: 153). Menurut Rogers tipe pertama merupakan tipe belajar yang biasanya dianggap konvensional. Tipe ini memberikan kewenangan kepada guru untuk menentukan tujuan pembelajaran, mengatur kondisi kelas, dan menyampaikan pengalaman belajar sesuai dengan keinginan guru walaupun tidak sesuai dengan keinginan siswa, dengan cara yang mungkin bermakna bagi guru tetapi kurang bermakna bagi siswa. Tipe yang kedua merupakan kondisi pembelajaran yang penuh arti, penuh makna, dan experiential learning. Tipe kedua ini melibatkan siswa, inisiatif sendiri, berpengaruh pada siswa dan dievaluasi sendiri oleh siswa sebaik oleh guru. Menurut Rogers tipe kedua lebih cocok dan dapat membantu pembelajaran lebih bermakna, berarti dan experiential learning (Snelbecker, 1974: 153). Sependapat
dengan
pandangan
di
atas,
Kolb
(1984:
38)
mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi
pengalaman
(experience).
Pengetahuan
merupakan
hasil
perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Kedua commit to user pandangan tersebut beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 pembentukan pengalaman. Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat menentukan pengetahuannya. Dalam pembelajaran, pengalaman yang dimiliki siswa akan mampu membentuk pengetahuan siswa sebanyak pengalamannya. Rogers bahkan beranggapan bahwa evaluasi juga harus dilakukan sendiri oleh siswa sedangkan Kolb tidak mengutarakan hal itu. Dari uraian di atas terlihat bahwa belajar merupakan kegiatan yang seharusnya dialami siswa dengan penuh makna. Kebermakanaan ini dapat dicapai dengan menggunakan tipe kedua dari tipe belajar rogers. Tipe belajar kedua Rogers yang menekankan pada experiential learning seperti halnya dengan Kolb. Kolb sendiri berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh pengalaman. Pengalaman mempunyai kedudukan yang penting dalam proses belajar. Pengalaman yang dialami siswa dapat lebih membekas dalam diri siswa dari pada sekedar ceramah dari guru. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat Kolb dan Kolb (tt: 39) “… students in the experiential learning classroom … formed a better understanding of the concept thus successfully retaining knowledge better than students in the lecture class.” Pembelajaran yang konvensional kurang dapat membantu dalam perkembangan siswa. Bahkan Rogers menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional tidak mempunyai efek atau memberi efek buruk pada siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan jenis pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kebermaknaan belajar. Bagi Rogers “the valuable kind of learning was that which involved self-discovery, self-appopriated, self-initiated learning”. Pembelajaran yang bernilai adalah pembelajaran yang melibatkan diri siswa sepenuhnya dalam proses belajar sehingga bermakna dan bernilai bagi siswa (Snelbecker, 1974: 488). Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya melibatkan siswa baik secara mental dan tindakan. Rogers menekankan keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran baik dari segi perasaan maupun sikap siswa. Untuk meciptakan keterlibatan seperti ini guru berperan membantu siswa mengalami iklim emosional yang mengijinkan mereka untuk bebas commit to userbelajar siswa salah satunya dapat belajar. (Snelbecker, 1974: 488). Kebebasan 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 terwadahi melalui model experiential learning. Model experiential learning menekankan pada motivasi dan kesadaran siswa untuk belajar sebagai kunci dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. Secara lebih jauh Rogers berpendapat bahwa: … Experiential learning can’t really take place until the person recognizes some need for that learning. Thus instruction should be scheduled and planned in accordance with the manner in which students will quite likely confront problems in which they will need the respective learnings. Once the student is a ware of a problem requiring learning, the major role of instructor is to create a climate in which the student will feel free and stimulated to learn (Snelbecker, 1974: 492). Experiential learning terjadi apabila timbul kesadaran untuk belajar. Instruksi disusun sesuai dengan gaya belajar siswa seolah-olah siswa sedang menghadapi suatu masalah yang membutuhkan pembelajaran. Saat siswa sadar sebuah masalah membutuhkan belajar peran utama guru adalah menciptakan iklim yang memungkinkan siswa merasa bebas dan terstimulasi untuk belajar (Snelbecker, 1974: 492). Dari pendapat Rogers terlihat bahwa guru bertugas sebagai fasilitator untuk menciptakan keadaan yang membuat siswa termotivasi untuk belajar dan menyadari pentingnya belajar. Melalui kesadaran dan motivasi siswa mampu mengembangkan dirinya. Uraian
di
atas
memberikan
gambaran
mengenai
pengertian
experiential learning. Baharuddin dan Wahyuni (2010: 165), mendefinisikan experiential learning sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman
yang
secara
terus-menerus
mengalami
perubahan
guna
meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Begitu juga dengan Anitah (2009: 58) berpendapat bahwa paradigma yang mendasari jenis belajar melalui pengalaman (experiential learning) adalah konstruktivistik. Dengan paradigma ini, peserta didik belajar dengan mencocokkan pengetahuan dan pengalaman baru dengan mengganti dan memperluas pengetahuan lama. Experiential learning merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keefektifan dan hasil belajar melalui proses pembelajaran yang berdasarkan pengalaman yang terus berkembang. Pengalaman yang dimiliki commit to user seseorang selalu bertambah. Bertambahnya pengalaman seseorang akan 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 mengubah struktur pengetahuan seseorang karena setiap pengalaman baru yang muncul akan mengganti pengalaman yang lama. Pengetahuan siswa diperkaya dengan berbagai pengalaman baru yang diperoleh. Carver, King, Hannum, dan Flower melakukan penelitian mengenai model pembelajaran dalam e-learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model experiential learning dapat memperdalam, meningkatkan, dan lebih bermakna bagi siswa. “When e-learning is designed to incorporate … of experiential learning … the e-learning becomes deeper, richer, and more meaningful to the students” (Carver, King, Hannum, dan Fowler, 2007: 250). Kolb (1984: 21) mengemukakan bahwa experiential learning bertujuan memberikan saran untuk memandang pembelajaran secara holistik. Suatu pandangan
yang memadukan pengalaman, persepsi, kognisi, dan
tingkah laku sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedangkan menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010: 165) merujuk pada pendapat Johnson & Johnson, model experiential learning bertujuan untuk mempengaruhi siswa melalui tiga cara. Ketiga cara tersebut adalah mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, dan memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Pada intinya model experiential learning menginginkan pembelajaran yang menunjang perkembangan siswa dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebelum model experiential yang dikemukakan Kolb terdapat model pembelajaran yang membicarakan tentang pengalaman (experience). Ketiga model itu menunjukkan ciri dari experiential learning yang kemudian dijadikan dasar oleh Kolb. Merujuk pada tiga model proses experiential learning yaitu Lewinian’s model, Dewey’s model, dan Peaget’s model, Kolb mengungkapkan karakteristik dari experiential learning. Kolb mengemukakan ada enam karakteristik experiential learning. Keenam
karakteristik
inilah
yang menjadi
dasar
bagi
terbentuknya
pembelajaran. Penguasaan terhadap keenam karakteristik ini akan membantu dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model experiential learning. Pertama, belajar yang baik tersusun sebagai proses bukan hasil. Ide dibentuk dan commit to Belajar user dideskripsikan sebagai proses dibentuk kembali melalui pengalaman. 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 dimana konsep didapat dari pengalaman dan terus menerus diubah oleh pengalaman. Kedua, belajar adalah proses yang berkelanjutan yang berakar pada pengalaman. Belajar adalah proses yang berlangsung terus menerus yang berakar pada pengalaman dan mempunyai peran penting dalam pendidikan. Ketiga, proses belajar membutuhkan resolusi dari konflik antara dealektika melawan cara adaptasi kepada dunia. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru dicapai melalui konfrontasi diantara empat gaya experiential learning. Keempat, belajar adalah proses yang holistik dalam upaya adaptasi terhadap dunia. Belajar merupakan proses utama dalam adaptasi yang dilakukan oleh manusia. Kelima, dalam belajar terkandung proses pertukaran antara orang dengan lingkungan. Keenam, belajar adalah proses menciptakan ilmu pengetahuan (Kolb, 1984: 25 – 38). Membicarakan lebih jauh mengenai efektivitas, Kolb memiliki pandangan yang penting. Secara sederhana disebut sebagai empat jenis kemampuan berbeda meliputi : concrete experience abilities (CE), reflective observation abilities (RO), abstract conceptualization abilities (AC), dan active experimentation (AE). Siswa harus terlibat secara penuh dalam pengalaman baru (CE). Siswa harus mampu merefleksi dan mengamati pengalamannya dari berbagai sudut pandang (RO). Siswa harus mampu menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi teori yang logis (AC) dan siswa harus mampu menggunakan teori ini untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah (AE) (Kolb, 1984: 30). Belajar
dari
pengalaman
merupakan
proses
mengkonstruksi
pengetahuan yang melibatkan keterikatan diantara keempat jenis kemampuan di atas. Proses ini dilukiskan dalam bentuk siklus belajar meliputi experiencing, reflecting, thingking, dan acting yang tanggap terhadap situasi belajar dan yang dipelajari. Concrete experience (experiencing) merupakan dasar bagi observation and reflection (reflecting). Hasil reflecting diasimilasi dan disaring dalam
abstract
conceptualization
(thinking)
kemudian
dalam
active
experimentation muncul implementasi yang baru (acting) (Kolb dan Yeganeh, commit to user 2011: 3). 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Kolb berpendapat bahwa Pebelajar secara terus menerus memilih kelompok kemampuan pembelajaran tertentu dalam situasi pemebelajaran tertentu. Menurutnya terdapat dua dimensi pokok dalam proses pembelajaran ini. Pertama, pengalaman nyata disatu sisi dan konseptualisasi abstrak disisi yang lain. Kedua, eksperimentasi aktif disatu sisi dan observasi reflektif disisi yang lain. Dalam proses pembelajaran, seseorang dapat beralih dari pelaku menjadi pengamat dan dari keterlibatan khusus menjadi bagian analitik umum. Saat menghadapi suatu pembelajaran siswa akan memilih kemampuan tertentu. Saat menghadapi situasi yang berbeda siswa mungkin akan memilih kemampuan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran siswa bebas untuk memilih menjadi pelaku, pengamat, terlibat secara khusus ataupun analitik umum (Kolb, 1984: 30 – 31). Proses pembelajaran experiential learning dapat digambarkan sebagai siklus seperti dibawah ini:
concrete experience
active experimentation
reflective observation
abstract conceptualization
Gambar 2.1. Proses pembelajaran dalam experiential learning (Kolb, 1984: 33) Dari gambar 2.1. dapat dibuat langkah – langkah pembelajaran model commit to user experiential learning sebagai berikut: 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 a. Concrete experience (pengalaman nyata) b. Reflective observation (observasi reflektif) c. Abstract conceptualization (konseptuaisasi abstrak) d. Active experimentation (eksperimentasi aktif) Pembelajaran experiential learning terjadi melalui empat tahap. Pertama, pengalaman nyata. Dalam pengalaman nyata, siswa terlibat sepenuhnya dalam pengalaman baru. Kedua, observasi reflektif. Siswa merefleksi dan mengamati pengalamannya dari berbagai pandangan/segi. Ketiga, konseptualisasi abstrak. Siswa harus mampu menciptakan konsepkonsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi teori yang logis. Keempat, eksperimentasi aktif. Siswa harus mampu menggunakan teori ini untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Keempat tahap ini membentuk siklus. Menurut Thobroni dan Mustofa (2011: 160) yang merujuk pada Kolb, sistem belajar seperti ini terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010: 168), Experiential learning merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki oleh siswa. Siswa merupakan individu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki keunikan yang tidak dimiliki individu lainnya. Seorang siswa mungkin memiliki pengalaman berbeda dengan siswa lain. Masing-masing siswa juga mungkin memiliki gaya belajar yang unik dan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, diperlukan sesuatu yang dapat mengakomodir perbedaan-perbedaan itu terutama dalam pembelajaran. Keempat tahapan dalam experiential learning dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Model experiential learning memberikan kebebasan kepada siswa. Keunikan dan perbedaan masing-masing individu ini melalui experiential learning terwadahi dalam empat tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran ini meliputi pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif. commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Pebelajar dapat memilih tahap pembelajaran sesuai dengan yang mereka ingin kembangkan. Pelaksanaan experiential learning dalam pembelajaran tidaklah mudah. Guru harus selalu teliti. Rogers menyediakan 10 panduan dalam pelaksanaan experiential learning yang perlu diperhatikan oleh guru dengan penjelasan sebagai berikut: … First, the teacher should recognize that he is an important influence in setting the tone for the class; thus it important that he communicate his trust in the students right from the start. Second, he should stimulate students to articulate their individual and group objectives and should help them to clarify such purpose, recognizing that there may be quite contradictory purposes among group members. Third, he should expect and depend upon individual students tobheve the motivation to pursue those learnings which are relevant for them. Fourth, he should serve as a resourse person who makes available the widest range of learning experiences possible for the objectives selected. Fifth, he should serve as a general resourse person for group members. Sixth, he should recognize and accept both the emotional and intellectual messages expressed within the group. Eighth, he should be open in expressing his feelings with the group, using himself as constructive maintain accurate and sensitive emphatic understanding of the group member’s feelings, especially when strong emotion are expressed. Finally, he must know himself well enough to recognize his limitations as well as his strengths in working with group. (Snelbecker, 1974: 492). Kesepuluh pedoman meliputi: pertama, guru harus menyadari bahwa dia adalah pengaruh penting dalam kelas, sehingga dia harus mengkomunikasikan kepercayaannya pada siswa sejak awal. Kedua, dia harus merangsang siswa untuk mengaitkan tujuan antara siswa dengan kelompok dan membatu mereka menjelaskan tujuan. Ketiga, dia harus meningkatkan motivasi siswa untuk mengejar pembelajaran yang relevan bagi mereka. Keempat, dia harus menjadi sumber yang dapat memperluas jangkauan pengalaman belajar dari tujuan yang telah dipilih. Kelima, dia harus menjadi sumber umum bagi semua anggota dalam kelompok. Keenam, dia harus mengakui dan menerima semua tingkah laku yang ditunjukkan siswa. Ketujuh, dia harus aktif mengikut sertakan semua anggota dalam kelompok. Kedelapan, dia harus terbuka dalam kelompok dan menjadi alat membangun experiential learning yang lebih mendalam. commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Kesembilan, dia harus tanggap terhadap semua ekspresi yang muncul. Kesepuluh, dia harus mengetahui kemampuan dirinya dalam kelompok (Snelbecker, 1974: 492). Kesepuluh panduan ini apabila dilaksanakan dengan baik oleh guru tentu saja dapat meningkatkan efektivitas experiential learning. Guru dalam hal ini sepenuhnya berkedudukan sebagai fasiliator yang mendukung jalannya pembelajaran. Selain kesepuluh panduan di atas terdapat pula beberapa metode yang dapat digunakan guru dalam experiential learning. Rogers memperkenalkan tujuh metode praktis yang dapat mempermudah pelaksanaan experiential learning. “… these method include provision for student’s choices in structure, use of contracts, inquiry training, simulation, basic encounter groups, special facilitator-learning groups, and programmed instruction.” Metode tersebut adalah siswa memilih susunan, menggunakan kontrak, pelatihan inkuiri, simulasi, pelatihan kepekaan, fasiltator-belajar kelompok, dan instruksi terprogram” (Snelbecker, 1974: 492). Guru dapat memilih salah satu metode Rogers dalam melaksanakan experiential learning. Pemilihan metode yang tepat akan mampu meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar. 2. Hakikat
Keterampilan
Penggunaan
Pecahan
dalam
Masalah
Perbandingan dan Skala Sukardi (2009: 1) mengungkapkan terdapat beberapa tingkah laku yang sering muncul dalam pembelajaran dan menjadi perhatian guru yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu pengetahuan intelektual (cognitive), keterampilan (skills) yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain adalah values dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain. Terdapat tiga ranah yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pengetahuan intelektual, keterampilan dan sikap. Keterampilan merupakan salah satu ranah yang diperhatikan dalam pembelajaran. Dalyono (2005: 214) mengartikan keterampilan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah. Meskipun sifatnya motorik, commit to user gerak yang teliti dan kesadaran namun keterampilan memerlukan koordinasi 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 yang tinggi. Hal yang senada diungkapkan oleh Reber yang berpendapat bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif (Dalyono, 2005: 214). Oemar Hamalik (2010: 173) mengutarakan bahwa keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot (muscular) untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Begitu pula dengan gagne yang mengungkapkan bahwa keterampilan (skills) adalah kemampuan memberikan jawaban dengan benar dan cepat (Aisyah, 2007: 3-2). Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan yang berkaitan dengan gerakan motorik tanpa mengabaikan aspek kognitif untuk menyelesaikan tugas dengan benar dan cepat. Gagne (1972: 87) membagi domain pembelajaran menjadi lima yaitu “motor skills, verbal information, intellectual skills, cognitive strategis, and attitudes” (keterampilan motorik, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif dan sikap). Keterampilan motorik yaitu kapabilitas mengatur gerak. Informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Keterampilann intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sistesis. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus (Aisyah, 2007: 3-2). Berdasarkan domain belajar gagne terdapat dua keterampilan dalam pembelajaran yaitu keteramplan motorik dan keterampilan intelektual. Keterampilan motorik menekankan pada gerak yang kasat mata sedangkan keterampilan intelektual menekankan pada proses kognitif. Sardiman (2006: 27) mengungkapkan keterampilan ada dua yaitu keterampilan jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah merupakan commit to user dilihat, keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sehingga 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 menitikberatkan pada keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang sedang belajar termasuk teknik dan pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih abstrak menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep sehingga bukan hanya pengulangan tetapi mencari jawaban yang tepat dan cepat. Keterampilan tidak didapatkan oleh seseorang begitu saja melainkan melalui proses. Keterampilan perlu untuk dilatih melalui berbagai cara yang dapat mengasah keterampilan yang dimiliki seseorang. Seperti halnya yang dikatakan oleh Sardiman (2006: 27) keterampilan dapat dididik yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Dengan melatih kemampuan yang dimiliki, seseorang dapat menjadi terampil dan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. Keterampilan yang terus dilatih pada suatu ketika akan menjadi kebiasaan. Hurlock (tt: 154) mengungkapkan bahwa keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik itu di SD, SMP, maupun SMA. Matematika sekolah merupakan Matematika
yang telah dipilah-pilah dan
disesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi siswa. Dengan demikian, Matematika yang diajarkan pada tingkat SD berbeda dengan yang diajarkan di SMP maupun SMA. Perbedaannya terletak pada keluasan dan kedalaman materi yang dikaji karena semakin tingkatannya semakin rumit dan kompleks. Adapun ruang lingkup materi kajian Matematika di SD mencakup a) bilangan, b) geometri dan pengukuran, dan c) pengolahan data (Syarifuddin, 2009: 1) Pecahan merupakan salah satu materi Matematika yang dikaji di SD. Pecahan merupakan salah satu materi kajian Matematika yang termasuk ke dalam golongan bilangan. Pecahan di SD diajarkan pada kelas III, IV, dan V. Materi pecahan pada kelas III masih sederhana dan masih dasar. Materi pecahan yang masih sederhana dan dasar di kelas III kemudian dikembangkan commit lagi to user di kelas IV. Materi pecahan diperluas di kelas V disertai terapannya dalam 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 kehidupan sehari-hari. Materi pecahan pada kelas V diperluas dengan adanya materi perbandingan dan skala. Untuk dapat menguasai materi perbandingan dan skala diperlukan keterampilan dalam penerapan pecahan. Pecahan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dan skala. Sehingga, dapat dirumuskan bahwa keterampilan penggunaan pecahan merupakan kemampuan mencari jawaban dengan benar dan cepat dengan menggunakan konsep pecahan. Heruman (2007: 43) mengartikan pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Sedangkan, Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) mendefinisikan bilangan pecah sebagai perbandingan dua bilangan cacah dengan pembagi bukan nol, dengan kata lain suatu bilangan pecah adalah sembarang bilangan yang dapat diberi nama dengan a dan b bilangan cacah dan b ≠ 0. Suatu Bilangan pecahan didefinisikan sebagai “lambang” atau nama dari suatu bilangan pecah yang berbentuk
dengan a dan b sama-sama bilangan cacah
dan b≠ 0. Sa’jidah (2001: 73) juga mendefinisikan pecahan sebagai bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, yang ditulis
dengan syarat b ≠ 0. Hal ini diperkuat dengan pendapat Riedesel,
Schwartz, & Clements (1996: 218) yang menyatakan bahwa pecahan disimbolkan dengan
, bagian yang atas disebut numerator dan bagian yang
bawah disebut denominator dengan denominator tidak boleh nol (0). Berdasarkan empat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah perbandingan dua bilangan cacah yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan b ≠ 0 dan merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Riedesel, Schwartz, & Clements (1996: 219) mengungkapkan terdapat beragam pengertian mengenai pecahan. Pecahan dapat diartikan sebagai pembagian, bagian dari sesuatu yang utuh, bagian dari sebuah kelompok, ataupun perbandingan. Riedesel, Schwartz, & Clements (1996: 218) menyatakan bahwa pecahan disimbolkan dengan
, bagian yang atas disebut numerator dan commit to user bagian yang bawah disebut denominator. Bird (2004: 6) mendefinisikan 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 pecahan sebagai pembagian. 2 dibagi 3 dapat ditulis sebagai .
