perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA PADA MATA PELAJARAN MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: MEKAR ENDAH SAFITRI K7408014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA PADA MATA PELAJARAN MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: MEKAR ENDAH SAFITRI K7408014
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Mekar Endah Safitri. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA PADA MATA PELAJARAN MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif antara guru dan peneliti yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) pada mata pelajaran Menerapkan PrinsipPrinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan terhadap siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Administasi SMK Kristen 1 tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 43 siswa. Sumber data pertama berasal dari informan, kedua adalah tempat, peristiwa dan perilaku, dan ketiga adalah dokumen. Teknik pengumpulan data yang berupa teknik wawancara, observasi, analisis dokumen, dan kuesioner. Validitas data penelitian menggunakan triangulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan (4) tahap refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 45 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Hasil ketuntasan belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, pada pratindakan sebesar 37,21% kemudian siklus I meningkat 23,26% menjadi 60,47%. Sedangkan pada siklus II meningkat 18,60% menjadi 79,07%. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥75%. (2) Hasil observasi dan kuesioner berupa angket terhadap keaktifan siswa baik keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) mengalami juga peningkatan yang sudah sesuai indikator kinerja penelitian. Untuk keaktifan oral (oral activities) siswa pada siklus I sebesar 41,86% meningkat 30,23% menjadi sebesar 72,09% pada siklus II. Untuk keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus I sebesar 60,47% meningkat 13,95% menjadi sebesar 74,42% pada siklus II. Sedangkan commitactivities) to user siswa yang diperoleh melalui untuk keaktifan emosional (emotional vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lembar kuesioner berupa angket sebesar 84,77%. Rata-rata keaktifan siswa diperoleh sebesar 77,09% sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, TPS (Think Pair Share), Hasil Belajar.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Mekar Endah Safitri. THE APPLICATION OF TPS (THINK PAIR SHARE) COOPERATIVE LEARNING MODEL AS THE ATTEMPT OF IMPROVING THE LEARNING ACHIEVEMENT OF X ADMINISTRATION GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA IN THE APPLICATION OF COOPERATING PRINCIPLES WITH COLLEAGUE AND CUSTOMER SUBJECT IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July. 2012. The objective of this Classroom Action Research (CAR) is to find out whether or not the application of TPS (Think Pair Share) type of learning model can improve the learning achievement of X administration graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the Application of Cooperating Principles With Colleague and Customer subject in the school year of 2011/2012. This study employed a Classroom Action Research in collaboration between the teacher and the author that was conducted by applying the TPS (Think Pair Share) type of learning model in Application of Cooperating Principles With Colleague and Customer subject to X administration graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. The subject of research was the X administration graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012 consisting of 43 students. The data source derived from firstly, informant, secondly, place, event and behavior, and thirdly, document. Techniques of collecting data used were interview, observation, document analysis, and questionnaire. The research data validation was done using data (source) and method triangulations. The procedure of research was carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting. Each cycle was conducted in 4 meetings, with time allotment of 2 x 45 minutes for each meeting. Based on the result of research conducted, it could be concluded that the application of TPS (Think Pair Share) type of cooperative learning model could improve the learning achievement of X administration graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the Application of Cooperating Principles With Colleague and Customer subject in the school year of 2011/2012 from learning passing and student activeness aspects. It was reflected on several following indicators: (1) the result of student learning passing showed an increase by 23.26% from 37.21% in pre-cycle to 60.74% in cycle I. In cycle II, it increased by 18.60% to 79.07%. The result of student learning passing in cycle I had been consistent with indicator of research performance by ≥75%. (2) The result of observation and questionnaire on oral activities, writing activities, and emotional activities also increased corresponding to the indicator of research performance. The student’s oral activities of 41.86% in cycle I increased by 30.23% to 72.09% in cycle II. The student’s writing activities of 60.47% in cycle I increased by 13.95% to 74.42% in commit emotional to user cycle II. Meanwhile, the students’ activities obtained through viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
questionnaire sheet were 84.77%. The mean student activities obtained were 77.09% that had been consistent with the research performance indicator of ≥ 70%. Thus, it could be concluded that through the application of TPS (Think Pair Share) cooperative learning model could improve the learning achievement of X administration graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the Application of Cooperating Principles With Colleague and Customer subject in the school year of 2011/2012 from learning passing and student activeness aspects. Keywords: Cooperative Learning Model, TPS (Think Pair Share), Learning Achievement.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah” ( Lessing ) ”Manusia terindah adalah manusia yang bermanfaat untuk saudaranya” (Mario Teguh) “Belajar, berusaha dan berdoa” (NN)
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya
ini kupersembahkan teristimewa untuk:
Kedua orang tuaku
yang selama ini mengasuh dan
mendidikku dengan limpahan kasih sayangnya yang tak terganti oleh apapun…
Adikku tersayang
yang selalu memberikan hiburan dan semangat ketika aku merasa jenuh…
Seseorang yang selalu menyayangiku
yang
selama ini selalu memberikan motivasi serta perhatiannya untukku menjadi lebih baik lagi...
Sahabat-sahabatku dan teman-temanku kuliah PAP-A 08 FKIP UNS
yang selalu menemaniku dalam study di UNS
terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama ini.
Almamater.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas segala rahmat, dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta Pada Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan Tahun Ajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu merupakan suatu kebahagiaan bagi peneliti, peneliti mengucapkan rasa terima kasih atas segala bantuannya kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial yang telah menyetujui permohonan ijin menyusun skripsi. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi. 5. Drs. Ign. Wagimin, M.Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Jumiyanto Widodo, S.Sos.,M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK PAP yang telah memberi bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti. 8. Drs. Siwi Widi Asmoro selaku kepala SMK Kristen 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMK Kristen 1 Surakarta. 9. Dra. Retno Purwaningsih selaku guru SMK Kristen 1 Surakarta yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan peneliti. 10. Siswa-siswa X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta yang telah berpartisipasi dan membantu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. 11. Kedua orang tua dan keluarga peneliti yang selalu memberikan dukungan dan doanya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 12. Teman-teman Program Pendidikan Ekonomi BKK PAP khususnya kelas A. 13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Peneliti harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2012
Peneliti
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………
ii
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………….
vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
xi
KATA PENGANTAR ................................................................................
xii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
xix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ................................................................
6
1. Manfaat Teoritis ……………………………………….
6
2. Manfaat Praktis ………………………………………...
6
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan……….......
7
1. Tinjauan Tentang Hakikat Belajar dan Pembelajaran….
7
2. Tinjauan
Tentang
Hakikat
Model
Pembelajaran
Kooperatif TPS (Think Pair Share) ……………….......
10
3. Tinjauan Tentang Hakikat Penilaian Hasil Belajar…….
25
4. Tinjauan Tentang Keaktifan dan Ketuntasan Belajar….. commit to user Pelajaran Menerapkan 5. Tinjauan Eksistensi Mata
33
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ……
35
6. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian yang Relevan ……..
40
B. Kerangka Berpikir …………………………………………
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
45
1. Tempat Penelitian ……………………………………...
45
2. Waktu Penelitian ……………………………………….
45
B. Subjek Penelitian ..................................................................
45
C. Data dan Sumber Data ..........................................................
46
1. Informan ……………………………………………….
46
2. Tempat, Peristiwa, dan Perilaku ……………………….
47
3. Dokumen ………………………………………………
48
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
49
1. Wawancara …………………………………………….
48
2. Observasi ………………………………………………
50
3. Analisis Dokumen ……………………………………..
51
4. Kuesioner ………………………………………………
51
E. Uji Validitas Data ……………………………………….....
52
F. Analisis Data .........................................................................
53
G. Indikator Kinerja Penelitian ………………………………..
56
H. Prosedur Penelitian ...............................................................
57
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pratindakan ...........................................................
62
1. Ditinjau dari Segi Guru atau Pengajar …………………
62
2. Ditinjau dari Segi Siswa ……………………………….
63
B. Deskripsi Hasil Tindakan .....................................................
65
1. Penelitian Siklus I ...........................................................
65
2. Penelitian Siklus II ..........................................................
82
3. Perbandingan Hasil Siklus I dan II ……………………. to Antar user Siklus ……………….. C. Perbandingan Hasil commit Tindakan
99
xv
102
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
D. Pembahasan ..........................................................................
104
1. Pembelajaran Pratindakan ……………………………..
104
2. Penelitian Siklus I ……………………………………...
105
3. Penelitian Siklus II ……………………………………..
106
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ...............................................................................
110
B. Implikasi …………………………………………………...
112
1. Implikasi Teoritis ………………………………………
113
2. Implikasi Praktis ……………………………………….
114
C. Saran .....................................................................................
114
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….....
117
LAMPIRAN
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.
Halaman Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional …………………………………………
13
3.1.
Indikator Kinerja Penelitian …………………………………...
56
4.1.
Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan ………………………..
64
4.2.
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I …………………………….
77
4.3.
Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus I ………………
78
4.4.
Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus I ………..
79
4.5.
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II ……………………...
93
4.6.
Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus II ……………...
95
4.7.
Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus II ………
96
4.8.
Keaktifan Emosional (Emotional Activities) Siswa …………...
97
4.9.
Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II..
102
4.10.
Keaktifan Siswa ……………………………………………….
103
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1.
Skema Kerangka Berpikir …………………………………….
44
3.1.
Model Analisis Interaktif ……………………………………..
55
3.2.
Model Tahapan-Tahapan PTK ………………………………..
58
4.1.
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan …………………
64
4.2.
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ……………………...
77
4.3.
Hasil Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus I ………..
79
4.4.
Hasil Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus I….
80
4.5.
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II …………………….
94
4.6.
Hasil Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus II ……….
95
4.7.
Hasil Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus II ..
96
4.8.
Hasil Keaktifan Emosional (Emotional Activities) Siswa ……
97
4.9.
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II ………………
99
4.10.
Hasil Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus I dan II …
100
4.11.
Hasil Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus I
4.12.
dan II ………………………………………………………….
101
Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II..
102
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Jadwal Penelitian .................................................................................
2.
Silabus Pembelajaran ………………………………………………...
3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………………………...
4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………………………..
5.
Contoh Catatan Hasil Diskusi Siklus I ……………………………….
6.
Contoh Catatan Hasil Diskusi Siklus II ……………………………...
7.
Soal Tes Siklus I ……………………………………………………..
8.
Soal Tes Siklus II …………….............................................................
9.
Daftar Absensi Siklus I……………………………………………….
10. Daftar Absensi Siklus II ……………………………………………... 11. Hasil Tes Pratindakan ……………………………………………….. 12. Hasil Tes Siklus I ……………………………………………………. 13. Hasil Tes Siklus II …………………………………………………… 14. Pedoman Wawancara ………………………………………………... 15. Hasil Wawancara Guru ……………………........................................ 16. Hasil Wawancara Siswa Siklus I …………………………………..... 17. Hasil Wawancara Siswa Siklus II …………………………………… 18. Catatan Lapangan Pratindakan …......................................................... 19. Catatan Lapangan Siklus I ……………………………………........... 20. Catatan Lapangan Siklus II ……………………………...................... 21. Lembar Observasi Guru ……………………………………………... 22. Hasil Observasi Guru Siklus I ………………..................................... 23. Hasil Observasi Guru Siklus II……………………………………..... 24. Lembar Observasi Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa …….......... 25. Hasil Observasi Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus I……. 26. Hasil Observasi Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus II … 27. Lembar Observasi Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa …. 28. Hasil Observasi Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus commit to user I ……………………………………………………………………… xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29. Hasil Observasi Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus II ……………………………………………………………………... 30. Kisi-kisi Kuesioner (Angket) Keaktifan Emosional (Emotional Activities) Siswa …………………………………………………….. 31. Lembar Kuesioner (Angket) Keaktifan Emosional (Emotional Activities) Siswa ……………………………………………………... 32. Hasil
Kuesioner
(Angket)
Keaktifan
Emosional
(Emotional
Activities) Siswa ……………………………………………………... 33. Foto Pembelajaran Pratindakan ……………………………………... 34. Foto Pembelajaran Siklus I ………………………………………….. 35. Foto Pembelajaran Siklus II ……………………………………........ 36. Hasil Laporan Diskusi Siswa ………………………………………... 37. Buku Ajar Siswa (Modul) …………………………………………… 38. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ………………………… 39. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ……. 40. Surat Permohonan Izin Penelitian …………………………………… 41. Surat Keterangan Penelitian ………………………………….............
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena manusia
yang dapat
dididik
dan mendidik.
Pendidikan dapat
mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketakwaan manusia. Menurut Hadi dalam bukunya Pendidikan Suatu Pengantar (2003: 1) berpendapat bahwa : Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia, kerena pendidikan itu menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan instingnya saja, melainkan perlu bimbingan dan pengarahan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia sempurna. Melihat pentingnya masalah pendidikan berarti perlu juga diperhatikan tentang masalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada keberadaan pendidikan yang berkualitas yang berlangsung di masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Djatun, Sutijan & Sukirno dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan (2009: 56) mengemukakan bahwa “Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar dapat mencapai kedewasaanya”. Pendidik di lingkungan sekolah yang merupakan sentra peningkatan kualitas adalah guru. Dimana dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru Ayat 1 menyatakan “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Tenaga pendidik atau guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik atau guru yang sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen pembaharuan. Sebagai agen pembaharuan, guru diharapkan selalu melakukan langkah-langkah inovatif berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 4 yang menyatakan “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”. Seorang guru dalam melakukan langkah-langkah inovatifnya harus memperhatikan model pembelajaran yang digunakan agar siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar, karena kegiatan belajar dengan model pembelajaran yang inovatif mengajar akan lebih bervariasi dan tidak membosankan sehingga hasil belajar yang dicapai optimal. Hal ini sependapat dengan Aunurrahman (2009: 140) yang mengungkapkan bahwa : Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Observasi
awal
yang
dilakukan
peneliti
menunjukkan
bahwa
pembelajaran di kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan masih bersifat konvensional, yaitu pembelajaran hanya berpusat pada guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 (teacher centered). Berdasarkan observasi atau pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa : 1. Jika dilihat dari sudut pandang pengajar, guru atau pengajar masih menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah dan tanya jawab menjadikan guru yang lebih terlihat aktif dalam pembelajaran dibandingkan siswa. Siswa hanya menyimak dan mendengarkan sehingga kebanyakan siswa terlihat kurang aktif dan merasa bosan. Sebagaimana disampaikan oleh guru pada kesempatan wawancara awal yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta masih rendah. 2. Jika dilihat dari sudut pandang siswa, diketahui hal-hal : a. Masih banyak siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar ditunjukan dengan kurang bahkan tidak mengajukan pertanyaan dari materi yang diajarkan, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan guru, hanya beberapa siswa yang mencatat keterangan yang diberikan oleh guru. b. Siswa kurang antusias mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan adanya siswa yang tidur dengan menundukkan kepala, siswa bercerita dan bermain secara sembunyi-sembunyi kepada sesama rekannya di bangku tengah dan belakang, siswa menguap pada saat diterangkan oleh guru. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu guru menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan model pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sangatlah tidak terbatas. Seorang guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu dari model-model pembelajaran yang ada adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran dengan setting kelompokkelompok kecil dengan memperhatikan keanekaragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik dunia pendidikan. Salah satunya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan para siswa, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk pencapaian prestasi para siswa. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar siswa-siswa dari latar belakang yang berbeda. Salah satu dari model pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS (Think Pair Share), melalui penggunaan tipe TPS (Think Pair Share) siswa diberikan kesempatan untuk dapat bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga siswa dapat lebih mantap dalam memahami materi. Adapun pada tahap awal tipe TPS (Think Pair Share) seluruh siswa dalam suatu kelas dikondisikan agar dapat berpikir secara individu, kemudian bekerja sama berpasangan dengan teman-temannya dan terakhir berbagi dengan teman-teman satu kelompoknya maupun dengan seluruh teman sekelasnya melalui presentasi. Dengan metode ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam berpikir memecahkan suatu permasalahan yang disampaikan guru secara individu dan kelompok yang pada akhirnya dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar, selain itu juga diharapkan siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya dengan teman diskusi (pasanganya) satu kelompoknya maupun teman-teman sekelasnya melalui presentasi yang disampaikan di depan kelas. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) diharapkan mampu mengatasi permasalahanpermasalahan pembelajaran di SMK Kristen 1 Surakarta khususnya model pembelajaran yang digunakan di kelas X Administrasi tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X commit to user Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada Mata Pelajaran Menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan Tahun Ajaran 2011/2012”
B. Rumusan Masalah Iskandar (2008: 166) menyatakan bahwa “Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan”. Berdasarkan judul penelitian di atas dapat dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa Kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Apakah model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan keaktifan siswa Kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa Kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta terhadap
Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-
Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan. 2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan keaktifan siswa Kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta terhadap
Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip
Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan suatu inovasi dalam dunia pendidikan terutama dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu untuk mendukung teori-teori di bidang pendidikan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share).
2.
Manfaat Praktis a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi SMK Kristen 1 Surakarta. b. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan keefektifan dalam proses belajar mengajar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. c. Memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar. d. Menambah daftar kepustakaan di Fakultas serta dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian terhadap masalah yang sejenis dengan yang diteliti oleh peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Dalam suatu penelitian ilmiah terdapat kajian pustaka yang mencakup kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Mengkaji bahan kajian tersebut merupakan langkah awal dalam usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari kajian tersebut, akan diperoleh informasi atau keterangan yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti.
