KANDUNGAN Escherichia coli DAGING BROILER DI PASAR-PASAR TRADISIONAL KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh LENI SAFITRI
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
KANDUNGAN Escherichia coli DAGING BROILER DI PASAR-PASAR TRADISONAL KABUPATEN TANGGAMUS Oleh Leni Safitri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Escherichia coli pada daging broiler dari pasar-pasar tradisional Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2016--Januari 2017. Identifikasi kandungan E.coli dilakukan di Laboratorium Kesmavet, Balai Veteriner Regional III Lampung. Penelitian ini menggunakan 28 sampel yang diambil secara random sampling pada pagi dan siang hari. Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif terhadap kondisi sampel yang diambil pada pagi dan siang hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan E. coli daging broiler yang diteliti dari 28 sampel yang berasal dari 4 pasar dengan 19 pedagang yaitu terdapat 25 sampel daging yang mempunyai jumlah E. coli dibawah standar dan 3 sampel daging yang mengandung E. coli diatas standar. Ketiga sampel yang melebihi standar terdiri dari 1 sampel milik pedagang Liliana yang berasal dari Pasar Gisting dengan waktu pengambilan siang hari dan 2 sampel milik pedagang Abu Yusuf dan Agus yang berasal dari Pasar Kota Agung dengan waktu pengambilan pagi hari. Kata kunci: broiler, Eschericia coli, pasar tradisional
ABSTRACT Escherichia coli CONTENT OF BROILER MEAT IN THE TRADITIONAL MARKETS TANGGAMUS REGENCY By Leni Safitri
This research that conductedin December 2016 – January 2017 intended to determine the content of Eschericia coli in broiler meat from traditional markets of Tanggamus district. The identification of E.coli content was done in laboratory of veterinary public health, Regional Veterinary Hall III Lampung. This research used 28 samples that collected by random sampling in the morning and daylight. The obtained data were made in tabulation form and analyzed descriptively to the sample condition that collected in the morning and daylight. The results of this research indicated that from the total of 28 sample, came from 4 markets with 19 traders, there were 25 meat samples contained amount of E.coli below the standard and 3 samples contained the E.coli above the standard. The three samples that exceeding the standard were consisted of 1 sample belonged to Liliana, merchant from Gisting Market, with the daylight collecting-time and 2 samples belonged to Abu Yusuf and Agus, merchant from Kota Agung market,with the morning collecting-time. Key Words: broiler, Escherichia coli, traditional market
KANDUNGAN Escherichia coli DAGING BROILER DI PASAR-PASAR TRADISIONAL KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh LENI SAFITRI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan
Pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui pada 16 Oktober 1992, anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Nurmansyah dan Ibu Nurhaliana. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Gunung Kemala pada tahun 2005; sekolah menengah pertama di SMPN 3 Pesisir Tengah pada tahun 2008; sekolah menengah atas di SMAN 1 Pesisir Tengah pada tahun 2011. Penulis bekerja di perusahaan swasta PT. Nittoh Presisi Indonesia Cibinong Bogor pada Tahun 2011-2012 dan di PT. Stars Asia Brother Cikarang pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Penulis juga terdaftar sebagai penerima beasiswa bidikmisi angkatan 2013.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Tanjung Rejo, Lampung Tengah pada Januari--Februari 2017 dan penulis juga melaksanakan Praktik Umum di PT. Elders Indonesia, Gunung Sugih pada Juli--Agustus 2016. Selama masa studi penulis pernah menjadi Pengurus Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) 2013--2014 sebagai anggota himapet dan. Penulis juga pernah menjadi pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pad 2016--2017 sebagai ketua komisi A bidang keuangan.
Dengan mengucap Alhamdulillah, ku persembahkan sebuah karya kecil untuk orang-orang yang kusayangi: Bak dan Makku Nurmansyah dan Nurhaliana yang tak pernah henti dan tak pernah lelah untuk selalu mendukung dan mendo’akan anak-anaknya untuk menggapai cita-cita. Tanpa pernah mengeluh kalian telah korbankan semua yang kalian punya hanya untuk kami. Pengrobanan tulus kalian berikan tanpa mengharapkan apapun. Aku hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Bak dan Mak, hanya Allah SWT yang dapat membalas kemuliaan hati kalian, Adik dan kakakku Dapit Andriyansyah dan Budiman Soleh, Amd.kom yang juga telah banyak memberikan dukungan kepadaku, terimakasih atas kebaikan, perhatian dan kasih sayang yang kalian berikan kepadaku, Kepada seluruh guru dan dosen yang telah mendidikku, Serta sahabat dan teman-teman yang selalu memberi motivasi, persahabatan yang tulus serta pelajaran hidup yang menjadikanku sosok yang lebih kuat.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sunguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyirah ayat 6--8)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Q.S. Al baqarah :216)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujadalah Ayat 11)
Menang bukanlah segalanya, tetapi berupaya untuk menang adalah segalanya (Vince Lombardi)
akan selalu ada jalan untuk yang berusaha, yakinkan hati teguhkan niat karna apa yang akan terjadi adalah buah hasil pemikiran diri sendiri (Leni Safitri)
SANWACANA
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kandungan Escherichia coli Daging Broiler di Pasar-pasar Tradisional Kabupaten Tanggamus”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.—selaku Dekan Fakultas Pertanian— yang telah memberikan izin;
2.
Sri Suharyati, S.Pt., M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan sekaligus dosen pembimbing anggota— yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pembelajaran;
3.
Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.S.—selaku Sekretaris Jurusan Peternakan— yang telah memberikan dukungan;
4.
drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.—selaku Dosen Pembimbing Utama—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pemahaman;
5.
drh. Madi Hartono, M.P.—selaku Dosen Penguji—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan pemahaman;
6.
Ir. Khaira Nova, M.P.—selaku Dosen Pembimbing Akademik—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan bimbingan;
7.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan pembelajaran dan pemahaman yang berharga;
8.