disebut
pecahan, bilangan diatas garis (2) disebut pembilang dan bilangan dibawah garis (3) disebut penyebut. Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) menggunakan istilah pembilang dan penyebut sebagai referensi pemberian nama bilangan yang lambangnya dinotasikan dengan
; a disebut pembilang dan b disebut
penyebut. Begitu pula dengan Sa’dijah (2001: 74) menyebut a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut. Heruman (2007: 43) melalui ilustrasi gambar mendeskripsikan bagian dari sesuatu yang utuh adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan dan dinamakan penyebut. Sebagai contoh:
Bagian yang diarsir adalah pembilang dan bagian yang utuh adalah penyebut. Bagian yang diarsir ada 1 bagian dan bagian secara utuh ada 2 bagian sehingga bentuk pecahan ini dapat dinyatakan sebagai pecahan
.
Dari berbagai
pandangan tersebut diketahu bahwa pecahan dinyatakan dalam bentuk dengan a dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut. Menurut Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) karena bilangan pecah yang namanya
didefinisikan sebagai perbandingaan dua bilangan cacah
(b≠0), maka b disebut juga pembagi dan a disebut juga yang dibagi. Nama paling sederhana 2
Bila menggunakan notasi
nama pecahan
nama desimal
, , ,…
1,999atau 2,00 atau 2
, , ,…
0,500
untuk memberikan nama suatu bilangan pecah,
maka cara membacanya seperti contoh-contoh berikut: tiga perempat, lima perdua, dua perdelapan. commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 Pembelajaran pecahan pada kelas V SD meliputi mengubah bentuk pecahan, membandingkan pecahan, menjumlah dan mengurang pecahan, mengali dan membagi pecahan, perbandingan dan skala. Kajian pada penelitian ini difokuskan pada materi perbandingan dan skala. Perbandingan disebut juga dengan rasio. Sa’dijah (2001: 86) mengatakan bahwa perbandingan adalah pasangan terurut bilangan a dan b, ditulis a : b dengan b ≠ 0. Sedangkan, Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 229) mengungkapkan bahwa bila kita gunakan pasangan bilangan untuk menyatakan hubungan banyak ke banyak, maka dalam penerapan sosial mempunyai makna perbandingan. Buchori, Jumadi, dan Juliatun (2007: 108) mengatakan bahwa untuk mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B. Pada tingkat sekolah dasar, perhatian utama anak terhadap perbandingan adalah mencari nama-nama ekuivalen yang sesuai dari suatu himpunan nama-nama yang ekuivalen atau menyusun nama-nama ekuivalen. Sebagai contoh 3 mangga berharga 100 rupiah berapa banyak mangga yang dapat dibeli dengan uang 600 rupiah? Perbandingan
dan
dikatakan ekuivalen jika dan hanya jika
axd=bxc. Sebagi contoh = karena 3x8=4x6. Definisi
pasangan
ekuivalen
membantu
kita
mendapatkan
perbandingan yang benar. Kita tahu bahwa kita p x 100=3x600, atau px100=1800. Jika
merupakan anggota dari himpunan pasangan
perbandingan yang sama dengan salah satu anggota
, maka p= 18. Ini berarti
bahwa kita dapat membeli 18 mangga dengan uang 600 rupiah. Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen. banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis . Dapat dikatakan banyak commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi, penulisan mempunyai nilai yang sama dengan 3:5. Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala. Suatu wilayah, kota, jalan, atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam bentuk denah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah menggambarkan jarak yang sangat jauh. (Khafid dan Suyati, 2006: 57) Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama dengan 25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Purwanti, dkk, 2004: 51) Jadi, = jarak pada peta : jarak sebenarnya Contoh: Jarak kota Yogyakarta – Solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak tersebut berukur 3 cm. Berapa skala peta tersebut?
=
=
=
= = 1 : 3.000.000 Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika dalam materi pokok operasi hitung pecahan dalam perbandingan. Standar kompetensi yang dikaji adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar yang menjadi objek penelitian yaitu menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Materi perbandingan dan skala diajarkan melalui penerapan model pembelajaran experiential learning. Model experiential learning merupakan model yang menjadikan pengalaman sebagai inti dari pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suatu situasi yang dapat menyebabkan siswa belajar berdasarkan pengalaman. Situasi ini harus mampu menimbulkan kesadaran dan commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 motivasi belajar pada diri siswa. Situasi ini juga harus menimbulkan perasaan bebas pada diri siswa seolah mereka dapat belajar sesuai keinginan mereka. Kolb (1976: 25) mengungkapkan untuk menciptakan suasana experiential learning dapat menggunakan “… games, role plays, and exercise (concrete experience).” Peneliti bermaksud menciptakan situasi di atas melalui permainan. Permainan yang melibatkan seluruh siswa baik secara individu maupun kelompok. Permainan akan cocok untuk digunakan karena anak-anak senang bermain dan dapat dilaksanakan pada materi perbandingan dan skala. Permainan dapat membuat siswa melakukan penemuan, fasiltator-belajar kelompok, dan instruksi terprogram dalam waktu yang bersamaan. Permainan memberi peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keinginan dan keunikan yang mereka miliki. Mereka dapat mengalami keempat tipe kemampuan (CE, RO, AC, dan AE) dan memilih bagaimana mereka mau belajar. Melalui permainan, anak-anak dapat belajar tanpa mereka sadari. Permainan yang ingin digunakan peneliti adalah permainan isi botol, puzzle peta, dan gambar dimana aku. Permainan ini didesain sendiri oleh peneliti dengan mencocokan antara model experiential learning dengan materi ajar perbandingan dan skala.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ceria Oktaviani (2007) menyatakan bahwa penerapan model experiential learning mampu meningkatkan vocabulary mastery pada siswa kelas IV SDN Bulukantil No. 150 Surakarta. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 6,4 pada pretest menjadi 8,4 pada posttest. Kesamaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian Ceria Oktaviani adalah jenis penelitiannya yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Persamaan yang lain terlihat dari variabel X penelitian yaitu menggunakan model experiential learning. Perbedaannya terletak pada variabel Y, tempat, subyek, dan tahun penelitian. Variabel Y dalam penelitian commit tomastery user sedangkan variabel Y dalam Ceria Okatviani adalah vocabulary 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 penelitian ini adalah kemampuan menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Penelitian Ceria Oktaviani dilaksanakan pada siswa kelas IV
SDN Bulukantil No. 150 Surakarta sedangkan penelitian ini
dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar. Penelitian Ceria Okatviani dilaksanakan pada tahun 2007 sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012. 2.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nita Praniyati (2010) menyatakan bahwa kemampuan menghitung pecahan siswa kelas V SDN 01 Macanan tahun pelajaran 2009/2010 meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai ratarata siswa dari 60,37 menjadi 69,90 dan persentase ketuntasan meningkat dari 63,32% menjadi 80%. Kesamaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian Nita Praniyati adalah keduanya menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, keduanya mengkaji objek penelitian yang sama yaitu pada mata pelajaran Matematika materi pecahan. Meskipun objek penelitiannya sama tetapi terdapat perbedaan pada fokus penelitian. Penelitian Nita Praniyati menekankan pada kemampuan menghitung pecahan sedangkan penelitian
ini
lebih
khusus
yaitu
menekankan
pada
keterampilan
menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Perbedaan yang lain terdapat pada model pembelajaran yang diterapkan, penelitian Nita Praniyati menerapkan model kooperatif tipe STAD sedangkan penelitian ini menerapkan model experiential learning. Tempat pelaksanaan dan subyek penelitian pun berbeda, penelitian Nita Praniyati dilaksanakan di SDN 01 Macanan pada siswa kelas V sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN 04 Ngringo pada siswa kelas V. Satu perbedaan lagi terletak pada tahun pelaksanaan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 sedangkan penelitian Nita Praniyati dilaksanakan pada tahun 2010. 3.
Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Warsito (2011) menyatakan bahwa kemampuan membandingkan pecahan siswa kelas III SDN Mlese, Cawas, Klaten tahun pelajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 65 menjadi 79,6 dan persentase commit to user100%. Kesamaan penelitian yang ketuntasan meningkat dari 80% menjadi 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 akan dilaksanakan dengan penelitian Warsito adalah keduanya menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, keduanya mengkaji objek penelitian yang sama yaitu pada mata pelajaran Matematika materi pecahan. Meskipun objek penelitiannya sama tetapi terdapat perbedaan pada fokus penelitian.
Penelitian
Warsito
menekankan
pada
kemampuan
membandingkan pecahan sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ini menekankan pada keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Perbedaan yang lain terdapat pada model pembelajaran yang diterapkan, penelitian Warsito menerapkan pendekatan matematika realistik sedangkan penelitian ini menerapkan model experiential learning. Tempat pelaksanaan dan subyek penelitian pun berbeda, penelitian Warsito dilaksanakan di SDN 1 Mlese, Cawas, Klaten pada siswa kelas III sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN 04 Ngringo pada siswa kelas V. Perbedaan yang terakhir terletak pada tahun pelaksanaan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 sedangkan penelitian Warsito dilaksanakan pada tahun 2011.
C. Kerangka Berpikir Kondisi pembelajaran Matematika materi perbandingan dan skala di SDN 04 Ngringo sebelum dilakukan tindakan masih menggunakan model konvensional. Model pembelajaran konvensional
yang didominasi kegiatan
ceramah, penjelasan papan tulis, penugasan langsung, dan teks book. Hal ini menyebabkan keterampilan siswa menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala rendah sehingga nilai siswa pun rendah. Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan tindakan yang berupa perbaikan dalam proses pembelajaran Matematika materi perbandingan dan skala. Peneliti menawarkan alternatif solusi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning. Penerapan model experiential learning memungkinkan siswa mengalami empat tahap pembelajaran yaitu concrete experience (CE), reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC), to user dan active experimentation (AE).commit Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus. 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian, tiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan keterampilan siswa kelas V SDN 04 Ngringo dalam menggunakan pecahan khususnya pada masalah perbandingan dan skala meningkat. Dengan demikian, nilai siswa pun akan meningkat. Secara ringkas kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.2.
Kondisi awal
Pembelajaran masih konvensional : ceramah, papan tulis, teks book.
Experiential learning (CE, RO, AC, AE) proses siswa
Kondisi akhir
Keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Keterampilan siswa dalam menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala rendah
Siklus1: perencanaan pelaksanaan observasi refleksi Siklus 2 : perencanaan pelaksanaan observasi refleksi
Keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo meningkat
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 04 Ngringo yang terletak di Kelurahan Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan selama 7 bulan dimulai dari Bulan Januari sampai Bulan Juli. Persiapan dimulai dari bulan Januari sampai April meliputi kegiatan koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru kelas, diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan, menyusun proposal penelitian, menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, dan mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dan analisis data dilaksanakan pada bulan April dan Mei. Penyusunan laporan, ujian dan revisi, dan penggandaan dan pengumpulan laporan dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli. (lampiran 1: 79)
B. Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Jumlah subjek penelitian adalah 34 orang yang terdiri dari 1 guru kelas dan 33 siswa. 33 siswa kelas V SDN 04 Ngringo dengan perincian 18 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
C. Sumber Data Sumber data terbagi menjadi 2 (Sugiyono, 2008: 62), yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Penjelasan dari sumber data primer dan sumber data sekunder adalah sebagai berikut: 1. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo. commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi arsip, foto, dan video.
D. Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2008: 62), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Pengamatan (Observasi) Menurut Arikunto (1991: 27), pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi terbagi menjadi 3 macam: Pertama, observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat tetapi pengamat mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Kedua, observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya. Dalam observasi sistematik pengamat berada diluar kelompok sehingga tidak dibingungkan oleh situasi kelompok yang melingkupi dirinya. Ketiga, observasi eksperimental yang terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi. Menurut sugiyono (2008: 64), observasi terbagi menjadi tiga: Pertama, observasi partisipatif, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Kedua, observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, commit to usersuatu saat peneliti juga tidak terus bahwa ia sedang melakukan penelitian tetapi 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 terang atau tersamar dalam observasi. Ketiga, observasi tak berstruktur, observasi tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan dobservasi dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diobservasi. Observasi yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah observasi sistematik. Melalui observasi, peneliti hendak mencari data mengenai proses pembelajaran
dengan menggunakan model experiential learning dan
mengamati tingkah laku siswa meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Subjek observasi adalah siswa kelas V SDN 04 Ngringo dan peneliti sedangkan observerbya adalah guru kelas V SDN 04 Ngringo. Penggunaan observasi sistematik akan memudahkan peneliti karena semua data yang hendak dicari sudah tertata dengan rapi dan tinggal memberi tanda bila tingkah laku yang dikehendaki terjadi. 2. Wawancara (Interview) Menurut Arikunto (1991: 27), wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak (responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan). Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara : Pertama, interview bebas dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi. Kedua, interview terpimpin yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Estenberg menyatakan bahwa interview merupakan hatinya penelitian sosial. Menurutnya wawancara terbagi menjadi 3 macam : Pertama, wawancara terstruktur yaitu pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Kedua, wawancara semiterstruktur dalam pelaksanaanya lebih bebas dibanding dengan wawancara terstruktur yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka. Ketiga, wawancara tak berstruktur yang bebas dimana peneliti commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2008: 72) Peneliti menggunakan interview semi terstruktur dalam pengambilan data. Penciptaan suasana yang terkesan bebas dalam wawancara akan mempermudah peneliti dalam mendapatkan data yang sebenarnya. Penggunaan interview semi terstruktur akan membuat nara sumber menjadi lebih santai sehingga nara sumber dapat menyampaikan pemikirannya dengan terbuka dan leluasa. Penggunaan jenis interview semi terstruktur membuat peneliti dapat menggali informasi seluas-luasnya tanpa terkesan mendekte nara sumber dan tanpa mengabaikan informasi yang ingin digali. Nara sumber dalam penelitian ini adalah guru kelas V SDN 04 Ngringo. Wawancara akan digunakan peneliti untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa dan pendapat guru mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning. 3. Tes Menurut Arikunto (1991: 29), tes adalah suatu alat pengumpulan informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari kegunaan untuk mengukur siswa, tes dapat dibedakan atas tiga macam: Pertama, tes diagnostik yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga
berdasarkan
kelemahan-kelemahan
tersebut
dapat
dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat. Kedua, tes formatif yang dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Tes formatif diberikan pada akhir setiap program atau tes akhir proses. Ketiga, tes sumatif yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Biasanya dilakukan pada akhir semester. Tes dapat memberikan gambaran riil dari penelitian ini. Tes akan dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan sehingga tes yang digunakan adalah tes formatif. Tes formatif yang dimaksud adalah tes formatif untuk materi commit materi to userperbandingan dan skala diberikan perbandingan dan skala. Tes formatif 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 kepada siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Tes formatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang berupa nilai materi perbandingan dan skala. Nilai-nilai yang didapat dari tes formatif menunjukkan keterampilan siswa dalam materi perbandingan
dan
skala.