1. Tinjauan Tentang Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Fathurrohman dan Sutikno (2009: 6) mengungkapkan tentang hakikat belajar yaitu “… belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar”. Burton dalam Aunurrahman (2009: 35) merumuskan “Pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu
lingkungannya
sehingga
dengan individu dan individu dengan mereka
mampu
berinteraksi
dengan
lingkungannya”. Pengertian di atas tersebut sejalan dengan pengertian belajar menurut Sardiman (2007) “Belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman”(hlm. 23). Lebih lanjut lagi definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (2000) dalam Trianto (2010: 16), yang mendefinisikan belajar sebagai: Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Pengertian belajar yang disampaikan Slavin tersebut belajar biasanya didefinisikan sebagai perubahan pada individu yang disebabkan oleh pengalaman (seperti tumbuh lebih tinggi) bukan merupakan contoh pembelajaran. Baik merupakan karakteristik individu yang hadir semenjak dilahirkan (seperti refleks dan respon terhadap kelaparan atau rasa sakit). Selanjutnya Slavin (Trianto, 2010: 16) juga mengatakan: Learning take place in many ways. Sometimes it is intentional, as when students acquire information presented in a classroom or when they look something up in the encyclopedia. Sometimes it is unintentional, as in the case of the child’s reaction to the needle. All sorts of learning are going on all the time Pada definisi belajar di atas, Slavin menyatakan belajar dapat terjadi dengan berbagai cara. Kadang-kadang disengaja, seperti ketika siswa memperoleh informasi yang disajikan di ruang kelas atau ketika mereka melihat sesuatu di ensiklopedia. Kadang-kadang disengaja, seperti dalam kasus reaksi anak untuk jarum. Segala macam pembelajaran berlangsung sepanjang waktu. Sementara itu pengertian lain mengenai belajar menurut Bahri dan Zain mengungkapkan bahwa “Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi”. Lebih lanjut Abdilah (2002) dalam Aunurrahman (2009: 35) menyatakan “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan individu lain maupun lingkungannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 b. Pengertian Pembelajaran Pada setiap kegiatan pendidikan tentunya tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran. Melalui pembelajaran inilah pendidik atau guru akan berinteraksi dengan peserta didik atau siswa. Menurut Isjoni (2007) mengemukakan “Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar”(hlm.11). Lebih lanjut lagi pengertian pembelajaran menurut Aunurrahman (2009) dalam buku yang berjudul Belajar dan Pembelajaran menyatakan bahwa “… pembelajaran suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”(hlm.34). Sementara itu pendapat lain mengenai pembelajaran menurut Surya (2003: 49) dalam Isjoni “Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan individu untuk
memperoleh
suatu
perubahan
perilaku
yang baru
secara
keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Majid (2008: 11) “Pembelajaran
pada
dasarnya rekayasa untuk membantu murid agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan penciptaannya”. Pendapat lainnya tentang pembelajaran menurut Gagne (1985) dalam Isjoni (2007: 50), “An active process and suggests that teaching involves facilitating active mental process by students”. Dalam hal ini pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah proses aktif dan menunjukkan pengajaran yang melibatkan memfasilitasi proses mental yang aktif oleh siswa. Menurut beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan pendidik atau guru untuk peserta didik atau siswa dalam upaya membantu proses kegiatan belajar sehingga memperoleh suatu perubahan commit to user perilaku.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) a.
Model Pembelajaran Aunurrahman (2009: 146) mengartikan “Model pembelajaran sebagai kerangka konseputual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sedangkan pengertian lain model pembelajaran menurut Joyce (1992) dalam Trianto (2010: 22) “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan
perangkat-perangkat
pembelajaran
termasuk
didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa “Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010: 23) ialah: (1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran ada banyak sekali macamnya, tetapi Arends (2001) dalam Trianto (2010: 25), mengungkapkan “…enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas”. Lebih lanjut Arends dan pakar model pembelajaran yang lain (dalam Trianto, 2010: 25) berpendapat bahwa “… tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masingmasing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu”. Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. b.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Yamin dalam buku Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (2006: 4) menyatakan “Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”. Sedangkan Slavin (2009: 8)
menyatakan “Inti pembelajaran
kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Sementara Lie (2000) dalam Isjoni (2007: 16) menyebutkan bahwa : Cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri 4-6 orang saja. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang commit to kelompok user menempatkan siswa belajar dalam yang beranggotakan 4 - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 siswa dengan tingkat kemampuan atau latarbelakang yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. c.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif Suatu model pembelajaran tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu, begitu pula dengan pembelajaran kooperatif memiliki tujuan. Menurut Ibrahim, dkk (dalam Isjoni, 2009: 27), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama yaitu: a. Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping itu, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Sedangkan menurut Isjoni (2007: 21) dalam bukunya Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok menyatakan bahwa: Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-teman dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Tabel 2.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntanbilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehinga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Kelompok Belajar Konvensional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
Kelompok homogen.
belajar
biasanya
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial sering tidak langsung diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Kelompok Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Konvensional Pada saat belajar kooperatif Pemantauan melalui observasi sedang berlangsung guru terus dan intervensi sering tidak melakukan pemantauan melalui dilakukan oleh guru pada saat observasi dan melakukan belajar keompok sedang intervensi jika terjadi masalah berlangsung. dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara Guru sering tidak proses kelompok yang terjadi memperhatikan proses dalam kelompok-kelompok kelompok yang terjadi dalam belajar. kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas. hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Sumber: Killen (dalam Trianto, 2010: 58-59) d.
Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif Dalam menggunakan suatu model pembelajaran kooperatif di dalam kelas, ada beberapa konsep mendasar yang harus diperhatikan dan diupayakan oleh guru. Guru dengan kedudukannya sebagai perancang dan pelaksana
pembelajaran
dalam
menggunakan
model
ini
harus
memperhatikan beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam penggunaan pembelajaran kooperatif. Adapun prinsipprinsip dasar tersebut menurut Stahl (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 7-9) adalah sebagai berikut: 1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tujuan harus dirumuskan dalam bahasa dan konteks kalimat yang mudah dimengerti oleh siswa secara keseluruhan. 2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar Siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerja sama dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan untuk dipelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 3) Ketergantungan yang bersifat positif Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. 4) Interaksi yang bersifat terbuka Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Mereka akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara positif dan terbuka. 5) Tanggung jawab individu Secara individual siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 6) Kelompok bersifat heterogen Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda. 7) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok. 8) Tindak lanjut (follow up) Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya. Guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan siswa dan aktivitas siswa selama kelompok belajar tersebut bekerja. 9) Kepuasan dalam belajar Setiap siswa dalam kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Sedangkan menurut Riyanto (2009: 270) dalam bukunya “Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas” menyatakan ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu : 1. Postifve independence artinya ada saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 2. Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan. 3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan keolmpok. 4. Use of collaboration/social skill artinya harus menggunakan ketrampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlua adanya bimbingan guru. 5. Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif. Berdasarkan pendapat ahli diatas mengenai prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif menurut menurut Stahl (dalam Solihatin & Raharjo) lebih menjelaskan prinsip-prinsip yang lebih lengkap yaitu antara lain perumusan tujuan belajar siswa harus jelas, penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar, ketergantungan yang bersifat positif, interaksi yang bersifat terbuka, tanggung jawab individu, kelompok bersifat heterogen, interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif, tindak lanjut (follow up), dan kepuasan dalam belajar. e.
Tipe Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam suatu model pembelajaran terdapat berbagai macam tipe yang dipakai dalam pembelajaran tersebut. Begitu pula dengan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe yang bermacam-macam. Trianto
(2010:
67)
dalam
bukunya
Mendesain
Model
Pembelajaran Inovatif - Progresif mengemukakakan : Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT, dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Tabel 2.2 Perbandingan Kooperatif
Empat
Pendekatan
dalam
Investigasi Kelompok
Pembelajaran
Pendekatan Struktural
STAD
Jigsaw
Tujuan Kognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Tujuan Sosial
Ketrampilan kelompok dan ketrampilan sosial Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi, belajar belajar belajar berdua, heterogen heterogen heterogen bertiga, dengan dengan 5-6 dengan 5-6 kelompok anggota 4- orang orang anggota dengan 4-5 5 orang anggota homogen orang anggota mengguna anggota kan pola kelompok „asal‟ dan kelompok „ahli‟ Biasanya Biasanya Biasanya Biasanya guru guru siswa guru
Struktur Tim
Pemilihan Topik Tugas Utama
Informasi akademik tingkat tinggi dan ketrampilan inkuiri Kerja Kerja Kerja sama kelompok kelompok dalam dan kerja dan kerja kelompok sama sama kompleks
Informasi akademik sederhana
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Siswa mengerjakan tugastugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
Siswa mempelajari materi dalam kelompok „ahli‟ dan kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi commit itu to user
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Investigasi Kelompok Tes Bervariasi MenyelesaiPenilaian mingguan dapat kan proyek berupa tes dan menulis mingguan laporan, dapat menggunakan tes essay Lembar Publikasi Lembar Pengakuan pengetalain pengakuan huan dan dan publikasi publikasi lain lain Sumber: Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2010: 67 - 68) STAD
Jigsaw
Pendekatan Struktural Bervariasi
Bervariasi
Adapun Lie (2000) dalam Isjoni (2007) menyatakan beberapa teknik pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Teknik Mencari Pasangan (Make a Mach) Teknik yang dikembangkan Loma Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu
konsep
atau
topik
dalam
suasana
yang
menyengangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. 2) Bertukar Pasangan Teknik ini member siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan bisa ditunjuk olehguru atau berdasarkan TeknikMencari Pasangan. 3) Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair Share) Teknik yang dikembangkan Frank Lyman, teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 4) Berkirim Salam dan Soal Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa terdorong untuk menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya. 5) Kepala Bernomor (Numbered Heads) Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. 6) Kepala Bernomor Tersruktur Teknik ini modifikasi dan teknik kepala bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan teknik ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggungjawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. 7) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Teknik ini dikembangkan Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. 8) Keliling Kelompok Dalam teknik ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. 9) Kancing Gemerincing Teknik ini dikembangkan juga oleh Spencer Kagan (1992), dimana masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 10) Keliling Kelas Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja orang lain. 11) Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) Dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. 12) Tari Bambu Teknik ini merupakan modifikasi Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar, karena keterbatasan ruang kelas. 13) Bercerita Berpasangan (Paired Strotytelling) Dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pengajaran. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata itu agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam
kegiatan
ini
siswa
dirangsang
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi sehinggasiswa terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah
informasi
dan
meningkatkan
ketrampilan
berkomunikasi. Lebih lanjut Riyanto (2009) menyatakan jenis-jenis pembelajaran kooperatif menjadi 15 tipe yang lebih lengkap, antara lain : 1) Tipe STAD 2) Tipe TGT (Team Game Tournament) 3) Tipe JIGSAW (Tim Ahli/Expert Group) 4) Tipe KI (Kelompok Investigasi) 5) Kepala Bernomor Struktur (KBS) merupakan modifikasi dari Number Heads Together 6) Think-Pair-Share 7) Tipe Mind Mapping (MM) atautoConcept commit user Mapping (CM)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 8) Tipe Snowball Throwing (ST) 9) Dua Tinggal, Dua Tamu (DUTA-DUTI) 10) Time Token (TITO) 11) Debate 12) Tipe Picture and Picture (PP) 13) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 14) Student Fasilitator and Expailing (SFE) 15) Cooperative Script (CS) Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe model pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, diantaranya Tipe STAD, Tipe
TGT (Team Game Tournament), Tipe JIGSAW (Tim Ahli/Expert Group), Tipe KI (Kelompok Investigasi), Kepala Bernomor Struktur (KBS) merupakan modifikasi dari Number Heads Together, Think-Pair-Share, Tipe Mind Mapping (MM) atau Concept Mapping (CM), Tipe Snowball Throwing (ST), Dua Tinggal, Dua Tamu (DUTA-DUTI), Time Token (TITO), Debate, Tipe Picture and Picture (PP), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) , Student Fasilitator and Expailing (SFE), Cooperative Script (CS). f.
Tipe TPS (Think Pair Share) Menurut Trianto (2010: 81) “Think Pair Share (TPS) atau disebut juga berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”. Slavin (2009: 257) dalam bukunya Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik yang diterjemahkan oleh Lita mengemukakan bahwa: Berpikir berpasangan berbagi merupakan metode sederhana tetapi sangat bermanfaat dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari pada mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh commit to user kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Pendapat di atas sesuai dengan Mahmuddin (2009) menyatakan : Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). Sedangkan menurut Riyanto (2009: 278) tipe TPS (Think-PairShare) adalah: 1. Thinking (berpikir): diberi kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri. 2. Pairing (berpasangan): bertukar pikiran dengan teman sebangku 3. Sharing (berbagi): berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa) Lebih lanjut lagi Asmani (2011: 46) menyebutkan “Inti dari metode Think Pair and Share adalah siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing. Setelah itu, guru memimpin sidang pleno kecil untuk berdiskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya”. Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tipe TPS (Think Pair Share) adalah salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kegiatan berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan selanjutnya berbagi jawaban dengan pasangannya kemudian seluruh siswa di kelas (Share). g.
Langkah-langkah (Fase) Tipe TPS (Think Pair Share) Berikut ini merupakan langkah-langkah tipe TPS (Think Pair Share) yang dikemukakan Asmani (2011: 45-46) antara lain: a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan. c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 d. Guru memimpin sidang pleno kecil untuk berdiskusi. Tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru kemudian mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. f. Guru memberikan kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari bersama. g. Guru menutup pembelajaran. Sesuai dengan pendapat di atas Riyanto (2009: 279) dalam buku Paradigma Baru Pembelajaran (sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas) menyatakan langkah-langkah Think-Pair-Share antara lain sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang disampaikan guru secara individual. 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topiknya tadi. 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa di kelas. 5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. 6. Guru memberi kesimpulan. 7. Penutup. Sedangkan Trianto (2010: 81-82) menyatakan langkah-langkah yang digunakan guru dalam Think Pair Share (TPS) antara lain: a. Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. b. Langkah 2: Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi commit to user waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 c. Langkah 3: Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah (fase) tipe TPS (Think Pair Share) meliputi langkah berpikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). h.
Kelebihan dan Kekurangan Tipe TPS (Think Pair Share) Sesuai yang dikutip Arends (1997) dalam Trianto (2010: 81), menyatakan kelebihan tipe TPS (Think Pair Share) bahwa: Think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam thinkpair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Pendapat Arends di atas diperkuat lagi oleh Spencer Kagan dalam Hamid (2011) menyatakan: Manfaat Think-Pair-Share adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi. Lebih lanjut lagi Mahmuddin (2009) menyebutkan beberapa kelemahan atau kerugian diperoleh dengan pembelajaran kooperatif (khususnya TPS) yaitu : Sering didapatkan oleh siswa-siswa malas. Kadang-kadang satu orang yang tersisa dengan semua pekerjaan karena pasangan mereka tidak memberi bantuan. Biasanya dengan kerja sama dalam TPS yang commit to userKelemahan yang diperoleh adalah diberikan adalah untuk dua orang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 jika pasangan siswa tidak memahami informasi sama sekali, siswa dapat diperlambat, hanya karena dia harus menjelaskan semua materi sebelum dia benar-benar dapat memulai menyelesaikan masalah atau melakukan instruksi yang diberikan. Kelemahan ketiga ditemukan dengan pembelajaran TPS adalah pemaksa siswa. Kadang-kadang siswa dapat terjebak dengan orang yang harus melakukan semua pekerjaan, dan tidak akan memperlambat mereka. Dalam beberapa kasus ini bisa baik, jika orang yang malas dipasangkan dengan orang yang ambisius dan tidak ada yang marah. Seperti halnya tipe pembelajaran lain tipe pembelajaran TPS (Think Pair Share) tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. 3. Tinjauan Tentang Hakikat Penilaian Hasil Belajar a. Pengertian Penilaian Masidjo (2006: 149) dalam Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah mengungkapkan bahwa “Penilaian ialah kegiatan memperbandingkan hasil pengukuran (skor) sifat suatu objek dengan acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas yang bersifat kuantitatif”. Sedangkan menurut Depdiknas (2008: 4) “Penilaian
merupakan
rangkaian
kegiatan
untuk
memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam
pengambilan
keputusan”. Lebih Lanjut Cartono dan Utari (2006: 20) menyatakan”… penilaian adalah langkah-langkah atau proses yang diperlukan untuk membuat keputusan. Penilaian dapat pula diartikan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program dinilai dan adanya kriteria sebagai commityang to user dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 kriteria atau apa harusnya. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana, 2009: 3). Sementara itu Griffin dan Nix (1991) dalam Haryati (2008: 15) “Penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik
seseorang
atau
sesuatu”.
Lebih
lanjut
Aunurrahman (2009: 207) menyatakan bahwa “Penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penialain untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana proses penialaian peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta didik. Penialain menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik”. Dengan demikian dapat disimpulkan penilaian adalah suatu proses memperbandingkan hasil pengukuran sifat suatu objek
berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. b. Teknik Penilaian Cartono dan Utari (2006: 45) dalam buku Penilaian Hasil Belajar Berbasis Standar menyebutkan teknik penilaian yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan dalam 2 (dua) golongan sebagai berikut : 1. Teknik tes, yang umumnya digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil belajar, bakat khusus (bakat bahasa, bakat teknik dsb) dan bakat umum. 2. Teknik non tes, yang umumnya digunakan untuk menilai karakteristik-karakteristik lainnya dari siswa misalnya minat, sikap dan kepribadian. Haryati (2008) menyebutkan ada tujuh pendekatan teknik atau yang dapat digunakan dalam penilaian yaitu: 1) Teknik penilaian unjuk kerja Teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang dilakukan
dengan
mengamati
kegiatan
peserta
didik
dalam
melaksanakan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi) yang menuntut peserta didik untuk melaksanakan tugas/gerak (psikomotor). 2) Teknik penilaian project work Project Work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data dan penyajian data. 3) Teknik penilaian tertulis Penilaian tertulis (pencil and paper test) yaitu jenis tes dimana guru dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik dilakukan secara tertulis pula. 4) Teknik penilaian produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk teknologi, makanan, karya seni dan lain sebagainya. 5) Teknik penilaian portofolio Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan khususnya aspek psikomotor/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian jenis ini pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individual dalam satu periode tertentu per mata pelajaran. Setiap akhir periode pembelajaran hasil karya atau tugas belajar dikumpulkan dan dinilai bersama-sama antara guru dan peserta didik, sehingga penilaian portofolio
dapat
memberikan
gambaran
perkembangan/kemajuan belajar peserta didik. commit to user
jelas
tentang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 6) Teknik penilaian sikap Secara umum aspek sikap/afektif yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup penilaian sikap terhadap materi pelajaran, penilaian sikap terhadap guru, penilaian sikap terhadap proses pembelajaran, penilaian sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran dan penialain sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. 7) Penilaian diri Penilaian diri atau evaluasi diri merupakan teknik atau metode penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian kompetensi yang sedang dipelajarinya dari suatu mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian ini dapat mengukur dengan sekaligus untuk aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan : Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Menurut Depdiknas (2008) tentang Rancangan Penilaian Hasil Belajar menyebutkan berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. 1.
Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
2.
Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan atau di luar kegiatan pembelajaran.
3.
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.
4.
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik.
5.
Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
6.
Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
7.
Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.
8.
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku commit to userdeskriptif. peserta didik yang dipaparkan secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 9.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
10. Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur. Dari pendapat beberapa teknik penilaian menurut Depdiknas (2008: 4) tentang Rancangan Penilaian Hasil Belajar lebih lengkap dan lebih rinci yaitu teknik penilaian melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman. c. Prinsip Penilaian Menurut Depdiknas (2008: 3) tentang Rancangan Penilaian Hasil Belajar, penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsipprinsip: 1. 2. 3.
4. 5.
6.
7. 8. 9.
Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai; Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosialekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender; Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan; Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik; Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah yang baku; Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Sejalan dengan pendapat di atas penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan sebagai berikut: 1. 2. 3.
4. 5.
6.
7. 8. 9.
Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Beracuan kriteria, berarti Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Jadi beberapa prinsip-prinsip yang digunakan dalam penilaian
adalah
sahih,
objektif,
adil,
terpadu,
terbuka,
menyeluruh
dan
berkesinambungan, sistematis, menggunakan acuan kriteria, akuntabel. d. Hasil Belajar Haryati dalam buku Model dan Teknik Penilaian (2008: 22) menyatakan “Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif”. Sedangkan menurut Sudjana (2009: 3) “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang
luas
mencakup
bidang
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik”. Sementara itu, menurut Hamalik (2003: 155) menyatakan commit to user bahwa “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh oleh seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. e. Penilaian Hasil Belajar Haryati (2008: 13) dalam buku Metode dan Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan “Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran”. Sedangkan menurut Sudajana (2009: 3) “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Jadi, penilaian hasil belajar merupakan penilaian yang dilakukan oleh tenaga pendidik terhadap peserta didik sesuai dengan kriteria tertentu.
4. Tinjauan Tentang Hakikat Keaktifan dan Ketuntasan Belajar a. Hakikat Keaktifan Belajar Purwadarminta dalam Hararap menyatakan “Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk”. Kata keaktifan juga bisa berarti dengan kegiatan (aktivitas) atau kesibukan. Di dalam belajar diperlukan aktivitas karena prinsip belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan atau aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. “Aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu selalu berkait” (Sardiman, 2007: 100). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Dierich dalam Sardiman (2007: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan atau aktivitas belajar siswa, antara lain yang digolongkan sebagai berikut: 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya. 2. Oral activities, seperti: menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya. 4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, angket, laporan, tes, menyalin, dan sebagainya. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. ”Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif” (Sardiman, 2009: 99). Asmani (2011: 60) mengungkapkan: Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Depdiknas (dalam Asmani, 2011: 64) menyebutkan bahwa pembelajaran dapat dikatakan aktif apabila “… perbandingan pada pembelajaran aktif, 70% siswa yang aktif melakukan kegiatan dan guru hanya 30% saja”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan belajar dan bukan berarti peserta didik dapat melakukan kegiatan yang asal saja. Kegiatan atau aktivitas belajar siswa itu antara lain: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. b. Hakikat Ketuntasan Belajar Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah“mastery Learning”. Nasution (2005: 36) menyatakan
“Tujuan
proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasi sepenuhnya oleh murid. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh”. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Selanjutnya Nasution juga mengungkapkan dalam mastery learning menggunakan sistem penilaian Penilaian Acuan Patokan (PAP), dimana Nasution menjelaskan bahwa: Sistem penilaian ini mengacu kepada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Sudah barang tentu makin tinggi kriteria yang digunakan, makin tinggi pula derajat penguasaan belajar yang dituntut dari para siswa sehingga makin tinggi kualitas hasil belajar yang diharapkan. Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung rata-rata kelas sebab kriterianya sudah pasti (Nasution, 2005: 7) Lebih lanjut Riyanto (2009: 140) mengungkapkan “Mastery learning adalah mengusahakan upaya-upaya yang dapat menghantarkan siswa kearah tercapainya penguasaan penuh (penguasaan tuntas) terhadap bahan pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah melakukan remedial (perbaikan) dan pengayaan”. Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah menggunakan acuan kriteria, yakni
commit to user menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Menurut Depdiknas (2008) tentang Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) “Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar yaitu penguasaan penuh siswa akan suatu materi yang berdasarkan acuan kriteria, dimana siswa yang melampaui kriteria ketuntasan minimallah yang dikatakan tuntas.
5. Tinjauan Eksistensi Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kemajuan ekonomi dan teknologi dalam era globalisasi semakin menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompeten di segala dunia usaha maupun industri, agar mampu menghadapi persaingan yang semakin tajam menyebabkan perlunya peningkatan kemampuan SDM setempat agar diakui memiliki kompetensi pada bidangnya masing-masing untuk menghindari marginalisasi tenaga kerja lokal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Indonesia Nomor : Kep.
Republik
195/MEN/IV/2007 Tentang Penetapan
Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Perusahaan Sub Sektor Jasa Perusahaan Lainnya Bidang Jasa Administrasi Perkantoran menyatakan: Untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri di era globalisasi ini, perlu adanya hubungan timbal balik antara dunia usaha atau industri dengan lembaga pendidikan dan pelatihan baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola oleh industri itu sendiri. Salah satu bentuk hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia usaha atau industri harus dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan lembaga pendidikan dan pelatihan akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program dan kurikulum, dan pihak birokrat akan menggunakannya sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro. Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke dalam standar kompetensi bidang keahlian yang merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut. Berdasarkan peraturan diatas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan formal yang menyiapkan SDM memiliki peran menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wirausaha)
maupun
pengembangan
mengisi
pendidikan
lowongan
menengah
pekerjaan kejuruan
yang ada.
Arah
diorientasikan
pada
pemenuhan permintaan pasar kerja (demand driven). Dengan demikian tenaga kerja yang dihasilkan oleh SMK merupakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai bidang pekerjaannya. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Basri dalam Laya (2010) menyatakan bahwa : Sekolah Menengah Kejuruan berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional mempunyai bidang khusus, antara lain : a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnnya b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian commit to useryang diminatinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi d. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih. SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) berbagai program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Program pendidikan di SMK sesuai dengan spektrum keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 251/C/KEP/MN/2008. Program pendidikan tersebut di kelompokkan ke dalam enam bidang studi keahlian yaitu: a. Teknologi dan Rekayasa b. Teknologi Informasi dan Komunikasi c. Kesehatan d. Seni, Kerajinan, dan Pariwisata e. Agribisnis dan Agroteknologi f. Bisnis dan Manajemen Masing-masing bidang studi keahlian memiliki program studi keahlian, dan masing-masing program studi keahlian memiliki kompetensi keahlian. Substansi atau materi yang diajarkan di SMK disajikan dalam bentuk berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi siswa dalam menjalani kehidupan sesuai dengan zamannya. Kompetensi dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten, sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri atau dunia usaha. Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri atau dunia usaha, substansi pelajaran dikemas dalam berbagai mata pelajaran yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif dan produktif. Program normatif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk siswa menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma to user kehidupan sebagai makhlukcommit individu maupun makhluk sosial anggota
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 masyarakat baik sebagai warga Negara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program normatif diberikan agar siswa bisa hidup dan berkembang selaras dalam kehidupan pribadi, sosial dan bernegara. Program ini berisi mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada norma, sikap dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan, dan dilatihkan pada siswa, di samping kandungan pengetahuan dan keterampilan yang ada di dalamnya. Mata pelajaran pada kelompok normatif berlaku sama untuk semua program keahlian. Mata pelajaran normatif berdasarkan SKKD di bidang studi bisnis manajemen program studi administrasi antara lain meliputi : a. Pendidikan Agama b. Pendidikan Kewarganegaraan c. Bahasa Indonesia d. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan e. Seni Budaya. Program adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk siswa sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyelesaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Program adaptif berisi mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja. Program adaptif diberikan agar siswa tidak hanya memahami dan menguasai “apa“ dan “bagaimana“ suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa“ hal tersebut harus dilakukan. Program adaptif terdiri dari kelompok mata pelajaran yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata pelajaran yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing commit to user program keahlian. Mata pelajaran adaptif berdasarkan SKKD di bidang studi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 bisnis manajemen program studi administrasi antara lain meliputi mata pelajaran: a. Matematika b. Bahasa Inggris c. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) d. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) e. Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) f. Kewirausahaan Program produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha atau industri. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Mata pelajaran produktif berdasarkan SKKD di bidang studi bisnis manajemen program studi administrasi antara lain dibagi menjadi kelompok dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan. Dasar kompetensi kejuruan terdiri dari SK atau mata pelajaran sebagai berikut: a. Memahami Prinsip-Prinsip Penyelenggaran Administrasi Perkantoran b. Mengaplikasikan Ketrampilan Dasar Komunikasi c. Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama Dengan Kolega dan Pelanggan d. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Untuk kompetensi kejuruan terdiri dari SK atau mata pelajaran sebagai berikut: a. Mengoperasikan Aplikasi Perangkat Lunak b. Mengoperasikan Aplikasi Presentasi c. Mengelola Peralatan Kantor d. Melakukan Prosedur Administrasi e. Menangani Penggandaan Dokumen f. Menangani Surat atau Dokumen Kantor commit to user g. Mengelola Sistem Kearsipan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 h. Membuat Dokumen i. Memproses Perjalanan Bisnis j. Mengelola Pertemuan atau Rapat k. Mengelola Dana Kas Kecil l. Memberikan Pelayanan kepada Pelanggan m. Mengelola Data atau Informasi di Tempat Kerja n. Mengaplikasikan Administrasi Perkantoran di Tempat Kerja Sebagai salah satu mata pelajaran kelompok program produktif di bidang studi Bisnis dan Manajemen khususnya Program Studi Keahlian Administrasi
berdasarkan
Kurikulum
Spektrum
Keahlian
Pendidikan
Menengah Kejuruan 2008 dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), SK atau mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan merupakan pelajaran yang bersifat melayani kolega dan pelanggan. Selama ini peranan mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan di SMK memiliki peran menyiapkan peserta didik agar siap bekerja dengan pelanggan mapun koleganya di tempat bekerjanya nanti. Arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja (demand driven). Dengan demikian tenaga kerja yang dihasilkan oleh SMK merupakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang sesuai yang bisa bekerja sama dengan kolega maupun pelanggannya.
6. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) sebelumnya pernah diteliti oleh guru Ekonomi SMA Negeri 3 Semarang yaitu Wahyu Aji Eko Prastowo dalam jurnal DIDAKTIKA Tahun 1 Nomor 4 Desember 2009 dengan judul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Materi Laporan Keuangan Perusahaan Dagang Kelas XII IPS-1 SMA Negeri 3 Semarang”. Pada penelitian tersebut pembelajaran ekonomi yang dilaksanakan dengan commit user model pembelajaran kooperatif tipe to Thik Pair Share sangat positif. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 ditujukkan dari peningkatan hasil belajar yang mengalami peningkatan nilai mulai dari pra siklus nilai rata-rata pretest 67,89 menjadi 72,30 pada siklus 1 dan terakhir pada siklus 2 menjadi 83,43. Selain itu, siswa menjadi lebih mudah memahami dan menghargai serta mampu berinteraksi. Penelitian kedua mengenai model pembelajaran kooperatif TPS yaitu dalam jurnal Paradigma Tahun III Nomor 26 Juli-Desember 2008 terdapat penelitian serupa yang diteliti oleh Titik Purwati dan Lilik Farida dengan judul “Penerapan Metode Think Pair Share untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X APK pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMK NU Bululawang Malang”. Pada penelitian Titik Purwati dan Lilik Farida menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan model pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share pada siswa kelas X APK SMK NU Buluwalang mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari ketuntasan belajar pada pra siklus yaitu 52,7% pada siklus I dan II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu menjadi 47,3% pada siklus I dan menjadi 94,7% pada siklus II. Penelitian ketiga oleh N. A. Nik Azlina dalam IJCSI International Journal of Computer Science Issues Vol 7 September 2010 dengan judul “CETLs: Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Throught the Use of Think Pair Share Techniques” menyatakan: A collaborative learning technique; Think Pair Share, is summarized and a CSCL system which applied this technique is developed. The CSCL system is named as CETLs, wich is hoped to improved the process of teaching and learning, thus to enchance the students performance in the schools. Pada kesimpulan di atas, Azlina menyatakan sebuah teknik belajar kolaboratif Think Pair Share diringkas dan sistem CSCL yang menerapkan teknik ini dikembangkan para CSCL. Sistem tersebut bernama CETLs, yang diharapkan meningkatkan kinerja siswa dalam sekolah. Apabila kinerja siswa meningkat hal ini tentunya akan berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Persamaan antara penelitian pertama yang dilakukan oleh Wahyu Aji Eko Prastowo, penelitian yang kedua yang dilakukan Titik Purwati dan Lilik Farida, dan penelitian yang ketiga yang dilakukan N. A. Nik Azlina dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Perbedaan antara penelitian pertama dan kedua dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada materi dan subjek penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan materi menerapkan bekerja dalam tim untuk kelas X Administrasi SMK tahun ajaran 2011/2012. Untuk penelitian yang dilakukan Wahyu Aji Prastowo menggunakan materi Laporan Keuangan Perusahaan Dagang pada kelas XII IPS 1 SMA tahun 2009/2010 dan untuk penelitian yang dilakukan
Titik
Purwati dan Lilik Farida menggunakan materi permintaan dan penawaran untuk kelas X APK SMK tahun 2007/2008. Sedangkan perbedaan antara penelitian ketiga dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada teknologi yang digunakan. Penelitian yang dilakukan Azlina sudah menggunakan teknologi yang modern melalui CETLSs singkatan dari Collaborative Enviroment to Teaching and Learning (system) dengan teknik Think Pair Share, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti belum menggunakan
teknologi
modern
hanya
sebatas
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
B. Kerangka Berpikir Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model pembelajaran konvensional sekarang mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Namun tidak semua sekolah sudah menerapkan model pembelajaran modern secara efektif, salah satunya di SMK Kristen 1 Surakarta yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan”. Model pembelajaran konvensional menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan persentase ketuntasan commit rendah to user sehingga berpengaruh terhadap secara klasikal yang masih tergolong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 kurang optimalnya hasil belajar siswa di kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang baru yang dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang diterapkan di SMK Kristen 1 Surakarta khususnya di kelas X Administrasi adalah model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) selain bekerja secara individu juga membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) adalah peserta didik dapat belajar secara individu maupun belajar berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS (Think Pair Share) memberikan waktu lebih banyak untuk siswa berpikir (think time) baik secara individu maupun secara kelompok. Melalui model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) menjadikan siswa lebih akif lagi dalam pembelajaran dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga penilaian hasil belajar siswa yang akan datang akan meningkat lebih baik dari pada sebelumnya dan tidak banyak masalah yang timbul. Dari segi proses, peningkatan hasil belajar dapat terlihat dari meningkatnya keaktifan siswa, sedangkan dari segi output peningkatan hasil belajar dapat terlihat dari meningkatnya ketuntasan belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Adapun skema mengenai kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pembelajaran Konvensional
Siswa kurang aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang masih rendah
Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dalam mata pelajaran “Menerapkan Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan”.
Tingkat keaktifan siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat
Ketuntasan belajar siswa meningkat
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
commit to user
INPUT
PROSES
OUTPUT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Kristen 1 Surakarta yang beralamat di Jln. Ahmad Yani No. 2 Telp/Fax ( 0271 ) 636571 Surakarta 57128 dengan menggunakan kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Alasan peneliti memilih mengadakan penelitian di SMK Kristen 1 Surakarta adalah : a. Tersedia data yang dibutuhkan. b. Terdapat masalah yang diteliti. c. Belum pernah ada penelitian dengan permasalahan yang sama.
2. Waktu Penelitian Berdasarkan dari masalah yang penulis teliti, maka penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2011 sampai dengan terselesainya penelitian ini (jadwal terlampir). Kegiatan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yakni mulai dari persiapan, pelaksanaan tindakan, sampai penyusunan laporan penelitian.
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa satu kelas yang menjadi sasaran tindakan dalam penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini, penelitian difokuskan pada kelas X Administasi SMK Kristen 1 Surakarta, alasannya karena pertama terdapat masalah hasil belajar yang masih rendah yang ditunjukkan dari kurangnya keaktifan siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta dan ketuntasan belajar siswa yang masih rendah. Alasan kedua penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional dan belum kondusif digunakan dalam kelas besar. Alasan ketiga model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat mengajarkan dan melatih kerjasama secara tim bagi siswa yang sesuai dalam commit to user menerapkan mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerjasama dengan 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Kolega dan Pelanggan”. Keempat kelas X Administrasi belum pernah digunakan penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang pada subjek, objek dan waktu yang sama.
C. Data dan Sumber Data Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan jenisnya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2011: 308) menjelaskan tentang pengertian tentang data primer dan data sekunder: Sumber primer adalah adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu hasil wawancara dengan siswa dan guru, hasil observasi keaktifan oral (oral activities), hasil observasi keaktifan menulis (writing activities), hasil lembar kuesioner keaktifan emosional (emotional activities), foto dokumentasi pembelajaran (pratindakan, siklus I, dan siklus II), hasil tes siswa (siklus I dan II), sedangkan sumber data sekunder yaitu hasil tes pratindakan dan dokumen administrasi guru yang berisi silabus, RPP, jadwal pelajaran, program tahunan, perhitungan KKM. Pemahaman tantang berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan sumber data akan menentukan ketepatan dan kedalaman informasi yang diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari: 1. Informan Menurut Moleong (2006) mengatakan bahwa “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi atau kondisi latar penelitian” (hlm. 132). Informan akan membantu peneliti dalam mengumpulka data-data yang diperlukan dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam memilih siapa yang dijadikan informan, peneliti wajib memahami commit to user posisi beragam peran dan keterlibatannya dengan kemungkinan akses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 informasi yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan peneliti. Informan kunci yang menjadi sumber penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta dan guru mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerjasama dengan Kolega dan Pelanggan”
kelas X Administrasi SMK Kristen 1
Surakarta.
