perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN PROSES PADA MATERI SENI BATIK MATA PELAJARAN SENI BUDAYA, SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PRACIMANTORO TAHUN AJARAN 2010/2011.
Skripsi oleh : Restu Ageng Safitri K3207039
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN PROSES PADA MATERI SENI BATIK MATA PELAJARAN SENI BUDAYA, SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PRACIMANTORO TAHUN AJARAN 2010/2011.
Disusun oleh : Restu Ageng Safitri K3207039
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Restu Ageng Safitri. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN PROSES PADA MATERI SENI BATIK MATA PELAJARAN SENI BUDAYA, SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PRACIMANTORO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses pada materi seni batik mata pelajaran seni budaya, siswa kelas VIII A SMP N Negeri 2 Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD ( Student Team Achievement Division ) dalam mata pelajaran Seni Budaya, Standar kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni rupa, dengan kompetensi dasar membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan Nusantara. Materi yang diajarkan adalah Batik khususnya batik tulis. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2010, dengan dua siklus dan masing-masing siklus mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi, teknik wawancara, dan teknik tes tertulis untuk aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek afektif dalam bentuk lembar observasi. Peningkatan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dalam pembelajaran seni budaya materi seni batik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) sebagai berikut 1) Capaian pada aspek afektif pada observasi awal 32,2%, menjadi 54,8% pada siklus I dan meningkat menjadi 77,4% pada siklus II. 2) Capaian pada aspek kognitif pada observasi awal 35,4%, menjadi 58,1% pada siklus I dan meningkat menjadi 80,7 % pada siklus II. 3) Capaian pada aspek psikomotor pada observasi awal 29%, menjadi 70,9 % pada siklus I dan meningkat menjadi 83,3% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD ( Student Team Achievement Division ) dapat meningkatkan meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses pada materi seni batik mata pelajaran seni budaya, siswa kelas VII A SMP N Negeri 2 Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011.
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Restu Ageng Safitri. COOPERATIVE LEARNING MODEL BASED STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) TO IMPROVE UNDERSTANDING AND CAPABILITIES IN BATIK ART MATERIALS IN ART AND CULTURAL SUBJECT OF CLASS VIII A OF SMP NEGERI 2 PRACIMANTORO IN THE ACCADEMIC YEARS OF 2010/2011. A Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, November 2011. The objectives of this study is to improve capabilities in the proces of batik art materials in art and cultural subject of class VIII A of SMP Negeri 2 Pracimantoro in the academic years of 2010/2011. The research design used in this study was action research by using cooperative learning model based STAD (Student Team Achievement Division) in the art and cultural subject, the standart competence is to express themselves through art works, while the basic competence is to make works of art textile craft by using techniques and styles of applied art archipelago. The materials taught is especially batik. The research was conducted from February to May 2011 in two cycles, each cycle includes four activities namely planning, implementation, observation and reflection. The data collection was done by using documentations, interview and written test technique for cognitive, psychomotor and affective aspects in the form of observation sheet. aspects in art and cultural learning through cooperative model based STAD (Student Team Achievement Division) aspect is 32.2% in the early observation, increased to 54.8% in the cycle I and 35.4 % in the early observation, increased to 58.1% in the cycle I and increased to preliminary observation, increased to 70 % in the cycle I and increased to 83.3 % in the cycle II. Based on the research results, it can be concluded that the use of cooperative learning model based STAD (Student Team Achievement Division) can improve cultural subject of class VIII A of SMP Negeri 2 Pracimantoro in the academic years of 2010/2011.
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jika kamu bermimpi, segera bangun dan kejar mimpi itu ( Anggun C Sasmi )
vii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Dengan rahmat Allah SWT, Karya ini kupersembahkan kepada: Bapak, Ibu, dan Adik tersayang, yang menjadi semangatku Suamiku tercinta, yang dengan sabar mendampingi, membimbing dan memotivasiku Sahabat kecilku Risha, Asri, Ambar, Ratna, Vivi, Yani, Dhita, dan Monica Figur, Alfan, Anggi, Via, Anik dan Ayu Teman-teman mahasiswa FKIP Seni Rupa angkatan 2007 Keluarga besar mahasiswa FKIP Seni Rupa Keluarga besar Marching Band Sebelas Maret Color Guard Team Marching Band Sebelas Maret Sahabat-sahabat yang menyayangiku Almamater Tercinta
viii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi; 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini; 3. Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini; 4. Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, saran, dan masukan yang tak ternilai harganya pada penulis; 5. Drs. Sudarsono, M. Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis dengan sebaik-baiknya serta memberikan dorongan, sehingga menjadikan penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi; 6. Adam Wahida, S.Pd., M.Sn., selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan solusi mengenai persoalan
akademik serta banyak memberikan
bantuan dan masukan pada peneliti dalam menyelesaikan revisi skripsi ini; 7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Seni Rupa yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada penulis;
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Sri Nurhayati, S. Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pracimantoro, yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang dilaksanakan; 9. Subarni, S. Pd., selaku guru bidang studi Seni Budaya kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam melaksanakan penelitiannya; 10. Devi Ariyanti, S.Pd, selaku kolabolator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian; 11. Siswa siswi kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro yang dengan senang hati membantu terlaksanakannya penelitian ini; dan 12. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah swt. Peneliti menyadari akan keterbatasan pada diri penulis, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam pelajaran Seni Budaya.
Surakarta, November 2011
Penulis
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
v
ABSTRACT ...............................................................................................
vi
MOTTO ......................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan
7
D. Manfaat Penelitian
8
LANDASAN TEORI
9
A. 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Belajar
9 9
b.
10
c.
11
d. Ciri-
12
e.
13
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Tipe-
13
2. STAD ( Student Team Achievement Division
14
a.
.
b.
15
3. Seni Batik
17
a. Pengertian
.
b. Corak/ Motif Ragam Hias Batik
17 ..
17
4. Batik Tulis a
14
24
Bahan dan Alat Batik Tulis
24
b
29
B.
34
C. Kerangka Berpikir
.
D. Hipotesis Tindakan
. .
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
35 35 36
A. Tempat dan Waktu
.
36
B.
.
37
C. Data dan Sumber Data
37
D. Teknik
37
E. Validitas Data
40
F.
40
G.
41
H.
43
I.
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal
57 .
49
1.
Letak dan Situasi Ruang SMP Negeri 2
49
2.
Keberadaan Guru dan Siswa
51
3.
Kondisi Awal Pembelajaran Siswa Kelas VIII A SMP
xii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Negeri
52
a.
Pelaksanaan Pembelajaran
b.
Tahap Observasi
53
c.
Tahap Refleksi
54
B. Deskr
.
52
57
1. Perencanaan Tindakan
57
2. Pelaksanaan Tindakan
58
3. Observasi
69
4. Refleksi
82
C. Deskr
83
1. Perencanaan Tindakan
84
2. Pelaksanaan Tindakan
85
3. Observasi
96
4. Refleksi
108
D.
109
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
116
A.
117
B. Im
118
C.
119 121
xiii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Indikator Keberhasilan Penelitian
42
2.
44
3.
45
4.
53
5.
Pembagian Kelompok Pada Siklus I
58
6.
69
7.
71
8.
72
9.
Kriteria penskoran pada aspek psikomotor silkus I
........
73
10. Hasil capaian aspek psikomotor setiap tahap siklus I
75
11. Hasil pengamatan psikomotor siklus I.
76
12. Hasil analisis aspek psikomotor siklus I
..
77
13.
79
14. Perbandingan Pra Siklus dan Siklus I
79
15. Skor Kem
81
16. Kriteria penghargaan tim asli dari Robert E. Slavin
81
17.
81
18. Rata-rata skor dan penghargaan tim pada siklus I
82
19.
85
20. Hasil Tes Kognitif
96
21.
98
22. Hasil analilis aspek afektif silkus II
99
23. Kriteria penskoran pada aspek psikomotor silkus II..............................
100
24. Hasil capaian
102
25.
103
xiv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26. Hasil analisis aspek psikomotor siklus II
104
27.
106
28.
107
29. Rata-rata skor dan penghargaan tim pada siklus I
108
30. Data Perbandingan capaian Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
109
31. Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II............................... 111
xv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
trutum
19
2.
Kawung kembang cengkeh
19
3.
Gurda
20
4.
Iwak langen
20
5.
Sido mukti ........................................................................
21
6.
Parang rusak
22
7.
Klowongan
8.
Isen-isen
9.
Ragam hias pengisi
22 ..
23 23
10. Motif geometris
...
11. Motif non geometris
24 .
12. Kain mori
24 25
13. Malam batik dan canthing
..
25
14. Bagian-
27
15. Canthing, wajan dan kompor batik
28
16. Gawangan
29
17. Tahap Nyorek
30
18. Nglowongi
31
19. Tahap Nemboki
32
20. Mewarnai dengan teknik colet.
32
21. Mewarnai dengan teknik tutup celup
33
22. Tahap Nglorod
33
23. Gerbang dan halaman depan SMP N 2 Pracimantoro
50
24. Letak SMP N 2 Pracimantoro
50
25. Denah tata l
51
26. Grafik capaian sebelum diberi tindakan
xvi commit to user
..
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27. Guru mempresentasi materi dan menampilkan media audio visual 59 28.
60
29. Siswa berdiskusi, terbangun interaksi positif dalam setiap
61
30. Siswa membuat desain
61
31. Siswa memindahkan desain ke kain (nyorek)
63
32. Proses mencanting
64
33. Guru mendemonstrasikan teknik pewarnaan dengan teknik celup naftol
.
65
34. Siswa membuat larutan untuk proses nyelup, yaitu larutan naftol dan laruran garam
66
35. Siswa melakukan proses nyelup 36. Siswa menjemur hasil pewarnaan dengan teknik celup
66 .
66
37. Proses nglorod dan pencucian kain
67
38. Siswa mengerjakan tes tertulis
68
39. Siswa bertanya, dan mengutarakan pendapat pada akhir pembelajaran.
68
40. Grafik capaian aspek afektif siklus I
72
41. Grafik psikomotor siswa dalam proses membatik siklus I
75
42. Grafik capaian aspek psikomotor siklus I
78
43. Karya Arifin dengan nilai 89 ( Tinggi )
78
44. Karya Rahmat Prayitno dengan nilai 79 ( Sedang )
78
45. Karya Hestin Fitriyani dengan nilai 68 ( Rendah )
79
46. Grafik capaian pada Siklus I
79
47. Grafik capaian pada Pra siklus dan Siklus I
80
48. Guru berpresentasi dan menampilkan Stimulasi berupa benda nyata dan contoh gambar corak batik...............................................................
86
49. Siswa lebih antusias dan berani bertanya maupun memberikan tanggapan
87
xvii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50. Siswa membuat desain pada siklus II
88
51. Proses nyorek.pada siklus II
89
52. Proses mencanting pada siklus II
89
53. Guru presentasi tentang teknik colet, cara menciptakan warna dan menampilkan hasil contoh kain dengan teknik colet
91
54. Guru mendemonstrasikan pembuatan larutan remasol dan cara pewarnaan dengan teknik colet
91
55. Siswa membuat larutan remasol dan menciptakan warna sekunder
92
56. Proses pewarnaan dengan teknik colet
93
57. Penjemuran kain yang sudah diwarnai dengan teknik colet
93
58. Proses pelapisan water glass pada kain yang sudah diwarnai dengan teknik colet
94
59. Siswa mengerjakan tes tertulis
95
60. Pembahasan karya dan tanyajawab pada akhir pembelajaran
95
61. Grafik capaian aspek afektif siklus II
99
62. Grafik psikomotor siswa dalam proses membatik siklus II
102
63. Grafik capaian aspek psikomotor siklus II
105
64. Karya Arifin dengan nilai 91,6 ( Tinggi )
105
65. Karya Putri Wardiana S. dengan nilai 79,6 ( Sedang )
106
66. Karya Erva Chamid dengan nilai 63 ( Rendah )
106
67. Grafik capaian pada Siklus II
107
68. Grafik capaian pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
107
69. Grafik perbadingan pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
109
xviii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Lampiran Pra Siklus a.
2.
123
b.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
125
c.
Daftar Nilai Ulangan Harian
127
d.
128
e.
130
f.
132
g.
135
Lampiran Siklus I a.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
138
b.
Lemba
171
c. d.
172 Lembar N
.....
e.
3.
173 174
f.
Lembar Nilai Tahap Finishing
g.
Lembar Analisis Nilai
175 .
176
h.
177
i.
178
j.
180
k.
184
Lampiran Siklus II a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
185
b.
201
c. Lembar Nilai Afektif Siswa Siklus I
...
202
d.
203
e.
204
xix commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Lembar Nilai Tahap Finishing
205
g. Lembar Analisis Nilai Psikomotor Siklus I
206
h. Lembar Skor STAD Siklus II
4.
...
207
i. Lembar Rangkuman Tim Siklus II
208
j. Dokumentasi Pelaksanaan Siklus II
210
k.
215
Perijinan a.
Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi
216
b.
Surat Keputusan Dekan FKIP UNS
217
c.
Surat Permohonan Izin Research
218
d.
Surat Permohonan Surat Pengantar ijin Penelitian
220
e.
Surat Rekomendasi Bakesbangpol dan Linmas Kab. Wonogiri
222
f.
Surat Keterangan dari SMP Negeri 2 Pracimantoro
223
xx commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan seni mempunyai peranan yang besar dalam membentuk manusia yang utuh sebagaimana yang diidamkan oleh dunia pendidikan, yaitu manusia yang memiliki kematangan intelektual dan kematangan emosional, jika hanya menekankan pada kecerdasan intelektual saja, maka hanya akan melahirkan manusia yang terampil, namun tipis etika, moral dan spiritual. Atas dasar inilah kecerdasan intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional. Pendidikan seni bagi anak adalah untuk mengolah alam perasaan dan memberikan landasan psikis baik teoritis maupun praktis guna mengekspresikan perasaan melalui seni. Sebab, kecerdasan logika saja tidak cukup untuk mendidik anak supaya memiliki jiwa yang matang sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. (M. Jazuli, 2008:2) Selain Kecerdasan pada bidang logika, untuk membentuk anak yang berkepribadian matang harus diimbangi dengan kecerdasan emosional yang diberikan oleh pendidikan seni melalui pengalaman estetik. Pengalaman estetik dalam pendidikan seni diberikan melalui kegiatan apresiasi ( penghargaan ) dan kreasi ( penciptaan ). Didalam kedua kegiatan tersebut terkandung aspek ekspresi ( penjiwaan ). Menurut Jonh Dewey dalam M. Jazuli ( 2008 : 5 ) Pengalaman estetik merupakan sesuatu yang memberikan kegairahan dan menimbulkan pengalaman khas dalam kehidupan. Pengalaman khas yang diberikan mata pelajaran seni berbeda dengan pengalaman yang ditawarkan oleh mata pelajaran lain. Apabila mata pelajaran Matematika dan IPA memberikan pengalaman kepada siswa untuk bernalar secara sistematis dan rasional (kecerdasan intelektual), maka mata pelajaran seni memberikan pengalaman untuk menanggapi, mencerap, dan menyajikan dengan perasaan sensitif (kecerdasan emosional). (M. Jazuli, 2008:6)
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Pendidikan Seni Budaya di berikan disekolah karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan perserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan
Pendidikan seni disekolah formal terdapat pada kelompok mata pelajaran estetika yang mencakup Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (aspek sastra khususnya teater) memiliki karakteristik pembelajaran yang khas dalam mencapai standart kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam mata pelajaran Seni Budaya sendiri, aspek budaya dibahas secara terintegrasi dengan seni. (Depdiknas :2006:1) Pada pendidikan dasar sampai menengah terdapat mata pelajaran seni budaya.
kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermakna di dalam Dengan pelajaran seni budaya menjadikan anak didik mampu mengembangkan kreativitasnya akan seni dan budaya bangsa, sehingga pengembangan serta pelestarian seni dan budaya bangsa tetap terjaga dari generasi ke generasi. Tujuan palajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep dan pentingnya Seni Budaya, 2) Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, 3) Menampilkan kreatifitas melalui seni budaya, 4) Meningkatkan peran serta seni budaya pada tingkat lokal, regional, maupun global. 5) Mengolah dan mengembangkan rasa humanistik (Depdiknas :2006:2). Melalui
pelajaran
seni
budaya
menjadikan
anak
didik
mampu
mengembangkan kreativitasnya akan seni dan budaya bangsa, Seni dan budaya merupakan warisan leluhur, yang harus dijaga, jangan sampai diklaim oleh bangsa lain, untuk itu pengenalan seni dan budaya kepada generasi penerus sangat penting untuk kelestariannya. Kain Batik merupakan salah satu peninggalan budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia. Dalam dunia Internasional, kain batik lebih dikenal identik dengan Indonesia, dan pada akhirnya batik menjadi salah satu identitas diri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dimiliki bangsa Indonesia. Pengembangan dan pelestarian budaya Indonesia merupakan tugas besar yang diemban pemerintah Indonesia khususnya masyarakat Indonesia. Salah satu usaha pelestarian dan pengembangan seni dan budaya ini dapat dilakukan melalui dunia pendidikan. Melalui pendidikan tentang kesenian dan kebudayaan yang diberikan kepada siswa nantinya, maka diharapkan dapat mengembangkan seni dan budaya sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional. Namun, dunia pendidikan kita cenderung menekankan kecerdasan intelektual saja, ini terlihat perlakuan diskriminatif terhadap mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional (UAN), mata pelajaran yang diujikan secara nasional mendapat perhatian khusus dan alokasi waktu yang lebih banyak, rata-rata 4 sampai 6 jam per minggu, sedangkan mata pelajaran yang tidak diujikan, termasuk mata pelajaran Seni Budaya hanya tersedia 2 jam per minggu itupun pada sekolah tertentu masih dibagi lagi 1 jam untuk senirupa dan 1 jam yang lain untuk bidang seni lain (musik,tari,teater). Dalam sarana prasarana, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium/studio seni, peralatan, sumber belajar dan media yang menarik untuk pembelajaran seni. Keadaan seperti ini tidak memungkinkan guru seni untuk melakukan inovasi yang berhubungan dengan materi, metode, model dan evaluasi pembelajaran. Beberapa hal itulah yang menyebabkan tujuan pendidikan seni tidak tercapai secara maksimal, seperti yang terjadi di SMP Negeri 2 Pracimantoro, pada Mata Pelajaran Seni Budaya, yang berorientasi pada bidang Seni Rupa. Standar kompetensi pelajaran seni budaya di kelas VIII semester II tahun ajaran 2010/2011 yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai ialah Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat. Karya seni kriya tekstil yang diajarkan kepada siswa adalah karya seni batik. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Seni Budaya SMP N 2 Pracimantoro, pada tanggal 6 Februari 2011, tingkat keberhasilan siswa, pada materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
seni batik, kurang berhasil. Guru menyebutkan bahwa praktik membatik baru diberikan pertama kali di sekolah ini, pada tahun sebelumnya karena keterbatasan alat dan bahan, Kompetensi Dasar membuat karya seni kriya tekstil dan corak seni rupa daerah setempat, diisi dengan pembuatan karya kriya tekstil ikat celup. Pada semester ini merupakan pengalaman pertama kali guru tersebut mengajarkan materi seni batik. Pada pembelajaran seni batik guru mengalami berbagai macam kendala antara lain kurangnya pemahaman materi siswa tentang batik dan kemampuan siswa dalam teknik membatik. Pada pembelajaran guru menggunakan metode ceramah, dan demonstrasi untuk penyampaian materi. Dalam praktek membatik, karena keterbatasan
alat
siswa
disuruh
mnembuat
kelompok
sendiri,
namun
pengelompokkan ini hanya sekedar untuk berbagi menggunakan fasilitas yang ada, tidak ada interaksi positif yang terbangun. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi supaya dapat saling mendukung dan membantu teman satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Tidak ada motivasi untuk berkompetisi antar kelompok satu dengan yang lain, siswa bekerja secara individual. Dari hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa kelas VIII A yang berjumlah 31 siswa, pada tanggal 8 Februari 2011, menunjukkan minat siswa terhadap Seni batik sedang dengan prosentase 11 siswa atau 35,5% dengan minat tinggi, 14 siswa atau 45 % dengan minat sedang dan 6 siswa atau 19,5% dengan minat rendah. Namun untuk pemahaman siswa terhadap materi seni batik masih rendah, dengan hasil analisis angket sebagai berikut sangat paham: 2,5%, paham : 41%, kurang paham : 50% dan tidak paham : 6,5%. Dengan angket terbuka dapat diketahui siswa mengalami kendala-kendala dalam proses pembelajaran dengan rincian sebagai berikut 27 dari 31 siswa atau 87% siswa kesulitan menentukan motif/corak batik yang akan digambar, Diketahui juga 13 siswa dari 31 siswa atau 42 % siswa merasa kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan teknik proses membatik. Dari hasil karya siswa kelas VIII A dapat dikatakan kurang berhasil, dilihat dari segi pola yang kurang jelas, proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
pencantingan dan pewarnaan yang kurang berhasil. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru sebanyak 20 siswa atau 64,6 % dari 31 siswa kurang mampu memahami materi proses membatik dengan baik, ditunjukkan dengan hasil tes tertulis yang belum memenuhi standart KKM
. Sedangkan pada keterampilan praktek
membatik sebagian besar siswa belum berhasil. Untuk aspek afektif sikap siswa belum menunjukan keaktifan dalam proses pembelajaran. Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi maka akan membawa dampak yang negatif bagi pembelajaran seni budaya, yang berorientasi pada mengembangkan seni dan budaya sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional pada diri siswa. Tujuan pembelajaran seni tidak tercapai, dan kreatifitas siswa menjadi tumpul. Menurut M.Jazuli (2008:103) Pendidikan seni dapat memberikan kontribusi kepada perkembangan pribadi anak (siswa). Kontribusi yang dimaksud berkaitan dengan pemberian ruang berekspresi, pengembangan potensi kreatif dan imajenatif, peningkatan kepekaan rasa, menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan pengembangan wawasan budaya. Apabila permasalahan dipembelajaran seni tidak diselesaikan maka akan berdampak negatif juga pada kehidupan peserta didik dimasa depan. Dalam rangka memecahkan permasalahan itu, peneliti menggunakan Model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division). Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakah ranah dari model PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif dan Menyenangkan) sehingga dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat menikmatinya tanpa ada rasa tertekan dan tujuan pembelajaranpun tercapai. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup masyarakat (Sugiyanto:2008:38).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama
kelompok
dan
interaksi
antarsiswa.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif 14 januari 2011 ) Model STAD (Student Team Achievement Division) adalah Pembagian Pencapaian Tim Siswa, tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu teman satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dimana pada saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Kajian atas STAD telah mengimplementasikan model ini dalam mata pelajaran seni, matematika, ejaan, pelajaran sosial, ilmu pengetahuan ilmiah dan pelajaran-pelajaran lainnya ; ini semua telah dilakukan di seluruh amerika, Israel dan Nigeria, pada sekolah-sekolah dikota utama, daerah pinggiran, dan dipedesaan; ini melibatkan para siswa mulai dari kelas 3-11. (Robert E Slavin : 2009:45) Model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) dipilih untuk pembelajaran membatik pada siswa kelas VIII A, SMP N 2 Pracimantoro, karena pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama, dalam pembelajaran membatik siswa secara bersama-sama menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah. Untuk 1 kompor dan satu wajan batik digunakan untuk 4-5 orang. Koordinasi, interaksi, dan kerja sama yang baik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran ini baik dalam teori maupun praktik dalam membatik. Selain itu pembelajaran ini menciptakan interaksi dan motivasi yang positif, meraka akan saling membantu teman dalam satu tim dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
hal penguasaan materi dan teknis untuk mencapai tujuan pembelajaran, agar tim mereka mencapai skor tertinggi, hal ini merupakan motivasi yang positif bagi siswa. Menurut Robert E. Slavin setelah melakukan penelitian, pengaruh STAD terlihat positif pada semua pelajaran, 20 dari 29 kajian STAD (69%) menemukan pengaruh positif yang signifikan, dan tidak ada yang negatif. (Robert E Slavin : 2009:46) Pada pemerapannya Model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) pembelajaran membatik pada siswa kelas VIII A, SMP N 2 Pracimantoro, akan dipadukan dengan beberapa metode pembelajaran antara lain, metode ceramah, metode demonstrasi, metode eksperiment, dan metode drill. Selain itu akan digunakan media pembelajaran audio-visual tentang materi batik. Untuk itu penulis mengajukan judul Penelitian Tindakan Kelas
Model
Pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Proses, Pada Materi Seni Batik Mata Pelajaran Seni Budaya, Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011 B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses membatik, pada materi Seni Batik Mata Pelajaran Seni Budaya, Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011? 2. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses membatik, pada materi Seni Batik Mata Pelajaran Seni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Budaya, Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011? C.