Tes
formatif
dapat
menggambarkan
hasil
pembelajaran yang dilaksanakan peneliti. Tes yang dilaksanakan setiap akhir pertemuan akan memberikan gambaran kepada peneliti mengenai proses pencapaian dari penelitian yang telah dilaksanakan. 4. Dokumen Menurut Sugiyono (2008: 82), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang. Menurut Elliot ada macam-macam dokumen yang dapat membantu dalam pengumpulan data penelitian
yang berkaitan dengan permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas. Dokumen-dokumen tersebut meliputi silabi dan rencana pembelajaran, laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, dan contoh essay yang ditulis siswa. (Wiriaatmaja, 2009: 121) Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa macam yaitu arsip, foto, dan video. Arsip yang dimanfaatkan peneliti adalah silabus, RPP dan data nilai siswa. Silabus memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijadikan sebagai acuan peneliti dalam menentukan materi yang diteliti. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini mengandung model experiential learning. Nilai siswa yang dikaji peneliti adalah nilai siswa pada materi perbandingan dan skala. Nilai dimana banyak siswa belum mencapai KKM. Nilai inilah yang kemudian dijadikan peneliti sebagai data awal dari penelitian. Nilai yang diambil dari arsip guru lebih otentik dari pada dari sumber yang lain. Foto dan video akan digunakan untuk merekam kegiatan penelitian yang berlangsung. Perekaman dengan video akan memudahkan commitdapat to user peneliti dalam mengolah data karena diputar berulang-ulang. 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 E. Uji Validasi Data Menurut Moelong (2010: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data, triangulasi metode pengumpulan data dan triangulasi teori. Dalam penelitian ini akan digunakan dua triangulasi yaitu triangulai sumber data dan triangulasi metode. 1. Triangulasi Sumber Data Moelong (2010: 331) mengemukakan bahwa triangulasi sumber data merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh melalui berbagai sumber data. Sumber data tersebut meliputi dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip, hasil tes, hasil wawancara, hasil observasi, video, dan foto. Sumber-sumber data ini yang akan dibandingkan antara yang satu dengan yang lain. Pemilihan sumber data ini didasarkan pada asumsi bahwa sumber-sumber data ini berkaitan langsung dengan penelitian. Dengan menggunakan sumber data ini akan didapatkan data-data yang otentik yang dapat mewakili setiap segi dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya, peneliti membandingkan data yang diperoleh dari arsip, hasil tes, hasil wawancara, hasil observasi, video dan foto. 2. Triangulasi Metode Patton (2006: 99) yang merujuk pada Denzin mengemukakan bahwa triangulasi metode merupakan penggunaan beberapa metode untuk mengkaji masalah atau suatu data. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, daftar pertanyaan terstruktur, dan dokumen. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan
dokumen.
metode observasi, wawancara, tes, dan
Metode-metode
ini
dipilih
karena
dapat
menggambarkan proses penelitian secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu,commit metodeto user ini dapat merekam jalannya proses 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 pembelajaran dan berbagai persepsi yang muncul. Dalam pelaksanaanya, peneliti menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data penelitian yaitu melalui metode observasi, wawancara, tes, dan pemeriksaan dokumen.
F. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif. Miles dan Huberman (2009) mengungkapkan bahwa teknik analisis data model interaktif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penjelasan ketiga alur kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Miles dan Huberman (2009: 16) mengartikan reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan,
membuang
yang
tidak
perlu,
dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Miles dan Huberman (2009: 17) mengartikan penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan matriks, grafik, jaringan, dan bagan. 3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi Dari awal permulaan pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari benda-benda
mencatat
keteraturan,
pola-pola,
penjelasan,
konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Pada awalnya kesimpulan belum jelas namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh (Miles dan Huberman, 2009: 18). Secara lebih ringkas langkah-langkah analisis data model interaktif dapat dilihat pada gambar 3.1. commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan-kesimpulan : penarikan/verifikasi
Gambar 3.1. Teknik analisis data model interaktif diadaptasi dari Miles & Huberman (2009: 20) Data dikumpulkan dari berbagai sumber dan menggunakan berbagai metode. Kemudian data dipilih dan digolongkan. Setelah itu, data disajikan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, ataupun bagan. Semua data yang telah mengalami proses reduksi dan disajikan kemudian ditarik kesimpulan.
G. Indikator Kinerja Penelitian Menurut Suwandi (2009: 61), indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada bagian ini dirumuskan indikator sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo dengan menggunakan model experiential learning. Indikator penelitian ini bersumber dari KTSP SDN 04 Ngringo kelas V mata pelajaran Matematika dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 66. Besarnya indikator kinerja pada penelitian ini adalah 80%. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mencapai rata-rata kelas 66 dan siswa yang memperoleh nilai ≥66 mencapai 80% dari 33 siswa. commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 H. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan analisis dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan 1) Menyusun RPP 2) Penyusunan rencana tindakan 3) Penyusunan media 4) Penyusunan instrumen 5) Penyusunan pedoman pengamatan b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan terbagi menjadi 2 pertemuan. Pertemuan pertama
mempelajari
perbandingan
sedangkan
pertemuan
kedua
mempelajari skala. Semua kegiatan pembelajaran yang diterapkan meliputi empat tahap siklus experiential learning yaitu concrete experience (CE), reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC), dan active experimentation (AE). Pertemuan pertama 1) Permainan isi botol (CE, RO) a) Siswa mengisi batu warna-warni kedalam botol dalam batas waktu tertentu. b) Siswa menghitung banyaknya batu yang tadi dimasukkan dalam botol. c) Siswa membandingkan batu-batu yang berbeda warna. 2) Siswa melakukan perbandingan. (CE) 3) Siswa menyampaikan hasil kerja. (RO) 4) Siswa yang lain memberikan tanggapan. (AC) 5) Melakukan evaluasi. (AE) Pertemuan kedua 1) Permainan susun puzzle peta. (CE) a) Siswa melengkapi puzzle peta. to user b) Siswa melengkapi soalcommit yang rumpang. 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 c) Siswa melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala. 2) Menyampaikan hasil kerja. (RO) 3) Siswa menanggapi hasil kerja teman. (AC) 4) Melakukan evaluasi. (AE) c. Observasi Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan teknik observasi sistematik. Dengan menggunakan teknik ini peneliti sudah mempersiapkan dengan baik secara terperinci hal-hal yang ingin diamati sehingga peneliti hanya tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang tersedia bila perilaku yang diharapkan terjadi. d. Refleksi Analisis dilaksanakan sesuai dengan teknik analisis diatas. Setelah dianalisis peneliti mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Siklus I belum memenuhi indikator kinerja sehingga belum berhasil. Oleh karena itu, perlu untuk mengadakan siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan 1) Menyusun RPP 2) Penyusunan rencana tindakan 3) Penyusunan media 4) Penyusunan instrumen 5) Penyusunan pedoman pengamatan b. Pelaksanaan Tindakan 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I. Upaya peningkatan efektifitas
dari
kegiatan
membandingkan
dilakukan
dengan
menggunakan lebih banyak variasi pertanyaan. Sedangkan upaya peningkatan efektifitas penggunaan skala dilakukan dengan merubah kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang sebelumnya menggunakan puzzle peta diganti dengan kegiatan siswa menggambar commit to user denah dari rumah ke sekolah. 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 2) Guru memantau perkembangan hasil belajar siswa. c.
Observasi Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan teknik observasi sistematik. Dengan menggunakan teknik ini peneliti sudah mempersiapkan dengan baik secara terperinci hal-hal yang ingin diamati sehingga peneliti hanya tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang tersedia bila perilaku yang diharapkan terjadi. d. Refleksi Analisis dilaksanakan sesuai dengan teknik analisis diatas. Setelah dianalisis peneliti mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Siklus II sudah berhasil karena sudah memenuhi indikator kinerja. Maka, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Secara lebih sederhana prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan : penerapan model experiential learning
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan : penerapan model experiential learning
SIKLUS I
Pengamatan
Gambar 3.2. Tahap pelaksanaan penelitian diadaptasi dari Arikunto (2008: 16 ) commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan Pratindakan merupakan keadaan pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian. Kondisi pratindakan diketahui melalui wawancara dan analisis dokumen (nilai siswa). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Nurjanah, S.Pd. guru kelas V di SDN 04 Ngringo pada 12 Januari 2012, diketahui bahwa kebanyakan siswa kelas V mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Matematika. Secara lebih khusus para siswa kelas V mengalami kesulitan pada materi perbandingan dan skala (lampiran 4: 82). Hal ini diperkuat dengan rendahnya nilai ulangan harian pada materi perbandingan dan skala. Dari 33 siswa kelas V, terdapat 7 (21,21%) siswa yang mencapai KKM 66. Sisanya 26 siswa (78,78%) siswa tidak mencapai KKM 66 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 56,36 (lampiran 3: 81). Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas V di SDN 04 Ngringo. Peneliti menerapkan model pembelajaran experiential learning sebagai bentuk alternatif dari model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam peningkatan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi nilai ulangan harian yang dilaksanakan oleh guru kelas V SDN 04 Ngringo pada materi perbandingan dan skala, sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1.
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika pada Materi Perbandingan dan Skala. Panjang Interval 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101 Jumlah
Frekuensi (fi) 8 7 11 4 1 2 33
Nilai rata-rata kelas =
Nilai tengah (xi) 35,5 47,5 59,5 71,5 83,5 95,5 ∑
fi.xi 284,0 332,5 654,5 286,0 83,5 191,0 1831,5
Persentase 24,24 % 21,21 % 33,33 % 12,12 % 3,03 % 6,06 % 100,00 %
=
Ketuntasan klasikal =
21, 21 %
Berdasarkan tabel 4.1. maka nilai ulangan siswa dapat dibentuk grafikyang dapat dilihat pada gambar 4.1.
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 30 – 41
42 – 53
54 – 65
66 – 77
78 – 89 90 – 101
Interval Nilai
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Perbandingan dan Skala. Tabel 4.1. dan gambar 4.1. menunjukkan distribusi frekuensi nilai ulangan harian Matematika materi perbandingan commit to user dan skala pada siswa kelas V 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 SDN 04 Ngringo sebelum pelaksanaan tindakan (pratindakan). Dari tabel 4.1. dan gambar 4.1. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 55,50 dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 8 siswa, siswa yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 7 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 – 65 sebanyak 11 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 1 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak 2 siswa. Dari tabel 4.1. dan gambar 4.1. juga terlihat bahwa terdapat 7 siswa atau 21,21% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 26 siswa atau 78,78% siswa tidak mencapai KKM.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya terdiri atas 2 pertemuan dan meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 1. Siklus I Siklus I mulai dilaksanakan dari tanggal 12 April 2012 sampai 25 April 2012. Berikut ini merupakan perincian dari kegiatan penelitian pada siklus I: a. Perencanaan Perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Senin, 12 April 2012. Peneliti berdiskusi dengan guru mengenai rancangan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah diskusi, disepakati bahwa penelitian siklus I dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dan setiap pertemuan mendapat alokasi waktu 2 x 35 menit Penelitian dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 April 2012 dan Rabu, 25 April 2012. Berikut ini adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti selama tahap perencanaan: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu pada mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala. RPP dibuat 2 pertemuan dengan alokasi waktu user RPP ini disusun dengan format: tiap pertemuannya 2 x 35commit menit. to Adapun 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi ajar, model pembelajaran, media dan sumber belajar, langkah-langkah kegiatan, dan penilaian. 2) Membuat Media Pembelajaran Penelitian
dilaksanakan
sebanyak
dua
pertemuan.
Pada
pertemuan pertama penelitian dilaksanakan dengan menggunakan batu 2 warna yaitu merah dan biru sedangkan pada pertemuan kedua menggunakan puzzle peta dan satuan jarak. Batu dua warna dibuat peneliti dengan mewarnai batu-batu kerikil seukuran ujung ibu jari. Puzzle peta dibuat dengan memotong-motong peta secara tidak beraturan. Satuan jarak dibuat dengan menggambar tangga satuan jarak pada kertas duplek. Media dibuat sendiri oleh peneliti pada hari Minggu, 15 April 2012. Peneliti juga menyiapkan media pendukung lainnya yaitu botol dan peta. Botol akan digunakan untuk permainan dengan batu. Peta digunakan sebagai bentuk nyata dari penggunaan skala. Peta dipinjam peneliti dari SDN 04 Ngringo. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Observasi dilaksanakan pada tiap pertemuan. Peneliti meminta bantuan dari guru kelas untuk menjadi observer. Observasi dilakukan terhadap kegiatan siswa dan juga peneliti selaku guru pada saat penelitian berlangsung. Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar observasi guru mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi guru disesuaikan dengan kajian teori model pembelajaran experiential learning. Berdasarkan kajian teori, peneliti merumuskan 10 aspek yang harus diamati selama proses pembelajaran yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa, commit to user memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Lembar observasi guru mengajar yang digunakan pada tiap pertemuan selalu sama. Lembar observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa sehingga akan terdapat perbedaan pada tiap pertemuan walaupun pada intinya sama. Lembar observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama meliputi 14 aspek yaitu mengisi botol dengan batuan tepat waktu, melakukan perbandingan dengan batuan, bekerja sama dengan teman, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, mengamati pola perbandingan, mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar. Sedangkan untuk pertemuan kedua terdiri dari 14 aspek berikut: mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota dalam peta, menyusun puzzle peta, mengerjakan tugas dengan baik, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan benar. b. Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat penelitian berlangsung peneliti to user berkedudukan sebagai pengajar bekerja sama dengan guru commit kelas. Peneliti 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 dan guru sebagai observer. Berikut ini deskripsi tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo: 1) Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 April 2012. Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.30. Pada pertemuan 1, siswa belajar mengenai perbandingan. Media yang digunakan adalah batu dua warna yaitu warna merah dan warna biru. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan permainan mengisi botol dengan batu. Kemudian siswa membandingkan batu yang berwarna merah dan biru yang ada dalam botol sesuai dengan lembar kerja siswa. Setelah itu, masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja dan kelompok yang lain menjawab hasil perbandingan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP. (lampiran 5: 84) Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis. Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 8: 94). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada materi perbandingan dan skala siklus I pertemuan 1 tertera pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1. Panjang Interval 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101 Jumlah
Frekuensi (fi) 2 3 10 11 3 4 33
Nilai tengah (xi) 35,5 47,5 59,5 71,5 83,5 95,5
Nilai rata-rata kelas =
∑
Ketuntasan klasikal = commit to user 43
fi.xi Persentase 71,0 142,5 595,0 786,5 250,5 382,0 2227,5
= 54,54%
6,06 % 9,09 % 30,30 % 33,33 % 9,09 % 12,12 % 100,00 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Berdasarkan tabel 4.2. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.2. 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101
Interval Nilai
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1. Tabel 4.2. dan gambar 4.2. menunjukkan distribusi frekuensi nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 1. Dari tabel 4.2. dan gambar 4.2. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 67,50 dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 2 siswa, siswa yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 – 65 sebanyak 10 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 11 siswa, siswa yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak 4 siswa. Dari tabel 4.2. dan gambar 4.2. juga terlihat bahwa terdapat 18 siswa atau 54,54% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 26 siswa atau 45,46% siswa tidak mencapai KKM.
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 2) Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 April 2012. Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.00. Pada pertemuan 2, siswa belajar mengenai skala. Media yang digunakan adalah peta, puzzle peta, dan tangga satuan jarak. Pembelajaran diawali dengan bercerita dan mengamati peta. Kemudian, siswa menyusun puzzle peta dan menentukan jarak pada peta, jarak sebenarnya, ataupun skala peta. Setelah itu, masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain menjawab hasil dari kerja kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP. (lampiran 9: 97) Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis. Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 12: 111). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada materi perbandingan dan skala siklus I pertemuan 2 tertera pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2. Panjang Interval 18 – 29 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101 Jumlah
Frekuensi (fi) 1 14 0 4 5 4 5 33
Nilai tengah (xi) 23,5 35,5 47,5 59,5 71,5 83,5 95,5
Nilai rata-rata kelas =
∑
Ketuntasan klasikal =
fi.xi
Persentase
23,5 497,0 0,0 238,0 357,5 334,0 477,5 1927,5
3,03 % 42,42 % 0,00 % 12,12 % 15,15 % 12,12 % 15,15 % 100,00 %
= 42,42%
Berdasarkan tabel 4.3. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.3. commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 16 14
Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0 18 – 29
30 – 41
42 – 53
54 – 65
66 – 77
78 – 89
90 – 101
Interval Nilai
Gambar 4.3. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2. Tabel 4.3. dan gambar 4.3. menunjukkan nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 2. Dari tabel 4.3. dan gambar 4.3. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 58,40 dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 18 – 29 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 14 siswa, siswa yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 0 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 – 65 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 5 siswa, siswa yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 4 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak 5 siswa. Dari tabel 4.3. dan gambar 4.3. juga terlihat bahwa terdapat 14 siswa atau 42,42 % siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 19 siswa atau 57,58 % siswa tidak mencapai KKM. c. Observasi Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru kelas. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran Matematika materi perbandingan dan skala berlangsung dari kegiatan awal sampai commit to user evaluasi. Observasi dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 untuk
mendapatkan
data
mengenai
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan model experiential learning. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru kelas, dan peneliti dapat disajikan sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 Observer pada penelitian hari Jum’at, 20 April 2012 adalah guru kelas V yaitu Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengisi botol dengan batuan tepat waktu, melakukan perbandingan dengan batuan, bekerja sama dengan teman, toleransi terhadap teman, mengamati
pola
berani menyampaikan hasil kerja,
perbandingan,
mengulang-ulang
kegiatan
membandingkan batuan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa,
menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit,
memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar. Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 2 siswa yang tidak melakukan ke-14 kriteria. Sebanyak 1 siswa yang melakukan 5 kriteria. Sebanyak 8 siswa melakukan11 kriteria. Sebanyak 4 siswa melakukan 12 kriteria. Sebanyak 11 siswa melakukan 13 kriteria. Sebanyak 7 siswa melakukan ke-14 kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak 30 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran 7: 94) Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang to userbelajar, memberikan rangsanganmembuat siswa merasa commit bebas dalam 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya” maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah menciptakan situasi yang mengaktifkan kelompok. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential learning. (lampiran 6: 93) 2) Pertemuan 2 Observasi pada siklus I pertemuan 2 yaitu hari Rabu, 25 April 2012 dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota dalam peta, menyusun puzzle peta, mengerjakan tugas dengan baik, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan benar. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 3 siswa yang melakukan 8 kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 9 kriteria. Sebanyak 1 siswa to user melakukan 10 kriteria.commit Sebanyak 3 siswa melakukan 11 kriteria. 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Sebanyak 1 siswa melakukan 12 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 13 kriteria. Sebanyak 23 siswa melakukan 14 kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak 29 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran 11: 109) Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsanganrangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya” maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah memberikan rangsanganrangsangan yang dapat membantu siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential learning. (lampiran 10: 108) d. Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat diambil nilai rata-rata yang merupakan nilai dari siklus I (lampiran 13: 112). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai rata-rata Matematika siswa commit user I tertera pada tabel 4.4. pada materi perbandingan dan skalatosiklus 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I. Panjang Interval 30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 Jumlah
Frekuensi (fi) 1 3 10 5 4 8 2 33
Nilai tengah (xi) 34 43 52 61 70 79 88
Nilai rata-rata kelas =
∑
fi.xi
Persentase
34 129 520 305 280 632 176 2076
3,03 % 9,09 % 30,30 % 15,15 % 12,12 % 24,24 % 6,06 % 100,00 %
=
Ketuntasan klasikal =
42,42%
Berdasarkan tabel 4.4. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.4.