Mak dan Bak ku tercinta Nurmansyah dan Nurhaliana, atas kasih sayang, doa, semangat, dan motivasi kebersamaan dan kebahagiaan yang diberikan selama ini;
9. Kakak dan Adik ku tersayang Budiman Soleh, Rendi Saputra, Heri Azka, Melia Susanti, dan Dapit Adriansyah, atas kasih sayang, doa, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan; 10. Ibu Anjani, Ibu Dewi, Ibu Tumirah, Bapak Tri, dan Mas Sigit atas bantuan dan bimbingannya selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Regional III Lampung; 11. Sahabat-sahabat ku: Minar, Perti, David, Herlin, Tiara, Arum, Widya, Semi, Made, Silfia, Mayora, Shinta, Ibnu, Triwan, Tika, Aje, Lara, Jeje, Farah, Pipit, Okti, Tio, Irma, Lubis, Erlina, St, Elli, Dea, Elsa dan Hani yang tiada henti memberikan nasihat-nasihat dan lawan bertukar pikiran yang luar biasa, terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan kita selama ini semoga kita dapat menggapai semua impian dan cita-cita kita serta dipertemukan kembali dalam keadaan sehat dan sukses. Aamiin; 12. Teman seperjuangan sekaligus keluarga besar ku Peternakan Angkatan 2013, terimakasih atas pertemanan dan dukungan kita selama perkuliahan sampai sekarang, semoga sukses selalu bersama kita, Aamiin; 13. Kakanda dan Ayunda Angkatan 2011 dan 2012, serta adik-adik ku Angkatan 2014 dan 2015 Jurusan Peternakan yang telah memberikan semangat, saran, dan motivasi; 14. Teman-teman KKN: Yulizar, Billi, Dion, Aulia, Intan, dan Sela, atas semangat, motivasi, Kebersamaan, dan do’a yang selalu diberikan;
15. Teman-teman Bidik Misi Angkatan 2013, atas pertemanan, semangat, kebersamaan, do’a, dan motivasi yang selalu diberikan; 16. Seluruh pihak yang ikut terlibat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Bandar Lampung, 2017
Leni Safitri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
iv
I. PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang dan Masalah ........................................................
1
B. Tujuan Penelitian..........................................................................
3
C. Manfaat Penelitian........................................................................
4
D. Kerangka Pemikiran .....................................................................
4
E. Hipotesis.......................................................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
8
A. Pasar .............................................................................................
8
B. Daging Broiler .............................................................................
10
C. Kontaminasi pada Daging Broiler................................................
12
D. Escherichia coli............................................................................
14
III. METODE PENELITIAN ...............................................................
17
A. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................
17
B. Alat Penelitian ............................................................................
17
C. Bahan Peneltian ..........................................................................
18
i
D. Metode Penelitian .......................................................................
18
E. Pelaksanaan Penelitian................................................................
19
1. Survei pedagang.....................................................................
19
2. Pengambilan sampel daging ..................................................
19
3. Pengujian sampel ...................................................................
19
F. Peubah yang Diamati ..................................................................
20
a. Persiapan sampel....................................................................
20
b. Cara uji...................................................................................
20
c. Uji biokimia ...........................................................................
21
G. Analisis Data..............................................................................
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
24
A. Kondisi Pasar di Kabupaten Tanggamus ...................................
24
B. Kandungan E. coli Daging Broiler di Pasar-pasar Tradisional Kabupaten Tanggamus .............................................................
31
V. SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
39
A. Simpulan ....................................................................................
39
B. Saran...........................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
41
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Komposisi nutrisi daging broiler .......................................................
11
2.
Batas maksimum cemaran mikroba pada daging (cfu/g)...................
14
3.
Rata-rata jumlah E. coli pada daging broiler di pasar-pasar tradisional Kabupten Tanggamus ........................................................................
32
Hasil E. coli pada daging broiler di pasar-pasar tradisional Kabupaten Tanggamus.......................................................................
32
5.
Daftar nama pasar-pasar tradisional di Kabupaten Tanggamus.........
48
6.
Data hasil kuesioner pedagang di pasar-pasar tradisional Kabupaten Tanggamus .........................................................................................
49
4.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kondisi Pasar Kota Agung di Kabupaten Tanggamus.........................
25
2. Tempat penjualan daging broiler di Pasar Kota Agung.......................
26
3. Kondisi Pasar Gisting di Kabupaten Tanggamus ................................
27
4. Tempat penjualan daging broiler di Pasar Gisting ..............................
28
5. Kondisi Pasar Wonosobo di Kabupaten Tanggamus ...........................
29
6. Tempat penjualan daging broiler di Pasar Wonosobo.........................
29
7. Kondisi Pasar Talang Padang di Kabupaten Tanggamus ....................
31
8. Tempat penjualan daging broiler di Pasar Talang Padang ..................
31
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pendapatan masyarakat di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga menyebabkan masyarakat sadar tentang kebutuhan gizi guna mendapatkan kehidupan yang sehat. Salah satu bahan pangan yang mempunyai gizi tinggi yaitu daging ayam. Daging ayam merupakan bahan makanan yang mengandung nilai protein, lemak, mineral, vitamin, dan karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Konsumsi per kapita daging ayam di Indonesia pada tahun 2013 sekitar 3,65 kg, hal ini meningkat dari 3,49 kg pada tahun 2012 (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2016).
Daging broiler merupakan salah satu jenis karkas ayam yang banyak diminati dan menjadi pilihan masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi karena nilai gizinya yang tinggi, rasanya yang enak, harganya yang terjangkau, serta mudah diperoleh. Masyarakat dapat memperoleh atau membeli daging broiler secara langsung di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern.