Tujuan penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses membatik, pada materi Seni Batik Mata Pelajaran Seni Budaya, Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011, melalui model pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division). 2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses membatik, pada materi Seni Batik Mata Pelajaran Seni Budaya, Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun manfaat praktis 1. Manfaat Teoritis Mendapat pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkah-langkah Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division), khususnya pada mata pelajaran Seni Budaya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division), dapat meningkatkan interaksi positif antar siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, jiwa kebersamaan dan gotong royong terbangun pada diri siswa. 2) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Seni Batik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
3) Meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses dalam pembelajaran Seni Batik. b. Bagi guru 1) Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division), memberikan pengalaman langsung pada guru yang terlibat dalam rangka memperoleh pengalaman baru untuk meningkatkan pembelajaran Seni Batik. 2) Memperluas pengetahuan dan pemahaman terhadap pembelajaran seni budaya khususnya pada materi Seni Batik. c.
Bagi sekolah 1) Bagi sekolah, tujuan pembelajaran seni akan tercapai dan meningkatkan kualitas mutu pembelajaran disekolah. 2) Memberikan masukan dan dapat ditindak lanjuti oleh sekolah dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Belajar Menurut Gagne, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. ( dalam Dimyati & Mudjiono, 1999 : 10 ) Menurut
Piaget,
belajar
adalah
kegiatan
memperoleh
pengetahuan,
pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terusmenerus dengan lingkungan, dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.( dalam Dimyati & Mudjiono, 1999 : 13 ) Belajar sebagai a change in behavior atau perubahan kelakuan, kelakuan diambil dalam arti yang luas dan melingkupi pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaaan, minat, penghargaan dan sikap. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, tetapi mengenai seluruh pribadi anak. ( Tabrani Rusyan. dkk, 1989 : 9 ) Gagne mengklasifikasikan belajar dalam delapan tingkatan, yaitu (1) Belajar melalui tanda, yaitu proses belajar yang diperoleh melalui tanda-tanda atau suatu respons karena ada suatu tanda. (2) Belajar secara S-R (Stimulus Respons), yaitu belajar merespons karena ada perangsang tertentu. Peserta didik tampak belajar meniru suatu perilaku. (3) Rangkaian S-R, yaitu belajar dalam arti rangkaian antara berbagai S-R yang telah dipelajari sebelumnya. (4) Belajar melalui kata-kata atau bahasa. (5) Membedakan secara berganda, yakni belajar dengan menggunakan rangkaian pengalaman secara meluas. (6) Belajar konsepsi, yaitu belajar mengemukakan suatu konsep atau pemikiran setelah mempelajari perangsang yang menimbulkan respons yang berbeda-beda. (7) Belajar prinsip, yaitu belajar dengan
10 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau konsep terdahulu untuk sampai kepada suatu prinsip yang mungkin berlaku untuk beberapa hal atau peristiwa atas dasar suatu ketentuan atau anggapan. (8) Pemecahan masalah (problem solving), yakni belajar memecahkan persoalan berdasarkan beberapa prinsip atau gejala atau peristiwa yang lalu dengan beberapa kemungkinan. (Tabrani Rusyan. dkk, 1989 : 12) Dari beberapa pendapat diatas belajar dapat disimpulkan sebagai berikut, Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu menjadi menjadi mampu melakukan sesuatu, anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari intilah pengajaran dan istilah belajar-mengajar. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang menjadi tanggung jawab guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. Dalam proses pembelajaran tentunya sering ditemukan hambatan-hambatan yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai, untuk itu guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. b. Strategi/ Model Pembelajaran Menurut Winataputra ( 2001 ) dalam sugiyanto ( 2008 : 7 ), Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model dalam belajar-mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman. Pada hakikatnya suatu upaya dalam mengembangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
keaktifan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan guru. (Tabrani Rusyan. dkk, 1989 : 1). Secara umum, Model mempunyai pengertian suatu haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan strategi belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Killen (1988) dan Depdiknas (2005) menjelaskan ada 8 prinsip dalam Sugiyanto (2008: 8) menjelaskan ada 8 prinsip dalam memilih strategi/ model pembelajaran yaitu: 1) berorientasi pada tujuan, 2) mendorong aktivitas siswa, 3) memperhatikan aspek individual siswa untuk berpikir, 4) mendorong proses interaksi, 5) menantang siswa untuk berfikir, 6) menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, 7) menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta 8) mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut. Sugiyanto (2008: 8
Tidaklah Setiap model atau strategi
pembelajaran mampu mengembangkan 8 prinsip penggunaan model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memberikan tekanan aspek tertentu dibanding model
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada pembelajaran seni batik dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran Kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division). Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama, dalam pembelajaran membatik siswa secara bersama-sama menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah. Untuk 1 kompor dan satu wajan batik digunakan untuk 4-5 orang. Koordinasi, interaksi, dan kerja sama yang baik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran ini baik dalam teori maupun praktik dalam membatik. Selain itu pembelajaran ini menciptakan interaksi dan motivasi yang positif,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
c. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Lie dalam Sugiyanto (2008: 10) pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Menurut Sugiyanto (2008: 38) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup masyarakat. d. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2008: 38) adalah 1) Saling ketergantungan positif, 2) Interaksi tatap muka, 3) Akuntabilitas individual, dan 4) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarakan. 1) Saling ketergantungan positif, maksudnya hubungan yang saling membutuhkan antar siswa terutama dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan suasana yang mendorong siswa agar siswa merasa saling membutuhkan. Sugiyono (2008: : a) saling ketergantungan mencapai tujuan, b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, c) saling ketergantungan bahan dan sumber, d) saling ketergantungan peran dan e) saling ketergantungan hadiah. 2) Interaksi tatap muka, dengan dibentuk pengelompokan dan saling bertatap muka maka siswa akan berdialog dengan siswa yang lain dalam satu kelompok. Interaksi semacam ini penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Karakter setiap siswa beraneka ragam, terkadang ada siswa yang tidak mau bertanya kepada guru didalam kelas klasikal, karena malu ditertawakan teman atau memang anak tersebut tidak bisa berbicara dihadapan umum/ teman-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
temannya. Untuk itu dengan interaksi tatap muka siswa akan lebih bebas bertukar pikiran/pengetahuan yang mereka miliki dan saling mengisi dan membantu dalam anggota kelompok. 3) Akuntabilitas individual, Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaiannya ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa materi terhadap materi pelajaran secara individual. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. (Sugiyono, 2008: 39) Hasil penilaian secara individual kemudian ditindak lanjuti guru untuk disampaikan kepada kelompok untuk mengetahui anggota yang perlu dibantu untuk meningkatkan nilainya, sehingga rata-rata penilaian kelompok bisa naik. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti tenggang
rasa,
sikap
sopan
terhadap
teman,
mengkritik
ide,
berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) (Sugiyono, 2008: 39).
Tugas
guru adalah
mengkontrol dan menegur apabila ada siswa yang tidak bisa menjalin hubungan antar pribadi. e. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Menurut Sugiyanto (2008: 41) ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah 1) meningkatkan kepekaan dan kesetiawanan sosial, 2) menungkinkan parara siswa saling belajar melalui sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan, 3) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, 4) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen, 5) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa, 7) berbagai keteerampilan sosial diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan, 8) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
manusia, 9) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dar berbagai perspektif, 10) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, 11) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas. f. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa) adalah tehnik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan diteliti oleh John Hopkins University. Menurut Robert E Slavin (2009: 11) ada lima prinsip metode PTS telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu Student Team Achievement Division (STAD)(Pembagian Pencapaian Tim Siswa), Team-Games-Tournamant(TGT)(Turnamant Gama Tim) dan Jigsaw II (Teka-teki II). Dua yang lain adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu yaitu : Cooperatif Integrrated Reading and Composition (CIRC) (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif) digunakan untuk pelajaran membaca pada kelas 2-8 dan Team Accelerated Intruction (TAI) (Percepatan Pengajaran Tim) untuk mata pelajaran matematika pada kelas 3-6. Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Student Team Achievement Division (STAD)(Pembagian Pencapaian Tim Siswa), metode ini dipilih oleh peneliti karena gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu teman satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Kajian atas STAD telah mengimplementasikan model ini dalam mata pelajaran seni, matematika, ejaan, pelajaran sosial, ilmu pengetahuan ilmiah dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
pelajaran-pelajaran lainnya ; ini semua telah dilakukan di seluruh amerika, Israel dan Nigeria, pada sekolah-sekolah dikota utama, daerah pinggiran, dan dipedesaan; ini melibatkan para siswa mulai dari kelas 3-11. (Robert E Slavin : 2009: 45) Menurut Robert E. Slavin setelah melakukan penelitian, pengaruh STAD terlihat positif pada semua pelajaran, 20 dari 29 kajian STAD (69%) menemukan pengaruh positif yang signifikan, dan tidak ada yang negatif. (Robert E Slavin : 2009: 46) 2.
STAD (Student Team Achievement Division)
a. Pengertian STAD (Student Team Achievement Division) Metode STAD (Student Team Achievement Division) Pembagian Pencapaian Tim Siswa, merupakan pengembangan dari metode Student Team Learning yang dikembangkan dan diteliti oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Metode STAD (Student Team Achievement Division) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
b. Komponen STAD (Student Team Achievement Division) STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: 1) Presentasi kelas, 2) Tim, 3) Kuis, 4) Skor kemajuan individual dan 5) rekognisi tim. (Robert E Slavin : 2009:143) 1) Presentasi Kelas, Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi didalam kelas oleh guru. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan, didalam presentasinya guru berusaha menciptakan presentasi yang menarik agar siswa tertarik untuk memperhatikannya, misalnya dengan menggunakan media pembelajaran audiovisual dan sebagainya. Hal yang harus ditanamkan dalam presentasi guru harus berfokus pada STAD, dengan ini siswa menyadari untuk benar-benar fokus memperhatikan materi karena untuk mencapai nilai individu dan nilai tim yang tinggi. 2) Tim. Dalam pembelajaran dibentuk tim, tim (kelompok) terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari Tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan untuk mempersiapkan semua anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Menurut Robert E Slavin (2008:144), Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiapnya, ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. 3) Kuis. Kuis adalah tes tertulis setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tipa siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4) Skor kemajuan individual. Menurut Robert E Slavin (2008:146) Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Setiap siswa memberikan kontribusi pada skor tim, sehingga siswa tersebut akan berusaha untuk memberikan skor maksimal. Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Dalam penelitian ini skor awal yang digunakan adalah nilai sebelum diberikan tindakan STAD (Student Team Achievement Division). 5) Rekognisi Tim. Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
3. Seni Batik a. Pengertian Batik merupakan salah satu warisan budaya dari nenek moyang sejak abad XVII, pada saat itu batik ditulis dan dilukis pada daun lontar, motif batik masih didominasi dengan bentuk flora dan fauna, dalam perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan motif flora dan fauna, batik beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis. yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional- beragam hias pola batik tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak tertentu yang dibuat dengan canting dan atau cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Batik adalah gambar/ lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna (naptol), menggunakan alat canting dan atau kuas serta teknik tutup celup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Batik dapat berupa gambar pola ragam hias atau lukisan yang ekspresif. Menggambar atau melukis dengan bahan lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas disebut membatik. (Tim abdi guru, 2006: 1) Batik memiliki fungsi ganda yaitu fungsi praktis dan estetis. Secara praktis kain batik dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan atau pakaian, penutup tempat tidur, taplak meja, kurung bantal dan sebagainya. Secara estetis, batik lukis bisa dibingkai dan dijadikan perhiasan ruangan.
b. Corak/ Motif ragam hias batik Menurut Edi kurniadi ( 1996 : 66 ) Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan, motif batik disebut pula corak batik atau pola batik. Ragam hias dalam seni rupa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi simbolis. Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan motif. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan, sedangkan motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, yang meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air awan dan lainnya serta hasil kreasi manusia. Jadi ragam hias adalah susunan pola hias yang menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang sehingga menghasilkan bentuk yang indah. Ragam hias dapat dibedakan menjadi tiga motif, yaitu motif geometris, motif non geometris dan motif benda mati. Motif geometris antara lain berupa : pilin ganda, tumpal, meander, swastika dan kawung. Motif non geometris berupa : manusia, binatang, dan tumbuhan. Motif benda mati berupa : air, api, awan, batu, gunung, matahari. (Tim abdi guru : 2006 :2) Corak/ motif batik dapat ditinjau dari berbagai macam segi antara lain sumber ide, unsur dan penggolongan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
1) Sumber ide motif/ corak batik Seni batik adalah bentuk seni budaya yang kaya nilai-nilai nafas kehidupan manusia dan alam lingkungannya, artinya dalam seni batik orang akan dapat merasakan denyut nadi dari semangat hidup bangsa Indonesia, keyakinannya, pandangan hidupnya, dan tujuan masa depannya.(Chandra, 1986 :14) Dalam seni batik, segala kejadian atau peristiwa, kehidupan alam dan lingkungannya dapat mendatangkan ide bagi seniman batik. Penggambaran sumber ide biasanya secara stilasi dan memiliki makna filosofi. Sumber ide flora fauna biasanya bersumber pada flora/tumbuhan yang memiliki fungsi bagi kehidupan manusia. Obyek yang menjadi sumber ide seniman batik antara lain : Flora, Fauna, Falsafah hidup, alam semesta, dan kerajinan tangan. Berikut beberapa contoh motif batik berdasarkan sumber idenya.
]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
a) Flora sebagai sumber ide (1) Bunga
trutum
bersumber ide dari bunga melati yang bermekaran,
yang mengandung makna tumbuhnya cinta diantara sepasang mempelai dan kedua keluarga besan (2) Kulit jagung
Kawung kembang cengkeh Bentuk ini merupakan pengembangan dari bentuk motif batik tradisional kawung picis dipotong untuk dipakai menggulung tembakau membuat rokok kawung, kembang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
artinya bunga, dan cengkeh ialah nama rempah-rempah unuk bumbu ramuan rokok. Ia melambangkan kesederhanaan dan keharuman nama seseorang. Motif batik dengan dasar bentuk kawung ada beberapa jenisnya antara lain kawung kembang melati
kawung pongge sisik
kawung ceplok kenari
kawung ceplok
kawung cecekan
kawung pijetan
Setiap motif jenis kawung mempunyai cirri khas masing-masing sesuai dengan sumber idenya. b) Fauna sebagai sumber ide (1) Burung Didalam seni batik motif klasik, bentuk burung merupakan bentuk yang banyak digambar sebagai motif batik. Burung garuda bagi Indonesia menjadi lambang negara. Sebab ia menggambarkan kegagahan, keperkasaan, kejantanan, kejujuran, kecerdikan, ketampanan dan keberanian. Maka muncul motif batik Gurda merak kinasih
Gambar 3. (2) Binatang air
commit to user
Gurda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Gambar 4.
Iwak langen
Iwak (bahasa jawa) artinya ikan. Langen (bahasa jawa) artinya berenang. Iwak langen artinya ikan sedang berenang. Gambar diatas berupa motif dengan warna dasar kain biru tua dan warna motif batiknya putih disebut motif batik kelengan c) Falsafah hidup sebagai sumber ide Pandangan dan kisah hidup setiap individu para seniman banyak diungkapkan dalam setiap karya. Begitu pula dalam seni batik, Falsafah hidup mendorong para seniman menciptakan kreasi seni batik yang indah. Motif-motif batik tersebut antara lain sido luhur, sido mukti, jaya kirana, tri bawono dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Gambar 5.
Sido mukti
Sido (bahasa jawa) artinya menjadi. Mukti (bahasa jawa) artinya mulia dan makmur. Motif ini melambangkan kehidupan yang makmur (cukup sandang dan
oleh pengantin pada upacara perkawinan. d) Alam semesta sebagai sumber ide (1) Batu karang Batu karang yang kokoh berdiri dilaut melambangkan kekerasan dan keteguhan setiap orang yang memiliki kepribadian teguh. Kata parang merupakan pereng
lereng
Pola parang termasuk salah satu pola larangan, yaitu pola batik yang tidak boleh dikenakan oleh rakyat jelata. Pola parang hanya boleh dikenakan raja dan keturunannya, serta para pejabat keraton dan bangsawan.Motif batik dengan sumber ide karang (parang) ada beberapa jenisnya antara lain :
parang rusak
.