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92
Interval Nilai
Gambar 4.4. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I. Tabel 4.4. dan gambar 4.4. menunjukkan distribusi frekuensi nilai commit to user rata-rata hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 1 dan 2. Dari tabel 4.4. dan gambar 4.4. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah
62,90
dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 38 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 10 siswa, siswa yang mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 5 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 8 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 2 siswa. Dari tabel 4.4. dan gambar 4.4. juga terlihat bahwa terdapat 14 siswa atau 42,42% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 29 siswa atau 57,57% siswa tidak mencapai KKM. Hasil yang terlihat pada tabel 4.4. dan gambar 4.4. menunjukkan bahwa indikator kinerja belum tercapai. Penelitian dikatakan berhasil apabila siswa yang mendapat nilai minimal KKM 66 mencapai 80% dengan nilai rata-rata diatas 66. Dari data yang disajikan pada tabel 4.4. dan gambar 4.4. terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai minimal 66 ada 14 siswa atau 42,42% dengan nilai rata-rata 62,90. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini belum berhasil. Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung, peneliti
menemukan
kelebihan
dan
kekurangan
dari
pelaksanaan
pembelajaran. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran ini terlihat dari aktivitas siswa dimana lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 21,21% (kondisi awal) menjadi 42,42% (pada siklus I) siswa yang mencapai KKM. Walaupun demikian, hasil yang didapat masih belum memenuhi indikator kinerja ketuntasan belajar 80% sehingga belum bisa dikatakan berhasil. Beberapa hal yang mungkin menyebabkan kekurangberhasilan penelitian pada siklus I ini antara lain: model pembelajaran experiential learning adalah model yang baru bagi siswa sehingga siswa masih merasa asing, siswa belum terbiasa melaksanakan instruksi yang diberikan oleh peneliti, commit to user kurang efektif, dan soal yang permainan puzzle peta yang digunakan 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 digunakan peneliti kurang variatif. Apabila dilihat dari sisi guru, juga masih terdapat kekurangan yaitu pada pertemuan 1 guru kurang menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok dan pada pertemuan 2 guru kurang memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa. Kekurangan ini mungkin disebabkan oleh guru yang kurang teliti dalam memperhatikan setiap aspek pembelajaran. Walaupun masih ada kekurangan tapi sudah cukup baik karena ke 9 aspek yang lain sudah dapat dilaksanakan oleh peneliti sehingga situasi experiential learning sudah dapat terbangun. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian pada siklus I belum berhasil dan harus dilanjutkan ke siklus II. Pembelajaran pada siklus II akan dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi di atas. Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. 2. Siklus II Sesuai dengan kesepakatan bersama antara peneliti dengan guru kelas maka siklus II dilaksanakan mulai dari tanggal Kamis, 26 April 2012 sampai Sabtu, 12 Mei 2012. Seperti yang telah disepakati bahwa penelitian siklus II dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dan setiap pertemuan mendapat alokasi waktu 2 x 35 menit. Penelitian dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012 dan Jum’at, 11 Mei 2012. Berikut ini merupakan deskripsi kegiatan yang dilaksanakan: a. Perencanaan Berdasarkan
refleksi
yang
dilaksanakan
peneliti
terhadap
pelaksanaan siklus I maka peneliti memperbaiki rencana pembelajaran untuk dilaksanakan pada siklus II. Peneliti berinisiatif untuk memperbanyak variasi soal yang dikerjakan oleh siswa sebagai bentuk perbaikan dari siklus sebelumnya. Tujuan dari pemberian soal yang variatif adalah agar siswa lebih banyak mendapatkan pengalaman mengerjakan berbagai jenis soal sehingga saat menemui soal yang sama siswa tidak lagi kebingungan. Selain itu, peneliti juga memperbaiki media yang digunakan dalam pembelajaran. commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Peneliti juga menggunakan permainan yang berbeda. Berikut ini adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti selama tahap perencanaan: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu pada mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala. RPP dibuat 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuannya 2 x 35 menit. RPP yang dibuat berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Adapun RPP ini disusun dengan format: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi ajar, model pembelajaran, media dan sumber belajar, langkah-langkah kegiatan, dan penilaian. 2) Membuat Media Pembelajaran Penelitian
dilaksanakan
sebanyak
dua
pertemuan.
Pada
pertemuan pertama penelitian dilaksanakan dengan menggunakan sedotan dua warna yaitu merah dan kuning sedangkan pada pertemuan kedua menggunakan kotak tebakan satuan dan satuan jarak. Peneliti juga menyiapkan media pendukung lainnya yaitu botol dan peta. Botol akan digunakan untuk permainan dengan sedotan. Peta digunakan sebagai bentuk nyata dari penggunaan skala. Peta dipinjam peneliti dari SDN 04 Ngringo. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Observasi dilaksanakan pada tiap pertemuan. Peneliti meminta bantuan dari guru kelas untuk menjadi observer. Observasi dilakukan terhadap kegiatan siswa dan juga peneliti selaku guru pada saat penelitian berlangsung. Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar observasi guru mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi guru disesuaikan dengan kajian teori model pembelajaran experiential learning. Berdasarkan kajian teori, peneliti merumuskan 10 aspek yang harus diamati selama proses pembelajaran yaitu menciptakan commit to user komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Lembar observasi guru mengajar yang digunakan pada tiap pertemuan selalu sama. Lembar observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa sehingga akan terdapat perbedaan pada tiap pertemuan walaupun pada intinya sama. Lembar observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama meliputi 14 aspek yaitu
mengisi
botol
dengan
sedotan
tepat
waktu,
melakukan
perbandingan dengan sedotan, bekerja sama dengan teman, toleransi terhadap teman,
berani menyampaikan hasil kerja, mengamati pola
perbandingan, mengulang-ulang kegiatan membandingkan sedotan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar. Sedangkan untuk pertemuan kedua terdiri dari 14 aspek berikut: mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota dalam peta, mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan benar, menggambar peta/denah sederhana, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, berani bertanya atau berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala commit to user dengan benar. 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 b. Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat penelitian berlangsung peneliti bekerja sama dengan guru kelas. Peneliti berkedudukan sebagai pengajar dan guru sebagai observer. Berikut ini deskripsi tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo: 1) Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012. Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.30. Pada pertemuan 1, siswa belajar mengenai perbandingan. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah sedotan dua warna yaitu merah dan kuning. Siswa mengisi botol dengan sedotan kemudian membandingkan sedotan sesuai dengan lembar kerja siswa. Setelah itu, masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja dan kelompok yang lain menebak hasilnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP. (lampiran 14: 113) Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis. Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 17: 126). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada materi perbandingan dan skala siklus II pertemuan 1 tertera pada tabel 4.5.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1. Panjang Interval 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 93 – 101 Jumlah
Frekuensi (fi) 1 1 1 8 3 13 6 33
Nilai tengah (xi) 43 52 61 70 79 88 97
Nilai rata-rata kelas =
∑
fi.xi Persentase 43 52 61 560 237 1144 582 2679
3,03 % 3,03 % 3,03 % 24,24 % 9,09 % 39,39 % 18,18 % 100,00 %
=
Ketuntasan klasikal =
90,90%
Berdasarkan tabel 4.5. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.5.
14 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 39 – 47
48 – 56
57 – 65
66 – 74
75 – 83 84 – 92
93 – 101
Interval Nilai
Gambar 4.5. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1. Tabel 4.5. dan gambar 4.5. menunjukkan distribusi frekuensi commit to user nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1. Dari tabel 4.5. dan gambar 4.5. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 81,18 dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak 8 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 13 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 93 – 101 sebanyak 6 siswa. Dari tabel 4.5. dan gambar 4.5. juga terlihat bahwa terdapat 30 siswa atau 90,90% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 3 siswa atau 9,10% siswa tidak mencapai KKM. 2) Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari jum’at, 11 Mei 2012. Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.30. Pada pertemuan 2, siswa belajar mengenai skala. Media yang digunakan adalah peta, tangga satuan jarak, dan papan permainan. Siswa mencocokan besarnya satuan – satuan yang ada dalam kotak. Setelah itu, siswa menggambar denah/peta antara sekolah dan rumah mereka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP. (lampiran 18: 127) Pada akhir penelitian dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis. Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 21: 140). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada materi perbandingan dan skala siklus II pertemuan 2 tertera pada tabel 4.6.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Tabel 4.6. Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2. Panjang Interval 30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 Jumlah
Frekuensi (fi) 1 1 1 3 9 7 11 33
Nilai tengah (xi) 34 43 52 61 70 79 88
Nilai rata-rata kelas =
∑
fi.xi Persentase 34 43 52 183 630 553 968 2463
3,03 % 3,03 % 3,03 % 9,09 % 27,27 % 21,21 % 33,33 % 100,00 %
=
Ketuntasan klasikal =
81,81%
Berdasarkan tabel 4.6. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.6. sebagai berikut:
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92
Interval Nilai
Gambar 4.6. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2. Tabel 4.6. dan gambar 4.6. menunjukkan distribusi frekuensi commit tomateri user perbandingan dan skala pada nilai hasil evaluasi Matematika 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1. Dari tabel 4.6. dan gambar 4.6. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 74,63 dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 38 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak 9 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 7 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 11 siswa. Dari tabel 4.6. dan gambar 4.6. juga terlihat bahwa terdapat 27 siswa atau 81,81% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 6 siswa atau 18,19% siswa tidak mencapai KKM. c. Observasi Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru kelas. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran Matematika materi perbandingan dan skala berlangsung dari kegiatan awal sampai evaluasi. Observasi dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan untuk
mendapatkan
data
mengenai
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan model experiential learning. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru kelas, dan peneliti dapat disajikan sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 Observer pada penelitian hari Jum’at, 27 April 2012 adalah guru kelas V yaitu Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengisi botol dengan sedotan tepat waktu, melakukan perbandingan dengan sedotan, bekerja sama dengan teman, toleransi terhadap teman, mengamati
pola
berani menyampaikan hasil kerja,
perbandingan,
mengulang-ulang
kegiatan
membandingkan sedotan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa,
menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit, commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar. Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak
1 siswa yang
melakukan 6 kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 8 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 9 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 10 kriteria. Sebanyak 2 melakukan 12 kriteria. Sebanyak 25 siswa melakukan ke-14 kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak 27 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran 16: 124) Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsanganrangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya” maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential commit to user learning. (lampiran 15: 123) 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 2) Pertemuan 2 Observasi pada siklus II pertemuan 2 yaitu hari Jum’at, 11 Mei 2012 dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota dalam peta, mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan benar, menggambar peta/denah sederhana, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, berani bertanya atau berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan benar. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 4 siswa yang melakukan 8 kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 11 kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 12 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 13 kriteria. Sebanyak 25 siswa melakukan ke-14. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak 29 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran 20: 138) Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsanganrangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi commit to user yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya” maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah menerima dan menanggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential learning. (lampiran 19: 137) d. Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat diambil nilai rata-rata yang merupakan nilai dari siklus II (lampiran 22: 141). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada materi perbandingan dan skala siklus II tertera pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II. Panjang Interval 42 – 49 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97 Jumlah
Frekuensi (fi) 1 1 4 3 9 5 10 33
Nilai tengah (xi) 45,5 53,5 61,5 69,5 77,5 85,5 93,5
Nilai rata-rata kelas =
∑
Ketuntasan klasikal =
fi.xi
Persentase
45,5 53,5 246 208,5 697,5 427,5 935 2613,5
3,03 % 3,03 % 3,03 % 9,09 % 27,27 % 21,21 % 33,33 % 100,00 %
= 81,81%
Berdasarkan tabel 4.7. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.7. commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 42 – 49 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97
Interval Nilai
Gambar 4.7. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa Materi Perbandingan dan Skala Siklus II. Tabel 4.7. dan gambar 4.7. menunjukkan distribusi frekuensi nilai rata-rata hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1 dan 2. Dari tabel 4.7. dan gambar 4.7. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 79,19 dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 42 – 49 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 – 57 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 58 – 65 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 73 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 74 – 81 sebanyak 9 siswa, siswa yang mendapat nilai 82 – 89 sebanyak 5 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90 – 97 sebanyak 10 siswa. Dari tabel 4.7. dan gambar 4.7. juga terlihat bahwa terdapat 27 siswa atau 81,81% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 6 siswa atau 18,19% siswa tidak mencapai KKM. Hasil yang terlihat pada tabel 4.7. dan gambar 4.7. menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai. Penelitian dikatakan berhasil apabila siswa yang mendapat nilai minimal KKM 66 mencapai 80% dengan nilai commit to user rata-rata diatas 66. Dari data yang disajikan pada tabel 4.7. dan gambar 4.7. 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai minimal 66 ada 27 siswa atau 81,81% dengan nilai rata-rata 79,19. Dengan demikian, penelitian telah berhasil pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung, peneliti
menemukan
kelebihan
dan
kekurangan
dari
pelaksanaan
pembelajaran. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran ini terlihat dari aktivitas siswa dimana lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 42,42% (pada siklus I) menjadi 81,18% (pada siklus II) siswa yang mencapai KKM. Dengan demikian, hasil yang didapat sudah memenuhi indikator kinerja ketuntasan belajar 80% sehingga bisa dikatakan berhasil. Akan tetapi, upaya untuk peningkatan efektifitas dalam pembelajaran masih diperlukan agar siswa dapat aktif 100%. Selain itu, guru juga harus lebih cermat agar ke 10 aspek dapat terlaksanakan semua dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, walaupun masih ada kekurangan namun penelitian pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Kekurangan yang masih terjadi dilapangan dapat diperbaiki di masa mendatang.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Hasil dari tindakan antarsiklus akan dibandingkan dengan pratindakan. Pembandingan ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Berdasarkan rekapitulasi nilai yang dilakukan oleh peneliti (lampiran 23: 142), maka dapat disusun menjadi tabel 4.8. dan tabel 4.9. mengenai perbandingan distribusi frekuensi nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Berikut ini disajikan perbandingan antara distribusi frekuensi nilai pratindakan dengan distribusi frekuensi nilai siklus I dan siklus II yang tertera pada tabel 4.8.
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Tabel 4.8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.
Panjang Interval 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101 Jumlah
Frekuensi Pra Siklus Siklus tindakan I II 8 2 0 7 8 1 11 9 5 4 9 5 1 3 12 2 2 10 33 33 33
Nilai rata-rata kelas
fi.xi Pra Siklus tindakan I 248,0 71,0 332,5 380,0 654,5 535,5 286,0 643,5 83,5 250,5 191,0 191,0 1795,5 2071,5 54,40 62,78
Nilai tengah (x) 35,5 47,5 59,5 71,5 83,5 95,5
∑
Siklus II 0,0 47,5 297,5 357,5 1002,0 955,0 2659,5 79,19
Berdasarkan tabel 4.8. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.8.