2. Tempat, Peristiwa, dan Perilaku Data atau informasi dapat pula dikumpulkan dari tempat, peristiwa, dan perilaku sebagai sumber data yang berhubungan dengan sasaran penelitian. Sutopo mengungkapkan “Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian, sering juga merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti” (2006: 60). Dari observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti pada tempat atau lokasi dapat diperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan peristiwa dan perilaku yang berkaitan dengan para pelaku dalam penelitian. Tempat yang dijadikan latar penelitian adalah ruang kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta. Peristiwa dalam suatu penelitian sangat bermacam-macam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutopo (2006: 58-59) yang mengatakan “Peristiwa sebagai sumber data memang sangat beragam, dari berbagai peristiwa baik yang terjadi secara sengaja atau pun tidak”. Untuk peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian adalah proses pembelajaran siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-prinsip Kerjasama dengan Kolega dan Pelanggan” dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Sedangkan perilaku yang dijadikan latar penelitian adalah perilaku siswa atau kegiatan siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) baik berupa diskusi maupun presentasi di depan kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 3. Dokumen Dokumen adalah surat-surat atau benda-benda yang berharga, termasuk rekaman yang dapat dijadikan sebagai alat bukti untuk mendukung keterangan supaya lebih meyakinkan penelitian. Menurut Sutopo (2006) menyatakan “Dokumen atau arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu” (hlm. 61). Dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian ini, antara lain berupa sumber tertulis maupun gambar atau foto yang berkaitan dengan penelitian. Moleong (2006: 159) mengungkapkan ”Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi”. Untuk sumber data yang berasal dari sumber tertulis peneliti menggunakan dokumendokumen resmi yang berada di sekolah, antara lain Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), Daftar Nilai Ulangan Harian, Analisis Butir Soal SMK, dll. Penggunaan foto dalam penelitian sebagai dokumentasi untuk melengkapai sumber data sangat jelas besar sekali manfaatnya. Dokumen berupa foto, peneliti sengaja memilih sebagai alat pemerkuat hasil penelitian selain data hasil tes. Pengambilan gambar yang berupa foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai gambaran perilaku siswa selama penelitian. Selain itu, dokumen yang berupa foto dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti. Adapun foto yang diambil sebagai sumber data dapat memperjelas data yang lain sehingga hasil dari pengambilan data ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data lain. Penggunaan foto sangat bermanfaat untuk melengkapi sumber data dan foto dapat dianalisis bersama sumber data yang lain. Pengambilan dokumen yang berupa foto dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi aktivitas selama pembelajaran berlangsung yang meliputi: a. Aktivitas selama pembelajaran pra siklus b. Aktivitas selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif commit to user TPS (Think Pair Share) selama siklus I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 c. Aktivitas selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) selama siklus II
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2011: 84). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi : 1. Wawancara “Wawancara” adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee.(Masidjo, 2006: 72). Sedangkan menurut Sulistyorini, “Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak”. Pembagian wawancara menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2006: 188) “Pembagian mereka adalah (a) wawancara oleh tim atau panel, (b) wawancara tertutup dan wawancara terbuka, (c) wawancara riwayat secara lisan, dan (d) wawancara terstruktur dan tak terstruktur”. Berturut-turut pembagian wawancara menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2006) diuraikan sebagai berikut: a. Wawancara oleh tim atau panel Wawancara tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai. b. Wawancara tertutup dan terbuka (covert and overt interview) Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Sedangkan wawancara terbuka yang diwawancarai mengetahui dan menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 c. Wawancara riwayat secara lisan Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuta karya ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan lain-lain. d. Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstuktur Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbiter. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi baku atau informasi tunggal. Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan wawancara terbuka dan wawancara terstruktur. Wawancara terbuka yaitu dimana yang diwawancarai atau informan mengetahui dan menyadari bahwa mereka diwawancarai, sehingga informan mengetahui maksud dan tujuan wawancara itu. Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti tentang masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam wawancara terstruktur ini peneliti sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai pedoman wawancara, dimana daftar tersebut yang akan diajukan dalam wawancara dengan informan.
2. Observasi Teknik observasi digunakan peneliti untuk menggali data atau informasi dari sumber data yang berupa tempat, peristiwa, dan perilaku. Masidjo
(2006:59)
mengemukakan
“Observasi
adalah
suatu
teknik
pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung terhadap situasi suatu tempat”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Spradley dalam Sutopo (2006: 75) mengemukakan bahwa: Pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali. (2) observasi berperan, yang terdiri dari (a) berperan pasif, (b) berperan aktif, dan (c) berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga (bagian) atau anggota kelompok yang sedang diamati. Observasi yang dilakukan peneliti merupakan observasi berperan pasif. Pada observasi ini kehadiran peneliti di lokasi sudah menunjukkan peran yang paling pasif, karena kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh subjek yang diamati, dan bagaimanapun hal itu sedikit banyak bisa berpengaruh terhadap subjek yang diamati. Teknik observasi berperan pasif ini dilakukan peneliti untuk mengamati dan menggali informasi mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian menurut keadaan yang sesungguhnya. Pada observasi ini peneliti melakukannya secara formal dalam pengertian memang sudah direncanakan prosedur penelitiannya melalui perijinan sebelumnya.
3. Analisis Dokumen Cara lain untuk memperoleh data adalah menggunakan analisis dokumen. Analisis dokumen digunakan untuk memperoleh data dari arsip atau dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. Analisis dokumen dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk mencari data yang dihasilkan dari kegiatan pembelajaran berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran kemudian dianalisis oleh peneliti untuk menjelaskan keruntutan proses penelitian dari awal sampai akhir maupun sebagai gambaran perilaku siswa dan guru selama pembelajaran. Selain itu analisis dokumen untuk memperoleh data hasil tes pra siklus maupun setelah siklus.
4. Kuesioner (Questionnare) Kuesioner merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpulan data atau informasi dalam penelitian dimana teknik pengumpulannya bisa dilakukan secara lisan maupun tertulis. Sutopo (2006: 82) mengatakan ”Kuesioner yang commit to user disajikan tertulis biasanya dikirim langsung ke setiap responden, dan setelah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 diisi jawabannya kemudian dikirim kembali kepada pengumpul data atau penelitinya, atau mungkin secara langsung dikumpulkan oleh pengumpul datanya sendiri. Cara ini sering disebut dengan teknik angket (enquette)”. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan teknik kuesioner yang berupa angket untuk mengumpulkan data tentang keaktifan emosional (emotional activities) siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Teknik angket ini dipilih peneliti untuk menjadi media analisis data yang lebih mendalam.
E. Uji Validitas Data Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif uji validitas data dapat dilakukan melalui trianggulasi. Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data. Menurut Patton (1984) dalam Sutopo (2006: 92) menyatakan “… bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi
data
(data
triangulation),
trianggulasi
peneliti
(investigator
triangulation), trianggulasi metodologi (methodological triangulation), dan trianggulasi teoritis (theoretical triangulation) “. Adapun penjelasannya tentang macam-macam teknik trianggulasi menurut Sutopo (2006) sebagai berikut: 1. Trianggulasi sumber Teknik trianggulasi ini disebut juga trianggulasi data. Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan data menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. 2. Trianggulasi metode Teknik trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 3. Trianggulasi peneliti Pada teknik trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. 4. Trianggulasi teori Trianggulasi pada jenis ini dilakukan peneliti dengan menggunakan lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.Pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti menggunakan triangulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Dalam triangulasi data menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama, artinya bahwa data yang ada dilapangan diambil dari informan yang berbedabeda. Data diperoleh melalui sumber, kemudian dilakukan uji keabsahan melalui teknik triangulasi antar sumber. Hal ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara antar informan yang satu dengan informan yang lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan satu dengan informan lainnya yaitu para siswa kelas X Administrasi. Selain itu peneliti juga menggunakan triangulasi metode, yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda untuk menguji kemantapan informasinya. Adapun teknik atau metode yang digunakan untuk menggumpulkan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode wawancara, observasi, analisis dokumen,
F. Analisis Data 1. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: a. Analisis deskriptif komparatif Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 diperoleh pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan. b. Analisis data kuantitatif sederhana Analisis data kuantitatif sederhana digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes evaluasi pra siklus maupun setelah siklus I dan II. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif sederhana yang berupa penghitungan nilai hasil tes setelah siklus, persentase keaktifan siswa yang berupa keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), keaktifan emosional (emotional activities) dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Dari informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Data kualitatif dianalisis dengan analisis interaktif seperti yang dikemukakan oleh Sutopo (2006: 119) menyatakan: Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Kemudian sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya. Proses analisis ini disebut sebagai model analisis interaktif. Dengan demikian maka dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang harus dilaksanakan, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data. Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut peneliti menyusun rumusan pengertian secara singkat, berupa pokok-pokok temuan yang penting. Kemudian dilakukan penyusunan sajian data agar peristiwanya menjadi lebih jelas dilengkapi perabot sajian yang diperlukan. Dari sajian tersebut dilakukan penarikan simpulan (sementara). Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir peneliti melakukan diskusi untuk menarik simpulan dan verifikasinya berdasarkan reduksi maupun sajian data. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Apabila simpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan data dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang telah dikembangkan dan juga sebagai usaha bagi pendalaman data. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
pengumpulan data (1)
(2)
reduksi data
sajian data (3)
penarikan simpulan/verifikasi
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Sumber : Sutopo (2006: 120)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 G. Indikator Kinerja Penelitian Untuk menentukan ketercapaian tujuan perlu dirumuskan indikator keberhasilan tindakan yang disusun secara realistik ( mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan ) dan dapat diukur. Adapun rumusan indikator kinerja penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Penelitian Aspek yang diukur
Persentase siswa
Cara mengukur
yang ditargetkan Keaktifan belajar siswa
≥70%
Diamati
pada
saat
dalam diskusi kelompok
pembelajaran dan dihitung dari
dengan
jumlah
model
siswa
yang
pembelajaran kooperatif
menampakkan keaktifan oral
TPS (Think Pair Share).
(oral activities), menulis dan
(writing
keaktifan
keaktifan activities), emosional
(emotional activities) sesuai dalam
diskusi
maupun
presentasi berdasarkan kriteria penilaian keaktifan. Ketuntasan belajar siswa
≥75%
Diukur berdasarkan nilai hasil
secara klasikal dalam
tes
model
(siklus I dan siklus II) dan
pembelajaran
kooperatif TPS (Think
evaluasi
setelah
siklus
dihitung dari :
Pair Share).
∑ ∑
commit to user
x100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 H. Prosedur Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan di kelas. Pengertian kelas di sini adalah kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar. TahapanTahapan Model Pelaksanaan Penelitian Tindak Kelas (PTK) menurut Arikunto (2007) yaitu : 1. Tahap: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusu untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen observasi untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini bentuk terpisah maka peneliti dan pelaksana harus melakukan kesepakatan antara keduanya. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak berbuat apa-apa. 3. Tahap Pengamatan (Observing) Tahap ketiga, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilaksanakan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 sama. Sebutan tahap kedua diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini, guru memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatan tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang halhal yang dirasakan sudah berjalan dengan baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka refleksi dilakukan terhadap dirinya sendiri. Berikut ini adalah gambaran keempat langkah Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan Arikunto : Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 3.2 Model Tahapan-Tahapan PTK Sumber: Suharsimi Arikunto commit to user (2007: 16)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti terdiri dua siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta refleksi masingmasing siklus melaksanakan kegiatan tersebut. Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut: 1.
Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti bersama dengan guru berkomitmen untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama pembelajaran pra siklus dan kemudian peneliti bersama dengan guru menentukan model pembelajaran dan merumuskan rencana pembelajaran selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahapan ini antara lain: a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dan I mata pelajaran “Menerapkan PrinsipPrinsip Kerjasama dengan Koelga dan Pelanggan”, Soal Tes setelah siklus (siklus I dan siklus II), merancang strategi dan skenario pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran kooperatif model TPS (Think Pair Share) yang akan diterapkan antara lain: 1) Guru membuka proses belajar mengajar. 2) Guru melakukan pengelolaan kelas 3) Guru menjelaskan kepada siswa tentang kompetensi dasar (KD) dan indikator materi 4) Guru
menjelaskan kepada siswa tentang model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) 5) Guru menyampaikan materi pelajaran secara garis besar 6) Guru memberikan pertanyaan diskusi untuk dipikirkan terlebih dahlu secara individu (Think). 7) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok atau tim
terdiri dari 2 orang (Pair). Setiap kelompok atau tim harus
heterogen dalam suku,commit agama dan kemampuan yang dimiliki. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 8) Guru menugaskan tiap tim untuk mendiskusikan dan menjawab soalsoal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan guru. 9) Guru memberi waktu kepada siswa untuk saling mendiskusikan soal soal yang berkaitan dengan materi tersebut secara mendalam. 10) Guru mengawasi dan membantu mengarahkan jalannya diskusi. 11) Pengumpulan tugas secara kelompok dan presentasi kelompok (Share). 12) Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan secara bersamasama 13) Guru menutup proses belajar mengajar. b. Menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator kinerja penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan angket. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dan mengetahui keaktifan oral (oral activities) maupun keaktifan menulis (writing activities) siswa
selama proses
pembelajaran
berlangsung baik pada siklus I maupun siklus selanjutnya. Sedangkan angket digunakan untuk menganalisis secara mendalam tentang keaktifan emosional (emotional activities) siswa. Indikator kinerja penelitian yang digunakan dalam penelitian dibuat untuk mengetahui ketercapaian hasil penelitian. 2.
Tahap Pelaksanaan Pada
tahap
pelaksanaan
guru
yang
akan
berperan
dalam
melaksanakan tindakan, sedangkan peneliti akan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan yang dilakukan guru. Tindakan yang dilaksanakan guru hendaknya sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya namun dapat bersifat fleksibel, dalam artian guru dapat mengubah rencana yang ada sesuai dengan perubahan atau penyesuaian yang terjadi
selama pembelajaran.
Peneliti pada tahap pelaksanaan ini akan mencatat segala perubahan maupun penyesuaian yang terjadi selama pembelajaran karena akan menjadi bahan yang akan dilaporkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 3.
Tahap Pengamatan (Observasi) Dalam pelaksanaan pengamatan atau observasi peneliti akan mengamati pelaksanaan tindakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang telah dilakukan terhadap proses pembelajaran dan yang diamati adalah proses tindakan yang dilakukan guru, keaktifan siswa yang berupa keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities), kendala dalam implementasi tindakan, dan persoalan lain yang timbul.
4.
Tahap Refleksi Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali tindakan pelaksanaan seperti yang telah dicatat dalam observasi. Dalam melakukan refleksi, peneliti berdiskusi dengan guru untuk memberikan dasar perbaikan pada rencana siklus berikutnya. Pada refleksi disini peneliti dan guru menilai pelaksanaan tindakan dan membandingkan apa yang telah dicapai dengan indikator yang telah ditetapkan, mengevaluasi apa yang perlu diperbaiki, dan mengevaluasi bagaimana memperbaiki yang kurang selama pelaksanaan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Dalam hal ini peneliti dan guru mendiskusikan tentang kinerja guru dan siswa, kendala yang dihadapi, dan tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Pratindakan Pada observasi awal sebelum dilaksanakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) proses pembelajaran di kelas masih bersifat konvensional yaitu pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat terlihat dari sedikitnya jumlah siswa yang bertanya dan berpartisipasi aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru, kurangnya keberanian siswa untuk berpendapat yang berbeda dengan guru, kecenderungan sikap pasif dan merasa cukup menerima materi yang telah disampaikan guru. Siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Dari hasil observasi pratindakan yang peneliti lakukan terhadap proses pembelajaran di kelas X Administrasi diperoleh data-data yang lebih spesifik mengenai aktivitas pembelajaran siswa kelas X Administrasi yang kurang aktif, dengan hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Ditinjau dari Segi Guru atau Pengajar Jika dilihat dari sudut pandang pengajar, guru atau pengajar masih menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah dan tanya jawab menjadikan guru yang lebih terlihat aktif dalam pembelajaran dibandingkan siswa. Terkadang metode ceramah menjadikan guru terlalu luas dalam penyampaian mteri yang seharusnya tidak perlu disampaikan kepada siswa. Sementara, siswa hanya menyimak dan mendengarkan sehingga kebanyakan siswa terlihat kurang aktif dan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Bahkan pada saat pembelajaran kondisi kelas yang dirasa kurang optimal karena ada gangguan siswa yang kurang berminat mengikuti pembelajaran dengan berbicara sendiri dan tidur-tiduran sehingga guru commityang to user menyuruh siswa mengulangi materi baru saja disampaiakan dan hasilnya 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 siswa tersebut tidak bisa mengulangi apa yang telah disampaiakan guru. Guru sudah berusaha mengoptimalkan pembelajaran dan mengatasi gangguangangguan selama pembelajaran dengan menegur siswa yang tidak mau memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini ternyata belum mampu menjadikan siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena setelah guru menegur salah satu siswa masih banyak siswa yang masih menunjukkan sikap yang kurang antusias maupun kurang aktif dalam pembelajaran.
2. Ditinjau dari Segi Siswa Jika dilihat dari sudut pandang siswa, diketahui hal-hal: a. Masih banyak siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar ditunjukkan dengan kebanyakan siswa kurang aktif bahkan siswa tidak aktif sama sekali dalam pembelajaran khususnya untuk keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) siswa. Selama pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan dari materi yang diajarkan dan kebanyakan siswa tidak memberikan jawaban atas pertanyaan guru terkadang hanya diam terkadang menjawab serempak dengan ragu-ragu, namun belum ada siswa yang berani menjawab secara individu. Selain itu hanya beberapa siswa yang mencatat keterangan yang diberikan oleh guru. b. Siswa kurang antusias mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan adanya siswa yang tidur dengan menundukkan kepala, siswa bercerita dan bermain secara sembunyi-sembunyi kepada sesama rekannya di bangku tengah dan belakang, siswa mengantuk dan menguap pada saat diterangkan oleh guru. Bahkan sikap siswa yang kurang antusias ini menjadi gangguan selama pembelajaran berlangsung, sehingga guru harus berkali-kali menghentikan pembelajaran hanya untuk menengur siswasiswa yang mengganngu selama pembelajaran. Selain itu diluar kegiatan observasi, peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama to user berdasarkan analisis dokumen dengan Kolega dan Pelanggan”commit kemudian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 diketahui bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa kelas X Administrasi masih
sangat rendah hanya 37,21% dengan nilai terrendah 53, nilai tertinggi 92, dan nilai rata-rata 74,6 yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 79. Hasil ketuntasan belajar siswa pratindakan ini dapat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan Kriteria Ketuntasan
Jumlah
Persentase
Belajar
(Siswa)
(%)
Tuntas
16
37,21
Tidak Tuntas
27
62,79
43
100
Total Sumber: Data Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui ketuntasan belajar siswa kelas X Administrasi pada mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan” sebelum dilakukan penelitian (pratindakan) diperoleh data siswa yang tuntas adalah 16 siswa dengan persentase 37,21%, sedangkan yang tidak tuntas adalah 27 siswa dengan persentase 62,79%. Ketuntasan belajar siswa pada pratindakam masih tergolong rendah yaitu hanya sebesar 37,21%. Ketuntasan hasil belajar siswa juga dapat dilihat pada grafik berikut ini: 80.00% 60.00% 40.00%
62.79% 37.21% PRATINDAKAN
20.00% 0.00% TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Gambar 4.1 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan commit to user (Sumber : Data Hasil Penelitian)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Berbagai permasalahan yang telah dipaparkan di atas terutama yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yaitu keaktifan dan ketuntasan belajar siswa perlu diberikan solusi untuk memperbaikinya. Setelah berkonsultasi bersama dengan guru mata pelajaran peneliti menawarkan kepada guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dengan metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan melatih siswa untuk berpikir kritis baik secara individu maupun kelompok yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think Pair Share). Metode pembelajaran TPS (Think Pair Share) membantu siswa meningkatkan keaktifan melalui kegiatan berpikir (Think) secara individu melalui kesempatan berpikir secara individu yang diberikan guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, lalu memasangkan (Pair) jawaban yang telah difikirkan terlebih dahulu secara individu dengan teman-teman satu kelompoknya. Tahap terakhir adalah membagikan (Share) yaitu mempresentasikan jawaban di depan kelas yang telah difikirkan terlebih dahulu secara individu dan telah didiskusikan dengan teman-teman satu kelompok. Cara ini diharapkan akan meningkatkan keaktifan dan ketuntasan belajar siswa yang pada akhirnya dapat tercapainya hasil belajar sesuai dengan standar ketuntasan.