Gambar 6.
commit to user
Parang rusak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Parang artinya batu karang, dan rusak artinya cacat, motif ini menggambarkan bentuk karang yang kehilangan bentuknya (rusak) dan melambangkan sesuatu yang ganjil tidak pada tempatnya. 2) Unsur motif/ corak batik Menurut Santoso Doellah (2002:19) Berdasarkan perkembangan batik di Pulau jawa, pola batik dapat dirinci menjadi tiga klowongan
-
a. Ragam hias utama (klowongan) klowongan) adalah bentuk hiasan yang menjadi unsure penyusun utama pola batik.
Gambar 7. Klowongan b. Isen-isen Isen-isen atau isen adalah hiasa yang mengisi bagian-bagian ragam hias utama (klowongan
isen
cecek, sawut, cecek sawut dan sisir
melik.
Gambar 8. Isen-isen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
c. Ragam hias pengisi Ragam hias pengisi yang ditempatkan pada latar pola sebagai penyeimbang bidang agar pola secara keseluruhan tampak serasi ; misalnya : ukel, galar dan gringsing. Ragam hias isen berkemungkinan berfungsi sebagai pengisi ; misalnya sekar sedhah, rembyang,
Gambar 9. Ragam hias pengisi
3) Penggolongan motif/ corak batik Penggolongan motif batik dari segi bentuknya dibagi menjadi dua antara lain a) Motif batik Golongan Geometris Secara universal motif geometris dibuat berdasarkan raport (pengulangan) atau berdasar ilmu ukur. Biasanya motifnya berbentuk segi empat, garis, belah ketupat dan lain-lain, misalnya motif banji, ceplok, ganggong, udan liris dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Gambar 10. Motif geometris b) Motif Batik non Geometris Yang termasuk dalam katagori motif batik non geometris adalah motif yang bentuk dan susunannya tidak berdasarkan raport atau tidak berdasarkan ilmu ukur, antara lain motif semen, buketan.
Gambar 11. Motif non geometris
4.
Batik Tulis
Batik Tradisional (Tulis) : Batik yang pembuatannya menggunakan bahan dasar malam (lilin) dan paravin kemudian direbus dalam wajan. Peralatan yang digunakan dalam proses ini mengunakan canting yang berasal dari tembaga. Canthing memiliki dua jenis yaitu canthing cecekan untuk membuat titik-titik, dan canthing tembokan untuk membatik bidang yang luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
a. Bahan dan alat batik tulis 1) Bahan a) Kain Kain yang banyak dipakai sebagai bahan kain batik adalah kain yang dibuat dengan menggunakan bahan alami seperti katun dan sutera, tetapi dengan kemajuan teknologi batik juga dapat menggunakan kain-kain berbahan benang sintetis. bahan-bahan lokal dan menghasilkan kain yang bermutu dan sering disebut kain primissima.
Gambar 12. Kain mori b) Malam/ lilin batik Untuk membatik diperlukan bahan penyekat/pembatas media dan warna kain yang dikehendaki yaitu Lilin Batik. lilin-batik, fungsinya untuk mengisi
bidang
kain
yang
tidak
ingin
diwarnai
dalam
pewarnaan/pencelupan. Bahannya dibuat dari campuran parafin, kote, gondorukem, getah damar, lilin mentah, dan minyak kelapa atau lemak binatang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Gambar 13. Malam batik dan canting Lilin batik sesuai dengan pemakaiannya dibedakan menjadi beberapa macam. (1) lilin klowong, fungsinya untuk membuat garis-garis dasar motif batik yang akan dibuat (sket dasar), prosesnya disebut nglowong. (2) lilin tembokan, untuk membatasi batas tepian yang ingin dipertahankan warna kainnya. (3) lilin biron, yaitu lilin yang dipakai untuk menutup bidang kain yang akan diberi warna biru (mbironi) Bahan lilin ini kemudian juga dibedakan menjadi dua sesuai dengan alat yang dipakai untuk membatik yaitu lilin tulis dan lilin cap. Lilin tulis dipakai untuk membatik dengan alat tulis yang disebut canthing tulis. Lilin cap dipakai untuk membatik dengan memakai alat semacam stempel dari logam yang sudah terdapat motif-motif batiknya, maka disebut canthing cap.
c) Pewarna batik Zat warna yang digunakan dalam batik ada dua macam yaitu zat warna alami dan zat warna sisntesis. (1) Zat warna alami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Pewarna alami diperoleh dari daun-daunan, kulit kayu, akar-akaran, dan umbi-umbian tertentu. Misalnya warna biru dan biru kehitaman diperoleh dari daun melinjo (indigo), warna merah dari buah pace/mengkudu, kunyit untuk warna kuning, dan getah tingi untuk mendapatkan warna merah kecoklatan. Semua warna itu menggunakan bahan-bahan yang mudah dan tersedia di lingkungan sekitar proses pembatikan. (2) Zat warna alami Warna sintetis/buatan pabrik harus didatangkan dari negara-negara yang mampu memproduksi pewarna kain. Beberapa di antaranya yaitu Jerman menghasilkan pewarna merek HOECHST, Inggris merek ICI, Swiss merek CIBA. Merek FRANCOLOR diproduksi di Perancis, DU PONT di USA, dan ACNA di Italia. Dari dua zat warna tersebut ada kesamaan prinsip, dalam proses pewarnaan yaitu tanpa pemanasan, tetapi kalau tetap menggunakan pemanasan, pemanasan harus berada dibawah titik leleh lilin (malam).Jadi pada prinsipnya zat warna yang dipakai haruslah zat warna yang mampu mewarnai kain dalam keadaan dingin. Antara lain zat warna naftol garam dan zat warna golongan reaktif( remasol, procion). 2) Alat a) Canthing Canthing adalah alat pokok dalam pemberian motif pada kain batik (pembatikan). Canthing dipergunakan untuk menempelkan lilin (malam) pada permukaan kain, dengan cara seperti menggambar sesuai motif yang diinginkan pada kain. Peralatan ini terbuat dari tembaga atau kuningan, yang mempuyai bagian -bagian :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
(1) Gagang terong : bagian ini merupakan ekor dari canting, yang akan ditancapkan pada tangkai canting sebenarnya yang terbuat dari batang tumbuh- tumbuhan Solanaceae. (2) Nyamplungan : merupakan bagian pokok dari canting yang berfungsi untuk mengambil atau menampung lilin cair dari wajan. (3) Carat atau cucuk: bagian ini berbentuk pipa kecil yang melengkung di ujung nyamplungan. Fungsinya untuk mengalirkan lilin cair yang dipakai dalam pembatikan ke permukaan kain yang di batik.
Gambar 14. Bagian-bagian canting Canthing yang di pergunakan dalam membatik terdiri dari berbagai macam menurut fungsinya yaitu : (1) Canthing Rengrengan: canthing ini di pergunakan untuk ngengrengi, yaitu memberi garis batas pada sekeliling motif yang direncanakan dengan menggunakan lilin ( nglowong dan nerusi ). (2) Canthing Tembokan : canting ini mempunyai cucuk yang besar, dan ujungnya dibalut dengan kain. Kegunaan canting ini adalah untuk menutup bagian-bagian motif yang diinginkan tidak terpengaruh warna saat proses pewarnaan kain.( nembok dan mbironi ). (3) Canthing Isen : canthing ini di pergunakan untuk memberikan isian pada motif batik. Seperti cecek, sawut, sisik, atau isen lainnya. b) Wajan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Wajan adalah tempat untuk menampung lilin cair yang dipakai dalam pembatikan Biasanya wajan terbuat dari besi, tetapi ada juga yang terbuat dari tanah liat, dan mempunyai tangkai agar mudah di angkat dari perapian. c) Anglo / kompor. Anglo adalah tempat perapian yang terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar arang. Dipakai untuk mencairkan lilin yang akan di pakai dalam pembatikan. Pada masa sekarang digunakan kompor minyak tanah untuk pemanasan lilin.
Gambar 15. Canthing, wajan dan kompor batik
d) Gawangan. Gawangan dipergunakan untuk membentang kain yang sedang dibatik, yang terbuat dari bamboo atau kayu. Gawangan harus cukup ringan agar mudah dipindah-pindahkan, tetapi harus tetap kuat, serta tidak gampang roboh (stabil)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Gambar 16. Gawangan b. Proses pembuatan batik tulis 1) Tahap persiapan a) Tahap pertama, memotong kain Sebelum dibatik kain dipotong sesuai keperluan menurut fungsinya. Setelah dipotong, ujung-ujung kain dijahit terlebih dahulu, (diplipit), agar pada saat proses pewarnaan benang kain tidak tiras (lepas) anyamannya, b) Tahap kedua, Nggirah (mencuci kain) Kain yang dipakai untuk bahan batik (mori), pada perdagangan selalu dikanji tebal,
sebelum dibatik kanji harus dihilangkan untuk
memudahkan penyerapan zat warna selain kanji juga menghalang penempelan lilin pada kain, sehinga lilin mudah lepas dari kain, untuk itu kain perlu dibersihkan dari kanji, caranya kain direndam semalam suntuk kemudian dikerok (diremas-remas dan dibanting-banting), serta dicuci dan dibilas dengan air sampai benar-benar bersih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
c) Tahap ketiga, Menganji Kain Menganji kain dimaksudkan untuk melicinkan kain, agar proses penempelan lilin dapat dilakukan dengan mudah dan lancer.Selain itu penganjian tipis ini akan memudahkan pelepasan lilin waktu pelorodan lilin.Penganjian dilakukan dengan merendam kain kedalam larutan kanji (tepung tapioka) encer. d) Tahap keempat, Ngemplong kain Ngemplong kain dimaksudkan untuk untuk meatakan / menghaluskan kain (mori) yang akan dibatik. Caranya beberapa lembar kain kemudian dilipat, diletakkan diatas papan yang datar lalu diikat kemudian dipukul-pukul dengan pemukul kayu. 2) Proses membatik a) Nyorek Tahap ini adalah pemberian motif diatas kain dengan cara memindahkan pola dari atas kertas keatas kain. Biasanya pembuatan pola sepertiga lebar batik atau panjang kain kemudian diulang (direpeat), tetapi ada pula karya batik yang bebas yang tidak terpancang pada sistim pengulangan, dalam hal ini satu lembar kain langsung
dipola dengan pensil sesuai ide
penciptanya.
Gambar 17. Tahap Nyorek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
b) Nglowong Nglowong merupakan proses penempelan lilin yang pertama, dengan menngunakan canthing, menurut pola yang telah dicorek diatas kain.Lilin atau malam yang dipergunakan merupakan campuran dari berbagai macam bahan yang menolak air, antara lain malam tawon, gondorukem, dammar matakucing, parafin, microwax, kendal (gajih/lemak)
Gambar 18. Nglowongi c) Ngiseni Pada ngiseni, bidang-bidang motif yang terbentuk dari proses nglowong akan diberi isen-isen yang khas batik antara lain cecek, sawut, ukel, sisik dan sebagainya. d) Nerusi Pengertian nerusi adalah menempelkan lilin dikain sebalik (bagian belakang yang dibatik) tujuan dari nerusi ini untuk menjaga agar bagian yang dibatik benar-benar tembus sampai belakang sehingga pada proses pewarnaan, warna tidak merembebes pada bagian yang tidak diinginkan. e) Nemboki. Pada batik warna klasik (sogan), proses nemboki ini bertujuan untuk menutupi bagian kain yang diinginkan tetap berwarna putih, kuning muda atau coklat. Proses nembok harus dilakukan pada dua sisi kain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
(bolak-balik). Pada perkembanganya proses nemboki bertujuan untuk menutupi bagian yang hanya ingin diberi warna tertentu.
Gambar. 19. Tahap Nemboki f) Mewarna Mewarnai kain ada dua macam cara yaitu dengan sistim tutup celup dan dengan teknik colet (tolet) atau gabungan dari keduanya.
Gambar 20. Mewarnai dengan teknik colet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Gambar 21. Mewarnai dengan teknik tutup celup g) Nglorod Setelah pewarnaan selesai, lilin dihilangkan dari kain dengan air panas dan pencucian dingin.Biasanya air yang digunakan dicampur soda abu untuk mempermudah pengelupasan lilin.
Gambar 22. Tahap Nglorod
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
B. Penilitian yang Relevan Penelitian mengenai STAD (Student Team Achievement Division) adalah penelitian yang dilakukan oleh Eva Hasan ( 2010 ) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Berbantuan Animasi Flash Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa Kelas X.6 di SMA Al Islam 1 Surakarta, Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini penerapan metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dengan animasi flash dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa secara bertahap pada dua siklus. Hal ini ditunjukan dengan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 42,11 % dan meningkat pada siklus II mencapai 98 %. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa 50% dan meningkat menjadi 100% pada siklus II dengan KKM 61. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan STAD (Student Team Achievement Division) dapat membantu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar fisika pada pokok bahasan kalor siswa kelas X.6 di SMA Al Islam 1 Surakarta, Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan STAD (Student Team Achievement Division) dalam pembelajaran adalah penelitian Setyawati Lestari (2008) yang berjudul Penerapan Metode Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) disertai Praktikum untuk meningkatkan Perhatian Siswa Terhadap Materi Biologi Siswa SMP kelas VIII A SMP N 14 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Dalam penelitian ini penerapan metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) disertai praktikum pada mata pelajaran biologi kelas VIII A dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap pembelajaran, sehingga memberikan hasil belajar biologi yang lebih baik. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan STAD (Student Team Achievement Division) dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi kelas VIII A di SMP N 14 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Berdasarkan kedua penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan STAD (Student Team Achievement Division) berlangsung lebih menarik, pemahaman siswa meningkat, dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berfikir TINDAKAN
KONDISI AWAL
KONDISI AKHIR
Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) SIKLUS I MASALAH :
Pemahaman siswa tentang batik Kemampuan siswa praktik
Perencanaan Refleksi
Pelaksanaan Pengamatan
Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan membatik
SIKLUS II Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
D. Hipotesis
commit to user
Siswa kreatif Siswa aktif KBM efektif Tujuan pembelajaran tercapai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Jika Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) diterapkan pada proses pembelajaran Seni Batik maka dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses membatik, pada materi Seni Batik Mata Pelajaran Seni Budaya, Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pracimantoro Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011, Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan 1) SMP Negeri 2 Pracimantoro merupakan sekolah berstandar nasional yang kualitas pembelajarannya harus selalu ditingkatkan. 2) Setelah dilakukan observasi awal dikelas VIII A, ditemukan berbagai kendala dalam proses pembelajaran Seni Budaya khususnya Materi Seni batik. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 secara bertahap dari bulan Februari 2011 sampai Juni 2011. Karena pada bulan-bulan tersebut merupakan waktu yang produktif untuk pembelajaran Seni Budaya khususnya Materi Seni batik. Berikut ini tahap-tahap pelaksanaan penelitian : a. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi observasi awal, identifikasi masalah, penentuan tindakan, pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal, penyusunan instrument penelitian, dan pengajuan perijinan penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan pertengahan bulan Maret 2011. b. Tahap Penelitian Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung dilapangan, yaitu proses pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2011. c. Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai dengan selesai. 41 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
B. Subjek Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah 1. Siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro, sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 19 siswa perempuan, dan 12 siswa laki-laki.
C. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran membatik, pemahaman siswa tentang proses membatik, kemampuan siswa dalam proses membatik serta keaktifan siswa dalam pembelajaran membatik. Kendala-kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran seni rupa,
proses
pembelajaran Seni Budaya khususnya Materi Seni batik. 2. Sumber Data Data penelitian tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi : a. Informan 1)
Guru Pengampu Mata Pelajaran SMP Negeri 2 Pracimantoro.
2)
Siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro.
b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Seni Budaya khususnya Materi Seni batik. c. Dokumen atau arsip yang berupa, Silabi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil karya seni batik siswa dan nilai siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Pengamatan Menurut Nana Syaodih S.D. (2006 : 220) pengamatan merupakan suatu tehnik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
yang sedang berlangsung. Menurut Mulyanto (2006 : 23) berdasarkan teknik dan tujuannya, pengamatan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu a) Pengamatan Partisipasif, b) Pengamatan Sistematis, c) Pengamatan Eksperimental. Pada penelitian ini akan menggunakan pengamatan partisipatif (participatory observation) yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. 2. Wawancara Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan terbuka, dilakukan tidak formal kepada informan. Wawancara dilakukan antara penulis dan guru, sebelum dan setelah dilakukan penelitian dan observasi/ pengamatan awal. Untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya, khususnya pada materi batik. Wawancara dilakukan terhadap guru pelajaran seni budaya kelas VIII A dan beberapa siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro. Wawancara dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu wawancara observasi awal. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi tentang proses pembelajaran pada kondisi awal. a. Wawancara yang dilakukan terhadap guru berkenaan dengan: 1) Kondisi pembelajaran Seni Budaya, Kompetensi dasar membuat karya seni kriya tekstil dan corak seni rupa daerah setempat, selama ini 2) Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam memberikan materi pembelajaran sebelum diadakannya perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division).. 3) Hambatan dan kesulitan yang dirasakan guru dalam proses pembelajaran Seni Budaya, Kompetensi dasar membuat karya seni kriya tekstil dan corak seni rupa daerah setempat, selama ini selama ini. 4) Sikap siswa kelas VIII A
selama proses pembelajaran Seni Budaya
Kompetensi dasar membuat karya seni kriya tekstil dan corak seni rupa daerah setempat selama ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
b. Sedangkan wawancara yang dilakukan terhadap siswa adalah meliputi: 1) Pendapat mereka tentang proses pembelajaran pembelajaran Seni Budaya Kompetensi dasar membuat karya seni kriya tekstil dan corak seni rupa daerah setempat selama ini yang mereka rasakan. 2) Hambatan dan kesulitan yang mereka rasakan pada saat pembelajaran pembelajaran Seni Budaya Kompetensi dasar membuat karya seni kriya tekstil dan corak seni rupa daerah setempat disampaikan. 3. Studi Dokumenter Menurut Nana syaodih S.D. (2006 : 221) Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen atau arsip dalam penelitian ini berupa, Silabi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil karya siswa dan nilai tes tertulis siswa. 4. Test Menurut Mulyanto (2006 : 11) Test adalah suatu alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan prestasi seseorang. Test yang digunakan dalam penelitian ini adalah test Perbuatan ( perfomance test ). Menurut Mulyanto (2006 : 20) jenis test ini tapat digunakan untuk mengukur keterampilan-keterampilan yang yang mengandung aspek prosedur dan produk. Dalam penelitian ini penilaian dilakukan untuk menilai pengetahuan tentang batik (kognitif), proses pembuatan batik, dan produk batik. Tes yang digunakan adalah test tertulis dan test perbuatan. 5. Angket Menurut Mulyanto (2006 : 24) Angket yaitu suatu alat atau teknik untuk memperoleh informasi dalam pertanyan-pertanyaan kepada responden secara tertulis. Angket terdapat dua jenis : 1) Angket tertutup, angket yang pernyataannya telah memiliki alternative jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. 2) Angket
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
terbuka, angket yang pernyataan pokok yang bias dijawab atau direspon oleh responden secara bebas. Dalam penelitian ini menggunakan angket terbuka dan angket tertutup, angket akan dilaksanakan dua kali. Angket diberikan kepada siswa kelas VIII angket digunakan untuk mengetahui apa yang dirasakan siswa saat pembelajaran seni batik berlangsung. Untuk angket yang pertama telah dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2011 sebelum dilakukan tindakan, dan yang kedua diberikan pada akhir penelitian tindakan. E. Validitas Data Teknik validitas data merupakan cara yang digunakan dalam penelitian untuk membuktikan kebenaran data-dat yang diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan : 1. Sistem triangulasi Menurut Moleong dalam Sarwiji (2008:69)
Triangulasi adalah
teknik
pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Membuktikan kebenaran data-data dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan tehnik atau pengumpulan data yang berbeda. 2. Review informan Pengecekan kembali data-data penelitian yang telah diperoleh dengan cara menyusun data-data dan dikomunikasikan kepada Key informan (guru pengampu)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan tehnik analisis kritis. Menurut Sarwiji (2008:70) teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Menurut Sarwiji (2008:70) teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normative yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. G. Indikator Dalam penelitian tindakan kelas ini yang ditingkatkan adalah tingkat pemahaman dan keterampilan proses pada materi batik, yaitu meningkat minimal 75% dari 31 siswa kelas VIII A. Capaian target pada setiap indikator harus didasarkan pada tingkat kemampuan siswa sebelum adanya perbaikan. Target indikator tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Minimal 75% siswa kelas VIII A mampu memahami dengan baik pengetahuan tentang batik dan proses pembuatan batik tulis. Aspek penilaiannya adalah siswa mampu menjelaskan dengan baik pengetahuan tentang batik dan proses pembuatan batik tulis pada tes tertulis, setelah melakukan proses pembelajaran praktek membatik dengan pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division). Target minimal 75%. Ditentukan berdasarkan hasil observasi awal, yaitu siswa yang tuntas dalam test kognitif sebelum diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
tindakan hanya 11 orang siswa dari 31 siswa atau 35,4 Sedangkan sebanyak 20 orang siswa atau 64,6% belum tuntas dengan nilai yang masih dibawah standar KKM pada mata pelajaran Seni Budaya seni, yaitu
76.