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
14
Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0 30 – 41
42 – 53
54 – 65
66 – 77
78 – 89 90 – 101
Interval Nilai
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II. Tabel 4.8 dan gambar 4.8 menunjukkan perbandingan distribusi frekuensi nilai pratindakan, sikluscommit I, dan siklus to userII. Siswa yang mendapat nilai 30 – 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 41 pada pratindakan sebanyak 8 siswa, pada siklus I sebanyak 2 siswa, dan pada siklus II sebanyak 0 siswa. Siswa yang mendapat nilai 42 – 53 pada pratindakan sebanyak 7 siswa, pada siklus I sebanyak 8 siswa, dan pada siklus II sebanyak 1 siswa. Siswa yang mendapat nilai 54 – 65 pada pratindakan sebanyak 11 siswa, pada siklus I sebanyak 9 siswa, dan pada siklus II sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapat nilai 66 – 41 pada pratindakan sebanyak 4 siswa, pada siklus I sebanyak 9 siswa, dan pada siklus II sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapat nilai 78 – 89 pada pratindakan sebanyak 1 siswa, pada siklus I sebanyak 3 siswa, dan pada siklus II sebanyak 12 siswa. Siswa yang mendapat nilai 90 – 101 pada pratindakan sebanyak 2 siswa, pada siklus I sebanyak 2 siswa, dan pada siklus II sebanyak 10 siswa. Selain nilai siswa, pembandingan juga dilakukan terhadap besarnya ketuntasan belajar siswa. Jumlah siswa yang dapat mencapai KKM yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut ini disajikan perbandingan antara persentase ketuntasan hasil belajar pratindakan dengan persentase ketuntasan belajar siklus I dan siklus II yang tertera pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II. Frekuensi Pra Siklus Siklus tindakan I II 30 – 41 8 2 0 42 – 53 7 8 1 54 – 65 11 9 5 66 – 77 4 9 5 78 – 89 1 3 12 90 – 101 2 2 10 Jumlah 33 33 33 Persentase ketuntasan Panjang Interval
Nilai tengah 35,5 47,5 59,5 71,5 83,5 95,5
Persentase Pra Siklus I Siklus II tindakan 24,24% 6,06% 0% 21,21% 24,24% 3,03% 33,33% 27,27% 15,15% 12,12% 27,27% 15,15% 3,03% 9,09% 36,36% 6,06% 6,06% 30,30% 100,00% 100,00% 100,00% 21,21% 42,42% 81,81%
Berdasarkan tabel 4.9. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.9. commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Pratindakan
Siklus I
Siklus II
40% 35%
Frekuensi
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 30 – 41
42 – 53
54 – 65
66 – 77
78 – 89 90 – 101
Interval Nilai
Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II. Tabel 4.9 dan gambar 4.9 menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Siswa yang mendapat nilai 30 – 41 pada pratindakan sebanyak 24,24%, pada siklus I sebanyak 6,06%, dan pada siklus II sebanyak 0%. Siswa yang mendapat nilai 42 – 53 pada pratindakan sebanyak 21,21%, pada siklus I sebanyak 24,24%, dan pada siklus II sebanyak 3,03%. Siswa yang mendapat nilai 54 – 65 pada pratindakan sebanyak 33,33% siswa, pada siklus I sebanyak 27,27%, dan pada siklus II sebanyak 15,15%. Siswa yang mendapat nilai 66 – 41 pada pratindakan sebanyak 12,12%, pada siklus I sebanyak 27,27%, dan pada siklus II sebanyak 15,15%. Siswa yang mendapat nilai 78 – 89 pada pratindakan sebanyak 3,03% siswa, pada siklus I sebanyak 9,09%, dan pada siklus II sebanyak 36,36%. Siswa yang mendapat nilai 90 – 101 pada pratindakan sebanyak 6,06%, pada siklus I sebanyak 6,06%, dan pada siklus II sebanyak 30,30%. Berdasarkan tabel 4.8 dan tabel 4.9 juga diketahui rata-rata nilai dan persentase ketuntasan hasil belajar yang dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.10.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I
Siklus II
Pratindakan
79,19 62,78
Persentase
Nilai
Pratindakan
54,40
Rata-rata nilai hasil belajar
90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Siklus I
Siklus II 81,81%
42,42% 21,21%
Persentase ketuntasan hasil belajar
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Siswa dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II. Berdasarkan gambar 4.10. terlihat bahwa pada pratindakan siswa mempunyai rata-rata nilai 54,40 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 21,21%. Pada tahap siklus I, siswa mempunyai rata-rata nilai 62,78 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 42,42%. Pada tahap siklus II, siswa mempunyai rata-rata nilai 79,19 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 81,81%.
D. Pembahasan Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Berbagai kajian mengenai matematika diajarkan di sekolah dasar seperti aljabar dan geometri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran Matematika di SDN 04 Ngringo kurang berjalan dengan baik utamanya pada materi perbandingan dan skala. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian materi perbandingan dan skala yang kurang baik yaitu nilai rata-rata 54,40 dengan ketuntasan 21,21%. Melihat kenyataan tersebut, peneliti ingin memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menawarkan model pembelajaran experiential learning untuk diterapkan dalam pembelajaran. Penelitian dilaksanaan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat commit to user tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setelah melalui 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 keempat tahap tersebut maka didapat hasil penelitian. Hasil penelitian ini yang akan dipaparkan. Pemaparan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan penggunaan pecahan siswa kelas V SDN 04 Ngringo dalam masalah perbandingan dan skala setelah penerapan model pembelajaran experiential learning tahun pelajaran 2011/2012. Data yang dipaparkan meliputi data pratindakan, siklus I, dan siklus II. Semua data hasil penelitian telah dipaparkan di atas. Data awal atau data sebelum penelitian dilaksanakan. Data hasil evaluasi tiap pertemuan baik siklus I maupun siklus II. Data rata-rata nilai tiap siklus. Pada sub bab sebelumnya juga telah dipaparkan persentase dari ketuntasan belajar siswa dan data hasil observasi selama penelitian berlangsung. Pratindakan merupakan kondisi awal pembelajaran sebelum dilakukan tindakan. Pada kondisi ini rata-rata hasil evaluasi yang diperoleh siswa adalah 54,40. Ketuntasan belajar siswa adalah 21,21% atau 7 siswa dari 33 siswa yang dapat mencapai KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: minat siswa yang rendah karena menganggap Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, guru belum menggunakan media dalam mengajar materi perbandingan dan skala, dan guru kelas masih menggunakan model pembelajaran yang masih didominasi oleh ceramah. Melihat kondisi ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada model pembelajaran. Peneliti menawarkan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran perbandingan dan skala yaitu model pembelajaran experiential learning. Siklus I merupakan tindakan pertama penelitian. Tindakan itu adalah dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran experiential learning terdiri atas empat tahap proses belajar yaitu concrete experience (CE), reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC), dan active experimentation (AE). Dalam pelaksanaan di kelas terjadi banyak hal yang menarik. Siswa sangat antusias dalam pembelajaran. Siswa melaksanakan setiap kegiatan belajar dengan cukup baik walaupun masih terlihat sedikit kebingungan. Siswa sangat aktif dalam commit topengalaman user pembelajaran sehingga siswa mendapat dalam perbandingan dan 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 skala. Siswa juga terlihat sangat menikmati cara mereka belajar. Walaupun keadaan dalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik, hasil evaluasi siklus I belum memuaskan. Hasil yang diperoleh adalah nilai rata-rata evaluasi siswa adalah 62,78 dengan ketuntasan belajar sebesar 42,42% atau 14 siswa dari 33 siswa yang mampu mencapai KKM. Dengan demikian, masih ada 19 siswa atau 57,58% yang belum lulus KKM. Ketuntasan belajar siklus I belum memenuhi harapan dikarenakan beberapa hal diantaranya model experiential learning masih baru bagi siswa sehingga belum terbiasa, permainan puzzle peta kurang memberikan pengalaman untuk siswa, dan variasi soal yang diberikan oleh peneliti kurang sebaran tingkat kognisinya. Oleh karena itu, peneliti melakukan beberapa perbaikan dalam pembelajaran siklus II. Perbaikan yang dimaksud adalah dengan mengubah permainan puzzle peta dengan permainan tebak kotak dan menggambar denah, dan menambah sebaran kognisi dalam variasi soal. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I berdasarkan refleksi yang telah dilakukan. Pada siklus II peneliti menerapkan model pembelajaran experiential learning dalam proses pembelajaran dengan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Siswa sangat aktif dan antusias dalam pembelajaran. Perbedaan dengan siklus I adalah siswa sudah terlihat mulai dapat menguasai situasi yang diciptakan peneliti. Siswa sudah dapat menempatkan dirinya dan dapat melaksanakan instruksi peneliti dengan baik. Melalui variasi sebaran kognisi pada soal yang diberikan peneliti membuat siswa mendapatkan lebih banyak pengalaman dalam masalah perbandingan dan skala. Menggambar denah rumah-sekolah juga memberi dampak yang positif bagi siswa. Siswa menentukan sendiri jarak sebenarnya, jarak pada peta, dan menghitung skala gambar mereka sehingga mereka benar-benar tahu asal dari penghitungan skala. Proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik dan hal ini berbading lurus dengan hasil evaluasi. Hasil evaluasi sudah memenuhi harapan peneliti. Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II adalah nilai rata-rata siswa sebesar 79,19 dengan ketuntasan belajar sebesar 81,81% atau 27 siswa dari 33 siswa mampu mencapai to user KKM. Walaupun masih ada 6 commit siswa atau 18,19% siswa belum lulus KKM 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Dikatakan demikian karena ketuntasan belajar telah melampaui indikator kinerja penelitian 80% dan nilai rata-rata diatas KKM 66 sehingga penelitian dapat dikatakan telah sukses. Data-data di atas didukung oleh hasil wawancara pascatindakan dengan guru kelas kelas V SDN 04 Ngringo. Guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. menyampaikan bahwa penerapan model pembelajaran experiential learning telah meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar mengenai perbandingan dan skala. Guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. juga mengisyaratkan bahwa model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan peggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala (lampiran 24: 143). Uraian di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari pratindakan, siklus I, sampai siklus II. Hasil dari penelitian menunjukkan kenaikan nilai rata-rata siswa dari 54,40 menjadi 62,78 kemudian naik menjadi 79,19. Hasil dari penelitian juga menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar dari 21,21% naik menjadi 42,42% kemudian naik lagi menjadi 81,81%. Kenaikan yang terjadi dalam pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan dari keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Ceria Oktaviani. Hasil penelitian Ceria Oktaviani memperlihatkan hal yang sama. Hasil penelitian Ceria Oktaviani menunjukkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan vocabulary mastery. Dengan demikian, maka penerapan model experiential learning memang dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa. Dalam penelitian ini kebermaknaan tersebut berpengaruh pada keterampilan siswa dalam penggunaan pecahan. Sehingga, penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan sebanyak dua siklus yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan hasil belajar siswa dari masa pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal/pra tindakan, nilai rata-rata siswa adalah 54,40 dengan ketuntasan sebesar 21,21%. Siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa adalah 62,78 dengan ketuntasan sebesar 42,42%. Dan siklus II memperlihatkan adanya peningkatan kembali, nilai rata-rata siswa adalah 79,19 dengan ketuntasan sebesar 81,81%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada kelas V SD N 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur penelitian didasarkan pada penerapan model pembelajaran experiential learning dalam pembelajaran Matematika kelas V. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada 15 – 25 April 2012 dan siklus II dilaksanakan pada 26 April – 12 Mei 2012. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setiap kegiatan dalam penelitian direncanakan sedemikian rupa
untuk
meningkatkan
efektivitas
dari
pembelajaran
yang
hendak
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan observasi untuk mengetahui efektivitas dari pembelajaran dan kekurangan dari pembelajaran. Kemudian, dilaksanakan refleksi untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi to useryang akan dilaksanakan harus kelemahan yang ada. Setiap commit pertemuan 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 memperhatikan pertemuan sebelumnya sebagai perbaikan dari pertemuan yang akan datang. Siklus II harus memperhatikan hasil refleksi dari siklus I untuk memperbaiki jalannya pembelajaran untuk lebih meningkatkan efektivitas pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbadingan dan skala dapat meningkat melalui penerapan model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan ini, maka dapat diutarakan implikasi dari hasil penelitian sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menerapkan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Model experiential learning terdiri dari empat tahap yaitu pengalaman nyata, observasi reflektif, konseptualisasi abastrak, dan eksperimentasi aktif. Keempat tahap ini saling berkolaborasi membentuk siklus. Penerapan model experiential learning memberikan pengalaman nyata pada siswa juga melatih siswa berpikir dan menemukan sendiri suatu konsep kemudian menggunakannya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Matematika yang pada dasarnya abstrak ditampilkan dalam bentuk konkrit, kemudian siswa mencari sendiri konsep dari suatu teori, kemudian memadukan teori yang diperolehnya menjadi satu teori yang logis selanjutnya teori tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Matematika yaitu pada masalah perbandingan dan skala. Dengan demikian, pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Persentase ketuntasan hasil belajar dan rata-rata nilai siswa meningkat. Meningkatnya ketuntasan dan rata-rata nilai siswa menunjukkan bahwa keterampilan siswa juga meningkat. Dapat dilihat, terjadi peningkatan dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang ingin diterapkan. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai akan meningkatkan efektivitas dari pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa SDN 04 Ngringo khususnya pada mata pelajaran Matematika.
C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya menghimbau kepada para guru untuk mencoba menerapkan model pembelajaran experiential learning sebagai alternatif model pembelajaran yang digunakan. 2. Bagi Guru a. Sebaiknya guru menerapkan model-model pembelajaran yang baru sehingga dapat mencegah siswa dari kebosanan, salah satunya adalah dengan model experiential learning. b. Guru hendaknya melakukan upaya tindak lanjut terhadap penerapan model experiential learning dalam pembelajaran karena tidak tertutup kemungkinan model ini dapat diterapkan dalam materi yang lain ataupun dalam mata pelajaran yang lain. 3. Bagi Siswa Siswa diharapkan dapat tetap semangat dan antusias dalam belajar seperti saat diterapkannya model pembelajaran experiential learning. Selain itu, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan prinsip belajar model experiential learning. 4. Bagi peneliti lain Peneliti
yang hendak mengkaji permasalahan yang sama to user hendaknya mengkaji lebihcommit banyak teori mengenai model pembelajaran 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 experiential learning sehingga dapat melengkapi kekurangan yang ada agar 18,19% siswa yang belum tuntas dapat diupayakan menjadi 0%.
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, N. dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Dirjendiktinasional. Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Arikunto, S. (1991). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. _____. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Baharudin & Wahyuni, E. N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruz Media. Bird, J. (2004). Matematika Dasar Teori dan Aplikasi. Terj. Ir. Refina Indriasari, M.Sc. Jakarta: Erlangga. Buchori, Jumadi, & Juliatun, E. (2007). Gemar Belajar Matematika 5. Semarang: Aneka Ilmu. Carver, R. King, R. & Fowler, B. (2007). Toward a Model of Experiential Learning. MERLOT Journal of Online Learning And Teaching. 3 (3) 247-256. Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Gagne, R. M. (1972). Domain of Learning. Diperoleh 29 Februari 2012 dari http://www.ibstpi.org/Products/pdf/chapter_3.pdf Hamalik, O. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Heruman. (2007). Model-model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hurlock, E. B. (tt). Perkembangan Anak. Terj. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga. Khafid, M. & Suyati. (2006). Matematika untuk SD kelas 5 KTSP 2006. Jakarta: Erlangga. Kolb, A. Y. & Kolb, D. A. (tt). Experiential Learning Theory : a Dynamic, commit to user Holistic Approach to Management Learning, Education and Development. 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Weatherhead School of Management Case Western Reserve University. Diperoleh 28 Februari 2012 pukul 13.00 dari http://learningfromexperience.com/research-library/using-experientiallearning-theory-to-promote-student-learning-and-development-in-programsof-education-abroad/ Kolb, D. A. (1976, Spring). Management and The Learning Process. XVIII (3) 21-31. Kolb, D. A. (1984). Experiential Learning: Experience as The Source of Learning and Development. New Jersey: Prentice Hall. Kolb, D. A. & Yeganeh, B. (2011, 9 September). Deliberate Experiential Learning : Mastering The Art of Learning from Experience. Orbh Working Paper Case Western Reserve University. Miles, M. B. & Huberman, A. M. (2009). Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press. Moelong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Oktavianai, C. (2007). Improving Vocabulary Mastery Through Experiential Learning. Skripsi tidak diterbitkan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNS. Patton, M. Q. (2006). Metode Evaluasi Kualitatif. Terj. Budi Puspo Priyadi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Praniyati, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN 01 Macanan Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan PGSD FKIP UNS. Riedesel, C. A, Schwartz, J. E, & Clements, D. H. (1996). Theaching Elementary School Mathematics. USA: Library of Congres cataloging in publication data. Sa’jidah, C. (2001). Pendidikan Matematika II. Malang: Universitas Negeri Malang. Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Snelbecker, G. E. (1974). Learning Theory, Instructional Theory, and to userof Amerika: Mc Graw-Hill. Psychoeducational Design. commit United Stated
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Sutawidjaja, Akbar. (1991/1992). Pendidikan Matematika III. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Suwandi, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Psg Rayon 13 Surakarta Fkip UNS. Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syarifuddin. (2009). Pembelajaran Inovatif: Pembelajaran Matematika Sekolah. Diperoleh 8 Juni 2012 pukul 19.00 dari http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematikasekolah-1.html?m=1. Thobroni, M. & Mustofa, A. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Warsito. (2011). Penerapan Pendekatan Matematika Realistic untuk Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Pecahan (PTK pada Siswa Kelas III SDN 1 Mlese, Cawas, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan PGSD FKIP UNS. Wiriatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN DI SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei Juni juli 1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru kelas. b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan. c. Menyusun proposal penelitian. d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaan tindakan a. Siklus I - Perencanaan - Pelaksanaan - Observasi - Refleksi b. Siklus II - Perencanaan - Pelaksanaan - Observasi - Refleksi 3. Analisis data dan pelaporan a. Analisis data b. Menyusun laporan skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan laporan
dan
pengumpulan
commit to user
LAMPIRAN 2 SILABUS
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/2
Standar Kompetensi : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
Materi pokok
Kegiatan pembelajaran
Indikator
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Operasi hitung dalam masalah perbandingan dan skala
Menceritakan masalah sehari-hari yang melibatkan perbandingan Melakukan diskusi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dan mengadakan percobaan untuk membuat skala dari sekitar ruangan sekitar (gedung sekolah)
Penilaian
Menjelaskan arti Tertulis Kinerja perbandingan pecahan. Menggunakan perbandingan untuk menentukan skala. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan dan skala.
Alokasi waktu 10 jp x 35 menit
Sumber belajar
Buku Pelajaran Matematika SD Kelas V Buku yang sesuai
80 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 LAMPIRAN 3 NILAI ULANGAN HARIAN MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO (NILAI PRASIKLUS)
No.