Penjualan daging broiler di pasar-pasar tradisional sering dilakukan dalam keadaan terbuka tanpa adanya penutup dan diletakkan bebas di atas meja gerainya. Penjualan daging broiler juga dilakukan tanpa adanya pengaturan suhu serta kurang memperhatikan aspek kebersihan daging tersebut (Utari et al, 2016).
2 Tingginya kandungan nilai gizi yang terdapat pada daging broiler menyebabkan berbagai mikroorganisme dapat tumbuh dengan cepat. Selain karena hal tersebut, tumbuhnya berbagai mikroorganisme juga dapat disebabkan oleh kondisi sanitasi pada alur proses penjualan daging broiler dan kurangnya pengaturan tempat pedagang serta kurangnya kesadaran pedagang mengenai penanganan daging yang baik dan benar. Sel-sel yang terdapat dalam daging mentah masih terus mengalami proses kehidupan, seperti rigormortis dan pemecahan protein yang dilakukan oleh enzim prekursor pepsin sehingga didalamnya masih terjadi reaksireaksi metabolisme. Kecepatan proses metabolisme tersebut sangat tergantung dari suhu penyimpanan serta lama penyimpanan (Windiyartono et al, 2016)
Daging broiler yang dijual di pasar-pasar tradisional biasanya dipotong di rumah potong ayam (RPA) atau di rumah pedagang masing-masing. Jarak antara pemotongan sampai daging terjual berbeda-beda antara satu pedagang dengan pedagang lainnya. Semakin lama jarak pemotongan dengan pemasaran maka kemungkinan kontaminasi mikroba akan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena kontaminasi mikroba pada daging broiler sudah terjadi sejak broiler berada di peternakan sampai pendistribusian ke lapak penjualan. Daging broiler yang terjual di pagi hari mempunyai kemungkinan kontaminasi mikroba yang lebih sedikit dibandingkan dengan daging broiler yang laku terjual pada siang hari. Daging yang disimpan pada suhu kamar pada waktu tertentu akan mengalami kerusakan. Kerusakan daging oleh mikroorganisme dapat mengakibatkan penurunan mutu daging.
3 Pencemaran mikroorganisme pada daging broiler tersebut akan menyebabkan daging mudah mengalami kerusakan dan kebusukan. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan dan kebusukan pada daging broiler adalah E. coli. E. coli merupakan bakteri patogen yang terdapat pada saluran pencernaan hewan dan manusia. E. coli dapat berkembangbiak menjadi dua kali lipat setiap 20 menit sekali. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu antara 8⁰ -- 46⁰ C, namun ketika bakteri ini berada sedikit di bawah suhu minimum atau sedikit diatas suhu maksimum tidak segera mati melainkan berada pada keadaan dormant.
Daging broiler yang tercemar E. coli dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, demam, tipus dan lain-lain atau sering juga disebut food borne disease. Pengawasan cemaran mikroba dalam bahan makanan asal hewan sangat penting terutama dalam kaitannya dengan perlindungan kesehatan dan keamanan konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi terhadap cemaran mikroba terutama mikroba penyebab food borne disease seperti E. coli.
Berdasarkan paparan diatas, penulis melakukan penelitian mengenai jumlah kandungan E. coli pada daging broiler di pasar-pasar tradisional Kabupaten Tanggamus.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan E. coli daging broiler yang dijual pada pagi dan siang hari di pasar-pasar tradisional Kabupaten Tanggamus
4 C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. memberikan informasi kepada masyarakat di Kabupaten Tanggamus sebagai konsumen agar dapat menjadi acuan keamanan daging broiler yang akan dikonsumsi; 2. memberikan informasi kepada Pemerintahan Kabupaten Tanggamus agar dapat mengambil kebijakan mengenai pentingnya pengawasan terhadap cemaran mikroorganisme pada daging broiler; dan 3. memberikan informasi kepada peternak dan pedagang agar lebih menjaga kualitas broiler pada saat pemeliharaan hingga pascapanen serta saat penjualan di pasar.
D. Kerangka Pemikiran
Daging broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh (Risnajati et al, 2010). Daging broiler tidak tahan lama atau mudah rusak, sebagian besar kerusakan diakibatkan oleh
penanganannya kurang baik sehingga memberikan peluang bagi pertumbuhan mikroba.
Mikroorganisme yang merusak daging dapat berasal dari infeksi ternak hidup dan kontaminasi daging setelah dilakukan pemotongan. Kontaminasi setelah pemotongan dapat berasal dari tempat dan peralatan yang digunakan seperti pisau, ember, air, dan lain-lain. Menurut Soeparno (1998), sumber kontaminasi yang
5 terjadi di abatoir dapat berasal dari tanah di sekitarnya, kulit, isi saluran pencernaan, air, alat-alat yang digunakan selama proses mempersiapkan karkas (seperti pisau), kotoran, udara, dan pekerja. Pelaksanaan pemotongan dan penanganan karkas yang kurang baik setelah pemotongan dilakukan dapat meningkatkan kontaminasi mikroba dan mengurangi masa simpan (Kaudia, 2001). Karkas yang terkontaminasi hasil ikutan dari rumah potong, kandang, peternakan, dan alat transportasi merupakan sarana yang sempurna untuk penyebaran penyakit. Jadi, segala sesuatu yang dapat kontak dengan daging secara langsung atau tidak langsung bisa merupakan sumber kontaminasi mikroba.
Mikroba yang terdapat pada daging ayam digolongkan dalam dua kelompok yaitu kelompok patogenik dan kelompok non patogenik. Kelompok mikroba yang bersifat patogenik dapat menimbulkan penyakit pada manusia, sedangkan kelompok non patogenik tidak menimbulkan penyakit pada manusia, tetapi menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan (Puspita, 2012).