2. Minimal 75% siswa kelas VIII A aktif dalam proses pembelajaran. Aspek penilaian yang menunjukkan keaktifan siswa adalah keaktifan siswa dalam mengungkapkan tanggapannya, mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi batik,
bekerjasama dalam satu kelompoknya mengidentifikasi
tentang motif, warna, bahan, dan proses pembuatan batik tulis (desain, nyanting, finishing), serta kehadiran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Minimal 75% siswa VIII A menunjukkan keterampilan/ kemampuan proses yang baik. Aspek penilaian adalah kemampuan proses siswa pada proses pembuatan batik tulis meliputi mulai dari tahap desain, tahap mencanting, dan finishing. Yang disetiap tahap mempunyai kriteria penilaian masing-masing. Dengan standar KKM pada mata Tabel 1. Indikator Keberhasilan Penelitian NO
INDIKATOR
1.
Siswa mampu memahami dengan baik pengetahuan tentang batik dan proses pembuatan batik tulis
ASPEK PENILAIAN
TARGET 75%
1. Siswa mampu menjelaskan dengan baik pengetahuan tentang batik dan proses pembuatan batik tulis setelah melakukan proses pembelajaran praktek membatik dengan pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division).
commit to user
KETERANGAN Ditunjukkan dengan siswa yang memperoleh 6 pada tes kognitif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
2
3
Siswa aktif dalam proses pembelajaran
Siswa menunjukkan kemampuan proses yang baik
75%
Dinilai berdasarkan lembar Observasi Afektif siswa berupa daftar chek list dengan kriteria-kriteria dan tingkatan skor yang sudah ditentukan
75%
Dinilai berdasarkan lembar penilaian berupa daftar chek list dengan kriteria-kriterian dan tingkatan skor yang sudah ditentukan
1. Mengungkapkan tanggapan/ berpendapat 2. Mengajukan pertanyaan 3. bekerja sama dengan baik dalam satu kelompok ( Tim ) 4. Perhatian siswa 5. Kehadiran siswa
1. kemampuan proses siswa pada proses pembuatan batik tulis a. Tahap desain b. Tahap mencanting c. Tahap finishing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
H. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap tindakan yang diberikan pada pembelajaran Seni Budaya materi Seni batik. Data tersebut dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklus-siklus tindakan. 1. Siklus I a. Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan pada penelitian untuk siklus yang pertama ini meliputi kegiatan, antara lain : 1) Observasi awal, 2) Mengidentifikasi masalah, 3) Menentukan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai dengan permasalahan, 4) Menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa, 5) Menyusun rencana tindakan perbaikan yang akan dilakukan, 7) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, media dan alat-alat peraga, 5) Menyusun format atau lembar observasi yang akan digunakan, 6) Menentukan indikator dan menyusun alat evaluasi siswa. b. Pelaksanaan/ Pemberian Tindakan (Action) Pada tahap tindakan ini dilaksanakan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) pada Materi Seni Kriya batik pada siswa VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan yaitu dengan 4 kali pertemuan. Tindakan yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division). Ada lima kegiatan inti dalam STAD yaitu : (1) Presentasi kelas, (2) Tim, (3) Kuis, (4) Skor kemajuan individual, (5) Rekognisi tim. Peneliti menggunakan pengembangan sebagai berikut : 1) Presentasi kelas, Guru memberikan stimulus (rangsangan) berupa presentasi dan menampilkan media pembelajaran audio-visual tentang batik, Guru mendemontrasikan proses pembuatan batik secara bertahap pada 4 kali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
pertemuan 2) Tim, Guru membentuk tim (kelompok) terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, dan jenis kelamin. Siswa diberikan kebebasan untuk membuat pola sesuai dengan sumber ide yang mereka pilih oleh kesepakatan kelompok dan melakukan proses pembatikan sampai tahap finishing dalam empat kali pertemuan. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk menyelesaikan pekerjaan. 3) Kuis, setelah guru memberikan presentasi dan empat periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. 4) Skor kemajuan individual, Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim siswa berdasarkan tingkat dimana skor kuis siswa ( presentase yang benar ) melampaui skor awal siswa. Dalam Slavin ( 2009 : 159 ) Poin kemajuan siswa berdasarkan skor kuis yang melampaui skor awal siswa, Dapat dilihat pada table 1. Guru mendampingi siswa dan membimbing siswa untuk bekerja secara kelompok, mengamati kinerja siswa secara individu dalam kelompok, untuk mengetahui kemajuan individu dalam kelompok. (5) Rekognisi tim, Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan diberikan pada rekognisi tim didasarkan pada rata-rata skor tim dalam Slavin ( 2009 : 160 ) dapat dilihat pada tabel 2. Guru memberi motivasi siswa untuk saling membantu dalam proses pembelajaran dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Tabel. 2 Skor kemajuan individual Skor Kuis
Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
5
10-1 poin dibawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 point diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30
Kertas jawaban sempurna ( terlepas dari skor awal )
30
Tabel 3. Kriteria penghargaan tim Kriteria ( Rata-rata Tim )
Penghargaan
15
TIM BAIK
16
TIM SANGAT BAIK
17
TIM SUPER
Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi Tim Sangat Baik sebagian anggota tim harus memiliki skor diatas skor awal mereka dan untuk menjadi Tim Super sebagian besar anggota harus memiliki skor setidaknya sepuluh poin diatas skor mereka (Robert E Slavin : 2009:160), Namun kriteria tersebut dapat dirubah oleh guru sesuai dengan kondisi siswa. Pertemuan pertama, (1) Guru membentuk tim (kelompok) terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, dan jenis kelamin. (2) Guru memreresentasi materi, dan menampilkan media pembelajaran berupa audio-visual tentang batik, siswa diberikan tugas kelompok untuk merangkum materi yang disampaikan oleh guru tentang (a) Pengertian batik (b) Corak/ Ragam hias batik untuk pola batik (c) Alat dan bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
yang akan digunakan untuk membatik dengan teknik canting (tulis) (d)Langkahlangkah pembuatan batik dengan tehnik canting (e) Pewarnaan batik dilengkapi dengan media audio-visual (3) Siswa diberi waktu untuk berdiskusi menyelesaikan rangkuman dan mengumpulkannya (4) Guru menampilkan berbagai macam contoh pola dan corak batik untuk diamati oleh siswa. (5) Siswa diberikan tugas untuk menentukan motif batik yang akan digunakan, berdasarkan kesepakatan dalam kelompok, masing-masing kelompok mempunyai pola masing-masing, namun pengerjaannya dilakukan secara individu (6) Siswa dibimbing untuk mengamati dan mengklasifikasikan motif dan menuangkannya kedalam pola yang akan dibuat batik kedalam kertas gambar. (7) guru mendampingi siswa mengamati stimulus yang diberikan, dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. Pertemuan kedua, (1) Guru mendemontrasikan membuat pola batik pada kain yang akan dibuat batik dan mencontohkan cara mencanting, tempat duduk siswa sesuai dengan kelompoknya
(2) Siswa dibimbing untuk
memindahkan pola batik kedalam kain (3) Siswa dibimbing untuk mencanting kedalam kertas terlebih dahulu (4) Siswa dipersilahkan untuk mencanting kedalam kain, pembagian kompor, wajan dan canting sesuai dengan kelompoknya (5)
Guru mendampingi dan membantu siswa apabila siswa
mengalami kesulitan. Pertemuan ketiga, (1) Guru menjelaskan tentang tehnik pewarnaan dengan menggunakan naftol. tempat duduk siswa sesuai dengan kelompoknya (2) Guru mendemontrasikan dan bereksperimen menciptakan warna dengan panduan tabel warna naftol. (3) Siswa dibimbing untuk melakukan proses pencampuran naftol dan garam sesuai dengan warna yang diinginkan siswa berdasarkan kesepakatan kelompok (4) Siswa dibimbing untuk mencelupkan kain pada cairan pengunci warna (5) Siswa dibimbing untuk melakukan proses pelorotan malam/ lilin batik dan menjemurnya hingga kering.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Pertemuan keempat, (1) Guru mengecek hasil proses pewarnaan dari pertemuan sebelumnya, (2) Guru menjelaskan tentang tehnik pelorotan, (3) Guru mendemontrasikan pelorotan malam, (4) Siswa dibimbing untuk melorot malam, pembagian bahan dan alat sesuai dengan kelompoknya (5) Siswa dipersilahkan menjemur kain yang sudah dilorot. (6) Siswa dipersilahkan kembali ketempat duduk masing-masing untuk melaksanakan tes tertulis secara individu, Hasil tes tertulis juga untuk mengetahui tim/kelompok mana yang mempunyai nilai ratarata tertinggi, kelompok dengan nilai tertinggi akan mendapat penghargaan dari guru. c. Pengamatan (Observation) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengamati proses pembelajaran menggunakan dan mengarah pada point-point lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Untuk memudahkan penilaian dalam pengamatan, peneliti menggunakan lembar pengamatan yang sudah dibuat sebelumnya. Lembar pengamatan berupa daftar chek list dengan kriteria-kriteria dan tingkatan skor yang sudah ditentukan untuk aspek afektif dan psikomotor, sedangkan untuk aspek kognitif penilaian berdasarkan tes tertulis yang sudah ditentukan skor pada setiap nomor soalnya. Penilaian mengubah skor menjadi nilai menggunakan skala dan acuan tertentu. Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian. Dalam penilaian hasil belajar banyak skala yang digunakan seperti skala 0 - 10, 0 - 100, 0
4, A
E dan sebagainya. Acuan juga sangat menentukan dalam penilaian. Menurut Purwanto ( 2009 : 206 )dalam praktik penilaian terdapat dua macam acuan yang dapat digunakan yaitu Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN). Dalam penelitian ini acuan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAP ( criterion referenced test = CRT) adalah penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
yang mengubah skor maksimum menjadi acuan. Menurut Gronlund dan Linn dalam Purwanto ( 2009 : 207 ) Pada acuan ini skor diinterpretasikan berdasarkan pencapaian tujuan tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai adalah sebagai berikut : Skor yang diperoleh NILAI =
X Skala Skor Maksimum
d.
Refleksi (Reflection) Pada tahap ini dilakukan analisa hasil pekerjaan siswa, proses pembelajaran siswa, dan hasil observasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Apabila pada pelaksanaan siklus I belum tuntas berdasarkan indikator keberhasilan maka dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator berhasil tercapai. 2. Siklus II
a. Perencanaan (planning) Perencanaan dan persiapan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan yang dilakukan pada siklus I, akan tetapi disempurnakan, berdasarkan dari refleksi siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap tindakan ini dilaksanakan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division) pada Materi Seni Kriya batik pada siswa VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. c.
Observasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengamati proses pembelajaran menggunakan dan mengarah pada point-point lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. d. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisa hasil pekerjaan siswa, proses pembelajaran siswa, dan hasil observasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Apabila pada pelaksanaan siklus I belum tuntas berdasarkan indikator keberhasilan maka dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator berhasil tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
I. Jadwal kegiatan KEGIATAN
Januari 1
2
3
Februari 4
1
2
3
Maret 4
1
2
3
April 4
1
2
PRA PROPOSAL Wawancara dengan guru Menyusun angket Observasi dan penyebaran angket Analisis hasil observasi PERSIAPAN PENELITIAN Koordinasi dengan pihak sekolah Penyusunan Proposal Penyusunan Instrument PENELITIAN Siklus I Perencanaan Menyusun RPP Persiapan media Pelaksanaan tindakan Observasi Analisis dan refleksi
Siklus II Perencanaan Menyusun RPP Persiapan media Pelaksanaan tindakan Observasi Analisis dan refleksi
commit to user
3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Juli 4
1
2
3
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
PENYUSUNAN LAPORAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi dilakukan di SMP Negeri 2 Pracimantoro, yaitu tempat dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini. Hasil dari kegiatan observasi adalah sebagai berikut. 4.
Letak dan Situasi Ruang SMP Negeri 2 Pracimantoro
SMP Negeri 2 Pracimantoro berdiri pada tahun 1990,
beralamat di
Tubokarto, Pracimantoro, Wonogiri Kode Pos 57664. SMP Negeri 2 Pracimantoro ditetapkan oleh Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama sebagai Sekolah Standart Nasional pada tahun 2008. Sekolah yang kepalai oleh Sri Nuryati.S.Pd. M.Pd ini, merupakan sekolah berwawasan lingkungan, suasana sekolah sangat teduh dengan pepohonan, tanaman hias dan beberapa kolam ikan, suasana sekolah membuat warga sekolah nyaman. Sekolah ini memiliki 15 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang Bimbingan Penyuluhan (BP), 1 ruang multimedia, 1 laboraturium IPA, 1 laboraturium komputer, 1 perpustakaan, 1 Unit Kesehatan Sekolah (UKS), 1 Mushola, 1 koperasi siswa, 3 kantin sekolah, 1 gudang umum dan 10 Kamar kecil. Fasilitas lain yang dimiliki sekolah ini adalah 1 lapangan basket dan 1 lapangan voli, yang setiap hari Senin juga digunakan untuk upacara bendera. Ruang kelas di SMP N 2 Pracimantoro ditempati kurang lebih 34 siswa disetiap kelasnya. Fasilitas kelas antara lain 1 buah LCD proyektor, 1 buah monitor tv, kurang lebih 16 buah meja untuk siswa dan 1 meja untuk guru, kurang lebih 32 kursi untuk siswa dan 1 kursi untuk guru, whiteboard yang terpasang di bagian depan kelas, jam dinding, serta alat-alat kebersihan.
58 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Gambar 23. Gerbang dan halaman depan SMP N 2 Pracimantoro (Dokumentasi : Restu, 2011)
Gambar 24. Letak SMP N 2 Pracimantoro
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Gambar 25. Denah tata letak ruang SMP N 2 Pracimantoro (Ilustrasi : Restu, 2011)
5. Keberadaan Guru dan Siswa Saat ini SMP Negeri 2 Pracimantoro memiliki guru dan karyawan 48 orang, terdiri dari 36 guru, 10 karyawan dan 2 penjaga sekolah. Guru-guru di SMP Negeri 2 Pracimantoro berkualifikasi pendidikan sarjana ( S1 ) dengan kemampuan dan pengalaman yang baik. Hal ini dibuktikan dari nilai akreditasi pada tahun 2009 memperoleh nilai A dan tingkat kelulusan 100% pada tahun 2010/2011. Jumlah siswa SMP Negeri 2 Pracimantoro tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 499 siswa yang terdiri dari kelas VII, VIII, dan kelas IX. Subyek dalam penelitian ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
adalah kelas VIII A yang berjumlah 31 siswa, 12 siswa laki-laki, dan 19 siswa perempuan. 6.
Kondisi Awal Pembelajaran Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro
b. Pelaksanaan Pembelajaran Mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Pracimantoro kelas VIII A pada tahun pelajaran baru 2010/2011 dilaksanakan satu kali dalam satu Minggu yaitu setiap hari Senin pada jam pelajaran ke 5 atau pada jam 10.30 WIB dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Guru pengampu mata pelajaran seni budaya adalah ibu Subarni, S.Pd. Kondisi awal proses pembelajaran mata pelajaran seni budaya materi membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat sudah berlangsung cukup baik. Materi disampaikan dengan metode ceramah yang dikombinasikan dengan demonstrasi dan penugasan secara klasikal. Dalam penyampaian materi pelajaran, beberapa kali guru mengatakan kalimat-kalimat lucu yang membuat siswa tertawa untuk membuat suasana kelas menjadi cair, sehingga diharapkan siswa dapat lebih santai dalam menerima materi pelajaran. Adapun kekurangan dari pembelajaran yang sudah berlangsung, guru tidak menggunakan presentasi yang menarik, seperti power point yang berisi tentang batik, ataupun media audio visual untuk merangsang siswa, hal ini yang menyebabkan siswa bosan dan kurang antusias dalam penyampaian materi yang diberikan oleh guru, akibatnya banyak siswa yang tidak paham tentang tahapan-tahapan dalam proses membatik. Sehingga dalam pembelajaran selanjutnya perlu diberikan media-media pembelajaran yang menarik untuk siswa. Pada praktek membatik, proses membuat desain, pewarnaan dan melorot dilaksanakan secara klasikal. Pada saat proses mencanting, karena keterbatasan alat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
siswa
dipersilahkan
membentuk
kelompok
sendiri,
hal
ini
menyebabkan
ketidakrataan kelompok dalam kelas. Hal ini seharusnya dimanfaatkan oleh guru untuk menerapkan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa dari awal proses membuat batik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar siswa. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi yang terjadi pada pembelajaran seni budaya. Tujuan pada tahap ini untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat, yaitu membuat batik, yang meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Aspek kognitif diukur berdasarkan pemahaman siswa terhadap materi proses pembuatan batik yang telah disampaikan. Pemahaman siswa tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada test tertulis yang diberikan oleh guru. Aspek psikomotor berdasarkan keterampilan siswa dalam proses membuat batik. Aspek afektif diantaranya ialah kehadiran siswa, memperhatikan materi yang disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi bertanya dan berpendapat, dan mengerjakan tugas. Hasil observasi dan data-data yang diperoleh dari guru maupun lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas VIII A yang belum tuntas hasil belajarnya, baik dari aspek afektif, kognitif maupun psikomotor. Data nilai yang diperoleh dari guru pengampu mata pelajaran pada praktik membatik yang pertama, menunjukkan masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami proses dan kemampuannya pada praktek membatik. Berikut tabel dan grafik capaian pada praktik membatik yang pertama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Tabel 4. Prosentase capaian sebelum dilaksanakan tindakan. No 1. 2. 3.
Aspek Kognitif Afektif Psikomotor
Siswa Tuntas 11 10 9
Prosentase 35,4 % 32,2 % 29 %
Prosentase
40 30 20
Pra Siklus
10 0 Kognitif
afektif
Psikomotor
Gambar 26. Grafik capaian sebelum diberi tindaqkan Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam belajarnya Berdasarkan data yang diperoleh dari guru sebanyak 20 siswa atau 64,6 % dari 31 siswa kurang mampu memahami materi proses membatik dengan baik, ditunjukkan dengan hasil tes tertulis yang belum memenuhi standart KKM
. Sedangkan pada keterampilan praktek
membatik sebagian besar siswa belum berhasil. Untuk aspek afektif sikap siswa belum menunjukan keaktifan dalam proses pembelajaran. Dari hasil angket terbuka dapat diketahui bahwa siswa mengalami kendalakendala dalam proses pembelajaran dengan rincian sebagai berikut 27 dari 31 siswa atau 87% siswa kesulitan menentukan motif/ corak batik yang akan digambar, Diketahui juga 13 siswa dari 31 siswa atau 42 % siswa merasa kesulitan dalam halhal yang berhubungan teknik proses membatik. Dari hasil karya siswa kelas VIII A dapat dikatakan kurang berhasil, dilihat dari segi pola yang kurang jelas, proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
pencantingan yang kurang tembus dan pewarnaan yang kurang berhasil, warna samar-samar (blawus) dan kurang merata pada seluruh permukaan kain. d. Tahap refleksi Berdasarkan observasi yang dilakukan, dalam pembelajaran seni budaya materi membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara terlihat kurang efektif dan efisien. Selama ± 2 x 45 menit guru memberikan ceramah dan penugasan. Pada praktek membuat desain, nyorek, dilakukan secara individu, sedangkan pada proses mencanting siswa dipersilahkan membentuk kelompok sendiri untuk memanfaatkan alat dan bahan yang tersedia (canting, wajan, kompor, malam). Pada proses pewarnaan dengan teknik celup, dilakukan secara klasikal akibatnya warna yang dihasilkan tidak maksimal dan tidak merata. Pada tahap nglorod (menghilangkan malam) dilakukan pula secara klasikal, sehingga malam yang sudah meleleh menempel kembali pada kain karena air panas yang digunakan penuh dengan malam. Fakta lain yang penulis temukan di lapangan yaitu masih banyaknya siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru, hal ini dibuktikan dengan masih adanya siswa yang memiliki nilai kognitif di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajara Seni Budaya yaitu 76. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, diketahui bahwa siswa cenderung merasa bosan pada saat guru menyampaikan materi yang berupa teori. Siswa mengeluhkan bahwa guru kurang memberikan variasi dalam mengajar. Sementara itu dari hasil wawancara dengan guru, guru menyadari bahwa ia kurang dapat memberikan presentasi yang menarik untuk membangkitkan antusiasme siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan guru dalam mengoptimalkan fasilitas yang ada di dalam kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Dari hasil observasi tersebut, maka penulis dan guru melakukan refleksi untuk mencari solusi yang dapat mengatasi permasalahan di kelas, yaitu melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman proses siswa terhadap seni seni kriya tekstil khususnya batik dan menerapkan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa dari awal proses membuat batik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar siswa. Upaya peningkatan ini dilakukan dengan menarik antusiasme dan perhatian siswa agar dapat menangkap dan memahami materi yang diajarkan dengan baik, yang selanjutnya secara berkelompok siswa diharapkan mampu dan berantusias untuk menerapkan materi yang diberikan pada praktek membatik.