Nama siswa
Nilai
1. Bryan Fajar N 60 2. Faris Prasetyo 60 3. G. Guruh Septian 70 4. Yessy Melinda 40 5. Rizal Mahmudi 80 6. Andreas Fajar R M 70 7. Andika Fakri A 60 8. Ain Fadhila C 40 9. Alzela Novia P 100 10. Arie Rangga W 50 11. Alan Prakosa 60 12. Chiesa Setya P 60 13. Diky Wasta Via D 60 14. Dita Aulia F 50 15. Grocia Gubriella 60 16. Guna Darma A 70 17. Yustinus Anton 70 18. Laviola Fiorentina 50 19. Melinda 60 20. Resa Nora A 30 21. Ridauljanah Eldik 40 22. Sheva Anjani A 40 23. Selvi Triningrum 40 24. Syahrul Fajar R 60 25. Santi Wulan Sari 50 26. Tyo Widyanto 60 27. Widya Mutiara N 50 28. Ananda A 30 29. Ervian Dwi Putra 60 30. Putri Gani A 50 31. Sri Rejeki 50 32. Viona 40 33. Zulbaidah 90 Jumlah 1860 to user Rata – rata/persentase ketuntasan commit 56,36
Ketuntasan Tuntas
Belum √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 21,21 %
26 78,79 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 LAMPIRAN 4 PEDOMAN WAWANCARA GURU MENGENAI PEMBELAJARAN SEBELUM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Tujuan
: Menggali kelemahan siswa pada pembelajaran sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Bentuk
: Wawancara semi terstruktur
Responden
: Guru kelas V SD Negeri 04 Ngringo
Nama Guru
: Nurjanah, S.Pd
Hari, tanggal
: 12 Januari 2012
No. Pertanyaan 1.
Ringkasan jawaban
Bagaimana perkembangan siswa saat ini? Kondisi siswa masih seperti biasanya, karena masih awal masuk setelah libur jadi masih penyesuaian.
2.
Bagaimana hasil ulangan akhir semester Hasinya lumayan bagus. gasal 2011/2012?
3.
Pada mata pelajaran apa nilai siswa Matematika, siswa mengalami rendah/tidak mencapai KKM?
4.
kesusahan dalam operasi hitung.
Pada mata pelajaran Matematika di Biasanya siswa lemah pada semester genap, kelemahan siswa pada materi perbandingan dan skala. materi apa?
5.
Apa penyebab kelemahan siswa tersebut? Karena materinya baru dan sulit. Siswa
kesulitan
membandingkan
dalam
benda
dan
menghitung jarak. 6.
Berapa jumlah siswa yang mengalami Pengalaman
tahun
kemarin
kesusahan/tidak mencapai KKM dalam (2010/2011) lumayan banyak, materi perbandingan dan skala? diatas commit to user
50
%
yang
tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 mencapai KKM. 7.
Untuk tahun pelajaran 2011/2012 apakah Kemungkinan juga iya, tapi juga memiliki kelemahan yang sama?
untuk lebih yakin dapat dilihat setelah ulangan harian.
Kesimpulan hasil wawancara : Siswa kelas V SD N 04 Ngringo mengalami kesulitan pada mata pelajaran Matematika materi perbandingan dan skala.
Ngringo, 20 Februari 2012 Narasumber
Pewawancara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Pertemuan 1
Nama Sekolah
: SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. C. Indikator Kognitif 5.4.1. Membuat perbandingan. 5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan. Afektif 1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Melakukan perbandingan. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif 1. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat membuat perbandingan dengan benar. 2. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan commit to benar. user menggunakan perbandingan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 Afektif 1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Melalui demonstrasi siswa dapat melakukan perbandingan dengan benar. E. Dampak Pengiring Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan perbandingan. F. Materi Pembelajaran Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen. Banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis . Dapat dikatakan banyak pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi, penulisan mempunyai nilai yang sama dengan 3:5. Buchori, Jumadi, Erna Juliatun (2007:108) mengatakan bahwa untuk mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B. G. Metode dan Model Pembelajaran Metode pembelajaran 1. Ceramah 2. Penugasan 3. Inkuiri-diskoveri 4. Demonstrasi Model pembelajaran : experiential learning commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 H. Media dan Sumber Belajar 1. Botol 2. Batu hias warna-warni 3. Lembar kerja siswa 4. Buku paket kelas V I. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Waktu 1. Kegiatan awal 10 menit d) Berdo’a e) Menyanyikan lagu nasional f) Presensi g) Menyampaikan tujuan pembelajaran h) Apersepsi : membandingkan usia guru dengan siswa. i) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok tiap kelompok 5 anak. j) Menjelaskan peraturan permainan 2. Kegiatan inti 45 menit Eksplorasi : Permainan isi botol (CE, RO) k) Siswa mengisi batu warna-warni kedalam botol dalam batas waktu tertentu. l) Siswa menghitung banyaknya batu yang tadi dimasukkan dalam botol. m) Siswa membandingkan batu-batu yang berbeda warna. Elaborasi : n) Siswa melakukan perbandingan. (AC) o) Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja secara bergiliran. p) Siswa menjawab pertanyaan yang ditentukan oleh guru. (AC) q) Siswa yang menyampaikan hasil kerja menentukan benar tidaknya jawaban dari kelompok lain. (AC) Konfirmasi : r) Memantau dan membimbing siswa dalam penyelesaian tugas. commit to user s) Memberi bintang pada kelompok
Nilai karakter Religius Cinta tanah air Disiplin Kerja keras
Rasa tahu
ingin
Kerja sama Kerja sama
Kerja keras Tanggung jawab Kerja keras Tanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
3.
yang dapat menjawab soal dengan benar. t) Memberi pemantapan pada tiap segmen penyampaian hasil kerja. Kegiatan akhir : 15 menit u) Membimbing siswa membuat kesimpulan. v) Melakukan evaluasi. (AE) w) Mengumpulkan lembar evaluasi siswa
Tanggung jawab Mandiri
Catatan: CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete experience. RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective observation. AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract conceptualization. AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active experimentation. J. Penilaian Prosedur : tes akhir Jenis tagihan : individu Jenis tes : tertulis Bentuk tes : jawaban singkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Surakarta, 20 Mei 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok
:
Anggota
:
Bandingkanlah batu warna merah dan biru sesuai dengan kolom dibawah ini!
No. Jumlah batu merah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jumlah batu biru
Jumlah semua batu
Batu merah : Batu merah : Batu biru : batu biru semua batu semua batu
commit to user
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/2
Jumlah Soal
: 10
Kompetensi dasar
Materi
5.4. Menggunakan Operasi hitung pecahan dalam pecahan dalam masalah perbandingan perbandingan dan skala.
Indikator
C1
C2
C3
5.4.1. Membuat perbandingan.
1,2
3,4
5,6,7
5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan.
C4
C5
C6
Bentuk soal Jawaban singkat
8
9
10
Jawaban singkat
90 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1
NAMA
:
NO. ABSEN :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1.
Pak Toyo mempunyai 20 ekor ayam sedangkan Pak Adi mempunyai 12 ekor ayam. Berapakah perbandingan banyak ayam Pak Toyo dan Pak Adi?
2.
Umur ayah 40 tahun sedangkan umur Ita 8 tahun. Berapakah perbandingan umur ayah dengan Ita?
3.
Dika mempunyai 15 kelereng berwarna hijau dan 20 kelereng berwarna merah. Berapa perbandingan kelereng yang berwarna merah dengan semua kelereng?
4.
Eni mempunyai 20 pita. Pita yang berwarna merah ada 15 potong, sedangkan sisanya berwarna kuning. Berapakah perbandingan pita berwarna merah dengan kuning?
5.
Pak Rustam memiliki 24 ekor bebek jantan dan betina. Perbandingan bebek jantan dan betina adalah 1:2. Berapa masing-masing jumlah bebek jantan dan betina?
6.
Ibu membuat kue bolu. Terdiri dari dua rasa yaitu rasa coklat dan mocca. Banyaknya kue bolu coklat ada 12 buah. Pebandingan kue rasa coklat dan mocca adalah 3:4. Berapakah jumlah seluruh kue yang dibuat ibu?
7.
Di dalam kerajang terdapat bola besar dan bola kecil. Bola besar ada sebanyak 6 buah. Perbandingan bola besar dengan bola kecil adalah 2:5. Berpakah jumlah semua bola yang ada di dalam keranjang?
8.
Jumlah gelas dan botol yang diletakkan di atas meja ada 25 buah. Perbandingan gelas dengan botol adalah 4:1. Berapakah jumlah botol yang ada di atas meja?
9.
Toni mempunyai kelereng berwarna putih dan hijau. Kelereng hijau ada 24 butir. Perbandingan antara kelereng hijau dan seluruh kelerang adalah 2:5. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Berapa bagiankah kelereng hijau bila dibandingkan dengan jumlah seluruh kelereng? 10. Banyaknya pensil dalam kotak adalah
dari jumlah bolpoin. Berapakah
jumlah pensil tersebut jika jumlah bolpoin dalam kotak ada 21 biji?
KUNCI JAWABAN 1.
5:3
2.
5:1
3.
4:7
4.
3:1
5.
8 bebek jantan dan 16 bebek betina
6.
28
7.
21
8.
5
9. 10. 12
Penilaian = jumlah betul x 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 LAMPIRAN 6 LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah
: SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester
: V/II
Materi
: Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : I/1
Petunjuk: Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini! Aspek yang diamati 1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas 2. Memberikan kepercayaan pada siswa 3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar 4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa 5. Memancing motivasi siswa untuk belajar 6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul 7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa 8. Menjadi narasumber bagi siswa 9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok 10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa
YA TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik. Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 20 Mei 2012 Observer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 LAMPIRAN 7 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran
: Matematika
Kompetensi Dasar
: Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan
: I/1
Hari, tanggal
: Jum’at, 20 April 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi! No.
Nama siswa
1 1. Bryan FN √ 2. Faris P √ 3. G. Guruh S 4. Yessy M 5. Rizal M 6. Andreas 7. Andika FA 8. Ain FC √ 9. Alzrela NP √ 10. Arie RW √ 11. Alan P 12. Chiesa SP √ 13. Diky WVD 14. Dita AF 15. Grocia G 16. Guna DA √ 17. Yustinus A 18. Laviola F 19. Melinda 20. Resa NA 21. Ridauljanah 22. Sheva AA √ 23. Selvi T 24. Syahrul FR 25. Santi WS 26. Tyo W 27. Widya MN √ 28. Ananda A -
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aspek yang diamati 5 6 7 8 9 10 11 - √ - √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ commit to user √ √ √ √ √ √ -
Jml 12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 13 13 12 13 13 10 14 14 14 0 14 13 13 13 14 13 13 13 11 11 12 11 11 11 11 12 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 29. 30. 31. 32. 33.
Ervian DP Putri GA Sri Rejeki Viona Zulbaidah
√ √ -
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Keterangan: 1.
Mengisi botol dengan batuan tepat waktu.
2.
Melakukan perbandingan dengan batuan.
3.
Bekerja sama dengan teman.
4.
Toleransi terhadap teman.
5.
Berani menyampaikan hasil kerja.
6.
Mengamati pola perbandingan.
7.
Mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan.
8.
Berani bertanya.
9.
Berani berpendapat.
10. Interaksi antar siswa. 11. Menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit. 12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat. 13. Menggunakan lambang perbandingan dengan benar. 14. Menuliskan perbandingan dengan benar.
Ngringo, 20 Mei 2012 Observer
commit to user
√ √ √ √
0 14 14 13 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 LAMPIRAN 8 ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1
No.
Nama siswa
1. Bryan Fajar N 2. Faris Prasetyo 3. G. Guruh Septian 4. Yessy Melinda 5. Rizal Mahmudi 6. Andreas Fajar R M 7. Andika Fakri A 8. Ain Fadhila C 9. Alzela Novia P 10. Arie Rangga W 11. Alan Prakosa 12. Chiesa Setya P 13. Diky Wasta Via D 14. Dita Aulia F 15. Grocia Gubriella 16. Guna Darma A 17. Yustinus Anton 18. Laviola Fiorentina 19. Melinda 20. Resa Nora A 21. Ridauljanah Eldik 22. Sheva Anjani A 23. Selvi Triningrum 24. Syahrul Fajar R 25. Santi Wulan Sari 26. Tyo Widyanto 27. Widya Mutiara N 28. Ananda A 29. Ervian Dwi Putra 30. Putri Gani A 31. Sri Rejeki 32. Viona 33. Zulbaidah Jumlah Rata – rata/persentase ketuntasan
Nilai 70 70 70 70 60 50 70 50 100 30 60 70 40 70 80 80 60 90 70 60 60 70 90 60 60 50 90 70 70 60 60 60 80 2200 66,67 commit to user
Ketuntasan Tuntas √ √ √ √
Belum
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 18 54,54 %
15 45,45 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 LAMPIRAN 9 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Pertemuan 2
Nama Sekolah
: SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. C. Indikator Kognitif 5.4.3. Menunjukkan skala. 5.4.4. Menentukan skala peta/gambar. 5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala. Afektif Afektif 1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Menyusun puzzle peta. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif 1. Melalui pengamatan siswa dapat menunjukkan skala pada peta dengan tepat. commit to user 2. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat menentukan skala gambar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 3. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala dengan benar. Afektif 1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Melalui penugasan siswa menyusun puzzle peta dengan benar. E. Dampak Pengiring Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan skala. F. Materi Pembelajaran Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala. Suatu wilayah,kota,jalan,atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam bentuk dengah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah menggambarkan jarak yang sangat jauh. (M khafid dan Suyati, 2006:57) Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama dengan 25.000.000 cm atau
250 km pada jarak sebenarnya. (Teguh
Purwanti,dkk 2004: 51) Jadi, skala
jarak pada peta jarak sebenarnya
= jarak pada peta : jarak sebenarnya Contoh jarak kota Yogyakarta – solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak tersebut berukur 3 cm. berapa skala peta tersebut? skala
jarak pada peta jarak sebenarnya 3 cm 3 cm 3 to user = 90 km =9 000 000 cm=commit 9 000 000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 1
= 3000 000 = 1 : 3.000.000 G. Metode dan Model Pembelajaran Metode pembelajaran 1. Ceramah 2. Pengamatan 3. Penugasan 4. Inkuiri-diskoveri Model pembelajaran : experiential learning H. Media dan Sumber Belajar 1. Peta 2. Puzzle peta 3. Tangga satuan jarak 4. Lembar kerja siswa 5. Buku paket kelas V I. Langkah-langkah Pembelajaran No. 1.
2.
Kegiatan Waktu Kegiatan awal 10 menit x) Berdo’a y) Menyanyikan lagu nasional z) Presensi aa) Menyampaikan tujuan pembelajaran bb) Apersepsi : bercerita mengenai letak rumah peneliti dengan SDN 04 Ngringo. Kegiatan inti 45 menit Eksplorasi : cc) Mengamati skala yang terdapat pada peta. (CE) dd) Menentukan jarak sebenarnya antarkota dalam peta. (CE) Elaborasi : Permainan susun puzzle ee) Menyusun puzzle peta. (CE) ff) Siswa melakukan operasi hitung skala dengan melengkapi soal yang rumpang. (RO) commit to user
Nilai karakter Religius Cinta tanah air Disiplin
Kerja keras
Rasa ingin tahu Kerja keras
Kerja keras Kerja keras
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
3.
gg) Siswa menyampaikan hasil kerjanya. (CE) hh) Siswa yang lain menanggapi dengan cara menjawab dengan cara mewakilkan anggota ke depan dan menuliskan jawaban di papan tulis. (RO dan AC) ii) Pengkoreksian oleh pemberi soal. (RO dan AC) jj) Penyampaian soal oleh guru. (AC) Konfirmasi : kk) Memantau dan membimbing siswa dalam penyelesaian tugas. ll) Memberi bintang pada kelompok yang dapat menjawab soal dengan benar. mm) Memberi pemantapan pada tiap segmen penyampaian hasil kerja. Kegiatan akhir : 15 menit nn) Membimbing siswa membuat kesimpulan. oo) Melakukan evaluasi. (AE) pp) Mengumpulkan lembar evaluasi siswa
Keberanian Kerja keras
Tanggung jawab
Tanggung jawab Mandiri
Catatan: CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete experience. RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective observation. AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract conceptualization. AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active experimentation. J. Penilaian Prosedur : tes akhir Jenis tagihan : individu Jenis tes : tertulis Bentuk tes : jawaban singkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 Surakarta, 25 Mei 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 LEMBAR KERJA SISWA
1.
Susunlah pazel peta/gambar menjadi peta/gambar yang utuh!
2.
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki! (daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!) ……………. terletak sejauh …. km dari………………. Seseorang membuat peta Kabupaten Karanganyar. Pada peta tersebut jarak ……….. terletak sejauh …. cm dari……………... Skala yang digunakan dalam membuat peta tersebut adalah… skala
jarak pada peta jarak sebenarnya
3. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki! (daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!) Jarak …………..dan …………. pada peta adalah ….. cm. Skala peta itu adalah 1 : …………. Jarak sebenarnya ……………dengan ………. adalah … skala
jarak pada peta jarak sebenarnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
4.
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki! (daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!) …………….dan ………. berada di Kabupaten Karanganyar. Jarak keduanya ………km. Jika Kabupaten Karanganyar tersebut digambar pada peta berskala 1 : …………, berapa jarak keduanya pada peta? skala
5.
jarak pada peta jarak sebenarnya
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki! (daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!) Desa ……….. berjarak ….. km dari Desa ……….. Pada peta jarak kedua desa itu … cm. Besar skala peta itu adalah … skala
6.
jarak pada peta jarak sebenarnya
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki! (daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!) Tinggi jendela pada gambar adalah … cm. Jika gambar menggunakan skala 1 : ... Maka, tinggi jendela yang sebenarnya adalah … skala
jarak pada peta jarak sebenarnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 MEDIA PUZZLE PETA
commit to user
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/2
Jumlah Soal
: 10
Kompetensi dasar
Materi
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
Operasi hitung pecahan dalam perbandingan
Indikator 5.4.3. Menunjukkan skala.
5.4.4. Menentukan skala gambar. 5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.
C1 C2 1
C3
C4 C5 C6 Bentuk soal Jawaban singkat
2,3,4
Jawaban singkat 5,6,7 8
9
10
Jawaban singkat
14 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 LEMBAR EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2
NAMA
:
NO. ABSEN :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Besar skala peta diatas adalah … 2.
Di halaman sekolah terdapat tiang bendera setinggi 10 m. Pada sebuah gambar, tinggi tiang itu 5 cm. Skala yang digunakan dalam gambar itu adalah …
3.
Desa Ngarai berjarak 7 km dari Desa Jalu. Pada peta jarak kedua desa itu 14 cm. Besar skala peta itu adalah …
4.
Kabupaten Sragen terletak sejauh 45 km dari Kabupaten Boyolali. Seseorang membuat peta Provinsi Jawa Tengah. Pada peta tersebut jarak Kabupaten Sragen terletak sejauh 15 cm dari Kabupaten Boyolali. Skala yang digunakan dalam membuat peta tersebut adalah…
5.