B. Deskripsi Hasil Tindakan 1. Penelitian Siklus I a. Tahap Perencanaan Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Maret 2012 bertempat di ruang guru SMK Kristen 1 Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Akhirnya peneliti dan guru telah sepakat bahwa pelaksanaan tindakan siklus I pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti akan dilaksanakan dalam 2 indikator dalam 4 kali pertemuan atau 8 x 45 menit, yakni pada hari Senin dan Kamis mulai tanggal 9-23 April 2012. Adapun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 berikut ini tahap perencanaan tindakan I yang meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan bersama guru mengenai bahan ajar yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan (8 x 45 menit). Skenario pembelajaran yang direncanakan sebagai berikut: a) Pertemuan I (Senin, 9 April 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan awal, yang meliputi: pengelolaan kelas, apresepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian KKM, dan penyampaian metode pembelajaran TPS (Think Pair Share). (2) Kegiatan inti, yang meliputi penjelasan materi secara singkat oleh guru, kegiatan diskusi menggunakan metode pembelajaran TPS (Think Pair Share), presentasi siswa. (3) Kegiatan akhir, yaitu penyempurnaan hasil diskusi dan pembuatan kesimpulan guru bersama-sama dengan siswa, pemberian tugas
terstruktur, dan penyampaian rencana
pembelajaran selanjutnya. b) Pertemuan II (Kamis 12 April 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan awal, yang meliputi: pengelolaan kelas, apresepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian metode pembelajaran yang masih akan menggunakan metode TPS (Think Pair Share). (2) Kegiatan inti, yang meliputi penjelasan materi secara singkat oleh guru, kegiatan diskusi menggunakan metode pembelajaran commit topresentasi user TPS (Think Pair Share), siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 (3) Kegiatan akhir, yaitu penyempurnaan hasil diskusi dan pembuatan kesimpulan guru bersama-sama dengan siswa, pemberian tugas
terstruktur, dan penyampaian rencana
pembelajaran selanjutnya. c) Pertemuan III (Senin, 23 April 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan awal, yang meliputi: pengelolaan kelas, apresepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian metode pembelajaran yang masih akan menggunakan metode TPS (Think Pair Share). (2) Kegiatan inti, yang meliputi penjelasan materi secara singkat oleh guru, kegiatan diskusi menggunakan metode pembelajaran TPS (Think Pair Share), presentasi siswa. (3) Kegiatan akhir, yaitu penyempurnaan hasil diskusi dan pembuatan kesimpulan guru bersama-sama dengan siswa, dan penyampaian rencana pembelajaran selanjutnya adalah tes ulangan harian. d) Pertemuan IV (Kamis, 26 April 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan pengelolaan kelas untuk mempersiapkan siswa sebelum mengikuti tes ulangan harian dan membagikan soal tes. (2) Siswa mengerjakan tes secara tertulis yang diberikan guru. (3) Kegiatan akhir, yaitu setelah siswa selesai mengerjakan dan dikumpulkan kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya berkaitan dengan soal tes yang diberikan. 2) Menyiapkan instrumen penelitian Peneliti menyusun istrumen penelitian, yaitu berupa pedoman to user wawancara, lembar commit observasi guru tentang penerapan model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share), lembar observasi penilaian keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities) siswa selama proses pembelajaran, serta lembar kuesioner (angket) untuk mengetahui keaktifan emosional (emotional activities) siswa. 3) Menyiapkan materi yang sesuai dengan indikator pada standar kompetensi dan kompetensi dasar antara lain sebagai berikut: a) Standar Kompetensi
: Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan.
b) Kompetensi Dasar
: Menerapkan Bekerja dalam Tim.
c) Indikator (1) Menunjukkan kepercayaan, dorongan dan rasa hormat kepada anggota tim di dalam kegiatan sehari-hari. (2) Menampung perbedaan kebudayaan diantara tim. d) Materi Pembelajaran (1) Pertemuan I
: Prinsip-Prinsip Bekerja Sama dalam Tim
(2) Pertemuan II
: Tahapan Perkembangan Tim
(3) Pertemuan III
: Karakter Budaya dalam Tim
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 8 x 45 menit. Setiap pertemuan dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan pada Kamis 12 April, Kamis 19 April, Senin 23 April dan Kamis 26 April 2012. Adapun pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran terbagi menjadi 3 kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Awal pelaksanaan tindakan siklus I siswa diberikan suatu pengarahan tentang model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Hal ini bertujuan agar penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat dipahami siswa dan proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Pengarahan tersebut berisi garis besar pengertian to user pembelajaran kooperatif commit TPS (Think Pair Share) dan langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 metode pembelajaran TPS (Think Pair Share) yang meliputi: siswa mendengarkan materi pengantar, siswa dapat dikondisikan agar seluruh siswa dalam suatu kelas dapat berpikir (Think), kemudian berpasangan dengan teman-temannya (Pair) dan terakhir berbagi (Share) dengan teman-teman satu kelompoknya maupun dengan seluruh teman sekelasnya melalui presentasi. Dengan pengarahan tersebut diharapkan siswa dapat lebih memahami penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) sehingga lebih mudah dalam melaksanakan tiap tahapnya. Berikut ini pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) pada siklus I: 1) Pertemuan I (Kamis, 12 April 2012) Pada awal pembelajaran guru melakukan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa, dan memberikan motivasi
agar
supaya
lebih
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran. Setelah melakukan pengelolaan kelas guru melakukan apresepsi untuk mengulang kembali materi pembelajaran sebelumnya dengan bertanya kepada siswa tentang materi apa yang telah dipelajarai sebelumnya. Kemudian ada beberapa siswa yang menjawab materi sebelumnya tentang kepribadian, tentang table manner, dan yang paling tepat dijawab adalah tentang standar penampilan pribadi. Pembelajaran kemudian berlanjut dengan guru menyampaikan Kompetensi Dasar, Indikator pembelajaran, Kriteria Ketuntasan Minimal serta, menyampaikan Metode Pembelajaran TPS (Think Pair Share). Guru juga menyampaikan bahwa pembelajaran kedepan akan menggunakan model pembelajaran baru serta memperkenalkan peneliti beserta tujuannya mengadakan penelitian di kelas X Administrasi. Setelah kurang lebih 10 menit kegiatan awal pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru mulai menjelaskan materi secara singkat mengenai pengertian, ciri-ciri, dan karakteristik tim disertai kegiatan commit user tanya jawab. Awalnya guruto bertanya tentang ”Apakah itu tim?”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 namun siswa terlihat malu-malu untuk menjawab dan serempak menjawab dengan berbagai jawaban yang kurang jelas. Guru kemudian mengulangi pertanyaannya kembali untuk memperjelas jawaban siswa. Setelah diulangi ada beberapa siswa yang menjawab tim adalah regu, tim adalah kelompok, tim adalah gabungan individu-individu, dll. Berlanjut setelah pengertian tim guru juga menjelaskan tentang ciri-ciri dan karakteristik
tim
secara
singkat.
Kemudian memberikan
pertanyaan untuk didiskusikan secara berpasangan dengan metode TPS (Think Pair Share). Sebelum siswa berpasangan dan berbagi jawaban dalam diskusi kelompok guru memberikan waktu berpikir (think time) terlebih dahulu kepada siswa untuk memikirkan jawaban secara individu. Ketika guru memberikan waktu untuk memikirkan jawaban secara individu, kebanyakan siswa masih terlihat belum bisa menggunakan waktu yang ada untuk berpikir secara individu dengan baik. Masih terlihat kebanyakan siswa langsung berdiskusi dengan teman sebangkunya, teman di belakangnya atau teman di depannya. Setelah beberapa menit siswa kemudian diminta guru untuk berpasangpasang dengan teman sebangkunya untuk berbagi jawaban dan berdiskusi. Waktu yang diberikan untuk diskusi telah habis dan kemudian mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Terdapat 6 kelompok atau 12 orang siswa yang tampil presentasi di depan kelas antara lain: Sulis, Yoneza, Rhoma, Wirasima, Ayu, Noviana, Triananingsih, Sri, Dhebi, Sumarni, Irania, dan Putwi. Pada pertemuan pertama ini siswa masih terlihat belum terlalu menunjukkan keaktifan oralnya (bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat) secara maksimal dan belum menunjukkan adanya keaktifan secara emosional terlihat dari siswa masih malu-malu tampil di depan kelas, siswa masih membaca teks hasil diskusi. Pada saat presentasi masih terdapat beberapa siswa yang to user atau sampingnya. ngobrol dengan teman commit dibelakangnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Kegiatan inti pembelajaran telah selesai kemudian pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan penutup. Guru bersama dengan siswa menyempurnakan hasil diskusi dan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Selanjutnya merefleksikan dalam menyampaikan materi pembelajaran, apakah sudah cukup jelas atau apakah mudah dipahami siswa. Di akhir pembelajaran ini guru membagikan materi tambahan mengenai prinsip-prinsip bekerja sama dalam tim, kemudian menyampaikan tugas individu sebagai pekerjaan rumah yang berupa tugas tidak terstruktur, menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran selanjutnya masih dalam Kompetensi Dasar (KD) yang sama dan mengucapkan salam. 2) Pertemuan II (Kamis, 19 April 2012) Pada awal pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi: guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa, dan memberikan motivasi agar supaya lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Setelah melakukan pengelolaan kelas guru melakukan apresepsi untuk mengulang kembali materi pembelajaran sebelumnya dengan bertanya kepada siswa tentang materi apa yang sudah dipelajarai pada pertemuan sebelumnya. Kemudian ada beberapa siswa yang menjawab materi sebelumnya tentang tim, tentang pengertian tim, tentang karakteristik tim, tentang ciri-ciri tim dan semua yang dijawab siswa adalah tepat. Pembelajaran kemudian berlanjut dengan guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan menyampaikan masih menggunakan Metode Pembelajaran TPS (Think Pair Share). Setelah kurang lebih 10 menit kegiatan awal pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru mulai menjelaskan materi secara singkat
atau garis besarnya saja
menggunakan bagan di papan tulis mengenai “Tahapan Perkembangan Tim”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Berselang kurang lebih 10 menit guru menjelaskan kemudian guru memberikan pertanyaan untuk didiskusikan secara berpasangan dengan metode TPS (Think Pair Share). Sebelum siswa berpasangan dan berbagi jawaban dalam diskusi kelompok guru memberikan waktu berpikir (think time) terlebih dahulu kepada siswa untuk memikirkan jawaban secara individu. Masih sama dengan pertemuan sebelumnya ketika guru memberikan waktu untuk memikirkan jawaban secara individu, kebanyakan siswa masih terlihat belum bisa menggunakan waktu yang ada untuk berpikir secara individu dengan baik. Masih terlihat kebanyakan siswa langsung berdiskusi dengan teman sebangkunya atau teman dibelakangnya. Setelah beberapa menit siswa kemudian diminta guru untuk berpasang-pasang dengan teman sebangkunya untuk berbagi jawaban dan berdiskusi. Waktu yang diberikan untuk diskusi telah habis dan kemudian mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Terdapat 10 kelompok atau 20 orang siswa yang tampil presentasi di depan kelas antara lain: Yoneza, Sulis, Sri, Triananingsih, Afrida, Rhoma, Dhebi, Ravena, Yuva, Niken, Ayu, Noviana, Magda, Stefani, Disty, Vera, Yuanita, Iis, Olivia, dan Santi . Pada pertemuan pertama ini siswa sudah terlihat adanya peningkatan para siswa sudah mulai menunjukkan keaktifan oralnya (bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat) dan sudah cukup menunjukkan adanya keaktifan secara emosional terlihat dari siswa tampil lebih tenang dan lebih berani di depan kelas, ada beberapa kelompok yang sudah lancar berbagi jawaban di depan kelas tanpa membaca laporan hasil diskusi. Kegiatan inti pembelajaran telah selesai kemudian pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan penutup. Guru bersama dengan siswa menyempurnakan hasil diskusi dan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Dari hasil diskusi guru menyampaikan ada 4 kelompok to user rasa kekelompokan, ada 13 yang memilih tahapcommit pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 kelompok yang memilih tahap pancaroba, ada 2 kelompok yang memilih tahap pembentukan norma, dan ada 1 kelompok yang memilih tahap berprestasi. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa sudah tepat dalam menyelesaikan persoalan dalam soal diskusinya. Selanjutnya
guru
merefleksikan
dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran, apakah sudah cukup jelas atau apakah mudah dipahami siswa. Ada siswa yang bertanya ”Apakah yang terjadi apabila konflik terus terjadi pada tahap pancaroba?”. kemudian selama beberapa menit guru menjelaskan kepada siswa. Di akhir pembelajaran ini guru menyampaikan tugas individu sebagai pekerjaan rumah yang berupa tugas terstruktur untuk membuat rangkuman materi secara singkat tentang tahap perkembangan tim, kemudian menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran selanjutnya masih dalam Kompetensi Dasar (KD) yang sama dan mengucapkan salam. 3) Pertemuan III (Senin, 23 April 2012) Pada awal pembelajaran guru melakukan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa, dan memberikan motivasi
agar
supaya
lebih
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran. Setelah melakukan pengelolaan kelas guru melakukan apresepsi untuk mengulang kembali materi pembelajaran sebelumnya dengan bertanya kepada siswa tentang materi apa yang telah dipelajarai sebelumnya. Kemudian ada kebanyakan siswa menjawab secara serempak dan tanpa ragu-ragu bahwa materi sebelumnya adalah tahap perkembangan tim. Pembelajaran kemudian berlanjut dengan guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan menyampaikan masih menggunakan Metode Pembelajaran TPS (Think Pair Share). Setelah kurang lebih 10 menit kegiatan awal pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru mulai menjelaskan materi secara singkat mengenai “Karakter Budaya dalam to user Tim”. Setelah kurangcommit lebih 15 menit, selanjutnya guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 pertanyaan untuk didiskusikan secara berpasangan dengan metode TPS (Think Pair Share). Sebelum siswa berpasangan dan berbagi jawaban dalam diskusi kelompok guru memberikan waktu berpikir (think time) terlebih dahulu kepada siswa untuk memikirkan jawaban secara individu. Pada pertemuan ketiga ini ketika guru memberikan waktu untuk memikirkan jawaban secara individu siswa masih terlihat beberapa siswa belum menggunakan waktu yang ada untuk berpikir secara individu dengan baik. Masih terlihat ada beberapa siswa langsung
berdiskusi
dengan
teman
sebangkunya
atau
teman
dibelakangnya. Setelah beberapa menit siswa kemudian diminta guru untuk berpasang-pasang dengan teman sebangkunya untuk berbagi jawaban dan berdiskusi. Waktu yang diberikan untuk diskusi telah habis dan kemudian siswa akan membagi jawaban (Share) atau mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Terdapat 7 kelompok atau 15 orang siswa yang tampil presentasi di depan kelas antara lain: Rhoma, Wirasima, Irania, Putwi, Tasya, Mita, Dhebi, Magda, Sumarni, Ayu, Noviana, Afrida, Enin, Yuva, dan Niken. Pada sela-sela diskusi terdapat perdebatan diantara siswa antara karakter budaya pada tim yang menyenangkan dan tim yang berfungsi penuh melalui adanya siswa yang bertanya, menjawab, dan mengemukakan gagasnnya. Pada pertemuan ketiga ini siswa terlihat pada kegaitan diskusi siswa sudah banyak menunjukkan keaktifan oralnya (bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat) dan sudah lebih percaya diri lagi dengan menunjukkan adanya keaktifan secara emosional terlihat dari siswa tidak lagi membaca teks hasil diskusi dan tidak membawa laporan hasil diskusi tetapi sudah diserahkan guru, siswa sudah lancar dalam menyampaikan hasil diskusinya, walaupun masih ada siswa yang tampil dengan malu-malu. Kegiatan inti pembelajaran telah selesai kemudian pembelajaran commitpenutup. to user Guru bersama dengan siswa dilanjutkan pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 menyempurnakan hasil diskusi dan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Berdasarkan hasil diskusi guru menyampaiakn seluruh terdapat dua pilihan yang dipilih para siswa yaitu antara tim yang berfungsi penuh dan tim yang menyenangkan, akan tetapi lebih dominan siswa yang memilih tim yang menyenangkan karena dari keseluruhan kelompok hanya ada 4 kelompok saja yang memilih tim yang
berfungsi
penuh.