Dari hasil kegiatan
refleksi dengan guru, maka diperoleh solusi untuk permasalahan kelas VIII A, yaitu menyampaikan materi dengan menggunakan power point, media audio visual pengetahuan tentang batik, dan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division), yaitu Pembagian Pencapaian Tim Siswa, tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu teman satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dimana pada saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Ada lima kegiatan inti dalam STAD yaitu : (1) Presentasi kelas, (2) Tim, (3) Kuis, (4) Skor kemajuan individual, (5) Rekognisi tim. Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan diberikan pada rekognisi tim didasarkan pada rata-rata skor tim dalam Slavin ( 2009 : 160 ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Proses tindakan perbaikan ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus 4 pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) Tahap Perencanaan, merupakan persiapan peneliti sebelum terjun ke lapangan, pada tahap ini peneliti membuat rencana penelitian, mempersiapkan rencana pembelajaran, mempersiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian, dan lain-lain; 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, ialah penerapan dari perncanaan dan skenario pembelajaran yang sudah disiapkan; 3) Tahap Observasi, dilakukan untuk mengatahui keadaan lapangan dengan mengamati secara langsung; 4) Tahap Refleksi, dilakukan dengan mengevaluasi proses pembelajaran siswa, hasil tes, media yang digunakan, serta hasil wawancara. Refleksi ini dilakukan untuk menggali masalah-masalah yang terjadi selama proses pembelajaran, kemudian dilakukan perbaikan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. B. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari sabtu 16 Maret 2011 di rumah Ibu Subarni S.Pd, selaku guru mata pelajaran Seni Budaya kelas VIII A. Penulis bersama guru mendiskusikan rencana tindakan yang dilaksanakan dalam proses penelitian ini. Kemudian dari hasil diskusi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam waktu empat kali pertemuan, dan dimulai pada hari Senin, 21 Maret 2011. Tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini meliputi: a. Tujuan dari pemberian tindakan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses siswa, pada materi seni kriya tekstil dengan tehnik dan corak senirupa daerah setempat. b. Menentukan materi pembelajaran seni kriya tekstil dengan teknik dan corak senirupa daerah setempat. Materi pembelajaran praktik pada siklus I adalah membuat batik tulis dengan teknik pewarnaan celup dan corak flora fauna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
c. Membentuk kelompok menurut jenis kelamin dan tingkat kinerja pada pembelajaran sebelumnya. Pembagian kelompok dapat dilihat pada tabel 5. d.
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama adalah pemberian materi tentang pengertian batik, corak batik, dan proses pembuatan batik, dilanjutkan dengan praktik membuat desain batik pada kertas. Pada pertemuan kedua adalah praktik nyorek (memindahkan desain pada kain) dan nyanting ( menuliskan malam pada desain dengan canthing ). Pada pertemuan ketiga adalah praktik finishing meliputi mencelup (mewarna) dan nglorod ( menghilangkan malam ).Pada pertemuan keempat adalah pembahasan karya dan pelaksanaan test tertulis.
e.
Menyiapkan media pembelajaran, berupa Power Point (Pengertian batik, motif teknik dan langkah-langkah pembuatannya), media audio visual yang di download dari internet, dan Image ( foto berbagai macam motif batik, alat pembuatan). Tabel 5. Pembagian kelompok pada Siklus 1 KELOMPOK A
B
C
D
E
F
No 1.
Murni M.
Ari Wibowo
Apriani F.
Anas Stasia
Ali Mustafa
Bayu Dwi H.
2.
Nambang S.
Jasca Jaya P.
Aris Julianto
Andri Wiranto
Arifin
Desi S.
3.
Nuri
Khusnul K.
Endang Safitri
Ervan Chamid
Fria Bintang L.
Dewi Ning R.
4.
Rahmat P.
Murtini
Neny Lia N.
Putri Wardiana
Herlina Utari
Eva Mayasari
5.
Rahmawati
Tri Utami
Yanuar F.
Rahmatika Nur
Riana Nariswati
Hestin Fitriani
6.
Tri Atmoko
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, yakni pada hari Senin 21 Maret 2011, Sabtu 26 Maret 2011, Senin 4 April 2011 dan Senin 18 April 2011. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. a. Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011. Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah disusun pada saat perencanaan tindakan. Sub materi pelajaran yang akan diberikan pada pertemuan 1 ini adalah Sub materi yang akan disampaikan pada siklus I perte
.
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru dan siswa mempersiapkan diri terlebih dahulu. Guru dibantu oleh peneliti dan petugas sekolah mempersiapkan proyektor LCD agar berjalan dengan lancar. Namun LCD yang ada diruang kelas VIII A tidak dapat digunakan, setelah berkoordinasi akhirnya disepakati pembelajaran dilaksanakan diruang media. Persiapan ini memakan waktu ± 15 menit, Sehingga pembelajaranpun sedikit terlambat. Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi mengenai Batik. Tampak suasana kelas cukup tenang dan memperhatikan apersepsi yang disampaikan guru. Dalam apersepsi tersebut guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai Batik Tulis. Guru bertanya adakah di antara siswa yang sudah mengetahi apa yang disebut dengan batik tulis. Ada beberapa siswa yang menjawab, namun jawaban dari siswa masih kurang tepat dan beberapa siswa lainnya hanya diam saja. Kemudian guru sedikit menjelaskan secara umum mengenai Batik Tulis kepada siswa. Kegiatan apersepsi ini dilakukan ± 5 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Seusai memberikan apersepsi kepada siswa, guru memberitahukan kepada siswa bahwa pembelajaran praktek membatik akan dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division), kemudian guru membagi siswa dalam kelompok yang sudah dibentuk pada saat perencanaan, siswa diminta untuk duduk berkelompok, kemudian siswa diminta untuk memperhatikan dan menyimak presentasi guru dan media audio visual yang ditampilkan. Presentasi dan pemutaran media audio visual berlangsung kurang lebih ± 25 menit.
Gambar 27. Guru mempresentasi materi dan menampilkan media audio visual tentang batik (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Gambar 28. Siswa antusias memperhatikan presentasi guru (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Setelah mempresentasikan materi dan menampilkan media audio visual, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi isi materi yang sudah dipresentasikan, kemudian guru mengulas dan menjelaskan kembali tentang Pengertian batik, corak batik dan proses pembuatan batik tulis. Setelah menjelaskan, guru mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada hal yang kurang dimengerti dan menyampaikan tanggapannya mengenai materi yang sudah disampaikan. Pada pertemuan 1 ini hanya ada 3 siswa yang bertanya dan 1 siswa yang memberikan tanggapannya secara lisan. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit. Setelah menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat siswa guru langsung menjalankan skenario berikutnya yaitu memberikan tugas membuat desain batik dengan tema flora dan fauna. Setiap kelompok diberikan stimulus berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
contoh-contoh corak batik dari buku sewan susanto. Siswa diberikan kebebasan untuk menentukan tema dalam kelompoknya, alokasi waktu selama ± 30 menit.
Gambar 29. Siswa berdiskusi, terbangun interaksi positif dalam setiap kelompok (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Gambar 30. Siswa membuat desain (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Setelah waktu pengerjaan tugas habis, guru meminta siswa untuk segera mengumpulkan hasil desain batik. Kemudian, setelah semua siswa mengumpulkan, guru menanyakan kesulitan apa yang dialami siswa dalam proses membuat desain batik. Guru mempersilahkan bagi siswa yang ingin mengutarakan pendapatnya. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit. Seusai pembahasan jawaban, guru menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan 1 dengan alokasi ± 5 menit, kemudian dilanjutkan menutup proses pembelajaran dengan salam. Karena kendala teknis diawal, pembelajaran pada pertemuan I, kelebihan 10 menit dari waktu yang direncanakan. b.
Pertemuan 2 Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 Maret 2011.
Pembelajaran dilaksanakan pada hari sabtu karena pada hari senin tanggal 28 Maret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
2011 siswa kelas VII dan kelas VIII diliburkan karena ruangan kelas akan digunakan untuk Ujian Sekolah siswa kelas IX, sehingga pada hari sabtu kegiatan pembelajaran diganti dengan kegiatan bersih-bersih. Setelah berkoordinasi dengan guru, kepala sekolah, dan wakasek kurikulum, pada hari jumat tanggal 25 Maret 2011, akhirnya penelitian diadakan pada hari sabtu tanggal 26 Maret 2011. Pada pertemuan ke 2, Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi, dalam apersepsi tersebut guru menanyakan pengalaman siswa membuat desain batik dan seberapa jauh siswa mengetahui tentang tehnik mencanting. Kegiatan inti dalam pertemuan ke 2 adalah praktek nyorek dan mencanting, sebelum siswa praktek mencanting yang dilakukan diluar kelas. Guru memberikan materi berupa teknik-teknik mencanting yang baik di dalam kelas, kemudian siswa dipersilahkan untuk nyorek, kegiatan ini dilaksanakan diruang kelas selama ± 25 menit.
Gambar 31. Siswa memindahkan desain ke kain (nyorek) (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Setelah kegiatan nyorek selesai, dilanjutkan dengan proses mencanting yang dilaksanakan di luar kelas. Siswa dipersilahkan mencari tempat yang nyaman dan mengatur tempat duduk pada kelompok masing-masing, agar dapat menggunakan kompor dan wajan bersama-sama. Sebelum siswa praktek mencanting pada kain, siswa dipersilahkan untuk melatih keluwesan tangan pada kertas terlebih dahulu, kegiatan mencanting berlangsung ± 60 menit. Selama kegiatan berlangsung penulis, guru pengampu, dan seorang kolaborator mendampingi siswa, mengarahkan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Dalam proses mencanting banyak interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan penulis, guru pengampu dan kolaborator.
Gambar 32. Proses mencanting (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011) Seusai mengumpulkan hasil cantingan, guru menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan 1 dengan alokasi ± 5 menit, kemudian dilanjutkan menutup proses pembelajaran dengan salam. c. Pertemuan ke 3 Pertemuan ke 3 dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 April 2011. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga adalah pewarnaan dengan naftol dan proses pelorotan. Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (peneliti) memberikan apersepsi, dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
apersepsi tersebut guru menanyakan pengalaman siswa mencanting dan kesulitan apa yang dihadapi ketika mencanting. Kegiatan apersepsi berlangsung ± 5 menit. Kegiatan selanjutnya adalah presentasi guru tentang teknik pembuatan larutan naftol dan garam, serta cara mencelupkannya. Sebelum guru melakukan presentasi Setiap kelompok dibagikan masing-masing 2 lembaran petunjuk/ prosedur pewarnaan dengan naftol untuk disimak. Presentasi berlangsung ± 15 menit.
Gambar 33. Guru mendemonstrasikan teknik pewarnaan dengan teknik celup naftol (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Kegiatan selanjutnya adalah pengambilan undian warna yang diwakili oleh ketua kelompok, pewarna yang disiapkan adalah warna kuning, orange dan merah. Setelah setiap kelompok mendapatkan undian warna, perwakilan kelompok dipersilahkan untuk mengambil bahan-bahan yang akan dilarutkan. Kegiatan berlangsung kurang lebih ± 10 menit. Selanjutnya siswa dipersilahkan untuk bekerja sama membuat larutan naftol hingga siap untuk pencelupan, setelah larutan siap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
proses selanjutnya adalah proses pencelupan dan ngetus (meniriskan kain). Kain ditiriskan diluar kelas, Sembari menunggu kain atus (tidak meneteskan air) siswa dipersilahkan untuk membuat larutan garam. Setelah kain atus dari larutan naftol kemudian siswa melakukan pencelupan pada larutan garam. Kegiatan pencelupan naftol dan garam berlangsung ± 25 menit.
Gambar 34. Siswa membuat larutan untuk proses nyelup, yaitu larutan naftol dan laruran garam (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Gambar 35. Siswa melakukan proses nyelup (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Gambar 36. Siswa menjemur hasil pewarnaan dengan teknik celup (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011) Selanjutnya adalah tahap nglorod , tahap ini dilakukan oleh masing-masing kelompok pada panci yang berisi air mendidih yang sudah disiapkan. Kemudian siswa mencuci kain hingga kain bersih dan dijemur. Kegiatan pelorotan berlangsung ± 25 menit. Selama proses pencelupan dan pelorotan berlangsung guru (penulis), guru pengampu, dan seorang kolaborator mendampingi siswa dan membantu apabila ada siswa yang mengalami kesulitan.
Gambar 37. Proses nglorod dan pencucian kain (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Siswa dibimbing kembali kedalam kelas, kemudian guru menanyakan kesulitan siswa dan siswa dipersilahkan mengemukakan pendapat tentang pengalamannnya selama proses membatik. Seusai pembahasan jawaban, guru menyimpulkan kegiatan proses membuat batik tulis, kemudian dilanjutkan menutup proses pembelajaran dengan salam. Kegiatan penutup berlangsung selama ± 10 menit. d. Pertemuan ke 4 Pertemuan ke 4 dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 April 2011. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga adalah tes tertulis. Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi, dalam apersepsi tersebut guru menanyakan pengalaman siswa ketika praktek membuat batik tulis dan kesulitan apa yang dihadapi ketika mencanting, selain itu guru juga menanyakan kesiapan siswa menghadapi test tertulis Kegiatan berlangsung ± 10 menit. Selanjutnya guru memberikan arahan dan aturan dalam mengerjakan tes tertulis dan memberikan lembar soal. Siswa diberikan waktu untuk mengerjakan selama 45 menit. Persiapan tes tertulis dan pelaksanaannya berlangsung ± 55 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Gambar 38. Siswa mengerjakan tes tertulis (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011 Setelah selesai lembar jawab dikumpulkan, dan sisa waktu dipergunakan guru untuk memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya atau mengutarakan pendapatnya. Kegiatan ini berlangsung ± 20 menit. Dilanjutkan dengan penutupan pelajaran ± 5 menit.
Gambar 39. Siswa bertanya, dan mengutarakan pendapat pada akhir pembelajaran (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011) 3. Observasi / Pengamatan Pada proses pembelajaran dilakukan observasi. Untuk memudahkan penilaian dalam pengamatan, peneliti menggunakan lembar pengamatan yang sudah dibuat sebelumnya. Lembar pengamatan berupa daftar chek list dengan kriteria-kriteria dan tingkatan skor yang sudah ditentukan untuk aspek afektif dan psikomotor, sedangkan untuk aspek kognitif penilaian berdasarkan tes tertulis yang sudah ditentukan skor pada setiap nomor soalnya. Pengamatan dilakukan oleh Guru pengampu, Peneliti (Guru), dan seorang kolaborator, masing-masing mengamati dua kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
a. Pengamatan aspek kognitif Pengamatan kognitif dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis, pada pertemuan ke empat setelah siswa melaksanakan praktek membatik. Tes tertulis untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang proses membatik. Terdapat 5 soal isian yang bersangkutan dengan proses membatik, yang setiap nomor soal mempunyai bobot berbeda-beda. Tabel 6. Prosentase capaian aspek kognitif Siklus I LEMBAR NILAI TES KOGNITIF SISWA SIKLUS I
Hari/ Tanggal Pertemuan
: :
Nama
Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni daerah setempat Senin, 18 April 2011 4 Siklus 1
No
NIS
1 2
3755 3723
Ali Mustafa Anas Stasia
70 75
3
3756
Andri Wiranto
80
4
3658
Apriani Firdaus
60
5
3758
Ari Wibowo
80
6
3659
Arifin
80
7
3759
Aris Julianto
80
8
3660
Bayu Dwi Hartanto
80
9
3662
Dewi Ning Rahayu
80
10 11
3695 3664
Desi Susilowati Endang Safitri
60 55
12
3669
Ervan Chamid
80
commit to user
BELUM TUNTAS
:
TUNTAS
:
: VIII A /II : Seni Budaya Mengekspresikan diri melalui karya seni
NILAI
Nama Sekolah Mata pelajaran Standar Kompetensi rupa Kompetensi Dasar
rupa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
13
3665
Eva Mayasari
80
14
3668
Fria Bintang Listiawati
75
15
3702
Herlina Utari
80
16
3767
Hestin Fitriyani
60
17
3801
Jasca Jaya Pratama
80
18
3670
Khusnul Khotimah
65
19
3674
Murni Mutoharoh
80
20
3708
Murtini
65
21
3709
Nambang Sutopo
80
22
3675
Neny Lia Ningtiyas
50
23
3677
Nuri
80
24
3807
Putri Wardiana Sari
80
25
3681
Rahmat Prayitno
60
26
3808
Rahmatika Nur M
80
27
3682
Rahmawati
80
28
3774
Riana Nariswati
45
29
3684
Tri Atmoko
80
30
3685
Tri Utami
60
31
3751
Yanuar Faturrahman JUMLAH
85
RATA-RATA
2245 72,4
PROSENTASE
18
13
58,1%
42,9%
Dari data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pada aspek kognitif 58,1 % atau sebanyak 18 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Aspek kognitif siswa mengalami peningkatan sebanyak 22,7 %. Secara keseluruhan capaian siklus I pada aspek afektif, aspek psikomotor dan aspek kognitif dapat dilihat pada tabel berikut. b. Pengamatan aspek afektif Pada pengamatan aspek afektif, terdapat 5 variabel yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang disampaikan, dan keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi, bekerjasama, bertanya dan menjawab/ mengemukakan pendapat. Setiap variabel, diberi tingkatan skor dengan rentang skor 1-3. Skor yang didapat oleh siswa kemudian diubah kedalam bentuk nilai dengan rumus, skor yang didapat dibagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
skor maksimal dikali 100. Kriteria ketuntasan sesuai dengan KKM yang sudah
Tabel 7. Kriteria penskoran pada aspek afektif. No 1.
Variabel Kehadiran
Kriteria Skor Skor 3 : Hadir 4 kali pertemuan dalam 1 siklus Skor 2 : Hadir 2-3 kali pertemuan dalam 1 siklus Skor 1 : Hadir 1 kali pertemuan dalam 1 siklus
2.
Memperhatikan Skor 3 : Memperhatikan dengan seksama dan serius (minimal 3 dari 4 pertemuan ) Skor 2 : Memperhatikan, namun kurang serius (kadangkadang/ 2 dari 4 pertemuan ) Skor 1 : Tidak memperhatikan sama sekali
3.
Bekerjasama Skor 3 : Bekerja sama dengan baik selama proses pembelajaran Skor 2 : Kadang-kadang Skor 1 : Tidak bekerja sama, sama sekali
4.
Bertanya Skor 3 Skor 2 : Kadang-kadang (1- 3 kali dalam 1 siklus) Skor 1 : tidak bertanya sama sekali
5.