Pencemaran mikroba patogen pada daging ayam maupun produk olahannya dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya. Daging ayam dapat terkontaminasi mikroba patogen akibat menggunakan air dari sanitasi yang buruk untuk proses pemotongan maupun pengolahan daging ayam (Nugroho, 2005). Salah satu jenis mikroba yang sering kita jumpai pada daging broiler adalah E coli. E coli merupakan bakteri yang bersifat mikroba normal dalam saluran pencernaan, tetapi juga merupakan bakteri yang patogen untuk strainstrain tertentu. E coli dapat berkembangbiak menjadi dua kali lipat setiap 20 menit sekali. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu antara
6 8⁰ -- 46⁰ C, namun ketika bakteri ini berada sedikit di bawah suhu minimum atau sedikit di atas suhu maksimum tidak segera mati melainkan berada pada keadaan dormant.
Sanitasi yang buruk dapat diindikasikan dengan keberadaan bakteri indikator, seperti E. coli. Adanya E. coli menunjukkan suatu tanda praktek sanitasi yang tidak baik karena E. coli bisa berpindah dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan, air, susu, dan produk-produk lainnya. Jumlah dan jenis mikroorganisme dapat ditentukan oleh penanganan sebelum penyembelihan ternak dan tingkat pengendalian hiegines dan sistem sanitasi yang baik selama penanganan hingga daging dikonsumsi. Bulu adalah salah satu yang dapat meningkatkan kontaminasi mikroba karena bulu bisa terkena feses dari ayam tersebut saat masih hidup dan feses merupakan sumber dari E. coli. Proses pengeluaran usus dari tubuh ayam juga memungkinkan terjadinya cemaran (Sasmita, et al, 2014). Dalam RPA terdapat banyak sumber kontaminasi yang potensial oleh mikroba ke produk yang dihasilkan seperti isi saluran pencernaan, udara, air yang digunakan selama proses pemotongan, pekerja, maupun alat-alat yang digunakan (misalnya pisau, pengait, dan tempat jeroan) (Nurhadi, 2012).
Keberadaan mikroba patogen seperti E. coli pada daging ayam, dapat menyebabkan kekhawatiran masyarakat akan bahayanya jika mengkonsumsi daging ayam. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit seperti diare, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis pada bayi yang baru lahir, dan infeksi luka (Karsinah et al., 1994). Gejala klinis dapat muncul beberapa saat setelah mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi, maupun beberapa bulan
7 kemudian. Bagi beberapa kelompok orang terutama anak-anak, manula, wanita hamil, dan orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, foodborne disease akan sangat berbahaya. Kejadian tersebut biasanya ditandai dengan gejala klinis crampy abdominal pain diikuti dengan diare cair pada 24 jam pertama selanjutnya diikuti adanya perdarahan, muntah, tetapi tidak diikuti peningkatan suhu tubuh (Bambang et al, 2014)
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah jumlah kandungan E. coli pada daging broiler yang dijual pada pagi dan siang hari di pasar-pasar tradisional Kabupaten Tanggamus melebihi standar SNI.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran atas barang dan jasa. Selain itu, pasar dapat juga diartikan sebagai himpunan para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal demikian pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama. Setiap konsumen bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Rismayani, 1999).
Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup atau sebagian badan jalan (Sulistyowati,1999). Dapat dilihat secara umum bahwa instrumen pasar terdiri dari perspektif pengelola, maka pasar dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan dapat juga dilaksanakan oleh pihak swasta (Bustaman, 1999). Pasar terbentuk dari proses pertemuan sampai terjadinya kesepakatan. Pasar tersebut tidak memperdulikan tempat dan jenis barang. Jadi pasar tidak terbatas pada suatu lokasi saja (Rasyaf, 1996).
Pasar dibagi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los. Toko biasanya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah belah. Adapun losnya digunakan untuk
9 berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging.Ruangan untuk berjualan di pasar tradisional tidak luas, penerangan secukupnya, dan tanpa pendingin udara. Kebersihan juga sering kurang terjaga. Sampah banyak berserakan sehingga menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor (William, 1993). Pasar tradisional merupakan salah satu jenis pasar di Indonesia yang juga ada sejak berpuluh tahun baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Pengertian pasar tradisional lebih difokuskan terhadap fungsi dan keberadaan pasar secara kronologis. Pasar tradisional adalah pasar yang sistem pembelian yang dilakukan melalui proses tawar menawar. Berbeda dengan pusat perbelanjaan modern yang sistem pembeliannya dilakukan dengan harga yang sudah ditetapkan. Namun keberadaan pasar tradisional tidak dapat digantikan dengan adanya pusat perbelanjaan modern karena pasar tradisional dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat ( Qoriah, 2014).
Pasar tradisional diidentifikasikan dengan kotor, becek dan bau. Pasar modern penuh dengan kenyamanan berbelanja, seperti sejuk dilengkapi AC, lantai marmer, tidak panas, tidak berdesakkan, dan sederet kenyamanan lainnya. Dari segi pemasaran, kedua pasar ini sama saja karena bertemunya permintaan dan penawaran dengan harga tercermin dalam keadaan pasar yang bersangkutan. (Suryanika, 2009).
Keunggulan yang terdapat pada pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya harga yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar. Keunggulan lainnya adalah pengalaman berbelanja yang luar biasa dimana kita
10 bisa melihat dan memegang secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar, Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional tidak memiliki kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal kelemahannya. Kelemahan itu antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya.