Selanjutnya
merefleksikan
dalam
menyampaikan materi pembelajaran, apakah sudah cukup jelas atau apakah mudah dipahami siswa. Di akhir pembelajaran ini guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah tes atau ulangan harian dan mengucapkan salam. 4) Pertemuan IV (Kamis, 26 April 2012) Kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa untuk mempersiapkan siswa sebelum mengikuti tes ulangan harian dan kemudian membagikan soal tes. Selama tes berlangsung guru mengedarkan daftar presensi kehadiran siswa untuk ditandatangani oleh siswa. Siswa diberikan waktu oleh guru sekitar kurang lebih 75 menit untuk mengerjakan tes secara tertulis yang diberikan guru. Selanjutnya setelah waktu mengerjakan telah selesai dilanjutkan kegiatan akhir, yaitu setelah siswa selesai mengerjakan dan dikumpulkan kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa kurang lebih masih ada waktu 5 menit untuk bertanya berkaitan dengan soal tes yang diberikan. Namun para siswa tidak ada yang bertanya dan guru mengucapkan salam. c. Tahap Observasi Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran. Pelaksanaan observasi pada penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti, mengacu pada lembar commitsebelumnya. to user pengamatan yang telah disusun Observasi tersebut dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran yang meliputi keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities). Selain itu observasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui catatan lapangan, lembar observasi terhadap guru, dan hasil tes siklus I. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan pengambilan gambar yang berupa foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai gambaran perilaku siswa selama penelitian. Selain itu, dokumen yang berupa foto dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti. Adapun foto yang diambil adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama pembelajaran. Pada akhir pertemuan siklus I untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran, peneliti melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, siswa yang aktif, dan siswa yang kurang aktif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran yang baru dan saran siswa sebagai perbaikan tindakan selanjutnya (siklus II). Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti terlampir pada lampiran penelitian ini. Selama peneliti melakukan observasi, guru bertindak untuk melaksanakan tindakan dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Berikut ini hasil observasi pada siklus I penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share): 1) Hasil ketuntasan belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus I Hasil observasi peneliti tentang ketuntasan belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Kriteria Ketuntasan
Jumlah
Persentase
Belajar
(Siswa)
(%)
Tuntas
26
60,47
Tidak Tuntas
17
39,53
43
100
Total Sumber : Data Hasil Penelitian
Data pada tabel 4.2 menunjukkan hasil penelitian ketuntasan belajar siswa kelas X Administrasi pada mata pelajaran “Menerapkan PrinsipPrinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan” menggunakan model pembelajaraan kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus I, dimana diperoleh data siswa yang tuntas adalah 26 siswa dengan persentase 60,47%, sedangkan yang tidak tuntas adalah 17 siswa dengan persentase 39,53%. Ketuntasan belajar siswa siklus I yaitu 60,47%. Namun, target ketuntasan belajar pada siklus I belum tercapai dan masih perlu perbaikan untuk mencapai target ketuntasan belajar siswa yaitu ketuntasan belajar lebih dari atau sama dengan 75%. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I juga dapat dilihat pada grafik berikut ini: 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
60.47% 39.53% SIKLUS I
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Gambar 4.2 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I (Sumber : Data Hasil commit to Penelitian) user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 2) Hasil keaktifan siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus I Hasil observasi
peneliti tentang keaktifan siswa yang meliputi
keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities) selama penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4
Tabel 4.3 Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus I Tingkatan Keaktifan Oral
Jumlah
Persentase
(Oral Activities)
(Siswa)
(%)
Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Total
5
11,63
13
30,23
12
27,91
13 43
30,23 100,00
Sumber : Data Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian untuk keaktifan oral (oral activities) siswa siklus I untuk tingkatan sangat aktif (SA) terdapat 5 siswa dengan persentase 11,63%, untuk tingkatan aktif (A) terdapat 13 siswa dengan persentase 30,23%, untuk tingkatan kurang aktif (KA) terdapat 12 siswa dengan persentase 27,91%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) terdapat 13 siswa dengan persentase 30,23%. Dari tabel 4.3 dapat diketahui keaktifan oral (oral activities) siswa sebesar 41,86%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Keaktifan oral (oral activities) siswa siklus I pada tabel 4.3 juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
30.23%
27.91%
30.23%
11.63%
Sangat Aktif
SIKLUS I
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Gambar 4.3 Hasil Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus I (Sumber : Data Hasil Penelitian) Selain observasi keaktifan oral (oral activities), dilakukan pula observasi keaktifan menulis (writing activities). Hasil perhitungan keaktifan menulis (writing activities) dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus I Tingkatan Keaktifan Menulis
Jumlah
Persentase
(Writing Activities)
(Siswa)
(%)
Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Total
3
6,98
23
53,49
17
39,53
0 43
0,00 100,00
Sumber : Data Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian untuk keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus I untuk tingkatan sangat aktif (SA) terdapat 3 siswa dengan persentase 6,98%, untuk tingkatan aktif (A) terdapat 23 commit to user siswa dengan persentase 53,49%, untuk tingkatan kurang aktif (KA)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 terdapat 17 siswa dengan persentase 39,53%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) terdapat 0 siswa dengan persentase 0% atau dapat dilihat tidak ada siswa dengan tingkatan tidak aktif. Dari tabel 4.4 dapat diketahui keaktifan menulis (writing activities) siswa pada siklus I sebesar 60,47%. Selain itu keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus I tersebut juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 60.00%
53.49%
50.00%
39.53%
40.00% 30.00%
SIKLUS I
20.00% 6.98%
10.00%
0.00%
0.00% Sangat Aktif
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Gambar 4.4 Hasil Keaktifan Menulis (Writing Activities)Siswa Siklus I (Sumber : Data Hasil Penelitian) d. Tahap Refleksi Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil analisis ini digunakan
untuk
mengetahui
kelebihan
dan
kekurangan
model
pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan model pembelajaran sebelumnya, walaupun belum sesuai target indikator ketercapaian dan masih memerlukan perbaikan lebih lanjut pada siklus II. Berdasarkan data hasil tes dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sebesar 60,47% belum terpenuhinya indikator kinerja penelitian yaitu ≥75%. Hasil penilaian keaktifan siswa siklus I yaitu keaktifan oral (oral to user activities) dan keaktifan commit menulis (writing activities) melalui lembar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 pengamatan keaktifan diperoleh keaktifan oral (oral activities) siswa dengan tingkatan sangat aktif (SA) 11,63%, aktif (A) 30,23%, kurang aktif (KA) 27,91%, dan tidak aktif (TA) 30,23%, sedangkan keaktifan menulis (writing activities) siswa dengan kriteria sangat aktif (SA) 6,98%, aktif (A) 53,49%, kurang aktif (KA) 39,53%, dan tidak aktif (TA) 0%. Dari tabel 4.3 keaktifan oral (oral activities) siswa hanya mencapai 41,86%, sedangkan dari tabel 4.4 dapat diketahui keaktifan menulis (writing activities) siswa sudah mencapai sebesar 60,47%, namun keaktifan oral (oral activities) dan (writing activities) keaktifan menulis siswa belum mencapai indikator ketercapaian yang ditargetkan sebelumnya yaitu ≥70%. Selain itu juga dari hasil wawancara dengan siswa masih ada kekurangankekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara pada siklus I peneliti melakukan analisis dan diketahui kekurangan-kekurangan yang dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas antara lain sebagai berikut: 1) Penyampaian materi yang terkadang terlalu luas sehingga waktu diskusi kurang efisien. 2) Siswa masih belum terbiasa untuk berpikir terlebih dahulu secara individu sehingga ketika guru memberikan kesempatan untuk berpikir (think time) secara individu ada siswa yang tidak berpikir namun mengobrol dan ada juga siswa yang langsung berdiskusi dengan teman sebangkunya. 3) Siswa belum terbiasa untuk tampil terlihat dari masih menjawab secara serempak dan tidak berani mengangkat tangan ketika ingin bertanya, menjawab, atau menyampaikan pendapat (keaktifan oral). Selain itu, masih malu-malu ketika presentasi, masih ada beberapa yang prsentasi membawa laporan diskusi dan membacanya, siswa berbicara kurang lancar. 4) Siswa memerlukan pertukaran pasangan diskusi untuk memaksimalkan kinerja kelompok dan menghindari kebosanan dalam berpasangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka perlu dilakukan tindakan lebih lanjut pada siklus II untuk memperbaiki kekurangankekurangan pada siklus I agar indikator kinerja penelitian dapat tercapai.
2. Penelitian Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 April 2012 di ruang guru SMK Kristen 1 Surakarta guru bersama peneliti berkoordinasi dan mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan atau 8 x 45 menit, yakni setiap hari Senin dan Kamis mulai tanggal 7 sampai dengan 17 Mei 2012. Adapun tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan bersama guru mengenai bahan ajar yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Siklus II direncanakan akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan (8 x 45 menit). Skenario pembelajaran yang direncanakan sebagai berikut: a) Pertemuan V (Senin, 7 Mei 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan awal, yang meliputi: pengelolaan kelas, apresepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian KKM, dan penyampaian metode pembelajaran masih dengan pembelajaran TPS (Think Pair Share). commit to user
metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 (2) Kegiatan inti, yang meliputi penjelasan materi secara singkat oleh guru, kegiatan diskusi menggunakan metode pembelajaran TPS (Think Pair Share), presentasi siswa. (3) Kegiatan akhir, yaitu penyempurnaan hasil diskusi dan pembuatan kesimpulan guru bersama-sama dengan siswa, pemberian tugas
terstruktur, dan penyampaian rencana
pembelajaran selanjutnya. b) Pertemuan VI (Kamis 10 Mei 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan awal, yang meliputi: pengelolaan kelas, apresepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian metode pembelajaran yang masih akan menggunakan metode TPS (Think Pair Share). (2) Kegiatan inti, yang meliputi penjelasan materi secara singkat oleh guru, kegiatan diskusi menggunakan metode pembelajaran TPS (Think Pair Share), presentasi siswa. (3) Kegiatan akhir, yaitu penyempurnaan hasil diskusi dan pembuatan kesimpulan guru bersama-sama dengan siswa, pemberian tugas
terstruktur, dan penyampaian rencana
pembelajaran selanjutnya. c) Pertemuan VII (Senin, 14 Mei 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan awal, yang meliputi: pengelolaan kelas, apresepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian metode pembelajaran yang masih akan menggunakan metode TPS (Think Pair Share). (2) Kegiatan inti, yang meliputi penjelasan materi secara singkat oleh guru, kegiatan diskusi menggunakan metode pembelajaran commit topresentasi user TPS (Think Pair Share), siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 (3) Kegiatan akhir, yaitu penyempurnaan hasil diskusi dan pembuatan kesimpulan guru bersama-sama dengan siswa, dan penyampaian rencana pembelajaran selanjutnya adalah tes ulangan harian. d) Pertemuan VIII (Senin, 21 Mei 2012) Alokasi waktu 2 x 45 menit Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Kegiatan pengelolaan kelas untuk mempersiapkan siswa sebelum mengikuti tes ulangan harian dan membagikan soal tes. (2) Siswa mengerjakan tes secara tertulis yang diberikan guru. (3) Kegiatan akhir, yaitu setelah siswa selesai mengerjakan dan dikumpulkan kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya berkaitan dengan soal tes yang diberikan. 2) Menyiapkan instrumen penelitian Peneliti
menyiapkan
istrumen
penelitian
yang
telah
disusun
sebelumnya (siklus I), yaitu berupa lembar observasi untuk guru tentang penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share), serta lembar penilaian keaktifan siswa yang berupa keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities) selama proses pembelajaran dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya (siklus I). Selain itu peneliti juga menyiapkan pedoman wawancara untuk guru maupun siswa dan lembar kuesioner yang berupa angket untuk mengetahui keaktifan emosional (emotional activities) siswa. 3) Menyiapkan materi yang sesuai dengan indikator pada standar kompetensi dan kompetensi dasar antara lain sebagai berikut: a) Standar Kompetensi
: Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan.
b) Kompetensi Dasar
: Menerapkan Bekerja dalam Tim.
c) Indikator commit usertim bersama-sama. (1) Mengidentifikasi tujuantokerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 (2) Mengidentifikasi, memprioritaskan, dan melengkapi tugastugas individu dalam tenggang waktu. d) Materi Pembelajaran (1) Pertemuan V
:
(a) Manfaat dan Tujuan Bekerja Sama dalam Tim (b) Tugas dan Tanggung Jawab dalam Tim (2) Pertemuan VI
: Bentuk-bentuk Tanggung Jawab MasingMasing Tim
(3) Pertemuan VII (a) Hubungan
: Internal-Vertikal
dan
Hubungan
Internal-
Horizontal (b) Arti dan Manfaat Interpersonal Relationship (c) Cara Pengembangan Profesionalisme Kerja b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan selama 8 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 sampai dengan 24 Mei 2012 . Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada Senin 7 Mei, Senin 14 Mei, Senin 21 Mei, dan Kamis 24 Mei 2012. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan pada siklus I. Sebelum siswa memasuki pembelajaran siklus II, guru menjelaskan terlebih dahulu kekurangankekurangan siswa dalam pembelajaran dan menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran. Dengan pengarahan tersebut diharapkan siswa dapat lebih baik dalam melaksanakan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Selain itu dalam pembagian kelompok atau berpasangan pada siklus II ini siswa diberikan kebebasan untuk memilih pasangannya sendiri tidak harus teman satu bangkunya. Sehingga siswa dapat memilih pasangan yang akan diajak untuk bekerja sama sesuai dengan keinginannya sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja siswa dan menjadikan siswa tidak bosan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 dengan pasangan yang sama selama dua siklus. Berikut ini pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) pada siklus II: 1) Pertemuan V (Senin, 7 Mei 2012) Pada awal pembelajaran guru melakukan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa, dan memberikan motivasi
agar
supaya
lebih
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran. Setelah melakukan pengelolaan kelas guru melakukan apresepsi untuk mengulang kembali materi pembelajaran sebelumnya dengan bertanya kepada siswa tentang materi apa yang telah dipelajarai sebelumnya. Kemudian ada beberapa siswa yang menjawab materi sebelumnya tentang karakter budaya dalam tim. Kemudian berlanjut dengan guru menyampaikan Kompetensi Dasar, Indikator pembelajaran yang baru, Kriteria Ketuntasan Minimal serta, menyampaikan penggunaan Metode Pembelajaran TPS (Think Pair Share) dengan aturan yang baru. Guru menyampaikan beberapa kekurangan pembelajaran sebelumnya dan menyampaikan kepada siswa bahwa pasangan atau teman diskusi untuk pembelajaran kedepan ditentukan bebas menurut keinginan siswa. Jadi siswa boleh berganti pasangan maupun tetap dengan pasangannya siklus I. Setelah kurang lebih 10 menit kegiatan awal pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru mulai menjelaskan materi secara singkat mengenai manfaat dan tujuan bekerja dalam tim disertai kegiatan tanya jawab. Awalnya guru bertanya tentang ”Apakah bekerja sama dalam tim memiliki manfaat?” kemudian sebagian besar siswa menjawab dengan serempak. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kembali ”Jika memiliki manfaat, Apakah manfaat-manfaat bekerja sama dalam tim?”. Setelah itu ada beberapa siswa yang menjawab dengan jawaban yang bermacam-macam. Berlanjut setelah guru menjelaskan secara singkat. Kemudian memberikan pertanyaan untuk didiskusikan secara commitTPS to user berpasangan dengan metode (Think Pair Share). Sebelum siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 berpasangan dan berbagi jawaban dalam diskusi kelompok guru memberikan waktu berpikir (think time) terlebih dahulu kepada siswa untuk memikirkan jawaban secara individu tidak kurang dari 3 menit. Ketika guru memberikan waktu untuk memikirkan jawaban secara individu, pada siklus II ini ada beberapa siswa masih terlihat belum bisa menggunakan waktu yang ada untuk berpikir secara individu dengan baik. Masih terlihat ada siswa langsung berdiskusi dengan teman sebangkunya, teman di belakangnya atau teman di depannya. Ada juga yang terlihat langsung mengerjakan dengan menulis jawaban pada kertas. Setelah beberapa menit siswa kemudian diminta guru untuk berpasang-pasang dengan teman sebangkunya untuk berbagi jawaban dan berdiskusi. Waktu yang diberikan untuk diskusi telah habis dan kemudian mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Terdapat 7 kelompok atau 15 orang siswa yang tampil presentasi di depan kelas antara lain: Triananingsih, Wirasima, Rhoma, Sri Budiyanti, Ayu, Noviana, Sulis, Yoneza, Niken, Sumarni, Dhebi, Irania, Putwi, Eva Rosa, dan Oktavia. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat menunjukkan keaktifan oralnya (bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat) secara maksimal dan sudah lebih percaya diri menunjukkan adanya keaktifan secara emosional dibandingkan siklus I. Ini terlihat dari siswa sudah berani tampil di depan kelas tanpa ditunjuk guru, siswa sudah berani tampil tanpa teks hasil diskusi, siswa sudah mulai menunjukkan minatnya dengan mengikuti pelajaran dengan antusias. Namun, pada saat akhir waktu presentasi masih ada beberapa siswa yang ngobrol dengan teman dibelakangnya atau sampingnya. Kegiatan inti pembelajaran telah selesai kemudian pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan penutup. Guru bersama dengan siswa menyempurnakan hasil diskusi dan membuat kesimpulan secara commit tomerefleksikan user bersama-sama. Selanjutnya dalam menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 materi pembelajaran, apakah sudah cukup jelas atau apakah mudah dipahami siswa. Di akhir pembelajaran ini guru menyampaikan tugas individu sebagai pekerjaan rumah yang berupa tugas terstruktur, menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran selanjutnya masih dalam Kompetensi Dasar (KD) yang sama dan mengucapkan salam. 2) Pertemuan VI (Senin, 14 Mei 2012) Pada awal pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi: guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa, dan memberikan motivasi agar supaya lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Setelah melakukan pengelolaan kelas guru melakukan apresepsi untuk mengulang kembali materi pembelajaran sebelumnya dengan bertanya kepada siswa tentang materi apa yang sudah dipelajarai pada pertemuan sebelumnya. Kemudian sebagian besar siswa dengan aktif menjawab materi sebelumnya yaitu tentang manfaat berkerja sama, tujuan bekerja sama dalam tim, serta tugas dan tanggung jawab dalam tim. Pembelajaran kemudian berlanjut dengan guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan menyampaikan masih menggunakan Metode Pembelajaran TPS (Think Pair Share). Setelah kurang lebih 8 menit kegiatan awal pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru mulai menjelaskan materi secara singkat tentang bentuk-bentuk tanggung jawab dalam tim disertai tanya jawab. Berselang kurang lebih 10 menit guru menjelaskan kemudian guru memberikan pertanyaan untuk didiskusikan secara berpasangan dengan metode TPS (Think Pair Share). Sebelum guru memberikan waktu berpikir (think time) untuk memikirkan jawaban secara individu, guru mengingatkan kepada para siswa bahwa berpikir secara individu disini bukan langsung mengerjakan sendiri maupun berpasangan akan tetapi melakukan kegiatan berpikir, karena pada pertemuan-pertemuan sebelumnya commit user kebanyakan siswa belum bisato menggunakan waktu berpikir secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 individu dengan baik. Dengan penjelasan dan pengarahan yang diberikan guru, pada pertemuan ini tampaknya siswa sudah mulai paham dan bisa memanfaatkan waktu berpikir (think time) dengan cukup baik. Kemudian setelah 3 menit siswa berpikir, siswa berpasangan dan berbagi jawaban dalam diskusi kelompok. Waktu yang