Menjawab/ mengemukakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
pendapat
Skor 3 Skor 2 : Kadang-kadang (1- 3 kali) Skor 1 : tidak bertanya sama sekali
Pengamatan aspek afektif dilakukan pada setiap pertemuan kemudian dianalisis dalam satu siklus/ 4 pertemuan. Dari data yang diperoleh pada setiap pertemuan kemudian dianalisis pada akhir siklus. Hasil pengamatan aspek afektif siswa pada siklus 1 secara keseluruhan pada aspek afektif siswa mengalami peningkatan dari pra siklus sebanyak 22,6 % yaitu menjadi 54,8% atau sebanyak 17 siswa dari 31 siswa. Sedangkan 14 siswa lainnya belum tuntas. Tabel 8. Hasil analilis aspek afektif silkus 1 No 1 2
Aspek Afektif Tuntas Belum Tuntas
Jumlah 17 14
Prosentase 54,8 % 45,2 %
60 Prosentase
50 40 30 Aspek Afektif Siklus I
20 10 0 Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 40. Grafik capaian aspek afektif siklus I c. Pengamatan aspek psikomotor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Pengamatan aspek psikomotor adalah pengamatan keterampilan siswa pada saat proses membuat batik tulis, meliputi beberapa tahapan yaitu mendesain, mencanting dan finishing. Pada setiap tahap membatik, terdapat beberapa variabel yang diamati dan diberi tingkatan skor dengan rentang skor 1-3 pada setiap variabel. Skor yang didapat oleh siswa kemudian diubah kedalam bentuk nilai dengan rumus, skor yang didapat dibagi skor maksimal dikali 100. Kriteria ketuntasan sesuai dengan KKM yang sudah ditetapkan dari seko Tabel 9. Kriteria penskoran pada aspek psikomotor silkus 1 No
Tahap Membatik Variabel
1
Mendesain
Sumber ide
Kriteria skor Skor 3 : Visualisasi motif sesuai dengan sumber ide yang ditentukan Skor 2 : Visualisasi motif kurang sesuai dengan sumber ide yang ditentukan Skor 1 : Visualisasi motif tidak sesuai dengan sumber ide yang ditentukan
Komposisi
Skor 3 : Komposisi motif utama sesuai dengan bidang gambar dan isen-isen sesuai dengan motif utamanya. Skor 2 : Komposisi motif utama sesuai dengan bidang gambar dan isen-isen tidak sesuai dengan bidang gambar / motif utamanya, atau sebaliknya. Skor 1 : Komposisi motif utama dan isen-isen tidak sesuai dengan bidang gambar.
Keluwesan bentuk
Skor 3 : Lengkungan tepat, bentuk luwes tidak kaku (hampir tidak ada garis motif yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
terputus) Skor 2 : Lengkungan kurang tepat, bentuk kurang luwes (ada sebagian yang masih terputus) Skor 1 : Bentuk masih kaku, (hampir semua garis motif putus-putus) Originalitas
Skor 3 : Gagasan dalam visualisasi karya merupakan ide siswa sendiri hasil dari identifikasi stimulasi yang diberikan oleh guru Skor 2 : Gagasan dalam visualisasi karya hampir sama dengan stimulasi namun diberikan tambahan bentuk motif baru Skor 1 : Gagasan dalam visualisasi karya sama persis dengan stimulasi yang diberikan diberikan oleh guru
Penyajian
Skor 3 : Rapi, Sangat bersih dan tanpa bekas hapusan Skor 2 : Kurang rapi, Bekas hapusan tidak banyak namun masih terlihat Skor 1 : Tidak rapi sama sekali, Banyak bekas hapusan pensil dan kotor
2
Mencanting
Ketepatan bentuk
Skor 3 : Hampir semua cantingan tepat pada motif yang sudah digambar Skor 2 : Ada sebagian cantingan yang kurang tepat pada motif yang sudah digambar Skor 1 : Hampir semua cantingan kurang tepat pada motif yang sudah digambar
Keluwesan
Skor 3 : luwes ( hampir tidak ada garis motif yang terputus/ sekali gores )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Skor 2 : kurang luwes (ada sebagian yang masih terputus) Skor 1 : tidak luwes/ kaku ( hampir semua garis motif putus-putus ) Kematangan malam
Skor 3 : hampir semua hasil cantingan tembus Skor 2 : ada sebagian hasil cantingan yang masih belum tembus Skor 1 : hampir semua hasil cantingan tidak tembus
Kebersihan
Skor 3 : Bersih, hampir tidak ada tetesan
Skor 2 : Bersih, namun masih terdapat tetesan) Skor 1 : Masih sangat banyak tetesan malam yang tidak disengaja ( 3
Finishing
Kepekatan warna
Skor 3 : Pekat/ Tajam Skor 2 : Samar-samar (blawus) Skor 1 : Tidak pekat sama sekali
Kerataan warna
Skor 3 : Hasil pencelupan rata pada setiap bagian kain Skor 2 : Hasil pencelupan kurang rata masih ada sedikit bagian yang samar-samar.
Kejelasan motif
Skor 1 : Hasil pencelupan tidak rata, masih banyak bagian yang samar-samar Skor 3 : Bentuk motif ( hasil cantingan ) terlihat jelas, setelah dilorot
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Skor 2 : Bentuk motif ( hasil cantingan ) terlihat samar-samar / masih tertembus zat warna, setelah dilorot Skor 1 : Bentuk motif (hasil cantingan) sebagian besar tidak terlihat, setelah dilorot Kebersihan (setelah dilorod)
Skor 3 : Sangat bersih tanpa bekas malam yang tersisa Skor 2 : Bekas malam masih tersisa sedikit Skor 1 : Masih banyak bekas malam yang tersisa
Praktek membatik (aspek psikomotor) dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Dengan rincian pertemuan pertama untuk mendesain, pertemuan kedua untuk mencanting dan pertemuan ketiga untuk finishing. Setelah dianalisis berdasarkan criteria skor, hasil pengamatan pada aspek psikomotor desain dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pada aspek psikomotor pada desain 67,4 % atau sebanyak 21 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 10 siswa lainnya belum tuntas. Pada tahap mencanting, secara keseluruhan pada 54,8 % atau sebanyak 17 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 14 siswa lainnya belum tuntas. Pada tahap finishing 80,6% atau sebanyak 25 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 6 siswa lainnya belum tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut Tabel. 10. Hasil capaian aspek psikomotor setiap tahap siklus I No Tahapan proses 1. Desain 2. Mencanting
Siswa Tuntas 21 17
commit to user
Prosentase 67,4 % 54,8 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
3.
Finishing
25
80,6 %
Prosentase
100 80 60
Desain
40
Mencanting
20
Finishing
0
Tahap Membatik Gambar 41. Grafik psikomotor siswa dalam proses membatik siklus I
Setelah pengamatan dilakukan pada setiap tahapan proses, selanjutnya nilai dari keseluruhan proses diolah untuk mendapatkan nilai psikomotor, dengan cara mencari rata-rata dari nilai proses. Hasil penilaian aspek psikomotor siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. 11..Hasil pengamatan psikomotor siklus I ANALISIS NILAI PSIKOMOTOR SISWA SIKLUS I Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Standar Kompetensi
:
Kompetensi Dasar
:
: :
SMP Negeri 2 Pracimantoro : VIII A /II Seni Budaya Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 83
83 91
208 258
69,3 86
Ali Mustafa
3
Andri Wiranto
73
66
83
222
74
4
Apriani Firdaus
80
75
91
246
82
5
Ari Wibowo
93
83
91
267
89
6
Arifin
86
91
91
268
89,3
7
Aris Julianto
86
83
91
260
86,6
8
Bayu Dwi Hartanto
86
66
66
218
72,6
9
Dewi Ning Rahayu
80
83
83
246
82
10
Desi Susilowati
80
66
83
229
76,3
11
Endang Safitri
86
83
83
252
84
12
Ervan Chamid
67
58
91
216
72
13
Eva Mayasari
80
75
100
255
85
14
Fria Bintang Listiawati
73
83
75
231
77
15
Herlina Utari
86
66
83
235
78,3
16
Hestin Fitriyani
80
58
66
204
68
17
Jasca Jaya Pratama
80
83
91
254
84,6
18
Khusnul Khotimah
86
83
91
260
86,6
91
83
260
86,6
19
Murni Mutoharoh
86
20
Murtini
80
66
83
229
76,3
21
Nambang Sutopo
80
75
66
221
73,6
22
Neny Lia Ningtiyas
73
83
91
247
82,3
23
Nuri
73
66
91
230
76,6
24
Putri Wardiana Sari
73
83
91
247
82,3
25
Rahmat Prayitno
73
83
83
239
79,6
26
Rahmatika Nur M
73
83
66
222
74
27
Rahmawati
86
83
83
252
84
28
Riana Nariswati
93
91
83
267
89
29
Tri Atmoko
86
66
75
227
75,6
30
Tri Utami
67
58
91
216
72
Yanuar Faturrahman
80
83
83
246
82
31
commit to user
BELUM TUNTAS
NILAI
Anas Stasia
67 86
1 2
TUNTAS
TOTAL
FINISHING
Nama
MENCANTING
No
DESAIN
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Jumlah
2476,5
Rata-rata
79,8
Prosentase
22
9
70,96%
29,04%
Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pada aspek psikomotor 70,9 % atau sebanyak 22 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 9 siswa lainnya belum tuntas. Aspek psikomotor siswa mengalami peningkatan sebanyak 32,2 %. Tabel.12. Hasil analisis aspek psikomotor siklus I No
Aspek Psikomotor Tuntas Belum Tuntas
Prosentase
1 2
Jumlah
Prosentase
22 9
70,96 % 29,04 %
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aspek Psikomotor Siklus I
Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 42. Grafik capaian aspek psikomotor siklus I Berikut contoh hasil karya siswa dari nilai yang tertinggi, sedang, dan rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Gambar 43. Karya Arifin dengan nilai 89 ( Tinggi ). (Dokumentasi : Restu, 2011)
Gambar 44 .Karya Rahmat Prayitno dengan nilai 79 ( Sedang ).(Dokumentasi : Restu, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
Gambar 45. Karya Hestin Fitriyani dengan nilai 68 ( Rendah ). (Dokumentasi : Restu, 2011)
Tabel 13. Prosentase capaian Siklus I Aspek Kognitif Afektif Psikomotor
Siswa Tuntas 18 17 22
Prosentase
No 1. 2. 3.
Prosentase 58,1% 54,8 % 70,9 %
Kognitif Afektif Psikomotor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
Gambar 46 Grafik capaian pada Siklus I Tabel. 14. Perbandingan Pra Siklus dan Siklus I No 1. 2. 3.
Aspek Kognitif Afektif Psikomotor
Pra Siklus 35,4 % 32,2 % 38,7 %
Siklus I 58,1 % 54,8 % 70,9 %
Peningkatan 22,7 % 22,6 % 32,2 %
80 70
Prosentase
60 50 40
Pra Siklus
30
Siklus I
20 10 0 Kognitif
Afektif
Kognitif
Gambar 47. Grafik capaian pada Pra siklus dan Siklus I d. Pengamatan skor kemajuan individual Dalam Slavin ( 2009 : 159 ) Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim siswa berdasarkan tingkat dimana skor kuis siswa ( presentase yang benar ) melampaui skor awal siswa. Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan diberikan pada rekognisi tim didasarkan pada rata-rata skor tim dalam Slavin ( 2009 : 160 ), dalam bukunya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Slavin menerangkan untuk kriteria penghargaan tim dapat dirubah oleh guru sesuai dengan kondisi siswa. Berikut tabel skor kemajuan individual, kriteria penghargaan tim dan tabel kriteria penghargaan tim yang dirubah oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 15, tabel 16 dan tabel 17. Tabel. 15 Skor kemajuan individual Skor Kuis
Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
5
10-1 poin dibawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 point diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30
Kertas jawaban sempurna ( terlepas dari skor awal )
30
Tabel 16. Kriteria penghargaan tim asli dari Robert E. Slavin Kriteria ( Rata-rata Tim )
Penghargaan
15
TIM BAIK
16
TIM SANGAT BAIK
17
TIM SUPER
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Tabel 17. Kriteria penghargaan tim baru Kriteria ( Rata-rata Tim )
Penghargaan
16-20
TIM BAIK
21-25
TIM SANGAT BAIK
26-30
TIM SUPER
Berikut rata-rata skor tim dan penghargaan tim siswa bedasarkan poin yang setiap siswa peroleh berdasarkan nilai pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor pada siklus I. Tabel 18. Rata-rata skor dan penghargaan tim pada siklus I Aspek Kognitif Rata Penghargaan -rata Skor 20 BAIK
Aspek Afektif Penghargaan
Aspek Psikomotor RataPenghargaan rata Skor 19 BAIK
NO
KELOMPOK
1.
A
2.
B
20
BAIK
20
BAIK
26
SUPER TIM
3.
C
14
-
18
BAIK
26
SUPER TIM
4.
D
22
SANGAT
16
BAIK
22
SANGAT
Ratarata Skor 22
SANGAT BAIK
BAIK
BAIK
5.
E
17
BAIK
20
BAIK
26
SUPER TIM
6.
F
15,8
BAIK
20
BAIK
20
BAIK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
4. Refleksi Siklus Setelah dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi pada pertemuan 1, 2, 3 dan 4. maka penulis segera melakukan refleksi bersama guru. Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis nilai hasil tugas siswa dan proses pembelajaran siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa dan guru. Adapun hasilnya sebagai berikut : Keberhasilan tindakan, yaitu : 1) Pada aspek afektif meningkat 22,6% dari obervasi awal menjadi 54,8 %, dalam pembelajaran siswa lebih aktif, suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan menciptakan interaksi positif antar anggota kelompok, 2) Pada aspek psikomotor dilihat dari nilai jadi psikomotor, meningkat 32,2% menjadi 70,9%, Pada tahap desain capaian ketuntasan pada siklus I mencapai 67,4%, tahap mencanting 54,8%, peningkatan proses yang paling berhasil terlihat pada tahap finishing yaitu 80,6%. 3) Pada aspek kognitif, mengalami peningkatan sebanyak 22,7 %, dengan rata-rata nilai kelas. Kekurangan tindakan, yaitu : 1) Kerjasama dan kekompakaan beberapa siswa dalam tim belum terbangun dengan baik, masih ada beberapa siswa yang masih individual dan mementingkan kepentingan pribadinya. Guru menegaskan kembali bahwa pada akhir pembelajaran akan diberi rekognisi tim berupa penghargaan terhadap tim mereka. 2) Dari hasil karya siswa, belum muncul corak batik nusantara, dalam hal ini yang dimaksud adalah motif-motif sederhana batik tradisional jawa, yang sudah dikenalkan pada siswa, sehingga pada tindakan perbaikan, perlu ditegaskan kembali tentang corak batik nusantara, dan memberi contoh gambar maupun contoh benda nyata sebagai stimulasi. 3) Pada aspek kognitif capaian ketuntasan memang mengalami peningkatan namun nilai rata-rata kelas masih dibaw
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman proses pada materi seni batik, meskipun pada siklus I belum mencapai target, yaitu 75%. Untuk itu perlu diadakan perbaikan lagi dengan Siklus berikutnya. C. Deskripsi Siklus II Pelaksanaan Tindakan siklus II dikaitkan pada hasil yang telah dicapai pada pembelajaran siklus I sebagai usaha perbaikan. Secara garis besar, tahap-tahap pada siklus II sama dengan tahap-tahap pada siklus I, hanya pada siklus ini lebih diarahkan pada perbaikan sesuai kekurangan pada siklus I. Adapun kekurangan pada siklus I antara lain, yaitu : 1) Kerjasama dan kekompakaan beberapa siswa dalam tim belum terbangun dengan baik, masih ada beberapa siswa yang masih individual dan mementingkan kepentingan pribadinya. Guru menegaskan kembali bahwa pada akhir pembelajaran akan diberi rekognisi tim berupa penghargaan terhadap tim mereka. 2) Dari hasil karya siswa, belum muncul corak batik nusantara, sehingga pada tindakan perbaikan, perlu ditegaskan kembali tentang corak batik daerah setempat, dan memberi contoh gambar maupun contoh benda nyata sebagai stimulasi. 3) Pada aspek kognitif capaian ketuntasan memang mengalami peningkatan namun nilai rata-rata
1.
Perencanaan Tindakan Siklus II Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 23
April 2011 di rumah Ibu Subarni S.Pd, selaku guru mata pelajaran Seni Budaya Dari hasil refleksi siklus I, penulis dan guru kemudian mendiskusikan rencana tindakan untuk siklus ke II. Kemudian dari hasil diskusi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan, dan dimulai pada hari Senin, 9 Mei 2011. Tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
a. Tujuan dari pemberian tindakan siklus II adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses siswa, pada materi seni kriya tekstil dengan tehnik dan corak senirupa daerah setempat. Menekankan kembali kepada siswa untuk memanfaatkan motif batik tradisional pada desain yang akan dibuat. b. Memberikan informasi kepada siswa tentang macam-macam corak batik tradisional dan makna filosofis pada beberapa corak batik. c. Materi pembelajaran praktik pada siklus II adalah membuat batik tulis dengan teknik pewarnaan colet. Diharapkan dengan teknik pewarnaan colet siswa lebih tertarik dan lebih kreatif memadupandankan warna, karena dengan teknik ini siswa dapat menggunakan dan menciptakan lebih dari satu warna sesuai dengan keinginan mereka. d. Memberikan penjelasan tentang pewarnaan dengan teknik colet, dan menciptakan warna sekunder dari warna primer. e. Membentuk kelompok menurut jenis kelamin dan tingkat kinerja pada pembelajaran Siklus I. Pembagian kelompok dapat dilihat pada tabel 19 f. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama adalah pengulangan materi proses membatik secara singkat, dan memberikan materi berupa macam-macam corak batik dan maknanya, dilanjutkan dengan praktik membuat desain batik pada kertas. Pada pertemuan kedua adalah praktik nyorek (memindahkan desain pada kain) dan nyanting ( menuliskan malam pada desain dengan canthing ). Pada pertemuan ketiga adalah praktik finishing meliputi nyolet (mewarna dengan kuas) dan nglorod ( menghilangkan malam ). Pada pertemuan keempat adalah pembahasan karya dan pelaksanaan test tertulis. g. Menyiapkan Stimulasi berupa benda nyata dan contoh gambar corak batik yang lebih menarik. Tabel 19. Pembagian kelompok pada Siklus 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
A
KELOMPOK C D
B
E
F
No 1.
Murni M
Ervan Chamid
Tri Utami
Yanuar F.
Nambang S.
Bayu Dwi H.
2.
Desi Susilowati
Endang Safitri
Dewi Ning R.
Neny Lia N.
Ari Wibowo
Rahmatika N
3.
Fria Bintang L.
Jasca Jaya P.
Herlina Utari
Hestin Fitriani
Nuri
Aris Julianto
4.
Apriani Firdaus
Eva Mayasari
Arifin
Andri Wiranto
Putri Wardiana
Murtini
5.
Ali Mustafa
Riana N.
Rahmat P.
Khusnul K.
Rahmawati
Anas Stasia
6.
Tri Atmoko
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, yakni pada hari Senin 9 Mei 2011, Senin 16 Mei 2011, Senin 23 Mei 2011 dan Senin 30 Mei 2011. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. a. Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Mei 2011. Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah disusun pada saat perencanaan tindakan. Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi mengenai proses membatik. Dalam apersepsi tersebut guru menanyakan kepada siswa, bagaimana pengalaman siswa setelah praktik membatik pada siklus I. Ada beberapa siswa yang mengemukakan pendapatnya, ada pula yang mengemukakan kesulitan yang dialami selama proses membatik. Kemudian guru menanggapi pendapat siswa dan memberikan sedikit penjelasan. Seusai memberikan apersepsi, guru memberitahukan kepada siswa bahwa akan diadakan kembali praktek membatik. Pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division), namun dengan kelompok baru yang dibentuk oleh guru. Guru membagi siswa dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
kelompok yang sudah dibentuk pada saat perencanaan, dan siswa diminta untuk duduk sesuai kelompok masing-masing. Setelah siswa siap menerima materi, guru memulai presentasi. Presentasi pada siklus II tidak seperti pada siklus I. Pada siklus II, materi proses membatik dijelaskan secara singkat, dan lebih menekankan pada materi macam-macam corak batik dan maknanya. Guru memberikan stimulasi kepada siswa berupa benda nyata dan contoh gambar corak batik. Menekankan kembali kepada siswa untuk memanfaatkan motif batik tradisional pada karya yang akan dibuat. Presentasi berlangsung kurang lebih ± 20 menit.
Gambar 48. Guru berpresentasi dan menampilkan Stimulasi berupa benda nyata dan contoh gambar corak batik (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011).
Setelah mempresentasikan materi, guru mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada hal yang kurang dimengerti dan menyampaikan tanggapannya mengenai materi yang sudah disampaikan. Pada pertemuan siklus II ini siswa terlihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
lebih antusias dan berani bertanya maupun memberikan tanggapannya secara lisan dibandingkan dengan siklus I. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit.
Gambar 49. Siswa lebih antusias dan berani bertanya maupun memberikan tanggapan (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Setelah menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat siswa guru langsung menjalankan skenario berikutnya yaitu memberikan tugas membuat desain batik dengan memanfaatkan motif tradisional. Setiap kelompok diberikan stimulus berupa contoh-contoh motif batik tradisional. Siswa diberikan kebebasan untuk menentukan motif yang akan digunakan dalam kelompoknya, alokasi waktu selama ± 35 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Gambar 50. Siswa membuat desain pada siklus II(Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Setelah waktu pengerjaan tugas habis, guru meminta siswa untuk segera mengumpulkan hasil desain batik. Kemudian, setelah semua siswa mengumpulkan, guru menanyakan kesulitan apa yang dialami siswa dalam membuat desain batik dengan memanfaatkan motif tradisional. Seusai memberikan tanggapan, guru menyimpulkan materi pembelajaran pada pertemuan 1 siklus II, kemudian dilanjutkan menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Kegiatan ini berlangsung selama ± 15 menit. b.