Keberadaan pasar tradisional bila dibandingkan dengan pasar modern masih memiliki kekurangan. Beberapa kondisi tersebut antara lain lokasi yang terkadang menyebabkan kemacetan arus lalu lintas, kumuh, kurang tertata, terbatasnya ruang pada lapak yang sempit, kurangnya tempat sampah, terlalu banyaknya pedagang pinggir jalan, lemahnya pengelolaan, dan fasilitas penyimpanan dengan infrastruktur pasar yang tidak memadai. Kondisi ini menyebabkan rasa tidak nyaman pengunjung yang akan berbelanja di pasar tradisional. Namun disisi lain, keberadaan pasar tradisional masih memiliki peran dan potensi yang cukup signifikan dalam perekonomian masyarakat, mengingat bahwa sebagaian besar masyarakat masih mengandalkan perdagangan melalui pasar tradisional (Qoriah, 2014)
B. Daging Broiler
Broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging termasuk jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Broiler merupakan salah satu sumber penyumbang kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Keistimewaan broiler adalah memiliki kemampuan menghasilkan daging dengan waktu
11 pemeliharaan yang tidak begitu lama. Daging broiler merupakan bahan makanan bergizi tinggi, memiliki rasa dan aroma enak,tekstur lunak serta harga relatif murah, sehingga disukai oleh banyak orang (Risnajati, 2010).
Daging ayam biasanya dijual kepada konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan karkas kiri dan kanan, seperempat karkas atau potongan-potongan. Potongan komersial ayam broiler meliputi kaki, paha, paha atas, dada, punggung, dan sayap. Komposisi nutrisi daging ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi nutrisi daging broiler Komponen Nutrisi Air Protein Lemak Mineral Vitamin Karbohidrat
Jumlah (%) 75 21 3 1 Kurang dari 1 Kurang dari 1
Sumber: Soeparno (1998)
Proses pemotongan unggas harus diperhatikan dengan baik agar karkas yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 3924-2009. Adapun proses pemotongan karkas unggas dimulai dengan mengistirahatkan unggas selama 12--24 jam. Hal ini untuk menghindari stres pada ayam yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan glikogen menjadi asam laktat, sehingga pH daging turun menjadi 5--6. Hal ini memberikan peluang bagi mikroba lain tumbuh. Teknik penyembelihan ayam yang baik adalah memotong arteri karotis, vena jugularis, dan eosafagus, sehingga darah keluar secara keseluruhan dan berlangsung cepat sekitar 60--120 detik yang berdampak terhadap kebersihan dan kesehatan karkas ayam. Pada proses pencabutan bulu dilakukan perendaman air
12 panas bersuhu 50--54°C selama 30--45 detik agar memudahan pencabutan bulu, kulit karkas bersih dan cerah sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh bakteri. Namun menurut yang diperhatikan adalah saat mengeluarkan organ dalam dimulai dari pengambilan tembolok, trakea, hati, empedu, empedal, jantung, paruparu, ginjal, usus dan ovarium. Organ dalam ayam (viscera) merupakan tempat kotoran, sehingga harus dikeluarkan sesempurna mungkin (Utari et al, 2016).
C.
Kontaminasi pada Daging Broiler
Mikroorganisme yang merusak daging dapat berasal dari infeksi ternak hidup dan kontaminasi daging setelah pemotongan. Lingkungan dan kandang yang kotor serta berdebu dan sumber air minum yang terkontaminasi feses mempunyai kandungan E.coli yang tinggi. Tingginya bakteri E. coli pada tempat minum ternak disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: konstruksi kandang yang bertingkat sehingga menyebabkan kandang mudah terkontaminasi oleh feses, dan sisa – sisa pakan yang jatuh dari kandang bagian atas. Penyebab lain dikarenakan sanitasi kandang yang yang kurang baik, ini disebabkan oleh tempat minum ternak yang jarang dibersihkan dan litter yang menggumpal serta lembab. Kondisi ini menyebabkan bakteri E. coli berkembang dengan baik (Tarmuji, 2003).
Sumber kontaminasi mikroba di abatoir dapat berasal dari tanah disekitarnya, kulit, isi saluran pencernaan, air, alat-alat yang digunakan selama proses persiapan karkas (seperti pisau), kotoran, udara, dan pekerja (Soeparno, 1998). Menurut Matulessy (2011) Perusahan RPA atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan dan transportasi yang memadai, namun tidak dapat
13 dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan fisik selama prosesing dan pendistribusian, baik dari peralatan yang digunakan ataupun tangan-tangan pekerja sampai pada perlakuan pedagang-pedagang penyalur di pasar. Prossesing ayam merupakan proses pengubahan ayam menjadi karkas dan atau daging. Proses ini sangat rawan terhadap kontaminasi mikroorganisme karena pada seluruh tahapan menggunakan air sebagai media prosesing dan pembersihan. Mikroorganisme ini dapat merusak atau menyebabkan deteriorasi karkas atau daging sehingga secara langsung dapat mempengaruhi kualitas fisik dan kimia daging (Windiyartono, et al., 2016). E. coli yang mencemari daging ayam umumnya berasal dari ruangan, peralatan maupun meja tempat pemotongan ayam, serta air yang digunakan selama proses pemotongan hingga pengolahan daging ayam (Dewantoro, 2009). pada suhu kamar (27°C) pertumbuhan bakteri E.coli lebih banyak. Hal ini disebabkan E. coli merupakan bakteri yang tergolong mesofil yaitu bakteri yang mempunyai suhu pertumbuhan optimal 15-- 45°C dengan suhu minimum pertumbuhan 10--20°C, dan suhu maksimum 40--45°C serta dapat hidup pada pH 5,5--8 (Lubis, 2012). Pelaksanaan pemotongan dan penanganan yang kurang baik setelah pemotongan ayam dilakukan dapat meningkatkan kontaminasi mikroba dan mengurangi masa simpan (Kaudia, 2001). Karkas yang terkontaminasi hasil ikutan dari RPA, kandang, peternakan, dan alat transportasi merupakan sarana yang sempurna untuk penyebaran penyakit. Pencemaran permukaan daging dapat terjadi saat penyembelihan hingga daging dikonsumsi (Hansson, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada daging ada dua macam, yaitu (a) faktor intrinsik termasuk nilai nutrisi daging, keadaan air, pH, potensi
14 oksidasi-reduksi, dan ada tidaknya substansi penghalang atau penghambat; (b) faktor ekstrinsik, misalnya temperatur, kelembaban relatif, ada tidaknya oksigen, dan bentuk atau kondisi daging (Fardiaz, 1992).
Batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam mengacu Standar Nasional Indonesia (SNI) 3924:2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Batas Maksimum cemaran mikroba pada daging (cfu/g) No 1 2 3 4 5 6
Jenis Total Plate Count Coliform Staphylococcus aureus Salmonella sp Escerichia coli Campylobacter sp
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2012)
Syarat Maks. 1 × 10 Maks. 1 × 10 Maks. 1 × 10 Negatif Maks. 1 × 10 Negatif
D. Escherichia coli
Kelompok bakteri koliform terdiri atas jenis Escherichia, Enterobacter dan Klebsiella. Jenis Escherichia hanya mempunyai satu spesies, yaitu E. coli dan disebut koliform fekal, karena ditemukan di dalam saluran pencernaan (usus) ternak atau manusia sehingga sering terdapat di dalam feses. Keberadaan bakteri tersebut di dalam bahan pangan sering digunakan sebagai indikator kontaminasi asal kotoran. Menurut Keeratipibul, et al (2008), bakteri koliform, terutama Escherichia coli adalah mikroorganisme yang mendapat perhatian dari hampir setiap produk makanan karena jumlahnya yang tinggi. Kehadiran Escherichia coli di dalam makanan biasanya disebabkan oleh penanganan tidak higienis selama proses produksi, kondisi ruang penyimpanan yang tidak layak, dan proses kontaminasi awal.
15 Klasifikasi Escherichia coli Kingdom
: Bacteria
Filum
: Proterobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli (Hardjoeno, 2007).
E. coli merupakan bakteri yang secara normal hidup dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Bakteri yang ada pada air berasal dari kontaminasi dan bakteri yang memang hidup dalam air (Burrows, 1959). E. coli adalah bakteri parameter kualitas air minum karena di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya (Anggraini et al., 2013). Penggunaan litter yang lembab dan menggumpal mengakibatkan sumber gas beracun (amonia, karbon dioksida, karbon monoksida) semakin meningkat serta media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme patogen serta litter merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan jamur dan mikroorganisme (Fadilah, 2013).
Bakteri membutuhkan suplai makanan yang merupakan sumber energi dan menyediakan unsur – unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Tingkat pencemaran bakteri E. coli rendah karena dilakukan pemberian kaporit (Ca(OCl2)) yang berfungsi untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman. Namun
16 penggunaan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat menyebabkan kuman tidak terdesinfeksi dengan baik. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan (Buckle et al, 1997)
Escherichia coli merupakan bakteri batang Gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek biasanya tidak berkapsul. Escherichia coli merupakan penghuni normal usus, namun seringkali menyebabkan infeksi jika jumlahnya terlalu banyak. E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. (Jawetz et al., 1980). Kecepatan berkembang biak bakteri ini berada pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman, dan suhu sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8⁰C -- 46⁰C, tetapi suhu optimalnya adalah 37⁰C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup dalam tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978).
17
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2016 -- Januari 2017. Tempat penelitian yaitu pasar tradisional di Kabupaten Tanggamus yang meliputi Pasar Wonosobo, Pasar Kota Agung, Pasar Gisting, dan Pasar Talang Padang. Identifikasi cemaran E coli dilakukan di Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Regional III Bandar Lampung.
B. Alat Penelitian
1.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, plastik steril untuk mengemas sampel, spidol, freezer, dan boks es.
2.
Peralatan pengujian E.coli adalah tabung durham, cawan petri, tabung reaksi, pipet ukur, botol media, gunting, pinset, jarum ose, stomacher, bunsen, timbangan, vortex (pengocok tabung), inkubator, penangas air, autoklaf, refrigerator, dan freezer.
18 C. Bahan Penelitian
1.
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daging broiler bagian paha yang berasal dari beberapa pasar tradisonal di Kabupaten Tanggamus yaitu pasar Wonosobo, pasar Kota Agung, pasar Gisting, dan pasar Talang Padang.
2.
Media untuk pengujian E. Coli adalah larutan Butterfielt’s phosphate buffered, larutan Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLBB), larutan Lauryl Tryptose Broth (LTB), EC broth, Levine’s Eosin Methylene Blue agar (LEMB), Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP), Plate Count Agar (PCA), Kalium Cyanide Broth (KCB), Simmons Citrate Agar (SCA), Plager Kovac, Reagen VP, dan Sulfit Indol Motility (SIM).
D. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel pedagang yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti, yaitu: 1. jumlah daging yang dijual minimal 20 ekor per hari; 2. milik sendiri/pekerjaan tetap; dan 3. lama berjualan minimal 1 tahun.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di pasar tradisional Kabupaten Tanggamus terdapat 4 pasar yaitu Pasar Wonosobo, Pasar Kota Agung, Pasar Gisting, dan Pasar Talang Padang
19 E. Pelaksanaan Penelitian
1. Survei pedagang Survei pedagang dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah pedagang yang terdapat di Kabupaten Tanggamus. Survei pedagang juga dilakukan untuk mengetahu jumlah pedagang yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh peneliti. Berdasarakan hasil survei yang telah dilakukan terdapat 4 pasar yang ada di Kabupaten Tanggamus yaitu Pasar Wonosobo, Pasar Kota Agung, Pasar Gisting, dan Pasar Talang Padang. Dari keempat pasar tersebut terdapat 19 sampel pedagang yang memenuhi persyaratan dan dapat dijadikan sebagai sampel.
2. Pengambilan sampel daging Setiap pedagang yang terpilih akan diambil satu sampel daging broiler pada bagian paha di setiap lokasi pasar, pengambilan sampel pada pagi hari dilakukan antara pukul 07:00--08:00 WIB dan siang hari dilakukan antara pukul 11:00--12:00 WIB. Sampel tersebut dibungkus dengan plastik bening yang sudah disterilkan terlebih dahulu kemudian diletakkan ke dalam boks berisi es yang berfungsi meminimalisir terjadinya pencemaran mikroba lainnya. Plastik yang digunakan disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoclave pada suhu 100⁰C selama 10 menit. Sampel yang sudah diambil dari pasar kemudian dibawa ke Balai Veteriner Regional III Bandar Lampung.