Jarak kota A dan B pada peta adalah 8 cm. Skala peta itu adalah 1 : 1.500.000. Jarak sebenarnya kota A dengan kota B adalah … commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 6.
Tinggi gedung pada gambar adalah 33 cm. Jika gambar gedung menggunakan skala 1 : 400. Tinggi gedung yang sebenarnya adalah …
7.
Kota Ruteng dan Bajawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak kedua kota 75 km. Jika provinsi tersebut digambar pada peta berskala 1 : 2.500.000, berapa jarak kedua kota itu pada peta?
8.
Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 7 cm dan jarak kota B ke kota C adalah 5 cm. Jika jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah 8,4 km, berapa jarak kota B ke kota C ?
9.
Panjang sungai pada peta A yang berskala 1 : 1.700.000 adalah 23 cm. Pada peta B sungai itu digambar sepanjang 17 cm. Besar skala yang digunakan untuk menggambar peta B adalah …
10. Seorang arsitek ingin membuat rancangan gedung. Ia ingin membuat gedung setinggi 800 m. Dia menggambar gedung itu dengan skala 1 : 5.000. Berapa tinggi gedung dalam gambar?
KUNCI JAWABAN 1.
1 : 1.800.000
2.
1 : 200
3.
1 : 50.000
4.
1 : 300.000
5.
120 km
6.
132 m
7.
3 cm
8.
6 km
9.
1 : 2.300.000
10. 16 cm
Penilaian = jumlah betul x 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 LAMPIRAN 10 LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah
: SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester
: V/II
Materi
: Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : I/2
Petunjuk: Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini! Aspek yang diamati 1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas 2. Memberikan kepercayaan pada siswa 3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar 4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa 5. Memancing motivasi siswa untuk belajar 6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul 7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa 8. Menjadi narasumber bagi siswa 9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok 10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa
YA TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik. Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 25 Mei 2012 Observer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 LAMPIRAN 11 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran
: Matematika
Kompetensi Dasar
: Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan
: I/2
Hari, tanggal
: Rabu, 25 April 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi! No.
Nama siswa
1 1. Bryan FN √ 2. Faris P √ 3. G. Guruh S √ 4. Yessy M √ 5. Rizal M √ 6. Andreas FRM √ 7. Andika FA √ 8. Ain Fadhila C √ 9. Alzrela NP √ 10. Arie RW √ 11. Alan Prakosa √ 12. Chiesa SP √ 13. Diky WVD √ 14. Dita Aulia F √ 15. Grocia G √ 16. Guna DA √ 17. Yustinus A √ 18. Laviola F √ 19. Melinda √ 20. Resa Nora A √ 21. Ridauljanah E √ 22. Sheva A A √ 23. Selvi T √ 24. Syahrul F R √ 25. Santi Wulan S √ 26. Tyo W √ 27. Widya MN √ 28. Ananda A √
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aspek yang diamati 4 5 6 7 8 9 10 11 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ - - √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ commit to user √ √ √ √ √ √ √ √
Jml 12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 14 8 14 14 14 10 14 14 8 12 14 13 14 14 11 14 14 14 11 14 14 14 14 14 14 14 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 29. 30. 31. 32. 33.
Ervian Dwi P Putri Gani A Sri Rejeki Viona Zulbaidah
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Keterangan: 1.
Mengamati peta.
2.
Menunjukkan skala pada peta.
3.
Mengukur jarak antarkota dalam peta.
4.
Menyusun puzzle peta.
5.
Mengerjakan tugas dengan baik.
6.
Toleransi terhadap teman.
7.
Berani menyampaikan hasil kerja.
8.
Berani bertanya.
9.
Berani berpendapat.
10. Interaksi antar siswa. 11. Menjawab soal skala kurang dari 3 menit. 12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat. 13. Menuliskan skala dengan benar. 14. Menggunakan lambang skala dengan benar.
Ngringo, 25 Mei 2012 Observer
commit to user
8 14 14 14 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 LAMPIRAN 12 ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2
No.
Nama siswa
1. Bryan Fajar N 2. Faris Prasetyo 3. G. Guruh Septian 4. Yessy Melinda 5. Rizal Mahmudi 6. Andreas Fajar R M 7. Andika Fakri A 8. Ain Fadhila C 9. Alzela Novia P 10. Arie Rangga W 11. Alan Prakosa 12. Chiesa Setya P 13. Diky Wasta Via D 14. Dita Aulia F 15. Grocia Gubriella 16. Guna Darma A 17. Yustinus Anton 18. Laviola Fiorentina 19. Melinda 20. Resa Nora A 21. Ridauljanah Eldik 22. Sheva Anjani A 23. Selvi Triningrum 24. Syahrul Fajar R 25. Santi Wulan Sari 26. Tyo Widyanto 27. Widya Mutiara N 28. Ananda A 29. Ervian Dwi Putra 30. Putri Gani A 31. Sri Rejeki 32. Viona 33. Zulbaidah Jumlah Rata – rata/persentase ketuntasan
Nilai 40 40 30 60 40 90 40 100 80 30 40 40 40 90 70 40 40 70 70 40 80 60 90 40 60 40 70 80 20 90 60 80 70 1930 58,48 commit to user
Ketuntasan Tuntas
Belum √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 42,42 %
19 57,58 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 LAMPIRAN 13 ANALISIS KETUNTASAN RATA-RATA HASIL EVALUASI SIKLUS I
No.
Nama siswa
1. Bryan Fajar N 2. Faris Prasetyo 3. G. Guruh Septian 4. Yessy Melinda 5. Rizal Mahmudi 6. Andreas Fajar R M 7. Andika Fakri A 8. Ain Fadhila C 9. Alzela Novia P 10. Arie Rangga W 11. Alan Prakosa 12. Chiesa Setya P 13. Diky Wasta Via D 14. Dita Aulia F 15. Grocia Gubriella 16. Guna Darma A 17. Yustinus Anton 18. Laviola Fiorentina 19. Melinda 20. Resa Nora A 21. Ridauljanah Eldik 22. Sheva Anjani A 23. Selvi Triningrum 24. Syahrul Fajar R 25. Santi Wulan Sari 26. Tyo Widyanto 27. Widya Mutiara N 28. Ananda A 29. Ervian Dwi Putra 30. Putri Gani A 31. Sri Rejeki 32. Viona 33. Zulbaidah Jumlah Rata – rata/persentase ketuntasan
Nilai 55 55 50 65 50 70 55 75 90 30 50 55 40 80 75 60 50 80 70 50 70 65 90 50 60 45 80 75 45 75 60 70 75 2065 62,57 commit to user
Ketuntasan Tuntas
Belum √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 42,42 %
19 57,58 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 LAMPIRAN 14 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II Pertemuan 1
Nama Sekolah
: SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. C. Indikator Kognitif 5.4.1. Membuat perbandingan. 5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan. Afektif 1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Melakukan perbandingan. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif 1. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat membuat perbandingan dengan benar. 2. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan commit to benar. user menggunakan perbandingan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 Afektif 1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Melalui demonstrasi siswa dapat melakukan perbandingan dengan benar. E. Dampak Pengiring Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan perbandingan. F. Materi Pembelajaran Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen. banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis . Dapat dikatakan banyak pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi, penulisan mempunyai nilai yang sama dengan 3:5. Buchori, Jumadi, Erna Juliatun (2007:108) mengatakan bahwa untuk mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B. G. Metode dan Model Pembelajaran Metode pembelajaran 1. Ceramah 2. Penugasan 3. Inkuiri-diskoveri 4. Demonstrasi Model pembelajaran : experiential learning commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 H. Media dan Sumber Belajar 1. Botol 2. Sedotan warna-warni 3. Lembar kerja siswa 4. Buku paket kelas V I. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Waktu 1. Kegiatan awal 10 menit qq) Berdo’a rr) Menyanyikan lagu nasional ss) Presensi tt) Menyampaikan tujuan pembelajaran uu) Apersepsi : membandingkan usia guru dengan siswa. vv) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok tiap kelompok 5 anak. ww) Menjelaskan peraturan permainan 2. Kegiatan inti 45 menit Eksplorasi : Permainan isi botol (CE, RO) xx) Siswa mengisi sedotan warnawarni kedalam botol dalam batas waktu tertentu. yy) Siswa menghitung banyaknya sedotan yang tadi dimasukkan dalam botol. zz) Siswa membandingkan sedotan yang berbeda warna. Elaborasi : aaa) Siswa melakukan perbandingan. (RO/AC) bbb) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok. ccc) Siswa mengerjakan soal presentasi teman. (RO/AC) ddd) Siswa menjawab soal-soal tersebut. (RO/AC) Konfirmasi : eee) Memantau dan membimbing siswa dalam penyelesaian tugas. commit to user fff) Memberi bintang pada kelompok
Nilai karakter Religius Cinta tanah air Disiplin Kerja keras
Rasa tahu
ingin
Kerja sama Kerja sama
Kerja keras Tanggung jawab Kerja keras Keberanian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
3.
yang dapat menjawab soal dengan benar. ggg) Memberi pemantapan pada tiap segmen penyampaian hasil kerja. Kegiatan akhir : 15 menit hhh) Membimbing siswa membuat kesimpulan. iii) Melakukan evaluasi. (AE) jjj) Mengumpulkan lembar evaluasi siswa
Tanggung jawab Mandiri
Catatan: CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete experience. RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective observation. AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract conceptualization. AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active experimentation. J. Penilaian Prosedur : tes akhir Jenis tagihan : individu Jenis tes : tertulis Bentuk tes : pilihan ganda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
Surakarta, 27 Mei 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok
:
Anggota
:
Bandingkanlah sedotan warna-warni sesuai dengan kolom dibawah ini!
No. Jumlah sedotan merah
Jumlah sedotan kuning
Jumlah semua sedotan
Sedotan merah sedotan kuning
Sedotan : merah semua sedotan
Sedotan : kuning semua sedotan
:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan hasil kerja kelompokmu! 1. Sedotan merah ada ….. sedangkan sedotan kuning ada ….. Perbandingan sedotan merah dengan sedotan kuning adalah … 2. Tika mempunyai …. Sedotan berwarna merah dan …. Sedotan berwarna kuning. Perbandingan sedotan yang berwarna merah dengan semua sedotan adalah … 3. Rika mempunyai ….sedotan. …. sedotan merah, sedangkan sisanya berwarna kuning. Perbandingan sedotan merah dengan kuning adalah … 4. Ika mempunyai … sedotan merah dan kuning. Perbandingan sedotan merah dan kuning adalah….. Jumlah masing-masing sedotan merah dan kuning adalah … 5. Kiki mempunyai sedotan merah dan kuning. Banyaknya sedotan merah ada … buah. Pebandingan sedotan merah dan kuning adalah … Jumlah seluruh sedotan Kiki adalah …
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119 6. Di dalam botol terdapat sedotan merah dan kuning. Sedotan merah ada sebanyak …. buah. Perbandingan sedotan merah dengan kuning adalah …:…. Jumlah semua sedotan yang ada di dalam botol adalah … 7.
Beta mempunyai sedotan berwarna merah dan kuning. Sedotan merah ada …. buah. Perbandingan antara sedotan merah dan seluruh sedotan adalah …:… Jumlah sedotan merah adalah
bagian dari jumlah seluruh sedotan.
commit to user
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 1
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/2
Jumlah Soal
: 10
Kompetensi dasar
Materi
5.4. Menggunakan Operasi hitung pecahan dalam pecahan dalam masalah perbandingan perbandingan dan skala.
Indikator
C1
C2
C3
5.4.1. Membuat perbandingan.
1,2
3,4
5,6,7
5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan.
C4
C5
C6
Bentuk soal Pilihan ganda
8
9
10
Pilihan ganda
120 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121 LEMBAR EVALUASI SISWA
NAMA
:
NO. ABSEN :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1.
Adi mempunyai 30 kelereng sedangkan Dika mempunyai 25 kelereng. Perbandingan banyak kelereng Adi dan Dika adalah ….
2.
a. 6 : 5
c. 3 : 2
b. 6 : 4
d. 4 : 5
Umur Ani 15 tahun sedangkan umur Surya 5 tahun. Perbandingan umur Ani dengan Surya adalah …
3.
a. 5 : 1
c. 4 : 1
b. 3 : 1
d. 1 : 4
Susi mempunyai 20 vas berwarna hijau dan 16 vas berwarna merah. Perbandingan vas yang berwarna merah dengan semua vas adalah …
4.
a. 5 : 4
c. 4 : 9
b. 5 : 9
d. 4 : 13
Rina membeli 35 tangkai bunga mawar. 15 tangkai mawar merah, sedangkan sisanya berwarna putih. Perbandingan mawar merah dengan mawar putih adalah …
5.
a. 3 : 4
c. 7 : 3
b. 4 : 3
d. 7 : 4
Luna membeli 28 pasang sepatu dan sandal. Perbandingan sepatu dan sandal adalah 3 : 4. Jumlah masing-masing sepatu dan sandal adalah …
6.
a. 14 dan 14
c. 16 dan 12
b. 18 dan 10
d. 20 dan 8
Firly adalah perajin boneka. Ia membuat boneka doraemon dan pikacu. Banyaknya boneka doraemon ada 15 buah. Pebandingan boneka doraemon dan pikacu adalah 3:2. Jumlah seluruh boneka yang dibuat Firly adalah … commit a. 10 c. 15to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122 b. 20 7.
d. 25
Di dalam kerajang terdapat bola besar dan bola kecil. Bola besar ada sebanyak 8 buah. Perbandingan bola besar dengan bola kecil adalah 2:7. Jumlah semua bola yang ada di dalam keranjang adalah …
8.
a. 9
c. 27
b. 18
d. 36
Jumlah siswa kelas V ada 33 siswa. Jumlah siswa laki-laki adalah 15 siswa sedangkan jumlah siswa perempuan adalah 18 siswa. Perbandingan siswa laki-laki dengan siswa perempuan adalah ….
9.
a. 11 : 5
c. 5 : 6
b. 11 : 6
d. 6 : 5
Rudi mempunyai bola berwarna hijau dan biru. Bola hijau ada 12 buah. Perbandingan antara bola hijau dan seluruh kelerang adalah 3:7. Jumlah kelereng hijau adalah …. bagian dari jumlah seluruh kelereng. a.
c.
b.
d.
10. Banyaknya piring pada rak adalah
dari jumlah mangkuk. Jumlah mangkuk
pada rak ada 16 biji, maka jumlah piring adalah … a. 13
c. 15
b. 14
d. 16
KUNCI JAWABAN 1. A
6. D
2. B
7. D
3. C
8. C
4. A
9. B
5. C
10. B
Penilaian = jumlah betul x 10 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123 LAMPIRAN 15 LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah
: SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester
: V/II
Materi
: Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : II/1
Petunjuk: Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini! Aspek yang diamati 1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas 2. Memberikan kepercayaan pada siswa 3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar 4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa 5. Memancing motivasi siswa untuk belajar 6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul 7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa 8. Menjadi narasumber bagi siswa 9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok 10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa
YA TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik. Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan. Ngringo, 27 Mei 2012 Observer
commit to user
√
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124 LAMPIRAN 16 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran
: Matematika
Kompetensi Dasar
: Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan
: II/1
Hari, tanggal
: Jum’at, 27 April 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi! No.
Nama siswa
1 1. Bryan FN √ 2. Faris P √ 3. G. Guruh S √ 4. Yessy M √ 5. Rizal M √ 6. Andreas FRM √ 7. Andika FA √ 8. Ain Fadhila C √ 9. Alzrela N P √ 10. Arie RW √ 11. Alan Prakosa √ 12. Chiesa Setya P √ 13. Diky W Via D √ 14. Dita Aulia F √ 15. Grocia G √ 16. Guna DA √ 17. Yustinus A √ 18. Laviola F √ 19. Melinda √ 20. Resa Nora A √ 21. Ridauljanah E √ 22. Sheva A A √ 23. Selvi T √ 24. Syahrul FR √ 25. Santi Wulan S √ 26. Tyo Widyanto √ 27. Widya MN √ 28. Ananda A √
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aspek yang diamati 4 5 6 7 8 9 10 11 √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ commit to user √ √ √ √ √ √ √ √
Jml 12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 14 6 14 14 14 14 14 14 9 14 10 14 10 14 11 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125 29. 30. 31. 32. 33.
Ervian Dwi P Putri Gani A Sri Rejeki Viona Zulbaidah
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Keterangan: 1.
Mengisi botol dengan batuan tepat waktu.
2.
Melakukan perbandingan dengan batuan.
3.
Bekerja sama dengan teman.
4.
Toleransi terhadap teman.
5.
Berani menyampaikan hasil kerja.
6.
Mengamati pola perbandingan.
7.
Mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan.
8.
Berani bertanya.
9.
Berani berpendapat.
10. Interaksi antar siswa. 11. Menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit. 12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat. 13. Menggunakan lambang perbandingan dengan benar. 14. Menuliskan perbandingan dengan benar.
Ngringo, 27 Mei 2012 Observer
commit to user
9 14 14 14 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126 LAMPIRAN 17 ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 1
No.