Pertemuan 2 Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Mei 2011. Pada
pertemuan ke 2, Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi, dalam apersepsi tersebut guru menanyakan pengalaman siswa membuat desain batik dan kesiapan siswa untuk melaksanakan proses membatik selanjutnya. Kegiatan inti dalam pertemuan ke 2 adalah praktek nyorek dan mencanting. Praktek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
nyorek dilaksanakan didalam kelas, dengan alokasi waktu selama ± 25 menit. Selama kegiatan berlangsung penulis, guru pengampu, dan seorang kolaborator mendampingi siswa, mengarahkan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Gambar 51.. Proses nyorek.pada siklus II (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Setelah kegiatan nyorek selesai, dilanjutkan dengan proses mencanting yang dilaksanakan di luar kelas. Siswa dipersilahkan mencari tempat yang nyaman dan mengatur tempat duduk pada kelompok masing-masing, agar dapat menggunakan kompor dan wajan bersama-sama. Sebelum siswa praktek mencanting pada kain, siswa dipersilahkan untuk melatih keluwesan tangan pada kertas terlebih dahulu, kegiatan mencanting berlangsung ± 60 menit. Selama kegiatan berlangsung penulis, guru pengampu, dan seorang kolaborator mendampingi siswa, mengarahkan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
Gambar 52. Proses mencanting pada siklus II (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Seusai mengumpulkan hasil cantingan, guru menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan 1 dengan alokasi ± 5 menit, kemudian dilanjutkan menutup proses pembelajaran dengan salam.
c.
Pertemuan ke 3 Pertemuan ke 3 dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 Mei 2011. Kegiatan
inti pada pertemuan ketiga adalah mewarna dan nglorod. Pewarnaan pada siklus ini menggunakan teknik colet dengan bahan pewarna remasol. Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi, dalam apersepsi tersebut guru menanyakan apasiswa pernah mendengar tentang teknik colet, dan seberapa jauh siswa mengetahui tentang teknik colet. Ada beberapa siswa yang menjawab, namun jawaban dari siswa masih kurang tepat, dan guru menjelaskan secara singkat tentang teknik colet, yang akan diperjelas pada presentasi. Kegiatan apersepsi berlangsung ± 5 menit. Kegiatan selanjutnya adalah presentasi guru tentang teknik colet, serta cara menciptakan warna dan ketepatan membuat larutan. Guru menampilkan beberapa contoh kain yang pewarnaannya menggunakan teknik colet. Sebelum guru melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
presentasi, Setiap kelompok diberi lembaran petunjuk/ prosedur pewarnaan dengan teknik colet, untuk disimak selama guru presentasi. Presentasi berlangsung ± 20 menit.
Gambar 53. Guru presentasi tentang teknik colet, cara menciptakan warna dan menampilkan hasil contoh kain dengan teknik colet.(Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Gambar 54. Guru mendemonstrasikan pembuatan larutan remasol dan cara pewarnaan dengan teknik colet (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Selanjutnya siswa dipersilahkan untuk bekerja sama membuat larutan remasol, dan memulai pewarnaan dengan teknik colet. Setiap kelompok diberikan bahan berupa 3 warna primer (merah, biru, kuning) masing-masing 10 gram, ¼ kg water glass dan 1 liter air. Alat berupa, 8 gelas plastik untuk melarutkan. Kuas dan kertas koran untuk alas, siswa sudah membawa sendiri-sendiri dari rumah. Siswa lebih aktif, bekerja sama membuat larutan remasol dan menciptakan warna-warna sekunder.
Gambar 55 Siswa membuat larutan remasol dan menciptakan warna sekunder (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
Setelah larutan remasol siap digunakan, siswa mulai pewarnaan dengan teknik colet. Siswa terlihat sangat menikmati proses pewarnaan, terkadang bertanya pendapat teman dalam satu kelompok, warna yang akan digunakan. Setelah kain selesai diwarna, kain dijemur didepan kelas, karena cuaca yang panas tidak ada 10 menit kain sudah kering. Kain yang sudah kering, dilapisi dengan water glass agar warna tidak luntur (terkunci). Kain yang diwater glass harus didiamkan selama semalam, kain yang sudah dilapisi water glass ditiriskan pada tali yang sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
disiapkan didalam kelas (bagian belakang), yang selanjutnya akan dicuci siswa pada esok harinya, sebelum memasuki pelajaran jam pertama. Proses ini berlangsung selama ± 55 menit. Setelah melakukan diskusi dengan siswa dan guru pengampu, diputuskan proses nglorod dilakukan di rumah masing-masing.
Gambar 56. Proses pewarnaan dengan teknik colet (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
Gambar 57. Penjemuran kain yang sudah diwarnai dengan teknik colet (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Gambar 58. Proses pelapisan water glass pada kain yang sudah diwarnai dengan teknik colet (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
d. Pertemuan ke 4 Pertemuan ke 4 dilaksanakan pada hari senin tanggal 30 Mei 2011. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga adalah tes tertulis. Pembukaan pelajaran dimulai dengan guru (penulis) memberikan apersepsi, dalam apersepsi tersebut guru menanyakan pengalaman siswa ketika praktek membuat batik tulis dengan pewarnaan teknik colet, dan meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kain yang sudah dilorod, selain itu guru juga menanyakan kesiapan siswa menghadapi test tertulis Kegiatan berlangsung ± 10 menit. Selanjutnya guru memberikan arahan dan aturan dalam mengerjakan tes tertulis dan memberikan lembar soal. Siswa diberikan waktu untuk mengerjakan selama 45 menit. Persiapan tes tertulis dan pelaksanaannya berlangsung ± 55 menit.
Gambar 59. Siswa mengerjakan tes tertulis (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
Setelah selesai lembar jawab dikumpulkan, dan sisa waktu dipergunakan guru untuk pembahasan karya. Selain itu guru memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya atau mengutarakan pendapatnya. Kegiatan ini berlangsung ± 20 menit. Dilanjutkan dengan penutupan pelajaran ± 5 menit.
Gambar 60. Pembahasan karya dan tanyajawab pada akhir pembelajaran (Dokumentasi : Devi Ariyanti, 2011) 3. Observasi / Pengamatan Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan perbaikan di kelas berlangsung. Pengamatan tidak jauh berbeda dengan Siklus I. Lembar pengamatan berupa daftar chek list dengan kriteria-kriterian dan tingkatan skor yang sudah ditentukan untuk aspek afektif dan psikomotor, sedangkan untuk aspek kognitif penilaian berdasarkan tes tertulis yang susah ditentukan skor pada setiap nomor soalnya. Pengamatan dilakukan oleh Guru pengampu (Ibu Subarni, S.Pd),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
Penulis, dan seorang kolaborator ( Devi Ariyanti ), masing-masing mengamati dua kelompok. a. Pengamatan aspek kognitif Pengamatan kognitif dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis, pada pertemuan ke empat setelah siswa melaksanakan praktek membatik. Tes tertulis untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang proses membatik. Terdapat 5 soal isian yang bersangkutan dengan proses membatik, yang setiap nomor soal mempunyai bobot berbeda-beda. Tabel 20. Hasil tes kognitif siklus II LEMBAR NILAI TES KOGNITIF SISWA SIKLUS II
Hari/ Tanggal Pertemuan No
: : Nama
Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni daerah setempat Senin, 30 Mei 2011 4 Siklus II
1 2
Ali Mustafa Anas Stasia
80 95
3
Andri Wiranto
90
4
Apriani Firdaus
65
5
Ari Wibowo
90
6
Arifin
80
7
Aris Julianto
90
8
Bayu Dwi Hartanto
80
9
Dewi Ning Rahayu Desi Susilowati
80
10
65
commit to user
BELUM TUNTAS
:
TUNTAS
:
: VIII A /II : Seni Budaya Mengekspresikan diri melalui karya seni
NILAI
Nama Sekolah Mata pelajaran Standar Kompetensi rupa Kompetensi Dasar
rupa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
11
Endang Safitri
80
12
Ervan Chamid
75
13
Eva Mayasari
70
14
Fria Bintang Listiawati
80
15
Herlina Utari
80
16
Hestin Fitriyani
80
17
Jasca Jaya Pratama
95
18
Khusnul Khotimah
90
19
Murni Mutoharoh
80
20
Murtini
80
21
Nambang Sutopo
80
22
Neny Lia Ningtiyas
80
23
Nuri
80
24
Putri Wardiana Sari
80
25
Rahmat Prayitno
75
26
Rahmatika Nur M
85
27
Rahmawati
90
28
Riana Nariswati
65
29
Tri Atmoko
80
30
Tri Utami
85
31
Yanuar Faturrahman JUMLAH
80 2505
RATA-RATA
80,8
PROSENTASE
commit to user
25
6
80,7%
19,3%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
Dari data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pada aspek kognitif 80,7 % atau sebanyak 25 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Aspek kognitif siswa mengalami peningkatan sebanyak 22,6 %.
b. Pengamatan aspek afektif Pada pengamatan aspek afektif, terdapat 5 variabel yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang disampaikan, dan keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi, bekerjasama, bertanya dan menjawab/ mengemukakan pendapat. Setiap variabel, diberi tingkatan skor dengan rentang skor 1-3. Skor yang didapat oleh siswa kemudian diubah kedalam bentuk nilai dengan rumus, skor yang didapat dibagi skor maksimal dikali 100. Kriteria ketuntasan sesuai dengan KKM yang sudah
Tabel 21. Kriteria penskoran pada aspek afektif. No 1
Variabel Kehadiran
Kriteria Skor Skor 3 : Hadir 4 kali pertemuan dalam 1 siklus Skor 2 : Hadir 2-3 kali pertemuan dalam 1 siklus Skor 1 : Hadir 1 kali pertemuan dalam 1 siklus
2
Memperhatikan
Skor 3 : Memperhatikan dengan seksama dan serius (minimal 3 dari 4 pertemuan ) Skor 2 : Memperhatikan, namun kurang serius (kadangkadang/ 2 dari 4 pertemuan ) Skor 1 : Tidak memperhatikan sama sekali
3
Bekerjasama
Skor 3 : Bekerja sama dengan baik selama proses pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
Skor 2 : Kadang-kadang Skor 1 : Tidak bekerja sama, sama sekali 4
Bertanya
Skor 3 Skor 2 : Kadang-kadang (1- 3 kali dalam 1 siklus) Skor 1 : tidak bertanya sama sekali
5
Menjawab/ mengemukakan pendapat
Skor 3 Skor 2 : Kadang-kadang (1- 3 kali) Skor 1 : tidak bertanya sama sekali
Pengamatan aspek afektif dilakukan pada setiap pertemuan kemudian dianalisis dalam satu siklus/ 4 pertemuan. Dari data yang diperoleh pada setiap pertemuan kemudian dianalisis pada akhir siklus. Dari data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pada aspek afektif siswa mengalami peningkatan sebanyak 22,6 % dari siklus I yaitu menjadi 77,4% atau sebanyak 24 siswa dari 31 siswa. Sedangkan 7 siswa dari 31 siswa lainnya atau 22,6% belum tuntas.
Tabel 22. Hasil analilis aspek afektif silkus II No 1 2
Aspek Afektif Tuntas Belum Tuntas
Jumlah 24 7
commit to user
Prosentase 77,4 % 22,6 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
Prosentase
100 80 60 Aspek Afektif Siklus II
40 20 0 Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 61.. Grafik capaian aspek afektif siklus II c. Pengamatan aspek psikomotor Pengamatan aspek psikomotor adalah pengamatan keterampilan siswa pada saat proses membuat batik tulis, meliputi beberapa tahapan yaitu mendesain, mencanting dan finishing. Pada setiap tahap membatik, terdapat beberapa variabel yang diamati dan diberi tingkatan skor dengan rentang skor 1-3 pada setiap variabel. Skor yang didapat oleh siswa kemudian diubah kedalam bentuk nilai dengan rumus, skor yang didapat dibagi skor maksimal dikali 100. Kriteria ketuntasan sesuai dengan KKM yang sudah ditetapkan dari seko
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
Tabel 23. Kriteria penskoran pada aspek psikomotor silkus II No
Tahap Membatik Variabel
1
Mendesain
Sumber ide
Kriteria skor Skor 3 : Visualisasi desain dikombinasikan dengan motif tradisional ( jelas/dominan ) Skor 2 : Visualisasi desain dikombinasikan dengan motif tradisional (kurang jelas/ kurang terlihat/ kurang dominan ) Skor 1 : Visualisasi desain tidak dikombinasikan dengan motif tradisional
Komposisi
Skor 3 : Komposisi motif dan pemanfaatan motif tradisional sesuai dengan bidang gambar. Skor 2 : Komposisi motif dan pemanfaatan motif tradisional kurang sesuai dengan bidang gambar. atau sebaliknya. Skor 1 : Komposisi motif dan pemanfaatan motif tradisional sama sekali tidak sesuai dengan bidang gambar.
Keluwesan bentuk
Skor 3 : Lengkungan tepat, bentuk luwes tidak kaku (hampir tidak ada garis motif yang terputus) Skor 2 : Lengkungan kurang tepat, bentuk kurang luwes (ada sebagian yang masih terputus) Skor 1 : Bentuk masih kaku, (hampir semua garis motif putus-putus)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
Originalitas
Skor 3 : Gagasan dalam visualisasi karya merupakan ide siswa sendiri hasil dari identifikasi stimulasi yang diberikan oleh guru Skor 2 : Gagasan dalam visualisasi karya hampir sama dengan stimulasi namun diberikan tambahan bentuk motif baru Skor 1 : Gagasan dalam visualisasi karya sama persis dengan stimulasi yang diberikan diberikan oleh guru
Penyajian
Skor 3 : Rapi, Sangat bersih dan tanpa bekas hapusan Skor 2 : Kurang rapi, Bekas hapusan tidak banyak namun masih terlihat Skor 1 : Tidak rapi sama sekali, Banyak bekas hapusan pensil dan kotor
2
Mencanting
Ketepatan bentuk
Skor 3 : Hampir semua cantingan tepat pada motif yang sudah digambar Skor 2 : Ada sebagian cantingan yang kurang tepat pada motif yang sudah digambar Skor 1 : Hampir semua cantingan kurang tepat pada motif yang sudah digambar
Keluwesan
Skor 3 : luwes ( hampir tidak ada garis motif yang terputus/ sekali gores ) Skor 2 : kurang luwes (ada sebagian yang masih terputus) Skor 1 : tidak luwes/ kaku ( hampir semua garis motif putus-putus )
Kematangan malam
Skor 3 : hampir semua hasil cantingan tembus Skor 2 : ada sebagian hasil cantingan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
masih belum tembus Skor 1 : hampir semua hasil cantingan tidak tembus Kebersihan
Skor 3 : Bersih, hampir tidak ada tetesan
Skor 2 : Bersih, namun masih terdapat tetesan) Skor 1 : Masih sangat banyak tetesan malam
3
Finishing
Kepekatan warna
Skor 3 : Pekat/ Tajam Skor 2 : Samar-samar (blawus) Skor 1 : Tidak pekat sama sekali
Kerataan warna
Skor 3 : Hasil coletan rata pada setiap bagian kain Skor 2 : Hasil coletan kurang rata masih ada sedikit bagian yang samar-samar.
Kerapian pewarnaan
Skor 1 : Hasil coletan tidak rata, masih banyak bagian yang samar-samar Skor 3 : Setiap warna pada bidang rapi tidak tembus pada bidang-bidang lain (kecuali kalau disengaja dibuat gradasi) Skor 2 : Setiap warna pada bidang kurang rapi, masih ada bagian yang tembus pada bidang lain (tanpa disengaja) Skor 1 : Setiap warna pada bidang sama sekali tidak rapi, masih tembus pada bidangbidang lain (tanpa disengaja)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
Kebersihan pelorotan
Skor 3 : Sangat bersih tanpa bekas malam yang tersisa Skor 2 : Bekas malam masih tersisa sedikit Skor 1 : Masih banyak bekas malam yang tersisa
Praktek membatik (aspek psikomotor) dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Dengan rincian pertemuan pertama untuk mendesain, pertemuan kedua untuk mencanting
dan pertemuan ketiga untuk finishing. Hasil pengamatan aspek
psikomotor siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Praktek membatik (aspek psikomotor) dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Dengan rincian pertemuan pertama untuk mendesain, pertemuan kedua untuk mencanting dan pertemuan ketiga untuk finishing. Setelah dianalisis berdasarkan kriteria skor, hasil pengamatan pada aspek psikomotor dapat diketahui bahwa secara keseluruhan sebagai berikut 1) Pada tahap desain 87,1 % atau sebanyak 27 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 4 siswa lainnya belum tuntas. 2) Pada tahap mencanting, 77,4 % atau sebanyak 24 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 7 siswa lainnya belum tuntas. 3) Pada tahap finishing 83,8 % atau sebanyak 26 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 5 siswa lainnya belum tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
Tabel 24. Hasil capaian aspek psikomotor setiap tahap siklus II No Tahapan proses 1. Desain 2. Mencanting 3. Finishing
Siswa Tuntas 27 24 26
Prosentase 87,1% 77,4 % 83,8%
Prosentase
90 85 Desain
80
Mencanting
75
Finishing
70
Tahap Membatik Gambar 62. Grafik psikomotor siswa dalam proses membatik siklus II
Setelah pengamatan dilakukan pada setiap tahapan proses, selanjutnya nilai dari keseluruhan proses diolah untuk mendapatkan nilai psikomotor, dengan cara mencari rata-rata dari nilai proses. Hasil penilaian aspek psikomotor siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. 25..Hasil pengamatan psikomotor siklus II ANALISIS NILAI PSIKOMOTOR SISWA SIKLUS II Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Standar Kompetensi
:
Kompetensi Dasar
:
: :
SMP Negeri 2 Pracimantoro : VIII A /II Seni Budaya Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa Membuat karya seni kriya tekstil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
3
3756
Andri Wiranto
4
3658
Apriani Firdaus
5
3758
Ari Wibowo
6
3659
Arifin
7
3759
Aris Julianto
8
3660
Bayu Dwi Hartanto
9 10 11
3662 3695 3664
Dewi Ning Rahayu Desi Susilowati Endang Safitri
12
3669
Ervan Chamid
13
3665
Eva Mayasari
14
3668
Fria Bintang Listiawati
15
3702
Herlina Utari
16
3767
Hestin Fitriyani
17
3801
Jasca Jaya Pratama
18
3670
Khusnul Khotimah
19
3674
Murni Mutoharoh
20
3708
Murtini
21
3709
Nambang Sutopo
22
3675
Neny Lia Ningtiyas
23
3677
Nuri
24
3807
Putri Wardiana Sari
25
3681
Rahmat Prayitno
26
3808
Rahmatika Nur M
27
3682
Rahmawati
28
3774
Riana Nariswati
29
3684
Tri Atmoko
30
3685
Tri Utami
86 93 80 80 93 93 93 93 86 86 86 73 73 93 93 80 86 86 93 73 93 86 86 73 86 80 86 80 93 80
83 83 83 58 83 91 91 83 91 83 91 50 75 83 83 66 83 83 83 91 83 75 91 83 83 75 83 66 91 83
83 83 83 83 83 91 83 83 75 83 83 66 83 83 91 83 91 83 83 91 91 83 91 83 75 75 83 66 83 83
commit to user
252 259 246 221 259 275 267 259 252
252 260 189 231 259 267 229 260 252 259 255 267 244 268 239 244 230 252 212 267 246
84 86,33 82 73,66 86,33 91,66 89 86,66 84 84 86,66 63 77 86,33 89 76,33 86,66 84 86,33 85 89 81,33 89,33 79,66 81,33 76,66 84 70,66 89 82
rupa
BELUM TUNTAS
Ali Mustafa Anas Stasia
TUNTAS
3755 3723
corak seni
NILAI
1 2
TOTAL
Nama
FINISHING
NIS
MENCANTING
No
DESAIN
dengan teknik dan daerah setempat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
3751
80
Yanuar Faturrahman JUMLAH
83
246
83
RATA-RATA
82 2572,2 82,9
PROSENTASE
28
3
90,3%
9,7%
Dari data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pada aspek psikomotor 90,3 % atau sebanyak 28 siswa dari 31 siswa, sudah tuntas. Sedangkan 3 siswa lainnya belum tuntas. Aspek psikomotor siswa mengalami peningkatan sebanyak 19,4 %. Tabel 26. Hasil analisis aspek psikomotor siklus II No 1 2
Aspek Psikomotor Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
Prosentase
22 9
70,96 % 29,04 %
80 70 Prosentase
31
60 50 40
Aspek Psikomotor Siklus II
30 20 10 0 Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 63. Grafik capaian aspek psikomotor siklus II Berikut contoh hasil karya siswa dari nilai yang tertinggi, sedang, dan rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
Gambar 64. Karya Arifin dengan nilai 91,6 ( Tinggi ). (Dokumentasi : Restu, 2011)
Gambar 65. Karya Putri Wardiana S. dengan nilai 79,6 ( Sedang ). (Dokumentasi : Restu, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
Gambar 66. Karya Erva Chamid dengan nilai 63 ( Rendah ). (Dokumentasi : Restu, 2011)
Tabel 27. Prosentase capaian Siklus II No 1. 2. 3.