diberikan
untuk
diskusi
telah
habis
dan
kemudian
mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Terdapat 9 kelompok atau 18 orang siswa yang tampil presentasi di depan kelas antara lain: Niken, Sumarni, Erviana, Yuwanita, Melinda, Feni, Yuva, Santi, Rhoma, Sri, Afrida, Irania, Eva Rosa, Yoneza, Sulis, Ayu, Noviana, dan Ravena. Pada pertemuan ini siswa juga sudah terlihat adanya peningkatan para siswa sudah mulai menunjukkan keaktifan oralnya (bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat), sudah banyak melakukan keaktifan menulisnya (membuat rangkuman materi, membuat laporan hasil diskusi, dan menyalin tugas), dan sudah cukup menunjukkan adanya keaktifan secara emosional terlihat dari siswa tampil lebih tenang dan lebih berani di depan kelas, siswa sudah lancar berbagi jawaban di depan kelas tanpa membaca laporan hasil diskusi walaupun ada 1 kelompok yang masih agak gugup ketika tampil. Kegiatan inti pembelajaran telah selesai kemudian pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan penutup. Guru bersama dengan siswa menyempurnakan hasil diskusi dan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Selanjutnya guru merefleksikan dalam menyampaikan materi pembelajaran, apakah sudah cukup jelas atau apakah mudah dipahami siswa dengan bertanya jawab. Di akhir pembelajaran ini guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran selanjutnya masih dalam Kompetensi Dasar (KD) yang sama dan mengucapkan salam. 3) Pertemuan VII (Senin, 21 Mei 2012) Pada awal pembelajaran guru melakukan kegiatan pengelolaan kelas commit tosalam, user mengatur tempat duduk siswa, yang meliputi guru memberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa, dan memberikan motivasi
agar
supaya
lebih
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran. Setelah melakukan pengelolaan kelas guru melakukan apresepsi untuk mengulang kembali materi pembelajaran sebelumnya dengan bertanya kepada siswa tentang materi apa yang telah dipelajarai sebelumnya. Kemudian sebagian besar siswa menjawab secara serempak bahwa materi sebelumnya yaitu bentuk-bentuk tangung jawab tim. Pembelajaran kemudian berlanjut dengan guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan menyampaikan masih menggunakan Metode Pembelajaran TPS (Think Pair Share). Setelah kurang lebih 5 menit kegiatan awal pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru mulai menjelaskan materi secara singkat mengenai “Hubungan Internal (Vertikal dan Horizontal) dan interpersonal relationship beserta manfaatnya”, diselingi kegiatan tanya jawab. Setelah kurang lebih 15 menit, selanjutnya guru memberikan pertanyaan “Menurut pendapat Anda, siapakah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan profesioanlisme kerja? Apakah perusahaan atau pimpinan saja? Apakah karyawan atau pegawai itu sendiri? Atau keduanya?”. Pertanyaan ini rupanya menarik perhatian siswa sebelum pertanyaan diskusi dibacakan. Siswa mulai menjawab dengan jawaban yang bermacam-macam dengan alas an yang bermacam-macam pula. Setelah dirasa cukup, guru sudah mendengarkan jawaban para siswa kemudian barulah guru memberikan pertanyaan diskusi untuk memikirkan jawaban secara individu sebelum didiskusikan secara berpasangan. Pada pertemuan terakhir siklus II ini ketika siswa sudah dapat menjalakan metode TPS (Think Pair Share)dengan baik. Waktu yang diberikan untuk diskusi telah habis dan kemudian siswa akan membagi jawaban (Share) atau mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok commit user lain. Terdapat 7 kelompok atauto14 orang siswa yang tampil presentasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 di depan kelas antara lain: Tasya, Magdalena, Yuva, Niken, Rhoma, Sri, Dhebi, Sumarni, Ayu, Sulis, Yoneza, Noviana, Feni Devi, Melinda, Yuwanita, dan Erviana. Pada pertemuan kali ini siswa terlihat pada kegaitan diskusi siswa sudah banyak menunjukkan keaktifan oralnya (bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat), kegiatan menulisnya (writing activities) dan sudah lebih percaya diri lagi dengan menunjukkan adanya keaktifan secara emosional terlihat dari siswa tidak lagi membaca teks hasil diskusi dan tidak membawa laporan hasil diskusi tetapi sudah diserahkan guru, siswa sudah lancar dalam menyampaikan hasil diskusinya, dan siswa sudah bisa menanggapi maupun menjawab pertanyaan dari teman kelompok lain dengan baik. Kegiatan inti pembelajaran telah selesai kemudian pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan penutup. Guru bersama dengan siswa menyempurnakan hasil diskusi dan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Selanjutnya merefleksikan dalam menyampaikan materi pembelajaran, apakah sudah cukup jelas atau apakah mudah dipahami siswa. Namun sebelum pembelajaran ditutup oleh guru salah satu siswa bertanya ”Bagaimana cara karyawan agar dapat mengembangkan
profesionalisme
kerjanya
lewat
meningkatkan
pengetahuan namun terhalang oleh biaya?”. kemudian untuk beberapa menit guru menjawab pertanyaan siswa tersebut dan di akhir pembelajaran ini guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah tes atau ulangan harian dan mengucapkan salam. 4) Pertemuan VIII (Kamis, 24 Mei 2012) Kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi guru memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, kerapian atau kebersihan kelas, mengabsen siswa untuk mempersiapkan siswa sebelum mengikuti tes ulangan harian dan kemudian membagikan soal tes. Selama tes berlangsung guru mengedarkan daftar presensi kehadiran siswa untuk commit to user ditandatangani oleh siswa. Siswa diberikan waktu oleh guru sekitar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 kurang lebih 75 menit untuk mengerjakan tes secara tertulis yang diberikan guru. Selanjutnya setelah waktu mengerjakan telah selesai dilanjutkan kegiatan akhir, yaitu setelah siswa selesai mengerjakan dan dikumpulkan kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa kurang lebih masih ada waktu 5 menit untuk bertanya berkaitan dengan soal tes yang diberikan. Namun para siswa tidak ada yang bertanya dan guru mengucapkan salam. c. Tahap Observasi Selama penelitian siklus II berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran. Pelaksanaan observasi pada penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti, mengacu pada lembar pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Observasi tersebut dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran yang meliputi keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities). Selain itu observasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui catatan lapangan, lembar observasi terhadap guru, dan hasil tes siklus II. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan pengambilan gambar yang berupa foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai gambaran perilaku siswa selama penelitian. Selain itu, dokumen yang berupa foto dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti. Adapun foto yang diambil adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama pembelajaran. Pada akhir pertemuan siklus II untuk mengetahui keaktifan emosional (emotional activities) siswa, peneliti membagikan lembar kuesioner berupa angket. Selain itu untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think user melakukan wawancara kepada Pair Share) selama siklus commit I dan II,topeneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 siswa. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, siswa yang aktif, dan siswa yang kurang aktif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran yang baru dan saran siswa sebagai perbaikan tindakan selanjutnya (siklus II). Wawancara tidak hanya dilakukan terhadap siswa saja, namun pada akhir pertemuan siklus II peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru untuk mengetahui keberhasilan penelitian selama ini. Adapun hasil wawancara terlampir pada bagian lampiran penelitian ini. Selama peneliti melakukan observasi, guru bertindak untuk melaksanakan tindakan dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Berikut ini hasil observasi pada siklus II penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share): 1) Hasil ketuntasan belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus II Hasil observasi peneliti tentang ketuntasan belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Kriteria
Jumlah
Persentase
Ketuntasan Belajar
(Siswa)
(%)
Tuntas Tidak Tuntas Total
34
79,07
9
20,93
43
100,00
Sumber : Data Hasil Penelitian
Tabel 4.5 menunjukkan hasil penelitian ketuntasan belajar siswa kelas X Administrasi pada mata pelajaran “Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan” menggunakan model commit to user pembelajaraan kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus II, dimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 diperoleh data siswa yang tuntas adalah 34 siswa sedangkan yang tidak tuntas adalah 9 siswa. Ketuntasan belajar siswa siklus II yaitu 79,07%. Setelah mengalami perbaikan pada siklus II ketuntasan belajar siklus II sudah mencapai target ketuntasan belajar siswa yaitu ketuntasan belajar lebih dari atau sama dengan 75%. Selain melalui tabel 4.5 ketuntasan belajar siswa siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini: 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
79.07%
20.93% TUNTAS
SIKLUS II
TIDAK TUNTAS
Gambar 4.5 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II (Sumber : Data Hasil Penelitian) 2) Hasil keaktifan siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus II Hasil observasi
peneliti tentang keaktifan siswa yang meliputi
keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities) selama penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7
Tabel 4.6 Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus II Tingkatan Keaktifan Oral Jumlah Persentase (Oral Activities)
(Siswa)
(%)
Sangat Aktif
10
23,25
Aktif
21
48,84
7
16,28
5 Total 43 commit to user Sumber : Data Hasil Penelitian
11,63 100,00
Kurang Aktif Tidak Aktif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian untuk keaktifan oral (oral activities) siswa siklus II untuk tingkatan sangat aktif (SA) terdapat 10 siswa dengan persentase 23,25%, untuk tingkatan aktif (A) terdapat 21 siswa dengan persentase 48,84%, untuk tingkatan kurang aktif (KA) terdapat 7 siswa dengan persentase 16,28%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) terdapat 5 siswa dengan persentase 11,63%. Dari tabel 4.6 dapat diketahui keaktifan oral (oral activities) siswa siklus II sebesar 72,09%. Selain itu keaktifan oral (oral activities) siswa dapat dilihat dari grafik berikut ini: 60.00% 48.84%
50.00% 40.00% 30.00%
23.25%
SIKLUS II 16.28%
20.00%
11.63% 10.00% 0.00% Sangat Aktif
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Gambar 4.6 Hasil Keaktifan Oral (Oral Activities) Siswa Siklus II (Sumber : Data Hasil Penelitian) Selain observasi keaktifan oral (oral activities), dilakukan pula observasi keaktifan menulis (writing activities). Adapun hasil perhitungan keaktifan menulis (writing activities) dapat dilihat pada tabel 4.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Tabel 4.7 Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus II Tingkatan Keaktifan Menulis
Jumlah
Persentase
(Writing Activities)
(Siswa)
(%)
Sangat Aktif
4
9,30
Aktif
28
65,12
Kurang Aktif
11
25,58
Tidak Aktif
0 43
0,00 100,00
Total Sumber : Data Hasil Penelitian
Tabel 4.7 menunjukkan hasil penelitian untuk keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus II untuk tingkatan sangat aktif (SA) terdapat 4 siswa dengan persentase 9,30%, untuk tingkatan aktif(A) terdapat 28 siswa dengan persentase 65,12%, untuk tingkatan kurang aktif (KA) terdapat 11 siswa dengan persentase 25,58%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) terdapat 0 siswa dengan persentase 0% atau dapat dilihat tidak ada siswa dengan tingkatan tidak aktif. Dari tabel 4.7 dapat diketahui keaktifan menulis (writing activities) siswa pada siklus II sebesar 74,42%. Selain itu keaktifan menulis (writing activities) siswa dapat dilihat dari grafik berikut ini: 70.00% 60.00%
65.12%
50.00% 40.00% 30.00%
SIKLUS II
20.00% 10.00%
25.58% 9.30%
0.00%
0.00% Sangat Aktif
Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Gambar 4.7 Hasil Keaktifan Menulis (Writing Activities) Siswa Siklus II commit to user (Sumber : Data Hasil Penelitian)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 Pada siklus II untuk mengetahui keaktifan siswa yaitu keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities) peneliti menggunakan
lembar
observasi.
Selain
menggunakan
lembar
observasi, untuk mengetahui keaktifan siswa lainnya yaitu keaktifan emosional siswa setelah pembelajaran siklus II digunakan pula lembar kuesioner berupa angket. Pemberian lembar kuesioner berupa angket kepada siswa untuk lebih menguatkan observasi yang ada.Hasil perhitungan lembar kuesioner berupa angket dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Keaktifan Emosional (Emotional Activities) Siswa No
Indikator
Persentase (%)
1
Ketertarikan dan minat siswa
95,35
2
Ketidakbosanan siswa
80,23
3
Perasaan senang siswa
73,84
4
Keberanian siswa
87,79
5
Perasaan tenang siswa
86,63
Rata-rata
84,77
Sumber : Data Hasil Penelitian
Selain melalui tabel di atas keaktifan emosionali siswa dapat disajikan melalui grafik pada gambar 4.8 dibawah ini: 120.00% Persentase
100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00%
Ketertarikan dan 95.35% 80.23% 87.79% 86.63% minat siswa Ketidakbosanan 73.84% siswa Perasaan senang siswa Keberanian siswa
0.00% Indikator
Perasaan tenang siswa
Gambar 4.8 Hasil Keaktifan Emosional commit to user (Emotional Activities) Siswa (Sumber : Data Hasil Penelitian)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 Dari tabel 4.8 dan grafik pada gambar 4.8 dapat dilihat bahwa indikator ketertarikan dan minat siswa sebesar 95,35%, untuk ketidakbosanan siswa sebesar 80,23%, untuk perasaan senang siswa sebesar 73,84%, untuk keberanian siswa 87,79%, dan untuk perasaan tenang siswa sebesar 86,63%. Tabel 4.8 menunjukkan keaktifan emosional (emotional activities) siswa berkisar antara 73,84%-95,35% dengan rata-rata 84,77%. Hasil keaktifan siswa baik keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) masing-masing yaitu 72,09%, 74,42%, dan 84,77%. Ketiga keaktifan tersebut sudah sesuai dengan target indikator ketercapaian yaitu lebih besar atau sama dengan 70%. d. Tahap Refleksi Pada siklus II, tahap refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar baik dari aspek ketuntasan belajar maupun keaktifan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) setelah siklus II. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek ketuntasan belajar maupun keaktifan siswa yang sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang ditargetkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes, hasil lembar observasi, hasil lembar kuesioner (angket), dan hasil wawancara dengan guru maupun siswa. Hasil tes siklus II pada tabel 4.5 menunjukkan ketuntasan belajar siswa sesudah siklus II yaitu 79,07% sudah sesuai dengan target indikator kinerja penelitian yaitu ≥75%. Berdasarkan hasil lembar observasi siklus II yang menunjukkan keaktifan siswa dari keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan menulis (writing activities) yaitu keaktifan oral (oral activities) pada tabel sebesar 72,09%, sedangkan untuk keaktifan menulis (writing activities) pada tabel sebesar 74,42% juga sudah sesuai dengan target indikator kinerja penelitian yaitu commit to userberupa angket untuk mengetahui ≥70%. Dari hasil lembar kuesioner
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 keaktifan emosional siswa sebesar 84,77% juga sudah sesuai dengan target indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. Selain itu dari hasil wawancara, baik dengan guru maupun siswa juga diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) memberikan manfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Setelah menganalisis dan mengolah data hasil observasi siklus II, hasil belajar siswa dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa sebelum penelitian dan sesudah penelitian mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar dan keaktifan siswa baik keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) telah terpenuhi sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang ditagetkan dan bearti tindakan kelas telah berhasil sehingga tidak perlu dilakukan tindakan perbaikan siklus berikutnya.