3. Pengujian sampel Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Region III Bandar Lampung. Pengujian sampel dilakukan dengan mengikuti panduan
20 kerja yang ada di Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Regional III Bandar Lampung yaitu pengujian tentang E. coli.
F. Peubah yang Diamati Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah E. coli. metode yang digunakan dalam perhitungan kandungan E. coli. ini adalah: a. Persiapan sampel 1. Menimbang sampel daging ayam sebanyak 25 gram secara aseptik kemudian memasukan ke dalam wadah steril; 2. Menambahkan 225 ml larutan LB ke dalam wadah steril yang berisi sampel daging ayam, lalu menghomogenkan dengan stomacher selama 1 -- 2 menit.
b. Cara uji 1. Uji pendugaan (a) memindahkan 1 ml larutan pengenceran 10-1 tersebut dengan pipet steril ke dalam larutan 9 ml larutan BPW 0,1% untuk mendapatkan pengenceran 10-2, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3; (b) memindahkan dengan pipet steril masing-masing 1 ml dari setiap pengenceran ke dalam 3 seri tabung LSTB yang berisi tabung durham; (c) menginkubasi pada temperatur 35°C selama 24 jam sampai dengan 48 jam; (d) memperhatikan gas yang terbentuk didalam tabung durham, kemudian hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas dan akan dilanjutkan dengan uji peneguhan (Balai Veteriner, 2015).
21 2. Uji peneguhan (a) memindahkan dengan menggunakan ose biakan dari tabung LTSB yang positif ke tabung-tabung ECB yang berisi tabung durham; (b) menginkubasi ECB selama 24 jam pada suhu 45,5°C±2°C. jika uji menunjukkan hasil yang negatif maka diinkubasikan kembali selama 48 jam; (c) memperhatikan gas yang terbentuk pada tabung durham, tabung-tabung ini adalah hasil positif dalam uji peneguhan E. coli; (d) menentukan nilai MPN Dengan menggunakan tabel “Most Propable Number (MPN)” berdasarkan pada jumlah tabung ECH yang mengandung gas sebagai jumlah E. coli per milimeter per gram. (Balai Veteriner, 2015).
3. Isolasi – identifikasi (a) membuat goresan media L-EMBA dari tabung ECH yang positif kemudian menginkubasi selama 18 -- 24 jam pada suhu 35°C±2°C. koloni yang diduga E. coli memiliki diameter 2 -- 3 mm, pada bagian pusatnya berwarna hitam atau gelap dan metalik kehijauan yang mengkilat pada media L-EMBA; (b) memindahkan koloni yang diduga dari masing-masing media L-EMBA menggunakan ose ke PCA miring. Menginkubasi PCA miring selama 18 -24 jam pada suhu 35°C±2°C untuk uji biokimia (Balai Veterinar, 2015).
c. Uji biokimia 1. Uji produksi indole (a) menginokulasi koloni dari tabung PCA pada TB dan menginkubasikannya selama 24 jam pada suhu 35°C±2°C; (b) menambahkan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml reagen kovac;
22 (c) hasil uji positif ditandai dengan adanya cincin merah dipermukaan media; (d) hasil uji negatif ditandai dengan terbentuknya cincin kuning.
2. Uji Voges-Prosauer (VP) (a) mengambil biakan dari media TSIA dengan ose lalu menginokulasi ke tabung yang berisi 10 ml media MR-VP dan inkubasikan pada temperatur 35°C selama 48 jam ± 2 jam; (b) memindahkan 5 ml MR-VP ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 0,6 ml larutan a- naphatol dan 0,2 ml KOH 40%, kemudian digoyang-goyangkan sampai tercampur dan didiamkan; (c) untuk mempercepat reaksi tambahkan kristal keratin. Membaca hasil setelah 4 jam; (d) hasil uji positif apabila terjadi perubahan warna pink sampai merah delima.
3. Uji Methyl Red (MR) (a) mengambil biakan dari media TSIA dengan ose inokulasikan ke dalam tabung yang berisi 10 ml media MR-VP dan menginkubasi pada temperatur 35°C selama 48 jam ± 2 jam; (b) menambahkan 5 tetes sampai dengan 6 tetes indikator methyl Red pada tabung; (c) hasil uji positif ditandai dengan adanya difusi warna merah ke dalam media; (d) hasil uji negatif ditandai dengan terjadinya warna kuning pada media.
4. Uji Citrate (a) menginokulasi koloni dari TSIA ke dalam SCA dengan ose;
23 (b) mengikubasi pada temperatur 35°C selama 96 jam ± 2 jam; (c) hasil uji positif ditandai adanya pertumbuhan koloni yang diikuti perubahan warna dari hijau menjadi biru; (d) hasil uji negatif ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni atau tumbuh sangat sedikit dan tidak terjadi perubahan warna (Balai Veteriner, 2015).
G. Analisis Data Data hasil penelitian dibuat dalam betuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif terhadap kondisi sampel yang diambil pada pagi dan siang hari.
