PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,sumber pendapatan dan devisa negara. Tanamaan kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak jenis serangga hama. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama utama kopi, yaitu: hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, penggerek cabang hitam Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklat Xylosandrus morigerus, kutu hijau Coccus viridis, dan penggerek batang merah Zeuzera coffea. Penggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Umumnya, hanya serangga betina yang sudah kawin akan menggerek buah kopi; biasanya masuk ke dalam buah dengan membuat lubang kecil pada ujung buah. Kumbang betina menyerang buah kopi dari mulai buah sedang terbentuk (8minggu setelah berbunga) sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang dan larva PBKo menyerang buah kopi yang sudah cukup keras dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di dalamnya sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang buah kopi di kebun, tetapi juga menyerang buah di penyimpanan. Selain hidup dalam buah kopi, hama ini juga menyerang tanaman Tephrosia, Crotalaria, Caesalpinia, dan Leucaena glauca yang sering digunakan sebagai tanaman penaung/penutup tanah. Penggerek buah kopi merupakan kumbang berukuran 0,7 – 1,7 mm, berbadan bulat dengan kepala berbentuk segi tiga yang ditutupi oleh rambut-rambut halus. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan. Telurnya menetas dalam waktu sekitar 4 hari, lalu berubah menjadi larva berwarna putih dan bermulut cokelat.
Taksonomi Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Kerajaan
:
Animalia
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Insecta
Urutan
:
Coleoptera
Keluarga
:
Curculionidae
:
Genus
:
Hypothenemus
Spesies
:
H. hampei
Siklus hidup Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 31 – 50 butir. Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4 hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah.
Gejala Serangan Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji. Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji keras yang sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara prematur pada biji di dalam endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi setelah pemetikan adalah tempat berkembang biak yang sangat baik untuk penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan sampai 75 ekor serangga per biji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang lebih satu tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup. PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Betina berkembang biak pada buah kopi hijau yang sudah matang sampai merah, biasanya membuat lubang dari ujung dan meletakkan telur pada buah. Kumbang betina terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk meletakkan telur. Ketika
telur menetas, larva akan memakan isi buah sehingga menyebabkan menurunnya mutu kopi. PBKo masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. PBKo diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah. Imago H. hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai membentuk endosperma. Serangga yang betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah memiliki endosperma yang keras. Betina membuat lubang kecil dari permukaan kulit luar kopi (mesokarp) buah untuk meletakkan telur jika buah sudah cukup matang.
Gambar. Lubang gerekan hama H. hampei
Kerugian Hasil : Di Indonesia, H.hampei merupakan salah satu hama utama pada tanaman kopi, hama ini dapat menyebabkan kerugian yang serius dengan berkurangnya produksi maupun turunnya mutu kopi akibat biji berlubang (Riyatno dan Santoso, 1991). PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah berkopulasi akan menggerek buah kopi dengan cara masuk ke dalam buah dengan membuat lubang kecil dari ujung buah. Kumbang betina menyerang buah kopi sejak 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen, buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang betina terbang dari pagi hingga sore hari (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002).
Menurut Anonim (2002),kerusakan biji kopi oleh gangguan hama bubuk buah kopi dapat mencapai 40-50% dari produksi dan dapat menyebabkan penyusutan 30-40% dari berat biji kopi bila tidak terserang. Akibatnya akan dihasilkan biji kopi yang berkualitas rendah.H. hampei merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi dan mutu kopi di Indonesia,bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan buah yang ditimbulkan berupa buah tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil (Kadir et al.,2003 cit.Anonim, 2002).
Cara pengendalian : Kondisi tanaman yang lemah merupakan faktor utama terjadinya serangan penggerek buah. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya serangan dan penyebarannya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1) Mekanik Dilakukan dengan memetik buah sehat yang tertinggal di pohon kopi maupun pengumpulan buah yang jatuh. Cara ini dilakukan untuk menghilangkan sumber makanan sehingga penggerek buah ini tidak dapat berkembangbiak dan siklus hidupnya terputus. Selain itu juga dilakukan dengan memetik buah yang terserang kemudian dijemur agar penggerek buah yang ada di biji dalam bentuk telur, larva, pupa maupun dewasanya mati. Cara ini diharapkan dapat mengurangi populasi yang ada di lapangan.
2) Biologi Dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang penggerek buah. Salah satu musuh alami yang digunakan adalah Beauveria bassiana (Bb) yaitu dengan; (1) memetik buah masak pertama yang terserang, dikumpulkan, dicampur dengan Bb, dan dibiarkan selama satu malam, kumbangnya akan keluar dan dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada pasangannya di kebun; (2) Pemakaian Bb dilakukan pada saat kulit tanduk buah sudah mengeras.
3) Pemangkasan merupakan salah satu upaya pengendalian secara kultur teknis yang dimaksudkan untuk memutus siklus hidup hama utama pada pertanaman kopi. Pemangkasan dilakukan baik pada tanaman kopi maupun terhadap tanaman penaung. Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi ditujukan untuk menghindari kelembaban yang tinggi, memperlancar aliran udara
sehingga proses penyerbukan dapat berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat penyinaran merata guna merangsang pembungaan, dan membuang cabang tua yang kurang produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat didistribusikan ke cabang muda yang lebih produktif.
4) Pengendalian hayati memiliki prospek untuk dikembangkan. Ada dua agensia pengendali hayati yang telah tersedia dan prospektif untuk dikembangkan, yaitu jamur Beauveria bassiana dan serangga parasitoid Cephalonomia stephanoderis. Berbagai upaya untuk mengendalikan hama ini di daerah-daerah penghasil kopi di dunia masih diarahkan pada pengendalian secara kimia terutama dengan menggunakan endosulfan. Hasil Penelitian di Kaledonia Baru menunjukkan bahwa hama bubuk buah kopi ini telah mengembangkan ketahanannya pada endosulfan dan lindane. Hasil penelitian dengan menggunakan insektisida monokrotofos 150 g/l, metamidofos 200 g/l dan fosfamidon 500 g/l pada tanaman kopi di kecamatan Modoinding, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jenis-jenis insektisida ini dapat menekan populasi hama bubuk buah kopi.
DAFTAR PUSTAKA _____________. 2013. DESKRIPSI OPT HAMA Hypothenemus hampei (Curculionidae). http://kelompokkopi.blogspot.com/2013/04/deskripsi-opt-hama-hypothenemushampei.html Anonim, 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Kopi. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2002. Musuh Alami Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. http://www.mamud.com/Docs/Coffee.pdf. (diakses 25 Pebruari 2015) Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr.). PelitaPerkebunan 15(2); 101-108.