3. Perbandingan Hasil Siklus I dan II a. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.5 hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa kelas X Administrasi pada mata pelajaran ”Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan” melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair
Share) dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik histogram berikut ini:
100.00%
79.07% 60.47% 39.53% 20.93%
50.00%
SIKLUS I SIKLUS II
0.00% TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Gambar 4.9 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II commit to user (Sumber : Data Hasil Penelitian)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Berdasarkan grafik pada gambar 4.9 menunjukkan ketuntasan belajar siswa dengan krtieria tuntas pada siklus I sebesar 60,47% dan tidak tuntas sebesar 39,53%, sedangkan pada siklus II untuk kriteria tuntas sebesar 79,07% dan tidak tuntas sebesar 20,93%. Gambar 4.9 menunjukkan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 60,47%, sedangkan pada siklus II sebesar 79,07%. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II mengalami peningkatan yaitu sebesar 18,60%. b. Hasil Keaktifan Siswa 1) Keaktifan Oral (Oral Ativities) Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.6 hasil pelaksanaan tindakan untuk keaktifan oral (oral activities) pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan oral (oral activities ) siswa kelas X Administrasi pada mata pelajaran ”Menerapkan PrinsipPrinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan” melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik histogram berikut ini: 60.00% 48.84% 50.00% 40.00% 30.23% 27.91% 30.23% 30.00% 23.25% 16.28% 20.00% 11.63% 11.63% 10.00% 0.00% Sangat Aktif Kurang Tidak Aktif Aktif Aktif
SIKLUS I SIKLUS II
Gambar 4.10 Hasil Keaktifan Oral Siswa Siklus I dan II (Sumber : Data Hasil Penelitian) Gambar 4.10 menunjukkan perbandingan hasil penelitian untuk keaktifan oral (oral activities) siswa siklus I dan II. Keaktifan oral (oral activities) siswa pada siklus I untuk tingkatan sangat aktif (SA) 11,63%, untuk tingkatan aktif (A) 30,23%, untuk tingkatan kurang commit to user aktif (KA) 27,91%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) 30,23%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 Sedangkan pada siklus II untuk keaktifan oral (oral activities) siswa siklus II untuk tingkatan sangat aktif (SA) 23,25%, untuk tingkatan aktif (A) 48,84%, untuk tingkatan kurang aktif (KA) 16,28%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) 11,63%. Dari gambar 4.2 dapat diketahui keaktifan oral (oral activities) siswa siklus I sebesar 41,86%, sedangkan pada siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 30,23% sehingga menjadi 72,09%. 2) Keaktifan Menulis (Writing Activities) Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.7 hasil pelaksanaan tindakan untuk keaktifan menulis (writing activities) pada siklus I
dan II dapat
dinyatakan bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan menulis (writing activities ) siswa kelas X Administrasi pada mata pelajaran ”Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan” melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik histogram berikut ini: 65.12% 70.00% 53.49% 60.00% 50.00% 39.53% 40.00% 25.58% 30.00% 9.30% 20.00% 0.00% 6.98% 10.00% 0.00% 0.00% Sangat Aktif Kurang Tidak Aktif Aktif Aktif
SIKLUS I SIKLUS II
Gambar 4.11 Hasil Keaktifan Menulis Siswa Siklus I dan II (Sumber: Data Hasil Penelitian) Gambar 4.11 menunjukkan perbandingan hasil penelitian untuk keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus I dan II. Keaktifan oral (writing activities) siswa pada siklus I untuk tingkatan sangat aktif (SA) 6,98%, untuk tingkatan aktif (A) 53,49%, untuk tingkatan kurang aktif (KA) 39,53%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) 0,00%. commit to user Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan atau kenaikan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 untuk keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus II untuk tingkatan sangat aktif (SA) 9,30%, untuk tingkatan aktif (A) 65,12%, untuk tingkatan kurang aktif (KA) 25,58%, dan untuk tingkatan tidak aktif (TA) 0,00%. Dari gambar 4.11 dapat diketahui keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus I sebesar 60,47%, sedangkan pada siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 13,95% sehingga menjadi 74,42%.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus Dari rekapitulasi hasil penelitian pratindakan, siklus I, dan siklus II maka dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini:
Tabel 4.9 Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Jumlah (Siswa) Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan Siklus I Siklus II Sumber : Data Hasil Penelitian
Tuntas 16 26 34
Tidak Tuntas 27 17 9
Persentase (%) Tuntas 37,21 60,47 79,07
Tidak Tuntas 62,79 39,53 20,93
Dari tabel 4.9 perbandingan hasil ketuntasan belajar pratindakan, siklus I, dan siklus II di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut: 100.00% 79.07%
80.00%
60.47%
62.79%
60.00% 40.00%
PRATINDAKAN 37.21%
39.53% 20.93%
20.00%
SIKLUS I SIKLUS II
0.00% TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Gambar 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I, dan Siklus II commitPratindakan, to user (Sumber: Data Hasil Penelitian)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 Dari tabel dan grafik yang telah disajikan sebelumnya dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa sampai siklus II menunjukkan terpenuhinya indikator kinerja penelitian yaitu ≥75%. Terbukti dengan persentase ketuntasan hasil belajar pratindakan yaitu sebesar 37,21% kemudian naik menjadi 60,47% pada siklus I dan terakhir pada siklus II menjadi 79,07%. Dari observasi pratindakan yang telah dipaparkan pada deskripsi pratindakan di atas, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta terhadap Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan masih kurang dan diperlukan peningkatan keaktifan sampai sesuai dengan indikator kinerja penelitian. Oleh karena itu, selain ketuntasan belajar siswa peneliti juga merekapitulasi hasil observasi keaktifan siswa yang meliputi keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) siswa agar diperoleh keaktifan siswa yang sesuai dengan indikator kinerja penelitian. Pada akhir siklus II, maka dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini:
Tabel 4.10 Tabel Keaktifan Siswa No
Persentase
Keaktifan Siswa
(%)
1
Keaktifan Oral (Oral Activities)
72,09
2
Keaktifan Menulis (Writing Activities)
74,42
3
Keaktifan Emosional (Emotional Activities)
84,77
Rata-Rata 77,09 Sumber : Data Hasil Penelitian
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pada akhir penelitian atau siklus II untuk keaktifan oral sebesar 72,09%, untuk keaktifan menulis siswa 74,42% dan untuk keaktifan emoisonal siswa sebesar 84,77%. Tabel 4.10 menunjukkan keaktifan siswa berkisar antara 72,09-84,77% dengan rata-rata 77,09%. Berdasarkan tabel dan grafik ketuntasan belajar dan keaktifan siswa yang telah commit to user dijabarkan di atas terbukti bahwa dengan penerapan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta terhadap Mata Pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Pembahasan Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap siklusnya, yaitu metode TPS (Think Pair Share). Sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan hasil setiap siklus di atas diketahui bahwa dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dapat dijelaskan dalam pembahasan berikut ini: 1. Pembelajaran Pratindakan Dari tes atau ulangan harian yang dilakukan guru pada pratindakan diperoleh sejumlah 27 siswa tidak tuntas dengan persentase sebesar 62,79 dan 16 siswa tuntas dengan persentase 37,21%. Hal ini berarti ketuntasan belajar siswa pada pratindakan hanya sebesar 37,21%. Selain itu keaktifan belajar siswa pada pratindakan masih kurang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang aktif pada pembelajaran selama pratindakan. Dari hasil tes awal tersebut, maka dilakukan tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan pada siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012, yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Slavin (2009: 257) dalam bukunya Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik yang diterjemahkan oleh Lita mengemukakan bahwa: Berpikir berpasangan berbagi merupakan metode sederhana tetapi sangat bermanfaat dikembangkan olehto user Frank Lyman dari University of commit Maryland. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari pada mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti sepakat untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) yang merupakan metode sederhana tetapi sangat bermanfaat seperti yang telah dikemukakan Slavin di atas sesuai dengan karakteristik siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta. Selain itu, menurut Mahmuddin (2009) bahwa “Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif”. Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012. 2. Penelitian Siklus I Berdasarkan tabel dan grafik yang telah dipaparkan sebelumnya diperoleh data ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Ketuntasan belajar pada siklus I telah meningkat dari ketuntasan belajar sebelumnya (pratindakan) yaitu dari 37,21% meningkat sebesar 23,26% menjadi 60,47% pada siklus I. Sedangkan pada siklus I untuk keaktifan oral (oral activities) adalah sebesar 41,86% dan untuk keaktifan menulis (writing activities) adalah sebesar 60,47%. Berpedoman dari analisis hasil penelitian di atas dan mengacu pada indikator keberhasilan bahwa penelitian ini dilanjutkan ke siklus II, karena hasil ketuntasan belajar yaitu sebesar 60,47% masih dibawah indikator kinerja penelitian yaitu 75% sedangkan keaktifan siswa yaitu sebesar 41,86% untuk keaktifan oral (oral activities) dan sebesar 60,47% untuk keaktifan menulis (writing activities) juga masih dibawah indikator kinerja penelitian yaitu 70%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 Riyanto (2009: 279) dalam buku Paradigma Baru Pembelajaran (sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas) menyatakan langkah-langkah Think-Pair-Share antara lain sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang disampaikan guru secara individual. 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topiknya tadi. 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa di kelas. 5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. 6. Guru memberi kesimpulan. 7. Penutup. Lebih lanjut lagi Asmani (2011: 46) menyebutkan “Inti dari metode Think Pair and Share adalah siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing. Setelah itu, guru memimpin sidang pleno kecil untuk berdiskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya”. Pelaksanaan tindakan penelitian siklus I telah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan langkah-langkah metode TPS (Think-Pair-Share) yang intinya sesuai dengan pendapat di atas, namun ketuntasan belajar dan keaktifan siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 masih belum sesuai dengan indikator kinerja penelitian disebabkan karena masih ditemukan adanya beberapa hambatan-hambatan dalam pembelajaran siklus I. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan siklus I tersebut, antara lain sebagai berikut: a. Penyampaian materi oleh guru yang terkadang terlalu luas sehingga waktu diskusi kurang efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 b. Siswa masih belum terbiasa untuk berpikir terlebih dahulu secara individu sehingga ketika guru memberikan kesempatan untuk berpikir (think time) secara individu ada siswa yang tidak berpikir namun mengobrol dan ada juga siswa yang langsung berdiskusi dengan teman sebangkunya. Guru dalam hal ini perlu memberikan pengarahan dan dorongan kepada siswa agar
memanfaatkan
waktu
berpikir
(think
time)
untuk
berpikir
sebagaimana langkah-langkah yang digunakan guru dalam Think Pair Share (TPS) yang diungkapkan Trianto (2010: 81) bahwa “… siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir”. c. Siswa belum terbiasa untuk tampil terlihat dari masih menjawab secara serempak dan tidak berani mengangkat tangan ketika ingin bertanya, menjawab, atau menyampaikan pendapat (keaktifan oral). Selain itu, masih malu-malu ketika presentasi, masih ada beberapa yang presentasi membawa laporan diskusi dan membacanya, siswa berbicara kurang lancar. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) yang memberikan dorongan kepada siswa agar siswa lebih aktif lagi agar diperoleh manfaat yang sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spencer Kagan dalam Hamid (2009) bahwa “… dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya”. d. Siswa memerlukan pertukaran pasangan diskusi untuk memaksimalkan kinerja kelompok dan menghindari kebosanan dalam berpasangan. Hal ini dilakukan agar meminimalkan kelemahan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) seperti halnya yang diungkapkan oleh Mahmuddin (2009) menyebutkan beberapa kelemahan atau kerugian diperoleh dengan pembelajaran kooperatif (khususnya TPS) yaitu : Sering didapatkan oleh siswa-siswa malas. Kadang-kadang satu orang yang tersisa dengan semua pekerjaan karena pasangan mereka tidak memberi bantuan. Biasanya dengan kerja sama dalam TPS yang to userKelemahan yang diperoleh adalah diberikan adalah untukcommit dua orang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 jika pasangan siswa tidak memahami informasi sama sekali, siswa dapat diperlambat, hanya karena dia harus menjelaskan semua materi sebelum dia benar-benar dapat memulai menyelesaikan masalah atau melakukan instruksi yang diberikan. Kelemahan ketiga ditemukan dengan pembelajaran TPS adalah pemaksa siswa. Kadang-kadang siswa dapat terjebak dengan orang yang harus melakukan semua pekerjaan, dan tidak akan memperlambat mereka. 3. Penelitian Siklus II Berdasarkan tabel dan grafik yang telah dipaparkan sebelumnya diperoleh data ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Ketuntasan belajar pada siklus II telah meningkat dari ketuntasan belajar sebelumnya (siklus II) yaitu dari 60,47% meningkat sebesar 18,60% menjadi 79,07% pada siklus II. Sedangkan pada siklus II untuk keaktifan oral (oral activities) dari 41,86% pada siklus I mengalami kenaikan menjadi 72,09% pada siklus II, untuk keaktifan menulis (writing activities) dari 60,47% pada siklus I juga mengalami kenaikan menjadi 74,42% pada siklus II, dan untuk keaktifan emosional (emotional activities) dari hasil lembar kuesioner (angket) diperoleh rata-rata keaktifan sebesar 84,77%. Berpedoman dari analisis hasil penelitian di atas dan mengacu pada indikator keberhasilan maka dapat diketahui akhir penelitian antara lain: hasil ketuntasan belajar yaitu sebesar 79,07% sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥75% sedangkan keaktifan rata-rata siswa yaitu keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) sebesar 77,09% sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. Berdasarkan hasil analisis pada siklus II yaitu , maka penelitian ini tidak dilajutkan pada siklus berikutnya karena tujuan penelitian sudah tercapai yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) telah dapat meningkatkan hasil belajar dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012. Hal ini commit user pada siklus I tidak terulangi lagi dikarenakan hambatan-hambatan yangtoterjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 pada siklus II. Hambatan-hambatan tersebut telah dapat diatasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siklus II berikut ini adalah fakta-fakta yang menunjukkannya: a. Guru telah menyiapkan garis besar materi yang akan disampaikan kepada siswa dan sesuai dengan topik permasalahan yang akan dibahas, sehingga penyampaian materi dapat sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan tidak terlalu lama, selain itu guru mengurangi pembicaraan di luar materi yang disampaikan. b. Guru telah memberikan pengarahan dan dorongan kepada siswa agar memanfaatkan waktu berpikir (think time) untuk berpikir secara terlebih dahulu dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga siswa sudah terbiasa untuk berpikir secara individu sebelum berpasangan. c. Guru telah menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) yang memberikan dorongan kepada siswa agar siswa lebih aktif lagi khususnya dalam menunjukkan keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities). d. Guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pasangan sehingga siswa tidak merasa bosan dan dapat menemukan pasangan yang paling cocok untuk diajak kerja sama sehingga memaksimalkan kinerja siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan peneliti di kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada Mata Pelajaran Menerapkan PrinsipPrinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan Tahun Ajaran 2011/2012 bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 dari aspek ketuntasan belajar dan keaktifan siswa. Adapun berikut ini indikator yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, antara lain: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari hasil penelitian siklus I yang dilakukan terhadap hasil tes siswa siklus I menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari mulai pratindakan sebesar 37,21%, pada siklus I meningkat 23,26% menjadi sebesar 60,47%.Sedangkan pada hasil penelitian terhadap hasil tes siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I sebesar 18,60% meningkat lagi menjadi 79,07%. Hasil ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 79,07% tersebut sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥75%. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012. Peningkatan keaktifan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian sebagai berikut: a. Hasil observasi yang dilakukan terhadap keaktifan oral (oral activities) siswa menunjukkan adanya peningkatan keaktifan darimulai siklus I sebesar 41,86% meningkat 30,23% menjadi sebesar 72,09% pada siklus II. Hasil keaktifan oral (oral activities) siswa siklus II yaitu sebesar 72,09% menunjukkan adanya keaktifan yang sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. b. Hasil observasi yang dilakukan terhadap keaktifan menulis (writing activities) siswa menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dari mulai siklus I sebesar 60,47% meningkat 13,95% menjadi sebesar 74,42% pada siklus II. Hasil keaktifan menulis (writing activities) siswa siklus II yaitu sebesar 74,42% menunjukkan adanya keaktifan yang sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. c. Hasil lembar kuesioner berupa angket keaktifan emosional (emotional activities) siswa pada akhir penelitian atau siklus II yaitu sebesar 84,77%, menunjukkan adanya keaktifan yang sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mengenai keaktifan siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 diperoleh hasil keaktifan rata-rata dari keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities) siswa yaitu sebesar 77,09% menunjukkan adanya keaktifan yang sudah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu ≥70%. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) terhadap siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 selain dapat meningkatkan ketuntasan belajar dan keaktifan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 siswa juga diperoleh beberapa hal yang positif bagi siswa, antara lain sebagai berikut: a. Dalam penerapan model pembelajaraan kooperatif TPS (Think Pair Share) memberikan variasi suasana pola diskusi yang lebih banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan berpikir secara individu, kegiatan berpasangan dan berdiskusi (berbagi jawaban dengan teman), kegiatan persentasi atau berbagi jawaban dengan teman sekelas, kegiatan tanya jawab sehingga terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. b. Siswa sudah terbiasa untuk bekerja secara individu maupun kelompok. Dengan berpikir terlebih dahulu secara individu ketika guru memberikan waktu berpikir (think time) melatih siswa untuk dapat bekerja secara individu, sedangkan kegiatan berpasangan melatih siswa untuk dapat bekerja
sama
dengan
kelompok
yang
dapat
berpengaruh
pada
pengembangan ketrampilan sosial siswa. c. Siswa dapat menambah pengetahuan melalui berbagai jawaban diskusi kelompok karena pemikiran kelompok lebih bervariasi dan lebih menarik dibandingkan pemikiran individu. d. Siswa sudah terbiasa untuk tampil terlihat dari keaktifan oral (oral activities) dan keaktifan emosional (emotional activities) siswa. Untuk keaktifan oral (oral activities) menunjukkan siswa lebih aktif bertanya, menjawab, maupun mengemukakan pendapatnya. Sedangkan untuk keaktifan
emosional
(emotional
activities)
terhadap
pembelajaran
menunjukkan siswa merasa berminat, merasa tidak bosan, merasa senang, merasa tenang, dan merasa berani tampil di depan kelas tanpa membawa laporan hasil diskusi. B. Implikasi Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang ada, maka dapat disampaikan implikasi yang berguna baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMK Kristen 1 Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan yaitu sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat memberikan implikasi positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan tahun ajaran 2011/2012 dari aspek ketuntasan belajar maupun keaktifan siswa. Teori-teori dalam penelitian ini dapat membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan Ratumanan yang menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbenuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Tentunya perkembangan intelektual ini nantinya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa khususnya ketuntasan belajar siswa akan meningkat apabila kemapuan intelektual siswa juga meningkat. Sedangkan teori lain menurut Ibrahim, bahwa dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Sementara teori Arends menyatakan Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk saling merespon dan saling membantu. Jadi, model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) apabila dilaksanakan secara maksimal dapat meningkatkan penguasaan materi siswa baik itu dalam prosesnya akan meningkatkan keaktifan siswa dan hasil yang diujikan dalam evaluasi akan meningkatkan ketuntasan belajar siswa menjadi lebih baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 2. Implikasi Praktis Penelitian ini juga memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta dari aspek keaktifan dan ketuntasan belajar siswa. Bagi guru mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan atau guru mata pelajaran yang lain maupun peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek keaktifan dan ketuntasan belajar siswa. Namun model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini belum sepenuhnya sempurna sehingga guru maupun peneliti lain dapat memberikan variasi-variasi dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi agar dihasilkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) yang lebih inovatif.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi perbaikan penerapan pembelajaran siswa kelas X Administrasi SMK Kristen 1 Surakarta pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerja Sama dengan Kolega dan Pelanggan di masa mendatang, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah a. Kepala sekolah hendaknya lebih mendorong para guru agar lebih inovatif dalam pembelajaran melalui adanya kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi guru khususnya dalam memilih model dan tipe pembelajaran yang akan digunakan, karena dalam kegiatan belajar mengajar guru masih menerapkan model pembelajaran yang kurang inovatif. b. Karena dalam mengajar guru membutuhkan LCD agar pembelajaran di kelas menjadi inovatif. Dalam hal ini kepala sekolah hendaknya lebih mengusahakan
agar
keterlibatan komite commit to user
beserta
DU/DI
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 meningkatkan sarana dan prasarana sekolah, karena ketersediaan LCD di SMK Kristen 1 Surakarta sifatnya masih terbatas.
2. Bagi Guru a. Guru hendaknya meningkatkan kedekatan dengan siswa agar siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dalam pembelajaran di kelas tanpa rasa takut dan malu dengan cara mendekati siswa dan memberikan dorongan dan perhatian agar mereka berani, karena selama pembelajaran kedekatan guru dan siswa terlihat masih kurang. b. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang lebih santai dan menyenangkan misalnya dengan diselingi dengan sedikit humor agar siswa tidak merasa tegang dan bosan dengan materi yang disampaikan, karena suasana pembelajaran masih terlihat kaku dan didominasi oleh guru. c. Guru yang akan melakasanakan pembelajaran, hendaknya lebih inovatif dalam
mempersiapakan
rencana
pembelajaran.
Dalam
merancang
pembelajaran, guru terlebih dahulu memperhatikan: 1) Materi yang akan disampaikan 2) Karakteristik siswa 3) Model dan tipe pembelajaran yang akan diterapkan d. Guru hendaknya selalu melakukan telaah terlebih dahulu dalam mengembangkan model pembelajaran mengingat rancangan pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat lebih dikembangkan sehingga dapat dihasilkan model pembelajaraan kooperatif TPS (Think Pair Share) yang lebih inovatif. e. Guru yang sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) hendaknya dapat menerapkan kembali model pembelajaraan kooperatif TPS (Think Pair Share) dan guru yang belum menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) hendaknya dapat menerapkan model tersebut dalam kegiatan belajar mengajar yang commit to dan userkarakteristik siswa, karena model tentunya disesuaikan dengan materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116 pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya membiasakan diri untuk dapat berpikir secara individu terlebih dahulu sebelum berdiskusi dan tidak bergantung pada siswa yang lain, karena siswa selama pembelajaran lebih banyak bergantung kepada siswa lain maupun guru. b. Siswa hendaknya lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dalam keaktifan oral (oral activities), keaktifan menulis (writing activities), dan keaktifan emosional (emotional activities). Hal ini karena keaktifan siswa masih dapat ditingkatkan lagi semaksimal mungkin. Untuk keaktifan oral (oral activities) seperti bertanya, menjawab, maupun mengemukakan pendapat. Untuk keaktifan menulis (writing activities) seperti merangkum, membuat laporan diskusi, maupun menyalin tugas yang diberikan guru. Sedangkan, untuk keaktifan emosional (emotional activities) seperti lebih menunjukkan ketertarikan dan minat terhadap pembelajaran, lebih berani dan lebih tenang ketika tampil dalam pembelajaran. c. Siswa hendaknya lebih meningkatkan ketrampilan sosial dalam kerja sama kelompok dan membiasakan diri untuk berdiskusi bertukar pikiran dengan siswa lain, karena antara siswa satu dengan siswa yang lain memiliki perbedaan yang harus saling menyesuaikan agar dapat bekerja sama secara maksimal. d. Karena siswa kurang inisiatif dan kurang aktif dalam pembelajaran khususnya dalam mencari informasi dari sumber lain selain guru. Siswa hendaknya tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya pusat informasi, siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber pembelajaran. commit to user