Nama siswa
1. Bryan Fajar N 2. Faris Prasetyo 3. G. Guruh Septian 4. Yessy Melinda 5. Rizal Mahmudi 6. Andreas Fajar R M 7. Andika Fakri A 8. Ain Fadhila C 9. Alzela Novia P 10. Arie Rangga W 11. Alan Prakosa 12. Chiesa Setya P 13. Diky Wasta Via D 14. Dita Aulia F 15. Grocia Gubriella 16. Guna Darma A 17. Yustinus Anton 18. Laviola Fiorentina 19. Melinda 20. Resa Nora A 21. Ridauljanah Eldik 22. Sheva Anjani A 23. Selvi Triningrum 24. Syahrul Fajar R 25. Santi Wulan Sari 26. Tyo Widyanto 27. Widya Mutiara N 28. Ananda A 29. Ervian Dwi Putra 30. Putri Gani A 31. Sri Rejeki 32. Viona 33. Zulbaidah Jumlah Rata – rata/persentase ketuntasan
Nilai 40 90 100 50 70 90 70 70 90 80 90 80 90 70 90 100 90 90 90 70 70 100 90 90 70 80 100 70 100 90 60 90 100 2720 82,42 commit to user
Ketuntasan Tuntas
Belum √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 30 90,90 %
3 9,09 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127 LAMPIRAN 18 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II Pertemuan 2
Nama Sekolah
: SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. C. Indikator Kognitif 5.4.3. Menunjukkan skala. 5.4.4. Menentukan skala peta/gambar. 5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala. Afektif Afektif 1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Menggambar peta sederhana. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif 1. Melalui pengamatan siswa dapat menunjukkan skala pada peta dengan tepat. commit to user 2. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat menentukan skala gambar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128 3. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala dengan benar. Afektif 1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian, ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu. 2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan mendengarkan. Psikomotor 1. Melalui penugasan siswa menggambar peta sederhana. E. Dampak Pengiring Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan skala. F. Materi Pembelajaran Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala. Suatu wilayah,kota,jalan,atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam bentuk dengah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah menggambarkan jarak yang sangat jauh. (M khafid dan Suyati, 2006:57) Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama dengan 25.000.000 cm atau
250 km pada jarak sebenarnya. (Teguh
Purwanti,dkk 2004: 51) Jadi, skala
jarak pada peta jarak sebenarnya
= jarak pada peta : jarak sebenarnya Contoh jarak kota Yogyakarta – solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak tersebut berukur 3 cm. berapa skala peta tersebut? skala
jarak pada peta jarak sebenarnya 3 cm 3 cm 3 to user = 90 km =9 000 000 cm=commit 9 000 000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129 1
= 3000 000 = 1 : 3.000.000 G. Metode dan Model Pembelajaran Metode pembelajaran 1. Ceramah 2. Pengamatan 3. Penugasan 4. Inkuiri-diskoveri Model pembelajaran : experiential learning H. Media dan Sumber Belajar 1. Peta 2. Papan permainan 3. Tangga satuan jarak 4. Lembar kerja siswa 5. Buku paket kelas V I. Langkah-langkah Pembelajaran No. 1.
2.
Kegiatan Waktu Kegiatan awal 10 menit kkk) Berdo’a lll) Menyanyikan lagu nasional mmm) Presensi nnn) Menyampaikan tujuan pembelajaran ooo) Apersepsi : tanya jawab mengenai letak karisidenan Surakarta dengan ibukota provinsi Jawa Tengah Semarang. Kegiatan inti 45 menit Eksplorasi : ppp) Mengamati skala yang terdapat pada peta. (CE) qqq) Menentukan jarak sebenarnya antarkota dalam peta. (CE) Permainan mencocokan kotak : rrr) Siswa memilih dua kotak dan menentukan apakah yang tertulis user atau dalam kotak itu commit sudah to cocok
Nilai karakter Religius Cinta tanah air Disiplin Kerja keras
Rasa ingin tahu Kerja keras
Kerja keras
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
3.
belum. (CE) Permainan gambar dimana aku sss) Siswa menggambar jarak rumah mereka dari sekolah. (CE) ttt)Siswa menentukan jarak pada peta mereka dan jarak sebenarnya. (CE) Elaborasi : uuu) Membuat skala dari peta yang mereka gambar. (RO) vvv) Melakukan operasi hitung menggunakan skala dengan mengkapi soal yang rumpang. (RO) www) Siswa menyampaikan hasil kerjanya. (AC) xxx) Siswa yang lain menanggapi dengan cara menjawab pemaparan temannya. (AC) Konfirmasi : yyy) Memantau dan membimbing siswa dalam penyelesaian tugas. zzz) Memberi bintang pada kelompok yang dapat menjawab soal dengan benar. aaaa) Memberi pemantapan pada tiap segmen penyampaian hasil kerja. Kegiatan akhir : 15 menit bbbb) Membimbing siswa membuat kesimpulan. cccc) Melakukan evaluasi. (AE) dddd) Mengumpulkan lembar evaluasi siswa
Ketekunan Kerja keras
Kerja keras Kerja keras
Keberanian Kerja keras
Tanggung jawab Mandiri
Catatan: CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete experience. RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective observation. AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract conceptualization. AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active experimentation.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131 J. Penilaian Prosedur : tes akhir Jenis tagihan : individu Jenis tes : tertulis Bentuk tes : pilihan ganda
Surakarta, 11 Mei 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132 LEMBAR KERJA SISWA
NAMA
:
NO ABSEN
:
Buatlah denah sederhana antara rumah dengan sekolah!
Jarak pada denah =….. Jarak sebenarnya = … Skala denah
jarak pada denah jarak sebenarnya
= …………
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan denah yang kamu gambar! 1.
Rumahku berjarak … km dari sekolah. Pada denah jarak rumahku ke sekolah adalah … cm. Jadi, skala yang kugunakan untuk menggambar denah ini adalah 1 : ………
2.
Skala yang kugunakan untuk menggambar denah adalah 1 : ……… sedangkan jarak rumahku ke sekolah pada denah adalah … cm. Jarak sebenarnya rumahku ke sekolah adalah ….. km.
3.
Jarak rumahku dari sekolah adalah …. km. Aku membuat denah rumah ke sekolah dengan skala 1 : …… Jarak sekolah ke rumahku pada denah adalah …. cm.
commit to user
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 2
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/2
Jumlah Soal
: 10
Kompetensi dasar
Materi
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
Operasi hitung pecahan dalam perbandingan
Indikator 5.4.3. Menunjukkan skala.
5.4.4. Menentukan skala gambar. 5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.
C1 C2 1
C3
C4 C5 C6 Bentuk soal Pilihan ganda
2,3,4
Pilihan ganda 5,6,7 8
9
10
Pilihan ganda
14 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134 LEMBAR EVALUASI SISWA
NAMA
:
NO. ABSEN :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!
1. Besar skala peta diatas adalah …
2.
a. 1 : 1.000.000
c. 1 : 1.800.000
b. 1 : 1.880.000
d. 1 : 1.888.000
Pada sketsa gedung itu tingginya 33 cm sedangkan tinggi gedung itu yang sebenarnya mencapai 66 m. Skala yang digunakan untuk membuat sketsa commit to user tersebut adalah …
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
3.
a. 1 : 100
c. 1 : 300
b. 1 : 200
d. 1 : 400
Desa Kujang berjarak 12 km dari Desa Pandan. Pada peta jarak kedua desa itu 8 cm. Besar skala peta itu adalah …
4.
a. 1 : 50.000
c. 1 : 150.000
b. 1 : 100.000
d. 1 : 200.000
Kabupaten Sukoharjo terletak sejauh 63 km dari Kabupaten Karanganyar. Seseorang membuat peta Provinsi Jawa Tengah. Pada peta tersebut jarak Kabupaten Sukoharjo terletak sejauh 21 cm dari Kabupaten Karanganyar. Skala yang digunakan dalam membuat peta tersebut adalah…
5.
a. 1 : 400.000
c. 1 : 200.000
b. 1 : 300.000
d. 1 : 100.000
Jarak kota Daha dan kota Kafa pada peta adalah 9 cm. Skala peta itu adalah 1 : 500.000. Jarak sebenarnya kota Daha dengan kota Kafa adalah …
6.
a. 450 km
c. 4,5 km
b. 45 km
d. 0,45 km
Panjang rel pada gambar adalah 55 cm. Jika gambar rel menggunakan skala 1 : 150. Panjang rel yang sebenarnya adalah …
7.
a. 8250 m
c. 82,5 m
b. 825 m
d. 8,25 m
Kota Ruteng dan Bajawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak kedua kota 75 km. Jika provinsi tersebut digambar pada peta berskala 1 : 1.500.000, berapa jarak kedua kota itu pada peta?
8.
a. 5 cm
c. 3 cm
b. 4 cm
d. 2 cm
Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 13 cm dan jarak kota B ke kota C adalah 7 cm. Jika jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah 5,2 km, berapa jarak kota B ke kota C ? a. 1,4 km b. 2,8 km
c. 4,2 km d. 5,6 km commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136 9.
Panjang sungai pada peta A yang berskala 1 : 600.000 adalah 23 cm. Pada peta B sungai itu digambar sepanjang 46 cm. Besar skala yang digunakan untuk menggambar peta B adalah … a. 1 : 150.000
c. 1 : 250.000
b. 1 : 200.000
d. 1 : 300.000
10. Seorang kontraktor ingin membuat gedung setinggi 50 m. Dalam sebuah gambar yang berskala 1 : 250. Tinggi gedung itu dalam gambar adalah… a. 7.500 cm
b. 20 cm
b. 20 m
d. 75 m
KUNCI JAWABAN 1. C 2. B 3. C 4. B 5. B 6. C 7. A 8. B 9. D 10. B
Penilaian = jumlah betul x 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137 LAMPIRAN 19 LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah
: SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester
: V/II
Materi
: Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : II/2
Petunjuk: Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini! Aspek yang diamati 1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas 2. Memberikan kepercayaan pada siswa 3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar 4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa 5. Memancing motivasi siswa untuk belajar 6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul 7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa 8. Menjadi narasumber bagi siswa 9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok 10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa
YA TIDAK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik. Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 11 Mei 2012 Observer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138 LAMPIRAN 20 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran
: Matematika
Kompetensi Dasar
: Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan
: II/2
Hari, tanggal
: Jum’at, 2 Mei 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi! No.
Nama siswa
1 1. Bryan FN √ 2. Faris P √ 3. G. Guruh S √ 4. Yessy Melinda √ 5. Rizal M √ 6. Andreas FRM √ 7. Andika FA √ 8. Ain Fadhila C √ 9. Alzrela NP √ 10. Arie RW √ 11. Alan Prakosa √ 12. Chiesa Setya P √ 13. Diky W Via D √ 14. Dita Aulia F √ 15. Grocia G √ 16. Guna D A √ 17. Yustinus A √ 18. Laviola F √ 19. Melinda √ 20. Resa Nora A √ 21. Ridauljanah E √ 22. Sheva A A √ 23. Selvi T √ 24. Syahrul F R √ 25. Santi Wulan S √ 26. Tyo Widyanto √ 27. Widya MN √ 28. Ananda A √
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aspek yang diamati 4 5 6 7 8 9 10 11 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ commit to user √ √ √ √ √ √ √ √
Jml 12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 14 8 14 14 14 8 14 14 8 14 14 13 14 14 11 14 14 14 14 14 14 14 13 14 14 14 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139 29. 30. 31. 32. 33.
Ervian Dwi P Putri Gani A Sri Rejeki Viona Zulbaidah
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
8 14 14 14 14
Keterangan: 1.
Mengamati peta.
2.
Menunjukkan skala pada peta.
3.
Mengukur jarak antarkota dalam peta.
4.
Mampu mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan benar.
5.
Menggambar peta sederhana.
6.
Mengamati gambar peta teman.
7.
Toleransi terhadap teman.
8.
Berani menyampaikan hasil kerja.
9.
Berani bertanya atau berpendapat.
10. Interaksi antar siswa. 11. Menjawab soal skala kurang dari 3 menit. 12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat. 13. Menuliskan skala dengan benar. 14. Menggunakan lambang skala dengan benar.
Ngringo, 11 Mei 2012 Observer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140 LAMPIRAN 21 ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 2
No.
Nama siswa
1. Bryan Fajar N 2. Faris Prasetyo 3. G. Guruh Septian 4. Yessy Melinda 5. Rizal Mahmudi 6. Andreas Fajar R M 7. Andika Fakri A 8. Ain Fadhila C 9. Alzela Novia P 10. Arie Rangga W 11. Alan Prakosa 12. Chiesa Setya P 13. Diky Wasta Via D 14. Dita Aulia F 15. Grocia Gubriella 16. Guna Darma A 17. Yustinus Anton 18. Laviola Fiorentina 19. Melinda 20. Resa Nora A 21. Ridauljanah Eldik 22. Sheva Anjani A 23. Selvi Triningrum 24. Syahrul Fajar R 25. Santi Wulan Sari 26. Tyo Widyanto 27. Widya Mutiara N 28. Ananda A 29. Ervian Dwi Putra 30. Putri Gani A 31. Sri Rejeki 32. Viona 33. Zulbaidah Jumlah Rata - rata
Nilai 80 90 80 60 60 70 80 90 90 40 90 70 70 90 90 70 90 90 80 60 70 80 80 70 90 90 90 70 70 70 30 50 80 2480 75,15 commit to user
Ketuntasan Tuntas √ √ √
Belum
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 27 81,81 %
6 18,19 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141 LAMPIRAN 22 ANALISIS KETUNTASAN RATA-RATA HASIL EVALUASI SIKLUS II
No.
Nama siswa
1. Bryan Fajar N 2. Faris Prasetyo 3. G. Guruh Septian 4. Yessy Melinda 5. Rizal Mahmudi 6. Andreas Fajar R M 7. Andika Fakri A 8. Ain Fadhila C 9. Alzela Novia P 10. Arie Rangga W 11. Alan Prakosa 12. Chiesa Setya P 13. Diky Wasta Via D 14. Dita Aulia F 15. Grocia Gubriella 16. Guna Darma A 17. Yustinus Anton 18. Laviola Fiorentina 19. Melinda 20. Resa Nora A 21. Ridauljanah Eldik 22. Sheva Anjani A 23. Selvi Triningrum 24. Syahrul Fajar R 25. Santi Wulan Sari 26. Tyo Widyanto 27. Widya Mutiara N 28. Ananda A 29. Ervian Dwi Putra 30. Putri Gani A 31. Sri Rejeki 32. Viona 33. Zulbaidah Jumlah Rata – rata/persentase ketuntasan
Nilai 60 90 90 55 65 80 75 80 90 60 90 75 80 80 90 85 90 90 85 65 70 90 85 80 80 85 95 70 85 80 45 70 90 2600 78,78 commit to user
Ketuntasan Tuntas
Belum √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 27 81,81 %
6 18,19 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142 LAMPIRAN 23 REKAPITULASI NILAI SISWA
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Rt2 %
Nilai awal 60 60 70 40 80 70 60 40 100 50 60 60 60 50 60 70 70 50 60 30 40 40 40 60 50 60 50 30 60 50 50 40 90 56,36
Tuntas
Belum √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 21,21%
78,79%
Daftar nilai siswa Siklus Tuntas Belum I 55 √ 55 √ 50 √ 65 √ 50 √ 70 √ 55 √ 75 √ 90 √ 30 √ 50 √ 55 √ 40 √ 80 √ 75 √ 60 √ 50 √ 80 √ 70 √ 50 √ 70 √ 65 √ 90 √ 50 √ 60 √ 45 √ 80 √ 75 √ 45 √ 75 √ 60 √ 70 √ 75 √ 62,57 42,42% 57,58% commit to user
Siklus II 60 90 90 55 65 80 75 80 90 60 90 75 80 80 90 85 90 90 85 65 70 90 85 80 80 85 95 70 85 80 45 70 90 78,78
Tuntas
Belum √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 81,81%
18,18%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143 LAMPIRAN 24 PEDOMAN WAWANCARA GURU MENGENAI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING
Tujuan
: Mengetahui pendapat guru mengenai penerapan model pembelajaran experiential learning.
Bentuk
: Wawancara semi terstruktur
Responden
: Guru kelas V SD Negeri 04 Ngringo
Nama Guru
: Nurjanah, S.Pd
Hari, tanggal
: 11 Mei 2012
No. Pertanyaan 1.
Pernahkan
Ringkasan jawaban anda
menerapkan
model Belum
pernah, model
pembelajaran experiential learning yang pernah saya gunakan? 2.
dicoba
yang
adalah
tari
bambu.
Bagaimana pendapat anda mengenai Inovasi yang bagus, membuat model
pembelajaran
yang
saya anak-anak tidak bosan. Tapi
laksanakan?
agak
ribet
jadi
seolah-olah
waktu agak terbuang. 3.
Menurut anda apakah model yang saya Iya, terlihat dari nilai siswa gunakan efektif dalam meningkatkan yang meningkat. keterampilan
siswa
dalam
materi
perbandingan dan skala? 4.
Menurut anda apakah model ini mampu Iya, anak-anak terlibat secara meningkatkan keterlibatan siswa dalam aktif. Ada 1 atau 2 anak yang pembelajaran?
5.
kurang aktif itu wajar.
Bagaimana pendapat anda mengenai Antusiasme anak-anak sangat antusiasme siswa dalam kelas saat model tinggi. experiential learning diterapkan?
6.
Anak-anak
terlihat
sangat senang.
Apakah anda berniat untuk menerapkan Suatu saat nanti mungkin iya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144 model experiential learning suatu hari nanti? Kesimpulan hasil wawancara : Model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan siswa menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Guru kelas V akan mencoba menerapkan model experiential learning di masa yang akan datang.
Ngringo, 21 Juni 2012 Narasumber
Pewawancara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145 LAMPIRAN 25 FOTO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
SIKLUS I PERTEMUAN 1
Siswa menghitung jumlah batu berwarna merah dan biru. (Concrete Experience)
Siswa membandingkan batu yang berwarna merah dan batu yang berwarna biru. commit to user (reflective observation)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146
Siswa mengerjakan soal yang diajukan oleh guru. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147 SIKLUS I PERTEMUAN 2
Siswa mengamati dan mengukur jarak Boyolali – Karanganyar pada peta. (concrete experience)
Siswa mengerjakan lembar kerjacommit yang disiapkan to user guru. (reflective observation)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
Perwakilan siswa menuliskan jawaban. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149 SIKLUS II PERTEMUAN 1
Siswa menghitung jumlah sedotan merah dan kuning. (Concrete Experience)
Siswa membandingkan sedotan merah dan kuning sesuai lembar kerja siswa. commitobservation) to user (reflective
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150
Siswa membandingkan hasil kerja kelompok lain. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151 SIKLUS II PERTEMUAN 2
Siswa menggambar denah/peta rumah ke sekolah. (concrete experience)
Siswa melakukan operasi hitung menggunakan skala dengan melengkapi soal yang rumpang. (reflective observation) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152
Siswa antusias untuk mengerjakan soal dari teman. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
156
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
158
commit to user