Aspek Kognitif Afektif Psikomotor
Siswa Tuntas 25 24 26
commit to user
Prosentase 80,7 % 77,4 % 83,3 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
Gambar 67. Grafik capaian pada Siklus II Tabel. 28 Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan siklus II No
Aspek
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Peningkatan Pra Siklus - Siklus II
1. 2. 3.
Kognitif Afektif Psikomotor
35,4 % 32,2 % 29 %
58,1 % 54,8 % 70,9 %
80,7 % 77,4 % 83,3 %
45,3 % 45,2 % 54,3 %
90 80
Prosentase
70 60 50
Pra Siklus
40
Siklus I
30
Siklus II
20 10 0 Afektif
Psikomotor
Kognitif
Gambar 68 . Grafik capaian pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Berikut rata-rata skor tim dan penghargaan tim siswa bedasarkan poin yang setiap siswa peroleh berdasarkan nilai pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor pada siklus II. Tabel 29. Rata-rata skor dan penghargaan tim pada siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
NO
KELOMPOK
1.
A
2.
B
Aspek Kognitif Rata Penghargaan -rata Skor 20 BAIK 22
SANGAT
Ratarata Skor 20
Aspek Afektif Penghargaan
BAIK
Aspek Psikomotor RataPenghargaan rata Skor 20 BAIK
24
SANGAT BAIK
13
-
20
BAIK
20
BAIK
BAIK 3.
C
22
SANGAT BAIK
4.
D
26
SUPER
22
SANGAT BAIK
18
BAIK
5.
E
20
BAIK
20
BAIK
20
BAIK
6.
F
23,3
SANGAT
20
BAIK
23,3
SANGAT
BAIK
BAIK
4. Refleksi Siklus II Setelah dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan juga observasi pada siklus ke II ini, maka penulis kembali melakukan refleksi bersama guru. Refleksi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tindakan pada setiap siklus yang sudah dilakukan dengan cara menganalisis nilai hasil tugas siswa dan proses pembelajaran siswa, dan hasil observasi. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman proses pada materi seni batik, pada siklus II sudah melebihi target indikator, yaitu 75%. Keberhasilan tindakan, yaitu : 1) Pada aspek afektif siswa tuntas meningkat 45,2 % dari Pra siklus, Siklus I dan Siklus II. menjadi 77,4 % atau 24 siswa, pembelajaran berjalan menyenangkan, siswa lebih aktif, dan tercipta interaksi positif antar anggota kelompok, 2) Pada aspek kognitif, mengalami peningkatan sebanyak 45,3 % menjadi 80,7%, dengan rata-rata nilai kelas diatas nilai Kriteria Ketuntasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
Minimal. 3) Pada aspek psikomotor dilihat dari nilai jadi psikomotor, meningkat 54,3 % menjadi 83,3 %. D. PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan selama observasi awal, siklus I, dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan baik pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor dalam pembelajaran mata pelajaran seni budaya, materi membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat. Tabel 30.. Data Perbandingan capaian Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II. No
Aspek
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Peningkatan Pra Siklus - Siklus II
1. 2. 3.
Kognitif Afektif Psikomotor
35,4 % 32,2 % 29 %
58,1 % 54,8 % 70,9 %
80,7 % 77,4 % 83,3 %
45,3 % 45,2 % 54,3 %
Berikut ini adalah grafik perbandingan capaian hasil ketuntasan siswa dari aspek afektif, kognitif dan psikomotor pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
90 80
Prosentase
70 60 50
Pra Siklus
40
Siklus I
30
Siklus II
20 10 0 Kognitif
Afektif
Psikomotor
Gambar 69 . Grafik perbandingan pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II Tabel dan grafik di atas menunjukkan peningkatan atau keberhasilan capaian aspek berikut: Aspek kognitif, siswa mampu memahami dengan baik pengetahuan tentang batik dan proses pembuatan batik tulis. Aspek penilaiannya adalah siswa mampu menjelaskan dengan baik pengetahuan tentang batik dan proses pembuatan batik tulis pada tes tertulis, setelah melakukan proses pembelajaran praktek membatik. Capaian pada aspek kognitif pada observasi awal 35,4%, menjadi 58,1% pada siklus I dan meningkat menjadi 80,7 % atau 25 siswa dari 31 siswa pada siklus II. Hasil ini sudah melebihi target indikator yaitu minimal 75 %. Sebelum diberikan tindakan hanya 11
siswa atau 64,6% belum tuntas dengan nilai yang masih dibawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran Seni Budaya seni, yaitu < 76. Aspek
afektif,
Sikap
dan
keaktifan
siswa
dalam
mengungkapkan
tanggapannya, mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi batik, bekerjasama dalam satu kelompoknya mengidentifikasi tentang motif, warna, bahan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
dan proses pembuatan batik tulis (desain, nyanting, finishing), serta kehadiran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Capaian pada aspek afektif pada observasi awal 32,2%, menjadi 54,8% pada siklus I dan meningkat menjadi 77,4% pada siklus II. Hasil ini sudah melebihi target indikator yaitu minimal 75 %. Aspek psikomotor, Siswa menunjukkan kemampuan proses pembuatan batik tulis dengan baik mulai dari tahap desain, tahap mencanting, sampai pada tahap finishing. Capaian pada aspek psikomotor pada observasi awal 29%, menjadi 70,9 % pada siklus I dan meningkat menjadi 83,3% pada siklus II. Hasil analisis ini juga didukung dengan pernyataan guru mata pelajaran seni budaya SMP Negeri 2 Pracimantoro yang berkolaborasi dengan peneliti, bahwa antusias belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD ( Student Team Achievement Division ) pada materi batik, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu meningkatnya pemahaman materi batik dan kemampuan siswa pada proses membatik. Berdasarkan hasil pengamatan selama dua siklus proses pembelajaran terjadi peningkatan afektifitas siswa, siswa lebih berani bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya serta terlihat lebih serius dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dari aspek psikomotor kemampuan siswa semakin terampil, pada siklus II siswa sudah tidak ragu dan terlihat percaya diri dalam membuat pola batik dengan kriteria yang ditentukan oleh guru. Pada tahap mencanting sebagian siswa sudah terlihat tidak kaku menggoreskan canthing pada pola di kain, Pada tahap finishing siswa berusaha mewarna kain dengan sebaik mungkin. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas VIII A yang bernama Anastasia, menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD ( Student Team Achievement Division ) pada materi batik, materi lebih mudah dipahami dan praktek membatik terasa menyenangkan karena setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkreasi menciptakan pola maupun menciptakan paduan warna yang diinginkan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
Sementara itu rincian pelaksanaan pembelajaran seni budaya pada materi membuat karya seni kriya tekstil dengan
teknik dan corak seni
rupa terapan
Nusantara, di kelas VIII A dapat dilihat pada tabel perbandingan kondisi awal, siklus I, dan siklus II berikut ini. Tabel 31. Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Aspek Perbedaan Jumlah Pertemuan Tanggal
Materi
Sub Materi
Praktek
Metode/ Tindakan Guru
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
3 kali
4 kali
4 kali
14 Februari 2011 21 Februari 2011 28 Februari 2011
21 Maret 2011 26 Maret 2011 4 April 2011 18 April 2011 Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat Pengertian batik Sejarah batik Proses pembuatan batik Jenis-jenis Batik Berdasarkan Proses Pembuatannya.
9 Mei 2011 16 Mei 2011 23 Mei 2011 30 Mei 2011 Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat Proses Pembuatan Batik Makna Gambar Pola Batik Surakarta dan Penggunaannya
Membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa daerah setempat Pengertian Seni Terapan Pengertian seni kriya tekstil Pengertian batik Sejarah batik Proses pembuatan batik Membuat karya seni kriya tekstil batik tulis, dengan tema bebas dan pewarnaan teknik celup. Ceramah Pemberian tugas, yaitu mengerjakan LKS
Membuat karya seni kriya tekstil batik tulis, dengan tema flora fauna dan pewarnaan teknik celup.
Membuat karya seni kriya tekstil batik tulis, dengan memanfaatkan motif tradisional dan pewarnaan teknik colet.
Model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) Presentasi dengan media power point. Melihat tayangan media audio visual Diskusi Demontrasi tahapan proses pembuatan batik tulis dengan pewarnaan celup.
Model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) Presentasi dengan media power point Melihat tayangan media audio visual yang diputar Menampilkan contoh nyata batik tulis dan beberapa motif batik didepan kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
Media yang digunakan guru
Kelebihan
Media visual yang berupa gambar print cetak ataupun fotokopi brukuran A4 yang tidak berwarna Gambar pola batik hasil karya kakak kelas sebelumnya Ditampilkan dengan cara dipegang oleh guru di depan kelas
Guru menguasai materi Guru menyampaikan materi dengan bertahap pada setiap prosesnya.
Diskusi Demontrasi tahapan proses pembuatan batik tulis dengan pewarnaan colet Media power point Media Audio Visual (gabungan dari slide suara dan film dokumenter) Pengetahuan Batik tentang
Media power point menampilkan contoh gambar alat batik dan jenis-jenis batik Media Audio Visual (gabungan dari slide suara dan film dokumenter) Pengetahuan Batik jenis Batik Berdasarkan Proses Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan batik tulis dengan pewarnaan celup Dengan model pembelajaran STAD, secara keseluruhan siswa aktif dan berperan sama dalam setiap kelompok. Terjadi interaksi yang positif antar anggota kelompok Siswa lebih terkoordinasi dalam praktek membatik Mulai terbentuknya kerjasama yang positif dalam praktek membatik. Karya siswa, dari aspek desain siswa terlihat lebih berani dan tidak bingung menentukan desain, siswa memanfaatkan stimulasi yang diberikan. Aspek finishing
commit to user
Makna Gambar Pola Batik Surakarta dan Penggunaannya Contoh nyata batik tulis. Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan batik tulis dengan pewarnaan colet
Dengan model pembelajaran STAD, secara keseluruhan siswa aktif dan berperan sama dalam setiap kelompok. Guru meningkatkan keaktifan siswa dengan leih sering melontarkan pertanyaan kepada siswa secara lisan sehingga siswa lebih aktif baik dalam berpendapat maupun bertanya. Siswa dapat termonitori secara menyeluruh, karena guru lebih banyak berkeliling kelas untuk memantau siswa selama pembelajaran berlangsung Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
pewarnaannya berhasil dan proses lorodan bersih Siswa dapat termonitori secara menyeluruh, karena guru lebih banyak berkeliling kelas untuk memantau siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru menguasai materi
Kekurangan
Hasil :
Terlalu banyak waktu yang digunakan untuk ceramah materi, hal ini membuat pembelajaran menjadi monoton. Media Media yang digunakan adalah media visual dengan ukuran A4, dan diperlihatkan didepan kelas. Gambar ini tentu saja kurang terlihat jelas bagi siswa yang duduk di belakang kelas. Pada aspek afektif Hanya 10 siswa atau 32,2% dari 31 siswa yang menunjukkan sikap aktif dalam proses pembelajaran. Pada aspek kognitif siswa yang tuntas dalam tes tertulis hanya 11 siswa atau 35,4 %. 20 siswa lainnya
praktek membatik semakin menarik dengan pewarnaan teknik colet, karena siswa dapat menggunakan warna sesuai dengan keinginnan mereka. Munculnya motifmotif batik tradisional dalam karya siswa Adanya kerjasama yang baik dalam setiap kelompok Guru menguasai materi
Kerjasama dan kekompakaan beberapa siswa dalam tim belum terbangun dengan baik, masih ada beberapa siswa yang masih individual dan mementingkan kepentingan pribadinya Hasil karya siswa, belum muncul corak batik daerah setempat.
Pada aspek afektif meningkat 22,6% dari obervasi awal menjadi 54,8 %, dalam pembelajaran siswa lebih aktif, suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan menciptakan interaksi positif antar anggota kelompok. Pada aspek kognitif, mengalami
commit to user
Pada aspek afektif siswa tuntas meningkat 45,2 % dari Pra siklus, Siklus I dan Siklus II. menjadi 77,4 % atau 24 siswa, pembelajaran berjalan menyenangkan, siswa lebih aktif, dan tercipta interaksi positif antar anggota kelompok, Pada aspek kognitif, mengalami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
belum memenuhi criteria nilai KKM. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami materi dengan baik. Pada aspek psikomotor hanya 9 siswa atau 29% yang memenuhi kriteria nilai KKM. Banyak yang tidak berhasil dalam praktek mencanting dan finishing.
peningkatan sebanyak 22,7 % Pada aspek psikomotor dilihat dari nilai jadi psikomotor, meningkat 32,2% menjadi 70,9%, Pada tahap desain capaian ketuntasan pada siklus I mencapai 67,4%, tahap mencanting 54,8%, peningkatan proses yang paling berhasil terlihat pada tahap finishing yaitu 80,6%.
peningkatan sebanyak 45,3 % menjadi 80,7% KKM. Hal ini juga menunjukkan kemampuan siswa dalam memahami materi dan proses pembuatan batik tulis Pada aspek psikomotor dilihat dari nilai jadi psikomotor, meningkat 54,3 % menjadi 83,3%. Hal ini menunjukan kemampuan siswa dalam membuat karya batik.
Berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan, dapat ditarik simpulan bahwa terjadi peningkatan prosentase hasil capaian indikator keberhasilan penelitian dari observasi awal, siklus I, sampai pada siklus II. Pada penelitian ini terjadi peningkatan pada pemahaman dan kemampuan siswa dalam pembelajaran materi Seni Batik pada mata pelajaran Seni Budaya. Metode pembelajaran kooperatif STAD ( Student Team Achievement Division ) dalam penelitian tindakan kelas ini, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang bersangkutan dengan batik dan proses pembuatannya. Selain itu, juga untuk meningkatkan keterampilan/ kemampuan siswa dalam membuat karya batik. Pembelajaran STAD dapat menumbuhkan motivasi pada siswa, karena salah satu komponen dalam STAD adalah rekognisi tim. Rekognisi tim adalah bentuk penghargaan apabila skor rata-rata tim mencapai kriteria tertentu, sebagai tim yang terbaik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Nasution dalam Arifah Rahmawati ( 2010 : 68 ) beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa antara lain yaitu dengan menciptakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
susana belajar yang menyenangkan dan memberikan hadiah atau pujian pada siswa. Melalui pujian ini siswa merasa senang dan termotivasi untuk belajar. Pendekatan pembelajaran kooperatif STAD memanfaatkan perbedaan tingkat kinerja dan jenis kelamin, dengan mendorong siswa untuk saling belajar dari yang lain dan dari rekan-rekan yang lebih dan kurang tahu. Interaksi dalam proses belajar melahirkan pemahaman dan penerimaan yang semakin luas dari anggota kelompok. Pembelajaran STAD menekankan pada keterlibatan siswa aktif dalam proses pembelajarannya. Siswa bertanggung jawab pada proses pembelajaran. Dengan demikian peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator ( memberikan kemudahan pada siswa untuk belajar ), motivator ( Pendorong siswa untuk selalu belajar ) dan pembimbing. Peningkatan pemahaman dan keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklus disebabkan karena siswa mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Selain itu, presentasi yang menarik dan pemberian stimulus dilakukan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Dalam penelitian ini siswa tidak hanya terampil dan mampu membuat karya batik, namun siswa juga harus memahami proses yang mereka lakukan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis STAD ( Student Team Achievement Division ) dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses siswa pada materi seni batik dalam pembelajaran seni budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua siklus, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD ( Student Team Achievement Division ) dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses siswa pada materi seni batik dalam pembelajaran seni budaya pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011. Model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) pada materi seni batik pada siswa VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro, dilaksanakan empat kali pertemuan pada setiap siklusnya. Tindakan yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif Berbasis STAD (Student Team Achievement Division). Ada lima kegiatan inti dalam STAD yaitu : (1) Presentasi kelas, (2) Tim, (3) Kuis, (4) Skor kemajuan individual, (5) Rekognisi tim. Dalam presentasi guru menambahkan media audio visual, dan demontrasi pembuatan batik secara bertahap. Dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD ( Student Team Achievement Division ) guru lebih mudah mengkoordinir siswa dalam pembelajaran dan penyampaikan materi kepada siswa lebih efektif. Suasana pembelajaran aktif, setiap siswa bertanggung jawab dalam setiap timnya untuk mencapai skor tertinggi. Pembelajaran juga menjadi lebih menarik, karena siswa lebih menyukai penyampaian materi yang disertai dengan gambar-gambar dan film dokumenter, serta demontrasi sebelum siswa praktek, memperjelas siswa dalam menangkap materi. Pengalaman langsung membuat batik secara berkelompok, mulai dari menentukan pola, mencanting, menentukan campuran warna hingga tahap finishing membuat siswa memahami proses membuat batik secara keseluruhan.
135 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
Peningkatan pemahaman dan kemampuan proses siswa terhadap materi seni batik ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dengan baik pengetahuan tentang karya seni batik (aspek kognitif), meningkatnya keterampilan proses siswa dalam tahapan praktek membuat batik (aspek psikomotor) dan sikap siswa ketika pembelajaran berlangsung, keaktifan siswa dalam mengungkapkan tanggapannya, mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi batik, bekerjasama dalam satu kelompoknya pada proses pembuatan batik serta kehadiran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran menunjukan sikap menghargai terhadap karya seni batik dengan baik (aspek afektif).
B. Implikasi Berdasarkan hasil simpulan maka dapat di tarik implikasi bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division), proses pembelajaran seni budaya, khususnya pada materi seni batik berlangsung lebih efektif. Hal ini ditunjukan dengan sikap siswa yang lebih antusias terhadap materi pelajaran dan praktek membuat batik, mulai dari membuat desain, mencanting, hingga tahap finishing, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan menggunakan model ini, guru lebih mudah mengkoordinir siswa dalam pembelajaran dan
penyampaikan
materi kepada siswa lebih efektif, siswa lebih mudah memahami dan menguasai materi yang disampaikan guru, sehingga dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan siswa mengenai seni batik. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual yang disertai pemantapan materi dari guru dalam demontrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa lebih mendalam mengenai materi yang disampaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
C. Saran Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas, maka dapat disarankan antara lain sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Guru hendaknya dapat menerapkan atau mengembangkan model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses siswa terhadap materi seni batik. b. Dalam pembelajaran sebaiknya dilakukan persiapan yang matang dari guru, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dari tujuan pembelajaran dapat diperoleh hasil yang optimal. Persiapan yang matang yang harus dilakukan guru, antara lain adalah pembagian kelompok siswa yang merata, dengan melihat tingkat kinerja siswa sebelumnya, menguasai materi dengan baik, mempersiapkan media audio visual, mempersiapkan LCD proyektor, memahami skenario pembelajaran yang sudah dipersiapkan, dan lain-lain. c. Pelaksanaan dan keberhasilan tujuan pembelajaran tidak dapat diserahkan sepenuhnya pada model pembelajaran yang digunakan, untuk itu tetap dibutuhkan peran guru dalam memantau dan meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa selama pembelajaran berlangsung. 2. Bagi Siswa Siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang seni budaya dengan banyak membaca dan mencari referensi-referensi pengetahuan tentang seni budaya khususnya tentang Batik dan perkembangannya. Dalam keterampilan siswa bisa mengikuti ekstrakulikuler batik yang akan diadakan sekolah. 3. Bagi sekolah Sekolah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberlangsungan pembelajaran seni budaya, khususnya kegiatan membatik melalui penyediaan tempat khusus membatik, penyediaan alat dan bahan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
berbagai jenis, sehingga peserta didik dapat bereksperimen lebih banyak dengan menggunakan berbagai alat dan bahan tersebut. 4. Bagi Peneliti Perlu adanya penelitian lanjutan tentang model pembelajaran kooperatif berbasis STAD (Student Team Achievement Division) dalam perannya meningkatkan pemahaman dan kemampuan proses siswa pada materi seni batik yang dilakukan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011.
commit to user