39
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 dari 28 sampel yang diuji dengan waktu pengambilan pagi dan siang hari yang melebihi standar SNI 7388:2009 yaitu 2 sampel berasal dari Pasar Kota Agung milik pedagang Agus dan Abu yusuf berjumlah 11 dan 15 MPN/gram dengan waktu pengambilan pagi hari dan 1 sampel berasal dari Pasar Gisting milik pedagang Liliana berjumlah 27 MPN/gram dengan waktu pengambilan siang hari.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu: 1. konsumen agar melakukan pembelian daging broiler di pagi hari untuk meminimalisir kontaminasi mikroba dan melakukan penanganan yang baik terhadap daging yang akan dikonsumsi (misalnya dengan memasak daging hingga benar-benar matang); 2. pemerintah sebaiknya mengadakan sosialisasi dan pembinaan kepada pedagang mengenai pentingnya sanitasi pada lingkungan pasar dan melakukan pengaturan lokasi pasar sehingga lokasi penjualan lebih bersih dan tertata rapi;
40
3. pedagang sebaiknya menjaga lingkungan agar selalu dalam keadaan bersih dengan memperhatikan meja display yang digunakan, membersihkan genangan-genangan air di area pasar, dan membuang sampah penjualan pada tempat pembuangan sampah.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini R, M. Salim, E. Mardiah. 2013. Uji bakteri Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik pada ikan kapas-kapas di Sungai Batang Arau Padang. Jurnal Kimia Unand 2(2): 17--21 Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 3924:2009, Mutu Karkas dan Daging Ayam. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Balai Veteriner. 2015. Buku Pedoman Metode Uji Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum dalam Daging, Telur dan Susu. Balai Veteriner Lampung. Bandar Lampung Bambang, A. G., Fatimawali, dan N. S. Kojong. 2014. Analisis cemaran bakteri coliform dan identifikasi Escherichia coli pada air isi ulang dari depot di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (3): 325--334 Buckle K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet, and M. Wooton. 1997. Food Science. Australian Vice-Chacellos Comite Burrows W. 1959. Textbook of Microbiologi. 17th ed W. B. Sauders Company. Philadelpia and London Bustaman. 1999. Tata Ruang (Exterior dan Interior Perpasaran). Makalah (tidak diterbitkan), pada acara Diklat Manajemen Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan di Medan, 15 s.d. 28 September 1999 Dewantoro, G.I. 2009. Tingkat prevalensi Escherichia coli dalam daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 14 (3): 211--216 Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Universitas Negeri Malang. Malang Fadilah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengelolaan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
42 Hansson, I.B. 2001. Microbiological meat quality in high and low capacity slaughterhouse in Sweden. Journal of Food Protection. 64: 820--825 Hardjoeno. 2007. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitivitas Kuman serta Upaya Pengendaliannya. Cahya Dinan Rucitra. Makasar Jawetz, E., J.L. Manick dan E.A Adelberg. 1980. Review of Medical Microbiology.14th Edition. Huntsman Offset Printing Pte Ltd, Singapure Kaudia, T.J. 2001. The effect of chemical treatment on life broilers before slaughterand slaughter condition microbial quality and self life of broiler meat. Journal of Food Technology Africa. 6: 78--82 Keeratipibul, S., P. Techaruwichit and Y. Chaturongkasumrit. 2008. Contamination sources of coliform in two type frozen ready-to-eat shrimps. Food Control 20: 289--293 Karsinah, Lucky, Soehanto, dan H.W. Mardiastuti. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Buku Ajar Edisi Revisi, 103--111, 163--165. Penerbit Bina Aksara. Jakarta Lubis, H. A. 2012. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan telur ayam kampung terhadap Jumlah Escherichia coli. Indonesia Medicus Veterinus. 1(1) : 144--159
Matulessy, D. N. 2011. Analisis mikrobiologis karkas ayam broiler beku yang beredar di Pasar Tradisional Halmahera Utara. Jurnal Agroforestri 4 (1) : 65--72 Nugroho W. S. 2005. Tingkat Cemaran Salmonella sp. pada Telur Ayam Ras di Tingkat Peternakan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September 2005 Nurhadi M. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner. Higiene Bahan Pangan Asal Hewan Dan Zoonosis. Gosyen Publishing, Yogyakarta Puspita, S. 2012. Pengawetan Suhu Rendah pada Daging dan Ikan. Makalah. Universitas Diponogoro. Semarang Qoriah, C. G. 2014. Model Penataan Pasar Tradisional Berdasarkan Karakteristik Kegiatan, Fasilitas dan Utilitas : Studi Kasus Pasar Tanjung Di Kabupaten Jember. Universitas Jember. Jember Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta
43 Rismayani. 1999. Aplikasi Segmen Pasar dan Pemasaran, Makalah (tidak diterbitkan), pada acara Diklat Manajemen Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan di Medan, 15 s.d. 18 September 1999 Risnajati, D. 2010. Pengaruh lama penyimpanan dalam lemari es terhadap pH, daya ikat air, dan susut masak karkas broiler yang dikemas plastik Polyethylen. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 13 (6):309--315 Sasmita, Y., I. G. K. Suarjana, M. D. Rudyanto. 2014. Cemaran Escherichia coli pada daging broiler yang disimpan di Showcase di Swalayan di Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus 3(1) : 68--72 Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Sulistyowati, D.Y. 1999. Kajian Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Pengamatan Perilaku Berbelanja di Kota Bandung. ITB. Bandung Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2007--2013. Konsumsi Rata-Rata Per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia. http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabe-15b-konsumsi-rata, diakses tanggal 16 Oktober 2016 Suryanika, E. 2009. Status Mikrobiologis Karkas Broiler di Pasar-Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung dan Metro. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung Tarmuji. 2003. Kolibasilosis badan pada ayam: etiologi, patologi dan pengendaliannya. Wartazoa 13(2): 65--73 Utari, L. K, Rr. Riyanti, P. E. Santosa. 2016. Status mikrobiologis daging broiler di Pasar Tradisional Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 4 (1): 63--66 William, J. 1993. Prinsip Pemasaran. Terjemahan Yohanes Lamarto Edisi 1. Erlangga. Jakarta Windiyartono, A., Rr. Riyanti., V. Wanniatie. 2016. Efektivitas tepung bunga kecombrang (Nicolaia speciosa horan) sebagai pengawet terhadap aspek kimia daging ayam broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 4(1): 19--23